90
ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) KERAJINAN TAS RETNO TRI WAHYUNINGSIH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

i

ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN

USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) KERAJINAN TAS

RETNO TRI WAHYUNINGSIH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Relasi

Gender dan Keberhasilan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tas

(Studi Kasus Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) Kampung Pulekan

Kecamatan Ciampea-Kabupaten Bogor Jawa Barat) benar-benar hasil karya saya

sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi

atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan

dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

Retno Tri Wahyuningsih

NIM I34080096

Page 3: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

iii

ABSTRAK

RETNO TRI WAHYUNINGSIH. Analisis Relasi Gender dalam Keberhasilan

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tas (Studi Kasus Kampoeng

Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) Kampung Pulekan Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Dibimbing oleh PUDJI MULJONO.

Kesetaraan dan Keadilan Gender merupakan isu yang sangat penting dan

menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia untuk mewujudkan relasi yang

harmonis dan berkeadilan antara laki-laki dan perempuan. Tujuan penelitian ini

adalah menganalisis relasi gender dalam UKM yang dilihat dari akses, kontrol dan

penempatan posisi antara perempuan dan laki-laki dalam pengelolaan UKM

Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru; mengidentifikasi karakteristik anggota

UKM (umur, tingkat pendidikan, lama mengikuti UKM serta jenis kelamin) dan

hubungannya dengan relasi gender; serta keberhasilan UKM dan hubungannya

dengan relasi gender dalam UKM. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Individu responden

anggota UKM menyatakan tidak adanya pembedaan antara laki-laki dan

perempuan dalam pembagian kerja, namun secara sosial pembagian kerja dan bias

gender masih besar terlihat. Keberhasilan UKM sejalan dengan relasi gender.

Semakin setara relasi gendernya, maka UKM pun semakin berhasil. Keberhasilan

UKM juga dikarenakan adanya kesadaran dari anggota UKM (laki-laki dan

perempuan) dalam pengelolaan UKM terhadap tugas dan tanggung jawab masing-

masing.

Kata kunci: kesetaraan, keberhasilan, relasi gender

Page 4: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

iv

ABSTRACT

RETNO TRI WAHYUNINGSIH. Gender Analysis Of A Mutual Relation and

The Success Of Small and Medium Enterprises Craft Bag (The Case Study

Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru, Pulekan Village, District Ciampea, Bogor

Regency, West Java Province. Supervised by PUDJI MULJONO.

Gender equality and justice is a very important issue and a commitment to the

nations of the world to achieve a harmonious and equitable relations between men

and women. The purpose of this study was to analyze gender relations in Usaha

Kecil dan Menengah is seen from the access, control and positioning between

women and men in the management of UKM (Small and Medium Enterprises)

Kampoeng Tegalwaru; identify characteristics of UKM members (age, education

level, length of follow UKM and gender) and relation to gender relations, as well

as the success of UKM and their relation to gender relations in UKM. This study

used a quantitative approach with a qualitative approach supported. The individual

members of UKM respondents expressed no distinction between men and women

in the division of labor, but social division of labor and gender bias still looks

great. The success of UKM in line with gender relations. The more equal gender

relations, the UKM are increasingly successful. The success of UKM is also due

to the awareness of UKM members (male and female) in the management of

UKM to the duties and responsibilities of each..

Key word: equality, achievment, gender relations

Page 5: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

v

ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN

USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) KERAJINAN TAS

(Studi Kasus Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT)

Kampung Pulekan Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat)

RETNO TRI WAHYUNINGSIH

Skripsi

Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN

PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 6: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

vi

Judul Skripsi : Analisis Relasi Gender Dalam Keberhasilan Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) Kerajinan Tas (Studi Kasus Kampoeng

Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) Kampung Pulekan

Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

Nama : Retno Tri Wahyuningsih

NIM : I34080096

Disetujui oleh

Dr Ir Pudji Muljono, MSi

NIP. 19621010 198903 1 005

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS

Ketua Departemen

Tanggal lulus:

Page 7: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

vii

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah

diberikannya-Nya kepada penulis sehingga skripsi berjudul “Analisis Relasi

Gender dan Keberhasilan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Tas

(Studi Kasus Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) Kampung Pulekan,

Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ini dapat

diselesaikan. Tanpa pertolongan-Nya skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan

baik.

Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini disusun untuk mengkaji

sejauhmana kaitan antara relasi gender dengan keberhasilan Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) yang dijadikan lokasi penelitian. Akhir kata semoga skripsi ini

dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Maret 2013

Retno Tri Wahyuningsih

Page 8: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian skripsi ini dapat selesai tentunya tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut sangat membantu penulis dalam

menyumbangkan pikiran, masukan, dan dukungan baik secara moril maupun

material. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Seluruh masyarakat, Ibu Tatiek dan perangkat Desa Tegalwaru yang telah

banyak membantu memberikan informasi terkait penelitian ini.

2. Almh. Ibunda tercinta Suwatni, sosok ibu, guru yang luar biasa hebat dan

Ayahanda Pujiyono serta Ibu Yenida, Orang tua tercinta, serta Dewi Latif

Kesuma Wardhani, Kohar Adhi Kesuma, Yulis Fajar Zulfikar, Asri Fajar

Purnama, serta Dimas Fajar Shodiqin, Kakak dan Adikku tersayang yang

senantiasa berdoa, memberikan semangat, dukungan, serta melimpahkan kasih

sayangnya kepada penulis. Semoga Alloh tetap mempersatukan kita hingga di

Surga-Nya.

3. Bapak Dr. Ir. Pudji Muljono, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, masukan, informasi, curahan waktu dan pikiran

dalam pembuatan skripsi ini dan sabar menghadapi permasalahan yang

dialami penulis. Maaf sudah menjadi bimbingan bapak yang suka

“menghilang”. Semoga Alloh senantiasa memberikan kesehatan dan kebaikan

kepada beliau.

4. Ibu Dra. Winanti Wigna, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Heru

Purwandari, SP, MSi selaku dosen penguji akademik atas segala kritik dan

saran yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Martua Sihaloho, MSi selaku dosen uji petik atas segala kritikan dan

masukannya guna memperbaiki penulisan skripsi ini.

6. Bapak Fakhrurrozi, Ibu Tengku Fitriwati, Bapak Endi Mirzal dan semua Guru

SMA N 1 Dayun yang tidak pernah lelah mendoakan penulis.

7. Pemerintah Kabupaten Siak-Provinsi Riau yang telah memberikan beasiswa

kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian

Bogor.

8. Keluarga besar penulis Yuyun, Diah, Bayu, yang tak pernah berhenti

mendoakan dan memberikan semangat agar cepat menyelesaikan pendidikan

ini.

9. Putri Asih Sulistiyo, Alfi Rahmawati selaku sahabat dekat penulis yang juga

teman satu perjuangan selama menempuh pendidikan di Departemen SKPM

yang telah rela berbagi kebersamaan, memberikan waktu, air mata, kasih

sayang serta perhatiannya kepada penulis dan ada di saat-saat senang maupun

sulit.

10. Mas Enduuuuut atas semua doa, semangat dan harapannya. Semoga Alloh

selalu paring semuanya lancar dan barokah. Amiiiiiin.

11. Adinda Ade Mustami selaku teman sebimbingan penulis yang tidak henti-

henti “mengajak” penulis agar menyelesaikan skripsi ini tepat waktu, dan

semua teman-teman SKPM 45, Mas Tri Budiarto terima kasih atas

Page 9: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

ix

koreksiannya mas, Yulan, Ori, Tina, Lina, Nisa, Niken, Tika, Galih, Tri Irwan,

Jabbar, Risna, Yusuf, Ayu, Viga, Mas Siwi yang sudah bersedia meluangkan

waktunya untuk membantu penulis atas jawaban-jawaban pertanyaan yang

kurang dimengerti penulis dan lainnya yang telah memberikan semangat, doa,

dukungan serta kebahagiaan selama menempuh pendidikan di SKPM.

12. Tutuk dan semua teman-teman penerima Beasiswa Kab. Siak 2008: Diah,

Santi, Titi, Rika, Rio, Roma, Astria, Mahyuni, Taufik, Novita dan Febbi yang

saling memberikan semangat dan kebersamaan selama ini.

13. Sahabat tercinta terutama keluarga besar PONDOK ASAD: yang telah

mengajarkan kebersamaan, saling tolong menolong, tanggung jawab,

tenggang rasa dan cinta untuk menjadi pribadi dan kehidupan yang lebih baik.

14. Teman-teman di Asrama Putri Indramayu, yang sudah bersedia menerima

penulis selama masa “pengungsian”.

15. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan dan

kerjasama selama pengerjaan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.

Bogor, Maret 2013

Penulis

Page 10: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

x

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 3

Tujuan Penelitian 3

Kegunaan Penelitian 3

PENDEKATAN TEORITIS 4

Tinjauan Pustaka 5

Konsep Gender 5

Ideologi Gender 6

Analisis Gender 6

Konsep UKM 10

Konsep dan Definisi UKM 10

Peran UKM 12

Karakteristik UKM 13

Peran Perempuan dalam UKM 14

Hasil Penelitian Relasi Gender dalam Bidang UKM 15

Kerangka Pemikiran 16

Hipotesis 18

Definisi Operasional 18

METODE PENELITIAN 20

Pendekatan Lapang 20

Lokasi dan Waktu Penelitian 20

Data dan Metode Pengumpulan Data 20

Teknik Pengambilan Sampel 23

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 24

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25

Kondisi Geografis dan Kondisi Fisik 25

Kependudukan 26

Kondisi Ekonomi dan Pendidikan Masyarakat 27

Sumber Nafkah Masyarakat Desa Tegalwaru 28

Kehidupan Sosial Kemasyarakatan 29

Sarana dan Prasarana 30

Profil Industri Kerajinan Tas Desa Tegalwaru 30

Proses Pembuatan Tas 32

KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PEMBAGIAN KERJA PENGRAJIN

TAS

33

Karakteristik Individu Pengrajin Tas 33

Umur 33

Pendidikan Formal 34

Pendidikan Nonformal 35

Pengalaman Bekerja (Lama mengikuti UKM) 36

Karakteristik Rumahtangga 37

Jumlah Anggota Rumahtangga 37

Page 11: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

xi

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RELASI

GENDER PENGRAJIN TAS

39

Karakteristik Individu dan Hubungannya dengan Akses, Kontrol dan

Penempatan Posisi dalam UKM KWBT

39

Hubungan Umur dengan Akses, Kontrol dan Penempatan

Posisi dalam UKM KWBT terhadap Sumberdaya

40

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Akses, Kontrol dan

Penempatan Posisi dalam UKM KWBT terhadap Sumberdaya

43

Hubungan Pengalaman Bekerja (Lama Bekerja) dengan Akses

dan Kontrol terhadap Sumberdaya

47

Hubungan Jenis Kelamin dengan Akses Kontrol dan

Penempatan Posisi dalam UKM KWBT

50

IDEOLOGI DAN RELASI GENDER PENGRAJIN TAS 53

Ideologi Gender dan Akses, Kontrol Terhadap Struktur Kelembagaan

UKM

54

Ideologi Gender dan Akses terhadap struktur kelembagaan

UKM

54

Ideologi Gender dan Kontrol Terhadap Struktur Kelembagaan

UKM

55

Hubungan antara Ideologi Gender dengan Penempatan Posisi dalam

Struktur Kelembagaan UKM

56

Pembagian Kerja 58

Analisis Keberhasilan Kerajinan Tas UKM KWBT 60

KESIMPULAN DAN SARAN 62

Kesimpulan 62

Saran 62

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 66

RIWAYAT HIDUP 70

Page 12: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

xii

DAFTAR TABEL

1 Definisi UMKM di Indonesia dan beberapa negara sedang

berkembang di Asia

11

2 Jumlah UMKM Menurut Subsektor Usaha dan Status badan

Hukum Tahun 2006

13

3 Jumlah UMKM Menurut Subsektor Usaha dan Kelompok Umur

Pengusaha Tahun 2006

13

4 Rincian Metode Pengumpulan Data 21

5 Jumlah pengrajin Desa Tegalwaru 22

6 Pemanfaatan lahan/penggunaan tanah di Desa Tegalwaru Tahun

2011

25

7 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di

Desa Tegalwaru Tahun 2000

26

8 Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru Tahun 2001 26

9 Struktur Mata Pencaharian Penduduk Desa Tegalwaru Tahun 2011 29

10 Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan umur di Desa

Tegalwaru tahun 2012

33

11 Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan tingkat pendidikan

di Desa Tegalwaru tahun 2012

34

12 Sebaran Responden dalam keikutsertaannya mengikuti pelatihan

dan musyawarah anggota

35

13 Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan lama mengikuti

UKM di Desa Tegalwaru tahun 2012

37

14 Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan lama mengikuti

UKM di Desa Tegalwaru tahun 2012

37

15 Hasil analisis Uji Statistik Chi Square dan Rank Spearman antara

Karakteristik Responden terhadap Tingkat Kesetaraan Gender

dalam UKM KWBT tahun 2012

39

16 Hubungan Umur dengan Akses terhadap Sumberdaya dalam UKM

KWBT

41

17 Hubungan Umur dengan Kontrol terhadap Sumberdaya dalam

UKM KWBT

41

18 Hubungan Umur dan Penempatan Posisi dalam UKM KWBT 42

19 Hubungan antara akses terhadap sumberdaya dengan tingkat

pendidikan

44

20 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kontrol terhadap

Sumberdaya

45

21 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penempatan Posisi dalam

UKM KWBT

45

22 Penempatan Posisi Perempuan dan Laki-laki dalam Struktur

Kepengurusan UKM KWBT

46

23 Hubungan Lama Bekerja dengan Akses terhadap UKM KWBT 48

24 Hubungan Lama Bekerja dengan Kontrol terhadap Sumberdaya 48

25 Hubungan Lama Mengikuti UKM dengan penempatan Posisi 49

26 Hubungan Jenis Kelamin dengan Akses terhadap Sumberdaya

dalam UKM KWBT

50

27 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kontrol terhadap Sumberdaya 50

Page 13: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

xiii

dalam UKM KWBT

28 Hubungan Jenis Kelamin dengan Penempatan Posisi terhadap

Sumberdaya dalam UKM KWBT

51

29 Ideologi Gender dan Akses Terhadap Struktur Kelembagaan UKM 54

30 Hubungan antara ideologi dan kontrol dalam struktur kelembagaan

UKM

55

31 Hubungan antara ideologi gender dengan penempatan posisi dalam

struktur kelembagaan UKM

56

32 Pembagian Kerja pada 40 Rumahtangga Pengrajin Tas di Desa

Tegalwaru 2012

58

33 Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil dan

Menengah

60

34 Hubungan antara Relasi Gender dan Keberhasilan UKM KWBT 61

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Analisis Relasi Gender dalam UKM 17

2 Bagan Alur Proses Pembuatan Tas 32

3 Diagram ideologi gender kuat dan lemah anggota UKM KWBT 49

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi Kegiatan 65

2 Kerangka Sampling 66

Page 14: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen
Page 15: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pancasila sebagai pendangan hidup dan budaya bangsa, serta Undang-

Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional, menempatkan wanita pada

keluhuran harkat dan martabatnya baik sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,

maupun sebagai warga negara dan sumber daya insani pembangunan. Wacana

pemberdayaan perempuan merupakan salah satu pusat perhatian dalam

pembangunan sumber daya manusia di Indonesia. Ini disebabkan karena masih

banyak ditemukannya bias gender dalam pembangunan dan masyarakat.

Perempuan secara kualitas masih tertinggal dibanding dengan laki-laki.

Peningkatan kemampuan dan akses perempuan dalam peran dan pengambilan

keputusan sangat berkaitan dengan upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah

dan masyarakat sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.

Laki-laki dan perempuan dalam hubungan rumahtangga memegang

peranan penting dalam pembinaan kesejahteraan bersama, secara fisik, materi

maupun spiritual serta dalam meningkatkan kedudukan rumahtangga di dalam

masyarakat. Umumnya pada bidang ekonomi, laki-laki memegang kendali penting

dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan ekonomi rumahtangga (pencari

nafkah utama), sedangkan perempuan dianggap hanya sebagai penambah

penghasilan rumahtangga. Hal tersebut tidak selalu terjadi pada masyarakat

dengan penghasilan ekonomi rendah, pada golongan ini peran perempuan sangat

berpengaruh terhadap perolehan penghasilan keluarga.

Keterlibatan perempuan dalam mancari nafkah keluarga dipahami

sebagai upaya untuk membantu dan meningkatkan kemampuan finansial sehingga

diharapkan mampu memenuhi kebutuhan ekonomi rumahtangga. Seiring

meningkatnya kemampuan dan peran perempuan yang ditunjukkan dalam angka

gender-related development index (GDI) dan gender empowerment measurment

(GEM) menunjukkan angka partisipasi dan akses perempuan dalam

pembangunan. Berdasarkan tinjauan Bappenas yang menjelaskan mengenai

human development report (HDR) 2007-2008, angka GDI Indonesia adalah

sebesar 0,721 dibandingkan dengan angka GDI dalam HDR 2006 sebesar 0,704.

Pengarusutamaan gender (PUG) merupakan suatu pendekatan untuk

mengembangkan kebijakan yang mengintegrasikan pengalaman, aspirasi,

kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program

pembangunan di berbagai bidang pembangunan. Tujuan dari pengarusutamaan

gender ini adalah terselenggaranya kebijakan dan program pembangunan yang

berprespektif gender dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender

dalam kehidupan. Namun, di beberapa tempat masih banyak ditemukan bias

gender dalam program pembangunan dan sering kali yang menjadi korban adalah

perempuan.

Laporan Kementrian Pemberdayaan Perempuan tentang kebijakan

pemberdayaan perempuan dalam pembangunan nasional menyebutkan bahwa

pemberdayaan perempuan (GEM) pada tahun 2002 menunjukkan kondisi

perempuan yang masih memprihatinkan. Hal ini terbukti antara lain dari

Page 16: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

2

keterwakilan perempuan dalam lembaga-lembaga negara dan dalam jabatan

publik, yang mencerminkan peran perempuan yang belum memadai dalam

lembaga kegiatan yang terkait dengan pengambilan keputusan.1 Pada bidang

pendidikan pada tahun 2007, kesenjangan gender terlihat dari angka buta huruf

bagi perempuan mencapai 9,4% jauh di atas laki-laki yang mencapai 5,2%.2

Kegiatan perekonomian Indonesia di pedesaan masih didominasi oleh

usaha-usaha skala mikro dan kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani,

pedagang sarana produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian serta

industri rumah tangga. Namun demikian, para pelaku usaha ini pada umumnya

masih dihadapkan pada permasalahan klasik yaitu terbatasnya ketersediaan modal.

Sebagai unsur esensial dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup

masyarakat pedesaan, keterbatasan modal dapat membatasi ruang gerak aktivitas

sektor industri dan pedesaan. Dalam jangka panjang, kelangkaan modal bisa

menjadi entry point yang merupakan penyebab terjadinya siklus rantai kemiskinan

pada masyarakat petani/pedesaan yang sulit untuk diputus (Hamid 1986 dalam

Ashari 2008).

Piper dalam Tambunan (2009) menyebutkan di Amerika Serikat (AS)

sebanyak 12 juta orang atau sekitar 63,2% dari jumlah tenaga kerja di AS bekerja

di sekitar 350.000 perusahaan yang memperkerjakan kurang dari 500 orang, yang

di negara tersebut masuk dalam kategori Usaha Mikro Kecil Menengah (UKM).

Negara adidaya tersebut memiliki jumlah UKM mencapai sedikit di atas 99% dari

jumlah UKM dari jumlah unit usaha dari semua kategori. Perusahaan-perusahaan

tersebut merupakan inti dari basis insutri di AS.

Selama ini perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)3 di

Indonesia mendapat perhatian serius baik dari pemerintah maupun kalangan

masyarakat luas, terutama karena kelompok unit usaha tersebut menyumbang

sangat banyak kesempatan kerja dan oleh karena itu menjadi salah satu sumber

penting bagi penciptaan pendapatan. Berkaitan dengan gender, UKM menurut

Tambunan (2002) di negara-negara berkembang/miskin, termasuk Indonesia

banyak perempuan melakukan kegiatan ekonomi di luar rumah seperti menjadi

pedagang kecil, pemilik warung dan membantu laki-laki mengelola usaha rumah

tangga semata-mata untuk menambah pendapatan keluarga.

Perempuan pengusaha mempunyai peranan yang sangat penting dalam

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data Kementrian Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah (KUKM) seperti dikutip Hubeis (2010) menerangkan di

Indonesia usaha yang dikelola perempuan mewakili 60% dari sekitar 30 juta

UKM di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS 2009)

menjelaskan terdapat 3,9 juta perempuan angkatan kerja yang termasuk

pengangguran dan tidak mandiri secara ekonomi. Perempuan pekerja dalam sektor

ekonomi sebesar 72%, 28% bekerja pada sektor non-pertanian dan 19,63%

bekerja di sektor informal. Data IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)

dalam Hubeis (2010) menunjukkan sebanyak 86% dari 16.000 anggotanya adalah

pemilik usaha mikro dan kecil, usaha menengah (2%), dan usaha besar (13%).

Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) terletak di Kampung

Pulekan Desa Tegalwaru Kabupaten Bogor. Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru

1 Harsono, dkk. 2007

2 Http:www.republika.co.id

3 Selanjutnya penulis menyebut sebagai UKM

Page 17: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

3

(KWBT) merupakan UKM yang dikelola berbasis rumahtangga. Tas merupakan

komoditas utama UKM ini. Laki-laki dan isteri dalam praktek produksinya

memiliki perannya masing-masing. Analisis terhadap relasi gender antara laki-laki

perempuan dalam produksi UKM penting untuk dikaji keterkaitannya dengan

keberhasilan UKM Desa Tegalwaru.

Masalah Penelitian

Peran serta perempuan di bidang ekonomi memiliki kontribusi yang

positif terhadap penghasilan rumahtangga. Stereotipe dan bias gender yang masih

kuat di masyarakat menjadi salah satu faktor penting rendahnya tingkat partisipasi

perempuan dalam kontribusi ekonomi. Masalah penelitian pertama adalah,

apakah ideologi gender mempengaruhi relasi gender di Usaha Kecil dan

Menengah Desa Tegalwaru dan apakah karakteristik individu memiliki

pengaruh terhadap relasi gender di Usaha Kecil dan Menengah Desa

Tegalwaru?.

Untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan dari UKM tersebut

dalam mensejahterakan anggotanya maka akan dilihat apakah relasi gender

mempengaruhi keberhasilan UKM Desa Tegalwaru?.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Menganalisis karakteristik individu anggota UKM Tegalwaru sebagai faktor

yang berpengaruh terhadap relasi gender.

2. Menganalisis ideologi gender sebagai faktor yang berpengaruh terhadap relasi

gender.

3. Menganalisis relasi gender dalam UKM Tegalwaru sebagai faktor yang

mempengaruhi keberhasilan UKM dalam mensejahterakan anggotanya.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pembuat

kebijakan yaitu pemerintah ataupun masyarakat dalam melakukan rancangan

pemberdayaan perempuan dan laki-laki dalam Usaha Kecil dan Menengah yang

sadar gender baik masyarakat umum maupun pelaku usaha ini. Bagi kalangan

akademis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut

mengenai studi gender dalam industri kecil di pedesaan pada kasus industri

kerajinan tas. Sedangkan bagi peneliti merupakan sarana untuk menerapkan

beragam konsep, teori dan pendekatan mengenai studi gender.

Page 18: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen
Page 19: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

3

Page 20: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

4

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Konsep Gender

Gender adalah suatu konsep yang merujuk pada suatu sistem peranan dan

hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan

biologis, akan tetapi oleh lingkungan sosial budaya, politik dan ekonomi. Gender

mengacu pada perbedaan peran sosial serta tanggungjawab perempuan dan laki-

laki pada perilaku dan karakteristik yang dipandang tepat untuk perempuan dan

laki-laki dan pada pandangan tentang bagaimana beragam kegiatan yang mereka

lakukan seharusnya dinilai dan dihargai. Gender juga mengacu pada hubungan

antara perempuan dan laki-laki pada sanksi sosial peranan yang berlaku untuk tiap

seks/jenis kelamin (Hubeis 2010).

