85
ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA LEMBAGA FINTECH SYARIAH (STUDI KASUS PT. DANA SYARIAH INDONESIA) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : FERDIAN MAHMUDA 11140460000009 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H

ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO

PEER LENDING (P2PL) SYARIAH

PADA LEMBAGA FINTECH SYARIAH

(STUDI KASUS PT. DANA SYARIAH INDONESIA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

FERDIAN MAHMUDA

11140460000009

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

Page 2: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA
Page 3: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA
Page 4: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA
Page 5: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

v

ABSTRAK

Ferdian Mahmuda. NIM 11140460000009. ANALISIS PERJANJIAN

PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL)

SYARIAH PADA LEMBAGA FINTECH SYARIAH (STUDI KASUS PT.

DANA SYARIAH INDONESIA). Program Studi Hukum Ekonomi Syariah,

Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1440/2019.

xi + 71 halaman 1 lampiran.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mekanisme pembiyaan

pada PT. Dana Syariah Indonesia pada produk peer to peer lending (P2PL)

dengan menggunakan akad murabahah berdasarkan peraturan yang berlaku.

Sebelum dilaksanakannya pembiayaan, PT. Dana Syariah Indonesia wajib

mencari pihak investor yang ingin memberikan pembiayaan kepada pihak

penerima pembiayaan berdasarkan dengan skema peer to peer lending (P2PL)

yang mengacu kepada Fatwa DSN MUI No. 117 Tahun 2018 Tentang Layanan

Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah.

Penerapan pembiayaan berbasis teknologi oleh PT. Dana Syariah Indonesia

meliputi mekanisme, pengajuan pembiaayan, pengajuan dana investasi dan

penyaluran dana investasi kepada pihak penerima pembiayaan.

Jenis penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan penelitian

deskriptif-kualitatif, berdasarkan pendekatan hukum empiris normatif serta

sumber data yang digunakan ialah data primer dan data sekunder dengan teknik

pengumpulan data berupa studi pustaka, studi lapangan dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembiayaan pada

produk peer to peer lending (P2PL) dengan menggunakan akad murabahah belum

sesuai dengan peraturan mengenai pembiayaan berbasis teknologi yang berlaku di

Indonesia. Pembiayaan yang dilakukan dengan menggunakan akad murabahah

belum sepenuhnya dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah. Hal ini di dukung

dengan adanya ketentuan mengenai riba dalam term and condition yang dibuat

oleh pihak PT. Dana Syariah Indonesia mengenai ketentuan untuk menjadi

penerima pembiayaan. Serta adanya ketidaksesuaian pembuataan akad murabahah

dengan Fatwa DSN MUI No. 04 Tahun 2000 Tentang Murabahah.

Kata Kunci : FINTECH, Peer to Peer Lending, Akad, Murabahah,

Peraturan BI, Peraturan OJK, Fatwa MUI, Undang-

Undang

Dosen Pembimbing : Mu'min Roup, M.A. dan Dr. Alimin, M.Ag.

Daftar Pustaka : 1988 s.d 2019.

Page 6: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan curhatan rahmat dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai tanda akhir dari studi S1 yang penulis tempuh

dengan judul “Analisis Perjanjian Pembiayaan Murabahah dalam Skema Peer to

Peer Lending (P2PL) Syariah pada Lembaga Fintech Syariah (Studi Kasus PT

Dana Syariah Indonesia)”.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan

tanpa dukungan, do’a dan semangat dari berbagai pihak yang telah membantu dan

berkontribusi. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi terutama

kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, MA., dan Bapak Abdurrouf, Lc., MA., selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Mu'min Roup, M.A dan bapak Dr. Alimin, M.Ag selaku Dosen

Pembimbing skripsi yang baik hati dan sabar serta ikhlas dalam

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis agar dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Pengajar yang telah mendidik penulis dengan baik, ikhlas,

dan sabar serta dengan penuh dedikasi.

5. Kepada pihak PT. Dana Syariah Indonesia, terutama kepada bagian PPID

yang telah rela meluangkan waktunya kepada penulis untuk dapat

memberikan data yang diperlukan.

6. Keluarga tercinta, terutama Chairuddin Sauman (Papa), Sri Hartati (Ibu)

dan Fariz Maulana (Kakak) yang tiada hentinya memberikan do’a,

kepercayaan serta ridho dalam setiap aktivitas yang penulis lakukan

selama menempuh pendidikan di ranah rantau.

Page 7: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

vii

7. Kakak-kakak yang tidak pernah lelah memberikan saran serta solusi

kepada penulis yakni Bang Qari, Bang Abeng, Bang Zaky, Kak Kevin,

Kak Aslam, Kak Diaz, Kak Cena, Kak Aam, Kak Matin, Kak Dendi, dan

Kak Nurul.

8. Sahabat seperjuangan selama kuliah dan dalam berorganisasi Faa Izah,

Amalia Karim Seknun, Syifa Conita, Richad, Ammar Wibowo, Aziiz

Barianto, Bakrie Ahmad Fa’ada, Rizki, Naufal Nadir, Daffa, dan

Fahrurrozi. Terima kasih kepada kalian yang telah memberikan do’a,

dukungan serta bantuan kepada penulis selama menempuh pendidikan.

9. Teman-teman di tempat penulis berhimpun Keluarga HMI dan Komfaksy,

HMPS Hukum Ekonomi Syariah, SENAT Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terima kasih untuk setiap pengalaman serta

pembelajaran yang telah kalian semua berikan kepada penulis.

Terima kasih atas semua dukungan yang telah diberikan oleh orang-orang

yang telah hadir di dalam kehidupan penulis, yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan

dukungan yang telah kalian berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan kurangnya

pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca

umumnya. Terima kasih.

Jakarta, 13 Agustus 2019

Penulis

Page 8: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iv

ABSTRAK ........................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5

C. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5

E. Kerangka Teori dan Konseptual ........................................................ 6

F. Metode Penelitian ............................................................................. 11

G. Review Studi Terdahulu ................................................................... 15

H. Sistematika Penulisan ........................................................................ 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DALAM FINANCIAL

TECHNOLOGY (FINTECH)

A. Akad ................................................................................................... 21

1. Pengertian Akad ......................................................................... 21

2. Unsur – unsur Akad ................................................................... 23

3. Prinsip – prinsip Akad ................................................................ 23

4. Macam – macam Akad ............................................................... 25

Page 9: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

x

B. Finance Technology (Fintech) ........................................................ 28

1. Pengertian Fintech .................................................................... 28

2. Fungsi dan Manfaat Fintech ...................................................... 29

3. Klasifikasi Fintech ..................................................................... 31

4. Syarat Pendirian Fintech ............................................................ 32

5. Skema Fintech ............................................................................ 33

6. Aturan Terkait Fintech ............................................................... 35

BAB III GAMBARAN UMUM PERJANJIAN PEMBIAYAAN

MURABAHAH PADA PT. DANA SYARIAH INDONESIA

A. Sejarah dan Visi-Misi PT. Dana Syariah Indonesia ......................... 36

1. Sejarah Berdirinya PT. Dana Syariah Indonesia ........................ 36

2. Visi dan Misi .............................................................................. 36

B. Tugas, Fungsi dan Skema Produk pada PT. Dana Syariah

Indonesia ............................................................................................ 37

1. Tugas PT. Dana Syariah Indonesia ............................................ 37

2. Fungsi PT. Dana Syariah Indonesia ............................................ 37

3. Skema Produk PT. Dana Syariah Indonesia ............................. 38

BAB IV ANALISIS KONTRAK AKAD MURABAHAH DALAM SKEMA

PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA PT. DANA

SYARIAH INDONESIA

A. Analisis Penerapan Akad Murabahah dalam Perjanjian

Pembiayaan pada Produk Peer to Peer Lending (P2PL) Syariah di

PT. Dana Syariah Indonesia .............................................................. 48

B. Analisis Mekanisme Sistem Akad Murabahah dalam Skema Peer

to Peer Lending (P2PL) Syariah pada PT. Dana Syariah Indonesia .. 64

Page 10: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

xi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 67

B. Rekomendasi .................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69

Page 11: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Mekanisme pembiayaan berbasis teknologi di Indonesia

berdasarkan peraturan yang berlaku ................................................. 14

Page 12: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat penetrasi

layanan perbankan yang rendah. Indonesia tergolong tertinggal dalam hal

inklusi keuangan, dibandingkan negara berkembang lainnya. Indeks

literasi keuangan pada tahun 2013 sebesar 21.8% mengalami peningkatan

menjadi 29,7% pada tahun 2016. Hal yang sama juga ditunjukkan indeks

inklusi keuangan tahun 2013 sebesar 59,7 % menjadi 67,8 % di tahun

2016. Walaupun terjadi peningkatan baik indeks literasi keuangan maupun

indeks inklusi keuangan namun Indonesia masih tertinggal jika

dibandingkan Negara-Negara di Asia dan Pasifik. Strategi Nasional

Keuangan Inklusif (SNKI) yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor

82 tahun 2016, ditargetkan pencapaian indeks inklusi keuangan sebesar

75% ditahun 2019. Literasi keuangan bertujuan meningkatkan pemahaman

masyarakat tentang keuangan, sehingga terjadi peningkatan kualitas

pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan demi terwujudnya

kesejahteraan. Dan Inklusi Keuangan memberikan gambaran akses setiap

personal ke lembaga, layanan dan produk keuangan. Inklusi keuangan

menjadi perhatian pemerintah sebab peran inklusi keuangan Nasional

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Nasional yang berkelanjutan,

mengurangi kesenjangan (inequality), rigiditas low income trap, dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga baik literasi keuangan

maupun keuangan inklusi sangat penting bagi pencapaiaan tujuan jangka

panjang SNKI.1

Salah satu cara untuk memperluas inklusi keuangan maupun

meningkatkan literasi keuangan secara cepat adalah dengan memanfaatkan

digitalisasi perbankan dan financial technology (Fintech). Penggunaan

1 Pipit Buana Sari, “Prospek Finansial Technology (Fintech) di Sumatera Utara Dilihat Dari

Sisi Literasi Keuangan, IinklusiKeuangan dan Kemiskinan”, Jurnal Kajian Akuntansi Universitas Islam Bandung, Vol. 19 No. 2, 2018, h. 9.

Page 13: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

2

telepon selular atau smartphone sangat membantu terlaksananya

digitalisasi perbankan dan Fintech. Penetrasi telepon selular memberikan

hasil yang sangat timpang dibandingkan angka rekening bank. Survey we

are social menyebutkan, 91% penduduk Indonesia memiliki ponsel.

Sedangkan pemilik smartphone sebesar 47%. Pengguna kartu ponsel

bahkan lebih besar dari populasi Indonesia, yaitu 371,4 juta atau 142%

dari populasi. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

(APJII) tahun 2016, pengguna internet di Indonesia sebesar 132,7 juta jiwa

dimana Sumatera mencapai sebesar 15,7%. Tahun 2017 terjadi

peningkatan jumlah pengguna internet sebesar 143,26 juta jiwa atau

54,68% dari total populasi Indonesia, dimana pengguna di wilayah

Sumatera naik cukup tinggi sebesar 47,20%.2

Teknologi Finansial menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.

19 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial Pasal 1 ayat

1 adalah penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan

produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat

berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan/atau

efisiensi, kelancaran, keamanan, dan keandalan sistem pembayaran.

Fintech saat ini dibagi menjadi dua bagian yaitu fintech konvensional dan

fintech syariah. Fintech konvensional adalah penggunaan teknologi dalam

sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan/atau

model bisnis dengan menggunakan aturan atau hukum positif yang

berlaku. Sedangkan fintech syariah adalah penggunaan teknologi dalam

system keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan /

atau model bisnis dengan menggunakan syariat Islam yang berlaku dan

mengikuti perkembangan zaman. Dimana fintech konvensional

menggunakan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 13 Tahun

2018 Tentang Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan dan

POJK No. 77 Tahun 2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang

2 Pipit Buana Sari, “Prospek Finansial Technology (Fintech) di Sumatera Utara Dilihat Dari

Sisi Literasi Keuangan, IinklusiKeuangan dan Kemiskinan”, Jurnal Kajian Akuntansi Universitas Islam Bandung, Vol. 19 No. 2, 2018, h. 10.

Page 14: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

3

Berbasis Teknologi Informasi. Sedangkan untuk fintech syariah dalam hal

mekanisme akadnya berpatokan kepada Fatwa DSN MUI No. 117 Tahun

2018 Tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi

Berdasarkan Prinsip Syariah, Fatwa DSN MUI No. 4 Tahun 2000Tentang

Murabahah, No. 10 Tahun 2000 Tentang Wakalah.

Dalam fintech terdapat beberapa skema yang digunakan yaitu

Crowdfunding dan Peer to Peer Lending (P2PL). Istilah crowdfunding

merupakan derivasi dari istilah crowdsourcing. Crowdsourcing adalah

pelibatan yang tidak terbatas dan tanpa memandang latar belakang

pendidikan, kewarganegaraan, agama, pekerjaan, bagi setiap orang yang

ingin memberikan kontribusinya atau solusinya atas suatu permasalahan

yang dilemparkan oleh individu, perusahaan, institusi, baik dibayar

maupun secara Cuma-cuma. Crowdsourcing memiliki bentuk yang

berbeda-beda, salah satunya Crowdfunding. Crowdfunding terdiri dari 2

(dua) akar kata yakni crowd dan funding, Crowd berarti “keramaian atau

kerumunan” dan funding berarti “pembiayaan atau pendanaan”, maka

crowdfunding dapat diartikan pendanaan beramai-ramai yang berasal dari

konsep gotong royong.3

Saat ini dalam crowdfunding itu sendiri sudah ada 4 jenis produk

yaitu equity crowdfunding (berbasis permodalan/kepemilikan saham),

lending crwodfunding (berbasis kredit/utang piutang), reward

crowdfunding (berbasis hadiah), donation crowdfunding (berbasis donasi).

Donation crowdfunding (berbasis donasi) adalah produk yang lebih tenar

dikalangan masyarakat Indonesia saat ini. 4

Lalu yang selanjutnya adalah Peer to Peer lending (P2PL), yang

dimana P2PL ini adalah kegiatan pinjam-meminjam antar perseorangan.

P2PL ini pun dibagi menjadi dua, yaitu P2Pl Konvensional dan P2PL

3 Iswi hariyani, “Perlindungan Hukum Sistem Donation Based Crowdfunding pada

Pendanaan Industri Kreatif di Indonesia, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 12 No. 4, tahun 2015, h. 353.

4 Iswi hariyani, “Perlindungan Hukum Sistem Donation Based Crowdfunding pada

Pendanaan Industri Kreatif di Indonesia, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 12 No. 4, tahun 2015, hal. 354.

Page 15: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

4

Syariah. Seperti yang kita tahu bahwa P2PL Konvensional berpacuan

kepada hukum positif yang berlaku di Indonesia, sedangkan P2PL Syariah

adalah jenis kegiatan pinjam-meminjam antar perseorangan yang

menggunakan prinsip etis sesuai syariah Islam. Sistem yang dibangun

berdasarkan pada Islamic Finance dengan segala aturan dan larangan.

Peluang investasi pada konsep ini dipandu oleh nilai-nilai moral dan etika,

semisal tidak mendukung kegiatan yang tidak halal seperti terlibat dalam

perjudian, senjata atau yang menyebabkan kerusakan lingkungan. P2PL

syariah ini lebih berpacu kepada fatwa yang dikeluarkan oleh DSN MUI

dan POJK yang bersinggungan dengan fintech.5

Menarik untuk ditelaah terkait P2PL syariah yang dimana

mekanisme maupun aturan dasarnya harus berpacu kepada fatwa maupun

aturan hukum positif yang sesuai dengan prinsip syariah juga. Fatwa DSN

MUI No. 117 Tahun 2018 Tentang Layanan Pembiayaan Berbasis

Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah menyebutkan beberapa

persyaratan di dalam ketentuan umunya termasuk akad yang digunakan

dalam praktek fintech untuk skema P2PL syariah. Akad yang disebutkan

antara lain Akad Jual Beli, Akad Ijarah, Akad Musyarakah, Akad

Mudharabah, Akad Qardh, Akad Wakalah, Akad Wakalah bil

Ujrah.disebutkan juga di dalam fatwa tesebut bahwa akad yang digunakan

oleh para pihak dalam penyelenggaraan Layanan Pembiayaan berbasis

teknologi informasi dapat berupa akad-akad yang selaras dengan

karakteristik layanan pembiayaan.

Berangkat dari latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik

untuk membahas terkait apakah landasan hukum yang telah ada sudah

diterapkan atau belum terhadap skema Peer to Peer Lending (P2PL) pada

lembaga fintech dengan mengambil judul : “Analisis Perjanjian

Pembiayaan Murabahah dalam Skema Peer to Peer Lending (P2PL)

5 Miriam Segal, “Peer to Peer Lending: A Financing Alternative for Small Business”, tahun

2015, h. 10.

Page 16: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

5

Syariah pada Lembaga Fintech Syariah (Studi Kasus PT Dana

Syariah Indonesia)”.

B. Pembatasan Masalah

Setelah latar belakang dan identifikasi masalah diuraikan, untuk

membuat penelitian ini menjadi lebih terarah, pembatasan masalah perlu

dilakukan. Untuk memfokuskan penelitian dan memudahkan proses

analisis, maka penelitian ini disudutkan pada analisis aturan yang berlaku

dalam hukum positifnya yaitu ada pada POJK No. 13 Tahun 2018 Tentang

Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan dan POJK No. 77

Tahun 2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis

Teknologi Informasi. Sedangkan untuk aturan hukum islamnya ada pada

Fatwa DSN MUI No. 117 Tahun 2018 Tentang Layanan Pembiayaan

Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah, Fatwa DSN

MUI No. 4 Tahun 2000 Tentang Murabahah, dan fatwa DSN MUI No. 10

Tahun 2000 Tentang Wakalah.

C. Rumusan Masalah

Berikut merupakan perumusan masalah penelitian yang dirincikan

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan akad murabahah dalam Perjanjian Pembiayaan

pada produk P2PL di PT Dana Syariah Indonesia?

