Upload
vutruc
View
243
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP
PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK
BANJARNEGARA
Oleh
ANA OKTIYA
H24102024
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
ABSTRAK
Ana Oktiya. H24102024. Analisis Rantai Pasokan Terhadap Produktivitas di UKM Keramik Klampok Banjarnegara. Di bawah bimbingan Heti Mulyati.
Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mempunyai peranan strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Peranan dan kontribusi UKM yang cukup besar, memberikan tanda bahwa UKM harus dapat ditingkatkan sehingga memiliki daya saing. Agar perusahaan unggul dalam bersaing, harus memiliki konsep ataupun misi dan strategi yang tepat. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Manajemen Rantai Pasokan (MRP). Konsep tersebut mampu mengatur aliran barang atau produk dalam suatu rantai pasokan sehingga memiliki keunggulan bersaing. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis model rantai pasokan UKM Keramik Klampok, 2) Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok, 3) Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik Klampok.
Data yang diambil dalam penelitian adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan kuesioner. Penelitian dilakukan di UKM keramik Klampok Banjarnegara yang berjumlah 20 UKM. Pengambilan responden menggunakan teknik judgement sampling. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, regresi stepwise, forward selection, backward elimination dan regresi logistik. Alat analisis yang digunakan adalah Microsoft Excel for Windows, SPSS 11.0 dan Minitab 14.
Model rantai pasokan di UKM keramik Klampok terdiri dari beberapa anggota antara lain: pemasok, persediaan, UKM/produksi, pengepul barang ekspor, retailer dan konsumen. Hasil analisis hubungan MRP (pemasok, persediaan, produksi, distributor, retailer, kerjasama dan tenaga kerja) dengan produktivitas menunjukkan bahwa hanya satu variabel yang memiliki hubungan signifikan yaitu variabel kerjasama (p-value sebesar 0,122 < taraf nyata 0,2).
Solusi dalam penerapan manajemen rantai pasokan di UKM keramik Klampok adalah menjalin hubungan dengan pemasok bahan kimia melalui Sentra, penggunaan Sentra sebagai pusat pengolahan tanah liat untuk siap pakai dengan pemanfaatan teknologi, peningkatan koordinasi diantara pemasok dan perusahaan manufaktur.
ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP
PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK
BANJARNEGARA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ANA OKTIYA
H24102024
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS RANTAI PASOKAN TERHADAP
PRODUKTIVITAS DI UKM KERAMIK KLAMPOK
BANJARNEGARA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ANA OKTIYA
H24102024
Menyetujui, Juni 2006
Heti Mulyati, S.TP, MT
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal ujian : 9 Juni 2006 Tanggal lulus:
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada 16 Oktober 1984 di Banjarnegara, Jawa Tengah. Penulis
adalah anak kedua dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak Bhudi Hartanto dan
Ibu Turinah.
Penulis mulai mengenyam pendidikan pada tahun 1988 di bangku Taman
Kanak-Kanak PGRI Medayu. Pada tahun 1990 penulis melanjutkan pendidikan ke
SDN I Medayu dan lulus pada tahun 1996. Selanjutnya, penulis diterima sebagai
siswa SLTPN I Wanadadi hingga lulus pada tahun 1999. Setelah itu, penulis
melanjutkan pendidikan di SMUN I Banjarnegara selama tiga tahun dan lulus
pada tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur USMI pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Selama menjalani perkuliahan, penulis pernah
mengikuti organisasi himpunan profesi Manajemen, Centre of Management
(COM@) sebagai staf Direktorat Keuangan pada tahun 2003-2004. Penulis juga
aktif dalam organisasi Forum Mahasiswa Studi Islam (Formasi) FEM sebagai
anggota Departemen Syiar pada tahun 2004-2005, serta terlibat dalam beberapa
kepanitiaan kegiatan kampus.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“Analisis Rantai Pasokan Terhadap Produktivitas di UKM Keramik Klampok
Banjarnegara” ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi..
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah salah satu sektor industri yang
cukup berkembang serta memiliki kontribusi yang signifikan dalam perekonomian
Indonesia. Namun dalam perkembangannya banyak kendala yang dihadapi UKM,
sehingga perlu adanya konsep atau strategi yang tepat agar unggul dalam
bersaing. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Manajemen Rantai
Pasokan (MRP). Konsep tersebut merupakan kunci proses bisnis dalam
melakukan integrasi dari pemasok sampai ke pelanggan akhir. Penerapan MRP di
UKM diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan memiliki daya saing.
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak, Ibu dan kakakku yang telah memberikan dukungan, kasih sayang,
nasehat, doa dan pengorbanan demi tercapai kesuksesan.
2. Heti Mulyati, S.TP, MT. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan banyak memberikan arahan, bimbingan, motivasi, serta saran pada
penulisan skripsi.
3. Ir. Pramono D Fewidarto, MS dan Dr.Ir. M. Syamsun, M.Sc sebagai penguji
atas masukan dan saran yang diberikan.
4. Bapak Budi Purnama dan seluruh pengusaha keramik yang telah membantu
dalam melakukan penelitian di Klampok.
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM
IPB
6. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banjarnegara yang
telah membantu dalam penelitian ini
7. Sahabatku (Ajeng, Sri.S, Bima. R, Ari.P, Widi, Retno), yang telah banyak
membantu dan memberi dukungan. Puryani, Idath, puji Rahma atas
v
bantuannya dalam meyusun skripsi. Seluruh teman Liqo, atas ukhuwah atas
telah terjalin selama ini.
8. Rekan-rekan di Departemen Manajemen angkatan 39 yang memberikan
warna baru dalam kehidupanku.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Juni 2006
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................x
I. PENDAHULUAN .................................................................................1 1.1. Latar Belakang .................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................4 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................4 1.4. Manfaat Penelitian ...........................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5 2.1. Manajemen Rantai Pasokan .............................................................5
2.1.1. Definisi Manajemen Rantai Pasokan ...................................5 2.1.2. Identifikasi Anggota Rantai pasokan ...................................7 2.1.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan ...................................8 2.1.4. Perencanaan Manajemen Rantai Pasokan............................11 2.1.5. Mengelola Rantai Pasokan...................................................13 2.1.6. Permasalahan dalam Rantai Pasokan yang Terintegrasi......14
2.2. Produktivitas ....................................................................................14 2.3. Faktor-Faktor Produktivitas .............................................................15 2.4. Usaha Kecil dan Menengah .............................................................17 2.5. Penelitian Terdahulu.
III. METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................21 3.1. Kerangka Pemikiran.........................................................................22 3.2. Tahapan Penelitian...........................................................................23 3.3. Pengumpulan Data ...........................................................................24 3.4. Populasi dan Contoh ........................................................................27 3.5. Pengolahan Data ..............................................................................28
3.5.1. Uji Kuesioner .......................................................................28 3.5.2. Regresi Stepwise..................................................................29 3.5.2. Regresi Logistik ...................................................................29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................30 4.1. Gambaran Umum UKM Keramik Klampok....................................30 4.2. Rantai pasokan .................................................................................33
4.2.1. Pemasok ...............................................................................34 4.2.2. Produksi ...............................................................................36 4.2.3. Retailer.................................................................................49 4.2.4. Distributor ............................................................................50
vii
4.2.5. Konsumen ............................................................................50 4.2.6. Kerjasama ............................................................................51 4.2.7. Sumber Daya Manusia.........................................................52
4.3.Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................53 4.4.Tanggapan Responden terhadap Pernyataan-Pernyataan dalam
Kuesioner .........................................................................................53 4.2.1. Tanggapan responden terhadap pernyataan
mengenai produktivitas ...................................................... 54 4.2.2. Tanggapan responden terhadap pernyataan
mengenai pemasok .............................................................. 55 4.2.3. Tanggapan responden terhadap pernyataan
mengenai persediaan ........................................................... 56 4.2.4. Tanggapan responden terhadap pernyataan
mengenai produksi .............................................................. 57 4.2.5. Tanggapan responden terhadap pernyataan
mengenai distributor ........................................................... 58 4.2.6. Tanggapan responden terhadap pernyataan
mengenai konsumen............................................................ 60 4.2.7. Tanggapan responden terhadap pernyataan
mengenai kerjasama............................................................ 61 4.2.8. Tanggapan responden terhadap pernyataan
mengenai tenaga kerja......................................................... 62 4.3. Analisis Hubungan MRP terhadap Produktivitas ..........................63 4.4. Solusi yang Dapat Diterapkan dengan Pendekatan MRP ..............66
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................68 1. Kesimpulan......................................................................................68 2. Saran ................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................69
viii
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Kebutuhan, jenis, metode, sumber data ..................................................... 25 2. Indikator dari setiap variabel dalam kuesioner.......................................... 27 3. Nama perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan omzet per bulan
dari inti sentra kerajinan keramik Klampok.............................................. 32 4. Diagram proses pembuatan keramik terracota ......................................... 40 5. Diagram proses pembuatan keramik cat.................................................... 44 6. Diagram proses pembuatan keramik glazuur ............................................ 46 7. Hasil nilai alpha ........................................................................................ 53 8. Faktor-faktor penentu produktivitas .......................................................... 54 9. Pentingnya pemasok dalam peningkatan produktivitas............................. 55 10. Pentingnya persediaan dalam peningkatan produktivitas.......................... 56 11. Pentingnya kegiatan produksi dalam peningkatan produktivitas .............. 58 12. Pentingnya distributor dalam peningkatan produktivitas .......................... 59 13. Pentingnya konsumen dalam peningkatan produktivitas .......................... 60 14. Pentingnya kerjasama dalam peningkatan produktivitas........................... 61 15. Pentingnya tenaga kerja dalam peningkatan produktivitas ....................... 62
ix
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Rantai pasokan (Siagian, 2005) ................................................................ 8 2 Tahapan rantai Pasokan (Chopra dan Meindl, 2004) ................................ 8 3 Aliran produk dari pemasok ke tangan konsumen akhir
(Siagian,2005) ........................................................................................... 10 4 Strategi drop ship (Siagian, 2005)............................................................. 10 5 Kerangka pemikiran .................................................................................. 22 6 Tahapan penelitian..................................................................................... 23 7 Model rantai pasokan UKM keramik Klampok Banjarnegara.................. 33
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Penelitian terdahulu..............................................................................71 2. Peta potensi Produk Unggulan daerah Kabupaten Banjarnegara.........73 3. Kuesioner untuk Identifikasi Rantai Pasokan ......................................74 4. Kuesioner untuk menilai hubungan manajemen rantai pasokan
dengan produktivitas ............................................................................82 5. Tabel uji validitas dengan korelasi product moment ...........................87 6. Hasil uji reliabilitas dengan rumus alpha.............................................88 7. Data responden.....................................................................................90 8. Hasil pengolahan dengan Regresi Stepwise.........................................91 9. Hasil pengolahan dengan backward elimination .................................93 10. Hasil Perhitungan Ordinal Logistic Regression dengan Minitab 14 ...97
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian
Indonesia. Perekonomian akan berkembang jika usaha-usaha yang dijalankan
oleh sektor industri tumbuh dan berkembang secara pesat, sehingga
menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Salah satu sub sektor industri
yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi adalah Usaha
Kecil dan Menengah (UKM). UKM mempunyai peranan yang strategis baik
secara ekonomi, sosial maupun politik.
Dilihat dari aspek ekonomi, UKM berfungsi sebagai penyedia barang
dan jasa bagi konsumen dan memberikan kontribusi besar terhadap devisa
negara. Produk-produk manufaktur maupun barang kerajinan UKM
memberikan kontribusi yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Sedangkan dari aspek sosial dan politis, sektor UKM memiliki
fungsi yang sangat penting dalam hal penyerapan tenaga kerja, upaya
pengentasan kemiskinan, dan sarana untuk membangkitkan ekonomi
kerakyatan.
Di Indonesia, UKM cukup berkembang dan memberikan kontribusi
yang sangat tinggi dalam pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
indikator, yaitu jumlah pelaku UKM yang semakin bertambah, penyerapan
tenaga kerja, sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan
peningkatan ekspor non migas. Pada tahun 2004 jumlah pelaku UKM sebesar
43.221.829, meningkat 1,61 persen dari tahun 2003 yang hanya sebesar
42.535.336 (BPS, 2005).
Pertambahan jumlah pelaku UKM ini memberikan pengaruh positif
terhadap angkatan kerja. Menurut BPS (2005), jumlah angkatan kerja pada
Oktober 2005 diperkirakan mencapai 106,9 juta orang bertambah 1,1 juta
orang dibanding Februari 2005 (105,8 juta orang) atau bertambah 2,9 juta
orang dibanding Agustus 2004 (93,7 juta orang). Selain itu, UKM juga
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penyerapan tenaga kerja.
Hal ini dibuktikan dengan jumlah tenaga kerja di sektor UKM pada tahun
2
2003 tercatat 79,0 juta pekerja atau meningkat 8,6 juta pekerja dibanding
tahun 2000 dengan 70,4 juta pekerja. Selama periode 2000-2003 meningkat
sebesar 12,2 persen atau rata-rata 4,1 persen per tahun (BPS, 2004).
Sumbangan yang diberikan UKM terhadap PDB menurut BPS (2005),
pada tahun 2004 sebesar Rp.1.135.864.343 naik 11,69 persen dari tahun
2003 yang baru mencapai Rp. 1.017.004.948. Selain itu UKM juga berperan
dalam ekspor non migas yang tercatat 19,9 persen di tahun 2003, sedikit lebih
tinggi dibandingkan dengan sumbangannya di tahun 2000 yaitu 19,4 persen
(BPS, 2004).
Peranan dan kontribusi UKM yang sangat besar tersebut, memberikan
tanda bahwa UKM harus dapat ditingkatkan lebih baik lagi. UKM akan
mampu bertahan dan bersaing apabila mampu menerapkan pengelolaan
manajemen secara baik. Pengelolaan manajemen secara umum mencakup
bidang pemasaran, pengendalian produksi, Sumber Daya Manusia (SDM),
dan keuangan.
Sebagian besar perusahaan melakukan kegiatan produksi dan
operasinya hanya sampai membuat produk saja, termasuk perusahaan
berskala kecil dan menengah. Padahal seharusnya kegiatan perusahaan
mencakup rangkaian proses yang terintegrasi dari hulu sampai hilir melalui
aspek keterkaitan. Hal tersebut dimulai dari perencanaan produk, peramalan
kebutuhan, pengadaan bahan baku, produksi, pengendalian persediaan,
penyimpanan, distribusi/transportasi ke pusat distributor, gudang, pedagang
kecil, retailer, pelayanan pada pelanggan proses pembayaran, dan sampai
pada konsumen akhir.
Serangkaian proses tersebut lebih terkait dengan aktivitas pada satu
perusahaan. Namun demikian, dalam melakukan rangkaian proses tersebut,
dibutuhkan hubungan dengan perusahaan lain. Hubungan yang dilakukan
dengan perusahaan lain, seringkali menimbulkan suatu permasalahan.
Masalah yang muncul karena adanya penyekatan dalam rantai pasokan.
Selama ini, kegiatan perencanaan produksi, distribusi, transportasi dilihat
sebagai aktivitas yang terpisah satu sama lain.
3
Pada saat konsumen menuntut penyediaan produk secara tepat waktu
dan mampu memuaskan kebutuhannya. Hal ini mendorong perusahaan untuk
lebih antisipasif terhadap kebutuhan konsumen. Salah satu solusi yang dapat
diterapkan oleh perusahaan adalah Manajemen Rantai pasokan (MRP).
Keunggulan MRP adalah mampu mengatur aliran barang atau produk
dalam suatu rantai pasokan. MRP mampu mengaplikasikan suatu jaringan
kegiatan produksi dan distribusi dari suatu perusahaan untuk memenuhi
tuntutan konsumen secara bersama. Tujuan utama dari MRP adalah
penyerahan pengiriman produk tepat waktu untuk memuaskan konsumen,
mengurangi biaya, meningkatkan hasil dari seluruh rantai pasokan,
mengurangi waktu, memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi.
UKM keramik di Kecamatan Purworejo-Klampok Banjarnegara adalah
salah satu UKM yang cukup berkembang dan menjadi salah satu produk
unggulan di Kabupaten Banjarnegara. Sebelum mengalami krisis ekonomi
yang melanda Indonesia pada Juli 1997, industri ini mampu melakukan
ekspor ke negara Australia (umumnya guci), Malaysia dan Singapura
(suvenir kecil), Timur Tengah (vas bunga kecil), Jepang, dan bahkan ke
negara-negara Eropa. Tapi akibat krisis tersebut industri keramik mengalami
kemerosotan, karena tidak mampu menanggung biaya produsi terutama bahan
baku produksi yang harganya mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Sehingga industri ini tidak sanggup memenuhi pesanan pembeli luar negeri.
Pemenuhan kebutuhan konsumen berhubungan dengan aliran rantai
pasokan barang di UKM. Pengaturan aliran rantai pasokan barang tidak
hanya dilakukan dalam satu UKM, tetapi diperlukan adanya hubungan
kerjasama dengan perusahaan lain. Untuk itu, pengaturan aliran rantai
pasokan yang baik akan mendorong peningkatan produktivitas di setiap
anggota rantai pasokan. Selama ini, para pelaku UKM hanya fokus kepada
aspek produksinya saja tanpa memperhatikan hubungan dalam rantai
pasokan. Oleh karena itu, penelitian mengenai MRP di UKM keramik
Klampok perlu dilakukan untuk melihat penerapan MRP di UKM dan
seberapa besar pengaruhnya terhadap produktivitas.
4
1.2. Rumusan Masalah
Hal-hal yang menjadi rumusan masalah berkaitan dengan rantai
pasokan yang dilakukan oleh UKM antara lain:
1. Bagaimana model rantai pasokan di UKM keramik Klampok
Banjarnegara ?
2. Bagaimana hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik
Klampok ?
3. Bentuk solusi yang dapat diterapkan dengan pendekatan MRP di UKM
keramik Klampok?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah:
1. Menganalisis model rantai pasokan UKM Keramik Klampok.
2. Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik
Klampok.
3. Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik
Klampok.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Usaha Kecil dan Menengah
Mengetahui solusi dalam menerapkan MRP sehingga mencapai efisiensi
biaya agar mampu bertahan dan bersaing di pasar.
2. Pemerintah Daerah
Meningkatkan kinerja UKM sehingga mampu menambah pendapatan
daerah dan membangun citra daerah melalui UKM ini.
3. Penelitian Penulis
Peneliti mengetahui model rantai pasokan di UKM dan menemukan
solusi dalam penerapan MRP di UKM.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Rantai Pasokan
2.1.1. Definisi Manajemen Rantai Pasokan
Heizer dan Render (2004) mendefinisikan MRP sebagai
pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan
menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke
pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan
outsourcing, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan antara
pemasok dan distributor. Russel dan Taylor (2004) menambahkan
bahwa MRP mengatur aliran informasi yang diteruskan ke rantai
pasokan di dalam pemesanan untuk mencapai tingkat sinkronisasi
dalam memenuhi kebutuhan konsumen dengan menurunkan biaya.
Chopra dan Meindl (2004) menyatakan bahwa rantai pasokan
melibatkan seluruh bagian, baik secara langsung atau tidak langsung,
untuk memenuhi permintaan konsumen. Rantai pasokan tidak hanya
berkaitan dengan manufaktur dan pemasok, tetapi juga melibatkan
transportasi, gudang, retailer, dan pelanggan itu sendiri. Tujuan dari
rantai pasokan adalah memaksimalkan keseluruhan nilai. Keseluruhan
nilai rantai pasokan merupakan perbedaan diantara nilai dari produk
akhir terhadap pelanggan dan upaya rantai pasokan di dalam memenuhi
permintaan pelanggan.
Mentzer (2004) menambahkan bahwa MRP adalah strategi
manajemen dari seluruh fungsi bisnis yang meliputi beberapa aliran,
hulu atau hilir, untuk beberapa aspek pada sistem rantai pasokan. MRP
meliputi seluruh fungsi bisnis yang dikoordinasikan di dalam
perusahaan dan perusahaan lain yang terdapat pada rantai pasokan.
Ballou (2004) menambahkan bahwa rantai pasokan adalah sekumpulan
aktivitas (transportasi, pengendalian persediaan, dan sebagainya) yang
membutuhkan waktu di sepanjang jaringan untuk mengubah bahan
baku menjadi produk akhir dan memiliki nilai tambah bagi konsumen.
Rantai pasokan adalah tentang membuat nilai, nilai untuk pelanggan
6
dan pemasok didalam perusahaan, dan nilai untuk stakeholders di
perusahaan.
Watanabe (2001) menyatakan bahwa MRP adalah konsep atau
mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam
rantai pasokan melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas
bahan. Zabidi (2001) menambahkan bahwa MRP adalah modifikasi
praktek tradisional dari manajemen logistik yang bersifat adversial ke
arah koordinasi dan kemitraan antar pihak-pihak yang terlibat dalam
pengelolaan aliran informasi dan produk tersebut. Ross dalam Miranda
dan Tunggal (2005) menyebutkan bahwa MRP adalah filosofi
manajemen yang secara terus-menerus mencari sumber-sumber fungsi
bisnis yang kompeten untuk digabungkan baik dalam perusahaan
maupun luar perusahaan.
Simchi-Levi et al. dalam Miranda dan Tunggal (2005)
mendefinisikan MRP sebagai serangkaian pendekatan yang diterapkan
untuk mengintegrasi pemasok, pengusaha, gudang (warehouse) dan
tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan
dan didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat dan waktu
tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan.
Miranda dan Tunggal (2005) menyebutkan elemen-elemen dalam
MRP adalah:
1. Struktur jaringan rantai pasokan
Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan rantai pasokan
lainnya.
2. Proses bisnis rantai pasokan
Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi
pelanggan.
3. Komponen MRP
Variabel-variabel pembelian dimana proses bisnis disatukan dan
disusun sepanjang rantai pasokan
7
Siagian (2005) menyatakan ruang lingkup MRP meliputi:
1. Rantai pasokan mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi
barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran ke tangan
konsumen termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran
informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan.
2. Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasi
menyalurkan barang produksi.
