159
i ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN KEKOMPAKAN KOTA (COMPACT CITY) DI WILAYAH PERI URBAN KOTA TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Ekonomi Oleh : RAMADHIAN WIJAYANTI NIM : 11140840000059 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439/2018

ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

i

ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI

DAN KEKOMPAKAN KOTA (COMPACT CITY) DI WILAYAH PERI

URBAN KOTA TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

RAMADHIAN WIJAYANTI

NIM : 11140840000059

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439/2018

Page 2: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

ii

Page 3: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

iii

Page 4: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

iv

Page 5: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

v

Page 6: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

vi

Page 7: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Ramadhian Wijayanti

Alamat :Jalan Yaspatar Rt 004 Rw 001 No 46 Kelurahan

Pondok Pucung Kecamatan Pondok Aren Kota

Tangerang Selatan Banten 15229

No Telepon : 08975969761

Email : [email protected]

No Telepon : 08975969761

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 19 Februari 1996

Warga Negara : Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

2001-2002 TK Mutiara

2002-2008 SDN Pondok Pucung 1

2008-2011 SMPN 5 Tangerang Selatan

2011-2014 SMKN 2 Tangerang Selatan Jurusan Akuntansi

2014-2018 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PRESTASI DAN PENGHARGAAN

1. Finalis Economic Call For Paper National Championship di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016

2. Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Nasional Fiction Tahun 2015

di Universitas Negeri Padang 2015

3. Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional GSC (Green Scientific

Competition) 2015 di Universitas Negeri Semarang

Page 8: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

viii

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

1. BPH Rohis SMKN 2 Tangerang Selatan 2011-2014

2. Anggota Divisi Keagaamaan HMJ Ekonomi Pembangunan 2015-2016

3. Koordinator Bidang PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) LDK

Komda FEB 2015-2016

4. Anggota Divisi PSU LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Praktik Kerja Lapangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong

6. Guru Taman Pendidikan Al-Quran di Masjid Raya Bintaro.

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Suharta

2. Ibu : Siti Kudriah

3. Alamat : Jalan Yaspatar Rt 004 Rw 001 No. 46 Pondok Pucung

Pondok Aren Tangerang Selatan Banten 15229

Page 9: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

ix

Abstract

The purpose of this study was to analyze the Pattern of Change both in terms of

physical changes (spatial) and socio-economic changes in the South Tangerang

City. Then analyzed based on the factors that caused the Spatial Transformation

of Socio-Economic. Transformation. This study also analyzes the concept of

sustainable development as measured by the Urban Compactness Index in

Tangerang Selatan City to know the relation between spatial, socio-economic

aspect and sustainable development. This research uses overlay analysis using

Geographic Information System (GIS) with ArcGis 10.1 software assistance to

analyze spatial land use change and relate to secondary data data which is

described by descriptive and literature study. The results show that there has been

a spatial transformation and social and economic transformation in the South

Tangerang City Region. From the spatial transformation that in the period of

2011-2017 there has been a change of land use. From the social and economic

transformation, there is a change in the economic sector, which was originally

oriented towards the primary and secondary sectors into the secondary and

tertiary sectors. Then analyzed peotensi seeded by using Location Quotient to

analyze the superior potential and changes in economic sector. From the results

of identification of the concept of sustainable development measured by Urban

Compactness Index that the District of East Ciputat closest to the compact city

structure (Compact City).

Keywords: Spatial Transformation, Socio-Economic Transformation, Sustainable

Development, Urban Compactness Index, Location Quotient, Urban Elite Region,

Geographic Information System (GIS)

Page 10: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

x

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Pola Perubahan baik dari sisi

perubahan fisik (spasial) maupun perubahan secara sosial ekonomi di Wilayah

Kota Tangerang Selatan. Kemudian dianalisa berdasarkan faktor-faktor yang

menyebabkan Transformasi Spasial Transformasi Sosial Ekonomi. Penelitian ini

juga menganalisis konsep pembangunan yang berkelanjutan yang diukur

berdasarkan Indeks Urban Compactness di wilayah Kota Tangerang Selatan

untuk mengetahui keterkaitan antara aspek spasial, sosial ekonomi dengan

pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan analisis overlay

dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan bantuan

perangkat lunak ArcGis 10.1 untuk menganalisa perubahan penggunaan lahan

secara spasial dan mengkaitkan dengan data data sekunder yang dijelasakan

dengan deskriptif dan studi literatur. Dari hasil menunjukkan bahwa telah terjadi

transformasi spasial dan transformasi sosial dan ekonomi di Wilayah Kota

Tangerang Selatan. Dari transformasi spasial bahwa dalam periode tahun 2011-

2017 telah terjadi perubahan penggunaan lahan. Dari transformasi sosial dan

ekonomi terjadi perubahan sektor ekonomi, yang semula berorientasi pada sektor

primer dan sekunder menjadi sektor sekunder dan tersier. Kemudian dianalisis

peotensi unggulan dengan menggunakan Location Quotient untuk menganalisa

potensi unggulan dan perubahan sektor ekonomi. Dari hasil identifikasi konsep

pemabangunan yang berkelanjutan yang diukur berdasarkan Indeks Urban

Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur

kekompakan kota (Compact City).

Kata Kunci : Transformasi Spasial, Transformasi Sosial Ekonomi, Pembangunan

Berkelanjutan, Indeks Urban Compactness, Location Quotient, Wilayah Peri

Urban, Sistem Informasi Geografis (SIG)

Page 11: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

xi

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Allah Subhanahu

Wata‟ala atas Ridha dan Rahmatnya yang selalu tercurah, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS TRANSFORMASI

SPASIAL, SOSIAL EKONOMI DAN KEKOMPAKAN KOTA (COMPACT

CITY) DI WILAYAH PERI URBAN KOTA TANGERANG SELATAN”

dengan baik, sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa menuntun umatnya untuk

berada pada jalan kebenaran. Kepenulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat

guna menyelesaikan Program Sarjana Strata I (SI) pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari segala bentuk dukungan, saran, dan

motivasi yang penulisan terima dari banyak pihak. Penulis menyadari bahwa

segala bentk dukungan,saran dan motivasi yang diberikan akan sangat membantu

penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini sehingga dapat bermanfaat baik untuk

penulis dan pembaca. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah banyak berkonntribusi dalam penyusunan skripsi ini, terkhusus

kepada:

1. Allah Subhanahu Wata‟ala atas segala nikmat dan karunianya kepada

penulis.

2. Kepada Ayahanda tercinta Alm Bapak Suharta walaupun sudah berada di

sisi-Nya namun selalu mendukung dalam setiap aktivitas kegiatan dan

pencapaian anak-anaknya semoga Allah tempatkan Bapak di tempat yang

paling diridhoi Allah

3. Kepada Ibunda Tersayang Ibunda Siti Kudriah yang selalu melantunkan

doa dan dukungannya kepada anak-anaknya semoga selalu berada dalam

lindungan Allah SWT

4. Kepada adik Taslimah Ramadhanti dan Muhammad Zurays Iqbal semoga

allah selalu melimpahi rahmatnya kepada keluarga

5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung dan

Page 12: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

xii

memberikan pengalaman berharga kepada penulis selama menjadi

mahasiswa.

6. Bapak Arief Fitrijanto, S.SI, M.SI selaku ketua jurusan Ekonomi

Pembangunan sekaligus pembimbing penulis selama penulisan skripsi ini.

Terima kasih atas dukungan dan waktu luang semangat, motivasi dan

bekal ilmu pengetahuan yang diberika. Semoga segala yang telah

diamalkan dapat menjadi amal jariyah dan memperoleh balasan berlipat

ganda oleh Allah SWT.

7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bismis, terutama Bapak Arief

Fitrijanto, S.SI, M.SI selaku ketua jurusan Ekonomi Pembangunan dan Ibu

Najwa Khairina S.E,. M.A selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan.

8. Ibu Utami Baroroh, S.E., M.Si, Zuhairan Yunmi Yunan, S.E, M.Sc dan

Bapak Drs. Jacky Nurdjaman Rahman, M.Ps yang selalu mendukung dan

mendukung dan membimbing dalam penulisan skripsi dan akademik.

9. Seluruh civitas akademika dan karyawan baik pada tingkat jurusan,

fakultas, hingga universitas yang telah mendukung dan membantu

penulis dalam kegiatan perkuliah dan perlombaan selama mengenyam

pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10. Kepada Robiah Nila Fauziah S.Pd. MA, Verra Febriani, Asri Rahmawati

dan segenap guru TPQ Masjid Raya Bintaro yang senantiasa mendoakan

dan mendudukung dalam pendidikan ini.

11. Kepada Terryna Ledy Desi, Ulfi Husnul Tadzkiyah, Dwi Ratna Sari,

Imro‟atul Husna, Effa Safirah, Choirunnisa, Varrah Ainun Istiqomah, Wini

Muliagustina Dhimas Setyanik dan seluruh teman teman Konsentrasi

Otonomi dan Keuangan Daerah Semoga kita tidak pernah lelah dalam

mengembangkan kapasitas diri.

12. Temen temen angkatan tahun 2014 yang selalu mendampingi selama

menempuh pendidikan.

13. Kepada seluruh adik adik tercinta semoga penulisan skipsi ini bermanfaat

untuk kalian dan menambah referensi dalam kepenulisan skripsi nya

Page 13: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

xiii

Penulis menyadari bahwa kepenulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu, besar harapan bagi penulis untuk menerima

segala bentuk kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi untuk

pencapaian yang

lebih baik.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Jakarta, 28 Mei 2018

Ramadhian Wijayanti

11140840000059

Page 14: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

xiv

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ......................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................................... ix

ABSTRAK ...................................................................................................... x

KATA PENGANTAR .................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10

A. Wilayah Peri Urban .............................................................................. 10

1. Pengertian Wilayah Peri Urban ..................................................... 10

2. Konsep Wilayah Peri Urban .......................................................... 11

3. Dinamika Wilayah Peri Urban ...................................................... 12

B. Konsep Transformasi ........................................................................... 14

1. Pengertian Transformasi ............................................................... 14

2. Transformasi Wilayah Peri Urban................................................. 15

a. Transformasi Spasial ................................................................. 15

b. Transformasi Sosial ................................................................... 16

c. Transformasi Ekonomi .............................................................. 18

Page 15: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

xv

C. Desain Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development

Design) ................................................................................................. 20

1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) 20

2. Konsep Compact City.................................................................... 21

D. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 25

E. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 28

A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 28

B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 28

C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 29

D. Jenis Dan Sumber Data ........................................................................ 29

E. Pengumpulan Data ............................................................................... 30

F. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 32

G. Variabel Pelitian ................................................................................... 32

H. Metode Analisis Data.......................................................................... 34

1. Sistem Informasi Geografis (SIG) ................................................ 34

2. Analisis Location Quotient (LQ) ................................................. 38

3. Analisis Indeks Urban Compactness .......................................... 39

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 43

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................................. 43

1. Sejarah .......................................................................................... 43

2. Profil Wilayah Penelitian ............................................................. 45

a. Kondisi Geografis ..................................................................... 45

b. Kondisi Fisik Lahan ................................................................. 46

c. Keadaan Iklim ........................................................................... 47

d. Kondisi Geologi dan Jenis Tanah ............................................ 47

e. Jaringan Jalan ............................................................................ 48

B. Analisis Transformasi Spasial .............................................................. 51

1. Analisis Penggunaan Lahan ......................................................... 51

2. Analisis Overlay ........................................................................... 52

Page 16: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

xvi

a. Penggunaan Lahan Permukiman .............................................. 52

b. Penggunaan Lahan Kosong ...................................................... 53

c. Penggunaan Lahan Primer ........................................................ 54

d. Penggunaan Lahan untuk Fasilitas Dasar ................................ 55

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transformasi Spasial Peri Urban . 63

D. Analisis Transformasi Sosial Ekonomi ................................................ 72

1. Perubahan Sektor Ekonomi .......................................................... 72

a. Perubahan Sektor Berdasarkan Penggunaan Lahan ................. 72

b. Perubahan Sektor Berdasarkan PDRB ..................................... 73

c. Perubahan Sektor Berdasarkan Potensi Unggulan ................... 75

d. Perubahan Sektor Berdasarkan Unit Fasilitas Usaha .............. 76

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transformasi Sosial Ekonomi ..... 78

F. Identifikasi Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustainable

Development). ...................................................................................... 84

1. Analisis Karakteristik Urban Compactness. ................................. 84

2. Mengukur Indeks Urban Compactnesss ....................................... 99

3. Karakteristik Compactess dari Struktur Ruang Kecamatan Ciputat

Timur ............................................................................................. 101

G. Keterkaitan Antara Transformasi Spasial, Transformasi Sosial

Ekonomi dan Indeks Urban Compactness .......................................... 108

1. Analisis Korelasi Indeks Urban Compactness berdasarkan faktor-

faktornya........................................................................................ 109

2. Keterkaitan Transformasi Spaisal Sosial Ekonomi dan Sustainable

Development. ................................................................................. 111

3. Hubungan sebab akibat antara tiga sektor ........................................ 112

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 114

A. Kesimpulan ........................................................................................... 115

B. Saran .................................................................................................... 116

DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................................... 117

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 17: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

xvii

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1.2 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan 3

1.3 Tabel Developer yang berada di Wilayah Tangerang Selatan 4

1.4 Tabel Kepadatan Penduduk di Wilayah Tangerang Selatan 6

3.1 Variabel dalam penelitian 42

4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan 46

4.2 Tabel Penggunaan Lahan Eksisting 51

4.10 Tabel Kepadatan Penduduk Kota Tangerang Selatan 59

4.11 Luas Penggunaan Lahan (Ha) 67

4.12 Sebaran industri kecil, menengah, dan besar Kota Tangerang

Selatan 71

4.13 Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa 72

4.14 Indikator Ketenagakeran Kota Tangerang Selatan 2011-2015 74

4.15 Rasio Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam

Negeri 77

4.16 Jenis Penanaman Modal Kota Tangerang Selatan 78

4.17 Kepadatan Lahan Terbangun Kota Tangerang Selatan 80

4.18 Kepadatan Lahan Terbangun 81

4.19 Kepadatan Lahan Terbangun Kota Tangerang Selatan 81

4.20 Standar Ketersediaan Fasilitas Pendidikan menurut SNI 03-1772-

2004 82

4.21 Tabel Ketersediaan Fasilitas Pendidikan 84

4.22 Standar Ketersediaan fasilitas Kesehatan menurut SNI 03-1772-

2004 85

4.23 Standar Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Menurut

SNI 03-1772-2004 88

4.24 Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa 89

4.25 Presentase Ketersediaan RTH 90

4.26 Tabel Tingkat Penggunaan Kendaraan Pribadi 91

4.27 Presentase Pertumbuhan Penduduk 92

4.28 Presentase Pertumbuhan Permukiman Baru 93

4.29 Indeks Densifikasi Kota Tangerang Selatan 94

4.30 Indeks Mixed Use 95

4.31 Indeks Densifikasi 96

4.32 Tabel Indikator Urban Compactness 97

Page 18: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

xviii

4.33 Variabel dalam Penelitian 103

4.34 Proyeksi Penggunaan Lahan 58

4.35 Proyeksi Penggunaan Lahan Terbangun 59

4.37 Proyeksi Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2031 61

4.38 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kota Tangerang Selatan 2011-

2031 62

Page 19: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

xix

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

1.1 Penggunaan Lahan Kota Tangerang Selatan 2

4.1 Peta Rupa Bumi (RBI) Kota Tangerang Tahun 2001 sebelum

Pemekaran

45

4.2 Peta Topografi Kota Tangerang Selatan 47

4.3 Peta Geologi Kota Tangerang Selatan 48

4.4 Peta Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan 50

4.5 Grafik Penggunaan Lahan Kosong dan Lahan Terbangun 53

4.5 Grafik Penggunaan Lahan Primer 54

4.6 Grafik Perubahan pemanfaatan Lahan Fasilitas Dasar Kota

4.7 Peta Penggunaan Lahan 2017 56

4.8 Peta Penggunaan Lahan 2011 57

4.9 Peta Kepadatan Penduduk dan Perbatasan Kota Tangerang

Selatan

59

4.11 Peta Kawasan Strategis 61

4.12 Peta Jaringan Jalan 63

4.13 Peta Sistem Perkotaan 66

4.14 PDRB Sektor Primer 67

4.15 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB ADHB 68

4.16 Struktur Perekonomian Kota Tangerang Selatan 69

4.17 Location Quotient (LQ) Sektor Primer, Sekunder dan Tersier 70

4.18 Peranan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan

Usaha Tahun 2016

75

4.19 Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan

Usaha (Hasil Pendaftaran Sensus Ekonomi 2016)

76

4.20 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Ciputat Timur 97

4.21 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2011 dan 2017 98

4.22 Peta Kepadatan Penduduk Tinggi 99

4.23 Peta Jarak Kerapatan Antar Bangunan 99

4.24 Peta Jarak Kerapatan Antar Bangunan 100

4.25 Fasilitas yang mudah dijangkau 100

4.26 Pola Pergerakan Penduduk 101

4.27 Jumlah Kendaraan Bermotor 101

4.28 Tabel Hasil Korelasi 105

4.29 Pertumbuhan Penduduk 2011-2031 60

4.30 Grafik Pertumbuhan Penduduk 2011-2031 61

Page 20: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

xx

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan

1 Penggunaan Lahan

2 Perhitungan LQ Tangerang Selatan

3 Presentase PDRB Kota Tangerang Selatan

4 Perhitungan Koefisien Korelasi

5 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2011

6 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2017

7 Peta Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan

8 Peta Kawasan strategis Kota Tangerang Selatan

9 Peta Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan

10 Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan

11 Peta Geologi Koto Tangerang Selatan

12 Peta Sistem Perkotaan Kota Tangerang Selatan

13 Peta Topografi Kota Tangerang Selatan

14 Data perhitungan Korelasi

15 Proyeksi Perhitungan Lahan

Page 21: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin bertambahnya penduduk kota menyebabkan semakin

bertambahnya kebutuhan masyarakat terhadap jumlah lahan yang digunakan,

maka untuk memenuhinya diperlukan suatu pengembangan atau perluasan

wilayah ke daerah-daerah disekitar kota tersebut.

Pertumbuhan penduduk dan perkembangan aktivitas kota terus meningkat,

yang selalu diiringi dengan kebutuhan akan ruang dan lahan. Disisi lain lahan di

kota tersebut terbatas dan tidak dapat berkembang. Jika kebutuhan lahan melebihi

ketersediaan lahan yang ada, maka akan terjadi tekanan penduduk terhadap lahan.

Masyarakat tidak hanya membutuhkan lahan untuk bertempat tinggal,tetapi juga

membutuhkan sarana dan fasilitas lainnya yang tentunya juga harus diikuti dengan

penyediaan lahannya.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk maka akan meningkatkan

aktivitas perekonomian. Karena keterbatasan daya dukung lahan,tentunya akan

menjadi beban yang signifikan karena pesatnya urbanisasi dan pertumbuhan

ekonomi. Daya dukung lahan yang melebihi kapasitas akan menimbulkan

berbagai masalah dalam perkotaan seperti kemacetan, kekurangan perumahan,

degradasi ekosistem, polusi udara dan air, kurangnya sarana sanitasi, dan

kesenjangan sosial. Sumber daya alam di dalam dan sekitar kota-kota akan

terkena eksternalitas dari proses pembangunan perkotaan

Kota Tangerang Selatan adalah sebuah kota yang terletak di Tatar

Pasundan Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini terletak 30 km sebelah

barat Jakarta dan 90 km sebelah tenggara Serang, ibu kota Provinsi Banten. Kota

Tangerang Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang di sebelah

utara, Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat) di sebelah selatan, Kabupaten

Tangerang di sebelah barat, serta Daerah Khusus Ibukota Jakarta di sebelah timur.

Dari segi jumlah penduduk, Tangerang Selatan merupakan kota terbesar kedua di

Provinsi Banten setelah Kota Tangerang serta terbesar kelima di

Page 22: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

2

kawasan Jabodetabek setelah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Depok. Wilayah

Kota Tangerang Selatan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang.

Secara fungsional, maka Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah sub-

urban dari Kota Jakarta. Pusat-pusat pertumbuhan dan kota-kota baru yang

tumbuh di kota ini adalah salah satu dampak perkembangan Kota Jakarta yang

sangat pesat di berbagai aspek. Beberapa kawasan permukiman dan infrastruktur

penduduk dibangun secara terencana oleh para pengembang besar (BSD, Bintaro

Jaya, Alam Sutera), dan sebagian spot-spot kawasan permukiman dibangun oleh

pengembang kecil, dan juga bagian dari fenomena urban sprawl,

Gambar 1. 1 Penggunaan Lahan Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan memiliki wilayah seluas 14.719 hektar.

Pertumbuhan fisik kota menunjukkan dominasi kawasan terbangun, yaitu seluas

10.596,10 Ha atau 71,99 % dari seluruh luas kota yang terdiri dari kawasan

perumahan dan permukiman (67,54 %), kawasan industri (1,14) %, dan kawasan

perdagangan dan jasa (3,31 %). Sektor perdagangan dan jasa di Kota Tangerang

Selatan tumbuh beriringan dengan pesatnya pengembangan perumahan yang ada

[CATEGORY

NAME] [CATEGORY

NAME]

Kawasan

Perdagangan

dan Jasa

[CATEGORY

NAME]

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

Page 23: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

3

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan

Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

2012 2013 2014 2015 2016

Setu 72170 75002 77881 80811 83777

Serpong 150736 157252 163915 170731 177677

Pamulang 305909 314931 323957 332984 341967

Ciputat 206293 212824 219384 225974 232559

Ciputat Timur 188957 193484 197960 202386 206729

Pondok Aren 329103 341416 353904 366568 379354

Serpong Utara 141237 148494 155998 163755 171749

Kota Tangerang

Selatan

1394405 1443403 1492999 1543209 1593812

Sumber Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan

Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota (Persen)

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kab Pandeglang 0.84 0.77 0.86 0.46 0.55 0.47

Kab Lebak 1.13 1.05 0.98 0.91 0.83 0.76

Kab Tangerang 3.54 3.47 3.34 3.39 3.24 3.17

Kab Serang 1.06 0.98 0.92 0.84 0.77 0.69

Kota Tangerang 2.66 2.59 2.51 2.43 2.36 2.28

Kota Cilegon 1.99 1.90 1.82 1.76 1.68 1.60

Kota Serang 2.20 2.14 2.06 1.99 1.92 1.83

Kota Tangerang

Selatan

3.67 3.59 3.51 3.44 3.36 3.28

Provinsi Banten 2.39 2.33 2.27 2.20 2.14 2.07

Sumber Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa pada 2011-2016, jumlah

penduduk di kota pemekaran Kabupaten Tangerang itu mencapai 1 juta jiwa.

Bahkan, pada 2016, jumlahnya sudah mencapai 1,5 juta jiwa. Pertumbuhan

Page 24: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

4

penduduk, disebabkan arus urbanisasi yang besar dalam beberapa tahun terakhir.

Kota Tangerang Selatan ini menarik datangnya urbanisasi dikarenakan Sebagai

daerah hunian, banyak warga dari Jakarta yang pindah ke Tangerang Selatan ini.

Karena itu, terjadi pertumbuhan penduduk yang besar. Dibandingkan dengan

pertumbuhan penduduk di kota kota lain, Kota Tangerang Selatan laju

pertumbuhan penduduk nya terbesesar di Provinsi Banten

Gambar 1.2 Grafik Distribusi PDRB Kota Tangerang Selatan ADHL

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2016 (Persen

Sumber Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

Dari data tersebut terlihat bahwa pendapatan distribusi PDRB Kota

Tangerang Selatan ADHL berasal dari Real Estate hal ini menunjukkan bahwa

perkembangan Real Estate di Kota Tangerang Selatan terus mengalami

peningkatan dan perkembangan dibandingkan dengan pendapatan pada sektor

lain. Namun begitu pembangunan tersebut kurang adanya sinergitas pengembang

dengan pemerintah daerah maupun pengembang dengan pengembang itu

sendiri.Selain itu peran pemerintah kota untuk menegakkan peraturan masih

kurang optimal. Wilayah Kota Tangerang Selatan berkembang begitu pesat,

karena berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Page 25: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

5

Depok, Kabupaten Tangerang serta Kota Tangerang. Selain itu, wilayah kota ini

juga terkait langsung dalam dinamika pembangunan nasional.

Tangerang Selatan adalah kota termuda di Provinsi Banten, merupakan

kota terbesar kedua di Banten dan terbesar kelima di kawasan Jabodetabek dalam

hal jumlah penduduk. Semula merupakan wilayah hunian penyangga Jakarta,

Tangerang Selatan berkembang menjadi pusat aktivitas bisnis dengan

perdagangan dan jasa sebagai aktivitas utamanya. Dengan sebagian besar

penduduk berusia muda, Tangerang Selatan memiliki karakter urban dengan

aktivitas komunitas yang hidup. Pembentukan Tangerang Selatan, yang

merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang, ditetapkan melalui

Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang

Selatan di Propinsi Banten tertanggal 26 November 2008 dan dilakukan dengan

tujuan untuk meningkatkan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan,

dan kemasyarakatan serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan

potensi daerah. Luas wilayah dan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang yang

besar perlu diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui

pembentukan daerah otonom baru, yaitu Kota Tangerang Selatan, sehingga

pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya

kesejahteraan masyarakat.

Di Indonesia dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang sebagai pengganti Undang-Undang No. 24 Tahun 1992

tentang Penataan Ruang, telah memberikan warna baru terhadap penyelenggaraan

penataan ruang di Indonesia, yaitu untuk menjadikan Rencana Tata Ruang betul-

betul menjadi acuan di dalam pelaksanaan pembangunan wilayah. Salah satu

tindak lanjut dari Undang-Undang tersebut, tahun 2008 kemarin telah diterbitkan

PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN), yang memberikan arahan makro pengembangan wilayah nasional

selama 20 tahun yang akan datang. Keberadaan ke-dua produk hukum tersebut

perlu terus disosialisasikan, agar dapat diketahui dan dipahami oleh seluruh

pelaku pembangunan termasuk masyarakat pada umumnya

Page 26: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

6

Guna mengantisipasi perkembangan Kota Jakarta dan sekitarnya,

pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Instruksi Presiden No. 13 tahun 1976

tentang tentang Pengembangan Wilayah Jabotabek. Salah satu ketetapan dalam

konsep pengembangan wilayah Jabodetabek tersebut adalah pengembangan kota

baru-kota baru atau lebih umum lagi disebut permukiman skala besar. Tujuan

pembangunan kota baru-kota baru tersebut adalah untuk mendekonsentrasikan

tekanan-tekanan pertumbuhan dari Kota Jakarta ke sub-sub pusat tingkat kedua,

yaitu kota baru-kota baru tersebut. Sub-sub pusat ini berlaku sebagai counter

magnet dari kota induk mereka. Kota baru-kota baru di Kota Tangerang Selatan

yang merupakan implementasi dari Inpres tersebut, yaitu:

Tabel 1.3 Tabel Developer yang berada di Wilayah Tangerang Selatan

No Nama Daerah Tahun Bangun Luas Lahan

1 Bumi Serpong Damai (BSD) 1989 6000 Ha

2 Bintaro Jaya 1992 1700 Ha

3 Alam Sutera 1993 700 Ha

Sumber : (Pusat Data Properti Indonesia 1999 dalam Malik 2005)

Akibat dari diberlakukannya peraturan tersebut akan mengakibatkan

ledakan kepadatan penduduk di Wilayah Tangerang Selatan dan berkembangan

berbagai aktivitas pelayanan untuk mendukung pertumbuhan kota.

Tabel 1.4 Tabel Kepadatan Penduduk di Wilayah Tangerang Selatan

No Kecamatan

Jumlah

Penduduk

(Orang)

Luas Wilayah

(Km2)

Kepadatan

Penduduk

(Orang/Km2)

1. Setu 80.811 14,8 5.460

2. Serpong 170.731 24,04 7.102

3. Pamulang 332.985 26,82 12.416

4. Ciputat 225.974 18,38 12.295

5. Ciputat Timur 202.386 15,433 13.116

6. Pondok Aren 366.568 29,88 12.268

7. Serpong Utara 163.755 17,84 9.179

Kota Tangerang Selatan 1.543.209 147,19 10.484

Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2016

Page 27: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

7

Peningkatan penduduk yang akan terjadi tiap tahunnya berdasarkan

kecenderungan perkembangan penduduk pada masing-masing kecamatan. Kondisi

demikian menunjukkan suatu karakteristik perkembangan kawasan perkotaan

berdasarkan aspek demografi. Perkembangan tersebut harus disertai dengan

perkembangan kualitas lingkungan baik lingkungan sosial ekonomi, maupun

kualitas lingkungan ekologisnya.