Pendapat Wood (2001) sebagaimana di kutip oleh Mugniesyah (2006)

gender merupakan suatu bentukan atau suatu konstruksi sosial mengenai

perbedaan peran, fungsi, serta tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan

serta bagaimana laki-laki berperilaku maskulin dan perempuan berperilaku

feminin menurut budaya yang berbeda-beda. Secara lebih luas analisis yang

mempengaruhi diantaranya: akses dan kontrol, partisipasi, dan pembagian kerja

antara laki-laki dan perempuan. Gender mengacu pada perbedaan peran sosial

serta tanggungjawab perempuan dan laki-laki pada perilaku dan karakteristik yang

dipandang tepat untuk perempuan dan laki-laki dan pandangan tentang bagaimana

beragam kegiatan yang mereka lakukan seharusnya dinilai dan dihargai.

Hubeis (2010), menjelaskan lebih dalam mengenai gender differences

yaitu himpunan perbedaan dari atribut-atribut sosial, karekteristik, perilaku,

penampilan, cara berpakaian, harapan, peranan dan lain-lain yang dirumuskan

untuk perseorangan menurut ketentuan kelahiran (jenis kelamin). Kekeliruan

penafsiran yang acapkali terjadi terutama dalam lingkup kajian ilmu pengetahuan,

atribut perbedaan gender lebih banyak dilihat sebagai kategori yang alami dan

karenanya penjelasan yang bersifat biologis lebih cocok dan perlu untuk

dilakukan. Analisis peran gender adalah pengkajian sistematik tentang peran,

relasi sosial dan prosesnya yang difokus pada ketidaksetaraan dalam kekuasaan,

kekayaan dan beban kerja antara perempuan dan laki-laki dalam keseluruhan

masyarakat.

Istilah gender merupakan penafsiran tentang perbedaan fungsi, peranan,

tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan yang terbentuk sejak lama di

masyarakat mengikuti perkembangan zaman dan juga lingkungan sehingga

menjadi suatu kebudayaan yang seringkali mempengaruhi manusia di dalamnya

(laki-laki dan perempuan). Gender merupakan hasil konstruksi sosial suatu

masyarakat, tercipta dalam jangka waktu yang panjang dan dalam lingkup

masyarakat tertentu sehingga akan berbeda hasilnya antara satu masyarakat

dengan lainnya dan berbeda antara satu generasi dengan generasi yang lainnya.

Sebagai contoh, perempuan pada zaman dulu dianggap tidak pantas jika

mengenakan atribut laki-laki (celana panjang) dan melakukan pekerjaan yang

Page 21: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

5

umumnya dilakukan laki-laki, namun saat ini menggunakan celana panjang

menjadi suatu ciri dari perempuan modern sebagai perempuan yang aktif. Peran

gender dapat berubah sesuai dengan ubahan tatanan sosial, ekonomi di tingkat

lingkungan masyarakat dan kesepakatan bersama untuk perseorangan atau

keluarga (Hubeis 2010).

Sajogyo (1983) menjabarkan pembagian pekerjaan antara suami-

perempuan, laki-laki dan perempuan merupakan pola hubungan dimana

kekuasaan menyertai hubungan antara laki-laki dan perempuan. Pada pola

hubungan ini, perempuan diketahui dan diakui memiliki peranan dalam pekerjaan

rumah tangga (domestik). Pekerjaan domestik diserahkan kepada wanita karena

golongan ini dianggap cocok dan dapat diandalkan demi kepentingan seluruh

anggota rumahtangganya. Laki-laki lebih dititikberatkan pada pekerjaan di sektor

publik yaitu di bidang produksi. Perempuan dalam hal ini memiliki peran sebagai

“manajer” dan bukan sebagai kepala dalam organisasi perekonomian

rumahtangga. Secara sederhana kegiatan domestik, pekerjaan kerumahtanggaan,

seperti: merawat dan mendidik anak, menyiapkan makan untuk keluarga,

memberikan cinta kasih pada keluarga, sedangkan kegiatan publik pekerjaan di

luar kerumahtanggaan seperti: mencari nafkah.

Kemajuan dan keberhasilan peningkatan kedudukan dan peranan wanita

di berbagai bidang kehidupan dan dalam segenap kegiatan pembangunan,

mencerminkan persamaan kedudukan, hak, kewajiban, peranan dan kesempatan

antara perempuan dan laki-laki. Hal ini sesuai dengan falsafah dan budaya bangsa

yang senantiasa mengarah pada terwujudnya kesetaraan/kesejajaran yang selaras,

serasi dan seimbang antara laki-laki dan perempuan. Kemitrasejajaran yang

harmonis antara laki-laki dan perempuan merupakan kondisi dinamis, dimana

kesamaan hak, kewajiban, kedudukan, peranan, dan kesempatan yang dilandasi

sikap saling menghormati, saling menghargai, saling membantu dan saling

mengisi dalam pembangunan di segala bidang (KMNUPW 1995).

Keadilan gender (gender equity) merupakan proses untuk berlaku adil

pada perempuan. Untuk memastikannya adanya keadilan, penilaian harus selalu

tersedia untuk mengkompensasi kultur dan sejarah yang tidak menguntungkan

dan menghambat laki-laki dan perempuan untuk berperan selain dari peran yang

menghasilkan suatu keadilan gender. Pada proses selanjutnya, proses keadilan

melalui keadilan diharapkan dapat menuntun kearah kondisi kesetaraan antara

laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender (gender equality) mengarah pada

perempuan dan laki-laki menikmati status yang sama, dan memiliki kondisi dan

potensi yang sama untuk merealisasikan hak-haknya sebagai manusia dan

berkontribusi pada pembangunan nasional (Hubeis 2010).

International Labour Organization (2001) dalam Mugniesyah (2007)

seperti dikutip Efriani (2009) mendefinisikan mengenai keadilan dan kesetaraan

gender. Keadilan gender (gender equity) diartikan sebagai keadilan perlakuan bagi

laki-laki dan perempuan berdasar pada kebutuhan-kebutuhan mereka, mencakup

perlakuan setara atau perlakuan yang berbeda tetapi dalam koridor pertimbangan

kesamaan dalam hak-hak, kewajiban, kesempatan-kesempatan dan manfaat.

Sedangkan kesetaraan gender (gender equality) adalah suatu konsep yang

menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kebebasan untuk

mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa

Page 22: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

6

pembatasan oleh seperangkat stereotipe, prasangka, dan peranan gender yang

kaku.

Ideologi Gender

Ideologi dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan sebagai

kumpulan konsep bersistem yang dijadikan dasar pendapat (kejadian) yang

memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Ideologi dalam KBBI

juga diartikan sebagai cara berpikir seseorang atau suatu golongan. Soekanto

(1990) menyatakan bahwa secara umum ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide,

keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut

bidang politik, sosial, kebudayaan, dan agama.

Menurut Kroska dan Elman (2008) dalam Siwi (2004) ideologi gender

merupakan sikap mengenai peran, hak, dan tanggung jawab yang tepat antara

wanita dan pria dalam masyarakat. Gender sendiri pertama kali dirumuskan oleh

Rubin (1975) yang dikutip Kementrian Negara Urusan Peranan Wanita (1995),

didefinisikan sebagai rekayasa sosial, tidak bersifat universal dan memiliki

identitas yang berbeda-beda yang dipengaruhi baik oleh faktor ideologi, politik,

ekonomi, sosial, budaya, adat istiadat, agama, etnik, golongan, maupun faktor

sejarah, waktu dan tempat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknlogi. Gender

adalah suatu konsep yang merujuk pada suatu sistem peranan hubungan antara

laki-laki dan perempuan yang ditentukan oleh pembedaan biologis, akan tetapi

oleh lingkungan sosial-budaya, politik dan ekonomis (Hubeis 2010).

Analisis Gender

Strategi pembangunan yang lebih berkeadilan gender menjelma dalam

berbagai model usaha peningkatan peran perempuan. Terdapat tiga model

pendekatan utama sebagai penjabaran strategi peningkatan peran perempuan

dalam pembangunan; pertama pengentasan kemiskinan; kedua pendekatan

efisiensi dan ketiga sebagai pendekatan pemberdayaan. Gender seperti

dikemukakan oleh Gayle Rubin (1975) dalam Kementrian Negara Urusan Peranan

Wanita (1995) adalah “Social construction and codification of differences between

the sexes and refers to social relationships between women and men”. Gender

yang merupakan rekayasa sosial, tidak bersifat universal, dan memiliki identitas

yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ideologi, politik, ekonomi,

sosial, budayam adat istiadat, agama, etnik, golongan, maupun faktor sejarah,

waktu, tempat serta kemajuan ilmu pengetahuandan teknologi. Upaya peningkatan

peranan wanita dalam pembangunan akan sangat terbatas hasilnya, apabila

perhatian hanya ditujukan kepada wanita saja tanpa adanya perhatian kepada

hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Guna mencegah terjadinya kesenjangan dan ketimpangan akibat adanya

perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan maka sesuai dengan falsafah

Pancasila dan nilai lihur budaya bangsa Indonesia, perlu adanya perwujudan dan

kepemilikan identitas gender yang mencerminkan wawasan kemitraan yang

sejajar, serasi dan seimbang antara laki-laki dan perempuan. Untuk itu, dalam

upaya mengetahui latar belakang kondisi dan masalah yang menjadi penyebabnya

Page 23: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

7

maka digunakan teknik analisis gender. Di Indonesia, teknik analisis gender

digunakan untuk mengetahui kesenjangan serta ketimpangan kedudukan dan

peranan antara laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan (KMNUPW

1995).

Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-Lembaga Ilmu dan

Pengetahuan Indonesia (1999) dalam Efriani (2009) menjelaskan mengenai

analisis gender sebagai suatu teknik analisis yang memiliki peran penting dalam

upaya penyusunan kebijakan dan strategi sektoral yang mengintegrasikan aspirasi,

kepentingan dan peranan wanita di sektor yang bersangkutan. Beberapa unsur

yang menjadi dasar analisis gender adalah pembagian kerja (alokasi waktu) laki-

laki dan perempuan, akses (peluang) dan kontrol (penguasaan) terhadap

sumberdaya, pastisipasi dalam kegiatan sosial budaya. Analisis gender dalam

pembangunan secara nyata turut berfungsi untuk mengurangi terjadinya

pemborosan pembangunan.

Analisis gender merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk

menetapkan atau merumuskan persoalan gender yang terjadi di setiap wilayah

(Supiandi 2008). Oleh karena itu diperlukan pengidentifikasian secara rinci dari

masing-masing wiayah agar setiap progam dapat berjalan dengan baik. Puspitawai

(2010) mengemukakan beberapa teknik analisis gender seperti dikutip dari Kantor

Pemberdayaan Perempuan (2004) sebagai berikut.

1. Teknik Analisis Harvard

Teknik ini sering disebut sebagai gender framework analysis (GFA),

yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu

kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan. Teknik analisis

ini dirancang sebagai landasan untuk melihat suatu profil gender dari suatu

kelompok sosial. Kerangka ini tersusun dari tiga elemen pokok, yaitu:

a) Profil aktivitas (kegiatan) berdasarkan pada pembagian kerja gender (siapa

mengerjakan apa, di- dalam rumahtangga dan masyarakat), yang memuat

daftar tugas perempuan dan laki-laki sehingga memungkinkan untuk dilakukan

pengelompokan menurut umur, etnis, kelas sosial tertentu, dimana dan kapan

tugas-tugas tersebut dilakukan.

Moser (1993) sebagaimana dikutip oleh Mugniesyah (2006)

mengemukakan adanya tiga kategori peranan gender yaitu: (1) Peranan

produktif, yakni peranan yang dikerjakan perempuan dan laki-laki untuk

memperoleh bayaran atau upah secara tunai atau sejenisnya. Termasuk

produksi pasar dengan suatu nilai tukar, dan produksi rumahtangga/ subsisten

dengan nilai guna, tetapi juga suatu nilai tukar potensial. Contohnya: kegiatan

bekerja baik di sektor formal maupun informal. (2) Peranan reproduktif, yakni

peranan yang berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan

tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan

reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan tenaga. Contoh:

melahirkan, memelihara dan mengasuh anak, mengambil air, memasak,

mencuci, membersihkan rumah, memperbaiki baju dan lain sebagainya. (3)

Peranan pengelolaan masyarakat dan politik. Peranan ini dibedakan ke dalam

dua kategori berikut: (a) Peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial),

yang mencakup semua aktivitas yang dilakukan dalam tingkat komunitas

sebagai kepanjangan peran reproduktif, bersifat sukarela (volunteer) dan tanpa

Page 24: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

8

upah. (b) Pengelolaan masyarakat politik, yakni peranan yang dilakukan pada

tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik,

biasanya dibayar (langsung ataupun tidak langsung) dan meningkatkan

kekuasaan atau status.

Selanjutnya Moser (1993) dalam Mugniesyah (2006) menjelaskan

Pembagian kerja dalam Rumahtangga maupun komunitas (masyarakat) pada

umumnya dapat dilihat dari profil kegiatannya. Profil kegiatan ini mencakup

informasi: siapa (laki-laki, perempuan atau bersama) yang melakukan kegiatan

(produktif, reproduktif, sosial), kapan dan dimana kegiatan dilaksanakan serta

berapa frekuensi dan waktu dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut,

berapa pendapatan yang dihasilkan melalui kegiatan tersebut.

b) Profil akses dan kontrol, merinci sumber-sumber apa yang sikuasai oleh laki-

laki dan perempuan untuk melaksanakan kegiatannya dan manfaat apa yang

diperoleh oleh setiap orang dari hasil kegiatan tersebut. Profil ini

memperlihatkan siapa yang memiliki akses terhadap sumberdaya dan kontrol

atas penggunaannya, selanjutnya diidentifikasi, disusun dalam daftar apakah

perempuan dan laki-laki mempunyai akses atau tidak kepada sumberdaya dan

kontrol atas penggunaannya.

c) Analisis siklus proyek; terdiri dari penelaahan proyek berdasarkan data yang

diperoleh dari analisis terdahulu, dengan menanyangkan kegiatan-kegiatan

yang akan dipengaruhi oleh proyek dan bagaimana permasalahan akses,

kontrol terkait dengan kegiatan-kegiatan tersebut.

d) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan, akses dan kontrol;

berpusat pada faktor-faktor dasar, yang menentukan pembagian kerja

berdasarkan gender. Pengertian tentang kecenderungan-kecenderungan

pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial budaya turut diperhitungkan

dalam analisis ini.

2. Teknik Analisis Moser Teknik Analisis Moser disebut juga sebagai Kerangka Moser didasarkan

pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat teknis dan politis. Kerangka ini

mengasumsikan adanya konflik dalam proses perencanaan dan proses

transformasi serta mencirikan perencanaan sebagai suatu “debat”. Tujuan dari

kerangka pemikiran Moser ini adalah:

1. Mengarahkan perhatian ke cara dimana pembagian pekerjaan berdasarkan

gender mempengaruhi kemampuan perempuan untuk berpartisipasi dalam

intervensi-intervensi yang telah direncanakan.

2. Membantu perencanaan untuk memahami bahwa kebutuhan-kebutuhan

perempuan adalah seringkali berbeda dengan kebutuhan laki-laki.

3. Mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan melalui pemberian

perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan gender strategis.

4. Memeriksa dinamika akses kepada kontrol dan kontrol pada penggunaan

sumberdaya antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai konteks

ekonomi dan budaya yang berbeda-beda.

5. Memadukan gender kepada semua kegiatan perencanaan dan prosedur.

Alat-alat analisis gender dari Moser antara lain identifikasi peranan

gender bertujuan untuk memastikan nilai yang sama untuk kerja perempuan dan

laki-laki dalam pembagian kerja gender pada saat sekarang; penilaian kebutuhan

Page 25: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

9

gender bertujuan untuk menilai kebutuhan-kebutuhan itu yang berhubungan

dengan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan; serta data bukan

keseluruhan pada tingkat rumahtangga digunakan untuk memastikan identifikasi

kontrol pada sumberdaya dan wewenang untuk membuat keputusan dalam

rumahtangga. Alat implementasi perencanaan gender dari Moser yaitu

perencanaan yang berhubungan secara intersektoral, matrik kebijakan WID/GAD,

serta perencanaan partisipasi gender.

3. Teknik Analisis Longwe

Pemberdayaan yang mensyaratkan suatu transformasi struktur-struktur

yang mensubordinasi dan telah menindas wanita. Perubahan hukum/aturan,

institusi sosial dan legal yang melindungi kontrol dan previlege laki-laki

merupakan hal yang sangat penting jika wanita ingin memperoleh keadilan dalam

masyarakat. Selain itu pemberdayaan diberi batasan luar sebagai penguasaan atas

aset material, sumber-sumber intelekual dan ideologi. Pendekatan pemberdayaan

mengandung makna bahwa model perubahan harus dihasilkan oleh wanita sendiri,

ketidakberhasilan mempertimbangkan penemuan sebagai individu dengan

kebutuhan, hak dan kemampuan khusus hanya akan mengakibatkan peningkatan

beban kerja dan tingkat ketegangan wanita dan bukannya perbaikan status dan

pilihan mereka (Handayani dan Sugiarti 2002).

Teknik analisis Pemberdayaan Longwe seperti dikutip oleh Handayani

dan Sugiarti (2002) merupakan teknik yang digunakan dalam setiap siklus proyek

untuk memahami isu wanita dalam implementasi program, mulai kebutuhan

sampai dengan evaluasi program. Dalam teknik Analisis Pemberdayaan Longwe

terdapat lima dimensi analisis, yaitu ”kesejahteraan, akses, kesadaran kritis,

partisipasi dan kontrol”. Kelima dimensi tersebut saling berkaitan dan melengkapi

di dalam pelaksanaan setiap kegiatan. Adapun lima dimensi teknik analisis

pemberdayaan Longwe adalah sebagai berikut :

1. Dimensi Kesejahteraan

Dimensi ini merupakan tingkat kesejahteraan material yang diukur dari

tercukupinya kebutuhan dasar, seperti makanan, penghasilan, perumahan

dankesehatan. Dalam menganalisis suatu kegiatan pembangunan, dimensi

kesejahteraan diukur dengan cara melihat tingkat kesejahteraan antara wanita dan

laki-laki, artinya apakah program pembangunan telah memberikan kesejahteraan

baik wanita maupun laki-laki.

2. Dimensi Akses

Kesenjangan gender terlihat dari adanya perbedaaan akses antara wanita

dan laki-laki terhadap sumberdaya dan rendahnya akses terhadap sumber daya.

Hal ini menyebabkan produktivitas wanita cenderung lebih rendah daripada laki-

laki. Selain itu wanita lebih banyak diberi tanggungjawab untuk melaksanakan

semua pekerjaan domestik, sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk

meningkatkan kemampuan dirinya. Dimensi ini untuk menganalisis bagaimana

wanita dan laki-laki dapat mengakses suatu program pembangunan, sehingga

tidak menyebabkan terjadinya diskriminasi dalam pelaksanaan suatu program

pembangunan.

Page 26: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

10

3. Dimensi Kesadaran Kritis

Kesenjangan terjadi karena adanya anggapan bahwa posisi sosial

ekonomi wanita lebih rendah daripada laki-laki dan pembagian kerja gender

adalah bagian tatanan abadi. Dimensi ini untuk melihat sejauh mana peran-peran

wanita yang terlibat dalam kegiatan pembangunan, sehingga terjadi kesetaraan

antara wanita dan laki-laki dalam mengikuti kegiatan pembangunan.

4. Dimensi Partisipasi

Aspek partisipasi adalah keterlibatan atau keikutsertaan aktif wanita

mulai dari penetapan kebutuhan, formulasi proyek, implementasi, monitoring dan

evaluasi. Dimensi ini untuk melihat bagaimana keterlibatan wanita dalam suatu

kegiatan pembangunan karena di dalam suatu proyek pembangunan, wanita hanya

dilibatkan dalam keanggotaan atau pemanfaat/objek pembangunan, sedangkan

dalam penentuan kebutuhan sampai dengan evaluasi kurang dilibatkan.

5. Dimensi Kontrol

Kesenjangan gender terjadi dari adanya hubungan kuasa yang timpang

antara wanita dan laki-laki baik di tingkat rumah tangga maupun komunitas.

Dimensi ini untuk melihat sejauh mana wanita mempunyai kekuasaan dalam

pengambilan keputusan, artinya wanita mempunyai kekuasaan yang sama dengan

laki-laki dalam pengambilan keputusan.

Setiap dimensi bergerak meningkat dari setiap tahap ke tahap berikutnya.

Hal tersebut menunjukkan pencapaian aspek pemberdayaan wanita dalam

mengikuti suatu program pembangunan. Analisis pemberdayaan Longwe

digunakan pula pada setiap siklus proyek dan evaluasi program pembangunan

serta melihat derajat sensitivitas terhadap isu-isu wanita, yaitu dengan menilai

negatif, netral atau positif (Handayani & Sugiarti 2002).

Konsep Usaha Kecil dan Menengah

Konsep dan Definisi UKM

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan bagian terbesar dari

pelaku bisnis di Indonesia yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam

pembangunan struktur perekomian nasional. Usaha Mikro Kecil dan Menengah

tergolong dalam usaha yang marginal, yang antara lain diindikasi dengan

penggunaan teknologi yang relatif sederhana, keterbatasan modal dan terkadang

akses terhadap kredit yang rendah serta cenderung berorientasi dengan pasar lokal

(Hubeis 2010).

Definisi dan konsep UKM berbeda setiap negara. Oleh karena itu, sulit

membandingkan pentingnya atau peran UKM antar negara. Sebuah Usaha mikro

lebih kurang memperkerjakan lima orang atau kurang sebagai tenaga kerja

tetapnya, meskipun dalam kategori ini banyak pekerja yang tidak di gaji dan

dalam literatur sering disebut sebagai self-employment. Usaha Kecil dan

Menengah seperti di Indonesia dapat berkisar antara 100 pekerja. Selain

menggunakan jumlah pekerja, banyak negara yang juga menggunakan aset nilai

tetap (tidak termasuk gedung dan tanah) dan keuntungan.

Page 27: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

11

Tabel 1 Definisi UKM di Indonesia dan beberapa negara sedang berkembang di

Asia

Negara Tenaga

Kerja

Hasil Penjualan

Tahunan

Nilai Kekayaan

bersih/aset

Indonesia

a) UMI

UK

UM

b) UMI

SE

ME

≤ 4

5-19

20-99

≤ Rp 300 jt

> Rp 300 jt- ≤

2500 jt

>Rp2500 jt-≤Rp

50m

≤ Rp 50 jt

> Rp 50 jt-≤ Rp

500jt

> Rp 500jt-≤ Rp

10m

Filipina

UMI – manufaktur

UK manufaktur

UM manufaktur

≤ 9

10-99

100-199

≤ P3jt

>P3jt- P 15 jt

> P15 jt-P 100 Jt

China

UMI

UK – manufaktur

- Konstruksi

- Grosir

- Eceran

- Transportasi

- Pos

- Hotel dan restauran

UM – manufaktur

- Konstruksi

- Grosir

- Eceran

- Transportasi

- Pos

- Hotel dan restauran

0-5

< 300

< 600

< 100

_,,_

< 500

< 400

_,,_

300-3000

600-3000

100-200

100-500

500-3000

400-1000

400-800

< 30 jt RMB

_,,_

_,,_

< 10 jt RMB

< 30 jt RMB

_,,_

_,,_

30 jt- 300 jt RMB

_,,_

_,,_

10 jt- 150 jt RMB

30 jt- 300 jt RMB

_,,_

30 jt-150 jt RMB

< 40 jt RMB

_,,_

40 jt-400 jt RMB

_,,_

India

UMI – Manufaktur

UK - _,,_

UM - _,,_

UMI - Jasa

UK - _,,_

UM - _,,_

≤ 2,5 jt, INR

2,5 jt- < 50 jt INR

50 jt – 100 jt INR

≤ 1 jt INR

1 jt - < 20jt INR

20 jt – 50 jt INR Catatan : a) tidak termasuk aset-aset tetap; b) tidak terbatas pada kerajinan

Sumber : Tambunan 2009

Ket: UMI= Usaha Mikro; UK = Usaha Kecil; UM= Usaha Menengah

Page 28: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

12

Peran UKM

Dari perspektif dunia diakui bahwa usaha kecil dan menengah (UKM)

memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang (NSB),

tetapi juga di negara-negara maju (NM). Di negera berkembang, UKM sangat

penting tidak hanya karena kelompok usaha tersebut mampu menyerap tenaga

kerja lebih banyak dibandingkan dengan usaha besar (UB) seperti halnya di

negara sedang berkembang, tetapi di beberapa negara memiliki kontribusi yang

besar terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)

paling besar dibandingkan dengan usaha besar (Tambunan 2009).

