74
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN LANSIA DENGAN PPOK YANG MENGALAMI MASALAH ANSIETAS DI RUANG GAYATRI RS. DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR KARYA ILMIAH AKHIR NERS ADE LISNA YULIAWATI 1006823154 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2013

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN LANSIA DENGAN PPOK YANG MENGALAMI MASALAH

ANSIETAS DI RUANG GAYATRI RS. DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ADE LISNA YULIAWATI 1006823154

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS

DEPOK JULI 2013

Page 2: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN LANSIA DENGAN PPOK YANG MENGALAMI MASALAH

ANSIETAS DI RUANG GAYATRI RS. DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

ADE LISNA YULIAWATI 1006823154

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI NERS DEPOK

JULI 2013

Page 3: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi
Page 4: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi
Page 5: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya, laporan Karya

Ilmiah Akhir Ners ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Adapun

tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas akhir mata ajar

Profesi Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan.

Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapatkan dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu saya ucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia.

2. Ibu Henny Permatasari, Skp., M.Kep., Sp.Kom, selaku coordinator mata ajar

Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan.

3. Ibu Dr. Mustikasari, Skp., MARS, selaku koordinator mata ajar profesi

KKMP peminatan Jiwa

4. Ibu Yossie Susanti Eka Putri, Skp. MN., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan dan saran kepada penulis agar dapat membuat

laporan akhir ini dengan sebaik-baikya.

5. Ibu Dedeh Sukarsih, AMK selaku kepala ruangan serta rekan-rekan perawat di

Ruang Gayatri RS. DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor, yang telah memebrikan

kesempatan dan dukungan kepada penulis selama melaksanakan praktek.

6. Suamiku dan anak-anakku, yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya

selama penulis menjalani praktik profesi di FIK UI.

7. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, dukungan dan

doanya telah memberikan semangat kepada penulis.

Akhir kata semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Depok, Juli 2013

Penulis

Page 6: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi
Page 7: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

vi Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Ade Lisna Yuliawati Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Lansia Dengan PPOK Yang Mengalami Masalah Ansietas di Ruang Gayatri Rs. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Polusi udara dan kebiasaan merokok pada masyarakat meningkatkan resiko terjadinya Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). Penyakit ini merupakan penyakit obstruksi saluran nafas yang bersifat kronis, progresif, dan banyak dialami oleh lansia. Selain masalah fisik, ansietas merupakan masalah yang paling sering terj pada pasien PPOK. Ansietas memberikan dampak yang sangat besar terhadap kemampuan fungsional dan angka kekambuhan pasien. Karya Ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan psikososial masalah ansietas pada pasien lansia yang mengalami penyakit PPOK. Metode yang digunakan yaitu studi kasus, dengan melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien PPOK yang mengalami ansietas. Hasil studi kasus ini menunjukan bahwa intervensi membina hubungan saling percaya, latihan relaksasi nafas dalam dan distraksi dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien. Pengembangan format pengkajian masalah psikososial serta peningkatan kemampuan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan masalah psikososial, menjadi rekomendasi dari studi kasus ini. Kata kunci : Ansietas, PPOK, Lansia

Page 8: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

vii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Ade Lisna Yuliawati Study Program : Nursing science Title : Analysis of Urban Nursing Clinical Practice to Elderly

with Chronic Obstructive Pulmonary Disease Experiencing Anxiety in Gayatri Ward RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Air pollutant and smoking behavior increase the risk of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). COPD is a chronic, progressive respiratory tract obstruction which is often experienced by elderly. Despite physical problems, anxiety highly affect functional ability, and patient exacerbation. The goal of this study is to describe the psychosocial aspect of nursing care to elderly patient with COPD experiencing anxiety. The method of this study is case study, by applying nursing care for patient with COPD, experiencing anxiety. The result of this study show that building trust relationship with patient and family, relaxation and distraction therapy can reduce level of anxiety. Development of assessment tool and improvement of nursing skill to care patient with psychosocial problems, are recommended of this study. Key word: anxiety, COPD, elderly

Page 9: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

viii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... iii KATA PENGANTAR ……………………………………………………... iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………….. v ABSTRAK …………………………………………………………………. vi DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. viii 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ……………………………………………………... 1 1.2.Rumusan Masalah Penelitian …………………………………........ 4 1.3.Tujuan Penulisan …………………………………………………... 4 1.4.Manfaat Penulisan ……………………………………………......... 5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Dasar PPOK ………………………………………………. 6 2.1.1. Definisi PPOK ……………………………………………... 6 2.1.2. Patofisiologi PPOK ………………………………………… 7 2.1.3. Masalah Psikososial Pada PPOK …………………………... 9

2.2.Ansietas ……………….…………... ………………………………. 11 2.2.1. Tingkatan Ansietas ………………………………………... 11 2.2.2. Respon Terhadap Ansietas ………………………. ………. 13 2.2.3. Terapi Nonfarmakologis Pada Ansietas ……………………. 14

3. TINJAUAN KASUS

3.1.Pengkajian ……...…………………………………………………... 17 3.2.Diagnosa Keperawatan …………………………………………….. 20 3.3.Perencanaan ………………………………………………………... 20 3.4.Implementasi ……………………………………………………….. 20 3.5.Evaluasi …………………………………………………………….. 23

4. PEMBAHASAN

4.1.Profil Tempat Praktek ……………………………………………... 26 4.2.Analisis masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait KKMP ...... 27 4.3.Analisis Intervensi Dengan Konsep dan Penelitian Terkait ………. 30 4.4.Alternatif Pemecahan Masalah …………………………………….. 34

5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1.Simpulan ………………………………………………………… 35 5.2.Saran ……………………………………………………………….. 36

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 38 LAMPIRAN

Page 10: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan nasional, telah memberikan dampak yang besar dalam

perubahan kehidupan masyarakat Indonesia. Kemajuan dalam teknologi telah

mengubah pola kehidupan masyarakat Indonesia yang pada awalnya sebagian

besar merupakan masyarakat pedesaan dengan mayoritas mata pencaharian

agraris, menjadi masyarakat perkotaan yang memiliki mata pencaharian

dibidang industri dan jasa. Dampak negatif dari pembangunan nasional salah

satunya adalah tingginya polusi udara akibat banyaknya industri dan asap

kendaraan bermotor di daerah perkotaan. Perkembangan wilayah perkotaan ini

juga berdampak pada gaya hidup masyarakat yang penuh dengan stress dan

meningkatnya kebiasaan merokok pada masyarakat. Tingginya polusi udara

dan kebiasaan merokok ini menyebabkan tingginya pajanan zat berbahaya ke

dalam paru-paru, sehingga bila terjadi dalam jangka waktu lama merupakan

predisposisi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan (Smeltzer & Bare,

2002). Depkes RI (2008) memprediksi bahwa dengan meningkatnya jumlah

perokok dan polusi udara sebagai resiko terhadap penyakit PPOK, maka

jumlah penderita PPOK akan terus bertambah.

PPOK merupakan penyakit obstruksi saluran nafas yang bersifat kronis dan

progresif. Perkembangan penyakit ini disebabkan oleh berbagai faktor resiko,

yang salah satunya adalah merokok. WHO memperkirakan, 65 juta orang di

dunia menderita PPOK, dan lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK

pada tahun 2005, yang sesuai dengan 5% dari semua kematian secara global

(WHO, 2009). Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease

(GOLD) menuliskan bahwa prevalensi PPOK berdasarkan meta-analisis yang

dilakukan di 28 negara dan penelitian tambahan yang dilakukan di Jepang,

antara tahun 1990 sampai 2004, mendapatkan bukti bahwa prevalensi PPOK

cukup tinggi pada perokok dan mantan perokok (3-11%) daripada mereka

Page 11: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

2

Universitas Indonesia

yang bukan perokok. Prevalensi juga meningkat pada usia diatas 40 tahun

daripada mereka yang berusia dibawah 40 tahun, dan lebih tinggi pada laki-

laki dibandingkan dengan perempuan.

Di Indonesia, tidak ditemukan data prevalensi yang pasti tentang PPOK.

Survey yang dilakukan oleh Direktorat Jendral PPM & PL Depkes RI di 5

provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera

Selatan pada tahun 2004, menunjukan bahwa PPOK merupakan penyakit

saluran pernafasan menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan

yaitu sebanyak 35%, diikuti asma bronchial sebanyak 33%, kanker paru

sebanyak 30% dan lainnya sebanyak 2% (Depkes RI, 2008).

PPOK merupakan salah satu penyakit kronis yang banyak dialami oleh lansia.

The Latin American Project for the Investigation of Obstructive Lung Disease

(PLATINO) melaporkan bahwa prevalensi PPOK meningkat tajam dengan

usia, prevalensi tertinggi terjadi pada usia di atas 60 tahun (GOLD , 2013).

Proses penuaan telah menyebabkan perubahan struktur dan fungsi paru,

sehingga meningkatkan kerentanan terhadap penyakit pada saluran

pernafasan. Tahun 2002 PPOK merupakan penyebab utama kematian kelima.

Jumlah kematian akibat PPOK diproyeksikan meningkat lebih dari 30% dalam

10 tahun ke depan. Kematian ini meningkat seiring dengan meningkatnya

jumlah pengguna rokok, dan peningkatan populasi lansia di dunia (GOLD,

2013).

Sebagai salah satu penyakit kronis pada saluran pernafasan, PPOK telah

meningkatkan angka kesakitan pada lansia, dan menyebabkan tingginya angka

perawatan di rumah sakit (WHO, 2009). Gagal nafas merupakan komplikasi

utama dari PPOK, sedangkan komplikasi lainnya diantaranya dapat terjadi

hipoxemia, Asidosis respiratori, infeksi saluran nafas, gagal jantung, dan

Status Asmatikus (Smeltzer & Bare, 2002). Perubahan status kesehatan dan

Page 12: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

3

Universitas Indonesia

perawatan dirumah sakit telah memberikan dampak yang sangat besar

terhadap pasien. Selain masalah fisik, PPOK juga menimbulkan perubahan

pada aspek psikososial penderitanya. Studi literature yang dilakukan oleh

Brenes (2003) telah menemukan bahwa ansietas dan gangguan panik

merupakan masalah yang sering dialami oleh pasien PPOK.

Studi literature yang dilakukan oleh Hill, Geist, Goldstein, & Lacasse (2008)

mendapatkan hasil bahwa prevalensi ansietas pada PPOK berkisar 2-96%.

Prevalensi gangguan kecemasan umum. 10-33% dan prevalensi gangguan

panik berkisar 8-67% (Hill, Geist, Goldstein, & Lacasse 2008). Ansietas

merupakan masalah psikososial yang pada dasarnya merupakan respon

individu terhadap stress. Namun bila tidak diatasi, maka dapat berakibat

terhadap penurunan status kesehatan pasien. Eisner, et al (2010) dalam

penelitiannya yang dilakukan di wilayah Amerika Latin, dengan melibatkan

1202 pasien PPOK dan 302 orang tanpa PPOK sebagai control, mendapatkan

bahwa prevalensi ansietas pada pasien PPOK (15 %) jauh lebih tinggi dari

pada kontrol (6%), dan pasien PPOK dengan ansietas mengalami penurunan

status kesehatan fisik dan penurunan kemampuan fungsional. Penelitian ini

juga mendapatkan bahwa ansietas meningkatkan resiko kekambuhan pada

pasien PPOK. Besarnya prevalensi ansietas pada pasien PPOK dan komplikasi

yang dapat terjadi akibat ansietas merupakan tantangan bagi perawat untuk

meningkatkan asuhan keperawatan terhadap pasien PPOK dengan tidak hanya

menangani dan memperhatikan aspek fisik saja namun juga memperhatikan

aspek psikososial pasien.

Ruang Gayatri RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor merupakan ruangan yang

pada awalnya diperuntukan khusus untuk perawatan pasien lansia. Sehingga

sebagian besar pasien yang dirawat merupakan pasien usia lanjut dengan

berbagai jenis penyakit kronik. Dalam 5 bulan terakhir tepatnya sejak bulan

Januari sampai dengan Mei 2013, angka kejadian PPOK di Ruang Gayatri

Page 13: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

4

Universitas Indonesia

yaitu sebanyak 16 orang pasien dan seluruhnya merupakan pasien usia lanjut.

Asuhan yang telah dilakukan terhadap pasien sebagian besar berfokus pada

masalah fisik. Belum diterapkannya asuhan keperawatan yang memperhatikan

aspek psikososial terhadap pasien, tingginya masalah ansietas, serta besarnya

dampak yang ditimbulkan oleh ansietas, merupakan tantangan bagi perawat

untuk lebih meningkatkan kemampuan dalam melakukan asuhan keperawatan

terhadap pasien lansia dengan PPOK.

1.2.Rumusan masalah

Perubahan dalam kehidupan masyarakat perkotaan telah memberikan dampak

yang negatif terhadap kesehatan. Tingginya polusi udara dan kebiasaan

merokok pada masyarakat telah meningkatkan resiko terjadinya PPOK. WHO

(2009) telah menyebutkan bahwa PPOK telah meningkatkan angka kesakitan

pada lansia, dan menyebabkan tingginya angka perawatan di rumah sakit.

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa selain masalah fisik, ansietas

merupakan masalah yang paling sering dihadapi oleh pasien PPOK. Ansietas

ini juga memberikan dampak yang sangat besar terhadap status kesehatan,

kemempuan fungsional pasien dan angka kekambuhan pasien dengan PPOK.

Dengan alasan tersebut, merupakan sebuah tantangan bagi perawat untuk

meningkatkan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dengan

tidak hanya memperhatikan masalah fisik namun juga memperhatikan

masalah psikososial pasien, untuk mengatasi ansietas pada pasien PPOK.

1.3.Tujuan Penulisan

1.3.1.Tujuan umum

Karya Ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan

keperawatan psikososial dengan masalah ansietas pada klien lansia

dengan penyakit PPOK.

Page 14: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

5

Universitas Indonesia

1.3.2.Tujuan khusus

1.3.2.1.Menggambarkan hasil pengkajian masalah psikososial terhadap

pasien lansia dengan PPOK

1.3.2.2.Mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan terhadap pasien

lansia dengan PPOK yang mengalami masalah ansietas

1.3.2.3.Mengidentifikasi tindalam perawatan terhadap pasien lansia

dengan PPOK yang mengalami masalah ansietas

1.3.2.4.Mengevaluasi respon pasien setelah dilakukan tindakan

keperawatan terhadap masalah ansietas

1.3.2.5.Mengidentifikasi kesesuaian dan kesenjangan antara teori, hasil

penelitian sebelumnya dan masalah psikososial yang terjadi pada

pasien lansia dengan PPOK

1.4.Manfaat Penulisan

1.4.1.Keperawatan

Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat memberikan informasi tentang

masalah ansietas pada pasien lansia dengan PPOK dan asuhan

keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ansietas pada

pasien PPOK yang mengalami ansietas.

