Upload
tranmien
View
222
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH RASIO AKTIVITAS,
PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN RASIO PENILAIAN
PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN
TELEKOMUNIKASI
(Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia)
Oleh:Aris Kurniawan
NIM:103081029182
JURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1430 H/2009 M
ANALISIS PENGARUH RASIO AKTIVITAS,PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN RASIO PENILAIAN
PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAANTELEKOMUNIKASI
(Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia)
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:Aris Kurniawan
NIM:103081029182
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indo Yama Nasarudin, SE, MABNIP. 150317955 NIP. 150317593
JURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
14230 H/2009 M
ANALISIS PENGARUH RASIO AKTIVITAS,PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN RASIO PENILAIAN
PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAANTELEKOMUNIKASI
(Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia)
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:Aris Kurniawan
NIM:103081029182
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indo Yama Nasarudin, SE, MABNIP. 150317955 NIP. 150317593
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MSNIP. 131474891
JURUSAN MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1430 H/2009 M
Hari ini Rabu Tanggal 8 Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Tujuh telah dilakukanUjian Komprehensif atas nama Aris Kurniawan NIM: 103081029182 dengan
judul Skripsi “ANALISIS PENGARUH RASIO AKTIVITAS,PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN RASIO PENILAIANPASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAANTELEKOMUNIKASI” (Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia).Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, makaskripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu SosialUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Agustus 2007
Tim Penguji Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Heryanto, SE, MSi
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Aris Kurniawan
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 11 November 1984
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Kp. Baribis Rt 04/01 Ds. Ciburial Kec.
Cimenyan Kab. Bandung Jawa Barat 40198
Telepon : 0852 94 777 557
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
SDN Sukaakur Bandung : 1990-1996
SLTPN 35 Bandung : 1996-1999
SMU Plus Babussalam Bandung : 2000-2003
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2003-2009
Jakarta, 10 Februari 2009
Aris Kurniawan
ABSTRACT
This research was aimed to analys the influence of activity ratio,profitability, leverage and appraisal ratio of market toward stock return of thetelecommunications company in Indonesia Stock Exchange. The data that usedwas from the financial report quarterly of the telecomunication company from2003 up to year 2007. This research was free from the classic assumption so thatthe regression linear method can be used to test the independent variable influencetoward dependent variable. The result of the regression test revealed an influenceat the some time between independent variable toward dependent variable withindicated Fcount > F tabel. Based on the result of the regression test according tothe partial in this analysis showed the significance influence between independentvariable debt to equity ratio toward variable dependent stock return of thetelecomunication companies as the object of the research and registered inIndonesia Stock Exchange.
Keyword: Activity Ratio, Profitability, Leverage, Appraisal ratio, Return Stock
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rasio aktivitas,profitabilitas, leverage dan rasio penilaian pasar terhadap return saham perusahaantelekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan bersumber darilaporan keuangan triwulanan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidangtelekomunikasi di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai dengan tahun2007. Penelitian ini terbebas dari asumsi klasik sehingga metode regresi linierberganda layak digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadapvariabel terikat. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secarabersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan indikasiFhitung > Ftabel. Berdasarkan hasil uji regresi secara parsial dalam penelitian inimenunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabelindependent debt to equity ratio terhadap variabel dependent return sahamperusahaan-perusahaan telekomunikasi yang menjadi objek penelitian danterdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kata kunci: Rasio Aktivitas, Profitabilitas, Leverage, Rasio Penilaian, ReturnSaham
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang memberikan nikmat sehat dan iman-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah memberikan tauladan kepada seluruh umat manusia menuju jalan
kebenaran.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan penulis baik dalam
pengetahuan maupun dalam teknik penulisannya, oleh karena itu dengan
kerendahan hati dan lapang dada penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
kontribusi berbagai pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini. Dengan
sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak secara langsung, mendorong serta
memberikan inspirasi sehingga skripsi ini bisa selesai. Secara khusus penulis
ucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah, Ibu serta adik-adik tercinta yang senantiasa memberikan doa,
bimbingan, kesabaran, keikhlasannya dan bantuan baik secara moril maupun
materil. Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah serta rahmat-Nya
pada Ayah dan Ibu tercinta.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing I, yang telah
meluangkan waktu dan fikirannya dalam membimbing saya, dari proses
review hingga selesai skripsi ini beliau banyak membantu meskipun ditengah
kesibukannya tetapi beliau tidak pernah lelah untuk memberikan solusi
kepada penulis.
3. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE, MAB selaku dosen pembimbing II, yang
telah membantu dan meluangkan waktu serta fikirannya dalam membimbing
penulisan skripsi ini, hingga skripsi ini selesai.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Terima kasih pada seluruh Dosen, Karyawan dan Petugas perpustakaan
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial atas semua curahan ilmu, bantuan,
perhatian dan pelayanannya.
6. Teman-teman seperjuangan di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2003 khususnya manajemen A yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini dan tak akan pernah terbalaskan semua
kebaikanmu kawan. Semoga semuanya selalu dalam lindungan Allah SWT.
7. Yayasan Babussalam Bandung yang telah memberikan kesempatan dan
membantu baik moril maupun materil kepada penulis untuk melanjutkan
kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, karena
keterbatasan ruang dan waktu. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya dan hanya iringan do’a yang dapat penulis berikan untuk setiap kebaikan
yang telah di berikan. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Amiin
Jakarta, 10 Februari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. i
Abstract ....................................................................................................... ii
Abstrak ........................................................................................................ iii
Kata Pengantar ............................................................................................ iv
Daftar Isi...................................................................................................... vi
Daftar Tabel ................................................................................................ ix
Daftar Gambar............................................................................................. x
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat ...................................................... 11
1. Tujuan Penelitian .................................................... 11
2. Manfaat Penelitian .................................................. 12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 13
A. Laporan Keuangan ........................................................ 13
1. Pengertian Laporan Keuangan ................................ 13
2. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan ......................... 17
3. Analisis Laporan Keuangan .................................... 19
B. Rasio Keuangan ............................................................ 21
1. Pengertian Rasio Keuangan .................................... 21
C. Analisis Rasio Keuangan .............................................. 22
1. Rasio Likuiditas ...................................................... 24
2. Rasio Aktivitas ........................................................ 25
3. Rasio Profitabilitas ................................................. 29
4. Financial Leverage Ratio ........................................ 30
5. Rasio Penilaian........................................................ 33
D. Return Sahan ................................................................. 34
1. Pengertian Pendapatan Saham ............................... 34
2. Rumus Return Saham…………………………….. 34
E. Pengaruh Rasio Keuangan Bagi Pemegang Saham ...... 35
F. Penelitian Terdahulu ..................................................... 36
G. Kerangka Pemikiran...................................................... 37
H. Hipotesis........................................................................ 40
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................. 41
A. Ruang Lingkup Penelitian............................................. 41
B. Metode Pengumpulan Data ........................................... 41
1. Riset Kepustakaan................................................... 41
2. Dokumentasi ........................................................... 42
C. Metode Analisis ............................................................ 42
1. Metode Analisis Regresi Berganda......................... 42
2. Uji Asumsi Klasik................................................... 44
a. Uji Autokorelasi ................................................ 44
b. Uji Normalitas................................................... 44
c. Uji Multikolineritas........................................... 45
d. Uji Heterokedastisitas ....................................... 46
3. Uji Regresi Berganda .............................................. 47
a. Uji Simultan dengan F-Test .............................. 47
b. Uji Parsial dengan T-Test ................................. 47
c. Koefesien Determinasi (R2) .............................. 48
D. Operasional Variabel Penelitian.................................... 48
BAB IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN............................... 52
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.................. 52
1. Sejarah Singkat Perusahaan .................................... 52
a. Bursa Efek Indonesia ........................................ 52
b. PT Indosat Tbk.................................................. 56
c. PT Telekomunikasi Indonesia........................... 58
B. Penemuan dan Pembahasan .......................................... 59
1. Uji Model Regresi ................................................... 60
2. Uji Asumsi Klasik................................................... 63
a. Autokorelasi ...................................................... 63
b. Uji Normalitas................................................... 64
c. Uji Multikolinearitas ......................................... 64
d. Uji Heterokedastisitas ....................................... 65
3. Pengujian Hipotesis................................................. 66
a. Uji Simultan dengan F-Test .............................. 66
b. Uji Parsial dengan T-Test ................................. 67
c. Koefisien Determinasi (R2) ............................... 72
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................. 74
A. . Kesimpulan ................................................................... 74
B. . Implikasi........................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal
2.1 Kerangka Pemikiran 39
4.1 Normalitas Data 64
4.2 Heteroskedastisitas 66
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
4.1 Hasil Analisi RegresiLinier Berganda 60
4.2 Uji Mulikolinearitas 65
4.3 Hasil Uji-F Simultan 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Rasio keuangan merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui
kondisi keuangan sebuah perusahaan, sehingga menjadi sangat relevan apabila
rasio keuangan di analisis pengaruhnya terhadap pendapatan saham
perusahaan. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisisa pengaruh rasio
aktivitas, profitabilitas, leverage dan rasio penilaian pasar terhadap return
saham perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan–perusahaan telekomunikasi menjadi pilihan karena selain
mempunyai kapitalisasi pasar besar juga merupakan perusahaan yang
memiliki pangsa pasar yang luas. Perusahan-perusahaan telekomunikasi di
Indonesia mempunyai sejarah perjalan yang panjang.
Sejarah telekomunikasi Indonesia berawal dari tahun 1884, pemerintah
kolonial Belanda mendirikan perusahaan swasta yang menyediakan jasa pos
domestik dan jasa telegram internasional. Jasa telepon tersedia pertama
kalinya di Indonesia pada tahun 1882 dan sampai dengan tahun 1906,
disediakan oleh perusahaan swasta dengan lisensi pemerintah selama 25
tahun. Tahun 1906, pemerintah kolonial Belanda membentuk departemen
yang mengendalikan semua jasa pos dan telekomunikasi di Indonesia. Tahun
1961, beberapa dari jasa ini dipindahkan ke perusahaan milik negara. Tahun
1965, pemerintah memisahkan jasa pos dan telekomunikasi ke dua perusahaan
negara, yaitu: PN Pos dan Giro, dan PN Telekomunikasi. Tahun 1974, PN
Telekomunikasi dipecah lagi menjadi dua yaitu: Perusahaan Umum
Telekomunikasi dan PT Inti. Tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional
dipindahkan dari Perumtel ke Indosat.
Pada tahun 1991 pemerintah merubah Perumtel dari "Perusahaan
Umum" menjadi "Persero" yaitu PT TELKOM. Tahun 1993, berdiri PT
Satelindo yang merupakan joint venture dari beberapa perusahaan
telekomunikasi yaitu: TELKOM, Indosat, PT Bimagraha Telekomindo, dan
DeTeMobil. Pada tahun ini juga berdiri PT Ratelindo yang merupakan joint
venture antara TELKOM dan PT Bakrie Electronics. Tahun 1995 dan tahun
berikutnya berdiri beberapa perusahaan telekomunikasi lainnya, yang di
dalamnya PT TELKOM mempunyai bagian saham, yaitu: Telkomsel,
Komselindo, Mobisel, Metrosel, Pasifik Satelit. Selain itu masih ada
perusahaan telekomunikasi yang masih dalam tahap proposal, yang bergerak
dalam bidang multimedia.
Jumlah pelanggan telekomunikasi dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Sebagai contoh, proyeksi P.T. Telkom untuk tahun 1997
permintaan telepon diperkirakan mencapai 1,3 juta, namun ternyata baru bisa
dipasok sekitar 1,2 juta dengan pembangunan sebanyak 184.000 SST. Artinya
dengan penduduk sebanyak 33,5 juta jiwa, maka diproyeksikan pada akhir
tahun nanti densitas telepon akan mencapai 2,45 SST per 100 penduduk.
Target pemerintah sampai akhir pelita VII (2005) akan memasang 14 juta
saluran telepon, berarti rasio telepon akan mencapai 6,3 untuk 100 orang.
Sedangkan untuk akhir pelita VIII (2009) akan memiliki 21 juta saluran
telepon dengan ratio sembilan per seratus orang. Jika dibandingkan misalnya
pada tahun 1996 Swedia (tertinggi dunia) sudah mencapai 68 per seratus orang
dan hongkong 54 per seratus orang, maka peluang pasar di Indonesia sangat
terbuka luas.
