Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PREMI, HASIL INVESTASI,
RISIKO LIKUIDITAS, TINGKAT KESEHATAN (SOLVABILITAS)
DENGAN NILAI RISK BASED CAPITAL DAN TINGKAT EFISIENSI
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI
SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (SE)
Oleh :
Zayyan Ariibah Mardhiyyah
(11150810000022)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PREMI, HASIL INVESTASI,
RISIKO LIKUIDITAS, TINGKAT KESEHATAN (SOLVABILITAS)
DENGAN NILAI RISK BASED CAPITAL DAN TINGKAT EFISIENSI
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI
SYARIAH DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Zayyan Ariibah Mardhiyyah
NIM 11150810000022
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Indo Yama Nasarudin, S.E, MAB
NIP. 19741127200111002
Deni Pandu Nugraha, S.E., M.Sc
NIDN. 2012108503
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
iii
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari Kamis, 11 April 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Zayyan Ariibah Mardhiyyah
2. NIM : 11150810000022
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Pertumbuhan Premi, Hasil Investasi, Risiko
Likuiditas, Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based
Capital, dan Tingkat Efisiensi terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah tahun 2013 -
2017
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 April 2019
1. Dr. Indo Yama Nasaruddin S.E., MAB (___________________)
NIP. 19741127 200112 1 002 Penguji I
2. Deni Pandu Nugraha, S.E., M. Sc (___________________)
NIDN. 2012108503 Penguji II
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama lengkap : Zayyan Ariibah Mardhiyyah
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 30 Desember 1997
3. Alamat : Jl. Cipinang RT 013/RW 04 No 10
Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur 13740
4. Telepon : 087885327892
5. Email : zayyanariibah@gmail,com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. MI Assa’adiyah Attahriyyah : Tahun 2003 – 2009
2. MTS Negeri 7 Jakarta : Tahun 2009 – 2012
3. MAN 2 Jakarta : Tahun 2012 – 2015
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2015 – 2019
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. BBC Ciracas 2005 – 2008
2. LPIA Cibubur 2009 – 2012
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Penanggung Jawab Humas Management Project HMJ Manajemen UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (2015-2016)
2. Penanggung Jawab Humas 3rd Seismograf HMJ Manajemen UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (2015-2016)
3. Penanggung Jawab Bazaar Youth Economic Summit DEMA FEB UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (2016-2017)
4. Sekretaris Koordinator Divisi Informasi dan Komunikasi HMJ
Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017-2018)
5. Badan Pengurus Harian (BPH) Bendahara Keramik – Submarine HMJ
Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017-2018)
6. Bendahara Kuliah Kerja Nyata UIN Kelompok 093 (2018)
vi
V. PENGALAMAN KERJA
1. Internship Journalist / Wartawan OTO NETWORK (2016-2017)
2. Social Media Otobatavia.com IIMS (Indonesia International Motor
Show) 2016 -2017
3. Social Media Otobatavia.com GIIAS (Gaikindo Indonesia
International Auto Show )2017 -2018
4. Internship PMMB FHCI KEMENTRIAN BUMN 2019
Divisi Keuangan Departemen Pendanaan Perum Perumnas Kantor
Pusat (Februari – Agustus 2019)
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Muhammad Jamil (Almarhum)
2. Ibu : Ety Purwanti
3. Alamat : Jl. Cipinang RT 013/RW 04 No 10
Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur 13740
vii
ABSTRACT
Sharia insurance is an effort to help each other between a number of
people or parties through investments in assets and or tabarru which provide
a pattern of returns to deal with certain risks through contracts (agreements)
in accordance with sharia. The purpose of this study is to analyze the effect of
Premium Growth, Investment Results, Leverage, Claim Loss Ratio, Health
Level with Risk Based Capital, and Level of Efficiency on the Growth of
Return On Assets (ROA) in Sharia Insurance Companies in Indonesia. The
sample in this study were 34 Islamic Insurance Companies in Indonesia in
2013-2017. This study uses panel data regression analysis with Eviews
version 9 and Microsoft Excel 2013 programs and sample data collection
techniques with purposive sampling. The results of this study indicate that
simultaneously the independent variables influence the effect of Premium
Growth, Investment Results, Leverage, Claim Loss Ratio, Health Level with
Risk Based Capital, and Efficiency Level have a significant influence on
Return On Assets (ROA). Partially the results show that Investment Results,
Leverage, Claim Loss Ratio, and Efficiency. Level have an influence on Return
On Assets (ROA), while Premium Growth and Health Level with Risk Based
Capital Value has no effect on Return On Assets (ROA) with the level
significance.
Keywords: Premium Income, Liquidity Risk, Risk Based Capital, Efficiency
viii
ABSTRAK
Asuransi syariah adalah upaya saling membantu antara sejumlah orang
atau pihak melalui investasi dalam aset dan atau tabarru yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui kontrak
(perjanjian) sesuai dengan syariah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh Pertumbuhan Premi, Hasil Investasi, Leverage, Rasio
Klaim Rugi. Tingkat Kesehatan dengan nilai Risk Based Capital, dan Tingkat
Efisiensi terhadap Pertumbuhan Return On Asset (ROA) pada Perusahaan
Asuransi Syariah di Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah 34
Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia pada 2013-2017. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi data panel dengan program Eviews versi 9 dan
Microsoft Excel 2013 dan teknik pengumpulan data sampel dengan purposive
sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel
independen mempengaruhi pengaruh Pertumbuhan Premium, Hasil Investasi,
Leverage, Rasio Klaim Rugi, Tingkat Kesehatan dengan nilai Risk Based
Capital, dan Tingkat Efisiensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Return On Asset (ROA). Secara parsial hasil menunjukkan bahwa Hasil
Investasi, Leverage, Rasio Klaim Rugi, dan Tingkat Efisiensi memiliki
pengaruh terhadap Return On Asset (ROA), sedangkan Pertumbuhan Premi
dan Tingkat Kesehatan dengan nilai Risk Based Capital tidak berpengaruh
pada Return On Assets (ROA) dengan tingkat signifikansi.
Kata kunci: Pendapatan Premium, Risiko Likuiditas, Modal Berbasis Risiko,
Efisiensi
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Shalawat beserta Salam
semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, para sahabatnya yang membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Strata Satu Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul penelitian ini adalah “Pertumbuhan Premi,
Hasil Investasi, Leverage, Claim Loss Ratio, Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk
Based Capital dan Tingkat Efisiensi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi
Syariah di Indonesia Periode 2013-2017”.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT, yang selalu memberi rahmat dan karunia-Nya kepada penulis serta
memberi kemudahan dan kelancaran terhadap segala urusan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Kepada kedua orang tua kandung saya, Ayahanda Muhammad Jamil (Almarhum)
dan Ibunda Ety Purwanti Serta Ayah tiri saya H.Purwanto yang memberikan kasih
sayang, dukungan moral maupun materil, nasihat, motivasi dan doa yang tidak
pernah putus untuk keberhasilan dan kebahagiaan penulis. Selain itu kakak
penulis, Muhammad Luthfi Razan serta adik – adik penulis Naufal Hibatullah dan
Hazhiyhah Nabil Ghassani yang memberikan semangat dan mengibur penulis.
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, Lc,, MA selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E M.Si., Ak., CA., BKP., QIA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom., M.M, selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu
Amalia, S.E., MSM, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan yang telah
diberikan kepada penulis untuk berkarya.
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN KOMPREHENSIF ..................................... iv
HALAMAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..........................................................................vi
ABSTRACT……………………………………………………………………....vii
ABSTRAK ........................................................................................................... ..ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...x
DAFTAR ISI .........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 14
C. Batasan Masalah ...................................................................................... 16
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 17
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 18
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 21
A. Landasan Teori ....................................................................................... 21
1. Lembaga Keuangan Syariah ........................................................... 22
a. Lembaga Pembiayaan .................................................................. 22
b. Anjak Piutang ............................................................................... 23
c. Costumer Financing – Murabahah ........................................... 23
2. Asuransi Syariah ............................................................................... 23
xii
3. Pengertian Asuransi Syariah ........................................................... 25
4. Landasan Hukum Asuransi Islam .................................................. 25
5. Falsafah Dasar Asuransi Islam ....................................................... 25
6. Prinsip Asuransi Syariah ................................................................. 27
a. Prinsip Tauhid ............................................................................... 27
b. Prinsip Keadilan ........................................................................... 28
c. Prinsip Tolong Menolong ........................................................... 29
d. Prinsip Kerja Sama ...................................................................... 30
e. Prinsip Amanah ............................................................................ 31
f. Prinsip Saling Rida ....................................................................... 31
g. Prinsip Menghindari Riba ........................................................... 32
h. Prinsip Menghindari Ketidakjelasan ......................................... 32
i. Prinsip Menjauhi Suap ................................................................. 33
7. Pengertian Laporan Keuangan........................................................ 34
8. Unsur Laporan Keuangan Asuransi Syariah ................................. 35
9. Kinerja Keuangan ............................................................................. 36
10. Pengertian Kinerja dan Penilaian Kinerja Keuangan .................. 36
a. Penghasilan (Income) .................................................................. 37
b. Beban Expenses ............................................................................ 38
c. ROA ............................................................................................... 38
11. Tingkat Efisiensi .............................................................................. 41
a. Pengertian Efisiensi dan Konsep Efisiensi ............................... 41
b. Pengukuran Efisiensi ................................................................... 44
c. Hubungan Input dan Ouput ......................................................... 47
12. Kesehatan Keuangan Asuransi ....................................................... 47
a. Pengertian Kesehatan Keuangan ................................................ 47
b. Indikator Kesehatan Keuangan .................................................. 49
c. Faktor – Faktor Risk Based Capital ........................................... 55
13. Risiko Likuiditas ............................................................................. 56
a. Leverage Risk ............................................................................... 57
xiii
b. Beban Klaim ................................................................................. 60
14. Hasil Investasi .................................................................................. 64
17. Pendapatan Premi ............................................................................ 68
B. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 72
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 85
D. Keterkaitan Antar Variabel .................................................................... 86
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 94
A. Jenis dan Sifat Penelitian ........................................................................ 94
B. Sumber Data ............................................................................................. 94
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 95
D. Populasi dan Sampel .............................................................................. 95
E. Teknik Analisis Data ............................................................................... 98
1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................ 99
2. Analisis Regresi Data Panel ............................................................ 99
3. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 103
a. Uji Normalitas .............................................................................. 103
b. Uji Multikolonieritas ................................................................... 104
c. Uji Autokorelasi ........................................................................... 104
d. Uji Heterokedastisitas.................................................................. 105
4. Uji Hipotesis ..................................................................................... 106
a. Uji Koefisien Determinasi .......................................................... 107
b. Uji Statistik F ................................................................................ 108
c. Uji Statistik t ................................................................................. 108
d. Operasional Variabel Penelitian................................................. 108
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 113
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 113
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 135
1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................ 135
2. Uji Stationeritas ................................................................................. 139
3. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 140
xiv
a. Uji Normalitas .............................................................................. 140
b.Uji Multikolinearitas..................................................................... 142
c.Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 144
d.Uji Autokorelasi ............................................................................ 144
4. Pengujian Model Regresi Data Panel ............................................ 145
a. Common Effect Model ................................................................ 145
b. Fixed Effect Model ...................................................................... 146
c.Uji Chow ........................................................................................ 146
d. Random Effect Model ................................................................. 147
e. Uji Hausman ................................................................................. 148
5. Uji Hipotesis ................................................................................... 149
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ................................................. 150
b.Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ............................................. 152
c.Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 154
6. Persamaan Regresi Data Panel ..................................................... 155
7. Interpretasi Hasil Penelitian .......................................................... 157
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 174
A. Kesimpulan ............................................................................................ 174
B. Saran ....................................................................................................... 176
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 178
LAMPIRAN ............................................................................................... 188
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Statistik Institusi Keuangan Non Bank Syariah………………………4
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu……………….………….………….………….72
Tabel 3.1 Penentuan Sampel Berdasarkan Kriteria…………………….………96
Tabel 3.2 Pemilihan Sampel………………………….………….………….….97
Tabel 4.1 Pertumbuhan ROA Perusahaan Asuransi Syariah 2013-2017..…….115
Tabel 4.2 Pertumbuhan Premi Perusahaan Asuransi Syariah 2013-2017……..119
Tabel 4.3 Pertumbuhan Investasi Perusahaan Asuransi Syariah 2013-2017….122
Tabel 4.4 Pertumbuhan Leverage Perusahaan Asuransi Syariah 2013-2017….125
Tabel 4.5 Pertumbuhan Claim Loss Ratio Asuransi Syariah 2013-2017………128
Tabel 4.6 Pertumbuhan Risk Based Capital Asuransi Syariah 2013-2017…….131
Tabel 4.5 Pertumbuhan Tingkat Efisiensi Asuransi Syariah 2013-2017………134
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif…………………………………..………………136
Tabel 4.7 Uji Stationers………………………….….…………………………139
Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas………………………………..…………….…142
Tabel 4.9 Uji White…………………………….………………………….…...144
Tabel 4.10 Uji Autokorelasi……...…………………………………………….144
Tabel 4.11 Common Effect Model…………………….…………………....….145
Tabel4.12 Fixed Effect Model……………………….…………………....…...146
Tabel 4.13 Uji Chow………….………….……………………….…………....147
Tabel 4.14 Random Effect Model…………………….…………….………….148
Tabel4.15 Uji Hausman…………………….………...….……………….........149
Tabel4.16 Uji Statistik t………………………………………………………..150
Tabel 4.17 Uji Simultan F………...………….……….……………………......153
xvii
Tabel 4.18 Koefisien Determinasi ………….….……………………...............154
Tabel 4.19 Model Regresi Fixed Effect……..………………………………...155
Tabel4.20 Tabel Interpretasi Penelitian………...……………………………...157
xviii
DAFTAR GAMBAR
1.1 Pertumbuhan Perusahaan Asuransi Syariah……………………………. 6
2.1 Bagan Konsep Analisis Kinerja Keuangan…………………………… 31
2.2 Kerangka Pemikiran…………………………………………………... 38
4.1 Pertumbuhan ROA Perusahaan Asuransi Syariah ………,….…………. 82
4.2 Pertumbuhan Premi Perusahaan Asuransi Syariah ………………………116
4.3 Pertumbuhan Hasil Investasi Perusahaan Asuransi Syariah ……………..118
4.4 Pertumbuhan Leverage Perusahaan Asuransi Syariah …………………...121
4.5 Pertumbuhan Claim Loss Ratio Perusahaan Asuransi Syariah …………..124
4.6 Pertumbuhan Risk Based Capital Perusahaan Asuransi Syariah ………...127
4.7 Pertumbuhan Tingkat Efisiensi Perusahaan Asuransi Syariah …..….…...130
4.8 Uji Normalitas………………………..………….…………………….….133
4.9 Uji Normalitas…………………..……………….…………………….….140
4.10 Uji Normalitas…………………….…………….…………………….…142
4.11 Uji Heterokedastisitas……………….………….……………………….143
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitan………………………………………………..188
Lampiran 2: Uji Stasioner………….………….……………...…………...198
Lampiran 3: Uji Asumsi Klasik …………………….……….…………....198
Lampiran 4: Hasil Regresi Data Panel…………………...……………......199
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan era yang semakin modern, yang juga diikuti oleh
perkembangan jumlah pelaku ekonomi dan perkembangan jumlah dan
variasi barang dan kebutuhan layanan, aktivitas transaksi dalam
perekonomian membutuhkan perantara di dalamnya kegiatan. Manfaat
perantara di sini sebagai penghubung antar pihak yang memiliki surplus
atau kelebihan dana, barang dan jasa dengan pihak-pihak yang
kekurangan dana, barang dan jasa. Salah satu dari ini perantara dapat
dikenal sebagai lembaga keuangan. Institusi keuangan pada dasarnya
institusi yang menghubungkan antar pihak yang membutuhkan dana dan
pihak yang memiliki surplus dana. Berdasarkan kegiatan ini, lembaga
keuangan memiliki dua kegiatan utama, yaitu pengumpulan dana dari unit
surplus dan penyaluran dana ke unit defisit.
Perusahaan asuransi adalah lembaga keuangan nonbank yang
memiliki peran yang tidak banyak berbeda dengan bank, yang bergerak
dalam layanan yang diberikan kepada masyarakat dalam menangani risiko
yang akan terjadi di masa depan. Salah satu cara untuk melindungi
sesuatu terhadap risiko kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti adalah untuk
mengasuransikan risiko kepada penanggung. Tujuan asuransi adalah
untuk melindungi individu atau kelompok dari kehilangan penghasilan itu
akan digunakan seperti kebutuhan pendidikan, kebutuhan untuk
2
pemulihan, kebutuhan untuk umur panjang, kesehatan dan lainnya.
Berbagai perusahaan asuransi berlomba menawarkan program asuransi
untuk kedua komunitas dan perusahaan. Jenis bisnis asuransi ini dibagi
menjadi dua kategori yaitu asuransi non-jiwa dan asuransi jiwa. Asuransi
non-jiwa mencakup beberapa perlindungan seperti perlindungan risiko
kebakaran, perlindungan terhadap risiko transportasi, perlindungan
kendaraan bermotor, perlindungan kerangka dan varian kapal. Asuransi
jiwa memberikan beberapa perlindungan yang diperlukan untuk
mengurangi masalah ekonomi yang akan terjadi dihadapi jika ada satu
anggota keluarga yang berisiko cacat atau meninggal (Santoso dan
Triandaru: 2006).
Perkembangan asuransi di Indonesia telah mengalami kemajuan
sangat pesat setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi di era 1980-an.
Diselesaikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia
Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Bisnis Asuransi yang kemudian
diperbarui dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2014 tentang Asuransi. Peraturannya adalah upaya pemerintah untuk
mendukung keberadaan perusahaan asuransi di Indonesia.
Sebagai tambahan, perkembangan industri asuransi juga tidak
terlepas dari kerja keras asuransi pelaku bisnis dalam mengembangkan
industri asuransi serta peran keuangan Otoritas Layanan sebagai regulator
dan pengawas dalam mengeluarkan kebijakan untuk mendukung
pembangunan dari industri asuransi yang sehat dan mampu melindungi
kepentingan pemegang polis.
3
Itu diharapkan bahwa dengan berkembangnya perusahaan asuransi di
Indonesia, juga akan meningkatkan nasional premium, itu juga akan
mengembangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap tahun.
Pemahaman masyarakat yang semakin baik mengenai pentingnya
perlindungan sebuah asuransi juga menjadi sebuah hal yang
mempengaruhi kemajuan di dalam bisnis asuransi itu sendiri. Ketika
kepercayaan masyarakat terhadap sebuah produk telah tercipta, maka
akan semakin mudah untuk mengembangkan dan melakukan penjualan
produk tersebut. Hal inilah yang terjadi di dalam bisnis asuransi, di mana
semakin banyak orang yang menginginkan sebuah jaminan atau
perlindungan terhadap berbagai macam resiko yang akan mereka hadapi.
Asuransi dapat pula memberikan jaminan atas kelangsungan
kehidupan perusahaan-perusahaan dari kerugian ekonomi, asuransi juga
memberikan jaminan atas terpenuhinya pendapatan seseorang, karena
tempat di mana yang bersangkutan bekerja tetap terjamin kelangsungan
kehidupannya. Dengan demikian asuransi dapat pula memberikan rasa
aman atas suatu pendapatan yang pasti dan tetap bagi anggota masyarakat.
Dapat dikatakan kehadiran asuransi dalam masyarakat itu jauh lebih
bermanfaat bagi semua pihak dibandingkan dengan ketidakhadirannya
(Hartono, 2007).
Berdasarkan data yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
diketahui bahwa perkembangan industri perasuransian di Indonesia
memiliki peran yang signifikan dalam mendukung terjadinya proses
pembangunan nasional. Hal ini dilihat atas kontribusi perusahaan asuransi
dalam memupuk dana jangka panjang dalam jumlah yang besar, yang
4
kemudian digunakan sebagai dana dalam pembangunan yang dilakukan
oleh pemerintah.
Tabel 1.1
Statistik Institusi Keuangan Non-Bank Syariah (IKNB Syariah)
Keterangan Jumlah
Industri
Syariah)
Jumlah
Perusahaan
Unit Usaha
Syariah
Aset (Miliar
Rp)
Assets
(Billion Rp)
1. Asuransi Syariah 13 50 42,067
a. Asuransi Jiwa Syariah 7 23 34,624
b. Asuransi Umum Syariah 5 25 5,634
c. Reasuransi Syariah 1 2 1,808
2. Lembaga Pembiayaan
Syariah
7 40 30,856
a. Perusahaan Pembiayaan
Syariah
3 36 28,406
b. Modal Ventura Syariah 4 3 1,340
c. Perusahaan Pembiayaan
Infrastruktur Syariah
– 1 1,111
3. Dana Pensiun 1 – 1,344
a. DPPK-PPMP – – –
b. DPPK-PPIP – – –
c. DPLK 1 – 1,344
4. Lembaga Jasa Keuangan
Khusus Syariah
4 6 23,804
5. Lembaga Keuangan Mikro
Syariah
42 – 116
JUMLAH 67 96 98,186
(Sumber Otoritas Jasa Keuangan)
Berdasarkan gambar diatas, jumlah perusahaan asuransi syariah
sebanyak 13, perusahaan asuransi UUS sebanyak 50, lembaga
pembiayaan syariah sebanyak 7 dan UUS sebanyak 40, Dana Pensiun
Syariah sebanyak 1, Lembaga Keuangan Khusus Syariah sebanyak 4, dan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah sebanyak 42. Ke depan lembaga
perbankan dan keuangan syariah di Indonesia diprediksi akan terus
meningkat. Dukungan Pemerintah, dalam hal ini Otoritas Jasa keuangan
(OJK) dan Bank Indonesia (BI) masih terus diharapkan agar perjalanan
5
lembaga keuangan syariah ini ke depan semakin lancar. Sosialilasi kepada
masyarakat juga harus dilakukan secara terus menerus oleh semua
stakeholder yang bekepentingan agar pemahaman masyarakat akan
keberadaan lembaga keuangan syariah ini semakin meningkat.
Sejak kelahirannya tahun 1994, asuransi syariah terus bertumbuh
dan berkembang. Dengan menekankan bahwa asuransi syariah memiliki
sistem yang lebih manusiawi, meringankan, adil, dan menenteramkan,
perusahaan penyedia asuransi syariah berusaha menarik orang sebanyak
mungkin. Hasilnya, ada peningkatan dalam bisnis asuransi syariah dari
tahun ke tahun. Peningkatan tersebut dirangkum dalam data yang
dipaparkan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI). Dari data
tersebut, peningkatan bisnis asuransi syariah terlihat dari bertambahnya
jumlah perusahaan asuransi syariah, peningkatan aset, investasi, dan
kontribusi bruto. Sebagai perbandingan, pada kuartal IV tahun 2014,
pertumbuhan asuransi syariah dari sisi aset mencapai lebih dari Rp22
triliun. Sementara pada kuartal IV tahun 2015, terjadi peningkatan
mencapai lebih dari Rp26 triliun. Itu artinya ada peningkatan sebesar
18,58% dari sisi asset.
Berdasarkan gambar 1.1 dengan adanya peningkatan tersebut,
diharapkan asuransi syariah terus bertumbuh dan makin diminati banyak
orang. Dilansir dari catatan Otoritas Jasa Keuangan atau OJK Indonesia,
sampai Juli 2017 lalu setidaknya asuransi syariah terus mengalami
pertumbuhan yang terus naik setiap tahun. Pada tahun 2017, sudah
tercatat sebanyak Rp37,30 triliun aset yang sudah dimiliki industri
asuransi syariah.
6
0
20
40
60
2013 2014 2015 2016 2017
Perkembangan Perusahaan Asuransi Syariah
Aset (Milyaran)
Ini jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya 31,80 triliun
rupiah. Ini lebih tinggi 17,30% dari periode yang sama di tahun 2016 lalu.
Dari aset asuransi tersebut, kebanyakan para nasabah lebih memilih
asuransi jiwa syariah.
(Sumber Otoritas Jasa Keuangan, data diolah)
Gambar 1.1
Grafik Pertumbuhan Perusahaan Asuransi Syariah
2013 – 2017
Perkembangan asuransi masih jauh dari harapan, akan tetapi
kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi dinilai kian meningkat.
Seperti yang dapat dilansir di berita online kompas.com, pertumbuhan
tertanggung individu sebesar 13,8 persen meningkat menjadi 15,5 juta
orang di akhir 2014, dibanding tahun 2013 sebesar 13,62 juta orang.
Meningkatnya minat masyarakat terhadap asuransi syariah tidak serta
merta berbanding lurus dengan pengetahuan masyarakat tentang asuransi
Syariah. Tidak dapat dimungkiri, asuransi di mata masyarakat dicitrakan
negatif alasannya takut ditipu karena klaimnya tidak dibayar.
Salah satu kekecewaan peserta yang paling sering terjadi adalah
dikarenakan nasabah tidak mendapatkan pemahaman yang cukup dan
lengkap, sehingga tidak dapat membuat pertimbangan yang wajib
7
dilakukan sebelum memutuskan membeli polis asuransi. Peserta wajib
pelajari selengkapnya hal-hal yang wajib dipertimbangkan sebelum
mengambil keputusan.
Adapun kendala yang dihadapi adalah kurangnya sosialisasi
kepada masyarakat tentang keberadaan asuransi syariah sehingga
kurangnya perhatian masyarakat tentang arti pentingnya keberadaan
asuransi Syariah. Karena itulah penulis ingin memberikan gambaran luas
tentang asuransi khususnya asuransi syariah. Penulis bertujuan agar
masyarakat mendapatkan pemahaman yang cukup untuk memutuskan
asuransi mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga, tidak perlu
membeli asuransi yang tidak dibutuhkan dan juga memudahkan peserta
asuransi untuk memahami isi polis asuransi. Maka peserta asuransi tidak
perlu kecewa dengan manfaat yang diberikan perusahaan asuransi (Ali,
2004).
Kebutuhan masyarakat yang semakin beragam untuk memperoleh
proteksi asuransi menyebabkan semakin beragam pula berbagai produk
asuransi yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi jiwa. Hal inilah
merupakan alasan besarnya potensi pasar asuransi khususnya asuransi
jiwa. Munculnya beragam produk asuransi menyebabkan perusahaan-
perusahaan yang bergerak di bidang asuransi bersaing secara ketat.
Peningkatan pelayanan dan juga kualitas produk asuransi adalah strategi-
strategi yang dilakukan perusahaan asuransi tersebut untuk mampu
bersaing. Pelayanan yang diberikan perusahaan asuransi kepada peserta
asuransi dalam pengajuan klaim sangat berpengaruh terhadap citra
perusahaan asuransi di mata peserta asuransi (Sula, 2004).
8
Laba adalah tujuan atau sasaran utama perusahaan dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya. Mencapai target laba adalah salah satu
tolok ukur keberhasilan perusahaan dalam menjalankannya kegiatan dan
sekaligus mengukur kinerja pihak manajemen di masa depan. Laba juga
merupakan elemen yang paling menarik perhatian pengamat keuangan
karena adanya angka laba diharapkan cukup untuk mewakili keseluruhan
kinerja perusahaan. Pengukuran laba tidak hanya penting untuk
menentukan kinerja perusahaan tetapi juga penting sebagai informasi
untuk pembagian keuntungan dan penentuan kebijakan investasi. Karena
itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak profesional seperti
profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham,
ekonom, fisikawan, dll (Oscar and Sackey, 2013).
Penghasilan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis: laba
kotor, laba operasi, laba sebelum pajak, dan laba bersih setelah pajak. Di
perusahaan asuransi, aktivitas utama bisnis adalah risiko manajemen,
sehingga laba kotor disebut adalah hasil dari penjaminan emisi. Laba
operasi adalah perbedaan dari hasil penjaminan dengan beban usaha dan
hasil investasi, sedangkan laba bersih perusahaan asuransi adalah
perbedaan antara laba usaha dan laba bersih lainnya penghasilan dan
beban pajak. Penghasilan premium yang diterima oleh perusahaan bukan
hanya laba atau laba perusahaan tetapi juga sebagian tanggung jawab
perusahaan di masa depan yaitu pada saat klaim. Karena itu, asuransi
pendapatan premi perusahaan disebut, sebagai pendapatan penjamin
emisi. Sedangkan profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
9
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada.
(Abdullah, 2011)
Premi merupakan pembayaran sejumlah uang yang dilakukan
pihak tertanggung kepada penanggung untuk mengganti suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan akibat timbulnya
perjanjian atas pemindahan risiko dari tertanggung kepada penanggung.
Penelitian mengenai hubungan pertumbuhan premi terhadap laba atau
kinerja keuangan perusahaan oleh Sitompul (2018), Salsabila (2017), Ida
(2017), Dhaniati (2011) menemukan hasil bahwa premi berpengaruh
terhadap kinerja keuangan. Berbeda dengan penelitian Juwita (2017), Ali
(2016), Ghofar (2012) yang menemukan hasil bahwa premi tidak
memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Faktor yang dianggap mampu mempengaruhi Pertumbuhan Premi
selanjutnya adalah Hasil Investasi. Hasil Investasi di dalam perusahaan
asuransi dapat dirupakan dalam bentuk portofolio. Menurut Lawrence dan
Michael, portofolio adalah kumpulan bentuk investasi terpadu yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan investasi. Tujuan utama
portofolio investasi adalah mendapatkan tingkat pengembalian yang
tinggi dengan tingkat risiko yang kecil untuk memenuhi kewajiban baik
kepada pemegang polis maupun untuk pertumbuhan perusahaan.
Penelitian mengenai hubungan Hasil Investasi dengan kinerja keuangan
diantaranya dilakukan oleh Juwita (2017), Ali (2016), Ghofar (2012),
Dhaniati (2011), mereka menemukan bahwa hasil investasi memiliki
pengaruh terhadap laba perusahaan.
10
Hasil berbeda ditemukan oleh Salsabila (2017), Kusuma (2017), Eka
(2016) yang menemukan hasil bahwa hasil investasi memiliki tidak
pengaruh terhadap laba perusahaan.
Faktor risiko likuiditas yang mempengaruhi kinerja perusahaan
asuransi meliputi rasio likuiditas, tingkat pertumbuhan premi, leverage,
risiko underwriting, rasio klaim kerugian antara lain. Sedangkan klaim
merupakan pengajuan hak yang dilakukan oleh tertanggung kepada
penanggung untuk mendapatkan haknya berupa pertanggungan atas
kerugian berdasarkan perjanjian atau akad yang telah dibuat. Oleh karena
itu studi ini berfokus pada risiko leverage, rasio klaim kerugian, dan
tingkat pertumbuhan premi karena atribut likuiditasnya terkait dengan
kinerja perusahaan asuransi (Janjua, 2015).
Penelitian mengenai hubungan risiko likuiditas dengan kinerja
keuangan diantaranya dilakukan Fauziah (2017), Clara (2013) mereka
menemukan bahwa risiko likuiditas memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas perusahaan. Hasil berbeda ditemukan oleh Kusuma (2017),
Khasanah (2017), Ali (2016), Ghofar (2012), yang menemukan hasil
bahwa risiko likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas
perusahaan.
Mengukur kondisi keuangan perusahaan asuransi tidak hanya
dengan analisis rasio keuangan, tetapi dapat juga menggunakan metode
Risk Based Capital. Risk Based Capital atau dikenal juga dengan Batas
Tingkat Solvabilitas merupakan salah satu indikator kesehatan keuangan
perusahaan asuransi.
11
Khususnya yang terkait dengan solvabilitas atau kemampuan membayar
kewajibannya. Risk Based Capital diperlukan sebagai pegangan bagi para
nasabah untuk menganalisa apakah perusahaan memiliki cukup modal
atau tidak jika seorang atau sekelompok orang membeli polis dari
perusahaan tersebut.
Hasil analisis rasio keuangan dan Risk Based Capital dapat
digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan asuransi. Kinerja
keuangan perusahaan dapat dikatakan sebagai suatu ukuran seberapa
efisien dan efektif dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan
dalam mengelola sumber daya keuangan yang ada pada periode tertentu.
Penilaian kinerja keuangan perusahaan yang telah dilakukan dapat
dijadikan sebagai dasar untuk membuat keputusan atau kebijakan di masa
yang akan datang.
Penelitian mengenai hubungan Tingkat Kesehatan dengan Nilai
Risk Based Capital dengan kinerja keuangan diantaranya dilakukan
Pratiwi (2018), Ayu (2017), Kusuma (2017), Fadila (2016), Barlian
(2016), Santoso (2015), Dhaniati (2011) mereka menemukan bahwa
Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital memiliki pengaruh
terhadap laba perusahaan. Hasil berbeda ditemukan oleh Sitompul (2018),
Khasanah (2017), Rahayu (2017), Dipta (2014), yang menemukan hasil
bahwa Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital tidak memiliki
pengaruh terhadap laba perusahaan.
Salah satu pengukuran pertumbuhan kinerja asuransi yang baik
adalah juga dapat dilihat dari efisiensinya.
12
Efisiensi suatu perusahaan berarti melakukan pemanfaatan terbaik dari
sumber daya yang tersedia. Perusahaan yang efisien menunjukkan kinerja
yang lebih baik dengan pemanfaatan input. Kinerja Keuangan merupakan
hal penting yang harus diketahui oleh setiap perusahaan untuk menunjang
tumbuh dan berkembangnya perusahaan. Kinerja Keuangan adalah
prestasi atau keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba yang
diperoleh. Kinerja Keuangan merupakan prestasi keuangan yang dicapai
oleh perusahaan dalam periode tertentu.
Penelitian mengenai hubungan Tingkat Efisiensi dengan kinerja
keuangan diantaranya dilakukan Mazwini (2018), Nurfareza (2018),
Setyati (2017), Diah (2017), Benarda (2016), mereka menemukan bahwa
Tingkat Efisiensi memiliki pengaruh terhadap laba perusahaan. Hasil
berbeda ditemukan oleh Hasibuan (2017), Fitriyani (2017), yang
menemukan hasil bahwa Tingkat Efisiensi tidak memiliki pengaruh
terhadap laba perusahaan.
Untuk mengetahui Kinerja Keuangan suatu perusahaan dapat
dilihat dari laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan tersebut.
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan memang
memberikan informasi posisi dan kondisi keuangan perusahaan akan
tetapi laporan tersebut perlu dianalisa lebih lanjut dengan alat analisa
keuangan yang ada untuk mendapatkan informasi yang lebih berguna dan
lebih spesifik dalam menjelaskan posisi dan kondisi keuangan
perusahaan. Adapun alat analisis yang sering digunakan untuk mengukur
Kinerja Keuangan adalah analisis rasio.
13
Rasio merupakan teknik analisa laporan keuangan yang sering digunakan.
Rasio merupakan alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar dan
menggambarkan gejala-gejala yang tampak pada suatu laporan keuangan
(Kasmir, 2014). Dalam peneilitian ini penulis hanya mengambil tiga rasio
yaitu Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas.
Dalam penelitian ini, selain dianggap sebagai salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan, tingkat pertumbuhan premi
neto, pertumbuhan aset dan harga saham juga diprediksi mampu menjadi
pengaruh antara Pertumbuhan Premi, Hasil Investasi, Leverage, Claim
Loss Ratio, Risk Based Capital, Tingkat Efisiensi terhadap kinerja
keuangan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan
penelitian pada perusahaan asuransi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI).
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan
perusahaan yang terdapat di website resmi perusahaan asuransi syariah
yang dijadikan sampel pada penelitian kali ini, sehingga penulis tertarik
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan
Premi, Hasil Investasi, Risiko Likuiditas (Leverage dan Claim Loss
Ratio), Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital, Tingkat
Efisiensi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah
di Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan, sebagai pertimbangan untuk meningkatkan laba bersih dengan
melihat dan menilai seberapa banyak pendapatan premi, hasil investasi,
14
leverage, biaya klaim, rbc, dan efisiensi dapat mempengaruhi peningkatan
kinerja keuangan setiap tahunnya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Premi asuransi jiwa per kuartal I 2017 tercatat sebanyak Rp 35,18 triliun
naik dari periode sama tahun lalu, Rp 27,46 triliun. Bisnis asuransi jiwa
masih menunjukan tren positif di awal tahun 2017 ini. Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) mencatat hingga kuartal I, premi yang dikantongi pelaku
usaha mengalami pertumbuhan setinggi 28,11% dibandingkan periode
yang sama tahun lalu atau year on year. Hingga bulan Maret kemarin,
pendapatan premi bruto yang didapat industri asuransi jiwa di dalam
negeri menyentuh angka Rp 35,18 triliun. Premi bersih yang dikantongi
perusahaan asuransi jiwa tercatat mengalami kenaikan setinggi 27,6%
dibanding periode yang sama di tahun kemarin.
2. Pertumbuhan ekonomi turut mempengaruhi daya beli masyarakat dan
penurunan kinerja hasil investasi asuransi jiwa disebabkan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang bergejolak tahun ini sehingga berimbas
pada hasil investasi. Berdasarkan data yang dirilis OJK tentang Statistik
IKNB Syariah per Agustus 2017, total investasi industri asuransi syariah
tercatat mencapai Rp33,029 triliun atau tumbuh 16,6% bila dibandingkan
dengan total investasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada
Agustus 2016, total investasi yang tercatat senilai Rp28,325 triliun.
15
Realisasi hasil investasi per Agustus 2017 menurun menjadi
Rp3,05 triliun dari sebelumnya Rp3,068 triliun pada Agustus 2016.
Penempatan investasi asuransi syariah didominasi oleh investasi di pasar
modal mencapai Rp23,767 triliun atau 71,95% dari total investasi.
Penempatan di pasar modal terdiri dari saham syariah sebesar 41,59% dari
total investasi, sukuk pemerintah 14,38%, reksa dana syariah 10,43%, dan
sukuk korporasi sebesar 5,56%.
3. Pertumbuhan klaim yang lebih rendah ketimbang premi ini, disebut
Direktur Eksekutif AAUI Dody AS Dalimunthe, menyebabkan rasio
klaim dari lini bisnis tersebut praktis mengalami penurunan. Di kuartal I
2017, loss ratio dari lini bisnis asuransi kendaraan masih berada di angka
48,1%. Sementara pada periode yang sama di tahun ini, rasio klaim
tersebut berhasil di tekan ke angka 41% saja. Penurunan ini sejalan
dengan seleksi risiko yang terus ditingkatkan untuk menekan beban.
