10
Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia Zhafran Muhammad Asyam Bustomi 1 , Taufiq Hadi Ramadhan 1 , Hary Cahyadi 1 , Dicky Muslim 2 1 Program Sarjana Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran 2 Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21, Jatinangor, 45363 Telp/Fax: 022-7796545, Jawa Barat Email : [email protected] Abstrak Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga sering terjadi gempa besar yang menyebabkan tsunami. Salah satu daerah rawan tsunami di Jawa Barat adalah wilayah pesisir Kabupaten Garut yang membentang sepanjang 80 kilometer. Sebagai studi kasus pada tahun 2006, wilayah pesisir Pangandaran yang letaknya 65 kilometer dari Kabupaten Garut telah mengalami gempa dengan kekuatan 7,7 Mw dan tsunami yang menyebabkan kerugian besar dan korban jiwa. Tujuan dari paper ini adalah untuk menganalisis potensi landaan tsunami, dan memberikan informasi kepada masyarakat setempat. Oleh karena itu, wilayah pesisir Kabupaten Garut harus dibuatkan instrumen dalam menghadapi ancaman bencana tsunami, yaitu analisis resiko tingkat kerentanan tsunami wilayah pesisir. Metode yang digunakan adalah analisis dari data sekunder yang meliputi analisis peta topografi, citra satelit, kemiringan lereng dan peta kawasan rawan bencana tsunami. Parameter yang digunakan untuk menganalisis tingkat kerentanan tsunami yaitu: elevasi, kemiringan lereng, penggunaan lahan, jarak dari sempadan pantai, jarak dari sempadan sungai. Klasifikasi tingkat kerentanan wilayah pesisir kabupaten Garut dibagi menjadi lima kelas yaitu sangat rendah, rendah, menengah, tinggi, dan sangat tinggi. Dari pengolahan dan analisis data dihasilkan peta tingkat kerentanan tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Garut. Dapat disimpulkan bahwa Area yang memiliki tingkat kerentanan sangat rendah dan rendah dominan di bagian utara seperti kecamatan Cisewu, Cisompet, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet. Tingkat kerentanan menengah dan tinggi di wilayah pesisir kecamatan Caringin, Bungbulang, Mekarmukti, Pakenjeng, Cikelet, Cibalong. Area yang memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi yaitu kecamatan Pameungpek. Peta ini dapat digunakan untuk penataan ruang, mengurangi kerugian dan menghindari korban nyawa dari ancaman bencana tsunami di daerah sekitar wilayah pesisir Kabupaten Garut. Kata Kunci : Analisis Resiko, Kabupaten Garut, Tingkat Kerentanan, Tsunami. 1. Pendahuluan Kabupaten garut terletak dipesisir selatan jawa barat. Kabupaten garut memiliki garis pantai sepanjang 80 kilometer. Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah rangkaian gunung api aktif yang mengelilingi dataran dan cekungan antar gunung di sebelah barat, timur dan utara, sedangkan dibagian selatan berupa dataran rendah dan pesisir pantai. Wilayah pesisir kabupaten garut behadapan langsung dengan samudera hindia yang secara tektonik sangat aktif, karena merupakan pertemuan antara lempeng benua eurasia dan lempeng samudera indo-australia. Dari aktivitas tektonik tersebut berpotensi mengakibatkan terjadinya gempa bumi, apabila intensitas kekuatannya sangat besar dapat menyebabkan gelombang tsunami.

Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.9.pdf · Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga

  • Upload
    ngonhu

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.9.pdf · Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir

Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia

Zhafran Muhammad Asyam Bustomi1, Taufiq Hadi Ramadhan1, Hary Cahyadi1, Dicky Muslim2 1Program Sarjana Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

2Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21, Jatinangor, 45363 Telp/Fax: 022-7796545, Jawa Barat

Email :

[email protected]

Abstrak

Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga sering terjadi gempa besar yang menyebabkan

tsunami. Salah satu daerah rawan tsunami di Jawa Barat adalah wilayah pesisir Kabupaten Garut yang

membentang sepanjang 80 kilometer. Sebagai studi kasus pada tahun 2006, wilayah pesisir

Pangandaran yang letaknya 65 kilometer dari Kabupaten Garut telah mengalami gempa dengan

kekuatan 7,7 Mw dan tsunami yang menyebabkan kerugian besar dan korban jiwa. Tujuan dari paper

ini adalah untuk menganalisis potensi landaan tsunami, dan memberikan informasi kepada

masyarakat setempat. Oleh karena itu, wilayah pesisir Kabupaten Garut harus dibuatkan instrumen

dalam menghadapi ancaman bencana tsunami, yaitu analisis resiko tingkat kerentanan tsunami

wilayah pesisir. Metode yang digunakan adalah analisis dari data sekunder yang meliputi analisis

peta topografi, citra satelit, kemiringan lereng dan peta kawasan rawan bencana tsunami. Parameter

yang digunakan untuk menganalisis tingkat kerentanan tsunami yaitu: elevasi, kemiringan lereng,

penggunaan lahan, jarak dari sempadan pantai, jarak dari sempadan sungai. Klasifikasi tingkat

kerentanan wilayah pesisir kabupaten Garut dibagi menjadi lima kelas yaitu sangat rendah, rendah,

menengah, tinggi, dan sangat tinggi. Dari pengolahan dan analisis data dihasilkan peta tingkat

kerentanan tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Garut. Dapat disimpulkan bahwa Area yang

memiliki tingkat kerentanan sangat rendah dan rendah dominan di bagian utara seperti kecamatan

Cisewu, Cisompet, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet. Tingkat kerentanan menengah dan tinggi di

wilayah pesisir kecamatan Caringin, Bungbulang, Mekarmukti, Pakenjeng, Cikelet, Cibalong. Area

yang memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi yaitu kecamatan Pameungpek. Peta ini dapat

digunakan untuk penataan ruang, mengurangi kerugian dan menghindari korban nyawa dari ancaman

bencana tsunami di daerah sekitar wilayah pesisir Kabupaten Garut.

Kata Kunci : Analisis Resiko, Kabupaten Garut, Tingkat Kerentanan, Tsunami.

1. Pendahuluan

Kabupaten garut terletak dipesisir

selatan jawa barat. Kabupaten garut memiliki

garis pantai sepanjang 80 kilometer. Sebagian

besar wilayah kabupaten ini adalah rangkaian

gunung api aktif yang mengelilingi dataran dan

cekungan antar gunung di sebelah barat, timur

dan utara, sedangkan dibagian selatan berupa

dataran rendah dan pesisir pantai.

Wilayah pesisir kabupaten garut

behadapan langsung dengan samudera hindia yang secara tektonik sangat aktif, karena

merupakan pertemuan antara lempeng benua

eurasia dan lempeng samudera indo-australia.

Dari aktivitas tektonik tersebut berpotensi

mengakibatkan terjadinya gempa bumi,

apabila intensitas kekuatannya sangat besar

dapat menyebabkan gelombang tsunami.

Page 2: Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.9.pdf · Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 1. Lokasi Penelitian, Wilayah Pesisir

Kabupaten Garut.

1.1 Latar Belakang

Pesisir selatan Kabupaten Garut berada

pada zona subduksi sehingga berpotensi terjadi

tsunami. Kondisi pantai yang datar dan

memanjang tanpa adanya penghalang

gelombang meningkatkan potensi gelombang

tsunami mencapai daratan. Sebagai

perbandingan, pada juli 2006 terjadi gempa

bumi berkekuatan 7.7 Mw di lepas pantai jawa

barat dengan kedalaman 48.6 kilometer,

gempa ini memicu terjadinya gelombang

tsunami yang menghancurkan wilayah pesisir

kabupaten pangandran dan tasikmalaya

dengan tinggi run up diatas 2 meter. Meskipun

tidak terdampak langsung oleh gelombang tsunami tetap saja wilayah pesisir kabupaten

garut mengalami kerusakan parah. Oleh karena

itu, dimasa sekarang untuk membuat orang

terdekat sadar tentang gelombang tsunami,

maka disusunlah analisa resiko dan zonasi

bahaya gelombang tsunami diwilayah pesisir

kabupaten garut.

