Upload
others
View
9
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) MASYARAKAT TERHADAP
UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SITU CILEDUG
KOTA TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Anjeng Lestari
NIM: 1113084000003
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) MASYARAKAT TERHADAP
UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SITU CILEDUG
KOTA TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Anjeng Lestari
NIM: 1113084000003
Di Bawah Bimbingan:
Arief Fitrijanto, S.Si., M.Si.
NIP 197111182005011003
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 07 Juni 2017 telah dilakukan ujian komprehensif atas nama
mahasiswa:
1. Nama : Anjeng Lestari
2. NIM : 1113084000003
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Willingness To Pay (WTP) Masyarakat
Terhadap Upaya Pelestarian Lingkungan Situ Ciledug
Kota Tangerang Selatan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Juni 2017
1. Drs. Rusdianto, M.Sc (…….....…….................…………..)
NIP. 195501041984031001 Penguji I
2. Venty, SE, M.Sc (............…….................…………..)
Penguji II
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Anjeng Lestari
NIM : 1113084000003
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya ilmiah saya dengan
bukti yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan bahwa saya telah melanggar
pernyataan di atas maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan
yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan penuh tanggung
jawab.
Jakarta, 25 Maret 2019
Anjeng Lestari
NIM 1113084000003
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Anjeng Lestari
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 April 1995
3. Alamat : Jl. Slada II No. 32 RT 005 RW 011 Gang H
Erman Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang
Selatan
4. Telepon : 08888476087
5. E-mail : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri Pondok Cabe Udik 1: 2001-2007
2. SMP Negeri 2 Kota Tangerang Selatan: 2007-2010
3. SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan: 2010-2013
4. FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2013-2019
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Sekretaris Departemen Eksternal HMJ Ekonomi Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2016)
2. Sekretaris Kelompok Kuliah Kerja Nyata di Desa Lontar Kecamatan
Kemiri Kabupaten Tangerang Provinsi Banten
3. Peserta Training Paduan Suara (TRAPARA) UIN Syarif hidayatullah
Jakarta
4. Anggota Biasa Paduan Suara Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Anggota Departemen Urusan Rumah Tangga Paduan Suara Mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016)
6. Koordinator Kesektariatan Musyawarah Anggota Paduan Suara
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Koordinator Kesektariatan TRAPARA (Training Paduan Suara) Paduan
Suara Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
D. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat dengan
Jurusan Sendiri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
2. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah “Mewujudkan Regenerasi Mahasiswa
Ekonomi yang berprestasi dalam Bidang Akademik”, HMJ IESP UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
3. Seminar Nasional “Korupsi Mengorupsi Indonesia”, FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015
4. Company Visit Bank Indonesia, 2015
5. Company Visit Transparansi Internasional, 2015
i
ABSTRACT
Ciledug Situ is located between two regions, namely Pamulang Barat Village and
Pondok Benda Village, Pamulang District. Situ Ciledug has functions and benefits
including water catchment areas as well as water catchment areas that are used
for flood control and groundwater supply. However, at present there have been
environmental problems in Situ Ciledug. So, there needs to be environmental
preservation efforts to maintain the functions and benefits provided by Situ
Ciledug. So the purpose of this study was to determine the amount of willingness
to pay for environmental conservation efforts and the variables that influenced it,
to know the economic value of Situ Ciledug based on community willingness to
pay and to know the socio-economic characteristics of the community around Situ
Ciledug. This study used primary data obtained from the survey by distributing
questionnaires to 38 samples around Situ Ciledug. The analytical tool used is the
contingent valuation method (CVM) and multiple linear regression. The
Contingent Valuation Method (CVM) aims to determine the willingness to pay
value and the value of total willingness to pay and multiple linear regression to
determine the variables that influence the amount of community willingness to pay
around Situ Ciledug in efforts to preserve the environment. The results of this
study indicate that the value of willingness to pay of Rp. 17,833.33 and the value
of total willingness to pay as an illustration of the economic value of Situ Ciledug
is Rp. 516,630,000. The variables that influence the level of willingness to pay for
the community around Situ Ciledug are age, dummy work and education level.
Keywords: Situ Ciledug, Willingness To Pay (WTP), Contingent Valuation
Method (CVM), Multiple Linear Regression, Environmental Conservation Efforts.
ii
ABSTRAK
Situ Ciledug terletak di antara dua wilayah yaitu Kelurahan Pamulang Barat dan
Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang. Situ Ciledug memiliki fungsi
dan manfaat antara lain sebagai daerah resapan air sekaligus daerah tangkapan air
yang digunakan untuk pengendali banjir serta penyuplai air tanah. Namun, saat ini
telah terjadi permasalahan lingkungan pada Situ Ciledug. Maka, perlu adanya
upaya pelestarian lingkungan untuk tetap mempertahankan fungsi dan manfaat
yang diberikan oleh Situ Ciledug. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui besarnya kesediaan membayar (willingness to pay) masyarakat
terhadap upaya pelestarian lingkungan beserta variabel-variabel yang
mempengaruhi, mengetahui nilai ekonomi Situ Ciledug berdasarkan willingness
to pay masyarakat dan mengetahui karakteristik sosial ekonomi masyarakat
sekitar Situ Ciledug. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari
survei dengan menyebarkan kuesioner kepada 38 sampel di sekitar Situ Ciledug.
Alat analisis yang digunakan adalah contingent valuation method (CVM) dan
regresi linear berganda. Contingent valuation method (CVM) bertujuan untuk
menentukan nilai WTP dan nilai total WTP serta regresi linier berganda untuk
menentukan variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya nilai WTP
masyarakat sekitar Situ Ciledug dalam upaya pelestarian lingkungan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa nilai WTP Rp 17.833,33 dan nilai total WTP
sebagai gambaran nilai ekonomi Situ Ciledug sebesar Rp 516.630.000. Variabel-
variabel yang mempengaruhi besarnya nilai WTP masyarakat sekitar Situ Ciledug
adalah usia, dummy pekerjaan dan tingkat pendidikan.
Kata kunci: Situ Ciledug, Willingness To Pay (WTP), Contingent Valuation
Method (CVM), Regresi Linier Berganda, Upaya Pelestarian Lingkungan.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Willingess To Pay (WTP) Masyarakat Terhadap Upaya Pelestarian
Lingkungan Situ Ciledug Kota Tangerang Selatan” dengan baik. Shalawat serta
salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Shallallah’Alayhi wa Sallam
beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk
memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selesainya skripsi ini tentu berkat dukungan, bimbingan dan bantuan serta
semangat dan doa dari orang-orang di sekeliling penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Oleh karenanya, izinkanlah penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Suparman dan Mamah Parni yang selalu
dengan sabar dan tulus untuk selalu membimbing, mendidik dan
memberikan semangat, perhatian yang luar biasa yang tak pernah henti
diberikan kepada penulis dan memberikan segala yang terbaik demi anak-
anaknya. Doa dan kasih sayang mereka tak pernah henti selalu tercurahkan
kepada penulis dan menjadi sumber kekuatan penulis untuk menjalani
kehidupan. Tidak ada alasan bagi penulis untuk tidak berterima kasih dan
mengabdi kepada mereka.
2. Kedua kakak penulis, Kakak Yuni Fitri Yani dan kakak Syaiful yang selalu
memberikan motivasi, dukungan, solusi yang terbaik serta hiburan dikala
sedih sekaligus menjadi tempat paling nyaman untuk berkeluh kesah. Tidak
ada alasan bagi penulis untuk tidak berterima kasih kepada kedua sosok ini.
3. Bapak Prof Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengenyam pendidikan di
kampus kebanggaan ini.
4. Bapak Arief Fitrijanto, S.Si., M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen
iv
pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi yang dengan
kemurahan hatinya bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan
pengarahan, ilmu yang bermanfaat serta dengan sabarnya memberikan
bimbingan skripsi kepada penulis. Terima kasih atas segala kebaikan,
kesabaran, arahan, bimbingan yang telah bapak berikan kepada penulis
sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Semoga segala ilmu tersebut dapat
bermanfaat kelak. Penulis mendoakan semoga bapak selalu diberikan
kesehatan, panjang umur dan perlindungan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
5. Bapak Dr Sofyan Rizal, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang berarti
dalam penyelesaian perkuliahan ini.
6. Segenap jajaran Tenaga Pengajar di Jurusan Ekonomi Pembangunan yang
telah menyampaikan banyak ilmu kepada penulis. Semoga ilmu tersebut
dapat bermanfaat dengan baik di masa yang akan datang.
7. Teman kecil penulis, Pinky Alawiyah, Anggi Sulistiawati, Nopi
Permatasari, Miranda Mutiasari, Lina Apriliani, Yuliana yang selama ini
selalu memberikan dukungan kepada penulis serta hiburan.
8. Sahabat-sahabat tersayang selama kuliah, Paracytha Gumilang, Rizki
Oktaviani, Yunita Damayanti, Devina Aprilia, Yunita, Dea Retno, Deya
Ranita, Mella Muliasari dan Indah Pertiwi yang selama ini telah banyak
menghabiskan waktu bersama disaat suka maupun duka, saling berbagi
kisah dan cerita, saling tolong menolong dan menerima satu sama lain
dengan segala perbedaan masing-masing.
9. Terkhusus, Paracytha Gumilang dan Rizki Oktaviani yang sangat sabar dan
perhatian kepada penulis serta selalu membimbing penulis selama proses
penyelesaian skripsi. Terima kasih banyak sekali lagi.
10. Seluruh teman-teman Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2013,
terlebih kepada Oktaviani Dewi Masitho, Didi Fardiansyah, Linaria
Marrocana, Roro Atiqah, dan sisanya yang tidak dapat penulis cantumkan
namanya satu persatu di sini, namun tidak mengurangi rasa sayang dan
v
terima kasih penulis karena telah menjadi teman belajar dan bermain yang
suportif dan menyenangkan.
11. Segenap rekan kerja di Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Pembangunan atas pengalaman berorganisasi yang begitu berharga.
12. Seluruh kawan-kawan di Paduan Suara Mahasiswa UIN Jakarta, terutama
kepada angkatan ANTARES yang telah mengajarkan arti perjuangan, kerja
keras dan kebersamaan. Senang rasanya telah dipertemukan dan dapat
menampilkan yang terbaik di setiap penampilan bersama kalian.
13. Segenap pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
bantuannya kepada penulis dalam mengurus perihal administrasi, sehingga
penulis mendapatkan kelancaran tanpa ada kendala yang berarti dalam
menyelesaikan studi.
14. Bapak Arwadi, Bapak Hardi, Bapak Dhana, Mba Nafa yang telah
meluangkan waktu untuk bertemu dan bertukar pikiran oleh penulis
sehingga penulis banyak mendapatkan wawasan dan mampu menyelesaikan
skripsi ini.
15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang disebabkan
terbatasnya pengalaman atau pengetahuan dan sumber daya dalam proses
penulisan skripsi ini. penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat
memperbaiki dan melengkapi skripsi ini serta memberikan manfaat di bidang
pendidikan. Tak lupa penulis menyampaikan permohonan maaf jika terdapat
kesalahan dalam penulisan, yang kiranya dapat menyinggung pihak tertentu.
Akhir kata, penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 25 Maret 2019
Anjeng Lestari
vi
DAFTAR ISI
ABSTRACT.......................................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I .................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 10
BAB II .............................................................................................................. 11
A. Landasan Teori .......................................................................................... 11
1. Situ ........................................................................................................ 11
a. Pengertian Situ ................................................................................... 11
b. Fungsi Dan Manfaat Situ .................................................................... 12
c. Permasalahan Pada Situ ...................................................................... 14
2. Konsep Valuasi Ekonomi ....................................................................... 15
3. Willingness To Pay (WTP) ..................................................................... 17
4. Contingent Valuation Method (CVM) .................................................... 18
a. Konsep Contingent Valuation Method (CVM) .................................... 18
1) Membuat Hipotesis Pasar ............................................................... 19
2) Mendapatkan Nilai WTP ................................................................ 19
3) Menghitung Nilai Rataan WTP....................................................... 21
4) Memperkirakan Kurva WTP .......................................................... 21
5) Mengagregatkan Data ..................................................................... 21
b. Kelemahan Contingent Valuation Method (CVM) .............................. 21
c. Kelebihan Contingent Valuation Method (CVM) ................................ 22
B. Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi WTP ........................................... 22
1. Jenis Kelamin ......................................................................................... 22
2. Usia ........................................................................................................ 23
vii
3. Pernikahan ............................................................................................. 23
4. Pendidikan ............................................................................................. 24
5. Pekerjaan................................................................................................ 24
6. Pendapatan ............................................................................................. 25
7. Lama Tinggal ......................................................................................... 26
8. Pengetahuan ........................................................................................... 26
C. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 27
D. Kerangka Pemikiran Operasional .............................................................. 37
E. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 39
BAB III ............................................................................................................. 40
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 40
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 40
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 41
1. Data Primer ............................................................................................ 41
2. Data Sekunder ........................................................................................ 42
D. Metode Analisis Data ................................................................................ 43
1. Contingent Valuation Method (CVM) .................................................... 43
a. Membuat Hipotesis Pasar.................................................................... 43
b. Mendapatkan Nilai WTP .................................................................... 43
c. Menghitung Nilai Rataan WTP ........................................................... 44
d. Memperkirakan Kurva WTP ............................................................... 44
e. Mengagregatkan Data ......................................................................... 44
2. Method of Successive Interval ................................................................ 44
3. Model analisis dengan Variabel Dummy ................................................. 45
4. Regresi Linear Berganda ........................................................................ 46
a. Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 47
1) Uji Normalitas ................................................................................ 47
2) Uji Multikolinieritas ....................................................................... 48
3) Uji Autokorelasi ............................................................................. 48
4) Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 49
5) Uji Linearitas ................................................................................. 50
b. Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................................... 52
viii
c. Uji Hipotesis ....................................................................................... 52
1) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ...................................... 52
2) Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) ..................................... 53
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 54
BAB IV ............................................................................................................. 57
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 57
1. Kota Tangerang Selatan.......................................................................... 57
2. Kecamatan Pamulang ............................................................................. 59
3. Situ Ciledug ........................................................................................... 61
B. Deskripsi Responden ................................................................................. 62
1. Responden Menurut Jenis Kelamin......................................................... 62
2. Responden Menurut Usia ....................................................................... 63
3. Responden Menurut Status Pernikahan ................................................... 64
4. Responden Menurut Tingkat Pendidikan ................................................ 65
5. Responden Menurut Status Pekerjaan ..................................................... 66
6. Responden Menurut Tingkat Pendapatan ................................................ 68
7. Responden Menurut Lama Tinggal ......................................................... 69
C. Ketidaksediaan Memberikan WTP Pelestarian Lingkungan Situ Ciledug ... 69
D. Contingent Valuation Method (CVM) ....................................................... 70
1. Membuat Hipotesis Pasar ....................................................................... 71
2. Mendapatkan Nilai WTP ........................................................................ 72
3. Menghitung Nilai Rataan WTP............................................................... 72
4. Memperkirakan Kurva WTP .................................................................. 73
5. Mengagregatkan Data ............................................................................. 73
E. Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 74
a. Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 74
b. Hasil Uji Multikolinearitas ..................................................................... 76
c. Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................ 77
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 77
e. Hasil Uji Linearitas ................................................................................. 78
F. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................................................... 79
G. Hasil Uji Hipotesis .................................................................................... 79
ix
1. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ..................................... 79
2. Hasil Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) .................................... 80
BAB V ............................................................................................................... 88
A. Kesimpulan ............................................................................................... 88
B. Saran ......................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 90
LAMPIRAN ..................................................................................................... 94
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang
Selatan Tahun 2011 – 2016................................................................... 1
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu............................................................31
Tabel 3.1 Operasional Variabel .......................................................................... 55 Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan 2016.......58
Tabel 4.2 Penduduk Kota Tangerang Selatan Menurut Kecamatan
Pada Tahun 2015 – 2016 .................................................................... 58
Tabel 4.3 Penduduk Kecamatan Pamulang Menurut Kelurahan Pada
Tahun 2015 – 2016 ............................................................................ 60
Tabel 4.4 Jenis Kelamin Responden ................................................................... 62 Tabel 4.5 Usia Responden .................................................................................. 63
Tabel 4.6 Status Pernikahan Responden ............................................................. 64 Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Responden .......................................................... 65
Tabel 4.8 Pekerjaan Responden.......................................................................... 66 Tabel 4.9 Jenis Pekerjaan Responden Yang Bekerja ........................................... 67
Tabel 4.10 Responden Yang Tidak Bekerja ........................................................ 67 Tabel 4.11 Tingkat Pendapatan Responden ........................................................ 68
Tabel 4.12 Lama Tinggal Responden ................................................................. 69 Tabel 4.13 Distribusi Nilai WTP Responden ...................................................... 72
Tabel 4.14 Nilai Total WTP ............................................................................... 74 Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov.......................... 76
Tabel 4.16 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................ 76 Tabel 4.17 Hasil Uji Autokorelasi Run Test ....................................................... 77
Tabel 4.18 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Rank Spearman ....................... 78 Tabel 4.19 Hasil Uji Linearitas .......................................................................... 78
Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................................... 79 Tabel 4.21 Hasil Uji Simultan (Uji F) ................................................................ 80
Tabel 4.22 Hasil Uji Individual (Uji t) ................................................................ 80
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alih Fungsi Lahan Untuk Perumahan ............................................... 3
Gambar 1.2 Alih Fungsi Lahan Untuk Pusat Perdagangan .................................... 3 Gambar 1.3 Permasalahan Situ Ciledug................................................................ 4
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 38 Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Tangerang Selatan ............................................ 57
Gambar 4.2 Peta Wilayah Kecamatan Pamulang ................................................ 60 Gambar 4.3 Situ Ciledug .................................................................................... 61
Gambar 4.4 Alasan Responden Yang Tidak Bersedia Memberikan WTP ........... 70 Gambar 4.5 Kurva WTP Responden .................................................................. 73
Gambar 4.6 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram ............................... 75 Gambar 4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot ................................. 75
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN ..................................................... 95
LAMPIRAN 2 JENIS KELAMIN RESPONDEN .............................................. 99 LAMPIRAN 3 USIA RESPONDEN ................................................................ 100
LAMPIRAN 4 STATUS PERNIKAHAN RESPONDEN ................................ 101 LAMPIRAN 5 PENDIDIKAN TERAKHIR RESPONDEN............................. 102
LAMPIRAN 6 PEKERJAAN RESPONDEN ................................................... 103 LAMPIRAN 7 PENDAPATAN RESPONDEN ............................................... 104
LAMPIRAN 8 LAMA TINGGAL RESPONDEN ........................................... 105 LAMPIRAN 9 PENGETAHUAN RESPONDEN ............................................ 106
LAMPIRAN 10 WILLINGNESS TO PAY RESPONDEN ................................. 107 LAMPIRAN 11 HASIL UJI NORMALITAS .................................................. 108
LAMPIRAN 12 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS ..................................... 109 LAMPIRAN 13 HASIL UJI AUTOKORELASI .............................................. 110
LAMPIRAN 14 HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS ............................... 111 LAMPIRAN 15 HASIL UJI LINEARITAS ..................................................... 112
LAMPIRAN 16 HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R2) ..................... 113
LAMPIRAN 17 HASIL UJI SIMULTAN (UJI F)............................................ 114
LAMPIRAN 18 HASIL UJI INDIVIDUAL (UJI T) ........................................ 115 LAMPIRAN 19 DOKUMENTASI .................................................................. 116
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada akhir
tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Secara administratif, Kota Tangerang
Selatan terdiri dari 7 kecamatan dan 54 kelurahan.
Batas administrasi Kota Tangerang Selatan yaitu, Sebelah Utara berbatasan
dengan Kota Tangerang dan DKI Jakarta, Sebelah Timur berbatasan dengan
Provinsi Jawa Barat (Kota Depok) dan DKI Jakarta, Sebelah Selatan berbatasan
dengan Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Bogor) dan Kota Depok, Sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Tangerang (Kota Tangerang Selatan Dalam angka
2017).
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun Menurut Kecamatan
2011 - 2016
Kecamatan Jumlah Penduduk
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Setu 69.391 72.170 75.002 77.811 80.811 83.777
Serpong 144.378 150.736 157.252 163.915 170.731 177.677
Pamulang 296.915 305.909 314.931 323.957 332.984 341.967
Ciputat 199.807 206.293 212.824 219.384 225.974 232.559
Ciputat
Timur 184.391 188.957 193.484 197.960 202.386 206.729
Pondok
Aren 316.988 329.103 341.416 353.904 366.568 379.354
Serpong
Utara 134.232 141.237 148.494 155.998 163.755 171.749
Total 1.346.102 1.394.405 1.443.403 1.492.999 1.543.209 1.593.812
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan
2
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah
penduduk di Kota Tangerang Selatan menurut kecamatan dari tahun 2011 hingga
2016 sebesar 247.710 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2016 berada
di Kecamatan Pondok Aren sebesar 379.354, diikuti dengan Kecamatan Pamulang
sebesar 341.967, lalu Kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Serpong dan Serpong
Utara yang masing-masing sebesar 232.559, 206.729, 177.677 dan 171.749 dan
yang terkecil yaitu Kecamatan Setu sebesar 83.777. Salah satu penyebab
terjadinya peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun di Kota Tangerang
Selatan disebabkan oleh letak Kota Tangerang Selatan yang strategis yaitu
berbatasan langsung dengan ibu kota Negara Republik Indonesia yaitu DKI
Jakarta.
Jumlah penduduk yang semakin banyak membawa konsekuensi terhadap
pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk serta penggunaan ruang baik
untuk keperluan yang bersifat pribadi seperti kebutuhan akan tempat tinggal yang
memadai maupun untuk tempat umum dengan segala fasilitas pendukungnya.
Salah satu kecamatan yang mengalami peningkatan jumlah penduduk dari
tahun 2011 hingga 2016 merupakan Kecamatan Pamulang. Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah bahwa Kecamatan Pamulang diarahkan sebagai kegiatan
pelayanan umum, perdagangan dan jasa dan perumahan tinggi. Hal tersebut akan
menyebabkan kebutuhan ruang semakin tidak terbatas untuk memenuhi
kebutuhan baik sosial, ekonomi dan tempat tinggal maupun aktifitas lainnya yang
berdampak pada meningkatnya kebutuhan penggunaan lahan.
Kebutuhan lahan yang semakin tinggi telah mendesak lahan yang semula
diperuntukkan untuk areal kawasan lindung menjadi areal pembangunan.
Pemahaman bahwa kegiatan pembangunan akan memberi nilai ekonomi yang
lebih tinggi, cenderung melupakan kaidah keseimbangan ekologi sehingga alih
fungsi lahan terus terjadi, termasuk juga kawasan sekitar situ. Tidak dapat
dipungkiri bahwa saat ini, telah terjadi alih fungsi lahan di Kecamatan Pamulang
untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal beserta segala fasilitas
pendukungnya. Pada gambar 1.1 memperlihatkan bahwa telah terjadi alih fungsi
3
lahan yang dilakukan oleh pengembang untuk membuat perumahan di sekitar Situ
Ciledug.
Gambar 1.1
Alih Fungsi Lahan Untuk Perumahan
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
Selain itu pada gambar 1.2 juga memperlihatkan adanya alih fungsi lahan yang
dilakukan oleh pengembang untuk membuat pusat perdagangan di sekitar Situ
Ciledug (Hasil wawancara dengan lembaga swadaya lokal yaitu OKP Ganespa,
2017).
Gambar 1.2
Alih Fungsi Lahan Untuk Pusat Perdagangan
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa alih fungsi lahan bukan
hanya menyebabkan penyusutan luasan lahan pada situ namun juga
menimbulkan permasalahan lainnya yaitu meningkatnya aktivitas sosial
ekonomi di sekitar situ, aktivitas tersebut kurang terpantau dengan baik sehingga
sampah-sampah rumah tangga yang terdapat di saluran air, pada saat musim
hujan akan ikut terbawa arus yang berhilir di Situ Ciledug. Maka dapat
4
dikatakan bahwa kondisi Situ Ciledug sudah mulai tercemar dari berbagai
saluran air yang terhubung langsung dengan Situ Ciledug
Terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada situ.
Pertama, disebabkan oleh faktor alam seperti bencana alam sehingga terjadi
kerusakan pada situ. Kedua, faktor manusia yang sengaja terjadi yang ditimbulkan
dari aktivitas manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2010). Kerusakan yang
terjadi akan menimbulkan permasalahan lingkungan, seperti pada gambar 1.3 di
bawah ini:
Gambar 1.3
Permasalahan Situ Ciledug
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017
Situ adalah wadah genangan air dalam suatu cekungan permukaan tanah yang
terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya bersumber dari air permukaan
dan / atau air tanah. Berdasarkan pembentukannya dapat dikelompokkan menjadi
situ yang terbentuk secara alami dan ada yang terbentuk secara buatan
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2010). Istilah “situ” biasa digunakan
masyarakat Jawa Barat untuk menyebut “danau kecil” (Inah dan Setianto,
2013:112).
Situ umumnya berperan sebagai air untuk irigasi, daerah resapan air, sumber
air baku, pengendali banjir, tempat konservasi lingkungan, perlindungan untuk
flora maupun fauna di sekitarnya (Kementerian Lingkungaan Hidup, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Dinas Bina Marga dan Sumber
Daya Air Tangerang Selatan menjelaskan bahwa dahulu keberadaan situ-situ yang
5
ada di Kota Tangerang Selatan berfungsi untuk irigasi ke pertanian dan
persawahan yang ada di sekitar situ. Namun fungsi tersebut saat ini telah beralih
menjadi daerah resapan air sekaligus daerah tangkapan air yang digunakan untuk
pengendali banjir serta penyuplai air tanah, termasuk juga fungsi Situ Ciledug saat
ini.
Dampak penyusutan luasan lahan situ berpengaruh pada penyerapan daya
tahan tanah sehingga penyerapan air semakin berkurang dan fungsi situ sebagai
sarana penampung atau penyimpan air bisa menjadi rusak. Pemanfaatan di daerah
sekitar situ dan pemanfaatan lahan di wilayah tangkapan air akan mempengaruhi
kuantitas dan kualitas air situ. Maka, fungsi situ akan mengalami penurunan jika
terjadi kerusakan di daerah sekitar situ maupun di daerah tangkapan air.
Pada saat Lokakarya Nasional “Pengelolaan Danau Berkelanjutan: Sinergi
Program dan Peran Para Pemangku Kepentingan” yang diselenggarakan di
Jakarta, 9 Mei 2017, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro
menyampaikan bahwa selama ini yang terlupakan adalah danau atau situ yang
tidak hanya sekadar bagian dari alam, tapi juga memiliki manfaat ekonomi,
sosial, dan lingkungan yang luar biasa. Namun, banyak hal-hal yang belum
didalami mengenai keberlanjutan danau atau situ. Pemanfaatan danau atau situ
seharusnya sejalan dengan pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan
pengelolaan danau atau situ yang terpadu baik dari aspek ekonomi, sosial,
budaya, tata ruang serta kepariwisataan. Begitu pula dengan pengelolaan danau
berkelanjutan yang tidak hanya dikerjakan oleh satu lembaga/institusi
pemerintahan, namun juga diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, baik
swasta maupun masyarakat.
Saat ini, Pemerintah Kota Tangerang Selatan berupaya mendorong
pemerintah pusat untuk melakukan revitalisasi terhadap situ-situ yang berada di
Kota Tangerang Selatan karena sampai saat ini situ yang berada di Kota
Tangerang Selatan masih berstatus menjadi wewenang pemerintah pusat dan
sekaligus meminta proses peralihan kewenangan situ kepada Pemerintah kota
Tangerang Selatan (Tangseloke, 2014). Pemerintah Kota Tangerang Selatan pun
telah memberikan kepercayaan kepada lembaga swadaya lokal di sekitar Situ
6
Ciledug yang peduli akan pelestarian lingkungan bahkan memiliki visi dan misi
menjaga dan merawat Situ Ciledug serta memberikan penyuluhan kepada
masyarakat sekitar terhadap upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug.
Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa situ memiliki fungsi dan manfaat untuk
kehidupan. Maka untuk mempertahankan fungsi dan manfaat Situ Ciledug perlu
adanya upaya pelestarian. Upaya pelestarian harus dilakukan sejak saat ini
sebelum kondisi lingkungan Situ Ciledug semakin mengalami permasalahan yang
parah. Upaya pelestarian bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja melainkan
harus melibatkaan seluruh pihak, terlebih dari masyarakat sekitar kawasan Situ
Ciledug yang merasakan langsung fungsi dan manfaat yang di berikan oleh Situ
Ciledug.
Upaya pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh lembaga swadaya lokal
setempat terhadap Situ Ciledug yaitu dengan cara dilakukan pemangkasan
semak belukar di tepian situ, penanaman bibit pohon, operasi bersih situ dengan
melakukan pembuangan sampah dan limbah lainnya yang berada dibadan situ,
pembersihan sisa jaring ikan milik warga sekitar, penyebaran bibit ikan, serta
menjaga dan mengawasi aktivitas di sekitar situ (Hasil wawancara dengan
lembaga swadaya lokal yaitu OKP Ganespa, 2017).
Pelaksanaan upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug membutuhkan biaya
yang tidak sedikit. Hal ini harus didukung dengan partisipasi seluruh pihak
terlebih dari masyarakat sekitar Situ Ciledug yang merasakan langsung fungsi dan
manfaat situ. Oleh karena itu diperlukan instrumen ekonomi berupa willingness to
pay (WTP) yang didekati dengan biaya pelestarian untuk mendukung terwujudnya
upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug yang berkelanjutan.
Hal tersebut merupakan valuasi ekonomi yaitu upaya memberikan nilai
kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan
lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non-pasar
(non market value). Valuasi ekonomi sumber daya alam merupakan suatu alat
ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk
mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya
alam dan lingkungan (Fitri, 2017:126).
7
Pemahaman tentang konsep valuasi ekonomi bisa menjadi referensi bagi para
pengambil kebijakan dapat menentukan penggunaan situ yang efektif dan efisien.
konsep valuasi ekonomi tersebut juga menunjukkan hubungan antara konservasi
situ dengan pembangunan ekonomi. Bukan hanya referensi bagi para pengambil
kebijakan, melainkan juga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
penggunaan dan pengelolaan situ.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bahwa willingness to pay seseorang
terhadap fungsi dan manfaat Situ Ciledug akan mewujudkan upaya pelestarian
lingkungan situ yang berkelanjutan dan nilai yang diberikan dalam willingness to
pay benar - benar mencerminan kepedulian seseorang terhadap kualitas
lingkungan Situ Ciledug dalam rangka untuk mempertahankan fungsi dan manfaat
yang diberikan Situ Ciledug. Begitu pula dengan pemerintah setempat harus bisa
lebih tegas dalam membuat kebijakan yang terkait dengan situ-situ yang ada di
Kota Tangerang Selatan. Kebijakan yang diterapkan pun harus memperhatikan
aspek kelestarian lingkungan agar suatu keseimbangan lingkungan hidup bisa
terwujud.
B. Rumusan Masalah
Situ merupakan wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk
secara alami maupun buatan yang sumber airnya berasal dari mata air, air hujan
atau limpasan air permukaan. Situ Ciledug terletak di antara dua wilayah yaitu
Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang.
Saat ini Situ Ciledug memiliki fungsi dan manfaat antara lain sebagai daerah
resapan air sekaligus daerah tangkapan air yang digunakan untuk pengendali
banjir serta penyuplai air tanah
Maraknya alih fungsi lahan di sekitar situ menyebabkan meningkatnya
kegiatan sosial ekonomi yang kurang terpantau dengan baik sehingga
menimbulkan kekhawatiran akan kelestarian situ dan jika tidak menerapkan upaya
pelestarian lingkungan yang baik, maka dapat menyebabkan kerusakan hingga
permasalahan pada situ sehingga dapat menurunkan fungsi dan manfaat situ
sebagai daerah resapan air. Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa kondisi
air di Situ Ciledug sudah mulai tercemar dengan sampah-sampah rumah tangga
8
yang berjenis sulit terurai yang dibuang oleh masyarakat pada saluran air dan
berhilir langsung di Situ Ciledug.
Semestinya ada kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang realistis
dalam kewenangan pengelolaan situ. Namun karena berbagai keterbatasan dalam
pengelolaannya dan adanya tumpang tindih kewenangan antar lembaga terkait
dalam tata laksana pengelolaan Situ Ciledug maka menyebabkan pengelolaan situ
menjadi terbengkalai. Hal ini menginspirasi sebuah kelembagaan swadaya lokal
untuk berperan aktif dalam pengelolaan situ yang berpartisipatif dengan turut serta
mengajak masyarakat di sekitar situ untuk menjaga kelestarian lingkungan dan
melakukan upaya pelestarian lingkungan.
Permasalahan yang terjadi pada situ salah satunya merupakan akibat dari
lemahnya kelembagaan. Oleh sebab itu, maka langkah yang perlu dilakukan untuk
membenahi pengelolaan situ adalah dengan membentuk dan memperkuat peran
kelembagaan, sehingga kelembagaan dapat diandalkan dalam mendukung upaya-
upaya perlindungan situ yang berkelanjutan. Salah satu bentuk dukungan
masyarakat sekitar Situ Ciledug terhadap lembaga swadaya lokal setempat dalam
upaya pelestarian lingkungan situ yaitu dengan instrumen ekonomi berupa
willingness to pay (WTP) yang didekati dengan biaya pelestarian untuk
mendukung terwujudnya upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug yang
berkelanjutan.
Willingness to pay (WTP) dapat diartikan sebagai berapa besar orang mau
membayar untuk memperbaiki lingkungan yang rusak (kesediaan konsumen untuk
membayar), sedangkan willingness to accept (WTA) adalah berapa besar orang
mau dibayar untuk mencegah kerusakan lingkungan (kesediaan produsen
menerima kompensasi) dengan adanya kemunduran kualitas lingkungan.
Kesediaan membayar atau kesediaan menerima merefleksikan preferensi individu,
kesediaan membayar dan kesediaan menerima adalah parameter dalam penilaian
ekonomi (Pearce dan Moran dalam Fitri, 2017:126).
Penelitian ini menggunakan instrumen ekonomi berupa willingness to pay
(WTP) untuk mengetahui kesediaan membayar seseorang yang didekati dengan
biaya pelestarian untuk mendukung terwujudnya upaya pelestarian lingkungan
Situ Ciledug atau dengan kata lain upaya memperbaiki lingkungan yang rusak.
9
Willingness to pay (WTP) yang hendak diberikan setiap individu akan berbeda,
yang mengakibatkan perbedaan tersebut adalah preferensi dari masing-masing
individu. Perbedaan preferensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenis
kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, kebutuhan akan barang dan jasa
lingkungan tertentu dan beberapa faktor lainnya
Hal tersebut merupakan valuasi ekonomi yaitu upaya untuk memberikan nilai
kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan
lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non-pasar
(non market value). Valuasi ekonomi sumber daya alam merupakan suatu alat
ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk
mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya
alam dan lingkungan (Fitri, 2017:126).
Pemahaman tentang konsep valuasi ekonomi bisa menjadi referensi bagi para
pengambil kebijakan dapat menentukan penggunaan situ yang efektif dan efisien.
konsep valuasi ekonomi tersebut juga menunjukkan hubungan antara konservasi
situ dengan pembangunan ekonomi. Bukan hanya referensi bagi para pengambil
kebijakan, melainkan juga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
penggunaan dan pengelolaan situ.
Berdasarkan uraian di atas, beberapa masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi masyarakat di sekitar Situ Ciledug?
2. Berapa nilai ekonomi Situ Ciledug berdasarkan willingness to pay (WTP)
masyarakat sekitar Situ Ciledug dalam upaya pelestarian lingkungan Situ
Ciledug?
3. Variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi willingness to pay (WTP)
masyarakat di sekitar Situ Ciledug dalam upaya pelestarian lingkungan Situ
Ciledug?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui nilai ekonomi Situ Ciledug melalui instrumen ekonomi yaitu
willingness to pay (WTP) beserta variabel-variabel yang mempengaruhinya.
10
Sedangkan tujuan secara spesifik dilakukannya penelitian ini telah ditetapkan
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi masyarakat di sekitar Situ
Ciledug?
2. Mengetahui nilai ekonomi Situ Ciledug berdasarkan willingness to pay (WTP)
masyarakat sekitar Situ Ciledug dalam upaya pelestarian lingkungan Situ
Ciledug.
3. Menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi willingness to pay (WTP)
masyarakat di sekitar Situ ciledug dalam upaya pelestarian lingkungan Situ
Ciledug?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna dalam berbagai
hal, antara lain:
1. Bagi masyarakat sekitar Situ Ciledug, dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat akan pentingnya keberadaan Situ Ciledug untuk saat ini maupun di
masa yang akan datang atas fungsi dan manfaat yang diberikan oleh Situ
Ciledug untuk kehidupan sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap upaya pelestarian lingkungan sehingga kualitas lingkungan Situ
Ciledug menjadi lebih baik dan dapat mengurangi permasalahan yang terjadi.
2. Bagi lembaga swadaya lokal setempat, dapat mengetahui bahwa willingness to
pay (WTP) masyarakat bisa menjadi cerminan dari kepedulian masyarakat
terhadap Situ Ciledug. Willingness to pay (WTP) masyarakat juga dapat
dijadikan biaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug namun harus diiringi
dengan tindakan yang nyata sekaligus melakukan pendekatan secara langsung
seperti memberikan penyuluhan dan informasi tentang pelestarian lingkungan
kepada masyarakat sehingga diharapkan kedepannya bisa saling bersinergi.
3. Bagi pemerintah, dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah Kota
Tangerang Selatan dalam menerapkan kebijakan yang tepat guna menciptakan
kelestarian lingkungan Situ Ciledug.
4. Bagi akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan bisa menjadi pelengkap
khususnya di dalam menganalisis valuasi ekonomi lingkungan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Situ
a. Pengertian Situ
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 2004
tentang sumber daya air, sumber air merupakan tempat atau wadah air alami
atau buatan yang terdapat di atas atau di bawah permukaan tanah. Termasuk
dalam pengertian tersebut yaitu akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ,
waduk dan muara (Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan nomor 13
tahun 2012 tentang pengelolaan lingkungan hidup). Menurut Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2008, situ adalah suatu wadah genangan air di
atas permukaan tanah yang berbentuk secara alami maupun buatan yang
airnya berasal dari tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang
merupakan salah satu bentuk kawasan lindung.
Danau, situ atau lembah topografi merupakan bentukan alam atau
bentukan buatan manusia yang dapat berfungsi sebagai daerah peresap atau
daerah penampung air, baik dari mata air alami (aliran bawah tanah)
maupun langsung dari curah hujan (Johan 1996 dalam Bratadiredja 2010:6).
Inah dan Setianto (2013:112) menyebutkan bahwa istilah situ biasa
digunakan oleh masyarakat Jawa Barat dalam menyebut danau kecil.
Perbedaan situ alami dan situ buatan dapat diketahui dari tujuan dan proses
pembuatannya.
Situ memiliki saluran masuk (inlet) dan saluran keluar (outlet) untuk
mengatur pasokan air yang terdapat di badan situ. Pasokan air tersebut dapat
berasal dari sungai-sungai yang terdapat di sekitarnya, curah hujan atau
bahkan dari mata air. Pada umumnya situ berperan sebagai fungsi
pengaturan air irigasi, pengendali banjir, perikanan, wisata alam dan lainnya
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2010). Selain itu Adawiyah (2011:x)
berpendapat bahwa situ dicirikan memiliki arus yang sangat lambat (0,001 –
0,01 m/detik) atau tidak ada arus sama sekali sehingga waktu air menetap
dapat berlangsung lama dan arus air situ bisa bergerak ke berbagai arah.
12
Maka, dapat dikatakan bahwa situ dapat disamakan dengan danau yang
memiliki ukuran lebih kecil, yaitu suatu wadah genangan air yang terbentuk
baik secara alami maupun buatan yang terdapat di atas permukaan tanah
yang airnya berasal dari tanah atau air permukaan dan pada umumnya
berperan sebagai penampung air.
Kawasan lindung merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber
daya alam dan sumber daya buatan dan situ merupakan salah satu bentuk
kawasan lindung (Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008). Dalam
perencanaan kawasan lindung, situ ditetapkan sebagai kawasan lindung
prioritas dengan kriteria sebagai ruang terbuka hijau regional, kawasan
konservasi dan daerah resapan air.
Kawasan sekitar situ diarahkan untuk konservasi air dan tanah dalam
rangka mencegah banjir, sedimentasi, menjaga fungsi hidrologi untuk
menjamin ketersediaan air dan mengurangi dampak akibat bencana alam.
Jadi, keberadaan situ sangat penting dalam menjaga keseimbangan
ekosistem dan kehidupan yang berkelanjutan untuk tetap menjamin
kelestarian lingkungan.
b. Fungsi Dan Manfaat Situ
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (2010), situ mempunyai
berbagai macam fungsi dan manfaat baik secara ekologis, ekonomis,
estetika, wisata alam dan tradisi. Adapun fungsi dan manfaat situ secara
umum sebagai berikut:
1. Tempat penampungan kelebihan air dikala musim hujan maupun air
yang berasal dari aliran permukaan, sungai-sungai atau sumber air
bawah tanah. Dengan kata lain sebagai pengendali banjir.
2. Sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup berbagai macam flora
maupun fauna endemik.
3. Sumber air irigasi untuk pengairan kawasan pertanian maupun
perkebunan yang berada dihilir output danau tepatnya kawasan
pertanian maupun perkebunan yang berada di sekitar situ.
13
4. Sumber air baku yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat
sekitar (rumah tangga, industri maupun PDAM).
5. Sebagai sumber penghasil energi melalui Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA).
6. Tempat perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
7. Sebagai kawasan potensial untuk pengembangan objek pariwisata dan
wisata budaya maupun tempat rekreasi dengan pemandangan alam
yang terdapat di situ.
8. Sebagai prasarana transportasi untuk masyarakat.
9. Sarana pendidikan dan penelitian.
Menurut Aboejoewono dalam Majid (2008:7-8), Situ memiliki banyak
fungsi baik ditinjau dari segi ekologis maupun ekonomi, antara lain :
1. Sebagai sumber air bagi kehidupan yaitu banyak yang digunakan
untuk keperluan air minum dan MCK. Selain itu juga dipergunakan
untuk irigasi dan industri.
2. Pengaturan tata air dan pemasok air tanah. Situ merupakan tempat
penampungan air baik yang berasal dari air hujan maupun sumber air
mengalir. Air yang tertampung di dalam situ merupakan pemasok air
ke aquifier, air tanah atau situ lainnya yang letaknya lebih rendah.
Situ sangat penting untuk mempertahankan air tanah dangkal yang
menjadi sumber air bagi masyarakat sekitar.
3. Pengendali banjir. Situ memiliki kemampuan menyimpan kelebihan
air yang berasal dari hujan maupun sumber air mengalir. Situ dapat
mengurangi volume air yang mengalir selama musim hujan sehingga
dapat mengurangi atau mencegah terjadinya banjir.
4. Pengatur iklim mikro. Proses evapotranspirasi yang terjadi di suatu
situ dapat menjaga kelembaban di daerah sekitarnya. Selain itu, situ
yang luas dengan pepohonan atau keadaan flora yang baik memiliki
kemampuan untuk menyimpan air hujan sehingga mampu menjaga
kelembaban sepanjang waktu.
5. Habitat berbagai jenis flora dan fauna. Dalam satu ekosistem, situ
merupakan habitat dari berbagai spesies flora dan fauna. Berbagai
14
jenis flora dan fauna kehidupannya sangat bergantung pada
keberadaan situ seperti berbagai jenis burung, hewan air, dan
tumbuhan-tumbuhan tertentu.
6. Budidaya perikanan. Perairan situ dapat pula digunakan untuk kegiatan
budidaya perikanan yang merupakan salah satu upaya dalam
mengoptimalkan sumber daya alam. Khususnya di wilayah Jabotabek,
situ-situ telah dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan dengan sistem
keramba jaring apung.
7. Kegiatan pariwisata atau rekreasi. Sebagai salah satu sumber daya
alam perairan, situ memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai
kawasan wisata atau tempat rekreasi. Pemanfaatan situ tersebut turut
menunjang pendapatan daerah sekaligus masyarakat secara langsung
maupun tidak langsung.
Adapun, fungsi-fungsi spesifik danau dan lingkungannya antara lain
sebagai sumber resapan air bagi kestabilan lapisan-lapisan air di bawah
tanah dan air sungai, pengendali banjir secara alamiah, tempat kehidupan
bagi spesies hewan dan tumbuhan, sumber kehidupan dan penghidupan bagi
manusia dan hewan peliharaannya, pembentuk kondisi udara (iklim) di
sekitarnya, penunjang kehidupan lingkungannya, dan sarana perhubungan
air (Supriyadi dalam Amanda, 2009:9).
c. Permasalahan Pada Situ
Menurut Majid dalam Amanda (2009:10), menjelaskan bahwa
permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan situ di Jabodetabek
akan menjadi ancaman terhadap kualitas lingkungan situ, permasalahan
tersebut antara lain: 1) konservasi lahan yaitu banyaknya lahan-lahan situ
dan empang yang beralih fungsi menjadi lahan pemukiman, 2)
Pendangkalan yang disebabkan oleh sampah-sampah yang berada pada
badan situ dan endapan lumpur dari erosi tanah yang mengakibatkaan
terjadinya banjir, 3) pencemaran limbah rumah tangga dan segala aktivitas
perekonomian lainnya sehingga terjadi eutrofikasi yang berakibat pada
pendangkalan. Penyebab lainnya adalah lemahnya pemerintah setempat
15
dalam hal pengawasan dan penertiban perizinan yang berkaitan dengan
lahan situ sehingga luasan lahan situ menjadi berkurang.
Penurunan kualitas lingkungan juga terjadi di waduk yang disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain yaitu penggundulan hutan, perubahan
fungsi lahan di daerah tangkapan air yang mengakibatkan erosi dan
sedimentasi. Sedimentasi dapat dengan cepat mendangkalkan situ, danau,
dan waduk, menurunkan kualitas air dan merusak habitat, dan menurunkan
kapasitas cadangan air (Naryanto dalam Amalia, 2011:10).
Selain itu, menurut PUSLITBANG SOSEKLING (2011), situ memiliki
ukuran yang relatif kecil sehingga menyebabkan keberadaan situ sangat
terancam. Adapun faktor penyebab permasalahan yang terjadi pada situ
yaitu ketidakjelasan kewenangan pengelolaan pada situ, minimnya dana
pemeliharaan, bertambahnya pemukiman serta aktivitas penduduk di sekitar
situ yang kurang terpantau dengan baik dan lemahnya pengawasan dalam
memanfaatkan daerah aliran sungai.
2. Konsep Valuasi Ekonomi
Sumber daya alam dan lingkungan dapat menghasilkan suatu barang seperti
ikan, kayu, bahkan air yang dapat dinilai secara moneter atau dapat dihitung
nilai ekonominya karena diasumsikan bahwa pasar itu eksis (market based)
sehingga transaksi barang dari sumber daya alam tersebut dapat dilakukan.
Selain itu, sumber daya alam dan lingkungan juga menghasilkan jasa
lingkungan dalam bentuk manfaat seperti manfaat hutan bakau sebagai daerah
pengendali banjir. Manfaat tersebut disebut sebagai manfaat ekologis yang
sering tidak terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai
dari sumber daya alam dan lingkungan. Manfaat ekologis akan terasa dalam
jangka panjang dan jika suatu hal buruk terjadi.
Penggunaan metode analisis biaya manfaat yang konvensional sering tidak
memasukkan manfaat ekologis sehingga pengambil kebijakan sering tidak
mampu mengkuantifikasikan nilai sumber daya alam dan lingkungan dengan
metode ekonomi konvensional. Tantangan yang dihadapi oleh para pengambil
kebijakan adalah bagaimana memberikan nilai yang komprehensif terhadap
jasa lingkungan yang diberikan oleh sumber daya alam. Permasalahan tersebut
16
menjadi dasar pemikiran lahirnya konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi
non-pasar (Fauzi, 2010:208).
