Upload
sartika-bani-kharisma
View
28
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
analisis undang-undang IPU
Citation preview
Analisis Undang- undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
A. Judul
Dalam undang-undang no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, judul undang-
undang yang tertulis adalah sebagai berikut :
“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 2009
TENTANG
KESEJAHTERAAN SOSIAL”
dalam Lampiran I uu no.12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan mengenai hal teknik pembuatan judul undang-undang, dijelaskan bahwa :
a. Judul Peraturan Perundang–undangan memuat keterangan mengenai jenis,
nomor, tahun pengundangan atau penetapan, dan nama Peraturan Perundang–
undangan.
Dalam UU no. 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian, jenis Peraturan Perundang-
Undangannya adalah Undang-Undang, dimana dalam Undang-Undang itu tertulis
“UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA”, nomor dan tahun penetapan
atau pengundangannya tertulis “NOMOR 11 TAHUN 2009”, sedangkan nama
peratura perundang-undanganya adalah “KESEJAHTERAAN SOSIAL” serta
dalam judul tersebut di tambahkan kata penghubung “TENTANG”, dalam hal
kata penghubung semua Peraturan Perundang-Undangan menggunakan kata
tersebut untuk menghubungkan jenis, nomor, serta tahun penetapan atau
pengundangan dengan nama peraturan perundang-undangan. Jenis, nomor, tahun
pengundangan atau penetapan, dan nama Peraturan Perundang–undangan
ditulis masing-masing dengan jarak 1 enter spasi.
b. Nama Peraturan Perundang–undangan dibuat secara singkat dengan hanya
menggunakan 1 (satu) kata atau frasa tetapi secara esensial maknanya telah
dan mencerminkan isi Peraturan Perundang– undangan.
Dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, nama Peraturan
Perundang–undangan sudah dibuat secara singkat menggunakan satu kata yaitu
“KESEJAHTERAAN SOSIAL”.
c. Judul Peraturan Perundang-undangan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital
yang diletakkan di tengah marjin tanpa diakhiri tanda baca.
Dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, judul Peraturan
Perundang-undangannya sudah sesuai dengan syarat yang ditentukan yaitu seluruh
hurufnya ditulis dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin tanpa
diakhiri tanda baca, hal ini bisa dilihat pada judul UU no. 11 Tahun 2009 tentang
kesejahteraan sosial yang telah tertulis diatas.
d. Judul Peraturan Perundang-undangan tidak boleh ditambah dengan singkatan atau
akronim.
Dalam judul UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial seperti yang
telah tertulis diatas, tidak ditemukan akronim atau singkatan.
B. Pembukaan
Pembukaan Peraturan Perundang–undangan terdiri atas:
a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa;
b. Jabatan pembentuk Peraturan Perundang-undangan;
c. Konsiderans;
d. Dasar Hukum; dan
e. Diktum.
a. Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Pengaturan dalam Lampiran I uu no.11 tahun 2009 tentang pembentukan
peraturan perundang-undangan, Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
ditulis sebelum nama jabatan pembentuk Peraturan Perundang–undangan serta
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin.
Dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial tertulis sebagai
berikut:
“DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,”
dari penulisan tersebut, Frasa Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa sudah
sesuai dengan yang ditentukan dalam teknik penulisan frasa, karena penulisan
frasa diatas ditulis sebelum nama jabatan pembentuk Peraturan Perundang–
undangan, seluruh hurufnya ditulis dengan kapital, dituliskan ditengah marjin,
serta tanpa tanda baca apapun.
b. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan
Dalam Lampiran I uu no.11 tahun 2009 tentang teknik pembentukan
peraturan perundang-undangan, jabatan pembentuk Peraturan Perundang–
undangan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah
marjin dan diakhiri dengan tanda baca koma (,).