2.1.2. Identifikasi Anggota Rantai Pasokan
Menurut Miranda dan Tunggal (2005), anggota rantai pasokan
meliputi semua perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan
perusahaan inti baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
pemasok atau pelanggannya dari point of origin hingga point of
consumption, yaitu terdiri dari :
a. Anggota primer adalah semua perusahaan/unit bisnis strategik
yang benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial
dalam proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran
tertentu bagi pelanggan atau konsumen.
b. Anggota sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang
menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi
anggota primer di rantai pasokan.
Siagian (2005) menyatakan bahwa MRP berkaitan langsung
dengan siklus bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang, dan
distribusi kemudian sampai ke konsumen. Perusahaan meningkatkan
kemampuan bersaing melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi,
pengurangan biaya, dan kecepatan meraih pasar dengan penekanan
pada rantai pasokan. Rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi
antara pemasok, perusahaan manufaktur, distributor dan konsumen.
Interaksi ini juga berkaitan dengan transportasi, informasi,
penjadwalan, transfer kredit maupun tunai, serta transfer bahan baku
antara pihak-pihak yang terlibat. Rantai pasokan menurut Siagian
(2005) digambarkan pada Gambar 1.
8
Gambar 1. Rantai pasokan (Siagian, 2005)
Menurut Chopra dan Meindl (2004), tahapan dalam rantai
pasokan ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan rantai pasokan (Chopra dan Meindl, 2004)
2.1.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan
Menurut Sisilian dan Satir dalam Siagian (2005), unsur-unsur
pembuat strategi MRP terdiri dari: 1) Faktor Primer, yaitu keunggulan
bersaing, fleksibilitas permintaan dan 2) Faktor Sekunder, yaitu
kapabilitas proses, batas waktu proses, dan risiko strategi.
1. Faktor Primer
a. Keunggulan bersaing
Porter dalam Miranda (2005) menyatakan secara umum
keunggulan bersaing dapat diperoleh melalui diferensiasi
produk, kepeloporan biaya (berusaha meminimalisasi biaya
- Informasi penjadwalan - Arus kas - Arus pesanan
Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Konsumen
- Arus kredit - Arus bahan baku
Supplier
Customer Manufakturer
Distributor Retailer
Manufakturer Distributor Retailer Customer
Customer Retailer Distributor Manufakturer
Supplier
Supplier
9
tanpa mengurangi nilai dan kualitas produk), respon yang
cepat dimana ditandai dengan sifat fleksibel, reliabel, cepat
tanggap terhadap perubahan-perubahan.
b. Fleksibilitas permintaan
Menurut Slack dalam Miranda (2005), fleksibilitas permintaan
dipengaruhi oleh produk itu sendiri, campuran produk,
volume, dan tipe pengantaran.
2. Faktor Sekunder
a. Kapabilitas proses
Berkaitan dengan sejauh mana perusahaan dapat menjalankan
aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan.
b. Kematangan proses
Berkaitan dengan tingkat kinerja proses, bagaimana proses ini
dapat tanggap dan memenuhi tawaran pasar.
c. Risiko strategi
Risiko strategi mencakup penyebaran risiko, yaitu risiko yang
diterima perusahaan akibat adanya kebocoran informasi
tentang produk dan layanannya, baik itu yang diterima atau
diberikan pemasok, sehingga pesaing dapat mengetahui
strategi-strategi perusahaan.
Proses strategi MRP memiliki tiga tujuan, yaitu :
1. Menurunkan biaya, strategi MRP yang diberikan harus dapat
meminimalkan biaya logistik yang terjadi.
2. Menurunkan modal, strategi yang ditujukan untuk meminimalisasi
tingkat investasi di dalam strategi logistik.
3. Meningkatkan pelayanan, pelayanan harus selalu diperbaiki.
Menurut Siagian (2005), beberapa strategi yang digunakan
dalam MRP:
a. Postponement yaitu strategi untuk menunda modifikasi atau
penyesuaian terhadap produk selama mungkin. Bantuan rancangan
dan bantuan pemasok dapat mempertahankan karakteristik generic
dari produk suatu perusahaan manufaktur selama mungkin.
10
Postponement dapat dilakukan berkaitan dengan teknologi dan
karakteristik proses, karakteristik produk dan karakteristik pasar.
b. Drop ship merupakan strategi yang sering digunakan distributor.
Pada awalnya tahapan produk dari pemasok untuk sampai ke
tangan konsumen cukup panjang, seperti yang digambarkan pada
Gambar 3. Akan tetapi pada strategi drop ship, pemasok akan
langsung mengirimkan ke konsumen pemakai dan bukan kepada
penjual agar menghemat waktu dan biaya pengangkutan ulang
seperti yang terlihat di Gambar 4. Hal lain yang dapat menghemat
biaya mencakup penggunaan kemasan khusus, label khusus, dan
lokasi tertentu dari label atau kode barang (barcode).
Gambar 3. Aliran produk dari pemasok ke tangan konsumen akhir
(Siagian,2005)
Gambar 4. Strategi drop ship (Siagian, 2005)
c. Pembentukan lini kredit bagi pemasok.
d. Penurunan float bank ketika uangnya sedang dalam transit.
e. Pengkoordinasian produksi dan jadwal pengiriman dengan
pemasok dan distributor.
f. Pemanfaatan yang optimal atas ruangan di gudang penyimpanan.
Kunci MRP yang efektif adalah penyeimbangan arus produksi
dengan permintaan konsumen yang selalu berubah-ubah. Strategi MRP
yang sudah dijalankan dapat dilihat kinerjanya melalui cash flow,
saving, dan Return On Investment (ROI)
Menurut Heizer dan Render (2004), perusahaan harus
memutuskan suatu strategi rantai pasokan dalam rangka memperoleh
barang dan jasa dari luar. Salah satu strategi adalah pendekatan
Pemasok konsumen Retailer Distributor Manufaktur
Manajamen Rantai Pasokan
Pemasok Konsumen
11
bernegosiasi dengan banyak pemasok dan mengadu satu pemasok
terhadap pemasok yang lain. Strategi kedua adalah untuk
mengembangkan hubungan kemitraan jangka panjang, dengan sedikit
pemasok untuk memuaskan pelanggan. Strategi ketiga adalah integrasi
vertikal, dimana perusahaan dapat memutuskan untuk menggunakan
integrasi balik vertikal dengan benar-benar membeli pemasok tersebut.
Variasi keempat adalah kombinasi sedikit pemasok dengan integrasi
vertikal, yang dikenal sebagai keiretsu. Dalam keiretsu, pemasok
menjadi bagian dalam kesatuan perusahaan. Strategi kelima adalah
mengembangkan perusahaan virtual yang menggunakan para pemasok
sesuai dengan kebutuhan.
2.1.4. Perencanaan Manajemen Rantai Pasokan
Siagian (2005), menyatakan bahwa perencanaan manajemen
rantai pasokan terdiri dari enam topik, yaitu tingkatan perencanaan,
luasnya daerah perencanaan, tujuan pelayanan konsumen, strategi
fasilitas lokasi, keputusan persediaan dan strategi transportasi.
a. Tingkatan Perencanaan
Perencanaan MRP bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang
what (apa), when (kapan), how (bagaimana). Hal tersebut
berlangsung pada tiga tingkatan, yaitu strategis, taktikal, dan
operasional. Perbedaan utama antara tingkatan tersebut ditentukan
oleh waktu untuk perencanaan. Perencanaan strategis digolongkan
sebagai rencana jangka panjang logistik, dimana waktu yang
dibutuhkan lebih dari satu tahun. Perencanaan ini biasanya
berhubungan dengan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam
menjalankan perusahaan. Perencanaan taktis merupakan
perencanaan logistik jangka menengah, biasanya berlaku pada
jangka menengah yang tidak terlalu lama, kurang dari satu tahun.
Perencanaan operasional berorientasi pada kegiatan operasional
logistik sehari-hari, sehingga jangka waktunya sangat pendek
bahkan bisa direncanakan secara harian atau jam.
12
b. Luasnya Daerah Perencanaan
Kegiatan logistik menyangkut empat keputusan penting, meliputi:
1. Tingkat layanan kepada pelanggan;
2. Lokasi fasilitas logistik, yaitu menentukan strategi logistik
dapat berjalan lancar dan menjamin akan mendapatkan stock;
3. Keputusan persediaan, berkaitan dengan persediaan yang
dimiliki dan kecukupan stock barang;
4. Keputusan transportasi, yaitu memilih model transportasi yang
akan digunakan.
c. Tujuan Pelayanan Konsumen
Pada tingkat pelayanan jasa yang rendah, pemusatan persediaan
dapat dilakukan di beberapa tempat, akibatnya biaya menjadi
mahal. Tetapi, pada usaha dengan pelayanan jasa yang tinggi maka
akan terjadi sebaliknya.
d. Strategi Fasilitas Lokasi
Perencanaan logistik terhadap fasilitas lokasi, sangat tergantung
pada posisi geografis dari tempat penyimpanan dan tempat sumber
daya. Menetapkan jumlah, lokasi, besarnya fasilitas, dan
menentukan pasar yang dituju adalah cara penentuan produk yang
tepat untuk dipasarkan. Menentukan biaya rendah atau
mendapatkan keuntungan yang maksimal adalah tujuan dari
perencanaan strategi fasilitas lokasi.
e. Keputusan Persediaan
Keputusan persediaan menunjukkan tata cara bagaimana
persediaan diatur. Kebijakan yang diambil perusahaan biasanya
mempengaruhi keputusan fasilitas lokasi, untuk itu kebijakan ini
digolongkan sebagai strategi logistik.
f. Strategi Transportasi
Keputusan transportasi yang digunakan sangat bergantung pada
mode, seperti ukuran pengiriman, rute pengiriman, dan
penjadwalan.
13
Selain itu, masalah perencanan logistik dapat dilihat dari
jaringan kerjanya. Jaringan tersebut menggambarkan pergerakan barang
mulai dari toko pengecer – gudang – pabrik atau vendor. Jaringan kerja
yang akan dibuat sangat bergantung pada hal-hal berikut:
1. Kapan direncanakan
2. Pola permintaannya
3. Pelayanan konsumen, mencakup kemampuan pengadaan
persediaan, kecepatan pengiriman barang, dan kecepatan serta
ketepatan memenuhi permintaan
4. Karakteristik produk, meliputi berat, volume, harga dan risiko
5. Biaya logistik
6. Kebijakan harga terhadap barang.
2.1.5. Mengelola Rantai Pasokan
Menurut Heizer dan Rander (2004), pengelolaan rantai pasokan
yang sukses adalah dimulai dengan kesepakatan tujuan bersama, diikuti
dengan kepercayaan bersama, dan dilanjutkan dengan budaya
organisasi yang sejalan.
1. Kesepakatan tujuan bersama
Sebuah rantai pasokan yang terintegrasi memerlukan kerjasama
yang baik dalam hubungan dengan anggotanya. Anggota rantai
pasokan harus menghargai bahwa satu-satunya pihak yang
menanamkan modal pada sebuah rantai pasokan adalah pelanggan
akhir. Oleh karena itu, perlu pemahaman timbal balik mengenai
misi, strategi, dan sasaran dari organisasi. Rantai pasokan yang
terintegrasi menambah nilai ekonomi dan memaksimalkan isi total
produk.
2. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan hal penting dalam rantai pasokan yang
efektif dan efisien. Anggota rantai pasokan harus masuk ke dalam
hubungan dan saling berbagi informasi. Hubungan yang dibangun
berdasar saling percaya. Hubungan antar pemasok cenderung akan
berhasil, jika risiko dan penghematan biaya dibagi. Aktivitas
14
seperti penelitian konsumen, analisis penjualan, prediksi, dan
perencanaan produksi merupakan aktivitas bersama.
3. Budaya organisasi yang sejalan
Sebuah hubungan yang positif diantara organisasi pembeli dan
pemasok dengan budaya organisasi yang sesuai, dapat menjadi
keuntungan nyata dalam membuat rantai pasokan menjadi lebih
baik.
2.1.6. Permasalahan dalam Rantai Pasokan yang Terintegrasi
Heizer dan Render (2004) menyatakan ada tiga permasalahan
dalam mengembangkan rantai pasokan yang efisien dan terintegrasi :
1. Optimasi Lokal
Anggota rantai pasokan harus memusatkan perhatian untuk
memaksimalkan keuntungan lokal atau meminimalkan biaya
langsung berdasarkan pada pengetahuan mereka yang terbatas.
2. Insentif (Insentif Penjualan, Potongan karena Kuantitas, Kuota, dan
Promosi)
Insentif memasukkan barang dagangan ke rantai pasokan untuk
penjualan yang belum terjadi. Hal ini menimbulkan fluktuasi yang
mahal bagi semua anggota rantai pasokan.
3. Lot Besar
Sering terjadi penyimpangan pada lot besar sebab hal ini
cenderung mengurangi biaya per unit.
2.2. Produktivitas
Handoko (2000) mendefinisikan produktivitas sebagai hubungan
antara masukan-masukan dan keluaran keluaran suatu sistem produktif.
Produktivitas mengukur hubungan ini sebagai rasio keluaran dibagi
masukan. Bila lebih banyak keluaran diproduksi dengan jumlah masukan
sama, produktivitas naik. Begitu juga, bila lebih sedikit masukan digunakan
untuk sejumlah keluaran sama, produktivitas juga akan naik.
Rivanto (1986) menyebutkan bahwa daya produksi (production force)
adalah kekuatan yang meningkat dari setiap elemen produksi. Produktivitas
mempunyai arti ukuran relatif (efisiensi), nilai atau ukuran yang ditampilkan
15
oleh daya produksi. Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran
(compound) dari produksi dan aktivitas, dimana daya produksi menjadi
penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya produktivitas itu.
Menurut Mundel (1983), produktivitas merupakan rasio dari output
yang diproduksi untuk dimanfaatkan oleh pihak luar organisasi yang
meliputi semua jenis produk. Produktivitas ditentukan oleh sumber daya
yang digunakan dan ditentukan dengan rasio yang sama periode dasarnya.
Sedangkan efektivitas mengukur seberapa baik kinerja sumber daya yang
dipakai dalam mencapai tujuan produksi. Menurut Syamsu (1978),
produktivitas sebagai perbandingan diantara ouput yang dihasilkan suatu
organisasi dan input yang dimasukkan kedalamnya.
2.3. Faktor-Faktor Produktivitas
Siagian (2005) mengemukakan faktor-faktor produktivitas yang
dianggap sebagai kekuatan dan mempengaruhi dinamika produktivitas
secara langsung maupun tak langsung dengan pengubahan unsur-unsur
pemasukan dan hasil hubungan satu sama lain. Faktor-faktor produktivitas
ini terdiri dari delapan faktor produktivitas yang umum, antara lain: manusia,
modal, metode/proses, lingkungan organisasi (internal), produksi,
lingkungan negara, lingkungan internasional maupun regional dan umpan
balik. Semua faktor-faktor ini dipandang sebagai sub-sistem untuk
menunjukkan dimana potensi produktivitas dan cadangannya disimpan. Di
bawah ini dijelaskan menganai sub-sistem yang perlu dipertimbangkan:
1. Manusia
- Kuantitas
- Tingkat keahlian
- Latar belakang kebudayaan dan pendidikan
- Kemampuan dan sikap
- Minat
- Struktur pekerjaan, keahlian umur dan jenis kelamin dari angkatan
kerja
16
2. Modal
- Modal tetap (mesin, gedung, alat-alat, volume dan strukturnya)
- Teknologi penelitian dan pengembangan
- Bahan baku (volume dan standar)
3. Metode/Proses
- Tata ruang tugas
- Penanganan bahan baku penolong dan mesin
- Perencanaan dan pengawasan produksi
- Pemeliharaan melalui pencegahan
- Teknologi yang memakai cara alternatif
4. Lingkungan organisasi (internal)
- Organisasi dan perencanaan
- Sistem manajemen
- Kondisi kerja (fisik)
- Iklim kerja (sosial)
- Tujuan perusahaan dan hubungannya dengan tujuan lingkungan
- Sistem insentif
- Kebijaksanaan personalia
- Gaya kepemimpinan
- Ukuran perusahaan (ekonomi skala)
5. Produksi
- Kuantitas
- Kualitas
- Ruangan produksi
- Struktur campuran
- Spesialisasi produksi
6. Lingkungan negara
- Kondisi ekonomi dan perdagangan
- Struktur sosial dan politik
- Struktur industri
- Tujuan pengembangan jangka panjang
- Pengakuan/pengesahan
17
- Kebijakan ekonomi pemerintah (perpajakan dan lain-lain)
- Kebijakan tenaga kerja
- Kebijakan penelitian dan pengembangan
- Kebijakan energi
- Kebijakan pendidikan dan latihan
- Kondisi iklim dan geografis
- Kebijakan perlindungan lingkungan
7. Lingkungan internasional maupun regional
- Kondisi perdagangan dunia
- Masalah-masalah perdagangan internasional
- Investasi dan usaha bersama
- Spesialisasi internasional
- Kebijakan migrasi tenaga kerja
- Fasilitas latihan internasional
- Bantuan internasional
- Standar tenaga kerja dan teknik internasional
8. Umpan balik
Dalam pengertian umum, umpan balik adalah informasi yang ada
pada hubungan timbal balik masukan (input) dan hasil (output) dalam
perusahaan, antara perusahaan dengan ruang lingkup negara
(internasional). Umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat
menilai kuantitas dan kualitas produksi (hasil) berapa banyaknya uang
yang harus dibayarkan dari sudut lain berapa banyak yang mau
dibayarkan untuk masukan-masukan utamanya (tenaga kerja dan modal)
dimana masyarakat menawarkan pada perusahaan.
2.4. Usaha Kecil dan Menengah
Menurut UU No. 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi
keuangan dan modal yang dimilikinya ialah:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, atau
2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1 milyar per tahun.
18
Untuk kriteria usaha menengah:
1. Untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak Rp. 5 milyar.
2. Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp.600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 milyar.
Menurut Departemen Keuangan yang tercantum dalam keputusan
Mentri Keuangan Republik Indonesia No 40/KMK.06/2003, menyebutkan
bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan
Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak
Rp100.000.000 per tahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Deperindag (2002) memberikan
batasan jumlah tenaga kerja dalam menentukan skala usaha terutama di
sektor industri, yaitu industri kerajinan rumah tangga (IKRT) dengan 1-4
pekerja, dan industri kecil (IK) dengan 5-19 pekerja dengan pemiliknya,
industri berskala sedang dengan jumlah pekerja 20-49 orang, dan industri
berskala besar dengan jumlah pekerja lebih dari 50 orang.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2002) memberikan
kriteria skala usaha berdasarkan jumlah pekerja dan jumlah penjualan per
tahun. Berdasarkan jumlah pekerja, skala usaha dibagai menjadi industri
dagang mikro (1-4 pekerja), industri dagang kecil (5-19 pekerja), dan industri
dagang menengah (20-99 pekerja). Sedangkan dari jumlah penjualan per
tahun, industri dan dagang kecil (termasuk mikro) adalah industri yang
memiliki jumlah penjualan per tahun kurang dari satu milyar.
Pengertian usaha mikro menurut lembaga-lembaga internasional
adalah usaha non pertanian dengan jumlah pekerja maksimal 10 orang
(termasuk wirausaha, pekerja magang, pekerja upahan dan pekerja yang tidak
dibayar, karena termasuk anggota keluarga), menggunakan teknologi
sederhana atau tradisional, memiliki keterbatasan akses dalam kredit,
mempunyai kemampuan manajerial rendah dan cenderung beroperasi di
sektor informal.
Bank Dunia dalam Heryadi (2004) mendefinisikan usaha mikro
sebagai perusahaan perorangan dengan total aset kurang daripada USD
19
100.000 dan mempekerjakan kurang daripada 10 orang. Sementara itu, usaha
kecil didefinisikan sebagai usaha dengan total penjualan mulai dari USD
100.000 hingga USD 3 juta dan mempekerjakan 10-50 orang.
Partomo dan Soejoedono (2004) mendefinisikan UKM mencakup
sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek
pengelompokkan perusahaan, ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap
dalam gugusan atau kelompok perusahaan tersebut (range of the member of
employes).
Kriteria umum UKM dilihat dari ciri-cirinya adalah sebagai berikut :
1. Struktur organisasi yang sangat sederhana.
2. Tanpa staf yang berlebihan.
3. Pembagian kerja yang "kendur".
4. Memiliki hirarki manajerial yang pendek.
5. Aktifitas sedikit yang formal dan sedikit menggunakan proses
perencanaan.
6. Kurang membedakan aset pribadi dari aset perusahaan.
Partomo dan Soejoedono (2004), menyatakan bahwa strategi bisnis
yang perlu diambil untuk mempertahankan dan mengembangkan UKM,
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengembangkan UKM perlu dipelajari terlebih dulu tentang
ciri-ciri, definisi/pengertian, kelemahan-kelemahan, potensi-potensi yang
tersedia serta perundang-perundangan yang mengatur.
2. Diperlukan bantuan manjerial agar tumbuh inovasi-inovasi dalam
mengelola UKM secara berdampingan dengan usaha-usaha besar.
3. Secara vertikal dalam sistem gugus usaha, UKM bisa menjadikan diri
sebagai komplemen-komplemen usaha bagi industri perusahaan
produsen utama. Diperlukan suatu strategi UKM untuk menjalin kerja
komplementer dengan usaha-usaha besar.
4. Kerjasama bisa berbentuk koperasi dan secara bersama-sama beroperasi
masuk (entry) dalam usaha tertentu. Di Indonesia, kemitraan usaha yang
berbentuk koperasi merupakan strategi bisnis yang sangat penting,
20
sehingga pemerintah menganggap perlu membentuk Departemen khusus
untuk menangani UKM dan koperasi.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan berkaitan dengan UKM dan
MRP (Lampiran 1), antara lain:
1. Adhi (2005), mengenai produktivitas kerja pada industri kecil penghasil
knalpot di Kabupaten Purbalingga. Metode yanng digunakan adalah
diagram fishbone, rasio produktivitas dan rank spearman. Hasil yang
diperoleh adalah mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
produktivitas, yaitu jenis bahan baku, produktivitas tenaga kerja dan
sumber modal.
2. Adriansyah (2005), mengenai manajemen rantai persediaan barang
(SCM) di bagian hulu produk pasteurisasi. Metode yang digunakan
adalah studi kasus case study.
