74
ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM SOAL UJIAN NASIONAL (UN) IPA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI SMP N 1 BATIPUH TAHUN AJARAN 2018/2019 SKRIPSI Ditulis Sebagai Syarat untuk Penulisan Skripsi Pada Jurusan Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Oleh: SUCI ULVA NIM. 16 301 06065 JURUSAN TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR 2020

ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS)

DALAM SOAL UJIAN NASIONAL (UN) IPA SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA (SMP) DI SMP N 1 BATIPUH TAHUN AJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Penulisan Skripsi

Pada Jurusan Tadris Biologi

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Oleh:

SUCI ULVA

NIM. 16 301 06065

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

2020

Page 2: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

i

ABSTRAK

SUCI ULVA, NIM. 1630106065, Judul Skripsi: “ANALISIS SOAL

TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DALAM SOAL

UJIAN NASIONAL (UN) IPA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

DI SMP N 1 BATIPUH TAHUN AJARAN 2018/2019”. Jurusan Tadris Biologi

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Batusangkar 2020.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurang mampunya siswa memahami

ataupun mengenali struktur dan komposisi soal Ujian Nasional. Salah satu upaya

untuk mengatasi permasalahan rendahnya prestasi belajar dan keterampilan

berpikir siswa yaitu melaksanaan Ujian Nasional, maka sudah seharusnya terdapat

komponen soal dengan mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kualitas butir soal, kesesuaian

antara butir soal UN yang HOTS dengan indikator pencapaian kompetensi,

stimulus yang terdapat pada soal UN IPA yang HOTS, serta karakteristik soal tipe

HOTS ditinjau dari; soal yang menunjang kemampuan berpikir kritis, berpikir

kreatif serta kemampuan pemecahan masalah. Jenis penelitian ini adalah Mixed

Methods Research. Soal UN IPA tersebut dianalisis oleh guru IPA yang mengajar

di UPT SMP N 1 Batipuh dan peneliti. Analisis data dalam penelitian ini yaitu

menganalisis kualitas butir soal kategori HOTS dan LOTS, menganalisis

kesesuaian antara butir soal UN yang HOTS dengan indikator pencapaian

kompetensi, menganalisis karakteritik stimulus pada soal, dan menganalisis

karakteristik kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan

kemampuan pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa kualitas soal UN IPA

65,5% bertipe HOTS, karakteristik pada butir soal UN IPA 96% sesuai dengan

indikator pencapaian kompetensi, soal UN IPA yang HOTS hampir semua

berstimulus, serta karakteristik soal tipe HOTS dengan persentase 60%

menunjang kemampuan berpikir kritis, 28% kemampuan berpikir kreatif dan 12%

menunjang kemampuan memecahkan masalah.

Kata Kunci: Ujian Nasional (UN), Stimulus, HOTS, Kemampuan Berpikir

Kritis, Kemampuan Berpikir Kreatif dan Kemampuan

Pemecahan Masalah.

Page 3: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang

melimpahkan rahmat dan karunia kepada peneliti sehingga dapat menyusun

skripsi yang berjudul: “Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skills

(HOTS) Dalam Soal Ujian Nasional (UN) IPA Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Di SMP N 1 Batipuh Tahun Ajaran 2018/2019”. Shalawat serta salam

kepada Nabi Muhammad SAW selaku penutup segala Nabi dan Rasul yang diutus

dengan sebaik-baik agama, sebagai rahmat untuk seluruh manusia, sebagai

personifikasi yang utuh dari ajaran islam dan sebagai tumpuan harapan pemberi

cahaya syari‟at di akhirat kelak. Skripsi ini disusun untuk emenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Tadris Biologi

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini banyak bantuan, motivasi serta

bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materi yang peneliti

terima. Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Batusangkar.

2. Bapak Aidhya Irhash Putra, S.Si., M.P selaku Ketua Jurusan Tadris Biologi

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Batusangkar. Serta sebagai

Dosen Penasehat Akademik.

3. Ibu Najmiatul Fajar, M.Pd selaku pembimbing yang telah memberikan

arahan, masukan dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

ini.

4. Ibu Rina Delfita, M.Si selaku penguji.

5. Ibu Roza Helmita, M.Si dan Bapak Safrizal, M.Pd yang telah bersedia

sebagai validator untuk lembar analisis.

6. Ibu Erma Taswita, S.Pd dan Ibu Faria Gusni, S.Pd yang telah bersedia

sebagai analis untuk mengisi lembar analisis dalam penelitian.

Page 4: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

iii

7. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.

Semoga bantuan, motivasi dan bimbingan serta nasehat dari berbagai pihak

menjadi amal ibadah dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat

ganda. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dalam dunia pendidikan.

Aamiin Yaa Rabbal „Aalamiin.

Batusangkar, Agustus 2020

SUCI ULVA

NIM. 1630106049

Page 5: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ....................................................................................... 6

C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian Dan Luaran Penelitian .............................................. 7

F. Definisi Operasional ................................................................................ 8

BAB II PEMBAHASAN

A. Landasan Teori ......................................................................................... 10

1. Evaluasi .............................................................................................. 10

2. Analisis Soal ...................................................................................... 14

3. Kemampuan Berpikir ......................................................................... 16

4. Konsep Higher Order Thinking Skills (HOTS) ................................. 17

5. Kriteria Higher Order Thinking Skills (HOTS) ................................. 19

6. Cara Menyusun Soal HOTS ............................................................... 29

7. Ujian Nasional (UN) .......................................................................... 31

B. Kajian Penelitian yang Relevan ............................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 35

C. Instrumen Penelitian ................................................................................ 35

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 39

E. Teknik Analisis Data ................................................................................ 40

F. Teknik Keabsahan Data ........................................................................... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 44

B. Pembahsan ............................................................................................... 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 55

B. Saran ........................................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil rata-rata nilai UN IPA beberapa tahun ajaran ........................... 5

Tabel 2.1 Perbedaan LOTS dan HOTS ............................................................. 19

Tabel 2.2 Soal yang mampu menunjang kemampuan berpikir kritis ............... 25

Tabel 2.3 Soal yang mampu menunjang kemampuan berpikir kreatif ............. 25

Tabel 2.4 Soal yang mampu menunjang kemampuan pemecahan masalah ..... 28

Tabel 2.5 Indikator menurut jenjang Kognitif Bloom ...................................... 30

Tabel 3.1 Soal mengukur dimensi proses berpikir Ander dan Krathwohl ........ 38

Tabel 3.2 Analisis kualitas soal berdasarkan Taksonomi Bloom ..................... 38

Tabel 3.3 Analisis kesesuaian antara butir soal UN yang HOTS dengan

indikator pencapaian kompetensi soal .............................................. 39

Tabel 3.4 Soal yang mampu menunjang kemampuan berpikir kritis ............... 39

Tabel 3.5 Soal yang mampu menunjang kemampuan berpikir kreatif ............. 40

Tabel 3.6 Soal yang mampu menunjang kemampuan pemecahan masalah ..... 40

Tabel 3.7 Analisis 3 karakteristik Soal tipe HOTS ........................................... 41

Tabel 3.8 Kriteria karakteristik ......................................................................... 41

Tabel 4.1 Hasil analisis soal UN IPA 2018/ 2019 ditinjau dari

karakteristik stimulus ........................................................................ 46

Tabel 4.2 Hasil analisis analis terhadap soal tipe HOTS & LOTS

berdasarkan Taxonomi Bloom revisi Ander & Krathwohl .............. 47

Tabel 4.3 Persentase soal UN IPA ditinjau karakteristik HOTS ...................... 48

Tabel 4.4 Kualitas soal UN IPA 2018/ 2019..................................................... 49

Tabel 4.5 Kesesuaian butir soal dengan indikator pencapaian kompetensi ...... 49

Tabel 4.6 Persentase karakteristik HOTS ........................................................ 50

Page 7: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Paradigma proses triangulasi ......................................................... 43

Gambar 4.1 Grafik kualitas soal........................................................................ 44

Page 8: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 diawali dari kegelisahan melihat sistem pendidikan

yang diterapkan selama ini hanya berbasis pada pengajaran untuk memenuhi

target pengetahuan siswa. Selain itu, diperlukan keterampilan dan sikap yang

tidak kalah pentingnya untuk mendapat lulusan yang handal dan beretika untuk

selanjutnya siap berkompetisi secara global. Berubahnya kurikulum KTSP ke

kurikulum 2013 ini merupakan salah satu upaya memperbaharui setelah

dilakukannya penelitian untuk pengembangan kurikulum yang sesuai dengan

kebutuhan generasi muda. Kurikulum 2013 memadukan tiga konsep yang

menyeimbangkan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Melalui konsep itu,

keseimbangan antara hardskill dan softskill dimulai dari standar kompetensi

kelulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian dapat diwujudkan

(Sunarti dan Rahmawati, 2014, p. 1).

Salah satu aspek yang mengalami perkembangan dibanding kurikulum

sebelumnya adalah penilaian. Pada Kurikulum 2013, penilaian diatur dalam

Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan

meliputi penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan

harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir, ujian tingkat kompetensi, ujian

mutu tingkat kompetensi, ujian nasional dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian

ini merupakan penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik, satuan

pendidikan dan pemerintah. Pada Kurikulum 2013, penilaian lebih tegas dan

menyeluruh dibanding dengan pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2006.

Pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013 secara eksplisit meminta agar

guru-guru di sekolah seimbang dalam melakukan penilaian di tiga ranah

domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor sesuai dengan tujuannya yang

hendak diukur (Setiadi, 2016, p. 167).

Page 9: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

2

Tujuan melakukan penilaian tidak jauh berbeda dengan melakukan

evaluasi. Melaksanakan penilaian sebagai bentuk evaluasi terhadap penerapan

kebijakan dibidang pendidikan maupun sistem pembelajaran dalam suatu

negara, menjadi hal yang sangatlah penting. Pengertian Evaluasi pendidikan

terdapat dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 21.

Menyatakan bahwa Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,

penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen

pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk

pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan.

Salah satu bentuk evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah adalah

dengan melaksanakan ujian nasional. Ujian Nasional merupakan upaya

pemerintah untuk mengetahui perkembangan pendidikan di Indonesia,

khususnya perkembangan sistem pembelajaran bagi peserta didik selama

mengikuti pendidikan, baik tingkat dasar maupun menengah umum kejuruan.

Kegiatan ujian nasional diselenggarakan serentak secara nasional setiap

tahunnya dan sudah terstandarisasi serta mempunyai tujuan untuk mengukur

hasil belajar siswa pada akhir suatu program pendidikan. Sebagaimana dalam

Permendiknas Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2005 Pasal 2 dijelaskan

bahwa hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk

pemetaan suatu program, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya,

penentuan kelulusan peserta didik, serta pembinaan dan pemberian bantuan

dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

Jika ditinjau lebih lanjut salah satu masalah yang timbul pada Ujian

Nasional adalah kurang mampunya siswa memahami ataupun mengenali

struktur dan komposisi soal Ujian Nasional yang berimbas pada kurang

mampunya siswa menyelesaikan soal-soal tersebut sehingga kemampuan

berpikirnya masih tergolong rendah. Berkaitan dengan pernyataan diatas,

menurut Oktiningrum (2014) dalam Dewi (2016, p. 99) menyatakan salah satu

faktor penyebabnya adalah kurang terlatihnya siswa meyelesaikan tes atau soal

soal yang sifatnya menuntut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam

menyelesaikannya. Pelaksanaan Ujian Nasional sendiri disesuaikan dengan

Page 10: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

3

kompetensi dasar yang diberikan dan didalam kompetensi dasar tersebut

termuat indikator kompetensi yang menjadi acuan dalam pembuatan soal Ujian

Nasional. Ditinjau dari segi tujuan pelaksanaan UN sebagai tolak ukur standar

nasional dalam mencapai kualitas siswa, maka sudah seharusnya terdapat

komponen soal dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sekolah-sekolah

harusnya mulai melakukan penanaman HOTS untuk memenuhi tuntutan zaman

ke-21. Hal ini sesuai dengan karateristik kemampuan masyarakat abad ke-21

menurut partnership of 21st century skills yang mengidentifikasikan bahwa

pelajar pada abad ke-21 harus mengembangkan keterampilan kompetitif yang

diperlukan pada abad ke-21 yang terfokus pada pengembangan HOTS (Siregar,

2018, p. 4).

Berdasarkan hasil penelitian Wijaya (2019, p. 60) menunjukkan bahwa,

sebaran soal pada soal ujian nasional SMP mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam tahun pelajaran 2018/2019 sampai 2019/2020, hanya terdapat empat

aspek yang terpenuhi yaitu aspek mengingat (C1), memahami (C2),

mengaplikasikan (C3) dan menganalisis (C4). Soal-soal yang dibuat untuk UN

harus menuntut peserta didik untuk berpikir secara kritis, hal ini sesuai dengan

penerapan Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan sumber daya

manusia yang produktif, kreatif inovatif dan afektif, melalui penguatan

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tidak hanya mengenai soal

UN yang diujikan, instrumen penilain yang dipakai juga harus dapat menilai

keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) menguji proses analisis, sintesis,

evaluasi bahkan sampai kreatif.

Hasil pengukuran capaian siswa berdasar UN ternyata selaras dengan

capaian Programme for International Student Assessment (PISA) maupun

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Hasil UN

tahun 2018 menunjukkan bahwa siswa-siswa masih lemah dalam keterampilan

berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill) seperti menalar,

menganalisa, dan mengevaluasi. Oleh karena itu salah satu upaya Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga

Kependidikan (Ditjen GTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang

Page 11: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

4

bermuara pada peningkatan kualitas siswa dengan menyelenggarakan Program

Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP). Salah satu materi yang

dikembangkan pada program PKP adalah Penilaian Berbasis HOTS. Materi ini

bertujuan untuk membekali guru agar mampu melaksanakan penilaian berbasis

HOTS sehingga siswa terbiasa dengan soal-soal dan pembelajaran yang

berorientasi kepada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order

Thinking Skill) agar terdorong kemampuan berpikir kritisnya (Setiawati, 2018,

p. 2).

Menurut Hayat dan Suhendra (2010: 325) dalam Lailly dan Wisudawati

(2015, p. 28) menyatakan bahwa tingkat literasi IPA pada Programme for

International Student Assessment (PISA) siswa Indonesia pada umumnya

hanya mampu mengingat fakta, istilah dan hukum-hukum ilmiah serta

menggunakannya dalam menarik kesimpulan ilmiah yang sederhana maupun

kehidupan sehari-hari. Prestasi tersebut menunjukkan bahwa anak- anak

Indonesia kesulitan menjawab soal-soal dalam berbentuk uraian yang

memerlukan penalaran. Hal tersebut diperkirakan karena mereka terbiasa

dalam menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda. Salah satu soal pilihan

ganda yang biasa dikerjakan siswa Indonesia adalah soal Ujian Nasional.

Ditinjau dari segi tujuan pelaksanaan UN sebagai tolak ukur standar nasional

dalam mencapai kualitas siswa, maka sudah seharusnya terdapat komponen

soal dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru IPA yang

mengajar di kelas IX di UPT SMP N 1 Batipuh yaitu Ibu Erma Taswita, S.Pd

pada hari Senin tanggal 27 Januari 2020, diketahui bahwa masih banyak siswa

kelas XI UPT SMP N 1 Batipuh yang kurang mampu dalam keterampilan

berfikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill). Hal ini dapat kita lihat dari

hasil nilai UN yang diperoleh siswa masih tergolong rendah, tidak semua nilai

yang diperoleh siswa mendapat hasil yang memuaskan sehingga rata-rata nilai

UN disekolah tersebut masih rendah. Barikut ini tabel hasil rata-rata nilai UN

IPA di sekolah UPT SMP N 1 Batipuh Beberapa tahun terakhir.

