2
Analisis Penghitungan sel darah merah Berdasarkan hasil praktikum, jumlah rata-rata sel darah merah berdasarkan penghitungan pada daerah penghitungan sel darah merah adalah 391,5. Untuk jumlah sel darah merah per mm 3 darah dapat diperoleh dari mengalikan jumlah sel darah merah hasil penghitungan di daerah penghitungan dengan 10.000. Maka jumlah sel darah merah subjek per mm 3 adalah 3.915.000. Pembahasan Pada praktikum penghitungan sel darah merah ini digunakan larutan Hayem untuk pengenceran. Larutan Hayem adalah untuk mengencerkan darah dalam pipet dan melisiskan sel darah putih. Sel darah putih perlu dilisiskan agar hanya tersisa sel darah merah dan memudahakan praktikan dalam menghitung sel darah merah ( pangesti, 2012). Pada penghitungan sel darah merah, menggunakan rumus untuk menentukan jumlah sel darah merah untuk setiap mm 3 darah. Rumus tersebut adalah jumlah sel darah merah yang ditemukan pada 5 daerah penghitungan (N) dikalikan 10.000. Menurut kelompok kami, 10.000 ini berasal dari pengenceran dibagi V atau volume bilik hitung (5 x 0,2 X 0,2 X 0,1) sedangkan pengencerannya adalah 200 kali, sehingga : Jumlah eritrosit per mm 3 = N x (Pengenceran/V) = N x (200/(5 x 0,2 X 0,2 X 0,1)) = N x (200/0,02) = N x 10.000 Dari analisis data dapat diketahui bahwa pada praktikum yang kami lakukan pada anggota kelompok 2 yaitu Damara Haris Ang Della, jumlah sel darah merah per mm 3 darahnya adalah 3.915.000 sel. Menurut Soewolo, dkk (2003) pria sehat mempunyai kira-kira 5 juta eritrosit dalam setiap mm 3 darah. Sedangkan wanita sehat mempunyai kira-kira 4,5 juta eritrosit dalam setiap mm 3 darah. Hal ini menunjukkan bahwa hasil praktikum tidak sesuai dengan literatur. Ketidaksesuaian tersebut dapat disebabkan karena kesalahan praktikan dalam penghitungan ataupun memang jumlah eritrosit subjek yang diperiksa dibawah normal. Menurut Frandson (1992) bahwa faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan dan penurunan jumlah sel darah merah pada seseorang

Analisis Penghitungan Sel Darah Merah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sel darah merah

Citation preview

Page 1: Analisis Penghitungan Sel Darah Merah

Analisis Penghitungan sel darah merah

Berdasarkan hasil praktikum, jumlah rata-rata sel darah merah berdasarkan penghitungan pada daerah penghitungan sel darah merah adalah 391,5. Untuk jumlah sel darah merah per mm3 darah dapat diperoleh dari mengalikan jumlah sel darah merah hasil penghitungan di daerah penghitungan dengan 10.000. Maka jumlah sel darah merah subjek per mm3 adalah 3.915.000.

Pembahasan

Pada praktikum penghitungan sel darah merah ini digunakan larutan Hayem untuk pengenceran. Larutan Hayem adalah untuk mengencerkan darah dalam pipet dan melisiskan sel darah putih. Sel darah putih perlu dilisiskan agar hanya tersisa sel darah merah dan memudahakan praktikan dalam menghitung sel darah merah ( pangesti, 2012).

Pada penghitungan sel darah merah, menggunakan rumus untuk menentukan jumlah sel darah merah untuk setiap mm3 darah. Rumus tersebut adalah jumlah sel darah merah yang ditemukan pada 5 daerah penghitungan (N) dikalikan 10.000. Menurut kelompok kami, 10.000 ini berasal dari pengenceran dibagi V atau volume bilik hitung (5 x 0,2 X 0,2 X 0,1) sedangkan pengencerannya adalah 200 kali, sehingga :

Jumlah eritrosit per mm3 = N x (Pengenceran/V)

= N x (200/(5 x 0,2 X 0,2 X 0,1))

= N x (200/0,02) = N x 10.000

Dari analisis data dapat diketahui bahwa pada praktikum yang kami lakukan pada anggota kelompok 2 yaitu Damara Haris Ang Della, jumlah sel darah merah per mm3 darahnya adalah 3.915.000 sel. Menurut Soewolo, dkk (2003) pria sehat mempunyai kira-kira 5 juta eritrosit dalam setiap mm3 darah. Sedangkan wanita sehat mempunyai kira-kira 4,5 juta eritrosit dalam setiap mm 3

darah. Hal ini menunjukkan bahwa hasil praktikum tidak sesuai dengan literatur. Ketidaksesuaian tersebut dapat disebabkan karena kesalahan praktikan dalam penghitungan ataupun memang jumlah eritrosit subjek yang diperiksa dibawah normal.

Menurut Frandson (1992) bahwa faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan dan penurunan jumlah sel darah merah pada seseorang dapat terjadi karena orang tersebut menderita anemia atau hemokonsentrasi. Hemokonsentrasi disebabkan oleh penurunn jumlah air yang diminum atau banyaknya jumlah air yang diminum. Sedangkan anemia disebabkan oleh karena sel darah yang fungsional atau hemoglobin di bawah normal.

Daftar Pustaka

Pangesti, Ira. 2012. Eritrosit. Jakaarta: penerbit Unimus

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi ternak Edisi ke-4. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Soewolo, Soedjono Basoeki, dan Titi Yudani. 2003. Fisiologi Manusia. Malang : JICA

Page 2: Analisis Penghitungan Sel Darah Merah