Upload
tri-wahyuni-a-majid
View
664
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN
“MAKP-ANALISA SWOT”
Dosen Pembimbing:Nurul Aini S. Kep., M. Kep.
Oleh :
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011
LANGKAH 1 (PENGUMPULAN DATA)
Sebuah ruangan interna di RSUD B akan menerapkan metode asuhan keperawatan profesiona
(MAKP). Sebagai persiapan, buatlah analisis SWOT guna menentukan langkah dan strategi
agar tujuan program dapat tercapai dengan optimal. Adapun gambaran situasinya sebagai
berikut:
1. Visi, misi dan motto
VISI :
Mampu memberikan pelayanan kesehatan dalam meningkatkan dan menjaga derajat
kesehatan bagi masyarakat umu terutama diruang interna wanita sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku.
MISI :
1. Menyelanggarakan pelayanan kesehatan secara profesional dan bermutu, berdaya
saing kuat serta terjangkau oleh masyarakat umum.
2. Menyelanggarakan pengelolaan pelayanan kesehatan secara mandiri dengan
memiliki SDM sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan tekhnologi.
3. Menyelanggarakan manejemen rumah sakit berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan
rumah sakit yang profesional sehingga mampu tumbuh dan berkembang tanpa
meninggalkan fungsi sosial rumah sakit.
MOTTO
KEPERCAYAAN, KESEHATAN DAN KEPUASAN ANDA ADALAH
KEBANGGAN KAMI.
2. HASIL PENGUMPULAN DATA
2.1 Sumber Daya Manusia (M1-Man)
I. Struktur organisasi
Ruangan interna dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh wakil
kepala ruangan dan 3 ketua tim, dan 8 perawat pelaksana, tata usaha bersama 5
pos atau yang difungsikan sebagai pembantu perawat serta tiga orang yang
bertugas sebagai cleaning service. Adapun struktur organisasinya adalah :
Struktur karyawan perawatan di ruang interna.
1. Jumlah tenaga di ruang interna wanita rumah sakit Y
a. KEPERAWATAN
No Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis
1. S1 Keperawatan 2 5 tahun: 1 orang
3 tahun: 1 orang
PNS
PNS
2. D3 Keperawatan 4 < 5 tahun: 2 orang
5-10 tahun: 1 orang
4 bulan: 1 orang
PNS
PNS
Honorer
3. SPK 7 >25 tahun: 7 orang PNS
4. Mahasiswa PSIK 10 1 bulan: 10orang
b. NON-KEPERAWATAN
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1. Tata usaha 1 orang PNS
2. Cleaning service 3 orang Honorer
3. Ahli gizi 2 orang PNS
4. POS 5 orang bervariasi
Katim 3Katim 2Katim 1
Tata UsahaWakil Karu
Perawat 3
Kepala Ruangan
Perawat 3 Perawat 2
2. Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Tingkat ketergantungan Jumlahkebutuhan tenaga
Tingkat ktg Jml pasien PAGI SORE MALAM
Minimal 12 12x0,17=2,04 12x0,14=1,68 12x0,07=0,84
Parsial 5 5x0,27=1,35 5x0,15= 0,75 5x0,10= 0,5
Total 3 3x0,36= 1,08 3x0,36= 1,08 3x0,2= 0,6
Jumlah 20 4,47
4
3,51
4
1,94
2
Total tenaga perawat
Pagi : 4 orang
Sore : 4 orang
Malam : 2 orang +
10 orang
86 x10297
=860297
=2,89=3
Jumlah tenaga perawat lepas perhari : 3 orang
Jadi jumlah perawat yang di butuhkan:
10 orang + 2 orang structural (kepala ruangan, wakil kepala ruangan) + 3 orang
lepas dinas = 15 orang
3. BOR pasien
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur
ruang interna, yaitu 25 tempat tidur dengan rincian sebagai berikut:
NO Shift Kelas II Kelas III BOR
1. Pagi 4 bed (2 kosong) 21 bed (3 kosong) 20/25x100=80%
2. Sore 4 bed (2 kosong) 21 bed (3 kosong) 20/25x100=80%
3. Malam 4 bed (2 kosong) 21 bed (3 kosong) 20/25x100=80%
Pengumpulan data dalam hal ketenangan di ruangan interna dilakukan
melalui observasi dan wawancara secara langsung dengan perawat ruangan
maupun melalui kuesioner. Berdasarkan hasil angket maupun kuesioner di
ruangan dengan responden adalah perawat ruangan, didapat data bahwa: 69,2%
perawat puas dengan struktur organisasi yang telah ada di ruangan, 65%
perawat menyatakan bahwha pembagian tugas di ruangan secara structural
sudah baik namun dalam pelaksanaanya masih belum jelas. Hasil wawancara
dengan kepala ruangan menyatakan bahwa 60% kerja perawat di ruangan sudah
cukup baik namun 54% perawat masih berlatar pendidikan SPK. Setelah
diberikan kuisioner didapatkan data bahwa ternyata 60% perawat membutuhkan
kesempatan dan beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi dan mengikuti seminar tentang pelatihan keperawatan.kepala ruangan
juga menyatakan bahwa R.S telah memberikan kebijakan kepada perawat untuk
mendapat beasiswa dan kesempatan untuk kuliah maupun seminar pelatihan
perawat. Namun disisi lain menurut kepala ruangan, pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan tentang profesionalisme perawat mengingat tuntunan
masyarakat akan kesehatan semakin meningkat, masyarakat juga membutuhkan
pelayanan baik, dan R.S mempunyai kebijakan untuk menerima pasien
ASKESKIN dan member kesempatan perawat asing untukmasuk ke R.S.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa ruangan interna
wanita dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu oleh wakil kepala ruangan dan
3 ketua tim, dan 8 perawat pelaksana, tata usaha bersama 5 POS atau yang di
fungsikan sebagai pembantu perawat serta tiga orang yang bertugas sebagai
cleaning service. 60% pasien di ruang interna wanita dengan tingkat
ketergantungan minimal 25% denagn tingkat ketergantungan parsial dan 15%
dengan tingkat ketergantungan total. Jumlah tenaga lepas dinas perhari di
ruangan adalah 3 dan totaldan total jumlah perawat adalah 13 orang dengan 2
orang berpendidikan S1, 4 orang DIII dan 7 orang SPK yang di bagi mrnjadi 3
shift kerja yakni, shift pagi (07.00-15.00), shift sore (15.00-23.00), dan shift
malam (23.00-06.30). perawat mendapatkan kesempatan untuk mengambil cuti
1x dalam seminggu. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan, BOR pasien di
ruangan adalah 80%.
