38
Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat serial Anak-anak mamak karya tere liye Rista Dewi Pratiwi Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unmuh Jember Email:[email protected] ABSTRACK Novel was one of fiction literature works. Novel was one of interesting literature works. Instead of the content of the story, novel also told about a story which did not exist in the real life. Novel was the response and also an interpreting of a life model which usually mentioned as secondary modeling system. The problem of the background of the research was: how are the theme, character, and background of “Pukat, Serial Anak-Anak Mamaknovel by Tere Liye. The objective of the research was to describe the theme, character, and background of “Pukat, Serial Anak-Anak Mamaknovel by Tere Liye. The type of the research was qualitative research. The location of the research was the library and reading room. The instrument of this research was human instrument. The data of this research was analyzed by using descriptive analysis method such as the word which collected and interpreted by using data reduction, categorization, and synthesizing. Based on the conclusion above, a literature work especially a novel had to have an interesting story, become a coherence structure and had an esthetic purpose. It was caused by that fiction story encouraged the reader to think of the problems of life. The theme, characters, and background was viewed as the unity and attachment in the serial of the whole story so that it would become the understandable character in the story. From the three elements, they had to be viewed as the unity and attachment in the serial of the whole story so that it would become the understandable characters in the story Key words: Analysis, Theme, character and background, Novel ABSTRAK Novel merupakan karya sastra berbentuk fiksi. Novel merupakan salah satu karya sastra yang lebih banyak diminati. Selain memiliki nilai-nilai di setiap ceritanya, novel juga lebih menceritakan sebuah cerita yang jauh-jauh dengan cerita yang terjadi di kehidupan nyata. Novel adalah respons dan sekaligus mempresentasikan sebuah model kehidupan yang biasa disebut sebagai secondary modeling system Permaslahan yang muncul dari latar belakang adalah bagaimana tema, penokohan, dan latar dalam novel “Pukat, Serial Anak-Anak Mamak” karya Tere Liye. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tema, tokoh, dan latar dalam novel “Pukat, Serial Anak-Anak Mamak karya Tere Liye.

Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat serial Anak-anak mamak karya tere liye

Rista Dewi Pratiwi

Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unmuh Jember

Email:[email protected]

ABSTRACK

Novel was one of fiction literature works. Novel was one of interesting literature

works. Instead of the content of the story, novel also told about a story which did

not exist in the real life. Novel was the response and also an interpreting of a life

model which usually mentioned as secondary modeling system.

The problem of the background of the research was: how are the theme,

character, and background of “Pukat, Serial Anak-Anak Mamak” novel by Tere

Liye. The objective of the research was to describe the theme, character, and

background of “Pukat, Serial Anak-Anak Mamak” novel by Tere Liye.

The type of the research was qualitative research. The location of the research was

the library and reading room. The instrument of this research was human

instrument. The data of this research was analyzed by using descriptive analysis

method such as the word which collected and interpreted by using data reduction,

categorization, and synthesizing. Based on the conclusion above, a literature work

especially a novel had to have an interesting story, become a coherence structure

and had an esthetic purpose. It was caused by that fiction story encouraged the

reader to think of the problems of life. The theme, characters, and background was

viewed as the unity and attachment in the serial of the whole story so that it would

become the understandable character in the story. From the three elements, they

had to be viewed as the unity and attachment in the serial of the whole story so

that it would become the understandable characters in the story

Key words: Analysis, Theme, character and background, Novel

ABSTRAK

Novel merupakan karya sastra berbentuk fiksi. Novel merupakan salah satu karya

sastra yang lebih banyak diminati. Selain memiliki nilai-nilai di setiap ceritanya,

novel juga lebih menceritakan sebuah cerita yang jauh-jauh dengan cerita yang

terjadi di kehidupan nyata. Novel adalah respons dan sekaligus mempresentasikan

sebuah model kehidupan yang biasa disebut sebagai secondary modeling system

Permaslahan yang muncul dari latar belakang adalah bagaimana tema,

penokohan, dan latar dalam novel “Pukat, Serial Anak-Anak Mamak” karya Tere

Liye. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tema, tokoh, dan latar dalam

novel “Pukat, Serial Anak-Anak Mamak karya Tere Liye.

Page 2: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Tempat penelitian perpustakaan dan

ruang baca. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi. Instrumen dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument). Data dalam penelitian

dianalisis dengan metode analisis deskriptif yaitu kata-kata yang diperoleh

diinterpretasikan dengan reduksi data, kategorisasi, dan sintesisasi.

Kata Kunci: Ketepatan Menentukan, Unsur Intrinsik, Dongeng.

1. PENDAHULUAN

Karya sastra dilahirkan dari

sebuah imajinasi yang

diekspresikan seorang pengarang.

Pengarang berusaha

menyampaikan pengalaman,

perasaan, ide, dan semangatnya

melalui karya sastra yang dia

buat. Tujuan utama pengarang

yakni agar pembaca dapat

memahami dan mengapresiasi

apa yang pengarang

sampaikan.Karya sastra yang

mudah dipahami sekaligus

banyak di gemari adalah prosa,

prosa dapat disebut dengan fiksi.

Fiksi dikenal dengan sebuah

cerita khayalan, imajinatif,

bersifat rekaan yang bertujuan

memberikan hiburan. Abram

(dalam Nurgiantoro 2012:2)

mengemukakan fiksi merupakan

karya naratif yang isinya tidak

menyarankan pada kebenaran

sejarah. Melalui sarana cerita itu,

pembaca secara tidak langsung

dapat belajar, merasakan, dan

menghayati berbagai

permasalahan kehidupan yang

secara sengaja ditawarkan

pengarang. Oleh karena itu,

pembaca menemukan cerita

kehidupan nyata dirinya dalam

sebuah prosa, sehingga dapat

dipahami dengan baik. Salah satu

karya fiksi yang menampilkan

karakter tokoh dengan lebih

lengkap dan lebih berkesan yakni

novel. Widya (2012:60)

mengemukakan bahwa novel

adalah karya imajinatif yang

mengisahkan sisi utuh atas

problematika kehidupan

seseorang atau beberapa orang

tokoh. Novel menggambarkan

keadaan para tokoh yang lebih

konkret sehingga pembaca dapat

menemukan beberapa karakter

dalam tokoh tersebut khususnya

tokoh anak-anak.Menurut

Suyanto (2014:69) mengatakan

novel merupakan respons dan

sekaligus mempresentasikan

sebuah model kehidupan yang

biasa disebut sebagai secondary

modeling system.

2. Novel dibangun oleh

dua unsur yakni unsur

intrinsik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik merupakan

unsur pembangun karya

sastra yang berada di dalam

karya itu sendiri yang

meliputi tokoh,penokohan,

latar,alur, sudut pandang,

gaya bahasa, tema, dan

amanat. Unsur ekstrinsik

merupakan unsur yang berada

di luar karya itu sendiri

meliputi biografi pengarang,

keadaan subjektivitas

pengarang, lingkungan

pengarang, dan psikologi

pengarang.

Penelitian memilih novel ini

karena isi novel yang lebih

dominan terhadap nilai positif

yang terkandung di dalamnya

dan novel ini juga tergolong

Page 3: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

novel best seller. Penelitian

ini memfokuskan pada unsur

instrinsik berupa tema, tokoh,

dan latar dalam novel Pukat

Serial Anak-Anak Mamak

Karya Tere Liye. Peneliti

memilih tiga unsur tersebut

karena pada ketiga unsur ini

pasti selalu ada di setiap

cerita novel dan bersangkut

paut dengan apa yang ada di

cerita tersebut. Dengan

meneliti ketiga unsur ini

maka sudah dapat di

simpulkan apa yang ada di

dalam cerita tersebut, siapa

saja tokohnya dan tema apa

yang telah tercantum di

dalam novel tersebut.

Unsur pembentukan novel

(struktur novel) yang utama

meliputi tema, tokoh, dan

latar (setting). Dalam upaya

menemukan karakter tokoh

tentu dibutuhkan pemahaman

terhadap tokoh yang menjadi

pelaku cerita, latar yang

menjadi tempat, waktu, dan

situasi dalam kehidupan

tokoh, serta tema yang

menjadi tempat, waktu, dan

situasi dalam kehidupan

tokoh, serta tema yang

menjadi ide pengarang dalam

cerita. Ketiga unsur tersebut

harus di pandang sebagai

kesatuan dan keterkaitan

dalam rangkaian keseluruhan

cerita sehingga karakter

tokoh akan dipahami dengan

baik. Melalui ketiga unsur

tersebut harus dipandang

sebagai kesatuan dan

keterkaitan dalam rangkaian

keseluruhan cerita sehingga

karakter tokoh akan dipahami

dengan baik.

Judul novel yang akan

dijadikan penelitian yaitu

Pukat Serial Anak-Anak

Mamak Karya Tere Liye.

Tebal halaman novel ini 351

halaman, diterbitkan oleh

REPUBLIKA, novel tersebut

tergolong novel Best seller.

Novel ini menceritakan

tentang anak laki-laki yang

memiliki kemampuan dalam

menangkap segala

permasalahan-permasalahan

yang dia alami. Tidak hanya

itu, di dalam novel tersebut

juga menceritakan kehidupan

seorang anak pedalaman

Sumatera yang ikut bekerja

keras dan gigih dalam

menjalani hidup.Sebagai

contoh misalnya analisis

tokoh dalam novel Pukat

Serial Anak-Anak Mamak

Karya Tere Liye. Adapun

kutipan novel tersebut

sebagai berikut:

Oi, aku mengeluh lagi.

Menyeka peluh di dahi.

Rumah bidan desa ibunya

Saleha ada di ujung

kampung. Bagimanalah

urusan ini. Tidak ada pilihan,

waktuku sempit, aku

bergegas berlari. Syukurlah,

baru saja aku lompat dari

anak tangga, di gerbang agar

terlihat ibu Ahmad

menggendong Nayla.

(PKT:128).

Pada kutipan data di atas

menunjukkan tokoh aku/

Pukat merupakan tokoh

utama. Menurut Nurgiyantoro

(2012:176) menyatakan tokoh

utama adalah tokoh yang

diutamakan penceritaannya

dalam novel yang

bersangkutan. tokoh utama

Page 4: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

pada novel biasanya

ditampilkan secara lebih

lengkap, misalnya yang

berhubungan dengan ciri-ciri

fisik, keadaan sosial, tingkah

laku, sifat itu, baik hal itu

dilukiskan secara langsung

maupun tidak langsung.

Tokoh aku merupakan tokoh

yang paling banyak, pada

kutipan di atas di ceritakan

bahwa aku/Pukat adalah anak

laki-laki tertua di

keluarganya. Dia mendapat

julukan si anak pandai karena

sikapnya yang kreatif, cerdik,

dan juga tekun. Kecerdikan

yang ia gunakan seringkali

digunakan untuk

memecahkan masalah

ataupun membantu orang.

Dalam novel ini juga

menjelaskan mengenai

kejujuran. Terbukti dari cerita

kutipan di atas, tokoh

aku/pukat berniat untuk

membeli pulpen,namun anak

pemilik warung tersebut sakit

sehingga pemilik warung

menutup warungnya dan

membiarkan pukat

mengambil sendiri barang

yang di belinya dan

meninggalkan uangnya pada

kaleng yang disediakan

dalam warung. Kemudian

setelah itu pukat berlari pergi

mencari ibu pemilik warung

untuk memberi tahu bahwa ia

telah mengambil pulpen di

dalam warung ibu tersebut

dan menaruh uang di dalam

kaleng.

Penelitian novel Pukat Serial

ini adalah serial pertama Tere

Liye yang terdiri dari 4 edisi.

Edisi buku pertama pada

serial anak-anak mamak

berjudul Amelia (coming

soon), buku kedua berjudul

Burlian (2009), buku ketiga

berjudul Pukat (2012), dan

buku keempat berjudul

Eliana (2011).

Tere Liye merupakan salah

satu penulis terkenal di

Indonesia. Penulis yang

memilki nama asli Darwis

lahir tanggal 21 Mei 1979 di

Sematera. Novel yang

dikarangnya telah banyak.

Terdapat 14 novel yang telah

diterbitkannya. Kelihaian

Tere Liye dalam

menggambarkan karakter

tokoh ditampilkan pada serial

anak – anak mamak. Dalam

serial yang telah ditulis, Tere

Liye menggambarkan dunia

anak-anak yang berada di

sebuah kampung di

pedalaman sumatera. Anak-

anak hidup dalam lingkungan

yang sederhana dan masih

dapat dikatakan “Tertinggal”.

Walaupun tidak hidup dalam

keadaan yang glamor, anak-

anak tersebut tidak pernah

menyerah dalam hidup.

Objek novel yang digunakan

dalam penelitian ini dari

keempat serial anak-anak

mamak adalah novel Pukat,

buku ketiga serial anak –

anak mamak karya Tere Liye.

Niam Masykur mengatakan, “

Mimpi Pukat merupakan

mimpi sebagian besar anak

Indonesia. Harta karun

terbesar bangsa ini adalah

anak-anak yang pantang

menyerah dalam mewujudkan

mimpinya” (dalam Liye,

2012). Selain menggunakan

bahasa yang sederhana dan

mudah untuk dipahami, novel

Page 5: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

ini juga menggambarkan

beberapa tokoh anak yang

gigih dan tidak putus asa

dalam menghadapi segala

permasalahan secara jelas

lebih nampak.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di

atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimana tema dalam novel

“Pukat, Serial Anak-Anak

Mamak” karya Tere Liye?

Bagaimana tokoh dalam

novel “Pukat, Serial Anak-

Anak Mamak” karya Tere

Liye?

Bagaimana latar dalam novel

“Pukat, Serial Anak-Anak

Mamak” karya Tere Liye?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang

dan rumusan masalah di atas,

maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Mendeskripsikan tema dalam

novel “Pukat, Serial Anak-

Anak Mamak” karya Tere

Liye

Mendeskripsikan tokoh

dalam novel “Pukat, Serial

Anak-Anak Mamak” karya

Tere Liye

Mendeskripsikan latar dalam

novel “Pukat, Serial Anak-

Anak Mamak” karya Tere

Liye.

Definisi Operasional

Untuk menghindari

kesalahpahaman dalam

menafsirkan istilah atau kata

yang terkait dengan judul

atau kajian dalam penelitian

ini, berikut definisi

operasional istilah-istilah

dalam penelitian ini.

Tema dalam penelitian ini

merupakan suatu gagasan

pokok pikiran yang di

tuangkan untuk suatu cerita.

Tokoh dalam penelitian ini

merupakan seseorang yang

menjadi pelaku di dalam

cerita.

Latar dalam penelitian ini

merupakan penjelasan

tempat,waktu dan suasana

yang terjadi dalam sebuah

cerita.

Novel Pukat Serial Anak-

Anak Mamak karya Tere

Liye merupakan novel yang

diterbitkan oleh penerbitan

Republika. Novel ini terdiri

dari 351 halaman. Cetakaan

pada tahun 2012. Darwis atau

yang dikenal sebagai Tere

Liye lahir pada 21 Mei 1979

dan tumbuh besar di

Sumatera. Kuliah di

Universitas Indonesia dengan

mengambil Fakultas

Ekonomi. Tere Liye sampai

saat ini telah menghasilkan

14 karya.