4. Otoritas Jasa Keuangan menyatakan aturan baru mengenai penghitungan
tingkat solvabilitas perusahaan asuransi syariah akan dikebut untuk
diterbitkan pada akhir tahun ini. Muchlasin enggan merinci dampak dari
perubahan penghitungan tingkat solvabilitas atau risk based capital (RBC)
perusahaan asuransi syariah tersebut pada saat ini. Selama ini, Peraturan
Menteri Keuangan No.10/2011 menetapkan tingkat solvabilitas dana
tabarru (premi syariah) perusahaan asuransi syariah minimal 30% dari
dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang
kemungkinan timbul akibat deviasi dalam pengelolaan kekayaan atau
kewajiban.
16
Dalam Draft Rancangan Peraturan OJK (RPOJK) tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Syariah, cara
penghitungan tingkat solvabilitas asuransi syariah diubah. Sebelumnya,
penghitungan mengacu pada dana yang diperlukan untuk mengantisipasi
risiko namun nantinya mengacu dari Dana Tabarru Minimum Berbasis
Risiko (DTMBR) dan Modal Minimum Berbasis Risiko (MMBR).
Perubahan cara penghitungan tersebut membuat persentase RBC minimal
30% saat ini akan naik menjadi 120%.
5. Secara umum setiap perusahaan pasti bertujuan untuk memaksimalkan
laba dan meminimalisasi biaya, ini berarti tingkat efisiensi dalam
perusahaan menjadi faktor penting dalam menjalankan aktivitas
perusahaan. Fakta yang terjadi pada asuransi syariah di Indonesia saat ini
yang memiliki perlambatan pertumbuhan terutama dari segi premi
brutonya. Selain itu, tingkat pertumbuhan premi bruto perusahaan
asuransi syariah masih berada dibawah asuransi konvensional pada tahun
2013. Hal ini dapat dimungkinkan karena belum optimalnya efisiensi
pengelolaan dana tabarru asuransi syariah di Indonesia. Jadi dengan
adanya fakta atas kondisi perusahaan asuransi syariah Indonesia
menunjukkan bahwa fakta sama dengan teori. Yaitu jika tingkat efisiensi
perusahaan masih rendah maka pertumbuhannya akan lambat serta
kemampuan bersaingnya juga akan rendah.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan
mendalam maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat
perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya
17
berkaitan dengan “Pengaruh Pertumbuhan Premi, Hasil Investasi, Leverage,
Claim Loss Ratio, Tingkat Kesehatan dengan metode Risk Based Capital, dan
Tingkat Efisiensi terhadap Kinerja Keuangan (Return On Asset) Perusahaan
Asuransi Syariah Periode 2013-2017”. Adapun objek penelitian yaitu
Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia berjumlah 34 (tiga puluh empat)
Perusahaan Asuransi Syariah yang sesuai dengan klasifikasi kebutuhan
penelitian. Klasifikasi tersebut adalah Perusahaan Asuransi Syariah yang
menerbitkan laporan keuangan tahunan dalam periode 2013 – 2017.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Pengaruh Pendapatan Premi terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2013 -2017
2. Bagaimana Pengaruh Hasil Investasi terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2013 -2017
3. Bagaimana Pengaruh Leverage terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2013 -2017
4. Bagaimana Pengaruh Claim Loss Ratio terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2013 -2017
5. Bagaiamana Tingkat Kesehatan (Solvabilitas) dengan Nilai Risk Based
Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah di
Indonesia tahun 2013 -2017
18
6. Bagaiamana Tingkat efisiensi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2013 -2017
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:
a. Untuk Mengetahui Pengaruh Pertumbuhan Premi terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2013 -2017
b. Untuk Mengetahui Pengaruh Hasil Investasi terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2013 -2017
c. Untuk Mengetahui Pengaruh Leverage terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2013 -2017
d. Untuk Mengetahui Pengaruh Claim Loss Ratio terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia tahun 2013 -2017
e. Untuk Mengetahui Pengaruh Tingkat Kesehatan (Solvabilitas) dengan
Nilai Risk Based Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi
Syariah di Indonesia tahun 2013 -2017
f. Untuk Mengetahui Pengaruh Tingkat efisiensi dengan pendekatan
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia
tahun 2013 -2017
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Penulis berharap Skripsi ini dapat dapat memberikan manfaat serta
masukan yang berguna dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Dan
sebagai input tambahan bagi perusahaan dalam menilai kondisi
19
keuangan serta sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang
menjadi objek penelitian untuk dapat menentukan kebijakan yang
diambil perusahaan dimasa yang akan datang.
b. Bagi Penulis
Selain sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi. Skripsi ini juga dapat menjadi pengalaman yang sangat
berharga bagi penulis untuk menambah pengalaman pengaplikasiaan
ilmu manajemen keuangan, serta analisa laporan keuangan yang
selama ini dipelajari oleh penulis. Dapat menerapkan ilmu dan teori
yang di dapat selama studi di perguruan tinggi dengan praktek dan
aplikasi yang nyata. Dan untuk menambah wawasan mengenai
analisis rasio laporan keuangan, risiko likuiditas dan pengukuran
tingkat kesehatan dan tingkat efisiensi sebagai alat bantu manajemen
dalam menilai kinerja keuangan perusahaan.
c. Bagi Universitas
Tugas akhir ini diharapkan menjadi tambahan pustaka bagi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan menjadi
pedoman lebih lanjut bagi mahasiswa yang kelak berminat dengan
pembahasan dalam Tugas Akhir ini atau hasil penelitian dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta menjadi referensi atau
bahan masukan dalam penelitian serupa pada penelitian yang akan
datang.
20
d. Bagi Praktisi atau Operasional
1) Manfaat bagi otoritas perasuransian (Pemerintah, Otoritas Jasa
Keuangan) sangat menaruh perhatian terhadap terpeliharanya
suatu sistem asuransi yang sehat, kuat dan efisien dalam rangka
membangun ekonomi dan kemakmuran masyarakat.
2) Manfaat bagi perusahaan atau industri asuransi syariah, hasil
penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi manajemen
asuransi syariah dalam rangka meningkatkan kinerja asuransi yang
dipinpin, mengambil langkah-langkah strategis dan mengeluarkan
kebijakan perusahaan.
3) Manfaat bagi masyarakat dalam hal ini nasabah, penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat pengguna
jasa terhadap tingkat efisiensi lembaga asuransi dan dapat
dimanfaatkan sebagai acuan pemilihan penempatan dana. Dengan
demikian, mereka dapat memilih asuransi yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan transaksinya serta berkinerja baik.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Lembaga Keuangan Syariah
Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) lembaga keuangan
syariah adalah lembaga yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan
mendapat izin operasional sebagai lembaga keuangan syariah. Ada unsur
legalitas operasi sebagai lembaga keuangan diatur oleh berbagai institusi
yang memiliki kewenangan mengeluarkan izin operasi. Beberapa intitusi
tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Bank Indonesia sebagai intitusi yang berwenang mengatur dan
mengawasi bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat.
b. Departemen Keuangan sebagai intitusi yang berwenang
mengatur dan mengawasi asuransi dan pasar modal.
c. Kantor Menteri Koperasi sebagai istitusi yang berwenang
mengatur dan mengawasi koperasi.
Lembaga Keuangan Syariah adalah lembaga keuangan yang
menjalankan kegiatannya dengan berlandaskan prinsip syariah Islam.
Lembaga Keuangan Syariah terdiri dari Lembaga Keuangan Bank dan
Lembaga Keuangan non Bank (Asuransi, Pegadaian, Reksa Dana, Pasar
Modal, BPRS, dan BMT). Lembaga Keuangan Syariah sendiri memiliki 2
jenis sifat yang berbeda antara lain lembaga keuangan syariah bank dan
lembaga keuangan bukan bank (Salman dan Farid, 2016).
22
Sumber pendanaan lembaga ini berasal dari bank atau pemodal
lainnya. Lembaga ini bergerak dalam sektor riil karena dalam penyaluran
yang dilakukan dalam bentuk barang dan tidak diperkenankan
menyalurkan dana (tunai) secara langsung kepada masyarakat. Contoh
lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga pembiayan (leasing, anjak
piutang, costumer financing), perasuransian, modal ventura, dana pensiun,
pegadaian, dan penjaminan (Anshori, 2007).
a. Lembaga Pembiayaan
1) Leasing - Ijarah
Bank konvensional tidak diperkenankan untuk
melaksanakan kegiatan usaha penyewaan barang (leasing) karena
transaksi leasing bukan merupakan transaksi bidang keuangan,
namun berupa penyediaan barang untuk tujuan beli sewa. Namun,
bank syariah dapat menyewakan barang dengan menggunakan
akad ijarah. Terdapat perbedaan yang mendasar antara leasing
dengan ijarah. Pada leasing, pihak penyewa (lessee) diharuskan
untuk melakukan pemeliharaan dan mencatat penyusutan atas
asset. Sebaliknya dalam ijarah, pihak yang melakukan
pemeliharaan dan pencatatan penyusutan atas asset ijarah adalah
pihak lessor selaku pemilik asset tersebut (Anshori, 2007).
b. Anjak Piutang – Hiwalah
Bank konvensional tidak diperkenankan juga melakukan transaksi
anjak piutang karena transaksi tersebut merupakan kegiatan usaha dari
perusahaan anjak piutang, Namun, bank syariah diperkenankan
23
melakukan transaksi ini dengan menggunakan akad hiwalah. Dalam
perusahaan anjak piutang menggunakan sistem diskonto, sedangkan
dalam bank syariah tidak diperkenankan menggunakan sistem diskonto
dikarenakan dasar dari akad ini bersifat tolong-menolong (Anshori, 2007).
c. Costumer Financing – Murabahah
Dalam pembiayaan konsumen, konsumen setelah menerima
barang melakukan pembayaran secara tunai maupun cicilan. Contoh dari
lembaga pembiayaan konsumen adalah Adira, FIF, Bussan, AutoFinance,
dan Colombia. Bank konvensional tidak diperkenankan menjalankan
transaksi ini karena bukan merupakan transaksi bidang keuangan. Namun
perbankan syariah diperkenankan menggunakan akad murabahah. Dalam
transaksi jual beli dengan menggunakan akad murabahah, nasabah
bertindak sebagai pembeli menerima barang, bukan menerima uang.
Adapun bank syariah selaku penjual diperkenankan melakukan negosiasi
laba dan harga jual barang (Anshori, 2007).
2. Asuransi Syariah
Asuransi menurut UU RI Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, yang dimaksud dengan asuransi yaitu antara dua belah pihak
atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri dengan pihak
tertanggung. Dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian
kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tak pasti
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
24
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Adapun pengertian asuransi
menurut fatwa DSN-MUI adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong
diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset
dan/atau tabbaru’ memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad yang sesuai dengan Syariah.
a. Tujuan Berdirinya Lembaga Keuangan Syariah
1) Mengembangkan lembaga keuangan syariah (bank dan non bank
syariah) yang sehat berdasarkan efisiensi dan keadilan, serta mampu
meningkatkan partisipasi masyarakat banyak sehingga menggalakkan
usaha-usaha ekonomi rakyat, antara lain memperluas jaringan lembaga
keuangan syariah ke daerah-daerah terpencil.
2) Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat bangsa
Indonesia, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial ekonomi.
Dengan demikian akan melestarikan pembangunan nasional yang antara
lain melalui: meningkatkan kualitas dan kuantitas usaha, meningkatkan
kesempatan kerja.
3) Meningkatkan partisipasi masyarakat banyak dalam proses
pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi keuangan yang selama ini
diketahui masih banyak masyarakat yang enggan berhubungan dengan
bank ataupun lembaga atau keuangan lainnya, karena menganggap bahwa
bunga adalah riba.
4) Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara atau
ekonomi, berperilaku bisnis dan meningkatkan kualitas hidup mereka
(Anshori, 2013).
25
3. Pengertian Asuransi Syariah
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) No. 21 Tahun 2001. Asuransi Syariah adalah
usaha saling tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan)
yang sesuai dengan Syariah. Dari definisi diatas tampak bahwa asuransi
syariah bersifat saling melindungi dan tolong-menolong yang disebut
ta’awun. Yaitu, prinsip hidup saling melindungi dan saling menolong atas
dasar ukhuwah islamiah antara sesama anggota peserta asuransi syariah
dalam menghadapi malapetaka (risiko).
4. Landasan Hukum Asuransi Islam
Peraturan yang secara tegas menjelaskan tentang Asuransi Islam,
yaitu pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No.
Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian, dan Pembatasan Investasi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah.
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi Islam masih menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh
Dewan Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yaitu fatwa DSN-
MUI No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah.
5. Falsafah Dasar Asuransi Islam
Konsep asuransi Islam berasaskan konsep takaful yang merupakan
perpaduan rasa tanggung jawab dan persaudaraan antara peserta. Kata
26
takaful berasal dari bahasa Arab yang berakar dari kata kafala-yakful.
Ilmu tashrif atau sharaf memasukkan kata takaful kedalam kelompok
bina muta’di, yaitu tafaa’aala yang artinya saling menanggung atau
saling menjamin. Untuk itu harus ada suatu persetujuan dari para peserta
takaful untuk memberikan sumbangan keuangan sebagai derma (tabarru)
karena Allah semata dengan niat membantu sesama peserta yang tertimpa
musibah, seperti: kematian, bencana, dan sebagainya. Adapun prinsip-
prinsip asuransi Islam adalah sebagai berikut:
a. Saling Bertanggung Jawab
Hal ini sesuai dengan tuntunan Hadist-hadist yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, sebagai berikut. Hadist
Nabi Muhammad SAW:
1) “Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang-orang
yang beriman antara satu dengan yang lainnya seperti satu tubuh,
apabila salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota
tubuh lainnya ikut merasakannya”. (diriwayatkan oleh al-Bukhari
dan Muslim)
b. Saling Bekerja Sama untuk Bantu Membantu
Hal ini sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT dalam
Al- Qur’an dan shadits Rasulullah SAW, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dan Abu Daud, sebagai
berikut:
1) Al-Qur’an surat al- Maidah (5): 2
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
27
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran”.
c. Saling Melindungi dari Segala Kesusahan
Hal ini sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT dalam
al- Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ahmad, dan Al-Bazzar, sebagai
berikut: Al-Qur’an
1) Hadits Nabi Muhammad SAW
“Sesungguhnya seseorang yang beriman itu ialah barang
siapa yang memberi keselamatan dan perlindungan
terhadap harta dan jiwa raga manusia” (diriwayatkan oleh
Ibnu Majah).
“Tidaklah beriman seseorang itu selama ia dapat tidur
nyenyak dengan perut kenyang sedangkan tetangganya
meratap karena kelaparan” (diriwayatkan oleh Al-Bazaar).
6. Prinsip Asuransi Syariah
Melalui asuransi berbasis syariah, masyarakat yang beragama Islam
dapat menikmati layanan asuransi tanpa meninggalan prinsip keagamaan
dalam urusan finansial. Asuransi syariah mengimplementasikan nilai-nilai
tertentu yang membedakannya dari asuransi konvensional. Berikut ini
prinsip dasar yang digunakan dalam asuransi syariah:
a. Prinsip Tauhid
Prinsip tauhid dapat dikatakan sebagai prinsip dasar yang
digunakan dalam asuransi syariah. Prinsip ini menjadi salah satu
28
poin penting sekaligus poin utama yang harus anda dipahami
dengan baik selama mempelajari prinsip dasar asuransi syariah.
Dalam prinsip tauhid, niat dasar untuk memiliki asuransi bukanlah
hanya untuk mendapatkan keuntungan. Asuransi syariah harus
diniatkan untuk turut serta dalam menerapkan prinsip syariah di
dalam layanan asuransi. Anda sangat perlu memahami prinsip
tauhid jika ingin memiliki asuransi Syariah (Abdullah, 2006).
Pada dasarnya, asuransi syariah bertujuan untuk saling
tolong-menolong sesama manusia. Asuransi syariah tidak hanya
sebagai sarana perlindungan atau sebagai antisipasi ketika
mengalami musibah di kemudian hari sehingga anda bisa
mengatasi resiko musibah tersebut dengan lebih mudah. Asuransi
syariah bukan hanya mengenai anda, namun juga untuk banyak
orang yang menjadi nasabah atau pengguna asuransi.
b. Prinsip Keadilan
Asuransi syariah juga menerapkan prinsip keadilan. Prinsip
keadilan mengacu bahwa baik nasabah maupun perusahaan
asuransi harus bersikap adil satu sama lain. Pelaku dalam asuransi
syariah harus memenuhi nilai-nilai keadilan, dimana nilai keadilan
tersebut dibuat dalam suatu perjanjian dan antara pihak-pihak
yang terlibat terikat dengan akad asuransi. Kedua belah pihak
dalam asuransi syariah harus adil terkait dengan kewajiban serta
memahami hak masing-masing. Anda bisa memahami bahwa
antara kedua pihak harus saling sepakat. Hal ini dilakukan agar
29
tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penggunaan produk
asuransi syariah tersebut (Abdullah, 2006).
c. Prinsip Tolong Menolong
Salah satu poin penting dalam asuransi syariah adalah
prinsip tolong-menolong. Sebagai sesama nasabah, anda memiliki
kewajiban untuk saling menolong serta saling membantu. Prinsip
tolong menolong disebut juga sebagai ta’awun. Ketika seseorang
memutuskan untuk bergabung dalam asuransi syariah maka ia
wajib memiliki motivasi serta niat untuk membantu anggota lain,
terutama jika anggota terkena musibah. Ketika salah satu nasabah
mengalami musibah, maka perusahaan asuransi hanya akan
bertindak sebagai pengelola dana dengan berdasar pada konsep
asuransi syariah (Ali, 2008). Sebagaimana ditulis dalam firman
Allah QS Al – Maidah (5:2):
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan
bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-
ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari
kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorongmu
berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu
30
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.
d. Prinsip Kerja Sama
Asuransi syariah juga mengenal adanya cooperation atau
prinsip kerja sama. Prinsip kerjasama tersebut berlaku antara
nasabah dan perusahaan asuransi, dimana perusahaan asuransi
bertugas sebagai pengelola dana dari nasabah. Dalam literatur
ekonomi Islam selalu ada prinsip kerja sama. Kerja sama antara
nasabah dan perusahaan asuransi dilaksanakan sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati sejak awal dari kedua belah pihak.
Perjanjian tersebut memungkinkan baik nasabah maupun
perusahaan asuransi untuk menjalankan hak dan kewajiban
masing-masing secara seimbang (Ali, 2008).
e. Prinsip Amanah
Jika dalam asuransi konvensional dikenal istilah itikad baik,
dalam asuransi syariah, anda akan mengenal prinsip amanah.
Perusahaan asuransi yang menggunakan berbasis syariah juga
dilandasi oleh prinsip amanah. Prinsip ini diterapkan dalam
mengelola dana milik nasabah. Prinsip amanah juga berlaku bagi
seluruh nasabah asuransi Syariah. Prinsip ini digunakan untuk
mewujudkan ras saling percaya, sehingga perusahaan asuransi
dapat memberikan laporan keuangan secara transparan kepada para
nasabahnya.
31
Nasabah juga perlu jujur dalam mengajukan klaim. Pihak
asuransi pun dilarang mencari keuntungan yang berlebihan apalagi
pengambilan keputusan yang tidak adil. Perusahaan asuransi juga
harus memberikan laporan keuangan yang mencerminkan nilai
keadilan serta kebenaran dalam muamalah (Ali, 2008).
f. Prinsip saling rida
Prinsip selanjutnya yang harus diikuti dalam asuransi syariah
adalah prinsip saling rida. Melalui prinsip rida ini diharapkan
segala transaksi akan berjalan lancar dan sesuai ketentuan sesuai
hukum Syariah. Nasabah harus rida dengan dana miliknya untuk
dikelola perusahaan asuransi. Setiap nasabah harus memiliki
kerelaan untuk menyerahkan sejumlah dana sebagai premi, dimana
premi menjadi kewajiban untuk diberikan pada perusahaan
asuransi. Perusahaan asuransi pun juga harus rida menerima
amanah dari para nasabah (Ali, 2008).
g. Prinsip menghindari riba
Syariah tidak mengijinkan adanya riba, hal ini juga berlaku
dalam ranah asuransi Syariah. Ekonomi syariah atau ekonomi Islam
membolehkan perniagaan atau perdagangan namun melarang
adanya riba. Seluruh premi dari nasabah wajib diinvestasikan untuk
berbagai bisnis sesuai dengan ketentuan syariah. Prinsip
Menghindari bertaruh dalam asuransi konvensional, gambling atau
maisir menjadi hal yang wajar, namun dalam asuransi syariah hal
tersebut tidak berlaku. Asuransi syariah menghindari konsep
32
tersebut sebagai gantinya asuransi syariah menggunakan sistem
saling menanggung resiko (Ali, 2008).
h. Prinsip Menghindari ketidakjelasan
Ketidakjelasan dalam asuransi syariah dilarang, perusahaan
asuransi berbasis syariah menggunakan prinsip menghindari
ketidakjelasan dalam semua transaksi yang dilakukan. Ghahar atau
ketidakjelasan juga memiliki untur penipuan, dimana adanya suatu
tindakan yang dimana dalam tindakan tersebut diperkirakan tidak
ada unsur kerelaan (Abdullah, 2011).
i. Prinsip menjauhi suap
Dalam asuransi syariah, nasabah dan perusahaan pengelola
harus menghindari praktik suap untuk segala transaksi. Praktik suap
hanya akan menguntungkan satu pihak sekaligus merugikan pihak
lainnya. Prinsip ini juga melarang adanya perjudian atau maisir.
Prinsip saling menanggung resiko berbeda dengan asuransi
konvensional yang menggunakan asas risk transfering, asuransi
syariah menggunakan asas risk sharing, dimana nasabah dan
perusahaan saling menanggung resiko. Seluruh nasabah bersama-
sama mengumpulkan dana secara sukarela. Dana tersebut
berbentuk premi yang diserahkan kepada perusahaan asuransi.
Dana tersebut dimasukkan dalam rekening tabarru’. Ketika suatu
hari salah satu nasabah mengalami musibah dan mendapatkan
resiko maka para peserta lah yang akan membayar klaim, dimana
dana klaim berasal dari tabarru’ (Abdullah, 2011:54).
33
7. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari
transaksi-transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam
beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok
besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan
langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban
dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja
dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Pengertian laporan
keuangan adalah struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja
keuangan dalah sebuah entitas. Tujuan umum dari laporan keuangan ini
untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisi
keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance),
dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat
keputusan ekonomis bagi para penggunanya (Hanafi dan Halim, 2009).
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil
usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan posisi keuangan.
Laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada
akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar
neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba
rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-
perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau
daftar laba yang ditahan (Harahap, 2013).
34
Sebagai ringkasan, neraca menggambarkan kondisi keuangan
perusahaan pada suatu waktu tertentu. Neraca memperlihatkan efek
kumulatif keputusan sebelumnya dan mencakup laba atau rugi periode
sebelumnya. Laporan Operasi membandingkan pendapatan dan beban
untuk suatu periode tertentu, termasuk penghapusan dan alokasi. Laporan
ini menyediakan lebih banyak rincian tentang elemen yang membentuk
laba dan rugi bersih setelah pajak dan akhirnya menentukan nilai ekuitas
pemilik neraca. Kebalikan dari kedua laporan sebelumnya, laporan arus
dana adalah tinjauan dinamis yang menekankan perubahan bersih pada
perkiraan aktiva, kewajiban, dan kepemilikan dalam periode tertentu.
Laporan ini memungkinkan analis untuk melihat pola penggunaan dan
sumber dana yang dihasilkan dari keputusan manajemen mengenai
investasi, operasi dan pembelanjaan.
Laporan ini mengakui dan mengoreksi bahwa penghapusan dan
amortisasi aktiva yang diperoleh di masa lalu adalah catatan pembukuan
dan tidak mempengaruhi dana. Akhirnya laporan perubahan ekuitas
pemilik memberikan lebih banyak rincian mengenai perubahan perkiraan
kepemilikan seperti dicatat dalam neraca awal dan akhir. Pemakai laporan
keuangan adalah Investor, Karyawan, Pemberi Pinjaman, Pemasok dan
Kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat.
8. Unsur Laporan Keuangan Asuransi Syariah
Menurut PSAK No.1 Revisi 2009 Laporan keuangan yang lengkap
terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
a. Neraca
35
b. Laporan Laba-Rugi
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Laporan Arus Kas
Secara lengkap ada lima yang termasuk ke dalam unsur atau
komponen laporan keuangan yakni:
a. Neraca
b. Laporan Laba Rugi
c. Laporan Perubahan Modal
d. Laporan Arus Kas
e. Catatan Atas Laporan Keuangan (Kasmir, 2014:28)
9. Kinerja Keuangan
Memutuskan suatu badan usaha atau perusahaan memiliki kualitas
yang baik maka ada dua penilaian yang paling dominan yang dapat
dijadikan acuan untuk melihat badan usaha atau perusahaan tersebut telah
menjalankan suatu kaidah manajemen yang baik. Penilaian yang paling
dominan dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan (financial
performance) dan kinerja non keuangan (non financial performance).
Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki
perusahaan atau badan usaha yang bersangkutan dan itu tercemin dari
informasi yang diperoleh pada balancesheet (neraca), income statement
(laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal
yang turut mendukung sebagai penilaian financial performance (Fahmi,
2012).
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan- aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
36
Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi
standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau
GAAP (General Acepted Accounting Principle) (Fahmi, 2012). Telah
dijelaskan dalam firman Allah SWT, terkait dengan kegiatan kinerja pada
keadaan makluk dan pada dasarnya sebuah perusahaan itu dikerjakan oleh
manusia yang memiliki sikap kerja keras agar menjadikan keadaan apa
yang dikerjakan menjadi lebih baik.
10. Pengertian Kinerja dan Penilaian Kinerja Keuangan
Kinerja Perusahaan umumnya diukur berdasarkan penghasilan
bersih (laba) atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan
investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per
share). Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran penghasilan
bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran
penghasilan dan beban, dan karenanya juga penghasilan bersih (laba),
tergantung sebagian pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang
digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan. Unsur
Penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut:
a. Penghasilan (Income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal. Macam-macam penghasilan adalah
penghasilan dari pekerjaan, penghasilan dari modal, dan
penghasilan dari usaha dan kegiatan lainnya.
37
b. Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar dan
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal. Beban itu sendiri terjadi
karena dua sebab, yang pertama berasal dari cost yang sudah
expired (melampaui masanya) dan yang kedua karena penggunaan
maksudnya beban itu hadir kalau kita sudah melakukan pemakaian
tertentu atau utilitas. Misalnya penggunaan air (PDAM), Listrik,
telepon dan sebagainya (Harahap, 2013).
Perencanaan kinerja dimulai dengan melakukan perumusan dan
mengklarifikasi tujuan yang hendak dicapai organisasi terlebih dahulu.
Sesuai dengan jenjang organisasi yang dimiliki, selanjutnya tujuan yang
sudah dirumuskan tersebut dirinci lebih lanjut menjadi tujuan di tingkat
yang lebih rendah. Sementara itu, pengertian performance sering diartikan
sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna
lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga
bagaimana proses kerja berlangsung. Faktor yang mendorong kinerja
adalah perilaku. Perilaku adalah tentang bagaimana anda bertindak, dan
bukan tentang apa atau siapa anda. Perilaku adalah suatu cara dimana
seseorang bertindak atau melakukan. Efektifitas setiap tindakan
tergantung pada situasi. Kinerja yang efektif dalam pekerjaan adalah hasil
dari melakukan sesuatu hal yang benar pada waktu yang tepat, atau hal
yang benar untuk pekerjaan spesifik pada waktu yang spesifik (Harahap,
2013).
38
Gambar 2.2
Bagan Konsep Analisis Kinerja Keuangan
Sesuai gambar 2.2 analisis kinerja keuangan yang dilakukan pada
dasarnya ialah untuk mengevaluasi kinerja di masa lalu, dengan
melakukan berbagai analisis. Sehingga diperoleh posisi keuangan
perusahaan yang mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi kinerja
yang akan berlanjut dan berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap
kinerja dimasa-masa yang lalu, dapat dilakukan prediksi terhadap kinerja
perusahaan di masa mendatang, sehingga evaluasi untuk nilai perusahaan
dapat dilakukan untuk mengambil berbagai keputusan-keputusan investasi
(termasuk kredit) yang harus dilakukan pada saat ini.
c. Return on Assets (ROA)
1) Pengertian Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio
profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini
paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan
keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA
mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan
keuntungan pada masa lampau untuk kemudian
Evaluasi Kinerja masa lalu
Prediksi
Evaluasi
Prospek masa
depan
Nilai saat ini
39
diproyeksikan di masa yang akan datang. Asset atau aktiva
yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang
diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing
yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva
perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup
perusahaan. Rasio laba bersih terhadap total aktiva
mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah
bunga dan pajak (Brigham dan Houston, 2001).
Menurut (Horne dan Wachowicz, 2012) ROA
mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan
laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk
menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan. ROA
diperhitungkan dengan menggunakan rumus laba bersih
setelah pajak dibagi dengan total aktiva.
Sedangkan istilah ROA dengan Net Earning Power
Ratio (Rate of Return on Investment / ROI) yaitu
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.
Keuntungan neto yang beliau maksud adalah keuntungan
neto sesudah pajak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ROA
atau ROI dalam penelitian ini adalah mengukur
perbandingan antara laba bersih setelah dikurangi beban
bunga dan pajak (Earning After Taxes/ EAT) yang
40
dihasilkan dari kegiatan pokok perusahaan dengan total
aktiva (assets) yang dimiliki perusahaan untuk melakukan
aktivitas perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan
dalam persentase.
2) Perhitungan Return on Assets
Pengembalian atas total aktiva (ROA) dihitung
dengan cara membandingkan laba bersih yang tersedia
untuk pemegang saham biasa dengan total aktiva (Brigham
dan Houston, 2001).
ROA = Laba bersih
Total aktiva
Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja
perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat
pengembalian investasi semakin besar. Nilai ini
mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh
aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada perusahaan
(Wild dan Halsey, 2005).
3) Kelebihan dan Kelemahan Return on Assets
Kelebihan ROA diantaranya sebagai berikut:
(a) ROA mudah dihitung dan dipahami.
(b) Merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang
sensitive terhadap setiap pengaruh keadaan keuangan
perusahaan.
(c) Manajemen menitikberatkan perhatiannya pada
perolehan laba yang maksimal.
41
(d) Sebagai tolok ukur prestasi manajemen dalam
memanfaatkan assets yang dimiliki perusahaan untuk
memperoleh laba.
(e) Mendorong tercapainya tujuan perusahaan.
(f) Sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-
kebijakan manajemen.
Di samping beberapa kelebihan ROA di atas, ROA juga
mempunyai kelemahan di antaranya:
(a) Kurang mendorong manajemen untuk menambah
assets apabila nilai ROA yang diharapkan ternyata
terlalu tinggi.
(b) Manajemen cenderung fokus pada tujuan jangka
pendek bukan pada tujuan jangka panjang, sehingga
cenderung mengambil keputusan jangka pendek yang
lebih menguntungkan tetapi berakibat negatifdalam
jangka panjangnya (Wild dan Halsey, 2005).
11. Tingkat Efisiensi
a. Pengertian Efisiensi dan Konsep Efisiensi
Efisiensi yaitu tepat atau sesuai untuk mengerjakan
(menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya)
mampu menjalankan tugas dengan tepat, dan cermat, berdaya guna,
bertepat guna. Konsep efisiensi berasal dari konsep mikroekonomi, yaitu
teori konsumen dan teori produsen. Sudut pandang teori konsumen
42
mencoba untuk memaksimalkan kegunaan atau kepuasan individu,
sedangkan sudut pandang teori produsen mencoba untuk memaksimalkan
profit atau meminimalkan biaya. Dalam ilmu ekonomi, efisiensi berarti
efisiensi alokatif. Suatu perekonomian yang efisien adalah perekonomian
yang memproduksi apa yang diinginkan oleh masyarakat dengan biaya
yang sekecil mungkin. Jika sistem mengalokasikan sumber daya untuk
memproduksi hal-hal yang tidak diinginkan oleh siapapun, maka sistem
itu tidak efisien (Ascarya dan Yumanita, 2008).
Efisiensi juga dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara
keluaran (output) dan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari
satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi
apabila mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan
lain untuk menghasilkan jumlah output yang lebih besar (Suseno, 2008).
Efisiensi juga bisa diartikan sebagai rasio antara input dan output. Ada
tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu apabila dengan input yang
sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, input yang lebih kecil
dapat menghaslkan output yang lebih besar, dengan input yang lebih besar
dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi (Atmawardhana, 2006).
Efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu:
technical efficiency dan allocative efficiency. Technical efficiency
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mencapai tingkat output
yang maksimum dengan menggunakan tingkat input tertentu. Technical
efficiency ini mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah
43
output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin. Dengan
kata lain, technical efficiency mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan output yang maksimal dengan menggunakan
sejumlah input yang tersedia. Sedangkan allocative efficiency
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan
penggunaan inputnya dengan struktur harga dan teknologi tertentu.
Kombinasi antara technical efficiency dan allocative efficiency akan
menjadi economic efficiency (Suseno, 2008).
Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara ekonomi jika
dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output tertentu
dengan tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar
yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi dapat
dikatakan efisien, jika output yang dihasilkan dapat ditingkatkan tanpa
meningkatkan input dan menurunkan output tertentu lainnya. Demikian
pula suatu organisasi dapat dikatakan efisien, jika input dapat diturunkan
tanpa menurunkan output yang dihasilkan maupun tanpa meningkatkan
input tertentu lainnya (Farrel, 1957).
Agama Islam telah memerintahkan pada umat manusia untuk
berlaku efisien dalam memanfaatkan sumberdaya dan harta bendanya, hal
ini telah dijelaskan dalam Al Qur’an: “Dan berikanlah kepada keluarga-
keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang
dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros, Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
44
Tuhannya” (QS Al Isra 26-27). Berdasarkan ayat di atas telah dijelaskan
bahwasannya perilaku boros itu tidak dianjurkan dalam Islam, Jika
kandungan ayat tersebut diimplementasikan pada sebuah perusahaan
maka dapat dilihat dari kinerja efisiensi perusahaan tersebut untuk melihat
apakah sumber daya (input) dalam perusahaan itu sudah termanfaatkan
dengan optimal.
b. Pengukuran Efisiensi
Menurut (Farrel, 1957) Pengukuran efisiensi bisa dilakukan dengan tiga
pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan Rasio
Pendekatan rasio mengukur efisiensi dengan cara menghitung
perbandingan output dengan input yang digunakan. Pendekatan rasio
akan dinilai efisien yang tinggi jika memproduksi output yang
maksimal dengan input yang minimal.
Efficiency = Ouput / Input
Melihat pendekatan rasio sebagai “the most critical limitation of
the financial ratio is that they fail to consider the multiple input-
output”. Pendekatan rasio ini mempunyai kelemahan apabila terdapat
banyak input dan output yang dihitung, jika diperhitungkan serempak
maka akan menghasilkan banyak hasil perhitungan sehingga
menghasilkan asumsi yang tidak tegas (Muharam dan Purvitasari,
2007). Oleh karena itu pendekatan ini belum mampu menilai kinerja
lembaga keuangan secara menyeluruh.
45
2) Pendekatan Regresi
Dalam mengukur efisiensi pendekatan ini menggunakan sebuah
model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat
input tertentu. Pesamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f X, X, X, X,………….X n 1 2 3 4
Dimana:
Y = output
X = input
Pedekatan ini juga tidak dapat mengatasi kondisi banyak output.
Karena hanya satu indikator output yang dapat ditampung dalam
sebuah persamaan regresi (Farrel, 1957).
3) Pendekatan Frontier
Pendekatan frontier dalam mengukur efisiensi dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu pendekatan frontier non parametric dapat diukur
dengan tes non parametric yaitu dengan menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) dan pendekatan frontier parametric.
Dapat diukur dengan tes parametric yaitu Stochastic Frontier Analysis
(SFA) dan Distribution Free Analysis (DFA). Persamaan perhitungan
menggunakan metode non-paramaterik dan parametrik yaitu sama-
sama menggunakan input dan output sebagai variabel (Farrel, 1957).
4) Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi
Terdapat 3 pendekatan yang lazim digunakan baik dalam metode
parametrik yaitu Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan Distribution
Free Analysis (DFA) maupun non-parametrik Data Envelopment
46
Analysis (DEA) untuk mendefenisikan hubungan input dan output
dalam kegiatan finansial suatu lembaga keuangan. Pendekatan yang
digunakan dalam mendefinisikan hubugan input dan output.
(a) Pendekatan Produksi
Dalam pendekatan ini bank atau lembaga keuangan lain
sebagai produser dari rekening tabungan dan kredit pinjaman.
Dengan demikian, definisi output pada pendekatan ini adalah
penjumlahan dari rekening-rekening tersebut. Sedangkan
inputnya adalah jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada
aktiva tetap dan material lainnya. Pendekatan ini lebih cocok
untuk mengevaluasi kinerja efisiensi untuk suatu cabang pada
suatu bank atau lembaga keuangan (Akhtar, 2018).
(b) Pendekatan Intermediasi
Pendekatan ini mendefenisikan bank ataupun
lembaga keuangan seperti industri asuransi sebagai
perantara, yang mengubah dan mentransfer aset-aset
keuangan, dari unit-unit yang kelebihan dana ke unit-unit
yang kekurangan dana. Output dalam pendekatan ini
diukur melalui kredit pinjaman, pendapatan premi, dan
investasi keuangan. Sedangkan inputnya adalah biaya
tenaga kerja dan modal serta pembayaran bunga pada
deposit (beban komisi). Pendekatan ini lebih tepat untuk
mengevaluasi kinerja efisiensi bank atau lembaga
keuangan sebagai lembaga intemediasi atau DMU.
47
(c) Pendekatan Aset
Pendekatan ini merupakan pengembangan dari
pendekatan intermediasi, yaitu melihat fungsi primer
sebuah bank atau lembaga keuangan sebagai pencipta
kredit pinjaman. Sehingga output dari pendekatan ini
adalah kemampuan perbankan dalam menanamkan dana
dalam bentuk kredit, surat-surat berharga, dan alternatif
aset lainnya. Sedangkan inputnya adalah harga tenaga
kerja, harga dana, dan harga fisik modal.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pendekatan Intermediasi. Menurut Berger dan
Humphrey, menyatakan bahwa pendekatan intermediasi
merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk
mengevaluasi kinerja lembaga keuagan secara umum
karena karakteristik lembaga keuangan sebagai financial
intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit
dan menyalurkan kepada deficit unit (Akhtar, 2018).
12. Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi
a. Pengertian Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi harus memenuhi
ketentuan tingkat solvabilitas paling sedikit 100% (seratus persen), dan
jika belum memenuhi akan diberikan kesempatan melakukan penyesuaian
dalam jangka waktu tertentu untuk memenuhi ketentuan tingkat
solvabilitas. Keputusan Menteri Keuangan No. 504/KMK.06/2004
48
tentang Kesehatan Keuangan, bagi perusahaan asuransi yang berbentuk
Badan Hukum Bukan Perseroan Terbatas. Jadi, ditinjau dari segi hukum
Pemerintah telah memberikan payung hukum untuk melindungi
kepentingan nasabah perusahaan asuransi dengan menetapkan Risk Based
Capital.
Dengan demikian, diharapkan perusahaan asuransi memiliki
kekuatan modal yang cukup dan menghindarkan resiko merugikan
nasabahnya dalam hal terjadi masalah atau kerugian sebagai akibat dari
deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Ketentuan kesehatan
keuangan perusahaan asuransi tercantum di dalam UU No.2 tahun 2004
pada pasal 11 ayat 1 menyatakan bahwa, pembinaan dan pengawasan
terhadap usaha perasuransian juga meliputi kesehatan keuangan
perusahaan asuransi yang terdiri atas:
1) Batas Tingkat solvabilitas
2) Retensi Sendiri
3) Reasuransi
4) Investasi
5) Cadangan Teknis dan
6) Ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan kesehatan
keuangan. Pemerintah sudah menentukan salah satu tolok ukur
kesehatan asuransi (bukan satu-satunya) yaitu melalui mekanime
RBC (Risk Based Capital). Kalau angka RBC-nya besar, ini
berarti perusahaan tersebut dinilai dalam kondisi baik. Tetapi kita
tidak boleh terpaku semata-mata dengan angka RBC. Sebab, bisa
49
pula terjadi perusahaan besar yang sedang melakukan ekspansi
besar-besaran seperti membuka banyak kantor cabang, maka
angka RBC-nya pasti akan kecil. Sebaliknya, ada perusahaan
asuransi yang kecil tetapi tidak pernah melakukan ekspansi, maka
angka RBC-nya mungkin jauh lebih besar. Jadi, angka RBC tidak
bisa dijadikan sebagai satu-satunya ukuran, apakah perusahaan
asuransi itu sehat atau tidak.
b. Indikator Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi untuk melihat
kesehatan keuangan perusahaan asuransi indikator yang kita butuhkan
adalah:
1) Risk Based Capital (RBC)
Untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan
asuransi dapat dilihat dari Risk Based Capital Rasio (RBC), yang
merupakan rasio perbandingan antara jumlah asset perusahaan
dengan jumlah total klaim asuransi (prudentialinsurance.com).
Berikut ini pengertian Risk Based Capital Menurut Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 63 Tahun 2004 menyatakan bahwa
“Rasio kesehatan Risk Based Capital adalah suatu ukuran yang
menginformasikan tingkat keamanan financial atau kesehatan
suatu perusahaan asuransi yang harus dipenuhi oleh perusahaan
asuransi kerugian sebesar 120%. Semakin besar rasio kesehatan
Risk Based Capital sebuah perusahaan asuransi, semakin sehat
kondisi finansial perusahaan tersebut.
50
Pengertian Risk Based Capital menurut (Ludovicus, 2006)
menyatakan bahwa Departemen keuangan telah mengeluarkan
peraturan baru dalam menghitung tingkat solvabilitas perusahaan
asuransi berdasarkan metode Risk Based Capital. Risk based
capital adalah modal minimum yang harus disediakan oleh setiap
perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi untuk menutup
setiap kemungkinan kegagalan pengelolaan asset dan berbagai
resiko lainnya. Risk Based Capital adalah suatu ukuran yang
menginformasikan tingkat keamanan finansial atau kesehatan
suatu perusahaan asuransi.
Semakin besar rasio kesehatan Risk Based Capital sebuah
perusahaan asuransi, maka semakin sehat kondisi finansial
perusahaan tersebut. Risk Based Capital suatu perusahaan asuransi
juga modal yang harus dijaminkan oleh perusahaan asuransi
kepada pemerintah untuk menjamin ketersediaan dana untuk
pembayaran klaim asuransi, jumlah dana yang harus dijaminkan
ini menurut Departemen Keuangan. Minimal adalah 120%
persentase ini dihitung dari jumlah beban klaim terutama dalam
kejadian perusahaan bersangkutan bangkrut atau collapse
(Ludovicus, 2006).
Jika pada dunia perbankan dikenal ada istilah CAR
(Capital Adequacy Ratio), maka dalam dunia asuransi ada juga
istilah Solvency margin (Risk Based Capital atau Batas tingkat
Solvabilitas). Untuk menilai suatu perusahaan asuransi tersebut
51
sehat atau tidak, salah satu indikatornya adalah tingkat
solvabilitas, dimana semakin besar tingkat solvabilitas suatu
perusahaan asuransi berarti semakin baik (Ludovicus: 2006).
Pemerintah sebagai badan pengatur (regulator)
mewajibkan setiap perusahaan asuransi untuk menyampaikan
informasi mengenai tingkat solvabilitas perusahaan dengan
menggunakan metode Risk Based Capital (RBC). Perhitungan
Risk Based Capital ini digunakan oleh pemerintah sebagai tolak
ukur dalam membuat peraturan mengenai tingkat solvabilitas pada
perusahaan asuransi.
Semua perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi
wajib memiliki tingkat solvabilitas (Risk Based Capital) minimal
120% dari risiko yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi
dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban atau serendahnya-
rendahnya mencapai angka 100% sehingga dapat diberi
kesempatan untuk melakukan penyesuaian dan meningkatkan
batas solvabilitasnya dalam jangka waktu tertentu. Peraturan
tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Pasal
2. Risk Based Capital dapat menunjukkan kriteria bahwa
perusahaan tersebut dalam keadaan sehat dan terjamin atau tidak.
Terkadang ukuran Risk Based Capital yang telah memenuhi
standarnya sering dijadikan salah satu alat promosi untuk menarik
52
minat masyarakat agar membeli polisnya. Perusahaan asuransi di
Indonesia wajib melaporkan rasio solvabilitas mereka ke
Pemerintah secara berkala, biasanya kuartalan. Dan ketentuan
minimum yang ditetapkan sekarang bagi rasio tersebut adalah
120%, Jadi sebuah perusahaan asuransi harus memiliki tingkat
RBC minimal sebesar 120%.
Dan semakin tinggi RBC sebuah perusahaan asuransi,
maka bisa dikatakan bahwa perusahaan asuransi tersebut semakin
baik dan sehat. Sama halnya dengan salah satu perusahaan
asuransi yang baru-baru ini mengeluarkan laporan keuangan
tahunannya yang didalamnya juga menjelaskan bahwa RBC
perusahaan tersebut sudah mencapai 1000% lebih. Risk Based
Capital adalah salah satu metode pengukuran Batas Tingkat
Solvabilitas yang disyaratkan dalam undang-undang dalam
mengukur tingkat kesehatan keuangan sebuah perusahaan asuransi
untuk memastikan pemenuhan kewajiban Asuransi dan Reasuransi
dengan mengetahui besarnya kebutuhan modal perusahaan sesuai
dengan tingkat resiko yang dihadapi perusahaan dalam mengelola
kekayaan dan kewajibannya.
Alat penilaian kesehatan keuangan asuransi dilihat dari
aspek permodalannya adalah rasio tingkat solvabilitas. Sebagai
upaya agar industri asuransi kuat dan mengikuti perkembangan
peraturan internasional, pemerintah RI melalui SK. Menteri
Keuangan Nomor 481/KMK.071/1999 menetapkan standar tingkat
53
solvabilitas perusahaan asuransi berdasarkan perhitungan Risk
Based Capital (RBC) atau rasio antara risiko yang ditanggung dan
modal sebesar 120% (seratus dua puluh persen). Artinya adalah:
Modal minimum perusahaan asuransi adalah 120% x total risiko
portofolio usaha yang dihadapi, yaitu risiko portofolio aset, risiko
valas dan risiko operasional. Modal dalam hal ini adalah bukan
ekuitas yang dicatat di neraca perusahaan, oleh karena tidak semua
aset diakui dalam perhitungan RBC, sementara kewajiban 100%
diakui, Sebenarnya dengan batasan ini, seluruh perusahaan
asuransi tentunya otomatis akan menyesuaikan portofolio
usahanya sesuai dengan kapasitas permodalannya. Diharapkan
dengan menerapkan metode RBC ini dapat:
(1) Mendorong industri asuransi terus meningkatkan kemampuan
manajemen risiko
(2) Memperkenalkan teknik penilaian risiko secara lebih
komprehensif
(3) Mendorong market discipline melalui penyempurnaan aspek
transparansi informasi keuangan
(4) Konvergensi antara regulatory dan economic capital
(5) Meningkatkan kualitas pengawasan dan
(6) Memperluas kesetaraan dalam persaingan antar asuransi
dengan menciptakan level playing field sesuai standar
internasional
54
Rumusan tingkat solvabilitas yang diukur dengan menggunakan
metode RBC adalah sbb:
1) Kekayaan yang diperkenankan xxxxx
2) Kewajiban xxxxx –
3) Solvency Margin xxxxx
4) Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) xxxx –
5) Kelebihan/kekurangan tingkat solvabilitas (C-D) xxxxx
6) Rasio Pencapaian RBC (C:D) xxx %
Risk Based Capital dihitung oleh setiap perusahaan
asuransi sesuai dengan standar atau ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yaitu pada Keputusan DJLK No.2
Kep/5314/LK/2004 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat
Solvabilitas yang menjelaskan bahwa: “Batas Tingkat Solvabilitas
Minimum adalah suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang
ditetapkan, yaitu sebesar jumlah dana yang digunakan untuk
menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari
deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban dari komponen-
komponen. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum disebut juga Risk
Based Capital”.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.424/KMK.06/2004.
Rumus perhitungan Risk Based Capital sebagai berikut:
Risk Based Capital = Tingkat Solvabilitas
Batas Tingkat Solvabilitas Minimum
55
Keterangan:
Risk Based Capital: salah satu metode pengukuran Batas
Tingkat Solvabilitas yang disyaratkan dalam undang undang
dalam mengukur tingkat kesehatan keuangan sebuah perusahaan
asuransi untuk memastikan pemenuhan kewajiban Asuransi dan
Reasuransi dengan mengetahui besarnya kebutuhan modal
perusahaan sesuai dengan tingkat resiko yang dihadapi perusahaan
dalam mengelola kekayaan dan kewajibannya.
Tingkat Solvabilitas: untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Batas Tingkat Solvabilitas
Minimum (BTSM) = suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas
yang ditetapkan, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk
menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari
deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban.
c. Faktor-faktor Risk Based Capital
Dengan adanya UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, penerapan perhitungan tingkat solvabilitas menjadi
semakin bersifat konservatif. Faktor-faktor yang menentukan tingkat
solvabilitas perusahaan asuransi adalah sebagai berikut:
1) Besar kecilnya aktiva yang diperkenankan (Admitted Assets)
yang di miliki oleh perusahaan asuransi tersebut, Dalam dunia
asuransi kita mengenal istilah aktiva yangdi perkenankan dan
aktiva yang tidak diperkenankan.
56
2) Besar kecilnya kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan
asuransi yang bersangkutan, Semakin besar kewajiban yang
dimiliki maka akan semakin menurunkan tingkat solvabilitas
perusahaan asuransi yang bersangkutan.
3) Besar kecilnya modal yang disetor oleh perusahaan asuransi
yang bersangkutan (Ludovicus: 2006).
13. Risiko Likuiditas
Pengertian risiko menurut PBI No.13/23/PBI/2011 tentang penerapan
manajemen risiko bagi BUS dan UUS adalah potensi kerugian akibat terjadinya
suatu peristiwa tertentu. Dapat diartikan risiko adalah suatu kemungkinan yang
dapat timbul dari kegiatan usaha yang dapat berdampak kerugian usaha yang
berlangsung.
Islamic Financial Service Board (IFSB) mendefinisikan risiko likuiditas
adalah sebagai potensi kerugian yang dapat dialami oleh bank Islam karena
ketidakmampuannya memenuhi liabilitasnya yang telah jatuh tempo atau
ketidakmampuan bank Islam dalam mendanai peningkatan asetnya dengan biaya
yang relatif murah dan tanpa adanya kerugian yang berarti yang diderita.
Sementara itu, BI melalui PBI Nomor 13/23/PBI/2011 mendefinisikan risiko
likuiditas seabagai risiko akibat ketidakmampuan bank memenuhi liabilitasnya
yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau aset likuid berkualitas
tinggi yang dapat digunakan, tanpa mengganggu aktivitas dan keuangan bank.
Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa likuiditas bagi
institusi perbankan lebih kompleks dibandingkan lembaga keuangan. Risiko
likuiditas, adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban
57
yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan atau aset likuid berkualitas
tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan
bank lainnya.
Risiko Likuiditas adalah potensi kerugian yang timbul karena
ketidakmampuan BPR dalam memenuhi kewajibannya yang telah jatuh waktu,
dan manajemen terpaksa meminjam dengan bunga tinggi, di atas suku bunga
normal yang sedang berlaku di pasar uang. Risiko Likuiditas muncul karena
sulitnya untuk memprediksi secara tepat posisi iikuditas bank, karena banyaknya
faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas bank. Misalnya, sebuah BPR
memiliki dana pihak ketiga yang berjangka waktu rata-rata satu bulan, dan
menempatkan dana itu dalam bentuk kredit berjangka waktu 5 tahun. Karena
banyaknya faktor-faktor berpengaruh, manajemen BPR kesulitan untuk
memprediksi secara tepat berapa banyak deposito yang akan diperpanjang, dan
berapa banyak yang akan dicairkan, sehingga bila suatu ketika terjadi penarikan
deposito dalam jumlah besar pada waktu yang bersamaan, maka BPR akan
mengalami risiko likuiditas.
a. Leverage Risk
Menurut (Mehari dan Tilahun, 2013) perusahaan asuransi bisa
berhasil dengan mengambil risiko leverage yang wajar atau bisa menjadi
bangkrut jika risikonya beresiko lepas kendali. Namun demikian bukti
empiris lebih mendukung pandangan bahwa risiko leverage mengurangi
kinerja perusahaan. Ini adalah rasio keuangan yang menunjukkan
persentase aset perusahaan yang dibiayai dengan utang. Leverage diukur
sebagai total kewajiban terhadap total aset.
58
Dalam penelitian ini rasio total kewajiban terhadap total aset diambil
sebagai variabel independen.
Penggunaan sumber-sumber pembiayaan perusahaan, baik yang
merupakan sumber pembiayaan jangka pendek maupun sumber
pembiayaan jangka panjang akan menimbulkan suatu efek yang biasa
disebut dengan leverage. “the use of debt, called leverage,can greatly
affect the level and degree of change is the common earning”, artinya
penggunaan hutang, disebut penggungkit, sangat dapat memengaruhi
tingkat derajat dan tingkat perubahaan pendapatan saham. Selain itu,
leverage sebagai “the degree of firmborrowing”, artinya leverage sebagai
tingkat pinjaman perusahaan.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan leverage adalah suatu tingkat
kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang
mempunyai beban tetap (hutang dan atau saham istimewa) dalam rangka
mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik
perusahaan. Permasalahan leverage akan selalu dihadapi oleh perusahaan,
bila perusahaan tersebut menanggung sejumlah beban atau biaya, baik
biaya tetap operasi maupun biaya finansial. Biaya tetap operasi
merupakan beban atau biaya tetap yang harus diperhitungkan sebagai
akibat dari fungsi pelaksanaan investasi, sedangkan biaya finansial
merupakan beban atau biaya yang harus diperhitungkan sebagai akibat
dari pelaksanaan fungsi pendanaan. Jadi, beban atau biaya tetap
sebenarnya merupakan risiko yang harus ditanggung perusahaan dalam
59
pelaksanaan keputusan-keputusan keuangan. Besar kecilnya risiko
tersebut perlu diketahui agar dapat diantisipasi dengan meningkatkan
volume kegiatan usaha.
Menurut (Arthur et al., 2010) pengertian financial leverage
(leverage keuangan) pembiayaan sebagian dari aset perusahan dengan
surat berharga yang mempunyai tingkat bunga yang tetap (terbatas)
dengan mengharapkan peningkatan yang luar biasa pada pendanaan bagi
pemegang saham. Dilihat dari pengertian di atas leverage keuangan
dimiliki perusahaan karena adanya penggunaan modal atau dana yang
memiliki beban tetap dalam pembiayaan perusahaan. Besar kecilnya
leverage finansial dihitung dengan DFL (Degree of financial leverage).
DFL menunjukkan seberapa jauh perubahan EPS karena perubahan
tertentu dari EBIT.
Makin besar DFL nya, maka makin besar risiko finansial
perusahaan tersebut. Dan perusahaan yang mempunyai DFL yang tinggi
adalah perusahaan yang mempunyai utang dalam proporsi yang lebih
besar risiko finansial adalah tambahan risiko yang dibebankan kepada
para pemegang saham biasa sebagai hasil dari keputusan untuk
mendapatkan pendanaan melalui utang. Pemegang saham akan
menghadapi risiko bisnis yaitu ketidakpastian yang inheren pada proyeksi
laba operasi masa depan. Jika perusahaan menggunakan utang, maka hal
ini akan mengonsentrasikan risiko bisnis pada pemegang saham biasa.
Konsentrasi risiko bisnis ini terjadi karena para pemegang saham yang
60
menerima pembayaran bunga secara tetap, sama sekali tidak menanggung
risiko bisnis (Arthur et al., 2010).
Pada penelitian terdahulu telah dibuktikan bahwa penggunaan
utang ternyata menjadi bermanfaat karena dapat mengurangi besarnya
pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Penggunaan utang tidak
selamanya merugikan perusahaan maupun pemegang saham selama
proporsinya tidak melebihi batas tertentu. Perusahaan yang menggunakan
utang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin
besar proporsi utang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal
sendiri akan menanggung risiko yang semakin besar. Karena itu semakin
tinggi financial leverage, semakin tinggi beta equity. Leverage
didefinisikan sebagai nilai buku total utang jangka panjang dibagi dengan
total aktiva. Variabel ini mempunyai hubungan positif dengan beta
(Lasisi, 2018).
b. Beban Klaim
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang pedoman umum
asuransi syariah, klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh
perusahaan asuransi berdasarkan perjanjian atau kesepakatan dalam akad.
Oleh karena itu, penting bagi pengelolaan asuransi syariah untuk mengatasi
klaim secara efisien. Pada semua perusahaan asuransi, termasuk yang
berdasarkan konsep takaful, sebenarnya tidak ada alasan untuk
memperlambat penyelesaian klaim yang diajukan oleh tertanggung. Tindakan
memperlambat ini tidak boleh dilakukan, karena klaim adalah suatu proses
yang telah diantisipasi sejak awal oleh semua perusahaan asuransi.
61
Yang lebih penting, bahwa klaim adalah hak peserta dan dananya diambil
dari tabarru’ semua peserta. Karena itu wajib bagi pengelola untuk
melakukan proses klaim secara cepat, tepat, dan efisien. Secara umum
prosedur klaim pada asuransi kerugian (umum) hampir sama, baik pada
asuransi syariah maupun konvensional. Yang membedakan dari masing-
masing perusahaan adalah kecepatan dan kejujuran dalam menilai suatu
klaim. Teori menyatakan bahwa beban merupakan pengurang pendapatan
untuk memperoleh laba. Ini berarti jika beban klaim rendah, laba yang
diperoleh akan tinggi dan jika beban tinggi maka laba yang akan diperoleh
rendah (Nafarin, 2009).
Menurut (Ketut, 2009) rasio klaim adalah sesuatu yang sangat spesifik
untuk bisnis asuransi. Hutang klaim adalah persentase dari pendapatan
premium. Ini juga dikenal sebagai rasio kerugian klaim, rasio klaim
mengukur jumlah klaim dalam suatu periode dan membagi itu dengan premi
yang diterima untuk periode yang sama. Asuransi adalah bisnis mengelola
risiko likuiditas dan penting untuk memiliki pemahaman menyeluruh tentang
klaim yang terjadi perbandingan. Jika nilainya lebih tinggi dari yang
diharapkan atau norma yang ditetapkan, maka penyelidikan lebih lanjut
diperlukan untuk mencari tahu mengapa itu terjadi. Penting untuk
menyelidiki apakah ada ancaman penipuan asuransi. Jika rasio lebih rendah
dari yang diharapkan, itu bisa menunjukkan produk yang tidak relevan atau
kesulitan dalam mengklaim, mungkin mempengaruhi kepuasan pelanggan,
dan jelas membutuhkan lebih banyak penyelidikan.
62
Klaim adalah pengajuan hak yang dilakukan oleh tertanggung kepada
penanggung untuk mendapatkan haknya berupa pertanggungan atas kerugian
berdasarkan perjanjian atau akad yang telah dibuat”. Dengan kata lain klaim
adalah: Proses pengajuan oleh peserta untuk mendapatkan uang
pertanggungan setelah tertanggung melaksanakan seluruh kewajibannya
kepada penanggung yaitu berupa penyelesaian pembayaran premi sesuai
dengan kesepakatan sebelumnya. Pembayaran klaim pada asuransi syariah
diambil dari dana tabarru semua peserta. Perusahaan sebagai mudharib wajib
menyelasaikan proses klaim secara cepat, tepat, dan efisien sesuai dengan
amanah yang diterimanya.
Dalam menyelesaikan klaim berupa kerusakan atau kerugian, perusahaan
asuransi syariah mengacu pada akad kondisi dan kesepakatan yang tertulis
dalam polis, yaitu dengan dua pilihan, pertama, akan mengganti dengan uang
tunai dan kedua dengan memperbaiki atau membangun ulang obyek yang
mengalami kerusakan. Prosedur penyelesaian klaim baik asuransi kerugian
syariah maupun konvensional hampir sama, kecuali dalam hal kecepatan dan
kejujuran dalam menilai klaim. Prosedurnya adalah:
a. pemberitahuan klaim
b. bukti klaim kerugian
c. penyelidikan
d. penyelesaian klaim
Klaim dalam asuransi umum syariah merupakan kegiatan
memberikan santunan kepada peserta yang sedang mengalami musibah.
Klaim merupakan pengajuan hak yang dilakukan oleh pihak tertanggung
63
kepada pihak penanggung atas haknya berupa pertanggungan pada
kerugian berdasarkan perjanjian atau akad yang telah disepakati. Seperti
perjanjian diawal, pembayaran klaim atas pihak tertanggung diambil dari
dana tabarru’ semua peserta. Pihak penanggung atau perusahaan asuransi
syariah sebagai mudharib harus menyelesaikan proses klaim secara cepat,
tepat dan efisien sesuai dengan amanah yang diterimanya. Perusahaan
asuransi (pihak penanggung) wajib menyelesaikan proses klaim secara
cepat, tepat dam efisien sesuai dengan amanah yang diterimanya
(Emmanuel, 2018).
Hal ini sesuai dengan firman Allah berikut: Artinya: “Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”(Q.S Al-Anfaal:
27). Menjelaskan bahwa Allah memerintahkan manusia yang beriman
untuk amanah terhadap hal yang sudah diamanahkan kepadanya. Sebagai
perusahaan asuransi jiwa berbasis syariah, sudah seharusnya perusahaan
asuransi jiwa syariah mengedepankan ajaran-ajaran islam dan
menjalankan operasional sesuai syariah. Salah satunya yakni dengan
bertanggungjawab pada amanah yang sudah dipercayakan oleh peserta
asuransi jiwa syariah. Bukan hanya bertanggungjawab pada investasi
yang akan menimbulkan keuntungan pada perusahaan tetapi juga
bertanggungjawab pada penyelesaian klaim peserta.
Menurut (Abdullah, 2006) kerugian sendiri dapat digolongkan
menjadi tiga, yakni kerugian seluruhnya (total loss), kerugian sebagian
64
(partial loss) dan kerugian pihak ketiga. Dalam menyelesaikan klaim
kerusakan atau kerugian, perusahaan asuransi mengacu pada akad kondisi
dan kesepakatan yang sudah dituliskan dalam polis. Terdapat dua pilihan
penyelesaian klaim, pertama perusahaan asuransi mengganti dengan uang
tunai dan yang kedua perusahaan asuransi memperbaiki atau membangun
ulang objek yang mengalami kerusakan. Prosedur dalam penyelesaian
klaim baik asuransi syariah maupun asuransi konvensional tidak jauh
berbeda. Prosedurnya antara lain pemberitahuan klaim, bukti klaim
kerugian, penyelidikan dan penyelesaian klaim.
14. Hasil Investasi
Menurut (Arif, 2012) investasi keuangan menurut syariah dapat
berkaitan dengan kegiatan perdagangan atau kegiatan usaha, di mana
kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang berkaitan dengan suatu
produk atau aset maupun usaha jasa. Sedangkan menurut (Gitman, 2003)
suatu portofolio adalah kumpulan bentuk investasi yang terpadu untuk
tujuan mendapatkan keuntungan investasi. Tujuan utama dari
pembentukan suatu portofolio adalah tidak lain untuk mendapatkan hasil
yang optimal dengan resiko yang minimal Hasil investasi tersebut
diperoleh dari penanaman modal dengan melakukan diversifikasi
portofolio untuk mendapatkan perolehan bagi hasil yang optimum. Hasil
investasi memegang peranan penting bagi pendapatan perusahaan
asuransi Syariah. Oleh karena itu, agar sebuah bisnis sukses dan dapat
menghasilkan untung, hendaklah bisnis itu didasarkan pada keputusan
yang sehat, bijaksana, dan hati-hati.
65
Menurut (Sula, 2004) hasil yang akan dicapai dengan pengambilan
keputusan yang sehat akan ini akan nyata dan tahan lama. Pada asuransi
jiwa syariah keuntungan yang diperoleh dari hasil investasi yang
dilakukan melalui instrumen investasi yang dibenarkan syar’i, dilakukan
bagi hasil sesuai sistem bagi hasil yang diperjanjikan. Besarnya bagi hasil
tergantung kondisi perusahaan, semakin sehat dan besar profit yang
diperoleh perusahaan asuransi, semakin besar pula porsi bagi hasil yang
diberikan kepada peserta. Ini berarti semakin besar premi yang diterima
perusahaan asuransi, semakin besar pula dana yang dapat diinvestasikan
sehingga diperoleh hasil investasi yang besar, dimana semakin besar hasil
investasi maka semakin besar pula laba yang diperoleh perusahaan.
Investasi keuangan syariah dapat berkaitan dengan kegiatan
perdagangan atau kegiatan usaha, di mana kegiatan usaha dapat berbentuk
usaha yang berkaitan dengan suatu produk atau aset maupun usaha jasa.
Namun, investasi keuangan menurut syariah harus terkait secara langsung
dengan suatu asset atau kegiatan usaha yang spesifik dan menghasilkan
manfaat, karena hanya atas manfaat tersebut dapat dilakukan bagi hasil.
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh
sejumlah keuntungan di masa yang akan datang yang sesuai dengan
syariah Islam. Hasil investasi merupakan sebuah hasil dari dana yang
telah terkumpul dari investasi yang didalamnya terdapat keuntungan dan
keuntungan tersebut dibagi kepada pihak tertanggung dan pihak yang
menanggung. Keuntungan (Profit) yang dihasilkan oleh perusahaan
66
asuransi dari hasil investasi dana nasabah harus dibagi sesuai dengan akad
yang disepakati antara kedua belah pihak, maka realita pembagian
keuntungan juga harus mengacu pada ketentuan tersebut (Rodoni dan Ali,
2010).
Investasi dalam perusahaan asuransi jiwa pada agen, baik dalam
bentuk pelatihan yang intensif maupun komisi yang layak, merupakan
faktor yang lebih dominan dalam menentukan kesuksesan sebuah
perusahaan asuransi jiwa dalam rencana peningkatan premi brutonya.
Prinsip di dalam kegiatan pembiayaan dan investasi keuangan dalam
asuransi syariah adalah berbagai usaha bisnis yang dilakukan pemilik
modal kepada pihak pengusaha (emiten) untuk memberdayakan pemilik
usaha secara maksimal agar mendapat keuntungan tertentu. Adapun
prinsip dan landasan secara syar‘i investasi yang perlu diperhatikan oleh
pelaku bisnis asuransi syariah adalah memiliki prinsip bahwa perusahaan
selaku pemegang amanah (Mudharib) yang dipercayakan oleh pemilik
dana (Shahibul maal) harus melakukan kegiatan investasi setelah
mendapat persetujuan secara syar‘i dari dewan pengawas syariah terhadap
dana yang telah berhasil dihimpun dari premi peserta (Ade, 2012).
Menurut (Reynaldi dan Treesje, 2017) investasi keuangan menurut
syariah dapat berkaitan dengan kegiatan perdagangan atau kegiatan usaha,
di mana kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang berkaitan dengan
suatu produk atau aset maupun usaha jasa. Pada prinsipnya, kegiatan
pembiayaan dan investasi keuangan dalam asuransi syariah adalah
kegiatan yang dilakukan oleh pemilik modal (investor) terhadap
67
pengusaha atau pemilik usaha (emiten) untuk memberdayakan pemilik
usaha dalam melakukan kegiatan usahanya.
Sekiranya investasi tersebut dilakukan dalam bentuk penyertaan
modal dalam sebuah perusahaan, maka pihak asuransi harus mengetahui
bahwa perusahaan tersebut tidak memperjualbelikan barang-barang yang
diharamkan. Oleh karena itu, tujuan utama dari kebijakan investasi dalam
suatu perusahaan adalah untuk implementasi rencana program yang
dibuat agar dapat mencapai return positif, dengan probabilitas paling
tinggi dari aset yang tersedia untuk diinvestasikan.
Portofolio adalah kumpulan bentuk investasi terpadu yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan investasi. Tujuan utama
portofolio investasi adalah mendapatkan tingkat pengembalian yang
tinggi dengan tingkat risiko yang kecil untuk memenuhi kewajiban baik
kepada pemegang polis maupun untuk pertumbuhan perusahaan.
Menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa dipoles dari seluruh
kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu dipergunakan angka laba
setelah pajak dan rata-rata kekayaan perusahaan (Sula, 2004).
Premi yang terkumpul pada setiap perusahaan asuransi jiwa
mencapai jumlah milyaran rupiah. Oleh karena itu menjadi sangat penting
bagi perusahaan asuransi untuk melakukan investasi atas aset-aset yang
ada untuk mencukupi kebutuhan akan dana yang dikelola. Sebagian besar
perusahaan asuransi mengandalkan hasil investasinya untuk menutupi
kekurangan akan tarif premi yang diberikan kepada tertanggung.
Perusahaan asuransi jiwa melakukan strategi investasinya melalui
68
berbagai instrumen portofolio yang dianggap dapat memberikan return on
investment yang paling baik dan tetap tunduk pada aturan serta batasan
yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia nomor 424 tahun 2003 tentang kesehatan keuangan perusahaan
asuransi dan perusahaan reasuransi. Perusahaan asuransi harus
menyeimbangkan strategi investasinya dengan regulasi yang telah ada.
15. Pendapatan Premi
Pertumbuhan Premi adalah variabel keuangan penting lainnya
yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan asuransi. Oleh karena
itu pertumbuhan dalam premi perusahaan telah beralasan telah
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan asuransi dan ini telah sering
dipelajari. Pertumbuhan premi yang diukur dengan perubahan persentase
dalam total aset atau kadang-kadang sebagai persentase perubahan dalam
premi perusahaan asuransi. Tingkat pertumbuhan premi mengukur tingkat
penetrasi pasar. Premi pada asuransi syariah adalah sejumlah dana yang
dibayarkan oleh peserta yang terdiri dari Dana Tabungan dan Tabarru’
kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
Dana tabungan adalah titipan dari peserta asuransi syariah (life
insurance) dan akan mendapat alokasi bagi hasil (al-mudharabah) dari
pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Sedangkan
Tabarru’ adalah derma atau dana kebajikan yang diberikan dan
diikhlaskan oleh peserta asuransi jika sewaktu-waktu akan dipergunakan
untuk membayar klaim atau manfaat asuransi (life maupun general
insurance). Unsur tabarru’ pada asuransi jiwa, perhitungannya diambil
69
dari tabel mortalitas (harapan hidup) yang besarnya tergantung pada usia
dan masa perjanjian (Sula, 2004).
Premi (kontribusi) pada asuransi syariah disebut juga net premium
karena hanya terdiri dari mortalitas (harapan hidup) dan didalamnya tidak
terdapat unsur loading (komisi agen, biaya administrasi, dan lain-lain).
Dan tidak mengandung unsur bunga sebagaimana pada asuransi
konvensional. Namun, karena pertimbangan pasar (market) dan
kondisisosial masyarakat, dimana tidak mungkin di Indonesia yang saat
ini asuransi syariah belum dikenal, tidak menggunakan tenaga agen
(agency system), maka beberapa perusahaan asuransi masih mendapat izin
dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) untuk menggunakan biaya loading
dalam jumlah tertentu dari premi tahun pertama, dengan syarat
penggunaan biaya loading ini diketahui oleh peserta asuransi (Sula,
2004).
Premi adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh seseorang
pemegang polis kepada perusahaan asuransi sehubungan dengan adanya
perjanjian pertanggungan yang dituangkan dalam polis asuransi.
Sedangkan pengertian premi pada asuransi syariah adalah sejumlah dana
yang dibayarkan oleh peserta yang terdiri atas dana tabungan dan dana
tabarru. Berikut ini penjelasan dari kutipan diatas:
1. Dana tabungan adalah: “dana titipan dari peserta asuransi syariah dan
akan mendapat alokasi bagi hasil (mudharabah) dari pendapatan investasi
bersih yang diperoleh setiap tahun”. Dana tabungan beserta alokasi bagi
hasil akan dikembalikan kepada peserta apabila peserta yang
70
bersangkutan mengajukan klaim, baik berupa klaim nilai tunai maupun
klaim manfaat asuransi.
2. Dana tabarru adalah: “derma atau dana kebajikan yang diberikan dan
diikhlaskan oleh peserta asuransi jika sewaktu-waktu akan dipergunakan
untuk membayar klaim atau manfaat asuransi”.
Premi merupakan faktor yang penting dalam asuransi baik bagi
penanggung maupun bagi tertanggung, premi juga bisa disebut dengan
istilah kontribusi atau dalam bahasa fiqh muamalah disebut al-
musahamah. Kontribusi (al-musahamah) dalam perjanjian asuransi
syariah adalah pertimbangan keuangan (al-iwad) dari bagian peserta yang
merupakan kewajiban yang muncul dari perjanjian antara peserta dengan
pengelola. Dalam himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI edisi
revisi tahun 2006 dijelaskan bahwa premi adalah kewajiban peserta
asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada PT Asuransi sesuai
dengan kesepakatan dalam akad.
Pendapatan premi adalah jumlah pendapatan premi resmi dari
penjualan polis asuransi yang biasanya diukur dalam periode satu tahun.
Pendapatan ini merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi laba
perusahaan asuransi. Oleh karena itu, penetapan premi mempunyai
peranan yang penting dalam strategi perusahaan. Tarif premi yang
ditetapkan oleh perusahaan asuransi sebagian besar didasari oleh jumlah
risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan asuransi tersebut untuk polis
yang diterbitkan. Jika perusahaan asuransi secara konsisten salah menilai
71
risiko yang akan ditanggung, maka premi yang ditetapkan tidak akan
cukup untuk membayar klaim dan manfaat yang dijanjikan.
Pendapatan premi bersumber dari pembayaran yang wajib
dilakukan oleh setiap peserta pada asuransi jiwa syariah yang dilakukan
secara teratur kepada perusahaan asuransi jiwa syariah yang bersangkutan
sesuai kesepakatan dalam akad. Teori menyatakan bahwa semakin tinggi
usia dan semakin panjang masa perjanjian, maka semakin besar pula nilai
tabarru’ nya. Ini berarti jika premi yang diterima perusahaan asuransi dari
peserta asuransi besar maka, dana yang dapat diinvestasikan juga semakin
besar (Lasisi, 2018).
Nilai Premi asuransi atau biaya berasuransi merupakan prasyarat
adanya perjanjian asuransi, karena tanpa adanya premi tidak akan ada
asuransi. Pada umumnya premi asuransi dibayar dimuka namun biasanya
diberikan tenggang waktu pembayaran untuk itu dibutuhkan premi yang
seimbang, premi yang seimbang. Untuk memastikan biaya pembayaran
premi tertanggung seimbang dan wajar dibandingkan dengan resiko yang
dialihkannya kepada penanggung. Nilai premi yang harus dibayarkan
tertanggung dihitung berdasarkan suatu tarif premi dikalikan dengan nilai
pertanggungan.
72
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
1.Tuning Pratiwi
(2018)
Universitas Islam
Negeri Sunan
Gunung Djati
Bandung
Pengaruh Risk
based capital (RBC)
dan jumlah
investasi terhadap
pertumbuhan laba
bersih perusahaan
pada PT Asuransi
AIA Syariah
Uji
asumsi
klasik,
analisis
deskriptif,
analisis
asosiatif,
analisis
komparati
f
Risk Based Capital (RBC) dan
Jumlah Investasi memiliki
pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap Laba
Bersih.
X:
Risk Based
Capital
Jumlah
Investasi
Y:
Pertumbuhan
laba bersih
2.Saleh Sitompul
(2018)
Universitas
Sumatera Utara
Pengaruh ukuran
perusahaan,
kebijakan
pendanaan, Risk
based capital
(RBC),
pertumbuhan premi
netto dan laba
perusahaan terhadap
nilai perusahaan
pada perusahaan
Asuransi yang
terdaftar di BEI
Regresi
Linier
Berganda
Secara simultan ukuran
perusahaan,kebijakan
pendanaan, risk based capital,
pertumbuhan premi netto dan
laba perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan, Secara parsial,
hanya ukuran perusahaan dan
laba perusahaan yang
berpengaruh ariable signifikan
terhadap nilai perusahaan.
X:
Ukuran
perusahaan
Kebijakan
pendanaan
Risk Based
Capital
Pertumbuhan
premi netto
Laba
perusahaan
Y:
Nilai
perusahaan
3. Vina Mazwini Uji 1. Selama priode penelitian,
rata-rata tingkat efisiensi
Efisiensi dan
Pertumbuhan
73
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
(2018)
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Analisis Efisiensi
dan pertumbuhan
Asuransi Jiwa
Syariah di
Indonesia
Validitas,
Uji
Realibilita
s
Uji
Hipotesis
Asuransi Jiwa Syariah
mengalami fluktuasi selama
priode penelitian, dalam
penelitian ini untuk asuransi
jiwa syariah di Indonesia
kurang efisiensi hal ini
disebabkan karena tingkat
premi yang tinggi serta
kurangnya minat para nasabah
asuransi.
