Upload
ledang
View
229
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS PIROKSIKAM DENGAN REAGEN
SPESIFIK DALAM SEDIAAN JAMU YANG
BEREDAR DI DAERAH TANGERANG SELATAN
MENGGUNAKAN METODE ANALISIS
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBLE
SKRIPSI
GERALDI
1113102000037
POGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
JAKARTA
OKTOBER 2017
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS PIROKSIKAM DENGAN REAGEN
SPESIFIK DALAM SEDIAAN JAMU YANG
BEREDAR DI DAERAH TANGERANG SELATAN
MENGGUNAKAN METODE ANALISIS
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBLE
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
GERALDI
1113102000037
POGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
JAKARTA
OKTOBER 2017
iii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Geraldi
NIM : 1113102000037
Tanggal : Oktober 2017
Tanda Tangan :
iv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Geraldi
NIM : 1113102000037
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Analisis Piroksikam dengan Reagen Spesifik dalam Sediaan Jamu
yang Beredar di daerah Tangerang Selatan Menggunakan Metode
Analisis Spektrofotometri Ultraviolet-Visible
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Supandi, M.Si., Apt. Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt.
Mengetahui
Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Nurmaelis M. Si., Apt.
NIP. 19740730 200501 2 003
v
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Geraldi
NIM : 1113102000037
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Analisis Piroksikam dengan Reagen Spesifik dalam Sediaan
Jamu yang Beredar di daerah Tangerang Selatan menggunakan
Metode Analisis Spektrofotometri Ultraviolet-Visible
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Supandi, M.Si., Apt. ( )
Pembimbing II : Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt. ( )
Penguji I : Hendri Aldrat, Ph.D., Apt.. ( )
Penguji II : Via Rifkia, M. Farm.
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal :
vi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama : Geraldi
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Analisis Piroksikam dengan Reagen Spesifik dalam Sediaan Jamu
yang Beredar di daerah Tangerang Selatan Menggunakan Metode
Analisis Spektrofotometri Ultraviolet-Visible
Tingginya konsumsi obat tradisional di Indonesia memuculkan
pelanggaran berupa pencampuran bahan kimia obat dalam obat tradisional.
Piroksikam merupakan obat golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflamasi Drug)
yang sering dicampurkan dalam obat tradisional. Dalam penelitian ini dilakukan
identifikasi kandungan piroksikam pada jamu yang beredar di Daerah Tangerang
Selatan dengan reagen spesifik untuk analisa kualitatif yaitu tembaga asetat, feri
amonium sulfat, dan kobalt tiosianat dan analisa kuantitatif dengan
spektrofotometri ultraviolet-visible. Reaksi positif dengan reagen feri amonium
sulfat akan menghasilkan warna coklat kemerahan sedangangkan ketika
direaksikan dengan reagen tembaga asetat akan menghasilkan warna hijau keruh.
Dari analisa menggunakan spektrofotometri ultraviolet-visible pada panjang
gelombang 325 nm untuk piroksikam murni dalam etanol 96% dan pada panjang
gelombang 293 nm untuk piroksikam dalam jamu didapat persamaan linier yang
didapat b = 0,0469; a = 0,0016; r 2 = 0,9999 yaitu y = 0,0469x + 0,0016. Hasil Uji
LOD Piroksikam adalah 0,1388 μg/ml, sedangkan LOQ = 0,4626 μg/ml. Hasil
UPK dan uji presisi (RSD) pada konsentrasi 8, 10, dan 12 μg/mL masing- masing
adalah 100,61% dan 0,38%; 103,92% dan 0,64%; serta 96,44% dan 0,65%.
Analisi pada tiga sampel jamu pegal linu menggunakan reagen tembaga asetat
dan feri monium sulfat serta spektroftometri ultraviolet-visible menunjukan hasil
negatif tidak mengandung piroksikam.
Kata kunci: piroksikam, jamu, tembaga asetat, feri amonium sulfat, kobalt
tiosianat.
vii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name : Geraldi
Study Program: Pharmacy
Thesis Title : Piroxicam Analysis with Specific Reagents in Herbal Medicine
Circulating in South Tangerang Using Spectrofotometric
Spectrophotometric-Visible Method
The high consumption of traditional medicine in Indonesia implies a
violation of mixing of medicinal chemicals in traditional medicine. Piroxicam is
a class of NSAID (Non Steroid Anti Inflammatory Drug) drugs that are often
mixed in traditional medicine. This research identifies the piroxicam content in
herbs circulating in Tangerang Selatan Region with specific reagents for
qualitative analysis ie copper acetate, ammonium sulfate ferrite, and cobalt
thiocyanate and quantitative analysis with ultraviolet-visible spectrophotometry.
A positive reaction with the ammonium sulfate ferrite reagent will result in a
mild reddish-brown color when reacted with acetate copper reagent resulting in a
turbid green color. From the analysis using ultraviolet-visible spectrophotometry
at 325 nm wavelength for pure piroxicam in 96% ethanol and at 293 nm
wavelength for piroxicam in herb obtained linear equation obtained b = 0.0469; a
= 0.0016; r 2 = 0.9999 ie y = 0.0469x + 0.0016. The LOD Piroxicam test was
0.1388 μg / ml, whereas LOQ = 0.4626 μg / ml. The results of UPK and
precision test (RSD) at concentrations of 8, 10, and 12 μg / mL were 100.61%
and 0.38%, respectively; 103.92% and 0.64%; and 96.44% and 0.65%
respectively. Analyzes of three samples of rheumatic herbs using copper reagents
and monium sulfate conversion and ultraviolet spectrophotometry-showed
negative results not containing piroxicam.
Keywords: piroxicam, herbs, acetate copper, ammonium sulfate ferry, cobalt
thiocyanate.
viii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi
dengan judul “Analisa Piroksikam dengan Reagen Spesifik dalam Sediaan Jamu
yang Beredar di Daerah Tangerang Selatan Menggunakan Metode Analisis
Spektrofotometri Ultraviolet-Visible”. Skripsi ini telah diajukan sebagai salah
satu persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata 1 (S1)
pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah S.W.T atas segala nikmat dan rahmat yang telah diberikan-Nya kepada
penulis dan Nabi Muhammad S.A.W sebagai teladan dalam menjalani
kehidupan.
2. Kedua orang tua tercinta, bapak Wonginsidi dan Ibu Yuli Yuliah yang selalu
memberikan doa, kasih sayang, semangat, motivasi dan kepercayaan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Dan juga kedua saudari saya Nadya dan Meirisa
yang selalu mendukung dan mendoakan saya menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Supandi, M.Si., Apt. dan Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt.
selaku pembimbing saya yang dengan sabar memberikan bimbingan,
masukan ,dukungan dan semangat kepada penulis.
4. Ibu Dr. Nurmaelis M. Si., Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, M. Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
bantuan, bimbingan dan motivasi sehingga saya dapat menyelesaikan studi
di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
ix
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kesehatan,Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Nanang dari Pusat Penelitian dan Pengembangan di Badan
Pengawasan obat dan Makanan
8. Seluruh karyawan Program Studi Farmasi yang telah membantu saya selama
penelitian dan penyelesaian skripsi.
9. Kepada teman-teman Farmasi angkatan 2013, terimakasih untuk
kebersamaan, candaan, dukungan, bantuan,semangat, saran dan kritik selama
ini. Kebersamaan kita akan selalu terkenang.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan skripsi ini terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca.
