Upload
others
View
44
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PROTEKSI TEGANGAN LEBIH TRANSIEN PADA BASE
TRANSCEIVER STATION (BTS) AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA
MENARA TELEKOMUNIKASI
(Skripsi)
Oleh
YOGA PUTRA PRATHAMA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
ANALYSIS OF TRANSIENT OVERVOLTAGE PROTECTION ON BASE
TRANSCEIVER STATION (BTS) DUE TO LIGHTNING STRIKE IN
TELECOMMUNICATION TOWER
By
YOGA PUTRA PRATHAMA
Lightning is a natural phenomena which cannot be prevented. Lightning mostly
occurs in tropical regions including Indonesia. Lightning strikes result in
overvoltage in electrical power systems. If overvoltage due to lightning strike is
more higher than insulation level of equipment, it become damage to the equipment.
Base Transceiver Station (BTS) is prone to lightning strike because it have a tall
structure, i.e. antenna telecommunication, more over all equipment in BTS have
low insulation level.
This research analyzes the capacity of overvoltage protection system in BTS using
MATLAB/Simulink 8.1 program tool. Overvoltage protection system consists of
various SPDs. There are two SPDs used in this research, i.e Metal Oxide Varistor
(MOV) and Gas Discharge Arrester (GDA). There are three installation
configuration of SPDs, i.e only MOV, only GDA and parallel combination of MOV
and GDA. All SPDs were installed between phase- and neutral-line and neutral-
and PE-line. A lightning impulse voltage standard 1,2/50 µs was supplied to the top
of antenna. The impulse voltage was varied between 500 V to 10 kV to investigate
the capacity of SPDs.
Voltages between phase- to neutral-line and neutral- to PE-line were measured in
the simulation. The results show lowest capacity of SPDs is MOV. The MOV can
withstand impulse voltage up to 1.3 kV and the residual voltage between phase to
neutral is 487.11 V. The GDA can withstand impulse voltage up to 1.7 kV and the
residual voltage between phase to neutral is 495.77 V. The highest capacity of SPDs
was achieved by parallel combination of MOV and GDA. This configuration can
withstand impulse voltage up to 4.5 kV and the residual voltage between phase to
neutral is 491.54 V. The Insulation Level of equipment in BTS is 500 V, hence the
voltage between phase to neutral during lightning strike are not damage to the
equipment of BTS. This research recommends a parallel combination of MOV and
GDA as SPDs at BTS.
Keywords : Lightning strikes, overvoltage, Base Transceiver Station (BTS), Surge
Protective Devices (SPDs), Metal Oxide Varistor (MOV), Gas Discharge Arrester
(GDA), Basic Insulation Level (BIL).
ABSTRAK
ANALISIS PROTEKSI TEGANGAN LEBIH TRANSIEN PADA
BASE TRANSCEIVER STATION (BTS) AKIBAT SAMBARAN PETIR
PADA MENARA TELEKOMUNIKASI
Oleh
YOGA PUTRA PRATHAMA
Petir merupakan fenomena alam yang tidak dapat dihindari. Petir sering terjadi pada
wilayah beriklim tropis termasuk Indonesia. Sambaran petir akan menyebabkan
tegangan lebih pada sistem tenaga listrik. Jika tegangan lebih diakibatkan oleh
sambaran petir lebih tinggi dari batas isolasi peralatan, akan menyebabkan
kerusakan pada peralatan. Base Transceiver Station (BTS) mudah terkena
sambaran petir karena mempunyai struktur bangunan yang tinggi yaitu antena
telekomunikasi dan semua peralatan BTS yang memiliki batas isolasi rendah.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kapasitas sistem proteksi tegangan
lebih pada BTS dengan menggunakan program MATLAB/Simulink 8.1. Sistem
proteksi tegangan lebih terdiri dari beberapa peralatan proteksi surja (SPDs). SPDs
yang digunakan pada penelitian ini, yaitu Metal Oxide Varistor (MOV), dan Gas
Discharge Arrester (GDA). Penelitian ini menggunakan tiga konfigurasi SPDs,
yaitu MOV, GDA dan kombinasi MOV+GDA yang terhubung paralel. Peralatan
SPDs dipasang antara fasa - netral dan antara netral – PE. Tegangan impuls standar
1,2/50 µs disuplai ke bagian puncak menara BTS. Tegangan impuls divariasikan
antara 500 V sampai dengan 10 kV untuk meneliti kapasitas dari SPDs.
Tegangan antara fasa – netral dan netral – PE diukur pada simulasi. Hasil simulasi
menunjukkan kapasitas terendah dihasilkan dari sistem proteksi yang menggunakan
MOV. MOV mampu menahan tegangan impuls sampai 1,3 kV dengan tegangan
sisa sebesar 487,11 V. Penggunaan GDA sebagai SPDs peralatan proteksi surja
mampu menahan tegangan impuls sampai 1,7 kV dengan tegangan sisa terukur
sebesar 495,77 V. Kapasitas yang paling tinggi adalah dengan kombinasi MOV dan
GDA yang terhubung secara paralel. Konfigurasi MOV dan GDA mampu menahan
tegangan impuls sampai 4,5 kV dengan tegangan potong sebesar 491,54 V. Batas
isolasi peralatan tegangan rendah pada BTS adalah 500 V. Oleh karena itu tegangan
lebih antara fasa – netral selama sambaran petir tidak menimbulkan kerusakan pada
peralatan. Penelitian ini merekomendasikan peralatan proteksi surja (SPDs) yaitu
MOV dan GDA yang dipasang secara paralel.
Kata Kunci : sambaran petir, tingkat batas isolasi, sistem tenaga listrik, tegangan
lebih, Base Transceiver Station (BTS), peralatan proteksi surja, Metal Oxide
Varistor (MOV), Gas Discharge Arrester (GDA).
ANALISIS PROTEKSI TEGANGAN LEBIH TRANSIEN PADA BASE
TRANSCEIVER STATION (BTS) AKIBAT SAMBARAN PETIR
PADA MENARA TELEKOMUNIKASI
Oleh
YOGA PUTRA PRATHAMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purbolinggo, tepatnya di
Toto Harjo pada tanggal 22 Juni 1993,
merupakan anak pertama dari dua saudara
pasangan Bapak Priyono Subagiyo (Alm) dan
Ibu Bonatin S.Pd.
Dengan rahmat Allah S.W.T penulis telah
menyelesaikan pendidikan diawali dengan Pendidikan Taman Kanak (TK) Peritwi
Purbolinggo pada tahun 1999, dilanjutkan dengan Sekolah Dasar (SD) 02 Toto
Harjo pada tahun 2005, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1
Purbolinggo pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Purbolinggo
pada tahun 2011.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur masuk mandiri atau UML.
Penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro divisi SOSEK
(Sosial dan Ekonomi) pada tahun 2012 -2013. Penulis juga pernah menjadi asisten
Sistem Proteksi, Analisa Sistem Tenaga dan Transmisi Daya Elektrik di
Laboratorium Sistem Tenaga Elektrik.
Penulis menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai program pengabdian
masyarakat di Desa Mulyo Sari, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran
dengan melaksanakan beberapa program kerja di Desa tersebut. Dalam
pengaplikasian ilmu kelektroan penulis melakukan Kerja Praktik pada Divisi
HAR/Mekanik Listrik di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tarahan Unit 3
dan 4 pada 02 Februari – 02 Maret 2015 dengan judul “Analisis Kegagalan
Transformator Daya Berdasarkan Hasil Uji Minyak Isolasi Menggunakan Metode
DGA (Dissolved Gas Analysis) Pada PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan
Tarahan.
