Upload
intan-wulandari
View
215
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
urin
Citation preview
BAB I
TUJUAN ANALISIS BIOKIMIA URIN
Tujuan analisis biokimia urin adalah :
A. Pemeriksaan fisik
Mengamati sifat fisik urin, dari jumlah (volume), warna, buih
ketika dikocok, kekeruhan, dan bau.
B. Pemeriksaan kimiawi
1. Derajat keasaman (pH)
Tujuan : Menentukan pH urin
2. Uji Benedict semikuantitatif
Tujuan : Menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif
3. Uji Heller
Tujuan : Menentukan adanya protein secara kualintatif di
dalam urin
4. Uji Koagulasi Panas
Tujuan : Menentukan adanya protein secara kualitatif di dalam
urin.
5. Uji Gerhardt
Tujuan : Mengetahui adanya asetoasetat dalam urin
6. Uji Rothera
Tujuan : Membuktikan adanya badan keton di dalam urin.
7. Percobaan kreatinin urin
Tujuan : Menentukan kreatinin urin sebatas kualitatif.
8. Pemeriksaan urobilinogen
Tujuan : Menentukan urobilinogen dalam urin.
9. Uji Fehling
Tujuan : Menentukan karbohidrat dalam urin
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Fisik
1. Jumlah (volume)
Tentukan jumlah / volume urin yang diproduksi selama 24 jam
dengan mengalikan jumlah satu kali buang air kecil dengan berapa kali
buang air kecil setiaphari.
2. Warna
Dilakukan pemeriksaan warna urin untuk menentukan normal atau
tidak (non patologis atau patologis)
3. Buih
Masukkan beberapa mL urin dalam tabung reaksi kemudian kocok,
amai apa yang terjadi.
4. Kekeruhan
Amati urin yang ditampung apakah keruh atau tidak. Tentukan
penyebab kekeruhan.
5. Bau
Segera setelah diambil, tentukan bau urin. Jangan dibiarkan lama
karena akan mempengaruhi hasil.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Fisik Urin Praktikan
No. Jenis Pemeriksaan Hasil
1 Volume 360 ml
2 Warna Kuning tua
3 Buih Tidak berbuih
4 Kekeruhan Jernih
5 Bau Normal
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 2
Pembahasan :
1. Volume
Volume normal urin manusia perhari adalah 900 mL - 1200 mL.
Volume urin praktikan perhari (dihitung rata-rata) adalah .
2. Warna
Dalam keadaan normal berwarna kuning dengan zat warna
urokrom dan uroprotein. Pada hasil pengamatan, urin praktikan
berwarna kuning tua.
3. Buih, urin praktikan ketika mengalami penggojokan, tidak berbuih.
4. Kekeruhan
Urin praktikan tidak keruh atau jernih, hal ini sesuai dengan
keadaan normal urin manusia.
5. Bau
Urin yang normal, berasal dari ginjal dan saluran kencing yang
sehat, pada umumnya steril dan hampir tidak berbau ketika dikeluarkan
dari tubuh.. Akan tetapi, setelah dikeluarkan dari tubuh, bakteri dapat
mengkontaminasi urin dan zat-zat dalam urin pun diubah sehingga
menghasilkan bau yang khas, terutama bau ammonia.
Berdasarkan hasil pengamatan pada urin yang segar , tidak timbul
bau yang terlalu menyengat. Jadi jika dibandingkan dengan teori, bau
urin praktikan dalam kondisi segar adalah normal.
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 3
B. Pemeriksaan kimiawi
1. Derajat Keasaman (pH)
Derajat Keasaman (pH) urin normal berkisar antara 4,8 – 7,5. Akan
tetapi pH urin dapat menjadi terlalu asam (hiperasiditas) atau urin bersifat
lebih basa. Terlalu banyak mengkonsumsi protein dapat meng-asamkan
urine, dan mengkonsumsi sayuran dapat membasakan urin. Pada ginjal
yang tidak normal keseimbangan asam-basanya tidak terkomtrol atau
dalam kondisi labil sehingga suasana asam-basa atau dengan kata lain pH
dalam ginjal abnormal tidak stabil.