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai
amal ibadah oleh Allah S.W.T dan penulis berharap semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
Jakarta, Oktober 2017
Penulis
x
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN SKRIPSI
Sebagai sivitas akedemik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Geraldi
NIM : 1113102000037
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya, dengan judul:
Analisis Piroksikam dengan Reagen Spesifik dalam Sediaan Jamu yang
Beredar di daerah Tangerang Selatan Menggunakan Metode Analisis
Spektrofotometri Ultraviolet-Visible
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di :
Pada Tanggal :
Yang menyatakan,
(Geraldi)
xi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
2.1 Obat Tradisional.................................................................................... 4
2.1.1 Jamu ............................................................................................ 4
2.1.2 Obat Herbal Terstandar ............................................................... 5
2.1.3 Fitofarmaka ................................................................................. 5
2.2 Bahan Kimia Obat Dalam Jamu ........................................................... 5
2.3 Piroksikam ............................................................................................ 6
2.3.1 Sifat Fisikokimia ......................................................................... 6
2.3.2 Manfaat Piroksikam .................................................................... 7
2.3.3 Efek Samping Piroksikam .......................................................... 7
2.3.4 Ekstraksi Piroksikam dalam jamu ............................................... 7
2.3.5 Analisa Piroksikam ..................................................................... 7
2.4 Teknik Sampling dan Jamu Simulasi .................................................... 8
2.5 Reagen Spesifik .................................................................................... 8
2.6 Spektrofotometri Ultraviolet-Visible .................................................... 10
2.6.1 Teori Spektofotometri Ultraviolet-Visible .................................. 10
2.6.2 Hukum Lambert - Beer ............................................................... 11
2.6.3 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif .............................................. 13
2.7 Validasi ................................................................................................. 14
2.7.1 Akurasi / Kecermatan ................................................................. 15
xii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.7.2 Presisi / Keseksamaan ................................................................. 15
2.7.3 Sensitifitas (LOD dan LOQ) ....................................................... 16
BAB III : METODOLOGI ..................................................................................... 17
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 17
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 17
3.2.1 Alat .............................................................................................. 17
3.2.2 Bahan .......................................................................................... 17
3.3 Prosedur Penelitian ............................................................................... 17
3.3.1 Pembuatan Reagen ..................................................................... 17
3.3.2 Pembuatan Baku Pembanding Jamu Simulasi Piroksikam ........ 18
3.3.3 Uji Kualitatif Reaksi Warna dengan Reagen Spesifik ............... 18
3.3.4 Pembuatan Larutan Induk Baku dan Larutan Standar ............... 19
3.3.4.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Piroksikam .............. 19
3.3.4.2 Pembuatan Larutan Standar Piroksikam ..................... 19
3.3.4.3 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum
Piroksikam ................................................................. 19
3.3.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Piroksikam .................................... 19
3.3.5.1 Kurva Kalibrasi Piroksikam Murni dengan Pelarut
Etanol ......................................................................... 19
3.4 Metoda Analisa ..................................................................................... 20
3.4.1 Uji Akurasi ................................................................................. 20
3.4.2 Uji Presisi ................................................................................... 20
3.4.3 Uji Limit Deteksi Reagen .......................................................... 20
3.5 Pengujian Piroksikam dalam Sampel Jamu Dipasaran ......................... 20
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 22
4.1 Hasil Uji Kualitatif Piroksikam ............................................................ 22
4.2 Hasil Uji Kualitatif Jamu Simulasi Dengan Piroksikam ...................... 22
4.3 Panjang Gelombang Maksimum Standar piroksikam dan
Piroksikak dalam Jamu dengan Spektrofotometri Ultraviolet -
Visible .................................................................................................. 24
4.4Penetapan Kurva Kalibrasi Piroksikam Standar .................................... 25
4.5 Hasil Uji Perolehan Kembali (UPK) / Recovery Kadar Piroksikam
dalam Spektrofotometri Ultraviolet-Visible ........................................ 26
4.6 Hasil Uji Kualitatif Sampel Jamu Tangerang Selatan .......................... 27
BAB V : KESIMPULAN ....................................................................................... 29
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 29
5.3 Saran ..................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 30
xiii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Bahan Kimia Obat yang Sering Ditemukan Dalam Jamu ..................... 6
TABEL 4.1 Hasil Uji Kualitatif Piroksikam ............................................................. 22
TABEL 4.2 Hasil Uji Kualitatif Jamu Kontrol Negatif dan Positif .......................... 23
TABEL 4.3 Hasil Absorbsi, Linearitas, SB, LOD, LOQ .......................................... 26
TABEL 4.4 Nilai UPK, SD, dan RSD ...................................................................... 26
TABEL 4.5 Hasil Uji Kualitatif sampel Jamu di Kota Tangerang Selatan .............. 27
xiv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Logo Jamu. ....................................................................................... 4
GAMBAR 2.2 Logo Obat Herbal Terstandar. .......................................................... 5
GAMBAR 2.3 Logo Fitofarmaka. ............................................................................ 5
GAMBAR 2.4 Struktur Piroksikam. ......................................................................... 6
GAMBAR 2.5 Reaksi kompleks ion Fe 3+
dengan piroksikam. ............................... 9
GAMBAR 2.6 Reaksi kompleks ion Cu 2+
dengan piroksikam. ............................... 9
GAMBAR 4.1 Kurva kalibrasi piroksikam standar .................................................. 25
GAMBAR 4.2 (a) Panjang Gelombang Maksimum Jamu + Piroksikam 293 nm
(kontrol positif); (b) Jamu Sampel A; (c) Jamu Sampel B; dan (d)
Jamu Sampel C. ................................................................................. 28
xv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Diagram Alir Penelitian. ................................................................. 34
LAMPIRAN 2 Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku dan Standar
Piroksikam. ..................................................................................... 35
LAMPIRAN 3 Pembuatan Baku Pembanding Jamu Simulasi dengan
Piroksikam. ................................................................................... 36
LAMPIRAN 4 Bagan Alir Ekstraksi Jamu Uji. ...................................................... 37
LAMPIRAN 5 Uji Kualitatif Piroksikam. .............................................................. 38
LAMPIRAN 6 Uji Kualitatif Jamu Simulasi dengan Piroksikam. ......................... 39
LAMPIRAN 7 Panjang Gelombang Maksimum Standar Piroksikam .................. 40
LAMPIRAN 8 Panjang Gelombang Maksimum Piroksikam dalam Jamu . .......... 42
LAMPIRAN 9 Perhitungan SB, LOD, dan LOQ. .................................................. 44
LAMPIRAN 10 Perhitungan UPK, SD, dan RSD. ................................................... 45
LAMPIRAN 11 Uji Kualitatif Jamu Uji dengan Reagen spesifik. .......................... 47
LAMPIRAN 12 Hasil Spektrofotometri Ultraviolet-Visible dari jamu Merk A. ..... 48
LAMPIRAN 13 Hasil Spektrofotometri Ultraviolet-Visible dari jamu Merk B. ..... 50
LAMPIRAN 14 Hasil Spektrofotometri Ultraviolet-Visible dari jamu Merk C. ..... 52
LAMPIRAN 15 Sertifikat Analisis Piroksikam. ....................................................... 54
LAMPIRAN 16 Surat Determinasi Temulawak dari LIPI ....................................... 56
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan bahan alam sebagai alternatif obat pada zaman ini
meningkat. Menurut Rusnaeni (2016) kecenderungan masyarakat pada jaman
modernisasi untuk kembali ke alam (back to nature) serta krisis yang melanda
Indonesia mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap obat sintetik,
serta penggunaan obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis
sehingga meningkatkan penggunaan bahan alam.
Di Indonesia obat tradisional biasa dikenal dengan jamu. Menurut
Notoatmodjo (2007) jamu adalah sebutan untuk obat tradisional yang dibuat dari
bahan-bahan alami berupa bagian dari tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Namun dengan meningkatnya penggunaan obat tradisional disalah
gunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terutama produsen obat
tradisional yang hanya mencari keuntungan finansial saja tanpa memperhatikan
keamanan dari praktik yang mereka lakukan. Padahal menurut Permenkes No.
007 tahun 2012 pasal 7 salah satu senyawa yang tidak boleh ada dalam obat
tradisional adalah bahan kimia obat (BKO).
Data yang diperoleh dari BPOM (2015) sebanyak 54 perusahaan
diketahui mencampur obat tradisional dengan BKO. BKO yang digunakan di
antaranya parasetamol, sidenafil sitrat, piroksikam, deksametason, fenilbutazon,
dan CTM.
Menurut data diatas piroksikam merupakan salah satu BKO yang sering
ditambahkan dalam obat tradisional. Piroksikam adalah salah satu obat anti
inflamasi non steroid (AINS) yang merupakan turunan dari oksikam. Secara
umum piroksikam bersifat asam, mempunyai efek anti radang, analgesik, dan
antipiretik (Siswandono, 1995). Sifatnya sebagai anti radang dimanfaatkan untuk
mengurangi gejala dari penyakit rematik.
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penyakit rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dan
struktur di sekitarnya. Penyakit rematik sering sekali dihubungkan dengan
terminologi arthritis yang berhubungan dengan lebih dari 100 penyakit termasuk
rheumatoid arthritis, osteoarthritis, gouty arthritis, dan lain-lain (American
College of Rheumatology, 2013). Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan,
pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang.
Penyakit ini dapat dikategorikan secara luas berupa penyakit sendi, keterbatasan
fisik, gangguan tulang belakang, dan kondisi yang disebabkan oleh trauma (WHO,
2015).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2013), menunjukkan bahwa
kecenderungan prevalensi rematik di Indonesia tahun 2007-2013 pada usia lebih
sama dengan 15 tahun terdapat 30,3 % pada tahun 2007, dan mengalami
penurunan pada tahun 2013 yaitu menjadi 24,7%. Sedangkan data penderita
rematik di Indonesia berdasarkan jenis kelamin cenderung terjadi pada perempuan
dengan prevalensi 34%.
Metode yang sering dipakai untuk mengidentifikasi piroksikam adalah
menggunakan spektrofotometri ultraviolet-visible. Banarjee (2002) menganalisis
piroksikam dan meloxicam diperoleh panjang gelombang piroksikam pada 325
nm. Selanjutnya, Hartini (2013) menganalisis kandungan fenilbutazon dan
piroksikam dalam jamu menggunakan tes strip yang berasal dari reagen tembaga
asetat, feri amonium sulfat, dan kobalt tiosianat. Hasil dari penelitian tersebut
tidak mencantumkan perubahan warna yang terjadi ketika jamu di teteskan
langsung dengan reagen yang dipakainya serta tidak dijelaskan reaksi warna
antara jamu dengan reagen yang dipakai. Untuk itu dalam penelitian ini akan
dilakukan identifikasi piroksikam dalam jamu menggunakan reagen spesifik
sebagai analisa kualitatif dan dilanjutkan dengan analisa kualitatif menggunakan
spektrofotometri ultraviolet-visible dengan judul “Analisis Piroksikam dengan
Reagen Spesifik dalam Sediaan Jamu yang Beredar di Daerah Tangerang Selatan
Menggunakan Metode Analisis Spektrofotometri Ultraviolet-visible”
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah :
1.2.1 Jamu-jamu yang mengandung piroksikam diduga beredar di daerah
Tangerang Selatan yang dapat membahayakan kesehatan bagi
pengguna.
1.2.2 Identifikasi jamu dengan reagen tanpa imobilisasi diduga dapat
dilakukan.
1.2.3 Berapakah limit deteksi dari reagen yang digunakan untuk analisa
kualitatif piroksikam?
1.2.4 Berapakah batas deteksi (limit of detection, LOD) dan batas
kuantitasi (limit of quantification, LOQ) untuk analisa kuantitaif
piroksikam?
1.3 Batasan Masalah
1.3.1 Sampel jamu yang digunakan adalah jamu yang berindikasi
sebagai jamu rematik/ pegal linu di daerah Tangerang Selatan.
1.3.2 Analisa kualitatif dengan reaksi warna dan analisa kuantitatif
dengan spektrofotometri ultraviolet-visible.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Mengidentifikasi piroksikam dalam dalam sediaan jamu
menggunakan analisa kualitatif dengan reaksi warna dan analisa
kuantitatif dengan spektrofotometri ultraviolet-visible.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan
informasi kepada masyarakat tentang jamu yang mengandung piroksikam.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat Tradisional
Obat tradisional dapat diartikan juga sebagai obat-obatan yang diolah
secara tradisional, turun temurun berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan setempat dan juga sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor sosial (kekeluargaan), faktor ekonomi (biaya), faktor budaya
dan faktor kemudahan (Notoatmodjo, 2007).