Di negara sedang berkembang seperti Asia, Afrika dan Amerika Latin,

UKM juga berperan sangat penting, khususnya dari perspektif kesempatan kerja

dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan

pengurangan kemiskinan, dan pembangunan ekonomi pedesaan. Namun, jika

dilihat dari sumbangannya terhadap pembentukan PDB dan ekspor nonmigas,

khususnya produk-produk manufaktur dan inovasi serta pengembangan teknologi,

peran UKM masih tergolong sangat rendah (Tambunan 2009).

Perkembangan UKM diakui secara luas di negera-negara sedang

berkembang, memiliki peran-peran penting karena karakteristiknya yang berbeda

dengan usaha besar. Peluang UKM dapat dilihat dari adanya kuantitas perusahaan

yang lebih banyak jika dibandingkan dengan usaha besar. Usaha kecil menyebar

di seluruh wilayah Indonesia termasuk wilayah yang terisolasi. Oleh karena itu,

kelompok ini memiliki signifikansi “lokal” yang khusus untuk ekonomi pedesaan.

Dalam kata lain, kemajuan pembangunan ekonomi pedesaan sangat ditentukan

oleh kemajuan pembangunan UKM-nya.

Tambunan (2009) menjabarkan UKM memiliki karakteristik sebagai

usaha yang padat karya. Hal ini dapat diartikan UKM memiliki suatu potensi

pertumbuhan kesempatan kerja yang besar, pertumbuhan UKM dapat dimasukkan

sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakan nasional untuk

meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan khususnya bagi

masyarakat miskin. Hal ini juga dapat menjelaskan pertumbuhan UKM menjadi

sektor yang semakin penting di perdesaan terutama negara-negara sedang

berkembang seperti Indonesia. Wilayah pedesaan yang mengalami stagnasi di

sektor pertanian atau sudah tidak mampu lagi menyerap pertumbuhan tahunan

dari penawaran tenaga kerja di pedesaan. Peran lain dari UKM selain memiliki

kelebihan sebagai usaha yang padat karya, juga merupakan usaha yang memiliki

“teknologi tepat guna” atau memiliki teknologi-teknologi yang lebih “cocok” jika

dibandingkan dengan teknologi modern yang umumnya dipakai oleh perusahaan-

perusahaan atau usaha besar lainnya. Proporsi-proporsi dari faktor-faktor produksi

dan kondisi lokal yang ada di negara sedang berkembang, juga sangat mendukung

antara lain ketersediaan sumberdaya alam dan tenaga kerja berpendidikan rendah

yang masih sangat melimpah.

Tambunan (2009) menjelaskan lebih lanjut mengenai peran UKM yang

mampu dijadikan sebagai suatu titik permulaan bagi mobilisasi tabungan/investasi

di pedesaan dan mampu dijadikan sebagai tempat untuk pengujian dan

peningkatan kemampuan berwirausaha dari orang-orang desa. Pada umumnya,

Page 29: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

13

pengusaha-pengusaha UKM membiayai sebagian dari operasi-operasi bisnis

mereka dengan tabungan pribadi, ditambah dengan bantuan dari kerabat atau dari

pemberi kredit-kredit informal. Barang-barang konsumsi yang menjadi pasar bagi

utama UKM adalah barang-barang konsumsi sederhana dengan harga relatif

murah. Berry (2001) dalam Tambunan (2009) menyebutkan kelompok usaha

UKM ini sangat penting dalam industri-industri yang tidak stabil atau ekonomi-

ekonomi yang menghadapi perubahan-perubahan kondisi pasar yang cepat seperti

krisis moneter di Indonesia dan Asia Tenggara.

Karakteristik UKM

Aspek-aspek pembeda antara UKM dan UB antara lain orientasi pasar,

profil dari pemilik usaha, sifat dari kesempatan kerja di dalam perusahaan, sistem

organisasi dan manajemen yang diterapkan di dalam usaha, derajat mekanisme di

dalam proses produksi, sumber-sumber bahan bakudan modal serta lokasi tempat

usaha, hubungan dan derajat keterlibatan wanita sebagai pengusaha (Tambunan

2009).

Motivasi menjadi suatu faktor penting dalam menjalankan usaha UKM.

Laporan BPS (2006) menyebutkan ada perbedaan antara UMI, UK, dan UM

dalam latar belakang atau motivasi pengusaha melakukan usaha. Pengusaha mikro

di Indonesia mempunyai latar belakang ekonomi yakni untuk mendapatkan

penghasilan. Selain itu, faktor keturunan menjadi salah satu faktor yang menjadi

alasan utama pengusaha melakukan usaha.

Tabel 2 Jumlah UKM menurut subsektor usaha dan status badan hukum Tahun

2006

Status Badan Hukum UMI UK UM UKM

Berbadan Hukum 4,37 5,33 14,83 4,90

Tidak Berbadan Hukum 95,63 94,67 85,17 95,10

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS dalam Tambunan (2009)

Tabel 3 Jumlah UKM menurut subsektor usaha dan kelompok umur pengusaha

Tahun 2006 (%)

Kelompok Umur

(tahun) UMI UK UM UKM

< 25 6,21 3,07 1,01 5,22

26-30 11,65 8,33 3,49 10,54

31-35 15,55 13,38 10,09 14,82

36-40 18,12 18,84 14,43 18,22

41-45 16,10 18,30 17,56 16,74

> 45 32,36 38,09 52,98 34,46

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Rata-rata umur 41,23 43,14 46,69 41,90 Sumber : BPS dalam Tambunan 2009

Page 30: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

14

Selain status badan hukum, karakteristik yang lainnya adalah adanya

kelompok usia dalam struktur umur pengusaha UKM. Data pada Tabel 3

menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga (34,5%) pengusaha UKM berusia diatas

45 tahun, dan hanya sekitar 5,2% pengusaha UKM yang berumur di bawah 25

tahun. Secara rata-rata pengusaha UKM berusia 41,9 tahun. Sebagian besar dari

jumlah pengusaha dari kategori UMI berumur di atas 45 tahun, dengan rata-rata

umur 41,2 tahun.

Peran Perempuan dalam Kemajuan Usaha Kecil dan Menengah

Peran perempuan Indonesia dalam pembangunan nasional adalah suatu

hal yang penting dan menjadi isu menarik sepanjang masa. Istilah peran mengacu

pada sekumpulan norma berperilaku yang berlaku untuk suatu posisi dalam

struktur sosial. Norma-norma ini terdiri dari ekspektasi dari orang lain yang

mencakup tidak hanya bagaimana seseorang seharusnya menampilkan sesuatu

peran, tetapi bagaimana seseorang harus menyikapi peran orang lain ketika

menampilkan peran termaksud, dan bagaimana seseorang menerima peran

tersebut. Bentuk ideal dari peran tampilan adalah suatu kombinasi dari peran yang

dirumuskan dengan peran yang diharapkan ditambah peran yang diterima, dimana

setiap peran tersebut bersifat saling mempengaruhi (Hubeis 2010).

Jumlah dan curahan waktu perempuan dalam kegiatan baik rumahtangga

(domestik) maupun kegiatan publik umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan

curahan tenaga laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan merupakan

penanggungjawab pekerjaan utama (domestik) rumah tangga sehingga

membutuhkan waktu yang lebih banyak (Sajogyo 1987). Oleh karena itu, dikenal

istilah peran ganda wanita yakni peranan wanita di suatu pihak dalam kehidupan

berkeluarga sebagai pribadi yang mandiri, sebagai ibu rumah tangga, sebagai ibu

bangsa, sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya dan sebagai

perempuan. Selain itu, berperan sebagai suatu anggota dari masyarakat, sebagai

warga negara dan warga dunia yang dilaksanakan selaras, serasi, dan seimbang

(KNUPR 1995).

Hubeis (2006) dalam Hubeis (2010) menyebutkan UKM tidak terlepas

dari peran bisnis aktif kaum perempuan. Usaha ini banyak diminati oleh kaum

perempuan bukan hanya untuk dapat menopang kehidupan keluarga namun juga

dapat memenuhi kebutuhan pengembangan diri. Seiring bertambahnya

pendapatan perempuan atau akses mereka pada sumber-sumberdaya ekonomi

lewat usaha mikro (Umi) maka kemampuan dan kesempatan-kesempatan

perempuan bernegosiasi dalam rumahtangga juga meningkat. Posisi tawar

berubah dan pendapat mereka mulai diperhitungkan dalam proses pengambilan

keputusan di rumahtangga.

Tim (2006) dalam Hubeis (2010) menjabarkan tentang sulitnya

memisahkan peran wanita dan laki-laki dalam usaha mikro karena belum adanya

angka pasti tingkat keterlibatan perempuan dalam usaha mikro. Namun, posisi

perempuan dalam usaha ini sekitar 40%. Beberapa masalah (tantangan dan

kendala) yang umumnya dihadapi perempuan pengusaha di Indonesia dalam

mengelola usaha mereka, antara lain:

Page 31: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

15

1. Akses untuk memperoleh pendanaan

UKM yang dimiliki laki-laki dan perempuan memerlukan akses ke

pendanaan agar dapat mengelola usaha secara lebih efisien dan lebih produktif.

Penyoalan utama yang dihadapi oleh perempuan UKM terkait dengan akses ke

pendanaan adalah kepemilikan properti. Penelitian yang dilakukan oleh CIDA dan

KUKM RI tahun 2003 menunjukkan kecenderungan dimana perempuan

mengalami kesulitan permodalan atau pinjaman. Perempuan memiliki kesulitan

lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki. Keadaan ini disebabkan tidak

adanya kesediaan penjaminan.

2. Akses untuk memperoleh pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi semua masyarakat.

Pendidikan menjadi syarat utama pembangunan kapabilitas manusia. Melalui

pendidikan, khususnya pendidikan formal, kesetaraan gender dapat dicapai karena

semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai seseorang, semakin berpotensi

akses untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Bagi perempuan

sendiri, pendidikan yang tinggi selain sebagai pembebasan diri dari belenggu

budaya yang cenderung menguntungkan laki-laki juga dapat dijadikan sebagai

modal dalam pembentukan sumberdaya manusia yang unggul dan berkualitas.

Pada konteks pengelolaan usaha, pendidikan memberikan keahlian dasar

yang menyediakan peluang bagi perempuan pengusaha untuk mencapai

keberhasilan usaha. Perempuan yang memiliki pendidikan yang baik, umumnya

memiliki kecakapan, keterampilan dan keahlian khusus dalam kegiatan usaha,

pemasaran dan menjalin hubungan kerja (Hubeis 2010). Namun, menurut data

BPS (2002) dalam Hubeis (2010) mengenai tingkat pendidikan formal pengusaha

berdasar gender masih mengindikasikan kondisi laki-laki pengusaha memiliki

tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan pengusaha.

Hal ini tidak terlepas dari budaya dan persepsi masyarakat luas tentang makna

pendidikan bagi perempuan.

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan suatu bentuk usaha yang

terdiri dari laki-laki dan perempuan dimana terdapat relasi gender di dalamnya.

Usaha ini dikerjakan oleh rumahtangga. Laki-laki dan perempuan membagi peran

sesuai dengan keputusan rumahtangga. Terdapat relasi gender dalam rumahtangga

yang berkaitan dengan usaha ini. Relasi gender berhubungan dengan kesetaraan

dan keadilan gender. Relasi gender antara laki-laki dan perempuan pada

hakekatnya adalah setara dalam segala tatanan sosial, termasuk sistem dan budaya

organisasi yang sedang diupayakan terbangun seharusnya menjamin tidak terjadi

diskriminasi dan penindasan berdasarkan asumsi-asumsi tentang ketimpangan

peran laki-laki dan perempuan.4

Hasil Penelitian Relasi Gender dalam Bidang UKM

Hasil penelitian di Daerah Kabupaten Bantul, Yogyakarta oleh Anomsari

(2008) menunjukkan adanya perhatian pemerintah dalam memberdayakan laki-

4 Komisi Nasional Perempuan. Id.m.wikipedia.org/wikiKomisi_Nasional_Perempuan

[diakses tanggal 27 Februari 2011 Pukul 07.45]

Page 32: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

16

laki dan perempuan dakam bidang pembangunan. Laki-laki dan perempuan pada

dasarnya memiliki peluang yang sama untuk mengembangkan usaha khususnya

bidang pengolahan pangan dan kerajinan. UKM di Daerah Bantul dikelola

berdasarkan kerjasama laki-laki dan perempuan dalam mengembangkan usaha.

Bidang pengolahan pangan memiliki prospek yang cukup bagus di

kabupaten ini. Peluang dan akses mengembangkan usaha ini cukup besar dan

tenaga kerja yang diserap juga besar. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa

unit usaha ini banyak dijalankan oleh kaum perempuan. Akses laki-laki terhadap

bidang pengolahan pangan ini tidak ada, namun laki-laki memiliki peran dalam

bidang pemasaran yang masuk dalam ranah wilayah publik termasuk berhubungan

dengan pemasok dan perbankan. Konstruksi sosial dan budaya di masyarakat,

laki-laki berada pada sektor publik dan perempuan pada sektor domestik menjadi

salah satu pendorong perempuan untuk bergerak pada bidang usaha pengolahan

pangan. Memilih usaha bidang pengolahan pangan bagi seorang perempuan juga

tidak terlepas dari tanggungjawab yang terkonstruksi secara kultural di mana

perempuan mempunyai tanggungjawab mengurusi rumahtangga. Hal ini

menunjukkan optimisme laki-laki dan perempuan yang memiliki kedududan

setara dalam pembangunan masih menghadapi kendala.

Perempuan yang terlibat dalam bidang ini tidak semata-mata

menyalurkan hobi seperti pada pengolahan makanan tetapi lebih melihat peluang

untuk mengembangkan usaha kerajinan. Perempuan yang ikut andil dalam usaha

ini, biasanya merupakan tradisi dan warisan dari keluarganya atau karena

pengaruh lingkungan sekitar. Secara keseluruhan berdasarkan penelitian lapang,

sebagian besar dari pelaku usaha di daerah ini tidak menggunakan kredit

perbankan sebagai modal usaha baik oleh pelaku usaha laki-laki maupun

perempuan. Kendala akses untuk peminjaman menggunakan perbankan masih

banyak ditemui oleh para pengusaha terutama perempuan.

Pada tahun 2005 dijelaskan, kepemilikan modal perempuan biasanya

berasal dari modal pribadi yaitu sekitar 85,69% perempuan sedangkan laki-laki

81,99%. Sumber modal yang sebagian dari pihak lain untuk laki-laki 12,9% dan

perempuan 12,4%. Modal yang berasal dari pihak lain, pengusaha laki-laki 3,65%

dan perempuan 0,81%. Data ini menunjukkan perempuan masih memiliki

kesulitan dalam memperoleh kredit perbankan (Kantor PP RI 2005) dalam

Anomsari (2008).

Kerangka Pemikiran

Penelitian analisis relasi gender pada usaha kecil dan menengah di

lingkungan keluarga perajin tas di Desa Tegalwaru ini didasarkan atas berbagai

konsep yakni konsep usaha kecil menengah yang dikaitkan dengan analisis

gender. Permasalahan gender dalam usaha kerajinan tas ini dapat ditelaah dengan

menggunakan Teknik Analisis Harvard yaitu suatu analisis yang digunakan untuk

melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam

proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi

satu sama lain, yaitu: profil aktifitas, profil akses, dan profil kontrol (Overholt

dkk. 1986 dalam Handayani dan Sugiarti 2008).

Page 33: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

17

keterangan:

: Mempengaruhi

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Analisis Relasi Gender dalam UKM

Pembagian kerja laki-laki dan perempuan merupakan faktor penting

untuk dapat melihat relasi gender yang terdapat dalam permasalahan ini. Hal ini

bisa dilihat dalam kegiatan pembuatan tas di Desa Tegalwaru dimana laki-laki

lebih berperan dalam beberapa kegiatan usaha seperti: pembuatan model,

penjahitan tas, penentuan bahan, sedangkan perempuan lebih banyak pada proses

pengeleman, perapihan dan pengepakan. Relasi gender uang ada dapat terlihat

dari pembagian kerja laki-laki dan perempuan yang dijelaskan dengan

menggunakan profil pembagian kerja, profil akses, kontrol, pengambilan

keputusan dalam suatu rumahtangga pengrajin tas. Selain itu, peran perempuan

dapat terlihat dengan hasil analisis yang ada.

Profil pembagian kerja meliputi kegiatan produktif, reproduktif dan

sosial yang dilakukan oleh suami, perempuan dan anggota rumahtangga yang lain

dalam usaha pembuatan tas dan juga curahan waktu terhadap ketiga kegiatan

tersebut yang nantinya dihitung dan dirata-ratakan ke dalam hitungan jam per

hari. Akses dan kontrol (peluang dan penguasaan) dapat dilihat melalui akses dan

kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat faktor produksi dan profil kontrol

dalam kegiatan pemeliharaan kegiatan produktif, reproduktif dan sosial. Relasi

gender yang terlihat melalui Teknik Analisis Harvard dapat menggambarkan

kontribusi perempuan terhadap kegiatan usaha kerajinan tas dapat mempengaruhi

pendapatan rumahtangga pengrajin tas tersebut.

Usaha rumahtangga pengrajin tas dalam kegiatannya dapat dianalisis

berdasarkan pra usaha, penjahitan, dan pasca usaha. Pra usaha yaitu: penentuan

model tas, pemilihan bahan, pengeleman. Penjahitan tas menjadi suatu kegiatan

yang dilakukan secara individu. Sedangkan kegiatan pasca usaha diantaranya:

penyelesaian, pengepakan, dan penjualan tas. Kontribusi perempuan terhadap

pendapatan rumahtangga pengrajin dapat dilihat dari sumber penghasilan yang

didapat dari usaha pembuatan tas kemudian dikalikan curahan waktu yang

diberikan perempuan dalam kegiatan reproduktif dan dianalisis secara deskriptif.

Ideologi Gender

Relasi Gender dalam Usaha

Kecil dan Menengah

1. Akses

2. Kontrol

3. Posisi

Karakteristik Individu

Anggota UKM

1. Tingkat Pendidikan

2. Umur (dalam tahun)

3. Lama bekerja di UKM

4. Jenis Kelamin

Keberhasilan UKM

Page 34: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

18

Relasi gender mempengaruhi tingkat keberhasilan UKM. Tingkat keberhasilan

UKM diukur dari sumberdaya yang dilihat dari pra-produksi, proses serta hasil

yang diperoleh. Sumberdaya yang dimaksud adalah pada penelitian ini adalah

bahan baku, modal, dan upah.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diajukan hipotesis berikut:

1. Diduga ideologi gender masyarakat mempengaruhi relasi gender di Usaha

Kecil dan Menengah Desa Tegalwaru

2. Diduga Karakteristik Individu mempengaruhi relasi gender di Usaha Kecil

dan Menengah Desa Tegalwaru

3. Diduga adanya hubungan relasi gender dalam UKM dengan keberhasilan

UKM di Desa Tegalwaru.

Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan unsur penelitian berupa petunjuk tentang

bagaimana suatu variabel diukur (Singarimbun 2008). Untuk membantu penelitian

dalam menggunakan variabel dan mengetahui bagaimana cara pengukuran

variabel dalam penelitian ini, maka dikembangkan beberapa definisi operasional

sebagai berikut:

1. Ideologi gender merupakan suatu pemikiran yang dianut masyarakat bahwa

perempuan mempunyai peran yang berbeda dengan laki-laki (khususnya

dalam hal kerja). Ideologi gender dalam penelitian ini dibagi menjadi 2

kategori, yaitu ideologi gender kuat yaitu apabila terdapat pemikiran bahwa

peran kerja perempuan berbeda dengan peran kerja laki-laki dan ideologi

gender lemah yaitu apabila terdapat pemikiran bahwa relatif tidak ada

perbedaan antara peran kerja laki-laki dan peran kerja perempuan. Kuat

tidaknya ideologi gender diukur dengan cara mengajukan beberapa

pernyataan dimana apabila responden menjawab “setuju” mendapatkan skor

1, sementara responden yang menjawab “tidak setuju” mendapat skor 2.

a. Ideologi gender lemah : skor 23-30

b. Ideologi gender kuat : skor 15-22

2. Karakteristik Individu anggota UKM diartikan sebagai identitas yang

dimiliki secara pribadi oleh seseorang, yang terdiri dari empat kategori:

umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan lama bekerja di UKM.

a. Umur adalah lama waktu hidup responden sejak dilahirkan sampai pada

saat diwawancarai, dan diukur dalam tahun (skala rasio) berdasarkan

temuan umur responden di lapangan.

a. 18-29 tahun : diberi kode 1

b. 30- ≥ 50 : diberi kode 2

b. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang

diikuti responden. Diukur dalam skala rasio. Dikategorikan menjadi:

a. Tidak tamat sekolah dasar, lulus SD, Tamat SMP : diberi skor 1

Page 35: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

19

b. Tidak tamat SMA, tamat SMA, diploma, sarjana : diberi skor 2

c. Jenis kelamin merupakan identitas sosial individu yang hakiki, diukur

dalam skala ordinal (laki-laki dan perempuan).

a. Laki-laki : kode 1

b. Perempuan : kode 2

d. Lama bekerja yang dilakukan dengan menghitung jumlah waktu mulai

mengikuti UKM hingga waktu penelitian dilakukan. Dihitung dengan

menggunakan nilai tengah sejak UKM berdiri.

Tinggi : > 5 tahun

Rendah : 0-5 tahun

3. Relasi Gender dalam pengorganisasian UKM diukur dari tingkat kesetaraan

gender. Tingkat kesetaraan gender dalam UKM dikatakan setara apabila

penempatan posisi (penempatan pekerjaan), akses, dan kontrol antara

perempuan dan laki-laki seimbang/setara dalam UKM. Relasi gender dalam

kegiatan UKM diuji berdasarkan:

1. Akses adalah peluang yang dimiliki baik oleh laki-laki maupun perempuan

untuk menikmati sesuatu yang dianalisis berdasarkan persepsi responden

terhadap perilaku dalam mengakses sumberdaya dan manfaat dari hasil

produksi UKM. Alat yang digunakan adalah siapa yang memiliki

kesempatan (laki-laki dan perempuan) dalam menggunakan sumberdaya

yang berkaitan dengan kegiatan produktif. Dikategorikan menjadi:

1. Laki-laki/perempuan sendiri : diberi skor 1

2. Perempuan dan laki-laki bersama-sama : diberi skor 2

Tingkat akses dalam UKM di Desa Tegalwaru di ukur berdasarkan interval

dalam kuesioner. Terbagi menjadi:

a. Tinggi : skor 13-16

b. Rendah : skor 8-12

2. Kontrol merupakan sejauh mana kemampuan yang dimiliki laki-laki dan

perempuan dalam pengambilan keputusan yang dianalisis berdasarkan

persepsi responden terhadap perilaku dalam mengontrol sumberdaya dan

manfaat. Diukur melalui frekuensi memutuskan untuk setiap jenis kegiatan

produktif, reproduktif, dan sosial. Tingkatan kontrol dikategorikan menjadi:

a. Laki-laki sendiri dan perempuan sendiri : diberi skor 1

b. Bersama-sama antara laki-laki dan perempuan : diberi skor 2

Tingkat kontrol dalam UKM Desa Tegalwaru diukur berdasarkan interval

dalam kuesioner. Terbagi menjadi:

1. Tinggi : skor 12-18

2. Rendah : skor 19-24

3. Posisi yaitu penempatan kedudukan yang dimiliki oleh laki-laki dan

perempuan dalam kegiatan UKM.

