Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS TINGKAT KONSUMSI IKAN PADA MASYARAKAT KAWASAN MINAPOLITAN, KECAMATAN WAJAK, KABUPATEN MALANG, JAWA
TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
PENI ERNAWATI NIM. 135080400111006
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
ii
ANALISIS TINGKAT KONSUMSI IKAN PADA MASYARAKAT KAWASAN MINAPOLITAN, KECAMATAN WAJAK, KABUPATEN MALANG, JAWA
TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
PENI ERNAWATI NIM. 135080400111006
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
iii
iv
PERNYATAAN ORSINALITAS
Dengan ini saya bertanggung jawab dan menyatakan bahwa dalam
skripsi Analisis Tingkat Konsumsi Ikan Pada Masyarakat
Minapolitan, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur
benar-benar hasil karya dan pemikiran saya sendiri. Sepanjang penulisan skripsi
ini sepengatahuan saya tidak terdapat tulisan, pendapat atau karya orang lain
yang pernah diterbitkan oleh instansi atau orang lain kecuali yang tertulis dalam
laporan ini yang tercantum dalam Daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini
merupakan hasil plagiasi, maka saya siap dan bersedia menerima segala
konsekuensi dan sanksi atas perbuatan tersebut yang sesuai dengan hukum
yang berlaku di Indonesia.
Malang, April 2017
Penulis
Peni Ernawati NIM. 135080400111006
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah S.W.T, karena atas berkah dan limpahan rahmat-Nya laporan ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS selaku pembimbing I dan Ibu Tiwi
Nurjannati Utami, S.Pi, MM selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan saran, informasi , arahan dan nasehat serta waktu yang yang
telah beliau korbankan untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Ibu ku tersayang, Ibu Mesti, mas Eko Wahyudi, mas Muhammad Kholeq
pengorbanan, ketulusanannya memberikan dukungan baik secara moril
maupun materil selama proses penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP dan Bapak Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan nasehat guna
kesempurnaan penulisan laporan skripsi ini.
5. Bapak Wiwin, Bapak Sumantri, Mas Eko Hendrik, Bapak Huda yang telah
meluangkan waktu beliau untuk membantu memberikan informasi lapang
mengenai penelitian ini
6. Sahabat seperjuangan sekaligus saudaraku Maria Catur Natalia dan mbak
Catur Siwi terima kasih atas dukungan moril yang begitu luar biasa.
7. Sahabatku Ulvi Prahasti, Hamidah Ardiani, Rini Sulasih, Dea, Yuli R. Hidayat
8. Teman-teman SEPK yang telah membantu dan memberikan dukungan
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
vi
RINGKASAN
Peni Ernawati.Analisis Tingkat Konsumsi Ikan Masyarakat Kawasan Minapolitan di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, Jawa Timur (di bawah Bimbingan Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS dan Tiwi Nurjannati Utami, S.Pi, MM )
Ikan merupakan salah satu jenis protein hewani yang memiliki kandungan
gizi yang tinggi. Konsumsi ikan dapat memenuhi kebutuhan asupan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kecamatan Wajak sebagai kawasan minapolitan memiliki potensi perikanan yang melimpah. kegiatan perikanan yang dilaksanakan di Kecamatan Wajak adalah perikanan budidaya kolam, pembenihan, mina padi dan mina mendong. Potensi perikanan yang dimiliki Kecamatan Wajak berlimpah. Potensi perikanan yang berlimpah belum tentu menjadi tolak ukur tinggi nya konsumsi ikan pada masyarakat kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui jumlah konsumsi ikan perkapita pada masyarakat kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak, (2) mengetahui pengaruh jumlah pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, selera, persepsi harga ikan dan persepsi harga subtitusi ikan terhadap konsumsi ikan pada masyarakat kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak, (3) mengetahui perbandingan konsumsi ikan masyarakat kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak dengan konsumsi ikan perkapita nasional, (4) mengetahui faktor dominan diantara variabel yang mempengaruhi konsumsi ikan pada masyarakat kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Objek pada penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Wajak dan Desa Blayu sebagai desa kawasan minapolitan yang paling berkembang diantara desa lain yang berada di Kecamatan Wajak dengan jumlah penduduk tercatat sebanyak 23.588 jiwa dan populasi yang digunakan adalah rumah tangga di Desa Wajak dan Desa Blayu yaitu sebanyak 6447 KK dan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan Slovin yaitu 44 orang responden dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi, wawancara dan dokumentasi sedangkan metode analisis data yang digunaka adalah deskriptif kuantitatif.
Gambaran konsumsi ikan di Kecamatan Wajak yaitu jenis ikan yang paling digemari adalah ikan air laut. Alasan responden dalam mengkonsumsi ikan karena kandungan gizi pada ikan dan rasa enak dari daging ikan itu sendiri. Kendala yang dihadapi responden dalam mengkonsumsi ikan adalah rasa bosan apabila harus mengkonsumsi ikan setiap hari. Sedangkan responden lebih memilih untuk mengkonsumsi tahu tempe atau telur sebagai subtitusi pengganti ikan.
Jumlah konsumsi ikan perkapita pertahun dari 44 responden ysang terdiri dari keseluruhan anggota keluarga sebanyak 178 orang di sebesar 27,43 kg/ kapita/ tahun. Nilai tersebut lebih tinggi apablia dibandingkan dengan nilai konsumsi ikan perkapita kabupaten yaitu sebesar 25,23 kg/ kapita/ tahun, namun masih jauh berada dibawah konsumsi ikan perkapita nasional yang mencapai 41,11 kg/ kapita/ tahun.
vii
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 diperoleh hasil dari model regresi sebagai berikut: Y= -1,978 - 0,184X1 + 1.519X2 + 0,428X3 + 3,086X4 - 0,564X5 +0,770X6 + e
Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ikan adalah (1) tingkat pendidikan mempengaruhi konsumsi ikan secara tidak signifikan karena tingkat pendidikan responden kurang optimal dalam memahami kandungan gizi pada ikan, (2) tingkat pendapatan keluarga mempengaruhi konsumsi ikan secara signifikan karena pendapatan merupakan alat ukur kemampuan konsumen dalam membeli guna memenuhi kebutuhan, (3) jumlah anggota keluarga mempengaruhi konsumsi ikan secara tidak signifikan karena semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin besar dan beragam kebutuhan yang harus dipenuhi diluar konsumsi ikan, (4) selera mempengaruhi konsumsi ikan secara signifikan karena selera mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi secara berulang-ulang sehingga semakin sering seseorang mengkonsumsi ikan semakin besar pula jumlah ikan yang dikonsumsi, (5) persepsi harga ikan mempengaruhi konsumsi ikan secara tidak signifikan karena meskipun terjadi kenaikan harga ikan responden tetap mengkonsumsi ikan dengan mengganti jenis ikan yang memiliki harga lebih murah, (6) persepsi harga subtitusi ikan mempengaruhi konsumsi ikan secara tidak signifikan karena subtitusi ikan seperti telur dan tahu tempe merupakan kebutuhan yang akan tetap dikonsumsi walaupun mengalami kenaikan harga.
Faktor dominan yang mempengaruhi konsumsi ikan masyarakat kawasan minapolitan Kecamatan Wajak adalah selera dimana selera seseorang akan mendorong seseorang untuk mengkonsumsi secara berulang-ulang, semakin sering seseorang mengkonsumsi ikan semakin besar pula jumlah ikan yang dikonsumsi. Selain itu selera juga terwujud dari besarnya pendapatan sebagai tolak ukur kemampuan membeli konsumen guna memenuhi kebutuhannya.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan jumlah konsumsi ikan masyarakat kawasan minapolitan Kecamatan Wajak yaitu sebesar 27,43 kg/ kapita/ tahun lebih tinggi dibanding nilai konsumsi ikan perkapita kabupaten sebesar 25,23 kg/ kapita/ tahun, namun nilai tersebut jauh dibawah nilai konsumsi ikan perkapita nasional yaitu sebesar 41,11 kg/ kapita/ tahun. Saran yang dapat disampaikan yaitu sebaiknya masyarakat terutama ibu rumah tangga diberikan pendidikan lebih lanjut guna mengoptimalkan pengetahuan tentang gizi ikan dan bagi ibu rumah tangga yang tidak bekerja dapat diberdayakan melalui kegiatan industri kerajinan mina mendong yang dapat membantu meningkatkan perekonomian keluarga. Selain itu guna meningkatkan frekuensi konsumsi serta menghindari rasa bosan dalam mengkonsumsi ikan maka sebaiknya ibu rumah tangga dibekali dengan pengetahuan diversifikasi pengolahan ikan.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuham Yang Maha Esa atas
segala nikmat, rahmat dan hidayahnyalah sehingga skripsi yang berjudul
Penulis sangat mengharapkan penyajian laporan skripsi ini dapat
memberikan pengetahuan tambahan bagi para pembaca. Namun penulis juga
menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas maka dari itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dijadikan
pelajaran dalam penulisan-penulisan selanjutnya.
Malang, April 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI PERNYATAAN ORSINALITAS ................................................................................... iv UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................ v RINGKASAN ............................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xv 1. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6 1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 7
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 8 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 8 2.2 Teori Perilaku Konsumen ............................................................................... 10 2.3 Ikan ................................................................................................................ 14 2.4 Kandungan Gizi Pada Ikan ............................................................................. 14 2.5 Konsumsi Ikan ............................................................................................... 16 2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Ikan ........................................ 18 2.7 Program GEMARIKAN (Gerakan Mayarakat Makan Ikan) ............................. 21 2.8 Kawasan Minapolitan ..................................................................................... 22 2.9 Kerangka Berpikir Penelitian .......................................................................... 23
3. METODE PENELITIAN .......................................................................................... 25 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ................................................................... 25 3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 25 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 26 3.2.1 Populasi Penelitian ..................................................................................... 26 3.3.2 Sampel Penelitian ....................................................................................... 26 3.3 Jenis dan sumber data ................................................................................... 27 3.3.1 Jenis Data .................................................................................................. 27 3.3.2 Sumber Data ............................................................................................... 28 3.4 Teknik pengambilan data ............................................................................... 29 3.5 Analisis data ................................................................................................... 30 3.5.1 Definisi Operasional .................................................................................... 31 3.5.2 Uji Asumsi Klasik ........................................................................................ 33 3.5.3 Uji Statistik .................................................................................................. 35
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 37 4.1 Topografi dan Geografis Kecamatan Wajak ................................................... 37 4.2 Keadaan Penduduk ........................................................................................ 40 4.3 Kondisi Usaha Perikanan Di Kecamatan Wajak ............................................. 44
5. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 48 5.1 Karakteristik Responden ................................................................................ 48 5.1.1 Usia ............................................................................................................. 48 5.1.2 Jenis Pekerjaan........................................................................................... 49 5.2 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Variabel Penelitian........................ 49
x
5.2.1 Tingkat Pendidikan ..................................................................................... 49 5.2.2 Pendapatan ................................................................................................ 50 5.2.3 Jumlah Anggota Keluarga ........................................................................... 51 5.2.4 Selera ......................................................................................................... 52 5.2.5 Persepsi Harga Ikan ................................................................................... 53 5.2.5 Harga Subtitusi Ikan .................................................................................... 54 5.3 Gambaran Konsumsi Ikan Pada Masyarakat Kawasan Minapolitan di
Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. ........................................................ 55 5.3.1 Jenis Ikan Yang Dikonsumsi ....................................................................... 55 5.3.2 Kesukaan Dalam Mengkonsumsi Ikan ........................................................ 56 5.3.3 Konsumsi Ikan Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................ 57 5.3.4 Alasan Mengkonsumsi Ikan ........................................................................ 57 5.3.5 Kendala Dalam Mengkonsumsi Ikan ........................................................... 58 5.3.6 Subtitusi Pengganti Ikan ............................................................................. 59 5.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Ikan ..................................... 63 5.4.1 Uji Asumsi Klasik (BLUE) ............................................................................ 63 5.4.2 Analisis Regresi Berganda .......................................................................... 67 5.4.3 Uji Statistik .................................................................................................. 70 5.5 Implikasi Hasil Penelitian ................................................................................ 76
6. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 80 6.1 Kesimpulan .................................................................................................... 80 6.2 Saran ............................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 83 LAMPIRAN ................................................................................................................. 87
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbandingan Produksi Ikan Dengan Produk Subtitusi Ikan Sebagai Sumber
Protein Hewani ( 1000 Ton)/ Tahun ................................................................. 3
2. Ketersediaan Dan Tingkat Konsumsi Ikan/Kapita/Tahun Dari Tahun 2010- 2014 ................................................................................................................ 3
3. Konsumsi Ikan Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2010-2014 .......................... 4
4. Konsumsi Ikan/Kapita/ Tahun (Kg/Kapita) ...................................................... 16
5. Luas Lahan Berdasarkan Penggunaannya .................................................... 37
6. Luas Lahan Berdasarkan Penggunaannya .................................................... 39
7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan ........................................... 42
8. Luas Pemanfaatan Lahan Perikanan dan Jumlah RTP pada Kecamatan
Wajak ............................................................................................................ 45
9. Produksi Perikanan Pembesaran Kecamatan Wajak Periode Oktober, November, Desember 2016 .......................................................................... 46
10. Produksi Perikanan Pembenihan Kecamatan Wajak Periode Oktober,
November, Desember 2016 ........................................................................ 47
11. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ................................................. 48
12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ............................... 49
13. Tingkat Pendidikan Responden ................................................................... 50
14. Tingkat Pendaatan Responden .................................................................... 51
15. Jumlah Anggota Keluarga Responden ......................................................... 52
16. Frekunesi Mengkonsumsi Ikan Responden ................................................. 53
17. Persepsi Responden Terhadap Harga Ikan ................................................. 53
18. Persepsi Responden Terhadap Kenaikan Harga Subtitusi Ikan ................... 54
19. Uji Normalitas One Sample Kolmogrov-Smirnov Test .................................. 63
20. Tabel Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics ........................................... 64
21. Uji Autokorelasi Durbin-Watson ................................................................... 66
xii
22. Hasil Regresi Berganda ............................................................................... 67
23. Uji R2 (Koefisien Determinasi) ..................................................................... 70
24. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .................................................................... 71
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Pada Tahun 1971-2010 .................... 2
2. Grafik Marginal Utility ..................................................................................... 12
3. Grafik Indifference Curve ............................................................................... 13
4. Kerangka Berfikir Penelitian ........................................................................... 24
5. Peta Desa Wajak .......................................................................................... 38
6. Peta Desa Blayu ............................................................................................ 39
7. Diagram Perbandingan Jumlah Penduduk Desa Wajak dan Desa Blayu Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................................................... 40
8. Perbandingan Jumlah KK Desa Wajak dan Desa Blayu ................................ 41
9. Prosentase Perbandingan Jumlah Penduduk Desa Wajak dan Desa Blayu
Berdasarkan Usia .......................................................................................... 41
10. Perbandingan Jumlah Penduduk Berdasarkan Kualitas Angkatan Kerja di Desa Wajak dan Blayu ................................................................................ 44
11. Produksi Perikanan Budidaya Pembesaran Kecamatan Wajak Per Desa
Periode Oktober - November 2016. ............................................................ 45
12. Produksi Perikanan Budidaya Pembenihan Kecamatan Wajak Per Desa Periode Oktober - Desember 2016 ............................................................. 47
13. Grafik Jenis Ikan Yang Sering Dikonsumsi Responden ............................... 55
14. Grafik Tingkat Kesukaan Dalam Mengkonsumsi Ikan Responden ............... 56
15. Grafik Konsumsi Ikan Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Beserta
Keluarga ..................................................................................................... 57
16. Grafik Alasan Responden Dalam Mengkonsumsi Ikan ................................. 58 17. Grafik Kendala Yang Dihadapi Responden Dalam Mengkonsumsi Ikan ...... 59
18. Grafik Subtitusi Pengganti Ikan Yang Sering Dikonsumsi Oleh Responden . 59
19. Grafik Frekuensi Responden Dalam Mengkonsumsi Daging Sapi/ Minggu
Sebagai Pengganti Ikan .............................................................................. 60
xiv
20. Grafik Frekuensi Responden Dalam Mengkonsumsi Daging Ayam/ Minggu Sebagai Pengganti Ikan .............................................................................. 61
21. Grafik Frekuensi Responden Dalam Mengkonsumsi Telur/ Minggu Sebagai
Pengganti Ikan ............................................................................................ 62
22. Grafik Frekuensi Responden Dalam Mengkonsumsi Tahu Tempe/ Minggu Sebagai Pengganti Ikan .............................................................................. 62
23. Uji Heteroskedastisitas ............................................................................... 65
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................... 87
2. Jumlah Konsumsi Ikan Perkapita Pertahun .................................................... 88
90 4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian .................................................................. 90
5. Hasil Uji Asumsi Klasik dan Uji Statistik dengan Menggunakan SPSS 16.0.95
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan. Luas wilayah laut Indonesia
sebesar 70% apabila dibandingkan dengan luas wilayah daratan dengan garis
pantai sepanjang 99.093 km2, laut territorial seluas 282.583 km2, perairan
kepulauan seluas 3.092.085 km2 dan 2.936.345 km2 ZEE (Zona Ekonomi
Eksklusif) (Badan Informasi Geospasial, 2015). Pada tahun 2015 produksi
perikanan Indonesia mencapai 14,79 ton yang terdiri dari produksi perikanan
tangkap di laut sebesar 4,72 ton, perikanan tangkap di perairan umum sebesar
325 ribu ton dan perikanan budidaya yang mencapai 20,07 ton (Kementerian
Kelautan dan Perikanan, 2015).
Indonesia memiliki potensi kelautan yang diperkirakan nilai potensi
kelautan tersebut oleh Siregar (2015) mencapai 1,2 trilliun USD. Poten kelautan
tersebut dapat berdampak pada penyerapan tenaga kerja sebesar 40 juta jiwa.
Potensi yang tidak tereksploitasi hilang sebanyak Rp.300 trilliun akibat adanya
illegal fishing. Peristiwa tersebut sangat merugikan bagi negara bahkan hal
tersebut berupa kerugian yang sangat besar bagi negara.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang
cukup besar dan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Pernyataan tersebut
didukung oleh data dari Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) tahun 2013 dimana pada tahun 2010 saja penduduk
Indonesia berjumlah 237 juta jiwa. Jumlah penduduk tersebut jauh lebih besar 2x
lipat dibandingkan jumlah penduduk yang hanya mencapai 118 juta jiwa hanya
dalam kurun waktu 40 tahun peningkatan jumlah penduduk tersebut sangatlah
besar yaitu mengalamai peningkatan sebesar 200% dibandingkan dengan data
2
penduduk pada tahun 1971. Pada buku profil kepundudukan dan pembangunan
di Indosesia pada tahun 2013 yang oleh BKKBN, penduduk Indonesia
mengalami pertumbuan sebesar 1,49% selama tahun 2000-2010 yang
ditampilkan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Pada Tahun 1971-2010 (Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional, 2013).