2. Apakah mekanisme sistem operasional produk Peer to Peer Lending

(P2PL) Syariah di PT Dana Syariah Indonesia sudah sesuai dengan

aturan yang berlaku?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana akad murabahah dalam perjanjian pembiayaan

pada produk Peer to Peer Lending (P2PL) di PT Dana Syariah

Indonesia.

Page 17: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

6

2. Mengetahui apakah mekanisme sistem operasional produk Peer to

Peer Lending (P2PL) Syariah di PT Dana Syariah Indonesia sudah

sesuai aturan atau belum.

Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah:

1. Akademisi

Untuk menambah khazanah pengetahuan, melengkapi dan

memberikan informasi yang berharga mengenai sesuai atau tidaknya

mekanisme akad murabahah dan wakalah pada produk Peer to Peer

Lending (P2PL) di PT Dana Syariah Indonesia.

2. Praktisi

Menambah rujukan kepada praktisi di PT Dana Syariah Indonesia

dalam mengevaluasi perkembangan peraturan yang sesuai untuk

menjadi landasan hukum lembaga fintech syariah khususnya pada

produk Peer to Peer Lending (P2PL).

3. Mayarakat

Menambah pengetahuan masyarakat, serta memberikan informasi

yang bermanfaat dalam bidang fintech syariah khususnya pada produk

Peer to Peer Lending (P2PL).

E. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Kerangka teori berisi uraian telaahan teori dan hasil penelitian

terdahulu yang terkait. Koentjaraningrat menyatakan untuk

menampilkan mengapa dan bagaimana teori hasil penelitian para pakar

terdahulu digunakan peneliti dalam penelitiannya, termasuk dalam

merumuskan asumsi-asumsi dalam penelitiannya.

Kerangka teori merupakan hal yang sangat penting, karena

didalamnya memuat teori-teori yang relevan untuk penjelasan

penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka teori ini digunakan

Page 18: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

7

sebagai landasan teori atau dasar pemikiran dalam sebuah penelitian.

Karena itu sangat dianggap penting bagi seorang peneliti untuk

menyusun kerangka teori yang berisi pokok-pokok pemikiran yang

menggambarkan dari sudut mana suatu masalah akan disorot.

Kerangka teori yang dipakai adalah teori hukum Gustav Radbruch,

yang lebih dikenal sebagai tiga nilai dasar hukum yang meliputi

keadilan (filosofis), kepastian hukum (juridis), kemanfaatan bagi

masyarakat (sosiologis).12

Bahwa harus ada ketiga nilai dasar yang

dikemukakan oleh Gustav Radbruch diantara nasabah dengan lembaga

fintech yang bersangkutan.

Teori yang dipakai juga ada dalam aspek syariah yaitu pada

qawaid fikih, yaitu kaidah: “Tidak boleh ada mudharat (kerugian) dan

tidak boleh ada yang dirugikan”. Kaidah ini menjelaskan bahwa tidak

boleh ada subjek yang saling merugikan antara satu dengan yang lain,

termasuk dalam hubungan jual beli, khusunya antara penjual dan

pembeli, produsen dan konsumen, lembaga keuangan dan nasabah.

Fungsi kerangka teori tersebut untuk pengembangan penelitian

yang direncanakan, pengembangan konsep dan variable,

pengembangan hipotesis, pengembangan definisi operasional, dan

pengembangan instrumen pengumpulan data. Dengan adanya kerangka

teori ini pembaca dapat melihat batasan-batasan dari penelitian dan

variable yang menjadi pembahasan dalam penelitian. Adapun kerangka

teori yang akan penulis jelaskan dalam skripsi ini, yaitu yang

membahas tentang perjanjian pembiayaan murabahah, fintech

konvensional dan syariah, Landasan Hukum fintech konvensional dan

syariah, pengertian umum P2PL konvensional dan syariah, landasan

hukum P2PL konvensional dan syariah:

a) Fintech menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 19 Tahun

2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial Pasal 1 ayat 1

12

Muslih, Negara Hukum Indonesia dalam Perspektif Teori Hukum Gustav Radbruch, Jurnal

Legalitas, Vol.04. (Jakarta: 2013), h. 143.

Page 19: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

8

adalah pengunaan teknologi dalam sistem keuangan yang

menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnis

baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas

sistem keuangan, dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan, dan

keandalan sistem pembayaran. Maka fintceh syariah adalah

penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan

produk, layanan, teknologi dan/atau model bisnis baru serta dapat

berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan,

dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan, dan keandalan sistem

pembayaran dalam prinsip syariah;

b) Landasan hukum yang dijadikan acuan utama dalam pelaksanaan

produk dalam fintech adalah POJK No. 13 Tahun 2018 Tentang

Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan dan POJK No.

77 Tahun 2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang

Berbasis Teknologi Informasi. Sedangkan dalam fintech syariah

digunakan satu acuan utama selain aturan yang telah disebutkan

yaitu fatwa DSN MUI No. 117 Tentang Layanan Pembiayaan

Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah;

c) Peer to Peer lending (P2PL) adalah kegiatan pinjam-meminjam

antar perseorangan. P2PL ini pun dibagi menjadi dua, yaitu P2Pl

Konvensional dan P2PL Syariah. Seperti yang kita tahu bahwa

P2PL Konvensional berpacuan kepada hukum positif yang berlaku

di Indonesia, sedangkan P2PL Syariah adalah jenis kegiatan

pinjam-meminjam antar perseorangan yang menggunakan prinsip

etis sesuai syariah Islam. Sistem yang dibangun berdasarkan pada

Islamic Finance dengan segala aturan dan larangan. Peluang

investasi pada konsep ini dipandu oleh nilai-nilai moral dan etika,

semisal tidak mendukung kegiatan yang tidak halal seperti terlibat

dalam perjudian, senjata atau yang menyebabkan kerusakan

lingkungan. P2PL syariah ini lebih berpacu kepada fatwa yang

dikeluarkan oleh DSN MUI dan POJK yang bersinggungan dengan

Page 20: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

9

fintech.Akad yang berbasis investasi (provit) atau biasa disebut

equity crowdfunding syariah, biasanya menggunakan akad

musyarakah, murabahah bil wakalah, dan mudharabah

muqayyadah;14

d) Landasan hukum dari P2PL konvensional adalah tetap merujuk

kepada POJK No. 77 Tahun 2016 Tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, sedangkan untuk

P2PL syariah dalam hal mengenai mekanismenya lebih merujuk

kepada fatwa DSN MUI No. 117 Tahun 2018 Tentang Layanan

Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip

Syariah.

14

Miriam Segal, “Peer to Peer Lending: A Financing Alternative for Small Business”, tahun 2015, hal. 10.

Page 21: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

10

2. Konseptual

Gambar 1.1 Mekanisme pembiayaan berbasis teknologi di Indonesia

berdasarkan peraturan yang berlaku

Page 22: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

11

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan ini peneliti menggunakan pendekatan

hukum normatif empiris. Pendekatan hukum normatif empiris ialah

metode yang dipergunakan dalam penelitian hukum yang

dilakukan dengan meneliti daftar pustaka yang ada serta

berdasarkan data studi lapangan yang diperoleh dengan melakukan

observasi berupa data-data di lapngan serta data hasil wawancara

yang dilakukan.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif – kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

melukiskan tentang sesuatu hal di daerah tertentu.15

Selanjutnya,

metode kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme/enterpretif, digunakan

untuk meneliti obyek yang alamiah, hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi.16

Dengan metode ini penulis mengumpulkan dan

memaparkan data yang diperoleh dengan melakukan studi

lapangan (Field research) dan penelitian kepustakaan dengan

mengadakan wawancara, yang kemudian hasil penelitian tersebut

akan dipaparkan oleh penulis dalam bentuk kata-kata tanpa

menggunkan data angka.

3. Data Penelitian

Data penelitian yang dipakai pada penulisan skripsi ini

adalah kontrak perjanjian pembiayaan Murabahah pada skema

produk Peer to Peer Lending (P2PL) yang ada di PT. Dana Syariah

15

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),

h.8. 16

Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.347.

Page 23: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

12

Indonesia (DSI) sebagai lembaga Financial Technology (Fintech)

yang berbasis syariah. Adapun kriteria dan sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalahsebagai berikut:

a. Data primer, merupakan data utama untuk menjadikan

keabsahan dari skripsi ini, berupa data observasi dengan

cara melakukan wawancara kepada PT Dana Syariah

Indonesia sebagai lembaga financial technology syariah

yang menggunakan produk P2PL.

b. Data sekunder, merupakan data yang bersumber dari

literatur kepustakaan yakni dari sumber Al-Qur’an, Hadist,

buku-buku ilmiah, kitab-kitab, makalah-makalah, dan

bahan bacaan lainnya yang berkaitan erat dengan skripsi

ini. Serta data hukum primer atau bahan hukum lainnya

yang bersifat mengikat dan hukum sekunder yaitu bahan

hukum yang melengkapi data hukum primer seperti

rancangan perundang-undangan. Adapun bahan hukum

tersier yaitu bahan hukum yang berupa informasi yang

tersaji melalui media.

4. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini ialah POJK No. 13 Tahun

2018 Tentang Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan,

POJK No. 77 Tahun 2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi Informasi, PBI No. 07 Tahun 2005

Tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank

yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah,

PBI No. 19 Tahun 2017 Tentang Penyelenggara Teknologi

Finansial, PBI No. 16 Tahun 2014 Tentang Perlindungan

Konsumen Jasa dan Sistem Pembayaran, fatwa DSN MUI No. 117

Tahun 2018 Tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi

Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah, fatwa DSN MUI NO. 4

Page 24: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

13

Tahun 2000 Tentang Murabahah, fatwa DSN MUI No. 17 Tahun

2000 Tentang Ta’zir (Denda). Serta data observasi yang diperoleh

melalui wawancara dan pengumpulan data yang didapatkan dari

pihak PT Dana Syariah Indonesia yang berlaku sebagai lembaga

fintech syariah yang memakai produk Peer to Peer Lending

(P2PL) di Indonesia.

5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhan

dalam penelitian ini, penulis melakukan kajian dengan cara:

a. Studi Pustaka, adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan

dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan

mencatat serta mengolah bahan penelitian.17

Dengan teknik

pengumpulan studi pustaka ini digunakan untuk mendapatkan

acuan teori dalam mempelajari serta melengkapi data yang

akan digunakan dalam penulisan skripsi. Data-data yang

digunakan diperoleh dari mempelajari berbagai macam teori

yang diperoleh dari membaca dan mempelajari beberapa

literatur, buku-buku, dan catatan yang sesuai dengan

pembahasan yang akan diteliti.

b. Studi lapangan, adalah studi yang dilakukan langsung oleh

penulis untuk mendapatkan data yang akurat. Studi ini

dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data primer yang

merupakan data utama dalam penelitian ini. Studi lapangan

yang dilakukan penulis berupa upaya observasi dengan

melakukan wawancara dengan pihak terkait serta dengan

melakukan pengumpulan data-data yang diperoleh langsung

dari studi lapangan yang dilakukan.

17

Mestika Zed. Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia),

2008, h.3.

Page 25: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

14

c. Studi dokumentasi, adalah suatu teknik pengumpulan data

melalui cara mempelajari dokumen yang terkait dengan bahan

penelitian. Tujuan dari studi dokumentasi ini ialah untuk

mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan

rumusan masalah yang telah dirumuskan. Sudi dokumentasi ini

dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data pendukung

yang berkaitan dengan data utama pada penelitian ini, yakni

berupa data yang ditulis oleh lembaga terkait, catatan, buku,

surat kabar, laporan tahunan lembaga, dan lain sebagainnya.

d. Triangulasi, diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan

data dan sumber data yang telah ada. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan teknik triangulasi teknik, yang berarti

penulis menggunakan tenik pengumpulan data yang berbeda-

beda untuk mendapatkan dari data sumber yang sama. Penulis

menggunakan observasi partisipatif, wawancara, dan

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara bersamaan.18

6. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam tulisan ini adalah mekanime

penerapan landasan hukum Islam yang dipakai lembaga fintech

syariah dalam produk P2PL. Berdasarkan sumber penelitian pada

tulisan ini yang menggunakan data sekunder berupa hukum primer

yaitu Fatwa DSN No. 117 Tahun 2018 Tentang Layanan

Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip

Syariah serta Fatwa DSN No. 04 Tahun 2000 Tentang Murabahah

dan juga hukum positif seperti POJK Nomor 77 Tahun 2016

Tentang Layanan Pinjan Meminjam Uang berbasis Teknologi

18

Sugiyono, Metode Penelitin Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,

2011). h 241.

Page 26: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

15

Informasi serta POJK No, 13 Tahun 2018 Tentang Inovasi

Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan.

7. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan pendahuluan dari

analisis. Data yang diperoleh melalui pustaka/dokumen/literatur

berbeda halnya dengan data melalui wawancara dan pengamatan. Jika

pustaka/dokumen/literatur adalah data yang siap pakai atau data yang

sudah jadi, sedangkan data wawancara dan observasi harus diolah

sedemikian rupa melalui berbagai tahap pengelolaan data.

8. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, analisis data yang diunakan oleh

penulis dalam penelitian ini adalah analisis nonstatistik dengan

menggunakan analisi secara indeksi, yaitu memulai dari data-data

yang konkrit, kemdan dihubungkan dengan dalil-dalil umum,

postulat, atau paradigm tertentu yang dianggap sudah benar dan

sesuai dengan data-data yang konkrit.

9. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penulisan penelitian, penulis

menggunakan metode penulisan yang terdapat pada Buku

Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

G. Review Studi Terdahulu

Dari sekian banyak literatur yang dibaca oleh penulis, penulis

mengambil beberapa literaturseperti jurnal dan skripsi untuk melakukan

beberapa perbandingan antara lain:

Page 27: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

16

Menurut Ratna Hartanto dan Juliyani Purnama Ramli dalam

jurnalnya yang berjudul, Hubungan Hukum Para Pihak dalam Peer to

Peer Lending, dijelaskan bahwa Sistem peer to peer lending pertama kali

dikenal di Inggris melalui perusahaan Zopa pada tahun 2005 yang

kemudian diikuti di Amerika. Para pengguna pada awalnya tertarik dengan

konsep peer to peer lending karena dampak krisis financial 2008. Pada saat

itu bank menutup penyaluran kredit baru dan memberikan suku bunga

yang mendekati 0% kepada para deposan uang. Karena itu peminjam harus

mencari sumber pendanaan alternatif dan pemilik dana aktif mencari

investasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi.19

Di Indonesia, sebelum Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut

OJK) menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis

Teknologi Informasi, platform peer to peer lending sejatinya telah ada

dalam masyarakat. Sebagai contoh platform uangteman.com yang telah

dikenal di Indonesia sejak 2015.

OJK menerbitkan POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan

Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi pada 28 Desember

2016. Berdasarkan peraturan tersebut, yang dimaksud dengan layanan

pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi adalah

penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan pemberi

pinjaman dengan penerima pinjaman dalam mata uang rupiah secara

langsung melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet.

Namun ada yang janggal dalam penerapan sistem P2PL yaitu pada

hubungan hukum antara para pihak didalamnya. Dapat diambil kesimpulan

yaitu hubungan hukum antara para pihak dalam peer to peer lending

(layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi) haruslah

dibedakan dengan hubungan hukum antara para pihak dalam sistem

perbankan agar tidak melanggar ketentuan perizinan usaha di bidang

19

Ratna Hartanto dan Juliyani Purnama Ramli, Hubungan Hukum Para Pihak dalam

Peer to Peer Lending, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, Vol.25. (Jakarta: UII, 2018), h.10.

Page 28: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

17

perbankan yang dapat berimplikasi pada penyelenggaraan bank gelap

(shadow banking). Oleh karena itu, hubungan antara pemberi pinjaman

dan penyelenggara peer to peer lending haruslah bukan hubungan

penyimpanan dana melainkan hubungan hukum yang lahir atas perjanjian

pemberian kuasa. Di sisi lain, penerima pinjaman dalam peer to peer

lending secara yuridis seharusnya memiliki hubungan hukum dengan

pemberi pinjaman dan bukan dengan penyelenggara peer to peer lending.

Hubungan hukum antara penerima pinjaman dan pemberi pinjaman dalam

hal ini merupakan hubungan pinjam meminjam uang sebagaimana diatur

pada KUHPerdata.

Lalu literatur yang kedua adalah jurnal milik Ade Bagus Riadi

yang berjudul, Aspek Hukum dalam Menjalankan Perusahaan Fintech

Lending di Indonesia. Dijelaskan dalam jurnal tersebut bahwa Sejauh ini

regulasi yang mengatur langsung mengenai fintech masih sedikit dan

belum dibahas secara menyeluruh. Dari sudut pandang peraturan

perundang-undangan, belum ada aturan selevel undang-undang yang

mengatur secara khusus fintech ini. Namun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

dan Bank Indonesia (BI) sesuai dengan kewenangannya yang mengatur

dan mengawasi industri jasa keuangan telah menerbitkan beberapa

regulasi untuk mengatur fintech yang sedang berkembang pesat ini. Ada

beberapa peraturan yang mengawasi dan mencakup jasa layanan usaha

fintech antara lain: 1) POJK No. 77 Tahun 2016 Tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; 2) PBI No. 18 Tahun

2016 Tentang Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran; 3)

PBI No. 19 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial.

Ketidaktaatan pada penerapan program ini, bagi lembaga jasa

keuangan termasuk fintech dapat mengakibatkan sanksi, yaitu antara lain :

mendapat teguran tertulis, membayar penalti, penurunan tingkat kesehatan

bahkan sampai pembekuan kegiatan usaha tertentu oleh OJK. Oleh karena

itu penyelenggara Fintech harus betul betul memahami regulasi hukum

Page 29: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

18

dalam menjalankan usaha agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

khususnya terkait masalah pelanggaran hukum.20

Setelah itu jurnal yang ketiga yang dibuat oleh Ade Bagus Riadi

juga dengan judul, Urgensi Undang-undang Perlindungan Data Pribadi di

Indonesia. Bahwa didalam jurnal tersebut dijelaskan belum adanya

peraturan yang menjaga kerahasiaan dari data pribadi para pihak yang

bersangkutan dalam lemabaga fintech khusunya dalam produk P2PL.

