Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGUNGKAPAN
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA
BERDASARKAN STANDAR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ANALISIS PENGUNGKAPAN LAPORAN KEBERLANJUTAN
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) Tbk TAHUN 201
BERDASARKAN STANDAR GLOBAL REPORTING INITIATIVE
Disusun Oleh :
Adellina Kurnia Ramadani
NIM. 125020300111028
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih
Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LAPORAN KEBERLANJUTAN
TAHUN 2016 DAN 2017
REPORTING INITIATIVE (GRI)
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ABSTRAK
ANALISIS PENGUNGKAPAN LAPORAN KEBERLANJUTAN
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) Tbk TAHUN 2016 DAN
2017BERDASARKAN STANDAR GLOBAL REPORTING INITIATIVE
(GRI)
Oleh :
Adellina Kurnia Ramadani
125020300111028
Dosen Pembimbing :
Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami sejauh mana pengungkapan
Corporate Social Responsibility Perusahaan yang tercermin dalam Laporan
Keberlanjutan berdasarkan Standar GRI. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif
pada data sekunder yaitu Laporan Keberlanjutan PT. Perusahaan Gas Negara
(PGN) Tbk tahun 2016 dan 2017. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
PGN telah mengimplementasi Standar GRI dalam penyusunan Laporan
Keberlanjutan, meskipun tidak semua topik yang ada di dalam Standar GRI
tersebut diungkapkan. Pelaporan standar universal PGN memenuhi 59% pada
tahun 2016 dan 67% pada tahun 2017. Pelaporan standar topik spesifik memenuhi
28% pada tahun 2016 dan 37% pada tahun 2017. Dalam laporan ditemukan
ketidaktepatan pada beberapa pengungkapan yang dilaporkan. Perusahaan dirasa
perlu untuk memperbaiki pelaporan pengungkapan di laporan keberlanjutan tahun
berikutnya demi menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Kata Kunci : Pengungkapan CorporateSocialResponsibility, Standar GRI
Laporan Keberlanjutan.
ABSTRACT
ANALISIS PENGUNGKAPAN LAPORAN KEBERLANJUTAN
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) Tbk TAHUN 2016 DAN 2017
BERDASARKAN STANDAR GLOBAL REPORTING INITIATIVE (GRI)
By :
Adellina Kurnia Ramadani
125020300111028
Supervisor :
Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak.
This research is conducted to provide information about the disclosure of
Corporate Social Responsibility which is reflected in the Sustainability Report
based on the GRI Standards. This research is qualitative research. The research
method used is descriptive analysis method on secondary data, which are
Sustainability Report of PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk fortheyear 2016
and 2017. The results of this research indicate that PGN has implemented GRI
Standards in the preparation of Sustainability Reports, although not all topics
contained in the GRI Standards were disclosed. Based on universal standards,
reported disclosures completed 70% in 2016 and 67% in 2017. Based on specific
topic standards, reported disclosures completed 28% in 2016 and 37% in 2017.
There were inaccuracies in some reported disclosures. It is necessary for PGN to
improve disclosure reporting in the following year's sustainability report in order
to be better in the future.
Keywords : Corporate Social Responsibility Disclosure, GRI Standards,
Sustainability Report.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiringmemudarnyaideologibisnis “the only duty of the corporation is to
make profit”,
semuaorganisasidiharapkanuntukikutberkontribusidalampembangunanberkelanjut
an (sustainable development). Pembangunan
berkelanjutanmerupakantujuanaspirasional yang pertama kali diperkenalkan oleh
Komisi Dunia untukLingkungan dan Pembangunan pada tahun 1987. Menurut
Emil Salim, pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia
dengan menyelaraskan keduanya dalam pembangunan (Mubarok dan Afrizal,
2018:137).
Komitmen dari pembangunan keberlanjutan ini diwujudkan dengan
perumusan Milenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2000 yang
disepakati bersama olehkepala negara dan perwakilandari 189 negara
anggotaPerserikatanBangsa-Bangsa (PBB). Berakhirnya MDGs ini kemudian
dilanjutkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang selanjutnya
diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). TPB berupa
17 butir tujuan yang ditetapkan pada 25 September 2015 oleh PBB
denganmelibatkan 194 negara, civil society, dan
berbagaipelakuekonomidariseluruhpenjuru dunia. Tujuan dan target
2
tersebutmeliputi 3 (tiga) dimensipembangunanberkelanjutan, yaitulingkungan,
sosial, dan ekonomi yang digambarkan oleh John Elkington pada TripleBottom
Line (Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2011:11).
IryanimenyatakanbahwaTriple Bottom
Linesmerupakansuatukonsekuensidaridefinisi pembangunan berkelanjutan dengan
tiga elemen penting yaknipertumbuhanekonomi, perlindunganlingkungan, dan
kesejahteraansosial (Situmeang, 2016:29). Menurut Nguyen danCefaratti (2016),
bagi entitas bisnis, pembangunan berkelanjutan berarti mengadopsi strategi bisnis
dan aktivitas yang memenuhi kebutuhan dari entitas dan stakeholders dimasa kini,
sekaligus melindungi dan menjaga kelestarian, serta meningkatkan sumber daya
manusia dan sumber daya alam yang akan dibutuhkan di masa depan.
Demi mewujudkan pembangunan keberlanjutan ini, tiap perusahaan dapat
berkontribusi dengan melakukan kegiatan CorporateSocialResponsibility(CSR).
CSR
adalahbentukkomitmenperusahaanuntukberkontribusidalampembangunanberkelan
jutandenganmemperhatikantanggungjawab ekonomi, sosial, lingkungan
(Wibisono, 2007:7). Harmoni dan
Andruyanimenyatakanbahwasusbstansikeberadaan CSR
adalahmemperkuatkeberlanjutanperusahaandenganjalanmembangunkerjasamaanta
rstakeholders yang didukungperusahaandenganmenyusun program-program
pengembanganmasyarakatsekitarnya(Situmeang, 2016:7).
Pelaporan atas kegiatan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan
diungkapkan dalam media yang salah satunya adalah laporan keberlanjutan.
3
Laporan keberlanjutan merupakan bentuk laporan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dalam rangka untuk mengungkapkan (disclose) atau
mengkomunikasikan kepada seluru pemangku kepentingan mengenai kinerja
ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial masyarakat secara akuntabel (Hadad dan
Maftuchah, 2015:276). Menurut Nguyen danCefaratti (2016), laporan
keberlanjutan menampilkan nilai-nilai dan model kepemimpinan sebuah entitas
dan menunjukkan hubungan antara strategi bisnis dan komitmen terhadap
Susbtainable Global Economy. Tujuanlaporaniniadalahuntukmenjadipenilaian
pada suatuperusahaan atas kemampuanmengatasiisukeberlanjutan,
sepertipenghematan dan konservasienergi (Rusdianto, 2013:74).
Laporan keberlanjutan yang diungkapkan oleh perusahaan harus
disesuaikan dengan pedoman pelaporan terstandar. Pedoman pelaporan
keberlanjutan yang menjadi acuan populer bagi banyak perusahaan di Indonesia
adalah pedoman yang dikembangkan oleh Global ReportingInitiative (GRI),
yakni dinamakan Standar GRI. Menurut Kartawijaya, GRI dipandang sebagai
salah satu pedoman yang komprehensif dan dapat diandalkan karena telah
dipublikasikan secara global dan didukung oleh struktur laporan yang mewakili
kepentingan berbagai pihak (Anggraeni dan Djakman, 2018:8). Menurut
Sukoharsono, penggunaan Pedoman pelaporan keberlanjutan GRI telah
dipraktekkan oleh lebih dari 1000 perusahaan di seluruh dunia (Rahayu, 2019),
swasta maupun organisasi pemerintah seperti Unilever, Freeport, UK
Government, dan Japan EnvironmentAgencies.
4
Selanjutnya demi mengakomodasi kepentingan stakeholders, saat ini
Pedoman GRI telah diperbarui dengan rincian yang terbaru yakni, Standar GRI.
Sejak tanggal 1 Juli 2017 berlaku perubahan versi Standar GRI yaitu dari G4
menjadi Standar GRI. Perubahan ini berupa G4 yang awalnya berupa susunan
indikator seperti pada Gambar 1.1 menjadi Standar GRI yang susunannya berupa
modul (Gambar 1.2). Standar GRI berbentuk modular, yaitu 3 modul standar
universal dan 33 modul topik spesifik (majalahcsr.id, 2017). Di mana topik
spesifik dibagi menjadi topik ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Perubahan menjadi bentuk modular ini membuat pedoman GRI lebih
fleksibel dalam melakukan revisi mengubah, menambah, dan/atau mengurangi
topik tertentu yang dituju/relevan serta lebih transparan penerapannya oleh
pengguna. Dengan susunan pedoman berupa modul, akan lebih mudah jika terjadi
perubahan terkait penambahan atau pengurangan pada masing-masing topik.
Laporan Keberlanjutan yang disusun oleh perusahaan harus
sesuai/mengikuti ketetapan standar agar runtut dan dapat diperbandingkan serta
dievaluasi. Jika sesuai standar, Laporan Keberlanjutan akan sama urutan
pelaporannya dengan perusahaan lain meskipun kelengkapannya bisa berbeda.
Hal ini karena perusahaan bisa tidak mengungkapkan salah satu poin karena
memang tidak melakukan kegiatan tersebut.
Indonesia sebagai negara yang terus berkembang, memiliki kebutuhan
energi yang juga terus meningkat. PGN adalah salah satu BUMN yang bergerak
di sektor Minyak dan Gas dengan produk utama yaitu Gas Bumi. Gas bumi adalah
energi yang lebih ramah lingkungan dibanding batu bara dan minyak bumi.
5
Meskipun begitu, Gas Bumi juga merupakan salah satu sumber daya alam yang
membutuhkan waktu sangat lama untuk diperbaharui, melebihi jangkauan umur
manusia.
Dalam layanan distribusi dan transmisi Gas Bumi, PGN menyadari ikut
berkontribusi terkait fenomena perubahan iklim dan pemanasan bumi, yang
merupakan salah satu rintangan utama dalam pencapaian TBP, sebagai akibat
kegiatan operasional perusahaan. PGN senantiasa berupaya meminimalkan
dampak lingkungan yang ditimbulkan dan berpartisipasi dalam upaya menekan
pemanasan bumi. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian visi PGN menjadi
perusahaan kelas dunia di bidang gas, PGN menyusun Laporan Keberlanjutan
secara profesional. Hal ini dapat dibuktikan oleh PGN yang secara berturut-turut
menerima penghargaan sebagai winner kategori Energi pada
SustainabilityReportingAwards (SRA) sejak 2013.
SRA yang diselenggarakan oleh National Center
forSustainabilityReporting (NCSR) diadakan setiap tahun sejak tahun 2013 seperti
dalam Gambar 1.3. Sebelum itu, NCSR telah secara rutin memberikan
penghargaan dalam ajang Indonesia SustainabilityReportingAwards (ISRA) sejak
tahun 2005. Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi yang diberikan oleh
NCSR kepada perusahaan-perusahaan di berbagai bidang, yang sudah berdedikasi
mengkomunikasikan 3 aspek kinerja perusahaan, yaitu ekonomi, sosial dan
lingkungan. Meskipun penghargaan ini tidak menilai kinerja itu sendiri, hanya
fokus pada transparansi dan kepatuhan pelaporan keberlanjutan sesuai Standar
6
Pelaporan GRI. Standar Pelaporan keberlanjutan yang terbaru yang digunakan
sebagai acuan SRA sejak tahun 2017 adalah Standar GRI.
Selanjutnya, NCSR memutuskan untuk meluncurkan program
penghargaan yang lebih baik karena pada tahun 2018 semakin banyak perusahaan
dari luar Indonesia yang mengikuti ajang SRA. Diputuskan perubahan nama dari
SustainabilityReportingAwards (SRA) menjadi Asia
SustainabilityReportingRating (ASRR).
Selain perubahan nama, juga sistem pemberian penghargaan. SRA 2013-
2017 menggunakan sistem Awards, yaitu dari seluruh peserta akan dipilih 3
perusahaan yang ditunjuk sebagai winner, runner-up 1, dan runner-up 2 untuk
masing-masing kategori. Pada SRA 2017, PGN berhasil mendapatkan posisi
Winner kategori Energi serta menyabet Best OverallSustainabilityReport 2016.
SRA 2017 diikuti oleh 40 perusahaan sebagai peserta dengan penilaian dilakukan
oleh 38 assessor kalangan praktisi dan akademisi. Terdapat 24 penghargaan
dengan 9 kategori, sehingga tidak semua perusahaan mendapatkan penghargaan.
Sedangkan pada ASRR 2018, digunakan sistem Rating (peringkat). Dalam
sistem rating ini, seluruh 56 peserta akan mendapat peringkat akhir yang berbeda-
beda, yaitu Platium, Gold (emas), Silver (perak), atau Bronze (perunggu). Dengan
sistem rating ini, Darwin (2018) menjabarkan bahwa perusahaan akan tertarik
karena hasil dari sistem rating ini berguna bagi pihak lain seperti Kementerian
Lingkungan Hidup untuk menilai apakah aspek lingkungan perusahaan dapat
diandalkan. Selain itu, hasil ASRR ini bisa digunakan oleh bank dalam menilai
sejauh mana pengendalian risiko lingkungan dan risiko sosial oleh perusahaan,
7
sehingga selanjutnya digunakan sebagai penentuan memberikan utang atau
pembiayaan.
Menurut Samalanga (2018) peserta ASRR 2018 di Lampung pada
Desember 2018 adalah 56 perusahaan, terdiri dari 38 perusahaan asal Indonesia, 2
perusahaan asal Bangladesh, 6 perusahaan asal Malaysia, 5 perusahaan asal
Singapura, dan 5 perusahaan asal Filipina. ASRR adalah sistem rating atas SR
pertama di Asia. ASRR 2018 dibantu oleh 76 assessor, yaitu para akademisi dari
beberapa universitas di Indonesia yang telah memiliki sertifikasi
CertifiedSustainabilityReportingSpecialist(CSRS).
Menurut Darwin (2018), bagi peserta dari negara lain, NSCR membentuk
tim khusus (SpecialTaskForce) untuk melakukan proses nominasi. Proses
nominasi dalam ASRR 2018 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh
NCSR. Dalam ASRR 2018, PGN berhasil memenuhi kriteria berupa kelengkapan
Standar GRI, Assured oleh pihak independen, Pengungkapan topik Energi,
Pengungkapan Emisi Efek Rumah Kaca, serta Pengungkapan strategi perusahaan.
Penelitian terdahulu oleh Rahayu (2016) yang melakukan penelitian untuk
memahami dan membandingkan sejauh mana penerapan SustainabilityReport
berdasarkan standar GRI G4 yang tercermin dalam Laporan Keberlanjutan Bank
BNI dan Maybank tahun 2014sertapenelitian oleh Astini, Yuniarta, dan
Kurniawan (2017) yang menelititentangpenerapan GRI G4 pada
laporankeberlanjutanperusahaanpertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2013-
2016. Berbeda dari penelitian Rahayu (2016), di mana penelitian
tersebutdilakukan pada industri perbankan. Penelitian ini akan menganalisis
8
sejauh mana pengungkapan topik ekonomi, lingkungan dan sosial pada
perusahaan yang bergerak di industri pertambangan yang secara langsung
memanfaatkan sumber daya alam, sehingga diharapkan mampu mempertanggung
jawabkan kinerja kepada masyarakat, lingkungan dan pemerintah. Selain itu, jika
pada penelitian oleh Rahayu (2016) sertaAstini, Yuniarta, dan Kurniawan (2017)
digunakan pedoman pelaporan GRI versi G4, maka pada penelitian ini didasarkan
pada pedoman terbaru yaitu Standar GRI yang terefleksi dalam Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2016 dan 2017. Oleh karena itu, peneliti menyusun
“Analisis Pengungkapan Laporan Keberlanjutan PT Perusahaan Gas
Negara (PGN)Tbk Tahun 2016 dan 2017 Berdasarkan Standar Global
ReportingInitiative(GRI)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan latar belakang masalah tersebut diatas, maka
pokok masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengungkapan Laporan
KeberlanjutanPGN tahun 2016 dan 2017 berdasarkanStandarGRI.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengungkapan Laporan Keberlanjutan
PGN tahun 2016 dan 2017 berdasarkan Standar GRI.
1.4 Manfaat Penelitian
9
Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan
gambaranmengenaitingkat pengungkapan Standar GRI dalam Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2016 dan 2017.Rincian manfaat yang diharapkan dapat
diperoleh dari penelitian ini,antara lain:
a. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi
sebagai referensi dalam pemahaman penilaian tingkat pengungkapan CSR.
Selain itu juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
pengembangan untuk penelitian selanjutnya.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tambahan yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam
proses pelaporan keberlanjutan perusahaan yang didasarkan pada Standar
GRI.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima
bab. Setiap bab memiliki beberapa sub-sub bab yang bertujuan mencapai suatu
proses pembahasan atas permasalahan pokok penelitian ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama menjelaskan latar belakang masalah penelitian, rumusan
masalah, tujuan yang ingin dicapai, manfaat dan sistematika penelitian
yang diterapkan.
10
BAB II TELAAH PUSTAKA
Bab kedua berisikan landasan teori yangberkaitan dengan topik yang
diangkat, definisi aspek-aspek yang dibahas dalam penelitian, serta
penelitian terdahulu yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam
penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ketiga iniberisikan penjelasan terkait metode penelitian yang
digunakan oleh peneliti yang terdiri dari jenis penelitian, informasi
mengenai sumber data, dan metode analisis data yang dilakukan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab keempat ini menjelaskan mengenai hasil analisis atas data secara
keseluruhan. Dalam bab ini dijelaskan penggunaan statistik deskriptif
dalam penelitian dan pembahasan atas hasil analisis yang dilakukan.
BAB V PENUTUP
Bab kelima ini berisi kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian ini
dan saran untuk penelitian berikutnya sesuai dengan hasil analisis yang
telah diperoleh peneliti.
11
13
Bab IITelaah Pustaka
2.1 CorporateSocialResponsibility (CSR)
2.1.1 Definisi CorporateSocialResponsibility (CSR)
Planet kita menghadapi permasalahan ekonomi, sosial, dan lingkungan
yang mendesak. Untuk mengatasinya, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)
oleh PBB menetapkan prioritas atas aspirasi global untuk tahun 2030. Gambaran
umum TPB yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. TPB terdiri atas 17 tujuan yang merupakan agenda
pembangunan global yang disepakati oleh negara-negara di dunia pada 25
September 2015 demi kebaikan bagi manusia dan seluruh bumi hingga tahun
2030.
Pelaku bisnis merupakan pendorong utama dalam mencapai tujuan-
tujuan tersebut, sehingga menjalankan bisnis merupakan tantangan tersendiri
dalam keikutsertaan mengatasi permasalahan kemiskinan, kesetaraan gender,
air bersih, limbah, dan energi bersih. Menurut Rusdianto (2013), paradigma
sustainability atas perusahaan yang dianggap tumbuh & berkelanjutan
(growth&sustainablecompany) saat ini juga diukur dari kepedulian terhadap
lingkungan sekitar, baik komunitas lokal, masyarakat luas maupun lingkungan
hidup.
