Upload
trankhanh
View
490
Download
31
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI
OBJEK WISATA
SKRIPSI
MUHAMMAD SALIM R H34076107
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2010
RINGKASAN
MUHAMMAD SALIM R. Analisis Strategi Pengembangan Kebun Raya Bogor Sebagai Objek Wisata. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI).
Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Tujuan diadakannya pariwisata adalah untuk meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat.
Saat ini preferensi konsumen dalam menikmati objek wisata telah mengalami perubahan yang mengacu pada bentuk wisata minat khusus yaitu ekowisata. Indonesia sangat kaya dengan potensi wisata alam (ekowisata), salah satunya adalah wisata alam di kawasan konservasi. Indonesia memiliki 200 kawasan konservasi yang cukup indah, tetapi yang menjadi prioritas saat ini untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata hanya 20 kawasan konservasi salah satunya PKT Kebun Raya Bogor yang berada di kota Bogor.
Kebun Raya Bogor merupakan kawasan konservasi ex-situ yang telah lama dimanfaatkan masyarakat luas sebagai objek wisata dan di banyak negara, KRB menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat diminati karena menyajikan panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami. Peranan ini menjadi populer karena para pengunjung dapat menikmati langsung keindahan Kebun Raya serta dapat menambah wawasan dan pengetahuannya tentang tumbuh-tumbuhan. Namun Kebun Raya Bogor mengalami penurunan pengunjung yang cukup signifikan sebesar 13,5 persen. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menganalisis strategi pengembangan KRB sehingga dapat berkembang lebih baik dan visi KRB dapat tercapai.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan Kebun Raya Bogor, (2) Memformulasikan alternatif strategi pengembangan yang tepat untuk Kebun Raya Bogor. Penelitian ini dilakukan di Kebun Raya Bogor. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kebun Raya Bogor merupakan satu-satunya objek wisata alam dan kawasan konservasi yang berada di kota Bogor, merupakan kebun raya nomor satu di Asia Tenggara serta salah satu tempat tujuan wisata yang paling bersejarah. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive. Jumlah sampel yang diambil adalah empat responden. Penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif dan matriks SWOT.
Lingkungan internal yang menjadi kekuatan KRB adalah (1) pusat konservasi ex-situ, (2) panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami, (3) KRB memiliki aksesbilitas tinggi dari Jabodetabek dan kota besar (pasar potensial), (4) membawahi dan memfasilitasi kawasan konservasi lainnya di lingkungan perkebunrayaan, (5) menambah nilai ekonomi bagi pemerintah, Pemkot Bogor dan masyarakat sekitar, (6) 14.500 koleksi tumbuhan yang tertanam di kebun, (7) memiliki objek wisata yang menarik, penuh sejarah dan
pengetahuan. Kelemahan KRB adalah (8) kurangnya SDM yang handal dalam memberikan informasi tentang objek wisata di KRB, (9) beberapa sarana dan prasarana yang kurang baik, (10) belum melakukan pemasaran dan promosi yang efektif dan efisien, (11) kurangnya pengetahuan pengelola KRB dalam bidang pariwisata, (12) Sistem kebersihan KRB kurang baik. Lingkungan eksternal yang menjadi peluang KRB adalah (1) peningkatan jumlah wisatawan di masa yang akan datang, (2) trend kunjungan wisatawan saat ini lebih memilih destinasi objek wisata alam, (3) penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sebagai akibat isu bencana alam dan terorisme, (4) kawasan konservasi akan menjadi objek wisata unggulan. Ancaman KRB adalah (5) sampah pengunjung, (6) terbatasnya alokasi anggaran research, (7) kerusakan akibat eksploitasi yang berlebihan, (8) adanya gangguan potensi tumbuhan tropika akibat bencana alam dan perubahan iklim.
Berdasarkan hasil analisis SWOT, diperoleh 11 alternatif strategi pengembangan KRB sebagai objek wisata yaitu Strategi S-O : (1) memperkuat aksesbilitas lintas kabupaten atau kota Bogor dengan mengembangkan linkage wisata, (2) mengembangkan kekhasan produk wisata alam yang ada di Kebun Raya Bogor, (3) menambah objek wisata baru; Strategi W-O : (4) meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di Kebun Raya Bogor, (5) melakukan kerjasama pendidikan dan keterampilan dengan penyelenggara atau institusi pendidikan formal bidang kepariwisataan, (6) melakukan pemasaran dan promosi secara inovatif, efektif dan efisien mengenai objek wisata yang ada di KRB; Strategi ST : (7) melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah seluruh Indonesia untuk mengirimkan daftar tumbuhan langka di daerah setempat, (8) memasang alat pendeteksi perubahan iklim, (9) mengkoordinir pemulung pada waktu-waktu tertentu untuk membantu membersihkan KRB sekaligus membantu menambah penghasilan pemulung; Strategi W-T : (10) menambah atau mencari alternatif pendanaan lain, (11) melakukan kerjasama dengan instansi pengelolaan kebersihan.
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI
OBJEK WISATA
MUHAMMAD SALIM R H34076107
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Kebun Raya Bogor Sebagai
Objek Wisata
Nama : Muhammad Salim R
NIM : H34076107
Disetujui, Pembimbing
Febriantina Dewi, S.E, M.Sc NIP. 19690205 199603 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Strategi
Pengembangan Kebun Raya Bogor Sebagai Objek Wisata” adalah karya sendiri
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2010
Muhammad Salim R H34076107
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 8 November 1986. Penulis
adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H. Sulaeman, ST dan
Hj. Soraya.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Puspiptek pada tahun
1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001
di SLTPN 4 Puspiptek. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Serpong
pada tahun 2004.
Penulis diterima di Program Studi Diploma Agribisnis Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Penulis menyelesaikan pendidikan Diploma
III tahun 2007 dan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi pada
Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Analisis Strategi Pengembangan Kebun Raya Bogor Sebagai Objek Wisata”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan
Kebun Raya Bogor. Kemudian memformulasikan alternatif strategi
pengembangan untuk Kebun Raya Bogor. Hasil ini diharapkan mampu memberi
masukan bagi pihak Kebun Raya Bogor.
Skripsi ini sangat bermanfaat bagi penulis sebagai salah satu mahasiswa
yang sedang menyelesaikan tugas akhir pada Program Sarjana Agribisnis, Institut
Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat diselesaikan
oleh penulis selama mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kegiatan kuliah
maupun tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat keterbatasan dan
kendala yang dihadapi dalam skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memang membutuhkan. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaiaan skripsi ini.
Bogor, Februari 2010
Muhammad Salim R
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Febriantina Dewi, S.E, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran dan pengarahan, dengan penuh kesabaran
selama proses penyusunan skripsi ini. Ditengah kesibukan yang luar biasa,
beliau selalu menyempatkan diri untuk membagikan ilmunya kepada penulis.
2. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS sebagai dosen evaluator pada kolokium
atas kritik dan saran yang membantu pada penyusunan skripsi ini.
3. Ir. Lukman M. Baga, MAEc sebagai dosen penguji utama yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran yang sangat
bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Etriya, SP, MM sebagai perwakilan dari komisi akademik yang telah
memberikan berbagai saran dan masukan untuk penulis dalam upaya
memaksimalkan penulisan skripsi ini.
5. Kedua orangtua dan seluruh keluarga besar penulis atas dukungan baik secara
moril maupun materil, kasih sayang dan doa tulus yang selalu membuat
penulis menjadi lebih baik.
6. Pihak Kebun Raya Bogor, Bapak Amas S.E, MM selaku Kepala Bidang Tata
Usaha, Bapak Dr. Joko Ridho Witono, M.Si selaku Kepala Bidang Konservasi
ex-situ, Bapak Ir. Sutrisno, M.Sc selaku Koordinator Jabatan Fungsional atas
kesempatan, informasi, saran dan bantuan yang diberikan dalam penelitian.
7. Ibu Reni Handayani T, SH. MH selaku Kepala Bidang Pariwisata Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor atas kesempatan, informasi, saran
dan bantuan yang diberikan dalam penelitian.
8. Karyawan Kebun Raya Bogor khususnya Bapak Ridwan selaku Satuan dan
Pengaman, Ibu Nur, Ibu Erti dan Ibu Hera atas bantuan, informasi dan saran
yang diberikan dalam penelitian.
9. Nuryadin yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar hasil penulis,
dengan segala kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaan
skripsi ini.
10. Reni Rahmatillah, SE yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan
serta saran yang sangat berarti selama penyusunan skripsi ini.
11. Benri Albertus SE, Hussen, Wilmar, Mugi, Ivo, Lia, Saud, Aa, Budi, Agung,
Jhonson yang tergabung dalam BETA HOUSE, atas segala semangat,
dukungan serta persahabatan yang telah banyak memberikan kenangan.
12. Teman-teman ekstensi angkatan III atas semangat, bantuan, kebersamaan
selama kuliah dan penyelesaian skripsi. Semoga kebersamaan ini menjadi
kenangan yang indah.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu, semoga Allah SWT memberikan pahala atas
kebaikannya.
Kesempurnaan adalah milik Allah SWT, penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala hormat penulis
menghaturkan permohonan maaf. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2010
Muhammad Salim R
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... vii
I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 6 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 6
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 7 2.1 Pengertian Konservasi ............................................................ 7 2.2 Pengertian Pariwisata ............................................................. 8 2.3 Pengertian Ekowisata (Wisata Alam) ..................................... 8 2.4 Konsep Ekowisata (Wisata Alam) ......................................... 9 2.5 Sifat atau Karakter Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Alam ....................................................................................... 10 2.6 Potensi ODTW Alam ............................................................. 11 2.7 Pengelolaan dan Pengembangan ODTW Alam ..................... 11 2.8 Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................... 14
III KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................... 18 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 18
3.1.1 Konsep Strategi ............................................................. 18 3.1.2 Manajemen Strategi ....................................................... 22 3.1.3 Analisis Faktor Lingkungan Internal ............................. 24 3.1.4 Analisis Faktor Lingkungan Eksternal .......................... 26 3.1.5 Analisis SWOT .............................................................. 30
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................... 31
IV METODE PENELITIAN ........................................................... 34 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 34 4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 34 4.3 Metode Pengumpulan Data .................................................... 34 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................... 35 4.4.1 Analisis Deskriptif ........................................................ 35
4.4.2 Matriks SWOT .............................................................. 35
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .................................. 37 5.1 Sejarah PKT Kebun Raya Bogor ........................................... 37 5.2 Visi dan Misi PKT Kebun Raya Bogor ................................. 38 5.3 Personalia ............................................................................... 39 5.4 Struktur Organisasi ................................................................ 39 5.5 Objek dan Daya Tarik Wisata Kebun Raya Bogor ................ 40
iv
VI HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 44 6.1 Formulasi Alternatif Strategi ................................................. 44 6.1.1 Tahap Masukan ............................................................ 44 6.1.1.1 Identifikasi Lingkungan Internal PKT Kebun Raya Bogor .................................. 44 6.1.1.2 Identifikasi Lingkungan Eksternal PKT Kebun Raya Bogor ................................. 49 6.1.2 Tahap Pencocokan ....................................................... 53 6.1.2.1 Analisis SWOT ............................................... 53
VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 58 7.1 Kesimpulan ............................................................................ 58 7.2 Saran ...................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 60
LAMPIRAN ........................................................................................ 62
v
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia Tahun 2001-2008 ...................................................................... 2
2. Statistik Kunjungan Wisatawan Nusantara Tahun 2003-2008 . 3
3. Kawasan Konservasi di Kabupaten dan Kota Bogor serta Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2007-2008 .................... 4
4. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kebun Raya Bogor Tahun 2004-2008 ...................................................................... 5
5. Jenis dan Sumber Data .............................................................. 34
6. Matriks SWOT .......................................................................... 36
7. Jumlah Wisatawan Kebun Raya Bogor Tahun 2004-2006 ....... 51
8. Hasil Matriks SWOT ................................................................ 57
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Strategi Generik dan Strategi Utama ........................................ 21
2. Model Proses Manajemen Strategi ........................................... 23
3. Matriks SWOT .......................................................................... 31
4. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................. 33
5. Struktur Organisasi PKT Kebun Raya Bogor – LIPI ................ 40
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Peta KRB .................................................................................. 63
2. Objek dan Daya Tarik Wisata KRB .......................................... 63
3. Fasilitas KRB ............................................................................ 65
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait.
Pembangunan kepariwisataan pada hakikatnya merupakan upaya untuk
mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik wisata yang terwujud
antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna,
kemajemukan tradisi dan seni budaya serta peninggalan sejarah dan purbakala.
Pengembangan objek dan daya tarik wisata tersebut apabila dipadukan dengan
pengembangan usaha jasa dan sarana pariwisata, seperti biro perjalanan, jasa
konvensi, penyediaan akomodasi dan penyediaan transportasi wisata, akan
berfungsi di samping meningkatkan daya tarik untuk perkembangan jumlah
wisatawan juga mendukung pengembangan objek dan daya tarik wisata baru.
Hasil yang optimal akan diperoleh apabila upaya pengembangan tersebut
didukung oleh pembangunan prasarana yang memadai.
Pariwisata bukanlah suatu hal yang baru. Kegiatan berwisata sebenarnya
sudah ada sejak dulu, dimana orang-orang dulu telah melakukan perjalanan ke
berbagai daerah yang terdapat objek wisata. Dalam bentuk sederhana pariwisata
dikenal sebagai “bertamasya” atau “perlawatan”. Seiring dengan berbagai
perkembangan yang dicapai di bidang sosio ekonomi, sosio budaya, teknologi dan
sebagainya, maka bentuk kegiatan pariwisata telah berkembang menjadi suatu
kegiatan yang bersifat lebih kompleks dan luas. Menurut UU No 10 tahun 2009,
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan
pemerintah daerah.
Indonesia memiliki sumberdaya alam yang kaya akan keanekaragaman
hayati, ekosistem, alam dan nilai budaya, menyediakan potensi yang prospektif
dalam pengembangan industri pariwisata sehingga sangat berpeluang besar
menjadi sektor andalan dalam pertumbuhan ekonomi. Sektor pariwisata memiliki
peranan penting dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui penerimaan
negara yang bersumber dari devisa yang berasal dari pengeluaran wisatawan
mancanegara setiap berkunjung ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1
2
yang menunjukkan perkembangan jumlah wisatawan mancanegara dan
penerimaan devisa yang mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir yaitu
2006-2008.
Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia Tahun 2001-2008
TAHUN
JUMLAH RATA-RATA PENGELUARAN RATA-RATA PENERIMAAN
WISATAWAN PER ORANG (USD) LAMA TINGGAL DEVISA
MANCANEGARA PER PER (HARI) (JUTA USD)
KUNJUNGAN HARI 2001 5.153.620 1.053,36 100,42 10,49 5.396,26
2002 5.033.400 893,26 91,29 9,79 4.305,56
2003 4.467.021 903,74 93,27 9,69 4.037,02
2004 5.321.165 901,66 95,17 9,47 4.797,88
2005 5.002.101 904,00 99,86 9,05 4.521,89
2006 4.871.351 913,09 100,48 9,09 4.447,98
2007 5.505.759 970,98 107,70 9,02 5.345,98
2008 6.429.027 1.178,54 137,38 8,58 7.377,39
Sumber: Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia, Departemen Pariwisata (2009)
Dari Tabel 1, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2006 yaitu
4.871.351 orang dan penerimaan devisa sebesar 4.447,98 juta USD mengalami
peningkatan menjadi 5.505.759 orang dan penerimaan devisa menjadi 5.345,98
juta USD di tahun 2007. Pada tahun 2008 jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara juga mengalami peningkatan menjadi 6.429.027 orang dan
penerimaan devisa menjadi 7.377,39 juta USD. Meningkatnya jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara dan penerimaan devisa menunjukkan adanya peningkatan
pembangunan pariwisata di Indonesia.
Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke
Indonesia disebabkan adanya pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada
pariwisata minat khusus atau yang dikenal dengan ekowisata, dimana saat ini ada
kecenderungan semakin banyak wisatawan yang mengunjungi objek berbasis
alam dan budaya penduduk lokal (Fandeli, 2002). Wisatawan cenderung beralih
kepada alam dibandingkan pola-pola wisata buatan yang mereka rasakan telah
jenuh dan kurang menantang. Hal ini merupakan peluang untuk peningkatan
pembangunan pariwisata di Indonesia dengan potensi alam dan budaya yang
beragam.
3
Tiga tahun terakhir (2006-2008), terjadi peningkatan kunjungan wisatawan
nusantara (Tabel 2). Hal tersebut diakibatkan pendapatan rata-rata wisatawan
nusantara mengalami peningkatan. Meningkatnya kunjungan wisatawan nusantara
diharapkan memberikan peningkatan dibidang investasi, penyerapan tenaga kerja,
serta peningkatan kontribusi kegiatan pariwisata terhadap pendapatan masyarakat.
