56
ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA NOMOR 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk (Skripsi) Oleh CLARA VESTIAVICA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

PERKARA NOMOR 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk

(Skripsi)

Oleh

CLARA VESTIAVICA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

ABSTRAK

ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

PERKARA NOMOR 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk

Oleh

CLARA VESTIAVICA

Tindak pidana korupsi adalah suatu kejahatan yang luar biasa (extra-ordinary

crime), upaya pemberantasannya tidak dapat dilakukan secara biasa tetapi dengan

cara yang luar biasa dilakukan dengan cara-cara khusus, langkah-langkah yang

tegas dengan melibatkan semua potensi yang ada dalam masyarakat, khususnya

pemerintah dan aparat penegak hukum. Permasalahan penelitian ini adalah

bagaimanakah pertimbangan hakim dalam memutus perkara nomor 16/Pid.Sus-

TPK/2015/PN.Tjk dan apakah hal-hal yang meringankan dalam putusan nomor

16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk.

Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan yuridis normative dan yuridis

empiris. Jenis data menggunakan data primer dan data sekunder. Narasumber

penelitian terdiri dari Hakim pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang, Jaksa pada

Kejaksaan Negeri Bandar Lampung dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Lampung. Analisis data menggunakan analisis kualitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan : (1) Pertimbangan hakim dalam

memutus perkara nomor 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjkyaitu berdasarkan teori

keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan undang-undang dan

kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau berkaitan dengan perkara, antara

lain adanya keseimbangan antara perbuatan terdakwa dengan ketentuan Pasal 3

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana korupsi. (2) Hal-hal yang meringankan dalam

putusan nomor 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk yaitu terdakwa turut serta

melakukan tindak pidana korupsi yang dilakukan secara bersama-sama sesuai

dengan perannya masing-masing, yaitu terdakwa telah dibujuk untuk membuat

laporan hasil kemajuan pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan,

yaitu terdapat kekurangan volume yang terpasang sehingga menyimpang dari

bestek teknis yang telah ditentukan dalam kontrak.

Page 3: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

Clara Vestiavica

Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Pengawasan terhadap pengadaan barang

dan jasa di Provinsi Lampung lebih ditingkatkan lagi dengan adanya kerjasama

yang baik antara pemerintah, masyarakat maupun aparat penegak hukum. (2)

Hakim yang menangani perkara tindak pidana korupsi untuk lebih konsisten

dalam melaksanakan pemberantasan tindak pidana korupsi dengan cara lebih

cermat dan tepat dalam menjatuhkan putusan terhadap pihak-pihak yang terlibat

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mempermudah terlaksananya

tindak pidana tersebut sesuai dengan berat atau ringannya kesalahan yang

dilakukan oleh pelaku.

Kata Kunci: Analisis, Putusan Hakim, Korupsi

Page 4: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

PERKARA NOMOR 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk

Oleh

Clara Vestiavica

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 5: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA
Page 6: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA
Page 7: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

RIWAYAT HIDUP

Clara Vestiavica dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal

9 Oktober 1994, yang merupakan anak kedua dari empat

bersaudara pasangan Bapak Poniran Yulianto dan Ibu

Yulistina.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Fransiskus Bandar

Lampung pada tahun 2000, Sekolah Dasar Fransiskus I Tanjung Karang yang

diselesaikan pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama Fransiskus Tanjung

Karang yang diselesaikan pada tahun 2009, Sekolah Menengah Atas Fransiskus

Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2012.

Penulis tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan

pada tahun 2012. Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Muara

Dua Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung.

Page 8: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

MOTTO

Fiat Justitia Ruat Caelum: Keadilan harus ditegakkan meskipun langit akan

runtuh

(Lucius Calpurnius Piso Caesoninus)

Belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan bahwa ilmu

yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi sebuah

ketakutan, belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh seseorang

yang bukan penakut.

(Anwar Fuadi)

Page 9: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

PERSEMBAHAN

Teriring Do’a dan Rasa Syukur Kehadirat Allah SWT Atas Rahmat dan Hidayah-

Nya Serta Junjungan Tinggi Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

Kedua Orang Tuaku, Bapak Poniran Yulianto dan Ibu Yulistina

Sebagai orang tua penulis tercinta, yang telah mendidik, membesarkan dan

membimbing penulis menjadi sedemikian rupa, yang selalu memberikan kasih

sayang yang tulus, doa, semangat dan harapan

Kakak dan Adik-adikku

Yudhi Afrianto, Fitri Niken Vebiantina dan Fiqi Ridho Analsa, yang selalu

memberi kasih sayang dan semangat dalam hidup

Sahabat-sahabat

Semua sahabat yang telah memberikan dukungan motivasi, menemani saat suka

maupun duka dalam mencapai keberhasilanku

Almamater Universitas Lampung

Tempat dimana aku mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman untuk meraih

kesuksesan

Page 10: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan judul “Analisis

Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Korupsi Perkara Nomor: 16/Pid.Sus-

TPK/2015/PN.Tjk”.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari adanya

hambatan, kendala dan kekurangan. Namun dengan adanya keterlibatan berbagai

pihak yang telah menyumbangkan bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran

maupun kritik dalam penulisan skripsi ini, maka pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kemudahan dan pertolangan disaat

penulis mendapatkan kesulitan.

2. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Maroni, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Lampung dan selaku Akademisi Fakultas Hukum yang

telah membantu memberikan data untuk penulisan skripsi ini.

Page 11: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

4. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

5. Bapak Prof. Dr. Sunarto, S.H., M.H., selaku Pembimbing I yang telah

berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan arahan, saran dan

motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah

berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan arahan, saran dan

motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.Hum., selaku Pembahas I atas saran, masukan

dan kritik yang bermanfaat terhadap skripsi ini.

8. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H., selaku Pembahas II atas saran, masukan

dan kritik yang bermanfaat terhadap skripsi ini.

9. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Akademik

yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

10. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang

penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta

segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi.

11. Bapak Surisno, S.H., M.H., selaku Hakim pada Pengadilan Negeri Kelas IA

Tanjung Karang yang telah membantu memberikan data untuk penulisan

skripsi ini.

12. Bapak Arie Apriansyah, S.H., selaku Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar

Lampung yang telah membantu memberikan data untuk penulisan skripsi ini.

Page 12: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

13. Teristimewa untuk kedua orangtuaku Bapak Poniran Yulianto dan Ibu

Yulistina yang tiada hentinya memberikan dukungan moril maupun materiil,

kasih sayang, nasihat, semangat dan doa yang tak pernah putus untuk

kebahagian dan kesuksesanku. Terimakasih atas segalanya semoga kelak

dapat membahagiakan, membanggakan dan menjadi anak yang berbakti bagi

kalian.