Menurut Susilowati dalam Ermayanti (2012:16), valuasi ekonomi secara
umum merupakan suatu upaya untuk memberikan nilai terhadap barang dan
jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan baik yang memiliki
nilai pasar maupun tidak. Selain itu valusi ekonomi juga dapat diartikan
sebagai nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu sumber daya alam dan
lingkungan, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang harus diperhitungkan
dalam menyusun suatu kebijakan. Sehingga alokasi dan penggunaannya dapat
ditentukan secara benar dan tepat sasaran (Dhaniswara, 2014:27).
Valuasi ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai kuantitatif
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan
lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non-pasar
(non market value). Valuasi ekonomi sumber daya merupakan suatu alat
ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk
mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya
alam dan lingkungan. Oleh karena itu, valuasi ekonomi dapat dijadikan alat
yang penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan
dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan (Fitri, 2017:126).
Teknik valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang tidak dapat
dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan dalam dua kelompok.
Pertama, teknik valuasi ekonomi yang mengandalkan harga implisit dimana
willingness to pay terungkap melalui pasar yang dikembangkan atau disebut
teknik revealed WTP. Beberapa teknik yang termasuk ke dalam golongan
pertama adalah travel cost, hedonic price dan random utility model. Sedangkan
kelompok kedua, teknik valuasi ekonomi yang didasarkan pada survei
langsung dengan menanyakan kesediaan membayar (WTP) responden yang
diungkapkan baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu teknik yang cukup
populer dalam kelompok kedua adalah contingent valuation method (Fauzi,
2010:212).
17
3. Willingness To Pay (WTP)
Awal mula kata WTP muncul dikarenakan sulitnya memberikan nilai untuk
barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan dengan
melihat bahwa pengertian nilai yang berhubungan dengan barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sumber daya alam lingkungan sangat beragam jika dipandang
dari berbagai disiplin ilmu. Misalnya, nilai hutan mangrove, dari sisi ekologi
bisa sebagai tempat reproduksi spesies ikan namun jika dipandang dari sisi
teknik bisa sebagai pencegah abrasi. Maka, diperlukan persepsi yang sama
untuk nilai dari sumber daya alam dan lingkungan. Salah satu tolak ukur yang
dapat dijadikan sebagai persepsi bersama dari berbagai disiplin ilmu adalah
dengan pemberian harga pada barang dan jasa lingkungan. Pemberian harga
tersebut dapat dikatakan nilai ekonomi sumber daya alam.
Fauzi (2010:209) menyatakan bahwa secara umum, nilai ekonomi
didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang bersedia
mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya.
Secara formal, konsep tersebut disebut kesediaan membayar seseorang atau
willingness to pay terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya
alam dan lingkungan. Hal demikian nilai barang dan jasa dari sumber daya
alam dan lingkungan bisa diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan
mengukur nilai moneter dari barang dan jasa lingkungan.
WTP menurut Fauzi (2014:29) merupakan jumlah maksimum nilai uang
yang bersedia dibayarkan oleh seseorang, sehingga seseorang tersebut
indiferen antara opsi pilihan membayar untuk perubahan sesuatu (perbaikan
sumber daya alam dan lingkungan) atau menolak terjadinya perubahan tersebut
dan membelanjakan uangnya untuk hal lain. Nilai WTP dapat mencerminkan
manfaat dari suatu perbaikan sumber daya alam dan lingkungan.
Menurut Pearce dan Turner dalam Fitri (2017:126) menilai jasa-jasa
lingkungan pada dasarnya dinilai berdasarkan ”willingness to pay” (WTP) dan
”willingnes to accept (WTA). Willingness to pay dapat diartikan sebagai
berapa besar orang mau membayar untuk memperbaiki lingkungan yang rusak
(kesediaan konsumen untuk membayar), sedangkan willingness to accept
adalah berapa besar orang mau dibayar untuk mencegah kerusakan lingkungan
18
(kesediaan produsen menerima kompensasi) dengan adanya kemunduran
kualitas lingkungan. Kesediaan membayar atau kesediaan menerima
merefleksikan preferensi individu, kesediaan membayar dan kesediaan
menerima adalah parameter dalam penilaian ekonomi (Pearce dan Moran
dalam Fitri, 2017:126).
Menurut Syakya dalam Rahmawati (2014:42) menyatakan bahwa WTP
merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk mengetahui pada level
berapa seseorang mampu membayar biaya perbaikan lingkungan agar
mendapatkan lingkungan yang baik. WTP yang hendak dikorbankan setiap
individu akan berbeda, yang mengakibatkan perbedaan tersebut adalah
preferensi dari masing-masing individu. Perbedaan preferensi dapat disebabkan
oleh beberapa faktor seperti pendidikan, pendapatan, jenis kelamin, kebutuhan
akan barang dan jasa lingkungan tertentu dan beberapa faktor lainnya
(Putrakusuma, 2014:13).
4. Contingent Valuation Method (CVM)
a. Konsep Contingent Valuation Method (CVM)
CVM pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1963 yang
merupakan suatu metode untuk memperkirakan nilai ekonomi pada suatu
komoditi yang tidak diperdagangkan dalam pasar. Davis menjadi ekonom
pertama yang menggunakan CVM untuk melakukan valuasi terhadap nilai
rekreasi di Maine, merika Serikat (Fauzi, 2014:121). CVM merupakan salah
satu teknik valuasi ekonomi dengan cara menanyakan kepada individu
tentang nilai atau harga suatu komoditas yang tidak memiliki harga pasar
(Berry dan Martha dalam Putrakusuma, 2014:18). Para ahli juga
menyepakati bahwa CVM merupakan satu-satunya metode yang dapat
digunakan untuk mengukur nilai ekonomi bagi orang yang tidak mengalami
secara langsung atas perubahan suatu kebijakan (Whitehead dan Blomquist
(2006) dalam Fauzi (2014:120)).
CVM pada hakikatnya memiliki tujuan untuk mengetahui keinginan
membayar masyarakat dengan menggunakan willingness to pay (WTP)
untuk mendapatkan suatu nilai atau harga dari jasa lingkungan berupa
manfaat dengan adanya suatu sumber daya alam dan lingkungan kepada
19
masyarakat atau individu yang tidak memiliki hak atas suatu sumber daya
alam dan lingkungan tersebut. CVM juga dapat digunakan jika masyarakat
atau individu memiliki hak atas sumber daya alam dan lingkungan dengan
menggunakan willingness to accept (WTA) untuk mendapatkan nilai atau
harga dari besaran kompensasi suatu kerusakan sumber daya alam dan
lingkungan yang dimiliki (Fauzi dalam Putrakusuma: 2014:18). Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan WTP dikarenakan nilai
yang ingin didapatkan adalah nilai dari manfaat dan fungsi yang diberikan
oleh Situ Ciledug.
CVM merupakan teknik yang dapat digunakan untuk mengukur nilai
ekonomi sumber daya dan lingkungan atau sering juga dikenal dengan nilai
keberadaan. Pendekatan CVM ini dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan.
Kedua, dengan teknik survei. Namun pendekatan pertama lebih banyak
dilakukan melalui simulasi komputer. Sehingga teknik kedua lebih banyak
dilakukan dilapangan. Teknik survei digunakan untuk menanyakan kepada
masyarakat tentang nilai atau harga yang bersedia mereka berikan terhadap
komoditi yang tidak memiliki pasar (Fauzi, 2010:220)
Ada beberapa tahapan proses dalam operasional penerapan pendekatan
CVM. Tahapan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut (Fauzi,
2010:221-223):
1) Membuat Hipotesis Pasar
Pada tahap awal proses CVM, seorang peneliti terlebih dahulu
membuat hipotesis pasar terhadap sumber daya yang akan diteliti.
Lalu, hipotesis pasar tersebut dituangkan dalam suatu kuesioner yang
berisi informasi lengkap mengenai bagaimana kondisi sumber daya
tersebut. Misalnya dengan membandingkan antara sumber daya yang
tercemar dengan yang tidak, bagaimana pemerintah memperoleh dana
(apakah dengan pajak, pembayaran langsung dan sebagainya).
2) Mendapatkan Nilai WTP
Tahap berikutnya dalam melakukan CVM adalah mendapatkan
nilai lelang yang dilakukan melalui survei, baik survei langsung
20
dengan kuesioner, wawancara melalui telepon maupun melalui surat.
Tujuan dari survei adalah untuk memperoleh nilai maksimum WTP
dari responden terhadap suatu perbaikan lingkungan. Adapun
beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk mendapatkan nilai
maksimum WTP tersebut yaitu sebagai berikut:
(a) Permainan Lelang (Bidding Game)
Suatu metode yang mengungkapkan preferensi dimana
responden diajukan suatu pertanyaan tentang apakah responden
bersedia membayar sejumlah nilai tertentu. Nilai ini kemudian bisa
dinaikkan atau diturunkan tergantung respon dari responden atas
pertanyaan sebelumnya yang bertujuan untuk mencapai nilai
tertinggi yang disepakati dan hendak dibayarkan oleh responden.
Pertanyaan dihentikan sampai mendapatkan nilai yang diperoleh
dengan tetap.
(b) Pertanyaan Terbuka (Open Ended Question)
Suatu metode yang mengungkapkan preferensi dengan
pertanyaan terbuka. Metode ini dilakukan dengan bertanya
langsung kepada responden mengenai berapa jumlah atau nilai
maksimum yang bersedia dibayarkan atas suatu barang atau jasa
lingkungan tanpa memberikan titik acuan tertentu. Metode ini juga
memberikan kebebasan kepada responden untuk menyatakan
sejumlah nilai tertentu yang bersedia dibayarkan.
(c) Kartu Pembayaran (Payment Card)
Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dengan cara
menawarkan beberapa kartu kepada responden. Kartu tersebut
terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar sehingga
responden dapat memilih salah satu nilai maksimal atau minimal
sesuai dengan tingkat kemampuan dan preferensinya.
(d) Model Referendum (Dichotomous choice)
Suatu metode untuk mengungkapkan preferensi dimana
responden diajukan suatu pertanyaan tentang apakah responden
setuju atau tidak atas sejumlah nilai yang telah ditentukan.
21
3) Menghitung Nilai Rataan WTP
Setelah survei dilakukan, tahap berikutnya adalah menghitung nilai
rataan WTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang
yang diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini biasanya didasarkan
pada nilai mean (rataan) dan nilai median (tengah). Pada tahap ini
diperhatikan kemungkinan timbulnya outlier (nilai yang sangat jauh
menyimpang dari rata-rata). Dalam perhitungan statistika, nilai outlier
biasanya tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. Perlu juga
diketahui bahwa perhitungan nilai rataan WTP lebih mudah dilakukan
untuk survei menggunakan pertanyaan yang berstruktur daripada
pertanyaan bermodel referendum (Ya atau Tidak).
4) Memperkirakan Kurva WTP
Pada tahap ini merupakan penjumlahan data dimana nilai rata-rata
WTP dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah
menduga nilai rata-rata WTP maka dapat diduga nilai total WTP dari
responden dengan menggunakan rumus (Saputri, 2018:79):
WTP: f (jumlah responden,besarnya nilai WTP)
Keterangan:
Jumlah responden : banyaknya responden yang bersedia membayar
Besarnya nilai WTP: jumlah nilai yang bersedia dibayarkan
5) Mengagregatkan Data
Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagregatkan rataan
lelang yang diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi
data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu
cara untuk mengkonversi ini adalah mengalikan rataan sampel dengan
jumlah rumah tangga dalam populasi.
b. Kelemahan Contingent Valuation Method (CVM)
Meskipun CVM diakui sebagai metode yang cukup baik untuk mengukur
WTP. Namun ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan dalam
mengunakan metode CVM yaitu timbulnya bias. Bias terjadi jika nilai WTP
yang lebih tinggi maupun lebih rendah secara sistematis dari nilai yang
22
sebenarnya. Menurut Fauzi (2010:226) ada dua hal utama yang
menimbulkan bias:
1. Bias yang timbul dari strategi yang keliru. Ini terjadi jika kesalahan
strategi dalam mengungkapkan informasi sehingga responden kurang
tepat menjawab atas pertanyaan yang diajukan. Misalnya dalam suatu
kuesioner dinyatakan bahwa responden akan dipungut biaya untuk
perbaikan lingkungan, maka responden cenderung akan memberikan
nilai lebih rendah dari nilai yang sebenarnya. Sebaliknya, jika
responden mengetahui bahwa kuesioner hanya hipotesis belaka, maka
responden cenderung akan memberikan nilai lebih tinggi dari nilai
yang sebenarnya.
2. Bias yang timbul dari rancangan penelitian. Bias ini terjadi jika jenis
tawaran yang diberikan oleh peniliti mengandung hal-hal yang
kontroversial. Misalnya, untuk melindungi kawasan wisata dari
pencemaran maka karcis masuk harus dinaikkan. Hal tersebut akan
membuat responden memberikan nilai yang rendah.
c. Kelebihan Contingent Valuation Method (CVM)
CVM mempunyai kelebihan dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu
lingkungan yaitu sebagai berikut (Dhaniswara, 2014:31):
1. Menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasikan manfaat serta
dapat di aplikasikan pada konteks kebijakan lingkungan.
2. Dapat digunakan di berbagai macam penilaian barang lingkungan.
3. CVM dapat digunakan untuk mengestimasi nilai non pengguna
dibandingkan dengan metode penilaian lingkungan lainnya dan dapat
pula mengukur utilitas seseorang dari penggunaan barang
lingkungan bahkan jika tidak digunakn secara langsung.
4. Hasil dari penelitian metode CVM tidak sulit untuk dianalisis dan
dijabarkan.
B. Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi WTP
1. Jenis Kelamin
Menurut Awunyo dalam Indramawan (2014:35) menjelaskan bahwa jenis
kelamin merupakan faktor yang dapat berpengaruh untuk peningkatan
23
pengelolaan sampah. Analisis pengaruh jenis kelamin terhadap pengelolaan
sampah terpadu disebabkan oleh adanya perbedaan karakter personal yang
dimiliki oleh laki – laki dan perempuan. Perempuan dianggap bersedia untuk
membayar lebih daripada laki - laki, karena secara tradisional itu adalah peran
perempuan untuk membersihkan rumah dan membuang sampah, dianggap
lebih memiliki kesadaran dan tanggung jawab dalam kebersihan. Sehingga
akan lebih bersedia membayar karena nantinya kebersihan lingkungan akan
lebih baik.
Berdasarkan pemaparan di atas maka di duga jenis kelamin juga akan
mempengaruhi WTP pelestarian lingkungan. Adanya perbedaan karakter
personal pada jenis kelamin, diduga perempuan bersedia membayar lebih
daripada laki-laki karena perempuan lebih sadar terhadap lingkungan termasuk
dalam hal kualitas lingkungan.
2. Usia
Menurut Indramawan (2014:35) menjelaskan bahwa usia berpengaruh
terhadap karakter seseorang, mulai dari pola pikir, kedewasaan dalam
bertindak, hingga tanggung jawab dalam mengambil keputusan. Pola pikir dan
kedewasaan dari tiap individu dapat mempengaruhi tindakan seseorang untuk
bersedia memberi WTP dalam upaya pelestarian lingkungan. Tanggung jawab
bisa mempengaruhi bagaimana keputusan individu untuk memiliki kualitas
lingkungan yang lebih baik sehingga bisa menjaga kesehatan. Semakin tinggi
usia maka kematangan berpikir dan kebijaksanaan bertindak juga semakin baik.
Sehingga tanggung jawab akan kualitas lingkungan yang lebih baik dan
kelestarian lingkungan akan semakin tinggi.
Dalam penelitian Ermayanti (2012:124) menunjukkan bahwa usia
berpengaruh positif terhadap WTP seseorang. Hal ini disebabkan semakin tua
usia seseorang maka akan semakin membutuhkan sarana untuk refreshing
sehingga tingkat kesediaan membayar seseorang akan meningkat.
3. Pernikahan
Dalam penelitian Amalia (2011:85) menunjukkan status pekerjaan
berpengaruh terhadap nilai WTP. seseorang yang sudah menikah diduga akan
memberikan nilai WTP yang lebih rendah dibandingkan dengan seseorang
24
yang belum menikah, cateris paribus. Hal ini disebabkan karena seseorang
yang sudah menikah memiliki kebutuhan yang lebih besar sehingga alokasi
dana WTP yang diberikan cenderung lebih rendah dibandingkan seseorang
yang belum menikah.
Berdasarkan pemaparan di atas maka di duga status pernikahan juga akan
mempengaruhi WTP pelestarian lingkungan. Diduga seseorang yang telah
menikah akan memberi WTP pelestarian lingkungan lebih rendah
dibandingkan yang belum menikah, dikarenakan memiliki kebutuhan yang
lebih besar.
4. Pendidikan
Pendidikan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Tingkatan
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada mumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya (Hendra dalam
Aturrohmah, 2017: 16).
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pemikiran wawasan serta
pandangannya akan semakin luas sehingga dapat berfikir lebih cepat. Tingkat
pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi penilaian orang tersebut
terhadap pelestarian lingkungan dan akan lebih memahami dampak – dampak
yang akan terjadi apabila tidak ada upaya pelestarian lingkungan (Aturrohmah,
2017:31).
Penelitian Yavanica (2009:73) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
berpengaruh positif terhadap nilai WTP seseorang. Hal ini disebabkan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka seseorang lebih menyadari
akan pentingnya lingkungan yang baik dan terjaga kondisinya, sehingga
responden bersedia membayar lebih untuk mendapatkan kualitas lingkungan
yang lebih baik.
5. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang sebagian besar akan menentukan pendapatan, yang
merupakan fundamental utama untuk memutuskan kesediaannya dalam
25
membayar. Seseorang yang bekerja cenderung memiliki peluang lebih tinggi
untuk kesediannya dalam membayar, karena telah memiliki penghasilan yang
mandiri secara finansial. Seseorang yang tidak bekerja memiliki pendapatan
yang bergantung pada pendapatan orang lain (Indramawan, 2014:37).
Berdasarkan pemaparan di atas maka di duga pekerjaan akan mempengaruhi
WTP pelestarian lingkungan. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang
memiliki pekerjaan juga akan memiliki penghasilan yang mandiri sehingga
cenderung akan membayar lebih dalam upaya pelestarian lingkungan.
6. Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu hasil yang diterima oleh seseorang atau rumah
tangga dari berusaha atau bekerja baik dari sektor formal maupun nonformal
yang dihitung dalam jangka waktu tertentu (Pertiwi, 2015:21). Pendapatan
yang diterima oleh seseorang tentu berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis pekerjaan yang dilakukannya. Jenis
pekerjaan yang berbeda dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan, skill maupun
pengalaman bekerja yang berbeda pula.
Terkait dengan teori hirarki kebutuhan manusia yang diungkapkan oleh
Maslow bahwa variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk
hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya apabila
jenjang sebelumnya telah terpuaskan. Dalam mencapai kepuasan dalam
kebutuhan, seseorang harus berjenjang, tidak perduli seberapa jenjang yang
sudah dilewati apabila jenjang yang di bawah mengalami ketidakpuasan maka
seseorang tersebut akan kembali ke jenjang itu hingga memperoleh kepuasan
yang dikehendaki.
Dengan kata lain, pendapatan yang diterima oleh seseorang akan membatasi
kebutuhan dan keinginan seseorang tersebut (Pertiwi, 2015:21). Maka, semakin
tinggi tingkat pendapatan seseorang maka tingkat kebutuhan hidupnya akan
semakin meningkat, bukan hanya kebutuhan pokok (sandang pangan, papan),
namun juga kebutuhan tersier lainya seperti kualitas lingkungan yang baik
(Rahmawati, 2014:48).
Penelitian Yavanica (2009:72) menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
pendapatan seseorang, kebutuhan selain kebutuhan pokok akan menjadi
26
prioritas seseorang seperti kebutuhan akan kualitas lingkungan yang bersih dan
sehat, sehingga untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang lebih baik,
seseorang bersedia memberikan nilai WTP lebih dalam upaya pelestarian
lingkungan.
7. Lama Tinggal
Penelitian Yavanica (2009:66) menunjukkan bahwa lama tinggal
berpengaruh dalam kesediaan membayar terhadap perbaikan lingkungan.
Semakin lama seseorang tinggal di pemukiman bantaran sungai, maka
seseorang bersedia membayar lebih terhadap perbaikan lingkungan. Hal ini
dikarenakan seseorang yang sudah lama tinggal di pemukiman tersebut
menyadari akan kebutuhan kenyamanan lingkungan tempat tinggal mereka.
Berdasarkan pemaparan di atas maka di duga jenis kelamin juga akan
mempengaruhi WTP pelestarian lingkungan. Adanya perbedaan karakter
personal pada jenis kelamin, diduga perempuan bersedia membayar lebih
daripada laki-laki karena perempuan lebih sadar terhadap lingkungan termasuk
dalam hal kualitas lingkungan.
Berdasarkan pemaparan di atas maka di duga lama tinggal juga akan
mempengaruhi WTP pelestarian lingkungan. Hal ini dikarenakan semakin
lama, lama tinggal seseorang maka seseorang tersebut bersedia membayar lebih
pelestarian lingkungan untuk mendapatkan lingkungan yang nyaman pada
tempat tinggal mereka.
8. Pengetahuan
Pengetahuan dapat didefinisikan yaitu penambahan informasi pada diri
seseorang setelah melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Secara
otomatis, proses pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan dipengaruhi
oleh persepsi dan intensitas perhatian terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra penglihatan dan indra
pendengaran. Pengetahuan mendasari seseorang dalam mengambil sebuah
keputusan untuk menentukan tindakan (Notoatmodjo dalam Fuadi, 2016:3).
Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
27
(Wulandari, 2017:9). Pengetahuan seseorang mengenai manfaat dan kerusakan
danau akan meningkatkan kepedulian seseorang terhadap kondisi lingkungan
khususnya kondisi lingkungan danau, kepedulian tersebut diwujudkan dalam
suatu tindakan dengan bentuk pemberian nilai WTP yang tinggi (Amanda,
2009:80)
Penelitian Amalia (2011:81) menunjukkan bahwa pengetahuan tentang
fungsi waduk dan kerusakan waduk berpengaruh secara signifikan terhadap
nilai WTP. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang fungsi waduk dan
kerusakan waduk akan memiliki kepedulian terhadap upaya pelestarian
lingkungan khususnya lingkungan waduk. Apresiasi tersebut diwujudkan
dalam bentuk pemberian nilai WTP yang tinggi.
C. Penelitian Terdahulu
1. Sylvia Amanda (2009)
Penelitian yang berjudul “Analisis Willingness To Pay Pengunjung Obyek
Wisata Danau Situ Gede Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan” pada tahun
2009 bertujuan untuk mengupayakan pelestarian pada lingkungan Danau Situ
Gede akibat dari meningkatnya aktivitas manusia yaitu para pengunjung yang
datang ke Situ Gede dengan menilai besarnya nilai WTP dari pengunjung
Danau Situgede beserta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kesediaan membayar dan memperngaruhi nilai WTP dari pengunjung Danau
Situ Gede. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi logistik, analisis
regresi linear berganda dan contingent valuation method.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebanyak 81 persen responden yaitu
pengunjung mau bersedia membayar dalam upaya pelestarian. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi kesediaan pengunjung untuk membayar adalah
tingkat usia, tingkat pendidikan dan tingkat pemahaman serta pengetahuan
responden tentang manfaat dan kerusakan danau melalui analisis regresi logit.
Melalui pendekatan CVM diketahui nilai rata-rata WTP pengunjung Danau
Situ Gede yaitu sebesar Rp 3.588,24 dengan nilai total WTP sebesar Rp
2.342.000,00. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor
pendapatan, pemahaman serta pengetahuan responden tentang manfaat dan
kerusakan danau serta faktor biaya kunjungan.