3. Susiana (2005), mengenai analisis rantai persediaan (SC) komoditas jeruk
medan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, margin
pemasaran dan elastisitas transmisi harga.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Usaha Kecil dan Menengah dalam perekonomian Indonesia dituntut
supaya terus maju dan berkembang menghadapi persaingan global.
Perkembangan UKM di Indonesia memiliki fungsi yang cukup signifikan
baik dilihat dari aspek ekonomi, sosial dan politik. UKM berperan dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia, penyerapan sektor tenaga kerja, upaya
pengentasan kemiskinan, dan sarana untuk membangkitkan ekonomi
kerakyatan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pelaku UKM yang semakin
bertambah, penyerapan tenaga kerja, sumbangan terhadap PDB, dan
peningkatan ekspor non migas.
UKM dapat berkembang baik, jika mampu melakukan pengelolaan
perusahaan dengan baik. Pengelolaan perusahaan mencakup kegiatan dalam
rantai pasokan. Kegiatan rantai pasokan dapat berjalan secara efisien jika
dikelola dan dirancang dengan baik, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah MRP. MRP
mampu mengatur aliran barang dari pemasok ke konsumen sehingga
memiliki keunggulan bersaing. Selain itu, MRP lebih memfokuskan pada
operasi lintas perusahaan dalam satu kesatuan rantai pasokan dari pada hanya
berusaha sendiri dalam organisasi tunggal. Oleh karena itu, penerapan MRP
dapat memperbaiki produktivitas di perusahaan-perusahaan sebagai anggota
rantai pasokan. Kerangka pemikiran penelitian digambarkan dalam Gambar
5.
22
Gambar 5. Kerangka pemikiran
Produktivitas UKM
Studi Kasus: UKM Keramik Klampok,
Banjarnegara
Manajemen Rantai Pasokan
Struktur rantai pasokan
Perkembangan UKM di Indonesia
23
3.2. Tahapan Penelitian
Tahapan peneltian disajikan pada Gambar 6:
Gambar 6. Tahapan penelitian
Rekomendasi solusi penerapan MRP
Kesimpulan dan Saran
Identifikasi minat Penelitian
Gagasan-gagasan
Penentuan objek penelitian
Studi Pustaka dan Diskusi
Pemilihan topik penelitian: Analisis Rantai Pasokan Di UKM Keramik Klampok Banjarnegara
Perumusan Masalah 1. Bagaimana model rantai pasokan di UKM keramik Klampok? 2. Bagaimana hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok? 3. Bentuk solusi yang dapat diterapkan dengan pendekatan MRP di UKM keramik Klampok?
Tujuan Penelitian 1. Menganalisis model rantai pasokan UKM keramik Klampok. 2. Menganalisis hubungan MRP terhadap produktivitas UKM keramik Klampok. 3. Memberikan solusi dengan pendekatan MRP pada UKM keramik Klampok
Rancangan Pengumpulan Data; Identifikasi kebutuhan data, Metode pengumpulan data, Pemilihan teknik analisis
Studi Pendahuluan/initial assesment
Pengumpulan dan kompilasi data lapangan - Pengisian kuesioner - Observasi dan wawancara
Pengumpulan dan pengolahan data
Analisis data
- Analisis rantai pasokan Analisis deskriptif - Tanggapan responden Frekuensi - Analisis MRP terhadap produktivitas UKM
Regresi Logistik
Pra penelitian
Penyusunan riset desain dan kuesioner Uji reliabilitas Uji validitas
Pengolahan data - Tabulasi data dan informasi - Identifikasi model rantai pasokan - Pengolahan data dan informasi
24
3.3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari UKM Keramik
Banjarnegara. Lokasi penelitian berada di UKM keramik Klampok
Kabupaten Banjarnegara (Lampiran 2). Data sekunder adalah berupa
dokumen-dokumen atau literatur-literatur dari BPS, internet, surat kabar dan
jurnal.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi, yang bertujuan untuk mengamati obyek penelitian, sehingga
memahami kondisi yang sebenarnya. Pengamatan bersifat non
partisipatif, yaitu peneliti berada di luar sistem yang diamati.
2. Wawancara, yang dilakukan kepada para pengusaha dan instansi-instasi
terkait sebagai responden.
3. Kuesioner berisi mengenai daftar-daftar pertanyaan dan pernyataan yang
ditujukan kepada pihak-pihak terkait. Kuesioner dibagi menjadi dua
jenis, yaitu kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasokan (Lampiran
3) dan kuesioner untuk menilai hubungan antara manajemen rantai
pasokan dengan produktivitas (Lampiran 4). Kuesioner pertama terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan rantai pasokan
seperti pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama
dan SDM yang terkait dengan tenaga kerja. Kuesioner kedua berisi
pernyataan-pernyataan tertutup yang berarti setiap responden tidak dapat
memberikan jawaban dan tanggapan selain dari yang disediakan dalam
kuesioner. Skala pengukuran yang digunakan untuk menilai jawaban
responden adalah skala likert 5 tingkat, dengan keterangan pemberian
bobot sebagai berikut:
bobot 5 = sangat setuju
bobot 4 = setuju
bobot 3 = netral
bobot 2 = tidak setuju
bobot 1 = sangat tidak setuju
25
Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data dibuat dalam Tabel 1
berikut:
Tabel 1. Kebutuhan, jenis, metode dan sumber data Kebutuhan data Jenis Data Metode Sumber Data
Identifikasi rantai pasokan keramik
Primer Wawancara, kuesioner, observasi
Pengusaha keramik
- Perkembangan UKM Keramik di Banjarnegara
- Jumlah pelaku usaha keramik
Primer, sekunder
Wawancara, - Pengusaha keramik - BPS kabupaten
Banjarnegara - surat kabar - internet
- Jumlah tenaga kerja - Jumlah bahan baku yang
digunakan - Jumlah produk yang
dihasilkan - Besarnya modal usaha - Omzet penjualan
Primer, sekunder
Wawancara, kuesioner,
- Pengusaha keramik - staf dan pekerja
- Kuesioner hubungan MRP dengan produktivitas
Primer Kuesioner - Pengusaha keramik
Setelah identifikasi rantai pasokan kemudian penelitian dilanjutkan
dengan mengkaji hubungan variabel dalam MRP terhadap produktivitas.
1. Produktivitas (Y)
Beberapa faktor yang dimasukkan menjadi batasan dalam
pengukuran produktivitas antara lain berkaitan dengan keahlian tenaga
kerja, teknologi, perencanaan dan pengawasan produksi, ukuran
perusahaan, bentuk kerjasama yang dilakukan pihak perusahaan, kebijakan
pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah daerah serta kualitas produk.
2. Manajemen Rantai Pasokan
Beberapa faktor yang terkait dengan manajemen rantai pasokan antara
lain:
a. Pemasok (X1)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan pemasok antara
lain: hubungan dengan pemasok, jumlah pemasok, sistem kerjasama
dengan pemasok.
26
b. Persediaan (X2)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan persediaan antara
lain: jumlah persediaan, jangka waktu penyimpanan dan efektifitas
persediaan yang terkait dengan kelancaran hubungan dengan
pemasok.
c. Produksi (X3)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan produktivitas
antara lain: mutu produk, pengawasan mutu, jumlah produksi, desain
produk dan informasi untuk kegiatan produksi.
d. Distributor (X4)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan distributor antara
lain: pemilihan penggunaan distributor, sistem pengangkutan,
frekuensi pendistribusian dan ketepatan pendistribusian.
e. Konsumen (X5)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan konsumen antara
lain: peningkatan produktivitas, peningkatan pelayanan, promosi dan
peningkatan kualitas produk.
f. Kerjasama (X6)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan kerjasama adalah
kerjasama vertikal dan horisontal. Kerjasama vertikal terkait dengan
kerjasama antara perusahaan atau lembaga pendidikan dan informasi,
sedangkan kerjasama horisontal terkait dengan pemasok.
g. Sumber Daya Manusia (X7)
Hal-hal yang menjadi batasan dalam kaitan dengan tenaga kerja
antara lain : kualitas tenaga kerja, pendidikan dan pelatihan tenaga
kerja dan penggunaan tenaga ahli dalam proses produksi.
Indikator dan nomor item di dalam kuesioner disajikan pada Tabel 2.
27
Tabel 2. Indikator dari setiap variabel dalam kuesioner No Variabel Indikator Nomor di
Kuesioner 1 Produktivitas - Keahlian tenaga kerja
- Teknologi - Perencanaan dan pengawasan produksi - Ukuran perusahaan - Bentuk kerjasama yang dilakukan pihak
perusahaan - Kebijakan pendidikan dan pelatihan oleh
pemerintah daerah - Kualitas produk
1 2 3 4 5 6 7
2 Pemasok - Hubungan dengan pemasok - Jumlah pemasok - Sistem kerjasama dengan pemasok
8 dan 11 9
10 3 Persediaan - Jumlah persediaan
- Jangka waktu penyimpanan - Efektifitas persediaan yang terkait dengan
kelancaran hubungan dengan pemasok.
13 dan 16 14 15
4 Produksi - Mutu produk - Pengawasan mutu - Jumlah produksi - Desain produk - Informasi untuk kegiatan produksi.
17 18 19 20 21
5 Distributor - Pemilihan penggunaan distributor - Sistem pengangkutan - Frekuensi pendistribusian - Ketepatan pendistribusian
22 23 24 25
6 Konsumen - Peningkatan produktivitas - Peningkatan pelayanan - Promosi - Peningkatan kualitas produk
26 27 dan 29
28 30
7 Kerjasama - Kerjasama vertikal - Kerjasama horisontal
31, 33, 34 32,
8 SDM - Kualitas tenaga kerja - Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja - Penggunaan tenaga ahli
35 dan 36 37 38
3.4. Populasi dan Sampel
Jumlah populasi UKM keramik Klampok adalah 20 UKM. Untuk
mengidentifikasi rantai pasokan, diambil 20 UKM. Responden yang
digunakan untuk menilai hubungan MRP terhadap produktivitas adalah
populasi dari pengusaha keramik sebesar 20 pengusaha keramik. Pengusaha
dijadikan sebagai responden karena dianggap mewakili dan mengetahui
keadaan usahanya, terutama mengenai rantai pasokan dan produktivitas
perusahaannya.Teknik pengambilan jenis responden menggunakan non
probability sampling, yaitu judgement sampling.
28
3.5. Pengolahan dan Analisis Data
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi penerapan MRP.
Faktor-faktor yang digunakan dalam mengidentifikasi MRP adalah pemasok,
persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama dan SDM. Faktor-
faktor ini kemudian dikaji berdasarkan teori mengenai MRP.
3.5.1. Uji Kuesioner
Kuesioner dibuat untuk mengetahui tanggapan responden
mengenai produktivitas dan MRP. Sebelum menyebarkan kuesioner
dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validitas menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur (instrument) itu mengukur apa yang ingin
diukur. Langkah-langkah dalam mengukur validitas kuesioner antara
lain mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur,
melakukan uji coba tersebut kepada responden, mempersiapkan tabel
tabulasi jawaban, menghitung korelasi antara data pada masing-masing
pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product
moment.
Rumus korelasi product moment, yaitu:
( ) ( )( )( )[ ] ( )[ ]2222 YYnXXn
YXXYnrhitung∑−∑∑−∑
∑∑−∑= ............................... (1)
Keterangan :
hitungr = nilai koefisien Pearson
n = jumlah reponden
X = skor pertanyaan
Y = skor total
Setelah kuesioner dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan
konsisitensi suatu alat pengukuran di dalam mengukur gejala yang
sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha,
yaitu:
( )tt
tttot r
rr+
=12 ................................................................................ (2)
29
Pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan program
Microsoft Excel dan SPSS versi 11.
3.5.2. Regresi Stepwise
Menurut Iriawan dan Astuti (2006), regresi stepwise merupakan
salah satu solusi menyelesaikan masalah regresi yang variabel
prediktornya saling berkorelasi. Tipe-tipe regresi ada tiga, yaitu regresi
stepwise, forward selection dan backward elimination.
Pada forward selection, pembuatan model terbaik dilakukan
dengan menambahkan variabel satu-persatu. Dalam backward
elimination, pembuatan model regresi terbaik dilakukan dengan
membuat terlebih dahulu model regresi untuk semua variabel prediktor.
Selanjutnya, mengurangi variabel satu-persatu sampai tinggal satu
variabel. Pengolahan dengan regresi stepwise menggunakan program
Minitab 14 for Window.
3.5.3. Regresi Logistik
Menurut Irawan dan Astuti (2006), regresi logistik digunakan
untuk menganalisis data dengan variabel respon bersifat kualitatif.
Dalam penelitian ini, regresi logistik digunakan untuk menganalisis
hubungan MRP (pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen,
kerjasama, dan SDM) terhadap Produktivitas. Persamaan dalam regresi
logistik dinyatakan dalam bentuk berikut:
( )[ ] ( )( ) xx
xx βαπ
ππ +=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
=1
logitlog ....................................... (3)
Dalam hal ini, ( )xπ adalah peluang sukses apabila variabel
prediktor bernilai x. Bentuk lain dari logistik dapat dinyatakan dalam:
( ) ( )( )x
xxβα
βαπ++
+=
exp1exp ............................................................. (4)
Pengolahan regresi logistik menggunakan program Minitab 14
for Window.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum UKM Keramik Klampok
Sentra kerajinan keramik Klampok Kabupaten Banjarnegara terletak di
Desa Klampok Kecamatan Purworejo Klampok, yang jaraknya 30 km dari
Ibukota Banjarnegara ke arah Barat menuju Purbalingga, Banyumas dan
Purwokerto. Keramik Klampok merupakan salah satu produk unggulan
Kabupaten Banjarnegara, selain produk lain seperti kerajinan bambu, batik
tulis, border, kerajinan kulit kerang, meubel, VCO (Virgin Coconut Oil),
jamur, jenang salak, kering kentang, sirup salak, nata decoco, dan salak
pondoh. Kerajinan keramik memiliki potensi tinggi terutama dengan nilai
investasi sebesar Rp.900 juta dan jumlah rata-rata produksi per tahun
mencapai 540.000 buah (Dinas Indagkop, 2004).
Keramik Klampok dikembangkan pertama kali oleh perusahaan yang
dimiliki bangsa Belanda, dengan mempekerjakan masyarakat Klampok
sebagai pegawainya. Salah satu pegawainya yang bernama Bapak Kandar
Atmowinoto mendirikan perusahaan keramik pada tahun 1957 dengan nama
keramik Meandallai yang berarti “Mendidik Anak dalam Lapangan Industri”.
Dalam mengajarkan kepada pegawainya, Bapak Kandar menggunakan sistem
pendidikan yang digunakan Belanda. Pendidikan yang diajarkan cukup keras
serta menuntut ketekunan dan disiplin yang cukup tinggi. Penerapan sistem ini
memberi pengaruh positif pada perkembangan usaha keramik. Hal ini
dibuktikan pada tahun berikutnya, yaitu tahun 1964, berdiri perusahaan
keramik Usaha Karya dan pada tahun 1967 berdiri perusahaan keramik
Mustika, yang kemudian disusul dengan berdirinya perusahaan-perusahaan
lain yang bergerak di bidang keramik.
Sentra kerajinan keramik Klampok merupakan tempat berkumpulnya
para pengrajin keramik Klampok. Sentra ini terdiri dari inti dan plasma.
Plasma adalah kegiatan usaha yang dilakukan seseorang dalam satu proses
produksi keramik dan hasil produksinya disetorkan ke inti yang bersangkutan
berdasarkan perjanjian kontrak yang disepakati antara inti dan plasma.
Sebelum Sentra terbentuk, ada empat organisasi yang telah terbentuk terlebih
31
dahulu. Empat organisasi tersebut antara lain ASKRI (Asosiasi Keramik
Indonesia), TUNAS ASKRI, Alunik dan Al Barokah. Di dalam Sentra
terdapat Forum Rembug Klaster, dimana Forum Rembug Klaster ini bertujuan
untuk menjembatani, mengidentifikasi, merumuskan permasalahan yang ada
di Sentra. Dalam melakukan tugasnya, Forum Rembug Klaster didampingi
oleh BDS (Bussines Development Service) "Faizul Muna". Forum Rembug
Klaster bertugas menyampaikan program yang telah disepakati oleh Sentra ke
Fedep (Federasi Development Provider) di kabupaten, yang kemudian akan
dilanjutkan ke FPESD (Forum Pengembangan Ekonomi Sosial Daerah) di
tingkat propinsi.
Pada awal perkembangannya usaha keramik mengalami kemajuan
cukup pesat. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi (Dinas Indagkop) pada tahun 2002, jumlah UKM keramik adalah
sebanyak 51 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 640 orang. Namun akibat
perekonomian di Indonesia yang belum stabil, jumlah UKM keramik semakin
berkurang. Menurut BPS Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2004, jumlah
UKM keramik sebesar 34 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 700 orang.
Pada tahun 2005 jumlah UKM keramik berkurang menjadi 24 perusahaan, dan
sampai saat ini jumlah UKM keramik hanya sebesar 20 perusahaan dengan
jumlah tenaga kerja sebesar 236 orang. Dari 20 UKM ini, semuanya menjadi
bagian inti dari Sentra selain 10 plasma yang ikut bergabung dalam Sentra. Ke
20 UKM tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Produk kerajinan keramik yang dihasilkan oleh para pengrajin
Klampok dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu keramik glazuur, keramik
terracota, dan keramik cat. Keramik glazuur adalah keramik yang
menggunakan bahan glazuur sebagai pewarna yang kemudian disemprot
dengan transparan untuk membuat tampilan akhirnya lebih mengkilap.
Keramik terracota adalah keramik yang dalam proses produksinya
menggunakan engobe sebagai pewarna. Engobe adalah bahan yang terbuat
dari sari tanah, water glass dan air. Sedangkan keramik cat adalah keramik
yang pada proses finishing-nya menggunakan cat sebagai pewarna. Tidak
semua pengrajin hanya memproduksi satu jenis keramik, ada beberapa
32
pengrajin yang memproduksi lebih dari satu jenis keramik, bahkan
memproduksi tiga jenis keramik sekaligus.
Tabel 3. Nama perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan omzet per bulan dari inti Sentra kerajinan keramik Klampok.
No.
Nama Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja (orang)
Omzet per bulan (juta rupiah)
1. Keramik Mustika 22 20 2. Keramik Usaha Karya 60 50 3. Keramik Kiat 4 30 4. Keramik Nur 16 12 5. Keramik Apicta 3 3 6. Kismoadji Keramik 15 12 7. Keramik Kencana 12 8,5 8. Keramik Al Barokah 3 2 9. Keramik Karunia Pertiwi 11 6 10. Kharisma Keramik 14 8 11. Keramik Kurnia 13 10 12. Duta Serayu Keramik 8 3 13. Keramik Mekar 3 1 14. Khamishama Art Ceramic 16 12 15. Ratu Indah Keramik 4 2 16. Keramik Prisma 5 3 17. Keramik Anugrah Sakti 7 4 18. Keramik Karya Mandiri 8 6 19. Ipoenk Keramik 7 6 20. Keramik Makmur 5 4,5
Faktor-faktor Pendukung
Faktor-faktor pendukung untuk kerajinan keramik antara lain:
1. Sumber Daya Alam (SDA)
Bahan baku (tanah liat) yang digunakan untuk membuat keramik berada di
daerah yang letaknya dekat dengan Sentra, yaitu Ajibarang Banyumas.
Tempat ini bukan termasuk wilayah Kabupaten Banjarnegara, tetapi
wilayahnya cukup dekat dengan Sentra dan mudah dijangkau.
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Keahlian pengelolaan keramik bagi masyarakat di sekitar Sentra
diwariskan turun temurun dari nenek moyang mereka. Dalam rangka
meningkatkan kualitas dan keahlian SDM, pihak Sentra maupun
pemerintah daerah memberikan beberapa pelatihan untuk meningkatkan
keahlian.
33
3. Sarana dan Prasarana
Pada umumnya dukungan jalan raya sampai ke lokasi sumber bahan baku
dan show room, tenaga listrik dan telepon, telah menjangkau lokasi Sentra.
Sarana perijinan satu atap yang tersedia dan dukungan yang mantap dari
pemerintah kabupaten melalui kebijakan penciptaan iklim yang kondusif.
4.2. Rantai Pasokan
Model rantai pasokan yang terjadi di UKM keramik Klampok adalah
digambarkan pada Gambar 7, sebagai berikut:
Gambar 7. Model rantai pasokan UKM keramik Klampok Banjarnegara
Model rantai pasokan ini terdiri dari elemen pemasok, produksi,
pengepul barang, retailer, dan konsumen. Gambar 7 menunjukkan model
rantai pasokan UKM keramik Klampok Banjarnegara . Pemasok tanah liat,
minyak tanah dan kayu bakar mengirimkan barang ke tempat pengusaha
sebagai barang persediaan bagi pengusaha selama satu bulan. Barang-barang
tersebut masuk ke proses produksi untuk menghasilkan produk jadi. Produk
jadi yang siap di jual disalurkan ke tiga saluran elemen rantai pasokan yaitu
melalui konsumen secara langsung, didistribusikan langsung ke retailer yang
kemudian menjualnya ke konsumen akhir, dan melalui Sentra dan
didistribusikan ke pengepul barang yang kemudian disalurkan ke konsumen
akhir.
Pemasok tanah liat
Pemasok kayu bakar
UKM/ produksi
Retailer
Pengepul barang ekspor
Konsumen
Pemasok minyak tanah
Sentra kerajinan keramik
Tanah liat Produk jadi
34
Pada umumnya, elemen-elemen di dalam rantai pasokan tersebut
terdiri dari pemasok, produksi, retailer, pengepul barang, konsumen,
kerjasama, dan sumber daya manusia. Masing-masing elemen dari rantai
tersebut dijelaskan pada sub bab berikut:
4.2.1. Pemasok
Pemasok terdiri dari pemasok bahan baku dan bahan penolong.
