14
2 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono NAMA Sunaryo NPM 0906584134 I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191 M. Indarto NPM 0906583913 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI DEPOK MARET 2010

Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

Embed Size (px)

DESCRIPTION

analisis perekonomian Indonesia dengan tabel IO tahun 2008

Citation preview

Page 1: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

2

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

NAMA Sunaryo NPM 0906584134

I Made Ambara NPM 0906583825 Kiki Anggraeni NPM 090xxxxxxx Widarto Susilo NPM 0906584191

M. Indarto NPM 0906583913

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI

DEPOK MARET 2010

Page 2: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

3

Analisis Input Output Perekonomian Indonesia Tahun 2008

I. Pendahuluan

Dalam merumuskan suatu kebijakan pembangunan ekonomi, pengambil kebijakan haruslah

memprioritaskan pembangunan pada sektor-sektor tertentu dalam perekonomian, mengingat

keterbatasan sumber daya yang dimiliki dan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, apabila ingin

mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka pembangunan ekonomi harus diutamakan

pada sektor-sektor yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor-sektor di hulu dan

hilirnya. Selanjutnya, keterkaitan antar-sektor yang kuat ini dapat berimplikasi pada

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Demikian pula, jika tingkat pengangguran yang rendah ingin

terpenuhi, maka pembangunan ekonomi harus diprioritaskan pada sektor-sektor yang mampu

menyerap banyak tenaga kerja.

Pemilihan sektor-sektor prioritas tersebut dapat dilakukan dengan menganalisis tabel Input-

Output (IO). Terdapat beberapa konsep untuk menganalisis tabel IO yang dapat digunakan

untuk memenuhi tujuan tersebut, seperti konsep multiplier output, multiplier pendapatan rumah

tangga dan multiplier kesempatan kerja, yang mengukur dampak perubahan permintaan akhir

untuk output suatu sektor masing-masing terhadap output, income rumah tangga dan

kesempatan kerja di seluruh sektor dalam perekonomian. Selain itu, terdapat konsep indeks

keterkaitan ke belakang dan kedepan yang terkait erat dengan konsep Key Sektors, indeks

kesempatan kerja dan indeks pendapatan masyarakat.

Berkenan dengan pemilihan sektor prioritas tersebut, tulisan ini bertujuan untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan berikut ini :

1. Bagaimana struktur Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per-sektor, struktur PDB berdasarkan

pengeluaran, struktur output dan input perekonomian Indonesia di tahun 2008?

2. Sektor-sektor apa yang tinggi pengaruhnya terhadap peningkatan output seluruh sektor,

memiliki keterkaitan tinggi dengan sektor lain di hulu/hilirnya dan yang termasuk kategori

Key Sektors ?

3. Sektor-sektor apa saja yang tinggi pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan seluruh

pekerja dalam perekonomian?

4. Sektor-sektor apa saja yang banyak menyerap tenaga kerja?

5. Dengan simulasi, bagaimana pengaruh perubahan permintaan akhir akan output suatu sektor

terhadap pendapatan masyarakat, kesempatan kerja dan output seluruh sektor dalam

perekonomian ?

Page 3: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

4

II. Sumber Data

Tabel IO yang digunakan dalam tulisan ini berasal dari buku hasil publikasi Badan Pusat

Statistik (BPS), dimana dalam buku tersebut, perekonomian Indonesia diklasifikasikan

kedalam 66 sektor. Selanjutnya, untuk menyederhanakan analisis, 66 sektor tersebut perlu

dikelompokkan ulang menjadi 19 sektor, dengan mengacu pada petunjuk konversi yang

diberikan oleh BPS. Adapun, kesembilan belas sektor tersebut ditunjukkan oleh tabel II.1.

Tabel II.1

Kode dan Nama 19 Sektor

Kode Nama Sektor

1 Padi

2 Tanaman Bahan Makanan lainnya

3 Tanaman Pertanian Lainnya

4 Peternakan dan hasil-hasilnya

5 Kehutanan

6 Perikanan

7 Pertambangan dan penggalian

8 Industri makanan, minuman, dan tembakau

9 Industri lainnya

10 Pengilangan minyak bumi

11 Listrik, gas dan air minum

12 Bangunan

13 Perdagangan

14 Hotel dan Restoran

15 Pengangkutan dan Komunikasi

16 Lembaga keuangan, usaha bangunan dan jasa perusahaan

17 Pemerintahan umum dan pertahanan

18 Jasa-jasa

19 Kegiatan yang tak jelas batasannya

Sumber : BPS

Selanjutnya, untuk penyederhanaan penyampaian hasil analisis, sektor dalam perekonomian

tersebut hanya akan disebutkan sebagai sektor 1, sektor 2 dan seterusnya s.d. sektor 19.