Dari frase UU no. 6 Tahun 2011 tentang kesejahteraan sosial yang telah
tertulis diatas, jabatan pembentuk Peraturan Perundang–undangan sudah ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital yaitu “PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,” dan juga telah ditulis ditengah marjin serta sudah menggunakan
tanda koma di akhir kata “INDONESIA”.
c. Konsideran
Pokok pikiran pada konsideran memuat unsur filosofis, sosiologis, dan
yuridis yang menjadi pertimbangan dan alasan pembentukannya yang
penulisannya ditempatkan secara berurutan dari filosofis, sosiologis, dan yuridis.
Dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, konsiderannya
sudah memuat unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis serta penulisannya pun
sudah berurutan yaitu dari unsur filosofis, sosiologis, dan yuridis. Penulisannya
dalam No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosialyaitu sebagai berikut:
“Menimbang : a. bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan
negara mempunyai tanggung jawab untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan
memajukan kesejahteraan umum dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia;
b. bahwa untuk mewujudkan kehidupan yang layak
dan bermartabat, serta untuk memenuhi hak atas
kebutuhan dasar warga negara demi tercapainya
kesejahteraan sosial, negara menyelenggarakan
pelayanan dan pengembangan kesejahteraan sosial
secara terencana, terarah, dan berkelanjutan;
c. bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
sudah tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga
perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
membentuk Undang-Undang tentang Kesejahteraan
Sosial;
dalam konsideran tersebut, unsur fisiologis terdapat dalam poin (a), sosiologis dalam poin
(b), serta yuridis dalam poin (c). Kemudian dalam konsideran ini juga secara penulisan sudah
sesuai dengan ketentuan karena diawali dengan kata “Menimbang” kemudian diikuti dengan
tanda titik dua (:) dan langsung masuk pada poin-poin unsur fisiologis, sosiologis, dan yuridis
secara berurutan yang diawali kata “bahwa” serta diakhiri dengan tanda titik koma (;) per
poinnya.
d. Dasar Hukum
Dasar pembentukan UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial tertulis
sebagai berikut:
“Mengingat : Pasal 18A, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23 ayat (1), Pasal 27
ayat (2), Pasal 28C ayat (1), Pasal 28H ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3), dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.”
dari penulisan tersebut, maka penulisan dasar hukum UU no. 11 Tahun 2009
tentang kesejahteraan sosial sudah sesuai dengan ketentuan karena diawali dengan
kata “Mengingat”, kemudian setelah kata “Mengingat” diikuti dengan tanda titik
dua (:). UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial merupakan usulan
dari Presiden, hal ini dapat kita lihat dari dasar hukum tersebut yaitu Pasal 5 ayat
(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bila dilihat
dari frasa Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
sudah sesuai dengan ketentuan karena ditulis sesudah penyebutan pasal terakhir
dan kedua huruf “u” ditulis dengan huruf kapital. Dasar hukum dalam UU no. 11
Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial hanya berasal dari Undang–Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
e. Diktum
Diktum terdiri atas:
a. kata Memutuskan;
b. kata Menetapkan; dan
c. jenis dan nama Peraturan Perundang-undangan
dalam No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosialpenulisan diktum adalah
sebagai berikut:
“Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL.”
bila disinkronkan dengan aturan yang ada, maka diktum dalam UU no. 11 Tahun 2009
tentang kesejahteraan sosial sudah sesuai dengan aturan yaitu terdiri atas kata
“Memutuskan”, “Menetapkan”, kemudian disertai dengan jenis dan nama Peraturan
Perundang-undangannya tanpa disertai dengan nomor dan tahun ditetapkan serta
diakhiri dengan tanda titik (.), yaitu “UNDANG-UNDANG TENTANG
KEIMIGRASIAN”. Sesuai dengan ketentuan bila jenis peraturannya adalah Undang-
Undang, maka sebelum kata “Memutuskan” ditulis frasa “Dengan Persetujuan
Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA” yang ditulis atau diletakkan ditengah marjin
serta penulisan jabatan ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, penulisan frasa
tersebut secara berurutan yaitu kalimat “Dengan Persetujuan Bersama” kemudian
(enter 1 spasi) “DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA”
kemudian (enter 1 spasi) “dan” kemudian (enter 1 spasi) “PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA” tanpa disertai dengan tanda baca apapun. Kata “memutuskan” ditulis
dengan huruf kapital seluruhnya tanpa spasi diantara suku kata dan diakhiri dengan
tanda titik dua (:) serta diletakkan ditengah marjin.
