88
ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh: Endah Sulastri NIM: 1110048000016 KONSENTRASI HUKUM BISNIS PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

Endah Sulastri

NIM: 1110048000016

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

i

ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM

INVESTASI ASING DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

Endah Sulastri

NIM: 1110048000016

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Alfitra, S.H.,M.Hum. H. M.Yasir, S.H.,M.H.

NIP: 197202032007011034 NIP: 194407091966041003

KONSENTRASI HUKUM BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435H/2014M

Page 3: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI

DALAM INVESTASI ASING DI INDONESIA” telah diajukan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Hukum Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Mei 2014 Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata

Satu (S-1) pada Program Studi Ilmu Hukum.

Jakarta, 7 Mei 2014

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. H. JM Muslimin, M.A.

NIP. 196808121999031014

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H. M.A. (...................................)

NIP. 195510151979031002

2. Sekretaris : Drs. Abu Thamrin, S.H. M.Hum. (...................................)

NIP. 196509081995031001

3. Pembimbing I : Dr. Alfitra, S.H. M.Hum. (...................................)

NIP. 197202032007011034

4. Pembimbing II : H.M. Yasir, S.H. M.H. (...................................)

NIP. 194407091966041003

5. Penguji I : Prof. Dr Abdullah Sulaiman, S.H, M.H. (...................................)

NIP. 195912311986091003

6. Penguji II : Feni Arifiani, S.Ag, M.H. (...................................)

NIP. 197608072002121009

Page 4: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 April 2014

Endah Sulastri

Page 5: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

iv

ABSTRAK

Endah Sulastri, NIM 1110048000016, “ANALISIS YURIDIS

KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING DI

INDONESIA”, Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,

1435 H/2014 M. ix + 74 halaman+halaman lampiran. Skripsi ini bertujuan untuk

mengetahui pengaturan kewajiban alih teknologi dalam proses investasi asing di

Indonesia. Latar belakang penelitian ini adalah fungsi teknologi dalam upaya

kemandirian ekonomi nasional. Hukum investasi atau penanaman modal di Indonesia

sebagai legalitas alih teknologi melalui investasi asing tidak memberikan sebuah

kerangka kepastian sekaligus kemanfaatan bagi perkembangan teknologi nasional.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian library research, yang mengkaji berbagai

dokumen yang terkait dengan penelitian. Metode yang digunakan penulis adalah

metode penulisan yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan undang-undang

(statute approach) dan pendekatan historis (historical approach). Selanjutnya ada

tiga bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini, yakni bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder, dan bahan non-hukum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

regulasi terkait dengan alih teknologi dalam investasi asing di Indonesia belum

memiliki kerangka hukum yang jelas. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya

peraturan teknis dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal mengenai alih teknologi. Selain itu sifat dari alih teknologi sebagai sarana

mewujudkan kedaulatan teknologi nasional hanya bersifat opsional bukan sebuah

kewajiban yang mengikat bagi investor asing.

Kata Kunci : Alih Teknologi, Investasi Asing, Undang-Undang.

Pembimbing : Dr. Alfitra, S.H. M.Hum.

H.M. Yasir, S.H. M.H.

Daftar Pustaka : Tahun1989 s.d. Tahun 2013

Page 6: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT, karena berkat rahmat,nikmat

serta anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS

YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING DI

INDONESIA”. Sholawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan alam

semesta Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman

kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Untuk dapat terselesainya penulisan

skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai

pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

1. Dr. H. JM Muslimin, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., selaku ketua Program Studi Ilmu Hukum

dan Drs. Abu Tamrin, SH., M.Hum., selaku sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Alfitra, S. H., M. Hum. dan H. M. Yasir, SH., MH., selaku Dosen

Pembimbing yang telah bersedia menjadi pembimbing dalam penulisan

skripsi ini dengan penuh kesabaran, perhatian dan ketelitian memberikan

masukan serta meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada

penulis hingga skripsi ini selesai.

Page 7: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

vi

4. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan staff Perpustakaan Universitas Indonesia yang telah memberikan

fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya dosen program studi ilmu hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dengan tulus ikhlas, semoga ilmu pengetahuan yang diajarkan

dapat bermanfaat dan menjadi keberkahan bagi penulis dan semoga Allah

SWT senantiasa membalas jasa-jasa beliau serta menjadikan semua kebaikan

ini sebagai amal jariyah untuk beliau semua.

6. Kedua orang tua tercinta yaitu ayahanda Tarwo Puspoatmojo dan Ibunda

Warti, terima kasih atas nyala semangat yang tidak pernah padam serta do’a,

motivasi, kasih sayang, perhatian, dan bantuan (moril, materiil, dan spiritual)

yang telah diberikan dengan tulus, sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan pada jenjang Perguruan Tinggi Negeri. Begitu juga untuk kakak-

kakak tercinta, Bibit Lestari dan Yuni Ati, terima kasih atas support dan

semua proses pendewasaan yang kalian ajarkan.

7. Sahabat-sahabatku tercinta di kampus especially Cantika Nurdiani dan

Kendri Wahyuningsih, terima kasih untuk kebersamaannya dalam suka dan

duka, terima kasih setiap perjuangan, kesabaran, dan pengorbanan yang kita

lewati bersama, kalian sahabat hebatku.

Page 8: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

vii

8. Senior-senior hebat yang telah banyak memberi nasihat, motivasi, dan

semangat di saat-saat sulit thank’s a lot for Kak Riri, Kak Arief, Kak hilda,

dan Kak Fuji.

9. Nodera dan Zara, adik-adik hebat yang mengajarkan saya tentang arti

kebersamaan, kekeluargaan, dan semangat juang. Terima kasih atas kado

manis di masa-masa akhir di kampus.

10. Teman-teman ilmu hukum angkatan 2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

baik kelas hukum bisnis maupun kelas hukum kelembagaan negara.

11. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata Merdika 2013.

12. Keluarga besarku Mootcourt Community Fakultas Syariah dan Hukum

periode 2013-2014 terima kasih atas kekompakan, konsistensi dan

kebersamaannya untuk saling berbagi. Jaga keluarga besar ini tetap kokoh ya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca. Sekian terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 22 April 2014

Endah Sulastri

Page 9: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

viii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI. .................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................... v

DAFTAR ISI ............................................................................................................... viii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 6

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................................... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................................... 7

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ................................................................. 8

F. Metode Penelitian .............................................................................................. 9

G. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 12

BAB II : INVESTASI ASING DI INDONESIA

A. Latar Belakang Adanya Investasi Asing di Indonesia ....................................... 15

B. Pengertian dan Asas-Asas dalam Investasi ........................................................ 20

C. Tujuan dan Fungsi Investasi .............................................................................. 25

D. Kebijakan-Kebijakan dalam Investasi Asing di Indonesia ................................ 26

BAB III: KONSEP ALIH TEKNOLOGI

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Alih Teknologi ................................................ 31

B. Mekanisme Alih Teknologi ............................................................................... 38

C. Pengaturan Terkait Alih Teknologi.................................................................... 43

Page 10: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

ix

BAB IV: INVESTASI ASING SEBAGAI SARANA MEWUJUDKAN

KEMANDIRIAN TEKNOLOGI NASIONAL

A. Pengaturan Alih Teknologi dalam Hukum Investasi di Indonesia .................... 49

B. Analisis Alih Teknologi dalam Kerangka Hukum Nasional dan Hukum

Internasional ....................................................................................................... 57

C. Peluang dan Hambatan Pelaksanaan Alih Teknologi dalam Investasi Asing di

Indonesia ............................................................................................................ 65

D. Hukum sebagai Pendorong Alih Teknologi ....................................................... 68

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 72

B. Saran .................................................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lampiran Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal

2. Lampiran Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman

Modal Asing

Page 11: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia saat ini tengah berada pada era global, yang menyebabkan

semua kawasan di seluruh dunia saling terkait dan terintegrasi. Globalisasi

tersebut terjadi di berbagai aspek salah satunya pada aspek ekonomi. Proses

globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang bersifat

mendasar, dan proses ini akan berlangsung terus dengan laju yang semakin

cepat mengikuti perubahan teknologi yang juga semakin cepat.1

Sebagai negara dengan prinsip ekonomi terbuka, Indonesia tidak dapat

menghindar dari era perdagangan bebas2 yang merupakan bagian dari

penerapan globalisasi. Pada era global ini hampir tidak dapat dilihat adanya

batas-batas negara dan besarnya bumi. Hal ini disebabkan lalu lintas modal,

perdagangan, dan informasi teknologi berjalan dengan sangat cepat. Era

globalisasi ini sangat erat kaitannya dengan era liberalisasi perdagangan.

Pada dasarnya negara maju adalah pihak yang paling diuntungkan

dalam era liberalisasi perdagangan seperti saat ini, sebab negara maju

memiliki keunggulan dalam berbagai hal yang tidak dimiliki oleh negara

1 Tulus TH. Tambunan, Globalisasi dan Perdagangan Internasional, (Bogor; Ghalia

Indonesia 2004), h. 1. 2 “Dalam era perdagangan bebas, hakikat persaingan menjadi lebih luas sehingga meliputi

persaingan di antara negara-negara industri maju, persaingan antara negara-negara industri maju

dengan negara-negara berkembang dan persaingan di antara negara-negara berkembang” dikutip dari

Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri Di Indonesia dalam Era Perdagangan Bebas,

(Jakarta; Grasindo, 2004), h. 2.

Page 12: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

2

berkembang seperti kestabilan perekonomian, teknologi tinggi, industri yang

produktif, dan lain sebagainya. Sangat jelas, bahwa negara berkembang

adalah pihak yang lemah dalam liberalisasi perdagangan ini. Negara maju

umumnya memiliki kepiawaian dalam menerapkan cara-cara sehingga negara

berkembang terikat dengan sistem perdagangan bebas. Cara yang sering

digunakan adalah permintaan banyak insentif antara lain seperti permintaan

pengurangan tarif impor bea masuk atas produk dan jasa dari negara maju di

negara berkembang.3

Investasi di era globalisasi ini semakin giat dilakukan oleh negara-

negara maju. Beberapa pertimbangan adalah berkaitan dengan ketersediaan

bahan baku, tenaga kerja yang murah serta dalam rangka ekspansi pasar.

Keberadaan investasi asing bagi negara berkembang terbagi atas 2 teori yang

memandangnya, yakni dari sudut pandang teori klasik (classic theory)4,

keberadaan investasi ini memberikan manfaat bagi negara-negara berkembang

karena melalui investasi ini negara-negara tersebut dapat melakukan

pembangunan infrastruktur, mengurangi angka pengangguran dengan

menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, dan yang paling pokok di sini

ialah adanya alih atau transfer teknologi dari tenaga expert yang bekerja di

Indonesia kepada tenaga kerja nasional.

3 http://www.bphn.go.id/data/documents/pkj_2012_-_8.pdf, diakses pada tanggal 17 Oktober

2013. 4 Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing, (Jakarta; Kuwais, 2012), h. 65.

Page 13: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

3

Berbeda dengan pemikiran teori klasik (classic theory, teori

ketergantungan (dependency theory) memandang bahwa keberadaan investasi

hanya membawa sifat konsumtif dan ketergantungan saja bagi negara-negara

berkembang. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan apa yang menjadi

cita-cita luhur para founding fathers kita yang menginginkan adanya

kedaulatan serta kemandirian di semua aspek kehidupan nasional termasuk di

sini adalah dalam aspek perekonomian.

