150
ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN CABANG PAJAJARAN, BOGOR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BAURAN PEMASARAN Oleh YUGI RAMDHANI A.14101057 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN

MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN CABANG

PAJAJARAN, BOGOR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

BAURAN PEMASARAN

Oleh

YUGI RAMDHANI

A.14101057

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

Page 2: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

2

RINGKASAN

YUGI RAMDHANI, 2005. Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Makanan Siap Saji di Kentucky Fried Chicken Cabang Pajajaran, Bogor dan Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran. Di bawah bimbingan HARMINI. Perubahan pada pola konsumsi masyarakat yang beranekaragam, memunculkan konsep penghidangan makanan yang praktis, salah satunya adalah jenis fast food (makanan cepat saji). Peluang usaha ini dimanfaatkan oleh banyak pemilik modal dalam industri restoran fast food. Salah satu industri yang bergerak di bidang pengelola restoran siap saji adalah PT. Fast Food Indonesia, Tbk dengan merek dagang Kentucky Fried Chicken (KFC). Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, banyak usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Namun salah satu yang dirasakan paling penting adalah memahami perilaku konsumen. Selain itu, pihak KFC harus mengetahui karakteristik konsumen secara umum. Hal ini dapat bermanfaat bagi perusahaan karena konsumsi produk setiap wilayah berbeda satu sama lain. Selanjutnya pihak KFC harus mengetahui posisi relatifnya apabila dibandingkan dengan para pesaingnya, yaitu Mc. Donald’s dan California Fried Chicken. Setelah itu semua maka pihak perusahaan harus memikirkan strategi apa yang harus diterapkan agar produknya itu bisa diterima oleh konsumen. Penelitian dilaksanakan di KFC yang terletak di Jalan Pajajaran No. 8 Bogor, Jawa Barat. Pemilihan obyek penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2005. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer (pencarian informasi melalui kuesioner) dan data sekunder (dokumen perusahaan, makalah seminar, majalah, data di internet, laporan hasil penelitian dan literatur). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan accidentally sampling. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dan diperoleh jumlah responden sebanyak 99 orang. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan tabulasi deskriptif, Metode Analisis Biplot, Metode Fishbein, Importance Performance analysis (IPA) dan analisis bauran pemasaran. Analisis Biplot digunakan untuk mengetahui posisi relatif dari KFC. Analisis Fishbein dan IPA digunakan untuk menganalisis tingkat preferensi konsumen terhadap atribut-atribut KFC. Sedangkan bauran pemasaran digunakan untuk menganalisis implikasi perilaku konsumen terhadap strategi pemasaran.

Restoran KFC pertama kali berdiri pada tahun 1930 di Sanders Court, Amerika oleh Harland Sanders. Tetapi mulai dikenal di Indonesia pada Oktober 1979 dengan dibukanya restoran KFC pertama di Jalan Melawai, Jakarta Selatan. Dari awal beroperasi, KFC memiliki daya saing produk yang mampu menempatkan KFC sebagai restoran dengan hasil olahan ayam goreng yang lezat. Produk unggulannya yaitu Original Recipe Chicken dan Hot and Crispy Chicken. Dalam menjalankan bisnisnya, PT. Fast Food Indonesia, Tbk membidik segmen pasar yang luas, tidak terbatas oleh faktor gender ataupun usia sehingga sampai saat ini telah memiliki 201 outlet yang tersebar di 44 kota besar di Indonesia.

Page 3: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

3

Sampai dengan akhir tahun 2004 tercatat jumlah tenaga kerja lebih dari 9270 karyawan.

Karakteristik konsumen yang datang ke KFC rata-rata berusia 17 – 25 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Hampir 80 persen pengunjung masih belum menikah dengan jenis pekerjaan mahasiswa atau pelajar. Penghasilan per bulan mereka antara 500.000–1.000.000 rupiah dengan pendidikan terakhir SLTA atau SMU.

Proses keputusan yang dilakukan oleh responden melalui lima tahapan proses keputusan pembelian, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan evaluasi pembelian. Pada tahap pengenalan kebutuhan, konsumen menganggap produk KFC sebagai makanan selingan yang dimotivasi oleh sekedar melepas rasa lapar dan/atau dahaga saja, dengan intensitas kunjungan kurang dari dua kali dalam sebulan. Pada tahap pencarian informasi, media yang paling mempengaruhi dalam pembelian produk di KFC yaitu konsumen itu sendiri, begitu juga dengan sumber informasi dimana konsumen mengetahui tentang produk KFC dan yang menjadi fokus utama apabila ada promosi adalah atribut rasa. Pada tahap evaluasi alternatif, indikator yang menjadi pertimbangan awal dalam pembelian, kualitas dan alasan memilih produk KFC adalah rasa. Pada tahap pembelian, konsumen biasanya berkunjung pada hari Sabtu atau Minggu dan itu pun tergantung situasinya. Pengaruh keluarga, teman dan penjual dalam menyarankan pembelian produk KFC adalah tidak berkomentar. Pada tahap evaluasi pasca pembelian, konsumen merasakan puas akan produk KFC dan akan kembali untuk mencobanya.

KFC, Mc. Donald’s dan CFC memiliki posisi yang saling berjauhan satu sama lainnya, yang artinya masing-masing merek tersebut tidak memiliki kedekatan atau kemiripan sifat satu dengan yang lainnya. Beberapa atribut yang memiliki kedekatan dengan KFC yaitu lokasi, tempat parkir, keramahan pelayan, daftar menu, kebersihan ruangan, dekorasi ruangan, jumlah porsi, rasa, kemasan bawa pulang dan harga, tidak ada satu atribut pun yang memiliki arah vektor yang berlawanan dengan merek ini sedangkan Mc. Donald’s memiliki kedekatan dengan atribut penampilan pelayan, kecepatan penyajian, temperatur ruangan, keharuman ruangan, musik, variasi jenis produk, aroma, promosi dan diskon, namun memiliki korelasi yang jauh pada atribut tempat parkir. Untuk CFC tidak terdapat satu atribut pun yang memiliki korelasi bila dibandingkan dengan kedua merek tadi.

Atribut lokasi, rasa dan keramahan pelayan menempati urutan teratas dari tingkat kepentingan yang dinilai oleh konsumen. Sedangkan untuk kinerjanya secara keseluruhan kedudukan Mc. Donald’s dinilai lebih baik bila dibandingkan dengan KFC.

Berdasarkan Importance Performance Analysis yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan, tidak terdapat atribut yang tingkat kepentingannya tinggi dan tingkat kinerjanya rendah. Atribut yang termasuk ke dalam tingkat kepentingan dan kinerja tinggi yaitu atribut lokasi, keramahan pelayan, penampilan pelayan, kecepatan penyajian produk, kecepatan transaksi, daftar menu, kebersihan, temperatur ruangan, aroma produk, rasa dan promosi. Selanjutnya yang termasuk ke dalam tingkat kepentingan dan kinerja rendah, antara lain tempat parkir, keharuman ruangan, musik, variasi jenis produk, jumlah porsi produk, harga dan

Page 4: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

4

diskon. Pada tingkat kepentingan rendah dan tingkat kinerja tinggi, terdapat atribut dekorasi ruangan dan kemasan bawa pulang.

Strategi pemasaran yang harus diterapkan di KFC mencakup atribut lokasi, tempat parkir, keramahan pelayan, kecepatan penyajian produk, kebersihan, dekorasi ruangan, keharuman ruangan, musik, variasi jenis produk, jumlah porsi, aroma produk, rasa, kemasan bawa pulang, promosi dan diskon. Untuk itu, KFC perlu meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bersaing dengan pesaing utamanya, Mc. Donald’s .

Page 5: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

5

ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN

MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN CABANG

PAJAJARAN, BOGOR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

BAURAN PEMASARAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar

Sarjana Pertanian

Oleh

YUGI RAMDHANI

A.14101057

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2005

Page 6: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

6

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh:

Nama : Yugi Ramdhani

NRP : A14101057

Program Studi : Manajemen Agribisnis

Judul : Analisis Proses Keputusan Konsumen dalam Pembelian

Makanan Siap Saji di Kentucky Fried Chicken Cabang

Padjajaran, Bogor dan Implikasinya terhadap Bauran

Pemasaran

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2005 Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Harmini, MSi. NIP. 131 688 732

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698

Tanggal Kelulusan : 29 November 2005

Page 7: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

7

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “ANALISIS PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM

PEMBELIAN MAKANAN SIAP SAJI DI KENTUCKY FRIED CHICKEN

CABANG PAJAJARAN, BOGOR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

BAURAN PEMASARAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN

ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR

AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA

SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN

TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS

ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI

BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, November 2005

YUGI RAMDHANI A.14101057

Page 8: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

8

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Kota Bandung pada tanggal 10 Juni 1983 sebagai

anak terakhir dari tiga bersaudara keluarga Bapak H. Didi Suwardi dan Ibu Hj.

Yoyoh Yohanah.

Penulis mengikuti pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Yakeswa

Bandung pada tahun 1988. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD

Yakeswa Bandung pada tahun 1995. Tahun 1995-1998 penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN 2 Bandung.

Pendidikan Tingkat Atas dapat penulis selesaikan pada tahun 2001 di SMUN 2

Bandung. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada

Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Page 9: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

9

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan ridha-Nya sehingga usulan penelitian dengan judul

“Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Makanan Siap Saji

Di Kentucky Fried Chicken Cabang Pajajaran, Bogor Dan Implikasinya

Terhadap Bauran Pemasaran” dapat diselesaikan.

Penulisan usulan ini merupakan pengajuan sebagai syarat untuk

menyelesaikan Program sarjana pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tak lupa penulis

mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas segala doa dan bantuannya,

baik berupa saran, masukan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, November 2005

Penulis

Page 10: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

10

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan

tepat waktu. Penyelesaian penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu dalam kesempatan berbahagia ini penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis, yaitu :

1. Ibu Ir. Harmini, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

membantu baik saran, kritik dan perhatian dalam bimbingan penulisan skripsi

ini.

2. Febriantina Dewi, SE. MM sebagai Dosen penguji utama yang memberikan

banyak masukan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji Komdik yang telah bersedia

mengkoreksi penulisan skripsi ini.

4. Seluruh pihak PT. Fast Food Indonesia, Tbk atas diperbolehkannya penulis

untuk melakukan penelitian.

5. Mama dan Papa atas doa, motivasi dan seluruh pengorbanan materi maupun

non materi serta perhatian yang selalu menyemangati penulis menyelesaikan

penelitian ini. Terima kasih untuk seluruh kasih sayang yang tak terbatas,

semoga penulis diberikan kesempatan untuk membalasnya.

6. Yudi dan Yuyus sebagai kakak-kakakku tersayang, atas doa dan semangatnya.

Terima kasih untuk kalian berdua. Juga kepada Keluarga Besar lainnya yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

7. Teman-teman sepermainan yang selalu ramai, terima kasih buat Nanda yang

selama empat tahun terakhir selalu menemani penulis kemanapun pergi (dasar

homo lo...!!!), trus bwt anak-anak LAHO: Opik (mandi donk byar ga bau

Page 11: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

11

etek), Renald (klo ngajakin maen jgn ke TL mulu), Mayer (giat nropong tlor

ayamnya yak), Salim (kapan pegi ke Cuba...ngan?), Deni (dasar Lo...Ga...y),

Rido (ngelenong mulu lo akh) dan Jefri (smangad cari kerja yak...!!!).

8. Teman-teman terbaik yang selalu menemani penulis, Cho-cho Be (uda jd

temen curhat), Pungky (kpn mlm nakal lg?), N’dut, Pini, Teh Ivy, Emma (uda

m’brikan pipinya untuk diuwel-uwel), Cecep (hatur nuhun kanggo

komputerna), Pipink, Daloe, Adit (saling smangatin okeh), Anti, Dethya (trims

bwt doanya), Nila, Arti, Nunu, Maya, Sita, Thesa, Wulan, Mi-Jud, I-C, Irna,

Kaka, Ethee, Esty, May, Shanti, Tita, Ati, Yari, Nana, Yopi, Bayu, Fatur,

Aceh, David, Nanang, Rika, Zee, Pimz, Ani, Bessy, Iffa, Ica, Nura, Alma,

Bulni, Willy, Azmi, Ali, Tulus, Fara, Windy, Johan, Ala, D-jonx, Bogel untuk

masa-masa indah di bangku kuliah, entah kapan semuanya terulang kembali.

9. Untuk Ocha beserta keluarga yang telah banyak membantu dalam segala hal

terutama materi (abis makan mulu stiap gw krmhnya). Tanpa dia, penulis kaga

bakalan bisa ngerjain skripsinya. Thanx a lot....!!!

10. Untuk AGB’36, Rully, Emir, Putra, Ryan. Tengkyu yah bwt nasehat2nya.

11. Untuk AGB’37, Zamid, Faisal, Didi, Adit, Andi, Ritma, Helay, Argi, Shielma,

Mira, Santo, Cherry, Farra, Dini, Rani, Icha. Trim’s buat smua bantuannya.

12. Untuk AGB’39, Lady, Erma, Putu, Lutfie, Ri-Q, Bayu, Jaka, Ganjar, Mbew,

Umar. Hatur nuhun pren’s.

13. Untuk MAB’40, Hilda, Oki, VV, QQ. Thanx 4 supporting me...

Serta seluruh pihak yang dekat dihati penulis dan tidak bisa disebutkan

satu persatu, terima kasih atas cinta yang tak kunjung henti.

Page 12: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

12

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah.......................................................................... 4 1.3. Tujuan .............................................................................................. 6 1.4. Manfaat ............................................................................................ 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Fast Food............................................................................ 8 2.2. Penggolongan Fast Food .................................................................. 9 2.3. Sistem Franchise .............................................................................. 9 2.4. Hasil Penelitian Terdahulu................................................................ 12

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................ 16 3.1.1. Perilaku Konsumen............................................................... 16 3.1.2. Proses Keputusan Pembelian Konsumen ............................... 17 3.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian..... 23 3.1.4. Atribut Produk dan Pengukuran ............................................ 29 3.1.5. Bauran Pemasaran................................................................. 30 3.1.6. Metode Analisis Data............................................................ 33

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional...................................................... 34

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 38 4.2. Jenis dan Sumber Data...................................................................... 38 4.3. Metode Penarikan Contoh................................................................. 38 4.4. Metode Analisis Data ....................................................................... 40

4.4.1. Analisis Deskriptif ................................................................ 40 4.4.2. Penentuan Atribut ................................................................. 40 4.4.3. Metode Analisis Biplot ......................................................... 41 4.4.4. Metode Analisis Fishbein...................................................... 42 4.4.5. Important Performance Analysis ........................................... 43 4.4.6. Bauran Pemasaran................................................................. 47

Page 13: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

13

4.5. Definisi Operasional ......................................................................... 48

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Kentucky Fried Chicken International .................................. 51 5.2. PT. Fast Food Indonesia, Tbk sebagai Franchisee KFC ................... 52 5.3. Perkembangan PT. Fast Food Indonesia, Tbk dan KFC Indonesia.... 54 5.4. Struktur Organisasi PT. Fast Food Indonesia, Tbk............................ 57 5.5. Deskripsi Produk KFC...................................................................... 63 5.6. Pengembangan Outlet dan Segmen Pasar PT. Fast Food Indonesia, Tbk.................................................................................. 65 5.7. Kondisi Ketenagakerjaan PT. Fast Food Indonesia, Tbk................... 67 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Umum Reesponden ..................................................... 70 6.2. Proses Keputusan Konsumen dalam Pembelian di KFC.................... 71

6.2.1. Pengenalan Kebutuhan............................................................ 72 6.2.2. Pencarian Informasi ................................................................ 74 6.2.3. Evaluasi Alternatif .................................................................. 76 6.2.4. Keputusan Pembelian ............................................................. 78 6.2.5. Evaluasi Pasca Pembelian....................................................... 82

6.3. Posisi Relatif KFC Terhadap Mc. Donald’s dan CFC ....................... 83 6.4. Persepsi Konsumen Terhadap Atribut-Atribut KFC .......................... 86

6.4.1. Metode Analisis Fishbein........................................................ 86 6.4.2. Important Performance Analysis............................................. 88

6.5. Implikasi dari Hasil Analisis pada Bauran Pemasaran....................... 112 VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ...................................................................................... 120 7.2. Saran ................................................................................................ 121

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 123 LAMPIRAN ................................................................................................. 126

Page 14: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

14

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkiraan Pertumbuhan Sektor Investasi Indonesia Tahun 2004........ 2

2. Perkembangan Perusahaan Restoran Cepat Saji di Indonesia Tahun 1997-2002 ............................................................................. 2

3. Matriks Data yang Diolah dengan Metode Biplot.............................. 41

4. Klasifikasi dan Data Penjualan Menu Produk KFC di Indonesia Tahun 2004 ...................................................................................... 64

5. Sebaran Jumlah Outlet KFC di Wilayah Nusantara Tahun 1996-2003 66

6. Komposisi Jumlah dan Persentase Karyawan KFC di Indonesia Berdasarkan Pendidikan Tahun 2004 ................................................ 68

7. Komposisi Jumlah dan Persentase Karyawan KFC di Indonesia Berdasarkan Tingkat Manajemen Tahun 2004 .................................. 68

8. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Karakteristik Umum .............................................................................................. 68

9. Sebaran Responden Menurut Intensitas Kunjungan dalam Sebulan di KFC ................................................................................................. 71

10. Sebaran Responden Menurut Manfaat yang Dicari di KFC ............... 73

11. Sebaran Responden Menurut Motivasi dalam Pembelian di KFC...... 73

12. Sebaran Responden Menurut Sumber Informasi Mengenai Produk KFC ................................................................................................. 74

13. Sebaran Responden Menurut Media yang Paling Mempengaruhi Dalam Pembelian Produk KFC......................................................... 75

14. Sebaran Responden Menurut Fokus Perhatian Terhadap Promosi Produk KFC ..................................................................................... 76

15. Sebaran Responden Menurut Indikator yang Menjadi Pertimbangan Awal dalam Pembelian Produk KFC................................................ 77

16. Sebaran Responden Menurut Indikator Kualitas Produk KFC........... 77

17. Sebaran Responden Menurut Alasan dalam Memilih Produk Favorit di KFC ............................................................................................. 78

Page 15: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

15

18. Sebaran Responden Menurut Waktu Berkunjung Melakukan Pembelian di KFC ............................................................................ 79

19. Sebaran Responden Menurut Cara Memutuskan Pembelian di KFC . 80

20. Sebaran Responden Menurut Pengaruh Anggota Keluarga dalam Menyarankan Pembelian Produk di KFC .......................................... 80

21. Sebaran Responden Menurut Pengaruh Teman dalam Menyarankan Pembelian Produk di KFC ................................................................ 81

22. Sebaran Responden Menurut Pengaruh Penjual dalam Menyarankan Pembelian Produk di KFC ................................................................ 81

23. Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepuasan Setelah Mengkonsumsi Produk KFC............................................................. 81

24. Sebaran Responden Menurut Tindakan Setelah Mengkonsumsi Produk KFC ..................................................................................... 83

25. Hasil Metode Analisis Fishbein ........................................................ 87

25. Rata-Rata Penilaian Kinerja dan Penilaian Kepentingan Untuk Masing-Masing Atribut KFC ............................................................ 89

27. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Lokasi KFC .......................................................... 91

28. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Keramahan Pelayan KFC...................................... 93

29. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Penampilan Pelayan KFC ..................................... 94

30. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Kecepatan Penyajian Produk KFC ........................ 95

31. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Kecepatan Transaksi KFC .................................... 96

32. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Daftar Menu KFC................................................. 97

33. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Kebersihan KFC ................................................... 98

34. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Temperatur Ruangan KFC.................................... 99

Page 16: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

16

35. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Aroma Produk KFC.............................................. 100

36. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Rasa Produk KFC................................................. 101

37. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Promosi KFC........................................................ 102

38. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Tempat Parkir KFC .............................................. 103

39. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Keharuman Ruangan KFC.................................... 104

40. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Musik KFC........................................................... 105

41. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Variasi Jenis Produk KFC..................................... 106

42. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Jumlah Porsi Produk KFC .................................... 108

43. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Harga Produk KFC ............................................... 109

44. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Diskon KFC ......................................................... 110

45. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Dekorasi Ruangan KFC ....................................................... 111

46. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Terhadap Kemasan Bawa Pulang KFC................................. 112

Page 17: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

17

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pangsa Pasar Industri Restoran Cepat Saji di Indonesia Tahun 1999-2002 ....................................................................................... 3

2. Perkembangan Jumlah Outlet KFC di Indonesia Tahun 1979-2003.. 4

3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya ....................................................... 17

4. Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat Ketidaksesuaian............................................................................... 18

5. Proses Pencarian Internal. ................................................................ 19

6. Komponen Dasar Proses Evaluasi Alternatif.................................... 21

7. Tahap-Tahap antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian.. 23

8. Kerangka Pemikiran Operasional..................................................... 37

9. Diagram Kartesius IPA.................................................................... 46

10. Plot Merek Restoran Cepat Saji Terhadap Atribut yang Diteliti ....... 85

11. Hasil Analisis IPA ........................................................................... 90

Page 18: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

18

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Data Hasil Olahan dengan Menggunakan Metode Biplot .................126

2. Struktur Organisasi ..........................................................................129

Page 19: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

19

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan ilmu dan teknologi serta keadaan ekonomi yang semakin

membaik dapat menyebabkan perubahan pola konsumsi dan cara makan

masyarakat. Masyarakat yang memiliki pendapatan yang tinggi cenderung akan

mengkonsumsi makanan yang berorientasi pada kesenangan. Selain itu, kesibukan

masyarakat di kota-kota besar dengan pekerjaan sehari-hari yang banyak menyita

waktu serta jam kantor yang semakin mengikat menyebabkan mereka tidak

mempunyai waktu yang cukup untuk menyiapkan makanan, sehingga

menimbulkan kebiasaan baru yaitu makan di luar rumah.

Perubahan perilaku makan dari sebagian masyarakat dapat mempengaruhi

timbulnya tuntutan pemenuhan kebutuhan pangan yang berkualitas, harga yang

terjangkau dan praktis. Hal tersebut menjadi daya tarik bagi pemilik modal untuk

mengembangkan usaha pelayanan makanan, antara lain restoran fast food (cepat

saji). Sesuai dengan apa yang telah diperkirakan oleh Danareksa Research

Institute dalam Majalah Swasembada (2004) seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Industri restoran cepat saji di Indonesia diharapkan mampu memberikan

kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Bisnis makanan sendiri dinilai

sebagai bisnis dengan prospek cerah dan strategis. Pada masa krisis ekonomi pada

tahun 1998, jumlah restoran cepat saji di Indonesia malah meningkat dengan

pertumbuhan 74,2 persen dari tahun sebelumnya, seolah tidak terpengaruh oleh

kondisi krisis ekonomi. Pada tahun 2000 hingga 2002 jumlah restoran cepat saji di

Indonesia mengalami sedikit penurunan dengan laju –1,76 persen per tahun.

Page 20: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

20

Perkembangan perusahaan restoran cepat saji di Indonesia dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 1. Perkiraan Pertumbuhan Sektor Investasi Indonesia Tahun 2004

Pertumbuhan (%) No Sektor Investasi 2003 2004

1 Penerbangan 21,1 18,2 2 Biro Perjalanan 5,2 6,3 3 Hotel 1,0 2,8 4 Restoran & Fast Food 3,6 4,7 5 Departement Stores 1,2 9,4 6 Asuransi 8,1 11,0 7 Supermarket 21,1 24,7 8 Perbankan 25,3 25,1 9 Textile & Garment -3,7 5,3 10 Farmasi 14,0 12,0 11 Rokok -3,0 0,0 12 Makanan & Minuman 1,8 5,3 13 Properti & Real Estate 5,4 7,6

Sumber: Danareksa Research Institute dalam Majalah Swasembada (2004)

Bisnis restoran makanan cepat saji banyak berdiri dengan cara waralaba

(franchise) seperti Mc. Donald’s, A&W Family, Pizza Hut dan Kentucky Fried

Chicken. Salah satu industri yang bergerak di bidang pengelola restoran siap saji

adalah PT. Fast Food Indonesia, Tbk dengan merek dagang Kentucky Fried

Chicken (KFC).

Tabel 2. Perkembangan Perusahaan Restoran Cepat Saji di Indonesia Tahun 1997 – 2002

Tahun Perusahaaan Asing Perusahaaan Lokal Total Laju Pertumbuhan (%)

1997 117 15 132 -

1998 210 20 230 74,2

1999 235 30 265 15,2

2000 226 34 260 - 1,9

2001 220 36 256 - 1,5

2002 212 39 251 - 1,9 Sumber : Accorn, 2002

Beberapa restoran sejenis yang muncul dan memungkinkan dapat menjadi

pesaing KFC di Indonesia diantaranya adalah California Fried Chicken, Texas

Page 21: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

21

36,15

5,759,10

14,50

31,48

32,8034,7332,53

31,8034,40 34,50

10,856,48 6,73

11,78 10,309,25

13,36

18,6214,89

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1999 2000 2001 2002

T ahu n

Pang

sa P

asar

(%)

MCD

KFC

CFC

TFC

Lainny a

Fried Chicken, Popeyes Chicken. Selain itu juga terdapat restoran pesaing yang

tidak sejenis seperti Mc. Donald’s dan Wendys yang memiliki kompetensi

utamanya pada produk burger. Khusus bagi Mc. Donald’s walaupun kompetensi

utamanya pada produk burger, tetapi dalam beberapa tahun belakangan ini, Mc.

Donald’s Indonesia tengah gencar melakukan promosi ayam goreng dan nasinya

sehingga menjadikannya sebagai kompetitor utama bagi KFC.

Mc. Donald’s sebagai pesaing utama KFC bersaing ketat dalam

perkembangan pangsa pasarnya. Selama periode tahun 1999 sampai tahun 2002

perkembangan pangsa pasar KFC menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,63 persen,

lebih rendah dibanding pesaing utamanya Mc. Donald’s dengan pertumbuhan

sebesar 1,56 persen. Perkembangan pangsa pasar beberapa restoran cepat saji di

Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pangsa Pasar Industri Restoran Cepat Saji di Indonesia Tahun 1999 - 2002

Keterangan: MCD = Mc. Donald’s KFC = Kentucky Fried Chicken

CFC = California Fried Chicken TFC = Texas Fried Chicken Lainnya = Popeyes Chicken, Wendys, A&W Family, Pizza Hut

Sumber : Accorn, 2002

Page 22: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

22

4 6 9 1 3 1 5 2 0 2 1 2 5 2 73 7

5 26 9

8 21 0 0

1 1 81 3 1

1 4 81 6 4

1 5 4 1 5 61 6 4

1 7 61 9 2

2 0 1

10

5 0

1 0 0

1 5 0

2 0 0

2 5 0

1979198019811982198319841985198619871988198919901991199219931994199519961997199819992000200120022003

Tah un

Jum

lah

Out

let

Dari jumlah outlet yang dimiliki, KFC masih lebih banyak dari outlet Mc.

Donald’s, namun pertumbuhan outlet Mc. Donald’s jauh lebih cepat. Dalam

kurun waktu tiga belas tahun dari awal beroperasinya pada tahun 1991, Mc.

Donald’s telah memiliki lebih dari 115 outlet. Jumlah outlet KFC dari awal

beroperasi tahun 1979 hingga kini sebanyak 201 outlet. Tentu saja menjadi

ancaman serius bagi KFC, karena konsumen akan lebih mudah menemukan outlet

pesaing utamanya. Adapun perkembangan jumlah outlet KFC dari awal berdirinya

di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Outlet KFC di Indonesia

Tahun 1979 – 2003 Sumber: PT. Fast food Indonesia, Tbk, 2003

1.2. Perumusan Masalah

Menghadapi persaingan yang semakin ketat, banyak usaha yang dilakukan

oleh perusahaan seperti penekanan pada biaya alat dan sarana produksi dan

peningkatan efisiensi produksi, dimana keduanya bertujuan untuk menekan harga

jual produknya menjadi lebih murah dibandingkan dengan pesaing atau melalui

Page 23: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

23

perbaikan mutu kemasan, peningkatan kualitas produk, pengembangan produk,

perbaikan saluran distribusi dan lain sebagainya.