4. Tingkat keberhasilan UKM dikatakan tinggi apabila sudah melibatkan

anggota perempuan dan laki-laki dalam penyelenggaraan Rapat Anggota

Tahunan (RAT), Rapat Anggota, Rencana Kegiatan (RK), kesejahteraan

anggota meningkat yang dilihat dari peningkatan surplus, peningkatan

simpanan anggota, kebutuhan ekonomi (terutama kebutuhan dasar)

terpenuhi. Dibagi menjadi tiga kategori:

a. Rendah jika tidak melibatkan anggota perempuan atau anggota laki-laki

: diberi skor 1

Page 36: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

20

b. Sedang jika laki-laki mendominasi atau perempuan mendominasi :

diberi skor 2

c. Tinggi jika laki-laki dan perempuan berperan setara/sama :

diberi skor 3

Page 37: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen
Page 38: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

20

Page 39: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

21

METODE PENELITIAN

Pendekatan Lapang

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang didukung

oleh pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan

metode survei. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel

dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data

yang lengkap (Singarimbun dan Efendi 1989). Pendekatan kualitatif diperoleh

melalui wawancara mendalam dengan panduan pertanyaan, data dan informasi

yang diperoleh dari informasi kunci, pengamatan di lokasi dan studi dokumen.

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis hubungan antara relasi

gender dengan keberhasilan usaha kecil dan menengah dalam masyarakat

responden penelitian berdarkan acuan tiga hipotesis penelitian yang akan di uji.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Pulekan Desa Tegalwaru

Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Tegalwaru

merupakan salah satu desa di Kecamatan Ciampea yang mayoritas penduduknya

bekerja pada sektor pertanian dan wirausaha. Dari seluruh wilayah di Desa

Tegalwaru sebagian besar terdaftar sebagai pengusaha pembuatan tas. Pemilihan

lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

bahwa seluruh desa yang ada di Kecamatan Ciampea hanya Desa Tegalwaru yang

mayoritas masyarakat memiliki usaha pembuatan tas. Kecamatan Ciampea

merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Bogor yang menggalakkan usaha

berbasis sumberdaya lokal masyarakat.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2012 dan

sebelumnya telah dilakukan studi penjajagan pada bulan Februari 2012 kemudian

dilanjutkan dengan penyusunan proposal penelitian. Tempat penelitian dapat

ditempuh dari kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga sekitar 10 menit.

Daerah Desa Tegalwaru berada pada kontur dan lokasi yang strategis sehingga

mudah diakses dari jalan utama Ciampea. Desa Tegalwaru juga memiliki wilayah

dengan pemandangan alam yang asri dan khas wilayah pedesaan.

Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner, wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Data sekunder

diperoleh dari literatur, data monografi desa, peta Desa Tegalwaru, studi berbagai

pustaka, tulisan-tulisan berbagai penelitian yang berkaitan dengan pemasalahan

penelitian dan hasil penelitian terdahulu. Data primer didapat melalui penelitian

langsung dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Data primer

merupakan data asli yang dikumpulkan sendiri oleh periset untuk menjawab

Page 40: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

22

masalah risetnya (Istijanto 2006) dalam Efriani (2009). Data primer yang

diperlukan meliputi:

1. Karakteristik pribadi yang terdiri dari nama responden, usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, jenis pekerjaan dan status perkawinan

2. Karakteristik rumah tangga yang terdiri dari jumlah tanggungan keluarga

dan pendapatan per bulan.

3. Alokasi waktu laki-laki dan perempuan pengrajin dalam kegiatan produktif,

reproduktif dan kegiatan sosial.

4. Pendapatan laki-laki dan perempuan pengrajin tas dalam sebulan yang lalu

5. Akses dan kontrol laki-laki dan perempuan terhadap kegiatan produktifm

reproduktif dan sosial.

Tabel 4 Rincian metode pengumpulan data

Data yang

dibutuhkan Keterangan Sumber Data

Metode

Pengumpulan

Data

Karakteristik

responden

Jenis kelamin,

umur, tingkat

pendidikan, lama

mengikuti UKM

dan jumlah

anggota

(tanggungan)

keluarga

Primer Kuesioner dan

wawancara

mendalam

Ideologi gender

dalam rumah

tangga pengrajin

tas

Pemahaman laki-

laki perempuan

mengenai

pembagian kerja,

peran dalam rumah

tangga

Primer Kuesioner dan

wawancara

mendalam

Relasi gender

dalam rumah

tangga pengrajin

tas

Akses dan kontrol

terhadap

sumberdaya, serta

posisi dalam UKM

Primer Kuesioner,

observasi, dan

wawancara

mendalam

Keadaan umum

lokasi penelitian

dan profil usaha

tas

Sejarah industri

kerajinan tas,

kondisi fisik,

keadaan umum

penduduk,

kelembagaaan dan

mata pencaharian

penduduk

Primer dan

sekunder

Wawancara

mendalam dan

studi literatur

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif

yang didukung metode kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan metode

survai deskriptif yang dilengkapi dengan metode kualitatif dengan cara

Page 41: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

23

wawancara mendalam. Singarimbun dan Efendi (2008) memaparkan penelitian

deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial

tertentu, dimana peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi

tidak melakukan pengujian hipotesis.

Unit analisis yang digunakan adalah laki-laki dan perempuan yang

mempunyai usaha pembuatan tas. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

seberapa besar ideologi gender melekat pada masing-masing individu pengrajin.

Sebagian besar responden merupakan pengrajin yang hanya memiliki satu mata

pencaharian sehingga waktu untuk menemui responden tidak mengalami banyak

kendala. Wawancara dilakukan di setiap rumah-rumah warga. Selain adanya

wawancara kepada setiap responden, dilakukan juga pengamatan lapang meliputi

gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan kawasan, dan kegiatan-kegiatan

yang dilakukan perempuan dalam rumahtangga pengrajin tas.

Teknik Pengambilan Sampel

Populasi sasaran pada penelitian ini adalah pengrajin laki-laki dan

perempuan yang berprofesi sebagai pengrajin tas di UKM Desa Tegalwaru

Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogo, Provinsi Jawa Barat. Populasi

rumahtangga yang laki-laki dan isterinya menjadi anggota UKM pengrajin

Tegalwaru sebanyak 450 rumahtangga. Unit analisis dalam penelitian ini adalah

individu pengrajin. Mengingat karakteristik responden yang tidak jauh berbeda

antara satu dengan lainnya, maka pemilihan responden dilakukan dengan metode

secara acak sederhana (simple random sampling) dengan memilih 40 pengrajin

(20 orang responden perempuan dan 20 orang responden laki-laki), tiap satu

anggota rumah tangga, baik laki-laki maupun perempuan, mewakili

rumahtangganya. Penentuan pemilihan responden ini didasarkan pada proporsi

jumlah pengrajin tas di UKM KWBT. Pengambilan responden sebanyak 40 orang

didasarkan pada pengambilan data minimun dalam penelitian komunitas.

Jumlah penduduk Desa Tegalwaru Tahun 2012 sebanyak 12.000 jiwa

dan 40% berada pada sektor industri. Industri kerajinan baik kerajinan tas, dompet

dan lainnya menempati 17,7% dari total keseluruhan pengrajin pada sektor

industri. Data mengenai proporsi pengrajin Desa Tegalwaru tersaji dalam Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah pengrajin Desa Tegalwaru Tahun 2011

No Pengrajin Laki-laki

(Jiwa)

Perempuan

(Jiwa)

Jumlah

(Jiwa)

1 Tas 250 200 450

2 Dompet 80 80 160

3 Alat-alat pertanian 40 0 40

4 Lain-lain 100 100 200

Jumlah 470 380 850

Sumber : Yayasan Kuntum Organizer Desa Tegalwaru Tahun 2011

Page 42: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

24

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh melalui kuesioner kemudian diolah

dengan menggunakan komputer. Dalam hal ini program komputer yang

digunakan adalah SPSS, dimana program ini berguna untuk merekam data yang

bersifat ordinal, nominal dan interval, membuat tabulasi silang dan mengoreksi

data. Tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua

variabel atau lebih, antara variabel pengaruh dengan variabel terpengaruh dan

mempermudah dalam membaca serta memanahmi data. Data tersebut kemudian

diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang ada. Data

kuantitatif yang diperoleh melalui wawancara dilakukan analisis secara deskriptif

dengan menjelaskan hubungan variabel atau sebaran variabel dari kegiatan

produktif, reproduktif, dan sosial responden. Terkait konsep gender, maka

digunakan Teknik Analisis Harvard untuk menganalisis karakteristik rumahtangga

dan melihat profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan posisi laki-laki dan

perempuan dalam pengelolaan UKM.

Page 43: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Kondisi Geografis dan Kondisi Fisik

Desa Tegalwaru termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciampea,

Kabupaten Bogor. Desa Tegalwaru termasuk ke dalam kategori Impres Desa

Tertinggal (IDT) dengan luas wilayah 338.843 ha, di atas permukaan laut 200 m,

dan tinggi curah hujan 21-23 m3, yang terbagi dalam tiga dusun, enam rukun

warga (RW) dan 38 rukun tetangga (RT) dan setiap rukun warga memiliki

karakteristik usaha yang berbeda-beda. Batas wilayah Desa Tegalwaru adalah

sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bojong Jengkol

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojong Jengkol

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinangka

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cicadas/Bojong Rangkas

Jarak kantor desa ke ibukota kecamatan, Kabupaten Bogor, Propinsi

Jawa Barat dan ibukota negara sebagai berikut:

1. Ibukota Kecamatan Ciampea : 2 km

2. Ibukota Kabupaten Bogor : 20 km

3. Ibukota Propinsi Jawa Barat : 132 km

4. Ibukota Negara : 73 km

Tabel 6 Pemanfaatan lahan/penggunaan tanah di Desa Tegalwaru Tahun 2011

No Penggunaan Luas (Ha) %

1 Pemukiman

a. Pemukiman umum

55,3380

55,380

18.71

18.71

2 Bangunan

a. Perkantoran

b. Sekolah

c. Tempat ibadah

d. Kuburan

e. Jalan

f. Lain-lain

20,575

0,035

0,620

0,320

4,1

9,3

6,2

6,95

3 Pertanian sawah

a. Sawah irigasi

b. Sawah tadah hujan

220,027

-

220,027

74,33

-

74,33

4 Ladang/tegalan - -

5 Perkebunan 15 -

6 Padang rumput/ stepa/ ladang

gembalaan

- -

7 Hutan 20 -

8 Tempat rekreasi dan olahraga - -

9 Perikanan darat 2 -

Total 296,019 99,99

Page 44: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

26

Dari ibukota Kecamatan Ciampea, Desa Tegalwaru dihubungkkan oleh

jalan yang sudah beraspal sepanjang 2 km. Fasilitas angkutan umum yang ada

yaitu angkutan kota dan ojek. Rumah penduduk terdiri dari bangunan yang

berdinding tembok (permanen), semi permanen, dan rumah kayu. Sebagian besar

rumah penduduk adalah permanen. Sistem pengairan di desa ini adalah dengan

menggunakan irigasi setengah teknis. Lahan pertanian di desa ini termasuk subur

dan sebagian besar dimanfaatkan dengan sistem tanam dua kali tanam dalam

setahun. Sebagian besar petani di Desa Tegalwaru memiliki lahan kurang dari 0,2

Ha. Hal ini memperlihatkan bahwa di Desa tersebut sudah terjadi perpencaran

lahan pertanian.

Kependudukan

Sekitar tahun 2000, jumlah penduduk Tegalwaru hanya sekitar 9,865

jiwa dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 7 Jumlah penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin di Desa

Tegalwaru Tahun 2000 No Golongan Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

(orang)

1 0-12 bulan 55 48 103

2 13 bulan-4 tahun 531 544 1,064

3 5-6 tahun 225 235 460

4 7-12 tahun 644 647 1,291

5 13-15 tahun 261 234 495

6 16-18 tahun 236 229 465

7 19-25 tahun 361 319 680

8 26-35 tahun 431 414 845

9 36-45 tahun 581 589 1,170

10 46-50 tahun 623 510 1,133

11 51-60 tahun 583 574 1,157

12 61-75 tahun 431 400 831

13 Labih dari 76 tahun 106 65 171

Jumlah 5,068 4,797 9,865 Sumber : Profil Desa/Kelurahan Buku I Tahun 2000

Tabel 8 Jumlah dan persentase penduduk Desa Tegalwaru Tahun 2001

Golongan

Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan Orang %

Orang % Orang %

1-12 1475 29,10 1453 30,49 3378 34,24

13-18 497 9,80 463 9,65 960 9,73

19-50 1996 39,38 1832 38,19 3808 38,60

>50 1120 22,09 1039 21,65 2159 21,88

Jumlah 5068 100 4797 100 9865 100 Sumber : Data Monografi Desa Tegalwaru Tahun 2001

Page 45: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

27

Apabila dilihat dari golongan umurnya, terdapat sekitar 34,24%

penduduk yang berada pada golongan umur 1-12 tahun. Hal ini memperlihatkan

bahwa jumlah anak-anak di Desa Tegalwaru mempunyai proporsi yang cukup

besar. Artinya angka kelahiran di Desa Tegalwaru dapat dikatakan tinggi.

Pernikahan dini dan penggunaan KB sebagai salah alat untuk menekan angka

kelahiran masih rendah. Masyarakat desa ini berpandangan bahwa denagan

memiliki banyak anak, mereka akan mendapatkan rizki yang lebih banyak.

Kelahiran yang besar juga diperlihatkan dengan terus meningkatnya jumlah

penduduk desa ini seperti yang disajikan dalam data-data selanjutnya.

Berdasarkan Laporan Kinerja Kepala Desa Tegalwaru Kecamatan

Ciampea tahun 2004 tercatat jumlah penduduk Desa Tegalwaru 11.110 jiwa (laki-

laki 5.440 jiwa dan perempuan 5.660 jiwa). Jumlah penduduk di atas tidak hanya

jumlah penduduk asli tapi juga termasuk jumlah penduduk pendatang. Adapun

jumlah penduduk sesuai dengan tingkat pendidikannya disajikan sebagai berikut:

1. Tidak tamat SD/sederajat sebanyak 63 orang

2. Tamat SD/sederajat sebanyak 6.700 orang

3. Tamat SLTP/sederajat sebanyak 480 orang

4. Tamat SLTA/sederajat sebanyak 240 orang

5. Tamat Diploma sebanyak 15 orang

6. Tamat Perguruan Tinggi/S1 sebanyak 21 orang

7. Tamat Perguruan Tinggi/S2 sebanyak 5 orang

8. Tamat Perguruan Tinggi/S3 sebanyak 2 orang

Laporan Kinerja Kepala Desa Tegalwaru pada tahun 2010, jumlah

penduduk Desa Tegalwaru adalah sebanyak 12.562 jiwa dengan 1500 KK.

Berdasarkan data jumlah penduduk sesuai dengan tingkat pendidikannya yang

mengenyam pendidikan sebagian besar tidak tamat Sekolah Dasar dan tamat

Sekolah Dasar sebesar 6.763 orang atau sebesar 87% dari jumlah penduduk yang

mengenyam pendidikan padahal pemerintah telah mencanangkan program “Wajib

Belajar Sembilan Tahun”. Data tersebut menunjukkan bahwa motivasi penduduk

Desa Tegalwaru dalam mengenyam pendidikan sangat rendah padahal dalam

proses belajar mengajar, mereka mendapat biaya pendidikan secara gratis.

Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih

banyak daripada jumlah penduduk laki-laki tetapi dalam dunia pendidikan baik

laki-laki maupun perempuan wajib mengenyam pendidikan.

Kondisi Ekonomi dan Pendidikan Masyarakat

Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) terletak di Kampung

Pulekan Desa Tegalwaru Kabupaten Bogor. Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru

(KWBT) merupakan tempat wisata yang sangat unik, keunikannya bukan hanya

sekedar kental akan nuansa pedesaannya, tapi di KWBT ini para wisatawan dapat

belajar dan melihat langsung proses produksi dari sebuah usaha berbasis Home

Industry. Sebagian besar penduduk desa berprofesi sebagai petani dan wirausaha.

Secara monografi Desa Tegalwaru terdiri dari 6 RW dan 38 RT, dan masing-

masing RW memiliki spesifikasi usaha masyarakat.

Desa Tegalwaru masih tergolong Impres Desa Tertinggal (IDT), dimana

di desa ini pendidikan dan kesehatan masih tergolong rendah. Tidak ada bangunan

Page 46: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

28

SMP ataupun SMA, namun tersedia hanyalah bangunan SD. Pemerintah desa

setempat telah mengupayakan adanya penyelenggaraan pendidikan wajib belajar 9

tahun sebagaimana dicanangkan pemerintah. Pada tahun 1997, pemerintah desa

telah mengupayakan adanya SMP terbuka yaitu SMP negeri yang membuka kelas

jauh di Desa Tegalwaru.

Industri rumahtangga (home industry) merupakan penopang utama

masyarakat yang berprofesi sebagai pengrajin baik tas, dompet maupun

pengelolaan sumberdaya lokal lainnya. Sebelum dibentuk UKM Desa Tegalwaru,

pendapatan masyarakat Desa Tegalwaru sebagaian besar ditopang oleh industri tas

milik pengusaha luar daerah yang memasok bahan ke desa tersebut dan dikerjakan

oleh penduduk tanpa adanya jaminan tenaga kerja dengan upah yang relatif murah

yaitu rata-rata Rp20.000/minggu. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar warga

Tegalwaru enggan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan

memilih bekerja sebagai perajin tas bersama dengan anggota keluarga yang

lainnya.

Sumber Nafkah Masyarakat Desa Tegalwaru

Masyarakat Desa Tegalwaru memiliki sumber mata pencaharian yang

berasal dari pertanian, peternakan dan kerajinan baik berupa tas, dompet, industri

golok, industri pastung asmat dan lain-lain. Lahan Desa Tegalwaru banyak

dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan peternakan serta perumahan. Beberapa

hewan ternak yang dikembangkan adalah kelinci, sapi dan domba serta ternak-

ternak lainnya. Sebagian besar warga masyarakat desa ini, memiliki pendapatan

dari kerajinan baik tas maupun dompet. Selain itu, pendapatan masyarakat berasal

dari jenis usaha lainnya seperti berdagang, bertani, pegawai, dan menjadi buruh

pabrik di luar desa.

Hasil pertanian seperti tanaman obat, jamur dimanfaatkan oleh

masyarakat desa ini sebagai komoditas wisata masyarakat yang ingin

menyaksikan penanaman, dan pembudidayaan tanaman obat dan jamur. Pekerja

dalam kegiatan ini adalah ibu-ibu rumah tangga. Mereka memanfaatkan waktu

luang untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan bekerja sebagai pengolah

tanaman obat dan pembudidayaan jamur merang. Usaha yang paling banyak

diusahakan adalah kerajinan tas.

Berdasarkan profil desa pada tahun 2000, penggunaan tanah di desa

Tegalwaru paling banyak digunakan sebagai pertanian sawah yaitu 220.027

hektar, untuk bangunan 20.575 hektar, pemukiman umum yaitu 55.380 hektar,

perkebunan 15 hektar, hutan 20 hektar dan perikanan darat sebesar 2 hektar.

Berdasarkan penggunaan lahan yang paling banyak adalah pada sektor pertanian.

Pada profil desa tahun 2011, penggunaan tanah di Desa Tegalwaru masih di

dominasi dengan penggunaan lahan dalam bidang pertanian.

Page 47: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

29

Tabel 9 Struktur mata pencaharian penduduk Desa Tegalwaru Tahun 2011

No Mata Pencaharian Jumlah

(Orang) Persentase

1 Sub sektor pertanian tanaman pangan

a. Pemilik tanah sawah

b. Pemilik tanah tegal/ladang

c. Buruh tani

1,379

801

503

75

69

40

25

4

2 Sub sektor perkebunan/perladangan - 0

3 Sub sektor peternakan

a. Ternak kambing

b. Ternak ayam

c. Ternak kerbau

d. Ternak domba

e. Buruh peternak

151

45

3

5

73

25

8

2

0

0

4

1

4 Sub sektor perikanan/pelayaran

a. Pemilik kolam

b. Lain-lain

36

26

10

2

1

1

5 Sub sektor pertambangan galian C

a. Usaha pertambangan galian C

b. Usaha perdagangan hasil

pertambangan galian C

c. Buruh pada pertambangan galian

C

17

2

2

10

1

0

0

1

6 Sub sektor industri kecil/kerajinan

a. Pemilik usaha kerajinan

b. Usaha industri rumah tangga

c. Usaha industri kecil

d. Buruh pada industri kecil

103

3

5

15

80

5

0

0

1

4

7 Sub sektor industri besar/sedang - 0

8 Sektor jasa/perdagangan

a. Jasa pemerintahan/non

pemerintahan

b. Jasa lembaga keuangan

c. Jasa perdagangan

d. Jasa komunikasi dan angkutan

e. Jasa hiburan

f. Jasa keterampilan

g. Jasa lainnya

306

89

-

30

35

4

143

5

15

4

-

2

2

0

7

0

Total 1,992 100 Sumber : Profil Desa/kelurahan Buku I Tahun 2011

Kehidupan Sosial Kemasyarakatan

Kegiatan sosial budaya masyarakat Desa Tegalwaru tidak terlalu

beragam. Kebanyakan masyarakat Desa Tegalwaru hidup bertetangga dengan

saudara sendiri sehingga kehidupan sosialnya terasa sangat solid dan rasa

kebersamaannya tinggi. Malam hari pukul 21.00 WIB kondisi di Desa Tegalwaru

Page 48: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

30

sudah sepi. Hanya beberapa dari warung atau toko masyarakat yang masih

memiliki kesibukan. Sektor kebudayaan yang masih menonjol di Desa Tegalwaru

adalah budaya Bahasa Sunda. Masyarakat Desa Tegalwaru masih menggunakan

Bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari meskipun sudah bercampur dengan

Bahasa Indonesia.

Masyarakat Desa Tegalwaru termasuk masyarakat yang agamis. Seluruh

penduduk Desa Tegalwaru beragama islam dengan mayoritas menganut aliran

Nahdlatul Ulama (NU). Masjid-masjid Desa Tegalwaru selalu diadakan acara

pengajian baik harian, mingguan dan bulanan. Selain itu, di Desa Tegalwaru

terdapat Pondok Pesantren dan Yayasan Az Zein, yakni sekolah agama Islam

yang sudah baik dan modern. Setiap masjid memiliki Dewan Rumahtangga

Masjid (DKM) sendiri yang menangani dan mengurusi kegiatan-kegiatan masjid,

keungan, pembangunan sarana dan prasarana masjid. Lembaga atau organisasi

kemasyarakatan di Desa Tegalwaru tidak terlalu terlihat dalam kegiatannya

membantu perkembangan dan peranannya bagi masyarakat. Lembaga

kepemudaan seperti karang taruna misalnya tidak ada di Desa Tegalwaru,

sehingga memberikan sedikit kesulitan dalam mengumpulkan pranata

kepemudaan.

