9
Perumahan dan Permukiman menurut Dharoko dalam Buhardjo. ed, (2009) bahwa perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal bersama yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan, menurut (Kuswartojo, Tjuk, 2005) makna dari perumahan dapat dikategori menjadi perumahan formal yakni perumahan yang dibangun dengan suatu aturan yang jelas dengan suatu pola yang teratur, perumahan informal adalah akumulasi rumah yang dibangun oleh keluarga atau individu tanpa mengikuti suatu aturan sehingga terkesan acak. Sedangkan permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat atau lingkungan dimana manusia tinggal, berkembang serta melangsungkan hidupnya. Pengertian permukiman sering dihubungkan dengan kediaman manusia atau masyarakat berupa perumahan dalam lingkungan yang terkendali sehingga manusia dapat hidup sesuai kebutuhan. Dengan demikian perumahan dan permukiman adalah suatu lingkungan dimana terdapat bangunan fisik, manusia dengan aktifitasnya serta didalamnya terdapat sarana dan prasarananya sebagai wadah pendukung. Pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman baik di perdesaan maupun di kawasan perkotaan harus senantiasa memperhatikan penataan ruang yang berlaku di dearah yang bersangkutan sehingga terdapat sinkronisasi atau kesesuaian antara pembangunan perumahan dan permukiman dengan penataan ruang wilayah itu sendiri. Bahwa perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, selain kebutuhan akan pangan dan sandang, dalam kehidupan sehari-hari perumahan mempunyai fungsi yang strategis sebagai tempat dimana perikehidupan yang saling berinteraksi baik dari segi kultur budaya, pembinaan generasi muda, pencarian jati diri, dan sekaligus sebagai asset ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan perumahan merupakan sektor yang strategis dan merupakan salah satu indikator keberhasilan yang perlu mendapatkan perhatian dalam rangka menciptakan kesejahteraan bagi segenap lapisan masyarakat. Disamping itu, perubahan paradigma masyarakat khususnya di wilayah Provinsi Lampung dalam konteks kepemilikan akan sebuah hunian cenderung mengalami peningkatan. Dimana, pada jaman dahulu satu rumah di huni oleh beberapa kepala rumah tangga, namun seiring dengan perkembangan perekonomian serta pertumbuhan penduduk dengan akses informasi yang mudah menjadikan masyarakat Provinsi Lampung bisa mengenali dan mengetahui akan pentingnya sebuah hunian bukan saja sebagai tempat untuk berteduh akan tetapi merupakan proses berfikir dalam menciptakan ruang kehidupan untuk kehidupan

analisis rahayu.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

123

Citation preview

Page 1: analisis rahayu.docx

Perumahan dan Permukiman menurut Dharoko dalam Buhardjo. ed, (2009) bahwa perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal bersama yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan, menurut (Kuswartojo, Tjuk, 2005) makna dari perumahan dapat dikategori menjadi perumahan formal yakni perumahan yang dibangun dengan suatu aturan yang jelas dengan suatu pola yang teratur, perumahan informal adalah akumulasi rumah yang dibangun oleh keluarga atau individu tanpa mengikuti suatu aturan sehingga terkesan acak. Sedangkan permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat atau lingkungan dimana manusia tinggal, berkembang serta melangsungkan hidupnya. Pengertian permukiman sering dihubungkan dengan kediaman manusia atau masyarakat berupa perumahan dalam lingkungan yang terkendali sehingga manusia dapat hidup sesuai kebutuhan. Dengan demikian perumahan dan permukiman adalah suatu lingkungan dimana terdapat bangunan fisik, manusia dengan aktifitasnya serta didalamnya terdapat sarana dan prasarananya sebagai wadah pendukung.

Pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman baik di perdesaan maupun di kawasan perkotaan harus senantiasa memperhatikan penataan ruang yang berlaku di dearah yang bersangkutan sehingga terdapat sinkronisasi atau kesesuaian antara pembangunan perumahan dan permukiman dengan penataan ruang wilayah itu sendiri. Bahwa perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, selain kebutuhan akan pangan dan sandang, dalam kehidupan sehari-hari perumahan mempunyai fungsi yang strategis sebagai tempat dimana perikehidupan yang saling berinteraksi baik dari segi kultur budaya, pembinaan generasi muda, pencarian jati diri, dan sekaligus sebagai asset ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan perumahan merupakan sektor yang strategis dan merupakan salah satu indikator keberhasilan yang perlu mendapatkan perhatian dalam rangka menciptakan kesejahteraan bagi segenap lapisan masyarakat. Disamping itu, perubahan paradigma masyarakat khususnya di wilayah Provinsi Lampung dalam konteks kepemilikan akan sebuah hunian cenderung mengalami peningkatan. Dimana, pada jaman dahulu satu rumah di huni oleh beberapa kepala rumah tangga, namun seiring dengan perkembangan perekonomian serta pertumbuhan penduduk dengan akses informasi yang mudah menjadikan masyarakat Provinsi Lampung bisa mengenali dan mengetahui akan pentingnya sebuah hunian bukan saja sebagai tempat untuk berteduh akan tetapi merupakan proses berfikir dalam menciptakan ruang kehidupan untuk kehidupan masyarakat pada umumnya. Kaitan dengan hal tersebut, maka baik formal maupun informal terjadi pembangunan perumahan yang tersebar dan terbentuk dalam suatu lingkungan permukiman baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah belakang kota (hinterland). Hal ini mendorong para pengembang (Developer) untuk ber-investasi dibidang perumahan sebagai peluang bisnisnya. Disamping itu pula pertumbuhan perumahan dan permukikaman di kawasan tertentu juga merupakan suatu unsur pembentuk pola spasial dalam konteks tata ruang wilayah. Tumbuhnya kawasan-kawasan perumahan dan permukiman sebagai upaya memenuhi permintaan akan suatu hunian yang dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah kepadatan penduduk serta pertumbuhan ekonomi masyarakat, berdampak pada meningkatnya aksesbilitas baik terhadap kawasan itu sendiri maupun antar kawasan, serta meningkatnya kebutuhan berbagai pelayanan, antara lain prasarana dan sarana permukiman, transportasi, fasilitas sosial (fasos) maupun fasilitas umum (fasum). Bahwa kenyataan berkata lain yakni adanya pelanggaran aturan terhadap tata rung yang telah ditentukan. Pelanggaran itu antara lain berupa beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian (pembangunan Perumahan) yang berdampak pada semakin berkurangnya wilayah pertanian tersebut. Kondisi ini di picu oleh beberapa faktor antara lain: Pemahaman akan fungsi penataan ruang yang masih kurang, Institusi yang berwewenang belum menjalankan fungsinya dengan maksimal. Hal ini jika dibiarkan akan berdampak negatif pada keberlangsungan kehidupan suatu kawasan perumahan dan permukiman. Bahwa pola spasial pertumbuhan kawasan perumahan dan permukiman diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan permasalahan.

Page 2: analisis rahayu.docx

Dalam buku “Perumahan dan Permukiman di Indonesia”, (Budihardjo ed, 2009:109), mengisyaratkan bahwa penentuan lokasi Perumahan yang baik perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Ditinjau dari segi teknis pelaksanaannya: Mudah mengerjakannya dalam arti tidak banyak pekerjaan cut & fill; Bukan daerah banjir, bukan daerah gempa, bukan daerah angin ribut, bukan daerah rayap; Mudah dicapai tanpa hambatan yang berarti; Tanahnya baik sehingga konstruksi bangunan yang ada dapat direncanakan dengan sistem semurah mungkin; Mudah mendapatkan sumber air bersih, listrik, pembuangan air limbah/kotor/hujan (drainage) dan lainlain; Mudah mendapatkan bahan-bahan bangunan; (2) Ditinjau dari segi tata guna tanah: Tanah secara ekonomis telah sukar dikembangkan secara produktif, misal: (a) bukan daerah persawahan, (b) bukan daerah-daerah kebun-kebun yang baik, (c) Bukan daerah usaha seperti, pertokoan, perkantoran, hotel, pabrik/industri; Tidak merusak lingkungan yang ada, bahkan kalau dapat memperbaikinya; Sejauh mungkin dipertahankan tanah yang berfungsi sebagai reservoir air tanah, penampung air hujan dan penahan air laut; (3) Dilihat dari segi kesehatan dan kemudahan: Lokasi sebaiknya jauh dari lokasi pabrik-pabrik yang dapat mendatangkan polusi misalnya debu pabrik, buangan sampah-sampah dan limbah pabrik; Lokasinya sebaiknya tidak terlalu terganggu oleh kebisingan; Lokasinya sebaiknya dipilih yang udaranya masih sehat; Lokasinya sebaiknya dipilih yang mudah untuk mendapatkan air minum, listrik, sekolah, pasar, puskesmas dan lain-lain; Lokasi sebaiknya mudah dicapai dari tempat kerja penghuninya; (4) Ditinjau dari segi politis dan ekonomis: Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat sekelilingnya; Dapat merupakan suatu cotoh bagi masyarakat sekelilingnya untuk membangun rumah dan lingkungan yang sehat, layak dan indah walaupun bahan-bahan bangunannya terdiri dari bahan-bahan produksi lokal; Mudah dalam pemasarannya karena lokasinya disukai oleh calon pembeli dan dapat mendatangkan keuntungan yang wajar bagi Developernya. Dengan 4 (empat) kriteria di atas dapat diartikan bahwa pemilihan lokasi perumahan yang baik dapat mencakup beberapa hal tersebut agar tercipta nuansa kesesuaian dan kenyamanan baik terhadap penghuni maupun terhadap lingkungan perumahan, hal ini pula dapat membentuk suatu pola kawasan yang tertata dan teratur.

