Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
ANALISIS SELISIH LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL TERHADAP PERSISTENSI LABA (STUDI PENELITIAN
PADA PT CHAROEN POPKHAND INDONESIA TBK)
SKRIPSI
DINI ANGRIANI 105731128016
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
ii
HALAMAN JUDUL
ANALISIS SELISIH LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL TERHADAP PERSISTENSI LABA (STUDI PENELITIAN PADA PT CHAROEN POPKHAND INDONESIA TBK)
SKRIPSI
DINI ANGRIANI
NIM 105731128016
Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2021
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, skripsi ini penulis Saya
Persembahkan Kepada:
1. Kedua orang tua saya bapak Mustakim dan ibu Wahida yang telah
memberikan dukungan dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Saudara-saudara saya yang telah memberikan dukungan baik moral maupun
moril untuk proses penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus
dan ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntun dan memberi arahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada ketua Tingkat saya Andi Ahmad Yani yang sangat berperan penting
dalam terciptanya skripsi ini.
5. Para sahabat-sahabat yang selalu memberikan bantuan dan memberi
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
“MOTTO HIDUP
“Jangan pergi mengikuti kemana jalan akan berjuang. Buat jalanmu sendiri dan
tinggalkanlah jejak
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para
keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai
manakala penulisan skripsi yang berjudul “Analisis selisih laba akuntansi dan laba
fiskal terhadap persistensi laba yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Priode
2019“.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua penulis bapak Mustakim dan ibu Wahida yang senantiasa
memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih.
Dan saudara-saudarku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
viii
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang
setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE. MM, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program
Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. Agus Salim HR,SE, MM. Selaku penasehat akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan kepada peneliti.
5. Bapak Dr. Ansyarif khalid, SE.,M.Si.AK.CA, selaku pembimbing I yang
senantiasa mengarahkan penulis sehingga Skripsi dapat selesai dengan baik.
6. Bapak Faidul Adzim, SE.,M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa
memberikan saran, arahan dan perbaikan dengan sabar sehingga proses
penelitian dan penyusunan skripsi dapat selesai dengan baik.
7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
ilmu kepada penulis.
8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
9. Orang Tua penulis yang telah membantu, membimbing dan memberi support
yang sangat ikhalas bagi penulis.
10. Saudara saya Desi Novianti S.E dan Suhardi S.Pd yang sudah memberi
dukungan penuh baik moral maupun moril.
ix
11. Kepada ketua tingkat saya Andi Ahmad Yani yang sudah membagi ilmunya
dan membimbing sampai terselesainya skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat saya Sri Wahyuni , Nurul Afni, Sahrani, Widya Hastuti, Nur
Afdalina, Lisnawati, Rosalina K, Selviana, Muammar dan semuan teman-
teman yang tidak bisa di sebut satu persatu yang sudah memberi semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Teman-Teman akuntansi 2016.G. yang telah membantu peneliti selama
berproses di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak utamanya kepada almamater kampus biru Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, wassalamu’alaikum Wr. Wb
Makassar, 27 Februari 2021
Dini Angriani
x
ABSTRAK
Dini Angriani, 2020. “Analisis Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba Studi Penelitian pada PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk”. Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Dibimbing oleh Ansyarif Khalid dan Faidzul Adzim.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Selisih Laba Akuntansi
dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba Studi Penelitian PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan analisis laporan keuangan. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif yaitu perbandingan, perubahan, pertumbuhan antara Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi laba pada tahun 2014 sampai dengan 2019.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal (Beda Waktu / Temporer) pada PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk selama 4 tahun untuk koreksi fiskal negatif terbesar adalah pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp. 69,2 M dan koreksi fiskal positif yang terbesar adalah pada tahun 2019 Rp. 39.6 M. Berdasarkan hasil analisis selama 5 tahun terakhir 2014 sampai dengan 2019 untuk PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk menyatakan bahwa tinggi atau rendahnya perbedaan temporer tidak memiliki pengaruh terhadap persistensi Laba. (2) Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal (Beda Tetap / Permanen) pada PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk selama 4 tahun untuk koreksi fiskal negatif terbesar adalah pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp. 87.3 M dan koreksi fiskal positif yang terbesar adalah pada tahun 2018 Rp. 38.5 M Berdasarkan hasil analisis selama 5 tahun terakhir 2014 sampai dengan 2019 untuk PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk menyatakan bahwa tinggi atau rendahnya perbedaan Permanen tidak memiliki pengaruh terhadap persistensi Laba.
Kata Kunci: Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal dan Persistensi Laba
xi
ABSTRACT
Dini Angriani, 2020. "Analysis of the Difference in Accounting Profit and Fiscal Profit on the Persistence of Profits in Research Studies at PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk". Thesis Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business. Supervised by Ansyarif Khalid and Faidzul Adzim. The purpose of this study was to determine the effect of the difference in accounting profit and fiscal profit on earnings persistence in the research study of PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk. In this study using a quantitative approach with data collection techniques using financial statement analysis. The data analysis technique used in this research is descriptive, namely the comparison, change, growth between the difference in accounting profit and fiscal profit to earnings persistence in 2014 to 2019. The results showed that (1) the difference in accounting profit and fiscal profit (time difference / temporary) at PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk for 4 years for the largest negative fiscal correction was in 2018, namely Rp. 69.2 billion and the largest positive fiscal correction was in 2019 Rp. 39.6 M. Based on the results of the analysis for the last 5 years 2014 to 2019 for PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk, it is stated that the high or low temporary differences have no effect on earnings persistence. (2) Difference in Accounting Profit and Fiscal Profit (Permanent / Permanent Difference) at PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk for 4 years for the largest negative fiscal correction was in 2017, namely Rp. 87.3 billion and the largest positive fiscal correction was in 2018 Rp. 38.5 M Based on the results of the analysis for the last 5 years 2014 to 2019 for PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk stated that high or low Permanent differences have no effect on earnings persistence. Keywords: Difference in Accounting Profit and Fiscal Profit and Earnings Persistence
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................... v
SURAT PERNYATAAN .........................................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................................. x
ABSTRACT ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI............................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6
A. Landasan Teori ....................................................................................... 6
1. Definisi Rekonsiliasi ( Koreksi ) Fiskal .................................................... 6
2. Tujuan Rekonsiliasi (koreksi) Fiskal ....................................................... 6
3. Timbulnya Rekonsiliasi (Koreksi) Fiskal ................................................. 7
4. Pembukuan Sebagai Dasar Perhitungan pajak ..................................... 8
5. Klasifikasi Penghasilan Dan Biaya ......................................................... 8
6. Penghasilan Badan Usaha (Pasal 4 UU PPh) ....................................... 9
7. Perbedaan Dalam Rekonsiliasi (Koreksi) fiskal.................................... 10
8. Koreksi Fiskal Positif dan Koreksi Fiskal Negatif ................................. 11
xiii
9. Latar Belakang Rekonsiliasi Fiskal ....................................................... 12
10. Teknik Rekonsiliasi Fiskal ..................................................................... 20
11. Rekonsiliasi Fiskal Dan Kasus Pengisian Spt ...................................... 22
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 25
C. Kerangka Konseptual ............................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................ 30
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 30
B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 30
1. Populasi ................................................................................................. 30
2. Sampel .................................................................................................. 31
C. Jenis Data dan Sumber Data ................................................................ 31
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 31
E. Definisi Operasional Variabel ............................................................... 31
F. Teknik Analisis Data.............................................................................. 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 34
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................... 34
1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 34
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ........................................................ 38
1. Laba Akuntansi PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk ....................... 41
2. Beda Waktu Temporer .......................................................................... 42
3. Beda Waktu Permanen ......................................................................... 46
4. Rekonsiliasi Fiskal ................................................................................. 51
5 . Persistensi Laba .................................................................................... 51
C. Hasil Analisis data ................................................................................. 53
1 . Selisih Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal (Beda Waktu/ Temporer)
terhadap Persistensi Laba ............................................................................ 53
2 . Selisih Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal (Beda Waktu/ Permanen)
terhadap Persistensi Laba ............................................................................ 55
D. Pembahsan ............................................................................................ 58
BAB V .................................................................................................................... 60
PENUTUP ............................................................................................................. 60
A. Kesimpulan Penelitian .......................................................................... 60
B. Saran penelitian .................................................................................... 61
xiv
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 62
LAMPIRAN ............................................................................................................ 65
BIOGRAFI PENULIS............................................................................................. 74
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu .............................................................................. 26
Tabel 4.1 Data Laba Akuntansi PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk .............. 41
Tabel 4.2 Perbedaan Waktu Temporer Laporan Keuagan PT Charoen Pokphand
Indonesia Tbk ....................................................................................................... 43
Tabel 4.3 Perbedaan Waktu Permanen Laporan Keuagan PT Charoen Pokphand
Indonesia Tbk ....................................................................................................... 47
Tabel 4.4 Rekonsiliasi Fiskal ................................................................................ 51
Tabel 4.5 Persistensi Laba ................................................................................... 55
Tabel 4.6 Analisis Perbedaan Laba Temporer dan Persistensi Laba ................. 53
Tabel 4.7 Analisis Perbedaan Laba Permanen dan Persistensi Laba ................ 56
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ....................................................................... 29
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BEI .................................................................... 37
Gambar 4.2 Struktur PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk .............................. 40
Gambar 4.3 Grafik Laba PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk ......................... 41
Gambar 4.4 Grafik Indikator Beda Temporer ....................................................... 54
Gambar 4.5 Grafik Indikator Persistensi Laba ..................................................... 54
Gambar 4.6 Grafik Indikator Beda Permanen ...................................................... 56
Gambar 4.7 Grafik Indikator Persistensi Laba ..................................................... 67
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Laba PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk ..................................... 65
Lampiran II Gambar 4.3 Grafik Laba PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk ..... 65
Lampiran III Perbedaan Waktu Temporer Laporan Keuagan PT Charoen
Pokphand Indonesia Tbk ..................................................................................... 66
Lampiran IV Perbedaan Waktu Permanen Laporan Keuagan PT Charoen
Pokphand Indonesia Tbk ..................................................................................... 68
Lampiran V Rekonsiliasi Fiskal ............................................................................ 70
Lampiran VI Persistensi Laba .............................................................................. 70
Lampiran VII Analisi Perbedaan Laba Temporer dan Persistensi Laba ............. 70
Lampiran VIII Grafik Indikator Beda Temporer.................................................... 71
Lampiran IX Grafik Indikator Persistensi Laba .................................................... 71
Lampiran X Analisis Perbedaan Laba Permanen Dan Persistensi Laba ........... 72
Lampiran XI Grafik Indikator Beda Permanen..................................................... 72
Surat Balasan ....................................................................................................... 73
Biografi Penulis .................................................................................................... 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaporan keuangan sangatlah penting bagi perusahaan. Salah satu peran
penting laporan keuangan ialah penyampaian informasi kondisi keuangan
berdasarkan hasil kegiatan operasi perusahaan selama satu periode kepada
banyak pihak yg berkepentingan, misalnya investor, kreditur, pemerintah, &
pembuat kebijakan. Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1
dalam Dechow, Ge dan Schrand (2010) menyatakan bahwa pelaporan keuangan
bertujuan untuk memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan
selama periode tertentu. Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia (PSAK) No. 1
(2009) menyatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas perusahaan
selama satu periode yang nantinya akan digunakan bagi pengguna laporan dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
informasi yang ada di dalam laporan keuangan merupakan informasi dasar dalam
proses pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Salah satu
informasi utama yang paling penting dalam laporan keuangan adalah informasi
mengenai laba.
Laba merupakan tujuan utama bagi perusahaan, karenanya laba pun
menjadi pusat pertimbangan utama bagi para pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan, misalnya sebagai alat pengukur kinerja manajemen,
pemberian kompensasi kepada manajer, dan pembagian deviden kepada
pemegang saham. Pengambilan keputusan memerlukan informasi yang relevan
2
bagi pengguna laporan keuangan. Oleh sebab itu, laba yang berkualitas sangatlah
diperlukan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang strategis bagi
perusahaan baik itu untuk tujuan meningkatkan laba ataupun ekspansi. Laba yang
berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (Suistainable
Earnings) di masa depan dan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya
(Wijayanti, 2006). Laba yang berkualitas dapat di ketahui dengan melihat tingkat
persistensi laba.
Persistensi laba adalah salah satu indikator untuk mengetahui kualitas laba
perusahaan. Menurut Fanani (2010), persistensi laba menjadi pusat perhatian bagi
para pengguna laporan keuangan, khusus nya bagi mereka yang mengharapkan
persistensi laba yang tinggi. Jika laba yang diperoleh pada tahun berjalan dapat
menjadi indikator yang baik untuk laba di masa depan, maka laba tersebut
dikatakan laba yang persisten. Laba yang tidak terlalu berfluktuatif adalah ciri-ciri
dari laba yang persistensi dan kualitas laba yang dilaporkan oleh perusahaan
adalah baik.
Selain menjadi dasar pengambilan keputusan, laba juga sebagai kriteria
untuk memenuhi asumsi kelangsungan hidup. Hal ini, memotivasi manajemen
untuk melakukan perekayasaan pada laba yang dilaporkan agar tetap dalam
kondisi yang tinggi persistensinya. Selain itu, akibat adanya kesenjangan informasi
antara pengguna laporan keuangan yang memiliki keterbatasan informasi dengan
manajemen yang sangat mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya,
karena sebagai pihak yang membuat laporan keuangan tersebut. Fanani (2010)
mengungkapkan bahwa laba dalam laporan keuangan sering direkayasa oleh
manajemen untuk menarik calon investor.
3
Selisih laba akuntansi dan laba fiskal adalah perbedaan antara jumlah laba
pada laporan keuangan komersial dan jumlah laba pada laporan keuangan fiskal.
Laba akuntansi dihitung berdasarkan peraturan akuntansi, sedangkan laba fiskal
dihitung berdasarkan peraturan perpajakan. Ketidaksamaan perhitungan laba
yang terjadi setiap tahunnya akan mempengaruhi pertumbuhan laba suatu periode
perusahaan dikarenakan perusahaan harus menyesuaikan kembali perhitungan
laba akuntansi dengan peraturan perpajakan (Dewi & Putri, 2015). Hal ini
disebabkan adanya perbedaan tujuan antara peraturan akuntansi dengan
peraturan perpajakan. Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal dapat
memberikan informasi mengenai kualitas laba. Blaylock, Shevlin dan Wilson
(2012) mengungkapkan bahwa large positive book-tax difference menyediakan
informasi yang bermanfaat dan luas mengenai persistensi laba melebihi informasi
yang disediakan oleh akrual.
