Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, KOMISARIS
INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2016-2018)
SKRIPSI
Oleh :
KELIN OMEGA
20160100015
JURUSAN AKUNTANSI
KONSENTRASI AKUNTANSI KEUANGAN DAN PERPAJAKAN
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA TANGERANG
2020
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, KOMISARIS
INDEPENDEN, KOMITE AUDIT, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2016-2018)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana pada Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis
Universitas Buddhi Dharma Tangerang
Jenjang Pendidikan Strata 1
Oleh:
KELIN OMEGA
20160100015
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA TANGERANG
2020
i
ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, KOMISARIS INDEPENDEN,
KOMITE AUDIT, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TAX
AVOIDANCE (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018)
ABSTRAK
Tax Avoidance merupakan bagian dari tax planning yang dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan dengan tetap memperhatikan peraturan dan ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku. Kegiatan penghindaran pajak yang dilakukan
perusahaan tersebut bertujuan untuk meminimalkan jumlah beban pajak yang
dibayar. Tax Avoidance pada penelitian ini diukur dengan menggunakan
pendekatan CETR (Cash Effective Tax Rate) yaitu kas perusahaan untuk
pembayaran pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana pengaruh komisaris
independen, komite audit, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap tax
avoidancepada perusahan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2018. Jumlah sampel yang
dianalisis dalam penelitian ini adalah sebanyak 39 sampel dengan kriteria tertentu.
Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Analisis data
penelitian menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan profitabilitas, komisaris independen, komite
audit, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Secara parsial komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance. Sedangkan profitabilitas, komite audit, dan ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Kata kunci: tax avoidance; profitabilitas; komisaris independen; komite
audit; ukuran perusahaan.
ii
EFFECT ANALYSIS OF PROFITABILITY, INDEPENDENT
COMMISSIONER, AUDIT COMMITTEE, AND FIRM SIZE ON TAX
AVOIDANCE
(Empirical Study on Manufacturing Companies Consumer Goods Industry
Sector Listed in Indonesia Stock Exchange Years of 2016-2018)
ABSTRACT
Tax Avoidance is a part of tax planning which can be defined as a tax
avoidance activity which conducted by the companies regard to regulatory and
statutory provisions applicable tax. Activities of tax avoidance by the company
aims to minimize the amount of the tax expense paid. Tax Avoidance in this study
was measured using CETR approach (Cash Effective Tax Rate) is the company's
cash for the payment of taxes divided by income before tax expense.
This study aims to analyze how far the effect of independen commissioner,
audit committee, firm size, and profitability on tax avoidance on manufacturing
companies consumer goods industry sector listed in Indonesia Stock Exchange
during years of 2016-2018. The number of sample analyzed in this study were 39
samples with specific criteria. Determination of sample using purpose sampling
method. Research data analysis using multiple linear regression analysis. The
results of this study showed that simultaneously profitability, independen
commissioner, audit committee, and firm size have a significant effect on tax
avoidance. Partially the independent commissioner have a significant effect on
tax avoidance. While the profitability, audit committee, and firm size has no
significant effect on tax avoidance.
Keywords: tax avoidance; profitability; independent commissioner; audit
committee; firm size.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
tepat pada waktu yang diharapkan. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Bisnis Universitas
Buddhi Dharma.
Skripsi yang diajukan oleh penulis berjudul “Analisis Pengaruh Profitabilitas,
Komisaris Independen, Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax
Avoidance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018)”
Dukungan serta motivasi yang begitu besar dalam bentuk materi maupun
moral yang penulis dapatkan selama menyelesaikan skripsi ini. Karena itu dengan
tidak mengurangi rasa hormat penulis, maka pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Sofian Sugioko, M.M., CPMA, selaku Rektor Universitas Buddhi
Dharma.
2. Ibu Rr. Dian Anggraeni, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Bisnis Universitas
Buddhi Dharma.
3. Bapak Susanto Wibowo, S.E., M. Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi S1
Universitas Buddhi Dharma.
4. Bapak Yopie Chandra, S.E., M. Akt, selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan arahan selama
penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Universitas Buddhi Dharma yang tidak dapat disebutkan satu
per satu yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
6. Papa dan mama yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun
materil, semangat, dan doa yang tidak pernah putus selama menyelesaikan
skripsi ini.
iv
7. Fedrianto, yang senantiasa mendukung, menyemangati dan membantu penulis
sehingga dapat memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman penulis yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan
dalam penulisan skripsi ini khususnya kepada Cindy Jayanti, Marcellino
Susanto, Budi Setiadi, Ineke Putri, Catty Parametta, Elita Wijaya, Devita
Kumari, Ellita, Lisa, Listiana, Desi Natalia, dan Poppy Aprilliani.
9. Teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut
serta memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang terlibat dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan baik yang disengaja
maupun yang tidak disengaja, dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan dan
wawasan serta pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk itu penulis memohon maaf
atas segala kekurangan tersebut dan tidak menutup diri untuk segala saran dan
kritik yang membangun agar skripsi ini lebih baik dan sempurna. Semoga dengan
selesainya skripsi ini mampu membawa manfaat bagi para pembaca dan dapat
menambah ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya.
Tangerang, 14 Desember 2019
Penulis,
Kelin Omega
v
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL LUAR
JUDUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
REKOMENDASI KELAYAKAN MENGIKUTI SIDANG SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 10
C. Rumusan Masalah 10
D. Tujuan Penelitian 11
E. Manfaat Penelitian 12
F. Sistematika Penulisan Skripsi 12
BAB II LANDASAN TEORI 14
A. Gambaran Umum Teori 14
1. Teori Agensi 14
2. Profitabilitas 16
3. Komisaris Independen 18
4. Komite Audit 20
vi
5. Ukuran Perusahaan 22
6. Pajak 25
a) Definisi Pajak 25
b) Bentuk Perlawanan Pajak 29
1) Tax Avoidance 29
2) Tax Evasion 35
3) Tax Planning 36
4) Tax Haven 37
B. Hasil Penelitian Terdahulu 37
C. Kerangka Pemikiran 42
D. Perumusan Hipotesa 43
BAB III METODE PENELITIAN 47
A. Jenis Penelitian 47
B. Objek Penelitian 48
C. Jenis dan Sumber Data 54
D. Populasi dan Sampel 54
1. Populasi 54
2. Sampel 54
E. Teknik Pengumpulan Data 55
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian 56
1. Variabel Dependen 56
2. Variabel Independen 57
G. Teknik Analisis Data 59
1. Uji Statisik Deskriptif 60
2. Uji Asumsi Klasik 60
1) Uji Normalitas 60
2) Uji Multikolinieritas 61
3) Uji Heteroskedastisitas 62
4) Uji Autokorelasi 62
3. Uji Statistik 63
vii
1) Uji Koefisien Determinasi (R2) 63
2) Analisis Regresi Linear Berganda 63
4. Uji Hipotesis 64
1) Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) 64
2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 66
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 66
1. Profitabilitas 69
2. Komisaris Independen 72
3. Komite Audit 74
4. Ukuran Perusahaan 77
5. Tax Avoidance 79
B. Analisis Hasil Penelitian 80
1. Hasil Uji Statisik Deskriptif 81
2. Hasil Uji Asumsi Klasik 83
1) Hasil Uji Normalitas 83
2) Hasil Uji Multikolinieritas 85
3) Hasil Uji Heteroskedastisitas 87
4) Hasil Uji Autokorelasi 88
3. Hasil Uji Statistik 89
1) Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 89
2) Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda 90
C. Pengujian Hipotesis 93
1. Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) 93
2. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) 95
D. Pembahasan Hasil Penelitian 96
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance 96
2. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance 97
3. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance 98
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance 99
viii
BAB V PENUTUP 101
A. Kesimpulan 101
B. Implikasi 103
C. Saran 104
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SURAT KETERANGAN RISET PENELITIAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.1 Data Laba Bersih dan Aset Perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi 2
Tabel I.2 Realisasi Penerimaan Pajak dalam APBN 2018 4
Tabel II.1 Kriteria Ukuran Perusahaan 24
Tabel II.2 Tabel Pengukuran Tax Avoidance 32
Tabel II.3 Hasil Penelitian Terdahulu 38
Tabel IV.1 Proses Pemilihan Sampel 67
Tabel IV.2 Daftar Perusahaan Sampel 68
Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Profitabilitas 70
Tabel IV.4 Hasil Perhitungan Komisaris Independen 72
Tabel IV.5 Hasil Perhitungan Komite Audit 75
Tabel IV.6 Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan 77
Tabel IV.7 Hasil Perhitungan Tax Avoidance 79
Tabel IV.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif 81
Tabel IV.9 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov 85
Tabel IV.10 Hasil Uji Multikolinieritas 86
Tabel IV.11 Hasil Uji Autokorelasi 88
Tabel IV.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 89
Tabel IV.13 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda 91
Tabel IV.14 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) 93
Tabel IV.15 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) 95
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran 42
Gambar IV.1 Hasil Uji Normalitas Grafik P Plot 84
Gambar IV.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas 87
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Daftar Sampel Perusahaan
Lampiran II Daftar Perhitungan Profitabilitas
Lampiran III Daftar Perhitungan Komisaris Independen
Lampiran IV Daftar Perhitungan Komite Audit
Lampiran V Daftar Perhitungan Ukuran Perusahaan
Lampiran VI Daftar Perhitungan Tax Avoidance
Lampiran VII Hasil Pengolahan Data SPSS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan sumber pendapatan paling besar bagi negara. Dalam
rangka menopang anggaran penerimaan negara, pemerintah memaksimalkan
pemungutan pajak dari masyarakat, terutama dari perusahaan-perusahaan
besar. Di Indonesia, pendapatan dari sektor pajak memiliki persentase
tertinggi apabila dibandingkan dengan sumber penerimaan yang lain. Akan
tetapi, dalam pelaksanaan pemungutan pajak, terdapat perbedaan kepentingan
pemerintah dengan wajib pajak. Bagi pemerintah, pajak merupakan sumber
pendapatan bagi negara. Sedangkan bagi wajib pajak, pajak merupakan beban
perusahaan yang dampaknya akan mengurangi keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan dalam suatu periode. Perbedaan paradigma ini
menimbulkan suatu kesenjangan dimana pemerintah yang menginginkan
penerimaan pajak yang sebesar-besarnya, tetapi bertolak belakang dengan
paradigma perusahaan yang selalu berupaya agar pajak yang dibayarkan
seminimal mungkin. Dampak yang ditimbulkan dari praktik penghindaran
pajak ini adalah berkurangnya pendapatan negara dari sektor pajak.
Berikut ini disajikan data lima perusahaan dengan total laba bersih dan
aset terbesar dari masing-masing subsektor pada perusahaan manufaktur
sektor industri barang konsumsi tahun 2016 hingga 2018.
2
Tabel I.1
Data Laba Bersih dan Aset Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi
Kode
Perusahaan Subsektor Tahun Total Laba Bersih Total Aset
ICBP Makanan dan
Minuman
2016
3,631,301,000,000.00
28,901,948,000,000.00
2017
3,543,173,000,000.00
31,619,514,000,000.00
2018
4,658,781,000,000.00
34,367,153,000,000.00
GGRM Pabrik
Tembakau
2016
6,672,682,000,000.00
62,951,634,000,000.00
2017
7,755,347,000,000.00
66,759,930,000,000.00
2018
7,793,068,000,000.00
69,097,219,000,000.00
KLBF Farmasi
2016
752,684,488,364.00
3,091,188,460,230.00
2017
2,453,251,410,604.00
16,616,239,416,335.00
2018
2,497,261,964,757.00
18,146,206,145,369.00
UNVR
Kosmetik
dan Barang
Keperluan
Rumah
Tangga
2016
6,390,672,000,000.00
16,745,695,000,000.00
2017
7,004,562,000,000.00
18,906,413,000,000.00
2018
9,109,445,000,000.00
19,522,970,000,000.00
WOOD
Peralatan
Rumah
Tangga
2016
141,081,224,018.00
3,081,874,210,495.00
2017
171,431,807,795.00
3,843,002,133,341.00
2018
242,010,106,249.00
4,588,497,407,410.00
Sumber: BEI, data yang diolah, 2019
Setiap tahunnya pemerintah berupaya meningkatkan penerimaan pajak
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah maupun pembangunan
infrastruktur yang dilaksanakan. Kemampuan negara dalam melaksanakan
pembangunan negara akan semakin besar jika penerimaan pajak yang
diperoleh besar pula. Namun sebaliknya, jika penerimaan pajak negara kecil,
3
maka kemampuan negara dalam membiayai pembangunannya akan semakin
kecil. Pajak merupakan konteks yang bersifat dinamis, mengikuti
perkembangan sosial dan ekonomi, sehingga menuntut untuk dilakukannya
pemeliharaan, perubahan, maupun pembaruan peraturan perpajakan dari
waktu ke waktu.
Secara jelas, undang-undang tentang perpajakan khususnya di
Indonesia telah mencantumkan kewajiban wajib pajak dalam membayar pajak
sesuai dengan tarif yang telah ditentukan. Jika wajib pajak tidak mampu
memenuhi kewajiban tersebut, maka akan terdapat sanksi yang dikenakan
bagi pelanggar (wajib pajak). Tetapi, pada kenyataannya masih sangat banyak
wajib pajak khusunya perusahaan berskala besar yang melakukan
pengurangan jumlah beban pajak yang seharusnya dibayarkan. Tidak sedikit
pula yang melakukannya dengan cara yang ilegal dan menyimpang dari
peraturan perpajakan. Hal ini mengakibatkan minimnya penerimaan pajak
pada masa sekarang ini.
Upaya pemerintah dalam mengoptimalkan penerimaan sektor pajak
dilakukan melalui usaha intensifikasi dan eksentifikasi penerimaan jumlah
pajak. Pemerintah mengharapkan terciptanya sikap taat pajak dari seluruh
wajib pajak. Akan tetapi, terdapat kendala yang paling utama dalam rangka
meningkatkan penerimaan pajak, yaitu penggelapan pajak (tax evasion) dan
penghindaran pajak (tax avoidance). Terdapat perbedaan antara kedua istilah
di atas, penghindaran pajak merupakan upaya untuk melakukan penghematan
pajak dengan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku (lawful),
sedangkan penggelapan pajak merupakan upaya wajib pajak dalam
meminimalisir beban pajak dengan menggunakan cara – cara yang melanggar
ketentuan perpajakan atau ilegal. Menurut Cahyono, Andini & Raharjo
(2016), terdapat tiga tahapan yang akan dilakukan perusahaan dalam
meminimalkan beban pajak, yaitu:
1) Perusahaan berupaya menghindari pajak dengan cara yang legal maupun
ilegal.
4
2) Perusahaan meminimalkan pembayaran pajak hingga serendah mungkin,
baik secara legal maupun ilegal.
3) Apabila kedua langkah tersebut tidak dapat ditempuh, maka perusahaan
akan membayar beban pajak tersebut.
Dalam upaya memaksimalkan penerimaan negara melalui pajak,
pemerintah menetapkan target yang akan dicapai dalam tahun tertentu.
Berikut ini merupakan target dan realisasi penerimaan pajak tahun 2016-
2018.
Tabel I.2
Realisasi Penerimaan Pajak dalam APBN 2018
*angka dalam triliun rupiah
Tahun 2016 2017 2018
Target 1.355,20 1.283,57 1.424,00
Realisasi 1.105,73 1.151,03 1.315,51
Capaian 81,59% 89,67% 92,24%
Sumber: pajak.go.id
Dari tabel diatas, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 1.315,51
triliun sampai dengan Desember 2018. Angka tersebut belum mencapai target
penerimaan pajak yang telah ditetapkan dalam APBN 2018 yaitu sebesar Rp
1.424,00 triliun. Persentase capaian penerimaan pajak pada tahun 2018
sebesar 92,24%, dimana angka tersebut meningkat dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya.
Saat ini banyak fenomena penghindaran pajak yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, salah satu contohnya adalah
dugaan kasus penghindaran pajak yang dilakukan oleh PT. Bentoel
International Investama (IDX: RMBA) yang merupakan perusahaan rokok
terbesar kedua di Indonesia. Bursa Efek Indonesia melakukan pemantauan
terhadap perusahaan rokok Bentoel dikarenakan mencatat kerugian selama 7
tahun berturut-turut. Praktik penghindaran pajak ini dilakukan dengan cara
5
mengalihkan transaksi melalui anak-anak perusahaan yang negaranya
memiliki perjanjian pajak dengan Indonesia. Anak perusahaan British
American Tobacco ini melakukan praktik penghindaran pajak dengan dua
cara, yaitu pembayaran bunga utang dan royalti melalui internal perusahaan
(intercompany loan) sebesar US 164 juta atau senilai Rp 2,25 triliun, serta
pembayaran ongkos dan biaya IT sebesar US 19,7 juta kepada induk
perusahaan. Sehingga Bentoel menanggung rugi bersih sebesar 27%.
Berdasarkan laporan dari Tax Justice Network, pembayaran bunga atas
pinjaman dapat mengurangi jumlah penghasilan kena pajak perusahaan di
Indonesia (http://market.bisnis.com).
Mulai September 2018, pemerintah Indonesia menerapkan Sistem
Pertukaran Informasi Otomatis atau Automatic Exchange System of
Information (AEoI). Sistem ini merupakan fasilitas sistem pertukaran
informasi antarnegara yang bertujuan untuk melacak dan mengawasi potensi
pajak di dalam dan di luar negeri. Sistem ini dirancang dengan tujuan untuk
memperbesar jumlah pembayaran pajak terutama bagi kalangan perusahaan
atau Wajib Pajak Badan. Sistem AeoI ini sangat berguna untuk mengurangi
peluang melakukan kecurangan pajak untuk menghindari pembayaran pajak.
Di Indonesia, penerapan sistem AEoI dimuat dalam Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 39/PMK.03/2017 yang menjadi Revisi PMK
Nomor 125/PMK.10/2015 Tentang Tata Cara Pertukaran Informasi.
Implementasi Automatic Exchange System of Information di Indonesia akan
sama seperti di negara-negara lain dimana semua negara yang tergabung
dalam AEoI akan menerima dan mengirimkan informasi awal setiap tahunnya
tanpa harus mengajukan permintaan khusus terlebih dahulu. Contohnya, DJP
Indonesia dapat mengakses informasi keuangan Warga Negara Indonesia
(WNI) yang tinggal di negara lain, dan berlaku juga sebaliknya. Dengan
adanya pertukaran informasi dari kedua negara ini, maka sangat kecil
kemungkinan wajib pajak yang dapat menghindari kewajiban perpajakannya.
6
Tax avoidance atau penghindaran pajak merupakan upaya wajib pajak
untuk melakukan penghematan pajak dengan mengurangi beban pajak yang
seharusnya dibayar, dengan cara yang legal dan tetap menaati peraturan
perpajakan yang berlaku. Tax avoidance merupakan bagian dari tax planning
yang dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan pembayaran pajak yang
seharusnya ditanggung oleh wajib pajak. Secara hukum pajak, tax avoidance
diperkenankan untuk dilakukan meskipun seringkali mendapat kecaman yang
kurang baik dari kantor pajak, karena dianggap memiliki konotasi yang
negatif. Tax avoidance adalah suatu perbuatan yang ditujukan untuk
meminimalisir pembayaran pajak dengan memanfaatkan celah atau
kelemahan-kelemahan yang ada (loopholes) terhadap ketentuan perpajakan
suatu negara, sehingga masih dinyatakan legal karena tidak melanggar
peraturan perpajakan (Azka, 2019).
Dalam penelitian ini, pengukuran tax avoidance diukur menggunakan
cash effective tax rate (CETR). CETR adalah kas yang dikeluarkan
perusahaan untuk membayar pajak pada periode berjalan dibagi dengan laba
bersih sebelum pajak (Kurniasih dan Sari, 2013). Pembayaran pajak secara
kas terdapat dalam laporan arus kas periode tersebut pada pos pembayaran
pajak penghasilan dalam arus kas untuk aktivitas operasi, sedangkan laba
sebelum pajak penghasilan terdapat dalam laporan laba rugi tahun berjalan.
Dari pengukuran tersebut, diharapkan tindakan tax avoidance yang dilakukan
oleh perusahaan dapat diidentifikasi, dan dapat diketahui apakah suatu
perusahaan melakukan tindakan manajemen pajak yang legal atau tidak.
Profitabilitas adalah pengukuran kinerja perusahaan untuk menganalisis
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan cara
membandingkan total laba bersih yang diperoleh perusahaan pada periode
tertentu dengan total aktiva yang dimiliki pada suatu periode. Perusahaan
yang memiliki nilai cash effective tax rate yang tinggi, biasanya juga
memiliki profitabilitas yang tinggi karena pihak manajemen melakukan
efisiensi terhadap beban pajak dengan tujuan untuk meringankan beban pajak
7
(Utari dan Supadmi, 2017). Pada penelitian ini digunakan proksi Return On
Asset (ROA) untuk mengukur profitabilitas. ROA adalah rasio profitabilitas
untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola asetnya
dengan menilai persentase keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan
total aset. Perusahaan yang memiliki nilai ROA yang tinggi diasumsikan
bahwa pihak manajemen melakukan efisiensi terhadap beban pajak. Laba
bersih yang meningkat menunjukkan profitabilitas perusahaan juga
meningkat, sehingga dalam hal ini jumlah pajak yang harus dibayarkan juga
meningkat. Hal ini dapat diindikasikan adanya kemungkinan upaya
perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak dengan cara memperkecil
beban pajak yang harus dibayar. Dari hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Subagiastra, Arizona, dan Mahaputra (2019), ditemukan
bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax
avoidance. Sedangkan menurut Munawaroh dan Sari (2019), profitabilitas
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance.
Praktik penghindaran pajak dalam perusahaan dipengaruhi pula oleh
faktor corporate governance. Menurut Cadbury Committee dalam Forum for
Corporate Governance in Indonesia (FCGI), mengartikan Corporate
Governance atau Tata Kelola Perusahaan sebagai suatu sistem yang mengatur
hubungan antara pihak internal maupun eksternal suatu perusahaan, misalnya
pemegang saham, kreditur, pemerintah, karyawan serta yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengelola dan mengendalikan perusahaan. Dengan diterapkannya tata kelola
perusahaan yang baik, akan menghasilkan struktur kerja dan pengawasan
yang baik pula, maka hal ini diasumsikan akan meminimalkan kemungkinan
terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh internal perusahaan.
Terbentuknya corporate governance dalam perusahaan berfungsi untuk
mengawasi kinerja pengelola perusahaan, yang salah satunya berkaitan
tentang perpajakan perusahaan.
8
Terdapat beberapa mekanisme dalam corporate governance. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan proksi yang digunakan dalam corporate
governance yaitu komisaris independen dan komite audit. Komisaris
independen adalah anggota komisaris yang tidak mempunyai hubungan
afiliasi dengan anggota komisaris lainnya, atau dalam pengertian lain
merupakan komisaris pihak luar yang bukan merupakan pejabat perusahaan
yang dimaksud. Hasil empiris oleh Sari (2014), membuktikan bahwa
komisaris independen berpengaruh signifikan negatif terhadap tax avoidance.
