Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI MURABAHAH
BERDASARKAN PSAK NOMOR 102
(STUDI KASUS BMT INSAN MANDIRI MAKASSAR)
SKRIPSI
Oleh
KAHAR ASRO PAMBUDI
NIM 105730517215
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI MURABAHAH
BERDASARKAN PSAK NOMOR 102
(STUDI KASUS BMT INSAN MANDIRI MAKASSAR)
SKRIPSI
Oleh
KAHAR ASRO PAMBUDI
NIM 105730517215
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Pada Jurusan Akuntansi
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
iii
NBHABMEEREP
naihanieiiayniKinr hlimli ayraK Untuk Amal Usaha Muhammadiyah
Untuk Bapak dan Mama Tercinta
MHIIHnRTTON
“If we want to change anything become good,
let us do it together”
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
Kahar Asro Pambudi, 2020. Analisis Perlakuan Akuntansi Murabahah
Berdasarkan PSAK Nomor 102 (Studi Kasus BMT Insan Mandiri Makassar),
Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Ibu Muryani Arsal dan Bapak Basri
Basir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi murabahah
pada BMT Insan Mandiri Makassar yang disesuaikan dengan PSAK No. 102 tahun
2017.. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
terdiri dari wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis deskriptif kualitatif dengan model interaktif, teknik ini digunakan untuk
menjelaskan perbandingan pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan pembiayaan murabahah berdasarkan PSAK Nomor 102 Tahun
2017 dengan hasil wawancara dan dokumentasi mengenai pembiayaan
murabahah yang diterapkan oleh BMT Insan Mandiri Makassar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada perlakuan akuntansi yang
belum sesuai dengan PSAK Nomor 102 yaitu pada saat pembelian barang yang
diwakilkan (murabahah bil wakalah), pengakuan persediaan/aset murabahah, dan
pada saat penerimaan uang muka dari nasabah. Praktiknya, BMT Insan Mandiri
tidak mencatat jurnal apapun atau tidak ada perlakuan akuntansi. Penyajian
piutang murabahah belum sesuai dengan PSAK 102, dan penyajian laporan
keuangan syariah belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 101.
Kata Kunci : Murabahah, PSAK, Akuntansi Murabahah, dan BMT.
viii
ABSTRACT
Kahar Asro Pambudi, 2020. Analysis of murabaha accounting treatment
based on SFAS number 102 (Case Study On BMT Insan Mandiri Makassar).
Thesis Faculity of Economics and Business Department of Accounting
Muhammadiyah University of Makassar. Guided by Ms. Muryani Arsal and Mr.
Basri Basir.
This research aimed to determine the murabaha accounting treatment at BMT
Insan Mandiri Makassar adjusted to SFAS Number 102 of 2017. This type of
research used in this study is a qualitative research with descriptive approach. Data
collection techniques used consisted of interviews and documentation. The
analysis technique used is a descriptive qualitative analysis with an interactive
model, this technique is used to explain the comparison of recognition,
measurement, presentation, and disclosure of murabaha financing based on SFAS
Number 102 of 2017 with results of interviews and documentation regarding
murabaha financing apllied by BMT Insan Mandiri Makassar.
The results of research showed that there were still accounting treatments that
were not in accordance with SFAS Number 102, namely upon purchase of goods
represented (murabahah bil wakalah), recognition of murabahah inventory/asset
and upon receipt of down payment from customers. In practice, BMT Insan Mandiri
does not record any jurnals or there is not accounting treatment. The presentation
of murabaha receivables is not in accordance with SFAS 102, and the presentation
of sharia financial statements is not yet fully in accordance with SFAS 101.
Keywords : Murabaha, SFAS, Murabaha Accounting, And BMT
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur patut kita panjatkan kepada Allah SWT atas
limpahan berkah, taufik dan rahmat-Nya yang senantiasa mengiringi pada setiap
langkah hidup hamba-Nya. Melalui doa dan ridha orang tua pulalah banyak
kemudahan yang didapatkan dalam menyelesaikan tugas akhir. Shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada manusia pilihan yaitu Rasulullah Muhammad
SAW, semoga syafa’atnya senantiasa hadir pada setiap umatnya hingga hari
akhir. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan
akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar. Adapun penulisan tugas akhir ini
disusun dengan judul “Analisis Perlakuan Akuntansi Murabahah Berdasarkan
PSAK Nomor 102 (Studi Kasus BMT Insan Mandiri Makassar).
Penulis yakin sepenuhnya bahwa tugas akhir ini tidak akan mungkin dapat
terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karenanya, penulis
ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong SE., MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi SE., M.Si., Ak., CA., CSP., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Ibu Dr. Muryani Arsal, SE., MM., Ak., CA., selaku pembimbing pertama dan
Bapak Basri Basir MR, SE., M.Ak., CBC., selaku pembimbing kedua yang
x
telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan serta
memberikan motivasi dalam penyusunan dan penyelesaian tugas akhir ini.
5. Bapak dan Ibu dosen, serta staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang banyak membantu dan memberikan ilmu
yang tak terhingga kepada penulis selama menempuh studi.
6. Kawan seperjuangan AK 1 2015 yang selalu berbagi dalam suka dan duka
dalam menjalani masa-masa kuliah hingga akhir penyelesaian studi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan. Dengan penuh kesadaran, penulis menyampaikan
maaf atas segala kekurangan dalam tugas akhir ini. Oleh karena itu, dengan hati
yang lapang penulis mengharapkan saran dan kritikan demi kemajuan ilmu
pengetahuan.
Semoga Allah SWT akan senantiasa memberikan imbalan sebesar-besarnya
atas bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis. Akhirnya harapan
penulis semoga karya ini pada masa yang akan datang dapat memberikan
manfaat dan keberkahan untuk penulis maupun orang lain. امين
بارك الله فينا وفيكم
بالله في سبيل الحق, فاستبقوا الخيرات
Makassar, Februari 2020
Penulis Kahar Asro Pambudi
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7
A. Tinjauan Teori ........................................................................ 7
a. Baitul Maal Wat Tamwil ................................................... 7
b. Pembiayaan ..................................................................... 8
c. Akad Murabahah .............................................................. 10
1. Pengertian Bai’ Al – Murabahah ................................ 10
2. Landasan Hukum ....................................................... 11
3. Rukun Dan Ketentuan Syariah Akad Murabahah ..... 12
xii
4. Jenis – Jenis Murabahah .......................................... 14
5. Manfaat dan Resiko Akad Murabahah ...................... 15
6. Alur Pembiayaan Akad Murabahah ........................... 15
7. Perlakuan akuntansi Murabahah Di Lembaga Keuangan
Syariah Berdasarkan PSAK 102 Tahun 2017 ........... 17
8. Ketentuan Tentang Pembiayaan Murabahah Berdasarkan
Fatwa DSN No: 04/DSN-MUI/IV/2000 ....................... 31
B. Tinjauan Empiris .................................................................... 34
C. Kerangka Pikir ........................................................................ 41
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 43
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 43
B. Fokus Penelitian .................................................................... 43
C. Lokasi dan Waktu penelitian .................................................. 43
D. Sumber Data .......................................................................... 44
E. Pengumpulan Data ................................................................ 44
F. Teknik Analisis ....................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 48
A. Gambaran Umum BMT Insan Mandiri Makassar .................. 48
1. Profil BMT Insan Mandiri Makassar ................................. 48
2. Kepengurusan BMT Insan Mandiri Makassar ................. 49
3. Visi, Misi Dan Motto Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Insan
Mandiri Makassar ............................................................. 50
4. Produk – Produk pada BMT Insan Mandiri Makassar ..... 51
B. Prosedur Dan Persyaratan Dalam Memperoleh Pembiayaan
Murabahah Pada BMT Insan Mandiri Makassar ................... 52
xiii
C. Perlakuan Akuntansi Murabahah Pada BMT Insan Mandiri
Makassar ................................................................................ 54
D. Pembahasan ........................................................................ 66
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 73
A. Simpulan ................................................................................. 73
B. Saran ...................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel Contoh Perhitungan Keuntungan Proporsional ....... 24
Penelitian Terdahulu …....................................................... 35
Jurnal Saat Pencairan Dana .............................................. 56
Jurnal Saat Realisasi Barang Dan Saat Akad Murabahah
Disepakati ........................................................................... 56
Jurnal Saat Terjadi Pembayaran Angsuran ........................ 59
Jurnal Penerimaan Denda .................................................. 60
Tabel Angsuran Pokok Dan Marjin ..................................... 63
Jurnal Pencairan Dana Dari Bank ...................................... 64
Jurnal Saat Realisasi Barang Dan Saat Akad Murabahah .. 65
Jurnal Pembayaran Angsuran ............................................ 66
Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Murabahah Bmt Insan
Mandiri Makassar Berdasarkan Psak 102 …....................... 67
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 3.1
Skema Bai’ Al – Murabahah .............................................. 17
Kerangka Berpikir …………………………………............... 41
Analisis Data Model Interaktif ..……………………............. 46
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pandangan Islam memberikan pemahaman dalam menjalankan kegiatan
ekonomi sesuai dengan Al – Qur’an dan As – Sunnah, agar masyarakat dapat
memenuhi kebutuhan ekonomi dengan tanpa rasa khawatir dan selalu optimis
dalam bermuamalah untuk memperoleh rezeki yang halalan thoyyibah. Ini
sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT dalamn Q.S. Al – Baqarah ayat 168:
nممnكلواnاس هاnالن nمبينn)ياnأي بعواnخطواتnالشيطانnإنهnلكمnعدو باnولاnتت (٨٦١اnفيnالرضnحللاnطي
Artinya: “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah – langkah setan.
Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu”.
Transaksi ekonomi juga memiliki kaitan dengan nilai dan norma syariah,
maka sudah seharusnya para pelaku ekonomi juga perlu memahami kaidah
yang terdapat dalam fiqih muamalah yaitu :
nnالمnفيnتحريمهاالاصلnعلىnدليلnيدلnانn عامالاتnالاباحةnالا
yang artinya adalah “Hukum asal dalam bermuamalah bersifat halal dan
diperbolehkan, kecuali jika terdapat dalil yang mengharamkannya”. Sebab
perilaku ekonomi dan sistem ekonomi dalam Islam memiliki hubungan yang
erat dengan keyakinan kepada Allah, yang bertujuan mencapai kesejahteraan
manusia dalam rangka ibadah kepada Allah. Diriwayatkan oleh Imam Ibnu
Asakir:
nقالn:قالnمالكnبنnانسnعنnnعليهnاللهnصلىnاللهnرسولnاخرتهnوتركnلاخرتهnدنياهnتركnمنnبخيركمnليسn:وسلم
nالnعلىn نياnبلغnالىnالاخرةnولاتكونواnكل nالد ناس.nرواهnابنnعساكرلدنياهnحتىnيصيبnمنهماnجميعاnفان
2
Artinya: “Dari Anas ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak baik orang
yang meninggalkan dunia untuk kepentingan akhirat saja, atau meninggalkan
akhirat untuk kepentingan dunia saja, tetapi harus memperoleh kedua –
duanya. Karena kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju akhirat. Oleh
karena itu, jangan sekali – kali menjadi beban orang lain.”
Salah satu sistem ekonomi yang diterapkan di Indonesia adalah
perbankan syariah. Perbankan Syariah sebagai sistem ekonomi
Islam/Syariah yang dibangun dengan berlandaskan ajaran Islam
dengan tidak mengandalkan bunga/riba. Sesuai dengan firman Allah
SWT dalam Q. S. Al – Baqarah ayat 275 yang berbunyi:
n...nوnأnحnلnnاللهnnالnبnيnعnnوnحnرnمnnالرnابn...nالاية
Artinya: “... Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ...”
Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sangat majemuk sehingga
penerapan sistem ini tidak hanya terbatas bagi umat Islam, tapi siapapun bisa
menjadi pelaku ekonomi dalam sistem ini. Sehingga masyarakat majemuk
dapat merasakan manfaat kehadiran perbankan Syariah.
Namun, terkadang masih ada anggapan bahwa sistem ekonomi Syariah
yang sudah berjalan dalam praktiknya masih bercampur dengan sistem
lembaga konvensional yang menyebabkan keragu – raguan bagi nasabah atau
nasabah menganggap bahwa Syariah ataupun non – Syariah sama dalam
praktiknya. Pada dasarnya, Lembaga keuangan Syariah di Indonesia dalam
pelaksanaannya diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah
Nasional. Tersedianya jasa keuangan oleh perbankan Syariah yang sesuai
dengan nilai serta prinsip Syariah di tengah – tengah masyarakat memiliki
tujuan untuk mewujudkan sistem perbankan yang berasaskan keadilan serta
menciptakan kemaslahatan. Perkembangan Syariah harus diiringi dengan
3
inovasi produk dan berbagai macam akad yang sesuai dengan prinsip Syariah,
agar mampu bersaing dengan perbankan konvensional serta memenuhi
kebutuhan nasabah.
Operasionalisasi Perbankan Syariah dirasakan belum menjangkau pada
tingkat masyarakat kecil dan menengah maka muncul usaha untuk mendirikan
Lembaga keuangan mikro, dalam hal ini Lembaga keuangan mikro Syariah
seperti Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), yang bertujuan untuk mengatasi
kendala atau hambatan operasional yang dihadapi oleh masyarakat kecil dan
menengah. Sebagai pilihan lain, masyarakat kecil dan menengah lebih memilih
menggunakan jasa rentenir untuk memenuhi kebutuhan konsumtif atau
produktif mereka karena cepat dan mudah tapi kenyataannya jasa rentenir
tidak terlepas dari unsur riba/bunga. Tentunya dengan kehadiran BMT dapat
menjadi pilihan terbaik bagi masyarakat.
Kegiatan operasional BMT berperan dalam bidang ekonomi dan bidang
sosial. Pada bidang ekonomi, BMT turut berperan serta melakukan
pengembangan kegiatan produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
ekonomi dengan cata mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan. Pada bidang sosial, BMT berperan dalam menerima dana zakat,
infak, sedekah, dan dana sosial lainnya serta mengoptimalkan distribusinya
sesuai dengan peraturan dan amanah.
Salah satu kota terbesar di Indonesia yang aktivitas perekonomian
masyarakatnya cukup tinggi yaitu kota Makassar, juga dikenal sebagai kota
metropolitan terbesar di kawasan Indonesia Timur. Termasuk perkembangan
suatu daerah ditandai dengan adanya sarana dan prasarana perbankan atau
lembaga keuangan lainnya baik yang konvensional maupun syariah. Hadirnya
4
BMT tentu sangat membantu masyarakat Makassar terutama kelas kecil dan
menengah.
BMT Insan Mandiri Makassar adalah Lembaga keuangan mikro yang
berbasis Syariah merupakan lembaga jasa yang memberikan layanan jasa
keuangan dengan berdasarkan prinsip Syariah yang terdiri dari 2 karakter
Lembaga yakni diambil dari namanya Baitul Maal yang berkenaan dengan
Lembaga Sosial dan At – Tamwil yang berkenaan dengan Lembaga
Bisnis/Lembaga Pembiayaan. Umumnya, Produk Syariah yang ada pada BMT
tidak jauh berbeda dengan produk Syariah yang ada pada Bank Syariah.
Produk Tamwil yang disediakan diantaranya adalah tabungan Mudharabah,
Ijarah, Murabahah, Tabungan Qurban, Tabungan Kesehatan, dan sesuai
kebijakan BMT. Sedangkan untuk produk maal di antaranya adalah pelayanan
zakat, infaq, dan shodaqoh dengan pemanfaatannya sesuai program yang
dilaksanakan oleh BMT seperti beasiswa Pendidikan, Modal usaha tanpa
bunga dan tanpa jaminan bagi jamaah dhuafa dan lain - lain.
BMT harus memiliki pengetahuan yang luas tentang akuntansi Syariah
agar menjadikan BMT yang berstandar, profesional, dan dapat dipercaya.