Bahan baku utama pembuatan keramik adalah tanah liat. Tanah liat
yang digunakan berasal dari Ajibarang Banyumas. Pemilihan tanah liat
ini didasarkan pada penelitian dan uji kelayakan yang dilakukan oleh
Balai Penelitian Keramik Bandung. Pengrajin atau pengusaha keramik
memperoleh tanah liat langsung dari pemasok yang berasal dari
Ajibarang, dimana pemasok ini adalah sebagai pengumpul tanah liat
dari beberapa kuli tanah liat.
Tanah liat yang berasal dari pemasok Ajibarang adalah tanah
liat yang belum siap olah. Para pengusaha yang menggunakan
pemasok ini harus mengolah tanah liat tersebut terlebih dahulu menjadi
tanah liat siap olah dalam kegiatan produksinya. Pengiriman tanah liat
dari pemasok ke pengusaha didasarkan pada sistem order atau pesanan
oleh pengrajin. Untuk jangka waktu satu bulan pemasok mengirimkan
tanah liat ke pengusaha 1-2 rit atau setara dengan 3-6 ton tanah liat.
Sistem pembayaran dilakukan secara tunai atau pembayaran
jatuh tempo, tergantung kesepakatan pemasok dan pengusaha.
Pengangkutan tanah liat dilakukan oleh pemasok sampai ke tempat
pengusaha. Kendala yang dihadapi pengusaha dalam pemenuhan
kebutuhan bahan baku tanah liat oleh pemasok adalah mutu barang
kurang bagus, keterlambatan dalam pengiriman, harganya cukup mahal
dan kurangnya modal untuk membeli tanah liat dalam jumlah besar.
Selain pemasok dari Ajibarang, pengrajin juga dapat
memperoleh tanah liat dari Sentra Kerajinan Keramik Klampok yang
berasal dari Ajibarang. Sentra menyediakan tanah liat siap olah untuk
pengrajin. Sentra mengolah tanah liat sendiri kemudian disalurkan ke
pengrajin. Sistem pemesanan bahan baku oleh pengusaha ke Sentra
35
dilakukan secara langsung dengan cara membeli ke Sentra.
Pembayaran dilakukan secara tunai atau jatuh tempo satu bulan,
tergantung kesepakatan antara pengusaha dengan Sentra. Sistem
pengangkutan dilakukan oleh pengusaha dengan mengambil bahan
baku di Sentra. Jumlah tanah liat yang diambil pengusaha ke Sentra
per bulan antara 8-10 kwintal dengan dua kali pengangkutan. Kendala
yang dihadapi pengusaha dalam pemenuhan kebutuhan tanah liat oleh
Sentra adalah sistem pengangkutan yang mahal karena harus
mengambil bahan baku sendiri ke Sentra. Hal ini disebabkan Sentra
belum memiliki alat pengangkutan bahan baku.
Pemasok bahan penolong terdiri dari pemasok minyak tanah
dan kayu bakar. Minyak tanah dan kayu bakar digunakan sebagai
bahan bakar untuk proses pembakaran dalam produksi. Pemasok
minyak tanah adalah agen minyak tanah dan pedagang eceran. Agen
mengantar minyak tanah ke tempat pengusaha berdasarkan permintaan
pengusaha, dimana pembayaran dilakukan secara tunai. Sedangkan
untuk pengusaha yang mengambil minyak tanah dari pedagang eceran,
pengusaha harus mengambil sendiri minyak tanah ke tempat pedagang,
dengan pembayaran dilakukan secara tunai menggunakan sistem jual
beli. Jumlah minyak tanah yang diambil dari pemasok sebesar 600-800
liter per bulan.
Pemasok kayu bakar berasal dari pengumpul kayu bakar yang
mengumpulkan kayu bakar dari para pencari kayu bakar. Pengumpul
menyediakan tempat di dekat pengrajin untuk menampung kayu bakar.
Sistem pemesanan kayu bakar dilakukan secara langsung oleh
pengusaha ke pemasok. Pemasok mengantarkan kayu bakar ke tempat
pengusaha sesuai dengan pesanan pengusaha. Pembayaran antara
pihak pengusaha ke pemasok dilakukan secara tunai. Jumlah kayu
bakar yang dibutuhkan setiap pengusaha per bulan mencapai 10 kubik.
36
4.2.2. Produksi
1. Persediaan
Persediaan menjadi faktor yang sangat penting terutama
dalam kegiatan produksi dan rantai pasokan. Persediaan sangat
berpengaruh terhadap fleksibilitas operasi suatu perusahaan. Untuk
itu perlu adanya manajemen persediaan untuk mengatur kelancaran
kegiatan produksi dan operasi. Akan tetapi, banyak kendala yang
harus dihadapi dalam mengatur persediaan, seperti permintaan
yang sangat bervariasi, perputaran waktu yang tidak stabil,
hubungan dengan pemasok yang terganggu, sehingga berakibat
pada gangguan penjadwalan, mutu produk dan gangguan pada
pemenuhan persediaan.
UKM keramik Klampok juga mempunyai persediaan untuk
memperlancar kegiatan produksi dan operasi. Persediannya
mencakup persediaan bahan baku dan persediaan bahan penolong.
Persediaan bahan baku tanah liat terdiri dari tanah liat murni yang
belum diolah dan tanah liat yang siap diolah. Persediaan tanah liat
belum siap olah memiliki jumlah rata-rata per bulan mencapai 1-2
rit atau setara dengan 3-6 ton dengan frekuensi 1-2 kali
pengiriman. Pengusaha yang menggunakan tanah liat siap olah,
melakukan penyimpanan sebesar 1 ton per bulan sebagai
persediaan. Biaya persediaan yang dikeluarkan adalah biaya
penyimpanan. Tanah liat yang disimpan terlalu lama akan
mengeras, sehingga memerlukan tenaga untuk mengolah tanah liat
kembali agar menjadi lunak dan siap untuk diolah.
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi pengusaha dalam
penyimpanan persediaan. Kendala-kendala yang dihadapi adalah
tidak adanya gudang penyimpanan tanah liat, padahal suhu udara
sangat berpengaruh pada mutu tanah liat. Jika tanah liat diletakkan
di tempat panas, maka lama-kelamaan tanah liat akan mengeras,
sehingga perlu gudang khusus untuk menyimpan tanah liat agar
terjaga kelembabannya. Kendala lainnya adalah mencakup masalah
37
dana. Pengusaha sering kali kesulitan modal untuk membeli
persediaan yang berakibat pada penentuan besarnya persediaan.
Selain itu, penentuan besarnya persediaan juga dipengaruhi oleh
jumlah pesanan, dimana untuk setiap bulannya jumlah pesanan
tidak selalu sama atau sangat bervariasi.
Persediaan bahan penolong terdiri dari persediaan untuk
bahan bakar seperti minyak tanah dan kayu bakar serta bahan-
bahan lain yang dibutuhkan untuk membuat keramik berdasarkan
jenis keramik yang di produksi. Untuk keramik glazuur, bahan
penolong yang digunakan adalah glazuur. Bahan penolong yang
digunakan untuk membuat keramik terracota, antara lain isermeni,
manhan, water glass, semir dan cuka. Sedangkan untuk keramik
cat, bahan penolong yang digunakan antara lain cat tembok, cat
minyak, bensin, tiner, aseton, melamin, pernis, superglos, resin,
prodo, semir MAA dan tali hias.
Jumlah persediaan minyak tanah yang dibutuhkan per bulan
rata-rata sebesar 600-800 liter. Jumlah ini digunakan untuk 1-2 kali
pembakaran. Sedangkan untuk jumlah kayu bakar yang dibutuhkan
mencapai 4-10 kubik kayu bakar. Jumlah persediaan minyak tanah
dan kayu bakar sudah mencukupi untuk proses pembakaran yang
dilakukan 1-2 kali setiap bulannya. Kendala yang dihadapi untuk
pemenuhan bahan bakar terutama minyak tanah adalah kenaikan
harga BBM, kenaikan tersebut berakibat pada kenaikan biaya
produksi.
Jumlah persediaan bahan penolong lain yang dibutuhkan
untuk melakukan kegiatan produksi dalam waktu satu bulan adalah
glazuur sebanyak 5 kg, isermeni 3-6 kg, water glass 0,5-1 kg,
manhan 4-5 kg, semir 4 kg, cuka 1 botol, cat tembok 5 kg, cat
minyak 3-4 kg, bensin 5 liter, tiner 10 liter, aseton 1 liter, melamin
4 liter, pernis 8 kg, superglos 4 botol, resin 2 liter, prodo 1 meter,
semir MAA 2 kg dan tali hias 10 meter. Pemenuhan bahan
penolong dilakukan oleh pengusaha dengan mencari sendiri bahan-
38
bahan tersebut langsung ke toko-toko yang menyediakan tanpa
menjadi pelanggan. Pengusaha sering kali mengalami banyak
kendala dikarenakan terbatasnya toko-toko di Banjarnegara yang
menyediakan bahan-bahan tersebut. Oleh karena itu, pengusaha
harus mencari bahan-bahan tersebut di luar wilayah Banjarnegara
seperti Yogyakarta, Sokaraja, dan Purwokerto.
Faktor yang menjadi kendala adalah informasi mengenai toko
tersebut masih sangat kurang, sehingga pengusaha harus
melakukan survei toko dan berakibat biaya lebih mahal. Apabila
terjadi kehabisan atau kekurangan barang di toko, pengusaha yang
tidak menjadi pelanggan toko harus menunggu sampai barang
tersebut ada. Hal tersebut sangat berpengaruh pada kelancaran
kegiatan produksi. Biaya persediaan yang dikeluarkan adalah biaya
kehabisan bahan, dimana jika bahan yang dibutuhkan habis, maka
membutuhkan biaya yang besar untuk mencari bahan tersebut. Hal
ini dikarenakan toko yang menyediakan bahan tersebut berada di
luar wilayah Banjarnegara dan tidak selalu toko yang ada
menyediakan bahan yang dibutuhkan, sehingga perlu melakukan
survei.
2. Proses Produksi
UKM keramik Klampok menghasilkan beberapa produk
unggulan, diantaranya asbak, vas dalam ukuran besar dan kecil,
poci ukuran besar dan kecil, kaligrafi, hiasan dinding, patung, guci
dan souvenir. Berbagai macam produk yang dihasilkan memiliki
desain yang berbeda baik dari segi bentuk maupun dekoratif (ukir).
Pengusaha berperan besar terutama dalam membuat dan
menentukan kebijakan mengenai jenis desain yang akan dibuat.
Ada beberapa macam dekorasi keramik yang digunakan oleh UKM
keramik Klampok, diantaranya:
39
a. Dekorasi Terah
Barang di engobe (dicelupkan ke dalam bahan engobe yang
terdiri dari sari tanah, water glass dan air), kemudian diberi
glasir ukir/motif dengan menggunakan pisau ukir atau gores.
b. Dekorasi Isi (inlay)
Barang yang indah diukir/digores, kemudian diisi dengan
pewarna tanah.
c. Dekorasi Cap
Barang yang basah siap diberi dekorasi ditempelkan dengan
pengecap yang dibuat dari gibs, plastik, logam, besi.
d. Dekorasi tempel/catat
Barang basah yang siap diberi dekorasi motif dari hasil cetakan
yang terbuat dari gibs, ditempelkan pada barang yang basah.
e. Dekorasi dengan lilin cair/malam
Benda keramik yang sudah dibakar (biscuit) diberi motif
dengan alat canting atau kuas. Setelah itu, di spray dengan
glasir dan dibakar. Permukaan lilin akan cair sehingga
menghasilkan motif baru.
f. Dekorasi dibawah glasir (under glase)
Bidang barang basah diberi engobe pewarna dan siap diukir
menurut bahan pewarna glasir. Setelah itu, motif yang diglasir
transparan akan dibuat dan dibakar, sehingga dekorasi dibawah
glasir transparan.
g. Dekorasi Klaim
h. Dekorasi Krawangan
Bidang barang basah siap ukir berlubang sehingga bodi barang
itu tampak pada bagian tertentu.
Produk-produk yang dihasilkan dengan berbagai dekorasi
tersebut, membutuhkan serangkaian proses produksi. Proses
produksi ini didasarkan pada jenis keramik, yaitu keramik glazuur,
keramik terracota, dan keramik cat. Masing-masing proses ini
akan di jelaskan dengan menggunakan diagram proses
40
a. Keramik Terracota
Keramik terracota adalah keramik yang dalam proses
produksinya menggunakan bahan celup berupa engobe, dimana
engobe merupakan larutan tanah bewarna, baik berupa warna
alami maupun warna buatan atau modern. Warna alami terdiri
dari krem, coklat, dan coklat tua. Sedangkan warna buatan atau
modern mencakup putih, hijau, biru, merah tua, dan kuning.
Fungsi dari engobe adalah sebagai penutup permukaan dan
sebagai dekorasi warna. Serangkaian proses produksi
ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Diagram proses pembuatan keramik terracota. Waktu (hari)
Simbol Diagram Deskripsi Proses
7
Proses pengolahan tanah liat (penyaringan, pengendapan, penghisatan, penjemuran)
1 Putar dan cetak
3 Penjemuran
1 Pengerikan
2 Penyetelan
7 Penjemuran sampai kering
8
Pengamplasan
2 Di engobe
4 Dekorasi
0,62
Pembakaran
2
Pendinginan
1
Pembongkaran
1
Finishing
3
Disemir
1
Packing
43,62 15 - - - - TOTAL Keterangan: = Operasi, = Transportasi, = Inspeksi
= menunggu, = Penyimpanan
41
Serangkaian proses produksi dijelaskan sebagai berikut:
1. Proses pengolahan tanah liat
Proses pengolahan tanah liat merupakan tahap awal dalam
pembuatan keramik. Dalam melakukan pengolahan tanah
liat, pertama yang harus dilakukan adalah merendam dalam
bak selama 3-4 hari, kemudian dilakukan pengadukan.
Setelah tanah diaduk, proses selanjutnya adalah
penyaringan. Tanah disaring dengan alat penyaring agar
terpisah dengan kerikil-kerikil. Kemudian tanah diendapkan
di bak-bak selip. Setelah tanah mengendap, dilakukan
penghisatan mengambil airnya. Dan untuk proses terakhir
agar menjadi tanah siap olah, dilakukan penjemuran tanah.
2. Putar dan cetak
Setelah dihasilkan tanah liat yang siap olah, kemudian
dilakukan proses putar dan cetak. Proses putar dilakukan
dengan menggunakan alat putar. Alat putar yang digunakan
masih sangat sederhana. Proses putar biasanya dilakukan
untuk membuat produk yang memiliki bentuk bulat seperti
vas, poci, guci dan lain-lain. Sedangkan untuk proses cetak,
dilakukan dengan menggunakan cetakan yang terbuat dari
gips.
3. Penjemuran
Setelah dilakukan proses cetak dan putar, kemudian
dilakukan penjemuran yang bertujuan untuk mengurangi
kadar air.
4. Pengerikan
Pengerikan bertujuan untuk menyempurnakan bentuk hasil
cetak atau putar.
5. Penyetelan
Penyetelan dilakukan untuk menggabungkan satu set poci,
yaitu terdiri dari satu poci, satu bintang, dan tiga gelas.
42
6. Penjemuran
Penjemuran dilakukan sampai barang tersebut benar-benar
kering. Lamanya penjemuran tergantung keadaan cuaca,
karena proses penjemuran menggunakan tenaga matahari.
Penjemuran dilakukan hingga tujuh hari, jika cuaca
mendung dan hujan.
7. Pengamplasan
Pengamplasan dilakukan untuk menghaluskan barang.
8. Engobe
Engobe adalah proses pencelupan barang ke dalam bahan
engobe, dimana engobe ini merupakan pewarna untuk
keramik. Engobe terbuat dari sari tanah ditambah water
glass dan air.
9. Dekorasi
Untuk melakukan dekorasi engobe warna butan/modern
kondisi barang harus basah, karena jika kering akan
mengakibatkan keretakan. Sedangkan untuk dekorasi
engobe pewarna alami, kondisi barang harus kering.
Dekorasi bisa berupa ukir, tulisan, dan lain-lain tergantung
pesanan.
10. Pembakaran
Proses pembakaran dilakukan di tungku pembakaran
dengan bahan bakar minyak selama 20 jam. Dalam 20 jam
tersebut dilakukan pengaturan suhu. Selama 3,5 jam
pertama, pembakaran dilakukan dengan suhu 0-100 oC,
kemudian suhu dinaikkan sampai 300 oC untuk 2,5 jam
berikutnya. Lalu suhu dinaikkan lagi sampai 500 oC dalam
waktu 3 jam, dan dinaikkan lagi sampai 700 oC selama 3
jam. Pada 8 jam terakhir suhu tidak dinaikkan atau
menggunakan suhu tetap, yang pada akhirnya kenaikan
suhu mencapai 900 oC.
43
11. Pendinginan
Setelah tahap pembakaran, tungku tidak boleh langsung
dibongkar karena akan menimbulkan terjadi keretakan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pendinginan selama dua
hari.
12. Pembongkaran
Barang-barang yang telah mengalami proses pendinginan,
kemudian dibongkar dari tungku pembakaran.
13. Finishing
Pada proses ini, barang-barang yang telah dibongkar dari
pembakaran perlu digosok kembali untuk menghilangkan
kotoran atau noda-noda akibat pembakaran. Setelah itu,
barang-barang diperiksa apakah mengalami cacat atau
tidak. Jika cacat maka perlu dilakukan perbaikan.
14. Disemir
Barang-barang yang telah dibersihkan kemudian di semir
sehingga terlihat lebih mengkilap.
15. Packing
Proses ini terdiri dari pengepakan barang di keranjang atau
kardus. Setelah di packing barang siap untuk dipasarkan.
b. Keramik Cat
Keramik cat adalah keramik yang terbuat dari bahan
tanah liat asli tanpa dicampur dengan bahan lain, dimana pada
tahap finishing-nya menggunakan cat sebagai pewarna. Cat
yang digunakan untuk pewarnaan adalah cat tembok dan cat
minyak. Proses pembuatan keramik cat ditujukkan pada Tabel
5.
44
Tabel 5. Diagram proses pembuatan keramik cat. Waktu (hari)
Simbol Diagram Deskripsi Proses
7
Cetak, putar, dibuat patung, ukir/dekoratif
3
Pengeringan
7
Penghalusan bodi barang
0,33
Pembakaran
7
Finishing/ pengecetan
1
Tambah asesoris, pengemasan dengan plastik/kertas kado
25,33 6 - - - - TOTAL Keterangan : = Operasi, = Transportasi, = Inspeksi
= Menunggu, = Penyimpanan
Serangkaian proses produksi dijelaskan sebagai berikut:
1. Cetak, putar, buat patung, ukir/dekoratif
Tanah yang siap oleh kemudian dilakukan proses cetak,
putar, buat patung, ukir/dekoratif. Cetak merupakan proses
pembuatan keramik dengan menggunakan alat cetak yang
terbuat dari gips. Putar adalah proses pembentukan tanah
dengan cara di putar menggunakan alat putar. Barang-
barang yang biasa dibentuk dengan putar adalah barang-
barang yang memiliki bentuk bulat seperti guci, vas bunga,
poci dan lain-lain. Pematungan adalah proses
pembentukkan tanah liat langsung menggunakan tangan.
Setelah barang-barang dicetak, putar ataupun dibuat patung,
barang-barang tersebut dijemur, sehingga siap untuk
dilakukan ukir atau dekoratif. Tidak semua barang diukir,
karena barang yang diukir tergantung pada pesanan.
2. Pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air dengan
cara menjemur langsung dengan sinar matahari.
45
3. Penghalusan bodi barang
Setelah barang-barang menjadi kering, kemudian dilakukan
penghalusan bodi barang. Penghalusan bodi barang
dilakukan dengan menggunakan amplas.
4. Pembakaran
Barang-barang yang telah dihaluskan, dimasukkan ke
tungku pembakaran. Setelah tersusun rapi, dilakukan proses
pembakaran dengan menggunakan kayu bakar.
5. Pengecatan
Barang-barang yang telah mengalami proses pembakaran
dapat langsung diambil (jika tidak terlalu panas) untuk
dilakukan pengecatan. Pendinginan tidak perlu dilakukan
karena barang bisa langsung diambil tanpa mengalami
keretakan. Pengecatan adalah proses pemberian warna
barang dengan menggunakan cat tembok ataupun cat
minyak. Setelah barang dikeluarkan dari tungku
pembakaran, barang tersebut dibersihkan dari kotoran debu,
kemudian baru dilakukan pengecatan. Setelah di cat, barang
tersebut dijemur selama lima menit sampai cat menjadi
kering. Apabila barang telah kering dan cat tidak lengket,
maka barang tersebut siap dikemas.
6. Tambah asesoris, pengemasan dengan plastik/kertas kado
Barang yang siap dikemas, sebelumnya ditambah asesoris.
Asesoris yang ditambahkan adalah tali hias, pita, dan
sebagainya, tergantung pada pesanan. Setelah ditambah
dengan asesoris, barang siap dikemas menggunakan plastik
atau kertas kado dan berarti barang siap dijual.
c. Keramik Glazuur
Keramik glazuur adalah keramik yang menggunakan
bahan glazuur sebagai pewarna yang kemudian disemprot
dengan transparan untuk membuat tampilan akhirnya lebih
mengkilap. Dalam proses pembuatan keramik glazuur,
46
pembakaran dilakukan dua kali. Pembakaran pertama
dilakukan sebelum melakukan pengglasiran, sedangkan
pembakaran kedua adalah pembakaran sempurna setelah
barang di glasir. Proses pembuatan keramik situnjukkan pada
Tabel 6, sebagai berikut:
Tabel 6. Diagram proses pembuatan keramik glazuur. Waktu (hari) Simbol Diagram Deskripsi Proses
3
Tanah liat direndam
1
Tanah liat disaring
1
Proses pengendapan
7
Penjemuran
2
Putar, cetak, ukir
3
Penjemuran
2
Penggosokan
2
Penyusunan keramik ke tempat pembakaran
1
Pembakaran
2
Pendinginan
2 Finishing dan glazuur
26 10 1 - 1 - TOTAL Keterangan: = Operasi, = Transportasi, = Inspeksi
= Menunggu, = Penyimpanan
Serangkaian proses produksi tersebut, dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengolahan tanah
Tanah liat yang telah diaduk sampai rata kemudian
direndam selama tiga hari. Rendaman tanah tersebut
dilumatkan dan disalurkan pada saluran yang berkelok-
kelok. Hal ini dilakukan untuk menyaring tanah liat tersebut
agar terpisah dengan kerikil kasar yang tertinggal di
saluran. Larutan tanah liat yang telah halus ini kemudian
diendapkan dengan cara menampungnya di bak-bak untuk
memperkecil kadar nit guna mencapai kepekatan tertentu.