Sarana dan Prasarana

Desa Tegalwaru dilalui jalan aspal yang menghubungkan Kecamatan

Ciampea dengan Kecamatan Ciomas. Fasilitas transportasi yang tersedia adalah

angkutan kota, sepeda motor (ojek) dan kendaraan pribadi. Transportasi antar

kampung lebih banyak ditempuh dengan sepeda motor dan jalan kaki mengingat

medannya yang berbukit-bukit. Desa Tegalwaru memiliki sebuah Puskesmas

Pembantu dan sebuah Puskemas Pusat. Fasilitas yang tersedia di Puskesmas

Pembantu kurang memadai, hal ini dikarenakan pusat pengobatan lebih

dikonsentrasikan di Puskesmas Pusat. Adapun jumlah tenaga medis yang tersedia

adalah satu orang dokter umum, satu orang bidan dan tiga mantri kesehatan.

Kegiatan Posyandu dilakukan oleh bidan dan dibantu oleh kader

Posyandu, pelaksanaanya dibagi menjadi enam wilayah (enam RW). Kegiatannya

yaitu penimbangan, imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan balita dan

pemberian makanan tambahan untuk balita. Sarana pendidikan yang ada di Desa

Tegalwaru adalah tiga buah SD, satu Madrasah Ibtidaiah, dan SLTP terbuka.

Sekolah agama setingkat SD dan SMP juga ada di desa ini. Seluruh Desa

Tegalwaru sudah terjangkau oleh listrik. Penduduk desa menggunakan air sumur

untuk keperluan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian dan mencuci

peralatan rumah tangga lainnya. Kawasan rumah penduduk yang dekat dengan

jalan raya dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sudah dimiliki

sebagian besar penduduknya.

Profil Industri Kerajinan Tas Desa Tegalwaru

Desa Tegalwaru dicanangkan sebagai sentra industri kerajinan tas dan

patung yang berada di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Industri kerajinan tas mulai berkembang di Desa Tegalwaru mulai tahun 1965.

Page 49: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

31

Perkembangan industri ini adalah sebagai dampak dari desa tetangga, yakni Desa

Bojongrangkas yang telah terlebih dahulu merintis usaha ini. Melihat prospek

yang baik dalam usaha ini, maka beberapa orang di desa ini mulai membuka

usaha ini dalam skala kecil. Setelah mereka menemukan pasar masing-masing,

para pengrajin mulai memperbesar skala usahanya dengan merekrut beberapa

pegawai yang lama-kelamaan jumlahnya semakin terus bertambah.

Banyak diantara penduduk Desa Tegalwaru yang beralih mata

pencaharian dari sektor pertanian ke sektor industri. Bahkan ada diantaranya yang

sengaja menjual sawah dan ladangnya sebagai modal untuk mendirikan industri

tas. Mereka sangat antusias karena sektor pertanian yang mereka rasakan sudah

tidak bisa diharapkan untuk menopang kehidupan mereka dan mereka melihat

keberhasilan pengusaha lain yang sudah lebih dulu mendirikan usaha ini.

Industri kerajinan tas ini berkembang secara turun temurun dari orang tua

ke anak-anaknya. Namun tidak jarang ada beberapa diantara mereka yang

membuka usaha ini atas kemauan sendiri. Di Desa Tegalwaru terdapat sekitar 10

buah indutri kerajinan tas dengan jumlah pekerja rata-rata 10-15 orang. Selain itu,

banyak industri rumahtangga yang juga bergerak dalam usaha ini sehingga

jumlahnya sekitar 500 pengrajin. Kesepuluh industri tas ini tersebar di tiga RW

yaitu RW I, IV, dan V.

Modal usaha merupakan masalah yang paling banyak ditemui oleh para

pengusaha tas. Para pengusaha tas sebagian besar memiliki modal yang terbatas,

oleh karena itu untuk mengatasi banyaknya pesanan para pengrajin membentuk

perkumpulan pengrajin yang diberi nama Kopertas (Kelompok Pengrajin Tas)

dengan jumlah anggota sebanyak delapan orang pemilik dan 87 pekerja. Upaya

yang dilakukan Kopertas ini adalah meningkatkan mutu dari produk tas yang

mereka buat. Usaha ini kemudian mendapat perhatian dari PT. Telkom Wilop

Jakarta yang kemudian melakukan kerjasama dengan Kopetas. Pihak PT. Telkom

memberikan modal kepada pengrajin untuk kemudahan memperoleh bahan baku

yang dibutuhkan.

Adanya kerjasama tersebut, para pengrajin mendapatkan pelatihan

mengenai tata cara pengelolaan manajemen, pemasaran, serta upaya-upaya untuk

meningkatkan pendapatan maupun skala usaha bagi pengrajin. Akan tetapi upaya

ini kurang ditindaklanjuti oleh PT. Telkom. Kerjasama ini hanya berlangsung

beberapa tahun saja dan saat itu, para pengrajin mengandalkan modal sendiri dan

pesanan dari pasar. Dalam hal pemasaran, para pengrajin ini harus bersaing

dengan banyak industri tas lain di desa lain. Oleh karena itu mereka harus cerdik

dalam melihat permintaan dan selera konsumen. Para pengrajin harus bisa

menciptakan bentuk-bentuk tas yang sedang menjadi trend baik untuk kalangan

bawah, menegah dan atas. Adapun wilayah pemasaran tas ini sudah cukup luas

mulai dari seluruh wilayah Jabodetabek, Jawa Tengah, Riau, dan beberapa daerah

di Sulawesi. Pemasaran juga dilakukan dengan menggunakan media online.

Adanya kerjasama dengan Pemerintah Daerah Bogor, produk-produk tas ini juga

mulai merambah ke negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan

India. Keberhasilan ini sangat ditunjang oleh adanya pameran-pameran yang

diikuti sehingga produk-produknya lebih dikenal oleh kalangan luas. Pemasaran

untuk daerah Bogor produk tas ini sudah masuk ke beberapa pasar di daerah ini.

Page 50: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

32

Proses Pembuatan Tas

Pembuatan tas kulit ini, bahan baku yang dibutuhkan adalah sejenis

bahan sintesis yang menyerupai kulit (kulit buatan). Pembelian bahan baku ini,

biasanya didapatkan pengrajin di Pasar Tanah Abang karena harganya yang lebih

murah jika dibandingkan dengan membeli di Bogor. Selain itu juga para pengrajin

ini membutuhkan akssoris-aksesoris baik yang terbuat dari plastik maupun besi.

Biasanya aksesoris ini dibeli di pusat grosir mangga dua Jakarta. Mereka

mengatakan bahwa disana tersedia berbagai pilihan aksesoris dengan harga yang

bervariasi mulai dari yang murah sampai yang mahal tergantung dari model tas

yang akan dibuat. Bahan lain yang dibutuhkan untuk membuat tas ini adalah kain

untuk lapisan dalam tas. Kain ini dapat dibeli dimana saja karena harganya yang

relatif sama.

Tahap pertama yang dilakukan adalah mendesain model tas yang akan

dibuat. Kemudian pola tersebut diperbanyak dengan cara dijiplak di atas bahan

yang akan dibuat. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan teliti agar ukuran tas yang

dihasilkan seragam dan bentuknya sama. Selanjutnya pola yang sudah dijiplak

tadi diserahkan ke bagian pengguntingan dan dilanjutkan ke bagian pengelemen.

Adapun lem yang digunakan adalah lem karet yang dibeli secara kiloan. Lem

kiloan ini lebih murah jika dibandingkan dengan membeli lem kemasan kaleng.

Guna menghasilkan produk yang berkualitas, dilakukan penyambungan. Alat

yang digunakan dalam penyambungan ini adalah mesin jahit lperempuank

sehingga pekerjaan menyambung lebih cepat dilakukan. Dari bagian

penyambungan, tas setengah jadi ini kemudian masuk ke bagian dalam dan luar

tas. Selanjutnya tas masuk ke bagian penyortiran. Bagian ini bertugas memeriksa

kembali keseluruhan bagian tas agar tidak ada bagian yang tidak terjahit atau

tertinggal. Setelah selesai, tas masuk ke bagian pemasangan aksesoris. Pekerjaan

ini biasanya dilakukan oleh pekerja anak dan perempuan karena pekerjaan ini

tidak membutuhkan keterampilan yang berarti. Tahap yang paling akhir adalah

pembungkusan tas ke dalam plastik-plastik agar tas tetap bersih dan terawat

sampai di tangan konsumen:

\

Gambar 2 Bagan Alur Proses Pembuatan Tas

PENGELEMAN

PENJAHITAN PENYAMBUNGAN BARANG JADI

DAN PEMASARAN

PENJIPLAKAN POLA

BAHAN BAKU TAS

PENGGUNTINGAN

Page 51: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen
Page 52: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN PEMBAGIAN KERJA

RUMAHTANGGA PENGRAJIN TAS

Karakteristik Individu Pengrajin Tas

Karakteristik individu responden merupakan hal-hal spesifik dari

responden yang dipaparkan untuk memberi gambaran kondisi responden.

Karakteristik yang digali terdiri dari umur, tingkat pendidikan, lama mengikuti

UKM, dan jenis kelamin. Pada penelitian ini, responden berjumlah 40 orang yang

terdiri atas 20 pengrajin tas laki-laki dan 20 pengrajin tas perempuan.

Umur

Seluruh responden pada penelitian ini tergolong umur produktif, yaitu 15-

64 tahun dan sudah menikah. Pada penelitian ini, umur terendah responden adalah

21 tahun sedangkan umur tertinggi mencapai 60 tahun. Mengutip pendapat

Havinghurst (1950) dalam Mugniesyah (2006), umur dewasa dapat digolongkan

menjadi tiga kategori, yaitu dewasa awal (18-29 tahun), dewasa pertengahan (20-

50 tahun), dan dewasa tua (50 tahun keatas).

Berdasarkan Tabel 10, sebaran umur responden dominan berada pada

kategori umur dewasa sedang (30-50 tahun). Tingginya partisipasi responden pada

kategori umur ini sesuai dengan salah satu tugas perkekembangan pada masa ini

yaitu berusaha mencapai dan mempertahankan suatu tingkat kehidupan ekonomi,

menstabilkan perekonomian rumahtangga melalui sektor usaha tersebut.

Keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam penelitian ini adalah sama, yakni 50%

untuk laki-laki dan 50% perempuan dengan jumlah 40 responden penelitian.

Tabel 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur di Desa Tegalwaru

Tahun 2012

Umur Laki-laki

(L) %

Perempuan

(P) %

Jumlah Total

(jiwa) %

20-31 1 2,5 14 35,0 15 37,5

32-42 11 27,5 6 15,0 17 42,5

≥ 42 8 20,0 8 20,0

Total 40 100

Sebaran umur terbesar kedua berada pada kategori umur dewasa awal

(20-31) yaitu 35,0% untuk responden perempuan dan 2,5% untuk responden laki-

laki. Hal yang menarik untuk dikaji pada kategori umur ini adalah motif utama

keterlibatan perempuan dalam membuat kerajinan tas disebabkan dorongan untuk

meningkatkan pendapatan keluarga dan membantu pekerjaan suami. Sebaran

Page 53: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen
Page 54: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

34

umur terendah berada pada kategori dewasa tua (50 tahun ke atas). Hal yang

menarik untuk dikaji pada sebaran umur ini adalah jumlah responden yang berusia

diatas 50 tahun semuanya berjenis kelamin laki-laki dan terdapat responden yang

berumur 67 tahun. Jika dikaitkan dengan ketentuan BPS dalam Rusli (1996),

umur responden tersebut tidak tergolong dalam usia produktif kerja (15-64 tahun).

Pendidikan Formal

Pada Tabel 11, pendidikan formal responden sebagian besar tergolong

sedang karena persentase responden yang tamat SD dan tamat SMP mencapai

87,5%. Hal ini disebabkan kondisi ekonomi orang tua yang tergolong lemah

sehingga tingkat pendidikan formal responden umumnya rendah. Hal ini diduga

masih terdapat anggapan bahwa tanggung jawab seseorang diidentikkan dengan

mendapatkan penghasilan sendiri dan tidak memerlukan tingkat pendidikan

formal yang tinggi dalam pembuatan produk tas serta kurangnya kemampuan

ekonomi keluarga dalam menyekolahkan putra-putri mereka ke jenjang yang lebih

tinggi.

Tabel 11 Jumlah dan Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan di

Desa Tegalwaru Tahun 2012

TingkaPen-

didikan

Laki-

laki % Perempuan %

Jumlah

Total

(jiwa)

%

Rendah

(tidak tamat

SD)

0 0 2 5,0 2 5,0

Sedang

(SD-tamat

SMP)

17 42,5 18 45,0 35 87,5

Tinggi

(tamat

SMA-ke

atas)

3 7,5 3 7,5

Total 40 100

Berdasarkan jenis kelaminnya, tingkat pendidikan formal responden laki-

laki dan perempuan pada taraf pendidikan SD-SMP memiliki derajat yang sama.

Namun pada tingkat SMA-keatas, hanya responden laki-laki saja yang memiliki

kesempatan untuk mengenyam pendidikan di jenjang tersebut. Responden

perempuan secara keseluruhan memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah,

sedangkan responden laki-laki tergolong beragam. Hal ini diduga masih terdapat

subordinasi yang memposisikan tingkat pendidikan formal rendah bagi

perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini terlihat dengan adanya

pernyataan responden yang menegaskan bahwa perempuan tidak perlu menempuh

Page 55: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

35

pendidikan formal yang lebih tinggi karena tugas utama perempuan setelah tamat

sekolah adalah mengurusi keluarga dan rumahtangga (pekerjaan reproduktif)

berikut pernyataan responden tersebut:

“Neng, upami awewe tos tamat sakola mah tanggung jawabna

oge ukur nikah jeung patuh ka salaki.” (Bapak M, 42 tahun).

(Neng, jika perempuan sudah tamat sekolah maka tanggung

jawabnya setelah menikah adalah patuh kepada suaminya)

Pendidikan Nonformal

Pada penelitian ini, pendidikan nonformal responden diartikan dengan

frekuensi keikutsertaan responden dalam pelatihan tentang pengembangan

produk, peningkatan keterampilan dan kemampuan, baik dari segi desain maupun

manajeman usaha tas. Pelatihan ini difasilitasi oleh Yayasan Kuntum Indonesia

dan lembaga-lembaga pemerintahan yang datang memberikan pembekalan dan

pelatihan kepada pengrajin di desa ini. Tabel 12 menjelaskan mengenai

keikutsertaan pengrajin dalam musyawarah dan pelatihan keterampilan yang

biasanya diadakan di desa ini.

Tabel 12 Sebaran responden dalam keikutsertaannya mengikuti pelatihan dan

musyawarah anggota

Keikutsertaan

dalam

pelatihan dan

musyawarah

Laki-laki Perempuan Total

Jumlah

(jiwa) %

Jumlah

(jiwa) %

Jumlah

(jiwa)

%

Tidak pernah 10 25,0 14 35,0 24 60,0

Hanya hadir 2 5,0 5 12,5 7 17,5

Hadir dan

bertanya

2 5,0 1 2,5 3 7,5

Hadir,

bertanya dan

memberikan

pendapat

6 30,0 0 0,0 6 15,0

Total 20 50 20 50 40 100

Berdasarkan Tabel 12, mayoritas responden tidak pernah mengikuti

kegiatan pelatihan tentang pembuatan tas, yaitu sebanyak 24 responden atau

sebesar 60,0%. Adapun motif ketidakikutsertaan responden pada pelatihan

tersebut cukup beragam: (a) tidak diundang pelatihan, (b) memiliki skala usaha

yang tinggi sehingga tidak diikutsertakan dalam pelatihan tersebut, (c) diundang

pelatihan tetapi pengrajin tidak ingin mengikuti pelatihan tersebut karena

menganggap sudah memiliki keterampilan membuat tas yang dipelajari sejak

lama. Terdapat anggapan pengrajin yang mendapat akses terhadap pelatihan

Page 56: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

36

tersebut adalah pengrajin yang usahanya tergolong sudah maju. Anggapan

tersebut umumnya didipaparkan oleh pengrajin rumahtangga. Di samping itu,

bantuan modal dan peralatan usaha mesin jahit, umumnya diakses oleh pengrajin

yang tergolong skala usahanya tinggi atau memiliki kedekatan interpersonal

dengan pihak pemberi modal.

Persentase responden perempuan yang tidak pernah mengikuti pelatihan

dan musyawarah lebih tinggi (70,0%) dibandingkan dengan responden laki-laki

yaitu sebesar (50,0%). Kegiatan pelatihan tentang kerajinan tas di Desa Tegalwaru

sebagian besar dikepalai oleh laki-laki. Rendahnya akses perempuan terhadap

pelatihan disebabkan karena pihak perempuan dianggap kurang mampu dan

kurang bisa dalam proses pembuatan tas seperti membentuk pola dan menjahit tas

yang sudah dibentuk. Hal ini disebabkan pula oleh jenis produk yang dibuat

responden perempuan tergolong sederhana (seperti pengeleman, pengguntingan)

sehingga terdapat anggapan tidak diperlukan pengembangan desain untuk

kegiatan tersebut.

Persentase pelatihan dan musyawarah terbesar kedua tergolong ke dalam

kategori sedang (mengikuti pelatihan dan musyawarah satu kali hingga tiga kali)

yaitu sebesar 17,5%. Pada kategori ini, terdapat dua orang responden (5,0%) laki-

laki yang hanya hadir ketika diadakan pelatihan, selebihnya hadir dan bertanya

serta hadir, bertanya dan memberikan pendapat. Pada kategori keempat, dimana

hadir, bertanya dan memberikan pendapat, tidak terdapat satu orang pun

responden perempuan. Hal ini dikarenakan masih banyaknya anggapan bahwa

perempuan kurang memiliki kemampuan dalam memberikan pendapatnya

(stereotipe gender).

Pelatihan yang diadakan dianggap hanya sebagai program dari

pemerintah saja, bukan sebagai real need (kebutuhan nyata) untuk menunjang

pengembangan usaha kerajinan tas. Sementara itu, hanya terdapat enam orang

responden laki-laki yang tergolong memiliki tingkat pendidikan nonformal tinggi

(mengikuti pelatihan, bertanya dan memberikan pendapatnya sebanyak 3 kali).

Hal ini disebabkan oleh besarnya akses responden tersebut terhadap pelatihan.

Pengalaman Bekerja (Lama mengikuti UKM)

Pada penelitian ini, pengalaman bekerja responden dilihat dari lamanya

(dalam tahun) pengrajin memiliki usaha pembuatan tas. Berdasarkan Tabel 12,

diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pengalaman bekerja yang

tergolong tinggi ( >5 tahun) sebanyak 27 responden atau sebesar 67,5%. Terdapat

satu responden yang memulai usaha kerajinan tas ini pada tahun 1987. Pada

kategori ini, persentase responden laki-laki lebih besar yaitu sebanyak 16 orang

atau sekitar 40,0% dan responden perempuan sebanyak 11 orang atau sebesar

27,5%. Hal ini diduga disebabkan modal usaha yang dimiliki laki-laki dan

perempuan hanya sebagai pembantu laki-laki dalam menjalanakan usaha ini.

Pada kategori pengalaman bekerja tinggi ini, baik responden perempuan

maupun responden laki-laki memiliki derajat yang lama terhadap pengusahaan

pembuatan tas. Kerajinan tas yang umumnya merupakan pekerjaan utama

keluarga dilakukan secara turun temurun. Keahlian responden paling banyak

terdapat pada bidang ini, dan tidak mengerjakan pekerjaan yang lainnya.

Page 57: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

37

Meskipun demikian, persentase bekerja yang paling banyak dilakukan oleh laki-

laki karena kemampuan yang dimilikinya dalam pengelolaan usaha ini lebih tinggi

dibandingkan dengan perempuan dan tanggung jawab laki-laki sebagai pencari

nafkah utama. Perempuan terlibat dalam usaha ini karena untuk menambah

penghasilan rumahtangga dan membantu suami. Tabel 13 menjelaskan mengenai

frekuensi lama mengikuti UKM bagi responden.

Tabel 13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama mengikuti UKM di

Desa Tegalwaru Tahun 2012

Lama

mengi-kuti

UKM

(tahun)

Laki-laki % Perempuan % Jumlah

Total

(jiwa)

%

0-2 2 5,0 1 2,5 3 7,5

3-4 2 5,0 8 20,0 10 24,0

≥ 5 16 40,

0

11 27,5 27 67,5

Total 40 100

Persentase pengalaman bekerja terbesar kedua adalah responden yang

memiliki pengalaman bekerja sedang (3-4 tahun) yaitu sebesar 10 responden.

Responden perempuan lebih mendominasi yaitu sekitar 8 orang atau sebesar

20,0% dan responden laki-laki hanya sebanyak 2 orang atau sebesar 5,0%.

Sisanya merupakan responden yang memiliki pengalaman bekerja rendah (0-2

tahun) yaitu sebesar 3 orang, dengan responden laki-laki sebanyak 2 orang (5,0%)

dan perempuan sebanyak 1 orang (2,5%). Terdapat kecenderungan semakin tinggi

pengalaman bekerja pengrajin, semakin banyak jumlah pengrajin.

Karakteristik Rumahtangga

Jumlah Anggota Rumahtangga

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan lama mengikuti UKM di

Desa Tegalwaru Tahun 2012

Jumlah

Anggota

Rumah-

tangga

Laki-laki Perempuan Total

Jumlah

(Jiwa)

% Jumlah

(Jiwa)

% Jumlah

%

Rendah 11 55,0 19 95,0 30 75,0

Sedang 9 45,0 1 5,0 10 25,0

Total 20 100 20 100 40 100

Page 58: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

38

Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa mayoritas jumlah anggota

rumahtangga responden tergolong sedang (4-6 orang). Persentase jumlah anggota

rumah tangga pada rumahtangga responden laki-laki sebesar 55,0% sedangkan

pada rumahtangga responden perempuan sebesar 95,0%. Tingginya persentase

pada kategori ini dipengaruhi oleh norma dalam masyarakat pengrajin yang

beranggapan bahwa semakin tinggi jumlah anggota keluarga, maka semakin

tinggi dan semakin banyak pula rezeki yang akan mereka peroleh. Selain itu,

semakin banyak anggota rumahtangga maka akan semakin banyak tenaga kerja

yang akan mempermudah pembuatan tas. Pengenalan keluarga berencana (KB) di

desa ini belum lama disosialisasikan, sehingga sebagian besar masyarakat masih

memiliki anggapan seperti di atas. Pada kategori rumah tangga rendah (< 4

orang), persentase pada rumahtangga responden perempuan (5,0%) lebih kecil

dibandingkan dengan persentase rumahtangga responden laki-laki (45,0%).

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa jumlah anggota rumahtangga

responden laki-laki lebih beragam dibandingkan pada rumahtangga responden

perempuan. Tabel 14 menggambarkan bahwa semakin banyak responden yang

memiliki anggota rumahtangga, maka jumlah pekerja akan semakin banyak.

Page 59: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN

RELASI GENDER PENGRAJIN TAS

Karakteristik Individu dan Hubungannya dengan Akses, Kontrol dan

Penempatan Posisi dalam UKM KWBT

Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain.

Karakteristik responden ini dapat dilihat dari umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, lama mengikuti UKM dan jumlah anggota keluarga. Perbedaan

karakteristik masing-masing responden ini diduga mempunyai hubungan yang

nyata/signifikan dengan relasi gender yang diukur dengan tingkat kesetaraan

gender dalam UKM KWBT.