1.4.2.Penulis

Penulisan karya ilmiah ini memberikan pengalaman dalam melakukan

asuhan keperawatan terhadap pasien dengan masalah psikososial,

khususnya ansietas pada pasien lansia dengan PPOK.

1.4.3.Aplikasi pelayanan di Rumah Sakit

Karya ilmiah ini dapat menambah informasi tentang masalah psikososial

khususnya ansietas yang dialami oleh pasien dengan PPOK yang

menjalani perawatan di Rumah Sakit. Sehingga dapat menjadi input

untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di RS. Marzoeki Mahdi

Bogor.

Page 15: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

6 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka ini menguraikan teori, konsep dan hasil penelitian sebelumnya

yang berkaitan dengan masalah psikososial pada pasien lansia dengan Penyakit

Paru Obstruksi Kronis (PPOK). Pokok bahasan meliputi konsep dasar PPOK, dan

masalah psikososial ansietas pada PPOK.

2.1.Konsep Dasar PPOK

PPOK merupakan gangguan yang terjadi pada saluran pernafasan yang

diakibatkan oleh pajanan gas berbahaya dari polusi udara atau rokok. Penyakit

ini banyak menyerang lansia yang tinggal di wilayah perkotaan dengan angka

prevalensi yang lebih tinggi pada mereka yang memiliki riwayat merokok.

2.1.1.Definisi PPOK

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) telah

merumuskan definisi dari PPOK yaitu penyakit yang dapat diobati dan

dicegah, ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang

biasanya progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi jalan nafas

dan paru-paru akibat partikel berbahaya atau gas (GOLD, 2013). PPOK

merupakan kondisi irreversible yang berkaitan dengan adanya dispneu

saat aktivitas dan hambatan aliran masuk dan keluar udara dari dan

kedalam paru-paru (Smeltzer & Bare, 2002). PPOK adalah penyakit

kronis yang ditandai dengan hambatan aliran udara akibat obstruksi pada

saluran pernafasan yang diakibatkan oleh pajanan lama terhadap polusi

dan asap rokok.

Faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit PPOK yaitu kebiasaan

merokok, baik perokok pasif maupun aktif, polusi udara, dan infeksi

saluran nafas bawah yang berulang (Stanley & Beare 2007). Proses

terjadinya penyakit ini berlangsung lama, dan mulai muncul gejala

Page 16: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

7

Universitas Indonesia

biasanya pada saat usia lansia dimana individu mengalami proses

penuaan. Perubahan struktur dan penurunan fungsi paru pada penuaan

akan diperberat oleh kondisi obstruksi yang diakibatkan oleh PPOK,

sehingga menimbulkan gejala kesukaran saat bernafas (Smeltzer & Bare,

2002). Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)

menuliskan bahwa prevalensi PPOK berdasarkan meta-analisis yang

dilakukan di 28 negara dan penelitian tambahan yang dilakukan di

Jepang, antara tahun 1990 sampai 2004, mendapatkan bukti bahwa

prevalensi PPOK cukup tinggi pada perokok dan mantan perokok (3-

11%) daripada mereka yang bukan perokok. Prevalensi juga meningkat

pada usia diatas 40 tahun daripada mereka yang berusia dibawah 40

tahun, dan lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Karakteristik umum penderita PPOK adalah usia lebih dari 40 tahun,

sesak napas yang progresif, memburuk dengan aktivitas, batuk kronik,

produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok, asap atau gas berbahaya

di dalam lingkungan kerja atau rumah. Polusi udara yang terus menerus

merupakan predisposisi infeksi rekuren, karena polusi memperlambat

aktivitas silia dan fagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat

sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah (Smeltzer &

Bare, 2002).

2.1.2.Patofisiologi PPOK

Fungsi paru mengalami kemunduran sejalan dengan adanya proses

penuaan. Elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang

sejalan dengan bertambahnya usia, disertai dengan penurunan kekuatan

kontraksi otot pernapasan sehingga menyebabkan kesulitan saat

bernapas Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang,

yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk

digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan

Page 17: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

8

Universitas Indonesia

arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan

oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.

Faktor risiko merokok dan polusi udara menyebabkan proses inflamasi

bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus

terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi pada bronkiolus

terminalis, yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase

ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada

saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah

penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya

keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada

awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan

pemanjangan fase ekspirasi (Price & Wilson, 2003).

Manifestasi klinis yang didapatkan pada pengkajian pasien dengan

masalah PPOK diantaranya yaitu adanya sesak napas saat aktivitas,

sianosis akibat pengaruh sekunder polisitemia, edema (akibat CHF

kanan), barrel chest, batuk persisten, ekspirasi yang memanjang,

dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan, ronchi dan wheezing pada

auskultasi suara nafas, pembesaran jantung, asites, jari tabuh, hematokrit

> 60%, kelemahan fisik dan adanya riwayat merokok ((Smeltzer & Bare,

2002). Perubahan anatomis yang terjadi pada usia lanjut seperti

penurunan komplians paru dan dinding dada turut berperan dalam

peningkatan kerja pernapasan, atrofi otot-otot pernapasan pada lansia

turut berperan dalam penurunan konsumsi oksigen maksimum.

Perubahan-perubahan pada intertisium parenkim dan penurunan pada

daerah permukaan alveolar dapat menghasilkan penurunan difusi

oksigen (Stanley, & Beare, 2007).

Page 18: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

9

Universitas Indonesia

Perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh penyakit PPOK

menyebabkan menurunnya fungsi pernafasan, masalah keperawatan

yang biasa muncul pada pasien dengan PPOK diantaranya adalah

perubahan pada bersihan jalan nafas yang tidak efektif karena adanya

penumpukan mukus, perubahan pola nafas klien yang tidak efektif,

intoleransi aktivitas akibat berkurangnya kemampuan paru untuk

memenuhi oksigen ke seluruh tubuh, kelemahan, dan penurunan nafsu

makan.

Kesulitan saat bernafas pada pasien PPOK dapat menyebabkan

ketakutan akan kematian. Sehingga selain komplikasi fisik yang

ditimbulkan, seperti hipoxemia, asidosis respiratori, infeksi saluran

nafas, gagal jantung, gangguan irama jantung , dan status asmatikus

(Smeltzer & Bare, 2002). Pasien PPOK juga dapat mengalami respon

psikologis akibat penyakitnya. Studi kepustakaan yang dilakukan oleh

Brenes (2003) menemukan bahwa berdasarkan hasil-hasil penelitian

sejak tahun 1966 sampai 2002, terkait PPOK telah menemukan bahwa

ansietas dan gangguan panik merupakan masalah yang sering dialami

oleh pasien PPOK.

2.1.3.Masalah Psikososial Pada PPOK

PPOK merupakan salah satu jenis penyakit kronis, yang biasanya

dialami oleh lansia. Pengobatan dan perawatan pada pasien PPOK tidak

menutup kemungkinan terjadinya komplikasi yang menyebabkan

penurunan kualitas hidup penderitanya. Penurunan kemampuan pasien

PPOK dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, menyebabkan perubahan

dalam pola nafas. Adanya sesak nafas, dan kelemahan pada pasien

menyebabkan perubahan pada pola hidup pasien. Kondisi sakit, dan

penyakit yang berat terutama yang dapat mengancam kehidupan dapat

Page 19: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

10

Universitas Indonesia

menimbulkan perubahan emosi dan perilaku seperti ansietas, shock,

penolakan, marah dan menarik diri (Potter & Perry, 2005).

Hubungan antara penyakit dengan respon emosional memiliki hubungan

yang timbal balik. Penyakit fisik dapat menimbulkan respon psikososial

akibat ketakutan terhadap kematian, ketidaktahuan, dan perubahan

peran. Namun penyakit fisik juga dapat ditimbulkan oleh respon

psikologis dan mekanisme koping yang digunakan, seperti dispneu,

fatique, dan susah tidur dapat disebabkan oleh ansietas dan depresi yang

biasanya terjadi pada pasien PPOK (Hill, Geist, Goldstein,& Lacasse,

2008).

Masalah psikososial yang paling banyak terjadi pada PPOK adalah

ansietas. Kunik, et all (2005) dalam penelitiannya terhadap 1334 orang

dengan penyakit PPOK yang mendapatkan perawatan di The Michael E.

Debakey Veterans Affairs Medical Center (MEDVAMC), mendapatkan

hasil bahwa 80 % pasien mengalami depresi, ansietas atau keduanya.

Masalah ansietas juga dialami oleh pasien yang dalam keadaan stabil,

dengan tingkat kecemasan yang lebih rendah. Peningkatan ansietas

didukung oleh ketakutan pasien terhadap kesulitan bernafas. Penelitian

ini juga menemukan bahwa ansietas juga merupakan respon yang

berhubungan dengan panik dan ketidakberdayaan (Willgoss, Yohannes,

Goldbart & Fatoye, 2012). Gudmundsson, et al (2005) dalam

penelitiannya menemukan bahwa ansietas juga meningkatkan faktor

resiko terjadinya rehospitalisasi (perawatan ulang) pada pasien dengan

status kesehatan yang buruk

Ansietas yang terjadi pada pasien PPOK dapat menyebabkan dampak

negative bagi pasien, seperti hasil temuan dari studi kepustakaan yang

dilakukan oleh Brenes (2003) yang menemukan bahwa ansietas pada

Page 20: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

11

Universitas Indonesia

PPOK menyebabkan kelemahan, penurunan status fungsional terutama

pada area kesehatan umum, kesehatan psikologis, kesehatan emosional,

fungsi social, rasa sakit, fungsi kesehatan mental dan vitalitas. Ansietas

juga berpengaruh terhadap tingkat keparahan PPOK, dan dispnea,

penurunan kapasitas vital, gejala nyeri dada, dan sebagai faktor

predisposisi angka perawatan di rumah sakit untuk fase eksaserbasi akut

PPOK.

2.2.Ansietas

Ansietas pada dasarnya adalah alat peringatan internal yang memberikan tanda

bahaya kepada idividu (Videbeck, 2008). Ansietas memiliki dua aspek, yakni

aspek yang sehat dan membahayakan. Videbeck (2008) juga menjelaskan

bahwa aspek ansietas ini bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang

dialami dan koping individu terhadap ansietas. Apabila koping individu

adaptif dan tingkat ansietas ringan, maka individu tersebut berada dalam aspek

ansietas yang sehat, sebaliknya jika koping individu maladaptif dan tingkat

ansietas berat, maka ansietas individu membahayakan. Ansietas dapat menjadi

masalah jika individu tidak dapat mengatasi ansietas dan menyebabkan

ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar (Townsend, 2008). Peplau

dalam Townsend (2008) menggambarkan empat tingkatan ansietas yaitu

ringan, sedang, berat dan panik.

2.2.1.Tingkatan Anxietas

Menurut Peplau (1963) dalam Townsend (2008), ansietas dibagi menjadi

4 tingkatan yaitu:

2.2.1.1.Ansietas ringan

Ansietas ringan jarang menimbulkan masalah pada individu,

biasanya berhubungan dengan respon terhadap ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari. Ansietas ringan mempersiapkan individu

untuk bereaksi dan melakukan tindakan. Ketajaman perasaan

dapat meningkatkan motivasi individu untuk produktif, dan

Page 21: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

12

Universitas Indonesia

peningkatan lapang persepsi individu dan peningkatan

kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar. Pada tahap ini proses

belajar dan pendidikan kesehatan yang diberikan dapat

meningkatkan status kesehatan secara optimal.

2.2.1.2.Anxietas sedang

Merupakan tingkatan ansietas yang lebih tinggi, dimana lapang

persepsi individu mulai menyempit, kurangnya perhatian

individu terhadap lingkungan sekitarnya, individu mengalami

penurunan tingkat konsentrasi dan perhatian, namun masih dapat

memenuhi kebutuhan dengan sedikit pengarahan. Menurunnya

kemampuan penyelesaian masalah, meningkatnya ketegangan

otot, dan kurangnya istirahat mungkin terjadi pada tahap ini.

2.2.1.3.Anxietas berat

Pada tahap ini, lapang persepsi individu sudah sangat

menyempit, individu cenderung memusatkan perhatian pada

sesuatu yang terinci, spesifik, dan tidak dapat berfikir tentang hal

lain. Perhatian da konsentrasi sangat menurun, dan individu

mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan walaupun

sangat sederhana. Gejala fisik yang muncul seperti sakit kepala,

palpitasi, dan insomnia. Sedangkan respon psikologis yang

muncul yaitu kebingungan, dan ketakutan.

2.2.1.4.Panik

Merupakan tahapan paling berat dari ansietas, dimana individu

tidak dapat memfokuskan terhadap hal-hal kecil sekalipun.

Persepsi yang salah dan kehilangan kontak mungkin terjadi,

individu mungkin mengalami halusinasi dan delusi. Panic

berhubungan dengan ketakutan dan teror, individu mungkin

Page 22: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

13

Universitas Indonesia

merasa mengalami sakit yang berat dan merasa “akan menjadi

gila”, kehilangan control dan fikiran yang rasional.

2.2.2.Respon Terhadap Ansietas

Anxietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan

fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya

gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan anxietas.

Respon fisiologis terhadap anxietas diantaranya pada system

kardiovaskuler menunjukan adanya palpitasi, jantung berdebar, tekanan

darah meningkat, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun,

dan denyut nadi menurun. Pada system pernapasan ansietas memberikan

dampak napas cepat, pendek, dangkal, rasa tertekan pada dada,

pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik, atau napas terengah

engah.

Respon fisiologis yang terjadi akibat ansietas pada sisten neuromuskuler

yaitu refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip – kedip,

insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum,

atau gerakan yang janggal. Pada system gastrointestinal dapat

menimbulkan kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak

nyaman pada abdomen, mual, dan diare. Pada system perkemihan

ditandai dengan respon tidak dapat menahan kencing, atau sering

berkemih. Dan pada integumen, perubahan yang terjadi adalah wajah

kemerahan, telapak tangan berkeringat, gatal, rasa panas dan dingin pada

kulit, wajah pucatdan berkeringat seluruh tubuh

Respon perilaku ansietas meliputi keadaan gelisah, ketegangan fisik,

tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari

hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah, dan

menghindar. Respon Kognitif yang muncul saat terjadinya ansietas

Page 23: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

14

Universitas Indonesia

adalah perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, hambatan berfikir, persepsi menurun, kreativitas

menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran

diri meningkat, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual,

takut cedera atau kematian.