Bulan Desember 2006 jumlah pelanggan TELKOM sebanyak 48,5 juta
pelanggan yang terdiri dari pelanggan telepon tidak bergerak kabel sejumlah
8,7 juta, pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel sejumlah 4,2 juta
pelanggan dan 35,6 juta pelanggan jasa telepon bergerak. Pertumbuhan jumlah
pelanggan TELKOM di tahun 2006 sebanyak 30,73% telah mendorong
kenaikan Pendapatan Usaha TELKOM dalam tahun 2006 sebesar 23%
dibanding tahun 2005. Sejalan dengan visi TELKOM untuk menjadi
perusahaan InfoComm terkemuka di kawasan regional serta mewujudkan
TELKOM Goal 3010 maka berbagai upaya telah dilakukan TELKOM untuk
tetap unggul dan leading pada seluruh produk dan layanan.
Selama tahun 2006 TELKOM telah menerima beberapa penghargaan
baik dari dalam maupun luar negeri, di antaranya The Best Value Creator, The
Best of Performance Excellence Achievement, Asia’s Best Companies 2006
Award dari Majalah Finance Asia. Saham TELKOM per 31 Desember 2006
dimiliki oleh pemerintah Indonesia (51,19%) dan pemegang saham publik
(48,81%), yang terdiri dari investor asing (45,54%) dan investor lokal
(3,27%). Sementara itu harga saham TELKOM di Bursa Efek Jakarta selama
tahun 2006 telah meningkat sebesar 71,2% dari Rp 5.900,- menjadi Rp
10.100,-. Kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir 2006 sebesar USD
22,6 miliar.
Dengan pencapaian dan pengakuan yang diperoleh oleh TELKOM,
penguasaan pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya kinerja keuangan,
serta potensi pertumbuhannya di masa mendatang, menjadikan TELKOM
sebagai model korporasi terbaik Indonesia. Seiring dengan semakin derasnya
arus globalisasi, yang didalamnya dituntut adanya pertukaran informasi yang
semakin cepat antar daerah dan negara, membuat peranan telekomunikasi
menjadi sangat penting. Telekomunikasi sebagai wahana bagi pertukaran
informasi akan semakin memperhatikan aspek kualitas jasa. Selain itu
perkembangan di bidang dunia informasi saat ini begitu cepat, baik dilihat dari
isi maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.
Masyarakat dunia informasi menyadari hal tersebut sehingga mereka berupaya
keras menciptakan infrastruktur yang mampu menyalurkan informasi secara
cepat, artinya mereka sangat membutuhkan jaringan telekomunikasi yang
memiliki kualifikasi sebagai information superhighway.
PT Telekomunikasi Indonesia merupakan pemegang hak monopoli
telekomunikasi domestik di Indonesia, untuk sambungan lokal sampai dengan
tahun 2001 dan sambungan jarak jauh sampai dengan tahun 2006. Sedangkan
untuk jasa sambungan internasional saat ini dilayani oleh dua perusahaan yaitu
PT Indosat dengan kode akses 001 dan PT Satelindo dengan kode akses 008.
Sesuai dengan UU N0.3/1989, Kepres No.8/1993, serta Kepmen N0.39/1993
yang mengatur bentuk kerjasama antara perusahaan swasta dan BUMN (dalam
hal ini PT TELKOM dan PT Indosat), bahwa perusahaan swasta dapat
menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar melalui kerjasama patungan
(joint venture), kerjasama operasi (KSO), dan kontrak manajemen. Sehingga
atas perusahaan-perusahaan swasta telekomunikasi di Indonesia, PT
TELKOM mempunyai bagian saham di dalamnya.
Pelanggan di Indonesia pada umumnya tidak mempunyai daya tawar
yang cukup kuat terhadap jasa telekomunikasi dasar ataupun jasa sambungan
langsung internasional, karena tidak punya pilihan sarana telekomunikasi dan
untuk jasa sambungan bergerak, pelanggan memang cukup banyak
mempunyai pilihan, tetapi hanya terbatas pada pilihan-pilihan tertentu serta
kurang bisa memuaskan pelayanan atas jasanya. Jika melihat dari data-data di
atas maka akan terlihat jelas potensi pasar jasa telekomunikasi yang cukup
besar dan meningkat dari tahun ke tahun , apalagi di Indonesia banyak potensi
pelanggan yang belum digarap.
PT Telkom dan PT Indosat sebagai penyelenggara jasa saluran
langsung internasional (SLI) memakai kabel serat optik, tidak saja untuk
jaringan darat, tapi juga di laut. Dengan kemajuan teknologi yang sudah
sedemikian pesat, jaringan kabel lama (tembaga) sudah tidak memadai lagi
baik untuk mengakomodasi data maupun informasi.Kebutuhan dalam negeri
pada tahun 1997 mencapai kurang lebih 500.000 single core kilometer,
sebenarnya produsen kabel serat optik dalam negeri telah mampu memasok
kebutuhan nasional. Namun demikian kenyataannya lain, karena hampir
sekitar 90% kebutuhan kabel serat optik dalam negeri masih diimpor dari luar
negeri sehingga pasokan untuk memenuhi kebutuhan kabel serat optik masih
tergantung pada produsen luar negeri. Kondisi daya tawar PT TELKOM tidak
terlalu lemah, karena pemasoknya terdiri dari banyak perusahaan, akan tetapi
jika fluktuasi nilai tukar mata uang dalam negeri tidak stabil hal ini yang
menjadi bumerang terhadap perusahaan telekomunikasi di Indonesia
seandainya nilai tukar rupiah melemah.
Bisnis pertelekomunikasian merupakan bisnis yang dinamik, menarik,
multi aspek dan pelopor dalam ekspansi global. Di sisi lain berbagai bukti
empirik secara tak langsung telah membuktikan bahwa sektor telekomunikasi
merupakan sektor bisnis yang paling diminati oleh perusahaan multi nasional
dalam kerangka ekspansi dan globalisasinya Ini terjadi baik dalam rangka
swastanisasi maupun dalam konteks aliansi strategis antar pelaku di negara
maju maupun dalam ekspansi ke negara berkembang. Berdasarkan kebijakan
pemerintah struktur pasar jasa telekomunikasi sudah diatur sedemikian rupa
sehingga perusahaan-perusahaan yang akan masuk dalam industri ini akan
mengalami kesulitan. Di samping itu perusahaan-perusahaan yang ada sudah
memiliki identitas merek yang biasanya merupakan nama dari perusahaan itu
sendiri ataupun jasa yang ditawarkan sebagai unggulan. Misalnya: 001
Indosat, 008 Satelindo, Satelindo GSM, Telkomsel GSM, Pasopati, dan lain-
lainnya.
Modal yang dibutuhkan untuk memasuki industri ini sangat besar,
mengingat mahalnya teknologi yang digunakan dan biaya pembangunan
jaringan yang luas. Sehingga yang dapat masuk ke industri ini adalah
pengusaha-pengusaha bermodal besar ataupun perusahaan-perusahaan raksasa
yang telah mapan. Jadi dengan kondisi tersebut di atas, maka kecil
kemungkinannya pendatang baru untuk dapat memasuki industri ini, karena
banyaknya barrier to entry, yang sengaja dibuat agar tidak meruntuhkan
pemain yang sudah ada.
Pada tahun 1999, dengan desakan yang sangat kuat dari IMF,
disahkanlah Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli
penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan
munculnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi
yang coba meraih pasar Indonesia yang besar. Pada 2002 jumlah pelanggan
sebanyak 5 juta pelanggan, Telkomsel merupakan market leader di bisnis
telekomunikasi mobile di Indonesia. Bahkan sampai saat ini Telkomsel masih
merupakan market leader untuk bisnis telekomunikasi padahal jumlah
penduduk Indonesia hampir sekitar 200 juta jiwa lebih sehingga peluang di
bisnis ini masih terbuka lebar. Ini menjadi sebuah landasan untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh rasio keuangan terhadap pendapatan saham
perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
hingga mengakibatkan ketertarikan bangsa asing untuk berinvestasi di bidang
ini. Kita bisa lihat pada kepemilikan perusahaan besar seperti Indosat yang
mayoritas sahamnya dimiliki oleh pihak asing STT, yaitu sebanyak 39,96%
dan saham SingTel singapura di Telkomsel bertambah menjadi 35%.
Perusahaan didirikan dengan tujuan mendapatkan laba, meningkatkan
penjualan serta maksimisasi nilai perusahaan. Dengan nilai perusahaan yang
tinggi, maka perusahaan akan dapat meningkatkan jumlah kekayaan para
pemilik modal. Oleh karena itu dalam teori manajemen keuangan modern
disebutkan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan
para pemegang saham (to maxsimize the wealth of it stockholder) dalam arti
bertujuan untuk memaksimalkan harga saham. Sementara itu tujuan investasi
adalah untuk mendapatkan pengembalian tingkat pendapatan yang akan
diterima dimasa yang akan datang. Pemilihan investasi yang tepat akan
mencerminkan perusahaan sebagai tempat penanaman modal yang baik bagi
investor, sehingga hal ini akan membantu mempertinggi nilai perusahaan.
Disamping itu, bila perusahaan berkembang baik, maka nilai perusahaan
meningkat sehingga nilai investasi pada perusahaan itu juga meningkat dan
akibatnya harga saham akan meningkat serta pendapatan saham juga
meningkat. “Kalau para pemodal membeli saham, berarti mereka membeli
prospek perusahaan. Kalau prospek perusahaan membaik harga saham
tersebut meningkat” (Husnan, 1994:29).
Sebagai upaya dalam mewujudkan pasar modal yang teratur, wajar dan
efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat sebagaimana
diamanatkan dalam undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal,
yaitu dengan memberikan perlindungan yang maksimal kepada masyarakat
pemodal. Salah satu bentuk perlindungan tersebut diantaranya adalah dengan
berusaha memastikan bahwa seluruh investor (publik) selaku pihak eksternal
dapat memperoleh informasi dan fakta-fakta material yang sama dengan yang
diperoleh oleh pihak internal perusahaan, seperti informasi kinerja perusahaan
sebagai salah satu dasar pertimbangan pengambilan keputusan. Informasi
seputar kinerja suatu perusahaan bisa dilihat dari berbagai media, diantaranya
adalah melalui laporan keuangan secara periodik dari perusahaan yang
bersangkutan. Laporan keuangan pada dasarnya adalah merupakan sebuah
hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan dan aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut.
Untuk menentukan tingkat kinerja keuangan perusahaan, diperlukan
suatu metode analisis rasio yang bertujuan menganalisa posisi keuangan suatu
perusahaan. Oleh sebab itulah rasio keuangan perusahaan menjadi faktor
penting untuk diketahui pengaruhnya terhadap pendapatan saham perusahaan
telekomunikasi yang saat ini menjadi bisnis yang menjanjikan dengan jumlah
pangsa pasar Indonesia yang begitu besar dan masih terbukanya peluang untuk
mengembangkan perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Apabila memang
pengaruh dari analisis rasio keuangan ini signifikan terhadap pendapatan
saham perusahaan, maka sudah bisa dipastikan bahwa dengan menganalisa
rasio keuangan perusahaan kita sudah bisa menentukan di perusahaan mana
kita harus berinvestasi. Rasio yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini
adalah rasio aktivitas, profitabilitas, leverage dan rasio penilaian pasar.
Rasio aktivitas terdiri dari perputaran persediaan yang merupakan rasio
antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan dan perputaran yang
merupakan rasio antara penjualan dengan total aktiva, rasio profitabilitas
terdiri atas return on asset yang merupakan rasio antara laba bersih setelah
pajak dengan total aktiva, selanjutnya adalah rasio leverage yang terdiri dari
debt to equity ratio yang merupakan rasio antara total kewajiban dengan
modal sendiri dan debt to total asset yang merupakan rasio antara total
kewajiban dengan total aktiva dan terakhir adalah rasio penilaian pasar yang
terdiri dari price earning ratio yang merupakan rasio antara harga saham
dengan laba per lembar saham serta price to book value yang merupakan rasio
total ekuitas saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut penulis berpikir bahwa
ternyata begitu pentingnya meneliti pengaruh rasio keuangan terhadap return
saham perusahaan yang berdasarkan pada laporan keuangan perusahaan
sebagai dasar penentuan penghitungan rasio keuangan, apalagi sampel
perusahaan yang diambil adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak
dibidang pertelekomunikasian di Indonesia yang sekarang telah menjadi bisnis
yang cukup menggiurkan serta mempunyai pasar yang cukup luas sehingga
pada akhirnya penulis menjadikan judul penelitian “ANALISIS PENGARUH
RASIO AKTIVITAS, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN RASIO
PENILAIAN PASAR TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN
TELEKOMUNIKASI” (Study Empiris Di Bursa Efek Indonesia) sebagai
judul penelitian yang akan diteliti.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah diatas, penulis dapat
mengajukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah variable Perputaran Persediaan (X1), Perputaran Total Aktiva
(X2), Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to Equity Ratio
(X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to Book Ratio (X7) berpengaruh
terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi?
2. Variable independent manakah yang paling berpengaruh terhadap return
saham perusahaan Telekomunikasi?
C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menganalisa pengaruh variable Perputaran Persediaan (X1),
Perputaran Total Aktiva (X2), Return on Asset (X3), Debt to Total
Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan
Price to Book Ratio (X7) terhadap return saham perusahaan
Telekomunikasi.
b. Untuk menganalisa pengaruh variable independen secara parsial
terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat atau kegunaan
penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan
untuk dapat lebih memperhatikan dan meningkatkan performa
keuangan perusahaan supaya dapat memberikan referensi tepat bagi
para investor untuk investasi.
b. Bagi Penulis
Kegiatan penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis
untuk menambah pengetahuan teoritis serta memperluas wawasan
untuk mempelajari secara langsung dan menganalissa pengaruh rasio
keuangan terhadap return saham perusahaan telekomunikasi.
c. Bagi Akademisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan
bagi penulis yang lainnya, dan memberikan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keuangan.
d. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi pemerintah untuk menentukan arah kebijakan pemerintah di
bidang telekomunikasi di Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pihak manajemen suatu
perusahaan merupakan hasil akhir dari proses atau kegiatan-kegiatan
akuntansi yang dilakukan perusahaan. Laporan dibuat untuk
mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaan terhadap pemilik dan
memberi informasi mengenai posisi keuangan yang telah dicapai
perusahaan. Laporan keuangan adalah suatu laporan tertulis yang
merupakan bentuk pandangan secara wajar mengenai posisi keuangan,
kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan keuangan menggunakannya dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka (IAI, 2002).
Laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan angka
akuntansi dari operasi dan posisi keuangan (Dewi Astuti, 2004). Adapun
jenis laporan keuangan yang pokok adalah neraca dan laporan rugi laba.
Neraca adalah laporan yang memberikan informasi mengenai jumlah
harta, hutang dan modal perusahaan pada saat tertentu. Informasi tersebut
dapat bersifat operasional atau strategis, baik kebijaksanaan modal kerja,
investasi maupun kebijaksanaan struktur permodalan secara garis besar,
neraca memberikan informasi mengenai sumber dan penggunaan dana
perusahaan (Sawir, 2001:3).
Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu
perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis
ekonomi untuk membuat proyeksi dan peramalan masa depan (Weston dan
Copeland, 1995:24). Financial statement (laporan keuangan) merupakan
suatu bentuk laporan bagi pemakai yang berisi segala informasi pencatatan
dan pengikhtisaran transaksi (Warren, 2005:19). Menurut Myer dalam
bukunya ”Financial Statement Analysis” yang diterjemahkan oleh
Munawir (1995:5) dalam Andree Boy (2008:17) laporan keuangan adalah
“dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu
perusahaan, kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi
keuangan dan daftar rugi-laba. Pada akhir-akhir ini sudah menjadi suatu
kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga
yaitu daftar laba yang tak dibagikan (laba ditahan)”. Malalui laporan
keuangan itu, secara periodik dilaporkan informasi penting mengenai suatu
perusahaan yang berupa :
a. Informasi mengenai sumber-sumber ekonomi, kewajiban dan modal
perusahaan.
b. Informasi mengenai perubahan-perubahan dalam sumber daya
ekonomi netto atau kekayaan bersih yang muncul dari aktivitas usaha
perusahaan dalam rangka memperoleh laba.
c. Informasi mengenai hasil usaha perusahaan yang dapat dipakai sebagai
dasar untuk menilai dan membuat estimasi tentang kemampuan
perusahaan dalam memnghasilkan laba.
d. Informasi mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan
kewajiban, yang disebabkan oleh aktivita pembelanjaan dan investasi.
e. Informasi penting lainnya yang berhubungan dengan laporan
keuangan, seperti kebijkasanaan akuntansi yang dianut oleh
perusahaan.
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan paragraph 7 mengemukakan pengertian sebagai berikut :
1) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
2) Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan atau laporan arus kas,
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang diamaksud
dengan laporan keuangan adalah suatu media untuk menyajikan informasi
yang telah dikumpulkan dan diolah dengan akuntansi keuangan yang
kemudian disusun dalam bentuk laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan
posisi keuangan serta laporan laba ditahan yang nantinya akan
dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainya.
Laporan laba rugi merupakan laporan mengenai pendapatan, biaya-
biaya dan laba perusahaan selama periode tertentu. Biasanya laporan ini
disusun dengan dua pendekatan, yakni pendekatan kontribusi dan
pendekatan fungsional. Pendekatan kontribusi membagi biaya-biaya
kedalam dua sifat pokok, yakni biaya variable dan biaya tetap. Pendekatan
ini biasanya dipergunakan dalam pengambilan keputusan manajemen
berkenaan dengan perencanaan biaya, dan laba.
Laporan laba rugi yang disusun dengan pendekatan fungsional
memberikan informasi mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap
fungsi utama dalam perusahaan (fungsi produksi, pemasaran, sumber daya
manusia dan umum, serta fungsi keuangan) (Sawir, 2001:4). Menurut
standar Akuntansi Keuangan (buku satu:5) tujuan laporan keuangan adalah
sebagai berikut :
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh
sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.
c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen
atau pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang
dipercayakan kepadanya.
2. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan
Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk
menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan: neraca, laporan
laba-rugi dan laporan arus kas (Keown dkk., 2001:17). Neraca
menggambarkan mengenai aktiva, utang dan ekuitas para pemilik
perusahaan untuk tanggal tertentu, sedangkan laporan laba-rugi
mengambarkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi perusahaan selama
periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan informasi dari neraca
dan laporan laba-rugi untuk menggambarkan sumber dan penggunaan kas
selama periode tertentu dalam sejarah hidup perusahaan.
a. Neraca
Menurut Graham Mott (1996:32) dalam Andree Boy (2008:22)
neraca merupakan suatu gambaran keuangan perusahaan pada satu
saat, biasanya pada hari terakhir bulan atau tahun. Satu sisi neraca
menunjukkan nilai semua aktiva yang dimiliki perusahaan, dan sisi
yang lain menunjukkan sumber-sumber dana untuk memperoleh aktiva
tersebut. Amin Widjaja Tunggal (1997:17) dalam bukunya “Akuntansi
Untuk Perusahaan Kecil dan Menengah” menyatakan neraca sebagai
suatu gambaran posisi keuangan suatu badan usaha pada saat tertentu
yang lazimnya disajikan dalam bentuk, aktiva, hutang dan modal.
Menurut definisi akuntansi, neraca dalam keadaan “seimbang” karena
adanya sifat: Aktiva = Kewajiban + Ekuitas.
Posisi keuangan disusun berdasarkan saldo perkiraan buku
besar sebagai hasil atas berlangsungnya transaksi-transaksi yang
berkaitan dengan kegiatan usaha sepanjang masa tertentu yang diolah
sedemikian rupa, sehingga pengolahan data transaksi kegiatan usaha
tersebut tidak saja dicatat secara historis, tetapi juga harus memenuhi
prinsip-prinsip akuntansi.
b. Laporan Laba (Rugi)
Laporan laba atau rugi adalah laporan yang memuat ikhtisar
dari pendapatan dan biaya-biaya suatu kesatuan usaha untuk satu
periode tertentu. Laporan laba/rugi digunakan pada perusahaan utuk
mengukur kinerja perusahaan dalam periode tertentu dan meramal
kondisi perusahaan yang akan datang, oleh karena itu arti laba menjadi
sangat penting didalam laporan keuangan (Amin Widjadja Tunggal,
1997:21).
c. Laporan Arus Kas
Arus Kas adalah kas yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dan
digunakan untuk membayar kepada kreditur dan pemegang saham
(Rosss dan Westerfield dalam Andree Boy, 2008:26). Laporan arus kas
adalah alat perencanaan yang akan membantu kita pada masa yang
akan datang, menentukan kapan uang tunai diperlukan untuk
membayar tagihan-tagihan, membantu manajer membuat keputusan
usaha dan membantu kita dalam mengatur segala sesuatu aktivitas kas
sebelum kas benar diperlukan (Gill dan Chatton, 2003:22).
3. Analisis Laporan Keuangan
Untuk mengetahui kondisi dan prestasi keuangan perusahaan, bisa
dilakukan dengan analisa laporan keuangan. Analisa yang dilakukan
mempunyai tekanan yang berbeda antara kreditor jangka pendek, kreditor
jangka panjang dan pemilik perusahaan. Ada yang lebih tertarik pada
posisi likuiditas dan ada yang tertarik pada profitabilitaas. Alat analisa
yang bisa digunakan untuk mengetahui kondisi dan prestasi keuangan
perusahaan adalah analisa rasio dan proporsional. Pada umumnya rasio
keuangan yang dihitung bisa dikelompokkan menjadi enam jenis yaitu :
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. Rasio likuiditas
yang sering digunakan adalah current ratio, quick ratio (acid test
ratio) dan cash ratio.
b. Rasio Leverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana
yang disupply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan
dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan. Rasio ini mempunyai
beberapa implikasi, pertama, para pemberi kredit akan melihat kepada
modal sendiri untuk melihat batas keamanan pemberian kredit. Kedua,
dengan menggunakan hutang, memberi dampak yang positif bagi
pemilik, karena perusahaan memperoleh dana tetapi pemilik tidak
kehilangan kendali atas perusahaan. Ketiga, apabila perusahaan
mendapat keuntungan yang lebih besar dari beban bunga, maka
keuntungan bagi pemilik modal sendiri akan menjadi lebih besar. Di
dalam praktek rasio ini dihitung dengan dua cara. Pertama, dengan
memperhatikan data yang ada dineraca. Kedua, mengukur resiko
hutang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban tetap
hutang bisa ditutup oleh laba operasi. umumnya para analis
menggunakan keduanya. Analisa ini terdiri dari Debt Ratio, Times
Interest Karned, Fixed Charger Coverage dan Debt Service Coverage.
c. Rasio Aktivitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen
dalam menggunakan sumber dayanya. Semua rasio aktifitas
melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada
berbagai jenis harta. Rasio ini terdiri dari inventory turn over, periode
pengumpulan piutang, fixed asset turn over, dan total asset turn over.
d. Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen
yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi
perusahaan. Rasio ini terdiri dari profit margin on sales, return on total
asset, return on net worth.
e. Rasio Pertumbuhan
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaan
mempertahankan posisi ekonominya pertumbuhan ekonomi dan
industri.
f. Rasio Penilaian
Rasio ini merupakan ukuran prestasi perusahaan yang paling
lengkap oleh karena rasio tersebut mencemirkan kombinasi pengaruh
dari rasio resiko dengan rasio hasil pengembalian.
B. Rasio Keuangan
1. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah alat utama untuk menganalisis keuangan,
rasio dapat menstandarisasi informasi keuangan yang dapat dipakai
sebagai alat pembanding antar perusahaan dengan ukuran yang berbeda
(Keown dkk., 2001:108). Rasio keuangan adalah suatu cara untuk
melakukan perbandingan data keuangan perusahaan agar menjadi lebih
berarti. Rasio keuangan menjadi dasar untuk menjawab beberapa
pertanyaan penting mengenai kesehatan keuangan dari perusahaan.
Pertanyaan tersebut meliputi likuiditas perusahaan, kemampuan
manajemen memperoleh laba dari penggunaan aktiva perusahaan dan
kemampuan manajemen mendanai investasinya serta hasil yang dapat
diperoleh pemegang saham dari investasi yang dilakukannya kedalam
perusahaan. Pengggunaan rasio keuangan dapat dikriteriakan sebagai
berikut :
a. Bagi manajemen perusahaan
Rasio keuangan dipergunakan untuk perencanaan dan
mengevaluasi performance (prestasi) manajemen dikaitkan dengan
rata-rata prestasi industri.
b. Bagi manajer kredit
Rasio keuangan dipergunkan untun memperkirakan resiko
potensial yang dihadapi oleh para peminjam (debitur) dikaitkan dengan
adanya jaminan kelangsungan pembayaran tingkat keuntungan yang
diminta.
c. Bagi para investor
Rasio keuangan ini digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi
nilai saham dan obligasi berbagai perusahaan.
d. Bagi manajer perusahaan
Rasio keuangan dipergunakan untuk mengidentifikasi
kemungkinan melakukan merger (penggabungan) dengan perusahaan
lain (Sartono, 1997:21).
Sejumlah rasio yang tidak terbatas banyaknya dapat dihitung, akan
tetapi pada prakteknya cukup digunakan beberapa jenis rasio saja.
Walaupun rasio-rasio merupakan alat ukur yang sangat berguna, tetapi
tidak terlepas dari beberapa kelemahan dan harus digunakan dengan hati-
hati (J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham, 1997). Oleh sebab itulah
dalam penelitian ini dipergunakan beberapa rasio saja yang berguna bagi
penelitian ini.
C. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan
perhitungan laba/rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran
tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis
rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para
kreditor dan investor serta memberikan pandangan kedalam tentang
bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh. Rasio analisis keuangan meliputi
dua jenis perbandingan. Pertama, analisis dapat memperbandingkan rasio
sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan yang
sama. Jika rasio keuangan disajikan dalam bentuk suatu daftar untuk periode
beberapa tahun, analisis dapat mempelajari komposisi perubahan-perubahan
dan menetapkan apakah telah terdapat suatu perbaikan atau bahkan sebaliknya
didalam kondisi keuangan dan prestasi perusahaan selama jangka waktu
tertentu.
Kedua, perbandingan meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan
perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik
yang sama. Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang
kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Rasio keuangan adalah hal penting
yang harus ada, karena hanya dengan cara membandingkan rasio keuangan
satu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis seorang analis dapat
memberikan pertimbangan yang realistis (Sawir, 2001:6-7).
Pada dasarnya rasio keuangan dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu:
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Aktivitas
3. Rasio Profitabilitas
4. Rasio Leverage
5. Rasio Penilaian (Rasio Pasar)
Sejumlah rasio yang tidak terbatas banyaknya dapat dihitung, akan
tetapi dalam prakteknya cukup digunakan beberapa jenis rasio saja. Walaupun
rasio-rasio merupakan alat yang sangat berguna, tetapi tidak terlepas dari
beberapa kelemahan dan harus digunakan dengan hati-hati (J. Fred Weston
dan Eugene F. Brigham, 1997). Karena perbedaan tujuan dan harapan yang
ingin dicapai, maka analisis keuangan juga beragam. Bagi pemilik (pemegang
saham) dan calon investor akan melihat dari segi profitabilitas dan resiko,
karena kestabilan harga saham tergantung dengan tingkat keuntungan yang
diperoleh dan dividen dimasa datang.
Bagi manajemen akan lebih memperhatikan semua aspek analisis
keuangan apakah yang sifatnya jangka pendek ataupun jangka panjang, karena
tanggungjawabnya untuk mengelola operasi perusahaan setiap hari dan
memperoleh laba yang kompetitif. Maka agar kebijakan yang diambil manajer
tepat, maka rasio-rasio keuangan akan menjadi landasan para manajer dalam
pengambilan keputusannya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Lima kelompok rasio keuangan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Rasio Likuiditas
Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar
kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas
perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang
mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga,
piutang, persediaan.
Dengan menggunakan laporan keuangan yang terdiri atas neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan modal maka rasio-rasio tersebut
adalah: RatioCurrent =LancarUtang
LancarAktiva
Semakin tinggi current ratio berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Aktiva
lancar yang dimaksud adalah termasuk kas, piutang, surat berharga dan
persediaan. Dari aktiva lancar tersebut, persediaan merupakan aktiva
lancar yang kurang likuid dibandingkan dengan kas, piutang dan surat
berharga (Sartono, 1996:121).
RasioTestAcid =LancarUtang
PersediaanLancarAktiva
Rasio ini seperti halnya current ratio, tetapi hanya
memperhitungkan aktiva lancar yang benar-benar likuid saja, yakni aktiva
lancar diluar persediaan. Pengertian likuiditas sebenarnya mengandung
dua dimensi yaitu waktu yang diperlukan untuk mengubah aktiva menjadi
kas serta kepastian harga yang akan terjadi.
Dengan demikian diantara ketiga elemen aktiva lancar tersebut
memang piutang lebih likuid dibandingkan dengan persediaan dan
memerlukan waktu lebih pendek untuk mengubahnya menjadi kas
(Sartono, 1996:122).
2. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan investasi dan
sumber daya ekonomis untuk menghasilkan penjualan yang
menguntungkan .
Oleh karena itu penjualan yang menguntungkan memerlukan
pelaksanaan investasi yang sehat. Salah satu tujuan manajer keuangan
adalah menentukan seberapa besar efisiensi investasi pada berbagai aktiva.
Dengan kata lain rasio aktivitas menunjukkan berbagai sumber daya telah
dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan
rasio aktivitas dengan standar industri maka dapat diketahui tingkat
efisiensiperusahaan dalam industri (Sartono, 1996:125).
Rasio aktivitas meliputi :
a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Adalah rasio antara harga pokok penjualan atau penjualan
dengan rata-rata persediaan yang mengukur efisiensi pengguna
persediaan. Perputaran persediaan yang tinggi menunjukkkan bahwa
perusahaan tidak mempertahankan persediaan yang berlebihan. Pola
tersebut perlu disesuaikan apabila usaha perusahaan sangat
dipengaruhi oleh faktor musim (seasonal) atau sangat berfluktuasi dari
waktu ke waktu dalam satu periode tertentu.
Rumus Perputaran Persediaan adalah :
PersediaanPerputaran =PersediaanrataRata
KreditPenjualan
Atau
PersediaanPerputaran =PersediaanrataRata
PenjualanPokokHarga
Perusahaan yang perputaran persediaannya makin tinggi berarti
makin efisien, tetapi perputaran yang terlalu tinggi juga tidak baik,
untuk itu perlu ditentukan keseimbangan (Sartono, 1997:23).
b. Rata-rata periode pengumpulan piutang (Periode penagihan rata-rata
atau average collection period)
Adalah rasio antara piutang dengan penjualan per hari. Rasio
ini mengukur efisiensi dalam pengumpulan piutang perusahaan dengan
membandingkan persyaratan penjualan yang telah ditentukan. Periode
penagihan piutang rata-rata dihitung dalam dua langkah yaitu
penjualan tahunan dibagi dengan 360 untuk menentukan penjualan
harian rata-rata dan piutang dagang dibagi dengan penjualan harian
untuk mendapatkan jumlah hari penjualan terikat dalam piutang
(Sartono, 1997:24).
Rumus rata-rata penagihan piutang :
PiutangPerputaran =rataRataPiutang
Penjualan
PenagihanrataRata =PiutangPerputaran
Hari360
Terlalu tinggi periode pengumpulan piutang berarti bahwa
kebijakan kredit terlalu bebas, akibatnya timbul bad-debt dan investasi
dalam piutang menjadi terlalu besar akibatnya keuntungan akan
menurun. Sebaliknya periode pengumpulan piutang yang terlalu
pendek berarti kebijakan kredit terlalu ketat dan besar kemungkinan
perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan. Untuk itu standar kredit perlu diperlonggar.
c. Perputaran Aktiva Tetap ( Fixed Asset Turnover )
Adalah rasio antara penjualan dengan aktiva tetap yang
mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap atau perputaran aktiva
tetap. Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan
aktiva tetapnya seperti gedung, kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan
kantor.
Rumus Perputaran Aktiva Tetap :
TetapAktivaPerputaran =BersihTetapAktiva
Penjualan
d. Perputaran Total Aktiva ( Total Asset Turnover )
Perputaran Total Aktiva adalah rasio antara penjualan dengan
total aktiva yang digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan
secara keseluruhan. Rasio yang rendah merupakan indikasi bahwa
perusahaan tidak beroperasi pada volume memadai bagi kapasitas
investasinya. Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana
efektifitas perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva untuk
menciptakan penjualan dan memperoleh laba (Sartono, 1997:24).
Rumus Perputaran Total Aktiva :
AktivaTotalPerputaran =AktivaTotal
Penjualan
3. Rasio Profitabillitas
Rasio Frofitabillitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva, investasi maupun modal sendiri. Ada
beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan diantaranya
adalah:
a. Margin laba terhadap penjualan ( Net Profit Margin )
Net profit margin adalah rasio antara laba bersih setelah pajak
dengan penjualanyang mengukur laba bersih yang dihasilkan dari
setiap rupiah penjualan (Sartono, 1997:24 ). Profit margin digunakan
untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini dapat dipengaruhi
oleh intensitas modal dalam industri tempat perusahaan bergerak.
Untuk menghasilkan hasil pengembalian atas modal, diperlukan hasil
pengembalian atas penjualan yang lebih tinggi. Semakin tinggi net
profit margin, semakin baik kinerja operasional perusahaan.
Rumus margin laba bersih:
MarginProfitNet =Penjualan
BersihLaba
b. Return On Investment atau Return On Asset (ROI / ROA)
Adalah rasio keuangan yang mennunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunkan. Semakin
tinggi rasio return on asset, semakin baik keadaan suatu perusahaan
(Syamsudin, 1998:63)
Rumus ROA :
AssetOnReturn =AktivaTotal
PajakSetelahBersihLaba
c. Return On Equity (ROE)
Adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba atas modalnya sendiri
(Tjiptono dan Hendy, 2006:200).
Rumus ROE =
EquityOnReturn =SendiriModal
PajakSetelahBersihLaba
4. Financial Leverage Ratio
Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang
untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai
leverage berarti menggunakan modal sendiri semuanya yaitu sebesar
100% modal usahanya tidak di biayai oleh hutang. Pengguna utang itu
sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi yaitu :
a. Pemberi kredit akan menitik beratkan pada besarnya jaminan atas
kredit yang diberikan.
b. Dengan menggunakan hutang, maka apabila perusahaan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik
perusahaan keuntungannya akan meningkat.
c. Menggunakan hutang maka agar memperoleh dana dan tidak
kehilangan pengendalian perusahaan.
Rasio-rasio hutang antara lain :
1) Debt total assets
Adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara total
hutang atau kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini juga akan menjadi
variabel bebas dalam penelitian ini.
Rumus :
AktivaTotal
KewajibanTotalAssetTotaltoDebt
2) Debt to equity ratio
Adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara total
hutang atau kewajiban dengan modal sendiri.
Rumus :
SendiriModal
KewajibanTotalRatioEquitytoDebt
Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang
dihadapi dan investor akan meminta keuntungan yang semakin tinggi.
Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang
rendah untuk membiayai aktiva (Sartono, 1996:127).
3) Time interest earned ratio
Adalah rasio antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi beban tetapnya berupa bunga, atau mnegukur seberapa jauh
laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan
karena tidak mampu membayar bunga. Oleh karena itu rasio ini
penting dalam menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap
pendapatan saham pada sebuah perusahaan.
Rumus :
BungaBeban
EBITRatioEarnedInterestTime
4) Fixed charge coverage ratio
Adalah rasio yang mengukur berapa besar kemampuan
perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran
deviden saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa. Karena
tidak jarang perusahaan menyewa aktivanya dari perusahaan leasing
dan harus membayar angsuran tertentu.
Rumus :
SewaPembayaranBunga
SewaPembayaranBungaEBITCoverageChargeFixed
5) Debt service coverage
Adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Jadi
sama dengan leverage yang lain, hanya dengan memasukkan angsuran
pokok pinjaman. (Sartono, 1996:129).
Rumus Debt service coverage :
T1
pinjamanpokokAngsuranSewai
EBITcoverageServiceDebt
Keterangan: i = Bunga
T = Pajak
5. Rasio Penilaian
Rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh
untuk suatu perusahaan karena mencerminkan pengaruh gabungan dari
rasio hasil pengembalian dan resiko (Weston dan Copeland, 1995:244).
Rasio penilaian merupakan suatu rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menciptakan nilai pada pemegang saham.
Rasio ini terdiri dari :
a Price Earning Ratio (PER)
Adalah rasio yang menunjukkan perbandingan harga pasar per
saham terhadap laba per saham. Semakin tinggi rasio price earning
ratio, maka semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan laba yang
diharapkan, sehingga semakin tinggi tingkat kepercayaan investor
terhadap masa depan perusahaan.
Rumus :
RatioEarningPrice =SahamPerLaba
SahamHarga
b Price to Book Value (PBV)
Rasio Price to Book Value adalah rasio yang dipergunakan
untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di pasar
dibandingkan dengan nilai buku sahamnya.
Rumus :
ValueBooktoPrice =SahamPerBukuNilai
SahamHarga
D. Return Saham
1. Pengertian Return Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT). pemilik saham suatu perusahaan
disebut sebagai pemegang saham. Saham merupakan surat berharga yang
mempunya return paling tinggi dengan resiko yang paling tinggi pula.
Semakin tinggi resiko maka akan semakin tinggi tingkat return yang
diharapkan. Seorang pemegang saham pada prinsipnya lebih
berkepentingan dengan keuntungan saat ini dan dimasa-masa yang akan
datang, dengan stabilitas keuntungan tersebut dan perbandingannya
dengan perusahaan lain.
Pendapatan saham adalah perubahan nilai saham antara periode t1
dengan periode t dibandingkan dengan periode t. Investor yang melakukan
investasi pada saham dapat memperoleh pendapatan yang tinggi, melalui
pemilihan saham perusahaan yang berprospek cerah, sehingga investor
mempunyai kemungkinan lebih tinggi untuk memperoleh pendapatan
saham lebih besar dimasa mendatang.
2. Rumus Return Saham
Ri =1-Pt
1-Pt-Pt
Ri = Return saham
Pt = Harga saham pada periode tertentu
Pt-1 = Harga saham pada periode sebelumnya
E. Pengaruh Rasio Keuangan Bagi Pemegang Saham
Para pemegang saham sebagai investor sangat berkepentingan pada
analisis rasio keuangan perusahaan. Secara teoritis pemegang saham
sebenarnya merupakan pemodal yang menjadi pemilik sebuah perusahaan,
namun dalam kenyataannya para investor memiliki motif yang berbeda-beda.
Sebagian investor membeli saham sebuah perusahaan untuk tujuan spekulasi
dengan harapan akan mempeoleh keuntungan dari selisih perubahan harga
saham jangka pendek. Kelompok investor ini lebih mengharapkan keuntungan
dari selisih harga beli dengan harga jual saham di pasar modal, sehingga
kelompok investor ini lebih suka menggunakan rasio profitabilitas yang
meliputi return on investment (ROI), return on asset (ROA) dan margin laba
terhadap penjualan. Sedangkan kelompok investor lain lebih cenderung
bertujuan untuk memiliki saham perusahaan dalam jangka panjang dengan
tujuan khusus untuk menguasai perusahaan. Kelompok investor ini lebih suka
menggunakan rasio earning power yaitu hasil kali net profit dengan
perputaran aktiva.
Earning power merupakan tolok ukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan. Rasio ini menunjukkan
pula tingkat efisiensi investasi yang nampak pada perputaran aktiva. Apabila
perputaran aktiva meningkat dan net profit margin tetap maka earning power
juga akan meningkat. Hingga pada akhirnya rasio keuangan perusahaan yang
akan menjadi salah satu acuan memilih oleh para investor untuk melakukan
investasi.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang “Pengaruh rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio
leverage, dan rasio penilaian terhadap pendapatan saham perusahaan
Automotif and Allied product di BES” telah dilakukan oleh Sonang Sitohang
(2003). Sonang Sitohang adalah seorang staff pengajar sebuah perguruan
tinggi dan praktisi pasar modal. Penelitian tersebut dilakukan dengan menguji
hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi berganda. Dengan hasil
pengujian, variabel yang dominant berpengaruh terhadap pendapatan saham
adalah price to book value (X7) dan dari pengujian secara parsial diperoleh
hasil bahwa variabel Return on Asset (X3), Debt to Equity (X4) serta Price to
Book Value (X7) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap
pendapatan saham (Y). Secara bersama-sama juga variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat dengan hasil uji Fhitung > Ftabel.
Yarnest (2002) meneliti mengenai “Pengaruh Variable Kinerja
Keuangan Suatu Perusahaan Terhadap Return Saham (study kasus di Bursa
Efek Surabaya)”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui
apakah kinerja kinerja keuangan perusahaan yang terdiri dari EPS, EVA,
ROA, ROE, dan Financial Leverage secara simultan mempunyai pengaruh
yang berarti terhadap return saham dan untuk mengetahui variable kinerja
keuangan manakah yang mempunyai pengaruh dominan terhadap return
saham. Hasil dari peneltian tersebut menunjukkan bahwa variable kinerja
keuangan yang terdiri dari EPS, EVA, ROA, ROE, dan Financial Leverage
secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham,
variabel return on asset (ROA) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
return saham di Bursa Efek Surabaya.
Penelitian yang dilakukan Almilia dan kristijadi (2003) mengenai
“Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian
ini menggunakan 24 perusahaan sampel yang dikategorikan mengalami
financial distress dan 37 yang tidak mengalami financial distress. Metode
yang digunakan adalah metode analisis statistik regresi logistik dan
membentuk 12 kali persamaan regresi logit untuk mengkombinasikan setiap
rasio keuangan. Hasil dari penelitian ini adalah rasio NI/S, CL/TA, CA/CL
dan growth NI/TA merupakan varibel yang signifikan untuk memprediksi
financial distress perusahaan. Variabel NI/S berpengaruh signifikan pada
tingkat 5% dan berpengaruh negative pada financial distress suatu perusahaan,
CL/TA signifikan pada tingkat 10% dan berpengaruh negatif pada financial
distress suatu perusahaan, CA/CL signifikan pada tingkat 5% dan berpengaruh
negative pada financial distress sedangkan variabel growth NI/TA signifikan
pada tingkat 5% dan berpengaruh secara positif pada financial distress suatu
perusahaan.
G. Kerangka Berpikir
Penulis berpikir bahwa langkah awal yang harus ditempuh adalah
mencari data dari mengenai laporan keuangan, index statistic serta harga
saham perusahaan telekomunikasi yang sudah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Kemudian mengolah data yang telah didapat yang berupa laporan
keuangan dan harga saham beserta data index statistic dari perusahaan-
perusahaan yang menjadi objek penelitian. Setelah itu kemudian menghitung
rasio keuangan yang dijadikan sebagai variabel bebas serta return saham
sebagai variabel terikatnya. Setelah itu barulah dilakukan pengujian model
regresi serta melakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah
model regresi yang digunakan baik. Selanjutnya melakukan pengujian regresi
berganda, sampai pada akhirnya melakukan pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji-F secara simultan, uji-t untuk pengujian secara parsial, dan
koefisien Determinasi. Setelah itu maka dengan menggunakan metode tersebut
akan diketahui pengaruh rasio keuangan terhadap return saham dan dapat
digambarkan dengan bagan pada gambar 2.1 tentang kerangka pemikiran
sebagai berikut:
Perputaran TotalAktiva
PER
Uji Model Regresi
Uji Asumsi Klasik
ROA
DTA
Analisis Rasio Keuangan danReturn Saham
Uji Regresi Berganda
Uji F Uji t Koefesien Determinasi R²
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Rasio Aktivitas Rasio Profitabilitas RasioLeverage
RasioPenilaian
PerputaranPersediaan
DER
PBV
H. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau salah.
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ho : βj = 0 ; Perputaran persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2),
Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to
Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to
Book Ratio (X7) tidak berpengaruh terhadap return saham
perusahaan Telekomunikasi.
Ha : βj ≠ 0 ; Perputaran persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2),
Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to
Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to
Book Ratio (X7) berpengaruh terhadap return saham
perusahaan Telekomunikasi.
2. Ho : βj = 0 ; Perputaran persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2),
Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to
Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to
Book Ratio (X7) secara parsial tidak berpengaruh terhadap
return saham perusahaan Telekomunikasi.
Ha : βj ≠ 0 ; Perputaran persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2),
Return on Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to
Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan Price to
Book Ratio (X7) secara parsial berpengaruh terhadap return
saham perusahaan Telekomunikasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang bergerak
dibidang telekomunikasi di Indonesia dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) serta memiliki laporan keuangan triwulanan secara berturut-turut dari
tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel yang di ambil dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi
yang akan diteliti yaitu perusahaan-perusahaan yang termasuk kedalam
perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan mempunyai laporan keuangan secara berturut-turut dari
tahun 2003 sampai tahun 2007.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan, teknik pengumpulan
data sekunder adalah sebagai berikut :
1. Riset kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data yang didasarkan pada teori-teori
dari berbagai literature yang berhubungan dengan obyek penelitian. Data
yang diperlukan untuk penelitian diperoleh dari buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Data yang
dibutuhkan dapat juga diambil dari internet sebagai salah satu media riset
kepustakaan.
2. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mencatat data dari dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian di
Bursa Efek Indonesia.
Data sekunder tersebut adalah :
a. Data berupa laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun dan
prospectus perusahaan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai
dengan 2007 serta data index statistic dari Bursa Efek Indonesia.
b. Data berupa informasi harga saham perusahaan-perusahaan yang
bergerak di bidang telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia dari tahun
2003 sampai dengan 2007.
D. Metode Analisis
1. Metode Analisis Regresi Berganda
Regresi bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu
variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel
tergantung atau dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut
variabel bebas atau variabel independen. Regresi yang memiliki satu
variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen disebut regresi
berganda. Model regresi linier berganda dikatakan model yang baik jika
model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari
asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu multikolineritas, autokorelasi, dan
heteroskedastisitas.
Adapun persamaan dari regresi berganda dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Dimana:
Y = Return saham
x1 = Perputaran Persediaan
x2 = Perputaran Total Aktiva
x3 = Return on Asset
x4 = Debt to Total Assets
x5 = Debt to Equity Ratio
x6 = Price Earnig Ratio
x7 = Price to Book Ratio
a = Konstanta
b = Koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel terikat yang didasarkan pada hubungan nilai
variabel bebas
е = Error
Y = a + b X1 + bX2+ bX3+ bX4+ bX5+ bX6+ bX7+е
2. Uji Asumsi Klasik
Suatu model regresi berganda dapat dikatakan sebagai model yang
baik jika model tersebut terbebas dari asumsi-asumsi klasik, baik itu
multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
a. Uji Autokorelasi
Autokorelasi akan terjadi apabila terdapat korelasi antara residu
(ei) dengan variabel tergantung (Y). untuk mendeteksi terjadi/tidaknya
auto korelasi dapat dilihat dari nilai koefesien Durbin-watson test
(DWT). Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time
series dengan n–sampel adalah periode waktu. Sedangkan untuk
sampel data section dengan n-sampel item seperti perusahaan, orang,
wilayah dan yang lain sebagainya jarang terjadi, karena variabel
penggangu item sampel yang satu berbeda dengan yang lain.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini bertujuan untuk mengetahui distribusi
data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang
baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang yang
memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan
beberapa cara, diantaranya:
1) Nilai skewness
Nilai skewness digunakan untuk mengetahui bagaimana
distribusi normal data dalam variabel dengan menilai kemiringan
kurva. Dan nilai skewness yang baik adalah mendekati angka 0.
Jika kemiringan dilihat dari nilai skewness, nilai skewness ini
bersifat mutlak (+/-), ketinggian kurva dilihat dari nilai kurtosis.
Nilai kurtosis tidak berpengaruh terhadap penilaian distribusi
normal.
2). Normal P-Plot
Uji normalitas data dengan Normal P-Plot, suatu variabel
dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang
menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data
searah mengikuti garis diagonal.
c. Multikolineritas
Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya
variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel
independen lain dalam suatu model (Nugroho, 2005 : 58). Artinya, uji
ini melihat adakah hubungan linier antara variabel dependen dan
independen pada sebuah regresi.
Deteksi multikolineritas pada suatu model dapat dilihat dari
beberapa hal (Nugroho:2005:58):
a. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan
nilai Tolerance tidak kurang dari 0.1, maka model dapat dikatakan
terbebas dari multikolineritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10
maka Tolerance = 1/10 = 0.1. Semakin tinggi VIF maka semakin
rendah Tolerance.
b. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel
independen kurang dari 0.7, maka model dapat dinyatakan bebas
dari asumsi klasik multikolineritas. Jika lebih dari 0.7 maka
diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel
independen sehingga terjadi multikolineritas.
c. Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun
R-Square diatas 0.60 namun tidak ada variabel independen yang
berpengaruh terhadap variabel dependen, maka model terkena
multikolineritas.
d. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui terjadinya
perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang
diprediksi dengan Studentized Delete Residual. Model regresi yang
baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual
suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain. Cara
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat
dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada
gambar Scatterplot yang menyatakan model linier berganda tidak
terdapat heteroskedastisitas jika :
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka
0 (Nol).
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data yang di peroleh tidak boleh membentuk
pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar
kembali.
d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
2. Uji Regresi Berganda
a. Uji Simultan dengan F-Test
Uji F-test bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama
variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil F-test ini pada
output SPSS 16.0 dapat dilihat pada tabel ANOVA. Hasil F-test
menunjukan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom Sig.) lebih kecil
dari level of significant yang ditentukan, atau F hitung (pada kolom F)
lebih besar dari F tabel. F tabel dihitung dengan cara df1 = k-1, dan
df2 = n- k, k adalah jumlah variabel dependen dan independen. Jika
nilai F hitung lebih besar dari pada nilai F tabel yang telah di peroleh
berarti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara
bersama-sama adalah signifikan.
b. Uji Parsial dengan T-Test
Uji t-test bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual (parsial)
terhadap variabel dependen. Pada output SPSS 16.0 dapat dilihat pada
tabel Coefficientsa. Nilai dari uji t-test dapat dilihat dari p-value (pada
kolom Sig.) pada masing-masing variabel independen, jika p-value
lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau t-hitung (pada
kolom t) lebih besar dari t-tabel.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel
dependen. Nilai R Square dikatakan baik jika diatas 0.5 karena nilai R
Square berkisar antara 0 sampai 1. Pada output SPSS koefisien
determinasi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R Square.
E. Operasional Variabel Penelitian
Definisi Operasional Variabel
1. Yang menjadi variabel bebas (X) adalah rasio keuangan
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab timbulnya variabel terikat (Sugiono, 2005) (X). Di dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah rasio keuangan
karena variabel tersebut mempengaruhi atau yang menjadi sebab
timbulnya variabel terikat. Variabel bebas (X) yaitu:
a. Rasio Aktivitas
Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif
perusahaan dalam memanfaatkan investasi dan sumberdaya ekonomis
untuk menghasilkan penjualan yang menguntungkan. Rasio ini
menunjukkan seberapa cepat aktiva lancar dapat sikonversikan
kedalam kas.
Pengukuran rasio aktivitas meliputi :
1). Perputaran persediaan (X1)
Adalah rasio antara harga pokok penjualan atau penjualan
dengan rata-rata persediaan dengan rata-rata persediaan yang
mengukur efisiensi penggunaan persediaan.
2). Perputaran total aktiva (X2)
Adalah rasio antara penjualan dengan total aktiva yang
mengukur efisiensi pengguanaan aktiva secara keseluruhan.
b. Rasio Profitabilitas
Menurut Dewi Astuti didalam bukunya menyatakan bahwa
profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba. Rasio profitabilitas terdiri atas rasio marjin laba atas penjualan,
rasio pengembalian atas total aktiva yang dikenal dengan return on
asset ratio, rasio pengembalian atas ekuitas saham biasa atau return on
equity ratio.
Pengukuran rasio profitabilitas yang digunakan adalah :
Return on Asset (X3)
Adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total
aktiva yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dari aktiva yang digunakan.
c. Rasio Leverage
Adalah rasio keuangan yang mengukur seberapa jauh
perusahaan dibiayai dengan hutang.
Pengukuran rasio leverage meliputi :
1). Debt to Equty Ratio (X4)
Adalah rasio antara total hutang dengan modal sendiri yang
dinyatakan dengan prosentase.
2). Debt to total asset (X5)
Adalah rasio antara total hutang dengan total aktiva yang
dinyatakan dengan prosentase.
d. Rasio Penilaian (pasar)
Adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menciptakan nilai pada masyarakat atau investor (pemegang saham).
Pengukuran rasio penilaian meliputi :
1). Price Earning Ratio (PER) (X6)
Adalah rasio antara harga saham dengan laba per saham
(EPS) yang dinyatakan dalam bentuk rasio.
2). Price to Book Value (PBV) (X7)
Nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas saham
biasa dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar.
2. Yang menjadi variabel terikat (Y) adalah return saham
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah return saham yang
merupakan variabel terikat karena return saham dipengaruhi oleh adanya
variabel bebas. Return saham adalah nilai perubahan saham antara periode
tertentu dengan periode sebelumnya dibandingkan dengan periode tertentu
yang dinyatakan dalam bentuk prosentase dan merupakan prosentase
kekayaan pemegang saham untuk suatu jangka waktu. Peningkatan dalam
rupiah adalah sama dengan dividen tunai yang diterima dalam suatu
jangka waktu ditambah dengan perubahan dalam nilai saham yang berlaku
pada jangka waktu tersebut. Pada penelitian ini yang menjadi varibel
terikat atau variabel dependennya adalah return saham.
BAB IV
PENEMUAN DAN HASIL PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
a. Bursa Efek Indonesia
Efektif tanggal 1 Desember 2007, kita akan memasuki satu
babak baru dalam perjalanan Bursa Efek di Indonesia, yaitu dengan
adanya penggabungan (merger) Bursa Efek Surabaya kedalam Bursa
Efek Jakarta. Penggabungan tersebut di ikuti dengan kehadiran entitas
baru yang mencerminkan kepentingan pasar modal secara nasional
yaitu Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange). Bursa Efek
Indonesia memfasilitasi perdagangan saham (equity), surat utang (fixed
income), maupun perdagangan derivatif (derivative instruments).
Hadirnya bursa tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi
industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya tarik untuk
berinvestasi. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum
Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman
kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal
ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan
pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak
tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan
seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar
modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari
pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat
berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia
mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa
tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan
berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Tonggak
perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
1) 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di
Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
2) 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
3) 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama
dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.
4) Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek
di Semarang dan Surabaya ditutup.
5) 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang
Dunia II.
6) 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU
Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri
kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR.
Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan:
Obligasi Pemerintah RI (1950).
7) 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek
semakin tidak aktif.
8) 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
9) 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana
Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar
Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan
go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
10) 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah
emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih
instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
11) 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES
87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk
melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan
modal di Indonesia.
12) 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar
Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa
terlihat meningkat.
13) 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),
sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
14) Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan
pasar modal.
15) 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek
Surabaya.
16) 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi
Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT
BEJ.
17) 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading
Systems).
18) 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai
diberlakukan mulai Januari 1996.
19) 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek
Surabaya.
20) 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
21) 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(remote trading).
22) 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia
(BEI).
b. PT Indosat Tbk
PT Indosat Tbk., sebelumnya bernama PT Indonesian Satellite
Corporation Tbk., adalah sebuah perusahaan penyelenggara jalur
telekomunikasi di Indonesia. Indosat merupakan perusahaan
telekomunikasi dan multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa
seluler (Mentari, Matrix, IM3, StarOne). Saat ini, komposisi
kepemilikan saham Indosat adalah: Publik (45,19%), Qatar Telecom
QSC (40,37%), serta Pemerintah Republik Indonesia (14,44%),
termasuk saham Seri A. Indosat juga mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Jakarta, Bursa Saham Singapura, serta Bursa Saham New York.
Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal
Asing, dan memulakan operasinya pada tahun 1969. Pada tahun 1980
Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara yang seluruh sahamnya
dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Hingga sekarang, Indosat
menyediakan layanan telekomunikasi internasional seperti SLI dan
layanan transmisi televisi antarbangsa.
PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada tahun
1993 di bawah pengawasan PT Indosat. Ia mula beroperasi pada tahun
1994 sebagai operator GSM. Pendirian Satelindo sebagai anak
perusahaan Indosat menjadikan ia sebagai operator GSM pertama di
Indonesia yang mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pascabayar
Matrix. Pada tahun 1994 Indosat memperdagangkan sahamnya di Bursa
Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan New York Stock Exchange.
Indosat merupakan perusahaan pertama yang menerapkan obligasi
dengan konsep syariah pada tahun 2002. Setelah itu,
pengimplementasian obligasi syariah Indosat mendapat peringkat AA+.
Nilai emisi pada tahun 2002 sebesar Rp 175.000.000.000,00. dalam
tenor lima tahun. Pada tahun 2005 nilai emisi obligasi syariah Indosat
IV sebesar Rp 285.000.000.000,00. Setelah tahun 2002 penerapan
obligasi syariah tersebut di ikuti oleh perusahaan-perusahaan lainnya.
Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi di
sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan
demikian, Telkom tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia.
Pada tahun 2001 Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile
(IM3) dan ia menjadi pelopor GPRS dan multimedia di Indonesia, dan
pada tahun yang sama Indosat memegang kendali penuh PT Satelit
Palapa Indonesia (Satelindo). Pada akhir tahun 2002 Pemerintah
Indonesia menjual 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies
Telemedia Pte. Ltd.. Dengan demikian, Indosat kembali menjadi PMA.
Pada bulan November 2003 Indosat mengakuisisi PT Satelindo, PT
IM3, dan Bimagraha. Penjualan 41,94% saham Indosat tersebut
menimbulkan banyak kontroversi. Pemerintah RI terus berupaya untuk
membeli kembali (buyback) saham Indosat tersebut agar pemerintah
menjadi pemegang saham yang mayoritas dan menjadikan kembali
Indosat sebagai BUMN, namun hingga kini upaya pemerintah tersebut
belum terealisasi akibat banyaknya kendala.
c. PT Telekomunikasi Indonesia
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan
perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (InfoComm)
serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full
service and network provider) yang terbesar di Indonesia. TELKOM
(yang selanjutnya disebut juga Perseroan atau Perusahaan)
menyediakan jasa telepon tidak bergerak kabel (fixed wire line), jasa
telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), jasa telepon bergerak
(cellular), data & internet dan network & interkoneksi baik secara
langsung maupun melalui perusahaan asosiasi.
Sejalan dengan visi TELKOM untuk menjadi perusahaan
InfoComm terkemuka di kawasan regional serta mewujudkan
TELKOM Goal 3010 maka berbagai upaya telah dilakukan TELKOM
untuk tetap unggul dan leading pada seluruh produk dan layanan.
Hasil upaya tersebut tercermin dari market share produk dan layanan
yang unggul di antara para pemain telekomunikasi. Selama tahun 2006
TELKOM telah menerima beberapa penghargaan baik dari dalam
maupun luar negeri, di antaranya The Best Value Creator, The Best of
Performance Excellence Achievement, Asia’s Best Companies 2006
Award dari Majalah Finance Asia.
Saham TELKOM per 31 Desember 2006 dimiliki oleh
pemerintah Indonesia (51,19%) dan pemegang saham publik (48,81%),
yang terdiri dari investor asing (45,54%) dan investor lokal (3,27%).
Sementara itu harga saham TELKOM di Bursa Efek Jakarta selama
tahun 2006 telah meningkat sebesar 71,2% dari Rp 5.900,- menjadi Rp
10.100,-. Kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir 2006 sebesar
USD 22,6 miliar.
B. Penemuan dan Pembahasan
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan
yang bergerak di bidang pertelekomunikasian di Indonesia yaitu PT.
BAKRIE TELECOM TBK yang berdiri pada 13 Agustus 1993 dan listing di
bursa 03 Februari 2006, PT. EXCELCOMINDO PRATAMA TBK yang
berdiri pada 06 Oktober 1989 dan listing di bursa pada 29 September 2005,
PT. INDOSAT TBK yang berdir pada 10 November 1967 dan listing di bursa
19 Oktober 1994, PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK yang berdiri
pada 11 Januari 1901 dan listing di bursa 14 November 1995. Dari empat
perusahaan yang bergerak di bidang pertelekomunikasian dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia hanya dua perusahaan yang memiliki laporan keuangan
dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Perusahaan tersebut adalah PT.
INDOSAT TBK dan PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK yang
menjadi sampel dalam penelitian ini karena memiliki laporan keuangan
triwulanan secara berturut-turut dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.
Setelah data di dapat maka selanjutnya adalah melakukan analisis data
dengan menggunakan program SPSS 16.0 dan di peroleh hasil sebagai
berikut:
1. Uji Model Regresi
Tabel 4.1Hasil Uji Model Regresi
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model B Std. Error
(Constant) 18.773 3.268
Perputaran
Persediaan-3.816 3.262
Perputaran
Total Aktiva-.126 .078
ROA .510 1.060
DER 3.248 1.182
DTA 6.031 8.606
PER -6.911 2.661
1
PBV .582 1.859
a. Dependent Variable: Return Saham
Berdasarkan pada tabel 4.1 dapat dimasukkan kedalam persamaan regresi
adalah sebagai berikut :
Y = 18,773 – 3,816X1 - 126X2 + 0,510X3 + 3,248X4 + 6,031X5 –
6,911X6 +0,582X7 + 3,268
Sifat dari hubungan antara variabel tergantung (Y) dengan variabel
bebas (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7) adalah konstan, hal ini dapat dilihat
pada koefesien regresi bila bertanda positif (+) berarti perubahan variabel
X searah dengan perubahan variabel Y, bila bertanda negatif (-) berarti
antara variabel X dan variabel Y berlawanan arah. Dalam persamaan
regresi tersebut diatas angka huruf bo (konstanta) adalah 18,773. Hal ini
dapat diartikan bahwa peningkatan return saham pada perusahaan
telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia tanpa dipengaruhi oleh variabel
perputaran persediaan, perputaran total aktiva, return on asset, debt to
equity ratio, debt to total asset ratio, price earning ratio dan price book
ratio tetap ada sebesar 18,773 satuan.
Koefesien regresi variabel perputaran persediaan (b1) mempunyai
nilai yang negatif yaitu sebesar -3,816, yang berarti kecenderungan
peningkatan return saham perusahaan pertelekomunikasian di Bursa Efek
Indonesia dipengaruhi oleh variabel perputaran persediaan berlawanan
arah. Setiap peningkatan X1 sebesar 1 satuan akan di ikuti oleh penurunan
Y sebesar -3,816 satuan dengan anggapan variabel lain konstan dan begitu
juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori yang ada
dimana perputaran persediaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap
return saham.
Koefesien regresi variabel perputaran total aktiva (b2) mempunyai
nilai yang negatif yaitu sebesar -0,126. Hal ini berarti kecenderungan
peningkatan return saham dipengaruhi oleh variabel perputaran total
aktiva berjalan berlawanan. Bila variabel X2 naik sebesar 1 satuan maka
akan di ikuti penurunan Y sebesar -126 satuan dengan anggapan variabel
yang lain konstan dan begitu juga sebaliknya.
Koefesien regresi variabel return on asset (b3) mempunyai nilai
yang positif yaitu sebesar 0,510. Hal ini berarti kecenderungan
peningkatan return saham dipengaruhi oleh variabel return on asset
berjalan searah. Bila variabel X3 naik sebesar 1 satuan maka akan di ikuti
kenaikan Y sebesar 0,510 satuan dengan anggapan variabel yang lain
konstan dan begitu juga sebaliknya.
Koefesien regresi variabel debt to equity ratio (b4) mempunyai
nilai yang positif yaitu sebesar 3,248, yang berarti kecenderungan
peningkatan return saham perusahaan pertelekomunikasian di Bursa Efek
Indonesia dipengaruhi oleh variabel debt to equity ratio secara searah.
Setiap peningkatan X4 sebesar 1 satuan akan di ikuti oleh peningkatan Y
sebesar 3,248 satuan dengan anggapan variabel lain konstan dan begitu
juga sebaliknya.
Koefesien regresi variabel debt to total asset (b5) mempunyai nilai
yang positif yaitu sebesar 6,031 hal ini berarti kecenderungan peningkatan
return saham dipengaruhi oleh variabel debt to total asset berjalan searah.
Bila variabel X5 naik sebesar 1 satuan maka akan di ikuti peningkatan Y
sebesar 6,031 satuan dengan anggapan variabel yang lain konstan dan
begitu juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori yang
menjelaskan bahwa debt to total asset mempunyai pengaruh negatif
terhadap return saham.
Koefesien regresi variabel price earning ratio (b6) mempunyai
nilai yang negatif yaitu sebesar -6,911 yang berarti kecenderungan
peningkatan return saham perusahaan pertelekomunikasian di Bursa Efek
Indonesia dipengaruhi oleh variabel price earning ratio berlawanan arah.
Setiap peningkatan X6 sebesar 1 satuan akan di ikuti oleh penurunan Y
sebesar -6,911 satuan dengan anggapan variabel lain konstan dan begitu
juga sebaliknya. Hal ini tidak sesuai dengan landasan teori yang
menjelaskan bahwa price earning ratio mempunyai pengaruh yang positif
terhada return saham.
Koefesien regresi variabel price to book value (b7) mempunyai
nilai yang positif yaitu sebesar 0,582 hal ini berarti kecenderungan
peningkatan return saham dipengaruhi oleh variabel price to book value
berjalan searah. Bila variabel X5 naik sebesar 1 satuan maka akan di ikuti
peningkatan Y sebesar 0,582 satuan dengan anggapan variabel yang lain
konstan dan begitu juga sebaliknya.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Autokorelasi
Cara mudah mendeteksi autokorelasi dilakukan dengan uji
Durbin Watson. Model regresi linier berganda terbebas dari
autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung terletak di daerah No
Autokorelasion. Penemuan letak tersebut dibantu dengan tabel dl dan
du, dibantu dengan nilai k (jumlah variabel independen). Dalam
penelitian ini nilai DWT adalah 2,24 berada pada daerah No
Autokorelation sehingga berdasarkan uji dapat disimpulkan bahwa
model regresi linier terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi
dengan du 0,56 dan dl 2,22.
b. Normalitas
Dengan menggunakan uji normal p-plot dalam penelitian ini
yang dapat dilihat pada lampiran 1 data di olah, maka diperoleh
kesimpulan bahwa variabel dikatan normal karena gambar distribusi
dengan titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran
titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.
Gambar 4.1Normalitas Data
c. Multikolinearitas
Dalam penelitian ini nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak
lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 sehingga model
terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas. Hasil uji melalui
Variance Inflation Factor (VIF) pada hasil output SPSS tabel
Coefficient, masing-masing variabel independen memiliki VIF tidak
lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0.1. maka dapat
dinyatakan model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik
statistik da dapat digunakan dalam penelitian. Deteksi dari output
SPSS 16.0 pada tabel 4.2 Coefficient yang menjelaskan rinci
pendeteksian terbebasnya model regresi berganda dari
multikolinearitas:
Tabel 4.2Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
(Constant)
Perputaran
Persediaan.577 1.734
Perputaran Total
Aktiva.742 1.347
ROA .655 1.528
DER .791 1.264
DTA .694 1.440
PER .774 1.293
1
PBV .582 1.718
a. Dependent Variable: Return
Saham
d. Heteroskedastisitas
Untuk mengetahui terjadinya heterokedatisitas atau tidak dapat
dilihat dari gambar scatterplot pada hasil analisis regresi linier
berganda pada gambar 4.2 yang menunjukkan tidak terjadi
heteroskedastisitas karena titik-titik data menyebar di atas dan di
bawah atau disekitar angka 0 (Nol), titik-titik data tidak mengumpul
hanya di atas atau di bawah saja, penyebaran titik-titik data yang di
peroleh tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian
menyempit dan melebar kembali dan penyebaran titik-titik data
sebaiknya tidak berpola.
Gambar 4.2Heteroskedastisitas
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Simultan dengan Uji F
Untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan variabel bebas
(X) terhadap variabel tergantung (Y) digunakan uji F, memakai uji
satu sisi dengan x = 0,05 dan DF pembilang (K) = 7 serta menghitung
DF penyebut (n – k – 1) = 13. Hipotesis statistik adalah Ho; b1, b2, b3,
b4, b5, b6, b7 = 0, artinya variabel (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7) secara
bersama-sama tidak mempengaruhi Y dan Ha; b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7
≠ 0, artinya variabel (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7) secara bersama-
sama mempengaruhi Y. Sedangkan kriteria penerimaan dan
penolakan hipotesis dapat dilihat dari F-hitung dan F-tabel apabila F-hitung
< F-tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, apabila F-hitung
> F-tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dalam penelitian ini, F-tabel sebesar 3,57 dan F-hitung sebesar
4,170 yang di tunjukkan pada tabel 4.3, maka F-hitung > F-tabel yaitu
4,170 > 3,57, jadi Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi hipotesis yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh secara bersama-sama antara
variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) ditolak, dan hipotesis
yang menyatakan ada pengaruh secara bersama-sama antara variabel
bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) diterima.
b. Uji Parsial dengan Uji t
Untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel bebas (X)
terhadap variabel tergantung (Y) digunakan uji t. Langkah-langkah
pengujian dengan memakai uji dua sisi dengan x = 0,05 dan DF
pembilang (K) = 7 ; DF penyebut 13. Hipotesis statistik: Ho; b1, b2,
b3, b4, b5, b6, b7 = 0, artinya variabel (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7)
secara parsial tidak mempengaruhi Y dan Ha; b1, b2, b3, b4, b5, b6, b7
≠ 0, artinya variabel (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7) secara parsial
mempengaruhi Y.
Pengaruh secara parsial antara variabel perputaran persediaan
(X1) terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan
program SPSS 16.0 pada lampiran 1 data di olah diperoleh t-hitung
sebesar -1,170. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel
= 1,77, maka t-hitung < t-tabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian dikatakan secara parsial variabel perputaran
persediaan (X1) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai variabel X1 adalah tidak
signifikan, karena dalam hal ini variabel X1 tidak dipertimbangkan
oleh investor untuk membeli saham. Selain itu didukung oleh
penelitian terdahulu dengan judul “pengaruh rasio aktivitas, rasio
profitabilitas, rasio leverage dan rasio penilaian terhadap return saham
perusahaan automotive and allied products di BES” menyatakan
bahwa variabel solvabilitas tidak signifikan terhadap return saham.
Pengaruh secara parsial antara variabel perputaran total aktiva
(X2) terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan
program SPSS 16.0 pada lampiran 1 data di olah diperoleh t-hitung
sebesar -1,611. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel
= 1,77, maka t-hitung < t-tabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian dikatakan secara parsial variabel perputaran total
aktiva (X2) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Dalam hal ini
pendapatan penjualan perusahaan tidak seluruhnya digunakan untuk
membiayai total aktiva dan operasional perusahaan tetapi hanya
sebagian kecil saja, selain itu kondisi total aktiva perusahaan yang
masih bagus, sehingga tidak terlalu mempengaruhi efisiensi
penggunaan aktiva dalam meningkatkan penjualan dan mendapatkan
laba sehingga investor tidak terlalu mempertimbangkan kondisi total
aktiva perusahaan dalam mengambil keputusan untuk membeli saham.
Dalam hal ini investor juga tidak menilai kinerja perusahaan dari sisi
efisiensi penggunaan hasil penjualan yang dialokasikan dalam aktiva
lancar dan aktiva tetap.
Pengaruh secara parsial antara variabel return on asset (X3)
terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan program
SPSS 16.0, diperoleh t-hitung sebesar 0,481. Pada x = 0,05 dengan uji
dua sisi diperoleh nilai t-tabel = 1,77, maka t-hitung > t-tabel, sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dikatakan secara parsial
variabel return on asset (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan.
Hasil penelitian menunjukkan nilai untuk variabel X3 adalah
signifikan.
Pengaruh secara parsial antara variabel debt to equity ratio (X4)
terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan program
SPSS 16.0 pada lampiran 1 data di olah diperoleh t-hitung sebesar
2,748. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel 1,77,
maka t-hitung > t-tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian dikatakan secara parsial variabel debt to equity ratio (X4)
mempunyai pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkkan
nilai untuk variabel X4 adalah signifikan.
Pengaruh secara parsial antara variabel debt to total asset (X5)
terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan program
SPSS 16.0 pada lampiran data di olah dimana diperoleh t-hitung sebesar
0,701. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel 1,77,
maka t-hitung < t-tabel, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan
demikian dapat dikatakan secara parsial variabel debt to total asset
(X5) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Hasil penelitian
untuk variabel X5 menunjukkan nilai yang signifikan karena dalam hal
ini variabel X5 tidak dipertimbangkan oleh investor dalam membeli
saham.