Keberadaan investasi asing memiliki karakteristik dan kelebihan

berupa:5

a. Sifatnya permanen atau jangka panjang;

b. Memberi andil alih teknologi;

c. Memberi andil dalam alih keterampilan;

d. Membuka lapangaan kerja baru.

Keberadaan investasi asing di Indonesia mendapatkan legalitas secara

konstitusional dalam pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945:

“perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional”. Salah satu asas yang menjadi dasar pelaksanaan

5Salim H.S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi, (Jakarta; Rajagrafindo Persada, 2008), h. 38.

Page 14: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

4

investasi asing di Indonesia adalah asas kemandirian.6 Asas kemandirian ini

dapat tercipta ketika melalui investasi asing ini kita mendapat transfer

teknologi dari negara-negara maju yang nantinya dapat kita terapkan dan

dikembangkan untuk mengembangkan potensi ekonomi nasional.

Kewajiban alih teknologi merupakan bagian dari asas dan tujuan

dalam investasi yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal. Namun secara das sein tujuan investasi

asing yang berkaitan dengan adanya alih teknologi belum nampak secara riil

dalam perkembangan kemampuan sumber daya manusia nasional. Dalam

aturan yang terpisah alih teknologi ini juga diatur dalam beberapa peraturan

perundang-undangan, seperti Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang

Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi.7

Berbicara dalam konteks teknologi maka hal tersebut sangat berkaitan

dengan hak kekayaan intelektual. Ikut sertanya Indonesia sebagai anggota

World Trade Organization (WTO) dan turut serta dalam menandatangani

Perjanjian Multilateral General Agreement on Tariff and Trade (GATT)

6 Asas kemandirian ini dalam penjelasan pasal 3 UU No. 25 Tahun 2007 dijelaskan bahwa

yang dimaksud dengan asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap

mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing

demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

7Sabartua Tampubolon, Politik Hukum Iptek di Indonesia, Cetakan I, (Yogyakarta; Kepel

Press, 2013), h. 258.

Page 15: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

5

putaran Uruguay8 serta meratifikasinya dengan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1994 tentang Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan

Dunia, mengakibatkan Indonesia harus membentuk peraturan nasional yang

sesuai dengan ketentuan-ketentuan tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

dalam GATT.

Teknologi merupakan pengembangan ilmu pengetahuan. Negara maju

melakukan investasi di negara berkembang memiliki tujuan untuk melakukan

ekspansi pasar, sedangkan bagi negara berkembang adalah mengharapkan

adanya transfer teknologi. Di sini terdapat benturan kepentingan antara host

country dengan investor asing. Di Indonesia sendiri berkaitan dengan alih

teknologi dalam Undang-Undang Penanaman Modal tidak tercantum secara

rinci pengaturannya. Hal ini yang kemudian secara hukum transfer teknologi

tidak berjalan di lapangan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada tersebut maka penulis

merasa perlu melakukan penelitian lebih jauh mengenai alih teknologi dan

selanjutnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul:

8Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri Di Indonesia dalam Era Perdagangan

Bebas, (Jakarta; Grasindo, 2004), h. 1.

Page 16: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

6

“ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM

INVESTASI ASING DI INDONESIA”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Pemanfaatan Investasi asing sebagai mekanisme alih teknologi di

Indonesia belum maksimal.

2. Kwalitas Sumber Daya manusia Indonesia masih rendah dalam hal

penguasaan teknologi.

3. Peraturan teknis dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 terkait alih

teknologi belum ada.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan investasi atau penanaman modal, maka di

sini penelitian akan difokuskan pada investasi asing di bidang

pengembangan teknologi dilihat dari sudut pandang Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang

telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah

sebagai berikut:

a. Bagaimana konsep alih teknologi dalam Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal?

Page 17: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

7

b. Bagaimana urgensi pengaturan alih teknologi dalam investasi asing di

Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tentang

Pengaturan kewajiban alih teknologi dalam Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Sedangkan secara khusus

penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui konsep alih teknologi dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;

b. Untuk mengetahui urgensi pengaturan alih teknologi dalam kerangka

hukum investasi asing di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan dibidang hukum penanaman modal asing khususnya berkaitan

dengan alih teknologi.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

sebagai berikut:

Page 18: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

8

1) Memberi saran bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan-

kebijakan yang mendukung berjalannya alih teknologi dalam

hukum investasi di Indonesia;

2) Memberi saran berkaitan dengan perkembangan teknologi

nasional melalui peningkatan mutu sumber daya manusia

melalui alih teknologi;

3) Mengembangkan teknologi nasional.

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Pernah ada skripsi yang membahas mengenai alih teknologi dalam

hukum investasi di Indonesia di antaranya ialah:

1. Judul; “Analisis Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal Kaitannya dengan Kontrak Alih teknologi

Dalam Rangka Pengembangan Industri” yang disusun oleh Wiwi

Dwi Astuti, Fakultas Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret

Tahun 2009, yang membahas mengenai kontrak dalam alih

teknologi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 dalam

bidang industri. Skripsi ini membahas mengenai potensi masalah

alih teknologi dalam hukum investasi dari berbagai aspek seperti

ekonomi, sosial, hukum, dan budaya, termasuk potensi masalah

yang ditimbulkan oleh munculnya Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Yang membedakan skripsi

ini dengan penelitian yang akan diangkat oleh penulis adalah

Page 19: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

9

mengenai fokus masalah di mana dalam penelitian ini akan lebih

ditekankan pada alih teknologi dalam kerangka investasi asing dan

ditinjau dari aspek yuridis perangkat hukum alih teknologi di

Indonesia dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

2. Judul “Politik Hukum Iptek di Indonesia”, yang merupakan

disertasi disusun oleh Sabartua Tampubolon, S. H. M.H. Program

Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Penilitian ini membahas

mengenai Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2002 tentang Sistem

Nasional Penelitian Pengembangan, dan Penerapan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi yang dikaitkan aspek politik yang

berpengaruh dalam pelaksanaan alih teknologi di Indonesia. Yang

membedakan dengan penelitian yang akan diangkat oleh penulis

adalah cakupan pembahasan skripsi ini akan lebih fokus mengenai

tinjauan yuridis bagi pelaksanaan alih teknologi dalam Undang-

Undang Nomor 25 tahun 2007 dan Undang-Undang terkait yang

relevan dalam pelaksanaan alih teknologi.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu;

Page 20: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

10

sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti

tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.9

Sedangkan penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah, yang

didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang

bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu,

dengan jalan menganalisanya, untuk kemudian mengusahakan suatu

pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala

yang bersangkutan. Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan

skripsi ini adalah library research dengan metode penelitian yuridis

normatif, yaitu penelitian yang dilakukan mengacu pada norma hukum

yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan peraturan

internasional yang terkait dengan alih teknologi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Sehubungan dengan penelitian dalam skripsi ini merupakan

penilitian normatif maka penulis menggunakan pendekatan undang-

undang (statute approach) dan pendekatan historis (historical approach).

Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan-aturan

yang berkaitan dengan alih teknologi dan investasi asing di Indonesia.

Pendekatan historis dilakukan untuk mengetahui sejarah investasi asing di

Indonesia dari berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet.III, (Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 1986), h. 42.

Page 21: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

11

Penanaman Modal Asing hingga kini diatur dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

3. Bahan Hukum

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer meliputi

perundangan-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim.10

Dalam penelitian ini

yang termasuk dalam bahan hukum primer adalah Undang- Undang Nomor 1

Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2002 tentang Sistem Nasional Penelitian Pengembangan, dan Penerapan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang

Paten.

b. Bahan Hukum Sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum

meliputi buku-buku teks, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-

komentar atas putusan pengadilan.11

c. Bahan non-hukum adalah bahan diluar bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder yang dipandang perlu12

seperti buku-buku investasi .

4. Analisis Data

10

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. cet.VI (Jakarta : kencana, 2010), h. 141. 11

Ibid 12

Ibid. Hal 143

Page 22: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

12

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan sedemikian

rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis untuk

menjawab permasalah yang telah dirumuskan. Cara pengolahan bahan hukum

dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan

yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi.13

Selanjutnya setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis terhadap bahan

hukum dengan melakukan analisis secara kritis dan mendalam mengenai

konsep alih teknologi dalam hukum investasi serta melakukan studi

komparatif terhadap penerapan kebijakan serupa di negara yan lain.

5. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk Penulisan Skripsi

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012”

dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri

atas beberapa subbab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun

perinciannya sebagai berikut:

13 Johnny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Cet-II, (Malang :

Bayumedia Publishing. 2006), h. 393.

Page 23: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

13

BAB I: Pendahuluan, memuat: Latar Belakang Masalah, dilanjutkan

dengan Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan (Review)

Kajian Terdahulu, Metode Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

BAB II: Tinjauan pustaka mengenai investasi asing di Indonesia. Pada

bab ini penulis akan menguraikan mengenai sejarah investasi

asing di Indoneisa, asas-asas investasi, kebijakan-kebijakan

pemerintah dalam investasi asing serta tujuan serta manfaat

adanya investasi asing di Indonesia.

BAB III: Tinjauan umum mengenai konsep alih teknologi. Dalam bab

ini penulis akan membahas mengenai pengertian teknologi,

perlindungan hak kekayaan intelektual atas teknologi, cara-cara

alih teknologi.

BAB IV: Tinjauan yuridis pelaksanaan alih teknologi dalam hukum

investasi asing di Indonesia. Dalam bab ini penulis akan

membahas mengenai konsep teknologi dalam kerangka

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, Undang-Undang No 8

Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian

Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi, dan Undang-Undang yang berkaitan dengan

perlindungan hak paten, pengaturan alih teknologi dalam

Page 24: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

14

kerangka peraturan perundang-undangan Indonesia dan

peraturan Internasional terkait, serta mengemukakan mengenai

hambatan-hambatan eksekusi alih teknologi dalam investasi

asing di Indonesia.

BAB V: Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran. Bab ini

merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, untuk itu

penulis menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian,

disamping itu penulis menengahkan beberapa saran yang

dianggap perlu.

Page 25: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

15

BAB II

INVESTASI ASING DI INDONESIA

A. Latar Belakang Adanya Investasi Di Indonesia

Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan

dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) yakni, berusaha

mewujudkan masyarakat adil dan makmur, di mana masyarakat yang adil dan

makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di berbagai bidang, salah

satunya adalah bidang ekonomi.

Pembangunan di bidang ekonomi identik dengan pembangunan

sektor-sektor ekonomi yang terdapat di negara kita ini, seperti; sektor

pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, industri,

perdagangan, jasa-jasa, dan lain-lain.1

Pelaksanaan pembangunan seperti diketahui membutuhkan modal

dalam jumlah yang besar dan harus tersedia pada waktu yang tepat. Modal ini

dapat disediakan oleh pemerintah, masyarakat, atau pihak swasta nasional.

Dalam keadaan yang ideal modal tersebut dapat dipenuhi dengan kemampuan

modal dalam negeri sendiri. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian,

sebab pada umumnya negara-negara berkembang mengalami hambatan

dalam hal ketersediaan modal dalam negeri.2

1 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Cet-III, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2007), h. 1. 2 Ibid, h. 2.

