22
Sumber Kepercayaan adalah suatu keyakinan dalam diri seseorang untuk percaya terhadap sesuatu. Sumber Keyakinan adalah sesuatu yang telah di yakinkan dalam diri seseorang. Sumber-sumber tersebut bisa mempengaruhi pelaksanaan nilai dan norma,kita tinjau dari pengertian nilai dan norma itu sendiri. FAKTOR-FAKTOR YG MENYEBABKAN PERBEDAAN NILAI & NORMA DALAM MASYARAKAT 1. Faktor adat istiadat Faktor adat istiadat adalah nilai t idak bersifat universal artinya tidak untuk setiap masyarakat/kelompok menerima nilai tersebut, sehingga nilai antara suatu daerah dengan daerah lainya berbeda-beda. Contoh: adat istiadat masyarakat SUNDA dengan masyarakat JAWA tengah  berbeda. 2. Faktor agama Faktor agama adalah faktor yg paling mempengaruhi norma dan nilai , karena di setiap agama berbeda pantangan dan ibadah nya. Contoh : di agama islam alkohol dan daging babi itu HARAM tetapi di agama lain tidak di haram kan. 3. Faktor lingkungan (tempat tinggal) Faktor lingkungan adalah faktor lingkungan pun berperan dalam pembedaan nilai dan norma setiap daerah / tempat masing”.  Contoh : lingkungan di pasar sangat berbeda dengan lingkungan di perumahan,  jika di pasar ada pereman yg galak tetapi d daerah komplek tdk ada preman (yg memegang/ menarik bayaran”majeg”) 4. Faktor kebiasaan Faktor kebiasaan adalah faktor yg d pengaruhi oleh sering tidak nya orang itu melaksanakan suatu pekerjaan. Contoh : orang yg berada di pesantren sudah terbiasa membaca Al- Quran dan salat, tetapi orang yg berada di Jalan” luar belum tentu terbiasa salat dan membaca AL-Quran. 5. Faktor tradisi/ budaya faktor budaya adalah budaya di dlam suatu masyarakat/kelompok berbeda-beda,  begitu pun juga no rma dan nilai di dlam suatu masyarakat berbeda-beda, jadi hubungan antara buda dan nilai yaitu suatu norna di dalam suatu masyarakat memiliki perbedaan masing-masing.

Analisis Sumber2 Yg Mmpngrhi Nilai Dan Norma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi

Citation preview

Sumber Kepercayaan adalah suatu keyakinan dalam diri seseorang untuk percaya terhadap sesuatu. Sumber Keyakinan adalah sesuatu yang telah di yakinkan dalam diri seseorang.Sumber-sumber tersebut bisa mempengaruhi pelaksanaan nilai dan norma,kita tinjau dari pengertian nilai dan norma itu sendiri.FAKTOR-FAKTOR YG MENYEBABKAN PERBEDAAN NILAI & NORMA DALAM MASYARAKAT

1. Faktor adat istiadat Faktor adat istiadat adalah nilai tidak bersifat universal artinya tidak untuk setiap masyarakat/kelompok menerima nilai tersebut, sehingga nilai antara suatu daerah dengan daerah lainya berbeda-beda.Contoh: adat istiadat masyarakat SUNDA dengan masyarakat JAWA tengah berbeda.

2. Faktor agamaFaktor agama adalah faktor yg paling mempengaruhi norma dan nilai , karena di setiap agama berbeda pantangan dan ibadah nya.Contoh : di agama islam alkohol dan daging babi itu HARAM tetapi di agama lain tidak di haram kan.

3. Faktor lingkungan (tempat tinggal)Faktor lingkungan adalah faktor lingkungan pun berperan dalam pembedaan nilai dan norma setiap daerah / tempat masing.Contoh : lingkungan di pasar sangat berbeda dengan lingkungan di perumahan, jika di pasar ada pereman yg galak tetapi d daerah komplek tdk ada preman (yg memegang/ menarik bayaranmajeg)

4. Faktor kebiasaanFaktor kebiasaan adalah faktor yg d pengaruhi oleh sering tidak nya orang itu melaksanakan suatu pekerjaan.Contoh : orang yg berada di pesantren sudah terbiasa membaca Al- Quran dan salat, tetapi orang yg berada di Jalan luar belum tentu terbiasa salat dan membaca AL-Quran.

