View
232
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
1/27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangMadrasah dan Pesantren adalah institusi pendidikan yang berada di bawah
pimpinan seorang atau beberapa kiai dan dibantu oleh sejumlah santri senior
serta beberapa anggota keluarganya. Pesantren menjadi bagian yang sangat
penting bagi kehidupan kiai sebab ia merupakan tempat bagi sang kiai untuk
mengembangkan dan melestarikan ajaran tradisi, dan pengaruhnya di
masyarakat. Menurut Nurcholish Madjid, pesantren adalah salah satu lembagapendidikan yang ikut mempengaruhi dan menentukan proses pendidikan
nasional. Dalam perspektif historis, pesantren tidak hanya identik dengan
makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia
(indigenous) sebab lembaga yang serupa pesantren ini sudah ada di Nusantara
sejak zaman kekuasaan Hindu-Budha. Dalam hal ini, para kiai tinggal
meneruskan dan mengislamkan lembaga-lembaga tersebut. Sedangkan tujuan
pendidikan pesantren adalah membentuk manusia yang memiliki kesadaran
yang tinggi bahwa ajaran Islam bersifat komprehensif. Selain itu, produk
pesantren juga dikonstruksi untuk memiliki kemampuan yang tinggi dalam
merespons tantangan dan tuntutan hidup dalam konteks ruang dan waktu, dalam
ranah nasional maupun internasional. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 3).
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
2/27
2
B. Rumusan Masalah1. Bagaimana Kendala Perkembangan pendidikan di Madrasah pondok
pesantren?
2. Bagaimana hambatn Perkembangan pendidikan di Madrasah dan pondokpesantren?
C. Tujuan1. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana Kendala Perkembangan
pendidikan di Madrsah dan pondok pesantren
2. Untuk mengetahui dan memahami Bagaimana hambatn Perkembanganpendidikan di Madrsah dan pondok pesantren
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
3/27
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pesantren1. Pondok Pesantren Di Indonesia
Sejak awal masuknya Islam ke Indonesia, pendidikan Islam
merupakan kepentingan tinggi bagi kaum muslimin. Tetapi hanya sedikit
sekali yang dapat kita ketahui tentang perkembangan pesantren di masa lalu,
terutama sebelum Indonesia dijajah Belanda, karena dokumentasi sejarah
sangat kurang. Bukti yang dapat kita pastikan menunjukkan bahwa
pemerintah penjajahan Belanda memang membawa kemajuan teknologi ke
Indonesia dan memperkenalkan sistem dan metode pendidikan baru. Namun,
pemerintahan Belanda tidak melaksanakan kebijaksanaan yang mendorong
sistem pendidikan yang sudah ada di Indonesia, yaitu sistem pendidikan
Islam. Malah pemerintahan penjajahan Belanda membuat kebijaksanaan dan
peraturan yang membatasi dan merugikan pendidikan Islam. Ini bisa kita lihat
dari kebijaksanaan berikut.
Pada tahun 1882 pemerintah Belanda mendirikan Priesterreden
(Pengadilan Agama) yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan
pendidikan pesantren. Tidak begitu lama setelah itu, dikeluarkan Ordonansi
tahun 1905 yang berisi peraturan bahwa guru-guru agama yang akan mengajar
harus mendapatkan izin dari pemerintah setempat. Peraturan yang lebih ketat
lagi dibuat pada tahun 1925 yang membatasi siapa yang boleh memberikan
pelajaran mengaji. Akhirnya, pada tahun 1932 peraturan dikeluarkan yang
dapat memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada
izinnya atau yang memberikan pelajaran yang tak disukai oleh pemerintah.
(Dhofier 1985:41, Zuhairini 1997:149)
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
4/27
4
Peraturan-peraturan tersebut membuktikan kekurangadilan
kebijaksanaan pemerintah penjajahan Belanda terhadap pendidikan Islam di
Indonesia. Namun demikian, pendidikan pondok pesantren juga menghadapi
tantangan pada masa kemerdekaan Indonesia. Setelah penyerahan kedaulatan
pada tahun 1949, pemerintah Republik Indonesia mendorong pembangunan
sekolah umum seluas-luasnya dan membuka secara luas jabatan-jabatan
dalam administrasi modern bagi bangsa Indonesia yang terdidik dalam
sekolah-sekolah umum tersebut.. Dampak kebijaksanaan tersebut adalah
bahwa kekuatan pesantren sebagai pusat pendidikan Islam di Indonesia
menurun. Ini berarti bahwa jumlah anak-anak muda yang dulu tertarik kepada
pendidikan pesantren menurun dibandingkan dengan anak-anak muda yang
ingin mengikuti pendidikan sekolah umum yang baru saja diperluas.
Akibatnya, banyak sekali pesantren-pesantren kecil mati sebab santrinya
kurang cukup banyak (Dhofier 1985:41).
Jika kita melihat peraturan-peraturan tersebut baik yang dikeluarkan
pemerintah Belanda selama bertahun-tahun maupun yang dibuat pemerintah
RI, memang masuk akal untuk menarik kesimpulan bahwa perkembangan dan
pertumbuhan sistem pendidikan Islam, dan terutama sistem pesantren, cukup
pelan karena ternyata sangat terbatas. Akan tetapi, apa yang dapat disaksikan
dalam sejarah adalah pertumbuhan pendidikan pesantren yang kuatnya dan
pesatnya luar biasa. Seperti yang dikatakan Zuhairini (1997:150), ternyata
jiwa Islam tetap terpelihara dengan baik di Indonesia.
2. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren:Dulu, pusat pendidikan Islam adalah langgar masjid atau rumah sang
guru, di mana murid-murid duduk di lantai, menghadapi sang guru, dan
belajar mengaji. Waktu mengajar biasanya diberikan pada waktu malam hari
biar tidak mengganggu pekerjaan orang tua sehari-hari. Menurut Zuhairini
(1997:212), tempat-tempat pendidikan Islam nonformal seperti inilah yang
menjadi embrio terbentuknya sistem pendidikan pondok pesantren. Ini
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
5/27
5
berarti bahwa sistem pendidikan pada pondok pesantren masih hampir sama
seperti sistem pendidikan di langgar atau masjid, hanya lebih intensif dan
dalam waktu yang lebih lama.
Pendidikan pesantren memiliki dua sistem pengajaran, yaitu sistem
sorogan, yang sering disebut sistem individual, dan sistem bandongan atau
wetonan yang sering disebut kolektif. Dengan cara sistem sorogan tersebut,
setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kyai
atau pembantu kyai. Sistem ini biasanya diberikan dalam pengajian kepada
murid-murid yang telah menguasai pembacaan Qurn dan kenyataan
merupakan bagian yang paling sulit sebab sistem ini menuntut kesabaran,
kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah
paham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di
pesantren (Dhofier, 1985: 28).
Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem
bandonganatau wetonan. Dalam sistem ini, sekelompok murid mendengarkan
seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku
Islam dalam bahasa Arab. Kelompok kelas dari sistem bandonganini disebut
halaqah yang artinya sekelompok siswa yang belajar dibawah bimbingan
seorang guru (Dhofier, 1985: 28). Sistem soroganjuga digunakan di pondok
pesantren tetapi biasanya hanya untuk santri baru yang memerlukan bantuan
individual.
Pesantren sekarang ini dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu
pesantren tradisional dan pesantren modern. Sistem pendidikan pesantren
tradisional sering disebut sistem salafi. Yaitu sistem yang tetap
mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan
di pesantren. Pondok pesantren modern merupakan sistem pendidikan yang
berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem tradisional dan sistem sekolah
formal (seperti madrasah).
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
6/27
6
Tujuan proses modernisasi pondok pesantren adalah berusaha untuk
menyempurnakan sistem pendidikan Islam yang ada di pesantren. Akhir-akhir
ini pondok pesantren mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam
rangka renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan. Perubahan-
perubahan yang bisa dilihat di pesantren modern termasuk: mulai akrab
dengan metodologi ilmiah modern, lebih terbuka atas perkembangan di luar
dirinya, diversifikasi program dan kegiatan di pesantren makin terbuka dan
luas, dan sudah dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat
(Hasbullah, 1999:155).
3. Masalah dan KendalaMenurut Prof. DR. Sayid Agil Siroj, MA, terdapat beberapa hal yang
selalu ada dan sangat sulit diatasi dan dihadapi oleh Pesantren dalam
melakukan pengembangannya, salah satunya adalah manajemen
kelembagaan. Manajemen merupakan unsur penting dalam pengelolaan
pesantren. Pada saat ini masih terlihat bahwa pondok pesantren dikelola
secara sederhana dan tradisional. Manajemen dan administrasinya masih
bersifat kekeluargaan dan semuanya ditangani oleh kiainya, apalagi dalam
penguasaan informasi dan teknologi yang masih belum optimal. Hal tersebut
dapat dilihat dalam proses pendokumentasian (data base) santri dan alumni
pondok pesantren yang masih kurang terstruktur. Dalam hal ini, pesantren
perlu menata ulang dan terus berusaha berbenah diri..
Manajemen pendidikan pesantren tidak lagi bisa dianggap sebagai
manajemen sosial yang bebas dari keharusan pencapaian target dan
dikendalikan oleh subyek yang berwawasan sempit, misalnya dengan
pendekatan kekeluargaan seperti yangpenulis jumpai di sebagian pesantren di
Indonesia Sesuatu yang dapat dikembangkan mengenai peran madrasah,
pesantren bahkan sekolah Islam sekalipun, adalah pada peran strategisnya
dalam mengelola pola manajemen strategik yang dapat menghasilkan
rumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana untuk
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
7/27
7
mencapai sasaran-sasaran perusahaandalam hal ini disebut dengan Madrasah,
Pesantren dan SekolahIslam (Agus Maulana, 1997: 20).Sesuatu yang dapat
dikembangkan dalam pengelolaanpendidikan Islam ( pesantren, madrasah
dan sekolah Islam) adalahpola manajemen srategik keputusan dan tindakan
yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi)
rencana-rencana untuk mencapai sasaran sasaran perusahaan dalam hal ini
disebut madrasah (Agus Maulana, 1997: 20) Dalam konteks pendidikan
pesantren, madrasah dan sekolah Islam, apabila penerapan manajemen
instruksional dirumuskandalam pola-pola praktis yang kaku oleh pemegang
kebijakan, akan mengakumulasikan kerawanan masalah. Seperti proses
pembelajaranyang kurang memadai, pengembangan sumber daya manusia
(SDM)yang tidak profesional dan lain sebagainya. Membiarkan pola seperti
ini berkembang (tanpa ada solusi alternatif menuju perkembanganpesantren,
madrasah dan sekolah Islam ke depan) pada saatnya akan mengancam
eksistensi pesantren, madrasah dan sekolah Islam itu sendiri. Yang terpenting
dari semua ini dalam melaksanakan pengelolaan manajemen madrasah
terutama pada perannya yang seluruh potensi yang dimiliki stakeholder dan
kemudian secarabersama menyusun program dan rencana pengembangan
pesantren, madrasah dan sekolah Islam secara bertahap serta meneguhkan
kembali komitmen stakeholder kepada pentingnya pendidikan Islam
(madrasah) dalam rangka mempersiapkan subyek didik yang cerdas,bermoral
dan memiliki ketrampilan, sehingga dapat memberikankontribusi pemikiran
perkembangan zaman. Sekilas apabila diperhatikan, era globalisasi yang
dijumpai masyarakat ternyata lebih memperkuat perhatian orang terhadap
pesantren. Di antara penyebabnya adalah dimungkinkan karena adanya
semangat untuk mencari pendidikan alternatif . Era global seakan
mengharuskan seseorang atau bahkan kepada komunitas masyarakat secara
luas untuk mencari , menggali dan mengembangkan pendidikan alternatif
tersebut dan sekaligus untuk memperbesar peluang keunggulan terutama yang
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
8/27
8
terkait dengan peran pesantren ,madrasah dan sekolah Islam yang ada di
Indonesiaini.