Walaupun demikian, sesekali nama sektor akan dicantumkan untuk memperjelas pemaparan

hasil analisis.

Tabel IO yang digunakan dalam tulisan ini adalah tabel IO transaksi domestik dengan harga

produsen. Penggunaan jenis tabel IO tersebut bertujuan agar setiap kenaikan permintaan akhir

dari output suatu sektor, dapat diukur langsung pengaruhnya terhadap kenaikan produksi dalam

negeri tanpa dipengaruhi oleh komponen impor, margin perdagangan dan biaya transportasi.

Page 4: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

5

III. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam tulisan ini adalah metodologi yang sudah lazim digunakan di

dalam analisis perekonomian suatu region berdasarkan tabel input-output yaitu dengan

melakukan prosedur matematis yang sudah baku terhadap data-data yang tersedia.

Pada saat penyusunan tulisan ini, yang tersedia adalah data aktual total pekerja posisi Agustus

2008 yang dibagi dalam 9 sektor. Oleh karena itu, untuk keperluan analisis digunakan data

pekerja per sektor tahun 2005 yang di-update berdasarkan perbandingan total input per sektor

tahun 2008 dengan tahun 2005. Kemudian data total pekerja aktual tahun 2008 tersebut

dialokasikan secara proporsional ke setiap sektor menurut perbandingan hasil estimasi jumlah

pekerja per sektor terhadap total estimasi jumlah pekerja tahun 2008.

Data input-output yang digunakan dalam tulisan ini disajikan dalam Rp Juta rupiah sedangkan

data pekerja dalam satuan orang. Hal ini akan berpengaruh terhadap hasil interpretasi dalam

anilisis tenaga kerja dalam perekonomian.

IV. Hasil Analisis

IV.1 Analisis Deskriptif Data pada Tabel IO

IV.1.1 Struktur PDB

PDB dapat dihitung dengan 2 pendekatan. Pendekatan pertama adalah dengan menjumlahkan

seluruh pengeluaran dalam perekonomian yang meliputi pengeluaran rumah tangga, pemerintah,

pembentukan modal, perubahan stok modal dan ekspor netto. Pendekatan lainnya adalah dengan

menjumlahkan seluruh input primer atau value added setiap sektor. Tentunya, kedua pendekatan

perhitungan PDB tersebut menghasilkan nilai yang sama.

Tabel IV.1 menunjukkan PDB Indonesia tahun 2008 yang dikelompokkan dalam 19 sektor dan

ditampilkan berurutan berdasarkan sektor yang terbesar s.d. terkecil kontribusinya terhadap total

PDB. Enam sektor pertama dari atas ke bawah kolom pertama tabel tersebut, yaitu sektor 9, 7,

13, 12, 16 dan 8 adalah penyumbang lebih dari 60 persen dari total PDB. Sedangkan kontributor

terbesar PDB Indonesia tahun 2008 adalah sektor 9 (Industri Lainnya) dengan 16,15 persen.

Tabel IV.1 juga menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia sangat tergantung dari industri

(sektor 8 dan 9) yang menghasilkan PDB sekitar 20% dari total.

Grafik IV.1 menunjukkan PDB berdasarkan pengeluaran yang dilakukan dalam perekonomian.

Konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 3.195 triliun merupakan komponen utama (sekitar 60

persen) dari PDB. Pengeluaran untuk pembentukan modal merupakan komponen terbesar kedua

dari PBD dengan jumlah Rp. 1.405 triliun atau sekitar 26% dari total PDB.

