21
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP SIKLUS PRODUKSI (Studi Kasus Beton Ready Mix Pada PT Duta Bangsa Mandiri Pasuruan) Harlinda Dina Imama 1) , Lutfi Harris, M.Ak., Ak. 2) Jurusan Akuntansi, Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan sistem informasi akuntansi siklus produksi dan mengevaluasi ke efektifitasan pelaksanaan pengendalian internal dalam sistem informasi akuntansi siklus produksi PT Duta Bangsa Mandiri Pasuruan.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, ada 3 cara pengumpulan data yang akan dilakukan, yaitu: metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil evaluasi, Pelaksanaan prosedur tetap khususnya pada siklus produksi di PT Duta Bangsa Mandiri Pasuruan dinilai cukup baik. Hal ini ditunjukan pada seluruh aktivitas perusahaan yang lengkap dalam memproduksi beton ready mix. Namun dalam prosedur siklus produksi ready mix terdapat beberapa aktivitas yang tidak dilakukan oleh masing-masing bagian, karena prosedur siklus produksi yang lengkap, penting untuk membantu perusahaan dalam meningkatkan kualitas yang ingin dicapai dan merupakan salah satu elemen pendukung dari terciptanya pengendalian internal yang baik. Pengendalian internal yang dimiliki oleh PT Duta Bangsa Mandiri sudah cukup memadai. Hal ini ditunjukan adanya pemisahan bagian-bagian yang terlibat dalam siklus porduksi ready mix yang sudah tepat. Kata Kunci: Sistem, Pengendalian internal, Siklus Produksi, Beton Ready Mix Pendahuluan Sektor konstruksi Indonesia, selain sebagai pilar penting penopang perekonomian negara, menjanjikan peluang menarik sebagai pasar berpotensi tinggi bagi penyedia produk dan teknologi konstruksi nasional maupun internasional. Potensi yang besar disektor konstruksi di Indonesia ditunjukkan oleh beberapa data antara lain data historis yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dalam Laporan kinerja lapangan usaha kontruksi Indonesia tahun 2016 dibandingkan tahun 2014 dan tahun 2015 mengalami peningkatan di triwulan ke I, II, dan III, Menyebutkan pada Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, dan menempati urutan ke-4 dari 5 sektor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan prsentase 9,88 persen dengan pertumbuhan sebesar 6,97 persen pembangunan rumah hotel, jembatan, jalan , dan pelabuhan. Sementara itu, untuk pertumbuhan sektor konstruksi di tahun 2015 khususnya wilayah Sulawesi, maluku dan papua 11,7 dan 10,1 persen namun tidak dapat dipungkiri bahwa jawa masi menjadi motor penggerak sektor kontruksi nasional karena share sektor kontruksi di pulau ini mencapai 58% tahun 2015.(http://www.bankmandiri.co.id/). Sedangkan proyeksi pada tahun 2012-2015 pembangunan properti seperti perkantoran dan resdensial mendominasi proyek kontruksi bahkan pada tahun 2014, proporsi pembangunan properti di dalam sektor konstruksi pernah mencapai 64.2%. Namun pada tahun 2016 sektor konstruksi untuk infrastruktur akan lebih mendominasi karena pemerintah akan banyak mengeksekusi pelaksanaan proyek-

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP SIKLUS PRODUKSI

(Studi Kasus Beton Ready Mix Pada PT Duta Bangsa Mandiri Pasuruan)

Harlinda Dina Imama 1), Lutfi Harris, M.Ak., Ak.2) Jurusan Akuntansi, Universitas Brawijaya

Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan sistem informasi akuntansi siklus produksi dan mengevaluasi ke efektifitasan pelaksanaan pengendalian internal dalam sistem

informasi akuntansi siklus produksi PT Duta Bangsa Mandiri Pasuruan.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, ada 3 cara

pengumpulan data yang akan dilakukan, yaitu: metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil evaluasi, Pelaksanaan prosedur tetap khususnya pada siklus

produksi di PT Duta Bangsa Mandiri Pasuruan dinilai cukup baik. Hal ini ditunjukan pada seluruh aktivitas perusahaan yang lengkap dalam memproduksi beton ready mix. Namun

dalam prosedur siklus produksi ready mix terdapat beberapa aktivitas yang tidak dilakukan oleh masing-masing bagian, karena prosedur siklus produksi yang lengkap, penting untuk

membantu perusahaan dalam meningkatkan kualitas yang ingin dicapai dan merupakan salah satu elemen pendukung dari terciptanya pengendalian internal yang baik. Pengendalian

internal yang dimiliki oleh PT Duta Bangsa Mandiri sudah cukup memadai. Hal ini ditunjukan adanya pemisahan bagian-bagian yang terlibat dalam siklus porduksi ready mix

yang sudah tepat.

Kata Kunci: Sistem, Pengendalian internal, Siklus Produksi, Beton Ready Mix

Pendahuluan

Sektor konstruksi Indonesia, selain sebagai pilar penting penopang

perekonomian negara, menjanjikan peluang menarik sebagai pasar berpotensi

tinggi bagi penyedia produk dan teknologi konstruksi nasional maupun internasional.

Potensi yang besar disektor konstruksi di Indonesia ditunjukkan oleh beberapa data

antara lain data historis yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat

dalam Laporan kinerja lapangan usaha kontruksi Indonesia tahun 2016

dibandingkan tahun 2014 dan tahun 2015 mengalami peningkatan di triwulan ke I,

II, dan III, Menyebutkan pada Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, dan

menempati urutan ke-4 dari 5 sektor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi

Indonesia dengan prsentase 9,88 persen dengan pertumbuhan sebesar 6,97 persen

pembangunan rumah hotel, jembatan, jalan , dan pelabuhan. Sementara itu, untuk

pertumbuhan sektor konstruksi di tahun 2015 khususnya wilayah Sulawesi, maluku

dan papua 11,7 dan 10,1 persen namun tidak dapat dipungkiri bahwa jawa masi

menjadi motor penggerak sektor kontruksi nasional karena share sektor kontruksi di

pulau ini mencapai 58% tahun 2015.(http://www.bankmandiri.co.id/).

Sedangkan proyeksi pada tahun 2012-2015 pembangunan properti seperti perkantoran

dan resdensial mendominasi proyek kontruksi bahkan pada tahun 2014,

proporsi pembangunan properti di dalam sektor konstruksi pernah mencapai 64.2%.

Namun pada tahun 2016 sektor konstruksi untuk infrastruktur akan lebih

mendominasi karena pemerintah akan banyak mengeksekusi pelaksanaan proyek-

Page 2: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

proyek infrastruktur terutama yang sudah masuk dalam rencana kerja pemerintah

(RKP) 2016. (http://www.bankmandiri.co.id/).

Pertumbuhan sektor konstruksi ini didukung oleh realisasi belanja modal

pemerintah melalui pembangunan infrastruktur, dimana pemerintah telah

menetapkan sejumlah target besar dalam pembangunan infrastruktur pada tahun ini

diprediksi 51,1%proyek kontruksi berasal dari pembangunan infrastruktur(

(http://www.bankmandiri.co.id/). Selain pertumbuhan pasar properti atau real

estate dalam negeri dan peningkatan investasi swasta juga turut berperan besar

meningkatkan pertumbuhan sektor konstruksi Indonesia. perkembangan pasar

properti di Indonesia didukung oleh pertumbuhan penduduk Indonesia yang

pesat yaitu rata – rata 1,40% dari tahun 2010-2014 dan kebijakan Bank Indonesia

yang melonggarkan kredit kepemilikan rumah (KPR) sejak Juni 2015

(http://www.bankmandiri.co.id/) Besarnya potensi pertumbuhan

pasar konstruksi memicu bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di

bidang penyedia bahan bangunan, teknologi, maupun penyedia jasa

konstruksi. Data BPS menunjukkan bahwa jumlah perusahaan yang bergerak di

bidang konstruksi di Indonesia, hingga periode tahun 2015 jumlahnya mencapai

130.165 perusahaan (http://www.bps.go.id/) Sedangkan

pekerjaan konstuksi yang diselesaikan menurut pendapat bruto dari tahun 2000

hingga tahun 2015 selalu mengalami peningkatan setiap

tahunnya.(http://www.bps.go.id/). Dilihat dari besarnya jumlah

tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa persaingan bisnis konstruksi sangat ketat.

Dimana beberapa perusahaan dalam wilayah yang sama harus memiliki

keunggulan bersaing sehingga dapat mempertahankan eksistensinya. Salah satu

strategi perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya adalah dengan inovasi

produk maupun efisiensi biaya produksi. Biaya produksi merupakan faktor penting

yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga jual dari produk yang dihasilkan.

Biaya produksi yang efisien menunjukkan bahwa kualitas produk tetap sesuai dengan

standar namun dengan harga jual yang rasional, yang berarti produk tersebut

memiliki daya saing dibandingkan dengan produk pesaing di pasar baik dari segi

harga maupun kualitas. Pengelolaan biaya produk yang

efisien dapat diukur dari siklus produksi yang efektif, dimana dengan menghasilkan

biaya produk yang efisien harus dikuti dengan siklus produksi yang mempunyai

sistem pengendalian internal yang baik dan berstruktur. Siklus produksi adalah suatu

siklus yang memproses bahan baku dan persediaan menjadi produk jadi (barang

atau jasa) yang siap untuk dijual (Krismiaji, 2010). Hasil akhir dari siklus

ini adalah informasi mengenai biaya produk yang dikenal dengan istilah harga

pokok produksi (HPP). HPP adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi suatu barang atau jasa selama periode bersangkutan (Mulyadi,

2014). Informasi mengenai HPP ini sangat penting bagi strategi bisnis perusahaan

karena HPP merupakan pedoman dasar untuk pengambilan keputusan mengenai

harga dan strategi produk. Selain berfungsi untuk menetapkan harga jual, HPP juga

berperan penting menilai dampak keuangan dari penambahan atau

penghapusan suatu produk, divisi atau suatu bagian dalam perusahaan, HPP juga

berperan dalam pengambilan keputusan apakah manajemen harus membuat suatu

bahan baku/bahan pendukung atau membeli bahan bahan tersebut, Selain itu

HPP juga dapat digunakan sebagai alat evaluasi kinerja produk. (Mulyadi, 2014)

Mengingat perananan HPP sangat penting dalam menjaga

keberlangsungan hidup perusahaan, maka informasi mengenai HPP tersebut harus

akurat dan dapat dipercaya. Informasi yang akurat dapat diperoleh apabila siklus

Page 3: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

produksi ini berjalan efektif, Yaitu apabila setiap aktivitas dalam siklus, Baik aktivitas

dalam sistem persediaan, Penggajian dan akuntansi biaya dilaksanakan sebagaimana

mestinya dan tidak terdapat penyimpangan merugikan perusahaan. Suatu aktivitas

dikatakan bebas dari penyimpangan apabila aktivitas pengendalian yaitu

otorisasi transaksi, pengamanan terhadap aktiva dan catatan, pemisahan fungsi dan

tugas, dan penggunaan dokumen dan catatan memadai.