47
Langkah selanjutnya, dilakukan penjemuran untuk
engurangi kadar air sampai tanah liat siap diolah.
2. Putar, cetak dan ukir
Tanah liat yang siap olah kemudian dibentuk dengan cara
putar atau cetak. Untuk melakukan proses cetak, larutan
tanah dimasukkan ke dalam cetakan yang terbuat dari gips,
sehingga tanah terhisap dalam dinding cetakan. Penuangan
dilakukan dengan berulang-ulang, sehingga terjadi suatu
lapisan dengan ketebalan tertentu. Sisa cetakan dituangkan
ke luar dan cetakan dibiarkan selama dua hari. Setelah
cetakan dilepas diperoleh bentuk kasar dari barang yang
dikehendaki. Sedangkan untuk proses putar, tanah liat yang
sudah mencapai kepekatan tertentu dan siap olah kemudian
diputar dan dibubut dengan pisau penghalus, sehingga
diperoleh bentuk yang sempurna.
Setelah mengalami proses cetak atau putar, barang-barang
tersebut kemudian dipertegas motifnya dengan pisau ukir
dan diberi hiasan sesuai dengan kebutuhan untuk menjadi
barang seni yang sempurna.
3. Penjemuran dan penggosokan
Penjemuran dilakukan sampai barang menjadi kering.
Setelah barang kering, dilakukan penggosokan agar
permukaan lebih rata.
4. Penyusunan keramik di tempat pembakaran
Setelah digosok, barang tersebut dimasukkan ke dalam
tungku pembakaran. Penyusunan keramik terbagi ke dalam
tiga rak. Rak pertama berada pada paling bawah diisi
dengan keramik untuk dibuat glazuur. Rak kedua diisi
dengan keramik untuk dibuat terra, sedangkan pada bagian
rak ketiga, yang berada pada paling atas, diisi keramik yang
sudah mengalami proses pembakaran pertama dan sudah
diglazuur. Penyusunan ini dimaksudkan agar dalam proses
48
pembakaran diperoleh kematangan yang diinginkan. Pada
bagian bawah barang-barang yang dibakar hasilnya mentah,
semakin ke atas proses pematangan akan lebih sempurna.
5. Pembakaran
Barang-barang yang telah dimasukkan ke dalam tungku
kemudian dibakar dengan pemanasan mencapai suhu
950oC. Dalam pembakaran harus diawasi secara khusus,
karena apabila terjadi kenaikan suhu terlalu cepat akan
terjadi keretakan.
6. Pendinginan
Barang yang telah di bakar selama 24 jam tidak boleh
langsung dibongkar, karena jika langsung dibongkar , akan
menjadi retak. Untuk itu perlu dilakukan proses
pendinginan selama dua hari.
7. Finishing dan glazuur
Setelah proses pendinginan, barang-barang kemudian
dibongkar. Semua barang dibersihkan dari kotoran atau
noda akibat pembakaran dengan cara digosok
menggunakan gendra. Barang-barang yang telah digosok
dipisahkan menurut penyusunan rak. Untuk keramik yang
berada di rak pertama, dimana hasil pembakaran lebih
mentah kemudian di berikan pewarna glazuur dengan
menggunakan kuas, setelah itu disemprot dengan
transparansi sehingga terlihat mengkilap, siap dilakukan
proses pembakaran sempurna. Keramik di bagian rak kedua
yaitu keramik terra, setelah digosok kemudian di semir,
dan siap dipasarkan. Pada bagian rak ketiga, keramik
glazuur yang sudah digosok siap untuk dipasarkan.
Kendala yang dihadapi UKM dalam melakukan proses
produksi antara lain: faktor cuaca, tenaga kerja dan peralatan.
Faktor cuaca sangat berpengaruh pada kelancaran proses
produksi. Jika musim hujan, proses produksi akan semakin
49
lama terutama pada proses pengeringan. Hal ini sangat
mengganggu, terutama jika pengusaha memiliki banyak
pesanan yang harus segera dikirim, sehingga menyebabkan
keterlambatan yang berpengaruh pada hubungan dengan si
pemesan. Selain itu, pengusaha sangat kesulitan mencari
pekerja yang terampil dan disiplin. Pekerja yang terampil
sangat dibutuhkan dalam kegiatan produksi, terutama untuk
memproduksi produk yang membutuhkan dekorasi cukup
rumit. Pekerja yang terampil akan lebih mudah dalam
menguasai jenis desain yang diinginkan. Banyaknya pekerja
yang sering tidak masuk kerja akan sangat mengganggu
kelancaran produksi, sehingga diperlukan tenaga yang benar-
benar memiliki disiplin tinggi. Kendala lainnya yaitu peralatan
yang digunakan masih tradisional dan sangat bergantung pada
tenaga manusia, sehingga proses produksi lebih lama.
4.2.3. Retailer
Produk jadi didistribusikan secara langsung oleh pengusaha ke
pedagang eceran/retailer/toko yang telah menjadi langganan.
Pedagang-pedangang eceran yang telah menjadi langganan antara lain
Moro, Rita, Hero dan Matahari yang berada di wilayah Purwokerto
dan Semarang, pedagang eceran yang menjual aneka guci seperti
Karisma, Mansur, Lima-Lima, Amanah di daerah Tegal dan Brebes,
serta beberapa pengecer lain di daerah Cirebon, Pekalongan,
Yogyakarta, Solo dan Pemalang.
Jumlah pengiriman ke retailer tergantung pesanan. Rata-rata
pengiriman perbulan mencapai 1-4 kali pengiriman. Sistem
pembayaran yang dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara
pengusaha dengan pemilik toko. Pengangkutan barang dilakukan oleh
pengusaha dengan biaya transportasi ditanggung pengusaha. Hal ini
dapat menjadi kendala bagi pengusaha karena biaya transpotasi cukup
mahal. Selain itu, pengusaha memberikan jaminan jika terjadi
50
kerusakan, barang-barang yang rusak akan dikembalikan ke
pengusaha.
4.2.4. Pengepul Barang
Selain melakukan distribusi langsung, ada beberapa pengusaha
yang menggunakan jasa pengrpul barang untuk menjualke konsumen.
Barang-barang yang menggunakan pengepul ini adalah barang-barang
yang akan di ekspor ke luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan
Korea. Ada beberapa kendala yang dihadapi pengusaha keramik dalam
mendistribusikan barangnya, antara lain : pendistribusian yang tidak
bisa dilakukan secara rutin, pengusaha tidak mampu membuat
kemasan yang bagus, ini dapat disebabkan karena biaya kemasan
sangat mahal dan bahan yang digunakan tidak tersedia di daerah
sekitar Banjarnegara. Akibatnya produk menjadi kalah saing dengan
produk-produk keramik lain. Selain itu, anggapan bahwa produk
keramik Klampok Banjarnegara memiliki harga yang mahal.
4.2.5. Konsumen
Konsumen sebagai tujuan pasar menjadi faktor penting bagi
setiap pengusaha. Kepuasan konsumen, yang menjadi tujuan utama
bagi pengusaha, dapat diperoleh dengan meningkatkan kualitas dan
pelayanan. Tercapainya kepuasan pada diri konsumen diharapkan
mampu meningkatkan daya beli akan produk yang ditawarkan.
UKM keramik Klampok memiliki daerah pemasaran sebagai
target untuk memperoleh konsumen. Daerah yang menjadi tujuan pasar
produk keramik terdiri dari dalam negeri dan luar negeri. Daerah di
dalam negeri dibagi menjadi daerah di wilayah Banjarnegara dan di
luar Banjarnegara. Daerah di luar Banjarnegara meliputi Purwokerto,
Purbalingga, Tegal, Brebes, Solo, Semarang, Pekalongan, Pemalang,
Yogyakarta, Cirebon, Tasikmalaya, Pekanbaru, Jambi, Riau dan
Batam. Sedangkan pasar luar negeri meliputi negara Malaysia,
Singapura, dan Korea. Selain memasarkan produknya ke daerah
pemasaran yang dituju, pengusaha juga sering mengikuti beberapa
pameran melalui Sentra. Tujuan mengikuti pameran adalah untuk
51
mempromosikan produk keramik Klampok kepada konsumen.
Pameran-pameran yang pernah diikuti antara lain SMESCo, PRJ
(Pekan Raya Jakarta), PRPP (Pekan Raya Promosi Pembangunan),
Bengawan Solo Fair, dan Cheng Ho.
Para pengusaha juga mengalami kendala akibat daya beli
masyarakat yang cenderung menurun. Hal ini disebabkan kondisi
perekonomian nasional yang belum pulih, terutama di Banjarnegara.
Konsumen akan lebih memilih produk bahan pangan daripada
keramik. Oleh karena itu, pengusaha sangat berharap pemerintah
daerah dan pusat dapat membantu dan bekerjasama dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat.
4.2.6. Kerjasama
Kerjasama menjadi faktor penting dalam menunjang kelancaran
rantai pasokan. Kerjasama dapat dilakukan secara vertikal dan
horisontal. Kerjasama horisontal mencakup hubungan antar pengusaha
dalam aliran pasokan. Kerjasama vertikal terkait pada hubungan antara
pengusaha dengan pengusaha atau lembaga lain yang menunjang
kelancaran rantai pasokan, tapi tidak masuk kedalam variabel rantai
pasokan.
Kerjasama vertikal yang dilakukan pengusaha dengan pengusaha
lain yang sejenis meliputi penjualan barang, promosi produk (pameran)
dan kegiatan produksi seperti pemenuhan bahan produksi. Selain itu,
UKM atau pengusaha juga melakukan hubungan dengan beberapa
lembaga, diantaranya Balai Latihan Kerja (BLK) yang merupakan
kerjasama dari Sentra dengan Dinas Indagkop Kabupaten
Banjarnegara. Kerjasama lain juga dilakukan dengan lembaga
teknologi, seperti Balai Penelitian Keramik Bandung. Kerjasama yang
dilakukan dengan Balai Penelitian Keramik Bandung adalah
pembuatan mesin untuk kegiatan produksi, dimana rancangan dan
desain mesin berasal dari Sentra.
52
4.2.7. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia menjadi faktor penggerak dalam rantai
pasokan terutama kegiatan produksi. Dalam kegiatan produksi SDM
terkait dengan tenaga kerja. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga
kerja yang berkualitas dengan memiliki keahlian, keterampilan dan
disiplin kerja yang tinggi. Apabila tenaga kerja berkualitas maka akan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang berimplikasi positif
pada produktivitas dan kinerja perusahaan.
Salah satu kendala yang dihadapi oleh pengusaha keramik di
Klampok adalah kesulitan mencari tenaga kerja yang berkualitas
dengan memiliki keahlian, keterampilan dan disiplin kerja tinggi.
Apalagi pengusaha dituntut untuk menciptakan produk yang
berkualitas dengan desain yang bagus dan tidak stagnan. Jika tenaga
kerja tidak memiliki keterampilan dan keahlian yang tinggi, maka akan
sangat sulit untuk menciptakan produk yang berkualitas. Pekerja yang
kurang terampil akan sangat sulit untuk menerima desain produk baru,
membutuhkan waktu lama untuk mempelajarinya. Hal ini akan banyak
memakan waktu dan biaya, sehingga berakibat pada kelancaran proses
produksi.
Tenaga kerja dengan disiplin tinggi sangat sulit didapatkan.
Mereka menganggap bekerja di perusahaan keramik belum cukup
menjanjikan masa depan yang baik. Mereka lebih memilih untuk
melakukan urbanisasi demi memperoleh penghidupan yang layak.
Selain itu, pekerja juga beranggapan bahwa bekerja di perusahaan
keramik bukan pekerjaan utama. Pekerjaan utamanya sebagian besar
bertani, sehingga jika musim panen tiba seringkali memilih untuk tidak
memproduksi keramik.
Pengusaha sangat berharap adanya kerjasama dengan
pemerintah daerah. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan minat
para pekerja di bidang keramik dan menciptakan tenaga kerja yang
terampil dan memiliki keahlian, serta komitmen tinggi untuk bekerja.
53
4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji kuesioner dilakukan kepada 10 responden yang merupakan
pengusaha keramik di Klampok Banjarnegara. Uji kuesioner terdiri dari uji
validitas dan reliabilitas. Validitas menggambarkan sejauh mana alat data
yang ditampung pada kuesioner dapat mengukur apa yang ingin diukur.
Reliabilitas merupakan suatu penilaian yang menunjukkan konsistensi suatu
pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Uji validitas dilakukan
dengan menggunakan korelasi product moment. Hasil dari uji validitas
menunjukkan bahwa setiap pertanyaan adalah valid (Lampiran 5). Uji
reliabilitas menggunakan rumus alpha dengan taraf nyata 0,05. Nilai alpha
yang dihasilkan setiap variabel (Lampiran 6) ditunjukkan pada Tabel 7:
Tabel 7. Hasil nilai alpha Variabel Alpha Produktivitas (Y) 0,8183 Pemasok (X1) 0,7781 Persediaan (X2) 0,7500 Produksi (X3) 0,8829 Distributor (X4) 0,6883 Konsumen (X5) 0,8729 Kerjasama (X6) 0,8789 SDM (X7) 0,8967
Nilai alpha yang dihasilkan dari seluruh variabel menunjukkan lebih
besar dari nilai r tabel Pearson yaitu 0,632. Hal ini berarti kuesioner tersebut
andal untuk digunaan dalam penelitian.
4.4. Tanggapan Responden terhadap Pernyataan-Pernyataan dalam Kuesioner
Tanggapan responden dapat diketahui dari pernyataan-pernyataan
yang diajukan dalam kuesioner kepada 20 responden. Pembahasan
dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan melihat
kecenderungan atau frekuensi dari setiap jawaban. Tanggapan respoden
dilihat dari aspek produktivitas, pemasok, persediaan, produksi, distributor,
konsumen, kerjasama dan SDM, dijelaskan pada sub bab berikut :
54
4.4.1. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produktivitas
Tabel 8 memperlihatkan tanggapan responden terhadap
pentingnya faktor-faktor yang berpengaruh dalam produktivitas. Dua
puluh persen responden menjawab tidak setuju terhadap pernyataan
mengenai perencanaan dan pengawasan produksi lebih mampu
meningkatkan produktivitas dibanding penanganan bahan baku dan
mesin. Hal tersebut dikarenakan hanya sebagian responden memiliki
mesin produksi berteknologi. Responden ini lebih memilih
penggunaan mesin berteknologi untuk penanganan bahan baku dan
produk. Penggunaan mesin berteknologi akan lebih mempercepat
proses produksi, dan kesalahan yang diakibatkan oleh manusia akan
terkurangi. Apabila proses produksi dapat berjalan dengan lancar
maka memperlancar pendistribusian barang ke distributor atau
konsumen. Pendistribusian yang cepat dan fleksibel akan
meningkatkan kepuasan konsumen sehinggan dapat meningkatkan
tingkat profitabilitas perusahaan.
Tabel 8. Faktor-faktor penentu produktivitas
Keahlian tenaga
menentu-kan tingkat
produk-tivitas
Penggunaan teknologi
lebih mampu meningkatkan produktivitas dibandingkan volume dan
standar bahan baku
Perencana-an dan
pengawas-an produksi
lebih mampu
meningkat-kan
produk-tivitas
dibanding penanganan bahan baku dan mesin
Semakin besar
ukuran perusahaan
semakin tinggi tingkat produk-tivitas
Kerjasama dengan
perusahaan sejenis
meningkat-kan
produk-tivitas
Kebijakan pendidikan
dan pelatihan oleh
pemerintah daerah
berdampak pada
peningkatan mutu
pegawai
Kualitas produk dan pelayanan
sebagai faktor utama peningkatan
produk-tivitas
Tang-gapan
respon-den
(bobot)
R (%) R (%) R (%) R (%) R (%) R (%) R (%) 1 1 5 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 5 4 20 3 15 0 0 1 5 1 5 3 0 0 1 5 3 15 3 15 4 20 3 15 3 15 4 7 35 15 75 12 60 11 55 14 70 11 55 11 55 5 12 60 3 15 1 5 2 10 2 10 5 25 5 25
TOTAL 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 Keterangan: R = jumlah responden
Bobot 1 = sangat tidak setuju Bobot 2 = tidak setuju Bobot 3 = netral Bobot 4 = setuju Bobot 5 = sangat setuju
55
Dua puluh persen responden menyatakan tidak setuju terhadap
pernyataan mengenai semakin besar ukuran perusahaan maka
semakin tinggi tingkat produktivitas. Responden menganggap
produktivitas perusahaan tidak ditentukan dengan besar kecilnya
perusahaan tetapi kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan konsumen, mampu untuk bertahan dan bersaing. Ada
sebagian perusahaan keramik di Klampok yang memiliki ukuran
perusahaannya besar tidak mampu bertahan dengan terjadinya
perubahan lingkungan yaitu adanya krisis ekonomi.
4.4.2. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai pemasok
Tabel 9 menunjukkan pentingnya pemasok sebagai bagian dari
rantai pasokan terhadap peningkatan produktivitas.
Tabel 9. Pentingnya pemasok dalam peningkatan produktivitas
Kerjasama dengan
pemasok menurunkan
biaya produksi
Mengguna-kan banyak
pemasok memper-
lancar kegiatan produksi
Kerjasama dengan
pemasok melalui sistem kontrak
bermanfaat untuk
efisiensi biaya
Kelancaran informasi dengan
pemasok ber-
pengaruh positif pada
produk-tivitas
Kunci utama meningkatkan produktivitas
adalah menjaga
hubungan baik dengan
pemasok
Tanggapan responden
(bobot)
R (%) R (%) R (%) R (%) R (%) 1 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 2 6 30 6 30 4 20 0 0 3 15 3 3 15 2 10 4 20 0 0 2 10 4 9 45 11 55 8 40 16 80 12 60 5 2 10 1 5 3 15 4 20 3 15
TOTAL 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 Keterangan: R = jumlah responden Bobot 1 = sangat tidak setuju
Bobot 2 = tidak setuju Bobot 3 = netral Bobot 4 = setuju Bobot 5 = sangat setuju
Terlihat pada Tabel 9, responden merasa tidak setuju bahwa
kerjasama dengan pemasok memberikan pengaruh terhadap
produktivitas (45 persen). Hal ini disebabkan kondisi hubungan
pengusaha dengan pemasok yang cenderung kurang menguntungkan
bagi pengusaha. Pengusaha sering kali merasa tidak puas dengan
terjadinya keterlambatan pengiriman dan mutu barang yang dipesan
kurang berkualitas. Padahal pemasok merupakan salah satu komponen
56
strategi MRP sebagai penyedia bahan baku untuk keperluan produksi
lanjutan, sehingga sangat dibutuhkan kerjasama yang harmonis dengan
pemasok agar kebutuhan dapat terpenuhi dan proses produksi akan
lancar.
Dua puluh persen responden menyatakan tidak setuju bahwa
kerjasama dengan pemasok melalui sistem kontrak bermanfaat untuk
efisiensi biaya. Sebagian responden tidak menggunakan sistem kontrak
dalam menjalin hubungan dengan pemasok. Hal ini disebabkan
responden merasa hubungan dengan pemasok jenderung kurang
menguntungkan. Perngusaha sering kali merasa tidak puas dengan
tejadinya keterlambatan pengiriman dan mutu barang yang dipesan
kurang berkualitas. Padahal pemasok merupakan salah satu komponen
strategi MRP sebagai penyedia bahan baku untuk keperluan lanjutan.
Sangat dibutuhkan kerjasama yang harmonis dengan pemasok agar
kebutuhan dapat terpenuhi dan proses produksi akan lancar.
4.4.3. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai persediaan
Tabel 10 menunjukkan tanggapan responden terhadap
pernyataan mengenai persediaan.
Tabel 10. Pentingnya Persediaan dalam Peningkatan Produktivitas
Jumlah persediaan yang kecil akan lebih
menghemat biaya
Penyimpanan persediaan
dalam jangka waktu pendek
akan lebih memperkecil
biaya penyimpanan
Kelancaran dengan
pemasok berpengaruh
pada efektifitas persediaan
Jumlah persediaan akan sulit ditentukan jika jumlah permintaan
sangat bervariasi
Tanggapan respoden (bobot)
R (%) R (%) R (%) R (%) 1 1 5 1 5 0 0 0 0 2 15 75 1 5 1 5 4 20 3 1 5 1 5 0 0 3 15 4 3 15 16 80 16 80 10 50 5 0 0 1 5 3 15 3 15
TOTAL 20 100 20 100 20 100 20 100 Keterangan: R = jumlah responden
Bobot 1 = sangat tidak setuju Bobot 2 = tidak setuju Bobot 3 = netral Bobot 4 = setuju Bobot 5 = sangat setuju
57
Responden menganggap jumlah persediaan yang sedikit tidak
menghemat biaya (85 persen). Hal ini berkaitan permintaan yang tidak
konstan, seringnya terjadi keterlambatan dalam pemesanan barang
untuk persediaan bahan baku, kehabisan barang seperti bahan kimia
untuk produksi akan mengakibatkan biaya yang cukup tinggi. Untuk
itu diperlukan persediaan yang cukup besar jika sewaktu-waktu
mendapat pesanan dalam jumlah besar.
Respoden menganggap penyimpanan persediaan dalam jangka
waktu pendek akan lebih menghemat biaya penyimpanan (85 persen).
Semakin lama penyimpanan persediaan bahan baku, maka akan
berakibat semakin besar biaya penyimpanan, karena bahan baku yang
terlalu lama disimpan lama-kelamaan akan semakin mengeras
sehingga dibutuhkan pengolahan ulang.