Di tengah kompetisi sistem pendidikan yang ada, pesantren sebagai
lembaga pendidikan tertua yang masih bertahan hingga kini tentu saja harus
sadar bahwa penggiatan diri yang hanya berorientasi pada wilayah keagamaan
tidak lagi memadai. Maka pesantren harus proaktif dan memberikan ruang
bagi pembenahan dan pembaharuan sistem pendidikan pesantren dengan
senantiasa harus selalu apresiatif sekaligus selektif dalam menyikapi dan
merespons perkembangan dan pragmatisme budaya yang kian menggejala.
Hal ini bisa dijadikan pertimbangan lain bagaimana seharusnya pesantren
mensiasati fenomena tersebut.
Sistem pendidikan pesantren yang ada sekarang begitu bervariasi hal ini
terjadi karena pesantren harus selalu waspada terhadap pargamatisme budaza
dalam mengembangkan sistem pendidikanya agar tidak keluar dari ruh
pesantren itu sendiri dan tujuan dari sistem pendidikan nasional. Disamping
itu, bervariasinya sistem pendidikan pesantren terjadi karena beberapa faktor
Pertama, kolonialisme dan sistem pendidikan liberal. Sebagaimana diketahui,
pada dasawarsa terakhir abad ke-19, Belanda mulai memperkenalkan sistem
pendidikan liberal. Tentu saja, dengan hadirnya lembaga pendidikan tersebut,
posisi pesantren semakin terancam. Meskipun demikian, kecurigaan pesantren
terhadap ancaman lembaga pendidikan kolonial tidak selalu berwujud
penolakan yang a priori. Karena, di balik penolakannya, ternyata diam-diam
pesantren melirik metode yang digunakannya untuk kemudian mencontohnya.
Fenomena menolak sambil mencontoh, demikian Karel Steenbrink (1994)
mengistilahkannya, tampak dalam perkembangan pesantren di Jawa. Ini
terlihat, misalnya, dengan diajarkannya pengetahuan umum semisal bahasa
Melayu dan Belanda, sejarah, ilmu hitung, ilmu bumi, dan sebagainya.
Kedua, perubahan orientasi keilmuan pendidikan pesantren. Tidak
seperti pada abad XVI-XVIII, orientasi keilmuan pesantren abad XX tidak
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
9/27
9
lagi terpusat ke Hijaz, melainkan merambah ke wilayah Timur Tengah
lainnya, semisal Mesir, Baghdad, atau bahkan ke Eropa. Perluasan jaringan
intelektual yang tidak saja ke Hijaz ini, tetapi juga ke wilayah lainnya, turut
mewarnai produk keilmuan pesantren dan diversivikasi literatur yang
dihasilkannya. Lahirnya karya-karya intelektual dengan ragam disiplin
keilmuan, misalnya, menjadi bukti luasnya cakupan keilmuan pesantren abad
ini. Tidak seperti pada abad-abad sebelumnya di mana intelektual pesantren
hanya melahirkan karya-karya tentang akidah, fiqih, dan tasawuf, intelektual
pesantren abad ini di samping tiga disiplin itu telah menghasilkan khazanah
intelektual yang kaya, meliputi ilmu falak, mantiq, sejarah, kritik sosial, dan
semacamnya.
Ketiga, gerakan pembaharuan Islam. Munculnya gerakan pembaharuan
Islam di tanah air sebagai pengaruh pembaharuan Islam di belahan dunia
lainnya mulai tampak pada awal abad ke-20 ini lagi-lagi menjadikan
pesantren sebagai sasaran kritik. Sebagai dampak dari situasi ini, pesantren
meresponsnya secara beragam, mulai dari penolakan dan konfrontasi hingga
kekaguman dan peniruan naif terhadap pola pendidikan Barat. Oleh karena
itu, tidak sedikit pesantren yang tetap pada pola lamanya dengan menolak
segala hal yang berbau Barat. Bertahannya pesantren-pesantren dengan sistem
salaf, misalnya, dapat dijadikan contoh fenomena ini. Sebalikya, di pihak lain,
munculnya sejumlah pesantren dengan label dan simbol-simbol yang tampak
modern menjadi contoh lain kuatnya pengaruh pendidikan Barat yang diusung
para pembaharu bagi dunia pesantren. Namun juga jangan dilupakan, ada
respon lain di mana pesantren tetap mempertahankan keunikankannya yang
masih relevan (al-muhafadzah ala al-qadim al-shalih), namun di pihak yang
lain, ia secara selektif mengadaptasi pola-pola baru yang bisa menopang
kelanggengan sistem pendidikan pesantren (al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah).