Di antara sejumlah kegiatan tersebut, salah satu yang dirasakan paling

penting adalah memahami proses keputusan konsumen. Pemahaman proses

keputusan konsumen mencakup beberapa tahapan yaitu pengenalan kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil. Dari proses

keputusan tersebut dapat diperoleh gambaran umum mengenai produk seperti apa

yang sesungguhnya dibutuhkan dan diharapkan oleh konsumen.

Pada umumnya, konsumen lebih memilih suatu produk yang dapat

memenuhi kebutuhannya. Setelah mengetahui produk yang diinginkan oleh

konsumen maka pihak KFC haruslah membuat produknya sesuai dengan harapan

konsumen. Ketika keinginan konsumen terpenuhi maka volume penjualan KFC

akan meningkat dan pada akhirnya keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan

dapat tercapai.

Selain memahami proses keputusan konsumen, pihak KFC harus

mengetahui karakteristik responden secara umum. Hal ini bermanfaat bagi

perusahaan karena konsumsi suatu produk tiap wilayah akan berbeda satu sama

lain yang dipengaruhi oleh adanya perbedaan jumlah pendapatan, harga dan

kebiasaan. Dan akhirnya, perusahaan dapat menetapkan segmentasi pasar yang

cocok untuk diterapkan.

Selanjutnya perusahaan harus dapat membuat produk yang memiliki

keunggulan dan keunikan sehingga dapat membedakannya dengan produk

pesaingnya. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan mengidentifikasi

atribut apa saja yang dianggap penting dan berpengaruh bagi konsumen dalam

Page 24: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

24

keputusan pembelian suatu produk. Informasi ini menjadi penting untuk

mengetahui posisi produk KFC di mata konsumen relatif terhadap pesaingnya

yaitu Mc. Donald’s dan California Fried Chicken (CFC).

Setelah memahami karakteristik konsumen dan proses keputusan

konsumen dalam pembelian produk di KFC maka pihak perusahaan harus

memikirkan strategi apa yang harus diterapkan agar produknya bisa diterima oleh

konsumen. Selain itu juga ke-20 atribut yang diteliti akan berpengaruh bagi

penetapan bauran pemasaran (7P).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana karakteristik responden KFC?

2. Bagaimana proses keputusan konsumen dalam pembelian di KFC?

3. Bagaimana posisi relatif kinerja atribut-atribut KFC dibandingkan dengan Mc.

Donald’s dan CFC?

4. Bagaimana tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut-atribut KFC

menurut konsumen?

5. Apa strategi pemasaran yang sesuai berdasarkan perilaku konsumen terhadap

KFC agar dapat bersaing dengan Mc. Donald’s?

1.3. Tujuan

Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan

beberapa tujuan dari penelitian ini:

1. Mendeskripsikan karakteristik responden KFC.

2. Menganalisis proses keputusan konsumen dalam pembelian di KFC.

Page 25: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

25

3. Menganalisis posisi relatif kinerja atribut-atribut KFC, Mc. Donald’s dan

CFC.

4. Menganalisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut-atribut KFC

menurut konsumen.

5. Menyusun strategi pemasaran yang sesuai untuk diterapkan di KFC agar dapat

bersaing dengan Mc. Donald’s.

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi KFC untuk merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi strategi

pemasaran. Bagi penulis sendiri diharapkan agar penelitian ini berguna sebagai

sarana melatih diri dalam mengamati gejala yang terjadi di masyarakat dan

kemudian menghubungkannya dengan teori-teori yang penulis dapatkan semasa

kuliah.

Diharapkan juga bagi mahasiswa lain, penelitian ini dapat memberikan

informasi mengenai perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan terhadap

suatu produk yang dapat digunakan sebagai studi perbandingan untuk penelitian

selanjutnya.

Page 26: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

26

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Fast Food

Dengan semakin meningkatnya arus informasi dan globalisasi, di

Indonesia akhir-akhir ini terdapat kecenderungan minat berbagai kalangan

masyarakat akan restoran fast food atau cepat saji yang semakin meningkat. Hal

ini dapat terlihat dari semakin banyaknya jumlah outlet dari restoran cepat saji di

berbagai penjuru terutama di kota-kota besar.

Bertram (1975) mendefinisikan fast food sebagai makanan yang dapat

disiapkan dan dikonsumsi dalam waktu yang singkat. Biasanya merupakan

makanan orang-orang yang mempunyai waktu yang singkat untuk memasak atau

menyediakan makanan. Selain memiliki waktu penyajian yang cepat, makanan

jenis ini biasanya dikonsumsi oleh orang-orang yang sibuk atau memiliki gaya

hidup modern yang menginginkan kepraktisan serta kemudahan.

PT. Corinthian Infopharma Corpora menyatakan bahwa fast food

mempunyai beberapa pengertian yaitu:

1) Makanan yang disajikan dengan cepat dan mempunyai standar tertentu

yang meliputi mutu, pelayanan, dan harga.

2) Makanan yang dijual pada outlet-outlet tertentu yang memiliki ruangan

untuk bersantap di tempat, baik yang melayani sendiri (self service)

maupun dengan pesanan.

3) Makanan itu serba cepat, unik, dan sudah terkenal.

4) Restoran tersebut dioperasikan pada skala tertentu dan hidangan yang

disajikan dapat diproduksi secara massal.

Page 27: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

27

2.2. Penggolongan Fast Food

Restoran fast food terbagi menjadi dua golongan besar. Golongan pertama

didasarkan pada kronologi sejarah perkembangan fast food, maka tipe fast food di

Indonesia dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Coffee shop gaya Amerika seperti Mc Donald’s, Burger King, Kentucky

Fried Chicken.

2) Restoran tradisional gaya Indonesia seperti restoran Padang dan warung

tegal, dan

3) Restoran bentuk baru yaitu mengaitkan produk baru dengan lokasi yang

strategis, contohnya Hard Rock Cafe.

Penggolongan berikutnya berdasarkan menu. Jika dilihat dari menu yang

ditawarkan, maka fast food di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua macam.

Pertama, bermenu barat seperti hamburger, sandwich, pizza, ayam goreng,

kentang goreng, salad, dan beraneka jenis roti. Kedua, bermenu tradisional seperti

ketoprak, taoge goreng, lontong sayur, karedok, empek-empek, es campur, pisang

goreng, tahu goreng, wedang jahe dan bandrek (Hubeis, 1993).

Namun di Indonesia yang lebih dikenal sebagai fast food adalah makanan

yang bermenu barat. Sejak masuknya makanan luar yang ditandai dengan

berdirinya restoran-restoran asing, barulah restoran fast food menjadi populer di

Indonesia.

2.3. Sistem Franchise

Fast food semakin populer dan diminati oleh masyarakat dari berbagai

usia. Besarnya pangsa pasar fast food memberikan kesempatan untuk berbagai

Page 28: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

28

merek fast food dari luar untuk membuka restoran fast food di Indonesia dengan

sistem franchise. Sistem franchise dipilih karena sistem ini merupakan output

yang seragam dan konsisten bagi konsumen dimana pun produk dibeli (PT.

Corinthian Infopharma Corpora, 1993).

Sebuah restoran dapat digolongkan sebagai restoran fast food dan dapat

dijalankan dengan sistem franchise jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Makanan yang ditawarkan unik dan relatif sulit ditiru, produk yang tidak

unik harus memiliki nama yang telah terkenal.

2) Relatif menguntungkan dan telah sukses minimal selama dua tahun.

3) Memiliki pasar potensial yang besar, dan

4) Memiliki sistem operasional yang telah dibakukan.

Sebagian besar restoran fast food atau cepat saji yang ada di Indonesia

merupakan restoran waralaba (franchise) yang berasal dari luar negeri seperti

Kentucky Fried Chicken (pelopor fast food dan franchise), Mc Donald’s , A&W

Restaurant, Texas Fried Chicken, California Fried Chicken, Popeyes Chicken,

dan lainnya. Di Indonesia sendiri franchise dikenal dengan istilah waralaba dan

sebagian kecil dari dalam negeri seperti misalnya Es Teler 77 dan restoran Padang

Sederhana.

Menurut Suryana (1994), franchise adalah suatu persetujuan lisensi

menurut hukum antara suatu perusahaan (pabrik) penyelenggara dengan penyalur

atau perusahaan lain untuk melaksanakan usaha. Sedangkan franchising sendiri

adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan cabang atau

penyalur. Inti dari franchising adalah memberi hak monopoli untuk

Page 29: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

29

menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk. Perusahaan pemberi lisensi

disebut franchisor dan yang diberi lisensi disebut franchisee.

Kotler (1997), membedakan waralaba (franchise) berdasarkan tiga

karakteristik:

1) Pemberi waralaba memiliki merek dagang atau merek jasa dalam

melisensikannya kepada pewaralaba (franchisee) dan imbalannya adalah

pemberi royalti.

2) Pewaralaba diharuskan untuk membayar hak-hak untuk menjadi bagian

dari sistem tersebut. Akan tetapi iuran awal (initial fee) ini hanyalah

bagian kecil dari jumlah total yang pewaralaba investasikan ketika ia

menandatangani suatu kontrak waralaba.

3) Pemberi waralaba menyediakan suatu sistem pemasaran dan operasi untuk

menjalankan bisnisnya.

Dalam format bisnis seperti ini, perusahaan yang diberi hak monopoli

menyelenggarakan perusahaan seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan

pemberi lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek produk (logo), dan

prosedur penyelenggaraan secara standar. Pada umumnya dukungan yang

diberikan meliputi dukungan awal seperti pemilihan lokasi, rencana bangunan,

pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, periklanan, grafik, dan

bantuan pada acara opening. Dukungan lain yang berlanjut seperti pencatatan dan

akuntasi, konsultasi, pemeriksaan dan standar, promosi, pengendalian kualitas,

nasihat hukum, riset, dan material lainnya (Suryana, 1994).

Page 30: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

30

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai restoran cepat saji telah banyak dilakukan terutama

yang menyangkut masalah pemasaran. Hasil-hasil penelitian terdahulu membahas

pemasaran dari berbagai sudut pandang serta berbagai aspek pembahasan.

Hasil penelitian Sulistyowati (1994) melalui Pendekatan Penskalaan Multi

Dimensi menguraikan urutan atribut produk yang menjadi pertimbangan

konsumen dalam memilih produk ayam goreng di Kentucky Fried Chicken,

California Fried Chicken dan Bogor Fried Chicken antara lain adalah rasa,

keempukan daging ayam dan kerenyahan sedangkan atribut mutu pelayanan

adalah kebersihan, penyajian dalam keadaan panas, kecepatan pelayanan, ukuran

porsi, keramahan pelayan, harga, lokasi restoran, sambal dan saos tomat yang

disajikan, merek serta promosi yang dilakukan.

Hasmini (1994) dalam penelitiannya tentang Tinjauan Finansial

Perusahaan Fast Food Ayam Goreng Studi Kasus Pada PT. Fast Food Indonesia,

Jakarta dan PT. Putra Sejahtera Pioneerindo, Jakarta. Dari hasil analisis likuiditas

internal, dapat disimpulkan bahwa PT. Putra Sejahtera Pioneerindo berada dalam

keadaan likuid, PT. Fast Food Indonesia illikuid. PT. Fast Food Indonesia tidak

akan mampu menutupi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang

dimiliki karena perusahaan memiliki nilai hutang lancar yang lebih besar dari nilai

aktiva lancar. Dari hasil analisis efisiensi, didapat bahwa PT. Fast Food Indonesia

lebih efisien dari PT. Putra Sejahtera Pioneerindo. PT. Fast Food Indonesia lebih

mampu menghasilkan penjualan yang lebih tinggi dari aktiva dan modal yang

dimiliki. PT. Fast Food Indonesia memiliki nama yang lebih populer dan rasa

yang lebih enak untuk restoran sejenis lainnya. Pada PT. Putra Sejahtera

Page 31: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

31

Pioneerindo walaupun perusahaan berada dalam keadaan likuid, tapi kurang

mampu menghasilkan penjualan yang besar. Untuk analisis profitabilitas PT.

Putra Sejahtera Pioneerindo lebih tinggi. Hal ini dikarenakan nilai Harga Pokok

Penjualan (HPP) PT. Putra Sejahtera Pioneerindo relatif lebih rendah, yang

didapat dari potongan yang diberikan pemasok bahan baku dan sedikitnya biaya

yang dikeluarkan untuk HPP. PT. Fast Food Indonesia punya resiko bisnis dan

resiko keuangan relatif lebih besar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien

variasi laba optimal (CV) dan fluktuasi penjualan (SV) yaitu sebesar 0,39 dan

0,37 sedangkan PT. Putra Sejahtera Pioneerindo hanya sebesar 0,26 dan 0,20.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurhakim (2002) mengenai strategi

promosi dalam meningkatkan penjualan pada PT. Fast Food Indonesia, Tbk

(KFC) menggunakan pendekatan bauran pemasaran (Marketing Mix), SWOT dan

STP. Dikemukakan bahwa KFC telah berhasil melakukan strategi promosi untuk

memanfaatkan peluang yang ada dengan memaksimalkan kekuatan yang dimiliki.

Akan tetapi KFC perlu membuat inovasi-inovasi baru dalam produknya untuk

menghadapi persaingan yang semakin ketat.

Sumarto (2002) melakukan penelitian mengenai analisis terhadap atribut

KFC guna memenuhi kepuasan pelanggan dalam kaitannya dengan strategi

bersaing dengan menggunakan metode Brand Perceived Quality. Dalam hasil

penelitiannya dikemukakan bahwa sebagian besar atribut yang diukur yaitu atribut

pelayanan, kebersihan, makanan, harga, kenyamanan dan promosi, berada pada

posisi cukup yang artinya sebagian besar atribut ini mendapatkan penilaian yang

sama dari pelanggan dibanding pesaing-pesaing sejenisnya.

Page 32: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

32

Sahal (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Formulasi

Strategi PT. Fast Food Indonesia, Tbk (KFC) dalam Menghadapi Persaingan

Bisnis Fast Food” menyatakan bahwa perusahaan secara internal memiliki

kekuatan dan kelemahan. Kondisi internal yang menjadi kekuatan perusahaan

untuk bersaing adalah brand image yang kuat, jumlah outlet yang banyak, pelopor

restoran cepat saji, cita rasa produk sesuai konsumen, keseragaman standar

pelayanan dan produk, sertifikat halal, program pelatihan berkelanjutan, kondisi

keuangan yang sehat dan dukungan franchisor.

Sementara yang menjadi kelemahan perusahaan adalah promosi tidak

selalu tepat sasaran, diversifikasi produk kurang, lokasi store sebagian kurang

strategis, program Research & Development belum optimal, promosi premium

kurang menarik, Product Life Cycle (PLC) kurang diperhatikan, kemampuan dan

keterampilan sumberdaya manusia beragam, sistem informasi manajemen dalam

operasional, gudang dan penjualan lemah dan Total Quality Management yang

lemah.

Kondisi eksternal yang menjadi peluang untuk dimanfaatkan adalah

segmen pasar yang besar, kecenderungan kebijakan konsumen akan pesan antar,

jumlah penduduk tinggi, penerimaan produk oleh semua lapisan dan terbukanya

segmen anak-anak. Ancaman eksternal yang dihadapi adalah menjamurnya

waralaba asing, persaingan antara restoran sejenis dan tidak sejenis, kondisi

politik dan keamanan, pertumbuhan ekonomi tidak stabil, kebijakan pemerintah

yang mendukung dan kebijakan franchisor yang kadang kaku.

Apabila dibandingkan dengan penelitian terdahulu, penulis menganalisis

lebih banyak atribut dalam penelitiannya. Selain itu penelitian sebelumnya kurang

Page 33: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

33

membahas pada bauran pemasaran, itu pun hanya sebatas membahas strategi

promosi yang akan diterapkan dalam manajemen KFC agar dapat meningkatkan

penjualan. Sedangkan strategi lainnya tidak dibahas.

Pada penelitian lainnya, ada yang membahas tentang formulasi strategi apa

yang cocok untuk digunakan di KFC. Tetapi atribut yang dipakai hanya enam

atribut, yaitu atribut pelayanan, kebersihan, produk, harga, kenyamanan dan

promosi. Sedangkan pada penelitian ini terdapat 20 atribut yang akan diteliti,

antara lain atribut lokasi, tempat parkir, keramahan pelayan, penampilan pelayan,

kecepatan penyajian, kecepatan transaksi, daftar menu, kebersihan ruangan,

dekorasi ruangan, temperatur ruangan, keharuman ruangan, musik, variasi jenis

produk, jumlah porsi, aroma, rasa, kemasan bawa pulang, harga, promosi dan

diskon.

Kaitan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah meneliti

perusahaan yang sama, yakni KFC. Sehingga isi dari penelitian ini dapat saling

melengkapi dan berguna bagi pihak KFC agar dapat memaksimalkan

penjualannya.

Page 34: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

34

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Perilaku konsumen merupakan suatu aspek penting yang harus

diperhatikan oleh perusahaan yang menganut konsep pemasaran dengan tujuan

memberikan kepuasan kepada konsumen. Mempelajari perilaku konsumen berarti

mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan dengan menggunakan

sumberdaya yang dimilikinya (waktu, uang dan usaha) untuk memperoleh produk

atau jasa yang mereka inginkan. Didalamnya terdapat pembahasan mengenai

jenis, alasan, waktu, tempat dan frekuensi pembelian yang dilakukan serta

frekuensi pemakaian suatu produk atau jasa.

Setelah mendapatkan informasi mengenai keputusan pembelian oleh

konsumen, maka diharapkan perusahaan akan mampu merumuskan strategi-

strategi apa saja yang akan diterapkan untuk memenuhi keinginan konsumen.

3.1.1. Perilaku Konsumen

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), perilaku konsumen adalah

tindakan yang terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan

produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului tindakan ini.

Perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh banyak faktor. Menurut Engel,

Blackwell dan Miniard (1994), perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh

faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu serta proses psikologis. Secara

sederhana, hubungan antara ketiga faktor tersebut dengan proses keputusan

konsumen dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 35: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

35

Gambar 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Sumber: Engel, Blackwell, dan Miniard (1994)

3.1.2. Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli

tidak muncul begitu saja, tetapi melalui suatu tahapan tertentu. Berdasarkan

Engel, Blackwell dan Miniard (1994) terdapat lima tahapan proses keputusan

pembelian konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi

alternatif, pembelian, dan evaluasi hasil pembelian.

STRATEGI PEMASARAN

PERBEDAAN INDIVIDU

• Sumberdaya konsumen • Motivasi & keterlibatan • Pengetahuan • Sikap • Kepribadian, gaya hidup,

demografi

PROSES KEPUTUSAN

• Pengenalan kebutuhan • Pencarian informasi • Evaluasi alternatif • Pembelian • Hasil

PENGARUH LINGKUNGAN

• Budaya • Kelas sosial • Pengaruh pribadi • Keluarga • Situasi

PROSES PSIKOLOGIS

• Pemrosesan informasi • Pembelajaran • Perubahan sikap/perilaku

Page 36: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

36

1. Pengenalan Kebutuhan

Proses pembelian suatu produk oleh konsumen dimulai ketika suatu

kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali. Pengenalan kebutuhan pada hakikatnya

bergantung pada berapa banyak ketidaksesuaian yang ada diantara keadaan aktual

dan keadaan yang diinginkan. Ketika ketidaksesuaian ini melebihi tingkat atau

ambang tertentu, kebutuhan pun dikenali. Namun seandainya ketidaksesuaian itu

berada di bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan pun tidak terjadi

(Engel, Blackwell dan Miniard, 1995). Secara skematik hal ini dapat ditunjukkan

oleh Gambar 4.

Kotler (1997) menyatakan bahwa kebutuhan dapat dicetuskan oleh

rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan internal adalah kebutuhan dasar

yang timbul dalam diri seseorang, seperti lapar, haus dan lain-lain. Sedangkan

rangsangan eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan oleh dorongan

eksternal.

Gambar 4. Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat Ketidaksesuaian

Sumber: Engel, Blackwell, dan Miniard (1995)

Keadaan yang diinginkan

Di bawah ambang

Tidak ada pengenalan kebutuhan

Tingkat ketidaksesuaian

Pengenalan kebutuhan

Di atas ambang

Keadaan aktual

Page 37: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

37

2. Pencarian Informasi

Setelah pengenalan kebutuhan terjadi, konsumen akan menuju tahap

berikutnya dari proses keputusan membeli. Pencarian informasi, sebagai tahap

kedua dari proses pengambilan keputusan oleh Engel, Blackwell dan Miniard

(1995) didefinisikan sebagai aktivasi termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan

di dalam ingatan (pencarian internal) atau perolehan informasi dari lingkungan

(pencarian eksternal).

Pencarian internal adalah pencarian informasi melalui ingatan untuk

melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan yang tersimpan di dalam

ingatan jangka panjang. Jika pencarian internal memberikan informasi yang

memadai, maka pencarian eksternal tidak dibutuhkan. Ketika pencarian internal

tidak mencukupi, konsumen memutuskan untuk mencari tambahan melalui

pencarian eksternal, yaitu mengumpulkan informasi tambahan dari lingkungan.

Pada tahap ini, perhatian utama pemasar adalah sumber informasi utama yang

akan dicari konsumen. Proses pencarian informasi dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 38: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

38

Gambar 5. Proses Pencarian Internal Sumber: Engel, Blackwell, dan Miniard (1995)

Menurut Kotler (1997), sumber informasi konsumen digolongkan dalam

empat kelompok, yaitu:

a. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.

b. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan, pedagang.

c. Sumber publik: media massa, organisasi penilai konsumen.

d. Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian, dan pengujian atau pemakaian

produk.

Faktor lain yang mempengaruhi tahap pencarian adalah situasi pencarian,

ciri-ciri produk, lingkungan eceran dan konsumen itu sendiri (Engel, Blackwell

dan Miniard, 1995). Tekanan waktu merupakan salah satu sumber pengaruh

situasi. Situasi pembelian yang mendesak menuntut sedikit waktu untuk

melakukan pencarian ekstensif dan teliti. Pencarian ekstensif akan dilakukan

apabila konsumen merasakan adanya perbedaan ciri-ciri produk diantara merek-

merek yang ada.

Pengenalan kebutuhan

Pencarian internal

Pencarian internal berhasil ?

Lanjutkan dengan keputusan Jalankan pencarian eksternal

Determinan dari pencarian internal: 1. Pengetahuan

yang sudah ada

2. Kemampuan untuk memperoleh kembali informasi

Page 39: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

39

Lingkungan eceran mempengaruhi pencarian seorang konsumen, karena

jarak antara pesaing eceran dapat menentukan banyaknya toko yang menjadi

tempat belanja konsumen selama pengambilan keputusan. Pencarian lebih

mungkin terjadi ketika konsumen melihat perbedaan yang penting diantara

pengecer. Faktor terakhir adalah konsumen, dimana karakteristik konsumen yang

meliputi pengetahuan, keterlibatan, kepercayaan dan sikap serta karakteristik

demografi secara kuat akan ikut menentukan perilaku pencarian informasi.

3. Evaluasi Alternatif

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1995), evaluasi alternatif

didefinisikan sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih

untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pada tahap evaluasi, konsumen harus: (a)

menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif-

alternatif, (b) memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan, (c)

menilai kinerja dari alternatif yang dipertimbangkan, dan (d) memilih dan

menerapkan kaidah keputusan untuk membuat suatu pilihan akhir. Keempat

komponen dasar tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 40: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

40

Gambar 6. Komponen Dasar Proses Evaluasi Alternatif Sumber: Engel, Blackwell, dan Miniard (1995)

Untuk memilih alternatif, konsumen menggunakan dimensi atau atribut

tertentu yang disebut dengan kriteria evaluasi. Kriteria evaluasi yang digunakan

antara lain harga, nama merek, negara asal, garansi ataupun kriteria yang bersifat

hedonik (prestise, status). Penentuan kriteria evaluasi tertentu yang digunakan

oleh konsumen selama pengambilan keputusan akan bergantung pada beberapa

faktor, diantaranya adalah pengaruh situasi, kesamaan alternatif-alternatif pilihan,

motivasi, keterlibatan dan pengalaman (Engel, Blackwell dan Miniard, 1995).

Setelah menentukan kriteria evaluasi yang digunakan untuk menilai

alternatif maka konsumen memutuskan alternatif mana yang akan dipilih. Tahap

ini terdiri dari menentukan alternatif-alternatif pilihan, menilai alternatif pilihan

dan terakhir menyeleksi kaidah keputusan (Engel, Blackwell dan Miniard, 1995).

4. Keputusan Pembelian

Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan,

dimana dan bagaimana membeli. Engel, Blackwell dan Miniard (1995)

mengungkapkan bahwa pembelian merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu

Menentukan kriteria evaluasi

Menerapkan kaidah keputusan

Menilai kinerja alternatif

Menentukan kriteria pilihan

Page 41: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

41

niat pembelian dan pengaruh lingkungan dan/atau perbedaan individu. Niat

pembelian konsumen dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu (a) produk

dan merek, dan (b) kelas produk. Niat pembelian kategori pertama umumnya

disebut sebagai pembelian yang terencana penuh, dimana pembelian yang terjadi

merupakan hasil dari keterlibatan tinggi dan pemecahan masalah yang diperluas.

Kategori yang kedua dapat juga disebut sebagai pembelian yang terencana jika

pilihan merek dibuat di tempat pembelian.

Kotler (1997) mengungkapkan terdapat dua faktor yang dapat

mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian (Gambar 7). Faktor

pertama adalah sikap atau pendirian orang lain. Seberapa jauh faktor ini

mempengaruhi alternatif yang disukai seseorang tergantung pada intensitas dari

pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan

motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin kuat sikap

negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, maka

konsumen akan semakin menyesuaikan maksud pembeliannya. Faktor kedua yang

dapat mempengaruhi niat pembelian dan keputusan pembelian adalah faktor

situasi yang tidak diantisipasi atau tidak diinginkan. Adanya faktor ini akan dapat

mengubah rencana pembelian suatu produk yang akan dilakukan konsumen.

Page 42: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

42

Gambar 7. Tahap-tahap antara Evaluasi Alternatif dan

Keputusan Pembelian Sumber: Engel, Blackwell dan Miniard (1995)

5. Evaluasi Hasil Pembelian

Setelah pembelian terjadi, konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian

yang dilakukannya. Evaluasi lebih jauh terjadi dalam bentuk perbandingan kinerja

produk atau jasa berdasarkan harapan. Hasil dari evaluasi pascapembelian ini

berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas

pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan

yang negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum. Ini

berarti bahwa upaya untuk mempertahankan pelanggan menjadi bagian yang

penting sekali dalam strategi pemasaran.

3.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Proses keputusan konsumen untuk membeli suatu produk dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti yang dijelaskan dalam teori perilaku konsumen oleh

Engel, Blackwell dan Miniard (1994). Proses keputusan pembelian tersebut

ditentukan oleh tiga hal pokok yaitu input informasi, proses informasi dan faktor-

faktor yang menentukan proses keputusan.

Input informasi dan proses informasi merupakan pengaruh rangsangan

pemasaran yang dilakukan oleh para pemasar dengan tujuan agar konsumen

Evaluasi alternatif

Niat pembelian

Faktor situasi yang tidak diantisipasi

Pendirian orang lain

Keputusan pembelian

Page 43: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

43

memperoleh pengertian yang baik dan benar mengenai produk-produk yang

dipasarkannya. Bagaimana rangsangan pemasaran tersebut dapat mempengaruhi

proses keputusan konsumen tergantung dari proses informasi yang terjadi dan

persepsi yang ada dalam diri konsumen tentang produk tersebut. Sementara

faktor-faktor yang menentukan keputusan pembelian pada konsumen terdiri dari

pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis konsumen

tersebut (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994).