Seiring dengan pertumbuhan laju penduduk yang mengalami peningkatan
dari tahun 1990-2010, maka besar kemungkinan tingkat konsumsi akan
meningkat pula. Dimana pangan merupakan salah satu kebutuhan utama yang
harus dipenuhi manusia. Salah satunya yaitu terhadap tingkat konsumsi ikan
sebagai salah satu bahan makanan yang memiliki nilai gizi cukup tinggi. Merujuk
pada pernyataan Sulastri (2004), dalam daging ikan mengandung lemak, protein,
mineral dan vitamin. Lemak yang terkandung dalam tubuh ikan sebagian besar
merupakan lemak esensial yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Sedangkan
daging ikan mengandung protein sebesar 15-25% dari berat total ikan serta
daging ikan mengandung vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh.
3
Tingkat konsumsi berdampak pada nilai permintaan terhadap suatu
produk yang akan dikonsumsi. Adanya permintaan mengakibatkan produsen
akan meningkatkan produksinya. Sedangkan produksi ikan setiap tahunnya
selalu meningkat dari tahun ke tahun dibandingkan dengan produk subtitusi ikan
sebagai tersaji pada Tabel 1 (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2015).
Tabel 1. Perbandingan Produksi Ikan Dengan Produk Subtitusi Ikan Sebagai Sumber Protein Hewani ( 1000 Ton)/ Tahun
Komoditas Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Daging 55,331 2,070 2,170 2,093 1,164 1,163 1,198 Susu sapi 341 577 636 574 679 927 925
Telur 1.148 1.133 1.297 1.390 1.404 1.378 1.432 Ikan 6.870 7.489 8.238 8.858 9.817 11.662 12.386
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015).
Tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia terus meningkat setiap
tahunnya. Permintaan akan ikan yang terus meningkat tersebut juga diimbangi
dengan penyediaan ikan yang disediakan untuk permintaan konsumen ikut
mengalami kenaikan sebagaimana tersaji dalam Tabel 2 (Kementerian Kelautan
dan Perikanan, 2015).
Tabel 2. Ketersediaan Dan Tingkat Konsumsi Ikan/Kapita/Tahun Dari Tahun 2010-2014
Rincian Item Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Penyediaan Ikan
Total (Juta Ton) 9,9119 10,282 11,588 11,882 13,072 Per Kapita
(Kg/kapita/tahun) 38,39 42,49 47,22 47,77 51,80
Konsumsi Ikan
Per Kapita (Kg/kapita/tahun) 30,48 32,35 33,89 35,21 38,14
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015).
Tabel 2 menunjukkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan
semakin baik dan program-program pemerintah yang galakkan untuk
meningkatkan konsumsi ikan juga menuai hasil yang ingin dicapai selama ini.
Namun walaupun tingkat konsumsi ikan perkapita nasional Indonesia meningkat
4
setiap tahunnya serta target Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun
2014 keberhasilan target pemerintah mencapai 100,24% dari target konsumsi
ikan yang ditetapkan 37,80 kg/kapita/tahun dan menghasilkan realisasi capaian
sebesar 37,89 kg/kapita/tahun. Walaupun demikian tingkat konsums
ikan/kapita/tahun penduduk Indonesia khususnya pada tahun 2011 yang
mencapai 31,5 kg/kapita/tahun, capaian tersebut jauh lebih rendah apabila
dibandingkan dengan negara tetangga pada tahun yang sama yaitu Malaysia
yang mencapai 55,4 kg/kapita/tahun dan Singapura yang mencapai 37,5
kg/kapita/tahun (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014).
Tingkat konsumsi ikan pada provinsi Jawa Timur sendiri selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya selaras dengan adanya peningkatan
tingkat konsumsi ikan/kapita nasional. Adapun perkembangan tingkat konsumsi
ikan dari tahun 2010 hingga tahun 2014 tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3. Konsumsi Ikan Provinsi Jawa Timur Pada Tahun 2010-2014 Tahun Tingkat konsumsi (kg/kapita/tahun) 2010 19,01 2011 21,41 2012 23,35 2013 24,46 2014 27,89
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015).
5
6
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Berapa besar jumlah konsumsi ikan per kapita pada masyarakat kawasan
minapolitan Kecamatan Wajak?
2. Bagaimana pengaruh jumlah pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah
anggota keluarga, selera, harga ikan dan harga subtitusi ikan terhadap
tingkat konsumsi ikan masyarakat kawasan minapolitan Kecamatan Wajak?
3. Berapa besar perbandingan konsumsi ikan masyarakat Wajak dengan
konsumsi ikan per kapita Kabupaten Malang dan per kapita nasional per
tahun?
4. Apa faktor dominan dalam mempengaruhi tingkat konsumsi ikan pada
masyarakat kawasan minapolitan Kecamatan Wajak?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini antara lain adalah untuk mengetahui dan
menganalisis:
1. Jumlah konsumsi ikan per kapita pada masyarakat kawasan minapolitan di
Kecamatan Wajak.
2. Pengaruh jumlah pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga,
selera, harga ikan dan harga subtitusi ikan terhadap konsumsi ikan
masyarakat kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak.
3. Perbandingan konsumsi ikan masyarakat kawasan minapolitan di
Kecamatan Wajak dengan konsumsi ikan per kapita Kabupaten Malang dan
perkapita nasional per tahun.
4. Faktor dominan dalam mempengaruhi tingkat konsumsi ikan pada
masyarakat kawasan minapolitan Kecamatan Wajak.
7
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat atau berguna dalam
memberikan informasi :
a) Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan untuk memperdalam pengetahuan yang
diperoleh baik selama dimasa kuliah maupun dilapangan serta
memperdalam pengetahuan mengenai kesadaran masyarakat dalam
mengkonsumsi ikan.
b) Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan tentang
bagaimana pentingnya mengkonsumsi ikan dan manfaat dalam
mengkonsumsi ikan, sehingga masyarakat lebih memperhatikan gizi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh manusia.
c) Pemerintah
Sebagai sumber informasi, sehingga membantu dalam mengambil
kebijakan-kebijakan terlebih dalam upaya mencapai target konsumsi ikan
perkapita kabupaten dan nasional
8
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Merujuk pada penelitian Herlambang (2016), yang bertujuan untuk
menganalisis konsumsi ikan, jumlah konsumsi ikan per kapita per tahun, jumlah
pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, jumlah keluarga, selera, persepsi
harga ikan dan harga subtitusi ikan berpengaruh terhadap jumlah konsumsi ikan
dan untuk menganalisis faktor yang dominan di Kelurahan Rogrotunan. Metode
penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan teknik pengambilan
sample menggunakan teknik purposive sampling dan untuk menentukan jumlah
sample nya menggunakan rumus slovin. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai R2
sebesar 0,434 yang artinya input variabel independen berupa tingkat
pendapatan, harga ikan, harga subtitusi ikan, pendidikan, jumlah keluarga
mempengaruhi konsumsi ikan sebesar 43,3% sedangkan 56,6% dipengaruhi
oleh variabel lain diluar variabel tersebut. Didapatkan Fhitung > Ftabel sebesar 8,219
> 2,33 artinya semua variabel independen mempengaruhi konsumsi ikan secara
simultan dengan selang kepercayaan 95%. Uji t didapatkan nilai variabel
persepsi harga ikan -2,62 > ttabel -1,68195 artinya apabila harga ikan naik maka
konsumen akan mengurangi konsumsi ikan secara parsial dengan anggapan
variabel lain bersifat tetap, variabel persepsi harga subtitusi ikan 5,819 > ttabel
1,68195 artinya persepsi harga ikan mempengaruhi konsumsi ikan secara parsial
dengan anggapan variabel lain bersifat tetap, variabel jumlah keluarga 0,031 <
ttabel 1,68195 artinya jumlah keluarga tidak mempengaruhi konsumsi ikan dengan
anggapan variabel lain bersifat tetap, variabel pendidikan 1,727 > ttabel 1,68195
artinya pendidikan mempengaruhi konsumsi ikan secara parsial dengan
anggapan variabel lain bersifat tetapJumlah konsumsi ikan perkapita pertahun
9
dari 48 sampel yang diambil yaitu sebesar 26,79 kg perkapita pertahun. Nilai ini
masih dibawah standart nasional yaitu sebesar 41,11 perkapita pertahun namun
diatas nilai konsumsi perkapita kabupaten yaitu sebesar 23,38 perkapita
pertahun.
Merujuk pada hasil penelitian Kusdianto (2004), bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar elastisitas harga, elastisitas silang dan elastisitas
pendapatan mempengaruhi konsumsi ikan di kota Surakarta dengan beberapa
variabel yaitu: harga ikan, harga telur, harga tahu atau tempe dan pendapatan
keluarga. Penelitian menggunakan metode penelitian Accidental Sampling yaitu
pengambilan sampel dari dari populasi secara tiba-tiba yang secara kebetulan
ditemui peneliti. Pengambilan sampel ini dilakukan di 3 kecamatan di kota
Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa elastisitas
harga ikan terhadap jumlah konsumsi ikan bernilai negatif sebesar -0,798 yang
berarti semakin tinggi harga ikan maka jumlah konsumsi ikan semakin berkurang,
elastisitas silang telur bertanda positif sebesar 0,842 yang berarti telur adalah
barang subtitusi bagi ikan. Elasisitas silang tahu atau tempe memiliki nilai positif
sebesar 0,912 yang berarti tahu atau tempe juga merupakan barang subtitusi
bagi ikan dan variabel harga ikan, harga telur, harga tahu atay harga tempe juga
pendapatan keluarga berpengaruh secara simultan terhadap jumlah konsumsi
ikan keluarga ikan sebesar 74,3%.
Sedangkan penelitian lain yang dilakukan Bambang (2004), bertujuan
untuk menganalisis tingkat konsumsi ikan dan pendapatan keluarga masyarakat
terutama di Kecamatan Pakualaman Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode penelitian studi kasus, yaitu meneliti secara mendalam
terhadap pendapatan keluarga dan seberapa besar pengaruhnya terhadap
konsumsi ikan. Sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga keluarga
10
dengan banyaknya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus
slovin. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini dengan observasi dan
wawancara menggunakan kuesioner kepada 65 responden terpilih. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linear sederhana. Hasil
yang didapatkan dari penelitian ini yaitu didapatkan nilai t hitung sebesar 15,16
lebih besar dari nilai t tabel yaitu sebesar 2,67, yang berarti bahwa pendapatan
konsumen mempunyai korelasi nyata dengan jumlah konsumsi ikan. Nilai
koefisien korelasi yaitu sebesar 0,89 yang berarti antara nilai pendapatan dan
konsumsi mempunyai hubungan yang kuat. Dengan demikian dapat diartikan
apabila pendapatan konsumen naik maka nilai konsumsi ikan konsumen juga
akan mengalami kenaikan dan begitu pula sebaliknya.
2.2 Teori Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan suatu kondisi dimana konsumen ikut serta
dan terlibat secara langsung dalam proses mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan produk atau jasa dan dilandasi keputusan terlebih dahulu
(Primyastanto, 2011). Sementara itu merujuk pada Simamora (2008), perilaku
konsemen merupakan suatu proses pengambilan keputusan sebelum adanya
pembelian meliputi tindakan sebagai upaya mendapatkan produk, memakai dan
mengkonsumsi serta menghabiskan produk atau jasa tersebut. Artian konsumen
disini baik individu maupun rumah tangga. Keputasan yang akan diambil
konsumen berdasarkan oleh 2 perihal, yang pertama perilaku yang dapat diamati
seperti apa yang akan di beli, kapan, oleh siapa, dimana, dengan siapa dan
bagaimana. Kedua yaitu variabel-variabel yang tidak dapat diamati seperti
kebutuhan pribadi, persepsi, kemampuan konsumen dalam membeli dan
perasaan konsumen tentang kepemilikan dan penggunaan produk atau jasa
yang beraneka ragam.
11
Setiap konsumen merupakan pribadi yang berbeda-beda antara
konsumen yang satu dengan yang lain. Akan tetapi semua konsumen berusaha
memaksimalkan kepuasan dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa. Setiap
kali konsumen menginginkan suatu barang atau jasa maka akan melakukan
suatu permintaan. Merujuk pada Pracoyo dan Pracoyo (2016), permintaan
adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai
tingkat harga dalam periode waktu tertentu. Hukum permintaan menjelaskan
apabila harga suatu barang naik maka jumlah barang yang diminta oleh
konsumen akan turun dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu hubungan
antara harga barang dan jumlah barang yang diminta berbanding terbalik.
Teori perilkau konsumsen dapat dibedakan menjadi dua pendekatan
(Gilarso, 2007), yakni sebagai berikut:
a. Pendekatan Marginal Utility
Analisis konsumen yang didasarkan pada cara mengukur kepuasan
konsumen terhadap barang atau jasa yang dipakainya menggunakan satuan
harga, kuantias dan kualitas dinamakan pendekatan kardinal atau pendekatan
marginal utility. Konsumen yang mengkonsumsi jumlah barang yang lebih besar
merasa tingkat kepuasannya jauh lebih besar. Tingkat kepuasan juga
bergantung pada pendapatan yang dimiliki konsumen guna kemampuan dalam
memenuhi suatu produk atau jasa yang hendak dipakai
Manusia merupakan makhluk ekonomi yang tidak pernah merasa puas
dan selalu berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan
finansiilnya memungkinkan. Konsumen akan selalu bertindak rasional dalam
usaha mencapai kepuasan. Selain itu konsumen juga telah memiliki alternatif
produk dengan tujuan mencapai kepuasan. Selama marginal utility yang
12
diperoleh dari pembelian produk masih lebih besar atau sama dengan biaya
produk (Simamora, 2008).
Hukum Goosen (the law of diminishing marginal utility) berlaku yaitu
apabila konsumen mengkonsumsi suatu barang secara terus menerus maka
tambahan nilai guna (marginal utility) yang diperoleh dari mengkonsumsi barang
tersebut akan semakin sedikit hingga pada akhirnya nilai guna (marginal utility)
akan bernilai negatif (Laily dan Pristyadi, 2013). Pada dasarnya setiap konsumen
selalu berusaha mencapai kepuasan (marginal utility) dari setiap produk yang
dikonsumsinya. Upaya konsumen dalam mencapai marginal utility dibatasi
dengan besarnya pendapatan yang dihasilkan untuk memperoleh atau membeli
berbagai jenis barang yang memiliki nilai guna (marginal utility) yang sama. Laily
dan Pristyadi (2013), mengemukakan uraian tersebut dapat digambarkan secara
mastemastis sebagai berikut:
Grafik dari marginal utility dan total utility dari konsumsi suatu barang dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Marginal Utility (Laily dan Pristyadi, 2013)
13
b. Pendekatan Indefference Curve
Kurva Indiferensi (Indefference Curve) merupakan suatu kurva yang
menggambarkan 2 jenis produk atau barang yang berbeda namun dapat
memberikan tingkat kepuasan yang sama. Konsumen dapat merasakan
kepuasan tanpa memandang kuantitas produk yang dikonsumsi (Pracoyo dan
Pracoyo, 2006). Konsumen cenderung ingin memenuhi semua kebutuhannya
walaupun tetap terbatasi oleh penghasilkan, konsumen akan membagi
penghasilan tersebut untuk dapat dikorbankan guna memperoleh hasil berupa
pemenuhan kebutuhan (Gilarso, 2007). Grafik kurva indifferensi dapat dijelaskan
pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Indifference Curve (Pracoyo dan Pracoyo, 2016)
Kurva indifferensi (IC) menunjukkan beragam kombinasi produk yang
digunakan konsumen memiliki tingkat kepuasan yang sama. Seorang konsumen
yang mengkonsumsi produk X sebesar 0X1 dan produk 0Y1 akan sama merasa
puas apabila konsumen tersebut mengkonsumsi barang 0X2 dan barang Y
sebesar 0Y2 dan seterusnya sebagaimana yang digambarkan pada titik A,B,C,D
yang menunjukkan masing-masing kombinasi konsumsi produk X dan Y. Sudut
miring yang semakin datar menunjukkan bahwa konsumsi konsumen
14
memperoleh semakin banyak barang X dan barang Y semakin sedikit serta
berkurangnya keinginan untuk mengorbankan lebih banyak barang Y untuk
mendapatkan lebih banyak barang X.
2.3 Ikan
Ikan merupakan salah satu jenis lauk pauk yang sejak dulu telah
dikonsumsi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun2009
tentang menyebutkan bahwa ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh
atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Yang
dimaksud dengan jenis ikan adalah:
a. ikan bersirip (pisces);
b. udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya (crustacea);
c. kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya (mollusca);
d. ubur-ubur dan sebangsanya (coelenterata);
e. tripang, bulu babi, dan sebangsanya (echinodermata);
f. kodok dan sebangsanya (amphibia);
g. buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya (reptilia);
h. paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya(mammalia);
i. rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae);
dan
j. biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenisjenis tersebut di atas;
k. semuanya termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi.
2.4 Kandungan Gizi Pada Ikan
Komposisi utama yang terkandung dalam ikan (Sulastri, 2004) adalah:
15
a. Protein
Ikan sudah dikenal masyarakat awam sebagai sumber bahan pangan
yang kaya akan protein. Ikan mengandung protein berkisar antar 15 25%
dari total bobot ikan. Ikan mengandung jumlah protein yang sangat tinggi
sebab protein ikan dapat banyak mengandung asam amino dan dapat
memenuhi kurang lebih 2/3 protein hewani yang dibutuhkan manusia.
b. Lemak
Sebagian besar lemak yang terkandung dalam daging ikan mengandung
asam lemak tidak jenuh atau lemak esensial seperti linoleate, linolenat dan
arachidonat. Selain itu ikan mengandung omega 3 yang berasal dari jasad
renik yang telah dikonsumsi oleh ikan
c. Vitamin dan Mineral
Ikan memiliki kandungan mineral walaupun kandungan tersebut tidak
begitu besar. Mineral yang terkandung dalam daging ikan yaitu garam fosfat,
senyawa kalsium, besi, tembaga dan yodium. Selain itu dalam daging ikan
mengandung vitamin baik berupa vitamin yang larut dalam air (vitamin B
kompleks) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E).
Manfaat mengkonsumsi ikan sebagai mana yang dikemukakan Sulastri
(2004), protein yang terkandung dalam daging ikan sangat berguna bagi
kelangsungan pertumbuhan tulang terutama pada anak-anak yang dalam masah
pertumbuhan. Selain itu protein juga berperan dalam penyembuhan luka pada
tubuh manusia terutama setelah melakukan operasi bedah. Lemak yang
terkandung dalam daging ikan merupakan sumber energi yang sangat
dibutuhkan tubuh manusia untuk menjalani aktifitas, serta kandungan vitamin
dalam daging ikan dibutuhkan tubuh sebagai penyeimbangan kesehatan.