2.2.3.Terapi Nonfarmakologi Pada Ansietas

Untuk mengatasi masalah ansietas perawat perlu melihat tingkatan

ansietas yang dialami oleh klien, karena perbedaan tingkat ansietas

memerlukan pendekatan yang berbeda dalam menyelesaikannya. Untuk

tingkatan ansietas ringan, edukasi merupakan pilihan yang dapat

diambil. Namun pada tahap ansietas yang lebih berat, edukasi mungkin

bukan merupakan pilihan terbaik. Hubungan yang saling percaya dengan

pasien perlu dibangun sejak awal interaksi. Peran membantu,

menciptakan rasa saling percaya dan lingkungan yang nyaman berfungsi

sebagai dasar untuk perubahan perilaku klien dalam menurunkan

ketegangan dan stress (Potter & Perry, 2005). Pengenalan klien terhadap

masalah ansietas juga perlu diarahkan oleh perawat untuk mempermudah

perawat dalam mencari penyebab dan respon yang dilakukan klien untuk

mengatasi ansietasnya.

Brenes (2003) menyebutkan bahwa terapi farmakologi, psikoterapi, dan

rehabilitasi pulmonal telah dipilih oleh beberapa ahli untuk mengatasi

ganguan ansietas pada PPOK. Hildegarde, Oca, Lopez & Celli (2006)

dalam penelitiannya terhadap 24 orang pasien dengan PPOK berat

mendapatkan hasil bahwa rehabilitasi pulmonal secara comprehensif

yang meliputi edukasi tentang penyakit, teknik konservasi energi,

relaksasi, dan latihan selama 8 minggu dapat meningkatkan kemampuan

pasien dalam mengatasi depresi dan ansietas yang dapat menurunkan

dispneu dan meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK.

Page 24: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

15

Universitas Indonesia

Beberapa terapi nonfarmakologis telah dikembangkan oleh para peneliti

untuk mengatasi masalah ansietas. Sebagian besar terapi merupakan

terapi spesialistik yang memerlukan keahlian khusus. Namun ada

beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh perawat generalis diantaranya

yaitu relaksasi nafas dalam, hipnotis lima jari dan latihan distraksi.

Relaksasi nafas dalam merupakan salah satu terapi generalis untuk

menurunkan ansietas. Relaksasi merupakan terapi non farmakologis

yang paling sering digunakan dalam mengatasi keadaan stress, nyeri,

ketegangan otot atau hipertensi. Relaksasi merupakan keadaan

menurunnya kognitif, fisiologi, dan perilaku akibat terjadinya

perpanjangan serabut otot, menurunnya pengiriman impuls saraf ke otak,

menurunnya aktifitas otak, dan fungsi tubuh yang lain. Karakteristik dari

respons relaksasi ditandai oleh menurunnya denyut nadi, jumlah

pernapasan, penurunan tekanan darah, dan konsumsi oksigen (Potter &

Perry, 2010).

Berbagai penelitian telah membuktikan efektiftifitas teknik relaksasi

nafas dalam, diantaranya Tarwoto, Irawaty, Kuntarti, Waluyo, &

Mulyatsih (2011) menemukan adanya perbedaan yang signifikan antara

intensitas nyeri pada kelompok yang diberikan intervensi slow deep

breathing dengan kelompok kontrol, dimana kelompok yang diberikan

intervensi memiliki intensitas nyeri yang lebih rendah dibandingkan

kelompok kontrol.

Distraksi merupakan teknik pengalihan fikiran yang biasanya dilakukan

untuk mengurangi stress atau nyeri. Terapi ini banyak digunakan untuk

mengurangi ansietas dan ketegangan akibat stress. Banyak cara yang

dapat digunakan dalam terapi distraksi, misalnya dengan terapi music,

Suhartini (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa terapi music

Page 25: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

16

Universitas Indonesia

efektif untuk menurunkan perubahan respon fisiologis terhadap

kecemasan pada pasien yang dirawat di ruang rawat intensif.

Jenis distraksi yang lain adalah membaca. Rejeh, Karimooi, Vaismoradi,

& Jasper (2013), dalam penelitiannya terhadap 124 orang pasien yang

akan menjalani pembedahan, menemukan bahwa dengan memberikan

bacaan ringan sebelum pasien masuk kedalam ruang operasi telah

berhasil menurunkan kecemasan, dan tingkat nyeri yang dialami pasien,

dan meningkatkan kemampuan mandiri pasien dalam mengontrol nyeri.

bercerita, atau mengenang pangalaman yang menyenangkan. Berbagai

teknik ini dapat digunakan dan disesuaikan dengan kondisi dan

keinginan pasien. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian

Page 26: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

17 Universitas Indonesia

BAB 3 TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan diuraikan proses asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap

pasien berdasarkan tahapan proses keperawatan. Pada uraian asuhan keperawatan

ini akan menitik beratkan pada masalah psikososial yang dialami oleh klien.

3.1.Pengkajian

Proses pengkajian awal dilakukan pada saat pertama kali pasien masuk ke

ruang Gayatri yaitu pada tanggal 8 mei 2013 jam 13.00 wib. Klien bernama

Tn. U, usia 69 tahun, pekerjaan pensiunan PNS. Klien masuk dengan

diagnosa medis Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). Klien masuk ruang

Gayatri melalui poli paru pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 13.00 wib. Keluhan

utama yang dirasakan klien adalah sesak nafas disertai pusing, mual, tidak

nafsu makan, mudah lelah saat aktivitas, batuk berdahak dan. bengkak pada

kedua kaki. Sesak bertambah saat klien melakukan aktivitas. Klien

mengatakan keluhan dirasakan memberat sejak 3 hari SMRS, nafsu makan

klien menurun, dan menurut keluarga badan klien terlihat semakin kurus.

Klien sudah pernah menjalani perawatan sebanyak 2 kali dengan keluhan dan

diagnosa medis yang sama yaitu pada tahun 2010 dan tahun 2011. Riwayat

hipertensi (-), Diabetes (-), alergi (-). Riwayat merokok lebih dari 20 tahun

sebanyak 3 bungkus perhari.

Keadaan umum klien saat pengkajian tampak terbaring lemah, klien tampak

kesulitas untuk bernafas, wajah tampak pucat dan berkeringat dingin.

Kesadaran compos mentis, GCS 15. Hasil pengukuran tanda vital didapatkan

data tekanan darah klien 128/87 mmHg, frekwensi nadi 88 x/menit, suhu 36,8

ºC dan frekuensi nafas 28 x/menit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

beberapa data yang abnormal yaitu klien tampak kurus, klien menggunakan

kacamata, pendengaran klien berkurang, klien hanya berespon dan menjawab

Page 27: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

18

Universitas Indonesia

pertanyaan bila perawat berbicara dengan nada tinggi. bibir klien tampak

pucat, mukosa mulut kering, lidah tampak pucat dan putih, klien tampak batuk

berdahak. Pada pemeriksaan dada didapatkan ekspirasi lebih panjang dari

inspirasi, retraksi dada saat klien bernafas, penggunaan otot bantu pernafasan,

dan terdengar bunyi ronchi dan wheezing pada auskultasi paru. Abdomen

tampak cekung, terdapat edema pada ekstremitas bawah, dan klien

mengatakan badannya lemah dan tidak kuat untuk berdiri

Pengkajian masalah psikososial dilakukan pada tanggal 9 Mei 2013.

Berdasarkan hasil wawancara dengan klien dan istrinya, didapatkan data Klien

adalah seorang pensiunan pegawai negeri sipil pada departemen pertanian.

Klien mengatakan saat masih aktif bekerja, klien tidak pernah sakit, klien aktif

bekerja dan melakukan olahraga setiap hari. Klien pensiun pada usia 55 tahun,

menurut klien, sejak pensiun klien mulai merasakan kondisi badannya

menurun. Klien menjadi sering sakit, dan badannya terasa semakin lama

semakin melemah. Klien mengatakan tidak ada aktivitas yang dilakukan

semenjak pensiun, klien banyak diam dirumah dengan sesekali mengikuti

kegiatan ibadah di mesjid yang berada di depan rumahnya, hal ini membuat

klien sering merasa jenuh dan kesepian. Klien mengatakan tidak bisa

bepergian jauh karena kondisi fisiknya yang terus menurun. Klien mengatakan

semenjak pensiun klien mulai merasakan sering batuk, sesak dan mudah lelah

saat beraktivitas.

Keluarga mengatakan klien pernah menjalani 2 kali perawatan dengan keluhan

yang sama. Keluarga mengatakan klien mengalami gangguan pendengaran

sejak 1 tahun terakhir, dan emosi klien menjadi labil dan sering marah-marah

kepada istrinya. Menurut istri klien merupakan orang yang tertutup, dan tidak

pernah menceritakan masalahnya kepada istri atau anak-anaknya. Klien

memiliki 5 orang anak yang semuanya sudah berkeluarga. Klien tinggal

bersama anak bungsu dan 1 orang cucu. Klien mengatakan anak-anaknya

Page 28: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

19

Universitas Indonesia

sibuk bekerja, sehingga setiap hari klien lebih banyak berinteraksi hanya

dengan istrinya saja.

Klien mengatakan saat ini merasa sangat sesak dan merasa cape karena sudah

3 hari tidak bisa tidur. Klien mengatakan sejak sakit tidak dapat melakukan

aktivitas apapun sendiri, sehingga semua kebutuhan klien dibantu oleh

istrinya. Klien mengatakan sudah menjaga makanan yang dimakan dan sudah

berhenti merokok namun tetap saja masih kambuh. Klien menanyakan apakah

dapat sembuh dan dapat kembali melakukan aktivitas seperti dulu. klien sering

merasa sedih karena memikirkan penyakitnya. Keluarga klien mengatakan

merasa khawatir dengan kondisi klien terutama saat klien terlihat sesak dan

sulit bernafas. Saat pengkajian klien tampak sesak, tegang, ekspresi wajah

murung dan kontak mata kurang, klien masih dapat mengikuti arahan dari

mahasiswa saat mahasiswa akan melakukan tindakan. Data Spiritual yang

didapatkan adalah klien seorang pemeluk agama Islam, keluarga mengatakan

saat sehat, klien rajin melaksanakan ibadah. klien mengatakan bahwa sakitnya

sekarang adalah akibat dari gaya hidupnya saat klien masih muda yaitu sering

merokok.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terhadap klien yaitu pemeriksaan

darah dengan hasil Hb 14,3 gr/dl, Leukosit 9880 gr/dl, Eritrosit 5,32

ribu/mm3, Trombosit 211000 /mm3, Hematokit 45%, LED 14 mm, SGOT

106 U/l, SGPT 88 U/l, Ureum 54,2 mg/dl, Creatinin 1,72 mg/dl, Albumin 3,71

g/dl, GDS 88 mg/dl, Natrium 142, Kalium 4,4, dan Clorida 95. Dari hasil

pemeriksaan EKG didapatkan gambaran sinus rhitm. Terapi yang didapatkan

oleh klien yaitu infus D5% + Aminophilin 1½ ampul /12 jam, Oksigen 4

liter/menit, Ranitidine 2x1 ampul, Furosemid 2x1 ampul dan Inhalasi

(Combivent : Nacl : Bisolvon 1:1:1) 3x/hari.

Page 29: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

20

Universitas Indonesia

3.2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil analisa data, diagnosa keperawatan utama pada klien Tn. U

adalah :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif,

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

3. Ansietas Sedang

4. Ketidakberdayaan.

3.3.Perencanaan

Perencanaan disusun untuk menyelesaikan masalah berdasarkan prioritas.

Dalam proses perencanaan perawat menetapkan tujuan yang ingin dicapai, dan

kriteria evaluasi yang diharapkan. Intervensi disusun berdasarkan intervensi

mandiri yang dapat dilakukan oleh perawat dan intervensi kolaborasi. Uraian

rencana tindakan keperawatan pada klien Tn U dapat dilihat pada halaman

lampiran.

3.4.Implementasi

Implementasi dilakukan terhadap pasien berdasarkan pada rencana

keperawatan yang telah disusun untuk menyelesaikan masalah berdasarkan

prioritas.

3.4.1.Bersihan Jalan Nafas tidak efektif

Tindakan mandiri yang dilakukan untuk menyelesaikan diagnosa

pertama yaitu tidak efektif bersihan jalan nafas diantaranya: perawat

melakukan monitoring jalan nafas klien, tanda vital, pola nafas dan

mengkaji suara paru. Tindakan lainnya yaitu mengatur posisi tidur klien

semifowler untuk meningkatkan rasa nyaman, mengurangi sesak dan

meningkatkan pengembangan paru. Mahasiswa memberikan edukasi dan

informasi terkait penyakit dan tindakan yang akan dilakukan terhadap

klien. Selain itu, mahasiswa melatih klien cara batuk efektif dan

Page 30: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

21

Universitas Indonesia

melakukan fisioterapi dada untuk mempermudah pengeluaran mukus.

Sedangkan tindakan kolaboratif yang dilakukan adalah pemberian

oksigen melalui nasal kanul, pemberian terapi diuretic untuk mengurangi

edema paru serta pemberian inhalasi sebanyak 3 x/hari.

3.4.2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa yang

kedua yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

diantaranya: melakukan pemantauan asupan makanan setiap hari,

mendorong klien untuk makan tinggi kalori dan protein dengan porsi

kecil tapi sering, mendorong klien untuk mempertahankan hidrasi yang

adekuat sesuai dengan indikasi, memotivasi klien untuk makan segera

setelah makanan disajikan, dan memotivasi klien untuk minum air

hangat sebelum makan. Sedangkan tindakan kolaboratif utnuk mengatasi

masalah ini adalah dengan memberikan obat-obatan untuk mengurangi

mual sesuai dengan indikasi.

3.4.3.Ansietas

Untuk menyelesaikan masalah psikososial ansietas yang dialami oleh

klien, mahasiswa berpedoman pada rencana keperawatan yang disusun

berdasarkan pada standar asuhan keperawatan pada ansietas. Tindakan

pertama yang dilakukan oleh mahasiswa adalah membina hubungan

saling percaya, bersikap terbuka, memenuhi kebutuhan dasar klien,

menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, menunjukan sikap

caring perawat, dengan memberi kesempatan kepada klien untuk

mengungkapkan perasaannya dan mendengarkan dengan tidak

memvonis klien. Pemberian informasi tentang kondisi dan indakan yang

akan dilakukan kepada klien dan keluarga juga dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga diharapkan rasa

Page 31: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

22

Universitas Indonesia

cemas klien tentang kondisi dan tindakan yang akan dilakukan

berkurang.