Terdapat beberapa penelitian yang meneliti mengenai persistensi laba
diantaranya yang dilakukan oleh Nugroho Adi Saputro; Dra. Hj. Zulaikha, M.Si.,
Akt (2011) berjudul “Pengaruh Book Tax Difference terhadap Perkembangan Laba
Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI 2009-2010” dan Anik Fadillah
(2013) yang berjudul “Pengaruh Temporary and Permanent Difference terhadap
pertumbuhan laba atas Small and large book tax differences sebagai variabel
moderating (Studi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2009 sampai 2011)” menegaskan bahwa perbedaan temporer
berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba, namun berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erlend Kvaal dan Christopher Nobes
(2013) "The development of book-tax differences in seven major countries:
Australia, Canada, France, Germany, Japan, the UK and the USA.", Erika Ratih
4
Winadarti (2015) yang berjudul “Pengaruh Book Tax Differences dan Arus Kas
terhadap Pertumbuhan Laba” dengan variabel kontrol ROA, ukuran perusahaan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2011-2013 mengambarkan bahwa Perbedaan temporer memiliki hubungan positif
signifikan dengan pertumbuhan laba. Penelitian ini berfokus untuk menganalisis
selisih laba akuntansi dan laba fiskal dan kaitannya dengan persistensi laba di PT
Charoen Popkhand Indonesia Tbk.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis berinisiatif untuk meneliti
persistensi laba dengan melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Selisih Laba
Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba pada PT Charoen Popkhand
Indonesia Tbk”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini terbatas pada:
Apakah Selisih laba Akuntansi dan Laba fiskal memiliki pengaruh terhadap
Persistensi Laba
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang telah dijabarkan
di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah ingin memperoleh bukti empiris
tentang:
Untuk menguji apakah Selisih laba Akuntansi dan Laba fiskal berpengaruh
terhadap Persistensi Laba studi penelitian pada PT Charoen Popkhand
Indonesia Tbk.
5
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak,
antara lain:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual
bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan
dunia pendidikan khususnya di bidang akuntansi keuangan.
b. kepada investor, calon investor, analis pasar modal dan pemakai laporan
keuangan yang lainnya untuk dapat mengukur persistensi laba secara tepat.
c. Memberikan alternatif untuk memprediksi laba masa depan yang
memanfaatkan karakteristik data akuntansi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi Rekonsiliasi ( Koreksi ) Fiskal
Agoes dan Trisnawati (2008) dalam buku Akuntansi Perpajakan
mengatakan bahwa Rekonsiliasi (koreksi) Fiskal adalah Proses Penyesuaian atas
laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan neto /
laba yang sesuai dengan ketentuan pajak. Perbedaan-perbedaan antara
akuntansi dan fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi beda tetap / permanen
(permanen differences) dan beda waktu / sementara (timing differences)
2. Tujuan Rekonsiliasi (koreksi) Fiskal
Koreksi fiskal bertujuan untuk menyesuaikan laba komersial (yaitu laba
yangdihitung menurut Prinsip Akuntansi Berlaku Umum) dengan ketentuan-
ketentuan perpajakan sehingga di peroleh laba fiskal. Laporan Perhitungan Laba-
Rugi yang dibuat perusahaan merupakan laporan keuangan yang disusun
berdasarkan Prinsip Akuntansi Berlak1u Umum. Oleh karena itu agar dapat
menghitung besarnya pajak penghasilan yang terutang, perusahaan harus
melakukan penyesuaian laporan perhitungan rugi-labanya tersebut agar sesuai
dengan ketentuan dan peraturan undang-undang perpajakan. Langkah
Penyesuaian ini dilakukan dengan cara mencari pos-pos rekening yang berbeda
perlakukan antara prinsip akuntansi berlaku umum dengan ketentuan peraturan
undang-undang perpajakan. Pos-pos rekening ini yang perlu dilakukan koreksi
fiskal.
7
3. Timbulnya Rekonsiliasi (Koreksi) Fiskal
Hal-hal yang menimbulkan perbedaan antara prinsip Akuntansi Berlaku
Umum dengan UU Perpajakan antara lain:
1. Perbedaan Konsep penghasilan. Contoh:
a. Deviden yang diterima oleh PT, Yayasan, Koperasi
b. BUMN/BUMD,
c. Sisa Cadangan Kerugian Piutang bagi Bank, Leasing dan Asuransi
2. Perbedaan Cara Pengukuran Penghasilan
Contoh: Penjualan diukur jumlah yang dibebankan kepada pembeli tidak
melihat apakah ada hubugan istimewa atau tidak.
3. Perbedaan Konsep Biaya
Pengeluaran yang dapat di bebankan sebagai biaya adalah semua
pergorbanan ekonomis dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Tidak
terbatas hanya biaya untuk mendapatka, menagih dan memelihara
penghasilan saja. Singkatnya, biaya menurut pajak adalah pengeluaran-
pegeluaran yang ada kaitan langsung dengan perolehan penghasilan.
4. Perbedaan Cara Pengukuran Biaya
Sama dengan pengukuran penghasilan, jika ada transaksi yang tidak wajar
karena hubungan istimewa maka transaksi tersebut harus dikoreksi.
5. Perbedaan Cara Pembebanan atau Alokasi Biaya
Contoh:
a. Penyusutan, hanya metode Garis Lurus dan Saldo Menurun dengan tarif
yang telah ditentukan.
b. Pengakuan Kerugian Piutang hanya menggunakan metode langsung (3)
c. Penilaian Persediaan hanya menggunakan metode rata-rata dan FIFO
8
6. Adanya penghasilan yang kena pajak penghasilan secara final. Penghasilan
yang dikenakan pajak secara final berarti telah diperhitungkan pajak
penghasilannya sehingga tidak perlu diperhitungkan lagi dalam menghitung
pajak penghasilan di akhir tahun maka harus dikeluarkan dari laporan
perhitungan laba-rugi.
4. Pembukuan Sebagai Dasar Perhitungan pajak
Pembukuan sebagai dasar perhitungan pajak menurut UU No.7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah di ubah terakhir dengan UU
No. 36 Tahun 2008, dalam pasal 16 menyebutkan bahwa salah satu cara untuk
menghitung besarnya penghasilan kena pajak adalah Penghasilan bruto dikurangi
dengan biaya dan beban seperti yang dimaksud pada pasal 4 ayat (1), pasal 6 dan
pasal 9, dan untuk bentuk usaha tetap (BUT) Disebutkan pada pasal 5 ayat (2)
dan ayat (3). Pasal ini secara tegas menyatakan bahwa dasar yang dapat
digunakan untuk memperoleh besaran laba kena pajak penghasilan kena pajak)
adalah dengan cara penghasilan bruto dikurangi dengan biaya dan beban, cara
demikian ini tidak lain adalah pembukuan. Dalam pembukuan ini informasi yang
terpenting untuk menghitung PPh yang terutang yaitu penghasilan dan biaya.
Proses matching antara penghasilan dengan biaya terrefleksikan dalam Laporan
Perhitungan Laba Rugi Badan Usaha.
5. Klasifikasi Penghasilan Dan Biaya
Penghasilan dan Biaya dapat diklasifikasikan kedalam:
a. Penghasilan di dalam perpajakan dapat membedakan menjadi 3 kelompok,
yaitu : Penghasilan, Obyek Pajak Penghasilan, Penghasilan, bukan Obyek
Pajak Penghasilan, dan Penghasilan Kena Pajak secara Final
9
b. Sedangkan biaya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1). Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya
2). Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya
6. Penghasilan Badan Usaha (Pasal 4 UU PPh)
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau di peroleh Wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar
Indonesia, yang dapat dipakal untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib
pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dalam
konteks wajib pajak badan, maka berikut ini termasuk pengertian penghasilan
meliputi:
a. Laba Usaha
b. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta,
c. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya
d. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
e. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi
f. Royalty
g. Sewa dan penghasilan oehagan dengan penggunaan harta
h. Keuntungan karena pembetbasan utang,
i. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
j. Selisih lebih karena penilaian kembalil aktiva,
k. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
10
7. Perbedaan Dalam Rekonsiliasi (Koreksi) fiskal
Perbedaan-perbedaan antara akuntansi dan fiskal tersebut dapat
dikelompokan menjadi beda tetap / permanen (permanent diferences) dan beda
waktu/sementara (timing differences).
a. Beda tetap / Permanen (permanent differences)
Terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya
menurut akuntansi dengan menurut pajak, yaitu adanya penghasilan dan biaya
yang diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau
sebaliknya sehingga menyebabkan laba menurut komersil berbeda dengan laba
menurut pajak (Fiskal).
Beda tetap / Permanen (permanent differences) timbul karena peraturan
perpajakn mengharuskan hal-hal berikut dikeluarkan dari perhitungan Kena Pajak:
a) Penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final (Pasal 4 ayat 2 UU PPh)
b) Penghasilan yang bukan Objek Pajak (Pasal 4 Ayat 3 Uu PPH)
c) Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan Usaha,
yaitu, mendapatkan Menagih, dan memelihara (3M) penghasilan serta
pengeluaran yang sifatnya pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya
melebihi kewajaran (Pasal 9 UU PPh)
b. Beda waktu / sementara (timing differences).
Yaitu perbedaan perlakuan akuntansi, dan Perpajakan sifatnya temporer,
Artinya ecara Keseluruhan beban atau pendapatan Akuntansi maupun perpajakan
sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap Tahunnya (Agoes dan Trisnawati,
2009), Beda waktu biasanya timbul karena perbedaaan Metode yang dipakai
antara pajak dengan akuntansi dalam hal:
a) Akrual dan Realisasi
11
b) Penyusutan dan Armotrisasi
c) Penilalän Persediaan
d) Kompensasi Kerugian Fiskal
8. Koreksi Fiskal Positif dan Koreksi Fiskal Negatif
Rekonsilasi (Koreksi) Fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) yang
pembukuannya menggunakan pendekatan akuntansi komersil, yang bertujuan
mempermudah dah mengisi Surat Permberitahuan (SPT) Tahunan PPh, dan
menyusun laporar Keuangan Fiskal yang harus dilampirkan SPT Tahunan PPh.
Rekonsiliasi (Koreksi) Fiskal berupa:
1. Koreksi Fiskal Positif
Koreksi Fiskal Positif (FKP) adalah koreksi fiskal yangmenambah besarnya
laba kena pajak. Yang terdiri dari:
a. Adanya beban yang tidak diakui (non dedectible expenxe) Oleh pajak
(beban kecil-laba tinggi-Pajak Tinggi)
b. Penyusutan Komersial lebin besar dari Penyusutan Paiak
c. Amortisasi Komersial lebih besar dari Amortisasi Pajak
d. Penyesuaian Fiskal Positif Lainnya
2. Koreksi Fiskal Negatif
Koreksi Fiskal Negatif (FKN) adalah koreksi fiskal yang mengurangi laba
karena pajak, yang terdiri dari:
a. Penghasilan yang tidak termaksud Objek Pajak (Penghasilan kecil - Laba
Kecil - Pajak kecil / Rendah)
b. Penghasilan yang dikenakan PPh Final (pasal 4 Ayat 2 UU PPh)
c. Penyusutan Komersial lebih Kecil dari Penyusutan Pajak
d. Amortisasi Komersial lebih Kecil dari Amortisasi Pajak
e. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya
12
f. Penyesuaian Fiskal Negatif Lainnya
9. Latar Belakang Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliası fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan
penghitungan. khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan laba
menurut perpajakan (fiskal). Laporan keuangan komersial atau bisnis ditujukan
untuk menilai kınerja ekonomi dan keadaan finansial dari sektor swasta,
sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk menghitung pajak. Untuk
kepentingan komersial atau bisnis, laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip
yang berlaku umum, yaitu Standar
Akuntansi Keuangan (SAK); sedangkan untuk kepentingan fiskal, laporan
keuangan disusun berdasarkan peraturan perpajakan (Undang-Undang Pajak
Penghasilan disingkat UU PPh). Perbedaan kedua dasar penyusunan laporan
keuangan tersebut mengakibatkan perbedaan perhitungan laba (rugi) suatu
entitas (Wajib Pajak). Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: apakah suatu
entitas harus melakukan pembukuan untuk memenuhi kedua tujuan tersebut? jika
suatu entitas (Wajib Pajak) harus Menyusun dua laporan keuangan yan berbeda
maka di samping terdapat pembaruan waktu, tenaga, dan uang juga akan terjadi
tidak tercapainya tujuan menghindari manipulas i pajak. Menurut Bambang Kesit
(2001), untuk mengatasi masalah tersebut digunakan beberapa pendekatan dalam
penyusunan laporan keuangan fiskal, yaitu:
1) Laporan keuangan fiskal disusun secara beriringan dengan laporan
keuangan komersial Artinya, meskipun laporan keuangan komersial atau
bisnis disusun berdasarkan prinsip akuntansi bisnis, tetapi ketentuan
perpajakan sangat dominan dalam mendasari proses penyusunan laporan
keuangan.
13
2) Laporan keuangan fiskal ekstrakomtabel dengan laporan keuangan bisnis
Artinya, Laporan keuangan fiskal merupakan produk tambahan, diluar
laporan keuangan bisnis. Perusahaan bebas menyelenggarakan
pembukuan berdasarkan prinsip akuntansi bisnis. Laporan keuangan fiskal
disusun secara terpisah diluar pembukuan (ekstrakontabel) melalui
penyesuaian atau proses rekonsiliasi.
3) Laporan keuangan fiskal disusun dengan menyisipkan ketentuan-ketentuan
pajak dalam laporan keuangan bisnis. Artinya, pembukuan yang
diselenggarakan perusahaan didasarkan pada prinsip akuntansi bisnis tetap
jika ada ketentuan perpajakan yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
bisnis maka yang diproeritaskan adalah ketentuan perpajakan.
Untuk menjembatani adaya perbedaan tujuan kepentingan laporan
keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal serta tercapainya tujuan
efisiensi maka lebih dimungkinkan untuk menerapkan pendekatan yang kedua.
Perusahaan hanya menyelenggurakan pembukuan menurut akuntansi komersial,
tetapi apabila akan menyusun laporan keuangan fiskal barulah menyusun
rekonsiliasi terhadap laporan keuangan komersial tersebut.