PERSEMBAHAN
Dengan rahmat dan segala rasa syukur kepada Allah S.W.T, yang telah meridhoi dan
menuntun langkah hambaMu, sehingga skripsi ini
dapat terselasaikan.
Shalawat berserta salam kepada Rosulullah Muhammad S.A.W, yang telah menuntun
manusia ke jalan yang penuh rahmat dan sebagai suri tauladan yang diajarkan kepada kita
semua sebagai hamba Allah S.W.T.
Dan
Kupersembahkan karya kecil nan sederhana ini kepada :
Ayahanda ku tercinta Priyono Subagiyo (Alm) dan,
Ibunda ku tercinta Bonatin S.Pd
Karya ini memang sederhana dan tidak seberapa daripada pengorbananmu yang besar dan tak
kenal lelah dalam merawat serta mendidik ku hingga sekarang ini.. Ayah dan Ibu yang selalu
mendoakan aku tak terputus begitu juga dengan doaku kepada kalian yang setiap hari
kupanjatkan. Selalu Doakan, semoga aku bisa mengangkat derajat keluargaku, dan bisa
berbakti kepada masyarakat, bangsa dan Negara.
Adikku Yona Vidya Dhari
Terimakasih karena selalu mendukung, memberikan semangat, inspirasi dan selalu mendoakan
untuk keberhasilan kita sekarang hingga masa mendatang..
Serta
Almamaterku tercinta Universitas Lampung
MOTTO
“Sulit Atau Tidaknya Jalan Yang Kamu Lalui, Janganlah
Menyerah, Yakinlah! Jika Kamu Berusaha, Pasti Ada Hasilnya”.
(Yoga Putra Prathama)
“Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar”.
(QS. Ar-Rum : 60)
“Don’t Watch the Clock; Do What it Does. KEEP GOING!”.
(Sam Levenson)
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, penulis memanjatkan puji syukur kahadirat Allah
S.W.T, yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
mampu menyelasaikan penelitian skripsi ini dengan judul “ANALISIS
PROTEKSI TEGANGAN LEBIH TRANSIEN PADA BASE TRANSCEIVER
STATION (BTS) AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA MENARA
TELEKOMUNIKASI” . Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih
gelar Sarjana Teknik (S.T) pada program studi S1 Teknik Elektro, Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan, serta saran dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kepada Ayah (Alm) dan Ibu, terimakasih atas motivasi dan segala
pengorbanan yang telah kalian berikan kepada Saya hingga saat ini. Dan
semoga kesabaran dan perjuangan kita akan berbuah manis di esok hari sampai
di masa mendatang.
2. Kepada Adikku Yona Vidya Dhari, yang telah memberikan motivasi, inspirasi
dan semangat kepada Saya. Selamat belajar dan menempuh pendidikan di
perguruan tinggi Universitas Lampung.
xiii
3. Bapak Prof. Suharno, Msc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lampung.
4. Bapak Dr. Ing. Ardian Ulvan, S.T., M.Sc. sebagai Ketua Jurusan Teknik
Elektro.
5. Ibu Dr. Eng. Diah Permata, S.T., M.T sebagai Dosen Pembimbing Utama.
Ucapan terimakasih atas ketersedian waktunya untuk membimbing,
memberikan arahan, pengalaman, nasihat, dan ilmu yang beliau berikan selama
proses penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Dr. Henry B.H Sitorus S.T., M.T. sebagai Dosen Pembimbing
Pendamping (II), yang telah banyak memberikan saran, masukan dalam
penyusunan skripsi ini
7. Bapak Dr. Herman H. Sinaga S.T., M.T. sebagai Sekretaris Jurusan Teknik
Elektro dan sekaligus sebagai Dosen Penguji, yang turut memberikan masukan
dan saran dalam proses penyusunan skripsi ini.
8. Ibu Dr. Ing. Melvi, S.T., M.T. sebagai dosen Pembimbing Akademik.
Terimakasih atas ketersedian waktu dalam membimbing saya, memberikan
nasihat dan motivasi selama menjadi mahasiswa.
9. Sahabat seperjuangan di Laboratorium Sistem Tenaga Elektrik, Gusmau Rado
Pratama, Alex Munandar, M. Fikri Ibrahim, Rani Kusuma Dewi, Fanny
Simatupang, terimakasih atas dukungan dan motivasinya.
10. Sahabat seperjuangan Yeremia Luhur Wiyoto, Mariyo Yoshua Sitorus,
Andreas Siregar, Hajri. Tri Saputra, terimakasih atas izinnya dalam
menggunakan Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
xiv
11. Sahabat The Genk Sigit Santoso, S.T., Reynold Tjandi S.T., Yusuf Afandi,
Andi Irawan, Edi Supriyanto terimakasih atas canda tawa dan motivasi, dan
saran kepada penulis.
12. Seganap pihak yang tidak bisa penulis uraikan satu persatu.
Terlepas daripada itu semua, bahwa penulis menyadari skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan atau kesalahan. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun guna kebaikan dan kemajuan skripsi ini. Penulis
menyampaikan semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua, terutama kepada
para pembaca seperti mahasiswa Fakultas Teknik guna mengembangkan ilmu
pengetahuan dan dapat berguna bagi Nusa dan Bangsa.
