Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP SIKLUS PRODUKSI
(Studi Kasus Beton Ready Mix Pada PT Duta Bangsa Mandiri Pasuruan)
Harlinda Dina Imama 1), Lutfi Harris, M.Ak., Ak.2) Jurusan Akuntansi, Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan sistem informasi akuntansi siklus produksi dan mengevaluasi ke efektifitasan pelaksanaan pengendalian internal dalam sistem
informasi akuntansi siklus produksi PT Duta Bangsa Mandiri Pasuruan.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, ada 3 cara
pengumpulan data yang akan dilakukan, yaitu: metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil evaluasi, Pelaksanaan prosedur tetap khususnya pada siklus
produksi di PT Duta Bangsa Mandiri Pasuruan dinilai cukup baik. Hal ini ditunjukan pada seluruh aktivitas perusahaan yang lengkap dalam memproduksi beton ready mix. Namun
dalam prosedur siklus produksi ready mix terdapat beberapa aktivitas yang tidak dilakukan oleh masing-masing bagian, karena prosedur siklus produksi yang lengkap, penting untuk
membantu perusahaan dalam meningkatkan kualitas yang ingin dicapai dan merupakan salah satu elemen pendukung dari terciptanya pengendalian internal yang baik. Pengendalian
internal yang dimiliki oleh PT Duta Bangsa Mandiri sudah cukup memadai. Hal ini ditunjukan adanya pemisahan bagian-bagian yang terlibat dalam siklus porduksi ready mix
yang sudah tepat.
Kata Kunci: Sistem, Pengendalian internal, Siklus Produksi, Beton Ready Mix
Pendahuluan
Sektor konstruksi Indonesia, selain sebagai pilar penting penopang
perekonomian negara, menjanjikan peluang menarik sebagai pasar berpotensi
tinggi bagi penyedia produk dan teknologi konstruksi nasional maupun internasional.
Potensi yang besar disektor konstruksi di Indonesia ditunjukkan oleh beberapa data
antara lain data historis yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
dalam Laporan kinerja lapangan usaha kontruksi Indonesia tahun 2016
dibandingkan tahun 2014 dan tahun 2015 mengalami peningkatan di triwulan ke I,
II, dan III, Menyebutkan pada Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, dan
menempati urutan ke-4 dari 5 sektor utama penyumbang pertumbuhan ekonomi
Indonesia dengan prsentase 9,88 persen dengan pertumbuhan sebesar 6,97 persen
pembangunan rumah hotel, jembatan, jalan , dan pelabuhan. Sementara itu, untuk
pertumbuhan sektor konstruksi di tahun 2015 khususnya wilayah Sulawesi, maluku
dan papua 11,7 dan 10,1 persen namun tidak dapat dipungkiri bahwa jawa masi
menjadi motor penggerak sektor kontruksi nasional karena share sektor kontruksi di
pulau ini mencapai 58% tahun 2015.(http://www.bankmandiri.co.id/).
Sedangkan proyeksi pada tahun 2012-2015 pembangunan properti seperti perkantoran
dan resdensial mendominasi proyek kontruksi bahkan pada tahun 2014,
proporsi pembangunan properti di dalam sektor konstruksi pernah mencapai 64.2%.
Namun pada tahun 2016 sektor konstruksi untuk infrastruktur akan lebih
mendominasi karena pemerintah akan banyak mengeksekusi pelaksanaan proyek-
proyek infrastruktur terutama yang sudah masuk dalam rencana kerja pemerintah
(RKP) 2016. (http://www.bankmandiri.co.id/).
Pertumbuhan sektor konstruksi ini didukung oleh realisasi belanja modal
pemerintah melalui pembangunan infrastruktur, dimana pemerintah telah
menetapkan sejumlah target besar dalam pembangunan infrastruktur pada tahun ini
diprediksi 51,1%proyek kontruksi berasal dari pembangunan infrastruktur(
(http://www.bankmandiri.co.id/). Selain pertumbuhan pasar properti atau real
estate dalam negeri dan peningkatan investasi swasta juga turut berperan besar
meningkatkan pertumbuhan sektor konstruksi Indonesia. perkembangan pasar
properti di Indonesia didukung oleh pertumbuhan penduduk Indonesia yang
pesat yaitu rata – rata 1,40% dari tahun 2010-2014 dan kebijakan Bank Indonesia
yang melonggarkan kredit kepemilikan rumah (KPR) sejak Juni 2015
(http://www.bankmandiri.co.id/) Besarnya potensi pertumbuhan
pasar konstruksi memicu bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di
bidang penyedia bahan bangunan, teknologi, maupun penyedia jasa
konstruksi. Data BPS menunjukkan bahwa jumlah perusahaan yang bergerak di
bidang konstruksi di Indonesia, hingga periode tahun 2015 jumlahnya mencapai
130.165 perusahaan (http://www.bps.go.id/) Sedangkan
pekerjaan konstuksi yang diselesaikan menurut pendapat bruto dari tahun 2000
hingga tahun 2015 selalu mengalami peningkatan setiap
tahunnya.(http://www.bps.go.id/). Dilihat dari besarnya jumlah
tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa persaingan bisnis konstruksi sangat ketat.
Dimana beberapa perusahaan dalam wilayah yang sama harus memiliki
keunggulan bersaing sehingga dapat mempertahankan eksistensinya. Salah satu
strategi perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya adalah dengan inovasi
produk maupun efisiensi biaya produksi. Biaya produksi merupakan faktor penting
yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga jual dari produk yang dihasilkan.
Biaya produksi yang efisien menunjukkan bahwa kualitas produk tetap sesuai dengan
standar namun dengan harga jual yang rasional, yang berarti produk tersebut
memiliki daya saing dibandingkan dengan produk pesaing di pasar baik dari segi
harga maupun kualitas. Pengelolaan biaya produk yang
efisien dapat diukur dari siklus produksi yang efektif, dimana dengan menghasilkan
biaya produk yang efisien harus dikuti dengan siklus produksi yang mempunyai
sistem pengendalian internal yang baik dan berstruktur. Siklus produksi adalah suatu
siklus yang memproses bahan baku dan persediaan menjadi produk jadi (barang
atau jasa) yang siap untuk dijual (Krismiaji, 2010). Hasil akhir dari siklus
ini adalah informasi mengenai biaya produk yang dikenal dengan istilah harga
pokok produksi (HPP). HPP adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi suatu barang atau jasa selama periode bersangkutan (Mulyadi,
2014). Informasi mengenai HPP ini sangat penting bagi strategi bisnis perusahaan
karena HPP merupakan pedoman dasar untuk pengambilan keputusan mengenai
harga dan strategi produk. Selain berfungsi untuk menetapkan harga jual, HPP juga
berperan penting menilai dampak keuangan dari penambahan atau
penghapusan suatu produk, divisi atau suatu bagian dalam perusahaan, HPP juga
berperan dalam pengambilan keputusan apakah manajemen harus membuat suatu
bahan baku/bahan pendukung atau membeli bahan bahan tersebut, Selain itu
HPP juga dapat digunakan sebagai alat evaluasi kinerja produk. (Mulyadi, 2014)
Mengingat perananan HPP sangat penting dalam menjaga
keberlangsungan hidup perusahaan, maka informasi mengenai HPP tersebut harus
akurat dan dapat dipercaya. Informasi yang akurat dapat diperoleh apabila siklus
produksi ini berjalan efektif, Yaitu apabila setiap aktivitas dalam siklus, Baik aktivitas
dalam sistem persediaan, Penggajian dan akuntansi biaya dilaksanakan sebagaimana
mestinya dan tidak terdapat penyimpangan merugikan perusahaan. Suatu aktivitas
dikatakan bebas dari penyimpangan apabila aktivitas pengendalian yaitu
otorisasi transaksi, pengamanan terhadap aktiva dan catatan, pemisahan fungsi dan
tugas, dan penggunaan dokumen dan catatan memadai.
PT Duta Bangsa Mandiri merupakan perusahaan swasta nasional
yang bergerak pada industri penyedia bahan konstruksi berupa beton ready mix.
Beton merupakan material bahan bangunan yang banyak digunakan dalam
pelaksanaan proyek konstruksi pada saat ini. Hal tersebut disebabkan oleh
keunggulan yang dimiliki oleh beton yaitu kemudahan dalam memperoleh bahan
baku, kemudahaan pengerjaan dan keawetannya. Selain itu, beton mempunyai
kekuatan tekan yang tinggi dan ketahanan besar sehingga tidak cepat retak atau
hancur oleh bencana alam. Oleh karena itu, beton banyak digunakan untuk membuat
perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi jalan, jembatan penyeberangan,
struktur parkiran, dasar untuk pagar atau gerbang bahan dan lain – lain. Namun,
karena pengerjaan beton secara konvensional memiliki beberapa
kekurangan, maka PT Duta Bangsa Mandiri melakukan inovasi terhadap
pengolahan beton yaitu secara ready mix. beton ready mix adalah beton segar yang
belum mengalami proses pengikatan dan perkerasan, yang diproduksi di batching
plant (Pabrik) dengan penambahan bahan kimia (admixture) kemudian dikirim ke
lapangan dengan menggunakan truk mixer.
Beton yang diolah secara ready mix sangat populer untuk proyek
konstruksi besar karena keuntunganya, antara lain sebuah pabrik ready mix
concrete dapat melayani area yang luas, olahan beton segar dapat dikirim langsung
ke lapangan, memiliki kualitas yang lebih tinggi dari beton konvensional karena
olahan dibuat secara terkomputerisasi, waktu pengecoran, menghemat tempat
untuk pencampuran beton di lapangan, mengurangi polusi suara dan debu dari
mesin pencampur beton (molen) di sekitar proyek. Selain keuntungan teknis tersebut,
beton ini juga menyediakan harga yang lebih murah dibandingan beton
konvensional karena campurannya yang efisien dan material bahan baku yang
murah, karena pembelian material dilakukan dalam volume besar.
