16
77 ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT Abstrak Penelitian ini bertujuan membandingkan respon pertumbuhan bibit sagu di persemaian polibag dan rakit. Penelitian dilaksanakan dari Juli 2012 sampai dengan Maret 2013 di Desa Cikarawang, Dramaga, Bogor, Jawa Barat dan Laboratorium Fisiologi dan Kromatografi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian diacak dalam blok dengan dua faktor di persemaian polibag dan rakit. Faktor pertama terdiri atas jenis auksin yaitu kontrol (tanpa auksin), 7.40 mM IBA, 7.40 mM NAA, 7.40 mM auksin komersial. Faktor kedua terdiri atas tiga bobot yaitu 500-999 g, 1000-1499 g, and 1500-2000 g. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ada perbedaan antara peubah tinggi rachis tidak normal, jumlah anak daun rachis tidak normal, jumlah anak daun rachis ke-1, diameter rachis ke-1, jumlah akar primer dan akar nafas. Kedua teknik persemaian tidak memberikan perbedaan pada persentase rata-rata bibit hidup. Nilai diameter rachis di rakit lebih tinggi dibandingknan dengan di polibag. Jumlah akar primer di persemaian polibag lebih tinggi dibandingkan dengan persemaian rakit, namun sebaliknya jumlah akar nafas di persemaian rakit lebih banyak dibandingkan dengan di persemaian polibag. Kata kunci: teknik persemaian, analisis perbandingan, media semai Abstract The experiment was aimed to compare respon of sago palm sucker growth on polybag and raft nursery.. This research was conducted from July 2012 until Mart 2013 at Cikarawang, Dramaga, Bogor, West Java and Physiology and Chromatoghraphy Laboratory, Departemen of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural University. Randomized block design with 2 factors were used in polybag and raft nursery. The first factor consisted of four treatments namely: control (without auxin) 7.40 mM IBA, 7.40 mM NAA, 7.40 mM commercial auxin. The second factor used sucker weight consisted of three weights, i. e. 500-999 g, 1000-1499 g, and 1500-2000 g. The result showed that there were significantly different to height of abnormal rachis, number of leaflets of abnormal rachis, number of leaflets of 1 st rachis, diameter of 1 st rachis, number of primary roots, and aerenchyma roots. Both of nursery techniques were not significantly different on percentage of survival rate seedlings. Rachis diameter value in raft nursery was significantly higher than in polybag nursery. The number of primary roots in polybag was significantly higher than in raft nursery, but instead of the number of aerenchyma roots in raft nursery was significantly higher than in polybag nursery. Keywords: nursery technique, seedling, media

ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

77

ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU

DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT

Abstrak

Penelitian ini bertujuan membandingkan respon pertumbuhan bibit sagu di

persemaian polibag dan rakit. Penelitian dilaksanakan dari Juli 2012 sampai

dengan Maret 2013 di Desa Cikarawang, Dramaga, Bogor, Jawa Barat dan

Laboratorium Fisiologi dan Kromatografi, Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian diacak dalam blok dengan dua

faktor di persemaian polibag dan rakit. Faktor pertama terdiri atas jenis auksin

yaitu kontrol (tanpa auksin), 7.40 mM IBA, 7.40 mM NAA, 7.40 mM auksin

komersial. Faktor kedua terdiri atas tiga bobot yaitu 500-999 g, 1000-1499 g, and

1500-2000 g. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ada perbedaan antara peubah

tinggi rachis tidak normal, jumlah anak daun rachis tidak normal, jumlah anak

daun rachis ke-1, diameter rachis ke-1, jumlah akar primer dan akar nafas. Kedua

teknik persemaian tidak memberikan perbedaan pada persentase rata-rata bibit

hidup. Nilai diameter rachis di rakit lebih tinggi dibandingknan dengan di polibag.

Jumlah akar primer di persemaian polibag lebih tinggi dibandingkan dengan

persemaian rakit, namun sebaliknya jumlah akar nafas di persemaian rakit lebih

banyak dibandingkan dengan di persemaian polibag.

Kata kunci: teknik persemaian, analisis perbandingan, media semai

Abstract

The experiment was aimed to compare respon of sago palm sucker growth

on polybag and raft nursery.. This research was conducted from July 2012 until

Mart 2013 at Cikarawang, Dramaga, Bogor, West Java and Physiology and

Chromatoghraphy Laboratory, Departemen of Agronomy and Horticulture,

Bogor Agricultural University. Randomized block design with 2 factors were used

in polybag and raft nursery. The first factor consisted of four treatments namely:

control (without auxin) 7.40 mM IBA, 7.40 mM NAA, 7.40 mM commercial auxin.

The second factor used sucker weight consisted of three weights, i. e. 500-999 g,

1000-1499 g, and 1500-2000 g. The result showed that there were significantly

different to height of abnormal rachis, number of leaflets of abnormal rachis,

number of leaflets of 1st rachis, diameter of 1

st rachis, number of primary roots,

and aerenchyma roots. Both of nursery techniques were not significantly different

on percentage of survival rate seedlings. Rachis diameter value in raft nursery

was significantly higher than in polybag nursery. The number of primary roots in

polybag was significantly higher than in raft nursery, but instead of the number of

aerenchyma roots in raft nursery was significantly higher than in polybag

nursery.

Keywords: nursery technique, seedling, media

Page 2: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

78

Pendahuluan

Sagu merupakan jenis palma yang menghasilkan pati dari batang.

Tanaman tersebut memiliki potensi pati yang cukup tinggi. Jumlah pati yang

dapat dihasilkan per batang tanaman sagu yaitu sekitar 200-800 kg. Masyarakat

lokal biasanya memanfaatkan sagu dengan mengambil batang sagu dari hutan.

Tanaman sagu tersebut tumbuh dan berkembangbiak secara alami selama

bertahun-tahun.

