Upload
ngokhanh
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 21 PADA CV. MS. KOMPUTER
MOHAMAD RIDUAN
090462201223
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja
Ali Haji, Tanjungpinang
ABSTRAKSI
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung kembali Pajak
Penghasilan Badan dan Pajak Penghasilan Pasal 21 apakah sudah
sesuai dengan UU RI No. 36 tahun 2008. Objek penelitian ini
adalah CV. MS. Komputer. Data yang diperlukan diperoleh dari
observasi, wawancara, dan Penelitian kepustakaan. Analisis yang
dilakukan dengan membandingkan perhitungan PPh Pasal 21 yang
telah dilaksanakan oleh CV. MS. Komputer dengan perhitungan yang
sesuai dengan peraturan Perpajakan yang berlaku untuk gaji dan
tunjangan Periode tahun 2011.
Hasil analisis menunjukan bahwa perhitungan yang dilakukan
oleh CV. MS. Komputer dan diperbandingkan dengan perhitungan
penulis yang bedasarkan pada UU RI No. 36 tahun 2008, karena
terjadinya koreksi Fiskal maka mengakibatkan terjadinya lebih
bayar sebesar Rp 35.505.680,-.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 sudah sesuai dengan UU RI No. 36 tahun
2008, akan tetapi Perhitungan Pajak Penghasilan Badan belum
sesuai dengan UU RI No. 36 tahun 2008 karena terjadinya koreksi
Fiskal terhadap laporan Laba Rugi CV. MS. Komputer.
Kata Kunci : Pajak Penghasilan Badan Dan Pajak Penghasilan Pasal
21
PENDAHULUAN
Pembayaran pajak merupakan sumber penerimaan negara yang
sangat penting dalam rangka menuju pembiayaan pembangunan yang
mandiri tidak tergantung pada pinjaman luar negeri. Dalam hal
ini partisipasi dan kesadaran masyarakat juga sangat menentukan
suksesnya pembangunan nasional yang diwujudkan dengan membayar
pajak secara teratur, agar pembayaran pajak dapat berjalan
sesuai dengan peraturan perpajakan.
Permasalah perpajakan di Indonesia masih merupakan masalah
yang selalu ada dan berkembang dalam kehidupan masyarakat
seiring dengan perkembangan dan perubahan sosial dan ekonomi,
seperti masih banyak para wajib pajak yang masih lalai terhadap
pajak dan tidak menjalani kewajibannya sebagai wajib pajak.
Sementara pemerintah telah mencanangkan seluruh kegiatan
tersebut untuk membiayai pembangunan negara dan juga merupakan
sumber pendapatan negara guna mewujudkan kelangsungan dan
peningkatan pembangunan nasional.
2
Sistem pemungutan pajak yang dianut oleh negara Indonesia
adalah sistem Self Assesment yaitu sistem pemungutan
pajak yang memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang
(Mardiasmo, 2008), melaporkan jumlah harta kekayaannya ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan menyetorkan sendiri
pajaknya ke Kantor Kas Negara. Pajak penghasilan merupakan
pajak yang dipungut pada obyek pajak atas penghasilannya.
Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang
atau badan usaha yang memperoleh penghasilan di
Indonesia.
Salah satu jenis pajak yang di tetapkan pemerintah adalah
Pajak Penghasilan yaitu pajak yang dikenakan terhadap subjek
pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak atas penghasilan
dalam bentuk tahun pajak. Pajak penghasilan adalah pajak yang di
bebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan
hukum lainya. Undang-undang Pajak Penghasilan Indonesia menganut
prinsip perpajakan atas penghasilan dalam pengertian yang luas,
yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak dari manapun
asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah
kekayaan wajib pajak tersebut.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui:Apakah perhitungan Pajak Penghasilan Badan dan pajak
penghasilan pasal 21 pada karyawan CV. MS. Komputer sudah sesuai
dengan Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2008?. Sedangkan tujuan
dari penelitian ini adalah untuk Menghitung kembali Pajak
Penghasilan Badan dan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada
karyawan CV. MS. Komputer tahun 2011 sesuai dengan UU RI
No.36 tahun 2008.