Berbeda dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Novita, Titisari, dan
Suhendro (2019) yang menyatakan bahwa komisaris independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Komite audit adalah suatu komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
perusahaan, yang berfungsi melakukan pemeriksaaan terhadap pelaksanaan
fungsi direksi dan bekerja sama dengan komisaris independen untuk
mengawasi tindakan yang akan dilakukan manajemen perusahaan. Hasil
penelitian oleh Fadhilah (2014) membuktikan bahwa komite audit
berpengaruh terhadap tax avoidance. Sedangkan menurut hasil penelitian
Oktamawati (2017), komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tax avoidance.
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang menggambarkan
apakah sebuah perusahaan termasuk ke dalam golongan perusahaan besar
atau kecil, yang dapat ditunjukkan melalui total aset yang dimiliki, jumlah
penjualan, rata-rata total aset, dan rata-rata total penjualan (Puspita dan
Febrianti, 2017). Besar kecilnya suatu perusahaan juga mempengaruhi total
pajak yang dibayarkannya. Ukuran perusahaan dianggap mampu
mempengaruhi suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban pajaknya dan
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tax
avoidance. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan log total penjualan
bersih sebagai skala pengukuran perusahaan yang akan diteliti. Perolehan
laba yang besar dan stabil dari tahun ke tahun menunjukkan potensi yang
9
besar bagi perusahaan untuk melakukan praktik penghindaran pajak (tax
avoidance). Hasil penelitian terkait yang telah dilakukan oleh Kurniasih dan
Maria (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance. Penelitian lain yang dilakukan oleh Yudea (2018)
menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh siginifkan terhadap
tax avoidance.
Penelitian ini menggunakan perusahaaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018.
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur pada sektor industri
barang konsumsi karena perusahaan tersebut melakukan aktivitas usaha
secara menyeluruh mulai dari pembelian bahan baku hingga menjadi barang
jadi dan siap dijual ke pasaran, untuk memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat. Selain itu dalam aktivitas usahanya sebagian besar perusahaan
tidak terlepas dari aspek perpajakan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hasil yang konsisten atas variabel-variabel bebas tersebut
terhadap penghindaran pajak, mengingat banyak terdapat perbedaan pada
hasil pengujian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini juga untuk
menganalisis bagaimana pengaruh variabel-variabel bebas tersebut
mempengaruhi penghindaran pajak pada perusahaan-perusahaan manufaktur
di Indonesia, khususnya dalam sektor industri barang konsumsi. Oleh karena
itu, penulis mengambil judul skripsi: “Analisis Pengaruh Profitabilitas,
Komisaris Independen, Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2016-2018)”
10
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba, maka perusahaan
berupaya memanipulasi laba yang diperolehnya pada periode tertentu agar
memperoleh laba yang besar, sehingga beban pajak yang dibayarkan akan
lebih kecil.
2. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka semakin besar
kemungkinan penghindaran pajak yang akan dilakukan oleh perusahaan
tersebut.
3. Semakin besar ukuran perusahaan, maka akan semakin besar pula
kemungkinan perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak.
4. Kurangnya pengawasan terhadap manajemen akan berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan dalam melakukan penghindaran pajak.
5. Pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan dapat memungkinkan
terjadinya praktik penghindaran pajak.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018 ?
2. Apakah komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018 ?
3. Apakah komite audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance pada
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018 ?
11
4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance
pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018 ?
5. Apakah profitabilitas, komisaris independen, komite audit, dan ukuran
perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance
pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018 ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis sejauh mana pengaruh profitabilitas terhadap tax
avoidance pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018;
2. untuk menganalisis sejauh mana pengaruh komisaris independen terhadap
tax avoidance pada perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018;
3. untuk menganalisis sejauh mana pengaruh komite audit terhadap tax
avoidance pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018;
4. untuk menganalisis sejauh mana pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax
avoidance pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018;
5. untuk menganalisis sejauh mana pengaruh profitabilitas, komisaris
independen, komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance
pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018.
12
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa
pihak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat memberikan penjelasan dan gambaran
dalam hal perpajakan khususnya dalam kasus penghindaran pajak, serta
dapat memberikan pemahaman tentang tax avoidance. Selain itu dapat
dijadikan bukti empiris dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai
perpajakan.
2. Bagi manajemen perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan mengenai perlakuan
pajak yang dapat diterapkan pada perusahaannya. Selain itu, dapat
digunakan sebagai bahan informasi tambahan bagi manajemen
perusahaan untuk memahami tata cara perpajakan yang benar dan legal.
Diharapkan perusahaan juga dapat menerapkan manajemen perpajakan
dengan tetap memperhatikan peraturan undang-undang perpajakan yang
berlaku.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi maupun
pedoman bagi peneliti selanjutnya di masa mendatang mengenai
penghindaran pajak.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
13
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang diteliti,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang gambaran umum dan teori-teori mengenai
variabel independen maupun variabel dependen. Bab ini juga berisi
tentang hasil penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan
perumusan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai jenis penelitian, objek
penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, operasionalisasi variabel penelitian, serta teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan deskripsi hasil penelitian, analisis hasil
penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, implikasi,
serta saran bagi pihak lain dan peneliti selanjutnya.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Gambaran Umum Teori
1. Teori Agensi
Agency Theory dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun
1976, dalam Godfrey et. al, (2006) dalam Resca (2019) bahwa teori agensi
adalah teori yang menjelaskan bahwa hubungan agency akan menjadi
semakin erat saat mereka melakukan kontrak yang disebut sebagai
principal, dimana kontrak ini akan mengikat pihak yang disebut agen
untuk memberikan beberapa pelayanan kepada principal. Dalam hal ini,
manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sedangkan pemilik
perusahaan sebagai principal. Principal berharap agar agen bertindak
sesuai dengan kepentingannya, maka pemegang saham akan
mendelegasikan wewenang kepada agen. Konsep teori keagenan
menyatakan bahwa konflik terjadi karena adanya perbedaan kepentingan
antara principal dan agen. Principal akan melakukan kontrol dan
pengawasan dengan mengorbankan sumber daya berupa kompensasi
kepada agen agar tidak melakukan penghindaran pajak. Hal tersebut
dilakukan agar perusahaan terbebas dari konsekuensi jangka panjang dari
perbuatan penghindaran pajak tersebut.
Konsep teori keagenan berkaitan erat dengan penerapan good
corporate governance. Corporate governance adalah suatu rangkaian
proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang diterapkan dalam
perusahaan, yang berfungsi untuk mengelola dan mengendalikan suatu
kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai saham tanpa
menghilangkan perhatian terhadap kepentingan pemegang saham
(stakeholders). Pihak-pihak utama yang berperan dalam tata kelola
perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi. Tata
15
kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara stakeholders yang
terlibat.
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development
(dalam Ningsih dan Mildawati, 2016) mendefinisikan corporate
governance sebagai suatu sistem yang dipergunakan untuk mengelola dan
mengendalikan kegiatan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan.
Sedangkan menurut Tunggal (2013:149), corporate governance adalah
sebuah struktur yang digunakan untuk mengelola suatu perusahaan dengan
tujuan untuk meningkatkan nilai pemegang saham (shareholder’s value).
Corporate governance mengatur delegasi tugas, hak dan kewajiban orang-
orang yang berkepentingan terhadap suatu perusahaan, termasuk para
pemegang saham, manajer, dewan pengurus, dan semua anggota
stakeholders non pemegang saham. Penerapan corporate governance
diharapkan mampu mengatasi permasalahan dalam agensi yang sering kali
dialami oleh perusahaan. Selain itu corporate governance akan
menentukan bagaimana cara perusahaan dalam melakukan manajemen
pajak. Menurut Forum Corporate Governance Indonesia, ada empat
manfaat yang diperoleh dengan adanya penerapan good corporate
governance pada perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, dengan
cara meningkatkan kinerja perusahaan dan efisiensi perusahaan, serta
lebih meningkatkan pelayanan kepada pemegang saham.
2. Meningkatkan nilai perusahaan, dengan salah satu keuntungannya yaitu
mudahnya memperoleh dana pembiayaan yang murah.
3. Meningkatkan kepercayaan investor lokal maupun asing untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut.
4. Dapat meningkatkan shareholder’s value dan dividen apabila
pemegang saham merasa puas dengan kinerja perusahaan.
16
2. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan pengukuran kinerja perusahaan untuk
memperoleh laba setelah dikurangi beban pajak dan beban-beban lainnya.
Rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur keefektifan perusahaan
dengan menghubungkan laba bersih terhadap aktiva yang digunakan
perusahaan untuk menghasilkan laba (Sunyoto, 2013:113). Profitabilitas
dalam bentuk bersih dialokasikan kepada para pemegang saham dalam
bentuk pembayaran deviden dan laba ditahan. Laba merupakan
pengukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Selain itu, laba juga menjadi elemen penentu nilai perusahaan yang
menunjukan prospek perusahaan di masa depan. Profitabilitas menjadi
indikator penting bagi perusahaan karena akan menambah daya tarik bagi
pemegang saham atau investor.
Terdapat jenis-jenis profitabilitas yang umumnya digunakan untuk
mengukur laba. Menurut Sunyoto (2013:114), ada tiga jenis rasio
profitabilitas, yaitu sebagai berikut:
1) Marjin Laba Bersih atau Net Profit Margin (NPM)
Marjin laba bersih merupakan rasio perbandingan total laba bersih
dengan total pendapatan perusahaan. Perhitungan rasio ini bertujuan
untuk mengukur besar atau kecilnya laba yang dihasilkan perusahaan
pada periode tertentu. Semakin tinggi NPM artinya semakin besar laba
yang dihasilkan perusahaan. Hal ini juga menyatakan bahwa
perusahaan secara efisien dapat menekan biaya-biaya operasional yang
tidak diperlukan, sehingga perusahaan dapat memaksimalkan laba
bersih yang diperoleh. Rumus untuk mengukur persentase marjin laba
bersih atau Net Profit Margin (NPM) adalah sebagai berikut:
Sumber : Sunyoto (2013)
NPM = Laba bersih setelah pajak
Penjualan Bersih
17
2) Pengembalian Total Aktiva atau Return On Assets (ROA)
Return on Assets atau ROA berfungsi untuk menganalisis
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total
aktiva yang dimiliki perusahaan. ROA berfungsi untuk menganalisis
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total
aktiva yang dimiliki perusahaan, setelah disesuaikan dengan biaya-
biaya untuk mendanai aktiva tersebut (Cahyono, Andini, dan Raharjo,
2016). Menurut Arizona (2016), ROA merupakan suatu indikator yang
dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan, yang semakin tinggi
nilai suatu ROA perusahaan, maka akan semakin baik pula performa
perusahaan itu. Dengan mengetahui tingkat rasio yang diperoleh, maka
dapat diketahui apakah perusahaan sudah efisien dalam memanfaatkan
asetnya untuk kegiatan operasional perusahaan tersebut. Tingginya
tingkat rasio profitabilitas perusahaan memungkinkan dilakukannya
manajemen pajak yang baik, sehingga menghasilkan beban pajak yang
optimal. Rumus untuk mengukur persentase ROA adalah sebagai
berikut :
Sumber : Sunyoto (2013)
3) Pengembalian Modal Sendiri atau Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas yang
digunakan untuk menganalisis kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari investasi pemegang saham diperusahaan
tersebut. Dengan kata lain, ROE menunjukkan seberapa banyak
keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan apabila pemegang
saham menginvestasikan satu rupiah. ROE merupakan indikator
investor untuk menilai efektivitas manajemen perusahaan dalam
menggunakan pembiayaan modal untuk mendanai kegiatan operasi dan
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aktiva
18
mengembangkan perusahaannya. Adapun rumus untuk mengukur
persentase ROE adalah sebagai berikut :
Sumber : Sunyoto (2013)
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa profitabilitas merupakan cara untuk mengukur
kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba melalui aset yang dimiliki
perusahaan tersebut pada suatu periode tertentu. Dalam penelitian ini
digunakan salah satu jenis profitabilitas saja yaitu ROA, karena penulis
ingin menganalisis seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan dengan
menggunakan aktiva yang dimiliki.
3. Komisaris Independen
Dalam mewujudkan suatu tata kelola perusahaan yang baik,
diperlukan pengawasan yang efektif oleh pihak-pihak yang berkaitan
dengan pengelolaan perusahaan. Komisaris independen merupakan bagian
terpenting terlaksananya konsep corporate governance. (Meilinda, 2013).
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia atau FCGI (2004)
dalam Meilinda (2013), dewan komisaris merupakan sumber perwujudan
kesuksesan suatu perusahaan sekaligus merupakan pusat pertahanan
karena dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi segala
tindakan manajemen termasuk dalam hal manajemen pajak, sedangkan
manajemen bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya
saing perusahaan. Istilah independen pada direksi maupun komisaris
independen menunjukkan bahwa keberadaan mereka adalah sebagai wakil
dari pemegang saham independen (minoritas) yang ada diperusahaan
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Aktiva – Hutang Lancar
19
tersebut, termasuk mewakilkan kepentingan lainnya, misalnya investor
(Effendi, 2016:42).
Komisaris independen menurut Agoes dan Ardana (2014:110)
adalah sebagai berikut:
“Komisaris dan direktur independen merupakan seseorang atau lebih
sebagai pihak pewakil pemegang saham independen (pemegang
saham minoritas) dan pihak yang ditunjuk tidak sedang mewakili
pihak mana pun dan semata-mata berdasarkan latar belakang
pengetahuan, pengalaman, dan keahlian profesional yang
dimilikinya untuk sepenuhnya menjalankan tugas demi
kepentingan perusahaan”.
Sedangkan menurut Fadhilah (2014), komisaris independen
didefinisikan sebagai seseorang yang tidak terafiliasi dengan pemegang
saham pengendali, direksi atau dewan komisaris, serta tidak menjabat
sebagai direktur pada suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan
pemilik.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014 tentang
Direksi dan Dewan Komisaris Emiten Atau Perusahaan Publik
mendefinisikan komisaris independen sebagai anggota dari Dewan
Komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Menurut
peraturan yan dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, ketentuan jumlah
komisaris independen yang terdapat dalam suatu perusahaan sekurang-
kurangnya berjumlah tiga puluh persen (30%) dari seluruh jumlah anggota
komisaris. Seseorang atau lebih dapat dikatakan sebagai komisaris
independen apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) bukan merupakan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk mengendalikan kegiatan perusahaan publik dalam waktu 6
(enam) bulan terakhir, kecuali untuk pengangkatan kembali pada
periode selanjutnya;
b) tidak memiliki saham langsung maupun tidak langsung pada
perusahaan publik tersebut;
20
c) tidak memiliki hubungan dengan perusahaan publik dan pihak
manajemen perusahaan tersebut;
d) tidak mempunyai hubungan usaha langsung maupun tidak langsung
yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan publik tersebut.
Dengan semakin banyaknya jumlah komisaris independen pada
suatu perusahaan, pengawasan terhadap laporan keuangan perusahaan
akan semakin ketat dan menghasilkan laporan yang objektif, sehingga
kecurangan-kecurangan manajemen dalam memanipulasi laporan
keuangan akan berkurang. Komisaris independen akan memberikan advice
kepada manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan melakukan
penghindaran pajak, apakah masih dalam ketentuan hukum atau tidak.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan
bahwa komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
mempunyai hubungan afiliasi dengan direksi maupun pihak manajemen
perusahaan, yang bertujuan untuk melakukan pengawasan secara efisien
terkait dengan laporan keuangan perusahaan.
4. Komite Audit
Menurut Peraturan No. IX.1.5 dalam lampiran Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004 mengemukakan bahwa:
“Komite audit adalah suatu komite yang dibentuk oleh Dewan
Komisaris suatu perusahaan dalam rangka membantu melaksanakan
tugas dan fungsinya.”
Menurut Tunggal (2013:188), komite audit merupakan keanggotaan
yang bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang independen
kepada anggota dewan komisaris terhadap laporan ataupun hal-hal yang
disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris.
21
Tujuan dibentuknya komite audit yaitu untuk menjadi pihak yang
netral antara auditor dan manajemen perusahaan apabila terjadi konflik.
Komite audit telah menjadi komponen umum dalam struktur corporate
governance perusahaan publik. Komite ini berfungsi sebagai pengawasan
internal. BEI mewajibkan semua emiten untuk memiliki komite audit yang
diketuai oleh komisaris independen. Keberadaan komite audit diatur
melalui Surat Edaran Bapepam Nomor SE03/PM/2002 dan Keputusan
Menteri BUMN Nomor KEP- 103/MBU/2002. Berdasarkan peraturan
tersebut, komite audit terdiri dari 2 anggota independen dan 1 ketua yang
berasal dari komisaris independen.
Menurut Putra (2018), komite audit memiliki tiga bidang dalam
tanggung jawabnya, yaitu:
1) Laporan keuangan (financial reporting)
Komite audit memastikan bahwa laporan yang dibuat oleh manajemen
telah memberikan pernyataan sebenarnya tentang kondisi keuangan
perusahaan pada periode tertentu.
2) Tata kelola perusahaan (corporate governance)
Komite audit memastikan bahwa usaha yang dijalankan telah sesuai
dengan peraturan undang-undang yang berlaku dan tidak ilegal, serta
melakukan pengawasan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan.
3) Pengawasan perusahaan (corporate control)
Komite audit bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan
perusahaan termasuk hal-hal yang berpotensi mengandung resiko,
melakukan sistem pengendalian internal serta memonitor hal-hal yang
dilakukan oleh pihak manajemen.
Pembentukan komite audit dalam perusahaan bertujuan untuk
(Subagiastra, Arizona, dan Mahaputra, 2016) :
22
1) Memastikan laporan keuangan yang dipublikasikan agar tidak
menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku
umum.
2) Memastikan internal kontrolnya memadai.
3) Menindaklanjuti dugaan adanya penyimpangan yang bersifat material
di bidang keuangan.
4) Merekomendasikan seleksi auditor eksternal.
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komite
audit adalah sekelompok orang yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu dan bekerja sama dengan anggota dewan
komisaris. Komite audit bertanggung jawab langsung kepada dewan
komisaris. Fungsi komite audit yaitu sebagai pengawas proses penyusunan
laporan keuangan perusahaan serta melakukan pengawasan internal
perusahaan dengan efektif. Keberadaan komite audit dalam perusahaan
mampu mendukung komisaris independen dalam melakukan monitor
terhadap manajemen perusahaan, serta mempengaruhi kegiatan
penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Selain itu, terbentuknya
komite audit dalam suatu perusahaan, membuat pengendalian terhadap
laporan keuangan akan semakin baik sehingga sangat membantu
manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan yang berdampak
untuk meningkatkan profitabilitas. Keberadaan komite audit juga
berpengaruh terhadap tata kelola perusahaan karena mereka akan
memonitor sejauh mana pelaksanaaan corporate governance berjalan
dalam perusahaan (Tunggal, 2013:219).
5. Ukuran Perusahaan
Definisi ukuran perusahaan menurut Cahyono, Andini, dan Raharjo
(2016) adalah sebagai berikut:
“Ukuran perusahaan digunakan sebagai ukuran skala atau nilai yang
dapat mengklasifikasikan suatu perusahaan termasuk kedalam
kategori besar atau kecil menurut aspek yang dapat dilihat seperti
23
total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata
tingkat penjualan dan jumlah penjualan bersih.”
Ukuran perusahaan menurut Azka (2019) adalah:
“Ukuran perusahaan dapat menjadi tolak ukur bagi investor untuk
mengetahui seberapa besar dan kecilnya suatu perusahaan yang
diwakili oleh aset, penjualan, ataupun nilai equity”.
Dari definisi-definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
ukuran perusahaan merupakan suatu ukuran besar atau kecilnya sebuah
perusahaan yang dapat dinilai dari total aktiva, penjualan, dan nilai equity-
nya, yang berkaitan dengan kegiatan pengendalian usaha untuk mencapai
tujuan perusahaan.
Ukuran perusahaan menurut UU No. 20 Tahun 2008 dapat
diklasifikasikan kedalam 4 (empat) kategori yaitu usaha mikro, usaha
kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Pengertian dari usaha mikro,
usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar menurut UU No. 20 Tahun
2008 Pasal 1 (Satu) adalah sebagai berikut:
1) Usaha mikro, adalah usaha produktif milik perorangan maupun badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana
diatur dalam undang-undang ini.
2) Usaha kecil, merupakan usaha yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang berdiri sendiri, bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, yang
memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-
undang ini.
3) Usaha menengah, adalah usaha yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian dengan usaha
kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
24
4) Usaha besar, adalah usaha yang dilakukan oleh badan usaha dengan
sejumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar
dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik Negara atau
Swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan
ekonomi di Indonesia.
Adapun kriteria ukuran perusahaan yang diatur dalam UU No. 20
Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
Tabel II.1
Kriteria Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan
Kriteria
Aset (Tidak termasuk
tanah dan bangunan
tempat usaha)
Penjualan Tahunan
Usaha Mikro Maksimal 50 juta Maksimal 300 Juta
Usaha Kecil >50 Juta-500 Juta >300 juta-2.5 M
Usaha Menengah >10 juta-10 M 2.5 M-50 M
Usaha Besar >10 M >50 M
Sumber : UU No. 20 Tahun 2008
Menurut keputusan ketua BAPEPAM No. IX.C.7 komponen ukuran
perusahaan yang biasa dipakai dalam menentukan tingkat perusahaan
adalah:
1) Tenaga Kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan kontraktor yang
terdaftar atau bekerja di perusahaan pada suatu saat tertentu.
2) Tingkat Penjualan, merupakan volume penjualan suatu perusahaan
pada suatu periode tertentu misalnya satu tahun.
3) Total Utang Ditambah Dengan Nilai Pasar saham Biasa, merupakan
jumlah utang dan nilai pasar saham biasa perusahaan pada suatu atau
suatu tanggal tertentu.
25
4) Total Aset, merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan
pada saat tertentu.
6. Pajak
a) Definisi Pajak
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan:
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan
Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.”
Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2016:1) adalah:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang
– undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal balik yang langsung dapat ditunjukan, dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Menurut Andriani dalam Waluyo (2013:2) sebagai berikut:
“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh wajib pajak menurut peraturan – peraturan, dengan
tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk
dan berguna untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum
untuk penyelenggaraan pemerintah.”
Dari beberapa pengertian pajak yang telah diuraikan di atas, maka
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pajak adalah iuran wajib
kepada negara yang sifatnya memaksa, dan tidak mendapatkan timbal
balik secara langsung, dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum sehubungan dengan penyelenggaraan pemerintah.