2.2 Sarana dan perasarana (M2- Material)
1. Lokasi dan denah
Lokasi penerapan proses menejerial keperawatan ini di lakukan di ruang interna
dengan uraian denah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan ruang bedah
Sebelah selatan berbatasan dengan ruang saraf
Sebelah Barat merupakan arah belakang ruangan
Sebelah timur merupakan arah pintu masuk ke dalam ruangan
2. Peralatan dan fasilitas
a. Fasilitas untuk pasien
NO Nama barang Jumlah Kondisi ideal Usulan
1. Tempat tidur 25 bed Cukup 1:1 -
2. Meja pasien 25 buah baik 1:1 -
3. Kipas angin 7 buah Cukup baik 4/ ruangan Perlu di kurangi
4. Kursi roda 3 buah Cukup baik 2-3/ruangan -
5. Branchart 2 buah Cukup abik 1 peruanagn Perlu di kurangi
6. Jam diding 2 buah Baik 2 peruangan -
7. timbangan 1 buah baik 1 peruangan -
8. Kamar mandi
& WC
4 buah Cukup baik Kelas 2= 1:2
Kelas 3= 1:5
Perlu di tambah
1 kamar mandi
9. Dapur 1 buah Cukup baik 1 peruangan -
10. Wastafel 2 buah baik 2 peruangan -
b. Fasilitas untuk petugas kesehatan
Ruang kepala ruangan menjadi atu dengan ruang pertemuan perawat
Kamar mandi perawat atau WC ada Satu.
Ruang staf dokter ada di sebelah barat nursing station
Nursing station berada di tengah ruangan di sebelah ruang staf dokter
dan ruang pasien kelas 2
Gudang berada di sebelah selatan ruang ganti
Ruang ganti berada di sebelah utara di dekat gudang
c. Fasilitas dan bahan kesehatan yang ada di ruang interna
N
O
Nama barang jumlah kondisi ideal usulan
1. stetoskop 5 buah baik 2 peruangan Di kurangi
2. Hb meter 2 buah baik 2 peruangan -
3. urometer 2 buah baik 2peruangan -
4. Lemari es 1 buah baik 1 peruangan -
5. comstenlist 4 buah baik 3 peruangan Di kurangi
6. Tabung o2 5 buah baik 2 peruangan Di kurangi
7. senter 2 buah baik 2 peruangan Di kurangi
8. Bak injekdi 8 buah baik 2 peruangan Di kurangi
9. Ember sampah pasien 3 buah baik 1:1 Di tambah 22
10. Papan tulis 2 buah baik 1 peruangan Di kurangi
11. Lemari kaca 2 buah baik 1 peruangan Di kurangi
12. Lemari besi 1 buah baik 1 peruangan -
13. Tensi meter 5 buah baik 2 peruangan Di kurangi
14. Pinset anatomis 10 bauh baik 2 peruangan Di kurangi
15. Piset crurugis 10 buah baik 2 peruang Di kurangi
16. Gunting mikrotomi 10 buah baik 2 peruangan Dikurangi
17. Gunting perban 3 bauh baik 2 peruangan Di kurangi
18. bengkok 10 buah Baik 2 peruangan Dikuarangi
19. Korentang dan tempat 5 bauh baik 2 peruangan Di kurangi
20. suction 2 buah baik 2 peruangan -
21. telfon 1 buah baik 1 peruangan -
22. komputer 1 set baik 1 peruangan -
23. Alat pemadam
kebakaran
1 buah baik 1 peruangan -
24. Lemari obat 1 buah baik 2 peruangan -
25. Lampu darurat 2 buah baik 2 peruangan -
26. Spuit glisering 1 buah baik 2 peruangan Di tambabah satu
27. Kereta obat 4 buah baik 1 peruangan Di kurangi
28. Standart baskom 5 bauh baik 2 peruangan Di kurangi
29. Standart infus 10 buah Baik 1:1 Di tambah 15
30 Ambu beg 1 buah baik 1/ ruangan -
31. Kursi lipat 10 bauh 2 rusak 5/ ruangan Di kurangi
32. Mono meter lengkap 2 buah baik 2 peruangan -
33. Standart O2 1 bauh baik 2 peruangan Di tambah 1
34. Thermometer 5 bauah 1 buah 5 peruangan Di tambah1
3. Administrasi lengkap
a. Buku injeksi
b. Buku observasi
c. Lembar dokumentasi
d. Buku observasi suhu dan nadi
e. Buku timbang terima
Sarana dan prasarana diruang rawat inap interna wanita RSUD Y cukup baik. Fasilitas
penunjang seperti 4 kamar mandi, 1 tempat parker, dan 1 kantin kondisinya cukup baik.
Tetapi idealnya kamar mandi kelas 2= 1:2 dan klas 3= 1:5,1 tempat parker / ruangan, 1
kantin / ruangan , sehingga perlu ditambah 1 kamar mandi. Ventilasi udara terdapat 10
jendela kondisinya cukup baik. Setiap pagi dan sore ruangan dibersihkan oleh petugas
cleaning service dan kondisi ruangan cukup tenang. Jumlah tabung O2 ada 5 buah, perlu
dikurangi 3, sebab idealnya ada 2 /ruangan. Semua perawat ruangan mampu
menggunakanya dengan baik. Kondisi administrasi penunjang cukup baik, yang terdiri
dari : 1 buah buku injeksi, 1 buah buku observasi, 20 lembar dokumentasi, 1 buah buku
observasi suhu dan nadi, dan 1 buah buku timbang terima. Nurse station ada 1 di
ruangan, biasanya di gunakan sebagai ruang pertemuan perawat, kadang-kadang perawat
mengobrol dan menggosip di nurse station. Tempat ruang karu tersendiri disebelah ruang
staff dokter sebaiknya dipindah jadi 1 dengan nurse station sebab idealnya ruang karu
jadi 1 dengan nurse station.
2.3. Metode Asuhan Keperawatan (M3-Method)
a. Penerapan MAKP
Dari hasil wawancara dan angket tentang model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini didapatkan bahwa model asuhan keperawatan yang digunakan tim.
11 dari 13 perawat (84,6%) menyatakan mengerti atau memahami model yang
digunakan. 100% menyatakan cocok dengan model yang ada. Model yang digunakan
sesuai dengan visi dan misi ruangan.
Dari hasil wawancara dan angket dan observasi serta dari data sekunder
tentang efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan saat ini didapatkan bahwa
dengan menggunakan model yang sekarang ini digunakan rata-rata pasien rawat inap
7-14 hari. Perawat mengatakan bahwa kepercayaan pasien tidak ada penurunan ini
dilihat darui banyaknya jumlah pasien rujukan dari puskesmas maupun klinik-klinik
lain. 9 dari 11 perawat (81,8%) menyatakan bahwa model yang digunakan saat ini
tidak terlalu membebani kerja. Masalah pembiayaan terpusat langsung, jadi bisa
dikatakan tergantung dari alokasi anggaran yang dissediakan rumah sakit untuk tiap-
tiap ruangan. Kritikan yang diterima oleh ruangan terkait dengan masalah kurangnya
sumber daya tenaga yang ada jadi pelayanan kurang optimal.