Dengan mengimplementasikan ilmu akuntansi dalam pencatatan transaksi
yang terjadi setiap harinya maka BMT akan mampu menghasilkan laporan
keuangan yang sesuai dengan standar. Dalam produk At tamwil / penyaluran
dana misalnya yang menggunakan prinsip jual beli yang paling dominan dan
memiliki potensi profit yang cukup baik adalah murabahah, perlu mendapat
perhatian dalam pelaksanaannya karena praktik akuntansi tidak terlepas
dengan PSAK. Secara sederhana konsep murabahah dapat diartikan sebagai
bentuk jual beli dengan adanya komisi atau suatu bentuk penjualan barang
dengan harga awal ditambah keuntungan yang disepakati. Tentunya praktik
5
murabahah ini memiliki aturan yang berlaku, seperti Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 102 mengenai Akuntansi Murabahah.
Penelitian mengenai murabahah juga dilakukan oleh Joni Ahmad Mughni
dari Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Jawa Barat (2019) dengan penelitian
yang berjudul “Analisis Penerapan Akuntansi Syariah Berdasarkan PSAK
Nomor 102 pada Pembiyaan Murabahah di BMT Al – Ittihad Cikurubuk
Tasikmalaya”. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara dan
dokumentasi. Hasil dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa
penerapan akuntansi akad murabahah pada KSPSS BMT Al – Ittihad dengan
PSAK 102 sebagian besar sudah sesuai dengan PSAK 102. Penerapan yang
sudah sesuai dengan PSAK 102 adalah pengakuan dan pengukuran asset
murabahah, piutang murabahah, keuntungan murabahah, potongan angsuran
murabahah, dan denda. Sedangkan penyajian yang dilakukan oleh KSPPS
BMT Al – ittihad kurang sesuai dengan PSAK 102 karena hanya terkait piutang
murabahah, keuntungan murabahah, dan keuntungan murabahah
tanggungan. Pengungkapan yang dilakukan oleh pihak BMT kurang sesuai
dengan PSAK 102 yaitu dalam penyajian laporan keuangan Syariah harus
mengacu pada PSAK 101.
Berdasarkan dengan latar belakang tersebut maka penulis melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Perlakuan Akuntansi Murabahah
Berdasarkan PSAK Nomor 102 (Studi Kasus BMT Insan Mandiri
Makassar)”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas
menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah apakah perlakuan
akuntansi murabahah pada BMT Insan Mandiri Makassar sudah sesuai
dengan PSAK No. 102 tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam
skripsi ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi murabahah pada
BMT Insan Mandiri Makassar yang disesuaikan dengan PSAK No. 102 tahun
2017.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
perlakuan akuntansi pembiayaan akad murabahah.
b. Bagi BMT
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan dan evaluasi dalam pelaksanaan proses perlakuan
akuntansi pembiayaan akad murabahah.
c. Bagi Calon Nasabah dan Kreditur
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan dan informasi untuk memilih produk syariah.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
a. Baitul Maal Wat Tamwil
Dasar pemikiran berdirinya Lembaga Keuangan Syariah berdasarkan
firman Allah SWT mengenai pelarangan riba seperti yang tercantum di
dalam Q. S. Ali Imran ayat 130 sebagai berikut:
nيnاأnيnهnالnاnذnيnنnnآمnنnوnلاnاnتnnأnكnلnالرnواnبnأnاnضnعnافnمnاnضnاعnفnةnnوnاتnقnاللهnواnnلnعnلnكnمnnتnفnلnحnوnنn(٨٣١)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan.”
Diperkuat pula oleh salah satu riwayat hadis dari Rasulullah SAW seperti
hadis riwayat Imam Muslim dalam kitab Shahih Al – Muslim Juz 7:
nوكاتبهnومؤكلهnبا وشاهديهnوقالnهمnسواءnعنnجابرnقالnلعنnرسولnاللهnصلىnاللهnعليهnوسلمnاكلnالر
Artinya: “Dari Jabir ra., dia berkata: Rasulullah SAW melaknati pemakan
riba, orang yang menyuruh makan riba, juru tulisnya dan saksi – saksinya.”
Dia berkata: “Mereka semua sama”.
Berkilas balik pada sejarah pasca berdirinya Bank Muamalat Indonesia
yang mampu bertahan dalam kondisi krisis moneter tahun 1998,
mendorong peluang untuk mendirikan bank – bank yang berprinsip
Syariah. Akan tetapi, seperti yang diketahui bahwa operasionalisasi BMI
kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, terutama di
daerah, sehingga dibutuhkan kehadiran BPRS (Bank Pengkreditan Rakyat
Syariah) dan BMT (Baitul Maal wat Tamwil) di tengah – tengah masyarakat.
8
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu,
Lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil,
menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat
derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin,
ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh – tokoh masyarakat
setempat dengan berlandaskan sistem ekonomi yang salaam:
keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan (Arif,
2017: 317). BMT sesuai Namanya terdiri atas dua fungsi utama, sebagai
berikut:
1. Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan
pengembangan usaha – usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil, antara lain
dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
kegiatan ekonomi.
2. Baitul mal (rumah harta), menerima titpan dana zakat, infak, dan
sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan
dan amanahnya.
b. Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil (UU Perbankan No. 10 Tahun 1998).
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik sendiri maupun Lembaga. Dengan kata lain,
9
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan (Arif, 2017:146).
Pengertian pembiayaan juga dijelaskan dalam Undang – Undang
Perbankan Syariah (UUPS) No. 21 Tahun 2008, pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk Mudharabah, salam, dan istishna’.
d. Transaksi pinjam – meminjam dalam bentuk Qardh.
e. Transaksi sewa – menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
Syariah dan/atau Unit Usaha Syariah (UUS) dan pihak lain yang
mewajibkan pihak – pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana
untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan Ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.
Berdasarkan pengertian pembiayaan dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan merupakan suatu kegiatan pendanaan yang dilakukan oleh
pihak penyedia dana yang didasarkan dengan Prinsip Syariah untuk
membantu pihak – pihak yang membutuhkan dana.
Secara garis besar, pembiayaan berdasarkan sifat atau sektornya
dibagi dua jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
pembiayaan yang bersifat konsumtif, seperti pembiayaan untuk
10
pembelian rumah, kendaraan bermotor, pembiayaan Pendidikan dan
apapun yang sifatnya konsumtif.
2. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
pembiayaan sektor produktif, seperti pembiayaan modal kerja,
pembiayaan pembelian barang modal dan lainnya yang mempunyai
tujuan pemberdayaan sektor real.
c. Akad Murabahah
1. Pengertian Bai’ Al – Murabahah
Bai’ Al – Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati (Antonio, 2015: 101).
Bai’ Al – Murabahah merupakan transaksi penjualan barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli (Khaddafi, 2016: 179). Hal yang
membedakan dalam praktik murabahah dengan penjualan biasa
adalah pihak penjual memberitahukan secara jelas kepada pihak
pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar
keuntungan yang diinginkannya. Penjual dan pembeli dapat melakukan
tawar menawar atas besaran marjin keuntungan sehingga diperoleh
harga kesepakatan.
Bai’ Al – Murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu
bentuk natural certainty contract karena dalam murabahah ditentukan
besarnya required rate of profit (keuntungan yang ingin diperoleh).
Karena dalam defenisinya disebut adanya “keuntungan yang
disepakati”, karakteristik murabahah adalah penjual harus memberi
11
tahu pembeli barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya tersebut (Karim, 2014: 103).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akad Bai
Al - Murabahah adalah kesepakatan harga dalam jual beli yang
disetujui oleh antara pihak penjual dan pihak pembeli, di mana pihak
penjual menghitung dan menjelaskan harga suatu barang secara
terperinci kepada pihak pembeli sehingga penjual memperoleh
keuntungan sedangkan pembeli merasa ringan dan ridha atas harga
tersebut.
2. Landasan Hukum
Hukum Murabahah menurut jumhur ulama pada dasarnya adalah
boleh selama dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat baik yang
terdapat di dalam Al – Qur’an dan Sunnah.
a) Al – Qur’an
٨-nn...nميسرةnالىnفنظرةnعسرةnذوnكانnوانnالايةn...
Artinya : “… Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka
berilah tangguh sampai ia berkelapangan ....” (Q.S. Al – Baqarah,
2: 280)
٢-nnيnاأnيnهnالnاnذnيnنnnآمnنnوnأnاnوnفnوnبnاnالnعnقnوnدnالايةn...
Artinya : ”Hai orang orang yang beriman penuhilah akad akad itu...”
(Q.S. Al – Maidah, 5:1)
٣-nnيnاأnيnهnالnاnذnيnنnnآمnنnاوnnمنكمnتراضnعنnتجارةnتكونnأنn ...nالايةnلاتأكلواnاموالكمnبالباطلnالا
Artinya : “Wahai orang – orang yang beriman! Janganlah kalian
saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan/jual beli yang berlaku dengan
sukarela/ridha di antaramu…” (Q.S. An – Nisa’, 4: 29)
12
Dari arti ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa bolehnya
melakukan jual beli dengan catatan akad dan ketentuan yang
dicatat dengan jelas dan diketahui oleh kedua pihak dan keduanya
saling ridha dan sepakat.
b) Al – Hadis
٨-nnفأحnالبيعnفيnالعربانnعنnوسلمnعليهnاللهnصلىnاللهnرسولnسئلnه له.عنnزيدnبنnاسلمnان
nالرازقnعبدnرواه
Artinya : “Dari Abd Al – Raziq bahawasahnya Rasulullah SAW
pernah ditanya tentang urban (uang muka) dalam jual beli, maka
beliau menghalalkannya.”n (HR. Abdur Razaq)
٢-nnبرn nرسولnاللهnصلىnاللهnعليهnوسلمnقال:nثلثةnفيهن كة:nعنnصهيبnرضيnاللهnعنهnان
nاجلnالىnالبيعnnوnالتجارةوالمقارضةnكتابnفيnماجهnابنnرواهn.للبيعnلاnللبيتnعير nبالش اخلطnالبر
Artinya : “Diriwayatkan dari Shuhaib ra. Bahwasahnya Rasulullah
SAW bersabda: “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan:
jual beli secara tangguh (murabahah), muqaradhah (mudharabah),
dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah fi kitab At – tijarah).
Dari ketentuan hukum di atas, jelas terlihat tentang
bermuamalah dengan murabahahn yakni membolehkan adanya
uang muka dan jual beli secara tangguh.
3. Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Murabahah
Rukun dan ketentuan yang perlu diketahui (Sri Nurhayati dan
Wasilah, 2014 : 179) adalah sebagai berikut:
a. Pelaku/dua pihak yang berakad, terdiri atas: penjual/pihak yang
memproduksi (Bai’) dan pembeli (Musytari)
13
Pelaku harus cakap hukum dan baligh (berakal dan mampu
membedakan halal dan haram), sehingga jual beli dengan orang
yang tidak waras dianggap tidak sah, sedangkan jual beli dengan
anak kecil dianggap sah bila seizin walinya.
b. Objek murabahah, yaitu barang dagangan (mabi’) dan harga
(tsaman)
1) Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal, sehingga
semua barang yang diharamkan oleh Allah tidak dapat dijadikan
sebagai objek jual beli karena barang tersebut dapat
menyebabkan manusia berbuat maksiat (melanggar larangan
Allah).
2) Barang yang diperjualbelikan harus dapat diambil manfaatnya
atau memiliki nilai, dan bukan merupakan barang – barang yang
yang dilarang untuk diperjualbelikan, seperti misalnya barang
yang sudah kadaluwarsa.
3) Barang tersebut dimiliki oleh penjual, kecuali mendapat izin dari
pemilik barang dan bukan termasuk barang hasil curian.
4) Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan
kejadian tertentu di masa depan.
5) Barang diperjualbelikan harus diketahui secara spesifik (jelas)
dan dapat diidentifikasi oleh pembeli sehingga tidak ada
ketidakpastian.
6) Barang tersebut dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya
secara jelas, sehingga tidak ada ketidakpastian.
14
7) Harga atas barang yang diperjualbelikan diketahui oleh pembeli
dan penjual, berikut cara pembayarannya tunai atau Tangguh
(kredit) sehingga jelas dan tidak ada ketidakpastian.
8) Barang yang diakadkan ada di tangan penjual. Barang
dagangan yang tidak berada di tangan penjual akan
menimbulkan ketidakpastian.
c. Shighah, yakni Ijab qabul/serah terima
Pernyataan atau ekspresi saling rida/rela di antara pihak – pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara – cara komunikasi modern.
4. Jenis – Jenis Murabahah
Dalam PSAK No. 102 mengatur tentang akuntansi Mudharabah
yang diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Murabahah dengan pesanan
Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang
setelah ada pesanan dari pembeli. Dalam hal ini, pesanan dapat
bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli
barang yang telah dipesannya. Jika bersifat mengikat, maka
pembeli harus membeli barang yang dipesannya teersebut dan
tidak dapat dibatalkan. Dalam murabahah pesanan mengikat, jika
asset murabahah yang telah dibeli oleh penjual dari produsen
(supplier) mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada
pembeli maka penurunan nilai tersebut akan menjadi beban penjual
dan tentu saja akan mengurangi nilai akad.
15
2) Murabahah tanpa pesanan
Jenis murabahah ini bersifat tidak mengikat, tidak melihat ada
yang pesan atau tidak sehingga penyediaan barang dilakukan
sendiri oleh penjual.
5. Manfaat Dan Resiko Akad Murabahah
Bai al – Murabahah memberi banyak manfaat kepada Bank
Syariah/Lembaga Keuangan Syariah. Salah satunya adalah adanya
keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan
harga jual kepada nasabah. Sistem ini sangat sederhana, dan
memudahkan penanganan administrasinya di Bank Syariah/Lembaga
Keuangan Syariah.
Di antara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain
sebagai berikut:
1. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
2. Fluktuasi harga komparatif.
3. Penolakan nasabah
4. Dijual; karena bersifat jual beli utang, maka ketika kontrak
ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah (Antonio, 2015:
106-107).
6. Alur Pembiayaan Akad Murabahah
a. Nasabah selaku pembeli mengajukan permohonan pembelian
barang. Pada saat itu nasabah menegoissasikan harga barang,
marjin keuntungan, jangka waktu pembayaran, dan besar angsuran
per bulan.
16
b. Bank sebagai penjual selanjutnya mempelajari kemampuan
nasabah dalam membyar piutang murabahah. Apabila rencana
pembelian barang tersebut telah disepakati oleh kedua belah pihak,
maka dibuatlah akad murabahah. Isi akad murabahah setidaknya
mencakup berbagai hal rukun murabahah dipenuhi dalam transaksi
jual beli yang dilakukan.
c. Setelah akad disepakati pada murabahah pesanan, bank
selanjutnya melakukan pembelian barang kepada
pemasok/supplier. Akan tetapi, pada murabahah tanpa pesanan,
bank dapat langsung menyerahkan barang kepada nasabah
karena telah memilikinya terlebih dahulu. Pembelian barang
kepada pemasok dalam murabahah dengan pesanan dapat
diwakilkan kepada nasabah atas nama bank. Dokumen pembelian
barang tersebut diserahkan oleh pemasok kepada bank.
d. Barang yang diinginkan oleh pembeli selanjutnya diantar oleh
pemasok kepada nasabah pembeli.
e. Setelah menerima barang, nasabah pembeli selanjutnya
membayar kepada bank. Pembayaran kepada bank biasanya
dilakukan dengan cara mencicil sejumlah uang tertentu selama
jangka waktu yang disepakati. (Yaya dkk., 2016: 165)
17
Secara umum, konsep/aplikasi/alur akad murabahah dapat
digambarkan pada skema berikut ini:
1 NEGOSIASI DAN
PERSYARATAAN
2 AKAD JUAL BELI
6 BAYAR
5
3 BELI BARANG 4 KIRIM
Gambar 2.1
Skema Bai’ Al – Murabahah
Sumber: Antonio, 2015
7. Perlakuan Akuntansi Murabahah Di Lembaga Keuangan Syariah
Berdasarkan PSAK 102 Tahun 2017
Baitul Maal Wattamwil (BMT) melakukan penyaluran dana kepada
nasabah dalam bentuk jual beli dengan pembayaran yang
ditangguhkan yaitu penjualan barang dari BMT kepada nasabah,
dengan menetapkan harga sebesar biaya perolehan barang ditambah
dengan marjin keuntungan yang disepakati untuk keuntungan pihak
BMT. Dalam murabahah yang diterapkan di BMT, BMT bertindak
sebagai penjual dan juga sebagai pembeli. Praktik sebagai pembeli
BMT membeli barang dari pihak pemasok atau supplier untuk dijual ke
nasabah. Berkaitan dengan murabahah, ada aturan yang harus
BANK / LKS
SUPPLIER/PEMASOK
NASABAH
TERIMA
BARANG
DAN
DOKUMEN
18
dipatuhi yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Nomor 102 tahun 2017 tentang Akuntansi Mudharabah. Berikut ini
adalah acuan akuntansi tentang pengukuran, pengakuan, penyajian,
dan pengungkapan transaksi murabahah dalam PSAK Nomor 102:
1. Pengakuan dan Pengukuran
1.1. Akuntansi untuk Penjual (Bai’)
a. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai
persediaan sebesar biaya perolehan.