14. Kakakku Yudhi Afrianto, S.E dan adik-adikku Fitri Niken Vebiantina dan

Fiqi Ridho Analsa, terimakasih atas dukungan, semangat dan motivasi yang

telah diberikan.

15. Seluruh keluarga besarku, Embah, Emak, Om, Tante dan Sepupu yang telah

memberikan dukungan dan motivasi.

16. Sahabat-sahabat Botis: Avalisia Mahacakri Syahadat, Fifin Khomarul Jannah,

Tutut Hariyani, Retno Mega Sari dan Rohana Fitri Silvia, terimakasih atas

persahabatan, dukungan, motivasi, menemani saat suka maupun duka dan

mendengarkan keluh kesahku dalam penulisan skripsi ini.

17. Sahabat-sahabatku yang selalu menemaniku dari awal perkuliahan Ahmad

Renaldy Saputra, Devry Prasetyo, Ajeng Kania Dini, Yose Trimiarti, Devi

Aulia Sari, dll terimakasih atas persahabatan, dukungan dan bantuan selama

ini.

18. Sahabat-sahabat terbaikku Rian Eko Saputra, Veronica Gita, Margaretha dan

Olivia, terimakasih telah memberikan semangat, dukungan dan selalu ada

untukku.

Page 13: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan

dukungannya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah

diberikan kepada penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang

sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis

dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, April 2016

Penulis,

Clara Vestiavica

Page 14: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

RIWAYAT HIDUP

MOTTO

PERSEMBAHAN

SANWACANA

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ...................................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ...................................................... 8

E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Unsur-unsur Tindak Pidana ....................................... 15

B. Pengertian Tindak Pidana Korupsi ..................................................... 18

C. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana................... 22

D. Pengertian Putusan Hakim .................................................................. 28

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ............................................................................ 32

B. Sumber dan Jenis Data ........................................................................ 33

C. Penentuan Narasumber ....................................................................... 34

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................... 35

Page 15: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

E. Analisis Data ....................................................................................... 36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pertimbangan Hakim dalam Memutus Perkara

Nomor 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk ................................................ 37

B. Hal-hal Yang Memberatkan dalam Putusan

Nomor 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk ............................................... 51

V. PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................ 53

B. Saran .................................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIsRAN

Page 16: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Korupsi merupakan salah satu masalah besar yang saat ini dihadapi bangsa

Indonesia. Korupsi merupakan salah satu penyebab terpuruknya sistem

perekonomian negara yang dibuktikan dengan semakin meluasnya tindak pidana

korupsi didalam masyarakat. Meluasnya tindak pidana korupsi memberikan

dampak negatif pada perekonomian negara, kerugian keuangan negara, hak-hak

sosial dan ekonomi dalam kehidupan bernegara pada umumnya.

Korupsi terhadap keuangan negara yang dilakukan pejabat daerah merupakan

suatu tindak pidana. Akhir-akhir ini sorotan terhadap korupsi di Indonesia

dikaitkan dengan dana pembangunan atau proyek-proyek pengadaan barang dan

jasa, karena itu apapun alasannya apakah itu disengaja ataupun tidak disengaja

akibat adanya kesalahan prosedur atau sistem tetapi akhirnya berakibat

menimbulkan kerugian terhadap negara secara finansial dapat dikatakan suatu

tindakan korupsi. Bentuk-bentuk penyelewengan terhadap keuangan negara itu

pula dapat bermacam-macam seperti : penambahan anggaran untuk pengadaan

barang dan jasa yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada ataupun

penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena

Page 17: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

2

jabatan atau kedudukan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi sehingga menimbulkan kerugian pada keuangan negara.1

Pengadaan barang dan jasa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan

aturan hukum, namun pada kenyataannya hal tersebut seringkali diabaikan dan

terjadi tindak pidana korupsi. Pengadaan barang dan jasa merupakan hal yang

penting, karena akan mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pelaksanaan

pembangunan, dan pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja pembangunan

dalam mencapai berbagai sasaran dan tujuan pembangunan.

Tindak pidana korupsi telah menjadi suatu kejahatan yang luar biasa (extra

ordinary crime). Begitu pula dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat

dilakukan secara biasa, tetapi dituntut dengan cara yang luar biasa yang dilakukan

dengan cara-cara khusus, langkah-langkah yang tegas dan jelas dengan

melibatkan semua potensi yang ada dalam masyarakat khususnya pemerintah dan

aparat penegak hukum. Perbuatan korupsi satu negara dengan negara lain dari

intensitas dan modus operandinya sangat bergantung pada kualitas masyarakat,

adat-istiadat dan sistem penegakan hukum suatu negara.2

Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bagian dari hukum pidana khusus

dan ketentuan hukum positif. Peraturan perundang-undangan untuk mendukung

pelaksanaan pemberantasan korupsi telah dituangkan dalam Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1Pasal 3 UU No 3 Tahun 1999 Jo UU No 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi 2Djoko Sumaryanto, Pembalikan Beban Pembuktian, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2009, hlm 2

Page 18: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

3

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Tujuan khusus yang hendak

dicapai dalam Undang-Undang ini yaitu penegakan keadilan hukum secara tegas

bagi siapa saja yang terbukti melakukan tindak pidana korupsi.

Menurut ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana

telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan bahwa:

“Setiap orang yang dengan sengaja menguntungkan diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi, dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau

sarana yang ada padanya karena kedudukan atau jabatan, yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara

seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20

(dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)”.

Ketentuan-ketentuan mengenai pemidanaan korupsi yang ada menurut Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah menjadi Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

telah disesuaikan dengan Undang-Undang sebelumnya. Undang-Undang ini

menetapkan adanya ancaman pidana minimum khusus, pidana denda yang lebih

tinggi dan ancaman pidana mati yang merupakan pemberatan pidana. Sanksi

minimum khusus ini agar pelaku tindak pidana korupsi tidak dapat lolos dari

ancaman pidana yang menjeratnya.

Page 19: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

4

Setiap pelaku yang terbukti melakukan tindak pidana korupsi harus

mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum dan mendapatkan

pidana sesuai dengan ketentuan undang-undang. Seseorang yang melanggar

hukum harus mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai dengan aturan

hukum. Hakim dalam membuat putusan harus memperhatikan segala aspek

didalamnya, yaitu mulai dari perlunya kehati-hatian serta dihindari sedikit

mungkin ketidakcermatan, baik bersifat formal maupun materiil sampai dengan

adanya kecakapan teknik dalam membuatnya.3

Hakim sebagai pelaksana dari kekuasaan kehakiman mempunyai kewenangan di

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hal ini dilakukan oleh

hakim melalui putusannya baik putusan yang ringan maupun putusan yang berat.