Data yang diperoleh dari pengkajian tentang mekannisme pelaksanaan model
asuhan keperawatan didapatkan bahwa 7 dari 11 perawat 63,6% mengatakan bahwa
komunikasi antar profesi terlakasana cukup baik. Sedangkan rencana askep antar sift
berkelanjutan. Hal ini didukaung dengan data dokumentasi. Semua perawat
mengatakan bahwa pernah mendapat teguran dari ketua tim tentang kinerja yang telah
dilakukan. Hanya saja teguran tersebut berupa masukan-masukan. 8 dari 11 perawat
(72,7%) mengatakan bahwa merasa telah melakukan tugasnya sesuai dengan standart
yang tel;ah ditetapkan.
Adapun data yang telah diperoleh dari pengkajian tentang tanggungjawab dan
pembagian tugas didapatkan bahwa 8 dari 11 perawat (72,7%) mengatakan bahwa 6
dari 11 perawat (54,5%) mengatakan bahwa mendapat job yang kadang-kadang tidak
berbeda dengan lulusan akademik yang berbeda tingkatan. 5 dari 11 perawat
(45,45%) menvberikan jawaban yang kurang sesuai dengan metode tim yang telah
digunakan. 6 dari 11 perawat (54,5%) mengatakan bahwa kurang mengetahui
kebutuhan kepererawatan keseluruhan pasien yang sedang dialami.
b. Timbang Terima
Timbang terima dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pergantian sift
malam ke pagi (07.00) dan pagi ke sore (14.00). Selalu diikkuti oleh semua perawat
yang telah dan akan dinasa, tetapi dari kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh data,
100% perawat menyatakan, pelaksanaan timbang terima kadang-kadang tepat waktu
dengan alasan 7 perawat (63,63%) mengatakan anggota tim belum lengkap, 4 perawat
(36,36%) mengatakan data belum disalin. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh kepala
ruangan. Untuk hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam timbang terima, semua perawat
dapat menyebutkan dengan benar & menyiapkan hal-hal yang akan dibutuhkan dalam
timban g terima, meliputi catatan perkembangan kondisi pasien, buku timbang terima,
dll. Sedangkan untuk hal-hal yang perlu disampaikan selama timbang terima, dari 11
perawat han ya 5 perawat (45,45%) yang mencanntumkan agar lebih efisien mereka
langsung menggunakan diagnosa dokter. Dalam setiap timbang terima selalu ada
klarifikasi langsung, tanya jawab dan validitas terhadap semua hal yang ditimabang
terimakan.
100% perawat mengetahui hal-hal prinsip tentang teknik penyampaian
timbang terima ketika didepan pasien yang meliputi: penggunaan volum suara yang
cukup sehingga tidak mengganggu pasien di sebelahnya, sesuatu yang dianggap
rahasia disampaikan dengan bahasa medis,dll. Selalu ada interaksi dengan pasien saat
timbang terima berlangsung, minimal menanyakan apa yang di rasakan pasien saat
ini, semalam bis atidur atau tidak, dll. Lama timbang terima bervariasi tergantung
kondisi pasien, semakin banyak yang akan dilaporkan, semakin lama waktunya,
menurut hasil kuesioner, biasanya tidak lebih dari lima menit untuk tiap pasien.
Pelaporan timbsng terima dicatat terima dicatat dalam buku khusus yang akan
ditandatangani oleh perawat yang melaporkan, perawat yang menewrima laporan dan
kepala ruangan. Setelah pelaksanaan timbang terima, kepala ruangan mengadakan
diskusi singkat untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan siftbselanjutnya.
Kemudian timabang terima akan ditutup oleh kepala ruangan. Adapun hambatan yang
dikeluhkan perawat adalah 4 perawat (36,36%) mengaku kesulitan dalam
mendokumentasikan laporan timbang terima 3 perawat (75%) mengeluhkan tentang
proses pendokumentasian yang kurang sistematis dan efisien, 1 perawat (25%)
menjawab lebih suka menulis data pada secarik kertas, sedangkan 5 perawat lainya
(45,45%) menyatakan, hambatan dalam timbang terima adalah ketidakdisiplinan. 2
perawat lainya (18,18%) menyatakan, dokumentasi masih terbatas sehingga rencana
tindakan belum spesifik.
c. Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, pelaksanaan ronde keperawatan
di ruang interna wanita belum optimal (dari 81,8% perawat ruangan dan karu), hali ini
dikarenakan jumlah pasien yang lebih banyak dari jumlah perawat. Dan hanya 81,8%
perawat ang tahu tentang ronde keperawatan. Tim yang dibentuk dalam pelaksanaan
ronde keperawatan cukup mampu dalam melaksanakan tuigasnya. Hal ini dikarenakan
81,8% perwata ruangan mau dan ingin berubah dalam pelaksaaan ronde yang lebih
optimal. Tim yang dibentuk berkisar3-4 orang atau perawat yang dipimpin oleh karu.
Topik dan kasus yang dibahas dalam ronde keperawatn sesuia dengan masalah yang
ada diruangan dan yang lebih memerlukan perhatian khusus, misalnya gangren.
Pelatihan dan diskusi yang berkaitan dengan masalah yang terjadi di ruangan telah
dilaksanakan tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat sekitar 54,5%. Hal ini
dikarenakan kegiatan ruangan yang cukup padat sehingga kesempatan yang ada hanya
terbatas.
Dari hasil observasi, ronde keperawatan dilaksananakan dan diikuti hampir
72,7% perawat ruangan dan 50% dari keluarga pasien yang terlibat. Ronde
dilaksanakan sekitar 15-30 menit sekitar pukul 09.00 dan dibuka oleh karu.
d. Pengelolaan Logistik dan obat
Data yang diperoleh tentang pengadaan sentralisasi obat adalah semua perawat
mengemukakan jawaban mengerti tentang sentralisasi obat. Di ruangan tersebut sudah
ada sentralisasi obat. Ini bias dilihat adanya ruangan khusus obat. Sedangkan
pelaksanan sentralisasi obat belum optimal. Penugasan SO didapatkan data 8 dari 11
pearawat (72,7%) memberi jawaban pernah mengurusi sentralisasi obat. Dan selama
ini format yang ada masih obat oral dan injeksi. Dan yang lain tercampur pada salah
satu dari keduanya
Adapun data tentang alur penerimaan obat yang didapat obat yang diperoleh
dari keluarga langsung dibawa ke ruang SO. Dan selama ini belum ada format
persetujuan sentralisasi obat untuk pasien.
Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya ruangan khusus obat
sedangkan alat – alat kesehatan hanya sebagian ada dengan jumlah terbats. Selama ini
obat – obatan bagi pasien sendiri dengan etiket kepemilikan. Akan tetapi proses
keluar masuknya tidak didokumentasikan. Dan semua perawat mengatakan bahwa
selalu memberi etiket kepemilikan pada obat – obat yang ada.