Penyebab Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan
Keuangan Fiskal Penyebab perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan
keuangan fiskal adalah karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan
metode dan prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya,
serta perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya.
1) Perbedaan Prinsip Akuntansi
14
Beberapa prinsip akuntansi yang berlaku umum (Standar Akuntansi
Keuangan disingkat SAK) yang telah diakui secara umum dalam dunia bisnis
dan profesi, tetapi tidak diakui dalam fiskal, meliputi:
a. Prinsip konservatisme. Penilaian persediaan akhir berdasarkan metode ”
terendah antara harga pokok dan nilai realisasi bersih” dan penilaian
pitang dengan nilai taksiran realisasi bersih, diakui dalam akuntansi
komersial, tetapi tidak di akui dalam fiskal.
b. Prinsip harga perolehan (cost). Dalam akuntansi komersial, penentuan
harga perolehan untuk barang yang di produksi sendiri boleh
memasukkanunsur biaya tenaga kerja yang berupa natura. Dalam fiskal,
pengeluaran dalam bentuk natura tidak diakui sebagai
pengurangan/biaya.
c. Prinsip pemadanan (matching) biaya manfaat. Akantans komersial
mengkui biaya penyusutan pada saat asset tersebut menghasilkan.
Dalam fiskal, penyusutan dapat dimulai sebelum menghasilkan, seperti
alat-alat pertanian.
2) Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi
a. Metode penilaian persediaan. Akuntansi komersial membolehkan
memilihbeberapa metode perhitungan/penentuan harga perolehan
persediaan, seperti rata-rata (average), masuk pertama keluar pertama
(first in-first out-FIFO),masuk terakhir keluar pertama (last in-first out-
LIFO),pendekatan laba bruto, pendekatan harga jual eceran, dan lain-
lain.Dalam fiskal hanya membolehkan memilih dua metode, yaitu rata-
rata (average) atau masuk pertama keluar pertama (FIFO).
15
b. Metode penyusutan dan amortisasi. Akuntansi komersial membolehkan
memilih metode penyusutan seperti metode garis (strajght line method),
metode jumlah angka tahun (sum of the years digits method), metode
saldo menurun (declining balanced method), atau saldo menurun ganda
(doubile declining balanced method), metode jam jasa, metode jumlan
unit diproduksi, metode berdasarkan jenis dan kelompok, metode anuitas,
metode persediaan, dan lain lain untuk semua jenis harta berwujud atau
Aktiva tetap. Dalam fiskal pemilihan metode penysutan lebih terbatas,
antara lain metode garis lurus (straight line method) dan saldo menurun
(declining bailanced method) untuk kelornpok harta berwujud jenis non
bangunan, sedangkan untuk harta berwujud bangunan dibutasi pada
rmetode garis lurus saja. Di samping metodenya, termasuk yang
membedakan besarnya penyusutan untuk akuntansi komersial dan fiskal
adalah bahwa dalam akuntansi komersilal manajemen dapat menaksir
sendiri umur ekonomis atau masa manfaat suatu Aktiva, sedangkan
dalam fiskal umur ekonomis atau masa manfaat diatur atau ditetapkan
berdasarkan keputusan Menteri Keuangan. Demikian pula akuntansi
komersial membolehkan mengakui nilai residu sedangkan fiskal tidak
membolehkan memperhitungkan nilai residu dalam menghitung
penyusutan.
c. Metode penghapusan piutang. Dalam akuntansi komersial penghapusan
piutang ditentukan berdasarkan metode cadangan. Sedangkan dalam
fiskal, penghapusan Putang dilakukan pada saat piutang nyata-nyata
tidak diapat ditagih dengan syarat syarat tertentu yang diatur dalam
peraturan perpajakan. Pembentukan cadangan dalam fiskal hanya di
16
perbolehkan untuk industry tertentu seperti usaha bank, sewa guna usaha
dengan hak opsi, usaha asuransi, dan usaha pertambangan dengan
jumlah yang dibatasi dengan peraturan pepajakan.
3) Perbedaan Perlakuan dan Pengakuan penghasilan dan Biaya
a. Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi bukan
merupakan objek pajak penghasilan. Dalam rekonsiliasi fiskal,
penghasilan tersebut harus di keluarkan dari total Penghasilan Kena
pajak (PKP) atau dikurangkan dari laba menurut akuntansi komersial.
Contoh:
a) Penggantian atau imbalan yang diterima atau diproleh dalam bentuk
natura.
b) Penghasilan dividen yang diterima oleh perseroan terbatas, koperasi,
BUMN, BUMD sebagai Wajib Pajak dalam negeri dengan
persyaratan tertentu.
c) Bagian laba yang diterima oleh perusahaan modal pentura dari
badan pasangan usaha.
d) Hibah, bantuan, sumbangan.
e) Iuran dan peghasilan tertentu yang diterimah danah pensiun.
f) Penghasilan lain yang termasuk dalam kelompok bukan
b. Penghasilan tertentu diakui dalam akuntansi komersial tetapi pengenaan
pajaknya bersifat final. Dalam rekonsiliasi fiskal, penghasilan tersebut
harus dikeluarkan dari total PKP atau dikurangkan dari laba menurut
akuntansi komersial. Contoh:
17
a) Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainya, bunga
obligasi dan surat utang negara,dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b) Penghasilan berupa hadiah undian;
c) Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya transaksi yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
penggalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang
diterima oleh perusahaan modal ventura;
d) Penghasilan dari transaksi penggalihan harta berupa tanah dan/atau
bagunan usaha jasa kontruksi usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/atau bagunan; dan
e) Penghasilan tertentu lainnya (penghasilan dari pengungkapan
ketidakbenaran penghentian penyidikan tidak pidana, dan lain-lain)
f) Dividen yang diterima oleh wajib Pajak Orang Pribadi.
c. Penyebab perbedaan lain yang berasal dari penghasilan adalah ;
a) Kerugian suatu usaha di luar negeri. Dalam akuntansi komersial
kerugian tersebut mengurangi laba bersih, dikurangkan dari total
penghasilan (laba) kena pajak.
b) Kerugian usaha dalam negeri dalam tahun-tahun sebelumnya. Dalam
akuntansi komersial kerugian tersebut tidak berpengaruh dalam
perhitungan laba bersih tahun sekarang, sedangkan dalam fiskal
kerugian dalam tahun sebelumnya dapat dikurangi dalam penghasilan
(laba)kena pajak tahun sekarang selama belum lewat 5 tahun.
c) Imbalan dengan jumlah yang melebihi kewajaran. Imbalan yang di
terima atau pekerjaan yang dilakukan oleh pemegang saham atau
18
pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan jumlah yang
melebihi kewajaran.
d. Pengeluaran tertentu di akui dalam akuntansi komersial sebagai biaya atau
pengurangan penghasilan bruto, tetapi dalam fiskal pengeluaran tersebut
tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto, dalam rekonsiliasi fiskal,
pengeluaran atau biaya tersebut harus ditambahkan pada penghasilan neto
menurut akuntansi. Dalam SPT tahunan PPh, merupakan konveksi fiskal
positif. Contoh (secara rinci diatur dalam Pasal 9 ayat (1) UU PPh);
a) Imbalan atau penggantian yang diberikan dalam bentuk natura.
b) Cadangan atau pemupukan yang dibentuk dalam perusahaan, selain
usaha baik dan sewa guna usaha dengan hak opsi, usaha asuransi, dan
pertambangan.
c) Pajakan Penghasilan.
d) Sanksi administrasi berupa denda, bunga, kenalkan, dan sanksi pidana
berupa benda yang berkenaan dengan perundang-undagan
perpajakan.
e) Biaya yang dibebankan unruk kepentigan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota.
f) Biaya yang dibebankan untuk kepentigan pribadi Wajib Pajak atau orang
yang menjadi tangguganyya, dan lain lain.
Perbedaan penghasilan dan biaya pengeuaran menurut akuntansi dan
menurut fiskal dapat dikelompokkan menjadi perbedaan tetap atau perbedaan
permanen (permanent differences) dan perbedaan sementara atau perbedaan
waktu (timing differences).
19
a. Perbedaan tetap terjadi karena transaksi transaksi pendapatan dan biaya
diakui menurut akuntansi komersial dan tidak di akui menurut fiskal.
Perbedaan tetap mengakibatkan laba (rugi) bersih menurut akuntansi
berbeda (secara tetap) dengan penghasilan (laba) kena pajak menurut
fiskal. Contoh perbedaan tetap adalah:
a. Penghasilan yang pajaknya bersifat final, seperti bunga bank, dividen,
sewa tanah dan bagunan, dan penghasilan lain sebagai diatur dalam pasal
4 ayat (2) UU PPh.
b. Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak,b seperti dividen yang
diterimah oleh perseroan terbatas, koperasi, BUMN/BUMD Bunga yang
diterimah oleh perusahaan reksa dana, dan penghasilan lain sebagaimana
diatur dalam pasal 4 ayat (3) UU PPh.
c. Biaya/pengurangan yang tidak di perbolehkan sebagai penghasilan bruto
seperti pembayaran imbalan dalam bentuk natura, sumbanga,
biaya/pengeuaran untuk kepentingan pribadi pemilik, cadangan atau
pemupukan dana cadangan, pajak penghasilan, dan biaya atau
pengurangan lain yang tidak di perbolehkan (nondeductible expencess)
menurut fiskal sesuai Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
Perbedaan waktu terjadi karena perbedaan waktu pengakuan pendapatan
dan biaya dalam menghutung laba. Suatu biaya atau penghasilan telah diakui
menurut akuntansi konversial dan belum diakui menurut fiskal, atau sebaliknya.
Perbedaan ini bersifat sementara karena akan tertutup pada periode sesudahnya.
Contah perbedaan ini, antara lain Pengakuan piutang tak tertagih, penyusutan
harta berwujud, amortisasi harta
20
Memperjelas ini diambil satu contoh, yaitu penyusutan harta berwujud yang
mengakibatkan perbedaan bersifat sementara (waktu). Suatu harta berwujud
mempunyai harga perolehan Rp.500.000.000. Menurut ketentuan fiskal harta
berwujud tersebut termasuk Nonbagunan Kelompok 1 (masa manfaat 4 tahun),
sedangkan menurut akuntansi komersial ditaksir mempunyai Umur ekonomis 5
tahun. Menurut akuntansi komersial, besarnya penyusutan setiap tahun adalah
Rp.100.000.090 (=Rp.500.000.000+ 3) sedangkan menurut fiskal sebesar Rp.125.
000.000 (=Rp.500.000.000+4). Perbedaan penyusutan ini mengakibatkan laba
tahun pertama sampai dengan keempat menurut akuntansi komersial lebih tinggi
sebesar Rp.25.000.000 dibandingkan dengan laba tahun pertama sampai dengan
keempat menurut fiskal Jumlah perbedaan selama empat tahun tersebut sebesar
Rp.100.000.000 (=4 tahun x Rp.25.000.000). Pada akhir tahun kelima tidak
dijumpai biaya penyusutan dalam laporan laba rugi fiskal, sedangkan dalam
laporan laba rugi komersial, masih terdapat biaya penyusutan sebesar
Rp.100.000.000. Dengan asumsi tidak ada perbedaan biaya dan penghasilan lain
menurut akuntansi dan fiskal, setelah akhir tahun kelima jumlah biaya penyusutan
menurut akuntansi (5 xRp.100.000.000) sama dengan fiskal menurut fiskal (4 x
Rp.125 000.000) Untuk lebth jelas lihat tabel berikut ini:
10. Teknik Rekonsiliasi Fiskal
Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui
menurat fiskal rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah
penghasilan tersebut dan penghaslan menurut akuntansi, yang berarti
mengurangi laba menurut akuntansi.
21
2. Jika suatu penghansilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui
menurut fiskal rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah
penghasilan tersebut pada penghasilan menurut akuntansi, yang berarti
menambah laba menurut akuntansi.
3. Jika suatu biaya/pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui
sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi
dilakukan dengan mengurangkan sejumlah biaya/pengeluaran tersebut
dan biaya menurut akuntansi yang berarti menambah laba menurut
akuntansi.
4. Jika satu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi dakui
sebagai pengeluaran penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi
dilakukan dengan menambahkan sejumlah biaya/pengeluaran tersebut
pada biaya menurut akuntansi. kerja rekonsiliasi fiskal dapat dibuat dengan
format sebagai berikut.
Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20xx
Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi positif apabila:
Laba Bersih (menurut akuntansi komersial) xx
Koreksi Positif:
- xx
- xx
- xx
Total koreksi positif xx(+)
Koregsi Negatif:
- xx
- xx
Total koreksi negatif xx(-)
Laba (penghasilan) kena pajak (menurut fiskal) xx
22
1. Pendapatan menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau
suatu penghasilan diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut
akuntansi.
2. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi
atau suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut takal fiskal tetapidiakui
menurut akuntansi.
Perbedaan dimasukkan sebaga koreksi sebagai negatif apabila:
1. Pendapatan menurut fiskal Iebih kecil daripada menurut akuntansi atau
suatu penghasilan tidak diakui menurut fiskal (bukan Obyek Pajak) tetapi
diakui menurut akuntansi.
2. Biaya / pengeluaran menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi
atau suatu biaya/pengeluaran diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui
menurut akuntansi.
3. Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final.
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak badan dan Wajib Pajak orang
pribadi yang wajib menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
pendekatan akuntansi (komersial). Rekonsiliasi fiskal dilakukan untuk
mempermudah pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh dan
menyusun laporan keuangan fiskal sebagai lampiran SPT Tahunan PPh
Rekonsiliasi yang dibahas dalam buku ini hanya dibatasi pada rekonsiliasi laporan
laba rugi.
11. Rekonsiliasi Fiskal Dan Kasus Pengisian Spt
Pengertian, fungsi, jenis, dan hal hal lain yang berkaitan dengan SPT
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Oleh karena itu, dalam begian ini
23
langsung membahas kasus kasus yang berkaitan dengan pengisian SPT Tahunan
PPh kasus pengisian SPT Tahunan PPh dikelompokkan menjadi:
1) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan (1771):
2) SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dan usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan
pembukuan atau norma perhitungan penghasilan neto, dari satu
usaha atau lebih pemberi kerja, yang dikenakan PPh final dan/atau
bersifat final, dan dari penghasilan lain (1770).
3) SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari suatu atau lebih pemberi kerja, dalam negeri
lainnya, dan yang dikenakan PPh final dan/atau bersifat final
(1770S):
4) SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai
penghasilan dari satu pemberi kerja dengan penghasilan bruto tidak
melebihi Rp60.000.000 (1770 SS).
Bentuk dan Isi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan SPT tahunan PPh
Wajib Pajak badan terdiri atas Induk SPT dan lampiran lampiran yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan Induk SPT dan lampiran lampirannya masing
masing diberi nomor, kode, dan nama pormulir sebagai berikut:
Kode
Formulir
Nama formular Keterangan
1771 Surat Pemberitahuan Tahunan PPh WP Badan Induk SPT
1771-I Perhitungan penghasilan Neto Fiskal Lampiran I
24
1771-II Perincian Harga Pokok Penjualan, Biaya Usaha
Lainnya, dan Biaya dari Luar Usaha secara
komersial
Lampiran II
1771-III Kredit Pajak Dalam Negeri Lampiran III
1771-IV PPh Final Penghasilan yang Tidak Termasuk Objek
Pajak
Lampiran IV
1771-V • Daftar Pemegang Saham/Pemilik Modal dan
Jumlah Dividen yang di bagikan
• Daftar Sususnan Pengurus dan Komisaris
Lampiran V
1771-VI • Daftar Peryataan Modal pada Perusahaan
Afiliasi
• Daftar Utang dari Pemegang Saham dan/atau
perusahaan Afiliasi
• Daftar Piutang kepada Pemegang Saham
dan/atau Perusahaan Afiliasi
Lampiran VI
Lampiran khusus, yang terdiri atas:
1. Lampiran Khusus 1 A tentang Daftar Penyusutan dan Amortisasi
Fiskal
2. Lampiran Khusus 2 A tentang Penghitungan Kompensan Kerugian
Piskal.
3. Lampiran Khusus 3 A tentang Pernyataan Transaksi dengan Pihak
Memiliki Hubungan Istimewa.
25
4. Lampiran Khusus 3 A 1 tentang Pernyataan Transaksi dalam
Hubungan Istimewa,
5. Lampiran Khusus 3 A-2 tentang Pernyataan Transaku dengan
Pihak yang Merupakan Penduduk Negara Tax Haven Country,
6. Lampiran Khusus 4 A tentang Fasilitas Penanaman Modal,
7. Lampiran Khusus 5 A tentang Daftar Utara Cabang Perusahaan,
8. Lampiran Khusus 6 A tentang Penghitungan PPh Pasal 26 ayat (4)
9. Lampiran Khusus 7 A tentang Kredit Pajak Luar Negeri.
10. Lampiran Khusus 8A tentang transkip kutipan ebemen elemen dari
laporan keuangan, meliputi:
a. Lampiran 8A-1 untuk perusahaan manufaktur
b. Lampiran 8A-2 untuk perusahaan dagang,
c. Lampiran 8A-3 untuk bank konvensional
d. Lampiran 8A-4 untuk bank syariah,
e. Lampiran 8A-5 untuk perusahaan asuransi:
f. Lampiran 8A-6 untuk perusahaan non-kualifikasi.
B. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan judul penelitian Analisis Selisih Laba Akuntansi dan Laba
Fiskal terhadap Persistensi Laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan
judul tersebut yang disajikan.
26
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian Perbedaan Hasil Penelitian
1. Suwandika
dan Astika
(2013)
Pengaruh
perbedaan, laba
akuntansi, laba
fiskal,
Tingkat hutang
pada persistensi
laba
Variabel:
Aliran kas
(X2),
Komponen
akrual (X3).
Objek
Penelitian:
Perusahan
manufaktur
Yang
Terdaftar di
BEI.
LNBTD tidak terbukti
memiliki persistensi laba
lebih rendah disbanding
perusahaan dengan
small,book-tax
differences,,,LPBTD
terbukti memiliki
persistensi laba lebih
rendah dibanding
perusahaan dengan
small book tax
differences.
2. Erika Ratih
Winadarti
(2015)
Pengaruh Book
Tax Differences
dan Arus Kas
terhadap
Pertumbuhan
Laba” dengan
variabel kontrol
ROA, ukuran
perusahaan
pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia (BEI)
periode 2011-
2013
Arus Kas,
variabel
kontrol
ROA,
ukuran
perusahaan
Perbedaan temporer
memiliki hubungan
positif signifikan dengan
pertumbuhan laba.
3. Tuti Nur
Asma
(2013)
Pengaruh Aliran
Kas dan
Perbedaan
Antara Laba
Akuntansi
dengan Laba
Fiskal Terhadap
Persistensi Laba
Variabel:
komponen
akrual (X3).
Tahun
penelitian
2013-2017
Aliran kas operasi
berpengaruh signifikan
positif terhadap
persistensi Laba,
perbedaan laba
akuntansi dan laba fiskal
berpengaruh signifikan
negative terhadap
persistensi lab
27
4. Anik
Setianingsih
(2014)
Pengaruh
Perbedaan Laba
Akuntansi dan
Laba Fiskal,
discretionary
accrual, dan
Aliran Kas
Terhadap
Persistensi Laba
(Studi Empiris
pada
Perusahaan
Manufaktur di
BEI)
Tahun
penelitian
Boox tax difference
dengan proksi beban
pajak tangguhan dan
discretionary accrual
berpengaruh signifikan
negative terhadap
persistensi laba dan
aliran kas berpengaruh
signifikan positif
terhadap persistensi
laba.
5. Deni
Yasnita
(2017)
Volalitas arus
kas, volalitas
penjualan, aliran
kas operasi, dan
komponen
akrual terhadap
persistensi laba
(Studi Empiris
Pada
Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Dalam
Index Saham
Syariah
Indonesia (ISSI)
Tahun
20112015)
Pada
perusahaan
manufaktur
dan Tahun
penelitian.
Pada
Variabel
volalitas
arus kas,
volalitas
penjualan
Large negative book tax
difference, Large positif
book tax difference,
volalitas arus kas dan
Volatilitas penjualan
tidak berpengaruh
terhadap persistensi
laba, Arus kas operasi
dan komponen akrual
berpengaruh terhadap
persistensi laba
6. Sabrina
Anindita
Putri (2017)
Pengaruh Aliran
Kas Operasi,
Book Tax
Differences, dan
Tingkat Hutang
Terhadap
Persistensi Laba
Peneliti
tidak ada
variabel
tingkat
hutang.
Kemudian
peneliti
menambah
variabel
komponen
akrual
Variabel aliran kas
operasi, Variabel tingkat
hutang memiliki
pengaruh positif
signifikan terhadap
persistensi laba.
Variabel perbedaan
temporer tidak memiliki
pengaruh signifikan
terhadap persistensi
laba.
28
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian penelitian yang dilakukan Deni
Yasnita (2017) yang menyatakan bahwa Beda Waktu temporer tidak berpengaruh
terhadap persistensi laba Hasil Penelitian ini tidak sejalan dengan Erlend Kvaal
dan Christopher Nobes (2013) "The development of book-tax differences in seven
major countries: Australia, Canada, France, Germany, Japan, the UK and the
USA.", Erika Ratih Winadarti (2015) yang berjudul “Pengaruh Book Tax
Differences dan Arus Kas terhadap Pertumbuhan Laba” , ukuran perusahaan
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2011-2013 mengambarkan bahwa Perbedaan temporer memiliki
hubungan positif signifikan dengan pertumbuhan laba.
Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Tuti Nur Asma (2013) yang
berjudul Pengaruh Aliran Kas dan Perbedaan Antara Laba Akuntansi dengan
Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba yang menyatakan perbedaan laba
akuntansi dan laba fiskal berpengaruh secara negatif signifikan terhadap
persistensi Laba
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan tentang
suatu topik yang akan dibahas.
29
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka Konseptual diatas memperlihatkan bahwa
Persistensi Laba sebagai laporan keuagan diduga akan dipengaruhi oleh Beda
Waktu Temporer dan Beda Tetap Perusahaan Teknik analisis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif yaitu perbandingan, atas
perubahan, pertumbuhan antara Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal dan
Persistensi laba pada tahun 2014 sampai dengan 2019 yang pada kesimpulan
penelitian ini akan di ketahui bagaimana pengaruh Selisih Laba Akuntansi dan
Laba Fiskal pada Persistensi laba khususnya pada PT Charoen Popkhand
Indonesia Tbk dan akan di kaitkan dengan hasil penelitian terdahulu yang hasilnya
berlaku untuk umum atau general.
Persistensi Laba
Beda Waktu
Temporer
Beda Tetap
Permanen
Perusahaan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif deskriptif, penelitian kuantitatif deskriptif adalah penelitian yang
menggunakan data berupa angka-angka yang dapat dihitung secara statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data atau
menggambarkan data yang telah berkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi
(Sugiyono 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Selisih laba
akuntansi dan laba Fiskal Terhadap Persisten Laba (Studi Kasus PT Charoen
Popkhand Indonesia Tbk).
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga objek dan benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu (Sugiyono 2014).
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan PT Charoen Popkhand Indonesia
Tbk.
31
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakter yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul repsentatif Mewakili
(Sugiyono 2014). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan
keuangan tahun 2013-2019 PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk.
Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang tidak
diperoleh secara langsung dari institusi yang bersangkutan. Sumber data
sekunder yang dipergunakan adalah laporan keuangan dari perusahaan
manuf1aktur yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia.
1
Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data sekunder sehingga
metode pengumpulannya dengan metode dokumentasi. Menurut Arikunto (2015),
metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya. Dengan demikian langkah yang dilakukan adalah
dengan cara mencatat seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini
sebagaimana yang tercantum dalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh
Bursa Efek Indonesia di 2019.
Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah batasan pengertian tentang variabel yang
didalamnya sudah mencerminkan indikator-indikator yang akan digunakan untuk
32
mengukur variabel yang bersangkutan.
a. Variabel dependen (terikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel
bebas. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah persistensi
laba. Pengukuran persistensi laba memfokuskan pada koefisien regresi laba
sekarang terhadap laba sebelumnya. Hubungan tersebut dapat dilihat dari
koefisien slope regresi antara laba sekarang dengan laba sebelumnya. Adapun
rumus yang dipakai dalam mengukur persistensi laba adalah mengacu pada
penelitian sebelum nya yang dilakukan (Sabrina, 2017) yaitu:
(Laba sebelum pajak t – laba sebelum pajak t-1) : total Aktiva.
b. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen yang terdapat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal (Book Tax Differences).
Menurut Barus dan Rica (2014) dimana perbedaan laba keuangan akuntansi
(komersial) dengan laporan keuangan fiskal adalah suatu perbedaan yang terjadi
karena tidak semua peraturan akuntansi dalam standar akuntansi keuangan
diperoleh dalam peraturan pajak. Menurut Hasan, et. al (2014:152) Book Tax
Dif1ferences dalam penelitian diproksikan oleh perbedaan temporer dan
perbedaan permanen.
a) Perbedaan temporer
Perbedaan temporer adalah perbedaan yang timbul sebagai akibat
perbedaan waktu pengakuan atas pendapatan dan biaya menurut Standar
33
Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Perpajakan. (Rafitaningsih, 2015)
Perbedaan Temporer = Jumlah perbedaan temporer: Total Aktiva
b) Perbedaan Permanen
Perbedaan permanen adalah perbedaan perlakuan terhadap penghasilan
dan biaya dimana penghasilan dan biaya diakui oleh akuntansi komersial, tetapi
tidak diakui oleh akuntansi perpajakan. Konsekuensinya penghasilan dan biaya
tersebut harus dikeluarkan dari laporan laba rugi ketika menghitung pendapatan
kena pajak. Perbedaan permanen terdiri dari beberapa diantaranya penghasilan
yang telah dipotong PPh final, penghasilan yang bukan merupakan objek pajak,
pengeluaran yang termasuk dalam non deductible expense dan tidak termasuk
dalam deductible expense. Perbedaan permanen dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Perbedaan Permanen = Jumlah perbedaan Permanen: Total Aktiva
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
yaitu perbandingan, perubahan, pertumbuhan antara Selisih Laba Akuntansi dan
Laba Fiskal terhadap Persistensi laba pada tahun 2014 sampai dengan 2019.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan Galeri investasi Bursa Efek Indonesia Unismuh
Makassar yang ber Alamat di Jalan Sultan Alauddin No.259 Makassar 90221,
Penelitian ini dilakukan 2 bulan terhitung bulan Juni 2020 sampai Juli 2020.
Bursa efek Indonesia sebagai fasilitator dan regulator pasar modal di
Indonesia memiliki komitmen untuk menjadi Bursa Efek yang sehat dan berdaya
saing global. Penerapan komitmen CG yang baik atau biasa disebut Good
Corporate Governance (GCG) terkandung pada misi Perusahaan yaitu menciptakan
daya saing untuk menarik investor dan emiten melalui pemberdayaan Anggota
Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta
penerapan good governance.
BEI telah berhasil menerapkan pedoman, kerangka kerja serta prinsip-
prinsip CG secara efektif dan efisien dalam kegiatan operasional Perusahaan dan
senantiasa memperbaiki praktik CG di masa yang akan datang. Manfaat dari
penerapan GCG dapat berdampak positif pada terciptanya akuntabilitas
Perusahaan, transaksi yang wajar dan independen, serta kehandalan dan pening
katan kualitas informasi kepada publik, Tujuan BEI menerapkan CG yaitu:
1. Sebagai pedoman bagi Dewan Komisaris dalam melaksanakan pengawasan
dan pemberian saran-saran kepada Direksi dalam pengelolaan Perusahaan.
35
2. Sebagai pedoman bagi Direksi agar dalam menjalankan kegiataan sehari-hari
Perusahaan dilandasi dengan nilai moral yang tinggi dengan memperhatikan
Anggaran Dasar, etika bisnis, perundang-undangan dan peraturan yang
berlaku lainnya.
3. Sebagai pedoman bagi jajaran manajemen dan karyawan BEI dalam
melaksanakan kegiatan maupun tugasnya sehari-hari sesuai dengan prinsip-
rinsip CG.
Adapun Visi Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut.
“Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
Adapun Misi Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut.
“Menyediakan infrastruktur untuk mendukung terselengaranya perdagangan efek
yang teratur, wajar, dan efisien serta mudah diakses oleh seluruh pemangku
kepentingan (strakeholders).”