PT Duta Bangsa Mandiri merupakan perusahaan swasta nasional

yang bergerak pada industri penyedia bahan konstruksi berupa beton ready mix.

Beton merupakan material bahan bangunan yang banyak digunakan dalam

pelaksanaan proyek konstruksi pada saat ini. Hal tersebut disebabkan oleh

keunggulan yang dimiliki oleh beton yaitu kemudahan dalam memperoleh bahan

baku, kemudahaan pengerjaan dan keawetannya. Selain itu, beton mempunyai

kekuatan tekan yang tinggi dan ketahanan besar sehingga tidak cepat retak atau

hancur oleh bencana alam. Oleh karena itu, beton banyak digunakan untuk membuat

perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi jalan, jembatan penyeberangan,

struktur parkiran, dasar untuk pagar atau gerbang bahan dan lain – lain. Namun,

karena pengerjaan beton secara konvensional memiliki beberapa

kekurangan, maka PT Duta Bangsa Mandiri melakukan inovasi terhadap

pengolahan beton yaitu secara ready mix. beton ready mix adalah beton segar yang

belum mengalami proses pengikatan dan perkerasan, yang diproduksi di batching

plant (Pabrik) dengan penambahan bahan kimia (admixture) kemudian dikirim ke

lapangan dengan menggunakan truk mixer.

Beton yang diolah secara ready mix sangat populer untuk proyek

konstruksi besar karena keuntunganya, antara lain sebuah pabrik ready mix

concrete dapat melayani area yang luas, olahan beton segar dapat dikirim langsung

ke lapangan, memiliki kualitas yang lebih tinggi dari beton konvensional karena

olahan dibuat secara terkomputerisasi, waktu pengecoran, menghemat tempat

untuk pencampuran beton di lapangan, mengurangi polusi suara dan debu dari

mesin pencampur beton (molen) di sekitar proyek. Selain keuntungan teknis tersebut,

beton ini juga menyediakan harga yang lebih murah dibandingan beton

konvensional karena campurannya yang efisien dan material bahan baku yang

murah, karena pembelian material dilakukan dalam volume besar.

Namun, Beton ready mix ini memiliki kerugian dalam pengiriman,

yaitu apabila proyek berada sangat jauh dari pabrik, sehingga waktu yang

dibutuhkan untuk pengiriman dari pabrik ke proyek sulit diprediksi dengan tepat, hal

ini akan menyulitkan untuk mempertahankan beton tiba di proyek

dalam keadaan plastis. Sehingga untuk mempertahankan beton tiba di lapangan

dalam keadaan plastis diatasi dengan penambahan zat additive seperti retarder,

yang harganya cukup mahal, sehingga berimplikasi kepada harga beton. Selain itu

biaya tetap untuk alat pengiriman (truk mixer) dan pengolahan cukup mahal

dibandingkan dengan alat pengolahan beton konvensional sehingga untuk

kebutuhan beton ready mix kurang dari 10 M

3 sebaiknya dihindari karena harganya

akan lebih mahal jika dibandingkan dengan beton konvensional.

Mengapa peneliti memilih untuk meneliti hal ini karena PT Duta Bangsa

Mandiri masih ada beberapa pembukuan yang dilakukan secara manual. Dan

dengan adanya kelemahan - kelemahan yang berimplikasi signifikan terhadap

harga beton tersebut harus diatasi oleh PT Duta Bangsa Mandiri dengan cara

menerapkan pengendalian internal yang memadai terhadap alur siklus produksi

agar mendapatkan biaya produksi efisien. Pemborosan biaya terhadap material bahan

baku maupun tenaga kerja yang dapat menambah nilai HPP harus dihindari,

Page 4: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

sehingga harga beton ready mix PT Duta Bangsa Mandiri tetap dapat bersaing di

pasar industri ready mix yang terus berkembang. Dari latar belakang tersebut

maka peneliti akan membahas tentang sistem pengendalian internal yang telah

dilakukan PT Duta Bangsa Mandiri terhadap siklus produksi, dan memastikan

apakah penerapan pengendalian internal telah berjalan efektif atau tidak.

Pengendalian internal yang efektif terhadap siklus produksi PT Duta Bangsa

Mandiri akan menghasilkan informasi yang akurat terhadap penetapan harga

pokok produksi (HPP) perusahaan. Informasi yang tepat mengenai HPP akan

berimplikasi kepada penetapan harga jual yang rasional atau biaya produksi yang

efisien yang membuat perusahaan dapat bersaing di pasaran industri sejenis.

Sedangkan pengendalian internal disebut efektif apabila memenuhi elemen-elemen

penting pengendalian, sehingga dapat memberikan jaminan yang layak bahwa

tujuan khusus organisasi dapat tercapai. Berdasarkan uraian tersebut, rumusan

masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1)Bagaimanakah pelaksanaan sistem informasi akuntansi siklus produksi

PT Duta Bangsa Mandiri Pasuruan? 2) Bagaimanakah pelaksanaan pengendalian

internal dalam sistem informasi akuntansi siklus produksi PT Duta Bangsa Mandiri

Pasuran? 3)Apakah pelaksanaan pengendalian internal dalam sistem

informasi akuntansi siklus produksi PT Duta Bangsa Mandiri Pasuran telah efektif

dalam memenuhi elemen- elemen penting pengendalian?

Salah satu fungsi SIA dalam perusahaan adalah memastikan bahwa

sumber daya perusahaan dipertanggungjawabkan sebagaimana

mestinya, serta menyediakan pengendalian internal yang memadai untuk pengamanan

aset perusahaan. pengendalian internal berkaitan dengan proses-proses dan praktik

– praktik dimana manajemen suatu organisasi berusaha untuk memastikan

bahwa keputusan – keputusan dan aktivitas – aktivitas yang disetujui benar – benar

diambil dan dilaksanakan (Sukrisno Agus dalam Arifiyani dan Sukirno (2012)). Hal

ditegaskan oleh definisi pengendalian internal menurut COSO (Comitte of

Sponsoring Organization) yaitu : “Proses yang diimplementasikan oleh

dewan direksi, manajemen, serta seluruh staf dan karyawan di bawah arahan mereka

dengan tujuan untuk memberikan jaminan yang memadai atas tercapainya tujuan

pengendalian.” (Diana & Setiawati, 2011:83). Sejalan dengan definisi di atas,

Mujilan (2012) menyebutkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu

proses, yang dilaksanakan oleh direktur, manajemen, dan personal lain dalam suatu

kesatuan bisnis, didesain untuk memberikan kepercayaan terkait dengan

usaha pencapaian tujuan. Berdasarkan uraian di atas, diketahui

bahwa unsur pengendalian internal ini sangat penting untuk dipenuhi dalam

implementasi SIA. Karena pengendalian internal dapat melindungi sistem informasi

perusahaan dari ancaman – ancaman yang bisa mengganggu tercapainya tujuan.

Sedangkan untuk mencapai tujuan dari adanya pengendalian internal tersebut,

maka suatu perusahaan harus memiliki struktur pengendalian yang memadai.

Suatu struktur pengendalian internal disebut memadai apabila dapat

memberikan jaminan yang layak bahwa tujuan khusus organisasi dapat tercapai.

Menurut Willson dan Campbell dalam Rapina & Christyanto (2011) mengatakan

bahwa terdapat tiga (3) langkah dalam mengevaluasi pengendalian internal untuk

memastikan bahwa pengendalian internal memadai : 1)Mengidentifikasi kegiatan

pokok dan rutin perusahaan, risiko yang mungkin timbul, dan kemungkinan adanya

kelemahan pada setiap komponen perusahaan dan merumuskan sasaran –

sasaran pengendalian dalam hubungannya dengan operasional perusahaan tersebut.

Page 5: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

2)Menguraikan (dengan flowchart) dan memahami berbagai sistem/ prosedur/ tata

cara atau kebijakan yang digunakan dalam mengolah transaksi – transaksi,

melindungi aset perusahaan dan menyiapkan laporan keuangan.

3)Melakukan evaluasi sistem dan mengidentifikasi kelemahan sistem. Pada

tahun 1992, COSO menerbitkan kerangka pengendalian internal terintegrasi (internal

control integrated framework) yang diterima secara luas sebagai otoritas untuk

pengendalian internal yang digabungkan ke dalam kebijakan, peraturan dan regulasi

yang digunakan untuk mengendalikan aktivitas bisnis. Kerangka COSO ini dapat

menjamin suatu pengendalian memadai dan layak digunakan karena kerangka

COSO ini memberikan panduan untuk mengevaluasi dan meningkatkan sistem

pengendalian internal. Lima komponen dalam model pengendalian COSO dalam

Diana & Setiawati (2011) : 1. Lingkungan internal

Lingkungan internal perusahaan atau seringkali disebut budaya perusahaan akan

mempengaruhi cara suatu organisasi dalam mengelola bisnisnya, karena budaya

perusahaan erat kaitanya dengan penetapan strategi dan tujuan, penentuan aktivitas

operasional dan sikap perusahaan dalam menilai dan mengidentifikasi risiko.