Page 5: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

6

Tabel IV.1

PDB Indonesia per Sektor Tahun 2008

SEKTOR PDB (Juta Rp) % thd total PDB

(1) (2) (3)

9 849,877,317.71 16.15

7 578,995,389.71 11.01

13 539,870,286.94 10.26

12 459,515,661.65 8.73

16 388,573,988.91 7.39

8 345,224,609.50 6.56

15 340,109,201.48 6.46

18 326,855,126.72 6.21

2 256,607,318.14 4.88

10 240,269,338.14 4.57

17 159,469,310.56 3.03

14 154,196,162.57 2.93

6 136,510,675.79 2.59

4 133,780,452.66 2.54

3 132,328,271.29 2.52

1 127,589,532.23 2.43

11 46,822,934.78 0.89

5 42,246,989.73 0.80

19 2,141,039.48 0.04

Jumlah 5,260,983,608.00 100.00

Sumber : hasil pengolahan data BPS

Grafik IV.1

GDP Berdasarkan Pengeluaran Tahun 2008

Sumber : hasil pengolahan data BPS

Page 6: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

7

IV.1.2 Struktur Input

Grafik IV.2

Struktur Input Per Sektor Tahun 2008

Sumber : hasil pengolahan data BPS

Input suatu sektor dalam tabel I-O dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan asalnya,

yaitu : 1) input antara yang berasal dari sektor lainnya, 2) input impor dan 3) input yang berasal

dari pemilik modal atau pekerja (input primer / value added).

Grafik IV.2 menunjukkan persentase penggunaan 3 jenis input terhadap total input suatu sektor.

Terdapat 5 sektor yang menggunakan input primer sekitar 70-85 persen. Sektor pengguna input

primer tertinggi adalah sektor 2 dan 7. Untuk input antara, sektor 8 menggunakan input antara

terbesar dari total inputnya, yaitu sedikit diatas 60%. Selain sektor 8, sektor 9,12 dan 14

menggunakan input antara lebih besar dari 2 input lainnya. Sementara itu, 2 sektor yang paling

banyak menggunakan input impor adalah sektor 10 (pengilangan minyak bumi) dan 9 (industry

lainnya) Kedua sektor tersebut, masing-masing menggunakan 20% input impor dari total input

masing-masing sektor. Sedangkan 17 sektor lainnya, menggunakan input impor berkisar antara

0-12 persen.

Page 7: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

8

IV.1.3 Struktur Output

Barang dan jasa yang dihasilkan suatu sektor sebagian akan langsung dikonsumsi (termasuk

diekspor) dan sebagian lagi akan digunakan sebagai input bagi sektor itu sendiri atau sektor

lainnya dalam perekonomian.

Grafik IV.3

Struktur Output 2008

Sumber : hasil pengolahan data BPS

Grafik IV.3 menunjukkan perbandingan tujuan penggunaan output dari suatu sektor. Output

sektor-sektor yang sebagian besar (lebih dari 60%) akan digunakan kembali sebagai input adalah

sektor 1(padi), sektor 3(tanaman pertanian lainnya), sektor 5, sektor 11 dan sektor 16, yang

terbesar adalah pada sektor 1 (Padi), dimana lebih dari 90% outputnya akan digunakan kembali

sebagai input. Penggunaan output suatu sektor untuk konsumsi akhir (final demand) lebih dari 60

persen terjadi pada 7 sektor (sektor 2,6,8,12,14,17,dan 18), dimana yang terbesar terjadi di sektor

17 (Pemerintahan umum dan Pertahanan)

Page 8: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

9

IV.2 Analisis Output Multiplier dan Key Sektors

Output multiplier (OM) bertujuan untuk melihat pengaruh kenaikan permintaan akhir akan

output suatu sektor terhadap peningkatan output perekonomian secara keseluruhan (semua

sektor). Pada tabel IV.3 kolom kedua menunjukkan 19 OM, masing-masing adalah total output

mutiplier setiap sektor yang merupakan dampak kenaikan permintaan akhir akan output suatu

sektor terhadap peningkatan output perekonomian secara keseluruhan (penjumlah dari output

mutiplier setiap kolom dari matrik kebalikan Liontief domestik (I-Ad)

-1 berukuran 19 x 19). Nilai

OM 19 sektor tersebut telah diurutkan dari yang tertinggi smapi dengan yang terendah.