Corporate Social Responsibility (CSR)
adalahbentukkomitmenperusahaanuntukberkontribusidalampembangunanberkelan
jutandenganmemperhatikantanggungjawabsosial.
14
Tanggungjawabperusahaanberpijak pada triple bottom lines, yaituekonomi, social,
dan lingkungan. Menurut World Business CouncilonSustanable Development
(WBCSD) (Rusdianto, 2013:viii), CSR merupakan suatu komitmen dari
perusahaan untuk berperilaku etis (behavioralethics)dan berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainableeconomicdevelopment).
Komitmen lain adalah untuk meningkatkan kualitas komunitas lokal serta
masyarakat luas. Tanggung jawab perusahaan adalah agar dampak buruk dari
bisnis kepada masyarakat dan lingkungan dapat diminimalkan dan dampak baik
dapat ditingkatkan. Pembangunan dan pemakaian sumber daya alam boleh terus
berlanjut, tetapi jangan sampai merugikan masyarakat dan lingkungan sekitar.
2.1.2 Manfaat CorporateSocialResponsibility (CSR)
Dimensisosial dan
lingkunganakanmenjaminnilaiperusahaantumbuhsecaraberkelanjutan.
DenganCSR, perusahaan menyediakan informasi keuangan dan nonkeuangan
tentang operasionalperusahaan, sosial, kegiatan dan lingkungan dan
kemampuannya untuk berurusan dengan risiko yang terkait.Harmoni dan
Andruyani (2008, dalamSitumeang, 2016:7),
menyatakanbahwasusbstansikeberadaan CSR
adalahmemperkuatkeberlanjutanperusahaandenganjalanmembangunkerjasamaanta
rstakeholder yang difasilitasiperusahaandenganmenyusun program-program
pengembanganmasyarakatsekitarnya.MenurutUntung (2008:6, dalam Ningsih dan
Cheisviyanny, 2019) menyebutkanmanfaat CSR bagiperusahaanantara lain:
15
1. mempertahankan dan
mendongrakreputasisertacitramerekperusahaan,
2. mendapatkanlisensi, untukberoperasisecarasosial,
3. mereduksirisikobisnisperusahaan,
4. melebarkanaksessumberdayabagioperasionalusaha,
5. membukapeluang pasar yang lebihluas,
6. mereduksibiaya, misalnyaterkaitdampakpembuanganlimbah,
7. memperbaikihubungandenganstakeholder,
8. memperbaikihubungandenganlegulator,
9. meningkatkansemangat danproduktivitaskaryawan,
10. peluangmendapatkanpenghargaan.
2.2 Laporan Keberlanjutan (SustainabilityReport)
2.2.1 Definisi Laporan Keberlanjutan (SustainabilityReport)
Sesuai Peraturan OJK Nomor 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan
Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan
Publik pasal 1 ayat 13, Laporan Keberlanjutan adalah laporan yang diumumkan
kepada masyarakat yang memuat kinerja ekonomi, keuangan, sosial, dan
lingkungan hidup suatu Lembaga Jasa Keuangan (LJK), Emiten, dan Perusahaan
Publik dalam menjalankan bisnis. Melengkapi pengertian tersebut, menurut
Standar GRI (2018), Laporan Keberlanjutan juga memuat penjabaran atas
kontribusi positif maupun negatif dari Organisasi Bisnis terhadap usaha
pencapaian TPB. NCSR menjelaskan bahwa pelaporan keberlanjutan memberikan
16
stakeholders informasi tentang dampak keberlanjutan untuk kegiatan bisnis utama
perusahaan dan tindakan strategis yang diambil oleh perusahaan dalam
menanggapi dampak tersebut, sehingga memungkinkan stakeholders untuk
melakukan evaluasi.
Laporan Keberlanjutan wajib disusun dan dipublikasikan oleh LJK,
Emiten, dan Perusahaan Publik di Indonesia. Dan lalu wajib disampaikan kepada
OJK setiap tahun. Hal tersebut juga sejalan denganPasal 66 ayat 2 Undang-
undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas, perusahaan yang telahgo
publicdiwajibkanmenyusunLaporanKeberlanjutan. Selanjutnya, GRI (2016)
menjabarkan bahwa Laporan Keberlanjutan organisasi akanrelevan dan
dapatdiandalkan, jika sesuaidengansuatustandarpelaporan yang bersifat global.
2.2.2 Isi Laporan Keberlanjutan
Isi Laporan Keberlanjutan pada dasarnya terdiri dari tiga bagian utama
yaitu (GRI, 2016):
1. Pengungkapan Umum merupakan pelaporan Informasi Kontekstual
tentang sebuah organisasi dan praktik pelaporan keberlanjutannya,
2. Pendekatan Manajemen merupakan pelaporan informasi tentang
bagaimana sebuah organisasi mengelola topik material,
3. Pelaporan topik spesifik bertujuan untuk melaporkan informasi
mengenai dampak organisasi yang terkait dengan topik ekonomi,
lingkungan dan sosial.
17
Selanjutnya, Laporan Keberlanjutan menurut pedoman GRI wajib
mencantumkan indeks isi GRI, yang disajikan dalam satu lokasi dan mencakup
nomor halaman atau URL untuk semua pengungkapan yang dilaporkan.
2.3 Global ReportingInitiative(GRI)
GRI (2016) menjelaskan bahwa mereka adalah organisasi nirlaba (non-
profit) internasional yang bekerja untuk kepentingan publik dengan visi ekonomi
global berkelanjutan di mana organisasi mengelola kinerja dan dampak ekonomi,
lingkungan, sosial, dan tata kelola secara bertanggung jawab. Ribuan pelapor
perusahaan dan sektor publik di lebih dari 90 negara menggunakan Standar GRI.
Standar GRI adalahsebuahframework
sebagaidasarpenyusunanlaporankeberlanjutan yang dirancang agar tercipta
pemahaman yang sama bagi organisasi dan pemangku kepentingan, sehingga
informasi atas dampak ekonomi, lingkungan dan sosial dari berbagai organisasi
dapat dikomunikasikan, dipahami dan diperbandingkan secara global. GRI dan
Oxfam Novib (2015) menjelaskan bahwa GRI memberikan Pedoman Pelaporan
Keberlanjutan bagi perusahaan dalam berbagai skala, dalam semua sektor, untuk
membantu mereka mengumpulkan, menganalisis, dan mempublikasi data
keberlanjutan mereka. Hal tersebut membuat keterbadingan antar laporan
keberlanjutan masing-masing dapat terjaga. Selanjutnya, informasi keberlanjutan
yang keterbandingan dan kualitasnya baik, dapatmeningkatkantransparansidan
akuntabilitas ataskinerjaorganisasibagi para stakeholders.
18
Bahkan United Nations Global Compact (UNGC) merekomendasikan
anggotanya sukarela untuk memperhitungkan penggunaanprinsip-prinsip
berkelanjutan GRI, sepertiuntuk memastikan langkah-langkah lingkungan atau
perlindungan hak asasi manusia (United Nations, 2016). Panduan yang diberikan
oleh GRI termasuk prinsip-prinsip umum dan indikator transparan dalamkegiatan
ekonomi, lingkungan dan sosial perusahaan.
Dengan adanya GRI sebagai standar pelaporan dalam mengukur tingkat
praktik berkelanjutan, membuat beberapa organisasi Indonesia mulai serius
mengelola aspek Pelaporan Keberlanjutan. Bahkan saat ini Standar GRI telah
tersedia dalam Bahasa Indonesia, sehingga memudahkan pengadopsian standar ini
oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Crisostomo, Prudencio, dan Forte
(2017) menyimpulkan bahwa GRI adalah alat yang menstimulasi pengungkapan
praktik CSR dan Keberlanjutan di seluruh dunia. Terlihat bahwa GRI merupakan
dorongan untuk praktik positif perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab
terhadap stakeholder.
Bertempat di Amsterdam, Belanda, padatanggal 22 Mei 2013 GRI merilis
G4 Guidelines yangefektifhinggatanggal 30 Juni 2018. Sebelum sempat berlaku,
Standar G3 lalu diperbaharui menjadi Standar G4 hingga berlaku terakhir tanggal
30 Juni 2018. Selanjutnya padatanggal 19 Oktober 2016, GRI menerbitkanStandar
GRI terbaru yang mulai efektif pada tanggal 1 Juli 2018 hingga saat ini.
Standar GRI mewajibkan Sebuah organisasi untuk menerapkan Prinsip-
prinsip Pelaporan jika ingin mengklaim bahwa laporan keberlanjutan telah
disusun sesuai dengan Standar GRI. Prinsip-prinsip Pelaporan terdiri dari prinsip
19
untuk mendefinisikan isi laporan dan prinsip-prinsip untuk mendefinisikan
kualitas laporan. Prinsip-prinsip Pelaporan untuk mendefinisikan isi laporan
mengharuskan organisasi untuk memutuskan isi laporan mana yang akan
disertakan dalam laporan, dengan pertimbangan tentang kegiatan, dampak, dan
ekspektasi organisasi, serta kepentingan stakeholders. GRI (2016) menjabarkan
prinsip-prinsip Pelaporan untuk mendefinisikan isi laporan terdiri dari:
1. Inklusivitas Pemangku Kepentingan
Organisasi pelapor harus mengidentifikasi stakeholders-nya, dan
menjelaskan cara menanggapi ekspektasi dan kepentingan yang masuk
akal dari stakeholders.
2. Konteks Keberlanjutan
Laporan harus menyajikan kinerja organisasi pelapor dalam konteks
keberlanjutan yang lebih luas.
3. Materialitas
Laporan harus mencakup topik yang mencerminkan dampak sosial,
lingkungan, ekonomi signifikan organisasi pelapor atau secara substansial
memengaruhi penilaian dan keputusan dari stakeholders.