Tinjauan Teori dan pengembangan Hipotesis
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum (Rochmat Soemitro, 2008:1).
pajak mempunyai fungsi untuk mengatur atau menjadi alat
kebijakan moneter. Pemungutan pajak mempunyai dua fungsi
(Mardiasmo, 2008:1) :
1. Fungsi budgetair Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (regulerend). Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi. Dengan fungsi mengaturnya pajak digunakan
sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan dan
3
fungsi mengatur itu banyak ditujukan terhadap sektor
swasta.
Subjek Pajak
Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Yang menjadi subjek pajak adalah sebegai berikut :
1. Orang pribadi 2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak
3. Badan, terdiri dari PT, CV, perseroan lainnya BUMN/BUMD
dengan nama dan bentuk apapun, Firma, kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi social politik, atau organisasi yang sejenis,
lembaga, dan bentuk badan lainnya
4. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Subjek pajak dapat dibedakan menjadi (Pasal 2 ayat 3):
1. Subjek pajak dalam negeri yang terdiri dari : a. Subjek pajak orang pribadi, yaitu:
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada
diIndonesia Iebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan
2. Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di
Indonesia.
b. Subjek pajak badan
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia.
c. Subjek pajak warisan
Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
2. Subjek pajak luar negeri yang terdiri dari : a. Subjek pajak orang pribadi, yaitu :
Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia yang tidak bertempat tinggal lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang :
1. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.
2. Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap dei Indonesia
b. Subjek pajak badan, yaitu : Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan
di Indonesia yang :
1. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan memulai
bentuk usaha tetap di Indonesia.
2. Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di indonesia.
4
Objek Pajak
Yang meliputi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak, baik yang berasal dari indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, termasuk:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,
honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
Undang-Undang ini
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan
penghargaan
3. Laba usaha 4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta 5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
7. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak 9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta 10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala 11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing 13. Selisih lebihb karena penilaian kembali aktiva 14. Premi asuransi 15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak
17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah 18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan
19. Surplus Bank Indonesia
Tidak Termasuk Objek Pajak
Yang dikecualikan oleh wajib pajak adalah:
1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan
yang berhak
5
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yavasan. koperasi. atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro.
3. Warisan 4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan 5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura
dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali
yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang
dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang
menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit).
6. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa
7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri,
koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik
daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan. b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan
badan usaha milik daerah yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor.
8. luran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan. Baik yang
dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
sebagaimana dimaksud pada angka 8. Dalam bidang-bidang
tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalanka) usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
a. Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia. 12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang
penelitian dan pengembangan, yang telah terdaltar pada
instansi yang membidanginya. yamg ditanamkan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
6
penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4
(empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut.
14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu.
Cara Menghitung Pajak Penghasilan Badan
Menurut Supramono (2010:44) untuk menentukan besarnya Pajak
Penghasilan Badan, terlebih dahulu harus ditentukan
Penghasilan Kena Pajak (Dasar Pengenaan Pajak/DPP) karena
Penghasilan Kena Pajak inilah yang akan dikalikan dengan
tarif pajak untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan
Badan.
Penghasilan Kena Pajak dihitung dengan cara mengurangkan
penghasilan yang merupakan obyek pajak dengan biaya-biaya yang
diperkenankan Undang-Undang.
Tarif Pajak Penghasilan Badan
Tarif pajak untuk Wajib Pajak Badan dan Bentuk Usaha Tetap
berdasarkan Undang-undang No.36 Tahun 2008, bagi wajib Pajak
Badan menggunakan tarif pajak proporsional sebesar 28%. Bagi
wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk perseroan terbuka,
yang paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang
disetor diperdagangan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5%
lebih rendah. Pada tahun 2010 tarif wajib Pajak Badan akan
diturunkan sebesar 25%.
Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut siti resmi (2009:80) “pajak penghasilan (PPH)
adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu
tahun pajak”
Menurut Mardiasmo (2009) PPH pasal 21 adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.
Cara perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada umumnnya sama
dengan cara perhitungan Pajak Penghasilan pada umumnya. Namun,
dalam perhitungan dalam Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi
penerima-penerirna penghasilan dari pekerjaan, jasa, kegiatan,
yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri selain
pengurang penghasilan PTKP, juga diberikan pengurangan-
pengurangan penghasilan berupa biaya jabatan, biaya pensiun,
iuran pensiun.
Besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) untuk tahun pajak
2011 sebagai berikut :
PKP = Penghasilan sebagai obyek pajak – Biaya
7
1. Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh
ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.
2. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah)
tambahan untuk Wajib Pajak yang menikah.
3. Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh
ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.
4. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah)
tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga.
Selain itu, tarif yang diterapkan juga bervariasi yaitu
sesuai Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan atau tarif yang
diterapkan dalam peraturan pemerintah atau aturan pelaksanaannya
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Tarif Pasal 17 ayat (1) Undang - undang PPh
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5 %
Di atas Rp 50.000.000.00 sampai dengan Rp
250.000.000.00
15 %
D iatas Rp 250.000.000.00 sampai dengan Rp
500.000.000 00
25 %
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif yaitu untuk membuat gambaran mengenai situasi atau
kejadian berdasarkan data yang ada.
Definisi Operasional Variabel
Pajak Penghasilan Badan
Pajak Penghasilan Badan merupakan pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam suatu tahun pajak.
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak penghasilan pasal 21 adalah pajak atas perolehan gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilaklukan oleh orang pribadi.
Jenis Dan Sumber Data
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada :
1. Data Kualitatif
8
Data berupa keterangan penjelasan, skema dan gambaran yang
berhubungan dengan penelitian khususnya penerapan pajak badan
dan pajak penghasilan pasal 21 tahun 2011 pada CV.Ms.Komputer.
2. Data Kuantitatif
data yang bersifat kuantitatif yaitu data yang dinyatakan
dalam angka dan dianalisis dengan statistik (Sangadji &
sopiah).
Sumber Data
Dalam prosedur pengumpulan data untuk penelitian ini penulis
memperoleh data-data dari dua sumber yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian
atau yang bersangkutan yang memerlukannya, dimana dilakukan
dengan cara penelitian lapangan melalui observasi dan
wawancara dengan pihak yang berkepentingan. Data primer ini
juga disebut data asli atau data baru (Iqbal, 2004 : 19).
2. Data Skunder
Menurut Jonathan & Ely (2010:69) data sekunder merupakan
data yang sudah ada, data tersebut sudah dikumpulkan
sebelumnya untuk tujuan-tujuan yang tidak mendesak.
Keuntungan data sekunder ialah sudah tersedia, ekonomis,
dan cepat didapat. Kelemahan data sekunder adalah tidak
dapat menjawab secara keseluruhan masalah yang diteliti.
Data yamg digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan periode
2011. Data penelitian ini didapati dari Cv. Ms. Komputer.
Metode Pengumpulan Data
Data merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah
penelitian. Tanpa adanya data, penelitian tidak mungkin bisa
dilakukan. Maka teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah teknik interview, teknik Observasi,
dan studi Literatur.
Metode Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Dimana dalam penelitian ini akan
memberikan gambaran mengenai suatu masalah secara sistematis dan
akurat dari fakta – fakta yang ada atau dari gambaran tentang
objek yang diteliti dan selanjutnya melakukan upaya pemecahan
masalahnya.
Penulis mengunakan metode deskriptif, yaitu data yang
diperoleh diikhtisarkan, dianalisis, dan diinterprestasikan
sehingga memberikan informasi yang lengkap tentang objek yang
diteliti. Selanjutnya hasil yang diperoleh tersebut dibandingkan
dengan teori – teori yang berlaku untuk kemudian dapat dijadikan
sebagai pengambilan keputusan dan saran. Tujuan dari penelitian
deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
9
PEMBAHASAN
Laporan Keuangan CV. MS. Komputer
Akuntansi merupakan bagian yang mempunyai peran sangat
penting didalam setiap perusahaan. Karena disamping
menggambarkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya juga dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengambil beberapa keputusan
perusahaan. Istilah kebijakan akuntansi tidak bisa dilepaskan
dari kebijakan manajemen perusahaan, karena merupakan salah satu
fungsi dari manajemen perusahaan.
CV. MS. Komputer menggunakan metode penyusutan garis lurus
untuk aktiva tetapnya dengan mengacu pada undang-undang
perpajakan yang terdapat dalam pasal 11 ayat 6 Undang-undang No.
17 tahun 2008. Begitu pula dengan pengelompokan aktiva tetap,
mendasarkan pada Peraturan Mentri Keuangan Nomor: 69/PMK.03/2009
yaitu mengelompokkan dalam Kelompok I dan Kelompok II.
Pajak Penghasilan CV.MS. Komputer tahun 2011
Laporan Keuangan Fiskal
Perbedaan konsep pengakuan biaya dan penghasilan antara
prinsip akuntansi dengan ketentuan perpajakan menyebabkan perlu
adanya koreksi fiskal, dengan maksud untuk menyesuaikan laba
(rugi) pajak atau fiskal.
a. Koreksi Fiskal Positif 1. Biaya lain-lain sebesar Rp 47.859.000 terdapat biaya yang
dikoreksi fiskal positif, yaitu biaya lain-lain yang
merupakan biaya diluar operasional Ms. Komputer yang tidak
jelas pengeluaran yang digunakan untuk keperluan apa sehingga
dikoreksi fiskal, selama satu tahun sebesar Rp 4.305.500
tidak boleh dijadikan pengurang penghasilan.
2. Biaya depresiasi berdasarkan laporan Laba Rugi CV. MS.
Komputer jumlah biaya depresiasi sebesar Rp 73.365.250.
Menurut ketentuan pajak sebesar Rp 70.343.125 maka terdapat
perbedaan sebesar Rp 3.022.125. Perbedaan tersebut karena
pada pengelompokkan jenis aktiva CV. MS. Komputer semua jenis
aktiva yang tergolong dalam peralatan hanya dikelompokkan
pada kelompok satu sedangkan menurut menurut Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 tentang jenis-jenis
harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan
bangunan untuk keperluan penyusutan ada yang termasuk dalam
kelompok dua sehingga tarif dan masa manfaatnya berbeda.
b. Koreksi Fiskal Negatif Koreksi fiskal negatif atau koreksi negatif yaitu koreksi
atas laporan keuangan komersial supaya sesuai dengan prinsip
undang-undang pajak penghasilan sehingga menyebabkan jumlah
Penghasilan Kena Pajak (PKP) mengecil.
Adapun yang dikoreksi fiskal negatif pada laporan keuangan
CV. MS. Komputer adalah Pendapatan lain-lain yaitu Pendapatan
Bunga (jasa Bank) berupa deposito sebesar Rp 42.815.305
dikoreksi negatif karena pendapatan bunga bukan objek pajak.
10
Tabel 4.4
CV. MS. Komputer
Laporaan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2011
KETERANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL
POSITIF NEGATIF
Pendapatan
Ms1
Rp
448.673.300
Rp
448.673.300
Ms2
Rp
350.599.800
Rp
350.599.800
Ms3
Rp
429.659.800
Rp
429.659.800
Ms4
Rp
239.602.100
Rp
239.602.100
Total pendapatan
Rp
1.468.535.000
Rp
1.468.535.000
Biaya-Biaya
Biaya Langsung
B. Listrik & Air
Rp
67.898.300
Rp
67.898.300
B. Telpon, Fax,
dan Internet
Rp
44.301.500
Rp
44.301.500
B. Kertas dan
Tinta
Rp
108.000.500
Rp
108.000.500
B. Makan
Rp
33.103.500
Rp
33.103.500
Total Biaya
Langsung
Rp
253.303.800
Rp
253.303.800
Biaya
administrasi dan
umum
11
Sumber : data diolah
Dari laporan fiskal CV. MS. Komputer, dapat dilihat adanya
perbedaan jumlah menurut akuntansi dan menurut peraturan
perpajakan (fiskal), dimana menurut akuntansi, laporan laba rugi
tahun 2011 sebesar Rp 891.357.255. Sedangkan munurut fiskal,
laba rugi tahun 2011 hasilnya adalah Rp 855.869.575. Sehingga
Penghasilan Kena Pajak menurut fiskal adalah Rp 855.869.575.
Perghitungan PPh Terhutang
CV. MS. Komputer menghasilkan laba sebesar Rp 855.869.575,
periode 31 Desember 2011 dan penghasilan Kena Pajak menurut
fiskal.
Laba = Rp 855.869.575
PPh terhutang
25% x Rp 855.869.575 = Rp 213.967.394
Menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-
31/PJ/2009 Tentang petunjuk Prlaksanaan Pemotongan, penyetoran
dan pelaporan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi, maka perhitungan PPh
pasal 21 pada karyawan CV. MS. Komputer adalah sebagai berikut :
B. Gaji Karyawan
Rp
279.395.000
Rp
279.395.000
Total biaya
administrasi dan
umum
Rp
279.395.000
Rp
279.395.000
pendapatan lain
Rp
68.315.305
Rp
25.500.000
Pendapatan Bunga
Rp
42.815.305
biaya lain-lain
Rp
39.429.000
Rp
35.123.500
biaya lain-lain
luar operasional
Rp
4.305.500
biaya depresiasi
Rp
73.365.250
Rp
3.022.125
Rp
70.343.125
Laba Bersih
Rp
891.357.255
Rp
855.869.575
12
1. “A” bekerja di CV. MS. Komputer sebagai Manajer Operasional dan belum menikah. Dengan memperoleh gaji sebesar Rp
2.550.000, tunjangan jabatan sebesar Rp 180.000
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai yang berstatus belum
menikah adalah sebagai berikut :
Gaji Pokok Rp 2.550.000
Tunjangan jabatan Rp 180.000 +
Penghasilan Bruto Rp 2.730.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan 5% x Rp 2.730.000 Rp 136.500 -
Penghasilan neto perbulan Rp 2.593.500
Penghasilan neto setahun Rp31.122.000
PTKP :
Wajib Pajak sendiri : Rp 15.840.000
Status Wajib Pajak : 0
Tanggungan : 0
Rp 15.840.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun Rp 15.282.000
PPh pasal 21 terutang :
5% x Rp 15.282.000 Rp 764.100
PPh pasal 21 per bulan :
Rp 764.100 : 12 R 63.675
2. “B” bekerja di CV. MS. Komputer sebagai Manajer Administrasi dan sudah menikah memiliki satu orang anak. Memperoleh gaji
sebesar Rp 2.250.000, tunjangan jabatan sebesar Rp 165.000.
Gaji Pokok Rp 2.250.000
Tunjangan Jabatan Rp 165.000 +
Penghasilan Bruto Rp 2.415.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan 5% x Rp 2.415.000 Rp 120.750 –
Penghasilan neto perbulan Rp 2.294.250
Penghasilan neto pertahun Rp 27.531.000
PTKP :
Wajib Pajak : Rp 15.840.000
Tambahan Wajib Pajak Kawin : Rp 1.320.000
Tambahn 1 tanggungan : Rp 1.320.000 +
Rp 18.480.000 –
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 9.051.000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 9.051.000 Rp 452.550
PPh pasal 21 perbulan :
Rp 452.550 : 12 Rp 37.713
3. “C” bekerja di CV. MS. Komputer sebagai team leader dan sudah menikah. Dengan memperoleh gaji sebesar Rp 2.050.000,
tunjangan jabatan sebesar Rp 150.000.
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai yang berstatus sudah
menikah adalah sebagai berikut :
Gaji Pokok Rp 2.050.000
Tunjangan Jabatan Rp 150.000 +
Penghasilan Bruto Rp 2.200.000
13
Pengurangan
Biaya Jabatan 5% x Rp 2.200.000 Rp 110.000 –
Penghasilan neto perbulan Rp 2.090.000
Penghasilan neto pertahun RP25.080.000
PTKP :
Wajib Pajak : Rp 15.840.000
Tambahan Wajib Pajak Kawin : Rp 1.320.000 +
Rp 17.160.000 –
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 7.920.000
PPh Pasal 21 terutang :
5% x Rp 7.920.000 Rp 396.000
PPh pasal 21 perbulan :
Rp 396.000 : 12 Rp 33.000
4. “D” bekerja di CV. MS. Komputer sebagai karyawan biasa,
berstatus belum menikah dan memperoleh gaji Rp 850.000
Gaji Pokok Rp 850.000
Pengurangan :
Biaya Jabatan 5% x Rp 850.000 Rp 42.500 -
Penghasilan neto sebulan Rp 807.500
Penghasilan neto setahun Rp 9.690.000
PTKP :
Wajib Pajak sendiri Rp 15.840.000 –
0
(NIHIL)
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009
tentang petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi. Menurut Peraturan
Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 pasal 9 ayat 1
(a) penghasilan bagi pegawai akan dipotong PPh Pasal 21 apabila
penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif
penghasilan yang diterima dalam satu bulan kalender telah
melebihi Rp 1.320.000 ( Satu juta tiga ratus dua puluh ribu
rupiah). Sebanyak 15 orang karyawan pada CV. MS. Komputer yang
tidak di kenakan pajak penghasilan pasal 21 karena jumlah gaji
yang diperoleh karyawan tersebut dibawah PTKP
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil data dan informasi yang penulis dapat dari CV.
