18
ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN ( MUSRENBANG ) ( STUDI PADA KELURAHAN KAMBOJA TANJUNGPINANG BARAT ) NASKAH PUBLIKASI Oleh INDAH TRI FITRIYANTI RAMADHANI SETIAWAN DIAN PRIMA SAFITRI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT ETNIS …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · masyarakat dalam Musyawarah perencananaan pembangunan

  • Upload
    ledien

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA

DALAM MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN

( MUSRENBANG )

( STUDI PADA KELURAHAN KAMBOJA TANJUNGPINANG BARAT )

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

INDAH TRI FITRIYANTI

RAMADHANI SETIAWAN

DIAN PRIMA SAFITRI

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

1

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang

disebut dibawah ini :

Nama : Indah Tri Fitriyanti

NIM : 110563201160

Jurusan/ Prodi : Ilmu Administrasi Negara

Alamat : Jl. Handjoyo Putro S.H Km.8, Kota Tanjungpinang

Nomor Telp : 08117000407

Email : [email protected]

Judul Naskah : Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Etnis Tionghoa

Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan(

Musrenbang) (Studi Pada Kelurahan Kamboja

Tanjungpinang Barat)

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan

untuk dapat diterbitkan.

Tanjungpinang, 12 Februari 2017

Yang menyatakan,

Dosen Pembimbing I

Ramadhani Setiawan, M.Soc,Sc

NIDN. 1026058301

Dosen Pembimbing II

Dian Prima Safitri, M.AP

NIDN. 1001068503

2

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT ETNIS TIONGHOA DALAM

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN

( MUSRENBANG )

( STUDI PADA KELURAHAN KAMBOJA TANJUNGPINANG BARAT )

INDAH TRI FITRIYANTI

RAMADHANI SETIAWAN

DIAN PRIMA SAFITRI

Program Studi Ilmu Admistrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana partisipasi masyarakat Ethnis

Tionghoa di Kelurahan Kamboja dalam kegiatan Musyawarah perencanaan pembangunan

(Musrenbang). Musyawarah perencanaan pembangunan ( Musrenbang ) merupakan

amanat Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan

nasional. Musrenbang ada beberapa fase tingkatan yaitu Murenbang RT, Musrenbang

RW ( Rembug RW ), Musrenbang Desa / Kelurahan, Musrenbang Kecamatan,

Musrenbang Kota, Musrenbang Provinsi dan terakhir Musrenbang Nasional.

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah kasi pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat, perwakilan RT dan RW dari Kelurahan Kamboja, dan masyarakat ethnis

Tionghoa di Kelurahan Kamboja. Pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musyawarah perencanaan pembangunan

(Musrenbang) yang terjadi di tingkat Kelurahan sudah mengupayakan masyarakat ethnis

Tionghoa untuk hadir dalam Kegiatan Musrenbang Kelurahan dengan mengundang

masyarakat etnis Tionghoa yang menjabat sebagai RT/RW. Namun masyarakat etnis

Tionghoa banyak yang tidak hadir dalam rapat Musrenbang Kelurahan dikarenakan

alasan pekerjaan. Sedangkan proses Musrenbang ditingkat RT tidak melibatkan

masyarakat dalam Musyawarah perencananaan pembangunan (Musrenbang). Pihak RT

hanya menunjuk perwakilan dari masyarakat untuk meninjau pembangunan didaerahnya

tanpa melakukan musyawarah bersama masyarakat lainnya. Saran dari peneliti untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat ethnis Tionghoa agar pihak Kelurahan memberikan

sosialisasi kepada masyarakat tentang betapa pentingnya kehadiran masyarakat dalam

rapat Musrenbang. Dalam menentukan jadwal pertemuan kegiatan Musrenbang

disarankan agar pihak Kelurahan mengadakan rapat pada hari libur, sehingga masyarakat

etnis Tionghoa kemungkinan besar bisa hadir dalam rapat tersebut. Serta pembuatan SOP

(Standart Operasional Prosedur) Musrenbang, Sehingga perangkat RT menjalankan SOP

yang telah ditentukan.

Kata kunci : Partisipasi Masyarakat, Ethnis Tionghoa, Kelurahan Kamboja Kota

Tanjungpinang.

3

ABSTRACT

This research mean to see how participation community of chinese ethnic in

Kelurahan of Kamboja for development planning consultation (Musrenbang). The

development planning consultation is mandated by laws number 25 year of 2004 about

the national development planning. There are several phases of levels, which is

Musrenbang RT, Musrenbang RW, Musrenbang Village / Kelurahan, Musrenbang of

districts, Musrenbang of city, Musrenbang of Province and the last is Musrenbang of

national.

This research used a descriptive qualitative method. The subjects of this reseach are

Section Chief of development and communnity empowerment, one of chief of RT from

Kelurahan Kamboja, one of chief of RW from Kelurahan Kamboja, and community of

chinese ethnic from Kelurahan Kamboja. Data collection is by interviewed,

observationed, and documentasioned.

The results of this study indicate that development planning is happening at the RT

level is still not involve the Chinese ethnic community di rectly. But, musrenbang at level

Kelurahan has been involved directly with representatives from Chinese ethnic inhabitant

who served as RT and RW. Advice from researchers to increase the participation of

Chinese ethnic communities so that Kelurahan can appealed to RT and RW to informed

how importance of community participation in development planning. As well as

supervision of the implementation Musrenbang and called RT/RW for convene a meeting

Musrenbang to invite people. The most important thing is the manufacture of SOP

(Standart Operasional Procedur) at level of RT. So that RT can be implement according

on the SOP.