Hakim dalam menjatuhkan putusan harus mempertimbangkan banyak hal, baik

yang berkaitan dengan perkara yang sedang diperiksa, tingkat perbuatan dan

kesalahan yang dilakukan pelaku, pihak korban, keluarganya dan rasa keadilan

masyarakat.4

Salah satu perkara tindak pidana korupsi adalah seperti dalam Putusan Pengadilan

Perkara Nomor: 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk. Kasus korupsi tersebut dilakukan

oleh terdakwa Chandra Priyantoni bin Trisno Wasito yang bertugas di CV Soraya

Cipta Sarana, terdakwa ditempatkan sebagai konsultan pengawas proyek

pengadaan kapal pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung

tahun 2012.

3Lilik Mulyadi, Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana, Teori, Praktik, Teknik Penyusunan dan

Permasalahannya, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010, hlm. 155 4Ahmad Rifai, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar Grafika,

Jakarta, 2010, hlm. 104

Page 20: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

5

Agus Mujianto selaku Pejabat Pembuat Komitmen memberikan tugas kepada

terdakwa untuk membuat laporan hasil kemajuan yang tidak sesuai dengan

spesifikasi pekerjaan, yaitu terdapat kekurangan volume yang terpasang sehingga

mnyimpang dari bestek teknis yang telah ditentukan dalam kontrak. Perbuatan

terdakwa mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 214.586.471,- (dua ratus

empat belas juta lima ratus delapan puluh enam ribu empat ratus tujuh puluh

rupiah) sesuai dengan perhitungan kerugian negara dari Badan Pemeriksa

Keuangan dan Pembangunan Lampung.

Tuntutan jaksa penuntut umum adalah pidana penjara selama 1 (satu) tahun 6

(enam) bulan dan denda sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

subsidair 9 (sembilan) bulan. Namun hakim memutus perkara nomor 16/Pid.Sus-

TPK/2015/PN.Tjk menyatakan Terdakwa Chandra Priyantoni Bin Trisno Wasito

telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

korupsi yang dilakukan secara bersama-sama; Menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan denda sejumlah Rp

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut

tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu) bulan; Menghukum

terdakwa dengan pidana tambahan berupa uang pengganti sejumlah Rp

5.000.000,- (lima juta rupiah) yang dibayarkan dari uang yang telah dibayarkan

oleh terdakwa di muka persidangan pada tahap penuntututan terdakwa Raden Ery

Adil Rahman Sukma Dinata bin Alek Herman Sukma Dinata.

Kasus di atas merupakan bentuk peringanan pidana yang berkaitan dengan

terjadinya tindak pidana korupsi. Hakim dalam menjatuhkan putusan memiliki

Page 21: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

6

wewenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sehingga penulis ingin

mengetahui apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman

ringan kepada terdakwa.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

masalah ini dalam bentuk skripsi dengan judul : “Analisis Putusan Hakim Dalam

Tindak Pidana Korupsi Perkara Nomor 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam memutus perkara nomor

16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk dalam tindak pidana korupsi?

b. Apakah hal-hal yang meringankan dalam putusan nomor 16/Pid.Sus-

TPK/2015/PN.Tjk dalam tindak pidana korupsi?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah kaijan ilmu Hukum Pidana, khususnya

yang berkaitan dengan pertimbangan hakim dalam memutus perkara nomor

16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk dalam tindak pidana korupsi dan hal-hal yang

meringankan dalam putusan nomor 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk dalam tindak

pidana korupsi.

Page 22: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutus perkara nomor

16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk dalam tindak pidana korupsi.

b. Untuk mengetahui hal-hal yang meringankan dalam putusan nomor

16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk dalam tindak pidana korupsi.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan

memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu hukum pidana

yang berhubungan dengan Analisis Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Korupsi

Perkara Nomor 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk.

b. Kegunaan Praktis

Penulisan ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan

dalam hal proses penyelesaian perkara tindak pidana korupsi serta diharapkan

dapat berguna untuk memberikan pengetahuan kepada pihak yang tertarik untuk

mengadakan penelitian lanjutan tentang Analisis Putusan Hakim Dalam Tindak

Pidana Korupsi Perkara Nomor 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk.

Page 23: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

8

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dari hasil

pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan

identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.5

a. Teori Dasar Pertimbangan Hakim

Unsur-unsur yang dapat mengakibatkan dipidananya seorang terdakwa, yaitu:

a. Melakukan perbuatan pidana

b. Mampu bertanggung jawab

c. Dengan kesengajaan/ kealpaan dan

d. Tidak adanya alasan pemaaf

Menurut Sudarto, sebelum hakim menentukan perkara terlebih dahulu ada

serangkaian pertimbangan yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut :6

1. Keputusan mengenai perkaranya, apakah terdakwa telah melakukan

perbuatan yang dituduhkan kepadanya.

2. Keputusan mengenai hukumnya, apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa

itu merupakan tindak pidana dan apakah terdakwa tersebut bersalah dan dapat

dipidana.

3. Keputusan mengenai pidananya apabila terdakwa memang dapat dipidana.

5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986,

hlm. 123 6 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 74

Page 24: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

9

Kebebasan hakim dalam memeriksa dan mengadili suatu perkara merupakan

mahkota bagi hakim dan harus tetap dikawal dan dihormati oleh semua pihak

tanpa kecuali, sehingga tidak ada satu pihak yang dapat menginterpensi hakim

dalam menjalankan tugasnya tertentu. Hakim dalam menjatuhkan putusan harus

mempertimbangkan banyak hal, baik itu yang berkaitan dengan perkara yang

sedang diperiksa, tingkat perbuatan dan kesalahan yang dilakukan pelaku,

kepentingan pihak korban, keluarganya dan rasa keadilan masyarakat.7

Menurut Mackenzei, ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat dipergunakan

oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam suatu perkara,

yaitu sebagai berikut:8

1) Teori Keseimbangan

Teori keseimbangan disini adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang

ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut

atau berkaitan dengan perkara.

2) Teori Pendekatan seni dan intuisi

Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari

hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan hakim menyesuaikan

dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana,

hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam

perkara pidana.

7Ahmad Rifai, Op. Cit, hlm. 102

8Ibid, hlm. 103

Page 25: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

10

3) Teori Pendekatan Keilmuan

Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana

harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya dalam

kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin

konsistensi dari putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan

semacam peringatan bahwa dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh

semata-mata atas dasar intuisi atau instink semata, tetapi harus dilengkapi

dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga wawasan keilmuan hakim.

4) Teori Pendekatan Pengalaman

Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya

dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari. Seorang

hakim dapat mengetahui bagaimana dampak dari putusan yang dijatuhkan

dalam suatu perkara pidana yang berkaitan dengan pelaku, korban maupun

masyarakat.

5) Teori Ratio Decidendi

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang

mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara dan

mencari peraturan perundang-undangan sebagai dasar hukum dalam

penjatuhan putusan.

6) Teori Kebijaksanaan

Teori ini berkenaan dengan keputusan hakim dalam perkara di pengadilan.