Obat tradisional adalah salah satu upaya pengobatan dan dimanfaatkan
oleh masyarakat dengan tujuan untuk memelihara kesehatan dan menjaga
kebugaran jasmani (promotif), mencegah penyakit (preventif), pengobatan
penyakit (kuratif) dan untuk memulihkan kesehatan (rehabilitatif) (Notoatmodjo,
2007).
Sesuai dengan keputusan Kepala Badan POM RI No. 00.05.4.2411 tahun
2004, berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktiaan khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga
jenis, yaitu:
2.1.1 Jamu
Jamu merupakan obat tradisional Indonesia yang digunakan secara turun
temurun. Jamu biasanya terasa pahit dan memiliki bau kurang enak, namun
banyak masyarakat yang percaya akan khasiat dari jamu (BPOM, 2005)
Gambar 2.1 Logo jamu (BPOM RI, 2005)
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.2 Obat Herbal Terstandar
Sedikit berbeda dengan jamu, herbal terstandar umumnya sudah
mengalami pemprosesan, misalnya berupa ekstrak atau kapsul. Herbal yang sudah
diekstrak tersebut sudah diteliti khasiat dan keamananya melalui uji praklinis
(terhadap hewan) dilaboratorium. Herbal terstandar dalam proses pengujiannya
telah diterapkan standar kandungan bahan, proses pembuatan ekstrak, higenitas,
serta uji toksisitas untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan racun dalam
herbal (Yuliarti, 2008).
Gambar 2.2 Logo obat herbal terstandar (BPOM RI, 2005)
2.1.3 Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan jamu dengan kasta tertinggi karena khasiat,
keamanan serta standar proses pembuatan dan bahayanya telah diuji secara klinis,
jamu berstatus sebagai fitofarmaka juga dijual di apotek dan sering diresepkan
oleh dokter (Yuliarti, 2008)
Gambar 2.3 Logo fitofarmaka (BPOM RI, 2005)
2.2 Bahan Kimia Obat Dalam Jamu
Beberapa jenis jamu dinilai berbahaya karena didalamnya terkandung
BKO. Menurut temuan badan POM, obat tradisional yang sering dicemari BKO
umumnya adalah obat tradisional yang digunakan pada penyakit-penyakit tertentu
seperti tabel berikut :
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.1 Bahan kimia obat yang sering ditemukan dalam jamu (Yuliarti, 2008)
2.3 Piroksikam
2.3.1 Sifat Fisikokimia
Gambar 2.4 Struktur piroksikam (Departemen Kesehatan RI, 1995)
Menurut FI edisi IV (Departemen Kesehatan RI, 1995) piroxikam dapat
di uraikan sebagai berikut :
Nama Resmi : Piroxicanum
Nama lain : Piroksikam
Nama Kimia : 4 – Hidroksi - 2metil – N – 2 – piridil - 2H - 1,2 -
benzotiazin – 3 - karboksamida1,1 – dioksida
Rumus Molekul : C15H13N3O4S
Berat Molekul : 331,35
Pemerian :Serbuk, hampir putih atau coklat terang atau kuning
terang; tidak berbau, bentuk monohidrat berwarna kuning.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan
sebagian besar pelarut organik; sukar larut dalam etanol
dan dalam larutan alkali mengandung air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Kegunaan Obat Tradisional BKO yang sering ditambahkan
Pegal Linu/Encok/Rematik Fenilbutazon, metampiron, diklofenak
sodium, piroksikam, parasetamol,
prednison atau deksametason
Pelangsing Sibutramin hidroklorida
Peningkat stamina/obat kuat pria Sildenafil sitrat
Kencing manis/diabetes Glibenklamid
Sesak nafas/asma Teofilin
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.2 Manfaat Piroksikam
Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang
yang kurang lebih sama dengan indometasin, masa kerja yang cukup panjang
dengan dosis 10-20 mg sehari. Piroksikam diserap dengan baik dalam saluran
cerna, 99% obat terikat oleh protein plasma (Siswondo dan Soekardjo, 2000).
2.3.3 Efek Samping Piroksikam
Efek samping piroksikam yaitu tukak lambung, eritema kulit, , nyeri
kepala, gagal ginjal akut, dan nefritis interstitial akut. Piroksikam tidak dianjurkan
diberikan kepada wanita hamil dan pasien tukak lambung. Efek pada kulit terjadi
ruam pada pasien yang memakai piroksikam (Wilmana, 2007).
2.3.4 Ekstraksi Piroksikam dari Jamu
Ekstraksi dilalukan untuk memisahkan senyawa pengotor yang dapat
mengganggu proses analisis dengan instrumen dan senyawa yang ingin diamati.
Ekstraksi piroksikam dari jamu telah dilakukan oleh Wisnuwardhani (2013) yaitu
dengan cara 500 mg jamu di larutkan dalam 10 ml etanol lalu di campur
menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit. Setelah itu disaring dengan
kertas saring Whatman dan diuapkan sampai tersisa seperlimanya.
2.3.5 Analisa Piroksikam
Piroksikam dapat dianalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analisa
kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya High Pressure
Liquid Chromatography (HPLC) dan spektrofotometri ultraviolet-visible,
sedangkan untuk analisa kualititatif dapat menggunakan metode Thin Layer
Chromatography (TLC) dan menggunakan reagen spesifik. Banerjee (2002)
melakukan identifikasi piroksikam dan meloksikam menggunakan
spektrofotometri ultraviolet dan didapat panajng gelombang piroksikam yaitu
325 nm. Moritz (2007) mengidentifikasi piroksikam dari obat tradisional dan
didapat serapan maksimum dipanjang gelombang 358, 289, dan 256 nm.
Analisa standar piroksikam menggunakan spektrofotometri pernah
dilakukan oleh Azmi, et al (2009) menggunakan spektrofotometer ultraviolet-
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
visible 1601, piroksikam dari Sigma Chemical Company, dan reagen ferric
sulphate. Hasil analisa menunjukkan panjang gelombang optimum yaitu 504 nm,
dimana pada panjang gelombang ini terbentuk kompleks antara reagen dengan
piroksikam.
2.4 Teknik Sampling dan Jamu Simulasi
Teknik sampling dalam pemilihan jamu yang akan di pakai untuk
selanjutnya diidentifikasi apakah ada kandungan piroksikam didalamnya adalah
dengan memilih jamu pegal linu yang paling banyak di konsumsi serta bererdar
di Tangerang Selatan. Sedangkan jamu simulasi dibuat untuk membuat jamu yang
sama dengan komposisi jamu yang beredar dipasaran. Jamu simulasi dibuat dari
serbuk simplisia rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.). Temulawak
dipilih karena dari 5 sampel jamu yang didapatkan di daerah Tangerang selatan 2
sampel diketahui memiliki kandungan temulawak. Jamu pegeal linu yang dijual
rata rata memliki berat 7 gram per kemasan Selain itu, Wisnuwardhani (2013)
juaga membuat jamu simulasi pegal linu dengan serbuk simplisia rimpang
temulawak yang di campur juga dengan rimpang jahe (Zingiberis rhizome) dan
rimpang kunyit (Curcuma domestica).
2.5 Reagen Spesifik
Reagen spesifik adalah reagen yang mampu menunjukkan perubahan
warna spesifik apabila bereaksi dengan zat tertentu. apabila warna sudah
terbentuk, artinya terjadi reaksi yang positif antara zat dengan reagen spesifiknya.
Reagen spesifik tidak dapat bereaksi dengan semua zat, hal ini karena setiap zat
memiliki reagen spesifik yang berbeda-beda dan warna yang dihasilkan juga
berbeda
Reagen spesifik sangat membantu dalam proses analisa kualitatif
sehingga penelitian ini juga menggunakan reagen spesifik. Penggunaan reagen
dalam analisa piroksikam dalan jamu telah diuji cobakan terlebih dulu oleh
Hartini (2013) menggunakan reagen yaitu feri amonium sulfat, tembaga asetat dan
kobalt tiosianat. Dari hasil uji coba jamu simulasi mengandung piroksikam yang
sebelumnya telah dieksraksi dengan etanol akan berubah warna dari biru menjadi
hijau dengan reagen feri ammonium sulfat.
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Reagen feri ammonium sulfat dibuat dari 8 gram feri ammonium sulfat
dalam 100 ml aquades dan perubahan warna semakin jelas ketika konsentrasi
reagen dinaikan menjadi 2–3 kalinya. Sedangkan reaksi regen tembaga asetat
dengan piroksikam akan menghasilkan warna jingga dari warna awal kuning
pucat. Reagen tembaga asetat dibuat dari 33 gram tembaga asetat dalam 100 ml
aquades dan semakin jelas perubahan warna apabila konsentrasi reagen dinaikan
2-3 kalinya. Sedangkan dengan reagen kobalt (II) tiosianat dengan komposisi
minimal 2 g feri amonium sulfat dalam 100 ml pelarut aquademin tidak terjadi
perubahan warna dari warna awal merah.
Gambar 2.5 Reaksi kompleks ion Fe 3+
dengan piroksikam (Lutfullah et al, 2010)
Perubahan warna ini terjadi karena reagen feri amonium sulfat dan
reagen tembaga asetat terdiri dari logam transisi yaitu Fe 3+
dan Cu 2+
reagen feri
amonium sulfat dan tembaga asetat membentuk reaksi kompleks dengan
piroksikam. Reaksi kompleks terdiri dari atom pusat dan ligan dimana atom pusat
berfungsi sebagai asam karena menerima pasangan elektron dari ligan sedangkan
yang berfungsi sebagai ligan yaitu piroksikam merupakan basa karena
memberikan pasangan elektronnya kepada atom pusat.
Gambar 2.6 Reaksi kompleks ion Cu 2+
dengan piroksikam (Prafulla M Sabale, 2012)
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6. Spektrofotometri Ultraviolet-Visible
2.6.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara
radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik
yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri
ultraviolet, cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang
gelombang untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak
380-780 nm, daerah infra merah dekat 780-3000 nm, dan daerah infra merah
2,5-40 μm atau 4000-250 cm-1
(Departemen Kesehatan RI, 1995).