Lingkungan internal yang lemah akan mempengaruhi manajemen dalam

penetapan pengendalian terhadap risiko. Lingkungan internal menurut mencakup

hal-hal berikut Romney & Steinbart (2015):

a. Filosofi manajemen, gaya pengoperasian, dan selera risiko

b. Komitmen terhadap integritas, nilai – nilai etis dan kompetensi

c. Pengawasan pengendalian internal oleh dewan direksi

d. Struktur organisasi e. Metode penetapan wewenang dan

tanggung jawab f. Standar – standar sumber daya manusia

yang menarik, mengembangkan dan mempertahankan individu yang kompeten

g. Pengaruh eksternal 2. Penaksiran risiko

risiko adalah suatu ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa yang dapat

menimbulkan kerugian. Berbagai risiko yang bersifat ancaman bagi SIA antara lain

: a. Bencana alam dan politik seperti banjir,

gempa bumi, perang maupun serangan teroris.

b. Kesalahan perangkat lunak atau peralatan komputer seperti kerusakan aplikasi

akuntansi maupun komputer itu sendiri sehingga menyebabkan kerusakan pada

data. c. Tindakan yang tidak disengaja berupa

kelalaian karyawan, kecelakaan atau kegagalan karyawan mengikuti prosedur

karena kurangnya latihan. d. Tindakan yang disengaja seperti pencurian

atau korupsi. Adanya ancaman – ancaman tersebut

memaksa pihak manajemen untuk melakukan manajemen risiko setelah

ditetapkannya tujuan untuk menentukan bagaimana risiko dan ancaman tersebut

dapat dikelola dengan pengendalian internal hingga ke level risiko dapat

diterima oleh perusahaan. Tahapan manajemen risiko dimulai dari identifikasi

kemungkinan kemunculan risiko, memperkirakan dampak positif dan

negatifnya terhadap perusahaan, mengidentifikasi pengendalian yang akan

diimplementasikan untuk melindungi perusahaan, memperkirakan biaya dan

manfaat terkait rencana pengendalian, serta mengkategorikan sifat bawaan risiko

dan residualnya setelah dilakukan pengelolaan risiko kemudian melakukan

respons risiko. Pada umumnya, risiko dapat dikelola dengan cara dikurangi

dengan menerapkan pengendalian internal yang memadai, diterima, dibagi atau

mentransfer risiko kepada pihak ketiga dan yang terakhir adalah menghindari risiko

dengan tidak melakukan aktivitas tersebut (Romney & Steinbart, 2015)

3. Aktivitas pengendalian

Page 6: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

Merupakan kebijakan, prosedur dan aturan yang memberikan jaminan yang memadai

bahwa tujuan pengendalian telah dicapai dan respons risiko dilakukan. Aktivitas

pengendalian harus memastikan bahwa pengendalian dapat digunakan untuk

mengelola risiko hingga ke level risiko dapat diterima dan pelaksanaanya sesuai

dengan kebijakan yang berlaku. Cakupan prosedur pengendalian adalah sebagai

berikut (Bodnar dan Hopwood dalam Rapina & Christyanto (2011)) :

a. Otorisasi yang tepat terhadap transaksi dan aktivitas.

Merupakan suatu bentuk pengawasan terhadap setiap keputusan yang

mempengaruhi asset perusahaan. Bisa dalam bentuk paraf, tanda tangan, atau

mencantumkan kode otorisasi pada dokumen atau catatan yang mewakili

transaksi. Karyawan yang bertugas memberi otorisasi ditetapkan dalam suatu

surat keputusan atau deskripsi tugas yang ditetapkan oleh pihak manajemen.

Dokumen atau catatan yang telah diotorisasi harus diperiksa oleh karyawan

yang memproses transaksi apakah tanda otorisasi telah tertera di dokumen/catatan

untuk membuktikan bahwa dokumen tersebut telah sah.

b. Dokumentasi yang memadai untuk seluruh aktivitas bisnis.

Dokumentasi yang tepat bagi seluruh transaksi bisnis adalah kunci untuk

pertanggun gjawaban. Dokumentasi memungkinkan manajemen melakukan

pengujian apakah tanggung jawab yang dibebankan telah dijalankan secara

memadai. Dokumen dan catatan yang dirancang dengan baik juga meningkatkan

akurasi dan efisiensi pemrosesan transaksi. Salah satu contoh dokumen yang

dirancang baik adalah pencantuman nomor urut dokumen yang tercetak. Dengan

nomor urut semacam ini, maka kemungkinan adanya dokumen yang

disalahgunakan atau hilang dapat dilacak dengan mudah.

c. Pemisahan fungsi atau tugas.

Pemisahan fungsi merupakan pemecahan tanggung jawab untuk melaksanakan

sebagian transaksi diantara beberapa karyawan.Tujuan dilakukanya pemisahan

fungsi adalah untuk mencegah seseorang secara penuh melaksanakan sebuah

transaksi, sehingga antar karyawan dilakukan tindakan yang saling

mengontrol. Secara umum ada tiga fungsi yang harus dipisahkan secara tegas dan

dilaksanakan oleh karyawan yang berbeda, yaitu fungsi persetujuan atau otorisasi

dilaksanakannya sebuah transaksi, fungsi pencatatan transaksi, dan fungsi

pemeliharaan atau perlindungan terhadap asset perusahaan. Pemisahan ketiga fungsi

ini membantu perusahaan dalam menjaga asset dan memperbaiki akurasi (ketepatan)

karena setiap karyawan dapat melihata dan membatasi aktivitas karyawan lain.

Pemisahan fungsi yang efektif harus menciptakan kondisi yang sulit atau tidak

memungkinkan bagi seseorang untuk mencuri kas atau asset lainya.

d. Perlindungan terhadap akses dan penggunaan asset dan catatan.

Pembatasan terhadap penggunaan asset dapat dilakukan dengan cara pemeliharaan

akurasi catatan asset, penggunaan register kas, brankas atau safe deposit box untuk

perlindungan terhadap kas/ sekuritas. Sedangkan untuk asset berupa persediaan

dapat dilindungi dengan cara pembatasan akses terhadap area penyimpanan,

misalnya saja yang berhak masuk ke gudang persediaan hanya karyawan bagian

gudang. Untuk perlindungan terhadap catatan dan informasi yang dapat

dilakukan adalah penyimpanan dokumen transaksi diletakkan di dalam kotak yang

tahan api, filling cabinet terkunci, dan akses karyawan terhadap dokumen

dibatasi. Selain itu untuk informasi berupa data file dilakukan dengan cara

pembatasan akses ke ruang komputer maupun pengaturan aplikasi dimana akses

data hanya bisa dilakukan oleh pihak tertentu.

e. Pengecekan independen terhadap kinerja.

Page 7: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

Pengecekan rutin operasional yang dilakukan oleh pihak internal maupun

eksternal perusahaan untuk menjamin bahwa transaksi diproses secara akurat.

Berbagai kegiatan rutin yang termasuk dalam pengecekan independen adalah

rekonsiliasi antara dua catatan, dimana catatan yang saling berkaitan harus

memiliki saldo yang sama, pembandingan catatan dengan jumlah fisik barang,

penerapan akuntansi berpasangan, untuk memastikan bahwa setiap transaksi

memberi implikasi terhadap dua sisi catatan, dan kaji ulang karyawan terhadap

kinerja karyawan yang memproses transaksi sebelumnya.

4. Informasi dan komunikasi. Kegiatan yang dilakukan di dalam SIA

meliputi pengumpulan, pencatatan, pemrosesan, penyimpanan, peringkasan

dan pengkomunikasian informasi mengenai sebuah organisasi. Pelaksanaan

SIA tersebut harus disertai dengan pemahaman terhadap cara transaksi

dilakukan, bagaimana data diperoleh dan diproses, apa saja kebijakan manajemen

yang berlaku terkait transaksi serta bagaimana tanggung jawab masing –

masing pihak. informasi di atas harus disampaikan secara tepat kepada personil

yang tepat sehingga setiap bagian dalam perusahaan dapat melaksanakan tanggung

jawab mereka dengan baik. Berikut ini tiga prinsip utama proses informasi dan

komunikasi yang tepat dalam pengendalian internal menurut Romney & Steinbart

(2015) : a. Mendapatkan atau menghasilkan informasi

yang relevan dan berkualitas tinggi untuk mendukung pengendalian internal.

b. Mengkomunikasikan informasi secara internal, termasuk tujuan dan tanggung

jawab yang diperlukan untuk mendukung komponen – komponen lain dari

pengendalian internal. c. Mengkomunikasikan hal – hal

pengendalian internal yang relevan kepada pihak – pihak eksternal

5. Pengawasan

Sistem pengendalian internal yang dipilih atau dikembangkan harus diawasi secara

berkelanjutan, dievaluasi dan dimodifikasi sesuai kebutuhan. Segala kekurangan

harus dilaporkan kepada manajemen dan direksi. Kegiatan utama dalam

pengawasan pengendalian internal menurut Diana & Setiawati (2011)

meliputi : a. Supervisi yang efektif.

Supervisi meliputi pelatihan terhadap karyawan, monitor kinerja karyawan,

koreksi terhadap kesalahan karyawan, pengawasan terhadap karyawan yang

memiliki akses terhadap harta perusahaan b. Akuntansi pertanggungjawaban.

Penyusunan anggaran, kuota, penjadwalan, harga pokok standar, standar kualitas,

laporan yang membandingkan kinerja aktual dengan rencana dan informasi

terkait penyimpangan c. Audit internal.