Dengan kata lain, sektor pariwisata menjadi salah satu tumpuan dalam
meningkatkan penghasilan devisa negara.
Tabel 2. Statistik Kunjungan Wisatawan Nusantara Tahun 2003-2008
TAHUN WISNUS (000 orang)
PERJALANAN (000 orang)
RATA-RATA PERJALANAN
TOTAL PENGELUARAN
(Trilyun Rp)
2003 110.03 207.119 1,88 70,87 2004 111.353 202.763 1,82 71,70 2005 112.701 198.359 1,76 74,72 2006 114.27 204.553 1,79 88,21 2007 115.335 222.389 1,93 108,96 2008 117.213 225.042 1,92 123,17
Sumber : Pusat Pengelolaan Data dan Sistem Jaringan (P2DSJ)
Jero Wacik (Menteri Kebudayaan dan Pariwisata) menyatakan bahwa
Indonesia sangat kaya dengan potensi wisata alam (ekowisata), salah satunya
adalah wisata alam di kawasan konservasi. M.S Kaban (Menteri Kehutanan)
menyatakan bahwa Indonesia memiliki kawasan konservasi yang menawarkan
panorama yang cukup indah yaitu sekitar 200 kawasan konservasi, tetapi yang
menjadi prioritas saat ini untuk dijadikan objek dan daya tarik wisata hanya 20
kawasan konservasi yang salah satunya berada di kota Bogor1. Hal tersebut
dikarenakan pemerintah tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai 200
kawasan konservasi.
Bogor memiliki beberapa objek wisata yang menawarkan wisata alam di
kawasan konservasi, salah satunya adalah Kebun Raya Bogor (KRB). Kebun
Raya Bogor merupakan kawasan konservasi yang berada di tengah kota Bogor
dan dekat dengan Jakarta, sehingga dijadikan salah satu tempat tujuan wisatawan
baik mancanegara maupun domestik. Adapun kawasan konservasi di kabupaten
1Radar Bogor. 2009. Kawasan Konservasi Bakal jadi Objek Wisata Unggul. http://www.radar-bogor.co.id/index [3 Juli 2009]
4
dan kota Bogor beserta jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2007-2008
tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Kawasan Konservasi di Kabupaten dan Kota Bogor serta Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2007-2008
No Objek Wisata Kunjungan Wisatawan (orang) 2007 2008
1 Taman Safari Indonesia 699.782 621.2542 Kebun Raya Bogor 903.914 781.6233 Taman Wisata Mekarsari 166.720 297.800
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten dan Kota Bogor
Terlihat pada Tabel 3 bahwa wisatawan lebih banyak mengunjungi KRB.
Akan tetapi, KRB mengalami penurunan yang signifikan sebanyak 122.291 orang.
Keadaan serupa dialami juga oleh tempat wisata alam lain seperti Taman Safari
Indonesia yang mengalami penurunan sebanyak 78.528 orang, sedangkan Taman
Wisata Mekarsari mengalami kenaikan yang signifikan sebanyak 131.080 orang.
Peningkatan kunjungan wisatawan yang terjadi di TWM disebabkan adanya
preferensi dan motivasi wisatawan yang berkembang secara dinamis.
Bentuk Preferensi dan motivasi wisatawan dalam menikmati objek-objek
spesifik yaitu udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk
secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik.
Kecenderungan ini merupakan sinyal tingginya permintaan akan objek wisata
alam di kawasan konservasi yang sekaligus memiliki produk-produk agribisnis
baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik
spesifik. Kebun Raya Bogor sebagai salah satu kawasan konservasi dan tempat
tujuan wisata, perlu menganalisis hal tersebut dalam strategi pengembangan
sehingga dapat berkembang lebih baik dan visi KRB dapat tercapai.
1.2 Perumusan Masalah
Kebun Raya Bogor merupakan kawasan konservasi ex-situ yang telah
lama dimanfaatkan masyarakat luas sebagai objek wisata dan di banyak negara,
KRB menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat diminati karena menyajikan
panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami. Peranan ini menjadi populer
karena para pengunjung dapat menikmati langsung keindahan kebun raya serta
dapat menambah wawasan dan pengetahuannya tentang tumbuh-tumbuhan. Akan
5
tetapi, KRB mengalami penurunan pengunjung yang signifikan di tahun 2008
sebesar 13,5 persen (Tabel 4).
Tabel 4. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kebun Raya Bogor Tahun 2004 – 2008
Tahun Jumlah Wisatawan (orang) Persentase Peningkatan (%) 2004 870.667 -2005 892.974 2,52006 855.180 -4,22007 903.914 5,62008 781.623 -13,5
Sumber : Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor
Penurunan jumlah pengunjung di KRB terjadi akibat oleh adanya objek
dan daya tarik wisata baru di daerah kabupaten dan kota Bogor, kenaikan harga
tiket yang dirasakan terlalu mahal oleh sebagian konsumen tanpa meningkatkan
kualitas pelayanan dan fasilitas penunjang serta wisatawan merasa jenuh dengan
objek wisata yang ditampilkan oleh KRB.
Kebun Raya Bogor memiliki visi, salah satunya dibidang pariwisata, akan
tetapi dalam tahap pelaksanaannya KRB belum menerapkan standar manajemen
secara profesional yang berdasarkan ISO 9001: 2001. Di dalam struktur organisasi
KRB, tidak terdapat job description dalam mengelola pariwisata sehingga KRB
tidak memiliki SDM yang menguasai dan memahami aspek pariwisata. Selain itu,
KRB juga belum melakukan pemasaran dan promosi secara efektif dan efisien.
Pada era persaingan global yang semakin kompleks ini, maka faktor
efisiensi merupakan faktor kunci dalam pengembangan agribisnis, termasuk
ekowisata. Pergerakan kearah efisiensi tersebut menuntut kemampuan manajerial,
profesionalisme dalam pengelolaan SDA dan penggunaan teknologi maju. Peran
teknologi informasi, pemerintah atau stakeholders dan promosi usaha serta
kemampuan dalam menyiasati pasar dengan berbagai karakteristiknya akan
menjadi komponen yang sangat penting untuk selalu dicermati. Berdasarkan
cakupan tersebut, maka upaya pengembangan objek wisata di kawasan konservasi
secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia,
sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana dan kelembagaan.
6
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi dalam
pengembangan Kebun Raya Bogor?
2. Bagaimana alternatif strategi pengembangan yang tepat untuk Kebun Raya
Bogor?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang
berpengaruh dalam pengembangan Kebun Raya Bogor.
2. Memformulasikan alternatif strategi pengembangan yang tepat untuk
Kebun Raya Bogor.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis, untuk dapat menganalisis suatu
permasalahan dan merumuskan suatu strategi pemecahan masalah yang tepat.
2. Bagi pihak Kebun Raya Bogor, hasil penelitian ini diharapkan memberikan
masukan dan pertimbangan alternatif terbaik dalam meningkatkan kinerja
Kebun Raya Bogor.
3. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan
strategi pengembangan pada objek wisata alam di kawasan konservasi.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan hanya membahas identifikasi
faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan
Kebun Raya Bogor, menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang
berpengaruh dalam pengembangan Kebun Raya Bogor dan menyusun alternatif
strategi pengembangan yang dapat diterapkan Kebun Raya Bogor. Tahap
implementasi strategi dan tahap evaluasi strategi Kebun Raya Bogor merupakan
wewenang penuh manajemen Kebun Raya Bogor.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Konservasi
Konservasi alam adalah salah satu pengelolaan sumberdaya alam yang
menjamin pemanfaatannya secara bijaksana, sehingga mutu dan kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup dapat dipertahankan untuk menjamin
pembangunan yang berkesinambungan (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 2004).
Konservasi dalam arti sempit dapat diartikan sebagai pelestarian dan pengawetan.
Dalam hal ini pengawetan meliputi kegiatan pelestarian produksi, pelestarian jenis
dan perlindungan penunjang sistem kehidupan. Objek kegiatannya adalah hutan
lindung, hutan pantai dan daerah aliran sungai, sedangkan bentuk kegiatan
pengawetan keanekaragaman plasma nutfah terbagi dua, yaitu konservasi ex-situ
dan konservasi in-situ1.
Konservasi in-situ adalah konservasi ekosistem dan habitat alami serta
pemeliharaan dan pemulihan populasi jenis-jenis berdaya hidup dalam lingkungan
alaminya, dan dalam hal jenis-jenis terdomestifikasi atau budidaya, di dalam
lingkungan tempat sifat-sifat khususnya berkembang. Jenis kegiatan konservasi
in-situ adalah kebun binatang, taman safari, kebun botani dan museum.
Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang mengkonservasi spesies di
luar distribusi alami dari populasi tetuanya. Konservasi ini merupakan proses
melindungi spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari
habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya di
bawah perlindungan manusia. Jenis kegiatan konservasi ex-situ adalah cagar alam
dan suaka margasatwa2.
Menurut Undang-Undang tentang ketentuan pokok pengelolaan
lingkungan hidup No. 23 tahun 1997, konservasi adalah pengelolaan sumberdaya
alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan
sumberdaya alam yang terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaan
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas serta keanekaragamannya.
Kegiatan konservasi meliputi tiga hal yaitu :
1. Melindungi keanekaragaman hayati (biological diversity)
1 GPASMAN2. 26 April 2008. Konservasi. http://gpasman2.wordpress.com [31 Januari 2010] 2 Loc.cit
8
2. Mempelajari fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati
3. Memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk kesejahteraan umat manusia.
2.2 Pengertian Pariwisata
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah
dan pemerintah daerah (Undang-Undang No.10 tahun 2009). Menurut Direktorat
Jenderal Pariwisata (2005), wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, pariwisata didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan objek wisata termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang
wisata. Lahirnya kegiatan pariwisata berawal dari faktor manusia dan perilaku itu
sendiri. Secara periodik, manusia senantiasa membutuhkan aktifitas-aktifitas baru
diluar aktifitas rutinnya yang dapat menumbuhkan kembali kesegaran dan gairah
dalam hidupnya.
2.3 Pengertian Ekowisata (Wisata Alam)
Menurut The International Ecotourism Society (2002) dalam Subadra
(2007) mendefinisikan ekowisata sebagai berikut: Ecotourism is “responsible
travel to natural areas that conserves the environment and sustains the well-being
of local people.” Berdasarkan definisi tersebut, ekowisata merupakan perjalanan
wisata yang berbasiskan alam dimana dalam kegiatannya sangat tergantung
kepada alam, sehingga lingkungan, ekosistem, dan kearifan-kearifan lokal yang
ada di dalamnya harus dilestarikan keberadaannya.
Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam
yang alami maupun buatan serta budaya yang bersifat informatif dan partisipatif
dengan tujuan untuk menjamin kelestarian alam dan sosial-budaya. Ekowisata
menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam atau ekologi,
memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam
kehidupan sosial masyarakat. Kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses
9
kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman
alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal (Razak, 2008).
2.4 Konsep Ekowisata (Wisata Alam)
Konsep wisata yang berbasis ekologi atau yang lebih dikenal dengan
Ekowisata (Fandeli dalam Razak, 2008), dilatarbelakangi dengan perubahan pasar
global yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada negara-negara asal
wisatawan dan memiliki ekspektasi yang lebih mendalam dan lebih berkualitas
dalam melakukan perjalanan wisata. Konsep wisata ini disebut wisata minat
khusus (Fandeli dalam Razak, 2008). Wisatawan minat khusus umumnya
memiliki intelektual yang lebih tinggi dan pemahaman serta kepekaan terhadap
etika, moralitas dan nilai-nilai tertentu, sehingga bentuk wisata ini adalah
pencarian pengalaman baru (Razak, 2008). Wisatawan cenderung beralih kepada
alam dibandingkan pola-pola wisata buatan yang mereka rasakan telah jenuh dan
kurang menantang.
Konsep ekowisata telah dikembangkan sejak era tahun 80-an, sebagai
pencarian jawaban dari upaya meminimalkan dampak negatif untuk kelestarian
keanekaragaman hayati, yang diakibatkan oleh kegiatan pariwisata. Konsep
ekowisata sebenarnya bermaksud untuk menyatukan dan menyeimbangkan
beberapa konflik secara objektif yaitu dengan menetapkan ketentuan dalam
berwisata, melindungi sumberdaya alam dan budaya serta menghasilkan
keuntungan dalam bidang ekonomi untuk masyarakat lokal (Razak, 2008).
Dampak positifnya dari kegiatan ekowisata antara lain menambah sumber
penghasilan dan devisa negara, menyediakan kesempatan kerja dan usaha,
mendorong perkembangan usaha-usaha baru serta diharapkan mampu
meningkatkan kesadaran masyarakat maupun wisatawan tentang konservasi
sumber daya alam (Dephut, 2008). Selain itu dampak sosial bagi masyarakat
sekitar juga berdampak seperti yang dikemukakan Suhandi (2003), bahwa konsep
ekowisata yang terdiri dari komponen pelestarian lingkungan (alam dan budaya),
peningkatan partisipasi masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
lokal, telah diperkenalkan dan dikembangkan dengan sukses di banyak negara
berkembang. Pengembangan ini selalu konsisten dengan dua prinsip dasar yaitu
10
memberi keuntungan ekonomi langsung kepada masyarakat lokal serta turut andil
dalam pelestarian alam.
Drumm dalam Suhandi (2003) menyatakan bahwa ada enam keuntungan
dalam implementasi kegiatan ekowisata yaitu:
1. Memberikan nilai ekonomi dalam kegiatan ekosistem di dalam lingkungan
yang dijadikan sebagai objek wisata;
2. Menghasilkan keuntungan secara langsung untuk pelestarian lingkungan;
3. Memberikan keuntungan secara langsung dan tidak langsung bagi para
stakeholders;
4. Membangun konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional dan
internasional;
5. Mempromosikan penggunaan sumberdaya alam yang berkelanjutan; dan
6. Mengurangi ancaman terhadap keanekaragaman hayati yang ada di objek
wisata tersebut.
2.5 Sifat atau Karakter Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Alam
Menurut Fandeli dalam Razak (2008), sifat dan karakter kepariwisataan
alam terkait dengan ODTW Alam antara lain :
1. In-situ ; ODTW alam hanya dapat dinikmati secara utuh dan sempurna di
ekosistemnya. Pemindahan objek ke ex-situ akan menyebabkan terjadinya
perubahan objek dan atraksinya. Pada umumnya wisatawan kurang puas
apabila tidak mendapatkan sesuatu secara utuh dan apa adanya.
2. Perishable ; suatu gejala atau proses ekosistem hanya terjadi pada waktu
tertentu. Gejala atau proses alam ini berulang dalam kurun waktu tertentu,
kadang siklusnya beberapa tahun bahkan ada puluhan tahun atau ratusan tahun.
ODTW alam yang demikian membutuhkan pengkajian dan pencermatan secara
mendalam untuk dipasarkan.
3. Non Recoverable ; suatu ekosistem alam mempunyai sifat dan perilaku
pemulihan yang tidak sama. Pemulihan secara alami sangat tergantung dari
faktor dalam (genotype) dan faktor luar (phenotype). Pemulihan secara alami
terjadi dalam waktu panjang, bahkan ada sesuatu objek yang hampir tak
terpulihkan, bila ada perubahan. Untuk mempercepat pemulihan biasanya
11
dibutuhkan tenaga dan dana yang sangat besar, apabila upaya ini berhasil tetapi
tidak akan sama dengan kondisi semula.
4. Non Substitutable ; di dalam suatu daerah atau mungkin kawasan terdapat
banyak objek alam, jarang sekali yang memiliki kemiripan yang sama.
2.6 Potensi ODTW Alam
Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang dimiliki
Indonesia, antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian
budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam, peninggalan sejarah atau
budaya yang secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat (Dephut, 2008).
ODTW alam yang menarik salah satunya adalah keragaman tipe ekosistem hutan
yang membentuk suatu tipe flora dan fauna serta bentangan alam (topografi) yang
unik (Fandeli dalam Razak, 2008). Keseluruhan potensi ODTW alam yang ada
merupakan sumberdaya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus merupakan
media pendidikan dan pelestarian lingkungan.
2.7 Pengelolaan dan Pengembangan ODTW Alam
Azas kemanfaatan dari ODTW Alam dapat tercapai melalui pengelolaan
dan pengusahaan yang benar dan terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun
swasta yang berkaitan dengan pengembangan kegiatan ekowisata, misalnya
kepariwisataan, biro perjalanan, pemerintah daerah, lingkungan hidup, dan
lembaga swadaya masyarakat (Dephut, 2008).
Kesuksesan pengembangan ekowisata sangat ditentukan oleh peran dari
masing-masing pelaku ekowisata yaitu industri pariwisata, wisatawan, masyarakat
lokal, pemerintah dan instansi non pemerintah dan akademisi. Para pelaku
ekowisata mempunyai peran dan karakter tersendiri yaitu (Suhandi, 2003) :
1. Industri pariwisata yang mengoperasikan ekowisata merupakan industri
pariwisata yang peduli terhadap pentingnya pelestarian alam dan
keberlanjutan pariwisata dan mempromosikan serta menjual program wisata
yang berhubungan dengan flora, fauna dan alam.