Tabel IV.3

Nilai Output Multiplier (OM), Indeks Keterkaitan Ke Belakang (IKB)

dan Indeks Keterkaitan Ke Depan (IKD) 19 Sektor

Sektor OM IKB IKD Ket

(1) (2) (3) (4) (5)

8 1.98 1.24 1.20 Key Sektor

14 1.96 1.22 0.72 Backward Oriented

4 1.90 1.19 1.00 Key Sektor

12 1.85 1.16 0.84 Backward Oriented

11 1.83 1.14 0.80 Backward Oriented

9 1.75 1.10 2.13 Key Sektor

19 1.74 1.09 0.63 Backward Oriented

18 1.68 1.05 0.92 Backward Oriented

13 1.68 1.05 1.26 Key Sektor

17 1.64 1.03 0.65 Backward Oriented

15 1.63 1.02 1.09 Key Sektor

3 1.52 0.95 1.03 Forward Oriented

16 1.45 0.91 1.24 Forward Oriented

6 1.38 0.86 0.78 Non Key Sektor

1 1.34 0.84 0.85 Non Key Sektor

5 1.34 0.83 0.67 Non Key Sektor

10 1.27 0.79 1.08 Forward Oriented

7 1.24 0.77 1.28 Forward Oriented

2 1.22 0.76 0.82 Non Key Sektor

Sumber : hasil pengolahan data BPS

Sektor 8 (Industri Makanan, Minuman dan Tembakau) memiliki nilai OM terbesar (1,98) dan

sektor 2 (Tanaman Bahan Makanan Lainnya) memiliki nilai OM terkecil (1.22). Selain itu

sektor yang memiliki OM terbesar kedua s.d. kelima adalah sektor 14, 4, 12, 11 dan 9.

Contoh intepretasi dari nilai OM adalah sebagai berikut : setiap kenaikan permintaan output

sektor 8 sebesar Rp. 1 Milyar, akan meningkatkan output perekonomian secara keseluruhan

Page 9: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

10

sebesar Rp.1,98 Milyar. Dengan demikian, semakin besar nilai OM suatu sektor, semakin besar

pula pengaruhnya dalam meningkatkan output seluruh sektor.

Kolom kedua dan ketiga dari tabel IV.3, menunjukkan nilai Indeks Keterkaitan ke Belakang

(IKB) dan Indeks Keterkaitan ke Depan (IKD) dari 19 sektor. Kedua indeks ini menunjukkan

posisi nilai Keterkaitan Ke Belakang (KB) dan Keterkaitan ke Depan (KD) suatu sektor terhadap

rata-ratanya. KB (KD) bertujuan untuk melihat kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan

pertumbuhan sektor di hulu (hilir) nya (hulu adalah sektor-sektor yang menyediakan input

antara bagi sektor bersangkutan sedangkan hilir adalah sektor-sektor yang menggunakan output

sektor yang bersangkutan). Selanjutnya, suatu sektor dikatakan mempunyai IKB/IKD yang tinggi

apabila nilai IKB/IKD sektor yang bersangkutan lebih besar dari satu.

IKB berhubungan erat dengan OM, karena IKB merupakan nilai OM suatu sektor dibagi dengan

rata-rata nilai OM seluruh sektor. Hubungan yang erat tersebut menyebabkan urutan sektor

dengan OM dan IKB terbesar s.d. terkecil adalah sama. Sesuai tabel IV.3 kolom ketiga, terdapat

11 sektor dengan IKB lebih besar dari 1 dan pada kolom keempat tabel III.3, terdapat 9 sektor

dengan IKD lebih besar dari 1.

Sektor kunci didefinisikan sebagai sektor yang memegang peranan penting dalam penggerakkan

roda perekonomian dan ditentukan berdasarkan IKB dan IKD. Sektor kunci adalah sektor yang

memiliki nilai IKB maupun IKD lebih besar dari satu. Tabel IV.3 menunjukkan 5 sektor kunci

yaitu sektor 8 (industri makanan, minuman dan tembakau), sektor 4 (peternakan dan hasil-

hasilnya), sektor 9 (industri lainnya), sektor 13 (perdaganan) dan sektor 15 (pengangkutan dan

komunikasi). Selain itu, pada kolom kelima terdapat 6 sektor yang Backward Oriented (nilai IKB

>1 dan IKD <1), 4 sektor yang Forward Oriented (nilai IKB <1 dan IKD>1), dan 4 sektor dengan

kategori Non Key Sektor (nilai IKB dan IKD <1).