Meliputi review terhadap reliabilitas dan integritas informasi operasional dan

finansial, penilaian terhadap efektivitas pengendalian internal, evaluasi kepatuhan

karyawan terhadap aturan dan regulasi yang berlaku, evaluasi terhadap efektivitas

dan efisiensi manajemen. Adanya pengendalian internal di

dalam aktivitas operasional perusahaan sangat penting. Karena saat ini tingkat

ketergantungan perusahaan terhadap informasi yang akurat sangat tinggi,

sementara pengendalian internal yang memadai yang melekat didalam sistem

informasi perusahaan mampu membuat sistem tersebut terarah dan beroperasi

secara efektif. Informasi yang akurat menjaga perusahaan mengambi keputusan

yang relevan dengan kondisi usahanya, secara lebih lanjut hal ini menjaga

operasional bisnis perusahaan tetap efektif dan efisien sehingga dapat menjadi salah

satu keunggulan kompetitif perusahaan untuk mengalahkan pesaingnya.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, ada 3 cara

Page 8: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

pengumpulan data yang akan dilakukan, yaitu: metode observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Penyajian data juga dilengkapi

dengan analisis peneliti terhadap kelayakan pengendalian internal dalam

siklus tersebut, yang berupa identifikasi risiko dan pengelolaan risiko atas prosedur

pengendalian internal yang telah diimplementasikan oleh manajemen, apa

kekurangan dan kelebihan dari sistem pengendalian internal yang ada, dan apa

usulan dari peneliti untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Analisis yang akan

dilakukan peneliti meliputi : Analisis Lingkungan internal

Analisis lingkungan internal meliputi:

Filosofi manajemen, gaya pengoperasian,

dan selera risiko

Komitmen terhadap integritas, nilai – nilai etis dan kompetensi

Pengawasan pengendalian internal oleh dewan direksi

Struktur organisasi

Metode penetapan wewenang dan tanggung jawab

Standar – standar sumber daya manusia yang menarik, mengembangkan dan

mempertahankan individu yang kompeten

Pengaruh eksternal

Penaksiran risiko Analisis dilakukan terhadap risiko – risiko

dan ancaman – ancaman yang mungkin muncul dalam siklus produksi dan

bagaimana pihak manajemen melaksanakan manajemen risiko dengan

menerapkan pengendalian internal sehingga risiko dapat diterima oleh

perusahaan. Aktivitas pengendalian

Analisis terkait kecukupan pengendalian internal yang telah diimplementasikan

perusahaan terhadap setiap aliran informasi dalam siklus produksi yang

meliputi ketersediaan dokumen pendukung transaksi, pelaksanaan otorisasi,

perlindungan asset dan informasi, pelaksanaan pemisahan fungsi dan tugas

bagian yang saling mengontrol, dan

pengawasan internal yang telah dilakukan perusahaan.

6. Informasi dan komunikasi Analisis terhadap proses informasi dan

komunikasi yang tepat dalam pengendalian internal yaitu meliputi :

Bagaimana perusahaan mendapatkan atau

menghasilkan informasi yang relevan dan berkualitas tinggi untuk mendukung

pengendalian internal.

Bagaimanaperusahaan

mengkomunikasikan informasi secara internal, termasuk tujuan dan tanggung

jawab yang diperlukan untuk mendukung komponen–komponen lain dari

pengendalian internal. Bagaimana perusahaan mengkomunikasikan hal – hal

pengendalian internal yang relevan kepada pihak – pihak eksternal.

7. Pengawasan Analisis terhadap pengawasan

pengendalian internal yang telah dilakukan oleh manajemen, meliputi :

d. Supervisi yang efektif. Berupa pelatihan terhadap karyawan,

monitor kinerja karyawan, koreksi terhadap kesalahan karyawan, pengawasan

terhadap karyawan yang memiliki akses terhadap harta perusahaan

e. Akuntansi pertanggungjawaban. Berupa penyusunan anggaran, kuota,

penjadwalan, harga pokok standar, standar kualitas, laporan yang membandingkan

kinerja aktual dengan rencana dan informasi terkait penyimpangan

f. Audit internal. Berupa review terhadap reliabilitas dan

integritas informasi operasional dan finansial, penilaian terhadap efektivitas

pengendalian internal, evaluasi kepatuhan karyawan terhadap aturan dan regulasi

yang berlaku, evaluasi terhadap efektivitas dan efisiensi manajemen.

1. Penarikan kesimpulan Kegiatan ketiga dalam tahapan

analisis adalah menarik kesimpulan. Dalam tahapan ini peneliti mencatat

keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), mencari arti dari penjelasan-penjelasan,

konfigurasi- konfigurasi yang mungkin,

Page 9: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

dan alur sebab akibat. Menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutip Sugiyono

(2013:336-345) menyatakan, bahwa langkah ketiga dalam analisis data

kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Penarikan kesimpulan ini yang kemudian digunakan dalam menjawab rumusan

masalah yang sudah dirumuskan sejak awal penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Analisa COSO Terhadap Pengendalian

Internal PT Duta Bangsa Mandiri

Dari informasi yang telah diperoleh

melalui wawancara, observasi dan dokumentasi oleh peneliti terkait kebijakan

manajemen dan akuntansi, struktur organisasi, deskripsi kerja karyawan serta

siklus produksi ready mix yang telah diimplementasikan oleh perusahaan maka

analisis pengendalian internal berbasis COSO untuk PT Duta Bangsa Mandiri adalah

sebagai berikut : 1. Lingkungan Pengendalian

a. Filosofimanajemen,gaya

pengoperasian, dan selera resiko

1. Penerapan di perusahaan : Berdasarkan hasil dari wawancara

peneliti terhadap nara sumber yaitu Bapak Imam subagyo selaku general manager di

perusahaan tersebut menjelaskan bahwa Filosofi manajemen dan gaya pengoperasian

yang telah terbentuk di perusahaan dianggap cukup mampu untuk mendukung

pengendalian internal yang memadai untuk Siklus Produksi Ready Mix. Hal ini

ditunjukkan dari struktur organisasi dan deskripsi kerja karyawan serta standar

prosedur operasional aktivitas produksi yang telah diimplimentasikan oleh perusahaan.

Berdasarkan penjelasan yang beliau sampaikan struktur organisasi dan deskripsi

kerja diketahui bahwa perusahaan telah memiliki garis wewenang dan tanggung

jawab yang cukup jelas untuk masing – masing karyawan, meskipun ditunjukan pada

garis wewenang dan tanggung jawab yang tidak sesuai dengan tugas tugas utama yang

seharusnya dilakukan oleh masing-masing karyawan dan deskripsi kerja di dalam

perusahaan tersebut sudah dialaksanakan dengan cukup baik, terarah namun belum ada

deskripsi kerja secara tertulis. Demikian pula informasi yang peneliti peroleh dari hasil

wawancara dengan Bapak Imam Subagyo selaku general manager memberikan

informasi mengenai target perusahaan untuk masing – masing karyawan juga cukup

rasional sehingga tidak memaksa karyawan untuk melakukan manipulasi untuk mencapai

kinerjanya. Hal ini disebabkan karena setiap target kinerja yang ditetapkan oleh Di

perusahaan tersebut pihak manajemen telah disesuaikan sesuai dengan kemampuan dan

keahlian masing – masing karyawan. Contohnya untuk kemampuan bagian

laboratorium khusus karyawan yang mempunyai pelangaman lebih di bidang

farmasi.Komitmen perusahaan dalam menjalankan pengendalian internal juga

terwujud dalam gaya pengoperasian aktivitas - aktivitas inti perusahaan, misalnya saja

Bapak Imam Subagyo menberikan contoh Dalam setiap menerima order dari Customer,

kenyataannya perusahaan selalu memperhitungkan resiko - resiko yang

melekat dalam pemesanan dan produksi,contohnya data yang diarsip di

dokumen terlihat jelas, sehingga sistem penjualan dan sistem produksi ready mix

selalu dikontrol secara memadai oleh departemen marketing dengan departemen

produksi (SPI Plant) dan manajemen mutu (SPI Technical), sehingga setiap hal – hal

yang merugikan perusahaan dapat dihindari. 2. Kelemahan :

Meskipun perusahaan telah mensosialisasikan tanggung jawab dan

wewenang karyawan pada saat perekrutan, namun Deskripsi kerja karyawan tersebut

tidak tertulis, kesimpulan dari pernyataan diatas sehingga terdapat kemungkinan bahwa

ada beberapa karyawan tidak terlalu memahami kewajiban untuk menerapkan

pengendalian internal yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu masih terdapat garis

Page 10: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

wewenang dan tanggung jawab yang kurang memadai yang akan dijelaskan dalam analisis

struktur organisasi. b. Komitmen terhadap integritas, nilai

– nilai etis dan kompetensi

1. Penerapan di perusahaan :

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibu Rosita Anita selaku direktur

keuangan di PT Duta Bangsa Mandiri, diketahui bahwa perusahaan sangat

menjunjung integritas dan komitmen pada nilai - nilai etis karyawan. Perusahaan

cenderung menghargai disetiap laporan yang dikerjakan seperti contoh laporan kinerja

yang jujur, akurat dan handal dibandingkan dengan laporan yang bagus namun tidak

mencerminkan kondisi perusahaan sebenarnya karena laporan kinerja yang jujur

akan memudahkan perusahaan dalam pengambilan keputusan yang tepat. Jika

terdapat permasalahan dalam setiap kejadian atau transaksi,Ibu Rosita menjelaskan bahwa

perusahaan memberikan keleluasaan terhadap karyawan untuk melakukan koordinasi dan

diskusi dengan teman sejawat maupun atasan untuk dilakukan pengambilan keputusan

bersama dibandingkan dengan penyelesaian permasalahan secara individu yang justru

menyebabkan tindakan yang tidak benar, contohnya apabila ada karyawan yang belum

memahami boleh saja bertanya kepada senior di masing-masing divisi. Perusahaan tidak

menerapkan pemberian insentif atau reward yang berlebihan untuk pencapaian kinerja

sehingga memotivasi karyawan untuk menerapkan tindakan ilegal maupun

manipulasi dalam penjualan maupun produksi, contohnya ketika driver dan ass

teknisi sedang mengirimkan produk beton ready mix kepada customer ,driver tidak

diperolehkan mendapat tips ataupun sejenisnya.