3.1.3.1.Pengaruh Lingkungan

Pengaruh lingkungan memiliki peranan yang cukup besar terhadap

perilaku konsumen. Informasi yang lengkap mengenai faktor-faktor lingkungan

yang mempengaruhi perilaku konsumen memberikan masukan yang sangat berarti

terhadap strategi pemasaran sebuah perusahaan. Faktor lingkungan ini terdiri dari

budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi.

1. Budaya

Dalam studi perilaku konsumen, budaya mengacu pada nilai, gagasan,

artefak dan simbol-simbol lain yang bermakna membantu individu untuk

berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat

(Engel, Blackwell dan Miniard, 1994). Budaya mempengaruhi perilaku konsumen

dalam tiga faktor yaitu (a) budaya mempengaruhi struktur konsumsi, (b) budaya

mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, dan (c) budaya adalah

variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi makna dari sebuah produk.

2. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari

individu-individu yang berbagi nilai, minat dan perilaku yang sama. Kelas sosial

Page 44: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

44

tidak ditentukan oleh faktor tunggal seperti pendapatan tetapi merupakan

kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan variabel lainnya.

Kelas sosial memperlihatkan preferensi dan pemilihan merek yang berbeda-beda

dalam berbagai kategori produk tertentu, seperti pakaian, perabotan rumah,

kegiatan waktu luang dan kendaraan.

3. Pengaruh Pribadi

Pengaruh pribadi kerap memainkan peranan penting dalam pengambilan

keputusan konsumen, khususnya bila ada tingkat keterlibatan yang tinggi dan

resiko yang dirasakan dari produk atau jasa memiliki visibilitas publik. Hal ini

diekspresikan baik melalui kelompok acuan maupun melalui komunikasi lisan.

Pemasar dapat memanfaatkan pengaruh pribadi dengan memonitor

komunikasi lisan dan berusaha mengendalikannya bila komunikasi itu bersifat

negatif. Strategi lain mencakup menciptakan pemberi pengaruh yang baru,

menstimulasi pencarian informasi melalui sumber ini, mengandalkan sepenuhnya

pada pengaruh antar pribadi untuk mempromosikan produk dan memerangi

komunikasi lisan yang negatif.

4. Keluarga

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), keluarga adalah kelompok

yang terdiri atas dua orang atau lebih yang dihubungkan melalui darah,

perkawinan atau adopsi dan yang tinggal bersama. Keluarga memainkan peranan

terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku manusia. Oleh karena

itu manajemen pemasaran berkepentingan mempelajari perilaku anggota keluarga,

terutama dalam melakukan pembelian barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhannya.

Page 45: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

45

5. Situasi

Situasi dapat memberikan pengaruh yang kuat dalam perilaku konsumen.

Pengaruh situasi ini dapat timbul dari lingkungan fisik (sifat nyata yang

merupakan situasi konsumen), lingkungan sosial (ada tidaknya orang lain dalam

situasi bersangkutan), waktu (sifat sementara dari situasi), tugas (tujuan atau

sasaran tertentu yang dimiliki konsumen dalam situasi) dan keadaan anteseden

(suasana hati dan kondisi sementara konsumen).

3.1.3.2.Perbedaan Individu

Ada lima cara dimana konsumen berbeda dalam mengambil keputusan

belanja sehingga berpengaruh terhadap perilaku konsumen, yaitu (1) sumberdaya

konsumen, (2) motivasi dan keterlibatan, (3) pengetahuan, (4) sikap dan (5)

kepribadian, gaya hidup dan demografi.

1. Sumberdaya Konsumen

Konsumen memiliki tiga sumberdaya utama yang mereka gunakan dalam

proses pertukaran dan melalui proses ini pemasar memberikan barang dan jasa.

Ketiga sumberdaya ini adalah ekonomi, temporal dan kognitif. Hal ini

menunjukkan bahwa pemasar bersaing untuk mendapatkan uang, waktu dan

perhatian konsumen.

2. Motivasi dan Keterlibatan

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), perilaku yang termotivasi

diprakarsai oleh pengaktifan atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan adalah

varibel utama dalam motivasi. Kebutuhan didefinisikan sebagai perbedaan yang

disadari antara keadaan ideal dan keadaan sebenarnya yang memadai untuk

mengaktifkan perilaku.

Page 46: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

46

Keterlibatan mengacu pada relevansi yang disadari dalam tindakan

pembelian dan konsumsi. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi lebih kuat untuk

memperoleh dan mengolah informasi serta kemungkinan yang jauh lebih besar

dari pemecahan masalah yang diperluas.

3. Pengetahuan

Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang

disimpan dalam ingatan konsumen. Informasi yang dipegang konsumen mengenai

produk akan sangat mempengaruhi pola pembelian. Pemasar selain harus

mempertimbangkan mengenai pengetahuan produk atau product knowledge

(merek, kategori, atribut, terminologi), pengetahuan pembelian atau purchasing

knowledge (kapan dan dimana pembelian terjadi), juga harus mempertimbangkan

pengetahuan pemakaian (usage knowledge).

4. Sikap

Engel, Blackwell dan Miniard (1994) menyatakan bahwa sikap

didefinisikan sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang

berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten

dengan objek atau alternatif yang diberikan. Mengetahui sikap konsumen dapat

memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan pemasaran antara lain

membantu mengidentifikasi pangsa pasar, mengevaluasi program pemasaran

sebelum dilaksanakan di dalam pasar dan meramalkan perilaku di masa

mendatang.

5. Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi

Kepribadian dan gaya hidup merupakan variabel-variabel yang

menyebabkan perbedaan dalam konsumsi produk dan preferensi merek. Dalam

Page 47: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

47

perilaku konsumen, kepribadian didefinisikan sebagai respon yang konsisten

terhadap stimulus lingkungan (Engel, Blackwell dan Miniard, 1994).

Pilihan produk juga dipengaruhi oleh gaya hidup dan demografi. Gaya

hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu

serta uang. Sedangkan faktor demografi seperti usia pembeli, tingkat pendidikan

atau sifat rumah tangga juga akan mempengaruhi perilaku pembelian seseorang.

3.1.3.3.Proses Psikologis

Proses psikologis merupakan proses sentral yang membentuk semua aspek

motivasi dan perilaku konsumen. Pembelian yang dilakukan dipengaruhi oleh

pemrosesan informasi, pembelajaran dan perubahan sikap dan perilaku.

1. Pemrosesan Informasi

Pemrosesan informasi didefinisikan sebagai proses dimana rangsangan

pemasaran diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan kemudian diambil lagi

oleh konsumen untuk menilai alternatif-alternatif produk (Engel, Blackwell dan

Miniard, 1994).

2. Pembelajaran

Engel, Blackwell dan Miniard (1994) memandang pembelajaran sebagai

suatu proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan,

sikap dan/atau perilaku. Terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu

pembelajaran kognitif (cognitive learning) dan pendekatan behaviourisme

(behaviourist approach). Dalam pembelajaran kognitif, pembelajaran

dicerminkan melalui perubahan pengetahuan dan fokusnya adalah pada pengertian

akan proses mental yang menentukan bagaimana orang mempelajari informasi.

Page 48: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

48

Sedangkan pada pendekatan behaviourisme, pendekatan ini semata-mata

berkenaan dengan perilaku yang dapat diamati.

3. Perubahan Sikap dan Perilaku

Sikap dan perilaku konsumen dapat dipengaruhi secara persuasif melalui

komunikasi. Selain itu, terdapat berbagai teknik yang biasa digunakan pemasar

untuk memodifikasi perilaku manusia.

3.1.4. Atribut Produk dan Pengukuran

Dalam menggunakan analisis multiatribut untuk mengukur perilaku

konsumen, maka persoalan pertama yang muncul adalah atribut apa saja yang

dianggap sah untuk suatu obyek perilaku konsumen. Menurut Simamora (2002)

obyek perilaku konsumen merupakan merek atau kategori produk, sehingga dari

sini dapat diberikan dua pengertian untuk atribut yaitu pertama, atribut sebagai

karakteristik yang membedakan merek atau produk dari yang lain. Dari pengertian

ini maka atribut meliputi dimensi-dimensi yang terkait dengan produk atau merek,

seperti performance, conformance, keandalan, desain, gaya, reputasi, dan lain-

lain.

Kedua, faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam mengambil

keputusan tentang pembelian suatu merek atau kategori produk yang melekat pada

produk atau menjadi bagian produk itu sendiri. Dari pengertian ini dapat diartikan

atribut selain meliputi dimensi-dimensi yang terkait dengan produk atau merek,

tetapi juga menyangkut apa saja yang dipertimbangkan dalam pengambilan

keputusan untuk membeli, menonton, memperhatikan suatu produk, seperti harga,

ketersediaan suatu produk, merek, harga jual kembali, ketersediaan suku cadang,

harga suku cadang, layanan setelah penjualan dan lain-lain.

Page 49: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

49

3.1.5. Bauran Pemasaran

Menurut Kotler (1997), jika suatu perusahaan sudah menetapkan strategi

penentuan posisinya, berarti perusahaan sudah siap memulai merencanakan

rincian bauran pemasaran. Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama

dalam pemasaran modern. Definisi bauran pemasaran adalah himpunan atau

perangkat variabel pemasaran yang terkendali yang diramu perusahaan untuk

menghasilkan tanggapan yang diinginkannya dalam pasar sasaran.

Bauran pemasaran terdiri dari apa saja yang dapat dilakukan perusahaan

untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan-kemungkinan

demikian dapat dikumpulkan menjadi empat kelompok yang dikenal sebagai

“Empat P” yaitu produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi

(promotion).

a. Bauran Produk

Dalam Umar (1997) produk didefinisikan sebagai suatu yang dapat

ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau

dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu kebutuhan atau keinginan. Produk selain

berbentuk fisik juga jasa atau layanan. Pengembangan suatu produk

mengharuskan perusahaan menentukan manfaat-manfaat apa yang akan diberikan

oleh produk itu. Manfaat-manfaat ini dikomunikasikan dan hendaknya dipenuhi

oleh atribut produk.

b. Bauran Harga

Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat

dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh

Page 50: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

50

pembeli dan penjual melalui tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk

satu harga yang sama terhadap semua pembeli (Umar, 1997).

Menurut Kotler (1997), aspek harga merupakan salah satu alat bauran

pemasaran yang kritis. Terdapat enam langkah penetapan harga, yaitu (1)

menetapkan tujuan harga, (2) menetapkan permintaan, (3) memperkirakan biaya-

biaya, (4) menganalisis biaya-biaya, harga dan penawaran pesaing, (5) memilih

metode penetapan harga, dan (6) memilih harga akhir. Aspek harga terdiri dari

beberapa komponen, yaitu daftar harga (price list), diskon (discounts),

penghargaan (allowances), periode pembayaran (payment period) dan termin

kredit (credit terms).

c. Bauran Distribusi

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994), pemilihan tempat membeli

suatu produk merupakan fungsi dari karakteristik konsumen dan karakteristik

toko. Pilihan tempat juga merupakan fungsi dari empat variabel, yaitu kriteria

evaluasi, karakteristik toko yang dirasakan, proses perbandingan dan toko-toko

yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.

Keputusan tentang tempat dimana konsumen akan membeli suatu produk

dipengaruhi atribut yang mencolok dari tempat tersebut, seperti harga, iklan dan

promosi, personel penjualan, pelayanan yang diberikan, atribut fisik, pelanggan

toko, atmosfer toko dan pelayanan sesudah transaksi.

d. Bauran Promosi

Promosi adalah kunci dalam kampanye penjualan. Kotler (1997)

mendefinisikan bahwa promosi terdiri dari kumpulan kiat intensif yang beragam,

kebanyakan berjangka pendek, dirancang untuk mendorong pembelian suatu

Page 51: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

51

produk/jasa tertentu secara lebih cepat dan/atau lebih besar oleh konsumen atau

pedagang. Keberhasilan suatu promosi yang dilakukan dinilai dari pengaruhnya

terhadap preferensi masyarakat terhadap produk yang ditawarkan.

Pendekatan pemasaran “Empat P” tradisional sering berhasil untuk barang

tetapi berbagai elemen tambahan perlu diperhatikan dalam bisnis jasa. Booms dan

Bitner menyarankan “Tiga P” tambahan dalam pemasaran jasa: orang (people),

bukti fisik (physical evidence) dan proses (process).

Karena sebagian besar jasa diberikan oleh orang, seleksi, pelatihan dan

motivasi, pegawai dapat memberikan perbedaan yang besar dalam kepuasan

pelanggan. Idealnya, pegawai harus memperlihatkan kompetensi, sikap

memperhatikan, responsive, inisiatif, kemampuan memecahkan masalah dan niat

baik. Perusahaan-perusahaan juga mencoba mempertunjukkan jasa mereka

melalui bukti fisik dan penyajian. Akhirnya, perusahaan jasa dapat memilih dari

berbagai proses yang berbeda-beda dalam memberikan pelayanan.

Penulis dalam penelitiannya menggunakan 7P, karena sekarang ini banyak

konsumen yang lebih menginginkan kenyamanan tempat yang ingin dikunjungi

juga menginginkan kepraktisan/kecepatan dalam memperoleh sesuatu. Walaupun

restoran/tempat makan menyajikan makanan dan minuman yang enak tetapi tidak

diiringi dengan pelayanan yang ramah, maka konsumen akan merasa dikecewakan

sehingga konsumen tersebut tidak akan kembali lagi.

3.1.6. Metode Analisis Data

Pengolahan data diperlukan untuk menerjemahkan angka-angka yang

didapat dari hasil penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. Alat analisis yang

Page 52: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

52

digunakan adalah analisis deskriptif, analisis Biplot, analisis Fishbein dan analisis

model Important Performance Analysis.

a. Analisis Deskriptif

Menurut Nazir (1988), metode deskriptif adalah suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki.

b. Metode Analisis Biplot

Metode Analisis Biplot merupakan alat statistik dekriptif dimensi ganda yang

menyajikan pengaruh baris (obyek) dan kolom (peubah) dari suatu matrik data

dalam suatu bidang datar Biplot dalam menggambarkan posisi relatif antara

obyek dan peubah, serta hubungan antara obyek amatan dengan peubah

(Gabriel, 1971).

Analisis Biplot digunakan untuk mengetahui posisi relatif dari suatu merek

berdasarkan atribut-atributnya. Informasi lainnya yang dapat diperoleh dari

Analisis Biplot adalah informasi mengenai korelasi di antara atribut merek

yang diteliti.

c. Metode Analisis Fishbein

Metode Analisis Fishbein digunakan untuk mengetahui sikap konsumen

terhadap suatu obyek tertentu, seperti produk dan pelayanan. Dengan

menggunakan skema pengkodean bipolar, Metode Analisis Fishbein dapat

menunjukkan sikap konsumen mengenai atribut yang aktual dari suatu produk.

Page 53: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

53

Berdasarkan penilaian atribut produk yang aktual dengan menggunakan Metode

Analisis Fishbein, maka berimplikasi pada pengembangan produk.

d. Model Important Performance Analysis

Menurut Simamora (2001) Important Performance Analysis (IPA) adalah

teknik yang digunakan untuk mengukur atribut-atribut atau dimensi-dimensi dari

tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja yang diharapkan konsumen dan sangat

berguna bagi pengembangan program strategi pemasaran yang efektif. IPA ini

merupakan dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan

apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan demi

meningkatkan kepuasan pelanggan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Konsumen akan berusaha memuaskan kebutuhan atau keinginannya

dengan mengkonsumsi produk dan layanan yang dapat memberikan manfaat

tertentu yang dicarinya. Sebelum sampai pada tindakan pembelian, konsumen

terlebih dahulu melalui proses pengambilan keputusan. Secara umum tahapan-

tahapan dalam proses pengambilan keputusan tersebut adalah pengenalan

kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil. Menurut

Engel, Blackwel dan Miniard (1994), faktor utama yang mempengaruhi proses

keputusan pembelian adalah faktor lingkungan, perbedaan individu dan proses

psikologis. Ketiga faktor tersebut akan memberikan pengaruh yang berbeda

terhadap tiap-tiap individu konsumen.

Kota Bogor yang terletak di pinggir kota metropolitan Jakarta merupakan

pusat pertumbuhan industri jasa dan perdagangan, masyarakatnya beraneka ragam

Page 54: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

54

baik suku, agama, pekerjaan, usia, tingkat pendidikan, selera dan sebagainya.

Selain itu juga adanya peningkatan pendapatan keluarga menyebabkan daya beli

masyarakat meningkat dan memiliki implikasi pada kebutuhan serta selera

semakin bervariasi terhadap makanan. Hal ini menjadi daya tarik bagi pemasar

makanan untuk lebih mengembangkan produk-produk yang dipasarkannya.

Akibatnya penting bagi para pemasar untuk bersaing memperebutkan konsumen.

Untuk mengembangkan strategi pemasaran dalam meraih pasar, pemasar

harus mengetahui perilaku konsumen yang akan menjadi sasarannya. Oleh karena

itu diperlukan data-data yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil

keputusan, dimulai dari tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,

evaluasi alternatif, pembelian dan hasil.

Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah IPA yang

digunakan untuk mengukur atribut-atribut atau dimensi dari tingkat kepentingan

dan tingkat pelaksanaan yang diharapkan pelanggan dan sangat berguna dalam

pengembangan program strategi pemasaran yang efektif (Simamora, 2001).

Kemudian dengan menggunakan Analisis Biplot dapat diperoleh posisi

KFC dibandingkan dengan merek lainnya yaitu Mc. Donald’s dan California

Fried Chicken. Dan terakhir adalah analisis Fishbein yang digunakan untuk

mengidentifikasi bagaimana konsumen merangkai kepercayaan terhadap atribut

suatu produk, sehingga membentuk sikap tentang berbagai obyek (Rangkuti,

2003).

Pada penelitian ini penulis menggunakan atribut sebanyak 20 buah, yaitu:

lokasi, tempat parkir, keramahan pelayan, penampilan pelayan, kecepatan

penyajian, kecepatan transaksi, daftar menu, kebersihan ruangan, dekorasi

Page 55: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

55

ruangan, temperatur ruangan, keharuman ruangan, musik, variasi jenis produk,

jumlah porsi, aroma, rasa, kemasan bawa pulang, harga, promosi dan diskon.

Ke-20 atribut tersebut akan dianalisis dengan metode Biplot, Fishbein dan IPA.

Hasil dari ketiga evaluasi tersebut menghasilkan rekomendasi bagi pengembangan

bauran pemasaran (7P) makanan siap saji. Kerangka pemikiran selengkapnya

dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 56: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

56

Keterangan: Umpan Balik

Gambar 8. Kerangka Pemikiran Operasional

Metode Analisis Biplot

Important Performance

Analysis

Proses Keputusan Pembelian 1. Pengenalan Kebutuhan 2. Pencarian Informasi 3. Evaluasi Alternatif 4. Keputusan Pembelian 5. Evaluasi Pasca Pembelian

Persaingan yang ketat menyebabkan KFC perlu menyesuaikan produk dan layanan mereka sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen

Pengaruh Lingkungan

Pengaruh Perbedaan Individu

Metode Analisis Fishbein

Proses Psikologis

Analisis Deskriptif

Implikasi Bauran Pemasaran

20 ATRIBUT

Page 57: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

57

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kentucky Fried Chicken (KFC) yang

berlokasi di Jalan Pajajaran No. 8 Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (purposive) mengingat bahwa KFC adalah restoran cepat

saji pertama dengan konsep waralaba dan juga merupakan cabang pertama yang

ada di Kota Bogor. Penelitian lapang dilaksanakan pada Bulan Juli-Agustus 2005.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data atau informasi yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua,

yaitu:

1. Data Primer, yaitu sumber data yang diperoleh dari responden atau

konsumen yang berkunjung ke restoran KFC melalui kuesioner.

2. Data Sekunder, yaitu data primer yang telah diolah pihak pengumpul data

primer atau pihak lain seperti dokumen perusahaan, makalah seminar,

majalah, data di internet, laporan hasil penelitian serta literatur dari

berbagai instansi terkait.

4.3. Metode Penarikan Contoh

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara kebetulan

(accidentally sampling) yaitu memberikan kuesioner kepada konsumen yang

ditemukan di KFC dan bersedia diwawancarai. Konsumen yang diwawancara

harus pernah mengkonsumsi KFC, Mc. Donald’s dan California Fried Chicken.

Page 58: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

58

Di dalam pengambilan sampel tidak melupakan pertimbangan waktu, biaya dan

tenaga sehingga tidak dapat melakukan survei pada seluruh anggota populasi.

Menurut Vockell (1983) dalam Sevilla (1993), sampel berkenaan dengan strategi-

strategi yang memungkinkan untuk mengambil satu sub kelompok dari kelompok

yang lebih besar, lalu kelompok kecil ini digunakan sebagai dasar untuk membuat

keputusan tentang kelompok besar tersebut. Untuk menentukan jumlah sampel

dari populasi, digunakan rumus Slovin dalam Sevilla et al (1993) yaitu:

n = 21 NeN

+

Dimana:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi.

e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (% kelonggaran

ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi)

Pada penelitian ini, populasi adalah rata-rata jumlah pengunjung restoran

cepat saji KFC selama satu bulan yaitu sebanyak 7225 orang pengunjung. Dengan

nilai kritis sebesar sepuluh persen, maka nilai n adalah sebagai berikut :

n = . 7225 . = 98.63 • 99 1 + 7225 (10%)2

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin, maka

jumlah responden yang akan diambil adalah 99 orang dengan rincian sebagai

berikut: 50 orang merupakan konsumen merek KFC, 40 orang merupakan

konsumen merek Mc. Donald’s dan sisanya sebanyak sembilan orang konsumen

merek California Fried Chicken.

Page 59: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

59

4.4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa alat analisis, antara

lain analisis deskriptif, analisis Biplot, analisis Fishbein dan analisis model

Important Performance Analysis.

4.4.1. Analisis Deskriptif

Data mengenai karakteristik konsumen, perbedaan individu, pengaruh

lingkungan dan proses keputusan pembelian di KFC mulai dari pengenalan

kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian sampai pasca

pembelian. Hasil akan dikelompokan dalam bentuk tabel berdasarkan kesamaan

jawabannya. Tabel ini dianalisis berdasarkan faktor-faktor yang dominan dari

variabel-variabel yang diamati.

4.4.2. Penentuan Atribut

Penulis menetapkan 20 atribut yang akan dibahas dalam penelitian ini

didasarkan atas teori Simamora (2002) yaitu atribut meliputi dimensi-dimensi

yang terkait dengan produk/merek. Selain itu, atribut juga menyangkut apa saja

yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan untuk membeli, menonton,

memperhatikan suatu produk.

Dari teori tersebut maka penulis menetapkan 20 atribut yang akan dibahas

adalah lokasi, tempat parkir, keramahan pelayan, penampilan pelayan, kecepatan

penyajian, kecepatan transaksi, daftar menu, kebersihan restoran, dekorasi

ruangan, temperatur ruangan, keharuman ruangan, musik, variasi jenis produk,

jumlah porsi, aroma, rasa, kemasan bawa pulang, harga, promosi dan diskon.

Selain itu, penulis juga melihat penelitian-penelitian yang terdahulu dalam

menentukan atributnya dan telah dilakukan pre-test kepada konsumen sebanyak

Page 60: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

60

20 orang untuk mengetahui apakah atribut tersebut telah mewakili penilaiannya

dalam proses pengambilan keputusan pembelian terhadap suatu produk.

4.4.3. Metode Analisis Biplot

Biplot merupakan suatu alat analisis statistika yang menyajikan posisi

relatif n obyek pengamatan, dalam hal ini ke-n merek dengan p peubah, 20 atribut

yang diteliti secara simultan dalam dua dimensi. Analisis Biplot dapat digunakan

pada data minimal skala pengukuran interval. Pengolahan data menggunakan

program komputer SPSS 11.0. Sebagai input untuk Makro Biplot adalah matriks

rataan yaitu matriks yang berisi rataan dari setiap peubah pada setiap obyek, atau

matriks data dari n obyek dan p peubah itu sendiri. Struktur data yang dapat

dianalisis dengan Metode Biplot diperlihatkan oleh Tabel 3.

Tabel 3. Matriks Data yang Diolah dengan Metode Biplot

Ket : n = Jumlah responden m = Jumlah peubah

Yjk = Skala penilaian responden ke-i terhadap peubah ke-j Sumber : Gabriel, 1971

Output Biplot berupa nilai singular dan keragamannya, rasio skala garis

pada Biplot, koordinal Biplot, serta Biplot itu sendiri. Dua singular pertama

menunjukkan keragaman yang diterangkan oleh komponen 1 (sumbu utama 1)

dan komponen 2 (sumbu utama 2) pada Biplot. Besarnya keragaman yang dapat

Peubah ke- Merek KFC

ke-

1 2 3 …….. m 1 Y11 Y12 Y13 …….. Y1m

2 Y21 Y22 Y23 …….. Y2m

3 Y31 Y32 Y33 …….. Y3m

…….. …….. …….. …….. …….. ……..

n Yn1 Yn2 Yn3 …….. Ynm

Page 61: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

61

diterangkan oleh kedua sumbu utama tersebut dapat dilihat dari persentase

keragamannya.

Interpretasi dari Biplot itu sendiri adalah sebagai berikut:

1. Panjang vektor peubah sebanding dengan keragaman peubah tersebut.

Semakin panjang vektor suatu peubah maka keragaman peubah tersebut

semakin tinggi.

2. Nilai kosinus sudut antara dua vektor peubah menggambarkan korelasi kedua

peubah. Semakin sempit sudut yang dibuat antara dua peubah maka semakin

positif tinggi korelasinya. Jika sudut yang dibuat tegak lurus maka korelasi

keduanya rendah, sedangkan jika sudutnya tumpul (berlawanan arah) maka

korelasinya negatif.

3. Posisi obyek (KFC, Mc. Donald’s dan California Fried Chicken/CFC) yang

searah dengan suatu vektor peubah berarti peubah tersebut mencirikan ketiga

merek yang diteliti. Semakin dekat letak KFC dengan arah yang dituju oleh

suatu peubah maka semakin identik peubah tersebut untuk KFC, sedangkan

jika arahnya berlawanan maka tidak terdapat suatu kedekatan.

4. Kedekatan letak/posisi tiga buah obyek (KFC, Mc. Donald’s dan CFC)

diintepretasikan sebagai kemiripan sifat yang ditunjukkan oleh nilai-nilai

peubahnya yang semakin mirip.

4.4.4. Metode Analisis Fishbein

Metode Analisis Fishbein merupakan model multi-atribut yang paling

terkenal untuk digunakan dalam menganalisis penelitian preferensi konsumen dan

diformulasikan sebagai berikut:

∑=

===n

iiimk beAAA

1

.

Page 62: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

62

Dimana:

A = sikap terhadap KFC (Ak) dan Mc. Donald’s (Am)

bi = tingkat kepercayaan atribut ke-i

ei = tingkat kepentingan atribut ke-i

n = jumlah atribut

Penilaian dengan metode ini diambil dari perhitungan nilai rataan atribut

seluruh responden, lalu diformulasikan ke dalam Metode Analisis Fishbein. Hasil

formulasi tersebut berupa nilai dari varibel-variabel Fishbein yang ditampilkan

dalam suatu tabel. Variable-variabel Fishbein tersebut adalah:

1. Variabel ei menggambarkan tingkat kepentingan atribut restoran makanan

siap saji yang diukur pada sebuah skala tingkat kepentingan lima angka

yang berjajar yaitu dari 5 = sangat penting hingga 1 = tidak penting.