Ada pun data yang diperoleh tentang cara penyiapan obat menunjukan bahwa
8 dari 11 perawat (72,7%) memberi jawaban bahwa tidak menginformasikan jumlah
kepemilikan sisa obat yang belum diberikan. Dan format yang ada hanya obat oral
dan injeksi selain itu tidak ada.
e. Discharge Planning
Dari hasil observasi yang dilakukan, discharge planning sudah dilaksanakan,
akan tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat dan hanya dilaksakan saat
pasien akan pulang dan isinya hanya penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien
dan cara mengatasi penyakitnya jika kambuh. Dalam melakukan discharge planning
perawat tidak pernah memberikan brosur maupun leaflet pada pasien, sehingga pasien
kadang lupa tentang penjelasan yang sudah diberikan oleh para perawat.
Dari hasil angket yang sudah disebarkan dan wawancara yang sudah dilakukan
pada perawat diruangan, didapatkan didapatkan hasil bahwa 8 perawat (72,7%)
mengatakan sudah memahami discharge planning dan sisanya belum memahami apa
sebenarnya discharge planning yang benar, kemudian hanya 6 perawat (54,5%) yang
bersedia melakukan discharge planning dan 8 perawat (72,7%) mengatakan bahwa
discharge planning hanya dilakukan saat pasien akan pulang. Kemudian 7 perawat
(63,6%) mengatakan bahwa mereka pernah diberi tugas untuk melakukan discharge
planning akan tetapi perintah untuk melakukan discharge planning hanya dilakukan
berupa perintah lisan oleh kepala ruangan. Dari 7 perawat (63,6%) mengatakan
mereka melakukan discharge planning dengan hanya menggunakan medial lisan,
yaitu hanya berbicara dengan pasien dan keluarga pasien.sedangkan bahasa yang
digunakan oleh perawat tersebut kebanyakan adalah bahasa Indonesia dalam
memberikan discharge planning dan sisanya menggunakan bahasa jawa dalam
memberikan discharge planning. Kemudian ada 8 perawat (72,7%) mengatakan
bahwa mereka tidakpernah melakukan pendokumentasiaan setelah melakukan
discharge planning.sedangkan dari hasil wawancara dengan kepala
ruangan,didapatkan bahwa memang selama ini tidak diberikan brousur maupun reaflet
saat melakukan discharge planning dan juga tidak disediakan anggaran khusus dalam
pelaksanaan discharge planning.
f. Supervisi
Dari observasi yang dilakukan mahaiswa PSIK saat melakukan praktek
manajemen keperawatan didapatkan data bahwa kelengkapan supervisi di ruangan
belum memenuhi standart yang telah di tetapkan. Saat supervisi injeksi IV dengan
kepala ruangan tidak tersedia alas untuk injeksi IV dan sebagaian perawat
mengabaikan persiapan yang harus dilakukan pada pasien.sedangkan format untuk
supervisi ruangan masih belum baku serta di ruangan hanya terdapat format supervisi
untuk injeksi IV. Di ruangan interna wanita, supervisi dilakukan setiap bulan oleh
kepala ruangan.Kepala ruangan secara langsung melakukan supervisi kepada ketua
tim dan ketua tim secara melakukan supervisi kepada perawat pelaksana. Kemudian
melaporkan hasil supervisi perawat pelaksana kepada kepala ruangan dan hasil ini di
jadikan dokumentasi untuk ruangan.
Dari wawancara dan angket dengan kepala beserta perawat ruangan
didapatkan data bahwa 8 (62%) orang pearawat telah memahami tentang supervisi
dan 4 (31%) orang perawat telah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang
supervisi.
Mengingat perlunya perhatian ekstra untuk ruangan, maka kepala ruangan
menyampaikan hasil penilaian dari supervisi kepada perawat secara fair sesuai dengan
hasil yang di dapat. Sedangkan untuk feedback sebagaian perawat mengeluhkan
kurang puas.dan untuk pemecahan masalahdari hasil supervisi belum dilaksanakan
secara optimal. Dari angket yang diberikan mahasiswa didapatkan 7 orang perawat
menyatakan kurang mempunyai motivasi untuk berubah.
g. Dokumentasi
Dari observasi yang dilakukan, model dokumentasi kepaerawatan yang
digunakan di ruang interna wanita adalah model dokumentasi POR. Dokumentasi
kepearawatan yang dilakukan meliputi pengkajian menggunakan sistem Head To Toe
dan ROS, Serta diagnosa keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan SOAP.
Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat dalam
pengkajian dan pengisiannya. Sistem pendokumentasiaanya. Sistem
pendokumentasiaanya masih dilakukan secara manual ( belum ada komputerisasi).
Catatan keprawatan berisikan jawaban terhadap nasihat dokter & tindakan mandiri
perawat, tetapi belum semua tindakan didokumentasikan. Dari hasil angket yang
sudah disebarkan didapat 8 perawat(72,7%) mengatakan mengerti cara pengisian
format dokumetasi yang digunakan ruangan dengan benar & tepat. Namun pelatihan
pelatihan tentang cara pendokumentasian keperawatan yang benar masih terus
diadakan.
Dokumentasi Asuhan keperawatan tidak dilaksanakan segera setelah pasien
masuk atau terjadi masalah keperawatan, tetapi kadang kadangdilengkapi saat mau
pulang atau apabila keaadan memungkinkan. Dan dar hasil angket didapatkan 6
perawat (54,5%) mengatakan melakukan dokumentasi segera setelah melakukan
tindakan. Catatan perkembangan pasien kurang berkesinambungan danb kurang
lengkap, serta respon dari pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi. Dari 20
rekam medis pasien yang ada hanya 12 rrekam medis yang ditulis lengkap dan tepat
waktu
Sedangkan untuk efisiensi dan efektifitas model pendokumentasian dapat
dilihat dari hasil angket yang menyebutkan bahwa 6 perawat (54,5%) mengatakan
model dokumentasi yang digunakan menyita banyak waktu, tetapi ada 8 perawat
(72,7%) mengatakan format yang digunakan sangat membantu dalam melakukan
pengkajian pasien.
LANGKAH 2 (ANALISA DATA / SWOT)
NO
ANALISA “SWOT” BOBOT RATING BOBOT X RATING
1. M1(Man)A. Internal Faktor (IFAS) STRENGHT a. Jenis ketenagaan
S1 keperawatan : 2D3 keperawatan : 4SPK : 7Mahasiswa PSIK : 10Tata Usaha : 1Cleanning Service : 3Ahli gizi : 2POS : 5
0,3 3 0,9 S-W=3,45-1,45=
2
b. Struktur organisasi sudah baik 0,25 4 1c. Pembagian tugas di ruangan
secara struktural sudah baik 0,25 3 0,75
d. Kinerja perawat di ruangan sudah baik
0,2 4 0,8
TOTAL 1 3,45WEAKNES a. Pelaksanaan pembagian
tugas belum jelas 0,3 3 0,9
b. Sebagian besar perawat masih berlatar pendidikan SPK
0,2 2 0,4
c. Perawat merasa membutuhkan kesempatan dan beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
0,5 3 0,15
TOTAL 1 1,45B. Ekternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITYa. Adanya kebijakan RS untuk
perawat mendapatkan beasiswa dan kesempatan untuk kuliah maupun seminar pelatihan keperawatan
0,45 4 1,8 O-T=3,45-2,55=
1,1
b. Adanya mahasiswa PSIK yang sedang praktek
0,15 3 0,45
c. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat
0,2 4 0,8
d. Perawat mendapatkan kesempatan untuk mengambil cuti 1 x dalam seminggu
0,2 3 0,6
TOTAL 1 3,65THREATENEDa. Tuntutan masyarakat tentang
perawatan yang profesional0,55 3 1,65
b. Kebijakan memberi kesempatan perawat asing untuk masuk RS
0,45 2 0,9
TOTAL 1 2,552 M2 (Material)
A. Internal Faktor (IFAS)STRENGHT a. Sarana dan prasarana diruang
rawat inap interna sudah cukup baik.
0,2 4 0,8 S-W=3,0-2,3=0,7
b. Setiap pagi dan sore ruangan dibersihkan oleh petugas cleaning service dan kondisi ruangan cukup tenang.
0,1 3 0,3
c. Semua perawat mampu menggunakan fasilitas dan bahan kesehatan yang ada dengan baik.
0,1 3 0,3
d. Kondisi administrasi penunjang cukup baik
0,1 2 0,2
e. Fasilitas untuk pasien seperti tempat tidur, meja pasien, kipas angin, kursi roda, branchart, jam dinding, timbangan, dapur, wastafel dapat mencakup kebutuhan pasien dan kondisinya cukup baik
0,1 4 0,4
f. Nursing station berada di tengah ruangan disebelah ruang staf dokter dan ruang pasien kelas 2
0,1 2 0,2
g. Terdapat 10 ventilasi udara dengan kondisi cukup baik
0,1 2 0,2
h. Fasilitas dan bahan kesehatan yang ada diruang interna kondisinya baik kecuali ambubag dan manometer O2
0,1 4 0,4
i. Terdapat administrasi penunjang.
0,1 2 0,2
TOTAL 1 3,0WEAKNESa. Ruang karu tersendiri di
sebelah ruang staf dokter, idealnya jadi satu dengan nurse station
0,35 2 0,7
b. Nurse station hanya ada satu 0,1 3 0,3c. Fasilitas Kamar mandi dan
WC untuk pasien perlu ditambah 1 kamar mandi
0,25 2 0,5
d. Kamar mandi untuk perawat hanya ada 1
0,1 2 0,2
e. Fasilitas dan bahan kesehatan yang ada di ruang interna: ember sampah pasien, lampu darurat, standart baskom, manometer O2 lengkap standart O2 dan thermometer perlu ditambah
0,2 3 0,6
TOTAL 1 2,3B. Ekternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITYa. Fasilitas untuk pasien: kipas
angin dan brancart perlu di kurangi
0,4 3 1,2 O-T=3,6-3=0,6
b. Fasilitas dan bahan kesehatan yang ada di ruang interna perlu dikurangi kecuali ember sampah pasien, lampu darurat, standart baskom, manometer O2 lengkap standart O2
0,6 4 2,4
TOTAL 1 3,6THREATENEDa. Kadang-kadang perawat
mengobrol dan menggosip di nurse station
1 3 3
TOTAL 1 33 M3 (METHOD)
MAKPA. Internal Faktor (IFAS)STRENGHT a. RS memiliki visi, misi, dan
motto sebagai acuan melaksanakan kegiatan pelayanan
0,1 2 0,2 S-W=2,9 – 2,5
= 0,4
b. Sebagian besar perawat menyatakan mengerti/ memahami model asuhan keperawatan yang di gunakan dan tidak terlalu membebani kerja
0,2 4 0,8
c. MAKP yang di gunakan TIM sesuai dengan visi missi
0,1 2 0,2
ruangan d. MAKP yang digunakan
sudah efektif dan efisien 0,1 3 0,3
e. Tidak ada penurunan kepercayaan pasien rujukan dari puskesmas dan klinik lain
0,1 2 0,2
f. Komunikasi antar profesi terlaksana cukup baik
0,1 2 0,2
g. Rencana askep antar shif berkelanjutan didukung dengan adanya data dokumentasi
0,2 3 0,6
h. Sebagian besar perawat telah melaksanakan tugasnya sesuai standar yang telah di tetapkan
0,1 4 0,4
TOTAL 1 2,9WEAKNESa. Kurangnya sumber daya
yang ada jadi pelayanan kurang optimal
0,3 2 0,6
b. Ketidakseuaian job dis dengan lulusan akademik yang berbeda tingkatannya.
0,5 3 1,5
c. Sebagian kecil perawat kurang mengetahui kebutuhan perawatan pasien yang sedang di alami
0,2 2 0,4
TOTAL 1 2,5B. Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITYa. Masalah pembiayaan terpusat
langsung.0,6 3 1,8 O – T =
3 – 2 = 1 b. Adanya teguran dari ketua
TIM tentang kinerja yang telah dilaksanakan berupa masukan-masukan
0,4 3 1,2
TOTAL 1 3THREATENEDa. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan di buktikan dengan kritikan yang di terima oleh ruangan.
1 2 2
TOTAL 1 2TIMBANG TERIMAA. Internal Faktor (IFAS)STRENGHT
a. Timbang terima dipimpin langsung oleh kepala ruangan
0,2 2 0,4 S – W = 2,5 – 2,3 = 0,2b. Adanya laporan jaga setiap
shif 0,1 3 0,3
c. Adanya kesiapan perawat dalam melakukan timbang terima
0,1 3 0,3
d. Seluruh perawat mengetahui prinsip tentang penyampaian timbang terima
0,2 2 0,4
e. adanya interaksi dengan pasien saat timbang terima
0,2 3 0,6
f. durasi timbang terima berfarisai tergantung kondisi pasien
0,1 2 0,2
g. timbang terima di catat dalam buku khusus
0,1 3 0,3
TOTAL 1 2,5WEAKNESSa. Timbang terima dilakukan 2
kali sehari 0,4 2 0,8
b. Isi timbang terima belum terdokumentasikan dengan baik
0,3 2 0,6
c. Masih banyak timbang terima tentang masalah medis
0,3 3 0,9
TOTAL 1 2,3B. Eksternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITYa. Adanya interaksi dan
klarifikasi tentang timbang terima yang dilakukan
0,6 3 1,8 O – T = 3,0 – 3,5 = -0,5
b. kepala ruangan mengadakan diskusi setelah timbang terima untuk evaluasi
0,4 3 1,2
TOTAL 1 3,0THREATENEDa. Perawat mengaku kesulitan
dalam mendokumentasikan laporan timbang terima
0,3 4 1,2
b. Pendokumentasian masih terbatas sehingga rencana tindakan belum spesifik
0,5 3 1,5
c. Pelaksanaan timbang terima tidak sesuai dengan jadwal
0,2 4 0,8
TOTAL 1 2,2RONDE KEPERAWATANA. Internal Faktor (IFAS)STRENGHT
a. Sebagian besar perawat tahu tentang ronde keperawatan
0,3 2 0,6 S-W =2,4-4 = - 1,6b. TIM yang di bentuk dalam
pelaksanaan ronde keperawatan mampu dalam melaksanakan tugasnya
0,2 3 0,6
c. Adanya kemauan perawat untuk berubah
0,3 2 0,6
d. Topik dan kasus yang di bahas dalam keperawatan sesuai dengan masalah yang ada di ruangan
0,2 2 0,6
TOTAL 1 2,4WEAKNESSa. Pelaksanaan ronde
keperawatan di ruang interna belum optimal
0,6 4 2,4
b. Jumlah tenaga perawat tidak seimbang dengan jumlah pasien
0,4 4 1,6
TOTAL 1 4B. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITYa. TIM yang di bentuk berkisar
3-4 perawat dalam yang dipimpin oleh karu
0,3 3 0,9 O-T=2,3-2=0,3
b. Pelatihan dan diskusi terkait dengan masalah yang terjadi di ruangan telah dilaksanakan
0,7 2 1,4
TOTAL 1 2,3THREATENEDa. Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelatanan yang lebih profesional
1 2 2
TOTAL 1 2PENGELOLAAN LOGISTIK DAN OBATA. Internal Faktor (IFAS)STRENGHTa. Semua perawat memahami
tentang sentralisasi obat 0,3 3 0,9 S – W =
2,8 – 2,9 = -0,1b. Adanya ruangan khusus obat 0,15 3 0,45
c. Adanya kemauan perawat dalam melakukan sentralisasi obat
0,25 2 0,75
d. Semua perawat selalu memberi etiket kepemilikan tentang cara penyimpanan obat-obat yang ada
0,3 3 0,9
TOTAL 1 2,8WEAKNESSa. Pelaksanaan sentralisasi obat
belum optimal 0,1 4 0,4
b. Format sentralisasi obat yang ada masih obat oral dan injeksi
0,1 2 0,2
c. Belum ada format persetujuan sentralisasi obat untuk pasien
0,25 4 1,0
d. Proses pendokumentasian keluar masuknya obat kurang optimal
0,1 4 0,4
e. Perawat tidak menginformasikan jumlah kepemilikan sisa obat yang belum diberikan
0,35 2 0,7
f. Keterbatasan sebagian jumlah alat-alat kesehatan.
0,1 2 0,2
TOTAL 1 2,9B. Eksternal faktor(EFAS)
OPPORTUNITYa. alur penerimaan obat yang
didapat dari keluarga langsung dibawa ke ruang SO.
1 3 3 O – T = 3 – 2 = 1
TOTAL 1 3THREATENEDa. resiko tuntutan pasien karena
sebagaian perawat tidak menginformasikan jumlah sisa kepemilikan obat
1 2 2
TOTAL 1 2DISCHARGE PLANNING A. internal faktor (IFAS)
STRENGHTa. adanya kemauan
memberikan discharge planing pada pasien
0,3 2 0,6 S –W =2–3,45 = -1,45
b. sebagian perawat sudah memahami discharge planing
0,7 2 1,4
TOTAL 1 2WEAKNESSa. Discharge planning sudah
dilaksanakan akan tetapi hanya dilaksanakan sebagian perawat
0,2 4 0,8
b. Discharge planing dilaksanakan saat pasien
0,15 3 0,45
akan pulang dan isinya hanya penjelasan tentang penyakit yang di derita psien dan vara mengatsi penyakitnya jika sembuh
c. Tidak tersedianya leaflet dan brosur saat melakukan discharge planing
0,15 4 0,6
d. Pemberian discharge planing hanya secara lisan sehingga pasien sering lupa tentang penjelasan yang di berikan
0,1 4 0,4
e. Bahasa discharge planing hanya kebanyakan bahasa indonesia
0,2 3 0,4
f. Perawat tidak pernah melakukan pendokumentasian setelah discharge planing
0,2 4 0,8
TOTAL 1 3,45B. Eksternal faktor (EFAS)
OPPORTUNITYa. Tidak disediakan anggaran
khusus dalam pelaksanaan discharge planing
1 2 2 O–T = 1-1=1
TOTAL 1 2THREATENEDa. Adanya tuntutan masyarakat
yang lebih tinggi dalam menerima pendidikan kesehatan
1 1 1
SUPERVISIA. Internal Faktor (EFAS)
STRENGHTa. Kepala ruangan
menyampaikan hasil penilaian dari supervisi secara fair
0,3 2 0,6 S-W= 2,4-2,3 = 0,1
b. Kepala ruangan mendukung dan melaksanakan supervisi
0,4 3 1,2
c. Hasil pelaksanaan supervisi telah di dokumentasikan dengan jelas
0,3 2 0,6
TOTAL 1 2,4WEAKNESSa. Mahasiswa PSIK yang
sedang melakukan praktik MANKEP belum memenuhi standar yg telah
0,3 3 0,9
ditetapkanb. Belum mempunyai format
yang baku dalam pelaksanaan supervisi
0,35 2 0,7
c. Perawat masih belum mempunyai motivasi untuk berubah
0,35 2 0,7
TOTAL 1 2,3B. Eksternal Faktor (EFAS) OPPORTUNITYa. Adanya mahasiswa Fakultas
Keperawatan yang praktik manajemen keperawatan
0,4 2 0,8 O-T = 2,6-2,3= 0,3
b. Adanya reward dalam bentuk pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi bagi yang melaksanakan pekerjaan dengan baik
0,3 3 0,9
c. Adanya interaksi yg dilakukan oleh kepala ruangan dengan perawat berupa wawancara dan angket
0,3 3 0,9
TOTAL 1 2,6THREATENEDa. Adanya feed back yang
kurang baik yang dikeluhkan oleh perawat
0,3 3 0,9
b. Persiapan injeksi yang dilakukan oleh kepala ruangan masih belum optimal
0,7 2 1,4
TOTAL 1 2,3DOKUMENTASI A. Internal Faktor (IFAS)STRENGHTa. Sudah ada format model
dokumentasi keperawatan 0,3 3 0,9 S-W=
2,4-2,9=--0,5b. Sistem yang di gunakan
dalam model asuhan keperawatan sudah menggunakan ROS dan SOAP
0,1 2 0,2
c. Sebagian besar perawat mengerti cara mengisi format pendokumentasian secara benar dan tepat
0,1 3 0,3
d. Pendokumentasian segera dilaksanakan setelah
0,1 3 0,3
melakukan tindakan e. Sebagian rekam medis pasien
ditulis dengan lengkap dan tepat waktu
0,15 2 0,3
f. Perawat mengatakan format yang diguankan sangat membantu dalam melakukan pengkajian pada pasien
0,2 2 0,4
TOTAL 1 2,4WEAKNESSa. Dalam catatan keperawatan
tindakan belum semua di dokumentasikan
0,1 4 0,4
b. Pendokumentasian tidak dilaksanakan segera setelah pasien masuk
0,2 3 0,6
c. Catatan perkembangan psien kurang berkesinambungan dan kurang lengkap
0,2 3 0,6
d. Respon pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi
0,3 3 0,9
e. Perawat mengatakan model dokumentasi yang di gunakan menambah beban kerja perawata dan menyita banyak waktu
0,2 2 0,4
TOTAL 1 2,9B. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITYa. Pelatihan tentang cara
pendokumantsian keperawatan yang benar masih terus diadakan
1 2 2 O-T=2-1=1
TOTAL 1 2THREATENEDa. Adanya tuntutan masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan yang baik dengan adanya pendokumentasian yang tepat
1 1 1
TOTAL 1 1
LANGKAH 3 (DIAGRAM LAYANG ANALISIS SWOT PENGKAJIAN)
O
Keterangan : (TT) = Timbang Terima (MAKP) = Model Asuhan Keperawatan Profesional (SV) = Supervisi (SO) = Sentralisasi Obat
(RK) = Ronde Keperawatan (DK) = Dokumentasi Keperawatan (SP) = Sarana dan Prasarana (DP) = Discharge Planning
(SDM) = Sumber Daya Manusia
LANGKAH 4 (IDENTIFIKASI MASALAH)
-0,5
0,5 1 1,5 22 -1,5 -1 -05
1
0,5
-1,5
1,5
2
-1
-2
W
T
S
(0,2 ; -0,5)
(0,4 ; 1)(-0,1 ; 1)
(-1,6 ; 0,3)
(-0,5 ; 1)
(0,1 ; 0,3)
(0,7 ; 0,6)
(-1, 45 ; 1)(2 ;1,1)
a. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan analisis situasi dengan menggunakan pendekatan SWOT maka
kelompok dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Pada M1 pembagian struktur organisasi sudah baik namun untuk pelaksanaan
pembagian tugas belum jelas.
2. Pada M2 ruang karu tersendiri di sebelah ruang staf dokter, idealnya jadi satu dengan
nurse station.
3. MAKP yang digunakan sudah efektif dan efisien namun kurangnya sumber daya
tenaga yang ada sehingga mengakibatkan pelayanan kurang optimal.
4. Seluruh perawat mengetahui tentang teknik penyampaian timbang terima namun
materi timbang terima belum terfokus pada masalah keperawatan.
5. Sebagian perawat tahu tentang ronde keperawatan dan TIM yang dibentuk dalam
ronde keperawatan mampu dalam melaksanakan tugasnya namun pelaksanaan ronde
di ruang interna belum optimal karena jumlah pasien dan perawat tidak seimbang.
6. Semua perawat memahami tentang sentralisasi obat namun pelaksanaan sentralisasi
obat belum optimal.
7. Sebagian besar perawat sudah memahami discharge planning namun hanya sebagian
yang melaksanakannya dan belum didokumentasikan.
8. Supervisi sudah berjalan dan hasil pelaksanaannya telah didokumentasikan dengan
baik namun belum ada format supervisi.
9. Sistem pendokumentasian sudah dilakukan memakai model SOR dan sebagian besar
perawat mengerti cara mengisinya namun seluruh tindakan belum semua
didokumentasikan dan pendokumentasiannya tidak dilaksanakan segera.
b. Prioritas Masalah
Masalah Skor Analisis Swot Prioritas
IFAS EFAS
Ronde Keperawatan -1,6 0,3 1
Discharge Planning -1,4 1 2
Timbang Terima 0,2 -0,5 3
Supervisi 0,1 0,3 4
Dokumentasi -0,5 1 5
Pengelolaan Logistik dan Obat
-0,1 1 6
M2 0,7 0,6 7
MAKP 0,4 1 8
M1 2 1,1 9
Berdasarkan rumusan masalah diatas 3 masalah teratas : ronde keperawatan, discharge
planning dan timbang terima, maka kelompok mengangkat prioritas masalah yang akan
diselesaikan yaitu discharge planning dengan alasan:
a. Dari hasil observasi yang dilakukan, discharge planning hanya dilaksanakan oleh
sebagian perawat dan hanya dilaksakan saat pasien akan pulang dan isinya hanya
penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien dan cara mengatasi penyakitnya jika
kambuh.
b. Dalam melakukan discharge planning perawat tidak pernah memberikan brosur maupun
leaflet pada pasien, sehingga pasien kadang lupa tentang penjelasan yang sudah diberikan
oleh para perawat.
c. Dari hasil angket yang sudah disebarkan dan wawancara yang sudah dilakukan pada
perawat diruangan, didapatkan sebagian kecil perawat belum memahami apa sebenarnya
discharge planning yang benar, dan hanya sedikit perawat yang melakukan discharge
planning.
d. Delapan perawat (72,7%) mengatakan bahwa discharge planning hanya dilakukan saat
pasien akan pulang. Kemudian 7 perawat (63,6%) mengatakan bahwa mereka pernah
diberi tugas untuk melakukan discharge planning akan tetapi perintah untuk melakukan
discharge planning hanya dilakukan berupa perintah lisan oleh kepala ruangan.
e. Dari 7 perawat (63,6%) mengatakan mereka melakukan discharge planning dengan hanya
menggunakan medial lisan, yaitu hanya berbicara dengan pasien dan keluarga pasien,
sedangkan bahasa yang digunakan oleh perawat tersebut kebanyakan adalah bahasa
Indonesia dalam memberikan discharge planning dan sisanya menggunakan bahasa jawa
dalam memberikan discharge planning.
f. Kemudian ada 8 perawat (72,7%) mengatakan bahwa mereka tidak pernah melakukan
pendokumentasiaan setelah melakukan discharge planning, sedangkan dari hasil
wawancara dengan kepala ruangan, didapatkan bahwa memang selama ini tidak diberikan
brousur maupun leaflet saat melakukan discharge planning dan juga tidak disediakan
anggaran khusus dalam pelaksanaan discharge planning.