Jurnal :
b. Pengukuran asset murabahah setelah perolehan adalah
sebagai berikut:
i. Jika murabahah pesanan mengikat, maka:
1) Dinilai sebesar biaya perolehan, dan
2) Jika terjadi penurunan nilai asset karena usang,
rusak, atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke
nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai
beban dan mengurangi nilai aset.
Jurnal :
ii. Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah
pesanan tidak mengikat, maka:
Aset Murabahah xxx
Kas xxx
Beban Penurunan nilai Xxx
Aset Murabahah xxx
19
1) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai neto
yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah, dan
2) Jika nilai neto yang dapat direalisasi lebih rendah
dari biaya perolehan maka selisihnya diakui sebagai
kerugian.
Jurnal :
c. Diskon pembelian asset murabahah diakui sebagai:
i. Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi
sebelum akad murabahah,
Jurnal :
ii. Liabilitas kepada pembeli, jika terjadi setelah akad
murabahah dan sesuai akad yang disepakati, maka
menjadi hak pembeli.
Jurnal :
iii. Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah
akad murabahah dan sesuai dengan akad, maka
menjadi hak penjual; atau
Kerugian Penurunan Nilai xxx
Aset Murabahah xxx
Aset Murabahah xxx
Kas xxx
Kas xxx
Utang xxx
20
Jurnal :
iv. Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad
murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad.
Jurnal :
d. Liabilitas penjual kepada pembeli atas pengembalian diskon
pembelian akan tereliminasi pada saat:
i. Dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah
potongan setelah dikurangi dengan biaya pengembalian,
atau
Jurnal :
ii. Dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah
tidak dapat dijangkau oleh penjual.
Jurnal :
Dan
Kas xxx
Pendapatan Murabahah xxx
Kas xxx
Pendapatan Operasional Lain xxx
Utang xxx
Kas xxx
Utang xxx
Kas xxx
Dana kebajikan – Kas Xxx
Dana Kebajikan – Potongan Pembelian
xxx
21
e. Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui
sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah
keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan
keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai neto
yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi
penyisihan kerugian piutang.
Jurnal untuk mencatat penyisihan piutang tak tertagih :
f. Keuntungan murabahah diakui:
i. Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan
secara tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu
tahun; atau
Jurnal :
ii. Selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan
upaya untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk
transaksi tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode
berikut ini digunakan, dan dipilih yang paling sesuai
dengan karakteristik risiko dan upaya transaksi
murabahah-nya:
1) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah.
Metode ini terapan untuk murabahah tangguh dimana
Beban Piutang Tak Tertagih
xxx
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
xxx
Kas xxx
Aset Murabahah xxx Piutang Murabahah xxx Pendapatan marjin Murabahah xxx
22
risiko penagihan kas dari piutang murabahah dan
beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif
kecil.
Jurnal :
2) Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas
yang berhasil ditagih dari piutang murabahah. Metode
ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh
dimana risiko piutang tidak tertagih relatif besar
dan/atau beban untuk mengelola dan menagih piutang
tersebut relatif besar juga.
Jurnal pada saat dilakukan penjualan kredit :
Jurnal pada saat penerimaan angsuran :
3) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah
berhasil ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi
murabahah tangguh dimana risiko piutang tidak
tertagih dan beban pengelolaan piutang serta
Kas xxx
Aset Murabahah xxx Piutang Murabahah xxx Pendapatan marjin Murabahah xxx
Piutang Murabahah xxx
Aset Murabahah xxx Marjin Murabahah Tangguhan xxx
Kas xxx
Piutang Murabahah xxx Marjin Murabahah Tangguhan xxx Pendapatan marjin Murabahah xxx
23
penagihannya cukup besar. Dalam praktik, metode ini
jarang dipakai, karena transaksi murabahah tangguh
mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang
memadai akan penagihan kasnya.
Jurnal pada saat dilakukan penjualan kredit :
Jurnal pengakuan keuntungan dibuat saat seluruh
piutang selesai ditagih:
g. Pengakuan keuntungan, dalam paragraph 23 (b) (ii),
dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang yang
berhasil ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan
terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih. Persentase
keuntungan dihitung dengan perbandingan antara marjin
dan biaya perolehan aset murabahah.
h. Berikut ini contoh perhitungan secara proporsional untuk
suatu transaksi murabahah dengan biaya perolehan aset
(pokok) Rp 800 dan keuntungan Rp 200, serta pembayaran
dilakukan secara angsuran selama tiga tahun, di mana
jumlah angsuran, pokok, dan keuntungan yang diakui setiap
tahun adalah sebagai berikut:
Piutang Murabahah xxx
Aset Murabahah xxx Marjin Murabahah Tangguhan xxx
Kas xxx
Piutang Murabahah xxx Marjin Murabahah Tangguhan xxx Pendapatan marjin Murabahah xxx
24
Tabel 2.1
Tabel Contoh Perhitungan Keuntungan Proporsional
Tahun Angsuran (Rp) Pokok (Rp) Keuntungan (Rp)
1 500 400 100
2 300 240 60
3 200 160 40
Sumber : SAK Syariah Tahun 2017
i. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan
kepada pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau
lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui sebagai
pengurang keuntungan murabahah.
j. Pemberian potongan pelunasan piutang murabahah dapat
dilakukan dengan menggunakan salah satu metode berikut:
i. Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual
mengurangi piutang murabahah dan keuntungan
murabahah, atau
Jurnal :
(nilai pendapatan marjin murabahah sebesar saldo marjin
murabahah tangguhan dikurangi potongan)
ii. Diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual menerima
pelunasan piutang dari pembeli dan kemudian
Kas xxx
Piutang Murabahah xxx Marjin Murabahah Tangguhan xxx Pendapatan marjin Murabahah xxx
25
membayarkan potongan pelunasannya kepada
pembeli.
Jurnal pada saat penerimaan piutang dari pembeli :
(nilai pendapatan marjin murabahah sebesar saldo
marjin murabahah tangguhan)
Jurnal pada saat potongan angsuran diberikan kepada
pembeli :
(sebesar potongan pelunasan)
k. Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:
i. Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara
tepat waktu, maka diakui sebagai pengurang keuntungan
murabahah,
ii. Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan
pembayaran pembeli, maka diakui sebagai beban.
l. Denda dikenakan jika pembali lalai dalam melakukan
kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang
diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Jurnal :
Kas xxx
Piutang Murabahah xxx Marjin Murabahah Tangguhan xxx Pendapatan marjin Murabahah xxx
Pendapatan marjin Murabahah xxx
Kas xxx
Dana kebajikan – Kas xxx
Dana Kebajikan – Denda xxx
26
m. Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai
berikut:
i. Diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah
yang diterima,
Jurnal :
ii. Jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka
diakui sebagai pembayaran piutang (merupakan bagian
pokok),
Jurnal :
iii. Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka
dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan
dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
Jurnal bila uang muka yang dibayar oleh calon pembeli
lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh penjual :
(Uang muka dari calon pembeli dikurangi sdengan biaya
yang dikeluarkan oleh penjual)
Kas xxx
Utang Lain – Uang Muka Murabahah xxx
Utang Lain – Uang Muka Murabahah
xxx
Piutang Murabahah xxx
Utang Lain – Uang Muka Murabahah xxx
Piutang Murabahah xxx Kas xxx
27
Jurnal bila uang muka yang dibayar oleh calon pembeli
lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan penjual :
(Calon pembeli membayarkan kekurangan atas biaya
yang telah dikeluarkan oleh penjual)
Jurnal bila uang muka yang dibayar oleh calon pembeli
sama dengan biaya yang dikeluarkan oleh penjual :
1.2. Akuntansi untuk Pembeli Akhir
a. Utang yang timbul dari transaksi murabahah Tangguh
diakui sebagai utang murabahah sebesar harga beli yang
disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan).
b. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui
sebesar biaya perolehan murabahah tunai. Selisih antara
harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai
diakui sebagai beban murabahah tangguhan.
Jurnal a dan b (apabila tidak ada uang muka) :
Kas/Piutang xxx
Utang Lain – Uang Muka Murabahah xxx Pendapatan Operasional xxx
Utang Lain – Uang Muka Murabahah xxx Pendapatan Operasional xxx
Aset xxx
Beban Murabahah Tangguhan xxx Utang Murabahah xxx
28
c. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara
proporsional dengan porsi utang murabahah.
Jurnal :
d. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah,
potongan pelunasan, dan potongan utang murabahah
diakui sebagai pengurang beban murabahah tangguhan.
Jurnal untuk diskon pembelian yang diterima setelah akad
murabahah:
Jurnal untuk potongan pelunasan dan potongan utang
murabahah:
(Beban Murabahah dihitung sebesar beban Murabahah
Tangguhan dikurangi potongan)
e. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan
kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai kerugian.
Jurnal :
Utang Murabahah xxx Kas xxx Beban Murabahah xxx Beban Murabahah Tangguhan xxx
Kas xxx Beban Murabahah Tangguhan xxx
Utang Murabahah xxx Kas xxx Beban Murabahah xxx Beban Murabahah Tangguhan xxx
29
f. Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli
barang diakui sebagai kerugian.
Jurnal saat pembeli membayar uang muka :
Jurnal ketika penyerahan barang setelah memberikan
uang muka :
Jika pembeli membatalkan transaksi dan dikenakan biaya,
maka akan diakui sebagai kerugian.
Jurnal bila biaya yang dikenakan lebih kecil dari uang
muka :
Jurnal bila biaya yang dikenakan lebih besar dari uang
muka :
Kerugian – Denda xxx Kas/Utang xxx
Uang Muka xxx Kas Xxx
Aset xxx Uang Muka xxx Beban Murabahah Tangguhan xxx Utang Murabahah xxx
Kas xxx Kerugian xxx Uang Muka xxx
Kerugian xxx Uang Muka xxx Kas/Utang xxx
30
2. Penyajian
(Akuntansi untuk penjual)
a. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat
direalisasikan yaitu saldo piutang murabahah dikurangi
penyisihan kerugian piutang.
b. Marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang
(contra account) piutang murabahah.
(Akuntansi untuk pembeli akhir)
c. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang
(contra account) utang murabahah.
3. Pengungkapan
A. Penjual mengungkapkan hal-hal terkait transaksi murabahah,
tetapi tidak terbatas pada:
i. Harga perolehan asset murabahah,
ii. Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan
pesanan sebagai kewajiban atau bukan, dan
iii. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 :
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
B. Pembeli mengungkapkan hal-hal terkait transaksi murabahah,
tetapi tidak terbatas pada:
i. Nilai tunai asset yang diperoleh dari transaksi murabahah,
ii. Jangka waktu murabahah Tangguh, dan
iii. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 :
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
31
8. Ketentuan Tentang Pembiayaan Murabahah Berdasarkan Fatwa
DSN No: 04/DSN-MUI/IV/2000
Dewan Syariah Nasional mengemukakan pertimbangan terhadap
penerapan murabahah dalam Perbankan Syariah/Lembaga Keuangan
Syariah yang tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
No: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Murabahah
menyebutkan tentang :
a. Bahwa masyarakat banyak memerlukan bantuan penyaluran
dana dari bank berdasarkan prinsip jual beli.
b. Bahwa dalam rangka membantu masyarakat melangsungkan
dan meningkatkan kesejahteraan dan berbagai kegiatan bank
syariah perlu memiliki fasilitas murabahah bagi yang
memerlukannya, yaitu menjual suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.
c. Bahwa oleh karena itu DSN memandang perlu menetapkan
fatwa tentang murabahah untuk dijadikan pedoman oleh bank
syariah.
A. Ketentuan Umum sebagai Bank Syariah/BMT/LKS
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang
bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat
islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati klasiifikasinya.
32
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama
bank sendiri dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya
yang diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati
tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan
akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus
dengan nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga akad jual beli murabahah harus
dilakukan setelah barang menjadi milik bank.
B. Ketentuan murabahah kepada nasabah
1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian
suatu barang atau aset kepada bank.
2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli
terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan
pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah
dan nasabah harus menerima/membelinya sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum
33
perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak
harus membuat kontrak jual beli.
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesan.
5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut,
biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus
ditanggung oleh bank, maka bank dapat meminta kembali sisa
kerugiannya kepada nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari
uang muka, maka:
(a) nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia
tinggal membayar sisa harga.
(b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank
maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank
akibat pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak
mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
C. Jaminan dalam Murabahah
1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius
dengan pesanannya.
2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan
yang dapat dipegang.
D. Hutang dalam Murabahah
1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi
murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang
34
dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut.
Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan
keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk
menyelesaikan hutangnya kepada bank.
2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran
berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian,
nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai
kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran
angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.
E. Penundaan Pembayaran dalam Murabahah
1 Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda
penyelesaian utangnya.
2 Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja,
atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya,
maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
F. Bangkrut dalam Murabahah
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan
utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi
sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
B. Tinjauan Empiris
Beberapa penelitian terdahulu mengenai murabahah yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:
35
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian
1. Joni ahmad Mughni (2019)
Analisis Penerapan Akuntansi Syariah Berdasarkan PSAK Nomor 102 pada Pembiayaan di BMT Al – Ittihad Cikurubuk Tasikmalaya
Menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penerapan akuntansi akad murabahah sebagian besar sudah sesuai dengan PSAK 102. 1. Pengakuan dan pengukuran asset murabahah, piutang murabahah, keuntungan murabahah, potongan angsuran murabahah, dan denda sudah sesuai dengan PSAK 102. 2. Penyajian yang diterapkan oleh KSPPS BMT Al – Ittihad masih ada yang kurang sesuai dengan PSAK 102, yaitu keuntungan murabahah tangguhan disajikan di neraca akan tetapi dicatat dengan cadangan kerugian piutang. 3. Pengungkapan yang dilakukan oleh pihak BMT kurang sesuai dengan PSAK 102 yaitu dalam penyajian laporan keuangan Syariah harus mengacu pada PSAK 102.
2. Sri Astika, Agusdiwana Suarni, dan Mahmud Nuhung (2018)
Analisis Penerapan Akuntansi Syariah Berdasarkan PSAK 102 pada Pembiayaan Murabahah di PT. Bank BNI Syariah Cabang Makassar
Penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis komparatif.
Penerapan akuntansi Syariah berdasarkan PSAK 102 pada pembiayaan murabahah di PT. Bank BNI Syariah Cabang Makassar belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 102, karena PT Bank BNI Syariah Cabang Makassar tidak menerapkan aturan sesuai dengan PSAK 102
36
yang menyatakan bahwa denda bagi nasabah yang terlambat membayar diterima dan diakui sebagai dana kebajikan. PT bank BNI Syariah tidak mengenakan denda dalam bentuk apapun berdasarkan keputusan Dewan Pengawas Syariah PT Bank BNI Syariah.
3. Imam Sofi’i (2019)
Analisis Penerapan PSAK 102 Atas Pembiayaan Modal Investasi Murabahah pada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Nurul Falah Sawangan Depok
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
Penerapan akad Murabahah di BMT Nurul Falah pada pembiayaan Modl Investasi tanpa jaminan tambahan ini dapat dikatakan sesuai dengan Syariah karena dalam praktek pelaksanaan akad murabahah sesuai dengan PSAK 102.