2. Hasil analisis pengaruh
dengan metode Partial Least
Square, baik variabel input
(total aset dan biaya komisi)
maupun variabel output
(kontribusi bruto dan
pendapatan investasi) terdapat
pengaruh terhadap tingkat
pertumbuhan asuransi Syariah.
Asuransi
4.Nurfareza Rindra
Prehantoro (2018)
Universitas
Muhammadiyah
Surakarta
Analisis Efisiensi
perusahaan asuransi
jiwa syariah dengan
metode Data
Envelopment
Analysis (DEA)
periode 2015 - 2016
Efisiensi
dengan
metode
Data
Envelopm
ent
Analysis
(DEA)
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hanya
Perusahaan Asuransi Jiwa
Syari’ah Al-Amin yang telah
mencapai efisiensi 100 persen
selama tahun 2015-2016.
Sedangkan perusahaan yang
lain belum mencapai efisiensi.
Hasil analisis dari variabel
input dan variabel output
terhadap efisiensi perusahaan
asuransi jiwa syaria’ah tersebut
dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam
merumuskan implikasi
kebijakan untuk perusahaan
asuransi jiwa syari’ah agar
dapat lebih efisien.
Variabel
yang
digunakan
adalah
variabel
input yang
terdiri dari
Total Aset,
Beban
Komisi dan
Beban
Administrasi
serta variabel
output yang
terdiri dari
Kontribusi
Bruto dan
Dana
Tabarru’.
5. Trispa Juwita
(2017) Institut
Agama Islam
Uji
Stasioneri
tas Uji
Asumsi
Variabel premi berpengaruh
negatif signifikan terhadap
laba, Dan variabel investasi
berpengaruh positif signifikan
X:
Premi,
Klaim,
74
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
Negeri (IAIN)
Salatiga
Analisis pengaruh
premi, klaim,
investasi dan
surplus
underwriting
terhadap
pertumbuhan laba
pada industri
asuransi syariah
tahun 2012 - 2016
klasik, uji
F dan uji t
terhadap laba. Investasi,
Surplus
Underwriting
Y:
Pertumbuhan
Laba
6. Salsabila Nur
Hanifah (2017)
Universitas Islam
Negeri Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
Pengaruh Premi,
Klaim, Hasil
Investasi dan Hasil
Underwritting
terhadap tingkat
laba pada
perusahaan
Asuransi Umum
Syariah
Uji F dan
Uji t
Premi, klaim, hasil investasi,
hasil underwriting secara
simultan berpengaruh terhadap
tingkat laba sedangkan secara
parsial (uji t) hanya variable
premi dan klaim yang
berpengaruh positif signifikan
terhadap laba.
X:
Premi, Klaim
Hasil
Investasi,
Hasil
Underwriting
Y:
Tingkat Laba
7. Ida Ayu Ita
Permata Sastri
(2017) Universitas
Pendidikan
Indonesia
Pengaruh
Pertumbuhan premi,
hasil underwriting,
hasil investasi, dan
Risk Based Capital
terhadap Laba
Perusahaan
Asuransi (Studi
Uji
asumsi
klasik dan
Analisis
regresi
berganda
Pertumbuhanpremi
berpengaruh positif signifikan
terhadap laba asuransi, dimana
jika terjadi peningkatan
pendapatan premi maka laba
asuransi juga akan meningkat.
X:
Pertumbuhan
Premi, Hasil
Underwriting
Hasil
Investasi,
Risk Based
Capital
Y:
Laba
Perusahaan
75
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
Empiris pada
Perusahan Asuransi
yang Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia periode
2011-2015),
8.Esnitingtyas
Kusuma Safitri
(2017)
Analisis Rasio
Kesehatan
Keuangan Dana
Tabarru’ yang
mempengaruhi
Profitabilitas pada
Asuransi Syariah di
Indonesia (Periode
2012 – 2014)
Analisis
regresi:
data panel
1. Rasio likuiditas tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas
2.Rasio perimbangan investasi
dengan
kewajiban tidak berpengaruh
signifikan
3. Rasio pendapatan investasi
neto tidak
berpengaruh signifikan
terhadap
profitabilitas
4. Rasio beban klaim tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas pada
5. Rasio perubahan dana
tabarru’ tidak
berpengaruh signifikan
terhadap
profitabilitas
6. Rasio Risk Based Capital
(RBC) memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
Profitabilitas,
X:
Rasio
Likuiditas
Rasio
perimbangan
investasi
Rasio
pendapatan
investasi neto
Rasio beban
klaim
Rasio
perubahan
dana
tabarru’
Rasio Risk
Based
Capital
(RBC
Y:
Profitabilitas
9. Idhana Fauziah
(2017) Universitas
Islam Negeri Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
Analisis isu klaim,
surplus
underwriting,
kredibilitas pelaku
industri, dan
kredibilitas
Uji
instrumen,
Uji
asumsi
klasik,
analisis
regresi
berganda,
uji
hipotesis
Terdapat pengaruh positif
signifikan antara variabel
klaim, variabel surplus,
variabel kredibilitas terhadap
minat nasabah (masyarakat
muslim dan non muslim).
Sedangkan terdapat pengaruh
negatif signifikan antara
variable kredibilitas pelaku
industry terhadap minat
nasabah (masyarakat muslim
X: Isu klaim,
Surplus
Underwriting
, Kredibilitas,
Pelaku
Industri,
Kredibilitas
perusahaan
Y:Minat
masyarakat
muslim dan
76
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
perusahaan terhadap
minat masyarakat
muslim dan non-
muslim untuk
menggunakan
produk asuransi
syariah
dan non muslim).
non-muslim
untuk
menggunaka
n produk
asuransi
syariah
10. Zumrotul
Khasanah (2017)
Universitas Islam
Negeri Walisongo
Semarang
Pengaruh ukuran
perusahaan, tingkat
solvabilitas dan
likuiditas terhadap
profitabilitas
Asuransi Jiwa
Syariah Al Amin
Uji
asumsi
klasik,
koefisien
determina
si, analisis
regresi
linier
berganda,
uji
hipotesis
Melihat dari hasil t hitung:
Variabel ukuran perusahaaan
(X1) mempunyai pengaruh
yang tidak signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan.
Variabel solvabilitas (X2)
mempunyai pengaruh yang
tidak signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan.
Variabel likuiditas (X3)
mempunyai pengaruh yang
tidak signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan.
Sedangkan melihat dari f
hitung: Variabel ukuran
perusahaaan (X1), solvabilitas
(X2) dan likuiditas (X3) secara
bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap profitabilitas
perusahaan.
X:
Ukuran
perusahaan
Solvabilitas
Likuiditas
Y:
Profitabilitas
11. Dede Rahayu
(2017) UIN Raden
Fatah Palembang
Pengaruh Risk
based capital
terhadap
profitabilitas
Asuransi Syariah
(studi pada
perusahaan asuransi
yang terdaftar di
AASI)
Model
regresi
sederhana
dan uji
hipotesis
Risk Based Capital tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas yang
diukur dari ROA.
Risk Based Capital (RBC)
berpengaruh secara parsial
namun tidak signifikan
terhadap Profitabilitas yang
diukur dari ROE.
X:
Risk based
capital
Y:
Profitabilitas
77
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
12. Estiningtyas
Kusuma Safitri
(2017)
Universitas
Airlangga
Pengaruh rasio
kesehatan keuangan
dana Tabarru’
terhadap
profitabilitas pada
perusahaan
Asuransi Syariah di
Indonesia periode
2012 – 2014
Analisis
regresi
data panel
dengan
Eviews,
hipotesis
Uji t,
koefisien
determina
si,
Pendekata
n yang
digunakan
dalam
penelitian
ini adalah
FEM
(Fixed
Effect
Model)
1. Rasio likuiditas tidak
berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas pada
perusahaan asuransi syariah
2. Rasio perimbangan investasi
dengan
kewajiban tidak berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas pada perusahaan
asuransi syariah
3.Rasio pendapatan investasi
neto tidak
berpengaruh signifikan
terhadap
profitabilitas pada perusahaan
asuransi syariah
4. Rasio beban klaim tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas pada
perusahaan asuransi syariah
5. Rasio perubahan dana
tabarru’ tidak
berpengaruh signifikan
terhadap
profitabilitas pada perusahaan
asuransi syariah
6. Rasio Risk Based Capital
(RBC)
memiliki pengaruh yang
signifikan
terhadap profitabilitas pada
perusahaan asuransi syariah
X:
Rasio
kesehatan
keuangan
dana
Tabarru’
Y:
Profitabilitas
13. Ratih Setyati
Oktavinia (2017)
UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
Analisis Efisiensi
dan pengaruhnya
terhadap kinerja
keuangan
perusahaan: studi
Metode
regresi
data panel
dengan
software
Eviews 8,
Hasil perhitungan DEA ini
menunjukkan tingkat efisiensi
rata – rata perusahaan Asuransi
Syariah sebesar 0,881 atau
sebesar 88%.
Terdapat 9 perusahaan, hasil
dari regresi data panel
pengaruh yang positif dan
signifikan, Semakin
Variabel
input yaitu
aset,
pembayaran
klaim dan
beban dan
variable
ouput
diantarnya
kontribusi
78
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
pada perusahaan
asuransi Indonesia
menggunakan
metode DEA
perusahaan mendekati tingkat
efisiensi 100%, maka akan
diikuti oleh peningkatan
kinerja keuangan yang
dihitung melalui ROA, ROE,
dan ROI.
bruto dan
pendapatan,
Kinerja
keuangan
yang
digunakan
ialah
profitabilitas
yang
dihitung
melalui rasio
ROA ROE
dan ROI
14. Reinisa Diah
Risani (2017)
Politeknik Negeri
Bandung
Analisis efisiensi
Asuransi Jiwa
Syariah di
Indonesia dengan
pendekatan Data
Envelopment
Analysis (DEA)
periode 2012 -2015
Alat
analisis
Data
Envelopm
ent
Analysis
(DEA)
model
Variable
Return to
Scale
(VRS)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata skor efisiensi 9
perusahaan asuransi jiwa
syariah dari tahun 2012-2015
mengalami peningkatan
walaupun terjadi sedikit
penurunan pada tahun 2015.
Dengan
pendekatan
produksi dan
orientasi
output,
Variabel
input
meliputi
modal
(I1),beban
komisi (I2),
beban umum
dan
administrasi
(I3), beban
pemasaran
(I4) dan
ariable
output yaitu
premi bruto
(O1),
15.Elviana
Hasibuan (2017)
Universitas
Sumatera Utara
Analisis
perbandingan
efisiensi asuransi
Metode
Data
Envelopm
ent
Analysis
(DEA)
dengan
pendekata
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa adanya
perbedaan tingkat efisiensi
antara Asuransi Syariah dan
Asuransi Konvensional. Dari
hasil tersebut disimpulkan
bahwa asuransi yang lebih
efisien adalah Asuransi
Variabel
input yang
digunakan
Modal, Biaya
Tenaga
Kerja, dan
Beban
Komisi,
79
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
syariah dan asuransi
konvensional di
Indonesia dengan
metode Data
Envelopment
Analysis
n
intermedi
asi,
Konvensional.
Sementara
variabel
outputnya
adalah Premi
dan
Pendapatan
Investasi
16. Fitriyani (2017)
UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
Analisis efisiensi
asuransi syariah di
Indonesia tahun
2014 – 2016 dengan
metode Data
Envelopment
Analysis (DEA) dan
faktor – faktor yang
mempengaruhinya
Regresi
data panel
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa selama periode
penelitian, ada empat asuransi
yang belum efisien yaitu
Asuransi Central Asia,
Asuransi Staco Mandiri,
Asuransi Umum Mega dan
Asuransi Sunlife, Sementara
itu.
ROA tidak berpengaruh
terhadap efisiensi asuransi
syariah metode DEA, DER
berpengaruh signifikan
terhadap efisiensi asuransi
syariah.
Efisiensi
menggunaka
n metode
Data
Envelopment
Analysis
(DEA) dan
faktor –
faktor yang
mempengaru
hinya
17. Agung Ali
(2016)
Institut Pertanian
Bogor
Pengaruh premi,
klaim, hasil
investasi, dan
underwriting
terhadap laba
Asuransi Jiwa (studi
kasus PT Asuransi
Syariah Mubarakah)
Analisis
regresi
berganda
Berdasarkan analisis regresi
berganda menggunakan
MINITAB versi 14 dapat
diketahui bahwa alat terpenting
yang paling efektif dalam
peningkatan laba perusahaan
asuransi jiwa syariah diperoleh
dari hasil underwriting dan
hasil investasi,
Untuk saat ini variabel premi
dan klaim memberikan nilai
negatif dalam persamaan
regresi karena variabel tersebut
tidaklah memberikan kontibusi
positif terhadap laba.
X:
Premi
Klaim
Hasil
Investasi
Underwriting
Y:
Laba
18. Febrinda Eka
Damayanti (2016)
Universitas
Airlangga
Regresi
data
panel, uji
parsial (t-
Kontribusi peserta, klaim, dan
hasil investasi secara bersama
– sama atau simultan
berpengaruh signifikan
X:
Kontribusi
peserta
80
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
Pengaruh kontribusi
peserta, klaim, dan
hasil investasi
terhadap surplus
underwriting
Asuransi Umum
Syariah di
Indonesia
test), uji
simultan
(f-test),
analisis
koefisien
determina
si
terhadap surplus underwriting.
Sedangkan kontribusi peserta
secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan, variable
klaim berpengaruh negatif dan
signifikan, dan variable hasil
investasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap surplus
underwriting.
Klaim
Hasil
Investasi
Y:
Surplus
Underwriting
19. Jurnal Ai Fitri
Nurlatifah & Sepky
Mardian
(2016) Sekolah
Tinggi Ekonomi
Islam
Kinerja Keuangan
Perusahaan
Asuransi Syariah di
Indonesia: Surplus
On Contribution
Regresi
data panel
dengan
tingkat
signifikan
si
5% (0,05),
Hasil analisis data menunjukan
bahwa model yang tepat
digunakan dalam penelitian ini
adalah Fixed Effect Model
(FEM).Secara simultan
keenam variabel tersebut
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan baik
yang diukur oleh SOC.
Secara parsial, size (0,0000)
memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja keuangan
(SOC), sedangkan leverage
(0,0167) dan volume of capital
(0,0000) berpengaruh negatif
terhadap kinerja keuangan
(SOC), Variabel liquidity
(0,8552), tangibility (0,5513)
dan loss ratio (0,9861) tidak
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja
keuangan (SOC).
X:
Faktor Size
Leverage
Liquidity
Tangibility
Volume Of
Capital
Loss Ratio
Y:
Kinerja
Keuangan
20. Cynthia Fadila
Suud (2016)
Universitas
Lampung
Pengaruh
underwriting dan
solvabilitas
terhadap laba
perusahaan
Statistik
deskriptif,
uji asumsi
klasik,
analisis
regresi,
pengujian
hipotesis
Variabel underwriting
mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap laba,
Dan variabel solvabilitas
mempunyai pengaruh positif
dan signifikan terhadap laba.
X:
Underwriting
, Solvabilitas
Y:
Laba
81
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
Reansuransi
21. Ori Barlian
Pamungkas (2016)
Universitas
Lampung
Pengaruh rasio Risk
based capital,
likuiditas, dan
agent’s balance to
surplus terhadap
harga saham
perusahaan
Asuransi yang
terdaftar di BEI
tahun 2008 -2015
Statistik
deskriptif,
uji asumsi
klasik,
regresi
linier
berganda,
pengujian
hipotesis
Berdasarkan hasil uji statistik
F dapat disimpulkan bahwa
semua variabel independen
yaitu rasio risk based capital
(X1), rasio likuiditas (X2), dan
rasio agent’s balance to
surplus (X3) secara bersama-
sama berpengaruh terhadap
variabel dependen yaitu harga
saham perusahaan asuransi
tahun 2008-2015.
Berdasarkan hasil uji statistik t
dapat disimpulkan bahwa dari
tiga variabel independen yang
digunakan yaitu rasio risk
based capital (X1), rasio
likuiditas (X2), dan rasio
agent’s balance to surplus
(X3) secara individual hanya
rasio risk based capital yang
berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen
yaitu harga saham perusahaan
asuransi tahun 2008-2015.
X:
Risk based
capital,
Likuiditas,
Agent’s
balance to
surplus
Y:
Harga saham
22. Benarda (2016)
Institut Pertanian
Bogor
Tingkat efisiensi
industri Asuransi
Jiwa Syariah
menggunakan
Pendekatan Two
Stage Data
Envelopment
Analysis
DEA
(Data
Envelopm
ent
Analisis),
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa rata-rata
hasil analisis DEA untuk
seluruh DMU (Decision
Making Unit) belum efisien,
baik efisiensi secara ekonomis
(overall technical) atau CRS
dengan skor 0,693116,
efisiensi secara teknik (pure
technical) atau VRS dengan
skor 0,776011, dan skor
efisiensi untuk efisiensi secara
skala sebesar 0,884275, dari
rata-rata score efisiensi.
Sedangkan pada analisis
tingkat ke dua (Analisis Tobit)
Tingkat
efisiensi
industri
Asuransi
Jiwa Syariah
menggunaka
n Pendekatan
Two Stage
Data
Envelopment
Analysis
82
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
menunjukan bahwa rasio
tingkat solvabilitas dana
tabarru’ memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap
efisiensi teknis dan skala,
Rasio tingkat solvabilitas dana
perusahaan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap
efisiensi ekonomis dan skala.
23. Rifki Santoso
Budiarjo (2015)
Universitas Negeri
Yogyakarta
Pengaruh tingkat
kesehatan keuangan
perusahaan
Asuransi terhadap
peningkatan
pendapatan premi
(studi kaksus
perusahaan asuransi
di Bursa Efek
Indonesia tahun
2010 -2013)
Uji
asumsi
klasik, uji
hipotesis
Risk Based Capital
berpengaruh positif terhadap
Peningkatan Pendapatan
Premi, Rasio Investasi tidak
berpengaruh positif terhadap
Peningkatan Pendapatan
Premi, Rasio Klaim
berpengaruh positif terhadap
Pendapatan Premi.
Pertumbuhan Premi tidak
berpengaruh positif terhadap
Peningkatan Pendapatan
Premi, Sedangkan Risk Based
Capital, Rasio Investasi, Rasio
Klaim, dan Pertumbuhan
Premi mempunyai pengaruh
positif secara simultan
terhadap Peningkatan
Pendapatan Premi.
X:
Tingkat
kesehatan
keuangan
Y:
Peningkatan
pendapatan
premi
24. Ardio Dipta
Aprilino (2014)
Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi
Perbanas
Analisis pengaruh
solvabilitas dan
underwriting
terhadap
profitabilitas
perusahaan
Asuransi Kerugian
Statisitik
deskriptif
dan uji
asumsi
klasik
Variabel solvabilitas secara
parsial berpengaruh tidak
positif terhadap variabel
profitabilitas atau berpengaruh
negative signifikan terhadap
variabel profitabilitas.
X:
Solvabilitas
Underwriting
Y:
Profitabilitas
83
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
25. Clara (2013)
Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi
Perbanas Surabaya
Pengaruh Leverage,
likuiditas, umur,
dan size terhadap
Return on Asset
perusahaan
Asuransi Go public
yang terdaftar di
BEI
Uji
Asumsi
klasik
Pertama leverage, likuiditas,
umur, dan size secara simultan
mempunyai pengaruh terhadap
return on asset perusahaan
asuransi yang terdaftar di BEI.
Kedua leverage yang diukur
dengan DER berpengaruh
secara parsial terhadap return
on asset perusahaan asuransi
yang terdaftar di BEI.
Ketiga, likuiditas, umur, dan
size secara parsial mempunyai
pengaruh positif terhadap
return on asset perusahaan
asuransi yang terdaftar di BEI.
X:
Leverage
Likuiditas
Umur
Size
Y:
ROA
26. Abd Ghofar
(2012) Universitas
Islam Negeri Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
Pengaruh premi,
klaim, investasi dan
profitabilitas
terhadap
pertumbuhan aset
pada perusahaan
Asuransi Syariah di
Indonesia
Analisis
statistik
deskriptif,
uji asumsi
klasik, uji
hipotesis
Variabel premi tidak
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan aset, Variabel
klaim berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan aset.
Variabel investasi dan Variabel
profitabilitas berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan aset
X:
Premi
Klaim
Investasi
Profitabilitas
Y:
Pertumbuhan
Aset
27. Rina Dhaniati
(2011) Universitas
Gunadarma
Analisis pengaruh
RBC, Rasio
underwriting, rasio
hasil investasi, rasio
penerimaan premi,
dan rasio beban
klaim terhadap laba
perusahaan asuransi
Uji
asumsi
klasik,
koefisien
determina
si, analisis
regresi
linier
berganda,
uji
hipotesis
Secara parsial, RBC
berpengaruh positif terhadap
jumlah laba, rasio underwriting
tidak berpengaruh terhadap
jumlah laba, rasio hasil
investasi berpengaruh positif
terhadap jumlah laba.
Rasio penerimaan premi
berpengaruh positif terhadap
jumlah laba, dan rasio beban
klaim berpengaruh negatif
X:
Risk Based
Capital
Underwriting
Hasil
Investasi
Penerimaan
Premi
84
Peneliti
(1)
Model
Analisis
(2)
Hasil Peneliti
(3)
Variabel
yang diteliti
(4)
terhadap jumlah laba.
Secara simultan RBC,
underwriting, hasil investasi,
penerimaan premi, dan beban
klaim bersama-sama
berpengaruh terhadap laba.
Beban klaim
Y:
Laba
85
C. Kerangka Pemikiran
Variabel Independen:
Pertumbuhan Premi
Hasil Investasi
Leverage
Claim Loss Ratio
Tingkat dengan Nilai
Risk Based Capital
Tingkat Efisiensi
Variabel Dependen:
Return On Asset
Model Estimasi Data Panel
Common Effect
Fixed Effect Random Effect
Uji Chow Uji Hausman
Model Yang Terpilih
Uji Asumsi Klasik
Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
86
D. Keterkaitan Antar Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Keterkaitan Pertumbuhan Premi dengan Kinerja Keuangan
Pertumbuhan Premi adalah variabel keuangan penting lainnya yang
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan asuransi. Oleh karena itu
pertumbuhan dalam premi perusahaan telah beralasan telah mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan asuransi dan ini telah sering dipelajari.
Pertumbuhan premi yang diukur dengan perubahan persentase dalam total
aset atau kadang-kadang sebagai persentase perubahan dalam premi
perusahaan asuransi, Tingkat pertumbuhan premi mengukur tingkat penetrasi
pasar (Sula, 2004).
Pendapatan premi pada asuransi syariah adalah pendapatan premi asuransi
yang diperoleh melalui penjualan produk dan jasa asuransi ke peserta
asuransi. Pendapatan premi adalah jumlah pendapatan premi resmi dari
penjualan polis asuransi yang biasanya diukur dalam periode satu tahun.
Pendapatan ini merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi laba
perusahaan asuransi. Oleh karena itu, penetapan premi mempunyai peranan
yang penting dalam strategi perusahaan. Tarif premi yang ditetapkan oleh
perusahaan asuransi sebagian besar didasari oleh jumlah risiko yang akan
ditanggung oleh perusahaan asuransi tersebut untuk polis yang diterbitkan
(Lasisi, 2018).
Jika perusahaan asuransi secara konsisten salah menilai risiko yang akan
ditanggung, maka premi yang ditetapkan tidak akan cukup untuk membayar
klaim dan manfaat yang dijanjikan. Namun tidak didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Juwita (2017) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan
87
premi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Sedangkan pertumbuhan premi berpengaruh signifikan positif terhadap
kinerja keuangan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Salsabila
(2017) dan Ayu (2017) yang menyatakan bahwa pertumbuhan premi
memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan
penjelasan di atas maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H1: Pertumbuhan Premi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Asuransi Syariah,
2. Keterkaitan Hasil Investasi dengan Kinerja Keuangan
Menurut (Anshori, 2013) Investasi keuangan menurut syariah dapat
berkaitan dengan kegiatan perdagangan atau kegiatan usaha, di mana kegiatan
usaha dapat berbentuk usaha yang berkaitan dengan suatu produk atau aset
maupun usaha jasa Suatu portofolio adalah kumpulan bentuk investasi yang
terpadu untuk tujuan mendapatkan keuntungan investasi. Tujuan utama dari
pembentukan suatu portofolio adalah tidak lain untuk mendapatkan hasil yang
optimal dengan resiko yang minimal. Hasil investasi tersebut diperoleh dari
penanaman modal dengan melakukan diversifikasi portofolio untuk
mendapatkan perolehan bagi hasil yang optimum. Hasil investasi memegang
peranan penting bagi pendapatan perusahaan asuransi syariah. Oleh karena
itu, agar sebuah bisnis sukses dan dapat menghasilkan untung, hendaklah
bisnis itu didasarkan pada keputusan yang sehat, bijaksana, dan hati-hati.
Menurut (Sula, 2004) Hasil yang akan dicapai dengan pengambilan
keputusan yang sehat akan ini akan nyata dan tahan lama. Pada asuransi jiwa
syariah keuntungan yang diperoleh dari hasil investasi yang dilakukan
88
melalui instrumen investasi yang dibenarkan syar’i, dilakukan bagi hasil
sesuai sistem bagi hasil yang diperjanjikan. Besarnya bagi hasil tergantung
kondisi perusahaan, semakin sehat dan besar profit yang diperoleh
perusahaan asuransi, semakin besar pula porsi bagi hasil yang diberikan
kepada peserta.
Ini berarti semakin besar premi yang diterima perusahaan asuransi,
semakin besar pula dana yang dapat diinvestasikan sehingga diperoleh hasil
investasi yang besar, dimana semakin besar hasil investasi maka semakin
besar pula laba yang diperoleh perusahaan. Dalam penelitian lain yang
dilakukan oleh Supiyanto (2015) dan Juwita (2017) yang menyatakan bahwa
Hasil Investasi memiliki pengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H2: Hasil Investasi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Asuransi Syariah.
3. Keterkaitan Leverage dengan Kinerja Keuangan
Menurut (Mehari dan Tilahun, 2013) Perusahaan asuransi bisa berhasil
dengan mengambil risiko leverage yang wajar atau bisa menjadi bangkrut jika
risikonya beresiko lepas kendali. Namun demikian bukti empiris lebih
mendukung pandangan bahwa risiko leverage mengurangi kinerja
perusahaan. Ini adalah rasio keuangan yang menunjukkan persentase aset
perusahaan yang dibiayai dengan utang. Leverage diukur sebagai total
kewajiban terhadap total aset. Dalam penelitian ini rasio total kewajiban
terhadap total aset diambil sebagai variabel independen.
Penggunaan utang ternyata menjadi bermanfaat karena dapat mengurangi
besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Penggunaan utang
89
tidak selamanya merugikan perusahaan maupun pemegang saham selama
proporsinya tidak melebihi batas tertentu. Perusahaan yang menggunakan
utang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage, Semakin besar
proporsi utang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal sendiri
akan menanggung risiko yang semakin besar.
Karena itu semakin tinggi financial leverage, semakin tinggi beta equity.
Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total utang jangka panjang dibagi
dengan total aktiva. Variabel ini mempunyai hubungan positif dengan beta.
Namun tidak didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2016) yang
menunjukkan bahwa Leverage tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan. Sedangkan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Clara (2013) yang menunjukkan bahwa Leverage berpengaruh terhadap
kinerja keuangan. Berdasarkan penjelasan di atas maka diperoleh hipotesis
sebagai berikut:
H3: Leverage berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Asuransi Syariah
4. Keterkaitan Claim Loss Ratio dengan Kinerja Keuangan
Menurut (Ketut, 2009) Rasio klaim adalah sesuatu yang sangat spesifik
untuk bisnis asuransi. Hutang klaim adalah persentase dari pendapatan
premium. Ini juga dikenal sebagai rasio kerugian klaim. Rasio klaim
mengukur jumlah klaim dalam suatu periode dan membagi itu dengan premi
yang diterima untuk periode yang sama. Menurut (Emmanuel, 2018) Asuransi
adalah bisnis mengelola risiko likuiditas dan penting untuk memiliki
pemahaman menyeluruh tentang klaim yang terjadi perbandingan.
90
Jika nilainya lebih tinggi dari yang diharapkan atau norma yang
ditetapkan. maka penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mencari tahu
mengapa itu terjadi. Penting untuk menyelidiki apakah ada ancaman penipuan
asuransi. Jika rasio lebih rendah dari yang diharapkan, itu bisa menunjukkan
produk yang tidak relevan atau kesulitan dalam mengklaim, mungkin
mempengaruhi kepuasan pelanggan, dan jelas membutuhkan lebih banyak
penyelidikan.
Secara umum prosedur klaim pada asuransi kerugian (umum) hampir
sama, baik pada asuransi syariah maupun konvensional. Yang membedakan
dari masing-masing perusahaan adalah kecepatan dan kejujuran dalam
menilai suatu klaim. Teori menyatakan bahwa beban merupakan pengurang
pendapatan untuk memperoleh laba. (Nafarin, 2009) Ini berarti jika beban
klaim rendah, laba yang diperoleh akan tinggi dan jika beban tinggi maka
laba yang akan diperoleh rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2017) yang menunjukkan bahwa
Claim Loss Ratio tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fauziah (2017) dan Eka (2016) yang menyatakan bahwa Claim Loss Ratio
memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan
penjelasan di atas maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H4: Claim Loss Ratio berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Asuransi Syariah
91
5. Keterkaitan Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital dengan
Kinerja Keuangan
Risk Based Capital menyatakan bahwa Departemen keuangan telah
mengeluarkan peraturan baru dalam menghitung tingkat solvabilitas
perusahaan asuransi berdasarkan metode Risk Based Capital. Risk based
capital adalah modal minimum yangharus disediakan oleh setiap perusahaan
asuransi atau perusahaan reasuransi untuk menutup setiap kemungkinan
kegagalan pengelolaan asset dan berbagai risiko lainnya. Perusahaan asuransi
di Indonesia wajib melaporkan rasio solvabilitas mereka ke Pemerintah secara
berkala, biasanya kuartalan. Dan ketentuan minimum yang ditetapkan
sekarang bagi rasio tersebut adalah 120%. Jadi sebuah perusahaan asuransi
harus memiliki tingkat RBC minimal sebesar 120%. Dan semakin tinggi RBC
sebuah perusahaan asuransi, maka bisa dikatakan bahwa perusahaan asuransi
tersebut semakin baik dan sehat.
Sama halnya dengan salah satu perusahaan asuransi yang baru-baru ini
mengeluarkan laporan keuangan tahunannya yang didalamnya juga
menjelaskan bahwa RBC perusahaan tersebut sudah mencapai 1000% lebih.
Risk Based Capital adalah salah satu metode pengukuran Batas Tingkat
Solvabilitas yang disyaratkan dalam undang-undang dalam mengukur tingkat
kesehatan keuangan sebuah perusahaan asuransi untuk memastikan
pemenuhan kewajiban Asuransi dan Reasuransi dengan mengetahui besarnya
kebutuhan modal perusahaan sesuai dengan tingkat resiko yang dihadapi
perusahaan dalam mengelola kekayaan dan kewajibannya (Ludovicus, 2006).
92
Namun tidak didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2018)
dan Rahayu (2017) yang menunjukkan bahwa Tingkat Kesehatan dengan
Nilai Risk Based Capital tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sitompul (2018) menyatakan bahwa Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk
Based Capital memiliki pengaruh signifikan positif terhadap Kinerja
Keuangan. Berdasarkan penjelasan di atas maka diperoleh hipotesis sebagai
berikut:
H5: Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital berpengaruh
signifikan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah
6. Keterkaitan Tingkat Efisiensi dengan Kinerja Keuangan
Menurut (Suseno, 2008) efisiensi juga dapat didefenisikan sebagai
perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input), atau jumlah yang
dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat
dikatakan efisiensi apabila mempergunakan jumlah unit input yang lebih
sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan
perusahaan lain untuk menghasilkan jumlah output yang lebih besar.
Menurut (Atmawardhana, 2006) efisiensi juga bisa diartikan sebagai rasio
antara input dan output. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu
apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar,
input yang lebih kecil dapat menghaslkan output yang lebih besar, dengan
input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi.
Dalam pendekatan ini bank atau lembaga keuangan lain sebagai produser dari
rekening tabungan dan kredit pinjaman.
93
Dengan demikian, definisi output pada pendekatan ini adalah
penjumlahan dari rekening-rekening tersebut. Sedangkan inputnya adalah
jumlah tenaga kerja, pengeluaran modal pada aktiva tetap dan material
lainnya. Pendekatan ini lebih cocok untuk mengevaluasi kinerja efisiensi
untuk suatu cabang pada suatu bank atau lembaga keuangan. Oleh karena itu
dapat dimungkinkan bahwa kinerja perusahaan juga semakin meningkat. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurfareza (2018) dan
Diah (2017) yang menyatakan bahwa tingkat efisiensi memiliki pengaruh
signifikan positif terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan penjelasan di atas
maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H6: Tingkat Efisiensi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Asuransi Syariah
94
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian dengan pendekatan
kuantitatif, yang merupakan suatu proses untuk menemukan pengetahuan
yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan
mengenai apa yang ingin diketahui. Jenis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif analitik, yaitu menggambarkan suatu kondisi atau fenomena
tertentu, tidak memilah- milah faktor atau variabel tertentu serta menganalisis
hasil dari laporan keuangan yang ada. Adapun sifat dari penelitian ini
termasuk kedalam kategori penelitian komparatif (comparative research),
yaitu penelitian yang bersifat membandingkan (Kasiram, 2008).
B. Sumber Data
1. Jenis Data
Data yang dibutuhkan peneliti adalah laporan keuangan perusahaan
asuransi syariah di Indonesia tahun 2013 – 2017
2. Jenis Data
Sumber data adalah sumber dari mana data diperoleh. Adapun sumber
data dalam penelitian ini adalah terdiri dari sumber data primer dan sumber
data sekunder serta data cross section dan time series.
a. Sumber Data Primer
Menurut (Sekaran, 2011) data primer adalah data yang
dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu organisasi secara
langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi yang
bersangkutan yang dapat berupa interview, observasi.
94
Data yang dikemukakan atau yang digambarkan sendiri oleh orang atau
pihak yang terlibat dalam proses penyusunan laporan keuangan
perusahaan asuransi syariah di Indonesia. yaitu dari:
1) Para Manajer Utama Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia
2) Para Karyawan atau pegawai yang bertugas dalam penyusunan
laporan keuangan Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia
3) Dokumentasi laporan keuangan Neraca, Laporan Laba atau
Rugi dan Laporan Arus kas pada Perusahaan Asuransi Syariah di
Indonesia periode 2013 - 2017
4) Dokumentasi perkembangan persentase laba Perusahaan
Asuransi Syariah di Indonesia pada tahun atau periode 2013 -
2017
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dan
disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh
berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data
dokumentasi dan arsip-arsip resmi. Data sekunder yang digunakan
peneliti adalah laporan keuangan tahunan (annual report) yang berupa
laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan penutupan tahunan
untuk perusahaan asuransi syariah di Indonesia tahun 2013-2017 yang
diperoleh dari website Otoritas Jasa Keuangan dan website resmi
perusahaan asuransi syariah terkait.
1) Sumber Data Cross Section
Data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu (at a
95
point of time) untuk menggambarkan keadaan dan kegiatan pada
waktu tersebut. Misalnya: data penelitian yang menggunakan
kuesioner.
2) Sumber Data Time Series
Data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk melihat
perkembangan suatu kejadian atau kegiatan selama periode
tersebut. Misalnya, perkembangan uang beredar, harga 9 macam
bahan pokok penduduk (Sekaran, 2011).
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
penulis untuk mendapatkan data sekunder dalam penelitian ini adalah
kepustakaan (library research), dalam penelitian ini. Data yang digunakan
merupakan data-data sekunder yang diperoleh melalui situs dan website resmi
OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan website atau situs resmi perusahaan
asuransi syariah di Indonesia. Yaitu berupa informasi perusahaan-perusahaan
asuransi syariah di Indonesia dan laporan keuangan yang terdiri dari rasio-
rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan tersebut selama
periode 2013-2017 (Sekaran, 2011).
D. Populasi dan Sampel
Menurut (Sugiyono, 2005) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan dari objek
96
penelitian yaitu, keseluruhan perusahaan asuransi umum serta unit syariah
dan perusahaan asuransi jiwa serta unit syariah yang telah terdaftar di Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) serta
memiliki kelengkapan data dalam Laporan Keuangan setiap tahunnya (tahun
2013-2017) yang berjumlah 58 perusahaan. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian
dalam penelitian ini adalah perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia yang
tergolong efektif dalam mempertahankan kinerja keuangannya melalui
instrumen keuangan lindung nilai pada tahun 2013-2017 dengan kriteria-
kriteria tertentu. Penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu dalam
penelitian disebut sebagai teknik penarikan sampel dengan metode purposive
sampling.
Tabel 3.1
Penentuan sampel berdasarkan kriteria
Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah
Perusahaan yang termasuk
perusahaan Asuransi Syariah di
Indonesia dengan periode 2013-2017
58
Tidak memenuhi kriteria 1: Asuransi
syariah yang tidak mempublikasikan
laporan keuangan publikasi tahunan
dari tahun 2013-2017
5
Tidak memenuhi kriteria 2: Asuransi
syariah yang tidak lengkap
mempublikasikan laporan keuangan
publikasi tahunan dari tahun 2013-
2017
19
Yang dapat dijadikan sampel 34
97
Tabel 3.2
Daftar Sampel
No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan
1. PT Asuransi AIA Syariah 18. PT Asuransi Adira Dinamika
2. PT Asuransi Jiwa Amanah
Giri Artha
19. PT Axa Mandiri Financial
Services
3. PT Asuransi Manulife Syariah 20. PT Asuransi Allianz Life
Indonesia
4. PT Axa Financial Indonesia 21. PT Asuransi Staco Mandiri
5. PT Asuransi Sinar Mas
Syariah
22. PT Asuransi Jiwa Mega Life
6 PT Asuransi Bumiputera
Syariah
23. PT Asuransi Takaful Umum
7 PT Panin Daichi Life 24. PT Asuransi Syariah BNI Life
8 PT Great Estern Life
Indonesia
25. PT Asuransi Takaful Keluarga
9 PT Asuransi Jasaraharja Putera 26. PT Asuransi Jiwa Mega Life
10 PT Avrist Assurance 27. PT Asuransi Chubb Life
Insurance Indonesia
11. PT Sun Life Financial
Indonesia
28. PT Asuransi BRIngin Sejahtera
Artamakmur
12. PT Tokio Marine Life
Insurance
29. PT Financial Wiramitra
Danadyaksa
13. PT Asuransi Astra Buana 30. PT Asuransi Bangun Askrida
14. PT Asuransi Tugu Pratama
Indonesia
31. PT Asuransi Parolamas
15. PT Asuransi Central Asia 32. PT Asuransi Tri Pakarta
16. PT Asuransi Prudential
Syariah
33. PT Asuransi Wahana Tahta
17. PT Asuransi Jiwa Bringin Jiwa
Sejahtera
34. PT Reasuransi Nasional
Indonesia
98
Berdasarkan kriteria diatas, maka sampel perusahaan asuransi yang
dijadikan objek penelitian berjumlah 34 perusahaan dari jumlah
keseluruhan 58 perusahaan. Hal ini juga disebabkan karena regulator
(OJK) tidak bersedia dalam memberikan data dan beberapa perusahaan
tidak mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap. Sehingga
penulis hanya mendapatkan data laporan keuangan tahunan dari website-
website perusahaan asuransi syariah yang bersangkutan.
E. Teknik Analisis Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dan didapatkan dengan cara:
1. Metode dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan,
mencatat, dan mengkaji data sekunder secara tidak langsung
melalui media perantara yang berupa laporan tahunan dan
laporan keuangan dari seluruh perusahaan terkait dalam hal
ini yaitu Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia yang
terdaftar di OJK dan ASSI dari tahun 2013-2017.
2. Metode studi pustaka, yaitu merupakan cara memperoleh
data dari berbagai literatur pustaka seperti jurnal, karya
ilmiah, artikel dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan
dengan penelitian ini.
3. Pencarian internet, yaitu dengan cara memperoleh data
dengan menggunakan bantuan teknologi pencarian di internet
guna mendukung penelitian ini.
99
a. Analisis Statistik Deskriptif
Menurut (Winarno, 2015) statistika deskriptif adalah
analisis paling sederhana dalam statistik. Statistik deskriptif
adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Sedangkan menurut (Sugiyono, 2011) analisis ini
digunakan dengan mendeskripsikan dan menggambarkan
mengenai data yang digunakan dalam penelitian secara
ringkas. Statistik deskriptif dapat menyajikan data dalam
bentuk tabel ataupun grafik. Dan menurut (Ghozali, 2013)
statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standard deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan
skewness (kemencengan distribusi).
b. Analisis Regresi Data Panel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
time series (runtut waktu) dan cross section (seksi silang) atau
biasa disebut data panel. data panel adalah jenis data yang
merupakan gabungan antara data runtut waktu dengan data
seksi silang. Oleh karenanya, data panel memiliki gabungan
karakteristik kedua jenis data tadi, yaitu: terdiri atas beberapa
objek dan meliputi beberapa periode waktu (Winarno, 2015).
100
Data bersifat time series karena data dalam penelitian
ini adalah data dalam interval waktu tertentu, dalam penelitian
ini yaitu tahun 2013-2017. Sedangkan data cross section
adalah data pada suatu kurun tertentu pada beberapa
perusahaan. Uji regresi data panel dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen yaitu Pertumbuhan Premi, Hasil Investasi,
Leverage, Claim Loss Ratio, Tingkat Kesehataan dengan Nilai
Risk Based Capital, Tingkat Efisiensi terhadap variabel
dependen yaitu Return On Asset. Model regresi panel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Yit = α + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + +
β5X6it + e
Dimana:
Y = Return On Asset
X1 = Pertumbuhan Premi
X2 = Hasil Investasi
X3 = Leverage
X4 = Claim Loss Ratio
X5 = Tingkat Kesehataan dengan Nilai Risk Based Capital
X6 = Tingkat Efisiensi
α = Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5, β6= Koefisien regresi variabel independen
101
Menurut (Winarno, 2015) menyatakan regresi data panel
terdapat tiga model estimasi yang dapat digunakan antara lain
sebagai berikut:
1) Model Common Effect
Merupakan pendekatan model data panel yang paling
sederhana karena hanya mengkombinasikan data time
series dan data cross section dan mengestimasikannya
dengan menggunakan pendekatan kuadran terkecil
(Ordinary Least Square atau OLS). Pada model ini tidak
diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga
diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan adalah sama
dalam berbagai kurun waktu.
2) Model Fixed Effect
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar
individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya,
dimana setiap individu merupakan parameter yang tidak
diketahui. Oleh karena itu, untuk mengestimasi data panel
model fixed effect menggunakan teknik variable dummy
untuk menangkap perbedaan intersep antar perusahaan.
Perbedaan intersep tersebut dapat terjadi karena adanya
perbedaan budaya kerja, manajerial, dan insentif. Namun
demikian sama antar perusahaan. Karena menggunakan
variable dummy, model estimasi ini disebut juga dengan
teknik Least Square Dummy Variable (LSDV).
102
3) Model Random Effect
Model ini akan mengestimasi data panel dimana
variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar
waktu dan antar individu. Berbeda dengan fixed effect
model, efek spesifik dari masing-masing individu
diperlakukan sebagai bagian dari komponen error yang
bersifat acak (random) dan tidak berkorelasi dengan
variabel penjelas yang teramati. Keuntungan menggunakan
random effect model ini yakni dapat menghilangkan
heteroskedastisitas. Model ini disebut juga dengan Error
Component Model (ECM).
Metode yang tepat untuk mengakomodasi model
random effect ini adalah Generalized Least Square (GLS),
dengan asumsi komponen error bersifat homokedastik dan
tidak ada gejala cross-sectional correlation. Pengelolaan
data dalam penelitian ini menggunakan software Eviews
9.0 untuk mendapatkan analisis regresi data panel yang
terbaik antara model common, fixed atau random effect,
maka dilakukan teknik pemilihan model.
4) Uji Chow
Uji ini dilakukan untuk menentukan model common
effect atau fixed effect yang paling tepat digunakan dalam
mengestimasi data panel. Untuk melakukan uji chow, data
103
diregresikan terlebih dahulu dengan menggunakan model
common effect dan fixed effect, kemudian dilakukan fixed
atau random effect testing dengan menggunakan redundant
fixed effect-likelihood ratio. Jika nilai probabilitas cross
section F lebih besar dari 0,05 maka model yang terpilih
adalah common effect. Sebaliknya, jika nilai probabilitas
cross section F lebih kecil dari 0,05 maka model yang
terpilih adalah fixed effect.
c. Uji Hausman
Uji ini dilakukan untuk menentukan model fixed effect atau
random effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data
panel. Untuk melakukan uji hausman, data juga diregresikan dengan
model fixed effect dan random effect, kemudian dilakukan fixed atau
random effect testing dengan menggunakan correlated random effect-
hausman test. Jika nilai probabilitas cross section random lebih besar
dari 0,05 maka model yang terpilih adalah random effect. Sebaliknya,
jika nilai probabilitas cross section random lebih kecil dari 0,05 maka
model yang terpilih adalah fixed effect.
d. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variable independen dan variabel dependen
keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model yang baik
adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
104
Pengujian normalitas akan dilakukan dengan menguji
kolmogorov-smirnov dengan tingkat signifikansi 0,05. Dengan
dasar pengambilan keputusan berikut ini:
(a) Bila Asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05 maka data berdistribusi
normal.
(b) Bila Asymp. Sig. (2 tailed) < 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal (Ghozali, 2013).
2) Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independent. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antara variabel independent. Jika variabel independen
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol. Pengujian
ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat
dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai variance
inflation factor (VIF). Nilai yang umum digunakan untuk
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤
0,10 atau nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013).
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apaka suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
105
Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problemautokorelasi.
Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model
regresi dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini dilakukan
uji autokorelasi dengan menggunakan uji run test. Run test
sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan
untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang
tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test
digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara
random atau tidak.
Pengujian autokorelasi akan dilakukan dengan uji run test
dengan tingkat signifikansi 0,05, Dengan dasar pengambilan
keputusan berikut ini:
(a) Bila Asymp. Sig. (2 tailed) > 0,05 maka residual random atau
tidak terjadi autokorelasi.
(b) Bila Asymp. Sig. (2 tailed) < 0,05 maka residual tidak random
atau terjadi auokorelasi (Ghozali, 2013).
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
106
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat grafik plot antara variabel terikat dengan
residualnya. Cara mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dengan melihat grafik plot adalah sebagai
berikut:
(a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit), maka mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.
(b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
e. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan cara menguji goodness of fit
model. Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual
dapat diukur dari goodness of fit model. Secara statistik, goodness of
fit model dapat diukur dari nilai koefisien determinasi (), nilai
statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan
secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah
kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan
apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima
(Ghozali, 2013).
107
1) Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antaranol dan satu.
Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan
variabel - variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2013).
2) Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan kedalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variable dependen.
Kriteria pengujian uji statistik F sebagai berikut:
1. Ha ditolak apabila value > 0,05 atau bila nilai signifikansi lebih
dari nilai α 0,05 berarti variabel independen tidak berpengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
2. Ha diterima apabila value = 0,05 atau bila nilai signifikansi
kurang dari atau sama dengan nilai α 0,05 berarti variabel
independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013).
108
3) Uji Statistik t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Kriteria pengujian uji statistik t sebagai
berikut:
1. Ha ditolak apabila value > 0,05 atau bila nilai signifikansi lebih
dari nilai α 0,05 berarti variabel independen secara individual
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Ha diterima apabila value = 0,05 atau bila nilai signifikansi
kurang dari atau sama dengan nilai α 0,05 berarti variabel
independen secara individual berpengaruh terhadap variabel
dependen. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan enam
variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen).
Maka definisi setiap variabel adalah sebagai berikut: (Ghozali,
2013)
f. Operasional Variabel Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2011) variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat).
1) Pendapatan Premi (X1)
Pendapatan premi merupakan unsur yang paling penting
dalam sebuah perusahaan, karena pendapatan akan dapat
menentukan maju mundurnya suatu perusahaan. Oleh karena
109
itu perusahaan harus semaksimal mungkin untuk memperoleh
pendapatan yang memuaskan. Dan diharapkan dapat
menggunakan segala sumber yang ada dalam perusahaan
dengan seefisien mungkin. Pendapatan premi adalah premi
yang diperoleh sehubungan dengan kontrak asuransi dan
reasuransi diakui sebagai pendapatan selama periode polis
(kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang
diberikan.
Pendapatan perusahaan asuransi sebagian besar diperoleh
melalui premi asuransi dan pendapatan investasi. Pendapatan
premi asuransi diperoleh melalui penjualan produk dan jasa
asuransi ke tertanggung. Pendapatan investasi diperoleh
perusahaan asuransi jiwa melalui penanaman modal dengan
melakukan diversifikasi portofolio untuk mendapatkan
perolehan bunga/bagi hasil yang optimum.
Premi = Kenaikan / Penurunan Premi Netto
Premi Netto tahun lalu
2) Hasil Investasi (X2)
Menurut (Rodoni dan Ali, 2010) investasi adalah
komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh
sejumlah keuntungan di masa yang akan datang yang sesuai
dengan syariah Islam. Hasil investasi merupakan sebuah hasil
dari dana yang telah terkumpul dari investasi yang
110
didalamnya terdapat keuntungan dan keuntungan tersebut
dibagi kepada pihak tertanggung dan pihak yang
menanggung. Keuntungan (Profit) yang dihasilkan oleh
perusahaan asuransi dari hasil investasi dana nasabah harus
dibagi sesuai dengan akad yang disepakati antara kedua belah
pihak 40:60, maka realita pembagian keuntungan juga harus
mengacu pada ketentuan tersebut.
Hasil Investasi = Pendapatan Investasi
× 100%
(rata-rata) kekayaan
3) Leverage (X3) =
Total Kewajiban
Total Asset Loss Ratio
4) Rasio Beban Klaim (X4) =
Klaim yang terjadi
Pendapatan Premi
5) Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital (X5)
Semua perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi
wajib memiliki tingkat solvabilitas (Risk Based Capital)
minimal 120% dari risiko yang mungkin timbul sebagai akibat
dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban atau
serendahnya-rendahnya mencapai angka 100% sehingga dapat
diberi kesempatan untuk melakukan penyesuaian dan
meningkatkan batas solvabilitasnya dalam jangka waktu
111
tertentu. Rumus perhitungan Risk Based Capital sebagai
berikut:
Risk Based Capital = Tingkat Solvabilitas
Batas Tingkat Solvabilitas Minimum
Risk Based Capital: salah satu metode pengukuran Batas
Tingkat Solvabilitas yang disyaratkan dalam undangundang
dalam mengukur tingkat kesehatan keuangan sebuah perusahaan
asuransi untuk memastikan pemenuhan kewajiban. Asuransi dan
Reasuransi dengan mengetahui besarnya kebutuhan modal
perusahaan sesuai dengan tingkat resiko yang dihadapi
perusahaan dalam mengelola kekayaan dan kewajibannya.
6) Tingkat Efisiensi
Pengukuran efisiensi bisa dilakukan dengan tiga
pendekatan, yaitu: Pendekatan rasio, mengukur efisiensi dengan
cara menghitung perbandingan output dengan input yang
digunakan. Pendekatan rasio akan dinilai efisien yang tinggi jika
memproduksi output yang maksimal dengan input yang minimal.
Efficiency = Ouput / Input
Variabel Output: Variabel Input:
- Premi - Hasil Investasi
- Claim Loss Ratio - Leverage
- Total Asset - Risk Based Capital
112
Variabel Dependen
1) Kinerja Keuangan (Y)
Menurut (Brigham dan Houston, 2001) analisis kinerja
keuangan yang dilakukan pada dasarnya ialah untuk
mengevaluasi kinerja di masa lalu, dengan melakukan berbagai
analisis, sehingga diperoleh posisi keuangan perusahaan yang
mewakili realitas perusahaan dan potensi-potensi kinerja yang
akan berlanjut dan berdasrkan evaluasi yang dilakukan terhadap
kinerja dimasa-masa yang lalu, dapat dilakukan prediksi terhadap
kinerja perusahaan di masa mendatang, sehingga evaluasi untuk
nilai perusahaan dapat dilakukan untuk mengambil berbagai
keputusan-keputusan investasi (termasuk kredit) yang harus
dilakukan pada saat ini. Pengembalian atas total aktiva (ROA)
dihitung dengan cara membandingkan laba bersih yang tersedia
untuk pemegang saham biasa dengan total aktiva.
ROA = Laba bersih
Total aktiva
Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja
perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian
investasi semakin besar. Nilai ini mencerminkan pengembalian
perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan
pada perusahaan.
113
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Pada bab ini akan dijelaskan analisis dan pembahasan data yang
berkaitan antara yaitu pertumbuhan premi, hasil investasi, leverage, claim
loss ratio, tingkat kesehatan dengan nilai risk based capital, tingkat efisiensi
dengan kinerja keuangan. Pada bab ini juga akan menjelaskan mengenai
analisis deskriptif, pengujian hipotesis, dan interpretasi hasil pengujian yang
telah peneliti lakukan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi data panel dengan menggunakan bantuan program
Microsoft Excel 2013 dan Eviews versi 9. Objek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan asuransi syariah di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan
asuransi syariah di Indonesia selama periode 2013- 2017. Data sekunder
tersebut diperoleh dari website masing-masing perusahaan asuransi syariah
maupun website Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id) dan website
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (www.aasi.or.id).
Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan asuransi syariah
yang ada di Indonesia selama tahun 2013-2017, yaitu sebanyak 34
perusahaan asuransi syariah. Dari keseluruhan populasi, dilakukan teknik
pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan menyeleksi
114
perusahaan asuransi syariah yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
oleh peneliti. Berdasarkan Teknik pengambilan sampel tersebut diperoleh 34
perusahaan asuransi syariah yang layak dijadikan sampel. Berikut
merupakan data yang di deskripsikan yang terdiri dari data dependen yaitu
Return On Asset dan data independen yang berjumlah enam yaitu
pertumbuhan premi, hasil investasi, leverage, claim loss ratio, tingkat
kesehatan dengan nilai risk based capital, tingkat efisiensi sebagai berikut:
2. Deskripsi Variabel Return On Asset
Menurut (Brigham dan Houston, 2001) return on assets (ROA)
merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan,
rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan
perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian
diproyeksikan di masa yang akan datang.
Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta
perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing
yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang
digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Rasio laba bersih terhadap
total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga
dan pajak. Istilah ROA dengan Net Earning Power Ratio yaitu kemampuan
dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan neto.
115
Tabel 4.1
Pertumbuhan ROA Perusahaan Asuransi Syariah 2013-2017
2013 2014 2015 2016 2017
AIA 0,4 0,41 0,37 0,37 0,33
AMN 0,15 0,11 0,13 0,14 0,15
MNLF 0,36 0,29 0,34 0,29 0,34
AXA 0,27 0,22 0,24 0,23 0,24
SINAR 0,43 0,36 0,35 0,33 0,27
BUMP 0,14 0,05 0,16 0,2 0,25
PANIN 0,13 0,27 0,25 0,25 0,24
GREAT 0,15 0,18 0,11 0,16 0,15
JASAR 0,07 0,08 0,06 0,08 0,2
AVRS 0,32 0,27 0,28 0,22 0,24
SUNL 0,35 0,3 0,31 0,32 0,32
TOKIO 0,06 0,07 0,09 0,08 0,09
ASTR 0,19 0,22 0,33 0,3 0,33
TUGU 0,24 0,26 0,15 0,17 0,22
ACA 0,25 0,28 0,13 0,15 0,17
PRUDENT 0,35 0,34 0,41 0,35 0,34
BRING 0,07 0,1 0,09 0,11 0,1
ADR 0,32 0,29 0,26 0,27 0,23
MDR 0,44 0,43 0,4 0,41 0,4
ALLZ 0,37 0,39 0,39 0,29 0,33
STCO 0,23 0,25 0,2 0,19 0,2
MEGA 0,31 0,34 0,25 0,12 0,19
TKFU 0,39 0,33 0,27 0,25 0,37
BNI 0,29 0,3 0,29 0,28 0,3
TKFK 0,09 0,09 0,05 0,09 0,2
CHUB 0,1 0,12 0,11 0,1 0,11
BRI 0,16 0,17 0,18 0,13 0,1
FWD 0,11 0,11 0,12 0,2 0,23
ASKR 0,24 0,22 0,26 0,17 0,17
PRL 0,09 0,14 0,11 0,1 0,15
TRI 0,16 0,15 0,25 0,28 0,29
AIG 0,1 0,16 0,12 0,16 0,12
AWT 0 0,05 0,08 0,18 0,14
REA 0,28 0,17 0,2 0,15 0,14
RATA -
RATA
0,22 0,22 0,22 0,21 0,22
116
Sumber: Output Excel (data diolah), 2019
Gambar 4.1
Pertumbuhan ROA Perusahaan Asuransi Syariah 2013-2017
Berdasarkan tabel dan gambar 4,1, pada tahun 2013 dan 2014
pencapaian ROA dari tiga puluh empat perushaaan asuransi syariah
yang paling baik dicapai oleh PT Asuransi AIA Syariah sebesar 0,40
dan 0,41. Sedangkan terendah dicapai oleh PT Asuransi Wahana
Tahta yaitu sebesar 0,00 dan 0,5, dengan nilai rata-rata ROA sebesar
0,22.
Pada tahun 2015 pencapaian ROA dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT
Asuransi Prudential Syariah sebesar 0,41. Sedangkan terendah
dicapai oleh PT Asuransi Jasaraharja Putera yaitu sebesar 0,06,
dengan nilai rata-rata ROA sebesar 0,22.
Pada tahun 2016 pencapaian ROA dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Axa
Mandiri Financial Services sebesar 0,40. Sedangkan terendah dicapai
0.00
5.00
10.00
2013 2014 2015 2016 2017
ROA
117
oleh PT Asuransi Jasaraharja Putera yaitu sebesar 0,08 dengan nilai
rata-rata ROA sebesar 0,21.
Pada tahun 2017 pencapaian ROA dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Axa
Mandiri Financial Services sebesar 0,4. Sedangkan terendah dicapai
oleh PT Tokio Marine Life Insurance yaitu sebesar 0,09 dengan nilai
rata-rata ROA sebesar 0,22.
3. Deskripsi Variabel Pertumbuhan Premi
Premi pada asuransi syariah adalah sejumlah dana yang dibayarkan
oleh peserta yang terdiri dari Dana Tabungan dan Tabarru’ kepada
perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad (Sula, 2004).
Dana tabungan adalah titipan dari peserta asuransi syariah (life
insurance) dan akan mendapat alokasi bagi hasil (al-mudharabah) dari
pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Sedangkan
Tabarru’ adalah derma atau dana kebajikan yang diberikan dan
diikhlaskan oleh peserta asuransi jika sewaktu-waktu akan dipergunakan
untuk membayar klaim atau manfaat asuransi (life maupun general
insurance), Unsur tabarru’ pada asuransi jiwa, perhitungannya diambil
dari tabel mortalitas (harapan hidup) yang besarnya tergantung pada usia
dan masa perjanjian.
Premi merupakan faktor yang penting dalam asuransi baik bagi
penanggung maupun bagi tertanggung, premi juga bisa disebut dengan
118
istilah kontribusi atau dalam bahasa fiqh muamalah disebut al-
musahamah, kontribusi (al-musahamah) dalam perjanjian asuransi
syariah adalah pertimbangan keuangan (al-iwad) dari bagian peserta
yang merupakan kewajiban yang muncul dari perjanjian antara peserta
dengan pengelola.
Gambar 4.2
Pertumbuhan Premi Asuransi Syariah 2013 – 2017
Berdasarkan gambar dan tabel 4.2 pada tahun 2013
pencapaian Pertumbuhan Premi dari tiga puluh empat perusahaan
asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Asuransi Jiwa
Amanah Giri Artha sebesar 3,82. Sedangkan terendah dicapai oleh
PT Tokio Marine Life Insurance yaitu sebesar -2,77 dengan nilai
rata-rata Pertumbuhan Premi sebesar 0,41.
Pada tahun 2014 pencapaian Pertumbuhan Premi dari tiga
puluh empat perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai
oleh PT Financial Wiramitra Danadyaksa sebesar 2,97.
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pertumbuhan Premi
2013 2014 2015 2016 2017
119
Tabel 4.2
Pertumbuhan Pertumbuhan Premi Asuransi Syariah 2013 - 2017
2013 2014 2015 2016 2017
AIA 0,94 0,36 0,05 -0,02 0,02
AMN 3,82 0,25 -1,72 1,59 0,17
MNLF 0,67 0,48 0,73 0,38 0,43
AXA -0,15 -0,55 0,58 -0,06 0,29
SINAR 1,07 0,17 0,19 0,04 0,06
BUMP 0,53 -0,25 -0,55 0,12 0,24
PANIN -0,11 -0,04 -0,14 0,17 0,03
GREAT 0,80 -5,28 0,90 -0,38 0,82
JASAR 2,28 2,12 0,61 0,08 0,70
AVRS -0,61 -0,30 0,27 0,06 1,50
SUNL 0,79 0,33 0,42 0,43 0,80
TOKIO -2,77 0,08 -0,38 -0,54 1,09
ASTR 0,20 -0,14 -0,28 0,89 -0,11
TUGU 0,24 -0,81 -0,77 -0,72 0,25
ACA 0,34 -0,36 -0,26 0,02 0,11
PRUDENT 0,32 0,36 0,12 0,04 0,14
BRING -0,47 0,76 -0,75 0,71 0,14
ADR 0,04 0,37 0,15 0,34 0,12
MDR 0,17 -0,02 0,27 0,26 0,21
ALLZ 0,35 0,20 0,14 0,21 -0,02
STCO 0,53 -0,10 -0,26 0,18 1,16
MEGA 0,09 -0,35 -0,96 -2,44 1,59
TKFU -0,45 0,05 -0,85 -0,61 0,52
BNI 0,92 -1,24 0,63 1,03 0,23
TKFK 0,11 0,21 -0,16 -0,02 0,05
CHUB -0,52 -0,44 -0,51 -0,13 -0,12
BRI -0,59 1,17 1,23 2,25 2,31
FWD 3,56 2,97 2,67 3,32 3,48
ASKR 0,62 0,62 0,07 1,34 0,47
PRL 2,39 2,21 -0,26 0,48 -1,13
TRI -0,08 -0,34 -0,16 -0,61 0,52
AIG -0,81 0,00 0,05 0,06 0,06
AWT -0,98 0,87 2,11 1,75 -2,02
REA 0,71 0,34 -0,01 0,42 -0,14
RATA -
RATA 0,41 0,11 0,09 0,31 0,41
Sumber: Output Excel (data diolah), 2019
120
Sedangkan terendah dicapai oleh PT Great Estern Life Indonesia
yaitu sebesar -5,28 dengan nilai rata-rata pertumbuhan premi sebesar
0,11.
Pada tahun 2016 pencapaian Pertumbuhan Premi dari tiga
puluh empat perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai
oleh PT Financial Wiramitra Danadyaksa sebesar 3,32. Sedangkan
terendah dicapai oleh PT Asuransi Jiwa Mega Life yaitu sebesar -
2,44 dengan nilai rata-rata pertumbuhan premi sebesar 0,31.
Pada tahun 2017 pencapaian Pertumbuhan Premi dari tiga
puluh empat perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai
oleh PT Financial Wiramitra Danadyaksa sebesar 3,48. Sedangkan
terendah dicapai oleh PT Asuransi Wahana Tahta yaitu sebesar -2,02
dengan nilai rata-rata pertumbuhan premi sebesar 0,41.
4. Deskripsi Variabel Hasil Investasi
Menurut (Anshori, 2013) investasi keuangan menurut syariah dapat
berkaitan dengan kegiatan perdagangan atau kegiatan usaha, di mana
kegiatan usaha dapat berbentuk usaha yang berkaitan dengan suatu produk
atau aset maupun usaha jasa. Sedangkan menurut (Sula, 2004) suatu
portofolio adalah kumpulan bentuk investasi yang terpadu untuk tujuan
mendapatkan keuntungan investasi. Tujuan utama dari pembentukan suatu
portofolio adalah tidak lain untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan
resiko yang minimal. Hasil investasi tersebut diperoleh dari penanaman
121
-120.00
-100.00
-80.00
-60.00
-40.00
-20.00
0.00
20.00
Hasil Investasi
2013 2014 2015 2016 2017
modal dengan melakukan diversifikasi portofolio untuk mendapatkan
perolehan bagi hasil yang optimum. Hasil investasi memegang peranan
penting bagi pendapatan perusahaan asuransi syariah.
Gambar 4.3
Pertumbuhan Hasil Investasi Asuransi Syariah 2013 - 2017
Berdasarkan gambar dan tabel 4.3 pada tahun 2013 pencapaian Hasil
Investasi dari tiga puluh empat perusahaan asuransi syariah yang paling
baik dicapai oleh PT Sun Life Financial Indonesia sebesar 1,10. Sedangkan
terendah dicapai oleh PT Bumiputera yaitu sebesar -8,4 dengan nilai rata-
rata Hasil Investasi sebesar -2,78.
Pada tahun 2014 pencapaian Hasil Investasi dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Sun Life
Financial Indonesia sebesar 0.08. Sedangkan terendah dicapai oleh PT
Bumiputera yaitu sebesar -7,21 dengan nilai rata-rata Hasil Investasi
sebesar -2,87.
122
Tabel 4.3
Pertumbuhan Hasil Investasi Asuransi Syariah 2013 – 2017
2013 2014 2015 2016 2017
AIA -2,68 -2,70 -2,88 -2,76 -3,09
AMN -2,42 -3,19 -2,19 -2,42 -3,24
MNLF -1,42 -1,52 -1,57 -2,70 -2,44
AXA -1,99 -2,14 -2,28 -3,12 -2,77
SINAR -1,70 -1,78 -1,79 -1,75 -2,28
BUMP -8,04 -7,21 -3,62 -3,19 -3,07
PANIN -3,82 -2,36 -2,71 -2,54 -2,57
GREAT -3,18 -2,78 -3,65 -3,00 -3,03
JASAR -4,35 -4,25 -4,69 -4,32 -2,54
AVRS -1,47 -1,86 -1,77 -3,16 -3,00
SUNL 1,10 0,08 1,12 1,34 1,30
TOKIO -0,76 -0,89 -0,10 -2,89 -3,94
ASTR -2,44 -2,14 -2,36 -2,99 -2,62
TUGU -2,65 -2,39 -3,53 -3,53 -2,88
ACA -2,84 -2,68 -4,45 -4,00 -3,84
PRUDENT -0,84 -0,86 -1,07 -2,37 -2,58
BRING -5,35 -4,81 -5,05 -4,33 -4,15
ADR -2,42 -2,59 -2,82 -3,03 -3,37
MDR -0,55 -0,66 -1,13 -1,03 -2,97
ALLZ -2,47 -2,23 -2,03 -3,68 -3,30
STCO -2,81 -2,44 -2,82 -2,75 -2,62
MEGA -2,24 -1,84 -2,45 -3,51 -2,67
TKFU -6,70 -6,58 -6,05 -2,23 -0,04
BNI 0,07 -2,73 -2,95 -2,56 -2,71
TKFK -1,10 -3,96 -5,20 -3,91 -1,80
CHUB -4,87 -4,81 -1,30 -2,89 -3,08
BRI -3,12 -3,30 -3,14 -3,89 -4,57
FWD -1,92 -1,88 -3,44 -2,49 -2,00
ASKR -2,82 -2,93 -2,59 -2,70 -2,72
PRL -4,10 -4,01 -3,56 -3,86 -2,99
TRI -2,98 -3,14 -2,91 -2,60 -2,68
AIG -3,84 -2,78 -3,36 -4,13 -1,84
AWT -5,17 -5,14 -4,44 -3,16 -3,71
REA -2,53 -3,05 -2,33 -2,94 -3,08
RATA -
RATA
-2,78 -2,87 -2,80 -2,91 -2,73
Sumber: Output Excel (data diolah), 2019
123
Pada tahun 2016 pencapaian hasil investasi dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Sun Life
Financial Indonesia sebesar 1,24. Sedangkan terendah dicapai oleh Bumi
Putera syariah yaitu sebesar -4,33 dengan nilai rata-rata hasil investasi
sebesar -2,91.
Pada tahun 2017 pencapaian hasil investasi dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Sun Life
Financial Indonesia sebesar 1,30. Sedangkan terendah dicapai oleh PT
Takaful Umum yaitu sebesar -4,15 dengan nilai rata-rata hasil investasi
sebesar 2,73.
5. Deskripsi Variabel Leverage
Perusahaan asuransi bisa berhasil dengan mengambil risiko leverage
yang wajar atau bisa menjadi bangkrut jika risikonya beresiko lepas kendali.
Namun demikian bukti empiris lebih mendukung pandangan bahwa risiko
leverage mengurangi kinerja perusahaan. Ini adalah rasio keuangan yang
menunjukkan persentase aset perusahaan yang dibiayai dengan utang
(Mehari dan Tilahun, 2013).
Berdasarkan gambar dan tabel 4.4 pada tahun 2013 pencapaian
Leverage dari tiga puluh empat perusahaan asuransi syariah yang paling baik
dicapai oleh PT Asuransi Chubb Life Insurance Indonesia sebesar -0,26.
Sedangkan terbesar atau terburuk dicapai oleh PT Asuransi Jasaraharja
Putera yaitu sebesar -4,78, dengan nilai rata-rata Leverage sebesar -1,38.
124
Gambar 4.4
Pertumbuhan Leverage Asuransi Syariah 2013 - 2017
Pada tahun 2014 pencapaian Leverage dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Asuransi Tri
Pakarta sebesar -0,42. Sedangkan terbesar atau terburuk dicapai oleh PT
Asuransi Jasaraharja Putera yaitu sebesar -3,86. dengan nilai rata-rata
Leverage sebesar -1,53.
Pada tahun 2015 pencapaian Leverage dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Great Estern
Life Indonesia sebesar -0,13, Sedangkan terbesar atau terburuk dicapai oleh
PT AIG Insurance Indonesia yaitu sebesar -3,39, dengan nilai rata-rata
Leverage sebesar -1,39.
Pada tahun 2016 pencapaian Leverage dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Asuransi
Chubb Life Insurance Indonesia sebesar -0,4., Sedangkan terbesar atau
terburuk dicapai oleh PT Great Estern Life Indonesia yaitu sebesar -4,67.
dengan nilai rata-rata Leverage sebesar -1,79.
-80.00
-60.00
-40.00
-20.00
0.00
Leverage
2013 2014 2015 2016 2017
125
Tabel 4.4
Pertumbuhan Leverage Asuransi Syariah 2013 – 2017
Sumber: Output Excel (data diolah), 2019
2013 2014 2015 2016 2017
AIA -1,41 -2,18 -1,85 -2,83 -2,26
AMN -2,65 -2,25 -1,96 -1,88 -1,14
MNLF -1,29 -1,17 -1,23 -1,38 -1,22
AXA -1,48 -1,67 -1,32 -1,05 -2,36
SINAR -0,79 -0,71 -0,82 -1,07 -0,91
BUMP -1,89 -2,04 -0,83 -0,82 -0,53
PANIN -0,95 -0,99 -0,78 -3,10 -2,75
GREAT -2,24 -2,37 -0,13 -4,67 -4,79
JASAR -4,78 -3,86 -3,69 -2,95 -1,93
AVRS -2,31 -2,35 -2,53 -2,94 -1,88
SUNL -0,68 -0,81 -0,53 -1,48 -1,29
TOKIO -1,65 -2,00 -1,50 -1,42 -2,25
ASTR -0,31 -0,56 -0,49 -0,28 -0,34
TUGU -0,71 -0,91 -0,91 -0,67 -0,75
ACA -0,58 -0,59 -0,55 -0,63 -0,53
PRUDENT -1,60 -1,84 -1,90 -2,99 -2,99
BRING -1,74 -1,29 -1,19 -1,15 -2,17
ADR -0,46 -0,54 -0,58 -0,47 -0,54
MDR -2,07 -1,97 -1,61 -1,87 -3,09
ALLZ -1,74 -1,75 -2,10 -2,90 -2,82
STCO -0,71 -0,94 -1,36 -1,86 -2,37
MEGA -0,65 -0,86 -0,95 -6,49 -4,15
TKFU -0,53 -0,56 -0,54 -0,64 -0,60
BNI -0,85 -0,94 -0,98 -0,95 -1,33
TKFK -1,29 -1,46 -1,49 -1,51 -1,25
CHUB -0,26 -0,56 -0,43 -0,45 -0,30
BRI -1,67 -1,19 -1,16 -0,98 -0,83
FWD -1,12 -2,57 -2,64 -2,82 -1,74
ASKR -0,76 -0,87 -0,92 -0,72 -0,60
PRL -1,78 -2,02 -0,95 -1,82 -1,84
TRI -0,50 -0,42 -0,57 -0,60 -0,45
AIG -2,58 -4,31 -3,39 -3,43 -2,40
AWT -2,14 -2,09 -1,48 -1,00 -0,92
REA -0,65 -1,31 -3,98 -1,05 -1,01
RATA -
RATA
-1,38 -1,53 -1,39 -1,79 -1,66
126
Pada tahun 2017 pencapaian Leverage dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Asuransi
Central Asia Indonesia sebesar -0,53. Sedangkan terbesar atau terburuk
dicapai oleh PT Great Estern Life Indonesia yaitu sebesar -4,79. dengan
nilai rata-rata Leverage sebesar -1,66.
6. Deskripsi Variabel Claim Loss Ratio
Rasio klaim adalah sesuatu yang sangat spesifik untuk bisnis asuransi.
Hutang klaim adalah persentase dari pendapatan premium. Ini juga dikenal
sebagai rasio kerugian klaim. Rasio klaim mengukur jumlah klaim dalam
suatu periode dan membagi itu dengan premi yang diterima untuk periode
yang sama. Asuransi adalah bisnis mengelola risiko likuiditas dan penting
untuk memiliki pemahaman menyeluruh tentang klaim yang terjadi
perbandingan.
Jika nilainya lebih tinggi dari yang diharapkan atau norma yang
ditetapkan. maka penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mencari tahu
mengapa itu terjadi. Penting untuk menyelidiki apakah ada ancaman
penipuan asuransi. Jika rasio lebih rendah dari yang diharapkan, itu bisa
menunjukkan produk yang tidak relevan atau kesulitan dalam mengklaim.
mungkin mempengaruhi kepuasan pelanggan. dan jelas membutuhkan lebih
banyak penyelidikan (Ketut, 2009).
Berdasarkan gambar dan tabel 4.5 pada tahun 2013 pencapaian Claim
Loss Ratio dari tiga puluh empat perusahaan asuransi syariah yang paling
127
baik dicapai oleh PT Asuransi Sinar Mas Syariah dan PT Asuransi
Bumiputera Syariah sebesar 5,39. Sedangkan terendah dicapai oleh PT
Asuransi Tugu Pratama Indonesia yaitu sebesar -1,85 dengan nilai rata-rata
Claim Loss Ratio sebesar 0,84.
Pada tahun 2014 pencapaian Claim Loss Ratio dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Asuransi Sinar
Mas Syariah dan PT Asuransi Bumiputera Syariah sebesar 4,45. Sedangkan
terendah dicapai oleh PT Asuransi Parolamas yaitu sebesar 0,30 dengan nilai
rata-rata Claim Loss Ratio sebesar 0,87.
Gambar 4.5
Pertumbuhan Claim Loss Ratio Asuransi Syariah 2013 – 2017
Pada tahun 2015 pencapaian Claim Loss Ratio dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Asuransi
Sinar Mas Syariah dan PT Asuransi Bumiputera Syariah sebesar 4,20.
Sedangkan terendah dicapai oleh PT Asuransi Tri Pakarta yaitu sebesar
0,37 dengan nilai rata-rata Claim Loss Ratio sebesar 0,89.
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
2013 2014 2015 2016 2017
Claim Loss Ratio
128
Tabel 4.5
Pertumbuhan Claim Loss Ratio Asuransi Syariah 2013 – 2017
Sumber: Output Excel (data diolah), 2019
2013 2014 2015 2016 2017
AIA 0,74 0,72 0,65 0,54 0,51
AMN 0,62 0,57 0,41 0,64 0,71
MNLF 0,69 0,64 0,57 1,92 2,01
AXA 0,58 0,50 0,55 0,64 0,58
SINAR 5,39 4,45 4,20 0,54 0,52
BUMP 5,39 4,45 4,20 0,54 0,52
PANIN 0,81 0,73 0,64 0,69 0,26
GREAT 0,99 1,00 1,00 0,33 1,00
JASAR 1,20 1,02 1,54 1,92 2,24
AVRS 0,58 0,58 0,67 0,57 0,66
SUNL 0,73 0,67 0,64 0,71 0,73
TOKIO 0,76 0,64 0,81 0,47 0,80
ASTR 0,53 0,57 0,62 0,56 0,55
TUGU -1,85 1,61 1,23 1,18 1,43
ACA 0,81 0,33 0,36 0,30 0,94
PRUDENT 0,59 0,60 0,62 3,59 2,85
BRING 0,51 0,65 0,41 0,43 0,47
ADR 0,39 0,51 0,53 2,76 3,99
MDR 0,67 0,63 0,61 0,58 1,95
ALLZ 0,71 0,71 0,64 0,67 0,60
STCO 0,77 0,74 0,69 0,74 0,70
MEGA 0,56 0,56 0,62 0,59 0,90
TKFU 0,58 0,59 0,60 3,59 0,45
BNI 0,45 0,38 0,44 0,53 0,48
TKFK 0,52 0,56 0,59 0,51 0,49
CHUB -0,09 0,64 0,58 0,55 0,50
BRI 0,42 0,98 1,42 -1,22 0,63
FWD 0,96 0,88 1,00 0,93 0,70
ASKR 0,73 0,80 0,62 0,67 0,62
PRL 0,09 0,30 0,28 0,61 4,27
TRI 0,60 0,41 0,37 0,40 2,32
AIG 0,67 0,44 1,00 1,00 1,00
AWT 1,00 0,07 0,75 0,85 0,47
REA 0,54 0,53 0,51 0,52 0,52
RATA -
RATA
0,84 0,87 0,89 0,88 1,10
129
Pada tahun 2016 pencapaian Claim Loss Ratio dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Asuransi
Adira Dinamika sebesar 2,76. Sedangkan terendah dicapai oleh PT
Asuransi BRIngin Sejahtera Artamakmur yaitu sebesar -1,22 dengan nilai
rata-rata Claim Loss Ratio sebesar 0,88.
Pada tahun 2017 pencapaian Claim Loss Ratio dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Asuransi
Parolamas sebesar 4,27. Sedangkan terendah dicapai oleh PT Asuransi
Takaful Umum yaitu sebesar 0,45 dengan nilai rata-rata Claim Loss Ratio
sebesar 1,10.
7. Deskripsi Variabel Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital
Risk Based Capital Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 63
Tahun 2004 menyatakan bahwa rasio kesehatan risk based capital adalah
suatu ukuran yang menginformasikan tingkat keamanan financial atau
kesehatan suatu perusahaan asuransi yang harus dipenuhi oleh perusahaan
asuransi kerugian sebesar 120%. Semakin besar rasio kesehatan risk based
capital sebuah perusahaan asuransi, semakin sehat kondisi finansial
perusahaan tersebut. Risk based capital adalah modal minimum yangharus
disediakan oleh setiap perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi untuk
menutup setiap kemungkinan kegagalan pengelolaan asset dan berbagai
risiko lainnya.
130
Gambar 4.6
Pertumbuhan Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based
Capital Asuransi Syariah 2013 – 2017
Berdasarkan gambar dan tabel 4.6 pada tahun 2013 pencapaian
Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Great Estern
Life Indonesia sebesar 3,72. Sedangkan terendah dicapai oleh PT Asuransi
Astra Buana yaitu sebesar -1,70 dengan nilai rata-rata Tingkat Kesehatan
dengan Nilai Risk Based Capital sebesar -0,13.
Pada tahun 2014 pencapaian Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk
Based Capital dari tiga puluh empat perusahaan asuransi syariah yang
paling baik dicapai oleh PT Great Estern Life Indonesia sebesar 4,11.
Sedangkan terendah dicapai oleh PT Asuransi Parolamas yaitu sebesar -
1,45 dengan nilai rata-rata Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based
Capital sebesar 0,08.
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
Risk based capital
2013 2014 2015 2016 2017
131
Tabel 4.6
Pertumbuhan Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital
Asuransi Syariah 2013 – 2017
2013 2014 2015 2016 2017
AIA 0,18 0,34 0,72 1,41 3,34
AMN 0,15 -0,05 0,43 0,22 0,35
MNLF 0,10 0,00 0,04 -0,14 1,31
AXA 0,66 0,37 0,40 0,84 3,03
SINAR -1,14 -1,15 -0,61 -1,01 -0,22
BUMP -0,56 -0,02 -0,02 0,11 0,83
PANIN 3,21 2,81 3,06 4,23 2,85
GREAT 3,72 4,11 4,49 4,46 4,73
JASAR -0,56 0,23 1,05 1,32 0,25
AVRS -0,13 0,33 0,95 4,11 0,92
SUNL -0,03 0,29 0,35 0,57 0,92
TOKIO 3,35 3,46 3,53 3,57 4,16
ASTR -1,70 -0,93 -0,64 2,64 -0,22
TUGU -1,51 -0,84 -0,43 0,04 0,14
ACA -1,14 -1,14 -1,14 -0,50 4,64
PRUDENT -0,16 0,29 0,51 4,52 2,98
BRING -0,92 -0,89 -0,89 -0,71 -0,73
ADR -1,11 -0,12 0,32 0,57 1,19
MDR 0,10 0,41 0,53 0,63 2,79
ALLZ 1,14 1,36 1,56 4,04 3,27
STCO -1,51 -1,08 -0,09 0,24 1,34
MEGA -1,16 -0,79 -0,81 -1,18 3,82
TKFU -1,11 -0,19 -0,09 1,51 2,18
BNI -0,94 0,10 -1,05 3,45 0,00
TKFK -0,12 0,06 0,34 0,55 -1,60
CHUB -1,90 -0,99 -0,93 -0,36 -0,22
BRI 0,05 -0,19 -0,60 -0,52 1,51
FWD 0,22 -1,14 -2,39 -2,66 2,00
ASKR -0,67 0,63 0,56 -1,52 -2,23
PRL -1,34 -1,45 -2,09 -0,10 -0,22
TRI 0,26 -0,60 0,25 -0,05 -0,01
AIG 1,46 0,38 1,45 -2,11 -0,11
AWT -0,39 -0,12 0,74 1,22 1,87
REA -1,01 -0,89 -0,89 -1,22 -1,22
RATA -
RATA
-0,13 0,08 0,25 0,83 1,28
Sumber: Output Excel (data diolah), 2019
132
Pada tahun 2015 pencapaian Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk
Based Capital dari tiga puluh empat perusahaan asuransi syariah yang
paling baik dicapai oleh PT Great Estern Life Indonesia sebesar 4,49.
Sedangkan terendah dicapai oleh PT Asuransi Parolamas yaitu sebesar -
2,09 dengan nilai rata-rata Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based
Capital sebesar 0,25.
Pada tahun 2016 pencapaian Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk
Based Capital dari tiga puluh empat perusahaan asuransi syariah yang
paling baik dicapai oleh PT Great Estern Life Indonesia sebesar 4,46.
Sedangkan terendah dicapai oleh PT AIG Insurance Indonesia yaitu
sebesar -2,11 dengan nilai rata-rata Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk
Based Capital sebesar -0,83.
Pada tahun 2017 pencapaian Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk
Based Capital dari tiga puluh empat perusahaan asuransi syariah yang
paling baik dicapai oleh PT Great Estern Life Indonesia sebesar 4,73.
Sedangkan terendah dicapai oleh PT Asuransi Bangun Askrida yaitu
sebesar -2,23 dengan nilai rata-rata Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk
Based Capital sebesar 1,28.
8. Deskripsi Variabel Tingkat Efisiensi
Efisiensi juga dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara
keluaran (output) dan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari
satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi
133
apabila mempergunakan jumlah unit input yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain
untuk menghasilkan jumlah output yang lebih besar (Suseno, 2008).
Gambar 4.7
Pertumbuhan Tingkat Efisiensi Asuransi Syariah 2013 – 2017
Berdasarkan gambar dan tabel 4.7 pada tahun 2013 pencapaian
Tingkat Efisiensi dari tiga puluh empat perusahaan asuransi syariah yang
paling baik dicapai oleh PT Takaful Keluarga sebesar 50,97. Sedangkan
terendah dicapai oleh PT Reasuransi Nasional Indonesia yaitu sebesar 0,16
dengan nilai rata-rata Tingkat Efisiensi sebesar 5,88.
Pada tahun 2014 pencapaian Tingkat Efisiensi dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Financial
Wiramitra Danadyaksa sebesar 24,11.Sedangkan terendah dicapai oleh PT
Reasuransi Nasional Indonesia yaitu sebesar 0,16 dengan nilai rata-rata
Tingkat Efisiensi sebesar 3,72. Pada tahun 2015 pencapaian Tingkat
Efisiensi dari tiga puluh empat perusahaan asuransi syariah yang paling
baik dicapai oleh PT Takaful Keluarga sebesar 27,63.
0.00
100.00
200.00
300.00
2013 2014 2015 2016 2017
Tingkat Efisiensi
134
Tabel 4.7
Pertumbuhan Tingkat Efisiensi Asuransi Syariah 2013 – 2017
2013 2014 2015 2016 2017
AIA 0,98 1,00 1,26 1,05 1,17
AMN 3,17 2,91 3,40 2,40 1,79
MNLF 0,64 0,52 1,56 1,71 1,46
AXA 4,56 5,77 4,42 4,16 4,02
SINAR 0,66 0,69 0,76 0,40 0,62
BUMP 1,11 1,97 0,75 0,41 0,77
PANIN 2,62 1,79 2,27 1,74 2,24
GREAT 8,69 7,54 15,84 2,93 2,35
JASAR 48,69 10,94 10,27 7,14 2,41
AVRS 0,74 0,89 0,65 0,52 0,25
SUNL 1,02 1,10 0,98 0,88 0,68
TOKIO 2,45 3,77 3,60 2,29 6,63
ASTR 0,74 0,42 0,36 0,94 1,07
TUGU 1,50 1,72 4,26 1,31 1,04
ACA 0,93 1,14 2,87 1,30 1,21
PRUDENT 1,58 1,49 1,68 0,98 0,97
BRING 3,19 1,91 1,37 1,19 0,97
ADR 0,37 0,39 0,40 0,33 0,34
MDR 0,93 1,32 1,83 1,82 1,25
ALLZ 0,62 0,63 0,64 0,51 0,54
STCO 2,94 3,07 4,33 4,08 1,01
MEGA 0,83 0,99 1,01 0,45 0,80
TKFU 1,02 4,68 0,93 0,76 1,38
BNI 0,19 0,44 0,45 0,67 0,66
TKFK 50,97 7,88 27,63 7,94 7,39
CHUB 1,80 3,55 2,29 2,41 2,25
BRI 8,60 3,28 1,97 1,43 1,28
FWD 24,40 24,11 26,38 10,16 6,21
ASKR 0,81 0,74 0,72 0,50 0,45
PRL 1,85 1,67 8,34 9,25 7,67
TRI 0,57 0,73 0,74 0,77 0,71
AIG 6,12 12,77 7,10 5,08 4,81
AWT 14,39 14,56 3,28 1,19 2,46
REA 0,16 0,16 0,17 0,88 1,01
RATA -
RATA
5,88 3,72 4,25 2,34 2,06
Sumber: Output Excel (data diolah), 2019
135
Sedangkan terendah dicapai oleh PT Reasuransi Nasional Indonesia yaitu
sebesar 0,17 dengan nilai rata-rata Tingkat Efisiensi sebesar 4,25.
Pada tahun 2016 pencapaian Tingkat Efisiensi dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Financial
Wiramitra Danadyaksa sebesar 10,16. Sedangkan terendah dicapai oleh PT
Asuransi Sinar Mas yaitu sebesar 0,40 dengan nilai rata-rata Tingkat
Efisiensi sebesar 2,34.
Pada tahun 2017 pencapaian Tingkat Efisiensi dari tiga puluh empat
perusahaan asuransi syariah yang paling baik dicapai oleh PT Takaful
Keluarga sebesar 7,39. Sedangkan terendah dicapai oleh PT Avrist
Insurance yaitu sebesar 0,25 dengan nilai rata-rata Tingkat Efisiensi
sebesar 2,06.
B. Pembahasan
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif merupakan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemenangan distribusi)
(Ghozali, 2013). Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
136
Tabel statistik menjelaskan distribusi variabel-variabel yang diteliti,
meliputi variabel dependen (Y) Kinerja Keuangan (Return On Asset) dan
distribusi variabel independen (X) yaitu Pertumbuhan Premi, Hasil Investasi,
Leverage, Claim Loss Ratio, Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based
Capital, dan Tingkat Efisiensi. Hasil uji statistik variabel-variabel pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif
Sumber: Eviews 9.0
Berdasarkan tabel 4.6 dengan observasi sebanyak 127 dari 34 sampel
atau objek penelitian dikalikan periode penelitian selama 5 tahun dari 2013-
2017. Hasil analisis terhadap variabel Kinerja Keuangan (Return On Asset)
(Y) dalam periode waktu 5 tahun diperoleh nilai maksimum 0,432864 dan
nilai minimum 0,048899. Kemudian nilai rata-rata 0,232571 dengan standar
ROA PRM INV LVR CLR RBC EFS
Mea 0,232571 0,203517 -2,895355 -1,550424 0,900293 0,452371 3,397053
Med 0,239912 0,148382 -2,753259 -1,288328 0,622167 0,103909 1,070351
Max 0,432864 3,316620 0,070979 -0,281287 5,392450 4,643236 50,96820
Min 0,048899 -5,282610 -8,037349 -6,486838 -1,847798 -2,659260 0,159919
Std.
Dev
0,096356 0,931954 1,117201 1,049078 0,926808 1,593657 7,163099
Ske
wnes
-
0,002583
-1,084861 -1,224391 -1,571813 2,574652 0,950875 4,904464
Kurt
osis
2,124707 13,06516 7,244577 6,436979 11,43939 3,280711 30,06958
Jarq
ue-
Bera
4,054283 560,9972 127,0686 114,8038 517,2002 19,55512 4386,671
Prob 0,131711 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 0,000057 0,000000
Sum 29,53648 25,84667 -367,7101 -196,9039 114,3372 57,45114 431,4258
Sum
Sq,
Dev.
1,169834 109,4358 157,2655 138,6712 108,2306 320,0077 6465,058
Obs 127 127 127 127 127 127 127
137
deviasi 0,096356. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kinerja keuangan
(Return On Asset) mempunyai sebaran yang cukup rendah karena nilai std.
deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata (0,096356< 0,232571) maka
simpangan data pada variabel ROA dikatakan cukup baik.
Variabel Pertumbuhan Premi (X1) setelah dilakukan uji statistik
deskriptif, dalam periode waktu 5 tahun diperoleh nilai maksimum 3,316620
dan nilai minimum -5,282610. Kemudian nilai rata-rata 0,203517 dengan
standar deviasi 0,931954. Hal ini menunjukkan variabel Pertumbuhan Premi
mempunyai sebaran yang cukup tinggi karena nilai standar deviasi lebih
besar daripada nilai rata-rata karena nilai standar deviasi lebih besar dari
pada nilai rata-rata (0,931954 < 0,203517) maka simpangan data pada
variabel pertumbuhan premi dikatakan kurang baik.
Variabel Hasil Investasi (X2) setelah dilakukan uji statistik deskriptif,
dalam periode waktu 5 tahun diperoleh nilai maksimum 0,070979 dan nilai
minimum -8,037349. Kemudian nilai rata-rata -2,895355 dengan standar
deviasi 1,117201. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Hasil Investasi
mempunyai sebaran data yang cukup tinggi karena nilai standar deviasi lebih
besar daripada nilai rata-rata (1,117201< -2,895355) maka simpangan data
pada variabel hasil investasi dikatakan kurang baik.
Variabel Leverage (X3) setelah dilakukan uji statistik deskriptif,
dalam periode waktu 5 tahun diperoleh nilai maksimum -0,281287 dan nilai
minimum -6,486838. Kemudian nilai rata-rata -1,550424 dengan standar
138
deviasi 1,049078. Hal ini menunjukkan bahwa variable Leverage
mempunyai sebaran data yang cukup tinggi karena nilai standar deviasi lebih
besar daripada nilai rata-rata (1,049078 < -1,550424) maka simpangan data
pada variabel Leverage dikatakan kurang baik.
Variabel Claim Loss Ratio (X4) setelah dilakukan uji statistik
deskriptif, dalam periode waktu 5 tahun diperoleh nilai maksimum 5,392450
dan nilai minimum -1,847798. Kemudian nilai rata-rata 0,900293 dengan
standar deviasi 0,926808. Hal ini menunjukkam bahwa variabel Claim Loss
Ratio mempunyai sebaran data yang sedikit tinggi karena nilai standar
deviasi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata (0,926808 >
0,900293) maka simpangan data pada variabel Claim Loss Ratio kurang
baik.
Variabel Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital (X5)
setelah dilakukan uji statistik deskriptif, dalam periode waktu 5 tahun
diperoleh nilai maksimum 4,643236 dan nilai minimum -2,659260,
Kemudian nilai rata-rata 0,452371 dan standar deviasi 1,593657. Hal ini
menunjukkan bahwa variable Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based
Capital memiliki sebaran data yang tinggi karena nilai standar deviasi lebih
besar daripada nilai rata-rata (1,593657 < 0,452371) maka simpangan data
pada variabel Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital kurang
baik.
139
Variabel Tingkat Efisiensi (X6) setelah dilakukan uji statistik
deskriptif, dalam periode waktu 5 tahun diperoleh nilai maksimum 50,96820
dan nilai minimum 0,159919. Kemudian nilai rata-rata 3,397053 dengan
standar deviasi 7,163099. Hal ini menunjukkam bahwa variabel Tingkat
Efisiensi mempunyai sebaran data yang cukup tinggi karena nilai standar
deviasi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata (7,163099 >
3,397053) maka simpangan data pada variabel Tingkat Efisiensi kurang
baik.
2. Uji Stasioneritas
Tabel 4.7
Hasil Augmented Dickey Fuller
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
Dapat dilihat tabel 4.7 berdasarkan hasil uji Augmented Dickey
Fuller atau uji stasioneritas yang dilakukan pada tingkat level menunjukkan
bahwa variabel dependen (ROA) serta variabel independen (Premi, Hasil
Investasi, Leverage, Claim Loss Ratio, RBC, Efisiensi) sudah stasioner. Data
Var
Tingkat Stasioneritas
Keterangan lev
t-statistic Test Critical Value
Prob 1% level 5% level 10% level
PRM -8,585454 -3,472813 -2,880088 -2,576739 0,0000 STASIONER
INVT -6,835427 -3,477835 -2,882279 -2,577908 0,0000 STASIONER
LVG -6,715891 -3,470934 -2,879267 -2,576301 0,0000 STASIONER
CLR -9,225218 -3,469214 -2,878515 -2,575899 0,0000 STASIONER
RBC -7,812525 -3,471987 -2,879727 -2,576546 0,0000 STASIONER
EFS -5,873110 -3,469451 -2,878618 -2,575954 0,0000 STASIONER
ROA -5,234595 -3,488063 -2,886732 -2,580281 0,0000 STASIONER
140
tersebut dapat dikatakan stasionar karena dapat dilihat dari nilai probabilitas
ADF < nilai signifikansi (0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima,
sehingga disimpulkan bahwa data-data tersebut sudah stasioner dan dapat
dilanjutkan ke tahap uji selanjutnya.
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji normalitas diatas dapat diketahui
nilai probabilitas Jarque-Bera < nilai signifikansi yaitu 0,000000 < 0,05
yang berarti data pada penelitian tidak berdistribusi normal. Hal tersebut
dapat terjadi karena adanya outlier pada data. Maka dari itu, perlu
dilakukan perbaikan pada data outlier tersebut agar mendapatkan data
yang berdistribusi normal.
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
Gambar 4.8
Uji Normalitas
Dalam hal ini peneliti memperbaiki data dengan melakukan
transformasi data pada data ROA (variabel dependen) kemudian
0
10
20
30
40
50
-1.2 -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4
Series: ResidualsSample 1 170Observations 158
Mean -1.29e-16Median -0.000208Maximum 0.408022Minimum -1.225956Std. Dev. 0.160173Skewness -2.981838Kurtosis 24.95636
Jarque-Bera 3407.843Probability 0.000000
141
transformasi data pada investasi dan tingkat efisiensi (variabel
dependen) menjadi bentuk logaritma (logpl). Kemudian dilakukan
kembali uji normalitas menggunakan data yang sudah di transformasi
dalam bentuk logaritma (logpl), dengan hasil sebagai berikut:
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
Gambar 4.9
Uji Normalitas
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji normalitas diatas dapat diketahui
nilai probabilitas Jarque-Bera < nilai signifikansi yaitu 0,006503 <
0,05 yang berarti data pada penelitian tetap tidak berdistribusi normal.
Hal tersebut dapat terjadi karena adanya outlier pada data. Maka dari
itu, perlu dilakukan perbaikan pada data outlier tersebut agar
mendapatkan data yang berdistribusi normal. Dalam hal ini peneliti
memperbaiki data dengan melakukan transformasi data kembali pada
data hasil investasi dan tingkat efisiensi (variabel independen) menjadi
bentuk transformasi logaritmik dan kuadratik. Kemudian dilakukan
kembali uji normalitas menggunakan data yang sudah di transformasi
dalam bentuk logaritma (logpl).
0
2
4
6
8
10
12
14
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15
Series: ResidualsSample 1 170Observations 127
Mean -6.99e-17Median -0.008470Maximum 0.184475Minimum -0.110544Std. Dev. 0.059445Skewness 0.688095Kurtosis 3.096314
Jarque-Bera 10.07097Probability 0.006503
142
Berdasarkan tabel uji normalitas yang sudah ditransformasi data
pertumbuhan laba menjadi bentuk logaritma (logpl) diketahui hasil nilai
probability Jaque-Bera > nilai siginikanisi (0,184001 > 0,05) maka
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan data dapat dilanjutkan ke
uji selanjutnya.
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
Gambar 4.10
Uji Normalitas
b. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
0
2
4
6
8
10
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Series: ResidualsSample 1 168Observations 103
Mean 8.08e-19Median -0.008991Maximum 0.193424Minimum -0.152687Std. Dev. 0.064942Skewness 0.423970Kurtosis 3.264350
Jarque-Bera 3.385624Probability 0.184001
PRM INV LVR CLR RBC EFS
PRM 1,000000 -0,02345 -0,06352 0,031566 -0,128620 0,158901
INV -0,023456 1,00000 0,07291 0,073258 -0,014801 -0,105662
LVR -0,063524 0,07291 1,00000 -0,015430 -0,307649 -0,294558
CLR 0,031566 0,07325 -0,01543 1,000000 0,081532 -0,016285
RBC -0,128620 -0,01480 -0,30764 0,081532 1,000000 -0,050697
EFS 0,158901 -0,10566 -0,29455 -0,016285 -0,050697 1,000000
143
-.2
-.1
.0
.1
.2-.1
.0
.1
.2
.3
.4
.5
1 -
13
1 -
17
3 -
16
4 -
15
5 -
14
6 -
13
6 -
17
7 -
16
9 -
13
9 -
17
10
- 16
13
- 14
14
- 13
14
- 17
15
- 16
16
- 15
17
- 14
18
- 14
19
- 15
20
- 14
21
- 13
21
- 17
22
- 16
24
- 15
25
- 14
27
- 13
28
- 16
29
- 16
31
- 14
32
- 13
33
- 16
34
- 15
Residual Actual Fitted
Berdasarkan tabel 4.8 hasil uji multikolinearitas di atas dapat
diketahui bahwa hubungan antar variabel independent PREMI,
INVESTASI, LEVERAGE, CLR, RBC, dan EFISIENSI tidak ada yang
menunjukkan nilai korelasi > 10. Nilai korelasi tertinggi yaitu antara
PREMI dengan EFISIENSI sebesar 0,158901 dimana nilai korelasi
0,158901 < 10 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha
ditolak yang berarti dalam model tidak terjadi gejala multikolinearitas
c. Uji Heteroskedastisitas
Dapat dilihat berdasarkan tabel hasil uji heteroskedastisitas bahwa
grafik tidak menunjukkan pola tertentu maka dari itu dapat disimpulkan
bahwa data tersebut tidak bersifat heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi
masalah heteroskesastisitas, selain dengan menggunakan grafik juga
dapat menggunakan uji white.
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
Gambar 4.11
Grafik Uji Heteroskedastisitas
144
Tabel 4.9
Hasil Uji White
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji white bahwa nilai
probabilitas Chi-Sqaure Obs*R-squared > nilai signifikansi yaitu
0,7940 > 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa H0 diterima artinya
tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga dapat dilanjutkan ke uji
selanjutnya.
c. Uji Autokorelasi
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji auotokorelasi diatas bahwa
nilai probabilitas Chi-Square Obs*R-squared > nilai signifikansi
yaitu 0,1055 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
gejala auto korelasi dalam model data diatas.
Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2,161723 Prob. F(2,111) 0,1199
Obs*R-
squared
4,498768 Prob. Chi-Square(2) 0,1055
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0,502237 Prob. F(6,113) 0,8056
Obs*R-squared 3,116971 Prob.Chi-Square(6) 0,7940
Scaled explained
SS
3,157097 Prob. Chi-Square(6) 0,7889
145
4. Pengujian Model Regresi Data Panel
a. Common Effect Model
Tabel 4.11
Common Effect Model
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
Untuk menentukan model terbaik antara common
effect, fixed effect, atau random effect yaitu dengan
menggunakan teknik estimasi model. Terdapat dua teknik,
pertama uji chow untuk memilih antara model common effect
atau fixed effect dan kedua uji hausman yang digunakan
untuk memilih antara model fixed effect atau random effect
Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob,
PREMI? 0,009419 0,013495 0,697917 0,4866
INVES
TASI?
-0,031205 0,007038 -4,433894 0,0000
LEVER
AGE?
-0,045314 0,012278 -3,690685 0,0003
CLR? 0,059952 0,012510 4,792535 0,0000
KESEH
ATAN?
-0,002041 0,008267 -0,246844 0,8054
EFISIE
NSI?
-0,005997 0,001853 -3,235445 0,0016
R-
squared
-0,959790 Mean dependent var 0,232441
R-
squared
-1,040773 S,D, dependent var 0,096853
S,E, of
regressi
on
0,138360 Akaike info criterion -1,071825
Squared
resid
2,316361 Schwarz criterion -0,937454
Log
likeliho
od
74,06086 Hannan-Quinn criter, -1,017231
Durbin-
Watson
0,642656
146
yang terbaik dalam mengestimasi regresi data panel. Langkah
pertama yang dilakukan untuk melakukan pemilihan model
dengan melakukan uji chow adalah meregresikan data panel
menggunakan bentuk model common effect.
b. Fixed Effect Model
Tabel 4.12
Fixed Effect Model
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
Langkah kedua yakni dengan meregresikan data panel
menggunakan fixed effect model.
c. Uji Chow
Uji Chow adalah alat ukur untuk menguji test for
equality of coefficients atau uji kesamaan koefiesien test yang
ditemukan oleh Grerory Chow (Ghozali, 2013). Uji Chow
merupakan uji dalam membandingkan common effect model
dengan fixed effect model, Dalam penentuan model ini
didapatkan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model
Ha : Fixed Effect Model
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 7,336473 (29,91) 0,0000
Cross-section Chi-
square
153,0821
01
29 0,0000
147
Tabel 4.13
Uji Chow
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak sehingga
model yang digunakan adalah fixed effect, begitu pula
sebaliknya jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan
Ha ditolak sehingga model yang digunakan adalah common
effect. Dapat dilihat berdasarkan hasil uji Chow diatas bahwa
nilai probabilitas Cross-section Chi-square > nilai
signifikansi (0,0000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Dapat diambil kesimpulan bahwa model yang
dipilih berdasarkan Uji Chow adalah Fixed Effect Model.
d. Random Effect Model
Langkah selanjutnya adalah meregresikan model ke
dalam random effect model untuk dapat melakukan uji
hausman dalam membandingkan antara fixed effect model
atau random effect model dalam menentikan model mana
yang terbaik digunakan dalam regresi data panel.
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 7,336473 (29,91) 0,0000
Cross-section Chi-
square
153,082101 29 0,0000
148
Tabel 4.14
Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model
R-squared 0,473172 Mean dependent
var
0,093018
Adjusted R-
squared
0,446831 S,D, dependent var 0,055172
S,E, of
regression
0,042188 Sum squared resid 0,213579
F-statistic 17,96307 Durbin-Watson stat 1,032610
Prob(F-
statistic)
0,000000
Unweighted
Statistics
R-squared 0,550334 Mean dependent
var
0,232441
Sum squared
resid
0,531479 Durbin-Watson stat 0,414963
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
e. Uji Hausman
Uji hausman bertujuan untuk melihat apakah terdapat
efek random di dalam panel data (Ghozali, 2013). Uji
hausman merupakan uji dalam membandingkan antara fixed
effect model dengan random effect model dimana akan
ditentukan model mana yang baik digunakan dalam regresi
data panel. Dalam penentuan model ini didapatkan hipotesis
sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model
Ha : Fixed Effect Model
149
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha
diterima sehingga model regresi yang digunakan adalah fixed
effect, sebaliknya jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak sehingga model regresi yang
digunakan adalah random effect.
Tabel 4.15
Uji Hausman
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji hausman di atas
diperoleh nilai probabilitas Cross-section random < nilai
signifikansi (0,0001 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Dapat diambil kesimpulan bahwa model yang dipilih
berdasarkan uji hausman adalah Fixed Effect Model.
5. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Data Panel
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi berganda (Multiple Regression Analysis). Sebagaimana yang
sudah dilakukan dalam penentuan model regresi sebelumnya yaitu
dengan menggunakan Fixed Effect Model.
Uji statistik t digunakan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013). Jika probabilitas < 0,05 maka H0
Test Summary Chi-Sq.
Statistic
Chi-
Sq. d.f.
Prob.
Cross-section
random
29,373006 6 0,0001
150
ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Sebaliknya, jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh
tidak signifikan terhadap variabel independent. Berikut penjelasan tabel
4.16 hasil Uji Statistik t sebagai berikut:
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Tabel 4.16
Uji Statistik t
Variable Coefficient Std.Error t-Statistic Prob.
PRM 0,002531 0,004929 0,513488 0,6089
INV 0,031772 0,005000 6,354739 0,0000
LVR 0,010930 0,005492 1,990178 0,0496
CLR 0,011051 0,005280 2,093091 0,0391
RBC -0,002324 0,003448 -
0,673993 0,5020
EFS -0,001517 0,000708 -
2,143725 0,0347
C 0,337109 0,015310 22,01887 0,0000
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
1) Pengaruh Pertumbuhan Premi terhadap Return On Asset.
Berdasarkan hasil pengujian data panel diatas diperoleh
nilai probabilitas Pertumbuhan Premi > nilai signifikansi
(0,6089 > 0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak.
151
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Premi
tidak memiliki pengaruh terhadap Return On Asset.
2) Pengaruh Hasil Investasi terhadap Return On Asset.
Berdasarkan hasil pengujian data panel diatas diperoleh
nilai probabilitas Hasil Investasi < nilai signifikansi
(0,0000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hasil Investasi
memiliki pengaruh Return On Asset.
3) Pengaruh Leverage terhadap Return On Asset.
Berdasarkan hasil pengujian data panel diatas diperoleh
nilai probabilitas Leverage < nilai signifikansi (0,0496 <
0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Leverage memiliki pengaruh terhadap
Return On Asset.
4) Pengaruh Claim Loss Ratio terhadap Return On Asset.
Berdasarkan hasil pengujian data panel diatas diperoleh
nilai probabilitas CLR < nilai signifikansi (0,0391 <
0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Claim Loss Ratio memiliki pengaruh
terhadap Return On Asset.
5) Pengaruh Tingkat Kesehatan dengan Risk Based Capital
terhadap Return On Asset. Berdasarkan hasil pengujian
152
data panel diatas diperoleh nilai probabilitas Tingkat
Kesehatan dengan Risk Based Capital > nilai signifikansi
(0,5020 > 0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tingkat Kesehatan
dengan Risk Based Capital tidak memiliki pengaruh
terhadap Return On Asset,
6) Pengaruh Tingkat Efisiensi terhadap Return On Asset,.
Berdasarkan hasil pengujian data panel diatas diperoleh
nilai probabilitas Tingkat Efisiensi < nilai signifikansi
(0,0347 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tingkat Efisiensi
memiliki pengaruh terhadap Return On Asset.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian secara simultan atau uji F bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Maka dalam penelitian ini uji F
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel Pertumbuhan Premi,
Hasil Investasi, Leverage, Claim Loss Ratio, Tingkat Kesehatan
dengan Risk Based Capital, dan Tingkat Efisiensi secara simultan
Return On Asset.
Jika probabilitas < nilai signifikansi, maka H0 ditolak dan Ha
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen
153
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen.
Sebaliknya, jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan Ha
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Premi. Hasil
Investasi, Leverage, Claim Loss Ratio, Tingkat Kesehatan dengan
Risk Based Capital, dan Tingkat Efiisiensi secara simultan
berpengaruh terhadap Return On Asset.
Berdasarkan tabel 4.17 hasil uji F-statistik, diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0,000000 < 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel Premi, Hasil Investasi, Leverage, Claim Loss Ratio,
Tingkat Kesehatan dengan Risk Based Capital, dan Tingkat
Efiisiensi secara bersama-sama memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap Return On Asset.
Tabel 4.17
Uji Signifikansi Simultan (F-Statistik)
R-squared 0,885916 Mean
dependent var
0,232441
Adjusted R-
squared
0,842038 S.D.
dependent var
0,096853
S.E. of
regression
0,038494 Akaike info
criterion
-3,443043
Sum squared
resid
0,134841 Schwarz
criterion
-2,636817
Log
likelihood
254,6332 Hannan-
Quinn criter,
-3,115483
F-statistic 20,19027 Durbin-
Watson stat
1,589707
Prob(F-
statistic)
0,000000
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
154
5) Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Tabel 4.18
Koefisien Determinasi (R2)
Sumber: Output EViews (data diolah)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan model dalam penelitian
menerangkan variabel dependen. Dalam penelitian ini
koefisien determinasi (R2) yang digunakan adalah nilai
Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik
karena menggunakan lebih dari satu variabel independen.
Berdasarkan hasil regresi tabel 4.18 nilai Adjusted R-squared
sebesar 84,20% hal ini menunjukkan bahwa variabel Return
On Asset dapat dijelaskan oleh variabel independen (Premi,
Hasil Investasi, Leverage, Claim Loss Ratio, Tingkat
Kesehatan dengan Risk Based Capital, dan Tingkat Efiisiensi
R-squared 0,885916 Mean dependent
var
0,232441
Adjusted R-
squared
0,842038 S,D, dependent
var
0,096853
S,E, of
regression
0,038494 Akaike info
criterion
-3,443043
Sum squared
resid
0,134841 Schwarz criterion -2,636817
Log
likelihood
254,6332 Hannan-Quinn
criter,
-3,115483
F-statistic 20,19027 Durbin-Watson
stat
1,589707
Prob(F-
statistic)
0,000000
155
sebesar 84,20% dan sisanya (100%- 84,20% = 15,8%) 15,8%
dijelaskan oleh variabel diluar model regresi penelitian.
6. Persamaan Regresi Data Panel
Berdasarkan tabel 4.19, maka diperoleh persamaan model regresi
sebagai berikut: ROAit = 0,337109 + 0,002531 PREMI it + 0,031772
INVESTASI it + 0,010930 LEVERAGE it + 0,011051 CLR it - 0,002324
KESEHATAN it - 0,001517 EFISIENSit + eit, Dari persamaan regresi di
atas dapat dijelaskan bahwa:
Tabel 4.19
Model Regresi Fixed Effect
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
a) Kostanta sebesar 0,337109 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (Premi, Hasil nvestasi, Leverage, Claim Loss Ratio,
Tingkat Kesehatan dengan Risk Based Capital, dan Tingkat
Efiisiensi) pada observasi ke i dan periode t adalah konstan,
maka nilai Return On Asset adalah 0,337109.
Variable Coefficient Std.
Error t-Statistic Prob.
C 0,337109 0,015310 22,01887 0,0000
PREMI? 0,002531 0,004929 0,513488 0,6089
INVESTASI? 0,031772 0,005000 6,354739 0,0000
LEVERAGE? 0,010930 0,005492 1,990178 0,0496
CLR? 0,011051 0,005280 2,093091 0,0391
KESEHATAN? -0,002324 0,003448 -0,673993 0,5020
EFISIENSI? -0,001517 0,000708 -2,143725 0,0347
156
b) Jika PREMI pada obeservasi i dan periode t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka
meningkat nilai Return On Asset pada observasi i dan periode ke t
sebesar 0,002531.
c) Jika INVESTASI pada obeservasi i dan periode t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka
meningkat nilai Return On Asset pada observasi i dan periode ke t
sebesar 0,031772.
d)Jika LEVERAGE pada obeservasi i dan periode t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap, Maka
meningkat nilai Return On Asset pada observasi i dan periode ke t
sebesar 0,010930.
e) Jika CLR pada obeservasi i dan periode t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap, Maka
meningkat nilai Return On Asset pada observasi i dan periode ke t
sebesar 0,011051.
f) Jika KESEHATAN pada obeservasi i dan periode t naik sebesar
1%, sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka
meningkat nilai Return On Asset pada observasi i dan periode ke t
sebesar -0,002324.
g) Jika EFISIENSI pada obeservasi i dan periode t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka
157
meningkat nilai Return On Asset pada observasi i dan periode ke t
sebesar -0,001517.
7. Interpretasi Hasil Penelitian
Table 4.20
Tabel Interpretasi Penelitian
Sumber: Output EViews (data diolah), 2019
a) Pengaruh pertumbuhan premi terhadap kinerja keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan
premi tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Sehingga
penelitian ini menolak hipotesis pertama (H1) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan premi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
Variable
Independen Prob. Signifikansi
Keterangan
Pertumbuhan
Premi 0,6089 0,05
Tidak Berpengaruh
terhadap Return On
Asset
Hasil
Investasi 0,0000 0,05
Berpengaruh
terhadap Return On
Asset
Leverage 0,0496 0,05
Berpengaruh
terhadap Return On
Asset
Claim Loss
Ratio 0,0391 0,05
Berpengaruh
terhadap Return On
Asset
Tingkat
Kesehataan
dengan Risk
Based
Capital
0,5020 0,05
Tidak Berpengaruh
terhadap Return On
Asset
Tingkat
Efisiensi 0,0347 0,05
Berpengaruh
terhadap Return On
Asset
158
keuangan. Hal yang tersebut dibuktikan dengan hasil uji hipotesis
0,6089 > 0,05 yaitu nilai probabilitas yang lebih besar dari nilai
signifikansi 5%. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Juwita (2017) yang menunjukkan bahwa
pertumbuhan premi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Kinerja Keuangan.