Page 26: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

16

Demikian pula yang terjadi di Indonesia setelah mengalami masa-

masa kolonialisasi yang cukup panjang, pada awal kemerdekaan negeri ini

mencoba untuk memulai melaksanakan pembangunan di semua sektor.

Namun kenyataan lain menunjukkan bahwa tingkat ketersediaan modal dalam

negeri sangat tidak mencukupi untuk dapat melaksanakan pembangunan

nasional.

Pasca proklamasi, kebijakan penanaman modal asing (PMA) di

Indonesia mengalami pasang surut mengikuti perkembangan politik dan

ekonomi. PMA pertama kali diatur dengan Undang-Undang Nomor 78 Tahun

1958 tentang Penanaman Modal yang kemudian diubah dengan UU Nomor 15

Prp. Tahun 1960 dan kemudian dicabut dengan UU Nomor 16 Tahun 1965.3

Pasang-surut iklim PMA di Indonesias tak lepas dari pengaruh

perekonomian pada masa Orde Lama yang memburuk karena keadaan politik

dalam negeri yang mengalami kekacauan, puncaknya dengan adanya Gerakan

30 S/PKI pada tahun 1965, yang menjadi momentum beralihnya pemerintahan

rezim Orde Lama ke rezim Orde Baru.4 Berkat kemampuan rezim Orde Baru

dalam meyakinkan negara-negara donor, Indonesia memperoleh pinjaman

luar negeri serta berimbas pada meningkatnya kepercayaan negara-negara

3 Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing. Cet-I, (Jakarta: Kuwais, 2012), h. 52.

4Pada tahun 1965 berlaku Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1965 tentang Pencabutan

Undang-Undang No. 78 Tahun 1958 tentang Penanaman Modal Sebagaimana Telah Diubah Dan

Ditambah Dengan Undang-Undang No. 15 Prp. Tahun 1960. Alasan pencabutan Undang-Undang ini

adalah untuk melaksanakan prinsip berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi dan prinsip Dekon

(Deklarasi Ekonomi). Ibid. h. 56.

Page 27: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

17

maju yang tergabung baik dalam Intergovernmental Group on Indonesia

(IGGI) maupun World Bank.

Persoalan baru mulai timbul manakala perekonomian dunia

mengalami resesi5. Dalam proses tersebut kebanyakan negara-negara maju

menjadi lebih tertutup, sehingga menimbulkan kesulitan bagi negara-negara

berkembang yang mendapat bantuan aliran dana dari luar negeri. Keadaan

tersebut memaksa negara-negara berkembang tak terkecuali Indonesia untuk

mencari alternatif lain selain dalam bentuk pinjaman luar negeri yakni dengan

menggalakkan penanaman modal khususnya penanaman modal asing (foreign

direct investment).

Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain khususnya negara-

negara maju dapat dikatakan memiliki sejarah investasi yang belum berapa

lama. Sedangkan dalam kerangka universal munculnya penanaman modal

asing pertama kali diawali dengan meletusnya revolusi industri di Eropa

pada tahun 1760 khususnya di Inggris, dan kemudian menjalar ke Amerika

pada tahun 1860.6

Di Indonesia sendiri sejarah investasi asing tidak dapat dilepaskan dari

pengaruh kolonialisme Belanda atas tanah Nusantara, yang kemudian disebut

5Seperti krisis yang bersumber pada pasar surat utang subprime mortgage di AS pada 2007-

2008 yang menghantui terjadinya resesi ekonomi global. Begitu pula yang terjadi di negara-negara

Asia, termasuk Indonesia, yang memiliki relevansi dalam konteks krisis tahun 1997-1998 lalu. Krisis

finansial yang terjadi bahkan merembet menjadi krisis ekonomi, krisis politik, bahkan krisis sosial

budaya. Lihat Prasetyantoko, Bencana Finansial, (Jakarta:Kompas, 2008), h. 21. 6 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Cet-III, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2007), h. 4.

Page 28: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

18

sebagai Hindia Belanda. Pada awalnya Belanda hanyalah salah satu dari

pedagang-pedagang yang berniaga di nusantara, termasuk Cina, Gujarat,

Portugis, Arab, dan lain-lain. Tindak lanjut monopoli perdagangan Bangsa

Belanda dilakukan dengan mendirikan perusahaan dagang Hindia Timur

(Verenigde Oost Indie Compagnie) yang tujuannya memperluas

kekuasaannya di atas para penguasa lokal melalui penaklukan secara militer,

persekutuan politik, dan pengaturan keuangan, pemaksaan terhadap para

penguasa lokal untuk menyerahkan hasil produksi, monopoli perdagangan

dalam negeri dan hak atas tanah, tenaga kerja, serta hasil produksi.7

Investasi asing berdasarkan sumber lain memiliki tahapan periodesasi

dalam perkembangannya. Periodesasi perkembangan investasi ini terbagi atas

3 gelombang, yaitu periode kolonialisme kuno, periode imperialisme baru,

dan periode yahin 1960-an.8 Ketiga periode tersebut diuraikan sebagai

berikut:

1. Periode Kolonialisme Kuno

Periode ini dimulai pada abad ke-17 dan abad ke-18. Periode ini

ditandai dengan pendirian perusahaan-perusahaan oleh Spanyol, Belanda,

dan Inggris yang mendirikan tambang-tambang dan perkebunan di

beberapa negara jajahan di Asia dengan cara merampas dan

7 Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing. Cet-I, (Jakarta: Kuwais, 2012), h. 50.

8Erman Rajagukguk dkk, Hukum Investasi (Bahan Kuliah), (Jakarta: UI Press, 1995), h. 1.

Page 29: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

19

mengeksploitasi baik Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya

Manusianya.9

2. Periode Imperialisme Baru

Periode imperialisme baru dimulai pada abad ke-19. Negara-

negara di Afrika, Asia Tenggara, dan beberapa negara lainnya berada di

bawah bayang-bayang penjajah. Investasi negara-negara penjajah di

beberapa fasilitas perkebunan, jalan-jalan, dan pusat-pusat kota pada

waktu itu telah menciptkan suatu infrastruktur yang penting bagi negara-

negara jajahan tersebut.

3. Periode Investasi Tahun 1960-an

Periode investasi tahun 1960-an dimulai ketika negara-negara

sedang berkembang memperkenalkan strategi substitusi impor sebagai

cara yang dianggap sebagai cara tercepat untuk menuju industrialisasi.

Melalui penerapan hambatan perdagangan (trade barrier), memaksa

negara-negara maju seperti Amerika serikat dan negara-negara maju lain

untuk membentuk cabang perusahaan manufaktur di negara-negara

berkembang tersebut. Selain cabang perusahaan, negara-negara maju itu

juga melakukan pembentukan industri baru yang memproduksi

komponen-komponen dalam rangka pemenuhan ekspor ke negara-negara

maju.

9Salim dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h.

33.

Page 30: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

20

Arus investasi asing di negara-negara berkembang sekarang kian

meningkat. Peningkatan arus investasi asing ini juga dipengaruhi dengan

adanya kesepakatan Agreement on Trade Investment Measures (TRIMS)

dalam General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) putaran Uruguay

(1994). Faktor utama derasnya arus investasi paska kesepakatan ini ialah

adanya perlakuan yang sama bagi modal dalam negeri maupun modal

asing, sehingga seakan tidak ada hambatan lagi bagi PMA untuk ikut

dalam direct investment di negara negara berkembang. Meskipun

sebenarnya tetap saja ada pembatasan bagi sektor-sektor yang tertutup

bagi PMA.10

B. Pengertian dan Asas-Asas dalam Investasi

1. Pengertian Investasi

Keberadaan investasi di negara-negara berkembang tumbuh pesat,

salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah karena adanya

ekspansi pasar yang dilakukan oleh negara-negara maju. Konsep investasi

sendiri memiliki pengertian yang luas. Kata investasi di Indonesia lebih

dikenal dengan istilah penanaman modal. Hal ini lebih mempermudah

pemahaman karena dalam konteks investasi kita mengenal istilah direct

10

Dalam Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan

Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu Bagi Penanam Modal, telah ditentukan 4

klasifikasi bidang usaha, meliputi: (1) daftar bidang usaha yang tertutup mutlak untuk penanaman

modal; (2) daftar bidang usaha yang tertututp untuk penanaman yang dalam modal perusahaan ada

pemilikan warga negara asing dan atau badan hukum asing; (3) daftar bidang usaha yang terbuka

dengan persyaratan patungan antara modal asing dan modal dalam negeri; (4) daftar bidang usaha yang

terbuka dengan persyaratan tertentu.

Page 31: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

21

investment yakni penanaman modal itu sendiri dan indirect investment

yakni investasi dalam bentuk surat-surat berharga (negotiable

instrument)11

yang diperjualbelikan di pasar modal. Dalam konteks karya

tulis ini, investasi yang dimaksud adalah direct investment atau

penanaman modal.

Pengertian investasi yang diberikan oleh Organization for

Economic Co-operation and Development (OECD) yaitu : ”direct

investment, is mean acquisition of sufficient interest in an undertaking to

insure its controle by the investor”.12

Dalam kerangka hukum nasional,

pengertian investasi atau penanaman modal dalam pasal 1 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah

“Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik

oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia”.

Pengertian investasi yang diberikan di atas merupakan bentuk

pengertian investasi secara umum baik investasi dalam negeri maupun

investasi asing. Pengertian investasi asing secara khusus dapat dilihat

11

Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagaipelaksanaan

pemenuhan suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah uang. Lihat Abdulkadir Muhammad,

Hukum Dagang tentang Surat-Surat Berharga, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), h. 5.

12

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Cet-III, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2007), h. 44.

Page 32: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

22

dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal yang menyebutkan bahwa:13

“Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan

oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing

sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam

negeri”.

Pengertian lain dapat dilihat dalam pasal 1 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing:

“Pengertian penanaman modal asing di dalam Undang-Undang ini

hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang

dilakukan menurut atas berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang

ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia,

dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari

penanaman modal tersebut”14

.

Di samping istilah penanaman modal asing, kita juga

menggunakan istilah modal asing dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor

1 Tahun 1967 dan Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 25 tahun

2007. Ketika kita menganalisis perbedaan definisi modal asing dari kedua

Undang-Undang tersebut maka perbedaan antara keduanya adalah:15

a. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967

Definisi dari pasal ini sangat luas karena modal asing tidak hanya

dalam bentuk uang, tetap juga dalam bentuk alat-alat perusahaan

13

Pasal 1 ayat 3 dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 14

Dikutip dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. 15

Salim, H. S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo

Perrsada, 2008), h. 152.

Page 33: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

23

dan penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan, yang

dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama tidak

dibiayai dengan kekayaan devisa Indonesia.

b. Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

Definisi modal dalam Undang-Undang ini adalah aset dalam

bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki

penanaman modal yang mempunyai nilai ekonomis.16

Konstruksi

modal asing dalam ketentuan ini difokuskan kepada kepemilikan

modal. Kepemilikan modal asing ini dikategorikan menjadi lima

macam, yaitu:

1) Negara asing;

2) Perseorangan warga negara asing;

3) Badan usaha asing;

4) Badan hukum asing, dan/atau;

5) Badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya

dimiliki oleh pihak asing.

Sedangkan pengertian penanaman modal asing menurut pakar

diberikan oleh Prof. M. Sornarajah yang memberikan definisi penanaman

modal asing sebagai berikut: “transfer of tangible or intangible assets

from one country to another for the purpose of use in the country to

16

Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Page 34: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

24

generate wealth under the total or partial control of the owner of the

assets”.17

2. Asas-Asas Investasi

Dalam investasi asing di Indonesia terdapat asas asas yang menjadi

dasar penyelenggaraannya. Asas-asas ini menjadi hal yang penting karena

asas merupakan dasar dari sebuah hukum. Dalam bahasa Belanda asas

dikenal dengan istilah Rechtbeginselen, yang berarti asas umum hukum

yang diakui oleh bangsa beradab dan dilakukan oleh pengadilan

internasional sebagai kaidah hukum.18

Asas-asas hukum investasi ini yang menjadi acuan dalam

melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijakan

investasi di Indonesia. Asas dalam hukum investasi meliputi; kepastian,

keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan

asal negara, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan dan

kesatuan ekonomi nasional.19

17

Salim, H. S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo

Perrsada, 2008), h. 149. 18

Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2006), h. 43.

19Asas dan tujuan investasi di Indonesia dapat dilihat dalam Pasal 3 Undang-Undang No.25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Page 35: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

25

C. Tujuan dan Fungsi Investasi

Keberadaan investasi khususnya investasi asing seperti yang

disebutkan di awal adalah menutupi modal pembangunan yang tidak dapat

disediakan oleh modal dalam negeri baik oleh pemerintah, masyarakat

maupun swasta nasional. Jika dilihat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal maka uraian tujuan adanya investasi sendiri

adalah:

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

2. Menciptakan lapangan kerja;

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;

6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil

dengan menggunakan dana yang berasal, dari dalam negeri

maupun luar negeri; dan

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Asing keberadaan modal asing ini ditujukan untuk mengubah potensi

ekonomi, yakni sumber daya alam dan sumber daya manusia, menjadi

kekuatan ekonomi riil. Tujuan akhirnya adalah untuk menciptakan masyarakat

yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Tujuan investasi asing ini tidak

tercantum dalam pasal melainkan dalam konsideran.20

Selama ini dalam banyak kasus, kita belum melihat kegigihan

pemerintah memperjuangkan kepentingan domestik. Negara cenderung

20

Lihat konsideran Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing

Page 36: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

26

menyerahkan semua pada pasar dan membuka pasar tanpa melihat kesiapan di

dalam negeri. Akibatnya kita hanya menjadi pasar. Bahkan investasi asing

yang masuk lebih banyak terkonsentrasi pada kegiatan produksi untuk

memenuhi kebutuhan pasar domestik yang sangat besar atau eksploitasi

sumber daya alam, bukan pada produksi barang manufaktur untuk ekspor.21

Keberadaan investasi asing ini bisa menjadi sebuah momentum yang

berfungsi sebagai sarana peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia

Nasional untuk kemudian dapat diterapkan pada pada sektor riil yang untuk

mengolah semua potensi dan Sumber Daya Alam yang di miliki oleh

Indonesia.

D. Kebijakan-Kebijakan dalam Investasi Asing di Indonesia

Permasalahan-permasalahan nasional pada suatu negara pada era

global ini tidak hanya berdampak pada kehidupan negara tersebut tetapi juga

pada negara-negara yang memiliki hubungan perbatasan maupun kepentingan

bilateral bahkan secara global.22

Hal ini senada dengan pernyataan Erman

Rajagukguk yang menyebutkan bahwa terdapat 3 syarat masuknya modal

asing ke suatu negara yakni economic opportunity, political stability, dan

legal certainty.23

Sehingga bisa dikatakan bahwa ketiga faktor ini pula yang

21

Sri Hartati Samhadi, “Indonesia dan Tantangan Global”, dalam Rindu Pancasila, (Jakarta:

Kompas, 2010), h. 170. 22

Jamin Ginting. “Ketentuan Hukum Global yang Berdampak Nasional: Bagaimana

Menghadapinya?” Law Review. Vol. XII. No. 2. (November 2012): h. 271-290. 23

Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing. Cet-I, (Jakarta: Kuwais, 2012), h. 78.

Page 37: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

27

kemudian menentukan kepercayaan asing dalam menanamkan modalnya di

Indonesia.

Hal-hal yang terjadi dalam suatu negara saat ini memiliki efek domino

bagi negara lain. Istilah-Istilah yang dilontarkan oleh para futurist seperti

Josua Meirowithz, Keinichi Ohmahe, John Naisbitt, dan bahkan Alfin Toffler

tidak cukup membuat orang tersadar bahwa dunia telah mengglobal (the

world was to be global). Keinichi Ohmahe menyebutkan bahwa dunia

menjadi the global village, sedangkan John Naisbitt menyebutnya the real

economy of an interlinked world yang menjadi single economy dalam global

economy one market place24

telah menjadi kenyataan pada saat ini.

Ekonomi global ini yang pada akhirnya memaksa negara-negara untuk

membuat kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan pasar global. Pembuatan

kebijakan yang sesuai dengan pasar ini juga bertujuan untuk menarik investor

asing datang dan mau menanamkan modalnya.

Pelaksanaan kebijakan dan pelayanan investasi baik asing maupun

dalam negeri di Indonesia dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM), yang dipimpin oleh seorang kepala dan bertanggung jawab

langsung kepada Presiden. Dalam penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan

kebijakan dan pelayanan penanaman modal pemerintah melakukan koordinasi

antar instansi pemerintah, antar instansi pemerintah dengan Bank Indonesia

24

Artikel Utama, “Dampak Globalisasi Terhadap Hukum, Bisnis, dan Sosial Budaya.” Jurnal

Keadilan. Vol. 1. No. 4 (2001): h. 1.

Page 38: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

28

antar instansi pemerintah dengan pemerintah daerah, maupun antar

pemerintah daerah.

Kebijakan-kebijakan dalam investasi di Indonesia diantaranya

berkaitan dengan pemberian insentif atau fasilitas bagi investasi yang

melakukan penanaman modal baru atau melakukan perluasan usaha.

Penanaman modal yang mendapatkan insentif ini sekurang-kurangnya

memenuhi salah satu kriteria berikut ini:25

1. Menyerap banyak tenaga kerja;

2. Termasuk skala prioritas tinggi;

3. Termasuk pembangunan infrastruktur;

4. Melakukan alih teknologi;

5. Melakukan industri pionir;

6. Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah pebatasan,

atau daerah lain yang dianggap perlu;

7. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

8. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;

9. Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; atau

10. Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau

peralatan yang diproduksi di dalam negeri.

Kebijakan dasar dalam penanaman modal ini termaktub dalam Pasal 4

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 ada 3 hal yang dilakukan oleh

Pemerintah meliputi:

1. Memberikan perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan

penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;

2. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha

bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan sampai dengan

berakhirnya kegiatan penanam modal sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan; dan

3. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan

perlindungann kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.

25

Frida Sugondo, dkk. Ikhtisar Ketentuan Penanaman Modal,( Jakarta: NLRP, 2010), h. 227.

Page 39: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

29

Segala kebijakan yang dikeluarkan oleh BKPM ini tidak semata-mata

hanya menarik penanam modal asing untuk menanamkan modalnya di

Indonesia, jauh dari hal ini terdapat tujuan lain yang ingin dicapai yakni

tentang bagaimana melindungi kepentingan nasional demi terwujudnya

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keberadaan kebijakan-

kebijakan ini membatasi tindakan-tindakan investor untuk tidak hanya

berorientasi pada profit semata, hal ini senada dengan dengan larangan dalam

firman Alla dalam Q. S (26) Asy Syu’araa’ ayat 183 berikut:

Artinya:

“dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah

kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan” (QS. Asy

Syu’araa’: 183).

Page 40: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

30

BAB III

KONSEP ALIH TEKNOLOGI

Indonesia adalah negara ironi, kalimat tersebut memulai sebuah essai yang

ditulis oleh Doty Damayanti dalam essainya yang berjudul “Negara Bersumber Daya

yang Tidak Berdaya”. Hal ini senada dengan pernyataan Jonathan Pincus, peneliti

dari Harvard Kennedy School, menyebut Indonesia gagal memanfaatkan peluang

yang terbuka dari era globalisasi. Hal ini ditandai dengan ekspor Indonesia yang

masih didominasi sumber daya alam dalam bentuk mentah1, Indonesia tidak masuk

dalam produksi global, dan investasi asing hanya berkonsentrasi pada sektor

eksploitasi sumber daya alam.2

Di satu sisi Indonesia merupakan negara yang beruntung dengan Sumber

Daya Alam (SDA) yang lengkap, mulai dari minyak bumi, batu bara, gas, hingga

mineral lainnya. Seluruh potensi energi itu tidak hanya bisa mengumpulkan devisa,

melainkan juga menghasilkan efek bergulir yang menggerakkan ekonomi nasional.

Poin permasalahan di sini adalah semua SDA tersebut merupakan SDA yang

tidak terbarukan, eksploitasi secara terus-menerus maka akan mengurangi

ketersediaanya di alam bahkan menghabiskannya. Bertolak dari SDA yang tidak

terbarukan tersebut seharusnya Indonesia tidak hanya mempertahankan orientasi

pada sektor primer saja melainkan harus mulai merubah paradigma untuk juga

1Mengenai ekspor larangan barang mentah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah

No. 1 Tahun 2014 Perubahan kedua atas PP No. 23 Tahun 2010 tentang Kegiatan Usaha Pertambangan

Mineral dan Batubara atau biasa yang dikenal dengan Larangan Ekspor Mineral Mentah. 2Doty Damayanti, Negara Bersumber Daya yang Tidak Berdaya. Dalam Mulyawan Karim,

ed. Rindu Pancasila, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010), h. 189.

Page 41: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

31

berorintasi pada sektor sekunder dan tersier.3 Perubahan paradigma ini tentunya juga

harus dibarengi dengan peningkatan standar mutu Sumber Daya Manusia (SDM)

sendiri berkaitan dengan penguasaan teknologi yang berguna dalam mendukung

pengolahan potensi dalam negeri. Dalam hal ini beberapa negara berkembang lainnya

telah telah melakukan dalam tataran praktis apa yang dikenal dengan alih teknologi.

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Teknologi

Pengertian alih teknologi ini ditemukan dalam dokumen-dokumen yang

terdapat dari berbagai lembaga. Berikut ini merupakan beberapa pengertian

mengenai alih teknologi:

1. Menurut United Nations Centre on Transnational Corporations (UNCTC)

Dalam referensi mengenai alih teknologi, para peneliti biasanya selalu

mengacu pada definisi alih teknologi yang terdapat dalam dokumen

Transnatioal Coorporations and Technology Transfer: Effects and Policy

Issues. Dalam dokumen tersebut definisi alih teknologi secara lengkap

disebutkan sebagai berikut:

“the word “technology” itself used in at least two senses. In the first,

it means technical knowledge related or know-how-that is, knowledge, the

methods and techniques of production of goods and services. In the sense it

may include the human skills required for the apllication of techniques, since

3Sektor industri terbagi atas 3 kategori, yakni industri primer (pertanian, pertambangan, dan

ekstraksi minyak bumi), industri sekunder (manufaktur serta jenis-jenis produksi lain), dan industri

tertier (jasa dan real estate). Lihat Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing. Cet-I, (Jakarta:

Kuwais, 2012), h. 62.