Terkait dengan hal tersebut, maka perlu disususn skenario pengembangan

penduduk sebagai salah satu arahan untuk kenyamanan kehidupan dalam

pembangunan wilayah. sekenario pengembangannya penduduk ini didasarkan

pada:

a) Pemerataan kepadatan penduduk pada semua kecamatan

b) Ketersediaan lahan terbangun pada masing-masing kecamatan

c) Pengembangan penduduk sampai batas daya tampung lahan dan air yang

menjadi pembatas utama bagi kemampuan daya tampung wilayah.

d) Memperhatikan daya tampung horizontal masing-masing wilayah dan

perlu ada penyebaran penduduk dari kecamatan yang padat ke wilayah

kecamatan lainnya yang dapat menampung kelebihan jumlah penduduk

tersebut

e) Pemambahan kapasitas daya tampung dalam pengembangan vertikal

Konsep compact city berupaya untuk mengefektifkan penggunaan

lahan,dapat meningkatkan interaksi sosial serta penurunan tingkat kesenjangan

sosial. Konsep compact city didesain agar kawasan permukiman, perdagangan

dan jasa, perkantoran dan lain-lain menjadi terpusat. Keunggulan lainnya dari

konsep compact city yaitu dapat mengurangi ketergantungan akan kendaraan

pribadi, meminimalisir biaya transport dan mengurangi waktu terbuang untuk

perjalanan. Melihat permasalahan tersebut, maka konsep kota kompak dapat

difungsikan sebagai revitalisasi permasalahan urban sprawl yang dihadapi

Kota Tangerang Selatan sehinngga akan menciptakan konsep pembangunan yang

berkelanjuran (sustainable development design) menuju pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable development). Untuk melihat penerapan konsep

Page 28: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

8

tersebut, maka sebelumnya perlu diketahui ukuran urban compactness Kota

Tangerang Selatan .

Dari uraian permasalahan tersebut penelitian ini menganalisis pola

perubahan spasial (Transformasi Spasial) Perubahan Sosial Ekonomi

(Transformasi Sosial Ekonomi) dan kekompakan kota (Compact City) di wilayah

wilayah Kota Tangerang Selatan selama rentang waktu 2011-2017

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka selanjutnya penulis

merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Transformasi Spasial pada Wilayah Tangerang Selatan?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Transformasi Spasial pada Wilayah

Tangerang Selatan?

3. Bagaimana Transformasi Sosial Ekonomi pada Wilayah Tangerang

Selatan?

4. Faktor apa saja yang mempengaruhi Transformasi Sosial Ekonomi pada

Kawasan di Wilayah Tangerang Selatan?

5. Bagaimana implementasi penerapan konsep desain berkelanjutan

(sustainable design) untuk pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

development ) di Wilayah Kota Tangerang Selatan?

6. Bagaimana keterkaitan antara transformasi spasial transformasi sosial

ekonomi dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di

Wilayah Kota Tangerang Selatan?

C. Tujuan penelitian

1. Mengetahui pola transformasi spasial di Wilayah Peri Urban Kota

Tangerang Selatan

2. Mengetahui dinamika sosial ekonomi yang terbentuk seiring dengan

adanya transformasi tersebut

3. Mengetahui transformasi sosial ekonomi yang dialami oleh penduduk

yang bertempat tinggal disana. Termasuk diantaranya kecenderungan

Page 29: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

9

pertumbuhan di masa yang akan datang, serta dampaknya terhadap

kualitas kehidupan masyarakat.

4. Mengetahui gambaran pembangunan yang terjadi di Wilayah Kota

Tangerang Selatan

5. Mengetahui keterkaitan antara transformasi spasial, transformasi sosial

ekonomi dan konsep desain berkelanjutan untuk pembangunan yang

berkelanjutan (sustainable development)

D. Manfaat penelitian

1. Menambah kajian terkait pengembangan kawasan pada peri urban

Jabodetabek

2. Menambah kajian terkait transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan

dengan penggerak utama (prime mover) berupa keberadaan kawasan

permukiman skala besar yang dikelola oleh swasta.

3. Sebagai alat dan bahan acuan untuk menentukan kebijakan yang sesuai

dengan kondisi pembangunan di kota Tangerang Selatan

Page 30: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Wilayah Peri-urban

1. Pengertian Wilayah Peri Urban

Wilayah Peri Urban (WPU) merupakan wilayah yang terletak di antara dua

wilayah yang sangat berbeda kondisi lingkungannya, yaitu antara wilayah

yang mempunyai kenampakan kekotaan di satu sisi dan wilayah yang

mempunyai kenampakan kedesaan di sisi yang lain. Oleh karena wilayah

kota dan desa mempunyai dimensi kehidupan yang sedemikian kompleks yang

pada umumnya menunjukkan atribut yang saling berbeda, maka di daerah

antara ini kemudian muncul atribut khusus yang merupakan hibrida dari

keduanya (Yunus, 2008).

Menurut Gaplin (1915) dalam Yunus (2008), wilayah peri urban

merupakan suatu wilayah kedesaan yang mengalami perubahan menuju sifat

kekotaan. Studi yang pertama kali mulai menyinggung WPU dikemukakan oleh

Von Thunen pada tahun 1926, teorinya dikenal dengan The Isolated State

Theory. Wilayah peri urban yang disinggung adalah pola pemanfaatan lahan

yang terbentuk berkaitan dengan pertimbangan biaya transportasi, jarak dan sifat

komoditas

2. Konsep Wilayah Peri Urban

Peri urban diartikan sebagai wilayah yang berada diantara wilayah

kekotaan dan wilayah pedesaan yang berdimensi multi. Wilayah peri urban

yang kemudian disingkat WPU di dasarkan pada istilah pedesaan maupun

kekotaan dari segi fisik morfologi yang diindikasikan oleh bentuk

pemanfaatan lahan non-agraris versus penggunaan lahan agraris. Dari sisi ini,

wilayah kekotaan adalah suatu wilayah yang didominasi oleh bentuk

pemanfaatan lahan non-agraris sedangkan wilayah kedesaan adalah wilayah

yang didominasi oleh bentuk pemanfaatan lahan agraris.

Page 31: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

11

Wilayah peri urban dapat dikatakan merupakan wilayah yang berada

di pinggiran kota atau wilayah yang memiliki percampuran sifat antara desa

dan kota (Yunus,2008). Sementara itu wilayah peri urban menurut (Pryor 1968)

merupakan wilayah peralihan yang terkait dengan perubahan pemanfaatan

lahan, karakteristik sosial dan demografis. Wilayah peri urban muncul akibat

perkembangan kota ke arah luar. Bila dilihat secara spasial kenampakan

perkembangan lahan terbangun yang terjadi di wilayah peri urban tidak

terbatas oleh batasan administrasi, namun didasarkan pada perkembangan

lahan terbangun yang merupakan perambatan dari pusat kota ataupun

diakibatkan adanya pusat pertumbuhan baru hingga wilayah yang masih belum

terbangun atau masih merupakan wilayah pertanian

Untuk dapat memudahkan identifikasi wilayahnya, WPU dapat

dikenali dari batas terluar lahan terbangun suatu kompak yang kompak

dengan lahan kekotaan utama dan ditandai oleh 100% kenampakan kekotaan

atau bentuk pemanfaatan lahan non-agraris sampai ke wilayah yang 100%

ditandai oleh bentuk pemanfaatan lahan agraris. WPU berada dimana

didalamnya terdapat pencampuran bentuk pemanfaatan lahan kekotaan disatu sisi

dan bentuk bentuk pemanfaatan lahan non-agraris disisi lain. Keberadaan bentuk

pemanfatan lahan non-agraris mengisyaratkan adanya penjalaran lahan kekotaan

ke arah luar dan makin dekat jarak kelahan kekotaan terbangun utama,

maka makin intensif perkembangan kenampakan fisikal kekotaannya dan

demikian pula sebaliknya, makin jauh akan makin berkurang intensitas

perkembangan kenampakan fisikal kekotaannya.

WPU selalu bertambah luas baik dari tinjauan fisikal morfologis

maupun dari segi sosial ekonomi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa moda

transportasi selalu bertambah canggih dengan kemampuan jangkau yang

semakin jauh. Selain itu, pertambahan penduduk dan kegaiatan juga selalu

diikuti oleh peningkatan tuntutan akan ruang yang dimanfaatkannya baik

untuk tempat tinggal maupun untuk tempat kegiatan. Yunus (2008)

mengemukakan konsep WPU khusunya dalam menyoroti keberadaan jalur

wilayah yang mengantarai Zona bingkai kota (Zobikot) dan Zona bingkai

desa (Zobides). Oleh karena itu batas zobikot dan zobides diyakini bukan

Page 32: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

12

merupakan sutu garis batas yang jelas dan lebih merupakan jalur wilayah.

Batas antara zobikot dan zobides dapat dibagi ke dalam dua subzona lagi

walaupun nuansanya lebih kecil. Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa

ditandai oleh proporsi yang mencolok perbedaannya antara lahan kekotaan dan

lahan kedesaan.

3. Dinamika Wilayah Peri Urban

Selama bertahun-tahun di mana dinamika yang tidak berkelanjutan seperti

urbanisasi yang tidak terencana atau suburbanisasi menyebar jauh ke pedalaman

perkotaan, dan pemerintahan belum memilikinya tujuan untuk mengatasi masalah

penggunaan lahan tersebut . Apalagi, karena fokus menyeluruh pada

pertumbuhan konsumsi lahan tambahan itu tidak dilihat sebagai masalah sama

sekali. Baru setelah pergantian milenium, penggunaan lahan itu terjadi

diidentifikasi sebagai masalah lingkungan atau dan akan membawa efek

keberlanjutan (Ellen Banzhaf 2011)

Di daerah perkotaan lahan sangat cepat pada percepatan konsumsi yang

membuat itu sumber daya langka dan berharga. Oleh karena itu diperlukan proses

transformatif untuk menangani penggunaan lahan yang logis dan bertanggung

jawab. Transformasi perkotaan sebagai fundamental, multi dimensi perubahan

pola penggunaan lahan perkotaan, perkembangan kependudukan, infrastruktur,

tata pemerintahan sebagai serta nilai, norma dan perilaku yang mapan. Fokus

utama adalah pada penggunaan lahan dan perubahannya

Transformasi perkotaan sebagai perubahan mendasar dan

multidimensional dalam penggunaan lahan perkotaan dan konsumsi pola lahan,

perkembangan populasi dan penyediaan infrastruktur,tata kelola pemerintahan

serta nilai-nilai dan norma-norma yang telah ditetapkan. Paling Yang penting bagi

kita adalah proses yang berkaitan dengan fenomena inisangat dinamis dan non

linier (Kabisch 2014)

Fenomena perkembangan ruang kota pada dasarnya ditunjukan oleh 2

perwatakan dasar, yaitu bentuk struktur ruang “compact” dan “sprawl”. Sangat

disadari, bentuk struktur ruang dengan perwatakan tersebut tentunya akan

Page 33: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

13

sangat mempengaruhi bentukan pola aktivitas ataupun orientasi pergerakan

yang terjadi. Secara teoritis telah diakui, bahwa hubungan antara pola ruang dan

pola pergerakan sangat kuat. Pada perkembangan awal suatu kota,

tumbuhnya kawasan pinggiran tentunya dimaksudkan sebagai perluasan

ukuran kota yang tentunya akan mengakibatkan semakin panjangnya atau

lamanya perjalanan komuting. Meluasnya kawasan perkotaan yang ditandai

dengan berkembangnya kawasan pinggiran (urban fringe) sebagai alternatif lokasi

residensial bagi masyarakat akibat sudah padatnya daerah inti kota. Dampak

ikutan dari adanya perkembangan kawasan pinggiran adalah besarnya tingkat

ketergantungan kawasan pinggiran terhadap kawasan intinya. Beberapa

indikasi ditunjukan oleh Punpuing (1993), Giuliano & Small (1993),

Kombaitan (1999) serta beberapa peneliti lainnya, menunjukan pengaruh

yang kuat antara perkembangan pola ruang dengan pola pergerakan. Wujud

dari ketergantungan tersebut adalah dalam bentuk besarnya interaksi

pergerakan antara lokasi residensial di kawasan pinggiran dengan inti kota

sebagai kawasan pusat layanan. Indikasinya ditunjukan oleh besaran arus

pergerakan lalu lintas pada koridor penghubungnya.

Pendapat Pucher (1990) yang mengemukakan bahwa perkembangan

kawasan pinggiran umumnya akan menimbulkan dampak terhadap

peningkatan pergerakan. Alasannya mendasarkan pada pemilihan kawasan

pinggiran sebagai tempat tinggal merupakan pencerminan “consumer choice in

market place‟ dimana perkembangan lokasi kegiatan lebih banyak ditentukan

oleh perilaku konsumen, ataupun perilaku ‟public choice in local landuse policy‟

yang terkesan sektoral. Pada akhirnya pola ruang yang terbentuk berupa “low

density” and “unfocus development‟ ini tidak sesuai dengan pengembangan

pelayanan sistem transit sehingga “ rely almost exclusively on the auto for

their travel needs ‟ (Pucher, 1990).

Istilah lain yang menjelaskan perkembangan kawasan pinggiran

adalah fenomena urban sprawl, sebagai kawasan yang berkembang di luar

kawasan kota sebagai akibat murahnya harga lahan di pinggiran kota,

peningkatan aksesibilitas, mudahnya pembiayaan kredit properti, pesatnya

jumlah pengembang perumahan (real estate) serta pembangunan perumahan

Page 34: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

14

secara masal (Neuman, 2005). Meskipun dampak negatif dari perkembangan

urban

B. Konsep Transformasi

1. Pengertian Transformasi

Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur -angsur

sehingga sampai pada tahap terbatas, perubahan dilakukan dengan cara

memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan

mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya proses

menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan Antoniades (1990).

(S. R. Giyarsih 2010) menyatakan bahwa transformasi wilayah merupakan

representasi dari perkembangan wilayah yang digambarkan sebagai suatu

perubahan dan pergeseran karakteristik dari komponen wilayah dalam kurun

waktu tertentu sebagai akibat dari hubungan timbal balik antar komponen

wilayah tersebut. Transformasi wilayah yang terjadi ini, dapat berdampak

terhadap sumberdaya lokal, sosial, ekonomi dan kultural. Gejala perembetan

atribut sifat Kota pada akhirnya mengubah wilayah alami menjadi wilayah

dengan sifat kekotaan dan membawa perubahan terhadap banyak aspek

diwilayah peri-urban (daerah pinggiran Kota) terutama pada aspek sosial

ekonomi. (Ritohardyono 2013), menyebutkan bahwa meskipun latar belakang

pertumbuhan setiap Kota memiliki karakteristik beragam, namun implikasi

keruangan yang ditimbulkan mirip satu sama lain yakni kecenderungan

kompetensi penggunaan lahan didaerah pinggiran atau sekitar Kota.

Perubahan lainnya adalah meningkatkan ciri-ciri kehidupan sosial ekonomi

Kota di perdesaan sehingga membawa gejolak sosial dan perubahan gaya

hidup di perdesaan. Perubahan ciri Kota juga mendorong proses reklasifikasi Desa

atau secara administratif ciri Kota sprawl telah lama dikenali, namun teori dan

penelitian yang dikembangkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan,

hingga saat ini masih tetap belum memuaskan (Burchell, 2002)

Page 35: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

15

2. Transformasi Wilayah Peri Urban

Wilayah peri urban merupakan suatu wilayah yang paling dinamis

kondisinya dibandingkan dengan bagian-bagian lain di bagian dalam kota

maupun di daerah pedesaan. Hal ini sangat wajar kerana bagian ini merupakan

sasaran pendatang baik penduduk maupun fungsi -fungsi yang berasal dari

bagian dalam kota, kota-kota lain maupun dari wilayah pedesaan untuk

bertempat tinggal. Sebagai akibat kedatangan penduduk dan fungsi yang terus

menerus ke bagian ini sudah dapat dipastikan bahwa daerah ini akan

mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan inilah yang dapat

diartikan sebagai transformasi wilayah

a. Transformasi Spasial

Transformasi spasial wilayah peri urban dapat diartikan sebagai

transformasi wilayah yang terjadi di kawasan peri urban dilihat dari aspek

spasialnya. sebuah entitas yang terbentuk dari berbagai elemen wilayah dan

membentuk karakteristik yang dapat dibedakan dengan wilayah lainnya.

Dengan demikian transformasi wilayah dapat dikatakan merupakan perubahan

yang terjadi pada suatu wilayah dalam proses kurun waktu tertentu dari berbagai

aspek pada batasan teritorial tertentu (Yunus 2008)

Menurut Charles Colby (1993), mengemukakan bahwa dari waktu ke

waktu kota berkembang secara dinamis dan demikian pula pola penggunaan

lahannya. Perkembangan ruang merupakan manifestasi spasial dari

pertambahan penduduk sebagai akibat dari meningkatnya proses urbanisasi

maupun proses alamiah, yang kemudian mendorong terjadinya peningkatan

pemanfaatan ruang serta perubahan fungsi lahan.

Menurut pendapat beberapa ahli transformasi spasial dapat dilihat

dari indicator perubahan bentuk pemanfatan lahan (Yunus, 2008) dan

(Smailes, 1981), perubahan karaktersitik permukiman (Sargent 1976 dalam

giyarsih, 2009), tingkat aksesibilitas (S. R. Giyarsih 2009) serta perubahan

jumlah dan kepadatan penduduk (Hardati 2011)

Page 36: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

16

Transformasi spasial yang terjadi pada suatu kawasan termasuk peri urban

tidak terlepas dari faktor yang ada diantaranya faktor akses jalan, peningkatan

jumlah penduduk, kebijakan pemerintah, harga lahan, serta peran developer.

Hal ini seperti yang ditemukan oleh (Predato 2012) dalam penelitianya yaitu

kebijakan pemerintah dalam perencanan, pelayanan umum, mobilitas dan

kesempatan membangun menjadi pemicu terjadinya transformasi spasial.

Adapun (Webster 2011) mengklasifikasikan faktor yang mempengaruhi

transformasi tersebut ke dalam kekuatan sentrifugal dan sentripetal perkotaan.

Kekuatan sentrifugal ini dapat berupa manufaktur, kemacetan, jalan lingkar,

dan harga lahan yang murah. Sementara kekuatan sentripetal dapat berupa jasa,

pariwisata, biaya energi, kesempatan membangun dan budaya.

Transformasi tidak berlangsung secara spontan dan menyeluruh.

Karakter transformasi suatu lingkungan sangat dipengaruhi oleh perubahan sosial

budaya. Transformasi itu sendiri memiliki bagianbagian dari sistem budaya

yang mudah terpengaruh dan ada yang merupakan inti yang cenderung

bertahan. Dalam hal ini unsur yang bersifat fisik cenderung lebih mudah

mengalami transformasi, sedangkan yang bersifat keyakinan dan kebiasaan akan

cenderung bertahan (Rapoport 1983)

Berdasarkan teori sektor yang diperkenalkan oleh Hoyt dalam Daldjoeni

(1998), dikemukakan bahwa pola perkembangan sebuah kota atau ekspansi kota

ke daerah pinggiran dapat terjadi dalam 3 bentuk yaitu perluasan mengikuti

sumbu atau jalur transportasi, daerah-daerah hinterland di luar kota semakin

lama semakin berkembang menjadi besar, dan terjadinya konurbasi atau

penggabungan daerah kota inti dengan pinggiran juga mengatakan bahwa pola

transformasi spasial dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu transformasi tinggi,

transformasi sedang, dan transformasi rendah.

Babcock (1933) dalam Yunus 2008 mengemukakan teori poros

menyatakan bahwa keberadaan poros transportasi akan mengakibatkan

pertumbuhan daerah kekotaan karena di sepanjang jalur ini berasosiasi dengan

mobilitas yang tinggi. Asumsi tersebut berimplikasi perkembangan zona-zona

Page 37: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

17

yang ada di daerah sepanjang poros transportasi akan lebih besar dari zona yang

lain

Selama bertahun-tahun di mana dinamika yang tidak berkelanjutan seperti

urbanisasi yang tidak terencana atau suburbanisasi menyebar jauh ke pedalaman

perkotaan, dan pemerintahan belum memilikinya tujuan untuk mengatasi masalah

penggunaan lahan tersebut . Apalagi, karena fokus menyeluruh pada

pertumbuhan konsumsi lahan tambahan itu tidak dilihat sebagai masalah sama

sekali. Baru setelah pergantian milenium, penggunaan lahan itu terjadi

diidentifikasi sebagai masalah lingkungan atau dan akan membawa efek

keberlanjutan (Ellen Banzhaf 2011)

Di daerah perkotaan lahan sangat cepat pada percepatan konsumsi yang

membuat itu sumber daya langka dan berharga. Oleh karena itu diperlukan proses

transformatif untuk menangani penggunaan lahan yang logis dan bertanggung

jawab. Transformasi perkotaan sebagai fundamental, multi dimensi perubahan

pola penggunaan lahan perkotaan, perkembangan kependudukan, infrastruktur,

tata pemerintahan sebagai serta nilai, norma dan perilaku yang mapan. Fokus

utama adalah pada penggunaan lahan dan perubahannya

Transformasi perkotaan sebagai perubahan mendasar dan

multidimensional dalam penggunaan lahan perkotaan dan konsumsi pola lahan,

perkembangan populasi dan penyediaan infrastruktur,tata kelola pemerintahan

serta nilai-nilai dan norma-norma yang telah ditetapkan. Paling Yang penting bagi

kita adalah proses yang berkaitan dengan fenomena inisangat dinamis dan non

linier (Kabisch 2014)

b. Transformasi Sosial

Semakin dekat dengan kota, makin padat penduduknya. Hal ini sangat

terkait dengan preferensi pemukiman yang ditentukan oleh kedekatan dengan

tempat kerja. Kota sebagai pusat kegiatan berbagai aspek kehidupan manusia juga

berfungsi sebagai konsentrasi tempat kerja. Hal inilah yang mendasari preferensi

pemukiman suatu tempat. Kecenderungan untuk memperoleh kemudahan

Page 38: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

18

mobilitas dari dan ke tempat kerja di daerah pinggiran diikuti oleh makin padatnya

penduduk ke arah kota (Sinha 1980)

Diadaptasi dari pemikiran evolutionis filsafat (Spencer) dan biologi

(Darwin), Mereka menafsirkan kota itu sebagai multi spesies ekosistem, di mana

sosial dan ekonomi kelompok berjuang untuk 'posisi ekologis'. (Park 1925) Di

dalam aspek spasial posisi wilayah ekologi adalah dekat dengan masing-masing

wilayahnya. Penempatan ruang dilakukan sebagai invasi berbeda etnis atau

pendapatan suatu kelompok atau organisasi tersier dalam sebuah lingkup wilayah

dan menggunakan konsep “invansi” atau “dominan”untuk menggambarkan fase

penempatan tersebut. (Burgess 1925) (Hoyt 1939) (Harris 1945)

(Yunus 2008) karakteristik Wilayah Peri-Urban yang mempunyai

attracting forces baik bagi penduduk perdesaan maupun penduduk perkotaan

telah mengakibatkan banyaknya pendatang baru baik berupa perorangan

maupun institusi. Wacana yang berkembang berkaitan dengan transformasi

sosial adalah dari sifat-sifat sosial kedesaan menjadi sifat-sifat kekotaan. Makin

dekat dengan lahan kekotan terbangun, maka makin kental suasana kekotaan

secara fisikal yang terlihat dan hal ini selalu berasosiasi secara spasial dengan

perubahan-perubahan sosial yang terjadi

Ada keragaman yang berkembang gaya hidup dan preferensi perumahan,

yang mungkin akan dominasi pinggiran kota sebagai manifestasi utama dari

'Hidup yang baik'. Di beberapa negara ada tanda-tanda dari kehidupan perkotaan

dan tren untuk kembali ke kota terdalam 'dari tepi' (Gratz 1998). Di ujung lain

Spektrumnya, ada ide baru di perkotaan dan desain lanskap menuju bentuk baru

integrasi perumahan dan alam dengan perspektif ekologis. Dan di banyak kota

konsentrasi baru bisnis dan jasa keuangan telah berkembang baik di beberapa

bagian kota dalam maupun di simpul transportasi yang mudah diakses di

pinggiran dari wilayah metropolitan. Ada di lokasi ini bahwa wilayah penggunaan

lahan multifungsi perkotaan kemungkinan besar akan berkembang.

Page 39: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

19

c. Transformasi Ekonomi

(Michael P Todaro 2008) proses transformasi ekonomi atau perubahan

struktur perekonomian ditandai dengan menurunya pangsa sektor primer atau

sektor pertanian, meningkatnya pangsa sektor sekunder seperti sektor industri

dan pangsa sektor tersier atau jasa juga memberikan kontribusi yang

mengingkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi

Menurut Kuncoro (dalam (Wijaya 2014) teori pembangunan Arthur

Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan yang terjadi antara desa

dan kota, mengikutsertakan proses pembangunan yang terjadi antara kedua

tempat tersebut. Teori ini membahas pola investasi yang terjadi pada sektor

modern dan juga sistem penetapan upah yang berlaku disektor modern yang

pada akhirnya akan berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi yang ada.

Urbanisasi ini salah satu faktor yang membentuk Wilayah Peri-Urban

(Yunus 2008) sejalan dengan perkembangan Wilayah Peri-Urban

sebagai akibat dari pengaruh pertambahan penduduk dan kegiatan, khususnya

kegiatan ekonominya juga mengalami perubahan. Pengaruh kegiatan ekonomi

kekotaan yang secara umum dikaitkan dengan kegiatan ekonomi berorientasi

nonagraris lambat laun akan semakin nyata terlihat. Transformasi kegiatan

ekonomi kedesaan menjadi kekotaan tampak dalam beberapa hal antara lain,

transformasi kegiatan perekonomian yang dilaksakan oleh penduduk asli dan

meningkatnya kegiatan perekonomian yang diprakarsai oleh penduduk

pendatang.

Lanjut (Yunus 2008) munculnya kegiatan perekonomian baru yang

diprakarsai oleh penduduk lokal merupakan respon rasional yang muncul

sebagai akibat perubahan fisikal yang terjadi dan bertambahnya penduduk.

Perubahan fisikal di Wilayah Peri-Urban khususnya yang berkaitan dengan

perubahan bentuk pemanfaatan lahan agraris menjadi non-agraris telah

mengakibatkan hilangnya sumber penghasilan petani dan hal ini akan

berakibat makin menurunya jumlah penduduk yang berstatus sebagai petani.

Semakin mendekati lahan kekotaan terbangun, semakin besar proporsi petani

yang berubah profesinya menjadi nonpetani. Beberapa kegiatan ekonomi yang

Page 40: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

20

muncul antara lain kegiatan perdagangan dan kegiatan jasa. Sementara itu,

usaha yang banyak dilakukan oleh penduduk pendatang yaitu seperti

kompleks pemukiman, kompleks perkantoran, kompleks pendidikan, kompleks

perbelanjaan dan kompleks industri. Hal ini didasari Wilayah Peri-Urban

yang masih mempunyai lahan terbuka cukup leluasa untuk didirikanya

infrastruktur yang besar skalanya serta aksesbilitas yang memadai

C. Desain Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Design)

1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang, pengertian wilayah adalah “ruang” yang merupakan kesatuan geografis

beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan

berdasarkan aspek administrasi dan atau aspek fungsional. Berdasarkan

pengertian undang-undang tersebut, ada dua aspek yang harus diperhatikan

dalam konsep wilayah, yaitu : pertama, di dalam wilayah ada unsur-unsur yang

saling terkait yaitu ruang yang berfungsi lindung yang harus selalu dijaga

keberadaannya dan ruang yang berfungsi budidaya sebagai tempat manusia

melakukan kegiatannya untuk kelangsungan hidupnya, yang pada dasarnya

keduanya tidak dapat hidup dan berkembang serta survive (keberlanjutan)

sendiri-sendiri. Kedua, adanya pengertian deliniasi fungsi berdasarkan

koordinasi geografis (batasan berdasarkan titik-titik koordinat) yang

deliniasinya bisa wilayah administrasi (pemerintahan) atau wilayah fungsi

tertentu lainnya.Oleh karenanya, berdasarkan UU No. 26/2007, Wilayah harus

dibangun karena secara memiliki fungsi lindung dn fungsi budidaya.