Manfaat Peneliti

Manfaat yang diharapkan dari

penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Bagi mahasiswa Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, hasil

penelitian ini diharapkan dapat

menjadi referensi mata kuliah

apresiasi Sastra;

Page 6: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Bagi peneliti, penelitian ini

memberikan pemahaman analisis

unsur intrinsik berupa tema,

tokoh, dan latar di dalam novel;

Bagi peneliti

selanjutnya,diharapkan agar dapat

meneliti novel ini lebih rinci dan

dapat menganilisis unsur intrinsik

lainnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian

ini bertujuan untuk membatasi

pembahasan pada pokok

permasalahan saja. Ruang lingkup

penelitian sangat penting dalam

mendekatkan pada pokok

permasalahan yang akan dibahas,

sehingga menjadi kerancuan

ataupun kesimpulan dalam

menginterprestasi hasil penelitian.

Adapun ruang lingkup dalam

penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Fokus penelitian ini adalah tema,

latar, dan tokoh dalam novel

Pukat, Serial Anak-Anak Mamak

karya Tere Liye.

Data penelitian berupa kata-kata

atau kalimat yang terkait dengan

tema, latar, dan tokoh dalam

novel Pukat, Serial Anak-Anak

Mamak karya Tere Liye.

Sumber data penelitian adalah

novel Pukat, Serial Anak-Anak

Mamak karya Tere Liye.

Novel

Novel merupakan karya sastra

berbentuk fiksi. Abraham (dalam

Nurgiyantoro, 2012:9) Novel atau

novelet (Inggris:novelette) yang

berarti sebuah karya prosa fiksi yang

panjangnya cukupan, tidak terlalu

panjang, namun juga tidak terlalu

pendek. Kita juga dapat menjumpai

keterangan bahwa “ novel adalah

suatu cerita yang bermain dalam

dunia manusia dan benda yang ada di

sekitar kita, tidak mendalam, lebih

banyak melukiskan satu saat dari

kehidupan seseorang, dan lebih

mengenai sesuatu episode” (Jassin

dalam Nurgiyantoro 2012:16).

Novel merupakan salah satu karya

sastra yang lebih banyak diminati.

Selain memiliki nilai-nilai di setiap

ceritanya, novel juga lebih

menceritakan sebuah cerita yang

jauh-jauh dengan cerita yang terjadi

di kehidupan nyata. Kosasih

(2012:60) mengatakan bahwa novel

adalah karya imajinatif yang

mengisahkan sisi utuh atas

problematika kehidupan seseorang

atau beberapa orang tokoh.

Novel merupakan sebuah karya

prosa fiksi yang panjangnya

cukupan, tidak terlalu pendek.

Sedangkan menurut Suyanto

(2014:69) novel merupakan

pergulatan seorang penulis

berhadapan dengan realitas sosial.

Novel juga merupakan respons dan

sekaligus mempresentasikan sebuah

model kehidupan yang biasa disebut

sebagai secondary modeling system.

Berdasarkan pendapat di atas novel

adalah karya imajinatif yang

mengisahkan sisi utuh atas

problematika kehidupan seseorang

atau beberapa orang tokoh.

2.2 Unsur-unsur Intrinsik

Menurut Nurgiyantoro (2012:23)

Unsur intrinsik merupakan unsur –

unsur yang membangun karya sastra

itu sendiri. Unsur inilah yang

Page 7: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

menyebabkan karya sastra hadir

sebagai karya sastra, unsur-unsur

yang seara faktual akan dijumpai jika

orang membaca karya sastra.

2.2.1 Tema

Tema berasal dari kata tithnai

(bahasa yunani) yang berarti

menempatkan, meletakkan. Hartoko

dan Rahmanto (dalam Nurgiyantoro,

2012:68)mengemukakan Tema

merupakan gagasan dasar umum

yang menompang sebuah karya

sastra dan yang terkandung di dalam

teks sebagai struktur semantis dan

yang menyangkut persamaan-

persamaan atau perbedaan-

perbedaan”. Tema disaring dari

motif-motif yang terdapat dalam

karya sastra yang bersangkutan yang

menentukan hadirnya peristiwa-

peristiwa, konflik, dan situasi

tertentu. Menurut (Kosasih, 2012:60)

tema adalah gagasan yang menjalin

struktur isi cerita. Tema suatu cerita

menyangkut segala persoalan, baik

itu berupa masalah

manusiaan,kekuasan,kasih sayng,

kecemburuan,dan sebagainya.

Tema di tentukan secara pasti,

bukanlah makna yang

“disembunyikan”, walau belum tentu

juga dilukiskan secara eksplisit.

Tema sebagai makna pokok sebuah

karya fiksi tidak (secara sengaja)

disembunyikan karena justru hal

inilah yang ditawarkan kepada

pembaca. Makna cerita mungkin

tidak hanya ada satu, melainkan lebih

dari itu. Untuk menemukan makna

tema utama tentu membutuhkan

interpretasi beberapa tema dalam tiap

bab cerita yang mendukung makna

tema utama.

Jadi dapat disimpulan bahwa tema

adalah suatu gagasan pokok pikiran

tentang suatu hal. Salah satunya

dalam membuat suatu tulisan. Tema

menurut (Nurgiyantoro, 2012:82-83)

dibagi menjadi dua di antaranya

sebagai berikut: tema mayor dan

tema minor.

a. Tema Mayor (Tema Utama)

Tema merupakan makna pokok

cerita yang menjadi dasar gagasan

atau gagasan umum karya itu. Tema

pokok sebuah cerita pada hakikatnya

merupakan aktivitas memilih,

mempertimbangkan, dan menilai di

antara sejumlah makna yang

ditafsirkan dan dikandung oleh karya

yang bersangkutan. Makna pokok

cerita tersirat dalam sebagian besar,

untuk tidak dikatakan dalam

keseluruhan, cerita, bukan makna

yang hanya terdapat pada bagian-

bagian tertentu cerita saja.

b. Tema Minor (Tema Tambahan)

Tema Mayor dapat ditemukan

melalui gabungan tema tambahan

atau disebut tema minor. Tema minor

merupakan makna yang hanya

terdapat pada bagia-bagian tertentu

cerita dapat diidentifikasi sebagai

makna bagian, makna tambahan.

Banyak sedikitnya tema minor

tergantung pada banyak sedikitnya

makna tambahan yang dapat

ditafsirkan dari sebuah cerita novel.

Tema minor bersifat mendukung dan

mempertegas eksistensi makna

utama.

Upaya menafsirkan tema dapat

dilakukan dengan berdasarkan fakta-

fakta yang ada yang secara

Page 8: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

keseluruhan membangun cerita itu.

Penafsiran dimulai dengan

memahami cerita, mencari kejelasan

perwatakan tokoh, peristiwa atau

konflik, dan latar. Lebih mudahnya

dapat dirancang dengan pertanyaan,

seperti: apa motivasinya, apa

permsalahan yang dihadapi,

bagaimana perwatakannya,

bagaimanakah sikap dan

pandangannya terhadap

permasalahan itu, apa (dan

bagaimana cara) yang dipikir, dirasa

dan dilakukan.

2.2.2 Tokoh

Tokoh menunjukkan pada

orang sebagai pelaku cerita. Abrams

(dalam Nurgiyantoro 2012:165)

mengatakan tokoh adalah orang -

orang yang ditampilkan dalam suatu

karya naratif, atau drama, yang oleh

pembaca ditafsirkan memiliki

kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan

dalam ucapan dan apa yang

dilakukan dalam tindakan.

Oleh karena itu, tanpa tokoh cerita

tidak terjadi dan berjalan dengan

menarik. Selain itu Mihardja

(2012:5) menjelaskan, “Tokoh ialah

pelaku dalam karya sastra”. Jadi

dapat disimpulkan bahwa tokoh

adalah pelaku yang mengemban

peristiwa dalm cerita fiksi sehingga

peristiwa itu mampu menjalin suatu

cerita.

a. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang

paling banyak diceritakan. Menurut

Nurgiyantoro (2012:176), “tokoh

utama adalah tokoh yang diutamakan

penceritaannya dalam novel yang

bersangkutan”. Tokoh utama dalam

novel ditampilkan terus menerus

sehingga terasa mendominasi seluruh

rangkaian cerita.

Tokoh utama selalu menjadi pelaku,

baik pelaku kejadian maupun yang

menjadi korban dari kejadian

tersebut.

b. Tokoh Protagonis dan Tokoh

Antagonis

Jika dilihat dari peran tokoh-tokoh

dalam pengembangan plot dapat

dibedakan adanya tokoh utama dan

tokoh tambahan, dilihat dari fungsi

penampilan tokoh dapat dibedakan

ke dalam tokoh protagonis dan tokoh

antagonis. “Tokoh protagonis

merupakan tokoh yang menampilkan

sesuatu yang sesuai dengan

pandangan kita, harapan-harapan

kita, pembaca” Altenbernd & Lewis

(dalam Nurgiantoro, 2012:178).

Sebuah fiksi harus mengandung

konflik, ketegangan, khususnya

konflik dan ketegangan yang di

alami oleh tokoh protagonis. Tokoh

antagonis adalah tokoh yang

menyebabkan terjadinya konflik

dalam sebuah cerita.

c. Tokoh Sederhanadan Tokoh Bulat

Berdasarkan perwatakannya,

tokoh cerita dapat dibedakan ke

dalam tokoh sederhana dan tokoh

bulat. “ tokoh sederhana adalah

tokoh yang hanya memiliki satu

kualitas pribadi tertentu, satu sifat –

watak yang tertentu saja”

Nurgiyantoro (2012:182). Banyak

tokoh fiksi yang hanya diungkap dan

Page 9: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

ditonjolkan satu sisi perwatakannya,

namun ia bersifat asli, baru, lain dari

yang dan lain, tidak sekedar

mengikuti formula yang telah

dipergunakan pengarang lain.Tokoh

bulat merupakan tokoh yang

memiliki watak tertentu yang dapat

diformulasikan.

d. Tokoh Statis dan Tokoh

Berkembang

Berdasarkan kriteria berkembang

atau tidaknya perwatakan tokoh-

tokoh cerita dalam sebuah novel.

Altenbernd & Lewis (dalam

Nurgiyantoro, 2012:188)

menjelaskan tokoh statis adalah

tokoh cerita yang secara esensial

tidak mengalami perubahan dan atau

perkembangan perwatakan. Tokoh

jenis ini tampak seperti kurang

terlibat dan tak terpengaruh oleh

adanya perubahan-perubahan

lingkungan yang terjadi karena

adanya hubungan antarmanusia.

Tokoh berkembang adalah tokoh

cerita yang mengalami perubahan

dan perkembangan peristiwa yang

dikisahkan.

2.2.3 Latar

Cerita berkisar tentang seorang

atau beberapa orang tokoh.

Peristiwa-peristiwa dalam cerita

tentulah terjadi pada suatu rentang

waktu tertentu dan pada suatu tempat

tertentu. Abram (dalam

Nurgiyantoro, 2012:216)

menyatakan “Latar merupakan

landasan tumpu yang menyaran pada

pengertian tempat, hubungan waktu,

dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan”. Sedangkan menurut

Kosasih (2012:67) mengatakan,

“Latar atau setting meliputi tempat,

waktu,dan budaya yang digunakan

dalam suatu cerita”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa

latar adalah keterangan mengenai

ruang, waktu, serta suasana

terjadinya peristiwa-peristiwa di

dalam suatu karya sastra. Latar

menurut (Nurgiyantoro, 2012:228-

233) dibagi menjadi tiga yaitu latar

tempat, latar waktu dan latar sosial.

a. Latar Tempat

Latar tempat menunjukkan pada

lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam karya sastra,

seperti desa, kota, dan lainnya.

Tempat bersifat khas, tipikal, dan

fungsional dan akan mempengaruhi

pengaluran dan penokohan, serta

koheren dengan keseluruhan cerita.

Pengangkatan suasana

kedaerahan, sesuatu yang

mencerminkan unsur local color,

akan menyebabkan latar tempat

menjadi unsur yang dominan dalam

karya yang dominan dalam karya

yang bersangkutan. Sifat ketipikal

daerah tak hanya ditentukan oleh

rincian deskripsi lokasi, melainkan

terlebih harus didukung oleh sifat

kehidupan sosial masyarakat

penghuninya. Dengan kata lain, latar

sosial, latar spiritual justru lebih

menentukan ketipikalan latar tempat

yang ditunjuk.

b. Latar Waktu

Page 10: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Latar waktu menunjukkan

“kapan” terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam karya sastra,

seperti hari, tahun, musim, dan jam.

Masalah waktu dalam karya naratif,

Genetter (dalam Nurgiyantoro,

2012:231) mengatakan, “Waktu

dapat bermakna ganda: di satu pihak

menyaran pada waktu penceritaan,

waktu penulisan cerita, dan di pihak

lain menunjuk pada waktu dan

urutan waktu yang terjadi dan

dikisahkan dalam cerita”.

Masalah waktu dalam karya fiksi

juga sering dihubungankan dengan

lamanya waktu yang dipergunakan

dalam cerita. Novel yang

membutuhkan waktu cerita panjang

tidak berarti menceritakan semua

peristiwa yang dialami tokoh

sepanjang hayat, melainkan dipilih

peristiwa-peristiwa tertentu yang

dramatik-fungsional dan mempunyai

pertalian secara plot. Sebaliknya,

novel yang hanya membutuhkan

waktu cerita singkat biasanya juga

tidak hanya menceritakan kejadian-

kejadian dalam waktu yang sesingkat

itu pula. Pengarang dapat mensiasati

peristiwa-peristiwa sepanjang hayat

tokoh tampak menjadi singkat.

c. Latar Sosial

Pada hal-hal yang berhubungan

dengan perilaku kehidupan sosial

masyarakat di suatu tempat yang

diceritakan dalam karya fiksi. Latar

sosial dapat berupa kebiasaan hidup,

adat istiadat, tradisi,keyakinan,

pandangan hidup, cara berpikir dan

bersikap, dan lain-lain yang

tergolong latar spiritual seperti

dikemukakan sebelumnya. Di

samping itu, latar sosial juga

berhubungan dengan status sosial

tokoh yang bersangkutaan, misalnya

rendah, menengah, atau atas.

Latar sosial berpera menentukan

apakah sebuah latar, khususnya latar

tempat, menjadi khas dan tipikal atau

sebaliknya bersifat netral. Dengan

kata lain untuk menjadi tipikal dan

lebih fungsional, deskripsi latar

tempat harus sekaligus disertai

deskripsi latar sosial, tingkah laku

kehidupan sosial masyarakat di

tempat yang bersangkutan. Latar

sosial memang dapat secara

meyakinkan menggambarkan

suasana kedaerahan, local color,

warna setempat daerah tertentu

melalui kehidupan sosial masyarakat.