1.2 Masalah

Wilayah selatan garut memiliki pesisir

pantai yang membentang sangat panjang yang

membentang sejauh 80 kilometer. Banyaknya

pemukiman yang padat penduduk dipesisir

pantai dengan topografi pesisir pantai yang

landai dengan tidak adanya penahan

gelombang menjadi ancaman tersendiri ketika

gelombang tsunami menerjang. Selain itu,

penataan ruang di wilayah pesisir yang kurang

sesuai dapat meningkatkan potensi jatuhnya

korban saat gelombang tsunami menerjang.

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan paper ini adalah

membuat analisa wilayah pesisir pantai dan

sekitarnya serta membuat peta kerentanan

gelombang tsunami.

2. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan peta geologi lembar garut

dan pameungpeuk (M.Alzwar dkk, 1992),

Kabupaten Garut bagian selatan didominasi

oleh batupasir tufan (Tmpb) dan aluvium (Qa).

Dibagian tengah didominasi oleh batuan

gunung api tua tak teruraikan (QTv) dan

breksi tufaan (Tpv). Di bagian utara terdiri dari

batuan gunungapi malabar-tilu (Qmt), batuan

gunungapi Guntur, Pangkalan dan Kendang

(Qgpk), dan endapan danau (Qd) . Menurut

van Bemmelen (1949) terbentuknya tataan

bentang alam, khususnya di sekitarKabupaten

Garut, dikontrol oleh aktivitas vulkanik yang

berlangsung pada periode Kuarter (sekitar 2

juta tahun lalu sampai sekarang).

Setelah terjadi pergerakan tektonik

yang memicu pembentukan pegunungan di

akhir Pleistosen, terjadilah deformasi regional

yang digerakan oleh beberapa patahan, seperti

patahan Lembang, patahan Kancana, dan

patahan Malabar-Tilu. Khusus di sekitar

dataran antar gunung Garut diperkirakan telah

terjadi suatu penurunan (depresi) akibat

isostasi (proses menuju keseimbangan) dari

batuan dasar dan pembebanan batuan sedimen

volkaniklasik diatasnya. Secara morfologi

kabupaten Garut memiliki karakteristik yang

beragam, dataran rendah dan pantai dibagian

pesisir selatan hingga perbukitan terjal yang

tersebar dibagian tengah dan utara. Morfologi

yang sedemikian rupa menyebabkan wilayah

tersebut memiliki kemiringan lereng yang

landai dibagian pesisir selatan hingga

kemiringan lereng curam di bagian tengah dan

Page 3: Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.9.pdf · Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

utara. Dengan beberapa sungai yang ada di

Garut aliran sungainya bermuara di Samudera

Hindia seperti Sungai Cikaengan dan Sungai

Cilaki.

Kondisi tektonik pesisisr selatan jawa

barat merupakan aktivitas pergerakan lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia yang

mengakibatkan daerah Jawa Barat sebagai

salah satu daerah yang memiliki tingkat

kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia

berkaitan dengan aktivitas benturan lempeng

(Haunan Afif, dkk, 2012).

Intensitas kegempaan dengan kekuatan

yang tinggi inilah menjadi penyebab terjadinya

gelombang tsunami. Tsunami adalah

gelombang laut diakibatkan oleh proses

geologi bawah laut berupa gempa bumi,

letusan gunungapi,longsoran serta jatuhnya

meteor di laut (Mamay Surmayadi, dkk. 2012).