MS. Komputer, maka kesimpulan yang diambil sesuai dengan tunjuan
permasalahan adalah :
1. Perhitungan Pajak Penghasilan Badan pada CV. MS. Komputer tahun 2011 belum sesuai dengan Undang-Undang RI nomor 36
tahun 2008, karena terjadinya koreksi fiskal negatif dan
koreksi fiskal positif sehingga terjadinya lebih bayar.
2. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 sudah sesuai dengan Undang-Undang RI nomor 36 2008.
14
Saran
Berdasarkan data dan informasi yang penulis dapat dari pihak CV.
MS. Komputer, penulis memberikan saran agar :
1. CV. MS. Komputer mengikut sertakan pegawai bagian
administrasi pada pelatihan-pelatihan pajak, agar pegawai
tersebut memahami pelaksanaan wajib pajak untuk
perhitungan pajak perusahaan secara self assessment
system.
2. CV. MS. Komputer mengarsip dengan baik segala faktur-
faktur pajak atau bukti-bukti pembayaran pajak yang
lainnya, sehingga dapat mempermudah pegawai bagian
administrasi melakukan tugasnya dalam hal pembayaran
pajak.
3. Perusahaan harus selalu mengikuti perubahan aturan pajak yang dimana memungkinkan munculnya keuntungan fiskal yang
baru akibat adanya perubahan tersebut, terutama
keuntungan perpajakan sehubungan dengan pajak penghasilan
terhutang yang dapat merugikan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Diana, Anastasia., & Setiawati, Lilis. (2009). Perpajakan
Indonesia, Konsep, Aplikasi Dan Penuntun Praktis.
Yogyakarta: ANDI.
Iqbal, Hasan. (2004). Analisis Data Penelitian Desain Statistik.
Jakarta: Erlangga.
Mardiasmo. (2008). Perpajakan. Yogyakarta: ANDI.
Mulyono, Djoko. (2009). Pengantar Pajak Penghasilan Dan Pajak
Penghasilan Pasal 21. Jakarta: Andi.
Nasir. (2001). Metode Penelitian. Jakarta: Graha Indonesia.
Resmi, Siti. (2009). Perpajakan, Teori dan Kasus (Buku 1 Edisi
5). Jakarta: Salemba Empat.
Republik Indonesia. Undang-Undang No.36 Tahun 2008. Pajak
Penghasilan.
Sangadji, Eta. Mamang., & Sopiah. (2010). Metode Penelitian
(Pendekatan Praktis dalam Penelitian). Yogyakarta: ANDI.
Simanjutak, Diana. (2011). Analisis Penerapan Pajak Penghasilan
Pasal 21 Pada Pegawai Negeri Sipil Studi Kasus Pada
Inspektorat Daerah Kabupaten X. Universitas Raja Ali Haji.
Soemitro, Rochmat. (2008). Dasar-Dasar Hukum Pajak Dan
Pendapatan (Edisi Lima). Bandung: Eresco.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Administrasi (Edisi 12).
Bandung: Alfabet.
Supramono, & Damayanti, T. W. (2009). Perpajakan Indonesia,
Mekanisme dan Perhitungan. Yogyakarta: ANDI.