LANGKAH 5 (RENCANA STRATEGI)
No Problem Tujuan Kegiatan Indikator Keberhasilan
PJ
1. M1-ManSumber Daya Manusia
Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM
Mengusulkan :1. Penambahan pegawai
baru.2. Peningkatan jenjang
pendidikan pegawai lebih tinggi.
3. Pelatihan tentang ilmu keperawatan yang terbaru kepada perawat secara periodik
4. Mengurangi beban kerja perawat yang bukan tugas perawat
1. Rasio kecukupan antara perawat dan pasien menurut tingkat ketergantungan pasien terpenuhi minimal 80%.
2. Peningkatan jenjang pendidikan dan tercapai:Sarjana keperawatan 10% pertahun.
3. Peningkatan skill dan pengetahuan tentang keperawatan 30% pertahun
4. Beban kerja perawat sesuai dengan tugasnya
Kepala Ruangan
2. M2-MaterialSarana dan Pra sarana
Sarana dan prasarana untuk tindakan perawatan sudah tersedia dan keadaannya masih baik
Mengusulkan :1. Perawatan sarana dan
prasarana secara berkala dan lebih intensif.
2. Melaporkan jumlah dan keadaan inventaris saat timbang terima (dengan penanggung jawab tersendiri/tidak harus perawat).
3. Pengaturan ruangan untuk karu dengan nurse station diatur seideal mungkin
4. Pengurangan inventaris yang berlebihan
1. Adanya perawatan sarana dan prasarana secara berkala (setiap 6 bulan).
2. Mengetahui jumlah dan keadaan inventaris pada setiap timbang terima.
3. Koordinasi antara karu dan perawat lebih efektif
4. Mengurangi beban kerja perawat dalam perawatan dan sterilisasi
Kepala Ruangan
3. M3–MethodeMAKP
Mampu meningkatkan penerapan MAKP primary Nursing pemula.
1. Mendiskusikan setiap hambatan yang dalam penerapan model primary nursing.
2. Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
3. Melakukan pembagian peran perawat dan menentukan diskripsi tugas dan tanggung jawab perawat sesuai tingkat pendidikannya.
4. Pemberian pelatihan tentang cara pemenuhan kebutuhan pasien
1. Agar apabila ada hambatan dapat segera diselsaikan
2. Terjadi keseimbangan antara jumlah perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien
3. Adanya kesesuaian job dis pada perawat dengan tingkat pendidikan yang berbeda
4. Peningkatan pemahaman perawat tentang cara pemenuhan kebutuhan pasien.
Kepala Ruangan
4. Supervisi Mampu menerapkan supervisi keperawatan dengan benar.
1. Memotivasi perawat unuk berubah
2. Mengusulkan untuk membuat format yang baku dalam pelaksanaan supervisi.
3. Mengusulkan pemecahan masalah yang optimal dari hasil supervisi
1. Pemberian reward kepada perawat sesuai dengan hasil yang didapat dari hasil penilaian supervisi.
2. Menyusun format yang baku untuk pelaksanaan supervisi agar hasil supervisi lebih jelas.
Kepala Ruangan
3. Pemecahan masalah dari hasil supervisi optimal dan perawat puas terhadap hasil supervisi
5. Discharge planning
Discharge planning dilaksanakan secara optimal dan terdokumen-tasi dengan baik.
1. Mengusulkan agar perawat mengikuti pelatihan discharge planning.
2. Menyusun materi discharge planning
3. Menentukan jadwal pelaksanaan discharge planning.
4. Mensosialisasikan pelaksanaan discharge planning.
5. Mengusulkan untuk pembuatan leaflet dan brosur untuk discharge planning.
6. Mengusulkan untuk pendokumentasian rutin setelah discharge planning
1. Peningkatan skill dan pemahaman tentang discharge planning.
2. Setiap klien mulai masuk sampai pulang sudah mendapatkan discharge planning dengan menyertakan kartu discharge planning.
3. Peningkatan pemahaman dan pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita dan cara mengatasinya.
4. Pendokumentasian discharge planning secara rutin dapat dilaksanakan secara opitmal
Perawat Primer
6. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan terlaksana dengan optimal dan teratur.
1. Menyusun proposal kegiatan ronde keperawatan (strategi dan materi).
2. Menyusun materi kegiatan ronde keperawatan
3. Melaksanakan ronde keperawatan.
4. Mensosialisasikan kegiatan ronde keperawatan
1. Setiap kasus dan topic yang dibahas dalam ronde keperawatan sesuai dengan masalah yang ada di ruangan dan kasus yang memerlukan perhatian khusus.
2. Ronde minimal dilakukan 1x dalam 1 bulan.
Perawat Primer
7. Timbang Terima
Timbang terima dilakukan secara optimal dan terdokumen-tasi.
1. Menentukan penanggung jawab timbang terima untuk tiap-tiap shift.
2. Menyusun dan membuat format timbang terima pasien serta petunjuk teknis pengisiannya.
1. Timbang terima dilakukan di nurse station dan di pasien.
2. Isi timbang terima tentang masalah keperawatan yang sudah dan belum teratasi.
3. Timbang terima
Perawat Primer
3. Melaksanakan timbang terima.
4. Mengusulkan untuk mencantumkan masalah keperawatan
terdokumen-tasi dengan baik.
4. Pelaksanaan timbang terima dilaksanakan 3x sehari setiap pergantian shift.
5. Setiap timbang terima diharapkan tiap perawat mencantumkan masalah keperawatan.
8. Pengelolaan logistic dan Obat
Sentralisasi obat dilaksanakan secara optimal.
1. Menentukan penanggung jawab Sentralisasi obat.
2. Melaksanakan sentralisasi obat klien bekerja sama dengan perawat, dokter dan bagian farmasi.
3. Mendokumentasi-kan hasil pelaksanaaan pengelolaan sentralisasi obat.
4. Membuat format pencatatan sentralisasi obat.
5. Mengusulkan perawat untuk menginformasikan kepemilikan sisa obat yang belum diberikan.
1. Seluruh obat pasien sudah tersentralisasi dengan baik.
2. Ada format pemberian obat dan serah terima obat.
3. Pelaksanaan pendokumentasian pengelolaan sentralisasi obat secara optimal.
4. Adanya informed consent.
Perawat Primer
9. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan baik.
1. mengusulkan pendokumentasian setiap tindakan keperawatan.
2. Pelaksanaan pendokumentasian segera setelah tindakan keperawatan.
3. Mengusulkan catatan perkembangan yang berkesinambungan dan lengkap
4. Respon pasien terpantau dalam lembar evaluasi.
5. Mengusulkan pembuatan dokumentasi yang tidak
1. pendokumentasian dan pelaksanaannya dilakukan secara optimal
2. membuat catatan perkembangan yang berkesinambungan dan lengkap.
3. setiap respon paien terpantau dalam lembar evaluasi.
4. memperbaharui model dokumentasi yang tidk menambah beban kerja perawat.
menambah beban kerja perawat.