IV.3 Analisis Income Multiplier dan Indeks Pendapatan Masyarakat (IPM)

Tabel IV.4

Simple Household Income Multiplier (SHIM),

IPM, SHIM Type I dan Koefisien Upah

Sektor SHIM IPM SHIM Type I Koef Upah

(1) (2) (3) (4) (5)

17 0.83 2.91 1.64 0.50

18 0.51 1.79 1.68 0.30

11 0.46 1.63 1.83 0.25

14 0.31 1.09 1.96 0.16

3 0.31 1.08 1.52 0.20

4 0.31 1.08 1.90 0.16

15 0.26 0.93 1.63 0.16

13 0.25 0.89 1.68 0.15

12 0.25 0.88 1.85 0.13

Page 10: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

11

19 0.24 0.84 1.74 0.14

16 0.22 0.77 1.45 0.15

5 0.22 0.77 1.34 0.16

6 0.20 0.70 1.38 0.14

9 0.20 0.69 1.75 0.11

10 0.19 0.67 1.27 0.15

2 0.17 0.61 1.22 0.14

1 0.17 0.60 1.34 0.13

8 0.17 0.58 1.98 0.08

7 0.14 0.50 1.24 0.12

Sumber : hasil pengolahan data BPS

Tabel IV. 4, kolom kedua menunjukkan nilai SHIM untuk 19 sektor dari yang terbesar sd yang

terkecil. Semakin besar nilai SHIM menunjukkan pengaruh yang besar dari peningkatan

permintaan akhir atas output suatu sektor terhadap income pekerja di seluruh sektor. Sebagai

contoh, peningkatan permintaan akhir output sektor 17 (pemerintahan umum dan pertahanan)

sebesar Rp. 1 milyar, akan meningkatkan income pekerja di seluruh sektor sebesar Rp.830 juta.

Tabel IV.4 kolom 3 membandingkan nilai SHIM tiap sektor terhadap rata-ratanya (disebut

Indeks Pendapatan Masyarakat). Terdapat 6 sektor dengan nilai SHIM diatas rata-rata (IPM

bernilai diatas 1), yaitu sektor 17 (Pemerintahan Umum dan Pertahanan), 18 (Jasa-Jasa), 11

(Listrik, Gas dan Air Minum), 14 (Hotel dan Restoran), 3 (Tanaman Pertanian Lainnya) dan 4

(Peternakan dan Hasil-Hasilnya).

Hal yang menarik dari nilai IPM disini adalah peningkatan permintaan atas output sektor 17

(melalui peningkatan belanja pemerintah) sangat efektif meningkatkan income pekerja di seluruh

sektor.

SHIM Type I (kolom 4), merupakan rasio antara nilai SHIM dan Koefisien Upah, menunjukkan

pengaruh peningkatan pendapatan pekerja di suatu sektor terhadap pendapatan nasional. Sebagai

contoh, kenaikan 1 rupiah pendapatan pekerja di sektor 17, akan menciptakan pendapatan

nasional sebesar 1,64 rupiah.

IV.4 Analisis Multiplier Tenaga Kerja dan Indeks Tenaga Kerja (ITK)

Analisis SEM digunakan untuk melihat pengaruh perubahan permintaan output suatu sektor

terhadap kesempatan kerja di seluruh sektor. Tabel IV.5 kolom 2 menunjukkan nilai SEM untuk

19 sektor berdasarkan urutan dari yang terbesar s.d. yang terkecil. Sektor yang terkait dengan

pertanian menempati posisi tiga besar nilai SEM tertinggi yaitu sektor 2 (tanaman bahan

makanan lainnya), sektor 1 (padi) dan sektor 3 (tanaman pertanian lainnya). Dengan contoh

sektor 2, nilai SEM berarti setiap peningkatan permintaan output sektor 2 sebesar Rp. 1 Milyar

akan meningkatkan kesempatan kerja di seluruh sektor sebanyak 71 orang .

Page 11: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

12

Tabel IV.5 kolom 3 menunjukkan nilai koefisien tenaga kerja yang merupakan jumlah pekerja di

suatu sektor dibagi total input sektor yang bersangkutan, yang mengukur perubahan permintaan

output suatu sektor terhadap perubahan kesempatan kerja di seluruh sektor tanpa adanya

mekanisme keterkaitan antar-sektor (multiplier effect). Contohnya Jika permintaan output sektor

2 naik Rp. 1 Milyar, maka tenga kerja yang akan diserap seluruh perekonomian adalah sebanyak

66 orang.

Selanjutnya, Tabel IV.5 kolom 4 menunjukkan nilai multiplier kesempatan kerja untuk 19 sektor.

Artinya adalah jika terjadi peningkatan kesempatan kerja di sektor 2 sebanyak 1 orang, maka

akan meningkatkan kesempatan kerja di seluruh sektor sebanyak 1,067 orang. Dan sektor 8

(Industri Makanan, Minuman dan Tembakau) memiliki MKK tertinggi yaitu 9,7.

Tabel IV.5

Simple Employment Matrix (SEM), Multiplier Kesempatan Kerja (MKK)

dan ITK

Sektor SEM Koef TK MKK ITK

(1) (2) (3) (4) (5)

2 0,071 0,066 1,067 3,168

1 0,068 0,063 1,091 3,069

19 0,042 0,034 1,253 1,884

3 0,032 0,027 1,182 1,427

8 0,027 0,003 9,736 1,216

4 0,023 0,011 2,234 1,053

13 0,023 0,019 1,215 1,045

17 0,022 0,017 1,296 0,986

14 0,021 0,006 3,484 0,953

18 0,021 0,013 1,585 0,950

6 0,014 0,010 1,385 0,640

15 0,014 0,009 1,493 0,627

5 0,012 0,009 1,366 0,526

12 0,010 0,004 2,210 0,433

9 0,009 0,004 2,295 0,416

16 0,006 0,003 2,168 0,250

11 0,004 0,002 2,778 0,201

7 0,003 0,001 1,725 0,115

10 0,001 0,000 3,722 0,038

Sumber : hasil pengolahan data BPS

Nilai Indek Tenaga Kerja (ITK) seperti yang ditunjukkan dalam Tabel IV.5 kolom 5 adalah nilai

SEM suatu sektor dibagi nilai rata-rata SEM untuk seluruh sektor. Analisis ITK ini digunakan

untuk melihat peran suatu sektor dalam hal meningkatkan besarnya jumlah tenaga kerja yang

terserap oleh perekonomian. Jika indeks tenaga kerja disuatu sektor lebih besar dari satu

Page 12: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

13

menunjukkan daya serap tenaga kerja di sektor yang bersangkutan sangat tinggi. Berdasarkan

nilai ITK tiap sektor dalam tabel di atas, terdapat 7 sektor dengan nilai ITK lebih besar dari satu,

dimana sektor-sektor yang erat kaitannya dengan pertanian berada pada peringkat teratas nilai

ITK sebagaimana telah disebutkan.

IV.5 Simulasi

Tabel IV.6 menunjukkan hasil simulasi yang menggambarkan dampak adanya shock di dalam

suatu sektor terhadap perubahan output nasional, penciptaan kesempatan kerja dan income

pekerja di seluruh sektor. Dalam tabel tersebut dimisalkan diberikan shock berupa peningkatan

permintaan akhir sebesar Rp 1 milyar. Kolom 2 menunjukkan hasil peningkatan output nasional

akibat adanya kenaikan pemintaan akhir pada masing-masing sektor. Kolom 3 menunjukkan

peningkatan kesempatan kerja dan kolom 4 menunjukkan peningkatan income seluruh pekerja di

seluruh sektor.

Tabel IV.6

Dampak Peningkatan Permintaan Akhir Output

Sebesar 1 Milyar Rupiah Terhadap Output Nasional, Peningkatan Kesempatan Tenaga Kerja dan

Income Pekerja di Seluruh Sektor

SEKTOR Output Nasional Tenaga Kerja

Income Pekerja di Seluruh

Sektor (1) (2) (3) (4)

1 1.338.239.209 68,44 172.286.778

2 1.220.598.588 70,65 172.458.212

3 1.521.642.358 31,84 308.554.692

4 1.896.431.603 23,50 307.770.307

5 1.335.184.478 11,74 218.761.955

6 1.380.390.725 14,28 198.691.953

7 1.236.388.393 2,57 143.888.143

8 1.977.776.315 27,13 165.246.615

9 1.754.259.495 9,29 196.943.577

10 1.271.388.605 0,85 190.839.292

11 1.827.021.799 4,49 463.330.780

12 1.850.921.322 9,66 249.754.164

13 1.679.032.849 23,30 254.325.618

14 1.956.811.857 21,26 311.326.704

15 1.626.722.758 13,98 264.122.385

16 1.454.859.463 5,59 219.036.998

17 1.640.558.982 21,98 828.258.137

Page 13: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

14

18 1.679.805.101 21,19 509.840.398

19 1.744.082.673 42,02 238.439.482

Sumber : hasil pengolahan data BPS

Dari tabel tersebut terlihat bahwa peningkatan output nasional akibat adanya peningkatan

permintaan akhir sebesar Rp 1 milyar tertinggi pada sektor 8 (Industri makanan, minuman, dan

tembakau) sebesar Rp1.977.776.315,00. Akan tetapi peningkatan output nasional yang tinggi

tersebut tidak disertai dengan peningkatan kesempatan kerja yang hanya sebesar 27 orang saja.