Namun, Beton ready mix ini memiliki kerugian dalam pengiriman,
yaitu apabila proyek berada sangat jauh dari pabrik, sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk pengiriman dari pabrik ke proyek sulit diprediksi dengan tepat, hal
ini akan menyulitkan untuk mempertahankan beton tiba di proyek
dalam keadaan plastis. Sehingga untuk mempertahankan beton tiba di lapangan
dalam keadaan plastis diatasi dengan penambahan zat additive seperti retarder,
yang harganya cukup mahal, sehingga berimplikasi kepada harga beton. Selain itu
biaya tetap untuk alat pengiriman (truk mixer) dan pengolahan cukup mahal
dibandingkan dengan alat pengolahan beton konvensional sehingga untuk
kebutuhan beton ready mix kurang dari 10 M
3 sebaiknya dihindari karena harganya
akan lebih mahal jika dibandingkan dengan beton konvensional.
Mengapa peneliti memilih untuk meneliti hal ini karena PT Duta Bangsa
Mandiri masih ada beberapa pembukuan yang dilakukan secara manual. Dan
dengan adanya kelemahan - kelemahan yang berimplikasi signifikan terhadap
harga beton tersebut harus diatasi oleh PT Duta Bangsa Mandiri dengan cara
menerapkan pengendalian internal yang memadai terhadap alur siklus produksi
agar mendapatkan biaya produksi efisien. Pemborosan biaya terhadap material bahan
baku maupun tenaga kerja yang dapat menambah nilai HPP harus dihindari,
sehingga harga beton ready mix PT Duta Bangsa Mandiri tetap dapat bersaing di
pasar industri ready mix yang terus berkembang. Dari latar belakang tersebut
maka peneliti akan membahas tentang sistem pengendalian internal yang telah
dilakukan PT Duta Bangsa Mandiri terhadap siklus produksi, dan memastikan
apakah penerapan pengendalian internal telah berjalan efektif atau tidak.
Pengendalian internal yang efektif terhadap siklus produksi PT Duta Bangsa
Mandiri akan menghasilkan informasi yang akurat terhadap penetapan harga
pokok produksi (HPP) perusahaan. Informasi yang tepat mengenai HPP akan
berimplikasi kepada penetapan harga jual yang rasional atau biaya produksi yang
efisien yang membuat perusahaan dapat bersaing di pasaran industri sejenis.
Sedangkan pengendalian internal disebut efektif apabila memenuhi elemen-elemen
penting pengendalian, sehingga dapat memberikan jaminan yang layak bahwa
tujuan khusus organisasi dapat tercapai. Berdasarkan uraian tersebut, rumusan
masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1)Bagaimanakah pelaksanaan sistem informasi akuntansi siklus produksi
PT Duta Bangsa Mandiri Pasuruan? 2) Bagaimanakah pelaksanaan pengendalian
internal dalam sistem informasi akuntansi siklus produksi PT Duta Bangsa Mandiri
Pasuran? 3)Apakah pelaksanaan pengendalian internal dalam sistem
informasi akuntansi siklus produksi PT Duta Bangsa Mandiri Pasuran telah efektif
dalam memenuhi elemen- elemen penting pengendalian?
Salah satu fungsi SIA dalam perusahaan adalah memastikan bahwa
sumber daya perusahaan dipertanggungjawabkan sebagaimana
mestinya, serta menyediakan pengendalian internal yang memadai untuk pengamanan
aset perusahaan. pengendalian internal berkaitan dengan proses-proses dan praktik
– praktik dimana manajemen suatu organisasi berusaha untuk memastikan
bahwa keputusan – keputusan dan aktivitas – aktivitas yang disetujui benar – benar
diambil dan dilaksanakan (Sukrisno Agus dalam Arifiyani dan Sukirno (2012)). Hal
ditegaskan oleh definisi pengendalian internal menurut COSO (Comitte of
Sponsoring Organization) yaitu : “Proses yang diimplementasikan oleh
dewan direksi, manajemen, serta seluruh staf dan karyawan di bawah arahan mereka
dengan tujuan untuk memberikan jaminan yang memadai atas tercapainya tujuan
pengendalian.” (Diana & Setiawati, 2011:83). Sejalan dengan definisi di atas,
Mujilan (2012) menyebutkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu
proses, yang dilaksanakan oleh direktur, manajemen, dan personal lain dalam suatu
kesatuan bisnis, didesain untuk memberikan kepercayaan terkait dengan
usaha pencapaian tujuan. Berdasarkan uraian di atas, diketahui
bahwa unsur pengendalian internal ini sangat penting untuk dipenuhi dalam
implementasi SIA. Karena pengendalian internal dapat melindungi sistem informasi
perusahaan dari ancaman – ancaman yang bisa mengganggu tercapainya tujuan.
Sedangkan untuk mencapai tujuan dari adanya pengendalian internal tersebut,
maka suatu perusahaan harus memiliki struktur pengendalian yang memadai.
Suatu struktur pengendalian internal disebut memadai apabila dapat
memberikan jaminan yang layak bahwa tujuan khusus organisasi dapat tercapai.
Menurut Willson dan Campbell dalam Rapina & Christyanto (2011) mengatakan
bahwa terdapat tiga (3) langkah dalam mengevaluasi pengendalian internal untuk
memastikan bahwa pengendalian internal memadai : 1)Mengidentifikasi kegiatan
pokok dan rutin perusahaan, risiko yang mungkin timbul, dan kemungkinan adanya
kelemahan pada setiap komponen perusahaan dan merumuskan sasaran –
sasaran pengendalian dalam hubungannya dengan operasional perusahaan tersebut.
2)Menguraikan (dengan flowchart) dan memahami berbagai sistem/ prosedur/ tata
cara atau kebijakan yang digunakan dalam mengolah transaksi – transaksi,
melindungi aset perusahaan dan menyiapkan laporan keuangan.
3)Melakukan evaluasi sistem dan mengidentifikasi kelemahan sistem. Pada
tahun 1992, COSO menerbitkan kerangka pengendalian internal terintegrasi (internal
control integrated framework) yang diterima secara luas sebagai otoritas untuk
pengendalian internal yang digabungkan ke dalam kebijakan, peraturan dan regulasi
yang digunakan untuk mengendalikan aktivitas bisnis. Kerangka COSO ini dapat
menjamin suatu pengendalian memadai dan layak digunakan karena kerangka
COSO ini memberikan panduan untuk mengevaluasi dan meningkatkan sistem
pengendalian internal. Lima komponen dalam model pengendalian COSO dalam
Diana & Setiawati (2011) : 1. Lingkungan internal
Lingkungan internal perusahaan atau seringkali disebut budaya perusahaan akan
mempengaruhi cara suatu organisasi dalam mengelola bisnisnya, karena budaya
perusahaan erat kaitanya dengan penetapan strategi dan tujuan, penentuan aktivitas
operasional dan sikap perusahaan dalam menilai dan mengidentifikasi risiko.
Lingkungan internal yang lemah akan mempengaruhi manajemen dalam
penetapan pengendalian terhadap risiko. Lingkungan internal menurut mencakup
hal-hal berikut Romney & Steinbart (2015):
a. Filosofi manajemen, gaya pengoperasian, dan selera risiko
b. Komitmen terhadap integritas, nilai – nilai etis dan kompetensi
c. Pengawasan pengendalian internal oleh dewan direksi
d. Struktur organisasi e. Metode penetapan wewenang dan
tanggung jawab f. Standar – standar sumber daya manusia
yang menarik, mengembangkan dan mempertahankan individu yang kompeten
g. Pengaruh eksternal 2. Penaksiran risiko
risiko adalah suatu ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa yang dapat
menimbulkan kerugian. Berbagai risiko yang bersifat ancaman bagi SIA antara lain
: a. Bencana alam dan politik seperti banjir,
gempa bumi, perang maupun serangan teroris.
b. Kesalahan perangkat lunak atau peralatan komputer seperti kerusakan aplikasi
akuntansi maupun komputer itu sendiri sehingga menyebabkan kerusakan pada
data. c. Tindakan yang tidak disengaja berupa
kelalaian karyawan, kecelakaan atau kegagalan karyawan mengikuti prosedur
karena kurangnya latihan. d. Tindakan yang disengaja seperti pencurian
atau korupsi. Adanya ancaman – ancaman tersebut
memaksa pihak manajemen untuk melakukan manajemen risiko setelah
ditetapkannya tujuan untuk menentukan bagaimana risiko dan ancaman tersebut
dapat dikelola dengan pengendalian internal hingga ke level risiko dapat
diterima oleh perusahaan. Tahapan manajemen risiko dimulai dari identifikasi
kemungkinan kemunculan risiko, memperkirakan dampak positif dan
negatifnya terhadap perusahaan, mengidentifikasi pengendalian yang akan
diimplementasikan untuk melindungi perusahaan, memperkirakan biaya dan
manfaat terkait rencana pengendalian, serta mengkategorikan sifat bawaan risiko
dan residualnya setelah dilakukan pengelolaan risiko kemudian melakukan
respons risiko. Pada umumnya, risiko dapat dikelola dengan cara dikurangi
dengan menerapkan pengendalian internal yang memadai, diterima, dibagi atau
mentransfer risiko kepada pihak ketiga dan yang terakhir adalah menghindari risiko
dengan tidak melakukan aktivitas tersebut (Romney & Steinbart, 2015)
3. Aktivitas pengendalian
Merupakan kebijakan, prosedur dan aturan yang memberikan jaminan yang memadai
bahwa tujuan pengendalian telah dicapai dan respons risiko dilakukan. Aktivitas
pengendalian harus memastikan bahwa pengendalian dapat digunakan untuk
mengelola risiko hingga ke level risiko dapat diterima dan pelaksanaanya sesuai
dengan kebijakan yang berlaku. Cakupan prosedur pengendalian adalah sebagai
berikut (Bodnar dan Hopwood dalam Rapina & Christyanto (2011)) :
a. Otorisasi yang tepat terhadap transaksi dan aktivitas.