Menurut (Sula, 2004) pendapatan premi pada asuransi syariah
adalah pendapatan premi asuransi yang diperoleh melalui penjualan
produk dan jasa asuransi ke peserta asuransi. Pendapatan premi
adalah jumlah pendapatan premi resmi dari penjualan polis asuransi
yang biasanya diukur dalam periode satu tahun. Pendapatan ini
merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi laba perusahaan
asuransi. Oleh karena itu, penetapan premi mempunyai peranan yang
penting dalam strategi perusahaan.
Sedangkan menurut (Lasisi, 2018) tarif premi yang
ditetapkan oleh perusahaan asuransi sebagian besar didasari oleh
jumlah risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan asuransi
tersebut untuk polis yang diterbitkan. Jika perusahaan asuransi secara
konsisten salah menilai risiko yang akan ditanggung, maka premi
yang ditetapkan tidak akan cukup untuk membayar klaim dan
manfaat yang dijanjikan.
159
Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
Pertumbuhan Premi tidak memiliki pengaruh terhadap Kinerja
Keuangan yang berarti setiap perubahan yang terjadi pada
pertumbuhan premi tidak diikuti oleh pendapatan premi serta laba
secara signifikan. Hal ini mungkin karena penilaian pertumbuhan
premi memiliki penilaian yang menurun sehingga belum mampu
dijadikan tolak ukur investor dan nasabah. Meskipun perusahaan di
Indonesia sudah menerapkan kebijakan pertumbuhan premi, nilai
yang tinggi dalam peringkat tidak menjamin bahwa investor atau
nasabah akan merespon positif terhadap peristiwa tersebut.
Hal ini disebabkan karena respon pasar terhadap
implementasi Pertumbuhan Premi akan mempengaruhi laba apabila
investasi di sektor riil (berbasis profit and loss sharing)
mendatangkan keuntungan. Premi tidak bisa secara langsung,
melainkan membutuhkan waktu, sehingga pengaruh pertumbuhan
premi tidak dapat diukur kesuksesannya jika hanya mengandalkan
satu periode akuntansi saja (Markonah dan Achmad 2019).
Menurut (Reschiwati, 2018) aspek penting dari penetapan
premi asuransi adalah bagaimana perusahaan asuransi mengelola
hasil penetapan premi setelah perkenalan suatu produk baru.
Pengelolaan hasil penetapan premi termasuk membandingkan
pengalaman operasional akutual dari perusahaan asuransi.
160
Apabila pengalaman aktual sesuai denan asumsi – asumsi aktuaria,
maka asumsi – asumsi tersebut dapat menjadi dasar bagi tahapan
desain teknis pengembangan produk berikutnya.
Sedangkan menurut (Serajul, 2018) proses penetapan premi
asuransi merupakan siklus, jika kinerja aktual suatu produk
menyimpang secara signifikan dari hasil – hasil yang diharapkan,
maka perusahaan asuransi akan membuat alasan – alasan untuk
penyimpangan tersebut dan jka memungkinkan mengambil tindakan.
Meskipun tidak memiliki pengaruh namun asuransi syariah harus
tetap memberikan peningkatan pendapatan premi dalam
mengarahkan perusahaan baik secara internal maupun eksternal
dengan tujuan melindungi kepentingan semua stakeholder.
b) Pengaruh Hasil Investasi terhadap Kinerja Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel hasil investasi
memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Sehingga penelitian
ini menerima (H2) yang menyatakan bahwa hasil investasi memiliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Hal yang tersebut
dibuktikan dengan hasil uji hipotesis 0,0000 < 0,05 yaitu nilai
probabilitas yang lebih kecil dari nilai signifikansi 5%.
Dan sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Ali (2015)
dan Juwita (2017) yang menyatakan bahwa hasil investasi memiliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
161
Menurut (Reynaldi dan Treesje, 2017) suatu portofolio adalah
kumpulan bentuk investasi yang terpadu untuk tujuan mendapatkan
keuntungan investasi. Tujuan utama dari pembentukan suatu
portofolio adalah tidak lain untuk mendapatkan hasil yang optimal
dengan resiko yang minimal. Sedangkan menurut (Rodoni dan Ali,
2017) hasil investasi tersebut diperoleh dari penanaman modal
dengan melakukan diversifikasi portofolio untuk mendapatkan
perolehan bagi hasil yang optimum. Hasil investasi memegang
peranan penting bagi pendapatan perusahaan asuransi syariah. Oleh
karena itu, agar sebuah bisnis sukses dan dapat menghasilkan
untung, hendaklah bisnis itu didasarkan pada keputusan yang sehat,
bijaksana, dan hati-hati.
Perolehan laba perusahaan juga menekankan pada hasil
investasi yang membantu untuk menutupi kekurangan tarif premi
yang didapat. Perolehan hasil investasi yang dicapai cukup
memuaskan karena selalu terdapat hasil positif dari investasi yang
dilakukan. Jika hasil investasi yang diperoleh bernilai negative, hal
ini dikarenakan terlalu banyak dilakukannya penempatan dana pada
instrumen-instrumen yang berisiko tinggi seperti saham dan
penjualan produk berbasisi unit link. Akan tetapi pengalaman ini
dapat menjadi pelajaran bagi departemen investasi perusahaan agar
lebih berhati-hati dalam menempatkan dana investasi (Emmanuel,
2018).
162
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sastri et al.,l (2017), Marwansyah dan Utami (2017)
mengemukakan bahwa perusahaan asuransi pada dasarnya memiliki
kebutuhan penghasilan investasi yang tinggi dari aset-aset investasi
yang mereka miliki. Menurut (Mehari dan Tilahun, 2013)
pengelolaan investasi yang baik akan dapat mengakomodasi tingkat
resiko investasi yang dapat ditoleransi oleh perusahaan dengan hasil
investasi yang sesuai, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kinerja laba-rugi perusahaan.
c) Pengaruh Leverage terhadap Kinerja Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel leverage
memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Sehingga penelitian
ini menerima (H3) yang menyatakan bahwa variabel leverage
memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Hal yang tersebut
dibuktikan dengan hasil uji hipotesis 0,0496 > 0,05 yaitu nilai
probabilitas yang lebih kecil dari nilai signifikansi 5%. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Clara (2013) yang
menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Menurut (Lasisi, 2018) perusahaan asuransi bisa berhasil dengan
mengambil risiko leverage yang wajar atau bisa menjadi bangkrut
jika risikonya beresiko lepas kendali.
163
Namun demikian bukti empiris lebih mendukung pandangan bahwa
risiko leverage mengurangi kinerja perusahaan. Ini adalah rasio
keuangan yang menunjukkan persentase aset perusahaan yang
dibiayai dengan utang, Leverage diukur sebagai total kewajiban
terhadap total aset.
Pada penelitian terdahulu telah dibuktikan bahwa penggunaan
utang ternyata menjadi bermanfaat karena dapat mengurangi
besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan.
Penggunaan utang tidak selamanya merugikan perusahaan maupun
pemegang saham selama proporsinya tidak melebihi batas tertentu.
Perusahaan yang menggunakan utang adalah perusahaan yang
mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi utang yang
dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal sendiri akan
menanggung risiko yang semakin besar. Karena itu semakin tinggi
financial leverage, semakin tinggi betaequity. Leverage
didefinisikan sebagai nilai buku total utang jangka panjang dibagi
dengan total aktiva. Variabel ini mempunyai hubungan positif
dengan beta (Sinarti,2019).
Menurut (Singh dan Suchard, 2003) pada sektor asuransi,
pendanaan yang dikumpulkan dari penjualan premi (unearned
revenue) diakui sebagai kewajiban. Pendapatan premi menjadi
sumber daya keuangan yang unik,
164
karena penggunaannya tidak membentuk beban bunga. Karena
perusahaan asuransi memiliki lebih banyak akses ke pendanaan
yang lebih luas. Sedangkan menurut (Gathara, 2019) penggunaan
leverage yang tepat mampu meningkatkan profitabilitas, karena
perusahaan berpeluang melakukan offset terhadap biaya yang
mereduksi profitabilitas dari nilai yang diversifikasi.
Mengindikasikan leverage yang tinggi dapat mengurangi biaya
keagenan di luar ekuitas dan meningkatkan nilai perusahaan dengan
membatasi atau mendorong manajer bertindak untuk kepentingan
pemegang saham.
Pengaruh positif ini didukung dengan karakteristik bisnis
asuransi dimana perusahaan asuransi mengelola modal yang
bersumber dari pihak ketiga, yaitu pendapatan dari premi yang
dibayarkan klien. Hal ini juga didukung dengan kemudahan akses
bagi perusahaan asuransi untuk mendapatkan pendanaan yang lebih
besar. Pemanfaatan unearned revenue bagi perusahaan dapat
meminimalisir penggunaan dana dari pihak eksternal (kreditur).
Perusahaan mendapatkan dana dari pihak ketiga tanpa
menimbulkan beban bunga. Unearned revenue yang dimiliki dapat
dikonversikan menjadi sumber daya keuangan untuk melakukan
investasi kembali (Kyereboah, 2007).
165
d) Pengaruh Claim Loss Ratio terhadap Kinerja Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel claim loss ratio
memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Sehingga penelitian
ini menerima (H4) yang menyatakan bahwa variabel claim loss
ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Hal
yang tersebut dibuktikan dengan hasil uji hipotesis 0,0391 > 0,05
yaitu nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai signifikansi 5%,
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziah
(2017) dan Eka (2016) yang menyatakan bahwa claim loss ratio
memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan.
Rasio klaim adalah sesuatu yang sangat spesifik untuk bisnis
asuransi. Hutang klaim adalah persentase dari pendapatan premium,
ini juga dikenal sebagai rasio kerugian klaim. Rasio klaim
mengukur jumlah klaim dalam suatu periode dan membagi itu
dengan premi yang diterima untuk periode yang sama. Asuransi
adalah bisnis mengelola risiko likuiditas dan penting untuk
memiliki pemahaman menyeluruh tentang klaim yang terjadi
perbandingan. Jika nilainya lebih tinggi dari yang diharapkan atau
norma yang ditetapkan, maka penyelidikan lebih lanjut diperlukan
untuk mencari tahumengapa itu terjadi. Penting untuk menyelidiki
apakah ada ancaman penipuan asuransi. Jika rasio lebih rendah dari
yang diharapkan.
166
Itu bisa menunjukkan produk yang tidak relevan atau kesulitan
dalam mengklaim, mungkin mempengaruhi kepuasan pelanggan,
dan jelas membutuhkan lebih banyak penyelidikan (Ketut, 2009).
Rasio ini adalah salah satu indikator kinerja yang paling
penting bagi perusahaan asuransi di Ghana baik jiwa maupun non-
jiwa. Kadang-kadang diwakili oleh rasio kerugian, yang juga
dinyatakan sebagai risiko penjaminan emisi dalam literatur yang
relevan, menunjukkan efektivitas kegiatan penjaminan emisi
perusahaan asuransi. Dalam penelitian ini, rasio klaim dihitung
dengan membagi klaim yang terjadi dengan premi yang diperoleh.
Secara umum, semua perusahaan asuransi berharap bahwa premi
mereka meningkat, dan bahwa klaim mereka diharuskan untuk
mengkompensasi penurunan. Dengan demikian, efek yang
diharapkan dari rasio klaim terhadap profitabilitas adalah negatif.
Akibatnya, rasio klaim memiliki dampak yang sangat penting pada
profitabilitas perusahaan asuransi non-jiwa di industri (Quist,
2018).
Klaim adalah sebuah permintaan resmi kepada perusahaan
asuransi, untuk meminta pembayaran berdasarkan ketentuan
perjanjian. Klaim asuransi yang diajukan akan ditinjau oleh
perusahaan untuk validitasnya dan kemudian dibayarkan kepada
pihak tertanggung setelah disetujui (Ludovicus, 2006).
167
Dengan demikian Jika klaim tinggi maka tingkat beban pada
perusahaan asuransi syariah juga tinggi yang kemudian akan
mempengaruhi profitabilitasnya. Dapat disimpulkan klaim adalah
sebuah permintaan ganti rugi yang dibayarkan atau menjadi
kewajiban kepada tertanggung oleh perusahaan asuransi
sehubungan dengan terjadinya kerugian.
Hasil pengujian ini sesuai dengan hipotesis pertama yaitu
klaim berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas
perusahaan asuransi syariah. Selaras juga dengan teori akuntansi
konsep beban yang dikemukakan bahwa beban merupakan
penurunan economic benefits berbentuk outflow atau penggunaan
dari suatu aset, atau terbentuknya liabilitas yang mengakibatkan
berkurangnya equity.
Selain dikarenakan adanya distribusi untuk partisipasi dari
banyak pihak di dalam ekuitas. Beban mewakilkan baik kenaikan
kewajiban atau penurunan aset dan profitabilitas, dengan efek
berikutnya pada ekuitas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan terbalik antara beban dan pertumbuhan aset serta
profitabilitas, yaitu jika terdapat kenaikan dari beban maka akan
menurunkan pertumbuhan aset dan profitabilitas (Gathara, 2019).
168
Klaim merupakan beban yang harus ditanggung oleh
perusahaan asuransi. Oleh karena itu, posisi klaim pada perusahaan
asuransi merupakan beban/biaya yang harus ditanggung oleh
perusahaan. Dikarenakan klaim adalah sebuah beban/biaya, maka
jika terjadi klaim akan mengurangi tingkat profitabilitas. Dengan
demikian klaim berpengaruh secara langsung terhadap profitabilitas
pada perusahaan asuransi syariah di Indonesia (Sula, 2004).
e) Pengaruh Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital
terhadap Kinerja Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat
kesehatan dengan nilai risk based capital tidak memiliki pengaruh
terhadap kinerja keuangan. Sehingga penelitian ini menolak hipotesis
pertama (H5) yang menyatakan bahwa tingkat kesehatan dengan nilai
risk based capital tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan. Hal yang tersebut dibuktikan dengan hasil uji
hipotesis 0,5020 > 0,05 yaitu nilai probabilitas yang lebih besar dari
nilai signifikansi 5%. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pratiwi (2018) dan Rahayu (2017) yang menunjukkan
bahwa tingkat kesehatan dengan nilai risk based capital tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Perusahaan asuransi di Indonesia wajib melaporkan rasio
solvabilitas mereka ke Pemerintah secara berkala, biasanya
kuartalan. Dan ketentuan minimum yang ditetapkan sekarang bagi
169
rasio tersebut adalah 120%. Jadi sebuah perusahaan asuransi harus
memiliki tingkat RBC minimal sebesar 120%. Dan semakin tinggi
RBC sebuah perusahaan asuransi, maka bisa dikatakan bahwa
perusahaan asuransi tersebut semakin baik dan sehat. Risk Based
Capital adalah salah satu metode pengukuran Batas Tingkat
Solvabilitas yang disyaratkan dalam undang-undang dalam
mengukur tingkat kesehatan keuangan sebuah perusahaan asuransi
untuk memastikan pemenuhan kewajiban Asuransi dan Reasuransi
dengan mengetahui besarnya kebutuhan modal perusahaan sesuai
dengan tingkat resiko yang dihadapi perusahaan dalam mengelola
kekayaan dan kewajibannya (Zubaidah et al., 2019).
Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat
kesehatan dengan nilai risk based capital tidak memiliki pengaruh
terhadap kinerja keuangan. Yang berarti setiap perubahan yang
terjadi pada tingkat kesehatan dengan nilai risk based capital tidak
diikuti oleh kinerja keuangan secara signifikan. Hal ini mungkin
karena sebuah perusahaan asuransi syariah diatas tidak memiliki
tingkat RBC minimal sebesar 120%. Dan bahkan mengalami
penurunan, dan ketentuan minimum yang ditetapkan sekarang bagi
rasio tersebut adalah 120%. Jadi meskipun tidak memiliki pengaruh
namun asuransi syariah harus tetap memberikan peningkatan tingkat
kesehatan dengan nilai risk based capital dalam mengarahkan
170
perusahaan baik secara internal maupun eksternal dengan tujuan
melindungi kepentingan semua stakeholder.
Implikasinya adalah besar kecil kecukupan modal perusahaan
asuransi syariah belum tentu menyebabkan besar kecilnya
keuntungan perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki modal
besar namun tidak dapat menggunakan modalnya itu secara efektif
untuk menghasilkan laba, maka modal yang besar pun tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Selain itu, kekurangan dalam pemenuhan kewajiban akan
menghabiskan modal perusahaan asuransi yang telah disediakan.
Namun, jika solvabilitas berlebih maka akan menyebabkan dana
menganggur sehingga tidak produktif dan juga akan membuang
kesempatan memperoleh laba (Rahayu, 2017).
Setiap perusahaan asuransi ingin mencapai target yang telah
ditentukan, yaitu mencapai risk based capital yang disyaratkan oleh
pemerintah dan juga mencapai tingkat profitabilitas yang tinggi
untuk memenuhi kepentingan perusahaan dan para investor. Seperti
yang telah dijelaskan pada latar belakang, bahwa untuk dapat
mencapai risk based capital yang dipersyaratkan, perusahaan
asuransi akan cenderung menghindari penyerapan risiko yang terlalu
tinggi. Selain itu pertanggungan yang diberikan perusahaan asuransi
dibatasi oleh besarnya modal yang dimiliki perusahaan (Serajul,
2018).
171
Dalam hubungan risk based capital dengan profitabilitas
terdapat keadaan dimana suatu keadaan tertentu kepentingan risk
based capital adalah sesuai dengan kepentingan profitabilitas suatu
perusahaan dalam operasinya, tingkat kinerja atau efisiensi dan
efektivitas sumber-sumber daya perusahaan asuransi. Penilaian risk
based capital menentukan seberapa besar tingkat profitabilitas
dalam perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk memenuhi
tingkat solvabilitas atau RBC tercapai dalam jumlah bersih,
kemungkinan tingkat solvabilitas akan terjaga, namun kesempatan
untuk memperoleh laba yang besar akan menurun, pada akhirnya
berdampak menurunnya profitabilitas (Lan, 2018).
f) Pengaruh Tingkat Efisiensi terhadap Kinerja Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat
efisiensi memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Sehingga
penelitian ini menerima (H6) yang menyatakan bahwa variabel
tingkat efisiensi memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan. Hal yang tersebut dibuktikan dengan hasil uji hipotesis
0,0347 > 0,05 yaitu nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai
signifikansi 5%. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nurfareza (2018) dan Setyati (2017) yang
menyatakan bahwa tingkat efisiensi memiliki pengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan.
172
Menurut (Suseno, 2008) efisiensi juga dapat didefenisikan
sebagai perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input),
atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan.
Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila mempergunakan
jumlah unit input yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk
menghasilkan jumlah output yang lebih besar.
Sedangkan menurut (Atmawardhana, 2006) efisiensi juga
bisa diartikan sebagai rasio antara input dan output. Ada tiga faktor
yang menyebabkan efisiensi, yaitu: apabila dengan input yang sama
dapat menghasilkan output yang lebih besar, input yang lebih kecil
dapat menghaslkan output yang lebih besar, dan dengan input yang
lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi.
Penilaian tingkat efisiensi perusahaan asuransi menjadi suatu
hal yang penting untuk dibahas. Karena tingkat efisiensi berguna
untuk mengetahui bagaimana kemampuan manajerial perusahaan
asuransi syari’ah tersebut dalam mengelola perusahaannya. Efisiensi
dalam situasi ideal disebut dengan efisiensi ideal (absolut) yang
nilainya selalu 100% berarti jumlah output yang dihasilkan sama
dengan jumlah input yang digunakan. Namun, pada kenyataannya
kondisi ideal tersebut sangat sulit untuk dicapai karena banyak faktor
yang mempengaruhi, maka dilakukan pendekatan dengan efisiensi
yang bersifat relatif (Kwadjo et al., 2018).
173
Menurut (Janjua, 2015) dalam hal ini nilai efisiensi suatu
objek tidak dibandingkan dengan kondisi ideal (100%) namun
dibandingkan dengan nilai efisiensi objek-objek lain. Sebuah
organisasi atau perusahaan dikatakan efisiensi jika menghasilkan
lebih banyak output dengan sejumlah input yang sama atau dengan
menurunkan penggunaan input dapat dihasilkan outputyang sama.
Sedangkan menurut (Ascarya dan Yumanita, 2008) faktor lain dari
pentingnya penilaian tingkat efisiensi perusahan asuransi syariah
yaitu karna adanya tuntutan persaingan dengan asuransi kovensional.
Selain itu, para pemegang polis atau para calon nasabah potensial
berkepentingan untuk mengetahui kinerja efisiensi perusahaan
asuransi syariah. Agar dapat mempercayai perusahaan asuransi
tersebut dalam perjanjian dengan jangka waktu yang cukup panjang.
174
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari hasil penelitian dengan
melakukan pengujian hipotesis dengan menggunkan analisis regresi data
panel, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara simultan (uji F) diketahui
bahwa nilai Probability (F-statistic) 0,000000 < 0,05, maka terdapat
pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara variabel independen
Pertumbuhan Premi, Hasil Investasi, Leverage, Claim Loss Ratio,
Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital dan Tingkat
Efisiensi terhadap Return On Asset Perusahaan Asuransi syariah di
Indonesia tahun 2013 -2017 pada tingkat signifikansi 5%.
2. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara parsial (uji t) diketahui
bahwa pengaruh antara masing-masing variabel independen
Pertumbuhan Premi, Hasil Investasi, Leverage, Claim Loss Ratio,
Tingkat Kesehatan dengan Nilai Risk Based Capital dan Tingkat
Efisiensi terhadap Return On Asset adalah sebagai berikut:
a. Variabel Pertumbuhan Premi memiliki nilai koefisien 0,6089 >
0,05, maka variabel Pertumbuhan Premi tidak memiliki pengaruh
terhadap Return On Asset pada tingkat signifikansi 5%. Hal
tersebut berarti setiap perubahan yang terjadi pada Pertumbuhan
175
Premi tidak diikuti oleh Return On Asset di perusahaan –
perusahaan Asuransi Syariah pada tahun 2013-2017 secara
signifikan.
b. Variabel Hasil Investasi memiliki nilai koefisien 0,0000 < 0,05,
maka variabel Hasil Investasi tmemiliki pengaruh terhadap Return
On Asset pada tingkat signifikansi 5%. Hal tersebut berarti setiap
perubahan yang terjadi pada Hasil Investasi diikuti oleh Return
On Asset di perusahaan – perusahaan Asuransi Syariah pada tahun
2013-2017 secara signifikan.
c. Variabel Leverage memiliki nilai koefisien 0,0496 < 0,05, maka
variabel Leverage memiliki pengaruh terhadap Return On Asset
pada tingkat signifikansi 5%. Hal tersebut berarti setiap perubahan
yang terjadi pada Leverage diikuti oleh Return On Asset di
perusahaan – perusahaan Asuransi Syariah pada tahun 2013-2017
secara signifikan.
d. Variabel Claim Loss Ratio memiliki nilai koefisien 0,0391 <
0,05, maka variabel Claim Loss Ratio tmemiliki pengaruh
terhadap Return On Asset pada tingkat signifikansi 5%. Hal
tersebut berarti setiap perubahan yang terjadi pada Claim Loss
Ratio diikuti oleh Return On Asset di perusahaan – perusahaan
Asuransi Syariah pada tahun 2013-2017 secara signifikan.
176
e. Variabel Tingkat Kesehataan dengan Nilai Risk Based Capital
memiliki nilai koefisien 0,5020 > 0,05, maka variabel Tingkat
Kesehataan dengan Nilai Risk Based Capital tidak memiliki
pengaruh terhadap Return On Asset pada tingkat signifikansi 5%.
Hal tersebut berarti setiap perubahan yang terjadi pada Tingkat
Kesehataan dengan Nilai Risk Based Capital tidak diikuti oleh
Return On Asset di perusahaan – perusahaan Asuransi Syariah
pada tahun 2013-2017 secara signifikan.
f. Variabel Tingkat Efisiensi memiliki nilai koefisien 0,0347 <
0,05, maka variabel Tingkat Efisiensi memiliki pengaruh terhadap
Return On Asset pada tingkat signifikansi 5%. Hal tersebut berarti
setiap perubahan yang terjadi pada Tingkat Efisiensi diikuti oleh
Return On Asset di perusahaan – perusahaan Asuransi Syariah
pada tahun 2013-2017 secara signifikan.
B. Saran
1. Perlu adanya perbaikan dalam publikasi laporan keuangan dalam
konsistensi nominal angka dan penggunaan istilah rasio keuangan yang
sudah ditentukan oleh maupun OJK agar informasi yang didapat jelas
dan lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel-variabel independen
lain yang mungkin memiliki pengaruh terhadap Return On Asset pada
177
perusahaan asuransi syariah di Indonesia karena variabel independen
dalam model ini dari enam variabel terdapat dua variabel yang tidak
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset. Penelitian
selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah variabel dan
menggunakan variabel yang lebih beragam.
3. Penelitian selanjutnya dapat menambah periode tahun dan memperluas
populasi dan sampel penelitian agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
4. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu analisis regresi
data panel dengan menggunakan software Eviews 9.0. Penelitian
selanjutnya disarankan menggunakan metode yang berbeda dan
software yang lebih baru.
176
DAFTAR PUSTAKA
Abdelkrim, A., & Saidi, O. 2018. Determinants Of Saudi Takaful Insurance
Companies Profitability. Academy of Accounting and Financial Studies
Journal. King Faisal University.
Abdullah, A. 2011. Meraih Berkah melalui Asuransi Syariah. Jakarta: PT Ekex
Media Komputindo.
Abdullah, A. 2006. Asuransi Syariah: Keberadaanya dan Kelebihanya di Tengah
Asuransi Konvensional. Jakarta: IKAPI
Abdullah, I. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu. Masyarakat dan Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Ade, S. 2012. Analisis Investasi dalam Asuransi Syariah di Indonesia terhadap
Portofolio Optimal. Media Ekonomi Vol 19. Unversitas Trisakti. Surabaya.
Afolabi, T. S. 2018. Effect of Claims Payments on Profitability in The Nigerian
Insurance Industry. Advances in Social Sciences Research Journal. Vol,
(4)94-10. Redeemer’s University.
Akhtar, H. 2018. Performance analysis of Takaful and conventional insurance
companies in Saudi Arabia. Benchmarking: An International Journal. ISSN:
1463-5771. Vol. 25 No. 2, pp. 677-695.
Al-Haddad. 2011. The Effect of Corporate Governance on the Performance of
Jordanian Industrial Companies: An empirical study on Amman Stock
Exchange. International Journal of Humanities and Social Science. Vol. 1
Ali, A. 2016. Pengaruh premi, klaim, hasil investasi, dan underwriting terhadap
laba Asuransi Jiwa (studi kasus PT Asuransi Syariah Mubarakah). Institut
Pertanian Bogor.
Ali, H. 2004. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta: Prenada Kencana
Ali, Z. 2008. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Anshori, A.G. 2007. Perbankan Syariah Di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
179
Anshori, A. G. 2013. Lembaga Keuangan Syariah: Sebuah Konsep Kelembagaan
Dalam Pemberdayaan Perekonomian Masyarakat. Surakarta: Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Arif, N. R.A. 2012. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: Pustaka Setia.
Arthur, J. K., David, F. S., John, D. M., & William, P. 2010. Manajemen
Keuangan: Prinsip dan Penerapan Jilid 1. Jakarta. PT. Indeks. Edisi
Kesepuluh.
Ascarya & Yumanita, D. 2008. Comparing The Efficiency Of Islamic Banks In
Malaysia And Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Jakarta.
Atmawardhana, A. 2006. Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah dan Bank
Konvensional Memiliki Unit Usaha Syariah di Indonesia. Fakultas
Ekonomi: UII.
Ayu, I. 2017. Pengaruh Pertumbuhan premi, hasil underwriting, hasil investasi,
dan Risk Based Capital terhadap Laba Perusahaan Asuransi (Studi Empiris
pada Perusahan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2011-2015. Universitas Pendidikan Indonesia
Barlian, O. 2016. Pengaruh rasio Risk based capital, likuiditas, dan agent’s balance
to surplus terhadap harga saham perusahaan Asuransi yang terdaftar di
BEI tahun 2008 -2015. Universitas Lampung.
Benarda. 2016. Tingkat efisiensi industri Asuransi Jiwa Syariah menggunakan
Pendekatan Two Stage Data Envelopment Analysis. Institut Pertanian
Bogor.
Brigham, E. F., & Houston, J. F. 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Edisi Kedelapan. Buku 2.
Chufen, L. 2007. Problem in Bank Branch Ineficiency. Management. Scale and
Location. Asian jurnal of Management and Humanity Sciences. Vol 1. No 4.
Clara. 2013. Pengaruh leverage, likuiditas, umur, dan size terhadap Return on Asset
perusahaan Asuransi Go public yang terdaftar di BEI. Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Perbanas Surabaya
180
Dewan Syari'ah Nasional. 2001. Himpunan Fatwa Dewan Syari'ah Nasional Untuk
Lembaga Keuangan Syari'ah. Ed 1.
Diah, R. 2017. Analisis efisiensi Asuransi Jiwa Syariah di Indonesia dengan
pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) periode 2012 -2015.
Politeknik Negeri Bandung
Dipta, A. 2014. Analisis pengaruh solvabilitas dan underwriting terhadap
profitabilitas perusahaan Asuransi Kerugian. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Perbanas.
Dhaniati, R. 2011. Analisis pengaruh RBC, Rasio underwriting, rasio hasil
investasi, rasio penerimaan premi, dan rasio beban klaim terhadap laba
perusahaan asuransi. Universitas Gunadarma.
Emmanuel, O.G. 2018. Effect of Claims Management on Profitability of Listed
Insurance Companies in Nigeria. American Journal of Management. Vol.
18.
Eka, F. 2016. Pengaruh kontribusi peserta, klaim, dan hasil investasi terhadap
surplus underwriting Asuransi Umum Syariah di Indonesia. Universitas
Airlangga.
Fadila, C. 2016. Pengaruh underwriting dan solvabilitas terhadap laba perusahaan
Reansuransi. Universitas Lampung.
Fahmi, I. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta
Fahmi, I. & Hadi, Y.L., 2012. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung:
Alfabeta.
Farrell, M. A. 1957. The Measurement of Productive Efficiency. Journal of the
Royal Statistical Society. Series A. CXX.Part 3.
Fauziah, I. 2017. Analisis Isu Klaim, Surplis Underwritting, Kredibilitas Pelaku
Industri dan Kredibilitas Perusahaan terhadap Minat Masyarakat Muslim
dan Non-Muslim untuk menggunakan Poduk Asuransi Syariah. Universitas
Islam Negeri Yogyakarta.
181
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Fitri, A., & Mardian, S. 2016. Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah di
Indonesia: Surplus On Contribution. Jurnal Ilmu Akuntansi. Volume 9 (1).
Fitriyani. 2017. Analisis efisiensi asuransi syariah di Indonesia tahun 2014 – 2016
dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan faktor – faktor yang
mempengaruhinya. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Gathara, Z. M. 2019. Effect of Leverage on Financial Performance of Selected
Companies Listed in the Nairobi Securities Exchange, Kenya. International
Journal of Innovative Finance and Economics Research. ISSN: 2360-896X
Ghofar, A. 2012. Pengaruh premi, klaim, investasi dan profitabilitas terhadap
pertumbuhan aset pada perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Edisi Ketujuh.
Gitman, L. 2003. Principles of Managerial Finance, seventeenth edition.
Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company
Gitman, L. 2006. Principles of Managerial Finance, seventeenth edition.
Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company
Gitman, L. J. Z. 2012. Principles of Managerial Finance.13e. Boston: Pearson.
Habibu, A., Abdu, J., & Sulaiman, A. 2019. Effects Of Financial Perfomance.
Capital Structure and Firm Size on Firms Value of Insurance Companies in
Nigeria. Journal of Finance Accounting and Management. 10(1). 57-74.
Nasarawa State University.
Hanafi, M., & Halim, A. 2009. Analisis Laporan Keuangan.Yogyakarta: UPP
STIM YPKP.
Harahap, S. 2013. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Cetakan Kesebelas.
182
Hartono, S. R. 2007. Hukum Ekonomi Indonesia. Malang: Bayumedia Publishing.
Hasibuan, E. 2017. Analisis perbandingan efisiensi asuransi syariah dan asuransi
konvensional di Indonesia dengan metode Data Envelopment Analysis.
Universitas Sumatera Utara
Horne, J. V., & Wachowicz, J. 2012. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat. Edisi 13.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan, PSAK No. 1.
Penyajian Laporan keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Ismail, N., Abdul, M., & Normaisarah. 2018. Macroeconomic Factors Affecting
Perfomance of Insurance Companies in Malaysia. Article Finance.Vol: 22
Issue: 1
Janjua, P.Z. 2015. A Comparative Analysis of Economic Efficiency of
Conventional and Islamic Insurance Industry in Pakistan. Journal of
Business Review: 3 (4): 21-44.
Juwita, T. 2017. Analisis pengaruh premi, klaim, investasi dan surplus underwriting
terhadap pertumbuhan laba pada industri asuransi syariah tahun 2012 –
2016. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Kasiram, M. 2008. Metodologi Penelitian.Malang: UIN-Malang Pers
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Edisi Satu. Cetakan Ketujuh
Ketut, S. 2009. Klaim Asuransi. Jakarta: Badan Mediasi Asuransi Indonesia
Kusuma, E. 2017. Analisis Rasio Kesehatan Keuangan Dana Tabarru’ yang
mempengaruhi Profitabilitas pada Asuransi Syariah di Indonesia (Periode
2012 – 2014). Institut Pertanian Bogor.
Khasanah, Z. 2017. Pengaruh ukuran perusahaan, tingkat solvabilitas dan
likuiditas terhadap profitabilitas Asuransi Jiwa Syariah Al Amin.
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
183
Kwadjo A. A., Charles, A., & Joshua, Y. A. 2018. Evaluating the cost efficiency of
insurance companies in Ghana. Journal of Risk Finance. Vol. 13 No. 1 pp.
61-76.
Kyereboah, C. A. 2007. The impact of capital structure on the performance of
microfinance institutions. Journal Risk and Finance.
Lan, N. A. 2018. Efficiency and Productivity of Australian Private Health Insurers.
Department Of Accounting. Journal Finance and Economics. Grifftith
University Australia.
Lasisi, I.O. 2018. Effect of Liquidity Risk. Premium Growth on the Perfomance of
Quoted Insurance Firms in Nigeria: A Panel Data Analysis. American
Finace & Banking Review. Vol.2. No. 1:2018 ISSN 2576-1226 E-ISSN
2576-1234
Ludovicus, S. 2006. Memahami Akuntansi Asuransi Kerugian (Accounting For
General Insurance), Jakarta: PT Prima Mitra Edukarya.
Markonah, S., & Achmad, S. 2019. The Effect of Corporate Governance and
Premium Growth on the Performance of Insurance Companies in Indonesia.
Academic journal article European Research Studies. Vol. 22, No.2
Marwansyah, S., & Utami, A.N. 2017. Analisis Hasil Investasi, Pendapatan Premi,
dan Beban Klaim Terhadap Laba Perusahaan Perasuransian Di Indonesia.
Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis. Vol. 5 No. 2, 213-221.E-
ISSN: 2548-9836.
Mazwini, V. 2018. Analisis Efisiensi dan pertumbuhan Asuransi Jiwa Syariah di
Indonesia. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mehari, D., & Tilahun, A. 2013. Firm Specific Factors That Determine Insurance
Companies Performance In Ethiopia. European Scientific Journal. Vol. 9,
No. 10 April, ISSN: 1857-7881 e- ISSN 1857-7431
Muharam, H., & Pusvitasari, R. 2007. Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis. Fakultas
Ekonomi UNDIP. Vol II. No. 3. Desember 2007
184
Mustica, B., Jaenal, E., & Tanti, N. 2017. Efisiensi Asuransi Syariah di Indonesia
dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis. Jurnal Al-Muzara’ah Vol.5
No1. Institut Pertanian Bogor
Munawir, S. 2010. Analisis Laporan Keuangan Edisi keempat.Yogyakarta:Liberty.
Cetakan Kelima Belas.
Nafarin, M. 2009. Penganggaran Perusahaan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat
Nurfareza, R.P. 2018. Analisis Efisiensi perusahaan asuransi jiwa syariah dengan
metode Data Envelopment Analysis (DEA) periode 2015 – 2016. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Oscar, A. J., & Sackey, F. G. 2013. The financial performance of life insurance
companies in Ghana. The Journal of Risk Finance. 14(3). 286-302.
Pratiwi, T. 2018. Pengaruh Risk based capital (RBC) dan jumlah investasi terhadap
pertumbuhan laba bersih perusahaan pada PT Asuransi AIA Syariah.
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Quist, J. 2018. Impact Of Claims Complaints On Profitability Of Non- Life
Insurance Operations in Ghana. Journal Risk Management. University Of
Ghana.
Rahayu, D. 2017. Pengaruh Risk based capital terhadap profitabilitas perusahaan
Asuransi Syariah (studi pada perusahaan asuransi yang terdaftar di AASI).
UIN Raden Fatah Palembang
Reschiwati, R. P. S. 2018. Random Effect Model: Influence Of Income Premium,
Claim Cost and Underwritting Results On Net Income In Insurance
Company In Indonesia: Cased Study Of Insurance Company Listed On
Indonesia Stock Exchange. International Journal Of Modern Trends In
Business Research (IJMTBR)., Vol.1 Issues 3.
Reynaldi, M.T., & Treesje, R. 2017. Analisis Akuntansi Dana Investasi Asuransi
Umum Syariah dan Konvensional serta perlakuan terhadap Hasil Investasi.
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern. 12(2), 2017, 113-122
Riyanto, B. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
185
Rodoni, A., & Ali, H. 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta Mitra Wacana Media
Salisu, H., & Rusni, H. 2017. Investment Account Platform: An Innovative
Liquidity Management Avenue for Islamic Deposit Insurance Funds in
Nigeria. Journal of Asian and African Social Science and Humanities. Vol 3.
No. 4.
Salman, K. R., & Farid, M. 2016. Akuntansi Manajemen. Jakarta
Salsabila. 2017. Pengaruh Premi, Klaim, Hasil Investasi dan Hasil Underwritting
terhadap tingkat laba pada perusahaan Asuransi Umum Syariah.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Santoso, R. 2015. Pengaruh tingkat kesehatan keuangan perusahaan Asuransi
terhadap peningkatan pendapatan premi (studi kaksus perusahaan asuransi
di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 -2013). Universitas Negeri Yogyakarta
Santoso, T.B., & Triandaru, S. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta:
Salemba Empat. Edisi 2.
Sastri I. A., Edy, S., & Kadek, S. 2017. Pengaruh Pendapatan Premi, Hasil
Underwriting, Hasil Investasi Dan Risk Based Capital Terhadap Laba
Perusahaan Asuransi (Studi Empiris Pada Perusahan Asuransi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015). E-Journal
Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 7 Nomor 1.