Pemanfaatan lahan untuk fasilitas pelayanan kota cenderung mendekati akses barang dan orang sehingga dekat dengan jaringan transportasi serta dapat dijangkau dari kawasan permukiman dan tempat berkerja serta fasilitas pendidikan. Sementara fasilitas rekreasi, terutama untuk skala kota atau regional, cenderung menyesuaikan dengan potensi alam seperti pantai, danau, daerah dengan topografi tertentu, atau flora dan fauna tertentu. Dipahami bahwa lokasi perumahan sangat dipengaruhi oleh fasilitas pelayanan kota yang ada dengan memanfaatkan akses transportasi. Dengan demikian bahwa tumbuhnya perumahan dan permukiman selalu memperhitungkan jarak yakni menuju dan dari lokasi/kawasan sehingga dapat bernilai keuntungan.

Pembangunan perumahan baik oleh pemerintah maupun swasta berdampak pada meningkatnya intensitas lahan terbangun, bahkan lahan konservasi juga dijadikan sebagai perluasan permukiman kota.Pembangunan yang ditimbulkan oleh perkembangan kota dengan kecenderungan pergeseran fungsi-fungsi kekotaan ke daerah pinggiran kota (urban fringe) yang disebut dengan proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar (urban sprawl), akibat selanjutnya di daerah pinggiran kota akan mengalami proses transformasi spasial dan transformasi sosial ekonomi. Proses perluasan permukiman yang terjadi di daerah pinggiran kota merupakan

Page 3: analisis rahayu.docx

realisasi dari meningkatnya kebutuhan akan ruang di daerah perkotaan. Gejala dan penyimpangan perkembangan lokasi perumahan telah menunjukkan merosotnya nilai lingkungan hidup baik fisik maupun social ekonomi, secara fisik dapat dilihat dalam bentuk :a. Makin pesatnya perkembangan lokasi perumahan yang tidak terkendali;b. Pembangunan serta peningkatan sarana dan prasarana perkotaan yang tidakterstruktur, pergeseran fungsi kawasan hijau menjadi lokasi perumahan;c. Belum tertibnya tatacara pembangunan fisik yang sesuai dengan aturan yangberlaku;d. Kemacetan lalu lintas yang makin merata terutama pada jalur-jalur jalanprotokol;e. Banjir rutin pada musim hujan;f. Pencemaran air dan udara akibat industri dan transportasi; meningkatnya kriminalitas;

itu semua mewarnai kehidupan sosial ekonomi yang mengakibatkan makin tidak terjangkaunya perwujudan rasa tertib, aman dan nyaman dalam kehidupan perkotaan.Pemerintah pun menjawab tantangan tersebut dengan pembangunan

Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun Berdiri Sendiri (Kasiba/Lisiba BS) yang ditujukan untuk mengarahkan pertumbuhan permukiman di kawasan perkotaan dan perdesaan agar terbentuk struktur kawasan yang efisiendan efektif. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman yang selama ini dikembangkan belum sepenuhnya terintegrasi dengan rencana tata ruang wilayah dan sistem jaringan prasarana dan sarana dasar perkotaan dan perdesaan. Kondisi itu akan berpotensi pada kurang terkendalinya arah perkembangan kawasan perumahan dan permukiman dan meningkatnya kesenjangan perumahan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) dengan keberadaan entitas properti lainnya.