Bandarlampung, 30 Agustus 2018
Penulis
Yoga Putra Prathama
xv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ................................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... vii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... viii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... ix
PERSEMBAHAN .......................................................................................... xi
MOTTO ......................................................................................................... xii
SANWACANA .............................................................................................. xiii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.3. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
1.4. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.5. Batasan Masalah .................................................................................... 4
1.6. Sistematika Penulisan ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tegangan Lebih Transien .......................................................................... 6
xvi
2.2. Proteksi Tegangan Lebih Transien ........................................................ 8
2.2.1. Gas-Discharge Arrester (GDA) ……………………………… 9
2.2.1.1 Fase Pre-breakdown ................................................... 10
2.2.1.2. Fase Breakdown ......................................................... 11
2.3.1.3. Fase Arc ....................................................................... 12
2.2.2. Metal-oxide Varistor (MOV) …………………………………. 12
2.3. Sistem Pentanahan Base Transceiver Station (BTS) ............................. 14
2.4. Studi Pendahuluan yang Sudah Dilaksanakan ....................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 19
3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................... 19
3.3. Tahap Pembuatan Tugas Akhir ............................................................. 20
3.4. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 21
3.4.1. Pembangkitan Tegangan Impuls Petir ....................................... 22
3.4.2. Konduktor Penyalur (Down Conductor) ..................................... 23
3.4.3. Pentanahan Menara BTS ............................................................ 23
3.4.4. Metal Oxide Varistor (MOV) ..................................................... 25
3.4.5. Gas Discharge Arrester (GDA) .................................................. 26
3.4.6. Saluran Daya (Line) .................................................................... 27
3.4.7. Transformator Tegangan Rendah ............................................... 27
3.5. Tahapan Simulasi Rangkaian ................................................................ 28
3.5.1. Sistem BTS dengan menggunakan Proteksi MOV .................... 28
3.5.2. Sistem BTS dengan menggunakan Proteksi GDA .................... 29
3.5.3. Sistem BTS dengan menggunakan Proteksi GDA dan MOV .. 29
3.6. Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Skenario Penelitian ................................................................................. 32
4.1.1. Pembangkitan Tegangan Impuls ................................................ 32
4.1.2. Metal Oxide Varistor (MOV) .................................................... 34
4.1.3. Gas Discharge Arrester (GDA) ................................................. 36
xvii
4.2. Parameter Komponen Peralatan Sistem Base Tranceiver Station
(BTS) ..................................................................................................... 40
4.3. Rangkaian Simulasi ............................................................................... 41
4.3.1. Simulasi Pertama : MOV ........................................................... 41
4.3.2. Simulasi Kedua : GDA ........................................................... 42
4.3.3. Simulasi Ketiga. : Kombinasi MOV dan GDA ....................... 43
4.4. Data Hasil Simulasi ............................................................................... 43
4.4.1. Simulasi Pertama : MOV ......................................................... 44
4.4.2. Simulasi Kedua : GDA ........................................................... 47
4.4.3. Simulasi Ketiga. : Kombinasi MOV dan GDA ........................ 49
4.5. Batas Kenaikan Tegangan Impuls yang Aman untuk Peralatan Tegangan
rendah .................................................................................................... 52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ................................................................................................ 54
5.2. Saran ....................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 56
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bentuk gelombang tegangan impuls ........................................ 6
Gambar 2.2 Susunan komponen GDA dengan dua buah elektroda ............ 9
Gambar 2.3 Struktur dalam Metal Oxide Varistor (MOV) ........................ 13
Gambar 2.4 Model rangkaian MOV ........................................................... 13
Gambar 2.5 Tower BTS (Base Transceiver Station) ................................... 14
Gambar 2.6 Shelter BTS tampak depan ..................................................... 15
Gambar 2.7 Peralatan tegangan rendah pada shelter BTS ......................... 15
Gambar 2.8 Rangkaian ekuivalen dan struktur pentanahan batang elektroda
pada BTS ............................................................................... 16
Gambar 3.1 Blok Diagram rangkaian simulasi ......................................... 22
Gambar 3.2 Model down conductor .......................................................... 23
Gambar 3.3 Model driven rod ................................................................... 24
Gambar 3.4 Rangkaian ekuivalen MOV ..................................................... 25
Gambar 3.5 Model saluran daya ................................................................. 27
Gambar 3.6 Tranformator tegangan rendah ............................................... 27
Gambar 3.7 Skematik sistem BTS dengan proteksi MOV ......................... 28
Gambar 3.8 Skematik sistem BTS dengan proteksi GDA .......................... 29
Gambar 3.9 Skematik sistem BTS dengan proteksi GDA dan MOV ........ 30
Gambar 3.10 Alur penyelesaian pemodelan sistem proteksi ......................... 31
Gambar 4.1 Blok pembangkitan tegangan impuls 1,2/50-µs ...................... 33
Gambar 4.2 Tegangan impuls standar 1,2/50-µs ......................................... 33
Gambar 4.3 Model Metal Oxide Varistor (MOV) pada simulink ................. 34
Gambar 4.4 Rangkaian Pengujian MOV .................................................... 35
Gambar 4.5 Hasil tegangan pemotongan MOV ........................................... 35
xix
Gambar 4.6 Model Gas Discharge Arrester (GDA) pada simulink............. 36
Gambar 4.7 Pemodelan fase pre-breakdown ................................................ 36
Gambar 4.8 Pemodelan fase breakdown ...................................................... 37
Gambar 4.9 Pemodelan fase busur (arc) ...................................................... 37
Gambar 4.10 a) Parameter nilai fasa pre-breakdown , b) Parameter nilai fasa
breakdown c) Parameter nilai fasa arc.................................... 38
Gambar 4.11 Rangkaian pengujian GDA ..................................................... 39
Gambar 4.12 Hasil tegangan sisa GDA ........................................................ 40
Gambar 4.13 Rangkaian Simulasi dengan MOV ......................................... 42
Gambar 4.14 Rangkaian Simulasi dengan GDA ........................................... 42
Gambar 4.15 Rangkaian Simulasi dengan MOV dan GDA .......................... 43
Gambar 4.16 Grafik tegangan dan arus pada impuls 1,5 kV menggunakan
MOV ........................................................................................ 45
Gambar 4.17 Grafik tegangan dan arus pada impuls 5 kV menggunakan
MOV ........................................................................................ 45
Gambar 4.18 Grafik tegangan dan arus pada impuls 1,7 kV menggunakan
GDA ........................................................................................ 47
Gambar 4.19 Grafik tegangan dan arus pada impuls 5 kV menggunakan
GDA ......................................................................................... 48
Gambar 4.20 Grafik tegangan dan arus pada impuls 4,5 kV menggunakan
kombinasi MOV dan GDA ..................................................... 50
Gambar 4.21 Grafik tegangan dan arus pada impuls 5 kV menggunakan
kombinasi MOV dan GDA ..................................................... 50
Gambar 4.22 Grafik hasil tegangan sisa SPDs terhadap BIL pada VPH-N .... 52
xx
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Bentuk tegangan impuls petir di beberapa Negara ....................... 8
Tabel 3.1 Alat dan bahan penelitian ............................................................ 19
Tabel 4.1 Parameter GDA ........................................................................... 39
Tabel 4.2 Parameter Komponen pada BTS ................................................. 41
Tabel 4.3 Data Pengukuran dan Keterangan pada Simulasi ......................... 44
Tabel 4.4 Hasil pengukuran dengan menggunakan MOV ........................... 46
Tabel 4.5 Hasil pengukuran dengan menggunakan GDA ............................ 49
Tabel 4.6 Hasil pengukuran dengan menggunakan MOV dan GDA ........... 51
Tabel 4.7 Kapasitas tegangan impuls yang mampu ditahan (withstand
impulse-voltage) oleh SPDs dan tegangan sisa ............................. 54
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Petir merupakan gejala alam yang tidak dapat dikendalikan ataupun dicegah oleh
manusia. Kejadian petir terbentuk karena adanya ketidakseimbangan antara awan
bermuatan negatif dan awan bermuatan positif di atmosfer. Sambaran petir tidak
hanya menyambar ke area datar seperti lapangan, namun objek dengan struktur
yang tinggi akan sangat rentan terhadap sambaran petir. Objek – objek yang
mempunyai struktur bangunan tinggi antara lain pepohonan, perumahan, gedung
pencakar langit, menara transmisi listrik, dan menara pemancar Base Transceiver
Station (BTS).
Base Transceiver Station (BTS) adalah infrastruktur telekomunikasi yang berperan
sebagai pemancar jaringan nirkabel dengan pengguna perangkat komunikasi.
Kontruksi menara BTS terdiri dari menara telekomunikasi, panel utama (main
panel), antena pemancar dan sistem pengkabelan. Struktur BTS yang didesain
sangat tinggi, tentu rawan terhadap sambaran petir. Sambaran langsung merupakan
kejadian ketika petir menyambar bagian konduktor pada menara telekomunikasi.
Sambaran petir secara langsung menimbulkan bahaya terhadap peralatan –
2
peralatan telekomunikasi yang ada pada BTS. Apabila ruang peralatan di BTS
terkena induksi dari sambaran petir, maka berakibat kerusakan pada peralatan
bertegangan rendah. Kerusakan tersebut disebabkan karena peningkatan tegangan
yang melebihi batas isolasi dari peralatan komunikasi bertegangan rendah.