16
2.5 Konsumsi Ikan
Konsumsi merupakan suatu proses pembelanjaan atau penggunaan
barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Output produksi berupa
barang digunakan konsumen sebagai barang konsumsi sedangkan output
berupa jasa digunakan konsumen guna membantu meringankan kegiatan sehari-
hari dari konsumennya. Suatu rumah tangga memiliki kebutuhan yang semakin
komplek karena semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin
beragam pula kebutuhan yang harus terpenuhi (Adiana dan Karmini, 2013).
Konsumsi ikan per kapita adalah besarnya konsumsi rata-rata di suatu wilayah
baik nasional maupun regional. Konsumsi per kapita didapatkan dari jumlah total
konsumsi suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu dibandingkan jumlah
penduduk wilayah tersebut (Tadete et al., 2016).
Indonesia merupakan negara kepulauan serta memiliki potensi perikanan
yang melimpah. Ketersediaan ikan yang melimpah disertai dengan
pendistribusian yang merata memudahkan konsumen dalam memperoleh ikan
untuk dikonsumsi. Merujuk pada Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015),
konsumsi ikan masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan sejak 5 tahun
terakhir yaitu dari tahun 2010-2014 dengan rincian terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Konsumsi Ikan/Kapita/ Tahun (Kg/Kapita)
Indikator Tahun Pertumbuhan (%)
2010 2011 2012 2013 2014 2010-2014
2013-2014
Konsumsi ikan per kapita
(Kg/kapita) 30,48 32,25 33,89 35,21 38,14 5,60 7,61
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015).
Pada tahun 2015, target konsumsi ikan nasional ditetapkan sebesar 40,9
kg/kapita, capaian sementara angka konsumsi ikan nasional adalah sebesar
17
41,11 kg/kapita atau mencapai 100,51% dari target yang ditentukan. Pencapaian
pada tahun 2015 ini meningkat sebesar 7,79% apabila dibandingkan dengan
konsumsi ikan nasional pada tahun 2014 yakni sebesar 38,14 kg/ kapita. Pada
tahun ini pula seluru provinsi di Indonesia angka konsumsi ikan mencapai diatas
20 kg/kapita. Pulau Jawa , Nusa Tenggara Timur dan Bandah Aceh tingkat
konsumsi ikan termasuk dalam kategori sedang yaitu berkisar antara 20-31
kg/kapita, sedangkan sisahnya seluruh provinsi di Indonesia termasuk dalam
kategori tinggi yaitu dengan kisaran > 31,4 kg/kapita (Kementerian Kelautan dan
Perikanan, 2016).
Tingkat konsumsi ikan nasional terus mengalami peningkatan pada tahun
2010-2015 sehingga konsumsi ikan masyarakatnya pun terus mengalami
peningkatan. Walaupun demikian tingkat konsumsi ikan per kapita nasional
Indonesia khususnya pada tahun 2011 yang mencapai 31,5 kg/kapita/tahun jauh
lebih rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga pada tahun yang
sama yaitu Malaysia yang mencapai 55,4 kg/kapita/tahun dan Singapura yang
mencapai 37,5 kg/kapita/tahun (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014).
Namun pencapaian peningkatan konsumsi ikan ini tidak terlepas dari
keberhasilan program-program yang digalakkan oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan (2016) antara lain sebagai berikut:
a. Menggalakkan GEMARIKAN yang didukung oleh forum peningkatan
konsumsi ikan (FORIKAN)
b. Membangun sistem logistik ikan nasional (SLIN) yang diharapkan yang
diharapkan dapat menjamin ketersediaan ikan sepanjang tahun
c. Terbitnya Perpres Nomor 71 tahun 2015 tentang Penentuan dan
Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting dimana ikan
18
tuna, tongkol dan cakalang (TTC), kembung dan bandeng termasuk dalam
kebutuhan pokok
d. Membangun lima sentra kuliner dan penyelenggaraan bazar.
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Ikan
Seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk dipengaruhi oleh
beberapa faktor guna memenuhi kebutuhannya. Merujuk pada pernyataan
Bambang (2004), tingkat konsumsi ikan seseorang dipengaruhi oleh besarnya
pendapatan, pendidikan, selera dan jumlah keluarga. Sedangkan Kusdiyanto
(2014) menyatakan harga ikan dan harga subtitusi ikan mempengaruhi
seseorang dalam mengkonsumsi ikan.
a. Pendapatan
Pendapatan keluarga atau rumah tangga adalah jumlah seluruh gaji, upah,
laba dan penghasilan dari usaha yang ditemia oleh suatu keluarga dalam periode
waktu tertentu (Case dan Fair, 2007). Pendapatan atau penerimaan keluarga
dalam 1 bulan erat kaitannya dengan tingkat konsumsi dan apa yang dikonsumsi
suatu keluarga dalam 1 bulan. Merujuk pada Pontoh (2011), mengemukakan
bahwa besarnya tingkat konsumsi yang berarti tingkat konsumsi seseorang
mengikut tingkat pendapatn yang diterima. Faktor pendapatan memiliki peranan
besar dalam persoalan gizi dan kebiasaan makan seseorang yaitu tergantung
pada kemampuan keluarga untuk membeli pangan yang dibutuhkan oleh
seseorang tersebut. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang
menyebabkan sesorang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu
gizi baik dan beragam.
Rendahnya pendapatan merupakan salah satu sebab rendahnya konsumsi
pangan serta buruknya status gizi. Kurang gizi akan mengurangi daya tahan
tubuh, rentan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas kerja dan
19
menurunkan pendapatan. Tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi pola
makannya. Mengingat tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap tingkah laku masyarakat dalam melakukan konsumsi
maka perlu diperhatikan bagaiman pengaruh tingkat pendidikan terhadap jumlah
konsumsi ikan.
b. Pendidikan
Pengetahuan dapat menimbulkan beberapa efek pada pemakaian kriteria
evaluasi oleh konsumen, konsumen yang memiliki pengetahuan banyak akan
memiliki informasi yang akan disimpan, informasi tersebut akan digunakan untuk
membandingkan alternatif pilihan terhadap suatu barang. Tingkat pengetahuan
seseorang juga akan mempengaruhi cara berpikir, cara pandang dan presepsi
seseorang terhadap suatu masalah. Sebagaiman yang disampaikan
Soediaotama (1996), tingkat pendidikan yang lebih tinggi berkaitan dengan
pengetahuan gizi yang lebih tinggi, hal ini memungkinkan seseorang memiliki
informasi tentang gizi dan kesehatan yang lebih baik dan terdorong
terbentuknya perilaku makan yang baik pula. Tingkat pendidikan seseorang
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, dimana semakin tinggi
pendidikan akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya.
c. Selera
Selera sangat erat hubngannya dengan perasaan sensasional yang
menimbulkan kesenangan dan dilakukan secara berulang-ulang, dengan kata
lain selera menggambarkan tingkat kesukaan konsumen dalam mengkonsumsi
suatu produk (Alamsyah, 2008). Meningkatkan selera seseorang terhadap suatu
produk barang tertentu pada umumnya berakibat naiknya jumlah permintaan,
begitu pula sebaliknya menurunya selera konsumen terhadap suatu barang
akan berakibat berkurangnya jumlah permintaan. Apabila selera konsumen
20
terhadap suatu barang tinggi maka keputusan konsumen dalam membeli barang
tersebut juga tinggi. Selera merupakan kegiatan untuk membeli suatu barang
dan jasa, selera konsumen biasanya berubah-ubah dari waktu ke waktu
tergantung faktor-faktor (Suantara et. al, 2014).
d. Jumlah Keluarga
Keluarga adalah individu atau kelompok yang melakukan pembelian produk
pada pasar diantara anggota-anggota keluarga, ibu rumah tangga adalah
konsumen utama bagi keluarga karena ibu rumah tangga merupakan yang
memegang keuangan dan mengatur pengeluaran yang efektif dan efisien.
Sebagaimana yang dikemukakan Suryani (2008), keluarga mempunyai peran
penting dalam perilaku konsumen. Konsumen sebagai anggota keluarga yang
sering berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain, perilakunya secara tidak
langsung dipengaruhi oleh hasil interaksi tersebut. Keluarga mempengaruhi
proses pembelajaran, sikap, persepsi dan perilaku orang-orang yang ada
didalamnya. Oleh karena itu perilaku konsumen secara langsung atau tidak
langsung sangat dipengaruhi oleh keluarga.
e. Harga Ikan
Merujuk pada Suantara et al., (2014), harga suatu barang berpendapat
penting dalam mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian suatu
produk, melihat kemampuan konsumen dalam membeli produk maka dapat
menentukan kebijakan harga yang sesuai dengan tingkat pendapatan. Harga
ikan akan sangat mempengaruhi jumlah permintaan atas produk ikan di pasar,
jika harga ikan naik maka permintaan atas produk ikan akan turun, begitu pula
sebaliknya.
21
f. Harga Subtitusi Ikan
Apabila harga subtitusi ikan atau harga semua jenis produk yang dapat
menggantikan ikan seperti telur atau ayam di pasar lebih murah dibanding
dengan harga ikan itu sendiri, maka konsumen akan cenderung lebih memilih
untuk mengkonsumsi barang subtitusi ikan itu sendiri. Seperti halnya yang
diungkapkan oleh Reksoprayitno (2011), apabila barang Y merupakan barang Z
maka menurutnya akan mengakibatkan menurunya harga barang Y. Jikan harga
ikan meningkatkan dipasaran, ada kemungkinan konsumen akan mengganti
ikan dengan atau daging ayam yang lebih murah.
2.7 Program GEMARIKAN (Gerakan Mayarakat Makan Ikan)
Pasal 50 ayat 3 Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan
mengamanatkan bahwa pemerintah dan atau pemerintah daerah perlu
melakukan promosi penggunaan pangan lokal untuk mendukung terwujudnya
kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan nasional. Berkenaan
dengan hal itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai instansi teknis.
Pemerintah Pusat yang menangani pangan berbasis ikan turut berpartisipasi
dalam kegiatan promosi peningkatan konsumsi ikan masyarakat melalui program
Gerakan Masyarakat Makan Ikan (GEMARIKAN).
Masyarakat awan belum semua mengerti akan kandungan gizi yang
terdapat pada tubuh ikan dan manfaat yang didapatkan dari mengkonsumsi ikan.
Sebagian masyarakat enggan mengkonsumsi ikan akibat takut terserang alergi
atau bahkan sebagain masyarakat enggan mengkonsumsi ikan akibat bau amis
yang terdapat dalam daging ikan. Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa
program GEMARIKAN merupakan program yang timbul akibat kerjasama antara
Kementerian kesehatan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai
upaya dalam menyadarkan masyarakat untuk lebih mengenal gizi yang
22
terkandung dalam daging ikan sehingga dari penanaman pengetahuan tersebut
diharapkan masyarakat gemar dalam mengkonsumsi ikan. Pelaksanaan program
GEMARIKAN salah satunya oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Bantul (2013), yaitu dengan melaksanakan sosialisasi program tersebut terutama
kepada anak usia dini melalui lembaga pendidikan seperti sekolah dasar, taman
bermain, taman kanak-kanan dan play group.
2.8 Kawasan Minapolitan
Minapolitan merupakan gabungan dari kata mina (ikan) dan polis/politan
(kota), sehingga minapolitan merupakan kota perikanan yang berbasis pada
pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan dengan manajemen kawasan
yang efisien, terintegrasi dan berkualitas (Kementerian Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2012). Sedangkan dalam Keputusan Menteri
Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.18/MEN/2011 tentang
Pedoman Umum Minapolitan, menyatakan bahwa Minapolitan adalah konsepsi
pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan
prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. Sedangkan
Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi
utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran
komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya.
Karakteristik kawasan minapolitan sebagaimana yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
KEP.18/MEN/2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan yaitu sebagai berikut
ini.
a. Suatu kawasan ekonomi yang terdiri atas sentra produksi, pengolahan,
dan/atau pemasaran dan kegiatan usaha lainnya, seperti jasa dan
perdagangan;
23
b. Mempunyai sarana dan prasarana sebagai pendukung aktivitas ekonomi;
c. Menampung dan mempekerjakan sumberdaya manusia di dalam kawasan
dan daerah sekitarnya; dan
d. Mempunyai dampak positif terhadap perekonomian di daerah sekitarnya.
2.9 Kerangka Berpikir Penelitian
Kecamatan Wajak merupakan kawasan minapolitan, sehingga dapat
dipastikan ketersediaan ikan pada daerah tersebut memadai. Namun
ketersediaan belum dapat dijadikan sebuah kepastian tingkat konsumsi ikan
masyarakatnya pun tinggi. Selain ketersediaan, tingkat konsumsi ikan baik
individu maupun rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat
luas yaitu pendapatan, harga ikan, selera, pendidikan, jumlah keluarga dan
harga subtitusi ikan. Pada penelitian ini dilakukan guna mengetahui jumlah
konsumsi ikan per kapita dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
mengkonsumsi ikan. Hasil yang diperoleh dari adanya penelitian ini yaitu
implikasi bagi masyarakat dalam mengkonsumsi ikan. Secara garis besar
kerangka pemikiran analisis tingkat konsumsi ikan pada masyarakat minapolitan
Kecamatan Wajak Kabupaten Malang Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 4.
24
Gambar 4. Kerangka Berfikir Penelitian
Analisis Deskriptif Analisis Regresi Linear Berganda
Kawasan Minapolitan Kecamatan Wajak
Ketersediaan Ikan Masyarakat
Tingkat Konsumsi Ikan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi:
Pendapatan Tingkat Pendidikan Jumlah Keluarga Selera Harga Ikan Harga Subtitusi Ikan
Implikasi
25
3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
dilaksanakan di Desa Wajak dan Desa Blayu sebagai desa kawasan minapolitan
yang paling berkembang diantara desa kawasan minapolitan yang lain yang
terdapat di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang Jawa Timur. Sedangkan waktu
pelaksanaannya pada bulan Maret 2017.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian den
jenis penelitian deskriptif. Merujuk pada pernyataan Surakhmad (1998),
penelitian deskritif merupakan prosedur penelitian dengan menjelaskan
fenomena yang sedang diteliti serta memusatkan diri pada pemecahan masalah
yang ada masa sekarang. Teknik yang digunakan pada penelitian deskriptif
diantaranya meliputi teknik interview, teknik survey, obesrvasi, angket dengan
teknik test berupa studi komperatif, studi kasus, studi kooperatif atau operasional
dan analisa kuantitatif serta kualitatif. Pelaksanaan metode deskriptif yaitu
dengan mengumpulkan data, menyusun, menganalisis dan menginterpretasikan
data yang dihasilkan.
26
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terbentuk dari seluruh
karakteristik/ sifat tertentu dari obyek ataupun subyek yang digunakan oleh
peneliti untuk dipelajari dan menarik kesimpulan dari dalamnya (Sugiyono, 2011).
Populasi dalam penelitian ini diambil dari jumlah rumah tangga keluarga
yang ada di Desa Wajak dan Desa Blayu, Kecamatan Wajak sebagai kawasan
minapolitan yang paling berkembang dibandinkan desa kawasan minapolitan lain
di Kecamatan Wajak. Desa Wajak dan Desa Blayu memiliki jumlah penduduk
masing-masing tercatat sebanyak 16.910 jiwa dan 6.678 jiwa. Populasi pada
penelitian ini akan diambil dari jumlah rumah tangga keluarga pada kedua desa
tersebut sebanyak 6447 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri atas 28 RW dan 115
RT.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagaian dari karakteristik dan jumlah yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Sampel yang dipelajari dapat menggambarkan populasi
itu sendiri. Sampel yang akan diambil haruslah representatif atau benar-benar
mewakili kaakteristik populasi (Sugiyono, 2011). Dalam populasi sebaiknya
menggunakan cara-cara yang dapat dipertanggungkan secara ilmiah.
Penentuan besarnya jumlah responden atau sampel pada penelitian ini,
peneliti menggunakan rumus slovin dalam Padua dan Santos (1998) penentuan
jumlah sampel berdasarkan rumus slovin. yaitu sebagai berikut:
27
Keterangan:
n = Jumlah sampel
e2 = Batasan ketelitian yang diinginkan 15% atau 0,15
N = Jumlah populasi (jumlah KK desa Wajak dan desa Blayu)
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive
sampling. Merujuk pada pendapat Sugiyono (2011), purposive sampling
merupakan penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu.
Sampel sumber data teknik ini yaitu pihak yang ahli mengenai variabel yang akan
diteliti. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian
yang melakukan generalisasi. Berdasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui pengaruh faktor pendapatan, persepsi harga ikan, tingkat
pendidikan, dan jumlah keluarga terhadap tingkat konsumsi ikan di Kecamatan
Wajak sebagai kawasan minapolitan maka responden yang digunakan adalah
ibu rumah tangga yang dianggap lebih mengerti tentang pendapatan dan
pengeluaran untuk kebutuhan keluarga serta kebutuhan akan pangan keluarga.
Sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 44 KK dari 28 RW dimana
pada masing-masing RW diambil sampel sebanyak 1-2 responden.
3.3 Jenis dan sumber data
3.3.1 Jenis Data
a) Data Kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat,
kata maupun gambar. Seiring berkembangnya ilmu statistik, data kualitatif dapat
dikuantitatifkan kedalam bentuk nominal dan ordinal (Gani dan Amalia, 2015).
Data kualitatif pada penelitian ini berupa motif responden untuk mengkonsumsi
ikan, jenis ikan yang dikonsumsi, selera responden dalam mengkonsumsi ikan,
28
jenis subtitusi ikan yang sering dikonsumsi responden dan persepsi responden
saat terjadi kenaikan harga pada ikan dan subtitusi ikan.
b) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka ataupun dapat berupa
data kualitatif yang dapat diangkakan. Data kuantitatif dapat dkategorikan
kedalam data kategori dan data numerik. Data kategori pada umumnya
berbentuk data nominal, sedangkan data nominal adalah data yang digolongkan
secara terpisah (Gani dan Amalia, 2015). Data kuantitatif pada penelitian ini
adalah jumlah pendapatan keluarga dalam 1 bulan, jumlah anggota keluarga,
tingkat pendidikan responden, jumlah konsumsi ikan reponden dan keluarga
dalam 1 minggu, frekunesi mengkonsumsi ikan dalam 1 minggu dan frekuensi
mengkonsumsi subtitusi ikan dalam 1 minggu.
3.3.2 Sumber Data
a) Data primer
Data primer merupakan sekumpulan data yang didapatkan oleh peneliti
sendiri dari sumber secara langsung untuk menjawab masalah terkait risetnya
secara khusus (Istijanto, 2005). Jenis data primer yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendapatan keluarga dalam 1 bulan, pendidikan terakhir dari
responden, usia responden, jumlah anggota keluarga, frekuensi dalam
mengkonsumsi ikan, harga ikan dan harga subtitusi ikan.
b) Data skunder
Data skunder merupakan sekumpulan data yang sudah ada dan
didapatkan bukan dari peneliti sendiri melain pihak lain. Data yang sudah ada
tersebut dimanfaatkan oleh peneliti untuk keperluan penelitiannya (Istijanto,
2005). Data sekunder dalam penelitian ini keadaan umum lokasi penelitian, letak
geografis dan topografi daerah, data kependudukan serta peta desa.