Menurut Djakapermana (2010),1 pengembangan wilayah pada dasarnya

mempunyai tujuan agar wilayah itu berkembang menuju tingkat

perkembangan yang diinginkan. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui

optimasi pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya secara harmonis, serasi

dan terpadu melalui pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek

1 Direktur Jenderal Penataan Ruang, 2003 Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang di

Indonesia. Tinjauan teoritis dan Praktis. Makalah pada Stadium General Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta

Page 41: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

21

fisik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan hidup untuk pembangunan

berkelanjutan. Sementara menurut aspek lingkungan kualitas hidup juga

bergantung pada status sosial ekonomi warga yang pada gilirannya mempengaruhi

perilaku penduduk.perilaku dan penggunaan lahan perkotaan. (Romero 2012)

digunakan vegetasi perkotaan tidak hanya mencakup indikator untuk penyediaan

dari beberapa layanan ekosistem. Mereka juga membahas sosio-

spasialkorespondensi penutup vegetasi ke kelas sosio-ekonomi perubahan

terutama urban sprawl, pertumbuhannya pola tata ruang kota dengan kepadatan

rendah, ekspansi luar yang besar, terpisah secara spasial penggunaan lahan,

pergeseran pengembangan kota , dan pengembangan komersial yang luas,

umumnya dianggap tidak kondusif untuk kualitas hidup yang baik di daerah

perkotaan (Burchell 2000)

Konsep pembangunan berkelanjutan pada dasarnya sudah menjadi

perhatian semua pihak (negara) di muka bumi ini. Berawal dari pernyataan

tentang pentingnya kesadaran segenap pihak tentang berbagi isu lingkungan

global, maka muncul istilah pembangunan berkelanjutan (Sustainable

Development). Pembangunan yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan

generasi sekarang tanpa mengorbankan kepentingan dimasa mendatang.

2. Konsep Compact City

Design berkelanjutan (sustainable design) yang merupakan bagian dari

pembangunan berkelanjutan dalam pelaksanaan perancangan memperhatikan

objek fisik, lingkungan binaan, dan fasilitas pelayanannya yang mematuhi prinsip-

prinsip sosial, ekonomi dan ekologi. Dengan demikian maka desain berkelanjutan

(sustainable design) adalah desain untuk mengatasi kondisi-kondisi yang terjadi

pada dewasa ini terkait dengan krisis lingkungan global, pertumbuhan pesat

kegiatan ekonomi dan populasi manusi, depresi sember daya alam, kerusaka

ekosistem dan hilangnya keanekaragaman hayati manusia. Desain berkelanjutan

(sustainable design) berusahan mengurangi dampak negatif lingkungan, kesehatan

dan kenyamanan penghuni bangunan, sehingga meningkatan kinerja bangunan.

Kota berkelanjutan (Sustainable City) adalah kota yang mampu memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang.Secara

Page 42: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

22

umum pembangunan berkelanjutan (sustainable development) langsung

berintegerasi dengan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Diagram berikut

menujukkan bagaimana integerasi lingkungan, ekonomi dan sosial.

Di banyak negara maju dewasa ini diyakini kota yang berkelanjutan adalah

bentuk kota yang kompak (Compact City). Hal ini pada dasarnya mengacu pada

pengalaan empiril. Ketika pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

development) telah menjadi agenda global, banyak perencana tata ruang percaya

bahwa mereka telah mempunyai konsep yang berkelanjutan. Kota yang kompak

(compact city). Seperti yang diungkapkan adalah tempat yang menujukkan bentuk

perkontaan (urban form) yang kompak.

Sosial

Ekonomi

Sustainability

Compact City

konsentrasi kegiatan

insentifikas Transportasi

umum

kesejahteraan sosial

ekonomi Pertimbangan

Proses Menuju Kompak

penaikan Densitas

Penduduk

Komunitas

yang

Kompak

Page 43: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

23

Kota kompak (compact city) tidak digagas sekedar untuk menghemat

konsumsi energi, tetapi juga diyakinilebih menjamin keberlangsungan generasi

yang akan datang. Dalam konsep kota kompak (compact city) tidak digagas yang

akan datang. Dalam konsep kota kompak (compact city) ini terdapat gagasan yang

kuat pada perencanaan urban containent, dimana menyediakan suatu konsentrasi

dari penggunaan campuran secara sosial berkelanjutan, mengkonsentrasikan

pembangunan dan merduksi kebutuhan perjalanan, hingga mereduksi emisi

kendaraan

Secara khusus Jabbareen mengkaji rumusan konsep dan pendekatan

sustainable yang difokuskan terhadap aspek bentuk kota (urban forms).

Menurutnya, paling tidak terdapat sedikitnya 7 pendekatan dalam rumusan

konsep sustainable urban forms, (Jabbareen, 2006) yaitu :

1. Compactness, tipologi lingkungan binaan, dalam bentuk bangunan

fungsional berstruktur kompak atau dekat satu sama lain dan efisien

dalam pemanfaatan ruang;

2. sustainable transport, merefleksikan perimbangan antara “the needs for

mobility and safety and with the needs for access, environmental quality,

and neighborhood livability”

3. Density, menyangkut ambang kepadatan penduduk atau “ the number of

people within a given area becomes sufficient to generate the interaction

needed to make urban functions or activities viable”

4. Mixed-landuse , merupakan keragaman penggunaan lahan atau “

heterogeneous zoning allow compatible landuse to locate in close

proximity to one another and thereby decrease the travel distance

between activities”

5. Diversity, dalam bentuk keragaman fungsi bangunan atau kawasan, mirip

dengan mix- landuse tetapi bersifat multidimensional;

6. Passive solar design , berkaitan dengan reduksi ketergantungan

terhadap energi panas “can make the optimum use of solar gain and

microclimatic conditions to minimized the need for space heating”

Page 44: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

24

7. Greening, mempertahankan sumber daya alam secara integral “ to

embrace natures as integral to the city it self and to bring nature in to the

life of city, makes urban place appealing and pleasent.”

Ciri kota kompak menurut Dantzig da Saaty (1978) paling tiak dapat

dilihat dari 3 aspek yaitu bentuk ruang, dan fungsinya.

Form of Space 1. High-dense settlements

2. Less dependence of automobile (high density)

3. Clear boundary from surrounding area

Space Characteristic 4. Mixed land use

5. Diversity of life (complex land use)

6. Clear identity

Function 7. Social fairness (high dense settlements)

8. Self-suffiency of daily life

9. Independence of governance (clear

boundary)

Dari uraian diatas dpat disipulkan bahwa terdapat hubungan yang dekat

antara bentuk kota kompak (compact city) dan keberlanjutan (sustainability)

a. Pengurangan ketergantungan pada kendaraan bermotor

b. Penyediaan infrastruktur dan servis publik yang efisien

c. Komunitas yang aktif melalui hunian berkepadatan tinggi

d. Revitalisasi pusat kota

Page 45: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

25

D. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Metodologi Hasil

1. Nela

Agustin

Kurnainin

gsih , Iwan

Rudiarti

Analisis

Transformasi

Wilayah Peri-

Urban pada

Aspek Fisik

dan Sosial

Ekonomi

(Kecamatan

Kartasura)

Aspek Fisik

1. Perubahan Lahan

2. Harga Lahan

3. Aksesibilotas

4. Pelayanan Umum

Dasar

5. Sarana Infrastruktur

Aspek Sosial Ekonomi

1. Kependudukan

2. Ketenagakerjaan

3. Perilaku sosial

ekonomi masyarakat

Penelitian

kuantitatif

melalui survei

primer

(kuesioner dan

observasi

lapangan) dan

survei

sekunder

Sampel data

dengan tekhnik

proportionate

purposive

sampling

Pesebaran laju

transformasi

Wilayah

Terjadinya

perbedaan cepat

lambat laju

transformasi

pada tiap bagian

wilayahnya

Pada jangka

waktu 2002-

2012 arah sifat

kekotaan

2. Yusril

Ihza

Mahendra,

Wisnu

Pradoto

Transformasi

Spasial di

Kawasan Peri

Urban Kota

Malang

1. Guna Lahan

2. Kependudukan

3. Harga lahan

4. Akses jalan

5. Peran Developer

6. Kebijakan

Pemerintah

Pendekatan

Kuantitatif

dengan metode

analisis

Overlay

Analysis dan

kernel density

Terjadinya

ketidakmerataan

antar wilayah

yang diteliti

khususnya

perkembangan

secara spasial

3. I Putu

Praditya

Adi

Pratama

dan Putu

Gde

Ariastita

Faktor-faktor

pengaruh

urban

compactness

di Kota

Denpasar

Bali

1. Jumlah Penduduk

2. Luas lahan

terbangun

3. Luas lahan

permukiman

4. Luas lahan terbuka

hijau

penelitian ini

dilakukan

melalui

metode primer

dan sekunder.

Hasil

penelitian ini

dapat menjadi

masukan bagi

penelitian

lanjutan

terkait skenario

Page 46: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

26

5. Luas wilayah

6. Niali proporsi

penggunaan lahan

7. Jumlah jenis

penggunaan lahan

8. Jumlah fasilitas

perkotaan

9. Standar

ketersediaan fasilitas

perkotaan (SNI 03-1773-

2004

dan intervensi

konsep kota

kompak dalam

merumuskan

bentuk struktur

dan pola ruang

Kota Denpasar

yang lebih

kompak dan

berkelanjutan

4. Sri Rum

Giyarsih

Pola Spasial

Transformasi

Wilayah di

Koridor

Yogyakarta-

Surakarta

1. Kepadatan penduduk

2. Pertumbuhan

penduduk

3. Presentase KK non

petani

4. Presentase lahan

terbangun

5. Ketersediaan fasilitas

sosial ekonomi

Analisis data

sekunder dan

observasi

langsung

dengan analisis

faktor

Terdapat

perbedaan

tingkat

transformasi

wilayah antar

tipe desa

disebabkan oleh

perbedaan

derajat

aksesibilitas

5. Dhimas

Prasetyo

Nugroho

Kajian

Transformasi

Spasial di

Peri Urban

koridor

Kartasura-

Boyolali

Memisahkan lahan

terbangun dan non-

terbangun

Kunci

interpretasi

citra

Uji omisi dan

komisi

Terjadi

perkembangan

permukiman di

Koridor

Kartasura-

Boyolali pada

tahun 2013

mempunyai tipe

clustered

medium density

Page 47: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

27

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang

tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran

sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari

serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni,2010). Berikut penjelasan dari

kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan.

Analisis Transformasi Spasial Sosial Ekonomi dan Kekompakan Kota (Compact City)

di Wilayah Peri Urban Kota Tangerang Selatan

Keterbatasan Lahan di Pusat Kota

Penduduk Lebih Memilih untuk Tinggal di Kawasan sekitar (Pinggir Kota)

Transformasi Spasial Transformasi Sosial

Ekonomi

Perubahan Penggunaan Lahan

1. Alih Fungsi Lahan

a. Penggunaan Lahan

Permukiman

b. penggunaan lahan kosong

2. Analisis Overlay Peta

Pergeseran Sektor Primer menjadi

sekunder dan tersier

a. Perubahan Sektor berdasarkan

penggunaan lahan

b. Perubahan sektor ditinjau dari

PDRB

c. Perubahan sektor berdasarkan unit

Potensi Unggulan

d. Perubahan Sektor berdasarkan unit

Fasilitas/ usaha Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Implementasi konsep kota berkelanjutan (Sustainable Design) untuk

mengidentifikasi Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustanable Development)

Daya Tarik pusat kota untuk bermigrasi

1. Faktor Kependudukan

2. Keberadaan Pusat Aktivitas

3. Aksesbilitas

4. Peran Developer

5. Kebijakan Pemerintah

1. Ketenagakerjaan

2. Mata Pencaharian

3. Perubahan Pola Investasi

Compact City

Page 48: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

28

Bab III

Metode Penelitian

A. Ruang Lingkup Penelitian

Secara umum, penelitian ini bersifat deskriptif-analisis. Jenis penelitian

ini berdasarkan rumusan masalah serta tujuan penelitian yaitu sifatnya

deskriptif kualitatif dan kuantitatif atau penelitian terapan yang di dalamnya

mencakup penelitian survey, yang berarti bahwa penelitian yang bertujuan

untuk menggambarkan keadaan/fakta serta fenomena perubahan pemanfaatan

lahan akibat transformasi spasial di kawasan peri urban di Wilayah Tangerang

Selatan yang terjadi saat ini dengan pendekatan kuantitatif yaitu melalui

perhitungan tabulatif dan analisis secara deskriptif. Penelitian ini menggunakan

basis data sekunder untuk analisis. Data sekunder yang dimaksud adalah data

Kabupaten/Kota, peta tematik dan peta penggunaan lahan secara berkala.

Penelitian literatur diperoleh dari survei instansi, hasil penelitian, jurnal, dan

makalah seminar. Adapun metode penelitian yang digunakan merupakan

gabungan antara studi literatur, analisis data sekunder, dan observasi lapangan.

Keseluruhan metode tersebut akan dibantu dengan teknik pemetaan dan

Sistem Informasi Geografis (SIG)

B. Populasi dan sampel

Populasi adalah keseluruhan segala subjek atau seluruh unit dalam

ruang lingkup penelitian. Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin

baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dan

karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas

yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1992). sampel adalah sebagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Kete,2014). Sample adalah

bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili

seluruh populasi (Arikunto, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan data sekunder yang di peroleh dari survei yang dilakukan studi

literatur di wilayah Tangerang Selatan.

Page 49: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

29

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan keseluruhan Wilayah Tangerang Selatan.

Wilayah Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan yakni Kecamatan Setu,

Kecamatan Serpong, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat, Kecamatan

Ciputat Timur, Keccamatan Pondok Aren dan Kecamatan Serpong Utara.

Waktu penelitian ini berlangsung selama 4 (bulan) yakni dimulai pada minggu

pertama bulan Desember hingga bulan April. Waktu penelitian tersebut mencakup

waktu persiapan penelitian, tahapan pelaksanaan penelitian, hingga tahapan akhir

penyusunan skripsi.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang di pergunakan dalam penelitian ini meliputi

data kualitatif dan kuantitatif, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Data Kualitatif yaitu data yang bukan berentuk angka atau

menjelaskan secara deskripsi tentang kondisi ruang lingkup lokasi

studi secara umum.Yang termasuk dalam jenis data kualitatif ini

meliputi kondisi fisik lokasi studi, pola penggunaan lahan,

kebijakan pemerintah, serta kondisi persebaran sarana dan prasarana.

b. Data kuantitatif yaitu data yang menjelaskan kondisi lokasi

penelitian dengan tabulasi angka – angka yang dapat

dikalkulasikan untuk mengetahui nilai yang diinginkan. Adapun

jenis data yang dimaksud adalah luas wilayah, jumlah penduduk,

tingkat urbanisasi, jumlah dan jenis sarana-dan prasarana perkotaan,

serta data lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

Page 50: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

30

2. Sumber data

Data yang diperoleh kaitannya dengan penelitian ini bersumber dari

beberapa instansi terkait seperti Badan Perencanaan dan Pembangunan

Daerah (Bappeda) , Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Pertanahan (BPN)

Kota Tangerang Selatan , Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan. Sumber

data tersebut antara lain :

a. Internal

Sumber data internal, yaitu sumber data yang diperoleh dari obyek

penelitian yang didapatkan dengan cara wawancara, obeservasi, maupun

pengamatan di lapangan.

b. Eksternal

Sumber data eksternal, yaitu sumber data yang diperoleh selain dari

obyek penelitian baik dari dokumen-dokumen, buku-buku maupun

informasi-informasi dari pihak lain.

E. Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan langsung

pada objek penelitian dilapangan melalui pengamatan, pencatatan atau

penelitian terhadap obyek penelitian di lapangan , data yang dimaksud

meliputi:

1) Kondisi eksisting penggunaan lahan

2) Pola persebaran dan kondisi sarana dan prasarana.

b. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu

melalui dokumentasi data dari buku-buku literatur mengenai Sistem

Informasi Geografis. melalui instansi -instansi terkait baik dalam bentuk

tabulasi maupun deskriptif. Jenis data tersebut antara lain :

1) Luas wilayah penelitian,

2) Jumlah penduduk,

3) Penggunaan lahan,

4) Kondisi fisik dasar

Page 51: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

31

5) Ketersediaan Fasilitas

6) Profil Wilayah Penelitian

Data data yang tersedia dalam bentuk tabular saat ini harus

diintegerasikan kedala tabel- tabel yang saling terhubung satu sama lain,

yaitu dengan cara membuat database SIG. Database SIG ini sangat diperlukan

untuk membangun sistem informasi geografis karena didalam sisten informasi

geografis data adalah salah satu komponen utamanya. Data data tersebut

harus disimpan dalam layer-layer yang terpisah, layer-layer tersebut antara

lain:

1. Peta Wilayah Administrasi Tangerang Selatan hingga tingkat

kelurahan

2. Peta Rupa Bumi (RBI) Kota Tangerang (sebelum pemekaran)

3. Peta Geologi dan Jenis Tanah

4. Peta Topografi

5. Peta Jaringan Jalan

6. Peta Kawasan Strategis

7. Peta Sistem Perkotaan

8. Peta Kepadatan Penduduk

9. Peta Penggunaan Lahan Secara berkala (tahun 2011 dan tahun 2017)

Format peta tersebut berbentuk Shapefile berisi atribut-atribut peta Setelah data

data tersebut tersedia, maka hal ini memungkinkan untuk dapat melakukan

analisis spasial.

Data dan fasilitas yang dapat disediakan terdiri dari (dua) hal, yaitu:

a. Data Spasial Keruangan

yaitu data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempat di

permukaan bumi (peta). Peta Rupa Bumi (RBI) diperoleh dari Badan

Informasi Geospasial (BIG) dan Badan Perencaaan Pembangunan Daerah

(Bappeda)

b. Data Atribut (deskripsi)

yaitu data yang terdapat pada ruang dan tempat. Data atribut

diperoleh dari statistik, sensus atau tabular lainnya. Sumber data atribut

dalam penelitian ini diperoleh dari:

Page 52: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

32

- Data Primer yang diperoleh dengan melakukan survei ke instansi terkait

- Data Sekunder yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data-data

yang ada di instansi terkait.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat,relevan, valid dan

reliabel akan penulis mengumpulkan data dengan cara :

a. Observasi

Pengumpulan data melalui pengamaatn dan pencatatan terhadap gejala

atau peristiwa yang diselidiki pada objek penelitian Metode ini akan

digunakan untuk memperoleh data deskriptif yang faktual, cermat, dan

terinci mengenai keadaan di lapangan (data primer).

b. Interview

Pengumpulan data melalui tatap muka dan tanya jawab langsung

dengan sumber data atau pihak-pihak yang berkepentingan yang

berhubungan dengan penelitian.

c. Studi pustaka

Untuk mencari teori/konsep yang dapat digunakan sebagai landasan

teori/kerangka dalam penelitian untuk mencari metodologi yang sesuai

dan membandingkan antara teori yang ada dengan fakta yang ada di

lapangan

G. Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala,

peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif

(Sudjana, 1981). Variabel dipakai dalam proses identifikasi, ditentukan

berdasarkan kajian teori yang dipakai. Semakin sederhana suatu

rancangan penelitian semakin sedikit variabel penelitian yang digunakan.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel berikut :

Page 53: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

33

No. Rumusan Masalah Variabel

1. Perubahan Pemanfaatan

Lahan/ Transformasi

Spasial (alih fungsi lahan)

1. Perubahan pemanfaatan lahan secara

berkala

2. Aksesbilitas

3. Karakteristik Fasilitas sarana dan

prasarana yang tersedia

2. Faktor-Faktor yang

mempengaruhi Perubahan

Pemanfaatan Lahan/

Transformasi Spasial di

kawasan peri urban Kota

Tangerang Selatan

1. Faktor Sosial Ekonomi

-Perubahan sektor primer menjadi sektor

sekunder dan tersier

- Ketenagakerjaan dan Mata Pencaharian

- Perubahan Pola Investasi

3. Pembangunan

Berkelanjutan (Sustainable

Development)

1. Penerapan Kota Kompak (Compact City)

Identifikasi Penerapan Kota Kompak

(Compact City)

1. Kepadatan

-Kepadatan Penduduk

-Kepadatan Lahan Terbangun

-Kepadatan Lahan Pemukiman

2. Identifikasi hubungan faktor-faktor

Compact City

- ketersediaan fasilitas pendidikan

- ketersediaan fasilitas kesehatan

- Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau

- Ketersediaan perdagangan dan jasa

- presentase pertumbuhan penduduk

- presentase pertumbuhan permukiman

baru

3. Identifikasi Karakteristik dan Kesesuaian

Compactness

Page 54: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

34

H. Metode Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah serta sesuai dengan tujuan penelitian

maka digunakan metode analisis berupa :

A. Metode analisis untuk rumusan masalah pertama

1. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah alat-alat yang sangat baik

untuk visualisasi dan analisa data, dan penggunaannya yang terus

meningkat. Secara sederhana SIG merupakan bentuk reprensentasi data akan

dunia nyata yang lebih sederhana digambarkan dengan layer-layer tematik

yang direalisasikan dengan lokasi-lokasi geografi dipermukaan bumi.

Dalam kegiatan penyusunan peta tematik digunakan perangkat lunak

ArcGis kerena mempunyai keunggulan berbasis windows dan cukup

sederhana untuk diaplikasikan. ArcGis merupakan perangkat lunak Sistem

Informasi Geografis (SIG) yang berbasiskan sistem informasi operasi

windows yang dikembangkan oleh ESRI. Perangkat lunak ini terdiri dari

beberapa bagian, yaitu ArcMap. ArcCatalog, ArcGlobe, ArcReader dan

ArcScene. Untuk kepentingan pembuatan peta, aplikasi yang banyak

digunakan adalah ArcMap yang berfungsi dalam pengolahan data,

menampilkan data, pembuaatan peta cetak hasil peta

DBMS (Data Base Management System) tidak lepas dari prespective

basis data itu sendiri. Hal ini terdapat kemiripan pengertian antara basis data

dan basis data (SIG)

a. Basis data yaitu kumpulan data di dalam komputer dalam struktur data

(model basis data) tertentu, sehingga data tersebut dapat ditambah,

diperbaiki, dan dipanggil kembali secara cepat untuk berbagai keperluan

Page 55: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

35

b. Basis data SIG, yaitu didefinisikan sebagi kumpulan dari daata grafis,

atribut yag saling etrakit menjadi satu kesatuan yang dapa ditambah,

diperbaiki, dan dipanggil kembali secara cepat untuk berbagai

keperluan

Terdapat sembilan tekhnik operasional DBMS, yaitu:

1) Membuat basis data (create database)

2) Menghapus basis data (drop database)

3) Membuat tabel basis data (create table)

4) Menghapus tabel basis data (drop table)

5) Mengisi dan menyisipkan data (record) kedalam tabel (insert)

6) Mebaca dan mencari data (field atau record) dari tabel basis

data (seek,find search, retrieve)

7) Menampilkan data dari tabel basis data

8) Mebuat indeks untuk setiap tabel basis data (create indeks)

c. Metode Analisis Overlay

Salah satu metode analisis keruangan yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah proses tumpang susun atau overlay antara dua atau lebih

layer tematik untuk mendapatkan tematik kombinasi baru sesuai dengan

persamaan yang dipergunakan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui

sejauh mana perubahan pemanfaatan lahan. Dengan melakukan overlay peta

maka diharapkan akan menghasilkan suatu gambaran yang jelas

bagaimana kondisi spasial serta perubahan pemanfaatan lahan di Kota

Tangerang Selatan.Tumpang susun data keruangan atau overlay adalah

salah satu prosedur analisis data spasia, dimana pada proses ini layer

dimodifikasi sesuai dengan yang diperlukan. Proses overlay sendiri terdiri dari

beberapa metode, yaitu identity, intersect, union, update, erase, dan symme

trical difference.Software yang digunakan dalam teknik penggambaran

serta simulasi penelitian yaitu menggunakan software Arc View atau ArcGIS

10.1

Analisa dasar pemetaan secara sederhana dapat dilakukan dengan

membandingkan dua atau beberapa peta dengan metode analisa horizontal.

Page 56: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

36

Metode analisa horizontal adalah analisa perbandingan dua atau beberapa

data/indikator/peta ukuran dalam suatu kurun waktu yang sama. Cara

penyajiannya dapat dilakukan dengan menggunakan dua peta atau satu peta.

Analisa horizontal akan bermanfaat untuk melihat pola sebaran per

kecamatan/kelurahan dari beberapa data/indikator tersebut sehingga dapat

dianalisa korelasi antar data/indikator tersebut

2. Sub Sistem SIG (Sistem Informasi Geografis)

a. Input Data/ Masukan Data

Masukan data merupakan proses identifikasi dan pengumpulan data

yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu. Proses ini, biasanya diawali dengan

analisis kebutuhan data (baik spasial maupun atrubut), pengumpulan data,

desain database, penentuan data spasial mengenai geoferensi dan validasi

datanya.Proses input secara umum berfungsi sebagai tempat mengubah data

dari data mentah atau bentuk atau bentuk asli ke suatu bentuk yang dapat

digunakan SIG (konversi data harus sesuai)

Data yang diperlukan untuk suatu kegiatan umumnya tersedia dalam

berbagai bentuk yang berbeda seperti peta analog, tabel/grafik/diagram, set

data digital asli, peta foto udara citra satelit. Hasil pengukuran lapangan dan

format digital dari sumber lain, keuntungan yang diproleh dengan

penggunaan SIG adalah efisiensi dan integerassi dengan lingkup yang luas

dari berbagai sumber informasi menjadi format yang kompatibel

SIG tidak hanya dapat digunakan untuk menghasilkan peta secara

otomatis, tetapi SIG mempunyai peranan khusus dalam integerasi dan

analisis spasial dari data multi sumber, misalnya data populasi, topografi

jaringan transportasi.

b. Analisa Data

Keistimewaan SIG adalah kemampuannya dalam melakukan analisis

gabungan dari data spasial dan data atribut. Data dianalisis untuk

memperoleh informasi yang berguna untuk berbagai aplikasi. Terdapat

lingkup yang luas untuk operasi analisis yang tersedia untuk pengguna SIG

Page 57: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

37

c. Output data

Komponen keluaran SIG menyediakan jalan untuk melihat data atau

informasi untuk melihat dalam bentuk peta, tabel, diagram dan bentuk lain.

Sub sisnte keluaran data menyajikan hasil dari proses dan analisis data SIG.

Hasil ini dapat ditampilkan dalam berbagi bentuk

B. Metode analisis untuk rumusan masalah yang kedua

Analisis Faktor Faktor yang mempengaruhi Transformasi Spasial di

Wilayah Peri-Urban Kota Tangerang Selatan pada Aspek Pada tahap ini

menggunakan dua teknik analisis diskriptif kuantitatif

Metode analisis dengan menggunakan data tabulasi peta hasil overlay

kemudian akan dianalisis dengan menggunakan tekhnik analisis deskriptif

kuantitatif dengan memanfaatkan software Microsoft Excel berupa bar chart

dengan perbandingan data 2011 , 2014 dengan 2017. Analisis Klasifikasi di

Wilayah Peri Urban berdasarkan laju transformasi yang diperoleh selama kurun

waktu penelitian. Pada analisis ini akan menggunakan teknik analisis spasial

dengan penggunaan metode tambahan, seperti: metode pembobotan dan

overlay. Proses analisis dilakukan dalam dua tahap: tahap pertama

klasifikasi pada tiap variabel yang didapat melalui perhitungan interval

kelas lalu dilakukan mapping analysis

C. Metode analisis untuk rumusan masalah yang ketiga dan keempat

Analisis Faktor Faktor yang mempengaruhi Transformasi Sosial

Ekonomi di Kota Tangerang Selatan Pada tahap ini menggunakan dua teknik

analisis diskriptif kuantitatif

1. Data sekunder akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

diskriptif kuantitatif dengan memanfaatkan software Microsoft Excel

berupa column chart yang dengan membandingkan data 2011, 2014

dengan data 2017. Sumber data dari Survey yang dilakukan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS), Statistik Daerah Kota Tangerang Selatan,

Page 58: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

38

2. Kemudian untuk menganalisis perubahan sektor perekonomian di Kota

Tangerang Selatan

a. Analisis ditinjau dari penggunaan lahan secara berkala (time series)

b. Perubahan sektor yaitu dengan membandingkan pola perubahan PDRB

c. Pembangunan sektor ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan

selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan

berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi

Perubahan Pola Perubahan Sektor Perekonomian tersebut

dibandingkan dengan lingkup wilayahnya yang lebih besar. Dalam hal

ini mengidentifikasi potensi unggulan dengan menggunakan Analisis

LQ

Analisis LQ berguna untuk mengidentifikasi basis ekonomi

(sektor basis) suatu wilayah. Dengan analisis ini dapat diketahui

seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan

(leading sector) di suatu wilayah. Data yang digunakan adalah

PDRB. Analisis LQ mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan

ekonomi dalam suatu daerah dengan cara membandingkan

peranannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan

kegiatan ekonomi sejenis pada lingkup yang lebih luas (regional

atau nasional). Secara matematis rumus LQ sebagai berikut:

Keterangan:

LQ : Index Location Quotient (LQ)

Xij : PDRB sektor i di Kota Tangerang Selatan

Xj : PDRB total Kota Tangerang Selatan

Yi : PDRB sektor i di Provinsi Banten

Y : PDRB total di Provinsi Banten

Setelah dihitung, maka hasil LQ tersebut dapat di

interpretasikan. Kriteria pengukuran menurut Bendavid Val ada tiga

kemungkinan yang terjadi yaitu (Choliq, 2007:56):

Page 59: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

39

1. Jika LQ > 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor basis,

artinya tingkat spsesialisasi kabupaten/kota lebih tinggi dari tingkat

provinsi. Produksi komoditas yang bersangkutan sudah melebihi

kebutuhan konsumsi di daerah dimana komoditas tersebut dihasilkan

dan kelebihannya dapat dijual keluar daerah (ekspor).