Yulistiana. (2011). Evaluasi Perhitungan Pajak Umum Perusahaan
pada Rumah Sakit Dr.H. Marzoeki Mahdi Bogor. Universitas
Teknologi Yogyakarta
WWW. Pajak. Com. Diunduh pada tanggal 12 Juni 2013
WWW. Metode Penyusutan.Com. Diunduh pada tanggal 18 Juli 2013
LAMPIRAN
15
Daftar penyusutan
menurut
perusahaan
No Uraian
Waktu
Perolehan Harga Perolehan Tarif B.Penyusutan
1 7 unit komputer 2003 Rp 16.800.000 25%
Rp
-
2 1 unit komputer server Rp 3.250.000 25%
Rp
-
3 1 lemari Rp 537.000 25%
Rp
-
4 7 unit meja komputer Rp 5.600.000 25%
Rp
-
5 10 kursi Rp 450.000 25%
Rp
-
6 2 Ac 2pk Jul-03 Rp 300.000 25%
Rp
-
7 3 printer Rp 350.000 25%
Rp
-
8 1 scanner Rp 675.000 25%
Rp
-
9 2 kipas angin Rp 1.500.000 25%
Rp
-
10 3 unit komputer 2004 Rp 4.500.000 25%
Rp
-
11
3 meja dan kursi
komputer Rp 340.000 25%
Rp
-
12 1 meja komputer server Rp 535.000 25%
Rp
-
13 1 Ac 1,5 Pk Mar-04 Rp 50.000 25%
Rp
-
14 1 meja Rp 400.000 25%
Rp
-
15 2 unit komputer 2005 Rp 5.600.000 25%
Rp
-
16 2 meja komputer Rp 160.000 25%
Rp
-
17 2 kursi Rp 90.000 25%
Rp
-
18 10 unit komputer 2007 Rp 23.500.000 25%
Rp
-
19 1 unit komputer server Rp 4.700.000 25%
Rp
-
20 10 meja komputer Rp 1.000.000 25%
Rp
-
21 1 meja server Rp 620.000 25% Rp
16
-
22 10 kursi Rp 550.000 25%
Rp
-
23 3 kursi Rp 100.000 25%
Rp
-
24 2 buah kipas angin Rp 950.000 25%
Rp
-
25 1 meja server Rp 355.000 25%
Rp
-
26 2 printer Rp 1.250.000 25%
Rp
-
27 2 Ac 2pk Sep-08 Rp 6.750.000 25%
Rp
1.687.500
28 1 Ac 1,5 Pk Rp 1.790.000 25%
Rp
447.500
29 8 unit komputer 2010 Rp 20.240.000 25%
Rp
5.060.000
30 1 unit komputer server Rp 1.050.000 25%
Rp
262.500
31 6 unit komputer Rp 18.060.000 25%
Rp
4.515.000
32 8 meja komputer Rp 800.000 25%
Rp
200.000
33 6 meja komputer Rp 500.000 25%
Rp
125.000
34 8 kursi Rp 800.000 25%
Rp
200.000
35 10 kursi Rp 1.000.000 25%
Rp
250.000
36 1 meja server Rp 1.500.000 25%
Rp
375.000
37 2 meja Rp 960.000 25%
Rp
240.000
38 1 lemari Mei-10 Rp 1.840.000 25%
Rp
460.000
39 4 ptinter Rp 3.000.000 25%
Rp
750.000
40 1 scanner Rp 1.300.000 25%
Rp
325.000
41 3 buah ac Rp 10.350.000 25%
Rp
2.587.500
42 2 buah kipas angin Rp 780.000 25%
Rp
195.000
43 4 unit komputer 2012 Rp 5.120.000 25%
Rp
1.280.000
44 1 unit komputer server Rp 1.300.000 25%
Rp
325.000
45 4 meja dan kursi Rp 650.000 25%
Rp
162.500
46 2 kursi Rp 125.000 25%
Rp
31.250
47 2 Ac 2pk Rp 6.785.000 25% Rp
17
KELOMPOK 1
DAFTAR PENYUSUTAN PERALATAN
no Uraian
waktu
perolehan
harga
perolehan Kelompok
Masa
manfaat Tarif
Biaya
Penyusutan
1 8 unit komputer 2010
Rp
20.240.000 I 4 Tahun 25%
Rp
5.060.000
2
1 unit komputer
server
Rp
1.050.000 I 4 Tahun 25%
Rp
262.500
3 6 unit komputer
Rp