Akibat dari 3 faktor tersebut dan perbedaan cara merespon keadaan
tersebut, munculah variasi sistem pendidikan pesantren yang terjadi sekarang
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
10/27
10
ini ke dalam 3 bagian; Pertama, Sistem pendidikan pesantren salafiyah
(pesantren-pesantren yang berada di pedalaman pedesaan). Kedua, sistem
pendidikan pesantren modern (Pesantren Gontor). Ketiga, Sistem pendidikan
pesantren kombinasi/gabungan (Pesantren Tebu Ireng Jombang). Lunturnya
pamor Hijaz sebagai pusat kosmik ngelmu -yang bisa jadi karena mundurnya
sistem madrasah di tanah Arab selama abad ke18 dan abad ke-19 (Van
Bruinesen, 1995)- juga dapat dijadikan faktor munculnya beragam variasi
sistem pendidikan pesantren berikut diversifikasi kurikulum yang
diajarkannya. Dan ternyata, dalam perkembangannya, pesantren (diharapkan)
mampu melerai kesenjangan, atau bahkan pertentangan, antara pendidikan
agama di satu pihak dan pendidikan umum di pihak yang lain.
4. HambatanDi tengah pergulatan masyarakat informasional, pesantren 'dipaksa'
memasuki ruang kontestasi dengan institusi pendidikan lainnya, terlebih
dengan sangat maraknya pendidikan berlabel luar negeri yang menambah
semakin ketatnya persaingan mutu out-put (keluaran) pendidikan.
Kompetisi yang kian ketat itu, menghambat institusi pesantren untuk
mempertaruhkan kualitas out-put pendidikannya agar tetap unggul dan
menjadi pilihan masyarakat, terutama umat Islam.
Ini mengindikasikan, bahwa pesantren perlu banyak melakukan
pembenahan internal dan inovasi baru agar tetap mampu meningkatkan mutu
pendidikannya. Tujuan pendidikan pesantren adalah membentuk manusia
yang memiliki kesadaran yang tinggi bahwa ajaran Islam bersifat
komprehensif. Selain itu, produk pesantren juga dikonstruksi untuk memiliki
kemampuan yag tinggi dalam merespons tantangan dan tuntutan hidup dalam
konteks ruang dan waktu, dalam ranah nasional maupun internasional.
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
11/27
11
B. Madrasah1. Sejarah Madrasah
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia relatif
lebih muda dibanding pesantren. Ia lahir pada abad 20 dengan munculnya
Madrasah Manba'ul Ulum Kerajaan Surakarta tahun 1905 dan Sekolah
Adabiyah yang didirikan oleh Syekh Abdullah Ahmad di Sumatera Barat
tahun 1909 (Malik Fadjar, 1998).
Madrasah berdiri atas inisiatif dan realisasi dari pembaharuan
sistem pendidikan Islam yang telah ada. Pembaharuan tersebut, menurut
Karl Sternbrink (1986), meliputi tiga hal, yaitu: (Karl Sternbrink : 1986)
a. Usaha menyempumakan sistem pendidikan pesantren,b. Penyesuaian dengan sistem pendidikan Barat, danc. Upaya menjembatani antara sistem pendidikan tradisional pesantren
dan sistem pendidikan Barat.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam kini ditempatkan
sebagai pendidikan sekolah dalam sistem pendidikan nasional. Munculnya
SKB tiga menteri (Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
dan Menteri dalam Negeri) menandakan bahwa eksistensi madrasah sudah
cukup kuat beriringan dengan sekolah umum. Di samping itu, munculnya
SKB tiga menteri tersebut juga dinilai sebagai langkah positif bagi
peningkatan mutu madrasah baik dari status, nilai ijazah maupun
kurikulumnya (Malik Fadjar, 1998).
Di dalam salah satu diktum pertimbangkan SKB tersebut
disebutkan perlunya diambil langkah-langkah untuk meningkatkan mutu
pendidikan pada madrasah agar lulusan dari madrasah dapat melanjutkan
atau pindah ke sekolah-sekolah umum dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi.
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
12/27
12
2. Permasalahan Madrasah3. Munculnya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi dalam bidang
pendidikan yang bertujuan untuk memberi peluang kepada peserta didik
untuk memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat
memberikan kontribusi kepada masyarakat, tidak mengagetkan para
pengelola madrasah. Madrasah juga lebih survive dalam kondisi
perubahan kurikulum yang sangat cepat, karena kehidupan madrasah tidak
taklid kepada kurikulum nasional. Manajemen desentralisasi memberikan
kewenangan kepada sekolah untuk melaksanakan PBM sesuai dengan
kebutuhan yang dikondisikan untuk kebutuhan lokal. Dengan demikian,
maka madrasah mendapatkan angin segar untuk bisa lebih exist dalam
mengatur kegiatannya tanpa intervensi pemerintah pusat dalam upaya
mencapai peningkatan mutu pendidikannya. Melalui proses belajar
mengajar yang didasari dengan kebutuhan lokal, kurikulum tidak
terbebani dengan materi lain yang sesungguhnya belum atau bahkan tidak
relevan bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta didik
pada jenjang tersebut. Efektivitas proses belajar mengajar diharapkan bisa
tercapai sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi.
Adapun meningkatnya keterlibatan pemerintah dalam pendidikan
menyebabkan para pengelola madrasah memfokuskan pada program-
program tambahan sebagai sarana meningkatkan kualitas pendidikan.