Misalnya, dalam bidang perbankan, pengakuan kewajiban perlindungan

data nasabah ditemukan dalam UU Perbankan dan UU Perbankan Syariah.

Setelah kehadiran UU Otoritas Jasa Keuangan, kewajiban Bank Indonesia

untuk melindungi data nasabah digantikan oleh lembaga independen OJK.

Tapi UU tersebut belum menjelaskan mekanisme pemulihan jika terjadi

pelanggaran. Hal itu juga belum diatur dalam UU Perlindungan

Konsumen, yang seharusnya mengakomodasi kerugian konsumen dalam

hal kebocoran data.

Proyek e-KTP dari pemerintah yang mengumpulkan hampir

seluruh jenis data pribadi dari warga negara, bahkan sampai dengan ciri-

ciri khusus biometriknya, melalui perekaman data retina mata. Sedangkan,

pemerintah sendiri hingga saat ini tidak pernah bisa secara baik

menjelaskan mengenai prosedur pengelolaan, pengolahan, penyimpanan,

dan perlindungan data pribadi warga negara yang telah dikumpulkan.

Peraturan Presiden No. 67/2011 yang menjadi rujukan proyek ini sendiri,

tidak sekalipun mengatur mengenai mekanisme perlindungan data pribadi

yang terkait e-KTP. Demikian pula dalam konteks data pribadi secara viral

di Internet. Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

(UU ITE) sebagai salah satu regulasi hukum Internet juga belum

memberikan perlindungan data pribadi. Pasal 26 UU ITE memberikan

gambaran umum mengenai persyaratan persetujuan pemilik data dalam

segala akses data pribadi di media elektronik, tapi tidak mengatur secara

20 Ade Bagus Riadi, Urgensi Undang-undang Perlindungan Data Pribadi di Indonesia,,

Jurnal Hukum Fintech, Teknologi, Telekomunikasi & Perbankan Syariah, Vol. 1. (Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia, 2018), h. 27.

Page 30: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

19

jelas mengenai mekanisme internal yang harus dilakukan pengumpul data

dan tindakan setelah terjadinya pelanggaran.

Gambaran di atas menunjukkan bahwa Indonesia masih absen

dalam perlindungan data pribadi. Dampaknya, mekanisme pengumpulan

dan pengelolaan data yang dilakukan oleh swasta ataupun negara tidak

memiliki kepastian hukum dan berpotensi membuka ruang

kesewenangwenangan. Alhasil, warga kembali dirugikan karena data

privasinya tidak dapat dilindungi. Berbeda dengan negara-negara tetangga

yang sudah memiliki regulasi mengenai perlindungan data pribadi,

Indonesia jelas telah ketinggalan karena belum mempunyai regulasi atau

paying hukum Perlindungan Data Pribadi. Apalagi dengan terbongkarnya

skandal kebocoran data pengguna Facebook yang disalahgunakan oleh

Pihak Ketiga, semakin menegaskan pentingnya memiliki suatu Undang-

Undang mengenai Perlindungan Data Pribadi.21

H. Sistematika Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi

pokok penulisan skripsi ini dan agar memudahkan para pembaca dalam

mempelajari tata urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika

penulisan ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan pendahuluan, yang memuat latar belakang

masalah, pembahasan dan perumusan masalah,tujuan dan

manfaat penelitian, metode penelitian, review studi

terdahulu dan sistematika penulisan

21 Ade Bagus Riadi, Aspek Hukum dalam Menjalankan Perusahaan Fintech Lending di

Indonesia, Jurnal Hukum Fintech, Teknologi, Telekomunikasi & Perbankan Syariah, Vol. 1. (Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia, 2018), h. 4.

Page 31: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

20

BAB II LANDASAN TEORI

Membahas konsep Akad pada umumnya, konsep Akad

secara Syariah, macam-macam akad secara Syariah, lalu

konsep Fintech Syariah khususnya dalam produk Peer to

Peer Lending (P2PL), dari mulai pengertian Fintech

Syariah dan P2PL, mekanisme Fintech Syariah khususnya

produk P2PL, produk-produk Fintech Syariah, dan hukum

serta aturan terkait dengan Fintech Syariah khusunya

produk P2PL.

BAB III GAMBARAN UMUM FINANCIAL TECHNOLOGY

SYARIAH

Dari latar belakang berdirinya Fintech Syariah, tugas dan

fungsi Fintech Syariah, visi dan misi Fintech Syariah,

produk-produk Fintech Syariah dan Skema Produk PT

Dana Syariah Indonesia.

BAB IV PEMBAHASAN

Dari pembahasan mengenai status badan hukum dan

pengawasan Fintech Syariah yaitu PT Dana Syariah

Indonesia apakah sesuai atau tidak mekanismenya dengan

peraturan yang berlaku di Indonesia.

BAB V KESIMPULAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan kesimpulan dari

hasil penulisan yang telah dilakukan di PT Dana Syariah

Indonesia sebagai lembaga Fintech Syariah khususnya

produk P2PL, serta memberikan saran atas permasalahan

dari masalah rumusan masalah yang telah dipaparkan.

Page 32: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

21

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD DALAM FINANCIAL

TECHNOLOGY (FINTECH)

A. Akad

1. Pengertian Akad

Akad atau kontrak berasal dari bahasa Arab yang berarti ikatan atau

simpulan baik ikatan yang nampak (hissy) maupun tidak nampak

(ma‟nawy). Kamus al-Mawrid, menerjemahkan al-„Aqd sebagai contract

and agreement atau kontrak dan perjanjian.1 Adapun akad atau kontrak

menurut istilah adalah suatu kesepakatan atau komitmen bersama baik

lisan, isyarat, maupun tulisan antara dua pihak atau lebih yang memiliki

implikasi hukum yang mengikat untuk melaksanakannya.2 Subhi

Mahmasaniy mengartikan kontrak sebagai ikatan atau hubungan di antara

ijab dan qabul yang memiliki akibat hukum terhadap hal-hal yang

dikontrakkan.3 Terdapat juga pakar yang mendefinisikan sebagai satu

perbuatan yang sengaja dibuat oleh dua orang berdasarkan kesepakatan

atau kerelaan bersama.4

Adapun ayat Quran mengenai akad terdapat pada Surat Al-maidah ayat

1 yang berbunyi:

1 Munir al-Ba‟labakiyy (1990), Qamus al-Mawrid. (Beirut: Dar al-„Ilm al-Malayyin),

h.770. 2 Muhammad Salam Madkur (1963). Al - Madkhal al – fiqh al – Islamiyy. (ttp : Dar al -

Nahdah al - „Arabiyyah), h.506. 3 Subhiyy Mahmasaniy (1948). Al - Nazariyyat al-„Ammah li al - Mujibat wa al-„Uqud fi

al-Shari‟ah al-Islamiyyah. (Mesir: Dar al-Kitab al-„Arabiyy), h. 210. 4 Hasbi al-Shiddieqiyy (1974). Pengantar Fiqh Mu‟amalah. (Jakarta: Bulan Bintang),

h.34.

Page 33: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

22

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji.

Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan

kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang

berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah menetapkan hukum

sesuai yang Dia kehendaki.”

Sehubungan dengan pengertian Hukum Kontrak dalam literatur Ilmu

Hukum, terdapat berbagai istilah yang sering dipakai sebagai rujukan di

samping istilah ”Hukum Perikatan” untuk menggambarkan ketentuan

hukum yang mengatur transaksi dalam masyarakat. Ada yang

menggunakan istilah ”Hukum Perutangan”, ”Hukum Perjanjian” ataupun

”Hukum Kontrak”. Masing-masing istilah tersebut mempunyai artikulasi

yang berbeda satu dengan lainnya.5

Istilah hukum perutangan biasanya diambil karena suatu transaksi

mengakibatkan adanya konsekuensi yang berupa suatu peristiwa tuntut-

menuntut. Hukum perjanjian digunakan apabila melihat bentuk nyata dari

adanya transaksi. Hal ini mengacu kepada pengertian perjanjian menurut

Subekti, yaitu suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain

atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.

Apabila pengaturan hukum tersebut mengenai perjanjian dalam bentuk

tertulis sering disebut Hukum Kontrak.6

Penggunaan Hukum Perikatan untuk menggambarkan bentuk abstrak

dari terjadinya keterikatan para pihak yang mengadakan transaksi tersebut,

yang tidak hanya timbul dari adanya perjanjian antara para pihak, namun

juga dari ketentuan yang berlaku di luar perjanjian tersebut yang

menyebabkan terikatnya para pihak untuk melaksanakan tindakan hukum

tertentu. Di sini tampak bahwa Hukum Perikatan memiliki pengertian

yang lebih luas dari sekadar Hukum Perjanjian.7

5 Gemala Dewi dkk (2006). Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cetakan ke-2. (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group), h. 1. 6 I.G. Rai Widjaya (2003). Merancang Suatu Kontrak: Teori dan Praktik. (Jakarta:

Kesaint Blanc), h. 3. 7 Subekti (2001). Hukum Perjanjian. (Jakarta: Intermasa), h.1.

Page 34: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

23

2. Unsur – unsur Akad

Dalam sebuah akad ataupun kontrak, dipastikan harus memiki sebuah

unsur agar akad atau kontrak tersebut bisa dikatakan sah dan terdapat

kepastian hukum di dalamnya. Adapun unsur – unsur yang terdapat dalam

sebuah akad atau kontrak adalah:8

a. Adanya kaidah hukum;

b. Adanya subjek hukum;

c. Adanya prestasi;

d. Adanya kata sepakat;

e. Adanya akibat hukum.

Pada unsur – unsur di atas terdapat beberapa hal atau bagian penting di

dalamnya, seperti subjek hukum yaitu orang atau suatu badan hukum yang

sudah cakap hukum, karena jika subjek hukum ini tidak cakap dalam

hukum maka tidak sah akad atau kontrak yang dijalankannya. Terdapat

juga akibat hukum dalam unsur akad atau kontrak agar ketika salah satu

subjek hukum tidak menjalankan prestasinya, maka ada sebuah sanksi

yang dikenakan terhadap subjek hukum tersebut agar menjadi suatu

peringatan kepada subjek hukum tersebut untuk menjalankan prestasi atau

kewajibannya.

3. Prinsip Akad

Prinsip ataupun asas dalam suatu akad atau kontrak secara umum

terdapat pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang memberikan

berbagai asas-asas umum yang merupakan pedoman atau patokan serta

menjadi batas atau rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang

akan dibuat hingga pada akhirnya menjadi perikatanyang berlaku bagi para

pihak. Adapun asas-asas hukum perjanjian yang merupakan asas-asas

umum (principle) yang harus diindahkan oleh setiap yang terlibat di dalam

suatu perjanjian itu.

8 Salim H. S (2006), Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, cetakan ke-

4. (Jakarta: Sinar Grafika), h. 4-5.

Page 35: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

24

Ada 7 asas penting dalam suatu kontrak atau perjanjian: asas

kebebasan berkontrak (sistem terbuka), asas konsensualitas, asas

mengikatnya perjanjian atau pacta sunt servanda, dan asas itikad baik, asas

personalitas, asas force majeur, asas exceptio non adimpleti contractus.

Sedangkan pada akad atau kontrak syariah terdapat beberapa prinsip atau

akad yang lain yaitu:

a. Persaudaraan (ukhuwah), transaksi syariah menjunjung tinggi nilai

kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang tidak

boleh mendapatkan keuntungan di atas kerugian orang lain. Prinsip ini

didasarkan atas prinsip saling mengenal (ta‟aruf), saling memahami

(tafahum), saling menolong (ta‟awun), saling menjamin (takaful),

saling besinergi dan saling berafiliasi (tahaluf).

b. Keadilan („adalah), selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang

berhak, dalam realitas prinsip ini sesuai aturan muamalah yaitu

melarang adannya unsur: Riba/bunga; Kezaliman terhadap diri sendiri,

orang lain atau lingkungan; Maisir/judi atau bersikap spekulatif dan

tidak berhubungan dengan produktivitasnnya; Ghahar/unsur

ketidakjelasan, manipulsi dan eksploitasi informasi serta tidak adannya

kepastian pelaksanaan akad; dan Haram.

c. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat

yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, meterial dan spiritual, serta

individual dan kelektif. Kemaslahatan harus memenuhi dua unsur

yaitu: halal (patuh terhadap ketentuan syariah) dan thayib (membawa

kebaikan dan bermanfaat).

d. Keseimbangan (tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material

dan spiritual, antara aspek privat dan publik, antara sektor keuangan

dan sektor rill, antara bisnis dan sosial serta antara aspek pemanfaatan

serta pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya memperhatikan

kepentingan pemilik semata tetapi memperhatikan kepentingan semua

pihak sehingga dapat merasakan manfaat adanya suatu kegiatan

ekonomi tersebut.

Page 36: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

25

e. Universalisme (syumuliah), dimana esensinya dapat dilakukan oleh,

dengan dan untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa

membedakan suku, agama, ras, dan golongan, sesuai dengan semangat

kerahmatan semesta (rahmatan li alamin).

f. Kerelaan, (al-Ridhâ). Berdasarkan asas ini maka semua bentuk akad

yang dibuat harus dilakukan karena kerelaan diri, bukan karena

keterpaksaan atau dipaksa. Dengan demikian bila asas ini tidak

terpenuhi, maka akad dapat dianggap batal atau tidak sah, dan bila

keadaan itu tetap dilangsungkan maka sama artinya dengan memakan

sesuatu dengan cara yang batil (al-akl bi al-bâthil). Singkatnya, asas

ini mengharuskan tidak adanya paksaan dari pihak manapun dalam

proses transaksi.

g. Persamaan atau kesetaraan (al-musāwah). Kedua belah pihak yang

sedang melakukan suatu akad perjanjian mempunyai kedudukan yang

sama dan setara. Sehingga, pada saat menentukan hak dan kewajiban

masing-masing didasarkan pada asas almusāwah ini.9

4. Macam – macam Akad Syariah

Suatu akad dalam Islam dibagi menjadi beberapa macam, yaitu dari

segi keabsahannya menurut syariat dan dari segi penamaannya. Dari segi

keabsahannya menurut syariat, dibagi menjadi dua:

a. Akad shahih, yaitu yang telah memenuhi rukun dan syaratnya;

b. Akad yang tidak shahih, yang terdapat kekurangan pada rukun dan

syaratnya.10

Fikih muamalah, telah mengidentifikasi dan menguraikan macam-

macam jual beli, termasuk jenis-jenis jual beli yang dilarang oleh Islam.

Macam atau jenis jual beli tersebut ialah:

9 Abdurrauf. “Penerapan Teori akad pada perbankan syariah”. Al-Iqtishad, Vol.IV, No.

(Jakarta: UIN-Syarif Hidayatullah, 1, Januari 2012), h.23. 10

Abdul Aziz Dahlan dkk, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

2001, jilid 1 h. 67-68.

Page 37: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

26

a. Bai‟ al mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan

uang. Uang berperan sebagai alat tukar. Jual-beli semacam ini

menjiwai semua produk-produk lembaga keuangan yang

didasarkan atas prinsip jual-beli;

b. Bai‟ al muqayyadah, yaitu jual beli dimana pertukaran terjadi

antara barang dengan barang (barter). Aplikasi jual beli semacam

ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi ekspor yang

tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa). karena itu

dilakukan pertukaran barang dengan barang yang dinilai dalam

valuta asing. Transaksi semacam ini lazim disebut Counter trade;

c. Bai‟ al sharf, yaitu jual-beli atau pertukaran antara satu mata uang

asing dengan mata uang asing lain, seperti antara rupiah dengan

dolar, dolar dengan yen dan sebagainya. Mata uang asing yang

diperjualbelikan itu dapat berupa uang kartal (bank notes) ataupun

bentuk uang giral (telegrafic transfer atau mail transfer);

d. Bai‟ al murabahah adalah akad jual beli barang tertentu. Dalam

transaksi jual beli tersebut penjual menyebutkan dengan jelas

barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan

keuntungan yang diambil;

e. Bai‟ al musawamah adalah jual-beli biasa, dimana penjual tidak

memberitahukan haga pokok dan keuntungan yang didapatnya;

f. Bai‟ al muwadha‟ah yaitu jual beli dimana penjual melakukan

penjualan dengan harga yang lebih rendah daripada harga pasar

atau dengan potongan (discount). penjualan semacam ini biasanya

hanya dilakukan untuk barang-barang atau aktiva tetap yang nilai

bukunya sudah sangat rendah;

g. Bai‟ as-salam adalah akad jual beli di mana pembeli membayar

uang (sebesar harga) atas barang yang telah disebutkan

spesifikasinya, sedangkan barang yang diperjualbelikan itu akan

diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati. Bai‟ as

Page 38: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

27

salam biasanya dilakukan untuk produk-produk pertanian jangka

pendek;

h. Bai‟ al-istishna hampir sama dengan bai‟ as salam, yaitu kontrak

jual-beli dimana harga atas barang tersebut dibayar lebih dulu tapi

dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang

disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan

diserahkan kemudian.11

Pada kali ini penulis hanya menitikberatkan pada akad murabahah

yaitu jual beli barang tertentu yang dimana si Penjual menyebutkan

dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan

keuntungan yang diambil. Ditinjau dari segi namanya, murabahah

mengandung arti memberikan sebuah kelebihan yang artinya adalah

memberikan keuntungan atau laba diantara yang beraqad atau orang yang

melakukan persekutuan.12

Sedangkan menurut terminologi murabahah

adalah penjualan barang seharga pembelian disertai dengan keuntungan

yang diberikan oleh pembeli.13

Karena akad ini yang digunakan untuk

perjanjian pembiayaan skema P2PL Syariah pada PT Dana Syariah

Indonesia. Akad murabahah menjadi pilihan favorit produk pembiayaan

dan sangat berkembang di Lembaga Keuangan Syariah (LKS), yang

dimana mekanisme pelaksanaan murabahah yaitu antara nasabah dengan

lembaga pembiayaan melakukan perjanjian murabahah, dan pada saat

yang sama pihak lembaga pembiayaan mewakilkan untuk membelikan

barang yang akan dibeli oleh nasabah. Daa lalu dikredit ke rekening

nasabah dan nasabah menandatangani tanda terima uang.14

Akad

11

Zainul Arifin. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabet, 2012,

h. 26-27. 12

Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan, Bandung: Pustaka Setia, 2011, h. 263. 13

Atang Abdul Hakim, Fiqih Perbankan Islam, Bandung: Refika Aditama, 2011, hlm.