Adapun mekanisme kerja dari spektrofotometer adalah mula-mula
sumber radiasi dari berbagai macam sinar tanda (λ) yang berbeda-beda, masuk
ke dalam monokromator. Di monokromator ini cahaya diubah dari cahaya
polikromatik menjadi monokromatik, jadi sinar yang ada pada monokromator
sudah ada λ tertentu. Kemudian dari monokromator sinar menembus kuvet atau
sampel di mana sampel telah dilarutkan dengan pelrut yang sesuai, yaitu pada
percobaan kali ini memakai pelarut etanol. Di kuvet ini, ada cahaya yang
diserap oleh sampel (absorban) dan ada yang diteruskan disebut transmitan
(Marzuki, 2012).
Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi
yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik
yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi
(atau panjang gelombang) sinar merupakan spectrum absorpsi. Transisi yang
dibolehkan (allowed transition) untuk suatu molekul dengan struktur kimia
yang berbeda adalah tidak sama sehingga spectra absorpsinya juga berbeda.
Dengan demikian, spectra dapat digunakan sebagai bahan informasi yang
bermanfaat untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada
panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang
menyerap radiasi, sehingga spectra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif (Gandjar dan Rohman,2007).
Sebuah spektrofotometer memiliki lima bagian penting yaitu: Sumber
cahaya untuk UV umumnya digunakan lampu deuterium (D2O), untuk visible
digunakan lampu tungstent xenon (Auc), monokromator yaitu suatu alat untuk
mengubah cahaya polikromatik menjadi cahaya monokromatik, Sel penyerap /
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
wadah pada sample, cell dalam spektrofotometer disebut juga dengan kuvet,
fotodetektor berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi energi listrik,
Analyzer (pengolah data), untuk spektrofotometer modern biasanya dilengkapi
dengan komputer. Hal–hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektofotometri
ultraviolet :
a. Pemilihan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh
panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan membuat kurva
hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku
pada konsentrasi tertentu.
b. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi
diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi
dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi
berupa garis lurus.
c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2
sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai
absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal
(Gandjar dan Rohman, 2007).
2.6.2 Hukum Lambert Beer
Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan
sel yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya
monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan
konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu
dalam Hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding
lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis :
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dimana :
A = serapan (tanpa dimensi)
a = absorptivitas ( g-1
cm-1
)
b = ketebalan sel (cm)
C = konsentrasi (g. 1-1
)
ε = absorptivitas molar ( M-1
cm-1
)
Jadi dengan Hukum Lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari
ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik
untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu. Ketika
cahaya dari panjang gelombang melalui larutan kimia yang diujikan, sebagian
cahaya tersebut akan diabsorbsi oleh larutan. Hukum Lambert-Beer yang
dikembangkan pada tahun 1852 oleh J.Beer & Lambert menyatakan secara
kuantitatif adsorbsi ini sebagai :
Keterangan :
I0 = Intensitas cahaya sebelum melewati sample
IT = Intensitas cahaya setelah melewati sample
ε = Koefisien ekstingsi, yaitu konstanta yang tergantung pada sifat alami
dari senyawa substansi dan panjang gelombang yang digunakan untuk
analisis
L = Panjang atau jarak cahaya yang melewati sample
C = Konsentrasi dari larutan yang dianalisa
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan berkaitan dengan satuan-satuan
persamaan Lambert-Beer’s di atas yakni :
1. T (transmittance), T tidak memiliki satuan karena ini merupakan rasio
A = a.b.c g/liter atau A = ε . b. C mol/liter
Log I0 / IT = ε. L. C ................................. *)
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
intensitas cahaya. IT dan I0 memiliki satuan yang sama oleh karenanya
saling meniadakan.
2. A (absorbance), A juga tidak memiliki satuan karena hubungannya dengan
T.
3. L (pathlength), L biasanya memiliki satuan cm berdasarkan fakta kita
menstandarkan panjang menggunakan tempat larutan yang dinamakan
kuvet, memiliki satuan dengan lebar biasanya 1,0 cm.
4. C (concentration), C memiliki satuan konsentrasi seperti M (molaritas)
memiliki satuan mg / mL.atau ppm ( parts per million ).
5. ε, (the extinction coefficient), ε memiliki satuan yang berkebalikan dengan
C dan L, sebagai contoh cm-1
dan M-1
.
2.6.3 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Analisis kualitatif
Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif sangat
terbatas, karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat
mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena
itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui, tidak memungkinkan.
Penggunaannya terbatas pada konfirmasi identitas dengan menggunakan
parameter panjang gelombang puncak absorpsi maksimum, λmax, nilai
absorptivitas, a, nilai absorptivitas molar, ε, atau nilai ekstingsi, A1%, 1 cm,
yang spesifik untuk suatu senyawa yang dilarutkan dalam suatu pelarut dan pH
tertentu (Satiadarma, 2004).
Analisis Kuantitatif
Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam analisis
kuantitatif. Apabila dalam alur spektrofotometer terdapat senyawa yang
mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai
detektor. Parameter kekuatan energi radiasi khas yang diabsorpsi oleh molekul
adalah absorban (A) yang dalam batas konsentrasi rendah nilainya sebanding
dengan banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi dan merupakan dasar
analisis kuantitatif.
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai gugus khromofor
dan mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak, penggunaannya cukup luas.
Konsentrasi kerja larutan analit umumnya 10 sampai 20 μg/ml, tetapi untuk
senyawa yang nilai absorptivitasnya besar dapat diukur pada konsentrasi yang
lebih rendah. Senyawa yang tidak mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak
dapat juga ditentukan dengan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak, apabila
ada reaksi kimia yang dapat mengubahnya menjadi khromofor atau dapat
disambungkan dengan suatu pereaksi khromofor (Satiadarma, 2004).
Analisis kuantitatif secara spektrofotometri dapat dilakukan dengan
metode regresi dan pendekatan.
1. Metode Regresi
Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan
persamaan garis regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi
standar yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit menggunakan 5
rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan yang linier,
kemudian diplot menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi.
Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut.
2. Metode Pendekatan
Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan
serapan standar yang konsentrasinya diketahui dengan serapan sampel.
Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus perbandingan C= As.Cb/Ab
dimana As = serapan sampel, Ab = serapan standar, Cb = konsentrasi standar, dan
C = konsentrasi sampel (Holme dan Peck, 1983).
2.7 Validasi
Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu
pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter
tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunanya (Ermer and Miller, 2005;
Harmita, 2004). Validasi dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang
dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan
dianalisis (Rohman, 2007).
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.7.1 Akurasi / Kecermatan
Akurasi adalah ukuran yang menentukan derajat kedekatan hasil analisis
dengan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Akurasi dapat ditentukan
melalui dua cara, yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau metode
penambahan baku (standard addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah
analit bahan murni ditambahkan ke dalam plasebo (semua campuran reagen yang
digunakan minus analit), lalu campuran tersebut dianalisi dan hasilnya
dibandingkan dengan kadar standard yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya).
Recovery dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo (eksepien obat,
cairan biologis) kemudian ditambah analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya
80% sampai 120% dari analit yang diperkirakan), kemudian dianalisa dengan
metode yang akan divalidasi. Dalam metode adisi (penambahan baku), sampel
dianalisis lalu sejunlah tertentu analit diperiksa (pure analit/standar) ditambahkan
ke dalam sampel, dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan
dengan kadar yang sebenarnya.
2.7.2 Presisi / Keseksamaan
Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya
diekspresikan sebagai Standard Deviation (SD) atau Simpangan Baku Relatif /
Relative Standard Deviation (RSD) = koefisien keragaman / coefisien variansi
(CV) dari serangkaian data (Rohman, 2007). Presisi (Keseksamaan) dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
SD = Standar deviasi
Xi = Data ke – i
Xrata-rata = Rata – rata
N = Jumlah pengulangan
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.7.3 Sensitifitas (LOD dan LOQ)
Batas deteksi (LOD) adalah konsentrasi terendah yang masih dapat
terdeteksi. Batas deteksi dapat dipeoleh dari kalibrasi yang diukur sebanyak 6
sampai 10 kali. Batas kuantitasi (LOQ) adalah jumlah terkecil yang masih dapat
diukur dalam kondisi percobaan yang sama dan masih memenuhi kriteria cermat.
(Australian Pesticides and Veterinary Medicines Authority, 2004; Ermer and
Miller, 2005 ; Rohman, 2007).
Pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur
respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan
rumus di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan.
Keterangan :
Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi)
K = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi
S = simpangan baku respon analitik dari blanko
SI = Slope (b pada persamaan garis y = a + bx)
Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis
regresi linear dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b
pada persamaan garis linear y = ax + b, sedangkan simpangan baku blanko sama
dengan simpangan baku residual (Sy/x).
a. Limit Of Detection (LOD)
Karena k = 3, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka : LOD = (3
Sy/x)/SI.
b. Limit of quantification (LOQ)
Karena k = 10, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka : LOQ = (10
Sy/x)/SI.
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian 1 Farmasi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta. Waktu penelitian dilakukan dari bulan April hingga September 2017.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometri
uvltraviolet–visible (Hitachi), neraca analitis (Kern), alat-alat gelas, mikropipet,
plat tetes, spatula, corong, magnetic stirrer, dan kertas saring Whatman No.1 .
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu aquadest teknis, etanol (C2H5OH)
96%( Merk), aquademin, feri amonium sulfat (Fe(NH4)(SO4)2) (Merck), tembaga
asetat (Cu(CH3COO)2) (Merck), kobalt tiosianat (Co(SCN)2) (Merck), Tablet
Piroksikam 10 mg (Kimia Farma), piroksikam (Nantong Jinghua Pharmacuetical),
serbuk simplisia temulawak (Curcuma xanthorriza), dan sampel jamu di
Tangerang Selatan.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan Reagen
Dalam penelitian ini digunakan tiga reagen yaitu feri amonium sulfat,
kobalt tiosianat, dan tembaga asetat:
a. Reagen feri amonium sulfat
Reagen feri amonium sulfat dibuat dedngan cara melarutkan 16 g kristal
amonium sulfat dalam 100 ml aquades (United State Pharmacopeial, 2008).
b. Reagen Tembaga Asetat
Reagen tembaga asetat dibuat dengan melarutkan 33 g serbuk tembaga
asetat dalam 5ml asam asetat dan aquades hingga volume total 250 ml.