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk adalah produsen terbesar di
Indonesia dalam bidang pakan ternak, pengadaan anak ayam dan daging ayam
olahan. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1972 ini merupakan pabrik
penggilingan terbesar pertama di Jakarta yang menyediakan pakan ternak
berkualitas tinggi. Saat ini, telah berkembang menjadi perusahaan yang fokus
pada agrobisnis yang menjangkau seluruh aspek peternakan ayam, PT Charoen
Pokphand Indonesia Tbk mulai dari produksi pakan ternak berkualitas, hingga
pembudidayaan ternak yang tahan terhadap penyakit dan juga produksi produk
ternak unggas yang berkualitas tinggi. Perusahaan ini juga mendominasi produksi
dan penyediaan ayam petelur serta ayam broiler di Indonesia.
36
Laba PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 2017 2,4 M di tahun
2018 sebesar 4,5 M dan di tahun 3,6 M Hasil analisis menunjukkan bahwa
profitabilitas PT.Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Mengalami Fluktuasi kenaikan
dan penurunan. laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan
kelanjutan laba (sustainable earning), dapat mempertahankan jumlah laba dimasa
depan, relevan, dan reliable. Kelanjutan laba maksudnya adalah kemampuan laba
untuk dapat bertahan dimasa depan. Oleh karena itu laba yang perlu diperhatikan
oleh para calon maupun investor bukan hanya laba yang tinggi, namun juga yang
persisten. Persistensi laba adalah laba yang dapat digunakan sebagai indikator
future earnings.
37
Gambar 4.1 Struktur organisasi Galeri Bursa Efek Indonesia. (sumber
idx.co.id)
1.
Devis
i risert
2.
Devis
i
pengem
bangan
bis
nis
3.
Devis
i_in
kubasi
bis
nis
4.
Devis
i
pengem
bangan
pasar
5.
Devis
i_pasar
modal syariah
Dir
ektu
r
Devis
i p
en
eg
elo
laan
str
ate
gi
peru
sah
aan
dan
an
ak
peru
sah
aaa
n
Dir
ek
tora
t
ke
ua
ng
an
da
n
su
mb
er
daya
ma
nu
sia
Dir
ekto
rat
pen
gem
ba
ng
an
Se
ke
rtari
s
peru
sa
haa
n
Devis
i
Hu
ku
m
Dir
ekto
rat
pen
ilaia
n
Dir
ekto
rat
perd
ag
an
ga
n
dan
pen
gelo
laan
an
gg
ota
bu
rsa
Dir
ekto
rat
pen
gaw
asan
tran
saksi
dan
kep
atu
han
Dir
ek
tora
t
tek
no
log
i
nte
rnal
dan
ma
na
jme
n
ris
iko
Satu
an
pe
me
rik
sa
inte
rna
l
1.
Devis
i la
yanan
da
n
pe
ng
em
ba
ng
an
pe
rusa
haa
n
terc
ata
t.
2.
Devis
i
penila
ina
n
pe
rusa
haa
n 1
3.
Devis
i
pe
nila
ina
n
pe
rusa
haa
n 2
4.
Devis
i
pe
nila
ina
n
peru
sahaa
n 3
Devis
i
pengatu
ran
dan
pem
anta
uan
anggota
burs
a
dan p
art
isip
ant.
1.
Devis
i la
yanan
data
.
Devis
i
opera
sio
nal
perd
agangan
1.
Dev
isi
kep
atu
han
d
an
An
ggo
ta
Bu
rsa.
2
.D
evis
i P
enga
was
anTr
ansa
ksi.
1.
Dev
isi
stra
tegi
d
an t
ran
sfo
rmas
i
dig
ital
. 2
.D
evis
i p
enge
mb
anga
n
TI
3.
Dev
isi
pen
gem
ban
gan
TI
_(P
enge
mb
anga
n_d
an
pen
du
kun
gnya
)
4.
Man
ajm
en
Ris
iko
1.
Dev
isi
keu
anga
n
dan
A
kun
tan
si.
2.
Dev
isi
sum
ber
D
aya
Man
usi
a.
3.
Dev
isi U
mu
m.
38
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis selisih laba akuntansi
dan laba fiscal terhadap persistensi laba, perusahaan yang menjadi objek pada
penelitian ini yaitu PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
Nama : PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
Alamat : Jl. Ancol VIII/1, Kelurahan Ancol Kecematan Pademangan,
Jakarta Utara, DKI Jakarta, Indonesia.
Telepon : 62-21-6919999
Faksimili : 62-21-6907324
Riwayat Singkat
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (“Perseroan’’) didirikan di indonesia
dengan nama PT Charoen Pokphand Indonesia Animal Feedmil Co. Limited,
berdasarkan akata pendirian yang dimuat dalam Akta No.6 tanggal 7 Januari 1972,
yang di buat di hadapan Drs. Gde Ngurag Rai, SH, Notaris di Jakarta,
sebagaimana telah di ubah dengan Akta No. 5 tanggal 7 Mei 1973 yang d buat di
hadapan Notaris yang sama. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No YA-5/197/21 tanggal
9 juni 1973 dan telah didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat di bawah No. 2289 tanggal 26 Juni 1973, Serta telah diumumkan dalam
Berita Negara No. 65 tanggal 14 Agustus 1973, Tambahan No. 573.
Anggaran Dasar Perseorangan tersebut telah d ubah, terakhir dengan Akta
Notaris Fathiah Helmi, SH No.94 tanggal 19 Juni 2015 Akta tersebut telah di terima
dan di catat oleh kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dalam Surat No. AHU-AH.01.03-0949604 tanggal 19 juni 2015.
VISI DAN MISI
Visi: Menyediakan pangan bagi dunia yang berkembang.
39
Misi: Memproduksi dan menjual pakan, anak ayam usia sehari dan makanan
olahan yang memiliki kualitas tinggi dan berinovasi.
KEGIATAN USAHA
Berdasarkan Angggaran Dasar terakhir, Kegiatan usaha Perseoran adalah:
a. Kegiatan usaha utama adalah :
- Industri makanan ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta
pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam
dan sapi, termasuk unit-unit Cold strorage.
- Menjual makanan ternak, makanan, daging ayam dan sapi, bahan-bahan
asal hewan di wilayah Republik Indonesia, maupun keluar negeri dengan
sejauh diizinkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Kegiatan penunjang adalah:
- Mengimpor dan menjual bahan-bahan baku dan bahan-bahan farmasi.
- Memproduksi dan menjual karung atau kemasan palastik, peralatan industri
dari plastik, alat-alat perternakan dan alat-alat rumah tangga dari plastik
sesuai dengan perizinan yang dimiliki dan tidak betentangan dengan
peraturan di bidang penanaman modal.
- Melakukan perdagangan besar pada umumnya termasuk ekspor impor,
perdagangan interinsular atau anatar pulau atau antar daerah.
- Melakukan pengangkutan barang-barang pada umumnya, baik
pengangkutan darat, perairan, laut dan udara.
- Menjalankan usaha pergudangan dan pusat distribusi.
Produk utama yang di hasilkan oleh Perseoran dan entitas anaknya adalah ternak,
ayam pedaging, anak ayam usia sehari komersial dan daging ayam olahan.
40
STRUKTUR ORGANISASI
Gambar 4.3 Stuktur PT Charoen Popkand Indonesia Tbk
ORGANIZATION STRUCTURE
GENERAL MEETING OF SHARELODERS
DRECTORS
Presdident Director: Tjiu Thomas Effendy
Vice President Director: Peraphon Prayooravong
Vice President Director: Vinai Rakphongphairoj
Director: Ong Mei Siang
Director: Eddy Dharmawan Mansjoer
Director: Ferdiansyah Gunawan Tjoe
BOARD OF COMMISIONERS
President Commissioner : Hadi Gunawan Tjoe
Vice President Commissioner: Rusmin Ryadi
Independent Commissioner: Suparman S.
AUDIT COMMITE
NOMINATION & REMUNERATION COMMITE
Regional Head – Sumatera
Regional Head – Java 1
Regional Head – Java 2
Regional Head – Java 3
Regional Head – Other Islands 1
Regional Head – Other Islands 2
Head – Internal Audit
Head – Procurement
Head – Human Capital
Head – Information Technology
41
1. Laba Akuntansi PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk
Persistensi laba merupakan revisi laba yang diharapkan dimasa yang akan
datang yang diimplikasikan melalui laba tahun berjalan. Adapun laba lima tahun
PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk terakhir adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data laba Akuntansi PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk (dalam
Jutaan).
Tahun Laba Akuntansi
2014 Rp. 1.746.644
2015 Rp. 1.736.178
2016 Rp. 2.251.813
2017 Rp. 2.496.787
2018 Rp. 4.551.485
2019 Rp. 3.632.174
Gambar 4.3 Grafik Laba PT Charoen Popkand Indonesia Tbk
Sumber: Laporan keuangan PT Charoen Popkand Indonesia Tbk
Berdasarkan tabel 4.1 Laba yang di dapatkan PT Charoen Popkand
Indonesia Tbk selama lima tahun terakhir berada pada kisaran angka 1.5 T hingga
0
2.000.000
4.000.000
6.000.000
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1.746.644 1.736.1782.251.813 2.496.787
4.551.4853.632.174
Laba Akuntansi PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk
(Dalam Jutaan)
42
4.5 T Berdasarkan tabel tersebut dilihat dari tahun 2014 sampai dengan 2019 laba
di atas termasuk laba yang persisten atau dapat menjelaskan kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba saat ini dan laba masa
mendatang yang dihasilkan oleh perusahaan secara berulang-ulang dalam jangka
panjang karena laba yang didapat kan tidak mengalami penurunan yang
signifikan. Semakin persisten laba maka semakin tinggi harapan peningkatan laba
di masa mendatang. Meskipun laba yang di dapat kan mengalami nilai yang
fluktuatif namun kisaran laba mengalami peningkatan yang tanpa terjadinya
penurunan laba yang begitu signifikan.
2. Beda Waktu Temporer
Beda waktu Temporer adalah perbedaan yang timbul karena adanya
perbedaan waktu pengakuan atas pendapatan dan biaya menurut Standar
Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Perpajakan. Menurut (Rafitaningsih, 2015) Perbedaan temporer dapat dibagi
menjadi perbedaan waktu positif dan perbedaan waktu negatif. Perbedaan waktu
positif terjadi karena adanya pengakuan beban untuk akuntansi lebih lambat dari
pengakuan beban untuk pajak atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak
lebih lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi. Perbedaan
waktu negatif terjadi jika ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari
pengakuan beban akuntansi komersial atau akuntansi penghasilan mengakui
penghasilan lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan pajak.
Untuk tujuan pelaporan keuangan, pendapatan diakui ketika diperoleh dan biaya
diakui pada saat terjadinya (accrualbasic). Menurut Persada (2010) perbedaan
43
Temporer sebagai indikator book-tax differences didapat dari laporan keuangan
pada bagian rekonsiliasi fiskal dan dibagi dengan total aktiva.
Perbedaan Temporer = Jumlah perbedaan temporer: Total Aktiva
Tabel 4.2 Perbedaan waktu temporer laporan keuangan PT Charoen Popkhand
(disajikan dalam jutaan Rupiah)
Tahun Keterangan / Nama Akun Nilai Nominal Total Aktiva
Nilai Indikator
perbedaan
Temporer
2014
Penyisihan imbalan kerja karyawan – neto
Rp. 29.736
Rp.20.862.439 0,000431
Laba penjualan Aktiva tetap Rp. 127
Rugi penurunan nilai piutang Rp. 9.937
Laba yang belum terealisasi transaksi komoditas berjangka
Rp. 34.630
Penyusutan Rp (65.433)
Total Rp. 8.997
2015
Penyisihan imbalan kerja karyawan – neto
Rp. 25.982
Rp.24.684.915 -0,00280
Laba penjualan Aktiva tetap Rp. 990
Rugi penurunan nilai piutang Rp. 17.502
Laba yang belum terealisasi transaksi komoditas berjangka
Rp. (25.170)
Penyusutan Rp. (88.552)
Total Rp. (69.248)
2016
Penyisihan imbalan kerja karyawan – neto
Rp. 25.925
Rp.24.204.994 -0,00127
Cadangan kematian ayam pembibit turunan
Rp. 1.786
Laba penjualan Aktiva tetap Rp. 140
Rugi penurunan nilai piutang Rp. 14.174
Laba yang belum terealisasi transaksi komoditas berjangka
Rp. (10.011)
Penyusutan Rp. (62.987)
44
Total Rp (30.973)
2017
Laba yang belum terealisasi transaksi komoditas berjangka
Rp. 138
Rp.24.522.593 -0,000417
Laba yang belum terealisasi Rp. 9.008
Penyisihan imbalan kerja – neto
Rp. 2.371
Penurunan kerugian nilai piutang
Rp. (1.778)
Cadangan penurunan nilai ayam pembibit turunan
Rp. (4.620)
Laba penjualan Aktiva tetap Rp. (446)
Penyusutan Rp. (14.917)
Total Rp. (10.244)
2018
Laba yang telah (belum) terealisasi transaksi komoditas berjangka
Rp. (1.683)
Rp.27.645.118 -0,00234
Penyusutan Rp. (60.244)
Laba penjualan Aktiva tetap Rp. (1.105)
Laba yang telah (belum) terealisasi transaksi komoditas berjangka
Rp. (1.683)
Total Rp. (64.715)
2019
Penyisihan imbalan kerja
karyawan – neto
Rp. 10.229
Rp.29.353.041 0,00135
Cadangan penurunan nilai
Aktiva biologis
Rp. 3.319
Penyisihan (pemulihan) atas
penurunan nilai piutang
Rp. 59.372
Laba yang telah (belum)
terealisasi transaksi
komoditas berjangka
Rp. 1.683
Penyusutan Rp. (35.304)
Laba penjualan Aktiva tetap Rp. 395
Total Rp. 39.694
Sumber: Laporan keuangan PT Charoen Popkand Indonesia Tbk
Berdasarkan tabel 4.2 dapat di jelaskan data sebagai berikut:
a. Pada tahun 2014 Jumlah perbedaan temporer adalah sebesar Rp. 8.9 M hal
ini berarti jumlah perbedaan Laba yang diakui berdasarkan Peraturan
45
Perpajakan untuk perbedaan yang timbul karena adanya perbedaan waktu
pengakuan atas pendapatan dan biaya adalah sebesar Rp. 8.9 M sehingga
dapat disimpulkan bahwa selisih laba Akuntansi dan laba Fiskal untuk selisih
temporer menambah laba Fiskal yang berarti laba yang di kenakan pajak pun
jumlahya bertambah dari laba Akuntansi dan Nilai indikator perbedaan
temporer adalah 0,000431.