Page 12: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

5

Tabel 1.1 Hasil rata-rata nilai UN IPA beberapa tahun ajaran

No. Tahun Ajaran Jumlah Siswa Rata-Rata Nilai UN

IPA

1. 2016/2017 93 52, 93

2. 2017/2018 147 52, 29

3. 2018/ 2019 89 50, 78

4. 2019/2020 89 51, 4

(Sumber: Ibu Waka Kurikulum UPT SMP N 1 Batipuh)

Soal UN IPA tingkat sekolah menengah pertama dibagi menjadi Fisika,

Kimia dan Biologi. Menurut penuturan Ibu Erma Taswita, S.Pd, siswa

kesulitan dalam menjawab soal dalam bentuk soal hitungan seperti contohnya

pada materi fisika, namun tidak menutup kemungkinan jika soal kimia dan

biologi dalam soal UN mudah atau bisa dijawab oleh siswa. Sedangkan dalam

membahas seluruh materi di kelas IX untuk persiapan UN sangat banyak

namun waktu yang disediakan dalam persiapan UN tidak efektif.

Permasalahan rendahnya prestasi belajar dan keterampilan berpikir

siswa, maka harus ada upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. Oleh karena

itu, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia pasal 1 ayat 4 Tahun

2005 seharusnya soal Ujian Nasional yang diselenggarakan di Indonesia

didalamnya mencakup soal HOTS agar tujuan dan fungsi Ujian Nasional

tercapai sehingga menghasilkan lulusan berkualitas yang kritis dan kreatif

dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Siregar, 2018: 4).

Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan suatu proses berpikir

peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari

berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti

metode problem solving, taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran,

pengajaran, dan penilaian. HOTS ini meliputi di dalamnya kemampuan

pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan

berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan. Tujuan utama dari high

order thinking skills adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir

peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan

kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis

informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan

Page 13: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

6

pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang

kompleks (Saputra, 2016, pp. 91-92).

Peserta didik dikatakan mampu menyelesaikan suatu masalah apabila

peserta didik tersebut mampu menelaah suatu permasalahan dan mampu

menggunakan pengetahuannya ke dalam situasi baru. Kemampuan inilah yang

biasanya dikenal sebagai High Order Thingking Skills. High Order Thingking

Skills merupakan kemampuan untuk menghubungkan, memanipulasi, dan

mengubah pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki secara kritis dan

kreatif dalam menentukan keputusan untuk menyelesaikan masalah pada

situasi baru.

Peserta didik perlu dilatih dalam hal keterampilan berpikirnya dengan

cara memberikan peserta didik tersebut soal yang memiliki tipe HOTS yang

dapat digunakan untuk memperbaiki keterampilan berpikir dari peserta didik.

Soal tersebut dibuat dengan menerapkan kompetensi dasar yang dapat

digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi dari peserta

didik. Mengingat peranan penilaian yang dapat menjadi motivasi dan tantangan

untuk perbaikan mutu daya saing pendidikan, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking

Skills (HOTS) Dalam Soal Ujian Nasional (UN) IPA Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Di SMP N 1 Batipuh Tahun Ajaran 2018/2019” .

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di

atas, maka fenomena yang akan dijadikan fokus penelitian yaitu analisis soal

tipe higher order thinking skills (HOTS) dalam soal ujian nasional (UN) IPA

sekolah menengah pertama (SMP) tahun ajaran 2018/ 2019.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana Kualitas Butir Soal UN SMP Tahun Ajaran 2018/2019?

Page 14: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

7

2. Apakah terdapat kesesuaian antara butir soal UN yang HOTS dengan

indikator pencapaian koompetensi soal?

3. Bagaimana jenis stimulus yang terdapat pada soal UN IPA yang HOTS?

4. Bagaimana karakteristik soal Ujian Nasional (UN) Sekolah Menengah

Pertama Di SMP N 1 Batipuh Tahun Ajaran 2018/2019 tipe HOTS ditinjau

dari:

a. Bagaimana bentuk soal yang menunjang untuk kemampuan berpikir

kritis?

b. Bagaimana bentuk soal yang menunjang untuk kemampuan berpikir

kreatif?

c. Bagaimana bentuk soal yang menunjang untuk kemampuan pemecahan

masalah?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas maka tujuan yang ingin

dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kualitas butir Soal UN SMP tahun ajaran 2018/ 2019.

2. Untuk menganalisis kesesuaian antara butir soal UN yang HOTS dengan

indikator pencapaian kompetensi soal.

3. Untuk mengetahui Stimulus pada soal UN IPA yang HOTS.

4. Untuk mengetahui Karakteristik soal Ujian Nasional (UN) SMP tahun

ajaran 2018/ 2019 Tipe HOTS ditinjau dari:

a. Bentuk soal yang menunjang kemampuan berpikir kritis.

b. Bentuk soal yang menunjang kemampuan berpikir kreatif.

c. Bentuk soal yang menunjang kemampuan pemecahan masalah.

E. Manfaat dan Luaran Penelitian

Hasil yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti: mendapat pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan bekal berharga

sebagai calon pendidik terutama dalam menyusun soal dengan tipe Higher

Order Thinking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Page 15: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

8

2. Guru: menambah pengetahuan guru terhadap pembuatan soal dengan tipe

Higher Order Thinking Skill atau kemampuan berpikir tingkat tinggi serta

sebagai sumber informasi bagi guru untuk mengembangkan HOTS

3. Sekolah: dapat memberikan sumbangan berupa hasil penelitian yang

nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan proses evaluasi tiap

tahunnya.

F. Defenisi Operasional

1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan,

dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan sebenarnya, penjabaran sesudah

dikaji sebaik-baiknya, dan merupakan sposes pemecahan persoalan yang

dimulai dengan dugaan akan kebenarannya

2. Analisis soal adalah kegiatan untuk menentukan mutu soal. Kegiatan

analisis soal juga dilakukan dalam menyusun sebuah soal agar didapatkan

soal yang bermutu, dan dilakukan untuk meningkatkan kualitas butir soal.

Dimana soal yang bermutu adalah soal yang mampu memberikan informasi

yang tepat tentang materi yang sudah maupun yang belum dikuasai oleh

siswa.

3. Soal Ujian Nasional (UN) adalah sebuah alat evaluasi yang pemerintah

buat untuk mengukur serta menilai kompetensi kelulusan siswa secara

nasional pada mata pelajaran tertentu.

4. HOTS merupakan kepanjangan dari Higher Order Thinking Skills atau

dalam bahasa Indonesia adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan berpikir pada tingkat

yang lebih tinggi dimana tidak hanya sekedar menghafal fakta namun sudah

melibatkan kegiatan menganalisis, mengevaluasi, serta menciptakan.

5. Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk

mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir

yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau

merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada

konteks asesmen mengukur kemampuan: transfer satu konsep ke konsep

Page 16: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

9

lainnya, memproses dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari

berbagai informasi yang berbeda-beda, menggunakan informasi untuk

menyelesaikan masalah, dan menelaah ide dan informasi secara kritis.

Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang

lebih sulit daripada soal recall.

6. Berpikir kritis adalah sebuah proses yang kompleks dan jika dilakukan

dengan baik, berpikir kritis akan membantu kita dalam mengkaji

gagasangagasan yang rumit secara sistematis untuk dapat memahami lebih

baik, baik itu masalah ataupun akibat-akibat dalam mempraktekkannya.

seseorang yang berpikir secara kritis mengenai sebuah masalah tidak akan

puas dengan solusi yang jelas atau nyata tetapi akan menangguhkan

penilaiannya sambil mencari semua argumen, fakta-fakta, dan

penalaranpenalaran yang relevan yang dapat mendukung pembuatan

keputusan yang baik.

7. Berpikir kreatif dapat didefisinikan sebagai "proses" untuk menghasilkan

sesuatu yang baru dari elemen yang ada dengan menyusun kembali elemen

tersebut (Downing, 1997). Pemikiran kreatif masing-masing orang akan

berbeda dan terkait dengan cara mereka berpikir dalam melakukan

pendekatan terhadap permasalahan.

8. Pemecahan masalah sebagai aktivitas yang bersifat mekanistis, sistematis,

dan sering diasosiaskan dengan suatu konsep yang abstrak. Dalam konteks

ini masalah yang diselesaikan adalah masalah yang mempunyai jawab

tunggal yang diperoleh melalui proses yang melibatkan cara atau metode

yang tunggal pula (penalaran konvergen). Pemecahan masalah adalah proses

yang melibatkan penggunaan langkah-langkah tertentu (heuristik), yang

sering disebut sebagai model atau langkahlangkah pemecahan masalah,

untuk menemukan solusi suatu masalah. Heuristik merupakan pedoman atau

langkah-langkah umum yang digunakan untuk memandu penyelesaian

masalah.

Page 17: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk

mengukur efektivitas sistem pembelajaran secara keseluruhan. Secara

khusus ada beberapa pengertian yang telah dikemukakan para pakar, sebagai

berikut (Sudaryono, 2014, p. 5):

a. Edwin Wandt dan Gerald W.Brown (1997) mengemukakan: istilah

evaluasi menunjukkan pada suatu pengertian yaitu suatu tindakan atau

proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

b. Ten Brink dan Terry D (1994) mengemukakan: evaluasi adalah proses

mengumpulkan informasi dan menggunakannya sebagai bahan untuk

pertimbangan dalam membuat keputusan.

c. Suharsimi Arikunto (2004) mengemukakan: evaluasi adalah kegiatan

mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu

tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam

menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur serta alternative

strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dengan demikian, evaluasi berarti menetukan sampai seberapa jauh

sesuatu itu berharga, bermutu dan bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar

yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses pembelajaran mengandung

penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai seberapa jauh

keduanya dapat dinilai baik. Istilah tes, pengukuran, pengujian, penilaian

dan evaluasi merupakan istilah yang saling berhubungan tetapi juga

memiliki perbedaan.

Tes adalah sejumlah daftar pertanyaan yang dipergunakan untuk

mendapatkan data atau informasi mengenai hasil belajar siswa. Pengukuran

merupakan tindak lanjut dari tes yang telah dilakukan, yaitu mengenai

tindakan penentuan tingkat keberhasilan siswa. Penilaian berarti mengambil

Page 18: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

11

suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk dan

ditindaklanjuti dengan evaluasi serta merupakan kegiatan yang dilakukan

saat memberikan arti terhadap angka atau huruf yang telah diperoleh siswa

(Sudaryono, 2014, p. 6).

Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai

dengan objek evaluasinya. Tujuan melaksanakan evaluasi antara lain adalah

(Wirawan, 2012, pp. 22-24):

a. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat.

b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.

c. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan strandar.

d. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menemukan mana dimensi

program yang jalan, mana yang tidak berjalan.

e. Pengembangan staf program.

f. Memenuhi ketentuan undang-undang.

g. Akreditasi program.

h. Mengukur cost effectiveness dan cost-efficiency.

i. Mengambil keputusan mengenai program.

j. Accountabilitas.

k. Memberikan balikan kepada pimpinan dan staf program.

l. Mengembangkan teori ilmu evaluasi dan riset evaluasi.

Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu:

a. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan

sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang

dialami oleh peserta didik, setelah mereka mengikuti proses

pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran

yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka

waktu tertentu.

Page 19: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

12

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam

bidang pendidikan, adalah:

a. Untuk merangsang kegiatan kegiatan peserta didik dalam menempuh

jenjang pendidikan.

b. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan

dan ketidakberhasilan dalam mengikuti program pendidikan, sehingga

dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

Obyek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu yang

berkaitan dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik

pusat perhatian atau pengamatan karena pihak penilai (evaluator) ingin

memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses pendidikan tersebut.

Dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah,

input, atau bahan mentah yang siap untuk diolah, tidak lain adalah para

calon peserta didik seperti calon murid, calon siswa, calon mahasiswa dan

sebagainya . dibalik dari segi input ini, maka obyek dari evaluasi

pendidikan meliputi tiga aspek yaitu aspek kemampuan, aspek kepribadian

dan aspek sikap (Sudijono, 2015, p. 25).

Ruang lingkup dari evaluasi dalam bidang pendidikan di sekolah

mencakup tiga komponen utama, yaitu (Sudijono, 2015, pp. 29-30):

a. Evaluasi program pengajaran

Evaluasi atau penilaian terhadap program pengajaran akan

mencakup tiga hal yaitu evaluasi terhadap tujuan pengajaran, evaluasi

terhadap isi program pengajaran dan evaluasi terhadap strategi belajar

mengajar.

b. Evaluasi proses pelaksanaan pengajaran

Evaluasi proses pelaksanaan pengajaran akan mencakup: (1)

kesesuaian antara proses belajar mengajar yang berlangsung, dengan

garis-garis besar program pengajaran yang telah ditentukan; (2)

kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajaran; (3) kesiapan

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran; (4) minat atau perhatian

siswa dalam mengikuti proses pengajaran; (5) keaktifan atau

Page 20: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

13

partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung; (6) peranan

bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang memerlukannya; (7)

komunikasi dua arah antara guru dan murid selama proses

pembelajaran berlangsung; (8) pemberian dorongan atau motivasi

terhadap siswa; (9) pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rangka

penerapan teori-teori yang diperoleh di dalam kelas; (10) upaya

menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari

kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.

c. Evaluasi hasil belajar

Evaluasi hasil belajar peserta didik ini mencakup; (1) evaluasi

mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujjuan-tujuan

khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang

bersifat terbatas; (2) evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta

didik terhadap tujuan-tujuan umum pengajaran.

Sebagai suatu bidang kegiatan, evaluasi hasil belajar memiliki

ciri-ciri khas yang membedakannya dari bidang kegiatan yang lain.

Di antara ciri-ciri yang dimiliki oleh evaluasi hasil belajar adalah

sebagai berikut (Sudijono, 2015, pp. 33-38):

1) Evaluasi dilaksanakan dalam rangka mengukur keberhasilan

belajar peserta didik itu, pengukurannnya dilakukan secara tidak

langsung.

2) Pengukuran dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta

didik pada umumnya menggunakan ukuran-ukuran yang bersifat

kuantitatif atau simbol-simbol angka.

3) Kegiatan evaluasi hasil belajar pada umumnya digunakan unit-

unit atau satuan-satuan yang tetap.

4) Prestasi belajar yang diperoleh oleh peserta didik dari waktu ke

waktu adalah bersifat relatif.

5) Kegiatan evaluasi hasil belajar, sulit untuk terjadinya kekeliruan

pengukuran (=error).

Page 21: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

14

2. Analisis Soal

Menurut Karnoto (2003) dalam Alpunsari (2014, p. 107)

menyatakan bahwa analisis tes adalah salah satu kegiatan dalam rangka

mengkonstruksi tes untuk mendapatkan gambaran tentang mutu tes, baik

mutu keseluruhan tes maupun mutu tiap butir soal. Analisis dilakukan

setelah tes disusun dan dicobakan kepada seluruh subyek dan hasilnya

menjadi umpan balik untuk perbaikan mutu tes bersangkutan. Oleh karena

itu kegiatan analisis tes merupakan keharusan dalam keseluruhan proses

mengkontruksi tes. Menurut Purwanto (2011) dalam Alpunsari (2014, p.

107) menyatakan bahwa dengan membuat analisis soal sedikitnya tenaga

edukatif dapat mengetahui tiga hal penting yang dapat diperoleh dari tiap

soal. Pertama sampai dimana pemahaman tingkat kesukaran soal, kedua

apakah soal tersebut mempunyai daya pembeda sehingga dapat

membedakan peserta didik yang pandai dan kurang pandai, ketiga apakah

alternatif jawaban menarik jawaban, dan keempat apakah soal tersebut hasil

korelasinya tinggi dan rendah.