Pada bagian selatan Pulau Jawa sumber

gempa bumi berasosiasi dengan zona

subduksi, sehinga menghasilkan deformasi

vertikal yang dapat mengakibatkan tejadinya

gelombang tsunami. Kedalaman dasar laut

sangat mempengaruhi kecepatan gelombang

tsunami. Kecepatan rambat gelombang

tsunami sangat bergantung pada kedalaman

diana semakin dalam akan semakin cepat

gelombang tsunami merambat. Daerah yang

memiliki potensi terdampak oleh bencana

tsunami merupakan kawasan rawan bencana

tsunami. Kondisi pantai yang berbukit,

berbatu, terumbu karang, atau tertutup vegetasi

dapat meredam energi tsunami, begitu pula

dengan pantai yang memiliki sungai yang telah

membentuk tanggul alam akibat sedimentasi

dapat memperkecil energi gelombang

(Yudhicara,dkk, 2006).

Sebagai studi kasus adalah kejadian

gempa pangandaran yang terjadi pada tanggal

17 Juli 2006. Berdasarkan data yang terekam

oleh United States Geological Survey (USGS),

gempa tersebut berkekuatan 7.7 Mw, berpusat

pada 9,295°LS 107,347°BT berjarak 245

Kilometer arah tenggara Tasikmalaya dengan

kedalaman dibawah 30 kilometer (Lihat

gambar). Gempa tersebut mengakibatkan

gelombang tsunami dengan tinggi run up 2

meter yang menerjang wilayah pesisir

Pangandaran dan sekitarnya. Jarak

Pangandaran dengan Kabupaten Garut adalah

kilometer, sehingga kejadian tsunami di

Pangandaran bisa menjadi gambaran bagi

wilayah pesisisr Kabupaten Garut.

Gambar 2. Intensitas Gempa Selatan Jawa

Analisa resiko adalah suatu tindakan

untuk mengetahui dan mengurangi dampak

yang ditimbulkan oleh bencana tsunami.

Analisis resiko difokuskan kepada penilaian

fungsi ekonomi dari kerusakan atau kehilangan

akibat bencana tsunami. Elemen resiko

meliputi populasi manusia, harta benda pusat

kegiatan ekonomi, perkebunan, dan lain

sebagainya yang terdapat di dalam suatu

kawasan rawan bencana (UNDRO, 1979).

Kerentanan merupakan situasi yang

menentukan dari potensi bahaya berubah

menjadi bencana, hal ini tentu bergantung pada

faktor-faktor pendukung dari bencana tersebut.

Page 4: Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.9.pdf · Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

3. Metodologi

Penelitian ini dilakukan dengan integrasi

data penginderaan jauh dan GIS dengan

menggunakan program MapInfo pro 12.5.

Metode yang digunakan yaitu Analisis data

sekunder dengan metode scoring dan tumpang

susun yang mencakup beberapa parameter

yaitu elevasi (topografi), kemiringan lereng,

jarak dari sempadan pantai, penggunaan lahan

dan jarak dari sempadan sungai. Berdasarkan 5

parameter tersebut sebuah matriks untuk

menetapkan level daerah kerentanan tsunami

dibuat seperti yang ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Matrix dari parameter kerentanan pesisir terhadap bencana tsunami

N

o

Parameter Bobot

(%)

Kerentanan

Sangat

tinggi

Skor Kerentanan

Tinggi

Skor Kerentanan

Menengah

Skor Kerentanan

Rendah

Skor Kerentanan

Sangat

Rendah

Skor

1 Elevasi (m) 25 <10 5 10-25 4 25-50 3 50-100 2 100-350 1

2 Kemiringan

Lereng (%)

20 0 – 2% 5 2 – 5% 4 5 – 15% 3 15 – 40% 2 >40% 1

3 Jarak dari Sempadan

Pantai (m)

20 <500 5 500-1000 4 1000-1500 3 1500-3000 2 >3000 1

4 Penggunaa

n Lahan

15 Pemukiman 5 Perkebunan/

Ladang

4 Sawah 3 Semak

Belukar/Tana

h Kosong

2 Hutan 1

5 Jarak dari

Sempadan

Sungai (m)

20 100 5 100-200 4 >200-300 3 >300-500 2 >500 1

Bobot x Nilai 100 5 4 3 2 1

(Sumber: Modifikasi Dari Iqoh Faiqoh. dkk, 2013)

Penentuan jarak dari garis pantai

didasarkan dari nilai mean sea level, jadi jarak

dari garis pantai tidak dipengaruhi oleh pasang

surut.