Merupakan suatu bentuk pengawasan terhadap setiap keputusan yang
mempengaruhi asset perusahaan. Bisa dalam bentuk paraf, tanda tangan, atau
mencantumkan kode otorisasi pada dokumen atau catatan yang mewakili
transaksi. Karyawan yang bertugas memberi otorisasi ditetapkan dalam suatu
surat keputusan atau deskripsi tugas yang ditetapkan oleh pihak manajemen.
Dokumen atau catatan yang telah diotorisasi harus diperiksa oleh karyawan
yang memproses transaksi apakah tanda otorisasi telah tertera di dokumen/catatan
untuk membuktikan bahwa dokumen tersebut telah sah.
b. Dokumentasi yang memadai untuk seluruh aktivitas bisnis.
Dokumentasi yang tepat bagi seluruh transaksi bisnis adalah kunci untuk
pertanggun gjawaban. Dokumentasi memungkinkan manajemen melakukan
pengujian apakah tanggung jawab yang dibebankan telah dijalankan secara
memadai. Dokumen dan catatan yang dirancang dengan baik juga meningkatkan
akurasi dan efisiensi pemrosesan transaksi. Salah satu contoh dokumen yang
dirancang baik adalah pencantuman nomor urut dokumen yang tercetak. Dengan
nomor urut semacam ini, maka kemungkinan adanya dokumen yang
disalahgunakan atau hilang dapat dilacak dengan mudah.
c. Pemisahan fungsi atau tugas.
Pemisahan fungsi merupakan pemecahan tanggung jawab untuk melaksanakan
sebagian transaksi diantara beberapa karyawan.Tujuan dilakukanya pemisahan
fungsi adalah untuk mencegah seseorang secara penuh melaksanakan sebuah
transaksi, sehingga antar karyawan dilakukan tindakan yang saling
mengontrol. Secara umum ada tiga fungsi yang harus dipisahkan secara tegas dan
dilaksanakan oleh karyawan yang berbeda, yaitu fungsi persetujuan atau otorisasi
dilaksanakannya sebuah transaksi, fungsi pencatatan transaksi, dan fungsi
pemeliharaan atau perlindungan terhadap asset perusahaan. Pemisahan ketiga fungsi
ini membantu perusahaan dalam menjaga asset dan memperbaiki akurasi (ketepatan)
karena setiap karyawan dapat melihata dan membatasi aktivitas karyawan lain.
Pemisahan fungsi yang efektif harus menciptakan kondisi yang sulit atau tidak
memungkinkan bagi seseorang untuk mencuri kas atau asset lainya.
d. Perlindungan terhadap akses dan penggunaan asset dan catatan.
Pembatasan terhadap penggunaan asset dapat dilakukan dengan cara pemeliharaan
akurasi catatan asset, penggunaan register kas, brankas atau safe deposit box untuk
perlindungan terhadap kas/ sekuritas. Sedangkan untuk asset berupa persediaan
dapat dilindungi dengan cara pembatasan akses terhadap area penyimpanan,
misalnya saja yang berhak masuk ke gudang persediaan hanya karyawan bagian
gudang. Untuk perlindungan terhadap catatan dan informasi yang dapat
dilakukan adalah penyimpanan dokumen transaksi diletakkan di dalam kotak yang
tahan api, filling cabinet terkunci, dan akses karyawan terhadap dokumen
dibatasi. Selain itu untuk informasi berupa data file dilakukan dengan cara
pembatasan akses ke ruang komputer maupun pengaturan aplikasi dimana akses
data hanya bisa dilakukan oleh pihak tertentu.
e. Pengecekan independen terhadap kinerja.
Pengecekan rutin operasional yang dilakukan oleh pihak internal maupun
eksternal perusahaan untuk menjamin bahwa transaksi diproses secara akurat.
Berbagai kegiatan rutin yang termasuk dalam pengecekan independen adalah
rekonsiliasi antara dua catatan, dimana catatan yang saling berkaitan harus
memiliki saldo yang sama, pembandingan catatan dengan jumlah fisik barang,
penerapan akuntansi berpasangan, untuk memastikan bahwa setiap transaksi
memberi implikasi terhadap dua sisi catatan, dan kaji ulang karyawan terhadap
kinerja karyawan yang memproses transaksi sebelumnya.
4. Informasi dan komunikasi. Kegiatan yang dilakukan di dalam SIA
meliputi pengumpulan, pencatatan, pemrosesan, penyimpanan, peringkasan
dan pengkomunikasian informasi mengenai sebuah organisasi. Pelaksanaan
SIA tersebut harus disertai dengan pemahaman terhadap cara transaksi
dilakukan, bagaimana data diperoleh dan diproses, apa saja kebijakan manajemen
yang berlaku terkait transaksi serta bagaimana tanggung jawab masing –
masing pihak. informasi di atas harus disampaikan secara tepat kepada personil
yang tepat sehingga setiap bagian dalam perusahaan dapat melaksanakan tanggung
jawab mereka dengan baik. Berikut ini tiga prinsip utama proses informasi dan
komunikasi yang tepat dalam pengendalian internal menurut Romney & Steinbart
(2015) : a. Mendapatkan atau menghasilkan informasi
yang relevan dan berkualitas tinggi untuk mendukung pengendalian internal.
b. Mengkomunikasikan informasi secara internal, termasuk tujuan dan tanggung
jawab yang diperlukan untuk mendukung komponen – komponen lain dari
pengendalian internal. c. Mengkomunikasikan hal – hal
pengendalian internal yang relevan kepada pihak – pihak eksternal
5. Pengawasan
Sistem pengendalian internal yang dipilih atau dikembangkan harus diawasi secara
berkelanjutan, dievaluasi dan dimodifikasi sesuai kebutuhan. Segala kekurangan
harus dilaporkan kepada manajemen dan direksi. Kegiatan utama dalam
pengawasan pengendalian internal menurut Diana & Setiawati (2011)
meliputi : a. Supervisi yang efektif.
Supervisi meliputi pelatihan terhadap karyawan, monitor kinerja karyawan,
koreksi terhadap kesalahan karyawan, pengawasan terhadap karyawan yang
memiliki akses terhadap harta perusahaan b. Akuntansi pertanggungjawaban.
Penyusunan anggaran, kuota, penjadwalan, harga pokok standar, standar kualitas,
laporan yang membandingkan kinerja aktual dengan rencana dan informasi
terkait penyimpangan c. Audit internal.
Meliputi review terhadap reliabilitas dan integritas informasi operasional dan
finansial, penilaian terhadap efektivitas pengendalian internal, evaluasi kepatuhan
karyawan terhadap aturan dan regulasi yang berlaku, evaluasi terhadap efektivitas
dan efisiensi manajemen. Adanya pengendalian internal di
dalam aktivitas operasional perusahaan sangat penting. Karena saat ini tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap informasi yang akurat sangat tinggi,
sementara pengendalian internal yang memadai yang melekat didalam sistem
informasi perusahaan mampu membuat sistem tersebut terarah dan beroperasi
secara efektif. Informasi yang akurat menjaga perusahaan mengambi keputusan
yang relevan dengan kondisi usahanya, secara lebih lanjut hal ini menjaga
operasional bisnis perusahaan tetap efektif dan efisien sehingga dapat menjadi salah
satu keunggulan kompetitif perusahaan untuk mengalahkan pesaingnya.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, ada 3 cara
pengumpulan data yang akan dilakukan, yaitu: metode observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Penyajian data juga dilengkapi
dengan analisis peneliti terhadap kelayakan pengendalian internal dalam
siklus tersebut, yang berupa identifikasi risiko dan pengelolaan risiko atas prosedur
pengendalian internal yang telah diimplementasikan oleh manajemen, apa
kekurangan dan kelebihan dari sistem pengendalian internal yang ada, dan apa
usulan dari peneliti untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Analisis yang akan
dilakukan peneliti meliputi : Analisis Lingkungan internal
Analisis lingkungan internal meliputi:
Filosofi manajemen, gaya pengoperasian,
dan selera risiko
Komitmen terhadap integritas, nilai – nilai etis dan kompetensi
Pengawasan pengendalian internal oleh dewan direksi
Struktur organisasi
Metode penetapan wewenang dan tanggung jawab
Standar – standar sumber daya manusia yang menarik, mengembangkan dan
mempertahankan individu yang kompeten
Pengaruh eksternal
Penaksiran risiko Analisis dilakukan terhadap risiko – risiko
dan ancaman – ancaman yang mungkin muncul dalam siklus produksi dan
bagaimana pihak manajemen melaksanakan manajemen risiko dengan
menerapkan pengendalian internal sehingga risiko dapat diterima oleh
perusahaan. Aktivitas pengendalian
Analisis terkait kecukupan pengendalian internal yang telah diimplementasikan
perusahaan terhadap setiap aliran informasi dalam siklus produksi yang
meliputi ketersediaan dokumen pendukung transaksi, pelaksanaan otorisasi,
perlindungan asset dan informasi, pelaksanaan pemisahan fungsi dan tugas
bagian yang saling mengontrol, dan
pengawasan internal yang telah dilakukan perusahaan.
6. Informasi dan komunikasi Analisis terhadap proses informasi dan
komunikasi yang tepat dalam pengendalian internal yaitu meliputi :
Bagaimana perusahaan mendapatkan atau
menghasilkan informasi yang relevan dan berkualitas tinggi untuk mendukung
pengendalian internal.