Menurut Anastasi (1997) dalam Siregar (2018, p. 34) menyatakan

bahwa soal yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi

setepat-tepatnya sesuai dengan tujuan, diantaranya dapat menentukan

peserta didik sudah menguasai materi yang disajikan atau belum. Dalam

melakukan analisis butir soal, soal dapat dianalisis secara kualitatif, dalam

kaitan isi dan bentuknya, serta kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri

statistiknya. Menurut Arifin (2014) dalam Siregar (2018, p. 34) menyatakan

bahwa analisis kualitas tes merupakan suatu tahap yang harus ditempuh

untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara keseluruhan

maupun butir soal yang menjadi bagian dari tes. Dalam penilaian hasil

belajar, tes diharapkan dapat menggambarkan sampel perilaku dan

menghasilkan nilai yang objektif serta akurat.

Soal yang baik didukung oleh kualitas butir-butirnya yang dapat

ditelusuri melalui analisis butir. Kegiatan analisis butir soal merupakan

kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dalam mengembangkan instrument

Page 22: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

15

penilaian/ assesmen. Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara,

yaitu (Sunarti dan Rahmawati, 2014, pp. 135-137):

a. Analisis Kualitatif

Analisis butir soal secara kualitatif dilakukan berdasarkan kaidah

penyusunan soal. Analisis kualitatif dilakukan sebelum soal digunakan

berupa penelaahan, yang dimaksud untuk menganalisis soal ditinjau dari

segi materi, konstruksi dan bahasa. Analisis meteri berupa penelaahan

berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan dalam soal.

Analisis konstruksi berupa penelaahan yang umumnya berkaitan dengan

teknik penulisan soal. Analisis bahasa berupa penelaahan soal yang

berkaitan dengan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

b. Analisis Kuantitatif

Analisis secara kuantitatif sering dinamakan analisis empirik

dilakukan untuk melihat kualitas instrument penilaian setelah soal itu

diujicobakan kepada sampel representative. Melalui analisis empirik

dapat diketahui kualitas suatu soal, yaitu apakah suatu soal (1) dapat

diterima karena didukung oleh data statistik, (2) direvisi karena terbukti

terdapat kelemahan, atau bahkan (3) tidak digunakan sama sekali karena

terbukti secara empiris tidak berfungsi sama sekali.

Kegiatan menganalisis butir soal adalah kegiatan yang harus

dilakukan oleh guru agar dapat meningkatkan mutu soal yang telah ditulis.

Kegiatan ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan

informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap

penilaian. Adapun tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah

setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu. Selain itu, tujuan analisis

soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang

soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnistik pada

siswa apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan

(Siregar, 2018, pp. 34-35).

Secara umum manfaat analisis butir soal, yaitu (Basuki dan

Hariyanto, 2014, p. 130):

Page 23: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

16

a. Membantu para pengguna tes dalam evaluasi terhadap tes yang

digunakan.

b. Mendukung penulisan butir soal yang efektif.

c. Meningkatkan validitas dan reliabilitas soal.

d. Memberikan masukan kepada peserta didik tentang kemampuannya.

e. Memberikan masukan kepada guru tentang kesulitan-kesulitan siswa.

f. Memberikan masukan kepada guru tentang efektivitas pembelajaran.

g. Merevisi atau mengganti sama sekali butir soal yang dinilai tingkat

kesukarannya terlalu tinggi atau terlalu rendah yang validitas dan

reliabilitasnya rendah.

h. Meningkatkan keterampilan guru dalam penulisan soal.

i. Memberi masukan hal-hal tertentu yang bermanfaat bagi pengembangan

kurikulum.

Tujuan utama analisis butir soal menurut Daryanto (2001) dalam

Siregar (2018, p. 35) menyatakan bahwa untuk mengadakan identifikasi

soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal

dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk

mengadakan perbaikan. Analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan

berdasarkan kaidah penulisan soal. Aspek yang diperhatikan dalam analisis

soal secara kualitatif adalah materi, konstruksi, bahasa dan budaya, kunci

jawaban dan pedoman penskoran. Analisis soal secara kuantitatif

merupakan penelaahan butir soal didasarkan pada data empirik dari butir

soal yang bersangkutan. Aspek yang diperlukan dalam analisis soal pada

penelitian ini adalah berapa persen soal-soal UN IPA SMP yang

dikategorikan HOTS. Analisis soal secara kuantitatif adalah penelaahan

butir soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan.

3. Kemampuan Berpikir

Pendapat para ahli mengenai berpikir itu bermacam-macam.

Misalnya ahli-ahli psikologi asosiasi menganggap bahwa berpikir adalah

kelangsungan tanggapantanggapan di mana subjek yang berpikir pasif. Plato

Page 24: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

17

beranggapan bahwa berpikir itu adalah berbicara dalam hati. Sehubungan

dengan pendapat Plato ini adalah pendapat yang mengatakan bahwa berpikir

adalah aktivitas ideasional. Pada pendapat yang terakhir itu dikemukakan

dua kenyataan, yaitu (Siregar, 2018, p. 22):

a. Bahwa berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berpikir aktif.

b. Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional, jadi bukan sensoris dan bukan

motoris,walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu, berpikir itu

mempergunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”.

4. Konsep Higher Order Thinking Skills (HOTS)

King dkk (2012) dalam Sani (2019, p. 8) mendefenisikan higher

order thinking skills (HOTS) sebagai keterampilan berpikir kritis berpikir

logis, reflektif, metakognitif dan kreatif. Sedangkan menurut Arter dan

Salmon (1987) dalam Sani (2019, p. 8) menyatakan bahwa kemampuan

yang dibutuhkan dalam HOTS adalah kemampuan dalam menyelesaikan

masalah (problem solving) dan membuat keputusan (decision making).

Berdasarkan sintesis beberapa penelitian yang dilakukan terkait

keterampilan berpikir, dapat dibedakan beberapa keterampilan yang

termasuk keterampilan berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking

Skills) dan termasuk HOTS. Keterampilan berpikir kritis diperlukan dalam

menyelesaikan masalah dan membuat keputusan. Higher order thinking

skills (HOTS) akan berkembang jika individu menghadapi masalah yang

tidak dikenal, pertanyaan yang menantang atau menghadapi ketidakpastian.

Berdasarkan sintesis beberapa penelitian yang dilakukan terkait

berfikir, dapat dibedakan beberapa keterampilan yang termasuk

keterampilan berfikir tingkat rendah ( lower order thinking skill) dan yang

termasuk Higher order thinking skill (HOTS). Berikut ini dideskripsikan

beberapa keterampilan dasar yang dibedakan dalam kategori LOTS dan

HOTS:

Page 25: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

18

Tabel 2.1 Perbedaan LOTS dan HOTS

Lower order thinking skill

(LOTS)

Higher order thinking skill

(HOTS)

Mengingat

Memahamii

Klasifikasi konsep

Membedakan

Menggunakan aturan rutin

Menerapkan strategi ognitif

Analisis sederhana

Berfikir kreatif

Berfikir kritis

Menyelesaikan masalah

Membuat keputusan

Mengevaluasi

Sintesis

Berfikkir logis

Berfikir metaognitif

Berfikir refletif

Analisis komplek

Analisis sistem

Sumber: (Sani, 2019, p. 8)

Penilaian HOTS tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran

HOTS. Tugas guru bukan hanya melakukan penilaian HOTS, tetapi guru

juga harus mampu melaksanakan pembelajaran yang dapat melatih siswa

untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tujuan utamanya

adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih

efektif. Prinsip umum untuk menilai berpikir tingkat tinggi, adalah sebagai

berikut (Kemendikbud, 2019, p. 3):

a. Menentukan secara tepat dan jelas apa yang akan dinilai.

b. Merencanakan tugas yang menuntut siswa untuk berfikir tingkat tinggi

menunjukkan pengetahuan atau keterampilan yang mereka miliki.

c. Menentukan langkah apa yang akan diambil sebagai bukti peningkatan

pengetahuan dan kecakapan siswa yang telah ditunjukkan dalam proses.

Penilaian berpikir tingkat tinggi meliputi 3 prinsip, yaitu

(Kemendikbud, 2019, p. 3):

a. Menyajikan stimulus bagi siswa untuk dipikirkan, biasanya dalam

bentuk pengantar teks, visual, skenario, wacana, atau masalah (kasus).

b. Menggunakan permasalahan baru bagi siswa, belum dibahas di kelas,

dan bukan pertanyaan hanya untuk proses mengingat.

c. Membedakan antara tingkat kesulitan soal (mudah, sedang, atau sulit)

dan level kognitif (berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi).

Page 26: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

19

Perlu diperhatikan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi

(higher order thinking skills) berbeda dengan berpikir tingkat tinggi (higher

order thinking). Jika mengacu pada taksonomi Bloom yang direvisi,

berpikir tingkat tinggi (HOTS) terkait dengan kemampuan kognitif dalam

menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi. Sedangkan keterampilan

berpikir tingkat tinggi (HOTS) berkaitan dengan kemampuan

menyelesaikan permasalahan, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Pada

umumnya kemampuan analisis komplek dan analisis sistem merupakan

bagian dari problem solving sehingga tidak dinyatakan secara tersendiri

dalam elemen utama HOTS. Demikian juga kemampuan berpikir logis dan

evaluasi merupakan bagian berpikir kritis, sehingga elemen utama dari

HOTS dapat dibuat lebih sederhana. Pada dasarnya, keterampilan berpikir

tingkat tinggi mencakup kemampuan berpikir tingkat tinggi. Misalnya untuk

dapat menyelesaikan suatu permasalahan, siswa harus mampu menganalisis

permasalahan, memikirkan alternatif solusi, menerapkan strategi

penyelesaian masalah, serta mengevaluasi metode dan solusi yang

diterapkan (Sani, 2019, p. 11).

5. Kriteria Soal Higher Order Thinking Skills(HOTS)

Soal HOTS yang digunakan dalam ujian nasional dan ujian lainnya

adalah soal berfikir kritis. Oleh sebab itu, salah satu ciri soal tersebut

mencakup aspek berpikir kritis, yaitu: inferensi, interpretasi, analisis, dan

evaluasi. Soal seperti itu pada umumnya menyajikan stimulus, bersifat

kontekstual, membutuhkan kemampuan berpikir kritis, dan bukan

merupakan soal rutin yang umum diberikan ketika belajar di kelas atau

terdapat di dalam buku pelajaran. Stimulus yang disajikan dalam soal

sebaiknya memungkinkan siswa untuk mencari hubungan antar data atau

konteks, dapat mentransfer dari suatu konteks ke konteks yang lain, melihat

hubungan antar informasi, memproses dan menerapkan informasi,

menganalisis dan mengevaluasi informasi/ gagasan secara kritis, dan

menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, Namun perlu

Page 27: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

20

dicatat bahwa tidak semua soal HOTS harus mencakup transfer antar

konsep Kriteria utama soal HOTS adalah kontekstual, 2) mencakup Aspek

berpikir kritis, dan 3) menyajikan stimulus (Sani r. a., 2019, p. 109).

Perlu dicermati bahwa soal HOTS tidak harus sulit, dan soal yang

sulit belum tentu merupakan soal HOTS. Soal sulit yang biasa dilatihkan di

sekolah bukan merupakan soal HOTS karena siswa telah mengerti cara

menjawab soal tersebut. Namun soal sederhana yang membutuhkan

penalaran akan menjadi soal HOTS. Pada beberapa kasus, soal HOTS

mungkin sangat sulit untuk diselesaikan karena memerlukan kemampuan

analisis, evaluasi, dan kreativitas tingkat tinggi. Jadi, soal HOTS juga dapat

memiliki tingkat kesukaran rendah, sedang, dan tinggi. Ada soal HOTS

yang bisa diselesaikan dengan cara dan strategi yang berbeda, terutama

untuk soal pemecahan masalah (problem solving) (Sani, 2019, pp. 109-

110).

Soal-soal LOTD umumnya akan bertanya tentang “apa”, “siapa”,

dan “kapan”. Pada soal-soal yang menampilkan narasi seperti mata

pelajaran bahasa, soal LOTS akan menyatakan informasi yang tertera di

teks. Pada mata pelajaran matematika, fisika, kimia, dan ekonomi, soal akan

menerapkan rumus dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan soal-soal

HOTS akan menguji kemampuan menelaah gagasan atau informai secara

kritis, menelaah konsep yang tersembunyi, menyimpulkan dari beberapa

konsep yang ditampilkan, dan mengguanaan informasi yang diketahui untuk

menyelesaikan masalah. Untuk menjawab soal HOTS , tentu tidak cukup

dengan hafalan, rumus, pengertian, atau defenisi, tetapi juga perlu

memahami konsep dan konteks persoalan yang mendalam (Yani, 2019 p. 8).

Soal-soal HOTS merupakan instrumen yang digunakan untuk

mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu keterampilan berpikir

yang tidak sekadar mengingat (remembering), memahami (understanding),

atau menerapkan (applying). Soal-soal HOTS pada konteks asessment

mengukur keterampilan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2)

memproses dan mengintegrasikan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai

Page 28: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

21

informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk

menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis.

Dengan demikian soal-soal HOTS menguji keterampilan berpikir

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Kemendikbud, 2019, p. 3).

Klasifikasi ranah kognitif kali pertama dikemukakan oleh Benjamin

S. Bloom (1956). Secara rinci, Bloom membagi enam kategori tingkatan

kognitif yaitu dari level yang rendah ke level yang lebih tinggi Knowledge

(C-1), Comprehension(C-2), Application(C-3), Analisis (C-4), Synthesis (C-

5), dan Evaluation (C-6). Taksonomi kognitif yang dikemukakan oleh

Bloom kemudian direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2001) dalam Yani

(2019, pp. 5-6) menyusun kembali taksonomi kognitif atas enam tingkatan

dengan sejumlah modifikasi yaitu remembering, understanding, applying,

analyzing, evaluating dan creating. Tingkat Remembering (C-1),

Understanding C-2) Applying (C-3) menjadi dasar untuk pengembangan

butir soal yang LOTS (Lower Order Thinking Skill); sedangkan , Analysis

(C-4), Synthesis (C-5) dan Creation(C-6) menjadi dasar untuk

pengembangan butir soal yang HOTS.

Kata kerja operasional (KKO) yang ada pada pengelompokkan

Taksonomi Bloom menggambarkan proses berpikir, bukanlah kata kerja

pada soal. Ketiga kemampuan berpikir tinggi ini (analyzing, evaluating, dan

creating) menjadi penting dalam menyelesaikan masalah, transfer

pembelajaran (transfer of learning) dan kreativitas. Pada pemilihan kata

kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS,

hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata

kerja „menentukan‟ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3.

Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja „menentukan‟ bisa jadi

ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila soal tersebut untuk menentukan

keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang

disajikan pada stimulus lalu siswa diminta menentukan keputusan yang

terbaik. Bahkan kata kerja „menentukan‟ bias digolongkan C6 (mencipta)

bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan

Page 29: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

22

masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi

oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang

diberikan (Kemendikbud, 2019, pp. 3-4).

Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur

dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual,

atau procedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan

menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan,

memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan

masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning),

dan mengambil keputusan yang tepat. Dalam struktur soal-soal HOTS

umumnya menggunakan stimulus.

Menurut Widana, IW., dkk (2017) dalam Yani (2019, p. 43)

menyatakan bahwa butir soal HOTS adalah soal yang menuntut kemampuan

berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah

kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan

berpikir kritis (critical thinking) berpikir kreatif (creative thinking),

kemampuan berargumen (reasoning) dan kemampuan mengambil

keputusan (decision making).

Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan suatu proses

berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang

dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi

pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi bloom, dan

taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian. HOTS ini meliputi di

dalamnya kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif,

berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil

keputusan. Tujuan utama dari high order thinking skills adalah bagaimana

meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih

tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara

kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam

memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta

Page 30: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

23

membuat keputusan dalam situasi-situasi yang kompleks (Saputra, 2016, pp.

91-92).