2. Kelemahan : Dari hasil pengamatan peneliti

perusahaan belum membuat kode etik kinerja secara tertulis yang dapat diakses dengan

mudah oleh karyawan yang dapat menjelaskan secara eksplisit perilaku -

perilaku yang dianggap layak atau tidak layak untuk pencapaian kinerja. Perusahaan juga

belum memberikan fasilitas kepada karyawan untuk melaporkan tindakan tidak jujur atau

ilegal yang dilakukan oleh karyawan lain sehingga proses komitmen terhadap

integritas dan nilai etis belum dilaksanakan dengan lengkap.

c. Pengawasan pengendalian internal

oleh dewan direksi

1. Penerapan di perusahaan : Peneliti mendapatkan hasil

wawancara dari Bapak Imam Subagyo selaku general manager menjelaskan bahwa,

Manajemen telah membuat Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk setiap aktivitas

utama dalam perusahaan seperti Sistem produksi, penggajian, pembelian bahan baku,

penjualan, pelaporan keuangan, perekrutan dsb. Di dalam SPO tersebut manajemen telah

menerapkan pengendalian internal baik berupa penggunaan dokumen, dual control,

penggunaan IT, maupun otorisasi untuk memastikan aktivitas rutin berjalan secara

optimal untuk pencapaian tujuan. 2. Kelemahan :

Menurut dari wawancara dan mengamati kejadian di perusahaan, SPO

belum dibuat secara tertulis dan disosialisasikan secara memadai kepada

karyawan terkait pada pengendalian internal dan pengelolaan resiko yang harus dilakukan

oleh karyawan. Selain itu perusahaan belum memiliki komite audit yang beranggotakan

pihak di luar manajemen yang bersifat independen dan bertanggung jawab atas

kepatuhan terhadap peraturan, pengendalian internal, pelaporan keuangan, dan

pelaksanaan audit. d. Struktur organisasi

1. Penerapan di perusahaan : Berdasarkan hasil wawancara dengan

Bapak Imam Subgayo selaku general manager menjelaskan Perusahaan telah

memiliki Struktur Organisasi (SO) yang tertulis dan telah disosialisasikan kepada

seluruh karyawan. PT Duta Bangsa Mandiri menggunakan pendekatan fungsional dan

geografis untuk departementalisasi dalam struktur organisasinya dimana sekelompok

karyawan dikelompokkan berdasarkan kesamaan pekerjaan, keahlian, tujuan dan

Page 11: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

penggunaan sumber daya. Sedangkan untuk SO dengan pendekatan geografis dikhususkan

untuk departemen operasional produksi, penjualan dan gudang yang berlokasi di

cabang – cabang perusahaan (Plant Pasuruan, Plant Jember, Plant Situbondo, Plant

Banyuwangi, Plant Malang). SO fungsional ini membuat karyawan bekerja secara efektif

dan efisien karena karyawan fokus pada pekerjaan yang sesuai dengan bidang

keahliannya. Dari hasil pengamatan peneliti Perusahaan membagi SO kedalam 3 fungsi

utama yaitu departemen pengelolaan keuangan yang dipimpin oleh direktur

keuangan, departemen pencatatan seluruh transaksi keuangan/ fungsi akuntansi yang

dipimpin oleh Consultant Accounting & Tax, dan departemen operasional rutin yang

dipimpin oleh General Manager. Dalam ketiga spesialisasi utama ini departemen

operasional rutin dibagi menjadi 5 departemen lagi yaitu :

a) SPI Plant (Produksi) yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan

produksi ready mix. b) SPI Technical (Laboratorium)

yang berfungsi untuk menentukan komposisi produk dan menyeleksi hasil produksi ready

mix sesuai mutu dan kualitas yang diharapkan oleh customer.

c) Departemen Marketing yang berfungsi untuk memasarkan produk,

negosiasi harga dan penawaran dengan customer, pemrosesan transaksi penjualan

serta pengelolaan piutang dan penagihan. d) Departemen HRD yang

berfungsi untuk pengelolaan karyawan. e) Security, yang berfungsi untuk

menjaga keamanan dan ketertiban operasional perusahaan.

Departemen Keuangan yang dipimpin oleh direktur keuangan membawahi 2 bagian

yaitu: a) Bagian financial yang

mengelola keuangan perusahaan,dan selalu berkoordinasi dengan departemen Accounting

untuk memeriksa Purchase order yang dibuat oleh admin pembelian.

b) Kepala Plant yang membawahi kepala Plant dari masing-masing cabang

(Jember, situbondo, Malang, Banyuwangi) Departemen Pencatatan seluruh

transaksi keuangan/ fungsi akuntansi yang dipimpin oleh Consultant Accounting & Tax

membawahi 6 bagian yaitu: a) Kepala Accounting yang

mencatat seluruh transaksi keuangan perusahaan.

b) Asisten Accounting 1 bertugas untuk menyusun dan membuat jurnal kas

masuk c) Asisten Accounting 2 yang

menyusun jurnal kas keluar dan membantu kepala accounting menyusun laporan.

d) Kepala Transportasi yang mengelola dan mengkoordinasikan seluruh

perencanaan,kebijakan dan strategi distribusi produk dan operasional pengangkutan barnag

yang akan dikirim kepala transportasi juga bertangung jawab pada masing- masing Plant

cabang. e) Kepala Logistik bertanggung

jawab terhadap penyimpanan barang, keamanan, kebersihan, dan ketertiban

gudang. f) Admin logistik 1&2

bertangung jawab dan berkoordinasi tentang pengolaan persediaan serta bertangung jawab

dari masing-masing Plant cabang perusahaan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa

didalam struktur organisai pada PT Duta Bangsa Mandiri ada beberapa garis intruksi

yang tidak susuai dengan departemennya maka dari itu berikut adalah kelemahan dari

struktur organisasi perusahaan ini 2. Kelemahan :

a) Rantai komando dalam SO Perusahaan masih belum jelas karena

terdapat manajer yang membawahi jenis pekerjaan berbeda di dalam satu fungsi yang

dikepalainya. Misalnya saja Manajer Marketing membawahi Administrasi invoice

dan tax yang secara fungsi dan jenis pekerjaanya lebih berkaitan erat dengan

fungsi Accounting, Accounting membawahi Transportasi dan logistik yang jenis

pekerjaanya lebih berkaitan erat dengan fungsi produksi/operasional.

b) Pada SO tersebut Finance juga membawahi kepala Plant cabang yang

Page 12: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

jenis pekerjaanya berkaitan erat dengan fungsi produksi/operasional.

c) Rantai Komando dalam segi pelaporan bawahan kepada atasan juga belum

jelas karena terdapat beberapa karyawan yang menjabat di dua fungsi misalnya saja satu

orang karyawan menjabat sebagai Administrasi invoice dan tax yang wajib

melapor ke Manajer Marketing, dan menjabat sebagai finance yang wajib melapor kepada

Direktur Keuangan. d) Terdapat fungsi yang

seharusnya dipisah namun masih digabungkan yaitu Accounting sebagai fungsi

pencatatan dengan Logistik sebagai fungsi penyimpanan dan Transportasi sebagai fungsi

operasional. e) Di dalam SO perusahaan

cabang diketahui pula bahwa fungsi penyimpanan dan pencatatan kas masih di

gabung dalam satu departemen yaitu kasir/ Admin Keuangan.

f) Rantai komando untuk security menunjukkan garis titik titik terhadap

General Manager yang berarti garis koordinasi dan bukan garis perintah. Padahal

secara struktural posisi General Manager lebih tinggi daripada security.

e. Metode penetapan

wewenang dan tanggung jawab

1. Penerapan di perusahaan : Dari hasil pengamatan peneliti

Perusahaan telah membuat struktur organisasi dan deskripsi kerja yang menggambarkan

wewenang dan tanggung jawab masing – masing karyawan.

2. Kelemahan : Perusahaan memiliki kelemahan

terkait metode penetapan wewenang dan tanggung jawab karena perusahaan belum

memiliki deskripsi pekerjaan formal, kode etik, serta kebijakan dan prosedur yang

tertulis untuk seluruh aktivitasnya. Kebijakan – kebijakan tersebut hanya disampaikan

secara informal kepada karyawan pada saat rekrutmen.Bapak Imam Subagyo selaku

general manager manyampaikan kepada peneliti perusahaan belum ada kebijakan yang

tertulis namun kondisi sekarang perusahaan mempunyai aturan-aturan yang sudah

diimplementasikan dan sudah berjalan baik hingga saat ini. Perusahaan juga belum

menyelenggarakan pelatihan karyawan secara formal untuk memastikan bahwa para

karyawan memahami praktik bisnis yang sesuai, wewenang atau tanggung jawab, serta

sasaran dan tujuan perusahaan maupun individu.

f. Standar – standar sumber

daya manusia yang menarik,

mengembangkan dan mempertahankan

individu yang kompeten :

1. Penerapan di perusahaan : Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dengan Ibu Anita Tanti selaku HRD di perusahaan ini menunjukan bahwa

Perusahaan menyeleksi karyawannya dengan sangat ketat, setiap karyawan yang direkrut

dan bekerja di bidang teknis minimal harus memiliki berijasah SMA atau sederajat.

kenyataanya dalam Setiap data karyawan dicatat oleh departemen HRD dan diupdate

setiap bulan untuk memastikan bahwa perusahaan mengetahui secara pasti kondisi

sumber daya manusianya. Ibu Anita Tanti menyatakan bahwa, Update data ini juga

bermanfaat untuk memastikan bahwa seluruh karyawan yang berhenti tidak memiliki akses

terhadap informasi dan aset perusahaan, yang berarti mengamankan perusahaan dari orang

yang tidak berkepentingan.Ibu Anita Tanti memberikan informasi terkait penilaian untuk

karyawan belum direalisasikan selama ini dikarenakan direksi belum menyempatkan

untuk mengadakan penilaian untuk karyawan dan pelatihan khusus bagi karaywan juga

belum terlaksana.Kondisi perusahaan belum ada rotasi kerja yang dilakukan setiap tahun

kah atau setidaknya perputaran di setiap bagian-bagian yang perlu rotasi.

Dari pengamatan peneliti dengan terkait dengan pengembangan sumber daya

manusia di perusahaan,peneliti menyimpulkan dari

2. Kelemahan perusahaan : a) tidak adanya penilaian kerja

secara periodik terhadap karyawan sehingga karyawan cenderung tidak mengetahui

kelemahan maupun kekuatan mereka. Hal ini menyebabkan efektifitas dan efisiensi

Page 13: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

karyawan stagnan dan tidak berkembang. b) Perusahaan hanya

menyelenggarakan pelatihan secara informal, hanya jika terdapat perubahan dalam

teknologi. Perusahaan belum menyelenggarakan pelatihan formal secara

menyeluruh untuk memastikan karyawan memahami proses bisnis secara menyeluruh.

c) Perusahaan belum melakukan komunikasi dengan karyawan terkait panduan

dan kode etik karyawan, konsekuensi apabila terjadi pelanggaran kode etik, serta program

pelatihan keamanan dan penipuan. Kurangnya pelatihan – pelatihan tersebut

menyebabkan karyawan kurang peduli terhadap penjagaan keamanan perusahaan,

baik keamanan informasi dan aset perusahaan.

d) Perusahaan belum menyelenggarakan rotasi terhadap pekerjaan

– pekerjaan yang sensitif (seperti pengelolaan aset persediaan dan keuangan)

dimana seringkali dalam bidang tersebut penyelewengan baru bisa diketahui apabila

pelaku tidak melakukan aktivitas rutin. g. Pengaruh eksternal

1. Penerapan di perusahaan : Perusahaan merupakan perusahaan

privat yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh pemimpin perusahaan sehingga

pengaruh eksternal yang signifikan yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan

hanyalah dari peraturan pemerintah dan Bank dimana perusahaan memiliki hutang usaha.

2. Penilaian Resiko

a. Penilaian Resiko

1. Penerapan di perusahaan :

Berdasarkan hasil interview dengan Bapak Imam Subagyo selaku general

manager di PT Duta Bangsa Mandiri diperoleh informasi bahwa dalam melakukan

penilaian resiko, perusahaan melalui proses identifikasi resiko, analisis resiko, dan

evaluasi resiko. Pemimpin unit kerja mengawasi secara aktif resiko – resiko bisnis

dan bawaan yang melekat di perusahaan. Pada saat melaksanakan transaksi, perusahaan

memastikan bahwa prosedur – prosedur kerja yang dapat mengelola resiko dilaksanakan

dengan tertib oleh karyawan.Berdasarkan hasil pertanyaan kepada beliau perusahaan

ini tidak mengadakan rapat mengenai resiko yang akan muncul pada aktivitas perusahaan.

2. Kelemahan : Kesimpulannya pada kelemahan

perusahaan terkait penilaian resiko ini terletak pada kontinuitas penilaian resiko, dimana

perusahaan tidak melakukan penilaian secara berkala terhadap resiko yang senantiasa

berkembang. Perusahaan tidak melakukan pertemuan khusus secara berkala untuk

membahas bahwa resiko – resiko baru masih tetap dalam level yang dapat diterima

perusahaan. selain itu sosialisasi resiko terhadap karyawan juga masih rendah,

sehingga kesadaran akan resiko bisnis oleh karyawan pelaksana juga masih rendah.

b. Tindakan yang Digunakan

Untuk Mengelola Resiko

1. Penerapan di perusahaan :

Hasil wawancara dengan Bapak Imam Subagyo selaku general manager

memberitahukan selama ini tindakan yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk

mengelola resiko adalah dengan menerapkan prosedur pengendalian internal untuk setiap

aktivitas rutin perusahaan. Dalam prosedur pengendalian internal terdapat aktivitas

pengendalian preventif berupa otorisasi, dokumentasi, pemisahan fungsi, perlindungan

akses terhadap aset dan informasi serta pengecekan independen yang diharapkan

dapat menghindarkan perusahaan dari resiko pencurian atau penyalahgunaan aset. Untuk

resiko residual yang tidak dapat diatasi oleh pengendalian preventif, perusahaan telah

melakukan pengelolaan resiko dengan cara membagi resiko dengan pihak ketiga yaitu

melalui asuransi kebakaran gedung dan asuransi kendaraan untuk truk molen.

2. Kelemahan : Dapat ditarik kesimpulan Meskipun

perusahaan telah mengasuransikan gedung dan kendaraanya namun untuk aset utama

yang merupakan komponen penting perusahaan yaitu persediaan dan mesin

produksi (BPO Plant) belum diasuransikan.

Page 14: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

3. Aktivitas Pengendalian

a. Otorisasi yang tepat

terhadap transaksi dan aktivitas

1. Penerapan di perusahaan:

Hasil wawancara dengan Bapak Imam Subgayo selaku general manager

memberikan informasi mengenai Fungsi otorisasi telah dilaksanakan dengan memadai

oleh perusahaan. sebagai contoh: a) Dokumen Penerimaan

Persediaan yang dibuat oleh SPI Technical diperiksa kembali oleh SPI Plant dan

diotorisasi oleh Direktur Utama. b) Laporan Stok take Material

yang dibuat oleh SPI Technical, diperiksa kembali oleh SPI Plant dan diotorisasi oleh

Direktur Utama. c) Dokumen penjualan/ dokumen

penawaran harga beton yang dibuat oleh Admin Marketing diperiksa dan diotorisasi

oleh Manajer Marketing. d) Bukti Pengiriman Beton dan

Surat Jalan Pengiriman dari Perusahaan ke Customer dikontrol dan diotorisasi oleh

Kepala Produksi. 2. Kelemahan :

Dari hasil pernyataan diatas maka kesimpulan ada Beberapa dokumen berikut

ini belum diotorisasi oleh kepala departemen yang menunjukkan bahwa pencatatan belum

diawasi secara memadai, sehingga beresiko terdapat kesalahan maupun fraud:

a) Purchase order dikirim ke supplier tanpa otorisasi dari direktur

keuangan dan sepengetahuan/ persetujuan Accounting.

b) Berita Acara Penyesuaian Persediaan akibat selisih antara catatan dan

fisik tidak diotorisasi oleh Consultant Acc & Tax yang merupakan pimpinan dari

Accounting. c) Berita Acara Selisih

Persediaan antara persediaan yang diterima dari supplier dengan Purchase Order tidak

diperiksa dan diotorisasi oleh Consultant Acc & Tax yang merupakan pimpinan dari

Accounting. d) Dokumen rekap Check Clock

tidak diperiksa kembali atau diotorisasi oleh Kepala Produksi yang mengetahui kinerja

karyawan produksi. e) Surat Perintah Lembur yang

dibuat oleh Kepala Produksi belum diotorisasi pimpinan departemen.

f) Tanda Terima Gaji yang dibuat finance tidak ditandatangani oleh

karyawan sebagai bukti bahwa karyawan yang berhak telah menerima gaji dengan

benar. g) Laporan BPO Sheet yang

dibuat oleh Kepala Produksi belum diotorisasi pimpinan departemen

b. Dokumentasi yang memadai

untuk seluruh aktivitas bisnis.

1. Penerapan di perusahaan: Dokumentasi yang memadai telah

dilakukan untuk beberapa aktivitas penting berikut ini, antara lain:

a) Aktivitas pembelian dan penerimaan pembelian.

b) Aktivitas penjualan beserta spesifikasi barang yang dijual.

c) Aktivitas pemakaian material bahan baku.

d) Aktivitas Stok Opname. e) Apabila terjadi kelebihan

maupun kekurangan dalam penerimaan persediaan yang dibeli, selalu

didokumentasikan dalam berita acara untuk dikonfirmasikan kepada supplier.

f) Selisih antara catatan dan fisik persediaan telah didokumentasikan dalam

Berita Acara Selisih Persediaan. 2. Kelemahan:

Dari hasil kesimpulan diatas ada beberapa aktivitas berikut ini belum

terdokumentasikan dengan memadai, sehingga beresiko terdapat kesalahan yaitu :

a) Pada aktivitas pembelian bahan baku ke Supllier belum ada dokumen

yang mendasari pembuatan Purchase Order, di mana seharusnya permintaan pembelian

dari departemen tertentu seharunya didokumentasikan secara memadai dan

dikontrol oleh Direktur Keuangan untuk memastikan bahwa pembelian yang

dilakukan sesuai dengan anggaran perusahaan.

b) Kegiatan pada saat SPI Technical melakukan aktivitas permintaan

Page 15: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

bahan baku ke logistik, Tidak terdapat dokumen yang memadai untuk aktivitas

menerima dan mengeluarkan bahan baku dari gudang. Dokumen pemakaian material hanya

dibuat oleh SPI Technical. Kesimpulan seharusnya dalam aktivitas apapun yang

terjadi di gudang harus tercatat dengan baik. c) Perusahaan belum memiliki

rencana produksi yang didokumentasikan secara memadai. Jadwal produksi ready mix

hanya berdasarkan dokumen penjualan (dokumen penawaran harga beton), sehingga

tidak bisa digunakan untuk memprediksi anggaran kebutuhan bahan baku.

d) Perusahaan belum mempunyai surat perintah kerja untuk bukti pengerjaan

proyek yang akan dikerjakan untuk mengontrol ass teknisi pada saat proses

membuat ready mix. e) Pembebanan Overhead tidak

didokumentasikan dalam laporan khusus yang memadai sehingga sulit untuk dikontrol

oleh Consultant Acc & Tax yang merupakan pimpinan dari Accounting.

f) Bahan kimia cadangan yang tidak digunakan oleh asisten teknisi pada saat

pemasangan beton di lokasi customer tidak didokumentasikan dengan memadai.

c. Pemisahan fungsi atau tugas

1. Penerapan di perusahaan:

Pemisahan fungsi dan tugas telah dilaksanakan secara memadai, sebagai

contoh: a) Fungsi penyimpanan kas dan

pencatatan kas di kantor pusat telah dipisah yaitu terdapat finance yang memiliki otoritas

terhadap penerimaan dan pengeluaran kas dan Accounting yang memiliki otoritas terhadap

pencatatan seluruh transaksi keuangan. b) Fungsi pembelian dan

penerimaan persediaan telah dipisah, dimana pembelian dilakukan oleh admin pembelian

berdasarkan purchase order dari Kepala produksi dan penerimaan dilakukan oleh SPI

Technical. c) Fungsi pencatatan penjualan

(Accounting dan Marketing) telah dipisah dari fungsi operasional (Produksi).

d) Kualitas dan mutu produk dikontrol oleh dua departemen yaitu SPI

Plant yang bertugas melaksanakan produksi ready mix dan SPI Technical yang bertugas

menentukan komposisi produk. 2. Kelemahan :

Beberapa fungsi yang saling mengontrol belum dipisah, yaitu sebagai

berikut : a) Purchase Order yang

berfungsi untuk dokumen pembelian kepada supplier dibuat oleh Kepala Produksi (BPO),

di mana seharusnya dokumen ini dibuat oleh Admin Pembelian yang secara fungsinya

bertanggung jawab dalam aktivitas pembelian sedangkan Kepala Produksi (BPO) berfungsi

untuk aktivitas produksi. b) Fungsi penyimpanan barang

dan fungsi operasional belum dipisah di mana penerimaan persediaan dilaksanakan oleh SPI

Technical yang sekaligus berfungsi melaksanakan kegiatan operasional.

c) Dokumen Penerimaan Barang diUpdate oleh SPI Technical yang

menjalankan fungsi operasional, di mana seharusnya dokumen ini diupdate oleh

logistik yang menjalankan fungsi penyimpanan persediaan.

d) Laporan Stok take Material yang berfungsi sebagai dokumen pencatatan

jumlah persediaan di gudang dan hasil stok opname dibuat oleh SPI Technical, di mana

seharusnya dokumen ini dibuat oleh Logistik yang secara fungsi bertanggung jawab dalam

mengelola persediaan. e) Stok Opname dilakukan oleh

SPI technical dan SPI Plant yang menjalankan fungsi operasional, padahal

seharusnya aktivitas ini juga dilaksanakan bersama logistik yang bertanggung jawab

dalam mengelola persediaan di gudang dan Accounting yang berfungsi sebagai pengelola

catatan nilai persediaan di laporan keuangan. d. Perlindungan terhadap

akses dan penggunaan asset dan catatan

1. Penerapan di perusahaan :

Hasil wawancara dengan Bapak Imam Subagyo selaku general manager mengenai

Fungsi perlindungan aset dan akses penggunaan catatan telah dilaksanakan secara

memadai oleh perusahaan yaitu sebagai berikut :

Page 16: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

a) Persediaan diletakkan digudang terkunci yang hanya bisa diakses

dengan seijin kepala gudang (Logistik). b) Perusahaan selalu memastikan

bahwa jumlah persediaan yang dibeli sesuai dengan Purchase Order dan Surat Jalan/

Surat Perintah Jalan dari Supplier. c) Perusahaan memiliki asuransi

kebakaran untuk gedung kantor dan asuransi kendaraan untuk truk molen.

d) Akses ke mesin produksi ready mix hanya bisa dilakukan oleh Kepala

Produksi (BPO) dan asisten produksi. e) Perusahaan mengadakan Stok

Opname setiap bulan untuk memastikan bahwa fisik persediaan sesuai dengan catatan.

2. Kelemahan : Dari hasil pernyataan diatas adanya

kemungkinan Resiko kehilangan, kerusakan mesin dan persediaan maupun fraud dapat

terjadi karena aset ini belum diasuransikan. e. Pengecekan independen

terhadap kinerja

1. Penerapan di perusahaan :

a) Dalam setiap menerima barang dari supplier, SPI Technical melakukan

perhitungan ulang volume dan jumlah persediaan, pemeriksaan tekstur dan warna

persediaan, serta pemeriksaan segel untuk memastikan persediaan dalam kondisi yang

sama pada saat persediaan dibeli. b) Perusahaan telah

melaksanakan akuntansi double entry sesuai SAK (standar Akuntansi Keuangan) terhadap

biaya produksi ready mix. 2. Kelemahan :

a) Perusahaan tidak memiliki anggaran terhadap kebutuhan persediaan,

sehingga sulit diidentifikasi apakah pembelian yang dilakukan selama ini telah

efektif dan efisien. Selain itu tidak terjadwalnya pembelian bahan baku

menyebabkan pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan tersebut akan terganggu.

Sebagai contoh, ketidak tersediaan bahan baku karena bahan baku yang dipesan belum

datang akan mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi.

b) Perusahaan tidak memliki anggaran terhadap cost of product sehingga

tidak bisa dilakukan pengukuran terhadap efisiensi biaya produksi ready mix.

4. Informasi dan komunikasi

1. Penerapan di perusahaan :

Pada PT Duta Bangsa Mandiri Informasi dan komunikasi di perusahaan

dilakukan dalam 3 tahap : a) Mendapatkan atau

menghasilkan informasi yang relevan. Dalam proses memperoleh informasi

terkait harga pokok produksi ready mix, perusahaan sudah menerapkan beberapa

pengendalian internal yang memadai, dimana transaksi - transaksi yang mempengaruhi nilai

harga pokok produksi ready mix berupa biaya pemakaian bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung dan biaya overhead telah didokumentasikan dengan cukup baik oleh

perusahaan. Beberapa dokumen tersebut, meskipun tidak seluruhnya, telah diotorisasi

oleh atasan yang sekaligus berperan sebagai pengawas. Keakuratan dan kevalidan

dokumen juga dicontrol oleh minimal dua orang sehingga isi dokumen dapat diyakini

kebenarannya. b) Komunikasi internal.

Komunikasi internal antar departemen terkait harga pokok produksi ready mix

ditunjukkan pada dokumen Purchase Order, laporan Stok Take Material, Dokumen

Penerimaan Persediaan dan Dokumen Pemakaian Material yang pembuatannya

melibatkan dua departemen yaitu SPI Plant(produksi) dan SPI Technical(mutu),

sehingga kedua departemen ini akan memiliki informasi yang sama terkait biaya bahan

baku. Untuk selanjutnya dokumen - dokumen tersebut akan dikomunikasikan kepada

Accounting, untuk pembuatan laporan keuangan yang kemudian laporan keuangan

akan dikomunikasikan kepada Direktur Utama sehingga Direktur Utama dapat

melakukan pengambilan keputusan terkait biaya produksi ready mix untuk periode

selanjutnya. c) Komunikasi eksternal.

Perusahaan melakukan komunikasi eksternal kepada pemerintah daerah terkait

posisi perusahaan sebagai wajib pajak. Komunikasi eksternal dilakukan melalui

Page 17: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

laporan keuangan yang dijadikan dasar perhitungan pajak yang wajib dibayar oleh

perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan tersebut harus akurat dan valid

karena laporan tersebut berperan penting dalam melindungi perusahaan dari risiko

denda pajak yang akan terjadi apabila instansi pajak mengetahui laporan keuangan

perusahaan tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.

2. Kelemahan : Perusahaan telah melaksanakan

komunikasi baik secara internal dan eksternal dengan cukup baik terkait pembuatan laporan

harga pokok produksi ready mix, namun masih terdapat beberapa kebijakan

perusahaan yang belum dikomunikasikan secara memadai kepada karyawan, yaitu

terkait deskripsi kerja, manajemen resiko, kode etik, serta standar prosedur operasional

untuk aktivitas rutin. Kebijakan tersebut seharusnya disampaikan secara formal dan

melalui media tertulis yang mudah diakses oleh seluruh karyawan setiap saat, sehingga

karyawan dapat membantu manajemen dalam mewujudkan pengendalian internal yang

memadai untuk seluruh bisnis perusahaan terutama untuk aktivitas produksi ready mix

yang membutuhkan biaya tinggi. 5. Pengawasan

a. Supervisi yang efektif

1. Penerapan di perusahaan :

Perusahaan telah mengimplementasikan pengawasan terhadap

kinerja karyawan, dimana dalam struktur organisasi ditunjukkan bahwa direktur utama

bertugas untuk memantau dan mengoreksi kesalahan karyawan dibawahnya.

Pengawasan ini didokumentasikan dalam bentuk otorisasi dalam dokumen.

2. Kelemahan : Namun demikian, kesimpulanya

menurut pengamatan peneliti masih banyak aktivitas yang belum dilakukan pengawasan

oleh pimpinan (direktur utama/pimpinan departemen) yang ditunjukkan dengan tidak

adanya otorisasi dari pimpinan dalam dokumen hasil dari aktivitas tersebut,

misalnya saja Purchase order ke supplier, Berita Acara Penyesuaian Persediaan akibat

selisih antara catatan dan fisik, Berita Acara Selisih Persediaan antara barang yang

diterima dari supplier dengan Purchase Order.

b. Akuntansi

pertanggungjawaban.

1. Penerapan di perusahaan : Sistem akuntansi pertanggungjawaban

untuk prosedur operasional produksi ready mix yang telah diimplementasikan oleh

perusahaan adalah adanya standar untuk komposisi produk, sehingga dapat diketahui

apakah terdapat selisih antara komposisi aktual dengan yang sudah ditetapkan. Apabila

selisih tersebut signifikan, maka SPI Plant dan SPI Technical akan mengevaluasi selisih

tersebut. 2. Kelemahan :

Kesimpulanya perusahaan belum menerapkan sistem akuntansi

pertanggungjawaban yang memadai untuk kegiatan produksi ready mix, karena

perusahaan tidak memiliki anggaran atau biaya standar untuk cost of product maupun

pembelian persediaan. Terlihat dari kebijakan akuntansinya bahwa seluruh biaya yang

dimasukkan ke dalam cost of product adalah biaya aktual, sehingga tidak terdapat

penilaian varians. c. Audit internal

Bapak Imam Subagyo selaku general manager memberikan informasi yaitu

Perusahaan belum memiliki audit internal, sehingga selama ini belum pernah dilakukan

pengujian terhadap keandalan, integritas maupun evaluasi terhadap efektivitas dan

efisiensi pengendalian internal sistem produksi ready mix.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1)Pelaksanaan prosedur tetap khususnya pada siklus produksi di PT Duta Bangsa

Mandiri Pasuruan dinilai cukup baik hal ini dapat ditunjukan pada seluruh aktivitas

perusahaan yang lengkap dalam memproduksi beton ready mix dimulai dari

aktivitas penentuan komposisi bahan baku sampai barang tersebut diterima oleh

Page 18: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

customer. Tetapi dalam prosedur siklus produksi ready mix terdapat beberapa

aktivitas yang tidak dilakukan oleh masing - masing bagian. Karena prosedur siklus

produksi yang lengkap, penting untuk membantu perusahaan dalam

meningkatkan kualitas yang ingin dicapai dan merupakan salah satu elemen

pendukung dari terciptanya pengendalian internal yang baik. 2)Pengendalian internal yang dimiliki oleh PT Duta Bangsa Mandiri sudah cukup

memadai. Hal ini dapat di lihat dari adanya pemisahan bagian – bagian yang terlibat

dalam siklus produksi ready mix yang sudah tepat.Selain itu di dalam SPO

tersebut manajemen telah menerapkan pengendalian internal dengan baik berupa

penggunaan dokumen, dual control, penggunaan IT, maupun otorisasi untuk

memastikan aktivitas rutin berjalan sacara optimal sebagai pencapaian tujuan.PT

Duta Bangsa Mandiri juga telah melakukan perlindungan terhadap asset

dan akses penggunaan catatan secara memadai dengan cara mengasuransikan

gedung jika terjadi kebakaran dan truk molen jika terjadi kerusakan. 3)PT Duta Bangsa Mandiri sudah memiliki struktur organisasi yang tertulis dan telah

disosialisasikan kepada seluruh karyawan tetapi ada beberapa garis instruksi yang

tidak sesuai dengan departemennya maka hal tersebut menjadi kelemahan dari

struktur organisasi perusahaan .