Bagaimanaperusahaan
mengkomunikasikan informasi secara internal, termasuk tujuan dan tanggung
jawab yang diperlukan untuk mendukung komponen–komponen lain dari
pengendalian internal. Bagaimana perusahaan mengkomunikasikan hal – hal
pengendalian internal yang relevan kepada pihak – pihak eksternal.
7. Pengawasan Analisis terhadap pengawasan
pengendalian internal yang telah dilakukan oleh manajemen, meliputi :
d. Supervisi yang efektif. Berupa pelatihan terhadap karyawan,
monitor kinerja karyawan, koreksi terhadap kesalahan karyawan, pengawasan
terhadap karyawan yang memiliki akses terhadap harta perusahaan
e. Akuntansi pertanggungjawaban. Berupa penyusunan anggaran, kuota,
penjadwalan, harga pokok standar, standar kualitas, laporan yang membandingkan
kinerja aktual dengan rencana dan informasi terkait penyimpangan
f. Audit internal. Berupa review terhadap reliabilitas dan
integritas informasi operasional dan finansial, penilaian terhadap efektivitas
pengendalian internal, evaluasi kepatuhan karyawan terhadap aturan dan regulasi
yang berlaku, evaluasi terhadap efektivitas dan efisiensi manajemen.
1. Penarikan kesimpulan Kegiatan ketiga dalam tahapan
analisis adalah menarik kesimpulan. Dalam tahapan ini peneliti mencatat
keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), mencari arti dari penjelasan-penjelasan,
konfigurasi- konfigurasi yang mungkin,
dan alur sebab akibat. Menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutip Sugiyono
(2013:336-345) menyatakan, bahwa langkah ketiga dalam analisis data
kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Penarikan kesimpulan ini yang kemudian digunakan dalam menjawab rumusan
masalah yang sudah dirumuskan sejak awal penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Analisa COSO Terhadap Pengendalian
Internal PT Duta Bangsa Mandiri
Dari informasi yang telah diperoleh
melalui wawancara, observasi dan dokumentasi oleh peneliti terkait kebijakan
manajemen dan akuntansi, struktur organisasi, deskripsi kerja karyawan serta
siklus produksi ready mix yang telah diimplementasikan oleh perusahaan maka
analisis pengendalian internal berbasis COSO untuk PT Duta Bangsa Mandiri adalah
sebagai berikut : 1. Lingkungan Pengendalian
a. Filosofimanajemen,gaya
pengoperasian, dan selera resiko
1. Penerapan di perusahaan : Berdasarkan hasil dari wawancara
peneliti terhadap nara sumber yaitu Bapak Imam subagyo selaku general manager di
perusahaan tersebut menjelaskan bahwa Filosofi manajemen dan gaya pengoperasian
yang telah terbentuk di perusahaan dianggap cukup mampu untuk mendukung
pengendalian internal yang memadai untuk Siklus Produksi Ready Mix. Hal ini
ditunjukkan dari struktur organisasi dan deskripsi kerja karyawan serta standar
prosedur operasional aktivitas produksi yang telah diimplimentasikan oleh perusahaan.
Berdasarkan penjelasan yang beliau sampaikan struktur organisasi dan deskripsi
kerja diketahui bahwa perusahaan telah memiliki garis wewenang dan tanggung
jawab yang cukup jelas untuk masing – masing karyawan, meskipun ditunjukan pada
garis wewenang dan tanggung jawab yang tidak sesuai dengan tugas tugas utama yang
seharusnya dilakukan oleh masing-masing karyawan dan deskripsi kerja di dalam
perusahaan tersebut sudah dialaksanakan dengan cukup baik, terarah namun belum ada
deskripsi kerja secara tertulis. Demikian pula informasi yang peneliti peroleh dari hasil
wawancara dengan Bapak Imam Subagyo selaku general manager memberikan
informasi mengenai target perusahaan untuk masing – masing karyawan juga cukup
rasional sehingga tidak memaksa karyawan untuk melakukan manipulasi untuk mencapai
kinerjanya. Hal ini disebabkan karena setiap target kinerja yang ditetapkan oleh Di
perusahaan tersebut pihak manajemen telah disesuaikan sesuai dengan kemampuan dan
keahlian masing – masing karyawan. Contohnya untuk kemampuan bagian
laboratorium khusus karyawan yang mempunyai pelangaman lebih di bidang
farmasi.Komitmen perusahaan dalam menjalankan pengendalian internal juga
terwujud dalam gaya pengoperasian aktivitas - aktivitas inti perusahaan, misalnya saja
Bapak Imam Subagyo menberikan contoh Dalam setiap menerima order dari Customer,
kenyataannya perusahaan selalu memperhitungkan resiko - resiko yang
melekat dalam pemesanan dan produksi,contohnya data yang diarsip di
dokumen terlihat jelas, sehingga sistem penjualan dan sistem produksi ready mix
selalu dikontrol secara memadai oleh departemen marketing dengan departemen
produksi (SPI Plant) dan manajemen mutu (SPI Technical), sehingga setiap hal – hal
yang merugikan perusahaan dapat dihindari. 2. Kelemahan :
Meskipun perusahaan telah mensosialisasikan tanggung jawab dan
wewenang karyawan pada saat perekrutan, namun Deskripsi kerja karyawan tersebut
tidak tertulis, kesimpulan dari pernyataan diatas sehingga terdapat kemungkinan bahwa
ada beberapa karyawan tidak terlalu memahami kewajiban untuk menerapkan
pengendalian internal yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu masih terdapat garis
wewenang dan tanggung jawab yang kurang memadai yang akan dijelaskan dalam analisis
struktur organisasi. b. Komitmen terhadap integritas, nilai
– nilai etis dan kompetensi
1. Penerapan di perusahaan :
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibu Rosita Anita selaku direktur
keuangan di PT Duta Bangsa Mandiri, diketahui bahwa perusahaan sangat
menjunjung integritas dan komitmen pada nilai - nilai etis karyawan. Perusahaan
cenderung menghargai disetiap laporan yang dikerjakan seperti contoh laporan kinerja
yang jujur, akurat dan handal dibandingkan dengan laporan yang bagus namun tidak
mencerminkan kondisi perusahaan sebenarnya karena laporan kinerja yang jujur
akan memudahkan perusahaan dalam pengambilan keputusan yang tepat. Jika
terdapat permasalahan dalam setiap kejadian atau transaksi,Ibu Rosita menjelaskan bahwa
perusahaan memberikan keleluasaan terhadap karyawan untuk melakukan koordinasi dan
diskusi dengan teman sejawat maupun atasan untuk dilakukan pengambilan keputusan
bersama dibandingkan dengan penyelesaian permasalahan secara individu yang justru
menyebabkan tindakan yang tidak benar, contohnya apabila ada karyawan yang belum
memahami boleh saja bertanya kepada senior di masing-masing divisi. Perusahaan tidak
menerapkan pemberian insentif atau reward yang berlebihan untuk pencapaian kinerja
sehingga memotivasi karyawan untuk menerapkan tindakan ilegal maupun
manipulasi dalam penjualan maupun produksi, contohnya ketika driver dan ass
teknisi sedang mengirimkan produk beton ready mix kepada customer ,driver tidak
diperolehkan mendapat tips ataupun sejenisnya.
2. Kelemahan : Dari hasil pengamatan peneliti
perusahaan belum membuat kode etik kinerja secara tertulis yang dapat diakses dengan
mudah oleh karyawan yang dapat menjelaskan secara eksplisit perilaku -
perilaku yang dianggap layak atau tidak layak untuk pencapaian kinerja. Perusahaan juga
belum memberikan fasilitas kepada karyawan untuk melaporkan tindakan tidak jujur atau
ilegal yang dilakukan oleh karyawan lain sehingga proses komitmen terhadap
integritas dan nilai etis belum dilaksanakan dengan lengkap.
c. Pengawasan pengendalian internal
oleh dewan direksi
1. Penerapan di perusahaan : Peneliti mendapatkan hasil
wawancara dari Bapak Imam Subagyo selaku general manager menjelaskan bahwa,
Manajemen telah membuat Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk setiap aktivitas
utama dalam perusahaan seperti Sistem produksi, penggajian, pembelian bahan baku,
penjualan, pelaporan keuangan, perekrutan dsb. Di dalam SPO tersebut manajemen telah
menerapkan pengendalian internal baik berupa penggunaan dokumen, dual control,
penggunaan IT, maupun otorisasi untuk memastikan aktivitas rutin berjalan secara
optimal untuk pencapaian tujuan. 2. Kelemahan :
Menurut dari wawancara dan mengamati kejadian di perusahaan, SPO
belum dibuat secara tertulis dan disosialisasikan secara memadai kepada
karyawan terkait pada pengendalian internal dan pengelolaan resiko yang harus dilakukan
oleh karyawan. Selain itu perusahaan belum memiliki komite audit yang beranggotakan
pihak di luar manajemen yang bersifat independen dan bertanggung jawab atas
kepatuhan terhadap peraturan, pengendalian internal, pelaporan keuangan, dan
pelaksanaan audit. d. Struktur organisasi
1. Penerapan di perusahaan : Berdasarkan hasil wawancara dengan
Bapak Imam Subgayo selaku general manager menjelaskan Perusahaan telah
memiliki Struktur Organisasi (SO) yang tertulis dan telah disosialisasikan kepada
seluruh karyawan. PT Duta Bangsa Mandiri menggunakan pendekatan fungsional dan
geografis untuk departementalisasi dalam struktur organisasinya dimana sekelompok
karyawan dikelompokkan berdasarkan kesamaan pekerjaan, keahlian, tujuan dan
penggunaan sumber daya. Sedangkan untuk SO dengan pendekatan geografis dikhususkan
untuk departemen operasional produksi, penjualan dan gudang yang berlokasi di
cabang – cabang perusahaan (Plant Pasuruan, Plant Jember, Plant Situbondo, Plant
Banyuwangi, Plant Malang). SO fungsional ini membuat karyawan bekerja secara efektif
dan efisien karena karyawan fokus pada pekerjaan yang sesuai dengan bidang
keahliannya. Dari hasil pengamatan peneliti Perusahaan membagi SO kedalam 3 fungsi
utama yaitu departemen pengelolaan keuangan yang dipimpin oleh direktur
keuangan, departemen pencatatan seluruh transaksi keuangan/ fungsi akuntansi yang
dipimpin oleh Consultant Accounting & Tax, dan departemen operasional rutin yang
dipimpin oleh General Manager. Dalam ketiga spesialisasi utama ini departemen
operasional rutin dibagi menjadi 5 departemen lagi yaitu :
a) SPI Plant (Produksi) yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
produksi ready mix. b) SPI Technical (Laboratorium)
yang berfungsi untuk menentukan komposisi produk dan menyeleksi hasil produksi ready
mix sesuai mutu dan kualitas yang diharapkan oleh customer.