Berikut ini kriteria kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu sebagai

berikut, (Sani, 2019, pp. 15-58):

a. Berpikir Kritis

Menurut Halpern (2014) dalam Sani (2019, p. 15) menyatakan

bahwa berpikir kritis terkait dengan penggunaan keterampilan berpikir

kognitif atau strategi yang meningkatkan kemungkinan untuk

memperoleh dampak yang diinginkan. Proses berpikir kritis diperlukan

dalam menyelesaikan suaut permasalahan (problem solving) dan

membuat keputusan. Teori Halpern tentang pemikiran kritis mencakup

tentang ingatan, pemikiran dan bahasa, menalar secara deduktif, analisis

argumen, menguji hipotesis, kemiripan dan ketidakpastian, pengambilan

keputusan, penyelesaian masalah dan berpikir kreatif.

Definisi yang dikemukakan oleh Facione didukung oleh

pernyataan Norris (1989) dalam Sani (2019, p. 15) menyatakan bahwa

berpikir kritis harus dilandasi dengan upaya mencari alasan, berupaya

untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, mencari alternatif,

mempertimbangkan pandangan orang lain, yang diperlukan untuk

meyakini sebelum melakukan sesuatu. Seseorang yang mampu berpikir

kritis juga harus dapat mengemukakan alasan atau kritik logis terhadap

permasalahan yang dihadapi. Jadi orang yang berpikir kritis adalah

individu yang rasional mampu berpikir reflektif dan mengambil suatu

keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang.

Menurut Watson dan Glaser (1980) dalam Sani (2019, p. 15)

menyatakan bahwa memandang berpikir kritis sebagai kombinasi dari

dimensi kognitif dan afektif. Menurut mereka berpikir kritis didasarkan

pada afiliasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Watson dan Glaser

mengusulkan empat keterampilan yang terkait dengan berpikir kritis,

yakni: 1) kemampuan mendefinisikan permasalahan, 2) kemampuan

memilih informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah, 3)

Page 31: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

24

kemampuan mengembangkan dan memilih hipotesis yang relevan, dan 4)

kemampuan melegitimasi kesimpulan dan mengevaluasi inferensi. Jadi,

seseorang akan dapat berpikir kritis jika menguasai keterampilan umum

dalam menyelesaikan masalah, dan mampu menggunakan pengetahuan

dalam kondisi yang baru. Lima kriteria dalam berikir kritis menurut

Watson dan Glaser tersebut dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 2.2 Soal yang mampu menunjang kemampuan berpikir kritis

menurut Watson dan Glaser

Aspek Indikator

Inferensi

Soal yang menimbulkan alasan yang terlibat dalam

menunjang penilaian logis berdasarkan bukti tidak

langsung daripada atas dasar pengamaatan langsung

Asumsi Soal yang menunjang pernyataan yang dianggap

benar dan dapat ditarik kesimpulan oleh siswa

Deduksi

Soal yang menunjang siswa untuk mampu

menyimpulkan sesuatu (dideduksi atau dipaksakan

atau tersirat) atau alasan dari yang umum ke yang

khusus (atau dari sebab ke akibat)

Interpretasi

Soal memberikan kejelasan tentang sesuatu sehingga

dapat menunjang siswa untuk mampu

merepresentasikan tanpa keraguan

Evaluasi

Argumen

Soal menyampaikan suatu argumen sehingga

menimbulkan siswa untuk menilai apakah argumen

tersebut tepat atau tidak tepat.

Sumber: (Sani r. a., 2019, p. 15).

b. Berpikir Kreatif

Kreativitas dapat didefisinikan sebagai proses untuk

menghasilkan sesuatu yang baru dari elemen yang ada dengan menyusun

kembali elemen tersebut. Pemikiran kreatif masing-masing orang akan

berbeda dan terkait dengan cara mereka berpikir dalam melakukan

pendekatan terhadap permasalahan. Kemampuan siswa untuk

mengajukan ide kreatif seharusnya dikembangkan dengan meminta

mereka untuk memikirkan ide-ide atau pendapat yang berbeda dari

diajukan temannya. Pemikiran kreatif juga terkait dengan pengetahuan

Page 32: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

25

yang dimiliki oleh seseorang yang relevan dengan ide atau upaya kreatif

yang diajukan. Terdapat dua jenis pengetahuan yang diperlukan untuk

menghasilkan kreativitas, yaitu: 1) pengalaman tentang dan fokus pada

kajian tertentu yang membuat seseorang menjadi ahli, 2) kemampuan

mengkombinasikan elemen-elemen dengan cara yang baru. Jadi,

seseorang yang kreatif harus memiliki pengetahuan yang luas (beberapa

bidang ilmu) dan kumpulkan satu atau dua bidang secara keseluruhan

(ahli).

Batey dan Furnham (2006) dalam Sani (2019, p. 40) menyatakan

bahwa ada tiga domain utama dari klaim kreatif, yaitu: kreativitas seni,

kreativitas saintifik, dan kreativitas sehari-hari. Lubart dkk

mengembangkan tes kreativitas yang didasarkan pada proses berpikir

evaluasi divergen (mengembangkan beberapa respon untuk tantangan)

dan proses berpikir integratif konvergen (mengembangkan respons

tunggal yang paling kreatif). Sedangkan Hu dan Adey (2002) dalam Sani

(2019, p. 40) menyatakan bahwa mengembangkan tes kreativitas

berdasarkan kemampuan siswa berpikir divergen dan berimajinasi untuk

menghasilkan produk saintifik. Adapun kriteria kreativitas menurut

Torrance (1990):

Tabel 2.3 Soal yang mampu menunjang kemampuan berpikir kreatif

menurut Torrance (1990)

Aspek Indikator

Kelancaran (fluency)

Soal yang menunjang siswa untuk

menjawab berdasarkan pernyataan pada soal

yang relevan sehingga dijawab dengan

jumlah respon yang relevan

Keaslian (originality)

Soal yang menunjang siswa untuk

menghasilkan suatu ide yang tidak umum,

namun tidak terlepas dari konsep suatu

pengetahuan

Fleksibilitas

Soal yang menunjang siswa untuk

menghasilkan ide yang bervariasi yang

dapat dikembangkan

Elaborasi

Soal yang menunjang siswa untuk

menimbulkan ide yang lebih rinci dalam

suatu permasalahan.

Page 33: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

26

Sumber: (Sani, 2019, p. 40).

c. Problem Solving

Kemampuan dasar menyelesaikan masalah (problem solving)

sering tumpang tindih dengan kemampuan dasar berpikir kritis. Oleh

sebab itu problem solving sering dipertukarkan dengan berpikir kritis.

Hal tersebut disebabkan karena proses menyelesaikan suatu masalah

(problem solving) mencakup proses berpikir secara kritis. Namun untuk

dapat menyelesaikan permasalahan kompleks, pemikir harus dapat

melakukan analisis dan sintesis yang merupakan kemampuan berpikir

tingkat tinggi menurut Bloom. Berpikir sintesis adalah berpikir kreatif.

Jika permasalahan yang diberikan pada siswa adalah sesuatu yang telah

diketahui dengan baik sehingga mereka dapat menyelesaikan

permasalahan tanpa menggunakan keterampilan menyelesaikan masalah,

maka permasalahan tersebut bukan merupakan masalah bagi siswa.

Garofalo dan Lester (1985) dalam Sani (2019, p. 58) menyatakan bahwa

problem solving adalah proses yang mencakup visualisasi, sosiasi,

abstraksi, pemahaman, manipulasi, bernalar, analisis, sintesis, dan

generalisasi, yang masing-masing harus diatur dan dikoordinasikan.

Pada umumnya untuk menyelesaikan suatu masalah orang harus

berpikir secara kritis sebelum menetapkan solusi untuk permasalahan

tersebut. Pada umumnya problem solving dapat dikategorikan dalam

penyelesaian masalah secara sederhana (simple problem solving) dan

penyelesaian masalah kompleks. Problem solving yang kompleks

melibatkan kemampuan berpikir kritis, berpikir secara kreatif, dan

pengambilan keputusan yang tepat. Berikut ini diberikan contoh bagan

problem solving sederhana yang mencakup kemampuan berpikir kritis.

Menurut Polya (1973) dalam Sani (2019, p. 58) menyatakan

bahwa Pemecahan masalah atau problem solving sebagai satu usaha

mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang

tidak begitu mudah segera untuk dicapai. Adapun langkah-langkah

Page 34: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

27

pemecahan masalah menurut Polya (1973) sebagai berikut (Nurhasanah,

2018, p. 8):

Tabel 2.4 Soal yang mampu merancang kemampuan kemampuan

pemecahan masalah manurut Polya (1973)

Aspek Indikator

Memahami masalah

Soal seperti menyebutkan yang

diketahui dan ditanya dapat menunjang

siswa untuk menyajikan informasi

Merencanakan masalah

Soal memaparkan suatu masalah yang

menunjang siswa untuk dapat

menyederhanakan suatu masalah dan

mampu mengembangkan suatu model

Melaksanakan masalah

Soal memaparkan suatu permasalahan

yang menunjang siswa untuk dapat

menimbulkan suatu strategi dengan

menyesuaikan berbagai masalah yang

telah dijelaskan dalam soal

Memeriksa kembali

Mengecek kembali semua informasi

yang penting yang telah diidentifikasi

pada soal

Sumber: (Nurhasanah, 2018, p. 8).

d. Membuat Keputusan

Setiap orang perlu melakukan sejumlah pengambilan keputusan

dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menyebabkan orang yang mem

nggunakan strategi yang sederhana dalam mengambil keputusan, karena

dianggap tidak praktis jika harus menggunakan analisis yang mendalam.

Strategi pengambilan keputusan dengan menggunakan aturan-aturan.

Proses pengambilan putusan pada umumnya dimulai dari

penetapan tujuan. Kemudian dilakukan pengumpulan informasi dan

diikuti dengan pembangkitan solusi alternatif atau pilihan yang layak.

Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan aternatif

yang telah dikembangkan.Tahapan pengambilan keputusan secara

analitik atau secara klasik yaitu:

1) Menetukan atau menetapkan tujuan secara jelas

2) Memperoleh atau mencari informasi

Page 35: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

28

3) Membandingkan alternatif sehingga dapat mengembangkan alternatif

yang dipilih

4) Memutuskan langkah selanjutnya dengan mengimplementasikan

kegiatan atau sesuatu yang dipilih tersebut

Menurut Sudjana (2014, p. 22) dalam sistem pendidikan Nasionl

rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan

instruksional, menggunakan hasil belajar dari Benjamin Bloom yang

secara garis besar membagi tiga ranah yakni:

a. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yan terdiri

dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitf

tingkat rendah dan empat aspek beriktnya termasuk kognitif tingkat

tinggi.

Tabel 2.5 Indikator menurut jenjang kognitif Bloom

No Kemampuan Indikator

1 Hafalan Kemampuan menyatakan kembali fakta,

konsep, prisip, prosedur, yang telah dipelajari.

2 Pemahaman Kemampuan menangkap arti dari informasi

yang diterima, misalnya dapat menafsirkan

bagan, diagram, atau grafik. Atau dapat

mengungkapkan suatu konsep dengan kata

sendiri.

3 Penerapan Kamampuan menggunakan prinsip, aturan,

metode yang telah dipelajari, pada situasi baru

atau pada situasi kongkrit.

4 Analisis Kemampuan menguraikan suatu informasi

yang dihadapi menjadi komponen-

komponennya, sehingga struktur informasi

serta hubungan antara komponen informasi

tersebut menjadi jelas.

5 Sintesis Kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-

bagian yang terpisah menjadi suatu

keseluruhan yang terpadu. Termasuk kedalam

kemampuan merencanakan eksperimen,

menyusun karangan (laporan, artikel).

6 Evaluasi Kemampuan untuk mempertimbangkan nilai

suatu pernyataan, uraian, pekerjaan,

berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.

Sumber: (Sudjana, 2014, p. 22).

Page 36: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

29

Menurut Anderson dan Krathwohl dalam Sani (2019, pp. 55-57):

a. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, oranisasi dn

internalisasi.

b. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni

gerakkan refleks, gerakan dasar, keharmonisan atau ketepatan, gerakkan

keterampilan kompleks dan gerakkan ekspresif dan interpretataif.

6. Cara Menyusun Soal HOTS

Menurut Sani (2019, p. 153) prosedur yang dilakukan untuk

menyusun soal HOTS adalah: 1) menganalisis kompetensi dasar, 2)

memikirkan stimulus, 3) menyusun kisi-kisi soal, 4) menulis soal. Langkah

terakir adalah menulis pedoman penskoran, terutama untuk soal uraian

(essay).

a. Menganalisis kompetensi dasar

Secara umum, langkah pertama yang perlu dilakukan dalam

menyusun soal HOTS terkait dengan mata pelajaran adalah menganalisis

kompetensi dasar (KD) yang dimuat dalam silabus. Soal HOTS

seharusnya dibuat jika rumusan kompetensi dasar menggunakan kata

kerja dalam kategori berfikir tingkat tinggi, misalnya: menganalisis,

membedakan, membandingkan, menyimpulkan, mengevaluasi,

mengkritisi, menyelesaikan masalah, menyusun, merancang, mengkreasi.

Analisis KD dalam tiap semester untuk tiap mata pelajaran perlu

dilakukan dengan mengidentifikasi level kognitif dan cakupan materi

yang di pelajari. Level kognitif yang digunakan dalam menyusun

kurikulum adalah berdasarkan taksonomi bloom (revisi), sehingga

kategori level kognitif untuk analisi KD menggunakan C1 (Mengingat),

C2 (Memahami), C3 (Aplikasi), C4 (Analisis), C5 (Evaluasi), C6

(Kreasi).

Page 37: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

30

b. Stimulus

Langkah yang lebih mudah dilakukan dalam menyusun soal

HOTS adalah memikirkan atau menemukan stimulus yang sesuai dengan

materi pokok terlebih dahulu sebelum menyusun kisi-kisi soal. Hal

tersebut disebabkan karena kisi-kisi soal akan lebih mudah di rumuskan

jika stimulus telah ditujukan atau dipilih. Upaya memikirkan atau

menemukan stimulus juga dapat dilakukan setelah indikator soal

dirumuskan.

Setelah membaca stimulus, pembuat soal perlu memikirkan

informasi atau data apa saja yang akan digunakan untuk dapat menjawab

pertanyaan. Komponen yang perlu dikaitkan dengan stimulus adalah

penggunaan stimulus, aspek HOTS, dan proses berfikir. Penggunaan

stimulus antara lain adalah: 1) memahami dan menginterprestasikan data,

2) memeriksa argumen atau asumsi, 3) melakukan deduksi atau induksi,

4) membedakan dan membandingkan informasi, 5) mencari hubungan

antar data atau konteks, 6) mentransfer data suatu konteks ke konteks

yang lain, 7) menganalisis hubungan antar informasi, 8) memproses dan

menerapkan informasi, 9) menganalisis informasi secara kritis, 10)

mengevaluasi informasi/gagasan secara kritis , dan 11) menggunakan

informasi untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan aspek HOTS terkait

dengan aspek berfikir kritis, problem solving, kreativitas dan membuat

keputusan.

c. Menyusun kisi-kisi soal

Kisi-kisi soal memuat kompetensi dasar, materi pokok, indikator

soal, dan bentuk soal.

d. Menulis soal

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah membuat soal

berdasarkan stimulus dan indikator soal. Bentuk soal yang dibuat

disesuaikan dengan rencana yang telah ditulis pada kisi-kisi soal.

(Setiawati, 2019, p. 47-51).