2.3 Serial Anak-Anak Mamak

Serial Anak-Anak Mamak

merupakan novel serial anak mamak

yang ditulis oeh Tere Liye. Amelia,

Burlian, Pukat dan Eliana merupakan

kakak-beradik yang kisah-kisahnya

ditulis berbeda dan terpisah oleh

Tere Liye. Menurut Tsulatsi di dalam

kisahnya di blognya (2013), Tere

Liye menyajikan kisah masa kanak-

kanak yang penuh dengan keceriaan,

keingintahuan dan kenakalan-

kenakalan khas anak dalam serial

anak mamak tersebut. Tere Liye

menguraikan kejadian-kejadian unik

dengan bahasa yang sederhana

namun sarat akan makna dan nasihat.

Eiana merupakan kakak tertua

dari keluarga Mamak. Eliana adalah

anak yang pemberani dan penuh

energi. Bersama teman-temannya ia

menyerang penambang pasir yang

mengekploitasi kampung mereka.

Pukat anak kedua yang pintar dan

penuh analisa. Serta Burlian yang

bijaksana dan penuh tanya.Seperti

dalam novelnya yang lain (misal :

Bidadari-Bidadari Surg, Hafalan

Shalat Delisa) Tere Liye mengambil

Page 11: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

setting tempat di Sumatera. Namun,

tempat-tempat tersebut tidak

diceritakan secara spesifik. Dalam

serial anak mamak setting tempatnya

hanya ditulis pedalaman

Sumatera,Kota Kecamatan, Kota

Kabupaten dan Kota Propinsi. Ciri

khas lain dari novel Tere Liye adalah

bercerita tentang lingkungan.

Dalam serial Eliana misalnya, Ia

menceritakan kerusakan lingkungan

yang timbul akibat aktivitas

penambangan pasir disekitar sungai.

Sebelum ada aktifitas –aktifitas

tersebut, sungai di kampung mereka

bening dan dapat dimanfaatkan

sebaik-baiknya. Namun, setelah para

penambang datang dari kota, sungai

tersebut menjelma menjadi sungai

kotor yang kurang dapat

dimanfaatkan oleh para penduduk

kampung. Cerita tersebut diakhiri

dengan banjir yang melanda

kampung mereka.

Tere Liye juga bercerita

mengenai persahabatan yang

dikemas dengan hal-hal menarik.

Dalam serial Pukat, Ia menceritakan

dua sahabat yaitu, Pukat dan Raju.

Mereka berdua merupakan sahabat

dekat. Namun suatu hari Pak Bin,

guru mereka, mngajarkan sistem

penanggalan kepada mereka. Tibalah

pada sistem penanggalan China.

Dalam penanggalan China dikenal

shio-shio. Raju bersio kambing dan

Pukat bershio Ayam. Sontak saja

Raju memberi julukan pada Pukat

Ayam. Pukatpun tidak terima dengan

julukan tersebut dan membalasnya

dengan memanggil Kambing,

sehingga terjadilah konflik diantara

mereka.

Serial anak mamak mengajarkan

pada kita perjuangan besar seorang

ibu. Meskipun Nur (mamak Amelia,

Burlian, Pukat dan Eliana)

digambarkan sebagai mamak yang

galak dan keras, namun sejtinya

seorang ibu tetaplah ibu. Mamak

selalu menanamkan arti kerja keras,

kejujuran, harga diri, serta perangan

tidak tercela. Dan disini, kasih

sayang keluarga adalah segalanya. Ia

melakukan semua itu untuk kebaikan

mereka. Tere Liye membumbui

cerita tersebut dengan konflik yang

mengharukan. Ada sebuah nasihat

dalam setiap serial ini yang selalu

Bapak sampaikan pada anak-anaknya

saat mereka terlibat konflik dengan

Mamak. Nasihat itu adalah, “jangan

pernah membenci Mamak kau,

jangan sekali-kali. Karena jika kau

tahu sedikit saja apa yang telah ia

lakukan demi kau, Eli, Pukat,

Burlian, dan Amel, maka yang tau itu

sejatinya bhkan belum sepersepuluh

dari pengorbanan, rasa cinta, serta

rasa sayangnya kepada kalian.”

Tidak hanya ditunjukan kepada

anak-anak. Para orang tua juga harus

belajar banyak dari kisah-kisah serial

Anak mamak. Tere Liye

menyadarkan kepada para orangtua

untuk menanamkan kedisiplinan dan

kejujuran pada jiwa anak-anak. Pak

Bin, merupakan sesosok guru yang

patut dicontoh oleh guru-guru masa

kini. Kesabaran, keuletan dan

keteguhan hati Beliau dalam

mendidik diceritakan dengan penuh

penjiwaan oleh Tere Liye.

Pak Bin sehari-harinya selama

25 tahun mengajar tiga sampai empat

kelas karena kekurangan guru di SD

mereka. Pak Bin hanya dibantu oleh

satu orang guru. Kepala sekolah yang

hanya bisa datang dan mengajar pada

hari Rabu dan Jum‟at saja. Pak Bin

tidak mengeluh dengan keadaan

tersebut. Bahkan Beliau bersedia

mendatangi rumah murid-murid

Page 12: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

apabila ada yang putus sekolah.

Karena memang di kampung mereka

umumnya hanya bersekolah sampai

kelas 5. Beliau tetap optimis

meyakinkan para orangtua bahwa

pendidikan sangatlah penting.

Akhirnya pada serial Burlian berhasil

membawa kembali Lamsari ke

bangka SD. Hal yang ironis adalah

perjuangan berat Beliau belum dapat

membawanya menjadi PNS.

Meskipun Amelia, Burlian,

Pukat, dan Eliana merupakan satu

keluarga. Namun cerita tersebut

bukan merupan cerita bersambung.

Tere Liye menciptakan dunia mereka

sendiri-sendiri yang saling

berhubungan satu sama lain. Banyak

ditemukan kata-kata yang serig di

ulang (misal : menelan ludah, Oi) di

dalam serial ini. Selain itu, terdapat

pula kerancauan umur. Pada serial

Burlian diceritakan bahwa Ayuk

Eliana berselisih umur sekitar tiga

tahun dengan Pukat. Namun dalam

serial tersebut mengisahkan bahwa

ada sahabat dari tokoh utama yang

meninggal dunia.

Serial-serial tersebut umumnya

tidak memiliki perbedaan yang

berarti. Yang membedakan hanya

kisah dan jalan ceritanya. Tokoh

dalam serial tersebut umumnya

masih sama hanya pada sahabat

mereka sendi yang berbeda. Dalam

serial ini ditemukan tokoh-tokoh

Wak Yati, Pak Bin, Bakwo Dar,

Mang Unus, Mang Dullah, dan

masih banyak lagi.

Diakhiri cerita Tere Liye tidak

menceritakan kehidupan mereka

selepas SD. Ia menciptakan tokoh

utama dengan alur mundur dan sudut

pandang orang pertama pelaku

utama. Banyak sekali nilai moral

yang dapat kita petik dari serial anak

mamak tersebut.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kualitatif. Kirk

dan Miller (dalam Moleong, 2011:5),

menyatakan bahwa penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang

memanfaatkan pandangan, perasaan,

dan perilaku individu atau

sekelompok orang. Hasil dari

penelitian ini mengutamakan

deskripsi tentang analisis dengan

teori yang ada. Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menggunakan

pendekatan naturalistik untuk

mencari dan menemukan pengertian

atau pemahaman tentang fenomena

dalam suatu latar yang berkonteks

khusus.

Penelitian kualitatif digunakan

karena data yang dihasilkan dalam

penelitian ini berupa data deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah laporan

penelitian yang berisi kutipan-

kutipan data untuk memberi

gambaran penyajian laporan.

Penelitian yang deskriptif artinya

data terurai dalam bentuk kata-kata

atau gambar-gambar, bukan dalam

bentuk angka-angka. Penelitian

deskriptif data ini dapat di lihat

dalam bentuk kata-kata dari beberapa

unsur yang telah di teliti yakni

berupatema, tokoh, dan latar dalam

novel Pukat, “Serial Anak-Anak

Mamak” karya Tere Liye.

3.2 Lokasi Penelitian

Page 13: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Lokasi penelitian merupakan

tempat dimana penelitian dilakukan.

Lokasi penelitian ini bertempat di

perpustakaan Universitas

Muhammadiyah Jember dan ruang

baca FKIP, yang beralamatkan di

Jalan Karimata No.49, Sumbersari,

Kabupaten Jember, Jawa Timur

6812. Alasan dilakukan peneliti di

perpustakaan dan ruang baca

Universitas Muhammadiyah Jember

adalah perpustakaan dan ruang baca

merupakan tempat yang pling

nyaman untuk menganalisis sebuah

novel dan banyak terdapat buku-

buku yang dijadikan referensi yang

dapat menunjang peneliti.

3.3 Data Penelitian

Data Penelitian adalah semua

fakta yang dapat dijadikan bahan

untuk menyusun suatu informasi.

Menurut Arikunto (2010:99) data

dalam penelitian ini berupa data

deskriptif. Data penelitian yang

dimaksud adalah novel Pukat: Serial

Anak – Anak Mamak karya Tere

Liye. Data yang diambil disesuaikan

dengan rumusan masalah yang

dibuat. Data dari rumusan pertama

berupa beberapa kalimat atau

paragraf yang menggambarkan

beberapa unsur yaitu tema, tokoh,

dan latar.

3.4 Sumber Data

Sumber data penelitian adalah

sumber subjek dari tempat mana data

didapatkan. Menurut Lofland (dalam

Moleong, 2011:157) sumber data

utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata, dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain.

Berkaitan dengan hal itu pada bagian

ini jenis datanya dibagi ke dalam

kata-kata dan tindakan, sumber data

tertulis, foto, dan statistik. Sumber

data dalam penelitian ini adalah

novel Pukat buku ketiga dari

keempat serial anak-anak Mamak

yang ditulis oleh Tere Liye cetakan

ke-3 April 2012 dengan jumlah

halaman 345. Novel ini diterbitkan

oleh Republika di Jakarta.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini adalah

teknik dokumentasi. Menurut

Arikunto (2010:274) Teknik

dokumentasi yaitu mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda, dan

sebagainya. Tahap-tahap dalam

teknik dokumentasi dalam penlitian

ini adalah sebagai berikut.

Teknik dokumentasi disini

maksudnya adalah, peneliti

mengambil data berupa novel karya

Tere Liye yang akan di analisis unsur

intrinsiknya yaitu tema, penokohan,

dan latar. Tahap-tahap dalam teknik

dokumentasi dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut,

a. Membaca novel Pukat, Serial

Anak-Anak Mamak” karya

Tere Liye berulang-ulang dan

memahami isi yang

bersangkutan dengan unsur

yang akan di teliti berupa tema,

tokoh, dan latar.

b. Memberi kode khusus kepada

data yang menunjukkan unsur

tema, tokoh, dan latar pada

novel Pukat, Serial Anak-Anak

Mamak” karya Tere Liye.

Page 14: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

c. Memberikan kode pada unsur

tema, tokoh dan latar pada

novel yang akan di teliti.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data

adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam

kegiatan mengumpulkan data.

Menurut Moleong (2011:168)

pengertian instrumen atau alat

penelitian (human instrument) disini

tepat karena ia menjadi segalanya

dari keseluruhan proses

penelitian.Pengumpulan data

penelitian kualitatif bukanlah

mengumpulkan data melalui

instrumen seperti halnya peneliti

kualitatif dimana instrumennya

dibuat untuk mengukur variabel-

variabel penelitian. Tetapi

pengumpulan data penelitian

kualitatif instrumen utama adalah

peneliti sendiri, untuk mencari data

dengan berinteraksi secara simbolis

dengan subjek yang diteliti. Selain

peneliti sebagai instumen utama,

Teknik analisis data adalah

metode untuk mengolah sebuah data

menjadi informasi sehingga

karakteristik data tersebut menjadi

untuk dipahami. Menurut Patton

(dalam Moleong, 2011:280) analisis

data adalah proses mengatur urutan

data, mengorganisasikannya ke

dalam suatu pola, kategori, dan

satuan uraian dasar. Analisis data

sebagai proses yang merumuskan

hipotesis kerja (ide) seperti yang

disarankan oleh data dan sebagai

usaha untuk memberikan bantuan

pada tema, dan hipotesis kerja itu.

Teknik analisis data ini meliputi

tiga tahap yaitu, reduksi data,

kategorasi, dan sintesisasi.

a) Reduksi data

Identifikasi satuan (unit) pada

mulanya diidentifikasikan adanya

satuan yaitu bagian terkecil yang

ditemukan dalam data yang

memiliki makna bila dikaitkan

dengan masalah penelitian. Jadi

peneliti melakukan pemilihan dan

pemusatan perhatian pada kalimat-

kalimat dalam novel Pukat, Serial

Anak-Anak Mamak karya Tere Liye

dan mulai melakukan

penyederhanaan dan pengabstrakan

data – data yang termasuk kedalam

unsur tema, tokoh, dan latar.

b) Kategorisasi

Kategorisasi adalah upaya

memilah-milah setiap satuan ke

dalam bagian-bagian yang memiliki

kesamaan Pada tahap ini dari data-

data yang telah ditemukan, peneliti

mulai menemukan data-data yang

termasuk dalam unsur tema, tokoh

dan latar dalam novel Pukat, “Serial

Anak-Anak Mamak” karya Tere

Liye. Peneliti mulai menarik

kesimpulan tentang pembagian dua

aspek dan dimasukkan ke dalam

tabel analisis data.

c) Sintesissasi

Sintesisasi berarti mencari kaitan

antara satu kategori dengan kategori

lainnya. Pada tahap ini peneliti

mulai memverifikasi lagi data-data

yang telah di dapat dan melakukan

penarikan kesimpulan dari data-data

yang telah ditemukan.

3.8 Pengecekan Keabsahan

Temuan

Menurut Moleong (2011:320),

yang dimaksud dengan keabsahan

Page 15: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

data adalah bahwa setiap keadaan

harus memenuhi:

a. Mendemonstrasikan nilai yang

benar

b. Menyediakan dasar agar hal itu

dapat diterapkan, dan

c. Memperbolehkan keputusan luar

yang dapat dibuat tentang

konsistensi dari Prosedurnya

dan kenetralan dari temuan

dan keputusan-

keputusannya.

Teknik pengecekan keabsahan

temuan dalam penelitian ini

menggunakan cara ketekunan

pengamat. Ketekunan pengamat

berarti mencari secara konsisten

intrepetasi dengan berbagai cara

dalam kaitan dengan proses analisis

yang konstan atau tentatif. Teknik

ketekunan pengamat disini, peneliti

benar-benar membaca dan meneliti

novel Pukat, “Serial Anak-Anak

Mamak” karya Tere Liyedengan

seksama untuk mendapatkan hasil

atau data berupa unsur intrinsik

yaitu (a) tema, (b) Penokohan, dan

(c) latar.

Paparan Data

Penelitian ini dilakukan pada

novel Pukat Serial Anak – Anak

Mamak karya Tere Liye. Paparan

data ini dilakukan dengan teknik

studi pustaka. Penelitian ini

membahas mengenai unsur intrinsik

yang terdapat di dalam novel.Unsur

intrinsik terbagi menjadi tujuh yaitu,

tema, tokoh, latar, alur, sudut

pandang , gaya bahasa, dan amanat.