2. Jika LQ = 1 maka tingkat spesialisasi kabupaten/kota sama dengan di

tingkat provinsi. Produksi komoditas yang bersangkutan hanya

cukup untuk kebutuhan daerah setempat. Produksi komoditas

tersebut belum mencukupi kebutuhan konsumsi di daerah yang

bersangkutan dan pemenuhannya didatangkan dari daerah lain

3. Jika LQ < 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor non basis,

artinya tingkat spesialisasi kabupaten/kota lebih rendah dari tingkat

provinsi

d. Perubahan sektor berdasarkan Unit Fasilitas atau Usaha yakni dengan

menganalisis data penyebaran Fasilitas Perdagangan dan jasa serta unit

usaha, dan industri kecil dan menengah di Kota Tangerang Selatan

D. Metode analisis untuk rumusan masalah kelima

Menganalisis konsep berkelanjutan (sustainable development) terdiri dari

2 tahapan analisis yaitu :

a. Mengidentifikasi karakteristik Urban Compactness di Wilayah Peri

Urban Kota Tangerang Selatan.

Analisis ini dilakukan melalui metode deskriptif-kuantitatif terhadap

10 variabel yang menjelaskan karakteristik urban compactness di

Wilayah Peri Urban Kota Tangerang Selatan. Tujuan dari tahapan

analisis ini adalah mengidentifikasi karakteristik kuantitatif dari

urban compactness di di Wilayah Peri Urban Kota Tangerang Selatan.

b. Mengidentifikasi Indikator Urban Compactness

Page 60: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

40

Tabel I

Metode Analisis Indeks Urban Compactness

Sasaran Masukan/input data Metode Output

1. Mengidentifikasi

karakteristik Urban

Compactness di

Wilayah Peri

Urban Kota

Tangerang Selatan.

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Luas lahan terbangun (ha)

Luas lahan permukiman

(ha)

Luas Ruang Terbuka

hijau (RTH)

Jumlah jenis penggunaan

lahan

Deskriptif

kuantitatif

Kepadatan lahan

terbangun

Kepadatan

permukiman

Presentase konsentasi

luas permukiman

Presentase

ketersediaan fasilitas

perkotaan (pendidikan

kesehatan,

perdagangan dan jasa)

2. Menentukan

faktor-faktor yang

berhubungan ukuran

urban compactness

di Wilayah Peri

Urban Kota

Tangerang Selatan

Variabel variabel yang

merepresentasikan urban

compactnes di Wilayah

Peri Urban Kota

Tangerang Selatan

Analisis

hubungan

korelasi

Faktor-faktor yang

berhubungan dengan

ukuran urban

compactness di

Wilayah Peri Urban

Kota Tangerang

Selatan

Page 61: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

41

E. Metode analisis untuk rumusan masalah keenam

Analisis Keterkaitan antara transformasi spasial, transformasi sosial ekonomi dan

pembangunan yang berkelanjutan

a. Menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan Indeks Urban

Compactness kemudian dikaitkan dengan Variabel Sosial Variabel Ekonomi

dan Variabel Spasial

Analisis ini dilakukan melalui analisis korelasi. Korelasi. Tujuan dari

tahapan analisis ini adalah melihat hubungan yang kuat dan hubungan yang

lemah antara faktor-faktor yang terbukti berhubungan dengan urban

compactness , melalui uji statistik antara 11 variabel urban compactness

sebagai variabel bebas dengan indeks urban compactness di Wilayah Peri

Urban Kota Tangerang Selatan sebagai variabel terikat.

Hubungan dua variabel tersebut dapat terjadi karena adanya sebab akibat

atau dapat terjadi karena kebetulan. Dua variabel dikatakan berkorelasi

apabilaperuahan pada variabel yang satu akan diikuti dengan perubahan vari

yang lain secara teratur dengan arah yang sama (korelasi positif ) atau

berlawanan (korelasi negatif)

Analisis korelasi mencoba mengukur hubungan antara dua variabel X dan

Y. Keeratan hubungan antara 2 variabel tersebut dinyatakan dalam bentuk

koefisisien korelasi. Koefisien korelasi menunjukkan seberapa dekat titik-titik

kombinasi antara variabel Y dan X pada garis lurus sebagai garis dugaannya..

semakin dekat dengan titik kombinasi dengan garis dugaannya maka nilai

korelasi semakin besar dan sebaliknya.

Rumus perhitungan koefisien korelasi

( ) ( )( )

√* ( ) ( ) +√* ( ) ( ) +

Dimana:

r : Nilai koefisien korelasi

: jumlah pengamatan variabel X

: jumlah pengamatan variabel Y

: jumlah pengamatan variabel X dan Y

Page 62: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

42

( ) : jumlah kuadrat dari pengamatan variabel X

( ) : jumlah kuadrat dari jumlah pengamatan variabel X

( ) : jumlah kuadrat dari pengamatan variabel Y

( ) : jumlah kuadrat dari jumlah pengamatan variabel Y

: Jumlah pasangan pengamatan Y dan X

Tabel 3.1Variabel dalam Penelitian

No Variabel Variabel

1 Indeks Urban Compactness Y

2 Ketersediaan Fasilitas Kesehatan X1

3 Ketersediaan Fasilitas Pendidikan X2

4 Ketersediaan Fasilitas Perdagangan Jasa X3

5 Kepadatan Lahan Permukiman X4

6 Kepadatan Lahan Terbangun X5

7 Ketersediaan Fasilitas Ruang Terbuka Hjau (RTH) X6

8 Presentase Konsentrasi Permukiman X7

9 Presentase Permukiman Baru X8

10 Presentase Pertumbuhan Penduduk X9

Page 63: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

43

Bab IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Sejarah

Menurut tradisi lisan yang menjadi pengetahuan masyarakat Tangerang,

nama daerah Tangerang dulu dikenal dengan sebutan Tanggeran (dengan satu g

maupun dobel g) yang berasal dari kata tengger dan perang. Kata “tengger dalam

bahasa Sunda memiliki arti “tanda” yaitu berupa tugu yang didirikan sebagai

tanda batas wilayah kekuasaan Banten dan VOC, sekitar perteng ahan abad 17.

Tugu dibangun oleh Pangeran Soegiri, salah satu putra Sultan Ageng Tirtayasa.

Pada tugu tersebut tertulis prasasti dalam huruf Arab gundul dengan dialek

Banten. Sedangkan istilah “perang” menunjuk pengertian bahwa daerah tersebut

dalam perjalanan sejarah menjadi medan perang antara Kasultanan Banten dengan

tentara VOC. Hal ini makin dibuktikan dengan adanya keberadaan benteng

pertahanan Kasultanan Banten di sebelah barat Cisadane dan benteng pertahanan

VOC di sebelah timur Cisadane. Hingga masa pemerintahan kolonial, Tangerang

lebih lazim disebut dengan istilah “Benteng”. Perubahan sebutan Tangeran

menjadi Tangerang terjadi pada masa daerah Tangeran mulai dikuasai oleh VOC

yaitu sejak ditandatangani perjanjian antara Sultan Haji dan VOC pada tanggal 17

April 1684. Daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Belanda. Kala itu,

tentara Belanda tidak hanya terdiri dari bangsa asli Belanda (kaukasian) tetapi

juga merekrut warga pribumi. Tentara kompeni yang berasal dari Makasar tidak

mengenal huruf mati, dan terbiasa menyebut “Tangeran” dengan “Tangerang”.

Kesalahan ejaan dan dialek inilah yang diwariskan hingga kini. Sebutan

“Tangerang” menjadi resmi pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945.

Selanjutnya pada tanggal 26 November 2008 bagian selatan Kabupaten

Tangerang mengalami pemekaran dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan

dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan serta agar dapat

memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah, maka terbentuklah

daerah otonom baru di wilayah tersebut yang diberi nama Kota Tangerang

Selatan. Hal ini telah ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun

Page 64: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

44

2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten tertanggal

26 November 2008 dengan 7 kecamatan dan luas wilayah 147,19 Km2. Profil

Kota Tanggerang Selatan Tahun 2016

Dengan terbentuknya Kota Tangerang Selatan sebagai daerah otonom

baru, diharapkan pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat di wilayah Kota Tangerang Selatan.

Masyarakat Kota Tangerang Selatan sejak dulu sangat beragam karena dihuni

oleh berbagai kelompok etnik. Sebagian besar berlatar belakang budaya Betawi

dengan sedikit pengaruh Sunda. Dengan semakin banyaknya pendatang sejak

tahun 80-an dari berbagai wilayah dan etnisitas dari seluruh Indonesia, karakter

budaya urban menjadi lebih melekat. Sehari-hari, masyarakat menggunakan

bahasa Indonesia, namun bahasa Betawi, bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa

Tionghoa, bahasa Inggris, dan bahasa lainnya juga dipakai di antar pengguna

bahasa-bahasa tersebut.

Gambar 4.1 Peta Rupa Bumi (RBI) Kota Tangerang Tahun 2001 sebelum

Pemekaran

Page 65: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

45

2. Profil Wilayah Penelitian

a. Kondisi Geografis

Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten, yaitu

pada titik koordinat 106˚38‟-106˚47‟ Bujur Timur dan 06˚13‟30”-06˚22‟30”

Lintang Selatan, memiliki Luas sebesar 147,19 Km2,

dan mempunyai 7 (tujuh)

kecamatan yang terdiri atas 54 (lima puluh empat) kelurahan (berdasarkan Perda

Kota Tangerang Selatan Nomor 10 Tahun 2012).

Kota Tangerang Selatan terletak di sebelah Timur Provinsi Banten dengan

batas wilayah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tangerang dan Provinsi DKI

Jakarta

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota Depok

Provinsi Jawa Barat

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor

Provinsi Jawa Barat

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.

Gambar 4.2 Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan

Page 66: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

46

Kecamatan dengan wilayah paling besar adalah Pondok Aren dengan luas

29,88 Km2 atau 20,30% dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan

kecamatan dengan luas paling kecil adalah Setu dengan luas 14,80 Km2 atau

10,06%.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan

No Kecamatan Luas Daerah

(Hektar)

Luas Wilayah

(Km2)

Persentase

Terhadap Luas

Kota (%)

1 Serpong 2.836,90 24,04 16,33%

2 Serpong Utara 2.228,60 17,84 12,12%

3 Ciputat 2.106,00 18,38 12,49%

4 Ciputat Timur 1.775,80 15,43 10,48%

5 Pamulang 2.869,10 26,82 18,22%

6 Pondok Aren 2.993,50 29,88 20,30%

7 Setu 1.696,90 14,80 10,06%

Kota Tangerang Selatan 16.506,80 147,19 100,00%

Sumber: RTRW Kota Tangerang Selatan

b. Kondisi Fisik Lahan

Sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah

dan memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3%,

sedangkan ketinggian wilayah antara 0-25 mdpl. Untuk kemiringan garis besar

terbagi dari 2 (dua) bagian, yaitu:

1. Kemiringan antara 0-3% meliputi: Kecamatan Ciputat, Kecamatan

Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Serpong dan

Kecamatan Serpong Utara.

2. Kemiringan antara 3-8% meliputi: Kecamatan Pondok Aren dan

Kecamatan Setu.

Page 67: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

47

Gambar 4.2 Peta Topografi Kota Tangerang Selatan

c. Keadaan Iklim

Keadaan iklim didasarkan pada info dari Stasiun Pos Pengamatan Balai

Besar Wilayah II Ciputat pada Koordinat 06° 18' 15.2"LS-106° 45' 38.2"BT dan

elevasi 41 meter, yaitu berupa data temperatur (suhu) udara, kelembaban udara

dan intensitas matahari, curah hujan dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur

udara rata-rata berada disekitar 26,4°C-28,2°C dengan temperatur udara minimum

berada di 23,9°C dan temperatur udara maksimum sebesar 33,9°C. Rata-rata

kelembaban udara adalah 98%, sedangkan keadaan curah hujan tertinggi terjadi

pada bulan Januari, yaitu 526,8 mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam

setahun adalah 225,9 mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Januari, dengan hari

hujan sebanyak 25 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 4

m/detik, dan kecepatan maksimum rata-rata 12,3 m/detik.

d. Kondisi Geologi dan Jenis Tanah

Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang relatif datar. Beberapa

kecamatan memiliki lahan yang bergelombang, seperti diperbatasan antara

Kecamatan Setu dan Kecamatan Pamulang serta sebagian di Kecamatan Ciputat

Timur. Kondisi geologi Kota Tangerang Selatan umumnya adalah batuan

alluvium, yang terdiri dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan

bongkah.

Page 68: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

48

Dilihat dari sebaran jenis tanahnya, pada umumnya di Kota Tangerang Selatan

berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan yang secara umum

cocok untuk pertanian/ perkebunan. Meskipun demikian, dalam kenyataannya

makin banyak yang berubah penggunaannya untuk kegiatan lainnya yang bersifat

non-pertanian. Untuk sebagian wilayah seperti Kecamatan Serpong dan

Kecamatan Setu, jenis tanah ada yang mengandung pasir khususnya untuk

wilayah yang dekat dengan Sungai Cisadane

Gambar 4.3 Peta Geologi Kota Tangerang Selatam

e. Jaringan Jalan

Pola jaringan di kota Tangerang Selatan pada umumnya berbentuk grid

dengan kondisi alam yang relatif datar amat memungkinkan pola jalan seperti ini

dibuat untuk mendukung pergerakan penduduk. Jangkauan pelayanan jalan pada

saat ini di Kota Tangerang Selatan sudah hampir merata pada semua wilayah

hanya ada beberapa jalan yang rusak dan belum diperbaiki

1. Jalan Tol

Jalan tol dalam wilayah kota Tangerang Selatan merupakan terusan

jalan tol luar wilayah. jalan tol melalui atau menuju kawasan primer. Jalan

tol dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam.

Page 69: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

49

Lebar badan jalan tol tidak kurang dari 8 meter. Lalu lintas yang terjadi di

jalan di jalan ini merupakan lalu lintas regional. Untuk itu, lalu lintas tidak

tergangggu oleh lalu lintas ulak-alik, dan lalu lintas lokal dari kegiatan

lokal. Jalan tol yang berada di Kota Tangerang Selatan adalan Jalan tol

Jakarta-Serpong sepanjang 11,07 Km

2. Jalan Arteri Sekunder

Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan

kawasan sekunder satu kawasan sekunder dengan satu kawasan sekunder

lainnya. Jalan ini dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah

30km/jam. „Lebar jalan tidak kurang dari 8 meter. Lalu lintas cepat pada

jalan ini tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat. Akses langsung

dibatasi tidak lebih pendek dari 250 meter. Lokasi berhenti dan parkir pada

badan jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak diizinkan pada jam sibuk.

Panjang arteri sekunder di Kota Tangerang Selatan adalah 29,26 Km

3. Jalan Kolektor Sekunder

Jalan Kolektor Sekunder menghubungkan antar kawasan sekunder

kedua, kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Jalan

ini dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/ja.

Lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter. Kendaraan angkutan berat

tidak diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah perumahan. Lokasi parkir

pada badan jalan dibatasi. Harus mempunyai kelengkapan jalan yang

cukup seperti rambu marka, lampu pengatur lalu lintas dan penerangan

jalan. Adapun Kota Tangerang Selatan yang masuk kolektor sekunder

antara lain adalah jalan yang menghubungkan batas Kota Tangerang

Selatan-Serpong Utara-Serpong-Setu-Batas Kabupaten Bogor yang

merupakan jalan Provinsi dengan ruas minimum jalan 40 m dan panjang

kurang lebih 16 Km. Ruas jalan yang menghubungkan Serpong dan Setu

dengan ruas minimum jalan

4. Jalan Lokal Sekunder

Jalan lokal sekunder menghubungkan antar kawasan ketiga atau

dibawahnya, kawasan sekunder dengan perumahan. Jalan ini di desain

berdasarkan kecepatan paling rendah 10 Km/jam. Lebar badan jalan lokal

Page 70: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

50

sekunder tidak kurang dari 5 meter. Kendaraan angkutan barang dan bus

tidak diizinkan melalui jalan ini. Termasuk dalam jalan adalah jalan pada

kawasan perumahan-perumahan yang ada di Kota Tangerang Selatan

4.4 Peta Jaringan Jalan Kota Tangerang Selatan

Page 71: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

51

B. Analisis Transformasi Spasial

1. Analisis Penggunaan Lahan

a. Perubahan Alih Fungsi Lahan

Berdasarkan data ekstising penggunaan lahan dapat dilihat bahwa

penggunaan ruang di Kota Tangerang Selatan yaitu sebagian besar adalah

permukiman. Dengan presentase perubahan lahan sebesar 242,318 atau sebesar 2-

3% per tahun perubahan penggunaan lahan nya. Penggunaan lahan Kota

Tangerang Selatan sebagian besar adalah untuk perumahan dan permukiman yaitu

seluas 67,54%. Sawah, ladang dan kebun menempati posisi kedua dengan

18,99%, sedangkan tanah kosong menempati posisi ketiga dengan luasan 5,50%.

Tanah kosong umumnya adalah milik pengembang yang akan dikembangkan

menjadi permukiman atau lokasi perdagangan dan jasa. Lahan yang digunakan

untuk aktivitas perdagangan dan jasa adalah sebesar 3,31%. Penggunaan lahan

untuk aktivitas industri/kawasan industri hanya seluas 1,14%. Lahan berupa

semak belukar serta situ dan danau/tambak/kolam masing-masing seluas 2,49%

dan 0,93%. Penggunaan lahan paling kecil adalah berupa pasir dan galian, yaitu

0,10%

Tabel 4.2 Penggunaan Lahan Eksisting

PENGGUNAAN

LAHAN

Presentase (%) Penggunaan Lahan

2011* 2014 2016 2017*

Rata-Rata

Presentase

Perubahan

Permukiman 61,77 52,22 61,79 66,52 60,57

Perkebunan/Kebun 15,03 6,78 - 16,31 9,53

Lahan Kosong 5,78 3,90 5,79 1,89 4,34

Perdagangan dan

Jasa 3,65 4,04 3,65 3,48 3,70

Tegalan/Ladang 2,83 2,42 2,84 1,99 2,52

Sawah Tadah Hujan 2,70 6,78 2,71 2,14 3,58

Bangunan Industri 2,00 1,32 2,01 1,68 1,75

Puspitek 1,77 2,45 1,78 - 1,50

Pariwisata dan

Olahraga 1,64 1,77 1,64 - 1,26

Pendidikan 0,46 0,43 0,47 0,80 0,54

Sumber : RTRW, RKPD, RPJMD Kota Tangerang Selatan

*Perhitungan Hasil Foto Udara, Citra Pleiades 2016,RBI 2014, PU Tangsel 2017

Page 72: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

52

10930.42

10967.1

2011 2017Permukiman

10930.42 10967.1

8621.032 9094.87

2011 2017 2014 2016

Permukiman

Permukiman HasilPerhitungan Foto Udara

Permukiman

Expon. (Permukiman)

8621.032

9094.87

2014 2016

Permukiman

2. Analisis Overlay

Berdasarkan hasil analisis overlay peta eksisting penggunaan lahan

tahun 2017 dan peta eksisting penggunaan lahan tahun 2011 dan Peta

Eksisting Penggunaan Lahan tahun 2017 , diperoleh hasil evaluasi perubahan

lahan sebagai berikut:

a. Penggunaan Lahan Permukiman

Untuk penggunaan lahan permukiman dari hasil analisis penggunaan

lahan menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan luasan lahan permukiman

hasil perhitungan foto udara dan citra satelit menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan penggunaan lahan untuk permukiman dimana pada tahun 2011 luas

lahan pemukiman di Kota Tangerang Selatan sebesar 10930,42 Ha sedangkan

pada tahun 2017 luas lahan permukiman sebesar 10967,1 Ha artinya

penggunaan lahan Permukiman di Kota Tangerang Selatan mengalami

peningkatan sebesar 36,68 Ha selama periode 6 tahun. Kemudian sumber data

yang diperoleh dari RKPD dan RPJMD Kota Tangerang Selatan tahun 2014 dan

tahun 2016 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penggunaan lahan

permukiman sebesar 473,838 H. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan lahan

permukiman terus berkembang dan kebutuhan lahan akan permukiman terus

meningkat setiap tahunnya. Kecenderungan peningkatan jumlah permukiman

semangkin meningkat seiring dengan penambahan jumlah penduduk.

Page 73: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

53

2010 2012 2014 2016 2018

Bandara

Bangunan Industri

Pertahanan danKeamanan

2017

2016

2014

2011

Lahan Kosong

Hutan Lahan Kering

Jaringan Listrik

Stasiun Kereta

Gedung

Lahan Terbangun

b. Penggunaan Lahan Kosong

Untuk penggunaan lahan kosong , dari hasil analisis diatas diketahui

bahwa telah terjadi perubahan luasan lahan kosong dimana pada tahun 2011 luas

lahan kosong di Kota Tangerang Selatan sebesar 1023,457 sedangkan pada tahun

2017 penggunaan lahan kosong sebesar 312,84 Ha. Dari hasil analisis diatas

menunjukkan bahwa untuk penggunaan lahan kosong mengalami peningkatan

cukup signifikan dalam rentang 6 tahun yakni sebesar 710,67 Ha. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya produktiftas dalam penggunaan lahan kosong.

Peningkatan produktifitas lahan dapat dilihat dari adanya penggunaan lahan untuk

gedung, jaringan listrik, stasiun kereta, hutan lahan kering dan lahan yang

terbangun. Ketika penggunaan lahan untuk gedung, jaringan listrik, stasiun kereta

menimbulkan spread effect untuk penggunaan lahan lainnya.

Grafik 4.5 Penggunaan Lahan Kosong Dan Lahan Terbangun

Page 74: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

54

c. Penggunaan Lahan Primer

Dari analisis overlay tersebut memperlihatkan bahwa terjadi penurunan

penggunaan lahan primer. Hal ini terlihat pada penggunaan lahan untuk

tegalan/ladang yang pada tahun 2011 seluas 502,434 Ha secara signifikan

mengalami penurunan menjadi 328,98 Ha. Kemudian penggunaan lahan untuk

sawah tadah hujan mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 125,217

Ha selama periode 6 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya pergeseran

penggunaan primer

Grafik 4.6 Penggunaan Lahan Primer

Danau/SituPerkebunan

/KebunSawah

Tadah HujanSungai Tambak

Tegalan/Ladang

RuangTerbuka

Hijau

2011 127.735 2660.364 478.807 80.338 502.434

2017 76.24 2689.83 353.59 74.99 35.08 328.98 269.51

2011 2017 Linear (2011) Linear (2017)

Page 75: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

55

d. Penggunaan Lahan untuk Fasilitas Dasar

Untuk penggunaan lahan sebagi Fasilitas dasar meliputi urusan pendidikan

kesehatan keamanan dan pertahanan Puspitek, pariwisata dan olahraga dari hasil

analisis diatas diketahui bahwa terjadi peningkatan penggunaan lahan fasilitas

kota terutama untuk perluasan lahan untuk pendidikan. Hal ini menunjukkan

bahwa peningkatan jumlah fasilitas pendidikan mengindikasikan bahwa terjadi

percepatan dalam pembangunan kota terutama pada penyediaan fasilitas

pendidikan.

Grafik 4.6 Perubahan pemanfaatan Lahan Fasilitas Dasar Kota

Pemerintahan Pendidikan Peribadatan Pariwisatadan Olahraga

Puspitek Pertahanandan

Keamanan

2011 2017 Linear (2011)

Page 76: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

56

Page 77: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

57

Page 78: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

58

e. Proyeksi Penggunaan Lahan

Untuk melihat proyeksi jumlah penggunaan lahan mengalami perubahan.

Menggunakan Analisis Matematis sebagai berikut :

Pn = P0 {1+(r.n)}

Pn : Jumlah Penggunaan Lahan setelah n tahun kedepan

P0 :Jumlah Penggunaan Lahan Tahun awal

r : Angka Pertumbuhan Penggunaan Lahan

n : Jangka dalam tahun

Tabel 4. 34 Proyeksi Penggunaan Lahan

PENGGUNAAN LAHAN

Presentase Penggunaan Lahan 2011

Presentase Penggunaan Lahan 2017 growth

Presentase Perubahan per tahun

Proyeksi

2016 2021 2031 2042 2046

Lahan Kosong 0,057843 0,018977 -2,048

-0,34135 -0,5345 -1,126 -2,311 -3,614 -4,088

Danau/Situ 0,007219 0,004625 -0,5610

-0,0935 -0,0130 -0,033 -0,073 -0,118 -0,134

Tambak 0,00454 0,002128 -1,1337

-0,18896 -0,0212 -0,046 -0,098 -0,155 -0,175

Tegalan/Ladang 0,028396 0,019956 -0,4229

-0,07049 -0,031 -0,091 -0,211 -0,343 -0,391

Sumber : Hasil Olah

Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa penggunaan lahan khusunya

untuk penggunaan lahan primer terus mengalami penurunan penggunaan lahan.

Dilihat dari proyeksi lahan kosong yang terus mengalami penurunan pada 31

tahun ke depan. Hal ini membuktikan bahwa di prediksi 31 tahun kedepan

kebutuhan lahan kosong sudah padat dengan presentase berkisar 4%.

Page 79: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

59

Tabel 4.35 Proyeksi Penggunaan Lahan Terbangun

PENGGUNAAN LAHAN

Presentase Penggunaan Lahan 2011

Presentase Penggunaan Lahan 2017

growth Presentase Perubahan per tahun

Proyeksi

2016 2021 2031 2042 2046

Bandara 0,007 0,007 -0,044 -0,007 0,005 0,004 0,001 -0,003 -0,004

Bangunan Industri 0,020 0,017 -0,188 -0,031 0,001 -0,018 -0,056 -0,097 -0,112

Perdagangan dan Jasa 0,037 0,035 -0,049

-0,008 0,028 0,019 0,001 -0,019 -0,026

Pertahanan dan Keamanan 0,0042 0,0021

-0,9948

-0,1658 -0,016 -0,037 -0,079 -0,124 -0,141

Dari hasil olah untuk penggunaan lahan yang telah terbangun seperti

Bandara, Bangunan Industri, perdagangan dan jasa serta Pertahanan dan

Keamanan juga diprediksikan akan mengalami penurunan 30 tahun kedepan.

Tabel 4.36 Proyeksi Penggunaan Lahan Terbangun

PENGGUNAAN LAHAN

Presentase Penggunaan Lahan 2011

Presentase Penggunaan Lahan 2017

growth Presentase Perubahan per tahun

Proyeksi

2016 2021 2031 2042 2046

Pendidikan 0,0047 0,0081 0,4229

0,0705 0,0145 0,0243 0,0440 0,0656 0,0735

Perkebunan/Kebun 0,1504 0,1632 0,0785

0,0131 0,2094 0,2684 0,3864 0,5162 0,5634

Permukiman 0,6178 0,6653 0,0714

0,0119 0,8383 1,0588 1,4999 1,9851 2,1616

Sumber : Hasil Olah

Dari hasil perhitungan proyeksi untuk penggunaan lahan untuk

pendidikan, perkebunan dan permukiman terus mengalami peningkatan. Proyeksi

penggunaan lahan permukiman di 30 tahun kedepan akan mengalami kepadatan

tinggi. Sehingga di proyeksikan akan mengalami kepadatan akan ruang.

Page 80: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

60

f. Proyeksi Transformasi Spasial ditinjau jumlah penduduk Menurut

Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah Kota Tangerang Selatan.

Grafik 4.29 Pertumbuhan Penduduk 2011-2031

Sumber: RTRW Kota Tangerang Selatan, 2011

Berdasarkan data RTRW Kota Tangerang Selatan, terlihat bahwa periode

tahun 2031 penduduk Kota Tangerang Selatan diperkirakan mencapai 3.658.2017

Jiwa. Jumlah Penduduk tersebut jika dikorelasikan luas wilayah Kota Tangerang

Selatan (16,320 Ha) maka tingkat kepadatan di wilayah ini dalam kurun waktu 20

tahun kedepan dapat mencapai lebih dari 250 jiwa/Ha dengan kepadatan tinggi.