Tindakan mandiiri lainnya yang dilakukan adalah membantu klien dan

keluarga mengenal masalah ansietas pada klien, serta melatih cara

mengontrol ansietas dengan latihan relaksasi nafas dalam. Latihan

relaksasi nafas dalam dipilih oleh mahasiswa karena latihan ini sangat

mudah dilakukan terhadap klien sesuai dengan kondisi klien yang sudah

lansia dan mengalami gangguan pendengaran. Latihan lain yang

diajarkan adalah teknik distraksi atau pengalihan fikiran dengan cara

mengajak klien bercerita tentang pengalaman yang paling

menyenangkan yaitu saat pertama kali bertemu dengan istrinya.

Tindakan ini dilakukan karena klien merupakan pasien lansia yang

biasanya menyukai menceritakan pengalamannya.

Memberikan penghargaan berupa pujian dan motivasi terhadap klien

juga dilakukan oleh mahasiswa saat klien mampu melakukan hal yang

positif untuk kesehatannya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan harga

diri klien, sehingga diharapkan klien dapat bekerjasama dalam

menyelesaikan masalahnya. Keterlibatan peran keluarga dalam

melakukan tindakan keperawatan adalah dengan mengajarkan cara

merawat pasien dengan ansietas kepada keluarga.

3.4.4.Ketidakberdayaan

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah

ketidakberdayaan yaitu dengan mengkaji masalah yang sering ditemui

oleh klien, memberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya,

mendiskusikan dengan klien dan keluarga kegiatan yang masih dapat

dilakukan walaupun dalam keadaan sakit, memberikan reinforcement

positif atas usaha klien dalam mengungkapkan perasaannya. Tindakan

Page 32: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

23

Universitas Indonesia

lain yang dilakukan oleh mahasiswa adalah mengidentifikasi hal-hal

yang tidak dapat dilakukan saat klien sakit, mengkaji kebiasaan klien

dalam menghadapi masalah dan membantu klien menilai sisi positif dan

negatif dari setiap cara yang digunakan, Mendiskusikan bersama klien

dan keluarga latihan berfikir positif, bersama klien mengidentifikasi

sumber dukungan yang dimiliki, dan mendiskusikan tentang harapan

klien.

3.5.Evaluasi

Setelah dilakukan tndakan keperawatan selama 7 hari, klein menunjukan

keadaan perbaikan. Evaluasi akhir dilakukan pada tanggal 15 Mei 2013 saat

pasien dinyatakan boleh pulang. Keadaan umum klien secara fisik tampak

lebih segar, ekspresi wajah ceria, mobilisasi klien masih dibantu, karena klien

masih mengeluh badannya lemes. Bersihan jalan nafas klien cukup efektif

ditandai dengan, keluhan sesak berkurang, batuk masih ada namun klien sudah

dapat mengeluarkan dahaknya. retraksi dada saat klien bernafas tampak

berkurang, frekwensi respirasi 22 x/mnt, saat dilakukan auskultasi paru, suara

ronchi berkurang, dan tidak terdengar suara wheezing di seluruh lapang paru.

Klien dapat melakukan aktifitas turun dari tempat tidur dan ke kamar mandi

dengan tidak menggunakan oksigen. Klien menghabiskan porsi makan yang

disajikan, klien tampak lebih segar, dan tidak ada mual serta muntah.

Secara psikologis, klien menunjukan penurunan tingkat kecemasan dari

ansietas sedang ke ansietas ringan dengan ditandai oleh ungkapan dari klien

bahwa keadaannya lebih baik, klien dan keluarga dapat mengenal masalah

ansietasnya, klien tampak tenang, sikap klien selama interaksi kooperatif,

ekspresi wajah klien tampak lebih ceria, klien sudah mampu tersenyum lebar,

dan mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat, klien mampu

mempraktekan latihan relaksasi nafas dalam, dan terlihat bersemangat saat

diajak berbicara tentang pengalamannya. Klien dapat mengidentifikasi hal-hal

Page 33: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

24

Universitas Indonesia

yang menyebabkan ketidakberdayaan, namun klien tidak dapat

mengidentifikasi hal positif yang masih dapat dilakukan. Klien belum mampu

membuat keputusan sendiri tentang kesehatannya. Keluarga mengetahui

kondisi klien dan menyatakan kesiapannya dalam memberikan dukungan

terhadap klien untuk membantu penyembuhan klien. Keluarga dapat

bekerjasama dalam melakukan perawatan terhadap klien selama klien di

rumah sakit.

3.6.Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut yang diberikan kepada pasien saat akhir asuhan adalah

menganjurkan agar pasien melakukan latihan relaksasi nafas dalam 2 kali

sehari agar klien terbiasa melakukan latihan relaksasi. Klien juga dianjurkan

untuk melatih selalu berfikir positif dalam menghadapi masalah, dan

dianjurkan untuk tetap melakukan aktivitas yang disenangi seperti

mendengarkan musik atau aktivitas spiritual yang dapat dilakukannya sesuai

kemampuan pasien.

Tindak lanjut yang diberikan kepada keluarga adalah dengan memotivasi

keluarga agar selalu memberikan dukungan dan perhatian kepada klien.

Keluarga juga dianjurkan agar membantu aktivitas dan pemenuhan kebutuhan

dasar klien selama klien dirumah. Komunikasi yang terbuka antara anggota

keluarga juga harus tetap dipertahankan sehingga klien dapat mengungkapkan

perasaannya terhadap keluarga. Keluarga dianjurkan untuk menyediakan

waktu luang untuk berkumpul bersama, istri, anak dan cucu klien untuk

meningkatkan semangat hidup klien.

Sedangkan rencana tindak lanjut bagi perawat adalah melakukan kunjungan

rumah untuk melihat faktor pendukung lain yang dimiliki oleh pasien di

rumah, meningkatkan kemampuan dalam melakukan asuhan keperawatan

secara komprehensif dengan memperhatikan aspek psikososial pasien.

Page 34: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

25

Universitas Indonesia

Rencana tindak lanjut yang lainnya yaitu diharapkan perawat dapat mengkaji

masalah psikososial pasien dengan format pengkajian yang sudah

terstandarisasi.

Page 35: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

26 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISIS SITUASI

Pada bab ini akan diuraikan analisis situasi yang meliputi profil tempat praktek,

analisis masalah keperawatan dengan konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan, analisis intervensi dengan konsep penelitian terkait, dan alternative

pemecahan masalah.

4.1.Profil Lahan Praktek

Praktek Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (PKKKMP)

peminatan jiwa dilaksanakan selama 7 minggu mulai dari tanggal 7 Mei 2012

sampai dengan 22 Juni 2013. Pelaksanaan praktek dilakukan di Ruang Rawat

Inap Umum Gayatri RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor. Ruang

Gayatri merupakan salah satu ruang perawatan bagi pasien penyakit fisik yang

berdiri sejak tahun 2009. Ruang Gayatri ini pada awal berdiri dikhususkan

sebagai ruang perawatan bagi pasien lansia dengan usia diatas 60 tahun.

Seiring meningkatnya kebutuhan akan pelayanan di rumah sakit, maka sejak

tahun 2012 ruang Gayatri berubah menjadi ruang perawatan penyakit dalam

dewasa, dengan kapasitas 16 tempat tidur. Untuk tetap mempertahankan ciri

khasnya, ruang Gayatri tetap mempertahankan 6 tempat tidur yang khusus

dialokasikan untuk lansia, sehingga sebagian besar pasien yang dirawat adalah

lansia.

Ruang Gayatri dipimpin oleh satu orang kepala ruangan (KARU) dengan

tingkat pendidikan D3 keperawatan, dan memiliki 2 orang ketua tim (KATIM)

yang juga memiliki tingkat pendidikan D3 Keperawatan. Jumlah perawat

perawat pelaksana di ruang Gayatri terdiri dari 14 orang yang seluruhnya

memiliki tingkat pendidikan D3 keperawatan. Untuk menunjang pelayanan,

di ruang Gayatri juga memiliki satu orang tenaga administrasi, satu orang

tenaga pramuhusada, dan dua orang tenaga cleaning service.

Page 36: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

27

Universitas Indonesia

Berdasarkan buku catatan registrasi pasien yang ada di ruang Gayatri, Kasus

penyakit terbanyak adalah penyakit degeneratif seperti stroke, gagal jantung,

diabetes mellitus dan PPOK. Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit-

penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup tidak sehat dan proses

penuaan. Gaya hidup tidak sehat yang dijalani ditunjang oleh perubahan

struktur dan fungsi tubuh akibat penuaan telah menyebabkan gangguan dalam

fungsi tubuh yang akhirnya menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit.

4.2.Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait KKMP dan Konsep Kasus Terkait

Kasus yang dikelola adalah Tn. U yang berusia 69 tahun, dan berjenis kelamin

laki-laki. Berdasarkan usia, klien termasuk kelompok usia lansia sesuai

dengan pembagian menurut WHO yang membagi menjadi empat yaitu: 45-59

tahun termasuk kedalam usia pertengahan (middle age), usia 60-74 tahun

termasuk kedalam lanjut usia (elderly), usia 75-90 tahun termasuk kedalam

lanjut usia tua (old), dan lebih dari 90 tahun termasuk kedalam usia sangat tua

(very old) (Nugroho, 2009). Lansia merupakan masa yang rentan terhadap

terjadinya penyakit. Tingginya angka kesakitan pada lansia berhubungan

dengan proses penuaan dimana terjadi perubahan pada struktur dan fungsi

tubuh lansia (Steanly & Beare, 2007).

Semakin bertambahnya usia, anatomi dan fisiologis tubuh manusia mengalami

perubahan dan berujung pada penurunan fungsi, salah satunya pada saluran

pernafasan. Berdasarkan hasil survey penyakit kronis pada lansia yang

dilakukan di Jakarta Selatan pada tahun 2006, menemukan bahwa penyakit

pernafasan merupakan penyakit kronis dengan prevalensi tertinggi ke empat

yang sering terjadi pada lansia (Yenny & Herwana, 2006). Perubahan struktur

pada saluran pernapasan lansia seperti penurunan komplians paru dan dinding

dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan, atrofi otot-otot

pernapasan pada lansia turut berperan dalam penurunan konsumsi oksigen

Page 37: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

28

Universitas Indonesia

maksimum (Steanly & Beare, 2007). Perubahan-perubahan pada intertisium

parenkim dan penurunan pada daerah permukaan alveolar dapat menghasilkan

penurunan difusi oksigen (Smeltzer & Bare, 2002). Gangguan pernafasan pada

lansia selain diakibatkan oleh faktor penuaan, namun umumnya diakibatkan

oleh pola hidup tidak sehat yang dijalani oleh lansia saat masih muda.

Diantara penyakit saluran pernafasan yang sering terjadi pada lansia, PPOK

merupakan salah satu penyakit kronis yang sering dialami. Berdasarkan hasil

pengkajian, pasien Tn. U tinggal di wilayah kota Bogor yang berdasarkan

karakteristik memiliki ciri-ciri kawasan perkotaan. Banyaknya industri, dan

wilayah pemukiman yang padat merupakan ciri kehidupan perkotaan.

Banyaknya polusi udara akibat industri dan asap kendaraan bermotor,

merupakan pemicu terjadinya masalah pada saluran pernafasan. Lingkungan

yang padat dan penuh dengan stressor menjadi penyebab tingginya angka

merokok pada masyarakat perkotaan. Pada kasus Tn. U, penyakit PPOK yang

dialami diakibatkan oleh kebiasaannya merokok yang dilakukan dalam waktu

lama. Masalah ini sesuai dengan faktor resiko dari PPOK yaitu merokok dan

polusi udara, seperti yang dituliskan oleh Global Initiative for Chronic

Obstructive Lung Disease (GOLD) (2013).

Keluhan yang dirasakan oleh klien adalah sesak nafas, tidak nafsu makan dan

rasa lelah saat beraktivitas. Keluhan ini merupakan tanda dan gejala utama

dari penyakit PPOK. Sesak nafas dan kesulitas untuk bernafas telah

menurunkan kemampuan fungsional lansia, sehingga terjadi penurunan

kemampuan lansia dalam memenuhi kebutuhannya. Penelitian Yenny &

Herwana (2006) mendapatkan bahwa penyakit kronis pada lansia secara

bermakna telah menurunkan menurunkan kualitas hidup lansia.

Rasa sesak yang dialami oleh lansia ini telah menimbulkan respon emosional

akibat ketakutan terhadap kematian, ketidaktahuan, dan perubahan peran (Hill,

Page 38: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

29

Universitas Indonesia

Geist, Goldstein,& Lacasse, 2008). Penelitian lain menunjukan bahwa

kesulitan untuk bernafas telah menyebabkan timbulnya masalah ansietas pada

pasien (Willgoss, Yohannes, Goldbart & Fatoye, 2012). Penelitian tersebut

juga menemukan bahwa ansietas juga merupakan respon yang berhubungan

dengan panik dan ketidakberdayaan

Faktor usia juga telah menjadi faktor yang berpengaruh terhadap munculnya

masalah psikososial pada Tn. U. Perubahan emosional dan penurunan fungsi

kognitif yang dialami oleh lansia secara umum telah menjadi faktor resiko

terjadinya masalah ansietas dan depresi pada lansia (Stanley & Bare, 2007).

PPOK merupakan penyakit kronis yang dapat memberikan pengaruh yang

besar dalam kehidupan klien. Setiap orang memiliki respon yang berbeda

terhadap kondisi sakit, penyakit yang berat terutama yang dapat mengancam

kehidupan dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku seperti ansietas,

shock, penolakan, marah dan menarik diri (Potter & Perry, 2005).

Kondisi sakit dan penyakit selain berdampak terhadap perubahan fisik dan

emosional, namun dapat pula menyebabkan perubahan pada peran individu

dan keluarga. Saat sakit, peran klien sebagai individu seperti sebagai seorang

pekerja, seorang profesional, atau peran individu dalam keluarga sebagai ibu,

sebagai kepala keluarga akan berubah. Individu tidak akan dapat

melaksanakan perannya disaat sakit. Keadaan sakit yang lama menyebabkan

perubahan peran yang lama, dan menyebabkan munculnya respon berduka

pada individu (Potter & Perry, 2005).