Key Word : Participation of community, Tionghoa ethnic, Kelurahan Kamboja

Tanjungpinang City

4

A. PENDAHULUAN

Etnis Tionghoa merupakan etnis yang

berasal dari Tiongkok yang menetap dan

menjadi warga Indonesia. Etnis tionghoa

salah satu etnis yang memiliki ciri khas

sangat kuat dan dapat langsung dikenali dari

bahasa, budaya, dan ciri fisik yang sangat

signifikan. Generasi pertama etnis Tionghoa

berasal dari pelabuhan Xianmen Provinsi

Fujian yang berlayar menuju Singapore dan

Indonesia untuk mencari kehidupan yang

lebih baik. Mereka mengalami kehidupan

yang sangat keras dan berbagai penderitaan.

Pada saat itu mereka hidup hanya sebagai

kuli, buruh, tukang air dan sebagai pedagang

kecil. Namun selang beberapa tahun mereka

berhasil melakukan pembangunan dan

perubahan, diantaranya mereka berhasil

menjadi pengusaha dan banker ternama

diindonesia, disebut lima nama sebagai

konglomerat yang meguasai perekonomian

Indonesia saat ini, yaitu Liem Sioe Liong,

Eka Tjipta Widjaja, Mochtar Raddy, Suhardi

Gondookusumo, dan Projogo

Pangestu.(Bobby Irwansyah, 2010 : 90)

(Wibowo 2001:15) Muncul pendapat /

stigma yang beredar bahwa warga Tionghoa

menguasai 70% perekonomian Indonesia.

Warga Tionghoa terbilang suskses dalam

bidang ekonomi. Namun dalam kehidupan

sosial mereka sangat tertutup dengan etnis

lainnya. Bisa diliat dari dinamika yang

masih terjadi, warga Tionghoa lebih senang

tinggal berkelompok pada etnis nya saja,

tidak hanya tempat tingggal bahkan sekolah

untuk anak warga etnis Tionghoa. Penulis

mencoba mensurvei alasan dari orang tua

murid mengapa mereka memilih sekolah

anaknya di sekolah khusus orang Tionghoa,

saya mencoba menanyakan kepada ibu Dewi

ana salah satu orangtua murid TK di

maytreyawira, bahwa ia memilihkan sekolah

anaknya disekolah khusus orang Tionghoa,

mereka lebih percaya pada perilaku yang

diajarkan disana, dibalik hampir semua

sikap dan cara hidup mereka sama , itu akan

membuat anak mereka merasa nyaman

untuk beradaptasi dan membuat anak

mereka lebih mengenal budaya mereka lebih

baik lagi. Namun tidak semua warga

Tionghoa memiliki karakter yang sama, ada

sebagian warga Tionghoa yang tinggal atau

sekolah diluar dari kelompok etnisnya.

Terlepas dari itu semua warga Tionghoa

tetap warga Indonesia. Peran mereka juga

penting Dalam pembangunan daerah, karena

setiap kelompok yang berada di lingkungan

memiliki kebutuhan yang berbeda – beda.

Oleh karena itu pentingnya semua

masyarakat/ stakeholder non pemerintah

ikut berpartisipasi.

Musrenbang adalah sebuah mekanisme

yang benar – benar menjadi wadah dalam

mempertemukan apa yang dibutuhkan

masyarakat dan bagaimana pemerintah

merespon hal tersebut, sehingga pemerintah

juga tau apa yang sebenarnya yang

masyarakat butuhkan. Dari semua elemen

termasuk warga Tioghoa harus ikut dari

tahapan proses, penentuan dan pelaksanaan

secara bersama memikirkan bagaimana

membiayai dan mengimplementasi hasil

musrenbang.

5

Musyawarah perencanaan

pembangunnan (Musrenbang) merupakan

amanat Undang-Undang No 25 Tahun 2004

tentang sistem perencanaan pembangunan

nasional. Musrenbang ada beberapa fase

tingkatan yaitu Murenbang RT, Musrenbang

RW (Rembug RW), Musrenbang Desa /

Kelurahan, Musrenbang Kecamatan,

Musrenbang Kota, Musrenbang Provinsi dan

terakhir Musrenbang Nasional. Musrenbang

ini diselenggarakan untuk membahas

tentang prioritas kegiatan pembangunan dan

pengalokasian anggaran. Musrenbang juga

menjadi wadah penyusunan dokumen

rencana pembangunan dan koordinasi antara

instansi pemerintah dan partisipasi seluruh

pelaku pembangunan.

Partisipasi itu sendiri merupakan suatu

konsep yang merujuk pada keikutsertaan

seseorang dalam perencanaan pembangunan

dan berbagai aktivitas pembangunan.

Pembangunan tidak akan bermakna tanpa

adanya dukungan dan partisipasi dari

masyarakat setempat. Karena masyarakat

lebih mengetahui kebutuhan dan potensi

yang ada didaerah tersebut. Namun dalam

mewujudkan partisipasi pada masyarakat itu

sendiri bukan hal yang mudah bagi

pemerintah, Karena di dalam satu daerah itu

sendiri terdapat masyarakat yang beragam.

Desentralisasi ditingkat Kabupaten menjadi

satu cara agar pemerintah lebih dekat

dengan masyarakat sehingga lebih tahu

kepentingan dan kebutuhann masyarakat.

Pada Kelurahan Kamboja kecamatan

Tanjungpinang Barat yang masyarakatnya

lebih dominan kepada masyarakat Etnis

Tionghoa menjadi satu keunikan untuk

melihat bagaimana tinngkat partisipasi

masyarakat etnis Tionghoa dalam

Musrenbang. Pola Musrenbang di Kelurahan

Kamboja menurut Bapak Muhammad Ridha

salah satu staf Kelurahan Kamboja bagian

seksi Pembangunan dan Pemberdayaan

Masyarakat tahapan awal dalam menentukan

kebutuhan infrastruktur yaitu musyawarah

yang dilakukan warga pada tingkat RT,

setiap RT memiliki bagian 5 sampai 10

kebutuhan infrastruktur yang dapat

diiajukan. Setelah itu setiap RT akan

mengumpulkan berkas hasil musyawarah

kepada RW yang akan diseleksi kembali

untuk memilih kebutuhan yang dianggap

lebih penting atau diprioritaskan. Setelah itu

berkas akan masuk ke tingkat Kelurahan,

lalu akan masuk kembali di tingkat

Kecamatan, di Kecamatan ini akan diseleksi

kembali oleh tim khusus, dan selanjutnya

akan masuk ke tingkat kota.

Mengapa penulis memilih Kelurahan

Kamboja sebagai lokasi penelitian kali ini,

karena jumlah masyarakat etnis Tionghoa di

kecamatan Kota Tanjungpinang Barat ada

pada Kelurahan Kamboja. Dari data yang

saya kumpulkan berdasarkan penghitunngan

pemeluk agama Budha dan Konghucu

jumlah masyarakat etnis Tionghoa pada

Kelurahan Kampung Baru 2.341 Jiwa,

Kelurahan Bukit Cermin 476 Jiwa,

Kelurahan Tanjungpinang Barat 1.629 Jiwa,

dan jumlah terbanyak pada Kelurahan

Kamboja yaitu 7.653 Jiwa. Kelurahan

Kamboja Khususnya daerah Potong Lembu

juga merupakan pusat perdagangan

6

masyarakat Tionghoa dan permukimann

Masyarakat Etnis Tionghoa. Uniknya

mereka sangat senang mendirikan rumah

diatas laut. Sehingga sepanjang pelantar

daerah potong lembu sebagian besar adalah

masyarakat Tionghoa.

Alasan penulis ingin meneliti tingkat

partisipasi masyarakat etnis Tionghoa dalam

Musrenbang Kelurahan Kamboja? Karena

penulis melihat Dinamika yang masih

terjadi:

1. Masyarakat etnis Tionghoa dalam

kehidupann sosialnya cenderung

tertutup,sehingga terwujudnya

partisipasi akan sangat kecil terjadi,

karena partisipasi akan muncul ketika

masyarakat saling terbuka satu sama

lain sehingga bisa memprioritaskan

kebutuhan bersama.

2. Dari survei sementara yang saya

dapatkan informasinya dari staf

Kelurahan Kamboja bahwa masyarakat

etnis Tionghoa dalam kegiatan

kemasyarakatan seperti gotong royong

sedikit yang berpartisipasi, lebih

banyak yang menyumbangkan

makanan atau memberi uang untuk

konsumsi, kebanyakan dari masyarakat

Tionghoa tidak ikut karena kegiatan

bisnisnya yang tidak bisa di

tinggalkan.. Hal ini membuat penulis

ingin mengetahui bagaimana tingkat

partisipasi masyarakat Tionghoa dalam

kehadiran di Musyawarah perencanaan

pembangunan.

3. Masyarakat Etnis Tionghoa cenderung

hidup berkelompok dalam etnisnya

saja, sehingga penulis tertarik untuk

mengetahui pola musyawarah yang

terjadi pada daerah yang bermukim

kelompok etnis Tionghoa.

4. Dilihat dari data yang diperoleh dari

setiap kelurahan yang ada di

Kecamatan Tanjungpinang Barat

bahwa Kelurahan Kamboja merupakan

Kelurahan dimana jumlah masyarakat

Etnis Tionghoa terbanyak. Oleh karena

itu penulis memilih Kelurahan

Kamboja sebagai lokasi penelitian.

Sehingga dalam penelitian ini peneliti

merumuskan permasalahan penelitian yang

harus dijawab dalam penelitian ini yaitu :

Bagaimanakah tingkat partisipasi

masyarakat etnis tionghoa dalam

Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) (Studi

pada Kelurahan Kamboja Kota

Tanjungpinang Barat) ?

Adapun yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui tingkat partisipasi

masyarakat etnis tionghoa dalam

Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) (Studi

pada Kelurahan Kamboja Kota

Tannjungpinang Barat).

Hasil penelitian ini diharapkan akan

bermanfaat untuk :

a. Secara praktris, penelitian ini

diharapkan dapat mengembangkan

penerapan ilmu yang telah peneliti

pelajari khususnya dalam bidang ilmu

administrasi negara dan ilmu politik

7

terutama dalam partisipasi masyarakat

etnis Tionghoa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi kepada pemuka

masyarakat bahwa betapa pentingnya

peran serta masyarakat memberikan

partisipasi dalam Musyawarah

Perencanaan Pembangunan.

c. Secara Akademis, untuk memperoleh

gelar sarjana pada program studi Ilmu

Pemerintahan, di Universitas Maritim

Raja Haji Tanjungpinang.

B. LANDASAN TEORI

Konsep teoritis merupakan dasar dari

keseluruhan proyek penelitian yang di

dalamnya di kembangkan, diuraikan dan

dielaborasi hubungan-hubungan di antara

variable-variable yang telah diidentifikasi

melalui proses pengumpulan data awal, baik

wawancara atau observasi, dan juga studi

literatur dalam kajian pustaka.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian

sekaligus untuk bisa mewujudkan hal-hal

yang menjadi tujuan penelitian,maka di

perlukan konsep teoritis yang memuat teori-

teori, kerangka berfikir, konsep-konsep dan

pandangan-pandangan yang berhubungan

dengan masalah penelitian.

a. Partisipasi

Pengertian sederhana tentang

partisipasi dalam hubungannya dengan

pembangunan adalah mengambil bagian

atau ikut berperan secara aktif dalam

semua proses perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan sesuai

kemampuan.

Dalam Sastropoetro (1986 : 13) Keith

Davis menyatakan bahwa :“ partisipasi

adalah keterlibatan mental / pikiran dan

emosi / perasaan seseorang dalam situasi

kelompok yang mendorongnya untuk

memberikan sumbangan kepada kelompok

dalam usaha mencapai tujuan serta turut

bertanggung jawab terhadap usaha yang

bersangkutan “.

Selanjutnya oleh Inu Kencana (

Syaroh, 2011:1) Mendefinisikan partisipasi

sebagai penentuan sikap dan keterlibatan

hasrat individu Dalam situasi dan kondisi

organisasi sehingga pada akhirnya

mendorong individu tersebut untuk

berperan serta dalam pencapaian tujuan

organisasi serta ambil bagian dalam

pertanggungjawaban bersama.

Dari kedua pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa demi mencapai tujuan

dalam suatu kegiatan / usaha di organisasi

kelompok dibutuhkan partisipasi /

dorongan dari masing – masing individu

yang menyangkut perasaan dan pikiran.

b. Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah

keterlibatan atau peran serta masyarakat

dalam berbagai kegiatan ditengah

masyarakat, untuk berminat dan bergerak

di penyelenggaraan penataan ruang sesuai

dengan hak dan kewajibannya sebagai

objek dan subjek pembangunan.

Keterlibatan masyarakat dalam tahap

pembangunan dimulai sejak tahap

perencanaan sampai pengawasan berikut

segala hak dan tanggungjawab (Kamus

TR, 1998).

8

Sedangkan menurut Pasaribu (Elfriza,

2012 : 151) mengatakan rumusan

partisipasi dengan meninjau beberapa

dimensi , bahwa partisipasi dapat juga

dalam bentuk pertemuan , ajang dan

sebagainya. Sedangkan partisipasi dalam

bentuk tenaga seperti misalnya kegiatan

yang diberikan untuk perbaikan salah satu

pembangunan didesa dan sebagainya.

Dilihat dari pengertian diatas,

partisipasi masyarakat merupakan bentuk

keikutsertaan masyarakat dalam

perencanaan hingga pelaksanaan

pembangunan yang dimana masyarakat

akan ikut bertanggung jawab pada hasil

yang didapat.

Dalam Sastropoetro (1986:16) Keith

Davis mengatakan jenis – jenis partisipasi

meliputi :

a. Pikiran (psychological participation)

b. Tenaga (physical partisicipation)

c. Pikiran dan tenaga (psychological

and physical participation)

d. Keahlian (participation with skill)

e. Barang (material participation)

f. Uang (money participation)

Darjono, SH (Sastropoetro 1986:19)

keterlibatan partisipasi masyarakat ada

dalam 3 hal ini :

1. Proses pengambilan keputusan.

2. Menentukan kebutuhan.

3. Menunjukkan tujuan dan prioritas.

Dalam sebuah organisasi, partisipasi

sangatlah penting untuk perkembangan

dan kemajuan suatu organisasi. Uraian

mengenai pentingnya partisipasi

masyarakat dalam perencanaan tersebut

sejalan dengan pendapat Conyer (1991 :

154 – 155) yang lebih lanjut

mengemukakan 3 alasan mengapa

partisippasi masyarakat dalam

perencanaan mempunyai sifat sangat

penting :

1. Partisipasi masyarakat merupakan

suatu alat guna memperoleh

informasi mengenai kondisi,

kebutuhan dan sikap masyarakat

setempat, yang tanpa kehadirannya

program pembangunan atau proyek –

proyek akan gagal;

2. Masyarakat lebih mempercayai

proyek atau program pembangunan

jika merasa dilibatkan dalam proses

persiapan dan perencanaannya,

karena mereka akan lebih mengetahui

seluk beluk proyek tersebut dan akan

mempunyai rasa memiliki terhadap

proyek tersebut.

3. Merupakan suatu hak demokrasi bila

masyarakat dilibatkan dalam

pembangunan masyarakat mereka

sendiri.

Kesimpulan dari pernyataan diatas,

partisipasi masyarakat merupakan salah

satu aspek penting demokrasi. Tanpa

adanya partisipasi dari masyrakat maka

tidak aka nada hubungan timbale balik

antara masyarakat dan pemerintahan.

Sehinngga masyarakat akan menjadi

masyarakat yang pasif.

c. Perencanaan pembangunan

Esman (1991) (dalam Tjokrowinoto,

1996: 91) menyatakan bahwa hakikat dari

pembangunan adalah kemajuan yang

9

mantap dan terus-menerus menuju

perbaikan kondisi kehidupan manusia,

sedangkan Todaro (1986) mengemukakan

bahwa pembangunan merupakan proses

menuju perbaikan taraf kehidupan

masyarakat secara menyeluruh dan bersifat

dinamis.

Conyers (1984: 5) menyatakan bahwa :

“perencanaan melibatkan hal-hal yang

menyangkut pengambilan keputusan atau

pilihan mengenai bagaimana

memanfaatkan sumber daya yang ada

semaksimal mungkin guna mencapai

tujuan-tujuan tertentu atau kenyataan-

kenyataan yang ada dimasa datang”.

Sedangkan menurut pernyataan

Widjojo Nitisastro (1963) dalam

Tjokroamidojo, 1996: 14) : “ Perencanaan

ini pada asasnya berkisar kepada dua hal,

yang pertama, ialah penentuan pilihan

secara sadar mengenai tujuan konkrit yang

hendak dicapai dalam jangka waktu

tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki

oleh masyarakat yang bersangkutan dan

yang kedua ialah pilihan diantara cara-cara

alternatif serta rasional guna mencapai

tujuan tujuan tersebut “.

Dari pernyataan diatas dapat ditarik

kesimpulan perencanaan pembangunan

merupakan suatu alat guna untuk

pengambilan keputusan terhadap

kebutuhan – kebutuhan masyarakat dengan

tujuan memperbaiki taraf kehiidupn

masyarakat yang lebih baik lagi.

d. Tingkatan Partisipasi masyarakat

Arnstein, 1969 mengklasifikasi

partisipasi masyarakat ke dalam 8

tingkatan partisipasi (ladder of

participation) yang dimuat dalam

American in participation (1971).

Kedelapan tangga partisipasi tersebut dari

paling rendah hinngga tertinggi

1. Manipulation

Merupakan keterlibatan dan peran

masyarakat tidak ada sama sekali, dan

kekuasaan berada ditangan pemerintah

sepenuhnya.

2. Therapy

Pemerintah mengatur segala

sesuatunya, sehingga masyarakat

merupakan obyek program sehingga

tidak ada partisipasi

3. Informing

Pada tingkatan ini, masyarakat mulai

memperoleh gambaran mengenai

pelaksanaan program dari pemerintah,

namun tetap belum berperan serta aktif

dan terlibat dalam pelaksanaan program.

4. Consultation

Pada tingkatan ini, mulai terlihat

adanya saling tukar informasi antara

pihak satu dengan pihak lainya, yang

memungkinkan katerlibatan masyarakat

dalam satu program.

5. Placation

Pada tingkatan ini masyarakat yang

ikut terlibat dan berpartispasi dalam

program akan mendapatkan imbalan

berupa plakat.

6. Partnership

Merupakan tingkatan partisipasi yang

ideal, pemerintah dan masyarakat

memiliki kedudukann yang sama dalam

tahapan pelaksanaan program.

10

7. Delegated Power

Pada tingkatan ini, masyrakat mulai

diberikan kekuasaan, sehingga

kedudukan pemerintah berada dibawah

rakyat.

8. Citizen Control

Pada tingkatan ini partisipasi

masyarakat memegang kekuasaan

tertinggi secara penuh dan sebagai

akibatnya muncul kegiatan – kegiatan

yang menjurus anarki.

C. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini adalah penelitian

Deskriptif kualitatif, dalam penelitian

deskriptif ini, peneliti hanya memberikan

suatu gambaran secara sistematis, faktual

dan akurat mengenai fakta-fakta yang sesuai

dengan ruang lingkup judul penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini bertujuan untuk memberikan

gambaran mengenai partisipasi masyrakat

etnis Tionghoa dalam Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di

Kelurahan Kamboja kota Tanjungpinang

Barat.

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di

Kelurahan Kamboja Kecamatan

Tanjungpinang Barat, khususnya di jalan

potong lembu dan Tambak, Peneliti akan

mewawancarai masyarakat etnis Tionghoa

di daerah tersebut, alasan penulis memilih

lokasi tersebut, karena etnis tionghoa lebih

banyak yang berdomisili didaerah tersebut

bahkan menjadikan daerah tersebut sebagai

pusat perekonomian para etnis Tionghoa.

Dalam penelitian ini menggunakan

teknik Purposive sampling, yaitu

menentukan informan secara sengaja dengan

pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dalam

penelitian ini tidak mengenal populasi dan

sampel melainkan informan, jumlah

informan dalam penelitian ini adalah 6

orang. 1 orang Kasi Pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat, 1 orang Rukun

Tetangga (RT), 1orang Rukun Warga (RW),

3 orang Tokoh Masyarakat Tionghoa.

Jenis data dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer yaitu merupakan sumber

data yang diperoleh secara langsung

dari sumber asli. Dalam halnya

penelitian ini sumber data primer

adalah Masyarakat Etnis Tionghoa

yang menjadi responden.

b. Data Sekunder yaitu data merupakan

data yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain),

yang pada umumnya berupa bukti,

catatan-catatan yang telah tersusun

dalam arsip (dokumenter), baik yang

dipublikasikan atau tidak. Dalam

halnya penelitian ini yang menjadi

sumber data skunder adalah literatur-

literatur dan arsip-arsip (dokomenter)

yang ada di perpustakaan-perpustakaan

maupun kearsipan di Kota

Tanjungpinang.

Teknik analisa yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu menggunakan analisis

data kualititif. Menurut Bogdan & Biklen

(Moelong 2011:248) analisis data kualitatif

11

adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milahknya menjadi satuan

yang dapat dikelola mensistesikannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari,

dan memutuskan apa yang diceritakan

kepada orang lain.

D. PEMBAHASAN

Partisipasi masyarakat merupakan

keterlibatan masyarakat dalam

pembangunan yang dinilai berdasarkan

tahap perencanaan pembangunan, tahap

pelaksanaan pembangunan, tahap

pemanfaatan hasil pembangunan dan tahap

evaluasi. Untuk memberikan batasan tentang

penelitian yang berjudul Analisis Tingkat

Partisipasi Masyarakat Etnis Tionghoa

Dalam Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) (Studi Pada

Kelurahan Kamboja Kota Tanjungpinang

Barat), peneliti akan memaparkan tentang

variabel Partisipasi Masyarakat yang akan

dianalisa dan selanjutnya peneliti mengacu

pada pendapat yang dikatakan oleh Darjono,

SH (Sastropoetro, 1986:19) partisipasi

masyarakat dapat dilihat keterlibatannya dari

Dimensi : Proses pengambian keputusan,

Menentukan Kebutuhan, Menunjuk tujuan

dan prioritas. Untuk melihat bagaimana

proses keterlibatan partisipasi masyarakat

dalam Musrenbang dapat dilihat dari

indikator-indikator dibawah ini :

1. Proses pengambilan keputusan

Proses pengambilan keputusan yang

dimaksudkan disini adalah tahap-tahap

dalam membuat suatu keputusan yang

akhirnya akan ada pemilihan alternative

kesepakatan terbaik dari beberapa

masukan atau saran yang ditampung.

Proses pengambilan keputusan dapat

dilihat dan dimulai dari indikator:

a. Tahap pertemuan dalam musyawarah

perencanaan pembangunan

Tahap pertemuan dalam Musrenbang

memiliki beberapa fase tingkatan yaitu,

Musrenbang RT/RW, Musrenbang

Kelurahan, Musrenbang Kecamatan,

Musrenbang Kota, Musrenbang Provinsi,

dan terakhir Musrenbang Nasional.