Berdasarkan SNI tentang Perencanaan Kawasan Perkotaan, Maka angka

kepadatan penduduk tersebut termasuk dalam keriteria kepadatan tinggi.

8.7%

6.2%

4.1% 4.8%

3.6%

4.8%

6.6%

4.6%

Serpong SerpongUtara

Ciputat CiputatTimur

Pamulang PondokAren

Setu KotaTangerang

Selatan

Page 81: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

61

Grafik 4.30 Pertumbuhan Penduduk 2011-2031

Sumber: RTRW Kota Tangerang Selatan, 2011

Tabel 4.37 Proyeksi Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2031

Berdasarkan Angka Pertumbuhan Penduduk (Jiwa)

Kecamatan Rata-Rata

Pertumbuhan

2011 2015 2020 2025 2031

Serpong 8,70% 137,398 208,511 316,429 480,202 728,738

Serpong Utara 6,20% 126,291 170,606 230,472 311,344 420,594

Ciputat 4,10% 195,900 239,49 292,780 357,928 437,571

Ciputat Timur 4,80% 183,330 231,761 292,989 370,384 468,230

Pamulang 3,60% 288,511 344,319 410,923 490,409 585,272

Pondok Aren 4,80% 307,154 388,396 490,873 620,548 784,480

Setu 6,60% 64,985 89,454 123,136 169,501 233,323

Tangerang

Selatan

4,60% 1,303,569 1,672,437 2,157,598 2,800,315 3,658,207

Jika ditinjau dari proyeksi per kecamatan, maka angka kepadatan

penduduk pada akhir tahun rencana (2031) pada masing-masing kecamatan

termasuk keriteria kepadatan tinggi, kecuali Kecamatan Setu masuk kedalam

kategori Kepadatan Sedang. Demikian, perlu adanya strategi dalam menyikapi

laju pertumbuhan penduduk tersebut. Implikasi dari kondisi tersebut adalah

4.9

5

5.1

5.2

5.3

5.4

5.5

5.6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Page 82: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

62

optimasi terhadap daya tampung wilayah yang sangat terbatas serta peningkatan

kebutuhan penyediaan sarana dan prasarana.

g. Proyeksi Transformasi Spasial ditinjau dari Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk mencerminkan jumlah penduduk per luas. Analisis

kepadatan penduduk dilakukan untuk menghitung dan memprediksikan kapasitas

wilayah terhadap jumlah penduduk. Dengan menganalisis kepadatan penduduk

maka akan menunjukkan atau diperoleh gambaran suatu kemampuan wilayah

dalam menampung jumah penduduknya.

Dilihat dari daya dukung lahan kota Tangerang Selatan tahun 2031 dengan

skenario luas terbangin mencapai kurang lebih 10.000 hektar maka secara

horizontal Kota Tangerang Selatan dapat menampung hingga kurang lebih 3 Juta

jiwa. Bila dikomparasikan dengan penduduk Kota Tangerang Selatan yaitu

berkisar 3,6 juta jiwa maka terlihat jumlah tersebut telah melampaui standar daya

tampung untuk pembangunan secara horizontal dengan kondisi tidak merata.

Tabel 4.38 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun

2011-2031 (Jiwa/Ha)

Kecamatan

Tahun

2011 2015 2020 2025 2031

Serpong 57 87 132 200 303

Serpong Utara 71 96 129 175 236

Ciputat 107 130 159 195 238

Ciputat Timur 119 150 190 240 303

Pamulang 108 128 153 183 218

Pondok Aren 103 130 164 208 263

Setu 44 60 83 115 158

Tangerang Selatan 89 114 147 190 249

Sumber : RTRW Kota Tangerang Selatan

Page 83: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

63

C. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Transformasi Spasial Peri Urban

Faktor yang mempengaruhi transformasi spasial berbeda-beda terkait

dengan fokus penelitian dan lokasinya. Webster (2011) mengklasifikasikan

faktor yang mempengaruhi transformasi wilayah ke dalam kekuatan sentrifugal

dan sentripetal perkotaan. Sementara itu transformasi di wilayah Kota Tangerang

Selatan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seperti faktor

kependudukan, faktor kebijakan, aksesibilitas, keberadaan pusat kegiatan dan

peran developer.

a. Faktor Kependudukan

Pada wilayah peri urban kecenderungan peningkatan pertumbuhan

penduduk yang tinggi berada di wilayah yang lebih dekat dengan pusat kota dan

dilalui oleh akses jalan. Seperti diungkapkan Sinha (1980) bahwa semakin

dekat dengan kota maka semakin padat penduduknya. Hal ini dikarenakan

kecenderungan penduduk yang akan lebih memilih lokasi yang dekat dengan

pusat kegiatan dan terdapat kelengkapan fasilitas. Pertumbuhan penduduk

yang tinggi dapat terlihat pada kecamatan dan kelurahan yang jaraknya lebih

dekat dengan pusat kota seperti pertumbuhan yang tinggi ini terlihat di

Kecamatan Kecamatan Pondok Aren, Kecamatan Pamulang Kecamatan Ciputat

dan Kecamatan Ciputat Timur sedangkan pertumbuhan penduduk yang rendah

berada di kecamatan Setu dan Serpong Utara. Pertumbuhan penduduk yang

tinggi dapat berarti transformasi spasial yang tinggi, dan pertumbuhan

penduduk yang rendah dapat berarti transformasi spasial yang rendah pula. Hal

ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menimbulkan

kepadatan yang tinggi terkait jumlah penduduk dan mendorong transformasi

spasial terkait pemenuhan kebutuhan ruang

Page 84: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

64

Gambar 4.9 Peta Kepadatan Penduduk dan Perbatasan Kota Tangerang Selatan

Tabel Kepadatan Penduduk Kota Tangerang Selatan

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan,2016

No Kecamatan Jumlah Penduduk

(Orang)

Luas Wilayah

(Km2)

Kepadatan

Penduduk

(Orang/Km2)

1. Setu 80.811 14,80 5.460

2. Serpong 170.731 24,04 7.102

3. Pamulang 332.985 26,82 12.416

4. Ciputat 225.974 18,38 12.295

5. Ciputat Timur 202.386 15,433 13.116

6. Pondok Aren 366.568 29,88 12.268

7. Serpong Utara 163.755 17,84 9.179

Kota Tangerang Selatan 1.543.209 147,19 10.484

Page 85: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

65

Dengan luas wilayah 147,19 Km2, kepadatan penduduk Kota mencapai

10.484 orang/Km2. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Ciputat Timur

yaitu 13.116 orang/Km2 sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Setu yaitu

5.460 orang/Km2.Kepadatan penduduk yang tinggi disebabkan kecenderungan

peningkatan jumlah penduduk dari waktu ke waktu, yang bukan hanya disebabkan

oleh pertambahan secara alamiah, tetapi juga tidak terlepas dari kecenderungan

masuknya para migran yang disebabkan oleh daya tarik Kota Tangerang Selatan

seperti banyaknya perumahan-perumahan baru yang dibangun sebagai daerah

yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dan menjadi limpahan penduduk

dari DKI Jakarta. Hal tersebut akan menyebabkan dibutuhkannya ruang yang

memadai dengan lapangan kerja baru untuk mengimbangi pertambahan tenaga

kerja

b. Keberadaan Pusat Aktivitas

Sundarman dan Rao (1984 dalam Hardati,2011) mengungkapkan

salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan lahan di daerah

pinggiran kota adalah kedekatan dengan pusat aktivitas. Keberadaan pusat

aktivitas terkait pula dengan keberadaan pusat pertumbuhan. Transformasi

spasial yang tinggi terjadi di kawasan yang lebih dekat dengan pusat aktivitas

dibanding dengan yang jaraknya jauh. Transformasi spasial yang terjadi di

Kecamatan Pondok Aren dipengaruhi keberadaan Fasilitas kota serta peran

developer (pengembang) untuk menyediakan hunian yang diperuntukkan untuk

masyarakat menengah dan atas.

Kawasan urban fringe terdiri atas tiga kategori yakni Predominantly

Urban, Semi Urban dan Potential Urban. Dari kategori-tersebut Wilayah Ciputat

masuk kedalam Predominantly Urban yakni sebuah kawasan yang didominasi

kondisi dan kegiatan yang bercirikan perkotaan. Karakteristiknya yakni dengan

adanya perumahan berkepadatan tinggi, penggunaan lahan untuk perdagangan dan

jasa, serta industri ringan. Akses ke pusat kota (DKI Jakarta) yang terintegerasi

dengan baik, serta jaringan transportasi yang terintergasi dengan kota inti.

Pertumbuhan permukiman baru baik perumahan, town house , kos-kosan, ruko-

ruko francise, tempat kuliner supermarket dan minimarket dan juga fly over yang

Page 86: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

66

melintasi Kecamatan Ciputat hal ini memperlihatkan pertumbuhan pola

penggunaan lahan pinggiran kota.

Sementara itu keberadaan pusat aktifitas ekonomi juga mempengaruhi

pola penggunaan lahan. Kawasan strategis ekonomi Alam Sutera, Bintaro Jaya

dan BSD akan memunculkan keberadaan pusat-pusat kegiatan ekonomi yang

akhirnya akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi kota. Dengan

begitu keberadaan pusat aktifitas kota akan menimbulkan dampak pertumbuhan

ke wilayah-wilayah pinggiran.

Gambar 4.11 Peta Kawasan Strategis Kota Tangerang Selatan

Page 87: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

67

c. Aksesibilitas

Jaringan jalan merupakan prasarana terpenting dalam sistem

transportasi. Keterkaitan wilayah satu dengan wilayah lain atau hubungan santar

satu wilayah dengan wilayah lain tidak lepas dari suatu sistem transportasi yang

dihubungkan dengan jaringan jalan. Pengaruh tersebut dapat terjadi pada pola

sistem transportasi internal dan transportasi eksternal. Transportasi internal Kota

Tangerang Selatan akan berpengaruh terhadap pola pergerakan internal Kota

Tangerang Selatan dan wilayah sekitarnya. Sedangkan sistem transportasi yang

lebih luas dalam arti keadaan transportasi yang dipengaruhioleh pola-pola

pergerakan antar wilayah atau kota/kabupaten. Elemen-elemen yang mendukung

sistem transportasi adalah sarana dalam hal ini moda atau alat angkut dan

prasarana atau infrastruktur yang berupa jaringan jalan.

Giyarsih (2010) juga menyatakan pola transformasi yang lebih

tinggi terdapat di wilayah yang memiliki tingkat aksesibilitas

tinggi.Aksesibilitas dalam hal ini keberadaan dan kondisi jalan sangat

berpengaruh terhadap kondisi transformasi secara spasial. Akses yang tinggi

tentunya akan diikuti oleh transformasi spasial yang tinggi di sekitarnya.

Dari sisi aksesibilitas Kecamatan Pondok Aren dan Ciputat tentunya lebih

tinggi dikarenakan jalan utama yang melewati Kecamatan ini adalah jalan

Kolektor Primer yang menghubungkan Kota DKI Jakarta dan Kota Tangerang.

Hal ini berbeda dengan Kecamatan Setu yang hanya dilewati jalan kolektor

sekunder. Dari sisi aksesibilitas Kecamatan Pondok Aren Ciputat Ciputat

Timur Serpong Serpong Utara cenderung lebih tinggi karena akses jalan yang

menuju pusat kota dan pusat aktivitas masih sangat dekat dengan DKI

Jakarta, Kota Tangerang Kabupaten Tangerang Bogor dan Kota Depok.

Page 88: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

68

Gambar 4.12 Peta Jaringan Jalan

d. Peran Developer

Developer memiliki peran yang tinggi dalam transformasi spasial di

sebuah wilayah. Pradoto (2012) mengungkapkan bahwa developer memiliki peran

dalam pengembangan di kawasan peri urban, baik itu pengembang skala besar

maupun skala kecil. Developer yang berorientasi pada keuntungan cenderung

mencari lahan-lahan yang belum terbangun dan dianggap strategis untuk dibeli

kemudian dialih fungsikan sebagai perumahan. Semakin strategis suatu

wilayah maka semakin terlihat peran developer dalam transformasi spasial di

wilayah tersebut. Pengembangan perumahan dalam skala besar akan sangat

mempengaruhi perkembangan lahan disekitarnya. Hal ini seperti yang terlihat di

Kecamatan Pondok Aren yang didominasi oleh peran developer PT Jaya Real

Property Tbk,yang memiliki skala besar. Keberadaan perumahan ini

memunculkan pula perumahan-perumahan baru di sekitarnya dalam skala

kecil. Perumahan yang dibangun oleh developer di wilayah peri urban

biasanya diperuntukan untuk masyarakat menengah kebawah, sehingga

perumahan-perumahan yang dibangun tergolong sederhana. Kemudian pada

Kecamatan Serpong didominasi peran Developer PT Alam Sutera Realty Tbk

Page 89: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

69

kemudian di wilayah Serpong Utara dikembangkan “Summarecon Serpong” dan

sebagian lahannya dikembangkan oleh Paramount dengan nama “Paramount

Land”. Kemudian di Kecamatan Serpong dikembangkan pula oleh pengembang

(deveoper) PT Sinarmas Land yang mengembangkan fasilitas hunian kota seperti

apartemen, mall, kolam renang dan berbagai fasilitas lainnya.

e. Kebijakan Pemerintah

Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah (RTRW) Kota

Tangerang selatan yang tercantum dalam Kebijakan yang tercantum dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021 mengenai

struktur ruang meliputi:

1) Sistem Pusat Pelayanan Kota

a) PPK (Pusat Pelayanan Kota), meliputi:

- PPK I sebagai pusat pemerintahan, pelayanan umum, perdagangan

dan jasa skala pelayanan regional dan perumahan kepadatan tinggi

diarahkan di Kecamatan Ciputat;

- PPK II memiliki fungsi sebagai kegiatan pemerintahan, pelayanan

umum, perdagangan dan jasa skala pelayanan regional dan nasional

serta perumahan kepadatan sedang diarahkan di Kecamatan Serpong;

dan

- PPK III memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan umum,

perdagangan dan jasa skala pelayanan regional dan nasional serta

perumahan kepadatan tinggi diarahkan di Kecamatan Pondok Aren.

b) SPK (Sub Pelayanan Kota), meliputi:

- SPK I memiliki fungsi sebagai pelayanan umum, perdagangan dan

jasa, dan perumahan kepadatan sedang diarahkan di Kecamatan

Serpong Utara;

- SPK II memiliki fungsi sebagai perkantoran pemerintahan, dan

perumahan kepadatan sedang diarahkan di Kecamatan Setu;

- SPK III memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan umum, dan

perumahan kepadatan tinggi diarahkan di Kecamatan Ciputat

Timur; dan

Page 90: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

70

- SPK IV memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan umum,

perdagangan dan jasa dan perumahan kepadatan tinggi diarahkan di

Kecamatan Pamulang.

c) Pusat Layanan, meliputi:

- PL memiliki fungsi sebagai kegiatan ekonomi ditetapkan di:

1) Kelurahan Pondok Jagung, Kelurahan Paku Alam,

Kelurahan Jelupang, dan Kelurahan Lengkong Karya pada

Kecamatan Serpong Utara; dan

2) Kelurahan Muncul dan Kelurahan Setu, Kecamatan Setu.

- PL memiliki fungsi sebagai kegiatan pendidikan ditetapkan di:

1) Kelurahan Pondok Aren, Kelurahan Pondok Jaya,

Kelurahan Jurangmangu Timur, Kelurahan Jurangmangu

Barat, Kelurahan Pondok Karya, Kelurahan Parigi Baru,

Kelurahan Parigi di Kecamatan Pondok Aren;

2) Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur;

3) Kelurahan Ciputat dan Kelurahan Pisangan, Kecamatan

Ciputat;

4) Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda,

Kecamatan Pamulang; dan

5) Kelurahan Rawa Buntu, Kelurahan Serpong, dan Kelurahan

Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Serpong.

- PL kegiatan perdagangan, jasa dan pendidikan terletak di

Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda,

Kecamatan Pamulang;

- PL kegiatan perdagangan, jasa dan pendidikan terletak di sekitar

Kelurahan Ciputat dan Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat;

- PL kegiatan perdagangan, jasa dan pendidikan terletak di

Kelurahan Rawa Buntu, Kelurahan Serpong, Kelurahan Rawa

Mekar Jaya, Kecamatan Serpong; dan

- PL kegiatan ekonomi lokal terletak di lokasi pertigaan Puspiptek

hingga perempatan Muncul, Kelurahan Muncul dan Kelurahan

Setu, Kecamatan Setu.

Page 91: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

71

Gambar 4.13 Peta Sistem Perkotaan

Page 92: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

72

C. Analisis Transformasi Sosial Ekonomi

Proses transformasi ekonomi atau perubahan struktur perekonomian

ditandai dengan menurunya pangsa sektor primer atau sektor pertanian,

meningkatnya pangsa sektor sekunder seperti sektor industri dan pangsa sektor

tersier atau jasa juga memberikan kontribusi yang mengingkat sejalan dengan

pertumbuhan ekonomi

1. Perubahan Sektor Ekonomi

a. Perubahan Sektor Berdasarkan Penggunaan Lahan

Jika analisis ditinjau dari penggunaan lahan untuk sektor pertanian di

Kota Tangerang Selatan semakin menurun disebabkan semakin bertambahnya

bangunan/ gedung baik untuk tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal.

Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya pergeseran sektor primer menjadi

sektor sekunder dan tersier ditinjau dari perubahan penggunaan lahan. Hal ini

membuktikan bahwa produktifitas penggunaan lahan cukup tinggi untuk di

transformasikan ke penggunaan lahan lainnya

Tabel 4.11 Luas Penggunaan Lahan (Ha)

No Penggunaan

Lahan

Luas Penggunaan Lahan (Ha)

2011 2014 2016 2017

1. Lahan Kosong 1023,457 1061,628* 852,2301 312,84

2. Tambak 80,338 - - 35,08

3. Sawah Tadah

Hujan

478,807 399,583* 398,8849 353,59

4. Tegalan/Ladang 502,434 400,675 - 328,98

Sumber : RTRW Kota Tangerang Selatan 2011-2021

*Perhitungan sementara

Page 93: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

73

b. Perubahan Sektor berdasarkan Pendapatan Domestik Regional Bruto

(PDRB)

Jika dilihat dari laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan,

Sekor Pertanian kehutanan dan perikanan hanya berkontribusi terhadap PDRB

dibawah 6% yang artinya bahwa sektor primer di Wilayah Tangerang Selatan

tidak mengalami perkembangan tiap tahunnya dan bahkan minus. Sektor primer

di Tangerang Selatan awalnya tidak didominasi oleh sektor primer, melainkan

sektor sekunder dan tersier

Grafik 4.14 PDRB Sektor Primer

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

Berdasarkan data PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Berlaku tahun 2011-

2016 struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan didominasi oleh sektor Real

Estate (17,8%) Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan sepeda

motor (16,5%) dan konstruksi (15,4%). Sektor sektor Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Pengadaan Listrik dan Gas dan

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang masing-

masing di bawah satu persen. Jika dibandingkan PDRB tahun 2013 dan tahun

2014, Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan terus mengalami penurunan

yang cukup signifakan pada tahun 2010 sektor ini menyumbangkan 0,34% PDRB

namum pada tahun 2016 hanya menyumbangkan 0,02% dari total keseluruhan

PDRB.

Seluruh sektor menunjukan peningkatan, kecuali pada Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami penurunan Hal ini menujukkan

bahwa sektor yang memiliki kontribusi terhadap PDRB yakni sektor sekunder dan

tersier.

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Laju Pertumbuhan Produk domestik Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan Menurut lapangan Usaha (Persen)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Page 94: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

74

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Konstruksi0.1764360.1862790.180550.1775810.171710.16508

Real Estate0.1227570.1355320.1447270.148020.1502790.154471

Sektor Real Estate dan Konstruksi

Real Estate Konstruksi

0,034

0,03 0,029

0,029

0,027

0,026

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan

Kontribusi Sektor Pertanian Perkebunan Perikanan

Grafik 4.15 Kontribusi Sektor terhadap PDRB ADHB

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan,2016

Penggerak utama ekonomi adalah sektor tersier (perdagangan, keuangan

dan jasa) dengan kontribusi lebih dari 75 persen. Sektor-sektor dengan sumbangan

terbesar adalah sektor real estate, sektor perdagangan besar dan eceran; dan

reparasi mobil dan sepeda motor, dan sektor konstruksi masing-masing sebesar

17,44 persen, 17,16 persen dan 14,66 persen.

Grafik 4.16 Struktur Perekonomian Kota Tangerang Selatan

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan,2016

73.68%

0.28%

26.04%

STRUKTUR PEREKONOMIAN

Tersier Primer Sekunder

Page 95: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

75

0 0.5 1 1.5

2015

2016

Sektor Primer dan Sekunder

Perdagangan Besar dan Eceran, dan ReparasiMobil dan Sepeda Motor

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

0 1 2 3 4

Jasa Keuangan

Real Estate

Jasa Perusahaan

Administrasi Pemerintahan,…

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan…

Jasa lainnya

Sektor Tersier

2016 2015

c. Perubahan Sektor Berdasarkan Potensi Unggulan

Metode Location Quotient (LQ) dapat digunakan untuk mengetahui

kapasitas ekspor yang dimiliki oleh daerah. Artinya dengan menggunakan

metode ini, perencana dapat mengetahui spesialisasi yang dimililki oleh

daerah dibandingkan dengan daerah yang tingkatannya lebih tinggi atau

sektor lain yang memiliki kategori yang sama.

Jika dilihat dari potensi unggulan Kota Tangerang Selatan sebagai salah

satu wilayah otonom di Provinsi Banten memiliki potensi ekonomi yang cukup

besar, terutama dalam hal pengembangan sektor tersier. Berdasarkan hasil analisis

Location Quotient (LQ) Kota Tangerang Selatan dibandingkan dengan Provinsi

Banten, kategori jasa kesehatan dan kegiatan sosial, jasa pendidikan, jasa

perusahaan, real estate, konstruksi dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib di Tangerang Selatan memiliki kemampuan yang

potensi yang tinggi dibanding kategori yang sama di tingkat Provinsi Banten pada

tahun 2016. Hal tersebut bisa dilihat melalui nilai LQ yang lebih besar dari 1.

Nilai LQ sebesar 1 artinya bahwa proporsi penciptaan nilai tambah kategori 1

kali lebih besar daripada proporsi penciptaan nilai tambah sektor tersebut di

Provinsi Banten.

Grafik 4.17 Location Quotient (LQ) Sektor Primer, Sekunder dan Tersier

Sumber : Hasil Olah

Page 96: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

76

d. Perubahan Sektor Berdasarkan Unit Fasilitas atau Usaha

Salah satu cara untuk melihat transformasi ekonomi adalah dengan melihat

sebaran aktivitas dan fasilitas perkotaan, jika unit kegiatan atau unit usaha

berkembang maka memungkinkan terjadinya transformasi sosial ekonomi.

- Penyebaran Sektor Sekunder

Industri bukan merupakan sektor utama yang menggerakkan

perekonomian Kota Tangerang Selatan. Namun demikian, perannya masih lebih

besar dibandingkan dengan sektor primer seperti sektor pertanian. hal ini

menunjukkan bahwa sektor sekunder mampu untuk menggerakan struktur

perekonomian meskipun tidak terlalu besar. Terdapat 947 unit industri yang

didominasi oleh industri makanan dan minuman (41,29 persen) serta industri

pakaian jadi/konveksi (27,88 persen)

Tabel 4.12 Sebaran industri kecil, menengah, dan besar Kota Tangerang

Selatan

No Jenis Industri Jumlah

2015 %

1 Industri Kayu Anyaman Dari Bambu/Rotan 47 4,96

2 Industri Gerabah 2 0,21

3 Industri Pakaian Jadi/Konveksi/Penjahit 264 27,88

4 Industri Makanan Dan Minuman 391 41,29

5 Industri Kulit/Alas Kaki 13 1,37

6 Industri Penerbitan/Percetakan Reproduksi Media

Rekaman

33 3,48

7 Industri Kimia 41 4,33

8 Industri Karet/Plastik 34 3,59

9 Barang Galian Bukan Logam 16 1,69

10 Barang Dari Logam 22 2,32

11 Mesin Dan Perlengkapan 25 2,64

12 Mesin Dan Peralatan Kantor/Rumah Tangga 10 1,06

13 Kosmetik/Obat-Obatan/Sabun 49 5,17

Total 947 100

Sumber Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan, 2016

- Penyebaran Sektor Perdagangan

Sektor perdagangan dan jasa memberikan kontribusi yang besar bagi

perekonomian Kota Tangerang Selatan. Kegiatan perdagangan dan jasa tersebar

hampir di seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan. Sarana perdagangan tersebar

Page 97: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

77

di seluruh wilayah kota, berupa 13 unit pasar tradisional milik Pemkot dan

swasta, 2 unit pasar modern, 387 minimarket, lebih dari 21 pusat perbelanjaan.

Kegiatan perdagangan dan jasa yang paling menonjol adalah di sepanjang

koridor jalan-jalan utama seperti Jalan Raya Serpong, Jalan Raya Ceger, Jalan

Raya Bintaro Utama – Jalan kesehatan, Jalan Raya Pondok Betung - Jalan Raya

WR Supratman, Jalan Raya Pamulang – Ciputat, Jalan Raya Pamulang – Pondok

Cabe dan Jalan Raya Ir. H. Juanda.

Tabel 4.13 Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa

No Kecamatan

Sebaran

Pasar

Mode

rn*

Pasar

Tradisi

onal*

Mini

Market *

Super

market

*

Hyper

market

*

Restoran

**

Hotel*

* Bank

1. Serpong 1 2 60 3 0 133 7 32

2. Serpong

Utara 2 1 59 7 1 123 6 18

3. Ciputat

Timur 0 2 46 1 0 20 1 12

4. Pamulang 1 2 44 4 0 34 0 10

5. Pondok

Aren 1 2 96 3 0 168 4 14

6. Ciputat 0 3 44 2 0 15 1 7

7 Setu 2 13 367 20 1 498 19 96

Sumber : *Dinas Penindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan tahun

2016

** DPPKAD Kota Tangerang Selatan, 2016

Page 98: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

78

E. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Transformasi Sosial Ekonomi

Transformasi sosial ekonomi ditandai oleh perubahan Beberapa

komponen utama perubahan struktural tersebut mencakup “pergeseran” yang

berangsur-angsur dari aktifitas pertanian ke sektor non petanian dan dari

sektor industri ke jasa. Dampak pembangunan suatu daerah, seperti mengenai

perubahan sektor-sektor apa yang meningkat atau menurun, merupakan

pengetahuan yang

penting dalam pembangunan suatu daerah.

a. Ketenagakerjaan

Transformasi ekonomi ditandai dengan peningkatan jumlah angkatan kerja

yang bekerja letak Kota Tangerang Selatan yang berdekatan dengan ibu kota

negara menyebabkan perekonomian berjalan dengan cepat dan oleh karenanya

banyak tersedia lapangan kerja yang merupakan daya tarik bagi para penduduk

daerah lain untuk bermigrasi ke Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 2015, jumlah

penduduk Kota Tangerang Selatan sebesar 1.543.209 orang atau 75,17 persen

merupakan penduduk usia kerja. Dari jumlah tersebut 685.752 orang diantaranya

atau 59,12 persen merupakan angkatan kerja. Proporsi pekerja terhadap angkatan

kerja pada tahun 2015 sebesar 93,87 persen, angka ini menunjukkan besarnya

kesempatan seseorang untuk memperoleh pekerjaan atau yang dikenal dengan

istilah Tingkat Kesempatan Kerja (TKK). Dengan begitu, maka tingkat

pengangguran di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2015 sebesar 6,13

persen.Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tingkat pengangguran

terbuka di Kota Tangerang Selatan mengalami penurunan yaitu dari 6,92 persen

pada tahun 2015 menjadi 6,23 persen pada tahun 2015.

Page 99: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

79

Tabel 4.14 Indikator Ketenagakerjaan Kota Tangerang Selatan 2011-2015

Indikator

Ketenagakerjaan 2011 2012 2013 2014 2015

Penduduk Usia Kerja 957.896 984.101 1.0700.776 1.118.827 1.160.021

-Angkatan Kerja 667.098 638.659 650.259 705.312 685.752

a. Bekerja 587.163 587.131 620.627 656.498 643.694

b. Pengangguran

terbuka

79.935 51.528 29.632 48.823 42.058

-Bukan Angkatan Kerja 290.798 345.442 420.517 413.506 474.269

TKK (%) 88,02 91,93 95,44 93,08 93,86

TPT (%) 11,98 8,07 4,56 6,92 6,13

TPAK (%) 69,64 64,90 60,73 63,04 59,12

Sumber : Badan Pusat Statistik (Hasil Sakernas 2011-2015)

Seiring perjalanan waktu dan perubahan struktur perekonomian di Kota

Tangerang Selatan, penduduk bekerja menurut lapangan usahanya mengalami

pergeseran dari tahun ke tahun selama tiga tahun terakhir, pada tahun 2016,

penduduk yang bekerja di sektor jasa-jasa lebih banyak dibanding sektor pertanian

dan industri berbeda halnya dengan tahun 2014 penduduk yang bekerja di sektor

lainnya lebih banyak dibandingkan penduduk yang bekerja di sektor jasa-jasa

maupun sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Page 100: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

80

Grafik 4.18 Peranan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan

Usaha Tahun 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2016

b. Mata Pencaharian

Dari hasil sensus ekonomi Badan Pusat Statistik tahun 2016 Jumlah usaha

menurut kategori (UMK) lapangan usaha yang terbanyak adalah usaha

perdagangan, yaitu sebesar 44.196 jenis usaha atau 41,78 persen dengan

penyerapan tenaga kerja sebesar 109.456 orang. Jenis usaha urutan kedua adalah

usaha akomodasi dan rumah makan, yaitu sebesar 26.910 jenis usaha atau 25,44

persen dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 53.136 orang. Adapun jumlah

usaha paling sedikit dibandingkan jenis usaha lain di Kota Tangerang Selatan

adalah pertambangan, hanya sebesar 3 jenis usaha dengan penyerapan jumlah

tenaga kerja sebesar 303 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan

dan jasa merupakan penggerak utama perekonomian kota Tangerang Selatan dan

penyerapan tenaga kerja yang tertinggi yaitu pada sektor perdagangan dan jasa.

Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya transormasi ketenagakerjaan dan mata

pencaharian yang mulanya berada pada sektor primer dan beralih kepada sektor

sekunder dan tersier.

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 0%

Pertambangan dan Penggalian

0% Industri Pengolahan

9%

Pengadaan Listrik, Gas 0%

Konstruksi 13%

Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

14%

Transportasi dan Pergudangan

3%

Penyediaan Akomodasi

3%

Informasi dan Komunikasi

10%

Jasa Keuangan 15%

Real Estate 15%

Jasa Perusahaan 3%

Adm Pemerintahan Pertahanan dan Jaminana Sosial

Wajib 1%

Jasa Pendidikan 7%

[CATEGORY NAME] [PERCENTAGE]

Jasa Lainnya 3%

Other 32%

Page 101: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

81

Grafik 4.19

Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha

(Hasil Pendaftaran Sensus Ekonomi 2016)

Sumber :Badan Pusat Statistik,2017

UMK UMB Jumlah Tenaga Kerja

Pertambangan Industri Listrik Gas

Air Konstruksi Perdagangan

Pengangkutan dan Pergudangan Akomodasi dan Rumah Makan Infokom

Jasa Keuangan Real Estate Persewaan

Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan Hiburan dan Jasa Lainnya

3

80

71

29

17

8

67

0

44

19

6

36

10

26

91

0

31

07

75

3 6

98

3

22

80

18

87

98

7 61

30

Jumlah Usaha

Page 102: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

82

c. Perubahan Pola Investasi

Menurut Kuncoro (dalam (Wijaya 2014) teori pembangunan Arthur

Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan yang terjadi antara desa

dan kota, mengikutsertakan proses pembangunan yang terjadi antara kedua

tempat tersebut. Teori ini membahas pola investasi yang terjadi pada sektor

modern dan juga sistem penetapan upah yang berlaku disektor modern yang

pada akhirnya akan berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi yang ada.

Urbanisasi ini salah satu faktor yang membentuk Wilayah Peri-Urban

Berdasarkan data Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) terdapat beberapa investor berskala nasional, pada tahun

2015 Jumlah perusahaan sebanyak 80 perusahaan antara lain: 71 perusahaan

PMA, dan 9 Perusahaan PMDN. Dengan masih banyaknya perusahaan di Kota

Tangerang Selatan mengindikasikan bahwa Kota Tangerang Selatan masih

menjadi daerah tujuan calon investor untuk menanamkan modalnya. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa peningkatan jumlah investasi yang terjadi di Kota

Tangerang Selatan berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi

Tabel 4.15 Rasio Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri

Tahu

n PMA PMA (USD) PMDN PMDN (IDR) Jumlah

Rasio

PMA/PMDN

Rasio

PMDN/PMA

2010 102 25.954.271.976 15 215.525.276.000 117 12,04233 8,304039

2011 143 2.691.106.298 17 243.775.276.000 160 1,103929 90,58552

2012 167 2.934.539.498 12 340.687.976.000 179 0,861357 116,0959

2013 172 3.230.423.144 18 426.592.556.000 190 0,757262 132,0547

2014 86 2.990.000.000 6.199 487.163.100.500 6.285 0,613757 162,9308

2015 95 3.943.625.600 6.279 494.694.875.660 6.360 0,797183 125,4416

Sumber : Kantor Penanaman Modal Kota Tangerang Selatan,2016

Bidang usaha yang mendominasi di Kota Tangerang Selatan setiap

tahunnya yaitu perdagangan besar. Tahun 2015 jumlah bidang usaha perdagangan

besar terdiri dari 17 perusahaan, sedangkan di tahun 2014 sebanyak 15

perusahaan, tahun 2013 sebanyak 15 perusahaan. Tahun 2015 dan 2014 bidang

usaha kedua terbanyak yaitu Real Estat yang dimiliki sendiri atau disewa, di tahun

2013 bidang usaha terbanyak yaitu bidang usaha perdagangan besar sebanyak 16

perusahaan dan Real Estate yang dimiliki sendiri atau disewa sebanyak 5

perusahaan. Kota Tangerang Selatan memang identik dengan sektor perdagangan

Page 103: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

83

dan jasa yang sangat berkembang dan menjadi potensi daerah untuk lebih

mengembangkan investasi bagi para investor.

Sedangkan data PMDN dari BKPM RI periode 1 Januari 2011 sampai

dengan 30 November 2015 bidang usaha yang ada di tahun 2015 hanya

perdagangan dan reparasi, serta jasa lainnya masing-masing sebanyak 1

perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya pergeseran sektor ekonomi

sangat dipengaruhi oleh jenis investasi daerah tersebut.

Tabel 4.16 Jenis Penanaman Modal Kota Tangerang Selatan

Jenis Penanaman Modal 2011 2012 2013 2014 2015

Perdagangan besar (PMA) 14 16 15 15 17

Real Estate yang dimilki sendiri atau disewa (PMA) - - 5 5 5

Real Estate yang dimilki sendiri atau

disewa,perdagangan besar hypermarket (PMDN) - - 3 6 -

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modar RI,2015

Page 104: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

84

F. Identifikasi Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustainable

Development)

Ketika pembangunan yang berkelanjutan (sustainable Development) telah

menjadi agenda global, banyak perencana tata ruang percaya bahwa mereka telah

mempunyai konsep yang berkelanjutan yaitu kota yang kompak (Compact City).

Menurut Beatly (dalam Roo,2003), komunitas yang berkelanjutan adalah tempat

yang menunjukan bentuk perkotaan (urban form) yang kompak

1. Analisis Karakteristik Urban Compactness Kota Tangerang Selatan

Analisis ini dilakukan melalui metode deskriptif-kuantitatif terhadap 10

variabel yang menjelaskan karakteristik urban compactness Kota Tangerang

Selatan. Hasil analisis ini yaitu mengidentifikasi karakteristik kuantitatif dari

urban compactness di Kota Tangerang Selatan

a. Kepadatan Lahan Terbangun

Kepadatan lahan terbangun merupakan salah satu ciri utama

penerapan konsep kota kompak. Rumus untuk perhitungan nilai kepadatan

lahan terbangun Kota Tangerang Selatan adalah:

Kepadatan Lahan Terbangun (Jiwa/Ha) =

( )

( )

Page 105: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

85

Tabel 4.17 Kepadatan Lahan Terbangun Kota Tangerang Selatan

Kecamatan

Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Lahan

Terbangun

(Ha)

Kepadatan

Lahan

Terbangun 2012 2013 2014 2015 2016

Setu 72170 75002 77881 80811 83777 2181,25 38,40779

Serpong 150736 157252 163915 170731 177677 4054,904 43,81781

Pamulang 305909 314931 323957 332984 341967 3502,205 97,64334

Ciputat 206293 212824 219384 225974 232559 2108,063 110,3188

Ciputat

Timur

188957 193484 197960 202386 206729 1538,463 134,3737

Pondok Aren 329103 341416 353904 366568 379354 3459,061 109,6696

Serpong

Utara

141237 148494 155998 163755 171749 2297,814 74,74451

Kota

Tangerang

Selatan

1394405 1443403 1492999 1543209 1593812 16172,68 98,54968

Dari hasil perhitungan kepadatan lahan terbangun pada tahun 2016 sebesar

98,54965 hal ini menunjukan bahwa penggunaan lahan di Kota Tangerang Selatan

cukup tinggi. Dari analisa per kecamatan, dari analisa perhitungan tersebut bahwa

kepadatan lahan terbangun tertinggi di tempati oleh Kecamatan Ciputat Timur

dengan nilai 134,3737 dan Kecamatan terendah yaitu Kecamatan Setu denga nilai

sebesar 38,40779. Hal ini memperlihatkan bahwa kepadatan lahan terbangun Kota

Tangerang Selatan memiliki ketimpangan yang cukup tinggi. Hasil ini

memperlihatkan belum efektifnya penggunaan lahan di Kota Tangerang Selatan.

b. Kepadatan Lahan Permukiman

Konsep kota kompak mengindetifikasi bentuk permukiman yang

berkepadatan tinggi yang mendukung terpenuhinya kebutuhan sehari-

masyarakat. Tingkat kepadatah permukiman menjelaskan efisiensi pemanfaatan

lahan permukiman suatu kota. Rumus untuk perhitungan nilai kepadatan lahan

permukiman Kota Tangerang Selatan adalah:

Kepadatan Lahan Permukiman (Jiwa/Ha):

( )

( )

Page 106: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

86

Tabel 4.18 Kepadatan Lahan Terbangun Kota Tangerang Selatan

Kecamatan Jumlah

Penduduk

Luas lahan

Permukiman

(Ha)

Kepadatan

permukiman

Setu 83777 1012,757 82,72171903

Serpong 177677 2176,595 81,63070469

Pamulang 341967 2472,39 138,3143548

Ciputat 232559 1295,126 179,5647128

Ciputat Timur 206729 1476,551 140,0080796

Pondok Aren 379354 2603,011 145,7366216

Serpong Utara 171749 1488,74 115,3653115

Kota Tangerang Selatan 1593812 12525,17 127,2487309

Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa kepadatan lahan permukiman di

Kota Tangerang Selatan memiliki ketimpangan yang cukup tinggi, dimana di

Kecamatan tertinggi ditempati oleh Kecamatan Ciputat dengan nilai 179,5647128

Jiwa/Ha Ciputat Timur 140,0080796 Jiwa/Ha dan Pondok Aren 145,7366216

Jiwa/Ha. Hal ini menunjukkan belum efektifnya penggunaan lahan di Kota

Tangerang Selatan

c. Presentase Konsentrasi Permukiman (%)

Untuk menghitung Presentase Konsentrasi Permukiman menggunakan

rumus:

( )

( )

Tabel 4.19 Kepadatan Lahan Terbangun Kota Tangerang Selatan

Kecamatan Luas lahan

Permukiman

Luas

Wilayah

% Konsentrasi

Permukiman

Setu 1012,757 1480 68,42953

Serpong 2176,5952 2404 90,54057

Pamulang 2472,3898 2682 92,18456

Ciputat 1295,1264 1838 70,4639

Ciputat Timur 1476,5505 1543 95,69349

Pondok Aren 2603,0108 2988 87,11549

Serpong Utara 1488,7404 1784 83,44957

Kota Tangerang Selatan 12525,1701 14719 117,5154

Page 107: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

87

Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa penyediaan permukiman

pada Kota Tangerang Selatan terkonsentrasi pada pusat kota yaitu Ciputat.

Dimana presentase konsentrasi permukiman tertinggi ditempati oleh Kecamatan

Ciputat Timur 95,69349 Kecamatan Pamulang 92,18456 dan Kecamatan Serpong

90,54057 sedangkan konsentrasi permukiman terendah ditempati oleh Kecamatan

Setu 68,42953

d. Ketersediaan Fasilitas Pendidikan

Salah satu karakteristik kunci dari konsep kota kompak adalah akesbilitas

dan keterjangkauan yang tinggi terhadap fasilitas pelayanan lokal, diantaranya

fasilitas pendidikan Kota Tangerang Selatan diukur dengan memperbandingkan

standar yang berlaku dalam SNI 03-1772-2004 tentang Tata Cara Perencanaan

Lingkungan Perumahan di Perkotaan

Untuk menghitung ketersediaan fasilitas pendidikan menggunakan rumus:

( )

Tabel 4.20 Standar Ketersediaan Fasilitas Pendidikan menurut SNI 03-

1772-2004

No Jenis Sarana Jumlah

Penduduk

Luas

lantai

Min

(M2)

Luas

Lahan

Min.

(M2)

Standard

(M2/Jiwa)

Radius

Pencapaian

(M2)

1. TK 1.250 216 500 0,28 500

2. SD 1.600 633 2.000 1,25 1.000

3. SMP 4.800 2282 9.000 1,88 1.000

4. SMA/K 4.800 3835 12.500 2,6 3.000

Page 108: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

88

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa untuk standar pelayanan pendidikan

Negeri untuk jenjang SD, SMP dan SMA/K sederajat masih dibawah standar

ketersediaan artinya bahwa presentase ketersediaan fasilitas pendidikan negeri di

wilayah Tangerang Selatan masih kurang dan mencukupi dibandingkan dengan

laju pertumbuhan penduduk terutama pada pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan

Sekolah Menengah Pertama (SMP) . Hal tersebut dapat dilihat bahwa presentase

ketersediaan fasilitas pendidikan dasar (SDN) dan SMPN yang masih dibawah

standar yang tersedia. Karena letak Kota Tangerang Selatan yang dekat denga

pusat Ibukota DKI Jakarta maka ada beberapa siswa bersekolah di luar Kota

Tangerang Selatan. Jika dibandingkan dengan standar ketersediaan fasilitas

pendidikan untuk jenjang SMA/K sudah lebih memadai dan sudah diatas standar

ketersediaan

Dari hasil perhitungan memperlihatkan bahwa presentase ketersediaan

fasilitas pendidikan di Kota Tangerang masih terpusat di pusat kota dimana nilai

presentase ketersediaan fasilitas pendidikan tertinggi ditempati oleh Kecamatan

Ciputat Timur sebesar 25,59294% kemudian diikuti dengan Kecamatan Serpong

14,50043 %dan Kecamatan dengan presentase ketersediaan fasilitas pendidikan

terendah ditempati oleh Kecamatan Pondok Aren 3,907077%. Hal ini

membuktikan bahwa penyebaran fasilitas pendidikan di Kota Tangerang Selatan

masih belum merata di setiap kecamatan

Page 109: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

89

Sekolah Dasar Negeri Sekolah Menengah Pertama Negeri Sekolah Menengah Atas/Kejuruan

Kecamatan Jumlah

Pendudu

k 5-9

Jumla

h SDN

Standar

Ketersedi

aan

(%)

Ketersediaan

Fasilitas

pendidikan

Jumlah

Pendudu

k usia 10-

14

Jumla

h

SMPN

Standar

Ketersediaan

(%)

Ketersediaa

n Fasilitas

pendidikan

Jumlah

Pendud

uk Usia

15-19

Jumla

h

SMA/

K

Jumlah

Pendudu

k Standar

Minimal

(%)

Ketersedia

an

Fasilitas

pendidika

n

Total

(%)Keters

ediaan

Fasilitas

Pendidika

n

Ciputat

Timur 9092 26 7,103125 3,660361 8368 5 3,277467 1,525569 1357 15 0,735042 20,40701 25,59294

Ciputat 10653 41 8,322656 4,926312 8973 1 3,514425 0,284542 9067 28 4,911292 5,701148 10,912

Pondok

Aren 32818 47 25,63906 1,83314 27374 3 10,72148 0,279812 31899 31 17,27863 1,794124 3,907077

Serpong 7770 25 6,070313 4,118404 6380 6 2,498833 2,401121 6477 28 3,508375 7,980903 14,50043

Serpong

utara 15693 17 12,26016 1,386605 11597 2 4,542158 0,440319 12412 5 6,723167 0,743697 2,570622

Setu 7508 13 5,865625 2,216303 6407 2 2,509408 0,797001 6453 10 3,495375 2,860923 5,874227

Pamulang 14717 40 11,49766 3,47897 12759 5 4,997275 1,000545 13625 16 7,380208 2,16796 6,647476

Tangerang

Selatan 98251 209 76,75859 21,6201 81858 24 32,06105 6,728908 81290 133 44,03208 41,65576 70,00477

Tabel 4.21 Ketersediaan Fasilitas Pendidikan

Page 110: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

90

e. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Untuk memaksimalkan bentuk kekompakan kota (Compact City) perlu

adanya Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang kesehatan dan pendidikan.

Oleh karenanya salah satu aspek kekompakan kota yang diukur dengan

memperbandingkan jumlah unit posyandu, puskesmas, praktik dokter serta apotik

atau toko obat sesuai denga standar SNI 02-1772-20014 tentang Tata Cara

Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.

Rumus perhitungan presentase ketersediaan fasilias kesehatan Kota Tangerang

Selatan adalah :

( )

Tabel 2.2Standar Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

menurut SNI 03-1772-2004

No Jenis Sarana Jumlah

Penduduk

Luas

lantai

Min

(M2)

Luas

Lahan

Min.

(M2)

Standard

(M2/Jiwa)

Radius

Pencapaian

(M2)

1. Posyandu

1.250 36 60 0,048 500

2. Puskesmas

120.000 420 1.000 0,008 3.000

3. Praktik Dokter

5.000 18 - - 1.500

4. Apotik/Toko

Obat Berizin 30.000 120 250 0,025 1.500

Page 111: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

91

Kecamatan

Posyandu Puskesmas

Jumlah

Penduduk standar Jumlah Unit (%)Ketersediaan Jumlah Unit puskesmas (%)Ketersediaan

Setu 83777 3,217037 352 109,4175 4 0,055851 71,6187

Serpong 177677 6,822797 529 77,53419 3 0,118451 25,32686

Pamulang 341967 13,13153 1181 89,93619 4 0,227978 17,54555

Ciputat 232559 8,930266 947 106,0439 5 0,155039 32,24988

Ciputat Timur 206729 7,938394 897 112,9952 4 0,137819 29,0235

Pondok Aren 379354 14,56719 1384 95,008 6 0,252903 23,72454

Serpong Utara 171749 6,595162 415 62,92492 3 0,114499 26,20103

Kota Tangerang

Selatan 1593812 61,20238 5705 93,21533 29 1,062541 27,29306

Standar Ketersediaan Posyandu 0,048m/jiwa 1250 jiwa Puskesmas 0,048m/Jiwa 120000

Kecamatan

Apotik dan Toko Obat Berizin Praktik Dokter

Jumlah

Penduduk apotik Jumlah Unit (%)Ketersediaan

Jumlah

Unit Praktik Dokter (%)Ketersediaan

Setu 83777 0,069814 13 186,2086 36 0,279257 128,9137 Serpong 177677 0,148064 93 628,1061 71 0,592257 119,8805

Pamulang 341967 0,284973 82 287,7471 197 1,13989 172,8237

Ciputat 232559 0,193799 40 206,3992 98 0,775197 126,4195

Ciputat Timur 206729 0,172274 58 336,6726 75 0,689097 108,8381

Pondok Aren 379354 0,316128 97 306,8374 197 1,264513 155,7912

Serpong Utara 171749 0,143124 62 433,1903 134 0,572497 234,0625

Kota Tangerang

Selatan 1593812 1,328177 445 335,0458 808 5,312707 152,0882

Standar Ketersediaan Apotik dan

Toko Obat

Berizin

0,025m/jiwa 30. 000 Praktik

dokter

0,1m/Jiwa 30.000 jiwa

Page 112: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

92

Dari hasil analisa data tersebut dapat diketahui bahwa standar pelayanan

kesehatan di Kota Tangerang Selatan sudah baik terbukti dari hasil perhitungan

presentase ketersediaan fasilitas kesehatan meliputi unit posyandu, puskesmas,

apotik dan toko obat berizin dan praktik dokter. Dari hasil didapatkan bahwa di

Kota Tangerang Selatan diatas sudah diatas 50 %. yakni Praktik Dokter

(152,08%) Pelayanan Puskesmas (27,29%) serta Pelayanan Posyandu (61,20%)

Dari hasil perhitungan Jumlah Ketersediaan fasilotas kesehatan

didapatkan bahwa Kecamatan Serpong Utara memiliki presentase ketersediaan

tertinggi dengan nilai 234,0625 kemudian disusul oleh Kecamatan Pamulang dengan

nilai 172,8237. Hal ini membuktikan bahwa penyediaan fasilitas kesehatan baik yang

dikelola oleh pemerintah maupun swasta sudah cukup membaik. Hal lain yang juga

tampak menggembirakan yakni bertambahnya sarana dan prasarana kesehatan di Kota

Tangerang Selatan yang makin meluas.

f. Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Selain fasilitas pendidikan dan kesehatan, fasilitas perdagangan dan jasa

juga merupakan fasiloias dasar yang dapat dijadikan ukuran compactness suatu

wilayah. ketersediaan fasilitas perdagangan dan jasa Kota Tangerang Selatan

diukur dengan memperbandingkan ketersediaan Fasilitas Toko, Pertokoan

(Minimarket), Pasar lingkungan (pasar tradisional dan pasar modern) serta pusat

perbelanjaan dan niaga (Bank, Supermarket, hotel, restoran dan Hypermarket)

Dari hasil perhitungan memperlihatkan bahwa standar Fasilitas Perdagangan

dan jasa di Kota Tangerang selatan sudah cukup baik dimana sebagian besar

kecamatan telah memiliki presentase ketersediaan lebih dari 100% yakni Serpong,

Ciputat Timur dan Pondok Aren karena wilayah tersebut memang difokuskan

untuk pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa. Sektor perdagangan dan jasa

memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian yang tersebar hampir di

seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan. Sarana perdagangan tersebar di seluruh

wilayah Kota

Page 113: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

93

Tabel 4.23 Standar Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa

menurut SNI 03-1772-2004

No Jenis Sarana Jumlah

Penduduk

Luas

lantai

Min

(M2)

Luas

Lahan

Min.

(M2)

Standard

(M2/Jiwa)

Radius

Pencapaian

(M2)

1. Toko/Warung 250 50 100 0,4 300

2. Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2000

3. Pusat Pertokoan +Pasar

Lingkungan 30.000 13.500 10.000 0,33 -

4. Pusat Perbelanjaan

(Toko+Pasar+Bank+Kantor 120.000 36.000 36.000 0,3 -

Page 114: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

94

Kecamatan Jumlah

Penduduk

Pasar

Modern

Pasar

Tradisional

Jumlah

Pasar

Standar

ketersediaan

(%) Mini

Market

Standar (%)

Setu 83777 0 2 2 0,921547 2,170264 38 6,981417 5,443021

Serpong 177677 1 2 3 1,954447 1,534961 60 14,80642 4,052297

Pamulang 341967 1 2 3 3,761637 0,797525 44 28,49725 1,544009

Ciputat 232559 0 3 3 2,558149 1,172723 44 19,37992 2,270392

Ciputat Timur 206729 0 2 2 2,274019 0,8795 46 17,22742 2,670162

Pondok Aren 379354 1 2 3 4,172894 0,718926 96 31,61283 3,036741

Serpong Utara 171749 2 3 5 1,889239 2,646568 59 14,31242 4,122295

Kota Tangerang

Selatan

1593812 5 16 21 17,53193 1,197814 387 132,8177 2,913769

pusat pertokoan/pasar lingkungan

0,33m/jiwa 30000 jiwa pertokoan 0,5m/jiwa 6000 jiwa

Kecamatan Supermarket Hypermarket Restoran Hotel Bank Jumlah Standar Jumlah

Ketersediaan

Total

ketersediaan

Setu 0 0 5 0 3 8 0,209443 38,19664 45,80993

Serpong 3 0 133 7 32 175 0,444193 393,9733 399,5606

Pamulang 4 0 34 0 10 48 0,854918 56,14577 58,4873

Ciputat 2 0 15 1 2 20 0,581398 34,39987 37,84299

Ciputat Timur 1 0 20 1 12 34 0,516823 65,78661 69,33627

Pondok Aren 3 0 168 4 14 189 0,948385 199,2862 203,0418

Serpong Utara 7 1 123 6 18 155 0,429373 360,9919 367,7608

Kota Tangerang

Selatan

20 1 498 19 91 629 3,98453 157,8605 161,9721

perbelanjaan mall kantor pasar

bank

0,3 120000

Tabel 4.24 Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Page 115: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

95

g. Presentase Ketersediaan RTH (Ruang Terbuka Hijau)

Walaupun kota kompak dipresentasikan dengan kepadatan yang tinggi dan

kadang mendekati kepadatan kota yang padat, tetapi kota kompak mengutamakan

ketersediaan Ruang Terbuka hijau.

Rumus untuk perhitungan presentase ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

adalah :

( )

( )

Tabel 4.25 Presentase Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Kecamatan Luas RTH

(Ha)

Luas

Wilayah

(Ha)

Ketersediaan

(Ha)

%

Ketersediaan

RTH

Setu 87,584 1480 0,059178 5,917838

Serpong 1045,329 2404 0,434829 43,4829

Pamulang 514,099 2682 0,191685 19,16849

Ciputat 20,898 1838 0,01137 1,136997

Ciputat Timur 0 1543 0 0

Pondok Aren 121,782 2988 0,040757 4,075703

Serpong Utara 218,6731 1784 0,122575 12,25746

Tangerang Selatan 2008,365 14719 0,136447 13,64471

Dari perhitungan diatas bahwa ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di

Tangerang Selatan masih minim yakni hanya sebesar (13,64471%) dari total

keseluruhan penggunaan lahan. Menurut Peraturan Daerah (Perda) Kota

Tangerang Selatan No. 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2031 bahwa standar untuk Ruang Terbuka

Hijau yakni 30 %. Ruang Terbuka Hijau untuk publik minimal 20% dan Ruang

Terbuka Hijau untuk privat sebesar 10% yang tersebar di seluruh kecamatan. Dari

hasil perhitungan memperlihatkan bahwa Kecamatan Serpong memiliki

presentase Ruang Terbuka Hijau sebesar 43,4829% dan Kecamatan Ciputat Timur

sebesar 0% Hal ini menunjukan bahwa terjadi ketimpangan dalam penyediaan

fasilitas Ruang Terbuka Hijau , perlu adanya peningkatan penggunaan lahan

untuk Ruang Terbuka Hijau.

Page 116: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

96

h. Presentase Tingkat Penggunaan Kendaraan Pribadi (%)

Konsep kota kompak menyebabkan berkurangnya ketergantungan

terhadap kendaraan pribadi sehingga tingkat kendaraan pribadi dapat dijadikan

ukuran compactness suatu wilayah. sebuah wilayah yang memiliki tingkat

penggunaan kendaraan pribadi lebih rendah telah mampu meminimlisir jarak

perjalanan dan membentuk sistem transportasi yang bertumpu pada kendaraan

umum. Rumus Perhitungan Presentase Tingkat Penggunaan Kendaraan Pribadi

Tabel 4.26 Tingkat Penggunaan Kendaraan Pribadi

Tahun Roda 2 Roda 4 Jumlah Kendaraan

Rasio

Kendaraan

Roda 2

Rasio

Kendaraan

Roda 4

2010 111.226 38.576 149.802 0,74248675 0,25751325

2011 133.675 48.008 181.683 0,73575954 0,26424046

2012 149.894 58.909 208.803 0,71787283 0,28212717

2013 169.630 72.065 241.695 0,70183496 0,29816504

2014 191.397 84.124 275.521 0,694673 0,305327

2015 208.798 92.937 301.735 0,69199132 0,30800868

i. Presentase Pertumbuhan Penduduk

Salah satu indikator Compactness suatu wilayah adalah kepadatan dan

pertumbuhan penduduk ke bagian dalam wilayah. pertumbuhan penduduk yang

tinggi akan berpengaruh pada proses insentifikasi sebuah wilayah menuju kota

yang kompak Rumus perhitungan pertumbuhan penduduk :

Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa presentase kepadatan penduduk di

wilayah Tangerang Selatan mengalami peningkatan yang signifikan di setiap

waktunya (2010-2016). Presentase pertumbuhan penduduk tertinggi yakni pada

Kecamatan Serpong Utara (34,73%) dan Kecamatan Serpong (28,58%). Hal ini

menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan penduduk yang cepat disebabkan arus

urbanisasi yang cepat dan perluasan area pinggiran kota (sprawl). Salah satu

daerah hunian kepadatan tinggi yakni Kecamatan Serpong.