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Reagen Kobalt Tiosianat
Reagen kobalt tiosianat dibuat dengan cara melarutkan 2 g serbuk kobalt
tiosianat dalam 50 ml aquademin (National Institute of Justice, 2000).
3.3.2 Pembuatan Baku Pembanding Jamu Simulasi Piroksikam
Dibuat jamu standar ekstrak temulawak duplo masing-masing ditimbang
sebanyak 7 gram temulawak kemudian diektraksi dengan pelarut etanol teknis 100
ml dan dihomogenkan dengan strirrer magnet selama 30 menit. Kemudian salah
satu jamu standar ditambahkan piroksikam tablet sebanyak satu buah (10 mg).
Kemudian masing-masing disaring dengan kertas saring Whatman dan diuapkan
hingga tersisa 10 ml. Sehingga diperoleh dua hasil ekstraksi yang telah diketahui
larutan (1) sebagai sediaan jamu tanpa piroksikam sebagai blanko kontrol dan
larutan (2) sebagai jamu simulasi dengan kadar 1000 µg/ml piroksikam dalam 10
ml sediaan jamu.
3.3.3 Uji Kualitatif Reaksi Warna dengan Reagen Spesifik
Sebanyak 50 mg piroksikam murni dilarutkan dalam labukur dengan 100
ml etanol. Selanjutnya sebanyak dua tetes larutan piroksikam diteteskan pada plat
tetes dan diuji dengan reagen spesifik. Perubahan warna di dokumentasikan.
Selanjutnya, pengujian kualitatif piroksikam dalam jamu simulasi piroksikam
yang telah dibuat sebelumnya yaitu larutan (1) sediaan jamu tanpa piroksikam
sebagai blanko kontrol dan larutan (2) jamu simulasi dengan kadar 1000 µg/ml
piroksikam dalam 10 ml sediaan jamu. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan pelarut dan metode yang dipakai telah berhasil menarik piroksikam
dalam jamu.
Pengecekan menggunakan reagen spesifik langsung dilakukan untuk
larutan (1) sediaan jamu tanpa piroksikam sebagai blanko kontrol. Larutan (2)
jamu simulasi dengan kadar piroksikam 1000 µg/ml piroksikam. Kedua arutan
jamu simulasi tersebut diencerkan kembali menjadi 2 konsentrasi dalam labu
ukur 5 mL yang memiliki konsentrasi masing-masing 600 μg/ml dan 800 μg/ml.
Dipipet sebanyak 3 ml dan 4 ml, kemudian dimasukkan ke dalam 2 labu ukur 5
mL dan dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan pelarut Etanol.
Sehingga didapat masing – masing 3 konsentrasi berbeda pada larutan jamu tanpa
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
piroksikam dan larutan jamu dengan piroksikam. Masing – masing konsentrasi
diambil sebanyak dua tetes diuji dengan reagen spesifik. Perubahan warna di
dokumentasikan.
3.3.4 Pembuatan Larutan Induk Baku dan Larutan Standar
3.3.4.1 Pembuatan Larutan Induk Baku Piroksikam
Sebanyak 50 mg piroksikam standar analisis dimasukkan ke dalam labu
ukur 250 ml, dilarutkan dan diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda larutan
dengan konsentrasi 200 µg/ml.
3.3.4.2 Pembuatan Larutan Standar Piroksikam
Sebanyak 4 konsterasi dibuat dari larutan induk piroksikam dengan
konsentrasi 200 µg/ml. Dari larutan induk dipipet sebanyak 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4
ml; dan 0,5 ml kemudian dimasukkan ke dalam 4 labu ukur 10 ml dan dicukupkan
volumenya sampai garis tanda dengan pelarut Etanol. Didapat larutan standar
piroksikam dengan konsentrasi masing-masing 4 μg/ml, 6 μg/ml, 8 μg/ml, dan 10
μg/ml.
3.3.4.3 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Piroksikam
Sebanyak 0,5 ml dari larutan induk piroksikam (konsentrasi = 200 μg/ml)
dimasukan ke dalam labu ukur 10 ml dan dilarutkan dengan hingga garis tanda,
lalu dikocok sampai homogen untuk memperoleh larutan piroksikam dengan
konsentrasi 10 μg/ml. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm.
3.3.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Piroksikam
3.3.5.1 Kurva Kalibrasi Piroksikam Murni dengan Pelarut Etanol
larutan standar piroksikam dengan konsentrasi 4 μg/ml, 6 μg/ml, 8 μg/ml,
dan 10 μg/mlyang telah dibuat, kemudian diukur serapan pada panjang gelombang
analisis yang telah ditentukan. Kemudian dilakukan analisis hubungan antara
konsentrasi dan nilai serapan sehingga diperoleh persamaan regresi linear y = bx ±
a dengan syarat nilai R2 minimum >0,998.
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4 Metoda Analisa
3.4.1 Akurasi
Akurasi dilakukan dengan metode penambahan bahan baku yaitu dengan
membuat 3 konsentrasi analit sampel dengan rentang spesifik 80%, 100%, 120%.
Dimana pada masing-masing rentang spesifik digunakan 70% sampel dan 30%
baku yang akan ditambahkan (Harmita, 2004). Kemudian campuran sampel dan
baku diukur serapannya pada panjang gelombang 200–400 nm.
3.4.2 Presisi
Presisi diukur untunk mengetahui derajat kesesuaian hasil uji ketika
metode dilakukan berulang dengan sampel yang homogen. Nilai simpangan baku
relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode
yang dilakukan (Harmita, 2004).
3.4.3 Uji Limit Deteksi Reagen
Limit deteksi digunakan untuk mengetahui konsentrasi terkecil dari
sampel yang masih dapat dideteksi. Limit deteksi ditetapkan dengan menyiapkan
reagen dengan komposisi optium, dilanjutkan dengan meneteskan larutan sampel
standar (jamu simulasi piroksikam) dari konsentrasi 1000 μg/ml; 800 μg/ml; 600
μg/ml. Verifikasi warna yang dihasilkan dan dibandingkan dengan warna yang
dihasilkan untuk zat aktif standar.
3.5 Pengujian Piroksikam dalam Sampel Jamu di Pasaran
Pemilihan jamu pegal linu yang beradar di Tangerang Selatan dipilih
jamu yang sering digunakan dan tidak memiliki nomer registrasi BPOM atau
memiliki nomer registrasi palsu. Survey dilakukan pada toko jamu yang tersebar
di 7 kecamatan Tangerang Selatan.
Sebanyak satu bungkus jamu ditambahkan 100 ml etanol kemudian
dihomogenkan dengan magnetik stirer lebih kurang 30 menit dan saring dengan
kertas saring Whattman. Filtrat diuapkan sampai sisa 10 ml. Diambil 1 ml sampel
direaksikan dengan 2 tetes reagen spesifik di plat tetes dan dilakukan pencatatan
data berupa perubahan warna pada plat tetes. Perubahan warna didokumentasikan.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selanjutnya, dilakukan uji kualitatif piroksikam yang positif dengan
spektrofotometri ultraviolet-visible. Sampel uji diukur pada panjang gelombang
maksimum piroksikam dengan spektrofotometri ultraviolet-visible dan ekstrak
temulawak murni sebagai blanko. Absorbansi yang didapat dihitung kadar
sebenarnya menggunakan kurva kalibrasi jamu simulasi mengandung piroksikam
yang telah dibuat.
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Uji Kualitatif Piroksikam
Uji coba standar piroksikam 50 mg yang dilarutkan dengan etanol teknis
96% sebanyak 100ml kemudian diambil 2 tetes sampel dan diuji dengan 2 tetes
reagen feri amonium sulfat, tembaga asetat, dan kobalt tiosianat dan diamati
perubahan warnanya. Hasil uji bisa dilihat pada tabel 4.1 dibawah.
Tabel 4.1 Hasil uji kualitatif piroksikam
Perlakuan Tembaga
Asetat
Ferri Amonium
Sulfat
Kobalt Tiosianat
Warna Asli Reagen Biru Kuning Bening Merah muda
Piroksikam + Reagen Hijau Coklat kemerahan Merah muda
Ketika direaksikan dengan reagen feri amonium sulfat sampel standar
piroksikam menghasilkan warna coklat kemerahan, sedangkan dengan tembaga
asetat menghasilkan warna hijau dan terakhir diuji dengan reagen kobalt tiosianat
sampel tidak mengalami perubahan warna dari warna asal reagen yaitu merah
muda. Hasil uji coba sesuai dengan Hartini (2013) dimana piroksikam bereaksi
dengan reagen feri amonium sulfat dan reagen tembaga asetat. Sedangkan dengan
reagen kobalt tiosianat piroksikam tidak bereaksi sehingga tidak dipergunakan
untuk analisis berikutnya yaitu analisis piroksikam dalam jamu.
4.2 Hasil Uji Kualitatif Jamu Simulasi dengan Piroksikam
Jamu standar dibuat dengan menggunakan simplisia temulwak.
Temulawak digunakan karena mengacu pada penelitian Wisnuwardhani (2013)
yang menggunakan simplisia temulawak sebagai jamu simulasi. Ditimbang 7
gram simplisia temulawak dan dilarutkan dengan 100ml etanol teknis 96% dan
disaring dengan kertas saring. Jamu standar mengadung piroksikam dibuat dari 7
mg simplisia serbuk temulawak ditambah dengan serbuk standar piroksikam
sebanyak 10 mg dan dilarutkan dalam 100 ml etanol teknis 96% dan disaring.
Keduanya diuapkan dan diencerkan kembali dengan 10ml etanol dalam labu ukur
selanjutnya dibuat tiga konsentrasi masing – masing 600, 800, dan 1000 μg/ml.