Menurut Resmi (2019:3), terdapat beberapa fungsi pajak, antara lain:
1. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
26
2. Fungsi Regulerend
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Pada perkembangannya, fungsi pajak tersebut dapat dikembangan
dan ditambah dua fungsi lagi yaitu fungsi demokrasi dan fungsi
distribusi, yaitu:
1. Fungsi Demokrasi
Suatu fungsi yang merupakan salah satu wujud sistem gotong
royong, termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan demi
keselamatan manusia.
2. Fungsi Distribusi
Suatu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan
keadilan dalam masyarakat.
Dalam hal pemungutan pajak, diperlukan suatu sistem yang jelas
dan telah ditentukan agar dalam perencanaannya berjalan dengan baik.
Sistem pemungutan pajak merupakan suatu sistem yang digunakan
untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang seharusnya dibayarkan
ke negara. Menurut Resmi (2019:10) sistem pemungutan pajak terbagi
menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Official Assessment System
Suatu sistem pemungutan dimana pemerintah memiliki wewenang
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Adapun
ciri-cirinya:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada
fiskus
2) Wajib pajak pasif
3) Pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
27
2. Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak itu sendiri
memiliki wewenang untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang. Adapun ciri-cirinya:
1) Wajib pajak berwewenang untuk menentukan besarnya pajak
terutang pada wajib pajak sendiri.
2) Wajib pajak aktif menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang.
3) Tidak ada campur tangan dari fiskus, tugasnya hanya mengawasi
saja.
3. With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak dimana pihak ketiga (bukan fiskus
ataupun bukan wajib pajak yang bersangkutan) berwenang
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Menurut Resmi (2019:7), jenis-jenis pajak yang dapat dikenakan
dapat digolongkan kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Menurut golongannya
Jenis-jenis pajak menurut golongannya terbagi menjadi dua, yaitu
pajak langsung dan pajak tidak langsung.
a) Pajak langsung, adalah beban pajak yang harus ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada
orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu-
waktu tertentu. Contoh: Pajak Penghasilan.
b) Pajak tidak langsung, adalah beban pajak yang dapat dilimpahkan
kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi
jika terdapat suatu kegiatan atau perubahan perbuatan yang
menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan
barang atau jasa. Contoh dari pajak tidak langsung adalah Pajak
Pertambahan Nilai. Terdapat tiga unsur untuk menentukan suatu
28
pajak termasuk ke dalam golongan pajak langsung atau pajak
tidak langsung dalam arti ekonomis, yaitu :
1) Penanggung jawab pajak, adalah orang yang secara formal
yuridis diharuskan melunasi pajak.
2) Penanggung pajak, adalah orang yang dalam faktanya memikul
terlebih dahulu beban pajaknya.
3) Pemikul pajak, adalah orang yang harus dibebani pajak
menurut undang-undang.
Seseorang dapat digolongkan sebagai pajak langsung jika ketiga
unsur tersebut ditemukan. Sedangkan jika ketiga unsur tersebut
terpisah atau terdapat pada lebih dari satu orang maka pajaknya
disebut pajak tidak langsung.
2. Menurut sifatnya
Menurut sifatnya, jenis pajak dapat dibagi dua yaitu:
a) Pajak Subjektif, adalah jenis pajak yang pertama-tama
memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (subjeknya),
kemudian selanjutnya diperhatikan keadaan objektifnya sesuai
gaya pikul apakah dapat dikenakan pajak atau tidak.
b) Pajak Objektif, adalah jenis pajak yang pertama-pertama melihat
objeknya baik berupa perbuatan atau peristiwa yang
menyebabkan timbulnya kewajiban pajak, kemudian selanjutnya
diperhatikan subjeknya yang mempunyai hubungan hukum
dengan objek yang telah diketahui.
3. Menurut lembaga pemungutannya
Menurut lembaga pemungutnya, jenis pajak dapat dibagi dua yaitu:
a) Pajak Pusat (Pajak Negara) adalah jenis pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh
Departeman Keuangan Direktorat Jendral Pajak. Hasil dari
pemungutan pajak pusat dikumpulkan dan dimasukan sebagai
29
bagian dari penerimaan APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara).
b) Pajak daerah adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah yang dalam pelaksanaanya sehari-hari dilakukan oleh
Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah, hasil dari
pemungutan pajak daerah dikumpulkan dan dimasukan sebagai
bagian dari penerimaan APBD (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah).
b) Bentuk Perlawanan Pajak
1) Tax Avoidance
Perusahaan selalu mencari cara untuk memperkecil jumlah
pembayaran pajak. Hal ini bertolak belakang dengan upaya
pemerintah yang menggencarkan penerimaan pajak dengan cara
memperbaharui peraturan perundang – undangan dalam perpajakan.
Akibatnya, perusahaan melakukan cara yang dapat meringankan
pembayaran pajaknya. Ada dua pilihan yang dapat dilakukan oleh
perusahaan dalam rangka penghematan pajak, yaitu dengan cara
yang legal (tax avoidance) atau dengan cara yang ilegal yaitu
penggelapan pajak (tax evasion). Tax avoidance merujuk pada
rekayasa tax affairs yang masih dalam bingkai ketentuan perpajakan,
sedangkan tax evasion berada di luar peraturan perpajakan (Pohan,
2017:25).
Tax avoidance akan berkaitan dengan istilah tax planning
apabila tujuan dari tax planning tersebut adalah untuk merekayasa
agar beban pajak yang dibayarkan dapat diminimalisir sedemikian
rupa sehingga memaksimalkan penghasilan setelah pajak dengan
tetap memperhatikan peraturan perpajakan yang ada.
Menurut Pohan (2013:14) pengertian tax avoidance adalah
sebagai berikut:
30
“Tax avoidance merupakan upaya penghindaran pajak yang
dilakukan dengan cara yang legal tanpa bertentangan dengan
peraturan perpajakan yang berlaku, dengan menggunakan
metode dan teknik yang cenderung memanfaatkan kelemahan-
kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang
dan peraturan perpajakan itu sendiri untuk memperkecil
jumlah pajak terhutang.”
Menurut Halim, Bawono, dan Dara (2016:8) dalam buku
Perpajakan mendefinisikan bahwa:
“Tax avoidance adalah perencanaan pajak yang dilakukan secara
legal dengan cara mengecilkan objek pajak menjadi dasar
pengenaan pajak yang masih sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.”
Menurut Mardiasmo (2016), tax avoidance adalah upaya wajib
pajak untuk meringankan beban pajak dengan tetap memperhatikan
peraturan undang-undang perpajakan. Penghindaran pajak
merupakan bentuk perlawanan yang dilakukan melalui berbagai cara
yang masih dilegalkan secara hukum, dengan cara memanfaatkan
celah dan kelemahan peraturan perundang-undangan (Resca, 2019)
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Tax
avoidance adalah tindakan wajib pajak untuk meringankan beban
pajak dengan cara memperkecil jumlah pajak terhutang melalui jalur
yang legal, tanpa melanggar undang-undang perpajakan. Latar
belakang perusahaan dalam melakukan praktik penghindaran pajak
yaitu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu tarif pajak yang
tinggi, peraturan undang-undang yang kurang tepat, hukuman yang
tidak memberikan efek jera bagi pelanggar, dan adanya
ketidakadilan (Halim, Bawono, dan Dara, 2016:8). Pada dasarnya,
tax avoidance dibedakan menjadi dua yaitu penghindaran pajak yang
diperbolehkan (acceptable tax avoidance) dan yang tidak
diperbolehkan (unacceptable tax avoidance).
Secara umum, dalam rangka mengurangi beban pajak, terdapat
bentuk-bentuk perlawanan pajak yang dapat dilakukan. Menurut
31
Mardiasmo (2016:10), perlawanan terhadap pajak dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a) Perlawanan Pasif
Perlawanan pajak secara pasif berupa hambatan yang
mempersulit pemungutan pajak dan berhubungan dengan
struktur ekonomi negara, perkembangan intelektual dan moral
masyarakat, dan teknik pemungutan pajak itu sendiri.
b) Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif merupakan bentuk perlawanan yang terlihat
pada semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
kepada pemerintah dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Bentuknya berupa tax avoidance (penghindaran pajak) dan tax
evasion (penyeludupan pajak).
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Hoque, et al.
(2011) dalam Resca (2019) diungkapkan beberapa cara perusahaan
melakukan penghindaran pajak, yaitu sebagai berikut:
a) Menampakkan laba dari aktivitas operasional sebagai laba dari
modal sehingga mengurangi laba bersih dan utang pajak
perusahaan tersebut.
b) Mengakui pembelanjaan modal sebagai pembelajaan operasional
sehingga mengurangi laba bersih dan utang pajak perusahaan.
c) Membebankan biaya pribadi sebagai biaya perusahaan sehingga
mengurangi laba bersih.
d) Membebankan penyusutan aset tetap yang berlebihan di bawah
nilai penutupan aset sehingga mengurangi laba kena pajak.
e) Mencatat pembuangan yang berlebihan dari bahan baku dalam
industri manufaktur sehingga mengurangi laba kena pajak.
Tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan dapat diukur
dengan berbagai cara. Hanlon dan Heitzman (2010) dalam Resca
32
(2019) menyebutkan, bahwa terdapat dua belas cara yang dapat
digunakan dalam mengukur tax avoidance. Pengukuran tersebut
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel II.2
Tabel Pengukuran Tax Avoidance
No Pengukura
n Cara Perhitungan Keterangan
1 GAAP ETR
Total tax
expense per
dollar of
pre-tax
book
income
2 Current
ETR
Current tax
expense per
dollar of
pre-tax
book
income
3 Cash ETR
Cash taxes
paid per
dollar of
pre-tax
book
income
4 Long-run
cash ETR
Sum of cash
taxes paid
over n years
divided by
33
the sum of
pre-tax
earnings
over n years
5 ETR
Differential
Statutory ETR - GAAP ETR
The
difference of
between the
statutory
ETR and
firm’s
GAAP ETR
6 DTAX
Error term from the following regression: ETR
differential x Pre-tax book income= a + b x Control
+ e
The
unexplained
portion of
the ETR
diffrential
7 Total BTD Pre-tax book income – ((U.S. CTE + Fgn
CTE)/U.S. STR) – (NOLt – NOLt-1))
The total
difference
between
book and
taxable
income
8 Temporary
BTD Deferred tax expense/U.S.STR
The total
difference
between
book and
taxable
income
9 Abnormal
total BTD Residual from BTD/TAit = βTAit + βmi + eit
A measure
of
34
unexplained
total book-
tax
differences
10
Unrecognize
d tax
benefits
Disclosed amount post-FIN48
Tax liability
accured for
taxes not yet
paid on
uncertain
positions
11 Tax shelter
activity
Indicator variable for firms accused of engaging in
a tax shelter
Firms
identified
via firm
disclosure,
the press, or
IRS
confidental
data
12 Marginal
tax rate Simulated marginal tax rate
Present
value of
taxes on an
additional
dollar of
income
Sumber: Hanlon dan Heitzman (2010) dalam Resca (2019)
Pengukuran penghindaran pajak dengan CETR (Cash Effective
Tax Rate) baik digunakan karena CETR tidak terpengaruh dengan
adanya perubahan estimasi seperti penyisihan penilaian atau
penghindaran pajak. Selain itu, CETR menggambarkan semua
aktivitas tax avoidance yang mengurangi pembayaan pajak kepada
35
otoritas perpajakan, karena CETR menunjukkan pajak yang benar-
benar telah dibayar pada periode tersebut. Rumus CETR adalah
sebagai berikut:
Sumber : Winda dan Titik (2017)
Menurut Dyreng, et. al (2010) dalam Winda dan Titik (2017),
tax avoidance yang diproksikan dengan menggunakan CETR ini
mengindikasikan bahwa semakin rendah nilai CETR, maka semakin
tinggi tingkat penghindaran pajak. Nilai standar CETR yang baik
adalah CETR yang bernilai 0 sampai 1. Jika bernilai kurang dari 0,
artinya CETR termasuk ke dalam kategori yang buruk karena artinya
tindakan penghindaran pajaknya tinggi. Sedangkan jika CETR bernilai
lebih dari 1, maka tingkat penghindaran pajaknya kecil sehingga
dikategorikan sangat baik.
2) Tax Evasion
Menurut Halim, Bawono, dan Dara (2016:8), tax evasion
merupakan manipulasi secara ilegal terhadap sistem perpajakan untuk
mengelak dalam pembayaran pajak. Tax evasion mengabaikan
peraturan perundang-undangan perpajakan secara sengaja untuk
menghindari pembayaran pajak, misanya pemalsuan pengembalian
pajak. Dengan kata lain, tax evasion merupakan tindakan
penyeludupan pajak. Salah satu cara yang digunakan wajib pajak
dalam melakukan penyeludupan pajak yaitu dengan cara tidak
menyetorkan pajak yang telah dipungut atau dipotong. Hal ini
merupakan tindakan yang menyimpang dan melanggar ketentuan
undang-undang perpajakan yang berlaku.
CETR = Kas yang dibayarkan untuk pajak
Laba sebelum Pajak
36
3) Tax Planning
Menurut Pohan (2017:8), Tax Planning merupakan:
“Seperangkat strategi untuk mengatur akuntansi dan keuangan
perusahaan yang bertujuan untuk meminimalkan kewajiban
perpajakan dengan menggunakan cara-cara yang sejalan
dengan peraturan perpajakan (in legal way)”
Tax planning dapat diterapkan ketika wajib pajak hendak
memulai kegiatan usahanya hingga penutupan usaha itu sendiri
(likuidasi) jika benar-benar terjadi. Terdapat perbedaan antara
manajemen perpajakan dengan tax planning. Manajemen perpajakan
merupakan upaya yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi maupun
badan usaha untuk mengelola hal-hal yang berhubungan dengan
perpajakan secara baik, efektif, dan efisien, sehingga dapat
memberikan kontribusi yang maksimal bagi perusahaan dalam
meningkatkan laba. Sedangkan Tax planning adalah suatu proses
untuk mengorganisir usaha wajib pajak baik orang pribadi maupun
badan usaha dengan sedemikian rupa, dengan cara memanfaatkan
berbagai celah yang masih dalam ketentuan peraturan perpajakan,
agar perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah yang minimum
(Pohan, 2017:18).
Pelaksanaan tax planning yang baik adalah yang tidak
melanggar ketentuan perpajakan. Rekayasa pajak yang dilakukan
bukanlah merupakan tindakan penyeludupan pajak. Selain itu,
implementasi tax planning dalam perusahaan haruslah masuk akal
secara bisnis (reasonable), artinya harus tetap berpegang pada praktik
perdagangan yang sehat. Pelaksanaan tax planning juga harus
didukung oleh bukti-bukti pendukung yang memadai, misalnya
dokumen-dokumen pembukuan seperti faktur, purchase order, atau
delivery order (Pohan, 2017:21).
37
4) Tax Haven
Tax haven adalah negara yang menawarkan kepada individual
dan perusahaan asing akan kewajiban pajak minimal di lingkungan
politik dan ekonomi yang stabil, dengan sedikit atau tidak
memberikan informasi keuangan sama sekali kepada pihak otoritas
pajak asing (www.investopedia.com). Tax haven countries dikenal
sebagai tempat berlindung pengemplangan pajak. Implikasi dari
praktik tax haven dilakukan dengan cara pengalihan pajak ke negara
tax haven dan penggerusan pajak di negara sumbernya (Pohan,
2019:290). Contoh negara tax haven di Asia yang terdaftar pada
OECD (Organization for Economic Co-operation and Development)
yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Filipina, Hong Kong,
dan Macau.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi acuan penulis dalam melakukan
penelitian, sehingga penulis memperoleh perbandingan dan dapat
mengembangkan teori-teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang
dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis menemukan penelitian dengan
judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Akan tetapi, penulis
mengembangkannya lagi dengan studi kasus pada tahun dan sektor yang
berbeda. Berikut ini merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal
terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
38
Tabel II.3
Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Jumlah
Sampel
Alat
Analisis
Hasil Penelitian
Maria
Meilinda
(2013)
Pengaruh
Corporate
Governance
Terhadap
Manajemen Pajak
(Studi Empiris
Pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Tahun 2009-2011)
153 Analisis
Regresi
Berganda
Jumlah dewan komisaris,
ukuran perusahaan,
kinerja perusahaan, dan
tingkat hutang
perusahaan
mempengaruhi
manajemen pajak secara
signifikan. Persentase
komisaris independen,
kompensasi dewan
komisaris dan dewan
direksi, dan beda tarif
pajak tidak berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen pajak
perusahaan.
Gusti Maya
Sari (2014)
Pengaruh
Corporate
Governance,
Ukuran
Perusahaan,
Kompensasi Rugi
Fiskal dan
Struktur
Kepemilikan
Terhadap Tax
46 Analisis
Regresi
Panel
Komisaris independen
berpengaruh signifikan
negatif terhadap tax
avoidance, komite audit
tidak berpengaruh
signifikan terhadap tax
avoidance, ukuran
perusahaan berpengaruh
signifikan negatif
terhadap tax avoidance,
39
Avoidance (Studi
Empiris Pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
Tahun 2008-2012)
kompensasi rugi fiskal
tidak berpengaruh
signifikan terhadap tax
avoidance.
Deddy
Dyas
Cahyono,
Rita
Andini,
Kharis
Raharjo
(2016)
Pengaruh Komite
Audit,
Kepemilikan
Institusional,
Dewan Komisaris,
Ukuran
Perusahaan
(SIZE), Leverage
(DER) Dan
Profitabilitas
(ROA) Terhadap
Tindakan
Penghindaran
Pajak (Tax
Avoidance) Pada
Perusahaan
Perbankan Yang
Listing BEI
Periode Tahun
2011 – 2013
69 Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Kepemilikan
institusional berpengaruh
signifikan terhadap
penghindaran pajak,
sedangkan komite audit,
dewan komisaris
independen, ukuran
perusahaan, leverage,
dan profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak
Komang
Subagiastra,
I Putu Edy
Arizona,
Pengaruh
Profitabilitas,
Kepemilikan
Keluarga, Dan
120 Analisis
Regresi
Linear
Laba atas aset sebagai
proksi dari profitabilitas
berpengaruh positif
terhadap penghindaran
40
I Nyoman
Kusuma
Adnyana
Mahaputra
(2016)
Good Corporate
Governance
Terhadap
Penghindaran
Pajak
(Studi Pada
Perusahaan
Manufaktur Di
Bursa Efek
Indonesia)
pajak. Kepemilikan
institusional dan proporsi
dewan komisaris
independen sebagai
proksi dari good
corporate governance
juga menunjukkan
pengaruh positif terhadap
penghindaran pajak.
Mayarisa
Oktamawati
(2017)
Pengaruh Karakter
Eksekutif, Komite
Audit, Ukuran
Perusahaan,
Leverage,
Pertumbuhan
Penjualan, Dan
Profitabilitas
Terhadap Tax
Avoidance
540 Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Karakter eksekutif,
ukuran perusahaan,
leverage, pertumbuhan
penjualan, dan
profitabilitas
berpengaruh terhadap tax
avoidance.
Sedangkan komite audit
tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
Mutiah
Munawaroh
dan Shinta
Permata
Sari (2019)
Pengaruh Komite
Audit, Proporsi
Kepemilikan
Institusional,
Profitabilitas Dan
Kompensasi Rugi
Fiskal Terhadap
Penghindaran
Pajak
47 Analisis
Regresi
Berganda
Komite audit dan
kompensasi rugi fiskal
berpengaruh terhadap tax
avoidance, proporsi
kepemilikan institusional
dan profitabilitas tiadk
berpengaruh terhadap tax
avoidance.
Tursia Bella Corporate 87 Analisis Variabel profitabilitas
41
Novita,
Kartika
Hendra
Titisari,
Suhendro
(2019)
Governance,
Profitabilitas,
Firm Size, Capital
Intensity, dan Tax
Avoidance
Regresi
Data
Panel
dan firm size
berpengaruh negatif
signifikan terhadap tax
avoidance, sedangkan
variabel leverage,
komisaris independen,
dan capital intensity
tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
Wardani,
Dyah Ayu
(2019)
Pengaruh Komite
Audit, Leverage,
Return On Assets,
Ukuran
Perusahaan, Dan
Sales Growth
Terhadap
Tax Avoidance
(Studi Empiris
Pada Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia Periode
2014-2016)
167 Analisis
Regresi
Berganda
Komite audit, leverage,
return on assets, ukuran
perusahaan, dan sales
growth berpengaruh
terhadap tax avoidance.
Sumber: Data diolah, 2019
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Cahyono, Andini, dan Raharjo (2016) yang melakukan
penelitian mengenai tax avoidance. Yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya yaitu pada objek penelitian dan tahun penelitian yang
dilakukan, serta beberapa variabel independen yang digunakan. Pada
42
penelitian sebelumnya objek yang digunakan adalah perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2013, sedangkan dalam
penelitian ini menggunakan laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-
2018. Dalam penelitian sebelumnya digunakan variabel kepemilikan
institusional dan leverage, sedangkan dalam penelitian ini, variabel tersebut
tidak digunakan.
C. Kerangka Pemikiran
Pada penelitian ini akan dianalisis pengaruh antara variabel independen
(Profitabilitas, Komisaris Independen, Komite Audit, dan Ukuran
Perusahaan) terhadap variabel dependen (Tax Avoidance). Sehingga kerangka
konseptual digambarkan sebagai berikut
Gambar II.1
Kerangka Pemikiran
Profitabilitas
(X1)
Komisaris Independen
(X2)
Komite Audit
(X3)
Tax Avoidance
(Y)
Variabel Independen:
Variabel Dependen:
Ukuran Perusahaan
(X4)
H1
H3
H2
H5
H4
43
D. Perumusan Hipotesa
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance
Profitabilitas merupakan cara untuk mengukur kinerja perusahaan
dalam menghasilkan laba melalui aset yang dimiliki perusahaan tersebut
pada suatu peride tertentu. Pada penelitian ini indikator yang digunakan
untuk mengukur persentase profitabilitas adalah Return On Assets (ROA).
Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novita dkk (2019),
ditemukan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance. Sedangkan menurut Munawaroh dan Sari (2019), profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang dapat
diajukan adalah:
H1: Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance
2. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance
Komisaris independen mempunyai peranan yang sangat penting
dalam Corporate Governance. Kesuksesan perusahaan terletak pada peran
komisaris independen yang bertanggung jawab, untuk meningkatkan
efisiensi dan daya saing perusahaan. Selain itu, dewan komisaris
ditugaskan untuk menjamin strategi perusahaan dan mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas. Semakin besar jumlah komisaris independen
dalam dewan komisaris, maka semakin baik fungsi pengawasan dan
koordinasi dalam perusahaan, untuk mengawasi dan mengontrol tindakan-
tindakan para manajemen perusahaan.
Menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
33/POJK/.04/2014 tentang direksi dan dewan komisaris emiten atau
perusahaan publik menyatakan bahwa jumlah komisaris independen wajib
kurang lebih 33% dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Apabila
persentase komisaris independen diatas 33%, maka hal ini merupakan satu
indikator bahwa pelaksanaan corporate governance telah berjalan dengan
44
baik sehingga mampu mengawasi tindakan-tindakan para manajemen
perusahaan yang akan melakukan praktik penghindaran pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) membuktikan bahwa
komisaris independen berpengaruh terhadap tax avoidance. Penelitian
yang dilakukan oleh Subagiastra, Arizona, dan Mahaputra (2016) juga
membuktikan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh
negatif terhadap tax avoidance. Dengan kata lain, semakin besar proporsi
dewan komisaris independen, maka semakin tinggi pengawasan terhadap
manajemen perusahaan dan berakibat semakin rendahnya penghindaran
pajak.
Hasil penelitian lainnya oleh Kurniasih dan Sari (2013) memberikan
hasil yang berbeda, bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini berarti proporsi dewan
komisaris independen tidak mempunyai pengaruh terhadap tindakan
penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis
yang dapat diajukan adalah:
H2: Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap Tax
Avoidance
3. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Anggota komite audit diangkat dan diberhentikan oleh dewan
komisaris (BAPEPAMLK, 2012). Tanggungjawab komite audit dalam
bidang corporate governance adalah untuk memastikan bahwa perusahaan
telah berjalan sesuai dengan undang – undang dan peraturan yang berlaku,
melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya
secara efektif terhadap kepentingan dan penemuan kecurangan-kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Semakin ketat pengawasan
yang dilakukan oleh komite audit, maka akan menghasilkan suatu
informasi yang berkualitas dan kinerja yang efektif (Hanum dan Zulaikha,
45
2013). Anggota komite audit dengan keahliannya dapat memberikan saran
yang berguna untuk melakukan penghindaran pajak, karena mereka lebih
mengerti celah dalam peraturan perpajakan dan cara yang dapat
menghindari risiko deteksi (Puspita, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tandean (2015) menyatakan
bahwa keberadaan komite audit memiliki pengaruh terhadap tax
avoidance. Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Fadhilah
(2014) bahwa jumlah komite audit berpengaruh signifikan terhadap
aktivitas tax avoidance. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
keberadaan komite audit, maka akan meningkatkan kualitas good
corporate governance, sehingga akan meminimalisir kemungkinan
terjadinya penghindaran pajak.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang belum
memberikan hasil yang konsisten, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H3: Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance
Perusahaan yang memiliki total penjualan bersih yang besar
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap
kemapanan, dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif
lama. Sehingga perusahaan yang diklasifikasikan sebagai perusahaan besar
cenderung meminimalkan tindakan pajak agresif karena ketatnya
pengawasan oleh otoritas publik.
Hasil penelitian oleh Wardani (2019) menemukan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh secara positif terhadap tax avoidance. Hasil
penelitian yang sama juga diteliti oleh Puspita dan Febrianti (2017) yang
menyatakan bahwa ukuran perushaan memiliki pengaruh terhadap perilaku
penghindaran pajak pada perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis beberapa peneliti terdahulu, maka
hipotesis yang dapat diajukan adalah:
46
H4: Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Tax
Avoidance
5. Pengaruh Profitabilitas, Komisaris Independen, Komite Audit, dan
Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance
Semakin besar jumlah komisaris independen dalam dewan
komisaris, maka semakin baik fungsi pengawasan dan koordinasi dalam
perusahaan, untuk mengawasi dan mengontrol tindakan-tindakan para
direktur eksekutif. Pada perusahaan besar, kemampuan untuk
menghasilkan laba akan semakin besar pula, sehingga semakin tinggi pula
risiko untuk terjadinya penghindaran pajak. Jika laba yang diperoleh cukup
besar pada periode tertentu, maka persentase ROA akan meningkat. Laba
yang besar berarti pembayaran pajak juga ikut membesar, sehingga
perusahaan berupaya untuk memperkecil pembayaran pajak dengan
melakukan praktik tax avoidance.
Dari penjelasan diatas, keempat variabel yang digunakan penulis
dalam penelitian ini diasumsikan membawa pengaruh yang signifikan
terhadap tax avoidance. Hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai
berikut:
H5: Profitabilitas, Komisaris Independen, Komite Audit, dan Ukuran
Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance.
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, dimana penelitian yang menggunakan data berupa angka-angka
numerik sebagai alat menganalisis mengenai apa yang akan ditelitiatau
diketahui (Resca, 2019). Metode penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
menganalisis data pada populasi atau sampel yang telah ditentukan,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan dalam penelitian (Sugiyono, 2017:8).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010)
dalam Desyana (2019) yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah:
“Metode yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis data
dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah
terkumpul sedemikian rupa tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku umum atau generalisasi”
Pada penelitian ini, penulis akan meneliti pengaruh profitabilitas,
komisaris independen, komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap tax
avoidance pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018.
48
B. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian pada penelitian ini adalah laporan
keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016 sampai 2018. Sektor
industri barang konsumsi merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan
penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Sektor industri
barang konsumsi sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena meningkatnya
kebutuhan hidup dari tahun ke tahun, selain itu dijadikan sebagai barang
kebutuhan pokok sehari-hari. Dalam pelaksanaannya, sektor industri barang
konsumsi terbagi menjadi lima subsektor, yaitu subsektor makanan dan
minuman, subsektor pabrik tembakau, subsektor farmasi, subsektor peralatan
rumah tangga, dan subsektor lain-lain.
Berikut ini merupakan data perusahaan yang menjadi sampel penelitian:
1. PT. Akasha Wira International Tbk (ADES)
PT. Akasha Wira International Tbk didirikan dengan nama PT
Alfindo Putrasetia pada tahun 1985. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ADES adalah industri air minum
dalam kemasan, industri roti dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik
dan perdagangan besar. Kegiatan utama Akasha International adalah
bergerak dalam bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam
kemasan (merek Nestle Pure Life dan Vica) serta perdagangan besar
produk-produk kosmetika. Produksi air minum dalam kemasan secara
komersial dimulai pada tahun 1986, sedangkan perdagangan produk
kosmetika dimulai pada tahun 2010 dan produksi produk kosmetika
dimulai pada tahun 2012. Pabrik pengolahan air minum dalam kemasan
berlokasi di Jawa Barat dan pabrik produk kosmetik berlokasi di
Pulogadung.
2. PT. Indofood Cbp Sukses Makmur Tbk (ICBP)
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan produsen
jenis makanan dan minuman yang berlokasi di Jakarta, Indonesia.
49
Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 oleh Sudono
Salim dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma. Kemudian pada tanggal 5
Februari 1994 menjadi Indofood Sukses Makmur. PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk merupakan salah satu produsen produk konsumen
bermerek yang mapan dan terkemuka, dengan kegiatan usaha yang terbagi
antara lain mi instan, dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi
dan makanan khusus serta minuman. Selain itu, ICBP juga menjalankan
kegiatan usaha kemasan yang memproduksi baik kemasan fleksibel
maupun karton untuk mendukung kegiatan usaha intinya.
3. PT Mayora Indah Tbk (MYOR)
PT. Mayora Indah Tbk didirikan pada tahun 1977 dengan kantor
pusat yang berlokasi di Jakarta Barat. Untuk mendukung produksinya,
hingga saat ini Mayora telah membangun 3 pabrik yang seluruhnya
berlokasi di Tangerang. Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, kegiatan
usaha Perseroan diantaranya adalah dalam bidang industri. Saat ini, PT.
Mayora Indah Tbk. memproduksi dan memiliki 6 (enam) divisi yang
masing masing menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi, yaitu
divisi biskuit, kembang gula, wafer, coklat, kopi, dan makanan kesehatan.
4. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI)
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk bergerak di bidang produksi dan
distribusi roti. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1995 sebagai sebuah
perusahaan Penanaman Modal Asing dengan nama PT Nippon Indosari
Corporation yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat. Pada tahun 1996,
Perusahaan meluncurkan produk komersial pertama dengan merek “Sari
Roti”. Pada tahun 2001, perseroan meningkatkan kapasitas produksi
dengan menambahkan dua lini mesin (roti tawar dan roti manis). Pada
tahun 2003 PT Nippon Indosari Corporation mengubah namanya menjadi
PT Nippon Indosari Corpindo.
50
5. PT Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ)
Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) didirikan
tanggal 2 November 1971. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan Ultrajaya bergerak dalam bidang industri makanan
dan minuman, dan bidang perdagangan. Di bidang minuman Ultrajaya
memproduksi macam-macam jenis minuman seperti susu cair, sari buah,
teh, minuman tradisional dan minuman kesehatan, yang diolah dengan
teknologi UHT (Ultra High Temperature) dan dikemas dalam kemasan
karton aseptik. Di bidang makanan Ultrajaya memproduksi susu kental
manis, susu bubuk, dan konsentrat buah-buahan tropis.
6. PT Sekar Laut Tbk (SKLT)
Sekar Laut Tbk (SKLT) didirikan 19 Juli 1976. Kantor pusat SKLT
berlokasi di Jakarta, dan kantor cabang berlokasi di Surabaya, serta pabrik
yang berlokasi di Sidoarjo. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan,
ruang lingkup kegiatan SKLT meliputi bidang industri pembuatan
kerupuk, saos tomat, sambal, bumbu masak dan makan ringan serta
menjual produknya di dalam negeri maupun di luar negeri. Produk-
produknya dipasarkan dengan merek FINNA.
7. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
Gudang Garam Tbk (dahulu PT Perusahaan Rokok Tjap) didirikan
tanggal 26 Juni 1958. Kantor pusat Gudang Garam bertempat di Jawa
Timur, serta memiliki pabrik yang berlokasi di Kediri, Gempol, Solo-
Kartasura, Karanganyar dan Sumenep. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GGRM bergerak di bidang industri
rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Gudang Garam
memproduksi berbagai jenis rokok kretek, termasuk jenis rendah tar dan
nikotin (LTN) serta produk tradisional sigaret kretek tangan. Merek-merek
51
rokok GGRM, antara lain: Klobot, Sriwedari, Djaja, Gudang Garam,
Gudang Garam Merah, Gudang Garam Gold, Surya, Surya Pro Mild dan
GG Mild.
8. PT. Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA)
Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA) didirikan tanggal 30 April
1976. Kantor pusat DVLA berlokasi di Jakarta, sedangkan pabrik
berlokasi di Bogor. Induk usaha Darya-Varia Laboratoria Tbk adalah Blue
Sphere Singapore Pte Ltd (menguasai 92,13% saham DVLA), merupakan
afiliasi dari United Laboratories Inc, perusahaan farmasi di Filipina.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan DVLA
adalah bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, jasa dan
distribusi produk-produk farmasi, produk-produk kimia yang berhubungan
dengan farmasi, dan perawatan kesehatan. Kegiatan utama DVLA adalah
menjalankan usaha manufaktur, perdagangan dan jasa atas produk-produk
farmasi. Merek-merek yang dimiliki oleh Darya-Varia, antara lain: Natur-
E, Enervon-C, Decolgen, Neozep, Cetapain, Paracetamol Infuse, dan
Prodiva.
9. PT. Pyridam Farma Tbk (PYFA)
Pyridam Farma Tbk (PYFA) didirikan dengan nama PT Pyridam
pada tanggal 27 November 1977. Kantor pusat PYFA terletak di jakarta
Barat dan pabrik berlokasi di Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PYFA meliputi industri obat-
obatan, plastik, alat-alat kesehatan, dan industri kimia lainnya, serta
melakukan perdagangan, termasuk impor, ekspor dan antar pulau, dan
bertindak selaku agen, grosir, distributor dan penyalur dari segala macam
barang. Kegiatan usaha Pyridam Farma meliputi produksi dan
pengembangan obat-obatan (farmasi) serta perdagangan alat-alat
kesehatan.
52
10. PT. Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC)
PT Tempo Scan Pacific Tbk dan entitas anaknya merupakan bagian
dari Tempo Grup yang memulai kegiatan usahanya melalui pendirian PT
PD Tempo pada tanggal 3 November 1953 yang bergerak di bidang
perdagangan produk farmasi. Perseroan dibentuk melalui proses
restrukturisasi pada tahun 1991 dan semula Perseroan bernama PT
Scanchemie yang pada tahun 1970 memulai kegiatan produksi komersial
produk farmasi dalam skala besar. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TSPC bergerak dalam bidang usaha
farmasi. Saat ini, kegiatan usaha TSPC adalah farmasi (obat-obatan),
produk konsumen dan komestika dan distribusi. Produk-produk Tempo
Scan yang telah dikenal masyarakat, diantaranya produk kesehatan
(Bodrex, Hemaviton, NEO rheumacyl, Oskadon, Ipi Vitamin, Brodexin,
Contrex, Contrexyn, Vidoran, Zevit dan Neo Hormoviton), obat resep dan
rumah sakit (Hospira, SciClone, Alif, Ericaf, Timoc, Triptagic dan Trozyn)
serta produk konsumen dan komestika (Marina, My Baby, Total Care,
S.O.S antibakterial, Claudia, Dione Kids, Tamara, Natural Honey dan
Revlon).
11. PT. Kino Indonesia Tbk (KINO)
PT Kino Indonesia Tbk didirikan dengan nama PT Kinocare Era
Kosmetindo pada tanggal 24 Maret 1972. Kantor pusat KINO
berkedudukan di Kota Tangerang. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KINO adalah berusaha dalam bidang
adalah berusaha dalam bidang industri makanan, minuman, obat-obatan
dan kosmetik. Kegiatan usaha utama yang dijalankan saat ini adalah
Industri produk konsumen bermerek yang terintegrasi dengan kegiatan
distribusi meliputi produk pemeliharaan dan perawatan tubuh (dengan
merek utama antara lain: Ellips, Resik-V dan Ovale) , makanan (Kino
Candy, Snackit dan Segar Sari), minuman (Cap Kaki Tiga, Panda dan
53
Panther) dan farmasi meliputi tiga macam produk balsam dan obat batuk
(Cap Kaki Tiga).
12. PT. Chitose International Tbk (CINT)
Chitose Internasional Tbk didirikan tanggal 15 Juni 1978 dengan
nama PT Chitose Indonesia Manufacturing Limited dan mulai beroperasi
secara komersial mulai tahun 1979. Kantor pusat dan pabrik Chitose
berlokasi di Cimahi, Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan CINT adalah bergerak di bidang
perindustrian, perdagangan dan jasa furnitur. Saat ini perusahaan
menjalankan usaha produsen dan distributor produk-produk furnitur yang
meliputi: folding chair; folding chair+memo; hotel, banquet & restaurant;
working & meeting; school education dan hospital items (ranjang rumah
sakit dan perlengkapannya) dengan merek utama "Chitose, Uchida dan
Yamato".
13. PT. Integra Indocabinet Tbk (WOOD)
Integra Indocabinet Tbk (WOOD) didirikan pada tanggal 19 Mei
1989 dengan kantor pusat yang berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan WOOD
adalah bergerak di bidang pengolahan mebel berbahan dasar kayu dan
produk kayu lainnya, konsesi hutan serta ritel dan distribusi mebel serta
perlengkapan dekorasi rumah. Saat ini, Integra Indocabinet Tbk
memproduksi mebel, pintu dan komponen bangunan berbasis kayu, dan
memiliki 2 konsesi kehutanan seluas 163.425 Ha serta 1 toko ritel dengan
nama Thema Home di Surabaya.
54
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter.
Data dokumenter adalah jenis data penelitian yang berupa: faktur, jurnal,
surat-surat, notulen hasil rapat, memo, atau dalam bentuk laporan. Data
dokumenter memuat apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi, serta siapa
yang terlibat dalam suatu kejadian. Data dokumenter dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada situs www.idx.co.id.
Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh
langsung dari sumbernya, melainkan diperoleh dari data yang telah ada
sebelumnya.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan objek atau subjek yang memiliki kuantitas dan
karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh seseorang yang akan
melakukan penelitian, untuk dipelajari dan diteliti sehingga dapat ditarik
kesimpulannya. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau
subjek yang sedang diteliti, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat
yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut (Sugiyono 2017, 135).
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah perusahaan
manufaktur dalam sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2016 sampai 2018.
2. Sampel
Sampel merupakan suatu bagian dari populasi yang memiliki kriteria
tertentu terhadap objek yang akan diteliti. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan jenis non-probability sampling dengan metode
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan menetapkan
55
pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu (Agung, 2012). Tujuan
penggunaan metode purposive sampling ini adalah agar sampel yang
dipilih memenuhi kriteria yang akan diuji dalam penelitian ini. Dalam
penelitian ini, yang menjadi sampel adalah perusahaan yang memenuhi
kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2018;
b. perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember tahun 2016-2018;
c. perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang laba
bersih sebelum pajak dan sesudah pajak tidak mengalami kerugian
selama tahun 2016-2018;
d. perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang memiliki
nilai CETR diantara 0 sampai dengan 1;
e. perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang memiliki
data yang konsisten atau tidak ada kesenjangan data.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dimensi waktu dalam penelitian ini adalah cross sectional, yang artinya
penelitian hanya dilakukan satu kali pada waktu tertentu. Data crossection
adalah data hasil observasi entitas yang berbeda dimana variabel tersebut
diukur pada satu titik waktu yang sama (Ghozali, 2018). Penelitian dilakukan
pada bulan September 2019 hingga selesainya penelitian ini. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, serta literatur
pustaka yang dilakukan dengan cara membaca buku, skripsi dan jurnal yang
telah ada sebelumnya, artikel, serta situs internet yang dapat dijadikan
referensi dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data ini diperoleh dengan
cara mengolah data sekunder yang berkaitan dengan variabel yang diteliti dan
informasi pada laporan keuangan yang ada di Bursa Efek Indonesia tahun
2016 sampai dengan 2018 pada sektor industri barang konsumsi. Data
56
laporan keuangan diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia
ww.idx.co.id dan web-web perusahaan terkait. Bursa Efek Indonesia (BEI)
dianggap memiliki data-data laporan keuangan yang akurat serta telah
dipublikasi secara lengkap sehingga penulis mudah untuk mengakses data
yang dibutuhkan untuk penelitian ini.
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel penelitian menurut (Sugiyono, 2015:38)
adalah suatu nilai dari objek yang mempunyai variasi tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Definisi operasional menjelaskan cara untuk mengukur variabel yang telah
ditetapkan oleh peneliti, dengan menggunakan skala pengukuruan variabel,
sehingga memungkinkan untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara
yang sama atau mengembangkannya dengan lebih baik. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah tax avoidance (penghindaran pajak), sedangkan
variabel independen adalah profitabilitas, komisaris independen, komite
audit, dan ukuran perusahaan. Masing-masing definisi operasional variabel
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
keberadaannya dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas.
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Tax Avoidance
Tax avoidance (penghindaran pajak) adalah tindakan wajib
pajak untuk meringankan beban pajak dengan cara memperkecil
jumlah pajak terhutang melalui jalur yang legal, tanpa melanggar
undang-undang perpajakan. Skala pengukuran yang digunakan
dalam variabel ini menggunakan skala rasio. Pengukuran yang
digunakan dalam variabel ini yaitu dengan menggunakan CETR
57
(Cash Effective Tax Rate), dimana semakin rendah nilai CETR maka
semakin tinggi tingkat penghindaran pajak yang dilakukan. Metode
CETR baik digunakan untuk menggambarkan kegiatan penghindaran
pajak oleh perusahaan karena CETR tidak terpengaruh dengan
adanya perubahan estimasi seperti penyisihan penilaian atau
penghindaran pajak (Resca, 2019). Rumus CETR adalah sebagai
berikut:
Sumber: Winda dan Titik (2017)
2. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi variabel lain, atau variabel yang menjadi penyebab
terjadinya perubahan pada variabel lainnya. Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Profitabilitas
Profitabilitas merupakan cara untuk mengukur kinerja
perusahaan dalam menghasilkan laba melalui aset yang dimiliki
perusahaan tersebut pada suatu periode tertentu. Pada penelitian ini,
digunakan Return of Asset (ROA) sebagai pengukuran profitabilitas
perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala rasio. Rasio ROA yang tinggi memiliki arti bahwa
perusahaan memperoleh laba yang besar, artinya tarif pajak yang
diperoleh pun akan lebih besar. Maka dalam hal ini terdapat
kemungkinan perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak
(Mayarisa, 2017). Rumus untuk mengukur variabel profitabilitas
adalah sebagai berikut:
CETR = Kas yang dibayarkan untuk pajak
Laba sebelum pajak
58
Sumber: Mayarisa Oktamawati (2017)
2) Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang
tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direksi, anggota dewan
komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali. Skala
pengukuran yang digunakan dalam variabel ini yaitu skala rasio.
Adanya komisaris independen dalam suatu perusahaan menunjukan
bahwa semakin banyak jumlah komisaris independen, maka akan
memperkecil tingkat penghindaran pajak yang dilakukan karena
pengawasan yang dilakukan akan semakin ketat (Ida Ayu dan Ketut
Alit, 2016). Rumus untuk mengukur variabel komisaris independen
adalah sebagai berikut:
Sumber: Ida Ayu dan Ketut Alit (2016)
3) Komite Audit
Komite audit merupakan sekelompok orang yang dibentuk
untuk membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Komite audit berkedudukan sebagai penengah antara
auditor dengan manajemen perusahaan apabila terjadi perselisihan.
Adanya komite audit di dalam organisasi perusahaan membuat
pengawasan dan pengendalian terhadap manajemen perusahaan
menjadi lebih ketat sehingga dapat meminimalisir terjadinya
penghindaran pajak. Variabel komite audit diukur dengan
menggunakan skala nominal. Indikator yang digunakan untuk
KI = Jumlah anggota komisaris independen
Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
ROA = Laba Bersih
Total Aktiva
59
mengukur komite audit adalah banyaknya anggota komite audit pada
perusahaan. Rumus untuk mengukur variabel komite audit adalah
sebagai berikut:
Sumber: Mayarisa Oktamawati (2017)
4) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu besar atau kecilnya
sebuah perusahaan yang dapat dinilai dari total aktiva, penjualan,
dan nilai equity-nya. Penelitian ini menggunakan total penjualan
bersih sebagai standar ukuran perusahaan, yang diukur dengan
menggunakan skala ordinal. Skala ordinal merupakan skala yang
mengkategorikan variabel kedalam kelompok, selain itu juga
melakukan ranking terhadap kategori (Ghozali, 2018). Rumus untuk
mengukur variabel ukuran perusahaan adalah sebagai berikut:
Sumber: Ashari Dwi Putranto & Ari Darmawan (2018)
G. Teknik Analisis Data
Tujuan dari menganalisis data yaitu untuk mengolah dan memperoleh
informasi yang relevan yang terkandung di dalam data tersebut, kemudian
hasilnya digunakan untuk memecahkan suatu masalah (Desyana, 2019).