Page 117: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

97

Tabel 4.27 Presentase Pertumbuhan Penduduk

Kecamatan 2010 2011

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah

Penduduk

tahun 2010-

2016

Pertumbu

han

Penduduk

2010

Presentase

Pertumbu

han

penduduk 2012 2013 2014 2015 2016

Setu 66667 69391 72170 75002 77881 80811 83777 17110 66667 25,66487

Serpong 138177 144378 150736 157252 163915 170731 177677 39500 138177 28,58652

Pamulang 287955 296915 305909 314931 323957 332984 341967 54012 287955 18,7571

Ciputat 193369 199807 206293 212824 219384 225974 232559 39190 193369 20,26695

Ciputat

Timur 179792 184391 188957 193484 197960 202386 206729 26937 179792 14,98231

Pondok Aren 305073 316988 329103 341416 353904 366568 379354 74281 305073 24,3486

Serpong

Utara 127471 134232 141237 148494 155998 163755 171749 44278 127471 34,73574

Kota

Tangerang

Selatan

1298504 1346102 1394405 1443403 1492999 1543209 1593812 295308 1298504 22,74217

Page 118: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

98

i. Presentase Pertumbuhan Permukiman Baru (%)

Insentifikasi permukiman ke dalam wilayah merupakan salah satu elemen

utama terbentuknya kota kompak.

Rumus Perhitungan Pertumbuhan Permukiman Baru (%):

( )

Tabel 4.28 Presentase Pertumbuhan Permukiman Baru

Kecamatan

Jumlah

Pendud

uk 2011

Luas

Permukim

an 2011

Kepad

atan

Permu

kiman

2011

Jumlah

Pendud

uk

2016

Kepadat

an

Permuki

man

2016

Pertumbu

han

Pemukima

n Baru

Presentase

Pertumbu

han

Pemukima

n Baru

Setu 69391 5406,768 12,83 83777 82,72 69,88 5,44

Serpong 144378 63153,53 2,28 177677 81,63 79,34 34,70

Pamulang 296915 41627,99 7,13 341967 138,31 131,18 18,39

Ciputat 199807 134002,4 1,49 232559 179,56 178,07 119,42

Ciputat Timur 184391 38977,91 4,73 206729 140 135,27 28,59

Pondok Aren 316988 173742,5 1,82 379354 145,73 143,91 78,87

Serpong Utara 134232 64202,65 2,09 171749 115,36 113,27 54,17

Kota

Tangerang

Selatan

1346102 521113,8 2,58 1593812 117,51 114,93 44,49

Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa dalam periode 6 tahun

telah terjadi peningkatan pertumbuhan lahan permukiman sebesar 44,49349% di

Kota Tangerang Selatan. Kecamatan Ciputat memperlihatkan presentase

pertumbuhan tertinggi dengan nilai 119,4267 %. Hal ini memperlihatkan pesatnya

pertumbuhan pada wilayah Tangerang Selatan yang menujukkan fakta bahwa

terjadi perkembangan wilayah secara sprawl di Wilayah Tangerang Selatan.

Kecamatan Ciputat dan Kecamatan Pondok Aren yang diarahkan sebagai wilayah

pusat pertumbuhan hal ini mengindikasikan bahwa terjadi kenaikan presentase

pertumbuhan permukiman baru.

Page 119: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

99

2. Mengukur Indeks Urban Compactness Kota Tangerang Selatan

a. Indeks Urban Compactness Kota Tangerang Selatan

Indeks urban compactness Kota Tangerang Selatan diukur melalui

metode kuantifikasi yang dilakukan oleh D. Stahakis dan G. Tsilikmigkas

.Indeks tersebut didapatkan melalui kombinasi indeks densifikasi dan indeks

mixed use. Kedua indeks tersebut kemudian distandardisasi dan

dikombinasikan menjadi indeks urban compactness. Rumus perhitungan

indeks urban compactness Kota Tangerang Selatan adalah:

Indeks Densifikasi =

Tabel 4.29 Indeks Densifikasi Kota Tangerang Selatan

Kecamatan Kepadatan

Penduduk

Kepadatan

Permukiman

Kepadatan

Lahan

Terbangun

Total Indeks

Densifikasi

Setu 56,60608 82,72172 38,40779 177,7356 59,2452

Serpong 73,9089 81,6307 43,81781 199,3574 66,45247

Pamulang 127,5045 138,3144 97,64334 363,4622 121,1541

Ciputat 126,5283 179,5647 110,3188 416,4118 138,8039

Ciputat Timur 133,9786 140,0081 134,3737 408,3604 136,1201

Pondok Aren 126,9592 145,7366 109,6696 382,3654 127,4551

Serpong Utara 96,27186 115,3653 74,74451 286,3817 95,46056

Kota Tangerang

Selatan 159,3812 127,2487 98,54968 385,1796 128,3932

Page 120: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

100

Indeks Mixed Use=

( )

Tabel 4.30 Indeks Mixed Use

Kecamatan Luas lahan

Terbangun

Luas

penggunaan

lahan

permukiman

Luas Penggunaan

Lahan Terbangun -

Luas penggunaan

lahan permukiman

Indeks

Mixed

Use

Setu 21812500 10127570 11684930 0,866721

Serpong 40549039 21765952 18783087 1,158806

Pamulang 35022052 24723898 10298154 2,400809

Ciputat 21080628 12951264 8129364 1,593146

Ciputat Timur 15384631 14765505 619126 23,84895

Pondok Aren 34590610 26030108 8560502 3,040722

Serpong Utara 22978141 14887404 8090737 1,840055

Kota Tangerang

Selatan 191417601 125251701 66165900 1,892995

Kemudian indeks tersebut kemudian di standarisasi dan dikombinasikan menjadi

Indeks Urban Compactness menggunakan persamaan :

Indeks Urban Compactness=

Tabel 4.31 Indeks Urban Compactness

Kecamatan Indeks

Densifikasi

Indeks Mixed

Use

Indeks

Densifikasi+Indeks

Mixed Use

Indeks

Urban

Compactness

Setu 69,25244 0,866721 70,11916 35,05958

Serpong 82,02672 1,158806 83,18553 41,59276

Pamulang 119,3345 2,400809 121,7353 60,86764

Ciputat 125,519 1,593146 127,1121 63,55606

Ciputat Timur 123,2267 23,84895 147,0757 73,53784

Pondok Aren 119,9371 3,040722 122,9778 61,48891

Serpong Utara 98,36225 1,840055 100,2023 50,10115

Kota Tangerang

Selatan 128,3932 1,892995 130,2862 65,1431

Page 121: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

101

Dari hasil analisis didapatkan bahwa Kecamatan Ciputat Timur memiliki

nilai Urban Compactness tertinggi yakni sebesar 73,53784 sedangkan Kecamatan

Setu memiliki nilai terendah yakni sebesar 35,05958. Angka indeks Compactness di Kota

Tangerang Selatan memiliki angka yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa Kota

Tangerang Selatan memiliki Nilai Urban Compactness yang terbentuk secara

berbeda. Masing masing kecamatam memiliki karakteristik dan strukturnya

masing-masing. Kota Tangerang Selatan memiliki Nilai Urban Compactness

dengan nilai 65,1431 semakin tinggi nilai dapat disimpulkan bahwa struktur

Compactness wilayah tersebut lebih terbentuk.

3. Karakteristik Compactness dari Struktur Ruang Kecamatan Ciputat

Timur

Dari hasil analisis didapatkan bahwa Kecamatan Ciputat Timur memiliki

nilai Urban Compactness tertinggi yakni sebesar 73,53784. Jika dilihat dari pola

ruang, Kecamatan Ciputat Timur berada dekat Pusat Ibukota DKI Jakarta

sehingga akses menuju pusat kota lebih mudah. Sehingga aksesbilitas dan

pertumbuhan perkotaan cukup tinggi.

Jika dilihat dari indeks Indeks Mixed used diperoleh bahwa jumlah lahan

terbangun untuk permukiman di kota ini cukup tinggi. Hal ini mengindikasikan

bahwa terjadi urban sprawl di Kecamatan Ciputat Timur khusunya. Kecamatan

Ciputat Timur merupakan salah satu kecamatan di kota Tangerang Selatan,

Provinsi Banten. Kecamatan Ciputat Timur merupakan hasil pemekaran dari

Kecamatan Ciputat. Karena letaknya yang strategis maka sebagian besar

wilayah Kecamatan Ciputat Timur merupakan wilayah pemukiman serta sentra

perdagangan dan jasa. Pesatnya perkembangan wilayah Kecamatan Ciputat

Timur karena wilayah Kecamatan Ciputat Timur merupakan salah satu daerah

penyangga ibukota Jakarta.Sebagai wilayah perkotaan, pertumbuhan penduduk

Kecamatan Ciputat Timur sangat dinamis, terdiri dari beraneka suku, adat istiadat,

dan budaya serta berbagai karakter.

Page 122: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

102

Gambar 4.20 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Ciputat Timur

1. Mengidentifikasi Indikator Urban Compactness di Kecamatan Ciputat

Timur

Tabel 4.32 Tabel Indikator Urban Compactness

No Variabel Indikator Deskripsi

1. Aktivitas Dan

Penggunaan

Lahan

1. Kepadatan Penduduk

Kepadatan Lahan

Terbangun

2. Jenis Penggunaan Lahan

3. Jarak Dan Kerapatan

Antar Bangunan

1. Kepadatan Penduduk Yang

Menempati Area Terbangun

Tinggi Atau Sangat Tinggi

2. Penggunaan Lahan

Campuran/Mixed Used, Adanya

Beragam Tipe Tempat Tinggal

3. Perubahan Penggunaan Lahan

2. Jaringan

Transportasi

1. Jaringan Jalan

2. Keterjangkauan Fasilitas

1. Jaringan Jalan Yang

Menghubungkan Jalan Pusat,

Provinsi Dan Jalan Lingkungan

2. Pemetaan Kawasan Fasilitas Kota

Meliputi Sarana Pendidikan,

Perdagangan Jasa, Dan Industri

3. Pola Perilaku

Pergerakan

Penduduk

1. Penggunaan Jenis

Kendaraan

1. Peningkatan Jumlah Kendaraan

Di Kota Tangerang Selatan

Hasil Analisis 2017

Page 123: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

103

1. Aktivitas Penggunaan Lahan

a. Kepadatan Tinggi

SPK III memiliki fungsi sebagai kegiatan pelayanan umum, dan perumahan

kepadatan tinggi diarahkan yang di Kecamatan Ciputat Timur. Dari peta

penggunaan lahan Kecamatan Timur tahun 2011 dan peta penggunaan lahan tahun

2017 memperlihatkan perubahan penggunaan lahan permukiman yang signifikan.

Karena kecamatan ini memang diarahkan untuk kawasan permukiman padat.

Kemudian Kecamatan Ciputat Timur diarahkan untuk pusat pelayanan

perdagagangan dan jasa untuk menunjang Kecamatan Ciputat. Penggunaan lahan

untuk pertanian hampir tidak ada di daerah Ciputat Timur. Kalaupun ada adalah

milik komplek yang belum dibangun dan dimanfatkan warga untuk menanam

padi. Pertanian di Kecamatan Ciputat Timur lebih banyak di dominasi lahan

kebun untuk palawija dan sayuran

b.Kepadatan Penduduk yang tinggi

Kecamatan Ciputat Timur memiliki Kepadatan penduduk bruto tertinggi

(134,37 jiwa/Ha). Kemudian disusul oleh Kecamatan Pondok Aren

(109,66jiwa/Ha) karena di wilayah Pondok Aren dikembangkan permukiman

skala besar. Kondisi ini disebabkan sebagian besar permukiman didominasi

rumah-rumah tunggal dengan ketinggian satu lantai. Sehingga mengakibatkan

kepadatan lahan terbangun untuk permukiman semakin tinggi.

4.21 Peta Penggunaan Lahan Tanun 2011 dan 2017

2011 2017

Page 124: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

104

Gambar 4.22 Peta Kepadatan Penduduk Tinggi

c. Jarak dan Kerapatan antar Bangunan

Sebagian besar bangunan merupakan rumah-rumah tunggal dengan

ketinggian satu lantai. Untuk bangunan-bangunan bertingkat hanya berada di

lokasi-lokasi terentu terutama di sekitar tepi jalan utama

4.23 Peta Jarak Kerapatan antar Bangunan

Page 125: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

105

2. Jaringan Transportasi

a. Jaringan jalan

Sebagian besar area perkotaan di Kecamatan Ciputat Timur telah

berada dalam jangkauan berjalan kaki menuju pelayanan angkutan

umum, karena Wilayah Kecamatan Ciputat Timur sangat strategis dimana

kecamatan ini dilalui oleh jalan kolektor sekunder dan arteri sekunder.

Kecamatan ini juga dilalui oleh jalur kereta api dan jalan tol memungkinkan

aksesbilitas jalan lebih mudah.

b.Fasilitas yang mudah dijangkau

Karena Wilayah Ciputat Timur merupakan wilayah pemekaran dari

Kecamatan Ciputat makan penyediaan jasa pendidikan dan perdagangan

relatif tersebar di wilayah

tersebut. Mengindikasikan

bahwa fasilitas perdagangan

dan jasa berkembang

diwilayah ini. Fasilitas

pendidikan muncul di

sepanjang jalan arteri

sekunder dan lokal sekunder

4.24 Peta Jarak Kerapatan antar Bangunan

Gambar 4.25 Fasilitas Yang Mudah Dijangkau

Page 126: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

106

2010

2011

2012

2013

2014

2015

0 50000 100000 150000 200000 250000

Roda 4 Roda 2

c. Pola Pergerakan Penduduk

Dari analisis untuk pola pergerakan penduduk kelurahan Rengas dan

Cirendeu tidak dilalui kendaraan roda 3, hanya dilalui oleh kendaraan bermotor

dan kendaraan roda 4 (BPS dalam Ciputat Timur). Dari data penggunaan

kendaraan bermotor di Kota Tangerang Selatan tahun 2010-2015 jumlah

kendaraan bermotor roda 2 dan roda 4 terus mengalami peningkatan yang

signifikan, hal ini membuktikan bahwa pola pergerakan penduduk di Kota

Tangerang Selatan cukup tinggi terlebih di Kecamatan Ciputat Timur yang lokasi

aksesbilitasnya dekat dengan pusat kota DKI Jakarta dan Pusat Kota Kecamatan

Ciputat.

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan

Gambar 4.26 Pola Pergerakan Penduduk

Grafik 4.27 Jumlah Kendaraan Bermotor

Page 127: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

107

3. Kesesuaian Urban Compactness di Wilayah Ciputat Timur

Hasil analisis diperoleh bahwa struktur ruang Kawasan Ciputat Timur

sudah membentuk ruang-ruang yang kompak ditandai dengan sebagian besar

karakteristik struktur ruang masih sudah sesuai dengan karakteristik struktur

ruang yang kompak diantaranya:

1. Sesuai

a. Adanya beragam tempat tinggal.

b. Kepadatan penduduk wilayah sangat tinggi

c. Jarak antara bangunan satu dengan bangunan lainnya cukup padat

d. Jaringan jalan yang menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya

sudah teritegerasi

e. Kenaikan densitas penduduk yang tinggi

f. Adanya pembangunan pada ruang-ruang sisa/antara di dalam area

perkotaan.

2. Belum Sesuai

a. lingkungan dengan kepadatan tinggi belum terintegrasi dengan baik .

b. Guna lahan campuran masih berkembang dengan intensitas yang sama

secara linear.

c. Transportasi publik masih belum menjangkau beberapa area permukiman .

d. Jaringan jalan belum mengakomodasi kegiatan berjalan kaki dan bersepeda

e. Hanya ada beberapa lokasi dengan fasilitas publik yang berdekatan.

f. Penduduk lebih banyak menggunakan kendaraan dilihat dari peningkatan

jumlah kendaraan bermotor

g. Penyebaran fasilitas kota masih belum merata

h. Pembangunan masih terpusat

Page 128: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

108

G. Keterkaitan antara Transformasi Spasial, Transformasi Sosial Ekonomi

dan Indeks Urban Compactness di Wilayah Kota Tangerang Selatan

1. Analisis Korelasi Indeks Urban Compactness berdasarkan faktor-

faktornya di Kota Tangerang Selatan

Analisis ini dilakukan melalui analisis korelasi sederhana untuk

mengetahui hubungan yang sangat erat antara indeks urban compacness

dengan 9 variabel yang telah dilakukan perhitungan. Variabel dalam

Penelitian dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.33 Variabel dalam Penelitian

No Variabel Variabel Kedudukan

1 Indeks Urban Compactness Y Indikator Sustainable

2 Ketersediaan Fasilitas Kesehatan X1 Indikator Sosial

3 Ketersediaan Fasilitas Pendidikan X2 Indikator Sosial

4 Ketersediaan Fasilitas Perdagangan Jasa X3 Indikator Ekonomi

5 Kepadatan Lahan Permukiman X4 Indikator Spasial

6 Kepadatan Lahan Terbangun X5 Indikator Spasial

7

Ketersediaan Fasilitas Ruang Terbuka Hjau

(RTH) X6

Indikator Spasial

8 Presentase Konsentrasi Permukiman X7 Indikator Spasial

9 Presentase Permukiman Baru X8 Indikator Spasial

10 Presentase Pertumbuhan Penduduk X9 Indikator Sosial

Hubungan antara indeks Urban Compactness di Wilayah Tangerang

Selatan yang memiliki hubungan korelasi yang kuat yaitu pada kepadatan lahan

yakni sebesar (0,98) terbangun dan kepadatan lahan permukiman (0,815) dari

hasil tersebut menindikasikan bahwa adanya hubungan yang kuat antara

kepadatan lahan terbangun dan kepadatan lahan permukiman.

Sedangkan hubungan korelasi yang rendah antara Indeks Urban

Compactness yaitu ketersediaan fasilitas pendidikan, presentase konsentrasi

permukiman, dan presentase konsentrasi permukiman baru, hal ini

mengindikasikan bahwa adanya hubungan yang lemah antara indeks Urban

Compactness dengan ketersediaan fasilitas pendidikan, presentase konsentrasi

permukiman, dan presentase konsentrasi permukiman baru

Page 129: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

109

a. Hubungan Antara Aspek Sosial Dengan Indeks Urban Compactness

Variabel sosial yang dilihat yaitu ketersediaan fasilitas kesehatan ,

ketersediaan fasilitas pendidikan dan pertumbuhan penduduk. Dari hasil

hubungan korelasi antara indeks urban compactness menunjukkan bahwa

hubungan antara ketersediaan fasilitas kesehatan yaitu sebesar (-0,325) artinya

ada hubungan negatif yang lemah antara indeks urban compactness. Ketersediaan

fasilitas pendidikan yaitu sebesar (0,144) yang artinya bahwa terdapat hubungan

positif yang lemah antara indeks urban compactnsess dengan ketersediaan fasilitas

pendidikan. Hubungan antara presentase pertumbuhan penduduk yaitu sebesar (-

0,69) artinya ada hubungan negatif yang kuat antara indeks urban compactness

dengan presentase pertumbuhan penduduk

b. Hubungan Antara Aspek Ekonomi Dengan Indeks Urban Compactness

Variabel Ekonomi yang dilihat yaitu ketersediaan fasilitas perdagangan

dan jasa , mengingat bahwa sektor yang berkontribusi besar dalam

perekonomian yakni sektor perdagangan dan jasa. Jika dilihat dari hasil

perhitungan menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas perdagangan dan jasa

dengan hasil hubungan korelasi antara indeks urban compactness menunjukkan

bahwa hubungan antara ketersediaan fasilitas perdagangan dan jasa yaitu sebesar

(-0,382) artinya ada hubungan negatif yang lemah antara indeks urban

compactness dengan fasilitas perdagangan dan jasa

c. Hubungan Antara Aspek Spasial Dengan Indeks Urban Compactness

Variabel spasial yang diperhitungkan yakni kepadatan lahan permukiman

(0,815), kepadatan lahan terbangun (0,98), ketersediaan ruang terbuka hijau

(RTH) (-0,477), presentase konsentrasi permukiman (0,489), presentase

permukiman baru (0,372). Hal ini mengindikasikan bahwa adanya hubungan

yang positif yang kuat antara kepadatan lahan permukiman dan kepadatan lahan

terbangun. Hubungan korelasi positif yang rendah yaitu presentase permukiman

baru dan presentase konsentrasi permukiman.

Page 130: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

110

Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9

Y 1 -0.325 0.144 -0.382 0.815 0.9804 -0.477 0.489 0.372 -0.690

X1 -0.325 1 -0.061 0.941 -0.549 -0.403 0.787 0.304 -0.2008 0.624

X2 0.144 -0.061 1 -0.022 -0.036 0.0037 0.027 0.639 0.0127 0.00709

X3 -0.382 0.941 -0.022 1 -0.481 -0.427 0.665 0.186 0.00857 0.795

X4 0.815 -0.549 -0.036 -0.481 1 0.860 -0.599 0.006 0.732 -0.549

X5 0.98 -0.403 0.003 -0.427 0.86 1 -0.593 0.334 0.425 -0.682

X6 -0.477 0.787 0.027 0.665 -0.599 -0.593 1 0.248 -0.321 0.4017

X7 0.489 0.304 0.639 0.186 0.006 0.3348 0.248 1 -0.224 -0.2005

X8 0.372 -0.2008 0.0127 0.0085 0.732 0.425 -0.321 -0.224 1 0.0084

X9 -0.69 0.6247 0.007 0.795 -0.549 -0.682 0.401 -0.2005 0.0084 1

Grafik 4.28 Tabel Hasil Korelasi

Page 131: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

111

2. Keterkaitan Transformasi Spaisal Sosial Ekonomi dan Sustainable

Development

Keterkaitan antara transformasi spasial , transformasi sosial ekonomi tidak

bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena perkembangan Wilayah Peri-

Urban sebagai akibat dari pengaruh pertambahan penduduk dan kegiatan,

khususnya kegiatan ekonominya juga mengalami perubahan. Pengaruh kegiatan

ekonomi kekotaan yang secara umum dikaitkan dengan kegiatan ekonomi

berorientasi nonagraris lambat laun akan semakin nyata terlihat. Transformasi

kegiatan ekonomi kedesaan menjadi kekotaan tampak dalam beberapa hal antara

lain, transformasi kegiatan perekonomian yang dilaksakan oleh penduduk asli dan

meningkatnya kegiatan perekonomian yang diprakarsai oleh penduduk pendatang.

Perubahan fisikal di Wilayah Peri-Urban khususnya yang berkaitan

dengan perubahan bentuk pemanfaatan lahan agraris menjadi non-agraris telah

mengakibatkan hilangnya sumber penghasilan petani dan hal ini akan berakibat

makin menurunya jumlah penduduk yang berstatus sebagai petani. Semakin

mendekati lahan kekotaan terbangun, semakin besar proporsi petani yang berubah

profesinya menjadi nonpetani. Beberapa kegiatan ekonomi yang muncul antara

lain kegiatan perdagangan dan kegiatan jasa. Sementara itu, usaha yang banyak

Transformasi Spasial

Transformasi Sosial

Ekonomi

Pembangunan yang

Berkelanjutan (Sustainable

Development)

Page 132: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

112

dilakukan oleh penduduk pendatang yaitu seperti kompleks pemukiman,

kompleks perkantoran, kompleks pendidikan, kompleks perbelanjaan dan

kompleks industri. Hal ini didasari Wilayah Peri-Urban yang masih mempunyai

lahan terbuka cukup leluasa untuk didirikanya infrastruktur yang besar skalanya

serta aksesbilitas yang memadai.

3. Hubungan sebab akibat antara tiga sektor

a) Hubungan pertama antara jumlah penduduk dan ekonomi, jika jumlah

penduduk meningkat maka akan meningkatan aktivitas ekonomi berarti ada

hubungan yang positif antara jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi.

Disini ada keterkaitan penduduk dan ekonomi dalam penyediaan tenaga

kerja yang diberikan kepada faktor penduduk kepada sektor tenaga kerja

dan sebaliknya aktivitas ekonomi yang baik akan menyebabkan

ketertarikan penduduk untuk datang ke kawasan tersebut dan akan

meningkatkan populasi.

b) Menghubungkan ekonomi, lahan dan populasi. Jika aktifitas ekonomi

membaik/meningkat, maka berakibat pada ketertarikanpenduduk untuk

memasuki kawasan tersebut. Jumlah penduduk yang bertambah banyak

akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan lahan (terutama lahan

pemukiman), sehingga pada gilirannya akan mempengaruhi keadaan lahan

(menjadi berkurang). Lahan yang berkurang jumlahnya akan menyebabkan

terjadinya penurunan di dalam aktifitas ekonomi.

Ekonomi

Penggunaan Lahan

Jumlah

Penduduk

Page 133: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

113

c) Menghubungkan antara lahan dan ekonomi. Ketersediaan lahan memiliki

hubungan positif dengan pertambahan aktivitas ekonomi . Akibat

perkembangan ekonomi (misalnya bertambahnya aktifitas di bidang

industri, berkembangnya sektor jasa serta sektor perdagangan hotel dan

restoran) yang memiliki dampak ruang berupa kebutuhan lahan. Sehingga

hubungan antara ekonomi dan lahan adalah negatif, yaitu jika kegiatan

ekonomi meningkat maka jumlah lahan kosong akan menurun

menghubungkan sektor lahan dan populasi serta membentuk lingkar

umpan balik negatif. Keterkaitan antara lahan dan populasi bersifat

negatif.

d) Perubahan pada lahan non pertanian yang terus meningkat, lebih banyak

ditentukan oleh faktor penduduknya, walaupun faktor penduduk juga

secara tidak langsung di pengaruhi oleh sektor non pertanian, melalui

pengaruh peningkatan pendapatan perkapita terhadap kelahiran dan

kematian. Perubahan lahan terbangun lebih banyak dipengaruhi karena

jumlah penduduk yang lebih banyak dimana memerlukan lahan

bangunan yang lebih banyak.

Page 134: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

114

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya dapat disimpulkan :

A. Berdasarkan analisis overlay untuk menganalisis penggunaan lahan dan

alih fungsi lahan maka dapat disimpulkan bahwa terjadi transformasi

spasial (perubahan penggunaan lahan) di Kota Tangerang Selatan untuk

periode waktu 2011-2017. Perubahan penggunaan lahan di Kota

Tangerang Selatan disebabkan karena peningkatan jumlah permukiman

Penggunaan lahan kosong menjadi lahan untuk menunjang aktivitas

permukiman. Juga terjadi pergeseran pengunaan lahan bagi sektor

ekonomi berorientasi sekunder dan tersier yang semula pada sektor

ekonomi primer.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi spasial di Wilayah Peri

Urban Kota Tangerang Selatan yaitu faktor kependudukan, keberadaan

pusat aktivitas, aksesibilitas, peran developer dan peran pemerintah.

C. Transformasi sosial ekonomi di Wilayah Peri Urban Kota Tangerang

terjadi pada :

a. Ketersediaan lahan bagi sektor pertanian di Kota Tangerang

Selatan semakin menurun disebabkan semakin bertambahnya

kebutuhan bangunan/gedung untuk tempat tinggal maupun bukan

tempat tinggal.

b. Perubahan dominasi PDRB dari sektor primer kepada sektor

sekunder dan tersier, bahkan pada kedua sector tersebut telah

menjadi penggerak perekonomian wilayah. Sektor tersebut adalah

jasa kesehatan dan kegiatan sosial, jasa pendidikan, jasa

perusahaan, real estate, konstruksi dan Administrasi Pemerintahan.

c. Jika dilihat dari unit fasilitas dan usaha sektor industri (sektor

sekunder) bukan merupakan sektor utama yang menggerakkan

perekonomian Kota Tangerang Selatan. Namun demikian,

perannya masih lebih besar dibandingkan dengan sektor primer

Page 135: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

115

seperti sektor pertanian, hal ini menunjukkan bahwa sektor

sekunder mampu untuk menggerakan struktur perekonomian

meskipun tidak terlalu besar. Sektor tersier yakni perdagangan.

Kegiatan perdagangan dan jasa tersebar hampir di seluruh wilayah

Kota Tangerang Selatan.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Transformasi Sosial dan Ekonomi

yakni ketenagakerjaan, mata pencaharian dan perubahan pola investasi.

E. Transformasi spasial dan sosial ekonomi menghasilkan kota tangerang

selatan yang masuk dalam kategori pembangunan berkelanjutan

sustainable development) dengan indikator Urban Compactness Index

(UCI). Nilai ini membuktikan bahwa struktur compact city telah terbentuk

di wilayah Tangerang Selatan. Kecamatan Ciputat Timur memiliki nilai

UCI tertinggi yaitu sebesar 73,53. Karakteristik compactness dari struktur

ruang di Kecamatan Ciputat Timur bahwa jumlah lahan terbangun untuk

permukiman di kota ini cukup tinggi.