C. Batang Tubuh
Dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial terdapat sanksi
administratif, yaitu pada :
Pasal 49
Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) dan
Pasal 48 dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara dari kegiatan;
c. pencabutan izin; dan/atau
d. denda administratif.
Pengelompokkan materi muatan UU no.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial
disusun secara sistematis yaitu dalam bab dengan bagian dan pasal atau beberapa
pasal tanpa paragraf, beberapa contohnya adalah sebagai berikut:
“BAB III
PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 4”.
selain itu contoh lainnya :
“BAB V
TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 24
dalam penulisan tersebut, penulisan “bab” diberi nomor urut angka Romawi dan diikuti
dengan penulisan judul yang ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Penulisan “bagian”
disertai dengan nomor urutan yang ditulis dengan huruf serta diikuti dengan judul, penulisan
“bagian”, nomor urut, serta judul tersebut ditulis dengan awalan huruf kapital. Untuk kata
Pasal seperti yang telah tertulis diatas, sudah diawali dengan huruf kapital dan diikuti dengan
angka arab. Penulisan dari mulai bab hingga nomor Pasal sudah sesuai dengan peraturan
teknik penulisan karena ditulis ditengah marjin.
Pasal-pasal yang ada dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial
memiliki perincian-perincian yang terdapat dalam ayat-ayat. Penulisan ayat tersebut diberi
nomor urut dengan angka Arab diantara tanda baca kurung tanpa diakhiri tanda baca titik.
Sebagai contoh antara lain sebagai berikut:
Pasal 16
(1) Advokasi sosial dimaksudkan untuk melindungi dan membela seseorang,
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dilanggar haknya.
(2) Advokasi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
penyadaran hak dan kewajiban, pembelaan, dan pemenuhan hak.
Pasal 17
(1) Bantuan hukum diselenggarakan untuk mewakili kepentingan warga negara yang
menghadapi masalah hukum dalam pembelaan atas hak, baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
(2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
pembelaan dan konsultasi hukum.
Penulisan kata “ayat” yang digunakan sebagai acuan ditulis dengan huruf kecil
seperti terlihat dalam contoh Pasal 17 diatas. Ayat-ayat yang ada dalam UU no. 11
Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial juga memuat rincian ayat yang berbentuk
tabulasi, sebagai contoh sebagai berikut:
Pasal 5
(1) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan kepada:
a. perseorangan;
b. keluarga;
c. kelompok; dan/atau
d. masyarakat.
(2) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara
kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial:
a. kemiskinan;
b. ketelantaran;
c. kecacatan;
d. keterpencilan;
e. ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku;
f. korban bencana; dan/atau
g. korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi
Pasal 12
(1) Pemberdayaan sosial dimaksudkan untuk:
a. memberdayakan seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang
mengalami masalah kesejahteraan sosial agar mampu memenuhi
kebutuhannya secara mandiri.
b. meningkatkan peran serta lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi
dan sumber daya dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
(2) Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. peningkatan kemauan dan kemampuan;
b. penggalian potensi dan sumber daya;
c. penggalian nilai-nilai dasar;
d. pemberian akses; dan/atau
e. pemberian bantuan usaha.
(3) Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakuka
dalam bentuk:
a. diagnosis dan pemberian motivasi;
b. pelatihan keterampilan;
c. pendampingan;
d. pemberian stimulan modal, peralatan usaha, dan tempat usaha;
e. peningkatan akses pemasaran hasil usaha;
f. supervisi dan advokasi sosial;
g. penguatan keserasian sosial;
h. penataan lingkungan; dan/atau
i. bimbingan lanjut.