c) Departemen Marketing yang berfungsi untuk memasarkan produk,
negosiasi harga dan penawaran dengan customer, pemrosesan transaksi penjualan
serta pengelolaan piutang dan penagihan. d) Departemen HRD yang
berfungsi untuk pengelolaan karyawan. e) Security, yang berfungsi untuk
menjaga keamanan dan ketertiban operasional perusahaan.
Departemen Keuangan yang dipimpin oleh direktur keuangan membawahi 2 bagian
yaitu: a) Bagian financial yang
mengelola keuangan perusahaan,dan selalu berkoordinasi dengan departemen Accounting
untuk memeriksa Purchase order yang dibuat oleh admin pembelian.
b) Kepala Plant yang membawahi kepala Plant dari masing-masing cabang
(Jember, situbondo, Malang, Banyuwangi) Departemen Pencatatan seluruh
transaksi keuangan/ fungsi akuntansi yang dipimpin oleh Consultant Accounting & Tax
membawahi 6 bagian yaitu: a) Kepala Accounting yang
mencatat seluruh transaksi keuangan perusahaan.
b) Asisten Accounting 1 bertugas untuk menyusun dan membuat jurnal kas
masuk c) Asisten Accounting 2 yang
menyusun jurnal kas keluar dan membantu kepala accounting menyusun laporan.
d) Kepala Transportasi yang mengelola dan mengkoordinasikan seluruh
perencanaan,kebijakan dan strategi distribusi produk dan operasional pengangkutan barnag
yang akan dikirim kepala transportasi juga bertangung jawab pada masing- masing Plant
cabang. e) Kepala Logistik bertanggung
jawab terhadap penyimpanan barang, keamanan, kebersihan, dan ketertiban
gudang. f) Admin logistik 1&2
bertangung jawab dan berkoordinasi tentang pengolaan persediaan serta bertangung jawab
dari masing-masing Plant cabang perusahaan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
didalam struktur organisai pada PT Duta Bangsa Mandiri ada beberapa garis intruksi
yang tidak susuai dengan departemennya maka dari itu berikut adalah kelemahan dari
struktur organisasi perusahaan ini 2. Kelemahan :
a) Rantai komando dalam SO Perusahaan masih belum jelas karena
terdapat manajer yang membawahi jenis pekerjaan berbeda di dalam satu fungsi yang
dikepalainya. Misalnya saja Manajer Marketing membawahi Administrasi invoice
dan tax yang secara fungsi dan jenis pekerjaanya lebih berkaitan erat dengan
fungsi Accounting, Accounting membawahi Transportasi dan logistik yang jenis
pekerjaanya lebih berkaitan erat dengan fungsi produksi/operasional.
b) Pada SO tersebut Finance juga membawahi kepala Plant cabang yang
jenis pekerjaanya berkaitan erat dengan fungsi produksi/operasional.
c) Rantai Komando dalam segi pelaporan bawahan kepada atasan juga belum
jelas karena terdapat beberapa karyawan yang menjabat di dua fungsi misalnya saja satu
orang karyawan menjabat sebagai Administrasi invoice dan tax yang wajib
melapor ke Manajer Marketing, dan menjabat sebagai finance yang wajib melapor kepada
Direktur Keuangan. d) Terdapat fungsi yang
seharusnya dipisah namun masih digabungkan yaitu Accounting sebagai fungsi
pencatatan dengan Logistik sebagai fungsi penyimpanan dan Transportasi sebagai fungsi
operasional. e) Di dalam SO perusahaan
cabang diketahui pula bahwa fungsi penyimpanan dan pencatatan kas masih di
gabung dalam satu departemen yaitu kasir/ Admin Keuangan.
f) Rantai komando untuk security menunjukkan garis titik titik terhadap
General Manager yang berarti garis koordinasi dan bukan garis perintah. Padahal
secara struktural posisi General Manager lebih tinggi daripada security.
e. Metode penetapan
wewenang dan tanggung jawab
1. Penerapan di perusahaan : Dari hasil pengamatan peneliti
Perusahaan telah membuat struktur organisasi dan deskripsi kerja yang menggambarkan
wewenang dan tanggung jawab masing – masing karyawan.
2. Kelemahan : Perusahaan memiliki kelemahan
terkait metode penetapan wewenang dan tanggung jawab karena perusahaan belum
memiliki deskripsi pekerjaan formal, kode etik, serta kebijakan dan prosedur yang
tertulis untuk seluruh aktivitasnya. Kebijakan – kebijakan tersebut hanya disampaikan
secara informal kepada karyawan pada saat rekrutmen.Bapak Imam Subagyo selaku
general manager manyampaikan kepada peneliti perusahaan belum ada kebijakan yang
tertulis namun kondisi sekarang perusahaan mempunyai aturan-aturan yang sudah
diimplementasikan dan sudah berjalan baik hingga saat ini. Perusahaan juga belum
menyelenggarakan pelatihan karyawan secara formal untuk memastikan bahwa para
karyawan memahami praktik bisnis yang sesuai, wewenang atau tanggung jawab, serta
sasaran dan tujuan perusahaan maupun individu.
f. Standar – standar sumber
daya manusia yang menarik,
mengembangkan dan mempertahankan
individu yang kompeten :
1. Penerapan di perusahaan : Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan Ibu Anita Tanti selaku HRD di perusahaan ini menunjukan bahwa
Perusahaan menyeleksi karyawannya dengan sangat ketat, setiap karyawan yang direkrut
dan bekerja di bidang teknis minimal harus memiliki berijasah SMA atau sederajat.
kenyataanya dalam Setiap data karyawan dicatat oleh departemen HRD dan diupdate
setiap bulan untuk memastikan bahwa perusahaan mengetahui secara pasti kondisi
sumber daya manusianya. Ibu Anita Tanti menyatakan bahwa, Update data ini juga
bermanfaat untuk memastikan bahwa seluruh karyawan yang berhenti tidak memiliki akses
terhadap informasi dan aset perusahaan, yang berarti mengamankan perusahaan dari orang
yang tidak berkepentingan.Ibu Anita Tanti memberikan informasi terkait penilaian untuk
karyawan belum direalisasikan selama ini dikarenakan direksi belum menyempatkan
untuk mengadakan penilaian untuk karyawan dan pelatihan khusus bagi karaywan juga
belum terlaksana.Kondisi perusahaan belum ada rotasi kerja yang dilakukan setiap tahun
kah atau setidaknya perputaran di setiap bagian-bagian yang perlu rotasi.
Dari pengamatan peneliti dengan terkait dengan pengembangan sumber daya
manusia di perusahaan,peneliti menyimpulkan dari
2. Kelemahan perusahaan : a) tidak adanya penilaian kerja
secara periodik terhadap karyawan sehingga karyawan cenderung tidak mengetahui
kelemahan maupun kekuatan mereka. Hal ini menyebabkan efektifitas dan efisiensi
karyawan stagnan dan tidak berkembang. b) Perusahaan hanya
menyelenggarakan pelatihan secara informal, hanya jika terdapat perubahan dalam
teknologi. Perusahaan belum menyelenggarakan pelatihan formal secara
menyeluruh untuk memastikan karyawan memahami proses bisnis secara menyeluruh.
c) Perusahaan belum melakukan komunikasi dengan karyawan terkait panduan
dan kode etik karyawan, konsekuensi apabila terjadi pelanggaran kode etik, serta program
pelatihan keamanan dan penipuan. Kurangnya pelatihan – pelatihan tersebut
menyebabkan karyawan kurang peduli terhadap penjagaan keamanan perusahaan,
baik keamanan informasi dan aset perusahaan.
d) Perusahaan belum menyelenggarakan rotasi terhadap pekerjaan
– pekerjaan yang sensitif (seperti pengelolaan aset persediaan dan keuangan)
dimana seringkali dalam bidang tersebut penyelewengan baru bisa diketahui apabila
pelaku tidak melakukan aktivitas rutin. g. Pengaruh eksternal
1. Penerapan di perusahaan : Perusahaan merupakan perusahaan
privat yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh pemimpin perusahaan sehingga
pengaruh eksternal yang signifikan yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan
hanyalah dari peraturan pemerintah dan Bank dimana perusahaan memiliki hutang usaha.
2. Penilaian Resiko
a. Penilaian Resiko
1. Penerapan di perusahaan :
Berdasarkan hasil interview dengan Bapak Imam Subagyo selaku general
manager di PT Duta Bangsa Mandiri diperoleh informasi bahwa dalam melakukan
penilaian resiko, perusahaan melalui proses identifikasi resiko, analisis resiko, dan
evaluasi resiko. Pemimpin unit kerja mengawasi secara aktif resiko – resiko bisnis
dan bawaan yang melekat di perusahaan. Pada saat melaksanakan transaksi, perusahaan
memastikan bahwa prosedur – prosedur kerja yang dapat mengelola resiko dilaksanakan
dengan tertib oleh karyawan.Berdasarkan hasil pertanyaan kepada beliau perusahaan
ini tidak mengadakan rapat mengenai resiko yang akan muncul pada aktivitas perusahaan.
2. Kelemahan : Kesimpulannya pada kelemahan
perusahaan terkait penilaian resiko ini terletak pada kontinuitas penilaian resiko, dimana
perusahaan tidak melakukan penilaian secara berkala terhadap resiko yang senantiasa
berkembang. Perusahaan tidak melakukan pertemuan khusus secara berkala untuk
membahas bahwa resiko – resiko baru masih tetap dalam level yang dapat diterima
perusahaan. selain itu sosialisasi resiko terhadap karyawan juga masih rendah,
sehingga kesadaran akan resiko bisnis oleh karyawan pelaksana juga masih rendah.
b. Tindakan yang Digunakan
Untuk Mengelola Resiko
1. Penerapan di perusahaan :
Hasil wawancara dengan Bapak Imam Subagyo selaku general manager
memberitahukan selama ini tindakan yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk
mengelola resiko adalah dengan menerapkan prosedur pengendalian internal untuk setiap
aktivitas rutin perusahaan. Dalam prosedur pengendalian internal terdapat aktivitas
pengendalian preventif berupa otorisasi, dokumentasi, pemisahan fungsi, perlindungan
akses terhadap aset dan informasi serta pengecekan independen yang diharapkan
dapat menghindarkan perusahaan dari resiko pencurian atau penyalahgunaan aset. Untuk
resiko residual yang tidak dapat diatasi oleh pengendalian preventif, perusahaan telah
melakukan pengelolaan resiko dengan cara membagi resiko dengan pihak ketiga yaitu
melalui asuransi kebakaran gedung dan asuransi kendaraan untuk truk molen.
2. Kelemahan : Dapat ditarik kesimpulan Meskipun
perusahaan telah mengasuransikan gedung dan kendaraanya namun untuk aset utama
yang merupakan komponen penting perusahaan yaitu persediaan dan mesin
produksi (BPO Plant) belum diasuransikan.
3. Aktivitas Pengendalian
a. Otorisasi yang tepat
terhadap transaksi dan aktivitas
1. Penerapan di perusahaan:
Hasil wawancara dengan Bapak Imam Subgayo selaku general manager
memberikan informasi mengenai Fungsi otorisasi telah dilaksanakan dengan memadai
oleh perusahaan. sebagai contoh: a) Dokumen Penerimaan
Persediaan yang dibuat oleh SPI Technical diperiksa kembali oleh SPI Plant dan
diotorisasi oleh Direktur Utama. b) Laporan Stok take Material
yang dibuat oleh SPI Technical, diperiksa kembali oleh SPI Plant dan diotorisasi oleh
Direktur Utama. c) Dokumen penjualan/ dokumen
penawaran harga beton yang dibuat oleh Admin Marketing diperiksa dan diotorisasi
oleh Manajer Marketing. d) Bukti Pengiriman Beton dan
Surat Jalan Pengiriman dari Perusahaan ke Customer dikontrol dan diotorisasi oleh
Kepala Produksi. 2. Kelemahan :
Dari hasil pernyataan diatas maka kesimpulan ada Beberapa dokumen berikut
ini belum diotorisasi oleh kepala departemen yang menunjukkan bahwa pencatatan belum
diawasi secara memadai, sehingga beresiko terdapat kesalahan maupun fraud:
a) Purchase order dikirim ke supplier tanpa otorisasi dari direktur
keuangan dan sepengetahuan/ persetujuan Accounting.
b) Berita Acara Penyesuaian Persediaan akibat selisih antara catatan dan
fisik tidak diotorisasi oleh Consultant Acc & Tax yang merupakan pimpinan dari
Accounting. c) Berita Acara Selisih
Persediaan antara persediaan yang diterima dari supplier dengan Purchase Order tidak
diperiksa dan diotorisasi oleh Consultant Acc & Tax yang merupakan pimpinan dari
Accounting. d) Dokumen rekap Check Clock
tidak diperiksa kembali atau diotorisasi oleh Kepala Produksi yang mengetahui kinerja
karyawan produksi. e) Surat Perintah Lembur yang
dibuat oleh Kepala Produksi belum diotorisasi pimpinan departemen.
f) Tanda Terima Gaji yang dibuat finance tidak ditandatangani oleh
karyawan sebagai bukti bahwa karyawan yang berhak telah menerima gaji dengan
benar. g) Laporan BPO Sheet yang
dibuat oleh Kepala Produksi belum diotorisasi pimpinan departemen
b. Dokumentasi yang memadai
untuk seluruh aktivitas bisnis.
1. Penerapan di perusahaan: Dokumentasi yang memadai telah
dilakukan untuk beberapa aktivitas penting berikut ini, antara lain:
a) Aktivitas pembelian dan penerimaan pembelian.
b) Aktivitas penjualan beserta spesifikasi barang yang dijual.
c) Aktivitas pemakaian material bahan baku.
d) Aktivitas Stok Opname. e) Apabila terjadi kelebihan
maupun kekurangan dalam penerimaan persediaan yang dibeli, selalu
didokumentasikan dalam berita acara untuk dikonfirmasikan kepada supplier.
f) Selisih antara catatan dan fisik persediaan telah didokumentasikan dalam
Berita Acara Selisih Persediaan. 2. Kelemahan:
Dari hasil kesimpulan diatas ada beberapa aktivitas berikut ini belum
terdokumentasikan dengan memadai, sehingga beresiko terdapat kesalahan yaitu :
a) Pada aktivitas pembelian bahan baku ke Supllier belum ada dokumen
yang mendasari pembuatan Purchase Order, di mana seharusnya permintaan pembelian
dari departemen tertentu seharunya didokumentasikan secara memadai dan
dikontrol oleh Direktur Keuangan untuk memastikan bahwa pembelian yang
dilakukan sesuai dengan anggaran perusahaan.
b) Kegiatan pada saat SPI Technical melakukan aktivitas permintaan
bahan baku ke logistik, Tidak terdapat dokumen yang memadai untuk aktivitas
menerima dan mengeluarkan bahan baku dari gudang. Dokumen pemakaian material hanya
dibuat oleh SPI Technical. Kesimpulan seharusnya dalam aktivitas apapun yang
terjadi di gudang harus tercatat dengan baik. c) Perusahaan belum memiliki
rencana produksi yang didokumentasikan secara memadai. Jadwal produksi ready mix
hanya berdasarkan dokumen penjualan (dokumen penawaran harga beton), sehingga
tidak bisa digunakan untuk memprediksi anggaran kebutuhan bahan baku.
d) Perusahaan belum mempunyai surat perintah kerja untuk bukti pengerjaan
proyek yang akan dikerjakan untuk mengontrol ass teknisi pada saat proses
membuat ready mix. e) Pembebanan Overhead tidak
didokumentasikan dalam laporan khusus yang memadai sehingga sulit untuk dikontrol
oleh Consultant Acc & Tax yang merupakan pimpinan dari Accounting.
f) Bahan kimia cadangan yang tidak digunakan oleh asisten teknisi pada saat
pemasangan beton di lokasi customer tidak didokumentasikan dengan memadai.
c. Pemisahan fungsi atau tugas
1. Penerapan di perusahaan:
Pemisahan fungsi dan tugas telah dilaksanakan secara memadai, sebagai
contoh: a) Fungsi penyimpanan kas dan
pencatatan kas di kantor pusat telah dipisah yaitu terdapat finance yang memiliki otoritas
terhadap penerimaan dan pengeluaran kas dan Accounting yang memiliki otoritas terhadap
pencatatan seluruh transaksi keuangan. b) Fungsi pembelian dan
penerimaan persediaan telah dipisah, dimana pembelian dilakukan oleh admin pembelian
berdasarkan purchase order dari Kepala produksi dan penerimaan dilakukan oleh SPI
Technical. c) Fungsi pencatatan penjualan
(Accounting dan Marketing) telah dipisah dari fungsi operasional (Produksi).
d) Kualitas dan mutu produk dikontrol oleh dua departemen yaitu SPI
Plant yang bertugas melaksanakan produksi ready mix dan SPI Technical yang bertugas
menentukan komposisi produk. 2. Kelemahan :
Beberapa fungsi yang saling mengontrol belum dipisah, yaitu sebagai
berikut : a) Purchase Order yang
berfungsi untuk dokumen pembelian kepada supplier dibuat oleh Kepala Produksi (BPO),
di mana seharusnya dokumen ini dibuat oleh Admin Pembelian yang secara fungsinya
bertanggung jawab dalam aktivitas pembelian sedangkan Kepala Produksi (BPO) berfungsi
untuk aktivitas produksi. b) Fungsi penyimpanan barang
dan fungsi operasional belum dipisah di mana penerimaan persediaan dilaksanakan oleh SPI
Technical yang sekaligus berfungsi melaksanakan kegiatan operasional.
c) Dokumen Penerimaan Barang diUpdate oleh SPI Technical yang
menjalankan fungsi operasional, di mana seharusnya dokumen ini diupdate oleh
logistik yang menjalankan fungsi penyimpanan persediaan.
d) Laporan Stok take Material yang berfungsi sebagai dokumen pencatatan
jumlah persediaan di gudang dan hasil stok opname dibuat oleh SPI Technical, di mana
seharusnya dokumen ini dibuat oleh Logistik yang secara fungsi bertanggung jawab dalam
mengelola persediaan. e) Stok Opname dilakukan oleh
SPI technical dan SPI Plant yang menjalankan fungsi operasional, padahal
seharusnya aktivitas ini juga dilaksanakan bersama logistik yang bertanggung jawab
dalam mengelola persediaan di gudang dan Accounting yang berfungsi sebagai pengelola
catatan nilai persediaan di laporan keuangan. d. Perlindungan terhadap
akses dan penggunaan asset dan catatan
1. Penerapan di perusahaan :
Hasil wawancara dengan Bapak Imam Subagyo selaku general manager mengenai
Fungsi perlindungan aset dan akses penggunaan catatan telah dilaksanakan secara
memadai oleh perusahaan yaitu sebagai berikut :
a) Persediaan diletakkan digudang terkunci yang hanya bisa diakses
dengan seijin kepala gudang (Logistik). b) Perusahaan selalu memastikan
bahwa jumlah persediaan yang dibeli sesuai dengan Purchase Order dan Surat Jalan/
Surat Perintah Jalan dari Supplier. c) Perusahaan memiliki asuransi
kebakaran untuk gedung kantor dan asuransi kendaraan untuk truk molen.
d) Akses ke mesin produksi ready mix hanya bisa dilakukan oleh Kepala
Produksi (BPO) dan asisten produksi. e) Perusahaan mengadakan Stok
Opname setiap bulan untuk memastikan bahwa fisik persediaan sesuai dengan catatan.