Page 38: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

31

7. Ujian Nasional

Ujian Nasional (UN) menurut permendikbud nomor 5 tahun 2015

pasal 1 ayat 5, Ujian Nasional selanjutnya disebut UN adalah kegiatan

pengukuran dan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional

pada mata pelajaran tertentu. Kegunaan hasil Ujian Nasional UN menurut

Permendikbud nomor 5 tahun 2015 pasal 21 ayat 1 adalah sebagai berikut:

a. Pemetaan mutu program atau satuan pendidikan.

b. Pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.

c. Pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan

pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Soal ujian yang berkualitas adalah soal yang baik, pelaksanaan yang

jujur dan kredibel, pemanfaatan hasil untuk peningkatan mutu pendidikan

berkelanjutan, tepat mutu, tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran.

Ujian nasional dilakukan untuk membentuk generasi pembelajar yang

berintegritas (Kemendikbud, 2019, pp. 10-13).

Mengevaluasi kemampuan peserta didik di tahap akhir tiap satuan

pendidikan, Pemerintah menetapkan Ujian Nasional (UN) sebagai suatu tes

formal yang mesti ditempuh oleh peserta didik untuk lulus guna

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hasil ujian nasional

juga dipakai sebagai bahan evaluasi pendidikan dan acuan guna menyeleksi

calon peserta didik baru. Ujian Nasional menguji kemampuan peserta didik

dalam beberapa mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran tertentu.

Berdasarkan klasifikasi kompetensi, UN mengukur kemampuan peserta

didik dari segi kognitif dalam. Selain itu, untuk melihat apakah hasil proses

pendidikannya mampu bersaing dalam era globalisasi (Ramadhan, 2013, p.

21).

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dari Desi Lestari Ningsih, Rini Rita T Marpaung dan Berti Yolida

di tahun 2018. Judul “Analisis Soal Ujian Nasional Biologi Sekolah

Page 39: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

32

Menengah Atas”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua

(92,5%) soal UN bertipe HOTS. Kakarteristik pada butir soal UN hampir

semua (97,3%) butir soal sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi.

Stimulus yang digunakan pada soal setengtahnya adalah gambar sedangkan

sebagian kecil adalah diagram, table, contoh, dan kurang dari setengah

adalah penggalan kasus. Karakteristik soal berpikir kritis sebesar 85%,

kurang dari setengahnya adalah indikator yang memfokuskan pada

pertanyaan. Karakteristik soal pemecahan masalah sebesar 22,5% yang

sebagian kecilnya indikator mengidentifikasi masalah sebesar,

mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai dan memecahkan masalah

berdasarkan data dan masalah.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat perbedaan dengan

penelitian yang penulis lakukan yaitu berbeda tempat penelitian dan periode

penelitian serta fokus penelitian yang dilakukan pada analisis HOT pada

soal UN Biologi SMA tahun 2018 sedangkan penulis menganalisis HOT

pada soal UN IPA SMP tahun ajaran 2018/ 2019. Persamaan dari penelitian

tersebut dengan penulis, dimana menggunakan metode penelitian kualitatif

atau penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti tersebut menganalisis tahapan

HOTS diantaranya tahapan stimulus, berpikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah.

2. Penelitian dari Nurhayani di tahun 2017. Judul “Kesulitan Guru Dalam

Pengembangan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada

Pembelajaran Biologi Kelas XII Di Sma Negeri 2 Gowa”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yaitu

tergolong rendah. Kesulitan yang dihadapi oleh guru diantaranya adalah

guru sulit mengatasi kemampuan siswa yang berbeda-beda, kurang mampu

dalam menentukan metode dan model pembelajaran yang tepat, kurang

memahami mengenai berpikir tingkat tinggi, membuat siswa merasa tertarik

dalam merespon apersepsi yang diberikan, kurang mampu menyesuaikan

antara soal dengan kata kerja operasional, dan belum mampu mengatasi

Page 40: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

33

siswa yang mempunyai perbedaaan cara untuk menunjukkan

kemampuannya dalam berpikir.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat perbedaan dengan

penelitian yang penulis lakukan yaitu berbeda tempat penelitian dan periode

penelitian. Selain itu peneliti tersebut menganalisis keterampilan berpikir

tingkat tinggi siswa, kesulitan yang dihadapi dalam mengembangkan

keterampilan tingkat tinggi siswa dan solusi untuk mengatasi kesulitan guru

dalam mengembangkan keterampilan tingkat tinggi. Persamaan dari

penelitian tersebut dengan penulis, dimana menggunakan metode penelitian

kualitatif atau penelitian deskriptif kualitatif.

3. Penelitian dari Ani Syahida dan Dedi Irwandi di tahun 2015. Judul “Analisis

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi pada Soal Ujian Nasional Kimia”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mayoritas soal UN Kimia pada tahun

ajaran 2011/2012 (92,5%) maupun 2012/ 2013 (85%) menunjukkan

keterampilan berpikir tingkat rendah siswa. Keterampilan tingkat tinggi

yang diujikan pada soal-soal tersebut hanya mewakili jenjang kognitif

menganalisis. Sub kategori menganalisis yang dikembangkan pada soal UN

Kimia tahun 2011/ 2012 dan 2012/ 2013 tersebut hanya mengikuti proses

kognitif membedakan dan mengorganisasi. Soal keterampilan berpikir

tingkat tinggi siswa UN Kimia pada tahun ajaran 2012/ 2013 lebih baik

dibandingkan soal UN Kimia tahun ajaran 2011/ 2012.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat perbedaan dengan

penelitian yang penulis lakukan yaitu berbeda tempat penelitian dan periode

penelitian. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif noninteraktif.

Peneliti juga menganalisis jenjang kognitif pada soal UN Kimia kemudian

membandingkan perbedaan analisis HOT pada soal UN Kimia tahun ajaran

2011/2012 dan tahun ajaran 2012/2013.

4. Penelitian dari Qurratu A‟Yunina di tahun 2018. Judul “Analisis

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Menyelesaikan Soal UN

Fisika SMA pada Materi Medan Magnet Siswa Kelas XII di SMA

Muhammadiyah 3 Jember”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase

Page 41: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

34

rata-rata keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dalam menyelesaikan

soal Ujian Nasional (UN) Fisika SMA pada materi medan magnet sebagai

berikut: tahap menganalisis sebesar 33.13%, tahap mengevaluasi sebesar

29.77%, dan tahap mengkreasikan sebesar 21.05%. Tahap menganalisis

memiliki presentase yang besar sehingga menunjukkan siswa mampu

menguraikan informasi (diketahui dan ditanya) serta langkah-langkah

penyelesaian soal yang diberikan. Sedangkan tahap mengkreasikan memiliki

presentase yang rendah sehingga menunjukkan siswa tidak terbiasa

memeriksa kembali jawaban sesuai data yang diketahui dengan langkah-

langkah yang runtut.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat perbedaan dengan

penelitian yang penulis lakukan yaitu berbeda tempat penelitian dan periode

penelitian. Peneliti tersebut menganalisis tahapan HOTS diantaranya

tahapan menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi. Berbeda dengan

tahanpan penulis lakukan dimana menganalisis tahapan jenis stimulus,

kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Persamaan

dari penelitian tersebut dengan penulis, dimana metode penelitian yang

digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif.

Page 42: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

campuran atau Mixed Methods Research (MMR). Menurut (Creswell, 2014, p.

302) MMR merupakan pendekatan yang mengkombinasikan atau

mengasosiasikan data bentuk kualitatif dan kuantitatif. Teknik/ analisis

kualitatif yang digunakan dengan menggunakan pedoman studi dokumen

berupa lembar soal Ujian Nasional, lembar uji kompentensi soal UN IPA/ kisi-

kisi soal UN IPA serta data hasil nilai UN IPA. Kemudian teknik/ analisis

kuantitatif untuk menganalisis soal tipe HOTS pada soal UN IPA tahun ajaran

2018/ 2019.

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 20 Juli 2020 di UPT

SMP N 1 Batipuh Kabupaten Tanah Datar.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar analisis

juga dilengkapi dengan soal UN IPA SMP tahun 2018/2019. Lembar analisis

yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya:

1. Lembar analisis kualitas soal dilihat dari kategori soal HOTS dan LOTS

berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi Ander dan Krathwohl (2001).

Berikut ini bentuk lembar analisis kualitas soal yaitu:

Page 43: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

36

Tabel 3.1 Soal mengukur dimensi proses berpikir dikemukakan oleh

Anderson & Krathwohl:

Sumber: (Widana, 2017, p. 10).

HOTS

(Higher Order

Thinking

Skills)

C6

Mengkreasi/

Mencipta

Mengkreasi ide/gagasan

sendiri.

Kata kerja: mengkonstruksi,

desain, kreasi,

mengembangkan, menulis,

memformulasikan.

C5

Mengevaluasi

Mengambil keputusan sendiri.

Kata kerja: evaluasi, menilai,

menyanggah, memutuskan,

memilih, mendukung.

C4

Menganalisis

Menspesifikasi aspek-

aspek/elemen.

Kata kerja: membandingkan,

memeriksa, mengkritisi,

menguji.

LOTS

(Lower Order

Thinking

Sksills)

C3

Mengaplikasi/

Menerapkan

Menggunakan informasi pada

domain berbeda

Kata kerja: menggunakan,

mendemonstrasikan,

mengilustrasikan,

mengoperasikan.

C2

Memahami

Menjelaskan ide/konsep.

Kata kerja: menjelaskan,

mengklasifikasi, menerima,

melaporkan.

C1

Mengetahui/

Mengingat

Mengingat kembali.

Kata kerja: mengingat,

mendaftar, mengulang,

menirukan.

Page 44: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

37

Tabel 3.2 Analisis kualitas soal berdasarkan Taksonomi Bloom Ander dan

Krathwohl (2001)

Soal

No.

Indikator

Keterangan LOTS (Lower

Order Thinking

Skills)

HOTS (Higher

Order Thinking

Skills)

C1

C2

C3

C4

C5

C6

1.

2.

3.

Dst.

Keterangan: Isilah kriteria indikator soal diatas dengan memberikan tanda

(√) beserta mengisis keterangannya.

2. Setelah mengisi lembar analisis pada tabel 3.2 selanjutnya, menganalisis

kesesuaian antara butir soal UN yang HOTS dengan indikator pencapaian

kompetensi soal atau kisi-kisi soal UN IPA tahun ajaran 2018/ 2019.

Berikut ini bentuk lembar analisis kesesuaian soal yaitu:

Tabel 3.3 Analisis kesesuaian antara butir soal UN yang HOTS dengan

indikator pencapaian kompetensi soal Soal

No. Materi Indikator Soal

Sesuai/

Tidak Sesuai

Level

Kognitif

Dst.

3. Setelah mengisi lembar analisis pada tabel 3.3 selanjutnya menganalisis

karakteritik dasar pertanyaan (stimulus) pada soal UN IPA yang HOTS.

4. Setelah mengisi lembar analisis stimulus soal selanjutnya, menganalisis

lembar analisis kriteria karakteristik kemampuan berpikir kritis, kemampuan

berpikir kreatif dan kemampuan memecahkan masalah atau problem solving

pada soal UN IPA tahun ajaran 2018/ 2019. Berikut ini kriteria kemampuan

berpikir yaitu:

Page 45: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

38

a. Kriteria soal yang mampu merancang kemampuan berpikir kritis

Tabel 3.4 Soal yang mampu menunjang kemampuan berpikir kritis

menurut Watson dan Glaser

Aspek Indikator

Inferensi

Soal yang menimbulkan alasan yang terlibat dalam

menunjang penilaian logis berdasarkan bukti tidak

langsung daripada atas dasar pengamaatan langsung

Asumsi Soal yang menunjang pernyataan yang dianggap

benar dan dapat ditarik kesimpulan oleh siswa

Deduksi

Soal yang menunjang siswa untuk mampu

menyimpulkan sesuatu (dideduksi atau dipaksakan

atau tersirat) atau alasan dari yang umum ke yang

khusus (atau dari sebab ke akibat)

Interpretasi

Soal memberikan kejelasan tentang sesuatu sehingga

dapat menunjang siswa untuk mampu

merepresentasikan tanpa keraguan

Evaluasi

Argumen

Soal menyampaikan suatu argumen sehingga

menimbulkan siswa untuk menilai apakah argumen

tersebut tepat atau tidak tepat.

Sumber: (Sani r. a., 2019, p. 15).

b. Kriteria soal yang mampu merancang kemampuan berpikir kreatif

Tabel 3.5 Soal yang mampu merancang kemampuan kriteria berpikir

kreatif menurut Torrance (1990)

Aspek Indikator

Kelancaran (fluency)

Soal yang menunjang siswa untuk

menjawab berdasarkan pernyataan

pada soal yang relevan sehingga

dijawab dengan jumlah respon

yang relevan

Keaslian (originality)

Soal yang menunjang siswa untuk

menghasilkan suatu ide yang tidak

umum, namun tidak terlepas dari

konsep suatu pengetahuan

Fleksibilitas

Soal yang menunjang siswa untuk

menghasilkan ide yang bervariasi

yang dapat dikembangkan

Elaborasi

Soal yang menunjang siswa untuk

menimbulkan ide yang lebih rinci

dalam suatu permasalahan.

Sumber: (Sani r. a., 2019, p. 40)

Page 46: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

39

c. Kriteria soal yang mampu merancang kemampuan pemecahan masalah

Tabel 3.6 Soal yang mampu merancang kemampuan kriteria kemampuan

pemecahan masalah manurut Polya (1973)

Aspek Indikator

Memahami masalah

Soal seperti menyebutkan yang diketahui

dan ditanya dapat menunjang siswa untuk

menyajikan informasi

Merencanakan masalah

Soal memaparkan suatu masalah yang

menunjang siswa untuk dapat

menyederhanakan suatu masalah dan

mampu mengembangkan suatu model

Melaksanakan masalah

Soal memaparkan suatu permasalahan

yang menunjang siswa untuk dapat

menimbulkan suatu strategi dengan

menyesuaikan berbagai masalah yang

telah dijelaskan dalam soal

Memeriksa kembali

Mengecek kembali semua informasi yang

penting yang telah diidentifikasi pada

soal

Sumber: (Nurhasanah, 2018, p. 8).

Tabel 3.7 Analisis 3 karakteristik soal tipe HOTS

Soal

No.

Kemam

puan

berpikir

kritis

Kemam

puan

berpikir

kreatif

Kemamp

uan

problem

solving

Indika

tor

soal

Karena

Dst.

Keterangan: Isilah tabel diatas dengan memberikan tanda (√) disalah

satu pilihan berdasarkan kriteria karakteristik soal beserta sebab memilih

kriteria tersebut pada soal.

Page 47: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

40

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini memiliki beberapa tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan

Menyiapakan surat izin untuk melakukan penelitian pendahuluan

untuk memperoleh dokumen berupa soal ujian sekolah. Kemudian peneliti

mempersiapkan instrumen yang diperlukan untuk menganalisis soal.

2. Tahap Pelaksanaan

Data penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Analisis Soal

Analis dan Peneliti menganalisis soal dari 4 karakateristik yaitu

(1) Analisis kualitas butir soal Ujian Nasional (UN) IPA Sekolah

Menengah Pertama dari kategori soal HOTS dan LOTS berdasarkan

Taksonomi Bloom Revisi Ander dan Krathwohl (2001), (2) Analisis

kesesuaian antara butir soal UN yang HOTS dengan indikator pencapaian

kompetensi soal atau kisi-kisi soal, (3) Analisis karakteritik dasar

pertanyaan (stimulus) pada soal UN IPA yang HOTS, serta (4) Analisis

karakteristik kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan

kemampuan pemecahan masalah atau problem solving di dalam soal tipe

HOTS.

b. Melaksanakan Triangulasi

Teknik pengumpulan data dari analis dan peneliti itu sendiri

kemudian hasil dianalisis. Tujuan dari Teknik pengumpulan data non-tes

adalah untuk mendapatkan data primer hasil analisis narasumber, yang

selanjutnya direduksi peneliti dalam mengambil suatu simpulan

keputusan dalam penentuan soal yang berkarakter HOTS.

c. Melakukan Tabulasi data

Setelah di dapatkan kesepakatan hasil analisis dari tiap nomor

soal. Selanjutmya hasil analisis ditabulasikan pada masing-masing tipe

soal HOTS.