2. Wisatawannya merupakan wisatawan yang peduli terhadap lingkungan.
3. Masyarakat lokal dilibatkan dalam perencanaan, penerapan dan pengawasan,
pembangunan dan pengevaluasian pembangunan.
12
4. Pemerintah berperan dalam pembuatan peraturan-peraturan yang mengatur
tentang pembangunan fasilitas ekowisata agar tidak terjadi eksploitasi
terhadap lingkungan yang berlebihan.
5. Akademisi bertugas untuk mengkaji tentang pengertian ekowisata dan
mengadakan penelitian untuk menguji apakah prinsip-prinsip yang dituangkan
dalam pengertian ekowisata sudah diterapkan dalam prakteknya.
Pembangunan ekowisata yang berkelanjutan dapat berhasil apabila karakter
atau peran yang dimiliki oleh masing-masing pelaku ekowisata digunakan
sesuai dengan perannya, bekerjasama secara holistik di antara para
stakeholders, memperdalam pengertian dan kesadaran terhadap pelestarian
alam dan menjamin keberlanjutan kegiatan ekowisata tersebut.
Dalam pengelolaan ODTW alam, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kesuksesan pengelolaannya diantaranya finansial, pemasaran
produk serta aspek koordinasi. Razak (2008) menyebutkan faktor utama yang
menjadi persoalan dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata pada
umumnya terkendala pada aspek finansial. Biasanya investor bersedia
menginvestasikan modalnya untuk pengembangan objek dan daya tarik wisata
yang mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Tantangan yang umum dihadapi dalam bidang ekowisata antara lain:
pertama, soal pemasaran yang tentunya terkait dengan jejaring atau kemitraan
dengan pelaku wisata lain; kedua, kualitas SDM dalam pengelolaan kegiatan
ekowisata di tingkat desa atau akar rumput (grassroot); ketiga, yang tak kalah
penting adalah menjaga keselarasan antara misi peningkatan taraf sosial-ekonomi
masyarakat lokal dengan pelestarian sumberdaya hayati, (Santoso, 2003).
Sementara itu, Dephut (2008) menambahkan bahwa kendala dalam
pengembangan ODTW alam berkaitan dengan Instrumen kebijaksanaan dalam
pemanfaatan dan pengembangan fungsi kawasan untuk mendukung potensi
ODTW alam. Efektifitas fungsi dan peran ODTW alam ditinjau dari aspek
koordinasi instansi terkait, kapasitas institusi dan kemampuan SDM dalam
pengelolaan ODTW alam di kawasan hutan, serta mekanisme peran serta
masyarakat dalam pengembangan pariwisata alam. Strategi pengembangan
ODTW alam meliputi pengembangan (Dephut, 2008):
13
1. Aspek perencanaan pembangunan ODTW alam yang antara lain mencakup
sistem perencanaan kawasan, penataan ruang (tata ruang wilayah), standarisasi,
identifikasi potensi, koordinasi lintas sektoral, pendanaan dan sistem informasi
ODTW alam.
2. Aspek kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan kapasitas institusi,
sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai kepentingan, secara
operasional merupakan organisasi dengan SDM dan PP yang sesuai dan
memiliki efisiensi tinggi.
3. Aspek sarana dan prasarana yang memiliki dua sisi kepentingan, yaitu (1) alat
memenuhi kebutuhan pariwisata alam, (2) sebagai pengendalian dalam rangka
memelihara keseimbangan lingkungan, pembangunan sarana dan prasarana
dapat meningkatkan daya dukung sehingga upaya pemanfaatan dapat dilakukan
secara optimal.
4. Aspek pengelolaan, yaitu dengan mengembangkan profesionalisme dan pola
pengelolaan ODTWA yang siap mendukung kegiatan pariwisata alam dan
mampu memanfaatkan potensi ODTWA secara lestari.
5. Aspek pengusahaan yang memberi kesempatan dan mengatur pemanfaatan
ODTWA untuk tujuan pariwisata yang bersifat komersial kepada pihak ketiga
dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
6. Aspek pemasaran dengan mempergunakan teknologi tinggi dan bekerja sama
dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri.
7. Aspek peran serta masyarakat melalui kesempatan-kesempatan usaha sehingga
ikut membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
8. Aspek penelitian dan pengembangan yang meliputi aspek fisik lingkungan, dan
sosial ekonomi dari ODTWA. Diharapkan nantinya mampu menyediakan
informasi bagi pengembangan dan pembangunan kawasan, kebijaksanaan dan
arahan pemanfaatan ODTWA.
Pengelolaan ODTW alam dengan sifat dan karakteristik yang khas dan
cukup rentan terhadap perubahan, maka didalam pengelolaannya harus sangat
dipertimbangkan aspek lingkungan, disamping sarana pendukung. Kemasan
ODTW yang hendaknya diciptakan adalah perpaduan kondisi alami dan teknologi
sebagai sarana pendukung untuk pelestarian kondisi alami tersebut.
14
Suhandi (2003) menyatakan pengembangan ekowisata juga tidak bisa
terlepas dari dampak-dampak negatif seperti tertekannya ekosistem yang ada di
objek ekowisata apabila dikunjungi wisatawan dalam jumlah yang banyak dan
konflik kepentingan antara pengelola atau operator ekowisata dengan masyarakat
lokal terutama mengenai pembagian keuntungan dan aksesbilitas. Untuk
mengantisipasi dampak negatif dari pengembangan wisata, perlu pendekatan daya
dukung dalam pengelolaan ekowisata sesuai dengan batas-batas kewajaran.
2.8 Hasil Penelitian Terdahulu
Pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi studi literatur juga
dilakukan untuk mempelajari dan memperoleh informasi dari penelitian-penelitian
terdahulu yang relevan dengan judul skripsi yaitu tentang strategi pengembangan.
Simanullang (2004) dalam penelitian yang berjudul “Strategi
Pengembangan Pariwisata di Objek Wisata Danau Toba” menyatakan bahwa
investasi merupakan suatu tindak lanjut dari potensi yang ada di sekitar
lingkungan Danau Toba. Keinginan berinvestasi pada pembangunan industri
kepariwisataan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumberdaya alam,
sumberdaya manusia, kondisi infrastruktur, aksesbilitas, sarana telekomunikasi,
peluang usaha dan aspek pemasaran. Dalam hasil penelitiannya didapatkan tiga
alternatif strategi pengembangan yaitu : 1) mempertahankan persepsi dan apresiasi
wisatawan tentang keindahan dan kenyamanan terhadap objek wisata dengan
pengembangan potensi objek wisata yang didukung oleh pemerintah, LSM, dan
masyarakat; 2) meningkatkan koordinasi antar pemerintah untuk mempermudah
izin usaha; 3) meningkatkan keamanan untuk memberikan kenyamanan berwisata
melalui koordinasi antara pemerintah, LSM dan masyarakat.
Apul (2008) dalam penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan
Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat Flores Nusa Tenggara Timur”
menghasilkan sepuluh strategi pengembangan yaitu : 1) melakukan
pengembangan wisata budaya, bahari (ekowisata) dan pertanian (agrowisata);
2) melakukan upaya mengurangi jarak tempuh wisatawan ke objek-objek wisata
yang ada; 3) meningkatkan promosi wisata; 4) pengadaan layanan internet dan
money changer; 5) meningkatkan kualitas SDM Diparbud Kabupaten Manggarai
Barat; 6) mendorong kerjasama dengan kabupaten-kabupaten tetangga;
15
7) membuat peta wisata; 8) meningkatkan hubungan kerjasama dengan lembaga
non pemerintah dalam mengontrol tingkah laku para wisatawan yang datang ke
Manggarai Barat; 9) pemberdayaan masyarakat lokal terutama di sekitar objek
wisata; 10) penerimaan tenaga ahli dari luar daerah secara proporsional. Strategi
yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan yaitu melakukan
pengembangan wisata budaya, bahari (ekowisata) dan pertanian (agrowisata)
dengan nilai TAS 3,85 yang artinya strategi ini memiliki ketertarikan yang tinggi
dengan faktor internal dan eksternal yang ada.
Kurniadi (2009) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Strategi
Pengembangan Kawasan Ekowisata Ciwidey di Perum Perhutani Unit III –
Bandung” menghasilkan 41 faktor yang memiliki pengaruh terhadap
pengembangan ekowisata Ciwidey. Berdasarkan hasil diskusi (FGD) maka
disepakati bahwa faktor - faktor penting yang berpengaruh terhadap kawasan
tersebut meliputi sejumlah faktor eksternal (tingkat aksesbilitas objek wisata,
komitmen atau kebijakan Pemda dalam pengembangan ekowisata, persepsi
masyarakat terhadap pengelolaan ekowisata lestari, layanan lembaga sejenis, daya
tarik pengunjung terhadap objek wisata, isu penegakan hukum terhadap
pelanggaran, kerjasama investor, dukungan multipihak dan tingkat pendidikan
masyarakat) dan 10 faktor internal (kapabilitas SDM, dukungan kebijakan dan
penganggaran, potensi ODTW, sistem insentif yang diberlakukan, model
pengelolaan yang dikembangkan, pemasaran oleh perusahaan, sarana, fasilitas
pendukung dan tarif harga, jenis paket wisata, peraturan dan sistem administrasi
serta kemampuan Perhutani dalam pengembangan jejaring).
Berdasarkan hasil analisis pembobotan paired comparison factor
aksesbilitas objek wisata, potensi ODTW dan kerjasama investor memiliki bobot
sebesar 0,128 menjadi peluang utama mendukung prospek pengembangan
kawasan. Faktor kapabilitas SDM, penerapan sistem reward berbasis kinerja
menjadi kekuatan yang sangat berpengaruh dalam pengembangan ekowisata.
Faktor dukungan kebijakan yang kuat namun belum didukung oleh penganggaran
menjadi kelemahan yang cukup berpengaruh. Kemampuan pemasaran perusahaan
yang belum optimal cukup berpengaruh dalam pencapaian tujuan.
16
Hasil analisis faktor eksternal terhadap peluang dan kendala atau tantangan
perusahaan (KBM - WBU Perum Perhutani cq DM 2 Ciwidey) masih memiliki
kemampuan respon yang relatif cukup baik. Adapun hasil analisis faktor internal,
diperoleh gambaran kondisi internal Perum Perhutani c.q. Pengelola Kawasan
Ciwidey masih dinilai cukup lemah. Perum Perhutani belum mengoptimalkan
kekuatan yang ada untuk mengatasi kelemahan yang dimilikinya dalam
mengembangkan kawasan ekowista. Oleh karena itu, perlu upaya pengembangan
nilai tambah melalui pengembangan model pengelolaan yang berkelanjutan dan
lestari.
Hasil analisis BCG, Patuha Resort berada pada posisi Question Mark.
Strategi penetrasi pada unit bisnis Patuha Resort dapat dilakukan dengan
mengintensifkan pemasaran pada pasar yang ada. Investasi diperlukan untuk
meningkatkan pertumbuhan bisnis, dan menghadapi pesaing dengan
meningkatkan produktivitas usahanya. Strategi pengembangan produk umumnya
cocok dilakukan dengan menggali minat dan perilaku pengunjung terhadap objek
daya tarik wisata.
Gambaran posisi masing - masing unit bisnis sebagai berikut: Unit Bisnis
WW Cimanggu dan Ranca Upas berada pada posisi di kuadran IV (Dogs) posisi
ini memiliki pangsa pasar relatif rendah dan bersaing pada rata - rata pertumbuhan
industri yang lemah. Hambatan utama pasar disebabkan karena adanya kendala
dari kegiatan militer yang sulit dikendalikan. Hasil analisis Matrik EI dinyatakan
secara keseluruhan, posisi unit bisnis wisata Kluster Ciwidey ini berada pada
posisi sel V. Masing - masing unit bisnis (WW Kawah Putih, TWA Cimanggu dan
WW Ranca Upas) rata-rata berada pada posisi sel V. Posisi tersebut menurut
David (2005) baik dikendalikan melalui pertahankan dan pelihara. Upaya yang
dilakukan adalah strategi penetrasi pasar dengan mengintensifkan kegiatan
promosi dan pemasaran produk atau paket program yang sudah ada agar dicapai
peningkatan jumlah pengunjung. Pengembangan bisnis wisata ini harus
menghindari pembangunan kawasan yang bersifat merusak. Strategi
pengembangan pasar dapat dipertimbangkan pada Patuha Resort yang berada di
sel IV (posisi grow dan build). Berdasarkan hasil SWOT dan analisa prioritas
melalui analisis QSPM dihasilkan beberapa alternatif strategi. Prioritas I adalah
17
mengembangkan pemasaran yang inovatif. Prioritas II adalah pengembangan
sarana-prasarana pendukung wisata yang efektif, mengembangkan kerjasama
dengan para investor untuk pembangunan kawasan ekowisata inovatif dan ramah
lingkungan, mengembangkan paket program wisata berbasis komunitas peminat
ekowisata. Prioritas strategi III adalah mengembangkan jejaring, membangun
keterlibatan masyarakat dalam usaha ekowisata secara efisien dan efektif. Strategi
prioritas IV adalah mengembangkan produk yang fokus terhadap karakteristik
spesifik potensi daya dukung ekowisata dan mengembangkan paket - paket wisata
yang menjual kekhasan wilayahnya.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa dalam
mengembangkan sebuah objek wisata harus memperhatikan aspek pengembangan
sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana dan
kelembagaan. Kegiatan investasi juga diperlukan dalam pengembangan wisata
yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis dan menghadapi pesaing dengan
meningkatkan produktivitas usahanya. Selain itu, pengembangan bisnis wisata
harus menghindari pembangunan kawasan yang bersifat merusak.
Pada penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian
terdahulu. Persamaannya adalah mengkaji tentang strategi pengembangan objek
wisata dan perbedaannya adalah objek wisata dan lokasi penelitian. Objek wisata
yang diteliti adalah wisata alam di kawasan konservasi dan lokasi penelitian di
Kebun Raya Bogor dengan menggunakan matriks SWOT. Selama ini penelitian
tentang strategi pengembangan pada objek wisata alam di kawasan konservasi
relatif sedikit, lebih banyak tentang tingkat kepuasan pengunjung terhadap objek
wisata alam.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini membahas tentang :
konsep strategi, manajemen strategi, analisis faktor internal dan eksternal serta
analisis SWOT.
3.1.1 Konsep Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “ strategos” yang berasal dari
kata “stratus” yang berarti militer dan “ag” yang berarti memimpin. Menurut
Umar (2008) strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan tertentu, karena
mempunyai dasar-dasar atau skema.
Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta rumusan
pada pendayagunaan dan semua alokasi sumberdaya yang penting untuk mencapai
tujuan tersebut (Rangkuti, 2005). Sedangkan menurut David (2006) bahwa
strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen
tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar.
Strategi perusahaan berdasarkan tingkatan tugas dapat diklasifikasikan
menjadi strategi generik (generic strategy) yang akan dikembangkan menjadi
strategi utama atau induk (grand strategy). Strategi induk sendiri akan
dikembangkan menjadi strategi fungsional. Strategi generik dan strategi utama
dapat dilihat pada Gambar 1. Menurut David (2006) strategi generik dan strategi
utama dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Strategi Integrasi (Integration Strategy)
Strategi ini digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pengawasan yang
lebih terhadap distributor, pemasok dan para pesaing. Strategi yang dapat
dilakukan perusahaan misalnya dengan melakukan merger, akuisisi atau
pengambilalihan suatu perusahaan. Strategi integrasi yang dapat diterapkan oleh
suatu perusahaan dibedakan sebagai berikut :
a. Integrasi ke depan
Strategi integrasi ini dapat diterapkan, misalnya dengan melakukan
akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor dan pedagang
pengecer. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan mendapatkan banyak masalah
19
dengan pendistribusian terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, sehingga dapat
mengganggu stabilitas produksi.
b. Integrasi ke belakang
Strategi integrasi ini dapat diterapkan, misalnya dengan melakukan
peningkatan pengawasan terhadap bahan baku. Strategi tersebut dimaksudkan
apabila para pemasok dinilai sudah tidak lagi menguntungkan perusahaan, seperti
mengalami keterlambatan dalam pengadaan bahan baku, kualitas bahan baku yang
menurun dan peningkatan biaya sehingga tidak dapat diandalkan.
c. Integrasi horizontal
Strategi integrasi ini dapat diterapkan, misalnya dengan melakukan
pencarian kepemilikan, peningkatan kontrol dan pesaing perusahaan. Strategi
tersebut dimaksudkan supaya perusahaan meningkatkan pengawasan terhadap
para pesaing perusahaan, walaupun harus dengan memilikinya. Tujuan dari
strategi ini adalah untuk mendapatkan kepemilikan dan meningkatkan
pengendalian para pesaing.
2. Strategi Intensif (Intensive Strategy)
Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan
posisi persaingan perusahaan melalui produk yang dihasilkan. Strategi intensif
yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Penetrasi pasar
Strategi ini berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk yang
dihasilkan melalui kegiatan pemasaran yang lebih besar. Hal ini dapat dilakukan
jika pasar belum jenuh, pangsa pasar pesaing menurun, korelasi antara biaya
pemasaran dan penjualan, serta kemampuan untuk bersaing yang meningkat.
b. Pengembangan pasar
Strategi ini melibatkan pengenalan produk yang dihasilkan ke area
geografi yang baru. Tujuan strategi ini adalah untuk memperbesar pasar yang
telah diperoleh. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan memiliki jaringan
distribusi, terjadi kelebihan kapasitas produksi, menginginkan laba yang sesuai
serta adanya pasar yang baru atau mengalami kejenuhan pasar.
20
c. Pengembangan produk
Strategi ini dapat dilakukan untuk mencari peningkatan penjualan dengan
memperbaiki atau memodifikasi produk yang dihasilkan. Hal ini dapat dilakukan
jika produk sudah mengalami kejenuhan, pesaing menawarkan produk sejenis
yang lebih baik dan lebih murah, memiliki kemampuan untuk mengembangkan
produk dan berada pada industri yang sedang tumbuh.
3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy)
Strategi ini digunakan untuk menambah produk-produk baru. Strategi
diversifikasi yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan dibedakan sebagai
berikut :
a. Diversifikasi konsentrik
Tujuan dari strategi ini adalah untuk menambah produk baru yang
berhubungan untuk pasar yang sama. Hal ini dapat dilakukan jika bersaing pada
industri yang mengalami pertumbuhan yang lambat.
b. Diversifikasi horizontal
Tujuan dari strategi ini adalah untuk menambah produk baru yang tidak
berhubungan untuk memuaskan pelanggan yang sama. Hal ini dapat dilakukan
jika produk baru dapat mendukung produk lama, persaingan yang ketat pada
produk lama, kelancaran distribusi produk baru kepada pelanggan dan pada
tingkat yang lebih dalam yaitu musim penjualan dari kedua produk relatif
berbeda.
c. Diversifikasi konglomerat
Strategi ini dapat dilakukan dengan menambah produk baru yang
dihasilkan, tetapi tidak berkaitan untuk pasar yang berbeda. Hal ini dapat
dilakukan jika industri di sektor ini telah mengalami kejenuhan, ada peluang
untuk memiliki bisnis yang tidak berkaitan untuk berkembang baik serta memiliki
sumberdaya untuk memasuki industri tersebut.
4. Strategi Bertahan (Defensive Strategy)
Strategi ini digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan penyelamatan
supaya terhindar dari kerugian yang lebih besar. Strategi bertahan yang dapat
diterapkan oleh suatu perusahaan dibedakan sebagai berikut :
21
a. Retrenchment
Retrenchment dapat dilakukan ketika terjadi perusahaan mengelompokkan
ulang melalui pengurangan aset dan biaya untuk membalikkan penurunan
penjualan dan laba. Strategi ini dapat dilakukan dengan melalui reduksi biaya dan
aset perusahaan. Menjual satu divisi atau bagian dari perusahaan (divestiture
strategy) merupakan bagian dari retrenchment strategy untuk mengganti aktivitas
perusahaan yang sudah tidak menguntungkan dengan aktivitas perusahaan
lainnya.
b. Joint venture
Joint venture dapat dilakukan ketika terjadi dua atau lebih perusahaan
membentuk suatu perusahaan temporer atau konsorsium untuk tujuan kapitalisasi
modal. Strategi ini sering digunakan dalam rangka penambahan modal dari suatu
rencana investasi atau untuk menindaklanjuti strategi akuisisi yang telah
diputuskan untuk proses selanjutnya.
c. Liquidation
Liquidation dapat dilakukan ketika terjadi perusahaan menjual seluruh aset
yang dapat dihitung nilainya. Strategi ini dapat dilakukan jika perusahaan sudah
tidak dapat dipertahankan keberadaannya, misalnya dengan menjual harta atau
asset perusahaan, sehingga para pemegang saham dapat memperkecil kerugian.
Strategi Generik Strategi Utama Strategi Integrasi
(Integration Strategy) - Integrasi ke depan - Integrasi ke belakang - Integrasi horizontal
Strategi Intensif (Intensive Strategy)
- Penetrasi pasar - Pengembangan pasar - Pengembangan produk
Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy)
- Diversifikasi konsentrik - Diversifikasi horizontal - Diversifikasi konglomerat
Strategi Bertahan (Defensive Srategy)
- Retrenchment - Joint venture - Liquidation
Gambar 1. Strategi Generik dan Strategi Utama Sumber : David (2006)
22
3.1.2 Manajemen Strategi
Manajemen strategi merupakan suatu proses yang terdiri dari
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan hal-hal
strategis. Menurut Hunger dan Wheelen (2003) manajemen strategi adalah
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja
perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategi adalah seni dan ilmu untuk
pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating)
keputusan–keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan sebuah
perusahaan mencapai tujuan di masa yang akan datang (Umar, 2001). Menurut
David (2006) model proses manajemen strategi meliputi formulasi strategi,
implementasi strategi dan evaluasi strategi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Tiga tahap dalam model proses manajemen strategi sebagai berikut :
1. Formulasi strategi
Formulasi strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk
manajemen efektif yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal
perusahaan. Tahap ini dapat meliputi mengembangkan visi dan misi, menetapkan
kekuatan dan kelemahan perusahaan, mengenali peluang dan ancaman
perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan, mengevaluasi dan
memilih strategi.
2. Implementasi strategi
Implementasi strategi adalah suatu tahap dimana manajemen mewujudkan
strategi dan kebijakannya dalam kegiatan perusahaan melalui program, anggaran
dan prosedur perusahaan. Oleh karena itu, implementasi strategi sering disebut
sebagai suatu tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis. Hal ini
mensyaratkan perusahaan untuk membuat kebijakan, memotivasi karyawan dan
mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki, sehingga strategi yang dirumuskan
dapat dilaksanakan dengan baik. Implementasi strategi termasuk mengembangkan
budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang tepat,
mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan
memberdayakan sistem informasi, serta menghubungkan kinerja karyawan
dengan hasil yang dicapai oleh perusahaan.
3. Evaluasi strategi
Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam proses manajemen strategi.
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah suatu strategi dapat berfungsi
dengan baik dalam mencapai tujuan perusahaan. Tiga macam aktivitas yang
mendasar untuk mengevaluasi strategi yaitu meninjau faktor-faktor internal dan
eksternal perusahaan yang menjadi dasar dalam strategi sekarang, mengukur
prestasi dan mengambil tindakan perbaikan (korektif).
23
Formulasi Implementasi Evaluasi
Strategi Strategi Strategi
Gambar 2. Model Proses Manajemen Strategi Sumber : David (2006)
Menurut David (2006) formulasi strategi terdiri dari tiga tahap yaitu tahap
input, tahap pencocokkan dan tahap keputusan. Akan tetapi di dalam penelitian ini
hanya dua tahapan saja yang digunakan yaitu tahap input dan tahap pencocokan.
Hal tersebut untuk menghindari bias hasil penelitian karena untuk pengisian
matriks IFE, EFE, IE dan QSPM dilakukan oleh pihak KRB yaitu Kepala Bidang
Konservasi ex-situ, Kepala Bagian Tata Usaha dan Koordinator Jabatan
Fungsional, dimana sudut pandang pihak KRB lebih menitikberatkan fungsi KRB
Melakukan Audit
Eksternal
Mengembangkan Pernyataan
Visi dan Misi
Melakukan Audit
Internal
Menetapkan Tujuan Jangka Panjang
Merumuskan, Mengevaluasi dan Memilih
Strategi
Implementasi Strategi-Isu Manajemen
Implementasi Strategi-Isu Pemasaran, Keuangan, Akuntansi,
Penelitian dan Pengembangan,
serta Sistem Informasi
Manajemen
Mengukur dan Mengevaluasi
Kinerja
24
sebagai kawasan konservasi. Akan tetapi, didalam visinya dinyatakan bahwa KRB
digunakan untuk pariwisata. Penjelasan dari kedua tahap tersebut sebagai berikut :
1. Tahap Input (Input Stage)
Tahap ini mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal.
Faktor-faktor lingkungan internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
suatu perusahaan, yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Adapun
faktor-faktor lingkungan eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
suatu perusahaan, yang terdiri dari peluang dan ancaman perusahaan.
2. Tahap Pencocokkan (Matching Stage)
Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang telah diperoleh,
kemudian dilakukan pencocokkan dengan menggunakan matriks Strengths,
Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT). Matriks SWOT digunakan
untuk mengidentifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan untuk
menetapkan strategi yang sesuai diantara berbagai alternatif strategi yang ada.
3.1.3 Analisis Faktor Lingkungan Internal
Menurut David (2006), semua perusahaan memiliki kekuatan dan
kelemahan dalam area fungsional bisnis. Lingkungan internal merupakan kondisi
yang ada didalam suatu perusahaan dengan memantau pelaku-pelaku dalam
lingkungan internal yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan agar mencapai
tujuan perusahaan. Setiap unit usaha perlu memiliki keahlian yang dibutuhkan
untuk berhasil memanfaatkan dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan secara
periodik. Kekuatan adalah kemampuan atau keunggulan yang dimiliki oleh
perusahaan dibandingkan dengan pesaingnya. Kelemahan adalah keterbatasan
atau kekurangan perusahaan dalam sumberdaya, keterampilan, dan kapabilitas
yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan.
Proses lingkungan internal memberikan lebih banyak peluang untuk pihak
yang berpatisipasi guna memahami bagaimana pekerjaan, departemen, dan divisi
mereka merupakan bagian dari perusahaan secara keseluruhan. Hal ini merupakan
manfaat yang besar karena manajer dan karyawan bekerja dengan lebih baik
ketika mereka mengerti bagaimana pekerjaan mereka mempengaruhi aktivitas dan
area lain didalam perusahaan. Aspek-aspek internal perusahaan pada umumnya
25
terbagi dalam beberapa bagian yaitu manajemen, keuangan, produksi dan operasi,
penelitian dan pengembangan, dan pemasaran.
1. Manajemen
Fungsi manajemen bertujuan untuk memperbaiki kinerja suatu perusahaan
dalam memperbaiki kualitas keputusan yang terdiri atas lima aktivitas dasar
diantaranya adalah perencanaan, pengorganisasian, pemberi motivasi, pengelolaan
staf, dan pengendalian. Perencanaan terdiri dari semua akitivitas manajerial yang
berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Pengorganisasian bertujuan untuk mencapai usaha yang terkoordinasi
dengan menetapkan tugas dan hubungan wewenang. Pemberi motivasi adalah
suatu proses mempengaruhi orang untuk mencapai sasaran. Fungsi pengelolaan
staf dapat disebut sebagai manajemen personalia atau manajemen sumberdaya
manusia. Fungsi pengendalian manajemen termasuk semua aktivitas yang
dilakukan untuk memastikan bahwa operasi yang terjadi sesuai dengan yang
direncanakan.
2. Keuangan
Kondisi keuangan sering dianggap sebagai satu ukuran terbaik untuk
posisi kompetitif dan daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Menentukan
kekuatan dan kelemahan suatu organisasi merupakan hal yang penting untuk
merumuskan strategi yang efektif. Fungsi keuangan terdiri atas tiga keputusan,
yaitu keputusan investasi sebagai alokasi dan realisasi modal, keputusan
pendanaan (pembiayaan) sebagai penentu struktur modal terbaik bagi perusahaan,
dan keputusan dividen sebagai penentu jumlah dana yang akan ditahan dalam
perusahaan dibandingkan dengan jumlah yang dibayarkan kepada pemegang
saham.
3. Produksi dan operasi
Fungsi produksi dan operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas
yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi berhubungan
dengan input, transformasi, dan output yang bervariasi antar industri dan pasar.
Manajemen produksi dan operasi terdiri atas beberapa fungsi yaitu proses,
kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan kualitas.
26
4. Pemasaran
Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan pelanggan atas barang
dan jasa. Pemasaran bertujuan untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik,
sehingga produk dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan konsumen
yang dituju.
5. Penelitian dan pengembangan
Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk mengembangkan produk
melalui penelitian sehingga dapat menarik konsumen untuk memperbaiki mutu
produk. Banyak perusahaan saat ini tidak menjalankan penelitian dan
pengembangan, akan tetapi banyak juga perusahaan yang mengandalkan aktivitas
penelitian dan pengembangan untuk bertahan hidup. Perusahaan yang
menjalankan strategi pengembangan produk khususnya harus memiliki orientasi
penelitian dan pengembangan yang kuat.
3.1.4 Analisis Faktor Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal merupakan kondisi diluar perusahaan yang bersifat
dinamis dan tidak dapat dikendalikan. Suatu perusahaan harus memiliki sistem
intelijen pemasaran untuk mengikuti kecenderungan dan perkembangan penting
yang terjadi dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang terkait.
Lingkungan eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi
perusahaan sehingga perusahaan dapat memformulasi strategi untuk mengambil
keuntungan dari peluang dan menghindari atau mengurangi dampak dari
ancaman.
Tujuan utama pengamatan lingkungan eksternal adalah untuk
mengembangkan daftar yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi
manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Peluang pemasaran adalah wilayah
kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan
(Kotler, 2005). Lingkungan eksternal selain memberikan peluang bagi perusahaan
juga dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. Ancaman lingkungan adalah
tantangan akibat dari trend atau perkembangan yang tidak menguntungkan dengan
memburuknya penjualan dan laba jika tidak dilakukan tindakan pemasaran
27
bertahan. Menurut David (2006), kekuatan eksternal dapat dibedakan menjadi
lima kategori besar yaitu :
1. Kekuatan ekonomi
Faktor ekonomi mempunyai dampak langsung pada daya tarik potensial
dari suatu perusahaan. Kondisi ekonomi yang baik akan berdampak baik bagi
suatu usaha, begitu juga sebaliknya. Suatu negara hendaknya dapat membantu
dengan mempertahankan dan meningkatkan kondisi perekonomian negara guna
membantu masyarakat dalam menjalankan bisnis. Dampak yang dihasilkan dari
kondisi ekonomi dapat terjadi apabila suku bunga, inflasi, harga-harga produk,
produktivitas, dan tenaga kerja. Sebagai pemasar yang harus diperhatikan adalah
penghasilan dan pola pembelanjaan konsumen.
2. Kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan
Perubahan sosial, budaya, demografi dan lingkungan memiliki pengaruh
besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Suatu organisasi
kecil dan besar yang berorientasi laba dan nirlaba dalam semua industri telah
dikejutkan dan ditantang oleh peluang dan ancaman yang berasal dari perubahan
variabel sosial, budaya, demografi, dan lingkungan. Variabel demografi dan
lingkungan dalam pemasaran dapat dilihat dari ukuran dan tingkat pertumbuhan
populasi di kota, wilayah dan negara yang berbeda, distribusi umur, bauran etnis,
level pendidikan, pola rumah tangga, karakteristik, dan pergerakan regional.
Sosial dan budaya dapat mempengaruhi masyarakat membentuk keyakinan, nilai
dan norma.
3. Kekuatan politik, pemerintah, dan hukum
Pemerintahan dalam suatu negara adalah pembuat peraturan utama,
pemberi subsidi, dan pelanggan organisasi. Sejumlah keputusan pemasaran sangat
dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan politik dan hukum. Lingkungan itu
dibentuk oleh hukum, badan pemerintah, dan kelompok penekan yang
mempengaruhi dan membatasi beragam organisasi dan individu. Walaupun
kadang-kadang peraturan hukum dapat menciptakan peluang baru bagi dunia
bisnis.
28
4. Kekuatan teknologi
Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman utama yang
harus dipertimbangkan. Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi bahan baku,
produk, jasa, pasar, pemasok, pesaing, pelanggan, distributor, proses produksi
produk dengan jasa perusahaan, karena perubahan teknologi dapat memberi
peluang besar untuk meningkatkan hasil, tujuan, atau mengancam kedudukan
perusahaan. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru yang
menghasilkan penciptaan produk baru dan produk yang lebih baik, perubahan
posisi biaya kompetitif dalam suatu industri dan membuat produk dan jasa saat ini
menjadi ketinggalan zaman. Perubahan teknologi dapat mengurangi hambatan
biaya antar perusahaan, menciptakan siklus produksi yang lebih pendek,
menciptakan kekurangan dalam ketrampilan teknis, serta menghasilkan perubahan
dalam nilai-nilai dan harapan karyawan, manajer, dan pelanggan. Kemajuan
teknologi dalam perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif baru yang
lebih baik dari keunggulan saat ini, hal ini didukung dengan pengetahuan yang
mendalam mengenai penggunaan teknologi yang dipakai.