Peralatan proteksi tegangan lebih dipasang pada panel utama BTS dengan tujuan
membatasi tegangan lebih yang menuju ke peralatan tersebut. Peralatan proteksi
yang umumnya dipasang pada tegangan rendah adalah Surge Protective Devices
(SPDs). SPDs terdapat tiga jenis yaitu varistor, gas discharge tube, dan avalanche
diode. SPDs yang digunakan dalam penelitian adalah jenis Gas-Discharge Arrester
(GDA) dan Metal-oxide Varistor (MOV). Karakteristik MOV adalah respon waktu
terhadap tegangan lebih sangat cepat tetapi kebocoran arus saat breakdown sangat
besar. Karakteristik GDA yaitu kebocoran arus pada saat breakdown sangat kecil
tetapi respon terhadap tegangan lebih sangat lambat.
Tugas akhir ini mensimulasikan dan menganalisis tegangan lebih pada BTS yang
diproteksi oleh MOV dan GDA. Komponen yang akan diproteksi adalah pada panel
utama BTS yaitu, peralatan tegangan rendah. Amplitudo tegangan impuls yang
disuplai akan divariasikan dan peralatan tegangan rendah pada panel utama BTS
diproteksi dengan SPDs kelas I yaitu MOV, GDA, dan kombinasi MOV dan GDA
secara paralel kemudian membuat rangkaian simulasi ke dalam perangkat lunak
MATLAB/Simulink 8.1.
3
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan, tujuan dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat model proteksi tegangan lebih untuk Base Transceiver Station
(BTS) menggunakan Metal Oxide Varistor (MOV), dan Gas Discharge
Arrester (GDA).
2. Melakukan simulasi sambaran impuls petir secara langsung pada menara
telekomunikasi terhadap sistem proteksi tegangan rendah pada Base
Transceiver Station (BTS).
3. Menganalisis kenaikan tegangan yang terjadi akibat sambaran petir pada
peralatan komunikasi bertegangan rendah.
1.3. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang penulis lakukan dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui model sistem proteksi tegangan lebih pada Base Transceiver
Station (BTS) dengan menggunakan peralatan proteksi Metal Oxide Varistor
(MOV) dan Gas Discharge Arrester (GDA).
2. Mengetahui kapasitas tegangan lebih pada Surge Protection Devices (SPDs)
yang digunakan.
1.4. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
4
1. Bagaimana memodelkan proteksi tegangan lebih pada Base Transceiver
Station (BTS) dengan MATLAB/Simulink 8.1.
2. Bagaimana membuat simulasi proteksi tegangan lebih Base Transceiver
Station (BTS) pada MATLAB/Simulink 8.1.
3. Bagaimana melihat tegangan sisa pada sistem proteksi SPDs yang
disimulasikan pada MATLAB/Simulink 8.1.
1.5. Batasan Permasalahan
Batasan masalah diadakan supaya isi dan pembahasan Tugas Akhir menjadi lebih
terperinci dan terarah guna mendapatkan tujuan yang diinginkan. Maka diperlukan
batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah :
1. Jenis impuls yang digunakan adalah berdasarkan standar tegangan impuls
IEC yaitu 1,2/50 μs.
2. Tegangan petir yang disuplai down conductor (konduktor penyalur) adalah
beda potensial antara batang vinial dan pentanahan menara Base Transceiver
Station (BTS).
3. Hanya menganalisis sambaran petir secara langsung pada menara Base
Transceiver Station (BTS).
4. SPD yang digunakan yaitu GDA dengan tegangan kerja 230 VL dan MOV
dengan tegangan kerja 250 VL.
5. GDA yang dimodelkan hanya terdiri dari tiga fase pengoperasiannya yaitu,
fase pre-breakdown, fase breakdown, dan fase arc .
6. Gelombang sinusoidal diabaikan.
5
1.6. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut :
BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, rumusan penelian, batasan
masalah, serta sistematika penulisan.
BAB II Penjelasan teori tentang tegangan lebih transien, tinjauan materi
mengenai gelombang impuls, penjelasan mengenai MOV (Metal
Oxide Varistor), GDA (Gas Discharge Arrester), dan tinjauan
mengenai Base Transceiver Station (BTS).
BAB III
BAB IV
BAB V
Metodologi penelitian ini berisi tentang waktu dan tempat
penelitian yang dilakukan, prosedur penelitian, pemodelan
rangkaian, skematik sistem proteksi pada BTS dan diagram alur
penelitian.
Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai pemodelan sistem
proteksi BTS dengan variasi SPDs yang telah disimulasikan
kemudian didapatkan hasil analisa pada setiap percobaan.
Bab terakhir ini berisi mengenai simpulan dan saran yang penulis
dapatkan setelah melakukan hasil simulasi dan analisis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tegangan Lebih Transien
Tegangan lebih pada sistem tenaga listrik harus dapat diamankan oleh sistem
dengan waktu yang relatif cepat. Tegangan lebih transien salah satunya adalah petir.
Petir mempengaruhi keandalan sistem distribusi karena merupakan penyebab
utama gangguan listrik yang terkait dengan kerusakan peralatan sistem dan pada
beban bertegangan rendah [1]. Peralatan – peralatan elektronika umumnya
menggunakan tegangan dengan level kerja yang rendah yang berakibat sangat
rentang dengan adanya perubahan amplitudo yang besar.
Gambar 2.1 Bentuk gelombang impuls tegangan [2]
Keterangan
Tf = Waktu muka gelombang (O’A)
Tt = Waktu ekor gelombang (O’B)
Vmaks = Tegangan Puncak
7
Bentuk dan waktu gelombang impuls dapat diatur dengan mengubah nilai
komponen dari rangkaian generator impuls [3].
1) Nilai puncak (peak value) merupakan nilai maksimum gelombang impuls.
2) Muka gelombang (wave front) didefinisikan sebagai bagian gelombang yang
dimulai dari titik nol sampai titik puncak. Waktu muka (Tf) adalah waktu yang
dimulai dari titik nol sampai titik puncak gelombang.
3) Ekor gelombang (wave tail) didefinisikan sebagai bagian gelombang yang
dimulai dari titik puncak sampai akhir gelombang. Waktu ekor (Tt) adalah
waktu yang dimulai dari titik nol sampai setengah puncak pada ekor
gelombang.
Tegangan lebih transien dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis gelombang
berdasarkan karakteristik dari bentuk gelombang [4].
1) Bentuk muka lambat (slow front), yang dikarakteristikan oleh waktu muka
20<T1<5000µs dan waktu ekor T2 20 ms. Untuk pekerjaan eksperimen,
bentuk gelombang ini disimulasikan sebagai impuls surja hubung 250/2500
µs.
2) Bentuk muka cepat (fast front), yang dikarakteristikan oleh waktu muka
0,1<T1<20µs. Untuk pekerjaan eksperimen, bentuk gelombang ini
disimulasikan sebagai impuls petir 1.2/50 µs.
3) Bentuk muka sangat cepat (very fast front), yang dikarakteristikan oleh waktu
muka 3<T1<10 ns.
8
Tabel 2.1 Bentuk tegangan impuls petir di beberapa Negara [3]
Standar Sebagai Acuan Nilai 𝑻 𝒇 × 𝑻𝒕
Japan 1 × 40 𝜇𝑠
Germany 1 × 50 𝜇𝑠
United Kingdom 1 × 50 𝜇𝑠
United States 1,5 × 40 𝜇𝑠
IEC 1,2 × 50 𝜇𝑠
Bentuk gelombang impuls dapat direpresentasikan dalam bentuk persamaan
matematik. Standar impuls petir umumnya dimodelkan dengan persamaan double
exponential [5].