Mayoritas responden menganggap bahwa kelancaran pemasok
akan berpengaruh pada efektifitas persediaan (95 persen). Jika tercipta
koordinasi dan kerjasama yang baik antara pemasok dan perusahaan
manufaktur, maka pemenuhan untuk persediaan dapat dilakukan
dengan baik. Sebagian besar responden juga mengganggap jumlah
persediaan akan sulit dilakukan jika jumlah permintaan sangat
bervariasi (65 persen). Hal ini disebabkan sebagian besar responden
belum melakukan peramalan permintaan pelanggan dengan baik.
4.4.4. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai produksi
Tabel 11 memperlihatkan tanggapan responden terhadap
kegiatan produksi. Mayoritas responden mengganggap bahwa dalam
kegiatan produksi perlu diperhatikan hal-hal penting, seperti mutu
produk (95 persen), pengawasan mutu secara langsung terhadap
produk (100 persen), pengembangan desain produk (95 persen),
informasi untuk mengembangkan kegiatan produksi (95 persen) dan
penentuan jumlah produksi yang didasarkan pada jumlah permintaan
per bulan (90 persen). Mutu dan desain produk menjadi hal penting
dalam meningkatkan produktivitas produk dan mencapai kepuasan
pelanggan. Mutu yang semakin baik dan desain produk yang semakin
58
menarik akan perpengaruh positif pada kepuasan pelanggan. Hal ini
akan berimplikasi pada tingkat profitabilitas perusahaan.
Tabel 11. Pentingnya kegiatan produksi dalam peningkatan produktivitas
Mutu produk faktor utama
pening-katan
produk-tivitas
Pengawasan mutu secara
langsung terhadap
produk lebih efisien untuk
menjaga kualitas produk
Jumlah produksi
ditentukan berdasarkan
jumlah permintaan per bulan
Pengem-bangan desain produk dapat
meningkat-kan
produk-tivitas produk
Informasi sangat
diperlukan untuk
mengem-bangkan kegiatan produksi
Tanggap-an
responden (bobot)
R (%) R (%) R (%) R (%) R (%) 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 2 0 0 0 0 2 10 0 0 0 0 3 1 5 0 0 2 10 1 5 0 0 4 8 40 10 50 14 70 9 45 13 65 5 11 55 10 50 2 10 10 50 6 30
TOTAL 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 Keterangan: R = jumlah responden
Bobot 1 = sangat tidak setuju Bobot 2 = tidak setuju Bobot 3 = netral Bobot 4 = setuju Bobot 5 = sangat setuju
Mutu produk sangat diutamakan dalam kegiatan produksi di
UKM keramik Klampok. Hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan
dan pemilihan bahan baku, serta proses produksi. Untuk memilih
bahan baku yang berkualitas, para pengusaha bekerjasama dengan
Balai Penelitian Keramik. Proses produksi membutuhkan waktu yang
lama, karena dalam proses penghalusan bodi barang dilakukan dua kali
sebelum barang dibakar dan sesudah proses pembakaran. Pengusaha
melakukan pengawasan langsung terhadap kegiatan produksi untuk
mengantisipasi terjadinya kesalahan.
4.4.5. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai distributor
Tabel 12 menunjukkan pentingnya distributor dalam
peningkatan produktivitas.
59
Tabel 12. Pentingnya distributor dalam peningkatan produktivitas Distribusi
secara langsung akan
lebih menguntung-
kan dibadingkan
dengan menggunakan jasa distributor
independen
Sistem pengangkutan yang baik akan memperlancar
kegiatan distribusi
Kegiatan distribusi
dalam setiap bulan dapat
meningkatkan efisiensi biaya
Tidak melakukan
keterlambatan dalam
pendistribusian dapat menjaga kepercayaan distributor
Tanggapan respoden (bobot)
R (%) R (%) R (%) R (%) 1 0 0 0 0 0 0 1 5 2 2 10 0 0 3 15 0 0 3 3 15 0 0 4 20 1 5 4 10 50 14 70 12 60 8 40 5 5 25 6 30 1 5 10 50
TOTAL 20 100 20 100 20 100 20 100 Keterangan: R = jumlah responden
Bobot 1 = sangat tidak setuju Bobot 2 = tidak setuju Bobot 3 = netral Bobot 4 = setuju Bobot 5 = sangat setuju
Sebagian besar responden mengganggap bahwa pendistribusian
secara langsung akan lebih menguntungkan daripada menggunakan
jasa distributor independen (75 persen). Pendistribusian langsung
dilakukan para pengusaha keramik ke toko-toko yang menjadi
langganan. Kendala yang dihadapi dalam pendistribusian adalah belum
memiliki kendaran sebagai alat transportasi dan biaya angkut yang
mahal. Padahal untuk menunjang kegiatan distribusi secara langsung,
diperlukan persediaan Sentral dari mana pesanan-pesanan nasabah
dapat dipenuhi. Penggunaan transportasi berkecepatan tinggi dan alat
pengolahan data elektronik untuk mengatasi jauhnya jarak dengan
nasabah sangat dibutuhkan, sehingga kegiatan distribusi dapat berjalan
dengan lancar.
Selain itu responden juga menganggap kegiatan distribusi
dalam setiap bulan dapat meningkatkan efisiensi biaya (65 persen).
Responden menganggap pendistribusian setiap bulan akan mengurangi
biaya transportasi. Jika biaya transportasi dapat ditekan maka akan
meningkatkan keuntungan.
60
4.4.6. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai konsumen
Tabel 13. Pentingnya Konsumen dalam Peningkatan Produktivitas Pening-katan
produk-tivitas produk akan
mening-katkan
kepuasan pelanggan
Pelayanan jasa
pengiriman barang kepada
pelanggan akan
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan
Kegiatan promosi seperti
pameran adalah bentuk
pelayanan kepada
pelanggan
Pelayanan purna jual
kepada konsumen
dapat menjaga kepercayaan konsumen
Kualitas produk
menjadi hal utama dalam memenuhi kebutuhan pelanggan
Tang-gapan
respon-den
(bobot)
R (%) R (%) R (%) R (%) R (%) 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1 5 3 15 3 15 0 0 3 1 5 1 5 2 10 2 10 1 5 4 10 50 12 60 12 60 11 55 7 35 5 9 45 6 30 3 15 4 20 12 60
TOTAL 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100 Keterangan: R = jumlah responden
Bobot 1 = sangat tidak setuju Bobot 2 = tidak setuju Bobot 3 = netral Bobot 4 = setuju Bobot 5 = sangat setuju
Konsumen merupakan mata rantai terakhir dari rantai pasokan.
Pelayanan konsumen menjadi tujuan utama dari manajemen rantai
pasokan untuk menciptakan kepuasan pelanggan. Tabel 13
menunjukkan pentingnya konsumen dalam peningkatan produktivitas.
Responden menganggap bahwa untuk menciptakan kepuasan
pelanggan dibutuhkan peningkatan produktivitas produk ( 95 persen),
pelayanan jasa pengiriman barang (90 persen), kegiatan promosi (75
persen) dan pelayanan purna jual (75 persen). Mayoritas responden
mengganggap kualitas produk menjadi hal utama dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan (95 persen).
Lima belas persen responden tidak setuju terhadap pernyataan
mengenai kegiatan promosi seperti pameran adalah bentuk pelayanan
terhadap pelanggan. Pameran adalah kegiatan yang dilakukan oleh
Sentra untuk mempromosikan produk keramik Klampok. Setiap
pengusaha memberikan produknya kepada Sentra untuk dipromosikan.
61
4.4.7. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai kerjasama
Tabel 14 menunjukkan pentingnya kerjasama dalam
peningkatan produktivitas.
Tabel 14. Pentingnya Kerjasama dalam Peningkatan Produktivitas Kerjasama
dengan lembaga atau perusahaan
lain akan lebih menguntung-
kan
Kerjasama dengan
pemasok akan memperlancar
kegiatan produksi
Kerjasama dengan lembaga pendidikan dapat
meningkatkan mutu produk
Kerjasama dengan lembaga
teknologi dan informasi dapat memperlancar
hubungan dengan pemasok dan distributor
Tang-gapan
respon-den
(bobot)
R (%) R (%) R (%) R (%) 1 1 5 0 0 3 15 0 0 2 1 5 0 0 0 0 1 5 3 5 25 2 10 4 20 2 10 4 11 55 17 85 8 40 13 65 5 2 10 1 5 5 25 4 20
TOTAL 20 100 20 100 20 100 20 100 Keterangan: R = jumlah responden
Bobot 1 = sangat tidak setuju Bobot 2 = tidak setuju Bobot 3 = netral Bobot 4 = setuju Bobot 5 = sangat setuju
Kerjasama yang baik diantara anggota rantai pasokan akan
mampu meningkatkan kinerja rantai pasokan. Tabel 14 menunjukkan
bahwa mayoritas responden menganggap bahwa kerjasama perlu
dilakukan seperti kerjasama dengan lembaga atau perusahaan lain (65
persen), kerjasama dengan pemasok untuk memperlancar kegiatan
produksi (90 persen), kerjasama dengan lembaga pendidikan untuk
meningkatkan mutu produk (65 persen), dan kerjasama dengan
lembaga informasi memperlancar hubungan dengan pemasok dan
distributor (85 persen).
Kerjasama yang dilakukan dengan perusahaan lain adalah
berkaitan dengan pemenuhan bahan baku dan barang setengah jadi
untuk meemnuhi kebutuhan pelanggan. Kerjasama dengan Balai
Latihan Kerja untuk melatih keterampilan tenaga kerja.
Lima belas persen responden tidak setuju dengan pernyataan
bahwa kerjasama dengan lembaga pendidikan dapat meningkatkan
mutu produk. Selama ini peran lembaga pendidikan sangat kurang
62
terutama untuk desain produk dan pembuatan mesin produksi.
Pembuatan desain produk dan rancangan mesin dilakukan oleh pemilik
perusahaan.
4.4.8. Tanggapan responden terhadap pernyataan mengenai tenaga kerja
Tabel 15 menunjukkan pentingnya tenaga kerja dalam
peningkatan produktivitas.
Tabel 15. Pentingnya Tenaga Kerja dalam Peningkatan Produktivitas Tenaga kerja
yang berkualitas
dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja
Disiplin tenaga kerja yang tinggi akan
berpengaruh terhadap
kelancaran kegiatan produksi
Pendidikan dan pelatihan tenaga
kerja dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja
Penggunaan tenaga ahli
penting untuk meningkatkan
kualitas produk
Tanggapan respoden (bobot)
R (%) R (%) R (%) R (%) 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 5 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 4 7 35 10 50 9 45 7 35 5 12 60 10 50 11 55 13 65
TOTAL 20 100 20 100 20 100 20 100 Keterangan: R = jumlah responden
Bobot 1 = sangat tidak setuju Bobot 2 = tidak setuju Bobot 3 = netral Bobot 4 = setuju Bobot 5 = sangat setuju
Tenaga kerja merupakan komponen dalam rantai pasokan yang
berfungsi sebagai penggerak dalam kegiatan produksi. Responden
menganggap peningkatan produktivitas dipengaruhi tenaga kerja yang
berkualitas (95 persen) dan disiplin kerja yang tinggi (100 persen).
Responden juga beranggapan pendidikan dan pelatihan diperlukan
untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja (100 persen).
Tenaga kerja di UKM keramik klampok memiliki disiplin dan
keterampilan rendah. Sangat dibutuhkan pelatihan kerja sehingga
menumbuhkan disiplin dan keterampilan kerja tinggi. Peltihan yang
dilakukan dengan Balai Latihan Kerja belum menunjukkan hasil yang
signifikan, terbukti permasalahan dalam ketenagakerjaan masih ada
sampai saat ini.
63
Seluruh responden berpendapat bahwa tenaga ahli sangat
penting untuk meningkatkan kualitas produk. Tenaga yang berkualitas
dan memiliki disiplin tinggi sangat dibutuhkan untuk mencapai
produktivitas tenaga kerja yang nantinya berpengaruh terhadap
produktivitas perusahaan. Penciptakan tenaga kerja yang berkualitas
dan memiliki disiplin tinggi memerlukan andanya pendidikan dan
pelatihan yang baik oleh perusahaan, baik secara langsung maupun
dengan menggunakan lembaga pendidikan. Tenaga ahli juga sangat
dibutuhkan terutama untuk penciptaan produk atau desain produk baru
agar tercipta kepuasan pelanggan.
Penggunaan tenaga ahli belum dimiliki oleh pengusaha
keramik. Pengusaha sangat membutuhkan tenaga ahli untuk desain
produk agar tidak stagnan, pemilihan bahan baku produk yang
berkualitas dan rancangan mesin produksi untuk efisiensi produksi.
4.5. Analisis Hubungan MRP terhadap Produktivitas
Data responden yang telah diambil (Lampiran 7) diolah dengan
menggunakan regresi stepwise, forward selection, backward elimination dan
regresi logistik.
Pengolahan dengan regresi stepwise menunjukkan bahwa variabel
yang memiliki hubungan signifikan dengan produktivitas adalah kerjasama
(X6). Hal tersebut dapat dilihat dari nilai p-value sebesar 0,02 dan koefisien
determinasi sebesar 26,76 persen (Lampiran 8) Pengolahan dengan
backward elimination dihasilkan urutan variabel MRP yang paling
berpengaruh dengan produktivitas. Urutan dari tingkat variabel yang paling
berpengaruh berdasarkan nilai p-value antara lain: kerjasama (X6),
distributor (X4), persediaan (X2), tenaga kerja (X7), konsumen (X5),
pemasok (X1) dan produksi (X3) (Lampiran 9). Jika salah satu variabel
dihilangkan, maka nilai koefisien determinasi semakin menurun. Semakin
kecil nilai koefisien determinasi maka semakin tidak kuat hubungan suatu
variabel.
Analisis regresi logistik dilakukan untuk mengetahui hubungan MRP
(pemasok, persediaan, produksi, distributor, konsumen, kerjasama, tenaga
64
kerja) dengan produktivitas. Dari ketujuh faktor MRP sebagai variabel bebas
tersebut, akan dilihat apakah memiliki hubungan yang signifikan atau tidak
dengan produktivitas.
Hasil dari pengolahan data menggunakan regresi logistik menunjukkan
taksiran logistik untuk variabel pemasok (0,597), persediaan (2,175),
produksi (-0,45), distributor (-1,835), konsumen (-1,095), kerjasama (-2,29)
dan tenaga kerja (3,308) (Lampiran 10). Hanya satu variabel yang memiliki
hubungan signifikan, yaitu kerjasama dengan produktivitas. Hal ini
didasarkan dari nilai p-value variabel kerjasama, yaitu sebesar 0,112 atau
lebih kecil dari taraf nyata ( )2,0=α .
Ketujuh variabel tersebut akan dijelaskan satu-persatu berdasarkan
urutan kekuatan hubungan:
1. Kerjasama (X6)
Kerjasama antar anggota rantai pasokan menjadi bagian yang
penting dalam rantai pasokan, karena pengaruhnya terhadap kinerja
MRP. Kinerja MRP yang baik akan berpengaruh pada produktivitas
perusahaan. Kerjasama dalam rantai pasokan terdiri dari kerjasama
vertikal dan horisiontal. Kerjasama vertikal terkait dengan kerjasama
antara perusahaan inti dan beberapa lembaga/perusahaan lain di luar
rantai pasokan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan rantai
pasokan. UKM keramik Klampok melakukan kerjasama vertikal dengan
BLK dan Balai Penelitian Keramik. Jika kerjasama dengan BLK berjalan
baik, akan berpengaruh pada peningkatan kualitas tenaga kerja yang
berimplikasi terhadap peningkatan produktivitas perusahaan. Kerjasama
dengan Balai Penelitian Keramik untuk menghasilkan mesin produksi
berteknologi modern akan sangat berpengaruh pada kelancaran kegiatan
produksi, sehingga pendistribusian ke pelanggan dapat berjalan lancar.
Kelancaran pendistribusian akan meningkatkan kepuasan pelanggan dan
produktivitas perusahaan.
Kerjasama horisontal yang baik antara anggota rantai pasokan akan
berpengaruh pada produktivitas perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari
proses dalam rantai pasokan. Proses dalam rantai pasokan diawali
65
dengan pemesanan oleh pelanggan, pemenuhan persediaan retailer,
proses manufaktur, pemenuhan bahan baku oleh pemasok untuk kegiatan
dan penjadwalan dalam proses manufaktur. Seluruh proses dalam rantai
pasokan berjalan lancar jika mampu memenuhi kebutuhan pelanggan
tepat pada waktunya. Hal tersebut akan dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan dan produktivitas perusahaan.
2. Distributor (X4)
Distibutor tidak memiliki hubungan yang erat dengan
produktivitas. Hal tersebut dikarenakan pendistribusian ke distributor
tidak bisa dilakukan secara rutin, akibatnya proses penyaluran barang ke
pelanggan tidak berjalan lancar. Distributor adalah sebagai pengepul
barang ekspor. Tidak semua pengusaha melakukan pendistribusian
barang ke pengepul ini. Barang yang didistribusikan adalah barang-
barang yang telah dipromosikan melalui pameran.
3. Persediaan (X2)
Kendala yang dihadapi UKM dalam persediaan adalah terkait
dengan pemenuhan bahan penolong. UKM tidak melakukan kerjasama
dengan pemasok bahan penolong. UKM sering mengalami kesulitan
dalam mencari bahan penolong yang dibutuhkan, karena perlu
melakukan survei toko, sehingga meningkatkan biaya produksi.
4. Tenaga kerja (X7)
Tenaga kerja yang dimiliki oleh UKM sangat terbatas, terutama
bagi mereka yang memiliki keahlian dan disiplin tinggi. Keterbatasan
tenaga kerja tersebut akan sangat menganggu kelancaran produktivitas.
Adanya Balai Latihan Kerja belum bisa memberi pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan kualitas tenaga kerja.
5. Konsumen (X5)
Daya beli konsumen semakin menurun akibat kondisi
perekonomian kurang stabil. Hal ini berpengaruh pada tingkat penjualan.
Pangsa pasar yang dituju sebagian besar UKM adalah wilayah di bagian
barat Banjarnegara seperti Purwokerto, Brebes, Tegal dan sebagainya.
Kondisi ini menyebabkan penumpukan barang di daerah tersebut,
66
akibatnya tidak terjadi keseimbangan antara jumlah permintaan dan
penawaran. Pengusaha tidak berusaha menciptakan pangsa pasar baru di
wilayah lain.
6. Pemasok (X1)
Sebagian besar UKM melakukan kerjasama dengan pemasok
dalam hal jual beli. Mereka tidak menggunakan perjanjian/kontrak
kerjasama dengan pemasok. Hubungan antara UKM dengan pemasok
kurang baik, dimana pemasok melakukan keterlambatan dala pengiriman
dan bahan baku kurang berkualitas. Padahal pemenuhan persediaan
sangat tergantung dengan pemasok. Hubungan dan koordinasi yang baik
dengan pemasok akan memperlancar proses penyediaan barang.
7. Produksi (X3)
Produksi tidak memiliki hubungan yang erat terhadap
produktivitas. Hal ini disebabkan ada beberapa faktor yang menjadi
kendala seperti penggunaan peralatan produksi masing sangat tradisional
dan kekurangan tenaga kerja yang memiliki disiplin kerja dan
keterampilan tinggi. Pengusaha keramik belum mampu mengatasi
kendala tersebut sampai saat ini.
4.6. Solusi yang Dapat Diterapkan dengan Pendekatan MRP
Menurut Mentzer (2004) penerapan MRP perlu memperhatikan
beberapa hal, antara lain: lingkungan MRP secara global, keluaran yang
dihasilkan oleh MRP, pemasaran, penjualan, penelitihan dan pengembangan,
peramalan, produksi, pembelian, logistik, sistem informasi, keuangan,
pelayanan konsumen, koordinasi antar fungsi, koordinasi antar perusahaan,
dan penilaian kinerja MRP.
Beberapa solusi yang dapat diberikan untuk menerapkan MRP di
UKM antara lain:
1. Jalinan kerjasama dengan pemasok bahan kimia melalui Sentra.
Hal ini disebabkan terjadinya kesulitan dalam pemenuhan persediaan
bahan-bahan kimia yang digunakan dalam produksi karena tidak memiliki
pemasok menyebabkan terhambatnya pola rantai pasokan. Kerjasama bisa
dilakukan antara Sentra keramik yang mewakili pengusaha keramik di
67
Klampok dengan pemasok bahan kimia. Dari Sentra, bahan tersebut dapat
disalurkan ke setiap pengusaha sebagai persediaan.
2. Penggunaan Sentra sebagai pusat pengolahan tanah liat siap pakai dengan
pemanfaatan teknologi.
Pengolahan tanah untuk menjadi tanah siap pakai membutuhkan waktu
lama karena peralatan yang digunakan masih sangat tradisional. Hal
tersebut berakibat pada proses produksi yang berjalan lama. Penggunaan
teknologi sangat diperlukan untuk menunjang proses produksi.
Penggunaan teknologi tersebut membutuhkan dana yang cukup besar,
sehingga setiap pengusaha tidak dapat menggunakan teknologi tersebut.
Untuk itu diperlukan kerjasama antara perusahaan dengan yang lain.
Sentra sebagai organisasi pengusaha keramik dapat dijadikan pusat
pengolahan tanah bagi seluruh perusahaan. Pemenuhan teknologi tersebut
dapat dilakukan dengan kerjasama antara Sentra dan Dinas Indagkop
terkait serta Balai Penelitian Keramik Bandung.
3. Peningkatan koordinasi antara pemasok dan perusahaan
Nilai tambah produk dapat ditingkatkan melalui kualitas produk,
pelayanan konsumen yang diberikan, dan ketepatan pengiriman. Semua
faktor tersebut dapat dipenuhi jika dalam suatu rantai pasokan diatur
dengan baik, yaitu memiliki koordinasi dan kerjasama yang mantap
diantara anggota rantai pasokan. Keterlambatan pengirimanan bahan baku
dari pemasok akan mengakibatkan keterlambatan proses produksi dan
distribusi barang jadi. Konsumen jadi tidak puas dan mempengaruhi
profitabilitas perusahaan. Keterlambatan dapat disebabkan kurangnya
koordinasi antara pemasok dan perusahaan manufaktur. Oleh karena itu,
perlu dilakukan peningkatan koordinasi antara pemasok dan perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Model rantai pasokan di UKM keramik Klampok terdiri dari beberapa
anggota yaitu pemasok, UKM/produksi, pengepul barang ekspor, retailer
dan konsumen.