5. Kekuatan kompetitif
Model Lima Kekuatan Porter tentang analisis kompetitif adalah
pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam
banyak perusahaan, terutama dalam hakikat persaingan. Menurut Porter, hakikat
persaingan suatu perusahaan terdapat pada lima kekuatan pesaing, diantaranya
adalah :
a) Ancaman Pendatang Baru
Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan
sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi
bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar serta perebutan sumberdaya
produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi
perusahaan yang sudah ada. Terdapat beberapa faktor penghambat pendatang baru
masuk kedalam suatu industri yang disebut dengan hambatan masuk diantaranya
adalah skala ekonomi, diferensiasi produk, modal yang dibutuhkan, biaya
peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya independent dan
peraturan pemerintah. Disamping berbagai hambatan masuk, pendatang baru
29
terkadang memasuki suatu bisnis dengan produk yang berkualitas tinggi, harga
lebih rendah dan sumber daya pemasaran yang besar. Tugas penyusun strategi
adalah untuk mengidentifikasi perusahaan yang berpotensi masuk ke pasar untuk
memonitor strategi pendatang baru dan membuat serangan balasan apabila
dibutuhkan, serta untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada.
b) Ancaman dari Produk Pengganti
Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri dapat bersaing
dengan produk pengganti, walaupun karakternya berbeda barang substitusi dapat
memberikan fungsi atau jasa yang sama. Keberadaan produk pengganti
menciptakan batas harga tertinggi yang dapat dibebankan sebelum konsumen
beralih ke produk pengganti. Kompetisi yang berasal dari produk pengganti dapat
meningkat sejalan dengan menurunnya harga relatif dari produk pengganti dan
sejalan dengan biaya konsumen untuk beralih ke produk lain menurun. Cara
terbaik untuk mengukur kekuatan kompetitif produk pengganti adalah dengan
memantau pangsa pasar yang didapat oleh produk-produk pengganti, dan dengan
memantau rencana perusahaan untuk meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar.
c) Persaingan diantara Perusahaan Sejenis
Persaingan dalam industri sangat mempengaruhi kebijakan dan kinerja
perusahaan. Dalam situasi persaingan yang oligopoly, perusahaan mempunyai
kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar. Tingkat persaingan
mempengaruhi beberapa faktor, yaitu jumlah pesaing, tingkat pertumbuhan
industri, karakteristik produk, biaya tetap yang digunakan, dan hambatan keluar
industri. Persaingan dapat meningkat ketika pelanggan berpindah merek dengan
mudah, ketika biaya tetap tinggi, produk mudah rusak, serta ketika perusahaan
pesaing berbeda dalam hal strategi. Ketika persaingan antar perusahaan sejenis
semakin insentif dan laba perusahaan menurun, maka dalam beberapa hal dapat
membuat suatu perusahaan menjadi tidak menarik.
d) Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (konsumen)
Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan untuk memotong harga,
meningkatkan mutu dan pelayanan serta mengadu perusahaan dengan pesaing
melalui kekuatan yang mereka miliki. Perusahaan pesaing dapat menawarkan
garansi yang lebih panjang atau jasa khusus untuk mendapatkan kesetiaan
30
pelanggan ketika kekuatan tawar menawar konsumen cukup besar. Kekuatan
tawar menawar konsumen juga lebih tinggi ketika yang dibeli adalah produk
standar atau tidak terdiferensiasi, sehingga konsumen sering kali dapat
bernegosiasi tentang harga jual, cakupan garansi, dan paket aksesoris hingga
tingkat yang lebih tinggi.
e) Kekuatan Tawar Menawar Pemasok.
Kekuatan tawar menawar pemasok dapat mempengaruhi intensitas
persaingan dalam suatu industri, khususnya ketika ada sejumlah besar pemasok,
sedikit barang substitusi yang cukup bagus, atau biaya untuk mengganti bahan
baku sangat mahal. Pemasok juga dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan
mereka menaikan harga atau mengurangi kualitas produk ataupun servis. Pemasok
atau produsen sering kali memberikan harga yang masuk akal, memperbaiki
kualitas, mengembangkan jasa baru, dan mengurangi biaya persediaan, dengan
demikian mempengaruhi profitabilitas jangka panjang untuk semua pihak.
3.1.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2005). Kinerja perusahaan dapat
ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut
harus dipertimbangkan dengan baik dalam matriks SWOT. Analisis SWOT
membandingkan antara faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan
faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman). Matriks SWOT merupakan
matching tool yang penting untuk membantu mengembangkan empat tipe strategi
yaitu :
a. Strategi S-O (Strength-Opportunity), strategi ini menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar
perusahaan.
b. Strategi W-O (Weakness-Opportunity), strategi ini bertujuan untuk
memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan
peluang-peluang perusahaan.
c. Strategi S-T (Strength-Threat), melalui strategi ini perusahaan berusaha
menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari
ancaman-ancaman eksternal.
d. Strategi W-T (Weakness-Threat), strategi ini merupakan teknik untuk bertahan
dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman.
Faktor Internal Faktor Eksternal
Strengths (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal
Weaknesses (W) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal
Opportunities (O) Tentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal
Strategi S-O Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi W-O Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Threats (T) Tentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal
Strategi S-T Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Strategi W-T Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Gambar 3. Matriks SWOT Sumber : David (2006)
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor merupakan
lembaga konservasi ex-situ yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat luas
sebagai objek wisata dan di banyak negara merupakan salah satu tempat tujuan
wisata yang sangat diminati karena menyajikan panorama arsitektur lanskap yang
bernuansa alami dan indah. Pada tahun 2008, KRB mengalami penurunan
pengunjung yang signifikan yaitu sebesar 13,5 persen. Penurunan jumlah
pengunjung terjadi akibat KRB belum menerapkan standar manajemen secara
profesional yang berdasarkan ISO 9001:2001 dalam mengelola KRB sebagai
objek wisata.
Kondisi tersebut menyebabkan pihak KRB harus memperbaiki sistem
manajemen dalam mengelola KRB sebagai objek wisata, meningkatkan kualitas
pelayanan dan fasilitas penunjang serta menjaga keindahan panorama arsitektur
lanskap yang bernuansa alami. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai strategi pengembangan KRB. Hal ini dilakukan untuk melihat strategi
pengembangan apa yang tepat untuk dilakukan oleh KRB, sehingga diharapkan
31
32
dapat membantu perusahaan untuk memilih alternatif strategi yang tepat bagi
perusahaan.
Kebun Raya Bogor perlu mengidentifikasi visi dan misi sebelum
merumuskan strategi pengembangan, karena pernyataan visi dan misi dapat
memberikan arah dalam menyusun formulasi strategi. Hal ini dilakukan agar
strategi pengembangan yang akan dihasilkan sesuai dengan visi dan misi
perusahaan.
Perumusan alternatif strategi perusahaan dilakukan dengan
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dalam
pengembangan KRB. Faktor internal merupakan kekuatan dan kelemahan KRB,
sedangkan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman KRB. Kekuatan dan
kelemahan KRB yang dianalisis mencakup aspek pemasaran, produksi dan
operasi, manajemen, keuangan, penelitian dan pengembangan. Peluang dan
ancaman yang dianalisis meliputi keadaan ekonomi, sosial, budaya, demografi,
lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan kekuatan kompetitif.
Setelah mengetahui faktor internal yang merupakan kekuatan dan
kelemahan KRB serta faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman
KRB, maka langkah selanjutnya adalah menyusun faktor-faktor strategi bagi KRB
dengan menggunakan matriks SWOT, yang akan menghasilkan beberapa
alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh KRB. Secara singkat kerangka
operasional penelitian ini disajikan dalam Gambar 4.
PKT Kebun Raya Bogor
Visi dan Misi
Identifikasi Lingkungan Kebun Raya Bogor
Matriks SWOT
Alternatif Strategi Pengembangan
Faktor Internal : Kekuatan Kelemahan
Faktor Eksternal : Peluang Ancaman
- Penurunan Pengunjung yang Signifikan - Belum menerapkan standar manajemen secara
profesional dalam mengelola KRB sebagai objek wisata
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
33
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kebun Raya Bogor. Pemilihan tempat
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa KRB
merupakan satu-satunya objek wisata alam dan kawasan konservasi yang berada
di kota Bogor, kebun raya nomor satu di Asia Tenggara serta salah satu tempat
tujuan wisata yang paling bersejarah. Pengambilan data dilakukan pada bulan
Agustus sampai Oktober 2009.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperlukan untuk mengetahui data-data yang berhubungan
dengan pengembangan KRB. Sedangkan data sekunder merupakan data
pelengkap dari data primer yaitu data yang didapat dari literatur dan instansi
terkait. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis dan Sumber Data No Jenis Data Sumber Data Bentuk Data 1 Data primer • Manajemen KRB
• Data tertulis mengenai jumlah
kunjungan, struktur organisasi, sejarah, dll
• Pengamatan langsung di lapangan 2 Data
sekunder • Departemen Pariwisata
dan Kebudayaan • Departemen Kehutanan • Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan • Internet
Data tertulis yang terkait dengan penelitian ini adalah : • Statistik kunjungan wisatawan
mancanegara dan nusantara • Kawasan konservasi di Bogor • Pengertian ekowisata • Perkembangan ekowisata saat ini,
dll.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Metode yang diterapkan dalam pengumpulan data adalah wawancara dan
pengamatan langsung (observasi). Pemilihan responden dilakukan secara sengaja
(purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa informasi dapat terkumpul dari
sumber yang tepat diantara responden yang dipandang dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan. Selain itu, responden dalam penelitian ini adalah para
pakar yang menguasai, mempengaruhi pengambilan kebijakan atau mengetahui
35
informasi yang dibutuhkan dan memahami strategi pengembangan KRB.
Responden yang digunakan pada penelitian ini berjumlah empat orang. Tiga orang
responden berasal dari pihak internal KRB, yaitu Kepala Bidang Konservasi
ex-situ, Kepala Bagian Tata Usaha, Koordinator Jabatan Fungsional. Sedangkan
satu orang responden berasal dari pihak eksternal KRB yaitu pihak Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari data deskriptif dan
analisis dua tahap formulasi strategi. Adapun alat analisis yang digunakan dalam
merumuskan strategi perusahaan adalah analisis deskriptif dan matriks SWOT.
4.4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran secara
menyeluruh dan mendalam mengenai objek penelitian, sehingga dari pengamatan
ini dapat diketahui kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hasil analisis
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, gambar maupun matriks sesuai dengan hasil
yang diperoleh.
4.4.2 Matriks SWOT
Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi perusahaan. Matriks
ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang
dihadapi perusahaan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif
strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T (Tabel 6). Langkah-
langkah menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut :
1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukan.
2. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.
3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan.
4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan.
5. Mencocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi S-O dalam sel yang tepat.
6. Mencocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat
resultan strategi W-O dalam sel yang tepat.
7. Mencocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi S-T dalam sel yang tepat.
8. Mencocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat
resultan strategi W-T dalam sel yang tepat.
Tabel 6. Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal
Strengths (S) Daftar Kekuatan 1. 2. …..
Weaknesses (W) Daftar Kelemahan 1. 2. …..
36
Opportunities (O) Daftar Peluang 1. 2. …..
Strategi S-O Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi W-O Meminimalkan kelemahan dan memanfaatkan peluang
Threats (T) Daftar Ancaman 1. 2. …..
Strategi S-T Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Strategi W-T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : David, 2006
Hasil dari matriks SWOT diharapkan dapat memberikan beberapa
alternatif strategi pengembangan yang dapat dipilih oleh pihak manajemen
perusahaan agar tujuan awal dari organisasi tercapai dan kegiatan pengembangan
perusahaan dapat memberikan hasil yang maksimal.
V GAMBARAN UMUM PKT KEBUN RAYA BOGOR
5.1 Sejarah PKT Kebun Raya Bogor
Ide pendirian kebun raya berasal dari seorang ahli biologi yaitu Abner
yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. Van Der Capellen.
Dalam surat itu, beliau mengungkapkan keinginannya untuk meminta sebidang
tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan, tempat pendidikan guru, dan koleksi
tumbuhan bagi pengembangan kebun-kebun yang lain. Prof. Caspar Georg Karl
Reinwardt adalah seorang berkebangsaan Jerman yang berpindah ke Belanda dan
menjadi ilmuwan botani dan kimia. Beliau kemudian diangkat menjadi menteri
bidang pertanian, seni, dan ilmu pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Beliau
tertarik meneliti berbagai macam tanaman yang digunakan untuk pengobatan,
sehingga memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun
botani di kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg (dari bahasa Belanda yang
berarti "tidak perlu khawatir"). Reinwardt juga menjadi perintis di bidang
pembuatan Herbarium. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium
Bogoriense.
Pada tanggal 15 April 1817, Reinwardt mencetuskan gagasannya untuk
mendirikan Kebun Botani yang disampaikan kepada G.A.G.P. Baron Van Der
Capellen, Komisaris Jendral Hindia Belanda dan beliau akhirnya menyetujui
gagasan Reinwardt. Kebun Botani ini didirikan di samping Istana Gubernur
Jendral di Bogor pada tanggal 18 Mei 1817, kemudian dilakukan pemancangan
patok pertama yang menandai berdirinya kebun raya yang diberi nama "Slands
Plantentiun te Buitenzorg". Berdirinya kebun raya ini menandai tegaknya
kekuasaan Belanda dengan dimulainya kegiatan ilmu pengetahuan biologi,
terutama bidang botani di Indonesia secara terorganisasi.
Setelah kemerdekaan, lebih tepatnya tahun 1949 "Slands Plantentiun te
Buitenzorg" berganti nama menjadi Jawatan Penyelidikan Alam, kemudian
menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LLPA) dipimpin dan dikelola oleh
bangsa Indonesia, dengan Direktur LPPA yang pertama adalah Prof. Ir. Kusnoto
Setyodiwiryo. Pada waktu itu LPPA punya enam anak lembaga, yaitu Bibliotheca
Bogoriensis, Hortus Botanicus Bogoriensis, Herbarium Bogoriensis, Treub
Laboratorium, Museum Zoologicum Bogoriensis dan Laboratorium Penyelidikan
38
Laut. Untuk pertama kalinya tahun 1956, pimpinan kebun raya dipegang oleh
bangsa Indonesia yaitu Sudjana Kasan menggantikan J. Douglas. Dalam
perkembangan koleksi tanaman sesuai dengan iklim yang ada di Indonesia, Kebun
Raya Bogor membentuk cabang di beberapa tempat, yaitu :
1. Kebun Raya Cibodas (Bergtuin te Cibodas, Hortus dan Laboratorium
Cibodas) di Jawa Barat, luasnya 120 ha dengan ketinggian 1400 m, didirikan
oleh Teysman tahun 1866, untuk koleksi tanaman dataran tinggi beriklim
basah daerah tropis dan tanaman sub-tropis. Tahun 1891 kebun ini dilengkapi
dengan laboratorium untuk penelitian flora dan fauna.
2. Kebun Raya Purwodadi (Hortus Purwodadi) di Jawa Timur, didirikan oleh
Van Sloten tahun 1941. Luasnya 85 ha dengan ketinggian 250 m, untuk
koleksi tanaman dataran rendah, iklim kering daerah tropis.
3. Kebun Raya "Eka Karya" Bedugul-Bali didirikan tahun 1959 oleh
Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo. Luasnya 159,4 ha dengan ketinggian 1400 m,
untuk koleksi tanaman dataran tinggi beriklim kering.
5.2 Visi dan Misi PKT Kebun Raya Bogor
PKT Kebun Raya Bogor memiliki visi dan misi, sehingga PKT Kebun
Raya Bogor mempunyai arahan yang jelas dalam menjalankan kegiatannya. Visi
PKT Kebun Raya Bogor adalah menjadi salah satu kebun raya terbaik di dunia
dalam bidang konservasi dan penelitian tumbuhan tropika, pendidikan lingkungan
dan pariwisata. Sementara itu, misi PKT Kebun Raya Bogor adalah :
1. Melestarikan tumbuhan tropika.
2. Mengembangkan penelitian bidang konservasi dan pendayagunaan
tumbuhan tropika.
3. Mengembangkan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan
pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap tumbuhan dan lingkungan.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.
PKT Kebun Raya Bogor juga memiliki tujuan yaitu :
1. Mengkonservasi tumbuhan Indonesia khususnya dan tumbuhan tropika
umumnya.
2. Melakukan reintroduksi atau pemulihan tumbuhan langka.
3. Memfasilitasi pembangunan kawasan konservasi ex-situ tumbuhan.
39
4. Meningkatkan jumlah dan mutu terhadap konservasi dan pendayagunaan
tumbuhan.
5. Menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan bidang konservasi ex situ
tumbuhan.
6. Meningkatkan pendidikan lingkungan.
7. Meningkatkan pelayanan jasa dan informasi perkebunrayaan.
5.3 Personalia
Jumlah pegawai PKT Kebun Raya Bogor LIPI pada tahun anggaran 2008
(keadaan pegawai per 31 Desember 2008) sebanyak 376 orang. Pegawai PKT
Kebun Raya Bogor yang berstatus sebagai PNS sebanyak 243 orang, CPNS 63
orang dan tenaga honorer 64 orang.
5.4 Struktur Organisasi
PKT Kebun Raya Bogor, LIPI dipimpin oleh seorang Kepala Pusat yang
secara struktural membawahi Bidang Konservasi ex-situ, Bagian Tata Usaha, UPT
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, UPT Balai Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi dan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya “Eka Karya” Bali serta Kelompok Fungsional Peneliti yang bersifat non
struktural. Struktur organisasi PKT Kebun Raya Bogor dapat dilihat pada
Gambar 5.
Bidang Konservasi ex-situ dipimpin oleh seorang kepala bidang yang
membawahi empat kepala sub bidang, yaitu:
1. Sub bidang Pemeliharaan Koleksi
2. Sub bidang Registrasi Koleksi
3. Sub bidang Seleksi dan Pembibitan
4. Sub bidang Reintroduksi Tumbuhan Langka
Kelompok fungsional peneliti dipimpin oleh seorang kordinator peneliti.
Bagian tata usaha dipimpin oleh seorang kepala bagian yang membawahi empat
kepala sub bagian, yaitu:
1. Sub bagian Kepegawaian
2. Sub bagian Umum
3. Sub bagian Keuangan
4. Sub bagian Jasa dan Informasi
PKT Kebun Raya Bogor
40
Gambar 5. Struktur Organisasi PKT Kebun Raya Bogor – LIPI
5.5 Objek dan Daya Tarik Wisata Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor yang telah lama dimanfaatkan masyarakat luas sebagai
tempat wisata, memiliki objek dan daya tarik wisata yang sangat menarik, penuh
sejarah dan pengetahuan. Adapun objek dan daya tarik wisata tersebut adalah :
1. Teratai Raksasa (Victoria amazonia (Poepp.) Sowerby)
Tumbuhan air ini dikenal sebagai teratai raksasa yang berasal dari daerah
Amazon di Barzilia dan didatangkan pertama kali melalui Kebun Raya Leiden
Belanda pada tahun 1860. Teratai raksasa memiliki daun yang bergaris tengah
1-1,5 meter, bunganya berwarna putih dan dapat berubah menjadi merah jambu
setelah 2-3 hari. Teratai raksasa berbunga seminggu sekali. Namun di daerah
subtropis, di Eropa misalnya tanaman ini berbunga setahun sekali dan hanya satu
malam (bunga mekar pada waktu tengah malam), sehingga tanaman ini sering
disebut “Queen of The Night” (ratu malam).
2. Anggrek Raksasa (Grammatophyllum speciosum Bl.)
Tumbuhan ini sering disebut anggrek raksasa, karena tandan bunganya
yang panjang dapat mencapai 1-1,5 meter dan menghasilkan bunga mencapai 100
Bidang Konservasi Ex-Situ Bagian Tata Usaha
Subbid Pemeliharaan Koleksi
Subbid Registrasi Koleksi
Subbid Seleksi dan Pembibitan
Subbid Reintroduksi Tumbuhan Langka
Subbag Kepegawaian
Subbag Keuangan
Subbag Umum
Subbag Jasa dan Informasi
UPT Balai Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Purwodadi
UPT
Kelompok Jabatan
Fungsional
UPT Balai Konservasi Tumbuhan Balai Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Cibodas Kebun Raya “Eka Karya” Bali
41
kuntum lebih pertandannya. Bunganya berwarna kuning berbintik coklat mirip
macan. Melihat warna bunganya itu, anggrek raksasa juga dinamakan anggrek
macan. Anggrek ini berasal dari Kalimantan.
3. Bunga bangkai (Amorphophallus titanium Becc.)
Tumbuhan ini dikenal dengan nama Amorphophallus titanium Becc,
tergolong suku Araceae (talas-talasan) dan berasal dari Sumatera.
Amorphophallus titanium Becc pertama kali ditemukan oleh Beccari seorang
botanis asal Itali tahun 1878. Amorphophallus titanium Becc berbunga tiga tahun
sekali, bunganya sangat indah, berwarna aneka ragam (violet, kuning, merah
darah, dan hijau kekuning-kuningan) berpadu menjadi satu dengan yang lainnya
sehingga menarik setiap orang yang melihat. Dibalik keindahannya itu,
Amorphophallus titanium Becc menghasilkan bau yang tidak sedap seperti
bangkai tikus, oleh karena itu kebanyakan orang menyebutnya dengan bunga
bangkai.
4. Kayu Raja (Koompassia excelsa (Becc.) Taub.)
Koompassia excelsa ditanam di Kebun Raya Bogor pada tahun 1914.
Koompassia excelsa berasal dari Kalimantan. Pohon ini memiliki bentuk yang
menarik (berbatang lurus berwarna putih dan berakar banir yang besar).
Koompassia excelsa di daerah asalnya disebut pohon kayu raja. Pohon kayu raja
juga disenangi lebah untuk membuat sarang madu pada dahannya. Pohon kayu
raja tingginya dapat mencapai 50 meter dan pohon ini sudah mulai langka.
5. Jalan Kenari
Jalan kenari merupakan jalan yang disebelah kiri-kanannya ditanami
pohon-pohon kenari (Canarium indicum L.) yang berasal dari Maluku. Saat ini,
pohon-pohon kenari tersebut usianya sudah lebih dari seratus tahun. Di Kebun
Raya Bogor terdapat dua jalan kenari. Jalan kenari 1 mulai dari pintu masuk
utama sampai ke ujung jalan dekat belakang Istana Bogor, sedangkan jalan kenari
2 terletak di sebelah timur sungai Ciliwung. Adanya pohon-pohon kenari ini, kita
dapat melihat dan membeli cinderamata yang dibuat dari tempurung buah pohon
kenari dengan berbagai bentuk yang menarik.
42
6. Pohon Tarzan (Entada phasoloides (L.) Merr.)
Entada phasoloides berasal dari Kalimantan dan Maluku. Di Kebun Raya
Bogor, tanaman ini merambat pada pohon kenari yang satu ke pohon kenari yang
lainnya. Di jalan kenari 2, batangnya tampak bergelantungan menyebrangi jalan
sehingga menarik perhatian wisatawan. Oleh karena itu, banyak wisatawan baik
nusantara maupun mancanegara menjulukinya dengan sebutan pohon tarzan.
7. Monumen Peringatan Isteri Raffles
Monumen peringatan isteri Raffles dibangun oleh Stamford Raffles.
Monumen ini dibangun untuk mengenang isterinya yang bernama Lady Olivia
Marianne yang meninggal tahun 1814.
8. Pohon Lici (Litchi chinensis Sonn.)
Litchi chinensis dikenal dengan nama pohon lici yang berasal dari China.
Di Kebun Raya Bogor, Lici merupakan pohon tertua yang ditanam pada tahun
1823. Pohon lici memiliki pertumbuhan yang subur dan sehat. Akan tetapi, pohon
ini sudah tua dan sekarang sudah tidak dapat berbuah lagi.
9. Taman Meksiko
Taman ini disebut sebagai taman meksiko karena koleksi tanaman yang
berada di taman ini sebagian besar dikumpulkan dari Meksiko. Koleksi tanaman
tersebut adalah kaktus, agave, yucca, kamboja, pohon lilin dan lain-lain.
10. Taman Teysmann
Taman Teysmann dibangun pada tahun 1884 oleh M. Treub. Di taman ini,
dibangun sebuah tugu peringatan J. E. Teysmann untuk mengenang jasa-jasanya.
Teysmann menjabat direktur Kebun Raya tahun 1831-1867. Taman ini berbentuk
“formal garden” (yang lazimnya dibuat di Eropa) dan ditanami pohon-pohon yang
dibentuk secara khusus, misalnya berbentuk piramida atau bundar.
11. Jalan Astrid
Jalan Astrid merupakan jalan kembar yang dibangun untuk memperingati
kunjungan Ratu Astrid dari Belgia pada tahun 1929. Ditengah-tengah jalan
kembar ini ditanami bunga tasbih (Canna hybrida) yang berbunga merah dan
kuning serta berdaun coklat. Dari kejauhan warna-warna ini melambangkan warna
bendera Belgia. Di kiri-kanan jalan ditanami pohon-pohon damar (Agathis
dammara (Lamb.) L.C. Rich) sehingga daerah ini kelihatan indah dan nyaman.
43
12. Pohon Jodoh
Di Kebun Raya Bogor terdapat dua jenis pohon besar yang berdampingan.
Pohon di sebelah kanan adalah sejenis beringin atau Ficus albipila yang termasuk
famili Moraceae, mempunyai kulit licin dan berwarna coklat hijau. Diperkirakan
pohon ini merupakan specimen satu-satunya di Indonesia. Pohon di sebelah kiri
adalah meranti bunga atau Shorea leprosula termasuk famili Dipterocarpaceae
yang mempunyai kulit kasar berwarna gelap. Melihat perbedaan bentuk dan warna
kulitnya yang menggambarkan sepasang pengantin, banyak orang menyebutnya
pohon jodoh.
13. Lain-lain
Selain bangunan dan tanaman tersebut di atas, masih banyak lagi tempat
dan tanaman yang menarik untuk diketahui. Tempat dan tanaman tersebut adalah
Laboratorium Treub, Jembatan Gantung, Taman Bhineka, Museum Zoology dan
lain-lain.
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Formulasi Alternatif Strategi
Formulasi alternatif strategi meliputi dua tahapan yaitu tahap masukan
dan tahap pencocokan. Tahap masukan merupakan tahap mengidentifikasi
faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal. Tahap pencocokan merupakan
tahap untuk merumuskan alternatif strategi berdasarkan hasil analisis dan
identifikasi akan kondisi lingkungan internal dan eksternal Kebun Raya Bogor
yang telah terkumpul.
6.1.1 Tahap Masukan
Tahap ini mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal.
Faktor-faktor lingkungan internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
KRB, yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Adapun faktor-faktor
lingkungan eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar KRB, yang terdiri
dari peluang dan ancaman perusahaan.
6.1.1.1 Identifikasi Lingkungan Internal PKT Kebun Raya Bogor
Identifikasi lingkungan internal diperoleh melalui wawancara dengan
pihak PKT Kebun Raya Bogor yaitu Kepala Bidang Konservasi ex-situ, Kepala
Bagian Tata Usaha, Koordinator Jabatan Fungsional dan pihak Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan kota Bogor yaitu Kepala Bidang Pariwisata. Berdasarkan hasil
identifikasi faktor-faktor internal PKT Kebun Raya Bogor diperoleh kekuatan dan
kelemahan sebagai berikut :
Kekuatan (Strength)
1. Pusat Konservasi Tumbuhan Ex-situ
Kebun Raya Bogor sebagai lembaga ilmiah sangat produktif dalam
menghasilkan karya dan temuan-temuan barunya. Reputasinya sebagai salah satu
lembaga nasional telah mencapai taraf internasional. Sejalan dengan
perkembangan kegiatan penelitian, KRB menjadi induk dari sejumlah lembaga
penelitian di Indonesia dalam bidang biologi dan pertanian seperti Herbarium
Bogoriense, Treub Laboratorium, Bibliotheca Bogoriense, Museum Zoologicum
Bogoriense, dan Laboratorium Penyelidikan laut. Terbitan ilmiah
45
lembaga-lembaga ini menjadi salah satu sumber informasi penting untuk
lembaga-lembaga lain di dunia.
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 103 Tahun 2001,
tentang susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND) dan Keputusan Kepala LIPI Nomor : 1151/M/2001 tentang organisasi
dan tata kerja LIPI, maka KRB mengalami perubahan struktur baik tingkat eselon
maupun nama lembaga. Perubahan tersebut dari UPT Balai Pengembangan Kebun
Raya-LIPI (eselon III) menjadi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-
LIPI (eselon II).
Kebun Raya Bogor juga mempunyai tugas dan fungsi yaitu melakukan
konservasi tumbuhan secara ex-situ antara lain mencakup usaha melestarikan,
mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan secara
berkesinambungan melalui kegiatan pelestarian, penelitian, pendidikan dan
rekreasi untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap dunia tumbuhan serta
lingkungan hidup. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang didapatkan dari
hasil eksplorasi dan pertukaran antar kebun raya dijadikan objek wisata baru serta
tumbuhan langka yang telah diperbanyak dijual ke masyarakat sekitar.
2. Panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami
Kebun Raya Bogor adalah kebun koleksi tumbuhan yang penampilannya
terpadu dengan arsitektur lanskap sehingga menyajikan panorama alam yang
alami, indah dan sarat dengan nuansa keilmuan. KRB telah dimanfaatkan
masyarakat luas sebagai objek wisata dan menjadi populer karena pengunjung
dapat menikmati langsung keindahan kebun raya sekaligus menambah wawasan
dan pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan.
3. KRB memiliki aksesbilitas tinggi dari Jabodetabek dan kota besar (pasar potensial)
Letak PKT Kebun Raya Bogor yang berada di pusat kota Bogor
menjadikan KRB sebagai tempat objek wisata yang strategis sehingga
memudahkan wisatawan untuk berkunjung, menikmati dan menambah wawasan
mengenai tumbuhan di KRB. Selain itu lokasi strategis KRB mempunyai peran
dalam usaha pelestarian dan asset budaya.
46
4. Membawahi dan memfasilitasi kawasan konservasi lainnya di lingkungan perkebunrayaan
PKT Kebun Raya Bogor – LIPI sebagai lembaga konservasi ex-situ
tumbuhan merupakan salah satu pilar utama bagi usaha penyelamatan jenis-jenis
tumbuhan dari kepunahan. Oleh karena itu, PKT Kebun Raya Bogor – LIPI
membawahi tiga kebun raya lainnya yaitu UPT Balai Konservasi Tumbuhan
Kebun Raya Cibodas, UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi
dan UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali.
Munculnya inisiatif beberapa kelompok dan pemerintah daerah dalam
membangun kebun raya baru di wilayahnya masing-masing mendapat tanggapan
positif dari PKT Kebun Raya Bogor. Untuk pembangunan kebun raya baru, PKT
Kebun Raya Bogor akan lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang
memberikan konsultasi mengenai prinsip-prinsip dasar perkebunrayaan serta
bimbingan teknis yang berkaitan dengan pembuatan masterplan, pengembangan
koleksi, dan pembinaan SDM pengelola. Dalam hal ini PKT Kebun Raya Bogor
sedang menuntaskan kegiatan pembangunan Kebun Ekologi (Ecopark) di
kawasan Cibinong Science Center (CSC)-LIPI. Kebun raya baru yang telah
dibangun adalah Kebun Raya Enrekang, Kebun Raya Kuningan, Kebun Raya
Katingan, Kebun Raya Puca, Kebun Raya Batu Raden, Kebun Raya Sungai Wain,
Kebun Raya Liwa, Kebun Raya Sambas, Kebun Raya Sanggao, Kebun Raya
Lombok Timur, Kebun Raya Samosir dan Kebun Raya Batam.
5. Menambah nilai ekonomi bagi pemerintah, Pemkot Bogor dan masyarakat sekitar
Keberadaan Kebun Raya Bogor memberikan manfaat baik langsung
maupun tidak langsung. Kebun Raya Bogor mempunyai andil dalam usaha
meningkatkan devisa negara, dengan banyaknya wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke KRB. Kebun Raya Bogor juga memberikan kontribusi kepada
Pemkot Bogor dari pendapatan karcis masuk. Peranan KRB sebagai objek wisata
membuat adanya lapangan pekerjaan dan membuka kesempatan berusaha bagi
masyarakat sekitar sehingga banyak usaha yang berkembang di sekitar KRB
seperti usaha makanan, minuman, pernak-pernik KRB dan cinderamata dari kota
Bogor seperti wayang golek, goong home, karpet kayu, kerajinan kayu, batu
gading, kenari, bunga kering, dan kerajinan bordir.
47
6. 14.500 koleksi tumbuhan yang tertanam di kebun
Keanekaragaman tumbuhan koleksi yang tertanam di Kebun Raya Bogor
jumlahnya terakhir tercatat sekitar 14.500 spesimen. Berdasarkan data tahun 2008,
koleksi tanaman hidup yang ditanam di KRB berjumlah 3.456 spesies, 1.277
genera dan 218 famili. Koleksi anggrek yang dipelihara di kamar kaca sendiri
tercatat berjumlah ± 7.178 spesimen terdiri dari 441 jenis dari 93 marga. Selain
anggrek alam, koleksi lain yang cukup menarik, lengkap dan menonjol adalah
polong-polongan (Fabaceae), pinang-pinangan (Arecaceae), talas-talasan
(Araceae), dan getah-getahan (Apocynaceae).