Page 42: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

32

it is difficult to separate such application from a knowledge of the techniques

themselves. In the second, broader sense, “technology” also encompasses

capital themselves the embodiment of technical knowledge. In some instance,

the term “embodied technology” is used to distinguish capital goods from

technical knowledge proper”4 (kata teknologi sendiri setidaknya digunakan

dalam 2 sudut pandang, pertama, ini berarti berhubungan pengetahuan teknis

atau tentang bagaimana, pengetahuan, metode dan teknik produksi barang-

barang dan jasa. Pengertian lain juga termasuk persyaratan kemampuan

manusia untuk menerapkan teknik, karena sulit dipisahkan penerapan

pengetahuan dari teknik itu sendiri. Kedua, pemikiran secara luas teknologi

juga meliputi modal sendiri perwujudan dari teknik pengetahuan. Dalam

beberapa contoh, istilah perwujudan teknologi, digunakan membedakan

modal berupa barang dengan teknologi tepat guna)

2. Menurut United Nations Conference on Trade and Development

Dalam International Code on the Transfer of Technology yang disusun

oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD, alih

teknologi didefinisikan sebagai “the process by which commercial

technology is disseminated”.5

Selain itu rumusan yang diperoleh dari hasil pertemuan UNCTAD

menyebutkan tentang alih teknologi itu: “Meliputi setiap cara pengalihan hak-

4UNCTC, Transnational Corporations and Technology Transfer: Effects and Policy Issues,

United Nation, 1987, h. 1. 5Ibid.

Page 43: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

33

hak teknologi baik yang berbentuk hak milik maupun tidak, tidak

mempersoalkan bentuk hukum cara pengalihannya termasuk transaksi

teknologi yang dilakukan oleh subsidiary afilisiasi yang sebagian atau

seluruhnya dimiliki perusahaan transnasional dan perusahaan asing lainnya

serta perusahaan patungan (joint venture) yang bagian saham-sahamnya

dimiliki oleh orang asing.”6

3. Menurut OECD Global Forum on International Investment

Dalam forum OECD Global Forum on International Investment yang

diselenggarakan di Mexico City memang tidak terdapat definisi yang secara

eksplisit mengenai alih teknologi. Namun demikian, disebutkan bahwa alih

teknologi merupakan ikutan yang terdapat dalam penanaman modal asing

langsung (foreign direct investment), sebagai salah satu cara perusahaan

multinasional (multinational corporation) beroperasi.7

4. Menurut Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property

Rights

Dapat dikatakan bahwa TRIPs tidak mengatur secara komprehensif

mengenai alih teknologi, meskipun mengakui pentingnya hal tersebut. Hal ini

6Rancangan Undang-Undang ALih Teknologi Perbandingan Perspektif, Prisma, Nomor 4

Tahun ke-XVI, April, 1987, h. 40. Dalam buku OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 307. 7Marea Maher and Hans Christiansen, Growth, Technology Transfer And Foreign Direct

Investment, OECD Paper, dipresentasikan pada OECD Global Forum of International Investment,

New Horizons, And Policy Challenges For Roreign Direct Investment In The 21st Century, Mexico

City, 26-27 November 2001, h. 15-17.

Page 44: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

34

dapat dilihat dari bagian pembukaan TRIPs yang menyatakan bahwa negara

anggota TRIPs: “recognizing the underlying public policy objectives of

national systems for the protection of intellectual properly, including

development and technological objectives.”8. (Mengakui tujuan kebijakan

publik yang mendasari sistem nasional untuk perlindungan intelektual dengan

baik, termasuk pengembangan dan tujuan teknologi)

Elemen utama dari pengakuan tersebut dijelaskan pada ketentuan

mengenai “objectives”, yaitu:9“the protection and enforcement of intellectual

property rights should contribute to the promotion of technological

innovation and to the transfer and dissemination of technology, to the mutual

advantage of producers and users of technological knowledge and in a

manner conducive to social and economic welfare, and to a balance of rights

and obligations”. (perlindungan dan penegakan hak kekayaan intelektual

harus memberikan kontribusi untuk promosi inovasi teknologi dan pengalihan

serta penyebaran teknologi, untuk keuntungan bersama produsen dan

pengguna pengetahuan teknologi dan dengan cara yang kondusif untuk

kesejahteraan sosial dan ekonomi, dan untuk keseimbangan hak dan

kewajiban)

Oleh karena itu, apabila klausul di atas dicermati, maka pengelolaan

hak kekayaan intelektual memiliki unsur utama, yaitu peningkatan inovasi

8Lihat bagian pembukaan TRIPs

9Article 7 TRIPs

Page 45: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

35

teknologi dan pengalihan serta penyebaran teknologi, pemanfaatan bersama

(penghasil dan pengguna) pengetahuan teknis dan pelaksanaan dengan

kondusif untuk kesejahteraan sosial ekonomi serta keseimbangan antara hak

dan kewajiban.10

Ketentuan lain mengenai alih teknologi dalam TRIPs dapat dilihat

dalam ketentuan tentang pengendalian praktik-praktik persaingan curang

dalam perjanjian lisensi.11

5. Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002

Dalam Pasal 1 angka 11 disebutkan bahwa: “Alih teknologi adalah

pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan

dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan

sebaliknya”.

Objek dari alih teknologi sendiri merupakan teknologi. Teknologi-

teknologi yang dimiliki negara maju cenderung menarik perhatian negara-

negara berkembang untuk dapat diambil alih, sedangkan di sisi lain negara-

negara maju berusaha untuk menjaga rahasia teknologi-teknologi mereka.

Oleh karena itu penting mengetahui ruang lingkup dari alih teknologi sendiri.

10

Achmad Zen Umar Purba, Perjanjian TRIPs dan Beberapa Isu Strategis, Jakarta-Bandung;

Badan Penerbit F. H. Universitas Indonesia dan PT. Alumni, 2011, h. 106. 11

Article 40 TRIPs

Page 46: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

36

Ruang lingkup teknologi dalam International Code on the Transfer of

Technology yang disusun oleh United Nations Conference on Trade and

Development (UNCTAD) teknologi tidak hanya mencakup pengetahuan atau

metode yang penting untuk menjalankan atau untuk mengembangkan

produksi dan distribusi dari barang dan jasa, atau untuk mengembangkan

produk atau proses yang benar-benar baru, tetapi juga mencakup keahlian

berwirausaha dan pengetahuan profesional (profesional know-how).12

Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem

Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi Pasal 1 angka 2 bahwa “teknologi adalah cara atau metode serta

proses atau produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai

disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan

kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan.13

Pengertian lain tentang teknologi dari para sarjana memiliki pengertian

yang berbeda-beda, diantaranya menurut Dr. Alhamra, “Teknologi adalah

ilmu untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang disusun dengan cara-cara

sistematika tertentu dari suatu pengamatan, studi pemeriksaan atau percobaan-

percobaan”.14

Sedangkan Ibrahim Idham memberikan rumusan sebagai

berikut: “teknologi diartikan suatu komposisi cara terdiri atas keterampilan

12

UNCTAD, Technology Transfer, UNCTAD Series on Issues in International Investment

Agreements, 2001, h. 7. 13

Dikutip Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002, dalam Sabartua Tampubolon, Politik

Hukum Iptek di Indonesia, (Yogyakarta; Kepel Press, 2013), h. 325. 14

BPHN, Binacipta, Aspek-Aspek Hukum dan Pengalihan Teknologi, 1981, h. 88.

Page 47: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

37

merancang dan melaksanakan (mengelas, membentuk, dan merakit), terutama

memerlukan panca indera, keterampilan yang berencana (pengetahuan dan

informasi) seperti mengerjakan data, rancang bangun dan rekayasa,

konstruksi, produksi dan pemeliharaannya.15

Dalam batasan pengertian alih

teknologi yang dikemukakan oleh Ibrahim Idham tesebut di dalamnya tersirat

makna perlindungan hukum hak atas kekayaan intelektual.16

Dalam naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Pelimpahan

Teknologi, Teknologi diartikan sebagai berikut:17

a. Seluruh know how, pengetahuan (knowledge), pengalaman dan

keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat (manufacturing),

suatu produk atau produk-produk dan untuk pendirian perusahaan

untuk tujuan tersebut;

b. Dapat diartikan sebagai kumpulan atau gabungan unsur-unsur

yang mencakup peralatan mesin-mesin, proses paten dan juga

pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan peralatan,

mesin proses dan sebagainya untuk mendapatkan hasil tertentu

baik berupa barang-barang maupun berupa jasa;

15

Ibrahim Idham, Peranan Paten Dalam Alih Teknologi, Hukum dan Pembangunan No. 3

Tahun XIX, Juni 1989, h. 250. 16

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),

(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004), h. 306. 17

BPHN, Binacipta, Aspek-Aspek Hukum dan Pengalihan Teknologi, 1981, h. 4-5.

Page 48: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

38

c. Penggunaan ilmu pengetahuan untuk sesuai dengan kebutuhan

manusia;

d. Ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan.

B. Mekanisme Alih Teknologi

Dalam pengertian transfer of technology yang disampaikan oleh

Hilman Surawiguna:”Proses mentransfer dari suatu unit produksi kepada unit

lainnya dari persyaratan-persyaratan pengetahuan (know-how) untuk

memungkinkan penggunaan teknologi tersebut.18

Dalam International Code on the Transfer of Technology yang disusun

oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD tipe

pengalihan teknologi diklasifikasikan, antara lain:19

1. penyerahan, penjualan, dan lisensi dalam bentuk benda-benda industri,

kecuali untuk penjualan merek, pelayanan merek, dan penjualan nama

ketika mereka bukan bagian dari kontrak alih teknologi;

2. peralihan pengetahuan dan teknik keahlian melalui pembelajaran,

perencanaan, diagram, model, instruksi, petunjuk, formula, dasar atau

desain detail mesin, spesifikasi, dan alat-alat untuk pelatihan, pelayanan

termasuk di dalamnya melibatkan penasehat teknik, manajerial, dan

pelatihan personal;

3. perlunya peralihan ilmu pengetahuan tentang instalasi, operasi, dan

pemanfaatan tanaman dan alat-alat, serta turnkey projects;

4. pengalihan teknologi untuk keahlian, install dan penggunaan mesin, alat-

alat, benda-benda setengah jadi dan/ atau material mentah yang telah

diperoleh dari pembelian, peminjaman atau lainnya;

5. pengalihan teknologi industri dan teknik pengaturan kerja sama ”transfer

teknologi” merupakan proses alih teknologi.

18

Hilman Surawiguna , Beberapa Masalah Pokok Perusahaan Multinasional, Sebuah

Tinjauan Pustaka, Manajemen Dan Usahawan Indonesia, (Jakarta: Tanpa penerbit, 1981), h. 41. 19

Ibid.