226. 14

Fahadil Amin Al-Hasan, Analisis Pelaksanaan Akad Murabahah di Lembaga Mikro

Keuangan Syariah (BMT), (Bandung: UIN Bandung, 28, Maret 2018), h. 60.

Page 39: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

28

murabahah juga di tujukan secara berkelanjutan yaitu untuk modal kerja

yang pada hakikatnya murabahah adalah kontrak jangka pendek.15

B. Financial Technology (Fintech)

1. Pengertian Fintech

Secara bahasa, Fintech berasal dari bahasa Inggris yaitu perpaduan

antara Financial dan Technology. Financial yang berarti “keuangan” dan

Technology yang berarti “teknologi” atau disingkat menjadi layanan

keuangan berbasis teknologi. Secara istilah banyak yang mengartikan

Fintech, beberapa diantara didefinisikan sebagai aplikasi teknologi digital

untuk masalah-masalah intermediasi keuangan (Aaron, et al, 2017).

Selanjutnya pada pengertian yang lebih luas, Fintech didefinisikan

sebagai industri yang terdiri dari perusahaan-perusahaan yang

menggunakan teknologi agar sistem keuangan dan penyampaian layanan

keuangan lebih efisien (World Bank, 2016). Fintech juga didefinisikan

sebagai inovasi teknologi dalam layanan keuangan yang dapat

menghasilkan model-model bisnis, aplikasi, proses atau produk-produk

dengan efek material yang terkait dengan penyediaan layanan keuangan

(FSB, 2017).

Peraturan Bank Indonesia No.19/12/PBI/2017 tentang

Penyelenggaraan Teknologi Finansial, menjelaskan Teknologi Finansial

adalah penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan

produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat

berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan/atau

efisiensi, kelancaran, keamanan, dan keandalan sistem pembayaran.

Peratuaran Otoritas Jasa Keuangan No.77/POJK.01/2016 tentang

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi

menjelaskan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk

mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman dalam

rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam mata uang rupiah

15

Syafii Antonio, Bank Syariah., h. 106.

Page 40: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

29

secara langsung melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan

internet.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 117/DSN-MUI/II/2018 tentang

Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip

Syariah, menjelaskan Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi

Berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyelenggaraan layanan jasa

keuangan berdasarkan prinsip syariah yang mempertemukan atau

menghubungkan pemberi pembiayaan dengan penerima pembiayaan

dalam rangka melakukan akad pembiayaan melalui sistem elektronik

dengan menggunakan jaringan internet.

2. Fungsi dan Manfaat Fintech

Fungsi penyelenggara teknologi finansial dikategorikan ke dalam

bagian sebagai berikut:16

a. Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran mencakup otorisasi, kliring, penyelesaian akhir

dan pelaksaan pembayaran. Contoh penyelenggaraan teknologi

finansial pada kategori system pembayaran antara lain penggunaan

teknologi blockchain atau distributed ledger untuk

penyelenggaraan transfer dana, uang elektronik, dan mobile

payments.

b. Pendukung Pasar

Bahwa teknologi finansial yang menggunakan teknologi informasi

dan/atau teknologi elektronik untuk memfasilitasi pemberian

informasi yang lebih cepat atau lebih murah terkait dengan produk

atau layanan jasa keuangan kepada masyarakat.

c. Manajemen Investasi dan Manajemen Resiko

Kategori manejemen investasi dan manajemen resiko antara lain

penyediaan produk investasi online dan asuransi online.

16

Tri Inda Fadhila Rahma, “Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap Penggunaan

Financial Technology (Fintech)”, Jurnal At-Tawassuth, Vol. III No. 1, 2018, h. 648.

Page 41: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

30

d. Pinjaman (lending), Pembiayaan (financing atau funding), dan

Penyediaan modal (capital raising)

Kategori tersebut antara lain layanan pinjam meminjam uang

berbasis teknologi informasi (peer-to-peer lending) serta

pembiayaan atau penggalangan dana berbasis teknologi informasi

(crowd-funding).

e. Jasa Finansial lainnya

Jasa financial lainnya berupa selain sistem pembayaran,

pendukung pasar, manajemen investasi dan manajemen risiko,

serta pinjaman, pembiayaan dan penyediaan modal.

Teknologi finansial yang akan diimplementasikan dalam lembaga

perbankan di Indonesia memiliki analisis kekuatan atau manfaat sebagai

berikut:17

a. Kemudahan dalam memanfaatkan akses data layanan perbankan dalam

ukuran besar dan kemudahan untuk melakukan transaksi kapan saja dan

di mana saja;

b. Kemampuan untuk menjangkau kelompok masyarakat yang tidak

terlayani oleh kantor cabang lembaga perbankan, khususnya di daerah 3T.

c. Lebih hemat biaya operasional dan biaya pemasaran karena lembaga

perbankan cukup berkolaborasi dengan penyedia jasa teknologi finansial

dalam menawarkan produk perbankan kepada masyarakat.

d. Varian produk lembaga perbankan yang telah banyak dikenal luas oleh

masyarakat, termasuk aplikasi layanan 24 jam, seperti mobile banking,

internet banking, sms banking, dan call banking (Rahadi & Zanial 2015).

Meskipun layanan perbankan ini belum banyak dimaksimalkan

penggunaannya, namun ketika lembaga perbankan berkolaborasi dengan

penyedia jasa teknologi finansial, maka masyarakat akan semakin mudah

mengakses produk layanan perbankan yang dimaksud.

17

Imanuel Aditya Wulanata Chrismastianto, “Analisis SWOT Implementasi Teknologi

Finansial Terhadap Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis,

Volume 20 No. 1, April 2017, h. 140.

Page 42: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

31

3. Klasifikasi Fintech

Mengikuti perkembangan zaman, Fintech mengalami pembagian

terhadap macam-macamnya, yaitu ada Fintech Konvensional dan Fintech

Syariah. Fintech konvensional adalah penggunaan teknologi dalam system

keuangan yang menggunakan landasan hukum positif dalam praktek dan

implementasinya. Fintech dengan layanan keuangan seperti crowdfunding,

mobile payments, dan jasa transfer uang menyebabkan revolusi dalam

bisnis startup. Dengan crowdfunding, bisa memperoleh dana dari seluruh

dunia dengan mudah, bahkan dari orang yang belum pernah ditemui

sekalipun Fintech juga memungkinkan transfer uang secara global atau

internasional. Jasa pembayaran seperti PayPal otomatis mengubah kurs

mata uang, sehingga yang berada di Amerika bisa membeli barang dari

Indonesia dengan mudahnya.18

Sedangkan Fintech Syariah adalah penggunaan teknologi dalam

system keuangan yang memakai landasan hukum serta akad-akad yang

berasal dari hukum Islam. Dengan penduduk yang 88%-nya adalah

muslim mempengaruhi muncul dan berkembangnya Fintech Syariah yaitu

Fintech yang kegiatan usahanya berlandaskan prinsip-prinsip syariah,

yang saat ini penggunanya bukan hanya muslim saja namun juga non

muslim. Perkembangan Fintech Syariah juga semakin baik melihat

semakin meningkatnya pemataman dan kebutuhan masyarakat terhadap

ekonomi syariah, serta sudah banyak bermunculan Fintech yang

menggunakan prinsip syariah dalam kegiatan usahanya dan saat ini telah

terbentuk Asosiasi Fintech Syariah Indonesia yaitu suatu asosiasi yang

keanggotaannya terdiri dari para pelaku Fintech Syariah di Indonesia yang

salah satu fungsinya adalah membina dan mengawasi jalannya kegiatan

usaha Fintech Syariah.19

18

Irma Muzdalifa,”Peran Fintech dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif pada UMKM

di Indonesia (Pendekatan Keuangan FIntech”, Jurnal Masharif al-Syariah, Vol. 3, No. 1, 2018, h.

7. 19

Sasmita Flouridaningrum, “Mengapa Memilih Fintech Syariah”, Prihatwono Law

Research, Vol. 1, 1 Juni 2018, h. 7.

Page 43: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

32

4. Syarat Pendirian Fintech

Menurut POJK No. 77 Tahun 2016 Tentang Layanan Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi informasi, pada Bab II dijelaskan

mengenai syarat pendirian Lembaga Fintech. Pertama-tama penyelenggara

yang akan melakukan kegiatan pinjam meminjam uang berbasis teknologi

informasi mengajukan permohonan pendaftaran kepaa OJK. Bagi

penyelenggara yang sudah melakukan kegiatan pinjam meminjam uang

berbasis teknologi informasi sebelum adanya peraturan ini harus

mengajukan permohonana pendaftaran kepada OJK paling lambat 6

(enam) bulan setelah peraturan OJK ini berlaku. Permohonan pendaftaran

ini disampaikan oleh Direksi kepada Kepala Eksekutif Pengawas

Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa

Keuangan Lainnya dengan menggunakan formulir 1 yang terlampir di

POJK bersangkutan. Persetujuan atas pendaftaran penyelenggara

dilakukan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak

diterimanya dokumen permohonan tersebut.

Penyelenggara yang telah terdaftar wajib menyampaikan laporan

secara berkala setiap 3 (tiga) bulan untuk periode yang berakhir pada

tanggal 31 Maret, 30 Juni, 30 September, dan 31 Desember kepada OJK

dengan informasi yang paling sedikit memuat:

a. Jumlah pemberi pinjaman dan penerima pinjaman;

b. Kualitas pinjaman yang diterima oleh penerima pinjaman berikut

dasar penilaian kualitas pinjaman, dan;

c. Kegiatan yang telah dilakukan setelah terdaftar di OJK.

Laporan berkala setiap 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud disampaikan

kepada OJK paling almbat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak jatuh

tempo tanggal pelaporan.

Penyelenggara yang telah terdaftar di OJK, wajib mengajukan

permohonan izin sebagai Peyelenggara dalam jangka waktu paling lama 1

(satu) tahun sejak tanggal terdaftardi OJK. Bagi penyelenggara yang telah

mendapatkan surat tanda bukti terdaftar dan tidak menyampaikan

Page 44: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

33

permohonan perizinan, atau tidak memenuhi persyaratan perizinan, surat

tanda bukti terdaftar penyelenggara dinyatakan batal. Penyelenggara yang

surat tanda bukti terdaftarnya dinyatakan batal, maka harus menyelesaikan

hak dan kewajiban pengguna sesuai dala surat pernyataan rencana

penyelesaian atau tidak dapat lagi menyampaikan pendaftaran kepada

OJK.

Dalam POJK tersebut juga dijelaskan bahwa pendiri juga harus warga

negara Indonesia atau badan hukum Indonesia atau warga negara asing

dan/atau badan hukum asing. Kepemilikan saham penyelenggara oleh

warga negara asing dan/atau badan hukum asing sebagaimana dimaksud

paling banyak sebesar 85%.

Pada Pasal 4 di Bab yang sama, penyelenggara berbentuk badan

hukum perseoran terbatas dan koperasi wajib memiliki modal disetor

paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) pada saat

pendaftaran. Sedangkan pada proses pengajuan permohonan perizinan,

penyelenggara yang berbadan hukum perseroan terbatas maupun koperasi

wajib memiliki modal disetor sebesar Rp2.500.000.000,00 (dua miliar

lima ratus juta rupiah).

Dalam POJK tersebut dijelaskan juga mengenai batas maksimum

pemberian pinjaman dana yaitu sebesar Rp2.000.000.000,00 (dua miliar

rupiah), dan ojk juga dapat melakukan peninjauan kembali atas batas

maksimum total pemberian pinjaman dana.

5. Skema dalam Fintech

Fintech mempunyai beberapa konsep atau skema yang dijalankan,

diantara yang paling dipakai adalah Crowdfunding dan Peer to Peer

Lending (P2PL). Konsep inti dari pengembangan fintech ini adalah konsep

peer-to-peer (P2P) yang sebenarnya sudah digunakan terlebih dahulu oleh

Napster untuk music sharing di tahun 1999. Di Indonesia sendiri, fintech

mulai berkembang pesat dan menjadi tren di tahun 2016 hingga tahun

2017. Pelopor booming nya fintech di Indonesia adalah perusahaan Go-Jek

Page 45: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

34

yang berdiri di tahun 2010 dan menjadi tren setelah 4-5 tahun Go-Jek

berdiri. Dengan berdirinya Go-Jek, banyak perusahaan-perusahaan lain

yang mengadaptasi fintech sebagai basis dari perusahaan mereka.20

Istilah crowdfunding bagi banyak kalangan masih menjadi istilah yang

asing, terutama di Indonesia. Istilah ini baru ramai diberitakan sejak

kemunculan situs donation based crowdfunding pertama di Indonesia

yakni wujudkan.com, sejak itulah masyarakat mengidentikkan

crowdfunding dengan pendanaan industry kreatif. Padahal, donation based

crowdfunding lebih luas dari bidang industri kreatif. Donation based

crowdfunding merupakan salah satu dari 4 (empat) bentuk crowdfunding

yang bisa diterapkan di beberapa bidang, oleh sebab itu memahami istilah

ini berarti harus mampu memahami terlebih dahulu tentang istilah

crowdfunding.21

Donation based crowdfunding secara sederhana diartikan

crowdfunding yang berbasis pada donasi (sumbangan sukarela). Donation

based crowdfunding merupakan kegiatan penggalangan dana massal

dimana orang-orang memberikan uangnya untuk aktivitas yang ditawarkan

oleh pelaku usaha kreatif, dunia hiburan ataupun organisasi tertentu.

Donation based crowdfunding menawarkan kemudahan yakni luasnya

jangkauan pemberitaan kepada masyarakat melalui internet, murahnya

biaya publikasi, cepatnya memperoleh donasi seiring pula dengan

meningkatnya pamor sebuah karya kreatif.22

20

Ade Bagus Riadi, “Aspek Hukum dalam Menjalankan Perusahaan Fintech Lending di

Indonesia”, Prihatwono Law Research, Vol. 1, Juni 2018, h. 1. 21

Iswi Hariyani & Cita Yustisia Serifiyani, “Perlindungan Hukum Sistem Donation

Based Crowdfunding Pada Pendanaan Industri Kreatif di Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia

Vol. 12 No. 04, Desember 2015, h. 355. 22

Iswi Hariyani & Cita Yustisia Serifiyani, “Perlindungan Hukum Sistem Donation

Based Crowdfunding Pada Pendanaan Industri Kreatif di Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia

Vol. 12 No. 04, Desember 2015, h. 355.

Page 46: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

35

7. Aturan Terkait Fintech

Dalam Fintech juga terdapat beberapa aturan main secara hukum

positif maupun hukum Islamnya. Diantara aturan dalam hukum positif

yaitu:

a. Undang – undang Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen;

b. POJK No. 77 Tahun 2016 Tentang Layanan Program Pinjam

Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi;

c. POJK No. 13 Tahun 2018 Tentang Inovasi Keuangan Digital di

Sektor Jasa Keuangan;

d. Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 07 Tahun 2005 Tentang

Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang

Melaksanakan Prinsip Syariah;

e. PBI No. 19 Tahun 2017 Tentang Penyelenggara Teknologi

Finansial;

f. PBI No. 16 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Konsumen Jasa

Sistem Pembayaran.

Sedangkan di dalam hukum Islamnya, Fintech juga mempunyai aturan

sendiri yaitu:

a. Fatwa DSN MUI No. 117 Tahun 2018 Tentang Layanan

Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip

Syariah;

b. Fatwa DSN MUI No. 04 Tahun 2000 Tentang Murabahah;

c. Fatwa DSN MUI No. 17 Tahun 2000 Tentang Ta‟zir (Denda);

d. Fatwa DSN MUI No. 10 Tahun 2000 Tentang Wakalah.

Page 47: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

36

BAB III

GAMBARAN UMUM PERJANJIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH

PADA PT. DANA SYARIAH INDONESIA

A. Sejarah dan Visi-Misi PT. Dana Syariah Indonesia

1. Sejarah Berdirinya PT. Dana Syariah Indonesia

PT. Dana Syariah Indonesia merupakan badan hukum yang didirikan

berdasarkan ketentuan POJK No. 77 Tahun 2016 tentang layanan program

pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi, sebagai perusahaan yang

menyediakan layanan pinjam memimjam antara pihak yang memberikan

pinjaman dan pihak yang membutuhkan pinjaman meliputi pendanaan dari

individu, organisasi maupun badan hukum tertentu.

Dalam mekanisme pelaksanaannya Dana Syariah hanya menyediakan

platform untuk memfasilitasi prosesnya, administrasi pihak pemberi pinjaman

dan pihak peminjam. Dana Syariah mengeluarkan skema produk pembiayaan

berbasis syariah, yaitu crowdfunding syariah dan peer-to-peer lending syariah

dengan pelaksanaan yang mengacu kepada keputusan POJK No. 77 Tahun

2016 tentang layanan program pinjam meminjam uang berbasis teknologi

informasi. dan Fatwa DSN-MUI No. 117 tahun 2018 tentang layanan

pembiayaan berbasis teknologi informasi berdasarkan prinsip syariah.

2. Visi dan Misi

Di sisi lain dalam menjalankan kinerjaanya PT. Dana Syariah

Indonesia memiliki acuan untuk menjalankan tugas dan fungsi yang dimiliki

oleh perusahaan. Berikut ini merupakan paparan visi dan misi yang di jadikan

sebagai acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi yang ada dari PT. Dana

Syariah Indonesia.