b. Pada tahun 2015 Jumlah perbedaan temporer adalah sebesar Rp.(69,2) M
hal ini berarti jumlah perbedaan Laba yang diakui berdasarkan Peraturan
Perpajakan untuk perbedaan yang timbul karena adanya perbedaan waktu
pengakuan atas pendapatan dan biaya adalah sebesar Rp.(69,2) sehingga
dapat disimpulkan bahwa selisih laba Akuntansi dan laba Fiskal untuk selisih
temporer mengurangi laba Fiskal yang berarti laba yang di kenakan pajak pun
jumlahya berkurang dari laba Akuntansi dan Nilai indikator perbedaan
temporer adalah -0,00280.
c. Pada tahun 2016 Jumlah perbedaan temporer adalah sebesar Rp.(30.9) M
hal ini berarti jumlah perbedaan Laba yang diakui berdasarkan Peraturan
Perpajakan untuk perbedaan yang timbul karena adanya perbedaan waktu
pengakuan atas pendapatan dan biaya adalah sebesar Rp.(30.9) sehingga
dapat disimpulkan bahwa selisih laba Akuntansi dan laba Fiskal untuk selisih
temporer mengurangi laba Fiskal yang berarti laba yang di kenakan pajak pun
jumlahya berkurang dari laba Akuntansi dan Nilai indikator perbedaan
temporer adalah -0,00127.
d. Pada tahun 2017 Jumlah perbedaan temporer adalah sebesar Rp.(10.2) M
hal ini berarti jumlah perbedaan Laba yang diakui berdasarkan Peraturan
Perpajakan untuk perbedaan yang timbul karena adanya perbedaan waktu
46
pengakuan atas pendapatan dan biaya adalah sebesar Rp.(10.2) M sehingga
dapat disimpulkan bahwa selisih laba Akuntansi dan laba Fiskal untuk selisih
temporer mengurangi laba Fiskal yang berarti laba yang di kenakan pajak pun
jumlahya berkurang dari laba Akuntansi dan Nilai indikator perbedaan
temporer adalah -0,000417
e. Pada tahun 2018 Jumlah perbedaan temporer adalah sebesar Rp.(64.7) M
hal ini berarti jumlah perbedaan Laba yang diakui berdasarkan Peraturan
Perpajakan untuk perbedaan yang timbul karena adanya perbedaan waktu
pengakuan atas pendapatan dan biaya adalah sebesar Rp.(64.7) M sehingga
dapat disimpulkan bahwa selisih laba Akuntansi dan laba Fiskal untuk selisih
temporer mengurangi laba Fiskal yang berarti laba yang di kenakan pajak pun
jumlahya berkurang dari laba Akuntansi dan Nilai indikator perbedaan
temporer adalah -0,00234
f. Pada tahun 2019 Jumlah perbedaan temporer adalah sebesar Rp. 39.6 M hal
ini berarti jumlah perbedaan Laba yang diakui berdasarkan Peraturan
Perpajakan untuk perbedaan yang timbul karena adanya perbedaan waktu
pengakuan atas pendapatan dan biaya adalah sebesar Rp. 39.6 M sehingga
dapat disimpulkan bahwa selisih laba Akuntansi dan laba Fiskal untuk selisih
temporer menambah laba Fiskal yang berarti laba yang di kenakan pajak pun
jumlahya berkurang dari laba Akuntansi dan Nilai indikator perbedaan
temporer adalah 0,00135
3. Beda Waktu Permanen
Perbedaan permanen adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan
perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan menurut standar
akuntansi keuangan tanpa ada koreksi dikemudian hari. Misalnya, bunga deposito
47
diakui sebagai pendapatan dalam laba akuntansi tetapi tidak diakui sebagai
pendapatan dalam laba fiskal. Penghasilan dalam bentuk natura, bunga
sumbangan dan lain sebagainya. Menurut Persada (2010) perbedaan permanen
sebagai indikator book-tax differences didapat dari laporan keuangan pada bagian
rekonsiliasi fiskal dan dibagi dengan total aktiva.
Perbedaan permanen = Jumlah perbedaan permanen : Total Aktiva
Tabel 4.3 Perbedaan waktu permanen laporan keuangan PT Charoen Popkhand
(disajikan dalam jutaan Rupiah)
Tahun Keterangan / Nama Akun Nilai Nominal Total Aktiva
Nilai Indikator
perbedaan
Permanen
2014
Denda pajak -
Rp.20.862.439 0,00141
Gaji, upah dan
kesejahteraan pegawai Rp. 25.060
Beban bunga bukan objek
pajak Rp. 246
Hadiah dan sumbangan Rp. 13.288
Penghasilan yang pajaknya
bersifat final : Bunga Rp. (5.776)
Sewa Rp. (307)
Pendapatan lain – lain Rp. (3.034)
Total Rp. 29.477
2015
Gaji, upah dan
kesejahteraan pegawai
Rp. 25.302
Rp.24.684.915 0,00028
Beban bunga bukan objek
pajak
-
Hadiah dan sumbangan Rp. 16.701
Penghasilan yang pajaknya
bersifat final : Bunga
Rp. (9.869)
Sewa Rp. (335)
Penghasilan lain – lain Rp. 499
Total Rp. 6.996
48
2016
Hadiah dan sumbangan Rp. 21.623
Rp.24.204.994 0,00056
Penghasilan yang pajaknya
bersifat final : Bunga
Rp. (11.785)
Sewa Rp. (794)
Gaji, upah dan
kesejahteraan pegawai
-
Beban lain – lain Rp. 4.594
Total Rp. 13.638
2017
Bunga Rp. 11.628
Rp.24.522.593 -0,00356
Sewa Rp. 4.859
Hadiah dan sumbangan Rp. (9.245)
laba yang belum terealisasi Rp. 9.008
Penjualan Aktiva tetap yang
pajaknya bersifat final
Rp. (1.675)
Penghapusan rugi fiskal
pengampunan pajak
-
Gaji, upah dan
kesejahteraan karyawan
-
Penyisihan Aktiva pajak
tangguhan
Rp. (60.798)
Konpensasi rugi fiskal Rp. (28.276)
Pengampunan pajak -
Lain-lain Rp. (12.883)
Total Rp. (87.382)
2018
Hadiah dan sumbangan Rp. 40.524
Rp.27.645.118
0,00139
Penghasilan yang pajaknya
bersifat final : Bunga
Rp. (13. 492)
Sewa Rp. (5.411)
Beban lain-lain Rp. 3.466
Total Rp. 38.579
2019
Penghasilan yang pajaknya
bersifat final : Bunga
Rp. (6.201)
Rp.29.353.041 0,00077
Hadiah dan sumbangan Rp. 34.628
Sewa Rp. (6.762)
Beban pajak Rp. 115 283
Beban lain-lain Rp. 1.162
Total Rp. 22.827
Sumber: Laporan keuangan PT Charoen Popkand Indonesia Tbk
49
Berdasarkan tabel 4.3 dapat di jelaskan data sebagai berikut:
a. Pada tahun 2014 Jumlah perbedaan permanen adalah sebesar Rp. 29.4 M
hal ini berarti jumlah perbedaan Laba yang diakui berdasarkan Peraturan
Perpajakan untuk perbedaan yang timbul karena adanya perbedaan
pengakuan atas pendapatan dan biaya secara permanen tanpa adanya
koreksi dikemudian hari adalah sebesar Rp. 29.4 M sehingga dapat
disimpulkan bahwa selisih laba Akuntansi dan laba Fiskal untuk selisih
permanen menambah laba Fiskal yang berarti laba yang di kenakan pajak pun
jumlahya bertambah dari laba Akuntansi dan Nilai indikator perbedaan
temporer adalah 0,00141
b. Pada tahun 2015 Jumlah perbedaan permanen adalah sebesar Rp. 6.9 M hal
ini berarti jumlah perbedaan Laba yang diakui berdasarkan Peraturan
Perpajakan untuk perbedaan yang timbul karena adanya perbedaan
pengakuan atas pendapatan dan biaya secara permanen tanpa adanya
koreksi dikemudian hari adalah sebesar Rp. 6.9 M sehingga dapat
disimpulkan bahwa selisih laba Akuntansi dan laba Fiskal untuk selisih
permanen menambah laba Fiskal yang berarti l1aba yang di kenakan pajak
pun jumlahya bertambah dari laba Akuntansi dan Nilai indikator perbedaan
temporer adalah 0,00028
c. Pada tahun 2016 Jumlah perbedaan permanen adalah sebesar Rp.13.3 M hal
ini berarti jumlah perbedaan Laba yang diakui berdasarkan Peraturan
Perpajakan untuk perbedaan yang timbul karena adanya perbedaan
pengakuan atas pendapatan dan biaya secara permanen tanpa adanya
koreksi dikemudian hari adalah sebesar Rp. 13.3 M sehingga dapat
disimpulkan bahwa selisih laba Akuntansi dan laba Fiskal untuk selisih
50
permanen menambah laba Fiskal yang berarti laba yang di kenakan pajak pun
jumlahya bertambah dari laba Akuntansi dan Nilai indikator perbedaan
temporer adalah 0,00056
d. Pada tahun 2017 Jumlah perbedaan permanen adalah sebesar Rp. (87.3) M
hal ini berarti jumlah perbedaan Laba yang diakui berdasarkan Peraturan
Perpajakan untuk perbedaan yang timbul karena adanya perbedaan
pengakuan atas pendapatan dan biaya secara permanen tanpa adanya
koreksi dikemudian hari adalah sebesar Rp.(87.3) M sehingga dapat
disimpulkan bahwa selisih laba Akuntansi dan laba Fiskal untuk selisih
permanen mengurangi laba Fiskal yang berarti laba yang di kenakan pajak
pun jumlahya bertambah dari laba Akuntansi dan Nilai indikator perbedaan
temporer adalah -0,00356
e. Pada tahun 2018 Jumlah perbedaan permanen adalah sebesar Rp. 38.5 M
hal ini berarti jumlah perbedaan Laba yang diakui berdasarkan Peraturan
Perpajakan untuk perbedaan yang timbul karena adanya perbedaan
pengakuan atas pendapatan dan biaya secara permanen tanpa adanya
koreksi dikemudian hari adalah sebesar Rp. 38.5 M sehingga dapat
disimpulkan bahwa selisih laba Akuntansi dan laba Fiskal untuk selisih
permanen menambah laba Fiskal yang berarti laba yang di kenakan pajak pun
jumlahya bertambah dari laba Akuntansi dan Nilai indikator perbedaan
temporer adalah 0,00139
f. Pada tahun 2019 Jumlah perbedaan permanen adalah sebesar Rp. 22.8 M
hal ini berarti jumlah perbedaan Laba yang diakui berdasarkan Peraturan
Perpajakan untuk perbedaan yang timbul karena adanya perbedaan
pengakuan atas pendapatan dan biaya secara permanen tanpa adanya
51
koreksi dikemudian hari adalah sebesar Rp. 22.8 M sehingga dapat
disimpulkan bahwa selisih laba Akuntansi dan laba Fiskal untuk selisih
permanen menambah laba Fiskal yang berarti laba yang di kenakan pajak pun
jumlahya bertambah dari laba Akuntansi dan Nilai indikator perbedaan
temporer adalah 0,00077
4. Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliasi (koreksi) Fiskal adalah Proses Penyesuaian atas laba
komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan neto / laba
yang sesuai dengan ketentuan pajak. Perbedaan-perbedaan antara akuntansi dan
fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi beda tetap / permanen (permanen
differences) dan beda waktu / sementara (timing differences).
Tabel 4.4 Rekonsiliasi Fiskal (Dalam Jutaan)
Tahun Laba Akuntansi Beda
Temporer Beda Permanen Laba Fiskal
2014 Rp. 1.746.644 Rp.8.997 Rp.29.477 Rp.1.785.118
2015 Rp. 1.736.178 Rp.(69.248) Rp. 6.996 Rp.1.673.926
2016 Rp. 2.251.813 Rp.(30.973) Rp.13.638 Rp.2.234.478
2017 Rp. 2.496.787 Rp.(10.244) Rp.(87.382) Rp.2.399.161
2018 Rp. 4.551.485 Rp.(64.715) Rp.38.579 Rp.4.525.349
2019 Rp. 3.632.174 Rp.39.694 Rp.22.827 Rp.3.694.695
Sumber: Laporan keuangan PT Charoen Popkand Indonesia Tbk
5. Persistensi Laba
Persistensi laba merupakan laba yang mempunyai kemampuan sebagai
indikator laba periode mendatang yang dihasilkan oleh perusahaan secara
berulang-ulang dalam jangka Menurut Fanani (2010) Persistensi laba adalah
52
kondisi bahwa laba periode sekarang adalah refleksi dari periode masa depan
ataupun periode sekarang. Persistensi laba merupakan revisi laba yang
diharapkan di masa depan yang tercermin dari laba tahun berjalan. Adapun rumus
yang dipakai dalam mengukur persistensi laba adalah mengacu pada penelitian
sebelum nya yang dilakukan (Sabrina, 2017) yaitu:
(Laba sebelum pajak t – laba sebelum pajak t-1) : total Aktiva.
Tabel 4.5 Persistensi Laba (Dalam Jutaan)
Tahun Laba sebelum
pajak
Laba sebelum
pajak Tahun
sebelumnya
Total Aktiva Indikator
Persistensi
Laba
2014 Rp. 2.106.892 Rp. 3.451.333 Rp.20.862.439 -0,064443
2015 Rp. 2.185.208 Rp. 2.106.892 Rp.24.684.915 0,003172
2016 Rp. 3.983.661 Rp. 2.185.208 Rp.24.204.994 0,074300
2017 Rp. 3.225.705 Rp. 3.983.661 Rp.24.522.593 -0,030908
2018 Rp. 5.907.351 Rp. 3.225.705 Rp.27.645.118 0,097002
2019 Rp. 4.595.238 Rp. 5.907.351 Rp.29.353.041 -0,044701
Sumber: Laporan keuangan PT Charoen Popkand Indonesia Tbk
Berdasarkan tabel Tabel 4.5 Indikator Persistensi Laba nilai yang di
temukan setelah mengurangkan laba tahun berjalan dengan laba tahun
sebelumnya dan di bagikan dengan total aset maka nilai indikator Indikator
Persistensi Laba dari tahun 2014 sampai dengan 2019 adalah –(0,064443) sampai
dengan 0,097002, Sedangkan jika dilihat dari Laba Akuntansi 2014-2019 laba
pada PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk termasuk laba yang persisten karena
laba yang didapat kan tidak mengalami penurunan yang signifikan. Semakin
53
persisten laba maka semakin tinggi harapan peningkatan laba di masa
mendatang.