Matriks tersebut ditentukan oleh Skor

dan bobot, scoring dimaksudkan untuk menilai

faktor pembatas pada setiap parameter.

Penetapan bobot untuk masing-masing

parameter dalam penelitian ini berkisar antara

15-25 % dan skor dikisaran 1-5 menunjukan

tingkat kerentanan tsunami (sangat tinggi,

tinggi, menengah, rendah, dan sangat rendah)

kelas nilai-nilai ini didasari oleh rumus

perhitungan (Muzaki,2008).

`

N = total nilai dari bobot, Bi = bobot setiap

kriteria, Si = nilai setiap kriteria. Secara

matematis perhitungan teknik analysis

tumpang susun adalah: [ ( elevasi * 0,25 ) + (

kemiringan lereng * 0,2 ) + ( penggunaan lahan

* 0,15 ) + ( jarak dari garis pantai * 0,20 ) + (

jarak dari sempadan sungai * 0,2 ) ].

Kalkulasi dari analisis teknik tumpang

susun adalah perkalian dari bobot dan skor

pada lima parameter dalam setiap sel.

Perkalian dari bobot dan skor menghasilkan

total nilai bobot (N) untuk setiap parameter.

Nilai N digunakan untuk menentukan interval

kelas tingkat kerentanan. Perhitungan tiap

kelas interval didapatkan dari perkalian nilai

maksimu dari tiap bobot dan skor

(Nmaksimum) dikurang perkalian dari nilai

minimu (Nminimum) yang dibagi menjadi

lima berdasarkan jumlah parameter yang

digunakan (Muzaki,2008):

Page 5: Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.9.pdf · Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Ya Tidak

Gambar 3. Diagram alur pengolahan dan analisis

data

Dimana, L = lebar dari interval kelas, n =

jumlah parameter kelas.

Berdasarkan perhitungan formula diatas,

kelas interval dengan lebar 0,95 dengan Nmin

bernilai 0,25 dan Nmax bernilai 5 didapatkan.

Tingkat kerentanan sangat rendah (1)

didapatkan dari Nmin ditambah dengan lebar

kelas interval 0,95. Lalu tingakat level rendah

(2) didapatkan dari interval maksimum kelas 1,

yang bernilai 1,2 ditambah 0,95. Dan

begitupun seterusnya untuk tingkat level

menengah, tinggi dan sangat tinggi yang di

tampilkan pada tabel 2.

Tabel 2. Interval kelas kerentanan tsunami

Kelas Tingkat

kerentanan

Interval kelas

1 Sangat rendah 0,25-1,2

2 Rendah 1,21-2,16

3 Menengah 2,17-3,12

4 Tinggi 3,13-4,08

5 Sangat tinggi 4,09-5,04

4. Hasil dan Diskusi

4.1 Elevasi

Berdasarkan peta elevasi (gambar.4)

menunjukkan kerentanan tsunami untuk

elevasi tanah (topografi) dibagi menjadi 5

kelas yaitu, kelas sangat tinggi (1- 10 m),

tinggi (10-25 m), menengah (25 - 50 m),

rendah (50-100 m), dan sangat rendah (100-

350 m).

Semakin rendah elevasi tanah suatu

daerah, semakin besar tingkat kerentanan

bahaya tsunami (Oktariadi, 2009).