29
3.4 Teknik pengambilan data
Dalam mengumpulkan data teknik yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah:
a. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati tidak hanya terbatas pada subyek atau orang tetapi juga obyek-
obyek alam yang lain (Sugiyono, 2011). Dalam penelitian ini penulis melakukan
observasi yang mencangkup lokasi penelitian dan keadaan lokasi penelitian.
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dimana responden akan
diberikan sekumpulan pertanyaan atau peryataan dalam bentuk tertulis untuk
dijawab oleh responden. Kuesioner dapat diberikan kepada responden secara
langsung maupun dapat diberikan melalui kantor pos/ internet (Sugiyono, 2011)
Kuesioner dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa bagian pertama
mengenai identitas responden secara umum yaitu nama, usia dan pekerjaan.
Kedua mengenai beberapa pertanyaan terkait variabel bebas yang digunakan
dalam penelitian ini dasajikan dalam bentuk pertanyaan terbuka.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data secara langsung dengan
mengambil foto dari kegiatan-kegiatan yang berlangsung di lapang. Dalam
penelitian ini peneliti mengambil gambar yang dapat memberikan penjelasan
tentang kegiatan yang ada di lapang meliputi proses pengisian kuesioner oleh
responden dan lokasi penelitian.
d. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab antara peniliti dengan
respondennya dan dilakukan secara langsung guna mendapatkan informasi lebih
30
mendalam mengenai permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data ini hanya dapat digunakan apabila jumlah responden sedikit
(Juliandi et al., 2014). Dalam penelitian ini wawancara yang akan dilaksakan
meliputi kondisi lingkungan sekitar penelitian dan pengetahuan responden dalam
mengkonsumsi ikan.
3.5 Analisis data
Analisis data merupakan salah satu tahapan dari sebah penelitian.
Merujuk pada pernyataan Qomari (2009), analisis data merupakan suatu
tahapan yang sangat penting dalam suatu penelitian, dimana data yang
dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data seperti
angket, interview, observasi maupun teknik pengumpulan data yang lain
selanjutnya akan diolah dan disajikan guna membantu peneliti untuk m,enjawab
permasalahan yang sedang diteliti.
Dalam hal ini metode analisis data yang digunakan untuk mencapai
tujuan yakni mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor pendapatan, harga
ikan, harga subtitusi ikan, tingkat pendidikan, jumlah keluarga, dan selera oleh
konsumen dalam mengkonsumsi ikan serta menganalisis faktor yang dominan
mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi ikan. Data yang diperoleh akan
dianalisis menggunakan regresi linear berganda,variabel dependen berupa
jumlah konsumsi ikan (Y) sedangkan variabel independen pada penelitian ini
adalah jumlah pendapatan keluarga (X1), tingkat pendidikan (X2), jumlah keluarga
(X3), selerah (X4), persepsi harga ikan (P1), persepsi harga subtitusi ikan (P2).
Model regresi berganda adalah sebagi berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e
Keterangan:
Y : Jumlah konsumsi ikan
31
a : Konstanta
b1=bn : Koefisien
X1 : Jumlah pendapatan keluarga
X2 : Tingkat pendidikan
X3 : Jumlah anggota keluarga
X4 : Selera
X5 : Persepsi harga ikan
X6 : Persepsi harga subtitusi ikan
3.5.1 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan bentuk batasan pengertian yang dijadikan
pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan seperti penelitian.
Definisi ini disusun berdasarkan keinginan orang yang akan melakukan
pekerjaan. Definisis operasional memiliki ciri-ciri yaitu mengacu pada target
penelitian, berisi pembatasan konsep dan mencerminkan tindakan dari
pelaksanaan suatu kegiatan (Widjono, 2007).
1. Jumlah konsumsi ikan (Y)
Konsumsi adalah menggunakan atau memakai suatu barang atau jasa yang
memiliki nilai guna (utility) untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Gilarso,
2007). (Jumlah konsumsi ikan yang dilakukan oleh rumah tangga masyarakat
minapolitan di Kecamatan Wajak diukuran dengan menggunakan satuan
kilogram ikan yang dikonsumsi dalam satu bulan pada setiap Kartu Keluarga
(KK) atau kg/KK.
2. Jumlah pendapatan keluarga (X1)
Pendapatan keluarga atau rumah tangga adalah jumlah seluruh gaji, upah,
laba dan penghasilan dari usaha yang ditemia oleh suatu keluarga dalam periode
waktu tertentu (Case dan Fair, 2007). Pendapatan keluarga dalam satu bulan
32
nantinya akan digunakan dalam memenuhi kebutuhan selama satu bulan pula,
sehingga pendapatan akan berpengaruh terhadap kualitas, kuantitas produk
yang dikonsumsi serta waktu dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Variabel
pendapatan diukur dengan satuan rupiah (Rp.).
3. Tingkat pendidikan (X2)
Pendidikan erat kaitannya dengan penghasilan. Seseorang dengan tingkat
pendidikan yang tinggi memiliki penghasilan yang jauh lebih tingi dibandingkan
dengan seseorang yang berpendidikan rendah atau tidak mengenyam
pendidikan. Selain itu tingkat pendidkan mempengaruhi kualitas sumberdaya
manusia dalam segi ekonomi dan sosialnya (Adiana dan Karmin, 2013). Tingkat
pendidikan adalah jenjang pendidikan yang terakhir ditempuh oleh responden
dan diukur dengan kategori lama studi yaitu dari setiap jenjang misalnya saja
dalam lama studi pada umumnyatingkat SD ditempuh selama 6 tahun, tingkat
SMP ditempuh dengan 9 tahun (SD 6 tahun dan SMP 3 tahun), tingkat SMA
ditempuh selama 12 tahun dan seterusnya.
4. Jumlah anggota keluarga (X3)
Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap perilaku konsumsi
dalam menentukan seberapa besar jumlah produk yang akan di konsumsi dalam
satu keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga akan semakin besar
pula kebutuhan yang harus dipenuhi sedangkan keluarga dengan jumlah
anggota sedikit memiliki tingkat kebutuhan yang lebih sedikit untuk dipenuhi
(Adiana dan Karmini, 2013). Variabel ini diukur dengan menghitung jumlah
anggota yang terdapat dalam satu keluarga dengan satuan orang.
5. Selera (X4)
Selera sangat erat hubngannya dengan perasaan sensasional yang
menimbulkan kesenangan dan dilakukan secara berulang-ulang, dengan kata
33
lain selera menggambarkan tingkat kesukaan konsumen dalam mengkonsumsi
suatu produk (Alamsyah, 2008). Variabel selera konsumen akan diukur dengan
frekuensi mengkonsumsi ikan responden dalam per minggunya.
6. Persepsi Harga ikan (P1)
Harga suatu barang adalah nilai tukar dari suatu barang yang diukur dengan
nilai uang (Gilarso, 2007). Harga ikan berpengaruh terhdapa perilaku konsumsi
konsumen. Apabila harga ikan naik maka konsumen cenderung lebih memilih
mengkonsumsi subtitusi ikan seperti telur. Variabel ini diukur dengan cara
dikategorikan dengan menggunakan pengukuran 1-3 (1= Tidak mengkonsumsi
ikan, 2= Mengurangi konsumai ikan, 3= Tetap mengkonsumsi ikan)
7. Persepsi Harga subtitusi ikan (P2)
Barang subtitusi merupakan barang atau produk yang dapat menggantikan
kegunaan barang lain. Ketika harga barang naik maka permintaan akan barang
subtitusi mengalami peningkatan, namun apabila harga barang turun maka
permintaan akan barang subtitusi juga akan mengalami penurunan (Case dan
Fair, 2007). Harga subtitusi ikan (daging ayam, daging sapi dan telur)
berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli ikan. Apabila harga
subtitusi ikan naik maka konsumen cenderung lebih memilih mengkonsumsi ikan
dengan harga yang relatif lebih murah. Variabel ini diukur dengan cara
dikategorikan dengan menggunakan pengukuran 1-2 (1= Tidak berpengaruh
dalam keputusan pembelian ikan, 2= berpengaruh terhadap keputusan
pembelian ikan).
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Metode Ordinary Least Sqare (OLS) merupaka salah satu syarat yang
harus dipenuhi dalam regresi linear berganda. Dalam metode OLS terdapat
variabel dependent dan variabel independent. Metode OLS harus terpenuhi
34
untuk memenuhi uji BLUE (Best Linear Unbiased Estimate) dapat digunakan
untuk melakukan peramalan secara tepat (Ansofino et al., 2016). Uji tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat residual yang diteliti berdistribusi
normal ataukah tidak. Distribusi yang tidak normal diakibatkan pada saat
memasukkan data merupakan nilai ekstrim atau nilai tersebut sangat jauh
berbedah dari nilai pada data lainnya (Siswanto, 2015).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan dalam mengetahui hubungan korelasi atau
hubungan yang sangat berkaitan satu sama lain antara variabel independen
yang satu dengan variabel independen yang lain dalam persamaan regresi.
Multikolinearitas dapat menyebabkan koefisien regresi yang seharusnya
bertanda positif menjadi bertanda negatif atau sebaliknya. Multikolinearitas
dapat dihilangkan dengan cara memperbanyak jumlah sampel dengan lebih
banyak mengumpulkan jumlah data yang diambil (Pratisto, 2005).
c. Uji autokorelasi
Merujuk pada pernyataan Sudarmanto (2013), autokorelasi didefinisikan
sebagai adanya korelasi atau hubungan antar satu observasi dengan
observasi lainnya pada seluruh data (variabel independen) yang dihasilkan
baik berupa data time series maupun cross section. Adanya autokorelasi
dapat mengakibatkan uji t dan uji F yang digunakan menjadi tidak valid
sehingga penaksiran yang dihasilkan akan memiliki gambaran yang
menyimpang dari kondisi populasi yang sebenarnya. Metode yang
digunakan untuk mendeteksi autokorelasi salah satunya yaitu dengan
menggukanan uji Durbin Watson (DW test). Dalam uji ini terdapat dua titik
35
kritis yang digunakan yaitu upper critical value (dU) dan lower critical value
(4-dL) maka terdapat autokorelasi.
Namun jikan nilai DW terletak antara dU dan (4- -dU)
berarti tidak terdapat autokorelasi; dengan mempertimbangkan ketentuan
sebagai berikut:
Jumlah sampel (n)
Tingkat signifikasi (alpha) yang dipilih
Banyaknya variabel yang menjelaskan dikurangi 1 (k-1)
d. Uji heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan dalam menguji apakah terdapat data
yang sama diantara data variabel yang digunakan (Santoso, 2010).
Heteroskesdastisitas dapat terjadi apabila residual tidak memiliki varia yang
konstan. Heterokesdastisitas sering terjadi pada data time series dan data
cross section. Ganggaun heteroskedastisitas dapat mengakibatkan uji
statistik yang dihasilkan tidak tepat yang mengakibatkan keyakinan untuk
estimasi parameter kurang tepat pula (Pratisto, 2005).
3.5.3 Uji Statistik
Uji statistik dilakukan setelah uji asumsi klasik terpenuhi. Uji statistik
digunakan untuk menguji hipotisis dimana uji tersebut berguna dalam
memeriksa koefisien regresi yang dihasilkan apakah sudah signifikan ataukah
belum ( Zaenuddin, 2015). Uji statistik yaitu sebagai berikut:
a. Uji R2 (Uji koefisien determinasi)
Koefisien determinasi menunjukkan pengaruh seluruh variabel
independend terhadap variabel dependen (Nawari, 2010). Dengan kata lain
koefisien determinasi menunjukkan pengaruh variabel bebas terhadap varian
36
variabel terikat. Merujuk pada pernyataan Siagian dan Sugiarto (2006),
koefisien determinasi digunakan untuk mengukur ketepatan regresi yang
dihasilkan. Nilai R2 yang semakin besar maka semakin tepat hasil regresi
tersebut dalam mewakili data. Selain itu koefisien determinasi berguna
dalam mengukur besarnya pengaruh variabel independend atau variabel
dependen. Batas dari nilai koefisien determinasi adalah lebih besar dari 0
dan kurang dari 1. Semakin dekat nilai koefisien determinasi mendekatai
angka 1 maka semakin tepat pula dalam membentuk peramalan.
b. Uji F (Uji regresi secara bersama)
Uji F digunakan dalam menghitung seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama atau
simultan. Uji f dilakukan dengan cara membandinfkan nilai Fhitung dengan nilai
Ftabel. Apabila Fhitung > Ftabel maka artinya semua variabel independen
mempengaruhi variabel dependen. Apabila nilai signifikansi dari uji F < 0,05
maka variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen secara nyata (Herjanto, 2008).
c. Uji t (Uji regresi secara parsial)
Uji t digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen
dalam mempengaruhi variabel dependen secara sendiri-sendiri dan
menganggap bahwa variabel dependen yang lain bersifat konstan. Kriteria
uji t yaitu apabila thitung < ttabel maka variabel bebas tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat, sedangkan apabila thitung > ttabel maka variabel
bebas mempengaruhi variabel terikat. Nilai ttabel diperoleh dengan
menggunakan rumus df= n (jumlah sampel) k (jumlah variabel bebas).
Apabila nilai signifikansi (sig) < 0,05 (selang kepercayaan 95%) maka
variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara nyata (Buhang, 2015).
37
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Topografi dan Geografis Kecamatan Wajak
Kecamatan wajak merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Malang dengan luas wilayah sekitar 9.785,33 Ha. Kecamatan wajak secara
i kecamatan wajak adalah
sebagai berikut:
a) Sebelah Barat : Kecamatan Poncokusumo
b) Sebelah Timur : Kecamatan Tirtoyudo
c) Sebelah Utara : Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Bululawang
d) Sebelah Selatan : Kecamatan Turen dan Kecamatan Dampit
Desa Wajak dan desa Blayu merupakan desa yang termasuk kedalam
wilayah Kecamatan Wajak. Desa Wajak terletak pada ketinggian 495 meter
diatas permukaan laut. Desa Wajak terdiri atas 20 RW dan 84 RT. Luas wilayah
Desa Wajak sekitar 778 Ha dengan rincian yang terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas Lahan Berdasarkan Penggunaannya
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%) 1 Pemukiman 214 27,50 2 Persawahan 429 55,15 3 Perkebunan 0 0 4 Pemakaman 7 0,90 5 Pekarangan 10 1,29 6 Taman 0 0 7 Perkantoran 23 2,96 8 Prasarana Umum 95 12,2 Total 778 100
Sumber: Kantor Desa Wajak (2017).
Topografi Desa Wajak berupa dataran rendah seluas 1.022 Ha. Suhu rata-
Jarak ke ibu kota kabupaten/kota
sepanjang 25 Km dengan lama jarak tempuh dengan kendaraan bermotor
38
kurang lebih selama 1 jam sedangkan kendaraan non bermotor kurang lebih
selama 3 jam. Batas-batas wilayah Desa Blayu adalah sebagai berikut:
a) Sebelah Barat : Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak
b) Sebelah Timur : Desa Patokpicis, Kecamatan Wajak
c) Sebelah Utara : Desa Wajak, Kecamatan Wajak
d) Sebelah Selatan : Desa Codo, Kecamatan Wajak
Denah Desa Blayu dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:
Desa Blayu terletak pada ketinggian 550 meter diatas permukaan laut.
Desa Blayu terdiri atas 8 RW dan 31 RT. Luas wilayah Desa Blayu sekitar 418,75
Ha dengan rincian yang terdapat pada Tabel 6.
Gambar 5. Denah Desa Wajak (Kantor Desa Wajak, 2017)
39
Tabel 6. Luas Lahan Berdasarkan Penggunaannya
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%) 1 Pemukiman 107 25,55 2 Persawahan 157,5 37,61 3 Ladang 145 34,63 4 Perkebunan 0 0 5 Padang rumput 0 0 6 Hutan 0 0 7 Banguan 7 1,67 8 Rekreasi dan olahraga 0,75 0,18 8 Perikanan darat/ air tawar 1,5 0,36 Total 418,75 100
Sumber: Kantor Desa Blayu (2017).
Topografi Desa Blayu terdiri atas dataran rendah seluas 131,1 Ha dan
perbukitan atau pegunungan seluas 87,4 Ha. Jarak Desa Blayu ke ibu kota
kabupaten/kota sepanjang 27 Km dengan lama jarak tempuh dengan
menggunakan kendaraan bermotor kurang lebih selama 1,4 jam. Batas-batas
wilayah Desa Blayu adalah sebagai berikut:
a) Sebelah Barat : Desa Ngembal, Kecamatan Wajak
b) Sebelah Timur : Desa Blayu, Sukolilo dan Sukoanyar Kecamatan Wajak
c) Sebelah Utara : Desa Dawuhan, Kecamatan Poncokusumo
d) Sebelah Selatan : Desa Sukoanya,r Kecamatan Wajak
Denah Desa Blayu dapat dilihat pada Gambar 6 berikut:
Gambar 6. Denah Desa Blayu (Kantor Desa Blayu, 2017)
40
4.2 Keadaan Penduduk
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Desa Wajak dan Kantor
Desa Blayu, jumlah penduduk desa wajak tercatat sebanyak sebanyak 16.910
jiwa sedangkan jumlah penduduk desa Blayu tercatat sebanyak 6.678 jiwa,
sehingga dapat diketaui bahwa jumlah penduduk desa wajak jauh lebih besar
jika dibandingkan dengan desa Blayu. Perbandingkan jumlah penduduk Desa
Wajak dan Desa Blayu berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 7
berikut.
Gambar 7. Jumlah Penduduk Desa Wajak dan Desa Blayu Berdasarkan Jenis Kelamin (Kantor Desa Blayu dan Kantor Desa Wajak, 2017).
Pada Gambar 7 menjelaskan bahwa jumlah Jumlah penduduk laki-laki
dan perempuan desa wajak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Blayu.
Mayoritas penduduk pada Desa Wajak berjenis kelamin laki-laki dengan selisih
264 jiwa apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan di desa
tersebut. Sedangkan mayoritas penduduk Desa Blayu adalah perempuan
dengan selisih 20 jiwa apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki
Desa Blayu.
8587 8323
3329 3349
0100020003000400050006000700080009000
10000
Laki-Laki Perempuan
Jum
lah
Pend
uduk
Jenis Kelamin
Wajak
Blayu
41
Berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah KK Desa Wajak
tercatat sebanyak 4889 KK sedangkan Desa Blayu tercatat sebanyak 2228 KK.