Sekaran, U. 2011. Metode Pemelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Serajul. 2018. Islamic Insurance in Bangladesh: Perfomance. Problems and
Prospects. International Journal of Islamic Business & Management. Vol.2
No 2; International Islamic University Chittagong.
Setyati, R. 2017. Analisis Efisiensi dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan
perusahaan: studi pada perusahaan asuransi Indonesia menggunakan
metode DEA. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sinarti. 2019. Pengaruh Leverage Diversifikasi Produk dan Ukuran Perusahaan
terhadap Profitabilitas. Journal Of Applied Managerial Accounting. Vol. 3
No. 1. Page 97-106 ISSN: 2548-9917
186
Singh, D. W. N., & Suchard, J. A. 2003. Corporate diversification strategies and
capital structures. The Quarterly Review of Economics and Finance.
Sitompul, S. 2018. Pengaruh ukuran perusahaan, kebijakan pendanaan, Risk based
capital (RBC), pertumbuhan premi netto dan laba perusahaan terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Universitas Sumatera Utara.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Bandung:
Alfabeta
Sula, S. 2004. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Operasional.
Jakarta: Gema Insani Press.
Supiyanto, A.T. 2015. Pengaruh Pendapatan Premi dan Hasil Investasi terhadap
Cadangan Dana Tabarru’ Pada Perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia.
Universitas Negeri Yogyakarta
Suseno, P. 2008. Analisis Efisiensi dan Skala Ekonomi pada Indsutri Perbankan
Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam. Vol. 2. No. 1. Yogyakarta:
Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Fakultas
Ekonomi UII.
Winarno, W. W. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Wild, J. K. S., & Halsey, R. F. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat. Edisi Delapan. Buku Kesatu.
Yulia, W. N. 2017. Analisis Efisiensi Asuransi Umum Syariah di Indonesia tahun
2013 – 2015: Aplikasi Metode Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal
Ekonomi Syariah Teori dan Terapan. Vol.4 No. 9 September Universitas
Airlangga.
187
Yurike, F. A. 2017. Perbedaan Efisiensi Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah
dan Konvensional di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis
(DEA). Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan. Vol.4 No. 8 Agustus
Universitas Airlangga.
Yusuf, T.O., & Dansu F. S. 2014. Effect of Claim cost on insurers’ profitability in
Nigeria. International Journal of Business and Commerce. 3 (10), 01 -20.
Zubaidah, N., Elfira, M., & Omar, M. 2019. Comparison Analysis Of Risk Based
Capital (RBC) Perfomance and Its Effecr On Islamic Insurance Profitability
In Indonesia and Malaysia. Journal of Islamic Economics. Vol. 3 Issue 2.
www.idx.co.id
www.assi.co.id
www.ojk.co.id
Kompas.com
188
Lampiran 1: Data Penelitian
Nama Tahun Premi Investasi Leverage CLR Kesehatan Efisiensi ROA
AIA 2013 2,56 0,07 0,24 0,36 1,20 1,02 1,45
2014 1,44 0,07 0,11 0,39 1,40 1,00 1,46
2015 1,06 0,06 0,16 0,54 2,05 0,79 1,37
2016 0,98 0,06 0,06 0,87 4,11 0,96 1,36
2017 1,02 0,05 0,10 0,95 28,28 0,85 1,28
AMN 2013 45,51 0,09 0,07 0,60 1,16 0,32 0,90
2014 1,29 0,04 0,11 0,75 0,95 0,34 0,95
2015 0,18 0,11 0,14 1,45 1,54 0,29 0,86
2016 4,91 0,09 0,15 0,56 1,24 0,42 0,89
2017 1,18 0,04 0,32 0,40 1,41 0,56 0,93
MNL 2013 1,96 0,24 0,28 0,45 1,11 1,56 1,34
2014 1,61 0,22 0,31 0,57 1,00 1,92 1,22
2015 2,07 0,21 0,29 0,76 1,04 0,64 1,30
2016 1,46 0,07 0,25 -0,48 0,87 0,59 1,22
2017 1,54 0,09 0,30 -0,50 3,72 0,68 1,30
AXA 2013 0,86 0,14 0,23 0,73 1,94 0,22 1,18
2014 0,58 0,12 0,19 1,00 1,45 0,17 1,12
2015 1,78 0,10 0,27 0,82 1,49 0,23 1,15
2016 0,94 0,04 0,35 0,55 2,32 0,24 1,13
2017 1,33 0,06 0,09 0,74 20,79 0,25 1,14
SNR 2013 2,92 0,18 0,45 -0,81 0,32 1,52 1,54
2014 1,18 0,17 0,49 -0,93 0,32 1,45 1,35
2015 1,21 0,17 0,44 -0,76 0,54 1,31 1,32
2016 1,04 0,17 0,34 0,87 0,36 2,49 1,28
2017 1,07 0,10 0,40 0,91 0,80 1,61 1,18
189
BMP 2013 1,70 0,00 0,15 0,55 0,57 0,90 1,04
2014 0,78 0,00 0,13 0,44 0,98 0,51 1,01
2015 0,57 0,03 0,43 1,12 0,98 1,33 1,06
2016 1,13 0,04 0,44 0,68 1,12 2,43 1,10
2017 1,27 0,05 0,59 0,47 2,29 1,29 1,16
PN 2013 0,90 0,02 0,39 0,24 24,82 0,38 1,04
2014 0,96 0,09 0,37 0,37 16,59 0,56 1,18
2015 0,87 0,07 0,46 0,56 21,23 0,44 1,15
2016 1,18 0,08 0,05 0,45 68,85 0,57 1,15
2017 1,04 0,08 0,06 2,90 17,22 0,45 1,14
GEL 2013 2,22 0,04 0,11 0,01 41,25 0,12 1,05
2014 0,01 0,06 0,09 0,00 61,12 0,13 1,08
2015 0,00 0,03 0,88 0,00 89,04 0,06 1,03
2016 0,00 0,05 0,01 2,06 86,68 0,34 1,06
2017 -4,94 0,05 0,01 0,00 113,67 0,43 1,06
JSR 2013 9,80 0,01 0,01 -0,16 0,57 0,02 1,01
2014 8,35 0,01 0,02 -0,02 1,25 0,09 1,01
2015 1,85 0,01 0,02 -0,35 2,87 0,10 1,01
2016 1,08 0,01 0,05 -0,48 3,76 0,14 1,01
2017 2,00 0,08 0,15 -0,55 1,29 0,42 1,10
AVR 2013 0,54 0,23 0,10 0,73 0,88 1,35 1,27
2014 0,74 0,16 0,10 0,73 1,39 1,12 1,18
2015 1,31 0,17 0,08 0,49 2,59 1,55 1,20
2016 1,06 0,04 0,05 0,74 60,87 1,93 1,12
2017 4,50 0,05 0,15 0,51 2,52 3,92 1,14
SLF 2013 2,19 -0,12 0,51 0,37 0,97 0,98 0,74
2014 1,38 -0,10 0,45 0,48 1,33 0,91 0,80
2015 1,53 -0,18 0,59 0,57 1,42 1,02 0,89
190
2016 1,53 -0,08 0,23 0,41 1,77 1,13 0,74
2017 2,23 -0,03 0,27 0,37 2,52 1,48 0,73
TKI 2013 0,06 0,47 0,19 0,32 28,50 0,41 0,84
2014 1,09 -0,22 0,14 0,57 31,69 0,26 0,70
2015 0,68 -0,22 0,22 0,23 34,17 0,28 0,67
2016 0,59 -0,27 0,24 1,12 35,65 0,44 0,73
2017 2,97 0,02 0,11 0,24 64,39 0,15 1,03
ASTR 2013 1,23 0,09 0,74 0,89 0,18 1,35 1,09
2014 0,87 0,12 0,57 0,76 0,39 2,39 1,12
2015 0,76 0,09 0,61 0,62 0,53 2,79 1,28
2016 2,43 0,05 0,75 0,78 14,02 1,07 1,23
2017 0,90 0,07 0,71 0,83 0,80 0,93 1,29
TUG 2013 1,28 0,07 0,49 -1,54 0,22 0,67 1,15
2014 0,45 0,09 0,40 -0,38 0,43 0,58 1,17
2015 0,46 0,03 0,40 -0,19 0,65 0,23 1,05
2016 0,49 0,03 0,51 -0,15 1,04 0,76 1,07
2017 1,28 0,06 0,47 -0,30 1,15 0,96 1,12
ACA 2013 1,41 0,06 0,56 0,24 0,32 1,08 1,16
2014 0,70 0,07 0,55 2,07 0,32 0,88 1,20
2015 0,77 0,01 0,58 1,74 0,32 0,35 1,04
2016 1,02 0,02 0,53 2,34 0,61 0,77 1,05
2017 1,12 0,02 0,59 0,06 103,88 0,83 1,07
PRU 2013 1,38 0,43 0,20 0,71 0,85 0,63 1,32
2014 1,44 0,42 0,16 0,67 1,33 0,67 1,30
2015 1,13 0,34 0,15 0,61 1,67 0,59 1,48
2016 1,04 0,09 0,05 -0,72 92,25 1,02 1,32
2017 1,15 0,08 0,05 -0,65 19,75 1,03 1,30
BRI 2013 0,62 0,00 0,18 0,98 0,40 0,31 1,01
191
2014 2,13 0,01 0,27 0,54 0,41 0,52 1,02
2015 0,47 0,01 0,31 1,42 0,41 0,73 1,02
2016 2,03 0,01 0,32 1,32 0,49 0,84 0,95
2017 1,15 0,02 0,11 1,13 0,48 1,04 1,02
ADR 2013 1,04 0,09 0,63 1,58 0,33 2,68 1,26
2014 1,45 0,07 0,59 0,98 0,89 2,56 1,21
2015 1,16 0,06 0,56 0,89 1,38 2,50 1,17
2016 1,41 0,05 0,63 -0,64 1,77 3,02 1,18
2017 1,13 0,03 0,58 -0,75 3,30 2,90 1,13
MDR 2013 1,19 0,58 0,13 0,49 1,11 1,07 0,44
2014 0,98 0,51 0,14 0,58 1,50 0,75 0,45
2015 1,31 0,32 0,20 0,63 1,70 0,55 1,45
2016 1,29 0,36 0,15 0,74 1,88 0,55 1,47
2017 1,24 0,05 0,05 -0,49 16,31 0,80 1,44
ALLZ 2013 1,42 0,08 0,17 0,41 3,14 1,62 1,38
2014 1,23 0,11 0,17 0,42 3,88 1,60 1,42
2015 1,15 0,13 0,12 0,57 4,75 1,57 1,42
2016 1,24 0,03 0,05 0,50 56,78 1,94 1,21
2017 0,98 0,04 0,06 0,67 26,38 1,84 1,28
STC 2013 1,70 0,06 0,49 0,29 0,22 0,34 1,13
2014 0,90 0,09 0,39 0,35 0,34 0,33 1,16
2015 0,77 0,06 0,26 0,44 0,91 0,23 1,09
2016 1,20 0,06 0,16 0,35 1,27 0,25 1,09
2017 3,20 0,07 0,09 0,43 3,83 0,99 1,10
MEG 2013 1,10 0,11 0,52 0,80 0,31 1,20 1,24
2014 0,70 0,16 0,42 0,79 0,45 1,01 1,30
2015 0,38 0,09 0,39 0,61 0,45 0,99 1,16
2016 0,09 0,03 0,00 0,71 0,31 2,22 1,03
192
2017 4,89 0,07 0,02 0,11 45,80 1,24 1,09
TKU 2013 0,64 0,00 0,59 0,72 0,33 0,98 0,99
2014 1,05 -0,10 0,57 0,68 0,83 0,21 0,65
2015 0,43 -0,01 0,58 0,65 0,91 1,08 0,89
2016 0,54 -0,19 0,53 -0,72 4,51 1,31 1,16
2017 1,68 -0,05 0,55 1,22 8,88 0,72 1,38
BNI 2013 2,51 1,07 0,43 1,20 0,39 5,14 1,21
2014 0,29 0,07 0,39 1,60 1,10 2,27 1,24
2015 1,88 0,05 0,37 1,28 0,35 2,21 1,22
2016 2,81 0,08 0,39 0,87 31,53 1,49 1,20
2017 1,26 0,07 0,26 1,08 1,00 1,52 1,23
TKF 2013 1,12 0,33 0,27 0,92 0,89 0,02 1,02
2014 1,23 0,02 0,23 0,78 1,06 0,13 1,02
2015 0,86 0,01 0,23 0,69 1,41 0,04 1,01
2016 0,98 0,02 0,22 0,97 1,73 0,13 1,02
2017 1,05 0,16 0,29 1,04 0,20 0,14 1,09
CHUB 2013 -0,19 -0,04 0,77 -12,42 0,15 0,56 0,92
2014 -
21,66
0,01 0,57 0,57 0,37 0,28 1,02
2015 0,60 0,00 0,65 0,73 0,39 0,44 0,99
2016 0,88 -0,03 0,64 0,81 0,69 0,41 0,92
2017 0,89 -0,04 0,74 1,00 0,80 0,44 0,83
BRIS 2013 0,56 0,04 0,19 1,40 1,05 0,12 1,06
2014 3,23 0,04 0,30 0,02 0,83 0,31 1,07
2015 -0,53 0,04 0,31 -0,30 0,55 0,51 1,08
2016 -0,07 0,02 0,38 -1,82 0,59 0,70 1,04
2017 10,02 0,01 0,44 0,58 4,52 0,78 1,02
FWD 2013 35,25 -0,12 0,33 0,04 1,25 0,04 1,03
193
2014 19,48 0,15 0,08 0,14 0,32 0,04 1,03
2015 14,39 0,03 0,00 0,00 0,00 0,04 1,03
2016 27,57 0,08 0,06 0,08 0,07 0,10 1,10
2017 32,58 -0,06 0,18 0,43 7,37 0,16 0,85
SKR 2013 1,85 0,06 0,47 0,37 0,51 1,24 1,14
2014 1,85 0,05 0,42 0,25 1,88 1,35 1,12
2015 1,07 0,08 0,40 0,60 1,76 1,38 1,17
2016 3,81 0,07 0,49 0,48 0,22 1,98 1,07
2017 1,60 0,07 0,55 0,61 0,11 2,22 1,07
PRL 2013 10,91 0,02 0,17 9,89 -1,72 0,54 1,02
2014 9,13 -0,03 0,13 2,29 -6,17 0,60 0,96
2015 0,77 -0,01 0,39 2,52 -3,57 0,12 0,99
2016 1,62 0,02 0,16 0,63 -14,63 0,11 1,02
2017 0,32 0,05 0,16 -0,77 0,80 0,13 1,05
TRP 2013 0,93 0,05 0,61 0,67 1,30 1,75 1,06
2014 0,71 0,04 0,65 1,42 0,55 1,38 1,06
2015 0,85 0,05 0,57 1,74 1,28 1,35 1,16
2016 0,54 0,07 0,55 -1,09 0,95 1,30 1,19
2017 1,68 0,07 0,64 -0,57 0,99 1,40 1,22
AIG 2013 0,44 0,02 0,08 0,50 4,29 0,16 1,02
2014 1,00 0,06 0,01 1,25 1,46 0,08 1,06
2015 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00 0,14 1,03
2016 0,00 0,02 0,00 0,00 0,12 0,20 1,06
2017 0,00 0,16 0,00 0,00 0,90 0,21 1,03
ASW 2013 0,38 0,00 0,00 0,00 0,00 0,07 1,00
2014 2,38 0,01 0,12 13,03 0,89 0,07 1,01
2015 8,28 0,01 0,23 0,34 2,10 0,30 1,02
2016 5,78 0,04 0,37 0,17 3,39 0,84 1,08
194
2017 0,13 0,02 0,40 1,14 6,50 0,41 1,05
REA 2013 2,04 0,08 0,52 0,86 0,36 6,25 1,20
2014 1,40 0,05 0,27 0,90 0,41 6,20 1,07
2015 0,99 0,10 0,02 0,97 0,41 5,89 1,10
2016 1,52 0,05 0,35 -0,98 0,29 1,13 1,05
2017 0,87 0,05 0,37 -0,96 0,29 0,99 1,04
Sumber: website tiap bank (data diolah), 2018
Data Setelah PL ditransformasi menjadi LOGPL dan SQRT
ROA PREMI INVESTASI LEVERAGE CLR KESEHATAN EFISIENSI
0,4 0,94 -2,68 -1,41 0,74 0,18 0,98
0,41 0,36 -2,7 -2,18 0,72 0,34 1
0,37 0,05 -2,88 -1,85 0,65 0,72 1,26
0,37 -0,02 -2,76 -2,83 0,54 1,41 1,05
0,33 0,02 -3,09 -2,26 0,51 3,34 1,17
NA 3,82 -2,42 -2,65 0,62 0,15 3,17
NA 0,25 -3,19 -2,25 0,57 -0,05 2,91
NA -1,72 -2,19 -1,96 0,41 0,43 3,4
NA 1,59 -2,42 -1,88 0,64 0,22 2,4
NA 0,17 -3,24 -1,14 0,71 0,35 1,79
0,36 0,67 -1,42 -1,29 0,69 0,1 0,64
0,29 0,48 -1,52 -1,17 0,64 0 0,52
0,34 0,73 -1,57 -1,23 0,57 0,04 1,56
0,29 0,38 -2,7 -1,38 1,92 -0,14 1,71
0,34 0,43 -2,44 -1,22 2,01 1,31 1,46
0,27 -0,15 -1,99 -1,48 0,58 0,66 4,56
0,22 -0,55 -2,14 -1,67 0,5 0,37 5,77
0,24 0,58 -2,28 -1,32 0,55 0,4 4,42
0,23 -0,06 -3,12 -1,05 0,64 0,84 4,16
0,24 0,29 -2,77 -2,36 0,58 3,03 4,02
0,43 1,07 -1,7 -0,79 5,39 -1,14 0,66
0,36 0,17 -1,78 -0,71 4,45 -1,15 0,69
0,35 0,19 -1,79 -0,82 4,2 -0,61 0,76
0,33 0,04 -1,75 -1,07 0,54 -1,01 0,4
0,27 0,06 -2,28 -0,91 0,52 -0,22 0,62
0,14 0,53 -8,04 -1,89 0,65 -0,56 1,11
0,05 -0,25 -7,21 -2,04 0,69 -0,02 1,97
0,16 -0,55 -3,62 -0,83 0,47 -0,02 0,75
0,2 0,12 -3,19 -0,82 0,59 0,11 0,41
0,25 0,24 -3,07 -0,53 0,68 0,83 0,77
0,13 -0,11 -3,82 -0,95 0,81 3,21 2,62
0,27 -0,04 -2,36 -0,99 0,73 2,81 1,79
0,25 -0,14 -2,71 -0,78 0,64 3,06 2,27
0,25 0,17 -2,54 -3,1 0,69 4,23 1,74
195
0,24 0,03 -2,57 -2,75 0,26 2,85 2,24
0,15 0,8 -3,18 -2,24 0,99 3,72 8,69
0,18 -5,28 -2,78 -2,37 1 4,11 7,54
0,11 NA -3,65 -0,13 1 4,49 15,84
0,16 NA -3 -4,67 0,33 4,46 2,93
0,15 NA -3,03 -4,79 1 4,73 2,35
0,07 2,28 -4,35 -4,78 1,2 -0,56 48,69
0,08 2,12 -4,25 -3,86 1,02 0,23 10,94
0,06 0,61 -4,69 -3,69 1,54 1,05 10,27
0,08 0,08 -4,32 -2,95 1,92 1,32 7,14
0,2 0,7 -2,54 -1,93 2,24 0,25 2,41
0,32 -0,61 -1,47 -2,31 0,58 -0,13 0,74
0,27 -0,3 -1,86 -2,35 0,58 0,33 0,89
0,28 0,27 -1,77 -2,53 0,67 0,95 0,65
0,22 0,06 -3,16 -2,94 0,57 4,11 0,52
0,24 1,5 -3 -1,88 0,66 0,92 0,25
NA 0,79 NA -0,68 0,73 -0,03 1,02
NA 0,33 NA -0,81 0,67 0,29 1,1
NA 0,42 NA -0,53 0,64 0,35 0,98
NA 0,43 NA -1,48 0,71 0,57 0,88
NA 0,8 NA -1,29 0,73 0,92 0,68
NA -2,77 -0,76 -1,65 0,76 3,35 2,45
NA 0,08 NA -2 0,64 3,46 3,77
NA -0,38 NA -1,5 0,81 3,53 3,6
NA -0,54 NA -1,42 0,47 3,57 2,29
0,11 1,09 -3,94 -2,25 0,8 4,16 6,63
0,19 0,2 -2,44 -0,31 0,53 -1,7 0,74
0,22 -0,14 -2,14 -0,56 0,57 -0,93 0,42
0,33 -0,28 -2,36 -0,49 0,62 -0,64 0,36
0,3 0,89 -2,99 -0,28 0,56 2,64 0,94
0,33 -0,11 -2,62 -0,34 0,55 -0,22 1,07
0,24 0,24 -2,65 -0,71 -1,85 -1,51 1,5
0,26 -0,81 -2,39 -0,91 1,61 -0,84 1,72
0,15 -0,77 -3,53 -0,91 1,23 -0,43 4,26
0,17 -0,72 -3,53 -0,67 1,18 0,04 1,31
0,22 0,25 -2,88 -0,75 1,43 0,14 1,04
0,25 0,34 -2,84 -0,58 0,81 -1,14 0,93
0,28 -0,36 -2,68 -0,59 0,33 -1,14 1,14
0,13 -0,26 -4,45 -0,55 0,36 -1,14 2,87
0,15 0,02 -4 -0,63 0,3 -0,5 1,3
0,17 0,11 -3,84 -0,53 0,94 4,64 1,21
0,35 0,32 -0,84 -1,6 0,59 -0,16 1,58
0,34 0,36 -0,86 -1,84 0,6 0,29 1,49
0,41 0,12 -1,07 -1,9 0,62 0,51 1,68
0,35 0,04 -2,37 -2,99 3,59 4,52 0,98
0,34 0,14 -2,58 -2,99 2,85 2,98 0,97
0,07 -0,47 -5,35 -1,74 0,51 -0,92 3,19
0,1 0,76 -4,81 -1,29 0,65 -0,89 1,91
0,09 -0,75 -5,05 -1,19 0,41 -0,89 1,37
NA 0,71 -4,33 -1,15 0,43 -0,71 1,19
0,1 0,14 -4,15 -2,17 0,47 -0,73 0,97
196
0,32 0,04 -2,42 -0,46 0,39 -1,11 0,37
0,29 0,37 -2,59 -0,54 0,51 -0,12 0,39
0,26 0,15 -2,82 -0,58 0,53 0,32 0,4
0,27 0,34 -3,03 -0,47 2,76 0,57 0,33
0,23 0,12 -3,37 -0,54 3,99 1,19 0,34
NA 0,17 -0,55 -2,07 0,67 0,1 0,93
NA -0,02 -0,66 -1,97 0,63 0,41 1,32
0,4 0,27 -1,13 -1,61 0,61 0,53 1,83
0,41 0,26 -1,03 -1,87 0,58 0,63 1,82
0,4 0,21 -2,97 -3,09 1,95 2,79 1,25
0,37 0,35 -2,47 -1,74 0,71 1,14 0,62
0,39 0,2 -2,23 -1,75 0,71 1,36 0,63
0,39 0,14 -2,03 -2,1 0,64 1,56 0,64
0,29 0,21 -3,68 -2,9 0,67 4,04 0,51
0,33 -0,02 -3,3 -2,82 0,6 3,27 0,54
0,23 0,53 -2,81 -0,71 0,77 -1,51 2,94
0,25 -0,1 -2,44 -0,94 0,74 -1,08 3,07
0,2 -0,26 -2,82 -1,36 0,69 -0,09 4,33
0,19 0,18 -2,75 -1,86 0,74 0,24 4,08
0,2 1,16 -2,62 -2,37 0,7 1,34 1,01
0,31 0,09 -2,24 -0,65 0,56 -1,16 0,83
0,34 -0,35 -1,84 -0,86 0,56 -0,79 0,99
0,25 -0,96 -2,45 -0,95 0,62 -0,81 1,01
0,12 -2,44 -3,51 -6,49 0,59 -1,18 0,45
0,19 1,59 -2,67 -4,15 0,9 3,82 0,8
NA -0,45 -6,7 -0,53 0,58 -1,11 1,02
NA 0,05 NA -0,56 0,59 -0,19 4,68
NA -0,85 NA -0,54 0,6 -0,09 0,93
0,25 -0,61 NA -0,64 3,59 1,51 0,76
0,37 0,52 NA -0,6 0,45 2,18 1,38
0,29 0,92 0,07 -0,85 0,45 -0,94 0,19
0,3 -1,24 -2,73 -0,94 0,38 0,1 0,44
0,29 0,63 -2,95 -0,98 0,44 -1,05 0,45
0,28 1,03 -2,56 -0,95 0,53 3,45 0,67
0,3 0,23 -2,71 -1,33 0,48 0 0,66
0,09 0,11 -1,1 -1,29 0,52 -0,12 50,97
0,09 0,21 -3,96 -1,46 0,56 0,06 7,88
0,05 -0,16 -5,2 -1,49 0,59 0,34 27,63
0,09 -0,02 -3,91 -1,51 0,51 0,55 7,94
0,2 0,05 -1,8 -1,25 0,49 -1,6 7,39
NA NA NA -0,26 -0,09 -1,9 1,8
0,09 NA -4,81 -0,56 0,64 -0,99 3,55
NA -0,51 NA -0,43 0,58 -0,93 2,29
NA -0,13 NA -0,45 0,55 -0,36 2,41
NA -0,12 NA -0,3 0,5 -0,22 2,25
0,16 -0,59 -3,12 -1,67 0,42 0,05 8,6
0,17 1,17 -3,3 -1,19 0,98 -0,19 3,28
0,18 NA -3,14 -1,16 1,42 -0,6 1,97
0,13 NA -3,89 -0,98 -1,22 -0,52 1,43
0,1 2,31 -4,57 -0,83 0,63 1,51 1,28
0,11 3,56 NA -1,12 0,96 0,22 24,4
197
0,11 2,97 -1,88 -2,57 0,88 -1,14 24,11
0,12 2,67 -3,44 NA 1 NA 26,38
0,2 3,32 -2,49 -2,82 0,93 -2,66 10,16
NA 3,48 NA -1,74 0,7 2 6,21
0,24 0,62 -2,82 -0,76 0,73 -0,67 0,81
0,22 0,62 -2,93 -0,87 0,8 0,63 0,74
0,26 0,07 -2,59 -0,92 0,62 0,56 0,72
0,17 1,34 -2,7 -0,72 0,67 -1,52 0,5
0,17 0,47 -2,72 -0,6 0,62 -2,23 0,45
0,09 2,39 -4,1 -1,78 0,09 NA 1,85
NA 2,21 NA -2,02 0,3 NA 1,67
NA -0,26 NA -0,95 0,28 NA 8,34
0,1 0,48 -3,86 -1,82 0,61 NA 9,25
0,15 -1,13 -2,99 -1,84 4,27 -0,22 7,67
0,16 -0,08 -2,98 -0,5 0,6 0,26 0,57
0,15 -0,34 -3,14 -0,42 0,41 -0,6 0,73
0,25 -0,16 -2,91 -0,57 0,37 0,25 0,74
0,28 -0,61 -2,6 -0,6 0,4 -0,05 0,77
0,29 0,52 -2,68 -0,45 2,32 -0,01 0,71
0,1 -0,81 -3,84 -2,58 0,67 1,46 6,12
0,16 0 -2,78 -4,31 0,44 0,38 12,77
0,12 NA -3,36 NA 1 NA 7,1
0,16 NA -4,13 NA 1 -2,11 5,08
0,12 NA -1,84 NA 1 -0,11 4,81
0 -0,98 NA NA 1 NA 14,39
0,05 0,87 -5,14 -2,09 0,07 -0,12 14,56
0,08 2,11 -4,44 -1,48 0,75 0,74 3,28
0,18 1,75 -3,16 -1 0,85 1,22 1,19
0,14 -2,02 -3,71 -0,92 0,47 1,87 2,46
0,28 0,71 -2,53 -0,65 0,54 -1,01 0,16
0,17 0,34 -3,05 -1,31 0,53 -0,89 0,16
0,2 -0,01 -2,33 -3,98 0,51 -0,89 0,17
0,15 0,42 -2,94 -1,05 0,52 -1,22 0,88
0,14 -0,14 -3,08 -1,01 0,52 -1,22 1,01
198
Lampiran 2 Uji Stasioner
Lampiran 3 : Uji Asumsi Klasik
1. Normalitas
2. Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0,502237 Prob, F(6,113) 0,8056
Obs*R-squared 3,116971 Prob, Chi-Square(6) 0,7940
Scaled explained SS 3,157097 Prob, Chi-Square(6) 0,7889
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/27/19 Time: 12:15
Sample: 2 170
Included observations: 120
Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob,
0
10
20
30
40
50
-1.2 -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4
Series: ResidualsSample 1 170Observations 158
Mean -1.29e-16Median -0.000208Maximum 0.408022Minimum -1.225956Std. Dev. 0.160173Skewness -2.981838Kurtosis 24.95636
Jarque-Bera 3407.843Probability 0.000000
Variabel
Tingkat Stasioneritas
Keterangan Level
t-statistic Test Critical Value
Probability 1% level 5% level 10% level
PREMI -8,585454 -3,472813 -2,880088 -2,576739 0,0000 STASIONER
INVT -6,835427 -3,477835 -2,882279 -2,577908 0,0000 STASIONER
LVG -6,715891 -3,470934 -2,879267 -2,576301 0,0000 STASIONER
CLR -9,225218 -3,469214 -2,878515 -2,575899 0,0000 STASIONER
RBC -7,812525 -3,471987 -2,879727 -2,576546 0,0000 STASIONER
EFS -5,873110 -3,469451 -2,878618 -2,575954 0,0000 STASIONER
ROA -5,234595 -3,488063 -2,886732 -2,580281 0,0000 STASIONER
199
C 0,004580 0,001199 3,820569 0,0002
PREMI^2 0,000172 0,000239 0,716644 0,4751
INVESTASI^2 2,22E-05 8,02E-05 0,277438 0,7820
LEVERAGE^2 -0,000121 0,000134 -0,901314 0,3693
CLR^2 0,000144 0,000158 0,909877 0,3648
KESEHATAN^2 -3,98E-05 0,000150 -0,266194 0,7906
EFISIENSI^2 2,24E-06 2,14E-06 1,044308 0,2986
R-squared 0,025975 Mean dependent var 0,004815
Adjusted R-squared -0,025743 S,D, dependent var 0,007308
S,E, of regression 0,007401 Akaike info criterion -6,917778
Sum squared resid 0,006190 Schwarz criterion -6,755174
Log likelihood 422,0667 Hannan-Quinn criter, -6,851744
F-statistic 0,502237 Durbin-Watson stat 2,019737
Prob(F-statistic) 0,805557
Lampiran 4: Hasil Regresi Data Panel
1. Common Effect Model
Dependent Variable: ROA?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/27/19 Time: 12:22
Sample: 2013 2017
Included observations: 5
Cross-sections included: 30
Total pool (unbalanced) observations: 127
Cross sections without valid observations dropped
Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob,
PREMI? 0,009419 0,013495 0,697917 0,4866
INVESTASI? -0,031205 0,007038 -4,433894 0,0000
LEVERAGE? -0,045314 0,012278 -3,690685 0,0003
CLR? 0,059952 0,012510 4,792535 0,0000
KESEHATAN? -0,002041 0,008267 -0,246844 0,8054
EFISIENSI? -0,005997 0,001853 -3,235445 0,0016
R-squared -0,959790 Mean dependent var 0,232441
Adjusted R-squared -1,040773 S,D, dependent var 0,096853
S,E, of regression 0,138360 Akaike info criterion -1,071825
Sum squared resid 2,316361 Schwarz criterion -0,937454
Log likelihood 74,06086 Hannan-Quinn criter, -1,017231
Durbin-Watson stat 0,642656
200
2. Fixed Effect Model
Dependent Variable: ROA?
Method: Pooled Least Squares
Date: 03/27/19 Time: 12:22
Sample: 2013 2017
Included observations: 5
Cross-sections included: 30
Total pool (unbalanced) observations: 127
Cross sections without valid observations dropped
Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob,
C 0,337109 0,015310 22,01887 0,0000
PREMI? 0,002531 0,004929 0,513488 0,6089
INVESTASI? 0,031772 0,005000 6,354739 0,0000
LEVERAGE? 0,010930 0,005492 1,990178 0,0496
CLR? 0,011051 0,005280 2,093091 0,0391
KESEHATAN? -0,002324 0,003448 -0,673993 0,5020
EFISIENSI? -0,001517 0,000708 -2,143725 0,0347
Fixed Effects (Cross)
1--C 0,148341
3--C 0,050108
4--C 0,001339
5--C 0,044267
6--C -0,009244
7--C 0,002457
8--C -0,036156
9--C -0,068718
10--C 0,023262
12--C -0,069213
13--C 0,015103
14--C -0,030553
15--C -0,025028
16--C 0,081777
17--C -0,080479
18--C 0,015329
19--C 0,137836
20--C 0,127103
21--C -0,026520
22--C 0,009381
24--C 0,030687
25--C -0,091798
27--C -0,066143
28--C -0,079617
29--C -0,038921
30--C -0,105206
31--C -0,022351
32--C -0,052936
33--C -0,076269
34--C -0,051273
Effects Specification
201
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0,885916 Mean dependent var 0,232441
Adjusted R-squared 0,842038 S,D, dependent var 0,096853
S,E, of regression 0,038494 Akaike info criterion -3,443043
Sum squared resid 0,134841 Schwarz criterion -2,636817
Log likelihood 254,6332 Hannan-Quinn criter, -3,115483
F-statistic 20,19027 Durbin-Watson stat 1,589707
Prob(F-statistic) 0,000000
3. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: CROSSID
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d,f, Prob,
Cross-section F 7,336473 (29,91) 0,0000
Cross-section Chi-square 153,082101 29 0,0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: ROA?
Method: Panel Least Squares
Date: 03/27/19 Time: 12:23
Sample: 2013 2017
Included observations: 5
Cross-sections included: 30
Total pool (unbalanced) observations: 127
Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob,
C 0,394577 0,017689 22,30611 0,0000
PREMI? 0,004082 0,005978 0,682723 0,4961
INVESTASI? 0,055066 0,004966 11,08815 0,0000
LEVERAGE? 0,001197 0,005821 0,205702 0,8374
CLR? 0,012405 0,005933 2,090808 0,0387
KESEHATAN? 0,007429 0,003684 2,016588 0,0460
EFISIENSI? -0,004771 0,000822 -5,802518 0,0000
R-squared 0,619189 Mean dependent var 0,232441
Adjusted R-squared 0,600148 S,D, dependent var 0,096853
S,E, of regression 0,061244 Akaike info criterion -2,694365
Sum squared resid 0,450097 Schwarz criterion -2,537599
Log likelihood 178,0922 Hannan-Quinn criter, -2,630673
F-statistic 32,51945 Durbin-Watson stat 0,699851
Prob(F-statistic) 0,000000
202
4. Random Effect Model
Dependent Variable: ROA?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/27/19 Time: 12:23
Sample: 2013 2017
Included observations: 5
Cross-sections included: 30
Total pool (unbalanced) observations: 127
Swamy and Arora estimator of component variances
Cross sections without valid observations dropped
Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob,
C 0,357537 0,016219 22,04417 0,0000
PREMI? 0,002450 0,004478 0,547061 0,5854
INVESTASI? 0,041320 0,004399 9,393111 0,0000
LEVERAGE? 0,007593 0,004932 1,539429 0,1263
CLR? 0,010285 0,004736 2,171657 0,0318
KESEHATAN? 0,001250 0,003038 0,411255 0,6816
EFISIENSI? -0,002626 0,000658 -3,991457 0,0001
Random Effects (Cross)
1--C 0,123566
3--C 0,038463
4--C 0,000746
5--C 0,038035
6--C 0,013254
7--C -0,004816
8--C -0,027958
9--C -0,038159
10--C 0,011114
12--C -0,035323
13--C 0,016292
14--C -0,017396
15--C -0,010048
16--C 0,055703
17--C -0,044700
18--C 0,018216
19--C 0,096199
20--C 0,100678
21--C -0,018138
22--C 0,005048
24--C 0,023358
25--C -0,053469
27--C -0,040124
28--C -0,042692
29--C -0,027266
30--C -0,048322
31--C -0,013305
32--C -0,031741
33--C -0,048299
34--C -0,038916
203
Effects Specification
S,D, Rho
Cross-section random 0,041079 0,5325
Idiosyncratic random 0,038494 0,4675
Weighted Statistics
R-squared 0,473172 Mean dependent var 0,093018
Adjusted R-squared 0,446831 S,D, dependent var 0,055172
S,E, of regression 0,042188 Sum squared resid 0,213579
F-statistic 17,96307 Durbin-Watson stat 1,032610
Prob(F-statistic) 0,000000
5. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: CROSSID
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq, Statistic Chi-Sq, d,f, Prob,
Cross-section random 29,373006 6 0,0001
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff,) Prob,
PREMI? 0,002531 0,002450 0,000004 0,9685
INVESTASI? 0,031772 0,041320 0,000006 0,0001
LEVERAGE? 0,010930 0,007593 0,000006 0,1671
CLR? 0,011051 0,010285 0,000005 0,7427
KESEHATAN? -0,002324 0,001250 0,000003 0,0283
EFISIENSI? -0,001517 -0,002626 0,000000 0,0000
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: ROA?
Method: Panel Least Squares
Date: 03/27/19 Time: 12:23
Sample: 2013 2017
Included observations: 5
Cross-sections included: 30
Total pool (unbalanced) observations: 127
Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob,
C 0,337109 0,015310 22,01887 0,0000
PREMI? 0,002531 0,004929 0,513488 0,6089
INVESTASI? 0,031772 0,005000 6,354739 0,0000
LEVERAGE? 0,010930 0,005492 1,990178 0,0496
204
CLR? 0,011051 0,005280 2,093091 0,0391
KESEHATAN? -0,002324 0,003448 -0,673993 0,5020
EFISIENSI? -0,001517 0,000708 -2,143725 0,0347
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0,885916 Mean dependent var 0,232441
Adjusted R-squared 0,842038 S,D, dependent var 0,096853
S,E, of regression 0,038494 Akaike info criterion -3,443043
Sum squared resid 0,134841 Schwarz criterion -2,636817
Log likelihood 254,6332 Hannan-Quinn criter, -3,115483
F-statistic 20,19027 Durbin-Watson stat 1,589707
Prob(F-statistic) 0,000000