4. Inggrid Eka Pratiwi dan Dina Fitrisia Septiarni (2014)
Analisis Penerapan PSAK – 102 Murabahah (Studi Kasus pada KSU BMT Rahmat Syariah Kediri)
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Perlakuan akuntansi yang diterapkan BMT Rahmat Syariah terhadap pembiayaan murabahah dari tahap saat awal akad, selama proses mengangsur hingga saat akhir akad dapat disimpulkan bahwa: 1. Dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi awal akad tidak sesuai dengan PSAK 102 2. Selama proses akad, dalam hal pengukuran keuntungan murabahah telah sesuai dengan PSAK 102, namun dalam hal pengakuan, penyajian, dan pengungkapan tidak sesuai dengan PSAK
37
102. Sedangkan dalam pengakuan, pengukuran dan pengungkapan denda (ta’zir) sudah sesuai dengan PSAK 102 hanya penyajiannya yang tidak sesuai dengan PSAK 102. 3. Pada saat pelunasan pengukuran telah seuai dengan PSAK 102, namun pengakuan, penyajian, dan pengungkapan tidak sesuai dengan PSAK 102.
5. Hariyanto (2015)
Perlakuan Akuntansi Syariah PSAK Nomor 102 pada BMT Ummah Banjarmasin
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Perlakuan akuntansi Syariah PSAK 102 pada BMT Ummah Banjarmasin sebagian besar sudah sesuai, namun belum memenuhi PSAK 102. Hal Ini dibuktikan pada beberapa yang masih perlu dilakukan perbaikan seperti belum adanya perlakuan akuntansi urbun murabahah, perlkauan akuntansi potongan pelunasan dini, dan tidak adanya denda pada saat anggota (nasabah) tidak bisa membayar cicilannya.
6. Irfan (2018) Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabhah Berdasarkan PSAK Nomor 102 pada PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif
Hasil perhitungan Indeks Kesesuaian Kasar (IKK) didapatkan hasil sebesar 55% artinya bahwa penerapan PSAK Nomor 102 tentang pembiayaan murabahah pada PT. Bank Mandiri Syariah Cabang Makassar “kurang sesuai” berdasarkan tabel tinkat persentase pada rentang 40%-56%. Disebabkan pencatatan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
38
terkait asset murabahah, diskon, potongan pelunasan piutang murabahah, uang muka, dan piutang murabahah tidak dilakukan oleh pihak Bank.
7. Parno dan Tikawati (2016)
Analisis Penerapan PSAK No. 102 Untuk Pembiayaan Murabahah pada KPN IAIN Samarinda
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis komparasi.
Perlakuan akuntansi murabahah pada KPN IAIN Samarinda yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran, penyajian dan pengungkapan elum sepenuhnya sesuai dengan PSAK No. 102 Secara garis besar perlakuan akuntansi yang dilakuakn oleh KPN IAIN Samarinda telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum yaitu PSAK No. 102. Tetapi masih ada pada saat terjadi tunggakan angsuran dan penerimaan angsuran tunggakan, implementasinya KPN IAIN samarinda tidak mencatat jurnal apapun atau tidak ada perlakuan akuntansi. Seharusnya dalam PSK No. 102 diatur pada saat terjadinya tunggakan angsuran dan penerimaaan angsuran tunggakan, margin diakui proporsional dengan kas yang diterima.
8. Muzayyidatul Habibah dan Alfu NIkmah (2016)
Analisis Penerapan Akuntansi Syariah Berdasarkan PSAK No. 102 Pada Pembiayaan Murabahah di BMT Se-
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.
BMT masih melakukan pengakuan persediaan yang seharusnya tidak perlu dilakukan karena praktik yang dilakukan merupakan transaksi pembiayaan murabahah bukan transaksi murabahah berbasis jual beli secara riel adanya penyerahan barang
39
Kabupaten Pati
dagangan. Pihak BMT sudah menyusun laporan keuangan Neraca, namun tidak dapat terlihat nilai cadangan kerugian piutang murabahah. Pada laporan laba rugi tidak terlihat adanya biaya kerugian penurunan murabahah karena memang hal tersebut tidak diakui/dicatat pada jurnal umum. Pihak BMT sudah mengungkapkan hal – hal yang terkait dengan transaksi murabahah, meliputi harga perolehan asset murabahah, janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan, sedangkan laporan keuangnan non komersial sudah disusun untuk kepentingan internal BMT.
9. Rani Febrian dan Sepky Mardian (2017)
Penerapan PSAK No. 102 Atas Transaksi Murabahah: Studi pada Baitul Maal Wa Tamwil Di depok, Jawa Barat
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif (mix method) dengan analisis deskriptif.
Jika dirata – ratakan jawaban responden dari 13 BMT di Depok yang telah menerapkan PSAK 102 sebesar 68,4% dan yang belum menerapkan sebesar 31,6% dikarenakan terdapat kelemahan pada aspek latar belakang Pendidikan responden yang mengakibatkan terbatasnya pengetahuan atas catatan transaksi di BMT. Sehingga dengan nilai rata – rata yang dicapai 68,4% dapat disimpulkan bahwa 13 BMT di Kota Depok rata – rata telah menerapkan PSAK 102 atas transaksi murabahah.
40
10. Putri eka Wardani (2017)
Analisis Penerapan PSAK 102 Atas Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada Bank Mandiri Syariah)
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Syariah Mandiri tidak menjadi penjual, namun menjadi pihak penyedia dana dengan menggabungkan akad wakalah dan murabahah menjadi satu ijab qabul atau kesepakatan. Hal Ini menjadikan entitas berperan sebagai lembaga pembiayaan sehingga tidak memiliki risiko kepemilikan persediaan. Syariah mandiri tetap mencatat pengakuan persediaan murabahah dalam kebijakan akuntansinya meskipun berperan sebagai Lembaga pemberi pinjaman. Syariah mandiri pada pelaporan akuntansi tahun 2015 sudah menjalankan substansi isi PSAK 50, 55, dan 60 yang diatur dalam PSAK 102 revisi 2013.
Sumber : Data diolah oleh peneliti
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian – penelitian
sebelumnya seperti berikut ini:
1. Penelitian yang dilakukan oleh (2) Sri Astika, (4) Inggrid Eka Pratiwi dan
Dina Fitrisia Septiarini, (5) Hariyanto, (7) Parno dan Tikawati, (8)
Muzayyidatul Habibah menggunakan acuan PSAK Nomor 102 yang
disahkan tanggal 27 Juni 2007
2. Penelitian yang dilakukan oleh (1) Joni Ahmad Mughni, (3) Imam Sofi’I, (6)
Irfan, (9) Rani Febrian dan Sepky Mardian, (10) Putri Eka Wardini
menggunakan acuan PSAK Nomor 102 yang disahkan tanggal 13
November 2014
41
3. Penelitian yang dilakukan oleh (9) Rani Febrian dan Sepky Mardian
menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif,
4. Penelitian yang dilakukan oleh (6) Irfan menggunakan Rumus yang
dikemukakan oleh Arikunto yaitu perhitungan Indeks Kesesuaian Kasar
(IKK) untuk memperoleh tingkat persentase dan kualifikasinya.
5. Penelitian (2), (6), dan (10) dilakukan pada Bank syariah seperti PT. Bank
Syariah Mandiri dan PT. Bank BNI Syariah.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penilitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
BMT INSAN MANDIRI
MAKASSAR
PEMBIAYAAN AKAD
MURABAHAH
PSAK NO. 102
- PENGAKUAN - PENGUKURAN - PENYAJIAN - PENGUNGKAPAN
HASIL ANALISIS
PENERAPAN AKAD
MURABAHAH
42
Berawal dari masalah yang akan diteliti yaitu sejak beroperasinya BMT
Insan Mandiri Makassar hingga saat ini apakah perlakuan akuntansi
murabahah pada BMT Insan Mandiri Makassar sudah sesuai dengan PSAK
No. 102 tahun 2017 atau belum.
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan data baik dengan metode wawancara langsung
menggunakan alat perekam suara dan buku catatan, dan juga metode tidak
langsung seperti penelusuran dokumen yang berhubungan dengan objek
penelitian mengenai akuntansi pembiayaan akad murabahah. Setelah
mendapatkan informasi atas praktik dan data dari objek penelitian, lalu
melakukan perbandingan dengan teori dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 102 tentang Akuntansi Murabahah.
Selanjutnya, menganalisis praktik perlakuan akuntansi pada saat
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan berdasarkan PSAK
No. 102 tahun 2017 tentang Akuntansi Murabahah. Setelah itu, menarik
kesimpulan sesuai atau tidak dengan menyertakan penjelasan yang objektif.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang tergolong dalam penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal lain – lain yang
terkait objek penelitian untuk dipaparkan dalam bentuk laporan hasil analisis.
Pada proses penelitian, peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek yang
diteliti (Arikunto, 2013: 3). Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada
latar alamiah tanpa ada manipulasi di dalamnya, karena kondisi lapangan yang
alamiah maka hasil yang diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan
ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dari fenomena yang
diamati (Prastowo, 2012: 24).
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah yang menjadi pusat perhatian atau tujuan dalam
penelitian. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah Perlakuan Akuntansi
Murabahah berdasarkan PSAK Nomor 102 tahun 2017 pada BMT Insan
Mandiri Makassar.
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini telah dilaksanakan di Kantor BMT Insan Mandiri
Makassar yang beralamat di Komplek BTN Moncongloe Mas B6 No. 44,
Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Penelitian ini
44
telah dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September – November pada
tahun 2019.
D. Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2017: 193). Data – data tersebut
berupa data hasil wawancara dengan stakeholder BMT Insan Mandiri
Makassar. Informan dalam penelitian kualitatif adalah informan penelitian
yang memahami informasi mengenai fokus penelitian. Informan dalam
penelitian ini adalah Ketua KSP BMT Insan Mandiri Makassar.
2. Data Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen (Sugiyono, 2017: 193). Data sekunder adalah data yang
diperoleh dan digunakan untuk mendukung data primer, antara lain Buku
Profil Perusahaan BMT Insan Mandiri Makassar, dan data – data lain yang
berhubungan dengan penelitian ini seperti kepustakaan dan internet.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Wawancara adalah sebuah kegiatan yang bertujuan memperoleh
informasi tentang fokus penelitian dari seorang informan tertentu yang
dilakukan dengan tanya jawab secara langsung. Wawancara yang
dilakukan secara bertahap seperti wawancara tatap muka dengan
45
adanya perekaman suara dan tanpa perekaman suara tapi tetap
dilakukan pencatatan, dan wawancara melalui via whatsapp. Alat yang
dipergunakan dalam wawancara adalah daftar pertanyaan yang disusun
oleh peneliti untuk mengetahui perlakuan akuntansi murabahah pada
BMT Insan Mandiri Makassar berdasarkan PSAK No. 102, buku catatan,
dan tape recorder / Handphone.
2. Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk mengumpulkan
dokumen – dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari
pencatatan sumber – sumber informasi yang berhubungan dengan fokus
penelitian. Adapun cara yang dilakukan adalah menyalin dokumen dan
mengambil gambar/memfoto.
F. Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif. Analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, studi dokumentasi, dan
bahan – bahan lain dengan cara mengorganisasikan data ke sintetis,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
dan orang lain (Sugiyono, 2017: 334).
Dalam penggunaan teknik analisis data, peneliti mengacu pada teknik yang
sudah umum digunakan oleh para peneliti, yakni teknik analisis data model
interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Humberman tahun 1984.
Langkah-langkah analisis model interaktif yaitu pengumpulan data, reduksi
data, sajian data dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2017: 337).
46
Gambar 3.1
Analisis Data Model interaktif
Sumber: Sugiyono, 2017
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data (data collecting)
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang digunakan untuk
memperoleh informasi yang berupa kalimat-kalimat yang dikumpulkan
melalui kegiatan wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh masih
berupa data mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan analisis agar
data menjadi teratur.
2. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data adalah suatu proses seleksi, pemfokusan,
penyederhanaan dan abstraksi dari data mentah. Di penelitian ini
mereduksi data berasal dari catatan lapangan, data wawancara, dan
dokumentasi yang telah dikumpulkan.
Reduksi data
Penyajian data
Kesimpulan – kesimpulan: Penarikan/verifikasi
Pengumpulan data
47
3. Sajian Data (data display)
Sajian data merupakan kumpulan dari beberapa informasi yang
memungkinkan menjadi kesimpulan penelitian yang dapat dilakukan.
Sajian data dapat berupa matriks, gambar atau skema, jaringan kerja
kegiatan dan tabel. Semuanya dirakit secara teratur guna mempermudah
pemahaman informasi.
4. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing/verification)
Penarikan kesimpulan diperoleh bukan hanya sampai pada akhir
pengumpulan data, melainkan dibutuhkan suatu verifikasi yang berupa
pengulangan dengan melihat dan mengecek kembali data mentah agar
kesimpulan yang diambil lebih kuat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam
proses analisis data satu dengan yang lain sehingga tidak dapat
dipisahkan, dimana komponen yang satu merupakan langkah menuju
komponen yang lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian
kualitatif tidak bisa mengambil salah satu komponen saja. Penarikan
kesimpulan merupakan hasil dari suatu proses penelitian yang tidak dapat
terpisahkan dari proses sebelumnya, karena merupakan satu kesatuan.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BMT Insan Mandiri Makassar
1. Profil BMT Insan Mandiri Makassar
BMT Insan Mandiri didirikan tanggal 21 Mei 2011, berdasarkan Akta
notaris Amiruddin Alie, S.H dengan nomor 15 tanggal 21 Mei 2011.
Disahkan dalam bentuk badan hukum tanggal 27 Juni 2011 dengan nomor
badan hukum : 06/BH/XXIV/VI/ 2011 oleh Dinas Koperasi dan UKM
Sulawesi Selatan A. M. Yamin, SE., MS. Pada Rapat Anggota Tahunan
tahun buku 2012, yang dilaksanakan tanggal 30 Januari 2013 peserta rapat
sepakat untuk mengubah anggaran dasar khususnya nama dari KJKS
BMT Tali Berdaya menjadi KSP. BMT Insan Mandiri. Perubahan itu dicatat
dalam akta notaris nomor 12 tanggal 24 Desember 2013, dan disahkan
oleh Dinas Koperasi dan UMKM Sulawesi Selatan tanggal 14 Februari
2014 dengan nomor : 03/PAD/II/2014. BMT memiliki NPWP dan Perizinan
Usaha yang masih berlaku sampai saat ini antara lain : NPWP (Nomor
Pokok Wajib Pajak Nasional), No. : 03.129.090.1-801.000, SIUP ( Surat
Izin Usaha Perdagangan), No. : 503/0366/SIUPK-B/14/KPAP, SITU (Surat
Izin Tempat Usaha), No. 503/0433/IG-B/14/KPAP, TDP (bn,No.
503/0303/TDPKO-B/14/KPAP.
Awal berdirinya BMT Insan Mandiri berkedudukan di Jalan Perintis
Kemerdekaan 8, ruko Perintis Bisnis Centre, nomor 003, Kelurahan
Tamalanrea Indah, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar sampai tahun
2015. Lalu berpindah ke Maros tepatnya di Perumahan/Komplek BTN
Moncongloe Mas B6 nomor 44 Kecamatan Moncongloe Kabupaten Maros
49
dan masih beroperasi sampai saat ini. Modal awal saat itu terdiri dari modal
sendiri dan penyertaan, modal sendiri sebesar Rp. 64.692.552.
Sedangkan, modal penyertaan terdiri dari modal pinjaman dari Pusat
Koperasi Syariah BMT Inti Sulawesi Selatan sebesar Rp. 118.000.000, dan
modal penyertaan lain sebesar Rp. 547.893.491. Jumlah karyawan saat
itu yang mengelola BMT Insan Mandiri yaitu 6 (enam) orang yang terdiri
dari karyawan tetap dan tidak tetap.
Corporate Culture yang dikembangkan oleh BMT INSAN MANDIRI
sebagai berikut :
1. Niat untuk ibadah, 2. Terencana, 3. Aksi nyata, 4. Berdedikasi tinggi, 5. Telaten, 6. Kerja keras, 7. Disiplin, 8. Professional, dan 9. Bertanggungjawab.