𝑢(𝑡) = 𝑘𝑢 . 𝑈𝑚𝑎𝑥 . (𝑒𝑥𝑝 (𝑡
𝜏2) − 𝑒𝑥𝑝 (
𝑡
𝜏1) ) [𝑉]
Simulasi menggunakan perangkat lunak berbasis rangkaian seperti
MATLAB/Simulink dengan menginput nilai konstanta 𝜏1 dan 𝜏2, dan nilai puncak
Vp untuk membangkitkan bentuk gelombang yang merepresetasikan gelombang
impuls petir. Persamaan 2.1 menjadi acuan sebagai sumber tegangan impuls petir
yang akan disimulasikan dengan program simulink pada sub-block matlab function.
2.2 Proteksi Tegangan Lebih Transien
Perancangan proteksi peralatan tegangan lebih adalah hal yang sangat vital pada
sistem tenaga listrik. Peralatan proteksi ini sebagai pelindung sistem tenaga listrik
dari gejala – gejala abnormal yang terjadi sewaktu – waktu pada sistem tenaga
listrik.
(2.1)
9
Proteksi peralatan bertegangan rendah adalah menggunakan Surge Protective
Devices (SPDs). SPDs pada dasarnya terbentuk dari kombinasi satu atau lebih
komponen berikut: Gas-Discharge Arrester (GDA), Metal-oxide Varistor (MOV),
dan Silicon Avalanche Diodes (SADs) . GDA mempunyai kapasitas pemutus arus
yang paling besar tetapi waktu respon lebih lambat, sehingga untuk mendapatkan
unjuk kerja yang optimal diperlukan kombinasi dari ketiganya. Kombinasi yang
paling umum dipakai pada proteksi tegangan rendah adalah GDA dan MOV [6].
2.2.1 Gas-Discharge Arrester (GDA)
Gas Dischard Arester (GDA) merupakan sebuah alat pelindung tegangan lebih
yang digunakan untuk memproteksi adanya gangguan abnormal yang terjadi pada
sistem kelistrikan. GDA adalah salah satu tipe crowbar protection. Simbol dan
sususan kompenen yang terdapat dalam GDA direpresentasikan oleh Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Susunan komponen GDA dengan dua buah elektroda [7].
GDA umumnya terdiri dari dua atau lebih elektroda logam yang dipisahkan oleh
celah yang terletak di dalam sebuah tabung tertutup rapat dan di dalamnya berisi
10
gas lembam atau campuran gas berupa Argon (Ar), Helium (He), Hidrogen (H).
Jarak elektroda dipertahankan oleh keramik, kaca atau bahan bahan isolasi lainnya,
yang merupakan bagian dari tabung penutup [7].
Gas Discharge Arrester (GDA) adalah salah satu peralatan penting untuk proteksi
tegangan rendah (low-voltage). GDA bekerja sebagai tabung pelepasan muatan
(discharge). Elektroda akan berfungsi sebagai anoda atau katoda tergantung dari
polaritas tegangan yang terhubung pada kedua terminal dari GDA. Jika celah GDA
mendapatkan peluahan atau tekanan listrik yang tinggi akibat surja tegangan
melebihi batas kekuatan isolasi gas yang mengisi celah diantara kedua elektroda
maka akan terjadi proses tembus isolasi (breakdown) pada celah di dalam tabung
GDA tersebut. Saat tegangan tembus terjadi diantara kedua elektroda tersebut
impedansi antara kedua elektroda sangat rendah.
GDA dimodelkan melalui tahapan – tahapan fisik proses pelepasan muatan gas
pada saat GDA dalam kondisi operasi. Terdapat tiga fase yang dimodelkan dalam
GDA yang direpresentasikan yaitu: fase sebelum tembus (pre-breakdown phase),
fase tembus (breakdown fase), fase terbentuk busur api (arc phase).
2.2.1.1 Fase Pre-breakdown
Tahapan pertama adalah pre-breakdown, tahapan ini terminal pada gas arrester
tidak melebihi saat tegangan breakdown atau dikenal dengan istilah 𝑈𝐷𝐶, bahwa
arrester akan menjadi isolator yang bagus apabila tegangan impuls tidak melebihi
tegangan tembus atau 𝑢 < 𝑈𝐷𝐶. Waktu tunda saat pelepasan muatan dapat dihitung
dari respon terhadap pengujian GDA dengan formulasi [5].
11
𝑡𝑑 = 𝛼 . 𝑆−𝑏 [𝑠] (2.2)
Dengan 𝛼 merupakan koefisien, b merupakan koefiesien interpolasi dapat
ditentukan saat pengukuran. S merupakan kemiringan tegangan muka dapat
diekspresikan dengan volt per detik. Pada fase ini dapat ditentukan oleh resistansi
variable yang mana dapat ditunjukan dengan switch. Switch akan terbuka (open),
jika tidak dalam kondisi discharge. GDA pada kondisi discharge atau switch dalam
kondisi tertutup (closed). Persamaan untuk resistan yang berubah ditentukan oleh
[5] ;
𝑹𝒔(𝒕) =
{
𝑹𝒔𝟎 ;
𝑹𝒔𝟎 . 𝐞𝐱𝐩 (−𝒕 − (𝒕𝑫𝑪 + 𝒕𝒅
𝝉𝟎𝟏) ;
𝑹𝒔𝟏;
𝒕 < 𝒕𝑫𝑪 + 𝒕𝒅
𝒕 ≥ 𝒕𝑫𝑪 + 𝒕𝒅 (2.3)
𝑹𝒔 ≤ 𝑹𝒔𝟏
Berdasarkan Persamaan 2.3 dengan parameter 𝑅𝑠0 adalah resistansi saat switch
dalam kondisi terbuka, 𝑅𝑠1 dikondisikan dengan switch tertutup, 𝜏01 adalah waku
konstan saat switch mulai tertutup, dan 𝑡𝑑 adalah saat ketika tegangan masuk pada
GDA mencapai nilai saat terjadi tegangan breakdown 𝑈𝐷𝐶.
2.2.1.2 Fase Breakdown
Fase ini diindikasikan dengan percikan yang mulai terbentuk di dalam GDA.
Kondisi gas yang berada di dalam tabung GDA akan sangat terionisasi dan arus
yang melewatinya akan meningkat. Peningkatan nilai arus ini dapat dimodelkan
dengan perubahan resistansi sesuai dengan persamaan Toepler [5];
12
𝑹(𝒕) =𝒌𝑻 . 𝒅
∫ 𝒊𝒅𝒕𝒕
𝒕𝑫𝑪+ 𝒕𝒅
(2.4)
Pada fase breakdown, arus akan sangat besar sedangkan untuk resistansinya akan
menurun.
2.2.1.3 Fase Arc
Model busur api ini didefinisikan sesuai dengan pemodelan Schavenmaker.
Persamaan resistansi (konduktansi) ditentukan oleh [5]:
𝟏
𝒈 ∙ 𝐝𝒈
𝐝𝒕= 𝐝 𝐥𝐧(𝒈)
𝐝𝒕= 𝟏
𝝉 ∙ (
𝒖 ∙ 𝒊
𝐦𝐚𝐱(𝑼𝒂𝒓𝒄 ∙ |𝒊|, 𝑷𝟎 )− 𝟏) ; 𝑹 =
𝟏
𝒈
(2.5)
Fase ini ditandai dengan adanya plasma, yang terdiri dari gas yang sangat panas dan
sangat terionisasi.
2.2.2 Metal-oxide Varistor (MOV)
Metal-oxide Varistor (MOV) adalah sebuah resistor non-linear dengan beberapa
sifat semi konduktor. MOV akan bekerja jika terjadi peningkatan tegangan yang
berakibat pada perubahan nilai resistansi. Struktur dari MOV ditunjukkan pada
Gambar 2.3.