Untuk menelaah keputusan hakim, lebih banyak berpangkal pada nilai-nilai

Page 26: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

11

serta norma-norma hukum yang mendasari pendirian dan pengetahuan dalam

menetapkan keputusannya.

b. Teori Peringanan Pidana

Pasal 132 RUU KUHP menyatakan bahwa faktor yang memperingan pidana

meliputi:

a. Percobaan melakukan tindak pidana;

b. Pembantuan terjadinya tindak pidana;

c. Penyerahan diri secara sukarela kepada yang berwajib setelah melakukan

tindak pidana;

d. Tindak pidana yang dilakukan oleh wanita hamil;

e. Pemberian ganti kerugian yang layak atau perbaikan kerusakan secara

sukarela sebagai akibat tindak pidana yang dilakukan;

f. Tindak pidana yang dilakukan karena kegoncangan jiwa yang sangat

hebat;

g. Tindak pidana yang dilakukan oleh pembuat sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 39; atau

h. Faktor lain yang bersumber dari hukum yang hidup dalam masyarakat.

c. Konseptual

Konseptual adalah gambaran hubungan antara konsep-konsep khusus yang

merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin atau

akan diteliti.9 Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pokok permasalahan

9 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm. 132

Page 27: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

12

dan pembahasan dalam penulisan ini, maka penulis akan memberikan beberapa

konsep yang bertujuan untuk menjelaskan istilah-istilah yang dapat dijadikan

pegangan dalam penelitian ini. Adapun istilah-istilah yang digunakan adalah

sebagai berikut:

a. Analisis adalah upaya untuk memecahkan suatu permasalahan berdasarkan

prosedur ilmiah dan melalui pengujian sehingga hasil analisis dapat diterima

sebagai suatu kebenaran atau penyelesaian masalah.10

b. Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang

pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari

segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam

undang-undang ini. (Pasal 1 butir 11 Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana)

c. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,

larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi

barang siapa melanggar larangan tersebut.11

d. Tindak Pidana Korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum

melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

atau setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang

lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau

sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat

merugikan keuangan negara.12

10

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 54 11

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta, 1986,hlm. 54 12

Ermansjah Djaja, Meredesain Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta Timur, 2010, hlm. 18

Page 28: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

13

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman dalam penulisan penelitian ini, maka

sistematika penulisan terbagi dalam 5 (lima) bab yaitu sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan dan ruang

lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual dan

sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan bab pengantar dalam memahami pengertian umum tentang

pokok-pokok bahasan. Uraian bab ini lebih bersifat teoritis yang nantinya

digunakan sebagai bahan studi perbandingan antara teori yang berlaku dengan

kenyataan yang berlaku dalam praktek. Bab ini menguraikan tentang tindak

pidana korupsi, pertanggungjawaban pidana, dan pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan pidana.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan langkah-langkah yang diambil dalam penelitian yang

meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penetuan populasi dan

sampel, prosedur pengumpulan dan pengolahan data, serta tahap akhir berupa

analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penilitian dan pembahasan dari pokok permasalahan tentang

pertimbangan hakim dalam memutus perkara nomor 16/Pid.Sus-

Page 29: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

14

TPK/2015/PN.Tjk dalam tindak pidana korupsi dan hal-hal yang memberatkan

dalam putusan nomor 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk dalam tindak pidana korupsi.

V. PENUTUP

Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang merupakan kristalisasi dari

pembahasan terhadap permasalahan dari hasil penelitian dan saran dari penulis

yang merupakan alternatif penyelesaian permasalahan yang ada, demi perbaikan

di masa mendatang.

Page 30: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang,

melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang

yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatan

dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan

apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan

pandangan normatif mengenai kesalahan yang dilakukan.13

Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana

merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat

atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan merupakan bentuk tingkah

laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang

dilarang oleh undang-undang harus dihindari dan barang siapa melanggarnya

maka akan dikenakan pidana. Jadi larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban

tertentu yang harus ditaati oleh setiap warga Negara wajib dicantumkan dalam

undang-undang maupun peraturan-peraturan pemerintah.14

13

Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Gramedia Pustaka, Jakarta, 2000, hlm. 22 14

P. A. F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hlm. 7

Page 31: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

16

Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana (yuridis

normatif). Beberapa sarjana menguraikan pengertian tindak pidana antara lain

sebagai berikut :15

1. Pompe

Memberikan pengertian tindak pidana menjadi 2 (dua) definisi, yaitu:

a. Definisi menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang

dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk

mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.

b. Definisi menurut hukum positif adalah suatu kejadian/feit yang oleh

peraturan undang-undang yang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat

dihukum.

2. Simons

Tindak pidana adalah kelakuan/handeling yang diancam dengan pidana, yang

bersifat melawn hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang

dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab.

3. Vos

Tindak pidana adalah suatu kelakuan manusia diancam pidana oleh peraturan

undang-undang, jadi suatu kelakuan yang pada umumnya dilarang dengan

ancaman pidana.

4. Van Hamel

Tindak pidana adalah kelakuan orang yang dirumuskan dalam wet, yang

bersifat melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan

kesalahan.

15

Tri Andrisman, Hukum Pidana: Asas-Asas Dalam Aturan Hukum Pidana Indonesia, Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2011, hlm. 70

Page 32: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

17

5. Moeljatno

Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,

larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi

barang siapa melanggar larangan teresebut.

6. Wirjono Prodjodikoro

Tindak pidana adalah perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman

pidana.

Suatu tindak pidana yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

menurut P.A.F. Lamintang dan C. Djisman Samosir pada umumnya memiliki dua

unsur yakni unsur subjektif yaitu unsur yang melekat pada diri si pelaku dan unusr

objektif yaitu unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan.16

Unsur subjektif dari suatu tindak pidana adalah:

1. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa)

2. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan

3. Macam-macam maksud atau oogmerk

4. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad

5. Perasaan takut atau vress

Unsur objektif dari suatu tindak pidana adalah:

1. Sifat melanggar hukum

2. Kualitas diri si pelaku

3. Kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan

suatu kenyataan sebagai akibat

16

P.A.F. Lamintang dan C. Djisman Samosir, Delik-Delik Khusus, Tarsito, Bandung, 1981, hlm. 193

Page 33: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

18

Sedangkan menurut Leden Marpaung unsur tindak pidana terdiri dari 2 (dua)

unsur pokok, yakni:

Unsur pokok subjektif:

1. Sengaja (dolus)

2. Kealpaan (culpa)

Unsur pokok objektif:

1. Perbuatan manusia

2. Akibat (result) perbuatan manusia

3. Keadaan-keadaan

4. Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum17

B. Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Secara etimologis, korupsi berasal dari bahasa Latin yaitu corruption

ataucorruptus, dan istilah bahasa Latin yang lebih tua dipakai istilah corumpere.