Pengembangan tanaman sagu secara nasional sudah mulai dilakukan.

Tanaman sagu telah ditanam dalam skala perkebunan. Perubahan pemeliharaan

sagu dari hutan sagu alam menjadi perkebunan membutuhkan pemeliharaan

intensif. Pemeliharaan yang intensif dengan penanaman bibit unggul akan

menyebabkan pertumbuhan tanaman sagu menjadi baik. Pertumbuhan yang baik

diharapkan mampu meningkatkan kuantitas pati yang dihasilkan saat panen.

Pengembangan sagu skala perkebunan meliputi persiapan bibit, persemaian

penjarangan anakan, pemangkasan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan

penyakit, serta manajemen panen.

Persemaian merupakan titik penting dalam persiapan bibit siap tanam di

lapangan. Kebutuhan bibit sagu dalam jumlah besar mengharuskan persentase

bibit hidup yang tinggi di lapangan. Dengan demikian, permasalahan kebutuhan

bibit dalam jumlah besar sedikit teratasi. Secara umum, persemaian bibit sagu

(sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi tersedia bagi sucker.

Namun, bibit sagu yang tumbuh dalam kondisi air melimpah menjadi terkejut

ketika ditanam di lapangan, karena kondisinya jauh berbeda dengan persemaian.

Sucker dari persemaian rakit harus berusaha hidup lebih keras untuk bertahan

hidup di lapangan. Persemaian polibag sebagai salah satu alternatif untuk

mengatasi transplanting shock saat sucker ditanam di lapangan. Sucker telah

berusaha keras untuk tumbuh di awal persemaian polibag, sehingga sucker

diharapkan dapat bertahan hidup lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk

mempelajari dan membandingkan teknik persemaian polibag dan rakit.

Bahan dan Metode

Rancangan percobaan yang digunakan untuk kedua persemaian baik di

polibag maupun di rakit yaitu split plot. Faktor pertama yaitu bobot sucker,

sebagai petak utama. Bobot sucker yang digunakan terdiri atas 500-999 g, 1000-

1499 g, dan 1500-2000 g. Faktor kedua yaitu jenis auksin, sebagai anak petak.

Konsentrasi jenis auksin yang digunakan terdiri atas kontrol (0 mM), 7.40 mM

IBA, 7.40 mM NAA, dan 7.40 mM auksin komersil (AK).

Percobaan dilakukan secara terpisah antara teknik persemaian polibag

dan rakit. Satuan percobaan yang diamati untuk persemaian polibag dan rakit

dapat dilihat pada percobaan terdahulu. Pada persemaian rakit, bambu dibuat

menjadi rakit, sebagai tempat meletakkan sucker. Persemaian polibag

menggunakan media tanah, kotoran kambing, dan arang sekam dengan

perbandingan 4: 4: 2. Sucker yang diambil dari lapangan direndam dalam larutan

fungisida dan bakterisida selama kurang lebih 30 menit. Masing-masing sucker

sesuai dengn bobotnya direndam ke dalam larutan yang berisi auksin. Pelaksaan

Page 3: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

79

percobaan persemaian polibag dan rakit dapat dilihat pada percobaan terdahulu.

Pengamatan peubah pertumbuhan dan akar dilakukan selama 4 bulan setelah

semai.

Analisis

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA)

menggunakan SAS system versi 6. 12. Kemudian Uji-t digunakan untuk

memperbandingkan peubah-peubah yang diamati di persemaian polibag dan rakit.

Apabila berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT)

pada taraf 5 % (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pertumbuhan Tajuk Bibit Sagu di Persemaian Polibag dan Rakit

Persemaian bibit sagu dapat dilakukan di persemaian polibag maupun

rakit. Penggunaan media tanah untuk persemaian bibit sagu diharapkan dapat

mengurangi resiko terjadinya transplanting shock ketika bibit dipindahtanamkan

di lapangan. Bibit yang telah mulai menyesuaikan diri dengan media tanah dengan

membentuk perakaran dan tajuk akan lebih mudah hidup ketika ditanam di

lapangan.

Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi rachis dari pangkal sucker

sampai dengan ujung rachis. Jumlah daun yang dihitung yaitu jumlah daun rachis

tidak sempurna, rachis ke-1, rachis ke-2, dan rachis ke-3. Rachis tidak normal

tidak memiliki anak daun (Gambar 20).

Gambar 20 Bagian dan morfologi bibit sagu di (a) persemaian polibag dan (b)

rakit pada 4 BSS

a) Persemaian Polibag b) Persemaian Rakit

Page 4: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

80

Kombinasi perlakuan bobot sucker dan jenis auksin berpengaruh nyata

terhadap tinggi rachis tidak normal. Kontrol pada bobot sucker 1000-1499 g

menghasilkan perbedaan yang nyata pada 1 dan 2 BSS (bulan setelah semai).

Tinggi rachis tidak normal dengan bobot sucker tersebut pada 1 BSS yaitu 19.4

cm di persemaian polibag dan 6 cm di rakit, sedangkan pada 2 BSS yaitu (26.9 cm

di polibag dan 6.7 cm di rakit. Tinggi rachis tidak normal di persemaian polibag

lebih tinggi dibandingankan di persemaian rakit. Namun demikian, aplikasi NAA

dengan bobot sucker 1000-1499 g menghasilkan kebalikan dari kontrol pada

bobot yang sama. Perlakuan jenis auksin NAA menghasilkan tinggi rachis tidak

normal pada persemaian rakit yang lebih tinggi dibandingkan dengan persemaian

polibag. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan NAA dengan bobot sucker

1000-1499 g berpengaruh nyata antara persemaian polibag dan rakit pada 1, 2,

dan 3 BSS (Tabel 40).