5. Faktor tradisi/ budayafaktor budaya adalah budaya di dlam suatu masyarakat/kelompok berbeda-beda, begitu pun juga norma dan nilai di dlam suatu masyarakat berbeda-beda, jadi hubungan antara buda dan nilai yaitu suatu norna di dalam suatu masyarakat memiliki perbedaan masing-masing.

6. Faktor SukuSuku-Suku Di Indonesia Bermacam-Macam Ada Suku Sunda, Jawa , Minang Dan Lain-Lain.Setiap Suku Memiliki Suatu Nilai Dan Norma Yang Berbeda-Beda, Contohnya Jika Di Jawa Barat Di Dlam Suatu Pernikahaan Itu Yang Melamar Laki-Laki, Teapi Di Sumatra Barat Yang Melamar Itu Perempuan.http://dhifanhanifan.blogspot.com/2010/10/faktor-faktor-penyebab-perbedaan-nilai.html dhifan hanifan PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DANSIKAP02 Jun 2012 Leave a Commentby jumatunnikmah in Education Tags: moral, nilai, sikap BAB I. Pendahuluan1. Latar BelakangSelain aspek kognitif dan psikomotorik, aspek afektif juga sangat penting dalam menentukan hasil pembelajaran. Tipe hasil belajar afektif tampak pada sisiwa dalam berbagai bnetuk tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.hasil belajar ranah afektif sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai, moral dan sikap dari masing-masing siswa yang bersangkutan (Jufri, 2010 :71-72).Pemahaman guru tentang perkembangan aspek afektif siswa merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan belajarnya, aspek afektif tersebut dapat terlihat selama pembelajaran terutama ketika siswa bekerja kelompok. Oleh karena itu, selama pembelajaran ( termasuk saat siswa kerja kelompok) guru senantiasa terus memantau dan mengamati aktivitas siswanya.Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang yang berlaku di dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun ( Sutikna,1998:5). Sedangkan moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya ( Purwadarminto,1957:957). Dengan kata lain bahwa moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan perbuatan yang benar dan yang salah sebagai alat kendali dalam bertingkah laku. Moral sering dianggap sebagai prinsip dan patokan yang berhubungan dengan benar dan salah oleh masyarakat tertentu, dapat pula diartikan sebagai perilaku yang sesuai dengan norma benar atau salah tersebut. Disamping nilai dan moral ada juga sikap, yang menurut Gerung sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap sesuatu hal ( Mappiare,1982:58). Sikap merupakan motif yang mendasari tingkah laku seseorang.Antara nilai, moral dan sikap serta tingkah laku memiliki keterkaitan yang tampak dalam penerapan atau pengalaman nilai-nilai tersebut. Dimana nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu, kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud.Setiap individu memiliki tingkat perkembangan nilai, moral dan sikap yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa factor yang secara umum dipengaruhi oleh factor lingkungan dan factor usia. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dalam makalah kami yang akan membahas tentang factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai, sikap dan moral, perbedaan individu dalam perkembangan nilai,moral dan sikap serta upaya mengembangkan nilai,moral dan sikap remaja serta implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.1. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai,moral dan sikap?2. Bagaimana perbedaan individu dalam perkembangan nilai,moral dan sikap?3. Apakah upaya-upaya yang dapat dilakukan terhadap pengembangan nilai, moral, dan sikap remaja dalam penyelenggaraan pendidikan?BAB II. PembahasanA. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai, Moral dan SikapSecara umum factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu di bagi menjadi dua, yaitu:1. Faktor internal (endogen), yaitu factor yang berasal dari dalam diri individu seperti komponen hereditas (keturunan), dan konstitusi.2. Factor eksternal (eksogen), yaitu faktoe yang berasl dari luar individu, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial dan geografis.Namun dalam hubungannya dengan perkembangan nilai, moral dan sikap, factor yang paling berpengaruh adalah factor yang berasal dari luar individu (factor eksternal). Perkembangan moral seseorang banyak dipengaruhi oleh lingkungan dimana orang tersebut hidup. Karena tanpa masyarakat (lingkungan), kepribadian seseorang tidak akan berkembang. Lingkungan disini dapat berarti keluarga (orang tua), sekolah, teman-teman dan masyarakat.Suatu lingkungan yang paling awal berusaha menumbuh kembangkan system nilai,moral dan sikap kepada seorang anak adalah lingkungan keluarga. setiap orang tua tentu sangat berharap anaknya tumbuh dan berkembang menjadi sorang individu yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan mampu membedakan antara yang baik dan buruk. Pada intinya orang tua atau lingkungan keluarga tentu sangat ingin anak atau anggota keluarganya memiliki sikap yang terpuji yang sesuai dengan harapan orang tua, masyarakat dan agama.Melalui proses pendidikan, pengasuhan, perintah, larangan, hadiah, hukuman dan intervensi pendidikan lainnya, para orangtua berusaha menanamkan nilai-nilai luhur, moral dan sikap yang baik bagi anak-anaknya agar dapat menjadi individu sesuai dengan yang diharapkan. Keluarga merupakan lingkungan terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan didalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali.Bagi para ahli psikoanalisis perkembangan moral dipandang sebagai proses internalisasi norma-norma masyarakat dan kematangan dari sudut organic biologis. Menurut psikoanalisis moral dan nilai menyatu dalam konsep superego. Superego dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-larangan atau perintah-perintah yang berasal dari luar khususnya dari orang tua yang sedemikian rupa sehingga akhirnya terpancar dari dalam diri sendiri. Karena itu, orang-orang yang tak mempunyai hubungan harmonis dengan orangtuanya dimasa kecil, kemungkinan besar tidak mampu mengembangkan superego yang cukup kuat, sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melanggar norma masyarakat.Lingkungan pendidikan setelah keluarga adalah lingkungan sekolah. Sekolah sebagai lembaga formal yang diserahi tugas untuk menyelenggarakan pendidikan pendidikan tentunya memiliki peranan besar dalam membantu perkembangan hubungan sosial remaja yang mencakup nilai, moral dan sikap. Dalam hal ini, guru juga hrus mampu mengembangkan proses pendidikan yang bersifat demokratis. Dimana guru harus mampu mengembangkan pran-perannya selain sebagai gurujuga sebagai pemimpin yang demokratis. Berbeda dengan dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah ada kurikulum sebagai rencana pendidikan dan pembelajaran, ada guru professional, ada sarana dan prasarana dan fasilitas pendidikan sebagai pendukung proses.Dilingkungan sekolah guru tidak hanya semata-mata mengajar melainkan juga mendidik. Artinya selain menyampaikan pelajaran sebagai upaya transfer pengetahuan kepada peserta didik, juga harus membina peserta didik menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Untuk itu disamping mengajar guru harus menanamkan nilai-nilai luhur kepada peserta didik melalui pendidikan karakter agar memiliki moral yang baik.Perkembangan moral menurut Durkheim (dalam Djuretna,1994) berkembang karena hidup dalam masyarakat dan moral pun dapat berubah karena kondisi sosial.oleh karena itu, moral masyarakat berkuasa terhadap perkembangan moral individu.Teori-teori lain yang non-psikoanalisis beranggapan bahwa hubungan anak-orangtua bukan satu-satunya sarana pembentuk moral. Para sosiolog beranggapan bahwa masyrakat sendiri mempunyai peran penting dalam pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat pelanggar-pelanggarnya (Sarlito,1992:92). Didalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu ternyata factor linkungan memegang peranan penting. Makin jelas sikap dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk atau meniadakan tingkah laku yang sesuai.B. Perbedaan Individu dalam Perkembangan Nilai, Moral dan SikapPerbedaan individu dalam perkembangan nilai,moral dan sikap dipengaruhi oleh tiga hal pokok, antara lain:1. Fase ( tahap)Menurut Kohlberg ada enam tahap dalam perkembangan moral yang berlaku secara universal dan dalam urutan tertentu. Ada tiga tingkat perkembangan menurut Kohlberg, antara lain:I. PrakonvensionalII. KonvensionalIII. Pasca-konvensionalDimana masing-masing tingkat terdiri dari dua tahap, sehingga totalnya menjadi enam tahap ( stadium) yang berkembang secara bertingkat dan dalam urutan yang tetap. Namun, tidak semua individu mencapai tahap terakhir perkembngan moral. Dalam stadium nol, anak menganggap baik apa yang sesuai dengan permintaan dan keinginannya. Sesudah stadium ini datanglah:Tingkat I : Prakonvensional, yang terdiri dari tahap 1 dan 2Pada tahap 1, anak berorientasi pada kepatuhan dan hukuman. Anak menganggap baik dan buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Ia harus menurut atau kalau tidak akan memperoleh hukuman.Pada tahap 2, berlaku prinsip Relativistik-Hedonism. Pada tahap ini anak tidak lagi secara mutlak tergantung pada aturan yang berada diluar dirinya, atau