Daribahasa Latin itulah turun keberbagai bahasa bangsa-bangsa di Eropa seperti

Inggris: corruption, Prancis: corruption, dan Belanda corruptive dan korruptie,

yang kemudian turun kedalam bahasa Indonesia menjadi Korupsi. Arti harafiah

dari kata itu ialah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap,

tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian.18

Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Jika

membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu

karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk,

17

Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 1992, hlm. 295 18

Andy Hamzah (I), Korupsi Di Indonesia Masalah Dan Pemecahannya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991, hlm. 7

Page 34: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

19

jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalan

jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga

atau golongan dalam kedinasan dibawah kekuasaan jabatannya.19

Korupsi secara umum diartikan sebagai perbuatan yang berkaitan dengan

kepentingan publik atau masyarakat luas atau kepentingan pribadi dan atau

kelompok tertentu. Dengan demikian secara spesifik ada tiga fenomena yang

tercakup dalam istilah korupsi, yaitu penyuapan (bribery), pemerasan (extraction)

dan nepotisme (nepotism).20

Kejahatan korupsi pada hakekatnya termasuk ke dalam kejahatan ekonomi, hal ini

bisa dibandingkan dengan anatomi kejahatan ekonomi sebagai berikut :

1. Penyamaran atau sifat tersembunyi maksud dan tujuan kejahatan.

2. Keyakinan si pelaku terhadap kebodohan dan kesembronoan si korban

3. Penyembunyian pelanggaraan.21

Adapun mengenai pengertian tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2001, yaitu:

1. Setiap orang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan

Negara atau perekonomian Negara (Pasal 2 Ayat (1)).

2. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana

19

Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi edisi Kedua, Sinar Grafika, Semarang, 2005, hlm. 91 20

Syed Husien Alatas, Sosiologi Korupsi, Sebuah penjelajahan Dengan Data Kontemporer, LP3ES, Jakarta, 1983, hlm. 12 21

Barda Nawawi Arief dan Muladi.Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1992, hlm. 56

Page 35: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

20

yang ada padanya karena jabatan, atau kedudukan yang dapat merugikan

keuangan Negara atau perekonomian Negara (Pasal 3).

3. Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan

mengingat kekuasaan dan wewenang yang melekat pada jabatan atau

kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada

jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal 13).

4. Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pemufakatan

jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi (Pasal 15).

5. Setiap orang diluar wilayah Republik Indonesia yang memberikan bantuan,

kesempatan, sarana atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana korupsi

(Pasal 16).

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

1. Setiap orang

2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi

3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan

4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

5. Dilakukan secara bersama-sama

Baharudin Lopa menyatakan bahwa, korupsi adalah perbuatan pembayaran

terselubung dalam bentuk pemberian hadiah, ongkos administrasi, pelayanan,

pemberian hadiah-hadiah sanak keluarga, pengaruh, kedudukan sosial, atau

Page 36: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

21

hubungan apa saja yang merugikan kepentingan dan kesejahteraan umum, dengan

atau tanpa pembayaran uang.

Pengertian korupsi tergantung dari sudut pandang setiap orang apa dan bagaimana

korupsi itu menjawantah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hal ini

ditandai dengan belum terdapat keseragaman dalam merumuskan pengertian

korupsi. Menurut W. Sangaji, korupsi adalah perbuatan sesorang atau sekelompok

orang menyuap orang atau kelompok lain untuk mempermudah keinginannya dan

mempengaruhi penerima untuk memberikan pertimbangan khusus guna

mengabulkan permohonannya. Lebih lanjut beliau menyatakan definisi tersebut

dapat dikembangkan sebagai berikut :

a. Korupsi adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang memberikan

hadiah berupa uang maupun benda kepada sipenerima untuk memenuhi

keinginannya.

b. Korupsi adalah seseorang atau sekelompok orang meminta imbalan dalam

menjalankan kewajibannya.

c. Korupsi adalah mereka yang menggelapkan dan menggunakan uang Negara

atau milik umum untuk kepentingan pribadi.

d. Korupsi merupakan perbuatan-perbuatan manusia yang dapat merugikan

keuangan dan perekonomian Negara.

e. Korupsi merupakan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain sebagai

akibat pertimbangan yang illegal.22

22

W. Sangaji, Tindak Pidana Korupsi, Indah, Surabaya, 1999, hlm. 9

Page 37: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

22

C. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana

Fungsi hakim adalah memberikan putusan terhadap perkara yang diajukan,

dimana dalam perkara pidana, hal itu tidak terlepas dari sistem pembuktian

negatif, yang pada prinsipnya menentukan bahwa suatu hak atau peristiwa atau

kesalahan dianggap telah terbukti, di samping adanya alat-alat bukti menurut

undang-undang juga ditentukan keyakinan hakim yang dilandasi dengan integritas

moral yang baik.23

Seorang hakim dalam hal menjatuhkan pidana kepada terdakwa tidak boleh

menjatuhkan pidana tersebut kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat

bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak

pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya (Pasal

183 KUHAP). Alat bukti sah yang dimaksud adalah: (a) Keterangan Saksi; (b)

Keterangan Ahli; (c) Surat; (d) Petunjuk; (e) Keterangan Terdakwa atau hal yang

secara umum sudah diketahui sehingga tidak perlu dibuktikan (Pasal 184

KUHAP).24

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

menjelaskan tentang dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan

dalam Pasal 8 ayat (2):

“Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan

pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa”.

23

Ahmad Rifai, Op. Cit, hlm. 103 24

Satjipto Rahardjo, Bunga Rampai Permasalahan Dalam Sistem Peradilan Pidana, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta, 1998, hlm. 11

Page 38: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

23

Kemudian dalam Pasal 53 ayat (2) menyatakan bahwa :

“Penetapan dan putusan sebagaimana dimaksud (dalam memeriksa dan memutus

perkara) harus memuat pertimbangan hakim yang didasarkan pada alasan dan

dasar hukum yang tepat dan benar”.

Menurut Sudarto, sebelum hakim menentukan perkara terlebih dahulu ada

serangkaian pertimbangan yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut :25

1. Keputusan mengenai perkaranya, apakah terdakwa telah melakukan

perbuatan yang dituduhkan kepadanya.

2. Keputusan mengenai hukumnya, apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa

itu merupakan tindak pidana dan apakah terdakwa tersebut bersalah dan dapat

dipidana.

3. Keputusan mengenai pidananya apabila terdakwa memang dapat dipidana.

Hakim Pengadilan Negeri mengambil suatu keputusan dalam sidang pengadilan,

mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu:26

1. Kesalahan pelaku tindak pidana

Hal ini merupakan syarat utama untuk dapat dipidananya seseorang.