Sesak nafas yang dialami oleh klien dan sebagian besar penderita PPOK, telah

menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan akan kematian yang sudah dekat.

Respon yang timbul dari masalah ini salah satunya yaitu gangguan tidur.

Kekhawatiran dan ketakutan akan kondisi klien telah menyebabkan timbulnya

masalah ansietas pada klien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kunik, et

Page 39: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

30

Universitas Indonesia

all (2005) yang mendapatkan hasil bahwa 80 % dari 1334 orang dengan

penyakit PPOK yang mendapatkan perawatan di The Michael E. Debakey

Veterans Affairs Medical Center (MEDVAMC) mengalami depresi, ansietas

atau keduanya.

Berdasarkan hasil pengkajian, klien mengalami kekhawatiran dan ketakutan

terhadap kondisi penyakitnya, yang menyebabkan adanya perubahan secara

fisiolofis yaitu sesak yang memberat, jantung berdebar, tidak bisa tidur,

tingkat konsentrasi klien menurun, dan klien memfokuskan perhatiannya pada

kondisi fisiknya saja, namun klien masih dapat diarahkan. Hal ini sesuai

dengan ciri ansietas sedang yang diungkapkan oleh Townsend (2008). Selain

masalah ansietas, secara psikososial klien juga mengalami ketidakberdayaan,

kelemahan secara fisik membuat klien merasa tidak berdaya dan tidak mampu

melakukan apapun tanpa bantuan orang lain. Ketidakberdayaan secara nyata

berkaitan dengan hilangnya power, kapasitas dan autoritas yang dimiliki oleh

klien penyakit kronis dalam mempersepsikan tindakan yang diharapkan

(Lubkin & Larsen, 2006 dalam Kanine, dkk, 2011).

4.3.Analisis Intervensi Dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat yaitu dengan membina

hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya dan sikap

menerima dari perawat merupakan modal untuk terjalinnya hubungan

terapeutik antara klien dan perawat. Perawat memberi kesempatan kepada

klien untuk mengungkapkan perasaannya telah membuka hubungan yang baik

diantara perawat dengan klien dan keluarga. Hal ini sesuai dengan teknik

komunikasi terapeutik yang harus dilakukan oleh perawat saat berkomunikasi

dengan klien (Potter & Perry, 2005). Pemberian reinforcement positif

dilakukan untuk meningkatkan harga diri klien. Harga diri yang tinggi

diharapkan dapat memberikan aspek positif terhadap konsep diri klien

sehingga membantu klien untuk menerima tindakan perawatan yang akan

dilakukan.

Page 40: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

31

Universitas Indonesia

Tindakan perawatan lain yang dilakukan terhadap pasien adalah dengan

pemberian informasi tentang kondisi dan rencana tindakan yang akan

dilakukan. Pemberian informasi tentang kondisi pasien merupakan hal yang

penting dilakukan oleh perawat. Karena salah satu pemicu ansietas pada

pasien dengan penyakit kronis adalah kurangnya pengetahuan tentang

penyakit dan prognosis (Potter & Perry, 2005). Perawat memberikan

penjelasan tentang kondisi klien kepada pasien dan keluarganya, terutama

yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang dialami oleh klien.

Informasi tentang kondisi klien dan penjelasan tentang prosedur pada setiap

tindakan yang akan dilakukan merupakan bentuk pemberian informasi yang

dibutuhkan untuk peningkatan pengetahuan klien. Pemberian informasi juga

dapat meningkatkan perasaan aman dan menumbuhkan kepercayaan pasien

terhadap perawat. Pemenuhan rasa aman klien dapat dipenuhi dengan

memenuhi kebutuhan dasar klien, menciptakan lingkungan yang nyaman dan

tenang, serta kesiapan perawat dalam membantu klien.

Pasien lansia secara fungsional telah mengalami beberapa perubahan yang

menyebabkan kemunduran kognitif, sensoris maupun motorik (Stanley &

Beare, 2007). Sehingga terjadi penurunan dalam fungsi penglihatan,

pendengaran dan fungsi tubuh secara umum. Kondisi seperti ini memerlukan

pendekatan khusus dan kesabaran dari perawat. Dalam melakukan asuhan

keperawatan terhadap pasien Tn. U, perawat melakukan pendekatan dengan

cara berbicara dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh klien,

berbicara dengan posisi berhadapan dengan klien dan berbicara dengan suara

yang agak keras dan mendekatkan diri ke telinga klien saat berkomunikasi

dengan klien.

Pasien lansia tidak mudah mempercayai orang yang baru dikenal, sehingga

perawat benar-benar perlu untuk membina hubungan yang baik dengan pasien

agar dapat melakukan intervensi yang telah direncanakan. Perawat

menggunakan sentuhan dan sikap terbuka dan selalu merespon panggilan

pasien dengan cepat, untuk membina hubungan saling percaya dengan klien.

Page 41: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

32

Universitas Indonesia

Pemilihan intervensi yang tepat menjadi faktor pendukung kemajuan

kesehatan klien. Pada pasien lansia, perlu digunakan intervensi yang simple

dan mudah dilakukan. Intervensi untuk mengontrol ansietas yang dilakukan

terhadap pasien adalah latihan mengontrol ansietas dengan latihan relaksasi

nafas dalam. Intervensi ini dipilih karena merupakan latihan yang sederhana

dan mudah untuk dipraktekkan oleh klien lansia. Perawat memilih teknik ini

agar klien dapat melakukannya sendiri tanpa perlu bantuan dari orang lain.

Chiang et all (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa relaksasi latihan

nafas dalam dapat menurunkan ansietas pada anak-anak dengan status

asmatikus di Taiwan. Sehingga latihan nafas dalam yang dilakukan perawat

kepada klien diharapkan dapat menurunkan kecemasan dan ketegangan yang

dialami oleh klien. Hasil penelitian tersebut juga ditunjang penelitian

Tarwoto, Irawaty, Kuntarti, Waluyo, & Mulyatsih (2011) yang menemukan

adanya perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri pada kelompok yang

diberikan intervensi slow deep breathing dengan kelompok kontrol, dimana

kelompok yang diberikan intervensi memiliki intensitas nyeri yang lebih

rendah dibandingkan kelompok kontrol.

Pemilihan terapi yang dilakukan terhadap klien harus memperhatikan respon

dan kondisi klien. Teknik relaksasi nafas dalam pada pasien dengan dispneu

yang berat mungkin akan sulit untuk dilakukan. Pengaturan nafas dengan

menarik nafas panjang akan membuat pasien merasa semakin sesak. Teknik

ini hanya bisa digunakan pada pasien PPOK dengan kondisi sesak yang tidak

terlalu berat. Pemantauan ketat selama intervensi juga diperlukan pada pasien

lansia dengan PPOK, karena latihan nafas dalam mungkin akan memperberat

usaha klien dalam bernafas.

Page 42: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

33

Universitas Indonesia

Selain latihan relaksasi, perawat melakukan latihan mengontrol ansietas

dengan distraksi. Teknik distraksi yang dilakukan yaitu dengan mengajak

klien menceritakan pengalaman hidup yang menyenangkan. Sebuah penelitian

eksperimental yang dilakukan di Korea terhadap 18 pasien kanker stadium

lanjut menemukan bahwa dengan mengingat kembali perjalanan hidup atau

pengalaman hidup, dapat menurunkan tingkat ansietas dan depresi (Ahn, An,

Yoo, Ando, & Yoon, 2012). Dengan menceritakan pengalaman yang

menyenangkan, perhatian klien menjadi teralihkan kepada hal-hal yang lebih

menyenangkan. Penelitian Ko & Lin (2011) mendapatkan bahwa relaksasi/

distraksi dengan mendengarkan music secara signifikan dapat menurunkan

tingkat ansietas dan perubahan tanda vital yang berhubungan dengan

kecemasan pada pasien yang menjalani operasi di rumah sakit Taiwan. Hasil

evaluasi yang didapatkan yaitu penurunan tingkat kecemasan dengan

berkurangnya ketegangan pada klien dan sikap klien yang menunjukan rasa

senang.

Selain menggunakan terapi relaksasi dan distraksi, perawat melibatkan

keluarga dalam memberikan dukungan terhadap klien. Yusra (2011)

menyebutkan bahwa dukungan keluarga sangat diperlukan untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis. Hasil penelitan

yang dilakukan terhadap pasien Diabetes Melitus menunjukan adanya

hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien, dan

penurunan ansietas serta depresi pada pasien. Hasil penelitian menunjukkan

65,3% dari 75 pasien. Lebih lanjut, Tjahjono (2011) menyebutkan bahwa

sebagian besar pasien PPOK memiliki penurunan nafsu makan, dan variabel

dominan yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan adalah dukungan

keluarga, dimana pasien yang mempunyai dukungan keluarga kurang akan

mempunyai nafsu makan kurang 3,44 kali dibandingkan dengan pasien yang

memiliki dukungan keluarga yang baik.

Page 43: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

34

Universitas Indonesia

Evaluasi yang didapat setelah menjalani perawatan selama 7 hari didapatkan

kemajuan pada klien. Klien menunjukan penurunan tingkat kecemasan dari

ansietas sedang menjadi ansietas ringan dengan ditandai oleh sikap klien yang

lebih tenang dan relaks, ungkapan perasaan yang menyatakan ketenangan,

serta tanda vital yang menunjukan batas yang normal. Penurunan sesak yang

dialami oleh klien juga mungkin salah satu dampak dari latihan relaksasi yang

diajarkan. Karakteristik dari respons relaksasi ditandai oleh menurunnya

denyut nadi, jumlah pernapasan, penurunan tekanan darah, dan konsumsi

oksigen (Potter & Perry, 2005).

4.4.Alternatif Pemecahan Masalah

Intervensi yang dilakukan oleh perawat menunjukan keberhasilan yang cukup

baik dimana pasien menunjukan penurunan tingkat kecemasan. Sehingga

intervensi ini dapat diterapkan oleh perawat dikemudian hari untuk mengatasi

masalah ansietas pada pasien dengan PPOK. Peningkatan dukungan keluarga

juga diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan klien, sehingga klien

dapat menerima kondisi penyakitnya dan menjalani hari-harinya dengan baik.

Pada tingkat lanjut, mungkin diperlukan terapi yang lebih spesifik terhadap

klien agar mampu meningkatkan kualitas hidupnya.

Pemilihan terapi yang baik dapat meningkatkan tingkat keberhasilan sebuah

intervensi yang dilakukan. Kondisi fisik dan psikologis pasien secara umum

menjadi pertimbangan dalam pemilihan jenis terapi. Tingkat kesulitan perlu

dipertimbangkan dalam melakukan intervensi terhadap pasien lansia

mengingat penurunan yang dialami oleh lansia secara umum.

Page 44: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

35 Universitas Indonesia

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penjelasan dari bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil dari

pelaksanaan asuhan keperawatan ansietas pada lansia dengan PPOK diantaranya

yaitu :

5.1.Simpulan 5.1.1. PPOK adalah penyakit kronis yang ditandai dengan hambatan aliran

udara akibat obstruksi pada saluran pernafasan yang diakibatkan oleh

pajanan lama terhadap polusi dan asap rokok.

5.1.2. PPOK merupakan salah satu masalah kesehatan perkotaan yang

diakibatkan oleh gaya hidup merokok dan polusi udara sebagai

dampak dari urbanisasi dan pembangunan dibidang industri.

5.1.3. Faktor resiko PPOK selain merokok dan polusi adalah proses penuaan.

PPOK banyak diderita oleh lansia.

5.1.4. Selain masalah fisik seperti dispneu, dan kelemahan, PPOK juga dapat

menyebabkan timbulnya masalah psikososial yaitu depresi dan

ansietas.

5.1.5. Ansietas pada pasien PPOK dapat menyebabkan penurunan

kemampuan fungsional pasien yang pada akhirnya dapat menyebabkan

penurunan kualitas hidup klien dengan PPOK. Ansietas juga

meningkatkan resiko terjadinya perawatan ulang atau rehospitalisasi

pada pasien PPOK.

5.1.6. Perlunya pendekatan khusus dari perawat dalam melakukan asuhan

keperawatan pada pasien lansia dengan masalah psikososial, dengan

memperhatikan perubahan fisik psikologis dan kognitif yang dialami

oleh lansia.

5.1.7. Terapi generalis yang terdapat pada Standar Asuhan Keperawatan

(SAK) pada ansietas yaitu latihan mengontrol ansietas dengan

relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi dengan menceritakan

Page 45: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

36

Universitas Indonesia

pengalaman yang menarik, dapat digunakan untuk mengatasi masalah

ansietas pada pasien lansia dengan PPOK.

5.1.8. Pelaksanaan intervensi keperawatan harus disesuaikan dengan

kemampuan dan kondisi fisik dan psikologis klien secara umum.

5.1.9. Pada pasien Tn U, latihan relaksasi nafas dalam, dan teknik distraksi

merupakan intervensi yang efektif dalam menurunkan tingkat

kecemasan klien dari tingkat ansietas sedang ke tingkat ansietas

ringan.

5.2.Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil asuhan keperawatan ansietas pada lansia dengan

PPOK, ada beberapa hal yang dapat direkomendasikan untik keperluan

pengembangan asuhan keperawatan masalah psikososial khususnya ansietas pada

pasien dengan masalah fisik PPOK.

5.2.1. Aplikasi keperawatan

a. Perawat hendaknya melakukan asuhan keperawatan secara

komprehensif dengan memperhatikan aspek boi-psiko-sosial dan

spiritual pasien.

b. Perawat hendaknya memiliki kemampuan dalam melakukan

asuhan keperawatan psikososial terhadap pasien dengan keluhan

sakit fisik. Sehingga perlunya sosialisasi asuhan keperawatan

psikososial kepada seluruh perawat.

c. Perlunya dikembangkan format pengkajian untuk mengkaji

masalah psikososial pada pasien dengan keluhan fisik.

5.2.2. Pelayanan di Rumah Sakit

a. Perlunya sosialisasi, atau pelatihan tentang asuhan keperawatan

masalah psikososial khususnya ansietas kepada seluruh perawat

khususnya yang bertugas di ruang perawatan umum.

b. Perlu ditetapkannya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) masalah

psikososial untuk menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan.

Page 46: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

37

Universitas Indonesia

c. Pihak rumah sakit mengembangkan format pengkajian yang telah

ada agar lebih menggali masalah psikososial yang dihadapi oleh

pasien dengan keluhan fisik.