2. Variabel bi menunjukkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa restoran

makanan siap saji yang diteliti memiliki atribut yang diberikan. Skala

pengukuran bi yaitu lima angka yang berjajar dari 2 = sangat percaya

hingga -2 = sangat tidak percaya.

3. Variabel A menunjukkan penilaian sikap responden terhadap atribut

restoran makanan siap saji yang merupakan hasil perkalian setiap skor

kekuatan kepercayaan dengan skor evaluasi atributnya. Hasil analisis

Fishbein ditampilkan dalam bentuk tabel yang memuat angka-angka

perhitungan setiap atribut dan produk yang diteliti.

4.4.5. Important Performance Analysis (IPA)

Analisis ini merupakan suatu teknik penerapan yang praktis untuk

mengukur atribut dari tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan itu sendiri

Page 63: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

63

yang berguna untuk pengembangan program pemasaran yang efektif. Dari

berbagai persepsi tingkat kepentingan pelanggan dapat dirumuskan tingkat

kepentingan yang paling dominan. Diharapkan dengan memakai konsep tingkat

kepentingan ini dapat ditangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya

dimensi tersebut di mata pelanggan. Skala Likert digunakan sebagai indikator

skala ukuran secara kuantitatif untuk tingkat kepentingan menurut persepsi

pelanggan dan tingkat pelaksanaan atau kinerja secara nyata dari suatu produk dan

jasa pelayanan. Dalam hal ini digunakan lima peringkat nilai yang diberi skor atau

bobot sebagai berikut:

Untuk tingkat kepentingan diberi skor sebagai berikut:

a. Jawaban tidak penting diberi skor 1

b. Jawaban kurang penting diberi skor 2

c. Jawaban biasa diberi skor 3

d. Jawaban penting diberi skor 4

e. Jawaban sangat penting diberi skor 5

Sedangkan skor terhadap tingkat pelaksanaan produk KFC adalah sebagai

berikut:

a. Jawaban tidak baik diberi skor 1

b. Jawaban kurang baik diberi skor 2

c. Jawaban cukup baik diberi skor 3

d. Jawaban baik diberi skor 4

e. Jawaban sangat baik diberi skor 5

Page 64: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

64

Untuk penyederhanaan angka-angka dalam diagram kartesius, tingkat

kepentingan dan tingkat pelaksanaan yang dimuat dalam diagram kartesius adalah

skor tingkat kepentingan dan skor tingkat pelaksanaan rata-rata responden.

Rumus skor tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan adalah sebagai

berikut:

jX = n

X i∑ jY = n

Yi∑

Dimana:

Xi = skor tingkat pelaksanaan dari responden ke-i

Yi = skor tingkat kepentingan dari responden ke-i

jX = skor rata-rata tingkat pelaksanaan untuk atribut ke-j

jY = skor rata-rata tingkat kepentingan untuk atribut ke-j

n = jumlah responden

Hasil dari perhitungan di atas kemudian dinyatakan dalam diagram

kartesius yang terbagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh dua garis yang

berpotongan tegak lurus pada titik (X , )Y . Perhitungan tersebut dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X = K

Xk

jj∑

Y = K

Yk

jj∑

Dimana:

X = rata-rata dari skor rata-rata bobot tingkat pelaksanaan seluruh

atribut untuk produk KFC

Page 65: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

65

Y = rata-rata dari skor rata-rata bobot tingkat kepentingan yang

mempengaruhi kepuasan konsumen

K = banyaknya atribut KFC

Seluruh hasil perhitungan di atas dimasukkan ke dalam salah satu kuadran

yang terdapat pada diagram kartesius (Rangkuti, 2003) pada Gambar 9.

Berdasarkan diagram tersebut dapat ditentukan alternatif strategi sesuai posisi

atribut pada tiap kuadran.

Gambar 9. Diagram Kartesius Important Performance Analysis (IPA) Sumber: Rangkuti, 2003

Keterangan diagram kartesius Important Performance Analisys (IPA):

a. Kuadran I memuat atribut yang dianggap penting oleh konsumen tetapi

pada kenyataannya kinerja KFC belum terlaksana secara optimal. Pihak

perusahaan harus memusatkan perhatian di kuadran ini karena memiliki

tingkat kepentingan tinggi tetapi kinerja perusahaan rendah di kuadran ini.

Y

X

Page 66: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

66

b. Kuadran II memuat atribut yang dianggap penting oleh konsumen dan

telah dilaksanakan produsen sesuai dengan harapan konsumen.

c. Kuadran III memuat atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen

dan pada kenyataannya perusahaan juga tidak melaksanakannya dengan

baik. Tetapi atribut yang berada dalam kuadran ini harus diperhatikan

dengan serius karena ketidakpuasan konsumen umumnya berawal dari

kuadran ini.

d. Kuadran IV memuat atribut yang dianggap kurang penting oleh konsumen

dan pelaksanaannya oleh perusahaan dianggap terlalu berlebihan. Atribut

yang termasuk ke dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan

dapat menghemat biaya.

Hasil dari analisis perilaku konsumen, analisis Biplot, analisis Fishbein,

dan Importance Performance Analysis kemudian dipadukan untuk mendapatkan

suatu gambaran mengenai makanan siap saji yang dapat mewakili keinginan

konsumen dan menjadi dasar dalam upaya merumuskan bauran pemasaran

makanan siap saji.

4.4.5. Bauran Pemasaran

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pada penelitian ini penulis akan

menggunakan 7P (product, price, place, promotion, people, physical evidence dan

process). Dari ke-20 atribut, yang termasuk ke dalam product yaitu rasa, aroma,

variasi jenis produk, jumlah porsi produk dan kemasan bawa pulang. Yang

termasuk ke dalam price yaitu harga dari produk itu sendiri dan diskon. Yang

termasuk place yaitu lokasi dimana KFC berada. Yang termasuk promotion yaitu

promosi yang dilakukan KFC untuk menarik perhatian konsumen.

Page 67: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

67

Sedangkan atribut yang termasuk ke dalam people yaitu keramahan

pelayan dan penampilan pelayan. Selanjutnya yang termasuk physical evidence

yaitu tempat parkir, daftar menu, kebersihan ruangan, dekorasi ruangan,

temperatur ruangan, keharuman ruangan restoran dan musik. Dan yang termasuk

ke dalam proses yaitu kecepatan penyajian produk dan kecepatan transaksi.

4.5. Definisi Operasional

Responden adalah pengunjung KFC yang sedang mengkonsumsi ayam

goreng dan sudah pernah mengkonsumsi ayam goreng Mc. Donald’s dan CFC.

Atribut lokasi adalah tempat dimana KFC, Mc. Donald’s dan CFC berada

dan merupakan tempat yang dituju konsumen untuk membeli produk yang

ditawarkan oleh masing-masing merek.

Atribut tempat parkir adalah lahan yang digunakan untuk menyimpan

kendaraan para pengunjung restoran KFC, Mc. Donald’s dan CFC.

Atribut keramahan pelayan adalah sikap yang ditampilkan oleh pelayan

kepada konsumen selama proses pembelian.

Atribut penampilan pelayan adalah pakaian yang dikenakan karyawan

berupa seragam yang bersih serta sopan.

Atribut kecepatan penyajian adalah waktu yang diperlukan untuk

menyajikan makanan dan minuman sampai ke tangan konsumen.

Atribut kecepatan transaksi adalah kecepatan kasir dalam melayani

pembayaran konsumen.

Atribut daftar menu adalah nama jenis-jenis produk yang disediakan

beserta harganya.

Page 68: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

68

Atribut kebersihan restoran meliputi kebersihan ruangan tempat makan,

toilet dan wastafel.

Atribut dekorasi ruangan adalah hiasan dinding atau hiasan gantung

yang berada di ruangan tempat makan.

Atribut temperatur ruangan diartikan sebagai suhu ruangan yang

memberikan kenyamanan bagi konsumen.

Atribut keharuman ruangan adalah keharuman yang tercium di sekitar

ruangan makan.

Atribut musik adalah alunan musik yang dapat didengar oleh konsumen

pada saat berada di KFC, Mc. Donald’s dan CFC.

Atribut variasi jenis produk adalah banyaknya jumlah menu yang

ditawarkan oleh KFC, Mc. Donald’s dan CFC kepada konsumen dalam hal

makanan dan minuman.

Atribut jumlah porsi adalah banyaknya makanan dan minuman dalam

satu porsi.

Atribut aroma diartikan sebagai tanggapan indera terhadap rangsangan

indera pencium pada ayam goreng KFC, Mc. Donald’s dan CFC.

Atribut rasa diartikan sebagai tanggapan indera terhadap rangsangan

indera pengecap pada ayam goreng KFC, Mc. Donald’s dan CFC.

Atribut kemasan bawa pulang adalah bungkus yang digunakan apabila

konsumen membeli produk di KFC, Mc. Donald’s dan CFC untuk dibawa pulang.

Atribut harga adalah nilai jual yang ditetapkan pada jenis produk ayam

goreng.

Page 69: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

69

Atribut promosi dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk

yang ditawarkan kepada konsumen.

Atribut diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh pihak

KFC, Mc. Donald’s dan CFC kepada konsumen.

Page 70: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

70

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Sejarah Kentucky Fried Chicken (KFC) International1

Restoran KFC pertama kali didirikan pada tahun 1930 oleh Harland

Sanders pada usianya yang ke-40. Restoran KFC pertama terletak di Sanders

Court, Amerika. Pada tahun awal berdirinya warga negara bagian Kentucky

menyukai menu ayam goreng olahan Sanders dengan resep rahasianya yang

kemudian dikenal dengan ” Eleven Herbs and Spices Original Receipe”. Atas

resep ciptaannya tersebut, pada tahun 1939 Harold Sanders dinobatkan sebagai

” Kentucky Colonel” oleh gubernur negara bagian Kentucky, Amerika.

Setelah 22 tahun mengoperasikan restoran dengan hak paten ” Kentucky

Fried Chicken”, tahun 1952 Harold Sanders menjual hak kepemilikannya kepada

Pete Harmon di Salt Lake City. Perkembangan selanjutnya, KFC menjadi

perusahaan franchise dimana pada tahun 1964 hak franchise-nya dijual kepada

grup investor Jack Massey dan John Y. Brown. Setahun kemudian KFC

International menjadi perusahaan publik yang terdaftar di bursa saham New York

dengan Colonel Sanders sebagai pembeli seratus terbitan saham perdananya.

Untuk memperbesar kapasitas usahanya, pada tahun 1971 KFC

International melakukan merger dengan Hublein Inc. (industri makanan kaleng)

pada tahun ini pula dikembangkan resep baru dari menu ayam goreng yang

terkenal dengan nama ” Crispy Chicken”. Pada tahun 1982, merger yang lebih

besar dilakukan Hublein Inc. dengan R.J. Reynolds Co. (sekarang RJR. Nibisco).

Manajemen sumberdaya manusia dalam kapasitas perusahaan yang lebih besar

terus dikembangkan. Untuk meningkatkan kemampuan karyawan, perusahaan 1 Sumber: PT. Fast Food Indonesia, Tbk (KFC). 2005. Handsout. Jakarta.

Page 71: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

71

membuka ” Colonel Sanders Technical Centre” di Louiseville. Pusat pelatihan ini

melayani pengembangan departemen, keteknikan, pengembangan produk serta

teknologi untuk seluruh pemegang lisensi KFC di seluruh dunia.

Tahun 1986, KFC berada pada satu kepemimpinan manajemen dengan

restoran Pizza Hut dan Taco Bell di bawah kepemilikan perusahaan Pepsico yang

membeli seluruh saham KFC dari R.J. Reynolds Co. KFC terus berkembang di

berbagai wilayah di kota-kota besar dunia, bahkan pada akhir tahun 1991 dapat

ditemukan hampir 1000 restoran KFC di Jepang dan 9000 restoran KFC di China-

Shanghai (tahun 1994). Untuk meningkatkan brand image dari KFC, Pepsico

menampilkan logo baru KFC yang didominasi warna merah. Kepemilikan KFC

kembali berpindah pada tahun 1997, ketika Pepsico melepas saham tiga restoran

miliknya yaitu KFC, Pizza Hut dan Taco Bell kepada Tricon Global Restaurant

& Tricon Restaurant International (TRI). Tricon berganti nama menjadi Yum!

Brands Restaurant International yang sampai sekarang menjadi pemilik merek

dagang KFC dan beberapa restoran besar lainnya seperti A&W All American Food

Restaurant dan Long John Silvers. Yum! Brands Inc., merupakan perusahaan

restoran yang memiliki sistem unit terbesar di dunia dengan 34.000 restoran yang

tersebar di seratus negara dan wilayah.

5.2. PT. Fast Food Indonesia, Tbk sebagai Franchisee KFC2

KFC mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1978 dengan berdirinya PT.

Fast Food Indonesia, Tbk yang didirikan oleh kelompok usaha Gelael. PT. Fast

Food Indonesia, Tbk merupakan pemegang hak eksklusif waralaba restoran KFC

2 Sumber: PT. Fast Food Indonesia, Tbk (KFC). 2005. Handsout. Jakarta.

Page 72: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

72

di Indonesia dan terdaftar sebagai perusahaan publik sejak tahun 1994. Melalui

perjanjian franchise PT. Fast Food Indonesia, Tbk membeli merek dagang KFC

untuk membuka restoran di Indonesia.

PT. Fast Food Indonesia, Tbk memiliki hak penuh dalam membangun dan

mengoperasikan KFC di Indonesia. Setiap kali pembukaan restoran baru,

perusahaan berpedoman pada standar yang telah disyaratkan oleh Yum! Brands

Inc. sebagai perusahaan franchisor. Kontrak franchise akan diperpanjang setiap

sepuluh tahun sekali dan dapat dibatalkan jika perusahaan tidak mematuhi

persyaratan yang tercantum atau melakukan pelanggaran berat terhadap perjanjian

franchise seperti pelanggaran dalam ketidaksesuaian aspek mutu, pelayanan,

kebersihan dan operasi restoran yang disyaratkan.

PT. Fast Food Indonesia, Tbk menyusun suatu visi dan misi bersama yang

akan dicapai. Adapun visi perusahaan adalah ”Menjadi restoran nomor satu dan

selalu menjadi pemimpin dalam segala bidang pada industri makanan cepat saji”.

Sedangkan misi perusahaan adalah ”Menjadi restoran cepat saji modern yang

memberikan suasana ramah dan menyenangkan melalui kepuasan pelanggan”.

Melalui pernyataan visi dan misi perusahaan tersebut, maka dengan dukungan

pemegang saham dan disertai dengan dedikasi serta loyalitas karyawan dalam

mewujudkan performa manajerial yang handal secara terus menerus, maka

perusahaan berkomitmen untuk:

1. Mengutamakan kualitas dalam hal apapun yang dilakukan (pelayanan) dan

dalam apapun yang disajikan (mutu makanan).

2. Peka dan tanggap terhadap suara dan keinginan pelanggan.

Page 73: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

73

3. Mengembangkan keterampilan dan pengetahuan setiap karyawan dan

menghargai prestasi memuaskan yang berhasil dicapainya.

4. Mengelola setiap restoran sebagaimana layaknya satu-satunya restoran

yang dimiliki.

5. Menghargai karyawan dan memperlakukannya sebagai satu kesatuan tim.

5.3. Perkembangan PT. Fast Food Indonesia, Tbk dan KFC di Indonesia3

Keberadaan KFC mulai dikenal di Indonesia dengan dibukanya restoran

KFC yang pertama pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta Selatan.

Dengan fokus pada Quality, Service, Cleanliness (QSC), KFC terus berkembang

menjadi sebuah restoran cepat saji dengan mutu, pelayanan dan kebersihan yang

terjamin. Keberhasilan pada restoran pertama ini selanjutnya diikuti dengan

pembukaan restoran KFC di kota-kota besar lainnya.

Dalam perkembangan KFC Indonesia, kepemilikan saham PT. Fast Food

Indonesia, Tbk beberapa kali berpindah tangan. Pada Bulan Maret 1990, grup

Gelael menjual 45 persen saham perseroan kepada Salim Group. Perseroan juga

diberikan hak untuk sub-license atas nama PT. Gelael Dewata, PT. Gelael

Indotim, PT. Gelael Lampung dan PT. Khekhe Scorpio. Tahun berikutnya, 1993,

bersamaan dengan peresmian Home Delivery yang pertama kali untuk KFC

Kelapa Gading, perusahaan terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

Semenjak itu perseroan menjadi perusahaan publik dengan kepemilikan saham

mayoritas dimiliki oleh PT. Gelael Pratama (44 persen) dan PT. Megah

Eraraharja, anak perusahaan Salim Group (35 persen). Sedangkan sisa saham

3 Sumber: PT. Fast Food Indonesia, Tbk (KFC). 2005. Handsout. Jakarta.

Page 74: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

74

lainnya sebesar 21 persen terdaftar atas kepemilikan publik (20 persen) dan

koperasi karyawan PT. Fast Food Indonesia, Tbk (1 persen).

Prestasi PT. Fast Food Indonesia, Tbk dalam mengembangkan merek

dagang KFC di Indonesia dibuktikan melalui penghargaan-penghargaan yang

diterima oleh perusahaan. Seperti pada tahun 1993, PT. Fast Food Indonesia, Tbk

mendapatkan empat penghargaan dari KFC International, yaitu Harland D

Sanders Award of Excellence & Asia Pasific Operations of the Year 1992, Best

advertising, Most Improved Operational Standards dan Best New Restaurant

Facility (untuk KFC Cinere Mall). Penghargaan lain yang diterima perusahaan

adalah pengakuan dari majalah SWA atas survei merek terpopuler 2000, Top of

Mind, kategori Awareness. Tidak hanya itu, bagian pemasaran pun dinilai

berprestasi dengan meraih penghargaan ” The Chain” dari Tricon kategori

Excellence di bidang Supply Chain Management pada tahun 2000.

Menyiasati perbedaan budaya di Indonesia, PT. Fast Food Indonesia, Tbk

mengajukan merek dagangnya untuk mendapatkan sertifikat halal dari LPPOM

MUI pada tahun 1996. Bahkan pada tahun yang sama PT. Fast Food Indonesia,

Tbk mendirikan koperasi perseroan. Tahun-tahun berikutnya perusahaan terus

mengumpulkan banyak penghargaan atas kinerjanya seperti Best Customer

Service versi majalah GATRA (1997), The Best Customer service dalam

CHAMPS Challenge Asia-Pasifik di Bali (2000), Outstanding Volume Growth –

Pepsi Cola International (2001), The Best Sales Award in Recognation of Highest

Increase in Sales in Asia-Pasifik (2002) dan masih banyak lainnya.

Hingga tahun 2005, PT. Fast Food Indonesia, Tbk telah lebih dari

seperempat abad mengoperasikan restoran KFC di berbagai wilayah Indonesia.

Page 75: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

75

Untuk memonitor posisi pasar dan kinerja perseroan secara keseluruhan,

perusahaan mempercayakan sebuah perusahaan survey untuk melakukan survey

secara rutin yang disebut dengan Brand Image Tracking Study (BITS) sejak tahun

1998. Survey ini dilakukan setiap kwartal dengan tujuan mengetahui persepsi

konsumen dan brand image perusahaan sejenis dalam industri hidangan cepat saji.

Hasil survey menunjukkan bahwa KFC secara konsisten berada pada posisi

tertinggi dan paling menonjol dalam benak konsumen untuk kategori ” Top of

Mind Awareness” dibandingkan dengan merek-merek utama lainnya. Dalam hal

brand image, KFC memimpin kompetisi untuk kategori ” Speed of Service” dan

” Food, Taste & Quality” yang mendukung KFC sebagai ”jagonya ayam” dan

pemimpin pasar dalam makanan cepat saji. Saat ini, lebih dari 210 outlet KFC

tersebar di 44 kota besar di Indonesia.

Untuk lebih memikat hati pelanggan, perusahaan memberikan perhatian

besar dalam upaya meningkatkan pelayan kepada konsumen melalui beberapa

program pelatihan karyawan. Pada tahun 1998 dikembangkan program pelatihan

STAR 2000, dimana program ini merupakan pelatihan bagi karyawan KFC untuk

mengembangkan keahlian dan bakat yang memungkinkan karyawan mencapai

peningkatan prestasi. STAR (Store, Training and Rating) memberikan proses

pelatihan mengenai teori, praktek dan evaluasi untuk setiap kenaikan jenjang

karir. Program STAR 2000 diperbaharui menjadi program CHAMPS

(Cleanliness, Hospitality, Accuracy, Maintenance, Product and Service) dan

program CER (CHAMPS Excellence Review). Tujuan CHAMPS adalah untuk

mengetahui tingkat penilaian konsumen terhadap restoran KFC, sedangkan CER

adalah suatu alat pengawasan oleh pihak restoran terhadap program CHAMPS

Page 76: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

76

tersebut. Pada tahun 2001 diresmikan KFC Training Centre di Indonesia dengan

tujuan pengembangan keterampilan calon karyawan.

5.4. Struktur Organisasi PT. Fast Food Indonesia, Tbk4

Pengelolaan suatu perusahaan disusun dalam suatu struktur organisasi

yang mampu menjelaskan dan membatasi setiap individu dalam perusahaan untuk

melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Struktur organisasi

adalah bagan yang berisikan kerangka kerja dan garis pertanggungjawaban yang

menghubungkan fungsi-fungsi yang terdapat dalam suatu organisasi. Struktur

organisasi PT. Fast Food Indonesia, Tbk adalah bentuk organisasi garis dan staf.

Pada organisasi ini terdapat kesatuan perintah yang tetap dipertahankan, dimana

atasan memiliki sejumlah bawahan dan bawahan hanya menerima perintah dari

satu atasan langsung serta bertanggung jawab penuh terhadap atasan tersebut atas

pelaksanaan kerjanya. Secara lengkap struktur organisasi PT. Fast Food

Indonesia, Tbk disajikan dalam Lampiran Gambar 1.

Dalam operasionalnya, PT. Fast Food Indonesia, Tbk memiliki struktur

organisasi yang saling berkaitan antara struktur organisasi perusahaan pusat

dengan struktur organisasi restoran. Pada struktur organisasi perusahaan pusat,

PT. Fast Food Indonesia, Tbk dipimpin oleh seorang Board of Director (BoD)

yang membawahi dua tingkatan dan dibantu oleh seorang Internal Audit. Pada

tingkat pertama Board of Director membawahi General Manager Operation,

General Manager Business Development dan General Manager Finance &

4 Sumber: PT. Fast Food Indonesia, Tbk (KFC). 2005. Handsout. Jakarta.

Page 77: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

77

Administration. Pada tingkat kedua Board of Director membawahi beberapa

Departemen Manager yang berada langsung dibawah General Manager tersebut.

Sedangkan struktur organisasi untuk setiap restoran dipimpin oleh

seorang Restaurant Manager (RM). Masing-masing RM akan bertanggung jawab

penuh kepada Area Manager yang berada dibawah Departement Regional

Operations. Departemen tersebut berada dua tingkat dibawah BoD. Pada setiap

outlet, RM dibantu oleh seorang Assistan Restaurant Manager (ARM) dan

langsung membawahi bagian Cashier, bagian Back Up, bagian Dining, bagian

Cooking dan bagian Kitchen. Untuk mempermudah pendataan hasil penjualan

setiap harinya, ARM langsung berhubungan dengan seorang Chief Cashier yang

posisinya lebih tinggi dari bagian lainnya.

Adapun tugas dari masing-masing jabatan dalam struktur organisasi PT.

Fast Food Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut :

1. Board of Director (BoD)

Menetapkan kebijakan perusahaan, ketentuan pokok bidang operasional,

pembelian, pemasaran, keuangan dan umum, menyusun rencana kerja

dan anggaran pendapatan serta anggaran biaya setiap awal tahun. Selain

itu berwenang melakukan evaluasi hasil yang dicapai, mewakili pihak

perusahaan dalam hubungannya dengan pihak lain baik lembaga

pemerintah maupun swasta. BoD bertanggung jawab penuh atas

kelangsungan hidup perusahaan.

2. General Manager Operation (GMO)

Memimpin jalannya operasional perusahaan termasuk melakukan

pengawasan atas operasional cabang di seluruh Indonesia dan

Page 78: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

78

memberikan laporan atas kegiatan operasional kepada BoD. Dalam

melakukan tugasnya GMO dibantu oleh Assistant General Manager

Operations. GMO memiliki garis perintah penuh terhadap pimpinan

departemen yang dibawahinya, antara lain :

a. Regional Operation Manager (ROM)

Bertanggung jawab penuh pada pengembangan dan perencanaan

operasional di cabang yang menjadi region kerjanya termasuk

pembukaan restoran atau cabang baru. ROM setiap bulannya

melaporkan target penjualan kepada GMO dan berwenang

mengontrol biaya-biaya yang keluar dalam departemennya. ROM

membawahi dua tingkatan yaitu:

a.1. Area Manager (AM)

Membantu ROM dalam menangani secara langsung kegiatan

operasional cabang di area kerjanya. AM tidak berwenang melakukan

pengembangan hanya memiliki hak untuk memberikan usulan dalam

pengembangan dan perencanaan operasional. AM berwenang

memberikan pelatihan untuk masing-masing Restaurant Manager

yang dibawahinya.

a.2. Restaurant Manager (RM)

Mengawasi operasional restoran secara menyeluruh, mengkoordinir

dan bertanggung jawab penuh terhadap seluruh tugas dan kewajiban

karyawan restoran dan memberikan laporan kepada AM. RM dibantu

oleh seorang Assistant Restaurant Manager (ARM) yang

Page 79: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

79

berhubungan langsung dengan setiap bagian yang terdapat di

restoran.

b. Catering & Home Delivery Manager

Melakukan pengembangan dan perencanaan untuk bagian catering

dan home delivery untuk wilayah yang telah dilengkapi fasilitas

tersebut serta memberikan laporan kepada GMO.

3. General Manager Finance and Administration (GM F&A)

Menangani dan mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan

keuangan dan administrasi perusahaan, berwenang mengawasi seluruh

kegiatan Supply Chain Management secara nasional dan membuat

laporan pertanggungjawaban kepada BoD. Dalam pelaksanaan tugas GM

F&A memiliki garis perintah kepada beberapa pimpinan departemen

yang dibawahinya yaitu:

a. Finance & Accounting Manager (F&A M)

Menangani segala kegiatan yang berhubungan dengan masalah

finance & accounting, berkoordinasi dengan RAM dalam hal yang

berhubungan dengan keuangan perusahaan dan serta memberikan

laporan kepada GM F&A.

b. Finance Planning & Control Manager (FP&C M)

Berwenang melakukan penganggaran keuangan berdasarkan laporan

keuangan tahun sebelumnya dan mengkoordinasikannya dengan

F&AM sebelum dilaporkan kepada GM F&A.

Page 80: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

80

c. Regional Administration Manager (RAM)

Bertanggung jawab terhadap kegiatan purchasing & logistic dan

finance & accounting di region kerjanya serta memberikan laporan

kepada GM F&A. RAM membawahi beberapa Administration

Manager yang bertugas membantu RAM dalam purchasing &

logistic dan finance & accounting di area kerjanya.

d. Compensation & Benefits Manager (C&B M)

Berwenang melakukan pembayaran gaji karyawan setiap bulannya

termasuk upah lembur dan bonus karyawan serta melaporkannya

kepada GM F&A.

e. Tax & Insurance Manager (T&I M)

Berwenang mengelola pembayaran pajak perusahaan dan asuransi

untuk karyawan serta memberikan laporan kepada GM F&A.

f. Corporate Legal & General Affairs Manager (CL&GA M)

Memiliki tugas mengurus surat perijinan untuk segala aktivitas

perusahaan dan memberikan laporan kepada GM F&A.