Page 48: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

37

a. Visi

Mengajak masyarakat untuk melaksanakan kegiatan ekonomi sesuai

syariat Islam, agar bisa diperoleh rezeki yang halal dan barokah demi

kesejahteraan dunia akhirat.

b. Misi

Menjadi wadah dan pusat kegiatan ekonomi syariah yang bisa

mempermudah masyarakat, untuk melaksanakan kegiatan ekonomi sesuai

syariat Islam.

B. Tugas, Fungsi dan Skema Produk pada PT. Dana Syariah Indonesia

1. Tugas PT. Dana Syariah Indonesia

Dana Syariah Indonesia ialah perusahaan yang bertugas

menyediakan layanan interfacing sebagai penghubung pihak yang

memberikan pinjaman dan pihak yang membutuhkan pinjaman meliputi

pendanaan dari individu, organisasi, maupun badan hukum kepada

individu atau badan hukum tertentu.

Dana Syariah Indonesia merupakan sebuah marketplace finansial

yang juga bertugas menyediakan layanan perantara untuk proses crowd

funding dan peer-to-peer lending. Dana Syariah disini tidak berpartisipasi

dalam aktivitas pinjam meminjam, akan tetapi Dana Syariah hanya

menyediakan platform untuk memfasilitasi prosesnya, administrasi akun

borrower dan lender.1

2. Fungsi PT. Dana Syariah Indonesia

Dalam menjalankan tugasnya PT. Dana Syariah Indonesia

menyediakan tiga fungsi utama yang dapat dijadikan sebagai acuan

masyarakat untuk melaksanakan pembiayaan yang berasaskan syariat

Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum. Berikut ini

merupakan fungsi utama PT. Dana Syariah, ialah:

1 http://www.danasyariah.id/, diakses pada Kamis, 07 Maret 2019, pukul 20.47 WIB.

Page 49: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

38

a. Layanan Investasi Syariah

Menyediakan layanan investasi syariah dan pembiayaan syariah

bagi pemilik usaha ataupun perorangan, dengan tujuan medapatkan

manfaat dan bagi hasil yang halal serta terhindar dari unsur maisir,

gharar, dan riba.

b. Pengamanan Investor

Tim Dana Syariah akan mewakili pemilik dana akan melakukan

kebijakan dan penyaringan yang komprihensif dan hati-hati terhadap

proyek bisnis maupun perorangan yang akan di berikan pembiayaan.

Bukan hanya penilaian dari aspek syariahnya saja, tapi juga dari aspek

perhitungan terhadap kelayakan bisnis yang bisa berpengaruh pada

besaran manfaat dan bagi hasil yang akan diterima pemberi dana

investasi serta manfaatnya bagi penerima dan investasi.

c. Layanan Zakat

Sebagai layanan untuk membantu perhitungan zakat dan

penyalurannya, sehingga memberi Dana Syariah lebih mudah dalam

menjalankan kewajiban zakatnya.2

3. Skema Produk pada PT. Dana Syariah Indonesia

Selanjutnya terdapat beberapa skema produk yang di tawarkan oleh

pihak PT. Dana Syariah Indonesia, diantaranya ialah:

a. Investasi secara halal melalui crowdfunding syariah

Crowdfunding adalah skema pembiayaan yang dijuluki sebagai

“pendanaan demokratis”, karena konsep dari crowdfunding adalah

mengumpulkan dana dalam skala yang sangat kecil tetapi berasal dari

jumlah masyarakat yang besar sehingga terkumpul dana yang

signifikan.

2 http://www.danasyariah.id/tentang-kami/tim-kami, diakses pada Kamis, 07 Maret 2019,

pukul 18.08 WIB.

Page 50: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

39

b. Investasi secara halal melalui peer to peer landing syariah

Peer-to-peer Lending adalah penyelenggaraan layanan jasa

keuangan berbasis syariah untuk mempertemukan pemberi pinjaman

dengan penerima pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian pinjam

meminjam melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan

internet.3

c. Pengajuan pendanaan pembelian lahan dengan skema murabahah

Dana Syariah dalam menjalankan mekanisme pembiayaan dengan

Skema Murabahah dilakukan dengan cara Dana Syariah membeli

lahan tersebut untuk kemudian dijual kembali kepada calon pembeli

lahan dengan tambahan Margin yang di sepakati. Kemudian, pembeli

melakukan pembayaran dengan cara mengangsur maksimal selama 24

bulan.

Untuk sementara lokasi lahan yang bisa dilayani dengan skema ini

di seputar Jabodetabek ,Banten dan Jawa Barat serta kota-kota besar di

Jawa dengan nilai total pinjaman maksimal 2 milyar dalam waktu

maksimal 24 bulan.

Persyaratan untuk bisa mendapatkan pendanaan Murabahah ini

antara lain adalah:

1) Lokasi lahan cukup strategis secara sosial dan ekonomi. Dimana

lahan yang bersangkutan dekat dengan akses kendaraan umum,

pusat kegiatan ekonomi dan sosial dan juga akses jalan bisa di lalui

untuk mobil dari dua arah berlawanan.

2) Kondisi fisik lahan tidak ada hambatan teknis yang ekstrim

meliputi bentuk area lahan secara teknis tidak ada kendala serta

bebas banjir dan hambatan alam lainnya seperti sungai dll.

3) Surat legalitas kepemilikan tanah dalam kondisi clean & clear

artinya adalah sertifikat Hak Milik (SHM atau SHGB) asli tidak

3 https://id.wikipedia.org/wiki/P2P_Lending, diakses pada Kamis, 07 Maret 2019, pukul

21.04 WIB.

Page 51: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

40

sedang dijaminkan atau sengketa. Serta pemilik sah dari lahan itu

benar akan menjualnya, dibuktikan dengan Surat Penawaran.

4) Rencana pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukan lahan dan

perizinan yang di perlukan. Artinya adalah tidak ada hambatan

aturan RW dan RT (Rencana Wilayah dan Rencana Tata Ruang)

dan tidak ada hambatan soal izin sosial dan lingkungan sekitar

lahan.

5) Harga penawaran lahan, sesuai dengan perhitungan rencana dan

anggaran pembelian lahan.

6) Proposal rencana pemanfaatan lahan, perkiraan aliran dana untuk

pembayaran cicilan.

7) Dinyatakan layak dari hasil survey yang dilakukan oleh Tim Dana

Syariah.

Apabila telah memenuhi persyaratan diatas, maka Tim Dana

Syariah akan memberikan Surat Penawaran kepada calon pembeli

yang di dalamnya ada informasi seperti:

1) Harga penawaran lahan, nilai angsuran dan jangka waktu angsuran.

2) Biaya Akad Murabahah dan Biaya Akad Jual Beli Notarial.

3) Persyaratan administratif untuk akad jual beli Murabahah yang

meliputi data identitas calon pembeli (Copy KTP, KK, Surat

Nikah), data identitas penjual (Copy KTP, KK, Surat Nikah) dan

rekening koran selama 6 bulan terakhir.

4) Persyaratan lain yang di perlukan, sesuai dengan hasil survey Tim

Dana Syariah.

Setelah semua persyaratan terpenuhi maka mulai dilakukan tahap

penggalangan dana di Platform danasyariah.id. Tim Dana Syariah akan

membuatkan informasi yang bisa dibaca oleh calon Investor dana

syariah yang mungkin tertarik untuk mengivestasikan dananya secara

syariah, untuk pembiayaan pembelian lahan tersebut. Penggalangan

dana dilakukan selama 30 hari melalui platform aplikasi Dana Syariah

Page 52: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

41

dan dapat di perpanjang jika diperlukan, sehingga dana terkumpul

sejumlah yang dibutuhkan.

Setelah dana terkumpul sesuai jumlah yang diharapkan, maka

sebelum dana dibayarkan kepada pemilik lahan, dilakukan

penandatanganan akad Murabahah dengan pihak yang mengajukan

pembelian lahan.

Untuk menjamin agar dana investasi itu bisa dibayarkan kembali

sesuai kesepakatan angsuran yang ada, maka dibuatkan rekening join

operation yang dikendalikan bersama antara pemilik proyek dengan

perwakilan dari Dana Syariah. Demikian seterusnya pihak pemilik

proyek dibantu oleh perwakilan tim Dana Syariah, memastikan agar

angsuran bisa di bayarkan sesuai nilai dan waktu jatuh temponya,

sampai semua terlunasi sesuai tenor jangka waktunya.

d. Pengajuan dana untuk bangun sarana prasarana

Terdapat beberapa persyaratan untuk sarana dan prasarana yang

dibiayai, yaitu:

1) Lokasi lahan cukup strategis secara sosial dan ekonomi, yang

dimana lokasi tersebut dekat dengan Akses Kendaraan Umum,

Pusat Kegiatan Ekonomi dan Sosial dan akses jalan bisa di lalui

untuk mobil dari dua arah berlawanan.

2) Kondisi Fisik Lahan tidak ada hambatan teknis yang ekstrim

meliputi bentuk area lahan secara teknis tidak ada kendala serta

bebas banjir dan hambatan alam lainnya seperti sungai dll.

3) Surat legalitas kepemilikan tanah dalam kondisi clean & clear.

Dimana Sertifikat Hak Milik (SHM atau SHGB) Asli tidak sedang

di jaminkan atau sengketa, Kecuali Pembelian lahan juga

menggunakan skema Murabahah dari Dana Syariah.

4) Rencana pemanfaatan lahan sesuai dengan Peruntukan Lahan dan

Perijinan yang di perlukan, serta tidak ada hambatan aturan RWRT

(Rencana Wilayah dan Rencana Tata Ruang) dan tidak ada

hambatan soal ijin sosial dan lingkungan sekitar lahan.

Page 53: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

42

5) Harga Penawaran Pembangunan, sesuai dengan Perhitungan

Rencana dan Anggaran (RAB).

6) Proposal Rencana Pemanfaatan Lahan, Perkiraan Aliran Dana

untuk Pembayaran Cicilan.

7) Dinyatakan Layak dari Hasil Survey yang di lakukan oleh Tim

Dana Syariah.

Apabila telah memenuhi persyaratan diatas, maka Tim Dana

Syariah akan memberikan Surat Penawaran kepada calon pemilik

proyek yang di dalamnya ada informasi sebagai berikut:

1) Harga Penawaran Pembangunan (Murabahah), Nilai angsuran dan

jangka waktu angsuran.

2) Biaya Akad Murabahah dan Biaya Akad Jual Beli Notarial.

3) Persyaratan Administratif untuk akad jual beli Murabahah, yaitu

identitas pemilik proyek (KTP, KK, Surat Nikah) dan Rekening

Koran selama 6 bulan terakhir.

4) Persyaratan lain yang di perlukan, sesuai dengan hasil survey Tim

Dana Syariah.

Setelah semua persyaratan terpenuhi maka mulai di lakukan tahap

penggalangan dana di Platform danasyariah.id. Tim Dana Syariah akan

membuatkan informasi yang bisa dibaca oleh calon investor dana

syariah yang mungkin tertarik untuk mengivestasikan dananya secara

syariah, untuk pembiayaan pembangunan sarana prasarana tersebut.

Penggalangan dana di lakukan selama 30 hari melalui platform

aplikasi Dana Syariah dan dapat diperpanjang jika diperlukan,

sehingga dana terkumpul sejumlah yang dibutuhkan.

Setelah dana terkumpul sesuai jumlah yang diharapkan, maka

sebelum dana dibayarkan kepada pemilik proyek, dilakukan

penandatanganan akad Murabahah dengan pihak Dana Syariah.

Untuk menjamin agar dana investasi itu bisa dibayarkan kembali

sesuai kesepakatan angsuran yang ada, maka dibuatkan rekening join

Page 54: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

43

operation (JO) yang dikendalikan bersama antara pemilik proyek

dengan perwakilan dari Dana Syariah. Rekening itu digunakan untuk

menampung dana yang masuk hasil penggalangan dana di Dana

Syariah, dan untuk mengendalikan dana yang keluar untuk

kepentingan pembangunan agar sesuai dengan amanah yang diberikan

oleh para investor syariah. Demikian seterusnya Pihak pemilik proyek

dibantu oleh perwakilan tim Dana Syariah, memastikan agar angsuran

bisa dibayarkan sesuai nilai dan waktu jatuh temponya, sampai semua

terlunasi sesuai tenor jangka waktunya.

e. Pengajuan dana untuk bangun unit rumah

Pada pengajuan dana untuk bangun unit rumah digunakan Skema

Murabahah, dimana Pihak Dana Syariah yang menjual Jasa konstruksi

pembangunan Unit Rumah ( misalnya senilai 10 juta) kepada Pemilik

Proyek dengan Margin yang telah di sepakati (misalnya margin 2 juta).

Pelaksana Pembangunan adalah pihak JO (Join Operation) yang

dibentuk dan berasal dari pihak Dana Syariah dan Pemilik Proyek.

Pihak JO inilah menerima Dana 10 juta dan melaksanakan

Pembangunan sesuai nilai Kontrak 10 juta.

Kemudian Setelah Bangunan selesai, di serahkan kepada Pembeli

(Pemilik Proyek) , Pemilk Proyek selanjutnya akan membayar senilai

12 juta ( 10 juta di tambah 2 juta margin) dengan cara mengangsur

maksimal selama 24 bulan. Jaminan dari Pendanaan ini adalah Rumah

itu sendiri yang sudah bersertifikat SHM atau SHGB dan sudah

melalui survey verifikasi Tim Dana Syariah.

Untuk sementara lokasi lahan yang bisa dilayani dengan skema ini

di seputar Jabodetabek ,Banten dan Jawa Barat serta kota-kota besar di

Jawa dengan nilai total pinjaman maksimal 2 milyar dalam waktu

maksimal 24 bulan.

Persyaratan untuk bisa mendapatkan pendanaan Murabahah ini

adalah sebagai berikut:

Page 55: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

44

1) Lokasi lahan cukup strategis secara sosial dan ekonomi. Yaitu

dekat dengan akses kendaraan umum, pusat kegiatan ekonomi dan

social dan akses jalan bisa di lalui untuk mobil dari dua arah

berlawanan.

2) Kondisi fisik lahan tidak ada hambatan teknis yang ekstrim

meliputi bentuk area lahan secara teknis tidak ada kendala serta

bebas banjir dan hambatan alam lainnya seperti sungai dll.

3) Surat legalitas kepemilikan tanah dalam kondisi clean & clear

artinya Sertifikat Hak Milik (SHM atau SHGB) asli tidak sedang

dijaminkan atau sengketa dan pemilik sah dari lahan itu benar akan

menjualnya, dibuktikan dengan Surat Penawaran.

4) Rencana pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukan lahan dan

perizinan yang di perlukan. Bahwa tidak ada hambatan aturan RW

dan RT (Rencana Wilayah dan Rencana Tata Ruang) dan tidak ada

hambatan soal izin sosial dan lingkungan sekitar lahan.

5) Harga penawaran lahan, sesuai dengan perhitungan rencana dan

anggaran pembelian lahan.

6) Proposal rencana pemanfaatan lahan, perkiraan aliran dana untuk

pembayaran cicilan.

7) Dinyatakan layak dari hasil survey yang dilakukan oleh Tim Dana

Syariah.

Apabila telah memenuhi persyaratan diatas, maka Tim Dana

Syariah akan memberikan Surat Penawaran kepada calon pembeli

yang di dalamnya ada informasi terkait harga penawaran lahan, nilai

angsuran dan jangka waktu angsuran, biaya akad Murabahah dan

Biaya Akad Jual Beli Notarial, persyaratan administratif untuk akad

jual beli Murabahah yang meliputi data identitas calon pembeli (Copy

KTP, KK, Surat Nikah), data identitas penjual (Copy KTP, KK, Surat

Nikah). Terdapat juga Rekening koran selama 6 bulan terakhir, dan

Page 56: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

45

juga persyaratan lain yang di perlukan, sesuai dengan hasil survey Tim

Dana Syariah.

Setelah semua persyaratan terpenuhi maka mulai dilakukan tahap

penggalangan dana di Platform danasyariah.id. Tim Dana Syariah akan

membuatkan informasi yang bisa dibaca oleh calon Investor dana

syariah yang mungkin tertarik untuk mengivestasikan dananya secara

syariah, untuk pembiayaan pembelian lahan tersebut. Penggalangan

dana dilakukan selama 30 hari melalui platform aplikasi Dana Syariah

dan dapat di perpanjang jika diperlukan, sehingga dana terkumpul

sejumlah yang dibutuhkan.

Setelah dana terkumpul sesuai jumlah yang diharapkan, maka

sebelum dana dibayarkan kepada pemilik proyek, dilakukan

penandatanganan akad Murabahah dengan pihak Dana Syariah.

Untuk menjamin agar dana investasi itu bisa dibayarkan kembali

sesuai kesepakatan angsuran yang ada, maka dibuatkan rekening join

operation yang dikendalikan bersama antara pemilik proyek dengan

perwakilan dari Dana Syariah. Rekening itu digunakan untuk

menampung dana yang masuk hasil penggalangan dana di Dana

Syariah, dan untuk mengendalikan dana yang keluar untuk

kepentingan pembangunan agar sesuai dengan amanah yang dibeerikan

oleh para investor syariah.

Demikian seterusnya pihak pemilik proyek dibantu oleh

perwakilan tim Dana Syariah, memastikan agar angsuran bisa di

bayarkan sesuai nilai dan waktu jatuh temponya, sampai semua

terlunasi sesuai tenor jangka waktunya.

f. Pengajuan dana untuk jual beli properti.