Kesalahan disini mempunyai arti seluas-luasnya, yaitu dapat dicelanya pelaku

tindak pidana tersebut. Kesengajaan dan niat pelaku tindak pidana harus

ditentukan secara normatif dan tidak secara fisik. Untuk menentukan adanya

kesengajaan dan niat harus dilihat dari peristiwa demi peristiwa, yang harus

memegang ukuran normatif dari kesengajaan dan niat adalah hakim.

25

Sudarto, Loc. Cit. 26

Barda Nawawi Arief, Op. Cit, hlm. 77

Page 39: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

24

2. Motif dan tujuan dilakukannya suatu tindak pidana

Kasus tindak pidana mengandung unsur bahwa perbuatan tersebut

mempunyai motif dan tujuan untuk dengan sengaja melawan hukum.

3. Cara melakukan tindak pidana

Pelaku melakukan perbuatan tersebut ada unsur yang direncanakan terlebih

dahulu untuk melakukan tindak pidana tersebut. Memang terdapat unsur niat

didalamnya yaitu keinginan si pelaku untuk melawan hukum.

4. Riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi

Riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pelaku tindak pidana juga sangat

mempengaruhi putusan hakim yaitu memperingan hukuman bagi pelaku,

misalnya belum pernah melakukan perbuatan tindak pidana apapun, berasal

dari keluarga baik-baik, tergolong dari masyarakat yang berpenghasilan

sedang-sedang saja (kalangan kelas bawah).

5. Sikap batin pelaku tindak pidana

Hal ini dapat diidentifikasikan dengan melihat pada rasa bersalah, rasa

penyesalan dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut. Pelaku

juga memberikan ganti rugi atau uang santunan pada keluarga korban dan

melakukan perdamaian secara kekeluargaan.

6. Sikap dan tindakan pelaku sesudah melakukan tindak pidana

Pelaku dalam dimintai keterangan atas kejadian tersebut, ia menjelaskan tidak

berbelit-belit, ia menerima dan mengakui kesalahannya, karena hakim

Page 40: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

25

melihat pelaku berlaku sopan dan mau bertanggungjawab, juga mengakui

semua perbuatannya dengan cara berterus terang dan berkata jujur.

7. Pengaruh pidana terhadap masa depan pelaku

Pidana juga mempunyai tujuan yaitu selain membuat jera kepada pelaku

tindak pidana, juga untuk mempengaruhi pelaku agar tidak mengulangi

perbuatannya tersebut, membebaskan rasa bersalah pada pelaku,

memasyarakatkan pelaku dengan mengadakan pembinaan, sehingga

menjadikannya orang yang lebih baik dan berguna.

8. Pandangan masyarakat terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku

Dalam suatu tindak pidana masyarakat menilai bahwa tindakan pelaku adalah

suatu perbuatan tercela, jadi wajar saja kepada pelaku untuk dijatuhi

hukuman, agar pelaku mendapatkan ganjarannya dan menjadikan pelajaran

untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan

orang lain. Hal tersebut dinyatakan bahwa ketentuan ini adalah untuk

menjamin tegaknya kebenaran, keadilan dan kepastian hukum.

Aspek secara kontekstual yang terkandung dalam kebebasan hakim dalam

melaksanakan kekuasaan kehakiman adalah tiga esensi:

a. Hakim hanya tunduk pada hukum dan keadilan

b. Tidak seorangpun termasuk pemerintah dapat mempengaruhi atau

mengarahkan putusan yang akan dijatuhkan oleh hakim

Page 41: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

26

c. Tidak ada konsekuensi terhadap pribadi hakim dalam menjalankan tugas dan

fungsi yudisial.27

Menurut Mackenzie, ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat digunakan

oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam suatu perkara,

yaitu sebagai berikut :28

1. Teori Keseimbangan

Teori keseimbangan disini adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang

ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut

atau berkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya keseimbangan

yang berkaitan dengan masyarakat, kepentingan terdakwa dan kepentingan

korban.

2. Teori Pendekatan seni dan intuisi

Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari

hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan hakim menyesuaikan

dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana,

hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam

perkara pidana. Pendekatan seni dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan

suatu putusan, lebih ditentukan oleh instink atau intuisi daripada pengetahuan

hakim.

27

Ahmad Rifai, Op. Cit, hlm. 103 28

Ahmad Rifai, Loc. Cit.

Page 42: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

27

3. Teori Pendekatan Keilmuan

Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana

harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya dalam

kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin

konsistensi dari putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan

semacam peringatan bahwa dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh

semata-mata atas dasar intuisi atau instink semata, tetapi harus dilengkapi

dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga wawasan keilmuan hakim dalam

menghadapi suatu perkara yang harus diputuskannya.

4. Teori Pendekatan Pengalaman

Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya

dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, dengan

pengalaman yang dimilikinya, seorang hakim dapat mengetahui bagaimana

dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana yang

berkaitan dengan pelaku, korban maupun masyarakat.

5. Teori Ratio Decidendi

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang

mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang

disengketakan, kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang

relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum

dalam penjatuhan putusan, serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada

motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi

para pihak yang berperkara.

Page 43: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

28

6. Teori Kebijaksanaan

Teori kebijaksanaan ini diperkenalkan oleh Made Sadhi Astuti, dimana

sebenarnya teori ini berkenaan dengan keputusan hakim dalam perkara di

pengadilan. Keputusan hakim sebagai dasar hukum umum pelaksanaan

eksekusi dapat dikategorikan sebagai dasar hukum kebijakan pidana. Untuk

menelaah keputusan hakim, lebih banyak berpangkal pada nilai-nilai serta

norma-norma hukum yang mendasari pendirian dan pengetahuan dalam

menetapkan keputusannya.

D. Pengertian Putusan Hakim

Putusan hakim atau lazim disebut dengan istilah putusan pengadilan merupakan

sesuatu yang sangat diinginkan atau dinanti-nantikan oleh pihak-pihak yang

berperkara guna menyelesaikan sengketa diantara mereka dengan sebaik-baiknya.

Sebab dengan putusan hakim tersebut pihak-pihak yang bersengketa

mengharapkan adanya kepastian hukum dan keadilan dalam perkara yang mereka

hadapi.29

Putusan hakim pada dasarnya mempunyai peranan yang menentukan dalam

menegakkan hukum dan keadilan, oleh karena itu didalam menjatuhkan putusan,

hakim diharapkan agar selalu berhati-hati, hal ini dimaksudkan untuk menjaga

agar putusan yang diambil tidak mengakibatkan rasa tidak puas, tidak bertumpu

pada keadilan yang dapat menjatuhkan wibawa pengadilan.30

29

Moh. Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, cet. I, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hlm. 124 30

Tri Andrisman, Hukum Acara Pidana, Universitas Lampung, Lampung, 2010, hlm. 68

Page 44: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

29

Seorang hakim setidaknya memiliki bentuk pertanggungjawaban dalam mengadili

suatu perkara yaitu tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, tanggung

jawab kepada bangsa dan negara, tanggung jawab kepada diri sendiri, tanggung

jawab kepada hukum, tanggung jawab kepada masyarakat. Putusan harus dapat

menimbulkan efek yang positif bagi kehidupan masyarakat. Putusan merupakan

sumber hukum formil atau yurisprudensi yang dapat menjadi dasar dan alasan

bagi para hakim yang lain dalam memutuskan suatu perkara.