4. General Manager Business Development (GMBD)

Bertanggung jawab terhadap pengembangan nilai bisnis dari departemen

yang dibawahinya. Dalam pelaksanaan tugas GMBD memiliki garis

perintah kepada beberapa pimpinan departemen yang dibawahinya yaitu:

a. Quality Assurance & Reseach and Development Manager (QA &

RDM)

Berwenang mengawasi setiap barang atau bahan baku yang masuk,

menetapkan dan mamantau kebijakan mutu yang telah ditetapkan, berwenang

Page 81: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

81

melakukan pengembangan produk baru serta bertanggung jawab terhadap

sertifikasi halal untuk produk lama dan produk baru.

b. Marketing Manager (MM)

Melakukan riset pemasaran utuk mengetahui kebutuhan dan

keinginan konsumen, melakukan segmentasi pasar untuk beberapa

produk seperti produk anak, membuat program promosi serta

melaksanakan seoptimal mungkin realisasi penjualan harian. MM

membawahi tiga kepala divisi marketing yaitu Head Marketing

Executuve National Promo & Major Program, Head Marketing

Executive Public Relation, dan Head Marketing Executive LSM &

Kids.

c. Market Development Manager

Bertugas mencari daerah potensial untuk pembukaan restoran atau

cabang baru, melakukan renovasi bangunan outlet lama dan

memelihara bangunan outlet.

d. Store Development Manager

Berwenang merealisasikan pembangunan outlet restoran baru di

wilayah potensial dan menyusun anggaran biaya untuk pembangunan

outlet baru.

e. Human Resource Manager

Berwenang melakukan perekrutan karyawan baru serta memberikan

pelatihan untuk pengembangan karyawan.

Page 82: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

82

5.5. Deskripsi Produk KFC5

Dari awal beroperasinya, KFC memiliki daya saing produk yang mampu

menempatkan KFC sebagai restoran dengan hasil olahan ayam goreng yang lezat.

Produk utama dan unggulan KFC adalah Original Recipe Chicken (ORC, resep

ayam asli) dan Hot and Crispy Chicken (HCC, ayam pedas dan renyah) yang

dalam berbagai survei konsumen di Indonesia secara konsisten dinilai sebagai

ayam goreng terenak yang dapat diterima dengan baik. Namun karena semakin

banyaknya pesaing dengan item menu yang menyerupai HCC, maka KFC

melakukan diversifikasi produk pada beberapa menu dan disesuaikan dengan

budaya negara setempat. Seperti di Indonesia, klasifikasi menu produk yang

ditawarkan KFC terdiri dari main menu, snacks, hot side items, cold side items,

desert dan beverages.

Main menu merupakan produk unggulan perusahaan yang pertama kali

diperkenalkan kepada konsumen di Indonesia. Menyusul menu berikutnya seperti

colonel burger, french fries dan beverage produk pepsi. Untuk memenuhi

keinginan konsumen, diversifikasi produk yang ditawarkan semakin luas dengan

cita rasa yang berbeda dengan pesaing sejenis seperti menu: Crispy Strips, Corn

Cob, Mashed Potato & Gravy, Coleslaw, Oriental Bento, Twister Chicken serta

beberapa menu pilihan lokal seperti: nasi, perkedel, KFC Chicken Soup, KFC

Corn Soup, Ice Cream, Milo, Teh Botol, AdeS dan Hot Tea.

Secara lengkap uraian klasifikasi menu produk KFC dan data

penjualannya tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 3.

5 Sumber: PT. Fast Food Indonesia, Tbk (KFC). 2005. Handsout. Jakarta.

Page 83: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

83

Tabel 4. Klasifikasi dan Data Penjualan Menu Produk KFC di Indonesia

Tahun 2004

No. Klasifikasi Menu

Item Menu Penjualan (Rp)

Proporsi Penjualan

(%) 1 Main Menu • Original Recipe Chicken (OR)

• Hot & Crispy Chicken (HCC) • Mix

Rp 47.160.116.480 Rp 331.171.698.272 Rp 1.158.604.727

8,38 58,83 0,21

2 Snack • Colonel Burger • Crispy Strips • Buffalo Wing • Hot Pops – Hot Pop Shake • Twister • Crispy Mexicana • Smiley Fries

Rp 47.657.935.619 8,47

3 Hot Side Item

• French Fries • Rice • Perkedel • KFC Chicken Soup • KFC Corn Soup • Corn Cob • Mashed Potato &Gravy • Spaghetti

Rp 122.061.816.617 21,68

4 Cold Side Item

• Coleslaw • Salad

Rp 208.312.190 0,04

5 Dessert • Puding • Jelly • Ice Cream Sundae • Soft Ice Cream • Waffle

Rp 5.722.181.150 1,02

6 Beverages • Pepsi Cola, Mirinda Strawberry, Seven-Up

• Bubble Float - Rootberry Float

• Milo • Teh Botol & AdeS • Hot Tea & Hot Coffe • Cappucino – Cappucino Blazz • Slimmer – Simplicity • Pink Capacobanna

Rp 7.822.807.133 1,39

Sumber : PT. Fast Food Indonesia, Tbk. 2004

Tingkat penjualan main menu lebih besar dari menu lainnya, bahkan jika

dilihat pada bauran penjualan (proporsi penjualan main menu relatif dari total

produk yang dijual) tahun 2004 diketahui bahwa total penjualan main menu

adalah 67,42 persen. Kelompok menu lain yang cukup digemari oleh konsumen

Page 84: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

84

adalah hot side item (menu yang harus disajikan panas) dengan proporsi penjualan

tahun 2004 adalah 21,68 persen dari total penjualan seluruh menu. Hot side item

disesuaikan dengan budaya negara operasional KFC, seperti di Indonesia menu

ORC dan HCC sangat cocok dihidangkan dengan menu hot side item khususnya

nasi, kentang goreng ataupun soup. Sedangkan menu lainnya dengan proporsi

penjualan yang relatif lebih kecil tetap dipertahankan sebagai alternatif pilihan

bagi konsumen.

5.6. Pengembangan Outlet dan Segmen Pasar PT. Fast Food Indonesia, Tbk6

Dalam menjalankan bisnisnya, PT. Fast Food Indonesia, Tbk membidik

segmen pasar yang luas, tidak terbatas oleh faktor gender ataupun usia. Untuk itu

KFC seringkali mempromosikan restorannya sebagai restoran keluarga. Dengan

melihat besarnya potensi pasar keluarga dimana pola konsumsi keluarga di

Indonesia yang cenderung berubah dan menginginkan konsep penyajian makanan

yang praktis, KFC menyediakan berbagai menu paket keluarga terutama pada

masa liburan keluarga. Dalam mencapai pangsa pasarnya KFC hingga saat ini

telah memiliki 201 outlet yang tersebar di 44 kota besar di Indonesia.

Ada beberapa kekuatan KFC yang memungkinkan KFC semakin

memperluas pangsa pasarnya antara lain masih besarnya peluang pengembangan

outlet KFC di daerah Indonesia Timur. Dari awal pengembangan KFC di

Indonesia mulai tahun 1979, wilayah Indonesia Timur kurang menjadi prioritas

sebagai wilayah pengembangan outlet. Penyebaran outlet KFC sebagian besar

masih terfokus di wilayah Jabotabek dan beberapa kota besar di pulau Jawa,

6 Sumber: PT. Fast Food Indonesia, Tbk (KFC). 2005. Handsout. Jakarta.

Page 85: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

85

Sumatera dan Bali. Penyebaran outlet terkonsentrasi di wilayah DKI Jakarta

dengan rata-rata sebesar 39,13 persen dari total outlet KFC di seluruh wilayah

Nusantara (Tabel 4).

Tabel 5. Sebaran Jumlah Outlet KFC di Wilayah Nusantara Tahun 1996 – 2003

Tahun Wilayah 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

Jawa Barat 27 28 29 29 33 35 36 DKI Jakarta 65 59 61 61 63 66 68 Jawa Tengah &Yogyakarta 9 11 10 12 14 16 16

Jawa Timur 15 13 13 13 14 16 17 Nusa Tenggara & Bali 7 5 6 8 9 10 12 Sumatera & Batam 25 25 23 28 29 30 31 Kalimantan 4 5 5 5 6 8 9 Sulawesi 5 7 7 10 8 10 11 Maluku 1 1 - - - - - Total 158 154 154 166 176 192 201

Sumber : PT. Fast Food Indonesia, Tbk. 2004

Terhambatnya pertumbuhan outlet di wilayah Indonesia Timur pada tahun

1996–2003 lebih disebabkan karena masalah faktor keamanan pada beberapa

daerah konflik di Indonesia Timur. Hambatan lain dalam pengembangan outlet

KFC di daerah-daerah disebabkan kerena adanya isu yang berkembang pada masa

kebijakan otonomi daerah, dimana adanya larangan pembangunan outlet atau

restoran cepat saji di daerah tingkat dua. Tidak ketinggalan pula isu mengenai

keharusan menggunakan tenaga kerja lokal daerah dan pemaksaan menggunakan

pemasok lokal daerah termasuk pemasok karkas broiler meskipun tidak

memenuhi standar kualitas KFC internasional.

Kekuatan lain yang mendukung KFC untuk memperluas pangsa pasarnya

adalah adanya kecenderungan kebutuhan konsumen tertentu akan fasilitas pesan

antar. Hal ini memungkinkan KFC untuk memperluas pasar dengan melihat ceruk

pasar dari konsumen yang ingin lebih dimanja dan terpuaskan dengan pelayanan

Page 86: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

86

lebih. Tidak hanya untuk konsumen yang tidak cukup waktu untuk keluar rumah

menuju outlet, tetapi juga untuk konsumen yang menginginkan pelayanan lebih

melalui jasa antar (delivery service). Fasilitas jasa antar KFC mulai dioperasikan

semenjak tahun 1993 dan pertama kalinya hanya untuk KFC Kelapa Gading.

Faktor demografi yang semakin meningkat menjadi peluang bagi KFC

untuk lebih memperluas pasarnya dengan mendirikan sejumlah outlet baru.

Jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat dengan laju pertumbuhan

sebesar 1,49 persen untuk periode 2000-2005 serta didukung dengan perubahan

gaya hidup yang praktis menyebabkan pengembangan outlet-outlet KFC menjadi

lebih mudah diterima masyarakat. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa menu

produk asal ayam lebih digemari dan sering dikonsumsi oleh masyarakat

Indonesia dibandingkan daging sapi atau kambing.

KFC juga memiliki peluang besar dalam mencapai pangsa pasar khusus

anak-anak. Pada operasionalnya, perhatian pada segmen anak-anak ditujukan

untuk mencapai orientasi pada segmen keluarga. Hal ini disebabkan karena

meningkatnya kunjungan anak-anak ke outlet KFC tentunya akan meningkatkan

kunjungan orang tua yang menemaninya. Untuk itu setiap pengembangan outlet

KFC selalu diikuti dengan pengembangan sarana fasilitas bermain anak, bahkan

KFC menyediakan paket khusus untuk acara ulang tahun anak.

5.7. Kondisi Ketenagakerjaan PT. Fast Food Indonesia, Tbk7

Sampai dengan akhir tahun 2004 tercatat jumlah tenaga kerja PT. Fast

Food Indonesia, Tbk lebih dari 9270 karyawan meningkat 12 persen dari tahun

7 Sumber: PT. Fast Food Indonesia, Tbk (KFC). 2005. Handsout. Jakarta.

Page 87: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

87

sebelumnya. Fokus organisasi perusahaan dalam mengelola sumberdaya

manusianya dipusatkan pada keterlibatan karyawan dalam kerjasama kelompok

dengan orientasi pada kesejahteraan karyawan. Adapun komposisi karyawan

tahun 2004 berdasarkan latar belakang pendidikan Tabel 5.

Tabel 6. Komposisi Jumlah dan Persentase Karyawan KFC di Indonesia Berdasarkan Pendidikan Tahun 2004

Tingkat pendidikan Jumlah karyawan (Orang)

Persentase (%)

Perguruan Tinggi/Universitas 819 8,84 SMU/Setingkat 8264 89,15 SMP/Setingkat 147 1,59 SD 40 0,43 Total 9270 100

Sumber : PT. Fast Food Indonesia, Tbk. 2004

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa karyawan dengan latar belakang

pendidikan SMU atau setingkatnya memiliki persentase terbesar (89,15%) dalam

komposisi karyawan PT. Fast Food Indonesia, Tbk. Hal ini disebabkan karena

sebagian karyawannya merupakan tenaga operasional yaitu sebanyak 82,88

persen dari total karyawan (Tabel 6), sehingga tidak membutuhkan keahlian

pendidikan setingkat sarjana. Karyawan operasional di setiap outlet KFC pada

umumnya adalah lulusan SMU atau setingkatnya karena jenjang karir KFC

mengharuskan setiap karyawan operasional memulai dari posisi cleaning service,

sehingga dibutuhkan keterampilan khusus yang didapatkan dari pelatihan dan

pengalaman selama di outlet.

Tabel 7. Komposisi Jumlah dan Persentase Karyawan KFC di Indonesia

Berdasarkan Tingkat Manajemen Tahun 2004

Tingkat pendidikan Jumlah karyawan (Orang)

Persentase (%)

Manager 59 0,64 Restaurant Manager/Supervisor 1053 11,35 Karyawan Operasional 7683 82,88

Page 88: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

88

Karyawan Kantor Pusat 475 5,12 Total 9270 100

Sumber : PT. Fast Food Indonesia, Tbk. 2004

Permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini dalam sumberdaya

manusia adalah beragamnya keterampilan dan kemampuan karyawan operasional.

Meskipun karyawan telah diberikan pelatihan dengan metode dan cara yang sama,

namun pada praktiknya sering ditemukan adanya ketidakseragaman terutama

dalam pengolahan makanan dan pelayanan konsumen. Dalam rangka peningkatan

dan pengembangan karyawan, maka pada tanggal 5 November 2002 telah dibuka

pusat pelatihan ”KFC Training Centre” yang berlokasi di KFC Daan Mogot

Lantai 3. Konsep ini didasarkan pada program berkelanjutan dari Tricon yum

University (TYU) yang diadopsi KFC Indonesia untuk pengembangan karyawan.

Beberapa program pelatihan yang dilakukan adalah :

a) STAR 2000, merupakan program pelatihan berkelanjutan untuk karyawan

operasional dalam mengembangkan keahlian dan keterampilan operasional

agar dapat meningktakan mutu produk dan pelayanan terhadap konsumen.

b) CHAMPS, program pelatihan yang diciptakan dan dikembangkan oleh

Tricon Inc. yang diberikan kepada manajemen dan karyawan operasional.

c) Program pelatihan berupa Workshop, interhouse training, dan konferensi

untuk staf dengan tema food safety, How We Work Together (HWWT),

speed of serfice dan lainnya.

d) Program pelatihan berupa Workshop dan konferensi untuk manajemen dan

staf di luar negeri seperti Restourant Excelent, Food Safety Training,

Equipment & Maintenance dan lainnya.

Page 89: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

89

PT. Fast Food Indonesia, Tbk juga turut memperhatikan kesejahteraan

karyawannya dengan menggunakan fasilitas seperti tunjangan pengobatan, antar

jemput karyawan, fasilitas ibadah serta berbagai program asuransi karyawan.

Page 90: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

90

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Karakteristik Umum Responden

Karakteristik umum responden dapat dijelaskan dengan variabel usia, jenis

kelamin, status perkawinan, pekerjaan, pendapatan per bulan dan tingkat

pendidikan. Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa responden yang datang ke KFC

cenderung remaja dan orang dewasa yang memiliki pekerjaan sebagai

mahasiswa/pelajar dan karyawan swasta dengan penghasilan per bulan sekitar Rp.

500.0000 sampai dengan Rp. 2.500.000. Mereka memilih untuk makan di KFC

karena menginginkan kepraktisannya. Biasanya mereka berkunjung ke KFC pada

saat jam makan siang bersama teman satu kuliahan/sekolahan, keluarga atau

dengan rekan satu kantor.

Berdasarkan jenis kelamin, responden laki-laki dan wanita hampir

berimbang. Responden laki-laki sebanyak 46,47 persen dan responden perempuan

sebanyak 53,53 persen. Sedangkan Mappiere (1992) dalam Gusalim (2002)

menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar antara minat laki-laki

dan perempuan dalam pengisian waktu luang. Adapun salah satu bentuk pengisian

waktu luang pada perempuan saat ini adalah berkumpul dengan kelompoknya dan

pergi ke restoran.

Tingkat pendidikan responden sangat beragam, mulai dari lulusan SLTP

sampai dengan lulusan perguruan tinggi. Sebagian besar dari seluruh jumlah

responden yang terpilih adalah lulusan perguruan tinggi, hal ini disebabkan

pengetahuan yang dimiliki oleh mereka cukup tinggi mengenai konsep restoran

cepat saji.

Page 91: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

91

Tabel 8. Sebaran Jumlah dan Persentase Responden Menurut Karakteristik

Umum

Jenis Jumlah

Responden (orang)

Persentase ( % )

Usia (tahun)

17 – 25 26 – 35 36 – 45 46 – 55 > 55

69 20 6 2 2

69,70 20,20 6,06 2,02 2,02

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

46 53

46,47 53,53

Status Sudah menikah Belum menikah

21 78

21,21 78,79

Pekerjaan

Mahasiswa/pelajar Karyawan swasta Pegawai Negeri Sipil (PNS) Wiraswasta TNI/POLRI Lainnya

49 32 8 4 – 6

49,50 32,32 8,08 4,04

– 6,06

Penghasilan Per Bulan (Rupiah)

< 500.000 500.000 – 1.000.000 1.000.000 – 2.500.000 2.500.000 – 5.000.000 > 5.000.000

27 32 29 8 3

27,27 32,32 29,30 8,08 3,03

Tingkat Pendidikan

SLTP SLTA/SMU Diploma Sarjana Pasca Sarjana Lainnya

2 33 18 45 1 –

2,02 33,33 18,18 45,46 1,01

6.2. Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Di Kentucky Fried

Chicken (KFC)

Informasi mengenai keputusan pembelian diperoleh dari konsumen yang

melakukan pembelian di KFC ketika survey dilaksanakan dan bersedia menjadi

responden. Informasi yang diberikan dalam bentuk jawaban dari pertanyaan

Page 92: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

92

tertutup yang membatasi jawaban responden sesuai dengan pilihan yang

disediakan. Informasi tahapan proses keputusan pembelian ini meliputi lima

tahapan, yaitu: (1) pengenalan kebutuhan, (2) pencarian informasi, (3) evaluasi

alternatif, (4) keputusan pembelian, dan (5) evaluasi pembelian.

6.2.1. Pengenalan Kebutuhan

Perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan.

Kebutuhan atau motif (pengenalan kebutuhan) diaktifkan ketika tidak ada

kecocokan yang memadai antara keadaan aktual dengan keadaan yang

diharapkan. Karena ketidakcocokan ini meningkat, hasilnya adalah pengaktifan

suatu kondisi kegairahan yang diacu sebagai dorongan. Semakin kuat dorongan

tersebut, maka akan semakin kuat urgensi respon yang dirasakan (Engel,

Blackwell dan Miniard, 1994). Kumpulan faktor akan mempengaruhi

kemungkinan suatu kebutuhan tertentu akan diaktifkan atau tidak (Engel,

Blackwell dan Miniard, 1995).

Tabel 9. Sebaran Responden Menurut Intensitas Kunjungan dalam Sebulan

di KFC

No Intensitas Kunjungan Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3 4

< 2 kali 2 kali 3 – 4 kali > 4 kali

67 13 15 4

67,68 13,13 15,15 4,04

Jumlah 99 100

Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa dalam sebulan sebagian

besar responden berkunjung ke KFC kurang dari dua kali. Hal ini

menjelaskan bahwa responden tidak terlalu sering mengkonsumsi makanan

cepat saji karena sebagian dari mereka lebih memperhatikan kesehatan.

Page 93: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

93

Mereka menganggap apabila terlalu banyak mengkonsumsi fast food maka

akan mudah terkena penyakit jantung maupun stroke.

Tabel 10. Sebaran Responden Menurut Manfaat yang Dicari di

KFC

No Manfaat Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3 4 5

Sebagai makanan selingan Sebagai tempat hiburan/refreshing Sebagai pelepas dahaga/makan Lainnya Sebagai simbol status sosial

45 28 13 13 -

45,45 28,29 13,13 13,13

- Jumlah 99 100

Manfaat yang ingin diperoleh oleh konsumen dengan melakukan

pembelian makanan dan minuman di KFC adalah sebagai makanan selingan atau

hanya sebagai tempat hiburan/refreshing semata, karena terdapat tempat bermain

bagi anak-anak. Sedangkan sebagian yang lainnya sekedar ingin melepas

dahaga/makan juga ingin menikmati suasana yang ditawarkan. Manfaat yang

ingin diperoleh oleh para responden dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 11. Sebaran Responden Menurut Motivasi dalam Pembelian di KFC

No Motivasi Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3 4 5

Melepas rasa lapar dan/atau dahaga Menikmati suasana yang ditawarkan Lainnya Sekedar ingin mencoba Hobi

50 23 15 10 1

50,50 23,23 15,16 10,10 1,01

Jumlah 99 100

Page 94: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

94

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa motivasi terbanyak responden

melakukan pembelian di KFC karena keinginan konsumen untuk melepas rasa

lapar dan/atau dahaga. Selain itu hal yang dapat memotivasi responden yaitu ingin

menikmati suasana yang ditawarkan dan juga sekedar ingin mencoba. Motivasi-

motivasi tersebut didasari oleh pola konsumsi masyarakat perkotaan yang

berorientasi pada kesenangan. Pertimbangan lain yang mendasarinya yaitu

keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan di luar rumah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengenalan kebutuhan pada

pembelian makanan dan minuman di KFC terutama untuk konsumsi atau

pembelian lebih dikarenakan adanya manfaat hedonik atau pengalaman dimana

manfaat ini mencakupi respon emosional, kesenangan panca indra, mimpi dan

kesenangan estetis.

6.2.2. Pencarian Informasi

Segera setelah pengenalan kebutuhan terjadi, konsumen kemudian terlibat

dalam pencarian akan pemuas kebutuhan yang potensial. Pencarian informasi ini

dapat bersifat internal dan eksternal. Pencarian internal melibatkan pemerolehan

kembali pengetahuan dari ingatan, sementara pencarian eksternal terdiri dari

pengumpulan informasi dari pasar (Engel, Blackwell dan Miniard, 1995).

Tabel 12. Sebaran Responden Menurut Sumber Informasi Mengenai Produk

KFC

No Sumber informasi Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3 4 5 6

Sendiri Lainnya Koran/majalah/brosur Keluarga/saudara Teman/pacar Penjual/toko

43 24 13 11 7 1

43,43 24,24 13,13 11,11 7,08 1,01

Jumlah 99 100

Page 95: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

95

Tabel 12 menyatakan bahwa informasi mengenai produk KFC diperoleh

dari diri sendiri. Mereka mengetahui tentang produk KFC sebelum produk itu

dipromosikan melalui media. Sumber informasi lainnya yaitu iklan di televisi

karena media ini dirasakan efektif untuk menyampaikan promosi.

Diri sendiri merupakan media yang paling berpengaruh bagi

responden untuk melakukan pembelian produk di KFC. Besarnya

persentase pengaruh diri sendiri adalah sebesar 33,33 persen dari total

responden. Pengaruh diri sendiri menjadi kuat karena banyak responden

menganggap bahwa restoran dengan suasananya yang nyaman lebih enak

digunakan sebagai tempat berkumpul atau mengobrol sambil menikmati

hidangan bersama teman, rekan kerja maupun keluarga. Sumber lainnya

berupa media televisi (iklan) menjadi media yang paling berpengaruh kedua

setelah diri sendiri yaitu sebanyak 27,28 persen. Gambaran mengenai media

yang paling mempengaruhi responden dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Sebaran Responden Menurut Media yang Paling Mempengaruhi dalam Pembelian Produk KFC

No Jenis Media Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3 4 5 6

Sendiri Lainnya Keluarga/saudara Teman/pacar Koran/majalah/brosur Penjual/toko

33 27 14 14 10 1

33,33 27,28 14,14 14,14 10,10 1,01

Jumlah 99 100

Rasa dan harga merupakan atribut yang menjadi fokus perhatian

bagi responden terhadap promosi produk KFC (Tabel 14). Pertimbangan

Page 96: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

96

tersebut dikarenakan responden menginginkan makanan ataupun minuman

yang ditawarkan oleh KFC berkualitas namun dengan harga yang

terjangkau.

Tabel 14. Sebaran Responden Menurut Fokus Perhatian Terhadap Promosi

Produk

KFC

No Atribut Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3 4 5 6 7 8

Rasa Harga Praktis/cepat saji Lainnya Kebersihan makanan, peralatan & sekitarnya Pelayanan Kualitas Mudah diperoleh

29 27 19 8 7 5 3 1

29,29 27,28 19,19 8,08

7,07 5,05 3,03 1,01

Jumlah 99 100

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penguraian di atas adalah pencarian

informasi pada KFC lebih besar kepada pencarian internal karena konsumen telah

mengalami atau memiliki pengalaman sebelumnya terhadap KFC sehingga

konsumen hanya perlu mengingat kembali ingatan yang ada. Dengan demikian,

KFC memang sudah memiliki brand image yang baik di benak konsumen.

6.2.3. Evaluasi Alternatif

Kriteria alternatif dapat didefinisikan sebagai proses dimana suatu

alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan

kriteria evaluasi tidak lebih daripada atribut tertentu yang digunakan dalam

Page 97: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

97

penilaian alternatif-alternatif pilihan. Kriteria alternatif muncul dalam banyak

betuk pilihan, salah satunya dapat bersifat hedonik (Engel, Blackwell dan

Miniard, 1995).

Indikator yang menjadi pertimbangan awal bagi responden untuk

melakukan proses pembelian produk KFC adalah rasa makanan baik (enak dan

terjamin). Hal ini terbukti dengan adanya pilihan responden untuk indikator ini

sebanyak 40,40 persen dari total responden (Tabel 15). Rasa sangat

mempengaruhi responden dalam mengkonsumsi makanan dan minuman. Apabila

rasa tidak sesuai dengan keinginan responden maka dapat menyebabkan

menurunnya atau hilangnya nafsu makan. Indikator kedua terbanyak adalah harga

dan praktis/cepat saji yaitu sebanyak 17,17 persen.

Tabel 15. Sebaran Responden Menurut Indikator yang Menjadi

Pertimbangan

Awal dalam PembelianProduk KFC

No Indikator Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3 4 5 6 7

Rasa makanan baik (enak & terjamin) Harga Praktis/cepat saji Suasana nyaman Dekat, mudah dijangkau Pelayanan yang memuaskan Lainnya

40 17 17 10 8 7 -

40,40 17,17 17,17 10,10 8,09 7,07

- Jumlah 99 100

Tabel 16 menyatakan bahwa indikator yang menunjukkan kualitas dari

produk KFC yang utama adalah rasa. Indikator ini dirasakan penting karena

apabila suatu makanan ataupun minuman tidak enak rasanya maka konsumen

akan merasa dikecewakan. Akibatnya konsumen tidak akan kembali lagi untuk

Page 98: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

98

berkunjung ke restoran. Indikator lain yang mencerminkan kualitas dari produk

KFC adalah kebersihan makanan/peralatan dan pelayanan yang ditawarkan oleh

pihak KFC.

Tabel 16. Sebaran Responden Menurut Indikator Kualitas Produk KFC

No Indikator Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3 4 5 6 7

Rasa Kebersihan makanan/peralatan makan Pelayanan Kecepatan Penyajian Harga Mudah dijangkau Lainnya

49 17 15 11 6 1 -

49,50 17,17 15,15 11,11 6,06 1,01

- Jumlah 99 100

Tabel 17 menyajikan alasan responden dalam memilih produk favorit

di KFC dimana rasa makanan yang baik menjadi alasan utama yaitu

sebanyak 55,56 persen. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, rasa

merupakan salah satu atribut yang penting dalam pemilihan suatu produk.