13
Gambar 2.3 Struktur dalam metal oxide varistor (MOV) [8].
MOV akan mendeteksi kehadiran tegangan berlebih dan akan bersifat seperti
saklar yang bertujuan membuang arus yang berlebih melalui varistor. Model
rangkaian MOV diperlihatkan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Model rangkaian MOV [9].
MOV dalam kondisi “off” atau tidak menghantar sampai surja timbul pada saluran
yang diproteksi. MOV akan bersifat ‘on” atau bekerja jika terjadi tegangan berlebih
yang mengalir ke MOV tersebut. Apabila tegangan surja tersebut melebihi batas
maksimum tegangan yang diijinkan, maka tegangan berlebih tersebut akan di
potong (clamping).
ROFF
RON
C
L
RVAR
14
2.3 Sistem Pentanahan Base Transceiver Station (BTS)
Bangunan BTS terdiri dari dua bagian utama yaitu tower dan shelter. Tower BTS
adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi yang berbentuk segi empat atau
segitiga. Rangkaian besi tersebut bertujuan untuk menempatkan antena dan radio
pemancar maupun penerima sinyal telekomunikasi. Fasilitas telekomunikasi yang
umumnya terisolasi dan terletak pada dataran tinggi, rentan terhadap sambaran petir
secara langsung. Sambaran petir tersbut dapat mengarah ke saluran tegangan rendah
dan transformator sekunder dari BTS [1]. BTS sebagai sarana telekomunikasi
diperlihatkan oleh Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Tower Base Transceiver Station (BTS)
Sedangkan Shelter adalah bangunan equipment room lataknya di bawah menara.
Ukuran shelter umumnya berukuran 3 x 3 meter yang ditunjukkan pada Gambar
2.6.
15
Gambar 2.6 Shelter BTS tampak depan
Di dalam shelter BTS akan menampung peralatan – peralatan tegangan rendah
seperti combiner, module per carrier, core module (modul inti), power supply, fan
(kipas) pendingin, dan AC/DC converter yang diperlihatkan pada gambar 2.7.
Gambar 2.7 Peralatan tegangan rendah pada shelter BTS.
16
Tower BTS dilengkapi dengan sistem pentanahan yang berfungsi untuk
mengalirkan arus apabila terjadi sambaran petir ke menara. Arus petir yang
meluahkan muatan melalui struktur logam menara dapat menimbulkan kenaikan
potensial yang cukup tinggi pada struktur logam terhadap tanah..
Gambar 2.8 Rangkaian ekuivalen dan struktur pentanahan batang elektroda pada
BTS .
Sistem penatanahan menara adalah menggunakan driven rod yang
direpresentasikan dengan rangkaian ekuivalen R, L, C seperti yang terlihat pada
Gambar 2.9. Perhitungan nilai resistansi R bantang elektroda ditentukan [10]
𝑅 = 𝜌
2𝜋𝑙 (𝑙𝑛 (
8𝑙
𝑑) − 1)
Persamaan untuk menghitung nilai induktansi L dari batang elektroda ditentukan
oleh persamaan [10].
𝐿 = 2𝑙 𝑙𝑛 (4𝑙
𝑑) . 10−7
Kapasitansi C dari batang elektroda adalah [10]:
L
R C
(2.6)
(2.7)
(2.8)
17
𝐶 = 𝜀𝑟𝑙
18 𝑙𝑛 (4𝑙𝑑) . 10−9
Kenaikan tegangan tanah (ground potential rise/GPR) dapat membahayakan
peralatan elektronika apabila sistem equipotential bonding tidak efektif. Struktur
menara termasuk sistem pentanahan yang terintegrasi dengan pondasi menara harus
dapat membatasi GPR.
2.4 Studi Pendahuluan yang Sudah Dilaksanakan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya antara lain :
a) Penelitian ini telah didahului dengan penelitian pengaruh sambaran petir
terhadap sistem proteksi pada tower BTS oleh Dany Suryawan, Diah Permata,
dan Nining Purwasih. Penelitian tersebut hanya menggunakan MOV sebagai
peralatan proteksi tegangan lebih. Penelitian yang diusulkan saat ini MOV
diparalelkan dengan GDA yang mempunyai karakteristik kapasitas
pemotongan arus yang lebih besar. Penambahan GDA dapat memperbaiki
profil tegangan sisa hasil pemotongan tegangan lebih oleh peralatan proteksi.
Amplitudo tegangan yang rendah di bawah ambang kekuatan isolasi aman
terhadap peralatan.
b) Janez Ribic, Jose Pihler, dan member IEEE, dengan judul penelitian
“Overvoltage Protection Using a Gas Discharge Arrester Within the Matlab
Program Tool” membahas mengenai pemodelan dari GDA dengan
memvariasikan sumber tegangan yang berupa tegangan impuls petir, sumber
tegangan tinggi AC dan kombinasi dari keduanya. Penelitian tersebut
18
menggunakan pelindung tegangan lebih berupa GDA yang di simulasikan
oleh program Simulink MATLAB Tool.
c) Sei Hyun Lee, dengan judul penelitian “Improving Breakdown Voltage
Characteristics of GDAs Using Trigger Voltage” dalam penelitian tersebut
membahas mengenai pemodelan GDA (Gas Discharge Arrester) dengan
menggunakan program tool ATP-Draw dengan memvariasikan sumber
tegangan petir. Penelitian ini membandingkan terhadap dua kondisi yaitu,
tanpa trigger dan kondisi trigger terhadap hasil simulasi dan pengujian.
Karakteristik kerja GDA dengan tegangan 18.5 kV/µs dan dengan peak
voltage sebesar 4 kV. Hasil pengujian (simulation) pada kondisi tanpa trigger
diperoleh tegangan 2043 V dengan durasi 306 ns, kemudian hasil pada
eksperimen menunjukan tegangan 2356 V dengan durasi 225 ns. Dan untuk
hasil saat pengujian (simulation) pada kondisi dengan trigger diperoleh
tegangan 984 V dengan waktu 149 ns dan pada hasil eksperimen diperoleh
tegangan 998 V dengan waktu 146 ns.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi, Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Waktu penelitian di mulai pada
bulan September 2016 hingga September 2017. BTS yang digunakan adalah salah
satu provider telepon yang terdapat di Bandarlampung.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan diperlukan untuk menunjang dalam penyelesaian Tugas Akhir.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Alat dan bahan penelitian
1. Hardware (Perangkat Keras)
Perangkat keras yang dipergunakan
sebagai pendukung penelitian in adalah
satu buah laptop ASUS type A45V
Series, Intel CoreTM i3-2370M -
2.4GHz.
20
2. Software (Perangkat Lunak)
Penelitian ini ditunjang sebuah
perangkat lunak sebagai tool untuk
melakukan simulasi yaitu
MATLAB/Simulink Version 8.1
(R2013a)
3.3 Tahap Pembuatan Tugas Akhir
Tahapan pembuatan tugas akhir merupakan langkah – langkah yang penulis
lakukan dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Studi literatur
Tahapan studi literatur ini merupakan langkah kegiatan untuk mempelajari
berbagai referensi sebagai acuan dari sumber melalui buku – buku, e-book,
jurnal ilmiah dan internet guna mendapatkan pemahaman pendukung
mengenai proteksi tegangan lebih transien.
2. Studi Bimbingan
Tahapan ini adalah melakukan diskusi, konsultasi, dan solusi guna
menyelesaikan penelitian tugas akhir ini.