Prosentasi perbandingan jumlah KK Desa Wajak dan Desa Blayu dapat dilihat
pada Gambar 8. Sedangkan Penggolongan penduduk di Desa Wajak dan Desa
Blayu berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 9 berikut.
Gambar 8. Jumlah KK Desa Wajak dan Desa Blayu (Kantor Desa Wajak dan Desa Blayu, 2017)
Gambar 9. Jumlah Penduduk Desa Wajak dan Desa Blayu Berdasarkan Usia (Kantor Desa Wajak dan Kantor Desa Blayu, 2017).
Usia seseorang dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu usia balita (0-14
tahun), usia produktif (15-
69%
31%
Wajak
Blayu
2471 2317 2304 2209 2078
1505
2370
1180 1080 1077 1043 1070 841
392
0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-58 > 59
Wajak Blayu
42
kategori lanjut usia (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,
2013). Mayoritas usia penduduk Desa Wajak dan Desa Blayu berdasarkan
Gambar 9 termasuk kedalam kategori usia produktif.,Selanjutnya penduduk
dalam kategori usia balita menjadi penduduk Desa Blayu dan Desa Wajak
terbesar kedua. Sedangkan penduduk dengan kategori lanjut usia memiliki
jumlah yang paling sedikit.
Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan, penduduk di Desa Wajak
sebagian besar bermata pencaharian sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 2.448
orang. Sedangkan mayoritas penduduk Desa Wajak belum bekerja sebanyak
2.863 orang dikarenakan banyaknya jumlah penduduk usia balita di Desa Wajak
dan kurangnya tingkat pendidikan yang memadai dimana mayoritas penduduk di
Desa Wajak hanya mengeyam bangku SD sehingga tingkat kesulitan dalam
memperoleh pekerjaan semakin besar. Sedangkan minoritas pekerjaan
penduduk Desa Blayu adalah petani dengan jumlah 860 orang, pekerjaan
disektor jasa atau perdagangan sebanyak 240 orang dan pekerja disektor
industry berjumlah 124 orang. Jenis pekerjaan pada sektor perikanan di Desa
Wajak dan Blayu sebagai petani mina mendong dan mina padi dimasukkan
kedalam jenis pekerjaan petani yang masing-masing sebanyak 1866 orang dan
860 orang. Selain itu di Desa Wajak juga terdapat penduduk yang berprofesi
sebagai nelayan terdiri dari 6 orang dan 1 orang yang berprofesi sebagai
pelaut.Rincian jumlah penduduk berdasarkan pekerjaannya dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Jumlah Jenis Pekerjaan
Jumlah Wajak Blayu Wajak Blayu
Belum bekerja 2863 - Montir 15 - Pelajar 2645 - Tenaga medis 14 2
43
Jenis Pekerjaan Jumlah Jenis Pekerjaan Jumlah Wajak Blayu Wajak Blayu
Wiraswasta 2448 6 Tukang cukur dan rias 12 1 IRT 2044 - Konsultan 7 - Petani 1866 860 Nelayan 6 - Karyawan Swasta 1318 - Tukang las 6 - Buruh harian lepas 866 - POLRI 5 - Buruh Tani 777 - Pemilik UMKM 4 - Warung 632 23 Dosen 4 - Perdagangan 628 310 Paranormal 4 - Guru 105 24 Industri 3 124 Tidak memiliki pekerjaan tetap 95 - Pemuka agama 3 -
PNS 91 37 Juru masak 3 - Sopir 78 - Pelaut 1 - Tukang jahit 73 12 Seniman 1 - Purnawirawan 67 4 Wartawan 1 - Asisten rumah tangga 61 - anggota legislatif 1 -
Jasa transportasi 39 7 kepala daerah 1 - Tukang batu 35 26 Peneliti 1 - TNI 31 - ABRI - 6 Tukang kayu 26 21 Asuransi - 1 Peternak 20 - Konstruksi - 4 Perangkat Desa 11 11 lain-lain - 11
Sumbe: Kantor Desa Wajak dan Kantor Desa Blayu, 2017.
Angkatan kerja yang ada di Desa Wajak didominasi oleh lulusan SMP/
Sederajat sebanyak 4053 jiwa. Sedangkan angkatan kerja yang tamat SMA/
Sederajat berjumlah 1895 jiwa. Angkatan kerja tamat SMP/ Sederajat tersebut
memiliki jumlah selisih angkatan kerja yang sangat jauh apabila dibandingkan
dengan kualitas angkatan kerja yang lain. Sedangkan angkatan kerja yang ada di
Desa Blayu sebagaian besar adalah tamatan SMA/ Sederajat yaitu sebanyak
859 jiwa atau sebesar 42,8%. Dengan demikian angkatan kerja di Desa Blayu
dapat dikatakan memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik apabila
dibandingkan dengan Desa Wajak. Rincian jumlah penduduk berdasarkan
kualitas angkatan kerja data dilihat pada Gambar 10.
44
Gambar 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kualitas Angkatan Kerja di Desa Wajak dan Blayu (Kantor Desa Wajak dan Kantor Desa Blayu, 2017).
4.3 Kondisi Usaha Perikanan Di Kecamatan Wajak
Kecamatan Wajak di kenal sebagai kawasan minapolitan yang digalakkan
pemerintah dibawah bimbingan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Malang dengan memanfaatkan lahan pertanian sawah yang dimanfaatkan
sebagai kegiatan budidaya mina mendong dan mina padi. Program minapolitan
di Kecamatan Wajak diusung sejak tahun 2009. Pemanfaatan lahan perikanan
yang digalakkan di Kecamatan Wajak yaitu mina padi, mina mendong dan
budidaya kolam semi permanen dengan memanfaatkan pakan alami dengan 3
jenis komoditas yang dibudidayakan yaitu ikan hias (ikan koi), nila dan lele.
Seluruh desa berpartisipasi dalam kegiatan ini kecuali 3 desa yaitu Desa Sumber
Putih, Wonoayu, Ngembal dan Bambang. Hal ini dikarenakan kurangnya minat
petani setempat terhadap program minapolitan.
Mayoritas Rumah Tangga Perikanan (RTP) terdapat pada Desa Blayu
dengan lahan budidaya seluas 21.550 m2 sedangkan pada posisi kedua adalah
Desa Wajak dengan jumlah RTP sebanyak 32 orang dengan luas lahan
34
4053
1895 1545
191 349 767 859
8 20 0
50010001500200025003000350040004500
Tamat SD TamatSMP
TamatSMA
TamatDiploma
TamatPerguruan
Tinggi
Jum
lah
Angk
atan
Ker
ja
Kualitas Angkatan Kerja
DESA WAJAK
DESA BLAYU
45
budidaya seluas 30.533 m2 dengan rincian pada masing-masing desa dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Luas Pemanfaatan Lahan Perikanan dan Jumlah RTP pada Kecamatan Wajak
Desa
Luas Lahan (m2) Jumlah Luas
Lahan RTP
Kolam Sawah Khusus
Ikan Hias
Wajak 3,637 24,896 2,000 30,533 32 Blayu 5,300 15,050 1,500 21,850 68 Patokpicis 19,200 0 100 19,300 29 Dadapan 0 9,196 0 9,196 20 Bringin 2,848 0 36 2,884 22 Sukoanyar 2,070 0 0 2,070 20 Kidangbang 928 0 0 928 25 Codo 772 0 0 772 13 Sukolilo 614 0 0 614 17 Sumberputih 0 0 0 0 0 Wonoayu 0 0 0 0 0 Bambang 0 0 0 0 0 Ngembal 0 0 0 0 0
Total 35,369 49,142 3,636 88,147 246 Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian, Kecamatan Wajak (2017)
Gambar 11. Produksi Perikanan Budidaya Pembesaran Kecamatan Wajak Per Desa Periode Oktober - November 2016 (Balai Penyuluhan Pertanian,
2017).
Pada Gambar 11 menunjukkan bahwa produksi pembesaran perikanan
pada periode Oktober, November, Desember 2016, produksi pembesaran ikan
0500
100015002000250030003500
1290
3057
895 NILA (Kg)
LELE (Kg)
KOI (Ekor)
46
lele tertinggi terdapat pada Desa Kidangbang yaitu sebanyak 3.057 kg. Produksi
pembesaran ikan nila tertinggi terdapat pada Desa Wajak sebesar 1.290 kg.
Produksi pembesaran ikan koi tertinggi terdapat pada Desa Blayu sebanyak 895
ekor. Ikan lele menjadi mayoritas produksi dibandingkan ikan nila dan koi pada
Desa Codo, Kidangbang, Ngembal, Patokpicis, Sukoanyar, Sukolilo, Wajak.
Sedangkan ikan koi hanya terdapat pada Desa Blayu dan Desa Wajak. Rincian
produksi pembesaran perikanan di Kecamatan Wajak dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Produksi Perikanan Pembesaran Kecamatan Wajak Periode Oktober, November, Desember 2016
Desa Pembesaran
Nila (Kg) Lele (Kg) Koi (Ekor) Jumlah Blayu 800 460 895 2155
Bringin 825 660 0 1485 Codo 420 2135 0 2555
Dadapan 460 0 0 460 Kidangbang 0 3057 0 3057
Ngembal 0 790 0 790 Patokpicis 800 1020 0 1820 Sukoanyar 270 1740 0 2010
Sukolilo 385 680 0 1065 Wajak 1290 2120 227 3637 TOTAL 5250 12662 1122 19034
Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Wajak (2017).
47
Gambar 12. Produksi Perikanan Budidaya Pembenihan Kecamatan Wajak Per
Desa Periode Oktober - Desember 2016 (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Wajak, 2017)
Pada Gambar 12 menunjukkan bahwa produksi pembenihan perikanan
Kecamatan Wajak periode Oktober, November, Desember 2016, produksi
pembenihan ikan koi tertinggi pada Desa Blayu sebanyak 35.000 ekor. Produksi
pembenihan ikan lele tertinggi pada Desa Codo sebanyak 25.000 ekor. Produksi
pembenihan ikan nila tertinggi pada Desa Blayu sebanyak 23.000 ekor. Rincian
produksi pembenihan di Kecamatan Wajak dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Produksi Perikanan Pembenihan Kecamatan Wajak Periode Oktober, November, Desember 2016
Desa Pembibitan (Ekor)
Nila Lele Koi Jumlah Blayu 22000 22000 35000 79000 Bringin 0 0 0 0 Codo 0 25000 0 25000 Dadapan 0 0 0 0 Kidangbang 0 0 0 0 Ngembal 0 0 0 0 Patokpicis 12000 15000 12000 39000 Sukoanyar 0 0 0 0 Sukolilo 0 0 0 0 Wajak 23000 0 15000 38000
TOTAL 57000 62000 62000 181000 Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian, Kecamatan Wajak (2017).
05000
100001500020000250003000035000
23000 25000
35000
NILA
LELE
KOI
48
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diambil pada penelitian ini adalah ibu-ibu
masyarakat Kecamatan Wajak tepatnya pada Desa Wajak dan Desa Blayu.
Penentuan responden tersebut didasarkan pada anggapan bahwa ibu-ibu paling
mengerti akan pemasukan dan pengeluaran keluarga terutama dalam
pembelanjaan dan memasak untuk konsumsi seluruh anggota keluarga.
5.1.1 Usia
Data yang diperoleh pada hasil penelitian ini menunjukkan cukup
beragam usia dari responden dengan rincian dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No. Karakteristik Responden Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 20 - 29 tahun 7 15,9 2 30 39 tahun 17 38,6 3 40 49 tahun 13 29,5 4 7 15,9
Jumlah 44 100 Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan pada pengolahan data sebagaimana yang tertera pada
Tabel 11, mayoritas responden berusia antara 30-39 tahun sebanyak 17 orang
dengan presentase sebesar 38,6%. Selanjutnya pada posisi kedua adalah
responden dengan kisaran usia 40-49 tahun sebanyak 13 orang dengan
presentase 29,5%. Sedangkan responden pada kisaran usia 20-29 tahun dan
responden dengan usia >50 tahun masing-masing terdiri dari jumlah responden
yang sama yatu 7 responden dengan presentase sebanyak 15,9%.
49
5.1.2 Jenis Pekerjaan
Data yang diperoleh pada hasil penelitian ini menunjukkan cukup
beragam jenis pekerjaan dari responden dengan rincian dapat dilihat pada Tabel
12.
Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
No. Karakteristik Responden Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 Ibu Rumah Tangga 22 50 2 Tani 8 18,2 3 Pedagang 3 6,8 4 Buruh Tani 1 2,3 5 Swasta 8 18,2 6 Wiraswasta 2 4,5
Jumlah 44 100 Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Berdasarkan pada Tabel 12 mayoritas responden adalah ibu rumah
tangga sebanyak 22 responden dengan presentase sebesar 50%, selanjutnya
disusul dengan profesi tani dan swasta masing-masing sebanyak 8 responden
dengan presentase 18,2%. Pada posisi ketiga yaitu responden yang berprofesi
sebagai pedagang sebanyak 3 responden dengan presentase 6,8%. Terdapat 2
responden yang bekerja sebagai wiraswasta dengan presentase sebesar 4,5%.
Presentase terendah sebesar 2.3% adalah profesi buruh tani sebanyak 1
responden. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi konsumsi seseorang.
Pekerjaan menentukan pendapatan yang diperoleh seseorang. Semakin besar
pendapatan semakin banyak pula barang yang dikonsumsi.
5.2 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Variabel Penelitian
5.2.1 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan erat kaitannya dengan pola pikir dan sikap seseorang,
dimanan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula
tingkat pengetahuannya. Perbedaan tingkat pendidikan ini akan berpengaruh
50
terhadap keputusan pembeliaan suatu produk, apakah produk tersebut baik
untuk diri sendiri dan keluarga ataukah sebaliknya. Hasil dari penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Tingkat Pendidikan Responden
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 Tidak Tamat SD 4 9,1 2 SD 14 31,8 3 SMP 13 29,5 4 SMA/SMK 13 29,5
Jumlah 44 100 Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Tingkat pendidikan umumnya dikategorikan kedalam 3 tingkatan yaitu
tingkat pendidikan rendah (tamat SD dan SMP), tingkat pendidikan menengah
(tamat SMA/SMK) dan tingkat pendidikan tinggi (tamat perguruan tinggi)
(Suriyono, 2015). Dari data yang diperoleh sebagaimana tertera pada Tabel 13,
tingkat pendidikan responden di Desa Wajak dan Desa Blayu mayoritas
responden tergolong kedalam tingkat pendidikan rendah sebanyak 61,3%.
Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan menengah sebanyak 29,5%.
Sedangkan responden yang tidak tamat SD sebanyak 4 orang dengan
presentase sebesar 9,1%. Pendidikan erat kaitannya dengan pola pikir
seseorang dalam memenuhi kebutuhannya apa yang akan dikonsumsi dan
bagaimana kualitas dari produk yang akan dikonsumsi baik untuk diri sendiri dan
keluarga.
5.2.2 Pendapatan
Besarnya pendapatan dapat menentukan apa, berapa, kapan dan
bagaimana kualitas dari produk yang dapat dikonsumsi seseorang. Hal serupa
juga berlaku bagi konsumen keluarga. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pendapatan besar kaitannya dengan konsumsi baik individu maupun keluarga.
51
Pendapatan keluarga dari setiap responden di Desa Wajak dan Desa Blayu
sangat beragam sebagaimana yang tertera pada Tabel 14.
Tabel 14. Tingkat Pendapatan Responden
No. Pendapatan (Rp.) Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 < 1.500.000 12 27,3 2 1.500.000 3.000.000 23 52,3 3 3.100.000 6.000.000 8 18,2 4 > 6.000.000 1 2,3
Jumlah 44 100 Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Mayoritas responden sebanyak 23 responden dengan presentase
sebesar 52,3% berpendapatan keluarga sebesar Rp.1.500.000-Rp.3.000.000.
Sedangkan 12 responden dengan presentase sebesar 27,3% memiliki
pendapatan keluarga sebesar kurang dari Rp.1.500.000. Selanjutnya sebanyak 8
responden dengan presentase sebesar 18,2% memiliki pendapatan keluarga
sebesar Rp.3.100.000-Rp.6.000.000 dan hanya 1 responden dengan presentase
2,3% yang memiliki pendapatan keluarga lebih besar dari Rp.6.000.000. Pada
umumnya responden adalah seorang ibu rumah tangga dan tidak memiliki
pekerjaan yang cukup. Sedangkan banyaknya anggota keluarga dan jenis
pekerjaan dari anggota keluarga responden beragam sehingga antara responden
satu dengan responden yang lain yang juga sebagai ibu rumah tangga memiliki
jumlah pendapatan keluarga yang berbeda dimana pendapatan responden
dalam penelitian ini berasal dari pendapatan rumah tangga yaitu jumlah total dari
pendapatan seluruh anggota keluarga.
5.2.3 Jumlah Anggota Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga pada
masyarakat kawasan minapolitan Kecamatan Wajak di Desa Wajak dan Desa
Blayu yang menjadi responden dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 15.
52
Tabel 15. Jumlah Anggota Keluarga Responden
No. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 2 Orang 3 6,8 2 3 4 Orang 28 63,3 3 5 6 Orang 10 22,7 4 > 6 Orang 3 6,8 Jumlah 44 100
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Mayoritas responden memiliki jumlah anggota keluarga yang terdiri atas
3-4 orang sebanyak 28 responden dengan presentase sebesar 63,3%
sedangkan 10 responden dengan presentase sebesar 22,7% memiliki keluarga
yang terdiri dari 5-6 anggota keluarga. Selanjutnya keluarga yang terdiri atas 2
orang dan lebih besar dari 6 orang anggota keluarga masing-masing sebanyak 3
responden dengan presentase masing-masing sebesar 6,8%. Jumlah keluarga
erat kaitannya dengan seberapa besar konsumsi keluarga. Semakin banyak
anggota keluarga semakin banyak pula jenis kebutuhan dan semakin beragam
pula kebutuhan yang harus dipenuhi.
5.2.4 Selera
Selera sangat erat hubungannya dengan perasaan sensasional yang
menimbulkan kesenangan dan dilakukan seseorang secara berulang-ulang
(Alamsyah, 2008). Selera yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu frekuensi
mengkonsumsi ikan dari responden dan keluarga. Frekuensi dalam
mengkonsumsi ikan menggambarkan tingkat kesukaan responden dan keluarga
dalam mengkonsumsi ikan yang dilakukan secara berulang-ulang. Frekuensi
dalam mengkonsumsi ikan dari responden dan keluarga dapat dilihat pada Tabel
16.
53
Tabel 16. Frekunesi Mengkonsumsi Ikan Responden
No. Frekuensi dalam mengkonsumsi Ikan Jumlah (Orang) Presentase (%)
1 1-2 kali seminggu 18 40,9 2 3-4 kali seminggu 19 43,2 3 5-6 kali seminggu 5 11,4 4 Setiap hari 2 4,5
Jumlah 44 100 Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Responden beserta keluarga responden yang mengkonsumsi ikan
sebanyak 1-2 kali dalam seminggu sebanyak 18 responden dengan presentase
sebesar 40,9%. Selanjutnya sebanyak 19 responden dengan presentase
sebesar 43,2% mengkonsumsi ikan sebanyak 3-4 kali dalam seminggu. Selain
itu terdapat 5 responden dengan presentase sebesar 11,4% memiliki kebiasan
mengkonsumsi ikan sebanyak 5-6 kali dalam seminggu. Sedangkan hanya 1
responden dengan presentase sebesar 4,5% yang mengkonsumsi ikan setiap
harinya.
5.2.5 Persepsi Harga Ikan
Persepsi harga ikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah respon
dari responden terhadap keputusan dalam mengkonsumsi ikan apabila harga
ikan mengalami kenaikan harga apakah responden akan tetap mengkonsumsi
ikan, mengurangi konsumsi ikan ataukah tidak mengkonsumsi ikan. Respon dari
responden apabila terjadi kenaikan harga ikan disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Persepsi Responden Terhadap Harga Ikan
No. Persepsi Harga Ikan Jumlah (Orang) Presentase (%) 1 Tetap mengkonsumsi ikan 11 25 2 Mengurangi konsumsi ikan 23 52,3 3 Tidak mengkonsumsi ikan 10 22,7 Jumlah 44 100
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
54
Tabel 17 menunjukkan apabila terjadi kenaikan harga ikan, sebanyak 23
responden dengan presentase sebesar 52,3% memilih untuk mengurangi
konsumsi ikan. Sedangkan 11 responden dengan presentase sebesar 25% lebih
memilih untuk tetap mengkonsumsi ikan dengan alasan dari responden bahwa
mengkonsumsi ikan sudah menjadi kebutuhan sebab kandungan gizi pada
daging ikan baik bagi pertumbuhan anak-anak dan sebagian responden lebih
memilih tetap mengkonsumsi ikan dikarenakan ikan merupakan makanan
kesukaan dari anggota keluarga terutama anak-anak. Sisanya yaitu sebanyak 10
responden dengan presentase sebesar 22,7% lebih memilih untuk tidak
mengkonsumsi ikan apabila harga ikan mengalami kenaikan.
5.2.5 Harga Subtitusi Ikan
Persepsi harga ikan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu respon dari
responden apabila terjadi kenaikan harga subtitusi ikan (daging sapi, daging
ayam, daging bebek dan telur) apakah mempengaruhi keputusan responden
untuk beralih mengkonsumsi ikan ataukah tidak berpengaruh. Dari hasil
penelitian didapatkan jawaban respon dari responden sebagaimana tersaji dalam
Tabel 18.
Tabel 18. Persepsi Responden Terhadap Kenaikan Harga Subtitusi Ikan
No. Persepsi Harga Subtitusi Ikan Jumlah (Orang) Presentase (%)
1 Tidak berpengaruh 20 45,5 2 Berpengaruh 24 54,5 Jumlah 44 100 Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Apabila harga subtitusi ikan (daging sapi, daging sayam, daging bebek
dan telur) mengalami kebaikan harga, sebanyak 24 responden dengan
presentase sebesar 55,5% menjawab kenaikan harga tersebut akan
mempengaruhi keputusan para responden dalam pembelian ikan. Responden
55
akan beralih mengkonsumsi ikan apabila harga subtitusi ikan lebih mahal
dibandingkan ikan. Sedangkan sebanyak 20 responden lainnya dengan
presentase sebesar 44,5% menjawab kenaikan dari harga subtitusi ikan tidak
berpengaruh dalam pembelian ikan responden karena responden akan tetap
mengkonsumsi subtitusi ikan seperti daging ayam dan telur, selain itu ada
beberapa responden yang tidak berpengaruh terhdapat pembelian ikan sebab
responden juga tidak dapat membeli ikan terlalu banyak atau tidak pula dapat
sering mengkonsumsi subtitusi ikan karena keterbatasan pendapatan dan
banyaknya jumlah anggota keluarga sehingga semakin banyak dan beragam
pula kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi.
5.3 Gambaran Konsumsi Ikan Pada Masyarakat Kawasan Minapolitan di
Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang.
Gambaran konsumsi ikan pada masyarakat kawasan minapolitan di
Kecamatan Wajak terutama pada masyarakat di Desa Wajak dan Desa Blayu
didapatkan dari kuesioner dan wawancara, hasil yang didapatkan cukup
beragam antara lain adalah sebagai berikut:
5.3.1 Jenis Ikan Yang Dikonsumsi
Jenis ikan yang sering dikonsumsi responden berbeda-beda. Jenis ikan
yang dikonsumsi oleh responden dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Grafik Jenis Ikan Yang Sering Dikonsumsi Responden
0
10
20
30
Air Tawar Air Payau Air Laut
22
10
28
Ora
ng
Jenis Ikan
Responden YangMengkonsumsi
56
Gambar 13 menunjukkan bahwa sebanyak 28 responden dari 44
responden dengan presentase sebesar 50% sering mengkonsumsi jenis ikan air
laut seperti tongkol, pindang (lemuru). Selanjutnya sebanyak 22 responden dari
44 responden dengan presentase sebesar 63,6% sering mengkonsumsi ikan air
tawar seperti lele, mujair, gurami. Sedangkan sebanyak 10 responden dari 44
responden dengan presentase 22,7 responden sering mengkonsumsi ikan air
payau seperti bandeng. Mayoritas responden jarang menyukai ikan bandeng
kecuali bandeng presto. Hal ini disebabkan karena banyak duri yang terdapat
didalam daging ikan bandeng segar.
5.3.2 Kesukaan Dalam Mengkonsumsi Ikan
Mayoritas responden suka mngkonsumsi ikan sebanyak 35 responden
dengan presentase sebesar 79,5%. Sedangkan 8 responden dengan presentase
18.2% sangat suka mengkonsumsi ikan dan hanya terdapat 1 responden dengan
presentase sebesar 2,3% tidak suka mengkonsumsi ikan selain ikan asin. 1
responden yang mengaku tidak menyukai ikan masih dapat dikategorikan
menjadi responden dikarenakan responden masih mengkonsumsi salah satu
jenis olahan ikan yaitu ikan asin. Rincian data untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 14.
Gambar 14. Grafik Tingkat Kesukaan Dalam Mengkonsumsi Ikan Responden
010203040
SangatTidakSuka
Tidaksuka
Suka SangatSuka
0 1
35
8
Ora
ng
Tingkat Kesukaan
Responden
57
5.3.3 Konsumsi Ikan Berdasarkan Jenis Kelamin
Konsumsi ikan berdasarkan jenis kelamin dari anggota keluarga
responden dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Grafik Konsumsi Ikan Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Beserta Keluarga
Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden dan
anggota keluarga dari responden baik perempuan maupun laki-laki semua
mengkonsumsi ikan terkecuali hanya terdapat 1 orang dari salah satu anggota
responden yang tidak mengkonsumsi ikan sama sekali. Alasan dari anggota
keluarga responden tersebut karena sangat tidak menyukai bau amis ikan dan
merasa mual saat mencium bau ikan, sehingga tidak mengkonsumsi ikan sama
sekali. Namun responden beserta anggota keluarga yang lain tetap
mengkonsumsi ikan pada umumnya.
5.3.4 Alasan Mengkonsumsi Ikan
Seluruh responden memberikan alasan dalam mengkonsumsi ikan.
Sebanyak 15 responden dengan presentase sebesar 34,1% mengkonsumsi ikan
ikan karena ikan merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki gizi tinggi
sedangkan 15 responden yang lain mengkonsumsi ikan karena ikan memiliki
rasa yang enak. Sebanyak 7 responden dengan presentase sebanyak 15,9%
020406080
100
Mengkonsumsi Tidak Mengkonsumsi
77
0
98
1
Ora
ng
Konsumsi Ikan
Laki-laki
Perempuan
58
mengkonsumsi ikan karena harga ikan yang terbilang terjangkau sedangkan
sisanya sebanyak 7 responden pula memilih mengkonsumsi ikan karena ikan
merupakan kebutuhan pokok bagi reponden. Rincian untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Grafik Alasan Responden Dalam Mengkonsumsi Ikan
5.3.5 Kendala Dalam Mengkonsumsi Ikan
Mayoritas kendala yang dihadapi dalam mengkonsumsi ikan pada
masyarakat Desa Wajak dan Desa Blayu adalah bosan sebanyak 26 responden
dengan presentase sebesar 59,1%. Apabila responden mengkonsumsi ikan
secara terus menerus maka tambahan nilai guna yang diperoleh dari
mengkonsumsi ikan akan semakin sedikit sehingga menimbulkan rasa bosan
dalam mengkonsumsi ikan. Sedangkan 7 responden dengan presentase sebesar
15,9% responden alergi terhadap jenis udang dan ikan tongkol. Sedangkan
terdapat 4 reponden dengan presentase sebesar 9.1% yang tidak menjawab
pertanyaan karena merasa tida ada kendala yang dirasakan dalam
mengkonsumsi ikan. Rincian untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 17.
15 15
7 7
05
101520
Bergizi Enak HargaTerjangkau
KebutuhanPokok
Ora
ng
Alasan
Responden
59
Gambar 17. Grafik Kendala Yang Dihadapi Responden Dalam Mengkonsumsi Ikan
5.3.6 Subtitusi Pengganti Ikan
Mayoritas responden lebih memilih mengkonsumsi tahu tempe sebagai
pengganti konsumsi ikan sebanyak 25 responden dengan presentase sebesar
56,8%. Tahu tempe merupakan jenis subtitusi yang berbeda dari jenis subtitusi
yang lain karena tahu tempe merupakan subtitusi berjenis protein nabati namun
tahu tempe dapat dikategorikan sebagai barang subtitusi sebagaimana hasil
penelitian yang dikemukakan Kusdiyanto (2014), menyatakan bahwa
tahu/tempe merupakan barang subtitusi kuat. Selanjutnya 15 responden dengan
presentase 34,1% lebih memilih mengkonsumsi telur sebagai pengganti ikan.
Sedangkan 4 responden dengan presentase 9,1% lebih memilih mengkonsumsi
daging ayam sebagai pengganti mengkonsumsi daging ikan. Rincian untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 18.
0
10
20
30
Alergi Bau Amis Bosan HargaMahal
TidakTerdapatKendala
7 4
26
3 4 Jumlah Responden
05
10152025
DagingAyam
Tahu tempe Telur
4
25
15
Ora
ng
Subtitusi
Jumlah Responden
Gambar 18. Grafik Subtitusi Pengganti Ikan Yang Sering Dikonsumsi Oleh Responden
60
5.3.7 Frekuensi Mengkonsumsi Subtitusi Ikan
Frekuensi subtitusi pengganti ikan yang dibahas dalam penelitian ini
adalah daging sapi, daging ayam, telur dan tahu tempe. Frekuensi
mengkonsumsi daging sapi dalam satu minggu masyarakat di Desa Wajak dan
Desa Blayu dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Grafik Frekuensi Responden Dalam Mengkonsumsi Daging Sapi/ Minggu Sebagai Pengganti Ikan
Gambar 19 menunjukkan frekuensi konsumsi daging sapi pada
masyarakat Desa Wajak dan Desa Blayu yaitu sebanyak 38 responden dengan
presentase sebesar 86,4% tidak mengkonsumsi daging sapi sama sekali atau
juga belom pasti mengkonsumsi daging sapi. Menurut keterangan responden
daging sapi belom tentu dapat dikonsumsi sebulan sekali, pada umumnya daging
sapi hanya dikonsumsi responden ketika mendapatkan dari acara hajatan
tetangga sedangkan untuk mengolah daging sapi dalam satu tahun dapat
dihitung dengan jari. Sedangkan sebanyak 6 orang responden dengan
presentase sebesar 13,6% mengkonsumsi daging sapi sebanyak 1 minggu sekali
walaupun tidak dalam jumlah yang banyak. Rendahnya konsumsi daging sapi
disebabkan oleh harganya yang sangat mahal sehingga hanya dapat dikonsumsi
oleh sebagaian orang saja untuk keseharian atau hanya dikonsumsi pada saat
momen tertentu saja.
0
20
40
0 1
38
6
Ora
ng
Frekeunsi / Minggu
Responden
61
Gambar 20. Grafik Frekuensi Responden Dalam Mengkonsumsi Daging Ayam/ Minggu Sebagai Pengganti Ikan
Gambar 20 menunjukkan frekuensi konsumsi daging ayam pada
masyarakat Desa Wajak dan Desa Blayu yaitu sebanyak 16 responden dengan
presentase sebesar 36,4% tidak mengkonsumsi atau belom pasti mengkonsumsi
daging ayam dalam setiap minggu nya. Sedangkan sebanyak 18 responden
dengan presentase sebesar 40,9% mengkonsumsi daging ayam sebanyak
seminggu sekali. Responden yang mengkonsumsi daging ayam 1-2 kali dalam
seminggu sebanyak 1 responden dengan presentase 2,3%. Sedangkan
frekuensi dalam mengkonsumsi ikan sebanyak 2 kali dalam seminggu dan 3 kali
dalam seminggu masing-masing sebanyak 7 dan 2 responden dengan
presentase masing-masing sebanyak 15,9% dan 4,5%. Frekuensi responden
dalam mengkonsumsi ayam jauh lebih beragam dari pada mengkonsumsi daging
sapi yang disebabkan oleh salah satunya yaitu faktor harga daging ayam jauh
lebih terjangkau oleh responden dari pada daging sapi.
Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki harga
terjangkau untuk dikonsumsi semua kalangan masyarakat. Mayoritas responden
mengkonsumsi telur sebanyak 1-2 kali dalam seminggu sebanyak 14 responden
dengan presentase sebesar 31,8% dan disusul pada posisi kedua sebanyak 11
responden dengan presentase sebesar 25% yang mengkonsumsi telur sebanyak
3-4 kali dalam seminggu. Sedangkan frekuensi mengkonsumsi telur sebanyak 5-
6 kali dalam seminggu dan 7 kali dalam seminggu masing-masing terdiri dari
0
10
20
0 1 1-2 2 3
16 18
1 7
2 Ora
ng
Frekuensi / Minggu
Responden
62
jumlah responden yang sama yaitu sebanyak 7 responden dengan presentase
sebesar 15,9%. Sedangkan responden yang tidak mengkonsumsi telur sama
sekali sebanyak 1 responden dengan presentase sebesar 2,3%. Rincian
frekuensi mengkonsumsi telur responden dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21. Grafik Frekuensi Responden Dalam Mengkonsumsi Telur/ Minggu Sebagai Pengganti Ikan
Mayoritas responden setiap hari mengkonsumsi tahu tempe sebanyak 20
responden dengan presentase sebesar 45,4% selanjutnya 11 responden dengan
presentase sebesar 25% mengkonsumsi tahu tempe sebanyak 5-6 kali dalam
seminggu. 8 responden dengan presentase sebesar 18,2% mengkonsumsi tahu
tempe 3-4 kali dalam seminggu. Rincian responden dalam mengkonsumsi ikan
dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Grafik Frekuensi Responden Dalam Mengkonsumsi Tahu Tempe/ Minggu Sebagai Pengganti Ikan
02468
101214
0 1-2 2-3 2-4 3-4 5-6 5-7 7
1
14
2 1
11
7
1
7
Ora
ng
Frekuensi/ Minggu
Responden
0
5
10
15
20
1-2 3-4 4-6 5-6 6-7 7
3
8
1
11
1
20
Ora
ng
Frekuensi / Minggu
Responden
63
5.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Ikan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, selera, persepsi harga
ikan dan persepsi harga subtitusi ikan mempengaruhi konsumsi ikan secara
nyata ataukah tidak maka dilakukan pengujian dengan menggunakan software
statistic yaitu SPSS 16.0. Pengujian ini menggunakan model regresi berganda
dengan Ordinary Least Square (OLS) dan membutuhkan uji asumsi klasik BLUE
(Best Linear Unbiased Estimate). Serangkaian uji dapat dilakukan agar
persamaan regresi yang terbentuk dapat memenuhi persyaratan BLUE yaitu
dengan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas serta uji statistik.
5.4.1 Uji Asumsi Klasik (BLUE)
a. Uji Normalitas
Suatu penelitian yang menggunakan uji F dan uji t sebagai pengujian
hipotesis, populasi dari penelitian harus berdistribusi secara normal dengan
dilakukannya uji normalitas. Pengujian normalitas distribusi data sampel dapat
dilakukan dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov yaitu dengan
melihat nilai Asymp.Sig.(2-tailed). Apabila nilai Asymp.Sig.(2-tailed) lebih besar
dari 0,05 maka dapat dikatakan dari populasi penelitian tersebut berdistribusi
secara normal (Sudarmanto, 2013). Hasil uji normalitas menggunakann
Kolmogorov-Smirnov Test pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Uji Normalitas One Sample Kolmogrov-Smirnov Test
Unstandartdiz er Residual N Normal Parameter Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute
44 .0000000
3.35761816 .134
64
Unstandartdiz er Residual Positive Negative Kolmogrov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.134 -.115 .887 .410
a. Test distribution is Normal
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan didapatkan nilai Asymp.
Sig. (2-talled) pada uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
sebesar 0,410. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga distribusi data dapat
dikatakan normal atau data yang berasal dari populasi pada penelitian ini
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearita
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji atau membuktikan ada
tidaknya hubungan yang linear antar variabel independen (variabel bebas). Salah
satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan atau
korelasi antar variabel independen yaitu memanfaatkan statistik korelasi
Variance Inflaction Factor (VIF) dengan cara melihat nilai koefisien VIF. Apabila
nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas, sedangkan nilai VIF > 10 maka
variabel tersebut diindikasi memiliki gejala multikulinearitas (Sudarmanto, 2013).
Hasil uji multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Tabel Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics
Model
t
Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 (Constant) Tingkat Pendidikan (X1) Tingkat Pendapatan (X2) Jumlah Anggota Keluarga (X3) Selera (X4) Persepsi Harga Ikan (X5) Persepsi H. Subtitusi Ikan (X6)
-.607 -1.047 2.316 .905
2.501 .466 .599
.547
.302 .026* .371
.017* .644 .553
.795 .287 .772 .295 .427 .725
1.258 3.480 1.295 3.389 2.345 1.380
65
Berdasarkan pada output hasil analisis menggunakan Variance Inflation
Factor (VIF) pada Tabel 20 menunjukkan bahwa nilai VIF pada masing-masing
variabel kurang dari 10 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
hubungan antar variabel-variabel independent atau dengan kata lain tidak terjadi
multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah varian
residual data dari model regresi bersifat konstan ataukah tidak.
Heteroskesdastisitas dapat terjadi apabila residual data atau error tidak memiliki
varian yang konstan (Sudarmanto, 2013). Pengujian nilai heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan cara mencermati nilai residual estimator pada gambar
scatter plot. Apabila nilai residual estimator data cukup menyebar dan tidak
menggumpal pada satu tempat maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas (Zulkarnain, 2013). Hasil uji heteroskedastisitas pada
penelitian ini dijelaskan pada Gambar 23.