Page 49: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

39

Dalam daftar metode pengalihan teknologi di atas, tidak termasuk alih

teknologi yang bersifat non komersial, seperti alih teknologi yang terdapat

dalam perjanjian kerjasama internasional antara negara-negara maju dan

negara berkembang. Perjanjian semacam itu, ,misalnya terkait dengan

pengembangan infrastruktur atau sektor pertanian atau perjanjian internasional

dalam bidang riset, pendidikan, ketenagakerjaan, atau transportasi.20

Proses alih teknologi dari luar negeri dapat ditafsirkan menjadi 3

tahap:

1. Transfer teknologi yang ada untuk menghasilkan barang atau jasa

tertentu;

2. Perpaduan teknologi di negara-negara berkembang;

3. Perkembangan kemampuan Sumber Daya Manusia dalam hal

inovasi.21

Selanjutnya, cara atau sarana melakukan alih teknologi diuraikan

sebagai berikut:

1. Foreign direct investment

Foreign direct investment adalah bentuk mekanisme alih teknologi

seperti yang telah dijabarkan dalam BAB II bahwa dengan adanya foreign

direct investment maka akan terjadi ekspansi pasar. Ekspansi pasar ini melalui

pembentukan perusahaan-perusahaan PT PMA di Indonesia telah membawa

20

Ibid. 21

Sabartua Tampubolon, Politik Hukum Iptek di Indonesia, (Yogyakarta: Kepel Press, 2013),

h. 218.

Page 50: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

40

masuk teknologi asing. PT PMA membuat kontrak dan melalui kontrak inilah

teknologi masuk ke Indonesia di samping juga melalui pembelian mesin-

mesin dan berbagai lokakarya.22

2. Joint venture

Joint venture adalah bentuk yang telah lama berkembang cukup pesat

dan luas. Suatu kontrak joint venture atau kontrak usaha patungan adalah

suatu upaya dari suatu kegiatan komersial (dengan resiko) oleh dua orang

atau lebih pihak (yang bertindak) melalui suatu atau lembaga atau organisasi

yang dibentuk untuk melaksanakan tujuan bersama.23

Dalam Islam joint

venture memiliki pengertian yang disamakan dengan mudharabah. Kata

mudharabah24

sendiri memiliki arti bepergian untuk berdagang. Akad

Mudharabah dibolehkan dalam Islam, karena bertujuan untuk saling

membantu antara pemilik modal dengan seorang pakar dalam memutarkan

uang.25

Alasan yang dikemukakan para ulama fiqh tentang kebolehan bentuk

kerjasama ini adalah firman Allah Q. S Al-Muzzammil (73) ayat 20:

22

T. Mulya Lubis dan M. Richard Bukbaum, Peranan Hukum Perekonomian di Negara-

Negara Berkembang, (Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 1986), h. 128.

23

Huala Adolf, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, (Bandung, Refika Aditama,

2007), h. 117. 24

M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah, Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga Keuangan, (Jakarta:

Rajagrafindo Persada, 2003), h. 117. 25

Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Utama, 2007), h. 176.

Page 51: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

41

… …

Artinya:

Dan sebagian dari mereka orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari

sebagian karunia Allah … (Q. S Al-Muzzammil: 20)

Dan Q. S Al-Baqarah (2) ayat 198 berikut:

Artinya:

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perdagangan) dari

Tuhanmu … (Q. S Al-Baqarah: 198)

Sunarayati Hartono memberi batasan joint venture secara luas sebagai

berikut: “setiap usaha bersama antara modal Indonesia dan modal asing, baik

ia merupakan usaha bersama antara swasta dan swasta, pemerintah, dan

swasta, ataupun pemerintah dan pemerintah. Juga tidak dibedakan apakah

joint venture itu dianggap sebagai Penanaman Modal Asing ataupun

Penanaman Modal dalam Negeri.

3. Licensing

Lisensi adalah suatu perizinan yang diberikan oleh pemberi lisensi

kepada pihak penerima lisensi untuk melaksanakan suatu kegiatan atau suatu

Page 52: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

42

hak yang dilindungi. Dengan adanya perizinan ini pihak kedua

memungkinkan untuk menikmati penggunaan suatu hak atas kekayaan

intelektual di bidang industri. Dengan adanya izin penggunaan ini, pihak

pertama mendapatkan pembayaran. Ada tiga macam lisensi yang sering

ditemui dalam praktik, yakni lisensi eksklusif, lisensi tunggal, dan lisensi non-

eksklusif.26

4. Franchising

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 12/M-Dag/Per/3/2006

tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha

Waralaba, ditegaskan bahwa “Waralaba (franchise) adalah perikatan antara

pemberi waralaba dengan penerima waralaba di mana penerima waralaba

diberikan hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/ atau

menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas

usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan imbalan berdasarkan

persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan sejumlah

kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang

berkesinambungan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba”

Beberapa mekanisme alih teknnologi di atas merupakan tipe kegiatan

yang telah banyak dikenal sedangkan mekanisme pengalihan teknologi yang

lain juga terdapat beberapa seperti: Management contracts, Marketing

26

Tim Lindsay, Hak Kekayaan Intelektual, Suatu Pengantar, (Bandung: Alumni, 2011), h.

200.

Page 53: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

43

contracts, Tehnical service contracts, Turnkey contracts, International sub-

contracting.

C. Pengaturan Terkait Alih Teknologi

Hukum dipandang sebagai nilai yang mengandung arti bahwa

kehadirannya adalah untuk melindungi dan memajukan nilai-nilai yang

dijunjung tinggi oleh masyarakat. Hukum sebagai nilai di sini perlu

pendekatan sistem. Menurut Lawrence Mere Friedman bawa sistem hukum itu

harus memenuhi: struktur (structure), substansi (substance), dan Kultur

Hukum (legal culture).27

Keberadaan substansi ini menjadi pijakan dalam menegakkan hukum.

Hal ini senada dengan teori Roscoe Pound yang menyatakan bahwa “law as a

tool of social engineering”. Berangkat dari pemikiran ini aturan hukum yang

jelas tentang alih teknologi menjadi dasar pijakan bagi pelaksanaannya.

Berikut beberapa peraturan yang terkait dengan alih teknologi:

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional

Penelitian, Pengembanga, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi

Undang-Undang ini sesuai dalam pertimbangannya disebutkan

bahwa penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

27

Yesmil Anwar dan Adang, Hukum Tak Pernah Tidur, (Bandung: Asosiasi Ilmu Poitik

Indonesia, 2009), h. 166.

Page 54: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

44

merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar 1945. Untuk

menumbuhkembangkan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi ini diperlukan sistem nasional penelitian,

pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

terbentuk melalui keterkaitan antara unsur-unsur kelembagaan, sumber

daya, serta jaring ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.

Undang-Undang ini berusaha untuk meningkatkan kemitraan

badan usaha dengan pergururan tinggi dan badan litbang. Sedangkan

peran yang lain dimainkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah melalui

instrumen kebijakannya yang berfungsi untuk memotivasi badan usaha

asing untuk melakukan alih teknologi kepada produsen domestik; memacu

badan usaha domestik meningkatkan investasi di bidang ilmu pengetahuan

dan teknologi ; mendorong kemitraan antara badan usaha, lembaga

litbang, dan perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses

alih teknologi, 3 (tiga) aktor, yaitu akademisi, pelaku usaha, dan

pemerintah, harus bekerjasama dengan baik sesuai dengan konsep triple

helix yang banyak dipakai sebagai model pengembangan sistem inovasi

nasional di banyak negara.28

28

Sabartua Tampubolon, Politik Hukum Iptek di Indonesia, (Yogyakarta: Kepel Press, 2013),

h. 241.

Page 55: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

45

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 dan Paket Undang-Undang

HKI Lainnya

Alih teknologi memiliki hubungan yang sangat erat dengan paten.

Paten merupakan sutau hak khusus berdasarkan Undang-Undang

diberikan kepada si penemu (uitvinder) atau menurut hukum pihak yang

berhak memperolehnya, atas permintaannya yang diajukan kepada pihak

penguasa, bagi temuan baru di bidang teknologi, perbaikan atas temuan

yang sudah ada, cara kerja baru, atau menemukan suatu perbaikan baru

dalam cara kerja, untuk selama jangka waktu tertentu yang dapat

diterapkan dalam bidang industri.29

Perkembangan hukum paten di Indonesia dapat dibagi menjadi 3

periode, yaitu: kepentingan umum vs tekanan internasional (1989-1996),

periode tunduk terhadap standar internasional perjanjian TRIPS (1997-

2000), periode meningkatkan kualitas penegakan hukum (2001-2005).

Pada fase awal pembentukan hukum paten merupakan fase yang

sulit bagi Indonesia. Hal ini disebabkan karena pada masa itu Indonesia

membutuhkan alih teknologi dari negara-negara maju untk

mengembangkan pembangunan nasional. Perlindungan HKI (termasuk

29

OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 226.

Page 56: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

46

paten) yang sangat ketat akan menghambat alih teknologi yang sedang

dijalankan oleh pemerintah.30

Kriteria pemberian hak paten dalam Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2001 meliputi: (a) Penemuan baru, hanya untuk satu penemuan

saja, kriteria sifat barunya suatu penemuan dianggap baru, jikalau pada

saat pengajuan permintaan paten penemuan tersebut tidak merupakan

penemuan terdahulu, (b) mengandung langkah inventif, dalam hal ini

penemuan tersebut tidak diduga sebelumya, (c) dapat diterapkan dalam

bidang industri.31

Dalam skala internasional paten ini juga diatur dalam PCT (Patent

Cooperation Treaty) yakni traktat internasional kerja sama paten yang

bertujuan untuk melaksanakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

perlindungan hukum terhadap setiap invensi, memberikan proteksi dari

invensi yang diinginkan dilindungi oleh suatu negara, dan dalam rangka

mempercepat pembangunan ekonomi dari negara-negara berkembang,

Indonesia sejak tahun 1995 telah menjadi angggota PCT dan dengan

Keputusan Presiden No. 16 Tahun 1997 telah mengesahkan PCT, dengan

demikian setiap inventor Indonesia dapat mengajukan permohonan PCT

tersebut.

30

Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, Sebuah Kajian

Kontemporer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 100. 31

Abdul R. Salman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Teori dan Contoh Kasus, (Jakarta:

Kencana, 2011), h. 148.

Page 57: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

47

Di samping itu juga terdapat beberapa aspek dalam Agreement on

Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) yang

isinya telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001.

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Undang-Undang ini mengatur mengenai penanaman modal baik

penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri.

Keberadaan Undang-Undang ini dibuat dalam rangka menciptakan iklim

penanaman modal yang kondusif. Salah satunya dibuktikan dengan

adanya beberapa fasilitas-fasilitas yang ditawarkan Indonesia sebagai host

country untuk menarik penanam modal asing di Indonesia. Fasilitas-

fasilitas mulai dari pertanahan, fasilitas yang berkaitan dengan pajak, dan

lainnya dapat diperoleh dengan salah satu caranya adalah melakukan alih

teknologi. Namun keberadaan prasyarat tersebut pengaturannya sangat

sumir dan tidak memadai.

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian

Salah satu hukum positif yang turut mengatur mengenai alih

teknologi adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984. Menurut UU ini

industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah,

bahan baku, barang setengah jadi, dan/ atau barang jadi menjadi barang

Page 58: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

48

dengan nilai yang lebih tinggi dalam penggunaannya, termasuk rancang

bangun dan perekayasaan industri.32

Industri memiliki kaitan yang sangat erat dengan teknologi. Hal ini

dapat dilihat dari jenis teknologi, yaitu teknologi industri dan teknologi

yang tepat guna. Teknologi industri adalah cara pada proses pengolahan

yang diterapkan dalam industri. Sedangkan teknologi tepat guna adalah

teknologi yang tepat dan berguna bagi suatu proses untuk menghasilkan

nilai tambah.