Hasil Analisis Data
1. Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal (Beda Waktu / Temporer)
terhadap Persistensi Laba
Perbedaan temporer merupakan perbedaan yang disebabkan oleh
perbedaan antara waktu pengakuan, peraturan, dan metode pencatatan
pendapatan dan biaya dalam menghitung laba perusahaan. Perbedaan temporer
terjadi karena ketentuan peraturan perpajakan terdapat penghasilan dan biaya
yang boleh dikurangkan dari periode sebelum, sekarang, dan sesudah.
Tabel 4.6 Analisis perbedaan laba temporer dan persistensi laba
Tahun Nilai Indikator Beda tetap Nilai Indikator Persistensi Laba
2014 0,00043 -0,064443
2015 -0,00280 0,003172
2016 -0,00127 0,074300
2017 -0,00041 -0,030908
2018 -0,00234 0,097002
2019 0,00135 -0,044701
Sumber: Laporan keuangan PT Charoen Popkand Indonesia Tbk
54
Gambar 4.4 Grafik Indikator Beda Temporer
Gambar 4.5 Grafik Indikator Persistensi Laba
Penelitian ini menemukan bahwa Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal
(Beda Waktu / Temporer) pada PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk selama 4
tahun untuk koreksi fiskal negatif terbesar adalah pada tahun 2018 yaitu sebesar
Rp. 69,2 M dan koreksi fiskal positif yang terbesar adalah pada tahun 2019 Rp.
39.6 M. Berdasarkan tabel dan Grafik terdapat perbedaan tingkat antara tinggi
dan rendahnya persistensi Laba dengan perbedaan temporer sehingga Penelitian
-0,003
-0,0025
-0,002
-0,0015
-0,001
-0,0005
0
0,0005
0,001
0,0015
2014 2015 2016 2017 2018 2019
0,00043
-0,0028
-0,00127
-0,00041
-0,00234
0,00135
Beda Temporer
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Persistensi Laba
55
ini dapat menyimpulkan bahwa selama 5 tahun terakhir 2014 sampai dengan
2019 untuk PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk tinggi atau rendahnya
perbedaan temporer tidak memiliki pengaruh terhadap persistensi Laba.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian penelitian yang dilakukan
Deni Yasnita (2017) yang menyatakan bahwa Beda Waktu temporer tidak
berpengaruh terhadap persistensi laba Hasil Penelitian ini tidak sejalan dengan
Erlend Kvaal dan Christopher Nobes (2013) "The development of book-tax
differences in seven major countries: Australia, Canada, France, Germany,
Japan, the UK and the USA.", Erika Ratih Winadarti (2015) yang berjudul
“Pengaruh Book Tax Differences dan Arus Kas terhadap Pertumbuhan Laba” ,
ukuran perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2011-2013 mengambarkan bahwa Perbedaan temporer
memiliki hubungan positif signifikan dengan pertumbuhan laba.
2. Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal (Beda Tetap / Permanen)
terhadap Persisten Laba
Perbedaan permanen adalah perbedaan perlakuan terhadap penghasilan
dan biaya dimana penghasilan dan biaya diakui oleh akuntansi komersial, tetapi
tidak diakui oleh akuntansi perpajakan. Contoh perbedaan permanen yaitu
penghasilan dalam bentuk natura (beras, minyak, dll). Dalam akuntansi komersial,
penghasilan dalam bentuk natura diakui sebagai penghasilan, tetapi dalam
akuntansi perpajakan, penghasilan dalam bentuk natura bukan merupakan objek
pajak. Contoh lain misalnya biaya sumbangan. Dalam akuntansi komersial biaya
sumbangan diakui sebagai biaya, tetapi dalam akuntansi perpajakan, biaya
sumbangan tidak diakui sebagai biaya (bukan objek pajak).
56
Tabel 4.7 Analisis perbedaan laba permanen dan persistensi laba
Tahun Nilai Indikator Beda Permanen Nilai Indikator Persistensi Laba
2014 -0,002805276 -0,064443
2015 -0,001279612 0,003172
2016 -0,000417737 0,074300
2017 -0,00234092 -0,030908
2018 0,001352296 0,097002
2019 -0,002805276 -0,044701
Sumber: Laporan keuangan PT Charoen Popkand Indonesia Tbk
Gambar 4.6 Grafik Indikator Beda Permanen
Series1
-0,003
-0,002
-0,001
0
0,001
0,002
2014 2015 2016 2017 2018 2019
-0,002805276
-0,001279612
-0,000417737
-0,00234092
0,001352296
-0,002805276
Beda Permanen
57
Gambar 4.4 Grafik Indikator Persistensi Laba
Penelitian ini menemukan bahwa Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal
(Beda Tetap / Permanen) pada PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk selama 4
tahun untuk koreksi fiskal negatif terbesar adalah pada tahun 2017 yaitu sebesar
Rp. 87.3 M dan koreksi fiskal positif yang terbesar adalah pada tahun 2018 Rp.
38.5 M Berdasarkan tabel dan Grafik terdapat perbedaan tingkat antara tinggi dan
rendahnya persistensi Laba dengan perbedaan Permanen sehingga Penelitian ini
dapat menyimpulkan bahwa selama 5 tahun terakhir 2014 sampai dengan 2019
untuk PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk tinggi atau rendahnya perbedaan
Permanen tidak memiliki pengaruh terhadap persistensi Laba.
Hasil penelitian tidak ini sejalan dengan penelitian Tuti Nur Asma (2013)
yang berjudul Pengaruh Aliran Kas dan Perbedaan Antara Laba Akuntansi
dengan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba yang menyatakan perbedaan laba
akuntansi dan laba fiskal berpengaruh secara negatif signifikan terhadap
persistensi Laba.
Series1
-0,1
-0,05
0
0,05
0,1
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Persistensi Laba
58
D. Pembahasan
a. Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal (Beda Wakt/ Temporer)
terhadap Persisten Laba
Perbedaan temporer merupakan perbedaan yang disebabkan oleh
perbedaan antara waktu pengakuan, peraturan, dan metode pencatatan
pendapatan dan biaya dalam menghitung laba perusahaan. Perbedaan
temporer terjadi karena ketentuan peraturan perpajakan terdapat
penghasilan dan biaya yang boleh dikurangkan dari periode sebelum,
sekarang, dan sesudah. Sedangkan ketentuan peraturan akuntansi
mengakui pendapatan dan beban saat periode sekarang Perbedaan
temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas pada
posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya (PSAK No. 46, 2010).
Perbedaan temporer dapat berupa perbedaan temporer kena pajak dan
perbedaan temporer yang dapat dikurangkan.
Penelitian ini menemukan bahwa Selisih Laba Akuntansi dan Laba
Fiskal (Beda Waktu / Temporer) berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Persistensi Laba. Hal tersebut berarti semakin besar Beda Waktu
/ Temporer laba Akuntansi dan Laba Fiskal maka akan semakin
meningkatkan persistensi laba, Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tinggi
Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal (Beda Waktu / Temporer) akan
berpengaruh positif dengan kestabilan laba.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Erlend Kvaal dan
Christopher Nobes (2013) "The development of book-tax differences in
seven major countries: Australia, Canada, France, Germany, Japan, the
UK and the USA.", Erika Ratih Winadarti (2015) yang berjudul “Pengaruh
Book Tax Differences dan Arus Kas terhadap Pertumbuhan Laba” , ukuran
59
perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2011-2013 mengambarkan bahwa Perbedaan
temporer memiliki hubungan positif signifikan dengan pertumbuhan laba.
Hasil Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Deni
Yasnita (2017) yang menyatakan bahwa Beda Waktu temporer tidak
berpengaruh terhadap persistensi laba
b. Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal (Beda Tetap / Permanen)
terhadap Persisten Laba
Perbedaan permanen adalah perbedaan perlakuan terhadap
penghasilan dan biaya dimana penghasilan dan biaya diakui oleh
akuntansi komersial, tetapi tidak diakui oleh akuntansi perpajakan. Contoh
perbedaan permanen yaitu penghasilan dalam bentuk natura (beras,
minyak, dll). Dalam akuntansi komersial, penghasilan dalam bentuk natura
diakui sebagai penghasilan, tetapi dalam akuntansi perpajakan,
penghasilan dalam bentuk natura bukan merupakan objek pajak. Contoh
lain misalnya biaya sumbangan. Dalam akuntansi komersial biaya
sumbangan diakui sebagai biaya, tetapi dalam akuntansi perpajakan, biaya
sumbangan tidak diakui sebagai biaya (bukan objek pajak).
Penelitian ini menemukan bahwa Selisih Laba Akuntansi dan Laba
Fiskal (Beda Tetap / Permanen) berpengaruh secara negatif dan signifikan
terhadap Persistensi Laba. Hal tersebut berarti semakin besar Beda Waktu
/ Temporer laba Akuntansi dan Laba Fiskal maka akan semakin
menurunkan persistensi laba, Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tinggi
atau rendahnya Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal (Beda Waktu /
Temporer) akan berpengaruh negatif dengan kestabilan laba.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Selisih Laba Akuntansi dan Laba Fiskal (Beda Waktu / Temporer) pada PT
Charoen Popkhand Indonesia Tbk selama 4 tahun untuk koreksi fiskal negatif
terbesar adalah pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp. 69,2 M dan koreksi fiskal
positif yang t1erbesar adalah pada tahun 2019 Rp. 39.6 M. Berdasarkan tabel
dan Grafik terdapat perbedaan tingkat antara tinggi dan rendahnya persistensi
Laba dengan perbedaan temporer sehingga Penelitian ini dapat
menyimpulkan bahwa selama 5 tahun terakhir 2014 sampai dengan 2019
untuk PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk tinggi atau rendahnya perbedaan
temporer tidak memiliki pengaruh terhadap persistensi Laba.
2. Selisih Laba Akuntansi dan Laba F iskal (Beda Tetap / Permanen) pada PT
Charoen Popkhand Indonesia Tbk selama 4 tahun untuk koreksi fiskal negatif
terbesar adalah pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp. 87.3 M dan koreksi fiskal
positif yang terbesar adalah pada tahun 2018 Rp. 38.5 M Berdasarkan tabel
dan Grafik terdapat perbedaan tingkat antara tinggi dan rendahnya persistensi
Laba dengan perbedaan Permanen sehingga Penelitian ini dapat
menyimpulkan bahwa selama 5 tahun terakhir 2014 sampai dengan 2019
untuk PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk tinggi atau rendahnya perbedaan
Permanen tidak memiliki pengaruh terhadap persistensi Laba.
61
Saran penelitian
Berdasarkan simpulan yang telah dijelaskan, maka saran-saran yang
diajukan adalah:
1. Bagi perusahaan disarankan untuk lebih memperhatikan kestabilan dan
Persistensi Laba. Dalam mengambil berbagai kebijakan yang berhubungan
pertimbangan para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan, seperti pengukur kinerja manajemen, pemberian kompensasi
kepada manajer, dan pembagian deviden kepada pemegang saham.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini dimasa yang
akan datang, sekiranya dapat menggunakan metode penelitian Eksplanatori
agar hasil yang di temukan dapat membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi serta menambahkan variabel yang berhubungan
dengan laba lainnya dan menggunakan periode yang lebih panjang.
62
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. dan Trisnawati, E. 2013. Akuntansi Perpajakan, Jakarta: Salemba. Empat. Ag
Ali Hasan. 2014. Marketing dan Kasus-Kasus Pilihan
Andi, I Made Suwandika & Ida Bagus Putra Astika. 2013. Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi , Laba Fiskal, Tingkat Hutang Pada Persistensi laba. EJurnal Akuntnasi Universitas Udayana 5.1.(2013) : 196-214. ISSN : 2302- 8556.
Anik Fadhilah. 2013. Pengaruh Temporary dan Permanent Difference terhadap pertumbuhan laba dengan small and large book tax difference sebagai variabel moderating (studi empiris perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011). Jurnal. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Anindita, Sabrina P. 2017. Pengaruh Aliran Kas Operasi, Book Tax Differences, dan Tingkat Hutang Terhadap Persistensi Laba. Universitas Telkom. Bandung
Asma, T. N. (2013), Pengaruh Aliran Kas dan Perbedaan antara Laba Akuntansi dengan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Jurnal Akuntansi, Vol 1, No. 1, seri E, Universitas Negeri Padang, Padang.
Barth, M.E., and A.P. Hutton. 2001. Financial Analysts and the Pricing o f Accruals. Working paper. Research Paper Series, Graduate School of Business
Stanford University.
Barth, M dan A. Hutton. 2004. Analyst Earnings Forecast Revisions and the Pricing of Accruals. Review of Accounting Studies 9 (March): 59-96.
Barus, A.C. dan Rica, V. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persistensi Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Vol. 4
Belkaoui, Ahmed, Riyahi. 2000. Teori Akuntansi. Penerbit Salemba Empat. edisi pertama jilid 1. Jakarta.
Chandrarin, G. 2003. “The Impact ofAccounting Methods For Transaction Gains (Losses) on The Earnings Response Ciefficient: The Indonesian Case” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 6. No. 3. September. Hal: 212-214.
Deni, Y., & Sayekti, E. R. M. 2017. Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal, Volatilitas Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Aliran Kas Operasi Dan Komponen Akrual Terhadap Persistensi Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Dalam Index Saham Syariah Indonesia (ISSI) Tahun 2011-2015) (Doctoral dissertation, IAIN Surakarta).
63
Djamaluddin, S. 2008. Analisis pengaruh perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba, akrual dan arus kas. jurnal akuntansi dan keuangan, Vol 11 No. 1, Jakarta, Hal 55-67.