Perlakuan jenis auksin pada bobot sucker 500-999 g dan 1500-2000 g

tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi rachis tidak normal selama empat

bulan pengamatan. Perlakuan jenis auksin belum mampu menghasilkan tinggi

rachis tidak normal yang lebih baik dibandingkan kontrol (Tabel 40).

Terinisiasinya rachis tidak normal, rachis tidak sempurna, dan rachis ke-1 terkait

dengan fase pertumbuhan sucker saat diambil dari lapangan, kemudian diberi

perlakuan pemangkasan sucker sebelum disemai. Fase pertumbuhan sucker dan

panjang pangkasan menjadi sebab terinisiasinya rachis ke-1, rachis tidak normal

dan rachis tidak sempurna. Jika pemangkasan dengan dilakukan dengan

keseluruhan anak daun terpangkas, rachis tidak normal (tanpa anak daun akan

muncul pada 1 BSS). Irawan (2010) menambahkan bahwa pemangkasan daun

sebelum perlakuan persemaian sangat penting bagi pertumbuhan bibit sagu

setelahnya. Pemangkasan juga berguna untuk mengurangi transpirasi, selama bibit

belum membentuk akar dan daun baru.

Tabel 40 Hasil analisis perbandingan rata-rata tinggi rachis tidak normal di

persemaian polibag dan rakit

Bobot (g) Jenis auksin Bulan Setelah Semai

1 2 3 4

500-999 0 mM tn tn tn tn

7.40 mM IBA tn tn tn tn

7.40 mM NAA tn tn tn tn

7.40 mM AK tn tn tn tn

1000-1499 0 mM *(19.4; 6) *(26.9; 6.7) tn tn

7.40 mM IBA tn tn tn tn

7.40 mM NAA *(8.1; 20.9) *(7.9; 24.6) *(7.1; 24.5) tn

7.40 mM AK tn tn tn tn

1500-2000 0 mM tn tn tn tn

7.40 mM IBA tn tn tn tn

7.40 mM NAA tn tn tn tn

7.40 mM AK tn tn tn tn Keterangan : 1) Nilai dalam kurung menunjukkan rataan tinggi rachis tidak normal di persemaian

(polibag; rakit), 2) tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (p>0.05), 3) * = berbeda

nyata pada taraf 5 % (p<0.05), 4) analisis menggunakan uji-t

Page 5: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

81

Berbeda halnya dengan rachis tidak normal, tinggi rachis tidak sempurna

menunjukkan tidak adanya perbedaan antara persemaian rakit dan polibag untuk

perlakuan dari 1, 2, dan 3 BSS. Meskipun demikian, berdasarkan analisis

perlakuan polibag dan rakit tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun rachis

tidak sempurna. Perlakuan persemaian polibag dan rakit berpengaruh nyata

terhadapa peubah jumlah anak daun rachis tidak sempurna pada 4 BSS.

Kombinasi perlakuan jenis auksin 0 mM (kontrol) dengan bobot sucker 1500-

2000 g menghasilkan jumlah anak daun rachis tidak sempurna lebih banyak di

persemaian rakit dibandingkan dengan di persemaian polibag yaitu 14.4 cm dan

4.3 cm, sedangkan kombinasi perlakuan jenis auksin dan bobot sucker lainnya

tidak berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah anak daun rachis tidak sempurna

(Tabel 41).

Ketersediaan air bagi bibit tanaman sagu di persemaian sangat penting

bagi pertumbuhan dan perkembangan tajuk dan perakaran bibit. Air membantu

tanaman untuk mentransportasikan unsur-unsur dan mineral yang dibutuhkan oleh

tanaman. Lakitan (2008) menyatakan bahwa peran air sebagai pelarut sangat

penting dalam kehidupan tumbuhan. Struktur protein dan asam nukleat sangat

ditentukan oleh adanya molekul air di sekitarnya. Aktivitas biologis dari protein

dan asam nukleat dapat berlangsung karena adanya air disekitar tanaman. Selain

itu, aktivitas senyawa lain di dalam protoplasma juga ditentukan oleh adanya air,

kecuali molekul yang berada pada bagian lemak di membran, walaupun secara

tidak langsung tetap dipengaruhi oleh air disekitarnya. Air menciptakan

lingkungan yang memungkinkan untuk berlangsungnya berbagai reaksi biokimia

dalam sel tumbuhan.

Tabel 41 Hasil analisis perbandingan rata-rata jumlah anak daun rachis tidak

sempurna di persemaian polibag dan rakit

Bobot (g) Jenis auksin Bulan Setelah Semai

1 2 3 4

500-999 0 mM tn tn tn tn

7.40 mM IBA tn tn tn tn

7.40 mM NAA - tn tn tn

7.40 mM AK tn tn tn tn

1000-1499 0 mM tn tn tn tn

7.40 mM IBA tn tn tn tn

7.40 mM NAA tn tn tn tn

7.40 mM AK tn tn tn tn

1500-2000 0 mM - tn tn *(4.3; 14.4)

7.40 mM IBA tn tn tn tn

7.40 mM NAA - tn tn tn

7.40 mM AK - tn tn tn Keterangan : 1) Nilai dalam kurung menunjukkan rataan jumlah anak daun rachis tidak sempurna

di persemaian (polibag; rakit) 2) tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (p>0.05), 3)

* = berbeda nyata pada taraf 5 % (p<0.05), dan 4) - = rachis tidak sempurna tidak

terinisiasi, 5) analisis menggunakan uji-t

Kombinasi perlakuan jenis auksin komersial dengan bobot sucker 1500-

2000 g menunjukkan pengaruh nyata untuk peubah jumlah anak daun rachis ke-1.