4. Kelengkapan
Laporan harus menyertakan cakupan topik material dan batasannya yang
cukup untuk mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang
signifikan, dan untuk memungkinkan stakeholders untuk menilai kinerja
organisasi pelapor dalam periode pelaporan.
20
Prinsip-prinsip Pelaporan untuk mendefinisikan kualitas laporan
memandu pilihan untuk memastikan kualitas informasi dalam laporan
keberlanjutan, sehingga memungkinkan stakeholders untuk membuat penilaian
yang valid dan masuk akal mengenai kinerja suatu organisasi, dan untuk
mengambil keputusan/tindakan yang tepat. GRI (2016) menjabarkan prinsip-
prinsip Pelaporan untuk mendefinisikan kualitas laporan terdiri dari:
1. Akurasi, yaitu informasi yang dilaporkan cukup akurat dan terperinci bagi
stakeholders untuk menilai kinerja organisasi pelapor.
2. Keseimbangan, yaitu membuat informasi yang tersedia dengan cara yang
dapat dimengerti dan dapat diakses oleh stakeholders yang menggunakan
informasi tersebut.
3. Kejelasan, yaitu membuat informasi yang tersedia dengan cara yang dapat
dimengerti dan dapat diakses oleh stakeholders yang menggunakan
informasi tersebut.
4. Keterbandingan, yaitu memilih, menyusun, dan melaporkan informasi
secara konsisten sehingga memungkinkan stakeholders untuk
menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu, dan bisa
mendukung analisis relatif terhadap organisasi lainnya.
5. Keandalan, yaitu mengumpulkan, mencatat, menyusun, menganalisis, dan
melaporkan informasi serta proses yang digunakan dalam persiapan
laporan dalam bentuk yang dapat diperiksa, serta memiliki kualitas dan
materialitas dari informasinya
21
6. Ketepatan Waktu, yaitu melapor secara rutin sehingga informasi tersedia
tepat waktu bagi stakeholders untuk membuat keputusan yang
terinformasi.
Dalam Standar GRI terdapat dua kategori pengungkapan, yaitu Standar
Universal dan Standar Topik Spesifik. Pengungkapan standar universal panduan
bagi pelapor dalam menggunakan Standar, melaporkan informasi kontekstual
organisasi yang relevan, dan melaporkan cara pengelolaan topik materialnya.
Standar topik spesifik digunakan untuk melaporkan informasi tentang dampak
material organisasi terkait topik ekonomi, lingkungan dan sosial. Dari masing-
masing topik tersebut dijelaskan mengapa aspek tersebut material, bagaimana
dampaknya dikelola dan bagaimana pengelolaan topik ini dievaluasi. Standar GRI
terlebih dulu menguji isu-isu material untuk dilaporkan. Untuk topik-topik yang
dianggap material, organisasi dapat memberikan penjelasan naratif tentang alasan
atau latar belakang suatu topik dianggap material (penting), tempat terjadinya
dampak atau batasan topik, dan cara perusahaan mengelola dampak tersebut. GRI
memberikan pilihan dalam menyiapkan laporan sesuai Standar GRI yakni Inti dan
Komprehensif. Inti berarti laporan berisi informasi minimal yang diperlukan
untuk memahami hakikat organisasi, topik materialnya, dampak terkait, dan
bagaimana hak tersebut dikelola. Sedangkan Komprehensif mewajibkan
pengungkapan tambahan tentang strategi, etika dan integritas, serta tata kelola
organisasi, mewajibkan melaporkan seluruh pengungkapan topik spesifik untuk
setiap topik material yang dicakup dalam Standar GRI.
22
Dalam Standar GRI, Standar Universal GRI 201: Pengungkapan Umum
terdiri dari 56 komponen, yaitu 33 pengungkapan yang wajib dilaporkan oleh
perusahaan yang memilih opsi Inti sedangkan sisanya yaitu 23 pengungkapan
diharuskan bagi perusahaan yang memilih opsi Komprehensif (seperti pada
Lampiran 1). Standar Topik Spesifik mencapai total 77 pengungkapan yang
dibagi menjadi 3 topik yaitu terdiri dari 13 pengungkapan topik ekonomi, 30
pengungkapan topik lingkungan dan 34 pengungkapan topik sosial.
Dalam rangka mengapresiasi kontribusi/dedikasi perusahaan dalam
melaksanakan konsep TPB, menggiatkan isu kelestarian lingkungan dan peduli
sosial, digelar penghargaan yang telah berlangsung sejak 2005. Pada tahun 2005
Ikatan Akuntan Indonesia dan National Center forSustainabilityReporting
(NCSR), yang beranggotakan Indonesian-NetherlandsAssociation (INA), Forum
forCorporateGovernancein Indonesia (FCGI), Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) dan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) mengadakan sebuah
event penghargaan Indonesia SustainabilityReportingAward (ISRA), diharapkan
dapat memacu perusahaan untuk berlomba-lomba menyusun Laporan
Keberlanjutan.
Penghargaan ini memperbandingkan Laporan Keberlanjutan dari
perusahaan peserta dengan acuan penilaian yaitu Standar GRI. Penggunaan satu
standar yang sama memudahkan para pemangku kepentingan melihat keseriusan
perusahaan dalam menekuni konsep TPB serta membandingkan dengan
perusahaan yang sebidang. Bahkan sejak tahun 2016 juga diikuti oleh perusahaan
berbasis negara Malaysia, Thailand, dan Singapura. Terhitung mulai tahun 2018,
23
ajang penghargaan oleh NCSR berubah nama menjadi Asia
SustainabilityReportingRating (ASRR), untuk penilaian atas Laporan
Keberlanjutan tahun 2017, dengan kriteria penilaian seperti dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kriteria Penilaian ASRR
Sumber: NCSR
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk menggambarkan
apa adanya mengenai suatu variabel, gejala atau keadaan. Menurut Moleong
(2014:6), penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami subjek penelitian (misalnya penelitian, perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan sebagainya). Dilakukan telaah dokumen yaitu Laporan
Keberlanjutan secara menyeluruh. Peneliti meneliti pengungkapan praktik CSR
yaitu kegiatan ekonomi, lingkungan dan sosial perusahaan dalam Laporan
Keberlanjutan dengan standar pelaporan keberlanjutan yang terbaru yaitu Standar
GRI. Pemilihan PT PGN dikarenakan PGN secara konsisten menerima
penghargaan atas laporan keberlanjutannya, antara lain memenangkan SRA sejak
tahun 2013 dan meraih peringkat Platinum dalam ASRR tahun 2018.
3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2012: 147). Metode pengumpulan data
yang digunakan peneliti adalah teknik dokumentasi, pengumpulan data-data yang
25
dilakukan dengan mengumpulkan segaladokumen baik dari BEI maupun website
perusahaan yang relevan terhadap kebutuhan data penelitian. Dokumen yang
dikumpulkan dari studi dokumentasi ini berkaitan dengan perusahaan yang
menjadi objek penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu dokumen berupa Laporan Keberlanjutan dan Laporan Tahunan yang
dipublikasikan oleh PGN untuk periode 2016 dan 2017 yang diperoleh dari
website resmi PGN. Pemilihan sumber data berupa Laporan Keberlanjutan PGN
tahun 2016 dan 2017 dikarenakan hanya sejak tahun 2016 perusahaan
menggunakan pedoman pelaporan keberlanjutan terbaru yaitu Standar GRI, di
mana sebelumnya pada tahun 2015 digunakan standar GRI versi G4.
3.3 Metode Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan contentanalysis. Menurut Ningsih dan
Cheisviyanny (2019), analisis konten (contentanalysis) adalah teknik penelitian
yang digunakan untuk menentukan keberadaan kata atau konsep tertentu dalam
sebuah teks atau kumpulan teks. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mendeskripsikan praktik keberlanjutan PGN dalam Laporan Keberlanjutan
periode tahun 2016 dan 2017. Metode ini mengubah informasi kualitatif menjadi
kuantitatif sehingga dapat diolah dalam perhitungan statistik, artinya total angka
yang didapat dari proses contentanalysisini menggambarkan banyaknya
pengungkapan yang diinformasikan dalam laporan tersebut. Analisis data dalam
penelitian ini melalui tahapan sebagai berikut :
26
1. Data Reduction
Data-data yang diperoleh dari Laporan Keberlanjutan dan Laporan
Tahunan periode tahun 2016 dan 2017, disusun sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pembahasan. Karena data yang diperoleh dari Laporan
Keberlanjutan PGN cukup banyak, sehingga perlu dicatat secara lebih
teliti dan rinci. Penggunaan contentanalysis dalam penelitian ini berkaitan
dengan pelaporan keberlanjutan yang umumnya tersaji dalam bentuk
susunan kata.
Langkah selanjutnya yaitu pembuatan tabel analisa data Laporan
Keberlanjutan PGN seperti pada Tabel 3.1, yang menunjukkan contoh
tabel kerja pengungkapan seri 200 (Topik Ekonomi). Tabel kerja ini
berisikan tentang dilaporkan atau tidak dilaporkannya komponen Standar
GRI dalam Indeks GRI yang terdapat dalam Laporan Keberlanjutan dan
juga Laporan Tahunan. Tabel kerja diisi dengan teknik checklist jika
perusahaan melaporkan, jika perusahaan tidak melaporkan pengungkapan
tersebut pada Laporan Keberlanjutan, maka sel tersebut tidak perlu diisi
(dikosongkan).