Masalah tersebut dinyatakan dalam bentuk hipotesis. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi linear berganda untuk menganalisis
pengaruh tiap variabel independen dan variabel dependen. Pengujian
hipotesis menggunakan program IBM SPSS (Statistical Package for Social
SIZE = Log n(total penjualan bersih)
KA = ∑ Komite Audit
60
Sciences) versi 25. Adapun pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness atau
kemencengan distribusi (Ghozali, 2018:19). Tujuan dari pengujian statistik
deskriptif adalah untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari data
yang disajikan agar mudah dipahami dan informatif bagi orang yang
membacanya.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji dan mengetahui
kelayakan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Uji asumsi
klasik dilakukan sebelum pengujian regresi linear berganda. Hal ini perlu
dilakukan untuk menentukan model regresi yang tepat. Jenis-jenis uji
asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2018:161), uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah apabila
variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal atau
mendekati normal. Pada dasarnya, normalitas dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumber dari grafik normal
probability plot. Dasar pengambilan keputusan yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Jika titik-titik (data) menyebar disekitar garis diagonal atau
mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogramnya
menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normal.
61
2. Jika titik-titik (data) menyebar disekitar garis diagonal atau
mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogramnya
menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normal.
Uji lain yang dapat dilakukan untuk menguji normalitas residual
adalah uji statistik non-parametik One-Sample Kolmogorov-Smirnov
(K-S). Dasar pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan
probabilitas (asymtotic Significance) dengan taraf signifikansi 5% atau
0,05, yaitu sebagai berikut:
1. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
normal.
2. Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model regresi adalah
tidak normal.
2) Uji Multikolonieritas
Menurut Ghozali (2018), uji multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah terdapat korelasi antar variabel bebas (independen)
pada model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Yang
dimaksud dengan variabel ortogonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance lebih
rendah dari 0,10 atau sama dengan nilai VIF yang lebih besar dari 10.
Model regresi yang baik adalah yang terbebas dari multikolinieritas
(Ghozali, 2018:107). Adapun dasar pengambilan keputusan tersebut
adalah sebagai berikut:
62
1. Jika nilai tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10, maka dalam hal ini
tidak terjadi multikolinieritas.
2. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan nilai VIF ≥ 10, maka dalam hal ini
terjadi multikolinieritas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain dalam model regresi (Ghozali, 2018). Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik merupakan model regresi yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai
prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Jika data membentuk pola yang teratur seperti bergelombang,
melebar kemudian menyempit, maka diasumsikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2. Jika data membentuk pola yang tidak beraturan dan menyebar
diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
4) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) dalam model
regresi linear. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2018:111). Untuk menguji
63
autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode uji
Durbin-Watson (DW test), dengan dasar pengambilan keputusan
sebagai berikut:
1. Jika nilai DW terletak diantara batas 0 dan batas bawah (dl), maka
terdapat autokorelasi positif.
2. Jika nilai DW terletak diantara batas bawah (dl) dan batas atas (du),
maka tidak ada keputusan yang diambil.
3. Jika nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan 4 dikurang batas
atas (4-du), artinya tidak ada autokorelasi positif/negatif.
4. Jika nilai DW terletak diantara 4 dikurang batas atas (4-du) dan 4
dikurang batas bawah (4-dl), maka tidak ada keputusan.
5. Jika nilai DW terletak diantara 4 dikurangi batas bawah (4-dl) dan
4, artinya terdapat autokorelasi negatif.
3. Uji Statistik
1) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi atau R square (R2) digunakan untuk
menganalisis sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2018). Nilai
koefisien determinasi (R2) dalam penelitian ini yang menggunakan
lebih dari 2 variabel independen, dapat dilihat dari kolom adjusted r
square pada hasil output SPSS versi 25.
2) Analisis Regresi Linear Berganda
Uji analisis regresi linear berganda bertujuan untuk untuk
mengetahui pengaruh secara linear mengenai pengaruh variabel
64
independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018). Hipotesis
dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan persamaan analisis
regresi linear berganda, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
secara linear mengenai pengaruh profitabilitas, komisaris
independen, komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap tax
avoidance. Teknik analisis regresi linear berganda ini diuji dengan
tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Adapun model regresi
linear berganda ini dirumuskan sebagai berikut:
CETR = α + β1ROA + β2KI + β3KA + β4SIZE + ε
Keterangan:
CETR : Cash Effective Tax Rate
ROA : Profitabilitas
KI : Komisaris Independen
KA : Komite Audit
SIZE : Ukuran Perusahaan
α : Konstanta
β1-4 : Koefisien regresi untuk setiap variabel independen (X)
ε : Standar error
4. Uji Hipotesis
1) Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t atau uji koefisien regresi secara parsial bertujuan
untuk menganalisis pengaruh masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen, memiliki pengaruh yang signifikan atau
tidak (Ghozali, 2018). Pengujian hipotesis pada penelitian ini
dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
65
1. Jika nilai Sig < 0,05 maka H0 diterima, artinya variabel
independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Jika nilai Sig > 0,05 maka H0 ditolak, artinya variabel
independen secara parsial tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F atau ANOVA adalah pengujian terhadap
koefisien regresi secara simultan atau bersamaan (Ghozali, 2018).
Pada penelitian ini, bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh
variabel profitabilitas, komisaris independen, komite audit, dan
ukuran perusahaan terhadap variabel tax avoidance.
Pada penelitian ini, pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel, dengan
mengolahnya pada program SPSS versi 25 dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Pengujian hipotesis pada
penelitian ini dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan
sebagai berikut:
1. Jika F hitung < F tabel dan Sig > 0,05 maka H0 diterima,
sehingga seluruh variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika F hitung > F tabel dan Sig < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga
seluruh variabel independen secara simultan memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Profitabilitas,
Komisaris Independen, Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax
Avoidance pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
tahun 2016-2018. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan
keuangan perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2016-2018. Penelitian ini menggunakan data dari
sektor industri barang konsumsi sebagai populasi. Setelah data terkumpul,
data yang termasuk dalam populasi kemudian diseleksi berdasarkan kriteria-
kriteria pemilihan sampel yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya.
Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, diperoleh 13 perusahaan
yang dapat dijadikan sampel penelitian dengan 3 tahun periode penelitian.
Ringkasan kriteria pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel IV.1 berikut ini:
67
Tabel IV.1
Proses Pemilihan Sampel
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2018 48
2
Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang tidak mempublikasikan laporan keuangan secara
lengkap per 31 Desember tahun 2016-2018
(15)
3 Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang mengalami kerugian selama tahun 2016-2018 (10)
4 Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang memiliki nilai CETR diantara 0 sampai dengan 1 (2)
5
Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang memiliki kesenjangan data atau ketimpangan data
terlalu besar.
(8)
Jumlah Sampel Per Tahun 13
Jumlah Data Observasi Selama Periode Penelitian 39
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
Masing-masing variabel penelitian tersebut akan diuji dengan bantuan
program SPSS versi 25. Namun, sebelum data penelitian dianalisis, semua
data harus bisa memenuhi persyaratan uji asumsi klasik, regresi linear
berganda, uji F dan uji t. Pada penelitian ini, terdapat 8 pengamatan data yang
nilainya terlalu ekstrim atau terdapat kesenjangan data, sehingga diperlukan
proses outlier. Menurut Ghozali (2018) data outlier adalah kasus atau data
68
yang memiliki karakteristik unik yang sangat berbeda jauh dari observasi-
observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah
variabel tunggal ataupun variabel kombinasi. Alasan dilakukannya outlier
karena terdapat data dengan nilai yang cukup jauh dengan data lainnya,
sehingga perlu dihilangkan. Deteksi terhadap data outlier dapat diketahui
dalam program SPSS dengan melihatnya pada casewise diagnostic lalu
mencari apakah terdapat data yang memiliki nilai ekstrim, jika ada maka
dapat dihilangkan dengan menghapusnya pada data view. Berikut merupakan
data perusahaan yang telah memenuhi kriteria dan setelah proses outlier:
Tabel IV.2
Daftar Perusahaan Sampel
No Kode Nama Perusahaan Subsektor
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk Makanan dan Minuman
2 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk Makanan dan Minuman
3 MYOR PT Mayora Indah Tbk Makanan dan Minuman
4 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk Makanan dan Minuman
5 SKLT PT Sekar Laut Tbk Makanan dan Minuman
6 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Industry and
Trading Company Tbk Makanan dan Minuman
7 GGRM PT Gudang Garam Tbk Rokok dan Tembakau
8 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk Farmasi
9 PYFA PT Pyridam Farma Tbk Farmasi
69
10 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk Farmasi
11 KINO PT Kino Indonesia Tbk
Kosmetik dan Barang
Keperluan Rumah
Tangga
12 CINT PT Chitose International Tbk Peralatan Rumah
Tangga
13 WOOD PT Integra Indocabinet Tbk Peralatan Rumah
Tangga
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
1. Profitabilitas
Tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
pada suatu periode tertentu dapat diukur dari rasio profitabilitasnya. Dalam
penelitian ini, profitabilitas diukur dengan menggunakan indikator Return
on Assets (ROA). ROA merupakan salah satu rasio yang menggambarkan
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan
sumber daya yang dimilikinya. ROA diukur dengan cara membandingkan
total laba sebelum pajak dengan total aset perusahaan. Berikut ini
merupakan tabel hasil perhitungan profitabilitas dalam penelitian ini:
70
Tabel IV.3
Hasil Perhitungan Profitabilitas
No Kode
Tahun
2016 2017 2018
1 ADES 0,07 0,05 0,06
2 ICBP 0,13 0,11 0,14
3 MYOR 0,11 0,11 0,10
4 ROTI 0,10 0,03 0,03
5 SKLT 0,04 0,04 0,04
6 ULTJ 0,17 0,14 0,13
7 GGRM 0,11 0,12 0,11
8 DVLA 0,10 0,10 0,12
9 PYFA 0,03 0,04 0,05
10 TSPC 0,08 0,07 0,07
11 KINO 0,06 0,03 0,04
12 CINT 0,05 0,06 0,03
13 WOOD 0,05 0,04 0,05
Rata-rata per
tahun 0,08 0,07 0,07
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
71
Berdasarkan hasil perhitungan profitabilitas pada tabel IV.3 diatas,
pada tahun 2016 nilai maksimum profitabilitas yang diperoleh adalah
sebesar 0,17 (17%) yang dimiliki oleh PT. Ultra Jaya Milk Industry and
Trading Company Tbk (ULTJ), sedangkan nilai minimum diperoleh
sebesar 0,03 (3%) yang dimiliki oleh PT. Pyridam Farma Tbk (PYFA).
Nilai rata-rata dari profitabilitas pada tahun 2016 adalah sebesar 0,08
(8%). Adapun pada tahun 2017, nilai maksimum profitabilitas dimiliki
oleh PT. Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ)
dengan nilai sebesar 0,14 (14%), sedangkan nilai minimum dimiliki oleh
PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dan PT. Kino Indonesia Tbk
(KINO). Nilai rata-rata profitabilitas pada tahun 2017 adalah sebesar 0,7
(7%), dalam hal ini artinya nilai rata-rata mengalami penurunan sebesar
0,1 (1%) jika dibandingkan dengan tahun 2016.
Nilai maksimum profitabilitas pada tahun 2018 adalah sebesar 0,14
(14%) yang dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP),
sedangkan nilai minimum profitabilitas di tahun 2018 dimiliki oleh PT.
Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dan PT. Chitose International Tbk
(CINT) dengan nilai 0,03 (3%). Nilai rata-rata profitabilitas pada tahun
2018 adalah sebesar 0,07 (7%), hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata
dari tahun 2017 sampai tahun 2018 tidak mengalami perubahan atau stabil.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
profitabilitas pada perusahaan sampel mengalami perubahan yang bersifat
fluktuatif. Hal ini dibuktikan dengan adanya penurunan terhadap nilai rata-
rata dari tahun 2016 ke tahun 2017, kemudian tidak mengalami perubahan
dari tahun 2017 ke tahun 2018. Hal ini berarti perolehan laba perusahaan
mengalami penurunan. Semakin besar laba yang diperoleh perusahaan,
maka akan semakin besar tingkat kemungkinan perusahaan dalam
melakukan tindakan penghindaran pajak agar beban pajak yang dibayarkan
tidak terlalu besar.
72
2. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris suatu
perusahaan yang tidak mempunyai hubungan relasi dengan direksi,
anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham pengendali.
Komisaris independen diukur dengan menggunakan rasio komisaris
independen terhadap total seluruh komisaris dalam perusahaan. Berikut ini
hasil perhitungan dewan komisaris independen:
Tabel IV.4
Hasil Perhitungan Komisaris Independen
No Kode
Tahun
2016 2017 2018
1 ADES 0,33 0,33 0,33
2 ICBP 0,50 0,50 0,50
3 MYOR 0,40 0,40 0,40
4 ROTI 0,33 0,33 0,33
5 SKLT 0,33 0,33 0,33
6 ULTJ 0,33 0,33 0,33
7 GGRM 0,50 0,50 0,50
8 DVLA 0,43 0,43 0,43
9 PYFA 0,50 0,50 0,50
10 TSPC 0,50 0,60 0,60
73
11 KINO 0,25 0,50 0,50
12 CINT 0,50 0,50 0,50
13 WOOD 0,50 0,50 0,50
Rata-rata per
tahun 0,42 0,44 0,44
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
Berdasarkan hasil perhitungan komisaris independen pada tabel IV.4
di atas, nilai maksimum untuk proporsi komisaris independen pada tahun
2016 dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT.
Gudang Garam Tbk (GGRM), PT. Pyridam Farma (PYFA), PT. Tempo
Scan Pasific Tbk (TSPC), PT. Chitose International Tbk (CINT), dan PT.
Integra Indocabinet Tbk (WOOD) dengan nilai 0,50 (50%), sedangkan
nilai minimum dimiliki oleh PT. Kino Indonesia Tbk (KINO) dari
subsektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga dengan nilai
sebesar 0,25 (25%). Nilai rata-rata proporsi dewan komisaris independen
tahun 2016 adalah sebesar 0,42 (42%), perusahaan yang memiliki nilai di
atas rata-rata yaitu PT. Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT.
Gudang Garam Tbk (GGRM), PT. Darya Varia Laboratoria Tbk (DVLA),
PT. Pyridam Farma (PYFA), PT. Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC), PT.
Chitose International Tbk (CINT), dan PT. Integra Indocabinet Tbk
(WOOD).
Nilai tertinggi untuk proporsi dewan komisaris independen tahun
2017 dimiliki oleh PT. Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC) dengan nilai 0,60
(60%), sedangkan nilai terendah dimiliki oleh PT.Akasha Wira
International Tbk (ADES), PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI),
PT. Sekar Laut Tbk (SKLT), PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk (ULTJ) dengan nilai 0,33 (33%). Nilai rata-rata proporsi
74
dewan komisaris independen tahun 2017 adalah 0,44 (44%), perusahaan
yang memiliki nilai di atas rata-rata adalah PT. Indofood CBP Sukses
Makmur (ICBP), PT. Gudang Garam Tbk (GGRM), PT. Pyridam Farma
(PYFA), PT. Kino Indonesia Tbk (KINO), PT. Chitose International Tbk
(CINT), dan PT. Integra Indocabinet Tbk (WOOD).
Tahun 2018 nilai maksimum untuk proporsi dewan komisaris
independen dimiliki oleh PT. Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC) dengan
nilai 0,60 (60%), sedangkan nilai minimum dimiliki oleh PT.Akasha Wira
International Tbk (ADES), PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI),
PT. Sekar Laut Tbk (SKLT), PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk (ULTJ) dengan nilai 0,33 (33%). Nilai rata-rata proporsi
dewan komisaris independen tahun 2017 adalah 0,44 (44%), perusahaan
yang memiliki nilai di atas rata-rata adalah PT. Indofood CBP Sukses
Makmur (ICBP), PT. Gudang Garam Tbk (GGRM), PT. Pyridam Farma
(PYFA), PT. Kino Indonesia Tbk (KINO), PT. Chitose International Tbk
(CINT), dan PT. Integra Indocabinet Tbk (WOOD).
Dari penjelasan tersebut, sebagian besar perusahaan memiliki jumlah
dewan komisaris independen yang cukup pada periode 2016-2018,
sehingga dapat disimpulkan bahwa lebih banyak perusahaan yang
memiliki persentase jumlah dewan komisaris yang paling sedikit 33% (tiga
puluh tiga persen) dari jumlah keseluruhan dewan anggota komisaris.
Semakin tinggi persentase dewan komisaris maka semakin tinggi kontrol
terhadap manajemen, artinya semakin rendah kemungkinan penghindaran
pajak yang dilakukan. Namun sebaliknya, apabila semakin kecil proporsi
dewan komisaris independen maka semakin tinggi tingkat penghindaran
pajak.
3. Komite Audit
Komite audit adalah sekelompok orang dalam perusahaan yang
dibentuk untuk membantu tugas anggota dewan komisaris. Selain itu
75
adanya komite audit membuat kontrol terhadap perusahaan lebih maksimal
sehingga dapat mengurangi tindakan penghindaran pajak. Berikut ini
merupakan hasil perhitungan komite audit:
Tabel IV.5
Hasil Perhitungan Komite Audit
No Kode
Tahun
2016 2017 2018
1 ADES 3,00 3,00 3,00
2 ICBP 3,00 3,00 3,00
3 MYOR 3,00 3,00 3,00
4 ROTI 3,00 3,00 3,00
5 SKLT 0,00 0,00 0,00
6 ULTJ 3,00 3,00 3,00
7 GGRM 3,00 3,00 3,00
8 DVLA 3,00 3,00 3,00
9 PYFA 4,00 4,00 4,00
10 TSPC 3,00 3,00 3,00
11 KINO 3,00 3,00 3,00
12 CINT 3,00 3,00 3,00
13 WOOD 0,00 0,00 0,00
76
Rata-rata per
tahun 2,83 2,83 2,83
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
Berdasarkan hasil perhitungan komite audit pada tabel IV.5 di atas,
nilai maksimum untuk komite audit pada tahun 2016 adalah sebesar 4,00
yang dimiliki oleh PT. Pyridam Farma (PYFA), sedangkan nilai minimun
pada penelitian ini adalah sebesar 0,00 yang dimiliki oleh PT. Sekar Laut
Tbk (SKLT) dan PT. Integra Indocabinet Tbk (WOOD). Nilai rata-rata
komite audit tahun 2016 adalah sebesar 2,83. Tahun 2017, nilaimaksimum
untuk komite audit dimiliki oleh PT. Pyridam Farma (PYFA) dengan nilai
4,00, sedangkan nilai minimun dimiliki oleh PT. Sekar Laut Tbk (SKLT)
dan PT. Integra Indocabinet Tbk (WOOD) dengan nilai sebesar 0,00. Nilai
rata-rata komite audit tahun 2017 adalah sebesar 2,83.
Tahun 2018, nilai maksimum untuk komite audit dimiliki oleh PT.
Pyridam Farma (PYFA) dengan nilai 4,00, sedangkan nilai minimun
dimiliki oleh PT. Sekar Laut Tbk (SKLT) dan PT. Integra Indocabinet Tbk
(WOOD) dengan nilai sebesar 0,00. Nilai rata-rata komite audit tahun
2018 adalah sebesar 2,83.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar perusahaan memiliki jumlah komite audit yang cukup pada periode
2016-2018. Jika komite audit melaksanakan fungsinya dengan efektif,
maka akan memperkecil kesempatan perusahaan untuk melakukan praktik
tax avoidance. dalam hal ini diasumsikan bahwa semakin tinggi jumlah
komite audit maka tingkat penghindaran pajak akan menurun.
77
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan itu
sendiri. Untuk menentukan besar atau kecilnya perusahaan dapat diukur
dari total aset yang dimiliki, total penjualan yang peroleh, ataupun tingkat
modal yang dimilikinya. Pada penelitian ini, indikator yang digunakan
untuk mengukur besar kecilnya perusahaan adalah total penjualan bersih
yang diperoleh. Berikut ini adalah hasil perhitungan ukuran perusahaan
dalam penelitian ini:
Tabel IV.6
Hasil Perhitungan Ukuran Perusahaan
No Kode
Tahun
2016 2017 2018
1 ADES 11,95 11,91 11,91
2 ICBP 13,54 13,55 13,58
3 MYOR 13,26 13,32 13,38
4 ROTI 12,40 12,40 12,44
5 SKLT 11,92 11,96 12,02
6 ULTJ 12,67 12,69 12,74
7 GGRM 13,88 13,92 13,98
8 DVLA 12,16 12,20 12,23
9 PYFA 11,34 11,35 11,40
10 TSPC 12,96 12,98 13,00
78
11 KINO 12,54 12,50 12,56
12 CINT 11,52 11,57 11,57
13 WOOD 12,12 12,24 12,32
Rata-rata per
tahun 12,48 12,51 12,55
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
Berdasarkan hasil perhitungan ukuran perusahaan pada tabel IV.6
diatas, nilai maksimum untuk ukuran perusahaan pada tahun 2016 adalah
sebesar 13,88 yang dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk (GGRM),
sedangkan nilai minimum dimiliki oleh PT. Pyridam Farma Tbk (PYFA)
dengan nilai 11,34. Nilai rata-rata ukuran perusahaan tahun 2016 adalah
sebesar 12,48. Tahun 2017 nilai maksimum ukuran perusahaan sebesar
13,92 dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk (GGRM), sedangkan nilai
minimum sebesar 11,35 yang dimiliki oleh PT. Pyridam Farma Tbk
(PYFA). Nilai rata-rata ukuran perusahaan tahun 2017 adalah sebesar
12,51. Nilai maksimum ukuran perusahaan pada tahun 2018 adalah
sebesar 13,98 dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk (GGRM), sedangkan
nilai minimum sebesar 11,40 yang dimiliki oleh PT. Pyridam Farma Tbk
(PYFA). Nilai rata-rata ukuran perusahaan tahun 2018 adalah sebesar
12,55.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh
perusahaan memiliki nilai penjualan bersih yang tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari hasil perhitungan ukuran perusahaan menggunakan logaritma
natural total penjualan bersih yang tinggi. Dapat dikatakan bahwa semua
perusahaan yang diteliti termasuk ke dalam golongan ukuran perusahaan
besar. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan semakin besar
laba yang akan diperoleh, hal tersebut dapat diasumsikan bahwa
79
perusahaan akan melakukan praktik penghindaran pajak untuk
memperkecil jumlah pajak yang harus dibayarakan.
5. Tax Avoidance
Tax avoidance merupakan usaha perusahaan untuk mengurangi atau
meringankan beban pajak yang dibayarkan dengan tidak melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penelitian ini, tax
avoidance diukur dengan proksi CETR (Cash Effective Tax Rate) dengan
cara membagi kas yang dibayarkan untuk pajak dengan laba bersih
sebelum pajak. Hasil perhitungan tax avoidance disajikan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel IV.7
Hasil Perhitungan Tax Avoidance
No Kode Tahun
Total Rata-rata 2016 2017 2018
1 ADES 0,11 0,12 0,09 0,32 0,11
2 ICBP 0,31 0,36 0,31 0,98 0,33
3 MYOR 0,29 0,27 0,30 0,86 0,29
4 ROTI 0,27 0,26 0,11 0,65 0,22
5 SKLT 0,32 0,30 0,17 0,79 0,26
6 ULTJ 0,27 0,34 0,31 0,92 0,31
7 GGRM 0,27 0,25 0,28 0,80 0,27
8 DVLA 0,19 0,24 0,28 0,71 0,24
9 PYFA 0,32 0,22 0,26 0,80 0,27
10 TSPC 0,65 0,72 0,72 2,10 0,70
11 KINO 0,41 0,39 0,17 0,97 0,32
12 CINT 0,34 0,25 0,46 1,05 0,35
13 WOOD 0,12 0,28 0,27 0,66 0,22
Rata-rata per
tahun 0,30 0,31 0,29 11,61 0,30
80
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
Berdasarkan hasil perhitungan proksi CETR pada tabel IV.7 diatas,
dapat diperoleh nilai maksimum tax avoidance pada tahun 2016 dimiliki
oleh PT. Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) dengan nilai sebesar 0,65
(65%), sedangkan nilai minimum dimiliki oleh PT. Akasha Wira
International Tbk (ADES) sebesar 0,11 (11%). Nilai rata-rata tax
avoidance pada tahun 2016 diperoleh nilai sebesar 0,30 (30%). Adapun
pada tahun 2017, nilai maksimum tax avoidance dimiliki oleh PT. Tempo
Scan Pacific Tbk (TSPC) dengan nilai sebesar 0,72 (72%), sedangkan nilai
minimum diperoleh sebesar 0,12 (12%) yang dimiliki oleh PT. Akasha
Wira International Tbk (ADES). Nilai rata-rata pada tahun 2017 adalah
sebesar 0,31 (31%), hal ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan rata-rata
sebesar 0,1 (1%) dari tahun 2016 ke tahun 2017.
Tahun 2018 nilai maksimum tax avoidance diperoleh sebesar 0,72
(72%) yang dimiliki PT. Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC), sedangkan nilai
minimum diperoleh sebesar 0,09 (9%) yang dimiliki oleh PT. Akasha Wira
International Tbk (ADES). Nilai rata-rata tax avoidance tahun 2018 adalah
sebesar 0,29 (29%), hal ini berarti dari tahun 2017 ke 2018 mengalami
penurunan rata-rata sebesar 0,02 (2%).
Dari penjelasan diatas, tax avoidance mengalami perubahan yang
fluktuatif dari tahun 2016 hingga 2018. Dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar perusahaan sampel memiliki nilai CETR yang tinggi.
Semakin tinggi nilai CETR yang diperoleh, maka akan semakin besar juga
kemungkinan perusahaan melakukan tindakan penghindaran pajak.
B. Analisis Hasil Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Profitabilitas,
Komisaris Independen, Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan sebagai
variabel independen, serta Tax Avoidance sebagai variabel dependen. Berikut
81
ini merupakan hasil pengujian sampel penelitian yang diolah melalui program
IBM SPSS versi 25 :
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau
deskripsi mengenai data yang disajikan agar lebih mudah dipahami dan
dapat memberikan informasi bagi orang yang membaca. Statistik
deskriptif juga dapat digunakan untuk melihat distribusi data dari sampel
yang digunakan dalam penelitian ini. Statistik deskriptif menyajikan
berbagai karakteristik data seperti jumlah (sum), rata-rata (mean), nilai
minimum, nilai maksimum, simpangan baku (standard deviation), varians
(variance), rentang (range), dan sebagainya. Hasil uji statistik deskriptif
untuk variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel IV.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 39 ,03 ,17 ,0765 ,03793
KI 39 ,25 ,60 ,4342 ,08774
KA 39 ,00 4,00 2,6154 1,16111
SIZE 39 11,34 13,98 12,5124 ,74913
CETR 39 ,09 ,72 ,2976 ,14369
Valid N (listwise) 39
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Variabel Independen (X1) yaitu Profitabilitas yang diproksikan
dengan ROA (Return of Assets) menunjukkan nilai terendah (minimum)
sebesar 0,03 sedangkan nilai tertinggi (maksimum) diperoleh dengan nilai
0,17. Nilai rata-rata dari ROA adalah sebesar 0,0765 dengan standar
82
deviasi sebesar 0,03793. Nilai standar deviasi memiliki nilai yang lebih
kecil dari nilai rata-rata, yaitu 0,03793 < 0,0765, hal ini menunjukkan
bahwa data pada variabel profitabilitas memiliki sebaran data yang baik.
Variabel Independen (X2) yaitu Komisaris Independen yang
diproksikan dengan proporsi dewan komisaris independen menunjukkan
nilai terendah (minimum) sebesar 0,25 dan nilai tertinggi (maksimum)
sebesar 0,60 dengan rata-rata Komisaris Independen sebesar 0,4342,
standar deviasi ditunjukkan dengan nilai sebesar 0,08774. Nilai standar
deviasi lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-ratanya yaitu 0,08774 <
0,4342, hal ini menunjukkan bahwa data pada variabel komisaris
independen memiliki sebaran data yang baik.
Variabel Independen (X3) yaitu Komite Audit yang diproksikan
dengan jumlah komite audit menunjukkan nilai terendah (minimum)
sebesar 0,00 dan nilai tertinggi (minimum) sebesar 4,00, dengan nilai rata-
rata komite audit sebesar 2,6154 dan standar deviasinya sebesar 1,16111.
Nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-ratanya
yaitu 1,16111 < 2,6154, hal ini menunjukkan bahwa data pada variabel
komite audit memiliki sebaran data yang baik.
Variabel Independen (X4) yaitu Ukuran Perusahaan yang
diproksikan dengan SIZE menunjukkan nilai terendah (minimum) adalah
sebesar 11,34, sedangkan nilai tertinggi (maksimum) adalah sebesar 13,98.
Nilai rata-rata dari ukuran perusahaan adalah sebesar 12,5124 dengan
standar deviasi sebesar 0,74913. Dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi
memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai rata-rata, yaitu 0,74913 <
12,5124, hal ini menunjukkan bahwa data pada variabel ukuran
perusahaan memliki sebaran data yang baik.
Variabel Dependen (Y) yaitu Tax Avoidance yang diproksikan
dengan CETR menunjukkan nilai terendah (minimum) sebesar 0,09
sedangkan nilai tertinggi (maksimum) ditunjukkan dengan nilai sebesar
0,72. Nilai rata-rata dari tax avoidance adalah sebesar 0,2976 dengan
standar deviasi sebesar 0,14369. Dalam hal ini nilai standar deviasi
83
memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai rata-rata profitabilitas, yaitu
0,14369 < 0,2976, yang berarti data pada variabel tax avoidance memiliki
sebaran data yang baik.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mendeteksi apakah terjadi
pelanggaran asumsi baik itu normalitas, multikolonieritas,
heteroskedastisitas, ataupun autokorelasi yang menyebabkan persamaan
regresi menjadi tidak layak digunakan dalam penelitian. Berikut hasil
pengujian asumsi klasik pada penelitian ini:
1) Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah data
sampel memiliki distribusi normal atau tidak, dalam model regresi
pada variabel independen dan dependen yang digunakan dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini, uji normalitas data dideteksi
dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumber dari grafik
normal probability plot. Grafik ini diperlihatkan dengan garis
diagonal dan titik-titik yang mengikuti garis diagonal tersebut. Hasil
uji normalitas disajikan pada tabel dibawah ini:
84
Gambar IV.1
Hasil Uji Normalitas Grafik P Plot
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Pada grafik normal probability plot diatas, ditunjukkan bahwa
sebaran data error masih ada disekitar garis diagonal. Hal ini
menunjukkan bahwa model regresi tetap memenuhi asumsi
normalitas, atau residu dari model dapat diasumsikan berdistribusi
normal.
Untuk menguji normalitas data juga dapat digunakan Uji One
Sample Kolmogorov-Smirnov test atau statistik non-parametik.
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah residual terdistribusi
secara normal. Data dapat dikatakan normal apabila nilai Asymtotic
Significance melebihi nilai 0,05. Berikut ini disajikan tabel hasil uji
normalitas dengan menggunakan Uji One Sample Kolmogorov-
Smirnov test:
85
Tabel IV.9
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 39
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,12439967
Most Extreme Differences Absolute ,122
Positive ,122
Negative -,081
Test Statistic ,122
Asymp. Sig. (2-tailed) ,150c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Pada tabel One Sample Kolmogorov-Smirnov test diatas,
ditunjukkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,150. Angka ini lebih
besar dari tingkat signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05, hal ini
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
2) Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah ditemukan
korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi. Ada atau
tidaknya multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Model regresi yang baik adalah yang terbebas
dari masalah multikolinieritas. Nilai cutoff yang umumnya dipakai untuk
menunjukkan bahwa data terbebas dari multikolonieritas adalah nilai
86
Tolerance sebesar ≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10. Berikut ini
hasil pengujian multikolonieritas yang disajikan pada tabel IV.10 :
Tabel IV.10
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROA ,488 2,049
KI ,900 1,112
KA ,874 1,145
SIZE ,516 1,939
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Pada tabel diatas, diketahui nilai VIF untuk variabel profitabilitas
memiliki nilai sebesar 2,049 dengan nilai tolerance sebesar 0,488. Nilai
VIF untuk variabel komisaris independen memiliki nilai sebesar 1,112
dengan tolerance sebesar 0,900. Nilai VIF untuk variabel komite audit
sebesar 1,145 dengan tolerance sebesar 0,874. Sedangkan nilai VIF
untuk variabel ukuran perusahaan adalah sebesar 1,939 dengan nilai
tolerance sebesar 0,516. Dengan demikian, nilai VIF dari keempat
variabel independen tersebut tidak ada yang lebih besar dari nilai 10 dan
nilai tolerance dari seluruh variabel independen tidak ada yang kurang
dari nilai 0,10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak
tejadi multikolinieritas.
87
3) Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk
menguji apakah terdapat ketidaksamaan antara varians dan residual dari
satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas digunakan grafik Scatterplot, dimana sumbu
X adalah nilai-nilai prediksi ZPRED dengan sumbu Y adalah nilai
SRESID. Hasil uji heteroskedastisitas disajikan dalam gambar berikut
ini:
Gambar IV.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Dari gambar IV.2 diatas, dapat dilihat bahwa data membentuk pola
yang tidak beraturan dan menyebar secara acak baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas atau dengan kata lain terjadi
homoskedastisitas pada model regresi. Adanya titik-titik yang menyebar
menjauh dari titik-titik lainnya dikarenakan adanya data observasi yang
sangat berbeda dengan data observasi yang lain. Asumsi klasik mengenai
88
heteroskedastisitas dalam model ini terpenuhi, yaitu terbebas dari
heteroskedastisitas.
4) Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian yang bertujuan untuk
menganalisis apakah ada korelasi terhadap kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)
dalam model regresi linear. Model regresi yang baik adalah regresi yang
terbebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi ini dideteksi dengan
melakukan uji Durbin Watson (DW test) yaitu jika nilai du ≤ DW ≤ 4-du,
artinya tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji autokorelasi disajikan pada
tabel sebagai berikut:
Tabel IV.11
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,468a ,219 ,124 ,12928 1,933
a. Predictors: (Constant), ROA, KI, KA, SIZE
b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Tabel IV.11 diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson
sebesar 1,933. Nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai tabel DW
dengan signifikansi 5%. Pada penelitian ini hasil uji dengan jumlah
sampel sebanyak 39 dan jumlah variabel independen (k) adalah 4, maka
diperoleh nilai dU yaitu sebesar 1,7215. Nilai Durbin Watson 1,933 yang
89
terletak diantara nilai dU dan 4-dU yaitu 1,7215 ≤ 1,933 ≤ 2,2785. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi.
3. Hasil Uji Statistik
1) Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk menganalisis sejauh
mana kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai
R square semakin mendekati satu, maka variabel-variabel
independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Akan tetapi sebaliknya, jika
semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel independen
terbatas dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Hasil uji
koefisien determinasi disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel IV.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,468a ,219 ,124 ,12928 1,933
a. Predictors: (Constant), ROA, KI, KA, SIZE
b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Dari tabel IV.12 diatas, dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R
Square sebesar 0,124. Nilai tersebut berarti bahwa variabel
independen yaitu profitabilitas, komisaris independen, komite audit,
90
dan ukuran perusahaan hanya mampu menjelaskan 12,4% terhadap
variabel dependen yaitu tax avoidance, sedangkan sisanya sebesar
87,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Kemampuan variabel independen yaitu profitabilitas,
komisaris independen, komite audit, dan ukuran perusahaan dalam
menjelaskan variabel dependen yaitu tax avoidance amat terbatas
karena hanya bernilai 0,124, dimana nilai tersebut mendekati nilai 0.
2) Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Pengujian analisis regresi linear berganda bertujuan untuk
untuk menguji pengaruh secara linear mengenai pengaruh komisaris
independen, komite audit, ukuran perusahaan, dan profitabilitas
terhadap tax avoidance. Dari variabel-variabel tersebut, terbentuk
model persamaan sebagai berikut :
CETR = α + β1ROA + β2KI + β3KA + β4SIZE + ε.
Teknik analisis regresi linear berganda ini diuji dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Adapun hasil pengujian analisis
regresi linear berganda disajikan pada tabel berikut ini:
91
Tabel IV.13
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -,509 ,447 -1,139 ,263
ROA -,292 ,805 -,077 -,363 ,719
KI ,679 ,256 ,414 2,647 ,012
KA ,010 ,020 ,084 ,530 ,600
SIZE ,041 ,040 ,211 1,022 ,314
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel IV.13 diatas,
dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
CETR = -0,509 – 0,292 ROA + 0,679 KI + 0,010 KA + 0,041 SIZE + ε
Dari persamaan regresi diatas dapat di interpretasikan sebagai
berikut:
1) Konstanta (α)
Nilai koefisien konstanta ditunjukkan sebesar -0,509, nilai
ini berarti bahwa apabila variabel komisaris independen, komite
audit, ukuran perusahaan, dan profitabilitas bernilai 0, maka
besarnya tax avoidance menurun sebesar 0,509.
2) Profitabilitas (ROA) terhadap tax avoidance
Dari hasil pengujian diatas, nilai koefisien profitabilitas
ditunjukkan dengan nilai sebesar -0,292. Nilai tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa apabila profitabilitas mengalami
92
peningkatan sebesar 1 satuan, maka tax avoidance akan
mengalami penurunan sebesar 0,292. Sedangkan sisanya yaitu -
0,708 dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak termasuk
dalam penelitian ini.
3) Komisaris Independen (KI) terhadap tax avoidance
Nilai koefisien komisaris independen pada hasil pengujian
diatas ditunjukkan dengan nilai sebesar 0,679. Nilai tersebut
dapat diinterpretasikan bahwa apabila komisaris independen
mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka tax avoidance
akan mengalami peningkatan sebesar 0,679. Sedangkan sisanya
yaitu 0,321 dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.
4) Komite Audit (KA) terhadap tax avoidance
Nilai koefisien komite audit pada hasil pengujian diatas
ditunjukkan dengan nilai sebesar 0,010. Nilai tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa apabila komite audit mengalami
peningkatan sebesar 1 satuan, maka tax avoidance akan
mengalami peningkatan sebesar 0,010. Sedangkan sisanya yaitu
0,990 dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak termasuk
dalam penelitian ini.
5) Ukuran Perusahaan (SIZE) terhadap tax avoidance
Dari hasil pengujian diatas, nilai koefisien ukuran
perusahaan ditunjukkan dengan nilai sebesar 0,041. Nilai
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa apabila ukuran
perusahaan mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka tax
avoidance akan mengalami peningkatan sebesar 0,041.
Sedangkan sisanya yaitu 0,959 dipengaruhi oleh variabel
lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
93
C. Pengujian Hipotesis
1. Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji koefisien regresi secara parsial ini bertujuan untuk menguji
apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel
independen yaitu komisaris independen, komite audit, ukuran perusahaan,
dan profitabilitas terhadap variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu penghindaran pajak (tax avoidance). Berikut ini adalah
hasil pengujian signifikansi parsial:
Tabel IV.14
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,509 ,447 -1,139 ,263
ROA -,292 ,805 -,077 -,363 ,719
KI ,679 ,256 ,414 2,647 ,012
KA ,010 ,020 ,084 ,530 ,600
SIZE ,041 ,040 ,211 1,022 ,314
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung
dengan t tabel dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 25,
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (5%). Berdasarkan hasil uji pada
tabel IV.14 diatas, maka dapat ditarik kesimpulan hipotesis sebagai
berikut:
94
1) Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan hasil pengujian parsial, variabel profitabilitas yang
diproksikan dengan ROA memiliki nilai t hitung sebesar -0,363
dimana nilai ini lebih kecil dari nilai t tabel yaitu 2,032, sehingga -
0,363 < 2,032 dan nilai signifikansi memiliki nilai 0,719, sehingga
0,719 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance. Berdasarkan
pada hipotesis yang diajukan, maka H1 ditolak.
2) Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan hasil pengujian parsial, variabel komisaris
independen (KI) memiliki nilai t hitung yaitu 2,647 yang lebih besar
dari nilai t tabel adalah 2,032, sehingga nilai 2,647 > 2,032 dan nilai
signifikansi sebesar 0,012 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Berdasarkan pada hipotesis yang diajukan, maka H2 diterima.
3) Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan hasil pengujian parsial, variabel komite audit (KA)
memiliki nilai t hitung sebesar 0,530 dimana hasil ini lebih kecil dari
nilai t tabel yaitu sebesar 2,032, sehingga 0,530 < 2,032 dan nilai
signifikansi memiliki nilai 0,600 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa Komite Audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax
avoidance. Berdasarkan pada hipotesis yang diajukan, maka H3
ditolak.
4) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance
Berdasarkan hasil pengujian parsial, variabel ukuran perusahaan
(SIZE) memiliki nilai t hitung sebesar 1,022 dimana hasil ini lebih
kecil daripada nilai t tabel yaitu 2,032, sehingga 1,022 < 2,032 dan
nilai signifikansi ditunjukkan dengan nilai 0,314, sehingga 0,314 >
95
0,05, maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Ukuran
Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Berdasarkan pada hipotesis yang diajukan, maka H4 ditolak.
2. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F atau ANOVA dilakukan dengan tujuan untuk menguji
signifikansi pengaruh variabel komisaris independen, komite audit, ukuran
perusahaan, dan profitabilitas terhadap variabel tax avoidance secara
bersamaan. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung
dengan nilai F tabel, dengan mengolahnya pada program SPSS versi 25
dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Berikut ini diperoleh
nilai uji F yang disajikan pada tabel IV.15 dibawah ini:
Tabel IV.15
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,196 4 ,049 2,840 ,039b
Residual ,588 34 ,017
Total ,785 38
a. Dependent Variable: CETR
b. Predictors: (Constant), ROA, KI, KA, SIZE
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Nilai F tabel diperoleh dari hasil perhitungan df1 = k – 1 dan df2 = n
– k, dimana k adalah jumlah seluruh variabel (independen dan dependen)
dan n adalah jumlah sampel perusahaan yang diteliti. Hasil perhitungannya
yaitu df1 = 5 – 1 = 4 dan nilai df2 = 39 – 5 = 34, sehingga diperoleh nilai
F tabel yaitu 2,65. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai F
96
hitung lebih besar daripada nilai F tabel, sehingga 2,840 > 2,65, dan nilai
Sig 0,039 lebih kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu
sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H5 diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa profitabilitas, komisaris independen, komite audit, dan
ukuran perusahaan secara simultan memiliki pengaruh terhadap tax
avoidance yang diproksikan dengan CETR.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance
Variabel Profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets
(ROA) ini merupakan salah satu indikator yang mencerminkan performa
keuangan suatu perusahaan sekaligus mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang dimilikinya
selama periode tertentu. Semakin tinggi persentase ROA, maka artinya
semakin besar laba yang diperoleh sehingga performa keuangan
perusahaan semakin baik. Dengan perolehan laba yang tinggi
mengindikasikan bahwa perusahaan akan menerapkan manajemen pajak
untuk meminimalkan jumlah beban pajak, karena perusahaan dengan
profitabilitas tinggi dapat membayar pajak lebih tinggi daripada
perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah (Rahayu, 2019).
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat dilihat bahwa variabel
profitabilitas dengan variabel tax avoidance memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,719, nilai tersebut jauh lebih besar dari taraf signifikansi yang
telah ditentukan dalam penelitian ini, yaitu 0,05 sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tax avoidance. Hal ini berarti tinggi atau rendahnya profitabilitas
tidak mempengaruhi praktik tax avoidance yang dilakukan pada
perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sebelumnya telah
dilakukan oleh Cahyono, Andini, dan Raharjo (2016), Munawaroh dan
97
Sari (2019), dan Septiani dan Muid (2019) yang menyatakan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Namun
penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kurniasih dan Sari (2013), Subagiastra, Arizona, dan Mahaputra (2016),
dan Novita, Titisari, dan Suhendro (2019) yang menyatakan bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance.
2. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance
Pada penelitian ini, jumlah komisaris independen menentukan
pengaruh praktik penghindaran pajak yang dilakukan, karena dengan
adanya jumlah komisaris yang cukup maka perusahaan akan memiliki tata
kelola yang baik (good corporate governance). Selain itu perusahaan akan
memiliki pengawasan yang ketat terhadap manajemen perusahaan
sehingga dapat meminimalisir kecurangan-kecurangan yang dapat
dilakukan oleh perusahaan tersebut, salah satunya adalah penghindaran
pajak. Dengan adanya komisaris independen, manajemen akan lebih
berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Menurut peraturan yang
dikeluarkan oleh BEI, banyaknya jumlah komisaris independen ditentukan
sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris. Jika
semakin banyak jumlah komisaris independen dalam perusahaan, maka
akan semakin kecil kemungkinan perusahaan dalam melakukan
Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat dilihat bahwa variabel
komisaris independen dengan variabel tax avoidance memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,012, nilai tersebut berada dibawah taraf signifikansi
yang telah ditentukan dalam penelitian ini, yaitu 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa komisaris independen memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini dapat diartikan bahwa jumlah
komisaris independen dalam suatu perusahaan akan mempengaruhi
manajemen perusahaan dalam melakukan tindakan penghindaran pajak.
98
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Sari (2014), Subagiastra, Arizona, dan Mahaputra (2016),
dan Diantari & Ulupui (2016) yang menyatakan bahwa dewan komisaris
independen yang diukur dengan persentase dewan komisaris independen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance. Namun hasil
penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu
dan Ketut Alit (2016), Irwan dkk (2018), dan Novita dkk (2019) yang
menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance.
3. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Pada penelitian ini, komite audit diukur dengan banyaknya jumlah
komite audit yang ada pada perusahaan. Adanya komite audit dengan
keahlian dalam bidangnya mampu melakukan pengawasan yang lebih
terhadap manajemen perusahaan, bersama-sama dengan komisaris
independen. Peran komite audit dalam perusahaan akan berpengaruh
terhadap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen, salah satunya
adalah tindakan penghindaran pajak, karena mereka lebih mengerti celah
dalam peraturan perpajakan serta dapat menentukan cara yang dapat
menghindari resiko deteksi (Ningsih dkk, 2019). Berdasarkan ketentuan
BAPEPAMLK, jumlah komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3
(tiga) orang. Semakin banyak jumlah komite audit yang dimiliki
perusahaan, maka akan semakin ketat pengawasan yang dilakukan
terhadap manajemen perusahaan, sehingga meminimalkan tindakan tax
avoidance. Keberadaan komite audit dalam sebuah perusahaan dapat
menciptakan kualitas good corporate governance dan menambah nilai
perusahaan.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat dilihat bahwa variabel
komite audit dengan variabel tax avoidance memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,600, nilai tersebut jauh lebih besar dari taraf signifikansi yang
99
telah ditentukan dalam penelitian ini, yaitu 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance. Dalam hal ini berarti peran komite audit tidak memberikan
pengaruh terhadap tindakan penghindaran pajak yang dilakukan oleh
perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Sari (2014), Fitri (2015), dan Oktamawati (2017) yang
menyatakan bahwa komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tax avoidance. Namun penelitian ini bertolak belakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah (2014) dan Vivi (2015) yang
menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance
Pada penelitian ini, total penjualan bersih menjadi pengukur variabel
ukuran perusahaan, karena jumlah penjualan yang besar akan menentukan
seberapa besar perusahaan mampu menguasai pasar publik. Seluruh
perusahaan sampel dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang
tergolong ke dalam ukuran perusahaan besar, karena seluruh perusahaan
memiliki total penjualan bersih yang diperoleh sebesar lebih dari Rp
50.000.000.000,-. Ukuran perusahaan yang besar akan mempunyai risiko
yang lebih kecil, karena perusahaan yang berukuran besar dianggap lebih
memiliki akses ke pasar modal (Desyana, 2019). Semakin besar ukuran
perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan dalam melakukan
tindakan penghindaran pajak.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat dilihat bahwa variabel
ukuran perusahaan dengan variabel tax avoidance memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,314, nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikansi
yang telah ditentukan dalam penelitian ini, yaitu 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini dapat diartikan bahwa tindakan
100
penghindaran pajak tidak selalu bergantung pada seberapa besarnya
ukuran perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang sebelumnya telah
dilakukan oleh Cahyono, Andini, dan Raharjo (2016), Yudea (2018), dan
Ginting (2019) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance. Namun penelitian ini
bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewinta dan
Setiawan (2016), Puspita dan Febrianti (2017), dan Wardani (2019) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan
terhadap tax avoidance.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menganalisis sejauh mana pengaruh profitabilitas,
komisaris independen, komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap tax
avoidance pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018. Penelitian ini
menggunakan 5 variabel yaitu profitabilitas, komisaris independen, komite
audit, dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen, dan tax avoidance
sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan alat analisis yaitu
analisis regresi linear berganda dan dalam pengolahan datanya menggunakan
program IBM SPSS versi 25. Data sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebanyak 13 perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan 3 tahun periode
penelitian.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama (H1), variabel profitabilitas yang
diproksikan dengan ROA menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar
dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 0,719 > 0,05.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Cahyono dkk
(2016) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance, sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Maka H1 dalam
penelitian ini ditolak.
102
2. Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua (H2), variabel komisaris independen
yang diproksikan dengan KI menunjukkan nilai signifikansi yang lebih
kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditentukan, yaitu 0,012 < 0,05.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa variabel komisaris independen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance, artinya
semakin tinggi jumlah komisaris independen maka akan mempengaruhi
tindakan penghindaran pajak yang akan dilakukan oleh manajemen
perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung pada penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan oleh Subagiastra, Andini, dan Raharjo (2016) yang
menyatakan bahwa dewan komisaris independen yang diukur dengan
persentase dewan komisaris independen memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tax avoidance, sehingga dapat disimpulkan bahwa
komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Maka H2 dalam penelitian ini diterima.
3. Berdasarkan hasil uji hipotesis ketiga (H3), variabel komite audit yang
diproksikan dengan KA menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar
dari tingkat signifikansi yang telah ditentukan, yaitu 0,600 > 0,05. Hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa variabel komite audit tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Oktamawati (2017)
yang menyatakan bahwa komite audit tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tax avoidance, sehingga dapat disimpulkan bahwa
komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Maka
H3 dalam penelitian ini ditolak.
4. Berdasarkan hasil uji hipotesis keempat (H4), variabel ukuran perusahaan
yang diproksikan dengan SIZE menunjukkan nilai signifikansi yang lebih
besar dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 0,314 >
0,05. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Hasil penelitian ini
103
mendukung penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Ginting
(2019) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance. Maka H4 dalam penelitian ini ditolak.
5. Berdasarkan hasil uji hipotesis simultan, ditunjukkan nilai F hitung lebih
besar daripada nilai F tabel, sehingga 2,840 > 2,65, dan nilai Sig 0,039
lebih kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditetapkan yaitu sebesar
0,05. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa variabel komisaris
independen, komite audit, ukuran perusahaan, dan profitabilitas secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, sehingga dapat
disimpulkan bahwa H5 profitabilitas, komisaris independen, komite audit,
dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
tax avoidance. Maka dalam penelitian ini H5 diterima.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut:
1. Implikasi teoritis
Pada penelitian ini penulis telah menguraikan variabel-variabel yang
digunakan secara detail. Selain itu referensi penulisan skripsi ini diambil
dari berbagai jurnal yang telah ada pada penelitian sebelumnya, akan tetapi
pada penelitian ini terdapat perbedaan-perbedaan dari penelitian yang
dijadikan referensi skripsi ini. Beberapa perbedaannya yaitu rentang waktu
penelitian, jumlah sampel, sektor manufaktur yang digunakan, serta hasil
penelitian hipotesis. Selain itu program pengolahan data yang digunakan
merupakan program versi yang terbaru yaitu SPSS versi 25.
104
2. Implikasi Manajerial
Bagi manajemen perusahaan sebaiknya mempertimbangkan kembali
apabila ingin melakukan pengurangan jumlah beban pajak, yaitu memilih
cara yang legal serta diperkenankan oleh peraturan perundang-undangan.
Sehingga tetap tercipta tata kelola perusahaan yang baik serta tidak
mengurangi nilai perusahaan. Hal tersebut sangat penting terutama jika
saham perusahaan dipublikasikan ke seluruh masyarakat. Dengan
demikian akan meningkatkan kredibilitas investor untuk berinvestasi pada
saham yang ditawarkan.
3. Implikasi Metodologi
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. Data
yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan sampel kemudian diolah
kembali sesuai pengukuran yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Berdasarkan hipotesis yang telah diajukan, hipotesis diuji dengan
menggunakan uji signifikansi parsial (uji t) dan uji signifikansi simultan
(uji F atau Anova). Dari hasil pengolahan data yang diuji dengan
menggunakan program SPSS versi 25 ini, penulis telah memperoleh
jawaban atas permasalahan yang dirumuskan, dengan diperkuat oleh teori-
teori yang telah dikemukakan dalam penelitian ini.
C. Saran
Berdasarkan hasi pengujian yang telah dianalisis oleh penulis, adapun
saran-saran yang dapat diberikan bagi pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bagi pihak Direktorat Jenderal Pajak agar dapat memberikan pengawasan
yang lebih ketat dan rutin dalam melakukan kontrol mengenai kewajiban
perpajakan perusahaan di Indonesia, agar tidak disalahgunakan oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab.
105
2. Bagi manajemen perusahaan disarankan untuk melakukan praktik
penghindaran pajak yang wajar dan diperkenankan oleh undang-undang
perpajakan. Perusahaan diharapkan untuk membayar kewajiban
perpajakan secara tepat waktu, sesuai dengan tempo waktu yang telah
ditetapkan. Selain itu manajemen perusahaan hendaknya memperhatikan
tata kelola perusahaan sehingga dapat mempertahankan nilai baik yang ada
pada perusahaan itu sendiri.
3. Bagi peneliti selanjutkan disarankan untuk menggunakan sektor non-
manufaktur sebagai objek penelitian, agar dapat menganalisis pengaruh
penghindaran pajak pada lingkup yang berbeda. Peneliti selanjutnya dapat
menggunakan proksi pengukuran lainnya mengenai tax avoidance,
misalnya seperti Effective Tax Rate (ETR). Selain itu peneliti selanjutnya
juga dapat menambah jumlah sampel dan rentang waktu penelitian agar
dapat mengetahui seberapa besar intensitas perusahaan dalam melakukan
praktik penghindaran pajak dalam jangka waktu yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Deddy Dyas., Rita A., dan Kharis R.“Pengaruh Komite Audit,
Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan (SIZE),
Leverage (DER) Dan Profitabilitas (ROA) Terhadap Tindakan Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan Perbankan yang Listing BEI Periode
Tahun 2011 – 2013”, Journal Of Accounting. Maret 2016, hal. 1-10.
http://market.bisnis.com
PMK Nomor 39/PMK.03/2017.
Azka, Rizda Aulia. “Pengaruh Leverage, Firm Size, dan Profitability Terhadap
Firm Value dengan Tax Avoidance Sebagai Variabel Moderating”, Prosiding
Seminar Nasional Pakar ke-2. 2019, hal. 1-7.
Kurniasih, Tommy dan Maria R.S. “Pengaruh Return Of Assets, Leverage,
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Kompensasi Rugi Fiskal
Pada Tax Avoidance”, Buletin Studi Ekonomi. 2013, hal. 1-9.
Sari, Gusti Maya. “Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan,
Kompensasi Rugi Fiskal dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tax Avoidance
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun
2008-2012)”, Universitas Negeri Padang. 2014, hal 1-25.
Novita, Tursia Bella., Kartika H., Suhendro. “Corporate Governance,
Profitabilitas, Firm Size, Capital Intensity, dan Tax Avoidance”,Proseding
Seminar Nasional Akuntansi. 2019, hal. 1-13.
Fadhilah, Rahmi. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI 2009-2011)”, Jurnal Akuntansi. 2014, hal. 1-25.
Oktamawati, Mayarisa. “Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran
Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, Dan Profitabilitas Terhadap
Tax Avoidance”, Jurnal Akuntansi Bisnis. Maret 2017, hal.1-18.
Puspita, Deanna dan Meiriska Febrianti. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penghindaran Pajak Pada Perusahan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”,
Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 2017, hal. 38-46.
Yudea. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan
Leverage Terhadap Tax Avoidance”, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. September
2018, hal. 1-7.
Utari, Ni Kadek Yuliani dan Ni Luh Supadmi. “Pengaruh Corporate Governance,
Profitabilitas Dan Koneksi Politik Pada Tax Avoidance.” E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. 2017, hal. 1-19.
Subagiastra, Komang., I Putu E.A dan I Nyoman Kusuma A.M. “Pengaruh
Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, Dan Good Corporate Governance
Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia)”, Jurnal Ilmiah Akuntansi. Desember 2016, hal. 167-193.
Munawaroh, Mutiah dan Shinta Permata Sari.“Pengaruh Komite Audit, Proporsi
Kepemilikan Institusional, Profitabilitas dan Kompensasi Rugi Fiskal
Terhadap Penghindaran Pajak”, Seminar Nasional & Call For Paper Seminar
Bisnis Magister Manajemen. 2019, hal. 1-16.
Resca, Yuliana. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan, Leverage dan Dewan
Komisaris Independen Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris pada
Perusahaan Produsen Makanan dan Minuman yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2017). Skripsi. Tangerang: Universitas Buddhi
Dharma, 2019.
Ningsih, Winda Fitria dan Titik Mildawati.“Pengaruh Corporate Governance
terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi
XX. 2016, hal. 1-27.
Tunggal, Amin Widjaja. Internal Audit dan Corporate Governance. Jakarta :
Harvarindo, 2013.
Meilinda, Maria. Pengaruh Corporate GovernanceTerhadap Manajemen Pajak
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2009-2011). Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro,
2013.
Effendi, Muh Arief. The Power of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat, 2016.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.04/2014.
Peraturan No. IX.1.5 Bapepam Nomor: Kep-29/PM/2004.
Surat Edaran Bapepam Nomor: SE03/PM/2002.
Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-103/MBU/2002.
Putra, Ardyan Iqbal Ratnandar. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,
Kepemilikan Institusional, Dan Komite Audit Terhadap Tindakan Tax
Avoidance. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2018.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.
Sunyoto, Danang. Analisis Laporan Keuangan untuk Bisnis: Teori dan Kasus.
Yogyakarta : CAPS (Center of Academic Publishing Service), 2013.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.
Mardiasmo. Perpajakan. Edisi 2016. Yogyakarta: ANDI, 2016.
Resmi, Siti. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 11 Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat, 2019.
Halim, Abdul, Icuk Rangga Bawono, dan Amin Dara. Perpajakan: Konsep,
Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat, 2016.
Agoes, Sukrisno dan I Cenik Ardana. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta: Salemba
Empat, 2014.
Pohan, Chairil Anwar. Manajemen Perpajakan, Strategi Perencanaan Pajak dan
Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013.
Pohan, Chairil Anwar. Manajemen Perpajakan, Strategi Perencanaan Pajak dan
Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2017.
https://www.investopedia.com
Wardani, Dyah Ayu. “Pengaruh Komite Audit, Leverage, Return On Assets,
Ukuran Perusahaan Dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode 2014-
2016)”, Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2019, hal. 1-20.
Desyana, Cindy. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan
Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan
Manufaktur Sub Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2013-2017. Skripsi. Tangerang : Universitas Buddhi Dharma, 2019.
Tandean, Vivi Adeyani. “Pengaruh Good Corporate Governance Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Tax Avoidance”, Prosiding Seminar Nasional Multi
Disiplin Ilmu & Call For Papers UNISBANK (SENDI_U). 2015, hal. 1-10.
Sugiyono. Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and
Development/R&D). Bandung: CV Alfabeta, 2017.
Agung, Putu Anak Agung. Metodologi Penelitian Bisnis. Malang: Universitas
Brawijaya Press (UB Press), 2012.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 25.
Edisi 9. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2018.
Prasetyo, Irwan dan Bambang Agus Pramuka. “Pengaruh Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial Dan Proporsi Dewan Komisaris
Independen Terhadap Tax Avoidance”, Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan
Akuntansi (JEBA). 2018, hal. 1-15.
Asri, Ida Ayu Trisna Yudi, dan Ketut Alit Suardana. “Pengaruh Proporsi
Komisaris Independen, Komite Audit, Preferensi Risiko Eksekutif dan
Ukuran Perusahaan Pada Penghindaran Pajak”, E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. 2016, hal. 72-100.
Dewinta, Ida Ayu Rosa dan Putu Setiawan. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Tax Avoidance”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 2016, hal. 1-30.
Ginting, Christine E.S. “Pengaruh Return On Assets, Leverage dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-
2017)”, Undergraduate Thesis, Universitas Kristen Maranatha, 2019.
Rahayu, Puput. “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Sales Growth, dan Capital
Intensity Terhadap Penghindaran Pajak”, STIE Perbanas Surabaya. 2019, hal
1-12.
Diantari, Putu Rista dan IGK Agung Ulupui. “Pengaruh Komite Audit, Proporsi
Komisaris Independen, Dan Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Tax
Avoidance”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Juli2016, hal. 1-31.
Damayanti, Fitri dan Tridahus Susanto. “Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit,
Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan, dan Return Of Assets Terhadap
Tax Avoidance”, Jurnal Bisnis dan Manajemen. Oktober 2015, hal. 1-20.
Septiani, Ayu dan Dul Muid. “Pengaruh Corporate Social Responsibility,
Corporate Governance, Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Tax
Avoidance”, Diponegoro Journal Of Accounting. 2019, hal.1-9.
www.idx.co.id
www.kompas.com
www.klikpajak.id
https://www.edusaham.com
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Kelin Omega
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 20 Februari 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Buddha
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Vila Tomang Baru Blok D2 No. 1, RT 002/012,
Kel. Gelam Jaya, Kec. Pasar Kemis - Tangerang
Nomor Telepon : 08970187041 / 087888018471
Email : [email protected]
IPK : 3,73
Riwayat Pendidikan
SD : SD Joy
SMP : SMP Strada Santa Maria 2
SMK : SMK Strada Daan Mogot
Perguruan Tinggi : Universitas Buddhi Dharma
Riwayat Pekerjaan
2016 – 2018 : PT. Mega Mustika Gemilang
2018 : PT. Lancar Makmur Mandiri
2019 – sekarang : PT. Indorack Multikreasi
Lampiran I
DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN
No Kode Nama Perusahaan Subsektor
1 ADES PT Akasha Wira International Tbk Makanan dan Minuman
2 ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk Makanan dan Minuman
3 MYOR PT Mayora Indah Tbk Makanan dan Minuman
4 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk Makanan dan Minuman
5 SKLT PT Sekar Laut Tbk Makanan dan Minuman
6 ULTJ PT Ultra Jaya Milk Industry and
Trading Company Tbk Makanan dan Minuman
7 GGRM PT Gudang Garam Tbk Rokok dan Tembakau
8 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk Farmasi
9 PYFA PT Pyridam Farma Tbk Farmasi
10 TSPC PT Tempo Scan Pacific Tbk Farmasi
11 KINO PT Kino Indonesia Tbk Kosmetik dan Barang
Keperluan Rumah Tangga
12 CINT PT Chitose International Tbk Peralatan Rumah Tangga
13 WOOD PT Integra Indocabinet Tbk Peralatan Rumah Tangga
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
Lampiran II
DAFTAR PERHITUNGAN PROFITABILITAS
Kode
Perusahaan Tahun Laba Bersih Total Aktiva ROA
ADES
2016
55.951.000.000,00
767.479.000.000,00 0,07290232
2017
38.242.000.000,00
840.236.000.000,00 0,045513403
2018
52.958.000.000,00
881.275.000.000,00 0,06009248
ICBP
2016
3.631.301.000.000,00
28.901.948.000.000,00 0,125642085
2017
3.543.173.000.000,00
31.619.514.000.000,00 0,112056529
2018
4.658.781.000.000,00
34.367.153.000.000,00 0,135559119
MYOR
2016
1.388.676.127.665,00
12.922.421.859.142,00 0,107462529
2017
1.630.953.830.893,00
14.915.849.800.251,00 0,109343675
2018
1.760.434.280.304,00
17.591.706.426.634,00 0,100071831
ROTI
2016
279.777.368.831,00
2.919.640.858.718,00 0,095825953
2017
135.364.021.139,00
4.559.573.709.411,00 0,029687868
2018
127.171.436.363,00
4.393.810.380.883,00 0,028943315
SKLT
2016
20.646.121.074,00
568.239.939.951,00 0,036333456
2017
22.970.715.348,00
636.284.210.210,00 0,036101344
2018
31.954.131.252,00
747.293.725.435,00 0,042759801
ULTJ
2016
709.825.635.742,00
4.239.199.641.365,00 0,167443314
2017
711.681.000.000,00
5.186.940.000.000,00 0,13720633
2018
701.607.000.000,00
5.555.871.000.000,00 0,12628209
GGRM
2016
6.672.682.000.000,00
62.951.634.000.000,00 0,105996963
2017
7.755.347.000.000,00
66.759.930.000.000,00 0,116167692
2018
7.793.068.000.000,00
69.097.219.000.000,00 0,112784105
DVLA
2016
152.083.400.000,00
1.531.365.558.000,00 0,099312277