aturan yang ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi. Jadi ada Relativisme yang artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang ( hedonoistik).Tingkat II: KonvensionalTahap 3, menyangkut orientasi mengenai anak yang baik. Pada tahap ini anak mencapai unsure belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baiknya perbuatan itu oleh orang lain.disini, masyarakat adalah sumber yang menentukan, apakah perbuatan seseorang itu baik atau tidak.Tahap 4, yaitu tahap yang mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas. Pada tahap ini perbuatan baik yang diperlihatkan orang bukan hanya agar dspst diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkann bertujuan agar ikut mempertahankan aturan-aturan atau norma-norma sosial. Jadi perbuatan baik adalah berkewajiban untuk ikut melaksanaklan aturan-atiran yang berlaku dengan baik agar tidak menimbulkan kekacauan.Tingkat III : Pasca-KonvensionalTahap 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada tahp ini adanya hubungan timbale balik antara dirinya dengan lingkungan sosial, yaitu dengan masyarakat. Dalam hal ini, seseorang harus memperlihatkan kewajibannya, dimana ia harus berbuat sesuai dengan norma-norma sosial karena sebaliknya, lingkungan sosial atau masyarakat akan menghormati dan menghargai serta memberikan perlindungan kepadanya.Tahap 6, tahap ini disebut Prinsip Universal. Pada tahap ini ada norma etik di samping norma pribadi dan subjektif. Dalam perjanjian antara seseorang dengan masyarakatnya ada unsur-unsur subjektif yang menilai apakah perbuatan itu baik atau tidak. Subjektivisme disini maksudnya ada perbedaan penilaian antara seseorang dengan orang lain. Dalam hal ini usur etika yang akan menentukan apakah yang boleh dan baik dilakukan atau sebaliknya.2. Tempo ( waktu)Waktu disini sangat erat kaitannya dengan usia. Dimana setiap individu akan memiliki tingkat perkembangan nilai, moral dan sikap yang berbeda pada usia yang berbeda-beda pula.Pengertian moral dianak usias epuluh tahun tentu berbeda dengan anak-anak yang lebih tua. Karena pada anak-anak terdapat anggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak oleh karena diberikan oleh orang dewasa atau Tuhan yang tidak biasa di ubah lagi ( Kohlberg,1963). Pengertian mengenai aspek moral pada anak-anak lebih besar, lebih lentur dan nisbi. Ia bisa menawar atau mengubah suatu aturan kalau di setujui oleh semua orang.Berbeda dengan sebagian remaja serta orang dewasa yang penalarannya terhambat atau kurang berkembang, tahap perkembangan moralnya ada pada tahap prakonvensional. Pada tahap ini seseorang belum mengenal apalagi menerima aturan dan harapan masyarakat. Pada tingkatan yang paling awal, pedoman mereka hanyalah menghindari hukuman.Menurut Kohlberg, factor kebudayaan mempengaruhi perkembangan moral, terdapat berbagai rangsangan yang diterima oleh anka-anak dan ini mempengaruhi perkembangan moral. Bukan saja mengenai cepat atau lambatnya tahap-tahap perkembangan yang dicapai, melainkan juga mengenai batas tahap-tahap yang ingin dicapai. Perbedaan perseorangan juga dapat dilihat pada latar belakang kebudayaan tertentu.C. Upaya Mengembangkan Nilai, Moral dan Sikap Remaja serta Implikasinyadalam Penyelenggaraan PendidikaTahap-tahap perkembangan moral pada remaja telah mencapai pada tahap moralitas hasil interaksi seimbang yaitu secara bertahap anak mengadakan internalisasi nilai moral dari orangtuanya dan orang-orang dewasa di sekitarnya. Pada akhir masa remaja terdapat lima perubahan yang dapat dilukiskan sebagai berikut:1. Pandangan moral remaja mulai menjadi abstrak, menifestasi dari ciri ini adalah prilaku remaja yang suka saling bernasihat sesama teman dan kesukaannya pada kata-kata mutiara.2. Pandangan moral remaja sering terpusat pada apa yang benar dan apa yang salah. Sehingga remaja sangat antusias pada usaha-usaha reformasi sosial.3. Penilaian moral pada remaja semakin mendasarkan diri pada pertimbangan kognitif, yang mendorong remaja mulai menganalisis etika sosial dan mengambil keputusan kritis terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.4. Penilaian moral yang dilakukan remaja menunjukkan perubahan yang bergerak dari sifat egosentris menjadi sosiosentris, sehingga remaja senang sekali bila dilibatkan dalam kegiatan memperjuangkan nasib sesama, kesetiakawanan kelompok yang kadang-kadang untuk ini remaja bersedia berkorban fisik.5. Penilaian moral secara psikis juga berkembang menjadi lebih mendealam yang dapat merupakan sumber emosi dan menimbulkan ketegangan-ketegangan psikologis. Sehingga pada akhir