Hasil menunjukan bahwa sebagian besar

wilayah pesisir penelitian adalah dataran

rendah dengan ketinggian 10-50 m, di

Kecamatan Caringin, Bungbulang,

Mekarmukti, Cikelet, Cibalong sehingga

memiliki tingkat kerentanan menengah hingga

tinggi. Pada wilayah pesisir Kecamatan

Pameungpeuk didominasi dataran rendah

dengan ketinggian 1-10 m sehingga memiliki

tingkat kerentanan sangat tinggi.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa wilayah pesisir Kecamatan Pameungpeuk

yang didominasi dataran rendah dengan

ketinggian 1-10 m memiliki tingkat kerentanan

yang sangat tinggi terhadap landaan

gelombang tsunami dibanding dengan wilayah

pesisir lainnya. Secara umum, semakin tinggi

tingkat kerentanan, semakin besar resiko.

Semakin rendah elevasi dari suatu area, lebih

sering wilayah tersebut terkena landaan dari

tsunami.

4.2 Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng adalah ukuran dari

kemiringan relatif terhadap bidang horizontal

yang umumnya dinyatakan dalam persen (%)

atau derajat (o). Dalam penelitian ini, unit

lereng yang dipakai dalam persen (%).

Peta Elevasi

Peta Kemiringan Lereng

Peta Jarak dari Sempadan Pantai

Peta Penggunaan Lahan

Peta Jarak dari Sempadan sungai

Digitasi

Verifikasi dan Validasi

Dasar Data Spasial

Parameter Kerentanan

Tsunami

Timpang Susun

Peta Kerentanan

Page 6: Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.9.pdf · Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Kemiringan lereng berpengaruh terhadap

dampak ketinggian gelombang tsunami (run-

up). semakin curam lereng, semakin rendah

pengaruh tinggi gelombang tsunami (Sengaji

dan Nababan, 2009).

Gambar 4. Peta Elevasi Pesisir Garut Selatan

Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng Pesisir Garut Selatan

Berdasarkan peta kemiringan lereng

(gambar.5) didapatkan informasi secara

kuantitatif dari kemiringan lereng di daerah

penelitian. Kemiringan lereng dibuat

berdasarkan perhitungan yang dirumuskan

oleh van Zuidam.

Hasil menunjukan bahwa sebagian besar

wilayah pesisir penelitian didominasi

kemiringan lereng agak landai hingga landai

(2%-15%) pada Kecamatan Caringin,

Mekarmukti, sehingga memiliki tingkat

kerentanan menengah hingga tinggi dan

kemiringan lereng agak landai hingga datar

(0%-15%) Pada Kecamatan Bungbulang,

Pakenjeng, Cikelet, Cibalong sehingga

memiliki tingkat kerentanan menengah hingga

sangat tinggi

Wilayah pesisir Kecamatan

Pameungpeuk didominasi kemiringan lereng

datar dengan persentase kemiringan lereng

0%-2%, sehingga memiliki tingkat kerentanan

sangat tinggi.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa

wilayah pesisir Kecamatan Pameungpeuk

yang didominasi kemiringan lereng datar

memiliki tingkat kerentanan yang sangat tinggi

terhadap landaan gelombang tsunami

dibanding dengan wilayah pesisir lainnya dari

sudut pandang kemiringan lereng.

4.3 Jarak Dari Sempadan Pantai

Gambar 6. Peta jarak dari sempadan pantai

Bencana tsunami bersifat merusak, oleh

karena itu diperlukan untuk mempunyai zona

dampak dalam perencanaan spasial. Dalam

kasus ini, zona dampak dibuat dengan jarak

dari sempadan pantai. Pembuatan tersebut

Page 7: Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.9.pdf · Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

untuk menentukan area mana yang aman dari

landaan tsunami dari sudut pandang

pengembang.

Jarak dari sempadan pantai sangat

berpengaruh dalam menetukan tingkat

kerentanan tsunami, jarak yang sangat dekat

tentunya memiliki tingkat kerentanan yang

tinggi. Berdasarkan peta jarak dari garis pantai

(gambar.6) diketahui bahwa wilayah yang

berjarak 500 meter dari garis pantai memiliki

tingkat kerentanan yang sangat tinggi, dan

tingkat kerentan yang sangat rendah jika

memiliki jarak lebih dari 3000 meter.