Alat dan Bahan :
Kertas lakmus/indikator universal,urin
Prosedur :
Tentukan pH urin menggunakan kertas lakmus atau indikator
universal
Tabel 2. Hasil Pengamatan Analisis Derajat Keasaman (pH)
Reaksi Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Derajat
Keasaman (pH)
Lakmus merah : warna merahUrine praktikan
bersifat asamLakmus biru : warna merah
Indikator universal : warna kuning (5)
Pembahasan :
Dengan membandingkan warna urine hasil uji dengan pH-meter
dengan warna standart pH, diperoleh hasil bahwa urine yang kami
(praktikan) uji memiliki pH= 5 yang menunjukkan bahwa urine tersebut
bersifat asam. Hal ini disebabkan karena urine mengandung protein
tetapi dalam kadar rendah, sesuai dengan pernyataan dalam tinjauan
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 4
pustaka. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pH urine berkisar antara
4,8 – 7,5. Jadi urin sampel (hasil uji) tersebut normal.
2. Uji Benedict semikuantitatif
Uji benedict digunakan mendeteksi secara semikuantitatif (kasar)
adanya glukosa. Prinsip uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi
benedict yang mengandung kuprisulfat (CuSO4) dalam suasana basa akan
tereduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas
(misal oleh glukosa). Tes ini digunakan dalam praktek klinis untuk
mendeteksi zat yang ada dalam urin. Ini adalah uji semi kuantitatif. Ketika
gula ada pada konsentrasi yang berbeda,maka kadar gula akan ditunjukkan
dengan warna yang berbeda.
Uji Benedict bukan tes spesifik untuk glukosa. Adanya gula
pereduksi (glukosa galaktosa fruktosa dll) atau zat pereduksi (vitamin
C,asam urat) dalam urine dapat memberikan uji benedict yang positif.
Alat dan Bahan :
Tabung reaksi,pipet tetes,urin praktikan, larutan glukosa 0,3%,
larutan glukosa 1%, larutan glukosa 5%, reagen.
Prosedur :
3 mL larutan Benedict dimasukkan ke 5 tabung reaksi, tambahkan
ke dalam masing-masing tabung secara berurut, urin praktikan, larutan
glukosa 0,3%, larutan glukosa 1%, larutan glukosa 5%. Kocok
berlahan, panaskan dalam penangas air selama 5 menit atau didihkan
selama 2 menit. Dinginkan dan amati warna dan endapan yang
terbentuk. Hasil positif bila terdapat endapan berwarna hijau,kuning
atau merah bata.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Benedict Semikuantitatif
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 5
Uji Benedict Semikuantitatif
Urin praktikan Berwarna hijau tua (+) glukosa
Glukosa 0,3 % Berwarna biru (tidak berubah (-) glukosa
Glukosa 1 % Berwarna hijau muda (+) glukosa
Glukosa 5 % Berwarna merah (++++) glukosa
Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari tiap
tabung reaksi yaitu berupa warna larutan maka dapat ditentukan
kadar glukosa yang terkandung dalam larutan dari masing-masing
tabung dengan melihat tabel penafsiran hasil uji benedict
semikuantitatif maka diperoleh kadar glukosa dari masing-masing
larutan yaitu urin praktikan mengandung kadar < 5 % , glukosa 0,3 %
mengandung kadar 0 % , glukosa 1 % mengandung kadar 0,5 – 1,0 % ,
glukosa 5 % mengandung kadar > 2,0 % .
3. Uji Heller
Uji heller digunakan untuk melihat ada tidaknya protein dalam urin.
Kehadiran protein ditunjukkan dengan adanya cincin putih (praesipitasi
putih) solusi dan asam nitrat pekat. Kadar Protein yang berlebih pada urin
(proteinuria) dapat menunjukan adanya kerusakan ginjal atau mungkin
sebelum dilakukan tes, orang tersebut mengkonsumsi obat-obatan infeksi,
olahraga berat atau stress fisik. Kelebihan protein pada wanita hamil dapat
dihubungkan dengan preeklamsia.
Alat dan Bahan :
Tabung reaksi,pipet tetes, urin praktikan, sampel yang disediakan,
reagen.
Prosedur :
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 3 mL asam nitrat pekat,
ditambahkan melalui dinding tabung secara berlahan sampel yang akan
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 6
di uji (urin praktikan, sampel yang disediakan) sebanyak 2 mL. Amati
terjadinya presipitasi pada pertemuan kedua cairan. Hasil positif
ditandai dengan presipitasi putih.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji Heller
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Uji Heller
Urin praktikan Terbentuk busa (buih) (-) protein
Sampel A Terbentuk presipitasi putih (+) protein
Sampel B Tidak terbentuk presipitasi putih (-) protein
Pembahasan :
Pada uji Heller, setelah penambahan asam nitrat pekat, sampel A
(putih telur) mengalami praesipitasi sedangkan sampel B dan urin tidak
mengalami praesipitasi. Hal tersebut menandakan bahwa sample A
mengandung protein, sedangkan sampel B dan urin praktikan tidak
mengandung protein.
4. Uji Koagulasi panas
Koagulasi adalah denaturasi protein yang dapat disebabkan oleh panas,
alcohol dan sebagainya. Pemanasan akan membuat protein terdenaturasi
sehingga kemampuan mengikat air menurun. Hal ini terjadi karena panas
akan mengakibatkan terputusnya iteraksi non-kovalen yang ada pada
struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang
berupa ikatan peptide. Selain itu penambahan asam asetat membuat
perubahan pH yang juga mempengaruhi denaturasi protein.
Alat dan Bahan :
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 7
Tabung reaksi, pipet tetes,urin praktikan, sampel yang disediakan,
reagen.
Prosedur :
Sampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel A dan B) yang
disediakan) sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
didihkan dalam penangas. Amati terjadinya endapan. Bagi tabung yang
terbentuk endapan, tambahkan 5 tetes asam asetat. Amati perubahan
yang terjadi.
Tabel 5. Hasil pengamatan Uji Koagulasi Panas
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Uji Koagulasi Panas
Urin praktikan Tidak terbentuk endapan (-) protein
Sampel A Tidak terbentuk endapan (-) protein
Sampel B Tidak terbentuk endapan (-) protein
Pembahasan:
Uji koagulasi panas pada urin dilakukan untuk mengetahui adanya
kandungan protein dalam urin praktikan. Berdasarkan hasil pengamatan
kami, pada ketiga sampel uji (urin praktikan, sampel A, sampel B) tidak
terbentuk endapan ketika dipanaskan. Hal ini menunjukkan bahwa pada
ketiga sampel uji tersebut tidak mengandung protein.
5. Uji Gerhardt
Benda keton terdiri dari 3 senyawa yaitu aseton, asama asetoasetat dan
hidroksibutirat yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam
lemak yang berlebihan. Benda keton diproduksi ketikakarbohidrat tidak
dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh :
gangguan metabolisme karbohidrat , kurangnya asupan karbohidrat .
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menyebabkan ketosis
sehingga dapat menghabiskan cadangan basa misalnya bikarbonat dan
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 8
HCO3 dalam tubuh dan mmenyebabkan asidosis. Pada Ketoasidosis
diabetik keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dL.
Keton memiliki struktur kecil dan dapat dieskresikan kedalam urin.
Namun kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum,
kemudian baru urin. Ketonuria terjadi akibat ketosis. Benda keton yang
dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam asetoasaetat
Alat dan Bahan :
Tabung reaksi, pipet tetes, urin praktikan, sampel yang disediakan,
reagen.
Prosedur :
Sampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan)
sebanyak 3 mL, dimasukkan ke tabung reaksi, tambahkan FeCl3 10%,
disaring. Tambahkan beberapa tetes FeCl3 pada fitrat. Reaksi positif
bila timbul warna merah.
Tabel 6. Hasil Pengamatan Uji Gerhardt
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Uji Gerhardt
Urin praktikan Tidak terjadi perubahan warna (-) asam asetoasetat
Sampel A Tidak terjadi perubahan warna (-) asam asetoasetat
Sampel B Tidak terjadi perubahan warna (-) asam asetoasetat
Pembahasan :
Pada hasil Uji sampel menunjukan bahwa tidak ditemukannya
kandungan asam asetoasetat, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya
perubahan warna dalam sampe uji menjadi warna merah.
6. Uji Rothera
Dalam keadaan normal, urine mengandung benda keton, namun
jumlahnya sedikit (3-15 mg/24 jam). akan tetapi, jumlah benda keton akan
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 9
meningkat pada diabetes, kelaparan, kehamilan, anestesi menggunakan
eter, diet tinggi lemak, dan beberapa jenis alkalosis. Asam asetosat dalam
urine tidak stabil dan mudah berubah secara spontan menjadi aseton.
Alat dan Bahan :
Tabung reaksi, pipet tetes, urin praktikan, sampel yang disediakan,
reagen.
Prosedur :
Sampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan)
sebanyak 3mL, dimasukkan ke tabung reaksi, ditambahkan kristal
ammonium sulfat sampai jenuh. Tambahkan Na nitropusid 5% 2-3 tetes
,kemudian tambahkan ammonium hidroksida pekat 1-2 tetes, campur,
diamkan 30menit. Hasil positif ditandai oleh warna ungu.
Tabel 7. Hasil Pengamatan Uji Rothera
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Uji Rothera
Urin praktikan Berwarna merah (-) badan keton
Sampel A Tidak terjadi perubahan warna (-) badan keton
Sampel B Tidak terjadi perubahan warna (-) badan keton
Pembahasan :
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil
terbentuknya warna merah pada tabung reaksi yang berisi sampel urin
praktikan. Sedangkan pada sampel A dan sampel B tidak terjadi
perubahan warna. Hal ini menandakan bahwa ketiga sampel tersebut
negatif terhadap badan keton.
7. Percobaan Kreatinin Urin
Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatin fosfat di otot ketika
kontraksi otot yang menghasilkan energi fosfat. Kreatinin merupakan
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 10
jumlah kreatinin yang diekskresikan selama 24 jam dibagi dengan berat
badan. Normal kreatinin pada laki-laki 20-26 mg, sedangkan wanita 14-22
mg/kg/24 jam.
Kreatin merupakan 6% dari kreatinin, 60-150mg/24 jam. Jumlah
keratin pada wanita 2-2,5x dari laki-laki. Pada fisiologis jumlahnya akan
meningkat saat hamil. Pada patologis kreatinurin terjadi pada saat
kelaparan, gangguan karbohidrat, hipertiroid, dan infeksi. Kretinuria
menurun pada hipotiroid. Kreatin jika di panaskan dengan asam akan
beruba7h menjadi kreatinin. Dengan demikian, kadar keratin dapat dicari
dengan mencari selisih kadar kretinin urin sebelum dan sesudah
pemanasan.
Alat dan Bahan :
Tabung reaksi, pipet tetes, urin praktikan, sampel yang disediakan,
reagen.
Prosedur :
Sampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan)
sebanyak 3mL, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1mL
NaOH 10%. Amati warna yang timbul.
Tabel 8. Hasil Pengamatan Uji Kreatinin
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Uji Kreatinin
Urin praktikan Berwarna merah (+) kreatinin
Sampel A Tidak terjadi perubahan warna (-) kreatinin
Sampel B Berwarna mrah pekat (+) kreatinin
Pembahasan :
Kreatinin yang bereaksi dengan pikrat alkali akan menimbulkan
warna khas dari kreatinin pikrat (motode jaffe).Pada percobaan untuk
mengetahui adanya kreatinin dalam urin,dilakukan reaksi Jaffe. Reaksi
Jaffe berdasarkan pembentukan tautomer keratin pikrat yang berwarna
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 11
merah bila kreatinin direaksikan dengan larutan pikratalkalis. Warna ini
akan berubah menjadi kuning apabila larutan diasamkan.
8. Pemeriksaan Urobilinogen
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel
hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran
gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan
rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin
berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun),
kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar,
keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi
usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit
Alat dan Bahan :
Tabung reaksi, pipet tetes, urin praktikan, sampel yang disediakan,
reagen.
Prosedur :
Sampel yang akan diuji (urin praktikan, sampel yang disediakan)
sebanyak 3mL, dimasukkan ke tabung reaksi, ditambah 10-20 tetes
larutan para dimetil aminobenzaldehid. Campur dan tunggu selama 5
menit. Amati perubahan warna!
Tabel 9. Hasil Pengamatan Uji Uribilinogen
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Uji Urobilinogen
Urin praktikan Berwarna coklat (+) urobilinogen
Sampel A Berwarna kuning keruh (-) urobilinogen
Sampel B Berwarna kuning bening (-) urobilinogen
Pembahasan :
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 12
Urin praktikan lebih gelap (coklat) menandakan bahwa urin
tersebut mengandung urobilinogen. Sedangkan pada sampel A dan B
berwarna kuning keruh dan kuning bening, sehingga menandakan tidak
mengandung urobilinogen. Urin yang memiliki pH basa, mengandung
urobilinogen. Namun dari percobaan kami, urin yang memiliki pH asam
mengandung urobilinogen. Hal ini dikarenakan kemungkinan yang
terjadi yaitu kesalahan kami dalam praktikum. Tetapi Namun jika
hasilnya (+) masih dianggap normal.
9. Uji Fehling
Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak
akan ditemukan dalam urin orang yang sehat. Pemeriksaan terhadap
adanya glukosa dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring. Untuk
menyatakan keberadaan suatu glukosa, dapat dilakukan dengan cara yang
berbeda- beda. Cara yang tidak spesifik dapat dilakukan dengan
menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan warnanya
jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan reagen
fehling yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang
mengandung garam cupri. Sedangkan pembuktian glukosuria secara
spesifik dapat dilakukan dengan menggunakan enzim glukosa oxidase
(Prasetya, 2011).
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi
reduksi, dikerjakan dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest.
Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-
kuantitatif. Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan
fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B
merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi
fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling,
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 13
ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap
sebagai larutan CuO.
Alat dan Bahan :
Tabung reaksi, pipet tetes, urin praktikan,sampel yang disediakan,
reagen.
Prosedur :
Sampel yang akan diuji (urin praktikan,sampel yang disediakan)
sebanyak 3mL, dimasukkan ke tabung reaksi, ditambahkan 2mL fehling
A dan 2mL fehling B, dipanaskan dalam penangas air selama 5 menit.
Amati perubahan yang terjadi. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata.
Tabel 10. Hasil Pengamatan Uji Fehling
Sampel Uji Hasil Pengamatan Kesimpulan
Uji Fehling
Urin praktikan Tidak terbentuk endapan (-) karbohidrat
Sampel A Terbentuk endapan merah bata (+) karbohirat
Sampel B Terbentuk endapan merah bata (+) karbohidrat
Pembahasan :
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pada tabung dengan
sampel A dan B menunjukkan hasil positif terkandungnya karbohidrat
dalam sampel urine. Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri
menjadi kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan
berwarna merah. Perbedaan intensitas warna merah dari tiap tabung
tersebut secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang
diperiksa. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa tabung
dengan sampel B mengandung glukosa dengan kadar tertinggi yang
ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna dari biru tua (warna
fehling A dan B) menjadi kemerahan dan terdapat endapan kuning
merah. Dilanjutkan dengan tabung A dengan warna kebiruan dengan
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 14
endapan merah. Sedangkan tabung C tidak menunjukkan terjadinya
perubahan warna, yakni tetap berwarna biru tua seperti warna larutan
fehling A dan B sebelum dipanaskan.
Hal ini telah sesuai secara teoritis, dimana sampel yang digunakan
pada tabung ketiga merupakan sampel urine normal, sehingga tidak
terjadi perubahan warna pada uji fehling yang menunjukkan tidak
adanya glukosa dalam sampel tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan pemeriksaan fisik, urin praktikan merupakan urin yang normal pada umumnya
2. Urin praktikan bersifat asam
3. Urin praktikan tidak mengandung protein, karbohidrat, asam asetoasetat, badan keton.
4. Urin praktikan mengandung sedikit glukosa, keratinin, dan urobilinogen
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 15
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Iswari, Retno Sri, Manalu Wasmen.2010.Biokimia dan Fisiologi Lipid.Bandung : Karya Putra
Darwati
J,Kumar Ashok. 2007. Textbook Of Biochemistry For Nurse. New Delhi : I.K
International Pub. House
Kusnawidjaja, Kurnia. Petunjuk Praktikum Biokimia.
W, Ganong . 2003. Fisiologi Kedokteran edisi 14. Jakarta:Penerbit BukuKedokteran EGC
Mc Pherson, A. R.,& Sacher, A. R.2004.Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran.
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 16
LAMPIRAN
Gambar 2.1. Hasil uji Derajat Keasaman (pH) urin
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 17
Indikator universal
Lakmus merah
Lakmus biru
Urin – glukosa 0.3 % - glukosa 1% - glukosa 5%
Gambar 2.2. Hasil Uji Benedict semikuantitatif
Sampel A (putih telur) – Sampel B ( larutan pati ) – Urin Praktikkan
Gambar 2.3. Hasil Uji Heller
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 18
Sampel A (Putih Telur) – Sampel B ( larutan pati ) - Urin Praktikan
Gambar 2.4. Hasil Uji Koagulasi Panas
Gambar 2.5. Hasil Uji Gerhardt
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 19
Gambar 2.6. Hasil Uji Rothera
Sampel B ( larutan pati ) – Sampel A (putih telur) - Urin
Gambar 2.7. Hasil Percobaan Kreatinin
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 20
Gambar 2.8. Hasil Pemeriksaan Urobilinogen
Gambar 2.9. Uji Fehling
Praktikum Biokimia | ANALISIS BIOKIMIA URIN 21