Skema ini cocok untuk pelaku pemasar property yang punya

kesempatan mendapatkan harga beli yang lebih kompetitif dengan cara

membelinya terlebih dahulu dari skema murabahah Dana Syariah dan

baru kemudian menjualnya kembali ke konsumen akhir. Dimana

persyaratannya adalah lokasi lahan cukup strategis secara sosial dan

Page 57: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

46

ekonomi, yang mencakup dekat dengan Akses Kendaraan Umum,

Pusat Kegiatan Ekonomi dan Sosial dan akses jalan bisa di lalui untuk

mobil dari dua arah berlawanan. Kedua adalah kondisi fisik lahan tidak

ada hambatan teknis yang ekstrim meliputi bentuk area lahan secara

teknis tidak ada kendala serta bebas banjir dan hambatan alam lainnya

seperti sungai dll. Ketiga adalah Surat legalitas kepemilikan tanah

dalam kondisi clean & clea, dimana di dalamnya terdapat Sertifikat

Hak Milik (SHM atau SHGB) Asli tidak sedang di jaminkan atau

sengketa kecuali Pembelian lahan juga menggunakan skema

Murabahah dari Dana Syariah. Keempat yaitu rencana pemanfaatan

lahan sesuai dengan Peruntukan Lahan dan Perijinan yang di perlukan,

yang tidak ada hambatan aturan RWRT (Rencana Wilayah dan

Rencana Tata Ruang) dan tidak ada hambatan soal ijin sosial dan

lingkungan sekitar lahan. Kelima harga Penawaran Pembangunan,

sesuai dengan Perhitungan Rencana dan Anggaran (RAB). Keenam

adalah Proposal Rencana Pemanfaatan Lahan, Perkiraan Aliran Dana

untuk Pembayaran Cicilan serta ketujuh ketika dinyatakan Layak dari

Hasil Survey yang di lakukan oleh Tim Dana Syariah.

Apabila telah memenuhi persyaratan diatas, maka Tim Dana

Syariah akan memberikan Surat Penawaran kepada calon pemilik

proyek yang di dalamnya ada informasi yaitu harga penawaran

pembangunan (Murabahah), Nilai angsuran dan jangka waktu

angsuran., lalu biaya akad Murabahah dan biaya akad Jual Beli

Notarial, serta persyaratan administratif untuk akad jual beli

Murabahah, yaitu Identitas Pemilik proyek (KTP, KK, Surat Nikah),

Rekening Koran selama 6 bulan terakhir, dan persyaratan lain yang di

perlukan, sesuai dengan hasil survey Tim Dana Syariah.

Setelah semua persyaratan terpenuhi maka mulai di lakukan tahap

penggalangan dana di Platform danasyariah.id. Tim Dana Syariah akan

membuatkan informasi yang bisa dibaca oleh calon investor dana

syariah yang mungkin tertarik untuk menginvestasikan dananya secara

Page 58: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

47

syariah, untuk pembiayaan pembangunan sarana prasarana tersebut.

Penggalangan dana di lakukan selama 30 hari melalui platform

aplikasi Dana Syariah dan dapat diperpanjang jika diperlukan,

sehingga dana terkumpul sejumlah yang dibutuhkan.

Setelah dana terkumpul sesuai jumlah yang diharapkan, maka

sebelum dana dibayarkan kepada pemilik proyek, dilakukan

penandatanganan akad Murabahah dengan pihak Dana Syariah.

Untuk menjamin agar dana investasi itu bisa dibayarkan kembali

sesuai kesepakatan angsuran yang ada, maka dibuatkan rekening join

operation (JO) yang dikendalikan bersama antara pemilik proyek

dengan perwakilan dari Dana Syariah. Rekening itu digunakan untuk

menampung dana yang masuk hasil penggalangan dana di Dana

Syariah, dan untuk mengendalikan dana yang keluar untuk

kepentingan pembangunan agar sesuai dengan amanah yang diberikan

oleh para investor syariah. Demikian seterusnya Pihak pemilik proyek

dibantu oleh perwakilan tim Dana Syariah, memastikan agar angsuran

bisa dibayarkan sesuai nilai dan waktu jatuh temponya, sampai semua

terlunasi sesuai tenor jangka waktunya.

Page 59: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

48

BAB IV

ANALISIS KONTRAK AKAD MURABAHAH DALAM SKEMA PEER TO

PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA PT. DANA SYARIAH

INDONESIA

A. Analisis penerapan akad murabahah dalam perjanjian pembiayaan pada

produk Peer to Peer Lending (P2PL) di PT. Dana Syariah Indonesia

PT. Dana Syariah Indonesia menggunakan akan perjanjian pembiayaan

murabahah dalam menjalankan perjanjian pembiayaan pada produk Peer to

Peer Lending (P2PL) bersama dengan penerima pembiayaan.1 Dalam

ketentuan yang tertulis di dalam akad tersebut penulis menemukan beberapa

ketidaksesuaian antara akad dengan peraturan-peraturan yang digunakan oleh

PT. Dana Syariah Indonesia, diantaranya ialah:

1. Pada Pasal 3 tentang pelaksanaan prinsip murabahah ayat 4,

diputuskan bahwasannya penyelenggara dengan akad ini mewakilkan

secara penuh kepada penerima pembiayaan untuk membeli dan

menerima barang dari pemasok. Dalam poin tersebut terdapat

ketidaksesuaian isi akad dengan ketentuan yang telah di tetapkan

dalam Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang akad

murabahah, yang dimana pada ketentuan umum poin keempat

dinyatakan bahwasannya pihak penyelenggara membeli barang yang

diperlukan oleh penerima pembiayaan atas nama penyelenggara sendiri

dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.2Sedangkan, pada

prakteknya pihak penyelenggara tidak membeli barang yang

diperlukan penerima pembiayaan atas nama penyelenggara, melainkan

pihak penerima pembiayaan melakukan pembelian sendiri dengan atas

nama penerima pembiayaan. Jadi mekanisme yang terdapat pada

kontrak pembiayaan murabahah tersebut tidak sesuai dengan ketentuan

yang telah disebutkan dalam Fatwa DSN MUI No. 04 karena pihak

1 https://www.danasyariah.id/tentang-kami/khazanah, diakses pada Minggu, 05 Mei

2019, pukul 23.19 WIB. 2 Fatwa DSN MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah

Page 60: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

49

penyelenggara memberikan kekuasaan penuh untuk penerima

pembiayaan dalam membeli barang yang diinginkan oleh penerima

pembiayaan. Dalam literatur lain juga menyebutkan bahwa pihak

pemberi pembiayaan yang membelikan barang yang diinginkan oleh

penerima pembiayaan setelah terjadinya proses negosiasi dan

terjadinya kesepakatan diantara pemberi pembiayaan dengan penerima

pembiayaan. Lalu setelah barang dibelikan oleh pemberi pembiayaan

maka kepemilikan barang baru berpindah melalui akad yang telah

disepakati diawal dengan penerima pembiayaan. Setelah kepemilikan

barang telah berpindah tangan ke penerima pembiayaan, proses

pengiriman barang tersebut akan langsung dilakukan oleh supplier

kepada penerima pembiayaan.3 Seharusnya mekanisme pembiayaan

murabahah yang dilakukan intansi pembiayaan syariah adalah

penerima pembiayaan mengajukan permohonan pebelian barang

kepada pemberi pembiayaan, setelah itu pemberi pembiayaan

memelajari pengajuan tersebut, lalu pemberi pembiayaan menawarkan

barang dan spesifikasi yang diminta dan penerima pembiayaan harus

membelinya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, barulah

pemberi pembiayaan memenuhi barang yang dibutuhkan oleh

penerima pembiayaan dan setelah itu penerima pembiayaan membayar

kewajibannya kepada pemberi pembiayaan sesuai kesepakatan yang

ada.4 Dari beberapa literasi tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa

pada seharusnya mekanisme pembiayaan murabahah adalah pemberi

pembiayaan yang membeli barang sesuai kebutuhan dan pengajuan

penerima pembiayaan bukan penerima pembiayaan yang membeli

barang yang dibutuhkan.

3 Bagya Agung Prabowo. “Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisis

Kritis Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah di Indonesia dan Malaysia)”, Jurnal Hukum, No. 1, Vol. 16, (Yogyakarta: UII, 16, Januari 2009), H. 115.

4 Lely Shofa Imama, “Konsep dan Implementasi Murabahah Pada Produk Pembiayaan

Bank Syariah”, Jurnal Iqtishadia, No. 1, Vol. 2, (Pamekasan: STAIN Pamekasan, Desember 2014), h. 234.

Page 61: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

50

2. Pada pasal 11 tentang jaminan dan pengikatnya pada ayat 1

menjelaskan bahwa penerima pembiayaan wajib menyerahkan barang

yang dibiayai sebagai jaminan, serta menyerahkan bukti-bukti

kepemilikian jaminan yang asli dan sah untuk diikat sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun berasal

dari madzhab Maliki objek jaminan dapat berbentuk mteri, atau

manfaaat, dimana keduanya merupakan harta menurut jumhur ulama.

Benda yang dijadikan barang jaminan (agunan) tidak harus diserahkan

secara actual tetapi boleh juga penyerahannya secara hukum, seperti

menjadikan sawah sebagai jaminan, yang diserahkan adalah surat

jaminannya (sertifikat sawah). Berbeda dengan definisi sebelumnya,

menurut ulama Syafi‟iyah da Hambali, ar-rahn adalah menjadikan

materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar

utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya

tersebut. Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh

dijadikan jaminan utang itu hanya yang bersifat materi, tidak termasuk

manfaat sebagaimana yang dikemukakan oleh ulama madzhab Maliki.5

Kesimpulannya adalah bahwa poin pada pasal ini hanya ingin

menyarankan agar yang menjadi jaminan tidaklah selalu barang yang

bersangkutan akan tetapi boleh juga surat atau sertifikat barang yang

bersangkutan yang dijadikan jaminan karena tidak semua barang bisa

berpindah tempt seperti sawah, tanah, bangunan karena yang berlaku

hanyalah sertifikatnya saja.

3. Pasal 12 tentang pemeliharaan barang ayat 2 poin c, menyatakan

bahwa penerima pembiayaan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu

dari penyelenggara dialarang untuk menyewakan, menjual atau

mengijinkan penempatan atau penggunaan maupun menguasakan harta

tersebut kepada pihak lain. Sedangkan berdasarkan Fatwa MUI No. 04

/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah pada bagian keempat

5 Satya Haprabu, “Penjualan Lelang Barang Jaminan Hak Tanggungan Menurut Perspetif

Hukum Islam”, Jurnal Repertorium, Vol. 4, No. 1, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, Januari-Juni 2017), hal. 54.

Page 62: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

51

mengenai utang murabahah ayat 2 menjelaskan bahwasannya penerima

pembiayaan tidak dipermasalahkan menjual barang tersebut sebelum

masa angsuran berakhir selama penerima pembiayaan tetap

melaksanakan kewajibannya untuk menyelesaikan utangnya kepada

pihak penyelenggara.6 Padahal yang memikul atau bertanggung jawab

atas barang yang dibiayai tersebut adalah penerima pembiayaan dan

barang yang bersangkutan boleh untuk disewakan ataupun dijual selagi

penerima pembiayaan melaksanakan haknya kepada pemberi

pembiayaan, tapi dalam kontrak pembiayaan murabahah yang dibuat

oleh DSN bahwa barang yang dibiayai oleh pemberi pembiayaan

kepada penerima pembiayaan tidak boleh untuk disewakan ataupun

dijual.7 Seperti contoh lainnya yaitu apabila sebelum hutang penerima

pembiayaan terhadap pemberi pembiayaan atas barang yang telah

dibelikan lunas, penerima pembiayaan menjual barang yang dibeli atas

perjanjian murabahah dengan pemberi pembiayaan, maka penjualan

tersebut sah karena barang tersebut telah menjadi milik penerima

pembiayaan. Akan tetapi penerima pembiayaan tetap harus

menyelesaikan kewajibannya kepada pemberi pembiayaan.8 Maka

dengan adanya mekanisme yang sudah dijadikan aturan baku telah

dilanggar oleh pihak pemberi pembiayaan padahal jelas mekanismenya

adalah barang yang dibiayakan boleh untuk disewakan ataupun dijual

asalkan penerima penerima pembiayaan menyelesaikan tanggung

jawabnya terhadap pemberi pembiayaan.

4. Dalam akad murabahah ini hanya terdapat aturan yang mengatur

mengenai wanprestasi pihak penerima pembiyaan tanpa adanya aturan

yang mengatur wanprestasi pihak penyelenggara. Sehingga dalam

6 Fatwa DSN MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah

7 Bagya Agung Prabowo. “Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisis

Kritis Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah di Indonesia dan Malaysia)”, Jurnal Hukum, No. 1, Vol. 16, (Yogyakarta: UII, 16, Januari 2009), h. 116.

8 Lely Shofa Imama, “Konsep dan Implementasi Murabahah Pada Produk Pembiayaan

Bank Syariah”, Jurnal Iqtishadia, No. 1, Vol. 2, (Pamekasan: STAIN Pamekasan, Desember 2014), h. 240.

Page 63: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

52

pelaksanaan akad ini terdapat ketimpangan atau ketidakadilan

mengenai wanprestasi dalam akad murabahah. Hal ini sangat tidak

sesuai dengan prinsip akad syariah yaitu mengenai prinsip keadilan.

Sedangkan dalam akad kita ketahui ada aspek keadilan (‘adalah) dan

juga ada aspek persamaan atau kesetaraan (al-Ridha).9 Aspek keadilan

yang dimaksud adalah menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak,

dimana dalam aturan muamalah yaitu salah satunya melarang ada

unsur kezaliman terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

Lalu aspek persaaan atau kesetaraan yaitu bahwa semua bentuk akad

yang dibuat harus dilakukan berimbang dan tidak boleh ada

ketimpangan yang membebankan salah satu diantara dua belah pihak.

Bisa dibilang bahwa akad yang dimasukkan dalam kontrak yang dibuat

oleh pihak pemberi pembiayaan telah melanggar aspek dalam suatu

akad dan menyebabkan adanya ketimpangan yang akhirnya

membebankan salah satu pihak yang berakad. Dalam KUH Perdata

pasal 1320 pun dapat diketahui bahwa segala sesuatu yang

diperjanjikan haruslah sesuatu yang jelas dan halnya tertentu. Sehingga

dalam pelaksanaannya ada pedoman agar tidak terjadi kesalah

pahaman antara kedua belah pihak yang berjanji. Oleh sebab itu segala

sesuatunya harus diperhatikan sesuai dengan prosedut yang berlaku.

Pasal 1365 KUH Perdata pun menyebutkan bahwa: “tiap perbuatan

melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,

mengganti kerugian tersebut.10

Kerugian tersebut muncul sebagai

akibat dari ingkar janji (wanprestasi) yang dilakukan oleh salah satu

pihak. Yaitu tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban

sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian yang dibuat.

9 Abdurrauf. “Penerapan Teori akad pada perbankan syariah”. Al-Iqtishad, Vol.IV, No.

(Jakarta: UIN-Syarif Hidayatullah, 1, Januari 2012), h.23.

10

Yuni Harlina dan Hellen Lastfitriani, “Kajian Hukum Islam Tentang Wanprestasi (Ingkar Janji) Pada Kosumen Yang Tidak Menerima Sertifitkat Kepemilikan Pembelian Rumah”, Jurnal Hukum Islam, No. 1, Vol. 17, (Riau: UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 1 Juni 2017), hal. 3.

Page 64: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

53

Wanprestasi terdapat dalam pasal 1243 KUH Perdata, yang

menyatakan bahwa: “penggantian biaya, rugi dan bunga karean tidak

dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai, diwajibkan, apabila si

berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap

melalaikannya, atau jika sesuatu harus diberikan atau dibuatnya, hanya

dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah

dilampaukannya. Kelalaian dalam Hukum Islam untuk memenuhi

kewjiban memberikan hak orang lain tergolong perbuatan yang

dilarang, dimana sebelumnya telah diketahui adanya suatu perjnjian

diantara mereka, maka selanjutnya bagi mereka yang melakukan

pelanggaran/cidera janji karena tidak melakukan prestasinya, maka

dikenakan sanksi kepadanya berupa pembaaran ganti rugi kepada

pihak kreditur dan atau penahanan yang enjadi hak miliknya sebagai

suaatu jaminan dari sejumlah yang dijanjikannya.11

Padahal suatu

kontrak yang sudah ada pemberian sanksi kepada pihak yang

wanprestasi masih terdapat pelanggaran, bagaimana jika suatu kontrak

yang justru tidak ada pemberian sanksi terhadap pihak yang telah

melakukan wanprestasi. Seperti firman Allah dalam surat An-nisa ayat

40 yang berbunyi:

را ا ن ه ي ل ص ن وف س ف ا م ل وظ ا ن وا د ع ك ل ذ ل ع ف ي ن ن وم ا وكك ذ ى ل ل له ع ل ي ا س اي

Artinya: “Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak

dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka.

Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah SWT.”

Ketika di dalam sebuah kontrak jual beli yang dibuat dengan berat

sebelah, maka ada salah satu pihak yang akan terdzalimi padahal di

dalam ajaran Islam, tidak boleh ada ketidakseimbangan salah satunya

11

Yuni Harlina dan Hellen Lastfitriani, “Kajian Hukum Islam Tentang Wanprestasi (Ingkar Janji) Pada Kosumen Yang Tidak Menerima Sertifitkat Kepemilikan Pembelian Rumah”, Jurnal Hukum Islam, No. 1, Vol. 17, (Riau: UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 1 Juni 2017), hal. 4.

Page 65: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

54

dalam praktek jual beli, seperti firman Allah dalam surat Al-Furqan

ayat 19 yang berbunyi:

Artinya: “maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah

mendustakan kamu tentang apa yang kamu katakan maka kamu tidak

akan dapat menolak (azab) dan tidak (pula) menolong (dirimu), dan

barang siapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami rasakan

kepadanya azab yang besar.”

Ayat diatas menjelaskan maksud dari tindak kedzaliman yang

dilakukan oleh salah satu pihak dalam kegiatan apapun khususnya

dalam perilaku jual beli dalam Islam. Maka dalam satu akad yang

terdapat dalam kontrak khususnya kontrak syariah haruslah

memasukkan sanksi atas wanprestasi yang telah dilakukan baik oleh

penerima pembiayaan maupun oleh pemberi pembiayaan, jikalau tidak

ada pasal didalam kontrak yang tidak menyebutkan terkait wanprestasi

yang dilakukan oleh pemberi pembiayaan, maka kontrak itu bisa jadi

batal demi hukum dikarenakan telah bertentangan dengan aturan yang

dibuat menurut hukum syar‟i dan hukum normatif yang berlaku.

5. Pada pasal 15 tentang tanggung jawab para pihak ayat 2 menyatakan

apabila kemudian hari diketahui atau timbul cacat, kekurangan atau

keadaan/masalah apapun yang menyangkut barang dan atau

pelaksanaan akad/akta jual beli barang dan tanah, jual beli mana

seluruh atau sebagian dibiayai dengan pembiayaan penyelenggara,

maka segala risiko sepenuhnya menjadi tanggung jawab penerima

pembiayaan. Ketentuan tertulis tersebut sama sekali tidak sesuai

dengan Fatwa MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah

pada bagian pertama mengenai ketentuan umum murabahah dalam

bank syariah pada ayat 8 yang menyatakan bahwa untuk mencegah

Page 66: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

55

terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank

dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.12

Kemudian

dalam Fatwa MUI No. 43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang ta’widh

menetapkan bahwasannya dalam akad murabahah pihak yang

melaksanakan ganti rugi adalah pihak yang dengan sengaja atau karena

kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad

dan menimbulkan kerugian pada pihak lain.13

Selain itu pasal ini juga

tidak sesuai dengan peraturan POJK No. 77 tentang fintech yakni pada

pasal 37 yang menyatakan bahwa penyelenggara wajib bertanggung

jawab atas kerugian pengguna yang timbul akibat kesalahan dan atau

kelalaian, direksi, dan atau pegawai penyelenggara.14

Pada pasal ini

menunjukkan bahwasannya pihak penyelenggara sama sekali tidak

akan bertanggung jawab terhadap kerusakan yang menyangkut barang

dan hal ini sangat tidak sesuai dengan peraturan Fatwa DSN

No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah dan POJK No. 77

tentang fintech. Permasalahan yang satu ini menyambung dari

kesalahan yang sebelumnya yaitu tidak adanya sanksi terhadap pihak

pemberi pembiayaan ketika melakuka wanprestasi dalam kontrak yang

telah dibuat. Kelanjutan dengan tidak adanya sanksi yang ditujukan

kepada pemberi pembiayaan ketika melakuka wanprestasi di dalam

kontrak, maka akan memberikan pemberi pembiayaan keleluasaan

dalam bertindak karena tidak ada aturan khusus yang dibuat untuk

mengatur tindakan pemberi pembiayaan. Ketika penerima pembiayaan

yang wanprestasi ataupun membuat kecacatan terhadap barang yang

dibiayakan maka jelas aturannya bahwa penerima pembiayaan yang

bertanggung jawab atas wanprestasi ataupun kecacatan yang dibuatnya

tersebut. Namun, jika pemberi pembiayaan yang melakukan

wanprestasi ataupun yang membuat cacat barang yang dibiayakan,

maka seharusnya pemberi pembiayaan lah yang mengganti rugi atas

12 Fatwa MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah

13 Fatwa MUI No. 43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang ta’widh

14 POJK No. 77 tentang fintech

Page 67: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

56

barang tersebut. Karena kita ketahui dalam asas akad ada yang

dinamakan asas persaudaraan (ukhuwah) yang dimana transaksi

syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh

manfaat, sehingga seseorang tidak boleh mendapatkan keuntungan di

atas kerugian orang lain.15

Hukum normatif di Indonesia pun mengatur

tentang hal yang berkaitan dengan kekurangan seperti ini, seperti

dalam pasal 1505 KUH Perdata menjelaskan secara tersirat

bahwasanya jika barang yang bersangkuktan terdapat kerusakan yang

dilakukan oleh salah satu pihak maka yang menanggung beban

kerusakan barang tersebut adalah pihak yang secara sengaja ataupun

tidak sengaja merusak barang tersebut. Masing-masing pihak termasuk

penerima pembiayaan dan pemberi pembiayaan dalam melaksanakan

praktek jual beli dengan skema murabahah otomatis akan mendapatkan

perlindungan hukum yaitu perlindungan akan hak dan martabat serta

pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek

hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai

kumpulan peratruan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal

dari hal lainnya.16

Dengan kata lain penerima pembiayaan bisa

dikategotrikan sebagai konsumen yang memakai jasa dari pemberi

pembiayaan dalam skema jual beli murabahah tersebut yang dimana

hukum memberikan perlindungan penuh terhadap hak-hak konsumen

atau penerima pembiayaan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak

terpenuhinya hak-hak tersebut. Kunci pokok perlindungan hukum bagi

konsumen adalah bahwa konsumen (penerima pembiayaan) dan pelaku

usaha (pemberi pembiayaan) saling membutuhkan. Produksi tidak ada

artinya kalau tidak ada yang mengkonsumsinya dan atau

memergunakannya dan produk yang dikonsumsi secara aman dan

memuaskan, pada gilirannya akan merupakan promosi gratis bagi

16 Desy Ary Setyawati, Dahlan dan M. Nur Rasyid, “Perlindungan Bagi Hak Konsumen dan

Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dalam Perjanjian Transaksi Elektronik”, Jurnal Hukum Syiah Kuala, Vol. 1, (Aceh: Universitas Syiah Kuala, Desember 2017), hal. 36.

Page 68: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

57

pelaku usaha (pemberi pembiayaan). Hak dan kewajiban yang timbul

dari hubungan hukum tersebut harus dilindungi oleh hukm, sehingga

masyarakat merasa aman dalam melaksanakan kepentingannya. Hal ini

menunjukan bahwa perlindungan hukum dapat diartikan sebagai suatu

pemberian jaminan atau kepastian bahwa seseorang akan mendapatkan

apa yang telah menjadi hak dan kewajibannya sehingga yang

bersangkutan merasa aman.17

Kekurangan dalam kontrak ini adalah

salah satu bentuk dari ketidak adilan salah satu pihak atau bisa dibilang

bahwa kekurangan ini adalah bentuk dari kedzaliman salah satu pihak

terhadap pihak yang lain yang bersangkutan.

6. Selanjutnya terdapat ketidaksesuaian pada pasal 16 tentang penagihan

seketika seluruh hutang murabahah dan penyerahan/pengosongan

barang ayat 1 poin b bagian 2 yang menjelaskan bahwa penerima

pembiayaan telah dinyatakan pailit atau tidak mampu membayar atau

telah dikeluarkan perintah oleh pejabat yang berwenang untuk

menunjuk wakil atau kuratornya. Pada pasal ini terdapat

ketidaksesuaian dengan peraturan Fatwa MUI No.04/DSN-

MUI/IV/2000 tentang murabahah pada bagian keenam tentang

bangkrut dalam murabahah yang menjelaskan jika nasabah (penerima

pembiayaan) dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya,

bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup

kembali, atau berdasarkan kesepakatan.18

Namun, pada ketentuan yang

ada di dalam akad tersebut pihak penyelenggara mengakhiri jangka

waktu pembiayaan dan menagih pelunasan sekaligus atas seluruh sisa

hutang dan penerima pembayaran wajib membayar dengan seketika

dan sekaligus melunasi hutang yang ditagih oleh penyelenggara. Hal

ini juga diperkuat pada pasal 16 ayat 2 yang menjelaskan bahwa pihak

penyelenggara hanya memberikan peringatan kepada pihak penerima

17

Desy Ary Setyawati, Dahlan dan M. Nur Rasyid, “Perlindungan Bagi Hak Konsumen dan Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dalam Perjanjian Transaksi Elektronik”, Jurnal Hukum Syiah Kuala, Vol. 1, (Aceh: Universitas Syiah Kuala, Desember 2017), hal. 37.

18 Fatwa DSN MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah

Page 69: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

58

pembiayaan tanpa adanya penundaan tagihan hutang sampai pihak

penerima pembiayaan menjadi sanggup kembali.19

Padahal sudah jelas

sekali Hadits Nabi SAW yang berbunyi:

“Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu

menghalalkan harg diri dan pemberian sanksi kepadanya”.

Bahwa kesimpulan yang bisa diambil dari Hadits tersebut adalah

ketika seseorang yang mempunyai harta untuk bisa melaksanakan

kewajibannya membayar utang namun kewajiban itu tidak

dilaksanakan maka hukumnya boleh untuk diberikan sanksi kepada

orang tersebut. Fatwa DSN No. 04 tentang Murabahah juga

menjelaskan bahwa dalam penundaan utang ketika orang yang

bersangkutan mampu membayar utang tersebut namun tidak

dilaksanakan juga, maka pihak penyelenggara atau pihak pemberi

pembiayaan boleh untuk mengajukan penyelesaian kasus tersebut ke

Badan Arbitrase Syariah. Hadits Nabi SAW yang lain juga

diriwayatkan oleh At Tirmidzi berbunyi:

“Jiwa seseorang mukmin tergantun karena hutangnya, sampai hutang

itu dilunaskan.”

Syaikh Abul „Ala Al-Mubarfkakuri rahimahullah menjelaskan hadits

diatas bahwa orang tersebut tertahan untuk mencapai tempatnya yang

mulia. Sementara Imam Al‟Iraqi mengatakan urusan orang tersebut

terhenti (tidak diapa-apakan) sehingga tidak bisa dihukumi sebagai

orang yang selamat atau binasa, sampaii ada kejelasan nasib utangnya

itu sudah dibayar. Kesimpulan dari hadits diatas beserta penjelasannya

adalah bahwa jika seseorang yang mempunyai utang maka setelah

wafat, maka jiwanya akan menggantung tidak jelas apakah akan

dimasukkan ke dalam surga ataupun neraka sampai utang yang

bersangkutan tersebut dilunaskan. Namun jika seseorang yang

mempunyai utang tersebut memang dalam kondisi yang tidak

memungkinkan dalam melunasi utangnya, seharusnya utang tersebut

19

Akad Pembiayaan Murabahah

Page 70: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

59

ditangguhkan sampai dia bisa membayar utang tersebut. Padahal dalam

kontrak pembiayaan Murabahah yang dijadikan pembahasan memuat

tentang adanya jaminan yang diberikan oleh penerima pembiayaan

kepada penerima pembiayaan untuk menandakan bahwa penerima

pembiayaan serius dalam hal mengajukan pembiayaan Murabahah

yang disepakati. Seharusnya barang jaminan tersebut yang di eksekusi

terlebih dahulu untuk bisa menanggulangi permasalahan penunggakan

pembayaran, berbeda jika jaminan yang terkait rusak atau hilang

karena kelalaian masing-masing pihak. Kalau kita berkaca pada aturan

hukum positif yang berlaku di Negara kita pun pada Undang-undang

(UU) No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang, tidak seenaknya saja pihak yang

dirugikan itu menagih pihak yang berutang begitu saja, tetap ada

mekanisme yang dilakukan salah satunya dengan cara melaporkan ke

badan atau instansi terkait untuk selanjutnya dicarikan solusi dan

konklusinya. Secara hukum normatif, terdapat 2 tahapan dalam proses

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Pertama adalah

PKPU Sementara, yaitu pendahuluan yang akan diberikan oleh

Pengadilan ketika adanya permohonan PKPU, baik permohonan

tersebut diajukan oleh kreditor atau debitor itu sendiri. PKPU

Sementara memberikan waktu selama 45 hari bagi pihak yang

mempunyai hutang untuk melunasi kewajibannya dengan cara

perdamaian atau yang lainnya, jika telah lewat 45 hari tersebut dan

pihak yang berutang belum melunasi kewajibannya atau belum ada

kesepakatan perdamaian dengan pihak yang memberikan utang maka

masuk ke tahapan kedua yaitu PKPU Tetap. Tahapa PKPU Tetap

memberikan waktu selama 270 hari bagi kedua belah pihak dalam

menentukan konklusi perdamaian yang akan disepakati, jika belum

juga terdapat kesepakatan perdamaian selama 270 hari, maka

pengadilan berhak memutuskan bahwa pihak yang berutang telah

pailit. Barulah ketika pengadilan telah menetapkan pihak yang

Page 71: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

60

berutang sudah dalam keadaan pailit, pihak yang dirugikan berhak

menuntut haknya secara hukum melalui pengadilan. Mekanisme yang

dijelaskan diatas juga diatur dalam Fatwa No. 04 Tahun 2000 Tentang

Murbahah pada poin keenam tentang penundaan pembayaran

kewajiban karena kepailitan.

7. Kemudian pada pasal 16 ini tidak dilengkapi dengan ketentuan yang

mengatur mengenai penundaan pembayaran dalam murabahah.

Sehingga apabila dalam pelaksanaannya terjadi penundaan

pembayaran yang dilakukan oleh pihak penerima pembayaran, maka

pihak penyelenggara tidak bisa memberikan sanksi kepada pihak

penerima pembayaran dan penyelenggara dapat memperoleh kerugian.

Sebenarnya permasalahan ini seirama dengan permasalahan

sebelumnya, perbedaannya adalah hanya pada tidak adanya

mekanisme yang mengatur secara sistematis tentang bagaimana jika

penerima pembiayaan tidak bisa melunasi kewajibannya. Kontrak yang

dipermasalahkan hanya memuat tentang bagaimana jika penerima

pembiayaan tidak dapat melunasi utang tetapi tidak memuat tentang

bagaimana proses yang akan dilaksanakan ketika penerima

pembiayaan menunggak dalam penyelesaian kewajibannya.

Maksudnya adalah kenapa di dalam kontrak hanya tiba-tiba

memberikan penjelasan mengenai penagihan, penyerahan dan atau

pengosongan barang ketika terjadi penunggakan pembayaran oleh

penerima pembiayaan, tidak menentukan skema atau mekanisme

sebelum adanya penyerahan atau pengosongan barang tersebut. Dapat

disimpulkan bahwa dalam kontrak ini kembali lagi ditemukan ketidak

adilan atau keberpihakan yang hanya menguntungkan salah satu pihak

saja.

8. Dalam pasal 16 ayat 1 poin c dan poin f terjadi pengulangan ketentuan

peraturan yang sama di dalam akad. Ketentuan dalam akad tersebut

yakni berupa barang dipergunakan untuk hal-hal yang melanggar

prinsip syariah, yang seharusnya ketentuan tersebut hanya di tulis satu

Page 72: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

61

kali tanpa ada pengulangan kembali pada poin selanjutnya. Hal ini

menunjukkan bahwasannya pembuatan akad murabahah tersebut tidak

memperlihatkan adanya penulisan akad yang efektif. Karena jika ada

salah satu pasal ataupun poin saja yang sama, tidak menafikkan juga

akan ada esensi yang berkurang dalam kontrak tersebut. Bisa jadi akan

ada kekurangan-kekurangan yang timbul kembali dan memberikan

beban yang berlebih kepada penerima pembiayaan. Jika hal seperti ini

dibiarkan nantinya akan menjadi konflik atau perselisihan dalam suatu

perjanjian, karena memungkinkan juga pembuat kontrak akan

membuat redaksi yang samar-samar sehingga akan membuat penerima

pembiayaan semakin terbebani.

9. Pada pasal 17 mengenai Penguasaan dan Penjualan (Eksekusi) Barang

Jaminan, dapat diketahui bahwa ketika penerima pembiayaan tidak

sanggup untuk melunaskan kewajibannya, maka pemberi pembiayaan

dapat mengeksekusi barang jaminan dari penerima pembiayaan.

Memang dalam hukum syariah maupun hukum normatif yang berlaku

diperbolehkan untuk dapat mengeksekusi barang jaminan jika terdapat

wanprestasi dari pihak penerima pembiayaan namun juga harus

dilakukan dengan cara yang seharunsya dan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Dalam pasal 17 poin satu dapat kita lihat bahwa

pengeksekusian barang jaminan dilakukan dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku, namun tidak dijelaskan

menggunakan aturan yang mana secara jelas. Islam mengajarkan

kegiatan tentang barang jaminan yang dieksekusi atau dilelang, jika

memang penerima pembiayaan telah melakukan wanprestasi atau

cidera janji secara sengaja maka pemegang hak tanggungan berhak

menjual barang jaminan melalui pelelangan umum atas barang yang

dijaminkan menurut ketentuan perundang-undangan yang

Page 73: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

62

bersangkutan.20

Fatwa DSN No. 25 Tahun 2002 Tentang Rahn

menjelaskan pada bagian ketentuan umum poin 5 bahwa pihak yang

diberikan barang jaminan dapat menjual paksa melalui lelang sesuai

syariah jadi tidak harus melewati mekanisme yang berbleit namun

langsung dieksekusi secara langsung. Sedangkan menurut UU No. 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang penjelasan mengenai barang jaminan yang

dilelangkan harus melalui proses yang cukup panjang namun

sistematis yaitu penerima pembiayaan harus dikatakan pailit dan tidak

sanggup untuk membayar utang sama sekali dan kepailitan tersebut

harus melalui pengadilan dan tidak bisa tiba-tiba barang jaminan yang

bersangkutang langsung di eksekusi. Jika pelelangan yang dilakukan

oleh pihak pemberi pembiayaan menggunakan skema yang tertera

pada hukum syariah yang berlaku, maka harus dijelaskan pada poin di

dalam kontrak yang bersangkutan bahwa pelelangan menggunakan

aturan syariah, namun jika pelelangan dilakukan dengan menggunakan

hukum normatif yang berlaku, maka hal ini akan bertentangan dengan

poin ketiga pada pasal yang sama, karena pada poin tiga tersebut

berbunyi: “……Penyelenggara (pemberi pembiayaan) berhak untuk

setiap saat melaksnakan hak eksekusinya atas penjualan barang

jaminan yang dipegangnya menurut cara dan harga yang dianggap baik

oleh penyelenggara….”. dapat disimpulkan bahwa jika meggunakan

aturan secara hukum normatif makan pihak pemberi pembiayaan harus

lah melewati mekanisme yang berlaku jika ingin melakukan lelang

terhadap barang jaminan yaitu membawa perkara ke Badan Arbitrase

Syariah. Namun jika pelelangan menggunakan hukum syariah maka

harus dipertegas kembali pada poin pertama agar tidak terjadi

kekosongan hukum dalam kontrak tersebut.