32

Sabartua Tampubolon, Politik Hukum Iptek di Indonesia, (Yogyakarta: Kepel Press, 2013),

h. 257.

Page 59: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

49

BAB IV

INVESTASI ASING SEBAGAI SARANA MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN

TEKNOLOGI NASIONAL

A. Pengaturan Alih Teknologi dalam Hukum Investasi di Indonesia

Rezim hukum yang berlaku memberikan pengaruh terhadap alih teknologi

dalam investasi asing di Indonesia, hal ini dapat kita bandingkan melalui dua

rezim hukum tentang Penanaman Modal Asing yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-

Undang Nomo 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai berikut:

1. Pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967

Undang-Undang No 1 Tahun 1967 ini merupakan Undang-Undang

yang mengatur secara khusus tentang Penanaman Modal Asing pada masa

Orde Baru, di samping Undang-Undang ini juga terdapat Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 ini diberlakukan pada tanggal 1

Januari 1967. Tepat tanggal 11 Maret diikuti dengan berakhirnya masa Orde

Lama dan diganti dengan Rezim Orde Baru dengan diangkatnya Presiden

Soeharto. Keberlakuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 dan diiringi

dengan perubahan Rezim penguasa ini mendapat tanggapan yang positif dari

dunia Internasional ditandai dengan kenaikan angka Penanaman Modal Asing

yang signifikan.

Page 60: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

50

Secara umum strategi yang diterapkan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1967 dalam menarik investasi asing di Indonesia mencakup 2 hal

pokok, yaitu:

a. Menawarkan berbagai bentuk-bentuk insentif dan fasilitas serta

jaminan agar melakukan investasi di Indonesia;

b. Memagari kegiatan investor asing agar tetap terkendali dan

tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.1

Bentuk-bentuk insentif di bidang perpajakan (tax holiday) mencakup

antara lain:

a. Pembebasan atas pajak perseroan bagi proyek-proyek prioritas

untuk jangka waktuu tertentu;

b. Pembebasan atas pajak dividen untuk suatu jangka waktu

tertentu;

c. Pembebasan pajak atas pajak materai;

d. Allowance atas investasi yang dipotong setiap tahun atas

keuntungan sebelum pajak yang berlaku untuk empat tahun

pertama;

e. Kerugian yang dapat dikompensasi;

f. Penyusustan yang dapat dipercepat atas asset tetap;

g. Bentuk-bentuk privilage lain di bidang perpajakan apabila

dipandang kegiatan investasi tersebut sangat penting;

h. Pembebasan atas pajak impor atas asset tetap seperti mesin,

peralatan, dan suku cadang yang diperlukan untuk kepentingan

operasional;

i. Pembebasan dari pajak kekayaan.

Di samping bentuk-bentuk insentif di bidang perpajakan sebagaimana

dimaksud di atas, upaya untuk menarik investor terus dilakukan. Salah satu

1Ana Rokhmatussa’diyyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2011), h. 46.

Page 61: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

51

keputusan kabinet pada tahun 1974 misalnya menetapkan kebijakan-kebijakan

sebagai berikut:

a. Memperkenankan pengelolaan perusahaan oleh personnel

asing;

b. Menjamin transfer modal dan keuntungan sesuai dengan

mata uang yang dikehendaki;

c. Jaminan untuk tidak melakukan tindakan nasionalisasi kecuali

dalam keadaan-keadaan khusus dan dengan kompensasi yang

layak, efektif, dan segera.

Selain berbagai insentif yang ditawarkan dalam rangka mendorong

investasi, dalam rangka mengendalikan kegiatan penanaman modal sekaligus

untuk melindungi kepentingan nasional serta meningkatkan kesejahteraan

rakyat, ditempuh berbagai kebijakan yang membatasi kegiatan penanaman

modal asing, antara lain sebagai berikut:

a. Membatasi jumlah penggunaan tenaga asing kecuali untuk bidang dan

keahlian yang tidak dimiliki oleh tenaga-tenaga kerja Indonesia;

b. Pembatasan lain yang diterapkan terhadap investor asing adalah keharusan

untuk melakukan alih teknologi dan keahlian lain kepada pihak Indonesia,

baik melalui pendidikan, pelatihan, dan lain-lain;

c. Pembatasan lain yang diterapkan adalah adanya kewajiban untuk

melakukan divestasi2 kepada pihak partner lokal atau pihak pemegang

saham Indonesia lainnya;

2Divestasi menurut Jeff Madura: “pengurangan beberapa aset baik dalam bentuk finansial

atau barang, dapat pula disebut penjualan dari bisnis yang dimiliki perusahaan. Ini adalah kebalikan

dari investasi pada aset yang baru” dalam Salim, Hukum Divestasi di Indonesia, (Jakarta: Erlangga,

2010), h.32.

Page 62: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

52

d. Pembatasan karena adanya kewajiban untuk membentuk suatu Perseroan

Terbatas3 Indonesia;

e. Pembatasan karena adanya bidang-bidang yang tertutup bagi kegiatan

penanaman modal asing;

f. Pembatasan-pembatasan lain sebagaimana tercermin dalam prosedur atau

tata cara aplikasi penanaman modal.

Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tidak terdapat pasal

mengenai asas-asas penyelenggaraan Penanaman modal asing di Indonesia

sedangkan kewajiban-kewajiban bagi investor asing yang termaktub dalam

pasal 26 Undang-Undang ini terkait dengan asas-asas perusahaan agar tidak

merugikan kepentingan negara. Sedangkan pasal 27 terkait dengan divestasi

saham.

2. Pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 disahkan pada 29 Maret 2007.

Sejak awal diundangkannya Undang-Undang ini beberapa negara telah

menawarkan diri untuk berinvestasi di Indonesia, diantaranya Korea Selatan,

Jepang dan Cina.

3Istilah “perseroan “ menunjuk pada cara menentukan modal, yaitu terbagi dalam saham,

sedangkan istilah “terbatas” menunjuk pada batas tanggung jawab pemegang saham, yaitu sebatas

jumlah nominal saham yang dimiliki, lihat Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia,

(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), h. 104.

Page 63: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

53

Alasan ketiga negara tersebut yakin untuk berinvestasi di Indonesia

disebabkan karena Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal adalah dimaksudkan untuk memberikan:

a. Kepastian hukum;

b. Transparansi;

c. Tidak membeda-bedakan investor; serta

d. Memberikan perlakuan yang sama kepada investor dalam dan luar

negeri.

Di samping itu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 juga

dirumuskan dengan pemberian insentif-insentif yang diberikan kepada

investor sebagai berikut:4

a. Fasilitas PPh melalui pengurangan penghasilan neto;

b. Pembebasan keringanan bea masuk impor barang modal yang belum bisa

diproduksi di dalam negeri;

c. Pembebasan bea masuk bahan baku atau penology untuk keperluan

produksi tertentu;

d. Pembebasan atau penangguhan pajak penghasilan (PPn) atas impor barang

modal;

e. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat;

f. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB);

g. Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan;

h. Fasilitas hak atas tanah;

i. Fasilitas pelayanan keimigrasian; dan

j. Fasilitas perizinan impor.

4Salim dan Budi Harsono, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,

2008), h. 7.

Page 64: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

54

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 juga tercantum

mengenai hak dan kewajiban bagi penanam modal dalam Bab IX pasal 14

disebutkan mengenai hak dari penanam modal meliputi:

a. Kepastian hak, hukum, dan perlindungan;

b. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya;

c. Hak pelayanan; dan

d. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan

Sedangkan kewajiban penanam modal meliputi:

a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan

menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha

penanaman modal; dan

e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam pasal 18 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mengenai

fasilitas Penanaman Modal disebutkan bahwa fasilitas diberikan pada

penanam modal yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria

berikut ini:

a. Menyerap banyak tenaga kerja;

b. Termasuk skala prioritas tinggi;

c. Termasuk pengembangan infrastruktur;

d. Melakukan alih teknologi;

e. Melakukan industri pionir;

f. Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau

daerah lain yang dianggap perlu;

g. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

h. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;

i. Bermitra dengan usaha mikro, kecil menengah atau operasi; atau

j. Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang

diproduksi di dalam negeri.

Page 65: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

55

Analisis dari kedua Undang-Undang ini menunjukkan kesamaan yang

mensyaratkan bahwa penanaman modal asing di Indonesia harus berbentuk

badan hukum Indonesia. Perbedaan antara keduanya yakni dalam Pasal 5

angka (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

disebutkan bahwa bentuk badan hukum itu adalah Perseroan terbatas,

sedangkan pada Pasal 3 angka (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967

tentang Penanaman Modal Asing hanya disebutkan harus berbentuk badan

hukum.

Analisis ini menunjukkan bahwa harus adanya kepastian hukum untuk

penanaman modal asing itu sendiri. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 bahwa jenis dan kegiatan usaha serta

tata cara pelaksanaan kegiatan PT diatur dalam anggaran dasar yang dibuat

dalam akta notarial dan harus didaftarkan serta disahkan oleh Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).5 Dengan ketentuan ini

maka investor asing tunduk terhadap ketentuan hukum nasional tentang badan

hukum Perseroan Terbatas.

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 ini dalam Pasal 3

dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari penanaman modal atau investasi

adalah meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional. Hal ini

kemudian diimplementasikan dalam pasal 10 tentang ketenagakerjaan bahwa

5http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50759704ac972/mengapa-penanaman-modal

asing-harus-dalam-bentuk-pt diakses pada tanggal 9 Mei 2014.

Page 66: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

56

perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi dan

melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia melalui

pelatihan dan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dari perbandingan kedua rezim hukum yang mengatur mengenai alih

teknologi dalam investasi terlihat bahwa kedua regulasi tersebut telah

mengakomodir arti penting alih teknologi sebagai kewajiban dari penanam

modal asing, namun masih terdapat ketidakjelasan mengenai peraturan

pelaksana yang menjadi dasar pelaksanaan alih teknologi tersebut.

Alih teknologi melalui investasi asing ini sebenarnya merupakan cara

yang memungkinkan untuk dilaksanakan di Indonesia. Hal ini disebabkan

karena jumlah arus investasi asing yang masuk ke Indonesia di berbagai

sektor cukup tinggi, yakni berdasarkan data yang diperoleh dari Badan

Koordinasi Penanaman Modal jumlah Investasi Asing sepanjang tahun 2013

sebagai berikut:

Perkembangan Realisasi Investasi PMA Berdasarkan Sektor6

2013

Proyek Nilai

Investasi US$. Ribu

PRIMER

Tanaman Pangan dan Perkebunan 356 1,605,341.3

Peternakan 16 11,301.0

Kehutanan 23 28,828.2

Perikanan 53 10,002.1

Pertambangan 574 4,816,361.1

Total(Sektor) 1,022 6,471,833.7

SEKUNDER

Industri Makanan 612 2,117,740.2

Industri Tekstil 202 750,703.8

Industri Kulit, Barang dari kulit dan Sepatu

80 96,197.2

6Sumber: Pusat Pengolahan Data dan Informasi Badan Koordinasi Penanaman Modal

Page 67: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

57

Industri Kayu 53 39,494.6

Industri Kertas, Barang dari kertas dan Percetakan

86 1,168,884.2

Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi

326 3,142,314.6

Industri Karet, Barang dari karet dan Plastik

187 472,222.1

Industri Mineral Non Logam 106 874,130.4

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik

546 3,327,089.1

Industri Instrumen Kedokteran, Presisi, Optik dan Jam

11 26,077.9

Industri Alat Angkutan dan Transportasi Lainnya

278 3,732,238.1

Industri Lainnya 164 111,700.7

Total(Sektor) 2,651 15,858,792.9

TERSIER

Listrik, Gas dan Air 112 2,221,747.3

Konstruksi 117 526,811.3

Perdagangan dan Reparasi 1,779 605,239.1

Hotel dan Restoran 336 462,522.2

Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi

154 1,449,872.4

Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran

188 677,715.2

Jasa Lainnya 1,073 341,735.6

Total(Sektor) 3,759 6,285,643.1

Total(Sektor Utama) 7,432 28,616,269.7

Dari data di atas dapat dilihat bahwa sektor penanaman modal

sekunder menyumbang investasi terbesar dengan nilai investasi US$

15,858,792,900, diikuti investasi di sektor primer sebesar US$ 6,471,833,700,

dan posisi ketiga sektor tertier sebesar US$ 6,285,643,100.