Program remidial dan kursus untuk meningkatkan perkembangan kognitif,
sosial dan emosional dari siswa yang berkemampuan rendah dalam taraf
perekonomian dan hasil belajar merupakan program-program kompensasi,
bukan untuk menggantikan program-program yang ada.
Sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari masyarakat, madrasah
lebih mudah mengintegrasikan lingkungan eksternal ke dalam organisasi
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
13/27
13
pendidikan, sehingga dapat menciptakan suasana kebersamaan dan
kepemilikan yang tinggi dengan keterlibatan yang tinggi dari masyarakat.
Keterlibatan masyarakat bukan lagi terbatas seperti peranan orang tua
siswa (POMG) yang hanya melibatkan diri di tempat anaknya sekolah.
Melainkan keterlibatan yang didasarkan kepada kepemilikan lingkungan.
Sesuai dengan jiwa desentralisasi yang menyerap aspirasi dan
partisipasai masyarakat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas
pendidikan, masyarakat dituntut untuk memiliki kepedulian yang tinggi
memperhatikan lembaga pendidikan yang berada di lingkungan setempat.
Hal ini dapat menumbuhkan sikap kepemilikan yang tinggi dengan
memberikan kontribusi baik dalam bidang material, kontrol manajemen,
pembinaan, serta bentuk partisipasi lain dalam rangka meningkatkan
eksistensi madrasah yang selanjutnya menjadi kebanggaan lingkungan
setempat.
Akhirnya madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang hidup
dari, oleh dan untuk masyarakat belum mendapatkan sentuhan pikiran dan
tangan kita semua. Peningkatan mutu tidak akan terealisir tanpa andil
semua pihak. Untuk itu, demi peningkatan mutunya maka madrasah perlu
dibantu, dibela dan diperjuangkan.
Persepsi masyarakat terhadap madrasah di era modern belakangan
semakin menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang unik. Di
saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, di saat filsafat
hidup manusia modern mengalami krisis keagamaan dan di saat
perdagangan bebas dunia makin mendekati pintu gerbangnya, keberadaan
madrasah tampak makin dibutuhkan orang. (Haedar Nashir, 1999)
Terlepas dari berbagai problema yang dihadapi, baik yang berasal dari
dalam sistem seperti masalah manajemen, kualitas input dan kondisi
sarana prasarananya, maupun dari luar sistem seperti persyaratan
akreditasi yang kaku dan aturan-aturan lain yang menimbulkan kesan
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
14/27
14
madrasah sebagai 'sapi perah', madrasah yang memiliki karakteristik khas
yang tidak dimiliki oleh model pendidikan lainnya itu menjadi salah satu
tumpuan harapan bagi manusia modern untuk mengatasi keringnya hati
dari nuansa keagamaan dan menghindarkan diri dari fenomena
demoralisasi dan dehumanisasi yang semakin merajalela seiring dengan
kemajuan peradaban teknologi dan materi. Sebagai jembatan antara model
pendidikan pesantren dan model pendidikan sekolah, madrasah menjadi
sangat fleksibel diakomodasikan dalam berbagai lingkungan. Di
lingkungan pesantren, madrasah bukanlah barang yang asing, karena
memang lahirnya madrasah merupakan inovasi model pendidikan
pesantren. Dengan kurikulum yang disusun rapi, para santri lebih mudah
mengetahui sampai di mana tingkat penguasaan materi yang dipelajari.
Dengan metode pengajaran modern yang disertai audio visual aids, kesan
kumuh, jorok, ortodok, dan exclusive yang selama itu melekat pada
pesantren sedikit demi sedikit terkikis. Masyarakat metropolit makin tidak
malu mendatangi dan bahkan memasukkan putra-putrinya ke pesantren
dengan model pendidikan madrasah. Baik mereka yang sekedar berniat
menempatkan putra-putrinya pada lingkungan yang baik (agamis) hingga
yang benar-benar menguasai ilmu yang dikembangkan di pesantren
tersebut, orang makin berebut untuk mendapatkan fasilitas di sana.
Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo, misalnya, penuh dengan
putra putri konglomerat, sekali daftar tanpa mikir bayar, lengkap sudah
fasilitas didapat. Ma'had Al-Zaitun yang berlokasi di daerah Haurgelis
(sekitar 30 KM dari pusat kota Indramayu), yang baru berdiri pada tahun
1994, juga telah menjadi incaran masyarakat modern kelas menengah ke
atas, bahkan sebagian muridnya berasal dari negara-negara sahabat,
seperti Malaysia, Singapura dan Brunai Darussalam. Dengan demikian,
model pendidikan madrasah di lingkungan pesantren telah memiliki daya
tawar yang cukup tinggi.
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
15/27
15
Model-model pondok pesantren modern seperti itu, kini telah
bermunculan di berbagai daerah. Di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten
Kendal misalnya, juga ada pondok pesantren "Darul Amanah" yang
mengutamakan penguasaan bahasa asing yakni Bahasa Arab dan Inggris.
Pondok Pesantren yang didirikan oleh para alumni Pondok Pesantren
Modem Gontor Ponorogo pada tahun 1990 itu telah menampung sekitar
1300 santri (siswa).