Putusan pengadilan setelah diucapkan akan mengikat secara yuridis kepada para

pihak yang berperkara dan setiap orang yang disebutkan secara tegas dalam isi

putusan dengan tanpa mengurangi hak-hak bagi para pihak untuk mengajukan

upaya hukum kepada badan peradilan yang lebih tinggi jika ia merasa tidak puas

terhadap isi putusan yang dijatuhkan. Sedangkan secara sosiologis putusan juga

mengikat setiap orang, baik secara langsung maupun secara tidak langsung,

karena pada hakikatnya dalam setiap putusan yang dijatuhkan tersirat kewajiban

bagi setiap orang untuk menghormati isi putusan itu sebagaimana setiap orang

diwajibkan untuk menghormati hukum yang berlaku.31

Putusan pengadilan merupakan seluruh rangkaian proses pemeriksaan persidangan

sampai pada sikap hakim untuk mengakhiri perkara yang disidangkan. Putusan

pengadilan tidak dapat dipahami hanya membaca amar putusan, melainkan secara

keseluruhan. Formalitas putusan terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu kepala

putusan, identitas para pihak, pertimbangan dan amar.

31

Darmoko Yuti Witanto & Arya Putra Negara Kutawaringi, Diskresi Hakim Sebuah Instrumen Menegakkan Keadilan Substantif dan Perkara Pidana, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 32

Page 45: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

30

Putusan pengadilan yaitu hasil akhir proses peradilan.32

Putusan pengadilan

merupakan mahkota bagi hakim dan inti mahkotanya terletak pada pertimbangan

hukumnya, sedangkan bagi para pencari keadilan pertimbangan hukum yang baik

akan menjadi mutiara yang berharga. Pertimbangan hukum putusan merupakan

bagian paling penting dalam sistematika putusaan karena itu akan mencerminkan

bentuk tanggung jawab hakim kepada hukum yang berlaku.

Menurut Pasal 193 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

putusan pidana dijatuhkan apabila pengadilan berpendapat bahwa terdakwa

bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya. Berdasarkan

rumusan KUHAP tersebut putusan hakim dapat digolongkan kedalam 2 jenis

yaitu:

1. Putusan Akhir

Putusan ini dapat terjadi apabila majelis hakim memeriksa terdakwa yang

hadir dipersidangan sampai pokok perkaranya selesai diperiksa. Maksud dari

pokok perkaranya selesai diperiksa adalah sebelum menjatuhkan putusan

telah melakukan proses-proses berupa sidang dinyatakan dibuka dan terbuka

untuk umum, pemeriksaan identitas dan peringatan ketua majelis kepada

terdakwa untuk mendengar dan memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di

dalam persidangan serta pembacaan putusan dalam sidang terbuka untuk

umum.

32

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1991, hlm. 182

Page 46: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

31

2. Putusan Sela

Putusan yang bukan putusan akhir ini mengacu pada ketentuan Pasal 156 ayat

(1) KUHAP, yaitu penasihat hukum mengajukan keberatan atau eksepsi

terhadap surat dakwaan penuntut umum. Penetapan atau putusan sela ini

mengakhiri perkara apabila terdakwa dan penuntut umum menerima apa yang

diputuskan oleh majelis hakim tersebut. Akan tetapi, secara material perkara

tersebut dapat dibuka kembali apabila perlawanan dari penuntut umum oleh

Pengadilan Tinggi dibenarkan sehingga Pengadilan Tinggi memerintahkan

Pengadilan Negeri melanjutkan pemeriksaan perkara yang bersangkutan.

Page 47: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

32

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

yuridis normatif dan yuridis empiris dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Pendekatan yuridis normatif

Pendekatan yuridis normatif dilakukan bahan hukum utama menelaah hal yang

bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi, pandangan, doktrin-

doktrin hukum, peraturan hukum dan sistem hukum yang berkenaan dengan

permasalahan penelitian ini.33

Pendekatan masalah secara yuridis normatif

dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman tentang pokok bahasan yang jelas

mengenai gejala dan objek yang sedang diteliti yang bersifat teoritis berdasarkan

atas kepustakaan dan literature yang berkaitan dengan permasalahan yang akan

dibahas.

2. Pendekatan yuridis empiris

Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan menelaah hukum dalam kenyataan

atau berdasarkan fakta yang didapat secara obyektif di lapangan baik berupa

pendapat, sikap dan perilaku aparat penegak hukum yang didasarkan pada

identifikasi hukum dan efektifitas hukum.

33

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bandung, 2004, hlm. 134

Page 48: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

33

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama.34

Dengan demikian data primer diperoleh langsung dari objek penelitian di

lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok penelitian. Penulis akan

mengkaji dan meneliti sumber data yang diperoleh dari hasil wawancara

responden dengan pihak-pihak yang terkait dalam permasalahan penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian pustaka dengan

cara melakukan studi pustaka, yakni melakukan studi dokumen, arsip dan

literatur-literatur dengan mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis, konsep-

konsep, pandangan-pandangan, doktrin dan asas-asas hukum yang berkaitan

dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer yaitu terdiri dari ketentuan perundang-undangan :

1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo Undang-Undang Nomor 73

Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(KUHAP)

3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

34

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Press, Jakarta, 1984, hlm. 12

Page 49: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

34

4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

5) Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Tahun 2012

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, yang dapat membantu enganilisis dan

memahami bahan hukum primer, antara lain literatur dan referensi.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus, karya

ilmiah, hasil penilitian para sarjana yang berkaitan dengan permasalahan yang

akan diteliti.

C. Penentuan Narasumber

Berkaitan dengan permasalahan penelitian, maka data akan diperoleh dari para

narasumber. Narasumber adalah seseorang yang memberikan pendapat atau obyek

yang diteliti.35

Narasumber ditentukan secara purposive yaitu penunjukan

langsung dengan narasumber yang hanya ditunjuk menguasai permasalahan dalam

penelitian ini.36

Narasumber tersebut adalah :

1. Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang : 1 orang

2. Jaksa Kejaksaan Negeri Bandar Lampung : 1 orang

3. Dosen Bagian Hukum Pidana FH UNILA : 1 orang +

Jumlah : 3 orang

35

Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm. 175 36

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 2010, hlm. 155

Page 50: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

35

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan serangkaian kegiatan studi dokumenter

dengan cara membaca, mencatat, mengutip buku-buku atau referensi dan

menelaah peraturan perundang-undangan, dokumen dan informasi lain yang

berkaitan dengan permasalahan.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan dengan cara wawancara terpimpin, yaitu dengan

cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan

yang ada dalam penelitian ini. Pertanyaan yang telah dipersiapkan diajukan

kepada pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud untuk mendapatkan

data, tanggapan, dan juga jawaban dari responden. Selain itu untuk

melengkapi data-data dan fakta-fakta yang berkaitan dengan permasalahan.

2. Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik dari studi kepustakaan maupun studi lapangan kemudian

diolah dengan cara sebagai berikut :

a. Seleksi data, yaitu melakukan pemeriksaan dan penelitian data yang diperoleh

mengenai kelengkapan, kejelasan, kebenaran, sehingga terhindar dari

kekurangan dan kesalahan.

Page 51: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

36

b. Klasifikasi data, yaitu mengelompokkan data yang telah diseleksi dengan

mempertimbangkan jenis dan hubungannya guna mengetahui tempat masing-

masing data.

c. Sistematisasi data, yaitu menyusun dan menempatkan data pada pokok

bahasan atau permasalahan dengan susunan kalimat yang sistematis sesuai

dengan tujuan penelitian sehingga mempermudah interpretasi data.

E. Analisis Data

Analisis data dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan analisis kualitatif

yaitu dengan mengkaji data dan fakta yang dihasikan atau dengan kata lain yaitu

dengan menguraikan data dengan kalimat-kalimat yang tersusun secara terperinci,

sistematis dan analisis, sehingga akan mempermudah dalam membuat kesimpulan

dari penelitian di lapangan. Selanjutnya kesimpulan terakhir dilakukan dengan

metode induktif yaitu berfikir berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum,

kemudian dilanjutkan dengan pengambilan yang bersifat khusus.

Page 52: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai putusan hakim dalam

tindak pidana korupsi putusan nomor 16/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Tjk dalam

penelitian skripsi ini, maka dalam

1. Pertimbangan hakim dalam memutus perkara nomor 16/Pid.Sus-

TPK/2015/PN.Tjk yaitu berdasarkan teori keseimbangan, dimana terdapat

keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan Undang-Undang dan

kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau beerkaitan dengan perkara,

antara lain seperti adanya keseimbangan antara perbuatan terdakwa dengan

ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo

Pasal 55 ayat (1) KUHP.

2. Hal-hal yang meringankan pidana adalah terdakwa turut serta melakukan

tindak pidana korupsi pengadaan kapal pada Dinas Kelautan dan Perikanan

Kota Bandar Lampung yang dilakukan secara bersama-sama sesuai dengan

perannya masing-masing, yaitu terdakwa telah dibujuk untuk membuat

laporan hasil kemajuan pekerjaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi

Page 53: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

54

pekerjaan, yaitu terdapat kekurangan volume yang terpasang sehingga

menyimpang dari bestek teknis yang telah ditentukan dalam kontrak. Selain

itu, terdakwa Chandra Priyantoni telah mengembalikan kerugian keuangan

negara sejumlah Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan terdakwa belum

pernah dihukum.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan analisa atas permasalahan yang telah dibahas diatas,

maka saran penulis adalah:

1. Pengawasan terhadap pengadaan barang dan jasa di Provinsi Lampung lebih

ditingkatkan lagi dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah,

masyarakat maupun aparat penegak hukum.

2. Hakim yang menangani perkara tindak pidana korupsi untuk lebih konsisten

dalam melaksanakan pemberantasan tindak pidana korupsi dengan cara lebih

cermat dan tepat dalam menjatuhkan putusan terhadap pihak-pihak yang

terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mempermudah

terlaksananya tindak pidana tersebut sesuai dengan berat atau ringannya

kesalahan yang dilakukan oleh pelaku.

Page 54: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Andrisman, Tri. 2011. Hukum Pidana : Asas-Asas Dalam Aturan Hukum Pidana

Indonesia. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

........................, 2010. Hukum Acara Pidana. Lampung : Universitas Lampung.

Djaja, Ermansjah. 2010. Meredesain Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Jakarta

Timur : Sinar Grafika.

Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif

dan Empiris. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Hamzah, Andy. 1991. Korupsi Di Indonesia Masalah Dan Pemecahannya

(I).Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

........................., 2000. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta :

Gramedia Pustaka.

Hartanti, Evi. 2005. Tindak Pidana Korupsi edisi Kedua. Semarang : Sinar

Grafika.

Husien Alatas, Syed. 1983. Sosiologi Korupsi, Sebuah Penjelajahan Dengan Data

Kontemporer. Jakarta : LP3ES.

Lamintang, P. A. F. 1996. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung : PT.

Citra Aditya Bakti.

Lamintang, P.A.F. dan C. Djisman Samosir. 1981. Delik-Delik Khusus. Bandung :

Tarsito.

Marpaung, Leden. 1992. Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta : Sinar

Grafika.

Muhammad, Abdulkadir. 2014. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung : Citra

Aditya Bakti.

Page 55: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

Mulyadi, Lilik. 2010. Putusan Hakim Dalam Hukum Acara Pidana, Teori,

Praktik, Teknik Penyusunandan Permasalahannya. Bandung : Citra Aditya

Bakti.

Moeljatno. 1986. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : Rajawali Pers.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Nawawi Arief, Barda dan Muladi. 1992. Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung:

Alumni.

Sangaji, W. 1999. Tindak Pidana Korupsi. Surabaya : Indah.

Sudarto. 1986. Hukum dan Hukum Pidana. Bandung : Alumni.

Sumaryanto, Djoko. 2009. Pembalikan Beban Pembuktian. Jakarta : Prestasi

Pustaka.

Soekanto, Soerjono. 1984. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta : Rajawali Press.

.............., 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia

Press.

Singarimbun, Masridan Sofian Effendi. 2010. Metode Penelitian Survei. Jakarta :

LP3ES.

Raharjo, Satjipto. 1991. Ilmu Hukum. Bandung : Citra Aditya Bhakti.

........................... 1998. Bunga Rampai Permasalahan Dalam Sistem Peradilan

Pidana. Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum.

Rifai, Ahmad. 2010. Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum

Progresif. Jakarta : SinarGrafika.

Taufik Makarao, Moh. 2004. Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, cet. I, Jakarta :

PT. Rineka Cipta.

Yuti Witanto & Arya Putra Negara Kutawaringi. Darmoko. 2013. Diskresi Hakim

Sebuah Instrumen Menegakkan Keadilan Substantif dan Perkara Pidana.

Bandung : Alfabeta.

B. Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Page 56: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI …digilib.unila.ac.id/21715/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PERKARA

Undang-UndangNomor 31 Tahun 1999 jo UndangNomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU KUHP)

Tahun 2012