Hubungan antara tingkat kesetaraan gender dengan karakteristik

responden yang mencakup umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama

mengikuti UKM dan jumlah anggota keluarga responden diananlisis

menggunakan tabulasi silang dan kemudian dilakukan uji statistik non parametrik

Chi Square dan Rank Spearman. Uji-uji tersebut menggunakan skala nominal dan

ordinal, serta skala ordinal-ordinal dalam bentuk angka dan frekuensi yang berupa

data nilai. Patokan pengambilan keputusan berdasarkan nilai Asymp. Sig adalah

jika nilai Asymp Sig (2-sided) lebih kecil dari α=(0,05), maka Ho ditolak, yang

berarti bahwa tidak terdapat hubungan nyata/signifikan antara variabel-variabel

yang diuji. Hubungan karakteristik responden dengan tingkat keseteraan gender

dalam UKM KWBT dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini:

Tabel 15 Hasil analisis Uji Statistik Chi Square dan Rank Spearman antara

karakteristik responden terhadap tingkat kesetaraan gender dalam UKM

KWBT Tahun 2012

Karakteristik

Responden

Asymp. Sig (2-sided) / p-

value Keterangan

Umur 0,747 Tidak Signifikan

Jenis Kelamin 0,357 Tidak Signifikan

Tingkat Pendidikan 0,632 Tidak Signifikan

Lama Mengikuti UKM 0,439 Tidak Signifikan

Jumlah Anggota

Keluarga

0,506 Tidak Signifikan

Keterangan: signifikan jika p-value < alpha (0,05)

Dapat dikatakan bahwa variabel-variabel karakteristik responden tidak

memiliki hubungan dengan derajat kesetaraan gender dalam UKM KWBT. Secara

lebih mendetail, hubungan antara variabel karakteristik responden dan tingkat

kesetaraan gender akan dijelaskan dalam tabel-tabel hubungan antar variabel

dalam bentuk tabulasi silang. Untuk menganalisis pengembangan UKM

berwawasan gender salah satu hal yang akan dilihat adalah bagaimana mereka

Page 60: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

40

akan merasakan kehadirannya di tengah masyarakat tanpa membedakan jenis

kelamin. Pertama adalah analisis akses atau peluang. Peluang adalah kesempatan

untuk menggunakan sumberdaya tanpa memiliki wewenang untuk mengambil

keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumberdaya tersebut. Analisis ini

dipergunakan untuk melihat siapa yang mempunyai peluang terhadap (1)

sumberdaya fisik/material, (2) situasi atau kondisi pasar, (3) sumber daya sosial

budaya.

Kedua adalah analisis kontrol (penguasaan). Kontrol adalah kewenangan

penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan hasil dan sumberdaya.

Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui siapa yang mempunyai penguasaan

terhadap sumberdaya fisik/material. Ketiga adalah analisis penempatan posisi.

Analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana pembagian posisi dan perannya

dalam memperoleh sumberdaya.

Hubungan Umur dengan Akses, Kontrol dan Penempatan Posisi dalam

UKM KWBT terhadap Sumberdaya

Umur memiliki pengaruh terhadap keputusan seseorang untuk melakukan

pekerjaan atau kegiatan-kegiatan ekonomi. Umur perempuan tua lebih cenderung

memiliki kebebasan dibandingkan dengan wanita lebih muda dalam menjalankan

usahanya terutama jika wanita muda mengerjakan pekerjaan domestik seperti

mengurus anak dan lain-lain. Namun demikian, hal ini tidak harus berarti bahwa

wanita yang memiliki umur lebih tua lebih fleksibel atau lebih mampu

menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan dibandingkan wanita yang lebih

muda dalam membuat keputusan di dalam usahanya (Creevey 1996 dalam

Tambunan 2009).

Guna melihat hubungan antara umur responden terhadap tingkat akses

sumberdaya maka kelompok umur responden yang masuk usia produktif

dikelompokkan dalam 3 (tiga) ketegori kelompok umur. Penentuan kelompok

umur responden ini dilakukan secara emic, dimana kelompok umur responden

disusun berdasarkan data yang sudah ditemukan setelah dari lapang. Dasar

penentuan kelompok umur ini dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata

responden sehingga diketemukan 3 (tiga) kelompok umur, yaitu 20-31 tahun, 32-

42 tahun, dan 43-54 tahun. Merujuk pembagian kelompok umur tersebut, maka

diperoleh bahwa jumlah responden yang masuk dalam kelompok umur 20-31

tahun sebanyak 15 responden atau 37,5%, kelompok umur 32-42 tahun sebanyak

17 responden atau 42,5% dan kelompok umur 43-54 tahun sebanyak 8 (delapan)

orang atau 20%. Secara lengkap tersaji pada Tabel 16.

Page 61: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

41

Tabel 16 Umur dengan akses terhadap sumberdaya dalam UKM KWBT

Umur Akses Sumberdaya

Total Rendah Sedang Tinggi

20-31 Jumlah 6 6 3 15

% 66,7 30,0 27,3 37,5

32-42 Jumlah 3 11 3 17

% 33,3 55,0 27,3 42,5

43-54 Jumlah 0 3 5 8

% 0 15,0 45,5 20,0

Total Jumlah 9 20 11 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Data pada Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur

responden dengan tingkat akses terhadap sumberdaya. Data menunjukkan bahwa

semakin tinggi usia produktif responden maka semakin tinggi tingkat akses

terhadap sumberdaya, demikian juga sebaliknya semakin rendah usia produktif

responden maka semakin rendah tingkat akses terhadap sumberdaya. Data

menunjukkan bahwa responden yang memiliki akses tinggi terhadap sumberdaya

berada pada kelompok umur 43-54 tahun yakni sebesar 45,5%. Sedangkan

responden yang memiliki tingkat akses sedang dan rendah terhadap sumberdaya

secara berturut-turut terdapat pada responden dengan kelompok umur 32-42 tahun

(55,0%) dan kelompok umur 20-31 tahun (66,7%). Kondisi tersebut menunjukkan

bahwa sumberdaya di Desa Tegalwaru banyak diakses oleh kelompok umur 43-54

tahun. Hal ini tentu berpengaruh terhadap pemilihan peserta program UKM yang

diberikan. Untuk melihat hubungan antara umur responden dengan kontrol

terhadap sumberdaya, disajikan dalam Tabel 17.

Tabel 17 Umur dengan kontrol terhadap sumberdaya dalam UKM KWBT

Umur

Kontrol Sumberdaya Total

Rendah Sedang Tinggi

20-31 Jumlah 14 0 1 15

% 40,0 0 100,0 37,5

32-42 Jumlah 16 1 0 17

% 45,7 25,0 0 42,5

43-54 Jumlah 5 3 0 8

% 14,3 75,0 0 20,0

Total

Jumlah 35 4 1 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Data pada Tabel 17 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur

responden dengan kontrol terhadap sumberdaya. Data menujukkan bahwa usia

produktif tinggi memiliki kontrol paling tinggi terhadap sumberdaya, demikian

sebaliknya usia produktif rendah memiliki kontrol terendah terhadap sumberdaya.

Page 62: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

42

Data menunjukkan bahwa responden yang memiliki kontrol tinggi terhadap

sumberdaya berada pada kelompok umur 10-31 tahun sebesar 100,0%. Sedangkan

responden yang memiliki tingkat kontrol akses sedang dan rendah secara

berurutan berada pada kelompok umur 43-54 untuk sedang dan terendah sebesar

75,0% dan 14,3% serta kelompok usia 32-42 berada pada kategori rendah dan

sedang secara berurutan sebesar 45,7% dan 25,0%. Kondisi ini menunjukkan

bahwa sumberdaya di Desa Tegalwaru banyak diakses oleh kelompok umur

produktif tinggi 20-31 tahun. Hal ini tentu berpengaruh terhadap pengendalian

sumberdaya yang ada di desa ini. Pengaruh lainnya adalah kepemimpinan yang

dijalankan oleh para pemuda memiliki peranan yang sangat penting dalam

mengelola sumberdaya yang ada di desa tersebut. Selain itu, data tersebut juga

menunjukkan jika kontrol tidak ditentukan oleh umur karena didasarkan pada

aspek kebutuhan dan jenis usaha pengrajin itu sendiri.

Penempatan posisi di dalam UKM KWBT ini terkait dengan pembagian

kerja seperti mengurus organisasi UKM dan dalam hal penempatan pembagian

kerja selama pembuatan tas. Secara garis besar di lapangan, penempatan posisi

antara laki-laki dan perempuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Namun, laki-laki memiliki kedudukan yang lebih tinggi jika di bandingkan

dengan perempuan. Untuk melihat hubungan antara umur dengan posisi dalam

sumberdaya, akan disajikan dalam Tabel 18 di bawah ini.

Tabel 18 Umur dan penempatan posisi dalam UKM KWBT

Umur Penempatan Posisi

Total Rendah Sedang Tinggi

20-31 Jumlah 14 0 1 15

% 42,4 0 100,0 37,5

32-42 Jumlah 14 3 0 17

% 42,0 50,0 0 42,5

43-54 Jumlah 5 3 0 8

% 15,2 50,0 0 20,0

Total Jumlah 33 6 1 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Data pada Tabel 18 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur

responden dengan penempatan posisi dalam UKM di Desa Tegalwaru. Data

menunjukkan bahwa semakin tinggi usia produktif maka semakin tinggi

penempatan posisinya terhadap sumberdaya dalam UKM di Tegalwaru. Begitu

pula sebaliknya, semakin rendah usia produktif penempatan dalam UKM juga

semakin rendah. Data menunjukkan bahwa responden yang menempati posisi

terhadap sumberdaya dalam UKM tertinggi berada pada kelompok umur 21-31

tahun sebesar 100,0%. Sedangkan responden yang menempati posisi terendah

secara berurutan berada pada kelompok umur 32-42. Hal ini menunjukkan bahwa

umur mempengaruhi penempatan posisi dalam UKM KWBT. Usia produktif lebih

dipertimbangkan untuk menempati posisi yang tinggi, sedangkan umur tua dalam

UKM ini tidak memiliki pengaruh yang nyata dalam penempatan posisi di UKM.

Page 63: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

43

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar relasi

gender dengan umur responden menunjukkan tidak ada hubungan antara umur

dengan relasi gender. Hal ini juga diperkuat dengan hasil uji Rank Spearman yang

menunjukkan tidak ada hubungan nyata/signifikan antara umur responden dengan

tingkat kesetaraan (relasi) dalam UKM KWBT. Umur berkaitan dengan lama

hidup seseorang yang tidak lepas dari latar belakang budayanya. Budaya yang

tertanam pada masing-masing individu yang berbeda. Responden yang berumur

lebih tua menganggap bahwa perempuan lebih rendah posisinya di banding laki-

laki, sehingga banyak dari mereka di lapangan mengatakan jika sebaiknya

perempuan hanya membantu sekedarnya. Hal ini berbeda dengan responden yang

berumur muda, mereka beranggapan jika perempuan memiliki akses yang sama

dengan laki-laki terhadap penempatan posisi dan kontrol terhadap sumberdaya di

UKM KWBT. Namun demikian, pihak perempuan sendiri yang banyak

menyatakan jika dalam pengelolaan UKM KWBT memang seharusnya

dilimpahkan pada laki-laki.

“buat saya mah perempuan yang penting di rumah de, kerjaan

biar kita yang laki-laki yang ngerjain mereka mah bantu aja

sebisanya yang penting keluarga terurus” (Bapak HD, 45 tahun

kepala rumah tangga).

“saya mba sudah terima saja di rumah, mengurus keluarga. Biar

laki-laki yang buat tas nya. Soalnya kita juga ga bisa ngejahit,

paling bisanya ngelem sama gunting-gunting jadi memang

seharusnya yang ada di kepengurusan ya laki-lakinya yang tau

banyak masalah ini” (M, 23 tahun ibu rumah tangga).

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Akses, Kontrol dan Penempatan

Posisi dalam UKM KWBT terhadap Sumberdaya

Pada penelitian ini responden dibagi sama antara responden laki-laki dan

responden perempuan sebanyak 40 orang. Tingkat pendidikan responden di Desa

Tegalwaru tidak terlalu beragam. Sebagian besar responden berada pada tingkat

pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah awal sebesar 35 orang (87,5%).

Tidak tamat SD sebanyak dua orang (5,0%), dan menengah atas sebanyak tiga

orang (7,5%). Responden diberikan pertanyaan mengenai penempatan posisi,

akses dan kontrol dalam memperoleh sumberdaya di UKM KWBT.

Pembahasan mengenai tenaga kerja wanita dalam hal tingkat pendidikan

dan keahlian yang dimiliki wanita ikut mempengaruhi dalam memilih kegiatan-

kegiatan ekonomi yang bisa ditekuninya. Faktor-faktor tersebut juga

mempengaruhi sikap wanita dalam memanfaatkan waktu dan pendapatan mereka.

Wanita yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dapat menyeleksi pekerjaan

atau kegiatan-kegiatan ekonomi yang lebih baik jika dibandingkan dengan wanita

dengan tingkat pendidikan rendah. Berikut disajikan hubungan antara akses

terhadap sumberdaya dengan tingkat pendidikan responden pada Tabel 19.

Page 64: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

44

Tabel 19 Tingkat pendidikan dan akses terhadap sumberdaya Tingkat

Pendidikan

Akses Sumberdaya Total

Rendah Sedang Tinggi

Tidak Tamat SD Jumlah 1 1 0 2

% 11,1 5,0 0 5,0

SD-SMP Jumlah 8 17 10 35

% 88,9 85,0 90,9 87,5

SMA Ke atas Jumlah 0 2 1 3

% 0 10,0 9,1 7,5

Total Jumlah 9 20 11 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Data pada tabel 19 di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan responden maka aksesnya terhadap sumberdaya di UKM KWBT juga

semakin tinggi. Pada tabel diketahui jika sebagian besar responden baik laki-laki

maupun perempuan memiliki tingkat pendidikan yang setara yaitu lulus SD-SMP

sebesar 35 orang atau 87,5% dari total keseluruhan responden. Responden yang

menempati tingkat pendidikan tidak tamat SD sebanyak dua orang atau 5,0%.

Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SMA ke atas sebanyak tiga

orang atau 7,5% dari total keseluruhan responden penelitian.

Responden dengan tingkat pendidikan di atas tamat sekolah dasar sampai

sekolah menengah ke atas memiliki akses terhadap sumberdaya terbesar yaitu

sebanyak 10 orang atau 90,9%. Sedangkan akses terendah dimiliki oleh kelompok

tingkat pendidikan SMA ke atas. Ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan yang dimiliki responden, maka semakin tinggi pula akses nya terhadap

sumberdaya.

Melihat hasil di atas, dapat diketahui jika tingkat pendidikan masyarakat

di Desa Tegalwaru dapat digolongkan pada tingkat pendidikan menengah. Tingkat

pendidikan seseorang berhubungan dengan pendidikan formal yang telah dilalui

oleh masyarakat. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung

akan memiliki akses terhadap sumberdaya yang lebih baik.

Data pada Tabel 19 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

tingkat pendidikan dengan kontol respoden terhadap sumberdaya. Kontrol

terhadap sumberdaya yang dimaksud adalah seperti menentukan besarnya

simpanan anggota, sisa hasil usaha, memeriksa jalannya UKM KWBT, dan

pengambil keputusan dalam beberapa hal. Data menunjukkan keragaman yang

unik, semakin tinggi pendidikan responden maka semakin tinggi kontrolnya

terhadap sumberdaya. Hal ini diperlihatkan pada tingkat pendidikan yang berada

pada batas tengah tingkat pendidikan yaitu SD-SMP. Kontrol tertinggi terhadap

sumberdaya sebesar 100% atau sebanyak satu orang berada pada tingkat

pendidikan ini. Namun, kontrol terendah dimiliki oleh kelompok tingkat

pendidikan tidak tamat SD dan SMA keatas sebanyak 0%. Hal ini dapat juga

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara kontrol dengan

tingkat pendidikan responden. Data di lapangan menunjukkan, kontrol terbesar

dimiliki oleh mereka yang memiliki modal yang banyak. Responden yang

memiliki modal dan mampu memperkerjakan karyawan maka dia yang memiliki

Page 65: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

45

kontrol terhadap sumberdaya yang ada. Untuk melihat hubungan antara tingkat

pendidikan dengan penempatan posisi dalam UKM KWBT akan disajikan dalam

Tabel 20.

Tabel 20 Tingkat pendidikan dengan kontrol terhadap sumberdaya

Tingkat

Pendidikan

Kontrol Sumberdaya

Total

Rendah Sedang Tinggi

Tidak Tamat

SD

Jumlah 2 0 0 2

% 5,7 0 0 5,0

SD-SMP Jumlah 30 4 1 35

% 85,7 100,0 100,0 87,5

SMA Ke atas Jumlah 3 0 0 3

% 8,6 0 0 7,5

Total Jumlah 35 4 1 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Tabel 21 Tingkat pendidikan dengan penempatan posisi dalam UKM KWBT

Tingkat

Pendidikan

Penempatan Posisi

Total

Rendah Sedang Tinggi

Tidak Tamat

SD

Jumlah 2 0 0 2

% 6,1 0 0 5,0

SD-SMP Jumlah 30 4 1 35

% 90,9 66,7 100,0 87,5

SMA Ke atas Jumlah 1 2 0 3

% 3,0 33,3 0 7,5

Total Jumlah 33 6 1 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Data pada Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan responden maka semakin rendah dalam menempati posisi di UKM

KBWT. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan dengan penempatan posisi. Presentase penempatan posisi terbesar

dalam UKM KWBT sebanyak 30 orang atau 90,9% berada pada kelompok

pendidikan SD-SMP. Namun untuk penempatan posisi tertinggi juga di miliki

oleh kelompok pendidikan ini sebesar 100,0% atau sebanyak satu orang.

Kelompok pendidikan SD-SMP menempati urutan terbanyak dari posisi yang ada

di UKM KWBT. Penempata posisi ini antara lain dalam hal pembuatan tas,

menentukan masing-masing pembagian pekerjaan anggota, merekrut dan melatih

anggota, merumuskan setiap kegiatan serta tugas dalam mengembangkan usaha

dengan pihak lain. Responden yang memiliki akses sedang sebanyak 66,7% atau 4

orang berada pada kelompok pendidikan ini.

Sebaran yang tidak beragam di lapangan ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain tingkat pendidikan di dalam masyarakat tidak terlalu

Page 66: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

46

berpengaruh dalam menentukan pekerjaan. Penempatan posisi juga dipengaruhi

oleh budaya dari masyarakat yang masih bersifat patriarkhi, penempatan posisi

tertinggi juga dimiliki oleh masyarakat yang memiliki modal dan di pimpin oleh

laki-laki. Berikut penempatan posisi perempuan dan laki-laki dalam struktur

kepengurusan di UKM KWBT disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22 Penempatan posisi perempuan dan laki-laki dalam struktur kepengurusan

UKM KWBT

No Posisi Perempuan Laki-laki

1. Pelindung dan pengawas √

2. Ketua √

3. Wakil ketua √

4. Sekretaris √

5. Bendahara √ Keterangan: √ ditempati oleh

Secara kuantitatif (banyaknya jumlah posisi yang ditempati) laki-laki

lebih mendominasi di banding perempuan dalam kepengurusan UKM KWBT.

Dilihat dari struktur kepengurusan di atas, laki-laki menempati posisi yang lebih

tinggi jika dibandingkan dengan perempuan. Budaya mempengaruhi proses

penempatan posisi. Laki-laki menempati posisi strategis, sedangkan perempuan

berada pada posisi di bawah laki-laki seperti menempati posisi sebagai sekretaris

dan bendahara. Posisi yang lebih banyak ditempati oleh laki-laki di atas tidak

menujukkan peran yang mereka miliki lebih besar dibandingkan peran

perempuan.

Meskipun posisi dan peran yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki

dalam UKM dan rumahtangga berbeda-beda, masih terdapat pembagian kerja

yang jelas. Pembagian kerja ini dilakukan agar usaha yang dijalankan oleh

masing-masing rumahtangga dan UKM bisa berjalan dengan lancar. Penempatan

posisi strategis didominasi oleh laki-laki karena kenyataan di masyarakat

perempuan memang lebih memilih untuk berada di bawah laki-laki karena

kemampuan yang mereka miliki lebih rendah jika dibandingkan dengan

kemampuan laki-laki. Penempatan posisi dan pembagian pekerjaaan merupakan

hasil musyawarah bersama.

“saya ga masalah ada dibawah laki-laki mba, soalnya memang

saya ga bisa ngerjain ini. paling yang mudah-mudah aja yang

bisa saya kerjain, dan kebanyakan dari wanita disini seperti ini

mba” (Ibu N, 28 tahun)

“kalau yang ngurus semuanya memang laki-laki mba disini, kita

bantu-bantu aja” (Ibu Sh, 25 tahun)

“kalau perempuan biasanya bantuin di bagian ngelem dan

gunting aja mba, jadi semua yang ngurus baik itu model,

Page 67: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

47

pemasaran dan lain-lain semuanya laki-laki yang ngelakuin”

(Ibu My, 23 tahun)

Penelitian Kanter (1977) dalam Chafetz seperti dikutip oleh Efriani

(2009) mengatakan bahwa ketidaksamarataan yang berstruktur di tempat kerja

mengakibatkan pertentangan-pertentangan jenis kelamin. Ketidaksamarataan

terstruktur tersebut meliputi jabatan-jabatan yang dipegang perempuan, yang

memerlukan pertanggungjawaban, tetapi kurang kekuasaan; penyingkiran

perempuan dari jaringan sokongan yang memberikan akses pada kekuasaan

formal dan informal; akses pada pemandangan organisasional, tetapi kebanyakan

hanya sebagai tanda belaka; serta penekanan pada persaingan individu untuk

sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan yang langka.

Namun, kondisi di lapangan berbeda dengan penelitian dari Kanter.

Responden manyatakan jika posisi yang ada baik dalam UKM KWBT maupun

dalam rumahtangga sudah sesuai dengan yang seharusnya. Perempuan dan laki-

laki memiliki tugas, posisi masing-masing sesuai dengan kemampuan dan

keahlian yang mereka miliki sehingga pertentangan antara keduanya tidak terjadi.

Konstruksi budaya juga memiliki pengaruh bagi penempatan posisi maupun

dalam relasi gender secara keseluruhan.

Tindakan yang spesifik gender biasanya dibutuhkan untuk memperbaiki

ketidakseimbangan posisi laki-laki dan perempuan hingga perempuan dapat

“berpartisipasi dalam” dan mendapat “manfaat dari” pembangunan yang berpijak

pada dasar yang sama dengan laki-laki. Tentu saja, jika anak laki-laki dan laki-

laki berada dalam posisi kurang diuntungkan debandingkan dengan anak

perempuan dan perempuan dewasa, tindakan yang spesifik gender juga

dibutuhkan untuk meningkatkan posisi mereka. Tindakan yang spesifik gender

dapat melibatkan kegiatan-kegiatan untuk perempuan, laki-laki atau keduanya.

Hubungan Pengalaman Bekerja (Lama Bekerja) dengan Akses dan Kontrol

terhadap Sumberdaya

Melihat hubungan antara lama bekerja terhadap tingkat akses

sumberdaya maka kelompok lama bekerja responden masuk dalam tiga rentang

kelompok waktu. Penentuan kelompok umur responden ini secara emik.

Penentuan kelompok waktu ini didasarkan pada susunan data yang ditemukan

setelah dari lapang. Dasar penentuan kelompok lama bekerja ini dilakukan dengan

menghitung nilai rata-rata lama responden mengikuti UKM sehingga diketemukan

tiga kelompok waktu, yaitu 0-2 tahun, 3-4 tahun dan lebih dari lima tahun.

Merujuk pada pembagian kelompok lama bekerja tersebut, maka diperoleh bahwa

jumlah responden yang masuk dalam kelompok lama bekerja 0-2 tahun sebanyak

tiga responden atau 7,5%, kelompok lama bekerja 3-4 tahun sebanyak 10 orang

atau 25,0%, dan kelompok responden yang berada di rentang waktu lebih dari 5

tahun sebanyak 27 orang atau 67,5%. Secara lengkap tersaji pada Tabel 23.

Page 68: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

48

Tabel 23 Lama bekerja dengan akses terhadap UKM KWBT

Lama Mengikuti

UKM (Tahun)

Akses Sumberdaya

Total

Rendah Sedang Tinggi

0-2 Jumlah 0 3 0 3

% 0 15,0 0 7,5

3-4 Jumlah 4 4 2 10

% 44,4 20,0 18,2 25,0

> 5 Jumlah 5 13 9 27

% 55,6 65,0 81,8 67,5

Total Jumlah 9 20 11 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Data pada Tabel 23 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lama

bekerja dengan akses terhadap sumberdaya di UKM KWBT. Data menunjukkan

bahwa semakin lama bekerja maka akses terhadap sumberdaya semakin tinggi,

demikian juga sebaliknya semakin rendah waktu bekerja maka semakin rendah.