Melihat kenyataan seperti itu, tuntutan pengembangan madrasah akhir-
akhir ini dirasa cukup tinggi. Pengembangan madrasah di pesantren yang
pada umumnya berlokasi di luar kota dirasa tidak cukup memenuhi
tuntutan masyarakat. Oleh karena itu banyak model pendidikan madrasah
bermunculan di tengah kota, baik di kota kecil maupun di kota-kota
metropolitan. Meskipun banyak madrasah yang berkembang di luar
lingkungan pesantren, budaya agamanya, moral dan etika agamanya tetap
menjadi ciri khas sebuah lembaga pendidikan Islam. Etika pergaulan,
perilaku dan performance pakaian para santrinya menjadi daya tarik
tersendiri, yang menjanjikan kebahagiaan hidup dunia akhirat
sebagaimana tujuan pendidikan Islam (Al-Abrasyi, 1970; Jalaluddin dan
Said, 1996).
Realitas menunjukkan bahwa praktek pendidikan nasional dengan
kurikulum yang dibuat dan disusun sedemikian rupa bahkan telah
disempurnakan berkali-kali, tidak hanya gagal menampilkan sosok
manusia Indonesia dengan kepribadian utuh, bahkan membayangkan
realisasinya saja terasa sulit. Pendidikan umum (non madrasah) yang
menjadi anak emas pemerintah, di bawah naungan Depdiknas, telah gagal
menunjukkan kemuliaan jati dirinya selama lebih dari tiga dekade. Misi
pendidikan yang ingin melahirkan manusia-manusia cerdas yang
menguasai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kekuatan
iman dan taqwa plus budi pekerti luhur, masih tetap berada pada tataran
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
16/27
16
ideal yang tertulis dalam susunan cita-cita (perundang-undangan).
Tampaknya hal ini merupakan salah satu indikator dimana pemerintah
kemudian mengakui keberadaan madrasah sebagian dari sistem
pendidikan nasional.
Pendidikan moral yang dilaksanakan melalui berbagai cara baik
kurikuler (Pendidikan Nasional dan Ketahanan Nasional atau PPKN)
maupun ko kurikuler (Penataran P-4) telah melahirkan elit politik yang
tidak mampu tampil sebagai uswatun hasanah (teladan yang baik) bahkan
memberikan kesan korup dan membodohi rakyat. Kegiatan penataran dan
cerdas cermat P-4 (Pedoman Penghayatan dan pengamalan Pancasila)
tidak lebih dari aktivitas ceremonial karakteristik. Disebut demikian
karena kegiatan tersebut telah meloloskan para juara dari peserta yang
paling mampu menghafal buku pedoman dan memberikan alasan
pembenaran, bukan mereka yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai
Pancsila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, para peserta
penataran atau cerdas cermat P-4 berlomba-lomba menghafal butir-butir
Pancasila tanpa berusaha melaksanakannya di dalam kehidupan nyata.
Itulah di antara faktor yang mempengaruhi turunnya moralitas bangsa ini
(Dradjat, 1971).
Setelah kebobrokan moral dan mental merebak dan merajalela, orang
baru bangun dan sadar bahwa pendidikan moral yang selama ini dilakukan
lebih berorientasi pada pendidikan politik pembenaran terhadap segala
pemaknaan yang lahir atas restu regim yang berkuasa. Upaya pembinaan
moral yang bertujuan meningkatkan harkat dan martabat manusia sesuai
dengan cita-cita nasional yang tertuang dalam perundang-undangan telah
dikesampingkan dan menjadi jauh dari harapan.
Keberhasilan pendidikan secara kuantitatif didasarkan pada teori
Benjamin S. Bloom (1956) yang dikenal dengan nama Taxonomy of
Educational Objectives, yang mencakup tiga domain yaitu kognitif, afektif
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
17/27
17
dan psikomotor. Meskipun demikian, keberhasilan output (lulusan)
pendidikan hanyalah merupakan keberhasilan kognitif. Artinya, anak yang
tidak pemah shalat pun, jika ia dapat mengerjakan tes PAl (Pendidikan
Agama Islam) dengan baik maka ia bisa lulus (berhasil), dan jika nilainya
baik, maka ia pun dapat diterima pada tingkat pendidikan yang lebih
tinggi. Lain halnya dengan outcome (performance) seorang alumni
Madrasah, bagaimanapun nilai raport dan hasil ujiannya, moral
keagamaan yang melekat pada sikap dan perilakunya akan menjadi tolok
ukur bagi keberhasilan lembaga pendidikan yang menjadi tempat ia
belajar. Karena itulah keberhasilan out-come disebut keberhasilan afektif
dan psikomotorik. Bagi lembaga pendidikan "Madrasah", kedua standar
keberhasilan (output dan outcome) yang mencakup tiga domain taxonomy
of educational objectives, tidak dapat dipisahkan. Di samping Madrasah
mendidik kecerdasan, ia juga membina moral dan akhlak siswanya (Al-
Abrasyi, 1970; Abdullah, 1994).
Itulah nilai plus madrasah dibandingkan sekolah umum yang
menekankan pembinaan kecerdasan intelek (aspek kognitif).
4. Peran Masyarakat dalam Peningkatan Kualitas MadrasahMunculnya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi dalam bidang
pendidikan yang bertujuan untuk memberi peluang kepada peserta didik
untuk memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat
memberikan kontribusi kepada masyarakat, tidak mengagetkan para
pengelola madrasah. Madrasah juga lebih survive dalam kondisi
perubahan kurikulum yang sangat cepat, karena kehidupan madrasah tidak
taklid kepada kurikulum nasional. Manajemen desentralisasi memberikan
kewenangan kepada sekolah untuk melaksanakan PBM sesuai dengan
kebutuhan yang dikondisikan untuk kebutuhan lokal. Dengan demikian,
maka madrasah mendapatkan angin segar untuk bisa lebih exist dalam
mengatur kegiatannya tanpa intervensi pemerintah pusat dalam upaya
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
18/27
18
mencapai peningkatan mutu pendidikannya. Melalui proses belajar
mengajar yang didasari dengan kebutuhan lokal, kurikulum tidak
terbebani dengan materi lain yang sesungguhnya belum atau bahkan tidak
relevan bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta didik
pada jenjang tersebut. Efektivitas proses belajar mengajar diharapkan bisa
tercapai sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi.