Page 48: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

41

E. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini peneliti melakukan teknik analisis data dengan

pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk

menghitung kategori soal tipe HOTS beserta kriteria HOTS pada soal UN IPA

tahun ajaran 2018/ 2019, berikut ini langkah- langkah dalam menganalisis data

yaitu:

1. Menganalisis kualitas soal UN IPA baik kategori soal HOTS dan kategori

soal LOTS oleh validator dan peneliti berdasarkan Taksonomi Bloom yang

telah direvisi Ander dan Krathwohl (2001). Setelah ditabulasikan data

berdasarkan tabel, kemudian data direkapitulasi dengan cara menghitung

persentase kualitas soal UN IPA baik kategori soal HOTS dan kategori soal

LOTS dengan menggunakan rumus:

modifikasi dari Ali (2013: 201)

Keterangan:

Keterangan:

K: Persentase indikator dari masing-masing karakteristik soal tipe

HOTS dan LOTS dalam soal UN IPA tahun ajaran 2018/ 2019.

Ki: Banyaknya butir soal hasil analisis dari indikator masing-masing

karakteristik soal tipe HOTS dan LOTS dalam soal UN IPA tahun

ajaran 2018/ 2019.

2. Berdasarkan hasil soal HOTS yang didapatkan, dilanjutkan dengan

menganalisis kesesuaian antara butir soal UN yang HOTS dengan indikator

pencapaian kompetensi soal atau kisi-kisi soal UN IPA tahun ajaran 2018/

2019 serta interpretasikan berdasarkan data yang didapatkan.

3. Bedasarkan hasil analisis kesesuaian soal HOTS dengan kompetensi soal

kemudian menganalisis karakteritik dasar pertanyaan (stimulus) pada soal

UN IPA yang HOTS

4. Bedasarkan hasil analisis karakteristik stimulus pada soal UN IPA yang

HOTS kemudian menganalisis kriteria karakteristik kemampuan berpikir

kritis, kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan memecahkan masalah

K = Ki X 100%

Total Soal

Page 49: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

42

atau problem solving pada soal UN IPA yang HOTS. Setelah ditabulasikan

data berdasarkan tabel, kemudian data direkapitulasi dengan cara

menghitung persentase setiap kriteria karakteristik soal berdasarkan jumlah

indikator soal tipe HOTS dalam soal UN tersebut. selanjutnya persentase

tiap penganalisis soal dijumlahkan dan dibagi banyaknya penganalisis soal

pada teknik triangulasi sumber. Hasil akhir persentase tersebut di

interpretasikan ke dalam kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria karakteristik

Skala Katerangan

0 – 20 % Sebagian Kecil

21 – 40 % Kurang dari setengah

41 – 60 % Setengah

61 – 80 % Sebagian besar

81 – 100 % Hampir semua

Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2001: 245)

5. Mendeskripsikan masing-masing kriteria karakteristik yang terdapat pada

soal tipe HOTS. Setelah di dapatkan persentase masing-masing kriteria,

langkah selanjutnya mendeskripsikan masing-masing karakteristik baik

kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan

pemecahan masalah.

F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data

Teknik ini menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi adalah suatu

pendekatan analisa data yang mensintesa data dari berbagai sumber (beberapa

validator dan peneliti). Triangulasi merupakan pengujian data yang sudah ada

dalam memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan serta program yang

berbasis pada bukti yang telah tersedia. Proses tersebut tergambar sebagai

berikut (Bachri, 2010: 59).

Page 50: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

43

Gambar 3.1 Paradigma proses triangulasi

Data yang telah diperoleh dari beberapa sumber kemudian dianalisis,

direduksi kemudian diambil keputusan sesuai dengan tujuan penelitian.

Keberhasilan untuk mendapatkan kesimpulan penelitian yang tepat sangat

dipengaruhi oleh keabsahan data yang diperoleh. Oleh karena itu, triangulasi

sangat diperlukan untuk meyakinkan validitas suatu data.

Planning

Triangulation

Communicating

Result

Conducting

Triangulation

Page 51: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tentang analisis soal tipe Higher Order Thinking Skills

(HOTS) dalam soal Ujian Nasional (UN) IPA Sekolah Menengah Pertama

(SMP) tahun ajaran 2018/2019 yang dilaksanakan di UPT SMP N 1 Batipuh.

Data yang diperoleh di dapatkan dengan bantuan beberapa analis, masing-

masing analis menganalisis soal Ujian Nasional IPA tahun ajaran 2018/ 2019

untuk menganalisis soal tipe HOTS. Soal UN IPA tersebut dianalisis oleh Ibu

Erma Taswita, S.Pd dan Ibu Faria Gusni, S.Pd selaku guru IPA yang mengajar

di UPT SMP N 1 Batipuh beserta peneliti itu sendiri. Analisis data dalam

penelitian ini yang pertama adalah menganalisis kualitas soal baik kategori

HOTS atau LOTS, kesesuaian soal HOTS dengan indikator pencapaian

kompetensi soal, kemudian karakteristik dasar pertanyaan atau stimulus pada

soal UN IPA tahun ajaran 2018/ 2019, serta menganalisis kriteria soal tipe

HOTS yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan

berpikir kreatif dan pemecahan masalah atau problem solving. Berikut ini hasil

analisis yang telah didapatkan dari analis yaitu sebagai berikut:

1. Hasil analisis kualitas soal dilihat dari kategori soal HOTS dan LOTS

berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi Ander dan Krathwohl (2001)

Gambar 4.1 Grafik kualitas soal UN IPA th 2018/ 2019

HOTS 65,5%

LOTS 34,5%

Grafik Kualitas Soal

Page 52: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

45

Tabel 4.1 Persentase soal UN IPA ditinjau dari karakteristik HOTS

Butir Soal Yang Memenuhi

Karakteristik HOTS Jumlah Persentase

10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20,

21, 22, 23, 27, 28, 29, 32, 33, 34, 35,

36, 37, 38, 39, 40

25 65,5%

Berdasarkan hasil analisis dari tiga orang analis terhadap soal UN

IPA tahun 2018/ 2019 yang ditinjau dari karakteristik HOTS diperoleh

bahwa dari 40 soal terdapat 25 soal termasuk ke dalam soal tipe HOTS

maka 25 soal tersebut yang selanjutnya akan dianalisis.

Tabel 4.2 kualitas soal UN IPA 2018/ 2019 (N= 40)

Tipe Soal Persentase Kategori

HOTS 65,5% Sebagian besar

LOTS 34,5% Kurang dari setengah

Berdasarkan data yang tersaji pada tabel di atas menunjukkan

bahwa 65,5% soal bertipe HOTS dan 34,5% soal bertipe LOTS.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, bahwa dari 40 butir soal UN

IPA terdapat 25 soal merupakan soal bertipe HOTS dan 15 soal bertipe

LOTS. Soal yang bertipe HOTS yaitu dengan soal nomor 10, 11, 12, 13, 14,

16, 17, 18, 19, 20, 21, 22 23, 27, 28 29, 32, 33, 34, 35 36, 37, 38, 39 dan 40.

Sehingga persentase yang diperoleh sebesar 65,5% soal yang

berkarakteristik HOTS pada soal UN IPA tahun ajaran 2018/ 2019. Lingkup

materi yang terdapat pada soal HOTS yaitu (1) Mekanika dan tata surya, (2)

Gelombang, listrik dan magnet, (3) Makhluk hidup dan lingkungannya serta

(4) Struktur dan fungsi makhluk hidup. Hal ini dikarenakan tuntutan

kompetensi dasar yang mengharuskan kompetensi dasar HOTS lebih

banyak dari pada LOTS. Soal tipe HOTS hanya ditemukan aspek

menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan tidak ditemukan aspek

mengkreasi/ mencipta (C6). Soal yang diberikan pada siswa untuk soal ujian

Page 53: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

46

nasional tingkat SMP seharusnya soal bertipe HOTS karena ditinjau dari

segi tujuan pelaksanaan UN sebagai tolak ukur standar nasional dalam

mencapai kualitas siswa, maka sudah seharusnya terdapat komponen soal

dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

2. Hasil analisis kesesuaian antara butir soal UN yang HOTS dengan indikator

pencapaian kompetensi soal atau kisi-kisi soal UN IPA tahun ajaran 2018/

2019

Tabel 4.3 Kesesuaian butir soal dengan indikator pencapaian kompetensi

Kesesuaian Persentase Kategori

Sesuai 96% Hampir semua

Tidak

Sesuai 4% Sebagian kecil

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas menunjukkan bahwa

hampir semua atau sekitar 96% butir soal sesuai dengan indikator

pencapaian kompetensi, hal ini menunjukkan bahwa butir soal harus sesuai

dengan kisi-kisi sehingga dapat tercapai indikator pencapaian

kompetensinya. Soal yang sesuai dengan ketercapaian indikator kompetensi/

kisi-kisi soal yaitu soal no. 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,

27, 28, 29, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, dan 39. Sedangkan soal yang tidak

sesuai dengan kisi-kisi soal yaitu soal no. 40. Pada soal no. 40 membahas

tentang kelainan dan penyakit pada sistem peredaran darah. Namun, materi

tersebut tidak terdapat pada lingkup materi dalam indikator pencapaian

kompetensi soal.

Soal-soal pilihan ganda perlu diperhatikan kesesuaian dengan materi

yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator, semua pilihan

jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh

pokok soal sehingga dapat menghasilkan soal yang bermutu dan sesuai

dengan indikator pencapaian kompetensi soal.

Page 54: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

47

3. Hasil analisis Soal UN IPA yang HOTS ditinjau dari karakteristik dasar

pertanyaan (stimulus)

Tabel 4.4 Hasil analisis Soal UN IPA tahun ajaran 2018/ 2019 ditinjau dari

karakteristik dasar pertanyaan (stimulus) (n=25)

No. Bentuk Stimulus Jumlah soal

A B C

1. Gambar/ Grafik/ Diagram 9 8 9

2. Simbol/ Rumus/ Persamaan Kimia 8 7 8

3. Tabel 2 5 3

4. Contoh Peristiwa 4 3 5

5. Penggalan Kasus 1 2 0

Keterangan (Analis): A: Faria Gusni, S.Pd

B: Erma Taswita, S.Pd

C: Suci Ulva

Stimulus diperlukan dalam penyusunan sebuah soal atau instrumen.

Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Bentuk stimulus

diantaranya gambar/ grafik/ diagram, simbol/ rumus/ persamaan kimia,

tabel, contoh peristiwa dan penggalan kasus. Berdasarkan hasil penelitian

dari 25 soal HOTS, diperoleh data bahwa stimulus berupa gambar/ grafik/

diagram dengan rata- rata ada 9 soal, simbol/ rumus/ persamaan kimia

dengan rata- rata 8 soal, tabel dengan rata- rata 3 soal, contoh peristiwa

dengan rata- rata 4 soal dan penggalan kasus dengan rata-rata 1 soal. Dari

hasil tersebut menunjukkan bahwa, siswa lebih di fokuskan pada

pembelajaran objek konkret yang merupakan serangkaian gambar yang

menunjukkan data secara visual dan situasi yang nyata untuk memudahkan

siswa dalam berpikir logis.

Page 55: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

48

4. Hasil analisis kriteria karakteristik kemampuan berpikir kritis, kemampuan

berpikir kreatif dan kemampuan memecahkan masalah atau problem solving

pada soal UN IPA tahun ajaran 2018/ 2019

Tabel 4.5 Persentase karakteristik HOTS (n=25)

Karakteristik HOTS Persentase Kategori

Kemampuan Berpikir

Kritis 60% Setengah

Kemampuan Berpikir

Kreatif 28% Kurang dari setengah

Kemampuan

Menyelesaikan

Masalah/ Problem

Solving

12% Sebagian kecil

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas menunjukkan bahwa

60% soal HOTS menunjang karakteristik kemampuan berpikir kritis, 28%

soal HOTS menunjang karakteristik kemampuan berpikir kreatif, dan 12%

soal HOTS menunjang karakteristik kemampuan pemecahan masalah atau

problem solving. Soal yang menunjang untuk berkemampuan berpikir kritis

sangat diperlukan bagi perkembangan peserta didik begitu pula soal yang

menunjang untuk kemampuan berpikir kreatif. Meskipun hanya sedikit

ditemukan soal yang menunjang untuk berkemampuan menyelesaikan

masalah atau problem solving namun, soal pemecahan masalah tetap tetap

terdapat pada soal. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya soal

pemecahan masalah pada tingkat siswa SMP.

B. Pembahasan

Analisis data dalam penelitian ini yang pertama adalah analisis secara

kuantitatif dengan kualitas soal baik kategori HOTS atau LOTS, kesesuaian

soal HOTS dengan indikator pencapaian kompetensi soal, kemudian

menganalisis karakteristik stimulus pada soal UN IPA yang HOTS, serta

menganalisis kriteria soal yang menunjang kemampuan berpikir kritis,

kemampuan berpikir kreatif dan problem solving. Setelah didapatkan hasil data

secara kuantitatif selanjutnya menganalisis data tersebut secara kualitatif.

Page 56: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

49

Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan suatu proses berpikir

peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari

berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti

metode problem solving, taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran,

pengajaran, dan penilaian. HOTS ini meliputi di dalamnya kemampuan

pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan

berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan. Tujuan utama dari high

order thinking skills adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir

peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan

kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis

informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah menggunakan

pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang

kompleks (Saputra, 2016, pp. 91-92).

Menurut Widana, IW., dkk (2017) dalam Yani (2019, p. 43)

menyatakan bahwa butir soal HOTS adalah soal yang menuntut kemampuan

berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan

untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis

(critical thinking) berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen

(reasoning) dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, bahwa dari 40 butir soal UN

IPA terdapat 25 soal merupakan soal bertipe HOTS dan 15 soal bertipe LOTS.

Soal yang bertipe HOTS yaitu dengan soal nomor 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17,

18, 19, 20, 21, 22 23, 27, 28 29, 32, 33, 34, 35 36, 37, 38, 39 dan 40. Sehingga

persentase yang diperoleh sebesar 65,5% soal yang berkarakteristik HOTS

pada soal UN IPA tahun ajaran 2018/ 2019. Lingkup materi yang terdapat pada

soal HOTS yaitu (1) Mekanika dan tata surya, (2) Gelombang, listrik dan

magnet, (3) Makhluk hidup dan lingkungannya serta (4) Struktur dan fungsi

makhluk hidup. Pada soal tipe HOTS hanya ditemukan aspek menganalisis

(C4), mengevaluasi (C5) dan tidak ditemukan aspek mengkreasi/ mencipta

(C6). Dengan demikian jenjang kognitif siswa yang diukur masih dalam

tingkat aspek mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3),

Page 57: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

50

menganalisis (C4) dan mengevaluasi (C5). Soal yang diberikan pada siswa

untuk soal ujian nasional tingkat SMP seharusnya soal bertipe HOTS karena

ditinjau dari segi tujuan pelaksanaan UN sebagai tolak ukur standar nasional

dalam mencapai kualitas siswa, maka sudah seharusnya terdapat komponen

soal dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Soal-soal HOTS merupakan instrumen yang digunakan untuk

mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu keterampilan berpikir

yang tidak sekadar mengingat (remembering), memahami (understanding),

atau menerapkan (applying). Soal-soal HOTS pada konteks asessment

mengukur keterampilan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2)

memproses dan mengintegrasikan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai

informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan

masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Dengan demikian

soal-soal HOTS menguji keterampilan berpikir menganalisis, mengevaluasi,

dan mencipta (Kemendikbud, 2019, p. 3).

Menurut Khan & Inamullah (2011) dalam Fanani (2018, p. 61)

menyatakan bahwa keterampilan berpikir di dalam taksonomi Bloom terbagi

menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir tingkat rendah dan keterampilan

berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir dari taksonomi Bloom direvisi

oleh Anderson dan dipublikasikan Tahun 2001. Taksonomi kognitif yang telah

direvisi oleh Anderson dan Krathwohl yang menyusun kembali taksonomi

kognitif atas enam tingkatan dengan sejumlah modifikasi yaitu remembering,

understanding, applying, analyzing, evaluating dan creating. Tingkat

Remembering (C-1), Understanding C-2) Applying (C-3) menjadi dasar untuk

pengembangan butir soal yang LOTS (Lower Order Thinking Skill);

sedangkan, Analysis (C-4), Synthesis (C-5) dan Evaluation (C-6) menjadi dasar

untuk pengembangan butir soal yang HOTS (Yani, 2019, pp. 5-6).

Perbedaan antara soal LOTS dan HOTS tidak didasarkan pada mudah

atau sukarnya soal. Soal LOTS bisa saja sangat sukar, sebaliknya yang HOTS

bisa sangat mudah. Perbedaan soal LOTS dan HOTS terletak pada aspek yang

akan diukur.

Page 58: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

50

Jika soal tersebut akan menalar kemampuan ingatan, pemahaman, dan

penerapan maka kita sebut soal kategori LOTS. Sedangkan jika membutuhkan

penalaran (analisis, mengevaluasi, dan mencipta) disebut soal kategori HOTS.

Indikator untuk mengukur keterampilan berfikir tingkat tinggi meliputi

menganalisis (C4) yaitu kemampuan memisahkan konsep ke dalam beberapa

komponen dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman

atas konsep secara utuh, mengevaluasi (C5) yaitu kemampuan menetapkan

derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu, dan mencipta

(C6) yaitu kemampuan memadukan unsureunsur menjadi sesuatu bentuk baru

yang utuh dan luas, atau membuat sesuatu yang orisinil (A'yuna, 2017, p. 162).

Perlu dicermati bahwa soal HOTS tidak harus sulit, dan soal yang sulit

belum tentu merupakan soal HOTS. Soal sulit yang biasa dilatihkan di sekolah

bukan merupakan soal HOTS karena siswa telah mengerti cara menjawab soal

tersebut. Namun soal sederhana yang membutuhkan penalaran akan menjadi

soal HOTS. Pada beberapa kasus, soal HOTS mungkin sangat sulit untuk

diselesaikan karena memerlukan kemampuan analisis, evaluasi, dan kreativitas

tingkat tinggi. Jadi, soal HOTS juga dapat memiliki tingkat kesukaran rendah,

sedang, dan tinggi. Ada soal HOTS yang bisa diselesaikan dengan cara dan

strategi yang berbeda, terutama untuk soal pemecahan masalah (problem

solving) (Sani, 2019, pp. 109-110).

Setelah menganalisis soal baik kategori HOTS atau LOTS, kemudian

menganalisis kesesuaian soal HOTS dengan indikator pencapaian kompetensi

soal. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, bahwa karakteristik pada butir

soal UN IPA dengan tipe HOTS hampir semua sesuai dengan indikator

pencapaian kompetensi. Hal ini menunjukkan butir soal harus sesuai dengan

kisi-kisi sehingga dapat tercapai indikator pencapaian kompetensi soal.

Menurut (Setiadi, 2016, p. 173) soal tanpa mengacu pada kisi-kisi memiliki

potensi besar untuk tidak sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi.

Akibatnya instrument penilaian tidak proporsional. Dalam suatu instrumen

dituntut untuk mengukur beberapa kompetensi dasar. Dengan demikian suatu

instrumen harus memuat butir yang merepresentasikan semua kemampuan

Page 59: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

51

dalam setiap kompetensi dasar. Pada soal no. 40 tidak sesuai dengan indikator

pencapaian kompetensi soal. Soal tersebut membahas tentang kelainan dan

penyakit pada sistem peredaran darah. Namun, materi tersebut tidak terdapat

pada lingkup materi dalam indikator pencapaian kompetensi soal. Sehingga

untuk soal no. 40 tidak sesuai dengan kisi-kisi soal.

Berdasarkan panduan penyusunan soal standar Internasional oleh

Kemendikbud (2015) dalam Sani (2019, p. 109) menyatakan bahwa setiap soal

yang memenuhi karakteris tik soal HOTS harus memiliki stimulus, mengukur

kemampuan berpikir kritis, mengukur kemampuan berpikir kreatif dan

mengukur kemampuan dalam menyelesaikan masalah. Soal seperti itu pada

umumnya menyajikan stimulus, bersifat kontekstual, membutuhkan

kemampuan berpikir kritis, dan bukan merupakan soal rutin yang umum

diberikan ketika belajar di kelas atau terdapat di dalam buku pelajaran.

Stimulus yang disajikan dalam soal sebaiknya memungkinkan siswa unt uk

mencari hubungan antar data atau konteks, dapat mentransfer dari suatu

konteks ke konteks yang lain, melihat hubungan antar informasi, memproses

dan menerapkan informasi, menganalisis dan mengevaluasi informasi atau

gagasan secara kritis, dan menggunakan informasi untuk menyelesaikan

masalah.

Bentuk stimulus atau dasar pertanyaan diantaranya gambar/grafik/

diagram, simbol/ rumus/ persamaan kimia, tabel, contoh peristiwa dan

penggalan kasus. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, bahwa soal UN

IPA yang HOTS lebih banyak stimulus berupa gambar, rumus, contoh

peristiwa dan tabel namun sedikit di temukan stimulus berupa penggalan

kasus. Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih di fokuskan pada pembelajaran

objek konkret yang merupakan serangkaian gambar yang menunjukkan data

secara visual dan situasi yang nyata untuk memudahkan siswa dalam

berpikir logis. Menurut Asih, Widi dan Eka dalam Krisbawati (2017, p. 17)

menyatakan bahwa materi atau kajian ilmu pengetahuan alam merupakan

rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena

alam yang faktual baik berupa kenyataan dan hubungan sebab akibatnya.

Page 60: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

52

Materi- materi IPA lebih mempelajari tentang fenomena- fenomena alam dan

memerlukan penalaran lebih oleh siswa. Karakteristik materi IPA cendrung

abstrak, sehingga dalam pembuatan instrument atau soal diperlukan dasar

pertanyaan dengan objek konkret yang menunjukkan gambar, data secara

visual atau pun suatu peristiwa yang mengarahkan siswa agar dapat berpikir

logis dan mampu mencermati soal atau suatu instrumen.

Dalam menyelesaikan soal HOTS memerlukan pemahaman langkah-

langkah penyelesaiannya. Soal HOTS diawali dengan stimulus. Dengan

stimulus ini penyelesaian dimulai dengan melakukan analisa tetapi jawaban

dari pertanyaan tidak secara langsung ada dalam stimulus. Memahami maksud

soal adalah hal yang sangat penting. Apabila tidak memahami maksud soal

maka dapat terjadi kesalahan dalam menemukan jawaban.

Setelah menganalisis karakteristik stimulus pada soal yang bertipe

HOTS, selanjutnya menganalisis kriteria soal yang menunjang kemampuan

berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan problem solving. Berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan, bahwa soal tipe HOTS dengan persentase

sebesar 60% menunjang kemampuan berfikir kritis, 28% soal menunjang

kemampuan berpikir kreatif dan 12% soal menunjang kemampuan pemecahan

masalah. Soal yang menunjang untuk berkemampuan berpikir kritis sangat

diperlukan bagi perkembangan peserta didik begitu pula soal yang menunjang

untuk kemampuan berpikir kreatif. Meskipun hanya sedikit ditemukan soal

yang menunjang untuk berkemampuan menyelesaikan masalah atau problem

solving, namun soal pemecahan masalah tetap terdapat pada soal. Hal ini

menunjukkan bahwa perlu adanya soal pemecahan masalah pada tingkat siswa

SMP. Tujuan utama dari higher order thinking skills adalah bagaimana

meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi.

Menurut Watson dan Glaser (1980) dalam Sani (2019, p. 22)

menyatakan bahwa berpikir kritis sebagai kombinasi dari dimensi kognitif dan

afektif. Berpikir kritis didasarkan pada afiliasi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. bahwa berpikir kritis harus dilandasi dengan upaya mencari

alasan, berupaya untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, mencari

Page 61: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

53

alternatif, mempertimbangkan pandangan orang lain, yang diperlukan untuk

meyakini sebelum melakukan sesuatu. Seseorang yang mampu berpikir kritis

juga harus dapat mengemukakan alasan atau kritik logis terhadap permasalahan

yang dihadapi. Jadi orang yang berpikir kritis adalah individu yang mampu

berpikir reflektif dan dapat mempertimbangkan dalam mengambil keputusan

berdasarkan pengetahuan.

Kemampuan berpikir kreatif masing-masing orang akan berbeda dan

terkait dengan cara mereka berpikir dalam melakukan pendekatan terhadap

permasalahan. Kemampuan siswa untuk mengajukan ide kreatif seharusnya

dikembangkan dengan meminta mereka untuk memikirkan ide-ide atau

pendapat yang berbeda dari diajukan temannya. Pemikiran kreatif juga terkait

dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang relevan dengan ide atau

upaya kreatif yang diajukan.

Menurut Polya (1973) dalam Sani (2019, p. 22) menyatakan bahwa

pemecahan masalah atau problem solving sebagai satu usaha mencari jalan

keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah

segera untuk dicapai. Adapun langkah-langkah dalam pemecahan masalah

yaitu memahami masalah, merencanakan masalah, melaksanakan masalah dan

memeriksa kembali semua informasi penting dalam suatu masalah.

Pelaksanaan pembalajaran IPA berbasis HOTS pada tingkat sekolah

menengah pertama sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuan

siswa dan dapat meningkatkan kompetensi siswa. Pembelajaran IPA berbasis

HOTS diperlukan karena siswa SMP dengan rentang usia antara 13-16 tahun

telah masuk ke dalam tahap operasional formal dimana siswa sudah dapat

menggunakan logikanya sehingga diharapkan siswa mampu mengikuti

pembelajaran IPA berbasis HOTS. Kemampuan berpikir tingkat tinggi

(Higher Order Thinking Skill) merupakan proses berpikir yang tidak sekedar

menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang diketahui. Kemampuan

berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi,

dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk

berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan

Page 62: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

54

memecahkan masalah pada situasi baru. Kriteria HOTS yaitu kemampuan

berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan

masalah sudah dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran IPA pada

ingkat sekolah menengah pertama karena dapat menumbuhkan kempuan

berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi (Rofiah, 2016, p.

291).

Implementasi HOTS dalam pembelajaran tidak memiliki sintaks

tertentu sehingga dituangkan melalui tahapan pendekatan saintifik. Proses

belajar menganalisis, mengevaluasi dan mencipta merupakan komponen HOTS

boleh dilaksanakan secara acak dalam proses pembelajaran begitu pula dalam

pengembangan instrument berbasis HOTS yang tidak harus berurutan dalam

penyusunan soal yang dilihat berdasarkan tingkatan ranah kognitif. Sehingga,

pembelajaran IPA berbasis HOTS dapat menigkatkan kemampuan siswa pada

aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan (Rofiah, 2016, p. 292).

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa Soal yang diberikan

pada siswa untuk soal ujian nasional tingkat SMP merupakan soal bertipe

HOTS karena ditinjau dari segi tujuan pelaksanaan UN sebagai tolak ukur

standar nasional dalam mencapai kualitas siswa, maka sudah seharusnya

terdapat komponen soal dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Namun

tidak di pungkiri bahwa soal bertipe LOTS tetap ada pada soal UN IPA karena

kualitas soal baik kategori HOTS dan LOTS tetap terdapat pada tingkatan

ranah kognitif yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi dan mencipta. Kriteria HOTS pada soal yang menunjang untuk

berkemampuan berpikir kritis sangat diperlukan bagi perkembangan peserta

didik begitu pula soal yang menunjang untuk kemampuan berpikir kreatif.

Meskipun hanya sedikit ditemukan soal yang menunjang untuk berkemampuan

menyelesaikan masalah atau problem solving, namun soal pemecahan masalah

tetap terdapat pada soal. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya soal

pemecahan masalah pada tingkat siswa SMP, karena ujuan utama dari higher

order thinking skills adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir

peserta didik pada level yang lebih tinggi.

Page 63: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

55

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan analisis karakteristik soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada

soal Ujian Nasional IPA tingkat SMP tahun ajaran 2018/ 2019 yaitu:

1. Kualitas soal UN IPA dengan persentase sebesar 65, 5% bertipe HOTS

2. Karakteristik pada butir soal UN IPA dengan persentase sebesar 96% sesuai

dengan indikator pencapaian kompetensi.

3. soal UN IPA yang HOTS hampir semua berstimulus.

4. Karakteristik soal tipe HOTS dengan persentase sebesar 60% menunjang

kemampuan berpikir kritis, 28% menunjang kemampuan berpikir kreatif

dan 12% menunjang kemampuan pemecahan masalah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarakan hal-hal

sebagai berikut:

1. Perlunya diadakan pengembangan soal HOTS IPA tingkat SMP sehingga

dapat diterapkan pada kegiatan pembelajaran.

2. Perlu adanya pembiasaan pada siswa untuk mengerjakan soal-soal HOTS

agar siswa terbiasa menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada dan

untuk mengukur kompetensi siswa.

3. Guru harus mampu menerapkan proses pembelajaran berbasis HOTS agar

dapat mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Page 64: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

56

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M., Chamalah, E., & Wardani, O. P. (2013). Model Dan Metode

Pembelajaran Di Sekolah. Semarang: Unissula Press.

Agnafia, D. N. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam

Pembelajaran Biologi. Florea, 5(1), 1-8.

Agustine, J. (2019). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sma

Kelas X Ipa Di Kecamatan Talang Ubi Pada Materi Virus. Universitas

Muhammadiyah. Palembang: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Skripsi

Ahmad, Jumal. (2018). Desain Penelitian Analisis Isi (Content Analysis). Method.

DOI: 10.13140/RG.2.2.12201.08804

Akmala, N. F. (2019). Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada

Materi Fisika Kelas X Sma Di Bandarlampung. Universitas Lampung.

Bandar Lampung: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Skripsi

Ali, M. (2013). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:

Angkasa

Alpusari, M. (2014). Analisis Butir Soal Konsep Dasar IPA 1 Melalui

Penggunaan Program Komputer Anates Versi 4.0 For Windows. Jurnal

Primary Program Study Pendidikan Sekolah Dasar. 3(2), 106-115.

ISSN: 2303-1514

Ambarsari, W., Santosa, S., & Mariadi. (2013). Penerapan Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar Pada Pelajaran

Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 7 Surakarta. Pendidikan Biologi,

5(1), 81-95.

Amir, A. (2013). Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Kecerdasan

Majemuk (Multiple Intelligences). Logaritma, 1-15.

Andiasari, l. (2015). Penggunaan Model Inquiry dengan Metode Eksperimen

dalam Pembelajaran IPA di SMPN 10 Probolinggo. Jurnal Kebijakan dan

Pengembangan Pendidikan, 3(1), 15-20.

Page 65: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

57

Anjani, Y. F. (2017). Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Menurut Teori

Anderson Dan Krathwohl Pada Peserta Didi k Kelas Xi Bilingual Class

System Man 2 Kudus Pada Pokok Bahasan Program Linier . Universitas

Islam Negeri Wali Songo. Semarang: Pendidikan Matematika Fakultas

Sains Dan Teknologi. Skripsi

Angraini, G., & Sriyati, S. (2019). Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Siswa Sman Kelas X Di Kota Solok Pada Konten Biologi. Journal Of

Education Informatic Technology And Science (Jeits), 1(1), 114-124.