20

Satya Haprabu, “Penjualan Lelang Barang Jaminan Hak Tanggungan Menurut Perspetif Hukum Islam”, Jurnal Repertorium, Vol. 4, No. 1, (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, Januari-Juni 2017), hal. 56.

Page 74: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

63

10. Pasal 22 tentang hukum yang berlaku poin tiga dan empat menjelaskan

bahwa bilamana musyawarah tidk menghasilkan kata sepakat

mengenai penyelesaian perselisihan, maka semua sengketa, yang

timbul dari akad ini akan diselesaikan dan diputus oleh Pengadilan

Agama yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang

bersengketa, sebagai keputusan tingkat pertama dan terakhir. Tetapi

jika kita melihat beberapa fatwa rujukan seperti Fatwa No. 04 tahun

2000 tentang Murabahah dan Fatwa No. 43 tahun 2004 tentang

Ta‟widh menjelaskan kepada kita bahwa setiap timbul permasalahan

diantara kedua belah pihak maka cara penyelesaian yang pertama

adalah dengan cara musyawarah, jika tidak terdapat kesepakatan antara

kedua belah pihak padahal sudah melalui musyawarah maka

penyelesaian selanjutnya adalah dengan melalui Badan Arbitrase

Syariah. Tidak dengan alasan bahwa di dalam fatwa menganjurkan

bahwa setiap ada permasalahan maka diarahkan kepada Badan

Arbitrase Syariah bukan ke Pengadilan Agama langsung, walaupun

memang yang memutuskan pada akhirnya adalah Pengadilan Agama.

Namun Badan Arbitrase Syariah juga memiliki peran yang sangat

penting dalam menyelesaikan masalah khususnya permasalahan

pembiayan Murabahah, karena Badan Arbitrase Syariah memiliki

beberapa kelebihan daripada Pengadilan Agama sendiri yaitu

penyelesaian masalah yang lebih cepat dan mempunyai target hari

untuk memutuskan permasalahan daripada Pengadilan Agama itu

sendiri. Setidaknya pelaksanaan kasus di Badan Arbitrase Syariah

lebih bisa efisien dan lebih cepat dalam memutuskan tinggal nantinya

akan dibawa ke Pengadilan Agama untuk diputuskan dan dilaksanakan

jika ada pengeksekusian barang jaminan.

Berdasakan ketidaksesuaian yang terdapat dalam akad murabahah pada

perjanjian pembiayaan yang ada pada PT. Dana Syariah Indonesia dengan

Page 75: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

64

pihak penerima pembiayaan dapat disimpulkan bahwasannya terdapat

beberapa pasal yang ada dalam akad tersebut yang tidak sesuai dengan

peraturang-peraturan yang dijadikan sebagai acuan oleh pihak PT. Dana

Syariah Indonesia. Ketidaksesuaian tersebut menimbulkan kerugian yang

akan dialami oleh pihak penyelenggara maupun pihak penerim

pembiayaan. Oleh karena itu perlu adanya perubahan dalam beberapa

pasal yang ada dalam akad pembiayaan murabahah tersebut agar

timbulnya kesesuaian dengan peraturan-peraturan yang ada.

B. Analisis mekanisme sitem operasional produk Peer to Peer Lending

(P2PL) di PT. Dana Syariah Indonesia

Dalam menganalisis mekanisme sistem operasional produk Peer to

Peer Lending (P2PL) syariah pada PT. Dana Syariah Indonesia, digunakan

teori hukum Gustav Radbruch yaitu dikenal sebagai tiga nilai dasar hukum

yang meliputi keadilan (filosofis), kepastian hukum (juridis) dan

kemanfaatan bagi masyarakat (sosiologis). Dalam aspek syariah pun

dipakai qawaid fikih yaitu kadiah: “Tidak boleh ada mudharat (kerugian)

dan tidak boleh ada yang dirugikan”. Keduanya tersebut dipakai untuk

menganalisis mekanisme operasional pada PT Dana Syariah Indonesia

apakah sudah sesuai atau belum dengan aturan yang dan juga agar bisa

diketahui adil atau tidaknya perjanjian pembiayaan murabahah bagi kedua

belah pihak.

PT. Dana Syariah Indonesia dalam menjalan sistem operasional

pada produk Peer to Peer Lending (P2PL) mengacu pada peraturan

Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 13 Tahun 2018 tentang Inovasi

Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan, POJK No. 77 Tahun 2016

tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi,

Fatwa DSN MUI No. 117 Tahun 2018 tentang Layanan Pembiayaan

Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah, Fatwa DSN

MUI No. 4 Tahun 2000 tentang Murabahah, Fatwa DSN MUI No. 10

Tahun 2000 tentang Wakalah. Peraturan-peraturan tersebut digunakan agar

Page 76: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

65

PT. Dana Syariah Indonesia dalam menjalankan mekanisme sistem

operasional sesuai dengan peraturan-peraturan tersebut.

Selanjutnya, PT. Dana Syariah Indonesia membuat produk

pembiayaan salah satunya yang akan di bahas berupa produk peer to peer

lending (P2PL) yang berbasis syariah. Produk peer to peer lending (P2PL)

ini merupakan salah satu produk yang paling banyak diminati oleh

masyarakat dalam melakukan investasi ataupun pembiayaan. Dalam

menjalankan sistem operasional pada produk ini, pihak PT. Dana Syariah

Indonesia membuat perjanjian keanggotaan dana syariah yang berlaku

antara PT. Dana Syariah Indonesia dan anggota. Perjanjian keanggotaan

dana syariah tersebut terdiri dari 3 ketentuan dan syarat-syarat yang ada

didalamnya yaitu disclaimer, kebijakan privasi dan term of use dana atau

term and condition.21

Dalam perjanjian keanggotaan dana syariah tersebut terdapat

beberapa ketentuan dan syarat-syarat yang tidak sesuai dengan prinsip

syariah dan peraturan yang berlaku mengenai fintech syariah. Hal tersebut

ditemukan pada dokumen term and condition yang ada pada perjanjian

keanggotaan dana syariah tersebut yang diantaranya ialah mengenai

penerima pinjaman harus mempertimbangkan tingkat bunga.

Dalam perjanjian tersebut dengan jelas pihak PT. Dana Syariah

Indonesia membuat persyaratan bahwa penerima pinjaman harus

mempertimbangkan tingkat bunga saat menjadi keanggotaan dana syariah.

Persyaratan tersebut menunjukkan bahwasannya dokumen perjanjian

keanggotaan dana syariah yang dibuat oleh pihak PT. Dana Syariah

Indonesia mengandung unsur riba sehingga perjanjian tersebut tidak sesuai

dengan ketentuan prinsip syariah. Persyaratan tersebut bertentangan

dengan Fatwa DSN MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah,

21

https://www.danasyariah.id/termcondition, diakses pada Jum’at 03 Mei 2019, pada pukul 23.21 WIB.

Page 77: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

66

yakni pada ketentuan umum poin pertama yang memutuskan bahwa Bank

dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 22

22

Fatwa DSN MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah

Page 78: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang sudah penulis kemukakan pada bab

sebelumnya dengan menggunakan teori hukum Gustav Radbruch dan kaidah

fikih, serta merujuk pada rumusan masalah yang terdapat di bab pendahuluan,

maka simpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan perjanjian pembiayaan

akad murabahah pada produk peer to peer lending (P2PL) di PT. Dana

Syariah Indonesia belum sepenuhnya menerapkan peraturan-peraturan yang

mengatur mengenai fintech dan akad murabahah. Hal ini dapat di lihat pada

uraian di bawah ini:

1. Akad pembiayaan murabahah yang ada pada produk peer to peer lending

(P2PL) di PT. Dana Syariah Indonesia, terdapat beberapa isi kontrak

perjanjian yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku

yakni POJK No. 77 Tahun 2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang

Berbasis Teknologi Informasi, Fatwa DSN MUI No. 117 Tahun 2018

tentang Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan

Prinsip Syariah, Fatwa DSN MUI No. 4 Tahun 2000 tentang Murabahah,

Fatwa MUI No. 43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang ta’widh. Ketidaksesuaian

yang terdapat dalam akad pembiayaan murabahah tersebut menimbulkan

adanya ketidakadilan dalam pelaksanaan akad murabahah tersebut pada

produk peer to peer lending (P2PL) di PT. Dana Syariah Indonesia dan

ketidakadilan ini sangat cocok dengan teori hukum Gustav Radbruch

terkait keadilan antara para pihak dan kaidah fikih yaitu tidak boleh ada

kerugian dan tidak boleh ada yang dirugikan.

2. PT. Dana Syariah Indonesia dalam mekanisme sistem operasional produk

baik itu pada produk peer to peer lending (P2PL) atau pada produk

crowdfunding syariah, belum sepenuhnya menerapkan prinsip pembiayaan

yang bebas dari riba padahal menurut kaidah fikih yaitu tidak boleh ada

kerugian dan yang dirugikan berarti tidak boleh ada yang berbau riba

Page 79: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

68

dalam transaksi keuangan apapun dalam syariah. Hal ini terlihat dari

ketentuan umum yang dibuat oleh pihak PT. Dana Syariah Indonesia

kepada pihak penerima pembiaayan yang masih terdapat bunga dalam

penentuan pembiayaan pada produk-produk yang ada. Ketentuan tersebut

yakni terdapat pada bagian term and condition yang ada di dalam

ketentuan umum PT. Dana Syariah Indonesia.

B. Rekomendasi

1. Mekanisme sistem operasional pembiayaan pada fintech syariah

khususnya produk Peer to Peer Lending (P2PL) syariah seharusnya lebih

dikembangkan lagi dikarenakan belum adanya landasan hukum yang pasti

yang mengatur terkait skema produk diatas. Aturan-aturan yang telah

dibuat hanya memuat tentang fintech konvensional saja sedangkan aturan

yang mengatur tentang fintech syariah hanya terdapat pada Fatwa DSN

yang sifatnya tidak mengikat atau masih bisa terdapat celah untuk

terjadinya praktik riba.

2. Dalam kontrak perjanjian pembiayaan akad murabahah yang dibuat oleh

PT. Dana Syariah Indonesia yaitu pada produk Peer to Peer Lending

(P2PL) syariah seharusnya lebih ditelaah dan teliti lagi dalam membuat

kontrak tersebut. Karena ada beberapa pasal dan poin di dalam kontrak

tersebut yang memang kurang adil bagi nasabah dan juga ada pengulangan

pasal dalam kontrak tersebut yang bisa mengakibatkan berkurangnya nilai

pada kontrak tersebut dan bisa jadi timbul kekurangan di pasal dan poin

yang lain karena kecerobohan dan tidak telitinya pembuat kontrak.

3. Dalam mekanisme sistem operasional pembiayaan pada PT. Dana Syariah

Indonesia yaitu pada produk Peer to Peer Lending (P2PL) syariah maupun

produk Crowdfunding syariah, sebaikanya PT. Dana Syariah Indonesia

perlu untuk melakukan sosialisasi dengan berbagai cara yang dibutuhkan

agar maysarakat tahu tentang produk-produk fintech syariah maupun akad-

akad syariah. Karena sangat dibutuhkan sekali keilmuan tentang produk-

produk lembaga keuangan syariah dikalangan masyarakat khususnya pada

masyarakat kelas menengah ke bawah.

Page 80: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

69

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan dan Undang-Undang

Republik Indonesia.2018. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 Tentang

Fintance Technology; Jakarta.

Republik Indonesia. 2000. Fatwa DSN MUI Nomor 4 Tahun 2000 Tentang

Murabahah. Jakarta;

Republik Indonesia. 2000. Fatwa MUI No. 43/DSN-MUI/VIII/2004 tentang

ta‟widh. Jakarta.

Buku

Al-Ba‟labakiyy, Munir. Qamus al-Mawrid. (Beirut: Dar al-„Ilm al-Malayyin),

1990.

Al-Shiddieqiyy, Hasbi. Pengantar Fiqh Mu‟amalah. Jakarta: Bulan Bintang.1974.

Antonio, Syafii. Bank Syariah, Jakarta: Gema Insani.2001.

Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka

Alfabet.2012.

Dewi, Gemala. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cetakan ke-2. (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group).2006.

Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

jilid 1. 2006.

Page 81: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

70

Hakim, Atang Abdul. Fiqh Perbankan Islam, Bandung: Refika Aditama.2011.

Hariri, Wawan Muhwan. Hukum Perikatan, Bandung: Pustaka Setia.2011.

Madkur, Muhammad Salam.. Al - Madkhal al – fiqh al – Islamiyy. Dar al -

Nahdah al - „Arabiyyah.1963.

Mahmasaniy, Subhiyy . Al - Nazariyyat al-„Ammah li al - Mujibat wa al-„Uqud fi

al-Shari‟ah al-Islamiyyah. (Mesir: Dar al-Kitab al-„Arabiyy. 1948.

Salim H. S. Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, cetakan ke-

4. Jakarta: Sinar Grafika.2006.

Subekti. Hukum Perjanjian. akarta: Intermasa.2001.

Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen,Bandung: Alfabeta. 2014.

Sugiyono, Metode Penelitin Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.

2011.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika.

2008.

Widjaya, I.G. Rai. Merancang Suatu Kontrak: Teori dan Praktik. Jakarta: Kesaint

Blanc.2003.

Zed , Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

2008.

Page 82: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

71

Jurnal, Skripi dan Disertasi

Abdurrauf. “Penerapan Teori akad pada perbankan syariah”. Al-Iqtishad, Vol .IV,

Jakarta: UIN-Syarif Hidayatullah, 1.2012.

Al-Hasan, Fahadil Amin. “Analisis Pelaksaaan Akad Murabahah di Lembaga

Mikro Keuangan Syariah (BMT)”, Bandung: UIN Bandung, 2018.

Chrismastianto, Imanuel Aditya Wulanata. “Analisis SWOT Implementasi

Teknologi Finansial Terhadap Kualitas Layanan Perbankan di

Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.20, No. 1. 2017.

Flouridaningrum, Sasmita. “Mengapa Memilih Fintech Syariah”, Prihatwono

Law Research, Vol. 1. 2018.

Hariyani, Iswi. “Perlindungan Hukum Sistem Donation Based Crowdfunding

pada Pendanaan Industri Kreatif di Indonesia, Jurnal Legislasi

Indonesia, Vol. 12 No. 4, tahun 2015.

Haprabu, Satya. “Penjualan Lelang Barang Jaminan Hak Tanggungan Menurut

Perspetif Hukum Islam”, Jurnal Repertorium, Vol. 4, No. 1. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret. 2017.

Harlina, Yuni dan Hellen Lastfitriani, “Kajian Hukum Islam Tentang Wanprestasi

(Ingkar Janji) Pada Kosumen Yang Tidak Menerima Sertifitkat

Kepemilikan Pembelian Rumah”, Jurnal Hukum Islam, No. 1. Vol. 17.

Riau: UIN Sultan Syarif Kasim Riau. 2017.

Hartanto, Ratna dan Juliyani Purnama Ramli, Hubungan Hukum Para Pihak

dalam Peer to Peer Lending, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, Vol.25.

Jakarta: UII. 2018.

Page 83: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

72

Imama, Lely Shofa. “Konsep dan Implementasi Murabahah Pada Produk

Pembiayaan Bank Syariah”, Jurnal Iqtishadia, No. 1, Vol. 2.

Pamekasan: STAIN Pamekasan. 2014.

Muzdalifa, Irma.”Peran Fintech dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif pada

UMKM di Indonesia (Pendekatan Keuangan FIntech”, Jurnal

Masharif al-Syariah, Vol. 3, No. 1. 2018.

Rahma, Tri Inda Fadhila. “Persepsi Masyarakat Kota Medan Terhadap

Penggunaan Financial Technology (Fintech)”, Jurnal At-Tawassuth,

Vol. III, No. 1. 2018.

Riadi, Ade Bagus. Aspek Hukum dalam Menjalankan Perusahaan Fintech

Lending di Indonesia, Jurnal Hukum Fintech, Teknologi,

Telekomunikasi & Perbankan Syariah, Vol. 1. Sekolah Tinggi

Ekonomi Islam Tazkia. 2018.

Sari, Pipit Buana, “Prospek Finansial Technology (Fintech) di Sumatera Utara

Dilihat Dari Sisi Literasi Keuangan, IinklusiKeuangan dan

Kemiskinan”, Jurnal Kajian Akuntansi Universitas Islam Bandung,

Vol. 19 No. 2, 2018.

Segal, Miriam. “Peer to Peer Lending: A Financing Alternative for Small

Business”, tahun 2015.

Setyawati, Desy Ary, Dahlan dan M. Nur Rasyid. “Perlindungan Bagi Hak

Konsumen dan Tanggung Jawab Pelaku Usaha Dalam Perjanjian

Transaksi Elektronik”, Jurnal Hukum Syiah Kuala, Vol. 1. Aceh:

Universitas Syiah Kuala, Desember 2017.

Page 84: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA

73

Prabowo, Bagya Agung. “Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah

(Analisis Kritis Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah di

Indonesia dan Malaysia)”, Jurnal Hukum, No. 1, Vol. 16. Yogyakarta:

UII. 2009

Internet

http://www.danasyariah.id/, diakses pada Kamis, 07 Maret 2019, pukul 20.47

WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/P2P_Lending, diakses pada Kamis, 07 Maret 2019,

pukul 21.04 WIB.

http://www.danasyariah.id/tentang-kami/tim-kami, diakses pada Kamis, 07 Maret

2019, pukul 18.08 WIB.

https://www.danasyariah.id/termcondition, diakses pada Jum‟at 03 Mei 2019,

pada pukul 23.21 WIB.

https://www.danasyariah.id/tentang-kami/khazanah, diakses pada Minggu, 05 Mei

2019, pukul 23.19 WIB.

Republik Indonesia.2011. Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas

Jasa Keuangan. Jakarta;

Republik Indonesia.2016. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 Tahun

2016 Tentang Layanan Pinjam-meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi. Jakarta;

Page 85: ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47900...ANALISIS PERJANJIAN PEMBIAYAAN DALAM SKEMA PEER TO PEER LENDING (P2PL) SYARIAH PADA