Page 6: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

82

Persemaian rakit menghasilkan jumlah anak daun rachis ke-1 yang lebih banyak

dibandingkan dengan di persemaian polibag, berturut-turut yaitu 29.8 dan 7.5

pada 4 BSS. Jumlah anak daun rachis ke-1 tidak terinisiasi pada perlakuan jenis

auksin IBA, NAA, dan auksin komersial dengan bobot sucker 500-999 g dan

auksin komersial dengan bobot sucker 1000-1499 g disajikan pada (Tabel 42).

Faktor lingkungan yang menguntungkan bagi tanaman memberikan proses

fotosintesis yang berlangsung baik pada tanaman, sehingga menghasilkan asimilat

yang lebih banyak. Kemampuan tanaman untuk menyediakan asimilat dan

menyimpan asimilat (source dan sink) bergantung pada kemampuan tanaman

beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya. Apabila tanaman ditumbuhkan pada

kondisi yang cocok bagi pertumbuhannya, maka tanaman akan tumbuh dengan

baik pula.

Tabel 42 Hasil analisis perbandingan rata-rata jumlah anak daun rachis ke-1 di

persemaian polibag dan rakit

Bobot (g) Jenis auksin Bulan Setelah Semai

3 4

500-999 0 mM tn tn

7.40 mM IBA - tn

7.40 mM NAA - tn

7.40 mM AK - tn

1000-1499 0 mM tn tn

7.40 mM IBA tn tn

7.40 mM NAA tn tn

7.40 mM AK - tn

1500-2000 0 mM tn tn

7.40 mM IBA tn tn

7.40 mM NAA tn tn

7.40 mM AK tn *(7.5; 29.8)

Keterangan : 1) Nilai dalam kurung menunjukkan rataan jumlah anak daun rachis ke-1 di

persemaian (polibag; rakit) 2) tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (p>0.05), 3) *

= berbeda nyata pada taraf 5 % (p<0.05), dan 4) - = rachis ke-1 belum terinisiasi, 5)

analisis menggunakan uji-t

A B

Gambar 21 Pengaruh jenis auksin dan bobot sucker terhadap keragaan jumlah anak daun

rachis ke-1 di persemaian polibag (a) dan rakit (b)

10 cm 10 cm

Page 7: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

83

Noggle dan Fritz (1983) menyatakan bahwa fungsi air bagi tanaman untuk

memelihara turgiditas sel dan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran dan

pemanjangan sel-sel tanaman. Tanaman yang toleran terhadap penggenangan akan

mengalami gangguan fisiologis jika ditanam dalam kondisi tidak tergenang.

Kondisi terganggunya fisiologis terburuk pada tanaman toleran genangan dapat

mengakibatkan reduksi pertumbuhan yaitu pertumbuhan memendek dan

mengeras.

Rata-rata jumlah anak daun rachis ke-1 pada 4 BSS disajikan pada

(Gambar 21). Perlakuan auksin komersial dengan perlakuan bobot sucker 1500-

2000 g memperlihatkan bahwa rata-rata jumlah anak daun rachis ke-1 berbeda

nyata antara persemaian polibag dan rakit.

Berdasarkan analisis, pertumbuhan bibit sagu pada peubah diameter rachis

ke-1 di persemaian rakit nyata lebih tinggi dibandingkan dengan persemaian

polibag. Perbedaan antara diameter rachis ke-1 diperoleh pada bobot sucker 500-

999 g dengan perlakuan NAA dan auksin komersial, bobot sucker 1000-1499 g

dengan kontrol, dan bobot 1500-2000 g dengan auksin komersial. Pada bobot

terkecil 500<1000 g, aplikasi jenis auksin NAA menghasilkan diameter rachis ke-

1 di persemaian rakit lebih tinggi dibandingkan persemaian polibag (2.9 cm : 0.8

cm). Secara umum, seluruh perlakuan yang diberikan menghasilkan diameter

rachis ke-1 yang lebih lebar di persemaian rakit dibandingkan persemaian dengan

menggunakan polibag. Diameter rachis ke-1 yang dihasilkan dari bobot sucker

1500-2000 g dengan auksin komersial pada persemaian rakit lebih besar

dibandingkan bobot yang lebih kecil (Tabel 43).

Tabel 43 Hasil analisis perbandingan rata-rata diameter rachis ke-1 di persemaian

polibag dan rakit

Bobot (g) Jenis auksin Bulan Setelah Semai

3 4

500-999 0 mM tn tn

7.40 mM IBA tn tn

7.40 mM NAA tn *(0.8; 2.9)

7.40 mM AK tn *(0.3; 3.4)

1000-1499 0 mM *(1.6; 3.2) tn

7.40 mM IBA tn tn

7.40 mM NAA tn tn

7.40 mM AK tn tn

1500-2000 0 mM tn tn

7.40 mM IBA tn tn

7.40 mM NAA tn tn

7.40 mM AK tn *(1.2; 5.9)

Keterangan : 1) Nilai dalam kurung menunjukkan rataan diameter rachis ke-1 di persemaian

(polibag; rakit) 2) tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (p>0.05), 3) * = berbeda

nyata pada taraf 5 % (p<0.05), 4) analisis menggunakan uji-t

Jumlah anak daun rachis tidak normal dan rachis tidak sempurna di

persemaian rakit lebih banyak dibandingkan di persemaian polibag. Peubah

Page 8: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

84

diameter rachis ke-1 pun menunjukkan bahwa diameter rachis ke-1 di persemaian

rakit lebih lebar dibandingkan dengan diameter di persemaian polibag. Hartmann

et al. (2002) mengemukakan bahwa tidak maksimalnya pertumbuhan vegetatif

pada fase bibit disebabkan hambatan fisik media tumbuh. Perubahan diameter

batang tanaman Ki pahang ternyata mirip dengan perubahan tinggi bibit pada fase

vegetatif. Pengaruh media tanam cukup dominan dalam meningkatkan

pertumbuhan.