Koleksi tanaman KRB sebagian besar berasal dari kepulauan Indonesia
dan sebagian lagi berasal dari mancanegara. Penambahan koleksi selain melalui
eksplorasi ke hutan-hutan yang ada di Indonesia juga hasil dari tukar menukar biji
tanaman dengan kebun raya lain di dunia.
7. Memiliki objek wisata yang menarik, penuh sejarah dan pengetahuan
Kebun Raya Bogor yang telah lama dimanfaatkan masyarakat luas sebagai
tempat wisata memiliki objek dan daya tarik wisata yang sangat menarik, penuh
sejarah dan pengetahuan. Objek dan daya tarik wisata tersebut adalah teratai
raksasa, anggrek raksasa, bunga bangkai, kayu raja, jalan kenari, pohon tarzan,
monumen peringatan isteri Raffles, pohon lici, taman meksiko, taman teysmann,
jalan astrid, pohon jodoh, museum zoology, jembatan gantung, taman bhineka,
rumah anggrek dan lain-lain. Objek dan daya tarik yang telah disebutkan hanya
terdapat di Kebun Raya Bogor.
Kelemahan (Weaknesses)
1. Kurangnya SDM yang handal dalam memberikan informasi tentang objek wisata di KRB
Kebun Raya Bogor sebagai tempat wisata sudah memenuhi syarat umum
dalam hal pariwisata, dimana KRB menyediakan guide tour yang berjumlah enam
orang untuk melayani pengunjung dalam berwisata. Akan tetapi, banyaknya
jumlah pengunjung KRB yang menggunakan jasa guide tour tidak sebanding
dengan jumlah guide tour yang ada di KRB, sehingga pelayanannya dirasakan
belum optimal.
Pengunjung KRB khususnya wisatawan domestik pada saat pembelian
tiket masuk tidak diberikan informasi mengenai objek wisata yang ada di KRB,
48
brosur objek wisata dan peta KRB serta tidak ditawarkannya guide tour. Hal ini
menyebabkan pengunjung yang ingin mengetahui objek wisata yang akan dituju
lebih banyak bertanya kepada petugas kebersihan, satuan pengaman dan
pengunjung lain yang berada di dekat mereka.
Adanya perubahan harga tiket masuk yang sekarang menjadi Rp 10.000
tidak disosialisasikan dengan baik sehingga wisatawan tidak mengetahui bahwa
dengan satu tiket dapat menikmati seluruh objek wisata di KRB salah satunya
Museum Zoology dan Rumah Anggrek.
2. Beberapa sarana dan prasarana yang kurang baik
Kegiatan yang dilakukan Kebun Raya Bogor baik dalam konservasi
maupun pariwisata harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai
sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik. Kebun Raya Bogor sebagai
pusat konservasi dan telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pariwisata
harus mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk terlaksananya
kegiatan konservasi dan pariwisata. Dalam hal ini KRB sudah menyediakan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan konservasi dan wisata bagi
para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Akan tetapi, beberapa
sarana dan prasarana di KRB kurang baik, ini terlihat dari jalan gicok (jalan
berbatu) yang rusak dan tidak rata, untuk toilet ada yang tidak terpakai dan tidak
terawat, untuk Laboratorium Treub kondisinya usang dan tidak terawat dan ada
tempat duduk yang kotor dengan coretan-coretan.
3. Belum melakukan pemasaran dan promosi dengan efektif dan efisien
Dalam pengembangan pariwisata, dibutuhkan pemasaran dan promosi.
Pemasaran dilakukan untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga
produk dan jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan konsumen sedangkan
promosi, untuk mendorong kegiatan pariwisata. Dalam hal ini, Kebun Raya Bogor
belum melakukan pemasaran dan promosi dikarenakan fungsi utama KRB adalah
tempat konservasi, keuntungan bukan menjadi tujuan utama dan masyarakat
sudah mengetahui keberadaan KRB. Selain itu, kota Bogor identik dengan KRB.
Namun KRB memiliki visi salah satunya dibidang pariwisata, sehingga penerapan
pemasaran dan promosi harus segera dilakukan untuk mengantisipasi penurunan
jumlah pengunjung yang signifikan.
49
4. Kurangnya pengetahuan pengelola KRB dalam bidang pariwisata
Keberhasilan pengembangan pariwisata mencakup bagaimana kemampuan
pengelola dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas,
menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai dengan
potensi yang dimiliki sehingga dapat menentukan keberhasilan dalam
mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini, pengelola KRB kurang mempunyai
pengetahuan mengenai pariwisata dikarenakan tujuan awal dibangunnya KRB
adalah untuk konservasi. Di dalam struktur organisasi KRB pun tidak terdapat
divisi yang mengelola pariwisata.
5. Sistem kebersihan KRB kurang baik
KRB melakukan sistem manajemen pemeliharaan koleksi dan kebun
dengan memfokuskan unit-unit kerja terhadap satu jenis pekerjaan saja yaitu
dengan membagi menjadi tim pembabadan, tim perawat koleksi, tim kebersihan
jalan gico dan saluran serta tim kebersihan kolam dan perawatan koleksi tanaman
air. Sistem ini memberikan kelebihan yaitu koleksi yang terserang hama dan
penyakit cenderung menurun, kebersihan kolam lebih terawat dan koleksi
tanaman air tertata dengan baik dan lebih sehat. Akan tetapi, sistem ini juga
memberikan kerugian yaitu kerapihan kebun tidak lebih baik dari sebelumnya,
jalan-jalan gicok dan saluran drainase tidak lebih bersih, sampah plastik dan
sampah lainnya berupa bawaan pengunjung tidak tertangani dengan baik.
Kurangnya petugas kebersihan di bagian pengangkutan sampah dan teknisi yang
ditugaskan untuk bertanggung jawab pada setiap vak dan lingkungan
menyebabkan kebersihan sampah bawaan pengunjung tidak bersih dengan tuntas.
6.1.1.2 Identifikasi Lingkungan Eksternal PKT Kebun Raya Bogor
Identifikasi lingkungan eksternal diperoleh melalui wawancara dengan
pihak PKT Kebun Raya Bogor yaitu Kepala Bidang Konservasi Ex-situ, Kepala
Bagian Tata Usaha, Koordinator Jabatan Fungsional dan pihak Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan kota Bogor yaitu Kepala Bidang Pariwisata. Berdasarkan hasil
identifikasi faktor-faktor eksternal PKT Kebun Raya Bogor diperoleh peluang dan
ancaman sebagai berikut :
50
Peluang (Opportunities)
1. Peningkatan jumlah wisatawan di masa yang akan datang
Menurut data dari Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, trend
pariwisata tahun 2020 diperkirakan untuk perjalanan wisata dunia akan mencapai
1,6 milyar orang diantaranya 438 juta orang akan berkunjung ke kawasan
Asia-Pasifik dan 60 persen diantaranya akan melakukan kunjungan wisata alam.
Kondisi ini memberikan peluang bagi industri pariwisata di Indonesia khususnya
Kebun Raya Bogor dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan khususnya
wisatawan mancanegara.
2. Trend kunjungan wisatawan lebih memilih destinasi objek wisata alam
Menurut Fandeli (2002) bahwa terjadi pergeseran konsep pariwisata dunia
kepada pariwisata minat khusus atau yang dikenal ekowisata, dimana saat ini ada
kecenderungan semakin banyak wisatawan yang mengunjungi objek berbasis
alam dan budaya penduduk lokal. Hal ini merupakan peluang besar bagi negara
Indonesia khususnya Kebun Raya Bogor yang memiliki panorama arsitektur
lanskap yang bernuansa alami. Wisatawan cenderung beralih kepada alam
dibandingkan pola-pola wisata buatan yang mereka rasakan telah jenuh dan
kurang menantang. Hal ini terlihat dari banyaknya objek daya tarik wisata yang
berbasis alam.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh PATA (Pacific Asia Travel
Association) dan VISA (Visa International Asia Pacific) bahwa wisatawan
bersedia membayar lebih (10 persen hingga 50 persen) untuk liburan yang erat
kaitannya dengan budaya dan lingkungan. Meningkatnya pengetahuan dan
kepedulian terhadap lingkungan mendorong wisatawan dalam merencanakan
liburan lebih memilih pariwisata yang peduli terhadap lingkungan. Hal ini
merupakan peluang besar bagi KRB yang memiliki misi melestarikan tumbuhan
tropika.
3. Penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sebagai akibat isu bencana alam dan terorisme
Pada tahun 2006 terjadi peristiwa Bom Bali II yang mengakibatkan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami penurunan drastis
menjadi 4,9 juta jiwa. Aksi teror bom yang kembali terjadi beberapa waktu lalu
berpotensi menyebabkan stagnasi. Selain terorisme, fenomena bencana alam dan
51
perubahan iklim yang juga tidak dapat diperkirakan dapat mempengaruhi jumlah
wisatawan.
Pada tahun 2004-2006 terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Kebun Raya Bogor yaitu dari 13.913 orang menjadi 12.408 orang
(Tabel 7). Akan tetapi, bagi pihak KRB merupakan peluang untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan
jumlah kunjungan wisatawan ke KRB lebih banyak wisatawan domestik.
Tabel 7. Jumlah Wisatawan Kebun Raya Bogor Tahun 2004-2006
Tahun Wisatawan Mancanegara (Orang) Wisatawan Domestik (Orang) 2004 13.913 856.7542005 13.209 879.7652006 12.408 842.772
Sumber: Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor
4. Kawasan konservasi bakal menjadi objek wisata unggulan
Jero Wacik sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata mengatakan
bahwa pengelolaan kawasan konservasi menjadi objek wisata, merupakan bagian
yang dianggap penting dalam meningkatkan devisa negara melalui kunjungan
wisatawan asing. Oleh karena itu, sejumlah kawasan konservasi di berbagai
daerah, termasuk di Bogor memiliki potensi untuk dijadikan ekowisata. Untuk
merealisasikan hal tersebut, Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata
Alam, Ditjen PHKA, Departemen Kehutanan serta Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor bekerja sama mengadakan seminar dan lokakarya dengan
mengambil tema “Promosi Pariwisata Alam di Kawasan Konservasi”. Pada
seminar tersebut akan dilaksanakan pula penandatanganan Memorandum of
Understanding (MoU) oleh Menteri Kehutanan dengan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata tentang percepatan promosi pariwisata alam di kawasan konservasi.
Kawasan konservasi diminati oleh wisatawan asing, sehingga pemerintah
menjadikan sektor konservasi hutan sebagai objek wisata yang dapat
meningkatkan devisa negara melalui kunjungan wisata. Hal ini merupakan
peluang bagi Kebun Raya Bogor sebagai kawasan konservasi untuk meningkatkan
potensi wisatanya dalam menarik wisatawan domestik dan wisatawan
mancanegara ke KRB.
52
Ancaman (Threats)
5. Sampah pengunjung
Kebun Raya Bogor merupakan tempat wisata yang memiliki panorama
arsitektur lanskap yang indah dan bernuansa alami. Akan tetapi, sampah dari
pengunjung yang berserakan berupa botol minuman, plastik, kotak makan dan
lain-lain mengakibatkan gangguan terhadap ekosistem tumbuhan yang ada di
KRB dan panorama arsitektur lanskap menjadi tidak indah. Kebun Raya Bogor
sudah menyediakan banyak tempat sampah di setiap lingkungannya, namun masih
terlihat sampah yang berserakan di lingkungan KRB. Kurangnya kesadaran
pengunjung dalam membuang sampah pada tempatnya dan kurangnya kepedulian
pengunjung dalam melestarikan lingkungan berpotensi merusak kelestarian
ekosistem tumbuhan yang terdapat di KRB.
6. Terbatasnya alokasi anggaran KRB
PKT Kebun Raya Bogor dalam menjalankan kegiatannya mengandalkan
pendanaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), berupa DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). Akan tetapi, pada
tahun 2008 DIPA PKT Kebun Raya Bogor mengalami pemotongan anggaran
sebesar 17,5 persen dari Rp 21.319.170.000,- menjadi Rp 17.598.610.000,-. DIPA
tahun 2008 PKT Kebun Raya Bogor terbagi dalam empat program atau kegiatan
yaitu :
1. Program Penyelenggaraan Pimpinan Kenegaraan
2. Peningkatan Jasa Pelayanan Litbang Iptek (PNBP)
3. Penelitian dan Pengembangan Iptek
4. Pelaksanaan Riset Tematis
Terbatasnya alokasi anggaran mengakibatkan Kebun Raya Bogor
mengurangi penelitian lapangan untuk mempertahankan anggaran pemeliharaan
kebun raya. Pada Tahun 2008, KRB seharusnya mengirim lima orang peneliti
akan tetapi terbatasnya anggaran mengakibatkan KRB hanya mengirim dua orang
peneliti saja untuk melakukan penelitian lapangan. Hal ini mengakibatkan
penelitian lapangan menjadi tidak optimal dalam melestarikan tumbuhan dan
lingkungan yang alami di KRB. Terbatasnya anggaran juga menyebabkan sarana
53
dan prasarana wisata yang ada di KRB menjadi kurang memadai bagi para
wisatawan.
7. Kerusakan hutan akibat eksploitasi yang berlebihan
Kerusakan hutan akibat eksploitasi yang berlebihan seperti illegal logging,
kebakaran hutan dan pembabatan hutan menyebabkan terancamnya spesies
tumbuhan dari kepunahan. Kebun Raya Bogor melakukan penambahan koleksi
melalui eksplorasi ke hutan-hutan yang ada di Indonesia, akan tetapi adanya
eksploitasi yang berlebihan menghambat KRB dalam melakukan penambahan
koleksi, sehingga KRB harus segera melakukan konservasi mengingat
terancamnya spesies tumbuhan. Spesies tumbuhan yang terancam punah adalah
Nepenthacea, Cyateaceae, Orchidaceae, Arecaceae.
8. Adanya gangguan potensi tumbuhan tropika akibat bencana alam dan perubahan iklim
Perubahan iklim di Indonesia menjadi salah satu faktor yang mengganggu
kelestarian tumbuhan di PKT Kebun Raya Bogor. Hal ini dikarenakan kondisi
pohon koleksi yang ada di KRB sudah tua. Perubahan iklim tersebut adalah
musim kering yang berkepanjangan dan tidak bisa diprediksikan lagi. Pada bulan
juni 2006 ratusan pohon koleksi KRB tumbang beberapa diantaranya termasuk
koleksi langka yang diakibatkan oleh terjangan angin puting beliung. Beberapa
sarana dan prasarana yang ada di KRB pun mengalami kerusakan.
6.1.2 Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan merupakan tahap untuk merumuskan strategi
berdasarkan hasil analisis dan identifikasi akan kondisi lingkungan internal dan
eksternal Kebun Raya Bogor yang telah terkumpul. Pada tahap pencocokan,
model yang akan digunakan dalam perumusan strategi adalah matriks SWOT
(Strength-Weakness-Opportunities-Threat).
6.1.2.1 Analisis SWOT
Hasil analisis faktor internal dan faktor eksternal Kebun Raya Bogor yaitu
berupa rumusan kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities) dan ancaman (threats). Keempat rumusan tersebut selanjutnya
dapat diformulasikan menjadi alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh KRB.
54
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT pada KRB, dapat diperoleh tujuh
alternatif strategi yang terdiri dari dua alternatif strategi SO (Strengths-
Opportunities), dua alternatif strategi ST (Strengths-Threats), dua alternatif
strategi WO (Weaknesses-Opportunities) dan satu alternatif strategi WT
(Weaknesses-Threats). Hasil dari analisis matriks SWOT, dapat dilihat pada
Tabel 8.
Strategi S-O (Strength-Opportunity)
Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan Kebun Raya
Bogor untuk memanfaatkan peluang yang dimiliki. Alternatif strategi yang dapat
dilakukan pada strategi S-O yaitu:
1. Memperkuat aksesbilitas lintas kabupaten atau kota Bogor dengan
mengembangkan linkage wisata. Dalam mengembangkan linkage wisata,
Kebun Raya Bogor melakukan kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata
(BPW) agar wisatawan khususnya wisatawan mancanegara yang datang dapat
berkunjung ke KRB. Hal ini dilakukan agar jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke KRB mengalami peningkatan. Strategi ini
didukung oleh KRB yang memiliki kekuatan yaitu aksesbilitas tinggi dari
jabodetabek, menambah nilai ekonomi bagi pemerintah, pemkot Bogor dan
masyarakat sekitar. Adapun peluang yang dimiliki oleh KRB yang dapat
mendukung strategi ini adalah peningkatan jumlah wisatawan di masa yang
akan datang, trend kunjungan wisatawan saat ini lebih memilih destinasi
objek wisata alam dan kawasan konservasi akan menjadi objek wisata
unggulan.