2. Hasil pengolahan dengan regresi logistik menunjukkan hanya terdapat
satu variabel yang berhubungan signifikan dengan produktivitas, yaitu
variabel kerjasama (p-value sebesar 0,122 < taraf nyata 0,2).
3. Solusi yang dapat diterapkan dalam MRP di UKM keramik Klampok
adalah menjalin hubungan dengan pemasok bahan kimia melalui Sentra,
menggunakan Sentra sebagai pusat pengolahan tanah liat untuk siap pakai
dengan pemanfaatan teknologi dan meningkatkan koordinasi antara
pemasok dan perusahaan manufaktur.
2. Saran
Mengacu pada kesimpulan yang diperoleh maka, maka dapat disarankan:
1. Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk meningkatkan keahlian dan
keterampilan pekerja.
2. Koordinasi dan kerjasama diantara anggota rantai pasokan perlu
ditingkatkan.
3. Kerjasama antara pengusaha, pemerintah daerah dan Balai Penelitian
Keramik dalam menggunakan teknologi.
4. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai manajemen rantai pasokan,
terutama disetiap elemen/anggota rantai pasokan UKM keramik Klampok.
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, F.W. 2005. Mempelajari Produktivitas Kerja pada Industri Kecil Penghasil Knalpot di Kabupaten Purbalingga. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Adriansyah. 2005. Manajemen Rantai Penyediaan Barang (Supply Chain Management) Bagian Hulu Produk Susu Pasteurisasi (Studi Kasus di Koperasi Peternakan Bandung Selatan, Jawa Barat). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara. 2004. Banjarnegara Dalam Angka 2004.
Badan Pusat Statistik. 2005. Perkembangan Jumlah Pelaku UKM Menurut Skala Usaha Tahun 2003-2004. http://www.depkop.go.id/index.php?option= com_content&task=view&id=25&Itemid=43. [22 November 2005].
Badan Pusat Statistik. 2005. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto Menurut Skala Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2004. www.bps.go.id. [22 November 2005].
Ballou, R. H. 2004. Business Logistic: Supply Chain Management. Fifth Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey.
Chopra, S. dan P. Meindl. 2004. Suppy Chain Management (Strategy, Planning, and Operating). Second Edition. 2004. Pearson Prentice Hall, New Jersey.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2002. Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah 2002-2004 buku 1 Kebijakan dan Strategi Umum Pengembangan Industri Kecil Menengah. http://www.dprin.go.id/Ind/Publikasi/buku_brosur/RI-PIKM_BukuI.pdf. [20 Desember 2005]
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi. Komoditas Andalan Kabupaten Banjarnegara. 2004. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Banjarnegara.
Handoko, T.H. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi Operasi. BPFE-Jogjakarta, Jogjakarta.
Hasan, I. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistika 2 (Statistik Inferensi). PT Bumi Aksara, Jakarta.
Heizer, J dan B. Rander. 2004. Manajemen Operasi, Edisi 7. Jakarta.
Heryadi. 2004. Pengembangan Usaha Mikro. http://www.bni.co.id/Document/198%20 Micro.pdf [20 Desember 2005]
70
Iriawan, N. dan S.P. Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi, Jogjakarta.
Mentzer, J.T. 2004. Fundamentals of Supply Chain Management (Twelve Driver of Competitive Advantage). Response Books, New Delhi.
Miranda dan A.W. Tunggal. 2005. Manajemen Logistik dan Supply Chain Management. Harvarindo, Jakarta.
Mundel, M.E. 1983). Improve Productivity And Effectiveness. Prentice hall, United States of America.
Partomo, T.K. dan A.B. Soejoedono.. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah. Penerbit Galia Indonesia, Bogor Selatan.
Russel, R.S. dan B.W. Taylor. 2003. Operation Management. Prentice Hall, New Jersey.
Siagian, Y.M. 2005. Aplikasi Supply Chain Management dalam Dunia Usaha. Grasindo, Jakarta.
Sinungan, M. 2005. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara, Jakarta.
Susiana, A.O. 2005. Analisis Rantai Persediaan (SC) Komoditas Jeruk Medan (Studi Kasus di Pasar Induk Keramat Jati dan Carefour Cempaka Mas, jakarta). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syamsu, T. 1978. Teknik dan Manajemen untuk Meningkatkan Produktivitas Sistem Produksi. Di dalam Teknik dan Manajemen Industri Untuk Meningkatkan Produktivitas Sistem Produksi. Prosiding Pertemuan Tahunan Ketiga 18,19 dan 20 Juli 1978. Gresik: Yayasan Komunikasi Ilmu dan Praktek Teknik Serta Manajemen Industri. Hlm 19-24.
Watanabe, R. 2001. Supply Chain Management Konsep dan Teknologi. Usahawan, 02: hlm.8-11.
Zabidi, Y. 2001. Supply Chain Management: Teknik Terbaru Dalam Mengelola Aliran Material/Produk dan Informasi dalam Memenangkan Pesaing. Usahawan, 02: hlm.3-7.
71
Lampiran 1. Penelitian terdahulu
No. Nama Judul Tujuan Metode Hasil/Kesimpulan 1 Fauz
Winahyu Adhi
Mempelajari Produktivitas Kerja Pada Industri Kecil Penghasil Knalpot Di Kabupaten Purbalingga
1. Mengidentifikasi sumber-sumber ketidakefektifan dan ketidakefisienan dari Industri Kecil Knalpot (IKK)
2. Menghitung tingkat produktivitas
3. Rekomendasi teknis untuk peningkatan produktivitas
Diagram Fishbone, Rasio Produktivitas, Rank Spearman
Permasalah yang dihadapi industri kecil knalpot (IKK) adalah tidak adanya standar harga yang berimplikasi terhadap pemasaran, kurangnya akses dan informasi terhadap sumber modal (bank), kesulitan dalam pengadaan bahan baku yang kontinyu dengan harga murah, masih menggunakan sistem pembukuan sederhanan, penggunaan teknologi produksi yang masih pada tingkat kurang maju/modern. Berdasarkan analisis deskriptif, faktor-faktor yang yang berpengaruh terhadap produktivitas seperti tingkat pendidikan, pengalaman usaha, serta intensitas masalah pemasaran tidak memiliki keterkaitan erat terhadap produktivitas. Sedangkan jenis bahan baku, produktivitas tenaga kerja serta sumber modal memiliki kecenderungan yang berbeda terhadap produktivitas.
2. Adriansyah Manajemen Rantai Persediaan Barang (SCM) Bagian Hulu Produk Susu Pasteurisasi (Studi Kasus Di Koperasi Pertenakan bandung Selatan Jawa Barat)
1. Bagaimana mekanisme SCM di KPBS untuk menjamin ketersediaan bahan baku dan bahan penolong dari para pemasoknya.
2. Apa manfaat dan kendala dalam penerapan SCM
Studi Kasus Case Study
Manajemen persediaan barang bagian hulu produk susu meliputi siklus yang berjalan dalam jaringan sistem organisasi yang mencakup pihak KPBS, Industri Pengolahan Susu (IPS), serta para distributor dan agen-agen. Siklus produksi dipicu oleh permintaan konsumen yang sebagian besar bersumber dari captive market dan dikembangkan dalam bentuk proses produksi. Pengolahan persediaan mencakup proses masuk dan keluar barang serta penyimpanan yang penilaiannya dilakukan dengan First In First Out (FIFO). Siklus pengadaan barang meliputi pengadaan bahan baku susu dalam bentuk jual beli antara pihak KPBS dengan pemasoknya, dan pengadaan bahan penolong dengan strategi sedikit pemasok dengan mengembangkan kepercayaan antara pemasok dengan pihak KPBS. Pengadaan persediaan yang dilkukan oleh KPBS tidak dilakukan pada bahan baku utama, tetapi hanya terbatas pada bahan baku penolongnya. Pengendalian bahan baku utama tidak dilakukan karena bahan baku susu segar memiliki masa simpan yang sangat singkat yaitu
72
paling lama disimpan selama satu hari sejak datangnya susu segar yang diterima harus langsung diolah pada hari itu juga. Dalam menjaga kualitas dan kesegaran bahan penolong maka KPBS melakukan order bahan penolong yang dilakukan setiap bulan. Manfaat yang diperoleh perusahaan adalah memberikan kontinuitas dalam proses produksi susu pasteurisasi dan efisiensi produk pengolahan di KPBS
3. Anita Oktariani Susiana
Analisis Rantai Persediaan (SC) Komoditas Jeruk Medan (Studi Kasus di Pasar Induk Keramat Jati dan Carefour Cempaka Mas, jakarta)
Menganalisis pola rantai pasokan (supply Chain) dan sebaran nilai (value chain) komoditas jeruk Medan dari tingkat petani hingga tingkat konsumen akhir melalui pasar modern atau pasar tradisional.
Analisis deskriptif, analisis margin pemasaran, dan analisis elastisitas transmisi harga
Penelitian rantai pasokan jeruk medan melalui pasar tradisional diwakili oleh dua pola rantai pasokan yang melalui Pasar Induk Kramat Jati dan pasar grosir Cililitan. Sedangkan rantai pasokan melalui pasar modern diwakili oleh hyper market Carrefour Cempaka Mas. Pada ketiga pola rantai pasokan yang dianalisis, penyebaran margin dan besar margin pemasaran memiliki kecenderungan yang sama. Berdasarkan distribusi margin dan bagian anggota rantai pasokan pada ketiga rantai diatas, diperoleh bahwa penyebaran margin belum merata diantara ketiga rantai pasokan. Penyebaran yang belum merata karena adanya perlakuan-perlakuan atau biaya-biaya dalam penanganan komoditas jeruk medan antar anggota rantai pasokan. Berdasarkan margin pemasaran, dapat dilihat bahwa rantai pasokan komoditas melalui pola rantai pasokan 1 paling efisien jika dibanding dengan pola rantai pasokan 2 dan 3, dilihat dari total biaya pemasaran paling rendah, total keuntungan yang diperoleh terendah, margin pemasaran yang rendah, tingkat rasio keuntungan dan biaya yang diterima paling tinggi, serta farmer’s share yang tinggi sehingga pola pemasaran 1 dapat memberikan nilai lebih bagi petani. Berdasarkan elastisitas transmisi harga dapat diketahui bahwa suatu pemasaran dari komoditi jeruk medan tidak efisien. Komoditas jeruk medan menghadapi pasar tidak bersaing sempurna dengan struktur pasar tidak terintegrasi dimana nilai elastisitas transmisi (Et) tidak sama dengan 1, baik di pasar tradisional maupun pasar modern. Perilaku pembelian konsumen pada ketiga rantai pemasok dipengaruhi oleh faktor budaya, faktor pribadi, dan faktor psikologi.
73
Lampiran 2. Peta potensi Produk Unggulan daerah Kabupaten Banjarnegara
74
Lampiran 3. Kuesioner untuk Identifikasi Rantai Pasokan Profil Perusahaan Nama Perusahaan : ......................................................................................... Alamat : ......................................................................................... ......................................................................................... Telp./Fax/HP : ......................................................................................... Lamanya usaha : ......................................................................................... Produk utama dan produk sampingan : .................................................................. I. Pemasok
A. Bahan Baku
1. Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat keramik? 2. Jenis pemasok bahan baku :
a. Perusahaan besar b. Perusahaan kecil dan menengah c. Pemerintah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi UKM) d. Lain-lain ......................................................................................................
3. Bagaimana saudara memperoleh informasi tentang pemasok tersebut? a. Melalui promosi pemasok tersebut b. Pemberitahuan dari pihak lain c. Mencari pemasok sendiri d. Lain-lain ......................................................................................................
4. Berapa jumlah pemasok bahan baku? a. 1 pemasok b. 2 pemasok c. > 2 pemasok
5. Berapa kali pemasok mengirimkan bahan baku setiap bulan? Asal pemasok Jumlah pengiriman per bulan
6. Berapa jumlah pengiriman bahan baku dalam satu kali pengiriman?
Asal Pemasok Jumlah bahan baku
7. Berapa rata-rata jumlah bahan baku yang dipesan setiap bulan berdasar jumlah pemasok:
Asal Pemasok Jumlah Pembelian Harga
8. Sistem Pemesanan bahan baku yang dilakukan: a. Sistem kontrak (sudah ada perjanjian kerjasama dengan pemasok) b. Dipesan tanpa ada perjanjian dengan pemasok atau secara langsung c. Cara lainnya.................................................................................................
9. Bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan kepada pemasok : a. Pembayaran tunai pada saat barang dikirim b. Pembayaran dimuka c. Pembayaran melalui rekening, cek, atau giro. d. Pembayaran dilakukan diakhir minggu/bulan.
75
e. Lainya.......................................................................................................... 10. Bagaimana sistem pengangkutan bahan baku yang telah dibeli :
a. Diangkut oleh pemasok sampai ke gudang b. Diambil oleh perusahaan di tempat pemasok c. Lainnya .......................................................................................................
11. Kerjasama yang dilakukan antara persahaan dengan pemasok selama ini : a. Hanya sebagai penyedia bahan baku yang tidak konsisten b. Mutu bahan baku tidak sesuai dengan yang diharapkan c. Kerjasama lainnya .......................................................................................
12. Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan bahan baku : a. Ketersediaan bahan baku yang tidak konsisten b. Mutu bahan baku tidak sesuai dengan yang diharapkan c. Kurangnya informasi d. Keterbatasan sarana fisik e. Lainnya .......................................................................................................
B. Bahan Penolong 1. Bahan penolong yang digunakan untuk membuat keramik? 2. Jenis pemasok bahan penolong :
a. Perusahaan besar b. Perusahaan kecil dan menengah c. Pemerintah (Dinas Perindustrian, Perdagangan, Dinas Koperasi UKM) d. Lain-lain ......................................................................................................
3. Bagaimana saudara memperoleh informasi tentang pemasok tersebut? a. Melalui promosi pemasok tersebut b. Pemberitahuan dari pihak lain c. Mencari pemasok sendiri d. Lain-lain ......................................................................................................
4. Berapa jumlah pemasok bahan penolong? a. 1 pemasok b. 2 pemasok c. > 2 pemasok; sebutkan ...............................................................................
5. Berapa kali pemasok mengirimkan bahan penolong setiap bulan? Asal pemasok Jenis bahan penolong Jumlah pengiriman per
bulan
6. Berapa jumlah pengiriman bahan penolong dalam satu kali pengiriman? Asal Pemasok Jenis bahan penolong Jumlah bahan penolong
7. Berapa rata-rata jumlah bahan penolong yang dipesan setiap bulan berdasar jumlah pemasok:
Jenis Bahan Penolong
Asal Pemasok
Jumlah Pembelian
Harga
8. Sistem Pemesanan bahan penolong yang dilakukan:
a. Sistem kontrak (sudah ada perjanjian kerjasama dengan pemasok) b. Dipesan tanpa ada perjanjian dengan pemasok atau secara langsung
76
c. Cara lainnya ................................................................................................ 9. Bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan kepada pemasok :
a. Pembayaran tunai pada saat barang dikirim b. Pembayaran dimuka c. Pembayaran melalui rekening, cek, atau giro. d. Pembayaran dilakukan diakhir minggu/bulan. e. Lainnya........................................................................................................
10. Bagaimana sistem pengangkutan bahan penolong yang telah dibeli : a. Diangkut oleh pemasok sampai ke gudang b. Diambil oleh perusahaan di tempat pemasok c. Lainnya .......................................................................................................
11. Kerjasama yang dilakukan antara perusahaan dengan pemasok selama ini : a. Hanya sebagai penyedia bahan baku yang tidak konsisten b. Mutu bahan baku tidak sesuai dengan yang diharapkan c. Kerjasama lainnya.......................................................................................
12. Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan bahan penolong : a. Ketersediaan bahan baku yang tidak konsisten b. Mutu bahan baku tidak sesuai dengan yang diharapkan c. Kurangnya informasi d. Keterbatasan sarana fisik e. Lainnya .......................................................................................................
II. Persediaan
A. Bahan Baku 1. Berapa jumlah rata-rata persediaan bahan baku per bulan ?
No Jenis Persediaan Jumlah Persediaan
2. Apakah jumlah persediaan sesuai dengan kebutuhan untuk pengolahan? a. Ya b. Tidak, jika tidak bagaimana cara memperolehnya ..................................... .....................................................................................................................
3. Berapa biaya persediaan yang dikeluarkan tiap bulan? No Biaya-biaya
persediaan Cakupan biaya Besarnya biaya
1. Biaya simpan 2. Biaya pesan 3. Biaya penyiapan 4. Biaya kehabisan
bahan
4. Bagaimana proses penerimaan bahan baku ? a. Bahan baku diterima di tempat pembeli/perusahaan b. Bahan baku diambil di tempat pemasok. c. Lainnya .......................................................................................................
5. Lama daya tahan penyimpanan?...........................hari/minggu/bulan 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan persediaan bahan baku:
(jawaban boleh lebih dari satu):
77
a. Gudang b. Pemasok c. Suhu udara d. Lainnya .......................................................................................(sebutkan)
7. Bagaimana mekanisme penyaluran persediaan bahan baku? 8. Persoalan-persoalan dalam manajemen persediaan bahan baku:
a. Permintaan yang terlalu bervariasi b. Perputaran waktu yang tidak stabil c. Hubungan dengan pemasok yang terganggu d. Mutu produk e. Lainnya .......................................................................................................
B. Bahan Penolong 1. Berapa jumlah rata-rata persediaan bahan penolong per bulan ?
No Jenis Persediaan Jumlah Persediaan
2. Apakah jumlah persediaan sesuai dengan kebutuhan untuk pengolahan? a. Ya b. Tidak, jika tidak bagaimana cara memperolehnya .....................................................................................................................
3. Berapa biaya persediaan yang dikeluarkan tiap bulan? No Biaya-biaya
persediaan Cakupan biaya Besarnya biaya
1. Biaya simpan 2. Biaya pesan 3. Biaya penyiapan 4. Biaya kehabisan
bahan
4. Bagaimana proses penerimaan bahan penolong ? a. Bahan penolong diterima di tempat pembeli/perusahaan b. Bahan penolong diambil di tempat pemasok. c. Lainnya
5. Lama daya tahan penyimpanan?...........................hari/minggu/bulan 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan persediaan bahan penolong:
(jawaban boleh lebih dari satu): a. Gudang b. Pemasok c. Suhu udara d. Lainnya .......................................................................................(sebutkan)
7. Bagaimana mekanisme penyaluran persediaan bahan penolong? 8. Persoalan-persoalan dalam manajemen persediaan bahan penolong:
a. Permintaan yang terlalu bervariasi b. Perputaran waktu yang tidak stabi c. Hubungan dengan pemasok yang terganggu d. Mutu produk e. Lainnya .......................................................................................................
78
III. Produksi 1. Berapa jumlah permintaan keramik per bulan?
Jenis Produk Jumlah permintaan
2. Berapa jumlah produksi keramik per bulan? Jenis Produk Jumlah produksi
3. Bagaimana proses penentuan kebijakan produksi? a. Ditentukan oleh pemilik usaha berdasarkan jumlah permintaan. b. Kesepakatan antara pengusaha dan pekerja berdasarkan jumlah permintaan c. Lainnya .......................................................................................................
4. Bagaimana urutan proses produksi? 5. Lama waktu produksi rata-rata dibutuhkan untuk menghasilkan produk jadi?
Jenis Produk Ukuran Produk Waktu Produksi
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan waktu produksi? a. Keterlambatan bahan baku dan bahan penolong b. Penggunaan alat atau mesin produksi c. Keterlambatan pekerja d. Lainnya .......................................................................................................
7. Dari segi mutu apakah produk keramik saudara sudah memenuhi keinginan konsumen ? a. Ya b. Tidak
8. Pengawasan mutu yang dilakukan terhadap proses pembuatan keramik : a. Mengontrol secara langsung b. Ada bagian pengawas mutu yang mengontrolnya. c. Lainnya .............................................................................. (sebutkan)
9. Bagaimana mengenai desain produk, apakah desain produk keramik saudara memenuhi keinginan konsumen? a. Ya b. Tidak
10. Apakah saudara menggunakan ahli untuk melakukan desain produk? a. Ya b. Tidak
11. Apakah harga dari keramik yang dihasilkan selama ini cukup bersaing? a. Ya b. Tidak
12. Dari pertama berproduksi, apakah proses yang dilakukan sekarang sudah mengalami perkembangan ? a. Belum. Mengapa?........................................................................................ b. Sudah (lanjutkan ke pertanyaan no.5-10)
13. Jika sudah, dalam segi apa perkembangan tersebut? ...........................................................................................................................
14. Informasi pembuatan keramik diperoleh dari : a. Pemerintah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan
UKM) b. Media massa dan elektronik
79
c. Pihak lainnya ...............................................................................(sebutkan) 15. Bagaimana informasi perkembangan tersebut sampai ?
a. Melalui pelatihan-pelatihan b. Berlangganan majalah yang berhubungan dengan keramik c. Penyuluhan-penyuluhan d. Lain-lain ......................................................................................(sebutkan)
16. Daerah yang menjadi saingan dalam memproduksi keramik? a. Jawa Tengah (sebutkan daerah mana)......................................................... b. Luar Jawa Tengah (sebutkan daerah mana) ................................................
17. Apa yang diharapkan saudara dalam meningkatkan mutu keramik : a. Adanya lembaga informasi melalui mutu b. Pelatihan-pelatihan c. Lain-lain ......................................................................................(sebutkan)
IV. Distributor 1. Apakah dalam menyalurkan barang saudara menggunakan distributor dari
perusahaan saudara sendiri atau menggunakan jasa distributor yang independen? a. Hanya distributor dari perusahaan? b. Hanya menggunakan jasa distributor independen? c. Distributor perusahaan (........%) dan jasa distributor (..........%)
2. Jenis distributor? a. Agen b. Retailer/pedagang eceran c. Lainnya....................................................................................... (sebutkan)
3. Berapa kali saudara menyalurkan barang ke distributor dalam tiap bulan: a. 1 kali b. 2 kali c. Lainnya........................................................................................................