(4) Pemberdayaan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
dalam bentuk:
a. diagnosis dan pemberian motivasi;
b. penguatan kelembagaan masyarakat;
c. kemitraan dan penggalangan dana; dan/atau
d. pemberian stimulan
rincian-rincian ayat diatas bila diperhatikan sudah sesuai dengan teknik
penulisan peraturan perundang-undangan yaitu pada setiap awal rincian diurutkan
dengan menggunakan huruf kecil dan diikuti dengan tanda baca titik (.), setiap frasa
diawali dengan huruf kecil dan diakhiri dengan tanda titik koma (;) kecuali dalam
rincian akhir diberi tanda titik (.), selain itu dalam rincian yang tertulis diatas juga
tertulis kata “dan” yang ditulis setelah tanda titik koma (;) sebelum rincian yang
paling akhir, hal ini menunjukan bahwa perincian tersebut bersifat kumulatif. Selain
itu terdapat pula kata “atau” serta “dan/atau” yang juga ditulis setelah tanda titik koma
(;) sebelum perincian yang paling akhir, hal ini berarti perincian tersebut bersifat
alternatif (atau) serta alternatif dan kumulatif (dan/atau).
a. Ketentuan Umum
Ketentuan umum dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial
terdapat dalam Bab I, Ketentuan umum dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang
kesejahteraan sosial berisi:
batasan pengertian atau definisi, contoh ketentuan umum yang berisi
pengertian yaitu dalam Pasal 1 angka 1 ,9 dan 15 :
1. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
9. Perlindungan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk mencegah
dan menangani risikodari guncangan dan kerentanan sosial.
15. Menteri adalah menteri yang membidangi urusan sosial
sedangkan ketentuan umum yang berisi definisi contohnya antara lain ada
pada Pasal 1 angka 2 dan10 yaitu :
2. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah,
terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi
kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial,
jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
10. Pemberdayaan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk
menjadikan warga negara yang mengalami masalah sosial mempunyai
daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya
Sedangkan contoh akronim terdapat dalam Pasal 1 angka 5, yaitu
5. Relawan Sosial adalah seseorang dan/atau kelompok masyarakat, baik
yang berlatar belakang pekerjaan sosial maupun bukan berlatar belakang
pekerjaan sosial, tetapi melaksanakan kegiatan penyelenggaraan di bidang
sosial bukan di instansi sosial pemerintah atas kehendak sendiri dengan
atau tanpa imbalan
Ketentuan umum dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosia;
diawali dengan kalimat “Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:”. Selain
itu, penulisan ketentuan umum dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan
sosial masing-masing uraiannya diberi nomor urut dengan angka Arab dan diawali
dengan huruf kapital serta diakhiri dengan tanda baca titik. Hal ini sudah sesuai
dengan teknik penulisan peraturan perundang-undangan.
b. Materi Pokok yang Diatur
Dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, terdapat beberapa
materi pokok yang diatur, materi pokok yang diatur dalam UU tersebut terbagi dalam
beberapa bab yaitu dari Bab II sampai Bab XII. Materi pokok yang diatur yaitu:
1. Bab III mengenai penyelenggaraan kesejahteraan sosial
2. Bab IV mengenai penanggulangan kemiskinan
3. Bab V mengenai tangung jawab dan wewenang
4. Bab VI mengenai sumber daya penyelenggaraan sosial
5. Bab VII mengenai peran masyarakat
6. Bab VIII mengenai pendaftaran dan perizinan lembagakesejahteraan
sosial
7. Bab IX mengenai akreditasi dan sertifikasi
8. Bab X mengenai pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan
evaluasi
c. Ketentuan Pidana
Ketentuan pidana tidak diatur dalam Dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang
kesejahteraan sosial
d. Ketentuan Peralihan
Ketentuan peralihan tidak diatur Dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang
kesejahteraan sosial
e. Ketentuan Penutup
Dalam UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial terdapat ketentuan
penutup yang terdapat dalam Pasal 57 sampai Pasal 60, bunyi Pasalnya yaitu:
Pasal 57
Pada saat mulai berlakunya Undang-Undang ini, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3039) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 58
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3039) yang ada pada
saat diundangkannya Undang-Undang ini, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
atau diganti berdasarkan Undang-Undang ini.
Pasal 59
Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus sudah ditetapkan paling lambat 1 (satu)
tahun sejak diundangkannya Undang-Undang ini.
Pasal 60
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
dalam ketentuan penutup tersebut, didapat penjelasan tentang pencabutan peraturan
perUndang-Undangan yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial yang tidak sesuai dan
bertentangan dengan UU no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial yaitu dalam Pasal
57. Selain itu, dalam ketentuan penutup ini juga terdapat ketentuan waktu penetapan
peraturan pelaksanaan Undang-Undang no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial,
yaitu dalam Pasal 59 yang menyatakan bahwa penetapan peraturan pelaksanaan harus
dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan. Penetapan
peraturan pelaksana tersebut sudah sesuai dengan dengan peraturan karena penetapan
peraturan pelaksanaan ditetapkan setelah pengundangan sebuah undang-undang. Sedangkan
pemberlakuan undang-undang no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial terdapat dalam
Pasal 60, yang menyatakan bahwa Undang-Undang no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan
sosial mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
D. Penutup
Penulisan penutup dalam Undang-Undang no. 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian yaitu
sebagai berikut :
“Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 16 januari 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYON”
Undang-Undang no. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial perintah pengundangan dan
penempatannya dalam lembaran negara, hal ini dapat dilihat pada penutup UU no. 11 Tahun
2009 tentang kesejahteraan sosial yang berbunyi “Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia”. Bila dilihat dari penulisannya, rumusan perintah
pengundangan dan penempatan tersebut di tengah marjin yang condong kekanan. Hal ini
sudah sesuai dengan aturan pada teknik pembuatan peraturan perundang undangan.
Untuk penandatanganan pengesahan atau penetapan Undang-Undang no. 11 Tahun
2009 tentang kesejahteraan sosial, terdapat rumusan tempat dan tanggal pengesahan atau
penetapan diletakkan di sebelah kanan marjin, antara tempat dan tanggal dipisahkan oleh 1
spasi enter, awalan kata “Disahkan” menggunakan huruf kapital, kemudian jabatan presiden
ditulis seluruhnya dengan huruf besar dan diakhiri oleh tanda koma, hal ini seluruhnya sudah
sesuai dengan aturan pada teknik pembuatan peraturan perundang undangan. Namun pada
penulisan nama pejabat ada ketidaksesuaian karena seharusnya gelar tidak dituliskan, tapi
untuk penulisan nama pejabat sendiri sudah tepat karena sudah ditulis dengan huruf kapital.
Rumusan pengundangan Undang-Undang no. 11Tahun 2009 tentang kesejahteraan
sosial tertulis sebagai berikut:
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 Januari 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ANDI MATTALATTA
dalam rumusan pengundangan tersebut, sudah sesuai dengan ketentuan aturan pada
teknik pembuatan peraturan perundang undangan karena rumusan tersebut terletak
dibawah rumusan pengesahan atau penetapan serta ditulis di kiri marjin. Terdapat
juga tempat dan waktu pengundangan yang dipisahkan 1 spasi enter tanpa tanda
baca apapun, kata “diundangkan” diawali dengan huruf kapital, serta penulisan
jabatan dan nama pejabat yang seluruhnya ditulis dengan huruf kapital serta diakhir
nama jabatan diberi tanda koma (,), sedangkan nama pejabat tanpa gelar dan
diakhiri tanpa tanda baca juga merupakan sebuah penulisan yang tepat.
Penulisan lembaran negara juga sudah sesuai dengan ketentuan aturan pada
teknik pembuatan peraturan perundang undangan karena sudah ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital, yaitu “LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2009 NOMOR 12”
Daftar Pustaka :
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang …….
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang ……..