Peningkatan income seluruh pekerja pada seluruh sektor untuk sektor 8 juga hanya sebesar

Rp165.246.615,00

Dilihat dari peningkatan kesempatan kerja, sektor 2 (Tanaman Bahan Makanan lainnya)

menempati peringkat pertama yaitu peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 milyar pada

sektor 2 mampu menciptakan kesempatan kerja sebanyak 71 orang. Seperti halnya yang terjadi

pada sektor 8 di atas, peningkatan kesempatan kerja yang tinggi akibat adanya peningkatan

permintaan akhir sebesar Rp 1 milyar pada sektor 2 tidak disertai dengan peningkatan output

nasional dan peningkatan income pekerja seluruh sektor yang tinggi pula. Peningkatan output

nasional hanya sebesar Rp1.220.598.588,00 sedangkan peningkatan income pekerja seluruh

sektor hanya sebesar Rp172.458.212,00.

Dampak peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 milyar terhadap peningkatan income pekerja

seluruh sektor paling besar pengaruhnya pada sektor 17 (Pemerintahan umum dan Pertahanan).

Peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 milyar pada sektor 17 mampu meningkatkan income

pekerja seluruh sektor sebesar Rp828.258.137,00. Peningkatan income pekerja seluruh sektor

yang tinggi inipun juga tidak disertai dengan peningkatan output nasional dan peningkatan

kesempatan kerja yang besar pula. Peningkatan permintaan akhir sebesar Rp 1 milyar pada

sektor 17 hanya mampu meningkatkan output nasional sebesar Rp1.640.558.982,00 dan

meningkatkan kesempatan kerja sebanyak 22 orang.

Dari hasil simulasi di atas terlihat bahwa pembuat kebijakan tidak dapat hanya mengandalkan

satu sektor saja untuk menghasilkan kebijakan yang mampu memberikan pengaruh yang baik

untuk output nasional, peciptaan kesempatan kerja dan income pekerja pada seluruh sektor

secara besama-sama. Kebijakan harus diterapkan pada beberapa sektor disesuaikan dengan

tujuan dari pengambil kebijakan.

IV. Kesimpulan

Dengan menggunakan analisis I/O dapat diketahui titik berat pembangunan ekonomi Indonesia

seharusnya dilakukan untuk mencapai tujuan makroekonomi seperti :

1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika pembangunan diprioritaskan pada

sektor-sektor kunci dalam perekonomian Indonesia yaitu sektor 8 (industry makanan,

Page 14: Analisis Tabel IO Indonesia Thn 2008

15

minuman dan tembakau), 4 (peternakan dan hasil hasilnya), 9 (Indutri lainnya), 13

(perdagangan) dan 15 (pengangkutan dan komunikasi).

2. Pengeluaran pemerintah yang akan memicu kenaikan permintaan akhir output sektor 17

(pemerintahan umum dan pertahanan), sangat efektif untuk meningkatkan pendapatan

seluruh pekerja dalam perekonomian.

3. Tingkat pengangguran di Indonesia dapat efektif dikurangi dengan mengupayakan

pembangunan sektor-sektor yang terkait dengan pertanian yaitu sektor 2 (tanaman bahan

makanan lainnya), 1 (padi) dan 3 (tanaman pertanian lainnya).

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, Tabel Input Output Updating 2008, Jakarta, 2009.

Badan Pusat Statistik, Tabel Input Output Updating 2005, Jakarta.

Hartono, Djoni, “Peran Sektor Jasa Terhadap Perekonomian Jakarta : Analisis Input Output”,

Jurnal Ekonomi Pembangunan Indonesia, Vol IV No.1, hal 39-57, Jakarta, 2003.

Resosudarmo, Budy P., Djoni Hartono dan Ditya A. Nurdianto, “Inter-Island Economic

Linkages and Connections in Indonesia” , Economics and Finance in Indonesia Vol. 56

(3), Page 297 – 327, LPEM UI, Jakarta, 2008.