Data menunjukkan bahwa responden yang memiliki akses tinggi terhadap

sumberdaya berada pada kelompok waktu lama bekerja lebih dari lima tahun

yakni sebesar 81,8% atau sebanyak sembilan orang. Namun, responden yang

memiliki tingkat akses sedang dan rendah terhadap sumberdaya secara berturut-

turut terdapat pada responden dengan lama waktu mengikuti UKM lebih dari lima

tahun yaitu sebesar 65,0% atau sebanyak 13 orang dan kelompok waktu sebesar

55,6% atau sebanyak 5 orang.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat hubungan antara lama

mengikuti UKM tidak sepenuhnya mempengaruhi akses terhadap sumberdaya di

UKM. Data dilapangan menunjukkan beberapa faktor lain seperti budaya,

kemampuan, kekerabatan, keahlian dan modal memiliki pengaruh dalam

mendapatkan akses terhadap sumberdaya. Hal ini tentu berpengaruh dalam

kelangsungan program UKM yang mereka ikuti. Untuk melihat hubungan antara

lama mengikuti UKM dengan kontrol terhadap sumberdaya tersaji pada Tabel 24

berikut.

Tabel 24 Lama bekerja dengan kontrol terhadap sumberdaya

Lama Mengikuti

UKM (Tahun) Kontrol Sumberdaya

Total

Rendah Sedang Tinggi

0-2 Jumlah 3 0 0 3

% 8,6 0 0 7,5

3-4 Jumlah 9 0 1 10

% 25,7 0 100,0 25,0

> 5 Jumlah 23 4 0 27

% 65,7 100,0 0 67,5

Total Jumlah 35 4 1 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Page 69: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

49

Data pada Tabel 24 di atas menunjukkan tidak terdapat hubungan antara

lama mengikuti UKM dengan kontrol terhadap sumberdaya. Kontrol terhadap

sumberdaya tertinggi dimiliki oleh kelompok lama bekerja 3-4 tahun sebesar

100,0% atau sebanyak satu orang, sedangkan kontrol sedang dan rendah secara

berturut-turut sebesar 100,0% atau empat orang dan 65,7% atau sebanyak 23

orang. Kontrol sedang dan rendah berada pada kelompok waktu lama bekerja

lebih dari lima tahun.

Data di atas menunjukkan bahwa lama mengikuti UKM tidak

berpengaruh nyata dalam kontrol terhadap sumberdaya. Para pengrajin yang

bekerja di UKM rata-rata berusia produktif menengah, sehingga yang memiliki

kemampuan dan keahlian yang lebih baik, serta modal yang kuat sebagai pemilik

yang akan memiliki kontrol yang lebih besar. Untuk melihat hubungan antara

penempatan posisi dan lama mengikuti UKM disajikan dalam Tabel 25 berikut.

Tabel 25 Lama mengikuti UKM dengan penempatan Posisi

Lama Mengikuti

UKM (Tahun)

Penempatan Posisi Total

Rendah

Sedang Tinggi

0-2 Jumlah 2 1 0 3

% 6,1 16,7 0 7,5

3-4 Jumlah 9 0 1 10

% 27,3 0 100,0 25,0

> 5 Jumlah 22 5 0 27

% 66,7 83,3 0 67,5

Total Jumlah 33 6 1 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Data pada Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa lama mengikuti UKM

tidak memiliki pengaruh dalam penempatan posisi di UKM KWBT. Penempatan

posisi tertinggi berada pada rentang waktu 3-4 tahun sebanyak satu orang atau

100,0% dan terendah berada pada rentang waktu lebih dari lima tahun sebanyak

22 orang atau 66,7%. Sedangkan penempatan posisi sedang dan rendah secara

berturut-turut berada pada rentang waktu lebih dari lima tahun dan 3-4 sebesar

83,3% atau enam orang dan 0% atau tidak ada yang menempati posisi dalam

rentang waktu tersebut.

Data menunjukkan jika semakin tinggi lama waktu bekerja tidak

mempengaruhi penempatan posisi dalam UKM KWBT. Posisi tertinggi

ditunjukkan oleh kelompok dengan lama waktu antara 3-4 tahun, sedangkan

kelompok responden dengan waktu lama mengikuti UKM lebih dari lima tahun

dan antara 0-2 tahun memiliki nilai yang sama. Hal ini menunjukkan penempatan

posisi dalam UKM tidak ditentukan dengan lama waktu mengikuti UKM, tetapi

data dilapangan menunjukkan faktor yang mempengaruhi penempatan posisi

dalam UKM adalah kemampuan dan keahlian. Laki-laki berada pada posisi yang

lebih tinggi dengan mendapatkan pendapatan atau upah yang lebih tinggi dari

perempuan. Laki-laki memiliki kemampuan yang lebih baik dalam pembuatan tas

Page 70: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

50

di UKM KWBT sehingga penempatan posisi tidak ditentukan oleh lamanya

waktu, tetapi ditentukan oleh kemampuan dan keahlian.

Hubungan Jenis Kelamin dengan Akses Kontrol dan Penempatan Posisi

dalam UKM KWBT

Melihat hubungan antara jenis kelamin dengan penempatan posisi dalam

UKM KWBT maka kelompok responden dipisahkan menjadi dua laki-laki dan

perempuan. Jumlah responden yang sama antara laki-laki dan perempuan

sebanyak 40 orang, 20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. Hubungan ini

digunakan untuk melihat bagaimana tingkat akses, kontrol, dan juga penempatan

posisi antara laki-laki dan perempuan apakah rendah, sedang dan tinggi. Tabel 26,

Tabel 27 dan Tabel 28 disajikan untuk melihat hubungan antara jenis kelamin

dengan tingkat akses, kontrol dan penempatan posisi terhadap sumberdaya dalam

UKM KWBT.

Tabel 56 Jenis kelamin dengan akses terhadap sumberdaya dalam UKM KWBT

Jenis

Kelamin

Akses Sumberdaya Total

Rendah Sedang Tinggi

Laki-laki Jumlah 0 10 9 19

% 0 50,0 81,8 47,5

Perempuan Jumlah 9 10 2 21

% 100,0 50,0 18,2 52,5

Total Jumlah 9 20 11 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Tabel 27 Jenis kelamin dengan kontrol terhadap sumberdaya dalam UKM KWBT

Jenis

Kelamin

Kontrol Sumberdaya Total

Rendah Sedang Tinggi

Laki-laki Jumlah 16 3 0 19

% 45,7 75,0 0 47,5

Perempuan Jumlah 19 1 1 21

% 54,3 25,0 100,0 52,5

Total Jumlah 35 4 1 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Dilihat menurut jenis kelamin, maka tingkat akses terhadap sumberdaya

yang tinggi sebagian besar berada pada responden laki-laki. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa sumberdaya sebagian diakses oleh laki-laki sehingga untuk

tercapainya program UKM KWBT dalam pandangan gender perlu diberikan

akses bagi perempuan. Hal ini dikarenakan peserta program UKM KWBT yang

kebanyakan adalah perempuan. Data menunjukkan akses laki-laki lebih besar

dibandingkan perempuan sebanyak sembilan orang atau 81,8%, sedangkan akses

perempuan menempati tingkat terendah sebanyak sembilan orang atau 100%.

Page 71: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

51

Namun demikian, baik laki-laki dan perempuan sama-sama mendapatkan akses

yang sama dalam tingkatan sedang sebanyak 10 orang atau 50,0%.

Di lihat dari hubungan antara jenis kelamin dengan kontrol antara laki-

laki dan perempuan maka data pada Tabel 26 menunjukkan hal yang berbeda

dengan akses terhadap sumberdaya. Laki-laki memiliki kontrol sedang terbanyak

dan kontrol rendah yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan perempuan.

Perempuan menempati kontrol tinggi sebanyak satu orang atau 100,0% dan laki-

laki 0%. Namun, jika dilihat dari posisi sedang dan rendah, perempuan masih

berada di bawah posisi laki-laki. Hal ini membuktikan bahwa kontrol tertinggi

masih berada pada laki-laki.

Tabel 28 Jenis kelamin dengan penempatan posisi terhadap sumberdaya dalam

UKM KWBT

Jenis

Kelamin

Penempatan Posisi Total

Rendah Sedang Tinggi

Laki-laki Jumlah 13 6 0 19

% 39,4 100,0 0 47,5

Perempuan Jumlah 20 0 1 21

% 60,6 0 100,0 52,5

Total Jumlah 33 6 1 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Dilihat pada Tabel 28 antara laki-laki dan perempuan dalam penempatan

posisi di UKM KWBT, posisi perempuan menempati posisi tinggi sebanyak 1

(satu) atau 100,0% dan laki-laki sebaliknya sebanyak 0%. Pada posisi sedang dan

rendah secara berturut-turut ditempati oleh laki-laki sebanyak 6 (enam) orang atau

100,0% dan 13 orang atau sebesar 39,4%. Perempuan menempati posisi sedang

dan rendah secara berurutan sebanyak 0 % dan 20 orang atau 60,6%. Melihat data

diatas, dapat disimpulkan posisi laki-laki dalam UKM KWBT berada di atas

posisi perempuan dalam pengelolaan sumberdaya UKM.

Page 72: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen
Page 73: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

IDEOLOGI DAN RELASI GENDER

PENGRAJIN TAS

Bab ini akan mendeskripsikan dan menganalisis relasi gender pengrajin

tas di Desa Tegalwaru yang mencakup: akses dan kontrol anggota rumahtangga

pengrajin terhadap sumberdaya pada usaha kerajinan tas, pembagian kerja dan

peranan serta pola pengambilan keputusan pada aspek pengeluaran kebutuhan

rumahtangga, pembentukan rumahtangga dan kegiatan kemasyarakatan serta

hubungannya dengan ideologi gender dalam masyarakat. Selain itu, bagian ini

akan menjelaskan tentang budaya lokal dalam masyarakat pengrajin tas di Desa

Tegalwaru.

Nilai atau norma tentang perempuan dalam masyarakat tumbuh dari

konsensus dalam masyarakat sendiri yang dibawa secara turun temurun dan

dijadikan panutan setiap warganya. Oleh karena itu, ideologi gender akan

mempengaruhi tingkah laku perempuan dan hubungan sosial antara laki-laki dan

perempuan yang secara terus menerus disosialisasikan (Saptari 1997) dalam Siwi

(2004). Ideologi gender (atau ideologi-ideologi gender) digunakan untuk mengacu

nilai maupun stereotipe tertentu yang menyangkut perempuan.

Lebih lanjut Saptari (1997) dalam Siwi (2004) menjelaskan bahwa

ideologi tidak akan mempunyai pengaruh terhdadap peran sosial apabila tidak

melalui internalisasi atau subyektivitas individu. Menurut Kroska dan Elman

(2008) ideologi gender merupakan sikap mengenai peran, hak, dan tanggung

jawab yang tepat antara wanita dan pria dalam masyarakat. Hubungan asimetris

antara laki-laki dan perempuan, yaitu laki-laki superior dan perempuan inferior

secara langsung atau tidak langsung ditumbuhkan oleh adanya konstruksi

dikotomi gender yang tidak adil. Istilah kodrat, harkat dan martabat seringkali

diungkapkan seakan-akan hanya milik perempuan. Dengan demikian sosialisasi

kesetaraan gender dengan sendirinya tidak lepas dari kepedulian bolak-balik

antara perempuan dan laki-laki, tetapi bukan dalam konteks ketergantungan atau

pendominasian.

Gambar 3 Diagram ideologi gender kuat dan lemah anggota UKM KWBT

Page 74: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

54

Ideologi gender akan berbeda-beda tergantung dimana konstruksi itu

terbentuk. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keluarga tinggal (tempat

tinggal), budaya pada masyarakatnya, serta kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan di lihat bagaimana ideologi dan

hubungannya dengan relasi gender dalam segi akses, kontrol dan penempatan

posisi di UKM KWBT Desa Tegalwaru. Hal ini digunakan untuk melihat

keterhubungan keduanya dan sejauh mana diperlukan adanya sosialisasi

pemahaman mengenai nilai dan peran gender dalam keluarga pengrajin tas.

Merujuk pada Gambar 5 menunjukkan bahwa responden telah

mengalami perubahan cara pandang terhadap relasi antara laki-laki dan

perempuan. Hal ini dapat dilihat sebanyak 90% responden menyatakan bahwa

tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan dalam sistem sosial. Data

juga menunjukkan bahwa sebanyak 10% responden memiliki pemahaman yang

menganggap terdapat pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Meskipun telah

terjadi perubahan ideologi gender dalam memandang relasi laki-laki dan

perempuan, namun perubahan tersebut belum mendorong pada perubahan lebih

lanjut, seperti dalam penempatan perempuan dalam struktur kelembagaan UKM,

kontrol terhadap struktur kelembagaan UKM, akses terhadap struktur

kelembagaan UKM dan relasi secara keseluruhan dalam UKM.

Ideologi Gender dan Akses, Kontrol Terhadap

Struktur Kelembagaan UKM

Ideologi Gender dan Akses terhadap struktur kelembagaan UKM

Untuk melihat hubungan antara ideologi gender dan akses terhadap

struktur kelembagaan UKM di Desa Tegalwaru maka ideologi gender responden

terbagi menjadi dua kelompok pembagian yaitu tinggi dan rendah. Penentuan ini

didasarkan pada analisis lapang dan pengolahan data sehingga didapatkan dua

kelompok pembagian. Dasar penentuan ini adalah perhitungan rata-rata dari

semua jawaban responden. Sedangkan akses terhadap struktur kelembagaan UKM

terbagi menjadi tiga kategori, rendah, sedang dan tinggi. Secara lengkap tersaji

pada Tabel 29 berikut ini.

Tabel 29 Ideologi gender dan akses terhadap struktur kelembagaan UKM

Ideologi

Gender Akses terhadap struktur kelembagaan UKM

Total

Rendah Sedang Tinggi

Rendah Jumlah 9 19 8 36

% 100,0 95,0 72,7 90,0

Tinggi Jumlah 0 1 3 4

% 0 5,0 27,3 10,0

Total Jumlah 9 20 11 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Page 75: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

55

Data pada Tabel 29 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

ideologi responden dan akses terhadap struktur kelembagaan UKM. Data diatas

menunjukkan bahwa responden yang memiliki pemahaman ideologi rendah masih

menganggap perempuan ditempatkan pada akses yang rendah di kelembagaan

UKM. Ideologi rendah menunjukkan bahwa dalam masyarakat tidak ada

pembedaaan kerja antara laki-laki dan perempuan dalam struktur kelembagaan

UKM. Ideologi rendah responden masih menujukkan bahwa akses yang diterima

oleh responden baik laki-laki maupun perempuan berada pada skala sedang

sebanyak 19 orang atau 95,0%. Sedangkan ideologi tinggi responden dan akses

tinggi sebesar 27,3% atau sebanyak tiga orang.

Ideologi Gender dan Kontrol Terhadap Struktur Kelembagaan UKM

Untuk melihat hubungan antara ideologi dengan kontrol terhadap struktur

kelembagaan UKM akan tersaji dalam Tabel 30.

Tabel 30 Ideologi dan kontrol dalam struktur kelembagaan UKM

Ideologi Gender

Kontrol terhadap struktur kelembagaan

UKM Total

Rendah Sedang Tinggi

Rendah Jumlah 32 3 1 36

% 91,4 75,0 100,0 90,0

Tinggi Jumlah 3 1 0 4

% 8,6 25,0 0 10,0

Total Jumlah 35 4 1 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Data pada Tabel 30 di atas menunjukkan bahwa responden yang

memiliki pemahaman ideologi gender rendah masih menganggap perempuan atau

laki-laki ditempatkan pada kontrol yang rendah di kelembagaan UKM. Analisa di

lapangan menunjukkan baik antara akses dan kontrol terhadap struktur dalam

UKM, perempuan masih berada pada bagian yang lebih rendah jika dibandingkan

dengan laki-laki

Ketidaksamaan ini disebabkan laki-laki lebih memiliki akses yang lebih

besar dalam mengikuti pelatihan dan dalam beberapa hal. Oleh karena itu,

perempuan memiliki akses dan kontrol yang lebih rendah jika dibandingkan

dengan laki-laki. Pekerja utama dalam pembuatan tas ini adalah suami/laki-laki.

Perempuan/perempuan hanya bertugas membantu dan berkewajiban mengurusi

kegiatan rumahtangga saja. Konstruksi budaya dalam masyarakat juga memiliki

peranan dalam upaya pembagian akses dan kontrol antara laki-laki dan

perempuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari beberapa responden

perempuan.

Page 76: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

56

“saya terima di pekerjaan ini sebagai apa aja mba, mau

pengelem atau yang gunting-gunting aja karena memang

keterampilan yang saya miliki ga sama sama yang laki-laki

miliki” (NN, perempuan 23 tahun).

“selama ini yang ikut pelatihan dan musyawarah itu selalu laki-

laki mba, kita cuma terima aja apa yang laki-laki perintahin”

(SW, perempuan 30 tahun).

“semua yang ngatur sudah laki-laki teh..” (M, perempuan 28

tahun).

“perempuan memang ya harusnya di rumah aja, semua yang

ngatur ya laki-laki” (T, perempuan 35 tahun)

Hubungan antara Ideologi Gender dengan Penempatan Posisi dalam

Struktur Kelembagaan UKM

Untuk melihat hubungan antara ideologi gender dengan penempatan

posisi perempuan dan laki-laki dalam struktur kelembagaan UKM disajikan dalam

Tabel 31 berikut.

Tabel 31 Ideologi gender dengan penempatan posisi dalam struktur kelembagaan

UKM

Ideologi Gender

Posisi dalam Struktur Kelembagaan

UKM Total

Rendah Sedang Tinggi

Rendah Jumlah 29 6 1 36

% 87,9 100,0 100,0 90,0

Tinggi Jumlah 4 0 0 4

% 12,1 0,0 0,0 10,0

Total Jumlah 33 6 1 40

% 100,0 100,0 100,0 100,0

Data pada Tabel 31, menunjukkan bahwa responden yang memiliki

pemahaman ideologi gender rendah masih menganggap perempuan ditempatkan

pada posisi yang rendah di kelembagaan UKM. Penempatan posisi dalam struktur

kelembagaan UKM di Desa Tegalwaru menunjukkan masih adanya ketimpangan

antara penempatan posisi perempuan dan laki-laki dalam struktur kelembagaan

UKM. Penempatan posisi tertinggi dalam UKM dan rumahtangga di tempati oleh

laki-laki. Perempuan menempati urutan penunjang dalam setiap kegiatan baik

dalam UKM secara keseluruhan maupun dalam rumahtangga.

Survey di lapangan menunjukkan meskipun dalam skala individu,

masyarakat anggota UKM sudah menyatakan tidak ada pembedaan dalam hal

penempatan posisi dalam pekerjaan, namun untuk tingkat sosial (UKM secara

Page 77: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

57

keseluruhan), masih terdapat bias gender. Bias gender ini mengakibatkan posisi

laki-laki berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan.

Bias gender yang terjadi dalam masyarakat telah terjadi sejak awal pembentukan

UKM di desa ini. Hal ini terlihat dari banyaknya kegiatan dan akses antara laki-

laki dan perempuan terhadap program-program penunjang keberhasilan UKM

seperti pelatihan-pelatihan dan diskusi. Untuk hal ini, laki-laki memiliki peluang

(akses) yang lebih besar dari perempuan, sehingga jelas terlihat bahwa

keterampilan yang dimiliki laki-laki akan lebih baik daripada perempuan. Hal ini

mengakibatkan posisi, akses, dan kontrol terhadap struktur kelembagaan UKM

secara keseluruhan dari perempuan akan rendah.

“saya terima di pekerjaan ini sebagai apa aja mba, mau pengelem

atau yang gunting-gunting aja karena memang keterampilan yang

saya miliki ga sama sama yang laki-laki miliki” (NN, perempuan

23 tahun).

“selama ini yang ikut pelatihan dan musyawarah itu selalu laki-

laki mba, kita cuma terima aja apa yang laki-laki perintahin”

(SW, perempuan 30 tahun).

“pelatihan-pelatihan dan musyawarah memanga hanya beberapa

saja yang hadir, dan semua yang hadir itu adalah laki-laki. Karena

memang laki-laki yang mengerti semuanya, baik masalah

pemilihan bahan, pembentukan pola, penjahitan sampai

pemasaran” (MN, laki-laki 38 tahun).

Pada usaha kerajinan tas ini, baik akses dan kontrol terhadap bahan baku

semuanya dilakukan oleh laki-laki karena tahapan pengolahan bahan baku dan

pembelian bahan baku umumnya dilakukan oleh semua meskipun dalam tahap

pengerjaan di rumahtangga melalui campur tangan dari perempuan dan anggota

rumahtangga yang lainnya. Bahan baku yang murah akan didapatkan jika

membeli dalam stok yang banyak, oleh karena itu sebagian besar dari pengrajin

membeli barang baku kepada salah satu anggota kelompok UKM agar

memudahkan dalam pendperempuanbusian dan bisa mendapatkan harga yang

murah jika dibandingkan dengan membeli sendiri di pasar baik wilayah Jakarta

maupun Bogor.

Kegiatan pelatihan yang selama ini ada di masyarakat, dapat di akses

laki-laki sebesar 100%. Hal ini disebabkan oleh kepemilikan usaha kerajina tas

umumnya dimiliki oleh laki-laki sehingga partisipasi dalam pelatihan dapat

diakses oleh suami. Kegiatan pelatihan ini difasilitasi oleh perusahaan yang

pernah bekerja sama dengan desa ini dalam rangka pemenuhan kebutuhan

perusahaan akan produk tas yang mereka produksi. Kegiatan pelatihan ini hanya

berjalan beberapa kali semenjak UKM ini didirikan, oleh karena itu masyarakat

yang pernah mengikuti pelatihan ini yang akhirnya mampu mengolah usaha

kerajinan tas dan semua itu didominasi oleh laki-laki.

Tingginya kontrol laki-laki terhadap pelatihan didukung oleh akses yang

dominan terhadap pelatihan sehingga keputusan mengikuti keputusan suami.

Perempuan tidak memiliki kontrol terhadap pelatihan karena tidak memiliki akses

Page 78: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

58

untuk mengikuti pelatihan. Pada awalnya, pihak fasilitator tidak

memperhitungkan keberadaan pengrajin perempuan dalam pengelolaan usaha ini

sehingga terjadi kesenjangan akses pada pengrajin perempuan terhadap

sumberdaya ini. Hal ini juga berlaku pada akses anggota UKM terhadap

pemasaran komoditi dominan tetap dilakukan oleh laki-laki yaitu sebesar 100%.

Anggapan bahwa pekerjaan perempuan identik dengan pekerjaan domestik

mengakibatkan laki-laki saja yang dapat mengakses sumberdaya tersebut.

Pembagian Kerja

Pembagian kerja pada rumahtangga pengrajin tas di Desa Tegalwaru

dapat di lihat berdasarkan curahan waktu dan tenaga kerja pada rumahtangga

tersebut. Aktivitas sosial-ekonomi rumahtangga pengrajin dapat digolongkan

menjadi tiga kategori: reproduktif, produktif dan sosial. Pengkategorian ini dapat

menunjukkan peranan gender yang dilakukan anggota rumahtangga pengrajin.