Networking yang kini sedang dibangun meliputi, Puskopsyah BMT Inti
Sulawesi Selatan PINBUK, Dinas Koperasi dan UKM Sulawesi Selatan dan
sejumlah UKM yang telah menjadi nasabah BMT Insan Mandiri.
BMT Insan Mandiri didirikan untuk bersama membangun ekonomi
ummat dalam bingkai syariah, oleh karena itu setiap aktivitas selalu
diarahkan untuk membangun perekonomian ummat, tidak sekedar menjadi
penonton tetapi menjadi pelopor dan menjadikan diri, dan perusahaan
sebagai panitia orang sukses Indonesia khususnya dalam perekonomian.
2. Kepengurusan BMT Insan Mandiri Makassar
Susunan pengurus periode 2016 sampai dengan 2020 terdiri dari tiga
pengurus dan tiga pengawas, adapun komposisi pengurus dan pengawas
yaitu sebagai berikut :
50
Ketua pengurus : Muhammad Jamil, SE.,
Sekretaris : A. Ahmad Hidayat, SE.,
Bendahara : Nurhidayah, SE.
Adapun nama pengawas diperiode yang sama, yaitu :
Ketua Pengawas : Anwar, ST,
Anggota : dr. Zainal Abidin, Muhammad Haris Halid, S.Km.
Saat ini, BMT Insan Mandiri memiliki anggota sebanyak 74 orang (42
orang laki-laki dan 32 orang perempuan), dimana pelaku usaha mikro
sebanyak 13 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Sedangkan pelaku
usaha kecil terdiri dari 29 orang laki-laki dan 30 orang perempuan. Selain
dari anggota juga terdapat calon anggota sebanyak 14 orang laki-laki dan
22 orang perempuan.
3. Visi, Misi, Dan Motto Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Insan Mandiri
Makassar
a. Visi BMT Insan Mandiri Makassar
“Menjadi salah satu baitul maal wattamwil terkemuka di Sulawesi
Selatan sebagai pencipta manusia mandiri”.
b. Misi BMT Insan Mandiri Makassar
1) Meningkatkan jumlah anggota,
2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengurus dan
pengelola,
3) Meningkatkan jaringan yang luas untuk pengembangan usaha,
4) Membuka cabang di daerah, dan
5) Meningkatkan kesejahteraan pengurus, pengelola serta anggota”.
c. Motto BMT Insan Mandiri Makassar
51
“Bersama Membangun Ekonomi Ummat Dalam Bingkai Syariah”.
Jadi BMT Insan Mandiri punya motto adalah “Membangun Bersama,
Membangun Kemandirian Ummat” sesuai dengan logo BMT Insan
Mandiri.
4. Produk – Produk Pada BMT Insan Mandiri Makassar
Baitul Maal wa Tamwil dalam artian bahasa adalah rumah harta
(social) dan niaga, dalam pengertian luas baitul maal wa tamwil adalah
lembaga yang melakukan kegiatannya untuk tujuan social dan niaga dalam
rangka mensejahterakan ummat yang dilakukan baik dengan menghimpun
dana dari ummat dan melakukan penyaluran dalam sector riil (fungsi baitul
tamwil) dan penyaluran dana/ harta kepada yang berhak.Dengan konsep
BMT tersebut, BMT Insan Mandiri hadir untuk melaksanakan 2 misi
sekaligus yaitu misi keummatan (social) dan misi bisnis. Misi social
(keummatan) dikorelasikan dengan kerja baitul maal dan misi bisnis
dikorelasikan dengan Baitul tamwil. Kedua misi tersebut disatukan dalam
sistem management BMT Insan Mandiri dalam rangka ikut berpartisipasi
dalam pembangunan ekonomi ummat yang berlandaskan syariah. Kinerja
baitul tamwil juga tetap berorientasi terhadap pengembangan bisnis yang
bersifat social untuk memerangi lintah darat yang diimplementasikan dalam
bentuk pembiayaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal usaha dan
kebutuhan konsumtif lainnya.
1. Produk Simpanan BMT Insan Mandiri Makassar terdiri dari : Tabungan
Mandiri Sejahtera (Tamara) bisa diambil setiap saat, Tabungan
Pendidikan Anak (Tadika) bisa diambil pada waktu tertentu misalnya
mau masuk disekolah selanjutnya atau pembayaran akhir semester,
Tabungan Idul Fitri (Taduri) hanya bisa diambil pada hari raya idul fitri,
52
Tabungan Haji Terwujud (Tahajud) bisa diambil pada saat akan
menunaikan haji dan Tabungan Berjangka (Tajaka) bisa diambil sesuai
dengan jangka waktu yang telah disepakati disertai dengan bagi hasil
sesuai kesepakatan. Produk simpanan ini berorientasi pada social
oriented dan dalam pengelolaan ZISWAF (zakat, Infak, Sedekah, dan
Wakaf) BMT bekerja sama dengan Dompet Dhuafa. Sehingga banyak
program yang dapat dilaksanakan seperti Program TPA, Modal Usaha
bagi dhuafa, Beasiswa Pendidikan, Paket Lebaran para Da’i, dan juga
yang terbaru ada produk Tabungan Kesehatan Masyarakat (mikro
insurance).
2. Produk Pembiayaan BMT Insan Mandiri Makassar terdiri dari :
Murabahah (Jual Beli), Mudharabah (Kerjasama Bagi Hasil),
Musyarakah (Kerjasama Bagi Hasil), Ijarah Multi Jasa (kredit untuk
biaya pendidikan dan lain-lain) dan Sektor Riil yaitu Payment Point
Online System (PPOS), dan Car Rent (Insan Mandiri Rent).
B. Prosedur Dan Persyaratan Dalam Memperoleh Pembiayaan Murabahah
Pada BMT Insan Mandiri Makassar
BMT Insan Mandiri Makassar memiliki beberapa produk dan akad
pembiayaan. Salah satu akad yang menjadi unggulan adalah pembiayaan
murabahah. Pembiayaan murabahah yang diterapkan oleh BMT Insan Mandiri
Makassar dapat dikategorikan menjadi dua, yakni pembiayaan produktif
(murabahah bil wakalah) dan pembiayaan konsumtif (murabahah murni).
Untuk pembiayaan produktif ditujukan kepada nasabah yang akan
menggunakannya sebagai modal kerja, misal nasabah membeli persediaan
barang dagang untuk bisnis usahanya. Untuk pembiayaan konsumtif ditujukan
53
kepada nasabah yang ingin memenuhi kebutuhan/keperluan nasabah seperti
pembelian barang elektronik, peralatan rumah tangga dan keperluan lainnya.
Keduanya tetap disebut sebagai pembiayaan murabahah.
Pihak nasabah sebagai pemohon dalam mengajukan pembiayaan
murabahah pada BMT Insan Mandiri Makassar supaya mengajukan barang
yang jelas dan halal. Tentu pengajuan pembiayaan harus mengikuti prosedur
yang berlaku di BMT Insan Mandiri Makassar. Adapun persyaratan yang harus
dipenuhi oleh nasabah sebagai pemohon pembiayaan murabahah adalah
sebagai berikut:
1. Pemohon melengkapi dokumen sebagai berikut:
a. Fotocopy KTP/SIM dan Kartu Keluarga (bila Suami/Istri)
b. Pas foto 3x4 (suami/istri) masing – masing 1 lembar (pembiayaan baru)
c. Surat persetujuan (suami/istri/saudara/orang tua/anak)
d. Jaminan/Fudicia :
ii. Jika modal kerja/modal usaha maka ada jaminan tambahan sesuai
kebijakan BMT, dan
iii. Jika barang konsumtif maka integritas barang sebagai jaminan.
2) Pemohon yang mengajukan pembiayaan murabahah bentuknya modal
kerja supaya menyiapkan proposal permohonan yang akan diajukan.
3) Plafon pembiayaan yang dapat diajukan oleh nasabah maksimum Rp.
5.000.000,-.
Setelah pemohon memenuhi syarat – syarat yang ditentukan oleh pihak
BMT maka selanjutnya pemohon mengisi formulir pembiayaan dan perjanjian
pembiayaan yang disediakan oleh pihak BMT. Maka pemohon terdaftar
sebagai member/nasabah BMT Insan Mandiri Makassar. Kemudian pemohon
54
melampirkan dokumen tersebut dengan lengkap. Pihak BMT melakukan
pencairan dana di bank.
C. Analisis Perlakuan Akuntansi Murabahah Berdasarkan PSAK Nomor 102
Sesuai PSAK Nomor 102, BMT hanya menerapkan pembiayaan
murabahah berdasarkan pesanan yang sifatnya mengikat dan diangsur. Bila
yang diajukan pembiayaan konsumtif dan disetujui oleh pihak BMT maka pihak
BMT langsung yang melakukan pembelian barang sesuai pesanan nasabah
tanpa perantara dan akad tambahan. Kemudian BMT melaksanakan akad
murabahah dengan nasabah untuk membuat kesepakatan harga. Dalam
kesepakatan tersebut membahas harga perolehan, marjin keuntungan yang di
dalamnya sudah termasuk juga biaya – biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak
BMT selama mengadakan barang pesanan.
Bila pembiayaan murabahah digunakan untuk modal kerja maka nasabah
sebagai pemohon supaya menyusun proposal permohonan terkait kegiatan
usahanya. Pihak BMT terlebih dahulu memeriksa proposal yang diajukan dan
pemohon menunggu persetujuan dari pihak BMT. Bila diperlukan BMT juga
melakukan survei kondisi layak atau tidak. Selanjutnya jika telah disetujui maka
dilaksanakan akad murabahah untuk membuat kesepakatan harga dan juga
akad wakalah. Dengan akad wakalah, pemohon diberi hak mewakili untuk
mengadakan barang sebagai modal kerja/modal usaha yang diinginkan dan
secara hakikat ini masih menjadi milik pihak BMT. Pada prinsipnya barang
tersebut tetap menjadi milik pihak BMT, hal ini tentu tidak ada larangan dalam
syariat karena sesuai dengan rukun dalam jual beli. Barang yang telah dibeli
oleh nasabah dilaporkan kepada BMT dengan menyerahkan bukti
transaksinya dan pada saat itu pula berakhirlah akad wakalah dan kembali ke
akad murabahah.
55
Kesepakatan tersebut ditandai dengan penandatanganan perjanjian
pembiayaan baik pembiayaan murabahah produktif maupun konsumtif.
Setelah sepakat maka terjadi serah terima barang antara pihak BMT dengan
nasabah. Selanjutnya nasabah melakukan pembayaran angsuran yang telah
menjadi kewajibannya sampai lunas sesuai jangka waktu yang ditentukan. Bila
nasabah telah menyelesaikan kewajibannya maka barang tersebut
sepenuhnya sudah menjadi milik nasabah.
BMT Insan Mandiri Makassar melakukan pencatatan akuntansi dengan
cara komputerisasi menggunakan aplikasi “UC”. Pihak BMT sangat
dimudahkan dengan sistem ini karena meminimalisir terjadinya kesalahan
dalam proses pencatatan transaksi harian dan penjurnalan.
Peneliti mendeskripsikan pengakuan dan pengukuran terkait jurnal yang
dilakukan oleh BMT Insan Mandiri Makassar sesuai dengan hasil wawancara
dan dokumentasi yang dilakukan:
a. Pengakuan dan pengukuran pada Aset Murabahah dan Piutang
Murabahah
BMT Insan Mandiri menyediakan pembiayaan sebagai modal kerja dan
keperluan konsumtif atau menerapkan sistem murabahah murni dan
murabahah bil wakalah. BMT menerapkan pembiayaan murabahah
berdasarkan pesanan yang bersifat mengikat dan diangsur. Artinya, BMT
hanya akan melakukan pembelian barang pesanan sesuai dengan
pengajuan nasabah, nasabah tidak bisa membatalkan akad, dan nasabah
melakukan pembayaran secara angsuran.
Setelah pengajuan nasabah disetujui oleh pihak BMT baik untuk
pembiayaan konsumtif/keperluan konsumtif (murabahah murni) maupun
produktif/modal kerja/usaha (murabahah bil wakalah) maka pihak BMT
56
hanya melakukan pencatatan saat pencairan dana dan realisasi barang
sesuai dengan pembiayaan yang diajukan dan tidak melakukan
pencatatan apapun saat pembelian barang oleh BMT dan saat pembelian
barang yang diwakilkan. Berikut ini jurnal saat pencairan dana dari Bank
dan saat realisasi barang:
Tabel 4.1
Jurnal Saat Pencairan Dana
Tanggal Kode Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit
1010102 Kas Teller xxx
101020x Bank Xxx
Sumber : Data sekunder diolah (2019)
Pada saat akad murabahah yaitu piutang murabahah diakui sebesar
nilai kas yang dibelanjakan ditambah marjin murabahah. Pencatatan akun
kas yang dilakukan oleh pihak BMT ini bukan yang dimaksudkan dalam
PSAK 102, yang seharusnya adalah akun persediaan/aset murabahah.
Pengakuan terhadap piutang murabahah sudah sesuai dengan PSAK 102.
Buktinya adalah BMT melanjutkan jurnal di atas sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jurnal Saat Realisasi Barang Dan Akad Murabahah Disepakati
Tanggal Kode Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit
1010401 Piutang Murabahah xxx
1010102 Kas Teller Xxx
1010401 Piutang Murabahah xxx
1010402 Pendapatan marjin murabahah yang ditangguhkan
Xxx
Sumber : Data sekunder diolah (2019)
57
Bila pembiayaan yang diajukan adalah murabahah murni/keperluan
konsumtif yaitu pembelian barang dilakukan langsung oleh pihak BMT
maka berdasarkan PSAK 102, aset murabahah diakui sebagai persediaan
sebesar biaya perolehan, jurnal terkait aset murabahah adalah
Aset Murabahah Xxx Kas xxx
Sedangkan, bila pembiayaan yang diajukan adalah modal
kerja/usaha/murabahah bil wakalah artinya pihak BMT menggunakan akad
wakalah dalam pembiayaan murabahah maka berdasarkan PSAK 102,
pencatatan jurnal saat pembelian barang yang diwakilkan (murabahah bil
wakalah) adalah
Piutang Wakalah xxx Kas xxx Persediaan Murabahah xxx Piutang Wakalah xxx
Menurut PSAK 102, piutang murabahah diakui sebesar biaya
perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Adapun
pencatatan jurnal saat akad disepakati adalah
Piutang Murabahah xxx Persediaaan Murabahah xxx Marjin Murabahah yang ditangguhkan
xxx
b. Pengakuan Diskon Pembelian Barang
Pihak BMT memberikan penjelasan bahwa jika barang yang dibeli
langsung oleh pihak BMT dari pemasok dan mendapat diskon pembelian
maka diskon pembelian diakui sebagai pengurang biaya perolehan. Misal,
harga telepon seluler di pemasok sebesar Rp. 2.000.000 dan pemasok
memberikan diskon sebesar Rp 200.000 sehingga harga telepon seluler
58
tersebut yang diterima pihak BMT Rp 1.800.000 maka nasabah menerima
info harga perolehan telepon seluler adalah harga setelah diskon
pembelian yaitu Rp 1.800.000. Adapun jika pembelian barang yang
dilakukan nasabah dengan akad wakalah dan mendapat diskon pembelian
dari pemasok maka diskon pembelian itu menjadi hak nasabah sedangkan
BMT hanya mengakui harga perolehan yang tertera dalam akad yang
disepakati. Penjelasan dari pihak BMT sudah sesuai dengan PSAK 102.
c. Pengakuan Uang Muka (Urbun)
Pihak BMT menjelaskan bahwa BMT tidak melakukan pencatatan
apapun terkait uang muka karena langsung menjadi pengurang harga
perolehan barang atau pengurang biaya yang dikeluarkan oleh pihak BMT
dan diperhitungkan saat akad murabahah. Saat akad murabahah, barang
diserahkan ke nasabah senilai harga perolehan setelah dikurangi uang
muka tersebut dan marjin yang disepakati dan diakui sebagai piutang
murabahah.