Kandungan air bibit berpengaruh pada kemampuan bibit untuk

membentuk perakaran dan tajuk. Air diadsorbsi oleh bibit melalui akar untuk

ditransportasikan ke seluruh bagian tanaman bersama-sama dengan unsur hara

dan mineral yang terlarut di dalamnya, kemudian diangkut melalui ke bagian atas

tanaman melalui xilem, sehingga memacu pertumbuhan akar, batang dan daun

bibit. Tanaman memperoleh energi dari proses fotosintesis. Air dan mineral yang

diadsorbsi oleh akar serta energi yang dihasilkan melalui proses fotosintesis

digunakan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangnnya.

Lingkungan ikut berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan

tanaman.

Setiap tanaman memiliki kemampuan hidup yang relatif sama, namun

kemampuan adaptasi dan pertumbuhan masing-masing tanaman pada media baru

setelah disapih ternyata relatif bervariasi (Sofyan dan Islam 2007). Kondisi

tersebut diduga menjadi penyebab bertambahnya jumlah dan luas daun pada

media yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda pula.

Hasil Analisis Perbandingan Induksi dan Pertumbuhan Akar di Persemaian

Polibag dan Rakit

Tanaman sagu merupakan tanaman yang toleran terhadap lingkungan

jenuh air, sehingga pertumbuhannya tetap baik meskipun pada lingkungan

tersebut. Tanaman yang toleran jenuh air seperti halnya tanaman padi memiliki

mekanisme perakaran khusus yang membantu perakaran berkembang dengan baik

pada lingkungan jenuh air. Mekanisme khusus tersebut baru akan berfungsi dalam

keadaan cekaman jenuh air. Akar aerenkim akan terinisisasi seiring dengan

kondisi jenuh air yang dialami bibit sagu.

Pengamatan jumlah akar primer, jumlah akar nafas, dan akar terpanjang

dilakukan pada 4 BSS. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan bobot sucker

500-999 g dengan kontrol secara signifikan berbeda nyata pada peubah jumlah

akar primer di persemaian polibag dan rakit. Perbedaan nyata juga diperoleh dari

perlakuan bobot sucker 1000-1499 g dengan kontrol, IBA dan bobot sucker 1500-

2000 g dengan kontrol, IBA, dan auksin komersial. Perlakuan menunjukkan

jumlah akar primer di persemaian polibag lebih banyak dibandingkan dengan

jumlah akar primer di persemaian rakit (Tabel 44). Jumlah akar primer pada bobot

sucker 1500-2000 g dengan IBA di polibag yaitu 6.8 di polibag tidak lebih tinggi

dibandingkan jumlah akar primer pada bobot sucker 1000-1499 g yaitu 9.6.

Perbedaan jumlah akar primer pada persemaian polibag dan rakit dapat

dilihat pada Gambar 22 dan Tabel 44. Jumlah akar primer yang lebih banyak dari

setiap bobot sucker didominasi oleh persemaian polibag dibandingkan dengan

Page 9: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

85

persemaian rakit. Jumlah akar primer yang dihasilkan di persemaian polibag lebih

banyak dibandingkan dengan di persemaian rakit.

Persemaian Polibag Persemaian Rakit

0 mM

7.40 mM IBA

7.40 mM NAA

7.40 mM auksin komersial

Gambar 22 Pengaruh jenis auksin terhadap keragaan akar primer bibit sagu asal

bobot sucker 1500-2000 g pada 4 BSS di dua persemaian

Kombinasi perlakuan jenis auksin IBA dengan bobot sucker 1000-1499 g

dan 1500-2000 g menghasilkan perbedaan secara signifikan untuk jumlah akar

primer di persemaian polibag dan rakit pada 4 BSS. Namun demikian, aplikasi

NAA tidak menghasilkan perbedaan terhadap jumlah akar primer untuk tiga

perlakuan bobot sucker. Jenis auksin NAA diduga belum mampu menginduksi

10 cm

Page 10: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

86

akar primer baik di persemaian polibag dan rakit secara optimum. Perlakuan jenis

auksin komersial berpengaruh nyata pada bobot sucker 1500-2000 g.

Manurung (2002) menyatakan bahwa perendaman menyebabkan batang

tanaman tumbuh memanjang dengan cepat, sehingga daun dan batang bagian atas

tetap berada di permukaan air. Perendaman juga menyebabkan etilen tertimbun di

batang sehingga memnyebabkan pemanjangan yang cepat. Bobot kering akar pada

tanaman padi lebih tinggi pada kondisi anaerob, dan bergantung pula pada

varietas yang digunakan. Panjang akar pada kondisi anaerob juga lebih tinggi

dibandingkan dengan dengan tanaman padi yang ditanam pada kondisi aerob,

namun bergantung pula pada varietas yang digunakan. Kandungan etilen akar

berpengaruh terhadap pemanjangan akar dan batang tanaman. Pada keadaan

tergenang atau anaerob, etilen dihasilkan dalam jumlah besar di batang tanaman,

sehingga batang tanaman memanjang dengan cepat. Diameter leher akar lebih

lebar pada kondisi anaerob, dan berbeda juga antara varietas yang digunakan.

Hipertropi terjadi akibat membesarnya diameter pangkal batang pada kondisi

anaerob, karena pembentukan etilen akar yang cukup tinggi.

Tabel 44 Hasil analisis perbandingan rata-rata jumlah akar primer pada 4 BSS di

persemaian polibag dan rakit

Bobot (g) Jenis auksin Jumlah Akar Primer

500-999 0 mM *(5.5; 0.13)

7.40 mM IBA tn

7.40 mM NAA -

7.40 mM AK tn

1000-1499 0 mM *(18.2; 0.73)

7.40 mM IBA *(9.6; 0,19)

7.40 mM NAA tn

7.40 mM AK -

1500-2000 0 mM *(7.6; 0.31)

7.40 mM IBA *(6.8; 0.29)

7.40 mM NAA tn

7.40 mM AK *(8.8; 0.33)

Keterangan : 1) Nilai dalam kurung menunjukkan rataan jumlah akar primer di persemaian

(polibag; rakit) 2) tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (p>0.05), 3) * =

berbeda nyata pada taraf 5 % (p<0.05), 4) - = akar primer tidak terinisiasi, dan

5) analisis menggunakan uji-t

Jumlah akar nafas yang dihasilkan dari persemaian polibag dan rakit

menunjukkan perbedaan pada bobot sucker 1500-2000 g. Bobot sucker 1500-2000

g dengan jenis auksin NAA dan auksin komersial menghasilkan perbedaan jumlah

akar nafas yang signifikan antara persemaian polibag dan rakit. Aplikasi NAA

menghasilkan jumlah akar nafas di persemaian polibag yaitu 1, sedangkan di

persemaian rakit 7.08. Aplikasi NAA pada bobot 1500-2000 g menghasilkan

jumlah akar nafas di persemaian rakit yang lebih banyak dibandingkan dengan

persemaian dengan polibag (Tabel 45). Keragaan akar nafas bobot sucker 1500-

2000 g pada 4 BSS dapat dilihat pada Gambar 23.

Akar nafas terinduksi dikarenakan ketersediaan O2 dalam jumlah rendah,

sehingga merangsang terbentuknya etilen. Kawase (1981) menyatakan bahwa

Page 11: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

87

apabila etilen diproduksi di akar, maka etilen tersebut akan menginduksi

pembentukan jaringan aerenkim, pembentukan akar-akar baru, dan penebalan

pangkal batang akan bertambah. Musgrave (1994) menambahkan bahwa

penggenangan pada tanaman akan menyebabkan terjadinya perubahan kimia

tanah yang ditentukan oleh nilai potensial redoks. Penggenangan menurunkan

nilai potensial redoks dari 409 mV menjadi 149 mV yang menunjukkan tidak

adanya oksigen bebas di daerah perakaran.

7.40 mM NAA 7.40 mM AK

Polibag Rakit Polibag Rakit

Gambar 23 Keragaan akar nafas asal bobot sucker 1500-2000 g pada 4 BSS

Tabel 45 Hasil analisis perbandingan rata-rata jumlah akar nafas pada 4 BSS di

persemaian polibag dan rakit

Bobot (g) Jenis auksin Jumlah Akar Primer

500-999 0 mM tn

7.40 mM IBA tn

7.40 mM NAA tn

7.40 mM AK tn

1000-1499 0 mM tn

7.40 mM IBA tn

7.40 mM NAA tn

7.40 mM AK tn

1500-2000 0 mM tn

7.40 mM IBA tn

7.40 mM NAA *(1; 7.08)

7.40 mM AK tn

Keterangan : 1) Nilai dalam kurung menunjukkan rataan jumlah akar nafas di persemaian

(polibag; rakit) vf 2) tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (p>0.05), 3) * =

berbeda nyata pada taraf 5 % (p<0.05), dan 4) analisis menggunakan uji-t

Kondisi jenuh air pada persemaian rakit menyebabkan akar nafas

(aerenkim) terinisiasi pada rhizome bibit sagu. Tanah yang terlalu lembab pada

media persemaian polibag dapat menginisiasi keluarnya akar nafas. Oleh karena

10 cm

Page 12: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

88

itu, akar nafas tidak hanya terinisiadi di persemaian rakit yang jenuh air, tetapi

juga di persemaian polibag.

Ketersediaan oksigen pada tanaman yang tergenang (kondisi aerob) sangat

rendah, sehingga tanaman akan membentuk jaringan aerenkim pada akar untuk

memperoleh oksigen. Pembentukan jaringan aerenkim distimulasi oleh senyawa

etilen yang terdapat di akar. Kandungan etilen akar yang meningkat pada kondisi

anaerob akan merangsang pembentukan jaringan aerenkim. Pada fase pertum

buhan vegetatif tanaman terjadi penyimpanan hasil asimilat (bahan organik). Hasil

tersebut dapat meningkatkan bobot kering akar dan tajuk serta laju pertumbuhan

relatif. Jackson et al. (1995) menyatakan bahwa sintesis etilen terhambat

disebabkan O2 digunakan untuk mengubah ACC (1-Aminocyclopropane-1-

Carboxylic Acid) menjadi etilen. Namun demikian, etilen yang disintesis

terperangkap di akar dikarenakan pergerakannya melalui air. Kecepatan

pergerakan etilen di air berkurang sekitar 10 000 kali dibandingkan dengan

melewati udara. Etilen tersebut lalu menyebabkan beberapa sel korteks

mensintesis selulase, yaitu enzim yang menghidrolisis selulosa dan sebagian

menyebabkan penguraian dinding sel. Sel korteks tersebut juga kehilangan

protoplas, lalu menghilang dan menjadi jaringan aerenkim yang berisi udara.

Persentase hidup bibit menunjukkan hasil analisis yang tidak berbeda

nyata antara perlakuan. Perlakuan bobot sucker dan jenis auksin tidak

menghasilkan persentase hidup yang berbeda antara persemaian polibag dan rakit.

Kandungan Hara Makro dan Mikro di Media Persemaian Polibag dan Rakit

Perbandingan peubah pertumbuhan di persemaian polibag dan rakit telah

menunjukkan bahwa jumlah anak daun rachis tidak sempurna dan jumlah anak

daun rachis ke-1 lebih banyak di persemaian rakit dibandingan di polibag.

Diameter rachis ke-1 pun lebih lebar pada persemaian rakit dibandingkan dengan

persemaian polibag. Jumlah akar nafas juga lebih banyak terinisiasi pada 4 BSS di

persemaian rakit dibandingkan di persemaian polibag. Oleh karena itu, analisis

media yang digunakan di persemaian polibag hdan rakit dilakukan untuk

membantu menjawab aplikasi perlakuan di kedua persemaian tersebut. Hasil

analisis media persemaian baik polibag maupun rakit dapat menjelaskan pengaruh

perlakuan bobot sucker dan jenis auksin pada peubah pertumbuhan tajuk,

perakaran, dan keragaan bibit sagu dari masing-masing persemaian.

Hasil analisis tanah dan air menyatakan bahwa derajat kemasaman media

persemaian polibag yaitu tergolong agak masam (5.8), sedangkan media

persemaian rakit tergolong netral (6.7) (Tabel 46). Derajat kemasaman media juga

berpengaruh terhadap aktivitas biologis di dalamnya. Penguraian bahan organik

oleh mikroorganisme agar tersedia dalam tanah dibutuhkan pH 6-7. Blair (1979)

menambahkan bahwa ketersediaan unsur hara N, P, Ca, S, Ca, Mn, Fe, Mb, Br,

Zn, dan Cu di dalam mineral tanah pada kisaran pH 6-7.

Menurut Rao (1994), keadaan pH tanah 5.6 sudah menunjukkan sifat

asam. Secara umum, tanah yang asam memiliki ion Ca2+

dalam jumlah rendah dan

ion Al+ dalam jumlah banyak. Demikian pula menurut Hardjowigeno (2007)

bahwa pada reaksi tanah yang asam, unsur-unsur mikro akan menjadi mudah

larut, sehingga dapat ditemukan unsur mikro yang terlalu banyak. Unsur mikro

Page 13: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

89

merupakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang sangat

kecil, sehingga dapat menjadi racun kalau terdapat dalam jumlah yang terlalu

besar. Contoh unsur mikro adalah Mn, Fe, Zn dan Cu.

Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa derajat keasaman (pH)

media tanam merupakan faktor kimia yang berpengaruh terhadap laju

pertumbuhan tanaman, hal ini karena mempengaruhi pertumbuhan akar. Tanaman

tidak dapat tumbuh pada pH yang sangat rendah (di bawah 4.0) dan sangat tinggi

(di atas 9.0) karena pH tersebut merupakan kondisi yang sangat beracun bagi

pertumbuhan akar tanaman. Namun demikian, Hofsah (2012) menyatakan bahwa

bibit tanaman sagu masih dapat hidup pada media polibag yang berisi tanah

gambut dengan pH 3.9 (yang tergolong sangat masam. Gardner et al. (2008)

menyatakan bahwa derajat kemasaman tanah yang rendah menyebabkan proses

penyerapan menjadi terhambat. Jika unsur K tidak cukup tersedia mengakibatkan

sistem translokasi melemah, organisasi sel menjadi tidak baik dan hilangnya

permeabilitas sel.

Tabel 46 Hasil analisis media persemaian polibag

Peubah Tanah

Kandungan

Media

Perlakuan* Nilai

Kandungan

Media

Perlakuan** Nilai

C (%) 4.17 Tinggi 47.17 sangat tinggi

N (%) 0.30 Sedang 1.52 sangat tinggi

C/N 14.00 Sedang 31.00 sangat tinggi

pH (H2O) 5.80 agak masam 3.90 sangat masam

P2O5 HCL 25%

(mg/100g) 291.00 sangat tinggi

33.00 sedang

P2O5 Olsen (ppm P) 656.00 sangat tinggi 479.92 sangat tinggi

K2O HCL 25% (mg/100

g) 125.00 sangat tinggi

33.63 sedang

KTK (me/100 g tanah) 24.21 Sedang 134.23 sangat tinggi

Susunan Kation

Ca (me/100 g tanah) 20.11 sangat tinggi 5.72 rendah

Mg (me/100 g tanah) 3.80 Tinggi 13.98 sangat tinggi

K (me/100 g tanah) 2.48 sangat tinggi 0.52 sedang

Na (me/100 g tanah) 0.25 Rendah 0.73 sedang

Kejenuhan Basa (%) >100 sangat tinggi 16.00 sangat rendah

Al3+

(cmolc/kg) 0.00 sangat rendah 0.23 sangat rendah

H+ (cmolc/kg) 0.05

5.85

Tekstur tanah

Pasir 13%

Debu 61%

Liat 26%

Keterangan : *= hasil analisis tanah dari media persemaian polibag; **= hasil analisis tanah dari

persemaian polibag dengan media tanah gambut di Kabupaten Meranti, Provinsi

Riau, Nilai berdasarkan Balitanah (2005)

Fosfat dalam tanah sukar larut sehingga sebagian besar tidak tersedia bagi

tanaman. Tersedianya fosfat dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Pada

Page 14: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

90

pH rendah, ion fosfat membentuk senyawa yang tidak larut dengan besi dan alu-

munium, sedangkan pada pH tinggi terikat sebagai senyawa kalsium, pH optimum

untuk fosfat disekitar 6.5. Pupuk fosfat yang diberikan ke dalam tanah tidak selu-

ruhnya tersedia bagi tanaman. karena terjadi pengikatan fosfat oleh partikel tanah.

Agar tanaman memperoleh fosfat dari larutan tanah sesuai dengan kebutuhannya,

maka disarankan pemberian pupuk fosfat melebihi daya fiksasi tanah (Sarief

1985).

Kandungan lumpur di media persemaian rakit yaitu sekitar 97 mgL-1

.

Kandungan lumpur terkait dengan kemudahan akar menyerap air yang juga berisi

unsur hara dan mineral dari media persemaian rakit. Aeni et al. (2011) menya

takan bahwa semakin tingginya kandungan limbah lumpur minyak mentah pada

media tanam, maka kandungan klorofilnya akan semakin rendah. Konsentrasi 100

ppm limbah lumpur minyak mentah lebih dapat mempengaruhi pertumbuhan

tinggi tanaman eceng gondok dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Hal

tersebut karena minyak mentah yang terlalu pekat menyebabkan air lebih sulit

masuk ke dalam jaringan akar sehingga jaringan akar dapat mengalami

plasmolisis. Kerusakan jaringan akar tersebut akan menghambat pertumbuhan dan

perkembangan eceng gondok. Konsentrasi minyak mentah di sekitar perakaran

akan menghambat masuknya nutrisi ke dalam tanaman. Karena terhambatnya

nutrisi masuk ke dalam tanaman, maka proses metabolisme juga terhambat

sehingga berakibat pula terhadap rendahnya bobot kering eceng gondok.

Penurunan total kandungan klorofil daun eceng gondok seiring dengan

meningkatnya konsentrasi limbah lumpur minyak mentah. Kadar lumpur

berpengaruh terhadap panjang akar dan tinggi tanaman eceng gondok.

Tabel 47 Hasil analisis media persemaian rakit

Peubah Air Satuan Kandungan Media

Perlakuan

Salinitas dS/m dS/m 0.080

pH 6.7

Kadar Lumpur (mgL-1

) MgL-1

97

Kation (ppm)

NH4 m.eL-1

0

K m.eL-1

0.01

Ca m.eL-1

0.95

Mg m.eL-1

0.15

Na m.eL-1

0.20

Fe m.eL-1

0

Al m.eL-1

0.01

Mn m.eL-1

0

Anion (ppm)

NO3 m.eL-1

0.02

PO4 m.eL-1

0

SO4 m.eL-1

0.11

Cl m.eL-1

0.50

HCO3 m.eL-1

0.60

CO3 m.eL-1

0

Page 15: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

91

Hasil analisis air dari persemaian rakit menunjukkan bahwa unsur K

tersedia sangat rendah (Tabel 47). Berbeda halnya dengan hasil analisis tanah

yang menunjukkan bahwa Mg tersedia dalam jumlah yang tinggi, K dan Ca

tersedia dalam jumlah sangat tinggi, Na (sedang) dengan jumlah KTK sedang.

Menurut Koesnandar et al. (2006), sifat tanah gambut yang memiliki pH rendah,

bahan organik dan KTK yang tinggi, dan kejenuhan basa yang rendah

menyebabkan unsur hara K, Ca dan Mg yang diberikan sulit diserap oleh

tanaman.

Tanah-tanah dengan kejenuhan basa yang rendah berarti kompleks jerapan

lebih banyak diisi oleh kation-kation asam yaitu Al+++

dan H+, jumlah kation asam

yang berlebihan pada tanaman akan menjadi racun bagi tanaman (Hardjowigeno

2007). Tanah gambut memiliki KTK yang tinggi (46.59-74.22 me/100 g) dan ke-

jenuhan basa yang rendah (5.75-7.69 %) menyebabkan tanah kahat hara N, P, K,

Ca, Mg, dan Mo (Purwanto et al. 2001). Hasil analisis tanah yang dilakukan juga

menunjukkan KTK tanah gambut yang tinggi yaitu 134.23 me/100 g dan keje-

nuhan basa yang masih tergolong rendah (16 %).

Klorofil a berperan secara langsung dalam reaksi terang yang mengubah

energi matahari menjadi energi kimiawi. Klorofil b merupakan pigmen pelengkap

yang berfungsi untuk menyerap cahaya dan menyalurkan energinya ke klorofil a

yang kemudian digunakan dalam reaksi terang pada fotosintesis.

Permukaan akar yang luas dan langsung mengalami kontak dengan air,

memudahkan proses penyerapan dalam jumlah banyak. Proses penyerapan

disebabkan perbedaan konsentrasi antara lingkungan perairan yang memiliki

konsentrasi tinggi dengan tanaman yang memiliki konsentrasi lebih rendah.

Pertukaran ion terjadi karena penyerapan air oleh bulu-bulu akar, sehingga ion-ion

yang terlarut terbawa masuk ke dalam sel-sel akar. Akar yang masih muda

memiliki potensi menyerap ion-ion dalam jumlah besar (Dwidjoseputro 1994).

Pengangkutan hasil fotosintesis ke akar menentukan kemampuan akar

untuk menyerap dan memperoleh hara (Fitter dan Hay 1991). Suplai unsur hara

yang lebih akan meningkatkan aktivitas protoplasma sel sehingga menunjang

pertumbuhan sel. Dengan adanya pertumbuhan sel dan jaringan yang baik pada

akar, maka akan meningkatkan panjang akar dan berat kering akar. Defisiensi

fosfor juga dapat menghambat proses respirasi dan fotosintesis pada tanaman.

Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa kemampuan tanaman untuk

melakukan fotosintesis ditentukan oleh luas daun.

SIMPULAN

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara

peubah-peubah tinggi rachis tidak normal, jumlah anak daun rachis tidak

sempurna, jumlah anak daun rachis ke-1, diameter rachis ke-1, jumlah akar

primer, dan jumlah akar nafas. Bobot sucker 1500-2000 g menghasilkan diameter

rachis terbesar, persemaian rakit menghasilkan diameter yang lebih besar

dibandingkan polibag. Jumlah akar primer yang dihasilkan pada persemaian

polibag lebih banyak dibandingkan dengan rakit. Namun demikian, jumlah akar

nafas lebih banyak terinisiasi pada persemaian rakit.

Page 16: ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN ... - … · ANALISIS PERBANDINGAN PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN POLIBAG DAN RAKIT . ... (sucker) dilakukan di rakit, sehingga air harus menjadi

92

Persentase bibit hidup tidak berbeda nyata antara kedua teknik persemaian.

Begitupula dengan aplikasi jenis auksin dan perlakuan bobot sucker belum

mampu memberikan perbedaan yang nyata diantara kedua teknik persemaian.