masa remaja moral yang dianutnya diharapkan menjadi kenyataan hidup dan menjadi barang berharga dalam hidupnya.Apa yang terjadi dalam diri pribadi seseorang hanya dapat didekati melalui cara-cara tidak langsung, yakni dengan mempelajari gejala dan tingkah laku seseorang tersebut, maupun membandingkannya dengan gejala sertra tingkah laku orang lain. Diantara proses kejiwaan yang sulit untuk dipahami adalah proses terjadinya dan terjelmanya nilai-nilai hidup dalam diri individu, yang mungkin didahului oleh pengenalan nilai secara intelektual,disusul oleh penhayatan nilai tersebut, dan kemudian tumbuh didalam diri seseorang sedemikian rupa kuatnya sehingga seluruh jalan pikiran, tingkah lakunya serta sikapnya terhadap segala sesuatu di luar dirinya, bukan saja diwarnai tetapi juga dijiwai oleh nilai tersebutKarena itu, ada kemungkinan bahwa ada individu yang tahu tentang sesuatu nilai tetap menjadi pengetahuan. Tidak semua individu mencapai tingkat perkembangan moral seperti yang diharapkan, maka kita dihadapkan dengan masalah pembinaan. Adapun upaya-upaya yang dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral dan sikap remaja adalah:a. Menciptakan KomunikasiDalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral. Anak tidak pasif mendengarkan dari orang dewasa bagaimana seseorang harus bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai-nilai moral, tetapi anak-anak harus dirangsang supaya lebih aktif. Hendaknya ada upaya yang mengikutsertakan remaja dalam pembicaraan dan dalam pengambilan keputusan keluarga. Sedangkan dalam kelompok sebaya, remaja turut serta secara aktif dalam tanggung jawab dan penentuan maupun keputusan kelompok.Disekolah para remaja hendaknya diberi kesempatan berpartisipasi untuk mengembangkan aspek moral, misalnya dalam kerja kelompok,sehingga dia belajar untuk tidak melakukan sesuatu yang akan merugikan orang lain karena hal ini tidak sesuai dengan nilai atau norma moral. b. Menciptakan Iklim Lingkungan yang SerasiSeseorang yang mempelajari nilai hidup tertentu dan moral, kemudian berhasil memiliki sikap dan tingkah laku sebagai pencerminan nilai hidup tersebut umunya adalah seseorang yang hidup dalam lingkungan yang secara positif, jujur, dan konsekuen yang senantiasa mendukung bentuk tingkah laku yang merupakan pencerminan nilai hidup tersebut. Ini berarti antara lain, bahwa usaha pengembangan tingkah laku nilai hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan pendekatan-pendekatan intelektual semata, tetapi mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif dimana factor-faktor lingkungan itu sendiri merupakan penjelmaan yang konkret dari nilai-nilai hidup tersebut. Karena lingkungan merupakan factor yang cukup luas dan sangat bervariasi, maka tampaknya yang perlu diperhatikan adalah lingkungan sosial terdekat terutama mereka yang berfungsi sebagai pendidik dan Pembina yaitu orang tua dan guru.BAB III. Penutup1. KesimpulanSecara umum perkembangan nilai, moral dan sikap pada individu di pengaruhi oleh factor eksternal atau faktpr yang berasal dari luar individu, seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dimana dalam lingkungan ada interaksi antara lingkungan dengan individu.Setiap individu memiliki perkembangan nilai, moral dan sikap yang berbeda-beda. Hal itu tergantung usia, factor kebudayaan dan tingkat pemahamannya. Upaya upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangn nilai, moral dan sikap remaja adalah menciptakan komunikasi di samping memberi informasi,tetapi remaja diberikan kesempatan untuk berpartisipasi untuk aspek moral, serta menciptakan system lingkungan yang kondusif atau aman. Sehingga guru mampu mengajar dan mendidik dengan baik serta peserta didik mampu menerima dan mengaplikasikannnya dengan baik pula.2. SaranSebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, tentu kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran-saran yang membangun dari pembaca agar makalah ini dapat memberikan manfaat sebagaimana mestinya.DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2010. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198158-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan. Diakses tanggal 13 Maret 2012.Hartinah, Sitti. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama.Jufri, A. Wahab. 2010. Belajar dan Pembelajaran Sains. Mataram: Arga Puji Press.Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono.2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.http://jumatunnikmah.wordpress.com/2012/06/02/perkembangan-nilai-moral-dan-sikap/ jumatun nikmah