3. Perancangan Simulasi
Pembuatan model sistem proteksi tegangan lebih pada BTS termasuk
pembangkitan impuls, konduktor penyalur, saluran tegangan rendah,
transformator distribusi sisi sekunder, sistem pentanahan menara BTS,
Metal Oxide Varistor (MOV) dan Gas Discharge Arrester (GDA).
21
4. Pengambilan Data
Pengambilan data diperlukan setelah dilakukannya running simulasi pada
MATLAB/Simulink 8.1. Data yang diambil adalah data karakteristik impuls
petir standar IEC. Simulasi pengaruh sambaran petir pada peralatan
tegangan tegangan rendah dengan memvariasikan amplitudo gelombang
surja petir. Terdapat tiga percobaan dalam tugas akhir ini diantaranya,
melakukan simulasi dengan menggunakan Surge Protective Device(s)
(SPD) berupa, MOV, GDA, serta kombinasi MOV dan GDA.
5. Analisis dan Pembahasan
Tahapan ini adalah melakukan studi analisis dan pembahasan setelah
dilakukannya hasil pengujian pada simulasi. Analisa dan pembahasan
diperlukan guna untuk mendapatkan kesimpulan yang akan dicapai.
6. Pembuatan Laporan
Tahap akhir yang dilakukan adalah pembuatan laporan terhadap data hasil
yang diujikan/disumulasikan yang ditulis secara lengkap.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Tahapan ini adalah memodelkan suatu sub-block komponen pendukung dalam
melakukan simulasi pada sistem proteksi BTS. Berikut merupakan blok diagram
pemodelan rangkaian simulasi yang dijelaskan pada Gambar 3.1.
22
Gambar 3.1 Blok diagram rangkaian simulasi
Setelah pemodelan dari seluruh sistem telah selesai kemudian dilakukan simulasi
terhadap model tersebut menggunakan MATLAB/Simulink. Berikut merupakan
pemodelan dari berbagai kompenen.
3.4.1 Pembangkitan tegangan tinggi impuls petir
Pemodelan pembangkitan tegangan tinggi impuls adalah berdasarkan standar IEC
yaitu 1,2/50 µs [9]. Pembangkitan ini menggunakan model persamaan [4].
𝑢(𝑡) = 𝑘𝑢 . 𝑈𝑚𝑎𝑥 . (𝑒𝑥𝑝 (𝑡
𝜏2) − 𝑒𝑥𝑝 (
𝑡
𝜏1) ) [𝑉]
Dengan keterangan :
𝑘𝑢 = 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑈𝑚𝑎𝑥 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙𝑠 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 (v)
𝑡 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (s)
𝜏2 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑘𝑎 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝑠)
𝜏1 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 𝑒𝑘𝑜𝑟 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝑠)
Memodelkan Pembangkitan
Tegangan Impuls
Memodelkan Down Conductor
(Konduktor Penyalur)
Memodelkan Pentanahan Menara BTS
Memodelkan Metal Oxide
Varistor (MOV)
Memodelkan Gas Discharge Arrester
(GDA)
Memodelkan Saluran Tegangan
Rendah
Memodelkan Transformator Sisi
Sekunder
Melakukan Simulasi Rangkaian
(3.1)
23
3.4.2 Konduktor penyalur (Down Conductor)
Model konduktor penyalur diperlihatkan pada Gambar 3.2 :
Gambar 3.2. Model down conductor [11].
Dengan persamaan yang digunakan sebagai berikut :
S
lRrod
Nilai indukantasi L konduktor penyalur ditentukan oleh [11] :
lLLrod
Di mana :
= Resistifitas konduktor
l = Panjang konduktor penghubung
tanah
S = Luas permukaan konduktor
penghubung tanah
Di mana :
L = Induktansi konduktor
penghubung tanah
l = Panjang konduktor penghubung
tanah
3.4.3 Pentanahan Menara BTS
Sistem pentanahan yang digunakan dalam simulasi adalah model driven rod seperti
pada Gambar 3.3 :
RF
LF
(3.2)
(3.3)
24
Gambar 3.3 Model sebuah driven rod [10]
Nilai R dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
𝑅 = 𝜌
2𝜋𝑙 (𝑙𝑛 (
8𝑙
𝑑) − 1)
Induktansi L dari batang elektroda ditentukan oleh persamaan berikut :
𝐿 = 2𝑙 𝑙𝑛 (4𝑙
𝑑) . 10−7
Kapasitansi C dari batang elektroda ditentukan oleh :
𝐶 = 𝜀𝑟𝑙
18 𝑙𝑛 (4𝑙𝑑) . 10−9
Keterangan :
ρ = resistivitas tanah
l = kedalaman pentanahan elektroda batang (𝑟𝑜𝑑)
d = diameter elektroda batang (𝑟𝑜𝑑)
εr = konstanta dielektrik tanah (𝑠𝑜𝑖𝑙 𝑑𝑖𝑒𝑙𝑒𝑐𝑡𝑟𝑖𝑐)
C
L
R
(3.4)
(3.5)
(3.6)
25
3.4.4 Metal Oxide Varistor (MOV)
Pemodelan rangkaian MOV direpresentasikan oleh rangkaian ekuivalen MOV
seperti pada Gambar 3.2 :
Gambar 3.4 Rangkaian ekuivalen MOV [9]
R merupakan pemodelan resistansi non linear yang dipengaruhi oleh tegangan.
Ron adalah kondisi saat MOV bekerja, sedangan Roff adalah kondisi saat MOV
bersifat isolator.
Pengoperasian varistor dan hubungan antara tegangan dan arus direpresentasikan
oleh persamaan :
𝐼 = 𝑘𝑉𝛼
k merupakan koefisien konstanta dan nilai 𝛼 adalah derjat non linear yang data
ditentukan oleh persamaan [9]:
𝛼 = log (
𝐼2𝐼1⁄ )
log (𝑉2𝑉1⁄ )
,
RVAR
L
ROFF C
RON
(3.7)
(3.8)
26
3.4.5 Gas Discharge Arrester (GDA)
Pemodelan gas discharge arrester pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
fase pengoperasian yang terdiri dari fase pre-breakdown, fase
breakdown, dan fase arc [7] :
a) Fase Pre-breakdown
Nilai resistansi pada fase ini ditentukan oleh persamaan sebagai berikut :
𝑹𝒔(𝒕) =
{
𝑹𝒔𝟎 ;
𝑹𝒔𝟎 . 𝐞𝐱𝐩 (−𝒕 − (𝒕𝑫𝑪 + 𝒕𝒅
𝝉𝟎𝟏) ;
𝑹𝒔𝟏;
𝒕 < 𝒕𝑫𝑪 + 𝒕𝒅
𝒕 ≥ 𝒕𝑫𝑪 + 𝒕𝒅
𝑹𝒔 ≤ 𝑹𝒔𝟏
Berdasarkan persamaan di atas dengan parameter 𝑅𝑠0 adalah resistansi saat switch
dalam kondisi terbuka, 𝑅𝑠1 dikondisikan dengan switch tertutup, 𝜏01 adalah waku
konstan saat switch mulai tertutup, dan 𝑡𝑑 adalah saat ketika tegangan masuk pada
GDA mencapai nilai saat terjadi tegangan breakdown 𝑈𝐷𝐶 [7].
b) Fase breakdown
Nilai resistansi pada fase ini ditentukan oleh Persamaan 2.4) [7]:
𝑹(𝒕) =𝒌𝑻 . 𝒅
∫ 𝒊𝒅𝒕𝒕
𝒕𝑫𝑪+ 𝒕𝒅
c) Fase Arc
Pemodelan pada fase ini adalah mengunakan model Cassie yang nilai resistansinya
ditentukan oleh Persamaan [7]:
(3.9)
(3.10)
27
𝟏
𝒈 ∙ 𝐝𝒈
𝐝𝒕= 𝐝 𝐥𝐧(𝒈)
𝐝𝒕= 𝟏
𝝉 ∙ (
𝒖 ∙ 𝒊
𝑷𝟎− 𝟏) ; 𝑹 =
𝟏
𝒈
3.4.6 Model Saluran Daya (Line)
Model saluran daya yang digunakan adalah model saluran daya untuk saluran
pendek dan yang direpresentasikan oleh elemen R dan L seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 3.5 :
Gambar 3.5 Model saluran daya [12]
Saluran daya yang dipergunakan adalah konduktor jenis Aluminum Conductors
Steel-Reinforced atau ACSR 70 mm2, jika dikonversikan ke AWG/kcmil adalah
2/0. Penentuan nilai R dan L pada saluran fasa dihitung dengan menggunakan
program ATP-EMTP.