Fama, E.F., & French, K.R. 2002. Testing Trade-off and Pecking Order Predictions. About Dividens and Debt. The Review of Financial Studies
Fanani, Zaenal. 2010. “Analisis Faktor-Faktor Penentu Persistensi Laba oleh C Ayu Kusuma Dewi - 2015
Ferdinand, Augusty. 2014. Metode Penelitian Manajemen. BP Universitas Diponegoro. Semarang.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21, Cetakan Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hanlon, M. 2005. The persistence and pricing of earnings, accruals, and cash flows when firm have large book-tax difference. The Accounting Review, 80 (1), pp: 137-166.
Harahap. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, edisi Pertama, cetakan
ketiga, Penerbit: Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hayn, C. 1995. The Information Content of Losses. Journal o f Accounting and Economics, 20, 125-153
Indrianto, N., dan Supomo, B. 2014. Metode penelitian bisnis untuk akuntansi &
manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Mahadewi, A. A. I. S., & Krisnadewi, K. A. (2017). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Institusional dan Proporsi Dewan Komisaris Independen Pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 18(1), 443-
470.
Martani, D., & Persada, A. E. 2008. Pengaruh book tax gap terhadap persistensi laba. Jurnal Akuntansi Universitas Indonesia: Jakarta.
Nugroho Adi Saputro; Dra. Hj. Zulaikha, M.Si., Akt (2011)
Nirmala S. 2016. Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Komisaris Independen dan
Likuiditas terhadap Tax Avoidance. Jurnal. Vol, 5 No, 2, 20116.
Penman, S. H., dan X. J. Zhang. 2002. Accounting Conservatism: The Quality of.
Earnings and Stock Returns
Rafitaningsih. 2015. Analisis Book Tax Differences Terhadap. Persistensi Laba, Akrual Dan Aliran Kas Pada Perusahaan Jasa
Santosa, Arga Fajar dan Linda K. Wedari. 2007.”Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going concern.” JAAI, Vol.11, NO.2, Desember 2007: 141-158
64
Setianingsih, A. 2014. Pengaruh perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, discretionary accrual, dan aliran kas terhadap persistensi laba: studi empiris pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia.
Sloan. 1996; Xie. 2001; Barth dan Hutton. 2004
Suwandika, I. M. A, Astika, I. B. P. 2013. Pengaruh perbedaan laba akuntansi, laba
fiskal, tingkat hutang pada persistensi laba. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: CV Alfabeta
Tucker, J. F., dan Zarowin, P. 2006. Does Income Smoothing Improve Earnings Informativeness?. The Accounting Review
Putri, S. A., Khairunnisa, K., & Kurnia, K. 2017. Pengaruh Aliran Kas Operasi, Book Tax Differences, Dan Tingkat Hutang Terhadap Persistensi Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Subsektor Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015). eProceedings of
Management, 4(1).
Waluyo. 2009. Akuntansi Pajak. Jakarta penerbit: Salemba Empat. Direktorat Jendral Pajak
Waluyo. 2016. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Opini. Audit dan
Umur Perusahaan terhadap Audit Delay”
Winadarti, Erika R. 2015. Pengaruh Book Tax Differences dan Arus Kas
Wijayanti, H. T. 2006. Analisis pengaruh perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal terhadappersistensi laba, akrual, dan arus kas. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, (Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual, Dan Arus Kas), 23–26.
Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
65
LAMPIRAN
LAMPIRAN I LABA PT CHAROEN POPKHAND INDONESIA TBK
Tahun Laba Akuntansi1
2014 Rp. 1.746.644
2015 Rp. 1.736.178
2016 Rp. 2.251.813
2017 Rp. 2.496.787
2018 Rp. 4.551.485
2019 Rp. 3.632.174
LAMPIRAN II GAMBAR 4.3 GRAFIK LABA PT CHAROEN POPKAND INDONESIA TBK
0
2.000.000
4.000.000
6.000.000
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1.746.644 1.736.1782.251.813 2.496.787
4.551.4853.632.174
Laba Akuntansi PT Charoen Popkhand Indonesia Tbk
(Dalam Jutaan)
66
LAMPI1RAN III PERBEDAAN WAKTU TEMPORER LAPORAN KEUANGAN PT
1CHAROEN POPKHAND (DISAJIKAN DALAM JUTAAN RUPIAH)
Tahun Keterangan / Nama Akun Nilai Nominal Total Aktiva
Nilai
Indikator
perbedaan
Temporer
2014
Penyisihan imbalan kerja karyawan – neto
Rp. 29.736
Rp.20.862.439 0,000431
Laba penjualan Aktiva tetap Rp. 127
Rugi penurunan nilai piutang Rp. 9.937
Laba yang belum terealisasi transaksi komoditas berjangka
Rp. 34.630
Penyusutan Rp (65.433)
Total Rp. 8.997
2015
Penyisihan imbalan kerja karyawan – neto
Rp. 25.982
Rp.24.684.915 -0,00280
Laba penjualan Aktiva tetap Rp. 990
Rugi penurunan nilai piutang Rp. 17.502
Laba yang belum terealisasi transaksi komoditas berjangka
Rp. (25.170)
Penyusutan Rp. (88.552)
Total Rp. (69.248)
2016
Penyisihan imbalan kerja karyawan – neto
Rp. 25.925
Rp.24.204.994 -0,00127
Cadangan kematian ayam pembibit turunan
Rp. 1.786
Laba penjualan Aktiva tetap Rp. 140
Rugi penurunan nilai piutang Rp. 14.174
Laba yang belum terealisasi transaksi komoditas berjangka
Rp. (10.011)
Penyusutan Rp. (62.987)
Total Rp (30.973)
2017 Laba yang belum terealisasi transaksi komoditas berjangka
Rp. 138 Rp.24.522.593 -0,000417
67
Laba yang belum terealisasi Rp. 9.008
Penyisihan imbalan kerja – neto
Rp. 2.371
Penurunan kerugian nilai piutang
Rp. (1.778)
Cadangan penurunan nilai ayam pembibit turunan
Rp. (4.620)
Laba penjualan Aktiva tetap Rp. (446)
Penyusutan Rp. (14.917)
Total Rp. (10.244)
2018
Laba yang telah (belum) terealisasi transaksi komoditas berjangka
Rp. (1.683)
Rp.27.645.118 -0,00234
Penyusutan Rp. (60.244)
Laba penjualan Aktiva tetap Rp. (1.105)
Laba yang telah (belum) terealisasi transaksi komoditas berjangka
Rp. (1.683)
Total Rp. (64.715)
2019
Penyisihan imbalan kerja
karyawan – neto
Rp. 10.229
Rp.29.353.041 0,00135
Cadangan penurunan nilai
Aktiva biologis
Rp. 3.319
Penyisihan (pemulihan) atas
penurunan nilai piutang
Rp. 59.372
Laba yang telah (belum)
terealisasi transaksi
komoditas berjangka
Rp. 1.683
Penyusutan Rp. (35.304)
Laba penjualan Aktiva tetap Rp. 395
Total Rp. 39.694
68
LAMPIRAN IV PERBEDAAN WAKTU PERMANEN LAPORAN KEUANGAN PT
CHAROEN POPKHAND (DISAJIKAN DALAM JUTAAN RUPIAH)
Tahun Keterangan / Nama Akun Nilai Nominal Total Aktiva
Nilai Indikator
perbedaan
Permanen
2014
Denda pajak -
Rp.20.862.439 0,00141
Gaji, upah dan kesejahteraan
pegawai Rp. 25.060
Beban bunga bukan objek pajak Rp. 246
Hadiah dan sumbangan Rp. 13.288
Penghasilan yang pajaknya
bersifat final : Bunga Rp. (5.776)
Sewa Rp. (307)
Pendapatan lain – lain Rp. (3.034)
Total Rp. 29.477
2015
Gaji, upah dan kesejahteraan
pegawai
Rp. 25.302
Rp.24.684.915 0,00028
Beban bunga bukan objek pajak -
Hadiah dan sumbangan Rp. 16.701
Penghasilan yang pajaknya
bersifat final : Bunga
Rp. (9.869)
Sewa Rp. (335)
Penghasilan lain – lain Rp. 499
Total Rp. 6.996
2016
Hadiah dan sumbangan Rp. 21.623
Rp.24.204.994 0,00056
Penghasilan yang pajaknya
bersifat final : Bunga
Rp. (11.785)
Sewa Rp. (794)
Gaji, upah dan kesejahteraan
pegawai
-
Beban lain – lain Rp. 4.594
Total Rp. 13.638
69
2017
Bunga Rp. 11.628
Rp.24.522.593 -0,00356
Sewa Rp. 4.859
Hadiah dan sumbangan Rp. (9.245)
laba yang belum terealisasi Rp. 9.008
Penjualan Aktiva tetap yang
pajaknya bersifat final
Rp. (1.675)
Penghapusan rugi fiskal
pengampunan pajak
-
Gaji, upah dan kesejahteraan
karyawan
-
Penyisihan Aktiva pajak tangguhan Rp. (60.798)
Konpensasi rugi fiskal Rp. (28.276)
Pengampunan pajak -
Lain-lain Rp. (12.883)
Total Rp. (87.382)
2018
Hadiah dan sumbangan Rp. 40.524
Rp.27.645.118
0,00139
Penghasilan yang pajaknya
bersifat final : Bunga
Rp. (13. 492)
Sewa Rp. (5.411)
Beban lain-lain Rp. 3.466
Total Rp. 38.579
2019
Penghasilan yang pajaknya
bersifat final : Bunga
Rp. (6.201)
Rp.29.353.041 0,00077
Hadiah dan sumbangan Rp. 34.628
Sewa Rp. (6.762)
Beban pajak Rp. 115 283
Beban lain-lain Rp. 1.162
Total Rp. 22.827
LAMPIRAN V REKONSILIASI FISKAL (DALAM JUTAAN)
Tahun Laba Akuntansi Beda
Temporer Beda Permanen Laba Fiskal
2014 Rp. 1.746.644 Rp.8.997 Rp.29.477 Rp.1.785.118
2015 Rp. 1.736.178 Rp.(69.248) Rp. 6.996 Rp.1.673.926
70
2016 Rp. 2.251.813 Rp.(30.973) Rp.13.638 Rp.2.234.478
2017 Rp. 2.496.787 Rp.(10.244) Rp.(87.382) Rp.2.399.161
2018 Rp. 4.551.485 Rp.(64.715) Rp.38.579 Rp.4.525.349
2019 Rp. 3.632.174 Rp.39.694 Rp.22.827 Rp.3.694.695
LAMPIRAN VI PERSISTENSI LABA (DALAM JUTAAN)
Tahun Laba sebelum
pajak
Laba sebelum pajak
Tahun sebelumnya
Total Aktiva Indikator
Persistensi
Laba
2014 Rp. 2.106.892 Rp. 3.451.333 Rp.20.862.439 -0,064443
2015 Rp. 2.185.208 Rp. 2.106.892 Rp.24.684.915 0,003172
2016 Rp. 3.983.661 Rp. 2.185.208 Rp.24.204.994 0,074300
2017 Rp. 3.225.705 Rp. 3.983.661 Rp.24.522.593 -0,030908
2018 Rp. 5.907.351 Rp. 3.225.705 Rp.27.645.118 0,097002
2019 Rp. 4.595.238 Rp. 5.907.351 Rp.29.353.041 -0,044701
LAMPIRAN VII ANALISIS PERBEDAAN LABA TEMPORER DAN
PERSISTENSI LABA
Tahun Nilai Indikator Beda tetap Nilai Indikator Persistensi Laba
2014 0,00043 -0,064443
2015 -0,00280 0,003172
2016 -0,00127 0,074300
2017 -0,00041 -0,030908
2018 -0,00234 0,097002
2019 0,00135 -0,044701
71
LAMPIRAN VIII GRAFIK INDIKATOR BEDA TEMPORER
LAMPIRAN IX GRAFIK INDIKATOR PERSISTENSI LABA
-0,003
-0,0025
-0,002
-0,0015
-0,001
-0,0005
0
0,0005
0,001
0,0015
2014 2015 2016 2017 2018 2019
0,00043
-0,0028
-0,00127
-0,00041
-0,00234
0,00135
Beda Temporer
-0,08
-0,06
-0,04
-0,02
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Persistensi Laba
72
LAMPIRAN X ANALISIS PERBEDAAN LABA PERMANEN DAN PERSISTENSI
LABA
Tahun Nilai Indikator Beda Permanen Nilai Indikator Persistensi Laba
2014 -0,002805276 -0,064443
2015 -0,001279612 0,003172
2016 -0,000417737 0,074300
2017 -0,00234092 -0,030908
2018 0,001352296 0,097002
2019 -0,002805276 -0,044701
LAMPIRAN XI GRAFIK INDIKATOR BEDA PERMANEN
Series1
-0,003
-0,002
-0,001
0
0,001
0,002
2014 2015 2016 2017 2018 2019
-0,002805276
-0,001279612
-0,000417737
-0,00234092
0,001352296
-0,002805276
Beda Permanen
73
SURAT BALASAN PENELITIAN
74
BIOGRAFI PENULIS
Dini Angriani panggilan Dini lahir Batiling, 07
Desember 1999 dari pasangan suami istri Bapak
Mustakim dan Ibu Wahidah. Peneliti adalah putri
kedua dari tiga bersaudara. Peneliti sekarang
bertempat tinggal di Batiling, kel. Batara Kec.
Labakkang Kab. Pangkajene dan Kepulauan.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti yaitu SDN 15 Batiling lulus pada
tahun 2010, SMPN 1 Labakkang lulus pada tahun 2013, SMAN 1 Bungoro lulus
pada tahun 2016 dan mulai tahun 2016 mengikuti program S1 Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Sampai
dengan penulisan skripsi ini peneliti masih terdafttar sebagai mahasiswi program
S1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar (UNISMUH).
Dini Angriani - 105731128016
ORIGINALITY REPORT
24%
SIMILARITY INDEX
22% 5%
INTERNET SOURCES PUBLICATIONS
19%
STUDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
eprints.iain-surakarta.ac.id 1
Internet Source 6%
Submitted to Universitas Muhammadiyah
2
Makassar
Student Paper
6%
jab.fe.uns.ac.id 3
Internet Source 3%
digilibadmin.unismuh.ac.id 4
Internet Source 2%
es.scribd.com 5
Internet Source 2%
tass.telkomuniversity.ac.id 6
Internet Source 2%
Submitted to Dominion High School
7
Student Paper 2%
prezi.com 8
Internet Source 2%
Exclude quotes On Exclude matches < 2%
Exclude bibliography On