abtu, 14 April 2012NILAI DAN NORMA YANG BERLAKU DI MASYARAKAT

NILAI DAN NORMA YANG BERLAKU DI MASYARAKAT

A. Peran Nilai dan Norma Sosial Dalam Proses SosialisasiNorma dan nilai mempunyai kaitan yang sangat erat dalam rangka mempengaruhi perilaku masyarakat agar tercipta keteraturan dalam tatahubungan antar warga masyarakat. Norma sosial dibuat untuk melaksanakan nilai-nilai yang dianggap baik dan benar oleh masyarakat . oleh sebab itu norma dilengkapi dengan sanksi-sanksi sebagai bentuk ikatan bagi semua masyarakat untuk mematuhinya. Dalam suatu masyarakat nilai dan norma terus mengalami perkembangan sesuai dengan peradaban masyarakat tersebut. Makin maju masyarakat norma dan nilai semakin bersifat ekplisit dan mempunyai jenis yang bermacam-macam untuk mengatur secara terperinci berbagai kelangsungan hidup masyarakat.

B. Nilai Sosial Dalam Masyarakata) Pengertian Nilai SosialNilai sosial adalah segala sesuatu pandangan yang dianggap baik dan benar oleh masyarakat yang kemudian dipedomani sebagai contoh perilaku yang baik dan diharapkan oleh masyarakat. Tiap masyarakat memiliki sistem yang berbeda yang bersifat turun-temurun dari generasi ke generasi. Nilai dapat bersumber dari nilai keagamaan, adat-istiadat maupun etika yang terus berkembang dalam masyarakat. Oleh karena nilai mengandung tentang baik tidaknya perbuatan-perbuatan maka dapat dikatakan bahwa nilai adalah hasil dari pertimbangan moral. Nilai bisa berbeda dari masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Ada beberapa ahli sosiologi yang mengemukakan rumusan tentang nilai sosial;1. Kimball YoungMengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.2. A.W.GreenNilai adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi terhadap objek.3. WoodsMengemukakan bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari4. M.Z.LawangMenyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang pantas,berharga,dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut.5. HendropuspitoMenyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.