Adapun meningkatnya keterlibatan pemerintah dalam pendidikan
menyebabkan para pengelola madrasah memfokuskan pada program-
program tambahan sebagai sarana meningkatkan kualitas pendidikan.
Program remidial dan kursus untuk meningkatkan perkembangan kognitif,
sosial dan emosional dari siswa yang berkemampuan rendah dalam taraf
perekonomian dan hasil belajar merupakan program-program kompensasi,
bukan untuk menggantikan program-program yang ada.
Sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari masyarakat, madrasah
lebih mudah mengintegrasikan lingkungan eksternal ke dalam organisasi
pendidikan, sehingga dapat menciptakan suasana kebersamaan dan
kepemilikan yang tinggi dengan keterlibatan yang tinggi dari masyarakat.
Keterlibatan masyarakat bukan lagi terbatas seperti peranan orang tua
siswa (POMG) yang hanya melibatkan diri di tempat anaknya sekolah.
Melainkan keterlibatan yang didasarkan kepada kepemilikan lingkungan.
Sesuai dengan jiwa desentralisasi yang menyerap aspirasi dan
partisipasai masyarakat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas
pendidikan, masyarakat dituntut untuk memiliki kepedulian yang tinggi
memperhatikan lembaga pendidikan yang berada di lingkungan setempat.
Hal ini dapat menumbuhkan sikap kepemilikan yang tinggi dengan
memberikan kontribusi baik dalam bidang material, kontrol manajemen,
pembinaan, serta bentuk partisipasi lain dalam rangka meningkatkan
eksistensi madrasah yang selanjutnya menjadi kebanggaan lingkungan
setempat.
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
19/27
19
Akhirnya madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang hidup
dari, oleh dan untuk masyarakat belum mendapatkan sentuhan pikiran dan
tangan kita semua. Peningkatan mutu tidak akan terealisir tanpa andil
semua pihak. Untuk itu, demi peningkatan mutunya maka madrasah perlu
dibantu, dibela dan diperjuangkan.
5. Peluang dan TantanganSebagai upaya inovasi dalam Sistem Pendidikan Islam, madrasah
tidak lepas dari berbagai problema yang dihadapi. Problema-problema
tersebut, menurut Darmu'in (1998), antara lain:
1. Madrasah telah kehilangan akar sejarahnya, artinya keberadaan
madrasah bukan merupakan kelanjutan pesantren, meskipun diakui
bahwa pesantren merupakan bentuk lembaga pendidikan Islam
pertama di Indonesia.
2. Terdapat dualisme pemaknaan terhadap madrasah. Di satu sisi,
madrasah diidentikkan dengan sekolah karena memiliki muatan secara
kurikulum yang relatif sama dengan sekolah umum. Di sisi lain,
madrasah dianggap sebagai pesantren dengan sistem klasikal yang
kemudian dikenal dengan madrasah diniyah.
Dengan demikian, sebagai sub sistem pendidikan nasional,
madrasah belum memiliki jati diri yang dapat dibedakan dari lembaga
pendidikan lainnya.
Efek pensejajaran madrasah dengan sekolah umum yang berakibat
berkurangnya proporsi pendidikan agama dari 60% agama dan 40%
umum menjadi 30% agama dan 70% umum dirasa sebagai tantangan yang
melemahkan eksistensi pendidikan Islam. Beberapa permasalahan yang
muncul kemudian, antara lain:
1. Berkurangnya muatan materi pendidikan agama. Hal ini dilihat
sebagai upaya pendangkalan pemahaman agama, karena muatan
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
20/27
20
kurikulum agama sebelum SKB dirasa belum mampu mencetak
muslim sejati, apalagi kemudian dikurangi.
2. Tamatan Madrasah serba tanggung. Pengetahuan agamanya tidak
mendalam sedangkan pengetahuan umumnya juga rendah.
Diakui bahwa model pendidikan madrasah di dalam perundang-
undangan negara, memunculkan dualisme sistem Pendidikan di Indonesia.
Dualisme pendidikan di Indonesia telah menjadi dilema yang belum dapat
diselesaikan hingga sekarang. Dualisme ini tidak hanya berkenaan dengan
sistem pengajarannya tetapi juga menjurus pada keilmuannya. Pola pikir
yang sempit cenderung membuka gap antara ilmu-ilmu agama Islam dan
ilmu-ilmu umum. Seakan-akan muncul ilmu Islam dan ilmu bukan Islam
(kafir). Padahal dikhotomi keilmuan ini justru menjadi garapan bagi para
pakar pendidikan Islam untuk berusaha menyatukan keduanya.
Dualisme pendidikan Islam juga muncul dalam bidang
manajerialnya, khususnya di lembaga swasta. Lembaga swasta umumnya
memiliki dua top manager yaitu kepala madrasah dan ketua yayasan (atau
pengurus). Meskipun telah ada garis kewenangan yang memisahkan kedua
top manager tersebut, yakni kepala madrasah memegang kendali
akademik sedangkan ketua yayasan (pengurus) membidangi penyediaan
sarana dan prasarana, sering di dalam praktik terjadi overlapping. Masalah
ini biasanya lebih buruk jika di antara pengurus yayasan tersebut ada yang
menjadi staf pengajar. Di samping ada kesan mematai-matai
kepemimpinan kepala madrasah, juga ketika staf pengajar tersebut
melakukan tindakan indisipliner (sering datang terlambat), kepala
madrasah merasa tidak berdaya menegumya.