Page 47: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

38 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Ahn, An, Yoo, Ando, and Yoon, (2012). Effects of a Short-term Life Review on

Spiritual Well-being, Depression, and Anxiety in Terminally Ill Cancer

Patients. Journal Korean Academic Nursing. Feb;42(1):28-35.

Brenes, (2003). Anxiety and Chronic Obstructive Pulmonary Disease: Prevalence,

Impact, and Treatment. Psychosomatic Medicine Journal. 65:963–970 .

Capernito, L.J. (2010). Nursing Diagnosis: Application to Clinical Practice. 13th

Edition. Philadelphia: Lippincott.

Corwin, E. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2008). Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronis

(PPOK). Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian dan Penyehatan

Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Eisner, M.D., Blanc, P.D., Yelin, E.H., Katz,P.P., Sanchez, B., Iribarren, &

Omachi. (2010). Influence of anxiety on health outcomes in COPD.

Thorax 2010;65:229-234.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease(GOLD). (2013).Global

strategy for the diagnosis, management, and Prevention of chronic

obstructive pulmonary disease (updated 2013). June 20, 2013. Global

Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Inc. www.goldcopd.org.

Gudmundsson, G., et al,. (2005). Risk factors for rehospitalisation in COPD: role

of health status, anxiety and depression. Eur Respir J 2005; 26: 414–419

Hill, K., Geist, R., Goldstein, R.S., & Lacasse, Y. (2008). Anxiety and depression

in end-stage COPD. Series ‘‘comprehensive management of end-stage

copd’’ Eur Respir J 2008; 31: 667–677.

http://bp.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=522, 15-4-2009,

jam 15.24wib

Page 48: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

39

Universitas Indonesia

Keliat, Budi Anna (ed). (2009). Modul IC-CMHN manajemen keperawatan

psikososial dan pelatihan kader kesehatan jiwa. Fakultas Ilmu

Keperawatan Univesitas Indonesia-World Health Organization Indonesia.

Li Chi Chiang, Wei-Fen Ma, Jing-Long Huang, Li Feng Tseng, & Kai-chung

Hsueh. (2009). Effect of relaxation-breathing training on anxiety and

asthma signs/symptoms of children with moderate-to-severe asthma: A

randomized controlled trial. International Journal of Nursing Studies, 46,

1061-1070.

Yi-Li Ko, Pi-Chu Lin. (2011). The effect of using a relaxation tape on pulse,

respiration, blood pressure and anxiety levels of surgical patients. Journal

of Clinical Nursing, 21, 689-697.

Tarwoto. Irawaty, D., Kuntarti, Waluyo, A., & Mulyatsih, E. (2011). Tesis:

pengaruh latihan slow deep breathing terhadap intensitas nyeri kepala

akut pada Pasien cedera kepala ringan. Program Magister Ilmu

Keperawatan Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia.

Kunik M.E., et al., (2005). Surprisingly High Prevalence of Anxiety and

Depression in Chronic Breathing Disorder. Chest Journal. 2005; 127:1205–

1211

Nugroho, W. (2000). Keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC .

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003). Penyakit Paru Obstruksi Kronik

(PPOK) : pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta :

IDI.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,

Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.

Videbeck, S.L (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Price, SA., & Wilson, LM. (2005). Patofisiologi. Konsep klinis proses-proses

penyakit, ed. 6. Alih Bahasa Brahm U. Pendit. Jakarta : EGC.

Rejeh, Karimooi, Vaismoradi, & Jasper. (2013). Effect of systematic relaxation

techniques on anxiety and pain in older patients undergoing abdominal

surgery. Wiley Publishing Asia Pty Ltd. DOI: 10.1111/ijn.12088

Page 49: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

40

Universitas Indonesia

Smeltzer. S.C, Bare. B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical bedah Brunner

& Sudarth. (Ed.8). Jakarta: ECG.

Stanley, M & Beare, P. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta:

EGC.

Stuart, G. W. & Sundeen, S. J. (2005). Pocket guide to psychiatric nursing, 3/E. (A. Y. S. Hamid, Penerjemah). St. Louis: Mosby Year Book, Inc. (Sumber asli diterbitkan 1995)

Suhartini. (2008). Effectiveness of music therapy toward reducing patient’s anxiety in intensive care unit. Media Ners, Volume 2, Nomor 1, Mei 2008, hlm 1-44

Townsend, M.C. (2008). Psychiatric Mental Health Nursing: Concept of Care.

Philadelphia: F.A. Davis Company

WHO (2009). Global health risks: mortality and burden of disease attributable to

selected major risks. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.

Willgoss TG., Yohanes AM., Goldbart J., & Fatoye F. (2012). "Everything Was

Spiraling Out of Control": Experiences of Anxiety in People With Chronic

Obstructive Pulmonary Disease. Heart Lung Journal, 41, 562-571.

Yenny & Herwana. (2006). Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup pada

lanjut usia di Jakarta Selatan. Jurnal Universa Medicira Fakultas

Kedokteran Universitas Trisakti, Vol.25, No.4, 164-171.

Page 50: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

Lampiran

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. U DENGAN PPOK

A. PENGKAJIAN 1. Identitas Klien

Nama : Tn. U

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 69 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Pensiunan

Ruang Rawat : Gayatri

Diagnosa Medis : PPOK

Tgl Pengkajian : 8 Mei 2013 Jam 13.00

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Sesak nafas disertai pusing, mudah lelah saat beraktivitas , batuk. Dan

tidak nafsu makan. Sesak bertambah saat klien melakukan aktivitas.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat pangkajian klien baru masuk dari Poli Paru jam 13.00 wib dengan

keadaan klien tampak sesak, frekuensi nafas 28 x/menit, terpasang

oksigen nasal kanul 4 lt/mnt, infuse D5% + Aminophilin 1½ ampul.

Klien tampak lemah, wajah tampak pucat dan berkeringat dingin.

Klien mengatakan keluhan sesak diserta badan lemes dirasakan

memberat sejak 3 hari SMRS, nafsu makan klien menurun, dan

menurut keluarga badan klien terlihat semakin kurus. klien sudah

berobat ke klinik 24 jam, namun keluhan bertambah berat, sehingga

keluarga membawa klien ke Poli Paru RSMM.

Page 51: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien pernah menjalani perawatan sebanyak 2 kali dengan keluhan dan

diagnosa medis yang sama yaitu tahun 2010 dan tahun 2011. Riwayat

hipertensi (-), Diabetes (-), alergi (-). Riwayat merokok lebih dari 20

tahun sebanyak 3 bungkus perhari.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital

Keadaan umum tampak lemah, penampilan klien tampak rapi,

Kesadaran compos mentis, GCS 15 E4V5M6, klien tampak terbaring

lemah, dan sesak. TD: 128/87 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 36,8 ºC

dan frekuensi nafas 28 x/menit.

b. Sisten Pernafasan

Inspeksi : tampak sesak, Pernafasan cuping hidung (-). Bibir pucat

(+), cianosis (-). bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris,

retraksi dada (+), klien menggunakan otot bantu pernafasan saat

bernafas. Klien tampak sesak, terpasang oksigen 4 lt/mnt dengan nasal

kanul. Batuk (+) berdahak. hemaptoe (-)

Palpasi : ekspansi dada simetris kanan dan kiri, taktil premitus

menurun.

Perkusi : suara perkusi paru hipersonor

Auskultasi : terdengan Ronchi (+) dan wheezing (+).

c. Sistem Pencernaan

Penurunan nafsu makan/ anorexia (+), mual (+), muntah (-), BAB

1x/hari konsistensi lembek. Diare (-), konstipasi (-).

Inspeksi : konjunctiva tidak anemis, mukosa mulut kering, abdomen

cekung, badan klien tampak kurus.

Auskultasi : bising usus (+) 6x/mnt

Page 52: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

Perkusi : terdengan tympani

Palpasi : abdomen teraba lunak, nyeri tekan (-), acites (-),kembung (-),

d. Sistem kardiovaskuler

Inspeksi: konjungtiva tidak anemis, cianosis (-), edema (+) pada

kedua ekstremitas bawah, klien tampak lemah dan berkeringat dingin,

clubbing finger (-),

Palpasi : thrill (-)

Perkusi : batas jantung tidak membesar

Auskltasi : bunyi jantung murni regular, murmur (-), gallop (-).

e. System genitourinaria

Inspeksi : Klien tidak menggunakan urine cateter, BAK 4-5 x / hari,

warna kuning jernih.

Palpasi : blas teraba kosong. Ginjal tidak teraba

Perkusi : perkusi ginjak tidak terdapat nyeri ketuk.

f. System Neuromuskular

Penampilan klien tinggi kurus, pergerakan ekstremitas bebas, bentuk

ekstremitas simetris, lesi (-), atropi otot (-). Tremor (-), reflex fisiologis

(+), reflex patologis (-), klien menggunakan kacamata baca, klien

mengalami gangguan pendengaran sejak satu tahun yang lalu.

kekuatan otot

4. Data Psikososial

Pengkajian masalah psikososial dilakukan pada tanggal 9 Mei 2013.

Berdasarkan hasil wawancara dengan klien dan istrinya, didapatkan data

Klien adalah seorang pensiunan pegawai negeri sipil pada departemen

pertanian. Klien mengatakan saat masih aktif bekerja, klien tidak pernah

5555 5555 5555 5555

Page 53: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

sakit, klien aktif bekerja dan melakukan olahraga setiap hari. Klien

pensiun pada usia 55 tahun, menurut klien, sejak pensiun klien mulai

merasakan kondisi badannya menurun. Klien menjadi sering sakit, dan

badannya terasa semakin lama semakin melemah. Klien mengatakan tidak

ada aktivitas yang dilakukan semenjak pensiun, klien banyak diam

dirumah dengan sesekali mengikuti kegiatan ibadah di mesjid yang berada

di depan rumahnya, hal ini membuat klien sering merasa jenuh dan

kesepian. Klien mengatakan tidak bisa bepergian jauh karena kondisi

fisiknya yang terus menurun. Klien mengatakan semenjak pensiun klien

mulai merasakan sering batuk, sesak dan mudah lelah saat beraktivitas.

Keluarga mengatakan klien pernah menjalani 2 kali perawatan dengan

keluhan yang sama. Keluarga mengatakan klien mengalami gangguan

pendengaran sejak 1 tahun terakhir, dan emosi klien menjadi labil dan

sering marah-marah kepada istrinya. Menurut istri klien merupakan

orang yang tertutup, dan tidak pernah menceritakan masalahnya kepada

istri atau anak-anaknya. Klien memiliki 5 orang anak yang semuanya

sudah berkeluarga. Klien tinggal bersama anak bungsu dan 1 orang cucu.

Klien mengatakan anak-anaknya sibuk bekerja, sehingga setiap hari klien

lebih banyak berinteraksi hanya dengan istrinya saja.

Klien mengatakan saat ini merasa sangat sesak dan merasa cape karena

sudah 3 hari tidak bisa tidur. Klien mengatakan sejak sakit tidak dapat

melakukan aktivitas apapun sendiri, sehingga semua kebutuhan nya

dibantu oleh istrinya. Klien mengatakan sudah menjaga makanan yang

dimakan dan sudah berhenti merokok namun tetap saja masih kambuh.

Klien menanyakan apakah dapat sembuh dan dapat kembali melakukan

aktivitas seperti dulu. klien sering merasa sedih karena memikirkan

penyakitnya. Keluarga klien mengatakan merasa khawatir dengan kondisi

klien terutama saat klien terlihat sesak dan sulit bernafas. Saat pengkajian

klien tampak sesak, tegang, ekspresi wajah murung dan kontak mata

Page 54: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

kurang namun klien masih dapat mengikuti arahan dari mahasiswa saat

mahasiswa akan melakukan tindakan..

5. Data Spiritual

Klien adalah seorang pemeluk agama Islam, keluarga mengatakan saat

sehat, klien rajin melaksanakan ibadah. klien mengatakan bahwa sakitnya

sekarang adalah akibat dari gaya hidupnya saat klien masih muda yaitu

sering merokok.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium tanggal 8-5-2013

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Hb 14,3 g/dl 13-18 Leukosit 9880 /mm3 4000 – 10000 Eritrosit 5,32 /mm3 4,5 – 6 Trombosit 211000 mm3 150000 – 400000 Hematokit 45 % 40 – 54 LED 14 mm 0 – 20 SGOT 106 U/l < 42 SGPT 88 U/l < 47 Ureum 54,2 mg/dl 10 – 50 Creatinin 1,72 mg/dl 0,67 – 1,36 Albumin 3,71 g/dl 3,5 – 5,3 GDS 88 mg/dl < 140 Natrium 142 Kalium 4,4 Clorida 95

7. Terapi

- Oksigen 4 ltr/menit

- Infuse D5% + Aminophilin 1 ½ ampul / 12 jam

- Ranitidine 2 x 1 ampul

- Furosemid 2 x 1 ampul

- Inhalasi (Combivent : Nacl : Bisolvon 1 : 1 : 1 ) 3x / hari

Page 55: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

Analisa Data

No Data Masalah 1 DS:

- Klien mengeluh sesak, disertai pusing, rasa lelah dan batuk berdahak

- Riwayat merokok (+) > 20 tahun 3 bungkus/hari DO: - Klien tampak sesak - Retraksi dada (+) - Penggunaan otot tambahan pernafasan (+) - Ronchi (+) - Wheezing (+)

Bersihan jalan nafas tidak efektif

2 DS: - Klien mengatakan tidak nafsu makan - Klien mengatakan mual - menurut keluarga badan klien terlihat semakin kurus

DO - Penampilan klien tampak tinggi, kurus - Klien tampak pucat - Bibir pucat - Mucosa mulut kering - Abdomen tampak cekung

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3 DS: - Klien mengatakan sejak pensiun klien mulai merasakan

kondisi badannya menurun. - Keluarga mengatakan klien pernah menjalani 2 kali

perawatan dengan keluhan yang sama. - Keluarga mengatakan klien mengalami gangguan

pendengaran sejak 1 tahun terakhir, dan emosi klien menjadi labil dan sering marah-marah kepada istrinya.

- Menurut istri klien merupakan orang yang tertutup, dan tidak pernah menceritakan masalahnya kepada istri atau anak-anaknya.

- Klien mengatakan saat ini merasa sangat sesak dan merasa cape karena sudah 3 hari tidak bisa tidur.

- Klien mengatakan sejak sakit tidak dapat melakukan aktivitas apapun sendiri, sehingga semua kebutuhannya dibantu oleh istrinya.

- Klien mengatakan sudah menjaga makanan yang dimakan dan sudah berhenti merokok namun tetap saja masih kambuh.

- Klien menanyakan apakah dapat sembuh dan dapat kembali melakukan aktivitas seperti dulu.

- klien sering merasa sedih karena memikirkan penyakitnya. - Keluarga klien mengatakan merasa khawatir dengan

kondisi klien terutama saat klien terlihat sesak dan sulit

Ansietas Sedang

Page 56: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

bernafas.

DO: - Saat pengkajian klien tampak sesak, - Ekspresi wajah tegang, - kontak mata kurang. - Klien tampak pucat dan berkeringat dingin. - Anorexia - Klien mengalami gangguan tidur - klien masih dapat mengikuti arahan dari mahasiswa saat

mahasiswa akan melakukan tindakan. 4 DS:

- Klien mengatakan, sejak pensiun kondisi badannya menurun dan sering sakit.

- Klien menjadi sering sakit, dan badannya terasa semakin lama semakin melemah.

- Klien mengatakan tidak ada aktivitas yang dilakukan sejak pensiun, klien banyak diam dirumah

- klien sering merasa jenuh dan kesepian - Klien mengatakan sering merasa jenuh dan kesepian

karena tidak ada aktivitas yang dilakukan - Klien mengatakan sering batuk, sesak dan mudah lelah

saat beraktivitas. - Riwayat menjalani 2 kali perawatan dengan keluhan yang

sama. - klien mengatakan sangat sesak dan merasa cape, sudah 3

hari tidak bisa tidur karena sesak. - Klien mengatakan sejak sakit tidak dapat melakukan

aktivitas apapun sendiri, - semua kebutuhan klien dibantu oleh istrinya.

DO: - terpasang infus D5% + Aminophilin 1½ ampul - terpasang Oksigen 4 lt dengan nasal canul - klien tampak sesak - klien tampak terbaring lemah

Ketidakberdayaan

3.1. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Ansietas Sedang

4. Ketidakberdayaan

Page 57: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn U No RM : 196956 Umur : 69 tahun Ruangan : Gayatri RSMM Bogor

Diagnosa

keperawatan

Rencana Tindakan keperawatan Rasional

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Jalan nafas klien efektif setelah dilakukan tindakan perawatan 5x 24 jam

- Keluhan sesak berkurang

- Klien dapat mengeluarkan secret tanpa kesulitan

- Tanda vital dalam batas normal

- bunyi nafas yang jernih dan ronch

- Pasien bebas dari dispneu

- Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas

Mandiri

1. Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya

2. Observasi penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus

3. Catat karakteristik suara nafas

4. Catat karakteristik dari batuk

5. Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila perlu

6. Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan suction bila ada

1.Penggunaan otot-otot interkostal /abdominal/ leher dapat meningkatkan usaha dalam bernafas

2.Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya cairan dapat meningkatkan fremitus

3.Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo branchial dan adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran nafas

4.Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan etiologi dari jalan nafas.

5.Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten

6.Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan atelektasis dan infeksi paru

Page 58: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

indikasi

7. Peningkatan oral intake jika memungkinkan

Kolaboratif

8. Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi

9. Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi

10. Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika ada indikasi

11. Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik

7.Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum

8.Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen

9.Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan secret

10. Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-otot pernafasan

11. Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret dan meningkatkan ventilasi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Nutrisi klien adekuat setelah dilakukan

- Mendemonstrasikan BB stabil, penambahan BB progresif ke arah

Mandiri: 1. Pantau masukan makanan

setiap hari

1. Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.

2. Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-

Page 59: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

tindakan keperawatan selama 5x24 jam

tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.

- Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat.

- Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang napsu makan/peningkatan masukan diet.

2. Ukur tinggi, BB, dan ketebalan lipatan kulit trisep (atau pengukuran antropometrik lain sesuai indikasi).

3. Dorong pasien untuk

makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat.

4. Kontrol faktor lingkungan

(mis., bau kuat/tidak sedap atau kebisingan). Hindari makanan terlalu manis, berlemak, atau pedas.

5. Ciptakan suasana makan malam yang menyenangkan.

6. Motivasi makan dengan porsi kecil tapi sering

Kolaborasi

7. Berikan antiemetic

8. Tinjau ulang pemeriksaan

kalori, khususnya bila BB dan pengukuran antropometrik kurang dari normal.

3. Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan,

begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa). Suplemen dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.

4. Keefektifan penilaian diet sangat individual dalam penghilangan mual pascaterapi. Pasien harus mencoba untuk menemukan solusi/kombinasi terbaik.

5. Dapat mentriger respons mual/muntah.

6. meng urangi respon mual dan mencegah terjadinya muntah

7. Kebanyakan antiemetik bekerja untuk

mempengaruhi stimulasi pusat muntah sejati dan kemoreseptor mentriger agen zona juga bertindak secara perifer untuk menghambat peristaltik balik.

8. Hasil laboratorium dapat memberikan gambaran

Page 60: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

laboratorium sesuai indikasi mis., jumlah limfosit total, transferin serum, dan albumin.

9. Rujuk pada ahli diet/tim pendukung nutrisi.

10. Pasang/pertahankan selang

NGT atau pemberian makan untuk makanan enteral, atau jalur sentral untuk hiperalimentasi parenteral bila diindikasikan.

keadaan status nutrisi klien

9. Memfasilitasi pemberian diet sesuai dengan kondisi penyakitnya

10. NGT mungin diperukan pada pasien dengan low

intake yang berat dengan ketidak mamuan klien untuk menelan.

Ansietas sedang Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 5x 24 jam Klien akan menunjukkan cara koping adaptif terhadap stres

klien menunjukkan tanda-tanda percaya terhadap perawat Wajah cerah,

tersenyum Mau berkenalan Ada kontak mata Bersedia

menceritakan perasaannya

Bina hubungan saling percaya : 1. Beri salam setiap interaksi 2. Perkenalkan nama, nama

panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan

3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien

4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi dengan klien

5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien

Hubungan saling percaya merupakan dasar dari terjadinya komunikasi teraupetik sehingga akan memfasilitasi dalam pengungkapan perasaan, emosi, dan harapan klien

Page 61: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

Klien mengungkapkan perasaan ansietas, penyebab ansietas, dan perilaku akibat ansietas Klien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi ansietas dengan:

6. Buat kontrak interaksi yang jelas

7. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

1.Penuhi kebutuhan dasar

klien 2.Beri waktu yang cukup pada

klien untuk berespons 3. diskusikan tentang perasaan

klien saat sedang menghadapi masalah atau tekanan.

4.Beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya

5.identifikasi situasi yang membuat klien ansietas

6.bersama klien identifikasi perilaku akibat ansietas

7.reinforcement positif 8.Bantu klien untuk

mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

1.Ajarkan klien teknik

distraksi : pengalihan situasi

2.Ajarkan Klien teknik

Dengan mengenal ansietasnya, klien akan lebih kooperatif terhadap tindakan keperawatan. Menyamakan persepsi bahwa ansietas terjadi pada klien. Di dapatkannya cara lain yang sehat yang akan membantu klien untuk mencari cara yang adaptif dalam mengurangi atau menghilangkan ansietasnya

Page 62: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

- Relaksasi nafas dalam

- Distraksi - Hipnotis lima jari Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan ansietas dengan latihan relaksasi

relaksasi nafas dalam 3.Dorong klien untuk

menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat ansietas.

4.Ajarkan teknik relaksasi hipnotis lima jari

5.Dorong klien untuk mengunakan teknik yang dilatih untuk menurunkan ansietasnya

1. diskusikan masalah yang

dihadapi keluarga 2. jelaskan proses tejadi,

tanda gejala, penyebab ansietas pada anggota keluarga

3. ajarkan cara merawat anggota keluarga dengan latihan relaksasi

4. diskusikan tanda-tanda anggota keluarga harus dirujuk

5. beri reinforcement positif

Dukungan keluarga, mendukung proses perubahan perilaku ansietas klien. Dan mempersiapkan keluarga agar dapat merawat klien saat di rumah

Page 63: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

Ketidakberdayaan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri

Selama 1x45 menit interaksi, klien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat : a. Ekspresi wajah

bersahabat. b. Menunjukkan rasa

senang c. Ada kontak mata d. Bersedia berjabat

tangan e. Bersedia

menyebutkan nama

f. Bersedia menjawab salam

g. Bersedia duduk berdampingan bersama perawat

h. Bersedia menungkapkan masalah yang sedang dihadapi.

Selama 1x45 menit interaksi, klien menyebutkan sedikitnya tiga

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: a. sapa klien dengan ramah

baik verbal maupun nonverbal,

b. perkenalkan diri dengan sopan,

c. tanyakan nama lengkapdan nama panggilan yang disukai klien,

d. Jelaskan tujuan pertemuan, e. Jujur dan menepati janji, f. Tunjukkan sikap empati

danmenerima klien apa adanya,

g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

a. Kaji masalah-masalah yang

sering ditemui klien baik dari diri sendiri, keluarga, sekolah, lingkungan tempat

Hubungan saling percaya yang baik merupakan dasar yang kuat bagi keluarga dalam mengekspresikan perasaannya. a. menunjukkan keramahan dan bersahabat b. menunjukkan bahwa perawat ingin kenal dengan

klien c. agar klien tidak ragu dengan perawat d. agar klien percaya kepada perawat e. menghargai klien sebagai seorang manusia yang

memiliki kekurangan f. membuat klien merasa dihargai dan disayangi

sehingga klien akan lebih dekat dengan perawat. Diharapkan klien dapaat mempersiapkan diri saat menghadapi masalah yang sama. Meningkatkan kepuasan klien mengemukakan perasaannya. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi klien untuk berbagi perasaannya. Meningkatkan harga diri dan percaya diri klien. Untuk mengetahui mekanisme koping klien. Meningkatkan kepuasan klien dalam mengemukakan perasaannnya. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi klien untuk berbagi perasaannya.

Page 64: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

masalah yang sering ditemui. Selama 1x45 menit interaksi, klien menyebutkan sedikitnya empat cara yang biasa digunakan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. Selama 1x45 menit interaksi, klien dapat

tinggal, maupun tempat kerja.

b. beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.

c. Berikan kondisi yang nyaman seperti, ruangan tertutup, tenang, dan nyaman.

d. Beri reinforcement positif atas apa yang telah diungkapkan klien.

a. kaji cara yang biasa klien gunakan untuk mengungkapkan perasaannya.

b. Diskusikan bersama klien alternatif lain untuk mengungkapkan perasaannya.

c. Berikan kondisi yang nyaman seperti, ruangan tertutup, tenang, dan nyaman.

d. Beri reinforcement positif atas apa yang telah diungkapkan klien.

a. Bantu klien untuk menilai aspek positif dan negatif

Meningkatkan harga diri dan percaya diri klien. Membantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap cara yang teridentifikasi. Meningkatkan harga diri dan percaya diri klien. Membantu meningkatkan kesadaran klien terhadap cara tidak adaptif yang telah digunakan. Klien diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan menyusun strategi penyelesaian masalah yang

Page 65: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

menetapkan cara mengungkapkan perasaan yang tidak merugikan. Selama 1x45 menit interaksi, klien dapat menyebutkan sumber dukungan yang ada, yaitu; a. keluarga, b. konseling,

psikolog, dokter, perawat,

c. teman dekat yang sholeh,

d. tokoh agama seperti, ustadz, ulama, dll.

dari tiap cara yang teridentifikasi.

b. Beri reinforcement positif

atas apa yang telah diungkapkan klien terutama cara yang tepat yang dikemukakan.

c. Beri kesempatan klien

untuk mengambil keputusan terhadap pengungkapan perasaan yang konstruktif.

a. Bantu klien untuk

mengidentifikasi cara-cara untuk mengurangi ketegangan.

b. Beri reinforcement positif

atas apa yang telah diungkapkan klien.

konstruktif. Meningkatkan harga diri dan percaya diri klien. Klien diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan menyusun strategi penyelesaian masalah yang konstruktif. Meningkatkan harga diri dan percaya diri klien.

Page 66: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

Klien dapat memanfaatkan sumber dukungan yang ada (respon afektif)

a. Bantu klien untuk mengemukakan masalah yang mungkin akan dihadapi saat kembali ke rumah dan langkah-langkah penyelesaiannya.

b. Beri reinforcement positif atas apa yang telah diungkapkan klien.

c. Informasikan kepada klien

mengenai sumber dukungan yang ada.

Sumber dukungan akan memotivasi klien untuk mampu menggunakan koping yang adaptif dalam menyelesaikan masalah.

Page 67: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal Diagnosa keperawatan

Implementasi Evaluasi TTD

8/5/2013

- Menerima pasien baru - Memperkenalkan diri dan membina

hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga

- Melakukan pengkajian menyeluruh - Mengatur posisi klien semi fowler - Memasang oksigen dengan nasal

kanul 4 ltr - Mengorientasikan klien dan keluarga

dengan lingkungan kamar

S : klien mengeluh sesak , pusing dan badannya terasa lemah, mual (+) O : keadaan umum lemah, tampak sesak, retraksi dada (+),

penggunaan otot tambahan pernafasan (+). Anoreksia (+), klien tampak pucat, ekspresi wajah tegang.

A :

- Bersihan jln nafas tidak efektif - Pemenuhan nutrisi tidak adekuat - Ansietas sedang

P :

p/ :pertahankan posisi semi fowler, pertahankan pemberian oksigen, ajarkan batuk efektif, kaji masalah psikososial k/ :batasi aktivitas

9/5/2013 Dx 1 - Memonitor tanda vital - Memonitor pola nafas - Mengauskultasi bunyi nafas - Mempertahankan posisi semi fowler - Mempertahankan pemberian oksigen - Mengajarkan batuk efektif

S : k/ mengatakan masih sesak, dan batuk O : sesak (+), batuk (+), dahak keluar warna putih bening, retraksi dada

(+) RR 28 x/mnt, ronchi (+), Wheezing (+), terpasang Oksigen 4 ltr/mnt, infuse D5% +aminophilin 1 ½ ampul/12 jam.

A : bersihan jalan nafas klien belum efektif P :

p/ : pertahankan posisi, pertahankan oksigen dengan nasal kanul, lakukan fisioterapi dada k/ : pertahankan pembatasan aktivitas

Dx 2 - Memonitor asupan nutrisi - Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi

klien

S : klien mengeluh mual bila makan O : klien tampak pucat, klien hanya menghabiskan 3 suap porsi

makannya., turgor kulit keriput

Page 68: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

- Memotivasi klien untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering

A : asupan nutrisi belum adekuat P :

p/ : tingkatkan motivasi klien untuk makan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit lunak k/ :makan sedikit tapi sering

Dx 3 - Mengucapkan salam, dan memanggil klien dengan nama panggilan yang disukai

- Menanyakan perasaan klien - Memberikan kesempatan kepada

klien untuk mengungkapkan perasaannya

- Mendengarkan ungkapan perasaan klien

- Menanyakan situasi yang biasanya membuat klien khawatir

- Menanyakan koping yang biasa digunakan saat menghadapi masalah

- Membuat kontrak untuk latihan mengontrol ansietas

S : - klien mengatakan merasa sedih bila memikirkan penyakitnya, - klien mengatakan ingin cepat sembuh agar bisa melakukan

aktivitas seperti dulu lagi, - klien mengatakan nafasnya masih terasa sesak dan berat, - klien mengatakan biasanya bila ada masalah klien hanya

memendamnya senidiri di dalam hati, - klien tidak pernah mau menceritakan masalahnya kepada orang

lain. O : klien tampak murung, klien bersikap kooperatif da n menerima

mahasiswa, klien mau mengungkapkan perasaannya A : klien mampu mengenal masalah ansietasnya P :

p/ :latih cara mengontrol ansietas dengan relaksasi nafas dalam

Dx 4 - mengkaji masalah ketidakberdayaan yang dialami oleh klien

- mendiskusikan tentang hal-hal yang menyebabkan masalah ketidakberdayaan

- mengidentifikasi hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh klien selama sakit

S : klien mengatakan tidak dapat melakukan apapun sejak mulai sakit, Klien mengatakan seluruh aktivitasnya harus dibantu oleh istrinya Klien mengatakan kelemahan nya lah yang menyebabkan klien tidak berdaya

O : klien mempu mengungkapkan perasaannya, Klien dapat mengidentifikasi hal-hal yang tidak dapat dilakukan selama sakit, klien dapat mengidentifikasi hal-hal yang dapat dilakukan selama klien sakit

A : klien dapat mengenal masalah ketidakberdayaan dan

Page 69: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

- bersama klien mengidentifikasi hal-hal yang bisa dilakukan selama sakit

mengidentifikasi hal negative dan positif P : latih berfikir positif

10/5/2013 Dx 1 - Memonitor tanda vital - Memonitor pola nafas - Mengauskultasi bunyi nafas - Mempertahankan posisi semi fowler - Mempertahankan pemberian oksigen - Mengingatkan klien untuk

mempraktekan batuk efektif - Melakukan fisioterapi dada dengan

claving dan vibrasi - Memberikan inhalasi

S : k/ mengatakan sesaknya sedikit berkurang O : sesak (+), batuk (+), dahak(+), retraksi dada (+) RR 26x/mnt, ronchi (+), Wheezing (+) A: bersihan jalan nafas klien belum efektif P: p/ pertahankan posisi, pertahankan oksigen, monitor pola nafas k/ pertahankan bedrest

Dx 2 - Memonitor asupan nutrisi - Memotivasi klien untuk makan

dengan porsi sedikit tapi sering - Memotivasi klien untuk segera

makan saat makanan baru saja disajikan

- Memotivasi klien untuk minum air hangat sebelum makan untuk mengurangi mual

- Berkolaborasi dengan ahli gizi

S : klien mengatakan belum bias makan banyak, Keluarga mengatakan klien belum mau makan O : klien masih tampak pucat, klien makan 3 suap A : asupan nutrisi belum adekuat P : p/ tingkatkan motivasi klien untuk makan k/ makan sedikit tapi sering, makan saat makanan masih hangat

Dx 3 - Menyapa klien dengan ramah - Mengevaluasi perasaan klien - Mendengarkan klien - Menjelaskan cara mengatasi cemas

dengan latihan relaksasi nafas dalam

S : klien mengatakan perasaannya lebih tenang, klien mengatakan hanya memikirkan ingin segera sembuh dan bias pulang ke rumah. O : klien mau menerima perawat, klien tampak relaks, ekspresi wajah tidak tegang, klien mempraktekan latihan relaksasi nafas dalam namun belum optimal karena klien merasa sesak. A : klien belum mampu melakukan latihan relaksasi nafas dalam dengan

Page 70: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

- Mempraktekan latihan nafas dalam - Memberi kesempatan kepada klien

untuk mempraktekan kembali cara nafas dalam

- Memberikan reinforcement positif atas usaha klien mempraktekan latihan nafas dalam.

optimal P : p/ latih kembali relaksasi nafas dalam, kaji respon klien terhadap latihan relaksasi. k/ latih relaksasi nafas dalam sesuai kemampuan

11/5/2013 Dx 1 - Memonitor tanda vital - Memonitor pola nafas - Mengauskultasi bunyi nafas - Mempertahankan posisi semi fowler - Mempertahankan pemberian oksigen - Melakukan fisioterapi dada dengan

claving dan vibrasi - Memberikan inhalasi

S : k/ mengatakan sesaknya berkurang O : sesak (+), batuk (+), dahak(+), retraksi dada (+) RR 23x/mnt, ronchi (+) wheezing (-) A : bersihan jalan nafas klien belum efektif P: p/ pertahankan posisi, pertahankan oksigen, monitor pola nafas k/

Dx 2 - Mengevaluasi asupan nutrisi klien - Mengkaji adanya mual atau

anoreksia - Memotivasi klien untuk makan - Mengingatkan kembali manfaat

makan bagi proses penyembuhan klien

S : klien mengatakan sudah tidak mual, namun nafsu makan belum ada O : klien masih tampak lemah, klien makan ¼ porsi makan yang disajikan A : intake nutrisi belum adekuat P : p/ kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian susu/ snack tambahan sebagai cemilan k/ makan sedikit tapi sering (ngemil)

Dx 3 - Mampertahankan sikap terbuka terhadap klien

- Mengevaluasi kemampuan klien dalam mengontrol ansietas dengan cara relaksasi nafas dalam

S : klien mengatakan perasaannya hari ini lebih baik daripada kemarin, keluhan sesak klien berkurang O : klien tampak tersenyum kepada mahasiswa, kontak mata baik, klien mau mengungkapkan perasaannya, klien mau mengikuti latihan relaksasi yang diajarkan, klien mempraktekan latihan dafas dalam dengan baik.

Page 71: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

- Menjelaskan manfaat teknik relaksasi nafas dalam

- Melatih kembali latihan relaksasi nafas dalam

- Memberikan reinforcement atas usaha klien

A : klien dapat mengontrol ansietas dengan relaksasi nafas dalam P : p/ latih teknik distraksi k/ latihan relaksasi nafas dalam setiap pagi dan malam

12/5/2013 Dx 1 - mengukur tanda vital - Memonitor pola nafas - Mengauskultasi bunyi nafas - Mempertahankan pemberian oksigen - Memberikan inhalasi

S : keluhan sesak berkurang O : batuk (+), dahak(+), retraksi dada (+) RR 24x/mnt, ronchi (+), wheezing (-) A: bersihan jalan nafas klien belum efektif P: p/ monitor bunyi nafas k/ pertahankan posisi nyaman

Dx 2 - Mengevaluasi asupan nutrisi klien - Memotivasi klien untuk makan - Melibatkan keluarga untuk

memberikan motivasi agar klien menghabiskan porsi makannya

S : klien mengatakan nafsu makannya sudah mulai ada O : klien menghabiskan ½ porsi makanan yang disajikan, mukosa mulut lembab A : asupan nutrisi mulai adekuat P : p/ tingkatkan motivasi dan libatkan keluarga untuk membantu klien makan k/ makan porsi sedikit tai sering

Dx 3 - Mempertahankan hubungan saling percaya

- mengkaji perasaan yang dirasakan klien hari ini

- mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan relaksasi nafas dalam

- memberikan penjelasan tentang latihan distraksi sebagai alternative

S : klien mengatakan dengan relaksasi fikirannya menjadi lebih tenang, keluarga mengatakan klien sudah mulai mau makan O : klien tampak tenang, klien menerima mahasiswa dengan sikap yang baik, klien kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan, klien tampak senang saat diajak berbicara tentang pengalamannya saat pertama kali bertemu istrinya. A : klien mampu mengontrol ansietasnya dengan teknik relaksasi dan distraksi Tingkat ansietas berkurang dari sedang ke ansietas ringan.

Page 72: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

untuk mengontrol ansietas - mengajarkan teknik distraksi dengan

mengajak klien bercerita tentang pengalaman yang menyenangkan

- memberikan reinforcement positif atas usaha klien

P : p/ latih keluarga dalam merawat klien dengan masalah ansietas k/ latihan relaksasi nafas dalam 2x sehari, latihan distraksi 2x perhari

13/5/2013 Dx 1 - Memonitor tanda vital - Memonitor pola nafas - Mengauskultasi bunyi nafas - Mempertahankan pemberian oksigen - Memberikan inhalasi

S : k/ mengatakan sesaknya berkurang O : sesak < , batuk (+), dahak(+), retraksi dada < , RR 24x/mnt, ronchi (+), wheezing (-), O2 2 lt/mnt, infuse D5% + 1 ½ amp Aminophilin /12 jam A: bersihan jalan nafas klien belum efektif P: p/ monitor pola nafas, kaji toleransi klien terhadap mobilisasi k/ latihan duduk dan turun dari tempat tidur

Dx 2 - Mengkaji asupan nutrisi klien - Memberikan motivasi kepada klien

untuk menghabiskan porsi makannya

S : klien mengatakan sudah mulai mau makan, keluarga mengatakan klien sudah mau makan dengan disuapi O : klien menghabiskan ¾ porsi makannya, mual (-), konjungtiva tidak anemis, klien menghabiskan snack yang disajikan A : asupan nutrisi sudah cukup adekuat P : intervansi dilanjutkan

Dx 3 - Menyapa klien dengan panggilan yang disukai

- Menanyakan perasaan klien hari ini - Mengevaluasi kemampuan klien

dalam mengontrol cemas - Menjelaskan tentang masalah

ansietas yang dialami oleh klien, definisi, penyebab dan tanda dan gejala yang dialami klien, dan komplikasi yang ditimbulkan akibat

S : klien mengatakan keadaannya lebih baik, keluarga mengatakan penyebab klien kambuh mungkin karena terlalu banyak fikiran, keluarga mengatakan akan memberikan dukungan kepada klien O :klien tampak tenang, sikap klien selama interaksi kooperatif, keluarga dapat mengulangi kembali definisi dari ansietas, dan mampu mengidentifikasi penyebab dan tanda gejala ansietas pada klien. Keluarga dapat bekerjasama dalam melakukan perawatan terhadap klien. A : keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada klien P : motivasi keluarga untuk selalu memberi dukungan kepada klien

Page 73: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

ansietas pada klien - Mendiskusikan bersama keluarga

cara merawat pasien dengan masalah ansietas

- Memberikan motivasi kepada keluarga agar memberi dukungan kepada klien

Dx 4 - Menjelaskan tantang masalah ketidakberdayaan kepada keluarga

- Menjelaskan cara merawat klien dengan masalah ketidak berdayaan

- Memberikan motivasi agar keluarga memberikan dukungan dan kesempatan kepada klien untuk dapat mengambil keputusan terhadap dirinya

S : keluarga mengatakan kasihan kepada klien sehingga semua aktivitas klien dibantu, keluarga mengatakan dulu klien sangat aktif namun semenjak sakit motivasi klien pun menurun. O : keluarga dapat menyebutkan kembali definisi, penyebab dan tanda ketidakberdayaan, keluarga mengetahui cara merawat klien dengan ketidakberdayaan. A : keluarga dapat mengenal masalah ketidakberdayaan P : latih klien berfikir positif

14/5/2013 Dx 1 - Memonitor tanda vital - Memonitor pola nafas - Mengauskultasi bunyi nafas - Mengevaluasi toleransi klien

terhadap aktivitas - Melanjutkan pemberian inhalasi

S : k/ mengatakan sesaknya sudah berkurang , tinggal sedikit lemes dan batuk O : sesak (-), batuk (+), dahak(+), retraksi dada < RR 22x/mnt, ronchi berkurang, wheezing (-) A: bersihan jalan nafas klien efektif P: p/ pertahankan monitoring keefektifan jalan nafas, edukasi perawatan di rumah

Dx 4 - Mengidentifikasi hal-hal yang tidak dapat dilakukan saat klien sakit

- Mendiskusikan dengan klien dan keluarga kegiatan yang masih dapat dilakukan walaupun dalam keadaan

S : klien mengatakan penyakitnya yang menyebabkan klien lemah dan tidak mampu berbuat apa-apa, klien mengatakan saat ini tidak bisa berbuat banyak bila tanpa bantuan dari istrinya. Klien sulit melakukan sesuatu sendiri, klien mengatakan semuanya terserah istrinya saja. O : klien tampak tenang , klien dapat mengidentifikasi hal-hal yang

Page 74: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351536-PR-Ade Lisna.pdf · bertujuan untuk menggambarkan hasil asuhan keperawatan ... prevalensi tertinggi

Universitas Indonesia

sakit - Mendiskusikan bersama klien dan

keluarga latihan berfikir positif - Bersama klien mengidentifikasi

sumber dukungan yang dimiliki - Mendiskusikan tentang harapan

klien - Memberikan motivasi kepada klien

untuk tetap bersemangat menghadapi sakitnya

- Memberikan reinforcement positif kepada klien

menyebabkan ketidakberdayaan, namun klien tidak dapat mengidentifikasi hal positif yang masih dapat dilakukan. Klien tidak dapat membuat keputusan sendiri tentang kesehatannya. A : klien belum mampu mengontrok ketidakberdayaannya P : tingkatkan latihan befikir positif

15/6/2013 - Mengevaluasi kemampuan klien dalam mengontrol ansietas dan ketidakberdayaan

- Memberikan rencana tindak lanjut yang harus dilakukan klien dan keluarga dirumah

Keadaan umum klien perbaikan, klien sudah diizinkan pulang oleh dokter yang merawat. Sudah diberikan edukasi tentng perawatan di rumah S: klien mengatakan sangat senang karena sudah diijinkan pulang oleh dokter, klien mengatakan perasaannya lebih baik, klien mengatakan akan mempraktekan latihan yang sudah diajarkan dirumah, keluarga mengatakan akan memberikan dukungan kepada klien. O : klien tampak tersenyum senang, ekspresi wajah berseri-seri. Klien dapat mempraktekan latihan dafas dalam saat dilakukan evaluasi. RTL : k/ latihan relaksasi setiap hari, latihan distraksi dan berfikir positif kelg/ beri dukungan untuk klien