3.4.7 Transformator tegangan rendah.
Model transformator tegangan rendah dimodelkan seperti pada Gambar 3.4.
Gambar 3.6 Model transformator tegangan rendah[11].
(3.11)
28
3.5. Tahapan Simulasi Rangkaian
Terdapat tiga konfigurasi pemasangan SPDs yang dilakukan dengan menggunakan
MATLAB/Simulink seperti yang dijelaskan pada sub-bab berikut berikut :
3.5.1 Proteksi dengan Menggunakan MOV
Gambar 3.7 menunjukkan rangkaian skematik proteksi petir pada BTS. Surja petir
akan menyambar ke menara telekomunikasi yang disalurkan langsung menuju
pentanahan menara melalui konduktor penyalur yang terhubung ke bonding bar.
MOV sebagai peralatan proteksi surja dipasang antara PE-netral dan netral-fasa.
Konfigurasi ini akan melindungi peralatan tegangan rendah yang terdapat pada
panel utama BTS terhadap sambaran petir.
Gambar 3.7 Skematik sistem proteksi BTS dengan MOV
29
3.5.2 Proteksi dengan Menggunakan GDA
Pemasangan GDA sebagai peralatan proteksi surja sama dengan MOV yaitu antara
PE-netral dan antara netral-fasa.
Gambar 3.8 menunjukkan rangkaian skematik proteksi petir pada BTS. Tegangan
lebih akibat petir akan menuju saluran pentanahan melalui sebuah konduktor
penyalur (down conductor). Konfigurasi ini akan melindungi peralatan tegangan
rendah yang terdapat pada panel utama BTS terhadap sambaran petir.
3.5.3 Proteksi dengan menggunakan MOV+GDA
Kombinasi yang ketiga adalah GDA dan MOV yang dihubungkan secara paralel.
MOV+GDA dipasang antara fasa-netral dan netral-PE. Konfigurasi ini akan
melindungi peralatan tegangan rendah yang terdapat pana panel utama BTS
Gambar 3.8 Skematik sistem proteksi BTS dengan GDA
30
terhadap sambaran petir. Skematik sistem proteksi menggunakan GDA dan MOV
pada BTS ditampilkan pada Gambar 3.9.
Gambar 3.9 Skematik sistem proteksi BTS dengan kombinasi GDA+MOV
31
3.6. Diagram Alir Penelitian
Penyusunan tugas akhir ini dilakukan dengan tahapan – tahapan seperti di
gambarkan pada diagram alir pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10 Alur penyelesaian pemodelan sistem proteksi BTS
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, maka simpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Analisis sistem proteksi proteksi tegangan lebih menggunakan peralatan SPDs
yaitu MOV, GDA serta kombinasi MOV dan GDA yang terhubung paralel
dapat dilakukan dengan menggunakan program MATLAB/Simulink.
2. Sistem proteksi tegangan lebih menggunakan MOV sebagai alat peroteksi surja
(SPDs) mampu menahan tegangan impuls hingga 1,3 kV dengan tegangan sisa
sebesar 487,11V.
3. Penggunaan GDA sebagai alat proteksi surja (SPDs) mampu menahan
tegangan impuls hingga 1,7 kV dengan tegangan sisa sebesar 495,77 V.
4. Kombinasi MOV dan GDA sebagai alat proteksi surja (SPDs) yang
dihubungkan secara paralel mampu menahan tegangan impuls hingga 4,5 kV
dengan tegangan sisa sebesar 491,54 V.
5. Kombinasi MOV dan GDA adalah yang paling baik untuk diterapkan pada
sistem proteksi BTS karena mampu menahan tegangan impuls sampai dengan
4,5 kV.
55
5.2 Saran
Model Gas Discharge Arrester (GDA) yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pengontrolan waktu tunda td (delay time) terhadap waktu muka
gelombang impuls untuk mengatur waktu terjadinya discharge dan memerlukan
pengaturan waktu tunda td pada masing – masing tegangan impuls. Penelitian
selanjutnya dapat menggunakan model lain dari GDA seperti menggunakan switch
pengontrol tegangan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] P. N. Mikropoulos, T. E. Tsovilis, and S. G. Koutoula, “Lightning
Performance of Distribution Transformer Feeding GSM Base Station,” IEEE
Trans. Power Deliv., vol. 29, no. 6, pp. 2570–2579, Dec. 2014.
[2] B. L. Tobing, Dasar-Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi. Jakarta:
Erlangga, 2012.
[3] A. Arismunandar, Teknik Tegangan Tinggi, Edisi Kedua. Jakarta: PT Pradnya
Paramita, 1984.
[4] F. A. M. Rizk and G. N. Trinh, High Voltage Engineering. Florida: CRC
Press, 2014.
[5] J. Ribic, J. Pihler, and J. Vorsic, “Overvoltage Protection Using a Gas
Discharge Arrester Within the MATLAB Program Tool,” IEEE Trans. Power
Deliv., vol. 22, no. 4, pp. 2199–2206, Oct. 2007.
[6] M. M. Josephine and G. A. Ikechukwu, “Performance of Surge Arrester
Installation to Enhance Protection,” Adv. Sci. Technol. Eng. Syst. J., vol. 2,
no. 1, pp. 197–205, Jan. 2017.
[7] IEEE Std C62.42-1992, “IEEE Guide for the Application of Gas Tube
Arrester Low-Voltage Surge-Protective Devices,” Nov. 1987.
57
[8] Y. S. Kim, “Failure Prediction of Metal Oxide Varistor Using Nonlinear
Surge Look-up Table Based on Experimental Data,” Trans. Electr. Electron.
Mater., vol. 16, no. 6, pp. 317–322, Dec. 2015.
[9] V. Cooray and Institution of Engineering and Technology, Eds., Lightning
protection. London: Institution of Engineering and Technology, 2010.
[10] Gonos, I.F., Topalis, F.V. and Stathopulos I.A.: “ Transient Impedance of
Grounding Rods”, 11th International Symposium on High Voltage
Engineering, August 1999, London, UK, Vol. 2, pp.272-275.
[11] A. Rakotomalala, P. Auriol, and A. Rousseau, “Lightning Distribution
Through Earthing System,” presented at the IEEE International Symposium
on EMC, Chicago IL, USA, 1994, pp. 419-423.
[12] J. F. Schreiber and P. S. Sausen, “Modeling and Evaluation Power
Distribution Network Considering the Application of Smart Grids,” 3 Rd Int.
Conf. Eng. Optim., p. 9, Jul. 2012.