F. Keterkaitan antara transformasi spasial , transformasi sosial ekonomi serta

pembangunan berkelanjutan yang diindikasikan oleh UCI tidak bisa

dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena perkembangan Wilayah

Peri-Urban sebagai akibat dari pengaruh pertambahan penduduk dan

kegiatan, khususnya kegiatan ekonominya juga mengalami perubahan

a. Hubungan antara aspek sosial dengan Urban Compactness

IndexVariabel sosial yang dilihat yaitu ketersediaan fasilitas

kesehatan , ketersediaan fasilitas pendidikan dan pertumbuhan

penduduk. Dari hasil hubungan korelasi antara indeks urban

compactness menunjukkan bahwa hubungan antara ketersediaan

fasilitas kesehatan yaitu sebesar (-0,325) artinya ada hubungan

negatif yang lemah antara indeks urban compactness.

b. Hubungan antara Aspek Ekonomi dengan Indeks Uban

Compactness Jika dilihat dari hasil perhitungan menunjukkan

bahwa ketersediaan fasilitas perdagangan dan jasa dengan hasil

hubungan korelasi antara indeks urban compactness menunjukkan

bahwa hubungan antara ketersediaan fasilitas perdagangan dan

Page 136: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

116

jasa yaitu sebesar (-0,382) artinya ada hubungan negatif yang

lemah antara indeks urban compactness dengan fasilitas

perdagangan dan jasa

c. Hubungan antara Aspek Spasial dengan Indeks Urban

Compactness adanya hubungan yang positif yang kuat antara

kepadatan lahan permukiman dan kepadatan lahan terbangun.

Hubungan korelasi positif yang rendah yaitu presentase

permukiman baru dan presentase konsentrasi permukiman.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian pada

wilayah peri urban terkait dengan perubahan spasila dan sosial ekomo maka

peneliti menyarankan beberapa hal, sebagai berikut :

A. Dibutuhkan pengawasan dan pengendalian yang ketat terkait dengan

pengembangan dan pemanfaatan ruang di kawasan peri urban Kota

Tangerang Selatan dan wilayah sekitarnya karena wilayah ini sangat

cepat untuk penyebaran gejala sprawl

B. Untuk penetapan Ruang Terbuka Hijau masih terjadi ketimpangan dan

belum memenuhi standar yang telah ditetapkan yaitu dalam pembangunan

dan dapat tercipta RTH 30 %.

C. Arah pembangunan dan pengembangan fisik ruang seharusnya

disesuaikan dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota

Tangerang Selatan

D. Perlu dibuat rencana yang lebih rinci untuk melihat secara spesifik

mengenai pengembangan ruang dimasa mendatang

E. Perlu dukungan dan peran masyarakat dan pihak swasta untuk

mengendalikan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable

development) Untuk penelitian selanjutnya, agar dapat melakukan

penelitian perubahan kawasan yang telah terbangun seperti permukiman

sesuai peruntukannya.

Page 137: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

117

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto.2015 “Metode Riset Kuantitatif”:Jakarta PT Gramedia

Burchell, R,Listokin,D. and Gallery,C. 2000. “Housing Policy Debat.” Smart

growth: more than a ghost of urban policy past, less than a bold new

horizon 821-879.

Burgess, E.W. 1925. “Burgess, F.W. and MacKenzie, R.D. The City

Chicago:Chicago University Press.” The growth of the city, in park 47-62.

Charles,Colby "Here After CWC paper Series Box 11.1 Adress on Charless Colby

Ellen Banzhaf, Sigrun Kabisch,Sonja Knapp,Dieter Rink, Manuel Wollf,

Annegret Kindler. 2011. “dkk,Banzhaf.” Integrated research on land-use

changes in the face of urban transformations – An analytic framework for

further studies 2.

Giyarsih, Sri R. 2009. “Jurnal Arsitektur dan Perkotaan.” Pola Spasial

Transformasi Wilayah di Koridor Yogyakarta- Surakarta Pola Spasial

Transformasi Wilayah di Koridor Yogyakarta- Surakarta” 60-64.

Giyarsih, Sri Rum. 2008. “Spatial Pattern of Regional Transformation In

Yogyakarta-Surakarta Coridor Fakultas Geografi Universitas Gadjah

Mada.” Pola Spasial Trasformasi Wilayah di Koridor Yogyakarta-

Surakarta.

Gratz, R.B and Mintz N. 1998. “New York:Wiley.” Cities Back from the edge

:New Life for Downtown.

Hardati, Puji. 2011. “Jurnal Geografi.” Transformasi Wilayah Peri Urban Kasus

di Kabupaten Semarang 108-117.

Harris, C.D. and Ullman, E.L. 1945. “Annals of the American Acade my of

Political and Social Sciences.” The nature if cities 7-17.

Hoyt, H. 1939. “Washington DC: Federal Housing Administration.” Structure and

Growth of Residential Neighborhoods in American Cities.

Jabbareen. 2010. "Smart Buliding in Changing Climates.Univercity Of California.

Techne Press

Kabisch, S., Kuhlicke, C. 2014. Urban Transformations and the idea of resource-

efficiency: quality of life and resilience: first conceptual considerations for

an interdisciplinary research program. Built Environ 497–507.

Michael P Todaro, Stephen C Smith. 2008. Pembangunan Ekonomi Jilid I.

Jakarta: Erlangga.

Page 138: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

118

Nella Agustin Kurnianingsih, Iwan Rudiarto. 2014. “Jurnal Pembangunan

Wilaayh & Kota.” Analisis Transformasi Wilayah Peri-Urban pada Aspek

Fisik dan Sosial Ekonomi (Kecamatan Kartasura).

Newmon,2016 "ZEMCH, Towards the Delivery of Zero Energy Mass Custom

Homes", Springer

Nugroho, Dhimas Prasetyo. 2014. “Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.” Kajian transformasi Spasial di

Peri-Urban Koridor Kartasura-Boyolali.

Park, R.E., Burgess, F.W. and MacKenzie, R.D. 1925. “Chicago: Chicago

University Press.” The City.

Pucher, J,1995,Urban Passanger Transport In The United Stated and Europe. A

Comparative Analysis In Public Sector Policie. Transport Review 261-267

Punpuing,Giulano and Small, 2016 "The Screet Life of Cities: Sosial

Reproduction of Everyday" Life,Routledege,.

Predato, Wishnu. 2012. “Technische Universität Berlin.” Development Patterns

and Sosioeconomic Transformation in Peri-Urban Area: Case of

Yogyakarta, Indonesia.

Pryor, R. J. 1968. “ University of North Carolina Press.” Defining the Rural-

Urban Fringe. Social Forces 202-215.

Rapoport, A. 1983. “Habitat International.” Development, Culture Change, and

Supportive Design 249-268.

Romero, H., Vásquez, A., Fuentes, C., Salgado, M., Schmidt, A., Banzhaf, E.

2012. Assessing urban environmental segregation (UES). The case of

Santiago de Chile. Ecol. Indic. 76-87.

Sari, Maulien Khairina. 2007. “Perencanaan Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Institut Teknologi Bandung.” Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat

Peri-Urban di Sekitar Pengembangan Lhan Skala Besar (Kasus

Pengembangan Lahan Bumi Serpong Damai).

Sinha, M.M.P. 1980. The Impacts of Urbanisation on Land Use in the Rural

Urban Fringe. New Delhi: Concept Publishing Company.

Sirojuzilam. 2005. “Jurnal Perencanaan dan Pengambangan Wilayah.” Regional

Planning and Development Vol 1.

Sudjana.1992Metode Statistik:Jakarta:Erlangga

The European Environmental, Agency,. 2012. “The Multifunctionality of Green

Infrastructure. European Commission‟s Directorate-General Environment,

Bristol.” 1-37.

Page 139: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

119

Webster, D. 2011. “An Overdue Agenda: Systematizing East Asian Peri-Urban

Research. Pacific Affairs.” 631-642.

Wijaya, Roni. 2014. “Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Hasanuddin.” Analisis Struktur Ekonomi dan Sektor Basis Dalam

Mendorong Perekonomian Kota Bantang Periode 2008-2012.

Yunus, Hadi Sabari. 2008. Dinamika Wilayah Peri-Urban Determinan Masa

Depan Kota (Pustaka Pelajar).

Yunus, Hadi Sabari. 2008. Dinamika Wilayah Peri-urban Determinan Masa

Depan Kota. (Pustaka Belajar) Pustaka Belajar:Yogyakarta.

Yusril Ihza Mahendra, Wisnu Pradoto. 2015. “Jurnal Pembangunan

Wilayah&Kota.” Transformasi Spasial di Kawasan Peri Urban Kota

Malang.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang Selatan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tangerang Selatan

Badan Pertanahan (BPN) Kota Tangerang Selatan

Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan

Rencana Tata Ruang Kota Tangerang Selatan Tahun 2016-2021

Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tangerang Selatan

2016-2021

Statistik Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tangerang Tahun

2005-2025

Sensus Ekonomi Kota Tangerang Selatan Hasil Listing Potensi Ekonomi Kota

Tangerang Selatan

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun

Anggaran 2017

1

Page 140: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

PENGGUNAAN LAHAN Luas Ha presentase

2011 Luas Ha

Presentase 2014

Luas Lahan 2016

Presentase 2016

Luas (Ha)

Presentase 2017

Presentase Perubahan

Bandara 123,812 0,699749398 109,626 0,664126299 103,033 0,7 110,5 6,70285E-05 2,063942726

Bangunan Industri 355,153 2,007221415 217,95 1,320364941 295,8519 2,01 278,42 1,688876056 7,026462411

Danau/Situ 127,735 0,721921052

76,24 0,462466455 1,184387507

Gedung

7,1 0,043068099 0,043068099

Hutan Lahan Kering

0,82 0,004974062 0,004974062

Jaringan Listrik

2,15 0,013041748 0,013041748

Kolam Air

68,79 0,417275282 0,417275282

Lahan Kosong 1023,457 5,784281162 644,611 3,905123949 852,2301 5,79 312,84 1,897665345 17,37707046

Lahan Terbangun

11,91 0,072245219 0,072245219

Pemerintahan

42,33 0,25677079 0,25677079

Pendidikan 82,308 0,465180866 71,697 0,434348269 69,1793 0,47 132,89 0,806101354 2,175630489

Perdagangan dan Jasa 646,194 3,65210046 667,148 4,04165556 537,2435 3,65 574,11 3,482510712 14,82626673

Peribadatan

6,6 0,040035134 0,040035134

Perkantoran

100,56 0,609989858 0,609989858

Perkebunan/Kebun 2660,364 15,03560322 1119,525 6,782204909

2689,83 16,31631881 38,13412694

Permukiman 10930,42 61,77555334 8621,032 52,22715487 9094,8701 61,79 10967,1 66,52565403 242,3183622

Pertahanan dan Keamanan 74,057 0,418548615 43,503 0,263545933 61,8198 0,42

34,59 0,209820497 1,311915045

Ruang Terbuka Hijau

269,51 1,634828625 1,634828625

Sawah Tadah Hujan 478,807 2,706077842 1119,525 6,782204909 398,8849 2,71 353,59 2,144851967 14,34313472

Stasiun Kereta

6,61 0,040095793 0,040095793

Sungai

74,99 0,454884044 0,454884044

Page 141: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Tambak 80,338 0,454046999 304,044 1,84193181 35,08 0,212792802 2,508771612

Tegalan/Ladang 502,434 2,839610771 400,675 2,427332978 418,0196 2,84 328,98 1,995569445 10,10251319

Pasir dan Galian 238,246 1,443320329 1,443320329

Puspitek 314,138 1,775416569 405,508 2,456611821 261,9982 1,78 6,01202839

Pariwisata dan Olahraga 290,35 1,640973715 293,352 1,777158504 241,3916 1,64 5,058132219

Lain-Lain 4,196 0,023714571 1000,465 6,060926406 6,084640977

PDRB Tangerang Selatan PDRB PROVINSI BANTEN

Page 142: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Lapangan Usaha PDRB

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku 2010 Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah)

PDRB Sektor

PDRB Total

Lapangan Usaha PDRB

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah)

PDRB

Sektor

PDRB

Total

LQ

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

104104,8

104104,8

118224,3

129903,2

146818,5

155996,9

159386,7

918539,2

0,002951

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

16737,61

17242,08

17793,38

18990,92

19456,95

20743,47

22123,09

133087,5

0,057637

0,051196

Pertambangan dan Penggalian

0 0 0 0 0 0 0 0 0 2. Pertambangan dan Penggalian

2614,13

2746,96

2745,74

2575,23

2677,28

2775,25

2870,48

19005,07

0,008231

0

Industri Pengolahan

3980249

3980249

4627847

5182797

5791503

6248354

6184809

35995808

0,115637

3. Industri Pengolahan

107806,6

113462,4

118846,2

128133,4

130305,9

134907,5

139073,5

872535,5

0,377877

0,306017

Pengadaan Listrik, Gas

30817,95

30817,95

43953,43

49190,19

57626,13

76082,39

79259,54

367747,58

0,001181

4. Pengadaan Listrik dan Gas

4044,36

4066,74

4207,62

4063,47

4399,17

4338,09

4158,64

29278,09

0,01268

0,093172

Pengadaan Air

17564,1

17564,1

18880,8

20081,1

21495,17

24366,77

26231,75

146183,79

0,00047

5. Pengadaan Air 285,68

295,53

297,1

307,3

329,28

346,29

369,93

2231,11

0,000966

0,486021

Konstruksi 3747187

3747187

5295439

6418182

7411978

8418473

9379749

44418195

0,142694

6. Konstruksi 21686,19

23288,51

25805,84

28383,59

31636,47

34153,9

36307,71

201262,21

0,087162

1,637102

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

5385758

5385758

7278208

8006805

8892223

9618985

10023939

54591676

0,175376

7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

34422,8

38666,55

42275,12

44559,12

47249,36

49575,36

51486,46

308234,77

0,13349

1,313777

Page 143: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Transportasi dan Pergudangan

769339,8

769339,8

1055132

1290182

1564068

1773820

1967313

9189194,6

0,02952

8. Transportasi dan Pergudangan

16256,99

18223,94

19953,78

20782,54

21908,32

23348,64

25131,76

145605,97

0,063059

0,468139

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

942641,1

942641,1

1225851

1359132

1566031

1762514

1948983

9747793,2

0,031315

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

6185,42

6709,73

7081,44

7356,97

8006,95

8520,04

9165,73

53026,28

0,022965

1,363616

Informasi dan Komunikasi

3765003

3765003

4663234

4886737

5597847

6169716

6794000

35641540

0,114499

10. Informasi dan Komunikasi

11246,1

12343,14

14129,08

15263

18119,06

19782,89

21373,06

112256,33

0,048616

2,355172

Jasa Keuangan

369969,5

369969,5

478481,1

543599,2

618689,6

693151,6

776601,7

3850462,2

0,01237

11. Jasa Keuangan 6649,31

7414,4

8216,72

8927,39

9351,26

10136,57

11572,36

62268,01

0,026967

0,458696

Real Estate

5200654

5200654

6431705

7452619

8238091

9686390

10814788

53024901

0,170343

12. Real Estate 20528,89

22018,74

23804,67

25546,75

27697,29

29687,73

32003,54

181287,61

0,078512

2,169645

Jasa Perusahaan

919747,7

919747,7

1220866

1463385

1730312

1994817

2255041

10503916

0,033744

13. Jasa Perusahaan

2470,45

2666,18

2858,31

3076,62

3346,88

3607,27

3875,63

21901,34

0,009485

3,557604

Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib

342904,1

342904,1

472346

534512,5

625938,1

722671,5

816808,5

3858084,8

0,012394

14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

4983,89

5144,45

5463,3

5519,39

5970,7

6361,71

6813,81

40257,25

0,017435

0,710894

Page 144: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Jasa Pendidikan

2474602

2474602

3200349

3682694

4162830

4717892

5173582

25886551

0,083161

15. Jasa Pendidikan

8228,83

8567,84

8925,55

9277,29

9979,68

10647,51

11354,62

66981,32

0,029008

2,8668

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

1515341

1515341

1788421

1936800

2086509

2275888

2488226

13606526

0,043711

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

3385,31

3532,53

3719,71

3780,94

4020,47

4228,76

4542,41

27210,13

0,011784

3,709314

Jasa Lainnya

959431,4

959431,4

1152551

1390121

1562151

1679730

1832961

9536376,8

0,030636

17. Jasa lainnya 3932,77

4156,17

4262,05

4555,15

4896,2

5216,25

5601,58

32620,17

0,014127

2,168574

Jumlah 30525315

30525315

39071488

44346741

50074111

56018848

60721678

311283496

1 PDRB 271465,3

290545,8

310385,6

331099,1

349351,2

368377,2

387824,4

2309048,6

1 1

Page 145: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Lapangan

Usaha PDRB

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku 2010 Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah)

2011 presentase

2011

2012 presentase

2012

2013 prsesnta

se 2013

2014 presentase

2014

2015 Presentase

2015

2016 Presentas

e 2016

Pertanian,

Kehutanan,

dan Perikanan

104104,77 0,00341 118224,31 0,00302585 129903,24 0,002929 146818,52 0,002932 155996,88 0,002785 159386,67 0,002625

Pertambangan

dan

Penggalian

0 0 0 0 0 0

Industri

Pengolahan

3980248,76 0,130392 4627847,04 0,11844563 5182796,84 0,11687 5791503,49 0,115659 6248354,39 0,11154 6184808,91 0,110406

Pengadaan

Listrik, Gas

30817,95 0,00101 43953,43 0,00112495 49190,19 0,001109 57626,13 0,001151 76082,39 0,001358 79259,54 0,001415

Pengadaan Air 17564,1 0,000575 18880,8 0,00048324 20081,1 0,000453 21495,17 0,000429 24366,77 0,000435 26231,75 0,000432

Konstruksi 3747187,27 0,122757 5295439,33 0,13553206 6418182,09 3188,367 7411977,78 0,14802 8418473,21 0,150279 9379749,04 0,154471

Perdagangan

Besar dan

Eceran, dan

Reparasi

Mobil dan

Sepeda Motor

5385757,63 0,176436 7278208,12 0,18627927 8006804,95 0,18055 8892222,8 0,177581 9618984,8 0,17171 10023938,7 0,16508

Transportasi

dan

Pergudangan

769339,76 0,025203 1055131,85 0,02700516 1290182,1 0,029093 1564067,99 0,031235 1773819,54 0,031665 1967312,86 0,032399

Penyediaan

Akomodasi

dan Makan

Minum

942641,05 0,030881 1225851 0,03137457 1359131,77 0,030648 1566030,81 0,031274 1762514,42 0,031463 1948982,95 0,032097

Page 146: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Informasi dan

Komunikasi

3765003,03 0,12334 4663233,98 0,11935133 4886737,09 0,110194 5597847,4 0,111791 6169715,69 0,110136 6793999,55 0,111888

Jasa Keuangan 369969,46 0,01212 478481,1 0,0122463 543599,22 0,012258 618689,59 0,012355 693151,64 0,012374 776601,68 0,01279

Real Estate 5200654,27 0,170372 6431704,73 0,16461377 7452619,04 0,168053 8238090,8 0,164518 9686389,59 0,172913 10814787,9 0,178104

Jasa

Perusahaan

919747,68 0,030131 1220865,74 0,03124697 1463385,44 0,032999 1730311,94 0,034555 1994816,91 0,03561 2255040,89 0,037137

Administrasi

Pemerintah,

Pertahanan,

dan Jaminan

Sosial Wajib

342904,14 0,011233 472345,96 0,01208928 534512,49 0,012053 625938,07 0,0125 722671,48 0,012901 816808,47 0,013452

Jasa

Pendidikan

2474602,22 0,081067 3200348,52 0,08191008 3682693,87 0,083043 4162829,6 0,083133 4717892,45 0,08422 5173582,05 0,085202

Jasa

Kesehatan dan

Kegiatan

Sosial

1515341,46 0,049642 1788421,08 0,04577305 1936800,14 0,043674 2086509,37 0,041668 2275888,3 0,040627 2488225,98 0,040978

Jasa Lainnya 959431,35 0,031431 1152550,57 0,02949851 1390120,97 0,031347 1562151,09 0,031197 1679729,94 0,029985 1832961,27 0,030186

Jumlah 30525314,9 39071487,6 44346740,5 50074110,6 56018848,4 60721678,2

Page 147: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9

Y 1 -0.325 0.144 -0.382 0.815 0.9804 -0.477 0.489 0.372 -0.690

X1 -0.325 1 -0.061 0.941 -0.549 -0.403 0.787 0.304 -0.2008 0.624

X2 0.144 -0.061 1 -0.022 -0.036 0.0037 0.027 0.639 0.0127 0.00709

X3 -0.382 0.941 -0.022 1 -0.481 -0.427 0.665 0.186 0.00857 0.795

X4 0.815 -0.549 -0.036 -0.481 1 0.860 -0.599 0.006 0.732 -0.549

X5 0.98 -0.403 0.003 -0.427 0.86 1 -0.593 0.334 0.425 -0.682

X6 -0.477 0.787 0.027 0.665 -0.599 -0.593 1 0.248 -0.321 0.4017

X7 0.489 0.304 0.639 0.186 0.006 0.3348 0.248 1 -0.224 -0.2005

X8 0.372 -0.2008 0.0127 0.0085 0.732 0.425 -0.321 -0.224 1 0.0084

X9 -0.69 0.6247 0.007 0.795 -0.549 -0.682 0.401 -0.2005 0.0084 1

Page 148: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Page 149: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Page 150: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Page 151: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Page 152: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Page 153: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Page 154: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Page 155: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Page 156: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Page 157: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

kecamatan

indeks

Urban

Compactnes

s

K_Lahan

Terbangun

K_Lahan_P

ermukiman

%Konse

ntrasi_Pe

rmukima

n

K_F_Pend

idikan

K_F_Keseh

atan

K_F_Per

jas K_RTH

K_Ken

daraan

%Pertum

buhan_Pe

nduduk

%Pemu

kiman_

Baru

Setu 35,05958151 38,4077937 82,72171903 68,42953 25,59294 496,1585 45,80993 5,917838 301735 0,256649 5,445463

Serpong 41,59276499 43,81780786 81,63070469 90,54057 10,912 850,8476 399,5606 43,4829 301735 0,285865 34,70674

Pamulang 60,86763526 97,64333626 138,3143548 92,18456 3,907077 568,0525 58,4873 19,16849 301735 0,187571 18,39191

Ciputat 63,55605634 110,3188197 179,5647128 70,4639 14,50043 471,1125 37,84299 1,136997 301735 0,20267 119,4267

Ciputat

Timur 73,53783823 134,3737136 140,0080796 95,69349 2,570622 587,5294 69,33627 0 301735 0,149823 28,59593

Pondok

Aren 61,48890778 109,6696473 145,7366216 87,11549 5,874227 581,3611 203,0418 4,075703 301735 0,243486 78,87887

Serpong

Utara 50,1011521 74,7445148 115,3653115 83,44957 6,647476 756,3787 367,7608 12,25746 301735 0,347357 54,17879

Kota

Tangerang

Selatan 65,14309863 98,54967664 127,2487309 117,5154 70,00477 607,6424 161,9721 13,64471 301735 0,227422 44,49349

Page 158: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

PENGGUNAAN

LAHAN

Luas Ha

LUAS

(HA)

Presentase

Penggunaan Lahan 2011

Presentase

Penggunaan Lahan 2017

grow

th rxn (5)

rxn (10)

rxn (20)

rxn (31)

1 + rxn (35)

1 + rxn

1 + rxn

1 + rxn

1 + rxn

1+rxn

5 tahu

n

10 tahu

n

20 Tahu

n

31 Tahu

n

35 Tahu

n

Bandara 123,81

2

110,5

0,0069974

94

0,0067028

52

-0,0002946

42

-0,0

4396

-0,2

1979

-0,4

3958

-0,8

7915

-1,3

6269

-1,5

3852

0,7802

11

0,5604

23

0,1208

46

-0,3

6269

-0,5

3852

0,0054

6

0,0039

22

0,0008

46

-0,0

0254

-0,0

0377

Bangunan Industri

355,15

3

278,4

2

0,0200722

14

0,0168887

61

-0,0031834

54

-0,1

885

-0,9

4248

-1,8

8495

-3,7

6991

-5,8

4336

-6,5

9734

0,0575

23

-0,8

8495

-2,7

6991

-4,8

4336

-5,5

9734

0,0011

55

-0,0

1776

-0,0

556

-0,0

9722

-0,1

1235

Danau/Situ

127,73

5

76,24

0,0072192

11

0,0046246

65

-0,0025945

46

-0,5

6102

-2,8

0512

-5,6

1024

-11,

2205

-17,

3917

-19,

6358

-1,8

0512

-4,6

1024

-10,

2205

-16,

3917

-18,

6358

-0,0

1303

-0,0

3328

-0,0

7378

-0,1

1834

-0,1

3454

Lahan Kosong

1023,457

312,8

4

0,0578428

12

0,0189766

53

-0,0388661

58

-2,0

481

-10,

2405

-20,

481

-40,

9621

-63,

4912

-71,

6836

-9,2

4052

-19,

481

-39,

9621

-62,

4912

-70,

6836

-0,5

345

-1,1

2684

-2,3

1152

-3,6

1467

-4,0

8854

Pendidikan

82,308

132,8

9

0,0046518

09

0,0080610

14

0,0034092

05

0,4229

25

2,1146

25

4,2292

51

8,4585

02

13,110

68

14,802

38

3,1146

25

5,2292

51

9,4585

02

14,110

68

15,802

38

0,0144

89

0,0243

25

0,0439

99

0,0656

4

0,0735

1

Page 159: ANALISIS TRANSFORMASI SPASIAL SOSIAL EKONOMI DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Compactness bahwa Kecamatan Ciputat Timur paling mendekati struktur kekompakan

-

Perdagangan dan Jasa

646,19

4

574,1

1

0,0365210

05

0,0348251

07

-0,0016958

97

-0,0

487

-0,2

4349

-0,4

8698

-0,9

7395

-1,5

0962

-1,7

0441

0,7565

12

0,5130

24

0,0260

49

-0,5

0962

-0,7

0441

0,0276

29

0,0187

36

0,0009

51

-0,0

1861

-0,0

2573

Perkebunan/Kebun

2660,364

2689,83

0,1503560

32

0,1631631

88

0,0128071

56

0,0784

93

0,3924

65

0,7849

29

1,5698

58

2,4332

81

2,7472

52

1,3924

65

1,7849

29

2,5698

58

3,4332

81

3,7472

52

0,2093

65

0,2683

75

0,3863

94

0,5162

14

0,5634

22

Permukiman

10930,42

1096

7,1

0,6177555

33

0,6652565

4

0,0475010

07

0,0714

03

0,3570

13

0,7140

25

1,4280

51

2,2134

79

2,4990

89

1,3570

13

1,7140

25

2,4280

51

3,2134

79

3,4990

89

0,8383

02

1,0588

49

1,4999

42

1,9851

44

2,1615

82

Pertahanan dan Keamanan

74,057

34,59

0,0041854

86

0,0020982

05

-0,0020872

81

-0,9

9479

-4,9

7397

-9,9

4794

-19,

8959

-30,

8386

-34,

8178

-3,9

7397

-8,9

4794

-18,

8959

-29,

8386

-33,

8178

-0,0

1663

-0,0

3745

-0,0

7909

-0,1

2489

-0,1

4154

Sawah Tadah Hujan

478,80

7

353,5

9

0,0270607

78

0,0214485

2

-0,0056122

59

-0,2

6166

-1,3

0831

-2,6

1662

-5,2

3324

-8,1

1152

-9,1

5816

-0,3

0831

-1,6

1662

-4,2

3324

-7,1

1152

-8,1

5816

-0,0

0834

-0,0

4375

-0,1

1455

-0,1

9244

-0,2

2077

Tambak 80,

338

35,08

0,0045404

7

0,0021279

28

-0,0024125

42

-1,1

3375

-5,6

6876

-11,

3375

-22,

675

-35,

1463

-39,

6813

-4,6

6876

-10,

3375

-21,

675

-34,

1463

-38,

6813

-0,0

212

-0,0

4694

-0,0

9841

-0,1

5504

-0,1

7563

Tegalan/Ladang

502,43

4

328,9

8

0,0283961

08

0,0199556

94

-0,0084404

13

-0,4

2296

-2,1

1479

-4,2

2958

-8,4

5915

-13,

1117

-14,

8035

-1,1

1479

-3,2

2958

-7,4

5915

-12,

1117

-13,

8035

-0,0

3166

-0,0

9171

-0,2

1181

-0,3

4392

-0,3

9197