Dalam novel Pukat Serial Anak –

Anak Mamak karya Tere Liye

tersebut ditemukan tiga unsur yaitu,

tema, tokoh, dan latar. Berikut

paparan data penelitian ini.

4.1.1 Macam-macam Tema dalam

Novel

Berdasarkan penelitian pada

novel Pukat Serial Anak – Anak

Mamak karya Tere Liye, peneliti

akan memaparkan macam-macam

tema yaitu, tema mayor dan minor.

a. Tema Mayor

Dari teks novel yang

diperoleh, berikut peneliti

memaparkan data teks novel tema

mayor.

Wak Yati bahkan seperti

hendak menangis, mereka

ujung matanya, menatapku

penuh kasih sayang,

“Pernyataannya sederhana,

Schat... kau ingat baik-baik,

karena boleh jadi Wawak tidak

sempat mengulanginya ...

Langit tinggi bagai dinding

lembah luas ibarat mangkok,

hutan menghijau seperti

zamrud, sungai mengalir ibarat

naga, tak terbilang kekayaan

kampung ini. Sungguh tak

terbilang. Maka yang manakah

harta karun paling berharga?”

(PKT:180).

b. Tema Minor

Dari teks novel yang

diperoleh, berikut peneliti

memaparkan data teks novel tema

mayor.

“soal itu nanti saya urus,

Dullah.” Pak Bin tersenyum

mantap, “ide ini luar-biasa.

Selain memberikan jalan keluar

bagi Ibu Ahmad agar terus

berjualan, warung tetap buka,

anak-anak bisa belanja

keperluan, ide ini juga

sekaligus melatih anak-anak

untuk jujur (PKT:141).

Page 16: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

4.1.2 Macam-macam Tokoh

dalam Novel

Berdasarkan penelitian pada

novel Pukat Serial Anak – Anak

Mamak karya Tere Liye, peneliti

akan memaparkan macam-macam

tokoh yaitu, tokoh utama, tokoh

protagonis, tokoh antagonis, tokoh

sederhana, tokoh bulat, tokoh statis

dan tokoh berkembang.

a. Tokoh Utama

Dari teks novel yang

diperoleh, berikut peneliti

memaparkan data teks novel tokoh

utama.

Hari pertama ternyata

berjalan lancar. Juga hari

kedua, ketiga hingga tidak

terasa lewat seminggu. Sejauh

ini jualan Ibu Ahmad laku.

Tidak ada yang berani

mengambil barang tanpa

meletakkan uang di kaleng.

Aku jadi lebih berani

meninggalkan warung itu.

Persis memasuki minggu

kedua, aku bahkan tidak

merasa perlu ke warung

kecuali saat pagi hari

menyiapkan semuanya dan

siang hari berhitung dengan

sisa jualan (PKT:146).

b. Tokoh Protagonis

Dari teks novel yang

diperoleh, berikut peneliti

memaparkan data teks novel tokoh

protagonis.

“Kau sarapan dengan kue

buatan ibu Ahmad, Pukat?”

Aku menoleh ke Pak Bin,

mengangguk.

“Bagaimana rasanya?” Pak

Bin ikut duduk

jongkok.

“Enak.” Aku mengunyah kue

serabi itu,

menyeringai.

“Kau tahu, makanan yang

kita dapatkan

dengan bekerja,

apalagi itu kerja

yang baik dan

halal, maka rasanya akan

terasa nikmat di

lidah.” Pak Bin

tertawa kecil

(PKT:146).

c. Tokoh Antagonis

Dari teks novel yang

diperoleh, berikut peneliti

memaparkan data teks novel tokoh

antagonis.

Aku dan Raju sudah

tersenyum canggung.

Menyeringai salah-tingkah satu

sama lain. Meski lebih mirip

seringai kuda, itu jelas seringai

perdamaian.

Akhirnya setelah dua bulan

tidak saling tegur, kami berbaikan

(PKT:110).

d. Tokoh Sederhana

Dari teks novel yang

diperoleh, berikut peneliti

memaparkan data teks novel tokoh

sederhana.

.... Belum lagi menurut anak-

anak perempuan di kelas,

Saleha tidak tinggi hati, mau

berteman dengan siapa saja

(PKT:42).

e. Tokoh Bulat

Page 17: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Dari teks novel yang

diperoleh, berikut peneliti

memaparkan data teks novel tokoh

bulat.

Lonceng pulang berdentang,

saat anak-anak lain menuju

rumah masing-masing, aku

berlari kecil melintasi lapangan

menuju warung. Mulai

menghitung sisa gorengan dan

kue-kue dalam toples.

Menghitung jumlah buku tulis,

buku gambar, pensil, pulpen,

penggaris, dan sebagainya.

Mencatatnya, menghitung

selisihnya dengan jumlah tadi

pagi, mengelikannya dengan

harga masing-masing.

Dengan tangan sedikit

gemetar menghitung uang di

kaleng. Mencocokkannya

dengan jumlah di kertas.

“Oi...” Aku menghembuskan

nafas lega. Jumlahnya pas.

Tidak kurang, tidak lebih. Aku

menyeka peluh di dahi, hawa

panas musim kemarau baru

terasa. Tersenyum lebar

(PKT:14) .

4.1.3 Macam-macam Latar dalam

Novel

Berdasarkan penelitian pada

novel Pukat Serial Anak – Anak

Mamak karya Tere Liye, peneliti

akan memaparkan macam-macam

latar yaitu, Latar Tempat, Latar

Waktu, dan Latar Sosial.

a. Latar Tempat

Dari teks novel yang

diperoleh, berikut peneliti

memaparkan data teks novel Latar

Tempat.

Kami yang duduk rapi di

sebelah Bapak, antusias ikut

mengamati seluruh gerbong.

Celingukan ke depan belakang,

menatap keluar jendela,

melihat batang pohon berpilin

seperti berlari. Hutan

pedalaman Sumatera yang

selalu berkabut di pagi hari

(PKT:1).

b. Latar Waktu

Dari teks novel yang

diperoleh, berikut peneliti

memaparkan data teks novel Latar

Waktu.

Oi, cerita ini tentu saja bukan

tentang pasar, hanya

kejadiannya saja di pasar. Pagi

itu, pukul empat shubuh,

Mamak sudah berteriak

membangunkanku dan Burlian.

Dengan mata masih menempel,

rambut acak-acakan, Mamak

menyuruh kami bergegas

sarapan dan menyiapkan jualan

(PKT:232).

c. Latar Sosial

Dari teks novel yang

diperoleh, berikut peneliti

memaparkan data teks novel Latar

Sosial.

.... Penduduk setempat juga

banyak yang memanfaatkan

pasar kalangan, membawa

tandan buah segar, karung ubi-

ubian, ikut berjualan

(PKT:231).

Page 18: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

4.2 Temuan Tema, Tokoh, dan

Latar

Berdasarkan paparan data

dapat diketahui bahwa terdapat tujuh

unsur dalam unsur intrinsik yaitu

tema, tokoh, latar, alur, sudut

pandang, gaya bahasa, dan amanat.

Jumlah keseluruhan data yang di

teliti sebanyak 46 temuan. Temuan

yang akan dibahas ialah mengenai

tema, tokoh dan latar. Tema di bagi

menjadi 2 macam yaitu tema mayor

dan minor.

a. Tema mayor dalam novel

Pukat Serial Anak-Anak

Mamak Karya Tere Liye

terdapat 2 data yaitu:

1. Wak Yati menjelaskan

tentang persoalan teka-teki

yang sangat berharga dan

berarti bagi Wak Yati.

Wak Yati memberikan

soal tersebut kepada Pukat

karena Wak Yati yakin

Pukat akan dapat

menjawab teka-teki

tersebut. Karena Pukat

termasuk anak yang

cerdas. 2. Kehidupan Pukat sangat

sederhana. Dengan

kesederhanaan itu, dia

mendapatkan sebuah kisah

yang berarti dari sebutir

nasi b. Tema minor dalam novel

Pukat Serial Anak-Anak

Mamak Karya Tere Liye

terdapat 2 data yaitu: 1. Pak Bin mengajarkan

tentang kejujuran kepada

siswanya melalui toko Ibu

Ahmad yang tetap buka

meski tidak ada yang

menjaga. Hanya catatan

kecil yang bertulis harga

yang ada di dalam toko

tersebut.

2. Anak harus di didik dan

di bimbing dalam

menjaga tutur kataya. Jika

mulut salah mengucapkan

sesuatu maka itu akan

menjadi subuah tembakan

kepada orang lain. Sama

dengan kampung Pukat

yang terjadi karena

gunjingan ibu-ibu

kampung yang membuat

fitnah.

Tokoh utama yang ditemukan

dalam novel Pukat Serial Anak-Anak

Mamak Karya Tere Liye terdapat 9

data dan 1 tokoh yaitu Pukat. 1)

Pukat termasuk anak yang cerdas

cerdas, 2) jujur, 3) bertanggung

jawab, 4) suka menepati janji, 5)

disiplin, 6) taat kepada orang tua.

Tokoh protagonis yang

ditemukan dalam novel Pukat Serial

Anak-Anak Mamak Karya Tere Liye

terdapat 4 data yaitu: 1) Pukat sangat

menikmati upah dari hasil jerih

payahnya menjaga warung Ibu

Ahmad, 2) Pukat berharap usahanya

untuk mencari tahu siapa yang

mengambil kaleng di warung Ibu

Ahmad segera di temukan, 3)

harapan Raju untuk menjadi

penerbang profesional.

Tokoh antagonis yang

ditemukan dalam novel Pukat Serial

Anak-Anak Mamak Karya Tere Liye

terdapat 2 data yaitu: 1) Pukat dan

Raju yang dulunya sahabat baik kini

menjadi musuh karena sikap iri yang

dimiliki oleh Raju, 2) Tokoh Pukat

Page 19: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

dan Raju sudah berdamai dan mulai

saling sapa.

Tokoh sederhana yang

ditemukan dalam novel Pukat Serial

Anak-Anak Mamak Karya Tere Liye

terdapat 4 data yaitu: 1) sikap sabar

Mamak dalam menghadapi sikap

Pukat, 2) kasih sayang dan perhatian

Mamak pada Pukat, 3) sikap rendah

hati yang dimiliki oleh Saleha, 4)

sikap Saleha yang baik hati.

Tokoh bulat yang ditemukan

dalam novel Pukat Serial Anak-Anak

Mamak Karya Tere Liye terdapat 5

data yaitu: 1) Sikap peduli yang

dimiliki Pukat, 2) sikap gigih Pukat

saat mencari Ibu Ahmad, 3) sikap

tanggung jawab Pukat saat menjaga

warung Ibu ahmad, 4) sikap teguh

pendirian Saleha yang tidak

terpengaruh oleh isu-isu yang masih

belum jelas kebenaranny, 5) sikap

Saleha baik hati pada lingkungan

masyarakat. Tokoh statistik dan

tokoh berkembang tidak ditemukan

dalam novel Pukat Serial Anak-Anak

Mamak Karya Tere Liye.

Latar di bagi menjadi 3

macam yaitu latar waktu, latar

tempat, dan latar sosial. Hasil

analisis data berupa latar tempat

yang ditemukan dalam novel Pukat

Serial Anak-Anak Mamak Karya

Tere Liye terdapat 9 data yaitu: 1)

Sumatera, 2) ruang kelas, 3) dapur,

4) warung ibu Ahmad, 5) ladang, 6)

sungai, 7) kereta api, 8) masjid

kampung, 9) pasar. Latar waktu yang

ditemukan dalam novel Pukat Serial

Anak-Anak Mamak Karya Tere Liye

terdapat 3 data yaitu: 1) pagi, 2) sore,

3) malam. Latar sosial yang

ditemukan dalam novel Pukat Serial

Anak-Anak Mamak Karya Tere Liye

terdapat 6 data yaitu: 1) petani, 2)

ladang, 3) pedalaman Sumatera, 4)

desa perkampungan, 5) hukum islam,

6) adat istiadat.

Unsur-unsur Intrinsik Novel

Pukat: Serial Anak-Anak Mamak

Karya Tere Liye

Analisis unsur intrinsik

sebuah karya sastra diharapkan dapat

membantu menemukan dan

memahami makna yang terkandung

di dalamnya. Unsur intrinsik yang

dianalisis meliputi tema, tokoh, dan

latar.

5.1.1 Tema

Tema merupakan faktor

utama sebuah cerita dalam sebuah

karya sastra. Hartoko dan Rahmanto

(dalam Nurgiyantoro,2012:68)

mengemukakan Tema merupakan

gagasan dasar umum yang

menompang sebuah karya sastra dan

yang terkandung di dalam teks

sebagai struktur semantis dan yang

menyangkut persamaan-persamaan

atau perbedaan-perbedaan. Tema

sebagai makna pokok sebuah karya

fiksi tidak (secara sengaja)

disembunyikan karena justru hal

inilah yang ditawarkan kepada

pembaca. Tema dalam novel Pukat:

Serail Anak-Anak Mamak terdiri dari

tema mayor dan tema minor.

a. Tema Mayor

Ada beberapa cara untuk

menemukan tema mayor. Berikut

uraian mengenai tema mayor dalam

novel Pukat: Serial Anak-Anak

Mamak karya Tere Liye.

Wak Yati bahkan seperti

hendak menangis, mereka

ujung matanya, menatapku

penuh kasih sayang,

“Pernyataannya sederhana,

Schat... kau ingat baik-baik,

karena boleh jadi Wawak tidak

sempat mengulanginya ...

Page 20: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Langit tinggi bagai dinding

lembah luas ibarat mangkok,

hutan menghijau seperti

zamrud, sungai mengalir ibarat

naga, tak terbilang kekayaan

kampung ini. Sungguh tak

terbilang. Maka yang manakah

harta karun paling berharga?”

(PKT:180)

Data di atas menunjukkan

tema mayor. Data tersebut

menjelaskan tentang persoalan yang

menonjol adalah teka-teki ini sangat

berharga dan berarti bagi Wak Yati

sehingga dia menangis ketika akan

mengulanginya. Teka-teki Wak Yati

selalu berisi tentang nasihat

kehidupan sehari-hari. Teka-teki ini

merupakan teka-teki paling hebat

yang dimilikinya.

Kehidupan Pukat sangat

sederhana. Tetapi dengan

kesederhanaan itu, dia mendapatkan

sebuah kisah yang berarti. Persoalan

yang banyak menimbulkan konflik

dan peristiwa dalam novel Pukat:

Serial Anak-Anak Mamak adalah

persoalan menghargai hidup.

“Kalian tahu, sebutir nasi ini

berharga.” Bapak memecah

suara sendok, “Burlian, Pukat

kalian sudah membantu banyak

membuka hutan. Tahu

prosesnya, mengerti kalau

setiap bagian tidak mudah

dilaksanakan..”

...

“Bagi kita, petani adalah

kehidupan. Proses panjang

menghargai kasih-sayang alam

dan lingkungan sekitar. Proses

panjang dari rasa syukur

kepada yang maha kuasa.