Gambar 23. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji hetreroskedastisitas pada scatterplot diatas residual data
menyebar secara merata diatas 0 maupun dibawah 0 pada sumbuh Y dan tidak
66
membentuk suatu pola sehingga data yang diolah tidak mengalami
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Semua variabel independen yang akan dianalisis dengan regresi linear
berganda perlu diuji dulu autokorelasinya. Uji autokorelasi digunakan untuk
mengetahui apakah terjadi korelasi diantara data pengamatan ataukah tidak
dengan menggunakan uji Durbin-Watson . Cara mengetahui ada tidaknya
autokorelasi dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan
apabila nilai DW terletak antara dU dan (4-dU) atau dU < DW < (4-dU) berarti
tidak terdapat autokorelasi positif maupun negatif. Sedangkan apabila nilai DW <
dL atau DW > 4-dL maka terjadi autokorelsi (Sudarmanto, 2013). Hasil dari uji
autokorelasi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin Watson
1 .820 .672 .619 3.61963 2.157 a. Predictors: (Constant), persepsi harga subtitusi ikan, jumlah anggota keluarga,
selera, tingkat pendidikan, persepsi harga ikan dan pendapatan
b. Dependent Variable: Konsumsi ikan
Uji autokorelasi menggunakan Durbin-Watson pada Tabel 21
menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,157. Diketahui bahwa jumlah
sampel (n) sebanyak 44 responden, jumlah variabel bebas (k) sebanyak 6, nilai
k-1 sebesar 5, taraf signifikan sebesar 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai dL
sebesar 1,277 dan nilai dU sebesar 1,778. Sehingga hasil uji autokorelasi yang
diperoleh dengan menggunakan uji Durbin-Watson diperoleh nilai DW berada
antara nilai dU dan 4-dU yaitu sebesar 1,778 < 2,158 < 2,222, sehingga dapat
67
disimpulkan bahwa dalam regresi linear tersebut tidak terjadi autokorelasi atau
tidak terjadi korelasi diantara kesalahan pengganggu.
5.4.2 Analisis Regresi Berganda
Hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan bantuan program
SPSS 16.0 diperoleh hasil model regresi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 22.
Tabel 22. Hasil Regresi Berganda
Model
Unstandardized Coefficients
Standart-dized
Coefficients t
Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) Tingkat Pendidikan (X1) Tingkat Pendapatan (X2) Jumlah Anggota Keluarga (X3) Selera (X4) Persepsi Harga Ikan (X5) Persepsi H. Subtitusi Ikan (X6)
.277 -.184
1.519E-6
.428 3.086 -.564
.770
4.446 .176 .000
.473
1.234 1.210
1.287
-.111 .407
.097 .433 .067
.066
-607 -1.047 2.316
.905
2.501 .466
.599
.951
.302 .026*
.371
.017* .644
.553
* signifikan pada selang kepercayaan 5 % ** signifikan pada selang kepercayaan 10%
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e
Y = 0,277 - 0,184X1 + 1.519X2 + 0,428X3 + 3,086X4 - 0,564X5 +0,770X6 + e
Hasil analisis regresi berganda dapat digunakan untuk melihat seberapa
besar pengaruh variabel tingkat pendidikan, jumlah pendapatan keluarga, jumlah
anggota keluarga, selera, persepsi harga ikan, persepsi harga subtitusi ikan
dalam mempengaruhi jumlah konsumsi ikan (Y). Nilai masing-masing koefisien
variabel bebas yang diperoleh dari model regresi pada penelitian ini yaitu:
a. Nilai konstanta a sebesar 0,277 dapat diartikan bahwa apabila variabel
tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, selera,
persepsi harga ikan, persepsi harga subtitusi ikan tidak ada atau sama
dengan 0 maka jumlah konsumsi ikan di Kecamatan Wajak sebesar 0,277
68
kg. Merujuk pada pernyataan Gani dan Amalia (2015), konstanta a
menunjukkan bilangan tetap variabel terikat (Y) apabila variabel bebas (X)
bernilai 0. Tanda negatif dan positif menunjukkan hubungan antara X dan Y.
Tanda positif menunjukkan suatu kondisi apablia X naik maka Y juga naik.
Sedangkan tanda negatif menunjukkan kondisi Y naik apabila X turun dan
sebaliknya.
b. Koefisien regresi tingkat pendidikan (X1) sebesar -0,184 artinya apabila
terjadi kenaikan variabel tingkat pendidikan sebanyak 1 tahun maka akan
menurunkan jumlah konsumsi ikan sebesar 0,184 kg. Tingkat pendidikan
pada penelitian ini memiliki tanda negatif sehingga peningkatan tingkat
pendidikan mengakibatkan jumlah konsumsi ikan berkurang. Pada penelitian
ini pengetahuan responden mengenai gizi ikan belum optimal yang
diakibatkan dari pendidikan responden terbilang cukup sehingga pendidikan
responden tidak mempengaruhi jumlah ikan yang dikonsumsi. Merujuk pada
hasil penelitian yang dilakukan Handarsari et al., (2010), pendidikan ibu
rumah tangga yang tinggi memiliki pengetahuan gizi yang lebih baik
dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang berpendidikan cukup atau
rendah, namun pendidikan ibu rumah tangga yang tinggi tidak selalu diikuti
dengan pemenuhunan konsumsi gizi anak yang baik pula.
c. Koefisien regresi jumlah pendapatan keluarga (X2) sebesar 1,519 artinya
apabila terjadi kenaikan jumlah pendapatan keluarga sebanyak 1% maka
akan meningkatkan konsumsi ikan sebesar 1,519%. Jumlah pendapatan
keluarga pada penelitian ini memiliki tanda positif sehingga peningkatan
pendapatan keluarga mengakibatkan jumlah konsumsi ikan meningkat.
Merujuk pada pernyataan Bambang (2004), semakin meningkat jumlah
pendapatan yang diterima konsumen maka jumlah ikan yang dikonsumsi
69
juga mengalami kenaikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas dari ikan
yang dikonsumsi.
d. Koefisien regresi jumlah anggota keluarga (X3) sebesar 0,428 artinya apabila
terjadi kenaikan variabel jumlah anggota keluarga sebanyak 1 orang maka
akan menaikkan jumlah konsumsi ikan sebesar 0,428 kg. Jumlah anggota
keluarga pada penelitian ini memiliki tanda positif sehingga bertambahnya
anggota keluarga mengakibatkan jumlah konsumsi ikan meningkat. Merujuk
pada Herlambang (2016), semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin
besar pula jumlah ikan yang dikonsumsi.
e. Koefisien regresi selera (X4) sebesar 3,086 artinya apabila terjadi kenaikan
variabel selera sebanyak satu-satuan maka akan menaikkan jumlah
konsumsi sebanyak 3,086 kg. Variabel selera pada penelitian ini memiliki
tanda positif sehingga peningkatan selera mengakibatkan jumlah konsumsi
ikan meningkat. Merujuk pada hasil penelitian Gunawan (2016), semakin
tinggi selera seseorang dalam mengkonsumsi ikan maka semakin tinggi pula
jumlah ikan yang dikonsumsi dan begitu pula sebaliknya semakin rendah
selera seseorang dalam mengkonsumsi ikan maka jumlah ikan yang
dikonsumsi semakin sedikit.
f. Koefisien regresi persepsi harga ikan (X5) sebesar - 0,564 apabila terjadi
kenaikan harga ikan sebanyak 1 rupiah maka akan menurunkan jumlah
konsumsi ikan sebanyak 0,564 kg. Persepsi harga ikan pada penelitian ini
memiliki tanda negatif sehingga kenaikan harga ikan mengakibatkan jumlah
konsumsi ikan menurun. Merujuk pada pernyataan Idris (2016), apabila
harga suatu barang semakin rendah maka permintaan akan barang tersebut
semakin banyak dan begitu pula sebaliknya semakin tinggi harga suatu
barang permintaan akan barang tersebut akan semakin sedikit.
70
g. Koefisien regresi persepsi harga subtitusi ikan (X5) sebesar 0,770 apabila
terjadi kenaikan harga subtitusi ikan sebanyak 1 rupiah maka akan
menaikkan jumlah konsumsi ikan sebanyak 0,770 kg. Persepsi harga
subtitusi ikan pada penelitian ini memiliki tanda positif sehingga kenaikan
harga subtitusi ikan mengakibatkan jumlah konsumsi ikan meningkat.
Merujuk pada pernyataan Kusdiyanto (2014), perubahan harga berakibat
pada terjadinya efek subtitusi dimana konsumen cenderung mengganti dari
barang-barang yang berharga mahal dengan barang yang memiliki harga
relatif lebih murah.
5.4.3 Uji Statistik
a. Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi menunjukkan pengaruh seluruh variabel
independend terhadap variabel dependen (Nawari, 2010). Nilai koefisien
determinasi (R2) pada penelitian ini diperoleh dengan bantuan program SPPS
16.0 sebagaimana dijelaskan pada Tabel 22.
Tabel 23. Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin Watson
1 .820 .672 .619 3.61963 2.157 a. Predictors: (Constant), persepsi harga subtitusi ikan, jumlah anggota keluarga,
selera, tingkat pendidikan, persepsi harga ikan dan pendapatan
b. Dependent Variable: Konsumsi ikan
Berdasarkan Tabel 23 diperoleh nilai R2 sebesar 0,619, artinya variabel
bebas (variabel independen) berupa tingkat pendidikan (X1), pendapatan
keluarga (X2), jumlah anggota keluarga (X3), selera (X4), persepsi harga ikan (X5),
persepsi harga subtitusi ikan (X6) menentukan jumlah konsumsi ikan sebanyak
71
61,9%. Sedangkan 38,1% (100%-61,9%) jumlah konsumsi ikan responden
ditentukan oleh variabel lain diluar variabel bebas yang tidak diikutkan dalam
model regresi.
b. Uji F
Hasil uji F atau uji signifikansi simultan pada penelitian ini diperoleh
dengan bantuan program SPPS 16.0 sebagaimana dijelaskan pada tabel 24.
Tabel 24. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression Residual Total
994.394 484.765
1479.159
6 37 43
165.732 13.102
12.650 .000
a. Predictors: (Constant), persepsi harga subtitusi ikan, jumlah anggota keluarga,
selera, tingkat pendidikan, persepsi harga ikan dan pendapatan
b. Dependent Variable: Konsumsi ikan
Berdasarkan Tabel 24 diperoleh nilai Fhitung sebesar 12,650 dengan nilai
Nilai degrees of freedom (df) n1
= 6 dan n2 = 37 sehingga diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,36. Sehingga diperoleh
hasil Fhitung > Ftabel (12,650 > 2,36) artinya semua variabel independen yaitu
pendidikan (X1), pendapatan (X2), jumlah anggota keluarga (X3), selera (X4),
harga ikan (X5) dan harga subtitusi ikan(X6) secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen (konsumsi ikan) secara nyata pada selang
kepercayaan 95%.
c. Uji t
Uji t digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen
dalam mempengaruhi variabel dependen secara sendiri-sendiri dan menganggap
bahwa variabel dependen yang lain bersifat konstan. Kriteria uji t yaitu apabila
nilai signifikansi (sig) < 0,05 (selang kepercayaan 95%) maka variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat secara nyata, sedangkan apabila thitung < ttabel
72
maka variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat dan apabila
thitung > ttabel maka variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Nilai ttabel
diperoleh dengan menggunakan rumus df= n (jumlah sampel) k (jumlah
variabel bebas) (Buhang, 2015). Pada penelitian ini diperoleh nilai ttabel dengan
rumus df = 44-6 = 32, sehingga diperoleh nilai ttabel sebesar 1,68595. Hasil uji t
atau uji signifikansi parameter individual/ parsial pada penelitian ini diperoleh
dengan bantuan program SPPS 16.0 sebagaimana dijelaskan pada Tabel 22
pada halaman 66 diatas.
Berdasarkan Tabel 22 diperoleh hasil uji statitistik t pada masing-masing
variabel bebas adalah sebagai berikut:
a) Tingkat Pendidikan (X1)
Nilai thitung variabel pendidikan (X1) sebesar -1,047 < ttabel sebesar 1,68595
dan nilai probabilitas sig 0,302 > 0,05 sehingga variabel tingkat pendidikan
secara parsial mempengaruhi jumlah konsumsi ikan (Y) secara tidak signifikan
pada selang kepercayaan 95%, dengan mengasumsikan variabel jumlah
pendapatan keluarga (X2), jumlah anggota keluarga (X3), selera (X4), persepsi
harga ikan (X5), persepsi harga subtitusi ikan (X6) bersifat tetap. Variabel tingkat
pendidikan yang tidak signifikan dalam penelitian ini disebabkan oleh pendidikan
responden dalam kategori rendah (61,3%) ataupun cukup (29,5%) sehingga
pengetahuan tentang gizi ikan responden belum optimal yang berdampak pada
kurangnya kesadaran responden untuk mengkonsumsi ikan. Merujuk pada
pernyataan Sriyono (2015), tinggih rendahnya tingkat pendidikan seseorang
belum cukup untuk menentukan pola dan perilaku seseorang dalam
mengkonsumsi ikan. Pada kenyataannya banyak ditemukan seseorang dengan
tingkat pendidikan rendah namun memiliki tingkat kesadaran yang cukup tinggi
untuk mengkonsumsi ikan dan begitu pula sebaliknya. Kesadaran seseorang
73
untuk mengkonsumsi ikan dapat terbentuk dari lingkungan sekitar diluar
pendidikan formal yang ditempuh seperti iklan di televisi dapat memberikan
edukasi dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mengkonsumsi ikan.
b) Pendapatan Keluarga (X2)
Nilai thitung variabel jumlah pendapatan keluarga (X2) sebesar 2,316 > ttabel
sebesar 1,68595 dan nilai probabilitas sig 0,026 < 0,05 sehingga variabel jumlah
pendapatan keluarga secara parsial berpengaruh terhadap jumlah konsumsi ikan
(Y) secara signifikan pada selang kepercayaan 95%, dengan mengasumsikan
variabel tingkat pendidikan (X1), jumlah anggota keluarga (X3), selera (X4),
persepsi harga ikan (X5), persepsi harga subtitusi ikan (X6) bersifat tetap karena
pendapatan keluarga digunakan dalam memenuhi kebutuhan keluarga, apa yang
dapat dikonsumsi, seberapa banyak dan bagaimana kualitas dari produk yang
akan dikonsumsi serta kapan akan mengkonsumsi produk tersebut untuk
memenuhi kebutuhan. Merujuk pada Pontoh (2011), mengemukakan bahwa
tingkat konsumsi seseorang mengikut tingkat pendapatan yang diterima.
Semakin besar konsumsi seseorang semakin besar pula pendapatan yang
diperolehnya. Faktor pendapatan berperan sebagai kemampuan keluarga untuk
membeli suatu produk guna memenuhi kebutuhan keluarganya.
c) Jumlah Anggota Keluarga (X3)
Nilai thitung variabel jumlah anggota keluarga (X3) sebesar 0,905 < ttabel
sebesar 1,68595 dan nilai probabilitas sig 0,371 > 0,05 sehingga variabel jumlah
anggota keluarga secara parsial mempengaruhi jumlah konsumsi ikan (Y) secara
tidak signifikan pada selang kepercayaan 95%, dengan mengasumsikan variabel
jumlah pendidikan (X1), pendapatan keluarga (X2), selera (X4), persepsi harga
ikan (X5), persepsi harga subtitusi ikan (X6) bersifat tetap. Variabel jumlah
anggota keluarga yang tidak signifikan dalam penelitian ini disebabkan seiring
74
bertambahnya jumlah anggota keluarga responden maka kebutuhan keluarga
yang harus dipenuhi semakin besar dan semakin beragam pula, selain itu para
responden dan keluarga memiliki kebutuhan lain diluar konsumsi ikan yang harus
dipenuhi walaupun tetap dibatasi oleh pendapatan keluarga. Sehingga
responden dengan jumlah anggota keluarga yang semakin banyak dengan
jumlah pendapatan yang sedikit akan cenderung mengorbankan konsumsi ikan
untuk dapat memenuhi kebutuhan lain diluar konsumsi ikan. Merujuk pada
Adiana dan Karmini (2013), suatu rumah tangga memiliki kebutuhan yang
semakin komplek karena semakin banyak jumlah anggota keluarga maka
semakin beragam pula kebutuhan yang harus terpenuhi dan begitu pula
sebaliknya.
d) Selera (X4)
Nilai thitung variabel selera (X4) sebesar 2,516 > ttabel sebesar 1,68595 dan
nilai probabilitas sig 0,017 < 0,05 sehingga variabel selera secara parsial
berpengaruh terhadap jumlah konsumsi ikan (Y) secara nyata pada selang
kepercayaan 95%, dengan mengasumsikan variabel tingkat pendidikan (X1),
pendapatan keluarga (X2, )jumlah anggota keluarga (X3), persepsi harga ikan
(X5), persepsi harga subtitusi ikan (X6) bersifat tetap karena selera responden
dan keluarga berdampak pada frekuensi mengkonsumsi ikan secara berulang
ulang, sehingga semakin sering responden dan keluarga mengkonsumsi ikan
semakin besar pula jumlah ikan yang dikonsumsi. Merujuk pada pernyataan
Alamsyah (2008), selera sangat erat hubungannya dengan perasaan
sensasional yang menimbulkan kesenangan dan dilakukan secara berulang-
ulang, dengan kata lain selera menggambarkan tingkat kesukaan konsumen
dalam mengkonsumsi suatu produk.
e) Persepsi Harga Ikan (X5)
75
Nilai thitung variabel persepsi harga ikan (X5) sebesar -0,466 < ttabel sebesar
1,68595 dan nilai probabilitas sig 0,644 > 0,05 sehingga variabel selera secara
parsial mempengaruhi jumlah konsumsi ikan (Y) secara tidak signifikan pada
selang kepercayaan 95%, dengan mengasumsikan variabel tingkat pendidikan
(X1), pendapatan keluarga (X2), jumlah anggota keluarga (X3), selera (X4),
persepsi harga subtitusi ikan (X6) bersifat tetap. Variabel persepsi harga ikan
yang tidak signifikan dalam penelitian ini karena apabila terjadi kenaikan harga
ikan, mayoritas responden lebih memilih untuk mengurangi konsumsi ikan
bahkan tetap mengkonsumsi ikan dengan beralih membeli jenis ikan lain yang
memiliki harga lebih murah. Merujuk pada pernyataan Ferdian et al., (2012),
apabila harga ikan naik, konsumen akan mengganti dengan jenis ikan lain yang
memiliki harga lebih murah untuk dikonsumsi, sehingga walaupun terjadi
kenaikan harga konsumen tetap mengkonsumsi ikan. Seperti halnya ikan lele,
walaupun terjadi kenaikan harga, permintaan tidak akan berubah karena ikan
tersebut akan tetap dicari oleh konsumen.
f) Persepsi Harga Subtitusi Ikan (X6)
Nilai thitung variabel persepsi harga subtitusi ikan (X6) sebesar 0,599 < ttabel
sebesar 1,68595 dan nilai probabilitas sig 0,553 > 0,05 sehingga variabel selera
secara parsial mempengaruhi jumlah konsumsi ikan (Y) secara tidak signifikan
pada selang kepercayaan 95%, dengan mengasumsikan variabel tingkat
pendidikan (X1), pendapatan keluarga (X2, )jumlah anggota keluarga (X3), selera
(X4), persepsi harga ikan (X5) bersifat tetap. Variabel persepsi harga subtitusi
ikan yang tidak signifikan dalam penelitian ini dikarenakan kenaikan harga
subtitusi ikan tidak mempengaruhi keputusan pembelian ikan terhadap 45,5%.