2. Kelemahan : Dari hasil pernyataan diatas adanya
kemungkinan Resiko kehilangan, kerusakan mesin dan persediaan maupun fraud dapat
terjadi karena aset ini belum diasuransikan. e. Pengecekan independen
terhadap kinerja
1. Penerapan di perusahaan :
a) Dalam setiap menerima barang dari supplier, SPI Technical melakukan
perhitungan ulang volume dan jumlah persediaan, pemeriksaan tekstur dan warna
persediaan, serta pemeriksaan segel untuk memastikan persediaan dalam kondisi yang
sama pada saat persediaan dibeli. b) Perusahaan telah
melaksanakan akuntansi double entry sesuai SAK (standar Akuntansi Keuangan) terhadap
biaya produksi ready mix. 2. Kelemahan :
a) Perusahaan tidak memiliki anggaran terhadap kebutuhan persediaan,
sehingga sulit diidentifikasi apakah pembelian yang dilakukan selama ini telah
efektif dan efisien. Selain itu tidak terjadwalnya pembelian bahan baku
menyebabkan pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan tersebut akan terganggu.
Sebagai contoh, ketidak tersediaan bahan baku karena bahan baku yang dipesan belum
datang akan mengakibatkan terhentinya pelaksanaan proses produksi.
b) Perusahaan tidak memliki anggaran terhadap cost of product sehingga
tidak bisa dilakukan pengukuran terhadap efisiensi biaya produksi ready mix.
4. Informasi dan komunikasi
1. Penerapan di perusahaan :
Pada PT Duta Bangsa Mandiri Informasi dan komunikasi di perusahaan
dilakukan dalam 3 tahap : a) Mendapatkan atau
menghasilkan informasi yang relevan. Dalam proses memperoleh informasi
terkait harga pokok produksi ready mix, perusahaan sudah menerapkan beberapa
pengendalian internal yang memadai, dimana transaksi - transaksi yang mempengaruhi nilai
harga pokok produksi ready mix berupa biaya pemakaian bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead telah didokumentasikan dengan cukup baik oleh
perusahaan. Beberapa dokumen tersebut, meskipun tidak seluruhnya, telah diotorisasi
oleh atasan yang sekaligus berperan sebagai pengawas. Keakuratan dan kevalidan
dokumen juga dicontrol oleh minimal dua orang sehingga isi dokumen dapat diyakini
kebenarannya. b) Komunikasi internal.
Komunikasi internal antar departemen terkait harga pokok produksi ready mix
ditunjukkan pada dokumen Purchase Order, laporan Stok Take Material, Dokumen
Penerimaan Persediaan dan Dokumen Pemakaian Material yang pembuatannya
melibatkan dua departemen yaitu SPI Plant(produksi) dan SPI Technical(mutu),
sehingga kedua departemen ini akan memiliki informasi yang sama terkait biaya bahan
baku. Untuk selanjutnya dokumen - dokumen tersebut akan dikomunikasikan kepada
Accounting, untuk pembuatan laporan keuangan yang kemudian laporan keuangan
akan dikomunikasikan kepada Direktur Utama sehingga Direktur Utama dapat
melakukan pengambilan keputusan terkait biaya produksi ready mix untuk periode
selanjutnya. c) Komunikasi eksternal.
Perusahaan melakukan komunikasi eksternal kepada pemerintah daerah terkait
posisi perusahaan sebagai wajib pajak. Komunikasi eksternal dilakukan melalui
laporan keuangan yang dijadikan dasar perhitungan pajak yang wajib dibayar oleh
perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan tersebut harus akurat dan valid
karena laporan tersebut berperan penting dalam melindungi perusahaan dari risiko
denda pajak yang akan terjadi apabila instansi pajak mengetahui laporan keuangan
perusahaan tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
2. Kelemahan : Perusahaan telah melaksanakan
komunikasi baik secara internal dan eksternal dengan cukup baik terkait pembuatan laporan
harga pokok produksi ready mix, namun masih terdapat beberapa kebijakan
perusahaan yang belum dikomunikasikan secara memadai kepada karyawan, yaitu
terkait deskripsi kerja, manajemen resiko, kode etik, serta standar prosedur operasional
untuk aktivitas rutin. Kebijakan tersebut seharusnya disampaikan secara formal dan
melalui media tertulis yang mudah diakses oleh seluruh karyawan setiap saat, sehingga
karyawan dapat membantu manajemen dalam mewujudkan pengendalian internal yang
memadai untuk seluruh bisnis perusahaan terutama untuk aktivitas produksi ready mix
yang membutuhkan biaya tinggi. 5. Pengawasan
a. Supervisi yang efektif
1. Penerapan di perusahaan :
Perusahaan telah mengimplementasikan pengawasan terhadap
kinerja karyawan, dimana dalam struktur organisasi ditunjukkan bahwa direktur utama
bertugas untuk memantau dan mengoreksi kesalahan karyawan dibawahnya.
Pengawasan ini didokumentasikan dalam bentuk otorisasi dalam dokumen.
2. Kelemahan : Namun demikian, kesimpulanya
menurut pengamatan peneliti masih banyak aktivitas yang belum dilakukan pengawasan
oleh pimpinan (direktur utama/pimpinan departemen) yang ditunjukkan dengan tidak
adanya otorisasi dari pimpinan dalam dokumen hasil dari aktivitas tersebut,
misalnya saja Purchase order ke supplier, Berita Acara Penyesuaian Persediaan akibat
selisih antara catatan dan fisik, Berita Acara Selisih Persediaan antara barang yang
diterima dari supplier dengan Purchase Order.
b. Akuntansi
pertanggungjawaban.
1. Penerapan di perusahaan : Sistem akuntansi pertanggungjawaban
untuk prosedur operasional produksi ready mix yang telah diimplementasikan oleh
perusahaan adalah adanya standar untuk komposisi produk, sehingga dapat diketahui
apakah terdapat selisih antara komposisi aktual dengan yang sudah ditetapkan. Apabila
selisih tersebut signifikan, maka SPI Plant dan SPI Technical akan mengevaluasi selisih
tersebut. 2. Kelemahan :
Kesimpulanya perusahaan belum menerapkan sistem akuntansi
pertanggungjawaban yang memadai untuk kegiatan produksi ready mix, karena
perusahaan tidak memiliki anggaran atau biaya standar untuk cost of product maupun
pembelian persediaan. Terlihat dari kebijakan akuntansinya bahwa seluruh biaya yang
dimasukkan ke dalam cost of product adalah biaya aktual, sehingga tidak terdapat
penilaian varians. c. Audit internal
Bapak Imam Subagyo selaku general manager memberikan informasi yaitu
Perusahaan belum memiliki audit internal, sehingga selama ini belum pernah dilakukan
pengujian terhadap keandalan, integritas maupun evaluasi terhadap efektivitas dan
efisiensi pengendalian internal sistem produksi ready mix.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1)Pelaksanaan prosedur tetap khususnya pada siklus produksi di PT Duta Bangsa
Mandiri Pasuruan dinilai cukup baik hal ini dapat ditunjukan pada seluruh aktivitas
perusahaan yang lengkap dalam memproduksi beton ready mix dimulai dari
aktivitas penentuan komposisi bahan baku sampai barang tersebut diterima oleh
customer. Tetapi dalam prosedur siklus produksi ready mix terdapat beberapa
aktivitas yang tidak dilakukan oleh masing - masing bagian. Karena prosedur siklus
produksi yang lengkap, penting untuk membantu perusahaan dalam
meningkatkan kualitas yang ingin dicapai dan merupakan salah satu elemen
pendukung dari terciptanya pengendalian internal yang baik. 2)Pengendalian internal yang dimiliki oleh PT Duta Bangsa Mandiri sudah cukup
memadai. Hal ini dapat di lihat dari adanya pemisahan bagian – bagian yang terlibat
dalam siklus produksi ready mix yang sudah tepat.Selain itu di dalam SPO
tersebut manajemen telah menerapkan pengendalian internal dengan baik berupa
penggunaan dokumen, dual control, penggunaan IT, maupun otorisasi untuk
memastikan aktivitas rutin berjalan sacara optimal sebagai pencapaian tujuan.PT
Duta Bangsa Mandiri juga telah melakukan perlindungan terhadap asset
dan akses penggunaan catatan secara memadai dengan cara mengasuransikan
gedung jika terjadi kebakaran dan truk molen jika terjadi kerusakan. 3)PT Duta Bangsa Mandiri sudah memiliki struktur organisasi yang tertulis dan telah
disosialisasikan kepada seluruh karyawan tetapi ada beberapa garis instruksi yang
tidak sesuai dengan departemennya maka hal tersebut menjadi kelemahan dari
struktur organisasi perusahaan .
SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan hasil analisis
data yang dilakukan maka diajukan beberapa saran yaitu sebagai berikut:
1)Perusahaan seharusnya lebih melakukan ketelitian dalam aktivitas perusahaan
khususnya siklus produksi dalam prosedurnya, Prosedur yang perlu
ditambahkan aktivitasnya yaitu prosedur permintaan bahan baku ke logistik,
prosedur pembelian bahan baku, prosedur produksi dan pengiriman ready mix,
prosedur penggajian karyawan produksi, dan prosedur akuntansi biaya. Penulis
menyarankan agar perbaikan ini meliputi beberapa aktivitas yang terlibat dalam
siklus produksi ready mix, dokumen-dokumen yang digunakan , pihak-pihak
yang berhak melaksanakan otorisasi, informasi – informasi yang dihasilkan,
serta alur pendistribusian dokumen. Hal ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai
pengendalian dan penilaian terhadap pelaksanaan siklus produksi khususnya
produksi ready mix. 2)Perusahaan perlu menambahkan untuk
perlindungan terhadap asset khususnya mesin bacthing Plant mesin tersebut
adalah asset utama bagi perusahaan untuk memproduksi ready mix. Penulis
menyarankan agar mesin diasuransikan karena memiliki peran yang sangat penting
untuk pembuatan beton ready mix. 3)Perusahaan perlu memiliki divisi audit
internal, Penulis menyarankan agar perusahaan menyelenggarakan audit
internal dengan melakukan pengujian terhadap keandalan, intergritas maupun
evaluasi terhadap efektivitas dan efisiensi pengendalian internal khususnya sistem
produksi ready mix. 4)Perusahaan perlu mengganti rantai
komando pada struktur organisasi dan fungsi – fungsi yang harus dipisah
misalnya Accounting membawahi KA.& Logistik1 yang dilhat dari fungsi berbeda
yaitu accounting sebagai fungsi pencatatan dan Logistik sebagai fungsi penyimpanan
dan KA. Transportasi sebagai fungsi operasional. Penulis menyarankan
seharusnya KA.&Logistik berdiri sejajar dengan SPI Plant dan SPI Technical,
kemudian KA.& Transportasi dibawahi oleh SPI Plant yang fungsinya
berhubungan dengan operasional perusahaan.
Daftar Pustaka
1) Ardianto, Elvinaro. 2010. Metodologi Penelitian untuk Public
Relations: Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media
2) Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
3) Anastasia Diana, Lilis Setiawati, 2011. Sistem Informasi Akuntansi,
Edisi Pertama, Penerbit Andi, Yogyakarta
4) Arifiyani,Hesti Arlich & Sukirno. (2012). Pengaruh Pengendalian
Intern, Kepatuhan dan Kompensasi Manajemen Terhadap Perilaku
Etis Karyawan (Studi Kasus PT. Adi Satria Abadi Yogyakarta).
Jurnal Nominal,Vol. I, No. I. Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta 5) Anonim. Badan Pusat Statistik.
Ekonomi dan perdagangan, Konstruksi. “Ringkasan
Pendapatan Bruto dan Pengeluaran Perusahaan Konstruksi (Juta
Rupiah) 2000 – 2015. Update 17 Oktober 2016.
http://www.bps.go.id//Link// Tabel Statis/ view/id/933
6) Anonim. Badan Pusat Statistik. Ekonomi dan Perdagangan,
Konstruksi.”Ringkasan Statistik Konstruksi”. Update 17 Oktober
2016. http://www.bps.go.id//Link//Tabel/
Statis/view/id/933 7) Anonim. Badan Pusat Statistik.
Ekonomi dan Perdagangan. Produk Domestik Bruto. No TABEL
32.”Seri 2010 PDB Triwulan Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha. (Miliar Rupiah )2014 – 2016”. Update 8
November 2016.http://www.Bps.go.id//Link//
Subjek view//id/11 8) Anonim.”Pertumbuhan Sektor
Konstruksi Indonesia Timur Tertinggi.” update terakhir selasa 5
april 2016, 12.59 WIB.http://www. katadata.co.id/berita/2016/04/05/
9) Anonim. Mandiri industry update.”Building and Construction
Interchange (BCI) Asia memperkiraka tahun 2016 nilai
proyek infrastruktur akan melebihi nilai proyek properti.”Volume 6,
Maret 2016. http://Mandiri institute.id//
10) Anonim. Mandiri industry update. “Sulawesi dan Maluku Papua
mengalami pertumbuhan sektor konstruksi tertinggi tahun 2015.”
Volume 6, Maret 2016. http:// Mandiri institute.id//
11) Anonim. Wicaksono, Eko Pebrianto .”ini 5 sektor
penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomiRI “.05Februari
015.14.05WIB.http://liputan 6.com//bisnis/ekonomi//
12) Budiono, Hendrawan. (2014). Studi Manajemen Mutu pada
Perusahaan Beton Siap Pakai (Ready Mix) di PT. Merak Jaya
Beton, JL. Raya Mastrip No. 5 Kecamatan Karang Pilang Kota
Surabaya. Studi Manajemen Mutu, Vol.03 No. 1 0-216. Jurusan
Pendidikan Teknik Bangunan. Fakultas Teknik. Universitas
Negeri Surabaya 13) Christian, Lianawati. (2011).
Sistem Informasi Akuntansi Perhitungan Harga Pokok
Produksi pada Perusahaan Manufaktur.
AKUNTOTEKNOLOGI: Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Teknologi,
Vol.3, No.1, Januari 2011 14) Daljono. (2011). Akuntansi Biaya
Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian, Edisi Ketiga, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
15) Hapsari,S. D., Saputra, B. W., & Rismadi,Bambang. (2013).
Evaluasi Efektivitas Pengendalian Biaya Produksi dan Efisiensi Biaya
Produksi (Studi Kasus di PT. XYZ). JAMS – Journal of
Management Studies,Vol. 02, No. 01, May 2013 ISSN # 2302-8122
16) Krismiaji. 2010. Sistem Informasi Akuntansi Biaya. Yogyakarta:
UPP-STIM YKPN 17) Kalimsa, Norma Sari. 2013.
Evaluasi Implementasi Pengendalian Internal Berbasis
COSO di Perusahaan Konstruksi (Studi Kasus pada PT Sinar Fajar
Baru). Tesis, Program Magister Akuntansi. Fakultas Ekonomika
dan Bisnis. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
18) Lim, Erwin Krisdianto & Wirawan, Adhicipta R. (2013). Evaluasi
Pengendalian Internal Berdasar COSO pada Siklus Produksi Untuk
Meningkatkan Efisiensi PT. Gerongan Surajaya di Surabaya.
Calyptra : Jurnal Imiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 2, No. 1
19) Mulyadi. (2014). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Universitas Gadjah Mada . 20) Mujilan, Agustinus. 2012. Sistem
Informasi Akuntansi, Teori dan Wawasan di Dunia Eektronis.
Madiun: WIMA Pers. 21) Purwaningsih, Novi Indah. (2012).
Evaluasi Kebutuhan Sistem Informasi Akuntansi pada Proses
Pelaporan Sistem Produksi Perusahaan Manufaktur (Studi
Kasus PT. Multi Teknik Mandiri). Skripsi, Fakultas Ekonomi.
Universitas Gunadarma 22) Rapina & Christyanto, Leo. (2011).
Peranan Sistem Pengendalian Internal Dalam Meningkatkan
Efektivitas dan Efisiensi Kegiatan Operasional Pada Siklus
Persediaan dan Pergudangan (Studi Kasus Pada PT.Ultrajaya
Milk Industry & Trading Company Tbk Bandung). Akurat Jurnal
Ilmiah Akuntansi, No. 06, Tahun ke-2 September-Desember 2011.
Jurusan Akuntansi. Universitas Kristen Maranatha.
23) Rohmah, Ainur. (2014). Perhitungan Harga Pokok
Produksi Berdasarkan Metode Harga Pokok Pesanan Untuk
Efisiensi Biaya Produk pada Usaha Kana Jaya. Skripsi,
Fakultas Ekonomi & Bisnis. 24) Romney, Marshall B., dan Paul
John Steinbart. (2015). Sistem Informasi Akuntansi, Edisi
Ketigabelas, Penerbit Salemba Empat : Jakarta Selatan.
25) Selvianti, Eva. (2014). Pengendalian Intern Persediaan
Bahan Baku untuk Kelancaran Produksi pada PT. Graphika
Beton. Skripsi, Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas
Maritim Raja Ali Haji. 26) Sugiyono. (2013). Metode
Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung: Alfabeta. 27) Usman, Kristanto & Widyawati,
Ratna. 2011. Pengendalian Mutu Beton Ready Mix Pada Batching
Plant Dengan Menggunakan Statistical Quality Control. Jurnal
Rekayasa, Vol. 15 Nomor 3, Desember 2011
28) Wargono, Christian Pradipta. (2012). Analisis dan Perancangan
Sistem Informasi Persediaan pada Perusahaan Manufaktur yang
Bergerak di Bidang Plastik. Jurnal BERKALA ILMIAH
MAHASISWA AKUNTANSI, VOL. 1, NO. 2, MARET 2012.
Fakultas Bisnis. Unika Widya Mandala
29) Walke, R. C. & Topkar, V.M. 2012. Qualitative Analysis Of
Internal And External Risks For Ready Mix Concrete Plants – A
Case Study Approach. IOSR Journal of Engineering, May. 2012,
Vol. 2(5) pp: 1013-1019. www.iosrjen.org