Lihat, padi-padi ini tumbuh

subur, tapi hanya dengan

kebaikan Tuhan-lah, esok-lusa

akan muncul bilur-bilur padi

yang banyak.”(PKT:313)

Data di atas menunjukkan

tema mayor. Data tersebut

menjelaskan bahwa persoalan

sebutir nasi membuat hidup Pukat

sehingga mereka bisa

menghargainya. Sebutir nasipun

berharga dan harus dihargai. Sekecil

apapun suatu barang tetap harus

dihargai karena semua ciptaan Tuhan

itu berharga.

b. Tema Minor

Ada beberapa cara untuk

menemukan tema minor. Berikut

uraian mengenai tema minor

dalam novel Pukat: Serial Anak-

Anak Mamak karya Tere Liye.

“soal itu nanti saya urus,

Dullah.” Pak Bin tersenyum

mantap, “ide ini luar-biasa. Selain

memberikan jalan keluar bagi Ibu

Ahmad agar terus berjualan,

warung tetap buka, anak-anak bisa

belanja keperluan, ide ini juga

sekaligus melatih anak-anak untuk

jujur. Biar saya yang memberikan

pengertian itu berkali-kali,

berkali-kali, berkali-kali ke

mereka. Insya Allah, tidak akan

ada masalah (PKT:141).

Data di atas menunjukkan

tema minor. Data tersebut

menjelaskan kejujuran sebagian dari

harga diri yang harus dijaga karena

bernilai tinggi. Pak Bin

memanfaatkan sebuah masalah

sebagai pelajaran dan pengetahuan

tentang kejujuran yang secara

langsung akan dipraktekkan oleh

murid-muridnya di SD. Jujur

bukanlah suatu yang mudah.

Kejujuran selalu diuji dengan nafsu.

Page 21: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Manusia harus bisa mengontrol

nafsunya. Mencuri, menyontek

ketika ujian, berbohong, dan lainnya

merupakan bentuk ketidak jujuran

manusia.

Mulut adalah senjata setiap

orang. Jika mulut salah

mengucapkan sesuatu maka itu akan

menjadi sebuah tembakan kepada

orang lain. Satu mulut dapat

membunuh banyak orang, untuk itu,

senjata itu harus dikendalikan dengan

baik.

Keselamatan manusia berasal

dari mulutnya. Banyak permasalahan

terjadi karena soal mulut.

Pembunuhan, fitnah, permusuhan

banyak terjadi karena satu mulut

yang kurang terkontrol. Hal itu

terjadi pada novel Pukat: Serial

Anak-Anak Mamak.

“Ibu-ibu di kampung ini

memang sudah kotor semua

mulutnya. Asyik menggunjing

urusan orang lain. Mereka

tidak tahu apa, anak-anak ikut-

ikutan jadi suka bergunjing.”

Mamak mendengus marah,

mengetuk meja, membuat

Amelia dan Burlian

memutuskan menyibukkan diri

dengan piring masing-masing.

Aku juga takut-takut melirik

Mamak (PKT:253)

Data di atas menunjukkan

tema minor. Data tersebut

menjelaskan persoalan sebuah

permasalah di kampung Pukat.

Gunjingan ibu-ibu kampung Pukat

tidak hanya membuat fitnah saja,

tetapi juga merusak generasi bangsa

untuk tidak menggunjing. Anak-anak

dengan mudah menerima sesuatu hal

yang baru dari sekitarnya.

5.1.2 Tokoh

Tokoh menunjukkan pada

orang sebagai pelaku cerita. Abrams

(dalam Nurgiyantoro 2012:165)

mengatakan tokoh adalah orang -

orang yang ditampilkan dalam suatu

karya naratif, atau drama, yang oleh

pembaca ditafsirkan memiliki

kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan

dalam ucapan dan apa yang

dilakukan dalam tindakan.

a. Tokoh Utama

Ada beberapa cara untuk

menemukan tokoh utama. Berikut

uraian mengenai tokoh utama dalam

novel Pukat: Serial Anak-Anak

Mamak karya Tere Liye.

Wak Yati bahkan seperti

hendak menangis, menyeka

ujung matanya, menatapku

penuh kasih-sayang,

“Pertanyaaannya sederhana,

schat.... kau ingat baik-baik,

karena boleh jadi Wawak tidak

sempat mengulanginya ...

Langit tinggi bagai dinding

lembah luas ibarat mangkok,

hutan menghijau seperti

zamrud, sungai mengalir ibarat

naga, tak terbilang kekayaan

kampung ini. Sungguh tak

terbilang. Maka yang manakah

harta karun paling berharga?”

(PKT:180)

Data di atas menunjukkan

tokoh utama. Data tersebut

menjelaskan bahwa tokoh Pukat

berkaitan dengan masalah teka-teki

Wak Yati. Pukat disuruh untuk

memahami teka-teki yang diberikan

kali ini, karena Wak Yati. Pukat

disuruh untuk memahami teka-teki

Page 22: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

yang diberikan kali ini, karena Wak

Yati merasa dirinya akan meninggal.

Permasalah tentang teka-teki juga

dapat dilihat melalui data berikut.

“Wak, Pukat tahu

jawabannya.” Aku mensejajari

langkah Wak Yati, tersenyum

senang. Sejak di halaman

masjid tadi, sudah tidak

terbilang orang menyebut

„harta karun‟, termasuk Wak

Yati.

“Jawaban apa?”

“Harta karun paling berharga

kampung kita. Jawabannya

adalah empat kotak di loteng

masjid. Benar, bukan?”

Wak Yati menghentikan

langkah, menoleh kepadaku,

debu berterbangan ditiup angin

lembah, “Mijn lieve”, kau

jagan membuat Wawak

kecewa.”

“Eh?” Aku menggaruk

kepala.

“Wawak piker jawaban kau

akan lebih berkelas

dibandingkan ini.

Wawak piker ka adalah anak

terpandai yang pernah ku

kenal.”

“Bukankah Meneer Van

Houten sendiri menulis dia

harus menyelamatkan harta

paling berharganya, itu saran

Kakek Salehudddin.”

Aku berusaha membela

logika jawabanku.

“Kalau begitu, kau tidak

mendengarkan catatan itu baik-

baik, Pukat.” Wak Yati

mengetukkan tongkat, “Bukan

itu jawabannya. Sama sekali

bukan empat kotak itu.”

(PKT:228-229)

Data di atas menunjukkan

tokoh utama. Data tersebut

menjelaskan bahwa tokoh Pukat

menemukan jawaban dari teka-teki

Wak Yati. Dia menemukan sebuah

catatan yang menyinggung harta

karun kampunng paling berharga.

Wak Yati kecewa dengan jawaban

Pukat karena jawabannya salah dan

terkecoh dengan catatan cerita kakek

Salahuddin.

Tokoh yang berkaitan dengan

teka-teki Wak Yati adalah tokoh

Pukat. Dia dituntut untuk

menemukan jawabannya. Pukat

berusaha mencari-cari jawabannya

dengan kejadian atau peristiwa yag

menimpanya sehingga dia benar-

benar menemukan jawaban yang

sebenarnya.

Hari pertama ternyata

berjalan lancar. Juga hari

kedua, ketiga hingga tidak

terasa lewat seminggu. Sejauh

ini jualan Ibu Ahmad laku.

Tidak ada yang berani

mengambil barang tanpa

meletakkan uang di kaleng.

Aku jadi lebih berani

meninggalkan warung itu.

Persis memasuki minggu

kedua, aku bahkan tidak

merasa perlu ke warung

kecuali saat pagi hari

menyiapkan semuanya dan

siang hari berhitung dengan

sisa jualan. (PKT:146)

Data di atas menunjukkan

tokoh utama. Data tersebut

menjelaskan bahwa tokoh Pukat

berkaitan dengan permasalahan

dalam menjaga warung Ibu Ahmad.

Usaha yang dilakukan Pukat menjaga

warung Ibu Ahmad masih sukses

Page 23: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

dalam 2 minggu. Kekhawatirannya

dengan segala kemungkinan yang

mungkin akan menggagalkannya

untuk menjaga warung itu tidak

terjadi selama 2 minggu. Selama

pelajaran dimulai, Pukat

meninggalkannya dengan

meninggalkan daftar harga barang-

barang dengan tenang. Ketika

pulang sekolah, Pukat membereskan

sisa dagangan dan menghitung hasil

jualan.

Usaha menjaga warung Ibu

Ahmad tidak seterusnya berjalan

mulus untuk seterusnya. Beberapa

kasus pun terjadi karena ulah ketidak

juuran teman-teman-teman

sekolahnya. Berikut salah satu data

yang menjelaskan kasus tersebut.

“Tidak bisa. Kalau kau tidak

punya uang, kau tidak usah

jajan,”

Aku menggeleng tegas,

menjawab ketus. Sejak hari

pertama, setiap kali

Lamsari datang ke warung

wajahnya selalu terlihat licik.

“Bukankah kemarin boleh.”

Lamsari nyengir.

“Boleh apanya?” Mataku

mendelik.

“Aku kemarin mengambil

dua gorengan, tetapi bayarnya

nanti-nanti.

Belum selesai kalimat

Lamsari, aku sudah loncat

menyergap. Astaga?

Kepalaku berpikir cepat,

ternyata aku tidak salah hitung.

Memang benar ada yang

curang. Aku bergegas

menyeret Lamsari.

“Oi,oi, apa yang kau

lakukan?” Lamsari berseru

bingung. Melawan tidak mau

ditarik –tarik.“Kau ikut ke

tempat Pak Bin sekarang!”

Aku galak

menghardiknya.(PKT:151-152)

Data di atas menunjukkan

tokoh utama. Data tersebut

menjelaskan bahwa usaha tokoh

Pukat dalam menjaga warung ibu

Ahamad terjadi masalah. Pukat

menemukan orang yang telah

menyebabkan uang hasil jualan

berkurang. Pukat tidak salah hitung,

melainkan ada yang mencuri

beberapa gorengan di warung.

Pelakunya adalah teman kelasnya

sendiri, Lamsari. Lamsari sebenarnya

tidak bermaksud untuk mencuri

tetapi dia hanya berhutang, hanya

saja dia tidak memberi tahu Pukat

lebih dulu. Dengan kesal ahirnya

Pukat menyerahkan Lamsari kepada

Pak Bin untuk dihukum atas

kesalahannya. Tokoh yang berkaitan

dengan penjaga warung ibu Ahmad

adalah tokoh Pukat. Pukat dituntut

untuk menjaga warung tersebut dari

sikap ketidak jujuran dari orang

sekelilingnya, terutama teman-teman

sekolahnya.

Dug! Seperti ada yang

menikam jantungku, Mamak

yang sedang mewadahi nasi

dari periuk, menatapku dengan

seringai ganjil. “Kalau kalian

ada yang berani pulang

duluan, Mamak hukum tidak

boleh makan dan tidur di luar

malam ini.” Dari air muka

Mamak, aku seperti bisa

membaca kalimat Mamak tadi

sore di ladang.

...

“Oi, apa film kartun tadi bisa

membuat kenyang?” Mamak

sudah berdiri dsebelah kursiku.

Aku kaget, mendongak.

“Kau tidak malu berada di

meja makan, hah?”

Page 24: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Kerusakan itu sudah tidak

tertahankan. Jantungku bukan

hanya ditikam, tapi bagai

ditembak seribu anak panah.

Sesaat aku menunduk kembali.

Kesat di kerongkongan

akhirnya tiba di mata, berkaca-

kaca. Mendorong kursi ke

belakang melangkah patah-

patah keluar dapur. (PKT:191-

192)

Data di atas menunjukkan

tokoh utama. Data tersebut

menjelaskan bahwa tokoh Pukat

memiliki masalah dengan Mamak.

Permasalahan yang terjadi adalah

tentang ketaatan kepada orang tua.

Pukat telah melanggar janji untuk

tidak pulang sebelum pekerjaan di

ladang selesai. Pukat yang awalnya

ikut makan akhirnya sadar dengan

janjinya dengan sendirian Mamak.

Siapa yang pulang dulua dari ladang,

maka ia tidak boleh ikut makan

malam. Pukatpun keluar dengan

sedih tanpa makan satu butir nasi

pun.

“Kau terlalu keras ke Pukat.”

“Tidak. Dia sudah tahu aturan

mainnya.”

“Oi, urusan ini bukan sekedar

aturan main, kesepakatan,

sanksi.”

“Tentu saja, urusan ini

tentang berdisiplin. Anak-anak

ini harus disiplin.

Tahu kapannya bekerja, tahu

kapannya bermain. Apapula

yang

dikerjakan dia, setiap hari

hanya dihabiskan menonton

televisi. Tidak

ada manfaatnya.”(PKT:195)

Data di atas menunjukkan

tokoh utama. Data tersebut

menjelaskan tentang permasalahan

yang dialami tokoh Pukat kali ini

adalah ulah dia sendiri. Ketidak

taatannya terhadap ibunya membuat

dia dihukum. Pukat dihukum oleh

Mamak untuk tidur di luar. Hukuman

yang Pukat dapatkan dari Mamak

adalah sebuah pelajaran yang secara

tidak langsung Mamak ajarkan dan

terapkan pada Pukat agar tidak

mengulangi perbuatan buruknya lagi.

Tokoh yang terlibat dengan

permasalahan ketaatan terhadap

orang tuanya adalah tokoh Pukat.

Masalah yang dialami Pukat tentang

sebuah kedisiplinan dalam bekerja.

Pukat melanggar janji Mamak untuk

menyelesaikan pekerjaannya di

ladang.

Permasalahan keempat yakni

tentang perdagangan. Tokoh Pukat

kesal dengan cara Mamak berjualan

di pasar, sehingga dia mendapat

kesempatan untuk berdagang sendiri.

Mamak mengangguk,

sepakat-sama tidak berniat

menawar balik. Menyuruhku

membungkusnya. Aku

menggaruk kepala yang tidak

gatal, berbisik, “Mana mungkin

lapak sebelah menjual seharga

itu. Kita jual lima ribu saja itu

sudah paling murah sedunia,

Mak.”

“Biar saja. Kita tidak rugi

ini.”

“Rugi, Mak. Seharusnya kita

bisa menjual lebih mahal.” Aku

mulai tidak mengerti dengan

alasan Mamak. Bukan hanya

sekali ini Mamak mudah

bersepakat dengan pembeli.

Sudah sejak tadi pagi sampai

jualan kami tinggal beberapa

tumpukan dari tiga keranjang

besar yang kami bawa.

(PKT:234-235)

Page 25: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Data di atas menunjukkan

tokoh utama. Data tersebut

menjelaskan tentang permasalahan

tokoh Pukat dalam masalah

perdagangan melalui percakapannya

dengan Mamak. Dia kesal dengan

cara berjual Mamaknya yang terlalu

baik hati memberikan harga kepada

pembeli. Pukat merasa cara berjualan

Mamak akan membuat mereka rugi.

Rasa kesal Pukat akhirnya

tergantikan dengan kebijakan

Bapaknya untuk membiarkan Pukat

berjualan menggunakan caranya

sendiri. Hasil dari jualannya ternyata

tidak sesuai dengan keinginannya.

Dia ternyata gagal mendapatkan

penghasilan lebih banyak dari

penghasilan Mamaknya.

“Menurut kau, Pukat, untung

mana antara menjual daku

sepuluh ribu satu kilo di

bandingkan lima ribu satu kilo?

Mata Bapak mengerjap-

ngerjap, berkelakar.

“Eh? Aku menggaruk kepala

Bapak bertanya sungguhan?

“iya, jawab saya. Lebih

untung mana?”

“Sepuluh ribu, Pak.” Aku

menjawab ragu-ragu.

“Kalau begitu aneh sekali...

Ini jadi matematika yang rumit,

Pukat.

Lihat, kau menjual duku

sepuluh ribu, tetapi hanya

membawa pulang

uang sedikit ini. Mamak kau

kamis lalu menjual lima ribu,

itupun masih

ditawar separuhnya, tetapi

bisa membawa pulang jauh

lebih banyak dari

ini. Oi, bagaimana mungkin?

Ada yang salah dengan rumus

hitungan

ini.” Bapak pura-pura

bingung.

“itu karena duku Mamak laku

semua, Pak.” Amelia

menjawab polos. (PKT:234)

Data di atas menujukkan

tokoh utama. Data tersebut

menjelaskan tentang hasil jualan

Pukat lebih sedikit dari pada hasil

jualan Mamak. Walaupun Pukat

menjual duku dengan harga sepuluh

ribu, lebih besar dari harga jualan

Mamak, tetapi Pukat membawa hasil

jualannya lebih sedikit dari hasil

jualan Mamak.

Usaha Pukat berjualan duku

dengan harga yang tinggi ternyata

membuatnya rugi. Banyak duku yang

tidak terjual dan membusuk sia-sia.

Permasalahan tentang berdagang ini

membuat Pukat lebih tahu tentang

bagaimana cara berjualan yang baik.

Permasalahan kelima adalah

tentang pembukaan hutan. Pukat dan

Burlian mendapatkan kesempatan

untuk ikut Bapak mereka membuka

hutan. Hal tersebut adalah perintah

dari Mamak karena mereka berdua

sering tidak menghabiskan nasi.

„Membuka hutan‟ adalah

ritual panjang, tidak selesai

dalam hitungan bulan. Maka

demi mendengar kabar itu,

kami bersiap atas kesenangan

sepanjang musim kemarau dan

musim penghujan. Aku belum

pernah mengalaminya

langsung selama ini, tetapi aku

yakin ini akan seru.

Oi, kami tidak tahu kalau

semua ini dilakukan Bapak

(atas usulan Mamak) agar

kami menghargai perjalanan

panjang kisah sebutir nasi.

(PKT:278)

Page 26: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Data tersebut menunjukkan

tokoh utama. Data tersebut

menjelaskan bahwa Pukat harus

mengikuti kegiatan membutuhkan

waktu yang sangat panjang. Mamak

pasti memiliki tujuan yang baik,

sehingga dia melibatkan anak-

anaknya dalam kegiatan ini. Proses

membuka hutan hanya dikerjakan

oleh orang dewasa karena pekerjaan

ini memiliki resiko yang besar.

Usulan Mamak merupakan sebuah

permasalahan Pukat dalam

menjalankan kegiatan membuk

hutan. Kegiatan ini merupakan

pekerjaan terberat Pukat dalam usaha

mendapatkan sebutir nasi.

Berdasarkan uraian-uraian di

atas, dapat dinyatakan bahwa tokoh

yang terlibat dengan ketiga

permasalah teka-teki, penjahaan

warung ibu Ahmad, ketaatan kepada

orang tua, perdagangan, dan

pembukaan hutan.

b. Tokoh Protagonis

Ada beberapa cara untuk

menemukan tokoh protagonis.

Berikut uraian mengenai tokoh

protagonis dalam novel Pukat: Serial

Anak-Anak Mamak karya Tere Liye.

“Kau sarapan dengan kue

buatan ibu Ahmad, Pukat?”

Aku menoleh ke Pak Bin,

mengangguk.

“Bagaimana rasanya?” Pak

Bin ikut duduk jongkok.

“Enak.” Aku mengunyah kue

serabi itu, menyeringai.

“Kau tahu, makanan yang

kita dapatkan dengan bekerja,

apalagi itu kerja

yang baik dan halal, maka

rasanya akan terasa nikmat di

lidah.” Pak Bin

tertawa kecil. (PKT:146)

Data di atas menunjukkan

tokoh protagonis. Data tersebut

menjelaskan bahwa Pukat sangat

menikmati upah dari hasil jerih

payahnya menjaga warung ibu

Ahmad. Pak Bin sebagai guru selalu

mendampingi dan mengawasi Pukat

dalam menjalankan tugasnya yang

dirasa masih kurang mampu untuk

dilakukan oleh anak seusia Pukat.

Pak Bin selalu memberikan nasehat

dan kata-kata bijak yang selalu

membuat Pukat merasa tenang dan

lebih baik.

Walau murid sekolah sudah

pulang, Pak Bin terpaksa

memanggil beberapa anak

yang terlihat belanja di warung,

menanyai mereka apakah

melihat ada yang ganjil, orang

yang mencurigakan di sekitar

warung. Semua menggeleng,

memastikan tidak ada yang

aneh. Aku mengusap peluh di

dahi, isi kaleng itu banyak

sekali, sudah tiga hari terakhir

uang jualan tidak diambil Ibu

Ahmad, dibiarkan terkumpul

dalam kaleng. (PKT:168)

Data di atas menunjukkan

tokoh protagonis. Data tersebut

menjelaskan bahwa hubungan kerja

sama tokoh pukat dengan tokoh Pak

Bin dalam menyelesaikan masalah di

warung Ibu Ahmad. Pak Bin yang

mengontrol Pukat dalam hal menjaga

warung tersebut ikut mencari tahu

siapa yang mengambil kaleng uang

di warung Ibu Ahmad bersama

Pukat. Sudah tiga hari Pukat tidak

menyerahkan hasil jualan kepada Ibu

Ahmad. Tentu saja uang di dalam

kaleng yang hilang itu banyak.

Raju-teman sekelasku lainnya

yang bercita-cita menjadi

Page 27: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

penerbang serta pandai tipu-

tipu sudah berdebum

menghantam permukaan

sungai pelan, dia hampir saja

mnghantam kepada kami. Raju

hanya tertawa lebar, sama

sekali tidak merasa berdosa.

Berenang mengembang di

dekatku. (PKT:37)

Data di atas menunjukkan

tokoh protagonis. Data tersebut

menjelaskan tentang tokoh Raju. Dia

teman kelas sekaligus sahabat Pukat.

Raju bercita-cita menjadi penerbang.

Tak ayal dia suka berdebum

menghantam permukaan sungai

ibaratkan seorang penerbang

profesional.

Sigap merupakan tindakan

cepat disertai semangat yang tinggi.

Sikap tokoh Pukat yang sigap dilihat

ketika dia menyelesaikan masalah

tentang warung ibu Ahmad.

“Lantas siapa yang

menyiapkannya daftar

harganya? Mengurus

semuanya?”

“Pukat akan menyiapkannya,

Bu. Pukat juga setiap pagi akan

membantu ibu membuka

warung, membawa gorengan

dan kue-kue, siangnya biar

Pukat juga yang menutup

warung, membereskan sisa

dagangan. Jadi Ibu walau

sedetik sama sekali tidak perlu

meninggalkan Nayla.” Aku

tersenyum yakin.”(PKT:140)

Data di atas menunjukkan

tokoh protagonis. Data tersebut

menjelaskan tentang sikap Pukat

yang sigap dalam membantu ibu

Ahmad. Pagi hari akan membawa

gorengan dan kue-kue yang akan di

jual. Siang hari dia kembali menutup

warung dan membereskan sisa

dagangan di warung ibu Ahmad.

Pukat sigap dalam mempersiapkan

semuanya sehingga Ibu Ahmad tidak

perlu mengkhawatirkan warungnya.

c. tokoh antagonis

Ada beberapa cara untuk

menemukan tokoh antagonis.

Berikut uraian mengenai tokoh

antagonis dalam novel Pukat:

Serial Anak-Anak Mamak

karya Tere Liye.

... Aku (dan teman-teman)

ikut tertawa mengerubungi,

tawaku yang langsung

tersumpal saat melihat Raju

masuk kelas, melangkah

mendekati lingkaran. Mual aku

melihatnya.

Tetapi kelakuanku itu cukup

adil, saat Raju sedang

berkelekar atau bermain

dengan anak-anak lain,

wajahnya juga segera kusam

melihatku masuk atau ikut

bergabung.

Perkelahian itu berbuntut

panjang. Meski sudah

didamaikan Pak Bin, meski

kami tetap duduk sebangku,

seminggu terakhir kami

sejtinya tidak saling sapa.

(PKT::89)

Data di atas menunjukkan

tokoh antagonis. Data tersebut

menjelaskan tentang hubungan tokoh

Pukat dengan tokoh Raju. Mereka

adalah sahabat baik. Karena sebuah

sifat iri hati, mereka akhirnya saling

bertengkar. Mereka tetap

bermusuhan setelah terjadi

perkelahian beberapa hari lalu.

Sekian lama tak saling sapa,

akhirnya Pukat dan Raju sudah

tersenyum canggung.

Menyeringai salah-tingkah

satu sama lain. Meski lebih

Page 28: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

mirip seringai kuda, itu jelas

seringai perdamaian. Akhirnya

setelah dua bulan tidak saling

tegur, kami berbaikan.

(PKT:110)

Data di atas menunjukkan

tokoh antagonis. Data tersebut

menjelaskan tentang hubungan tokoh

Pukat dan tokoh Raju yang telah

lama tidak saling menyapa telah

berdamai. Perdamaian itu akhirnya di

mulai dengan senyuman canggung

mereka berdua. Senyum canggung

yang disertai dengan salah tingkah

merupakan sebuah kesadaran dari

kesalahan yang mereka lakukan.

d. tokoh sederhana

Ada beberapa cara untuk

menemukan tokoh sederhana.

Berikut uraian mengenai tokoh

sederhana dalam novel Pukat: Serial

Anak-Anak Mamak karya Tere Liye.

Aku mengeluh, jangankan

setengah jam, lima belas menit

lagi saja tidak boleh. Harus

pulang sekarang. Bagaimana

nasib film kartun itu.

Tidak akan ada siaran ulang.

Kalau membersihkan rumput di

ladang, besok-besok juga bisa

di ulang lagi.

“Kita harus pulang sekarang,

Mak.” Aku membujuk pelan.

“Sebentar lagi Pukat.”

“sekarang Mak-”

“Oi, kau tidak mendengar

kalimat Mamak rupanya. Kalau

Mamak sudah bilang sebentar

lagi, ya sebentar lagi.” Gerakan

tangan Mamak terhenti,

menoleh jepadaku. Melotot.

(PKT:188)

Data di atas menunjukkan

tokoh serhana. Data tersebut

menjelaskan bahwa hubungan tokoh

Pukat dengan Mamaknya. Ketika

bekerja di ladang, Pukat sangat

memaksa Mamak untuk segera

pulang. Mamak marah dan menolak

ajakan Pukat karena pekerjaan di

ladang belum selesai.

Pukat yang melawan perintah

Mamak ternyata membuat

hubungannya dengan Mamak kurang

baik. Tetapi, bagi seorang Mamak

tidak akan mungkin menanggapi

sikap Pukat yang bersikap buruk

padanya.

Lima belas menit, serangan

mual itu berlalu. Mamak

membantuku berbaring lagi.

Saat itulah semua kebencian,

prasangka buruk, rasa marahku

kepada mamak berakhir.

Dengan kondisi tubuh lemah,

kepala tergolek di bantal, aku

menatap Mamak yang meraih

kain, mengelap keringat di

dahiku. (PKT:204)

Data di atas menunjukkan

tokoh sederhana. Data tersebut

menjelaskan bahwa hubungan antara

tokoh Pukat dan Mamaknya.

Mamaknya memberikan perhatian

yang lebih kepada Pukat. Anaknya

yang sedang sakit walau dia telah

melakukan kesalahan. Pukat yang

awalnya marah kepada Mamaknya

karena hukuman yang diberikan

Mamaknya kepadanya, kini telah

merasakan bahwa Mamak

melakukan itu semua bukan karena

Mamak benci kepadanya, melainkan

Mamak sangat sayang padanya.

Rendah hati merupak sifat

tidak sombong dan ramah dalam

bersosialisasi. Randah hati juga dapat

diartikan sikap ramah dan susila.

Sifat Saleha yang ditemukan adalah

rendah hati.

... belum lagi menurut anak-

anak perempuan di kelas,

Saleha juga anak yang

Page 29: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

menyenangkan, walau datang

dari kota besar, Saleha tidak

tinggi hati, mau berteman

dengan siapa saja (PKT:42)

Data di atas menunjukkan

tokoh sederhana. Data tersebut

menjelaskan sikap tokoh Saleha yang

rendah hati. Selain cantik dari

fisiknya, Saleha juga cantik hatinya.

KedatangannyaSaleha diterima baik

oleh teman-temannya. Bagi teman-

temannya dia sosok teman yang

menyenangkan.

“Kalau kau melakukannya,

kau jahat sekali, Lamsari.”

Saleha yang berdiri di tengah

kerumunan berkata pelan,

“Kasihan Ibu ahmad. Anaknya

sakit, dia sudah repot-repot

memasaknya sejak subuh agar

kita bisa jajan, kau justru tega

mencui gorengannya.

(PKT:143)

Data di atas menunjukkan

tokoh sederhana. Data tersebut

menjelaskan sikap Saleha dari jalan

pikirannya. Sikap baik hatinya

membuat jalan pikirannya untuk

mengerti situasi ibu Ahmad. Dia

menegur Lamsari agar tidak

memiliki rencana jahat atau sampai

mencuri gorengan di warung ibu

Ahmad.

e. tokoh bulat

Ada beberapa cara untuk

menemukan tokoh bulat. Berikut

uraian mengenai tokoh bulat dalam

novel Pukat: Serial Anak-Anak

Mamak karya Tere Liye.

“ Aku berpikir keras. Harus

ada pemecahan masalah ini,

jalan keluar yang mungkin bisa

membantu dua ssisi sekaligus.

Aku menatap bulan separuh

sambil menghela nafas pelan,

formasi galaksi bima sakti

terlihat jelas. Suara anaak-anak

mengaji terdengar, rumah Nek

Kiba sudah dekat. Baiklah,

sepertinya itu bisa jadi jalan

keluar terbaik. Warung itu

tetap buka, apapun caranya.

(PKT:139)

Data di atas menunjukkan

tokoh bulat. Data tersebut

menjelaskan sikap peduli yang di

miliki oleh Pukat. Pukat peduli

kepada Ibu Ahmad yang tidak bisa

membuka warung untuk berdagang

demi mmenurut erawat anaknya

Nayla yang sedang sakit. Sikap

peduli ini tidak hanya untuk

membantu ibu Ahmad untuk tetap

mendapat uang, tetapi juga

membantu teman-teman agar tetap

bisa membeli alat sekolah.

“ Aduh, bagaimana ini.

Warung Ibu Ahmad tutup-

teman itu menepuk jidat.

“Kau kan bisa pakai buku

pengganti mistar.” Aku

memberikan usul.