2. Mengembangkan kekhasan produk wisata alam yang ada di Kebun Raya
Bogor. Dalam hal ini KRB dapat menyusun paket program wisata baru
seperti gardens tour (paket wisata yang mengunjungi beberapa objek dan
daya tarik wisata menjadi satu kesatuan perjalanan wisata singkat), save our
plants (paket wisata yang ingin menyelamatkan tumbuhan). Hal ini perlu
dilakukan untuk mempertahankan wisatawan dan memperoleh wisatawan
baru.
3. Menambah objek wisata baru. Kebun Raya Bogor sebagai pusat konservasi
tumbuhan ex-situ mempunyai tujuan salah satunya adalah mengkonservasi
55
Strategi W-O (Weakness-Opportunity)
Strategi W-O adalah strategi yang meminimalkan kelemahan Kebun Raya
Bogor dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki. Ada beberapa alternatif
strategi yang dapat dilakukan pada strategi W-O yaitu:
4. Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di Kebun Raya Bogor. Sarana
dan prasarana di KRB yang mengalami kerusakan dan tidak memadai seperti
jalan gicok, toilet, Laboratorium Treub dan tempat duduk harus segera
diperbaiki. Toilet KRB sebaiknya menggunakan bio-toilet dengan konstruksi
mobil yang telah diciptakan oleh LIPI – FISIKA sehingga memudahkan
pengunjung untuk MCK (Mandi Cuci Kakus).
5. Melakukan kerjasama pendidikan dan keterampilan dengan penyelenggara
atau institusi pendidikan formal bidang kepariwisataan. Hal ini perlu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM dalam hal kepariwisataan,
sehingga pelayanan terhadap pengunjung khususnya wisatawan domestik
menjadi optimal dan pengunjung merasa puas dalam berwisata di KRB.
Kebun Raya Bogor mengundang Dinas Pariwisata atau Sekolah Tinggi Ilmu
Pariwisata untuk mengadakan lokakarya dan pelatihan mengenai hospitality,
pembagian tugas yang jelas dalam bidang wisata dan lain-lain, sehingga dapat
meningkatkan kualitas karyawan KRB dalam hal kepariwisataan.
6. Melakukan pemasaran dan promosi secara inovatif, efektif dan efisien
mengenai objek wisata yang ada di KRB. Dalam hal ini KRB melakukan riset
pemasaran untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga produk dan
jasa yang dipasarkan sesuai dengan keinginan wisatawan. Kebun Raya Bogor
juga perlu melakukan promosi secara gencar melalui media iklan televisi,
koran atau majalah dan ikut serta dalam kegiatan promosi di bursa pariwisata
internasional seperti PATA (Pasific Asia Travel Association), WTM (World
Travel Market), ITB (Internationale Tourismus Borse) dan ATF (Asean
56
Travel Forum). Hal ini dilakukan untuk membentuk kepuasan dan loyalitas
wisatawan serta memperoleh wisatawan baru.
Strategi S-T (Strenght-Threat)
Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari
atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman. Ada beberapa alternatif yang
dapat dilakukan pada strategi S-T yaitu:
7. Melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah seluruh Indonesia untuk
mengirimkan daftar tumbuhan langka di daerah setempat. Hal ini perlu
dilakukan mengingat banyaknya kerusakan hutan akibat eksploitasi yang
berlebihan, sehingga fungsi dan tujuan Kebun Raya Bogor dapat terlaksana
dengan baik.
8. Memasang alat pendeteksi perubahan iklim. KRB mengajukan dana kepada
pemerintah atau pemerintah kota Bogor untuk pemasangan alat Automatic
Weather Station (AWS). Alat tersebut dapat mengantisipasi dampak
perubahan iklim yang dapat mengganggu kelestarian tumbuhan dan
kenyamanan pengunjung di KRB.
9. Mengkoordinir pemulung pada waktu-waktu tertentu untuk membantu
membersihkan KRB sekaligus membantu menambah penghasilan pemulung.
Dalam hal ini Kebun Raya Bogor mengizinkan pemulung untuk masuk ke
KRB pada hari-hari tertentu (dilakukan seminggu dua kali pada sore hari) dan
mengkoordinir pemulung tersebut untuk membersihkan sampah yang berupa
bawaan dari pengunjung seperti plastik, botol minuman, kotak makan dan
lain-lain.
Strategi W-T (Weakness-Threat)
Strategi W-T adalah strategi dimana Kebun Raya Bogor dapat
meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Salah satu alternatif strategi
yang dapat dilakukan pada strategi W-T yaitu:
10. Menambah atau mencari alternatif pendanaan lain. Hal ini perlu dilakukan
mengingat terbatasnya dana yang mengakibatkan terhambatnya kegiatan yang
dilakukan KRB. Kebun Raya Bogor mengajukan proposal kepada para
pengusaha agar dana CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimiliki
perusahaan dapat diberikan kepada KRB yang berperan dalam melestarikan
lingkungan dan sebagai paru-paru dunia. Dana CSR ini misalnya digunakan
untuk penanaman dan reintroduksi tumbuhan dan juga dapat dialokasikan
untuk memasarkan hasil olahan sampah yang berupa pupuk bioposka ke
masyarakat umum.
11. Melakukan kerjasama dengan instansi pengelolaan kebersihan. Dalam hal ini
KRB bekerjasama dengan instansi pengelolaan kebersihan untuk mengatasi
dampak kerugian dari sistem kebersihan yang telah dilakukan sehingga sistem
pengelolaan kebersihan KRB dapat optimal.
Tabel 8. Hasil Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal
Kekuatan (S) 1. Pusat Konservasi Tumbuhan
ex-situ 2. Panorama arsitektur lanskap yang
bernuansa alami 3. KRB memiliki aksesbilitas tinggi
dari jabodetabek dan kota besar (pasar potensial)
4. Membawahi dan memfasilitasi kawasan konservasi lainnya di lingkungan perkebunrayaan
5. Menambah nilai ekonomi bagi pemerintah, Pemkot Bogor dan masyarakat sekitar
6. 14.500 koleksi tumbuhan yang tertanam dikebun
7. Memiliki objek wisata yang menarik, penuh sejarah dan pengetahuan
Kelemahan (W) 1. Kurangnya SDM yang handal
dalam memberikan informasi tentang objek wisata di KRB
2. Beberapa sarana dan prasarana yang kurang baik
3. Belum melakukan pemasaran dan promosi dengan efektif dan efisien
4. Kurangnya pengetahuan pengelola KRB dalam bidang pariwisata
5. Sistem kebersihan KRB kurang baik
Peluang (O) 1. Peningkatan jumlah wisatawan
di masa yang akan datang 2. Trend kunjungan wisatawan saat ini
lebih memilih destinasi objek wisata alam
3. Penurunan kunjungan wisatawan mancanegara sebagai akibat isu bencana alam dan terorisme
4. Kawasan konservasi akan menjadi objek wisata unggulan
Strategi S-O 1. Memperkuat aksesbilitas lintas
kabupaten/kota Bogor dengan mengembangkan linkage wisata (S3,S5,O1,O2,O3,O4)
2. Mengembangkan kekhasan produk wisata alam yang ada di KRB (S2,S7,O1,O2,O3,O4)
3. Menambah objek wisata baru (S1,S6,O1,O2,O3,O4)
Strategi W-O 4. Meningkatkan sarana dan
prasarana yang ada di KRB (W2,O1,O2,O4) 5. Melakukan kerjasama
pendidikan dan keterampilan dengan penyelenggara atau institusi pendidikan formal bidang kepariwisataan
(W1,W4,O1,O2,O4) 6. Melakukan pemasaran dan
promosi secara inovatif, efektif dan efisien mengenai objek wisata yang ada di KRB (W1,W3,W4,O1,O2,O3,O4)
Ancaman (T) 1. Sampah pengunjung 2. Terbatasnya alokasi anggaran KRB 3. Kerusakan hutan akibat eksploitasi
yang berlebihan 4. Adanya gangguan potensi tumbuhan
tropika akibat bencana alam dan perubahan iklim
Strategi S-T 7. Melakukan kerjasama dengan
pemerintah daerah seluruh Indonesia untuk mengirimkan daftar tumbuhan langka di daerah setempat (S1,S4,T3)
8. Memasang alat pendeteksi perubahan iklim (S5,T4)
9. Mengkoordinir pemulung pada waktu-waktu tertentu untuk membantu membersihkan KRB sekaligus membantu untuk menambah penghasilan pemulung
(S5,T1)
Strategi W-T 10. Menambah atau mencari
alternatif pendanaan lain (W2,T2)
11. Melakukan kerjasama dengan instansi pengelolaan kebersihan
(W5,T1)
57
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Lingkungan internal yang menjadi kekuatan KRB adalah (1) pusat konservasi
ex-situ, (2) panorama arsitektur lanskap yang bernuansa alami, (3) KRB
memiliki aksesbilitas tinggi dari jabodetabek dan kota besar (pasar potensial),
(4) membawahi dan memfasilitasi kawasan konservasi lainnya di lingkungan
perkebunrayaan, (5) menambah nilai ekonomi bagi pemerintah, Pemkot Bogor
dan masyarakat sekitar, (6) 14.500 koleksi tumbuhan yang tertanam di kebun,
(7) memiliki objek wisata yang menarik, penuh sejarah dan pengetahuan.
Kelemahan KRB adalah (8) kurangnya SDM yang handal dalam memberikan
informasi tentang objek wisata di KRB, (9) beberapa sarana dan prasarana
yang kurang baik, (10) belum melakukan pemasaran dan promosi yang efektif
dan efisien, (11) kurangnya pengetahuan pengelola KRB dalam bidang
pariwisata, (12) sistem kebersihan KRB kurang baik. Lingkungan eksternal
yang menjadi peluang KRB adalah (1) peningkatan jumlah wisatawan di masa
yang akan datang, (2) trend kunjungan wisatawan saat ini lebih memilih
destinasi objek wisata alam, (3) penurunan kunjungan wisatawan mancanegara
sebagai akibat isu bencana alam dan terorisme, (4) kawasan konservasi akan
menjadi objek wisata unggulan. Ancaman KRB adalah (5) sampah
pengunjung, (6) terbatasnya alokasi anggaran research, (7) kerusakan akibat
eksploitasi yang berlebihan, (8) adanya gangguan potensi tumbuhan tropika
akibat bencana alam dan perubahan iklim.
2. Dari hasil analisis SWOT, diperoleh 11 alternatif strategi pengembangan KRB
sebagai objek wisata yaitu strategi S-O : (1) memperkuat aksesbilitas lintas
kabupaten atau kota Bogor dengan mengembangkan linkage wisata,
(2) mengembangkan kekhasan produk wisata alam yang ada di KRB,
(3) menambah objek wisata baru; strategi W-O : (4) meningkatkan sarana dan
prasarana yang ada di KRB, (5) melakukan kerjasama pendidikan dan
keterampilan dengan penyelenggara atau institusi pendidikan formal bidang
kepariwisataan, (6) melakukan pemasaran dan promosi secara inovatif, efektif
59
dan efisien mengenai objek wisata yang ada di KRB; Strategi ST :
(7) melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah seluruh Indonesia untuk
mengirimkan daftar tumbuhan langka di daerah setempat, (8) memasang alat
pendeteksi perubahan iklim, (9) mengkoordinir pemulung pada waktu-waktu
tertentu untuk membantu membersihkan KRB sekaligus membantu menambah
penghasilan pemulung; Strategi W-T : (10) menambah atau mencari alternatif
pendanaan lain, (11) melakukan kerjasama dengan instansi pengelolaan
kebersihan.
7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang bisa dijadikan sebagai bahan
rujukan untuk pengembangan Kebun Raya Bogor adalah :
1. Dalam mengelola pariwisata Kebun Raya Bogor disarankan untuk menambah
divisi di bagian pariwisata sehingga fungsi KRB sebagai kawasan konservasi
dapat berjalan dengan baik dan pariwisata dapat berjalan secara optimal.
2. Memperbanyak event-event yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan,
seperti hari bumi dimana pengunjung disosialisasikan mengenai kerusakan
lingkungan.
3. Menambah jumlah sign board (papan peringatan) kebersihan dan pelestarian
lingkungan di setiap tempat objek wisata, terutama objek wisata yang banyak
dikunjungi. Untuk penggunaan toilet bagi pengunjung disarankan
menggunakan bio-toilet berkonstruksi mobil.
4. Mengajukan proposal kepada perusahaan besar seperti pertamina agar dana
CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimiliki perusahaan dapat
diberikan kepada Kebun Raya Bogor yang berperan dalam melestarikan
lingkungan dan sebagai paru-paru dunia. Dana CSR ini misalnya digunakan
untuk penanaman dan reintroduksi tumbuhan. Dana CSR juga dapat
dialokasikan untuk meningkatkan sarana dan prasarana.
DAFTAR PUSTAKA
Apul, A. P. 2008. Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
David, F. R. 2006. Manajemen Strategi : Konsep. Edisi Kesepuluh. Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta.
Dephut. 2008. Kemungkinan Meningkatkan Ekowisata. http://www.dephut.go.id [3 Juli 2009]
Ensiklopedi Nasional Indonesia. 2004. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 9 KL-LYSIT Cetakan Ke-4. Penerbit PT Delta Pamungkas. Jakarta.
Fandeli, C. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Di dalam Razak A, editor. Sifat dan Karakter Objek dan Daya Tarik Wisata Alam. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Hunger D, Wheelen T. 2003. Manajemen Strategis. Penerbit, Andi. Jakarta.
Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi ke Sebelas Jilid 1 dan Jilid 2. Benyamin Molan, penerjemah; Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Terjemahan dari: Marketing Management
Kurniadi, A. R. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Kawasan Ekowisata Ciwidey di Perum Perhutani Unit III – Bandung. [Tesis]. Manajemen Bisnis, Institut Pertanian Bogor.
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2008. Laporan Tahunan Kebun Raya Bogor – LIPI Tahun Anggaran 2008. Bogor : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2006. Manual Pembangunan Kebun Raya 2006. Bogor : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
. 2005. Riset Pemasaran. Cetakan Ketujuh. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Santoso. 2003. Pengembangan UKM Berbasis Ekowisata. http://www.pnm.co.id [3 Juli 2009]
Simanullang, L. 2004. Strategi Pengembangan Pariwisata di Objek Wisata Danau Toba, Kecamatan Girsang Sipanganbolen, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. [Skripsi]. Bogor. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
61
Subadra, I. N. 2007. Ekowisata Sebagai Wahana Pelestarian Alam. Bali Tourism Wacth. http://www.subadra.wordpress.com [3 Juli 2009]
Suhandi, A. S. 2003. Ekowisata, Peluang dan Tantangan. http://www.dieny-yusuf.com [3 Juli 2009]
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran Edisi III. Yogyakarta. Penerbit Andi.
Umar, H. 2001. Strategic Management In Action. Cetakan Kelima. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Umar, H. 2008. Strategic Management in Action. Konsep, Teori, dan Teknik Menganalisis Manajemen Strategis Strategic Business Unit Berdasarkan Konsep Michael R. Porter, Fred R. David, dan Wheelen-Hunger. Penerbit, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta KRB
Bunga Anggrek
Lampiran 2. Objek dan Daya Tarik Wisata KRB
Teratai Raksasa Bunga Bangkai
Jalan Astrid Monumen Istri Raffles
63
Museum Zoology Kolam Gunting
Bunga Anggrek Pohon Jodoh
Koleksi Biji Koleksi Herbarium
64
65
Lampiran 3. Fasilitas KRB
URAIAN KETENTUAN HARGA (Rp) PEMOTRETAN
Komersial/Kalender/Iklan Pengantin/Pribadi/Non Komersial
5 mobil + 15 orang 3 mobil + 10 orang
2.500.000
750.000
PERNIKAHAN
Undangan (tidak berlaku hari libur)
Sewa area Lapangan kelas 1 s.d. kapasitas 250 undangan s.d. kapasitas 500 undangan s.d. kapasitas 750 undangan s.d. kapasitas 1000 undangan
Lapangan kelas 2 s.d. kapasitas 250 undangan s.d. kapasitas 500 undangan s.d. kapasitas 750 undangan s.d. kapasitas 1000 undangan
1 mobil + 2 orang
25.000
5.000.0007.500.000
10.000.00012.500.000
4.000.0006.000.0009.000.000
11.000.000
SHOOTING
Shooting sinetron/film Shooting iklan Shooting video klip Shooting film dokumentasi/non komersil Shooting film pendidikan
15 mobil + 25 orang 20 mobil + 30 orang 10 mobil + 20 orang
3.000.0005.000.0002.000.000
1.250.0001.500.000
PROMOSI
Produl komersial
1.000.000
GEDUNG KONSERVASI
Lantai 2 Lantai 3, Ruang besar Ruang kecil
Kapasitas 100 orang Kapasitas 200 orang Kapasitas 25 orang
1.500.0003.000.000
500.000
GUEST HOUSE
Guest house eks Biologi Guest house Pinus dan Cempaka
Per orang Per rumah Per kamar
250.0002.500.000
500.000