Tabel 3.1 Standar Topik Spesifik (Seri 200)
Standar
Topik
Spesifik
Pengungkapan
Laporan
Keberlanjutan
2016
Laporan
Keberlanjutan
2017
GRI 201 :
Kinerja
Ekonomi
201-1
Nilai ekonomi langsung yang
dihasilkan dan didistribusikan
201-2
Implikasi finansial serta risiko dan
peluang lain akibat dari perubahan
iklim
27
201-3
Kewajiban program pensiun manfaat
pasti dan program pensiun lainnya
201-4
Bantuan finansial yang diterima dari
pemerintah
GRI 202 :
Keberadaa
n Pasar
202-1
Rasio standar upah karyawan entry-
level berdasarkan jenis kelamin
terhadap upah minimum regional
202-2
Proporsi manajemen senior yang
berasal dari masyarakat lokal
GRI 203 :
Dampak
Ekonomi
Tidak
Langsung
203-1
Investasi infrastruktur dan dukungan
layanan
203-2
Dampak ekonomi tidak langsung yang
signifikan
GRI 204 :
Praktik
Pengadaan
204-1
Proporsi pengeluaran untuk pemasok
lokal
GRI 205 :
Anti-
korupsi
205-1
Operasi-operasi yang dinilai memiliki
risiko terkait korupsi
205-2
Komunikasi dan pelatihan tentang
kebijakan dan prosedur anti-korupsi
205-3
Insiden korupsi terbukti dan tindakan
yang diambil
GRI 206 :
Perilaku
Anti-
Persaingan
206-1
Langkah-langkah hukum untuk
perilaku anti-persaingan, praktik anti
trust dan monopoli
2. Penyajian Data
Penyajian data dengan cara memberi uraian singkat, bagan, cuplikan, dan
sejenisnya. Peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga
28
menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.
Setelah melakukan analisis, peneliti kemudian melakukan analisis yaitu:
a. Menentukan pemenuhan atas pengungkapan pada Standar Universal
GRI 102: Pengungkapan Umum dan Standar Topik Spesifik tahun
2016 dan 2017 berdasarkan Standar GRI. Total keseluruhan Standar
Universal GRI: 102 Pengungkapan Umum adalah 56 pengungkapan.
Sedangkan Standar GRI Topik Spesifik terdiri dari 33 Topik Spesifik
dan 77 pengungkapan.
b. Membuat tabel pemenuhan atas pengungkapan pada Standar
Universal GRI 102: Pengungkapan Umum dan Standar Topik Spesifik
tahun 2016 dan 2017 berdasarkan Standar GRI
c. Memberi komentar atas hasil perbandingan analisis pengungkapan
Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016 dan 2017.
3. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi (Conclusiondrawingandverification)
Membuat kesimpulan dan saran terhadap analisis yang telah dilakukan
berdasarkan tahap-tahap di atas. Penarikan kesimpulan berdasarkan
subjektivitas peneliti saat menganalisis pelaporan keberlanjutan PGN.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk
4.1.1`Sejarah PGN
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk didirikan pada tahun 1859, awal
mula PGN adalah Firma L.J.N. Eindhoven& CO Gravenhage. Kemudian, pada
tahun 1950, firma tersebut diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan diberi nama
NV NetherlandIndische GasMaatschapij (NIGM). Lalu terjadi pengambilalihan
oleh Pemerintah Republik Indonesia Pada tahun 1958. Nama Perusahaan diganti
menjadi Badan Pengambil Alih Perusahaan-perusahaan Listrik dan Gas (BP3LG)
yang kemudian beralih status menjadi BPU-PLN pada tahun 1961.
Sejak tanggal 13 Mei 1965 melalui Peraturan Pemerintah No. 19/1965,
dikenal sebagai Perusahaan Gas Negara hingga saat ini. Selanjutnya, sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penambahan
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pertamina tanggal 28 Februari 2018, terjadi
perubahan bentuk Persero menjadi Non-Persero. PP ini ditindaklanjuti oleh
Perseroan dalam RUPS Tahunan Tahun 2018 tanggal 26 April 2018 melalui
perubahan nama menjadi PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
Pada tanggal 15 Desember 2003, saham PGN didaftarkan di Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan kode transaksi PGAS. Berlaku sejak 11
April 2018, 56% saham Pemerintah dialihkan kepada PT Pertamina (Persero) dan
30
selebihnya 43,04% dimiliki oleh publik, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 1965. Hal tersebut sejalan dengan inisiatif pembentukan Holding Migas
dan PGN sebagai Sub-holding Gas.
Analisis Pengungkapan Laporan Keberlanjutan PGN Berdasarkan Standar
GRI
Kinerja pengungkapan Laporan Keberlanjutan PGN selama tahun 2016
jika ditinjau dari tingkat kelengkapan berdasarkan standar pengungkapan GRI
Standar yaitu 70% untuk pengungkapan standar universal (lihat tabel 4.4) dan
28% pengungkapan topik spesifik. Sedangkan tingkat kelengkapan Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2017 yaitu 67% untuk pengungkapan standar universal
dan 37% pengungkapan topik spesifik (lihat tabel 4.6).
Pengungkapan Standar Universal
Pengungkapan Standar Universal (seri 100), khususnya GRI 201:
Pengungkapan Umum terdiri dari 56 poin pengungkapan yang dalam hal konten
telah mengakomodasi kebutuhan informasi dasar terkait aktivitas yang dilakukan
perusahaan. Poin-poin ini mencakup profil perusahaan hingga tata kelola
perusahaan, termasuk di dalamnya etika dan integritas perusahaan. Tingkat
kelengkapan pengungkapan standar universal Laporan Keberlanjutan PGN tahun
2017 menurun dari tahun 2016 yaitu 70% menjadi 67% (Tabel.4.4).
31
Tabel 4.4 Perhitungan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Standar
Universal
Laporan Keberlanjutan PGN Tahun 2016 Tahun 2017
GRI 201:
Pengungkapan
Umum
Jumlah
Pengungkapan
Pengungkapan
Terpenuhi
Pengungkapan
Terpenuhi (%)
Pengungkapan
Terpenuhi
Pengungkapan
Terpenuhi (%)
Profil
Organisasi 13 13 100% 13 100%
Strategi 2 1 50% 1 50%
Etika dan
Integritas 2 1 50% 1 50%
Tata Kelola 22 5 23% 1 5%
Keterlibatan
pemangku
kepentingan
5 5 100% 5 100%
Praktik
Pelaporan 12 12 100% 12 100%
Rata-rata 56 37 70% 33 67%
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Analisis Tingkat Pemenuhan Standar Topik Spesifik
Dalam tataran korporasi, keberlanjutan terdiri dari tiga dimensi yang
sejalan dengan prinsip 3P, yaitu; Profit, Planet, People (ekonomi, lingkungan dan
sosial) yang satu dengan lainnya berjalan seiring dan saling berkaitan. Dalam
konteks ini, setiap keputusan yang akan diambil oleh perusahaan,
haruslah memperhatikan dampak tiga dimensi ini, yaitu ekonomi, lingkungan dan
sosial yang timbul akibat kegiatan operasi perusahaan. Atas dasar ini,
keberlanjutan bagi PGN adalah menjalankan kegiatan operasi perusahaan dengan
menekan serendah mungkin dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Di samping itu, keberlanjutan juga berhubungan dengan kontribusi PGN dalam
32
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat termasuk pekerja di PGN.
Dari dimensi ekonomi, keberlanjutan merupakan kontribusi perusahaan terhadap
peningkatan pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Tabel 4.6 Perhitungan Tingkat Pemenuhan Pengungkapan Standar Topik
Spesifik
Laporan Keberlanjutan PGN Tahun 2016 Tahun 2017
Standar
Topik
Spesifik
Jumlah
Pengungkapan
Pengungkapan
Terpenuhi
Pengungkapan
Terpenuhi (%)
Pengungkapan
Terpenuhi
Pengungkapan
Terpenuhi (%)
Seri 200
(Ekonomi) 13 4 31% 6 46%
Seri 300
(Lingkungan) 30 8 27% 7 23%
Seri 400
(Sosial) 34 9 26% 14 41%
Rata-rata 77 21 28% 27 37%
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Berdasarkan Standar GRI, topik spesifik dikelompokkan menjadi tiga seri
yaitu 200 (Topik Ekonomi), 300 (Topik Lingkungan), dan 400 (Topik Sosial).
Hasil perbandingan pemenuhan pengungkapan dapat dilihat pada Tabel 4.6, yaitu
bahwa pengungkapan Standar Topik Spesifik pada PGN tahun 2016 dan 2017
belum diungkapkan secara penuh. Pada grafik (lihat Gambar 4.4) masing-masing
topik ekonomi, lingkungan, dan sosial menunjukkan tingkat pemenuhan yang
masih rendah. Untuk Pengungkapan Topik Spesifik pada Laporan Keberlanjutan
PGN tahun 2017, berdasarkan standar GRI, dari 33 modul topik spesifik dan 77
poin pengungkapan, 27 poin diungkapkan oleh PGN. Sehingga dalam persentase
pemenuhan rata-rata 37% pengungkapan terpenuhi.
33
4.2.2.1 Topik Ekonomi (Seri 200)
Di dalam topik spesifik Kinerja Ekonomi dijelaskan mengenai kontribusi
PGN terhadap perekonomian para pemangku kepentingannya, yaitu Negara,
Investor, pegawai, konsumen, pemasok dan masyarakat. Selain itu juga kontribusi
PGN terhadap sistem ekonomi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.
Topik ini juga menggambarkan arus modal di antara pemangku kepentingan yang
berbeda, dan dampak ekonomi utama dari PGN terhadap seluruh lapisan
masyarakat.