Terakhir direaksikan dengan reagen tembaga asetat dan feri amonium sulfat dan
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
amati perubahan warnanya. Pada kosentrasi 600 μg/ml ketika direaksikan dengan
reagen feri amonium sulfat kontrol positif memiliki warna yang sama dengan
kontrol negatif yaitu coklat kehitaman sedangkan dengan reagen tembaga asetat
warna kontrol positif hampir sama dengan kontrol negatif yaitu hijau namun pada
kontrol positif terdapat sedikit endapan. Pada konsentrasi 800 μg/ml perbedaan
warna terlihat diantara kontrol negatif dan kontrol positif ketika di reaksikan
dengan dengan reagen feri amonium sulfat kontrol negatif menghasilkan warna
coklat kehitaman sedangkan kontrol positif berwarna coklat kemerahan. Kontrol
negatif ketika direaksikan dengan reagen tembaga asetat menghasilkan warna
hijau jernih dan kontrol negatif menghasilkan warna hijau keruh. Terakhir pada
konsentrasi 1000 μg/ml terlihat perbedaan warna antara kontrol positif dan kontrol
negatif ketika direaksikan dengan kedua reagen. Kontrol positif berwarna coklat
kemerahan dan kontrol negatif berwarna coklat kehitaman ketika direaksikan
dengan ragen feri amonium sulfat sedangkan kontol positif berwarna hijau keruh
dan kontrol negatif berwarna hijau jernih ketika direaksikan dengan reagen
tembaga asetat.
Tabel 4.2 Hasil uji kualitatif jamu simulasi kontrol negatif dan positif
Perlakuan Konsentrasi Ferri Amonium Sulfat Tembaga asetat
J – P 600 ppm Coklat kehitaman Hijau jernih
800 ppm Coklat kehitaman Hijau jernih
1000 ppm Coklat kehitaman Hijau ada endapan
J + P 600 ppm Coklat kemerahan Hijau jernih
800 ppm Coklat kemerahan Hijau keruh
1000 ppm Coklat kehitaman Coklat sedikit hijau
Keterangan tabel:
J – P = Jamu simulasi tanpa piroksikam (kontrol negatif)
J + P = Jamu simulasi dengan piroksikam (kontrol positif)
Dari hasil penelitian tersebut di ketahui bahwa konsentrasi dari jamu
berpengaruh terhadap warna yang dihasilkan ketika direakasikan dengan reagen
feri amonium sulfat dan tembaga asetat. Apabila konsentrasi jamu terlalu besar
maka ketika direaksikan dengan reagen warna akan terlalu pekat dan keruh
sehingga tidak dapat dibedakan antara jamu tanpa piroksikam dan jamu dengan
piroksikam sedangkan apabila konsentrasi jamu terlalu kecil maka reagen tidak
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dapat mendeteksi piroksikam dalam jamu. Perubahan warna ketika direaksikan
dengan kedua reagen sedikit berbeda dengan warna yang dihasilkan ketika reagen
direaksikan dengan piroksikam murni. Hal, ini terjadi karena adanya pengganggu
dalam campuran temulawak dan piroksikam sehingga merubah warna. Namun,
perubahan warna tidak terlalu berbeda dan tidak mengganggu analisis warna pada
jamu.
4.3 Panjang Gelombang Maksimum Standar Piroksikam dan Piroksikam
dalam Jamu Simulasi dengan Spektrofotometri Ultraviolet-Visible.
Pada penetapan panjang gelombang maksimum piroksikam standar
sebanyak 50 mg piroksikam dilarutkan dalam labu ukur 250 ml dengan etanol p.a.
96% . Kemudian diambil 0,5 ml dan diencerkan kembali dengan etanol p.a. 96%
di labu ukur 10 ml dan diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm.
Panjang gelombang maksimum yang di dapat adalah 325 dan 240 sesuai dengan
Banerjee (2002) panjang gelombang piroksikam adalah 325.
Untuk piroksikam dalam jamu dibuat dua kondisi yang mana satu jamu
simulasi dengan piroksikam dibuat dengan 7 gram serbuk temulawak dan 50 mg
piroksikam dilarutkan dalam labu ukur 100 ml dengan etanol p.a. 96%.
Sedangkan satu lagi jamu tanpa piroksikam yang akan digunakan sebagai blanko
untuk kamu dengan piroksikam dibuat dengan 7 gram serbuk temulawak
dilarutkan dengan etanol pada labu ukur 100 ml. Jamu dengan piroksikam diukur
serapanya pada panjang gelombang 200- 400 nm dengan jamu tanpa piroksikam
sebagai blanko. Didapat panjang gelombang piroksikam dalam jamu adalah 253,
293, 253,5 nm. Panjang gelombang 293 mendekati panjang gelombang yang di
dapat Moritz (2007) yaitu 289 nm. Panjang gelombang yang didapat dari jamu
simulasi dengan piroksikam berubah dari panjang gelombang piroksikam standar
karena adanya gangguan berupa pengotor yang membuat panjang gelombang
piroksikam dalam jamu bergeser. Dalam penelitian ini yang dipakai adalah etanol
96% dimana 4% adalah air. Sedangkan menurut Ivanova (2015) pergeseran
panjang gelombang piroksikam juga bisa terjadi karena adanya air.
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4. Penetapan Kurva Kalibrasi Piroksikam Standar
Untuk membuat kurva kalibrasi piroksikam standar dibuat 0 seri
konsentrasi yaitu 0,4,5,8, 10 µg/ml. Seri konsentrasi dibuat dari induk yang
sebelumnya dipakai untuk panjang gelombang maksimum. Diambil masing-
masing 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4 ml; 0,5 ml di larutkan dalam labu ukur 10 ml dengan
etanol p.a. 95%. Diukur pada panjang gelombang 325 nm. Didapat absorbansi
masing- masing konsentrasi seperti di tabel 4.3. Dengan begitu dapat dibuat kurva
kalibrasi dengan persamaan garis yang didapat y = 0,0469x - 0,0016 dengan nilai
r= 09999.
Gambar 4.1 Kurva kalibrasi piroksikam standar
Dari kurva kalibrasi dapat diketahui nilai limit of detection (LOD) dan lmit
of quantification (LOQ). LOD merupakan nilai konsentrasi zat yang diukur pada
saat metode/instrumen mulai mendeteksi keberadaan zat tersebut tetapi belum bisa
dikuantifikasi secara tepat. Sedangkan yang dimaksud LOQ adalah nilai
konsentrasi terendah dari zat yang diukur pada saat metode/instrumen dapat
mendeteksi zat tersebut dengan akurasi dan presisi yang baik (Harmita, 2004).
Spektrofotometri ultraviolet-visible memiliki nilai LOD dan LOQ dari senyawa
piroksikam masing-masing adalah 0,1388 µg/ml dan 0,4626 µg/ml. Kurva
kalibrasi dapat dilihat pada gambar 4.3
y = 0,0469x - 0,0016 R² = 0,9999
-0,1
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0 5 10 15
AB
SOR
BA
NSI
KONSENTRASI (µg/ml)
Piroksikam Standar
absorbansi
Linear (absorbansi)
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.3. Hasil absorbansi, linearitas, SB, LOD, dan LOQ
Kadar (x) Absorbansi (y) Ŷ (y-ŷ)2
0 0 -0,0016 2,56 x 10-6
4 0,185 0,1860 1,00 x 10-6
6 0,277 0,2798 7,84 x 10-6
8 0,374 0,3736 1,60 x 10-7
10 0,469 0,4674 2,56 x 10-6
Jumlah (y-ŷ)
2 1,415 x 10-5
SB 0,0022
LOD 0,1388 µg/ml
LOQ 0,4626 µg/ml
4.5 Hasil Uji Perolehan Kembali (UPK) / Recovery Kadar Piroksikam
dengan Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel
Untuk uji perolehan kembali dipakai tiga konsentrasi 8, 10, 12 µg/ml yang
dibuat dari induk piroksikam dalam jamu masing-masing dibuat 5 kali
pengulangan dan begitu juga jamu tanpa piroksikam dipakai tiga konsentrasi 8,
10, 12 µg/ml dibuat pengulangan 5 kali juga. Setelah itu diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 293 nm. Kemudian dihitung UPK, SD, dan RSD seperti
pada tabel 4.4. Uji perolehan kembali dilakukan untuk mengetahui akurasi dari
metode yang dipakai. Hasil uji perolehan kembali yang didapat dari tiga
konsentrsi masing-masing adalah 100,61%, 103,82%, dan 96,44% sesuai dengan
(Harmita, 2006) range nilai persen (%) recovery analit yang dapat diterima yaitu
90-110%.
Nilai Relative Standard Deviation (RSD) yang didapat pada masing-
masing konsentrasi adalah 0,384%, 0,641%, 0,652% sesuai dengan (Hartini,
2013) dengan nilai RSD yang dapat di terima adalah ≤ 2%. Kadar deteksi minimal
yang dapat dideteksi instrumen yaitu spektrofotometri ultraviolet-visible adalah
1,5 mg. Sedangkan kadar piroksikam yang biasanya ditambahkan dalam sediaan
jamu berkisar 10 mg. Yang berarti teknik analisa ini dapat dikatakan memiliki
akurasi yang baik.
Tabel 4.4 Nilai UPK, SD, dan RSD.
Konsentrasi (ppm) SD (%) RSD (%) UPK (%)
8 100,61
10 103,82
12 96,44
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.6 Hasil Uji Kualitatif Sampel Jamu Tangerang Selatan
Tiga merek jamu pegal linu yang paling sering digunakan masyarakat
Kota Tangerang Selatan dan tidak memiliki nomer registrasi BPOM dianalisa
kandunganya secara kualitatif dan kuantitatif. Uji kualitatif tiga merek jamu
menggunakan reagen tembaga asetat dan feri amonium sulfat. Pada merek A
memiliki warna asal kuning pekat direaksikan dengan reagen feri amonium sulfat
menghasilkan warna yang sama dengan warna kontrol negatif yaitu coklat
kehitaman sedangkan kontrol positif berwarna coklat kemerahan. Dengan reagen
tembaga sulfat warna yang dihasilkan sama dengan kontrol negatif yaitu warna
hijau jernih sedangkan kontrol positif berwarna hijau keruh.
Tabel 4.5 Hasil uji kualitatif sampel jamu di Kota Tangerang Selatan
Reagen Sampel Jamu Kontrol (+) Jamu
Kontrol (-)
Jamu Uji
Ferri Amonium
Sulfat
A Coklat Kemerahan Coklat Coklat
B Coklat Kemerahan Coklat Coklat
C Coklat Kemerahan Coklat Coklat
Tembaga Asetat A Hijau keruh Hijau jernih Hijau jernih
B Hijau keruh Hijau jernih Hijau jernih
C Hijau keruh Hijau jernih Hijau jernih
Merek B memiliki warna asal kuning kecoklatan di reaksikan dengan
reagen feri amonium sulfat dan tembaga asetat menghasilkan warna yang sama
dengan kontrol positifnya yaitu warna coklat kehitaman dan hijau terang
sedangkan warna kontrol positif berwarna coklat kemerahan dan hijau keruh.
Merk C memiliki warna asal kuning pekat direaksikan dengan reagen feri
amonium sulfat menghasilkan warna yang sama dengan warna kontrol negatif
yaitu coklat kehitaman sedangkan kontrol positif berwarna coklat kemerahan.
Dengan reagen tembaga sulfat warna yang dihasilkan sama dengan kontrol negatif
yaitu warna hijau jernih sedangkan kontrol positif berwarna hijau keruh. Jadi
dapat disimpulkan jamu yang beredar dipasaran tidak mengandung piroksikam
karena hasil uji kualitatif dengan reaksi warna tidak positif.
Setelah uji kualitatif dengan reagen spesifik sampel jamu di uji kualitatif
kembali dengan spektrofotometri ultraviolet-visible. Hasil spektrum yang didapat
pada ketiga jamu dibandingkan dengan panjang gelombang piroksikam yaitu 325
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan 293 nm. Hasilnya tidak terlihat serapan dari ketiga jamu uji pada panjang
gelombang piroksikam. Dari hasil uji kualitatif dengan reagen dan
spektrofotometri ultraviolet kepada tiga jamu sampel yang negatif. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa ketiga sampel tidak mengandung piroksikam.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4.2 (a) Panjang Gelombang Maksimum Jamu + Piroksikam 293 nm
(kontrol positif); (b) Jamu Sampel A; (c) Jamu Sampel B; dan (d)
Jamu Sampel C. Pada jamu sampel A, B, dan C tidak terlihat
puncak pada panjang gelombang 293 nm yang merupakan serapan
piroksikam.
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa piroksikam dalam jamu yang beredar di daerah
Tangerang Selatan, maka dapat disimpulkan:
1) Uji kualitatif reagen tembaga asetat dengan jamu simulasi kontrol positif
menghasilkan warna hijau keruh dan dengan kontrol negatif menghasilkan
warna hijau jernih. Sedangkan reagen feri amonium sulfat dengan jamu
simulasi kontrol positif menghasilkan warna merah kehitaman dan dengan
kontrol negatif menghasilkan warna merah terang.
2) Dari analisa menggunakan spektrofotometri ultraviolet-visible pada panjang
gelombang 325 nm untuk piroksikam murni dalam etanol 96% dan pada
panjang gelombang 293 nm untuk piroksikam dalam jamu.
3) Hasil Uji LOD Piroksikam adalah 0,1388 μg/ml, sedangkan LOQ = 0,4626
μg/ml. Hasil UPK dan uji presisi (RSD) pada konsentrasi 8, 10, dan 12 μg/mL
masing- masing adalah 100,61% dan 0,38%; 103,92% dan 0,64%; serta
96,44% dan 0,65%.
4) Jamu sampel yang beredar di pasaran yaitu jamu A, B, dan C negatif
mengandung piroksikam. Ketika direaksikan dengan reagen feri amonium dan
reagen tembaga asetat ketiga sampel jamu negatif mengandung piroksikam.
Analisis menggunakan spektrofotometri ultraviolet-visible tidak menunjukan
puncak pada panjang gelombang 325 atau 293 yang merupakan serapan
piroksikam.
5.2 Saran
Bagi penelitian selanjutnya perlu dilakukan identifikasi piroksikam pada
jamu lain yang beredar di masyarakat dengan metode analisis yang berbeda atau
dengan reagen spesifik dan spektrofotometri ultaviolet-visible. namun, dengan
pemilihan kondisi analisa yang berbeda.
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
American College of Rheumatology. 2013. American College of Rheumatology
Guideline for the Treatment of Rheumatoid Arthritis. Amerika: Arthritis
Care & Research.
Anonim. 2014. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia volume 48. Jakarta:
Penerbit PT.ISFI.
Australian Pesticides and Veterinary Medicines Authority [APVMA]. 2004.
Guidelines for the Validation of Analytical Methods for Active Constituent,
Agricultural and Veterinary Chemical Products. Australia: Associate of
Australian Pesticides and Veterinary.
Azmi, S. N. H., Iqbal, B., Jaboob, M. A. M., Shahari, W., dan Rahman, N. 2009.
Spectrophotometric Determination of Piroxicam via Chelation with Fe(III)
in Commercial Dosage Forms. J. Chin Chem Soc
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2004. Keputusan
Kepala Badan POM Republik Indonesia No. 00.05.4.2411 Tentang Cara
Penggunaan serta Jenis Klaim Penggunaan dan Tingkat Pembuktian
Khasiat. Jakarta: BPOM RI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005. Keputusan
Kepala BPOM RI Nomor HK.00.05.4.2411 Tentang Ketentuan Pokok
Pengelompokan dan Panandaan Obat Bahan Alam Indonesia. Jakarta:
BPOM RI
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2015. Bahan Kimia
Obat dalam Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan – Ancaman Bagi
KesehatanMasyarakat. dari http://www.pom.go.id/bahan-kimia-obat-dalam-
obat-tradisional-dan-suplemen-kesehatan-ancaman-bagi-kesehatan-
masyarakat.html. Diakses: tanggal 7 Januari 2017, pukul : 14.00
Banerjee, Rona. 2001. Spectroscopic studies of microenvironment dictated
structural forms of piroxicam and meloxicam. India: Saha Institute of
Nuclear Physics.
Banureah, Eka M. 2009. Analisis Kandungan Metampiron pada Jamu Tradisional
yang Beredar di Kota Medan. (Skripsi). Medan: FKM USU.
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Caulcut, R., dan Boddy, R. 1983. Statistic for analytical Chemistry. London:
Chapman and Hall
Clark, Jim. 2003. Analysis of Drugs and Poisons.dari
www.almustafauniversity.com. Diakses: tanggal 7 januari 2017, pukul
14.00
Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektrofotometri.
Padang: CV. Trianda Anugrah Pratama.
Day, R.A. & Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Jakarta:
Erlangga.
Departemen kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan No.007 tentang
Izin Obat Tradisional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Ermer, J., dan Miller, J.H.McB. 2005. Method Validation in Pharmaceutical
Analysis. A Giude to Best Practice. Weinheim: Wiley-VchVerlag GmbH &
Co. KgaA
Florey. 1986. Analytical Profiles of Drug Substances Volume 15. New York:
Academic Press.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. I(3):117-135.
Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Jakarta:
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
Hartini, L.D. 2013. Skripsi Analisa Kualitatif Piroksikam dan Fenilbutazon
Menggunakan Reagen Spesifik yang Diimobilisasi pada Membran
Poliamida dalam Tes Strip. Jember: Universitas Jember.
Holme, D.J. dan Peck, H. 1983. Analytical Biochemistry. London: Longman.
Ivanova, D. 2015. Tautomeric transformations of piroxicam in solution: a
combined experimental and theoretical study. The Royal Society of
Chemistry
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kumar, Vijay R., A, Madhukar, Y, Sanjeeva, Navalgund, Sameer G., dan Mahesh,
Uma. 2010. Analytical method development and validation of Piroxicam by
RP-HPLC. Scholars Reseach Library.
Lutfullah, Sharma, S. Rahman, N., Azmi, S. N. H., Al Hidafi, H. J. S., AlQasmi,
M. EM. A. 2010. Spectrophotometric determination of Fe (III) via
complexation with piroxicam and synthetic mixture and soil samples.
Journal of Scientific and Industrial Research Vol. 69.
Marzuki, Asnah. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Makassar : Dua Satu Press.
Miller, J. C., dan Miller, J. N. 1993. Statistics for Analytical Chemistry. Fifth
Edition. England: Ellis Horward, PTR, Prentice Hall.
Moritz, Maria. 2007. Identification of Undeclared Synthetic Drugs in Herbal
Product Commercialized in Brazil: The “indino Talun” Case. Brazil:
Universitas Federal de Santa Catarina.
National Institute of Justice. 2000. Color Test Reagents / Kits for Preliminary
Identification of Drugs of Abuse. Washington DC: National Institute of
Justice
Notoatmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Peraturan Kepala BPOM No. HK.03.1.23.02.12.1248 Tahun 2012 Tentang
Kriteria dan Tata Cara Penarikan Obat Tradisional yang Tidak Memenuhi
Persyaratan.
Pratiwi, Vina. 2011. Perbandingan laju pelepasan piroksikam dari basis
Hidroksipropilmetilselulosa, karbopol, dan Karboksimetilselulosa natrium.
(skripsi). Jember: Fakultas farmasi Universitas Jember.
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rusnaeni. 2016. Identifikasi Asam Mefenamat dalam Jamu Rematik yang Beredar
di Distrik Heram Kota Jayapura, Papua. Jayapura: Universitas
Cendrawasih.
Sabale, P.M., Patel, J., dan Patel Y. 2012. Metal Complexes: Current Trends
Future Potential. India: Departement of Pharmaceutical Chemistry.
Satiadarma. 2004. Azaz Pengembangan Produk Analisis. Surabaya: Universitas
Airlangga Press.
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Siswandono dan Soekardjo, B. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga
University Press.
Siswandono dan Soekardjo, B. 2000. Kimia Medisinal Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.
The United State Pharmacopeial Convention. 2008. The United States
Pharmacopeia (USP). 31th
Edition. Amerika:
Vienna. 1994. Rapid Testing Methods of Drugs Of Abuse. New York: United
Nations.
Wilmana P. F. Gunawan S. G. 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik Anti-
Inflamasi Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Dalam:
Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Wisnuwardhani. 2013. Methode Development for Simultanous Analysis of Steroid
and Non Steroid Antiinflamatory Substance in Jamu Pegal Linu Using TLC-
Spectrophotodensitometry. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Yudhyani, Vina. 2011. Perbandingan Laju Pelepasan Piroksikam dari Basis
Hidroksipropilmetilselulosa, Karbopol, Dan Karboksimetilselulosa
Natrium. Jember: Universitas Jember.
Yuliarti, Nurheti. 2008. Tips Cerdas Mengkonsumsi Jamu. Yogyakarta: Penerbit
Banyu Media.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian
Jamu uji dikonfirmasi kembali dengan instrumen
spektrofotometri UV-Vis menggunakan lamda maksimum
dan dapat ditentukan kadarnya dengan kurva kalibrasi
Pembuatan
reagen
Pembuatan ekstrak jamu
simulasi zat aktif kadar
diketahui
UJI REAKSI WARNA
Pengujian:
UPK, LOD,
dan LOQ
Perbandingan Warna
Standar Murni : Jamu
simulasi zat aktif : Jamu Uji
Persiapan zat aktif
standar dalam pelarut
Pembuatan
kurva kalibrasi
Sediaan
jamu uji
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Bagan Alir Penbuatan Larutan Induk Baku dan Standar
Piroksikam
Larutan induk piroksikam dengan
konsentrasi 200 µg/ml
Diambil 0,2; 0,3; 0,4; 0,5 ml . Didapat
konsentrasi 4, 6, 8, 10 µg/ml
konsentrasi 10 µg/ml diukur serapan
maksimum pada λ 200 – 400 nm
Dibuat kurva kalibrasi pada λ
325nm.
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Pembuatan Baku Pembanding Jamu Simulasi dengan
Piroksikam
Jamu Uji menunjukkan perubahan warna positif dikonfirmasi kembali
dengan instrumen spektrofotometri uv-visible menggunakan lamda
maksimum piroksikam dan dapat ditentukan kadarnya dengan kurva kalibrasi
Jamu + zat aktif
Pembuatan
Reagen
Persiapan zat aktif
standar dalam pelarut
Pembuatan Ekstrak
Jamu Simulasi Zat
Aktif Kadar
Diketahui
UJI REAKSI
WARNA
Sediaan
Jamu Uji
Pembuatan
Kurva Kalibrasi Pembuatan
Kurva
Kalibrasi
Dilakukan
Pengujian:
Uji Perolehan
Kembali (UPK)
LOD dan LOQ
Ekstraksi
kembali
dengan
metode yang
telah
terverifikasi
Ekstraksi
kembali zat
aktif dengan
metode dan
pelarut sesuai
Verifikasi metode
ekstraksi (apakah
dapat menarik zat
aktif?)
Perbandingan Warna
Standar Murni : Jamu
+ zat aktif : Jamu Uji
Temulawak
Ditimbang 7 g temulawak
Dibuat duplo
Ditambahkan
piroksikam tablet
satu buah (10mg)
Dihomogenkan 30
menit
Disaring
Diuapkan hingga
tersisa ± 10 ml
Temulawak 1 Temulawak 2
Kontrol negatif (-) =
ekstrak temulawak
murni
Kontrol positif (+) =
ekstrak temulawak
dengan piroksikam
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Bagan Alir Ekstraksi Jamu Uji
Diambil sampel jamu uji seluruhnya
Ekstrak jamu uji
Perubahan warna didokumentasikan
Dihomogenkan
30 menit
Disaring
Diuapkan hingga
tersisa ± 10 ml
Uji reaksi warna
Perbandingan warna
Jamu kontrol positif :
Jamu kontrol negatif :
Jamu Uji
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Uji Kualitatif Piroksikam
Tembaga Asetat Feri amonium sulfat Kobalt tiosianat
Warna Asli
Reagen
Reagen +
Piroksikam
Keterangan:
Piroksikam bereaksi dengan reagen tembaga asetat dan feri amonium
sulfat sedangkan dengan reagen kobalt tiosianat piroksikam tidak bereaksi.
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Uji Kualitatif Jamu Simulasi dengan Piroksikam
Konsentrasi
(µg/ml)
Jamu+Feri Amonium
Sulfat
Jamu + Tembaga Asetat
Jamu
tanpa
piroksikam
(kontrol (-))
Jamu
dengan
piroksikam
(Kontrol
(+))
Jamu tanpa
piroksikam
(kontrol (-))
Jamu
dengan
piroksikam
(Kontrol
(+))
600
800
1000
Keterangan :
Kontrol negatif (-) adalah simulasi jamu temulawak tanpa penambahan
piroksikam.
Kontrol positif (+) adalah simulasi jamu temulawak dengan penambahan
piroksikam.
Pada konsentrasi 600 µg/ml tidak ada eprbedaan warna antara kontrol
negatif dan positif ketika direaksian dengan kedua reagen. Sedangkan pada
konsentrasi 8000 dan 1000 µg/ml terlihat perbedaan warna antara kontrol positif
dan negatif ketika direaksikan dengan kedua reagen.
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7. Hasil Panjang Gelombang Maksimum Standar Piroksikam
dengan Spektrofotometri Ultraviolet-Visible
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8. Panjang Gelombang Maksimum Piroksikam dalam Jamu
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9. Perhitungan SB, LOD, dan LOQ
Perhitungan Simpangan Baku (SB)
SB adalah nilai yang dicari untuk menghitung LOD dan LOQ dari metode
atau instrumen yang dipakai.
√ ( )
√
Perhitungan Limit of Detection ( LOD)
LOD adalah nilai konsentrasi zat yang diukur pada saat metode atau
instrumen mulai mendeteksi keberadaan zat tersebut tetapi belum bisa
dikuantifikasi secara tepat.
Perhitungan Limit of Quantification (LOQ)
LOQ adalah nilai konsentrasi terendah dari zat yang diukur pada saat
metode/instrumen dapat mendeteksi zat tersebut dengan akurasi dan presisi yang
baik.
Perhitungan Limit Deteksi
50 mg piroksikam dalam 250 ml etanol = 200 ppm , diencerkan menjadi
33,3 kali menjadi 6 ppm jadi kadar = 50:33,3 = 1,5 mg
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Perhitungan UPK, SD, dan RSD
Perhitungan uji perolehan kembali (UPK)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery).
Tabel. Perhitungan UPK
Kadar
(µg/ml)
Absorbansi Kadar
Pengamatan
(ẍ)
Kadar
Sebenarnya (x)
%
UPK
(x-ẍ)^2
8 0,595 8,204 8,000 102,55 0,026
0,542 7,473 8,000 93,41 0,348
0,570 7,859 8,000 98,24 0,012
0,590 8,135 8,000 101,69 0,129
0,581 8,011 8,000 100,13 0,082
Rata-rata
%UPK
100,61 ∑(x-ẍ)^2 =
0,596
Kadar
(µg/ml)
Absorbansi Kadar
Pengamatan
(ẍ)
Kadar
Sebenarnya (x)
%
UPK
(x-ẍ)^2
10 0,471 10,077 10,00 100,76 0,006
0,457 9,778 10,02 97,58 0,058
0,49 10,482 10,04 104,40 0,195
0,519 11,100 10,06 110,34 1,082
0,502 10,738 10,08 106,52 0,433
Rata-rata
%UPK
103,92 ∑(x-ẍ)^2 =
1,774
Kadar
(µg/ml)
Absorbansi Kadar
Pengamatan
(ẍ)
Kadar
Sebenarnya (x)
%
UPK
(x-ẍ)^2
12 0,512 10,951 12,00 91,25 1,100
0,566 12,102 12,02 100,65 0,006
0,543 11,612 12,05 96,38 0,190
0,543 11,612 12,07 96,18 0,212
0,553 11,825 12,10 97,76 0,073
Rata-rata
%UPK
96,44 ∑(x-ẍ)^2 =
1,582
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Perhitungan SD (Standard Deviation) dan RSD (Relative Standar Deviation)
SD dan RSD adalah nilai yang diukur untuk mengetahui derajat
kesesuaian atau presisi dari hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan
secara berulang untuk sampel yang homogen.
√ ( )
Tabel. Perhitungan SD dan RSD
Konsentrasi (ppm) SD (%) RSD (%)
8
10
12
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 11. Uji Kualitatif Jamu Uji dengan Reagen Spesifik
Merek A Feri amonium sulfat Tembaga asetat
Merek B Feri amonium sulfat Tembaga asetat
Merek C Feri amonium sulfat Tembaga asetat
Keterangan gambar:
A= Jamu simulasi dengan piroksikam (Kontrol Positif)
B= Jamu simulasi tanpa piroksikam (Kontrol Negatif)
C= Jamu uji
Perubahan warna sampel uji (Z) mirip dengan warna kontrol negatif (Y)
artinya sampel jamu A, B, dan C tidak mengandung piroksikam.
Z X Y Z Y X
Z Y X Y X Z
X Z Y X Y Z
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 12. Hasil Spektrofotometri Ultraviolet-Visible dari jamu Merk A
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan gambar:
Lamda yang terdeteksi pada jamu sampel A: 380, 259, 253, 246, 239, 234,
229, dan 210 nm. Jamu merk A tidak mengandung piroksikam karena tidak
menunjukkan lamda pada panjang gelombang 293 nm.
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Hasil Spektrofotometri Ultraviolet-Visible dari jamu Merk B
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan gambar:
Lamda yang terdeteksi pada jamu merk B: 400, 240, 245, dan 208 nm.
Jamu merk B tidak mengandung piroksikam karena tidak menunjukkan lamda
pada panjang gelombang 293 nm.
.
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 14. Hasil Spektrofotometri Ultraviolet-Visible dari jamu Merk C
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan gambar:
Lamda yang terdeteksi pada jamu sampel C: 400, 246, dan 206 nm.
Kesimpulan jamu merk C tidak mengandung piroksikam. Jamu merk C tidak
mengandung piroksikam karena tidak menunjukkan lamda pada panjang
gelombang 293 nm.
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 15. Sertifikat Analisa Piroksikam
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 16. Surat Determinasi Temulawak dari LIPI