28
2. Emilea Yavanica (2009)
Penelitian yang dilakukan oleeh Emilea Yavanica pada tahun 2009 bertujuan
untuk menghitung besarnya kerugian ekonomi akibat banjir, menganalisis
persepsi dan tingkat penerimaan masyarakat terhadap upaya perbaikan
lingkungan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menghitung besarnya
WTP masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi
logistik, regresi linear berganda dan contingent valuation method.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa total kerugian yang diterima
masyarakat ketika terjadi banjir adalah Rp 1.254.097.156,-. Nilai ini
mencerminkan total biaya yang dikeluarkan responden untuk mendapatkan
lingkungan yang lebih baik. Pengetahun masyarakat terhadap lingkungan
masih rendah namun sebagian besar masyarakat menerima upaya perbaikan
lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah jumlah tanggungan
lama tinggal, status kependudukan dan jenis kelamin. Nilai rataan WTP
responden sebesar Rp 206.800,- dan total WTP sebesar Rp 160.673.400,-.
Besarnya nilai WTP ini dipengaruhi oleh faktor-faktor tingkat pendapatan,
tingkat pendidikan dan luas tempat tinggal.
3. Frizka Amalia (2011)
Penelitian yang dilakukan oleeh Frizka Amalia pada tahun 2011 bertujuan
untuk mengestimasi besarnya nilai WTP yang diberikan oleh masyarakat
sekitar obyek wisata dan pengunjung dalam upaya pelestarian lingkungan
obyek wisata Tirta Jangari serta menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kesediaan dan mempengaruhi nilai WTP masyarakat sekitar
obyek wisata dan pengunjung untuk membayar dalam upaya pelestarian
lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalahh data primer dari hasil wawancara langsung dengan responden
melalui kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
logistik, analisis regresi linear berganda dan contingent valuation method.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 70% responden
masyarakat sekitar obyek wisata bersedia untuk membayar dalam upaya
pelestarian lingkungan obyek wisata Tirta Jangari. Faktor-faktor yang
29
mempengaruhi kesediaan membayar masyarakat sekitar obyek wisata adalah
variabel jenis kelamin dan lama usaha. Nilai rata-rata WTP masyarakat sekitar
obyek wisata yaitu sebesar Rp 5.357,14/unit usaha/bulan dengan nilai total
WTP Rp 16.200.000/tahun. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya nilai WTP masyarakat sekitar obyek wisata antara lain tingkat
pendidikan, lama usaha, dan pengetahuan tentang fungsi waduk dan kerusakan
waduk.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 77% responden
pengunjung bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan
obyek wisata Tirta Jangari. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan
membayar pengunjung antara lain variabel tingkat pendidikan dan frekuensi
kunjungan. Nilai rata-rata WTP pengunjung yaitu sebesar Rp 7.413,04/orang
dengan nilai total WTP sebesar Rp 124.435.289,40/tahun. Nilai ini diketahui
melalui pendekatan contingent valuation method. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya nilai WTP pengunjung antara lain status pernikahan,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, frekuensi kunjungan, dan biaya
kunjungan.
4. Ferra Ermayanti (2012)
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2012 dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Willingness To Pay Perbaikan Kualitas Lingkungan Desa-Desa
Wisata Di Kabupaten Sleman Paska Erupsi Merapi Pendekataan contingent
valuation method”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar penilaian
ekonomi ditunjukkan dengan surplus konsumen dan besarnya jumlah kesediaan
untuk membayar (willingness to pay), mengetahui pengaruh variabel biaya
perjalanan, pendapatan, pendidikan, jarak, waktu dan fasilitas berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun serta
mengetahui nilai manfaat dari Objek Wisata Ndayu Park.
Penelitian ini merupakan perbandingan antara Travel Cost Method dengan
Contingent Valuation Method. Ukuran sampel penelitian ini adalah 100 orang
dengan menggunakan metode probability sampling. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan bentuk semi-log.
30
Hasil analisis menunjukkan bahwa surplus konsumen Objek Wisata Ndayu
Park sebesar Rp 260.841.280,00 per tahun dan total WTP sebesar Rp 4.033,75
per pengunjung. Analisis WTP pengunjung terhadap harga tiket Objek Wisata
Ndayu Park diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket,
pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk Objek Wisata Ndayu Park
sampai tarif harga Rp 9.240,00. Kenaikan harag tiket dapat diterapkan seiring
dengan tempat wisata Objek Wisata Ndayu Park dapat mempertahankan
kelestarian lingkungannya dan pengelola Objek Wisata Ndayu Park melakukan
pengembangan tempat wisata serta penambahan fasilitas wisata.
5. Nafa Syafa Aturrohmah (2017)
Berdasarkan penelitian oleh Nafa Syafa Aturrohmah (2017) yang berjudul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Willingness To Pay (WTP)
Dalam Upaya Pelestarian Cagar Budaya Pada Masyarakat Sekitar Candi
Palgading Kelurahan Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman”
memiliki tujuan untuk menentukan tarif retribusi berdasarkan besarnya nilai
WTP masyarakat sekitar Candi Palgading. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan
data yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh dari survei dengan
menyebarkan kuesioner kepada 33 warga Desa Wisata yang memiliki usaha
sendiri. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear
berganda dan contingent valuation method. Alat analisis ini bertujuan untuk
menentukan besaran nilai rata-rata dan nilai total WTP serta regresi linier
berganda untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai
WTP masyarakat sekitar Candi Palgading dalam upaya pelestarian cagar
budaya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata WTP Rp. 2.212,12
dan tarif retribusi Candi Palgading berdasarkan nilai rata-rata WTP yaitu Rp
2.000,00. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP responden
masyarakat sekitar Candi Palgading adalah faktor tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, lama usaha, motivasi masyarakat, dan faktor pengetahuan
responden mengenai cagar budaya.
31
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
N
o
Nama
Peneliti
dan Tahun
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Sylvia
Amanda
(2009)
Analisis
Willingness
To Pay
Pengunjung
Obyek
Wisata
Danau Situ
Gede Dalam
Upaya
Pelestarian
Lingkungan
Peluang
responden
bersedia
untuk
membayar
(Y), Nilai
WTP
responden
(Y), Jenis
kelamin
(X1),
Tingkat usia
(X2), Status
pernikahan
(X3),
Tingkat
endidikan
(X4), Rata-
rata
pendapatan
per tahun
(X5),
Jumlah
tanggungan
(X6),
Pemahaman
dan
pengetahuan
tentang
manfaat
serta
kerusakan
danau (X7),
Frekuensi
kunjungan
(X8),
Domisili
(X9), Biaya
kunjungan
(X10)
Regresi
logistik,
regresi
linear
berganda
dan
contingent
valuation
method
Sebanyak 34 orang
menyatakan
kesediaannya
untuk
membayar dalam
upaya pelestarian
lingkungan Danau
Situgede.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kesediaan
responden untuk
membayar
adalah faktor
tingkat usia,
tingkat pendidikan,
dan pemahaman
serta
pengetahuan
responden
mengenai manfaat
serta kerusakan
danau. Nilai rata-
rata WTP
pengunjung Danau
Situgede sebesar
Rp 3.588,24.
Sedangkan nilai
total WTP
pengunjung Danau
Situgede sebesar
Rp
2.342.000,00.
Sedangkan faktor-
faktor yang
mempengaruhi
besarnya nilai
WTP pengunjung
Danau
Situgede adalah
tingkat
pendapatan,
pemahaman serta
32
pengetahuan
responden
mengenai manfaat
dan kerusakan
danau, dan faktor
biaya
kunjungan
responden
2 Emilea
Yavanica
(2009)
Analisis
Nilai
Kerusakan
Lingkungan
Dan
Kesediaan
Membayar
Masyarakat
Terhadap
Program
Perbaikan
Lingkunagn
(Kasus
Pemukiman
Bantaran
Sungai
Ciliwung)
Peluang
responden
bersedia
(Y), Nilai
WTP
responden
(Y), Tingkat
pendidikan
(X1),
Tingkat
pendapatan
(X2),
Jumlah
tanggungan
(X3), Lama
tinggal
(X4), Luas
tempat
tinggal
(X5), Status
kependuduk
an (X6),
Jenis
kelamin
(X7),
Tingkat usia
(X8)
Regresi
logistik,
regresi
linear
berganda
dan
contingent
valuation
method
Total kerugian
yang ditanggung
masyarakat ketika
terjadi banjir
adalah
Rp.1.254.097.15.
Nilai ini
mencerminkan
total biaya yang
dikeluarkan
responden untuk
mendapatkan
lingkungan yang
lebih baik.
Persentase
masyarakat yang
menerima upaya
perbaikan
lingkungan cukup
Besar beserta
faktor-faktor yang
mempengaruhi
bersedia atau
tidaknya
responden
dalam membayar
terhadap upaya
perbaikan
lingkungan adalah
jumlah
tanggungan, lama
tinggal, status
kependudukan dan
jenis kelamin.
Nilai rataan WTP
responden adalah
Rp.206.800, untuk
setiap orang (KK)
yang membayar
perbaikan
33
lingkungan dan
totalnya adalah
sebesar
Rp.160.673.400.
Nilai WTP
tersebut
dipengaruhi oleh
faktor tingkat
pendapatan,
tingkat pendidikan
dan luas tempat
tinggal
3 Frizka
Amalia
(2011)
Analisis
Kesediaan
Membayar
Dalam
Upaya
Pelestarian
Lingkungan
Obyek
Wisata Tirta
Jangari,
Waduk
Cirata, Desa
Bobojong,
Kecamatan
Mande,
Kabupaten
Cianjur
Variabel
yang
digunakan
untuk
masyarakat
sekitar
obyek
wisata Tirta
Jangari
yaitu
peluang
masyarakat
sekitar
obyek
wisata untuk
bersedia
membayar
(Y), Nilai
WTP
masyarakat
sekitar
obyek
wisata (Y),
Jenis
kelamin
(X1),
Jumlah
tanggungan
(X2),
Tingkat
pendidikan
(X3), Lama
usaha (X4),
Pengetahua
n tentang
fungsi
Regresi
logistik,
regresi
linear
berganda
dan
contingent
valuation
method
70% masyarakat
sekitar obyek
wisata bersedia
membayar dalam
upaya
Pelestarian
lingkungan obyek
wisata Tirta
Jangari. Adapun
variable jenis
kelamin dan lama
usaha merupakan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
kesediaan
membayar
masyarakat sekitar
obyek wisata
dalam
upaya pelestarian
lingkungan obyek
wisata Tirta
Jangari.
Sedangkan 77%
responden
pengunjung
bersedia
membayar dalam
upaya pelestarian
lingkungan obyek
wisata Tirta
Jangari.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kesediaan
membayar
34
waduk dan
kerusakan
waduk (X5),
Tingkat
pendapatan
(X6).
Variabel
yang
digunakan
untuk
pengunjung
obyek
wisata Tirta
Jangari
yaitu
peluang
responden
pengunjung
bersedia
untuk
membayar
(Y), Jenis
kelamin
(X1), Usia
(X2), Status
pernikahan
(X3),
Tingkat
pendidikan
(X4),
Tingkat
pendapatan
(X5), Jarak
tempat
tinggal ke
obyek
wisata (X6),
Frekuensi
kunjungan
(X7),
Pengetahua
n tentang
fungsi
waduk dan
kerusakan
waduk (X8),
Biaya
kunjungan
pengunjung dalam
upaya pelestarian
lingkungan obyek
wisata Tirta
Jangari antara lain
tingkat pendidikan,
dan frekuensi
kunjungan.
Nilai rata-rata
WTP responden
masyarakat sekitar
obyek wisata dan
pengunjung adalah
sebesar Rp
5.357,14/unit
usaha/bulan dan
Rp 7.413,04/orang
sedangkan nilai
total WTP
masyarakat sekitar
obyek wisata dan
pengunjung adalah
sebesar
Rp
16.200.000/tahun
dan Rp
124.435.289,40/ta
hun. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
besarnya nilai
WTP
masyarakat sekitar
obyek wisata
adalah variabel
tingkat pendidikan,
lama
usaha, dan
pengetahuan
tentang fungsi
waduk dan
kerusakan waduk.
Sedangkan faktor-
faktor yang
mempengaruhi
besarnya nilai
WTP pengunjung
adalah status
35
(X9) pernikahan, tingkat
pendidikan,
tingkat
pendapatan,
frekuensi
kunjungan, dan
biaya kunjungan
4 Ferra
Ermayanti
(2012)
Faktor-
Faktor Yang
Mempengar
uhi
Willingness
To Pay
Perbaikan
Kualitas
Lingkungan
Desa-Desa
Wisata Di
Kabupaten
Sleman
Paska
Erupsi
Merapi
Pendekataan
Contingent
Valuation
Method
Tingkat
kunjungan
(Y),
Willingness
to pay
(WTP) (Y),
Biaya
perjalanan
(X1),
Tingkat
pendidikan
(X2),
Pendapatan
(X3), Jarak
(X4), Usia
(X5),
Fasilitas
(X6)
Travel
cost
method,
contingent
valuation
method
dan
regresi
linear
berganda
dengan
bentuk
semi-log
Hasil analisis
regresi linear
dengan bentuk
semi-log untuk
yang TCM
menunjukkan
bahwa variable
biaya perjalanan,
tingkat pendidikan,
pendapatan, dan
variable jarak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap tingkat
kunjungan per
1000 penduduk per
tahun. Hasil
analisis WTP
pengunjung
terhadap harga
tiket masuk dilihat
dari TCM bahwa
pengunjung
bersedia membyar
Rp 4.033,75.
Sedangkan analisis
regresi linear
dengan bentuk
semi-log untuk
yang CVM
menunjukkan
bahwa variable
pendapatan dan
usia berpengaruh
secara signifikan
terhadap kesediaan
membayar
responden. Hasil
analisis WTP
pengunjung
terhadap harga
36
tiket masuk dilihat
dari CVM bahwa
pengunjung
bersedia membyar
Rp 9.430,00
5 Nafa
Syafa
Aturroh
mah
(2017)
Analisis
Faktor-
Faktor Yang
Mempengar
uhi
Willingness
To Pay
(WTP)
Dalam
Upaya
Pelestarian
Cagar
Budaya
Pada
Masyarakat
Sekitar
Candi
Palgading
Kelurahan
Sinduharjo,
Kecamatan
Ngaglik,
Kabupaten
Sleman
Nilai WTP
responden
(Y),
Tingkat
pendidikan
(X1),
Tingkat
pendapatan
(X2), Lama
usaha (X3),
Motivasi
(X4),
Pengetahua
n tentang
pelestarian
cagar
budaya (X5)
Regresi
linear
berganda
dan
contingent
valuation
method
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa nilai rata-
rata WTP
responden
masyarakat sekitar
obyek wisata
adalah sebesar Rp
2.212,12.
Sedangkan
nilai total WTP
(TWTP)
responden
masyarakat sekitar
adalah sebesar
Rp1.402.000,00/bu
lan. Sebanyak 79%
responden
masyarakat sekitar
Candi Palgading
bersedia
membayar dalam
upaya pelestarian
cagar budaya
Candi Palgading.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
besarnya nilai
WTP responden
masyarakat sekitar
Candi Palgading
adalah faktor
tingkat pendidikan,
tingkat
pendapatan, lama
usaha, motivasi
masyarakat, dan
faktor
pengetahuan
responden
mengenai cagar
budaya
37
D. Kerangka Pemikiran Operasional
Situ Ciledug merupakan suatu wadah genangan air di atas permukaan tanah
yang berbentuk secara alami maupun buatan yang airnya berasal dari tanah atau
air permukaan sebagai siklus hidrologis yang merupakan salah satu bentuk
kawasan lindung. Situ Ciledug terletak di antara dua wilayah yaitu Kelurahan
Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang. Saat ini
Situ Ciledug memiliki fungsi dan manfaat antara lain sebagai daerah resapan air,
pengendali banjir, ruang terbuka hijau dan sumber bahan baku air bersih.
Upaya pelestarian lingkungan perlu dilaksanakan pada Situ Ciledug untuk tetap
mempertahankan fungsi dan manfaat yang diberikan oleh Situ Ciledug. Namun
upaya pelestarian lingkungan tersebut jelas membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Hal ini harus didukung dengan partisipasi seluruh pihak terlebih dari
masyarakat sekitar Situ Ciledug yang merasakan langsung fungsi dan manfaatnya.
Oleh karena itu diperlukan instrumen ekonomi berupa willingness to pay yang di
dekati dengan biaya pelestarian untuk mendukung terwujudnya upaya pelestarian
lingkungan Situ Ciledug yang berkelanjutan.
Hal tersebut merupakan valuasi ekonomi yaitu upaya untuk memberikan nilai
kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan
lingkungan, baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai non-pasar
(non market value). Valuasi ekonomi sumber daya merupakan suatu alat ekonomi
(economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi
nilai uang dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan
lingkungan (Fitri, 2017:126).
Willingness to pay yang hendak diberikan setiap individu akan berbeda, yang
mengakibatkan perbedaan tersebut adalah preferensi dari masing-masing individu.
Perbedaan preferensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenis kelamin,
umur, pendidikan, pendapatan, kebutuhan akan barang dan jasa lingkungan
tertentu dan beberapa faktor lainnya
38
Diperlukan instrumen ekonomi yaitu
willingness to pay (WTP) (Y) dalam upaya
pelestarian lingkungan Situ Ciledug sehingga
fungsi dan manfaat yang diberikan Situ Ciledug
tetap terjaga
Sebagai
tempat
penampung
air
Situ Ciledug merupakan suatu wadah genangan air di atas permukaan
tanah yang berbentuk secara alami maupun buatan yang airnya berasal
dari tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang
merupakan salah satu bentuk kawasan lindung
Sebagai
tempat
hidup
berbagai
macam
flora
fauna
Sebagai
sumber air
(air irigasi
& air
baku)
Sebagai
kawasan
potensial
untuk
pengemba
ngan objek
pariwisata
Sebagai
sarana
pendidikan
dan
penelitian
Contingent Valuation
Method (CVM)
1. Dummy Jenis Kelamin (X1)
2. Usia (X2)
3. Dummy Status Pernikahan (X3)
4. Tingkat Pendidikan (X4)
5. Dummy Pekerjaan (X5)
6. Tingkat Pendapatan (X6)
7. Lama Tinggal (X7)
8. Dummy Pengetahuan Fungsi dan Manfaat Situ (X8)
9. Dummy Pengetahuan Permasalahan Situ (X9)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
39
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara dari suatu penelitian.
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang sudah dipaparkan maka dapat
dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang negatif secara signifikan antara dummy jenis
kelamin terhadap willingness to pay.
2. Terdapat pengaruh yang positif secara signifikan antara usia terhadap
willingness to pay.
3. Terdapat pengaruh yang negatif secara signifikan antara dummy status
pernikahan terhadap willingness to pay.
4. Terdapat pengaruh yang positif secara signifikan antara tingkat pendidikan
terhadap willingness to pay.
5. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara dummy pekerjaan
terhadap willingness to pay.
6. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara tingkat pendapatan
terhadap willingness to pay.
7. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara lama tinggal terhadap
willingness to pay.
8. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara dummy pengetahuan
fungsi dan manfaat situ terhadap willingness to pay.
9. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara dummy pengetahuan
permasalahan situ terhadap willingness to pay.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan ruang lingkup penelitian atau batasan-
batasan dalam penelitian yang bertujuan untuk menjaga agar suatu penelitian tidak
keluar dari tujuan yang ingin dicapai. Ruang lingkup yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu meliputi lokasi, objek, waktu dan variabel-variabel yang akan
dibahas.
Lokasi pada penelitian ini dilakukan di sekitar Situ Ciledug yang terletak di
Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang,
Kota Tangerang Selatan. Lokasi tersebut dipilih karena yang paling dekat dengan
Situ Ciledug. Objek penelitian adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan
Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang berada di sekitar Situ
Ciledug. Adapun, penelitian ini dilakukan selama kurun waktu dua bulan tepatnya
Oktober sampai dengan November 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi Situ Ciledug melalui
instrumen ekonomi yaitu willingness to pay beserta variabel-variabel yang
mempengaruhinya. Dalam penelitian ini menggunakan sembilan variabel
independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yaitu dummy jenis
kelamin (X1), usia (X2), dummy status pernikahan (X3), tingkat pendidikan (X4),
dummy pekerjaan (X5), tingkat pendapatan (X6), lama tinggal (X7), dummy
pengetahuan fungsi dan manfaat situ (X8), dan dummy pengetahuan permasalahan
situ (X9), serta dengan satu variabel dependen yaitu willingness to pay (Y).
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi merupakan sebuah wilayah atau tempat objek / subjek yang diteliti,
baik orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal lain yang memiliki kuantitas
dan karakteristik tertentu untuk mendapatkan sebuah informasi (Riadi, 2016:33).
Dalam suatu penelitian, peneliti perlu mempertimbangkan aspek waktu, tenaga,
biaya dan lainnya. Sehingga peneliti tidak perlu meneliti semua anggota atau
elemen dalam populasi, cukup mengambil beberapa anggota atau elemen yang
mampu mewakili karakteristik populasi tersebut. Sebagian anggota atau elemen
dari populasi yang mewakili karakteristik populasi tersebut yaitu sampel.
41
Sampel merupakan bagian dari kuantitas dan karakteristik yang mewakili
sebuah populasi. Dalam penelitian ini metode sampling yang digunakan yaitu
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
hanya menurut kriteria, pemikiran atau pengetahuan pengambil sampel. Sampel
yang terpilih secara otomatis dipengaruhi oleh pemahaman pengambil sampel
terhadap populasi dan metode ini sering digunakan dalam survei dengan jumlah
unit sampel kecil (Ade, 2014:25).
Dalam penggunaan purposive sampling terdapat kriteria responden yang
diperlukan dengan beberapa pertimbangan yang ditentukan dalam penelitian ini
yaitu responden merupakan kepala keluarga atau wakil kepala keluarga dalam
suatu rumah tangga yang ditemui di lokasi penelitian. Responden tersebut
merupakan masyarakat yang tinggal di Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan
Pamulang Barat yang berada di sekitar Situ Ciledug. Responden dapat
berkomunikasi dengan baik agar diperoleh informasi yang mendalam.
Setiap responden yang memiliki karakteristik tersebut maka akan dipilih untuk
menjadi sampel penelitian. Penelitian ini menggunakan 38 sampel responden.
Bambang Juanda (2009:119) menjelaskan bahwa minimal jumlah sampel untuk
menggunakan analisis statistik yaitu 30 sampel, karena menurut teori limit pusat,
dugaan rata-rata akan mendekati sebaran normal yang perlu dipenuhi untuk
beberapa uji statistik, seperti uji-t dan uji-F. Maka, penetapan jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kaidah pengambilan sampel.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer.
Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti
sendiri baik perorangan atau suatu organisasi (Juanda, 2009:75). Data primer
yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari jawaban responden melalui
kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang tersusun rapih dan
dibagikan kepada responden untuk di isi dan kemudian dikembalikan kepada
peneliti (Juanda, 2009:88). Namun, pengisian kuesioner kadangkala perlu
diawasi oleh peneliti agar apabila responden kurang memahami isi dari
42
pertanyaan pada kuesioner tersebut bisa langsung dibantu oleh peneliti dan
dapat juga tanpa pengawasan jika kuesionernya sudah sangat jelas.
Dalam penelitian ini, peneliti selalu mengawasi setiap kuesioner yang di isi
oleh setiap responden agar pertanyaan-pertanyaan yang terjadi di dalam
kuesioner bisa dipahami oleh setiap responden dengan harapan seluruh data-
data dan informasi yang diberikan responden sesuai dengan apa yang
dibutuhkan dalam penelitian. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner meliputi karakteristik responden, pengetahuan responden tentang
fungsi dan manfaat serta permasalahan Situ Ciledug dan kesediaan membayar
responden terhadap upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug. Kuesioner
tersebut disebarkan kepada responden dengan menggunakan teknik wawancara
langsung untuk mempermudah responden dalam memahami isi dari setiap
pertanyaan dan memberikan keleluasan kepada responden dalam menjawab
seluruh pertanyaan kuesioner.
Wawancara merupakan suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan
pertemuan secara langsung antara peneliti dengan responden untuk melakukan
tanya jawab langsung (Juanda, 2009:91). Wawancara yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu peneliti memberikan beberapa pertanyaan kepada
masyarakat sekitar Situ Ciledug dengn harapan responden bisa menjawab
seluruh pertanyaan dengan objektif, tepat dan sesuai dengan fakta-fakta yang
berada di Situ Ciledug.
2. Data Sekunder
Data sekunder dibutuhkan untuk mendukung dan melengkapi data primer
dalam penelitian. Perolehan data sekunder bisa melalui sumber yang tercetak
seperti studi pustaka yang berupa buku, jurnal, artikel, skripi dan dokumen-
dokumen dari instansi terkait. Selain itu, juga bisa melalui sumber digital
seperti berita dan informasi melalui internet.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peta wilayah Kota
Tangerang Selatan, luas wilayah menurut kecamatan Kota Tangerang Selatan,
jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan berdasarkan kecamatan yang
diperoleh dari Kota Tangerang Selatan Dalam Angka. Peta Kecamatan
Pamulang dan jumlah penduduk Kecamatan Pamulang yang diperoleh dari
43
Kecamatan Pamulang. Serta peta Situ Ciledug yang diperoleh dari Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tangerang Selatan.
D. Metode Analisis Data
1. Contingent Valuation Method (CVM)
CVM merupakan teknik yang dapat digunakan untuk mengukur nilai
ekonomi sumber daya dan lingkungan atau sering juga dikenal dengan nilai
keberadaan. Pendekatan CVM dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan. Kedua, dengan
teknik survei. Namun pendekatan pertama lebih banyak dilakukan melalui
simulasi komputer. Sehingga teknik kedua lebih banyak dilakukan dilapangan.
Teknik survei digunakan untuk menanyakan kepada masyarakat tentang nilai
atau harga yang bersedia mereka berikan kepada komoditi yang tidak memiliki
pasar (Fauzi, 2010:220)
Ada beberapa tahapan proses dalam operasional penerapan pendekatan
CVM. Tahapan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut (Fauzi, 2010:221-
223):
a. Membuat Hipotesis Pasar
Pada tahap awal dalam proses kegiatan CVM, terlebih dahulu membuat
suatu hipotesis pasar terhadap sumber daya alam dan lingkungan yang akan
di valuasi yaitu Situ Ciledug. Hipotesis pasar tersebut dituangkan dalam
sebuah kuesioner yang memberikan informasi mengenai pentingnya fungsi
dan manfaat Situ Ciledug untuk kehidupan masyarakat, baik untuk saat ini
maupun masa yang akan datang serta kondisi Situ Ciledug saat ini yang
mengalami permasalahan lingkungan hingga upaya pelestarian untuk tetap
mempertahankan keberadaan Situ Ciledug. Maka diperlukan suatu
instrumen ekonomi melalui pendekatan WTP yang di dekati dengan biaya
pelestarian untuk upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug. Dari hal
tersebut, responden akan memperoleh gambaran mengenai situasi hipotesis
pasar terhadap sumber daya alam dan lingkungan yang akan di valuasi yaitu
Situ Ciledug.
b. Mendapatkan Nilai WTP
Tahap berikutnya dalam melakukan CVM adalah mendapatkan nilai
WTP. Mendapatkan nilai WTP bisa dilakukan dengan teknik open-ended
44
question atau metode pertanyaan terbuka. Pada teknik open-ended question
ini menanyakan kepada responden nilai WTP yang bersedia untuk
dibayarkan dengan kata lain responden diberikan kebebasan untuk
menyatakan sejumlah nilai yang bersedia dibayarkan untuk upaya
pelestarian lingkungan Situ Ciledug.
c. Menghitung Nilai Rataan WTP
Setelah survei dilakukan untuk mendapatkan nilai WTP, maka tahap
berikutnya adalah menghitung nilai rataan WTP berdasarkan nilai yang
diperoleh pada tahap dua dengan perhitungan yang didasarkan pada nilai
mean (rataan).
d. Memperkirakan Kurva WTP
Pada tahap ini merupakan penjumlahan data dimana nilai rata-rata WTP
dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga
nilai rata-rata WTP maka dapat diduga nilai total WTP dari responden
dengan menggunakan rumus (Saputri, 2018:79):
WTP: f (jumlah responden,besarnya nilai WTP)
Keterangan:
Jumlah responden : banyaknya responden yang bersedia membayar
Besarnya nilai WTP : jumlah nilai yang bersedia dibayarkan
e. Mengagregatkan Data
Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengkalikan nilai WTP pada
tiap kelas dengan populasi dari tiap kelas WTP. Proses ini melibatkan
konversi data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan dengan
cara mengalikan rataan sampel dengan jumlah populasi (jumlah rumah
tangga) kemudian dibagi dengan jumlah sampel keseluruhan.
2. Method of Successive Interval
Data yang didapatkan berdasarkan jawaban responden pada variabel tingkat
pendidikan dan tingkat pendapatan yaitu berbentuk data ordinal. Prosedur-
prosedur statistik seperti regresi berganda mengharuskan data berskala interval.
Oleh karena itu, data yang berbentuk skala ordinal harus diubah ke dalam
bentuk interval untuk memenuhi persyaratan prosedur-prosedur tersebut dalam
melakukan uji regresi berganda (Sarwono, 2012:263).
45
Cara yang digunakan untuk mengubah data berskala ordinal menjadi data
berskala interval yaitu dengan menggunakan metode method of successive
interval. Menurut Sarwono (2012:265-270) method of successive interval
mempunyai beberapa tahapan yang harus dilakukan sebagai berikut:
1. Menghitung frekuensi dari tanggapan responden.
2. Menghitung proporsi dengan membagi setiap frekuensi dengan jumlah
responden.
3. Menghitung proporsi kumulatif dengan menjumlahkan proporsi secara
berurutan untuk setiap nilai.
4. Mencari nilai z yang diperoleh dari tabel distribusi normal baku dengan
asumsi bahwa proporsi kumulatif berdistribusi normal baku.
5. Menghitung densitas F(z).
6. Menghitung scale value
7. Ubah nilai Sv terkecil (nilai negatif yang terbesar) menjadi sama dengan
1.
3. Model analisis dengan Variabel Dummy
Permasalahan yang sering dihadapi adalah adanya variabel independen yang
berskala ukuran non-metrik atau nominal. Jika variabel independen berukuran
nominal, maka dalam model regresi variabel tersebut harus dinyatakan sebagai
variabel dummy dengan memberikan kode 1 atau 0 (Ghozali, 2013:178). Data
yang didapatkan dari hasil jawaban responden yang berskala nominal adalah
variabel dummy jenis kelamin, dummy status pernikahan, dummy pekerjaan,
dummy pengetahuan fungsi dan manfaat Situ dan dummy pengetahuan
permasalahan situ.
Penelitian ini menggunakan willingness to pay (Y) sebagai variabel
dependen serta dummy jenis kelamin (X1), usia (X2), dummy status pernikahan
(X3), tingkat pendidikan (X4), dummy pekerjaan (X5), tingkat pendapatan (X6),
lama tinggal (X7), dummy pengetahuan fungsi dan manfaat situ (X8), dan
dummy pengetahuan permasalahan situ (X9) sebagai variabel independen.
Cara pemberian kode dummy umumnya menggunakan kategori yang
dinyatakan dengan angka 1 atau 0. Kelompok yang diberi nilai dummy 0
46
disebut excluded group, sedangkan kelompok yang diberi nilai dummy 1
disebut included group (Mirer dalam Ghozali, 2013:178). Maka dari itu, dalam
penelitian ini untuk variabel jenis kelamin diberi kode 1 yang laki-laki dan 0
yang bukan laki-laki atau dengan kata lain perempuan. Variabel status
pernikahan diberi kode 1 yang sudah menikah dan 0 yang belum menikah,
variabel pekerjaan diberi kode 1 yang bekerja dan 0 yang tidak bekerja,
variabel pengetahuan fungsi dan manfaat situ dan variabel pengetahuan
permasalahan situ diberi kode 1 yang tahu dan 0 yang tidak tahu. Model regresi
berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:
WTP = + 1DJK + 2USIA + 3DSP + 4PNDDKN + 5DPKRJN +
6PD + 7LMT + 8DPFMS + 9DPPS +
Dimana:
WTP = Willingness to pay
= Konstanta
DJK = Dummy jenis kelamin
USIA = Usia
DSP = Dummy status pernikahan
PNDDKN = Tingkat pendidikan
DPKRJN = Dummy pekerjaan
PD = Tingkat pendapatan
LMT = Lama tinggal
DPFMS = Dummy pengetahuan fungsi dan manfaat situ
DPPS = Dummy pengetahuan permasalahan situ
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 = Koefisien regresi
= Error
4. Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda adalah suatu analisis asosiasi yang digunakan secara
bersamaan untuk meneliti pengaruh dua variabel independen atau lebih
terhadap satu variabel dependen dengan skala pengukuran yang bersifat metrik
baik untuk variabel independen maupun variabel dependennya (Sarwono,
2013:10). Tahap metode selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
regresi linear berganda dengan program spss versi 20 sebagai alat bantunya.
47
Sedangkan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
a. Uji Asumsi Klasik
Dalam menggunakan analisis regresi berganda memerlukan pemenuhan
syarat berbagai asumsi agar model estimasi dapat digunakan sebagai alat
prediksi yang baik. (Ghozali dalam Didi, 2017:49) menyebutkan model
regresi yang baik adalah yang tidak terjadi multikolinieritas, autokorelasi
dan heteroskedastisitas. Selain itu, terdapat pula uji asumsi klasik berupa uji
normalitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Maka model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal
atau mendekati normal (Ghozali, 2013:160).
Cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan melihat tampilan grafik histogram ataupun grafik
normal plot. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas. Namun jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013:163).
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
adalah uji statistik non-parametrik One-Sampel Kolmogorov-Smirnov
(K-S) yang merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi
kumulatif (Suliyanto, 2011:75). Uji K-S dilakukan dengan membuat
hipotesis sebagai berikut:
H0 : Data berdistribusi normal.
48
H1 : Data tidak berdistribusi normal.
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi pada
Asymp.Sig lebih besar dari nilai α (0,05) maka data berdistribusi
normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi pada Asymp.Sig lebih kecil
dari nilai α (0,05) maka data tidak berdistribusi normal (Suliyanto,
2011:78).
2) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol (Ghozali, 2013:105).
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas yaitu
dengan melihat nilai tolerance atau VIF (variance inflation factor)
yang berada di tabel koefisien regresi (Sarjono dan Julianita,
2011:70). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H0 : Tidak ada multikolinieritas.
H1 : Terjadi multikolinieritas.
Uji multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan nilai VIF.
Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 (VIF<10), maka tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi
(Ghozali, 2013:106).
3) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi berrtujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya)
(Ghozali, 2013:110). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini
49
timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah yang
bebas dari autokorelasi.
Untuk mendeteksi masalah autokorelasi dapat melihat nilai durbin-
watson (Sarjono dan Julianta, 2011:81). Hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terjadi autokorelasi.
H1 : Terjadi autokorelasi.
Pengambilan keputusan yang berlaku adalah sebagai berikut:
a. Jika d terletak antara du dan (4-du) (du<d<4-du), maka H0
diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.
b. jika d lebih kecil daripada dl (d<dl) atau lebih besar daripada (4-
dl) (d>4-dl), maka H0 ditolak, dengan pilihan alternatif yang
berarti terdapat autokorelasi.
c. namun jika nilai d terletak antara dl dan du (dl<d<du) atau antara
(4-du) dan (4-dl) (4-du<d<4-dl), maka uji durbin-watson tidak
dapat dipastikan. menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Uji autokorelasi dilakukan menggunakan Run Test. Data dapat
dikatakan bebas autokorelasi ketika nilai probabilitas lebih besar
daripada nilai α (0,05) (Suliyanto, 2011:140).
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residul satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasi Rank Spearman yaitu mengkorelasikan nilai residual hasil
regresi dengan masing-masing variabel independen (Suliyanto,
50
2011:112). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H0 : Tidak terjadi heteroskedastisitas.
H1 : Terjadi heteroskedastisitas.
Kaidah pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi lebih
besar dari nilai 0,05 maka dapat dipastikan model tidak mengandung
gejala heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih
kecil dari nilai 0,05 maka dapat dipastikan model mengandung gejala
heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011:116).
5) Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model
yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang
digunakan dalam suatu studi penelitian linear atau tidak (Ghozali,
2013:166). Uji linearitas dilakukan dengan metode compare means
dengan melihat nilai signifikansi deviation from linearity pada output
tabel ANOVA (Sarjono dan Julianta, 2011:80). Hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0 : Tidak ada hubungan linear antara variabel dummy jenis
kelamin terhadap variabel willingness to pay.
H1 : Ada hubungan linear antara variabel dummy jenis kelamin
terhadap variabel willingness to pay.
2. H0 : Tidak ada hubungan linear antara variabel usia terhadap
variabel willingness to pay.
H1 : Ada hubungan linear antara variabel usia terhadap variabel
willingness to pay.
3. H0 : Tidak ada hubungan linear antara variabel dummy status
pernikahan terhadap variabel willingness to pay.
H1 : Ada hubungan linear antara variabel dummy status
pernikahan terhadap variabel willingness to pay.
4. H0 : Tidak ada hubungan linear antara variabel tingkat
pendidikan terhadap variabel willingness to pay.
51
H1 : Ada hubungan linear antara variabel tingkat pendidikan
terhadap variabel willingness to pay.
5. H0 : Tidak ada hubungan linear antara variabel dummy pekerjaan
terhadap variabel willingness to pay.
H1 : Ada hubungan linear antara variabel dummy pekerjaan
terhadap variabel willingness to pay.
6. H0 : Tidak ada hubungan linear antara variabel tingkat
pendapatan terhadap variabel willingness to pay.
H1 : Ada hubungan linear antara variabel tingkat pendapatan
terhadap variabel willingness to pay.
7. H0 : Tidak ada hubungan linear antara variabel lama tinggal
terhadap variabel willingness to pay.
H1 : Ada hubungan linear antara variabel lama tinggal terhadap
variabel willingness to pay.
8. H0 : Tidak ada hubungan linear antara variabel dummy
pengetahuan fungsi dan manfaat situ terhadap variabel
willingness to pay.
H1 : Ada hubungan linear antara variabel dummy pengetahuan
fungsi dan manfaat situ terhadap variabel willingness to pay.
9. H0 : Tidak ada hubungan linear antara variabel dummy
pengetahuan permasalahan situ terhadap variabel willingness
to pay.
H1 : Ada hubungan linear antara variabel dummy pengetahuan
permasalahan situ terhadap variabel willingness to pay
Dasar pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi pada
deviation from linearity lebih besar dari 0,05 maka hubungan antar
variabel linear. Sebaliknya jika nilai signifikansi pada deviation from
linearity lebih kecil dari 0,05 maka hubungan antar variabel tidak
linear (Sarjono dan Julianta, 2011:80).
52
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien detreminasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara 0 sampai 1 (Ghozali, 2013:97).
Nilai R2
yang kecil menandakan bahwa kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang
(crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-
masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series)
biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali,
2013:97).
c. Uji Hipotesis
1) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik f bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98).
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Dummy jenis kelamin (X1), usia (X2), dummy status
pernikahan (X3), tingkat pendidikan (X4), dummy pekerjaan
(X5), tingkat pendapatan (X6), lama tinggal (X7), dummy
pengetahuan fungsi dan manfaat situ (X8), dan dummy
pengetahuan permasalahan situ (X9) tidak berpengaruh secara
simultan terhadap willingness to pay (Y).
H1 : Dummy jenis kelamin (X1), usia (X2), dummy status
pernikahan (X3), tingkat pendidikan (X4), dummy pekerjaan
(X5), tingkat pendapatan (X6), lama tinggal (X7), dummy
pengetahuan fungsi dan manfaat situ (X8), dan dummy
pengetahuan permasalahan situ (X9) berpengaruh secara
simultan terhadap willingness to pay (Y).
53
Kriteria pengambilan keputusan dalam penelitian ini menggunakan
taraf signifikansi 5% sebagai berikut (Ghozali: 2013:98):
a. Jika probabilitas (sig F) lebih besar (0,05) maka H0 akan
diterima yang berarti secara bersama-sama variabel independen
tidak ada pengaruh terhadap variabel dependen.
b. Jika probabilitas (sig F) lebih kecil (0,05) maka H0 akan
ditolak yang berarti secara bersama-sama variabel independen
ada pengaruh terhadap variabel dependen.
2) Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Tingkat signifikansi
dalam penelitian ini adalah 5%. Hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara dummy jenis
kelamin (X1) terhadap willingness to pay (Y).
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara dummy jenis kelamin
(X1) terhadap willingness to pay (Y).
2. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara usia (X2)
terhadap willingness to pay (Y).
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara usia (X2) terhadap
willingness to pay (Y).
3. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara dummy status
pernikahan (X3) terhadap willingness to pay (Y).
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara dummy status
pernikahan (X3) terhadap willingness to pay (Y).
4. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat
pendidikan (X4) terhadap willingness to pay (Y).
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan
(X4) terhadap willingness to pay (Y).
5. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara dummy
pekerjaan (X5) terhadap willingness to pay (Y).
54
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara dummy pekerjaan (X5)
terhadap willingness to pay (Y).
6. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat
pendapatan (X6) terhadap willingness to pay (Y).
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendapatan
(X6) terhadap willingness to pay (Y).
7. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara lama tinggal (X7)
terhadap willingness to pay (Y).
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara lama tinggal (X7)
terhadap willingness to pay (Y).
8. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara dummy
pengetahuan fungsi dan manfaat situ (X8) terhadap
willingness to pay (Y).
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara dummy pengetahuan
fungsi dan manfaat situ (X8) terhadap willingness to pay (Y).
9. H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara dummy
pengetahuan permasalahan situ (X9) terhadap willingness to
pay (Y).
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara dummy pengetahuan
permasalahan situ (X9) terhadap willingness to pay (Y).
Kriteria pengambilan keputusan dalam penelitian ini menggunakan
taraf signifikansi 5% sebagai berikut (Ghozali; 2013:99):
a. Jika probabilitas (sig t) lebih besar (0,05) maka H0 akan
diterima yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara
parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Jika probabilitas (sig t) lebih kecil (0,05) maka H0 akan ditolak
yang berarti ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Setiap variabel yang terlibat dalam suatu penelitian harus didefinisikan. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan kesamaan makna dan kejelasan batasan dari tiap
55
variabel. Pada tabel 3.1 akan dijelaskan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 3.1
Operasional Variabel
No Variabel Keterangan Pengukuran
1
Willingness
to pay (Y)
Besaran nilai kesediaan
membayar responden dalam
upaya pelestarian lingkungan
Situ Ciledug
Satuan rupiah
2 Dummy jenis
kelamin (X1)
Jenis kelamin responden adalah
pembagian jenis seksual yang
ditentukan secara biologis yang
terbagi menjadi laki-laki dan
perempuan dengan dummy
sebagai berikut:
0: perempuan
1: laki-laki
Variabel dummy
3 Usia (X2)
Usia responden dalam satuan
tahun yang terhitung sejak
dilahirkan hingga saat ini
Skala rasio
(tahun)
4
Dummy
status
pernikahan
(X3)
Status pernikahan adalah
variabel yang menunjukkan
status pernikahan responden
yaitu yang terbagi menjadi belum
menikah dan sudah menikah
dengan dummy sebagai berikut:
0: belum menikah
1: sudah menikah
Variabel dummy
5
Tingkat
pendidikan
(X4)
Tingkat pendidikan adalah
jenjang pendidikan formal
terakhir yang telah ditempuh
oleh responden, yaitu:
1. SD
2. SMP / Tsanawiyah
3. SMA / STM / Aliyah
4. Diploma (D3)
5. Sarjana (S1)
6. Pasca Sarjana (S2)
Skala ordinal
(tahun)
6
Dummy
pekerjaan
(X5)
Pekerjaan sehari-hari responden
yang terbagi menjadi bekerja dan
tidak bekerja dengan dummy
Variabel dummy
56
sebagai berikut:
0: tidak bekerja
1: bekerja
7
Tingkat
pendapatan
(X6).
Tingkat pendapatan adalah
pendapatan yang diperoleh
seseorang tiap bulannya yang
diukur dalam beberapa kategori:
1. <1.000.000.
2. 1.000.000-2.000.000
3. 2.100.000-3.000.000
4. 3.100.000-4.000.000
5. >4.000.000
Skala ordinal
(rupiah)
8
Lama tinggal
(X7)
Lama tinggal yaitu waktu yang
telah dihabiskan responden
selama tinggal di sekitar Situ
Ciledug sampai saat ini
Skala rasio
(tahun)
9
Dummy
pengetahuan
fungsi dan
manfaat situ
(X8)
Pengetahuan responden terhadap
fungsi dan manfaat situ terbagi
menjadi tahu dan tidak tahu
dengan dummy sebagai berikut:
0: tidak tahu
1: tahu
Variabel dummy
10
Dummy
pengetahuan
permasalahan
situ (X9)
Pengetahuan responden terhadap
permasalahan situ terbagi
menjadi tahu dan tidak tahu
dengan dummy sebagai berikut:
0: tidak tahu
1: tahu
Variabel dummy
57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan merupakan kota termuda yang resmi memisahkan
diri dari Kota Tangerang sejak tahun 2008 dan terletak dibagian Timur provinsi
Banten. Secara geografis berada di antara 6°39´ - 6°47´ Lintang Selatan dan
106°14´ - 106°22´ Bujur Timur dengan luas wilayah 147,19 km2 yang terbagi
menjadi 7 kecamatan dan 54 kelurahan.
Wilayah Kota Tangerang Selatan berbatasan langsung dengan Kota
Tangerang dan DKI Jakarta di sebelah utara, di sebelah Timur berbatasan
dengan Kota Depok, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor
dan di sebelah Barat Kabupaten Tangerang.
Gambar 4.1
Peta Wilayah Kota Tangerang Selatan
Sumber: Kota Tangerang Selatan Dalam Angka, 2017.
Luas wilayah masing-masing kecamatan tertera pada tabel 4.1. Kecamatan
dengan wilayah paling besar adalah Pondok Aren dengan luas 29,88 km2
atau
20,30 % dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan. Sedangkan kecamatan
dengan luas paling kecil adalah Setu dengan luas 14,80 km2 atau 10,06 %.
58
Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Kecamatan
Kota Tangerang Selatan 2016
Kecamatan Luas Wilayah Persentase Luas
Wilayah (%)
Setu 14,80 10,06
Serpong 24,04 16,33
Pamulang 26,82 18,22
Ciputat 18,39 12,49
Ciputat Timur 15,43 10,48
Pondok Aren 29,88 20,30
Serpong Utara 17,84 12,12
Total 147,19 100,00
Sumber: Kota Tangerang Selatan Dalam Angka, 2017.
Tabel 4.2.
Penduduk Kota Tangerang Selatan Menurut Kecamatan
Pada Tahun 2015 - 2016
Keca-
matan
Jumlah
Penduduk
2015
Kepadatan
Penduduk
2015
(orang/km2)
Jumlah
Penduduk
2016
Kepadatan
Penduduk
2016
(orang/km2)
Setu 80.811 5.460 83.777 5.660
Serpong 170.731 7.102 177.677 7.390
Pamulang 332.984 12.416 341.968 12.750
Ciputat 225.974 12.295 232.559 12.652
Ciputat
Timur 202.386 13.116 206.729 13.397
Pondok
Aren 366.568 12.268 379.353 12.695
Serpong
Utara 163.755 9.179 171.749 9.627
Total 1.543.209 10.484 1.593.812 10.828
Sumber: Kota Tangerang Selatan Dalam Angka, 2017.
59
Secara Demografi dalam tabel di atas, jumlah penduduk di Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2016 sebanyak 1.593.812 jiwa dengan kepadatan penduduk
sebesar 10.828 jiwa/km2. Jumlah tersebut meningkat 50.603 jiwa dari tahun
sebelumnya.
Jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2016 berada di Kecamatan Pondok
Aren sebesar 379.353 dan diikuti dengan Kecamatan Pamulang sebesar
341.968 hingga jumlah penduduk terendah yaitu pada kecamatan Setu sebesar
83.777.
Seiring jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan
penggunaan lahan untuk ruang, baik untuk keperluan yang bersifat pribadi
seperti kebutuhan akan tempat tinggal yang memadai maupun untuk tempat
umum dengan segala fasilitas pendukungnya juga semakin meningkat sehingga
konsekuensi kebutuhan akan lahan pun semakin tinggi. Salah satu kecamatan
yang mengalami peningkatan jumlah penduduk serta penggunaan lahan berada
pada Kecamatan Pamulang.
Hal tersebut sesuai dengan RTRW Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 –
2031 bahwa Kecamatan Pamulang diperuntukkan untuk kegiatan pelayanan
umum, perdagangan dan jasa, dan perumahan kepadatan tinggi.
2. Kecamatan Pamulang
Kecamatan Pamulang merupakan pemekaran dari Kecamatan Ciputat pada
tahun 1993 sesuai PP no 3 tahun 1992. Kecamatan pamulang terletak di bagian
Selatan Kota Tangerang Selatan dengan luas wilayah 26,82 km2 .
Adapun batas-batas kecamatan pamulang di sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Serpong, di sebelah Timur berbatasan dengan Sawangan,
Depok, di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat dan di sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sawangan, Depok. Kecamatan
Pamulang secara struktural membawahi 8 kelurahan yaitu Kelurahan Pamulang
Barat, Kelurahan Pamulang Timur, Kelurahan Pondok Benda, Kelurahan
Benda Baru, Kelurahan Kedaung, Kelurahan Bambu Apus, Kelurahan Pondok
Cabe Ilir dan Kelurahan Pondok Cabe Udik.
60
Gambar 4.2
Peta Wilayah Kecamatan Pamulang
Sumber: Kecamatan Pamulang.
Berdasarkan tabel 4.3 bahwa jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2016
berada di Kelurahan Pamulang Barat dan Pondok Benda yang masing-masing
sebesar 58.916 dan 53.966 hingga jumlah penduduk terendah yaitu pada
Kelurahan Pondok Cabe Udik sebesar 25.785. Jumlah penduduk kecamatan
pamulang pada tahun 2016 meningkat 8.984 jiwa dari tahun 2015.
Tabel 4.3
Penduduk Kecamatan Pamulang Menurut Kelurahan
Pada Tahun 2015 - 2016
Kelurahan Jumlah Penduduk
2015
Jumlah Penduduk
2016
Pondok Benda 52.773 53.966
Pamulang Barat 57.269 58.916
Pamulang Timur 39.539 40.511
Pondok Cabe Udik 25.057 25.785
Pondok Cabe Ilir 37.136 38.114
Kedaung 46.807 47.477
Bambu Apus 31.907 33.740
Benda Baru 42.496 43.459
Total 332.984 341.968
Sumber: Kecamatan Pamulang Dalam Angka, 2017.
61
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk yang terbanyak pada tahun
2015 maupun 2016 yaitu berada pada kelurahan Pamulang Barat dan kelurahan
Pondok Benda yang dimana pada kelurahan tersebut terdapat sumber daya air
berupa situ. Jumlah penduduk yang semakin meningkat juga harus diiringi
dengan peningkatan kesadaran seseorang terhadap upaya untuk menjaga
lingkungan. Salah satu objek lingkungan hidup yang ada dikawasan padat
penduduk seperti Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda
pada Kecamatan Pamulang adalah Situ Ciledug.
3. Situ Ciledug
Situ merupakan wadah genangan air di atas permukaan tanah yang
terbentuk secara alami maupun buatan yang sumber airnya berasal dari mata
air, air hujan atau limpasan air permukaan. Situ Ciledug terletak di antara dua
wilayah yaitu Kelurahan Pamulang Barat dan Kelurahan Pondok Benda,
Kecamatan Pamulang. Secara batas administratif bahwa Situ Ciledug memiliki
batas-batas yaitu sebelah utara terdapat desa Benda Baru dengan batas yang
jelas yaitu Gang Sarua, di sebelah Barat terdapat Desa Setu dengan nama Gang
Buaran, Di sebelah Timur terdapat wilayah Kecamatan Pamulang lalu di
sebelah Selatan terdapat wilayah Depok yaitu dengan nama Desa Pondok Petir.
Gambar 4.3
Situ Ciledug
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Selatan
Situ Ciledug memiliki luasan sekitar 34 hektar setelah adanya upaya
pengambilan lahan yang telah berubah alih manfaat menjadi pemukiman. Jenis
bangunan di sekitar Situ Ciledug terbagi menjadi 3 kategori yaitu permanen
62
(perumahan, jalan, pabrik, gedung sekolah, perkantoran), semi permanen
(pusat perbelanjaan, rumah nelayan) dan sementara (persawahan, ladang,
kolam). Sedangkan jarak bangunan dari danau atau dengan kata lain garis
sempadan situ yaitu kurang lebih 50 m.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat, bahwa dahulu
Situ Ciledug digunakan untuk kebutuhan sehari – hari secara langsung seperti
untuk mandi dan mencuci. Namun seiring dengan berjalannya waktu sudah
tidak digunakan lagi untuk keperluan secara langsung karena air Situ Ciledug
saat ini sudah mulai tercemar. Dalam penggunaan air, masyarakat sekitar tidak
menggunakan air dari jasa penyuplai air melainkan air yang digunakan untuk
kehidupan sehari – hari berasal dari air tanah yang secara tidak langsung
menyerap dari Situ Ciledug. Air tersebut digunakan untuk mandi, mencuci dan
juga minum (untuk minum harus dimasak terlebih dahulu). Namun sampai saat
ini tidak ada masalah terhadap kesehatan masyarakat sekitar terhadap air yang
digunakan tersebut.
B. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga atau wakil kepala
keluarga dalam suatu rumah tangga yang ditemui di lokasi penelitian. Responden
tersebut merupakan masyarakat yang tinggal di Kelurahan Pondok Benda dan
Kelurahan Pamulang Barat yang berada di sekitar Situ Ciledug dan responden
dapat berkomunikasi dengan baik agar diperoleh informasi yang mendalam.
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 38 orang. Berikut ini adalah
deskripsi responden yang dilihat dari jenis kelamin, usia, status pernikahan,
tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan dan lama tinggal.
1. Responden Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapatkan hasil deskripsi
responden menurut jenis kelamin sebagai berikut:
Tabel 4.4
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 18 47%
Perempuan 20 53%
Total 38 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
63
Hasil responden berdasarkan jenis kelamin, didapatkan bahwa perbandingan
jenis kelamin responden (masyarakat yang tinggal di Kelurahan Pondok Benda
dan Kelurahan Pamulang Barat yang berada di sekitar Situ Ciledug) cukup
berimbang. Jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 53% dari total keseluruhan
responden. Sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 47% dari
total keseluruhan responden.
Hal ini disebabkan oleh metode pengambilan sampel yang dilakukan secara
accidental. Jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin juga dipengaruhi oleh
hari pengambilan data (weekday/weekend). Pada hari kerja perempuan lebih
mudah untuk ditemui karena perempuan lebih banyak menghabiskan waktu di
rumah dengan melakukan berbagai macam aktivitas ibu rumah tangga seperti,
mengurus anak, melakukan pekerjaan rumah hingga melakukan aktivitas di
sekitar rumah yaitu bersosialisasi dengan tetangga. Sementara laki-laki pada
hari kerja lebih banyak menghabiskan waktu di luar daerah tempat penelitian
untuk melakukan sebuah aktivitas pekerjaan. Sedangkan pada akhir pekan agak
sulit menemukan baik itu responden laki-laki maupun perempuan dikarenakan
banyaknya aktivitas akhir pekan rumah tangga yang dilakukan diluar daerah
tempat penelitian. Sehingga laki-laki tidak banyak yang menjadi responden
dalam penelitian ini.
2. Responden Menurut Usia
Usia responden dapat dikategorikan dalam beberapa katageri sebagaimana
tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Usia Responden
Usia Frekuensi Persentase
<25 tahun 1 3%
26 - 35 tahun 7 18%
36 - 45 tahun 11 29%
46 - 55 tahun 9 24%
>56 tahun 10 26%
Total 38 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
64
Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa usia responden dikelompokkan
menjadi lima kategori yaitu kategori pertama dengan responden yang memiliki
kategori usia kurang dari 25 tahun atau masa remaja sebesar 3% dari total
keseluruhan responden. Kategori kedua yaitu berusia 26 sampai 35 tahun atau
masa dewasa awal sebesar 18% dari total keseluruhan responden. Kategori
ketiga yaitu berusia 36 sampai 45 tahun atau masa dewasa akhir sebesar 29%
dari total keseluruhan responden. Kategori keempat yaitu berusia 46 sampai 55
tahun atau masa lansia awal sebesar 24% dari total keseluruhan responden dan
kategori terakhir berusia 56 tahun keatas atau masa lansia akhir yaitu sebesar
26% dari total keseluruhan responden.
Hal ini menunjukkan bahwa responden (masyarakat yang tinggal di
Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang berada di
sekitar Situ Ciledug) cenderung termasuk ke dalam golongan lansia, baik lansia
awal maupun lansia akhir (berdasarkan kategori umur menurut Depkes RI
2009) yang berada pada usia 46 tahun keatas dengan persentase sebesar 50%
dari total keseluruhan responden.
3. Responden Menurut Status Pernikahan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapatkan hasil deskripsi
responden berdasarkan status pernikahan sebagai berikut:
Tabel 4.6
Status Pernikahan Responden
Status Pernikahan Frekuensi Persentase
Sudah menikah 37 97%
Belum menikah 1 3%
Total 38 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
Menurut data di atas, mayoritas responden (masyarakat yang tinggal di
Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang berada di
sekitar Situ Ciledug) telah berstatus sudah menikah. Jumlah responden yang
sudah menikah yaitu sebesar 97% dari total keseluruhan responden.
Sedangkan, yang belum menikah yaitu hanya sebesar 3% dari total keseluruhan
responden. Hal ini terjadi karena sebagian besar masyarakat yang tinggal di
65
Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang berada di
sekitar Situ Ciledug adalah orang yang telah berkeluarga.
4. Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Responden yang merupakan masyarakat yang tinggal di Kelurahan Pondok
Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang berada di sekitar Situ Ciledug
memiliki berbagai macam tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang
dimaksud dalam penelitian ini merupakan tingkat pendidikan formal terakhir
responden yang telah ditempuh.
Tabel 4.7
Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan Frekuensi Persentase
SD 10 26%
SMP 6 16%
SMA 11 29%
Diploma (D3) 0 0%
Sarjana (S1) 8 21%
Pasca Sarjana (S2) 3 8%
Total 38 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
Dari data di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendidikan
formal terakhir SMA dan pendidikan formal terakhir SD yang paling banyak
ditemui, yaitu SMA sebesar 29% dan SD sebesar 26% dari total keseluruhan
responden. Sedangkan responden yang jarang ditemui yaitu responden yang
memiliki pendidikan formal terakhir SMP dan pendidikan formal terakhir
Sarjana (S1) yaitu SMP sebesar 16% dan Sarjana (S1) sebesar 21% dari total
keseluruhan responden. Selanjutnya responden yang paling sulit ditemui yaitu
responden yang memiliki pendidikan formal terakhir Pasca Sarjana (S2) yaitu
hanya sebesar 8% dari total keseluruhan responden dan tidak ditemukan
responden yang memiliki pendidikan formal terakhir Diploma (D3).
Berdasarkan penggolongan latar belakang pendidikan formal terakhir
responden yang telah ditempuh dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
responden (masyarakat yang tinggal di Kelurahan Pondok Benda dan
Kelurahan Pamulang Barat yang berada di sekitar Situ Ciledug) dengan
66
frekuensi yang paling banyak yaitu mencapai tingkat pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA). Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa wajib belajar adalah program pendidikan
minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah daerah. PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib
Belajar menjelaskan penyelenggaraan wajib belajar pada jalur formal
dilaksanakan minimal pada jenjang pendidikan dasar yang meliputi SD, MI,
SMP, MTS, dan bentuk lain yang sederajat. Maka dapat dikatakan bahwa
masyarakat yang tinggal di Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang
Barat yang berada di sekitar Situ Ciledug memiliki tingkat pendidikan yang
cukup baik.
5. Responden Menurut Pekerjaan
Responden dalam penelitian ini memiliki pekerjaan yang dibagi menjadi
dua kategori yaitu bekerja dan tidak bekerja. Deskripsi mengenai pekerjaan
responden terlihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.8
Pekerjaan Responden
Pekerjaan Frekuensi Persentase
Bekerja 23 61%
Tidak Bekerja 15 39%
Total 38 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
Dalam tabel di atas terlihat bahwa mayoritas responden (masyarakat yang
tinggal di Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang
berada di sekitar Situ Ciledug) telah bekerja. Jumlah responden yang bekerja
yaitu sebesar 61% dari total keseluruhan responden. Sedangkan yang tidak
bekerja yaitu sebesar 39% dari total keseluruhan responden.
Adapun jenis-jenis pekerjaan responden (masyarakat yang tinggal di
Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang berada di
sekitar Situ Ciledug) yang bekerja, sebagai berikut:
67
Tabel 4.9
Jenis Pekerjaan Responden Yang Bekerja
Bekerja Frekuensi Persentase
Wirausaha 8 35%
Pegawai Negeri Sipil 2 8%
Pegawai Swasta 11 48%
Lainnya 2 9%
Total 23 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
Dalam tabel di atas terlihat bahwa jenis pekerjaan responden (masyarakat
yang tinggal di Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang
berada di sekitar Situ Ciledug) sangat beragam namun didominasi oleh
responden dengan jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta yaitu sebesar 48%
dari total keseluruhan responden. Lalu diikuti dengan jenis pekerjaan
wirausaha yaitu sebesar 35% dari total keseluruhan responden. Selanjutnya,
jenis pekerjaan lainnya yaitu sebagai petani dan pencari ikan sebesar 9% dari
total keseluruhan responden. Terakhir jenis pekerjaan sebagai pegawai negeri
sipil yaitu sebesar 8% total keseluruhan responden.
Begitu pula responden (masyarakat yang tinggal di Kelurahan Pondok
Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang berada di sekitar Situ Ciledug)
yang tidak bekerja, sebagai berikut:
Tabel 4.10
Responden Yang Tidak Bekerja
Tidak Bekerja Frekuensi Persentase
Ibu Rumah Tangga 14 93%
Pensiun 1 7%
Total 15 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
Dalam tabel di atas terlihat bahwa mayoritas responden (masyarakat yang
tinggal di Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang
berada di sekitar Situ Ciledug) yang tidak bekerja adalah sebagai ibu rumah
tangga yaitu sebesar 93% dari total keseluruhan responden. Sedangkan sisanya
hanya sebesar 7% dari total keseluruhan responden yaitu sebagai pensiunan.
68
Dapat disimpulkan bahwa responden (masyarakat yang tinggal di Kelurahan
Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang berada di sekitar Situ
Ciledug) didominasi memiliki jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta.
Sedangkan mayoritas yang tidak bekerja adalah sebagai ibu rumah tangga.
6. Responden Menurut Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan dalam penelitian ini merupakan pendapatan yang
diperoleh responden tiap bulan. Tingkat pendapatan terdiri atas lima kategori.
Besarnya pendapatan responden dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11
Tingkat Pendapatan Responden
Pendapatan Frekuensi Persentase
<1.000.000 1 3%
1.000.000–2.000.000 7 19%
2.100.000–3.000.000 16 42%
3.100.000–4.000.000 7 18%
>4.000.000 7 18%
Total 38 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
Data di atas menunjukkan pendapatan responden dari terendah hingga
tertinggi yaitu responden dengan pendapatan per bulan pada level <Rp
1.000.000 yaitu sebesar 3% dari total keseluruhan responden. Diikuti
responden dengan pendapatan per bulan pada level Rp 1.000.000 sampai Rp
2.000.000 yaitu sebesar 19% dari total keseluruhan responden. Lalu responden
dengan pendapatan per bulan pada level Rp 2.100.000 sampai Rp 3.000.000
yaitu sebesar 42% dari total keseluruhan responden. Kemudian responden
dengan pendapatan per bulan pada level Rp 3.100.000 sampai Rp 4.000.000
dan pendapatan per bulan pada level >Rp 4.000.000 dengan persentase yang
sama yaitu masing-masing sebesar 18% dari total keseluruhan responden
Berdasarkan Peraturan Gubernur Banten Nomor 561/Kep.553-Huk/2016
tentang penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) di Provinsi Banten
Tahun 2017, ditetapkan bahwa UMK Kota Tangerang Selatan sebesar Rp.
3.270.936,13. Maka dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan responden
(masyarakat yang tinggal di Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan
69
Pamulang Barat yang berada di sekitar Situ Ciledug) tergolong kecil dimana
kebanyakan pendapatan responden berada pada kisaran sebesar Rp 2.100.000
sampai Rp 3.000.000 per bulan.
7. Responden Menurut Lama Tinggal
Lama tinggal merupakan waktu yang telah dihabiskan oleh responden
selama tinggal di Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat
yang berada di sekitar Situ Ciledug dalam satuan waktu. Lama tinggal
responden berkaitan dengan sejauh mana responden beradaptasi dengan
lingkungannya Deskripsi mengenai lama tinggal responden terlihat dalam tabel
di bawah ini.
Tabel 4.12
Lama Tinggal Responden
Lama tinggal Frekuensi Persentase
<10 tahun 12 32%
10 – 30 tahun 21 55%
>30 tahun 5 13%
Total 38 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2018.
Hasil di atas menunjukkan bahwa lama tinggal responden (masyarakat yang
tinggal di Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang
berada di sekitar Situ Ciledug) yang kurang dari 10 tahun yaitu sebesar 32%
dari total keseluruhan responden. Selanjutnya adalah lama tinggal responden
10 sampai 30 tahun yaitu sebesar 55% dari total keseluruhan responden. Lalu
lama tinggal responden 30 tahun ke atas atau dengan kata lain penghuni lama
yaitu sebesar 13% dari total keseluruhan responden.
Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden merupakan penghuni yang
bisa dikatakan sudah cukup lama tinggal yaitu sudah tinggal antara 10 hingga
30 tahun, jika dilihat dari waktu lama tinggal responden secara keseluruhan.
C. Ketidaksediaan Memberikan WTP Pelestarian Lingkungan Situ Ciledug
Terdapat 30 responden yang menyatakan bersedia memberikan WTP dalam
upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug dari total 38 orang. Namun, ada juga
70
sisanya yaitu 8 responden tidak bersedia memberikan sejumlah nilai WTP untuk
upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug.
Adapun responden yang tidak bersedia memberikan sejumlah nilai WTP
memiliki alasan bahwa pelestarian lingkungan Situ Ciledug merupakan tanggung
jawab pemerintah yang seharusnya tidak dibebankan kepada masyarakat dan
alasan keterbatasan ekonomi atau perekonomian yang kurang mampu sehingga
responden tidak mau atau tidak mampu memberikan sejumlah nilai WTP atau
WTP sama dengan nol beserta alasan lainnya. Alasan responden yang tidak
bersedia memberikan WTP dicantumkan dalam gambar 4.4.
Gambar 4.4
Alasan Responden Yang Tidak Bersedia Memberikan WTP
Sumber: Data Primer diolah, 2018
D. Contingent Valuation Method (CVM)
Pendekatan CVM dalam penelitian digunakan untuk menganalisis nilai WTP
responden dalam upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug. Pendekatan CVM
memiliki lima tahapan yaitu:
50% 37%
13%
Alasan Responden Yang Tidak Bersedia
Memberikan WTP
Pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab
pemerintah
Perekonomian yang kurang mampu
Kesadaran masyarakat perlu ditingkakan terlebih dahulu
dengan sosialiasi oleh lembaga lokal setempat dan pemerintah
harus turut mengarahkan
71
1. Membuat Hipotesis Pasar
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat suatu pasar hipotetis
terhadap Situ Ciledug yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Selanjutnya,
pasar hipotetis tersebut dituangkan dalam sebuah kuesioner yang memberikan
informasi dengan jelas mengenai kondisi Situ Ciledug saat ini dan sekaligus
mengajukan pertanyaan mengenai nilai yang bersedia dibayarkan oleh
responden untuk tetap mempertahankan keberadaan Situ Ciledug.
Pasar Hipotetis yang dibuat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,
“Situ Ciledug memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang. Fungsi dan
manfaat Situ diantaranya adalah sebagai tempat pengendali banjir, daerah
resapan air, penampungan air, serta terdapatnya mata pencaharian untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dan lain sebagainya.
Namun, saat ini kondisi lingkungan Situ Ciledug telah mengalami berbagai
macam permasalahan lingkungan, salah satunya yaitu seperti terdapat
banyaknya sampah pada situ sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran
air. Hal ini dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan Situ Ciledug mengalami
penurunan kualitas lingkungan. Kondisi tersebut juga dapat mengancam
keberlanjutan akan keberadaan Situ Ciledug di masa yang akan datang. Agar
tidak kehilangan fungsi dan manfaat situ tersebut, maka dibutuhkan upaya
pelestarian lingkungan untuk tetap mempertahankan keberadaan Situ Ciledug,
agar tidak terjadi permasalahan yang semakin parah akibat dari pengelolaan
yang kurang optimal, dana yang terbatas, budaya dan kebiasaan masyarakat
yang tidak menjaga kelestarian lingkungan dan lainnya. Saat ini, kewenangan
pengelolaan Situ Ciledug masih dalam keadaan tumpang tindih antar lembaga
pemerintahan yang disebabkan oleh belum adanya koordinasi yang jelas antar
lembaga tersebut. Namun, di sekitar Situ Ciledug terdapat lembaga swadaya
lokal yang berperan aktif dalam upaya pengawasan dan pelestarian situ yang
berdiri sejak tahun 2004 hingga saat ini. Seiring dengan berjalannya waktu,
keberadaannya pun dapat diterima oleh seluruh elemen masyarakat. Lembaga
swadaya lokal tersebut telah melakukan beberapa upaya dalam melestarikan
Situ Ciledug, diantaranya yaitu operasi bersih situ, penanaman bibit pohon,
72
penyebaran bibit ikan serta menjaga dan mengawasi aktivitas di sekitar situ
yang dilakukan secara rutin setiap bulan. Hal tersebut harus didukung dengan
partisipasi masyarakat seperti berupa willingness to pay yang di dekati dengan
biaya pelestarian untuk mendukung terwujudnya upaya pelestarian lingkungan
Situ Ciledug yang berkelanjutan.
2. Mendapatkan Nilai WTP
Pada penelitian ini nilai penawaran yang digunakan untuk mengetahui nilai
WTP responden didapatkan melalui metode pertanyaan terbuka (open-ended
question). Melalui metode tersebut responden diberikan kebebasan untuk
menyatakan sejumlah nilai yang bersedia dibayarkan untuk upaya pelestarian
lingkungan Situ Ciledug.
3. Menghitung Nilai Rataan WTP
Responden dianggap sebagai pemanfaat dari fungsi dan manfaat yang
diberikan Situ Ciledug. Maka, pelestarian lingkungan Situ Ciledug perlu
diupayakan melalui pendekatan WTP yang di dekati dengan biaya pelestarian
untuk mendukung terwujudnya upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug
yang berkelanjutan.
Dugaan nilai rataan WTP responden diperoleh berdasarkan rasio jumlah
nilai WTP yang diberikan responden dengan jumlah total responden yang
bersedia membayar. Distribusi nilai WTP responden ditampilkan pada tabel
4.13.
Tabel 4.13.
Distribusi Nilai WTP Responden
No. WTP
Jumlah
Responden Persentase
WTP ×
Jumlah
Responden
(Rp) (Orang) (%) (Rp)
1. Rp 10.000 16 53,33 Rp 160.000
2. Rp 15.000 5 16,67 Rp 75.000
3. Rp 20.000 3 10 Rp 60.000
4. Rp 30.000 3 10 Rp 90.000
5. Rp 50.000 3 10 Rp 150.000
Total 30 100,00 Rp 535.000
Sumber: Data primer diolah, 2018
73
Berdasarkan pada tabel 4.13, diperoleh nilai rataan WTP responden sebesar
Rp 17.833,33 per bulan. Nilai rataan WTP tersebut menggambarkan bahwa
masyarakat bersedia mengeluarkan dana sebesar Rp 17.833,33 untuk setiap
rumah tangga per bulannya yang bisa digunakan untuk biaya upaya pelestarian
lingkungan Situ Ciledug.
4. Memperkirakan Kurva WTP
Kurva WTP responden dibentuk dengan menggunakan jumlah kumulatif
dari individu yang memilih suatu nilai WTP tertentu. Hubungan kurva tersebut
menggambarkan tingkat nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden
dengan jumlah responden yang ingin membayar pada tingkat WTP tersebut.
Kurva WTP responden disajikan dalam gambar 4.5.
Gambar 4.5
Kurva WTP Responden
Sumber: Data primer diolah, 2018
Berdasarkan gambar 4.5. terlihat bahwa semakin tinggi nilai WTP akan
semakin sedikit responden yang bersedia membayar dalam upaya pelestarian
lingkungan Situ Ciledug.
5. Mengagregatkan Data
Nilai total WTP responden dihitung berdasarkan nilai WTP pada tiap kelas
dikalikan dengan populasi dari tiap kelas WTP. Hasil perkalian tersebut
selanjutnya dijumlahkan sehingga didapatkan nilai total WTP responden. Hasil
perhitungan nilai total WTP dapat dilihat pada tabel 4.14.
10.000 15.000
20.000
30.000
50.000
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
0 5 10 15 20Nila
i WTP
Res
po
nd
en (R
p/O
ran
g)
Jumlah Responden (Orang)
Kurva WTP Responden
74
Tabel 4.14.
Nilai Total WTP
No. WTP Frekuensi
(Jumlah
Responden)
Populasi Jumlah Total
(Rp) (Orang) (Rp)
1. Rp 10.000 16 15451 Rp 154.510.000
2. Rp 15.000 5 4828 Rp 72.420.000
3. Rp 20.000 3 2897 Rp 57.940.000
4. Rp 30.000 3 2897 Rp 86.910.000
5. Rp 50.000 3 2897 Rp 144.850.000
Total 30 28972* Rp 516.630.000
Sumber: Data primer diolah, 2018
*Jumlah populasi merupakan jumlah rumah tangga Kelurahan Pondok
Benda dan Kelurahan Pamulang Barat.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai total WTP responden sebesar
Rp 516.630.000 per bulan, dimana jumlah populasi merupakan jumlah rumah
tangga Kelurahan Pondok Benda dan seluruh KK Kelurahan Pamulang Barat.
Jumlah populasi tersebut digunakan untuk mendapatkan nilai ekonomi Situ
Ciledug berdasarkan WTP responden.
E. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak
(Ghozali, 2013:160). Data yang baik adalah data yang residualnya berdistribusi
normal.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak. Pertama, melihat analisis grafik
dengan menggunakan grafik histogram. Data yang normal akan ditunjukkan
dengan grafik histogram regression standardized residual yang berbentuk
menyerupai lonceng. Kemudian dapat pula melihat normalitas dengan melihat
normal probability plot, yaitu distribusi normal akan ditunjukkan dengan
sebuah garis lurus diagonal. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut:
75
Gambar 4.6.
Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Histogram
Sumber: Data primer diolah, 2018
Gambar 4.7.
Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot
Sumber: Data primer diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik histogram dan
normal probability plot di atas, menunjukkan bahwa data berdistribusi secara
normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang berbentuk menyerupai
lonceng dan normal probability plot dengan data yang menyebar mengikuti
arah garis diagonal. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa data yang diolah
merupakan data yang berdistribusi normal. Kemudian, selain menggunakan
76
grafik histogram dan normal probability plot, uji normalitas juga dapat
dilakukan melalui metode uji kolmogorov-smirnov dengan program SPSS.
Tabel 4.15.
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov Smirnov Test
Unstandardized residual
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.660
Sumber: Data primer diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov di atas
menunjukkan bahwa besarnya nilai hasil signifikansi sebesar 0.660 yang
berada di atas 0.05. Hal ini menunjukkan data berdistribusi secara normal. Jadi
dari ketiga metode dapat disimpulkan bahwa uji normalitas terpenuhi.
b. Hasil Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali,
2013:105).
Tabel 4.16.
Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel Collinearity Statistics
Tolerance VIF
DJK 0.317 3.156
USIA 0.349 2.868
DSP 0.339 2.949
PNDDKN 0.224 4.470
DPKRJN 0.408 2.452
PD 0.315 3.179
LMT 0.718 1.393
DPFMS 0.490 2.040
DPPS 0.321 3.111
Sumber: Data primer diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas di atas menunjukkan bahwa tidak
ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Maka,
77
dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen
dalam model regresi pada penelitian ini.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2013:110). Uji autokorelasi
dilakukan dengan menggunakan run test.
Tabel 4.17.
Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.353
Sumber: Data primer diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji autokorelasi dengan run test di atas menunjukkan
bahwa nilai signifikansi sebesar 0.353 yang lebih besar dari nilai signifikansi
0.05. Maka, dapat disimpulkan bahwa residual acak atau random atau tidak
terdapat masalah autokorelasi dalam model regresi pada penelitian ini.
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya.
Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139). Uji heteroskedastisitas dalam
penelitian ini menggunakan metode rank spearman. Metode rank spearman
dilakukan dengan mengkorelasikan variabel independen dengan nilai
residualnya.
78
Tabel 4.18.
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Rank Spearman
Variabel Unstandardized Residual
Correlation Coefficient Sig.
DJK -0.012 0.951
USIA -0.050 0.794
DSP -0.054 0.778
PNDDKN -0.087 0.649
DPKRJN -0.016 0.934
PD 0.037 0.845
LMT -0.027 0.886
DPFMS 0.010 0.960
DPPS -0.093 0.626
Sumber: Data primer diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dengan rank spearman di atas
menunjukkan bahwa semua nilai probabilitas signifikansi di atas 0.05 yang
menandakan bahwa tidak mengandung heteroskedastisitas dalam model
regresi.
e. Hasil Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang
digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu
penelitian berbentuk linear atau tidak (Ghozali, 2013:166). Metode yang
digunakan dalam uji linearitas adalah metode compare means dengan melihat
nilai signifikansi deviation from linearity pada ouput ANOVA.
Tabel 4.19.
Hasil Uji Linearitas
Variabel Deviation From Linearity
F Sig
DJK 0.276 0.603
USIA 0.310 0.985
DSP 0.030 0.864
PNDDKN 0.463 0.710
DPKRJN 0.585 0.451
PD 0.571 0.639
LMT 21.279 0.000
DPFMS 1.858 0.184
DPPS 0.001 0.970
Sumber: Data primer diolah, 2018
79
Berdasarkan hasil uji linearitas dengan metode compare means di atas
menunjukkan bahwa masing-masing variabel mempunyai nilai signifikansi
lebih dari 0.05 namun kecuali variabel lama tinggal yang mempunyai nilai
signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05. Maka, dapat disimpulkan bahwa
masing-masing variabel independen mempunyai hubungan yang linear
terhadap variabel dependen kecuali pada variabel lama tinggal yang tidak
memiliki hubungan linier.
F. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2013:97).
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Semakin besar nilai R
Square atau mendekati angka 1 maka akan semakin besar kemampuan variabel
independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini
menggunakan variabel independen yaitu dummy jenis kelamin, usia, dummy status
pernikahan, tingkat pendidikan, dummy pekerjaan, tingkat pendapatan, lama
tinggal, dummy pengetahuan fungsi dan manfaat situ dan dummy pengetahuan
permasalahan situ serta variabel dependen yaitu willingness to pay.
Tabel 4.20.
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
R Square Adjusted R Square
0.537 0.329
Sumber: Data primer diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi di atas menunjukkan bahwa nilai R
Square adalah sebesar 0.537, yang berarti kemampuan variabel independen
berpengaruh sebesar 53.7% terhadap variabel dependen. Sedangkan sisanya
(100% - 53.7% = 46.3%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.
G. Hasil Uji Hipotesis
1. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2013:98). Uji F
80
dilakukan dengan melihat perbandingan nilai signifikansi pada output tabel
ANOVA dengan nilai α (5%).
Tabel 4.21.
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVA
Model F Sig
Regression 2.580 0.037
Sumber: Data primer diolah, 2018
Berdasarkan hasil uji simultan di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung
sebesar 2.580 dengan nilai signifikansi 0.037 atau lebih kecil dari nilai
probabilitas (α) 0,05 atau nilai 0.037 < 0.050. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama yaitu dummy
jenis kelamin (X1), usia (X2), dummy status pernikahan (X3), tingkat
pendidikan (X4), dummy pekerjaan (X5), tingkat pendapatan (X6), lama tinggal
(X7), dummy pengetahuan fungsi dan manfaat situ (X8) dan dummy
pengetahuan permasalahan situ (X9) memiliki pengaruh atau berpengaruh
secara nyata dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu willingness to pay
(Y).
2. Hasil Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t dilakukan untuk melihat pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2013:98). Dalam penelitian ini uji t dilihat dari perbandingan nilai signifikansi t
dengan nilai α (5%).
Tabel 4.22.
Hasil Uji Individual (Uji t)
Model B Sig.
(Constant) 11696.942 0.426
DJK -6048.495 0.380
USIA 614.238 0.015
DSP -16036.856 0.383
PNDDKN 10457.116 0.022
DPKRJN -15593.934 0.017
PD -3831.366 0.290
LMT 84.311 0.611
DPFMS 10275.309 0.142
DPPS -16486.289 0.229
Sumber: Data primer diolah, 2018
81
Berdasarkan hasil uji parsial di atas, dapat terlihat masing-masing nilai
signifikansi dari tiap variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut
adalah rincian penjelasan pada masing-masing variabel:
a. Variabel Dummy Jenis Kelamin (X1)
Variabel dummy jenis kelamin memiliki nilai signifikansi sebesar 0.380.
Nilai signifikansi ini lebih besar dari taraf signifikansi yang diisyaratkan
yaitu α = 0.05 atau 0.380 > 0.05. Pengaruh usia (X2), dummy status
pernikahan (X3), tingkat pendidikan (X4), dummy pekerjaan (X5), tingkat
pendapatan (X6), lama tinggal (X7), dummy pengetahuan fungsi dan manfaat
situ (X8) dan dummy pengetahuan permasalahan situ (X9) terhadap
willingness to pay (Y) sama saja untuk jenis kelamin, baik itu laki-laki
ataupun perempuan. Dengan pengertian lain, tidak ada pengaruh interaksi
antara usia (X2), dummy status pernikahan (X3), tingkat pendidikan (X4),
dummy pekerjaan (X5), tingkat pendapatan (X6), lama tinggal (X7), dummy
pengetahuan fungsi dan manfaat situ (X8) dan dummy pengetahuan
permasalahan situ (X9) dengan dummy jenis kelamin (X1) terhadap
willingness to pay (Y). Maka dapat dikatakan variabel ini tidak memiliki
pengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel willingness to pay.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Sylvia
Amanda (2009) dimana variabel jenis kelamin tidak berpengaruh karena
baik wanita maupun laki-laki secara umum tingkat kepeduliannya terhadap
lingkungan tidak bisa dikuantifikasikan mana yang lebih besar, sehingga
besarnya willingness to pay pun tidak dapat dicerminkan dari variabel jenis
kelamin.
b. Variabel Usia (X2)
Variabel usia memiliki nilai signifikansi sebesar 0.015 lebih kecil dari
taraf signifikansi yang diisyaratkan yaitu α = 0.05 atau 0.015 < 0.05 yang
menandakan bahwa variabel usia memiliki pengaruh secara nyata atau
signifikan terhadap variabel willingness to pay. Nilai koefisien bertanda
positif yang berarti semakin bertambah usia, maka semakin besar
willingness to pay yang akan diberikan, dengan nilai koefisien sebesar
82
614.238 dapat diartikan ketika usia bertambah 1 tahun maka willingness to
pay juga akan bertambah sebesar 614.238.
Hal ini dikarenakan, semakin bertambah usia seseorang, seseorang akan
semakin menyadari pentingnya keberadaan Situ Ciledug bagi keseimbangan
ekosistem dan kehidupan masyarakat, baik untuk saat ini maupun masa
yang akan datang. Selain itu, menyadari pula bahwa saat ini lingkungan Situ
Ciledug telah mengalami pencemaran akibat dari berbagai macam aktivitas
penduduk yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat di sekitar Situ Ciledug sehingga diperlukan upaya pelestarian
lingkungan Situ Ciledug untuk tetap mempertahankan segala fungsi dan
manfaat yang diberikan oleh Situ Ciledug. Upaya pelestarian lingkungan
juga akan memperbaiki kualitas lingkungan menjadi bersih sehingga
kesehatan hidup pun bisa terjaga.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat usia
seseorang mencerminkan tingkat kedewasaan seseorang. Dengan kata lain,
tingkat usia seseorang akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil
suatu tindakan atau keputusan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
dirinya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Haryadi Puspita Sari dan Lilies
Setiartiti (2015) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa usia
berpengaruh positif dan signifikan terhadap willingness to pay. Apabila usia
bertambah maka willingness to pay juga akan mengalami kenaikan dengan
asumsi faktor lain dianggap tetap. Hal ini disebabkan karena semakin
bertambah usia seseorang maka semakin luas cara berfikir dalam memahami
pentingnya suatu kualitas lingkungan.
c. Variabel Dummy Status Pernikahan (X3)
Variabel dummy status pernikahan memiliki nilai signifikansi sebesar
0.383. Nilai signifikansi ini lebih besar dari taraf signifikansi yang
diisyaratkan yaitu α = 0.05 atau 0.383 > 0.05. Pengaruh dummy jenis
kelamin (X1), usia (X2), tingkat pendidikan (X4), dummy pekerjaan (X5),
tingkat pendapatan (X6), lama tinggal (X7), dummy pengetahuan fungsi dan
manfaat situ (X8) dan dummy pengetahuan permasalahan situ (X9) terhadap
83
willingness to pay (Y) sama saja untuk status pernikahan, baik itu sudah
menikah ataupun belum menikah. Dengan pengertian lain, tidak ada
pengaruh interaksi antara dummy jenis kelamin (X1), usia (X2), tingkat
pendidikan (X4), dummy pekerjaan (X5), tingkat pendapatan (X6), lama
tinggal (X7), dummy pengetahuan fungsi dan manfaat situ (X8) dan dummy
pengetahuan permasalahan situ (X9) dengan dummy status pernikahan (X3)
terhadap willingness to pay (Y). maka dapat dikatakan variabel ini tidak
memiliki pengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel
willingness to pay.
Hal ini disebabkan data status pernikahan responden yang diperoleh dari
hasil penyebaran kuesioner dalam penelitian ini tidak bervariasi atau
homogen yaitu responden lebih banyak yang sudah menikah sesuai dengan
tabel 4.6, sehingga variabel dummy status pernikahan tidak berpengaruh
secara nyata atau signifikan terhadap willingness to pay.
d. Variabel Tingkat Pendidikan (X4)
Variabel pendidikan memiliki signifikansi sebesar 0.022 lebih kecil dari
taraf signifikan yang diisyaratkan yaitu α = 0.05 atau 0.022 < 0.05 yang
berarti variabel pendidikan memiliki pengaruh secara nyata dan signifikan
terhadap variabel willingness to pay. koefisien variabel yang bernilai positif
menandakan semakin tinggi pendidikan formal yang ditempuh, maka
semakin besar willingness to pay yang bersedia dikeluarkan oleh responden
untuk pelestarian lingkungan Situ Ciledug.
Nilai koefisien yang diperoleh sebesar 10457.116, artinya ketika
pendidikan formal yang ditempuh seseorang meningkat sebanyak 1 kategori
tingkat pendidikan (kategori 1 untuk SD, kategori 2 untuk SMP, kategori 3
untuk SMA, kategori 4 untuk Diploma (D3), kategori 5 untuk Perguruan
Tinggi (S1) dan kategori 6 untuk Pasca Sarjana (S2)) maka willingness to
pay juga akan meningkat sebesar 10457.116. Hal ini disebabkan bahwa
semakin tinggi pendidikan formal yang ditempuh seseorang, maka
seseorang lebih paham akan pentingnya kualitas lingkungan yang baik,
sehingga seseorang bersedia membayar lebih besar untuk mendapatakan
kualitas lingkungan yang lebih baik.
84
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
formal yang pernah ditempuh seseorang maka semakin baik tingkat
pengetahuan seseorang. Dengan tingkat pengetahuan yang semakin baik
maka akan menambah wawasan serta pandangan yang semakin luas
sehingga seseorang akan lebih paham mengenai dampak-dampak
lingkungan yang akan terjadi apabila tidak ada upaya pelestarian
lingkungan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Nafa Syafa Aturrohmah (2017)
dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap willingness to pay. Seseorang
akan lebih paham dalam menilai lingkungan suatu objek dengan pendidikan
yang tinggi, dibandingkan dengan seseorang yang berpendidikan rendah.
e. Variabel Dummy Pekerjaan (X5)
Variabel dummy pekerjaan memiliki signifikansi sebesar 0.017 lebih
kecil dari taraf signifikan yang diisyaratkan yaitu α = 0.05 atau 0.017 <
0.05. Pengaruh dummy jenis kelamin (X1), usia (X2), dummy status
pernikahan (X3), tingkat pendidikan (X4), tingkat pendapatan (X6), lama
tinggal (X7), dummy pengetahuan fungsi dan manfaat situ (X8) dan dummy
pengetahuan permasalahan situ (X9) terhadap willingness to pay (Y) tidak
sama untuk pekerjaan tersebut, baik bekerja ataupun tidak bekerja. Atau,
pengaruh dummy jenis kelamin (X1), usia (X2), dummy status pernikahan
(X3), tingkat pendidikan (X4), tingkat pendapatan (X6), lama tinggal (X7),
dummy pengetahuan fungsi dan manfaat situ (X8) dan dummy pengetahuan
permasalahan situ (X9) terhadap willingness to pay (Y) tergantung pekerjaan
responden. Dengan kata lain bahwa variabel dummy pekerjaan memiliki
pengaruh secara nyata dan signifikan terhadap variabel willingness to pay.
Nilai koefisien pada variabel dummy pekerjaan sebesar -15593.934, hal
ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel dummy pekerjaan adalah negatif
yang berarti responden yang bekerja akan memberikan willingness to pay
lebih rendah sebesar 15593.934 rupiah. Hal ini dikarenakan sebagian besar
respondennya bekerja sesuai dengan tabel 4.8 namun mayoritas jenis
pekerjaan responden yang bekerja adalah sebagai pegawai swasta yang
85
pekerjaannya diluar daerah Situ Ciledug. Sehingga manfaat yang diberikan
oleh Situ Ciledug kurang dirasakan oleh responden yang bekerja dalam
kesehariannya.
f. Variabel Tingkat Pendapatan (X6)
Variabel pendapatan memiliki nilai signifikansi sebesar 0.290. Nilai
signifikansi ini lebih besar dari taraf signifikansi yang diisyaratkan yaitu α =
0.05 atau 0.290 > 0.05, maka dapat dikatakan variabel ini tidak memiliki
pengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel willingness to pay.
Hal ini dikarenakan sebagian besar pendapatan responden sekitar Situ
Ciledug berada pada kisaran kurang dari Rp 1.000.000 sampai Rp 3.000.000
sesuai dengan tabel 4.11. Hal tersebut dapat dikatakan dengan pendapatan
yang tergolong kecil jika dibandingkan dengan UMK Kota Tangerang
Selatan, sehingga seseorang akan lebih mempertimbangkan pengeluaran
yang bersifat primer terlebih dahulu dibandingkan dengan pengeluaran
lainnya.
Hasil penelitian ini pun sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh
Amalia (2011) yang menunjukkan bahwa variabel tingkat pendapatan
memiliki p-value yang lebih besar dari nilai signifikansi yang diisyaratkan
α=0,15 sehingga variabel tersebut dapat diabaikan secara statistik atau tidak
berpengaruh secara nyata.
g. Variabel Lama Tinggal (X7)
Variabel lama tinggal memiliki nilai signifikansi sebesar 0.611. Nilai
signifikansi ini lebih besar dari taraf signifikansi yang diisyaratkan yaitu α =
0.05 atau 0.611 > 0.05, maka dapat dikatakan variabel ini tidak memiliki
pengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel willingness to pay.
Hal ini disebabkan karena responden yang baru tinggal ataupun sudah lama
tinggal tidak menentukan willingness to pay mereka terhadap lama tinggal
mereka dikarenakan, mereka tidak merasakan perubahan yang parah dari
lingkungan Situ Ciledug sehingga tidak membuat mereka harus turut ikut
membayar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Eva Nursusandhari (2009) dengan
hasil penelitian menunjukkan bahwa lama tinggal di tempat tinggal saat ini
86
tidak berpengaruh nyata terhadap willingness to pay responden. Hal tersebut
dikarenakan responden telah terbiasa dengan kondisi lingkungan tersebut.
Salah satu responden pun memaparkan pendapatnya terkait pelestarian
lingkungan Situ Ciledug, Ibu Erni (43) ibu rumah tangga, beliau
berpendapat bahwa dari awal beliau tinggal di sekitar lingkungan Situ
Ciledug hingga saat ini yaitu selama 10 tahun tidak mempermasalahkan
kondisi lingkungan Situ Ciledug dikarenakan dari awal pindah ke tempat
tinggal sekarang yaitu di sekitar Situ Ciledug sampai saat ini, tidak
merasakan perubahan lingkungan yang cukup parah. Dengan kata lain,
sampai saat ini masih dirasa cukup nyaman dengan kondisi lingkungan yang
ada.
h. Variabel Dummy Pengetahuan Fungsi dan Manfaat Situ (X8)
Variabel dummy pengetahuan fungsi dan manfaat situ memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.142. Nilai signifikansi ini lebih besar dari taraf
signifikansi yang diisyaratkan yaitu α = 0.05 atau 0.142 > 0.05. Pengaruh
dummy jenis kelamin (X1), usia (X2), dummy status pernikahan (X3), tingkat
pendidikan (X4), dummy pekerjaan (X5), tingkat pendapatan (X6), lama
tinggal (X7), dan dummy pengetahuan permasalahan situ (X9) terhadap
willingness to pay (Y) sama saja untuk pengetahuan fungsi dan manfaat situ,
baik yang tahu ataupun tidak tahu. Dengan pengertian lain, tidak ada
pengaruh interaksi antara dummy jenis kelamin (X1), usia (X2), dummy
status pernikahan (X3), tingkat pendidikan (X4), dummy pekerjaan (X5),
tingkat pendapatan (X6), lama tinggal (X7), dan dummy pengetahuan
permasalahan situ (X9) dengan dummy pengetahuan fungsi dan manfaat situ
(X8) terhadap willingness to pay (Y). Maka dapat dikatakan variabel ini
tidak memiliki pengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel
willingness to pay.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Amalia
(2011) dimana variabel pengetahuan tentang fungsi dan kerusakan sumber
daya alam tidak dapat mencerminkan kepedulian responden terhadap
kondisi dan lingkungan sumber daya alam sehingga variabel pengetahuan
87
tentang fungsi dan kerusakan sumber daya alam tidak berpengaruh terhadap
willingness to pay.
i. Variabel Dummy Pengetahuan Permasalahan Situ (X9)
Variabel dummy pengetahuan permasalahan situ memiliki nilai
signifikansi sebesar 0.229. Nilai signifikansi ini lebih besar dari taraf
signifikansi yang diisyaratkan yaitu α = 0.05 atau 0.229 > 0.05. Pengaruh
dummy jenis kelamin (X1), usia (X2), dummy status pernikahan (X3), tingkat
pendidikan (X4), dummy pekerjaan (X5), tingkat pendapatan (X6), lama
tinggal (X7), dummy pengetahuan fungsi dan manfaat situ (X8) terhadap
willingness to pay (Y) sama saja untuk pengetahuan permasalahan situ, baik
yang tahu ataupun tidak tahu. Dengan pengertian lain, tidak ada pengaruh
interaksi antara dummy jenis kelamin (X1), usia (X2), dummy status
pernikahan (X3), tingkat pendidikan (X4), dummy pekerjaan (X5), tingkat
pendapatan (X6), lama tinggal (X7), dummy pengetahuan fungsi dan manfaat
situ (X8) dengan dummy pengetahuan permasalahan situ (X9) terhadap
willingness to pay (Y). Maka dapat dikatakan variabel ini tidak memiliki
pengaruh secara nyata atau signifikan terhadap variabel willingness to pay.
Variabel dummy pengetahuan permasalahan situ juga tidak
mempengaruhi willingness to pay dikarenakan permasalahan tersebut
bukanlah hal pertama yang responden lihat sebelum menentukan willingness
to pay. Hal ini juga menunjukkan bahwa responden tidak peka terhadap
permasalahan lingkungan Situ Ciledug.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang didapat,
kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian mengenai analisis willingness to
pay (WTP) masyarakat terhadap upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug Kota
Tangerang Selatan dengan metode Contingent Valuation Method dan Regresi
Linier Berganda adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik masyarakat yang tinggal di Kelurahan Pondok Benda dan
Kelurahan Pamulang Barat yang berada di sekitar Situ Ciledug yang
diperoleh dari 38 responden menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan
lebih mendominasi dikarenakan ketersediaan data dengan mayoritas berusia
46 tahun keatas dengan status sudah menikah. Tingkat pendidikan formal
terakhir yang ditempuh kebanyakan mencapai tingkat pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) dengan mayoritas sudah bekerja yang didominasi
dengan jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta Sebagian besar tingkat
pendapatan berada pada kisaran sebesar Rp 2.100.000 sampai Rp 3.000.000
per bulan dan mayoritas lama tinggal menetap antara 10 tahun hingga 30
tahun.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rataan WTP masyarakat yang
tinggal di Kelurahan Pondok Benda dan Kelurahan Pamulang Barat yang
berada di sekitar Situ Ciledug terhadap upaya pelestarian lingkungan Situ
Ciledug adalah sebesar Rp 17.833,33 per bulan untuk setiap rumah tangga.
Sedangkan nilai total WTP sebagai gambaran nilai ekonomi Situ Ciledug
adalah sebesar Rp 516.630.000 per bulan. Nilai ekonomi tersebut dapat
dijadikan sebagai biaya upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug yang
berkelanjutan dan juga mencerminkan kepedulian masyarakat untuk tetap
mempertahankan fungsi dan manfaat Situ Ciledug.
3. Variabel-variabel yang mempengaruhi willingness to pay masyarakat di
sekitar Situ Ciledug dalam upaya pelestarian lingkungan Situ Ciledug
adalah usia, dummy pekerjaan dan tingkat pendidikan. Sedangkan variabel
yang tidak berpengaruh adalah dummy jenis kelamin, dummy status
89
pernikahan, tingkat pendapatan, lama tinggal, dummy pengetahuan fungsi
dan manfaat situ dan dummy pengetahuan permasalahan situ.
B. Saran
1. Terbukanya peluang pendanaan secara eksternal dari partisipasi masyarakat
berupa bantuan swadaya masyarakat atau iuran dari WTP yang
diperkirakan. WTP tersebut dapat dijadikan sebagai biaya upaya pelestarian
lingkungan Situ Ciledug yang berkelanjutan. Berdasarkan hasil penelitian,
diperoleh bahwa masyarakat bersedia ikut menyumbang dalam upaya
pelestarian lingkungan Situ Ciledug asalkan uang yang mereka sumbangkan
dapat tersalurkan dengan jelas, transparan dan diiringi dengan tindakan yang
nyata sehingga dapat direalisasikan dengan baik upaya pelestarian tersebut.
2. Perlu adanya pendekatan kepada masyarakat dalam bentuk memberikan
penyuluhan dan informasi tentang pentingnya pelestarian lingkungan Situ
Ciledug agar fungsi dan manfaat yang diberikan oleh Situ Ciledug dapat
dirasakan saat ini maupun di masa yang akan datang sehingga diharapkan
masyarakat bisa ikut berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan
Situ Ciledug dan tidak beranggapan bahwa pelestarian lingkungan Situ
Ciledug adalah hanya tugas dan urusan pemerintah saja.
3. Perlu diberlakukan sanksi yang tegas terhadap para pelaku perusak
lingkungan untuk meminimalisasi permasalahan yang terjadi di Situ
Ciledug. Salah satu sanksi yang dapat diberikan kepada para pelaku perusak
lingkungan adalah dengan memberlakukan sistem denda sebesar nilai
ekonomi Situ Ciledug yaitu Rp 516.630.000.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan mencakup daerah penelitian yang lebih
luas beserta variabel-variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini serta
perlunya penelitian lebih lanjut mengenai aspek teknis bagaimana Situ
Ciledug dapat dimanfaatkan dengan benar seperti potensi wisata sehingga
bisa meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Hal tersebut
diperlukan karena penelitian ini hanya terbatas pada aspek nilai ekonomi
Situ Ciledug.
90
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, Robiatul. 2011. Diversitas Fitoplankton di Danau Tasikardi Terkait
dengan Kandungan Karbondioksida dan Nitrogen. Skripsi, Jakarta: UIN
Syaarif Hidayatullah.
Amalia, Frizka. 2011. Analisis Kesediaan Membayar Dalam Upaya Pelestarian
Lingkungan Obyek Wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong,
Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Skripsi, Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Amanda, Sylvia. 2009. Analisis Willingness To Pay Pengunjung Obyek Wisata
Danau Situgede Dalam Upaya Pelestarian Lingkungan. Skripsi, Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Angka, Kota Tangerang Selatan Dalam. 2017.
Asisten Deputi Ekonomi Lingkungan. 2010. Panduan Valuasi Ekonomi Ekosistem
Danau/Waduk. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2017. “Jumlah Penduduk Kota
Tangsel 2010-2017.” Jakarta.
https://tangselkota.bps.go.id/dynamictable/2017/05/09/49/jumlah-
penduduk-kota-tangerang-selatan-2010-2017.html (WEB PENDUDUK
KOTA TANGSEL PER KECAMATAN).
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2017. “Kecamatan Pamulang
Dalam Angka 2017.” Katalog BPS, Tangerang Selatan.
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2017. “Kota Tangerang Selatan
Dalam Angka 2017.” Katalog BPS, Tangerang Selatan.
Bratadiredja, Restu Rahayu. 2010. Kajian Pengelolaan Sumber Daya Alam
Danau Situ Gunung Untuk Pengembangan Ekowisata Di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango. Skripsi, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Dhaniswara, Manik. 2014. Analisis Willingness To Pay Menuju Pelestarian
Ekosistem Wisata Bahari Karimunjawa, Jawa Tengah. Skripsi, Semarang:
Universitas Diponegoro.
Ermayanti, Ferra. 2012. Valuasi Ekonomi Objek Wisata Ndayu Park Dengan
Metode Biaya Perjalanan dan Metode Valuasi Kontingensi. Skripsi,
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Fardiansyah, Didi. 2017. Analisa Preferensi, Motivasi dan Persepsi Masyarakat
Dalam Menghuni Apartemen di Kota Bekasi. Skripsi, Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan
Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Fauzi, Akhmad. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan. Bogor: IPB Press.
91
Fitri, Dwi Rini Kurnia. 2017. “Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam Dan
Lingkungan.” Batusungkur International Conference (Biology
Department, State Institute for Islamic Studies (IAIN) ) 126.
Fuadi, Fatkhurrohman Ilham. 2016. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan
Sikap Masyarakat Dalam Mencegah Leptospirosis Di Desa Pabelan
Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Skripsi, Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
21 Up Date PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Inah, Nasta, dan Suryawan Setianto. 2013. “Peran Kelembagaan Lokal Dalam
Pengelolaan Situ Tujuh Muara (Ciledug), Kota Tangerang Selatan .”
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum Vol.5 No.2 76-139.
Indramawan, Dandy Permana. 2014. Analisis Willingness To Pay Pengelolaan
Sampah Terpadu di Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. Skripsi,
Semarang: Universitas Diponegoro.
Juanda, Bambang. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor: IPB
PRESS.
KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses April 14, 2018.
https://kbbi.web.id/didik.
Majid, Ratri Hanindha. 2008. Analisis Willingness To Pay Pengunjung Terhadap
Upaya Pelestarian Kawasan Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta
Selatan. Skripsi, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Masitho, Oktaviani Dewi. 2018. Pengaruh Pendapatan dan Kebijakan
Pemerintah Terhadap Konsumsi Rokok di Kota Bogor. Skripsi, Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah.
Nursiyono, Joko Ade. 2015. Kompas Teknik Pengambilan Sampel. Bogor: IN
MEDIA.
Nursusandhari, Eva. 2009. Persepsi, Preferensi, dan Willingness To Pay
Masyarakat Terhadap Lingkungan Pemukiman Sekitar Kawasan Industri
(Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat).
Skripsi, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Pertiwi, Pitma. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Tenaga Kerja Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi, Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
PPN/Bappenas, Kementerian. 2017. Siaran Pers "Pengelolaan Danau
Berkelanjutan: Sinergi Program dan Para Peran Pemangku
Kepentingan". 9 Mei. Diakses Agustus 17, 2017.
https://www.bappenas.go.id/files/9414/9456/2779/Siaran_Pers_-
_Sinergi_Program_dan_Peran_Para_Pemangku_Kepentingan.pdf.
Puslitbang Sosekling. 2011. Pemetaan Sosial Eknomi dan Lingkungan dalam
Pengelolaan Situ dan Telaga. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum.
92
Putrakusuma, Dhana. 2014. Estimasi Willingness To Pay Masyarakat dan
Formulasi Strategi Ruang Terbuka Hijau Taman Kota Waduk Pluit
Jakarta Utara. Skripsi, Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Rahmawati, Cintami. 2014. Analisis Willingness To Pay Wisata Air Sungai Pleret
Kota Semarang. Skripsi, Semarang: Universitas Diponegoro.
Riadi, Edi. 2016. Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS).
Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Santika, I Gusti Putu Ngurah Adi. 2015. “Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dan Umur Terhadap Daya Tahan Umum (Kardiovaskuler) Mahasiswa
Putra Semester II Kelas A Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
IKIP PGRI Bali Tahun 2014.” Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi
Volume 1 42-47.
Saputri, Lely Diana Sari. 2018. Willingness To Pay Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta Tahun Angkatan 2014-2017 Terhadap Mie
Samyang Berlabel Halal LPPOM MUI. Skripsi, Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.
Sari, Hardiyani Puspita, dan Lilies Setiartiti. 2015. “Willingness To Pay Perbaikan
Kualitas Pelayan Kereta Api.” Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan
Volume 16 Nomor 2 200-209.
Sari, Ratna Eka Puspita. 2010. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN
DENGAN PENGETAHUAN WANITA TENTANG FAKTOR RISIKO
KANKER PAYUDARA DI RW.02 KOMPLEKS TAMAN REMPOA INDAH
. SKRIPSI, JAKARTA: UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA.
Sarjono, Haryadi, dan Winda Julianita. 2011. SPSS vs LISREL Sebuah Pengantar,
Aplikasi untuk Riset. Jakarta: Salemba Empat.
Sarwono, Jonathan. 2013. Statistik Multivariat Aplikasi untuk Riset Skripsi.
Yoyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Sekretariat Negara. 2016. “Keputusan Gubernur Banten Nomor 561/Kep.553-
Huk/2016 Tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi
Banten Tahun 2017.” Banten.
Sekretariat Negara. 2012. “Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 13
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.” Peraturan Daerah,
Tangeran Selatan.
Sekretariat Negara. 2011. “Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 15
Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang
Selatan Tahun 2011-2031.” Tangerang Selatan.
Sekretariat Negara. 2008. “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 2008.” Jakarta.
Sekretariat Negara. 2008. “Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 54
Tahun 2008 Penataan Ruaang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur.” Lembaran Negara, Jakarta.
93
Sekretariat Negara. 2003. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional .” Jakarta.
Sekretariat Negara. 2004. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2004 Tentang Sumber Daya Air.” Undang-Undang, Jakarta.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.
Sumodiningrat, Gunawan. 1996. Ekonometrika Pengantar Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Syafa'aturrohmah, Nafa'. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Willingness To Pay (WTP) Dalam Upaya Pelestarian Cagar Budaya Pada
Masyarakat Sekitaran Candi Palgading Kelurahan Sinduharjo,
Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga.
2014. Tangseloke. 23 September. Diakses Agustus 30, 2018.
https://tangseloke.com/2014/09/23/wisata-situ-berpotensi-tingkatkan-pad-
kota-tangsel/.
2014. Tangseloke. 30 Juni. Diakses Agustus 30, 2018.
https://tangseloke.com/2014/06/30/ini-potret-kondisi-9-situ-di-tangsel/.
Teori Abraham Maslow. Diakses 2 14, 2018.
http://wardalisa.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/26402/Materi+07+
-+TeoriAbrahamMaslow.pdf.
Wulandari, Ariesta Dwi. 2017. Perilaku Peduli Lingkungan Masyarakat Dalam
Pengelolaan Desa Wisata Kandri Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
Skripsi, Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Yavanica, Emiliea. 2009. Analisis Nilai Kerusakan Lingkungan dan Kesediaan
Membayar Masyarakat Terhadap Program Perbaikan Lingkungan (Kasus
Pemukiman Bantaran Sungai Ciliwung). Skripsi, Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
94
LAMPIRAN
95
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Jl. Ir. H. Juanda no.95 Ciputat – Tangerang Selatan
Banten – 15412 Indonesia
KUESIONER PENELITIAN
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan SKRIPSI mengenai “ANALISIS
WILLINGNESS TO PAY (WTP) MASYARAKAT TERHADAP UPAYA
PELESTARIAN LINGKUNGAN SITU CILEDUG KOTA TANGERANG
SELATAN” yang dilakukan oleh Saya, ANJENG LESTARI (1113084000003).
Saya mohon partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/i untuk berkenan mengisi kuesioner
ini dengan lengkap sehingga dapat memberikan data yang objektif. Informasi
yang Bapak/ Ibu/ Saudara/i berikan dijamin kerahasiaannya dan tidak untuk
dipublikasikan. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/i saya
ucapkan terima kasih.
Nomor Responden :
....................................................................................................................................
..................
Nama :
....................................................................................................................................
..................
Alamat :
....................................................................................................................................
..................
....................................................................................................................................
..................
Tanggal Wawancara :
........................................................................................................ 2017
96
A. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin: L / P (Lingkari yang perlu)
2. Usia : ...................................tahun
3. Status Pernikahan : Belum menikah / Sudah menikah. (Lingkari yang
perlu)
4. Pendidikan formal terakhir yang telah ditempuh :
a. SD
b. SMP / Tsanawiyah
c. SMA / STM / Aliyah
d. Diploma (D3)
e. Sarjana (S1)
f. Pasca Sarjana (S2)
5. Apakah pekerjaan anda sehari-hari :
a. Tidak bekerja / Ibu Rumah Tangga / Pensiun
b. Bekerja / Pegawai Negeri Sipil / Pegawai Swasta / Wirausaha /
Lainnya, .......
6. Pendapatan anda per bulan:
a. < Rp 1.000.000
b. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000
c. Rp 2.100.000 – Rp 3.000.000
d. Rp 3.100.000 – Rp 4.000.000
e. > Rp 4.000.000
7. Sudah berapa lama anda tinggal di tempat anda tinggal saat
ini?....................... tahun
B. Pengetahuan Responden tentang kondisi lingkungan Situ Ciledug
Situ atau danau merupakan genangan air dalam suatu cekungan permukaan
tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya bersumber dari
air permukaan dan atau air tanah yang memiliki fungsi dan manfaat bagi
kehidupan manusia. Namun, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat di kawasan situ menimbulkan banyaknya permasalahan
sehingga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan pada situ. Penurunan
kualitas lingkungan pada situ akan memberikan dampak negatif untuk
kehidupan.
9. Apakah anda mengetahui fungsi dan manfaat situ atau danau?
a. Tahu “lanjut ke nomor 10”
b. Tidak tahu “lanjut ke nomor 11”
10. Apa fungsi dan manfaat situ menurut anda?
a. Sebagai penampungan air
b. Sebagai daerah resapan air
c. Pengendali banjir
d. Habitat ekosistem kehidupan air yang bernilai ekonomis
97
e. Berpontensi menjadi wisata alam
f.Lainnya,................................................................................................
11. Apakah anda mengetahui permasalahan lingkungan yang terjadi di situ
atau danau Ciledug?
a. Tahu “lanjut ke nomor 12”
b. Tidak tahu “lanjut ke nomor 13”
12. Apakah bentuk permasalahan lingkungan Situ Ciledug yang anda
ketahui?
a. Pencemaran air oleh sampah
b. Penyusutan luasan situ
c. Berkurangnya populasi ikan
d. Pendangkalan danau sebagai akibat dari sedimentasi
e.Lainnya.................................................................................................
C. Willingness to Pay (Kesediaan Membayar)
Situ Ciledug memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang. Fungsi dan
manfaat Situ Ciledug diantaranya adalah sebagai tempat pengendali banjir, daerah
resapan air, penampungan air, serta terdapatnya mata pencaharian untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dan lain sebagainya. Namun, saat ini
kondisi lingkungan Situ Ciledug telah mengalami berbagai macam permasalahan
lingkungan, salah satunya yaitu seperti terdapat banyaknya sampah pada situ
sehingga mengakibatkan terjadinya pencemaran air. Hal ini dapat dikatakan
bahwa kondisi lingkungan Situ Ciledug mengalami penurunan kualitas
lingkungan. Kondisi tersebut juga dapat mengancam keberlanjutan akan
keberadaan Situ Ciledug di masa yang akan datang. Agar tidak kehilangan fungsi
dan manfaat situ tersebut, maka dibutuhkan upaya pelestarian lingkungan untuk
tetap mempertahankan keberadaan Situ Ciledug, agar tidak terjadi permasalahan
yang semakin parah akibat dari pengelolaan yang kurang optimal, dana yang
terbatas, budaya dan kebiasaan masyarakat yang tidak menjaga kelestarian
lingkungan dan lainnya. Saat ini, kewenangan pengelolaan Situ Ciledug masih
dalam keadaan tumpang tindih antar lembaga pemerintahan yang disebabkan oleh
belum adanya koordinasi yang jelas antar lembaga tersebut. Namun, di sekitar
Situ Ciledug terdapat lembaga swadaya lokal yang berperan aktif dalam upaya
pengawasan dan pelestarian situ yang berdiri sejak tahun 2004 hingga saat ini dan
seiring dengan berjalannya waktu keberadaannya pun dapat diterima oleh seluruh
elemen masyarakat. Lembaga swadaya lokal tersebut telah melakukan beberapa
upaya dalam melestarikan Situ Ciledug, diantaranya yaitu operasi bersih situ,
penanaman bibit pohon, penyebaran bibit ikan serta menjaga dan mengawasi
aktivitas di sekitar situ yang dilakukan secara rutin setiap bulan. Hal tersebut
harus didukung dengan partisipasi masyarakat seperti berupa willingness to pay
yang didekati dengan biaya pelestarian untuk mendukung terwujudnya upaya
pelestarian lingkungan Situ Ciledug yang berkelanjutan.
98
13. Anggaplah bahwa saudara sebagai pemanfaat dari fungsi dan
manfaat yang diberikan Situ Ciledug harus ikut membayar upaya
pelestarian lingkungan Situ Ciledug yang di dekati dengan biaya
pelestarian. Berapakah dana maksimal yang bersedia anda
bayarkan melalui biaya pelestarian untuk upaya pelestarian
lingkungan Situ Ciledug?
Rp..............................................................................................................
14. Berikan alasan mengapa anda memilih sejumlah nominal di atas yang
bersedia anda bayarkan dalam upaya pelestarian lingkungan Situ
Ciledug.
Alasannya:
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
Waktu Pengisian Kuesioner :
Tanda Tangan :
TERIMA KASIH ATAS WAKTU DAN INFORMASI YANG ANDA
BERIKAN
== SELAMAT BERAKTIFITAS KEMBALI ==
99
LAMPIRAN 2
JENIS KELAMIN RESPONDEN
No Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
100
LAMPIRAN 3
USIA RESPONDEN
No Usia
1 30
2 47
3 50
4 37
5 38
6 72
7 80
8 65
9 38
10 49
11 50
12 29
13 35
14 23
15 60
16 35
17 43
18 60
19 47
20 58
21 45
22 39
23 42
24 29
25 38
26 43
27 26
28 65
29 56
30 54
31 45
32 50
33 46
34 50
35 57
36 59
37 39
38 33
101
LAMPIRAN 4
STATUS PERNIKAHAN RESPONDEN
No Status Pernikahan
Sudah Menikah Belum Menikah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
102
LAMPIRAN 5
PENDIDIKAN TERAKHIR RESPONDEN
No Pendidikan Terakhir Responden
SD SMP SMA Diploma (D3) Sarjana (S1) Pasca Sarjana (S2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
103
LAMPIRAN 6
PEKERJAAN RESPONDEN No Bekerja Tidak Bekerja
PNS Pegawai Swasta Wirausaha Lainnya Ibu Rumah Tangga Pensiun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
104
LAMPIRAN 7
PENDAPATAN RESPONDEN No < Rp
1.000.000
Rp 1.000.000– Rp
2.000.000
Rp2.100.000–
Rp 3.000.000
Rp 3.100.000–
Rp 4.000.000
> Rp
4.000.000
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
105
LAMPIRAN 8
LAMA TINGGAL RESPONDEN
No Usia
1 19
2 27
3 5
4 5
5 20
6 1
7 10
8 20
9 38
10 49
11 23
12 29
13 4
14 1
15 22
16 1
17 10
18 27
19 47
20 23
21 10
22 10
23 7
24 25
25 25
26 2
27 2
28 40
29 7
30 20
31 18
32 15
33 3
34 50
35 10
36 3
37 15
38 15
106
LAMPIRAN 9
PENGETAHUAN RESPONDEN
No Pengetahuan Fungsi dan Manfaat Situ Pengetahuan Permasalahan Situ
Tahu Tidak Tahu Tahu Tidak Tahu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
107
LAMPIRAN 10
WILLINGNESS TO PAY RESPONDEN
No Willingness To Pay
1 10,000
2 50,000
3 10,000
4 10,000
5 10,000
6 15,000
7 15,000
8 20,000
9 30,000
10 10,000
11 10,000
12 30,000
13 30,000
14 10,000
15 10,000
16 10,000
17 10,000
18 50,000
19 10,000
20 10,000
21 10,000
22 10,000
23 15,000
24 10,000
25 15,000
26 10,000
27 20,000
28 50,000
29 20,000
30 15,000
108
LAMPIRAN 11
HASIL UJI NORMALITAS
109
LAMPIRAN 12
HASIL UJI MULTIKOLONIERITAS
Variabel Collinearity Statistics
Tolerance VIF
DJK 0.317 3.156
USIA 0.349 2.868
DSP 0.339 2.949
PNDDKN 0.224 4.470
DSPKRJN 0.408 2.452
PD 0.315 3.179
LMT 0.718 1.393
DPFMS 0.490 2.040
DPPS 0.321 3.111
110
LAMPIRAN 13
HASIL UJI AUTOKORELASI
Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.353
111
LAMPIRAN 14
HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Rank Spearman
Variabel Unstandardized Residual
Correlation Coefficient Sig.
DJK -0.012 0.951
USIA -0.050 0.794
DSP -0.054 0.778
PNDDKN -0.087 0.649
DSPKRJN -0.016 0.934
PD 0.037 0.845
LMT -0.027 0.886
DPFMS 0.010 0.960
DPPS -0.093 0.626
112
LAMPIRAN 15
HASIL UJI LINEARITAS
Hasil Uji Linearitas
Variabel Deviation From Linearity
F Sig
DJK 0.276 0.603
USIA 0.310 0.985
DSP 0.030 0.864
PNDDKN 0.463 0.710
DSPKRJN 0.585 0.451
PD 0.571 0.639
LMT 21.279 0.000
DPFMS 1.858 0.184
DPPS 0.001 0.970
113
LAMPIRAN 16
HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI (R2)
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
R Square Adjusted R Square
0.537 0.329
114
LAMPIRAN 17
HASIL UJI SIMULTAN (UJI F)
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVA
Model F Sig
Regression 2.580 0.037
115
LAMPIRAN 18
HASIL UJI INDIVIDUAL (UJI T)
Hasil Uji Individual (Uji t)
Model B Sig.
(Constant) 11696.942 0.426
DJK -6048.495 0.380
USIA 614.238 0.015
DSP -16036.856 0.383
PNDDKN 10457.116 0.022
DSPKRJN -15593.934 0.017
PD -3831.366 0.290
LMT 84.311 0.611
DPFMS 10275.309 0.142
DPPS -16486.289 0.229
116
LAMPIRAN 19
DOKUMENTASI