Berdasarkan Standar GRI, dalam Topik Ekonomi terdapat 6 topik spesifik
dan 13 pengungkapan yang harus diungkapkan. Keenam topik ini antara lain
kinerjaekonomi, keberadaan di pasar, dampak ekonomi tidak langsung, praktik
pengadaan, anti-korupsi, pelaku anti-persaingan. Topik praktik pengadaan dan
perilaku anti-persaingan tidak diungkapkan dalam Laporan Keberlanjutan PGN
tahun 2016 maupun tahun 2017. Dari ke 13 poin pengungkapan dapat dilihat
bahwa PGN memenuhi 31% pada tahun 2016 dan 46% dari keseluruhan poin
pengungkapan tahun 2017.
Masih ada total 69% dan 54% pengungkapan Topik Ekonomi yang belum
dipenuhi oleh PGN tahun 2016 dan 2017 dikarenakan memang tidak
diungkapkan, tidak dilaksanakan ataupun perusahaan tidak mengerjakan hal
tersebut dalam operasionalnya dengan alasan topik-topik tersebut tidak
berpengaruh secara signifikan pada pemangku kepentingan, pembangunan,
keberlanjutan, perundang-undangan. karyawan, pemasok, dan konsumen.
34
Topik Lingkungan (Seri 300)
Topik lingkungan terdiri dari 8 topik spesifik dan 30 pengungkapan. PGN
berhasil memenuhi 8 pengungkapan sebesar 27% pada tahun 2016, sedangkan
pada tahun 2017 PGN melaporkan lebih sedikit 1 pengungkapan yakni sebesar
23%. Pada kedua tahun, PGN tidak melaporkan keseluruhan pengungkapan yang
sebenarnya jika diungkapkan akan sangat memberi gambaran bagaimana PGN
beroperasi dan dampaknya pada lingkungan.
Topik Sosial (Seri 400)
Topik sosial dari keberlanjutan menyangkut dampak organisasi pada
sistem sosial di tempat organisasi beroperasi yang terdiri dari 19 topik spesifik
dan 34 pengungkapan. PGN berhasil memenuhi 9 pengungkapan sebesar 26%
pada tahun 2016 dan memenuhi 14 pengungkapan sebesar 41%. Hal yang perlu
ditingkatkan oleh PGN adalah peningkatan pelaporan atas topik spesifik pada
laporan keberlanjutan di tahun mendatang. Masih banyak pengungkapan yang
mengandung informasi penting agar stakeholders memahami sejauh mana
perusahaan berdampak positif dan langkah perusahaan meminimalkan dampak
negatifnya.Topik kepegawaian menyangkut pendekatan organisasi terhadap
kepegawaian atau penciptaan pekerjaan, merekrut, mempertahankan dan praktik-
praktik terkait, sera kondisi kerja yang diberikannya.
35
Analisis Tingkat Pemenuhan Pengungkapan
Kinerja pengungkapan Laporan Keberlanjutan PGN selama tahun 2016
jika ditinjau dari tingkat kelengkapan berdasarkan standar pengungkapan GRI
Standar yaitu 70% untuk pengungkapan standar universal (lihat tabel 4.4) dan
28% pengungkapan topik spesifik. Sedangkan tingkat kelengkapan Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2017 untuk pengungkapan standar universal menurun
dari tahun sebelumnya yaitu 67%, dan meningkat pada standar topik spesifik 37%
pengungkapan topik spesifik.
Gambar 4.3 menunjukkan kelengkapan pelaporan pengungkapan Standar
GRI secara keseluruhan yang meliputi standar universal khususnya GRI 102:
Pengungkapan Umum dan standar topik indikator spesifik. Di antara keduanya,
standar universal-lah yang paling lengkap dilaporkan oleh PGN selama tahun
2016 dan 2017.
Kelengkapan Pelaporan Standar Universal
Pada standar universal (GRI 102: Pengungkapan Umum), pengungkapan
umum tersebut menggambarkan identitas umum perusahaan. Informasi tentang
strategi, etika dan integritas dan tata kelola tidak dilaporkan secara penuh oleh
PGN Berdasarkan perhitungantingkat kelengkapan pelaporan, Topik Tata Kelola
dilaporkan paling minim yaitu hanya terpenuhi 5 dari 22 pengungkapan di tahun
2016 dan hanya terpenuhi 1 dari 22 pengungkapan di tahun 2017. Meskipun
begitu, PGN telah memenuhi semua pengungkapan standar topik universal yang
diwajibkan atas pemilihan opsi Core(lihat Lampiran 1) pada tahun 2016 dan 2017.
36
Gambar 4.3 Tingkat Kelengkapan Standar Universal
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
4.2.1 Ketidaktepatan Pelaporan Standar Topik Spesifik
Pada topik spesifik yang terdiri dari kinerja ekonomi, lingkungan, dan
sosial, ketiganya juga tidak dilaporkan secara penuh oleh PGN pada tahun 2016
dan 2017. Pengungkapan topik spesifik berdasarkan Standar GRI tahun 2016, 21
dari 77 pengungkapan terpenuhi dengan persentase pemenuhan rata-rata 28%.
Sedangkan tahun 2017 terjadi peningkatan, 27 pengungkapan terpenuhi yaitu
persentase rata-rata 37%.
Gambar 4.4 Tingkat Kelengkapan Standar Topik Spesifik
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Standar
Universal
GRI 102
Standar
Topik
Spesifik
Tahun 2016
Tahun 2017
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Seri 200 Topik
Ekonomi
Seri 300 Topik
Lingkungan
Seri 400 Topik
Sosial
Tahun 2016
Tahun 2017
37
Berdasarkan analisis yang dilakukan, terdapat beberapa ketidaktepatan
dalam Laporan Keberlanjutan PGN terkait pemenuhan pengungkapan dan
kesesuaian dengan indeks GRI yang telah disusun oleh perusahaan, khususnya
pada tahun pelaporan 2016. Tidak hanya itu, pada Laporan Keberlanjutan PGN
tahun 2017 juga terjadi beberapa ketidaktepatan seperti yang dirinci pada Tabel
4.17.
Tabel 4.16 Ketidaktepatan pada Pelaporan Topik Spesifik tahun 2016
Pelaporan belum tepat dalam Indeks GRI Saran Perbaikan
Pengungkapan 202-1
Rasio standar upah karyawan
entry-level berdasarkan jenis
kelamin terhadap upah
minimum regional
Topik Keberadaan Pasar atas
rasio standar upah karyawan
baru (entry level) dilaporkan
kurang lengkap oleh PGN
pada tahun 2016, lalu juga
belum termasuk dalam indeks
GRI.
Rasio standar upah
karyawan baru (entry
level) seharusnya
berdasarkan jenis
kelamin, hanya
dibandingkan dengan
UMR.
Pengungkapan 203-2
Dampak ekonomi tidak
langsung yang signifikan
Pengungkapan detail biaya
atas setiap investasi
perusahaan kepada masyarakat
telah dilaporkan PGN, tetapi
kurang tepat dicantumkan
dalam indeks GRI yaitu
pengungkapan 203-2.
PGN sebaiknya
mengubah
Pengungkapan 203-2
Dampak ekonomi
tidak langsung yang
signifikan menjadi
pengungkapan 203-1:
Investasi infrastruktur
dan dukungan layanan.
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
38
Atas beberapa ketidaktepatan di atas, terutama beberapa pengungkapan
yang tidak dicantumkan dalam Laporan Keberlanjutan tetapi termasuk dalam
Daftar Topik Material, PGN belum memberikan alasan tidak mencantumkan,
apakah karena pengungkapan tersebut tidak berlaku, karena kendala kerahasiaan,
karena larangan hukum spesifik, karena informasi tidak tersedia, atau karena
batasan untuk topik material melampaui organisasi, sehingga organisasi tidak bisa
mendapatkan informasi dengan kualitas yang memadai untuk memungkinkan
pelaporan.
Tabel 4.17 Ketidaktepatan pada Laporan Keberlanjutan 2017
Pelaporan belum tepat dalam Indeks GRI Saran Perbaikan
Pengungkapan 202-1
Rasio standar upah karyawan
entry-level berdasarkan jenis
kelamin terhadap upah
minimum regional
Pengungkapan rasio standar
upah karyawan baru (entry
level) belum dilaporkan
dengan jelas oleh PGN
pada tahun 2017, meskipun
sudah termasuk dalam
indeks GRI.
Rasio standar upah
karyawan baru (entry level)
seharusnya berdasarkan
jenis kelamin, tetapi hanya
dibandingkan dengan
UMR.
Pengungkapan 410-1
Petugas keamanan yang
dilatih mengenai kebijakan
atau prosedur hak asasi
manusia
PGN hanya menyebutkan
bahwa seluruh anggota
satuan pengaman telah
mendapat sosialisasi dan
pelatihan mengenai HAM.
PGN sebaiknya
menyertakan persentase
petugas keamanan yang
menerima pelatihan resmi
dalam kebijakan
perusahaan terkait HAM
atau prosedur keamanan
39
sesuai dengan
pengungkapan 410-1.
Pengungkapan 413-1
Operasi dengan keterlibatan
masyarakat lokal, penilaian
dampak, dan program
pengembangan
Tercantum dalam daftar
topik material, tetapi tidak
dilaporkan dan tidak
terdaftar dalam indeks GRI.
Sebaiknya PGN melakukan
pengecekan atas
pengungkapan 413-1.