Tabel 32 Pembagian Kerja pada 40 Rumahtangga Pengrajin Tas di Desa

Tegalwaru 2012

Aktivitas Sosial

Ekonomi

Tenaga

Kerja

Waktu Total Jam

per Bulan

Total (Jam)

L P H/M/B Jam L P

Reproduktif Menyiapkan

makanan

√ H 2 60 60

Mencuci pakaian

dan piring

√ H 1,5 45 45

Menyetrika

pakaian

√ M 2 8 8

Mengasuh anak √ H 1 60 60

Membersihkan

rumah

√ H 30 30

Belanja kebutuhan

rumahtangga

√ H 0,25 9 9

Produktif Kegiatan usaha

kerajinan tas

√ H 8 192 192

Sosial

Gotong royong √ M 2 8 8

Pengajian √ √ M 2 8 8 8

Arisan √ M 0,5 2 1

Rapat di Desa √ B 2 2 2

Ronda malam √ B 2 2 2

Jumlah (jam) 212 222 Keterangan : L = Laki-laki; P = Perempuan

H= Harian; M= Mingguan, B= Bulanan

Page 79: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

59

Curahan waktu kerja perempuan dominan pada aktivitas reproduktif.

Tingginya curahan waktu perempuan pada kegiatan reproduktif disebabkan oleh

nilai budaya yang menganggap perempuan “cocok” bekerja pada kegiatan

tersebut. Pada rumahtangga pengrajin perempuan, umumnya kegiatan memasak

dilakukan oleh anak perempuan sehingga tidak harus memikirkan pekerjaan

tersebut. Curahan waktu perempuan sebagian besar digunakan untuk menyiapan

makanan (menyediakan bahan hingga menyajikan menu makanan) dan mengasuh

anak. Adapun keterlibatan laki-laki dan anak laki-laki yaitu pada kegiatan

membersihkan rumah. Hal ini jarang dilakukan laki-laki karena umumnya laki-

laki fokus mengerjakan pembuatan tas.

Aktivitas produktif yang dimaksud merupakan kegiatan yang dilakukan

pengrajin tas untuk mendapatkan penghasilan uang atau sejenisnya. Kegiatan

produktif yang dilakukan meliputi: (1) mempersiapkan alat dan bahan baku, (2)

pengolahan bahan baku, (3) pembentukan pola, (4) pengeleman dan penjemuran

bahan baku, (5) penjahitan, serta (6) finishing/penyelesaian. Usaha kerajinan tas

ini umumnya dimiliki dan dikelola oleh laki-laki sehingga pada aktivitas ini

dilakukan oleh laki-laki meskipun terdapat perempuan yang berprofesi sebagai

pengrajin. Sama halnya dengan studi Hasanudin (2009) pada industri kerajinan

gerabah di Desa Anjun, laki-laki terlibat dalam aktivitas produktif dan perempuan

dalam kegiatan reproduktif.

Aktivitas sosial diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan

masyarakat sekitar tempat tinggal anggota pengrajin. Curahan waktu pada

aktivitas ini dominan dilakukan oleh laki-laki.

Analisis Keberhasilan Kerajinan Tas UKM KWBT

Dalam pengelolaan sebuah usaha kecil menengah seperti UKM

Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru, sangat dibutuhkan pelaku-pelaku yang

memiliki kemampuan dan tanggungjawab yang besar dalam mengelola UKM

tersebut. Dari sudut pandang kelembagaan, manajemen UKM pada prinsipnya

terbentuk dari dua unsur yaitu: anggota dan pengurus. Karakteristik UKM

menurut Tambunan (2002) antara lain: padat karya (keterampilan sedang),

sumberdaya lokal, teknologi tepat guna, serta fleksibel. Sejak awal berdiri, usaha

ini dominan dikelola oleh laki-laki. Kondisi ini disebabkan perempuan yang

kurang memiliki akses, kontrol, dan posisi yang lebih rendah dibandingkan

dengan laki-laki.

Keberhasilan usaha kecil dan menengah dalam mengembangkan

ekonomi masyarakat di sekitarnya tidak terlepas dari beberapa faktor, baik faktor

internal maupun faktor eksternal. Beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan usaha kecil dan menengah (berdasarkan peringkat) seperti dikutip

dari Jurnal pengkajian koperasi dan UKM Tahun 2006, antara lain disajikan

dalam Tabel 33 di bawah ini.

Page 80: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

60

Tabel 33 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Kecil dan

Menengah

No Faktor Internal Faktor Eksternal

1. Modal Ketersediaan bahan baku

2. Tenaga Kerja Kondisi ekonomi

3. Teknologi peralatan Keamanan

4. Pemasaran Sarana dan prasarana

5. Inovasi Kondisi sosial ekonomi

6. Manajemen usaha Fasilitas ekonomi

Berdasarkan Tabel 33 di atas, menunjukkan bahwa modal merupakan

rangking pertama yang mempengaruhi upaya peningkatan kapasitas usaha kecil

dan menengah. Hasil di lapangan menunjukkan, para pengrajin yang memiliki

modal besar yang mampu mengendalikan usaha kerajinan tas ini. Modal yang

dimiliki oleh para pengrajin berasal dari pinjaman baik perbankan maupun

pemodal yang datang dari kota. Para pengrajin yang memngalami kesulitan dalam

permodalan memiliki beberapa permasalahan dan berdampak pada peningkatan

UKM diantaranya: (1) sulitnya meningkatkan kapasitas usaha, (2) sulitnya

melakukan perluasan pasar, (3) sulit dalam melakukan peningkatan mutu dan

kualitas produk, serta (4) sulit dalam melakukan peningkatan kemampuan tenaga

kerja. Hingga saat ini, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan perluasan

modal belum banyak dilakukan.

Tenaga kerja yang dimiliki oleh para pengrajin di desa ini sangat

terbatas. Rata-rata dari para pengrajin yang memiliki modal lebih besar

memperkerjakan anggota keluarga (saudara) serta beberapa tetangga. Sedangkan

bagi mereka yang memiliki modal kecil, memperkerjakan anggota keluarga inti

(istri dan anak) guna membantu penyelesaian produksi.

Peran teknologi dalam peningkatan produktivitas UKM sangatlah besar.

Penggunaan teknologi bagi masyarakat UKM di Tegalwaru masih sangat minim.

Masyarakat mengandalkan mesin jahit khusus sebagai alat bantu dalam proses

produksi tas. Tidak semua dari para pengrajin memiliki alat mesin ini, sehingga

mereka hanya membuat pola dan melakukan pengeleman saja. Rendahnya

teknologi yang digunakan umumnya disebabkan tidak adanya dana untuk

memiliki serta rendahnya informasi dan pemahaman pengusaha akan teknologi

yang berkembang dan tersedia di pasar.

Permasalahan utama di UKM KWBT juga disebabkakn oleh adanya

pasar yang sulit ditembus. Kondisi ini terlihat dari ruang pasar uang dapat

dimasuki oleh produk-produk UKM ini umumnya adalah pasar lokal dan hanya

beberapa pengrajin yang dapat menembus pasar luar daerah (Jakarta dan

sekitarnya). Situasi ini disebabkan terbatasnya akses media yang dapat digunakan

sebagai modal pemasaran dan keterbatasan modal dari para pengrajin dalam

memasarkan produknya. Ketersediaan bahan baku, kondisi sosial ekonomi serta

fasilitas sosial yang ada di wilayah UKM Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini

menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan UKM. Keterbatasan

modal pengrajin, kondisi ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab

ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi sedikit sehingga

Page 81: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

61

tidak mampu menjangkau pasar yang lebih besar dengan permintaan konsumen

yang beragam.

Untuk melihat hubungan antara relasi gender dan kenerhasilan yang di

capai oleh UKM Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini akan disajikan dalam

Tabel 34 berikut.

Tabel 34 Relasi Gender dan Keberhasilan UKM KWBT

Relasi gender Keberhasilan

Total Rendah Sedang Tinggi

Rendah Jumlah 16 10 0 26

% 72,7 55,6 0,0 65,0

Sedang Jumlah 4 8 0 12

% 18,2 44,4 0,0 30,0

Tinggi Jumlah 2 0 0 2

% 9,1 0,0 0,0 5,0

Total Jumlah 22 18 0 40

% 100,0 100,0 0,0 100,0

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa relasi gender dalam UKM

Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru turut menentukan keberhasilan program

(berkorelasi positif). Hal ini bisa dilihat pada relasi gender yang rendah dimana

laki-laki cederung memiliki akses dan kontrol yang besar dibandingkan

perempuan, keberhasilan program juga menunjukkan rendah dimana cenderung

dinikmati oleh kaum laki-laki. Terlihat pada data yang menunjukkan sebanyak 22

respoden atau sebesar 55% yang UKM dominan dikuasai oleh laki-laki memiliki

keberhasilan yang cenderung dinikmati oleh laki-laki yakni 16 responden atau

sebanyak 72,7%.

Kondisi yang sama juga terjadi pada UKM dengan responden sedang,

dimana sekitar 18 atau 45% respoden dengan relasi rendah menunjukkan

keberhasilan sebanyak 10 responden atau 55,6% yang sedang. Artinya

keberhasilan program cenderung dapat dinikmati oleh perempuan. Kondisi ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat relasi gender dalam UKM maka

perempuan akan semakin banyak menikmati manfaat program. Keberhasilan

program yang tinggi (laki-laki dan perempuan bersama-sama dalam pengelolaan

sumberdaya UKM) belum di capai pada UKM Kampung Wisata Bisnis

Tegalwaru ini. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya data yang menjelaskan

keberhasilan yang tinggi dipengaruhi oleh relasi gender yang baik pula dalam

masyarakat anggota UKM.

Page 82: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bagian sebelumnya,

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik individu mempengaruhi relasi gender dalam UKM KWBT.

meskipun demikian masih ditemukan adanya bas gender dalam penempatan

posisi kelambagaan UKM, akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan

peneglolaan UKM KWBT.

2. Ideologi gender dalam rumahtangga pengrajin tas UKM KWBT tergolong

dalam ideologi yang rendah. Hal ini terlihat dari askes, kontrol dan

penempatan posisi perempuan yang masih di bawah laki-laki. Ideologi

rendah dalam masyarakat ini menunjukkan bahwa laki-laki (suami) memliki

kesempatan atau peluang yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan

(perempuan).

3. Relasi gender dalam UKM Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru turut

menentukan keberhasilan program (berkorelasi positif). Keberhasilan tinggi

yang menunjukkan peran antara laki-laki dan perempuan setara dalam

pengelolaan UKM ini, belum terlihat. Keberhasilan UKM KWBT ini hanya

pada tingkat sedang.

4. Masyarakat responden UKM desa Tegalwaru telah mengalami perubahan

cara pandang terhadap relasi antara laki-laki dan perempuan. Masyarakat

secara sistem sosial menyatakan bahwa tidak ada pembedaan antara laki-

laki dan perempuan. Namun, meskipun tidak ada pembedaan secara sistem

sosial, perubahan tersebut belum mendorong pada perubahan lebih lanjut.

5. Dalam skala individu, masyarakat anggota UKM menyatakan tidak adanya

pembedaan antara laki-laki dan perempuan (laki-laki dan perempuan) dalam

pekerjaan, namun untuk tingkat sosial masih terdapat bias gender.

6. Curahan jam kerja perempuan dalam masyarakat UKM Tegalwaru masih

berada di atas laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa selain mengurus

kegiatan domestik (rumah tangga) perempuan/perempuan juga berperan

dalam kegiatan produktif dan sosial.

Saran

1. Untuk mengantisipasi masih adanya bias gender dalam UKM, dibutuhkan

sosialiasasi mengenai konsep gender kepada seluruh anggota UKM laki-laki

dan perempuan. Sosialisasi ini dapat dilakukan di dalam pertemuan-

pertemuan rutin warga, sekolah dengan melibatkan ahli gender guna

membuat pandangan anggota UKM yang bias gender tersebut menjadi tidak

buta gender.

2. Akses yang rendah untuk mendapatkan sumberdaya dan manfaat dalam

UKM dapat dinaikkan dengan berbagai cara, misalnya diadakan pergantian

perwakilan UKM dalam mengikuti pelatihan-pelatihan/pendidikan

Page 83: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

63

mengenai pengelolaan UKM sehingga seluruh anggota mempunyai

kesempatan yang sama untuk meningkatkan kapasitas dirinya dan tidak

dikhususkan pada pengurus atau pemilik modal saja.

3. Perlu adanya motivasi dan dukungan dari laki-laki kepada perempuan untuk

memberikan pendapatnya dalam UKM, baik dalam pembuatan tas maupun

dalam pengelolaan UKM secara keseluruhan.

Page 84: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

64

DAFTAR PUSTAKA

Anomsari F. 2008. Pengembangan usaha kecil menengah (ukm) bewawasan

gender butuh kemauan. [internet]. [Diunduh 1 Mei 2012]. AF. Dapat

diunduh dari: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/122087685.pdf Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. 60 % pekerja UKM adalah perempuan.

[internet]. [Diunduh 10 Oktober 2012]. BPS. Dapat diunduh dari:

http://www.infobanknews.com/2011/12/60-UKM-dikelola-pengusaha-

wanita/

Departemen Pertanian. 2008. Pengertian gender. [internet]. [Diunduh 1 Mei

2012]. Deptan. Dapat diunduh dari:

http://www.deptan.go.id/setjen/roren/ragam/pengertian_gender.htm Efriani D. 2009. Analisis relasi gender dan keberhasilan organisasi koperasi warga

(KOWAR) SMP Negeri 7 Bekasi. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian

Bogor. 123 hal.

Handayani T, Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang [ID].

UMM Press. 244 hal.

Hasanudin TM. 2009. Relasi gender dalam perspektif akses dan kontrol terhadap

sumberdaya: Kasus pada sentra industri gerabah Desa Anjun, Kecamatan

Plered, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. [skripsi]. Bogor [ID]:

Institut Pertanian Bogor. 148 hal.

Hubeis AV. 2010. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor [ID]. IPB

Press. 522 hal.

Instruksi Presiden. 2000. Instruksi presiden nomor 9 tahun 2000 tentang

pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional. [internet]. [Diunduh

8 Mei 2012]. IP. Dapat diunduh dari:

http://jdihukum.banten.go.id/dokumen/Inpres no 9 th 2000.pdf

Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM No 1 Tahun I-2006. 2006. Kajian faktor-

faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha UKM di Propinsi

Sumatera Utara. [internet]. [Diunduh 30 April 2012]. JPKUKM. Dapat

diunduh dari:

http://journal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/viewFile/222/218

Kementrian Negara Urusan Peranan Wanita. 1995. Peningkatan peranan wanita

dalam pembangunan bangsa berwawasan kemitrasejajaran yang harmonis

antara pria dan wanita dengan pendekatan jender. Jakarta [ID]. Kementrian

Negara Urusan Peranan Wanita. 17 hal.

Mugniesyah SS. 2006. Komunikasi gender I. Bogor [ID]: Departemen Ilmu-ilmu

Sosial Ekonomi pertanian Institut Pertanian Bogor.

Puspitawati H. 2010. Diktat kuliah gender dan keluarga: konsep dan realita. Bogor

[ID]: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. 263 hal.

Sajogyo P. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta

[ID]: CV Rajawali.

Singarimbun M dan Efendi. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]:

LP3ES.336 hal.

Page 85: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

65

Siwi M. 2004. Perilaku berorganisasi mahasiswa dalam perspektif gender (kasus:

organisasi mahasiswa di kampus Institut Pertanian Bogor, Desa Dramaga,

Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). [skripsi].

Bogor [ID]: Intitut Pertanian Bogor. 107 hal.

Soekanto S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta [ID]: Raja Grafindo

Persada. 517 hal.

Supiandi Y. 2008. Bunga Rampai Pengarusutamaan Gender. Jakarta [ID]: Tim

Kreatif el-Kahfi.

Tambunan TTH. 2003. Perekonomian Indonesia. Jakarta [ID]: Ghalia Indonesia.

287 hal.

. 2009. UKM di Indonesia. Jakarta [ID]: Ghalia Indonesia. 282

hal.

Page 86: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

66

LAMPIRAN

1. Dokumentasi Penelitian

Perkumpulan warga Kegiatan pembuatan tas

Pengrajin perempuan Pengrajin laki-laki

Tas yang dihasilkan

Page 87: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

2. Kerangka Sampling

No Nama Alamat

(RT/RW)

1 Ukon 01

2 Endang 01

3 Adin Rosidin 01

4 Dian 01

5 Deni Hidayat 01

6 Arwan

Sabbana

01

7 Tudi Sopian N 01

8 Parman 01

9 Ikih 01

10 Nana 01

11 Saepul

Rahman

01

12 Dedih Sudandi 01

13 Bubun rahmat 01

14 Ena 01

15 Dana Suhendar 01

16 Robi

herdiansyah

01

17 dede Solehudin 01

18 Ade kosasih 01

19 Abdu Latif 01

20 Muh A 01

21 Dadang 01

22 Doni 01

23 Cepep Rukayat 01

24 Kastana 01

25 Agus

Wudianto

01

26 Sarwika 01

27 Ahmad Zaelani 01

28 Iskandar 01

29 Tatang S 01

30 Hamzah 01

31 Setiawan 01

32 Kasmudi 01

33 Muhamad

Toha

01

34 Muhaimin 01

35 Adin 01

36 Adah 01

37 Romansyah 01

38 Usman

Iskandar

01

39 Masdi 01

40 Jaenudin 01

41 Eman

Suherman

01

42 Eros Rosita 01

43 Ijang Juliana 01

44 Sartono 01

45 Andri Budiman 01

46 Ivan E. Sofyan 01

47 Aang 01

48 Wardono 01

49 Ezen 01

50 Bubun Budiana 01

51 Tedi Agustina 01

52 Budiman 02

53 Cica Susyanto 02

54 Asep 02

55 Herman

Hermawan

02

56 Ade Rahmat 02

57 Iyong Rohman 02

58 Ajah Sarjah 02

59 Iman Sukirman 02

60 Olih 02

61 Asep Saripudin 02

62 Dadang

Suhendar

02

63 Agus Safari 02

64 Didin 02

65 Ahmad

Nawawi

02

66 Tosin 02

67 Oon 02

68 Mahmud

Suandi

02

69 Sukma H 02

Page 88: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

68

70 Jajang

Hermawan

02

71 Wawan

Hewanto

02

72 Nono 02

73 Alit Sutisna 02

74 Jojo 02

75 Ahmad Sofyan 02

76 Cecep Ahmad

Maulana

02

77 Sopi Andriana 02

78 Dani ramdani 02

79 Firmansyah 02

80 Wahyudin 02

81 Yusuf 02

82 Uloh 02

83 Ilon 02

84 Ijin 02

85 Enjang 02

86 Ipin 02

87 Ma'mur 02

88 Ano 02

89 Empud 02

90 Amir 02

91 Ajat 02

92 Oman 02

93 Ede Solihin 02

94 Enyang 02

95 Anan 02

96 Iyan Sofyan 02

97 Abdul Rahman 02

98 Hasan 02

99 Ubun 03

100 Teteng Juhari 03

101 Dede Rohman 03

102 Lukman

Hidayat

03

103 Sumpena 03

104 Endi 03

105 Mamat Rahmat 03

106 Rahmat Ilahi 03

107 Miftahuddin 03

108 Udung 03

109 Erom

Suparman

03

110 Endan 03

111 Mamat Rahmat 03

112 Aip 03

113 Ipin Sahidin 03

114 Apud Firdaus 03

115 Ato 03

116 Suhandi 03

117 Abdul Wahid 03

118 Wawan 03

119 Oyo 03

120 Empud 03

121 Emun 03

122 Atang Sutisna 03

123 Rohmat 03

124 Opan 03

125 A. Encheng

Triawan

03

126 Sa`ad 01

127 Herman 01

128 Dadan 01

129 On Marjuk

(Iyok)

01

130 Sarifudin 01

131 Syahril 01

132 Asep 01

133 Ahmad 01

134 Mimin 01

135 Budianto 01

136 Enda 01

137 Abdur Roshyia 01

138 Yus 01

139 Sudarta 01

140 Idrus 01

141 Sholihin 01

142 Hasan 01

143 Safii 01

144 Ibad

Badrussalam

01

Page 89: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

69

145 Teguh Jati 01

146 Egun 02

147 Saldin 02

148 Rudi A 02

149 Salman Al

Farisi

02

150 Ujang K 02

151 Suparman 02

152 Subandi 02

153 Cecep Muladi 02

154 Wintarto 02

155 Nur Eka 02

156 Rangga 02

157 Permana 02

158 Agus Kurnia 02

159 M. Ibad 02

160 Wahyu P 02

1 Yustinah 01 2 Yuli 01

3 Nyai 01

4 Yuyu 01

5 Nining 01

6 Rosmiati 01

7 Romayah 01

8 Titin Nurlina 01

9 Puji lestari 01

10 Oom 01

11 Lina 01

12 Yuni 01

13 Sofiyana 01

14 Nurhidayanti 01

15 Fitri 01

16 Lela H 01

17 Nurhayati 01

18 Suryani 01

19 Fani 01

20 Rosmalina 01

21 Diana 01

22 Nurjannah 01

23 Nur 01

24 Wina Eka 01

25 Rosmayah 01

26 Fitriana 01

27 Putri S 01

28 Yana 01

29 Nyai Kusuma 01 30 Martinah 02

31 Titi Muliati 02

32 Saidah 02

33 Yulis 02

34 Aina Mardiyah 02

35 Nur Aini 02

36 Sugihartanti 02

37 Tutik Iriyani 02

38 Suryani 02

39 Neneng Mulia 02

40 Hadijah 02

41 Hayati 02

42 Nurmala Maulina 02

43 Een 02

44 Endang Salamah 02

45 Kosasih 02

46 Atik 02

47 Maisarah 02

48 Mega Putri 02

49 Tri Lestari 02

50 Eka Rumawar 02

51 Nining A 02

52 Endah Kusuma 02

53 Endang

Kusendang

02

54 Ita 02

55 Anah Suanah 02

Page 90: ANALISIS RELASI GENDER DALAM KEBERHASILAN USAHA KECIL … · i analisis relasi gender dalam keberhasilan usaha kecil dan menengah (ukm) kerajinan tas . retno tri wahyuningsih . departemen

RIWAYAT HIDUP

Retno Tri Wahyuningsih dilahirkan di Siak pada tanggal 06 Juni 1990,

dari pasangan Pujiyono dan Almh. Suwatni. Pendidikan formal yang pernah

dijalani adalah SMA Negeri 1 Dayun, Siak Sri Indrapura, 2005-2008; SMP

Negeri 1 Dayun 2002-2005; SD Negeri 013 Dayun 1996-2002 dam Taman

Kanak-Kanak Tunas Sawitri 1995-1996. Pada tahun 2008 penulis diterima

sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai penerima Beasiswa Utusan Daerah

(BUD) Kabupaten Siak.

Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif dalam kegiatan di luar

kampus. Menjadi panitia dalam beberapa kegiatan intern kampus dan luar

kampus. Anggota Organisasi Mahasiswa Daerah Riau (IKPMR), Himpunan

Pelajar dan Mahasiswa Bogor (HPMB), serta anggota mahasiswa penerima

beasiswa Kabupaten Siak-Riau. Penulis juga tercatat sebagai penerima beasiswa

Pemerintah Kabupaten Siak-Provinsi Riau. Beberapa prestasi yang diraih penulis

antara lain sebagai juara lomba tari daerah dalam Gebyar Nusantara (Genus IPB),

peraih Runner Up Lomba Fotografi tingkat Nasional dalam Seminar Nasional

Pertanian, Runner Up Penulisan Artikel CAFTA-Riau, penerima PKM didanai

Dikti tahun 2012, pengajar pada bimbingan belajar Brilliant Student, sebagai

pendamping pada Kegiatan Kader Tani Muda (KATIMU) IPB 2012, Enumerator

independen PT. ANTAM, Tbk-IPB tahun 2012 untuk wilayah Unit Bisnis

Pertambangan Nasional (UBPN) Pomalaa-Sulawesi Tenggara, panitia Cinta Alam

Mahasiswa Se-Jabodetabekten tahun 2012 dan panitia Pembekalan Siswa-Siswi

SMA/SMK se-Jabodetabekten tahun 2013, penerima dana hibah Kewirausahaan

Nasional yang diselenggarakan oleh Kementrian Koperasi dan UKM RI,

pendamping kegiatan POSDAYA PT. Holcim tahun 2013 dan berbagai kegiatan

yang lain.