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan hasil analisis

data yang dilakukan maka diajukan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1)Perusahaan seharusnya lebih melakukan ketelitian dalam aktivitas perusahaan

khususnya siklus produksi dalam prosedurnya, Prosedur yang perlu

ditambahkan aktivitasnya yaitu prosedur permintaan bahan baku ke logistik,

prosedur pembelian bahan baku, prosedur produksi dan pengiriman ready mix,

prosedur penggajian karyawan produksi, dan prosedur akuntansi biaya. Penulis

menyarankan agar perbaikan ini meliputi beberapa aktivitas yang terlibat dalam

siklus produksi ready mix, dokumen-dokumen yang digunakan , pihak-pihak

yang berhak melaksanakan otorisasi, informasi – informasi yang dihasilkan,

serta alur pendistribusian dokumen. Hal ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai

pengendalian dan penilaian terhadap pelaksanaan siklus produksi khususnya

produksi ready mix. 2)Perusahaan perlu menambahkan untuk

perlindungan terhadap asset khususnya mesin bacthing Plant mesin tersebut

adalah asset utama bagi perusahaan untuk memproduksi ready mix. Penulis

menyarankan agar mesin diasuransikan karena memiliki peran yang sangat penting

untuk pembuatan beton ready mix. 3)Perusahaan perlu memiliki divisi audit

internal, Penulis menyarankan agar perusahaan menyelenggarakan audit

internal dengan melakukan pengujian terhadap keandalan, intergritas maupun

evaluasi terhadap efektivitas dan efisiensi pengendalian internal khususnya sistem

produksi ready mix. 4)Perusahaan perlu mengganti rantai

komando pada struktur organisasi dan fungsi – fungsi yang harus dipisah

misalnya Accounting membawahi KA.& Logistik1 yang dilhat dari fungsi berbeda

yaitu accounting sebagai fungsi pencatatan dan Logistik sebagai fungsi penyimpanan

dan KA. Transportasi sebagai fungsi operasional. Penulis menyarankan

seharusnya KA.&Logistik berdiri sejajar dengan SPI Plant dan SPI Technical,

kemudian KA.& Transportasi dibawahi oleh SPI Plant yang fungsinya

berhubungan dengan operasional perusahaan.

Daftar Pustaka

1) Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian untuk Public

Relations: Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media

Page 19: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

2) Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

3) Anastasia Diana, Lilis Setiawati, 2011. Sistem Informasi Akuntansi,

Edisi Pertama, Penerbit Andi, Yogyakarta

4) Arifiyani,Hesti Arlich & Sukirno. (2012). Pengaruh Pengendalian

Intern, Kepatuhan dan Kompensasi Manajemen Terhadap Perilaku

Etis Karyawan (Studi Kasus PT. Adi Satria Abadi Yogyakarta).

Jurnal Nominal,Vol. I, No. I. Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Yogyakarta 5) Anonim. Badan Pusat Statistik.

Ekonomi dan perdagangan, Konstruksi. “Ringkasan

Pendapatan Bruto dan Pengeluaran Perusahaan Konstruksi (Juta

Rupiah) 2000 – 2015. Update 17 Oktober 2016.

http://www.bps.go.id//Link// Tabel Statis/ view/id/933

6) Anonim. Badan Pusat Statistik. Ekonomi dan Perdagangan,

Konstruksi.”Ringkasan Statistik Konstruksi”. Update 17 Oktober

2016. http://www.bps.go.id//Link//Tabel/

Statis/view/id/933 7) Anonim. Badan Pusat Statistik.

Ekonomi dan Perdagangan. Produk Domestik Bruto. No TABEL

32.”Seri 2010 PDB Triwulan Atas Dasar Harga Konstan 2010

Menurut Lapangan Usaha. (Miliar Rupiah )2014 – 2016”. Update 8

November 2016.http://www.Bps.go.id//Link//

Subjek view//id/11 8) Anonim.”Pertumbuhan Sektor

Konstruksi Indonesia Timur Tertinggi.” update terakhir selasa 5

april 2016, 12.59 WIB.http://www. katadata.co.id/berita/2016/04/05/

9) Anonim. Mandiri industry update.”Building and Construction

Interchange (BCI) Asia memperkiraka tahun 2016 nilai

proyek infrastruktur akan melebihi nilai proyek properti.”Volume 6,

Maret 2016. http://Mandiri institute.id//

10) Anonim. Mandiri industry update. “Sulawesi dan Maluku Papua

mengalami pertumbuhan sektor konstruksi tertinggi tahun 2015.”

Volume 6, Maret 2016. http:// Mandiri institute.id//

11) Anonim. Wicaksono, Eko Pebrianto .”ini 5 sektor

penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomiRI “.05Februari

015.14.05WIB.http://liputan 6.com//bisnis/ekonomi//

12) Budiono, Hendrawan. (2014). Studi Manajemen Mutu pada

Perusahaan Beton Siap Pakai (Ready Mix) di PT. Merak Jaya

Beton, JL. Raya Mastrip No. 5 Kecamatan Karang Pilang Kota

Surabaya. Studi Manajemen Mutu, Vol.03 No. 1 0-216. Jurusan

Pendidikan Teknik Bangunan. Fakultas Teknik. Universitas

Negeri Surabaya 13) Christian, Lianawati. (2011).

Sistem Informasi Akuntansi Perhitungan Harga Pokok

Produksi pada Perusahaan Manufaktur.

AKUNTOTEKNOLOGI: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Teknologi,

Vol.3, No.1, Januari 2011 14) Daljono. (2011). Akuntansi Biaya

Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian, Edisi Ketiga, Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

15) Hapsari,S. D., Saputra, B. W., & Rismadi,Bambang. (2013).

Evaluasi Efektivitas Pengendalian Biaya Produksi dan Efisiensi Biaya

Produksi (Studi Kasus di PT. XYZ). JAMS – Journal of

Management Studies,Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122

Page 20: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …

16) Krismiaji. 2010. Sistem Informasi Akuntansi Biaya. Yogyakarta:

UPP-STIM YKPN 17) Kalimsa, Norma Sari. 2013.

Evaluasi Implementasi Pengendalian Internal Berbasis

COSO di Perusahaan Konstruksi (Studi Kasus pada PT Sinar Fajar

Baru). Tesis, Program Magister Akuntansi. Fakultas Ekonomika

dan Bisnis. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

18) Lim, Erwin Krisdianto & Wirawan, Adhicipta R. (2013). Evaluasi

Pengendalian Internal Berdasar COSO pada Siklus Produksi Untuk

Meningkatkan Efisiensi PT. Gerongan Surajaya di Surabaya.

Calyptra : Jurnal Imiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 2, No. 1

19) Mulyadi. (2014). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Universitas Gadjah Mada . 20) Mujilan, Agustinus. 2012. Sistem

Informasi Akuntansi, Teori dan Wawasan di Dunia Eektronis.

Madiun: WIMA Pers. 21) Purwaningsih, Novi Indah. (2012).

Evaluasi Kebutuhan Sistem Informasi Akuntansi pada Proses

Pelaporan Sistem Produksi Perusahaan Manufaktur (Studi

Kasus PT. Multi Teknik Mandiri). Skripsi, Fakultas Ekonomi.

Universitas Gunadarma 22) Rapina & Christyanto, Leo. (2011).

Peranan Sistem Pengendalian Internal Dalam Meningkatkan

Efektivitas dan Efisiensi Kegiatan Operasional Pada Siklus

Persediaan dan Pergudangan (Studi Kasus Pada PT.Ultrajaya

Milk Industry & Trading Company Tbk Bandung). Akurat Jurnal

Ilmiah Akuntansi, No. 06, Tahun ke-2 September-Desember 2011.

Jurusan Akuntansi. Universitas Kristen Maranatha.

23) Rohmah, Ainur. (2014). Perhitungan Harga Pokok

Produksi Berdasarkan Metode Harga Pokok Pesanan Untuk

Efisiensi Biaya Produk pada Usaha Kana Jaya. Skripsi,

Fakultas Ekonomi & Bisnis. 24) Romney, Marshall B., dan Paul

John Steinbart. (2015). Sistem Informasi Akuntansi, Edisi

Ketigabelas, Penerbit Salemba Empat : Jakarta Selatan.

25) Selvianti, Eva. (2014). Pengendalian Intern Persediaan

Bahan Baku untuk Kelancaran Produksi pada PT. Graphika

Beton. Skripsi, Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas

Maritim Raja Ali Haji. 26) Sugiyono. (2013). Metode

Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).

Bandung: Alfabeta. 27) Usman, Kristanto & Widyawati,

Ratna. 2011. Pengendalian Mutu Beton Ready Mix Pada Batching

Plant Dengan Menggunakan Statistical Quality Control. Jurnal

Rekayasa, Vol. 15 Nomor 3, Desember 2011

28) Wargono, Christian Pradipta. (2012). Analisis dan Perancangan

Sistem Informasi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang

Bergerak di Bidang Plastik. Jurnal BERKALA ILMIAH

MAHASISWA AKUNTANSI, VOL. 1, NO. 2, MARET 2012.

Fakultas Bisnis. Unika Widya Mandala

29) Walke, R. C. & Topkar, V.M. 2012. Qualitative Analysis Of

Internal And External Risks For Ready Mix Concrete Plants – A

Case Study Approach. IOSR Journal of Engineering, May. 2012,

Vol. 2(5) pp: 1013-1019. www.iosrjen.org

Page 21: ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP …