112
ANALISIS TORTOR PARSIARABU PADA UPACARA HORJABIUS DI DESA TOMOK, KECAMATAN SIMANINDO, KABUPATEN SAMOSIR SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : ADE SYLVIA CITRA M. H NIM : 130707073 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

ANALISIS TORTOR PARSIARABU PADA UPACARA HORJABIUS DI

DESA TOMOK, KECAMATAN SIMANINDO, KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN

O

L

E

H

NAMA : ADE SYLVIA CITRA M. H

NIM : 130707073

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin

Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara,

Medan

Pada Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU,

Dekan,

Dr. Drs. Budi Agustono, M.S.

NIP 19600805198703 1001

Panitia Ujian : Tanda Tangan

1. Arifni Netrirosa, SST., M.A ( )

2. Drs. Bebas Sembiring, M.Si ( )

3. ( )

4. ( )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

DISETUJUI OLEH

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

KETUA,

Arifni Netrirosa, SST., M.A.

NIP 19650219199403 2002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan utuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2017

NIM 130707073

Ade Sylvia Citra

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Analisis Struktur Gerak Tortor Parsiarabu pada upacara Horjabius di Desa Tomok Dolok, Kec. Simanindo, Kab. Samosir. Dalam tulisan ini, Penelitian nya akan difokuskan kepada bagaimana analisis gerak tortor parsiarabu, juga dalam musik yang mengiringi tortor tersebut. Tortor merupakan salah satu jenis tarian tradisional yang berasal dari Sumatera Utara dan merupakan tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang dan sebagai sebuah media komunikasi dimana setiap gerakan yang disajikan memiliki makna tersendiri dan biasanya terjadi interaksi antara partisipan upacara. Dalam upacara Horjabius terdapat tortor parsiarabu yang merupakan tarian pada acara kematian dengan tujuan menghibur sesuai dengan latar belakang parsiarabu. Tortor ini bertujuan untuk mengantarkan doa-doa dan harapan dibalik ulos yang dipakai, dimana ulos sebagai media untuk menutupi rasa kesedihan, agar air mata dan kesedihan tidak terlihat. Pada upacara Horjabius, konsep tortor parsiarabu di tampilkan sebagai wujud ekspresi dalam merenungi dan menyesali (ungkapan kesedihan masyarakat) atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh masyarakat suatu kampung yang dapat mengakibatkan malapetaka, seperti halnya musim kemarau yang berkepanjangan, adanya air bah dan wabah penyakit dalam tujuan untuk memperoleh berkat dari Mula Jadi Nabolon. Tortor parsiarabu diiringi oleh musik tradisional yaitu ensambel gondang sabangunan, yang instrumen musik nya terdiri atas gordang, taganing, sarune, dan ogung.

Pendekatan yang penulis lakukan dalam hal ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun dalam proses kerjanya, penulis akan melakukan pengamatan terlibat dengan wawancara, studi pustaka (termaksud pustaka online), perekaman kegiatan, transkripsi, dan analisa laboratorium. Penelitian ini terfokus kepada pendapat informan dalam konteks studi emik, namun diimbangi dengan pendekatan etnik oleh penulis. Informan berjumlah 3 orang, yang terdiri dari satu orang budayawan.

Kata Kunci : Tortor, Parsiarabu, Horjabi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena kasihnya yang begitu besar melimpahi kehidupan penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Analisis Struktur Tortor

Parsiarabu Pada Upacara Horjabius di Desa Tomok, Kec Simanindo, Kab

Samosir. Tugas akhir ini dikerjakan untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn) dari Departemen Etnomusikologi Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Bapak Dr. Drs. Budi

Agustono, M.S. dan Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., selaku Dekan

Fakultas Ilmu Budaya beserta jajarannya yang telah memberikan fasilitas dan

sarana pembelajaran selama penulis menuntut ilmu di Universitas Sumatera Utara

ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Arifni Netrirosa,

SST., M.A. selaku ketua Departemen Etnomusikologi dan kepada Bapak Drs.

Bebas Sembiring, M. Si., selaku sekretaris Departemen Etnomusikologi. Tidak

lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih juga kepada Ibu Dra.

Rithaony Hutajulu, M.A.,selaku dosen pembimbing I dan kepada Bapak Drs.

Kumalo Tarigan, M.A., dosen pembimbing II, Kedua dosen pembimbing yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

baik dan luar biasa ini telah banyak memberikan saran serta semangat kepada saya

selama proses penyelesaian skripsi ini.

Demikian juga dengan para Bapak dan Ibu dosen beserta staff di

Departemen Etnomusikologi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya

mengucapkan banyak terima kasih karena telah turut membantu lancarnya proses

penyelesaian skripsi ini.

Dalam kesempatan ini, secara khusus penulis juga mengucapkan banyak

terima kasih kepada kedua orangtua yang penulis cintai Bapak B.Sihaloho dan Ibu

Elinda Br. Limbong buat pengorbanan yang luar biasa yang sudah membimbing

dari kecil dengan kasih sayang hingga pada proses penyelesaian Perguruan Tinggi

ini, dan selalu mendoakan penulis, juga dalam memberikan semangat. Terima

kasih pula penulis sampaikan kepada saudara-saudara penulis Abang Frans Dyka

Rodinatal Sihaloho dan adik Ryanta Friesten Syahputra Sihaloho. Seluruh

keluarga besar Haloho dan br. Limbong, doa dan dukungan kalian sangat

membantu penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga banyak berterima kasih kepada keluarga besar bang Sitanggang

dan Kak grace yang menyambut penulis dengan sangat baik dan dengan tulus

membantu dan memberikan tempat tinggal selama penulis melakukan penelitian.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya juga kepada

Bang T.G.Monang M. Sidabutar (Pemain taganing marsada Band) dan Kak

Epiphanias Simanungkalit selaku informan yang sangat berperan penting dalam

penulisan skripsi ini. Begitu pula penulis ucapkan terima kasih kepada ibu-ibu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

penari yang sudah banyak membantu menarikan Tortor sebagai bahan penelitian

penulis.

Ucapan terima kasih pula kepada seluruh teman-teman angkatan 2013,

kepada Farida Ros Simarmata, Cindi Nathania Panjaitan yang banyak membantu

dan memberikan saran. Dan untuk sahabat-sahabat terdekat penulis yang selama

ini banyak berbagi suka maupun duka dengan penulis selama duduk dibangku

kuliah yang sudah banyak memberikan semangat, doa, dukungan serta telah susah

payah membantu pada saat proses penelitian penulis hingga sampai penyelesaian

skrispi ini yaitu Yosie Karnaen, Fransiska Simanjuntak, Ega Paskah Depari,

Sweet Memory Silaen, Liza Natalia Aruan, Yessi Putri Daulay, Agustina Ariata

Ginting, Marina Parhusip, Desi Wahyuni, Leo Sigalingging, Sastra Gunawan

Pane, Lazuardi Firman Nainggolan, Paima Rohmando Sipayung, Pranata

Sitanggang, Deni Romario Siregar, Salomo Sianturi, Amsal Siburian, Sintong

Pasaribu, Arnold Sitorus, Hiskia Hutabarat, Jeky Chan Sidabutar, Iyon Silalahi,

Velix Sianipar, Baktiar Sinaga, Medyanto Hutagalung, yang ikut penelitian dan

banyak membantu selama penelitian.

Untuk Kakak-kakak stambuk 2012, khususnya Kak Olivia Gabriella

Hutagalung S.sn, Kak Yunita Batubara S.sn, Kak Ria Sihotang S.sn, Kak

Veronika Sitepu S.sn, dan Kak inggrid yang selalu membantu dalam memberi

semangat, motivasi, juga buat waktu yang diluangkan untuk berdiskusi dengan

penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kak Evi Nenta Sipahutar,

Kak Adre, Kak Soraya, Kak Nisva, Bang Dana, Bang Madin yang telah mengajari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

saya menari tradisional yang banyak memberikan pengalaman, nasehat dalam

suatu unit Lembaga Kesenian di USU.

Untuk komunitas tari yang ada di Etnomusikologi, Penulis juga banyak

mengucapkan terima kasih, Terkhusus kepada pembina dalam komunitas tari

(Contatra Etnomusikologi) yaitu Kak Yenni Marpaung S.sn dan orang-orang yang

tergabung di dalam Contatra Etnomusikologi, yaitu Kak Lisken, Kak Oliv, Kak

Vero, Kak Yunita, Kak Inggrid, Kak Ria, Kak Demala, Kak Tika, Kak Odah, Kak

Happy, Kak Tetty, Yosie, Tina, dan adik-adik junior yang tergabung, bersama-

sama dengan penulis membentuk komunitas ini untuk saling berbagi ilmu tentang

tari, pengalaman, serta nasehat-nasehat.

Penulis juga mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di

hati dan apabila ada nama yang lupa penulis cantumkan. Akhir kata, penulis

ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu penulis dalam

penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi

masyarakat Tomok, bagi pembaca, dan juga kepada peneliti berikutnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI..............................................................................................................VI ABSTRACT...............................................................................................................VI KATA PENGANTAR............................................................................................VIII DAFTAR ISI..............................................................................................................IX DAFTAR GAMBAR...............................................................................................XII DAFTAR TABEL.................................................................................................. XIV BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................6 1.2 Pokok Permasalahan.............................................................................................7 1.3 Tujuan dan Manfaat..............................................................................................7

1.3.1 Tujuan...................................................................................................................7 1.3.2 Manfaat.................................................................................................................7

1.4 Konsep dan Teori..................................................................................................7 1.4.1 Konsep........................................................................................................7 1.4.2 Teori..........................................................................................................10

1.5 Metode Penelitian................................................................................................11 1.5.1 Studi Kepustakaan..............................................................................................12 1.5.2 Penelitian Lapangan...........................................................................................13 1.5.2.1 Observasi................................................................................................13 1.5.2.2 Wawancara…………………………………………………………….13 1.6 Kerja Laboratorium…………………………………………………………...14 1.7 Lokasi Penelitian……………………………………………………………...14

BAB II: ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT TOMOK SAMOSIR ............................16

2.1. Asal Mula Marga Sidabutar di Tomok Samosir....................................16 2.1.1 Luas Wilayah ...............................................................................18

2.1.2 Demografi Desa Tomok .....…………………………….............19 2.2. Asal Usul Masyarakat Tomok................................................................20 2.3 Sistem Mata Pencaharian ……………………......................................21

2.3.1 Sistem Bahasa …....…………………………………………….22 2.3.2 Sistem Agama dan Kepercayaan ….............................................23 2.3.3 Sistem Kekerabatan……………………………..........................25 2.3.4 Sistem Kesenian...........................................................................26 BAB III:PELAKSANAAN HORJABIUS DAN STRUKTUR PERTUNJUKAN TOR TOR PARSIARABU .......................................................................................29

3.1 Pelaksanaan Horjabius..........................................................................29 3.2 Struktur Pertunjukan Tortor Parsiarabu...............................................36 3.2.1 Asal Usul Tortor Parsiarabu.........................................................36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

3.2.2 Jalannya Pertunjukan Tortor Parsiarabu......................................37 3.2.3 Pertunjukkan Tortor Parsiarabu...................................................38 3.2.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan..................................................39 3.2.5 Pendukung Pertujukan.................................................................40 3.2.5.1 Penari /Panortor..................................................................41 3.2.5.2 Pemusik...............................................................................43 3.2.5.3 Penonton.............................................................................44 3.2.6 Kostum dan properti....................................................................45 3.2.7 Tata Rias......................................................................................47 3.2.8. Alat Musik Yang digunakan.......................................................48 3.2.8.1. Ensambel Gondang Sabangunan...........................................48 3.2.8.1.1 Taganing............................................................................49 3.2.8.1.2 Sarune................................................................................50 3.2.8.1.3 Ogung................................................................................51

BAB IV: ANALISIS STRUKTUR TOR TOR PARSIARABU DAN MUSIK

IRINGAN ENSAMBEL GONDANG SABANGUNAN.................53 4.1 Analisis Tortor Parsiarabu...................................................................53

4.1.1 Ragam dan Pola Gerak..................................................................53 4.1.2 Pola Lantai.....................................................................................54

4.2 Pertunjukkan Tortor Parsiarabu............................................................55 4.3 Analisis Musik Iringan..........................................................................68 4.3.1 Model Notasi…………………………………………………….78

4.3.1.1 Tangga Nada......................................................................78 4.3.1.2 Nada Dasar.....................................................................80 4.3.1.3 Wilayah Nada.................................................................81 4.3.1.4 Jumlah Nada...................................................................81 4.3.1.5 Jumlah Interval...............................................................81 4.3.1.6 Pola Kandesa..................................................................82 4.3.1.7 Formula Melodik............................................................83 4.3.1.8 Kontur............................................................................86

BAB V: PENUTUP..............................................................................................91 5.1 Kesimpulan.......................................................................................91 5.2 Saran.................................................................................................92 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................94 DAFTAR INFORMAN.........................................................................................96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Jalannya Pertunjukkan Tortor Parsiarabu...................................38

Gambar 3.2 Pertunjukkan Tortor Parsiarabu..................................................39

Gambar 3.3 Tempat dan Pelaksanaan Tortor Parsiarabu................................40

Gambar 3.4 Pendukung Pertunjukkan..............................................................41

Gambar 3.5 Penari/Panortor..............................................................................42

Gambar 3.6 Pemusik.........................................................................................44

Gambar 3.7 Penonton........................................................................................45

Gambar 3.8 Kostum dan Properti......................................................................46

Gambar 3.9 Taganing.........................................................................................50

Gambar 3.10 Sarune.............................................................................................51

Gambar 3.11 Ogung.............................................................................................51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

DAFTAR TABEL

Tabel 4.2 Pertunjukkan Tortor parsiarabu………………………….. 56

Tabel 4.3.1 Jumlah Interval…………………………………………… 82

Tabel 4.3.1.7 Formula Melodi…………………………………………... 83

Tabel 4.3.1.8 Kontur…………………………………………………….. 87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Budaya adalah semua sistem gagasan serta rasa, tindakan, dan karya yang

dihasilkan manusia dalam kehidupan sekelompok manusia. Budaya juga

merupakan seluruh hal yang berkaitan dengan pengetahuan kepercayaan seni,

moral, hukum, serta kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia

sebagai anggota masyarakat. Koentjaningrat (1995:25) mengatakan, “Kebudayaan

ialah keseluruhan dari hasil kebiasaan manusia yang diatur oleh tata kelakuan

yang harus didapat dengan cara belajar dan semua itu tersusun dalam kehidupan

masyarakat”. Sistem nilai budaya inilah yang menjadi adat istiadat masyarakat.

Setiap masyarakat melahirkan kebudayaan sendiri dan memiliki ciri khas masing-

masing.

Dalam praktek hidup sesehari adat istiadat itu diwujudkan dalam

rangkaian bentuk upacara (ritus), (Brawijaya, 1985:190) maupun peraturan

(Aritonang, 1988:48). Setiap upacara pada hakekatnya adalah pelembagaan adat,

yang dilaksanakan berdasarkan peraturan yang terinci. Umumnya upacara ini

dilakukan disekitar lingkaran hidup masyarakat (life cycle) masyarakat. Salah satu

di antara upacara tersebut adalah upacara ritual. Dalam hal ini, penulis akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

membahas salah satu upacara ritual pada masyarakat Batak Toba di Tomok, yaitu

Horjabius.

Horjabius terdiri atas dua kata yaitu Horja dan Bius. Horja ialah

kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Batak Toba dalam mengurus

hal yang berkaitan dengan duniawi yang meliputi adat istiadat, juga dalam

menentukan aturan-aturan adat yang berada didaerah kampung tersebut. Adat

merupakan suatu sikap (tingkah laku) kebiasaan dan kelaziman yang sesuai

dengan norma yang diturun alihkan, karena sudah berulang-ulang mendapat sifat

sebagai sudah ada dan membuat adat serta kebiasaan itu memperoleh kedudukan

sebagai sesuatu yang mengikat yang tidak terelakkan, baik buat golongan maupun

buat perorangan (Schereiner, 1978 : 18).

Sedangkan Bius merupakan sebuah desa yang menjadi tempat tinggal oleh

marga-marga tertentu yang sedang mengalami malapetaka seperti halnya wabah

penyakit, air bah, dan musim kemarau yang berkepanjangan. Bius di tiap-tiap

daerah berbeda. Seperti hal nya bius di Tomok ialah bius sidabutar. Dimana

masyarakat membentuk perserikatan yang meliputi kelompok-kelompok semua

marga yang ada di wilayah Tomok. Adapun marga-marga yang terkait yaitu

Sidabutar, Manik, Harianja, Siadari, Sijabat, Sidabalok, Sigiro, dan Tindaon.

Kedelapan marga tersebut dinamakan sebagai Raja Naualu. Upacara horjabius

berhubungan dengan kepercayaan terhadap hal- hal gaib maupun roh-roh leluhur

mereka.

Horjabius terakhir dilakukan sekitaran tahun 1938,2014, dan 2015.Namun

kembali dilakukan pada juli 2016 di Desa Tomok. Seiring perkembangan zaman,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

maka konsep pelaksanaan horjabius dahulu dan sekarang jelas sudah berbeda.

Dahulu pelaksanaan upacara ini berfokus pada hal-hal yang bersifat ritual

saja,dimana pelaksanaannya benar-benar sakral, dan yang melaksanakannya

hanyalah masyarakat tomok itu sendiri. Mereka tidak mengundang masyarakat

dari desa lain ataupun mempublikasikan acara tersebut, sebab mereka tidak

memiliki dana yang cukup besar. Pelaksanaan upacara tersebut dilakukan hanya

dengan mengumpulkan dana sukarela dari pada bius Tomok itu sendiri, karena

tujuan horjabius pada saat itu hanyalah sebuah permohonan kepada Mula Jadi

Nabolon, sebab pada saat itu Tomok sedang mengalami musim panceklik,

sehingga mereka ingin mendatangkan hujan.

Namun sekarang pelaksanaan upacara ini sudah mengarah menjadi sebuah

seni pertunjukkan atau pagelaran, tetapi tidak menghilangkan nilai dan norma adat

yang terkandung didalamnya. Sehingga banyak masyarakat yang mengetahui

upacara ini, sekalipun mereka tidak tinggal di Tomok, Karena informasi juga

disebarkan diluar desa yang berperan, agar masyarakat diluar desa juga dapat

mengetahui seperti apa pelaksanaan horjabius tersebut, tak lepas dari pernyataan

bahwa Tomok merupakan salah satu destinasi wisatawan dalam maupun luar

negeri, sehingga Desa Tomok bisa mengundang wisatawan lebih banyak lagi

dengan memperkenalkan budayanya lewat upacara horjabius. Jadi horjabius

adalah sebuah pagelaran yang dilaksanakan untuk menyampaikan pesan dan doa-

doa kepada Mula Jadi Nabolon dengan tidak menghilangkan nilai adat yang

terkandung di dalamnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam pelaksanaan upacara

horjabius tersebut, terdiri dari berbagai jenis ragam tarian, atau yang biasa disebut

dengan tortor oleh masyarakat Batak Toba. Tortor merupakan salah satu jenis

tarian tradisional yang berasal dari Sumatera Utara dan merupakan tarian

seremonial yang disajikan dengan musik gondang dan sebagai sebuah media

komunikasi dimana setiap gerakan yang disajikan memiliki makna tersendiri dan

biasanya terjadi interaksi antara partisipan upacara. Tortor ini juga digunakan

untuk menunjukan rasa hormat, khusus nya kepada tamu - tamu yang hadir dalam

suatu upacara, tortor digunakan sebagai sarana penyampaian batin baik kepada

roh roh leluhur.

Tortor merupakan spiritualitas dalam adat dan budaya sebagai jati diri

suku batak pada umumnya, tortor adalah ekspresi atau kepercayaan yang aestetis

dan menjelma dalam gerak yang teratur sesuai dengan irama. Sejarah tortor telah

ada sejak zaman purba. Pada masa itu, tortor digunakan sebagai tarian

persembahan bagi roh leluhur. Penggunaan properti berupa patung yang dibuat

dari batu merupakan ciri khas dari tarian ini. Patung batu tersebut dapat bergerak

dan menari seiring bunyi tetabuhan musik setelah dimasuki oleh roh nenek

moyang. Untuk saat ini, penggunaan tortor sebagai sarana ritual keagamaan telah

beralih fungsi, saat ini tortor lebih cenderung berfungsi sebagai sarana hiburan

sekaligus media komunikasi antar sesama warga. Namun sesungguhnya

kedudukan tortor tidaklah suatu hiburan bagi masyarakat Batak Toba, sebab

tortor tersebut bersifat sakral.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Namun ada satu tortor yang belum banyak diketahui oleh masyarakat

Batak Toba yang di tampilkan dalam upacara horjabius, yaitu tortor parsiarabu,

yang merupakan fokus kajian penulis dalam upacara horjabius. Parsiarabu1

Dahulu nya tortor ini di tari kan oleh wanita-wanita yang menganut aliran

kepercayaan parmalim

terdiri

atas par dan arabu. Par yang dimaksud adalah Orang, dan Arabu yang dimaksud

adalah sejenis pohon yang menghasilkan warna untuk ulos. Parsiarabu merupakan

cerita dari kisah kehidupan para penenun ulos yang sudah ditinggal pergi

(meninggal) oleh suaminya ketika mencari arabu (pewarna ulos). Sehingga

mereka melaksanakan tortor ini untuk menghibur seorang istri yang baru ditinggal

oleh suaminya, dapat dikatakan bahwa tortor ini pada acara kematian dengan

tujuan mengibur.

Tortor ini bertujuan untuk mengantarkan doa-doa dan harapan dibalik ulos

yang dipakai, dimana ulos sebagai media untuk menutupi rasa kesedihan, agar air

mata dan kesedihan tidak terlihat. Pada upacara horjabius, konsep tortor

Parsiarabudi tampilkan sebagai wujud ekspresi dalam merenungi dan menyesali

(ungkapan kesedihan masyarakat) atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan

oleh masyarakat suatu kampung yang dapat mengakibatkan malapetaka, seperti

halnya musim kemarau yang berkepanjangan, adanya air bah dan wabah penyakit

dalam tujuan untuk memperoleh berkat dari Mula Jadi Nabolon.

2

1 Hasil wawancara dengan Ibu Epiphanias, sebagai penari.

2 Parmalim adalah aliran kepercayaan (agama) yang dianut oleh masyarakat Batak Toba pertama kalinya, sebelum mengenal agama kristen.

, dan yang menari kan adalah wanita yang sudah lanjut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

usia, namun sekarang ini tortor parsiarabu kebanyakan di tari kan oleh

masyarakat batak umum yang menganut aliran kepercayaan kristen, dan tidak ada

ketentuan usia dalam melakukan nya. Anak anak dini atau pun anak gadis juga

dapat menarikan tarian tersebut, Sebab tortor parsiarabu saat ini dikemas dalam

acara-acara seni pertunjukan atau pagelaran yang masih dalam konteks upacara

ritual yang tidak menghilangkan nilai norma dan adat istiadatnya. Sehingga tarian

ini ikut berperan dalam mensukseskan pelaksanaan upacara tersebut.

Pada umumnya setiap tari tidak terlepas dari pada musik. Menurut Alan P.

Merriam (1964 : 6), suara musik adalah hasil proses perilaku manusia yang

terbentuk berdasarkan nilai-nilai, sikap dan kepercayaan dari masyarakat yang

berada didalam suatu kebudayaan. Dalam tortor parsiarabu ini, ensambel

gondang sabangunan yang merupakan salah satu ensambel musik tradisional pada

masyarakat Batak Toba. Pada penganalisisan ini, merupakan salah satu upaya

untuk menjaga dan melestarikan keberadaan tortor parsiarabu agar selalu tetap

hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Batak Toba. Berdasarkan

uraian diatas, peneliti merasa tertarik dan ingin mengangkat tortor tersebut

menjadi topik penelitian dengan judul “ Analisis Struktur Tortor Parsiarabu

Pada Upacara Horjabius Di Desa Tomok, Kec Simanindo, Kab Samosir”

1.2 Pokok Permasalahan

Agar pembahasan lebih terarah maka di tentukan pokok permasalahan.

Dalam skripsi pokok permasalahan yang akan dibahas meliputi dua hal sebagai

berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

1. Bagaimana struktur gerak tortor parsiarabu yang dipertunjukan pada

masyarakat

Tomok.

2. Bagaimana struktur musik yang digunakan untuk mengiringi tortor parsiarabu.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur gerak

tortor parsiarabu pada kebudayaan masyarakat Tomok.

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur musik yang

digunakan untuk mengiringi tortor parsiarabu.

1.3.2 Manfaat

Manfaat yang diambil dari penelitian yang diwujudkan dalam skripsi ini

adalah:

1. Sebagai dokumentasi dan bahan literatur dalam disiplin Ilmu Etnomusikologi

yang berkaitan tentang kesenian Tomok.

2. Menambah pengetahuan bagi penulis dan peneliti-peneliti lain tentang bentuk

penyajian tortor parsiarabu.

3. Mengembangkan kajian-kajian ilmiah di bidang musik dan tari, yang

dampaknya turut mengembangkan aspek keilmuan dalam disiplin-disiplinilmu

seni.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

4. Sebagai salah satu persayaratan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan

diDepartemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Ada beberapa konsep dasar yang perlu dijelaskan dalam rangka penulisan

skripsi ini . Konsep merupakan suatu definisi secara singkat dari sekelompok

fakta atau gejala (Mely Tan dalam Koentjaraningrat, 1991:21).Tari merupakan

sebuah karya yang dibentuk dari gabungan beberapa seni seperti seni sastra, seni

musik, dan seni rupa.CorrieHartong mengatakan “gerak-gerak yang diberi bentuk

dan ritmis dari tubuh dan ruang”. Menurut Soedarsono (1977:17) “tari adalah

ekspresi jiwa yang diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang indah”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka tahun 1991,

analisis adalah penguraian pokok atas berbagai bagiannya dan penelaan bagian itu

sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan

pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata analisis dalam tulisan ini

berarti hasil analisa dari objek penelitian. Adapun Analisis yang penulis maksud

dalam tulisan ini adalah analisis pertunjukan Tortor Parsiarabu pada masyarakat

Tomok.

Struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu, berhubungan satu

dengan yang lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur yang

penulis maksud dalam tulisan ini adalah bagian-bagian yang melengkapi tortor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

parsiarabu dalam pertunjukannya, dan tahapan-tahapan dari pola-pola gerakan

yang dilakukan dengan bentuk iringan musiknya.

Identifikasi suatustruktur tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan

bagian-bagiannya dan hubungan mereka. Dalam tulisan ini penulis menyatakan

pola berarti gerakan gerakan yang terkandung dalam tiap-tiap ragam yang

terbentuk. Tortor parsiarabu disajikan pada sebuah pagelaran yang masih

dikemas secara ritual, yaitu horjabius yang merupakan wujud ekspresi sebuah

renungan atau ungkapan penyesalan atas kesalahan kesalahan yang pernah

dilakukan oleh warga Tomok sehingga mengalami musim kemarau yang

berkepanjangan yang dapat menyebab kan gagal panen (musim panceklik).

Ungkapan penyesalan tersebut disampaikan melalui tortor parsiarabu yang di

iringi oleh alunan musik ensambel gondang sabangunan.

Gerakan-gerakan dalam tortor parsiarabu tidak terlalu sulit untuk

dilakukan banyak wanita Batak Toba di Tomok, sebab gerakan dari awal hingga

akhir merupakan gerakan-gerakan dasar/pakem tortor pada umumnya. Namun

perbedaan nya terlihat ketika tortor parsiarabu berlangsung. Dahulu penari

menari sambil menangis, karna mengingat kenangan tentang suami yang telah

meninggalkannya untuk selama-lamanya sehingga penari dapat mengalami trans

(interaksi terhadap roh-roh leluhur) disitulah mereka menyampaikan kesedihan

yang telah terjadi. Sehingga tanpa disadari mereka dapat membuat orang yang

melihat tarian tersebut ikut menangis, seolah-lah juga merasakan kesedihan yang

dialami penari tersebut. Namun dalam pelaksanaan horjabius pada juli 2016,

penari tidak mengalami hal tersebut dikarenakan yang menarikan adalah ibu ibu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

yang bersedia untuk menarikan nya, sekalipun mereka masih memiliki suami.

Sehingga mereka tidak dapat merenungi kesedihan tersendiri. Dalam pelaksanaan

tortor ini juga diikuti oleh Raja Naualu, namun gerakan yang dilakukan sesuai

dengan keinginan mereka. Musik pengiring yang digunakan dalam tortor

parsiarabu ini adalah ensambel gondang sabangunan yang merupakan salah satu

ensambel musik tradisional pada masyarakat Batak Toba.

1.4.2 Teori

Teori adalah sebagai kerangka penulisan dalam suatu penelitian.Adapun

teori-teori yang dituliskan dalam penulisan ini adalah melalui kajian dan studi

kepustakaan berupa dari buku-buku dan jurnal penelitian yang berhubungan

(relevan) serta mendukung masalah penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai

acuan atau pedoman dalam melaksanakan masalah-masalah yang muncul dalam

penelitian.

Dalam menganalisis tortor parsiarabu penulis juga menggunakan teori

Milton Siger (MSPI, 1996:164-165) yang menjelaskan bahwa pertunjukan selalu

memiliki: (1) waktu pertunjukan yang terbatas, (2) awal dan akhir, (3) acara

kegiatan yang terorganisir, (4) sekelompok pemain, (5) sekelompok penonton, (6)

tempat pertunjukan dan, (7) kesempatan untuk mempertunjukannya.

Seni tari merupakan salah satu jenis kesenian yang menggabungkan gerak

dan suara menjadi wujud kebudayaan yang dapat dinikmati oleh semua orang.

Sebagai bagian dari kesenian, seni tari juga merupakan bentuk ekspresi jiwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

masyarakat. Oleh sebab itu, biasanya seni tari selalu mengandung makna atau

pesan tertentu. Seni tari juga sering dikatakan sebagai cabang kesenian yang

sangat tua, sebab materi baku dari kesenian ini adalah gerak dan alat ungkap yang

paling penting yakni tubuh manusia itu sendiri. ( Dibia dkk., 2006:24)

Musik dan Tari adalah salah satu perpaduan yang sempurna untuk

menghasilkan suatu tarian ataupun pertunjukan yang harmonis. Apalagi di dalam

tortor parsiarabu sendiri musik dan gerak tari berkaitan satu sama lain dimana

ritem pada musik merupakan hitungan gerak dalam tari.

Untuk mengetahui melodi iringan musik tortor parsiarabu penulis

menggunakan teori weightedscale (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh

William P Malm (Malm dalam terjemahan Takari 1995:15). Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi yaitu: (a) tangga nada, (b) nada dasar

(pitch center), (c) wilayah nada, (d) jumlah nada-nada, (e) jumlah interval, (f) pola

kadensa, (g) formula melodi, dan (h) kontur.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang

menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan, Untuk meneliti tortor parsiarabu dalam

masyarakat Batak Toba di Tomok, penulis menggunakan metode penelitian

kualitatif, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong

(1990:3) yang mengatakan: “Penelitian Kualitatif adalah tradisi tertentu dalam

ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam

bahasa dan peristilahannya.”

Penelitian kualitatif dapat dibagi dalam empat tahap yaitu: tahap sebelum

kelapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan penulisan laporan. Pada tahap

penelitian lapangan penulis mempersiapkan segala macam kebutuhan yang

diperlukan sebelum turun ke dalam penelitian itu sendiri.Dalam bagian ini disusun

rancangan penelitian ini, menjajaki atau menilai keadaan lapangan, memilih

informan, perlengkapan penelitian, dan etika penelitian.

Selanjutnya pada tahap pekerjaan di lapangan peneliti mengumpulkan data

semaksimal mungkin. Dalam hal ini, penulis menggunakan alat bantu yaitu Hand

Phone merk Sony, camera digital merk Canon, catatan lapangan, dan pengamatan

secara langsung. Informan biasanya terdiri dari mereka yang terpilih saja karna

sifat-sifat nya yang khas. Biasanya mereka telah mengetahui informasi yang

dibutuhkan , dan wawancara biasanya berlangsung lama.

Dalam tahap menganalisis data penulis mengorganisasikan data yang telah

terkumpul dari catatan lapangan, foto, studi kepustakaan, rekaman, dan

sebagainya kedalam suatu pola atau kategori. Sebagai hasil akhir dari

menganalisis data adalah membuat laporan yang dalam hal ini adalah penulisan

skripsi.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Untuk melengkapi pengumpulan data penulis mencari informasi melalui

literatur-literatur yang dapat membantu proses pemecahan masalah dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

penulisan skripsi ini. Literatur ini dapat berupa buku-buku, skripsi, jurnal maupun

bacaan yang berhubungan dengan penulisan judul skripsi ini.

Koentjaraningrat (2009:35) menyatakan bahwa studi pustaka bersifat

penting karena membantu penulis untuk menemukan gejala-gejala dalam objek

penelitian. Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan teori-

teori, konsep, dan lainnya. Selanjutnya hasil yang didapat dalam studi

kepustakaan ini akan dijadikan sebagai tambahan informasi dan referensi.

1.5.2 Pengumpulan data di Lapangan

1.5.2.1 Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik yang termasuk dalam

pengumpulan data dilapangan. Observasi dilakukan untuk melihat langsung acara

yang akan diteliti sehingga dapat menghasilkan data sesuai apa yang dilihat dan

didengar. Menurut Soehartono (1995:69) mengatakan bahwa, observasi atau

pengamatan dapat berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan

menggunakan indera penglihatan, yang berarti juga tidak mengajukan pertanyaan-

pertanyaan.

Kemudian pendapat ini diperkuat lagi dengan pendapat Muhammad Ali

(1987:25) yang mengatakan bahwa: “Observasi adalah penelitian yang dilakukan

dengan cara pengamatan terhadap subyek, baik secara langsung maupun tidak

menggunakan teknik yang disebut dengan pengamatan.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Berdasarkan teori yang penulis kutip diatas, penulis mengumpulkan

informasi yang diperlukan dengan cara mengamati subyek penelitian, misalnya

proses berjalan nya tortor parsiarabu, sarana dan prasarana yang diperlukan dan

masalah yang berhubungan dengan pokok permasalahan dan pengamatan.

1.5.2.2 Wawancara

Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan

keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-

pendirian mereka itu, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi.

Wawancara dalam hal ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan

informasi secara lisan dari para informan. Untuk ini penulis mengacu pada

pendapat Koentjaraningrat (1990:129-155) yang membagi tiga kegiatan

wawancara yaitu : persiapan wawancara, teknik wawancara, dan pencatatan data

wawancara. Sedangkan wawancara terdiri dari wawancara terfokus, wawancara

bebas, dan wawancara sambil lalu.

Dalam wawancara terfokus, pertanyaan selalu terpusat pada pokok

permasalahan lain dan tidak mempunyai struktur tertentu. Wawancara sambil lalu,

sifatnya hanya untuk menambah data yang lain. Penulis menggunakan tiga

wawancara ini dalam mengumpulkan data dan terlebih dahulu membuat daftar

pertanyaan dan mencatat secara langsung data-data yang diperlukan.

1.6 Kerja Laboratorium

Dalam kerja laboratorium, penulis menirukan gerak lalu digambar untuk

dijelaskan pada bagian-bagian gerak yang satu dan yang lainnya agar menjadi satu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

komposisi. Penulis juga melakukan transkripsi untuk menuliskan musik iringan

yang digunakan dalam proses pertunjukan tortor parsiarabu.

Semua data yang dikumpulkan baik itu dalam perekaman, catatan, dan

sebagainya akan dianalisis dalam laboratorium. Data hasil wawancara penulis

dicatat kembali dan menguraikan nya sesuai kebutuhan tulisannya. Hal ini

dilakukan sebagai pendokumentasian tertulis dari sebuah penelitian. Karena pada

dasarnya, kerja laboratorium merupakan proses transkripsi, analisis, dan

penarikan kesimpulan.

1.7 Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian penulis tentang tulisan ini adalah,

penulis memilih daerah Kecamatan Simanindo, tepat nya di desa Tomok,

Kabupaten Samosir. Penulis menetapkan lokasi ini sebagai lokasi penelitian

dengan alasan karena di desa ini masih ditemukan upacara horjabius yang

menyajikan tortor Parsiarabu, yang merupakan sebagai objek penelitian penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

BAB II

ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT TOMOK SAMOSIR

Pada bab ini akan diuraikan tentang keadaan lingkungan masyarakat

Tomok di kecamatan Simanindo seperti lokasi lingkungan alam dan demografi,

sejarah Desa Tomok, asal-usul masyarakat Tomok, mata pencaharian, sistem

agama dan kepercayaan, sistem kekerabatan, sistem bahasa dan sistem kesenian.

Hal-hal tersebut menurut penulis juga penting untuk diuraikan agar penulis dapat

mengenalkan daerah penelitiannya tersebut kepada pembaca.

2.1 Asal Mula Marga Sidabutar di Tomok Kec. Simanindo Kab. Samosir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Tomok merupakan sebuah desa kecil di pesisir timur pulau samosir dan

merupakam sebuah desa tradisional, yang dikenal sebagai pintu gerbang dan

pengenalan samosir. Dahulunya, Tomok sebagai tempat kediaman Oppu Soributtu

dan keturunannya selama lebih dari empat abad. Menurut legenda yang hidup, Si

Raja Batak yang diakui sebagai nenek moyang seluruh orang batak, tinggal di

Pusuk Buhit, sebuah perbukitan yang tidak jauh dari pangururan, kabupaten

samosir sekarang. Pada abad ke-14 Masehi diperkirakan satu dari keturunannya,

yakni Tambatua menempati wilayah tamba, Kecamatan sitiotio, Kabupaten

Samosir. Lalu seorang datu Parngongo, yang merupakan seorang dari keturunan

Tambatua meninggalkan Desa Tamba, hijrah ke Batu-batu, kini masuk ke wilayah

Ambarita Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Diperkirakan pada abad ke-

15 Masehi disitu lahir lah generasi keempat keturunan Datu Parngongo, yang

diberi gelar dengan nama Raja Si Opat Ama (Raja Sidabutar, Raja Sijabat, Raja

Siadari, dan Raja Sidabalok). Setelah cukup lama bermukim di Batu-batu, yakni

pada abad ke-16 Masehi, seorang dari keturunan Toga sidabutar, Yakni Guru

Hasahatan mencari tempat baru dan menemukannya di Batu Tanggang, kini

masuk dalam wilayah Tuk-tuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten

Samosir. Di batu inilah lahir putra sulungnya Oppu Soributtu dan enam putra

lainnya. Karena di Batu Tanggang juga ikut marga-marga lain, maka pada abad

ke-17 Masehi, Hampir seluruh putra Oppu Hasahatan mencari lahan baru dengan

bertahap. Oppu soributtu sendiri hijrah ke Selatan, beberapa kilometer dari selatan

Batu Tanggang, yaitu Tomok. Sejak itulah, keturunan Oppu Soributtu dan putra-

putranya menetap di Tomok. Disini adalah sarkofagus batu besar kepala suku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

sidabutar. Diukir dari satu blok batu. Bagian depan nya diukir dengan wajah singa

(makhluk mitos), bagian kerbau, bagian gajah. Pada tutup terbentuk pelana adalah

patung kecil seorang wanita membawa mangkuk, diyakini mewakili istri ketua

yang mati. Areal yang dijadikan Oppu Soributtu dan putera-puteranya sebagai

perkampungan awal adalah Tomok Bolon, di tepian Danau Toba. Namun lahan di

seantero tomok segera dikuasai dan diusahai, baik untuk pertanian, peternakan,

dan perladangan. Dengan bertambahnya jumlah keluarga keturunan Oppu

Soributtu, baik dari garis putera maupun garis puteri (menantu dari marga lain)

makan tumbuh pula tempat permukiman atau perkampungan baru dilahan

disekitar perladangan, pertanian dan peternakan mereka. Perkampungan baru itu

ada yang disebut Huta, ada Lumban dan ada Sosor. Seluruh wilayah tersebut sejak

awal (abad ke-17 Masehi) dikuasai oleh keturunan Oppu Soributtu Sidabutar.

Pusat kekuasaan tetap berada di Tomok Bolon.

2.1.1 Luas Wilayah dan Jumlah penduduk Menurut Jumlah

Desa/Kelurahan

Dari pengamatan langsung penulis, ada dua desa yang terdapat di daerah

Tomok masing-masing mempunyai cakupan wilayah yang ditentukan berdasarkan

batas-batas yang telah disepakati. Adapun dua desa tersebut adalah desa Tomok

Parsaoran dan desa Tomok Induk, berdasarkan wawancara dengan Kepala desa

Tomok Parsaoran bahwasanya desa Tomok Induk dulunya merupakan satu desa

dengan desa Tomok Parsaoran tetapi Tomok Induk mekar dan membentuk desa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

baru. Masing-masing desa memiliki 3 dusun dengan jumlah keseluruhan

penduduk 3526 jiwa.

Tomok Induk merupakan lokasi yang digunakan pada upacara horjabius

Tomok, berdasarkan wawancara dengan kepala desa Tomok Parsaoran, beliau

berkata bahwa adapun horjabius tomok dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan

antara dua desa yakni Tomok Induk dan Tomok Parsaoran dan setiap warga

kampung berhak terlibat dengan acara tersebut.

Adapun garis perbatasan wilayah yang dijadikan perkampungan, pertanian,

peternakan yang meliputi seluruh lahan Tomok ialah:

- Disebelah Timur, berbatasan dengan Danau Toba

- Disebelah Selatan, berbatasan dengan Lontung

- Disebelah Barat, berbatasan dengan Ronggung ni huta

- Disebelah Utara, berbatasan dengan Binanga Jambu/Si Lima Tali.

Huta, Lumban dan Sosor yang masuk dalam wilayah Tomok adalah

sebagai berikut :

1. Lumban Silalahi, Sosor Bolon, Bulu Duri, Lumban Sidabutar, Siholing, Gurning,

Sitio, Tomok Bolon, Lumban Galung, Sosor Dame, Janji Marapot, Sosor Pasir,

Lumban Sijabat.

Parhudonan, Sosor Dolok dan Sipariama di Tomok bagian Timur

2. Simangambat, Mual Na Pultak, Sosor Galung, Unte Anggir dan Batu Manimbun

di Tomok.

Bagian Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

3. Pangambatan, Sosor Mangandar, Buttu Nauli, Pealilit dan Siharbangan di Tomok

bagian Selatan

4. Huta Bolon, Sosor Tolong, Lumban Sinurat, Lumban Simarmata, Lumban

Nadeak, Huta Raja, Tanjungan, Sihudon, Sigarantung dan Siulak Hosa di

Tomok bagian Barat.

2.1.2 Demografi Kec Simanindo, Kab Samosir

Letak geografis Kabupaten Samosir pada 20 24’ – 20 25’ Lintang Utara

dan 980 21’ – 990 55’ BT. Kabupaten Samosir terletak diwilayah dataran tinggi,

dengan ketinggian antara 904 – 2157 meter diatas permukaan laut, dengan

Topografi tanah yang beraneka ragam yaitu datar, landai, miring dan terjal.

Struktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik.

Kabupaten Samosir tergolong kedalam daerah beriklim tropis basah

dengan suhu berkisar antara 17 0C – 29 0C dan rata-rata kelembapan udara 85,04

persen. Jenis tanah Topografi dan kontur tanah di Kabupaten samosir pada

umumnya berbukit dan bergelombang. Penggunaan lahan Kabupaten Samosir

memiliki 10 buah sungai yang keseluruhannya bermuara ke Danau Toba.

Sebahagian dari sungai tersebut telah dimanfaatkan untuk mengairi lahan sawah

seluas 3987 ha, lahan sawah yang beririgasi setengah teknis (62,13 % dari luas

yang ada). Panjang saluran irigasi di Kabupaten Samosir mencapai 74,77 km,

terdiri dari irigasi setengah teknis 70,63 km (21,53 km saluran primer dan 49,10

km saluran sekunder) dan irigasi sederhana 4,14 km.

2.2 Asal Usul Masyarakat Batak Toba di Desa Tomok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Tomok merupakan sebuah desa yang dihuni oleh suku batak toba. Suku ini

tersebar di berbagai kota di Indonesia, sehingga tidak asing lagi bagi kebanyakan

masyarakat Indonesia. Suku batak terdiri dari enam sub suku, antara lain: Toba,

Simalungun, Karo, Pak-pak, Angkola, dan Mandailing. Suku batak ini pun

bermukim di daerah pegunungan, wilayah darat, dan pedalaman provinsi

Sumatera Utara, dan sebagian besar dari keenam sub suku ini berdiam di

sekeliling Danau Toba, Kecuali Angkola dan Mandailing yang yang hidup di

Perbatasan Sumatera Barat. Dari keenam suku ini, Batak Toba adalah suku yang

terbanyak jumlahnya. Adapun beberapa penulis menambahkan bahwa orang Alas,

Gayo, orang pardembang yang ada dipesisir Sungai Asahan, sebagian orang

pesisir yang tinggal di Pantai Barat Pulau Sumater juga merupakan keturunan

orang batak, tetapi dalam kehidupan sehari-hari kata “Batak itu sendiri lebih

diartikan kepada suku batak toba3

Banyak orang yang menganggap bahwa orang batak tergolong Proto

Melayu. Hal tersebut dikatakan, sebab karakteristik yang dimiliki oleh orang-

orang Proto Melayu yang gemar untuk tinggal dan menetap di daerah-daerah

pedalaman dan pegunungan serta mengindari daerah tepi pantai, sehingga saat

mereka tiba dikepulauan nusantara, nenek moyang bangsa batak ini langsung

masuk jauh kepedalaman hutan dan menjauhi pesisir pantai yang diperkirakan

mendiami daerah sekitar Danau Toba. Pembagian subkultur tradisonal Batak Toba

sepertinya tidak memiliki perbedaan yang menonjol, baik dilihat dari sisi adat

istiadat, maupun cara kehidupannya.

3Lihat Pederson, Niessen, Tobing, Pasaribu dalam Purba, M (2004: 6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

2.3 Sistem Mata Pencaharian

Masyarakat Suku Batak Toba di Tomok sebagai penduduk asli di kawasan

Samosir mempunyai mata pencaharian sebagai Petani, Pedagang, Pegawai Negeri,

Buruh, Pengrajin, Penarik Becak, dan lain-lain. Sesuai dengan kondisi alamnya,

tentunya sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani, yaitu

bercocok tanam padi disawah dengan irigasi. Alat-alat utama dalam bercocok

tanam adalah cangkul dan bajak. Biasanya bajak ditarik oleh kerbau atau sapi.

Namun perlu diketahui bahwa masyarakat Tomok memiliki kreativitas

yang tinggi dalam membuat sebuah kerajinan seperti ukiran patung misalnya.

Yang merupakan sebagai mata pencaharian mereka selain bercocok tanam, sebab

saat ini Tomok sudah dijadikan sebagai destinasi wisata. Sehingga mereka lebih

mudah menjual atau memasarkan hasil kerajinan tersebut untuk memperoleh hasil

tambahan.

2.3.1 Sistem Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan

keinginan dan maksud seseorang kepada orang lain dengan berbagai cara dan

lambang antara lain dengan tulisan, lisan, isyarat dan gerakan yang mungkin akan

dimengerti orang lain.

Tomok merupakan salah satu daerah yang penduduknya merupakan masyarakat

batak toba. Masyarakat Tomok ini sangat menjaga kelestarian budaya mereka,

termasuk bahasa yang mereka gunakan. Mereka terbiasa memakai bahasa Batak

dalam kehidupan sehari-hari ketika berkomunikasi dengan sesama mereka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Namun saat ini masyarakat Tomok juga sudah mulai sering menggunakan bahasa

indonesia ketika berkomunikasi dengan orang lain, sebab Tomok adalah salah

satu tempat wisata yang ada di samosir, dan pengunjung yang datang berwisata ke

Tomok sebagaian besar bukan masyarakat Batak Toba. Sehingga jika mereka

menggunakan bahasa batak, maka akan sulit untuk berkomunikasi dengan

pengunjung.

Dalam pengucapan bahasa Batak Toba, seringkali masyarakat tidak

menyadari kalau banyak sekali ungkapan-ungkapan yang disampaikan itu

merupakan partikel fatis4

• Menggunakan partikel Ai

. Selain untuk menyatakan perasaan penuturnya,

ungkapan-ungkapan fatis ini juga dipakai untuk menjalin hubungan antarpenutur

dan lawan tuturnya. Adapun contoh bahasa batak ialah :

“Ai so binoto sipata pangalaho ni begu, rajanami!” (“Kadang-kadang kita tidak

mengerti sih sifat setan, tuan raja!”)

- Merupakan ungkapan keragu-raguan atau ketidakpastian terhadapa apa yang

diungkapkan oleh kawan bicara.

“Ai boru aha do hamu Inang?” (“Marga apa sih Ibu?”)

- Merupakan pengganti tanya dalam bentuk hormat.

• Menggunakan partikel E yang digunakan pada awal dan tengah ujaran.

“E borunghu, ba dia ma sidokhonon nunga songon i partubuan ni daging dibahen

Omputa Mula Jadi Nabolon sitaonon di” (“Yah, begitulah putriku, kita tidak dapat

4 Partikel fatis merupakan sebuah ekspresi kemaknaan yang hadir dalam bahasa lisan, artinya makna sebuah ungkapan fatis dapat dipahami secara tepat jika ungkapan fatis tersebut disampaikan secara lisan, bukan dituliskan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

melawan takdir yang sudah ditetapkan oleh Ompu Mula Jadi Nabolon, kita harus

menerimanya”)

- Merupakan untuk dapat menerima kenyataan, untuk menarik perhatian.

“E, da rajanami tung asi nirohamu ma, rajanami, mamereng hami na dua”

(“Yah tuan raja, kami hanya memohon belas kasihan raja pada kami berdua”)

- Merupakan ujaran yang digunakan untuk mendapat belaskasihan.

2.3.2 Sistem agama dan Kepercayaan

Ada beberapa agama yang berkembang dimasyarakat Batak. Sejak awal

abad ke-19 agama Islam dan Kristen Protestan masuk kedalam masyarakat Batak.

Orang Minangkabau menyebarkan agama Islam sekitar tahun 1810 dan dianut

oleh mayoritas orang Batak Selatan5

Pada mulanya keagamaan orang batak adalah konsep totalitas dimana

komunitas, pribadi dan sebagainya terjalin dalam suatu pandangan. Konsep

totalitas ini tercermin dalam pembagian alam menjadi tiga bagian dan Mula Jadi

Nabolon sebagai Penguasa. (Tobing 1956: 58) Konsep Tuhan yang maha tinggi

disebut Partaganing. “Tuhan” itu secara fungsional terbagi atas tiga unsur dalam

prinsip yang Tritunggal yaitu: Tuan Bubi Na Bolon, Ompu Silaon Na Bolon, dan

. Sedangkan agama Kristen Protestan

disebarkan oleh organisasi Jerman (RMG) dan banyak dianut oleh masyarakat

yang berada di daerah Batak Utara. Tomok merupakan daerah batak yang berada

pada bagian utara. Orang batak toba, mengakui secara pribadi maupun secara

kelompok bahwa adanya kuasa di luar kuasa manusia.

5 Batak Selatan meliputi Orang Mandailing dan Angkola, sedangkan batak utara meliputi orang simalungun, yaitu masyarakat yang berada di daerah toba.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Tuan Pane Na Bolon yang secara bertutut-turut menguasai Banua Ginjang, yaitu

benua atas yang menyatakan Langit, Banua Tonga yaitu benua tengah yang

menyatakan Bumi, dan Banua Toru yang menyatakan benua bawah yaitu Laut dan

Cahaya. (Pasaribu 1986 : 50) Konsep Tuhan yamg sedemikian itu menurut para

ahli antropologi religi adalah akibat dari pengaruh hindu yang menyusup kedalam

kepercayaan asli orang Batak. (Parkin 1956 : 28) Selain itu masyarakat batak toba

juga percaya bahwa Roh dan Jiwa mempunyai kekuatan. Itulah sebabnya setiap

bahasa megenai budaya batak, sejak dahulu hingga sekarang harus berkaitan

dengan sejarah falsafah hidup berdasarkan animisme6

6Animisme adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa mepunyai roh yang bertujuan mengadakan hubungan baik dengan roh-roh yang ditakuti dan dihormati itu senantiasa berusaha menyenangkan hati mereka.

.

2.3.3 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Batak Toba di Desa Tomok memiliki prinsip seperti

Batak Toba lain, yang menganggap bahwa struktur kekerabatan harus tetap dijaga

sebagai budaya turun temurun dari nenek moyang. DJ. Rajanamarpodang

mengatakan bahwa sistem kekerabatan memegang peranan penting dalam jalinan

hubungan, baik antara individu dengan individu dengan masyarakat lingkungan.

Di dalam sistem kekerabatan ini pula terdapat kelompok kekerabatan, sistem

keturunan, sistem istilah kekerabatan dan sopan santun pergaulan kekerabatan.

Pada kelompok kekerabatan ada sistem norma yang mengatur kelakuan warga

kelompok.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Pada kelompok yang bersangkutan ada harga dan rasa kepribadian yang

disadari oleh para anggotanya, ada hak dan kewajiban yang turut mengatur

interaksi mereka, di samping pimpinan yang mengorganisir kegiatan kelompok.

Sistem keturunan adalah yang menentukan siapa di antara kerabat yang begitu

luas termasuk ke dalam lingkungan kekerabatannya dan siapa yang tidak termasuk

ke dalamnya.

1. Sistem keturunan melalui garis laki-laki saja disebut prinsip patrilineal.

2. Sistem keturunan melalui garis perempuan disebut prinsip matrilinieal

3. Sistem keturunan yang memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui laki-laki

dan perempuan disebut prinsip bilateral.

Di dalam sistem keturunan ini ada pula yang memperhitungkan dimana

sejumlah hak dan kewajiban tertentu, termasuk ke dalam lingkungan kerabat laki-

laki, sedangkan pada sejumlah hak dan kewajiban lainnya diperhitungkan masuk

lingkungan kerabat perempuan. Demikian pula pada sistem istilah kekerabatan,

adalah sistem bagaimana seseorang menyapa atau menyebut seseorang yang lain

dari anggota kerabatnya. Sopan santun pergaulan kekerabatan merupakan sistem

tentang bagaimana seharusnya seseorang bersikap terhadap kerabat teretentu dan

bagaimana sikap terhadap anggota kerabat lainnya. Seperti suku lainnya di

Sumatera Utara konsep kekerabatan Batak Toba bisa kita temukan dari

marga7dan konsep Dalihan Na Tolu8

7 Marga adalah suatu identitas turun temurun pada masyarakat Batak Toba yang dibuat di bagian akhir nama. 8 Dalihan Na Tolu merupakan pedoman dan landasan pokok yang selalu diterapkan dalam kehidupan adat istiadat pada masyarakat batak toba.

sebagai pilar utama dalam menjalin

hubungan kekerabatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

2.3.4 Sistem Kesenian

Sistem kesenian pada masyarakat Batak Toba merupakan aspek yang

sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial masyarakat. Sistem kesenian pada

masyarakat Batak Toba dapat ditemukan dalam berbagai bentuk kesenian seperti

seni sastra, seni musik, seni tari, seni rupa, dan seni tekstil.

Seni sastra dalam masyarakat Batak Toba dapat kita lihat dari adanya umpasa,

tongo-tongo, turi-turian, dan huling-huling ansa. Seni sastra yang sering dijumpai

adalah umpasa, karena selalu digunakan dalam pelaksanaan adat istiadat di

masyarakat.

Adapun seni yang paling menonjol pada masyarakat Batak Toba ialah seni

musik. Musik dijadikan sebagai kebutuhan sehari-hari, sebab musik memiliki

peranan penting dalam kegiatan masyarakat, terutama sebagai sarana hiburan dan

juga sebagai pelengkap proses adat istiadat yang ada. Seni musik di Desa Tomok

sama berkembangnya dengan daerah lainnya yang terdapat pada cakupan wilayah

Samosir. Samosir sebagai salah satu daerah yang paling banyak menyimpan

sejarah kebudayaan Batak memiliki ciri khas tersendiri dalam menggunakan

musik dalam kehidupan sehari-hari. Di Samosir kita bisa melihat pertunjukan

musik tradisional Batak Toba beserta tarian dalam lokasi-lokasi wisata yang saat

ini sedang dikembangkan oleh pemerintah setempat. Musik juga bisa dijumpai di

lapo tempat orang-orang berkumpul khususnya pada malam hari, kita bisa melihat

taganing ditempat ini dan dimainkan bergantian untuk mengisi hiburan dalam

kumpulan orang-orang di lapo tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Perkembangan musik di Tomok dapat terlihat dari salah satu band yang

berasal dari daerah tersebut yang namanya sudah terkenal di negara ini hingga ke

mancanegara. Mereka adalah grup Marsada Band yang dibentuk oleh Amput

Sidabutar yang merupakan warga asli Tomok. Band ini dapat dinikmati oleh

semua kalangan (orangtua, anakmuda dan anak-anak) karena perpaduan antara

musik tradisi dan musik modern nya Adapun formasi band pada Marsada Band

yaitu : 3 orang pemain gitar sekaligus sebagai vocal pada band ini, satu orang

pemain bass, taganimg, sulim, sambo (samosir bongo) yang juga alat musik yang

dibuat oleh band ini juga. Ini merupakan sebuah inovasi dari masyarakat yang

berasal dari Tomok untuk mengembangkan musik tradisional Batak Toba dan

ingin berkarya supaya musik tradisional dapat disukai oleh kalangan muda.

Seni tari pada masyarakat disebut dengan tortor, dan tumba. Tortor

merupakan tarian yang dilakukan dalam konteks kegiatan adat atau ritual

keagamaan tradisional. Sedangkan tumba merupakan bentuk tarian yang ditarikan

dalam bentuk hiburan. Dalam perkembangan terakhir tortor dan tumba sudah

mengalami perubahan dalam konteks penggunaan dimana keduanya sudah

dijadikan sarana pertunjukan baik dalam festival maupun sebagai kegiatan untuk

mengisi sebuah acara tertentu yang berhubungan dengan budaya, khususnya pada

budaya Batak Toba.

Seni rupa yaitu berupa patung yang terbuat dari batu dan kayu yang sudah diukir.

Demikian juga dengan Seni tekstil yang ada pada masyarakat Batak Toba yang

merupakan kain tenunan yang dibuat dari bahan benang berwarna-warni yang

disebut sebagai Ulos. Dasar pembuatan ulos adalah bonang manalu, perobahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

pengertian dari bonang manolu. Bonang manolu bersumber dari pengertian

kepercayaan yang bersimbolkan warna tiga bolit, sedangkan tiga bolit adalah

bersumber mula dari tiga warna hembang sebagai lambang dari pancaran kuasa

Mulajadi Na Bolon, ketiga warna tersebut adalah warna hitam sebagai

perlambang Debata Bataraguru, warna putih sebagai perlambang Debata

Sorisohaliapan dan warna merah sebagai perlambang Debata Balabulan. Namun

setelah berkembang, saat ini bahan warna yang terdapat dalam motif ulos sudah

beraneka ragam, tentu saja ini merupakan hasil dari kreativitas dari penenun ulos .

Penggunaan ulos juga tidak hanya terbatas pada unsur sosial budaya spritual yang

mengatakan bahwa ulos merupakan simbol dari ugamo. Namun berbagai

kreativitas lain bermunculan seperti tas dan pakaian yang terbuat dari bahan dasar

ulos.

BAB III

PELAKSANAAN HORJABIUS DAN STRUKTUR PERTUNJUKAN

TORTOR PARSIARABU

3.1 Pelaksanaan Horjabius

Penulis sudah menjelaskan latar belakang tulisan ini bahwa Horjabius

terdiri atas dua kata yaitu Horja dan Bius. Horja ialah kegiatan/aktivitas yang

dilakukan oleh masyarakat Batak Toba dalam mengurus hal yang berkaitan

dengan duniawi yang meliputi adat istiadat, juga dalam menentukan aturan-aturan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

adat yang berada didaerah kampung tersebut. Sedangkan Bius merupakan sebuah

desa yang menjadi tempat tinggal oleh marga-marga tertentu yang sedang

mengalami malapetaka seperti halnya wabah penyakit, air bah, dan musim

kemarau yang berkepanjangan. Bius Sidabutar misalnya (kumpulan marga

Sidabutar yang disebut bius). Sidabutar merupakan salah satu marga yang

memiliki nilai sejarah besar di Tomok karena pada zaman dahulu nenek moyang

mereka adalah penguasa daerah Tomok. Adapun fungsi bius pada konteks

kehidupan bermasyarakat adalah untuk menentukan tatanan norma adat yang akan

dilaksanakan di daerah tersebut. Pada kegiatan bius diadakan pembagian tugas

seperti menentukan partanggalan atau hari dan waktu yang tepat untuk

melaksanakan horja tersebut. Pelaksanaan upacara adat horjabius harus sesuai

dengan kesepakatan warga huta terlebih lagi bila ada suatu hal yang harus

dibicarakan bersama atau dimusyawarahkan. Maka pimpinan bius akan

memimpin jalannya upacara yang dilaksanakan di halaman huta9

• Ulaon Hahohomion (10.00 WIB -12.00 WIB)

.

Upacara horjabius pada masyarakat Tomok memiliki tata cara dan aturan

pelaksanaan nya. Upacara ini dilakukan dalam kurun waktu dua hari, Adapun

rangkaian acara dan waktu pelaksanaan horjabius: Hari Pertama

merupakan kegiatan spiritual yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada

nenek moyang orang batak, selain mendekatkan diri terdapat juga unsur memuja

roh leluhur dan kekuatan gaib. Pada Pagelaran ulaon hahomion ini ada dua

kegiatan yang dilaksanakan yaitu, Ziarah ke tambak dolok Ompu Raja Sidabutar,

9 Halaman yang menjadi tempat pelaksanaan horjabius adalah aula patung sigale-gale.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

merupakan kegiatan awal yang dilakukan untuk permisi kepada Raja Sidabutar

agar berjalan lancar dalam melakukan kegiatan horjabius dengan

mempersembahkan sesajen berupa satu ekor kambing, ayam putih jantan, ayam

jantan merah panggang, ayam jantan, sagu-sagu, itak nani hopingan (telur, bunga

raya), Itak gur-gur, Anggir, Tanduk horbo paung, Air kelapa muda, perlengkapan

demban, dan dupa. Mangalopas tu Mual Natio, yaitu, ritual untuk mensucikan diri

ke air danau yang jernih dengan harapan masyarakat Tomok diberikan

kelimpahan berkah, segala yang dikerjakan berhasil dan hujan segera turun,

sehingga masyarakat tomok tidak mengalami gagal panen kembali. Adapun

kegiatan melepaskan ayam putih di danau, sebagai korban persembahan kepada

Mula Jadi Nabolon.

• Marhata10

• Tortor Tunggal Panaluan (13.30 WIB - 14.30 WIB)

Ma Raja (13.00 WIB -13.30 WIB) merupakan tahapan yang

dilanjutkan setelah upacara ulaon hahomion. Tujuan dari marhata ma rajaini

adalah untuk membicarakan bagaimana tahapan untuk upacara selanjutnya seperti

manjou datu laho patortorhon tunggal panaluan (memanggil datu untuk

menarikan tor-tor tunggal panaluan), horbo seperti apa yang akan disembelih

pada proses mangalahat horbo, manguras huta dan siapa yang akan bertugas

untuk mencari perlengkapan-perlengkapan upacara tersebut.

Tortor inimerupakan tarian yang disakralkan, sebab tarian ini melakukan kontak

spiritual langsung dengan Mula Jadi Na Bolon, atau disebut sebagai media

komunikasi. Tortor ini dilakukan oleh seorang Datu Bolon, dengan menggunakan

10Marhata diambil dari kata dasar Hata, Mar adalah kata bantu kerja pada bahasa batak toba. Jadi marhata adalah Berbicara, Berdiskusi dan pasti melibatkan orang-orang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

sebuah tongkat yang disebut sebagai Tunggal Panalua. Hal ini dilakukan untuk

memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa yang disampaikan lewat perantara

si tunggal panaluan akan musibah yang sedang menimpa kampung. Dalam

pelaksanaan tortor ini, maka panortor lah yang membawakan segala sesajen yang

sudah dipersiapkan sebelumnya kepada si tunggal panaluan, seperti cawan berisi

air jeruk purut. Berdasarkan tortor ini datu akan memberitahu kepada masyarakat

apa yang harus dilaksanakan lewat jalinan komunikasi dengan si tunggal

panaluan selanjutnya dan pada saat ini pula diberitahu horbo apa yang akan

disembelih untuk prosesi mangalahat horbo.

• Pangurason di Tomok Bolon (14.30 WIB – 15.00 WIB)

Pangurason di Tomok Bolon adalah sebuah upacara yang dilaksanakan yang telah

disepakati pada marhata ma raja. Pangurason huta dilaksanakan setelah

patortorhon tunggal panaluan, pada upacara ini hasuhuton beserta raja naualu

bergerak mengelilingi huta dengan membawa cawan putih berisi air jeruk purut.

Adapun tujuan dari pangurason di kampung ini adalah agar kiranya masyarakat

penghuni beserta kampung tersebut dijauhkan dari hal yang buruk dan merugikan

bagi masyarakat dan kampung itu sendiri.

• Tor-Tor Suhut (15.00 WIB – 17.00 WIB)

Tor-tor suhut dilaksanakan setelah pangurason kampung tempat pelaksanaan

upacara tersebut. Tor-tor ini melibatkan hasuhuton bolon marga sidabutar dan

boru ni marga sidabutar yang terdapat pada desa Tomok. Pada kegiatan ini suhut

menari mengelilingi halaman dan boru telah bersiap-siap untuk menerima pasu-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

pasu/ berkat dari hula-hula mereka sidabutar. Tor-tor suhut bermakna supaya

seluruh masyarakat tomok saling menghargai didalam hidup bermasyarakat.

Pelaksanaan horjabius di Tomok pada hari pertama dimulai pada pukul

09.00 WIB hingga pada pukul 17.00. Kemudian pada malam hari nya, mulai

pukul 19.00 hingga pukul 23.00 WIB mereka mengadakan acara hiburan, dimana

menampilkan tor-tor kreasi dan tradisi, Opera Si Boru Tumbaga, juga

menampilkan Marsada Band sebagai penghibur dengan lagu-lagu mereka yang

khas. Pada keesokan harinya, kembali pada pukul 09.00 WIB dilanjutkan kembali

rangkaian upacara horjabius Adapun rangkaian acara dan Waktu pelaksanaan

horjabius, Hari Kedua:

• Pajongjong borotan (09.00 WIB-09.30 WIB)

Borotan adalah kayu besar yang digunakan sebagai tiang penyangga bagi kerbau

yang akan disembelih tersebut. Borotan tersebut berdiameter 20-30cm yang

ditanam ditengah halaman pelaksanaan upacara tersebut dan makna dari borotan

tersebut melambangkan kesucian. Pada acara ini, maka hasuhuton menyuruh

parhobas untuk mencari borotan yang kuat agar dapat menahan kekuatan kerbau

tersebut, ketika kerbau ingin melepaskan dirinya dari borotan. Setelah borotan

sudah didirikan, parhobas akan meminta gondang kepada pargossi untuk

mengelilingi borotan tersebut.

• Mangharihiri Horbo (09.30 WIB-10.00 WIB)

Manghariri horbo dilaksanakan setelah parhobas menyiapkan borotan yang kuat

untuk tempat kerbau akan diikatkan. Mangharihiri horbo dilakukan oleh parhobas

yang telah dihunjuk terlebih dahulu oleh bius raja naualu yang berjumlah delapan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

orang. Adapun horbo yang digunakan pada upacara ini adalah horbo sitikko

tanduk siopat pisoran, kerbau yang memiliki tanduk yang runcing dan besar dan

ekor kerbau harus lebih panjang dari lututnya. Kerbau ini menjadi persembahan

kepada Debata Mulajadi Nabolon.

• Liat Horbo dan Tor-tor Suhut (10.00 WIB-11.30 WIB)

Liat horbo adalah para peserta upacara (raja naualau, hasuhuton, boru) manortor/

menari mengelilingi kerbau yang telah diikatkan pada kayu besar yang berada

ditengah halaman upacara tersebut. Pada kegiatan ini, kerbau tersebut dikelilingi

sambil manortor sebanyak tiga kali putaran dengan diiringi gondang liat-liat.

• Panattion I dan II (11.30 WIB-13.00 WIB)

Panattion diambil dari kata manatti yang berarti membawa persembahan untuk

diberikan kepada hasuhuton. Pada panattion yang pertama, persembahan yang

diberikan dibawakan oleh warga huta berupa beras, ringgit sitio soara dan buah-

buahan. Ini merupakan wujud kegembiraan masyarakat tomok akan terlaksananya

upacara horjabius mangalahat horbo tersebut dan orang yang terlibat pada

panattion disebut dengan panattin. panattion yang dilaksanakan di upacara

Horjabius sesuai dengan konsep adat masyarakat tomok.

Pada panattion kedua, yang ikut kedalam kelompok panatti bukan lagi warga huta

yang bersangkutan. Akan tetapi, ini dikhususkan kepada pengunjung maupun

wisatawan yang ingin manortor bersama, pada konteks panattionkedua ini

bersifat sebagai hiburan untuk tamu pengunjung saja. Pelaksana acara juga

menyebutnya dance for tourist.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Kemudian melakukan Makan Siang Bersama pada pukul 13.00 WIB-14.30 WIB

lalu melakukan panattion kembali pada pukul 14.30 WIB-16.00 WIB

• Tortor Parsiarabu (16.00 WIB-16.30 WIB)

Tor-tor parsiarabu merupakan tortor yang digunakan dalam horjabius sebagai

wujud permohonan maaf kepada alam dan Tuhan akan kejadian yang menimpa

warga kampung. Tortor ini bertujuan untuk mengantarkan doa-doa dan harapan

dibalik ulos yang dipakai, dimana ulos sebagai media untuk menutupi rasa

kesedihan, agar air mata dan kesedihan tidak terlihat. Tortor ini juga ditarikan

oleh istri/ permaisuri dari bius raja naualu. Ini merupakan salah satu dari

rangkaian acara horjabius yang menjadi fokus penulis dalam meneliti tortor

tersebut.

• Manullang Horbo ( 16.30 WIB-17.00 WIB)

Manullang horbo merupakan tahapan penyembelihan kerbau yang berada

diborotan yang menjadi upacara puncak dalam pelaksanaan horjabius tomok

mangalahat horbo. Proses dalam melakukan kegiatan ini cukup lama, sebab

membutuhkan banyak orang untuk menahan kerbau lepas dari borotan. Dalam

proses penyembelihan, kerbau disembelih menggunakan pisau. Namun pada saat

itu mereka juga menggunakan hujur linggis11

• Padalan Jambar (17.00 WIB-18.30 WIB)

sebagai simbolik, mengingat dahulu

pada pelaksanaan ini menggunakan hujur linggis.

11 Silingis adalah tombak yang bermatakan besi yang tajam, pada zaman dahulu digunakan dalam prosesi manullang horbo, ukurannya kira-kira 1.30 m.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Padalan jambar adalah pembagian daging yang telah dipotong menjadi beberapa

bagian berdasarkan kedudukan pada pesta tersebut. pihak dalihan natolu pasti

memiliki hak pada pembagian jambar, jambar tersebut berupa daging kerbau,

lembu dan namamarmiak. Pada konteks horjabius, padalan jambar dilaksanakan

ketika kerbaunya sudah disembelih dan dibersihkan oleh parhobas, dibersihkan

maksudnya adalah dibagi dan dibuat dalam beberapa potongan. Potongan-

potongan daging tersebutlah yang disebut dengan jambar, semua peserta upacara

berhak mendapatkan jambar, seperti raja naualau, hasuhuton, parboru,

pemerintah setempat, pargossi dan parhobas.

• Makan Bersama (18.30 WIB-20.30 WIB)

Makan bersama dilakukan oleh seluruh peserta yang ada dalam aula pelaksanaan

horjabius.

Makanan yang dihidangkan adalah lauk dan daging kerbau yang relah disembelih

dan dimasak. Dalam acara ini terlihatlah bagaimana kebersamaan masyarakat

Tomok. Mereka bergotong-royong dalam menyiapkan makanan yang akan

dihidangkan kepada peserta yang ada di dalam acara tersebut.

Setelah makan bersama, maka sama halnya seperti hari pertama, ada nya acara-

acara hiburan yang dilakukan, baik itu dalam tarian maupun nyanyian.

3.2 Struktur Pertunjukkan Tortor Parsiarabu

3.2.1 Asal Usul Tortor Parsiarabu

Tortor Parsiarabu merupakan salah satu tarian tradisional yang ada pada

masyarakat Batak Toba sejak zaman dulu. Parsiarabu berasal dari imbuhan par –

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

arabu. Par artinya orang dan arabu artinya pohon untuk menghasilkan warna

ulos, jadi parsiarabu adalah orang yang mengambil warna ulos. Parsiarabu

merupakan sebuah cerita dari kisah kehidupan para “Partonun”12

Pada mulanya tortor ini di tari kan oleh wanita-wanita parmalim yang

sudah lanjut usia. Pada tahun 1970, tortor parsiarabu di tampilkan untuk

menyambut tamu-tamu dari luar negeri dalam suatu seni pertunjukan untuk

menarik wisatawan. Ada unsur yg bisa dibanggakan pada saat itu, karena banyak

ulos yang di kenakan pada tortor tersebut. Sehingga sekaligus dapat

memperkenalkan bagaimana seni tekstil pada masyarakat Batak Toba. Namun

saat ini, tak hanya parmalim yang menjaga kesenian nya tersebut tetapi sama hal

di Tanah Batak.

Dahulunya tortor ini merupakan bagian dari acara monding Hatungganeon

untuk janda yang mabalu (baru kehilangan suami) dimana pada upacara ini para

istri yang kehilangan suami akan manortor Parsiarabu dengan tujuan untuk

menghibur teman mereka yang baru kehilangan suami, dimana mereka ikut

merasakan kesedihan yang dirasakan oleh keluarga yang baru kemalangan. Tortor

Parsiarabu bertujuan untuk menghantarkan doa-doa dan harapan dibalik ulos

yang dipakai sebagai tujong (ulos yang dikepala) dimana ulos sebagai media

untuk menutupi rasa kesedihan tersebut agar air mata dan kesedihan tidak terlihat.

Tortor Parsiarabu ini cukup dikenal dimasyarakat Tomok karena dipertunjukkan

dalam upacara-upacara ritual seperti hal nya horjabius walaupun sudah dikemas

seperti sebuah pagelaran.

12 Partonum merupakan sebutan untuk para penenun ulos.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

nya dengan masyarakat Batak Toba di Tomok yang ingin melestarikan tortor

tersebut dengan menampilkan pada upacara ritual atau seni pertunjukkan lainnya.

3.2.2 Jalannya Pertunjukan Tortor Parsiarabu

Pada saat pelaksanaan pagelaran horjabius, para penari akan melakukan

persiapan masing-masing seperti persiapan kostum dan riasan dengan berkumpul

di acara pagelaran tersebut. Penari diutamakan datang lebih awal untuk bersiap-

siap karena lebih banyak persiapan dari pada pemusik. Semua keperluan kostum

dan riasan telah dilakukan dan diselesaikan sebelum tortor parsiarabu dimulai

untuk ditampilkan.

Di tempat pelaksanaan acara, semua alat musik telah disiapkan dengan

diberikan kepada masing-masing anggota pemusik sesuai dengan tugasnya.

Dalam rangkaian upacara horjabius, tortor parsiarabu ditampilkan setelah acara

makahiring horbo selesai dilaksanakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Gambar 3.1 Tortor Parsiarabu dilaksanakan setelah acara makahiring horbo

(Dokumentasi oleh Ade Sylvia, Oktober 2016)

3.2.3 Pertunjukan Tortor Parsiarabu

Pertunjukan adalah sesuatu yang bernilai seni yang ditunjukkan kepada

orang atau masyarakat. Dalam seni pertunjukkan adalah karya seni yang

melibatkan aksi individu atau kelompok tertentu. Pertunjukannya biasanya

melibatkan beberapa unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan

seniman dengan penonton. Tortor Parsiarabu berlangsung dengan suasana yang

cukup tenang, sebab penonton dapat melihat interaksi yang dilakukan oleh para

penari dengan alunan iringan musik yang membuat mereka merasa antusias

dengan tarian tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Gambar 3.2 Pertunjukan Tortor Parsiarabu

(Dokumentasi oleh Ade Sylvia, Oktober 2016)

3.2.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tortor parsiarabu disajikan sebagai tari persembahan dalam upacara

horjabius di Tomok. Dalam acara seremonial, tortor parsiarabu biasanya

dilakukan di luar ruangan (outdoor) sesuai dengan keperluan acara, dan waktu

pertunjukkannya dilaksanakan pada siang hari. Tempat yang disediakan cukup

luas,yaitu aula yang besar untuk menampilkan tortor parsiarabu, namun tidak

menggunakan terlalu banyak dekorasi lapangan dalam pertunjukkan tersebut.

Hanya saja ada beberapa tenda yang di gunakan pada pertunjukkan tersebut dan

juga menyediakan beberapa kursi yang menjadi tempat penonton.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Gambar 3.3 Aula patung sigale-gale menjadi tempat pelaksanaan tortor

(Dokumentasi oleh Ade Sylvia, Oktober 2016)

3.2.5 Pendukung Pertunjukan

Ada beberapa pendukung dalam sebuah pertunjukan agar pertunjukan

tersebut dapat berjalan dengan baik dan menarik. Adapun beberapa pendukung

tersebut, yaitu adanya penari, pemusik, dan penonton. Ketiga hal tersebut

memiliki peranan yang sangat penting, sehingga ketiganya saling berhubungan

satu sama lain dalam pelaksaan suatu pertunjukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Gambar 3.4 Pendukung upacara yaitu penonton, penari, dan lain-lain

(Dokumentasi oleh Ade Sylvia, Oktober 2016)

3.2.5.1 Penari/ Panortor

Orang yang membawakan suatu tarian disebut sebagai penari. Penari

merupakan bagian yang paling penting dalam setiap pertunjukan tortor

parsiarabu, yang disebut sebagai Panortor13

Dalam upacara horjabius, komposisi penari tortor parsiarabu biasanya

ada 8 penari wanita yang melaksanakannya. Tidak ada ketentuan ganjil atau genap

. Hal ini dikarenakan panortor lah

yang akan menjadi pusat perhatian dari penonton. Oleh sebab itu diperlukan

panortor yang memiliki kecakapan dan kemampuan menarikan tortor parsiarabu

tersebut di lapangan.

13 Parnortor ialah sebutan penari pada masyarakat Batak Toba.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

pada penari untuk melaksanakannya. Pada umumnya, tortor parsiarabu

dipertunjukkan tidak dengan penari laki-laki, Namun pada upacara horjabius,

tortor tersebut diikuti oleh Raja Nawalu, namun mereka tidak mengikuti gerak

seperti para panortor, atau disebut sebagai formalitas dalam pertunjukan tersebut.

Sebab hal itu hanyalah keinginan dari Raja Nawalu. Pada upacara horjabius,

penari tortor parsiarabu adalah ibu-ibu yang dipilih bersedia meluangkan waktu

untuk berlatih dalam mempelajari gerakan sebelum hari pelaksanaan. Pada saat

pertunjukan, penari akan saling berinteraksi antar sesama penari di lapangan

dalam melakukan perubahan gerakan.

Gambar 3.5 Para panortor dan Raja Naualu

(Dokumentasi oleh Ade Sylvia, Oktober 2016)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

3.2.5.2 Pemusik

Pemusik adalah orang yang memainkan alat musik. Pemain musik pada

suku batak disebut dengan Pargoci. Pemusik juga berperan penting dalam upacara

horjabius ini, dimana tanpa pemusik tortor tidak bisa ditarikan. Sehingga dalam

upacara horjabius ini pemusik sangat diperlukan karena sebagai pengiring tarian.

Dalam setiap pertunjukan pemusik harus ada dan tempatnya selalu diatas

panggung, Namun pada upacara horjabius pemusik ditempatkan dibagian atas

dari rumah bolon14

14Rumah Bolon merupakan rumah adat suku batak, yang merupakan simbol dari identitas masyarakat batak yang tinggal di sumatera utara.

. Musik yang digunakan dalam mengiringi tortor parsiarabu

adalah ensambel Gondang Sabangunan, yang memainkannya menggunakan 5

orang pemusik. Yang Terdiri dari 1 orang pemain taganing, 1 orang pemain

gordang, 2 orang pemain ogung, dan 1 orang pemain sarune bolon.

Pada saat pagelaran, pemusik akan saling berinteraksi juga antar sesama

pemusik di lapangan dalam melakukan pergantian strukturnya, ada tanda-

tandanya dalam musiknya. Karena musik dalam tortor Parsiarabu ini sangat

penting, sebab alur tortor ini mengikuti alur musik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Gambar 3.6 Pemusik di tempatkan di atas rumah bolon

(Dokumentasi oleh Ade Sylvia, Oktober 2016)

3.2.5.3 Penonton

Penonton adalah orang yang melihat pertunjukan, dalam setiap

pertunjukan penonton merupakan para tamu undangan seperti tamu dalam acara

pagelaran, tetua-tetua adat, para pejabat-pejabat pemerintahan dan masyarakat

Tomok maupun orang yang berasal dari daerah yang lain yang merupakan tamu-

tamu penting yang menghadiri acara adat. Adapun masyarakat luar kota yang

kebetulan sedang menghabiskan liburan ke daerah tomok ketika pagelaran

tersebut berlangsung, sehingga acara tersebut menjadi nilai tambah pada acara

liburan mereka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Gambar 3.7 Penonton ikut berpartisipasi ketika menortor

(Dokumentasi oleh Ade Sylvia, Oktober 2016)

3.2.6 Kostum dan Properti

Kostum dapat merujuk kepada suatu pakaian secara umum, atau gaya

tertentu pada orang dan kelas masyarakat. Untuk mendukung pertunjukan

dilapangan, kostum atau busana dalam tarian merupakan perlengkapan yang harus

diperhatikan karena harus menunjang pada tema suatu tarian. Kostum pada tarian

tradisional berfungsi untuk memperjelas peranan suatu sajian tari, memperjelas

ciri khas suatu daerah, dan menunjukkan dari mana asal tarian berasal. Kostum

merupakan lambang sebuah tarian suatu daerah, dalam budaya batak kostum

menjadi patokan dalam melaksanakan sebuah tarian. Dari hasil pengamatan di

lapangan yang dilakukan wawancara dengan ibu Epiphanias sebagai penari tortor

parsiarabu, bahwa tarian batak toba tidak terlepas dari pada ulos. mereka

menggunakan Ulos bahari ginjang yang digunakan sebagai pakaian. dan sortali

diikat di kepala sebagai aksesoris.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Properti

Properti adalah sebuah benda atau alat yang dipergunakan untuk

menunjang pertunjukan, atau sebagai pelengkap. Properti juga bisa menjadi

sebuah simbol dari tarian yang dipertunjukkan. Setiap suku mempunyai properti

tarian sebagai penunjang tarian.

Dalam tortor parsiarabu, properti yang digunakan adalah ulos sesuai dengan asal

usul tariannya. Ulos nya ialah ulos sibolang bintang maratur yang digunakan

sebagai properti untuk menutupi wajah kesedihan panortor dari penonton, seperti

yang sudah dijelaskan diatas. Ulos ini sangat berperan penting dalam penampilan

tortor parsiarabu, karena ulos ini lah simbol tarian ini, tanpa ulos ini tarian ini

tidak bisa ditarikan.

Gambar 3.8 Kostum dan properti penari

(Dokumentasi oleh Ade Sylvia, Oktober 2016)

3.2.7 Tata Rias

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Tata rias adalah seni yang menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk

menunjukkan wajah peranan dengan memberikan dandanan atau perubahan pada

pemain di atas pentas/panggung dengan suasana yang sesuai (Harymawan,

1993:134). Tata rias merupakan sebagai pelengkapan dalam tarian, dimana tata

rias dapat mempercantik sebuah tarian tersebut. Tata rias bukan hanya sedekar

membuat penari menjadi cantik dan tampan, tapi tata rias juga dapat membantu

mewujudkan ekspresi penari sesuai dengan peran yang dibawakan, sehingga tema

tari yang disajikan da

pat dimengerti penonton dan dinikmati penonton.

Tata rias lebih ditekakan pada rias wajah dan riasan rambut penari. Namun

dalam persiapan tortor parsiarabu, Para panortor merias diri sendiri dan tidak

perlu ke salon. Akan tetapi warna make up dan segala perlengkapannya

disesuaikan dengan kesepakatan bersama agar seragam. Make up yang digunakan

dalam tortor ini juga sederhana, tidak seperti make up tarian lainnya yang lebih

memukau, sebab tata rias tidak terlalu sering diperlihatkan ketika tortor

berlangsung. Wajah ditutupi oleh properti ulos yang digunakan selama tortor

berlangsung Demikian juga hal nya dengan rambut, pada penataan rambut,

masing-masing penari mengikat rambutnya menjadi satu. Setelah diikat

dipasangkan sanggul, dan diikat dengan sortali. Persiapan tata rias yang

digunakan juga diperlukan oleh penari dan pemusik sebagai pendukung

pertunjukan di lapangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

3.2.8 Alat Musik Yang Digunakan

Tortor tidak terlepas daripada musik, hubungan kedua ini sangat erat

dalamsebuah pagelaran, jika tidak ada musik maka mustahil tortor akan

ditampilkan.Iringan musik terdiri dari dua bagian, yaitu iringan internal dan

eksternal. Iringan internal yaitu yang berasal dari tubuh penari itu sendiri seperti

tepukan tangan, hentakan kaki, dan sebagainya. Sementara iringan eksternal yaitu

iringan yang tatanan bunyinya dapat dihasilkan oleh benda-benda atau alat-alat di

luar tubuh manusia, Sehingga kita harus mengetahui nama-nama bagian alat

musik dalam mengiringi tarian ini. Alat musik yang digunakan dalam mengiringi

tor tor ini adalah alat musik pada kebudayaan batak toba, dan tidak ada

menggunakan alat musik tambahan di luar dari pada budaya batak toba. Alat

musik yang digunakan pada tortor ini merupakan ensambel gondang sabangunan.

3.2.8.1 Ensambel Gondang Sabangunan

Gondang sabangunan15

15 Sipayung, Herlina dan Drs. JM. Saragih. 1993/1994. Peralatan Musik Tradisional Batak Toba. Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.

merupakan segala musik yang dihasilkan oleh gondang

tersebut untuk memenuhi kebutuhan atau keperluan dalam pelaksanaan

kebudayaan. Konsep Gondang Sabangunan dapat dilihat dari latar belakang

kehidupan dan kepercayaan suku Batak Toba. Menurut M Hutasoit (1976) bahwa

bilangan ganjil (bilangan na pisik) yaitu 1, 3, 5, 7 memiliki nilai lebih dalam

budaya Batak Toba (bilangan na marhadoan). Pemakaian bilangan tersebut

terlihat dalam kegiatan adat istiadat, misalnya: hitungan dalam pemakian jenis

musik waktu si penari meminta lagu, anak tangga rumah raja, selalu bilangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

ganjil, dan lain-lain. Dalam mengiringi tortor parsiarabu, alat musik yang

terdapat pada gondang sabangunan terdiri dari seperangkat taganing, satu buah

gordang, sebuah sarune, empat buah ogung, yaitu ogung oloan, ogung ihutan,

ogung panggora dan ogung doal. Tiap-tiap alat musiknya memiliki nada

(frekuensi getaran) yang berbeda.

Kontribusi gondang sabangunan pada upacara ini adalah sebagai media

penyampaian permohonan (alu-alu) dan tonggo-tonggo kepada Debata Mulajadi

Nabolon.

Adapun jenis musik yang dibawakan terdiri dalam tiga bagian yaitu:

• Gondang Mula-mula

Gondang ini merupakan musik pembuka acara ditujukkan kepada Mulajadi

Nabolon (Tuhan Pencipta).

• Gondang Pasu-pasu

Gondang ini merupakan permohonan akan apa yang diharapkan dalam hidup

(sitta-sitta pangidoan pasu-pasu)

• Gondang Hasahatan

Gondang ini merupakan keyakinan bahwa permohonan-permohonan yang

disampaikan akan dikabulkan (sahat saut na pinarsitta)

3.2.8.1.1 Taganing

Merupakan alat musik yang termasuk dalam klasifikasi mempranophone.

Dibuat dari bahan kulit kerbau yang dipadukan dengan batang pohon nangka yang

sudah di lubangi dan dijadikan seperti tabung. Taganing yang dimainkan oleh dua

orang pemain dengan menggunakan stik pemukul kayu. Gendang yang terbesar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

ukurannya disebut gordang yang dimainkan oleh satu orang dan berfungsi sebagai

rhytm konstan. Sementara lima gendang lainnya, lazim juga disebut anak ni

taganing, adalah instrument melodik yang dimainkan oleh satu orang dan

berperan sebagai pembawa melodi. Terkadang taganing juga sebagai pemberi aba-

aba dimulainya suatu musik.

Gambar 3.9

3.2.8.1.2 Sarune

Merupakan alat musik yang termasuk dalam klasifikasi aerophone. Dibuat dari

bahan kayu yang dalam pembuatannya dibagi beberapa bagian, yaitu : bagian

ujung merupakan sumber bunyi, bagian tengah sebagai lobang nada, dan pangkal

ujung sebagai resonator. Biasanya untuk memperoleh bunyi yang sempurna,

digunakan daun kelapa yang dilipat dan kemudian dimasukkan kedalam pipa

untuk meniup sarune tersebut. Sarune hanya dimainkan oleh satu orang yang

memiliki keahlian khusus dalam meniup nya, sebab dalam meniup alat musik ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

dilakukan secara terus-menerus sehingga sambil bernafas melalui hidung. Alat

musik ini berfungsi sebagai pembawa melodi utama.

Gambar 3.10

3.2.8.1.3 Ogung

Merupakan alat musik yang termasuk dalam klasifikasi Idiophone. Dibuat

dari bahan metal/perunggu. Ogung dimainkan oleh dua orang, dimana satu orang

memainkan ogung doal dan panggora, dan satu nya lagi memainkan ogung oloan

dan ihutan. Ogung oloan memiliki nada rendah dan menghasilkan bunyi yang

beritme konstan supaya diikuti oleh bunyi ogung lainnya. Ogung doal berfungsi

menambah variasi bunyi ogung dengan menambah ritme tambahan. Ogung

panggora menghasilkan bunyi yang menggelegar dan keras, sehingga memberi

efek terkejut. Ogung ihutan memiliki nada yang lebih tinggi dibandingkan nada

ogung oloan. Bunyi ogung ini mengikuti bunyi ogung oloan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Gambar 3.11

Memainkan alat musik dimulai dari memukul taganing, ogung oloan

diikuti ogung ihutan, panggora, doal, Seiringan dengan itu selanjutnya dibunyikan

sarune. Setelah sarune ditiup baru diikuti dengan tari. Sedangkan gordang

dibunyikan sesekali (tidak selamanya) hanya saat-saat tertentu selama

berlangsungnya musik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

BAB IV

ANALISIS STRUKTUR TORTOR PARSIARABU DAN MUSIK IRINGAN

ENSAMBEL GONDANG SABANGUNAN

4.1 Analisis Tortor Parsiarabu

Sudah dijelaskan di bab sebelumnya, sejarah hingga dalam struktur penyajian

tortor parsiarabu. Tortor ini di tampilkan dibagian pertengahan pada hari kedua

dalam upacara horjabius. Tortor ini dilakukan dengan 8 orang wanita yang sudah

memiliki suami, berjumlah ganjil maupun genap, gerakannya memiliki enam

ragam. Dalam gerakan-gerakan tortor parsiarabu ini memiliki gerakan-gerakan

yang terpola dan diatur dalam susunan pola lantai yang sudah disepakati bersama.

4.1.1 Ragam dan Pola Gerak

Ragam gerak merupakan motif gerakan-gerakan yang tersusun dalam unsur

kreatifitas gerak tari. Dalam tortor parsiarabu ini terdapat beberapa ragam dan

pola gerakan dan mempunyai istilah yang berbeda. Tidak semua ragam tari

mempunyai nama ragam yang sesuai dengan gerakan tari. Gerakan-gerakan yang

terbentuk dalam tortor parsiarabu telah terstruktur ataupun terpola di dalam

aturan aturan adat dan nilai keindahan setempat secara simbolis serta memiliki

makna makna tersendiri. Dimana kata struktur disini adalah bagian-bagian yang

melengkapi tortor ini dalam pertunjukannya sehingga saling berhubungan satu

dengan yang lain, ataupun bentuk dalam setiap tahapannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Dalam wawancara dengan Ibu Epiphanias selaku panontor sekaligus pelatih

tortor pada upacara tersebut, menyatakan bahwa tortor parsiarabu hanya terdapat

enam ragam yang ditarikan secara berulang-ulang. Sehingga hanya waktu

pertunjukan yang diminta maupun durasi musik iringan yang dimainkanlah

menjadi patokan berapa kali penggulangan ragam gerak yang dilakukan saat

menari.

Pemilihan ragam gerak yang akan dipergunakan telah disepakati oleh penari

dan pemusik sebelum pertunjukan tortor dimulai, karena hal ini sudah

dipersiapkan sebelumnya. Durasi musik iringan yang dimainkan menjadi patokan

pengulangan ragam gerak yang dilakukan saat menari. Selain itu tempo gerak

penari dari awal sampai akhir tidak banyak mengalami perubahan menjadi cepat

maupun lambat, melainkan konstan. Ragam somba merupakan ragam yang wajib

dan sebagai ragam pertama untuk mengawali pelaksanaan tortor parsiarabu.

Berikut adalah nama-nama gerak yang terdapat dalam tortor parsiarabu:

1. Somba, dalam posisi berdiri

2. Pandenggal, dalam posisi berdiri

3. Mamake ulos, dalam posisi berdiri

4. Menghapus ilu, dalam posisi berdiri (kanan-kiri)

5. Mamake Tujung, dalam posisi duduk

6. Mengherbang ulos, dalam posisi duduk (kanan-kiri)

4.1.2 Pola Lantai

Pola lantai yang dimaksudkan merupakan pola yang gerakannya terdapat

dalam tiap-tiap ragam dan pola yang sangat berhubungan, yakni bagaimana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

bagian-bagian dari gerakan tari yang saling berhubungan disatukan sehingga

adanya bentuk dan atau model (suatu set peraturan) yang dapat dipakai untuk

membuat atau menghasilkan suatu tari. Adapun Pola lantai pada tortor parsiarabu

yang penulis amati dilapangan tidak terlalu banyak, biasanya berjajar sebaris,

berhadapan, putar kanan, putar kiri (dalam posisi berdiri dan duduk)

4.2 Pertunjukan Tortor Parsiarabu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Ragam Gerak Hitungan Deskripsi Gerak

Somba

2x8 Gerakan ini diawali dengan

posisi berdiri menghadap

penonton, lalu menyatukan

kedua telapak kanan dan kiri

tepat dibawah bagian telinga

dengan posisi kepala

menunduk sambil mengurdot.

Pola lantai yang dilakukan

ialah membentuk sebaris

melebar.

Pandenggal

2x8 Pola lantai pada gerakan ini

juga masih membentuk satu

baris sejajar melebar. Gerakan

pada posisi berdiri menghadap

penonton, lalu membuka kedua

telapak kanan dan kiri diangkat

tepat diatas bahu sambil

mengurdot pada hitungan 1x8,

kemudian pada posisi yang

sama kedua tangan digerakkan

kearah kanan, depan, dan kiri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

dalam hitungan 1x8.

Mamake Ulos

2x8 Gerakan ini dalam posisi

berdiri. Mengangkat ulos yang

ada dibahu dengan kedua

tangan lalu menarik keatas dan

diletakkan ke kepala sampai

menutupi sedikit bagian mata,

gerakan ini dilakukan pada

hitungan 1x8.

Setelah itu kedua tangan tetap

berada dibagian sisi memgang

ulos, dan dengan posisi kepala

menunduk sambil mangurdot,

gerakan ini dilakukan pada

hitungan 1x8. Pola lantai

gerakan ini mulai membentuk

setengah lingkaran, dimana

hanya satu penari yang berada

diposisi tengah saja yang maju

kedepan, maka pola sudah

terbentuk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Manghapus Ilu

2x8 Gerakan ini masih dalam posisi

berdiri dengan posisi tangan

kanan didalam ulos sambil

mengankat ulos dan

menggerakkan tangan kanan

sejajar dengan posisi kepala

yang menunduk dan badan

yang sedikit membungkuk

menuju kearah kiri. Bersamaan

dengan posisi jari tangan kiri

yang membentang ketiga jari

yaitu jari tengah, manis dan

kelingking kemudian kedua

jari yaitu ibu jari dan jari

telunjuk memegang sisi ulos

lalu meletakkannya tepat pada

bagian pinggul sebelah kiri.

Gerakan ini dilakukan pada

hitungan 1x8.

Kemudian pada hitungan

selanjutnya 1x8, tangan kiri

yang bergerak sejajar dengan

posisi kepala menunduk dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

badan yang sedikit

membungkuk menuju kearah

kanan. Bersamaan dengan

posisi jari tangan kanan yang

membentang ketiga jari yaitu

jari tengah, manis, dan

kelingking kemudian kedua

jari yaitu ibu jari dan telunjuk

memegang sisi ulos lalu

meletakkannya tepat pada

bagian pinggul sebelah kanan.

Selama gerak menghapus ilu

dilakukan penari membentuk

pola lantai setengah lingkaran.

Gerakan ini juga dilakukan

dengan mangurdot. Pola lantai

gerakan ini sudah membentuk

setengah lingkaran.

Mamake Tujung 2x8 Setelah gerak menghapus ilu

dilakukan, lalu penari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

memegang sisi kanan dan kiri

ulos dengan posisi berdiri

dihadapan penonton. Gerakan

ini dilakukan pada hitungan

1x8, penari yang sudah maju

sambil mundur untuk

membentuk pola awal yaitu

sebaris melebar.

Kemudian penari perlahan

membentuk posisi setengah

berdiri duduk berlutut

menghadap penonton, lalu

kedua tangan tepat berada di

dalam ulos dan melebarkan

ulos pada bagian kanan dan

kiri, gerakan ini dilakukan

pada hitungan 1x8. Dengan

pola lantai yang sama.

Menghapus Ilu 2x8 Gerakan ini dalam posisi

setengah berdiri duduk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

berlutut, dengan posisi tangan

kanan di dalam ulos sambilkan

mengangkat ulos dan

menggerakkan tangan kanan

sejajar dengan posisi kepala

yang menunduk menuju arah

ke kiri, demikian juga dengan

badan ikut membungkuk.

Bersamaan dengan posisi

tangan kiri yang membentang

kelima jari tangan dan

memegang sisi ulos lalu

meletakkannya tepat pada

bagian pinggul sebelah kiri.

Gerakan ini dilakukan pada

hitungan 1x8.

Kemudian pada hitungan

selanjutnya 1x8, Tangan kiri

yang bergerak sejajar dengan

posisi kepala menunduk

menuju ke arah kanan,

demikian juga dengan badan

ikut membungkuk. Bersamaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

dengan posisi tangan kanan

yang membentang kelima jari

tangan dan memegang sisi ulos

lalu meletakkannya tepat pada

bagian pinggul sebelah kanan.

Kemudian penari duduk

berlutut dengan posisi tegak

sambil memegang sisi ulos

kanan dan kiri dengan kedua

tangan. Pola lantai gerakan ini

sama seperti pola pada gerakan

awal yaitu sebaris melebar.

Mengherbang ulos

2x8 Pada gerakan ini, Ulos

diangkat memutar setengah

lingkaran dari bawah ke atas

lalu kebawah hingga menutupi

wajah oleh tangan kanan

dengan posisi duduk berlutut

hingga setengah berdiri.

Gerakan ini dilakukan pada

hitungan 1x8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Kemudian, sama halnya

dengan tangan kiri, ulos

diangkat memutar setengah

lingkaran dari bawah ke atas

lalu ke bawah hingga menutupi

wajah, dengan posisi yang

sama pada hitungan gerak 1x8.

Pola lantai pada gerakan ini

sama seperti pola awal.

Kemudian penari menegakkan

posisi tubuh dan perlahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

bangkit dari duduk berlutut

hingga dengan posisi berdiri

dengan hitungan gerak 1x8.

Setelah posisi penari sudah

berdiri, maka penari mengurdot

selama hitungan 1x8. Gerakan

ini juga masih pada pola lantai

yang sama.

Menghapus Ilu

(Gerakan Pengulangan)

2x8 Ketika sudah kembali ke posisi

berdiri, maka gerak menghapus

ilu dilakukan kembali dengan

posisi tangan kanan di dalam

ulos sambilkan mengangkat

ulos dan menggerakkan tangan

kanan sejajar dengan posisi

kepala yang menunduk dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

badan yang sedikit

membungkuk menuju arah ke

kiri. Bersamaan dengan posisi

jari tangan kiri yang

membentang ketiga jari yaitu

jari tengah,manis, dan

kelingking kemudian kedua

jari yaitu ibu jari dan jari

telunjuk memegang sisi ulos

lalu meletakkannya tepat pada

bagian pinggul sebelah kiri.

Gerakan ini dilakukan pada

hitungan 1x8.

Kemudian pada hitungan

selanjutnya 1x8, Tangan kiri

yang bergerak sejajar dengan

posisi kepala menunduk dan

badan yang sedikit

membungkuk menuju ke arah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

kanan. Bersamaan dengan

posisi jari tangan kanan yang

membentang ketiga jari yaitu

jari tengah,manis, dan

kelingking kemudian kedua

jari yaitu ibu jari dan jari

telunjuk memegang sisi ulos

lalu meletakkannya tepat pada

bagian pinggul sebelah

kanan.Selama gerak

pengulangan menghapus ilu

dilakukan penari masih tetap

pada pola yang sama. Gerakan

ini juga dilakukan dengan

mengurdot.

Setelah gerakan menghapus ilu

selesai dilakukan maka ulos

perlahan diturunkan dari

kepala menunju leher, lalu ulos

dikembangkan seperti sebuah

sayap oleh kedua tangan

dengan posisi tegak, demikian

juga kepala tidak lagi pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

posisi menunduk. Gerakan ini

dilakukan pada hitungan 1x8.

Kemudian pada hitungan ke

2x8, kedua telapak tangan

kanan dan kiri disatukan

dengan menjepit ulos, seperti

gerakan awal yaitu somba.

4.3 Analisis Musik Iringan

Ada dua yang membedakan dua notasi menurut Charles Seeger, yaitu

notasi prespektif dan notasi deskriptif dalam penanalisis musik iringan pada tortor

parsiarabu. Yang di maksud dengan prespektif adalah notasi yang melukiskan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

secara garis besar nada dari suatu lagu, tanpa ada yang menunjukkan secara

lengkap apa-apa saja yang ditampilkan dalam musik iringan pertunjukan dalam

tortor parsiarabu. Sedangkan deskriptif adalah laporan yang di sertai notasi

secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu

pertunjukan yang ditampilkan.

Salah satu yang termasuk dalam notasi deskriptif adalah penulisan not

balok yang terdapat di dalamnya. Hal ini di dukung dalam keberadaannya yang

efektif dalam melakukan pentranskripsian dan juga notasi Barat ini dapat

mewakilkan sejumlah nilai nada-nada yang terdapat dalam musik iringan tortor

parsiarabu ini dan selalu digunakan dalam penulisan sebuah musik.

Menurut Nettl, (1964:98) ada dua pendekatan yang berkenaan dengan

pendeskripsian musik yaitu: (1) kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis apa

yang kita dengar; (2) kita dapat menuliskan berbagai cara keatas kertas dan

mendeskripsikan apa yang kita lihat. Dari kedua hal di atas untuk dapat

memvisualisasikan musik iringan pada tortor parsiarabu, penulis melakukan

transkripsi untuk lebih mudah menganalisisnya terutama pada ritme, motif dan

tempo. Sehingga dengan melakukan hal tersebut dapat membantu kita untuk

mengkomunikasikan serta menyampaikan kepada pembaca tentang apa yang kita

dengar.

Keberadaan musik pengiring dalam tortor parsiarabu ini sangat penting

untuk menghitung tempo gerakan penari serta pergantian ragam gerak. Analisis

hanya dilakukan pada ritme yang dimainkan oleh musik pengiring saja

dikarenakan ritem dari iringan alat musik yang dimainkan sangat bergantung pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

hitungan gerakan tari. Musik tortor parsiarabu dalam upacara horjabius

merupakan hal yang sangat penting, karena gerak tari mengikuti musik. Musik

iringan menjadi pembentuk suasana untuk memperjelas tekanan-tekanan gerakan

begitu juga pergantian ragam dan pola-pola gerakan yang ada.

GONDANG SABANGUNAN

Mario Sinaga dan Ade Sylvia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

4.3.1 Model Notasi

Agar dapat dipahami secara universal, maka penulis menggunakan notasi

Barat dalam transkripsi musik iringan tortor parsiarabu. Ada beberapa simbol

yang digunakan, yaitu:

Garis paranada yang memiliki lima buah garis paranada dan empat buah spasi

dengan tanda kunci G.

Merupakan not ½ yang bernilai dua ketuk.

Merupakan not ¼ yang bernilai satu ketuk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Merupakan not 1/8 yang bernilai setengah ketuk.

Merupakan dua buah not 1/8 yang digabung menjadi satu ketuk.

Simbol-simbol di atas merupakan simbol-simbol yang terdapat dalam

lampiran partitur yang perlu diketahui agar pembaca memahami makna-

maknanya.

4.3.1.1 Tangga nada (scale)

Tangga nada dalam musik barat dapat diartikan sebagai satu kumpulan not yang

diatur sedemikian rupa dengan aturan yang telah ada (baku) sehingga memberikan

karakter tertentu. Dalam musik pengiring tortor parsiarabu, penulis memberikan

uratan-urutan nada yang terendah sampai nada yang tertinggi berdasarkan

pemakaian nada.

Berdasarkan tangga nada yang dipakai dalam musik pengiring tortor

parsiarabu di atas, penulis memperoleh 6 nada dengan nada terendah adalah Bb

dan nada tertinggi adalah Gb. Dengan demikian, tangga nada yang digunakan

adalah heksatonik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

4.3.1.2 Nada dasar (pitch center)

Bruno Nettl mengemukakan ada tujuh cara untuk menentukan nada dasar

(pitch center/tonalitas) yaitu :

1. Patokan umum adalah melihat nada mana yang paling sering dipakai dan nada

mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut.

2. Kadang-kadang nada yang harga ritmisnya besar dapat dianggap sebagai nada

dasar, walaupun nada tersebut jarang dipakai.

3. Nada yang dipakai pada akhir (awal) komposisi atau pada akhir (awal) bagian-

bagian komposisi, dapat dianggap sebagai tonalitas dalam komposisi tersebut.

4. Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada atau posisi

persis ditengah-tengah dapat juga dianggap penting.

5. Interval-interval yang terdapat diantara nada-nada kadang dipakai sebagai

patokan.

6. Ada tekanan ritmis pada sebuah nada, juga dipakai sebagai tonalitas.

7. Harus diingat bahwa barang kali ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem

tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan diatas. Untuk

mendeskripsikan sistem tonalitas seperti ini, cara terbaik tampaknya adalah

berdasarkan pengalaman, pengenalan yang akrab dengan gaya musik tersebut

akan dapat ditentukan tonalitas dari musik yang diteliti.

Dari hasil transkripsi dan mengacu pada kriteria yang dikemukakan diatas, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Nada yang paling sering dipakai adalah Eb.

2. Nada yang harga ritmisnya paling besar adalah Eb.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

3. Nada yang dipakai pada bagian awal dan akhir lagu adalah Eb dan Gb

4. Nada paling rendah adalah Eb.

5. Pengenalan penulis dengan memperhatikan tangga nada dan mendengarkan

rekaman hasil peneliti adalah Bb.

Dengan demikian, nada dasar dari Gondang Sabangunan dalam tulisan ini adalah

Bb.

4.3.1.3 Wilayah nada

Wilayah nada adalah jarak antara nada terendah dan nada tertinggi. Untuk

mempermudahkan penulis menentukan wilayah nada, nada terendah dan nada

tertinggi dimasukkan ke dalam garis paranada. Berikut adalah wilayah nada

gondang sabangunan :

4.3.1.4 Jumlah nada

Jumlah nada adalah banyaknya nada yang digunakan dalam suatu

nyanyian. Banyaknya jumlah nada dapat dilihat dari garis paranada berikut ini.

4.3.1.5 Jumlah interval

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

4.3.1.6 Pola kadensa

Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi sebagai penutup

pada akhir melodi atau di tengah kalimat, sehingga bisa menutup sempurna

melodi tersebut atau setengah menutup (sementara) melodi tersebut. Dalam

gondang sabangunan, penulis memilih melodi akhir sebagai pola kadensa, yaitu :

Interval Posisi Jumlah Total

1P 64 64

2M 176 324

148

2m 38 92

54

3M

30 69

39

3m 1 1

4P 11 23

12

5dim 5 23

18

6m 11 11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

4.3.1.7 Formula melodi

Formula melodi adalah nada-nada yang membentuk melodi. Melodi

sendiri adalah pembentuk rasa musikal pada suatu karya musik, yang didalamnya

terdapat beberapa formula motif melodi pokok yang membentuknya.

Pada penganalisisan ini, alat musik sarune pada ensambel gondang sabangunan

terdiri atas 108 birama.

Secara garis besar, untuk frasa dan motif yang terdapat dalam ensambel gondang

sabangunan adalah sebagai berikut:

1. Bentuk pada alat musik sarune dalam ensambel gondang sabangunan adalah

repetitif yaitu bentuk yang diulang-ulang. Bentuk melodi pada ensambel gondang

sabangunan dapat diuraikan sebagai berikut:

A1, A2, A3, A4, A4, A4, A4, A5, A6, A6, A7, A8,A1, A2, A3, A4, A4, A4, A4,

A5, A6, A6, A7, A8, A1, A2, A3, A4, A4, A4, A4, A5, A6, A6, A7, A8, A1, A4,

A4, A4, A4, A9.

2. Pada ensambel ini terdapat frasa didalamnya:

Birama Frasa

1-2 A1

3-4 A2

5-6 A3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

7-10 A4

11-14 A4

15-18 A4

19-22 A4

23-24 A5

25 A6

26 A6

27-29 A7

30-32 A8

1-2 A1

3-4 A2

5-6 A3

7-10 A4

11-14 A4

15-18 A4

19-22 A4

23-24 A5

25 A6

26 A6

27-29 A7

30-32 A8

1-2 A1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

3-4 A2

5-6 A3

7-10 A4

11-14 A4

15-18 A4

19-22 A4

23-24 A5

25 A6

26 A6

27-29 A7

30-32 A8

97-98 A1

99-100 A4

101-102 A4

103-104 A4

105-106 A4

107-108 A9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

3. Motif Melodi

Motif adalah unit terkecil dari suatu melodi, yang terdiri dari tiga nada atau lebih

yang menjadi ide pembentukan melodi. Adapun dalam penganalisisan ini tertuju

pada alat musik sarune, sebab alat musik inilah yang menjadi penghantar melodi

dalam ensambel gondang sabangunan.

Motif melodi yang digunakan ialah A1+A4

Frasa penutupan adalah kembali pada frasa A9.Jumlah seluruh frasanya adalah

102 bentuk frasa.

4.3.1.8 Kontur

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm (dalam Irawan

1997: 85) membedakan beberapa jenis kontur, yaitu:

1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang

lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada

yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dar nada

yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang

lebih tinggi atau sebaliknya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada ke

nada yang lain baik naik maupun turun.

5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang lebih

tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih rendah ke nada

yang lebih tinggi.

6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang

lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun minor.

7. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai batas-

batasan.

Dari jenis-jenis kontur di atas, gondang sabangunan memiliki kontur sebagai

berikut :

Jenis Kontur Contoh Garis Paranada

Ascending

Descending

Pendulous

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Ilustrasi Musik

Siklus pola ritem Taganing, Ogung doal, panggora, Ihutan, dan Oloan dalam

ensambel Gondang Sabangunan

Static

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Ringkasan yang dapat ditarik diatas adalah:

1. Tempo : ♪ 68

2. Durasi Not Dominan : (1/2), (1/8), (1/16)

3. Meter : 4 ketuk dalam satu siklus

(selanjutnya dikelompokkan dalam meter (4/4)

4. Onomatope : Ogung Oloan: Polol, Ogung Ihutan: Polol,

Ogung panggora: Pok, Ogung Doal: Kel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Ada beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis berdasarkan

penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, yaitu:

tortor parsiarabu merupakan salah satu seni tari tradisi yang ada pada masyarakat

Tomok yang sudah cukup dikenal pada masyarakat Tomok. Dimana gerakannya

diambil dari kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba yang ditarikan oleh 8

orang wanita atau lebih. Adapun gerakan yang dilakukan yaitu: somba,

pandenggal, mamake ulos, menghapus ilu, mamake tujung, dan mangherbang

ulos. Gerakan dari setiap ragam adalah 2x8. Pola dalam tortor ini sejajar dan

membentuk setengah lingkaran. Tortor ini diiringi dengan ensambel Gondang

Sabangunan. Gondang Sabangunan terdiri dari alat musik Taganing, Sarune, dan

Ogung. Ketiga alat musik ini menjadi alat musik tradisional dari Batak Toba.

Musik. Adapun musik yang digunakan dalam mengiringi tortor parsiarabu pada

ensambel ini yaitu gondang mula-mula, gondang pasu-pasu, dan gondang

hasahatan.

Pada masa sekarang ini, tortor parsiarabu dapat dilihat pada upacara-

upacara adat, seni pagelaran, dan acara-acara seni lainnya. Tortor ini ditampilkan

agar tetap terjaga kelestariannya. Agar generasi selanjutnya yaitu generasi muda

sekarang tidak lupa ataupun dapat mengetahui keberadaan tortor parsiarabu ini.

Agar tetap terjaganya kelestarian tortor parsiarabuini, maka perlu nya dibina dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

dikembangkan sehingga generasi berikutnya dapat memepertahan kan

keberadaannya di tengah masyarakat dan dapat menangkal pengaruh asing yang

mungkin tidak sesuai dengan norma-norma ketimuran khususnya pada masyarakat

Batak Toba.

Penulisan tentang tortor parsiarabu merupakan salah satu upaya

pelestarian serta kesenian terhadapat etnik Batak Toba di Tomok, dan masih

diperlukan usaha yang lain sebagai penunjang kreatifitas, sehingga pelestarian

kesenian ini tetap terjaga dan tidak hilang.

5.2 SARAN

Dari pembahasan dan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan, ada beberapa

saran yang perlu dikemukakan, mengingat pada masa sekarang ini minat generasi

muda sedikit demi sedikit mulai berkurang untuk melestarikan tortor parsiarabu

ini. Oleh karena itu Penulis menyarankan kepada masyarakat Tomok khususnya

untuk tetap mencintai budaya dan tradisi yang ada dalam masyarakat Batak Toba

di Tomok, Serta memberikan perhatian baik terhadap seni musik, vokal dan tari.

Diperlukan pula peran seniman/musisi, pemerhati budaya, akademisi, dan

pemerintah Kabupaten Samosir untuk mensosialisasikannya melalui pertunjukan

kesenian tradisi yang diadakan secara rutin untuk membiasakan masyarakat

mengenal budaya dan keseniannya.

Penelitian ini merupakan tahap awal dan masih banyak terdapat kekurangan

serta perlu mendapatkan penyempurnaan. Penelitian ini hanyalah sebahagian kecil

permasalahan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu penulis menyarankan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

dan mengharapakan kepada siapa saja yang berminat untuk melanjutkan

penelitian ini untuk lebih mendalam lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi

pengembangan Etnomusikologi dan sebagai dokumentasi data mengenai

kebudayaan musikal yang berkaitan dengan masyarakat Batak Toba di Tomok.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat memberikan

kontribusi yang positif terhadap apresiasi budaya dan pengetahuan terhadap ilmu

pengetahuan secara umum dan bidang Etnomusikologi secara khusus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dibia, I Wayan, et al. 2006. Tari Komunal : Buku Pelajaran Kesenian Nusantara

Untuk Kelas XI. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara

Koentjaraningrat. 1985.Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari.

Jakarta:Direktorat Kesenian

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

Maleong, J Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Malinowski, 1987. “Teori Fungsional dan Struktural,” dalam Teori Antropologi I

Koentjaraningrat (ed.), Jakarta: Universitas Indonesia Press

Malm,William P. 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia. New

Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs; serta terjemahannya dalam bahasa

Indonesia

Mardalis. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Chicago Nortwestern University

Moleong,Lexi J. 1988. Metodologi Peneliatian Kualitatif. Bandung: Remaja

Poskakarya.

Murgiyanto, Sal. 1990. Tradisi dan Inovasi. Jakarta: Wedetama Widya Sastra

Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Etnomisicology. New York: The Free

Press of Gilencoe.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

Sangti, Batara. 1977. Sejarah Batak. Balige: Karl Sianipar Company

Sinta, Saron, 2008. “Tortor Parsiarabu di kecamatan Harian Boho Kabupaten

Samosir”. Skripsi Sendratasik, Universitas Negeri Medan

Sihombing, T.M. 1986. Filsafah Batak (Tentang Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat).

Jakarta: Balai Pustaka

Siahaan, Nalom. 1982. Adat Dalihan Na Tolu: Prinsip dan Pelaksanaannya. Jakarta:

Prima Anugrah

Sinaga, Richard. 2008. Kamus Batak Toba-Indonesia: Kosakata, Istilah-Istilah Adat,

Ungkapan, Tamsil, dan Peribahasa. Jakarta: Dian Utama

Sumber Internet:

http://bataknese-samosir.blogspot.co.id/

http://panjiindra2345.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-kesenian_23.html

http://aneka-wacana.blogspot.co.id/2010/03/upacara-horja-bius-budaya-batak-

yang.html

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: ANALISIS TORTOR PARSIARABUPADA UPACARA HORJABIUS DI …

DAFTAR INFORMAN

• Nama : T.G.Monang M. Sidabutar

Tempat, Tanggal Lahir : Tomok, 27 November 1966

Usia : 50 Tahun

Pekerjaan : Dinas Pariwisata

• Nama : Epipanias Simanungkalit

Tempat, Tanggal Lahir : Parapat, 4 Januari 1969

Usia : 47 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

• Nama : Hotdiaman Sijabat

Tempat, Tanggal Lahir : Sihudon, 23 November 1968

Usia : 48 Tahun

Pekerjaan : Tokoh Budaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA