12
ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L) Novia Maharani Ika Lestari 1 , Sirajuddin Haji Abdullah 2 , Asih Priyati 2 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Pertanian di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram ABSTRAK Sistem irigasi cincin adalah sistem irigasi yang merembeskan air pada tanaman dengan debit yang kecil di daerah perakaran tanaman dan menjaga kelembaban tanah dengan media yang berbentuk cincin sebagai emiter. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja emiter cincin terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) dan mengukur pertumbuhan dan produktivitas tanaman pakcoy pada berbagai jenis bahan porus emiter. Metode penelitian menggunakan metode eksperimental dengan percobaan di lapangan. Penelitian menggunakan 3 perlakuan dengan jenis kain berbeda, yaitu kain oskar, parasut, dan flanel. Setiap perlakuan terdiri dari 5 tanaman. Parameter penelitian yang diamati yaitu konduktivitas bahan porus emiter, debit dan keseragaman emiter, efisiensi irigasi, pertumbuhan tanaman, dan produktivitas tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan nilai konduktivitas bahan porus emiter tertinggi pada jenis kain oskar, dan terendah pada kain parasut. Berdasarkan efisiensi penggunaan air tertinggi pada jenis kain parasut, dan efisiensi penyimpanan air tertinggi pada jenis kain oskar. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan jumlah debit air yang disalurkan oleh masing-masing jenis kain. Tinggi tanaman pakcoy pada kain oskar yaitu 16,64 cm, pada kain parasut 11,84 cm, dan kain flanel 14,26 cm; jumlah daun jenis kain oskar adalah 16 helai, kain parasut 12,2 helai, dan kain flanel 15,6 helai; produktivitas tanaman pakcoy yang terbaik terdapat pada jenis kain oskar yaitu 423,63 gr/m 2 . Kata kunci: efisiensi irigasi, irigasi bawah permukaan, irigasi cincin

ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION)

TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L)

Novia Maharani Ika Lestari1, Sirajuddin Haji Abdullah2, Asih Priyati2

1Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,

Universitas Mataram 2Staf Pengajar Program Studi Teknik Pertanian di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,

Universitas Mataram

ABSTRAK

Sistem irigasi cincin adalah sistem irigasi yang merembeskan air pada tanaman dengan debit yang

kecil di daerah perakaran tanaman dan menjaga kelembaban tanah dengan media yang berbentuk

cincin sebagai emiter. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja emiter cincin terhadap

pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) dan mengukur pertumbuhan dan produktivitas

tanaman pakcoy pada berbagai jenis bahan porus emiter. Metode penelitian menggunakan metode

eksperimental dengan percobaan di lapangan. Penelitian menggunakan 3 perlakuan dengan jenis

kain berbeda, yaitu kain oskar, parasut, dan flanel. Setiap perlakuan terdiri dari 5 tanaman.

Parameter penelitian yang diamati yaitu konduktivitas bahan porus emiter, debit dan keseragaman

emiter, efisiensi irigasi, pertumbuhan tanaman, dan produktivitas tanaman. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa berdasarkan nilai konduktivitas bahan porus emiter tertinggi pada jenis kain

oskar, dan terendah pada kain parasut. Berdasarkan efisiensi penggunaan air tertinggi pada jenis

kain parasut, dan efisiensi penyimpanan air tertinggi pada jenis kain oskar. Hal tersebut disebabkan

karena perbedaan jumlah debit air yang disalurkan oleh masing-masing jenis kain. Tinggi tanaman

pakcoy pada kain oskar yaitu 16,64 cm, pada kain parasut 11,84 cm, dan kain flanel 14,26 cm;

jumlah daun jenis kain oskar adalah 16 helai, kain parasut 12,2 helai, dan kain flanel 15,6 helai;

produktivitas tanaman pakcoy yang terbaik terdapat pada jenis kain oskar yaitu 423,63 gr/m2.

Kata kunci: efisiensi irigasi, irigasi bawah permukaan, irigasi cincin

Page 2: ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

ii

PERFORMANCE TEST ANALYSIS OF RING IRRIGATION

ON GROWTH OF PAKCOY PLANT (Brassica rapa L)

Novia Maharani Ika Lestari1, Sirajuddin Haji Abdullah2, Asih Priyati2

1Students at Study Program of Agricultural Engineering, Faculty of Food and Agroindustrial

Technology, University of Mataram 2Lecturer at Study Program of Agricultural Engineering, Faculty of Food and Agroindustrial

Technology, University of Mataram

ABSTRACT

Ring irrigation system is a process that water seeps into plants with a small debit in the rooting

area of the plant and maintain the ground’s moisture with a ring-shaped medium as an emitter.

This study aims to analyze the performance of ring emitters on the growth of pakcoy plants

(Brassica rapa L.) and to measure the growth and productivity of pakcoy on various types of

porous emitters. The research method uses experimental methods with experiments in the field.

The study used 3 treatments with different types of material, namely oscar, parachute, and flannel.

Each treatment consisted of 5 plants, the research parameters observed were conductivity of porous

emitters, debit and variety of emitters, irrigation efficiency, plant growth, and plant productivity.

The results showed that based on the conductivity value, the highest porous were in the oscar type

of material and the lowest is in the parachute type. That the highest water use efficiency was in the

type of parachute material, and the highest water storage efficiency is in the oscar one. This is due

to the differences in the amount of water debit that channeled by each type of material. The height

of pakcoy on oscar material is 16.64 cm, on parachute was 11.84 cm, and 14.26 cm on the flannel;

the number of leaves of oscar material is 16 strands, parachute 12.2 strands, and 15.6 strands on

flannel; The best productivity of pakcoy plants were found on oscar material, which is 423.63

gr/m2.

Keywords: irrigation efficiency, subsurface irrigation, ring irrigation

Page 3: ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan komponen yang

sangat penting dalam bidang pertanian

yaitu untuk pertumbuhan tanaman. Pada

musim hujan, ketersediaan air untuk

memenuhi kebutuhan air tanaman bukanlah

menjadi suatu masalah. Namun pada saat

musim kemarau, ketersediaan air untuk

memenuhi kebutuhan tanaman menjadi

salah satu masalah utama dalam bidang

pertanian. Hal ini dikarenakan sulitnya

menemukan sumber air dan banyaknya

penggunaan air untuk kebutuhan lain.

Air harus dimanfaatkan secara

efektif dan efisien dalam bidang pertanian.

Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi

masalah keterbatasan air. Pemilihan sistem

irigasi yang diaplikasikan dalam bidang

pertanian merupakan salah satu cara untuk

mengefisienkan penggunaan air. Pada

sistem irigasi permukaan, hanya 20% air

yang dapat dimanfaatkan sedangkan 80%

air tidak dimanfaatkan karena hilang akibat

perkolasi dan evaporasi (Magfirah, 2018).

Salah satu cara pemberian air

secara efisien adalah dengan sistem irigasi

tetes dimana pemberian air pada tanaman

secara langsung baik pada permukaan

tanah maupun di dalam tanah secara

sinambung dengan debit yang kecil

(Prastowo, 2010). Sistem irigasi yang

hemat air lainnya adalah irigasi kendi

(pitcher irrigation) yang telah

dikembangkan sebagai upaya

meningkatkan efisiensi penggunaan air

irigasi untuk tanaman hortikultura di

Indonesia (Setiawan, 1998).

Sistem pemberian air secara efisien

masih terus dikembangkan baik dari segi

teknologi maupun sistem manajemen

penggunaan air. Selain penggunaan air

yang efisien, juga mempertimbangkan

teknologi yang dihasilkan bisa

diaplikasikan dan dikembangkan atau ditiru

oleh petani baik skala kecil maupun skala

besar yang tentunya bahan dan komponen

yang digunakan bisa diperoleh di daerah

setempat. Oleh karena itu dibutuhkan

teknologi sistem irigasi sederhana dan

dapat dirakit oleh petani sendiri.

Kain legasi merupakan jenis kain

yang umum digunakan untuk pembungkus

atau bantalan sofa. Kain legasi banyak

dimanfaatkan karena termasuk jenis kain

yang bagus dan tahan lama dalam

penggunaannya. Reskiana (2014)

sebelumnya dalam penelitiannya tentang

uji kinerja emitter irigasi cincin telah

melakukan percobaan dengan beberapa

jenis kain, salah satunya adalah dengan

menggunakan kain legacy.

Berdasarkan permasalahan di atas,

penelitian ini mencoba untuk menghasilkan

emitter yang berbentuk cincin (irigasi

cincin) dimana air dirembeskan oleh bahan

porus (kain) secara sirclle-shape yang

ditempatkan di bawah permukaan tanah

(sub-surface irrigation) di daerah

perakaran tanaman. Emitter ini juga mampu

menjaga kelengasan tanah pada rentan air

tersedia bagi akar tanaman dengan

meminimalisasi laju evaporasi, aliran

permukaan dan perkolasi. Penelitian ini

menggunakan tiga jenis bahan porus yaitu

kain oskar, parasut dan flannel.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Menganalisis kinerja emitter cincin

terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy

(Brassica rapa L.)

2. Mengukur pertumbuhan dan

produktivitas tanaman pakcoy

(Brassica rapa L.) pada berbagai jenis

bahan porus emitter.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diperoleh dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Strata 1 di

Fakultas Teknologi Pangan dan

Agroindustri Universitas Mataram.

2) Dapat menambah wawasan bagi petani

ataupun masyarakat tentang sistem

irigasi bawah permukaan.

3) Sebagai sumber ataupun referensi bagi

penelitian selanjutnya.

METODELOGI

Page 4: ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

2

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Juni - Juli 2019 di Sakra, Lombok

Timur, Nusa Tenggara Barat.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu pipa ½”, bak

penampung, stop kran, selang benang, 3

jenis kain tekstil (kain flanel, oskar, dan

parasut), lem, selang transparan 5 mm,

gunting, cutter, bor, gergaji, penggaris,

stopwatch, dan polibag sebagai tempat

media tanam.

Bahan-bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan

adalah tanaman pakcoy (Brassica rapa L.),

tanah, sekam dan kompos sebagai media

tanam dengan perbandingan 2:1:1, dan air.

Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan

adalah metode eksperimental dengan

percobaan di lapangan menggunakan 3

jenis kain yaitu flannel, oscar dan parasut.

Parameter Penelitian Parameter yang akan diukur pada

penelitian ini adalah:

Analisis Konduktivitas Bahan Porus

Emitter

Metode pengukuran

Konduktivitas bahan porus emiter cincin

merupakan metode pengukuran

konduktivitas tanah jenuh di laboratorium

yaitu metode tinggi permukaan air

menurun. Konduktivitas hidrolika tanah

(Ks) jenuh diukur dengan menggunakan

metode falling head dengan persamaan

berikut:

Ks = 2.3 x 𝑎∗𝑙

𝐴∗𝑡log

ℎ1

ℎ2…….(1)

Dimana:

Ks = konduktifitas hidrolik jenuh

(cm/detik)

A = luas permukaan sample tanah

(cm2)

a = luas permukaan buret (cm2)

l = ketebalan sample tanah (cm)

t = waktu (detik)

h1 = tinggi awal (cm)

h2 = tinggi pada waktu t (cm)

Debit Emitter

Penentuan debit masing-masing

emitter, dihitung dengan cara mengukur

debit air yang ke luar dari tiap-tiap emitter

selama 1 jam. Debit aliran pada emitter

dapat dihitung menggunakan rumus

sebagai berikut:

𝑄 =𝑣

𝑡 ………………………(2)

Dimana:

Q = debit aliran

v = volume aliran

t = waktu aliran

Keseragaman Debit Emitter (Emission

Uniform)

Keseragaman debit emiiter

dilakukan dengan cara menentukan nilai

jangkauan basah dari masing-masing

emitter kemudian diambil nilai rata-

ratanya. Perhitungan dapat dilakukan

dengan persamaan:

EU= 100% ( qn

qa ) …….……(3)

Dimana:

EU = Emission Uniform (%)

qn = Jangkauan basah rata-rata seperempat

terendah (cm)

qa = Jangkauan rata-rata keseluruhan (cm)

Efisiensi Penggunaan Air (Ea)

Efisiensi penggunaan air dapat

dihitung menggunakan persamaan berikut

(Magfirah, 2018):

Ea = Ws

Wf × 100% ………..……(4)

Dimana:

Ea = Efisiensi penggunaan air (%)

Ws = Air yang ditampung/diterima tanah

(jumlah air yang disalurkan–perkolasi) (ml)

Wf = Jumlah air yang disalurkan (ml)

Efisiensi Penyimpanan Air (Es)

Efisiensi penyimpanan air dapat

dihitung menggunakan persamaan sebagai

berikut (Magfirah, 2018):

Es = Ws

Wn × 100% …………….…(5)

Dimana:

Es = Efisiensi penyimpanan air (%)

Ws = Air yang ditampung/diterima tanah

(kadar air setelah pemberian air irigasi –

kadar air awal) (%)

Wn = Kadar air kapasitas lapang – kadar air

awal (%)

Page 5: ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

3

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari pangkal

batang pakcoy sampai ujung daun tertinggi.

Jumlah Daun (helai)

Daun pakcoy dihitung sejak

tanaman pakcoy memiliki daun sejati.

Berat Tanaman

Pada saat panen pakcoy ditimbang daun

batang dan akarnya.

Produktivitas Tanaman (g/m2)

Produktivitas tanaman pakcoy

dihitung dengan cara berat tanaman pakcoy

dibagi dengan luas tanam. Luas polibag

dapat dihitung menggunakan persamaan

berikut (Magfirah, 2018):

L = πr2 ……………………..…(6)

Dimana:

L = Luas lingkaran (m2)

r = jari-jari lingkaran (m)

Produktivitas Air (Kg/m3)

Produktivitas air tanaman adalah

perbandingan antara hasil yang diperoleh

dengan jumlah air yang diberikan terhadap

tanaman, dengan satuan gram-hasil perliter

air yang digunakan.

Ep = 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑒𝑚𝑖𝑡𝑒𝑟 (𝐾𝑔)

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 𝑖𝑟𝑖𝑔𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 (𝑚3)

Rancangan Sistem Irigasi

Gambar 1. Rancangan Irigasi Cincin

(Tampak Samping)

Gambar 2. Rancangan Irigasi Bawah

Permukaan (Tampak 45o)

Gambar 3. Rancangan Emitter Cincin

Gambar 4. Rancangan Dalam Polibag

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Alat Irigasi

Sistem irigasi cincin adalah sistem

irigasi yang merembeskan air pada

tanaman dengan debit yang kecil di daerah

perakaran tanaman dan menjaga

kelembaban tanah dengan media yang

berbentuk cincin sebagai emitter. Irigasi

cincin adalah sistem irigasi yang

menggabungkan prinsip kerja dari irigasi

tetes dan irigasi kendi yaitu merembeskan

dan memberikan air langsung pada daerah

perakaran. Dimensi cincin tergantung pada

luas daerah perakaran tanaman dan dari

hasil analisis konduktivitas emitter. Jenis

material cincin yang digunakan

memberikan peranan penting dalam

mengendalikan laju air irigasi ke dalam

tanah, terutama pada karakteristik

konduktivitas hidrolikanya. Material yang

digunakan adalah bahan yang porus, dapat

berupa bahan keramik seperti irigasi kendi

(Reskiana, 2014) ataupun dari bahan tekstil

yang memiliki tingkat permeabilitas

tertentu agar mampu mempertahankan

rembesan air yang menyebar di seluruh

permukaan cincin dan mempertahankan

kelembaban tanah. Bak penampung pada

irigasi yang dirancang menggunakan

tabung mariotte. Penggunaan tabung

7,5

cm

7,5 cm d= 15

cm

12cm

2mm

2m

m

Page 6: ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

4

mariotte untuk memasok air irigasi ke

pemancar cincin, memungkinkan air

mengalir pada tekanan konstan

(Sumarsono, 2018).

Jaringan irigasi dirancang dengan

bak penampung menggunakan tabung

mariote berkapasitas 60 liter yang

diletakkan di atas dudukan setinggi 40 cm,

sehingga air akan mengalir secara gravitasi.

Bak penampung air dihubungkan dengan 3

pipa PVC utama yang berdiameter ½”

dengan panjang 20 cm, tinggi 10 cm dan

memiliki stop kran masing-masing. Pipa

utama dihubungkan dengan 3 pipa pembagi

yang dimana ukurannya sama dengan pipa

utama yaitu ½”. Pipa pembagi memiliki

panjang 120 cm. Pada masing-masing pipa

pembagi dibuat 5 lubang dengan jarak antar

lubang pada pipa pembagi adalah 20 cm

dan diameter lubang 5 mm sebagai tempat

meletakkan selang transparan yang telah

terhubung dengan emitter cincin. Emitter

cincin memiliki panjang 40 cm dan

berdiameter 15 cm, lubang emitter

berjumlah 4 lubang dengan diameter 2 mm

dan jarak antar lubang 7,5 cm. Lubang pada

emitter berfungsi sebagai jalan keluarnya

air untuk diresapkan ke tanaman dengan

dibalut menggunakan 3 jenis kain yaitu

flanel, oskar dan parasut.

Konduktivitas Bahan Porus Emitter

Konduktivitas bahan porus adalah

kemampuan suatu kain dapat melewatkan air

Analisis Konduktivitas material emitter

dilakukan dengan menggunakan metode

falling head dan mengukur volume air

yang dilewatkan oleh bahan material

emitter pada setiap waktu (detik)

(Reskiana, 2014). Sehingga diperoleh nilai

konduktivitas material emitter yang dapat

dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1. Nilai Konduktivitas (Ks) Bahan

Emitter

No Jenis bahan kain Ks (cm/jam)

1

2

3

Oskar

Parasut

Flanel

6,11

0,24

5,64

Pada pengujian nilai konduktivitas

material emitter yang terdiri dari 3 jenis

bahan kain, maka diperoleh nilai

konduktivitas material yang paling kecil

adalah bahan parasut dengan nilai K = 0,24

cm/jam, bahan flannel K = 5,64 dan nilai K

terbesar pada bahan oskar dengan nilai K =

6,11 cm/jam Suripin (2001), menyatakan

bahwa laju konduktivitas (permeabilitas)

dikelompokkan menjadi beberapa kriteria

yaitu untuk kategori lambat (kurang dari 0.5

cm/jam), agak lambat (0.5 – 2.0 cm/jam),

sedang (2.0–6.25 cm/jam), agak cepat (6.25

– 12.5 cm/jam), cepat (lebih dari 12.5

cm/jam). Berdasarkan pengelompokan laju

konduktivitas kain oskar dan flannel

termasuk laju konduktivitas kategori

sedang, sedangkan kain parasut tergolong

laju konduktivitas kategori lambat.

Nilai konduktivitas bahan emitter

sangat penting diketahui untuk mengetahui

kemampuan bahan porus tersebut

merembeskan air ke tanah untuk

pertumbuhan tanaman. Semakin besar nilai

konduktivitas maka semakin cepat

merembeskan air karena memiliki

pori/rongga yang lebih besar. Nilai

konduktivitas akan mempengaruhi teknik

penyiraman dan jenis tanaman yang akan

ditanam. Dimana nilai konduktivitas kain

yang digunakan akan disesuaikan dengan

kebutuhan air tanaman dan karakteristik

tanaman. Oleh karena itu uji nilai

konduktivitas bahan porus sangat penting

dilakukan sebelum penanaman. Pada ketiga

jenis bahan porus, nilai konduktivitas

tertinggi dimiliki oleh kain oskar dan

konduktivitas yang paling rendah dimiliki

oleh kain jenis parasut. Tinggi ataupun

rendahnya nilai konduktivitas akan

mempengaruhi debit air yang akan

dirembeskan oleh masing-masing jenis

kain.

Debit Emitter dan Emission Uniform

(EU)

Debit adalah jumlah air yang

dialirkan dalam satuan waktu. Sedangkan

EU (Emission Uniform) merupakan

parameter yang memperlihatkan cara kerja

sebuah emitter bekerja pada sistem irigasi

cincin dalam keseragaman merembeskan

Page 7: ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

5

air. Hasil pengukuran debit dan EU

(Emission Uniform) dapat dilihat pada

diagram batang dan Tabel 2 di bawah ini:

Gambar 5. Debit Emitter Berdasarkan 3

Jenis Kain

Gamba 5. menunjukan debit air

terbesar terdapat pada emitter dengan

balutan kain oskar, sedangkan debit yang

paling kecil yaitu pada emitter dengan

balutan kain parasut. Hal ini disebabkan

oleh perbedaan nilai konduktivitas yang

dimiliki oleh masing-masing jenis kain.

Dimana semakin besar nilai konduktivitas

suatu kain, maka semakin tinggi debit air

yang dirembeskan.

Tabel 2. Keseragaman emitter/EU

(Emission Uniform)

Emiter

Ke

Debit air (ml/jam)

Oskar Parasut Flanel

1 790 480 675

2 785 475 680

3 780 485 665

4 790 480 670

5 785 475 670

Total 3930 2395 3360

Rerata 786 479 672

EU 99,23% 99.16% 98.95%

Tabel 2. menunjukkan nilai

keseragaman emitter pada ketiga jenis kain

yang sangat tinggi yaitu diatas 90%. Pada

ketiga jenis kain memiliki nilai

keseragaman (EU) yang sangat tinggi. Hal

tersebut menandakan bahwa jaringan

irigasi ini layak digunakan karena nilai

debit yang ke luar dari masing-masing

emitter pada setiap pipa menunjukkan

tingkat keseragaman yang sangat baik.

Tingkat keseragaman rembesan

diklasifikasikan sesuai kriteria, menurut

Franata dkk (2014), sebagai berikut: Sangat

baik bila nilai EU (94-100) %; Baik bila

nilai EU (81-87) %; Cukup baik bila (68-

75) %; Kurang baik bila nilai EU (56-62) %

dan tidak layak bila nilai EU <50%.

Keseragaman pada irigasi cincin

dipengaruhi oleh tekanan, cara pembuatan

emitter cincin dalam hal ini ketepatan

pelubangan rembesan air, teknik

pembalutan kain pada emitter, panjang

pipa, jarak emitter dan jumlah emitter pada

irigasi cincin. Untuk mengatur tekanan,

digunakan tabung mariotte yang berfungsi

untuk menstabilkan tekanan pada jaringan

irigasi.

Efisiensi Irigasi

Efisiensi irigasi merupakan

indikator kinerja dari sistem irigasi.

efisiensi irigasi untuk setiap fase

pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 3.

Febrina, (2013) menyatakan bahwa

efisiensi pada jaringan irigasi tetes

diperkirakan lebih dari 90%, lebih besar

dari metode irigasi lainnya.

Tabel 3. Efisiensi irigasi pada kain oskar,

parasut, dan flannel

Fase Ke

Bahan Porus Emiter

Oskar Parasut Flanel

Ea

(%)

Es

(%)

Ea

(%)

Es

(%)

Ea

(%)

Es

(%)

Awal 93.9 70.56 98.54 41.67 96.13 66.16

Tengah 95.17 99.78 99.38 66.59 97.17 93.75

Akhir 94.53 86.1 98.13 54.14 97.03 77.67

Keterangan:

Ea = Efisiensi penggunaan air (%)

Es = Efisiensi penyimpanan air (%)

Efisiensi penggunaan air (Ea)

merupakan perbandingan antara air yang

disalurkan dengan air yang diterima oleh

tanaman. Tabel 3 diperoleh bahwa efisiensi

penggunaan rata-rata air irigasi pada setiap

fase pertumbuhan sangat tinggi yaitu lebih

besar dari 90%, dimana perkolasi yang

terjadi pada setiap polibag sangat sedikit

bahkan nol (tidak terjadi perkolasi). Hal ini

berarti bahwa air yang disalurkan pada saat

786

479

672

0

200

400

600

800

1000

Oscar (ml) Parasut(ml)

Flanel (ml)

Deb

it E

mit

ter

(ml/

jam

)

Page 8: ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

6

pemberian air dapat diterima seluruhnya

oleh tanaman tanpa ada banyak air yang

merembes atau perkolasi. Pemberian air

dengan irigasi cincin dilakukan dengan

memberikan air langsung pada zona

perakaran dengan emitter cincin yang

mengelilingi perakaran tanaman, sehingga

kehilangan air akibat evaporasi dan

perkolasi dapat ditekan. Pemberian air

irigasi dilakukan selama 1 jam/hari yang

dilakukan pada sore hari mulai dari pukul

16.00-17.00.

Pada masing-masing fase diketahui

bahwa nilai efisiensi penggunaan air irigasi

(Ea) tertinggi yaitu 99,38% pada perlakuan

emitter bahan porus parasut fase tengah dan

yang terendah pada perlakuan bahan porus

oskar yaitu rata-rata 93,9% pada fase awal.

Hal ini menunjukkan bahwa nilai

konduktivitas bahan porus berpengaruh

terhadap efisiensi penggunaan irigasi.

selain konduktivitas bahan porus, efisiensi

penggunaan air juga dipengaruhi oleh lama

penyiraman irigasi yang dalam hal ini

waktu pemberian air irigasi. Susanto

(2006), menyatakan bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi efisiensi

penggunaan air seperti keseragaman tanah,

tekstur tanah, permeabilitas, metode

pemberian air irigasi, besarnya aliran

pemberian air irigasi, dan lamanya

pengairan.

Nilai efisiensi penyimpanan (Es)

pada setiap fase bervariasi dan tergolong

rendah pada salah satu jenis bahan porus

yaitu dibawah 90% pada ketiga fase. Nilai

efisiensi penyimpanan tertinggi terdapat

pada fase tengah dan yang terendah

terdapat pada fase awal. Masih rendahnya

efisiensi penyimpanan pada salah satu jenis

bahan porus ini berarti bahwa air yang

diberikan belum memenuhi air yang

dibutuhkan tanaman. Hal ini terjadi karena

perbedaan jumlah air yang diberikan oleh

masing-masing jenis kain. Selain itu,

efisiensi penyimpanan mungkin

dipengaruhi oleh waktu dan teknik

penyiraman yang tidak tepat. Faktor lain

kemungkinan terjadi karena perancangan

jaringan irigasi yang masih manual baik

dalam pelubangan emitter dan pemasangan

emitternya akan menyebabkan air yang

dikeluarkan menjadi kurang maksimal dan

terlalu banyak pada waktu yang singkat

sehingga air yang diberikan tidak dapat

memenuhi kebutuhan air tanaman selama

24 jam. Efisiensi penyimpanan dan

penggunaan irigasi sangat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan.

Pada 3 fase pertumbuhan tanaman, nilai

efisiensi penggunaan dan penyimpanan

irigasi yang diperoleh berbeda. Efisiensi

pemakaian yang diperoleh baik pada fase

awal, tengah, dan akhir sangat tinggi yaitu

diatas 90%. Sedangkan pada efisiensi

penyimpanan nila yang diperoleh rendah

yaitu rata-rata dibawah 90%. Keadaan

diatas menunjukkan bahwa besarnya nilai

efisiensi pemakaian dan penyimpanan tidak

seimbang. Nilai efisiensi penggunaan yang

tinggi tidak menjamin bahwa nilai efisiensi

penyimpanannya juga akan tinggi. Yang

berarti, sekalipun tanah dapat menerima

100% air yang diberikan oleh emitter

namun jumlah air tersebut belum dapat

memenuhi kebutuhan air tanaman tersebut

yang dalam hal ini merupakan kadar air

kapasitas lapang tanah. Hal ini tentu akan

mempengaruhi nilai produktivitas tanaman

yang dibudidayakan. Dari ketiga jenis kain

dapat dilihat bahwa nilai efisiensi irigasi

yang paling bagus ada pada emitter yang

bahan porusnya kain oskar, sedangkan yang

paling kurang bagus adalah emitter yang

bahan porusnya kain parasut, dimana pada

perlakuan emitter bahan parasut antara

efisiensi penggunaan dan efisiensi

penyimpanan sangat tidak seimbang.

Pertumbuhan Tanaman

Tinggi Tanaman Pakcoy

Pengukuran tinggi tanaman

dilakukan setiap 4 hari sekali dari umur ke-

8 hari hingga umur ke-28 hari. Pengukuran

tinggi tanaman sangat penting untuk

dilakukan agar dapat diketahui

perkembangan tanaman pada masing-

masing perlakuan ketiga jenis kain. Data

pertumbuhan tinggi tanaman dapat dilihat

pada grafik dan diagram batang di bawah

ini:

Page 9: ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

7

Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Tinggi

Tanaman Dari Umur 8 Hari Hingga Panen

Gambar 7. Tinggi Tanaman Berdasarkan 3

Jenis Perlakuan Kain

Berdasarkan grafik pada Gambar 6.

pertumbuhan tinggi tanaman pakcoy rata-

rata 1-3 cm dalam waktu 4 hari. Pada

Gambar 7. Rata-rata tinggi tanaman

terendah 11,84 cm dan rata-rata tertinggi

16,64 cm. Perbedaan pertumbuhan tinggi

tanaman dipengaruhi oleh perbedaan

jumlah air yang diberikan, perbedaan

jumlah air yang diberikan dipengaruhi oleh

nilai konduktivitas bahan emitter yang

berbeda.

Jumlah Daun Tanaman Pakcoy

Pengamatan terhadap jumlah daun

dilakukan 4 hari sekali sejak tanaman

berumur 8 hari hingga tanaman berumur 28

hari (panen). Data jumlah daun pada

masing-masing kain dapat dilihat pada

grafik di bawah ini:

Gambar 8. Grafik Pertumbuhan Jumlah

Daun Dari Umur 8 Hari Hingga Panen

Gambar 9. Jumlah Daun Berdasarkan 3

Jenis Perlakuan Kain

Berdasarkan Gambar 8.

menunjukkan rata-rata pertumbuhan daun

tanaman dalam waktu 4 hari tumbuh 1-3

helai. Gambar 9. menunjukkan bahwa

jumlah rata-rata helai daun pada saat panen

adalah 16 helai, dan jumlah helai daun rata-

rata terendah adalah 12,2 helai. Perbedaan

pertumbuhan helai daun tanaman antar

jenis kain disebabkan karena masing-

masing kain memberikan jumlah air yang

berbeda yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan sehingga jumlah daun yang

tumbuh berbeda. Proses tumbuhnya daun

juga dipengaruhi oleh sinar matahari. Sinar

matahari yang didapat oleh tanaman kurang

maksimal karena letak penanaman yang

kurang mendapat penyinaran matahari.

Rukmana (1994), kondisi penyinaran

matahari dikehendaki untuk pertumbuhan

sawi adalah antara 10-13 jam per hari.

Jumlah helai daun juga mempengaruhi

tinggi dan berat pada tanaman, semakin

banyak helai daun yang tumbuh, maka

tinggi dan berat tanaman akan bertambah.

harike 8

harike 12

harike 16

harike 20

harike 24

harike 28

harike 32

harike 36

Oskar 2.48 4.34 7.22 10.1 11.84 12.76 14.82 16.64

Parasut 2.24 4 6 7.6 8.66 9.56 10.94 11.84

Flanel 2.16 3.88 6 7.6 10.72 11.74 13 14.26

02468

1012141618

Tin

ggi

Tan

aman

(cm

)

16.64

11.8414.26

0

5

10

15

20

Oskar Parasut Flanel

Jenis kain

Tin

ggi

Tan

aman

(cm

)

harike 8

harike12

harike16

harike20

harike24

harike28

harike32

harike36

Oskar 4 5 6.4 7.8 11.2 12.2 14 16

Parasut 3.8 4.8 6.4 7.8 8.8 9.8 11 12.2

Flanel 3 4 5.4 8 9.2 11.8 13.4 15.6

02468

1012141618

Jum

lah D

aun (

cm)

16

12.2

15.6

0

5

10

15

20

Oskar Parasut Flanel

Jenis kain

Jum

lah D

aun

(hel

ai)

Page 10: ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

8

4.5.3. Berat Tanaman Pakcoy

Berat tanaman ditimbang pada saat

tanaman dipanen yaitu saat tanaman

berumur 28 hari. Berat tanaman pakcoy

dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Berat Tanaman Pakcoy

Berdasarkan 3 Jenis Perlakuan Kain

Berdasarkan Gambar 10. dapat

dilihat bahwa berat tanaman pada kain

parasut lebih rendah daripada berat

tanaman pada kain oskar dan flannel. Hal

ini terjadi karena perbedaan jumlah air yang

diberikan oleh masing-masing jenis kain

sehingga mempengaruhi berat tanaman

yang dihasilkan. Berat tanaman pakcoy

tersebut dapat dikatakan cukup rendah

karena menurut Magfirah (2018), berat

rata-rata tanaman pakcoy adalah 110 gram

dengan masa panen 45 hari setelah semai.

Berat tanaman yang rendah terjadi karena

air yang diberikan belum memenuhi

kebutuhan air tanaman yang disebabkan

tidak seimbangnya nilai efisiensi

pemakaian dan penyimpanan irigasi

dimana efisiensi penyimpanannya rendah.

Selain karena adanya perbedaan suhu,

penyinaran matahari yang kurang maksimal

juga mempengaruhi dimana menurut

Rukmana (1994), kondisi penyinaran

matahari dikehendaki untuk pertumbuhan

sawi adalah antara 10-13 jam per hari.

Sedangkan kondisi tempat penelitian

cenderung kurang mendapat sinar matahari.

Oktavia, (2013) yang menyatakan bahwa

kebutuhan air tanaman pakcoy secara

agronomi untuk satu tanaman adalah 1–2

liter/hari dan dengan drainase yang lancar.

Karena hal tersebut pertumbuhan tanaman

pakcoy dapat dikatakan kurang maksimal.

Untuk meningkatkan hasil tanaman

selanjutnya dianjurkan untuk penyiraman

dengan debit yang lebih rendah dengan

penyiraman secara kontinyu dengan

menggunakan bahan kain yang

konduktivitasnya sesuai dengan jenis

tanaman.

Produktivitas Tanaman Pakcoy

Produktivitas merupakan jumlah

produksi tanaman dalam berat tanaman per

satuan luas lahan tanam. Berat dan

produktivitas tanaman pakcoy pada jenis

kain oskar, parasut dan flannel dapat dilihat

pada Gambar di bawah ini:

Gambar 11. Produktivitas Tanaman

Pakcoy Berdasarkan 3 Jenis Perlakuan

Kain

Nilai produktivitas tanaman didapat

dengan nilai berat tanaman dibagi dengan

luas media tanam. Nilai produktivitas

tanaman tertinggi terdapat pada jenis kain

oskar yaitu 423,63 g/m2 dan nilai

produktivitas tanaman terendah pada

tanaman dengan emitter jenis kain parasut

yaitu 366,60g/m2. Hal ini dikarenakan

adanya perbedaan jumlah debit air yang

diberikan oleh masing-masing jenis kain.

Adanya perbedaan jumlah air yang

diberikan oleh masing-masing jenis kain

mempengauhi produktivitas tanaman yang

dihasilkan.

Produktivitas Air

Hal yang paling penting dalam

manajemen irigasi adalah penggunaan air

irigasi yang sedikit dengan peningkatan

produksi tanaman. Hal ini akan tercapai

dengan penerapan konsep produktivitas air

tanaman (CWP).

20.8

10.6

18

0

5

10

15

20

25

Oskar Parasut Flanel

Jenis kain

Ber

at T

anam

an (

gram

)

423.63

215.89

366.60

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

Oskar Parasut FlanelPro

du

ktif

itas

tan

aman

(g

/m2 )

Jenis Kain

Page 11: ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

9

Gambar 12. Produktivitas Air Berdasarkan

3 Jenis Perlakuan Kain

Berdasarkan hasil produksi

tanaman pakcoy yang dibudidayakan

dengan irigasi cincin, diperoleh

produktivitas air tanaman dari rasio berat

tanaman pada setiap emitter dengan air

yang diberikan selama masa tumbuh hingga

panen sebesar 0,791 g/liter-0,957 g/liter.

Produktivitas air tanaman paling rendah

diperoleh dari tanaman pakcoy yang dialiri

oleh emitter cincin berbahan parasut

dimana produktivitas air tanaman sebesar

rata-rata 0,791 g/liter. Sedangkan

produktivitas air tanaman paling tinggi

diperoleh dari tanaman pakcoy yang dialiri

oleh emitter cincin berbahan flannel

dimana produktivitas air tanaman sebesar

rata-rata 0,957 g/liter. Berdasarkan hal

tersebut dalam segi produktivitas air emitter

berbahan kain flannel paling bagus

dibandingkan dengan kain oskar dan

parasut. Hal tersebut berarti dengan debit

yang diberikan oleh kain flannel yang lebih

rendah dari kain oskar namun lebih besar

dari kain parasut ternyata lebih efisien

dengan hasil yang lebih baik dari pada

kedua jenis kain lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan

pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kain oskar memiliki nilai konduktivitas

tertinggi dibandingkan dengan jenis kain

parasut dan kain flannel yaitu, kain oskar

6,11 m/jam, parasut 0,24 m/jam, dan

flannel 5,64 m/jam.

2. Sistem irigasi cincin memiliki tingkat

keseragaman yang sangat tinggi yaitu

sebesar > 95%.

3. Besar nilai efisiensi pemakaian dan

penyimpanan irigasi tidak seimbang,

dimana nilai efisiensi pemakaian

tertinggi yaitu pada ketiga fase rata-rata

sebesar 99,38% pada kain parasut, dan

yang terendah pada fase awal sebesar

93,9% pada kain oskar, sedangkan nilai

efisiensi penyimpanan tertinggi yaitu

pada fase tengah sebesar 99,78% pada

kain oskar dan yang terendah terdapat

pada fase awal sebesar 41.67% pada

kain parasut.

4. Pertumbuhan tinggi dan helai daun rata-

rata dalam 4 hari tumbuh 1-3cm dan 1-

3 helai daun. Pertumbuhan tanaman

tertinggi terdapat pada perlakuan kain

oskar dan terendah pada perlakuan kain

parasut.

5. Produktivitas tanaman tertinggi terdapat

pada jenis kain oskar sebesar 423,63

g/m². sedangkan produktivitas air yang

paling baik adalah kain flannel yaitu

sebesar 0,957 g/liter.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan terdapat kendala pada proses

pemberian air. Penelitian selanjutnya

diharapkan dapat mengurangi jumlah

lubang yang ada pada emitter dan

menggunakan kain yang nilai

konduktivitasnya sesuai dengan jenis

tanaman sehingga pemberian air pada

tanaman dapat dilakukan secara continue

serta pemberian irigasi yang sesuai dengan

kebutuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA.

Febrina, dkk. 2013. Analisis Efisiensi

Irigasi Tetes Dan Kebutuhan Air

Tanaman Sawi (Brassica Juncea)

Pada Tanah Inceptisol. Jurnal

Teknologi Pertanian. Universitas

USU Medan. Vol.2 No. 1 Th. 2013.

Franata R., Oktafri, dan Tusi Ahmad. 2014.

Rancangan Bangun Sistem Irigasi

Tetes Otomatis Berbasis Perubahan

Kadar Air Tanah dengan

oskarparasu

tFlanel

Series1 0.945 0.791 0.957

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2P

rod

ukt

ivit

as A

ir (

g/lit

er)

oskar

parasut

Flanel

Page 12: ANALISIS UJI KINERJA EMITTER CINCIN (RING IRRIGATION

10

Menggunakan Mikrokontroler

Arduino Nano. Jurnal Teknik

Pertanian Lampung Vol. 4. No 1;

19-26. Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung. Lampung.

Magfirah, Azizah. 2018. Analisis Efisiensi

Irigasi Bawah Permukaan Pada

Berbagai Tekstur Tanah Untuk

Tanaman Pakcoy (Brassica Rapa

L.). Mataram. Universitas Mataram.

Oktavia, R. 2013. Aplikasi Hidroponik

pada Budidaya Tanaman Pakcoy

Hijau (Brassica Rapa L.) Secara

Vertikal di PT. Parung Farm Bogor.

Bogor: Jurusan Teknologi Pertanian

Politeknik Pertanian Universitas

Andalas.

Prastowo. 2010. Irigasi Tetes Teori dan

Aplikasi. Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

Reskiana. 2014. Desain dan Uji Kinerja

Emitter Irigasi Cincin. Tesis.

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Rukmana, R. 1994. Sawi dan Petsai.

Kanisius, Yogyakarta.

Setiawan B.I. 1998. Sistem Irigasi Kendi

untuk Tanaman Sayuran di Daerah

Kering. Laporan Riset Unggulan

Terpadu IV. Fakultas Teknologi

Pertanian Institut Pertanian Bogor,

125 hlm

Sumarsono, Joko., dkk. 2018. Ring-typed

emitter subsurface irrigation

performances in dryland farmings.

Article in International Journal of

Civil Engineering and Technology.

January 2018

Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya

Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta.

Susanto, E. 2006. Teknik Irigasi dan

Drainase. Medan: Jurusan

Teknologi Pertanian Universitas

Sumatera Utara.