18.060.000 I 4 Tahun 25%
Rp
4.515.000
4 8 meja komputer
Rp
800.000 I 4 tahun 25%
Rp
200.000
5 6 meja komputer
Rp
500.000 I 4 Tahun 25%
Rp
125.000
6 8 kursi
Rp
800.000 I 4 Tahun 25%
Rp
200.000
7 10 kursi
Rp
1.000.000 I 4 Tahun 25%
Rp
250.000
8 1 meja server
Rp
1.500.000 I 4 Tahun 25%
Rp
375.000
9 2 meja
Rp
960.000 I 4 Tahun 25%
Rp
240.000
10 1 lemari Mei-10
Rp
1.840.000 I 4 Tahun 25%
Rp
460.000
11 4 ptinter
Rp
3.000.000 I 4 Tahun 25%
Rp
750.000
12 1 scanner
Rp
1.300.000 I 4 Tahun 25%
Rp
325.000
1.696.250
48 1 buah kipas angin Rp 422.000 25%
Rp
105.500
49 1 lemari Rp 753.000 25%
Rp
188.250
50 2 printer Rp 1.300.000 25%
Rp
325.000
51 1 ascanner Rp 1.100.000 25%
Rp
275.000
52 1 meja server Rp 950.000 25%
Rp
237.500
53 1 meja biasa Rp 510.000 25%
Rp
127.500
54 3 unit komputer Sep-12 Rp 8.235.000 25%
Rp
2.058.750
55 3 meja komputer Rp 346.000 25%
Rp
86.500
56 3 kursi Rp 145.000 25%
Rp
36.250
TOTAL Rp 179.323.000 25%
Rp
24.615.250
18
13 4 unit komputer 2012
Rp
5.120.000 I 4 Tahun 25%
Rp
1.280.000
14
1 unit komputer
server
Rp
1.300.000 I 4 Tahun 25%
Rp
325.000
15 4 meja dan kursi
Rp
650.000 I 4 Tahun 25%
Rp
162.500
16 2 kursi
Rp
125.000 I 4 Tahun 25%
Rp
31.250
17 1 lemari
Rp
753.000 I 4 Tahun 25%
Rp
188.250
18 2 printer
Rp
1.300.000 I 4 Tahun 25%
Rp
325.000
19 1 ascanner
Rp
1.100.000 I 4 Tahun 25%
Rp
275.000
20 1 meja server
Rp
950.000 I 4 Tahun 25%
Rp
237.500
21 1 meja biasa
Rp
510.000 I 4 Tahun 25%
Rp
127.500
22 3 unit komputer Sep-12
Rp
8.235.000 I 4 Tahun 25%
Rp
2.058.750
23 3 meja komputer
Rp
346.000 I 4 Tahun 25%
Rp
86.500
24 3 kursi
Rp
145.000 I 4 Tahun 25%
Rp
36.250
TOTAL
Rp
71.584.000
Rp
17.896.000
Kelompok 2
DAFTAR PENYUSUTAN PERALATAN
no Uraian
waktu
perolehan
harga
perolehan Kelompok
Masa
manfaat Tarif
B.
Penyusutan
1 1AC 1,5 Pk Mar-04
Rp
1.750.000 II 8 Tahun 12,50%
Rp
218.750
2 2 buah kipas angin 2007
Rp
950.000 II 8 Tahun 12,50%
Rp
118.750
3 2 Ac 2pk Sep-08
Rp
6.750.000 II 8 Tahun 12,50%
Rp
843.750
4 1 Ac 1,5 Pk
Rp
1.790.000 II 8 Tahun 12,50%
Rp
223.750
5 3 buah AC
Rp
10.350.000 II 8 Tahun 12,50%
Rp
1.293.750
6 2 buah kipas angin
Rp
780.000 II 8 Tahun 12,50%
Rp
97.500
7 2 Ac 2pk
Rp
6.785.000 II 8 Tahun 12,50%
Rp
848.125
8 1 buah kipas angin
Rp
422.000 II 8 Tahun 12,50%
Rp
52.750
TOTAL
Rp
29.577.000
Rp
3.697.125
19
Total Kelompok 1 Dan Kelompok 2 sebesar Rp
21.593.125,00
DAFTAR PENYUSUTAN BANGUNAN
NO Uraian Waktu
perolehan
Haga perolehan Tarif B.Penyusutan
1 Ruko 2003 Rp.200.000.000 5% Rp.10.000.000
2 Ruko 2005 Rp.245.000.000 5% Rp.12.250.000
3 Ruko 2007 Rp.150.000.000 5% Rp. 7.500.000
4 Ruko 2010 Rp.380.000.000 5% Rp.19.000.000
TOTAL Rp.975.000.000 5% Rp.48.750.000