“Mana bisa. Tidak ada senti-

sentinya.”

“Sini, ku bantu, apa susahnya

tinggal kau tiru saja mistarnya,

kau beri tanda senti-senti di

pinggiran buku.”Aku gemas

menyeret teman itu duduk,

mengeluarkan penggarisnya,

lantas membuatkan mistar

tiruan. Yang lain menonton

terpesona, tidak pernah

terpikirkan solusi itu.

Sebenarnya aku hanya

mencontoh Ayu Eli, dia pernah

mematahkan mistar panjang

milikku, lantas menggantinya

dengan karton yang dipotong

mirip mistar, kemudian

diberikan garis senti-sentinya.

(PKT:130)

Page 30: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Data di atas menunjukkan

tokoh bulat. Data tersebut

menjelaskan sikap Pukat yang

peduli, kemudian membantu salah

satu temannya yang kebingungan

karena tidak memiliki mistar. Dia

berbagi pengalamannya dalam

membuat mistar tiruan yang dia

pelajari dari kakaknya. Kejadian

warung ibu Ahmad yang tutup

membuat teman-teman Pukat panik

jika alat tulis mereka hilang atau

rusak.

Salah satu teman Pukat

mengeluh karena tidak memiliki

mistar untuk ulangan, sedangkan

warung Ibu Ahmad tutup. Pukat yang

melihat temannya kesusahan,

berusaha membantu

semampunya.Selain sikap peduli,

Pukat juga memiliki sikap gigih.

Aku bergegas ke rumah Ibu

Ahmad. Berkisar enam rumah

dari rumahnya. Berlarian di

bawah kolong rumah tetangga.

Mengetuk pintu, berteriak

memanggil. Kosong. Tidak ada

yang menjawab. Aduh

waktuku semakin sempit.

Lebih kencang berteriak dan

mengetuk pintu kayu.

“Ibu Ahmad ke bidan

kampung, Pukat.” Lagi-lagi

tetangga sebelah terlihat

melongo dari salah satu

jendela, “membawa sikecil

Nayla berobat.”

Oi, aku mengeluh lagi.

Menyeka peluh di dahi. Rumah

bidan desa ibunya Saleha ada

di ujung kampung.

Bagaimanalah urusan ini.

Tidak ada pilihan, waktuku

sempit, aku bergegas berlari.

Syukurlah baru saja aku lompat

dari anak tangga, di gerbang

agar terlihat ibu Ahmad

menggendong Nayla.

(PKT:128)

Data di atas menunjukkan

tokoh bulat. Data tersebut

menjelaskan bahwa Pukat gigih

mencari Ibu Ahmad. Dia terus

berusaha menemukan Ibu Ahmad

untuk membuka warungnya.

Warungnya Ibu Ahmad lah satu-

satunya tempat yang menjul alat

tulis. Warung itu tertutup, jadi Pukat

terpaksa lari menuju rumah Ibu

Ahmad yang jauhnya harus melewati

enam rumah dari warungnya.Pukat

juga adalah orang yang bertanggung

jawab.

Lonceng pulang berdentang,

saat anak lain menuju rumah

masing-masing, aku berlari

kecil melintasi lapangan

menuju warung. Mulai

menghitung sisa gorengan dan

kue-kue dalam toples.

Menghitung jumlah buku tulis,

buku gambar, pensil, pulpen

penggaris dan sebagainya.

Mencatatnya, menghitung

selisihnya dengan jumlah tadi

pagi, mengalikannya dengan

harga masing.

Dengan tangan sedikit

gemetar menghitung uang di

kaleng. Mencocokkannya

dengan jumlah di kertas.

“Oi...” Aku menghembuskan

nafas lega. Jumlahnya pas.

Tidak kurang, tidak lebih. Aku

menyeka peluh di dahi, hawa

panas musim kemarau baru

terasa. Tersenyum lebar.

(PKT:147)

Data di atas menunjukkan

tokoh bulat. Data tersebut

menjelaskan bahwa Pukat sangat

bertanggung jawab menjaga warung

Page 31: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

ibu Ahmad. Niat baik Pukat untuk

membantu ibu Ahmad membuka

warung Ibu Ahmad mendapatkan

nilai positif dari seluruh warga

kampung. Jadi, tugas Pukat hanya

membawakan gorengan setiap pagi,

menyiapkan barang dan daftar

harganya di warung. Ketika pulang

sekolah Pukat mulai menghitung

hasil dagangan dan membawanya

kembali kerumah Ibu Ahmad.

Sikap teguh pendiriannya

adalah sikap yang tidak mudah

terpengaruh oleh bujukan orang lain

serta keadaan sekitar. Teguh hati

juga dapat disebuh dengan kukuh

hati. Sikap teguh pendirian yang

dimiliki Saleha membuat dia tetap

berprinsip sesuai dengan sifat yang

baik hati.

“Sering? Bukannya Kesi

datang dengan lebam biru

hanya sekali?” Saleha menyela

kesimpulanku.

“Itu yang terlihat. Kau tidak

bisa melihat lebam yang

tertutup seragamnya, bukan?”

Aku melotot ke arah Saleha,

teman-teman mengangguk,

sepkat dengan argumenku.

“Memangnya kau juga bisa

melihat lebam Kesi yang

tertutup seragamnya?” Saleha

tidak mau kalah, mendengus ke

arahku, “Kata Ibu-ku orang tua

Kesi baik-baik saja. Mereka

akur dan bahagia meski

Samsurat belakangan semakin

tidak terendali.”

“Tahu apa kau?” Aku

meremehkan Saleha, “ Baru

tinggal di kampung setahun

terakhir. Samsurat itu sudah

gila dua puluh tahun lebih, itu

gara-gara orang tuanya sering

bertengkar saaat dia masih

kecil. Tidak terurus, tidak

terawat. Ibu Bidan memangnya

tahu itu?”

Saleha mengeluarkan suara

puh, sebal. Memutuskan tidak

menanggapi, kembali ke

mejanya. Bukan karena dia

tidak bisa mendebatku, tetapi

karena wajah anak-anak

sekelas lebih sepakat

denganku. (PKT:261)

Data di atas menunjukkan

tokoh bulat. Data tersebut

menjelaskan bahwa sikap yang di

miliki Saleha berbeda dengan anak-

anak lain. Dia tidak terpengaruh oleh

isu-isu yang masih belum jelas

kebenarannya. Dia berusaha berfikir

logis dengan kenyataan yang terjadi.

Dia tidak menyimpulkan isu tersebut

selama dia tahu kenyataannya.

Sikap tokoh Saleha melulai

faktor ekternal ini adalah teguh

pendiriannya. Faktor ini menyangkut

hubungan dia dengan lingkungan

sosialnya. Permasalahan yang terjadi

di lingkungan masyarakat merupakan

sebuah pantangan sikap Saleha yang

baik hati. Sikpa yang teguh pendirian

membuat dia tetap baik dalam

menghadapi suatu masalah.

5.1.3 Latar

Abram (dalam Nurgiyantoro,

2012:216) menyatakan “Latar

merupakan landasan tumpu yang

menyaran pada pengertian tempat,

hubungan waktu, dan lingkungan

sosial tempat terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan”. Lantas

dalam novel Pukat: Serail Anak-

Anak Mamak terdiri dari latar tempat,

latar waktu, dan latar sosial.

a. Latar Tempat Ada beberapa cara untuk

menemukan latar tempat. Berikut

uraian mengenai latar tempat dalam

Page 32: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

novel Pukat: Serial Anak-Anak

Mamak karya Tere Liye.

Kami yang duduk rapi di

sebelah Bapak, antusias ikut

mengamati seluruh gerbong.

Celingukan ke depan belakang,

menatap keluar jendela,

melihat batang pohon berpilin

seperti berlari. Hutan

pedalaman Sumatera yang

selalu berkabut di pagi hari.

(PKT:1)

Data diatas menunjukkan

latar tempat. Data tersebut

menjelaskan bahwa latar tempat yang

digunakan adalah Sumatera. Pukat

mengamati ke luar jendela kereta api.

Dia melihat hutan yang sering dia

lihat. Hutan yang selalu berkabut.

Hutan itu tak jauh dari kampungnya,

sehingga dia bisa melihat hutan itu

ketika menaiki kereta api.

Aku segera loncat dari

bangku kayu. Kejadian ini

bukan Cuma sekali, setiap kali

ulangan, ada saja masalah

teknis seperti pulpen, lupa

membawa mistar, penghapus,

atau peralatan belajar lainnya.

Bedanya, kali ini aku

mengalaminya. Teman-teman

di kelas mengangkat kepala

sekilas, melihatku berlarian

keluar. Ada yang tertawa

melihat wajah tergangku,

meski tawa mereka tersumpal

saat kembali membaca soal,

mengeluh. (PKT:126)

Data di atas menunjukkan

latar tempat. Data tersebut

menjelaskan bahwa tempat yang

digunakan adalah ruang kelas. Ketika

ulangan berlangsung di ruang kelas,

Pukat mengalami kesulitan ketika

mengerjakan ulangan sekolah. bukan

berarti dia tidak tahu untuk

menjawab soal-soalnya, melainkan

dia mendapat masalah dengan alat

tulis yang dia gunakan. Hal itu sering

terjadi di kelasnya dan menimpa

teman-temannya dan kali ini masalah

itu di alaminya sendiri.

Permasalahan pada alat tulis

dalam ulangan sekolah tidaklah

mudah. Murid tidak boleh meminjam

alat tulis kepada teman yang lain

ketika ulangan berlangsung. Masalah

itu akan ditanggung oleh diri murid

yang memiliki masalah tersebut. Dia

harus menanggung resiko. Oleh

karena itu, siswa harus sediapayung

sebelum hujan, artinya siswa harus

sangat mempersiapkan dengan baik

peralatan yang akan digunakan

sebelum memulai ulangan sekolah.

Meski di luar hujan deras

kembali turun membungkus

kampung, angin lembah

menambah dingin udara,

langit-langit dapur terasa lebih

hangat, meja makan sekarang

dipenuhi oleh rajukan-rajukan

Ayuk Eli, Burlian dan Amelia

agar mamak mau bercerita

lebih banyak (PKT:60)

Data di atas menunjukkan

latar tempat. Data tersebut

menjelaskan bahwa dapur, lebih

tepatnya ruang makan merupakan

latar tempat. Tempat ini sering

digunakan untuk bermusyawarah.

Ketika waktu makan tiba, semua

anggota Pukat berkumpul menjadi

satu di ruang makan. Itu merupakan

suatu kesempatan Pukat dan saudara-

saudaranya untuk bertanya segala

permasalahan dan kebingungan

mereka kepada kedua orang tua

mereka.

Saling berkomunikasi antar

orang tua dan anak merupakan suatu

kewajiban dalam sebuah keluarga.

Page 33: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

Tanpa ada komunikasi, orang tua

tidak akan bisa mendidik anak

dengan baik. Tanpa ada komunikasi

yang baik, maka anak tidak akan bisa

memecahkan permasalahan.

Hari pertama, aku yang tiba-

tiba cemas melihat kerumunan

teman-teman di warung

sebelum lonceng masuk

memutuskan melayani

khawatir ada yang mengambil

jualan tanpa menaruh uang di

kaleng. Juga saat lonceng

istirahat bermain pertama dan

kedua. Aku tetap berjaga di

warung, memastikan semua

berjalan baik. Warung benar-

benar ditinggalkan saat masuk

kelas. (PKT:145)

Data di atas menunjukkan

latar tempat. Data tersebut

menjelaskan bahwa latar tempat yang

digunakan adalah warung ibu

Ahmad. Pukatberjaga di warung

ketika jam istirahat. Dia masih

khawatir dengan keadaan warung

ketika dia meninggalkannya ketika

pelajaran dimulai. Dia takut salah

satu temannya mengambil barang

tanpa membayar. Jadim setiap jam

istirahat dia memastikan bahwa

semua keinginannya menjaga

warung ibu Ahmad berjalan lancar.

Pukat juga khawatir ketika

dia meninggalkan warung itu ketika

bel masuk berbunyi. Dia tetap

membuka warung itu dengan

meninggalkan daftar harga barang-

barang di warung itu. Kali ini dia

mengandalkan kejujuran teman-

temannya.bagi siapa saja yang ingin

membeli barang di warung itu harus

membayar sesuai dengan harga yang

telah disediakan.

Aku melongok, melihat dari

balik rimbunnya pohon kopi.

Mamak di seberang sana juga

masih sibuk, sudah

menghampar luas bekas

rumput dan ilalang yang

berhasil dibersihkan.

(PKT:186)

Data di atas menunjukkan

latar tempat. Data tersebut

menjelaskan bahwa latar tempat yang

digambarkan adalah ladang. Mamak

mengajak Pukat ke ladang untuk

membantunya bekerja. Orang tua

Pukat mengajari mereka bagaimana

cara bekerja mencari nafkah. Tidak

serta merta memanjakan mereka

dengan berdiam diri di rumah dan

asyik menonton tv, tetapi Mamak

tetap membagi mana yang harus

dilakukan oleh anak-anaknya di

ladang.

Kami tidak terlalu

memperhatikan kesibukan di

atas langit sana, kami sedang

asyik melompati cadas sungai.

Kadang bergantian, lebih

sering lompat serempak. Mandi

sore yang menyenangkan.

(PKT:35)

Data di atas menunjukkan latar

tempat. Data tersebut menjelaskan

bahwa latar tempat yang digunakan

adalah sungai. Pukat dan teman-

temannya sangat menikmati

kebersamaan mereka di sungai

kampungnya. Selain mandi, mereka

juga menggunakan waktu selama

mungkin untuk bermain-main, entah

itu lompat paling terhebat ataupun

main bola walaupun cuaca tak

mendukung.

Asyik bermain di per, saling

adu menjaga keseimbangan di

atas batang rel, meletakkan

paku dan tutup botol untuk

membuat pisau kecil dan

mainan gasing, jahil menaiki

gerbong yang terparkir di

Page 34: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

perlintasan langsir, itu semua

tetap tidak ada apa-apanya

dibandingkan pengalaman

langsung menaiki kereta...

(PKT:1)

Data di atas menunjukkan

latar tempat. Data tersebut

menjelaskan bahwa latar tempat yang

digunakan adalah kereta api. Pukat

baru pertama kali menaiki kereta api.

Alat transportasi ini merupakan

sesuatu hal yang baru bagi anak-

anak. Suatu kebanggaan oleh orang

dewasa untuk merantau dan bekerja

ke kota kabupaten.

Rombongan demi rombongan

tiba di halaman masjid. Saat

kami sampai, masjid sudah

ramai sekali. Aku menatap

sekitar, tumpukan makanan

tercampur dengan anak-anak

yang berlarian, ibu-ibu yang

bertugas menerima dan

mengatur bungkusan,

menyiapkan hidangan, remaja

tanggung yang duduk-duduk di

kolong masjid. (PKT:210)

Data di atas menunjukkan

latar tempat. Data tersebut

menjelaskan bahwa latar tempat yang

digunakan adalah masjid kampung.

Warga kampung berkumpul untuk

mengadakan selametan untuk dibagi-

bagikan kepada yang lain. Setelah

semua kumpul, barulah para lelaki

merenovasi bangunan masjid

menjadi lebih baik dan bagus.

Pasar ini istimewa, hanya

dibuka selama empat jam,

sejak pukul enam pagi dan

itupun hanya seminggu sekali,

setiap hari kamis, di kota

kecamatan. Jangan bayangkan

ada bangunan bertingkat, lantas

lapak-lapak permanen sepert

pasar di kota besar; kalangan

hanya lapangan luas, lantas

perdagangan membawa tikar,

teral atau alas lainnya,

sembarang menghamparkan

jualan. (PKT:231)

Data di atas menunjukkan

latar tempat. Data tersebut

menjelaskan bahwa latar tempat yang

digambarkan yaitu pasar. Di pasar ini

lah setiap warga berdagang. Tak

terkecuali keluarga pukat. Mamak

mendagangkan hasil panennya dari

ladang di pasar ini. Pukat dan

Burlian ikut Mamak mereka dalam

berdagang.

Berdasarkan uraian di atas,

latar yang ditemukan bermacam-

macam yaitu ruang kelas, kereta api,

dapur, warung Ibu Ahmad, ladang,

sungai, rumah panggung Wak Yati,

masjid kampung, dan pasar.

b. Latar Waktu

Ada beberapa cara untuk

menemukan latar waktu. Berikut

uraian mengenai latar waktu dalam

novel Pukat: Serial Anak-Anak

Mamak karya Tere Liye.

Oi, cerita ini tentu saja bukan

tentang pasar, hanya

kejadiannya saja di pasar. Pagi

itu, pukul empat shubuh,

Mamak sudah berteriak

membangunkanku dan Burlian.

Dengan mata masih menempel,

rambut acak-acakan, Mamak

menyuruh kami bergegas

sarapan dan menyiapkan

jualan.(PKT:232)

Data di atas menunjukkan

latar waktu. Data tersebut

menjelaskan setiap Pukat dan Burlian

libur di hari kamis, mereka

membantu Mamak berdagang di

pasar. Pagi hari, pukul 4 pagi mereka

Page 35: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

sudah harus bangun dan siap-siap

berangkat ke pasar. Jika tidak

berangkat pagi-pagi buta,

kemungkinan besar tidak akan dapat

tempat untuk berdagang. Seperti

kebiasaan di pasar pada umumnya.

... setiap sore lapangan

stasiun ramai oleh anak-anak

dan pemuda tanggung bermain

layang-layang. Berseru-seru

setiap kali ada duel, berlarian

mengejar layangan putus.

Mang Unus adalah pembuat

layang-layang terbaik. Setiap

musim kemarau dia selalu

membuatkan kami layangan

hebat. (PKT:134)

Data di atas menunjukkan

latar waktu. Data tersebut

menjelaskan pada musim kemarau,

anak-anak kampung pedalaman

Sumatera sibuk bermain layang-

layang setiap sore. Sudah menjadi

rutinitas letika musim kemarau,

layang-layang beterbangan

menghiasi langit biru.

Lepas mengaji, anak-anak

berebutan anak tangga rumah

Nek Kiba. Aku meraih obor

bambu yang dikaitkan de

dinding, menyalakannya dari

lampu canting. Angin lembah

membuat nyala api bergoyang.

Ada belasan obor mulai

bergerak berpencar menuju

rumah masing-masing. Langit

terlihat gelap, bintang

gemintang tertutup awan, bulan

sabit tidak kuasa menerangi

jalanan kampung. (PKT:255)

Data di atas menunjukkan

latar waktu. Data tersebut

menjelaskan bahwa malam itu anak-

anak kampung Pukat pulang mengaji

dari rumah Nek Kiba. Mereka pulang

dengan obor di tangan mereka. Saat

itu masih belum ada cahaya lampu di

pinggiran jalan, jadi mereka harus

membawa obor bambu untuk

menyinari jalan.

Berdasarkan uraian di atas,

latar waktu yang digunakan dalam

novel Pukat:Serial Anak-Anak

Mamak karya Tere Liye adalah pagi,

sore,dan malam. Pada ketiga waktu

itu merupakan waktu untuk anak-

anak beraktifitas. Mereka selalu bisa

mengekspresikan perilaku mereka di

setiap waktu. Pagi hari merupakan

waktu untuk beraktifitas ke sekolah.

sore merupakan waktu mereka untuk

memperdalam ilmu agama mereka

yakni mengaji Al-Qur‟an. Setiap

waktu ini yang akan membuat

karakter anak-anak terbentuk dan

berkembang. Latar yang bermacam-

macam ini terjadi karena tokoh anak

dalam novel Pukat: Serial Anak-

Anak Mamak karya Tere Liye sangat

aktif dalam beraktifitas sehari-hari.

C. Latar Sosial

Ada beberapa cara untuk

menemukan latar sosial. Berikut

uraian mengenai latar sosial dalam

novel Pukat: Serial Anak-Anak

Mamak karya Tere Liye.

.... Penduduk setempat juga

banyak yang memanfaatkan

pasar kalangan, membawa

tandan buah segar, karung ubi-

ubian, ikut berjualan.

(PKT:231)

Data di atas menunjukkan

latar sosial. Data tersebut

menjelaskan bahwa kelas sosial

penduduk kampung adalah petani.

Mereka menjual hasil panennya di

sebuah pasar. Mereka mendapatkan

nafkah dari hasil jualan panen

Page 36: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

mereka melalui pasar di kota

kecamatan.

Kilat menyebutkan terang,

gemeretuk guntur memenuhi

langit-langit ladang. Bapak

memasang topi anyaman rotan,

menyelempangkan pisau,

meraih senter. Lantas

menyibak batang padi, menuju

tepi-tepi ladang. Aku sigap

memasang peralatanku,

bergegas mengikuti dari

belakang. Ikut memeriksa

seluruh ladang. Lupakan dulu

soal cita-cita hebat itu, malam

ini aku adalah anak seorang

petani tangguh. Kami mewarisi

teladan hidup yang

baik.(PKT:321)

Data di atas menunjukkan

latar sosial. Data tersebut

menjelaskan kehidupan petani. Pukat

ikut membantu ayahnya di ladang.

Ayah Pukat menyudahi kerjanya

karena hujan akan turun. Pukat

segera membantu ayahnya

merapikan peralatan dan

mengikutinya menuju ke tepi ladang

untuk istirahat.

Kelas sosial yang dimiliki

warga kampung dalam novel Pukat:

Serial Anak-Anak Mamak karya Tere

Liye yakni petani. Mereka bekerja di

ladang setiap hari. Setelah panen,

mereka menjual hasil panen ke pasar

untuk mendapatkan nafkah sehari-

hari.

Kami yang duduk rapi di

sebelah Bapak, antusias ikut

mengamati seluruh gerbong.

Celingukan ke depan belakang,

menatap keluar jendela,

melihat batang pohon berpilin

seperti berlari. Hutan

pedalaman Sumatera yang

selalu berkabut di pagi hari.

(PKT:1)

Data di atas menunjukkan

latar sosial. Data tersebut

menjelaskan bahwa keadaan

masyarakat berada di pedalaman

Sumatera. Pukat dapat melihat hutan

di kampungnya di dalam kereta api.

Kesempatan pertamanya menaiki

kereta api membuat dia tidak

ketinggalan untuk melihat keadaan

kampung melewati jendela kereta

api.

“ini pertama kalinya saleha

mandi di sungai, Mamak Nur,

sejak tadi tidak mau pulang-

pulang dia. Asyik sekali

berendam.” Ibu-ibu itu tertawa.

“ Ah, jangankan yang baru

pertama kali, anak-anakku juga

kalau mandi selalu kelamaan.

Lihat mereka baru pulang

setelah diteriaki. Itu karena air

sungai kampung masih jernih,

Bu Bidan.” (PKT:30)

Data di atas menunjukkan

latar sosial. Data tersebut

menjelaskan bahwa Pukat hidup di

daerah desa perkampungan. Saleha

merupakan anak bu bidan yang

dikirim dari kota untuk bekerja di

desa. Mamak yang melihat saleha

mandi di sungai kampung merasa

khawatir dengan tubuh Saleha yang

baru pertama kali mandi di sungai

yang mungkin akan berbeda

keadaannya ketika di kota.

... Kau beum memahami

pasar sebagai kehidupan kita,

tempat untuk berbuat kebaikan,

menebalkan rasa jujur dan

prasangka baik. Oi, bukankah

kau tahu, agama kita

meneladani begitu banyak adab

berinteraksi yang indah di

pasar.”

“Jual beli itu dihalalkan.

Siapa yang menjual dengan

Page 37: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

baik, memberikan barang yang

benar, tanpa menipu, senang

hati melebihkan timbangan,

memberi bonus, tambahan,

niscaya dia mendapatkan

keuntungan yang berlipat-

lipat.”(PKT:237)

Data di atas menunjukkan

latar sosial. Data tersebut

menjelaskan bahwa pandangan

keluarga Pukat yang dilandasi

dengan hukum islam. Ayah Pukat

menjelaskan hukum islam dalam

bertransaksi yang digunakan

Mamaknya ketika berjualan di pasar.

Setiap hal yang di halalkan agama

tak perlu dipikirkan lagi. Dalam

islam, hubungan berdagang antar

manusia sangat bermanfaat jika

dijalankan sesuai syariat. Hubungan

itu akan menjadi antar manusia lebih

saling menyayangi dan membantu

satu sama lain.Pandangan hidup

warga yang islami juga akan

menggunakan adat yang berbau

islami juga.

Rombongan demi rombongan

tba di halaman masjid. Saat

kami sampai, masid sudah

ramai sekali. Aku menatap

sekita, tumpukan makanaan

bercampur dengan anak-anak

yang berlarian, ibu-ibu yang

bertugas menerima dan

mengatur bungkusan,

menyiapkaan hidangan, remaja

tanggung yang duduk di

kolong masjid. Suara pengajian

di dalam masjid. Bapak dan

puluhan pria dewasa lainnya

sedang membaca shalawat dan

berzanji di atas sana. Lantunan

suaranya terdengar

menyenangkan dari

bawah.(PKT:210)

Data di atas menunjukkan

latar sosial. Data tersebut

menjelaskan tentang adat islam

masyarakat Sumatera ketika

membuat banguna, menyelesaikan

bangun, dan merenovasi bangunan.

Warga kamupung Pukat mengadakan

acara syukuran atau berdoa bersama

ketika akan merenovasi masjid. Hal

ini dilakukan agar renovasi berjalan

dengan lancar.

Berdasarkan data di atas,

dapat disimpulkan bahwa latar sosial

kehidupan lingkungan Pukat adalah

lingkungan menengah ke bawah.

Daerah pedalaman Sumatera

memberikan lingkungan yang

sederehana yang mendidik anak

dengan kesederhanaan pula. Latar

belakang sosial masyarakat

pedalaman Sumatra juga sangat

mematuhi agama mereka. Agama

mereka mayoritas agama islam.

Berdasarkan uraian latar

sosial di atas, dapat dinyatakan

bahwa latar sosial dalam novel

Pukat: Serial Anak-Anak Mamak

karya Tere Liye yakni kelas sosial

hidup masyarakat desa di pedalaman

Sumatera yang memiliki aktivitas

yang bermacam-macam juga. Latar

tempat, latar waktu, dan latar sosial

yang berada dalam Pukat: Serial

Anak-Anak Mamak karya Tere Liye

memiliki hubungan yang erat dengan

tokoh. Latar tempat yang berbeda ini

disebabkan oleh tokoh-tokoh yang

memiliki aktivitas yang bermacam-

macam juga.

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan

terhadap temuan data dapat

disimpulkan bahwa telah

dimenentukan unsur intrinsik novel

berupa tema, tokoh, dan latar.

Setelah di analisis tema di bagi dua

Page 38: Analisis Tema, penokohan, dan latar pada novel Pukat

yaitu tema mayor dan minor, hasil

yang di temukan pada analisis tema

berjumlah 4 data dengan pembagian

2 data tema mayor dan 2 data tema

minor. Tokoh sendiri terbagi menjadi

7 yaitu tokoh utama, tokoh

protagonis, tokoh antargonis, tokoh

sederhana, tokoh bulat, tokoh statis,

dan tokoh berkembang, hasil yang di

temukan pada analisis tokoh

berjumlah 23 data dengan pembagian

tokoh utama 9 data, tokoh protagonis

4 data, tokoh antargonis 2 data, tokoh

sederhana 4 data, dan tokoh bulat 5

data. Untuk tokoh statis dan tokoh

berkembang peneliti tidak

menemukan data yang terdapat di

dalam novel. Latar terbagi menjadi 3

yaitu latar tempat, latar waktu, dan

latar sosial, hasil yang di temukan

pada analisis latar berjumlah 18 data

dengan pembagian latar tempat 9

data, latar waktu 3 data, dan latar

sosial 6 data.

Berdasarkan kesimpulan di

atas, sebuah karya sastra khususnya

novel haruslah tetap merupakan

cerita yang menarik, tetap menjadi

struktur yang kohoran dan tetap

mempunyai tujuan estetik. Hal itu di

sebabkan cerita fiksi tersebut akan

mendorong pembaca untuk ikut

merenungkan masalah hidup dan

kehidupan. Tema, tokoh, dan latar

tersebut harus di pandang sebagai

kesatuan dan keterkaitan dalam

rangkaian keseluruhan cerita

sehingga karakter tokoh akan

dipahami dengan baik. Melalui

ketiga unsur tersebut harus

dipandang sebagai kesatuan dan

keterkaitan dalam rangkaian

keseluruhan cerita sehingga karakter

tokoh akan dipahami dengan baik.

Saran yang dapat diberikan

berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh peneliti, yaitu:

a. Bagi pembaca, penelitian

ini diharapkan dapat lebih

memahami isi cerpen dan

mengambil manfaat dari

novel yang dibaca. Selain

itu, di harapkan pembaca

semakin teliti dalam

memiih bahan bacaan

sastra yang memfokuskan

pada 3 unsur intrinsik yaitu

tema,tokoh dan latar.

b. Bagi peneliti selanjutnya,

hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai acuan

penelitian, dengan aspek

penelitian yang berbeda.

c. Bagi peneliti, peneliti dapat

mengaplikasikan penelitian

ini dalam kehidupan

sehari-hari dan bisa terus

mengembangkan 3 unsur

ini pada karya sastra

lainnya.

d. DAFTAR RUJUKAN

e. Arikunto, Suharsimi. (2010).

Prosedur Penelitian Suatu

Pendkatan Praktek. Jakarta:

PT.Asdi Mahasatya.

f. Mihardja, Ratih. Buku Pintar

Sastra Indonesia. Jakarta: PT.

Niaga Swadaya.

g. Moleong, Jexy J. (2011).

Metodologi Penelitian

kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya Offset.

h. Nurgiyantoro, Burhan.

(2012). Teori Pengkajian

Fiksi. Yogyakarta: Gajah

Mada University Pres.

i. Suyanto, (2014). Ayo

Mengarang

Sastra.Lamongan:Pustaka

Ilalang

j. Tereliye,(2015).Pukat.Jakarta

:Republica