Praktek manajemen di madrasah sering menunjukkan model
manajemen tradisional, yakni model manajemen paternalistik atau
feodalistik. Dominasi senioritas semacam ini terkadang mengganggu
perkembangan dan peningkatan kualitas pendidikan. Munculnya
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
21/27
21
kreativitas inovatif dari kalangan muda terkadang dipahami sebagai sikap
yang tidak menghargai senior. Kondisi yang demikian ini mengarah pada
ujung ekstrem negatif, hingga muncul kesan bahwa meluruskan langkah
atau mengoreksi kekeliruan langkah senior dianggap tabiat su'ul adab.
Dualisme pengelolaan pendidikan juga terjadi pada pembinaan
yang dilakukan oleh departemen yaitu Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) dan Departemen Agama (Depag). Pembinaan Madrasah di
bawah naungan Depag berhadapan dengan Sekolah umum di bawah
pembinaan Depdiknas sering menimbulkan kecemburuan sejak di tingkat
(SD dan MI) hingga perguruan tinggi. Dari alokasi dana, perhatian,
pembinaan manajerial, bantuan buku dan media pembelajaran, serta
penempatan guru, hingga pemberian beasiswa pendidikan lanjut sering
tidak sama antara yang diterima oleh sekolah umum (Depdiknas) dengan
madrasah (Depag).
Kesenjangan antara madrasah swasta dan madrasah negeri pun
tampaknya juga menjadi masalah yang belum tuntas diselesaikan. Gap
tersebut meliputi beberapa hal seperti pandangan guru, sarana dan
prasarana, kualitas input siswa dan sebagainya yang kesemuanya itu
berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung kepada mutu
pendidikan. Yang demikian ini karena munculnya SKB tiga menteri
tersebut belum diimbangi penyediaan guru, buku-buku dan peralatan lain
dari departemen terkait (Malik Fadjar, 1998).
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
22/27
22
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanSebagai sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan
sosial keagamaan, pengembangan pesantren harus terus didorong. Karena
pengembangan pesantren tidak terlepas dari adanya kendala yang harus
dihadapinya.
Pembaharuan dan pengembangan pesantren dalam menjawab tuntutan
perubahan jaman akan trelisasi apabila :
1. pengelolaannya tidak secara sederhana dan tradsional melainkan denganpola manajemen strategik yang dapat menghasilkan rumusan (formulasi)
dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana untuk mencapai sasaran-
sasaran pesantren.
2. Sistem pendidikan yang dilaksanakan harus melakukan pembenahaninternal dan inovasi baru, di samping mempertahankan kurikulum yang
berbasis agama, juga melengkapinya dengan kurikulum yang menyentuh
dan berkait erat dengan persoalan dan kebutuhan kekinian umat agar tetap
mampu meningkatkan mutu pendidikannya.
B. SaranKeanekaragaman lembaga pendidikan Islam yaitu pesantren merupakan
khazanah yang perlu dilestarikan. Setiap pesantren mempunyai ciri khas dan
orientasi masing-masing, namun demikian harus ada satu komitmen, yaitu
memberi pemahaman Islam secara kaffah. Dan hal ini juga harus didorong oleh
kemauan dari para pengelola pesantren itu sendiri untuk melakukan
pembaharuan pada aspek teknis operasional-nya, bukan pada substansi
pendidikanpesantren itu sendiri.
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
23/27
23
DAFTAR PUSTAKA
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.
Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).Jakarta. 1982.
Ismail, S.M (et al).Dinamika Pesantren dan Madrasah. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.2002.
Rahardjo, Dawam M (Ed). Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun Dari Bawah.Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). Jakarta.1985.
Suryo, Djoko Dr. Tradisi Santri Dalam Historiografi Jawa: Pengaruh Islam di Jawa.
(diluncurkan pada acara Seminar Pengaruh Islam Terhadap Budaya Jawa, 31Nopember 2000)
Amin Haedari dalamJurnal Pondok Pesantren Mihrab, vol. II No. 1Juli 2007 ,
Masud Abdurrahman; Dinamika Pesantren dan Madrasah;2002, Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Azyumardi Azra dalam Jurnal Pondok Pesantren Mihrab, vol. II No. 2 November2007
Sarijo, M. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarta: Dharma Bakti, 1980
Sternbrink. K.APesantren, Madrasah dan Sekolah. Jakarta: LP3ES. 1986.
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
24/27
24
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Penyusun Panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena
dengan Rahmat dan Karunia-Nya Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
kekurangan dalam makalah ini. Hal ini disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang penyusun miliki, oleh karena itu, kritik dan saran yang konsruktif
sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penyusun juga berharap makalah ini mudah-mudahan berguna dan
bermamfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alami
Penulis
i
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
25/27
25
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1B. Tujuan .................................................................................................. 2C. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pesantren ............................................................................................. 3B. Madrasah .............................................................................................. 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 22B. Kritik dan Saran .................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii
ii
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
26/27
26
MMAAKKAALLAAHHFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia(Pesantren Dan Madrasah)
Disusun Oleh
Gita Maryani Fitri
Novita Sari B
Dosen
Ahmad Irfan, M.Pd.I
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDIAYAHFAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IAIN BENGKULU
2013
8/12/2019 Analisis Permasalahan Pendidikan Di Indonesia MADRASAH DAN PESANTREN
27/27
iii