Ardimen. (2016). Pengembangan Multiple Intellegence Melalui Pmbelajaran

Integratif Berbasis Games. Jurnal Edukasi, 107-129.

Arikunto, S. (2005). Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Armstrong, T. (2013). Kecerdasan Multipel Di Dalam Kelas. Jakarta: PT Indeks.

A‟yunina, Qurrotu, Sudarti daSn Subiki. (2018).Analisis Keterampilan Berpikir

Tingkat Tinggi Dalam Menyelesaikan Soal UN Fsika SMA Pada Materi

Medan Magnet Siswa Kelas XII Di SMA Muhammadiyah 3 Jember.

Seminar Pendidikan Fisika 2018.3(2). ISSN: 2527-5917

Bachri, S,B. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada

Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan. 10(1), 46-62.

Basuki dan Hariyanto. (2014). Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Brookhart, S. M. (2010). How To Assess Higher Order Thinking Skill In Your

Classroom. Virginia USA: ASCD Memmber Book.

Candra, M. D. (2015). Penerapan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences

Pada Siswa Kelas V Di Sd Juaragondokusuman. Jurnal Pendidikan Guru

Sekolah Dasar Yogyakarta, 3.

Creswell, J. W. (2014). Research Design (Qualitative, Quantitative And Mixed

Methods Approaches). California: SAGE Publication.

Dewi, N. d. (2016). Analisis Kemampuan Berpikir Kompleks Siswa Melalui

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Mind Mapping. EDUSAINS,

8(1), 98-107.

Page 66: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

58

Dinni, H. N. (2018). HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan

Kemampuan Literasi Matematika. PRISMA 1, 170-176.

Ernawati, A., Ibrahim, M. M., & Aflif, A. (2017). Pengembanagan Lembar Kerja

Siswa Berbasis Multiple Intelligences Pada Poko Bahasan Substansi

Genetika Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Makasar. Jurnal Biotek, 1-14.

Fanani, M, Zainal. 2018. Strategi Pengembangan Soal HOTS Dalam Kurikulum

2013. Journal Of Islamic Religious Education. II(1). 57-76

Fanani, M. Z. (2018). Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skills

(HOTS) Dalam Kurikulum 2013. Journal Of Islamic Religious Education,

II(1), 57-76.

Fanani, A. (2010). Ice Breaking Dalam Proses Belajar Mengajar. Dosen PGSD

FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, VI(11), 67-70.

Febriandar, E. I., Khakiim , U., & Pratama, N. A. (2018). Pengaruh Kreativitas

Guru Dalam Menerapkan Ice Breaking Dan Motivasi Belajar Terhadap

Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. BRILIANT: Jurnal Riset dan

Konseptual, 3(2), 485-894.

Gunawan, H. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht

(Numbered Head Together) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi

Belajar Siswa Pada Materi Alat Ukur Di Smk Piri Sleman Jurusan

Pendidikan Teknik Mesin . yokyakarta : Fakultas Teknik Universitas

Negeri Yokyakarta.

Hafshoh, S. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Berupa Lks Dengan Metode

Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Pembelajaran Ipa Materi

Interaksi Makhluk Hidup Dan Lingkungannya Kelas VII Semester Genap

Di Mts Negeri Kendal . Semarang: Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas Universitas negeri walisongo Semarang.

Hajar, Y., Yanwar, R., Jalaludin, M. A., Achmad, N., Indriani, G. S., Hidayat, W.,

et al. (2018). Analisis Kemampuan High Order Thinking (Hot) Siswa Smp

Negeri Di Kota Cimahi. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 1(3),

453-458.

Page 67: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

59

Hairul, A. (2017). Konsep Multiple Intelligences System Pada Sekolah Menengah

Pertama Al Washliyah 8 Medan Dalam Perspektif Islam. Jurnal

EduTeach, 3(1), 52-73.

Hamzah, A. (2009). Teori Multiple Intelligences dan Implementasinya Dalam

Pengelolaan Pembelajaran. Tadris, 251-261.

Hanifah, N. (2019). Pengembangan instrumen penilaian Higher Order Thinking

Skill (HOTS) di sekolah dasar. Conference Series Journal, 1(1), 1-8.

Hapsari, A. I. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Video Contextual

Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa

Pada Mata Kuliah Fisiologi Hewan. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia,

2(1), 94-101.

Harsyad, F., Afif, A., & Abrar, A. (2016). Studi Komparasi Penggunaan Ice

Breaking Dan Brain Gym Terhadap Minat Belajar Matematika Siswa

Kelas Vii Smp Negeri 21 Makassar. Jurnal Matematika Dan

Pembelajaran, 4.(2), 186-199.

Husna, M. (2018). Pengaruh Ice Breaking Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar

Peserta Didik Mi Al-Ishlah Tiudan Gondang Tulungagung. Tulungagung:

Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

tulungagung.

Husnawati, A., Hartono, H., & Masturi, M. (2019). Pengembangan Soal Higher

Order Thinking Skill (Hots) Fisika Kelas Viii Smp Materi Gerak Pada

Benda. Unnes Physics Education Journal, 8(2), 133-140.

Irawati, T. N. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Smp

Dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah Matematika Pada Materi

Bilangan Bulat. Jurnal gammath, 3(2), 1-7.

Irmayanti, S. (2018). Pengaruh Model Gallery Walk Dengan Teknik

Brainstorming Terhadap Higher Order Thinking Skill (Hots) Pada

Pelajaran Biologi Peserta Didik Kelas XI Sman 5 Bandar Lampung.

Lampung: Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Raden Intan Lampung. Skripsi

Page 68: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

60

Ismawati, B, P.(2019). Analisis KeterampilanTingkat Tinggi Dalam Pembelajaran

Tematik Siswa Kelas IV Tahun Ajaran 2018/ 2019. Yogyakarta: Program

Studi Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma. Skripsi

Kemendikbud. (2019). Modul Penyusunan Soal HOTS. Jakarta: Direktorat Jendral

Pendidikan Dasar Menengah.

Krisbawati, Cynthia, Ignatia. 2017. Pengetahuan Guru IPA Tentang Siswa Dan

Pengaruhnya Dalam Proses Pembelajaran. Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta. Skripsi

Kurniasih , A. N., & Alarifin, H. D. (2015). Penerapan Ice Breaking (Penyegar

Pembelajaran) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas 𝐕𝐈𝐈𝐈𝐀

Mts An-Nur Pelopor Bandarjaya Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal

Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Metro, 3(1), 27-35.

Kurniati, D., Harimukti, R., & Jamil, N. A. (2016). Kemampuan Berpikir Tingkat

Tinggi Siswa Smp Di Kabupaten Jember Dalam Menyelesaikan Soal

Berstandar Pisa. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 20(2), 142-

155.

Lailly N, R. dan Wisudawati. (2015). Analisis Soal Tipe HOTS dalam Soal UN

Kimia SMA Rayon B tahun 2012/2013. Kaunia. XI(1), 27-39. ISSN:

1829-5266

Legowo, E. (2017). Model Pembelajaran Berbasis Penstimulasian Multiple

Intelligences Siswa. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 2(1), 1-8.

Megawanti, P. (2015). Meretas Masalah Pendidikan Di Indonesia. Jurnal

Formatif, 227-234.

Muali, C. (2016). Konstruksi Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple

Intellegences Sebagai Upaya Pemecahan Masalah Belajar. Jurnal

Pendidikan, 3(2), 1-12.

Nasyrullah. (2017). Perbandingan Model Pembelajaran Guided Inquiry Dan

Model Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Hasil Belajar Siswa

Pada Pokok Bahasan Sistem Peredaran Darah Manusia Kelas Xi Ipa Sma

Page 69: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

61

Negeri 1 Pattallassang Kabupaten Gowa. Makassar: Fakultas Tarbiyah

Dan Keguruan Uin Alauddin Makassar . Skripsi

Nelson, K. N. (1998). Developing Students’ Multiple Intelligences . New York:

Professional Book.

Ningsih, D. L. (2018). Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Dalam Soal UN Biologi SMA Tahun Ajaran 2016/ 2017. Lampung:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Lampung.

Skripsi

Nurhasanah. (2018). Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penelaran Matematis

Soal HOTS Siswa SMP Pada Penerapan Metode Student Teams

Achievement Divisions (STAD) dengan Pendekatan Problem Based

Learning (PBL). Malang: Direktorat Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Malang. Tesis.

Nurhayani. (2017). Kesulitan Guru Dalam Pengembangan Keterampilan Tingkat

Tinggi Siswa Pada Pembelajaran Biologi Kelas XII Di SMA N 2 Gowa.

Makassar: Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Alauddin Makassar. Skripsi

Nisa, N. c., Nadiroh, & Siswono, E. (2018). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

(HOTS) Tentang Lingkungan Berdasarkan Latar Belakang Akademik

Siswa. Pendidikan Lingkungan Dan Pembangunan Berkelanjutan, 19, 1-

14.

Nurhayati, & Angraeni, L. (2017). Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

Mahasiswa (Higher Order Thinking) Dalam Menyelesaikan Soal Konsep

Optika Melalui Model Problem Based Learning. Jurnal Penelitian &

Pengembangan Pendidikan Fisika, 3(2), 119-126.

Nurkholis. (2013). Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal

Kependidikan, 24-44.

Pasi, S, N dan Yusrizal. (2018). Analisis Butir Soal Ujian Bahasa Indonesia

Buatan Guru MTsN Di Kabupaten Aceh Besar. Master Bahasa. 6(2),

195-202

Page 70: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

62

Pratiwi, A. N. (2016). Pengembangan Instrumen Penilaian Crossword Puzzle

Game Dengan Higher Order Thinking Skills Pada Pembelajaran Sistem

Koordinasi Manusia Di Sma. semarang: Jurusan Biologi Fakultas

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Rahma, S. (2008). Teori Kecerdasan Majemuk Howard Gardner Dan

Pengembangannya Pada Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Untuk Anak Usia Sekolah Dasr. Jurnal Pendidikan Agama Islam, V(1),

89-110.

Rahmat, S. P. (2009). Penelitian Kualitatif. Equilibrium, 5(9), 1-8.

Ramadhan, D dan Wasis. (2013). Analisis Perbandingan Level Kognitif dan

Keterampilan Proses Sains Dalam Standar Isi (SI), Soal Ujian Nasional,

Soal (Trends In International Mathematics and Science Study (TIMSS)

dan Soal Programme For International Student Assessment (PISA).

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. 2(1), 20-25

Rofiah E, A. S. (2013). Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat

Tinggi Fisika Pada Tingkat SMP. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2), 17-22.

Rofiah, N. H. (2016). Menerapkan Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran Di

Sekolah Dasar. Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar, 69- 79.

Rofiah, E, dkk. (2018). Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Berbasis HOTS

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP/

MTs. Jurnal Pendidikan IPA, 7(1), 285-296. ISSN: 2615-7489

Rauf, A., Hala, Y., & Taiyeb, A. M. (2017). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Head Together (Nht) Terhadap Motivasi Dan Hasil

Belajar Ipa Biologi Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Watampone. Jurnal

Nalar Pendidikan, 5(1), 46-54.

Rubiyanto, B. A., Marjono, & Prayitno, B. A. (2016). Penerapan Model

Discovery Learning Pada Materi Ekosistem Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X Sma. Bio-Pedagogi,

5(1), 6-14.

Page 71: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

63

Royantoro, F., Mujasam, Yusuf, I., & Widyaningsih, S. W. (2018). Pengaruh

Model Problem Based Learning Terhadap Higher Order Thinking Skills

Peserta Didik. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 6(3), 371-382.

Safitri, I., Bancong, H., & Husain1, H. (2013). Pengaruh Pendekatan Multiple

Intelligences Melalui Model Pembelajaran Langsung Terhadap Sikap Dan

Hasil Belajar Kimia Peserta Didik Di Sma Negeri I Tellu Limpoe. Jurnal

Pendidikan Ipa Indonesia, 156-160.

Salamah, U. (2018, Maret). Penjaminan Mutu Penilaian Pendidikan. Evaluasi,

2(1), 274-293.

Sani, R. A. (2019). Cara Membuat Soal HOTS. Tangerang: Tira Smart.

Sari, W. N., & Silitonga, M. (2018). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa

Kelas Xi Pmia Man Tanjung Morawa Pada Pembelajaran Sel Dengan

Model Pbl Berbantuan Lks High Order Thinking Skill Student Class Xi

Pmia Man Tanjung Morawaon Cell Learning With Lks- Assisted PBL

Model. Jurnal Pelita Pendidikan, 5(4), 361-365.

Saputra, H. (2016). Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global:

Penguatan Mutu Pembelajaran Dengan Penerapan HOTS (High Order Thinking

Skills) . Bandung: SMILE' Publishing.

Saroya, A. (2014). Pengaruh Penerapan Ice Breaking Terhadap Hasil Belajar

Siswa Pada Pembelajaran Sosiologi Di Sma Darussalam Ciputat . Jakarta:

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Ips) Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan Universitas Islam Negri (Uin) Syarif Hidayatullah. Skripsi

Setiawati, W. (2018). Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills

(HOTS). Jakarta: Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan

Kemendikbud.

Siregar, l, V. (2018). Analisis Soal UN IPA SMP Tahun Ajaran 2016/ 2017.

Bandar Lampung: Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan

Matematika dan IPA. Skripsi

Siswoyo, & Sunaryo. (2017). High Order Thinking Skills Implementasinya dalam

Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Penelitian &

Pengembangan Pendidikan Fisika, 11-20.

Page 72: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

64

Sudaryono. (2014). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Lentara Ilmu

Cendekia.

Sudijono, A. (2015). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Sudjana, N. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Sunarti dan Rahmawati. (2014). Penilaian Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta,

DIY: C.V Andi Offset.

Suryanti. (2014). Pengaruh Ice Breaker Terhadap Motivasi Belajar Kimia Siswa

Kelas X Semester 2 Di Sma N 10 Yokyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 .

Yokyakarta: Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Sutama, Sandy dan Fuandi. (2017, Januari). Pengelolaan Penilaian Autentik

Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Matematika Di SMA. Manajemen

Pendidikan, 12(106), 105-114.

Syahida, A. d. (2015). Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Soal

Ujian Nasional Kimia. EDUSAINS, VII(1), 77-87.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasi pada KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Wahyudi, D., & Alafiah, T. (2016). Studi Penerapan Strategi Pembelajaran

Berbasis Multiple Intelligences Dalam Mata Pelajaran Agama Islam.

Jurnal Kajian Pendidikan Islam, 8(2), 252-282.

Wahyuni, A. (2015, September). Implementasi Pembelajaran Scientific Approach

Dengan Soal Higher Order Thinking Skill Pada Materi Alat-Alat Optik

Kelas X Di SMA Nahdatul Ulama 1 Gresik. 4(3), 32-37.

Warisdiono, E. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills

(HOTS) . Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar

dan Menengah.

Page 73: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

65

Widana, Wayan,I. (2017). Modul Penyusunan Soal HOTS. Jakarta: Direktorat

Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan.

Widodo, T., & Kadarwati, S. (2013). Higher Order Thinking Berbasis Pemecahan

Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan

Karakter Siswa. Cakrawala Pendidikan, 32(1), 161-171.

Wijaya, E. D. (2019, November). Analisis Butir Soal Persiapan Ijian Nasional

IPA SMP/MTS Tahun 2018 Sampai Dengan 2019 Berdasarkan

Taksonomi Bloom. LENSA (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, 9(2),

57-63.

Wirawan. (2012). Evaluasi, Teori, Model, Standar Aplikasi dan Profesi. Jakarta:

Rajawali Press.

Yani, A. (2019). Cara Mudah Menulis Soal HOTS. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Yuriza, P. E., Adisyahputra, & Sigit, D. V. (2018). Hubungan Berfikir Tingkat

Tinggi Dan Tingkat Kecerdasan Dengan Kemampuan Literasi Sains Pada

Siswa SMP. Biosfer, 11(1), 13-20.

Page 74: ANALISIS SOAL TIPE HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS

55