Alasan kedua terbanyak adalah harga produk yang tidak mahal sebanyak

27,27 persen.

Tabel 17. Sebaran Responden Menurut Alasan dalam Memilih Produk Favorit di

KFC

No Alasan Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3 4 5 6

Rasa makanan baik (enak dan terjamin) Harga (tidak mahal) Dekat/mudah dijangkau Suasana nyaman Pelayanan yang memuaskan Lainnya

55 27 7 5 3 2

55,56 27,27 7,07 5,05 3,03 2,02

Jumlah 99 100

Page 99: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

99

Berdasarkan survey yang dilakukan, kesimpulan yang dapat ditarik adalah

rasa merupakan sebuah kriteria evaluasi yang paling penting karena responden

lebih mengutamakan kepuasan yang diperoleh dengan mengkonsumsi makanan

dan minuman di KFC. Sementara harga tidak menjadi prioritas utama bagi

responden dalam menentukan pilihannya.

6.2.4. Keputusan Pembelian

Tahapan selanjutnya setelah melakukan evaluasi alternatif adalah

melakukan proses pembelian, dimana konsumen menyusun daftar peringkat

pilihannya. Produk yang dinilai dapat memecahkan masalah dan merupakan

pilihan terbaik dari alternatif yang ada dan akan dibeli oleh konsumen. Menurut

Engel, Blackwell dan Miniard (1994) bahwa pembelian merupakan fungsi dari

dua determinan, yaitu niat dan pengaruh lingkungan.

Pemilihan waktu dalam melakukan pembelian produk yang dilakukan oleh

responden di KFC dapat dilihat dalam Tabel 18. Sebagian besar dari total jumlah

responden memilih hari libur (Sabtu dan Minggu) sebagai hari untuk melakukan

pembelian di KFC karena hari tersebut merupakan waktu luang bagi mereka.

Jumlah responden yang memilih hari libur untuk melakukan pembelian sebanyak

50,50 persen. Sisanya sebanyak 11,11 persen memilih hari kerja (Senin-Jumat)

dan sebanyak 38,39 persen memilih lainnya (tergantung situasi responden itu

sendiri) sebagai hari untuk melakukan pembelian.

Tabel 18. Sebaran Responden Menurut Waktu Berkunjung Melakukan Pembelian

di KFC

No Waktu Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3

Hari libur (Sabtu - Minggu) Lainnya Hari kerja (Senin - Jumat)

50 38 11

50,50 38,39 11,11

Jumlah 99 100

Page 100: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

100

Sebagian besar dari total responden menyatakan bahwa pembelian

produk di KFC dilakukan tergantung situasi responden (Tabel 19).

Kecenderungan ini disebabkan responden kebetulan melewati KFC

bersamaan dengan datangnya rasa lapar juga melakukan pembeliannya

sesuai dengan keinginan pada saat itu. Responden lain menyatakan

melakukan pembelian dengan cara mendadak karena tidak ada lagi pilihan

tempat makan lain. Dan hanya sebagian kecil saja responden memutuskan

untuk pergi ke KFC dengan merencanakan sebelumnya.

Tabel 19. Sebaran Responden Menurut Cara Memutuskan Pembelian di KFC

No Cara memutuskan pembelian Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3

Tergantung situasi Mendadak Terencana

66 27 6

66,67 27,27 6,06

Jumlah 99 100

Hasil penelitian di lapangan pada Tabel 20 menyatakan bahwa sebagian

besar anggota keluarga tidak berkomentar dalam menyarankan pembelian produk

di KFC. Mereka berpendapat bahwa keputusan pembelian itu berada di tangan

responden itu sendiri. Selanjutnya ada sebagian anggota keluarga

memberitahukan bahwa mereka pernah/sering membeli produk di KFC.

Tabel 20. Sebaran Responden Menurut Pengaruh Anggota Keluarga dalam

Menyarankan Pembelian Produk di KFC

No Frekuensi pembelian Responden (orang)

Persentase ( % )

Page 101: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

101

1 2 3 4

Tidak berkomentar Memberitahu bahwa mereka sering/pernah membeli Meminta Anda membeli Membujuk Anda membeli

58

24 13 4

58,59

24,24 13,13 4,04

Jumlah 99 100

Sebagian besar teman tidak berkomentar dalam menyarankan pembelian

produk di KFC (Tabel 21). Mereka berpendapat bahwa keputusan pembelian itu

berada di tangan responden itu sendiri. Selanjutnya ada sebagian teman

memberitahukan bahwa mereka pernah/sering membeli produk di KFC.

Tabel 21. Sebaran Responden Menurut Pengaruh Teman dalam Menyarankan

Pembelian Produk di KFC

No Frekuensi pembelian Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3 4

Tidak berkomentar Memberitahu bahwa mereka sering/pernah membeli Meminta Anda membeli Membujuk Anda membeli

55

31 9 4

55,56

31,31 9,09 4,04

Jumlah 99 100

Hasil penelitian di lapangan pada Tabel 22 menyatakan bahwa sebagian

besar penjual tidak berkomentar dalam menyarankan pembelian produk di KFC.

Mereka berpendapat bahwa keputusan pembelian itu berada di tangan responden

itu sendiri. Sebagian penjual membujuk responden untuk melakukan pembelian di

KFC, hal ini dilakukan agar pihak KFC dapat mencapai target penjualannya.

Page 102: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

102

Tabel 22. Sebaran Responden Menurut Pengaruh Penjual dalam Menyarankan

Pembelian Produk di KFC

No Frekuensi pembelian Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2 3

Tidak berkomentar Membujuk Anda membeli Meminta Anda membeli

52 32 15

52,53 32,32 15,15

Jumlah 99 100

Kesimpulan yang didapat adalah responden lebih banyak melakukan

pembelian tergantung situasi. Hal ini dikarenakan responden melakukannya sesuai

dengan keinginannya pada saat itu. Apabila responden ingin makan di KFC maka

dia akan datang ke KFC. Pemilihan waktu libur sebagai waktu untuk berkunjung

menunjukan bahwa KFC bukan saja sebagai tempat makan tetapi juga tempat

rekreasi bagi keluarga. Pengaruh anggota keluarga, teman maupun penjual lebih

banyak untuk tidak berkomentar dalam menyarankan pembelian produk KFC.

6.2.5. Evaluasi Pasca Pembelian

Setelah melakukan pembelian, konsumen akan merasakan kepuasan dari

produk yang dibeli. Keyakinan akan sikap konsumen dari tahap ini akan

mempengaruhi niat untuk melakukan pembelian selanjutnya. Berdasarkan Tabel

23, tingkat kepuasan responden setelah mengkonsumsi produk KFC diperoleh

tingkatan kepuasan dimana sebanyak 62,62 persen menyatakan puas dan sisanya

merasa biasa saja sebanyak 37,38 persen. Hal ini menunjukkan bahwa produk

KFC dapat diterima oleh sebagian besar responden.

Tabel 23. Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepuasan Setelah Mengkonsumsi

Produk KFC

No Jenis kepuasan Responden Persentase

Page 103: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

103

(orang) ( % ) 1 2 3

Puas Biasa saja Tidak puas

62 37 -

62,62 37,38

- Jumlah 99 100

Pendapat responden seperti yang terlihat pada Tabel 24 menyatakan akan

kembali dan melakukan pembelian ulang di KFC. Pernyataan tersebut

dikemukakan oleh 89 orang responden atau sebesar 89,90 persen. Responden lain

menjawab tidak akan berkunjung kembali dengan jumlah responden sebanyak 10

orang atau sebesar 10,10 persen dari total responden. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa responden merasakan kepuasan ketika berkunjung ke KFC dan pihak KFC

dianggap telah berhasil memberikan pelayanan dan kualitas terbaiknya.

Tabel 24. Sebaran Responden Menurut Tindakan Setelah Mengkonsumsi Produk

KFC

No Tindakan Responden (orang)

Persentase ( % )

1 2

Berkunjung kembali Tidak mau berkunjung kembali

89 10

89,90 10,10

Jumlah 99 100

Keputusan konsumen untuk melakukan kunjungan selanjutnya ke KFC

ditentukan oleh perasaan ketika melakukan kunjungan sebelumnya. Perasaan puas

atau biasa saja memiliki peluang besar bagi konsumen untuk berkunjung kembali.

Konsumen yang menyatakan tidak puas kecenderungan terbesar tidak akan

kembali melakukan kunjungan ke KFC.

6.3. Posisi Relatif KFC Terhadap Mc. Donald’s dan California Fried

Chicken

Page 104: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

104

Biplot merupakan suatu analisis yang dapat digunakan baik untuk

melakukan positioning maupun perceptual maping dari sekumpulan obyek

(produk, jasa, atau perusahaan). Dalam proses analisisnya, Metode Biplot

memerlukan data dari sejumlah obyek dalam hal ini adalah Kentucky Fried

Chicken (KFC), Mc. Donald’s dan California Fried Chicken (CFC) serta atribut-

atributnya, yaitu ke-20 atribut (lokasi, tempat parkir, keramahan pelayan,

penampilan pelayan, kecepatan penyajian produk, kecepatan transaksi, daftar

menu, kebersihan, dekorasi ruangan, temperatur ruangan, keharuman ruangan,

musik, variasi jenis produk, jumlah porsi, aroma produk, rasa, kemasan bawa

pulang, harga, promosi dan diskon) yang telah ditentukan sebelumnya dengan

skala pengukuran interval dengan skala nilai antara satu hingga lima.

Dari hasil analisis dengan menggunakan Metode Biplot dengan Metode

Ekstraksi Analisis Komponen Utama (Principle Component Analysis) didapat

hasil atau output (Lampiran 2) berupa component score coefficient matrix untuk

masing-masing atribut serta regression factor score dari masing-masing obyek

(KFC, Mc. Donald’s dan CFC) yang merupakan masukan (input) dalam

pembuatan plot atau peta posisi. Peta posisi tersebut menunjukkan posisi relatif

dari masing-masing produk dan atribut-atribut yang diteliti sehingga kita dapat

dengan mudah melihat hubungan kedekatan antara produk dan atributnya. Hasil

output tersebut juga menunjukkan nilai dari keragaman (varians) pertama sebesar

98,255 persen dan varians kedua sebesar 1,745 persen, yang artinya bahwa

keragaman yang dapat diterangkan oleh komponen satu (sumbu utama satu) dan

komponen dua (sumbu utama dua) pada Biplot sebesar nilai dari masing-masing

varians tersebut.

Page 105: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

105

Dari hasil plot pada Gambar 10 terhadap posisi dari masing-masing obyek

dan atribut yang diteliti terlihat bahwa KFC, Mc. Donald’s dan CFC memiliki

posisi yang saling berjauhan satu sama lainnya, yang artinya masing-masing

merek tersebut tidak memiliki kedekatan atau kemiripan sifat satu dengan yang

lainnya, yang berarti juga bahwa tidak ada kemiripan yang dekat terhadap masing-

masing peubah yang merupakan ciri dari masing-masing merek.

Panjang vektor dari masing-masing atribut menggambarkan tingkat

keragaman yang dapat dijelaskan oleh atribut tersebut. Dari gambar plot, dapat

dilihat bahwa panjang vektor dari tiap-tiap atribut beragam, kecuali untuk atribut

kecepatan transaksi yang memiliki panjang vektor yang sangat pendek

dibandingkan yang lainnya. Panjang vektor yang sangat pendek tersebut

menunjukkan bahwa besarnya keragaman yang dapat dijelaskan oleh atribut

kecepatan transaksi sangat kecil apabila dibandingkan dengan keragaman peubah

yang dimiliki oleh atribut lainnya.

Gambar 10. Plot Merek Restoran Cepat Saji Terhadap Atribut yang Diteliti

Page 106: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

106

Keterangan: 1 = lokasi, 2 = tempat parkir, 3 = keramahan pelayan, 4 = penampilan pelayan, 5 = kecepatan penyajian, 6 = kecepatan transaksi, 7 = daftar menu, 8 = kebersihan ruangan, 9 = dekorasi ruangan, 10 = temperatur ruangan, 11 = keharuman ruangan, 12 = musik, 13 = variasi jenis produk, 14 = jumlah porsi, 15 = aroma, 16 = rasa, 17 = kemasan bawa pulang, 18 = harga, 19 = promosi dan 20 = diskon.

Dilihat dari hubungan kedekatan antara masing-masing merek (KFC, Mc.

Donald’s dan CFC) dengan ke-20 atribut-atribut yang diteliti, dapat dilihat dari

kedekatan antara vektor dari merek dengan vektor atribut. Semakin dekat vektor

pada salah satu merek dengan suatu atribut maka akan semakin identik atribut

tersebut untuk merek yang bersangkutan, yang artinya merek tersebut memiliki

suatu hubungan yang dekat pada atribut tersebut dibandingkan produk merek

lainnya.

Dari gambar plot yang ada dapat dilihat bahwa merek KFC memiliki

kedekatan pada atribut: lokasi, tempat parkir, keramahan pelayan, daftar menu,

kebersihan ruangan, dekorasi ruangan, jumlah porsi, rasa, kemasan bawa pulang

dan harga, serta tidak ada satu atribut pun yang memiliki arah vektor yang

berlawanan dengan merek ini. Merek Mc. Donald’s memiliki kedekatan dengan

atribut: penampilan pelayan, kecepatan penyajian, temperatur ruangan, keharuman

ruangan, musik, variasi jenis produk, aroma, promosi dan diskon, namun memiliki

korelasi yang jauh pada atribut tempat parkir.

Sementara itu, berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat juga bahwa ke-20

atribut tersebut memiliki hubungan korelasi negatif terhadap merek CFC, hal ini

dicirikan dengan sudut vektor yang saling berlawanan arah. Sehingga CFC tidak

memiliki kedekatan apa pun terhadap ke-20 atribut tersebut apabila dibandingkan

dengan kedua merek yang lain.

6.4. Persepsi Konsumen Terhadap Atribut-Atribut KFC

Untuk menganalisis persepsi konsumen terhadap atribut-atribut yang

dipakai maka penulis menggunakan dua alat analisis, yaitu metode analisis

Fishbein dan Important Performance Analysis (IPA).

Page 107: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

107

6.4.1. Metode Analisis Fishbein

Sikap responden dapat dilihat pada hasil Metode Analisis Fishbein. Secara

keseluruhan responden mempunyai sikap yang lebih baik terhadap Mc. Donald’s .

Hal ini ditunjukkan oleh hasil Metode Analisis Fishbein, dimana skor Mc.

Donald’s yaitu sebesar +61,21 yang lebih besar dibanding total skor KFC yaitu

sebesar +57,45.

Skor pada nilai evaluasi didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian

antara nilai evaluasi (ei) dengan nilai kepercayaan (bi) untuk masing-masing

atribut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 25.

Hampir semua atribut pada tabel di atas memiliki skor yang lebih besar

untuk Mc. Donald’s daripada untuk KFC. Untuk atribut lokasi, tempat parkir,

keramahan pelayan, kecepatan penyajian produk, dekorasi ruangan, keharuman

ruangan, musik, variasi jenis produk, jumlah porsi, aroma produk, rasa, kemasan

bawa pulang, promosi dan diskon Mc. Donald’s ternyata memiliki nilai

kepercayaan (bi) yang lebih besar daripada KFC. Pada atribut temperatur ruangan

memiliki nilai yang seimbang sedangkan untuk atribut penampilan pelayan,

kecepatan transaksi, daftar menu, kebersihan dan harga KFC memiliki nilai

kepercayaan (bi) yang lebih besar daripada Mc. Donald’s .

Tabel 25. Hasil Metode Analisis Fishbein KFC Mc.D No Atribut Produk ei

bi ei bi bi ei bi 1 Lokasi 4,38 1,13 4,95 1,17 5,12 2 Tempat parkir 3,91 0,35 1,37 0,37 1,45 3 Keramahan pelayan 4,32 0,89 3,84 0,96 4,15 4 Penampilan pelayan 4,24 0,98 4,16 0,89 3,77 5 Kecepatan penyajian produk 4,32 0,95 4,10 0,96 4,15 6 Kecepatan transaksi 4,27 0,83 3,54 0,81 3,56 7 Daftar menu 4,19 0,78 3,27 0,74 3,10 8 Kebersihan 4,32 1,10 4,75 0,94 4,06 9 Dekorasi ruangan 4,09 0,72 2,94 0,84 3,44

10 Temperatur ruangan 4,13 0,78 3,22 0,78 3,22

Page 108: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

108

11 Keharuman ruang di restoran 3,91 0,39 1,52 0,56 2,19 12 Musik 3,71 0,33 1,22 0,58 2,15 13 Variasi jenis produk 3,98 0,55 2,19 0,59 2,35 14 Jumlah porsi produk 3,88 0,33 1,28 0,50 1,94 15 Aroma 4,18 0,69 2,88 0,77 3,22 16 Rasa 4,34 0,85 3,69 0,86 3,73 17 Kemasan bawa pulang 4,03 0,74 2,98 0,76 3,06 18 Harga 4,01 0,49 1,96 0,48 1,92 19 Promosi 4,28 0,90 3,85 0,91 3,89 20 Diskon 3,69 - 0,07 - 0,26 0,20 0,74

Total 57,45 61,21

Skor evaluasi tertinggi pada KFC dan Mc. Donald’s terdapat pada atribut

lokasi, masing-masing sebesar +4,95 dan +5,12. Kedua restoran memiliki lokasi

yang strategis, dimana konsumen tidak mendapatkan kesulitan dalam mencapai

tempat tersebut. Artinya lokasi kedua restoran itu dapat diakses dengan mudah

melalui kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Berdasarkan penelitian,

respon yang diperoleh menyatakan bahwa lokasi Mc. Donald’s lebih strategis

daripada lokasi KFC.

Skor evaluasi terendah pada KFC dan Mc. Donald’s terdapat pada atribut

diskon, masing-masing sebesar –0,26 dan +0,74. Responden memiliki tanggapan

negatif terhadap atribut diskon KFC dibandingkan dengan Mc. Donald’s , artinya

bahwa KFC sangat jarang sekali melakukan diskon terhadap produk-produknya.

Pada analisis Fishbein, merek CFC tidak dilakukan penelitian. Hal ini

dikarenakan CFC bukan merupakan saingan yang akan mengganggu bagi KFC

seperti yang telah terbukti dengan menggunakan analisis Biplot. Beda halnya

dengan Mc. Donald’s , perusahaan yang satu ini memang terbukti merupakan

pesaing berat bagi KFC. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan angka-angka pada

analisis Fishbein.

6.4.2. Important Performance Analysis (IPA)

Page 109: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

109

Analisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut KFC diolah

dengan metode Important Performance Analysis (IPA). Hasil analisis ini berupa

posisi masing-masing atribut pada keempat kuadran. Selanjutnya untuk penilaian

tingkat kinerja terhadap atribut-atribut KFC ditunjukkan dengan tanda huruf X

sedangkan untuk penilaian tingkat kepentingan ditunjukkan dengan huruf Y.

Tabel 26 menggambarkan skor rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja secara

keseluruhan.

Tabel 26. Rata-Rata Penilaian Kinerja dan Penilaian Kepentingan Untuk Masing

-

masing Atribut KFC

No Atribut Kinerja Kepentingan Rata-rata Kinerja

Rata-rata Kepentingan

1 Lokasi 409 434 4,13 4,38 2 Tempat parkir 331 387 3,34 3,91 3 Keramahan pelayan 385 428 3,89 4,32 4 Penampilan pelayan 394 420 3,98 4,24 5 Kecepatan penyajian produk 391 428 3,95 4,32 6 Kecepatan transaksi 379 423 3,83 4,27 7 Daftar menu 374 415 3,78 4,19 8 Kebersihan 403 428 4,07 4,32 9 Dekorasi ruangan 368 405 3,72 4,09

10 Temperatur ruangan 374 409 3,78 4,13 11 Keharuman ruang di restoran 335 387 3,38 3,91 12 Musik 329 367 3,32 3,71 13 Variasi jenis produk 351 394 3,55 3,98 14 Jumlah porsi produk 329 384 3,32 3,88 15 Aroma 365 414 3,69 4,18 16 Rasa 381 430 3,85 4,34 17 Kemasan bawa pulang 370 399 3,74 4,03 18 Harga 345 397 3,49 4,01 19 Promosi 386 424 3,90 4,28 20 Diskon 290 365 2,93 3,69

Rata-rata 3,68 4,11

Posisi penempatan masing-masing atribut dapat dilihat pada diagram

kartesius. Diagram kartesius dibagi menjadi empat kuadran dengan garis tengah

Page 110: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

110

pembagi berdasarkan rata-rata nilai total rata-rata tingkat kepentingan (Y ) yaitu

sebesar 4,11 dan rata-rata nilai total rata-rata tingkat kinerja untuk KFC ( X ) yaitu

sebesar 3,68. Secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 11.

Sebaran 20 atribut KFC yaitu 11 buah atribut di kuadran II (lokasi,

keramahan pelayan, penampilan pelayan, kecepatan penyajian produk, kecepatan

transaksi, daftar menu, kebersihan, temperatur ruangan, aroma produk, rasa dan

promosi), tujuh buah atribut di kuadran III (tempat parkir, keharuman ruangan,

musik, variasi jenis produk, jumlah porsi produk, harga dan diskon) dan dua buah

atribut terdapat pada kuadran IV (dekorasi ruangan dan kemasan bawa pulang).

Gambar 11. Hasil Analisis IPA

1. Prioritas Utama

Kuadran I diagram kartesius IPA berarti tingkat kepentingan dari suatu

atribut produk dianggap sangat penting oleh konsumen, tetapi kinerja dari atribut

ini dianggap biasa saja. Dengan demikian atribut ini harus menjadi prioritas utama

Page 111: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

111

bagi produsen untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Berdasarkan penelitian

di lapangan, penulis menemukan tidak ada atribut yang termasuk dalam kuadran

ini.

2. Pertahankan Prestasi

Kuadran II diagram kartesius IPA berarti tingkat kepentingan dari suatu

atribut produk dianggap sangat penting oleh konsumen dan kinerja dari atribut ini

dianggap sangat baik. Dengan demikian atribut ini harus dipertahankan oleh pihak

KFC dalam pelayanannya kepada konsumen sehingga konsumen akan tetap

merasa puas dan loyal. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah atribut

lokasi, keramahan pelayan, penampilan pelayan, kecepatan penyajian produk,

kecepatan transaksi, daftar menu, kebersihan, temperatur ruangan, aroma produk,

rasa produk dan promosi.

a. Lokasi

Lokasi adalah tempat dimana KFC berada dan merupakan tempat yang

dituju konsumen untuk membeli produk KFC. Aspek yang diperhatikan adalah

akses transportasi umum dan kendaraan pribadi. Pemilihan lokasi yang baik

adalah lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh konsumen. Konsumen

akan lebih senang apabila letak restoran langganannya mudah dijangkau dan

banyak dilalui oleh kendaraan umum.

Dari Tabel 27 diketahui bahwa responden pada umumnya menyatakan

lokasi restoran itu sangat penting karena konsumen menginginkan kemudahan

untuk mencapai tempat tujuannya itu. Dan pada kenyataannya responden menilai

bahwa lokasi KFC sudah tergolong baik. Hal ini berarti lokasi KFC strategis,

Page 112: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

112

mudah dijangkau dan banyak dilalui kendaraan umum. Kepuasan konsumen

terhadap atribut lokasi harus tetap dipertahankan oleh pihak KFC.

Tabel 27. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan

Tingkat

Kinerja Terhadap Lokasi KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 52 52,53 Sangat Baik 38 38,38 Penting 38 38,38 Baik 44 44,45 Biasa 6 6,06 Biasa 12 12,12 Kurang Penting 1 1,01 Kurang Baik 2 2,02 Tidak Penting 2 2,02 Tidak Baik 3 3,03 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

b. Keramahan Pelayan

Keramahan adalah sikap yang ditampilkan oleh pelayan kepada konsumen

selama proses pembelian di KFC. Keramahan ini akan terukur pada saat pelayan

berinteraksi dengan konsumen. Keramahan pelayan terukur dengan bersikap

ramah, senyum dan komunikatif.

Lebih dari 50 persen responden menyatakan bahwa atribut keramahan

pelayan penting. Tanggapan responden tersebut dapat diketahui bahwa responden

merasa keramahan pelayan harus mendapat perhatian utama. Masih ada sebagian

konsumen yang merasa bahwa atribut ini tidak terlalu penting. Hal ini disebabkan

karena responden lebih mengutamakan produk yang dijual dibandingkan

pelayanan yang diberikan oleh KFC. Apapun tindakan dan sikap yang diberikan

Page 113: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

113

oleh pelayan KFC tidak akan mengurangi kepuasan dan kenikmatan dalam

menyantap makanan dan minuman di KFC.

Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa kinerja atribut keramahan

pelayan KFC baik. Hal ini berarti pelayan yang ada di KFC telah bersikap ramah

kepada para konsumennya, mengucapkan terima kasih atas kunjungannya dan

juga selalu memberikan senyuman. Sedangkan sisanya menjawab pelayan yang

ada di KFC masih kurang baik. Hal ini terjadi karena responden masih merasa

bahwa keramahan pelayan KFC belum sesuai dengan apa yang semestinya

dilakukan oleh seorang pelayan (Tabel 28).

Harapan yang diinginkan oleh konsumen bukan hanya saja kemampuan

pelayan untuk mampu bersikap ramah tetapi juga mampu bersikap komunikatif

dan bisa memahami dengan baik apa yang diharapkan oleh konsumen. Senyuman

merupakan salah satu indikator dan langkah awal untuk membuat konsumen

merasa nyaman dan diterima dengan baik di KFC. Keramahan seorang pelayan

tidak hanya bisa diukur oleh tata cara berbicara tetapi juga terlihat dari bahasa

tubuh dan tingkah laku yang ditunjukkan kepada konsumen. Dengan demikian

harus adanya keselarasan antara ucapan yang disampaikan oleh pelayan dengan

bahasa tubuh yang digunakan, sehingga hasil yang diterima oleh konsumen akan

sangat baik.

Tabel 28. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Keramahan Pelayan KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 49 49,50 Sangat Baik 27 27,27 Penting 39 39,39 Baik 47 47,48 Biasa 6 6,06 Biasa 15 15,15 Kurang Penting 4 4,04 Kurang Baik 7 7,07 Tidak Penting 1 1,01 Tidak Baik 3 3,03 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Page 114: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

114

c. Penampilan Pelayan

Pengertian dari penampilan pelayan pada penelitian ini adalah pakaian

yang dikenakan karyawan berupa seragam yang bersih serta sopan. Pakaian yang

dikenakan oleh pelayan KFC adalah kaos berkerah berwarna merah dengan

lambang KFC di bagian dada sebelah kiri. Pakaian seragam ini dipakai oleh

pelayan yang langsung berhubungan dengan konsumen.

Berdasarkan Tabel 29 diketahui bahwa lebih dari 85 persen responden

atribut penampilan pelayan penting. Hal ini disebabkan responden akan merasa

nyaman apabila dilayani oleh pelayan yang berpenampilan baik dan bersih serta

sopan. Lebih dari 50 persen responden menyatakan baik dan sangat baik, hal ini

menjadi pertanda bagi pengelola KFC untuk tetap mempertahankan kinerja dari

atribut penampilan pelayan.

Tabel 29. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Penampilan Pelayan KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 41 41,41 Sangat Baik 27 27,28 Penting 45 45,46 Baik 50 50,50 Biasa 10 10,10 Biasa 16 16,16 Kurang Penting 2 2,02 Kurang Baik 5 5,05 Tidak Penting 1 1,01 Tidak Baik 1 1,01 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

d. Kecepatan Penyajian Produk

Pengertian kecepatan penyajian produk adalah waktu yang diperlukan

untuk menyajikan makanan dan minuman sampai ke tangan konsumen.

Tenggang waktu yang menjadi ukuran kecepatan penyajian produk ini adalah dari

Page 115: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

115

sejak konsumen memesan menu yang ada sampai dengan makanan dan minuman

yang dipesan tersedia di depan konsumen dan siap dimakan.

Dalam Tabel 30 yang menyajikan data mengenai tanggapan konsumen

tentang kecepatan penyajian produk, diketahui bahwa sebagian besar responden

menjawab penting. Anggapan ini terjadi karena kondisi responden yang sedang

lapar dan ingin segera makan. Tidak semua responden biasa menunggu terlalu

lama untuk menikmati sebuah hidangan merupakan salah satu penyebab mengapa

atribut ini dianggap penting. Sebanyak 7,07 persen menjawab biasa dan 2,02

persen dari total responden menjawab tidak penting. Responden merasa tidak

terburu-buru dan berusaha menikmati suasana yang ada di lingkungan restoran

dan menunggu makanan datang sambil istirahat.

Secara keseluruhan atribut kecepatan penyajian produk mendapat

tanggapan positif dari responden. Mereka merasa kecepatan penyajian produk

yang sekarang ini dilakukan oleh pelayan KFC sudah baik.

Tabel 30. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Kecepatan Penyajian Produk KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 45 45,46 Sangat Baik 30 30,30 Penting 45 45,45 Baik 41 41,42 Biasa 7 7,07 Biasa 23 23,23 Kurang Penting - - Kurang Baik 3 3,03 Tidak Penting 2 2,02 Tidak Baik 2 2,02 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Selain waktu penyajian yang harus dipertahankan, dirasakan perlu suatu

upaya agar konsumen yang menunggu tidak merasa bosan dan menikmati waktu

Page 116: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

116

menunggu itu. Salah satu alternatif yang dilakukan KFC adalah penyediaan arena

bermain anak agar konsumen merasa nyaman karena anak-anak mereka bisa

bermain sambil menunggu makanan datang dan siap dikonsumsi.

e. Kecepatan Transaksi

Kecepatan transaksi adalah kecepatan kasir dalam melayani pembayaran

konsumen. Setiap konsumen yang telah memesan makanan akan melakukan

pembayaran di kasir pada saat itu juga. Waktu transaksi yang selama ini terjadi

tidak lebih dari lima menit untuk pembayaran di kasir.

Hasil penelitian (Tabel 31) menunjukan bahwa lebih dari 85 persen

responden menjawab atribut ini penting. Kecepatan transaksi dirasakan penting

karena responden malas untuk menunggu lebih lama. Penilaian kinerja yang

diberikan oleh responden lebih banyak yang menyatakan bahwa kecepatan

transaksi oleh kasir KFC baik. Hal ini dianggap baik karena proses transaksi tidak

lebih dari lima menit untuk pembayaran di kasir.

Tabel 31. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Kecepatan Transaksi KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 45 45,46 Sangat Baik 23 23,23 Penting 42 42,42 Baik 48 48,49 Biasa 8 8,08 Biasa 20 20,20 Kurang Penting 2 2,02 Kurang Baik 4 4,04 Tidak Penting 2 2,02 Tidak Baik 4 4,04 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Kecepatan transaksi sudah dirasakan cukup baik oleh responden sehingga

pihak KFC harus tetap mempertahankan kualitas yang sudah ada. Sementara ada

sekitar 30 persen dari total responden menjawab tingkat kinerja dari atribut ini

Page 117: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

117

masih dirasakan kurang sehingga menjadi masukan bagi pihak KFC untuk

meningkatkan tingkat kinerja karyawannya.

f. Daftar Menu

Pengertian dari daftar menu adalah nama jenis-jenis makanan dan

minuman yang disediakan oleh KFC. Daftar menu ini digunakan sebagai panduan

bagi konsumen untuk memesan makanan dan minuman yang diinginkan. Daftar

menu yang tersedia terpampang di dinding kasir.

Berdasarakan Tabel 32 diketahui bahwa hampir 90 persen dari total

responden menjawab penting terhadap tingkat kepentingan atribut daftar menu.

Responden menganggap bahwa daftar menu sangat membantu dalam menentukan

makanan dan minuman yang akan dipesan. Daftar menu ini akan sangat berguna

bagi konsumen pemula atau yang baru melakukan kunjungan pertama ke KFC.

Tabel 32. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Daftar Menu KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 39 39,39 Sangat Baik 21 21,21 Penting 49 49,50 Baik 49 49,50 Biasa 6 6,06 Biasa 20 20,20 Kurang Penting 1 1,01 Kurang Baik 4 4,04 Tidak Penting 4 4,04 Tidak Baik 5 5,05 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa lebih dari 50 persen responden

menyatakan baik dan sangat baik, hal ini menjadi pertanda bagi pengelola KFC

untuk tetap mempertahankan kinerja dari atribut daftar menu. Masih ada sebagian

Page 118: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

118

responden menilai kurang baik, ini bisa menjadi masukan untuk KFC agar lebih

meningkatkan kinerja dari atribut ini.

g. Kebersihan Restoran

Kebersihan restoran dalam penelitian ini meliputi kebersihan ruangan

tempat makan, toilet dan wastafel. Hal ini perlu menjadi perhatian pihak KFC

guna kenyamanan konsumen dalam mengkonsumsi makanan dan minuman.

Tabel 33 menjelaskan bahwa lebih dari 85 persen dari total responden

menyatakan penting. Aktivitas responden sebelum dan sesudah makan biasanya

mencuci tangan di wastafel, sehingga keberadaan dan kebersihan wastafel sangat

penting. Kinerja yang dilakukan oleh KFC pada atribut kebersihan restoran

dirasakan baik oleh responden.

Tabel 33. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan

Tingkat

Kinerja Terhadap Kebersihan KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 50 50,51 Sangat Baik 32 32,32 Penting 37 37,37 Baik 51 51,52 Biasa 9 9,09 Biasa 10 10,10 Kurang Penting - - Kurang Baik 3 3,03 Tidak Penting 3 3,03 Tidak Baik 3 3,03 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Dengan demikian untuk menjaga agar ruangan tempat makan, toilet dan

wastafel tetap bersih maka karyawan bagian kebersihan harus sering memeriksa

dan membersihkan bagian-bagian yang kotor dan dirasa bisa mengganggu

Page 119: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

119

kenyamanan para konsumen untuk mengkonsumsi makanan dan minuman di

KFC. Pemeriksaan dan pembersihan harus dilaksanakan secara berkala dan tidak

cukup satu kali dalam satu hari. Pembersihan harus dilakukan sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi lingkungan restoran saat itu.

h. Temperatur Ruangan Temperatur ruangan diartikan sebagai suhu ruangan yang memberikan

kenyamanan bagi konsumen KFC. Suhu ruangan yang sejuk membuat konsumen

merasa betah untuk menikmati suasana yang ditawarkan oleh KFC. Dari Tabel 34

diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan penting karena setelah

berlama-lama merasakan cuaca panas di luar ketika masuk ke dalam restoran

mereka merasakan udara yang sejuk.

Kinerja yang dilakukan oleh KFC pada atribut temperatur ruangan dinilai

baik oleh responden. Responden tersebut merasa puas dan sudah terpenuhi

harapannya mengenai temperatur ruangan tempat mereka makan. Tetapi lebih dari

30 persen dari total responden masih belum merasakan kinerja dari atribut ini,

sehingga menjadi masukan bagi pihak KFC untuk memperbaikinya.

Tabel 34. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Temperatur Ruangan KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 31 31,31 Sangat Baik 20 20,20 Penting 54 54,55 Baik 48 48,49 Biasa 11 11,11 Biasa 23 23,23 Kurang Penting 2 2,02 Kurang Baik 5 5,05 Tidak Penting 1 1,01 Tidak Baik 3 3,03 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Dengan demikian untuk menjaga agar temperatur ruangan tetap sejuk

maka pihak KFC harus sering mengontrol suhu di setiap sudut ruangan.

Page 120: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

120

Pemeriksaan dilaksanakan secara berkala dalam satu hari. Pemeriksaan harus

dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan restoran saat itu.

i. Aroma

Aroma dalam penelitian ini diartikan sebagai tanggapan indera terhadap

rangsangan indera pencium pada produk yang dijual di KFC. Organ tubuh yang

bereaksi terhadap atribut aroma produk ini adalah hidung. Aroma makanan dan

minuman sering mencerminkan rasa dan kelezatan dari sebuah masakan. Aroma

juga menjadi daya tarik pertama seorang konsumen untuk membeli makanan

sebelum ia melihat makanan atau minuman tersebut secara langsung.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa lebih dari 80 persen responden

dari total responden menganggap bahwa atribut aroma produk ini penting.

Dominasi persentase ini menjadi sangat besar karena peranan aroma produk

sangat berpengaruh kepada keinginan responden untuk membeli dan memakan

makanan dan minuman yang ada di KFC.

Tabel 35. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan

Tingkat

Kinerja Terhadap Aroma Produk KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 37 37,37 Sangat Baik 17 17,17 Penting 47 47,48 Baik 52 52,53 Biasa 12 12,12 Biasa 17 17,17 Kurang Penting 2 2,02 Kurang Baik 8 8,08 Tidak Penting 1 1,01 Tidak Baik 5 5,05 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Page 121: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

121

Penilaian kinerja yang diberikan oleh responden lebih banyak yang

menyatakan bahwa aroma makanan yang disediakan oleh KFC adalah baik. Lebih

dari 60 persen responden menyatakan bahwa aroma produk KFC sangat enak.

Aroma merupakan daya tarik dari sebuah masakan. Pihak KFC dapat

mengusahakan agar aroma yang berasal dari masakan dapat tercium oleh

konsumen. Hal ini dilakukan agar nafsu makan konsumen menjadi besar.

j. Rasa

Rasa dalam penelitian ini diartikan sebagai tanggapan indera terhadap

rangsangan indera pengecap. Organ tubuh yang bereaksi terhadap atribut rasa

produk ini adalah lidah. Rasa makanan dan minuman adalah tingkat kelezatan dari

sebuah masakan. Rasa merupakan daya tarik pertama bagi seorang konsumen

untuk membeli makanan.

Hasil kuesioner responden yang disajikan dalam Tabel 36 menunjukkan

penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari atribut KFC. Lebih dari 85

persen dari total responden menyatakan bahwa atribut rasa penting. Rasa sangat

penting karena menjadi nilai jual utama dari makanan. Namun masih ada sebagian

kecil responden menyatakan atribut rasa tidak menjadi bahan pertimbangan bagi

mereka. Hal ini disebabkan karena responden mencari manfaat lain selain

menikmati makanan dan minuman di KFC.

Tabel 36. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan

Tingkat

Kinerja Terhadap Rasa Produk KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Page 122: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

122

Sangat Penting 48 48,49 Sangat Baik 24 24,24 Penting 39 39,39 Baik 46 46,47 Biasa 10 10,10 Biasa 22 22,22 Kurang Penting 2 2,02 Kurang Baik 4 4,04 Tidak Penting - - Tidak Baik 3 3,03 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Responden memberikan penilaian positif karena rasa yang terdapat pada

ayam KFC memberikan rasa yang khas dan berbeda dengan ayam lainnya. Rasa

yang khas ini berasal dari bumbu yang memang dibuat sendiri oleh KFC yakni

Original Recipe (OR).

k. Promosi Promosi merupakan kunci dalam kampanye penjualan. Hal ini diperlukan

untuk membujuk konsumen agar membeli produk yang ditawarkan oleh KFC.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa lebih dari 80 persen dari total responden

menganggap bahwa atribut promosi ini dirasakan penting bagi mereka. Dominasi

persentase ini menjadi sangat besar karena peranan promosi sangat berpengaruh

kepada keinginan responden untuk membeli makanan dan minuman yang ada di

KFC.

Tabel 37. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Promosi KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 46 46,47 Sangat Baik 24 24,24

Page 123: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

123

Penting 36 36,36 Baik 49 49,50 Biasa 16 16,16 Biasa 21 21,21 Kurang Penting 1 1,01 Kurang Baik 2 2,02 Tidak Penting - - Tidak Baik 3 3,03 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Penilaian kinerja yang diberikan oleh responden lebih banyak yang

menyatakan bahwa promosi yang dilakukan oleh KFC adalah baik. Promosi

merupakan daya tarik tersendiri bagi pihak KFC. Atribut ini digunakan untuk

menarik perhatian konsumen sekaligus membujuk mereka agar membeli produk

yang ditawarkan oleh KFC.

3. Prioritas Rendah

Kuadran III diagram kartesius Important Performance Analysis (IPA)

berarti tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari suatu atribut produk dianggap

rendah oleh konsumen. Dengan demikian atribut ini harus diperbaiki kinerjanya

oleh pihak KFC. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah tempat parkir,

keharuman ruangan, musik, variasi jenis produk, jumlah porsi, harga dan diskon.

a. Tempat Parkir

Tempat parkir adalah ruangan atau lahan yang digunakan untuk

menyimpan kendaraan (sepeda motor atau mobil) para pengunjung KFC. Luasan

areal parkir KFC mencapai lebih dari 500 m2. Letak tempat parkir terletak di

sebelah kanan bangunan KFC.

Lebih dari 75 persen dari total responden memberikan penilaian bahwa

tempat parkir penting dan sisanya responden menganggap tempat parkir kurang

penting. Responden yang menjawab penting adalah mereka yang berkunjung ke

KFC dengan menggunakan kendaraan pribadi. Sedangkan yang menjawab kurang

Page 124: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

124

penting adalah responden yang berkunjung ke KFC dengan menggunakan

kendaraan umum.

Tabel 38. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Tempat Parkir KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 34 34,35 Sangat Baik 20 20,20 Penting 41 41,41 Baik 28 28,29 Biasa 12 12,12 Biasa 25 25,25 Kurang Penting 5 5,05 Kurang Baik 18 18,18 Tidak Penting 7 7,07 Tidak Baik 8 8,08 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Berdasarkan Tabel 38, kurang dari setengah responden memberikan

penilaian kinerja terhadap atribut tempat parkir dengan jawaban baik, artinya

hampir sebagian besar responden menyatakan bahwa tempat parkir di KFC

lahannya sempit untuk parkir kendaraan. Tempat parkir ini sangat berguna ketika

konsumen yang datang adalah rombongan atau perkumpulan yang sedang

melaksanakan kegiatan dan tempatnya di KFC.

b. Keharuman Ruangan Restoran

Pengertian dari keharuman di ruangan restoran adalah keharuman yang

tercium di sekitar ruangan makan. Bau yang kurang enak yang tercium di sekitar

lokasi atau ruangan tempat makan dapat mengganggu kenyamanan konsumen

dalam menikmati makanan dan minuman yang dipesan. Selain mengganggu

kenyamanan, bau yang tidak sedap dapat menghilangkan selera makan konsumen

dan mereka tidak akan melakukan kunjungan ulangan. Bau yang tidak sedap dapat

pula mencitrakan bahwa KFC tidak sehat dan jorok.

Page 125: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

125

Dari Tabel 39 diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan

bahwa keharuman ruangan di restoran itu penting. Bau yang diinginkan oleh

konsumen adalah bau yang sedap atau bau yang netral. Seringkali bau tidak sedap

disebabkan oleh sampah yang menumpuk dan aliran air yang tidak lancar.

Kinerja yang dilakukan oleh KFC pada atribut keharuman ruangan di

restoran masih dirasakan kurang karena lebih dari setengahnya, responden menilai

kurang baik. Hal ini menjadi bahan pertimbangan bagi pihak KFC untuk lebih

memperhatikan atribut keharuman ruangan ini. Salah satu alternatifnya yaitu

karena ruangan di KFC dibuat dengan model ruangan tertutup dengan

menggunakan sistem pendingin ruangan (AC) maka sebaiknya digunakan parfum

pengharum ruangan untuk mengusir bau tak sedap.

Tabel 39. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Keharuman Ruangan KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 27 27,28 Sangat Baik 12 12,12 Penting 42 42,42 Baik 34 34,34 Biasa 26 26,26 Biasa 37 37,38 Kurang Penting 2 2,02 Kurang Baik 12 12,12 Tidak Penting 2 2,02 Tidak Baik 4 4,04 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

c. Musik

Dalam penelitian yang dilakukan di KFC, pengertian atribut musik adalah

alunan musik yang dapat didengar oleh konsumen pada saat berada di KFC.

Musik mempunyai fungsi sebagai pengiring pada saat konsumen menunggu

makanan dan minuman dihidangkan, pada saat mengkonsumsi makanan dan

Page 126: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

126

minuman tersebut, dan pada saat konsumen istirahat setelah makan. Lagu-lagu

yang digunakan sebagai musik pengiring adalah lagu-lagu yang ringan dan easy

listening ataupun lagu-lagu yang sedang digemari saat ini.

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa lebih dari 60 persen responden

dari total responden menganggap bahwa atribut musik ini penting. Dominasi

persentase ini karena peranan musik berpengaruh kepada kenyamanan responden

untuk pada saat menikmati makanan dan minuman yang ada di KFC.

Penilaian kinerja yang diberikan oleh responden menyatakan bahwa musik

yang digunakan oleh KFC masih kurang baik. Seperti dapat dilihat pada Tabel 40,

responden merasa bahwa lagu yang diputar mengganggu kenyamanan mereka saat

menyantap makanan dan minuman yang disajikan. Hal ini merupakan masukan

bagi KFC agar memilih jenis lagu yang diputar sesuai dengan harapan konsumen.

Selain jenis lagu, aspek lain yang harus diperhatikan adalah intensitas volume

suara. Suara yang dihasilkan oleh pengeras suara sebaiknya jangan terlalu keras

dan membuat konsumen tidak nyaman. Pengeras suara lebih baik diarahkan ke

arah yang tidak tertuju langsung pada konsumen.

Tabel 40. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Musik KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 25 25,25 Sangat Baik 11 11,11 Penting 36 36,36 Baik 35 35,36 Biasa 29 29,30 Biasa 35 35,35 Kurang Penting 2 2,02 Kurang Baik 11 11,11 Tidak Penting 7 7,07 Tidak Baik 7 7,07 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

d. Variasi Jenis Produk

Page 127: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

127

Variasi jenis makanan dan minuman adalah banyaknya jumlah menu yang

ditawarkan oleh KFC kepada konsumen dalam hal makanan dan minuman.

Semakin banyak variasi menu yang ditawarkan maka semakin banyak alternatif

pilihan konsumen untuk menentukan makanan dan minuman yang dipesan. Dalam

variasi jenis makanan terdapat makanan utama yang menjadi ciri khas KFC yaitu

ayam dengan racikan Original Recipe Chicken (ORC).

Responden yang diwawancarai pada saat penelitian meyatakan bahwa

variasi jenis makanan dan minuman di KFC penting dengan persentase lebih dari

70 persen. Banyaknya variasi jenis makanan dan minuman akan menjadi daya

tarik tersendiri bagi responden. Pada saat mereka sedang tidak menginginkan

menu utama yaitu Original Recipe Chicken (ORC) tetapi tetap ingin menikmati

suasana KFC, maka mereka akan tetap menjadikan KFC sebagai tempat makan.

Tabel 41. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Variasi Jenis Produk KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 34 34,34 Sangat Baik 13 13,13 Penting 39 39,40 Baik 44 44,45 Biasa 19 19,19 Biasa 31 31,31 Kurang Penting 4 4,04 Kurang Baik 6 6,06 Tidak Penting 3 3,03 Tidak Baik 5 5,05 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Kinerja yang telah dilakukan oleh KFC pada atribut variasi jenis makanan

dan minuman dinilai oleh responden dengan penilaian baik. Penilaian bersifat

positif ini karena responden menganggap bahwa sebuah restoran yang mempunyai

ciri khas tertentu, harus mempertahankan kekhasannya. Begitu juga dengan KFC

Page 128: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

128

yang harus mempertahankan ORC sebagai menu utama. Tetapi masih terdapat

lebih dari 40 persen responden menyatakan kinerjanya masih kurang baik. Respon

negatif ini karena responden tetap menginginkan adanya jenis menu yang lebih

banyak sehingga mereka mempunyai alternatif pilihan yang lebih banyak..

e. Jumlah Porsi Produk

Pengertian dari jumlah porsi produk adalah banyaknya makanan dan

minuman dalam satu porsi. Kapasitas makan seorang konsumen akan berbeda

dengan kapasitas makan konsumen lainnya. Kemampuan kapasitas makan ini

ditentukan oleh jenis kelamin, umur dan kebiasaan makan. Walaupun demikian

dapat diambil rata-rata dimana porsi atau takaran yang disajikan kepada

konsumen dirasa tidak terlalu berlebih atau kurang secara umum.

Secara keseluruhan responden memberikan penilaian bahwa jumlah porsi

produk dirasakan penting. Kenikmatan makan seorang responden akan merasa

terganggu apabila porsi yang dia makan kurang. Rasa kenyang yang dirasakan

oleh konsumen belum mencapai pada suatu titik dimana seorang responden

merasa cukup. Tetapi banyaknya porsi yang disajikan sebenarnya tergantung dari

pesanan konsumen. Semakin mahal harga paket yang dipesan maka jumlah ORC

yang disajikan semakin banyak. Sisanya responden menganggap jumlah porsi

produk kurang penting. Responden yang menjawabnya sebagian besar adalah

wanita dan anak-anak yang kapasitas makannya tidak terlalu besar.

Berdasarkan Tabel 42 para responden memberikan penilaian kinerja

terhadap atribut jumlah porsi makanan dan minuman dengan jawaban baik dengan

persentase lebih dari 50 persen. Artinya masih ada lebih dari 45 persen dari total

responden yang merasa kurang dengan porsi yang sudah disediakan oleh KFC.

Page 129: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

129

Tabel 42. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan

Tingkat

Kinerja Terhadap Jumlah Porsi Produk KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 27 27,28 Sangat Baik 10 10,10 Penting 43 43,43 Baik 43 43,43 Biasa 23 23,23 Biasa 25 25,26 Kurang Penting 2 2,02 Kurang Baik 11 11,11 Tidak Penting 4 4,04 Tidak Baik 10 10,10 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Banyaknya porsi setiap menu bervariasi disesuaikan dengan harga menu

tersebut dan kebiasaan orang menyantap menu tersebut. Pihak KFC harus mampu

melihat seberapa besar porsi yang optimal sehingga responden merasa tidak

kekurangan atau kelebihan. Porsi yang diberikan kepada konsumen jangan terlalu

sedikit atau terlalu banyak karena hal ini akan berpengaruh kepada optimalisasi

bahan baku dan biaya produksi yang akhirnya mempengaruhi keuntungan yang

diperoleh oleh KFC.

f. Harga Dalam penelitian yang dilakukan di KFC, pengertian atribut harga adalah nilai jual yang ditetapkan

oleh pihak KFC. Harga yang berlaku merupakan harga yang telah disesuaikan dengan daya beli masyarakat

perkotaan.

Responden yang diwawancarai pada saat penelitian menyatakan bahwa

atribut harga di KFC dirasakan penting. Lebih dari 70 persen dari total responden

menganggap bahwa atribut harga merupakan hal yang perlu diperhatikan sebagai

bahan pertimbangan untuk membeli produk KFC (Tabel 43). Namun masih cukup

banyak juga responden yang menganggap harga tidak mempengaruhi mereka

dalam pembelian produk di KFC. Mereka lebih mementingkan kepuasan dari

atribut lainnya yang dapat diperoleh di restoran ini.

Page 130: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

130

Tabel 43. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Harga Produk KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 39 39,40 Sangat Baik 13 13,13 Penting 33 33,33 Baik 39 39,40 Biasa 20 20,20 Biasa 37 37,37 Kurang Penting 3 3,03 Kurang Baik 3 3,03 Tidak Penting 4 4,04 Tidak Baik 7 7,07 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Sebagian besar konsumen menyatakan bahwa harga produk di KFC sudah

tepat dengan apa yang mereka inginkan tetapi ada juga sebagian konsumen yang

menilai harga di KFC masih terlalu mahal. Hal ini menjadi sebuah pertimbangan

juga untuk KFC agar lebih meningkatkan kinerja dari atribut ini.

g. Diskon

Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh pihak KFC kepada konsumen pada waktu

tertentu. Hal ini dilakukan untuk menarik konsumen agar membeli produk yang ditawarkan oleh KFC. Jika dilihat

secara jangka panjang, atribut diskon digunakan untuk tujuan meningkatkan penjualan pada setiap produk KFC.

Berdasarkan Tabel 44, lebih dari 60 persen dari total responden

menyatakan bahwa atribut diskon dirasakan penting. Karena konsumen

menginginkan harga dari berbagai produk dengan harga yang ekonomis tetapi

dengan kualitas produk yang baik. Untuk kinerjanya, lebih dari 65 persen dari

total responden menyatakan kurang baik. Hal ini disebabkan konsumen jarang

mendapatkan diskon ketika membeli produk di KFC. Pihak KFC sebaiknya lebih

sering mengadakan diskon terhadap produk-produknya agar konsumen lebih

sering melakukan pembelian di KFC, sehingga ke depannya akan meningkatkan

penjualan.

Tabel 44. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Page 131: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

131

Kinerja Terhadap Diskon KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 35 35,35 Sangat Baik 14 14,14 Penting 26 26,27 Baik 19 19,20 Biasa 22 22,22 Biasa 32 32,32 Kurang Penting 4 4,04 Kurang Baik 14 14,14 Tidak Penting 12 12,12 Tidak Baik 20 20,20 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

4. Berlebihan

Kuadran IV diagram kartesius IPA berarti wilayah yang memuat faktor-

faktor yang dianggap kurang pentingoleh konsumen dan dirasakan terlalu

berlebihan. Dengan demikian atribut yang termasuk ke dalam kuadran IV ini

dapat dipertimbangkan kembali kinerjanya agar perusahaan dapat menghemat

biaya. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah dekorasi ruangan dan

kemasan bawa pulang.

a. Dekorasi Ruangan

Dekorasi ruangan adalah hiasan dinding atau hiasan gantung yang berada

di ruangan tempat makan. Hiasan gantung dan hiasan dinding dekorasi

menjadikan KFC sebuah restoran cepat saji yang modern dan artistik.

Pada Tabel 45 dapat dilihat bahwa responden cenderung menilai atribut

dekorasi ruangan di KFC penting. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden

menyukai keindahan desain ruangan modern. Mereka menyenangi dekorasi

ruangan yang kelihatan serasi dengan tata ruangnya.

Tabel 45. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Dekorasi Ruangan KFC

Page 132: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

132

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 31 31,31 Sangat Baik 23 23,23 Penting 50 50,50 Baik 42 42,42 Biasa 16 16,17 Biasa 21 21,21 Kurang Penting - - Kurang Baik 9 9,10 Tidak Penting 2 2,02 Tidak Baik 4 4,04 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

Kinerja yang telah dilakukan oleh KFC pada atribut dekorasi ruangan

dinilai oleh responden dengan penilaian baik. Hal ini ditunjukkan dengan

persentase tingkat kinerja yang lebih dari 65 persen. Sebagian besar responden

menyukai dekorasi ruangan yang ada di KFC. Tetapi persentase responden yang

menjawab kurang baik masih banyak juga sehingga hal ini dapat menjadi sebuah

saran bagi KFC untuk lebih memperindah dekorasi yang ada di tempatnya.

b. Kemasan Bawa Pulang

Kemasan bawa pulang adalah bungkus yang digunakan apabila konsumen

membeli makanan dan minuman di KFC untuk dibawa pulang. Kemasan yang

digunakan untuk membungkus produk KFC adalah kotak yang berwarna putih

terbuat dari kardus dan di bagian atas kotak tersebut terdapat tulisan dan gambar

lambang KFC. Sedangkan untuk membungkus nasi menggunakan kertas yang

memiliki lapisan plastik. Pembungkus minuman digunakan gelas plastik yang

mempunyai tutupnya.

Berdasarkan Tabel 46 diketahui bahwa lebih dari 70 persen total

responden menyatakan bahwa kemasan bawa pulang merupakan atribut yang

penting. Hal ini untuk memudahkan konsumen dalam membawa produk KFC.

Sebagian lagi tidak terlalu mementingkan atribut ini karena mereka jarang

membawa pulang produk KFC ke rumahnya. Sedangkan untuk tingkat kinerjanya,

Page 133: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

133

lebih dari 65 persen responden menyatakan bahwa kemasan bawa pulang KFC

sudah baik, hal ini menjadi masukan untuk tetap mempertahankan kualitas

kemasan bawa pulang.

Tabel 46. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Tingkat

Kinerja Terhadap Kemasan Bawa Pulang KFC

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Tingkat Penilaian

Jumlah Responden

(orang)

Persentase ( % )

Sangat Penting 34 34,34 Sangat Baik 20 20,20 Penting 39 39,40 Baik 46 46,47 Biasa 21 21,21 Biasa 24 24,24 Kurang Penting 5 5,05 Kurang Baik 5 5,05 Tidak Penting - - Tidak Baik 4 4,04 Jumlah 99 100 Jumlah 99 100

6.5. Implikasi dari Hasil Analisis pada Bauran Pemasaran

Pada proses keputusan konsumen diperoleh hasil bahwa yang menjadi

pertimbangan awal dalam pembelian yaitu atribut rasa. Pihak KFC dapat

memanfaatkan data tersebut dalam menentukan strategi apa yang tepat untuk

diterapkan. Hal ini bertujuan agar konsumen lebih puas atau terpenuhi segala

harapannya terhadap KFC. Bauran pemasaran yang dipakai pada penelitian ini

yaitu 7P: Produk (Product), Harga (Price), Tempat (Place), Promosi (Promotion),

Orang (People), Bukti fisik (Physical evidence) dan Proses (Process).

1. Bauran Produk

Berdasarkan pengamatan di lapangan, diperoleh informasi bahwa

mayoritas pengunjung KFC adalah konsumen dengan kisaran umur 17 – 25 tahun.

Hasil ini menjadi bahan pertimbangan KFC untuk membuat suatu produk yang

digemari oleh segmen konsumen tersebut. Konsumen melihat suatu produk dari

Page 134: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

134

segi rasanya, atribut inilah yang akan menjadi pertimbangan awal dalam proses

keputusan yang akan mereka ambil. Oleh karena itu pihak KFC harus terus

mempertahankan kualitas dari atribut rasa agar produk yang dibuat sesuai dengan

harapan konsumen.

Berdasarkan hasil analisis dari ketiga metode yang penulis gunakan dapat

diperoleh bahwa atribut rasa dan aroma memiliki tingkat kepentingan yang tinggi

sehingga menjadi prioritas utama bagi KFC untuk diperhatikan. Dari hasil

penelitian diperoleh bahwa rasa dan aroma produk yang dimiliki oleh KFC sudah

memenuhi keinginan konsumen sehingga atribut ini patut dipertahankan oleh

KFC. Apabila dibandingkan dengan rasa dan aroma produk dari Mc. Donald’s ,

rasa dan aroma produk KFC masih berada di bawah posisi Mc. Donald’s . Untuk

menempati posisi pertama maka pihak KFC perlu melakukan evaluasi terhadap

kedua atribut ini. Hal ini bisa dilakukan dengan cara meramu lagi bahan-bahan

penyedap yang akan digunakan agar menjadi lebih enak rasanya dan lebih nikmat

aromanya.

Sementara untuk atribut variasi jenis produk dan jumlah porsi

produk masih dirasakan kurang. Sehingga kedua atribut ini harus

mendapatkan prioritas utama untuk ditingkatkan kinerjanya sehingga

sesuai dengan harapan konsumen. Konsumen menginginkan jenis menu

yang disajikan lebih variatif, sehingga lebih banyak pilihan bagi konsumen

dalam memilih jenis makanan. Pihak manajemen dapat melakukan

diversifikasi jenis makanan dengan menambah beberapa menu. Sementara

untuk jumlah porsi pihak KFC harus menambahkannya agar keinginan dari

konsumen dapat terpenuhi.

Page 135: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

135

Atribut kemasan bawa pulang dinilai terlalu berlebihan oleh konsumen.

Oleh sebab itu pihak KFC perlu mempertimbangkan kembali kinerja dari atribut

ini dan lebih memprioritaskan kepada atribut lainnya yang dianggap konsumen

lebih penting.

2. Bauran Harga

Sebagian konsumen menganggap bahwa atribut harga masih menjadi

fokus perhatian dalam proses keputusan pembelian produk KFC. Sedangkan

sebagian lainnya, atribut ini sudah tidak menjadi fokus perhatian utama. Mereka

lebih mementingkan kualitas produk dibandingkan dengan harga yang

ditawarkan.

Atribut diskon KFC memiliki tanggapan negatif dari konsumen.

Konsumen merasa bahwa KFC jarang sekali melakukan diskon terhadap produk-

produknya. Solusinya pihak KFC lebih sering mengadakan diskon terhadap

produk-produknya agar konsumen lebih tertarik untuk berkunjung ke KFC dan

melakukan pembelian. Dengan begitu akan berpengaruh terhadap semakin

meningkatnya penjualan. Dan pada akhirnya akan diiringi dengan pertambahan

laba yang diperoleh.

3. Bauran Distribusi

Atribut yang berkaitan dengan strategi tempat adalah lokasi. Untuk atribut

lokasi konsumen menilai bahwa atribut ini merupakan atribut yang paling penting

maka dari itu KFC harus lebih fokus terhadap atribut ini.

Konsumen memberikan penilaian terhadap lokasi KFC yaitu strategis, hal

ini dapat dilihat bahwa lokasi yang dimiliki KFC mudah dijangkau oleh

kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Pihak KFC harus mempertahankan

atribut ini karena merupakan suatu keunggulan bagi KFC. Pemilihan lokasi

Page 136: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

136

restoran yang berada dekat dengan Terminal Baranang Siang sangat strategis

karena dilalui oleh berbagai angkutan kota dan merupakan pusat Kota Bogor.

4. Bauran Promosi

Promosi bertujuan untuk mengenalkan KFC kepada masyarakat sehingga

mereka tahu keberadaan dan bersedia menjadi konsumen KFC. Bagi konsumen,

promosi bertujuan untuk menjadi daya tarik agar konsumen tersebut melakukan

pembelian ulang atau pembelian produk baru. Salah satu media yang dapat

digunakan sebagai alat promosi adalah pemasangan iklan di majalah atau koran

lokal Bogor atau bisa juga melalui media elektronik seperti televisi. Sehingga

KFC dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi konsumen

dalam proses keputusan pembelian.

Selain itu, KFC dapat menjadi sponsor kegiatan-kegiatan besar di Bogor

yang bisa menjadi pilihan promosi. Syarat menjadi sponsor tersebut adalah

makanan dan minuman KFC menjadi menu makan dalam kegiatan tersebut dan

diperbolehkan menyebarkan pamflet. Keuntungan yang diberikan oleh KFC

berupa potongan harga atau paket khusus.

Papan nama KFC yang dipasang di depan restoran terlihat bagus dan

menarik pandangan masyarakat atau calon konsumen yang melintas di Jalan

Pajajaran. Spanduk atau papan iklan di pinggir jalan berguna untuk lebih

memudahkan calon konsumen yang tidak mengetahui keberadaan KFC atau bagi

konsumen yang kebetulan mencari tempat makan. Promosi yang dilakukan KFC

dinilai oleh konsumen baik. Banyak iklan di berbagai media menawarkan produk

baru KFC.

5. Bauran Orang

Page 137: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

137

Seorang pegawai harus dapat memuaskan konsumen yang datang ke KFC.

Oleh karena itu mereka dituntut untuk bersikap ramah dan sopan kepada

konsumen. Sikap yang dapat dilakukan oleh pegawai KFC antara lain

membukakan pintu masuk dan mempersilahkan masuk serta memberikan ucapan

terima kasih atas kunjungannya kepada konsumen.

Atribut keramahan pelayan menempati posisi ketiga terpenting. Hal ini

dikarenakan konsumen akan merasa senang dan dihormati apabila pelayan yang

melayaninya ramah, murah senyum dan siap melayani. Menurut survey, kinerja

keramahan pelayan KFC tergolong baik tetapi belum mencapai keramahan

pelayan yang diberikan Mc. Donald’s . Sehingga pihak KFC harus lebih

meningkatkan lagi kinerja para pegawainya. Sedangkan untuk atribut penampilan

pelayan yang rapi, KFC sudah mengungguli Mc. Donald’s . Jadi untuk KFC, harus

bisa mempertahankan keunggulan yang dimilikinya itu.

Berdasarkan studi di lapangan, keputusan responden setelah melakukan

pembelian adalah rasa puas dan ingin berkunjung kembali ke KFC. Rasa puas

responden didapatkan dari tingginya kualitas pelayanan dan kualitas produk yang

telah ditawarkan oleh KFC. Hal ini berimplikasi terhadap intensitas kunjungan

responden, semakin puas maka responden akan semakin sering berkunjung.

6. Bauran Bukti Fisik

KFC mencoba memperlihatkan mutu yang akan ditawarkan kepada

konsumen melalui bukti fisik dan penyajian. Atribut yang termasuk ke

dalam bukti fisik adalah tempat parkir, daftar menu, kebersihan ruangan,

dekorasi ruangan, temperatur ruangan, keharuman ruangan restoran dan

musik.

Page 138: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

138

Tempat parkir yang dimiliki oleh KFC dilihat dari luas arealnya tergolong

sempit. Hal ini tidak perlu menjadi perhatian bagi KFC, karena dari hasil

penelitian yang dilakukan kebanyakan konsumen menjawab bahwa atribut tempat

parkir tidak menjadi prioritas utama. Konsumen yang mengunjungi KFC ini lebih

banyak yang menggunakan kendaraan umum dibandingkan dengan kendaraan

pribadi. Jika dilihat dari karakteristik responden, sebagian kecil dari total

responden memiliki penghasilan lebih dari satu juta rupiah. Hal ini

mengindikasikan bahwa responden yang memiliki kendaraan pribadi juga sedikit

sehingga atribut tempat parkir tidak menjadi hal yang penting.

Daftar menu yang ditampilkan oleh KFC patut dipertahankan karena

atribut ini sudah memenuhi harapan dari konsumen. Selain itu, atribut daftar menu

dari KFC berada diatas posisi pesaing utamanya, yakni Mc. Donald’s .

Atribut kebersihan mendapatkan penilaian kinerja yang baik dari

konsumen. Hal ini terbukti ketika para pegawai KFC langsung membersihkan

meja apabila konsumen telah selesai makan dan minum. Begitu juga dengan

lantai, apabila terlihat kotor sedikit maka pegawai langsung mengepelnya.

Kondisi toilet pun selalu bersih karena pegawai selalu mengontrolnya. Semua hal

tersebut menjadikan posisi KFC dinilai lebih unggul dari Mc. Donald’s .

Dekorasi yang ada di KFC dinilai baik kinerjanya oleh konsumen. Tetapi

konsumen menyatakan bahwa atribut ini tidak penting. Jadi KFC lebih baik untuk

tidak terlalu memprioritaskan atribut ini dan lebih memprioritaskan atribut lainnya

yang dinilai konsumen lebih penting. Sementara untuk atribut temperatur ruangan,

baik KFC maupun Mc. Donald’s memiliki nilai yang sama. Menurut konsumen

kedua restoran memiliki kesejukan yang sama. Oleh karena itu, kinerja ini pantas

untuk dipertahankan.

Keharuman ruangan di KFC dinilai oleh konsumen kinerjanya masih

kurang baik. Konsumen menyatakan bahwa ruangan di KFC terasa biasa-biasa

saja, sementara ruangan di Mc. Donald’s terasa lebih wangi. Hal ini perlu menjadi

perhatian bagi pihak KFC untuk meningkatkan kinerja dari atribut ini dengan cara

memasangkan pengharum ruangan di setiap sudut ruangannya.

Atribut musik dinilai oleh konsumen tidak penting sehingga pihak KFC

tidak perlu mempermasalahkan hal ini. Pihak KFC harus tetap menjadikan atribut

Page 139: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

139

ini sebagai salah satu perhatian karena meskipun bukan merupakan atribut yang

utama tetapi tetap memberikan kepuasan kepada konsumen. Apabila pihak KFC

mengabaikan sama sekali atribut ini maka akan menimbulkan kekecewaan kepada

konsumen. Dari hal-hal kecil seperti inilah konsumen akan meninggalkan KFC

untuk mencari tempat makan yang lebih memuaskan dirinya.

7. Bauran Proses

Perusahaan dapat memilih dari berbagai proses yang berbeda-beda dalam

memberikan pelayanan. Restoran telah mengembangkan format yang sangat

beragam seperti gaya kafetaria, fast food, buffet dan lainnya. Atribut yang

tergolong ke dalam bagian proses adalah kecepatan penyajian produk dan

kecepatan transaksi.

Kecepatan penyajian produk di KFC mendapatkan penilaian yang baik

dari konsumen. Namun proses di Mc. Donald’s pada atribut ini masih unggul

sehingga pihak KFC perlu meningkatkan kinerja dari atribut ini agar konsumen

merasa puas. Sementara untuk atribut kecepatan transaksi, pihak KFC harus tetap

mempertahankan kinerja dari atribut ini. Hal ini disebabkan karena atribut ini

telah mengungguli Mc. Donald’s .

Page 140: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

140

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Karakteristik konsumen yang datang ke KFC rata-rata berusia 17 – 25

tahun dan berjenis kelamin perempuan. Hampir 80 persen pengunjung masih

belum menikah dengan jenis pekerjaan mahasiswa atau pelajar. Dan penghasilan

per bulan antara 500.000 – 1.000.000 rupiah dengan pendidikan terakhir SLTA

atau SMU.

Proses keputusan pembelian terdiri dari beberapa tahap. Pada tahap

pengenalan kebutuhan, konsumen menganggap produk KFC sebagai makanan

selingan yang dimotivasi oleh sekedar melepas rasa lapar dan/atau dahaga saja,

dengan intensitas kunjungan kurang dari dua kali dalam sebulan. Pada tahap

pencarian informasi, media yang paling mempengaruhi dalam pembelian produk

di KFC yaitu konsumen itu sendiri, begitu juga dengan sumber informasi dimana

konsumen mengetahui tentang produk KFC dan yang menjadi fokus utama

apabila ada promosi adalah atribut rasa. Pada tahap evaluasi alternatif, indikator

yang menjadi pertimbangan awal dalam pembelian, kualitas dan alasan memilih

produk KFC adalah rasa. Pada tahap pembelian, konsumen biasanya berkunjung

pada hari Sabtu atau Minggu dan itu pun tergantung situasinya. Pengaruh

keluarga, teman dan penjual dalam menyarankan pembelian produk KFC adalah

tidak berkomentar. Pada tahap evaluasi pasca pembelian, konsumen merasakan

puas akan produk KFC dan akan kembali untuk mencobanya.

KFC, Mc. Donald’s dan CFC memiliki posisi yang saling berjauhan satu

sama lainnya, yang artinya masing-masing merek tersebut tidak memiliki

Page 141: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

141

kedekatan atau kemiripan sifat satu dengan yang lainnya, yang berarti juga bahwa

tidak ada kemiripan yang dekat terhadap masing-masing peubah yang merupakan

ciri dari masing-masing merek.

Atribut lokasi, rasa dan keramahan pelayan menempati urutan teratas dari

tingkat kepentingan yang dinilai oleh konsumen. Sedangkan untuk kinerjanya

secara keseluruhan kedudukan Mc. Donald’s dinilai lebih baik bila dibandingkan

dengan KFC.

Strategi pemasaran yang harus diterapkan di KFC mencakup atribut lokasi,

tempat parkir, keramahan pelayan, kecepatan penyajian produk, kebersihan,

dekorasi ruangan, keharuman ruangan, musik, variasi jenis produk, jumlah porsi,

aroma produk, rasa, kemasan bawa pulang, promosi dan diskon. Untuk itu, KFC

perlu meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bersaing dengan pesaing

utamanya, Mc. Donald’s .

7.2. Saran

1. Pihak KFC harus terus mempertahankan kualitas dari atribut rasa dan

aroma agar produk yang dibuat sesuai dengan harapan konsumen dan

dapat menyaingi pesaing utamanya yaitu Mc. Donald’s .

2. Pihak manajemen KFC sebaiknya melakukan diversifikasi jenis makanan

dengan menambah beberapa menu sehingga menjadi lebih variatif.

Sementara untuk jumlah porsi pihak KFC harus menambahkannya agar

keinginan dari konsumen dapat terpenuhi.

3. Pihak KFC perlu mempertimbangkan kembali kinerja dari atribut kemasan

bawa pulang karena dirasakan terlalu berlebihan.

Page 142: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

142

4. Pihak KFC lebih sering mengadakan diskon terhadap produk-produknya

agar konsumen lebih tertarik untuk berkunjung ke KFC dan melakukan

pembelian.

5. Pihak KFC perlu meningkatkan kinerja dari atribut keharuman ruangan

dengan cara memasangkan pengharum ruangan di setiap sudut

ruangannya.

Page 143: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

143

DAFTAR PUSTAKA

Accorn. 2001. Brand Image Tracking Study (BITS) for KFC Indonesia. Accorn. 2002. Brand Image Tracking Study (BITS) for KFC Indonesia. Andari, Yopi. 2005. Analisis Perilaku Konsumen dan Implikasinya pada Strategi

Bauran Pemasaran Restoran Tradisional (Studi Kasus di Restoran Galuga 3, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Aprido, Busra. 2005. Optimalisasi Distribusi dan Penyimpanan Persediaan

Karkas Ayam Broiler pada PT. Fast Food Indonesia, Tbk. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Arisandy, Bayu. 2005. Analisis Product Positioning Serta Preferensi Konsumen

Nata De Coco Pada PT. FITS Mandiri di Kota Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Bertram, P, 1975. Fast Food Operation. Great Britain By Chapel River press,

Androver, London. Engel, James F.,Roger D. Blackwell, dan Paul W. Miniard. 1994. Perilaku

Konsumen. Jilid 1. Edisi Keenam. Binarupa Aksara. Jakarta. _________________________________________________. 1994. Perilaku

Konsumen. Jilid 2. Edisi Keenam. Binarupa Aksara. Jakarta. Fitrahdini. 2004. Analisis Preferensi Konsumen dan Implikasinya Terhadap

Strategi Pemasaran Produk Mi Instan Merekk ”Salam Mie” . Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Gabriel, K. R. 1971. The Biplot Graphic Display of Matrices with Application for

Principle Component Analysis. Biometrics 58: 453-467. Gusalim, Sukmawati. 2002. Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan

Pembelian Ayam Goreng Warung Tenda (Studi Kasus di Kotamadya Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Hasmini, Lidyawati. 1994. Tinjauan Finansial Perusahaan Fast Food Ayam

Goreng (Studi Kasus Pada PT. Fast Food Indonesia, Jakarta Dan PT. Putra Sejahtera Pioneerindo, Jakarta). Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Page 144: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

144

Hubeis, Musa. 1993. Info Pangan: Fast Food. Dalam Femina No. 13/XXI. 8-14

April 1993. Jakarta. Kotler, P. 1997a. Manajemen Pemasaran 9e: Analisis, Perencanaan,

Implementasi dan Kontrol Jilid 1. PT. Prenhallindo. Jakarta. _______ . 1997b. Manajemen Pemasaran 9e: Analisis, Perencanaan,

Implementasi dan Kontrol Jilid 2. PT. Prenhallindo. Jakarta. Mogesta, Oges. 2002. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Konsumen Dalam Proses Keputusan Pembelian Kopi Instan (Kasus Di Kotamadya Bogor). Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Nazir, Moh. (1988). Metode Penelitian. Ghalia Jakarta. Nurhakim, Lukman. 2002. Strategi Promosi Dalam Meningkatkan Penjualan PT.

Fast Food Indonesia, Tbk. Skripsi Ilmu Administrasi Niaga Institut Ilmu Sosial dan Politik, Jakarta.

PT. Corinthian Infopharma Corpora. 1993. Study on Fast Food Industry and

Marketing in Indonesia. Jakarta. PT. Fast Food Indonesia, Tbk (KFC). 2005. Handsout. Jakarta. Rangkuti, Freddy. 2003. Measuring Customer Satisfaction: Teknik Mengukur dan

Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan plus Analisis Kasus PLNN – JP. Jakarta.

Sahal, Mad. 2003. Analisis Formulasi Strategi PT. Fast Food Indonesia, Tbk

(KFC) Dalam Menghadapi Persaingan Bisnis Fast Food. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Santoso, Singgih. 2002. Latihan SPSS Statistik Multivariat. Elex Media

Komputindo. Jakarta. Sevilla, Consuello G, dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Universitas

Indonesia. Jakarta. Simamora, Bilson. 2001. Remarketing For Business Recovery: Sebuah

Pendekatan Riset. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta. Siswati, Harini. 2002. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses

Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Di Oktias Fried Chicken Cabang

Page 145: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

145

Cibinong Dan Depok. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Sumarto, Arrya Tirto. Analisis Terhadap Atribut KFC Guna Memenuhi Kepuasan

Pelanggan Dalam Kaitan Dengan Strategi Bersaing. Tesis Program Studi Magister Manajemen Agribisnis IPB. Bogor.

Sulistyowati, N. D. 1994. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen

Dalam Memilih Produk Ayam Goreng Pada Restoran Fast Food, Suatu Pendekatan Multi Dimensi (Studi Kasus Pada Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken, Dan Bogor Fried Chicken Di Kodya Bogor). Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Suryana. 1994. Kewirausahaan. Salemba Empat. Jakarta. Tedjakelana, A. W. 2003. Analisis Karakteristik Konsumen Restoran Siap Saji

(Studi Kasus Pada Kentucky Fried Chicken Cabang Pajajaran, Bogor). Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

Umar, Husein. 1997. Metode Penelitian: Aplikasi dalam Pemasaran. PT.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Page 146: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

146

Component Matrixa

1.000 1.881E-02-.992 .1231.000 2.131E-02.995 -.102.992 -.129

1.000 5.494E-03.991 .134.949 .315.986 .166.993 -.119.966 -.260.997 -8.33E-02

1.000 -1.33E-02.999 5.150E-02.987 -.158.998 6.617E-02.990 .139.990 .138

1.000 -2.39E-02.999 -3.54E-02

VAR00001VAR00002VAR00003VAR00004VAR00005VAR00006VAR00007VAR00008VAR00009VAR00010VAR00011VAR00012VAR00013VAR00014VAR00015VAR00016VAR00017VAR00018VAR00019VAR00020

1 2Component

Extraction Method: Principal Component Analysis.

2 components extracted.a.

Lampiran 1

Data Hasil Olahan dengan Menggunakan Metode Biplot

Factor Analysis

Descriptive Statistics

3.6633 1.25165 33.5967 .25891 33.7000 .60696 33.8133 .52166 33.9233 .42712 33.7067 .61330 33.4867 .70868 34.0933 .18175 33.4000 .83522 33.9300 .13229 33.4200 .18330 33.0400 .91148 33.3967 .53594 33.4900 .51971 33.6933 .61655 33.4900 1.09986 33.5900 .51215 33.4867 .51791 33.3867 1.11060 32.8667 .75481 3

VAR00001VAR00002VAR00003VAR00004VAR00005VAR00006VAR00007VAR00008VAR00009VAR00010VAR00011VAR00012VAR00013VAR00014VAR00015VAR00016VAR00017VAR00018VAR00019VAR00020

Mean Std. Deviation Analysis N

Page 147: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

147

Communalities

1.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.0001.000

VAR00001VAR00002VAR00003VAR00004VAR00005VAR00006VAR00007VAR00008VAR00009VAR00010VAR00011VAR00012VAR00013VAR00014VAR00015VAR00016VAR00017VAR00018VAR00019VAR00020

Extraction

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Total Variance Explained

19.651 98.255 98.255.349 1.745 100.000

Component12

Total % of Variance Cumulative %Extraction Sums of Squared Loadings

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Score Covariance Matrix

1.000 .000.000 1.000

Component12

1 2

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Scores.

Component Score Coefficient Matrix

.051 .054-.050 .353.051 .061.051 -.294.050 -.370.051 .016.050 .384.048 .904.050 .476.051 -.341.049 -.744.051 -.239.051 -.038.051 .148.050 -.452.051 .190.050 .398.050 .395.051 -.069.051 -.102

VAR00001VAR00002VAR00003VAR00004VAR00005VAR00006VAR00007VAR00008VAR00009VAR00010VAR00011VAR00012VAR00013VAR00014VAR00015VAR00016VAR00017VAR00018VAR00019VAR00020

1 2Component

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Scores.

Page 148: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

148

Correlation Matrixa

1.000 -.990 1.000 .993 .989 1.000 .993 .955 .989 .990 .961 .995-.990 1.000 -.990 -1.000 -1.000 -.992 -.967 -.903 -.958 -1.000 -.990 -.9991.000 -.990 1.000 .992 .989 1.000 .994 .955 .989 .990 .960 .995.993 -1.000 .992 1.000 1.000 .994 .972 .912 .964 1.000 .987 1.000.989 -1.000 .989 1.000 1.000 .991 .965 .900 .956 1.000 .991 .999

1.000 -.992 1.000 .994 .991 1.000 .992 .951 .987 .992 .964 .996.993 -.967 .994 .972 .965 .992 1.000 .983 .999 .968 .922 .976.955 -.903 .955 .912 .900 .951 .983 1.000 .988 .905 .834 .919.989 -.958 .989 .964 .956 .987 .999 .988 1.000 .959 .909 .969.990 -1.000 .990 1.000 1.000 .992 .968 .905 .959 1.000 .990 .999.961 -.990 .960 .987 .991 .964 .922 .834 .909 .990 1.000 .984.995 -.999 .995 1.000 .999 .996 .976 .919 .969 .999 .984 1.000.999 -.994 .999 .996 .993 1.000 .989 .945 .984 .994 .969 .998.999 -.985 1.000 .988 .984 .999 .997 .964 .993 .985 .951 .991.984 -.999 .984 .998 1.000 .987 .957 .887 .948 .999 .995 .997.999 -.982 .999 .986 .981 .998 .998 .968 .995 .983 .946 .989.993 -.966 .993 .971 .964 .991 1.000 .984 1.000 .967 .920 .975.993 -.966 .993 .971 .964 .991 1.000 .983 1.000 .967 .921 .975.999 -.995 .999 .997 .994 1.000 .988 .941 .982 .995 .972 .998.999 -.996 .998 .998 .996 .999 .986 .937 .980 .996 .974 .999

VAR00001VAR00002VAR00003VAR00004VAR00005VAR00006VAR00007VAR00008VAR00009VAR00010VAR00011VAR00012VAR00013VAR00014VAR00015VAR00016VAR00017VAR00018VAR00019VAR00020

CorrelationVAR00001VAR00002VAR00003VAR00004VAR00005VAR00006VAR00007VAR00008VAR00009VAR00010VAR00011VAR00012

This matrix is not positive definite.a.

Page 149: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

149

Lampiran 2

Struktur Organisasi Pusat

Struktur Organisasi Restaurant/Store

BOARD OF DIRECTORS

INTERNAL AUDIT

GENERAL MANAGER OPERATIONS

GENERAL MANAGER BUSINESS DEVELOPMENT

GENERAL MANAGER FINANCE & ADMINISTRATTION

ASSISTANT GENERAL MANAGER

OPERATIONS

DEPARTMENT MANAGER

DEPARTMENT MANAGER

DEPARTMENT MANAGER

BAGIAN KITCHEN

BAGIAN COOK BAGIAN DINING

BAGIAN BACK-UP

BAGIAN CASHIER

CHIEF CASHIER

ASSISTANT RESTAURANT

MANAGER

RESTAURANT MANAGER

Page 150: Analisis Proses Keputusan Konsumen Dalam Pembelian

150

BAGIAN CASHIER

BAGIAN DINING

BAGIAN COOK

BAGIAN BACK-UP