Menurut PSAK 102, jurnal yang dibuat bila menerima uang muka dari
nasabah adalah sebagai berikut :
Kas xxx Utang – Uang Muka Murabahah xxx
Bila murabahah jadi dilaksanakan maka jurnalnya :
Utang – Uang Muka Murabahah xxx Piutang Murabahah xxx
Berdasarkan penjelasan pihak BMT, pengakuan uang muka yang
dilakukan BMT belum sesuai dengan PSAK 102.
d. Pengakuan Marjin Murabahah
BMT Insan Mandiri Makassar tidak menggunakan rumus tertentu
dalam mengambil keputusan menentukan marjin murabahah atau tidak
59
menentukan besaran persentase marjin murabahah yang diambil dari
harga perolehan. BMT Insan Mandiri memahami hal ini dengan konsep jual
beli sehingga BMT mengacu pada target profit yang akan dicapai dan
berdasarkan kesepakatan antara BMT dan nasabah. BMT mengakui
marjin murabahah dan mencatatnya pada saat piutang murabahah
berhasil ditagih tiap bulannya dalam periode akad. Jurnal saat terjadi
pembayaran angsuran
Tabel 4.3
Jurnal Saat Terjadi Pembayaran Angsuran
Tanggal Kode Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit
1010102 Kas Teller xxx
1010401 Piutang Murabahah xxx
1010402 Pendapatan Marjin murabahah yang ditangguhkan
xxx
1010403 Pendapatan marjin murabahah
xxx
Sumber : Data sekunder diolah (2019)
Pengakuan marjin murabahah yang dilakukan BMT sudah sesuai
dengan PSAK Nomor 102.
e. Pengakuan Potongan pelunasan piutang dan potongan angsuran
murabahah
Kepengurusan BMT pada periode ini belum bisa menerapkan potongan
pelunasan piutang murabahah dan potongan angsuran murabahah bila
nasabah menyelesaikan pembayaran tepat waktu atau pelunasan sebelum
masa berakhir karena faktor ekonomi nasional setelah PEMILU tahun
2014. BMT tetap memberikan apresiasi berupa hadiah kepada nasabah
yang menyelesaikan pembayaran tepat waktu atau pelunasan sebelum
masa berakhir. Namun, BMT tidak melakukan pencatatan apapun terkait
60
apresiasi yang diberikan. Untuk pelunasan sebelum masa berakhir, BMT
tetap mengakui pelunasan tersebut sesuai waktu yang disepakati dalam
akad/perjanjian pembiayaan. Tapi, selama jangka waktu yang tersisa
tersebut, BMT mencari tempat investasi baru. Maka hal ini sudah sesuai
dengan PSAK Nomor 102.
f. Pengakuan Denda
BMT Insan Mandiri memberlakukan denda terhadap nasabah yang
tidak melaksanakan kewajiban pembayaran tepat pada waktunya tapi
sifatnya kondisional. BMT memberi kesempatan kepada nasabah untuk
memulihkan keadaan selama jangka waktu tambahan yang diberikan. Bila
ternyata nasabah mampu membayar tapi telah melewati jangka waktu
yang ditentukan maka nasabah terkena denda. Denda yang diterima oleh
BMT diakui sebagai dana kebajikan/dana sosial.
Jurnal yang dilakukan BMT Insan Mandiri Makassar saat penerimaan
denda:
Tabel 4.4
Jurnal Penerimaan Denda
Tanggal Kode Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit
1010102 Kas Teller xxx
2010405 Dana Sosial xxx
Sumber : Data sekunder diolah (2019)
Menurut PSAK Nomor 102, denda dikenakan jika pembali lalai dalam
melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima
diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Jurnal :
Dana kebajikan – Kas xxx
Dana Kebajikan – Denda xxx
61
Pemanfaatan dana sosial bukan untuk kepentingan BMT bahkan akan
dimanfaatkan untuk membantu kaum dhuafa karena Denda adalah
pendapatan yang “haram” bagi BMT.
Bagi nasabah yang tidak mampu membayar dan setelah disurvei
kondisi finansial nasabah memburuk maka BMT menggolongkan nasabah
tersebut sebagai dhuafa karena BMT mendahulukan sifat kemanusiaan.
Kemudian pembayaran yang belum selesai, BMT menunggu ada dana
sosial yang akan membiayainya atau BMT melakukan penghapusan
piutang.
Selama BMT melaksanakan pembiayaan murabahah, nasabah selalu
membayar tepat waktu. Maka penjelasan di atas sudah sesuai dengan
PSAK Nomor 102.
g. Penyajian
Penyajian yang dilakukan oleh BMT Insan Mandiri Makassar berkaitan
dengan 3 hal berikut ini :
1. Piutang murabahah
Piutang murabahah disajikan dengan nama rekening piutang
murabahah di neraca pada bagian aktiva. Pendapatan Murabahah
yang ditangguhkan sebagi pengurang piutang murabahah. Menurut
PSAK Nomor 102, piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto
yang dapat direalisasikan yaitu saldo piutang murabahah dikurangi
penyisihan kerugian piutang.
2. Marjin Murabahah Tangguhan
Marjin murabahah tangguhan disajikan di neraca bagian aktiva
dengan nama pendapatan marjin murabahah tangguhan. Penyajian
62
marjin murabahah tangguhan sebagai pengurang (contra account)
piutang murabahah sudah sesuai PSAK 102.
3. Beban Murabahah Tangguhan
BMT tidak menyajikan beban murabahah tangguhan karena BMT
melakukan pembelian barang melalui transaksi tunai.
h. Pengungkapan
Menurut PSAK Nomor 102, penjual mengungkapan hal -hal yang
terkait dengan transaksi murabahah tetapi tidak terbatas pada:
a. Harga perolehan aset murabahah
b. Janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai
kewajiban atau bukan, dan
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK Nomor 101: Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
Berdasarkan wawancara dengan Ketua BMT Insan Mandiri Makassar,
maka dalam hal pengungkapan pembiayaan murabahah belum sesuai dengan
PSAK Nomor 102. BMT tidak mengungkapkan transaksi – transaksi
murabahah seperti aset murabahah/persediaan dan uang muka. Namun pihak
BMT mengungkapkan biaya – biaya yang terkait dengan proses pengajuan
pembiayaan murabahah biaya administrasi, biaya materai, biaya – biaya lain
saat perhitungan marjin murabahah dalam akad murabahah yang telah
disepakati dan diketahui oleh nasabah. Terkait dengan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah, BMT dalam menyusun laporan keuangan belum sesuai
dengan PSAK 101 dan masih menggunakan prinsip akuntansi berterima
umum. Karena masih ada akun rekening bank yang bersifat konvensial dalam
laporan neraca pada bagian aktiva. BMT yang notabenenya bersifat syariah
maka BMT seharusnya hanya menggunakan atau membuka rekening bank
63
Syariah. BMT juga harus mengungkapkan bagi hasil dari rekening Bank
Syariah dalam laporan neraca. Laporan keuangan BMT Insan Mandiri bersifat
internal dan tidak dipublikasikan. Khusus untuk laporan sumber dan
penyaluran dana zakat, BMT bekerja sama dengan Dompet Dhuafa dalam
mengelola Zakat, infak dan Sedekah (ZISWAF).
Berikut ini studi kasus terkait transaksi pembelian telepon seluler melalui
pembiayaan murabahah murni:
Tanggal 31 Mei 2018 Bapak Darmoyo mengajukan pembiayaan murabahah
konsumtif di BMT Insan Mandiri untuk pembelian telepon seluler.
Tanggal 1 Juni 2018 BMT Insan Mandiri Makassar menyetujui pesanan dan
melakukan realisasi untuk pembelian telepon seluler oleh Bapak Darmoyo dengan
kesepakatan sebagai berikut:
Harga Telepon seluler : Rp. 1.350.000
Marjin Murabahah : Rp. 810.000
Harga jual : harga perolehan ditambah marjin dalam jangka waktu 6 bulan
Sesuai hasil wawancara dengan ketua KSP BMT Insan Mandiri maka contoh
kasus pembiayaan murabahah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Harga pokok barang yang dipesan sebesar Rp. 1.350.000,-, dengan marjin
murabahah sebesar Rp. 810.000,- (Marjin Murabahah tidak diukur dengan
persentase dari harga pokok tapi disesuaikan target profit yang ingin
dicapai oleh BMT. Marjin Murabahah ini sudah mencakup biaya – biaya
yang dikeluarkan oleh pihak BMT. Nasabah tidak memberikan uang muka).
Total harga jual telepon seluler Bapak Darmoyo sebesar Rp. 2.160.000,-
64
b. Berikut tabel angsuran pembayaran tiap bulannya:
Tabel 4.5
Tabel Angsuran Pokok Dan Marjin
No. Tanggal Jatuh
Tempo Angsuran Pembelian
Pokok Marjin
1 1/07/2018 Rp 360.000 Rp. 225.000 Rp. 135.000
2 1/08/2018 Rp 360.000 Rp. 225.000 Rp. 135.000
3 1/09/2018 Rp 360.000 Rp. 225.000 Rp. 135.000
4 1/10/2018 Rp 360.000 Rp. 225.000 Rp. 135.000
5 1/11/2018 Rp 360.000 Rp. 225.000 Rp. 135.000
6 1/12/2018 Rp 360.000 Rp. 225.000 Rp. 135.000
Jumlah Rp. 2.160.000 Rp. 1.350.000 Rp. 810.000
Sumber : Data sekunder diolah (2019)
c. Pada tanggal 1 Juni 2018 BMT melakukan pencairan dana dan realisasi
dengan melakukan pembelian telepon seluler secara tunai di toko. Pada
tanggal itu juga BMT Insan Mandiri menyerahkan barang pesanan kepada
Bapak Darmoyo.
d. Kewajiaban Bapak Darmoyo harus membayar angsuran setiap tanggal 1
sampai bulan ke-6. Pembayaran yang dilakukan selalu tepat waktu.
Adapun pencatatan yang dilakukan oleh BMT Insan Mandiri Makasar pada
studi kasus tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pada saat negosiasi
BMT Insan Mandiri Makassar tidak melakukan pencatatan apapun saat
negosiasi.
2. Pada saat pencairan dana dan saat akad murabahah disepakati
BMT Insan Mandiri melakukan pencatatan pada saat pencairan dana
sebesar harga barang pesanan yang diajukan. Jurnal saat pencairan dana
dari Teller Bank sebagai berikut:
65
Tabel 4.6
Jurnal Pencairan Dana Dari Bank
Tanggal Kode Perkiraan Nama Perkiraan Debet Kredit
1/10/18 1010102 Kas Teller 1.350.000
1/10/18 101020x Bank X 1.350.000
Sumber : Data sekunder diolah (2019)
3. Jurnal saat realisasi telepon seluler dan saat akad murabahah disepakati :
Tabel 4.7
Jurnal Saat Realisasi Barang Dan Saat Akad Murabahah
Tanggal Kode Perkiraan
Nama Perkiraan Debet Kredit
1/10/18 1010401 Piutang Murabahah 1.350.000
1/10/18 1010102 Kas Teller 1.350.000
1/10/18 1010401 Piutang Murabahah 810.000
1/10/18 1010402 Pendapatan marjin murabahah yang ditangguhkan
810.000
Sumber : Data sekunder diolah (2019)
Seharusnya pada saat realisasi barang, maka berdasarkan PSAK 102
yaitu aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan,
jurnal terkait aset murabahah adalah
Adapun pada saat akad disepakati, maka berdasarkan PSAK 102 yaitu
piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan ditambah dengan
keuntungan yang disepakati. Adapun pencatatan jurnal saat akad
disepakati adalah
Piutang Murabahah 2.160.000 Aset/Persediaan Murabahah 1.350.000 Marjin Murabahah yang ditangguhkan
810.000
Aset/Persediaan Murabahah 1.350.000 Kas 1.350.000
66
4. Pada saat pembayaran angsuran dan pengakuan marjin murabahah
BMT melakukan pencatatan pada saat menerima pembayaran dari
Bapak Darmoyo dan pengakuan keuntungan murabahah pada tanggal
jatuh tempo. Berikut ini jurnal saat terjadi pembayaran angsuran dan
pengakuan marjin murabahah:
Tabel 4.8
Jurnal Pembayaran Angsuran
Tanggal Kode Perkiraan
Nama Perkiraan Debet Kredit
1010102 Kas Teller 225.000
1010401 Piutang Murabahah 225.000
1010402 Pendapatan Marjin murabahah yang ditangguhkan
135.000
1010403 Pendapatan marjin murabahah 135.000
Sumber : Data sekunder diolah (2019)
Pengakuan marjin/keuntungan murabahah yang dilakukan oleh pihak
BMT sudah sesuai dengan PSAK Nomor 102.
D. Pembahasan
Setelah mengetahui praktik perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh BMT
Insan Mandiri Makassar baik data dari hasil wawancara yang telah diolah oleh
penulis maupun studi kasus/contoh yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
akan menyajikan tabel terkait keseluruhan perlakuan akuntansi murabahah di
BMT Insan Mandiri Makassar apakah perlakuan akuntansi murabahah pada
BMT Insan Mandiri Makassar sudah sesuai dengan PSAK No. 102 tahun 2017
atau belum.
Kas 225.000
Piutang Murabahah 225.000 Marjin Murabahah Tangguhan 135.000 Pendapatan marjin Murabahah 135.000
67
Tabel 4.9
Kesesuaian Perlakuan Akuntansi Murabahah BMT Insan Mandiri
Makassar Berdasarkan PSAK Nomor 102
NO. Akuntansi Murabahah PSAK Nomor 102
BMT INSAN MANDIRI MAKASSAR
Sesuai Belum Sesuai
A PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
1 Aset Murabahah --
2 Piutang Murabahah --
3 Diskon Pembelian Barang --
4 Uang Muka --
5 Marjin Murabahah --
6 Potongan pelunasan piutang --
7 Potongan potongan angsuran --
8 Denda --
B PENYAJIAN
9
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
--
10
Marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.
--
68
11
Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah.
--
C PENGUNGKAPAN
12
Penjual mengungkapkan hal-hal terkait transaksi murabahah, tetapi tidak terbatas pada: Harga perolehan aset murabahah
--
13
Janji Pemesanan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan
--
14
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah
--
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel di atas, praktik BMT Insan Mandiri dalam pembiayaan
murabahah baik untuk keperluan konsumtif (murabahah murni) maupun untuk
modal kerja/usaha (murabahah bil wakalah), aset murabahah tidak diakui
sebesar nilai perolehan. Ini dikarenakan pihak BMT memiliki pengertian bahwa
secara manual akun aset murabahah pun akan terhapus nilainya saat aset
murabahah telah diperoleh. Sehingga pihak BMT menganggap hal ini tidak
berpengaruh terhadap pencatatan. Ini artinya, aset yang diperoleh tidak diakui
sebagai persediaan sebesar nilai yang diperoleh, maka perlakuan pihak BMT
tersebut belum sesuai dengan PSAK Nomor 102.
Apabila pihak BMT mewakilkan pembelian barang dengan akad wakalah,
pihak BMT memberikan kas kepada nasabah dan pihak BMT tidak melakukan
pencatatan kas yang keluar sebagai piutang wakalah. Berakhirnya akad
69
wakalah pada saat nasabah telah menyerahkan bukti transaksi atas pembelian
barang dari toko dan pihak BMT pun tidak mengakui sebagai persediaan/aset
murabahah. Berdasarkan transaksi tersebut perlakuan akuntansi yang
dilakukan pihak BMT belum sesuai dengan PSAK 102.
Selanjutnya, pengakuan piutang murabahah dilakukan pada saat akad
murabahah yaitu saat pihak BMT menyerahkan barang kepada nasabah. BMT
Insan Mandiri Makassar melakukan pencatatan piutang murabahah sebesar
kas yang telah dibelanjakan oleh nasabah ditambah dengan
keuntungan/marjin murabahah yang disepakati. Pencatatan ini tidak
melanggar aturan dalam PSAK 102 namun praktiknya akun yang dicatat
adalah akun kas yang seharusnya adalah akun persediaan/aset murabahah.