Rencana pengembangan permukiman, mencakup 6,6% dari luas Wilayah Provinsi Lampung, menyesuaikan dengan tingkat kepadatan penduduk berdasarkan klasifikasi: a. kawasan permukiman berkepadatan tinggi akan diarahkan di Kota Bandar Lampung, Kota Metro,

Kabupaten Lampung Tengah, dan Kabupaten Pringsewu;b. kawasan permukiman berkepadatan sedang akan diarahkan di Kabupaten Pesawaran, Kabupaten

Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Tulang Bawang;c. kawasan permukiman berkepadatan rendah akan diarahkan di Kabupaten Lampung Timur,

Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat.

BANDAR LAMPUNG

Sekilas tentang pesisir Bandar Lampung yang kaya akan daerah pantai yang memungkinkan menjadi kunjungan wisata baru baik untuk turis domestik maupun turis mancanegara. Bandar Lampung adalah ibukota Propinsi Lampung dan secara geografis, kota ini menjadi pintu gerbang utama pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta, memiliki fungsi penting dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian kebutuhan penduduk dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya. Hal tersebut sangat menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung

Page 4: analisis rahayu.docx

sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata. Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Lampung. Letak geografis kota Bandar Lampung tergolong unik dengan topografi yang cukup beragam (dataran hingga perbukitan) karena di sisi selatan kota berbatasan langsung dengan laut dan di sisi utaranya dengan kaki Gunung Betung.

   

Bandar Lampung telah didominasi oleh kawasan pemukiman dan industri sehingga pemanfaatan lahan sedikit demi sedikit mulai berubah. Seiring berjalannya proses perubahan tersebut, kekuatan ekonomi juga mulai mengendalikan pola land use Bandar Lampung. Ditandai dengan pembangunan perumahan dan area perbelanjaan dalam jumlah besar telah mengubah pola tata ruang yang sebelumnya terbentuk. Jika pengembangan yang dilakukan tidak memperhatikan konteks historis pembentukan kota, sehingga seperti halnya kota besar lainnya kota Bandar Lampung terancam kehilangan karakter spesifiknya.

Di pusat kota, penggunaan lahan bercampur antara struktur fisik gedung-gedung pertokoan-perkantoran dengan bangunan rumah-rumah penduduk dan kios-kios pedagang kaki lima (PKL).

Page 5: analisis rahayu.docx

   

Menata wilayah pesisir Bandar Lampung akan lebih baik dilakukan bila terlebih dulu melihat permasalahan wilayah tersebut, misalnya adanya area permukiman kumuh, adanya permukiman nelayan, besarnya angka kemiskinan, kondisi lingkungan hidup, kemungkinan bencana alam.

1. Adanya area permukiman kumuh

Hampir sebagian permukiman di wilayah pesisir memliki permukiman kumuh. Padatnya bangunan permukiman, buruknya drainase, dan rendahnya kualitas sanitasi lingkungan menjadi faktor penyebab kumuhnya wilayah.

2. Adanya permukiman nelayan

Bandar lampung merupakan wilayah yang letaknya sangat berdekatan dengan laut sehingga disana banyak dijumpai permukiman nelayan. Penataan pesisir yang akan dilakukan sebaiknya dapat memperbaiki lingkungan permukiman nelayan.

3. Besarnya angka kemiskinan

Sebagian besar masyarakat pesisir Kota Bandar Lampung masih berada di garis bahkan mungkin di bawah garis kemiskinan. Hal itu tampak jelas dari kekumuhan yang ada di wilayah tersebut karena banyak masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai nelayan dan buruh kasar pelabuhan dan pabrik.

4. Kondisi lingkungan hidup

Tidak terawatnya wilayah pesisir oleh masyarakat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan. Hal itu nantinya bisa membahayakan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut, hal yang paling nyata terjadi adalah menurunnya kualitas air bersih, padahal air merupakan sumber kehidupan.

5. Kemungkinan bencana alam

Kondisi geografis yang berdekatan dengan laut dan Anak Gunung Krakatau serta efek pemanasan global, menjadikan wilayah pesisir Bandar Lampung sebagai wilayah yang sangat rentan terhadap

Page 6: analisis rahayu.docx

bencana. Oleh karenanya penyediaan tanggul, pemecah ombak, jalur dan ruang evakuasi bencana menjadi kewajiban yang harus dipenuhi dalam penataan wilayah pesisir, selain itu juga diperlukan sistem peringatan dini.

Jika wilayah pesisir Bandar Lampung sudah tertata baik tentunya akan mempercantik wajah kota kita dan tentunya diharapkan juga akan berimplikasi positif bagi pengembangan pariwisata dan peningkatan perekonomian kota.Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat penting, hal ini disebabkan pariwisata merupakan salah satu primadona dalam meningkatkan pendapatan daerah, karena Bandar Lampung sangat kaya akan potensi obyek wisata alam.Bagi Bandar Lampung, sektor pariwisata diyakini merupakan sektor andalan untuk memulihkan kondisi perekonomian dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi sektor pariwisata yang dimiliki Kota Bandar Lampung diantaranya adalah wisata alam, wisata pantai, wisata budaya, museum dan kuliner.

Kota Bandar Lampung juga mempunyai potensi wisata yang sangat baik dan didukung topografi tinggi berbukit dan dataran rendah dekat dengan pantai, oleh karenanya memungkinkan untuk dikembangkan. Lampung terkenal dengan kekayaan budaya dan kekayaan adat istiadat. Tanaman-tanaman yang ditata dengan cukup rapi dan asri memberikan kesan yang indah. Hal ini sangat besar potensinya untuk meningkatkan daya tarik investor dibidang pariwisata dan daya tarik turis domestik maupun manca negara. Tanah yang rendah yang dekat dengan pantai diarahkan sebagai kawasan pendukung pariwisata adapun sarana yang telah ada.

Permasalahan utama yang dihadapi antara lain adalah belum tumbuhnya kesadaran masyarakat akan potensi pariwisata yang ada di Bandar Lampung, dan kurang memadainya sarana dan prasarana pendukung, di samping pengelolaan usaha wisata yang belum dilaksanakan secara maksimal. Pengembangan sektor pariwisata diharapkan mampu meningkatkan perekonomian daerah. Peran serta dan keterlibatan masyarakat secara aktif dengan jumlah lebih banyak mampu mendukung kegiatan pariwisata di daerah. Pemerintah dalam hal ini bertugas dalam pembuatan program yang sesuai untuk mengembangkan potensi pariwisata yang tentunya harus berwawasan lingkungan, sehinnga nantinya tidak akan merusak lingkungan asli.

Potensi pariwisata Bandar Lampung yang kurang berkembang dari wilayah lainnya disebabkan karena kurangnya prasarana pendukung terutama jalan. Kondisi jalan menuju lokasi pariwisata masih kurang baik, terlihat banyak jalan-jalan yang berlubang dan tentunya itu sangat mengurangi kenyamanan dalam menikmati pemandangan sepanjang perjalanan menuju lokasi tertentu. Disepanjang jalan menuju lokasi pariwisata tidak terdapat arah yang jelas yang menunjukan lokasi pariwisata yang sebenarnya. Minimnya penerangan lampu jalan juga menjadi masalah yang akibatnya perjalanan menuju tempat wisata hanya bisa dilakukan di siang hari. Jika wilayah pesisir Bandar Lampung sudah tertata baik tentunya akan mempercantik wajah kota kita dan tentunya diharapkan juga akan berimplikasi positif bagi pengembangan pariwisata dan peningkatan perekonomian kota.

Page 7: analisis rahayu.docx

TANGGAMUS

Kawasan peruntukan pemukiman perkotaan terdapat di Kecamatan Kota Agung, Kota Agung Barat, Kota Agung Timur, Gisting, Wonosobo, dan Talang Padang.

LAMPUNG BARAT

Kawasan permukiman perkotaan dikembangkan pada kawasan perkotaan Liwa, Krui, Fajar Bulan, Kenali, Sumber Jaya dan Kota Jawa.