Responden tetap membeli subtitusi ikan terutama telur dan daging ayam sebagai
kebutuhan yang harus terpenuhi. Selain itu pada beberapa responden tersebut
76
tidak dapat membeli ikan terlalu banyak ataupun terlalu sering mengkonsumsi
ikan disebabkan oleh keterbatasan pendapatan keluarga guna memenuhi
kebutuhan lain diluar konsumsi ikan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh
Bambang (2004), semakin meningkat jumlah pendapatan yang diterima
konsumen maka jumlah ikan yang dikonsumsi juga mengalami kenaikan baik dari
segi kuantitas maupun kualitas begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat
pendapatan seseorang maka jumlah ikan yang dikonsumsi semakin sedikit.
Selain itu merujuk pada hasil penelitian Lesmono et al., (2014), komoditas
pangan hewani berupa ikan, daging dan telur bersifat inelastik artinya perubahan
jumlah permintaan pada masing-masing komoditas tidak sebesar perubahan
harga pada komoditas tersebut. Komoditas ikan merupakan barang subtitusi bagi
komoditas daging dan telur, namun komoditas daging dan telur merupakan
barang komplementer bagi komoditas ikan. Sehingga meskipun terjadi
perubahan harga pada daging dan telur, konsumen tetap mengkonsumsi
komoditas tersebut sebagai barang pelengkap komoditas ikan selama
pendapatan konsumen relatif mencukupi.
5.5 Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian Tinkat pendidikan responden dalam kategori
rendah (61,3%) dan menengah (29,5%) sehingga pengetahuan tentang gizi ikan
responden belum optimal, akan tetapi frekuensi dalam mengkonsumsi ikan
responden dan keluarga tidak bergantung pada tingkat pendidikan sebagaimana
dijelaskan pada lampiran 3 yang menunjukkan bahwa responden dengan
jenjang pendidikan yang sama memiliki tingkat selera yang berbeda-beda. Faktor
yang mempengaruhi selera responden diluar pengetahuan tentang gizi ikan
adalah dilandasi oleh rasa enak dari daging ikan, harga ikan yang terjangkau
serta anggapan bahwa mengkonsumsi ikan merupakan suatu kebutuhan pokok.
77
Selera dalam penelitian ini ditunjukkan dari seberapa sering konsumen dalam
mengkonsumsi ikan. Frekunesi responden dalam mengkonsumsi ikan selaras
dengan besar kecilnya jumlah pendapatan keluarga dan berapa banyak jumlah
anggota keluarga. Responden dengan jumlah anggota keluarga yang banyak
dengan jumlah pendapatan semakin rendah cenderung mengkonsumsi ikan lebih
sedikit karena harus membagi pendapatan keluarga yang diperoleh untuk
memenuhi kebutuhan yang beragam diluar kebutuhan mengkonsumsi ikan.
Sedangkan frekuensi responden dalam mengkonsumsi ikan tidak memiliki
pengaruh terhadap frekuensi mengkonsumsi tahu tempe. Artinya saat terjadi
perubahan harga ikan dalam artian harga ikan turun, responden akan tetap
mengkonsumsi tahu tempe sebagai lauk pendamping karena tahu tempe pada
hasil penelitian ini merupakan barang komplementer bagi ikan.
Berdasarkan hasil penelitian jenis ikan segar yang sering dikonsumsi
pada masyarakat kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak adalah jenis ikan air
laut walaupun berselisih sedikit dengan responden yang mengkonsumsi ikan air
tawar. Alasan responden dalam mengkonsumsi ikan laut adalah mudah
didapatkan di pasar dan pedagang sayur keliling terutama ikan lemuru dan ikan
tongkol. Sedangkan mayoritas ikan air payau yang dikonsumsi oleh konsumen
adalah ikan bandeng. Tidak semua responden pada kawasan minapolitan di
Kecamatan Wajak menyukai ikan bandeng karena banyak duri yang terdapat
pada daging ikan bandeng itu sendiri. Responden yang mengkonsumsi ikan
bandeng pada penelitian ini adalah jenis ikan olahan berupa bandeng presto.
Alasan responden dalam mengkonsumsi ikan karena daging ikan memiliki
kandungan gizi yang tinggi dan memiliki rasa yang enak. Tingginya minat
konsumen dalam mengkonsumsi jenis ikan air laut dapat menjadi peluang bagi
78
pengusaha untuk mendirikan atau memperluas usaha penjualan ikan air laut di
Kecamatan Wajak guna memenuhi permintaan konsumen.
Berdasakan hasil penelitian, perempuan lebih selektif pada apa yang
dikonsumsi dan tidak mengkonsumsi ikan dengan alasan bau amis yang ada
pada daging ikan dapat menurunkan selera makan sedangkan pada konsumen
laki-laki tidak ditemukan permasalan dalam mengkonsumsi ikan sehingga
penting bagi pemerintah dalam memperhatikan pendidikan perempuan dan
memberikan penyuluhan dalam mengoptimalkan pengetahuan tentang gizi ikan
pada perempuan terutama ibu rumah tangga.
Jumlah konsumsi ikan perkapita pertahun pada masyarakat kawasan
minapolitan di Kecamatan Wajak sebesar 27,43 kg/kapita/tahun dari 44
responden dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 178 orang. Angka
tersebut diatas nilai konsumsi ikan perkapita Kabupaten Malang yaitu sebesar
25,23 kg/ kapita/ tahun, namun masih berada jauh dibawah konsumsi ikan
nasional sebesar 41,11 kg/kapita/tahun. Sehingga perlu diselenggarakannya
penyuluhan mengenai pentingnya mengkonsumsi ikan sebagai upaya
meningkatkan jumlah konsumsi ikan masyarakat kawasan minapolitan
Kecamatan Wajak sesuai dengan target nasional.
Pendapatan secara parsial berpengaruh terhadap jumlah konsumsi ikan
secara nyata karena pendapatan menjadi alat ukur kemampuan konsumen
dalam membeli guna memenuhi kebutuhan. Namun berdasarkan temuan
dilapang mayoritas responden adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak
bekerja sehingga pemerintah setempat dapat memperluas pemberdayakan
perempuan dalam kegiatan industri kerajinan mendong guna membantu
meningkatkan perekonomian keluarga.
79
Selera secara parsial mempengaruhi konsumsi ikan secara nyata. Selain
itu selera merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi besarnya konsumsi
ikan karena selera konsumen memicu konsumen tersebut untuk mengkonsumsi
secara berulang-ulang sehingga jumlah konsumsi semakin meningkat seiring
semakin seringnya frekuensi mengkonsumsi ikan. Sehingga guna meningkatkan
selera masyarakat dalam mengkonsumsi ikan dan menghindari rasa bosan
dalam mengkonsumsi ikan perlu diadakan penyuluhan terhadap ibu rumah
tangga untuk diacarkan cara pengolahan diversifikasi produk perikanan
sehingga anggota keluarga tidak merasa bosan untuk mengkonsumsi ikan
sesering mungkin.
80
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Jumlah konsumsi ikan perkapita pertahun masyarakat kawasan minapolitan
di Kecamatan Wajak dari 44 responden yang terdiri dari 178 orang anggota
keluarga mencapai nilai sebesar 27,43 kg perkapita pertahun.
2. Jumlah pendapatan keluarga berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi
ikan, semakin tinggi pendapatan mengakibatkan semakin banyak ikan yang
dikonsumsi. Tingkat pendidikan ibu rumah tangga tidak berpengaruh secara
nyata terhadap konsumsi ikan, hal ini dikarenakan pengetahuan responden
tentang gizi ikan belum optimal. Jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh
secara nyata terhadap konsumsi ikan, semakin banyak anggota keluarga
semakin besar dan beragam kebutuhan lain diluar konsumsi ikan sehingga
konsumsi ikan semakin berkurang. Selera berpengaruh secara nyata
terhadap konsumsi ikan karena selera seseorang mempengaruhi konsumen
untuk mengkonsumsi secara berulang-ulang sehingga semakin sering
konsumen mengkonsumsi ikan semakin besar pula jumlah ikan yang
dikonsumsi. Persepsi harga ikan mempengaruhi konsumsi ikan, apabila
terjadi kenaikan harga ikan konsumen akan cenderung memilih untuk tidak
mengkonsumsi atau mengurangi konsumsi ikan. Sedangkan persepsi harga
subtitusi ikan tidak berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi ikan,
walaupun harga subtitusi ikan mengalami kenaikan responden cenderung
tetap mengkonsumsi subtitusi ikan dengan alasan memenuhi kebutuhan gizi
keluarga.
3. Jumlah konsumsi ikan perkapita pertahun masyarakat kawasan minapolitan
di Kecamatan Wajak adalah sebesar 27,43 kg perkapita pertahun. Nilai ini
81
berada diatas nilai konsumsi ikan perkapita Kabupaten Malang yaitu sebesar
25,23 kg/ kapita/ tahun, namun masih jauh dibawah nilai konsumsi ikan
perkapita nasional yaitu sebesar 41,11 kg per kapita per tahun.
4. Faktor dominan diantara variabel yang mempengaruhi jumlah konsumsi ikan
pada masyarakat kawasan minapolitan di Kecamatan Wajak adalah selera
responden dan keluarga dalam mengkonsumsi ikan.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat
diajukan penulis adalah:
1. Bagi masyarakat terutama ibu rumah tangga sebagai anggota keluarga yang
paling berperan dalam menjalankan kegiatan konsumsi keluarga sebaiknya
diberikan pendidikan lebih lanjut guna mengoptimalkan pengetahuan tentang
gizi ikan. Selain itu bagi ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja dapat
diberdayakan melalui kegiatan industri kerajinan mina mendong yang dapat
membantu meningkatkan perekonomian keluarga.
2. Bagi pemerintah sebaiknya memberikan penyuluhan terhadap ibu rumah
tangga untuk diajarkan cara pengolahan ikan menjadi beragam jenis
masakan misalnya saja nugget ikan, rolade ikan, baso ikan, ikan asam
manis dan sebagainya untuk menghindari rasa bosan mengkonsumsi ikan
hanya dalam jenis masakan ikan yang monoton. Cita rasa makanan dari
diversifikasi olahan ikan tersebut dapat meningkatkan selera responden
dalam mengkonsumsi ikan serta sekaligus sebagai bentuk upaya
meningkatkan konsumsi ikan guna mencapai target nasional.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan pengembangan model
penelitian dengan menggunakan variabel lain diluar dari variabel penelitian
82
ini sehingga dapat memberikan tambahan informasi dan pemahaman lebih
lanjut mengenai kegiatan mengkonsumsi.
83
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Yuyun. 2008. Bangkitnya Bisnis Kuliner Tradisional Meraih Untung
Dari Bisnis Kuliner Tradisional Kaki Lima Sampai Restauran. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Adiana, Pande Putu Erwin dan Ni Luh Karmini. 2013. Pengaruh Pendapatan,
Jumlah Anggota Keluarga, dan Pendidikan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin Di Kecamatan Gianyar. Universitas Udayana. Denpasar.
Ansofino; Jolianis; Yolamalinda; Hagi Arfilindo. 2016. Buku Ajar Ekonometrika.
Deepublish. Yogyakarta. Badan Informasi Geospasial. 2015. Paradigma Geomaritim. Badan Informasi
Geospasial (BIG). Jakarta. Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional. 2013. Profil
Kependudukan dan Pembangunan Di Indonesia Tahun 2013. Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta.
Bambang, Aziz Nur. 2004. Analisa Tingkat Konsumsi Ikan Dalam Hubungannya
Dengan Tingkat Pendapatan Di Kecamatan Pakualam Yogyakarta. Yogyakarta. (tidak diterbitkan)
Buhang, Amir. 2015. Analisis Konsumsi Rumah Tangga Di Kecamatan Batui
Kabupaten Banggai. Jurnal Aplikasi Managemen 2 (9) Case, Karl E. dan Ray C. Fair. 1999. Principles Of Economics. 8TH Edition.
Pearson Education Inc. Terjemahan oleh Andri Zaimur. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Erlangga. Jakarta.
Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Bantul. 2013. Gerakan Masyarakat
Makan Ikan (GEMARIKAN) Di Kabupaten Bantul Tahun 2013. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul.
Ferdian, Fajar., Ine Maulina., Rosidah. 2012. Analisis Permintaan Ikan
Lele Dumbo(Clarias gariepinus) Konsumsi Di Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Jurnal Perikanan dan Kelautan 3 (4).
Gani, Irwan dan Siti Amalia. 2015. Alat Analisis Data: Aplikasi Statistik Untuk
Penelitian Bidang Ekonomi dan Sosial. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta. Gilarso, T. 2007. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Edisi Revisi Cetakan Ke 5.
Kanisius. Yogyakarta. Gunawan, Albert. 2016. Analisis Tingkat Konsumsi Ikan Segar Terhadap Pembeli
Di Pasar Merjosari dan Supermarket Giant Kelurahan Dinoyo, Kota Malang. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang.
84
Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Grasindo. Jakarta. Herlambang, Yoga Wahyu. 2016. Analisis Ikan Segar dan Ikan Olahan Pada
Masyarakat Kelurahan Rogotrunum Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Malang.
-
Idris, Amiruddin. 2016. Ekonomi Publik. Deepublish. Yogyakarta. Indira, Irene Ayu., Sudirman Nasir., Indra Fajarwati Ibnu. 2015. Perilaku
Konsumsi Sayur Buah Anak Prasekolah Di Desa Embatau Kecamatan Tikala Kabupaten Toraja Utara. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.
Juliandi, A; Irfan; Saprinal M. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Konsep Dan
Penelitian. UMSU Press. Medan. Kementerian Kelautan Dan Perikanan. 2014. Laporan Kinerja Kementrian
Kelautan dan Perikanan 2014. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Kementerian Kelautan Dan Perikanan. 2015. Analisis Data Pokok. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Kementerian Kelautan Dan Perikanan. 2016. Laporan Kinerja Kementrian
Kelautan dan Perikanan 2014. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2012.
Agropolitan & Minapolitan Konsep Menuju Keharmonian. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Jakarta.
Keputusan Menteri Kelautan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Kep.18/Men/2011 Tentang Pedoman Umum Minapolitan Kusdiyanto. 2014. Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Permintaan Ikan di
Kota Surakarta. Laily, Nur dan Budiyono Pristyadi. 2013. Teori Ekonomi. Graha Ilmu. Yogyakarta. Lesmono, Wahyu Dwi, Fitria Virgantari dan Hagni Wijayanti. 2014. Analisis
Permintaan Pangan Hewani Indonesia Dengan Generalized Methode Of Moments Pada Model Quadratic Almost Ideal Demand System. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan. Bogor.
Nawari. 2010. Analisis Regresi dengan MS. Excell dan 2007 dan SPSS 17. Elek
Media Kompetindo. Jakarta.
85
Padua, Roberto N. dan Rosita G. Santos. Fundamentals of Educational Research and Data Analysis ( A Pafte Teksbook Development Projec). Khata Publishing. Quezon.
Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2010 Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Malang. Pontoh, Otniel. 2011. Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Pola
KonsumsiNelayan Di Kecamatan Tengah Kabupaten Minahasa Selatan Utara. Pasific Journal 1 (6).
Pracoyo, Tri K. dan Pracoyo, Antyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro.
Grasindo. Jakarta. Pratisto, Arief. 2005. Cara Mudah Mengatasi Statistik dan Rancangan Percobaan
Dengan SPSS 12. Elek Media Komputindo. Jakarta. Primyastanto, Mimit. 2011. Manajemen Agribisnis. UB Press. Malang. Qomari, Rohmad. 2009. Teknik Penelusuran Analisis Data Kuantitatif Dalam
Penelitian Kependidikan. Jurnal Insania 14 (3). Reksoprayitno, Soediyono. 2011. Pengantar Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta. Santoso, Singgih. 2010. Satistik Multivariat. Elekmedia Kompetindo. Jakarta Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2006. Moteda Statistika Untuk Bisnis dan
Ekonomi. Penerbit Gramedia. Jakarta. Simamora, Bilson. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Cetakan ke 5. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Siregar, Yrusnhi Ikhwan. 2015. Menggali Potensi Sumber Daya Laut Indonesia.
Bina Widya Panam. Pekan Baru Riau. Siswanto, Victoria Aries. 2015. Belajar Sendiri SPSS 22. Penerbit Andi Offset.
Yogyakarta. Sriyono. 2015. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pemahaman Masyarakat
Tentang Ikan Berformalin Terhadap Kesehatan Masyarakat. Jurnal Faktor Exacta 8 (1).
Suantara, I Gusti Putu Endra, Made Artana, Kadek Rai Suwena. 2014. Pengaruh
Selera Dan Harga Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Sepeda Motor Honda di Kabupaten Buleleng 4 (1).
Sudarmanto, R. Gunawan. 2013. Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan
Program IBM SPSS Statistics 19. Mitra Wacana Media. Jakarta Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D Cetakan ke 14.
CV Alfabeta. Bandung.
86
Surakhmad, Winarno. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik. Penerbit Tarsito. Bandung.
Tadete, Muh. Anshar, L.S. Kalangi dan R. Hadju. Pengaruh Pendapatan
Masyarakat Terhadap Konsumsi Daging Sapi di Desa Kotabunan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolang Mongondow Timur.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Ningsih, Wagiati. 2012. Peta Kabupaten Malang
http://blog.ub.ac.id/wagiati/20120301/kabupaten-malang.html. Diakses pada tanggal 20 November 2016.
Widjono, Hs. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi.Gramdeia. Jakarta. Zaenuddin, Muhammad. 2015. Isu, Problematika, dan Dinamika Perekonomian,
dan Kebijakan Publik Kumpulan Essay, Kajian dan Hasil Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Deepublish. Yogyakarta.
Zulkarnain, Iskandar. 2013. Spesifikasi Model Regresi Pengaruh Rasio Hutang,
Pembayaran, Dividen, Dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham-Saham IDX 30 Di Indonesia. Jurnal Ilmiah STIE Multi Data Palembang 2 (2)