b) Tolak Ukur Nilai SosialTolok ukur nilai sosial berbeda-beda antara satu masyarakat dengan masyarakat lain, dan antara satu generasi dengan generasi berikutnya selalu mengalami perubahan. Ada 2 syarat supaya tolok ukur dalam masyarakat bersifat tetap yaitu:a. Penghargan harus diberikan oleh seluruh warga masyarakatb. Tolok ukur yang dibuat harus diterima oleh masyarakat.c) Manfaat dan Fungsi Nilai Sosiala. Alat untuk menetapkan harga dan kelas sosial seseorang dalam masyarakat.b. Faktor penentu bagi manusia dalam menjalankan perannya.c. Pembentuk cara berfikir dan berprilaku secara ideal dalam masyarakat.d. Pengawas, penuntun, pendorong dan penekan individu untuk berbuat baik.e. Alat solidaritas yang mendorong masyarakat untuk bekerjasama.d) Jenis-Jenis Nilai SosialBerdasarkan Pendapat Ahli (Notonagoro);a) Nilai MaterialNilai material adalah nilai yang muncul karna materi tersebut. Nilai terkandung di dalam benda yang dinamakan nilai materil. b) Nilai VitalNilai vital adalah nilai yang ada karena kegunaanya. Nilai yang muncul karena kegunaanya dinamakan nilai vital. c) Nilai Kerohaniaan Nilai keohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.cth; mendengar ceramah agama. Nilai kerohanian dibedakan tasa 4 macam;- Nilai kebenaran; bersumber pada akal- Nilai keindahan (estetis); bersumber pada perasaan- Nilai kebaikan (moral); bersumber pada kehendak manusia- Nilai religius; bersumber pada kepercayaane) Ciri-ciri Nilai Sosiala. Terbentuk dari hasil interaksi sosial antar warga masyarakat. Cth: nilai kedisipilinan yang dimiliki seseorang karena kebiasaan yang diajarkan dirumahnya.b. Dapat disebarluaskan melalui pergaulan. Cth; nilai menghargai persahabatan.c. Terbentuk melalui proses belajar. Cth; nilai menghargai antrian.d. Berbeda-beda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. Cth; nilai menghargai waktu, berbeda antara orang barat dengan orang Indonesia.e. Mempunyai pengaruh yang berbeda pada setiap orang.Cth; orang yang mengaggap uang adalah segala-galanya akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang.f. Pembentuk kepribadian seseorang baik positif maupun negatif. Cth; orang yang mengutamakan kepentingan pribadi dari pada umum akan menjadikan individu tersebut yang egois.g. Hasil seleksi dari berbagai aspek kehidupan.

f) Peran Nilai sosialPeran nilai sosial adalah sebagai berikut;a. Alat untuk menentukan harga sosial, kelas sosial seseorang dalam struktur stratifikasi seseorang. Misalnya, kelompok masyarakat atas, kelompok masyarakat menengah dan kelompok masyarakat bawah.b. Mengarahkan masyarakat untuk berpikir dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.c. Memotifasi atau memberi semangat dalam mewujudkan dirinya seperti yang diharapkan oleh penanan-perananya dalam mencapai tujuan.d. Alat solidaritas atau mendorong masyarakat untuk bekerja sama untuk mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai sendiri.e. Pengawas, penekan, pendorong untuk berbuat baik.

C. Norma Sosial Dalam Masyarakata. Pengertian Norma SosialNorma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.b. Jenis-Jenis Norma Sosial1. Norma berdasarkan sumbera) Norma AgamaNorma agama merupakan norma yang berisi pedoman bagi manusia untuk menjalankan pertintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Norma ini menjunjung manusia untuk memperoleh kebahagiaan dan keselamatan manusia di dunia maupun di akhirat.b) Norma AdatNorma adat merupakan norma yang mengatur tentang rutinitas perilaku sosial dalam kehidupan bermasyarakat.c) Norma kesusilaan/ kesopananNorma kesusilaan/ kesopanan dalalah norma masyarakat untuk mengatur hubungan manusia dalam rangka menghargai harkat dan martabat manusia yang lain. Pelanggaran pada norma ini berakibat sanksi pengucilan secara fisik maupun bati.d) Norma HukumNorma hukum adalah himpunan peraturan yang formal dan tertulis ketentuan sanksi tegas dibandingkan dengan norma-norma yang lain. Norma ini ditujukan kepada masyarakat yang berisi ketentuan-ketentuan, hak dan kewajiban. Norma ini bertujuan untuk menjaga ketertiban dan kedamaian dan akan dikenakan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya.2. Norma berdasarkan daya ikatnyaa) Cara (usage) yaitu perbuatan tertentu yang dilakukan seseorang tapi tidak secara terus menerus. Cth; cara makanyang baik menggunakan tangan kanan dan tidak bersuara.b) Kebiasaan ( folkways) yaitu perbuatan yang berulang-ulang dan sama yang dilakukan secara sadar, serta mempunyai tujuan yang jelas dan dianggap baik. Cth; membuang sampah pada tempatnya.c) Tata Kelakuan yaitu perbuatan yang mecerminkan sifat-sifat tertentu suatu masyarakat yang dilakukan secara sadar sebagai bentuk pengawasan terhadap anggota masyarakat. Cth; larangan perbuatan zina, mencuri dsb.d) Adat Istiadat yaitu kumpulan tata kelakuan yang tertinggi yang bersifat kekal dan kuat terhadap masyarakat. Cth; pelanggaran terhadap pelaksanaan upacara adat.