Pengaruh secara parsial antara variabel price earning ratio (X6)
terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan program
SPSS 16.0 pada lampiran 1 data di olah diperoleh t-hitung sebesar -
2,597. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel 1,77,
maka t-hitung < t-tabel , sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan
demikian dapat dikatakan secara parsial variabel price earning ratio
(X6) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Hasil penelitian
menunjukkan nilai untuk variabel X6 adalah tidak signifikan, karena
investor sangat besar perhatiannya terhadap pendapatan tunai dari
saham yang mereka miliki berupa deviden. Investasi surat berharga
pada dasarnya adalah membeli prospek. Dengan demikian meskipun
laba per lembar saham tinggi tetapi apabila deviden yang mereka
terima kecil, maka akan berpengaruh terhadap keinginan investor
untuk menanamkan saham. Selain itu kekuatan permintaan dan
penawaran harga saham menyebabkan pasar modal yang kompetitif,
dalam hal ini tidak ada investor yang secara individu mampu
mempengaruhi harga saham pasar. Akibatnya investor tidak dapat
memperoleh keuntungan secara konsisten, sehingga variabel ini tidak
terlalu di pertimbangkan oleh investor.
Pengaruh secara parsial antara variabel price to book value (X7)
terhadap return saham (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan program
SPSS 16.0 pada lampiran 1 data di olah dimana diperoleh t-hitung
sebesar 0,313. Pada x = 0,05 dengan uji dua sisi diperoleh nilai t-tabel =
1,77, maka t-hitung < t-tabel, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian dapat dikatakan secara parsial variabel price to
book value (X7) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai untuk variabel X7 adalah tidak
signifikan.
Tabel 4.3Hasil Uji-F Simultan
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 273.813 7 39.116 4.170 .015a
Residual 112.554 12 9.379
1
Total 386.366 19
a. Predictors: (Constant), PBV, DTA, DER, ROA, Perputaran Total Aktiva, Perputaran
Persediaan, PER
c. Koefesien Determinasi Berganda
Dalam penelitian ini, koefesien determinasi simultan (R²
Square) sebesar 0,623. Ini berarti bahwa secara bersama-sama seluruh
variabel bebas (X) berpengaruh terhadap variabel tergantung (Y)
sebesar 62,3% dan sisanya sebesar 37,7% ditentukan atau dipengaruhi
oleh variabel diluar model.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai pertimbangan
investor dalam membeli saham tidak hanya berdasarkan faktor kinerja
keuangan perusahaan saja, tetapi juga mempertimbangkan faktor
eksternal, seperti faktor harga emas, nilai tukar dollar, tingkat suku
bunga bank yang selalu berfluktuasi setiap waktu dan kondisi ekonomi
secara makro maupun situasi politik secara serta kebijakan pemerintah
dalam industri dan dunia usaha. Investor cenderung menanamkan
modalnya dalam bentuk saham dengan harapan untuk mendapatkan
return expectasi yang tinggi dimasa yang akan datang.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pertama atau Ho
yang diajukan “bahwa tidak terdapat pengaruh antara perputaran
persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2), Return on Asset (X3),
Debt to Total Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price Earnig
Ratio (X6) dan Price to Book Ratio (X7) secara bersma-sama
berpengaruh terhadap return saham perusahaan Telekomunikasi” tidak
terbukti, karena F-hitung > F-tabel yaitu 4,170 > 3,57. Hal ini berarti
Ha1 diterima yaitu “terdapat pengaruh antara perputaran persediaan
(X1), perputaran total aktiva (X2), Return on Asset (X3), Debt to Total
Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price Earnig Ratio (X6) dan
Price to Book Ratio (X7) secara bersama-sama terhadap return saham
perusahaan Telekomunikasi. Sedangkan variabel debt to equity ratio
memiliki nilai p-value 0,018 < 0,05 yang artinya signifikan dan dalam
penelitian ini variabel tersebut adalah variabel yang paling dominan,
serta memilik nilai t-hitung 2,748 > t-tabel 1,77 berarti signifikan dan
Ha2 diterima. Dalam penelitian ini, koefesien korelasi berganda
(Multiple R/korelasi simultan) mendekati +1 yaitu sebesar 0,789. Ini
berarti menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel
perputaran persediaan (X1), perputaran total aktiva (X2), Return on
Asset (X3), Debt to Total Assets (X4), Debt to Equity Ratio (X5), Price
Earnig Ratio (X6) dan Price to Book Ratio (X7) secara bersama-sama
terhadap variabel terikat (return saham).
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan metode regresi linier
berganda menunjukkan bahwa pengaruh secara bersama-sama variabel bebas
terhadap variabel tergantung (uji F) diperoleh Fhitung 4,170. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh secara bersama-sama variabel
bebas terhadap variabel terikat dapat diterima.
Dari hasil pengujian secara parsial, maka diketahui bahwa variabel
debt to equity ratio (X4) secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap return saham (Y) dengan nilai t-hitung > t-tabel (2,748 > 1,77) dan nilai
signifikansi 0,018 < 0,05. Hal ini berarti secara parsial variabel debt to equity
ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang pertelekomunikasian serta terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh nilai R Square sebesar 62,3%.
Ini berarti secara bersama-sama seluruh variabel bebas berpengaruh terhadap
variabel terikat sebesar 62,3% dan sisanya sebesar 37,7% dipengaruhi oleh
faktor lain di luar model. Dari hasil uji pula diperoleh nilai multiple R
(korelasi simultan mendekati +1 yaitu sebesar 0,789. Hal ini berarti
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y). Oleh karena itu, maka terjadi pengaruh yang signifikan
antara variabel independen dan variabel dependen secara bersama-sama pada
perusahaan yang bergerak di bidang pertelekomunikasian di Indonesia serta
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
B. Implikasi
Dari kesimpulan diatas, maka dapat menimbulkan implikasi terhadap
semua pihak terutama investor yang akan berinvestasi dibidang
pertelekomunikasian di Indonesia. Memilih investasi dibidang
pertelekomunikasian harus mempertimbangkan rasio antara total hutang
dengan modal sendiri yaitu debt to equity ratio sesuai dengan penelitian yang
dilakukan bahwa rasio tersebutlah yang mempunyai pengaruh yang dominan
terhadap return saham perusahaan yang bergerak di bidang
pertelekomunikasian di Indonesia.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan calon investor akan terbantu
dalam menentukan investasi di bidang pertelekomunikasian di Indonesia
dengan:
1. Investor langsung melihat rasio debt to equity ratio apabila akan memilih
investasi di bidang pertelekomunikasian, karena hal inilah yang
berpengaruh dominan terhadap return saham perusahaan walaupun analisis
terhadap rasio keuangan saja tidaklah cukup untuk memilih suatu investasi.
2. Analisis rasio keuangan ini menjadi sebuah bahan rujukan dan memberi
sumbangan positif bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
3. Menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan rencana
strategis perusahaan kedepan.
Daftar Pustaka
Almilia, dan Kristijadi. “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi KondisiFinancial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BursaEfek Jakarta”, JAAI, Vol.7 No.2, Desember, STIE Perbanas Surabaya,2003.
Astuti, Dewi. “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta,2002.
Boy, Andree. “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial DistressPerusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”,Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, M, Hendry. “Pasar Modal Di IndonesiaPendekatan Tanya Jawab”, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Gill, James O., dan Moira Chatton. “Memahami Laporan Keuangan”,Diterjemahkan oleh Dwi Prabaningtyas, Jakarta, PPM, 2003.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta,2007.
Hartono, “SPSS 16.0 Analisis Data Statistik dan Penelitian”, Edisi ke-2, PustakaPelajar, 2008.
Higgin C Robert. “Analysis For Financial Manajemen”, Sevent Edition, McGraw-Hill Companies, New York, 2004.
Ikatan Akuntansi Indonesia. “Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat,Jakarta, 2002.
Keown, Arthur. J., David F. Scott Jr., Jhon D. Martin, J William Petty, “ Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, edisi ke tujuh jilid satu, Di terjemahkanoleh D. Djakman, Chaerul, Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Mott, Graham. “Accounting For Managers”, Elex Media Komputindo, Jakarta,1996.
Nachrowi D, Nachrowi dan Usman, Hardius. “ Pendekatan Populer dan PraktisEkonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, FakultasEkonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Nugroho, Bhuono Agung. “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitiandengan SPSS”, Edisi Pertama, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2005.
Ross & Jaffe, Westerfield, “ Corporate Finance”, McGraw Hill, 1996.
S, Munawir. “Analisis Laporan Keuangan”, Liberty, Yogyakarta, 1995.
Sitohang, Sonang. “Pengaruh rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio leverage,dan rasio penilaian terhadap pendapatan saham perusahaan Automotifand Allied products di BES”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia,2003.
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”, CV Alfabeta, Bandung, 2005.
Tunggal, Amin Widjadja, “ Akuntansi Untuk Perusahaan Kecil Dan Menengah”,Rineke Cipta, Jakarta, 1997.
Weston, J. F & Thomas E.Copeland. “Manajemen Keuangan”, Edisi Kesembilan,Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.
Yarnest, “Analisis Pengaruh Variabel Kinerja Keuangan Perusahaan TerhadapReturn Saham (Studi Di Bursa Efek Surabaya), Jurnal Ekonomi danManajemen, 2002.
http//: www.IDX.com 2008
http//: www.Telkom.co.id 2008
http//: www.Google.com 2008
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Olah data SPSS 16.0Hasil analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program SPSS 16.0
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 PBV, PER,
Perputaran Total
Aktiva, DTA,
DER, ROA,
Perputaran
Persediaana
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Return Saham
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .789a
.623 .403 3.48444 2.245
a. Predictors: (Constant), PBV, DTA, DER, ROA, Perputaran Total Aktiva, Perputaran
Persediaan, PER
b. Dependent Variable: Return Saham
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 273.813 7 39.116 4.170 .015a
Residual 112.554 12 9.379
1
Total 386.366 19
a. Predictors: (Constant), PBV, DTA, DER, ROA, Perputaran Total Aktiva, Perputaran
Persediaan, PER
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) 18.773 3.268 5.745 .000
Perputaran
Persediaan-3.816 3.262 -.273 -1.170 .265 .577 1.734
Perputaran
Total Aktiva-.126 .078 -.332 -1.611 .133 .742 1.347
ROA .510 1.060 .105 .481 .639 .655 1.528
DER 3.248 1.182 -.548 2.748 .018 .791 1.264
DTA 6.031 8.606 .149 .701 .497 .694 1.440
PER -6.911 2.661 -.523 -2.597 .023 .774 1.293
1
PBV .582 1.859 .073 .313 .759 .582 1.718
a. Dependent Variable: Return Saham
Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions
Model Dimension Eigenvalue
Condition
Index (Constant)
Perputaran
Persediaan
Perputaran
Total Aktiva ROA DER DTA PER PBV
1 5.870 1.000 .00 .00 .00 .00 .01 .00 .01 .00
2 .903 2.549 .00 .01 .00 .00 .10 .00 .40 .01
3 .511 3.390 .00 .00 .00 .02 .48 .01 .37 .01
4 .287 4.524 .00 .00 .00 .01 .15 .37 .01 .17
5 .182 5.673 .03 .00 .12 .59 .05 .00 .14 .02
6 .117 7.085 .05 .51 .13 .26 .01 .09 .03 .05
7 .092 7.994 .01 .42 .04 .12 .06 .37 .03 .66
1
8 .038 12.462 .91 .05 .70 .00 .14 .17 .01 .07
a. Dependent Variable: Return Saham
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 4.0544 16.5443 11.4809 3.55906 20
Std. Predicted Value -2.087 1.423 .000 1.000 20
Standard Error of Predicted
Value1.451 2.794 2.183 .308 20
Adjusted Predicted Value .2356 17.7716 11.6333 4.06765 20
Residual -4.85218 6.38437 .00000 2.76915 20
Std. Residual -1.393 1.832 .000 .795 20
Stud. Residual -1.719 2.015 -.017 1.010 20
Deleted Residual -7.39599 7.72368 -.15235 4.59623 20
Stud. Deleted Residual -1.896 2.372 -.012 1.087 20
Mahal. Distance 2.345 11.269 6.650 2.031 20
Cook's Distance .000 .361 .086 .107 20
Centered Leverage Value .123 .593 .350 .107 20
a. Dependent Variable: Return Saham
Regression Standardized Residual
210-1-2
Freq
uen
cy
8
6
4
2
0
Histogram
Dependent Variable: Return Saham
Mean =5.9E-16Std. Dev. =0.795
N =20
Regression Standardized Predicted Value
210-1-2-3
Re
gre
ss
ion
Stu
den
tize
dR
es
idu
al
3
2
1
0
-1
-2
Scatterplot
Dependent Variable: Return Saham
Observed Cum Prob
1.00.80.60.40.20.0
Ex
pe
cte
dC
um
Pro
b1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Return Saham