4.4 Penggunaan Lahan

penggunaan lahan adalah penggunaan

kompleks oleh alam atau campur tangan

manusia menurut kebutuhan tersendiri untuk

memenuhi finansial dari kebutuhan fisik

(Vink, 1975).

Gambar 7. Peta penggunaan lahan

Pengunaan lahan dipesisir pantai

menjadi salah satu aspek yang menentukan

tingkat kerentanan tsunami.

Berdasarkan peta penggunaan lahan

(gambar.7) menunjukkan bahwa pada wilayah

pesisir Kecamatan Caringin dan Bungbulang

penggunaan lahan di dominasi oleh sawah dan

ladang dengan sedikit pemukiman sehingga

memiliki tingkat keretanan menengah hingga

tinggi. Pada Kecamatan Mekarmukti

penggunaan lahan di pinggir pantai di

dominasi oleh sawah dan perkebunan sehingga

memiliki tingkat kerentanan menengah hingga

tinggi. Pada Kecamatan Cikelet dan

Pameunpeuk penggunaan lahan dipinggir

pantai didominasi oleh ladang dan pemukiman

sehingga memiliki tingkat kerentanan tinggi

hingga sangat tinggi. Pada Kecamatan

Cibalong penggunaan lahan diwilayah pesisir

pantai di dominasi oleh ladang dan pemukiman

sehingga memiliki tingkat kerentanan tinggi

hingga sangat tinggi.

4.5 Jarak Dari Sempadan Sungai

Sungai – sungai yang bermuara di

Samudera Hindia juga memiliki tingkat

kerentanan, hal ini dikarenakan pada saat

tsunami terjadi gelombang pasang bisa masuk

kedarat melalui sungai yang bermuara di laut.

Berdasarkan peta sempadan sungai (Lihat

gambar.8) hampir setiap kecamatan memiliki

sungai yang bermuara ke laut, dimana jarak

dari sempadan sungai di bawah 100 meter

memiliki tingkat kerentanan yang sangat

tinggi, dan tingkat kerentanan sangat rendah

apabila berjarak lebih dari 500 meter.

Gambar 8. Peta jarak dari sempadan sungai

4.6 Kerentanan Landaan Tsunami

Gelombang tsunami bernilai minimum

ketika menimpa wilayah yang jauh dari laut

dan maksimum pada wilayah yang berdekatan

Page 8: Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.9.pdf · Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

dengan laut. Semakin jauh dari pantai,

ketinggian tsunami menurun (Rahmawan,

2012).

Sebagai contoh, ketinggian landaan

tsunami di Pangandaran berkisar 1,6-7,6 m.

Daerah dengan tingkat ancaman yang tinggi

terhadap tsunami merupakan wilayah dengan

tingkat resiko dan kerentanan yang tinggi

terhadap tsunami, dan sebaliknya. Analisis

landaan dan tinggi tsunami gelombang di

wilayah pesisir kabupaten Garut yang

diperiksa menggunakan input utama data

topografi (DEM). Ketinggian gelombang

tsunami digunakan sebagai contoh dalam

penelitian ini adalah 7,6 m. Hal ini didasarkan

pada ketinggian maksimum dari gelombang

tsunami yang terjadi di Pangandaran.

Gambar 9. Peta run up gelombang tsunami 7,6 m

4.7 Peta Kerentanan Tsunami

Gambar 10. Peta kerentanan tsunami wilayah pesisir kabupaten Garut

Page 9: Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.9.pdf · Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Klasifikasi tingkat kerentanan Wilayah

pesisir kabupaten Garut dibagi menjadi lima

kelas yaitu sangat rendah, rendah, menengah,

tinggi, dan sangat tinggi.

Area yang memiliki tingkat kerentanan

sangat rendah dan rendah dominan di bagian

utara yang jauh dari bagian pesisir seperti

kecamatan Cisewu, Cisompet, Bungbulang,

Pakenjeng, Cikelet.

Area yang memiliki tingkat kerentanan

Menengah dan Tinggi dominan di bagian barat

dan timur pesisir kabupaten garut seperti

wilayah pesisir kecamatan Caringin,

Bungbulang, Mekarmukti, Pakenjeng, Cikelet,

Cibalong.

Area yang memiliki tingkat kerentanan

sangat tinggi dominan dibagian tengah pesisir

kabupaten garut yaitu kecamatan Pameungpek.

Area yang memiliki tingkat kerentanan

tinggi dan sangat tinggi mempunyai potensi

kerusakan terbesar pada kerusakan

lingkungan, kerusakan infrastruktur, dan

korban jiwa. Area tersebut ditandai dengan

pantai dan pesisir dengan kemiringan datar,

elevasi yang rendah, vegetasi lahan dalam

bentuk kebun, ladang, bidang, jarak yang

relatif pendek dari garis pantai, kehadiran

sungai, dan pemukiman yang relatif padat.

Area yang memiliki tingkat kerentanan

rendah dan sangat rendah area tersebut aman

dari landaan tsunami. Area ini ditandai dengan

elevasi yang tinggi, kemiringan agak landai,

jarak dari pantai dan sungai relatif jauh,

vegetasi lahan hutan dan lahan kosong.

5. Kesimpulan

Tingkat kerentanan tsunami di wilayah

pesisir kabupaten Garut bervariasi tergantung

dari elevasi, kemiringan lereng, penggunaan

lahan, jarak dari sempadan pantai, jarak dari

sempadan sungai.. Area yang memiliki tingkat

kerentanan sangat tinggi yaitu kecamatan

Pameungpek. Area ini berpotensi mengalami

kerusakan tertinggi karena pesisir dengan

kemiringan datar, elevasi rendah, vegetasi

kebun dan ladang, jarak relatif pendek dari

garis pantai, kehadiran sungai, dan pemukiman

relatif padat. Area yang memiliki tingkat

kerentanan Menengah dan Tinggi dominan

yaitu wilayah pesisir kecamatan Caringin,

Bungbulang, Mekarmukti, Pakenjeng, Cikelet,

Cibalong. Area yang memiliki tingkat

kerentanan sangat rendah dan yaitu kecamatan

Cisewu, Cisompet, Bungbulang, Pakenjeng,

Cikelet. Area ini terletak jauh dari laut dan

tidak padat penduduk.

Pustaka

Afif, Haunan, dkk. 2012.Laporan Penyelidikan Pasca Bencana Gempabumi Di Cisurupan-Garut, Jawa Barat. Bandung: Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi.

Alzwar,M., dkk. 1992. Peta Geologi Lembar Garut Dan Pameungpeuk,Jawa. Bandung: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi.

Faiqoh Iqoh, dkk. 2013. Vulnerability Level Map of Tsunami Disaster in Pangandaran Beach, West Java. International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences Vol.10 No.2 : https://www.researchgate.net/publication/273451403

Surmayadi, Mamay, dkk. 2012. Evaluasi Resiko Bencana Tsunami Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Bandung: Pusat Vulkanologi dan Bencana Geologi.

UNDRO. 1979. Natural Disaster and Vulnerability Analysis in Report of Expert Group Meeting (9-12 July 1979). Geneva. Geneva : UNDRO (United Nations Disaster Relief Coordination).

United States Geological Survey. (2015, Januari 28). M7.7 - south of Java, Indonesia. Dikutip 3 April 2016, dari USGS Website: http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eventpage/usp000ensm#impact_dyfi.

Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology Of Indonesia, Volume 1 A. The Hague MartinusNijhoff, Netherlands.

Page 10: Analisis Tingkat Kerentanan Tsunami Di Wilayah Pesisir ...seminar.ftgeologi.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/2.9.pdf · Indonesia terletak di daerah tektonik aktif sehingga

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Yudhicara, dkk. 2006. Penyelidikan Tsunami Daerah Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Bandung: Pusat Vulkanologi dan Bencana Geologi.