2017
162.249.293.000,00
1.640.886.147.000,00 0,098879068
2018
200.651.968.000,00
1.682.821.739.000,00 0,119235427
PYFA
2016
5.146.317.041,00
167.062.795.608,00 0,030804686
2017
7.127.402.168,00
159.563.931.041,00 0,044668003
2018
8.447.447.988,00
187.057.163.854,00 0,045159714
TSPC
2016
545.493.536.262,00
6.585.807.349.438,00 0,082828651
2017
557.339.581.996,00
7.434.900.309.021,00 0,074962617
2018
540.378.145.887,00
7.869.975.060.326,00 0,06866326
KINO
2016
181.110.153.810,00
3.284.504.424.358,00 0,055140785
2017
109.696.001.798,00
3.237.595.219.274,00 0,033881938
2018
150.116.045.042,00
3.592.164.205.408,00 0,041789862
CINT
2016
20.619.309.858,00
399.336.626.636,00 0,051633906
2017
29.648.261.092,00
476.577.841.605,00 0,062210742
2018
13.554.152.161,00
491.382.035.136,00 0,027583736
WOOD
2016
141.081.224.018,00
3.081.874.210.495,00 0,045777736
2017
171.431.807.795,00
3.843.002.133.341,00 0,044608825
2018
242.010.106.249,00
4.588.497.407.410,00 0,052742779
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
Lampiran III
DAFTAR PERHITUNGAN KOMISARIS INDEPENDEN
Kode
Perusahaan Tahun
Jumlah
Komisaris
Independen
Jumlah
Seluruh
Komisaris
KI
ADES
2016 1 3 0.333333333
2017 1 3 0.333333333
2018 1 3 0.333333333
ICBP
2016 3 6 0.5
2017 3 6 0.5
2018 3 6 0.5
MYOR
2016 2 5 0.4
2017 2 5 0.4
2018 2 5 0.4
ROTI
2016 1 3 0.333333333
2017 1 3 0.333333333
2018 1 3 0.333333333
SKLT
2016 1 3 0.333333333
2017 1 3 0.333333333
2018 1 3 0.333333333
ULTJ
2016 1 3 0.333333333
2017 1 3 0.333333333
2018 1 3 0.333333333
GGRM
2016 2 4 0.5
2017 2 4 0.5
2018 2 4 0.5
DVLA
2016 3 7 0.428571429
2017 3 7 0.428571429
2018 3 7 0.428571429
PYFA 2016 2 4 0.5
2017 2 4 0.5
2018 2 4 0.5
TSPC
2016 3 6 0.5
2017 3 5 0.6
2018 3 5 0.6
KINO
2016 2 4 0.25
2017 2 4 0.5
2018 2 4 0.5
CINT
2016 1 2 0.5
2017 1 2 0.5
2018 1 2 0.5
WOOD
2016 2 4 0.5
2017 2 4 0.5
2018 2 4 0.5
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
Lampiran IV
DAFTAR PERHITUNGAN KOMITE AUDIT
Kode
Perusahaan Tahun
Jumlah
Komite
Audit
ADES
2016 3
2017 3
2018 3
ICBP
2016 3
2017 3
2018 3
MYOR
2016 3
2017 3
2018 3
ROTI
2016 3
2017 3
2018 3
SKLT
2016 0
2017 0
2018 0
ULTJ
2016 3
2017 3
2018 3
GGRM
2016 3
2017 3
2018 3
DVLA
2016 3
2017 3
2018 3
PYFA 2016 4
2017 4
2018 4
TSPC
2016 3
2017 3
2018 3
KINO
2016 3
2017 3
2018 3
CINT
2016 3
2017 3
2018 3
WOOD
2016 0
2017 0
2018 0
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
Lampiran V
DAFTAR PERHITUNGAN UKURAN PERUSAHAAN
Kode
Perusahaan Tahun
Total Penjualan
Bersih SIZE
ADES
2016
887.663.000.000,00 11,94824812
2017
814.490.000.000,00 11,91088576
2018
804.302.000.000,00 11,90541915
ICBP
2016
34.466.069.000.000,00 13,53739175
2017
35.606.593.000.000,00 13,55153042
2018
38.413.407.000.000,00 13,58448283
MYOR
2016
18.349.959.898.358,00 13,26363512
2017
20.816.673.946.473,00 13,31841134
2018
24.060.802.395.725,00 13,38131011
ROTI
2016
2.521.920.968.213,00 12,40173147
2017
2.491.100.179.560,00 12,39639119
2018
2.766.545.866.684,00 12,44193787
SKLT
2016
833.850.372.883,00 11,92108813
2017
914.188.759.779,00 11,96103588
2018
1.045.029.834.378,00 12,01912869
ULTJ
2016
4.685.987.917.355,00 12,67080116
2017
4.879.559.000.000,00 12,68838057
2018
5.472.882.000.000,00 12,73821608
GGRM
2016
76.274.147.000.000,00 13,88237736
2017
83.305.925.000.000,00 13,92067589
2018
95.707.663.000.000,00 13,98094671
DVLA
2016
1.451.356.680.000,00 12,16177416
2017
1.575.647.308.000,00 12,19745901
2018
1.699.657.296.000,00 12,23036136
PYFA
2016
216.951.583.953,00 11,33636283
2017
223.002.490.278,00 11,34830971
2018
250.445.853.364,00 11,39871385
TSPC
2016
9.138.238.993.842,00 12,96086251
2017
9.565.462.045.199,00 12,98070595
2018
10.088.118.830.780,00 13,00381019
KINO
2016
3.493.028.761.680,00 12,54320216
2017
3.160.637.269.263,00 12,49977466
2018
3.611.694.059.699,00 12,55771095
CINT
2016
327.426.146.630,00 11,51511336
2017
373.955.852.243,00 11,57282033
2018
370.390.736.433,00 11,56866012
WOOD
2016
1.323.388.979.039,00 12,12168751
2017
1.734.702.205.527,00 12,23922493
2018
2.101.477.235.890,00 12,32252469
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
Lampiran VI
DAFTAR PERHITUNGAN TAX AVOIDANCE
Kode
Perusahaan Tahun
Kas untuk
pembayaran pajak
Laba bersih sebelum
pajak CETR
ADES
2016
6.874.000.000,00
61.636.000.000,00 0,111525732
2017
6.344.000.000,00
51.095.000.000,00 0,124160877
2018
6.113.000.000,00
70.060.000.000,00 0,087253782
ICBP
2016
1.530.642.000.000,00
4.989.254.000.000,00 0,306787748
2017
1.862.383.000.000,00
5.206.561.000.000,00 0,357699257
2018
2.005.525.000.000,00
6.446.785.000.000,00 0,311089171
MYOR
2016
535.595.541.066,00
1.845.683.269.238,00 0,290188219
2017
588.507.286.754,00
2.186.884.603.474,00 0,269107609
2018
724.353.877.022,00
2.381.942.198.855,00 0,304102206
ROTI
2016
101.019.619.984,00
369.416.841.698,00 0,273456996
2017
49.102.534.677,00
186.147.334.530,00 0,263783174
2018
20.320.139.824,00
186.936.324.915,00 0,108700863
SKLT
2016
8.026.883.297,00
25.166.206.536,00 0,318954837
2017
8.237.550.980,00
27.370.565.356,00 0,300963859
2018
6.739.406.776,00
39.567.679.343,00 0,170326056
ULTJ
2016
253.029.785.147,00
932.482.782.652,00 0,271350624
2017
347.000.000.000,00
1.026.231.000.000,00 0,338130499
2018
291.922.000.000,00
949.018.000.000,00 0,307604281
GGRM
2016
2.405.902.000.000,00
8.931.136.000.000,00 0,269383648
2017
2.638.900.000.000,00
10.436.512.000.000,00 0,252852677
2018
2.897.496.000.000,00
10.479.242.000.000,00 0,276498625
DVLA
2016
40.763.252.000,00
214.417.056.000,00 0,190111984
2017
53.649.116.000,00
226.147.921.000,00 0,237230198
2018
76.348.303.000,00
272.843.904.000,00 0,279824111
PYFA
2016
2.274.563.489,00
7.053.407.169,00 0,32247727
2017
2.094.731.164,00
9.599.280.773,00 0,218217512
2018
2.961.618.997,00
11.317.263.776,00 0,261690375
TSPC
2016
466.394.302.993,00
718.958.200.369,00 0,64870851
2017
538.603.804.385,00
744.090.262.873,00 0,723842027
2018
526.447.491.388,00
727.700.178.905,00 0,723440102
KINO
2016
89.613.261.669,00
219.312.978.691,00 0,408609022
2017
54.442.838.200,00
140.964.951.060,00 0,386215423
2018
34.557.803.047,00
200.385.373.873,00 0,172456714
CINT
2016
9.704.163.694,00
28.172.913.292,00 0,344450132
2017
9.531.314.784,00
38.318.872.398,00 0,248736828
2018
10.193.052.028,00
22.090.078.956,00 0,461431218
WOOD
2016
22.814.825.939,00
195.081.224.522,00 0,116950393
2017
64.586.558.811,00
233.877.590.428,00 0,276155397
2018
88.236.564.069,00
324.612.407.710,00 0,271821292
Sumber : BEI, data yang diolah, 2019
Lampiran VII
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 39 ,03 ,17 ,0765 ,03793
KI 39 ,25 ,60 ,4342 ,08774
KA 39 ,00 4,00 2,6154 1,16111
SIZE 39 11,34 13,98 12,5124 ,74913
CETR 39 ,09 ,72 ,2976 ,14369
Valid N (listwise) 39
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Hasil Uji Normalitas Grafik P Plot
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Grafik Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 39
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,12439967
Most Extreme Differences Absolute ,122
Positive ,122
Negative -,081
Test Statistic ,122
Asymp. Sig. (2-tailed) ,150c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
ROA ,488 2,049
KI ,900 1,112
KA ,874 1,145
SIZE ,516 1,939
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,468a ,219 ,124 ,12928 1,933
a. Predictors: (Constant), ROA, KI, KA, SIZE
b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,468a ,219 ,124 ,12928 1,933
a. Predictors: (Constant), ROA, KI, KA, SIZE
b. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -,509 ,447 -1,139 ,263
ROA -,292 ,805 -,077 -,363 ,719
KI ,679 ,256 ,414 2,647 ,012
KA ,010 ,020 ,084 ,530 ,600
SIZE ,041 ,040 ,211 1,022 ,314
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -,509 ,447
-1,139 ,263
ROA -,292 ,805 -,077 -,363 ,719
KI ,679 ,256 ,414 2,647 ,012
KA ,010 ,020 ,084 ,530 ,600
SIZE ,041 ,040 ,211 1,022 ,314
a. Dependent Variable: CETR
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,196 4 ,049 2,840 ,039b
Residual ,588 34 ,017
Total ,785 38
a. Dependent Variable: CETR
b. Predictors: (Constant), ROA, KI, KA, SIZE
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS for Windows 25
Direproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari: http://www.standford.edu Page
Tabel Durbin-
k=1 k=2 k=3 k=4 k=5
n dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU
6 0.6102 1.4002
7 0.6996 1.3564 0.4672 1.8964
8 0.7629 1.3324 0.5591 1.7771 0.3674 2.2866
9 0.8243 1.3199 0.6291 1.6993 0.4548 2.1282 0.2957 2.5881
10 0.8791 1.3197 0.6972 1.6413 0.5253 2.0163 0.3760 2.4137 0.2427 2.8217
11 0.9273 1.3241 0.7580 1.6044 0.5948 1.9280 0.4441 2.2833 0.3155 2.6446
12 0.9708 1.3314 0.8122 1.5794 0.6577 1.8640 0.5120 2.1766 0.3796 2.5061
13 1.0097 1.3404 0.8612 1.5621 0.7147 1.8159 0.5745 2.0943 0.4445 2.3897
14 1.0450 1.3503 0.9054 1.5507 0.7667 1.7788 0.6321 2.0296 0.5052 2.2959
15 1.0770 1.3605 0.9455 1.5432 0.8140 1.7501 0.6852 1.9774 0.5620 2.2198
16 1.1062 1.3709 0.9820 1.5386 0.8572 1.7277 0.7340 1.9351 0.6150 2.1567
17 1.1330 1.3812 1.0154 1.5361 0.8968 1.7101 0.7790 1.9005 0.6641 2.1041
18 1.1576 1.3913 1.0461 1.5353 0.9331 1.6961 0.8204 1.8719 0.7098 2.0600
19 1.1804 1.4012 1.0743 1.5355 0.9666 1.6851 0.8588 1.8482 0.7523 2.0226
20 1.2015 1.4107 1.1004 1.5367 0.9976 1.6763 0.8943 1.8283 0.7918 1.9908
21 1.2212 1.4200 1.1246 1.5385 1.0262 1.6694 0.9272 1.8116 0.8286 1.9635
22 1.2395 1.4289 1.1471 1.5408 1.0529 1.6640 0.9578 1.7974 0.8629 1.9400
23 1.2567 1.4375 1.1682 1.5435 1.0778 1.6597 0.9864 1.7855 0.8949 1.9196
24 1.2728 1.4458 1.1878 1.5464 1.1010 1.6565 1.0131 1.7753 0.9249 1.9018
25 1.2879 1.4537 1.2063 1.5495 1.1228 1.6540 1.0381 1.7666 0.9530 1.8863
26 1.3022 1.4614 1.2236 1.5528 1.1432 1.6523 1.0616 1.7591 0.9794 1.8727
27 1.3157 1.4688 1.2399 1.5562 1.1624 1.6510 1.0836 1.7527 1.0042 1.8608
28 1.3284 1.4759 1.2553 1.5596 1.1805 1.6503 1.1044 1.7473 1.0276 1.8502
29 1.3405 1.4828 1.2699 1.5631 1.1976 1.6499 1.1241 1.7426 1.0497 1.8409
30 1.3520 1.4894 1.2837 1.5666 1.2138 1.6498 1.1426 1.7386 1.0706 1.8326
31 1.3630 1.4957 1.2969 1.5701 1.2292 1.6500 1.1602 1.7352 1.0904 1.8252
32 1.3734 1.5019 1.3093 1.5736 1.2437 1.6505 1.1769 1.7323 1.1092 1.8187
33 1.3834 1.5078 1.3212 1.5770 1.2576 1.6511 1.1927 1.7298 1.1270 1.8128
34 1.3929 1.5136 1.3325 1.5805 1.2707 1.6519 1.2078 1.7277 1.1439 1.8076
35 1.4019 1.5191 1.3433 1.5838 1.2833 1.6528 1.2221 1.7259 1.1601 1.8029
36 1.4107 1.5245 1.3537 1.5872 1.2953 1.6539 1.2358 1.7245 1.1755 1.7987
37 1.4190 1.5297 1.3635 1.5904 1.3068 1.6550 1.2489 1.7233 1.1901 1.7950
38 1.4270 1.5348 1.3730 1.5937 1.3177 1.6563 1.2614 1.7223 1.2042 1.7916
39 1.4347 1.5396 1.3821 1.5969 1.3283 1.6575 1.2734 1.7215 1.2176 1.7886
40 1.4421 1.5444 1.3908 1.6000 1.3384 1.6589 1.2848 1.7209 1.2305 1.7859
41 1.4493 1.5490 1.3992 1.6031 1.3480 1.6603 1.2958 1.7205 1.2428 1.7835
42 1.4562 1.5534 1.4073 1.6061 1.3573 1.6617 1.3064 1.7202 1.2546 1.7814
43 1.4628 1.5577 1.4151 1.6091 1.3663 1.6632 1.3166 1.7200 1.2660 1.7794
44 1.4692 1.5619 1.4226 1.6120 1.3749 1.6647 1.3263 1.7200 1.2769 1.7777
45 1.4754 1.5660 1.4298 1.6148 1.3832 1.6662 1.3357 1.7200 1.2874 1.7762
46 1.4814 1.5700 1.4368 1.6176 1.3912 1.6677 1.3448 1.7201 1.2976 1.7748
47 1.4872 1.5739 1.4435 1.6204 1.3989 1.6692 1.3535 1.7203 1.3073 1.7736
48 1.4928 1.5776 1.4500 1.6231 1.4064 1.6708 1.3619 1.7206 1.3167 1.7725
49 1.4982 1.5813 1.4564 1.6257 1.4136 1.6723 1.3701 1.7210 1.3258 1.7716
50 1.5035 1.5849 1.4625 1.6283 1.4206 1.6739 1.3779 1.7214 1.3346 1.7708
51 1.5086 1.5884 1.4684 1.6309 1.4273 1.6754 1.3855 1.7218 1.3431 1.7701
52 1.5135 1.5917 1.4741 1.6334 1.4339 1.6769 1.3929 1.7223 1.3512 1.7694
53 1.5183 1.5951 1.4797 1.6359 1.4402 1.6785 1.4000 1.7228 1.3592 1.7689
54 1.5230 1.5983 1.4851 1.6383 1.4464 1.6800 1.4069 1.7234 1.3669 1.7684
55 1.5276 1.6014 1.4903 1.6406 1.4523 1.6815 1.4136 1.7240 1.3743 1.7681
56 1.5320 1.6045 1.4954 1.6430 1.4581 1.6830 1.4201 1.7246 1.3815 1.7678
57 1.5363 1.6075 1.5004 1.6452 1.4637 1.6845 1.4264 1.7253 1.3885 1.7675
58 1.5405 1.6105 1.5052 1.6475 1.4692 1.6860 1.4325 1.7259 1.3953 1.7673
59 1.5446 1.6134 1.5099 1.6497 1.4745 1.6875 1.4385 1.7266 1.4019 1.7672
60 1.5485 1.6162 1.5144 1.6518 1.4797 1.6889 1.4443 1.7274 1.4083 1.7671
61 1.5524 1.6189 1.5189 1.6540 1.4847 1.6904 1.4499 1.7281 1.4146 1.7671
62 1.5562 1.6216 1.5232 1.6561 1.4896 1.6918 1.4554 1.7288 1.4206 1.7671
63 1.5599 1.6243 1.5274 1.6581 1.4943 1.6932 1.4607 1.7296 1.4265 1.7671
64 1.5635 1.6268 1.5315 1.6601 1.4990 1.6946 1.4659 1.7303 1.4322 1.7672
65 1.5670 1.6294 1.5355 1.6621 1.5035 1.6960 1.4709 1.7311 1.4378 1.7673
66 1.5704 1.6318 1.5395 1.6640 1.5079 1.6974 1.4758 1.7319 1.4433 1.7675
67 1.5738 1.6343 1.5433 1.6660 1.5122 1.6988 1.4806 1.7327 1.4486 1.7676
68 1.5771 1.6367 1.5470 1.6678 1.5164 1.7001 1.4853 1.7335 1.4537 1.7678
69 1.5803 1.6390 1.5507 1.6697 1.5205 1.7015 1.4899 1.7343 1.4588 1.7680
70 1.5834 1.6413 1.5542 1.6715 1.5245 1.7028 1.4943 1.7351 1.4637 1.7683
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05
df untuk penyebut
(N2)
df untuk pembilang (N1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 161 199 216 225 230 234 237 239 241 242 243 244 245 245 246
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38 19.40 19.40 19.41 19.42 19.42 19.43
3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.81 8.79 8.76 8.74 8.73 8.71 8.70
4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00 5.96 5.94 5.91 5.89 5.87 5.86
5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.77 4.74 4.70 4.68 4.66 4.64 4.62
6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10 4.06 4.03 4.00 3.98 3.96 3.94
7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.68 3.64 3.60 3.57 3.55 3.53 3.51
8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39 3.35 3.31 3.28 3.26 3.24 3.22
9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18 3.14 3.10 3.07 3.05 3.03 3.01
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02 2.98 2.94 2.91 2.89 2.86 2.85
11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 2.90 2.85 2.82 2.79 2.76 2.74 2.72
12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.80 2.75 2.72 2.69 2.66 2.64 2.62
13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.71 2.67 2.63 2.60 2.58 2.55 2.53
14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.65 2.60 2.57 2.53 2.51 2.48 2.46
15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59 2.54 2.51 2.48 2.45 2.42 2.40
16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.54 2.49 2.46 2.42 2.40 2.37 2.35
17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49 2.45 2.41 2.38 2.35 2.33 2.31
18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46 2.41 2.37 2.34 2.31 2.29 2.27
19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42 2.38 2.34 2.31 2.28 2.26 2.23
20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39 2.35 2.31 2.28 2.25 2.22 2.20
21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37 2.32 2.28 2.25 2.22 2.20 2.18
22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34 2.30 2.26 2.23 2.20 2.17 2.15
23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32 2.27 2.24 2.20 2.18 2.15 2.13
24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30 2.25 2.22 2.18 2.15 2.13 2.11
25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28 2.24 2.20 2.16 2.14 2.11 2.09
26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.27 2.22 2.18 2.15 2.12 2.09 2.07
27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.25 2.20 2.17 2.13 2.10 2.08 2.06
28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 2.24 2.19 2.15 2.12 2.09 2.06 2.04
29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 2.22 2.18 2.14 2.10 2.08 2.05 2.03
30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 2.21 2.16 2.13 2.09 2.06 2.04 2.01
31 4.16 3.30 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32 2.25 2.20 2.15 2.11 2.08 2.05 2.03 2.00
32 4.15 3.29 2.90 2.67 2.51 2.40 2.31 2.24 2.19 2.14 2.10 2.07 2.04 2.01 1.99
33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.50 2.39 2.30 2.23 2.18 2.13 2.09 2.06 2.03 2.00 1.98
34 4.13 3.28 2.88 2.65 2.49 2.38 2.29 2.23 2.17 2.12 2.08 2.05 2.02 1.99 1.97
35 4.12 3.27 2.87 2.64 2.49 2.37 2.29 2.22 2.16 2.11 2.07 2.04 2.01 1.99 1.96
36 4.11 3.26 2.87 2.63 2.48 2.36 2.28 2.21 2.15 2.11 2.07 2.03 2.00 1.98 1.95
37 4.11 3.25 2.86 2.63 2.47 2.36 2.27 2.20 2.14 2.10 2.06 2.02 2.00 1.97 1.95
38 4.10 3.24 2.85 2.62 2.46 2.35 2.26 2.19 2.14 2.09 2.05 2.02 1.99 1.96 1.94
39 4.09 3.24 2.85 2.61 2.46 2.34 2.26 2.19 2.13 2.08 2.04 2.01 1.98 1.95 1.93
40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 2.12 2.08 2.04 2.00 1.97 1.95 1.92
41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17 2.12 2.07 2.03 2.00 1.97 1.94 1.92
42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17 2.11 2.06 2.03 1.99 1.96 1.94 1.91
43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16 2.11 2.06 2.02 1.99 1.96 1.93 1.91
44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16 2.10 2.05 2.01 1.98 1.95 1.92 1.90
45 4.06 3.20 2.81 2.58 2.42 2.31 2.22 2.15 2.10 2.05 2.01 1.97 1.94 1.92 1.89
Titik Persentase Distribusi t (df = 1 40)
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370
11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470
12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963
13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198
14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739
15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283
16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615
17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577
18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940
20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181
21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715
22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499
23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496
24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019
26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500
27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103
28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816
29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624
30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518
31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490
32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531
33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634
34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793
35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005
36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262
37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563
38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903
39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279
40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam kedua ujung
Notes
Notes
Notes
General
PT MAYORA INDAH Tbk DAN ENTITAS ANAK Catatan atas Laporan Keuangan KonsolidasianUntuk Tahun-tahun yang Berakhir31 Desember 2017 dan 2016(Angka – angka Disajikan dalam Rupiah, kecuali Dinyatakan Lain)
PT MAYORA INDAH Tbk AND ITS SUBSIDIARIESNotes to Consolidated Financial Statements
For the Years Ended December 31, 2017 and 2016
(Figures are Presented in Rupiah,unless Otherwise Stated)
- 11 -
Ringkasan informasi arus kas: Summarized cash flows information:
TES KMG TES KMG
Operasi 797.770.231.208 52.408.649.485 326.898.215.082 (28.152.890.506) OperatingInvestasi (326.064.073.626) (297.017.516) (76.563.590.762) 637.382.898 InvestingPendanaan (749.250.000.000) (27.036.640.259) (30.647.058.820) (28.777.583.934) FinancingKenaikan (penurunan) bersih Net increase (decrease)
kas dan setara kas (277.543.842.418) 25.074.991.710 219.687.565.500 (56.293.091.542) in cash and cash equivalents
2017 2016
d. Dewan Komisaris, Direktur dan Karyawan d. Board of Commissioners, Directors and Employees
Pada tanggal 31 Desember 2017 dan 2016,susunan pengurus Perusahaan berdasarkanRapat Umum Luar Biasa Pemegang Sahamyang masing-masing diadakan tanggal14 Juni 2017 dan 28 Juni 2016, yang didokumentasikan masing-masing dalam Akta No. 8 dan No. 25 dari Periasman Effendi, S.H., M.H., notaris di Tangerang, adalah sebagai berikut:
As of December 31, 2017 and 2016, based on a resolution during the Extraordinary Stockholders’ Meeting held on June 14, 2017and June 28, 2016, respectively, as documented in Notarial Deed No. 8 andNo. 25, respectively, of Periasman Effendi, S.H., M.H., a public notary in Tangerang, the Company’s management consists of the following:
Dewan Komisaris Board of Commissioners
Komisaris Utama : Jogi Hendra Atmadja : President CommissionerKomisaris : Hermawan Lesmana
Gunawan Atmadja: Commissioners
Komisaris Independen : Ramli SetiawanSuryanto Gunawan
: Independent Commissioners
Direktur Directors
Direktur Utama : Andre Sukendra Atmadja : President DirectorDirektur : Hendarta Atmadja : Directors
Wardhana AtmadjaHendrik Polisar
Mulyono Nurlimo
Sebagai perusahaan publik, Perusahaan telah memiliki Komisaris Independen dan Komite Audit yang diwajibkan oleh Bapepam dan LK. Komite Audit Perusahaan terdiri dari tiga (3) orang anggota.
As a publicly listed company, the Company has Independent Commissioners and an Audit Committee as required by Bapepam-LK. The Company’s Audit Committee consisting of three (3) members.
Pada tanggal 31 Desember 2017 dan 2016susunan Komite Audit Perusahaan adalah sebagai berikut:
As of December 31, 2017 and 2016, the Company’s Audit Committee consisting of the following:
Ketua : Suryanto Gunawan : ChairmanAnggota : Lenny Halim : Members
Yuyun Susanty
Personil manajemen kunci Perusahaan dan entitas anak terdiri dari Komisaris, Direksi, General Manajer dan Manajer Senior.
Key management personnel of the Company and its subsidiaries consist of Commissioners, Directors, General Managers and Senior Managers.
General