Saat ada uang muka yang diterima oleh pihak BMT, BMT tidak melakukan
pencatatan apapun terkait uang muka karena langsung menjadi pengurang
harga perolehan barang atau pengurang biaya yang dikeluarkan oleh pihak
BMT dan diperhitungkan saat akad murabahah. BMT Insan Mandiri Makassar
belum menerapkan pencatatan akuntansi uang muka berdasarkan PSAK No.
102.
BMT Insan Mandiri Makassar telah memperlakukan diskon pembelian,
potongan angsuran murabahah, potongan pelunasan piutang murabahah dan
keuntungan/marjin murabahah sesuai PSAK NO. 102. Sebelum akad
murabahah, bila barang yang diperoleh pihak BMT mendapatkan diskon
pembelian maka langsung menjadi pengurang harga barang. BMT Insan
Mandiri Makassar belum bisa memberikan potongan angsuran murabahah dan
potongan pelunasan piutang murabahah kepada nasabah tapi BMT
memberikan apresiasi kepada nasabah yang melakukan pembayaran tepat
waktu berupa hadiah. BMT Insan Mandiri Makassar dalam menentukan
70
keuntungan/marjin murabahah sesuai dengan kesepakatan antara pihak BMT
dengan nasabah. BMT mengakui marjin murabahah dan mencatatnya pada
saat piutang murabahah berhasil ditagih tiap bulannya dalam periode akad.
Nasabah yang melakukan kelalaian dalam melaksanakan kewajibannya
maka nasabah tersebut dapat dikenakan sanksi berupa denda. Denda yang
diberlakukan oleh BMT Insan Mandiri Makassar sifatnya kondisional. BMT
melakukan penjadwalan kembali tagihan murabahah sesuai dengan fatwa
DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang penjadwalan kembali tagihan
murabahah. Dalam perlakuan akuntansi murabahah terkait denda yang
diterima oleh BMT, denda tersebut diakui sebagai dana kebajikan/dana sosial.
Perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh pihak BMT sudah sesuai PSAK No.
102.
Penyajian piutang murabahah yang dilakukan oleh BMT Insan Mandiri
Makassar belum sesuai dengan PSAK No. 102, penyajian yang dilakukan
adalah piutang murabahah dikurangi dengan pendapatan murabahah yang
ditangguhkan. Dalam PSAK No. 102, piutang murabahah disajikan sebesar
nilai neto yang dapat direalisasikan yaitu saldo piutang murabahah dikurangi
penyisihan kerugian piutang. BMT tidak membuat akun penyisihan kerugian
piutang pada laporan neraca.
BMT tidak mengungkapkan transaksi – transaksi murabahah seperti aset
murabahah/persediaan dan uang muka. Namun pihak BMT mengungkapkan
biaya – biaya yang terkait dengan proses pengajuan pembiayaan murabahah
biaya administrasi, biaya materai, biaya – biaya lain saat perhitungan marjin
murabahah dalam akad murabahah yang telah disepakati dan diketahui oleh
nasabah. BMT Insan Mandiri Makassar juga tidak mengungkapkan hal – hal
yang berkenaan dengan piutang murabahah. Pihak BMT tidak
71
mengungkapkan metode yang digunakan dalam penyisihan, penghapusan
dan penanganan piutang bermasalah/macet. BMT Insan Mandiri Makassar
dalam mengungkapkan hal terkait transaksi belum sepenuhnya sesuai dengan
PSAK No. 102.
Terkait dengan Penyajian Laporan Keuangan Syariah, BMT telah
menyusun laporan keuangan belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK 101
dan masih menggunakan prinsip akuntansi berterima umum. Karena masih
ada akun rekening bank yang bersifat konvensial dalam laporan neraca pada
bagian aktiva. BMT yang notabenenya bersifat syariah maka BMT seharusnya
hanya menggunakan atau membuka rekening bank Syariah. BMT juga harus
mengungkapkan bagi hasil dari rekening Bank Syariah dalam laporan neraca.
Dalam laporan neraca, BMT Laporan keuangan BMT Insan Mandiri bersifat
internal dan tidak dipublikasikan. Khusus untuk laporan sumber dan
penyaluran dana zakat, BMT bekerja sama dengan Dompet Dhuafa dalam
mengelola Zakat, Infak dan Sedekah (ZISWAF).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri Eka Wardani pada tahun 2017
yang berjudul Analisis Penerapan PSAK 102 Atas Pembiayaan Murabahah
(Studi Kasus Bank Mandiri Syariah) memiliki kesamaan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh penulis di mana tidak ada perlakuan akuntansi
terhadap persediaan/aset murabahah dalam murabahah bil wakalah.
Perbedaannya praktik yang dilakukan Bank Syariah Mandiri menjadikan akad
wakalah dan murabahah dalam satu kesepakatan.
Hasil penelitan yang dilakukan oleh Hariyanto pada tahun 2015 yang
berjudul Perlakuan Akuntansi Syariah PSAK Nomor 102 Pada BMT Ummah
Banjarmasin memiliki kesamaan terkait uang muka. BMT Ummah tidak
melakukan pencatatan dan penjurnalan atas uang muka. Perbedaannya BMT
72
Ummah tidak memiliki ketentuan tentang pembayaran uang muka hanya
bermodalkan aspek kepercayaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Inggrid Eka Pratiwi dan Dina Fitrisia
Septiarini pada tahun 2014 yang berjudul Analisis Penerapan PSAK – 102
Murabahah (Studi Kasus Pada KSU BMT Rahmat Syariah Kediri) memiliki
kesamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di mana tidak
ada perlakuan akuntansi terhadap persediaan/aset murabahah dalam
murabahah bil wakalah. Perbedaannya praktik yang dilakukan oleh BMT
Rahmat Syariah saat akad murabahah disepakati adalah BMT menjurnal
dengan akun pembiayaan murabahah belum termasuk marjin murabahah
yang disepakati.
73
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti
pada perlakuan akuntansi murabahah yang diterapkan oleh BMT Insan Mandiri
Makassar dalam skripsi ini maka peneliti dapat menyimpulkan hal – hal
sebagai berikut:
1. Praktik Murabahah yang dilaksanakan oleh BMT dengan sistem
murabahah murni dan murabahah bil wakalah sudah sesuai syariat. BMT
dalam menerapkan murabahah bil wakalah, akad murabahah dan akad
wakalah dilaksanakan dengan terpisah.
2. Perlakuan Akuntansi Murabahah yang dilakukan oleh BMT Insan Mandiri
sebagian besar sudah sesuai dengan PSAK Nomor 102. Namun ada
beberapa hal yang belum sesuai PSAK Nomor 102 yaitu praktiknya BMT
Insan Mandiri tidak mencatat jurnal apapun atau tidak ada perlakuan
akuntansi terkait akad wakalah, uang muka, dan persediaan/aset
murabahah, penyajian piutang murabahah belum sesuai PSAK 102, dan
penyajian laporan keuangan belum sepenuhnya sesuai PSAK Nomor 101.
Alasannya, uang muka yang diterima oleh pihak BMT langsung digunakan
sebagai pengurang biaya atau angsuran atau harga barang, akad wakalah
hanya sebagai perantara yang mewakili pembelian barang, dan
persediaan/asset murabahah pada pencatatan akan terhapus juga
sehingga BMT tidak mengakui adanya persediaan/aset murabahah,
piutang murabahah tidak disajikan nilai bersihnya yang diperoleh piutang
murabahah dikurangi dengan penyisihan kerugian piutang, dan masih
74
terdapat akun rekening bank konvensional yang digunakan oleh pihak BMT
dan disajikan dalam laporan keuangan yaitu laporan neraca bagian aktiva.
B. Saran
1. Bagi BMT Insan Mandiri Makassar diharapkan tetap mempertahankan
perlakuan akuntansi yang sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Selain itu, BMT supaya lebih meningkatkan pengetahuan akuntansi
murabahah agar mampu berinovasi dan mampu menilai kesesuaian
perlakuan akuntansi murabahah dengan peraturan yang berlaku yaitu
PSAK Nomor 102 sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitasnya.
BMT Insan Mandiri Makassar juga perlu memperbaharui aplikasi yang
digunakan agar perlakuan akuntansi murabahah sepenuhnya sesuai
PSAK Nomor 102. BMT supaya membuka rekening bank dari bank Syariah
bukan bank konvensional karena BMT notabenenya bersifat Syariah.
2. Bagi Pemerintah diharapkan selalu memberi perhatian kepada Lembaga
pembiayaan Syariah seperti BMT karena maslahat/manfaat yang besar
yang dapat dirasakan oleh masyarakat terutama masyarakat ekonomi
menengah dan kecil.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa mengungkapkan akuntansi pada
akad – akad pembiayaan yang lain yang diterapkan oleh BMT Insan
Mandiri selain pembiayaan murabahah.
DAFTAR PUSTAKA
ALQUR’AN Terjemahan, PP MUHAMMADIYAH.
Al Arif, M. Nur Rianto. 2017. Lembaga Keuangan Syariah Suatu kajian Teoretis Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2015. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik Cet. ke-24.
Jakarta: Gema Insani.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Astika, S., Suarni, A., dan Nuhung, M. 2018. Analisis Penerapan Akuntansi Syariah Berdasarkan PSAk 102 pada Pembiayaan Murabahah di PT. Bank BNI Syariah Cabang Makassar. Jurnal Ar Ribh Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Vol.1(4), 40-61.
Dewan Standar Akuntansi Syariah. 2019, Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK). PSAK No. 102: Akuntansi Murabahah. Jakarta: Ikatan Akuntansi Syariah.
Fatwa Dewan Syariah Nomor: 40/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah Febrian, R., dan Mardian, S. 2017. Penerapan PSAK No. 102 Atas Transaksi
Murabahah: Studi Pada Baitul Mal Wa Tamwil di Depok, Jawa Barat. Ikonomika: Journal of Islamic Economics and Business, Vol.2(1), 19-40.
Habibah, M., dan Nikmah, A. 2016. Analisis Penerapan Akuntansi Syariah
Berdasarkan PSAK 102 pada Pembiayaan Murabahah di BMT Se-Kabupaten Pati. Equilibrium: Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.4(1), 114-136.
Hariyanto. 2015. Perlakuan Akuntansi Syariah PSAK Nomor 102 pada BMT
Ummah Banjarmasin. AL-BANJARI, Vol.14(2), 185-193. Hidayat, A. T., dan Nurhayati. 2018. Tinjauan PSAK 102 Penerapan Akuntansi
Murabahah dalam Pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah. JAD: Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Dewantara, Vol.1(1), 1-10.
Irfan. 2018. Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan Murabahah Berdasarkan
PSAK Nomor 102 pad PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar. Skripsi Fakultas Ekonomi. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Karim, Adiwarman. 2014. Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo
Khaddafi, Muammar. 2016. Akuntansi Syariah. Medan: Madenatera.
Mughni, J. A. 2019. Analisis Penerapan Akuntansi Syariah berdasarkan PSAK Nomor 102 pada Pembiayaan Murabahah di BMT Al-Ittihad Cikurubuk Tasikmalaya. Eco-Iqtishodi: Jurnal ekonomi dan Keuangan Syariah, Vol.1(1), 1-10.
Nurhayati, S. dan Wasilah. 2014. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Parno, dan Tikawati. 2016. Analisis Penerapan PSAK No. 102 Untuk Pembiayaan
Murabahah pada KPN IAIN Samarinda. el-JIZYA: Jurnal Ekonomi islam, Vol.4(2), 285-316.
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva Press. Pratiwi, I. E., dan Septiarini, D. F. 2014. Analisis Penerapan PSAK 102 Murabahah
(Studi Kasus pada KSU BMT Rahmat Syariah Kediri). Akrual: Jurnal Akuntansi, Vol.6(1), 17-32.
Purhantara, W. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sapudin, A., Najib, M., dan Djohar, S. 2017. Strategi Pengembangan Lembaga
Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus pada BMT Tawfin Jakarta). Jurnal Al - Muzara’ah, Vol.5(1), 21-36.
Sofi’I, I. 2019. Analisis Penerapan PSAK 102 Atas Pembiayaan Modal Investasi
Murabahah pada Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) Nurul Falah Sawangan Depok. Jurnal Keberlanjutan, Vol.4(1), 1052-1063.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D) Cet. ke-26. Bandung: Alfabeta.
Undang – Undang Perbankan Syariah (UUPS) RI No. 21 Tahun 2008.
Undang – Undang Perbankan Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998.
Wardani, P. E. 2107. Analisis Penerapan PSAK 102 Atas Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus pada Bank Mandiri Syariah). Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, Vol.6(4), 17-35.
Yaya, R., Martawireja, A. E., dan Abdurrahim, A. 2016. Akuntansi Perbankan SyariahI, edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
www.iaiglobal.or.id
BIOGRAFI PENULIS
Kahar Asro Pambudi, panggilan Kahar/Pambudi lahir di
Ujung Pandang pada tanggal 20 Juni 1994 M/10
Muharram 1415 H dari pasangan suami istri Bapak
Katimin, BE dan Ibu Suhartini. Penulis adalah anak
pertama dari empat laki – laki bersaudara. Penulis
sekarang bertempat tinggal di Desa Sugihwaras
Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar
Provinsi Sulawesi Barat.
Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 013 Sumberjo pada tahun 2005. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP
Muhammadiyah Wonomulyo dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Wonomulyo
dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis menimba ilmu agama di
Pondok Pesantren Bairuha, Balikpapan, Kalimantan Timur dan Pondok Wali
barokah, Kediri, Jawa Timur dan mengabdikan diri mulai tahun 2013 – 2015 di
salah satu organisasi Islam yang ada di Indonesia dan menjadi pengajar Al quran
Al hadits di Kabupaten Mappi, Papua. Pada tahun 2015, penulis melanjutkan
kuliah di Universitas Muhammadiyah Makassar dan diterima sebagai salah satu
mahasiswa pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Strata
Satu (S1).
L
A
M
P
I
R
A
N
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
Nama Narasumber : Muhammad Jalil, SE. M.Si
Hari Tanggal : Minggu, 5 Oktober 2019
Pukul : 14.00 - 16.30 WITA
Tempat : Kantor BMT Insan Mandiri Makassar, Perumahan
Moncongloe Mas B6 Nomor 44, Moncongloe, Maros,
Sulawesi Selatan
a. Dengan perekaman audio lewat Handphone
1. Bagaimana profil BMT Insan Mandiri Makassar ?
BMT Insan mandiri makassar didirikan tahun 2011 dan waktu itu didirikan oleh
pak haris halim dan kawan – kawan. Kemudian saya melanjutkan pada tahun
2012 akhir. Tujuan BMT Insan Mandiri makassar ketika saya mengambil
kendali ini saya menganggap saya harus membuktikan bahwa ada namanya
BMT. BMT itu berasal dari Baitul Maal dan Tamwil. Jadi selama ini kita
menganggap bahwa Koperasi itu adalah Lembaga bisnis tapi kami
menganggap BMT itu adalah Baitul Mal itu adalah Lembaga sosial dan Tamwil
itu adalah Lembaga bisnis. Jadi sejak tahun 2013 kemudian kami membuat
beberapa program yang mengeksistensi bahwa kami berperan di masyarakat
untuk hal – hal social program dan juga tak lupa mengembangkan oriented.
Jadi BMT Insan Mandiri punya motto adalah membangun Bersama,
membangun kemandirian umat. Kalau kita melihat dari simbol atau logo yang
selalu kami utamakan bagaimana menciptakan manusia mandiri melalui
program kami.
2. Apakah sebelumnya memang berpusat di sini atau di mana?
Jadi waktu itu kami di Daya, Makassar. kemudian berpindah ke Jalan Perintis
Kemerdekaan, Makassar. Setelah itu pindah ke sini (Moncongloe, Maros).
3. Bagaimana struktur organisasi BMT Insan Mandiri Makassar?
Struktur organisasi kami tentunya seperti BMT – BMT lainnya, ada pengawas,
ada pengurus dan pengelola, kalau untuk pengawas ada pak Anwar, Pengurus
sampai saat ini masih saya sendiri dan Pak Ahmad Hidayat, dan Bendahara
Ibu Nurhidayah. Mungkin kita akan melakukan perubahan tahun ini.
4. Produk Syariah apa saja yang diterapkan di BMT Insan Mandiri
Makassar?
Kalau produk dalam hal ini Tamwil dalam orientasi bisnis. Selama ini kami
mengembangkan produk murabahah, mudharabah, produk tabungan
kemudian ada juga tabungan namanya kesehatan masyarakat (mikro
insurance) dan ada juga yang memerlukan barang.
5. Apakah juga termasuk menangani bantuan sosial?
Itu termasuk Baitul Maal, kalo produk malnya ada beberapa. Jadi dalam hal ini
social oriented bekerja sama dengan dompet dhuafa yang izin kami yaitu izin
untuk operasional ZISWAF dengan Dompet Dhuafa. Tentu kita punya banyak
program. Kemarin – kemarin ada TPA binaan kami, jadi kami betul – betul ingin
membuktikan bahwa BMT itu not only profit. Tapi ada social oriented yang
harus kami laksanakan. Adapun produk – produknya ada TPA binaan.
Kemudian beasiswa Pendidikan, modal usaha untuk dhuafa, dan biasanya
kalau bulan Ramadhan ada untuk Da’I yaitu ada paket lebaran untuk Da’i.
6. Bagaimana perkemabangan BMT dalam menerapkan produk Syariah
selama 5 tahun terakhir ini?
Kalau perkembangan, lebih banyak di produk murabahah karena memberikan
sesuatu yang ada target – target yang ingin dipenuhi, karena dalam bisnis itu
ada namanya profit target, target keuntungan kita berapa, dan itu lebih mudah.
Sebagaimana kita tahu bahwa konsep – konsep Syariah yang betul – betul
Syariah itu lebih mengarah ke murabahah dengan tujuan kita bahwa ada target
keuntungan yang kita dapatkan.
7. Jadi 5 tahun terakhir ini meningkat?
Jadi Namanya bisnis, sebenarnya beberapa tahun sejak ada economy effect.
Pada tahun 2015 kami kantornya di perintis kemerdekaan. Jadi tahun 2014 –
2015 tingkat perkembangan tentu signifikan. Setelah tahun 2015 menurun,
karena pada waktu itu efek ekonomi yang ada adalah perubahan pergantian
kepemimpinan yang menyebabkan siklus ekonomi secara nasional betul –
betul berubah. Bentuk perubahan itu sangat mempengaruhi nasabah secara
umum di masyarakat. Karena nasabah lesuh semua, mereka semua
mengeluhkan bahwa “pak, kami tidak bisa membayar”. Yang besar – besar
kemudian dia melakukan pelunasan cepat, maka pada tahun 2015 itu adalah
siklus bisnis yang betul – betul mengalami penurunan. Maka dari itu, kami
berkesimpulan bahwa kita harus melakukan penghematan, makanya dari segi
perkembangan dari 2014 – 2015, 2014 itu bagus, 2015 ada faktor ekonomi
yang membuat masyarakat tiba – tiba kesulitan yang tentu membuat BMT juga
kesulitan. Setelah tahun 2015, 2016, 2017, 2018 yang perkembangannya tidak
terlalu signifikan tapi perkembangannya sedikit demi sedikit.
8. Bagaimana syarat dan ketentuan dalam mengajukan pembiayaan
murabahah di BMT Insan Mandiri?
Syaratnya mengajukan apa yang dia butuhkan, contoh seperti “pak, saya
butuh HP”, “Ok, kalau butuh HP nanti saya belikan HP”. Dia mengajukan
beserta KTPnya, setelah pengajuan, kami proses, kami belikan barangnya.
Setelah itu, kami berikan barang itu dan tanda tangan murabahah. Tentunya
dalam proses murabahah kita tetapkan harga misalnya harga 1,2 juta menjadi
1,8 juta tetapi dicicil.
9. Apakah ada Batasan jumlah besaran pembiayaan yang diajukan?
Iya, tentunya ada Batasan. Jadi tergantung kita lihat sektor apa yang mau dia
biayai. Tapi kebanyakan kalau khusus murabahah kami membatasi maksimum
5 juta. Di satu sisi karena memang pendanaan kami agak berkurang setelah
proses – proses ekonomi yang ada, maka kita biasanya melayani 1 juta, 2 juta,
3 juta, 4 juta yang kami berikan. Tentunya ada Batasan.
10. Apakah ada jenis murabahah atau murabahah tertentu yang diterapkan
oleh BMT?
Saya kira murabahah dari konsep kami tidak ada, maksudnya kan murabahah
yang ada penjualan barang umpamanya orang butuh barang kita siapkan.
Kalau misalnya modal usaha juga kita siapkan uangnya kemudian dia belanja.
Setelah belanja, kita ada akadnya.
11. Dalam proses pembelian asset murabahah, apakah ada akad lain dalam
pembiayaan murabahah?
Biasanya kalau ini, contohnya seperti modal usaha. Ada akad namanya akad
wakalah. Itu kalau misalnya bukan pihak BMT sendiri yang membelikan
barang. Jadi setelah itu baru kita akad murabahah.
12. Apakah dalam akad wakalah yang bertindak adalah nasabah atau ada
pihak lain?
Kalau selama ini biasanya nasabah.
13. Akad wakalah terlebih dahulu baru murabahah?
Iya, setelah wakalah baru murabahah
Murabahah biasanya seperti itu kan begini sebagian nasabah itu tidak mau
ditahu dimana dia beli karena itu rahasia jadi ada privasi dalam bisnis.
14. Dalam akad wakalah apakah pihak BMT mentransfer uang ke nasabah
atau langsung diserahkan atau lewat rekening?
Akad murabahah kalau misalnya yang tadi kami tidak melakukan transfer
biasanya. Kan kami belikan barang seperti HP, Kulkas, dan lain – lain. Jadi
kami yang langsung membeli barang, tidak ada transfer.
15. Apakah pihak BMT meminta jaminan kepada nasabah yang melakukan
pembiayaan murabahah?
Biasanya kalau khusus modal usaha biasanya ada jaminan tambahan. Karena
kalau modal usaha kemungkinan menguapnya lebih kencang. Karena kalau
misalnya kita kasih 5 juta kemudian berjualan kesalahan manajemen dan lain
– lain itu uangnya langsung menguap dan kemungkinan besar itu lebih mudah
bermasalah. Tentunya, kami menerapkan jaminan dalam hal itu. Kalau untuk
program seperti HP kita jadikan HP itu dan integritasnya sebagai jaminan.
Misalnya, kulkas maka dalam akadnya yang menjadi jaminan adalah
kulkasnya.
16. Jadi langsung barangnya jadi jaminan?
Iya, langsung barangnya/objeknya.
17. Metode apa yang digunakan oleh BMT Insan Mandiri dalam menentukan
profit margin?
Jadi penentuan target keuntungan itu yang menjadi acuan. Misalnya ini harga
barang 1 juta atau 2 juta, target keuntungan kita misalnya 1 juta dalam satu
tahun. Makanya kemudian dari penentuan target itu 2 juta + 1 juta berarti
menjadi 3 juta per 12 bulan.
18. Atau ada rumus tertentu atau hanya perkiraan saja?
Sebenarnya begini, konsep murabahah itu kan konsep jual beli. Jadi kita bebas
dalam menentukan berapa target profit kita memasukkan. Tergantung
negosiasi kita sebenarnya. Contoh : Pak, kalau bapak mau beli kulkas saya
harga 2 juta, kita ambil harga 3 juta tapi dicicil 12 bulan. Sepanjang yang saya
pelajari sampai hari ini tidak ada penentuan umum maksudnya ditentukan
harus sekian, metodenya seperti apa. Tapi untuk penentuan itu kita sesuaikan
dengan targetnya. Misalnya penentuan harga jual. Penentuan harga jual
kulkas misalnya, tentunya saya aspeknya modalnya darimana. Misalnya
modalnya 2 juta dan pertanyaannya 2 juta itu uangnya dari mana. Misalnya
uang itu dari anggota BMT, berapa basil (baca: bagi hasil) yang harus saya
bayarkan ke anggota. Misalnya dalam 1 tahun saya harus membayar basil itu
500 ribu berarti target keuntungan BMT itu 500 ribu. Itu kan tergantung asal
dana yang akan kita jadikan sebagai modal atau murabahah. Jadi ada biaya
dana atau cost of fund. Jadi itu yang menjadi acuan. Nah kalau misalnya ada
target cost of fund dana 2 juta, misalnya 250 ribu otomatis kita harus untung di
atas 250 ribu. Kita hitung lagi misalnya bagaimana cost of employee dan lain
– lain. Secara umum, sepanjang kita ketahui selama di BMT bersama teman –
teman yang lain tidak ada patokan – patokan.
19. Kalau nasabahnya ridha (dengan harga yang ditentukan BMT) maka
otomatis?
Iya, Otomatis.
20. Apakah pihak BMT meminta uang muka kepada nasabah yang
mengajukan pembiayaan murabahah?
Kita kembali ke negosiasi tapi biasanya kami membuat itu kan kalau ada uang
muka setidaknya mengurangi biaya, akan mengurangi jumlah pembelian
barang dan jumlah yang diangsur. Kalau biasanya ada.
21. Setelah barang itu diserahkan, nasabah menyerahkan uang muka?
Iya, menyerahkan uang muka.
22. Bagaimana ketentuan yang diberikan oleh BMT terkait diskon pembelian
barang?
Kalau misalnya tergantung, kalau misal ada diskon dari toko. Kita kembali ke
kesepakatan kita. Jadi, kalau misalnya harganya 2 juta ternyata toko memberi
diskon 200 ribu berarti 1,8 juta maka kita tetap akan menghitung 1,8 juta.
Diskon dari toko bukan untuk kami tapi untuk pelanggan/nasabah.
23. Apakah BMT tidak mengakui diskon pembelian itu?
Bukan tidak mengakui tapi maksudnya diskon dari penyedia itu merupakan
haknya penerima/nasabah. Jadi, diskonnya ini kalo misalnya seharusnya,
“kalau saya BMT saya kan weh… harganya ini kan 2 juta, saya kasih 2 juta lah
biar saya bertambah keuntungan” tapi menurut kami dan menurut pemahaman
kami diskon yang dari pihak ke tiga misalnya atau yang kami ini yang akan beri
ini adalah hak nasabah. Tapi kalau misalnya bagaimana dengan BMT apakah
BMT memberikan diskon kepada nasabah? Itu kembali lagi ke bagaimana cost
of fund kami, biaya yang akan diperhitungkan lain – lain.
24. Bagaimana perlakuan BMT ketika ada pembiayaan macet?
Kalau itu biasanya yang bermasalah, BMT itu mengedepankan nilai – nilai
kemanusiaan (sekaligus membunuh BMT – BMT). Karena kita mencoba untuk
negosiasi agar bisa terbayarkan tapi kalau misalnya bermasalah seperti itu
yang selama ini, itu sebenarnya menjadi kelemahan karena kita tidak mampu
melakukan eksekusi. Kita hanya melakukan penagihan secara baik – baik tapi
terkadang itu yang agak susah. Jadi cara penanganannya biasanya kami
melakukan negosiasi kemudian perjanjian ulang, scheduling dan lain – lain.
Kita mengikuti mekanisme itu. Ketika berada pada puncaknya, kita tidak bisa
apa – apa karena seyogyanya kalau misalnya dengan yang tadi dengan cara
bertengkar agak – agak juga.
25. (Pembiayaan macet) Masih diakui sebagai apa pak?
Masih tetap piutang, jadi dia tetap masih piutang sampai tertagih atau bisa juga
itu terhapus piutangnya, kalau sampai ada dana sosial yang bisa sanggup
membiayainya, karena kami anggap mereka adalah orang yang tidak mampu
membayar utang.
26. Apakah pihak BMT memberikan sanksi kepada nasabah yang lalai dalam
melakukan kewajibannya?
Tergantung kita melihat ada nasabah yang lalai dan ada nasabah yang betul
– betul tidak mampu. Jadi yang lalai sesuai pemahaman kami maka itu boleh
dilakukan untuk memberikan sanksi tetapi di dalam akuntansinya pendapatan
dari denda itu adalah pendapatan yang “haram” buat BMT. Tapi itu untuk orang
lain dalam hal ini dimasukkan sebagai social program. Ini kan ada haknya
orang. Denda ini tidak dijadikan pendapatan BMT.
27. (Denda) diakui sebagai?
Diakui sebagai dana sosial.
28. Jika ada nasabah yang membayar angsuran/pelunasan tepat waktu atau
waktu lebih awal dari yang disepakati, bagaimana tindakan yang
dilakukan oleh pihak BMT?
Kalau misalnya dia melakukan pembayaran lebih cepat, kita lihat
kondisionalnya BMT. Kadang kita berikan diskon, dulu pernah kita berikan
diskon. Tapi beberapa saat ini kita tidak memberikan diskon. Karena
sebenarnya yang namanya akad itu kita hargai, kita berikan penghargaan kita
berikan hadiah bagi yang melakukan pelunasan tepat waktu. Jadi itu intinya
kita memberikan hadiah tetapi untuk beberapa tahun ini kita tidak melakukan
pengurangan pembayaran. Karena dengan asumsi bahwa ini kan dana dan
perjanjian misalnya 1 tahun tiba – tiba pada tahun ke tujuh atau ke enam dia
bayar maka otomatis maka saya harus mencarikan lagi 6 bulan ini cari tempat
investasi baru. Sesuai akad dan kita tetap hitung 1 tahun.
29. Kapan keuntungan murabahah dicatat?
Keuntungan Murabahah dicatat ketika ada pembayaran karena setiap
pembayaran ada pembayaran pokok dan marjin.
30. Bagaimana proses pencatatan keuangan terkait pembiayaan
murabahah?
Proses pencatatan keuangan, khususnya pembayaran murabahah seperti
akuntansi pada umumnya. Dimulai dari realisasi, pertama kalau ada yang
mengajukan pembiayaan tentunya pengajuan itu kami acc. Lalu kami
melakukan realisasi. Tentunya realisasi itu kami belikan dulu barang, kita
tahulah bagaimana perubahan kas menjadi persediaan barang. Setelah
realisasi tentunya adalagi perubahan menjadi piutang, yah itulah prosesnya
dan sesuai dengan standar akuntansi. Karena kami juga menggunakan
akuntansi standar. Kami punya aplikasi yang aplikasi itu sudah otomatis kerja
yaitu Aplikasi UC.
31. Apa ada pencatatan secara manual?
Manualnya cuma realisasi misalnya dananya ini dari Bank. Hanya realisasi
tidak ada perkiraan margin. Jadi kalau dalam aplikasi langsung masuk biaya.
Misalnya ada setoran angsuran ini kan kalau manual umum kita tulis saja
angsuran si A, masuk di aplikasi itu angsuran, terus marjin pokok. Jadi
basicnya kita aplikasi.
32. Apa saja kendala yang dihadapi BMT selama ini?
Kendala yang dihadapi BMT adalah kendala yang dihadapi oleh BMT se-
Sulawesi Selatan, seperti dalam hal penagihan ketika ada pembiayaan yang
bermasalah yang kadang membuat BMT tidak bias berbuat apa – apa. Karena
ada yang misalnya BMT itu adalah sebenarnya Antitesa dari Perbankan dan
Koperasi. Antitesa Perbankan dan Koperasi itu tegas, sedangkan BMT hadir
untuk membangun ekonomi ummat tetapi pada faktanya sendiri justru itu yang
melemahkan. Jadi kita berharap BMT – BMT yang ada di Sulawesi ini bisa
bangkit tapi saya melihat model yang selama ini saya agak pesimis kecuali ada
perubahan signifikan yang ada dilakukan. BMT senior mulai berjatuhan. BMT
yang di Sulawesi Selatan ini mulai sakit.
DOKUMENTASI FOTO
1. Foto saat wawancara dengan narasumber
2. Foto ruangan
3. Foto Grafik Perkembangan Aset BMT Insan Mandiri Makassar
Sumber : Data diolah oleh pihak BMT
4. Foto Grafik Perkembangan Laba/Rugi BMT Insan Mandiri Makassar
Sumber : Data diolah oleh pihak BMT
5. Foto Jurnal Transaksi Murabahah
6. Foto Perkembangan Pengelolaan ZISWAF Pada BMT