Sebelum sampai ke Musrenbang tingkat

Kelurahan proses pertama dalam

pengambilan keputusan tingkat awal

akan dilakukan ditingkat RT lalu berlajut

ke tingkat RW untuk dirembug ulang,

lalu masuk kedalam Musrenbang tingkat

Kelurahan. Dalam Musrenbang RT

musyawarah dilakukan bersama

masyarakat yang ada diderahnya, dalam

Musrenbang RW musyawarah dilakukan

bersama para RT yang bersangkutan

dengan RW tersebut, dan dalam

Musrenbang Kelurahan musyawarah

dilakukan bersama seluruh perangkat RT

dan RW serta stakeholder lainnya.

Dalam penelitian ini peneliti hanya

melakukan penelitian sampai batas

Musrenbang tingkat Kelurahan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dilapangan maka peneliti menyimpulkan

bahwa masyarakat tidak pernah

mengikuti rapat Musrenbang di Tingkat

RT. Dan menurut informan masyarakat

12

bahwa Musrenbang di tingkat RT hanya

menunjuk perwakilan dari masyarakat

untuk mensurvei pembangunan yang

akan diusulkan kedalam proposal

Musrenbang. Sehingga tidak ada

pertemuan untuk musyawarah bersama

masyarakat etnis Tionghoa maupun

masyarakat lainnya tidak terselenggara.

b. Mengumpulkan / mengundang

masyarakat

Proses mengundang dalam sebuah

pertemuan perlu dilakukan sebagai bukti

bahwa benar ada pertemuan yang akan

dilaksanakan. Undangan merupakan

seubah kejelasam yang menerangkan

waktu serta tempat untuk mengumpulkan

masyarakatnya. Undangan juga menjadi

simbol bahwa petugas menginginkan

masyarakatnya hadir dalam pertemuan

tersebut. Untuk itu Peneliti disini ingin

melihat apakah benar dilakukan proses

pembagian undangan dalam mengadakan

pertemuan Musrenbang Kelurahan dan

apakah pihak Kelurahan juga

mengundang masyarakat ethnis

Tionghoa.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dilapangan menyimpulkan bahwa tidak

ada upaya RT untuk membagikan

undangan dalam bentuk tertulis maupun

lisan kepada masyarakat secara

keseluruhan untuk mengadakan rapat

Musrenbang.

2. Menentukan kebutuhan

Menentukan kebutuhan yang

dimaksudkan disini adalah suatu proses

penyampaian saran, ide serta gagasan dari

masyarakat kepada pegawai guna

terciptanya perencanaan pembangunan

yang di inginkan masyarakat. Menentukan

kebutuhan dapat dilihat dari indikator :

a. Kehadiran dalam Musrenbang untuk

mengumpulkan ide-ide / aspirasi

Musyawarah perencanaan

pembangunan (Musrenbang) diadakan

agar masyarakatnya dapat

menyampaikan ide – ide serta

pendapatnya tentang pembangunan

diderahnya. Didalam musrenbang ini

akan terjadi feedback antara masyarakat

dengan pemerintah. Tanpa adanya

keterlibatan masyarakat, perencanaan

pembangunan yang terjadi tidak akan

menjadi pembangunan yang ideal.

Karena pembangunan yang ideal adalah

pembangunan yang sesuai dengan

keinginan masyarakat. Oleh karena itu

partisipasi kehadiran masyarakat penting

guna mensukseskan rapat Musrenbang.

Didalam indikator ini peneliti akan

melihat setelah proses pembagian

undangan apakah masyarakat ethnis

Tionghoa menghadiri rapat Musrenbang

yang diselenggarakan oleh pihak

Kelurahan.

Berdasarkan pendapat pihak

Kelurahan sudah memberikan

kesempatan untuk masayarakat ethnis

Tionghoa yang menjabat sebagai RT dan

RW untuk hadir dalam proses

Musrenbang, namun masyarakat etnis

Tionghoa yang diundang tidak semuanya

hadir, dikarenakan kesibukan mereka

dalam pekerjaan.

13

Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dilapangan menemukan bahwa di dalam

rapat musrenbang, masyarakat ethnis

Tionghoa harus di ikutsertakan agar

masyarakat ethnis Tionghoa bisa

menyampaikan ide – ide serta

aspirasinya mengenai perencanaan

pembangunan yang akan dibangun

didaerahnya, namun pihak RT tidak

memberikan kesempatan dalam hal ini.

Sehingga masyarakat menjadi apatis baik

itu masyarakat etnis Tionghoa maupun

masyarakat pribumi lainnya.

b. Menentukan kebutuhan perencanaan

pembangunan

Musyawarah perencanaan

pembangunan (Musrenbang) diadakan

untuk menentukan kebutuhan

perencanaan pembangunan. Dalam

proses menentukan perencanan

pembangunan ini sangat perlu ide – ide

atau pendapat masyarakat guna

menentukan pembangunan yang akan

berguna bagi kepentingan masyarakat

umum serta perbaikan pembangunan

yang telah rusak ataupun ditingkatkan

lagi kegunaannya. Dari indikator ini

maka peneliti ingin melihat

bagaimanakah partisipasi masyarakat

etnis Tionghoa dalam menyalurkan ide –

ide atau pendapat dalam menentukan

kebutuhan perencanaan pembangunan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dilapangan dapat disimpulkan bahwa

tidak pernah ada sosialisasi yang

dilakukan oleh RT tentang Musrenbang

dalam mengajak masyarakat ethnis

Tionghoa dan masyarakat lainnya untuk

ikut menentukan kebutuhan perencanaan

dalam pembangunan.

3. Menunjuk tujuan dan prioritas

Menunjukkan tujuan dan prioritas yang

dimaksudkan disini adalah suatu proses

kesepakatan bersama antara pegawai dan

masyarakat dalam setiap kegiatan

musrenbang yang dimana hasil akhirnya

demi tujuan serta kepentingan bersama.

Menunjukkan dan prioritas dapat dilihat

dari indikator :

a. Menentukan kebutuhan yang harus di

prioritaskan

Dalam proses terakhir di Musrenbang

Kelurahan yaitu menentukan prioritas

pembangunan yang akan diusulkan

kembali ke Musrenbang Kecamatan.

Dalam menentukan prioritas ini biasanya

pihak Kelurahan akan berdiskusi untuk

menentukan 1 aspek dari 3 kelompok

pembangunan yang akan di prioritaskan.

Dalam indikator ini peneliti ingin

melihat prioritas yang di pilih serta

bagaimana cara menentukannya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dilapangan dapat disimpulkan bahwa

tidak ada pemberitahuan tentang hasil

Musrenbang pada tingkat RT kepada

masyarakat etnis Tionghoa maupun

masyarakat lainnya.

b. Memutuskan dengan persetujuan

bersama

Keputusan akhir dengan disetujui

oleh seluruh pihak penting bagi

berjalannya sebuah pertemuan

Musrenbang. Karena tanpa persetujuan

14

yang disepakati oleh seluruh peserta

maka akan menimbulkan pro dan kontra

yang menyebabkan perselisihan. Oleh

sebab itu Musrenbang ini diadakan guna

memberitahu masyarakat tentang

pembangunan yang kan dibangun agar

tidak ada konflik yang terjadi

dimasyarakat kedepannya. Dari indikator

ini peneliti ingin mengetahui apakah

segala keputusan akhir dalam

Musrenbang Kelurahan teah disetujui

oleh peserta.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dilapangan dapat disimpulkan bahwa

masyarakat ada yang pro dan kontra

dalam proses Musrenbang tingkat RT.

Ada yang setuju perencanaan

pembangunan di tentukan oleh hasil

survey yang dilakukan oleh perwakilan

masyrakat karna lebih efektif, dan ada

yang tidak setuju dengan alasan suara

masyarakat tidak semuanya sama.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang partisipasi apa sajakah yang

dilakukan oleh masyarakat Ethnis Tionghoa

pada proses Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) di Kelurahan

Kamboja , disini penulis akan memaparkan

mengenai jenis – jenis partisipasi menurut

Keith Davis (Sastropoetro, 1986:16). Jenis –

jenis partisipasi tersebut adalah :Partisipasi

berupa pikiran (psychological participation),

Partisipasi yang berupa tenaga (Physical

Participation), Partisipasi yang berupa

tenaga dan pikiran (physical and

psychological participation), Partisipasi

yang berupa keahlian (participation with

skill), Partisipasi yang berupa barang

(material participation), Partisipasi yang

berupa uang (money participation), yang

dilakukan oleh masyrakat ethnis Tionghoa

dalam proses Musrenbang yaitu partisipasi

berupa pikiran (psychological participation)

dimana pada saat melakukan Murenbang di

Kantor Kelurahan Kamboja beberapa

masyarakat Ethnis Tioonghoa yang

menjabat sebagai RT/RW ada yang

menyumbangkan ide atau pendapatnya, dan

partisipasi berupa barang (material

participation) serta uang (money

participation) jika ada pelaksanaan program.

Misalnya didaerah mereka ada pelaksanaan

gotong royong atau program yang turun dari

pemerintah mereka lebih memilih

menyumbangkan uang untuk konsumsi atau

menyumbangkan material berupa bahan

baku bangunan. Karena sebagian besar

masyarakat ethnis Tionghoa berwirausaha

setiap harinya, sehingga mereka lebih

memilih untuk berpartisipasi dalam 3 hal

tersebut.

E. PENUTUP

Berdasarkan hasil pengamatan dan

wawancara yang dilakukan peneliti, maka

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut : pada dasarnya dalam menganalisis

tingkat partisipasi masyarakat Ethnis

Tionghoa dalam kegiatan MUSRENBANG

kita perlu melihat beberapa indikator dari

variable yaitu proses pengambilan

keputusan, menentukan kebutuhan dan

terakhir menunjukkan tujuan dan prioritas

15

,dari ketiga indikator tersebut setelah di

analisisi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dalam proses pengambilan keputusan

dapat disimpulkan tahapan

Musrenbang di Kelurahan Kamboja

telah dilakukan berdasarkan

tingkatannya yaitu dimulai dari tingkat

RT/RW, setelah itu ke tingkat

Kelurahan. Dalam proses

mengumpulkan atau mengundang

masyarakat telah dilakukan oleh pihak

Kelurahan kepada setiap masyarakat

etnis Tionghoa yang menjabat sebagai

RT dan RW. Namun pada Musrenbang

tingkat RT tidak terjadi proses

mengundang atau mengumpulkan

masyarakat etnis Tionghoa maupun

masyarakat lainnya. Sehingga tidak ada

pertemuan langsung terhadap

masyarakatnya. RT hanya menunjuk

perwakilan masyarakat untuk

melakukan survey didaerahnya.

2. Dalam menentukan kebutuhan dapat

disimpulkan partisipasi masyarakat

etnis Tionghoa dalam kehadirannya di

Musrenbang Kelurahan masih banyak

yang tidak menghadiri undangan yang

diberikan oleh pihak Kelurahan. Dari

total perangkat RT dan RW ada 10

masyarakat etnis Tionghoa yang

tercatat dalam daftar perangkat RT dan

RW namun dalam kehadirannya hanya

3 yang menghadiri rapat Musrenbang

tingkat Kelurahan. Dalam menentukan

kebutuhan, pendapat atau ide – ide

yang diberikan oleh masyarakat etnis

Tionghoa masih sangat minim,

dikarenakan jumlah yang hadir sangat

sedikit, namun masih ada satu orang

masyarakat etnis Tionghoa yang mau

berpendapat dalam rapat Musrenbang

Kelurahan tersebut. Dalam menentukan

kebutuhan dibagi menjadi 3 kelompok

yaitu pembangunan infrastruktur,

pembangunan sosial budaya dan

pembangunan ekonomi. Sedangkan

Musrenbang di Tingkat RT masyarakat

ada yang menganggap penting

keikutsertaanya dalam rapat

Musrenbang dan ada yang

menyerahkan segala urusan

pembangunan terhadap RT.

3. Dalam menentukan tujuan dan prioritas

dapat disimpulkan bahwa prioritas

kebutuhan dipilih berdasarkan

kegunaan, jangka waktu, dan usulan

yang tidak teralisasi pada tahun lalu.

pada Musrenbang Kelurahan tahun

2016 ini prioritas kebutuhan dipilih

pada kelompok bidang pembangunan

infrastruktur. Karena pembangunan

infrastruktur dianggap lebih memiliki

jangka waktu yang secepatnya harus

dilaksankan dikarenakan pembangunan

infrastruktur yang sudah rusak harus

secepatnya diperbaiki. Hasil

Musrenbang yang sudah di

musyawarahkan akan disepakati

dengan suara terbanyak dan disetujui

oleh peserta Musrenbang lainnya. Hal

ini dibuktikan dengan adanya

perwakilan dari masyarakat yang ikut

menandatangani keputusan akhir rapat

Musrenbang Kelurahan. Ada satu

16

tandatangan yang mewakili dari

masyarakat Tionghoa. Namun

kedepannya jika ada protes mengenai

usulan perencanaan pembangunan yang

akan dibangun dari masyarakat pihak

Kelurahan akan membatalkan usulan

tersebut atas persetujuan RT dan RW.

Dari paparan kesimpulan 3 indikator

diatas dapat dianalisis tingkat partisipasi

masyarakat ethnis Tionghoa berada di

tingkat Partnership dimana masyarakat

Ethnis Tionghoa memiliki kedudukann yang

sama dalam partisipasi menetukan

perencanaan pembangunan pelaksanaan

Musrenbang Kelurahan. Dimana masyarakat

etnis Tionghoa dilibatkan dalam perangkat

RT dan RW dan diikutsertakan dalam rapat

Musrenbang Kelurahan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, perlu adanya saran guna

memperbaiki atau meningkatkan partisipasi

masyarakat ethnis Tionghoa dalam

pelaksanaan Musrenbang

1. Proses pengambilan keputusan

Pihak Kelurahan perlu mengatur

jadwal pertemuan Musrenbang bukan

pada hari kerja, sehingga masyarakat

etnis Tionghoa lebih besar

kemungkinannya untuk bisa hadir pada

rapat Musrenbang.

2. Menentukan Kebutuhan

Pihak Kelurahan perlu mengadakan

sosialisasi untuk masyarakat tentang

betapa pentingnya Musrenbang bagi

kemajuan daerahnya. Mengingat

dimana hasil data yang ada, tingkat

partisipasi masyarakat etnis Tionghoa

dalam Musrenbang masih sangat

rendah. Karena pada tahap proses

menentukan kebutuhan ini masyarakat

sangat di perlukan ide – ide serta

pendapatnya, agar kebutuhan

pembangunan berjalan sesuai dengan

keinginan masyarakat.

3. Menentukan Tujuan dan Prioritas

Pihak Kelurahan perlu membuatkan

SOP (Standart Operasional Prosedur)

untuk jalannya Musrenbang di tingkat

RT/RW. Sehingga pihak RT/RW

menjalankan proses Musrenbang secara

benar. Karena Musrenbang merupakan

Musyawarah perencanaan

pembangunan, dimana artinya itu pihak

RT melakukan musyawarah bersama

masyarakatnya. Jika hanya dilakukan

peninjauan saja, peninjau harus

bertanya kemasyarakat tentang

pembangunan apa saja yang mereka

inginkan

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Conyer, Diana. 1991. Perencanaan social

didunia ketiga.Yogyakarta :UGMpress

Efriza. 2012. Political

explore.Bandung.CvAlfabeta

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

universitas maritim raja ali haji,2011,

pedoman penulisan usulan penelitian &

skripsi serta ujian sarjana fakultas dan

ilmu sosial universitas maritim raja ali

haji, tanjungpinang

17

Moleong. Lexi j. 2011. Metodelogi

penelitian kualitatif.( cetak ke-29 ).

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sastropoetro, Santoso. 1986. Partisipasi,

komunikasi, persuasi dan Disiplin dalam

Pembangunan Nasional. Bandung. PT.

Alumni

Soelaiman, Holil. 1980. Partisipasi social

dalam usaha kesejahteraan sosial.

Bandung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Administrasi. Bandung: alfabeta.

Tjokroamidjojo, Bintoro, 1996,

Perencanaan Pembangunan, cetakan ke-

18 tahun 1985, TokoGunungAgung,

Jakarta.

Tjokrowinoto, Moeljarto, 1996,

Pembangunan Dilema dan Tantangan,

Cetakan ke-4 tahun 2002,

PustakaPelajar, Yogyakarta.

Todaro, Michael P, 1986, Development

Planning, Oxford University Press.

Jurnal :

Sherry. R .Arnstein“ A ladder of Citizen

Participation “ ( AIP Jurnal, July 1971)

Bobby Irwansyah, Tingkat Ekonomi dan

Pertisipasi Etnis Tionghoa dalam

Pemilukada kota Medan,Jurnal Politea

Vol.2 No.2 Juli 2010, Politea Jurnal Ilmu

politik, hlm 90

Syaroh.PartisipasiMasyarakat. (2001,

Januari), diperoleh 6 Dec 2015 pukul

23:00

http://munasyaroh.blogspot.com/2011/01

/partisipasimasyrakat.html

Wibowo, “Pengantar”, dalam I. Wibowo

(ed.), Harga yang Harus Dibayar: Sketsa

Pergulatan Etnis Cina di Indonesia,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2001), hlm. Xv