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Penyesuaian Tingkat Pemenuhan Pelaporan Topik Spesifik
Analisis yang telah dilakukan atas beberapa pengungkapan yang kurang
sesuai dengan Standar GRI dapat memengaruhi tingkat pemenuhan pelaporan
keberlanjutan. Informasi pengungkapan 201-3 terdapat dalam Laporan Tahunan
PGN tahun 2016 dan 2017, sehingga informasi tersebut dapat ditambahkan ke
dalam Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016 dan 2017. Selanjutnya, terdapat
dua poin pengungkapan yang telah dilaporkan tetapi belum dimasukkan ke dalam
Indeks GRI Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016 dan 2017. Jika PGN
melaporkan pengungkapan pada poin ke-1 dan ke-2 dan lalu memasukkan ke
dalam Indeks GRI maka akan terjadi penyesuaian tingkat pemenuhan pelaporan
keberlanjutan (lihat Tabel 18). Poin ke 2 terkait manajemen senior yang direkrut
dari masyarakat lokal yakni termasuk orang-orang yang lahir atau yang memiliki
hak sah untuk tinggal tanpa batas (seperti misalnya warga negara yang
dinaturalisasi atau pemegang visa permanen) di wilayah geografis pasar yang
sama dengan operasi. Definisi geografis dari ‘lokal’ sesuai Standar GRI dapat
40
mencakup masyarakat di sekitar daerah operasi, suatu wilayah dalam sebuah
negara atau suatu negara. Selanjutnya, atas pengungkapan emisi GRK, PGN
sebaiknya memasukkan pengungkapan ke dalam indeks GRI karena informasi
sudah dilaporkan.
Tabel 4.18 Saran Penambahan dalam Laporan Keberlanjutan PGN Tahun
2016
1. Pengungkapan 201-3 Kewajiban program pensiun manfaat pasti dan
program pensiun lainnya
PGN seharusnya membuat rincian berdasarkan informasi dalam Laporan
Tahunan PGN 2016, yaitu terkait sumber dana program pensiun serta
beban pensiun yang dibebankan pada operasi.
2. Pengungkapan 202-2 Proporsi manajemen senior yang berasal dari
masyarakat lokal
PGN seharusnya membuat rincian berdasarkan informasi dalam Laporan
Tahunan PGN 2016, yaitu bahwa keseluruhan anggota direksi, dewan
komisaris, komite audit, dan komite pengawasan manajemen risiko
merupakan warga negara Indonesia.
3. Pengungkapan 305-4 Intensitas emisi GRK
PGN sebaiknya menyertakan pengungkapan 305-4 intensitas emisi GRK
dalam Indeks GRI, karena PGN telah dilaporkan tabel Emisi.
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Tidak hanya itu, ada beberapa pengungkapan yang terdaftar dalam Indeks
GRI Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016, tetapi sayangnya peneliti belum
menemukan pelaporan atas pengungkapan tersebut dalam bentuk tabel maupun
narasi. Tidak juga ditemukan pelaporan atas pengungkapan tersebut dalam
Laporan Tahunan. Sehingga dengan keterbatasan sumber data, peneliti
menyarankan PGN agar lebih teliti dalam menyusun Indeks GRI. Saran peneliti
41
atas ketidaksesuaian tersebut adalah sebaiknya PGN tidak perlu memasukkan
pengungkapan tersebut dari daftar Indeks GRI PGN (lihat Tabel 4.19), sehingga
tidak menimbulkan pertanyaan bagi para pengguna Laporan Keberlanjutan.
Tabel 4.19 Saran Penghapusan dari Laporan Keberlanjutan PGN Tahun
2016
1. Pengungkapan 306-2 Limbah berdasarkan jenis dan metode pembuangan
Tidak terdapat pelaporan atas rincian jenis limbah tetapi terdaftar dalam
indeks GRI.
2. Pengungkapan 306-3 Tumpahan yang signifikan
Tidak terdapat pelaporan atas tumpahan yang signifikan hanya saja
terdaftar dalam indeks GRI.
3. Pengungkapan 403-3 Para pekerja dengan risiko kecelakaan tinggi terkait
dengan pekerjaan mereka
Tidak terdapat pelaporan atas pekerja dengan risiko kecelakaan atau
penyakit berbahaya tinggi terkait dengan pekerjaan, hanya saja terdaftar
dalam indeks GRI.
4. Pengungkapan 404-3 Persentase karyawan yang menerima tinjauan rutin
terhadap kinerja dan pengembangan karier
PGN hanya menyatakan bahwa pada akhir tahun 2016 seluruh pekerja telah
menerima penilaian KPI untuk periode penilaian tahun 2016, dan
mencantumkan dalam indeks GRI.
PGN perlu menyertakan persentase total pekerja berdasarkan jenis kelamin
dan berdasarkan kategori pekerja yang menerima tinjauan rutin kinerja dan
pengembangan karier sesuai dengan pengungkapan 404-3.
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Jika saran perbaikan pada Tabel 4.18 dan 4.19 diterapkan pada Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2016, akan terjadi penyesuaian persentase rata-rata
tingkat pelaporan, yaitu kenaikan tingkat pemenuhan Topik Ekonomi dari 31%
42
menjadi 46%. Pada Topik Lingkungan tingkat pemenuhan 27% menurun menjadi
23%. Topik Sosial juga mengalami penurunan 26% menjadi 21% (lihat Tabel
4.20). Tetapi secara keseluruhan, rata-rata tingkat pelaporan keberlanjutan PGN
tahun 2016 meningkat dari 28% menjadi 30%.
Tabel 4.20Penyesuaian Tingkat Pelaporan Keberlanjutan Tahun 2016
Laporan Keberlanjutan PGN
2016
Setelah Saran Perbaikan
diterapkan
Standar
Topik
Spesifik
Jumlah
Pengungkapan
Pengungkapan
Terpenuhi
Pengungkapan
Terpenuhi (%)
Pengungkapan
Terpenuhi
Pengungkapan
Terpenuhi (%)
Seri 200
(Ekonomi) 13 4 31% 6 46%
Seri 300
(Lingkungan) 30 8 27% 7 23%
Seri 400
(Sosial) 34 9 26% 7 21%
Rata-rata 77 21 28% 20 30%
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Peneliti juga menemukan terdapat poin pengungkapan yang telah
dilaporkan tetapi belum dimasukkan ke dalam Indeks GRI Laporan Keberlanjutan
PGN tahun 2017 (lihat Tabel 4.21). Selain itu, ada poin pengungkapan 306-4
Pengangkutan Limbah Berbahaya telah terdaftar dalam Indeks GRI Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2017, tetapi sayangnya peneliti belum menemukan
pelaporan tabel atau narasi atas pengungkapan tersebut. Tidak juga ditemukan
pelaporan atas pengungkapan tersebut dalam Laporan Tahunan. Sehingga dengan
keterbatasan sumber data, peneliti sebaiknya PGN tidak perlu memasukkan
pengungkapan tersebut dari daftar Indeks GRI PGN (lihat Tabel 4.21).
43
Tabel 4.21 Saran Penambahan dalam Laporan Keberlanjutan PGN Tahun
2017
1. Pengungkapan 201-3 Kewajiban program pensiun manfaat pasti dan
program pensiun lainnya
PGN seharusnya membuat rincian berdasarkan informasi dalam Laporan
Tahunan PGN 2017, yaitu terkait sumber dana program pensiun serta
beban pensiun yang dibebankan pada operasi.
2. Pengungkapan 202-2 Proporsi manajemen senior yang berasal dari
masyarakat lokal
Berdasarkan informasi dalam Laporan Tahunan PGN 2017, PGN
seharusnya membuat rincian bahwa keseluruhan anggota direksi, dewan
komisaris, komite audit, dan komite pengawasan manajemen risiko
merupakan warga negara Indonesia.
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Tabel 4.22 Saran Penghapusan dari Laporan Keberlanjutan PGN Tahun
2017
1. Pengungkapan 306-4 Pengangkutan limbah berbahaya
PGN sebaiknya melakukan pengecekan sebelum memberi kode dalam
indeks GRI.
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Jika saran perbaikan pada Tabel 4.21 dan 4.22 diterapkan pada Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2017, akan terjadi penyesuaian persentase rata-rata
tingkat pelaporan atas Topik Ekonomi dari 46% menjadi 62% dan Topik
44
Lingkungan yaitu tingkat pemenuhan 23% menurun menjadi 20%. Secara
keseluruhan, tingkat pemenuhan pelaporan Standar Topik Spesifik juga
mengalami peningkatan dari 37% menjadi 41% (lihat Tabel 4.23).
Tabel 4.23 Penyesuaian Tingkat Pelaporan Keberlanjutan Tahun 2017
Laporan Keberlanjutan PGN
2017
Setelah Saran Perbaikan
diterapkan
Standar
Topik
Spesifik
Jumlah
Pengungkapan
Pengungkapan
Terpenuhi
Pengungkapan
Terpenuhi (%)
Pengungkapan
Terpenuhi
Pengungkapan
Terpenuhi (%)
Seri 200
(Ekonomi) 13 6 46% 8 62%
Seri 300
(Lingkungan) 30 7 23% 6 20%
Seri 400
(Sosial) 34 14 41% 14 41%
Rata-rata 77 27 37% 28 41%
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Meskipun terjadi penurunan tingkat pemenuhan pelaporan keberlanjutan,
tetapi tidak signifikan. Selain itu, penyesuaian yang dilakukan diharapkan mampu
memberi gambaran yang lebih baik atas Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016
dan 2017 kepada stakeholders, sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi atas
informasi yang kurang sesuai.
75
BAB VPENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkananalisis yang telahdilakukan, tidaksemuapengungkapan di
dalamStandar GRI tersebutdilaporkan. LaporanKeberlanjutanperiode 2016
inimerupakanlaporanpertamaperusahaanmengadopsistandar GRI, di mana
LaporanKeberlanjutantahun 2015 masihberdasarkan GRI G4. PelaporanStandar
Universal GRI 102: PengungkapanUmum paling sedikitadalahpengungkapan tata
kelolaperusahaan, yang
dikarenakantidakterdapatinformasiterkaitbeberapapengungkapan yang
bisadilaporkan oleh PGN. Meskipunbegitupelaporanatasstruktur tata
keloladianggappenting oleh PGN sehinggainformasitersebutperludisajikanbagi
stakeholder. Tingkat kelengkapanpengungkapanstandar universal
LaporanKeberlanjutan PGN tahun 2017 menurundaritahun 2016 yaitu 70%
menjadi 67%.
PelaporanTopikSpesifikberdasarkanStandar GRI, 21 dari 77
pengungkapanterpenuhidenganpersentasepemenuhan rata-rata 28% pada tahun
2016. Sedangkan, pada tahun 2017 PGN memenuhi 27
pengungkapanyaitupersentase rata-rata 37%. Rata-rata pelaporantopikspesifik
paling sedikitadalahtopiksosial pada tahun 2016 dan topiklingkungan pada tahun
2017. Hal inimengindikasikanbahwa PGN
masihbelumsepenuhnyamemenuhipengungkapantopikspesifik pada Standar GRI,
padahaltopikspesifikadalah inti daripelaporanpertanggungjawabanperusahaan,
karena di dalamnyaterkandungaspekekonomi, lingkungan dan sosial.
76
Walaupundarihasilanalisis, persentasepelaporan topic
spesifikterbilangrendahbahkantidakmenembus 50%, PGN berhasilmenjadiwinner
dan mendapatkanperingkat Platinum dari NCSR. Meskipunbegitu,
adabeberapatemuankhususterkaittingkatkelengkapanyaituadanyabeberapaketidakt
epatandalampengungkapanbeberapatopikspesifik. Ketidaktepatankhususnyaterjadi
pada pelaporankegiatan yang bersifatidentifikasi/melakukanperhitunganteknis,
sepertimenghitungjumlah dan persentaseterhadapsuatu unit. Oleh karenaitu,
penelitiberusahamenjabarkanketidaktepatantersebut dan memberikanbeberapa
saran
perbaikansehinggadapatmenjadibahanpertimbanganuntukperbaikanatasinformasid
alamLaporanKeberlanjutanperiodeselanjutnya.
KeterbatasanPenelitian
Penelitianinimemilikibeberapaketerbatasanyaituketidaklengkapan dan
kurangmendetailnyapenyajian data pada laporankeberlanjutan oleh
perusahaansehinggaterbatasnyaanalisiskhususnyaterkaitpelaporantopikspesifik.
Selainitu, periodepenelitian yang
digunakandalampenelitianinihanyamenggunakanduaperiodeakuntansidikarenakan
pengadopsianstandarbaruyaituStandar GRI oleh PGN yang
dilakukanmulaiperiode 2016 sehinggatidakdapatdiperbandingkandenganperiode-
periodesebelumnyakarenaperbedaanstandar yang
digunakandalamLaporanKeberlanjutan. Pada tahapanalisisdalampenelitianini,
77
pengisiantabelchecklistdilakukansecara manual denganmenggunakansoftware
Microsoft Excel, sehinggaterdapatkemungkinanterjadihuman error.
Saran
Berdasarkanhasilpenelitiansertaketerbatasanpenelitian,
makapenelitimemberikanbeberapa saran antara lain:
1. Bagiperusahaan
a. PGN diharapkanmelaporkansecaralebihlengkaptopikekonomi,
lingkungan, dan sosialsesuaiStandar GRI, karena PGN
mendapatgelarWinner Best Sustainability Reporting 2016 di
ajangSustainability Reporting Award (SRA) dan mendapatperingkat
Platinum diajang Asia Sustainability Reporting Rating (ASRR).
b. PGN
sebaiknyamenjelaskanalasantidakmencantumkansuatupengungkapan,
terutamabeberapapengungkapan yang
tidakdicantumkandalamLaporanKeberlanjutantetapitermasukdalam
Daftar Topik Material.
c. Sebaiknya PGN memberikanpenjelasanjikaadaelemen yang
tidakdapatdipenuhiatauperusahaanmenganggaptidakrelevansehingga
para pembaca dan
pemakaiLaporanKeberlanjutanmemahamimengapaelementersebuttidak
dapatterpenuhi.
2. Bagipenelitianselanjutnya
78
a. Penelitianselanjutnyadiharapkanbisamenggunakanperiodepengamatan
yang lebih lama,
sehinggadapatmengetahuiperkembanganpelaporankeberlanjutandariwak
tukewaktu.
b. Penelitiandenganteknikanalisissejenisdiharapkandapatmenggunakanlan
gkahanalisis data yang mengurangitingkatterjadinyahuman error.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, D. Y., &Djakman, C. D. (2018).
PengujianTerhadapKualitasPengungkapan CSR di Indonesia. Ekuitas:
JurnalEkonomi dan Keuangan,2(1), 22-41. Surabaya: Sekolah Tinggi
ilmuEkonomi Indonesia (STIESIA).
Astini, L. T., Yuniarta, G. A., & Kurniawan, P. S. (2017).
AnalisisPenerapanGlobal Reporting Initiative (GRI) G4 pada
LaporanKeberlanjutan Perusahaan Tahun 2013-2016. E-Journal S1 Ak
Univeristas Pendidikan GaneshaJurusanAkuntansi Program S1, 8(2).
Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Crisostomo, V. L., Prudencio, P. A., & Forte, H. C. (2017). An Analysis of The
Adhere to GRI for Disclosing Information on Social Action and
Sustainability Concerns. Advances in Environmental Accounting &
Management,6, 69-103. Diaksesdarihttps://www.emerald.com/insight/
pada tanggal 10 Agustus 2019.
Darwin, Ali. (2018). Welcome Speech Chairman of NCSR.
Diaksesdarihttps://www.ncsr-id.org/asia-sr-rating/chairman-speech/ pada
tanggal 13 September 2019.
GRI. (2016). GRI Standards. Amsterdam: Global Sustainability Standards Board
(GSSB).
GRI & Oxfam Novib. (2015). Menginformasikan Keputusan,
MendorongPerubahan: Peran Data dalam Masa DepanBerkelanjutan.
Diaksesdarihttps://www.globalreporting.org/resourcelibrary pada tanggal
3 September 2019.
Hadad, M. D. &Maftuchah, I. (2015). Sustainable Financing. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
79
Indriantoro, N., &Supomo, B. (2012). MetodologiPenelitianBisnisuntukAkuntansi
dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM.
Moleong, Lexy J. (2014). MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: PT
RemajaRosdakarya.
Mubarok, S. &Afrizal, M. (2018). Islam dan Sustainable Development:
StudiKasusMenjagaLingkungan dan EkonomiBerkeadilan. Dauliyah:
Journal of Islamic and International Affairs, 3(1), 137. Ponorogo:
Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor.
NCSR, (n.d). Milestone: Tonggak Sejarah Asia SR Rating. Diaksesdariwebsite
National Center for Sustainability Reporting. https://www.ncsr-id.org/asia-
sr-rating/milestones pada tanggal11 September 2019.
Nguyen, D., &Cefaratti, M. (2016). Corporate Social Responsibility Reporting
and Corporate Sustainability Reporting. Internal Auditing 31(3), 10-18.
Boston: Warren Gorham & Lamont Inc.
Ningsih, A. T., &Cheisviyanny, C. (2019). AnalisisPengungkapan Corporate
Social Responsibility PT. Bukit Asam, TbkBerdasarkan Global Reporting
Initiatives (GRI) dan Kaitannyadengan PROPER.
JurnalEksplorasiAkuntansi, 1(3), Seri A, 846-864.
Peraturan OJK Nomor 51/POJK.03/2017
tentangPenerapanKeuanganBerkelanjutanBagi Lembaga JasaKeuangan,
Emiten, dan Perusahaan Publik.
Diaksesdarihttps://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-
ojk/Documents/Pages/POJK-Penerapan-Keuangan- Berkelanjutan-bagi-
Lembaga-Jasa-Keuangan,-Emiten,-dan-Perusahaan-
Publik/SAL%20POJK%2051%20-%20keuangan%20berkelanjutan.pdf.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (2016). LaporanKeberlanjutan.
Diaksesdarihttp://ir.pgn.co.id/financial-information pada tanggal 24 Juli
2019.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (2016). LaporanTahunan.
Diaksesdarihttp://ir.pgn.co.id/financial-information pada tanggal 24 Juli
2019.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (2017). LaporanKeberlanjutan.
Diaksesdarihttp://ir.pgn.co.id/financial-information pada tanggal 24 Juli
2019.
80
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (2017). LaporanTahunan.
Diaksesdarihttp://ir.pgn.co.id/financial-information pada tanggal 24 Juli
2019.
Pusaka, S. (2017). Peluncuran GRI Standards 2018: MembacaArahAkuntabilitas
Masa Depan. Diaksesdariwebsite Majalah CSR:
https://majalahcsr.id/peluncuran-gri-standards-2018-membaca-arah-
akuntabilitas-masa-depan/2/ pada tanggal16 September 2019.
Rachman, N. M., Efendi, A., &Wicaksana, E. (2011). Panduan
LengkapPerencanaan CSR. Jakarta: PenebarSwadaya.
Rahayu, N. I. (2019). AnalisisKonten dan Komparatif Sustainability Report
PerbankanBerdasarkan GRI G4. JurnalAkuntansi dan Ekonomika, 9(1),
50-60. Pekanbaru: Universitas Muhammadiyah Riau.
Rusdianto, U. (2013). CSR Communications: A Framework for PR Practitioners.
Yogyakarta: GrahaIlmu.
Samalanga, D. (2018). Press Realease. Diaksesdarihttps://www.ncsr-id.org/asia-
sr-rating/press-release/ pada tanggal 13 September 2019.
Situmeang, I. V. O. (2016). Corporate Social Responsibility:
DipandangdariPerspektifKomunikasiOrganisasi. Yogyakarta: Ekuilibria.
Wibisono, Y. (2007). MembelahKonsep&Aplikasi CSR. Gresik: Fascho
Publishing.
81