4. Berapa jumlah barang yang didistribusikan setiap kali pengiriman? Jenis Distributor Jenis Keramik Jumlah Keramik
5. Jika perusahaan anda menggunakan distributor independen untuk menyalurkan produk, bentuk kerjasama apa yang dilakukan antara perusahaan dengan distributor? a. Sistem kontak (sudah ada perjanjian dengan pemasok) b. Dipesan tanpa ada perjanjian dengan pemasok atau secara langsung. c. Cara lainnya ................................................................................................
6. Jenis keramik yang banyak diminati? a. Guci b. Vas bunga c. Souvenir kecil d. Lainnya........................................................................................................
7. Permasalah yang dihadapi dalam melakukan kegiatan distribusi a. Keterlambatan dalam pendistribusian b. Kerusakan pada produk yang didistribusikan
80
c. Lainnya ....................................................................................................... V. Konsumen
1. Daerah yang menjadi tujuan pasar (konsumen) keramik :
a. Jawa Tengah................................................................................(sebutkan) b. Luar Jawa Tengah .......................................................................(sebutkan) c. Luar negeri .................................................................................(sebutkan)
2. Pangsa pasar masyarakat mana yang dapat dipenuhi oleh saudara? a. Menengah ke bawah b. Menegah ke atas c. Menengah ke bawah (........%) dan menengah ke atas (.........%)
3. Daerah mana yang memiliki pangsa pasar terbesar? a. Jawa Tengah................................................................................(sebutkan) b. Luar Jawa Tengah .......................................................................(sebutkan) c. Luar negeri .................................................................................(sebutkan)
4. Jenis pelayanan apa yang Saudara berikan pada konsumen? a. Jasa antar barang b. Jasa kredit c. Lainnya .......................................................................................(sebutkan)
5. Cara memasarkan keramik kepada pelanggan? a. Ada pengumpul individu yang membeli b. Saudara yang menawarkan keramik kepada mereka c. Pihak lain seperti pemerintah d. Melalui pameran-pameran e. Lain-lain........................................................................................................
6. Apakah saudara sering melakukan pameran-pameran? a. tidak b. Ya. (lanjutkan ke pertanyaan no.7)
7. Dimana saja? a. Dalam negeri b. Luar negeri c. Dalam negeri (.......%) dan luar negeri (.......%)
8. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam meghadapi pelanggan? a. Permintaan keramik oleh pelanggan tidak terpenuhi b. Mutu yang tidak sesuai dengan keinginan pelanggan c. Pelayanan yang kurang memuaskan d. Lainnya ........................................................................................................
VI. Kerjasama
No Kerjasama Ya Tidak Bentuk kerjasama yang dilakukan
1 Perusahaan lain yang sejenis
2 Perusahaan lain beda jenis
3 Lembaga pelatihan SDM
81
4 Perbankan/ lembaga keuangan lainnyayang memberikan modal
5 Lembaga teknologi dan informasi
6 Lembaga pemasaran 7 ..............
VII. Sumber Daya Manusia 1. Berapa jumlah tenaga kerja yang dimiliki?............................orang. 2. Berasal dari mana saja tenaga kerja yang ada sekarang?
a. Dari Banjarnegara. Daerah.......................................................... (sebutkan) b. Dari Luar Banjarnegara............................................................... (sebutkan) c. Dari Banjarnegara (………%) dan luar Banjarnegara (………%)
3. Sistem perekrutan yang dilakukan : a. Melalui pengumuman b. Iklan di media massa c. Secara lisan melalui orang lain d. Lannya ........................................................................................................
4. Gaji yang diberikan kepada pekerja : Rp………………../hari/minggu/bulan 5. Fasilitas apa saja yang diberikan kepada pekerja selain gaji?
........................................................................................................................... 6. Permasalahan apa yang sering dihadapi dalam tenaga kerja?
a. Sulitnya memperoleh tenaga kerja b. Keterampilan atau keahlian tenaga kerja belum memadai c. Disiplin kerja kurang d. Lain-lain ......................................................................................................
7. Usaha apa yang dialakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut? ...........................................................................................................................
8. Peran pemerintah daerah yang haru dilakukan dalam meningkatkan kualitas SDM?
...........................................................................................................................
82
Lampiran 4. Kuesioner untuk menilai hubungan manajemen rantai pasokan dengan produktivitas
KUESIONER
ANALISIS MANAJEMEN RANTAI PASOKAN TERHADAP
PRODUKTIVITAS UKM KERAMIK KLAMPOK BANJARNEGARA
Disusun Oleh:
ANA OKTIYA
H24102024
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
83
PENGANTAR Bapak/Ibu/Saudara yang Terhormat Pada saat ini, saya sedang mengadakan penelitian yang berjudul 'Analisis Manajemen Rantai Pasokan terhadap Produktivitas UKM keramik Klampok Banjarnegara'. Penelitian ini dilakukan dalam rangka penelitian mahasiswa tingkat akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut pertanian Bogor (IPB). Bapak/Ibu/Saudara dimohon untuk melakukan penilaian hubungan manajemen rantai pasokan terhadap produktivitas. Hasil dari kuesioner ini akan digunakan untuk menganalisis seberapa besar hubungan manajemen rantai pasokan terhadap produktivitas di UKM Keramik Banjarnegara. Tidak ada jawaban benar atau salah dalam pengisian kuesioner ini serta bersifat rahasia. Kejujuran Bapak/Ibu/Saudara sangat diperlukan untuk kebenaran kuesioner ini. Saya ucapkan terima kasih atas kerjasama dan kesediaannya.
Banjarnegara, Maret 2006
Ana Oktiya No. responden : Latar Belakang Responden Nama : ................................................................................................. Perusahaan : ................................................................................................. Jabatan : ................................................................................................. Alamat : ................................................................................................. Telp/HP : ................................................................................................. Petunjuk Pengisian Kuesioner Bapak/Ibu/Saudara dimohon untuk menilai hubungan antara manajemen rantai pasokan dengan produktivitas. Penilaian hubungan didasarkan atas pernyataan-pernyataan yang tersedia dalam tabel, apakah Bapak/Ibu/Saudara merasa sangat setuju (SS) , setuju (S) , netral (N) , tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS), terhadap pernyataan tersebut. Berilah tanda silang (X) pada penilaian yang diberikan.
No Uraian STS TS N S SS 1. Menurut saya, keahlian tenaga kerja
menentukan tingkat produktivitas perusahaan
2. Menurut saya penggunaan teknologi lebih menentukan tingkat produktivitas dibandingkan dengan volume dan standar bahan baku
3. Menurut saya, perencanaan dan pengawasan produksi lebih mampu meningkatkan produktivitas produk dibandingkan dengan penanganan bahan baku dan mesin.
84
No. Uraian STS TS N S SS 4. Menurut saya, semakin besar ukuran
perusahaan maka semakin tinggi tingkat produktivitas.
5. Menurut saya, kerjasama dengan perusahaan sejenis akan meningkatan produktivitas perusahaan.
6. Menurut saya, kebijakan pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah daerah berdampak pada peningkatkan mutu pegawai
7. Menurut saya, kualitas sebagai factor utama meningkatkan produktivitas dibandingkan spesialisasi produksi
8. Menurut saya, kerjasama dengan pemasok mampu menurunkan biaya produksi.
9. Menurut saya, menggunakan banyak pemasok dapat memperlancar kegiatan produksi.
10. Menurut saya, kerjasama dengan pemasok melalui sistem kontrak bermanfaat untuk efisiensi biaya.
11. Menurut saya, kelancaran informasi dengan pemasok akan berpengaruh positif pada peningkatan produktivitas.
12. Menurut saya, kunci utama meningkatkan produktivitas adalah menjaga hubungan baik dengan pemasok.
13. Menurut saya, jumlah persediaan yang kecil akan lebih menghemat biaya.
14. Menurut saya, penyimpanan persediaan dalam jangka waktu pendek akan memperkecil biaya penyimpanan.
15. Menurut saya, kelancaran hubungan dengan pemasok berpengaruh pada efektifitas persediaan .
16. Menurut saya, jumlah persediaan akan sulit ditentukan jika jumlah permintaan sangat bervariasi.
17. Menurut saya, mutu produk factor utama untuk peningkatan produktivitas produk.
18. Menurut saya, pengawasaan mutu secara langsung terhadap produk lebih efisien untuk menjaga kualitas produk.
19. Menurut saya, jumlah produksi ditentukan berdasarkan pada jumlah permintaan per bulan.
20. Menurut saya, pengembangan desain produk dapat meningkatkan produktivitas produksi.
85
No. Uraian STS TS N S SS 21. Menurut saya, informasi sangat
diperlukan untuk mengembangkan kegiatan produksi.
22. Menurut saya, distribusi produk secara langsung akan labih menguntungkan dari pada menggunakan jasa distributor independen.
23. Menurut saya, system pengangkutan yang baik akan memperlancar kegiatan distribusi.
24. Menurut saya, kegiatan distribusi dalam setiap bulan dapat meningkatkan efisiensi biaya.
25. Menurut saya, tidak melakukan keterlambatan dalam pendistribusian dapat menjaga kepercayaan distributor.
26. Menurut saya, peningkatkan produktivitas produk akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
27. Menurut saya, pelayanan jasa pengiriman barang kepada pelanggan akan berpengaryhterhadap kepuasan pelanggan.
28. Menurut saya kegiatan promosi seperti pameran adalah bentuk pelayanan kepada pelanggan.
29. Menurut saya, pelayanan purna jual kepada konsumen dapat menjaga kepercayaan konsumen.
30. Menurut saya, kualitas produk menjadi hal utama dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
31. Menurut saya, kerjasama dengan perusahaan atau lembaga lain akan lebih menguntungkan.
32. Menurut saya, kerjasama dengan pemasok akan memperlancar kegiatan produksi.
33. Menurut saya, kerjasama dengan lembaga pendidikan dapat meningkatkan mutu produk kita.
34. Menurut saya, kerjasama dengan lembaga informasi dapat memperlancar hubungan dengan pemasok dan distributor.
35. Menurut saya, tenaga kerja yang berkualitas dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
36. Menurut saya, disiplin tenaga kerja yang tinggi akan berpengaruh pada kelancaran kegiatan produksi dan distribusi.
86
No. Uraian STS TS N S SS 37. Menurut saya, pendidikan dan
pelatihan tenaga kerja dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja
38. Menurut saya, penggunaan tenaga ahli penting untuk meningkatkan kualitas produk.
87
Lampiran 5. Tabel Uji Validitas dengan Korelasi Product Moment
Pertanyaan r Keterangan Pertanyaan r Keterangan1 0.73216497 VALID 21 0.632603 VALID 2 0.259011177 VALID 22 -0.17437 VALID 3 -0.09070685 VALID 23 0.553515 VALID 4 0.618800493 VALID 24 -0.13734 VALID 5 0.780010672 VALID 25 0.905299 VALID 6 0.181771895 VALID 26 0.762064 VALID 7 0.238838687 VALID 27 0.553515 VALID 8 -0.188508759 VALID 28 0.915205 VALID 9 -0.055390315 VALID 29 0.619315 VALID 10 0.444338141 VALID 30 0.34386 VALID 11 0.397595104 VALID 31 0.860033 VALID 12 0.255901552 VALID 32 0.459339 VALID 13 0.03572568 VALID 33 0.86084 VALID 14 0.697010534 VALID 34 0.559195 VALID 15 0.370653926 VALID 35 0.366188 VALID 16 -0.144291505 VALID 36 0.525058 VALID 17 -0.158882541 VALID 37 0.178628 VALID 18 0.360977454 VALID 38 0.652676 VALID 19 -0.036487507 VALID 20 0.288052716 VALID
88
Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas dengan Rumus Alpha
1. Reliabilitas variabel productivitas Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 N of Items = 3 Alpha = .8183 2. Reliabilitas variabel pemasok
Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 N of Items = 3 Alpha = .7781
3. Reliabilitas variabel persediaan Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 N of Items = 3 Alpha = .7500
4. Reliabilitas variabel produksi Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 N of Items = 3 Alpha = .8829
5. Reliabilitas variabel retailer Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 N of Items = 3 Alpha = .6883
6. Reliabilitas variabel distributor Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 N of Items = 3 Alpha = .8729
89
Lanjutan lampiran 5. 7. Reliabilitas variabel kerjasama Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 N of Items = 3 Alpha = .8789 8. Reliabilitas variabel SDM
Reliability R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Reliability Coefficients N of Cases = 10.0 N of Items = 3 Alpha = .8967
90
Lampiran 7. Data responden
Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 4 5 4 5 4 5 5 5 4 3 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 3 4 3 5 4 4 2 5 5 3 3 5 5 5 4 5 3 4 3 4 3 4 3 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 3 3 4 4 3 5 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 3 4 4 5 4 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 3 4 4 5 3 3 5 4 4 4 5 5 5 5 5
91
Lampiran 8. Hasil pengolahan dengan Regresi Stepwise Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 Alpha-to-Enter: 0.05 Alpha-to-Remove: 0.05 Response is Y on 7 predictors, with N = 20 Step 1 Constant 2.809 X6 0.27 T-Value 2.56 P-Value 0.020 S 0.403 R-Sq 26.76 R-Sq(adj) 22.69 C-p -1.3 BacStepwise Regression: Y versus X1 Forward selection. Alpha-to-Enter: 0.05 Response is Y on 1 predictors, with N = 20 No variables entered or removed Stepwise Regression: Y versus X1, X2 Forward selection. Alpha-to-Enter: 0.05 Response is Y on 2 predictors, with N = 20 No variables entered or removed Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3 Forward selection. Alpha-to-Enter: 0.05 Response is Y on 3 predictors, with N = 20 No variables entered or removed Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4 Forward selection. Alpha-to-Enter: 0.05 Response is Y on 4 predictors, with N = 20 No variables entered or removed
92
Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5 Forward selection. Alpha-to-Enter: 0.05 Response is Y on 5 predictors, with N = 20 No variables entered or removed Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6 Forward selection. Alpha-to-Enter: 0.05 Response is Y on 6 predictors, with N = 20 Step 1 Constant 2.809 X6 0.27 T-Value 2.56 P-Value 0.020 S 0.403 R-Sq 26.76 R-Sq(adj) 22.69 C-p -0.8 Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 Forward selection. Alpha-to-Enter: 0.05 Response is Y on 7 predictors, with N = 20 Step 1 Constant 2.809 X6 0.27 T-Value 2.56 P-Value 0.020 S 0.403 R-Sq 26.76 R-Sq(adj) 22.69 C-p -1.3
93
Lampiran 9. Hasil pengolahan dengan backward elimination Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05 Response is Y on 7 predictors, with N = 20 Step 1 2 3 4 5 6 7 Constant 4.357 4.468 4.544 3.999 2.428 2.193 2.809 X1 -0.09 -0.09 T-Value -0.52 -0.53 P-Value 0.613 0.606 X2 -0.20 -0.21 -0.26 -0.23 -0.19 T-Value -0.73 -0.82 -1.11 -1.02 -0.88 P-Value 0.480 0.427 0.284 0.325 0.394 X3 0.03 T-Value 0.12 P-Value 0.904 X4 0.19 0.20 0.26 0.28 0.24 0.17 T-Value 0.78 0.83 1.31 1.46 1.32 1.06 P-Value 0.449 0.422 0.212 0.165 0.207 0.305 X5 0.15 0.16 0.11 T-Value 0.67 0.83 0.68 P-Value 0.517 0.420 0.511 X6 0.27 0.28 0.27 0.29 0.27 0.23 0.27 T-Value 1.92 2.04 2.05 2.25 2.19 2.03 2.56 P-Value 0.079 0.063 0.060 0.040 0.043 0.059 0.020 X7 -0.43 -0.43 -0.49 -0.34 T-Value -0.78 -0.81 -0.96 -0.75 P-Value 0.451 0.431 0.353 0.462 S 0.447 0.429 0.418 0.410 0.405 0.402 0.403 R-Sq 40.18 40.11 38.82 36.83 34.43 31.29 26.76 R-Sq(adj) 5.29 12.46 16.97 19.98 22.13 23.20 22.69 C-p 8.0 6.0 4.3 2.7 1.2 -0.2 -1.3 Stepwise Regression: Y versus X1, X2, X4, X5, X6, X7 Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05 Response is Y on 6 predictors, with N = 20 Step 1 2 3 4 5 6 Constant 4.468 4.544 3.999 2.428 2.193 2.809 X1 -0.09 T-Value -0.53 P-Value 0.606 X2 -0.21 -0.26 -0.23 -0.19 T-Value -0.82 -1.11 -1.02 -0.88
94
P-Value 0.427 0.284 0.325 0.394 X4 0.20 0.26 0.28 0.24 0.17 T-Value 0.83 1.31 1.46 1.32 1.06 P-Value 0.422 0.212 0.165 0.207 0.305 X5 0.16 0.11 T-Value 0.83 0.68 P-Value 0.420 0.511 X6 0.28 0.27 0.29 0.27 0.23 0.27 T-Value 2.04 2.05 2.25 2.19 2.03 2.56 P-Value 0.063 0.060 0.040 0.043 0.059 0.020 X7 -0.43 -0.49 -0.34 T-Value -0.81 -0.96 -0.75 P-Value 0.431 0.353 0.462 S 0.429 0.418 0.410 0.405 0.402 0.403 R-Sq 40.11 38.82 36.83 34.43 31.29 26.76 R-Sq(adj) 12.46 16.97 19.98 22.13 23.20 22.69 C-p 7.0 5.3 3.7 2.2 0.9 -0.1 Stepwise Regression: Y versus X2, X4, X5, X6, X7 Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05 Response is Y on 5 predictors, with N = 20 Step 1 2 3 4 5 Constant 4.544 3.999 2.428 2.193 2.809 X2 -0.26 -0.23 -0.19 T-Value -1.11 -1.02 -0.88 P-Value 0.284 0.325 0.394 X4 0.26 0.28 0.24 0.17 T-Value 1.31 1.46 1.32 1.06 P-Value 0.212 0.165 0.207 0.305 X5 0.11 T-Value 0.68 P-Value 0.511 X6 0.27 0.29 0.27 0.23 0.27 T-Value 2.05 2.25 2.19 2.03 2.56 P-Value 0.060 0.040 0.043 0.059 0.020 X7 -0.49 -0.34 T-Value -0.96 -0.75 P-Value 0.353 0.462 S 0.418 0.410 0.405 0.402 0.403 R-Sq 38.82 36.83 34.43 31.29 26.76 R-Sq(adj) 16.97 19.98 22.13 23.20 22.69 C-p 6.0 4.5 3.0 1.7 0.8 Stepwise Regression: Y versus X2, X4, X6, X7 Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05
95
Response is Y on 4 predictors, with N = 20 Step 1 2 3 4 Constant 3.999 2.428 2.193 2.809 X2 -0.23 -0.19 T-Value -1.02 -0.88 P-Value 0.325 0.394 X4 0.28 0.24 0.17 T-Value 1.46 1.32 1.06 P-Value 0.165 0.207 0.305 X6 0.29 0.27 0.23 0.27 T-Value 2.25 2.19 2.03 2.56 P-Value 0.040 0.043 0.059 0.020 X7 -0.34 T-Value -0.75 P-Value 0.462 S 0.410 0.405 0.402 0.403 R-Sq 36.83 34.43 31.29 26.76 R-Sq(adj) 19.98 22.13 23.20 22.69 C-p 5.0 3.6 2.3 1.4 Stepwise Regression: Y versus X2, X4, X6 Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05 Response is Y on 3 predictors, with N = 20 Step 1 2 3 Constant 2.428 2.193 2.809 X2 -0.19 T-Value -0.88 P-Value 0.394 X4 0.24 0.17 T-Value 1.32 1.06 P-Value 0.207 0.305 X6 0.27 0.23 0.27 T-Value 2.19 2.03 2.56 P-Value 0.043 0.059 0.020 S 0.405 0.402 0.403 R-Sq 34.43 31.29 26.76 R-Sq(adj) 22.13 23.20 22.69 C-p 4.0 2.8 1.9 Stepwise Regression: Y versus X4, X6 Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05 Response is Y on 2 predictors, with N = 20 Step 1 2
96
Constant 2.193 2.809 X4 0.17 T-Value 1.06 P-Value 0.305 X6 0.23 0.27 T-Value 2.03 2.56 P-Value 0.059 0.020 S 0.402 0.403 R-Sq 31.29 26.76 R-Sq(adj) 23.20 22.69 C-p 3.0 2.1 Stepwise Regression: Y versus X6 Backward elimination. Alpha-to-Remove: 0.05 Response is Y on 1 predictors, with N = 20 Step 1 Constant 2.809 X6 0.27 T-Value 2.56 P-Value 0.020 S 0.403 R-Sq 26.76 R-Sq(adj) 22.69 C-p 2.0
97
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Ordinal Logistic Regression dengan Minitab 14 Ordinal Logistic Regression: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7 Link Function: Logit Response Information Variable Value Count Y 3 2 4 16 5 2 Total 20 Logistic Regression Table Odds 80% CI Predictor Coef SE Coef Z P Ratio Lower Upper Const(1) -6.06053 28.3870 -0.21 0.831 Const(2) 1.78064 28.4569 0.06 0.950 X1 0.597051 1.11966 0.53 0.594 1.82 0.20 16.31 X2 2.17474 2.36894 0.92 0.359 8.80 0.08 914.03 X3 -0.449529 2.28977 -0.20 0.844 0.64 0.01 56.74 X4 -1.83465 1.84790 -0.99 0.321 0.16 0.00 5.97 X5 -1.09518 1.60026 -0.68 0.494 0.33 0.01 7.70 X6 -2.29039 1.48076 -1.55 0.122 0.10 0.01 1.84 X7 3.30841 5.69364 0.58 0.561 27.34 0.00 1920195.84 Log-Likelihood = -7.832 Test that all slopes are zero: G = 9.897, DF = 7, P-Value = 0.194 Goodness-of-Fit Tests Method Chi-Square DF P Pearson 21.1368 25 0.685 Deviance 12.8916 25 0.978 Measures of Association: (Between the Response Variable and Predicted Probabilities) Pairs Number Percent Summary Measures Concordant 56 82.4 Somers' D 0.66 Discordant 11 16.2 Goodman-Kruskal Gamma 0.67 Ties 1 1.5 Kendall's Tau-a 0.24 Total 68 100.0