D. Perbedaan Nilai Dan Norma SosialNilai SosialNorma Sosial

Berada lebih dulu dibandingkan norma. Bersifat implisit. Belum memiliki sanksi. Tidak tertulis. Berfungsi sebangai pedoman perilaku. Norma dibuat untuk melaksanakan nilai. Bersifat ekplisit (nyata, jelas & tegas). Telah memiliki sanksi. Tertulis. Berfungsi mengatur dan membatasi perilaku.

E. Fungsi Nilai Sosial Dan Norma Sosiala) Sebagai petunjuh arah dan pemersatub) Sebagai benteng perlindunganc) Sebagai pendorong

F. Penyebab Terjadinya Perubahan Nilai dan NormaNorma dan nilai pada dasarnya akan mengalami perubahan atau pergeseran sesuai dengan kebutuhan masyarakat berkaitan dengan pengaturan prilaku warga masyarakat untuk menciptakan tertib sosial. Faktor-faktor penyebab perubahan nilai dan norma diantaranya:1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiIlmu dan teknologi berkembang dengan seiringnya manusia yang terus berinovasi baru untuk membantu dan mempermudah kehidupan manusia, pengaruh perkembangan iptek juga mempengaruhi nilai dan norma masyarakat.2. Pengaruh kebudayaan asing;Dengan meluasnya pergaulan manusia, terutama di era globalisasi dan dan informasi saat ini yang melintas batas-batas negara telah mengakibatkan keinginan-keinginan untuk meniru atau mengadopsi budaya asing tertentu kedalam kebudayaan setempat, seperti cara berpakaian (fashion), sistem pendidikan, sistem pertanian, sistem perdagangan dan sebagainya.3. Lingkungan baruNilai dan norma ccenderung berubah jika seseorang menempati daerah atau lingkungan baru. Dengan perpindahan tersebut terjadi asimilasi yang lambat laun akan mengikuti nilai dan norma sosial yang dianut oleh masyarakat setempat sehingga nilai dan norma yang dibawa dari daerah asal akan memudar.

G. Sosialisasia. Pengerian sosialisasiSosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.b. Tujuan Sosialisasi Untuk mengetahui nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Untuk mengetahui sosial budaya dalam masyarakat. Untuk mengetahui alam sekitar. Untuk mengtahui lingkungan sosial.c. Bentuk dan tahap sosialisasi1. Bentuk sosialisasiPeter L. Berger membedakan sosialisasi menjadi dua jenis yaitu ;a. sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya. b. Sosialisasi sekunderSosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

2. Tahap-tahap sosialisasiGeorge Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut. Tahap persiapan (Preparatory Stage)Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya. Tahap meniru (Play Stage)Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other) Tahap siap bertindak (Game Stage)Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.3. Media sosialisasiMedia sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat media sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah. Pesan-pesan yang disampaikan media sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh media sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh media sosialisasi yang berlainan. Keluarga (kinship)Bagi keluarga inti (nuclear family) media sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended family), media sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat media sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri. Teman pergaulanTeman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan. Lembaga pendidikan formal (sekolah)Media massa merupakan salah satu media sosialisasi yang paling berpengaruh Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. Media massaYang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.Contoh:a. Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.b. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.c. Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya. Media-media lainSelain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh media ini sangat besar.H. Kepribadiana. Pengertian kepribadianBerikut ini adalah pengertian kepribadian menurut para ahli; Koentjaraningrat menyebut kepribadian sebagai susunan dari akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan individu. Roucek mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi faktor biologis, psikologi, dan sosiologi yang mendasari perilaku seorang individu.b. Faktor penentu kepribadian1. Faktor keturunanKeturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.]Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi. Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut. Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama. 2. Faktor lingkunganFaktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier. http://sepmarlyhn.blogspot.com/2012/04/nilai-dan-norma-yang-berlaku-di.html