54
ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI AKIBAT BEBAN GEMPA DI AREA PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 JEPARA Skripsi Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil Oleh Muhammad Zain Rais NIM.5113415002 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI AKIBAT BEBAN GEMPA DI AREA ...lib.unnes.ac.id/36248/1/5113415002__Optimized.pdf · Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI AKIBAT BEBAN

    GEMPA DI AREA PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5

    DAN 6 JEPARA

    Skripsi

    Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

    Teknik Program Studi Teknik Sipil

    Oleh

    Muhammad Zain Rais

    NIM.5113415002

    PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2019

  • ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Nama : Muhammad Zain Rais

    NIM : 5113415002

    Program Studi : S1 Teknik Sipil

    Judul : Analisis Potensi Likuifaksi Akibat Beban Gempa di Area

    PLTU Tanjung Jati B Unit 5 dan 6 Jepara

    Skripsi/TA ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia

    ujian Skripsi/TA Program Studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

    Negeri Semarang.

    Semarang, 4 Juli 2019

    Pembimbing,

    Dr. Rini Kusumawardani, S.T., M.T., M.Sc.

    NIP.197809212005012001

  • iii

    PENGESAHAN

    Skripsi/TA dengan judul “Analisis Potensi Likuifaksi Akibat Beban Gempa di

    Area PLTU Tanjung Jati B Unit 5 dan 6 Jepara” telah dipertahankan di depan

    sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Teknik UNNES pada 9 Juli 2019.

    Oleh

    Nama : Muhammad Zain Rais

    NIM : 5113415002

    Program Studi : S1 Teknik Sipil

    Panitia:

    Ketua Sekretaris

    Aris Widodo, S.Pd., M.T. Dr. Rini Kusumawardani, S.T., M.T., M.Sc.

    NIP.197102071999031001 NIP.197809212005012001

    Penguji 1 Penguji 2 Penguji 3/Pembimbing

    Togani Cahyadi U.,S.T.,M.Eng. Untoro Nugroho,S.T.,M.T. Dr. Rini Kusumawardani,S.T.,M.T.,M.Sc.

    NIP.198104202015041001 NIP.196906151997021001 NIP.197809212005012001

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Teknik UNNES

    Dr. Nur Qudus, M.T., IPM.

    NIP.196911301994031001

  • iv

    PERNYATAAN KEASLIAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi/TA ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar

    akademik sarjana, baik di Universitas Negeri Semarang (UNNES) maupun di

    perguruan tinggi lain.

    2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa

    bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukkan Tim Penguji.

    3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

    dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

    sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

    dicantumkan dalam daftar pustaka.

    4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari

    terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya

    bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah

    diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang

    berlaku di perguruan tinggi ini.

    Semarang, 9 Juli 2019

    Yang membuat pernyataan,

    Muhammad Zain Rais

    NIM.5113415002

  • v

    MOTTO

    Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu orang-orang yang

    diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat

    (QS. Ar-Ra’d : 11)

    Maka nikmat Rabb-kamu yang manakah, yang kamu dustakan

    (QS. Ar-Rahman : 13)

    Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah

    selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) dan

    hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

    (QS. Al-Insyirah : 6-8)

    Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya

    (QS. Al-Baqarah : 286)

    Seberapa besar keberhasilanmu adalah seberapa besar niat, usaha dan doamu

    (Muhammad Zain Rais)

  • vi

    PERSEMBAHAN

    1. Untuk orang tua saya, Bapak Dian Sunarto dan Ibu Sulis Hidayati;

    2. Untuk Ibu Dr. Rini Kusumawardani, S.T., M.T., M.Sc.;

    3. Untuk Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri

    Semarang;

    4. Untuk mahasiswa S1 Teknik Sipil angkatan 2015;

    5. Untuk almamater tercinta Prodi S1 Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil,

    Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang;

    6. Untuk seluruh keluarga tercinta.

  • vii

    RINGKASAN

    Muhammad Zain Rais

    2019

    Analisis Potensi Likuifaksi Akibat Beban Gempa di Area PLTU Tanjung Jati

    B Unit 5 dan 6 Jepara

    Rini Kusumawardani

    S1 Teknik Sipil

    Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di

    Indonesia. Salah satu permasalahan yang disebabkan oleh gempa bumi adalah

    bahaya likuifaksi. Likuifaksi adalah peristiwa terjadinya peningkatan tekanan air

    pori saat terjadi gempa sehingga tanah mengalami penurunan tegangan efektif

    hingga mencapai nol. Likuifaksi biasanya terjadi pada tanah pasir terutama pada

    tanah yang jenuh air. Peristiwa likuifaksi akibat gempa bumi dapat menyebabkan

    kerusakan dan kegagalan infrastruktur. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui

    potensi terjadinya likuifaksi di area PLTU Tanjung Jati B unit 5 dan 6 Jepara.

    Analisis potensi likuifaksi dilakukan dengan menggunakan metode semi

    empiric, yaitu pertama mengumpulkan data pengujian tanah SPT dan CPT di lokasi

    tersebut, serta melihat data percepatan gempa di lokasi tersebut. Berdasarkan data

    tersebut kemudian dihitung nilai Cyclic Stress Ratio (CSR) serta nilai Cyclic

    Resistance Ratio (CRR). Dari nilai-nilai tersebut ditarik satu angka keamanan (FS)

    yang menentukan apakah lapisan tanah yang ditinjau itu berpotensi terjadi

    likuifaksi atau tidak. Analisis potensi likuifaksi juga dilakukan dengan perhitungan

    LPI (Liquefaction Potential Index) sebagai parameter tingkatan potensi likuifaksi.

    Penurunan tanah juga diperhitungkan berdasarkan data CPT, Selain itu juga

    dilakukan analisis menggunakan metode numeric yaitu dengan menggunakan

    software Cyiclic 1D untuk mengetahui potensi terjadinya likuifaksi.

    Sebagian besar lokasi titik SPT dan CPT berpotensi terjadi likuifaksi ketika

    ada beban gempa lebih dari 5 Mw dikarenakan nilai FS nya lebih besar dari 1. Selain

    itu tingkat potensi likuifaksi sebagian besar rendah dan ada beberapa tititk yang

    tinggi tingkat potensinya ketika terjadi gempa dengan magnitude 9 Mw. Semakin

    besar kekuatan gempa dan semakin dekat letak muka air tanah dengan permukaan

    tanah, maka semakin kecil nilai FS yang dihasilkan artinya potensi likuifaksi

    semakin besar. Semakin besar beban gempa maka semakin besar juga penurunan

    tanah yang terjadi.

    Kata Kunci: gempa bumi, likuifaksi, angka keamanan, LPI, penurunan tanah

  • viii

    PRAKATA

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia,

    serta nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi/TA yang berjudul

    “Analisis Potensi Likuifaksi Akibat Beban Gempa di Area PLTU Tanjung Jati

    B Unit 5 dan 6 Jepara”. Skripsi/TA ini disusun sebagai salah satu persyaratan

    meraih gelar Sarjana Teknik pada Program Studi S1 Teknik Sipil Universitas

    Negeri Semarang. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad

    SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaat-Nya di yaumul qiyamah nanti,

    aamiin.

    Penyelesaian Skripsi/TA ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak

    sehingga penyusunan Skripsi/TA ini dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena

    itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri

    Semarang.

    2. Dr. Nur Qudus, M.T., IPM., selaku Dekan Fakultas Teknik, Aris Widodo, S.T.,

    M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, dan Dr. Rini Kusumawardani, S.T.,

    M.T., M.Sc.,selaku Koordinator Program Studi S1 Teknik Sipil Universitas

    Negeri Semarang.

    3. Dr. Rini Kusumawardani, S.T., M.T., M.Sc., selaku dosen pembimbing yang

    telah berkenan memberikan bimbingan dan menunjukkan sumber-sumber yang

    relevan dengan penulisan Skripsi/TA ini.

    4. Togani Cahyadi Upomo, S.T., M.Eng., dan Untoro Nugroho, S.T., M.T. selaku

    dosen penguji 1 dan dosen penguji 2 yang telah memberikan masukan yang

    sangat berharga sehingga menambah bobot dan kualitas Skripsi/TA ini.

    5. Semua Dosen Jurusan Teknik Sipil FT UNNES yang telah memberikan bekal

    ilmu pengetahuan yang sangat berharga.

    6. Bapak Dian Sunarto dan Ibu Sulis Hidayati selaku orang tua saya yang selalu

    memberi dukungan, motivasi dan doa yang tiada henti untuk anaknya.

    7. Keluarga tercinta yang selalu menjadi motivasi saya untuk semangat dan

    bergerak menuju langkah yang lebih baik.

  • ix

    8. Teman-teman dekat dan sepembimbing seperjuangan serta semua teman-teman

    Prodi S1 Teknik Sipil angkatan 2015 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

    yang selalu membantu ataupun memberikan dorongan motivasi untuk

    menyelasaikan Skripsi/TA ini.

    9. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak bisa penulis sebutkan

    satu persatu.

    Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kesalahan dalam proses pelaksanaan

    hingga pembuatan Skripsi/TA ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan

    waktu. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran untuk membangun dan

    meningkatkan kualitas Skripsi/TA ini agar jauh lebih baik dan sempurna. Semoga

    Skripsi/TA ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan semua

    pihak yang membaca ataupun berkepentingan pada umumnya.

    Semarang, 9 Juli 2019

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................ii

    PENGESAHAN ..................................................................................................iii

    PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................iv

    MOTTO ..............................................................................................................v

    PERSEMBAHAN ...............................................................................................vi

    RINGKASAN .....................................................................................................vii

    PRAKATA ..........................................................................................................viii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................x

    DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii

    DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

    1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1

    1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................2

    1.3 Pembatasan Masalah .....................................................................................2

    1.4 Perumusan Masalah ......................................................................................2

    1.5 Tujuan Penelitian ..........................................................................................3

    1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................................3

    BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI .............................4

    2.1 Gempa Bumi .................................................................................................4

    2.1.1 Definisi gempa bumi ...........................................................................4

    2.1.2 Penyebab terjadinya gempa bumi .......................................................5

    2.1.3 Dampak terjadinya gempa bumi .........................................................8

    2.1.4 Potensi gempa bumi di Kabupaten Jepara ..........................................10

    2.2 Likuifaksi ......................................................................................................11

    2.2.1 Definisi likuifaksi ................................................................................11

    2.2.2 Faktor yang mempengaruhi terjadinya likuifaksi ...............................13

    2.2.3 Karakteristik tanah yang berpotensi terjadi likuifaksi ........................15

  • xi

    2.2.4 Pengaruh Muka Air Tanah (MAT) terhadap likuifaksi ......................16

    2.2.5 Perilaku likuifaksi pada tanah .............................................................16

    2.3 Parameter-parameter yang Mempengaruhi Potensi Likuifaksi Pada Tanah .19

    2.3.1 Perhitungan nilai Cyclic Stress Ratio (CSR) ......................................20

    2.3.2 Perhitungan nilai Cyclic Resistance Ratio (CRR) ..............................22

    2.3.3 Perhitungan nilai Liquefaction Potential Index (LPI) .........................30

    2.4 Penurunan Tanah (Settlement) Akibat Likuifaksi .........................................31

    BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................33

    3.1 Lokasi Penelitian ...........................................................................................33

    3.2 Tahap Persiapan ............................................................................................33

    3.3 Metode Pengumpulan Data ...........................................................................34

    3.4 Metode Pengolahan Data ..............................................................................35

    3.4.1 Analisis potensi terjadinya likuifaksi ..................................................35

    3.4.1.1 CSR (Cyclic Stress Ratio) ......................................................36

    3.4.1.2 CRR (Cyclic Resistance Ratio) dari data uji SPT...................36

    3.4.1.3 CRR (Cyclic Resistance Ratio) dari data uji CPT ..................37

    3.4.1.4 Liquefaction Potential Index (LPI) .........................................39

    3.4.2 Analisis penurunan tanah (settlement) akibat likuifaksi .....................39

    3.4.3 Analisis potensi likuifaksi menggunakan program cyclic 1D .............39

    3.5 Alur Penelitian ..............................................................................................44

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................45

    4.1 Hasil Analisis Potensi Likuifaksi ..................................................................45

    4.1.1 Pengolahan data uji SPT .....................................................................45

    4.1.1.1 Pengaruh Muka Air Tanah terhadap likuifaksi.......................57

    4.1.1.2 Hubungan CSR dan (N1)60 ......................................................58

    4.1.2 Pengolahan data uji CPT .....................................................................59

    4.1.2.1 Pengaruh Muka Air Tanah terhadap likuifaksi.......................67

    4.1.2.2 Hubungan CSR dan qcIN .........................................................68

    4.1.3 Hasil analisis nilai Liquefaction Potential Index (LPI) .......................69

    4.2 Hasil Analisis Penurunan Tanah (Settlement) Akibat Likuifaksi .................73

    4.3 Hasil Analisis Likuifaksi Menggunakan Program Cyclic 1D .......................75

  • xii

    BAB V PENUTUP .............................................................................................78

    5.1 Kesimpulan ...................................................................................................78

    5.2 Saran ..............................................................................................................79

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................80

    LAMPIRAN .......................................................................................................84

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Nilai faktor koreksi untuk nilai N SPT .................................................23

    Tabel 2. Persamaan empirik regangan volumetrik .............................................32

    Tabel 3. Rekapan hasil perhitungan CSR dengan variasi nilai Mw pada

    kedalaman 6 meter di titik PBA-04 .....................................................................52

    Tabel 4. Rekapan hasil perhitungan CRRMw dengan variasi nilai Mw pada

    kedalaman 6 meter di titik PBA-04 .....................................................................55

    Tabel 5. Rekapan hasil perhitungan FS dengan variasi nilai Mw pada

    kedalaman 6 meter di titik PBA-04 .....................................................................55

    Tabel 6. Rekapan hasil perhitungan FS dengan variasi nilai Mw pada semua titik

    SPT ......................................................................................................................56

    Tabel 7. Rekapan hasil perhitungan FS dengan variasi nilai Mw dan variasi

    kedalaman muka air tanah di titik PBA-04 .........................................................57

    Tabel 8. Rekapan hasil perhitungan CSR dengan variasi nilai Mw pada

    kedalaman 7 meter di titik PBA-36 .....................................................................62

    Tabel 9. Rekapan hasil perhitungan CRRMw dengan variasi nilai Mw pada

    kedalaman 7 meter di titik PBA-36 .....................................................................65

    Tabel 10. Rekapan hasil perhitungan FS dengan variasi nilai Mw pada

    kedalaman 7 meter di titik PBA-36 .....................................................................65

    Tabel 11. Rekapan hasil perhitungan FS dengan variasi nilai Mw pada semua titik

    CPT .....................................................................................................................66

    Tabel 12. Rekapan hasil perhitungan FS dengan variasi nilai Mw dan variasi

    kedalaman muka air tanah di titik PBA-36 .........................................................67

    Tabel 13. Hasil rekapan perhitungan nilai LPI dari titik SPT ............................71

    Tabel 14. Hasil rekapan perhitungan nilai LPI dari titik CPT ............................72

    Tabel 15. Perhitungan estimasi penurunan tanah lokasi titik PBA-36 ...............74

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Ilustrasi terjadinya gempa bumi ....................................................4

    Gambar 2.2 Peta sejarah gempa bumi di Indonesia ...........................................5

    Gambar 2.3 Gempa vulkanik .............................................................................6

    Gambar 2.4 Gempa tektonik ..............................................................................7

    Gambar 2.5 Gempa runtuhan.............................................................................7

    Gambar 2.6 Gempa buatan ................................................................................8

    Gambar 2.7 Dampak gempa bumi Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006

    berkekuatan 5,9 SR .............................................................................................9

    Gambar 2.8 Dampak gempa bumi lombok pada tanggal 5 Agustus 2018

    berkekuatan 7 SR ................................................................................................9

    Gambar 2.9 Dampak likuifaksi setelah gempa bumi Niigata tahun 1964 .........10

    Gambar 2.10 Peta sesar aktif di Pulau Jawa berdasarkan Peta Sumber dan

    Bahaya Gempa Bumi Indonesia ..........................................................................11

    Gambar 2.11 Likuifaksi yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah tahun 2018 ....13

    Gambar 2.12 Kerusakan akibat likuifaksi yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah

    .............................................................................................................................14

    Gambar 2.13 Ilustrasi perilaku likuifaksi pada tanah dan dampaknya ..............17

    Gambar 2.14 Peristiwa sand boiling setelah terjadi gempa bumi pada tahun 2011

    di Canterbury, New Zeland .................................................................................19

    Gambar 2.15 Peta zonasi gempa Indonesia tahun 2017 ....................................20

    Gambar 2.16 Grafik hubungan (N1)60 dan CSR atau CRR terhadap potensi

    likuifaksi ..............................................................................................................24

    Gambar 2.17 Grafik hubungan qc1N dan CSR atau CRR terhadap potensi

    likuifaksi ..............................................................................................................28

    Gambar 2.18 Grafik hubungan nilai tahanan ujung seismic dan regangan

    volumetrik untuk beragam faktor kemanan ........................................................31

    Gambar 3.1 Lokasi proyek PLTU Tanjung Jati B unit 5 dan 6 .........................33

    Gambar 3.2 Lokasi uji tanah proyek pembangunan PLTU Tanjung Jati B unit 5

    dan 6 Jepara .........................................................................................................34

  • xv

    Gambar 3.3 Pemodelan profil tanah ..................................................................41

    Gambar 3.4 Input getaran gempa ......................................................................41

    Gambar 3.5 Grafik hasil input getaran gempa ...................................................42

    Gambar 3.6 Input karakteristik tanah ................................................................43

    Gambar 3.7 Diagram alur penelitian .................................................................44

    Gambar 4.1 Nilai N-SPT untuk titik borhole PBA-04 di area proyek PLTU

    Tanjung Jati B unit 5 dan 6 Jepara ......................................................................50

    Gambar 4.2 Grafik hubungan antara safety factor dengan ketinggian muka Air

    tanah titik PBA-04 ..............................................................................................58

    Gambar 4.3 Plotting hasil perhitungan (N1)60 dan CRR terhadap potensi

    likuifaksi dari data uji SPT ..................................................................................59

    Gambar 4.4 Hasil uji CPT titik PBA-36 di area proyek PLTU Tanjung Jati B unit

    5 dan 6 Jepara ......................................................................................................60

    Gambar 4.5 Grafik hubungan antara safety factor dengan ketinggian muka air

    tanah titik PBA-36 ..............................................................................................68

    Gambar 4.6 Plotting hasil perhitungan qcIN dan CRR terhadap potensi likuifaksi

    dari data uji CPT .................................................................................................69

    Gambar 4.7 Data lapisan tanah dari uji CPT titik PBA-36 ...............................76

    Gambar 4.8 Grafik hubungan antara tegangan efektif dan kedalaman tanah di

    titik PBA-36 ........................................................................................................77

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Data hasil uji SPT proyek pembangunan PLTU Tanjung Jati B unit

    5 dan 6 Jepara ......................................................................................................84

    Lampiran 2. Data hasil uji CPT proyek pembangunan PLTU Tanjung Jati B unit

    5 dan 6 Jepara ......................................................................................................202

    Lampiran 3. Hasil analisis potensi likuifaksi berdasarkan data uji SPT ...........224

    Lampiran 4. Hasil analisis potensi likuifaksi berdasarkan data uji CPT ...........320

    Lampiran 5. Hasil perhitungan penurunan tanah berdasarkan uji CPT ............386

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Bencana alam merupakan musibah yang dapat menyebabkan kerugian dan

    kerusakan yang sangat besar. Salah satu bencana alam yang sering terjadi di

    Indonesia adalah gempa bumi. Gempa bumi memiliki dampak yang dapat

    menyebabkan kerusakan, salah satunya adalah kerusakan suatu bangunan.

    Umumnya gempa bumi hanya merusak pada struktur bagian atas saja, namun

    pada kenyataannya gempa bumi juga dapat menyebabkan kerusakan pada

    struktur bagian bawah termasuk kestabilan tanah. Gempa bumi dapat

    menyebabkan terjadinya kerusakan pada struktur tanah. Risiko kegagalan pada

    struktur tanah memiliki dampak tanah tidak dapat mendukung atau menopang

    struktur bangunan di atasnya. Kabupaten Jepara terbilang jarang terjadi

    peristiwa gempa bumi. Meskipun dikira aman dari bencana gempa bumi

    ternyata bencana gempa bumi pernah terjadi di Kabupaten Jepara. Gempa bumi

    berkekuatan 5,0 Skala Richter (SR) mengguncang kawasan Jepara, Jawa

    Tengah (Nurdin, 2015) dan Jepara termasuk daerah rawan gempa bahkan

    cenderung merusak (Shani, 2018). Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian

    khusus mengenai bahaya gempa ini.

    Salah satu permasalahan yang ditimbulkan gempa bumi adalah bahaya

    likuifaksi. Likuifaksi merupakan suatu fenomena hilangnya kekuatan lapisan

    tanah akibat getaran gempa bumi. Likuifaksi menyebabkan tanah berubah

    menjadi cair terutama pada tanah berpasir. Likuifaksi memiliki potensi cukup

    besar yang menyebabkan keruntuhan suatu bangunan akibat hilangnya

    kestabilan tanah saat terjadi likuifaksi (Kusumawardani, 2016). Hal ini tentu

    sangat berbahaya buat struktur bangunan di atasnya apabila terjadi likuifaksi.

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan analisis potensi

    likuifaksi akibat beban gempa di area PLTU Tanjung Jati B unit 5 dan 6 Jepara.

  • 2

    1.2 Identifikasi Masalah

    Adapun identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

    a. Gempa bumi yang besar berpotensi menyebabkan terjadinya likuifaksi;

    b. Tingginya muka air tanah termasuk salah satu faktor pemicu terjadinya

    likuifaksi;

    c. Jenis tanah di daerah penelitian berpengaruh terhadap potensi terjadinya

    likuifaksi;

    d. Fenomena likuifaksi berpotensi memicu terjadinya penurunan tanah.

    1.3 Pembatasan Masalah

    Batasan masalah yang diambil berdasarkan identifikasi masalah di atas

    diantaranya:

    a. Analisis potensi terjadinya likuifaksi ini dilakukan berdasarkan data SPT

    (Standard Penetration Test) dan CPT (Cone Penetration Test);

    b. Data tanah yaitu data uji SPT dan CPT didapatkan dari data tanah Proyek

    Pembangunan PLTU Tanjung Jati B Unit 5 dan 6 Jepara;

    c. Memperhitungkan penurunan tanah (settlement);

    d. Beban dinamis difokuskan akibat gempa bumi dengan variasi nilai

    magnitude gempa (Mw) mulai dari 5 Mw, 6 Mw, 7 Mw, 8 Mw dan 9 Mw;

    e. Analisis potensi likuifaksi dilakukan juga dengan menggunakan bantuan

    software cyclic 1D.

    1.4 Perumusan Masalah

    Perumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

    a. Bagaimana hasil analisis potensi likuifaksi di daerah penelitian?;

    b. Bagaimana pengaruh tinggi muka air tanah terhadap potensi terjadinya

    likuifaksi ?;

    c. Bagaimana pengaruh beban gempa terhadap potensi terjadinya likuifaksi ?;

    d. Bagaimana pengaruh beban gempa terhadap besarnya penurunan tanah?.

  • 3

    1.5 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam latar belakang di atas,

    dapat diambil tujuan penelitian yaitu:

    a. Mengetahui hasil analisis potensi likuifaksi di daerah penelitian;

    b. Mengetahui pengaruh tinggi muka air tanah terhadap potensi terjadinya

    likuifaksi;

    c. Mengetahui pengaruh beban gempa terhadap potensi terjadinya likuifaksi;

    d. Mengetahui pengaruh beban gempa terhadap besarnya penurunan tanah.

    1.6 Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk

    perkembangan ilmu pengetahuan teknik sipil, khususnya dalam mengetahui

    potensi likuifaksi berdasarkan data lapangan menggunakan data uji SPT

    (Standard Penetration Test) dan CPT (Cone Penetration Test) akibat beban

    gempa;

    b. Manfaat praktis, sebagai tambahan informasi untuk praktisi maupun

    akademisi dalam mempelajari potensi terjadinya likuifaksi akibat beban

    gempa;

    c. Mengidentifikasi potensi likuifaksi dan bahaya yang dapat terjadi pada area

    yang ditinjau;

    d. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam kegiatan perencanaan bangunan

    dikemudian hari.

  • 4

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    2.1 Gempa Bumi

    2.1.1 Definisi gempa bumi

    Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat

    pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang

    seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi

    (lempeng bumi). Pusat atau sumber gempa bumi yang letaknya di dalam

    bumi disebut hiposentrum sedangkan daerah permukaan bumi ataupun di

    dasar laut yang merupakan tempat pusat getaran bumi merambat disebut

    episentrum (Putra, 2013).

    Gambar 2.1 Ilustrasi terjadinya gempa bumi

    (Anonim, 2013)

    Menurut Howel dalam Mulyo (2004), mendefinisikan bahwa gempa

    bumi adalah getaran atau serentetan getaran dari kulit bumi yang bersifat

    tidak abadi dan kemudian menyebar ke segala arah. Kulit bumi bergetar

  • 5

    secara kontinyu walaupun relatif sangat kecil. Getaran tersebut tidak

    dikatakan gempa bumi karena memiliki sifat getaran yang terus menerus.

    Jadi, gempa bumi harus memiliki waktu awal dan waktu akhir yang jelas.

    Sedangkan menurut Tjasyono (2006), gempa bumi adalah gerakan atau

    getaran pada kulit bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen. Tenaga

    endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang disebabkan oleh

    perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen memiliki sifat yang

    membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu

    daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen

    ini berubah menjadi gunung, bukit atau pegunungan. Pada bagian lain

    permukaan bumi turun menjadikan adanya suatu lembah ataupun jurang.

    Gambar 2.2 Peta sejarah gempa bumi di Indonesia

    (USGS Earthquake, 2019)

    2.1.2 Penyebab terjadinya gempa bumi

    Menurut sebab terjadinya, gempa bumi diklasifikasikan sebagai berikut:

    1. Gempa vulkanik

    Gempa vulkanik adalah gempa yang disebabkan oleh kegiatan

    gunung berapi. Magma yang berada pada kantong di bawah gunung

    tersebut mendapat tekanan dan melepaskan energinya secara tiba-tiba

    sehingga menimbulkan getaran tanah. Gempa ini disebabkan oleh kegiatan

  • 6

    vulkanik (gunung berapi). Magma yang berada pada kantong di bawah

    gunung tersebut mendapat tekanan dan melepaskan energinya secara tiba-

    tiba sehingga menimbulkan getaran tanah. Gempa vulkanik dapat menjadi

    gejala/petunjuk akan terjadinya letusan gunung berapi. Namun gempa

    vulkanik ini biasanya tidak merusak karena kekuatannya cukup kecil,

    sehingga hanya dirasakan oleh orang-orang yang berada dalam radius yang

    kecil saja dari sebuah gunung berapi (Mustafa, 2010).

    Gambar 2.3 Gempa vulkanik

    (Bukhori, 2017)

    2. Gempa tektonik

    Gempa tektonik adalah Gempa yang disebabkan oleh pergeseran

    lempeng tektonik. Lempeng tektonik bumi kita ini terus bergerak, ada

    yang saling mendekat saling menjauh, atau saling menggeser secara

    horisontal. Karena tepian lempeng yang tidak rata, jika terjadi gesekan,

    maka timbullah friksi. Friksi ini kemudian mengakumulasi energi yang

    kemudian dapat melepaskan energi goncangan menjadi sebuah gempa

    (Mustafa, 2010).

  • 7

    Gambar 2.4 Gempa tektonik

    (Bukhori, 2017)

    3. Gempa runtuhan (guguran)

    Gempa runtuhan adalah gempa lokal yang terjadi apabila suatu gua

    di daerah topografi karst atau di daerah pertambangan runtuh atau massa

    batuan yang cukup besar di sebuah lereng bukit runtuh/longsor. Kekuatan

    gempa akibat runtuhan massa batuan ini juga kecil sehingga tidak

    berbahaya (Mustafa, 2010).

    Gambar 2.5 Gempa runtuhan

    (Bukhori, 2017)

  • 8

    4. Gempa bumi buatan

    Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh

    aktivitas manusia (Mustafa, 2010). Gempa bumi buatan pada umumnya

    bukanlah gempa yang termasuk dalam kategori bencana alam. Penyebab

    gempa bumi ini berasal dari aktivitas manusia yang berlebihan misalnya

    bom, peledakan dinamit, nuklir dan lain-lain, hingga permukaan bumi di

    sekitarnya terguncang.

    Gambar 2.6 Gempa buatan

    (Bukhori, 2017)

    2.1.3 Dampak terjadinya gempa bumi

    Gempa bumi dapat menimbulkan bencana lingkungan berupa banjir

    besar yang menimbulkan celah permukaan bumi, tanah longsor, penurunan/

    pengangkatan lapisan tanah, pencairan tanah (likuifaksi), tsunami serta

    gempa susulan. Selain itu dampak fisik yang diakibatkan oleh gempa bumi

    yaitu kerusakan bangunan dan jalan, dan bisa menimbulkan korban jiwa.

    Salah satu dampak yang paling merusak dari gempa bumi adalah terjadinya

    tsunami dan terjadinya likuifaksi. Bahaya likuifaksi yang ditimbulkan oleh

    gempa dan karakteristik tanah tertentu mengakibatkan tegangan air pori tanah

    meningkat mendekati atau melampaui tegangan vertikal. Saat likuifaksi

    berlangsung, kekuatan tanah menurun dan kemampuan deposit tanah untuk

    menahan beban menurun. Tegangan efektif tanah menurun akibat beban

  • 9

    siklik yang diterima tanah dengan karakteristik berbutir, jenuh air dan

    kepadatan sedang sampai lepas, dimana tanah tersebut mengalami perubahan

    sifat dari solid ke liquid. Hal ini menyebabkan kerusakan pada bangunan sipil,

    seperti keruntuhan (Putra, 2009).

    Gambar 2.7 Dampak gempa bumi Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006

    berkekuatan 5,9 SR

    (Geomagz, 2016)

    Gambar 2.8 Dampak gempa bumi lombok pada tanggal 5 Agustus 2018

    berkekuatan 7 SR

    (Ridwan, 2018)

  • 10

    Gambar 2.9 Dampak likuifaksi setelah gempa bumi Niigata tahun 1964

    (Wikipedia, 2018)

    2.1.4 Potensi gempa bumi di Kabupaten Jepara

    Gempa bumi melanda Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 23 Oktober

    2015 dengan kekuatan magnitude 5,0 Skala Richter. Gempa bumi di Jepara

    ini terletak di zona semenanjung Muria dan sekitarnya yang secara tektonik

    memang cukup kompleks. Di zona ini terdapat sesar yang diduga masih aktif,

    yaitu sesar Muria. Sesar ini membujur dari Gunung Muria ke arah utara

    hingga menerus ke lepas pantai. Selain Sesar Muria, pada zona tersebut juga

    terdapat sekitar tujuh sesar mikro lain tanpa nama yang tersebar di lepas

    pantai Semenanjung Muria. Jika ditinjau dari letak episenternya, tampak

    terletak berdekatan dengan jalur Sesar Muria. Karakteristik kedalaman

    hiposenter gempa bumi yang sangat dangkal menunjukkan bahwa aktivitas

    gempa bumi yang terjadi memang dibangkitkan oleh aktivitas sesar aktif

    (Daryono, 2016).

  • 11

    Gambar 2.10 Peta sesar aktif di Pulau Jawa berdasarkan Peta Sumber dan

    Bahaya Gempa Bumi Indonesia

    (Tim Pusat Studi Gempa Nasional, 2017)

    Gempa berkekuatan 5,0 Skala Richter itu berpusat di 26 km timur

    laut Jepara, Jawa Tengah dengan kedalaman 141 km. Tidak hanya terasa di

    Jepara dan Semarang, getaran gempa Jepara yang berlangsung sekitar 15

    detik ini juga terasa sampai Kaliwungu, Kendal (Dini, 2015). Dengan adanya

    fakta-fakta tersebut, oleh karena itu perlu dilakukan kajian dan analisis

    mengenai dampak yang ditimbulkan oleh gempa bumi di Jepara, salah

    satunya yaitu potensi terjadinya likuifaksi yang tertentunya berbahaya jika

    terjadi.

    2.2 Likuifaksi

    2.2.1 Definisi likuifaksi

    Likuifaksi didefinisikan sebagai transformasi material granular dari

    bentuk solid menjadi cair sebagai akibat dari naiknya tekanan air pori dan

    kehilangan tegangan efektif (Marcuson, 1978). Likuifaksi adalah fenomena

  • 12

    dimana tanah kehilangan banyak kekuatan (strength) dan kekakuannya

    (stiffness) untuk waktu yang singkat namun meskipun demikian likuifaksi

    menjadi penyebab dari banyaknya kerusakan, kematian, dan kerugian

    ekonomi yang besar.

    Likuifaksi merupakan fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah

    akibat getaran gempa. Likuifaksi terjadi pada tanah yang berpasir lepas

    (tidak padat) dan jenuh air (Towhata, 2008). Likuifaksi dapat memicu

    terjadinya deformasi permukaan tanah. Saat likuifaksi terjadi lapisan pasir

    berubah menjadi seperti cairan sehingga tak mampu menopang beban

    bangunan di dalam atau di atasnya. Suatu proses hilangnya kekuatan geser

    tanah akibat kenaikan tegangan air pori tanah yang timbul akibat beban

    siklis (cyclic mobility).

    Putra (2013), mengatakan fenomena likuifaksi terjadi seiring terjadinya

    gempa bumi. Secara visual peristiwa likuifaksi ini ditandai munculnya

    lumpur pasir di permukaan tanah berupa semburan pasir (sand boil),

    rembesan air melalui rekahan tanah, atau bisa juga dalam bentuk

    tenggelamnya struktur bangunan di atas permukaan, penurunan muka tanah

    dan perpindahan lateral. Evaluasi potensi likuifaksi pada suatu lapisan tanah

    dapat ditentukan dari kombinasi sifat-sifat tanah (gradasi butiran dan ukuran

    butir), lingkungan geologi (proses pembentukan lapisan tanah, sejarah

    kegempaan, kedalaman muka air tanah).

    Likuifaksi sangat berbahaya karena sifatnya seperti banjir yang

    memiliki kandungan tanah. Jika ada yang terhanyut maka akan sulit

    menyelamatkan diri karena bukan di air jernih atau air biasa namun

    bersamaan dengan struktur tanah dan bangunan lainnya yang ikut hanyut.

    Untuk membangun kembali di area bekas likuifaksi, harus menunggu tanah

    kembali solid. Namun ini membutuhkan waktu yang lama hingga tahunan.

  • 13

    Gambar 2.11 Likuifaksi yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah tahun 2018

    (Rani, 2018)

    2.2.2 Faktor yang mempengaruhi terjadinya likuifaksi

    Menurut Widodo (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

    likuifaksi, antara lain:

    a. Karakteristik Getaran

    Semakin besar getaran dinamis (gempa bumi) yang terjadi, semakin

    besar kemungkinan terjadinya likuifaksi.

    b. Jenis Tanah

    Tanah berpasir lebih berpotensi terjadi likuifaksi dibandingkan tanah

    lempung dikarenakan pada jenis tanah pasir, ketika terjadi guncangan

    gempa, tanah pasir mempunyai sifat tidak bisa memadat. Tanah pasir

    akan lepas ketika kena guncangan gempa, jenuh air langsung lepas

    ikatannya. Ikatan tanah pasir hanya sentuhan antar partikel. Karena tidak

    stabil, saat diguncang gempa kuat, tanah itu akan mengalami likuifaksi

    atau pencairan tanah.

    c. Muka air tanah

    Likuifaksi hanya terjadi pada tanah jenuh, sehingga kedalaman muka

    air tanah akan mempengaruhi kerentanan terhadap likuifaksi. Kerentanan

  • 14

    terhadap likuifaksi akan menurun dengan bertambah dalamnya muka air

    tanah.

    d. Distribusi diameter butir

    Sementara tanah yang bergradasi baik (well graded soil) umumnya

    mempunyai tahanan terhadap likuifaksi lebih besar dibandingkan dengan

    tanah yang bergradasi jelek (poor graded soil).

    Likuifaksi hanya terjadi pada tanah yang tersaturasi, maka efeknya

    seringkali hanya diamati pada area yang dekat dengan badan air seperti

    sungai, danau, dan laut. Efek yang disebabkan oleh likuifaksi dapat berupa

    longsor besar ataupun terjadinya retakan – retakan pada tanah yang paralel

    dengan badan air, seperti kasus yang terjadi pada Montagua River,

    Guatemala pada tahun 1976. Saat terjadinya likuifaksi, kekuatan tanah

    menjadi berkurang dan kemampuan tanah untuk mendukung pondasi dari

    bangunan diatasnya akan berkurang pula. Likuifaksi juga dapat

    memberikan tekanan yang besar pada dinding-dinding penahan tanah yang

    dapat menyebabkan dinding penahan tanah menjadi miring ataupun

    bergeser. Naiknya tekanan air pori juga dapat memicu terjadinya longsor

    (land slides) serta rusaknya bendungan (Ikhsan, 2011).

    Gambar 2.12 Kerusakan akibat likuifaksi yang terjadi di Palu, Sulawesi

    Tengah

    (Aisyah, 2018)

  • 15

    Kerusakan-kerusakan semacam ini membawa konsekuensi yang besar

    dalam mendesain bangunan-bangunan pada tanah pasir yang berada dekat

    badan air. Sebagai akibat jangka panjangnya, tentunya akan terdapat

    kerugian materi yang sangat besar apabila terjadi kegagalan pada struktur di

    bawah tanah akibat likuifaksi. Pada penelitian ini lebih ditekankan pada

    bangunan PLTU Tanjung Jati B Jepara unit 5 dan 6 yang posisinya berada

    pada tepi pantai. Dalam suatu analisis potensi likuifaksi dibutuhkan suatu

    nilai pegangan untuk mengetahui apakah likuifaksi terjadi atau tidak. Nilai

    pegangan ini disebut faktor keamanan.

    2.2.3 Karakteristik tanah yang berpotensi terjadi likuifaksi

    Likuifaksi umumnya terjadi pada tanah yang bergradasi seragam

    (uniformly graded soil). Sementara tanah yang bergradasi baik (well graded

    soil) umumnya mempunyai tahanan terhadap likuifaksi lebih besar

    dibandingkan dengan tanah yang bergradasi jelek (poor graded soil). Hal

    ini disebabkan oleh partikel-partikel kecil yang terdapat pada tanah

    bergradasi baik akan dapat mengisi rongga yang ada diantara partikel yang

    besar, sehingga potensi untuk mengalami perubahan volume pada kondisi

    drain akan menjadi lebih kecil akibat undarained loading (Ikhsan, 2011).

    Likuifaksi terjadi pada tanah pasiran atau yang didominasi pasir.

    Sedangkan pada tanah lempung potensinya kecil. Tanah berpasir memiliki

    permeabilitas yang relatif lebih tinggi. ketika air di pori-pori tidak bisa

    mengalir dengan bebas, gaya geser menyebabkan kontraksi di tanah

    berpasir yang longgar dan air yang terperangkap. Likuifaksi atau pencairan

    tanah bisa terjadi pada kondisi tanah pasiran saat terjadi gempa kuat.

    Likuifaksi umumnya ada dua jenis. Jenis pertama yang tanahnya sangat

    berpasir, bisa membuat tanah seperti bubur lumpur akibat terobosan air

    dalam tanah yang terguncang oleh gempa kuat. Contoh kasusnya di Palu

    yang membenamkan perumahan, serta di lokasi lain yang memindahkan

    posisi rumah. Jenis kedua pada tanah berpasir yang lebih keras, dimana dari

  • 16

    retakan tanah keluar air dan pasir. Sumur pun bisa terisi oleh pasir. Contoh

    jenis ini misalnya saat terjadi Gempa Lombok (Irsyam, 2018).

    2.2.4 Pengaruh Muka Air Tanah (MAT) terhadap likuifaksi

    Likuifaksi terjadi biasanya pada tanah yang jenuh air, dimana seluruh

    rongga rongga dari tanah tersebut dipenuhi air. Pada saat terjadi getaran,

    maka air memberikan suatu tekanan ke partikel partikel tanah sehingga

    mempengaruhi kepadatan tanah, tekanan air pori menjadi meningkat dan

    tanah tidak mempunyai daya dukung, sehingga tidak mampu menahan

    beban yang ada di atasnya, maka terjadi amblasnya bangunan ke dalam

    tanah (Das, 1992).

    Likuifaksi hanya terjadi pada tanah jenuh, sehingga kedalaman muka

    air tanah akan mempengaruhi kerentanan terhadap likuifaksi. Kerentanan

    terhadap likuifaksi akan menurun dengan bertambah dalamnya muka air

    tanah, dan pengaruh likuifaksi secara langsung dapat diamati di lapangan

    dimana muka air tanah berada beberapa meter dari permukaan tanah. Di

    daerah dimana level muka air tanah berfluktuasi (berubah) secara jelas,

    bahaya likuifaksi juga akan berubah (Youd dan Perkins, 1978). Identifikasi

    muka air tanah dilaksankan untuk memberikan perkiraan kedalaman lapisan

    tanah yang jenuh air karena perilaku likuifaksi potensial terjadi pada tanah

    yang jenuh air. Tanah dengan kondisi jenuh air memiliki daya dukung tanah

    yang relatif rendah daripada tanah dengan kondisi tak jenuh air.

    2.2.5 Perilaku likuifaksi pada tanah

    Secara umum perilaku likuifaksi terjadi pada tanah lepas seperti halnya

    pasir, kejadian likuifaksi dimulai ketika tekanan air pori mencapai tekanan

    batas, pasir akan mengalami perubahan bentuk. Pada pasir lepas tekan air

    pori akan meningkat secara tiba-tiba mencapai nilai yang sama dengan

    tekanan batas, dan pasir akan berubah bentuk. Jika perubahan bentuk pasir

    menjadi tidak terbatas tanpa diiringi daya tahan yang berarti maka tanah ini

    bisa dikatakan terlikuifaksi. Dengan adanya perubahan sifat tanah tersebut

  • 17

    menyebabkan kondisi tanah di area yang terlikuifaksi menjadi tidak stabil

    bahkan bergerak sehingga bisa menyebabkan jalan ataupun bangunan di

    atasnya menjadi rusak.

    Gambar 2.13 Ilustrasi perilaku likuifaksi pada tanah dan dampaknya

    (Geotech, 2019)

    Secara umum perilaku likuifaksi pada tanah berdasarkan mekanisme

    terjadinya dibedakan atas dua bagian yaitu flow liquefaction dan cyclic

    mobility.

    a. Flow liquefaction

    Flow liquefaction adalah peristiwa rusaknya keseimbangan statis

    tanah akibat beban statis maupun dinamis pada deposit tanah dengan

    kekuatan residual tanah rendah. Kekuatan residual ini merupakan sisa

    kekuatan dari tanah yang terlikuifaksi. Flow liquefaction mampu

    menghasilkan efek yang paling dinamis dari semua peristiwa yang

    berkaitan dengan perilaku likuifaksi pada tanah, dan instabilitas luar

    biasa yang dikenal sebagai flow failures. Flow liquefaction terjadi pada

    saat tegangan geser yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan statis

    suatu massa tanah lebih besar daripada kekuatan geser tanah pada saat

    terlikuifaksi. Pada dasarnya, besarnya deformasi yang dihasilkan oleh

    flow liquefaction sangat dipengaruhi oleh tegangan geser statis.

  • 18

    Tegangan siklik dapat dengan mudah membuat ketidakstabilan pada

    tanah ketika tanah mempunyai tahanan yang cukup untuk melawan statik

    stress. Gempa bumi, ledakan, dan getaran yang dihasilkan dari pile

    driving hammer merupakan contoh beban dinamis yang dapat memicu

    terjadinya likuifaksi pada tanah. Ketika beban ini bekerja tanah tidak

    mempunyai waktu yang cukup untuk mempertahankan tegangan statis

    yang terjadi pada tanah sebelum terjadinya gangguan. Kerusakan yang

    disebabkan oleh flow liquefaction selalu ditandai dengan pergerakan

    yang besar dan cepat yang dapat mengakibatkan kegagalan luar biasa

    dalam hal kemampuan tanah memikul beban (Siahaan, 2015).

    b. Cyclic mobility

    Cyclic Mobility adalah sebuah fenomena likuifaksi yang terjadi

    akibat beban siklik pada saat tegangan geser statik lebih kecil dari pada

    kekuatan geser tanah terlikuifaksi. Deformasi yang dihasilkan adalah

    berupa kegagalan cyclic mobility yang terus meningkat selama

    guncangan gempa berlangsung. Berlawanan dengan flow liquefaction,

    cyclic mobility terjadi akibat beban siklik dan tegangan geser statik.

    Beban siklik merupakan beban getaran yang dialami tanah akibat gempa

    bumi. Pada fase ini deformasi tanah yang disebabkan oleh cyclic mobility

    berkembang secara cepat akibat tegangan statis dan dinamis dari tanah

    masih bekerja selama gempa bumi berlangsung. Di samping itu,

    likuifaksi yang terjadi menyebabkan naiknya tegangan air pori yang

    dapat mengakibatkan air pori mengalir dengan cepat ke permukaan tanah

    dengan membawa butiran pasir yang terlepas dari ikatan partikel berupa

    semburan lumpur dan letupan pasir (sand boiling) melalui celah yang

    terbentuk dari proses likuifaksi yang terjadi (Siahaan, 2015).

  • 19

    Gambar 2.14 Peristiwa sand boiling setelah terjadi gempa bumi pada

    tahun 2011 di Canterbury, New Zeland

    (Wikipedia, 2018)

    2.3 Parameter-parameter yang Mempengaruhi Potensi Likuifaksi Pada

    Tanah

    Parameter likuifaksi merupakan parameter yang digunakan sebagai dasar

    dalam menentukan kriteria likuifaksi yang terjadi pada deposit tanah. Dalam

    suatu analisis potensi likuifaksi dibutuhkan suatu nilai pegangan untuk

    mengetahui apakah likuifaksi terjadi atau tidak. Nilai pegangan ini disebut

    faktor keamanan. Dalam analisis faktor keamanan dibutuhkan nilai-nilai yang

    harus dievaluasi terlebih dahulu. Adapun nilai tersebut adalah nilai Cyclic Stress

    Ratio (CSR) dan Cyclic Resistance Ratio (CRR) yang diekspresikan dalam

    bentuk persamaan sebagai berikut (Youd dan Idriss, 2001):

    FS = 𝐶𝑅𝑅

    𝐶𝑆𝑅 (1)

    Jika FS = 𝐶𝑅𝑅

    𝐶𝑆𝑅 < 1 (terjadi likuifaksi)

    FS = 𝐶𝑅𝑅

    𝐶𝑆𝑅 = 1 (kondisi kritsis)

    FS = 𝐶𝑅𝑅

    𝐶𝑆𝑅 > 1 (tidak terjadi likuifaksi)

  • 20

    2.3.1 Perhitungan nilai Cyclic Stress Ratio (CSR)

    Cyclic Stress Ratio adalah tegangan siklik yang terjadi akibat gempa

    dibagi dengan tegangan efektif. Seed dan Idriss (1971) memformulasikan

    persamaan untuk rasio tegangan siklik (CSR), yaitu :

    CSR = τav

    σ′vc = 0,65 (a max

    g) (

    σvcσ′vc

    ) rd (2)

    dengan,

    amax = percepatan horizontal maksimum tanah di batuan dasar (g);

    g = percepatan gravitasi (g);

    𝜎𝑣c = tegangan vertikal total saat konsolidasi (kN/m2);

    𝜎′𝑣c = tegangan efektif vertikal saat konsolidasi (kN/m2);

    rd = koefisien reduksi tegangan geser.

    Faktor 0,65 adalah asumsi bahwa tegangan geser seragam ekuivalen adalah

    65% dari tegangan geser maksimum absolut yang dihasilkan oleh gempa.

    1. Percepatan gempa (amax)

    Percepatan gempa di batuan dasar dapat ditentukan dengan

    menggunakan peta percepatan puncak di batuan dasar untuk masing-

    masing wilayah gempa Indonesia tahun 2017 berikut ini:

    Gambar 2.15 Peta zonasi gempa Indonesia tahun 2017

    (Tim Pusat Studi Gempa Nasional, 2017)

  • 21

    2. Tegangan total dan tegangan efektif tanah

    Rasio tegangan total dengan tegangan efektif dihitung dengan

    persamaan-persamaan yang ada di teori mekanika tanah (Das, 1993).

    Rumus mencari tegangan total:

    σ = 𝛾.H (3)

    dengan,

    σ = tegangan total tanah (kN/m2);

    𝛾 = berat volume lapisan tanah (kN/m3);

    H = tebal lapisan tanah (m).

    Makin tinggi tegangan efektif suatu tanah, makin padat tanah tersebut.

    Menurut Towhata (2008), likuifaksi terjadi pada tanah yang berpasir lepas

    (tidak padat) dan jenuh air. Tegangan efektif tanah (σ’) dihitung dengan

    persamaan:

    σ’ = σ – μ (4)

    dengan,

    σ’ = tegangan efektif tanah (kN/m2);

    σ = tegangan total tanah (kN/m2);

    μ = tekanan air pori tanah (kN/m2).

    Tekanan air pori tanah dihitung dengan persamaan:

    μ = 𝛾w .H (5)

    dengan,

    μ = tekanan air pori tanah (kN/m2);

    𝛾w = berat volume air ( 9,81 kN/m3);

    H = tebal lapisan tanah (m).

    3. Koefisien reduksi tegangan geser (rd)

    Koefisien reduksi tegangan geser merupakan nilai yang dapat

    mempengaruhi tegangan di dalam tanah. Semakin jauh kedalaman tanah

    maka faktor reduksi akan semakin kecil. rd yang diusulkan oleh Idriss

    (1999) yaitu :

    rd = exp(α(z) + β(z)M) (6)

    α(z) = −1,012 – 1,126 sin (𝑧

    11,73 + 5,133 ) (7)

  • 22

    β(z) = 0,106 – 0,118 sin (𝑧

    11,28 + 5,142 ) (8)

    dengan,

    M = magnitude gempa (Mw);

    z = kedalaman lapisan tanah yang ditinjau (m).

    2.3.2 Perhitungan nilai Cyclic Resistance Ratio (CRR)

    Beberapa uji lapangan telah memperoleh penggunaan umum untuk

    evaluasi potensi likuifaksi, termasuk uji SPT (Standard Penetration Test ).

    Adapun cara menganalisis nilai Cyclic Resistance Ratio (CRR) dari

    Standard Penetration Test (SPT) sebagai berikut:

    a. Standard Penetration Test (SPT)

    1. Menentukan nilai N60

    N60 merupakan nilai N SPT pada saat rasio energi 60% yang dapat

    ditentukan dengan menggunakan rumus berikut (I.M Idriss dan R.W.

    Boulanger, 2008):

    N60 = Nm CE CB CR CS (9)

    dengan,

    Nm = N-SPT yang diperoleh dari test lapangan;

    CE = koreksi rasio energy hammer (ER);

    CB = koreksi untuk diameter lubang bor;

    CR = faktor koreksi dari panjang batang;

    CS = koreksi untuk sampel.

    Berikut adalah tabel koreksi-koreksi yang digunakan dalam uji SPT

    (I.M Idriss dan R.W. Boulanger, 2008):

  • 23

    Tabel 1. Nilai faktor koreksi untuk nilai N SPT

    Faktor Deskripsi Parameter Koreksi

    Rasio energi

    ER merupakan rasio

    tenaga maksimum

    dalam %

    CE CE = ER/60

    Rasio energi Palu donat (Donut

    hammer) CE 0,5 s/d 1,0

    Rasio energi Palu pengaman (Safety

    hammer) CE 0,7 s/d 1,2

    Rasio energi

    Palu otomatik

    (Automatic

    triphammer)

    CE 0,8 s/d 1,3

    Diameter bor 65 s/d 115 mm CB 1,00

    Diameter bor 150 mm CB 1,05

    Diameter bor 200 mm CB 1,15

    Panjang batang < 3 m CR 0,75

    Panjang batang 3 s/d 4 m CR 0,80

    Panjang batang 4 s/d 6 m CR 0,85

    Panjang batang 6 s/d 10 m CR 0,95

    Panjang Batang 10 s/d 30 m CR 1,00

    Pengambilan

    contoh Tabung standar CS 1,00

    Pengambilan

    contoh Tabung dengan pelapis CS 1,1 s/d 1,3

    2. Menentukan nilai (N1)60

    Nilai tahanan penetrasi overburden terkoreksi, (N1)60, dihitung

    dengan menggunakan faktor koreksi overburden, CN, sebagai berikut

    (I.M Idriss dan R.W. Boulanger, 2008):

    (N1)60 = CN.N60 (10)

    Persamaan 10 hanya berlaku pada tanah non kohesif.

    Nilai CN ini diajukan oleh Liao and Whitman (1986) yang

    diekspresikan dalam persamaan berikut:

    CN = (Pa

    σ′vc)

    0,5

    ≤ 1,7 (11)

    dengan,

    Pa = tekanan pada 1 atm = 101 kN/m2.

    Nilai CN tidak boleh melebihi dari 1,7.

  • 24

    3. Menentukan nilai (N1)60CS

    Nilai (N1)60CS dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan

    berikut (I.M Idriss dan R.W. Boulanger, 2008):

    (N1)60CS = (N1)60 + ∆(N1)60 (12)

    ∆(N1)60 = exp(1,63 + 9,7

    𝐹𝐶+0,01− (

    15,7

    𝐹𝐶+0,01)

    2

    ) (13)

    dengan,

    FC = Nilai Fines Content (%)

    Persamaan 12 dan 13 hanya berlaku pada tanah non kohesif.

    4. Menentukan nilai CRR7,5

    Nilai CRR pada besaran skala gempa (Mw) 7,5 (CRR7,5) dapat

    ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut (I.M Idriss dan

    R.W. Boulanger, 2008):

    CRR7,5 = exp((𝑁1)60𝐶𝑆

    14,1+ (

    (𝑁1)60𝐶𝑆126

    ) 2 − ((𝑁1)60𝐶𝑆

    126) 3 +

    ((𝑁1)60𝐶𝑆

    126) 4 − 28) (14)

    Jika (N1)60CS > 37,5 maka tanah tersebut tidak perlu dievaluasi

    karena nilai yang rentan akan likuifaksi yaitu ketika (N1)60cs < 37,5.

    Jika (N1)60cs > 37,5 maka tanah tersebut kuat menahan beban seismic

    yang dapat diwakilkan dengan nilai CRR7,5 = 2. Persamaan 14 hanya

    berlaku pada tanah non kohesif.

    Gambar 2.16 Grafik hubungan (N1)60 dan CSR atau CRR terhadap

    potensi likuifaksi (Robertson and Wride, 1998)

    No liquefaction

    Liquefaction

    Corrected Blow Count, (N1)60

    Cyc

    lic S

    tres

    s R

    atio

    (C

    SR

    ) or

    Cyc

    lic R

    esis

    tanc

    e R

    atio

    (C

    RR

    )

  • 25

    Kurva CRR pada grafik di atas adalah diposisikan untuk

    memisahkan daerah dengan data indikasi likuifaksi dengan data yang

    menunjukkan nonlikuifaksi.

    5. Menentukan Magnitude Scaling Factors (MSF)

    Gempa dengan Mw = 7,5 dinyatakan sebagai gempa referensi

    Youd dan Idriss, 2001) sehingga perlu dilakukan koreksi untuk gempa

    dengan besaran magnitude yang lebih kecil atau lebih besar dari 7,5.

    Menurut Idriss (1999), besarnya nilai MSF untuk gempa selain 7,5

    Mw dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:

    MSF = 6,9 exp(−𝑀

    4) – 0,058 (15)

    dengan,

    M = Magnitude gempa (Mw).

    6. Menentukan faktor koreksi overburden (Kσ)

    Nilai faktor koreksi overburden, Kσ dapat ditentukan dengan

    menggunakan persamaan berikut (I.M Idriss dan R.W. Boulanger,

    2008):

    Kσ = 1- Cσ ln (σ′vc𝑃𝑎

    ) ≤ 1,1 (16)

    dengan,

    Pa = tekanan pada 1 atm = 101 kN/m2.

    Nilai Cσ dapat ditentukan dengan menggunakan perrsamaan berikut

    (I.M Idriss dan R.W. Boulanger, 2008):

    Cσ = 1

    18,9−2,55 √(N1)60 ≤ 0,3 (17)

    7. Menentukan CRRMw

    Untuk menghitung CRR terkoreksi dengan besar magnitude

    gempa selain 7,5 (CRRMw) dapat dihitung menggunakan persamaan

    berikut (I.M Idriss dan R.W. Boulanger, 2008):

    CRRMw = CRR7,5 . MSF. Kσ (18)

    dengan,

    MSF = Magnitude Scaling Factors;

    Kσ = faktor koreksi overburden.

  • 26

    Persamaan 18 hanya berlaku pada tanah non kohesif.

    8. Faktor keamanan (FS)

    Menghitung faktor keamanan likuifaksi dengan menggunakan

    persamaan berikut:

    FS = 𝐶𝑅𝑅𝑀𝑤

    𝐶𝑆𝑅 (19)

    Tinjauan potensi likuifaksi:

    FS = 𝐶𝑅𝑅𝑀𝑤

    𝐶𝑆𝑅 < 1 (terjadi likuifaksi)

    FS = 𝐶𝑅𝑅𝑀𝑤

    𝐶𝑆𝑅 = 1 (kondisi kritsis)

    FS = 𝐶𝑅𝑅𝑀𝑤

    𝐶𝑆𝑅 > 1 (tidak terjadi likuifaksi)

    b. Cone Penetration Test (CPT)

    Untuk CPT (Cone Penetration Test), data yang dijadikan acuan

    yaitu tahanan ujung konus (qc). Adapun berikut langkah-langkah untuk

    mendapatkan nilai CRR (Cyclic Resistance Ratio) dari data CPT (Cone

    Penetration Test) :

    1. Menghitung nilai qc1N

    Hitung nilai qc1N, yaitu nilai tahanan ujung terkoreksi yang akan

    diformulasikan sebagai persamaan berikut (Youd dan Idriss, 2001):

    qc1N

    = CN (qc / Pa) (20)

    dengan,

    CN = faktor koreksi overburden;

    Pa = tekanan pada 1 atm = 101 kN/m2;

    qc = tahanan ujung qonus (kN/m2).

    Nilai CN ini diajukan oleh Liao and Whitman (1986) yang

    diekspresikan dalam persamaan berikut:

    CN = (Pa

    σ′vc)

    0,5

    ≤ 1,7 (21)

    dengan,

    Pa = tekanan pada 1 atm = 101 kN/m2.

    Nilai CN tidak boleh melebihi dari 1,7 dan persamaan 20 dan 21 hanya

    berlaku untuk tanah non kohesif.

  • 27

    2. Menghitung nilai Ic

    Untuk menghitung nilai indeks tipe perilaku tanah (Ic)

    menggunakan persamaan (Robertson and Wride, 1998):

    Ic = [3,47 – log Q)2 + (log F + 1,22)2]0,5 (22)

    3. Menghitung nilai Q

    Hitung nilai dimensi tahanan ujung (Q) untuk tanah pasir murni

    (clean-sand) eksponen yang sesuai yaitu 0,5 (Robertson and Wride,

    1998):

    Q = [(qc – σvc) / Pa][(Pa / σ′vc)n] (23)

    Untuk clean sand, nilai eksponen n = 0,5 dan nilai n antara 0,5 -

    1 untuk silt dan silty sand dan untuk eksonen n = 1 merupakan nilai

    yang sesuai untuk tipe jenis clay.

    4. Menghitung nilai F

    Untuk menghitung nilai dimensi tahanan friksi (F) menggunakan

    persamaan (Robertson and Wride, 1998):

    F = [ fs / (qc – σvc)] x 100% (24)

    dengan,

    fs = tahanan friksi (kN/m2);

    qc = tahanan ujung qonus (kN/m2).

    5. Menghitung nilai (qc1N)cs

    Perhitungan nilai ekuivalen normalisasi CPT (qc1N)cs dapat

    ditentukan dari persamaan berikut :

    (qc1N)cs = qc1N + ∆ qc1N (25)

    ∆(qc1N) = (5,4 + 𝑞𝑐1𝑁

    16). exp(1,63 +

    9,7

    𝐹𝐶+0,01− (

    15,7

    𝐹𝐶+0,01)

    2

    ) (26)

    dengan,

    FC = Nilai Fines Content (%)

    Persamaan 25 dan 26 hanya berlaku pada tanah non kohesif.

  • 28

    6. Menghitung nilai CRR7,5

    Nilai CRR pada besaran skala gempa (Mw) 7,5 (CRR7,5) dapat

    ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut (I.M Idriss dan

    R.W. Boulanger, 2008):

    CRR7,5 = exp((𝑞𝑐1𝑁)𝑐𝑠

    540+ (

    (𝑞𝑐1𝑁)𝑐𝑠

    67) 2 − (

    (𝑞𝑐1𝑁)𝑐𝑠

    80) 3 +

    ((𝑞𝑐1𝑁)𝑐𝑠

    114) 4 − 3) (27)

    Jika (qc1N)cs > 211 maka tanah tersebut tidak perlu dievaluasi karena

    nilai yang rentan akan likuifaksi yaitu ketika (qc1N)cs < 211. Jika

    (𝑞𝑐1𝑁)𝑐𝑠 > 211 maka tanah tersebut kuat menahan beban seismic

    yang dapat diwakilkan dengan nilai CRR7,5 = 2. Persamaan 27 hanya

    berlaku pada tanah non kohesif.

    Gambar 2.17 Grafik hubungan qc1N dan CSR atau CRR terhadap

    potensi likuifaksi (Robertson and Wride, 1998)

    7. Menentukan Magnitude Scaling Factors (MSF)

    Gempa dengan Mw = 7,5 dinyatakan sebagai gempa referensi

    Youd dan Idriss, 2001) sehingga perlu dilakukan koreksi untuk gempa

    dengan besaran magnitude yang lebih kecil atau lebih besar dari 7,5.

    Corrected CPT Tip Resistance, qcIN

    Cyc

    lic S

    tres

    s R

    atio

    (C

    SR

    ) or

    C

    yclic

    Res

    ista

    nce

    Rat

    io (

    CR

    R)

  • 29

    Menurut Idriss (1999), besarnya nilai MSF untuk gempa selain 7,5

    Mw dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:

    MSF = 6,9 exp(−𝑀

    4) – 0,058 (28)

    dengan,

    M = Magnitude gempa (Mw).

    8. Menentukan faktor koreksi overburden (Kσ)

    Nilai faktor koreksi overburden, Kσ dapat ditentukan dengan

    menggunakan persamaan berikut (I.M. Idriss dan R.W. Boulanger,

    2008):

    Kσ = 1- Cσ ln (σ′vc𝑃𝑎

    ) ≤ 1,1 (29)

    dengan,

    Pa = tekanan pada 1 atm = 101 kN/m2.

    Nilai Cσ dapat ditentukan dengan menggunakan perrsamaan berikut

    (I.M. Idriss dan R.W. Boulanger, 2008):

    Cσ = 1

    37,3−8,27 (𝑞𝑐1𝑁)0,264 ≤ 0,3 (30)

    9. Menentukan CRRMw

    Untuk menghitung CRR terkoreksi dengan besar magnitude

    gempa selain 7,5 (CRRMw) dapat dihitung menggunkan persamaan

    berikut (I.M Idriss dan R.W. Boulanger, 2008):

    CRRMw = CRR7,5 . MSF. Kσ (31)

    dengan,

    MSF = Magnitude Scaling Factors;

    Kσ = faktor koreksi overburden.

    Persamaan 31 hanya berlaku pada tanah non kohesif.

    10. Menghitung Faktor Keamanan (FS)

    Menghitung faktor keamanan likuifaksi dengan menggunakan

    persamaan berikut:

    FS = 𝐶𝑅𝑅𝑀𝑤

    𝐶𝑆𝑅 (32)

  • 30

    Tinjauan potensi likuifaksi:

    FS = 𝐶𝑅𝑅𝑀𝑤

    𝐶𝑆𝑅 < 1 (terjadi likuifaksi)

    FS = 𝐶𝑅𝑅𝑀𝑤

    𝐶𝑆𝑅 = 1 (kondisi kritsis)

    FS = 𝐶𝑅𝑅𝑀𝑤

    𝐶𝑆𝑅 > 1 (tidak terjadi likuifaksi)

    2.3.3 Perhitungan nilai Liquefaction Potential Index (LPI)

    Liquefaction Potential Index (LPI) merupakan metode paling umum

    digunakan yang dikembangkan oleh Iwasaki (1984). LPI menggunakan

    nilai safety factor (FS) dan fungsi kedalaman tanah (w(z)). Interpolasi dari

    analisis tersebut menghasilkan kontur batas-batas zona dengan potensi

    likuifaksi rendah (low), potensi likuifaksi tinggi (high) dan potensi

    likuifaksi sangat tinggi (very high).

    Nilai Liquefaction Potential Index (LPI) dapat dihitung dengan

    menggunakan persamaan yang diusulkan oleh Iwasaki (1984) sebagai

    berikut :

    LPI = ∫ F. w(z) dz20𝑚

    0𝑚 (33)

    dengan,

    LPI = Nilai Liquefaction Potential Index (tanpa satuan)

    F = Potensi kejadian likuifaksi, ditentukan dengan persamaan : F = (1

    – SF) untuk SF < 1, dan F = 0 untuk SF > 1

    w(z) = Faktor bobot kedalaman, w(z) = 10 – 0,5z; dengan z adalah

    kedalaman yang ditinjau, maksimum sampai 20 meter

    Berikut ini merupakan tingkatan potensi likuifaksi berdasarkan hasil nilai

    LPI:

    LPI = 0, dengan kejadian likuifaksi berpotensi sangat rendah;

    0 < LPI < 5, dengan kejadian likuifaksi berpotensi rendah;

    5 < LPI < 15, dengan kejadian likuifaksi berpotensi tinggi;

    LPI > 15, dengan kejadian likuifaksi berpotensi sangat tinggi.

  • 31

    2.4 Penurunan Tanah (Settlement) Akibat Likuifaksi

    Likuifaksi akan menjadi masalah serius apabila mengakibatkan terjadinya

    keruntuhan gedung karena penurunan permukaan tanah selama goncangan

    gempa bumi. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis besarnya penurunan

    tanah yang terjadi. Berikut ini merupakan grafik hubungan nilai tahanan ujung

    seismic ((qcIN)cs) dan regangan volumetrik (Ԑv) untuk beragam faktor keamanan

    (Zhang, 2002)

    Gambar 2.18 Grafik hubungan nilai tahanan ujung seismic dan regangan

    volumetrik untuk beragam faktor kemanan (Zhang, 2002)

    Secara empirik,besarnya regangan vertikal seismik sebagai fungsi dari

    faktor aman dan nilai tahanan ujung seismik berdasarkan rumusan Zhang

    (2002) diberikan dalam persamaan-persamaan pada tabel di bawah ini.

    Equivalent clean sand normalized

    CPT tip resistance, (qcIN)cs

    Pos

    tliqu

    efaa

    ctio

    n vo

    lum

    etric

    str

    ain

    , Ԑv (%

    )

  • 32

    Tabel 2. Persamaan empirik regangan volumetrik (Zhang, 2002)

    Untuk permukaan tanah yang relatif datar, dianggap pergerakan arah

    lateral tidak terjadi atau sangat kecil setelah gempa bumi, sehingga regangan

    volumetrik akan sama dengan regangan vertikal. Menurut Zhang (2002),

    estimasi penurunan tanah merupakan fungsi dari regangan volumetrik (Ԑv)

    terhadap kedalaman (z) sebagaimana dirumuskan:

    S = ∫ Ԑv𝑧

    0 = ∑ Ԑv, i ∆zi

    𝑗𝑖=1 (34)

    dengan,

    Ԑv,i = regangan volumetrik pasca likuifaksi pada lapisan tanah ke-i;

    ∆zi = tebal lapisan tanah ke-i.

    Safety Factor (FS) Tahanan ujung seismik

    (qcIN)cs

    Regangan seismik

    (Ԑv)

    ≤ 0,5

    0,6

    0,6

    0,7

    0,7

    0,8

    0,8

    0,9

    0,9

    1,0

    1,1

    1,2

    1,3

    2,0

    33 ≤ (qcIN)cs ≤ 200

    33 ≤ (qcIN)cs ≤ 147

    147 ≤ (qcIN)cs ≤ 200

    33 ≤ (qcIN)cs ≤ 110

    110 ≤ (qcIN)cs ≤ 200

    33 ≤ (qcIN)cs ≤ 80

    80 ≤ (qcIN)cs ≤ 200

    33 ≤ (qcIN)cs ≤ 60

    60 ≤ (qcIN)cs ≤ 200

    33 ≤ (qcIN)cs ≤ 200

    33 ≤ (qcIN)cs ≤ 200

    33 ≤ (qcIN)cs ≤ 200

    33 ≤ (qcIN)cs ≤ 200

    33 ≤ (qcIN)cs ≤ 200

    102 (qcIN)cs-0,82

    102 (qcIN)cs-0,82

    2411 (qcIN)cs-1,45

    102 (qcIN)cs-0,82

    1701 (qcIN)cs-1,42

    102 (qcIN)cs-0,82

    1690 (qcIN)cs-1,46

    102 (qcIN)cs-0,82

    1430 (qcIN)cs-1,48

    64 (qcIN)cs-0,93

    11 (qcIN)cs-0,65

    9,7 (qcIN)cs-0,69

    7,6 (qcIN)cs-0,71

    0

  • 78

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

    1. Semua titik SPT dan CPT ketika terjadi gempa dengan magnitude 5 Mw

    semuanya tidak berpotensi terjadi likuifaksi dikarenakan nilai FS nya lebih

    besar dari 1 semua, sedangkan untuk beban gempa 6 Mw, 7 Mw, 8 Mw, dan

    9 Mw sebagian besar lokasi penelitian berpotensi terjadi likuifaksi

    dikarenakan nilai FS nya kurang dari 1. Selain itu tingkat potensi likuifaksi

    sangat rendah ketika magnitude gempa 5 Mw dikarenakan nilai Index

    Potensi Liquefaction (LPI) = 0 semua, sedangkan ketika magnitude gempa

    6 Mw, 7 Mw, 8 Mw, dan 9 Mw sebagian besar lokasi penelitian memiiki

    tingkat potensi yang rendah dan ada beberapa titik yang tingkat potensinya

    tinggi. Sedangkan analisis dengan menggunakan bantuan software cyclic

    1D di titik PBA-36 dengan variasi beban gempa 8 Mw sebagai

    perbandingan dengan perhitungan manual dengan variasi beban gempa 8

    Mw, hasilnya antara analisis dengan metode semi empiric dan numeric

    menggunakan bantuan software cyclic 1D cenderung sama yaitu terdapat

    kedalaman tertentu yang terindikasi terjadi likuifaksi;

    2. Semakin dekat letak muka air tanah dengan permukaan tanah, maka nilai

    Safety Factor (FS) semakin kecil sehingga potensi tanah mengalami

    likuifaksi semakin besar. Artinya semakin jenuh kondisi suatu tanah maka

    potensi terjadinya likuifaksi semakin besar;

    3. Semakin besar beban gempa maka maka nilai Safety Factor (FS) semakin

    kecil sehingga semakin besar potensi terjadinya likuifaksi;

    4. Selain itu setelah dilakukan analisis perhitungan penurunan tanah

    (settlement) di lokasi penelitian, untuk variasi gempa 5 Mw, 6 Mw, 7 Mw,

    8 Mw dan 9 Mw terjadi penurunan tanah di beberapa kedalaman tanah.

  • 79

    Semakin besar beban gempa maka semakin besar juga penurunan tanah

    yang terjadi;

    5.2 Saran

    1. Data tanah yang digunakan dalam perhitungan analisis potensi likuifaksi

    disarankan harus lengkap dan detail sehingga hasil yang diperoleh akan jauh

    lebih akurat;

    2. Perhitungan penurunan tanah (settlement) akibat beban gempa hanya

    estimasi, sehingga perlu penelitian lebih lanjut dengan membandingkan

    penurunan tanah sesungguhnya di lapangan ketika terjadi gempa;

    3. Beban gempa yang dimasukkan pada analisis dengan bantuan software

    cyclic 1D disarankan lebih tepat agar hasilnya lebih akurat;

  • 80

    DAFTAR PUSTAKA

    Aisyah. 2018. Badan Geologi Akan Petakan Daerah Rawan Likuifaksi.

    http://dakta.com/news/16871/badan-geologi-akan-petakan-daerah-rawan-

    likuifaksi. Diakses tanggal 25 Juli 2019.

    Anonim. 2013. Terjadinya Gempa Bumi. http://ilmupengetahuan.org/terjadinya-

    gempa-bumi/. Diakses tanggal 25 Juli 2019.

    Bukhori. 2017. Pengertian Gempa Bumi. https://karyapemuda.com/pengertian-

    gempa-bumi/. Diakses tanggal 25 Juli 2019.

    Daryono. 2016. Gempa Semenanjung Muria Jadi Bukti Jepara Tak Aman Dibangun

    PLTN. www.koranmuria.com/2016/07/19/41524/gempa-semenanjung-

    muria-jadi-bukti-jepara-tidak-aman-dibangun-pltn.html. Diakses tanggal 28

    Mei 2019.

    Das, Braja M. 1992. Principle of Soil Dynamic. USA: PWS KENT Publishing

    Company

    Das, Braja M. 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I.

    Jakarta: Erlangga.

    Dini. 2015. Semoga Tak Ada Korban, Gempa Jepara Terasa hingga Kendal.

    www.jateng.tribunnews.com/amp/2015/10/23/semoga-tak-ada-korban-

    gempa-jepara-terasa-hingga-kendal. Diakses tanggal 28 Mei 2019.

    Geomagz. 2016. 10 Tahun Gempa Yogyakarta.

    http://geomagz.geologi.esdm.go.id/10-tahun-gempa-yogyakarta/. Diakses

    tanggal 25 Juli 2019.

    Geotech. 2019. Soil Liquefaction. https://www.geotech.hr/en/soil-liquefaction/.

    Diakses tanggal 25 Juli 2019.

    Google Maps. 2019. Google Maps: PLTU Tanjung Jati B Unit 5 & 6 Jepara.

    http://maps.google.com/ Diakses tanggal 25 Juli 2019.

    Idriss, I.M. 1999. An update to the Seed-Idriss simplified procedure for evaluating

    liquefaction potential, in Proceedings, TRB Workshop on New Approaches to

    Liquefaction, Publication No. FHWA-RD-99-165, Federal Highway

    Administration, January.

    Idriss, I. M., Boulanger, R. W. 2008. Soil Liquefaction During Earthquakes. EERI.

    http://dakta.com/news/16871/badan-geologi-akan-petakan-daerah-rawan-likuifaksihttp://dakta.com/news/16871/badan-geologi-akan-petakan-daerah-rawan-likuifaksihttp://ilmupengetahuan.org/terjadinya-gempa-bumi/http://ilmupengetahuan.org/terjadinya-gempa-bumi/https://karyapemuda.com/pengertian-gempa-bumi/https://karyapemuda.com/pengertian-gempa-bumi/http://geomagz.geologi.esdm.go.id/10-tahun-gempa-yogyakarta/https://www.geotech.hr/en/soil-liquefaction/

  • 81

    Ikhsan, R. 2011. Analisis Potensi Likuifaksi Dari Data CPT dan SPT Dengan Studi

    Kasus PLTU Ende Nusa Tenggara Timur. Skripsi. Universitas Indonesia.

    Irsyam, M. 2018. Peneliti Gempa: Gejala Likuifaksi Pada Tanah Bisa Diketahui.

    www.solotrust.com/read/12561/Peneliti-Gempaa-Gejala-Likuifaksi-Pada-

    Tanah-Bisa-Diketahui. Diakses tanggal 28 Mei 2019.

    Iwasaki, T., Arakawa, T., and Tokida, K. 1984. Simplified Procedures for

    Assessing Soil Liquefaction during Earthquakes. Soil Dynamics and

    Earthquake Engineering. 3: 49-58.

    Kusumawardani, R., Suryolelono, K.B., Suhendro, B., Rifai, A.. 2016. The

    Dynamic Response of Unsaturated Clean Sand at A Very Low Frequancy.

    International Journal of Technology. 7(1).

    Liao, S.C., and Whitman, R.V. 1986. Overburden correction factors for SPT in

    sand, J. Geotechnical Eng. ASCE, 112(3): 373-377.

    Marcuson, W.F.III. 1978. Definition of Terms Related to Liquefaction. Journal of

    Geotechnical Engineering. ASCE, 104(9): 1197-1200.

    Mulyo, Agung. 2004. Pengantar Ilmu Kebumian, Pengetahuan Geologi untuk

    Pemula. Bandung: Pustaka Setia.

    Mustafa, B. 2010. Analisis Gempa Nias dan Gempa Sumatera Barat dan

    Kesamaannya yang Tidak Menimbulkan Tsunami. Jurnal Ilmu Fisika (JIF).

    2(1): 45.

    Nurdin, W. 2015. Gempa 5,0 Skala Richter Guncang Timur Laut Jepara.

    m.tribunnews.com/amp/regional/2015/10/23/gempa-50-skala-richter-

    guncang-timur-laut-jepara. Diakses Tanggal 28 Mei 2019.

    Putra, H. G., A. Hakam, dan D. Lastaruna. 2009. Analisis Potensi Likuifaksi

    Berdasarkan Data Pengujian Sondir (Studi Kasus Gor Haji Agus Salim dan

    Lapai, Padang). Jurnal Rekayasa Sipil. 5(1).

    Putra, A.T.J. 2013. Pemetaan Kerentanan Daerah Potensi Likuifaksi, Akibat Gempa

    Bumi Tektonik Studi Kasus Daerah Desa Panjangrejo dan Sekitarnya,

    Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Naskah Publikasi. Universitas Diponegoro.

  • 82

    Rani. 2018. Sebab Akibat Tsunami & Likuifaksi Palu yang Mengerikan di Mata 4

    Pakar UI-ITB.

    https://news.okezone.com/read/2018/10/10/65/1962113/sebab-akibat-

    tsunami-likuifaksi-palu-yang-mengerikan-di-mata-4-pakar-ui-itb. Diakses

    tanggal 25 Juli 2019.

    Ridwan. 2018. Gempa 7 SR Lombok: Rumah Rusak Mulai Didata, Gempa 6,4 SR

    Hancurkan 3.000 Rumah.

    https://kabar24.bisnis.com/read/20180808/15/825936/gempa-7-sr-lombok-

    rumah-rusak-mulai-didata-gempa-64-sr-hancurkan-3.000-rumah. Diakses

    tanggal 25 Juli 2019.

    Robertson, P.K. and Wride, C.E. 1998. Evaluating Cyclic Liquefaction Potential

    Using The Cone Penetration Test. Canadian Geotechnical Journal. 35(3):

    442-459.

    Seed, H.B. and Idriss, I.M. 1971. Simplified Procedure for Evaluation Soil

    Liquifaction Potential. Journal of Soil Mechanics and Foundation, Division.

    ASCE. 97(9): 1249-1273.

    Seed, H. B., K. Tokimatsu, L. F. Harder, dan R. M. Chung. 1985. The Influence Of

    SPT Procedures In Soil Liquefaction Resistance Evaluations. Journal of

    Geotechnical Engineering. ASCE. 111(12): 1425-1445.

    Shani, R. 2018. Dikira Aman, Gempa di Jepara Berpotensi Merusak.

    medcom.id/amp/Wb7jW3aN-dikira-aman-gempa-di-jepara-berpotensi-

    merusak. Diakses tanggal 28 Mei 2019.

    Siahaan, S.P.O. 2015. Percobaan Potensi Likuifaksi Pada Tanah Pasir Seragam

    Dengan Permodelan Alat Di Laboratorium. Tugas Akhir. Universitas Andalas

    Padang.

    Tim Pusat Studi Gempa Nasional. 2017. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia

    Tahun 2017. Jakarta : Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan.

    Tjasyono, H.K., Bayong. 2006. Meteorologi Indonesia Volume II. Jakarta: Badan

    Meteorologi dan Geofisika.

    Tohwata, Ikuo. 2008. Geotechnical Earthquake Engineering. Springer-Verlag

    Berlin Heidelberg.

    USGS Earthquake. 2019. https://earthquake.usgs.gov/earthquakes/map/. Diakses

    tanggal 25 Juli 2019.

    https://news.okezone.com/read/2018/10/10/65/1962113/sebab-akibat-tsunami-likuifaksi-palu-yang-mengerikan-di-mata-4-pakar-ui-itbhttps://news.okezone.com/read/2018/10/10/65/1962113/sebab-akibat-tsunami-likuifaksi-palu-yang-mengerikan-di-mata-4-pakar-ui-itbhttps://kabar24.bisnis.com/read/20180808/15/825936/gempa-7-sr-lombok-rumah-rusak-mulai-didata-gempa-64-sr-hancurkan-3.000-rumahhttps://kabar24.bisnis.com/read/20180808/15/825936/gempa-7-sr-lombok-rumah-rusak-mulai-didata-gempa-64-sr-hancurkan-3.000-rumahhttps://earthquake.usgs.gov/earthquakes/map/

  • 83

    Widodo, Pawirodikromo. 2012. Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan.

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Wikipedia. 2018. Pencairan Tanah. https://id.wikipedia.org/wiki/Pencairan_tanah.

    Diakses tanggal 25 Juli 2019.

    Wikipedia. 2018. Sand Boil. https://en.wikipedia.org/wiki/Sand_boil. Diakses

    tanggal 25 Juli 2019.

    Youd, T.L, Perkins, D.M. 1978. Mapping Liquefaction Induced Ground Failure

    Potential. J Geotech Eng Div. ASCE. 104(4): 443-446.

    Youd, T. L., Idriss, I. M., dkk. 2001. Liquefaction Resistance of Soils: Summary

    Report from the 1.Geotechnical and Geoenvironmental Eng. ASCE. 127(10):

    817-33.

    Zhang, G., P.K. Robertson, dan R.W.I Bracham. 2002. Estimating Liquefaction-

    Induced Ground Settlements from CPT for Level Ground. Canadian

    Geotechnical Journal. 39: 1168-1180

    https://id.wikipedia.org/wiki/Pencairan_tanahhttps://en.wikipedia.org/wiki/Sand_boil