B. Analisis Alih Teknologi dalam Kerangka Hukum Nasional dan Hukum

Internasional

“Perekonomian nasional diselengggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan,

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”, hal ini yang tertuang dalam pasal 33

ayat 4 Undang-Undang Dasar 1945. Asas-asas tersebut yang kemudian juga

Page 68: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

58

diimplementasikan dalam prinsip-prinsip Penanaman Modal di Indonesia dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.7

Dalam kaitannya dengan prinsip kemandirian, keberadaan investasi asing

melalui perusahaan-perusahaan transnasional sangat dibutuhkan meskipun dalam

prakteknya terdapat sebagian dari perusahaan yang kemudian tidak membuka

informasi yang terkandung di dalamnya teknologi yang dipergunakan dalam

pelaksanaan produksinya. Akibatnya alih teknologi tidak dapat berjalan sesuai

dengan apa yang diharapkan oleh negara berkembang.8

Dengan memegang teguh prinsip kemandirian ini, maka kita dapat belajar

dari pengalaman Jepang, Cina, dan Korea Selatan yang menerapkan strategi catch

up dan applied research. Pada hakikatnya teknologi terbagi menjadi 2 (dua)

bagian, yaitu bagian pertama teknologi yang dilindungi paten; dan bagian kedua

yang tidak dipatenkan termasuk keahlian (skill) dan keterampilan (technical know

how)

1. Teknologi yang Dilindungi Hak Paten

Perlindungan hak milik intelektual adalah perlindungan terhadap

setiap hak yang timbul dari hasil kreativitas (creativity) dan penemuan

7Lihat pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

8Sabartua Tampubolon, Politik Hukum Iptek di Indonesia (Yogyakarta: Kepel Press, 2013), h.

266.

Page 69: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

59

(innovation) manusia dalam bidang ilmu pnegetahuan dan teknologi, dan

dalam bidang perdagangan dan industri.9

Dalam kerangka hukum Internasional terdapat lembaga WIPO (World

Intellectual Property Organization) yang merupakan organisasi internasional

yang secara khusus didirikan untuk mengkoordinasi kerja sama antar negara

dalam bidang perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Indonesia telah

meratifikasi Konvensi WIPO dengan Keppres No. 24 Tahun 1974.10

Dalam kerangka hukum nasional Indonesia memiliki perangkat hukum

yang mengatur tentang perlindungan Paten, yakni dalam Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2000. Paten sendiri merupakan hak eksklusif yang diberikan

oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk

selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya11

atau memberikan

persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan.12

Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomo 14 Tahun 2000, suatu invensi

dianggap baru jika invensi yang diajukan paten tersebut tidak sama dengan

9Lebih jauh lihat David L. Perrott, Current Issues in International Business Law, 1988, h. 44-

45. 10

Berkaitan dengan perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ini terdapat

permasalahn yang rumit. Forum GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) yang semula

dibentuk untuk tujuan penanganan masalah tariff dan perdagangan, sejak tahun 1980 telah memperluas

perhatiannya ke arah hak milik intelektual. Konferensi-konferensi GATT, sejak itu tidak hanya

terbatas membahas perlindungan merk dagang tapi bahkan penempatan masalah hak milik intelektual

secara keseluruhan. Lihat Ida Bagus Wyasa Putra, Aspek Hukum Perdata Internasional: Dalam

Transaksi Bisnis Internasional, (Bandung: Refika Aditama, 2000), h. 47. 11

Invensi (penemuan) adalah ide inventor yang dtuangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan

masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses atau penyempurnaan dan

pengembangan produk dan proses. 12

Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanunsang, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: Grasindo,

2008), h. 120.

Page 70: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

60

teknologi yang diungkapkan sebelumnya. Untuk menentukan apakah sebuah

invensi bersifat baru, harus diadakan pemeriksaan terhadap data terdahulu

untuk mencari dokumen pembanding yang terbit sebelum tanggal

penenrimaan permohonan paten. Apabila invensi yang dimintakan paten tidak

terdapat dalam dokumen pembanding, invensi itu dianggap baru.

Keuntungan dari adanya paten ini diantara lain meliputi:13

a. Paten membantu menggalakkan perkembangan teknologi dan

ekonomi suatu negara;

b. Paten membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi

tumbuhnya industri-industri lokal;

c. Paten membantu perkembangan teknologi dan ekonomi negara

lain dengan fasilitas lisensi;

d. Paten membantu terciptanya alih teknologi dari negara maju ke

negara berkembang.

Dalam praktek permintaan paten di Indonesia secara kuantitatif dapat

dijelaskan bahwa permintaan paten hanya sedikit yang berasal dari dalam

negeri, selainnya jumlah terbesar berasal dari luar negeri. Karena hal ini maka

untuk menunjang dan mempercepat laju indutrialisasi, perjanjian lisensi

memiliki peranan yang sangat penting.

Perjanjian lisensi merupakan sebuah konsekuensi logis dari

diundangkannya Undang-Undang Paten, lebih dari itu hal ini merupakan

bagian dari globalisasi ekonomi dunia. Regulasi mengenai lisensi paten ini

penting untuk diperhatikan agar investor asing merasa aman dengan kepastian

dalam perlindungan hukum di Indonesia.

13

Tim Lindsay, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung: Alumni, 2011), h.

184.

Page 71: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

61

Pada pasal 71 ayat (1) terdapat larangan terkait perjanjian lisensi:

a. Perjanjian lisensi yang membawa akibat yang merugikan

perekonomian Indonesia;

b. Perjanjian lisensi yang dilarang memuat ketentuan

pembatasan-pembatasan yang menghambat kemampuan

bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan

teknologi pada umumnya dan yang berkaitan dengan yang

diberi paten tersebut pada khususnya.

Namun permasalahan yang muncul dari pasal tersebut adalah tidak

terdapat penjelasan yang jelas terutama larangan tersebut mengenai apa yang

dimaksud dan apa pengertiannya.14

1. Teknologi yang Tidak Dilindungi Paten (Keahlian dan Keterampilan)

Keahlian (skill) dan keterampilan (technical know how) yang

menurut Istvan Gazda didefinisikan sebagai “knowledge and experience

of a technical, commercial, administration, financial or other nature,

which is practically applicable to the operation of an enterprise or the

practice of a profession.”15

(pengetahuan dan pengalaman teknis,

perdagangan, administrasi, keuangan atau hal-hal umum lain, yang praktis

berlaku untuk beroperasinya suatu perusahaan atau praktek profesi).

Boleh saja sebuah teknologi didaftarkan menjadi sebuah paten,

tetapi alih teknologi dapat terjadi, apabila sumber daya manusia dalam

suatu negara mau mempelajari dan menguasai, bahkan mampu

14OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual: Intelectual Property Rights, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004), h. 283. 15

Istvan Gazda, Transfer of Technology, (London: The Hague Kluwer Law International,

1996), h. 1.

Page 72: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

62

mengembangkan teknologi yang lebih mutakhir dengan mendasarkan

pada teknologi atau invensi sebelumnya. Dalam praktiknya, hanya dengan

kemauan untuk belajar terus menerus dan senantiasa memiliki

kepercayaan diri melalui pengalaman yan diperoleh dari proses interaksi

dengan dunia luar, memungkinkan prinsip kemandirian dalam proses alih

teknologi dapat diwujudkan dalam kenyataan.

Regulasi nasional lain mengenai pentingnya alih teknologi bagi

bangsa Indonesia dapat dilihat dalam UU Sisnas P3 Iptek yang

menyatakan bahwa:16

“bagi Indonesia, alih teknologi melalui investasi

badan usaha dari negara-negara maju berpotensi menghasilkan dampak

ekonomi yang besar apabila kegiatan usaha dari perusahaan asing tersebut

dapat dikaitkan dengan jaringan produsen domestik dalam rantai

pertambahan nilai produksi. Melalui keterkaitan itu terbentuk mekanisme

demand-supply yang disertai dngan berbagai persyaratan mutu, kinerja,

dan biaya teknologi sehingga produsen domestik yang terlibat didorong

untuk memenuhinya. Alih teknologi melalui saluran ini tidak dapat

berjalan secara efektif apabila badan usaha domestik tidak siap dan tidak

mampu memenuhi persyaratan mutu, kinerja, dan biaya teknologi yang

bertaraf internasional sehingga tidak memiliki kelayakan untuk berperan

sebagai pemasok perusahaan-perusahaan asing tersebut. Sebaliknya

persyaratan di atas dapat dipenuhi, badan usaha domestik tidak hanya

16

Lihat Penjelasan Umum UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sisnas P3 Iptek.

Page 73: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

63

dapat menjadi pemasok bagi perusahaan asing yang berusaha di dalam

negeri, namun dapat pula menjadi pemasok pasar global. Cara yang

terbaik adalah mendorong perkembangan kemampuan badan usaha

domestik agar dapat memiliki daya serap kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Untuk itu, kemitraan badan usaha dengan perguruan tinggi dan

lembaga litbang merupakan factor yang sangat penting. Perguruan tinggi

dan lembaga litbang dapat berperan sebagai simpul-simpul jaringan yang

dapat bermanfaat bagi badan usaha domestik untuk memantau dan

menguasai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menggali

potensi pemanfaatannya sehingga resiko badan usaha dalam mengadopsi

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diperkecil”.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih

Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Penelitian dan Pengembangan

oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan yang

didelegasikan dalam UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sisnas P3 Iptek,

tidak memberikan banyak penegasan perlunya alih teknologi tersebut.

Melainkan hanya memberi batasan berupa tujuan alih teknologi kekayaan

intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan, yakni:

a. Menyebar luaskan ilmu pengetahuan dan teknologi;

Page 74: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

64

b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan dan

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi guna kepentingan

masyarakat dan negara.17

Dalam kerangka hukum internasional terdapat konvensi yang terkait

dengan alih teknologi yang mengatur mengenai paten. Diantaranya yakni:

a. Konvensi Paris (Paris Convention for the Protectionof Industrial Property)

Konvensi ini mengatur mengenai hak milik perindustrian. Yang menjadi

objek perlindungan hak milik perindustrian menurut konvensi ini adalah:

Patent, utility models (model rancang bangun), industrial design (desain

industri), trade mark (merek dagang), trade names (nama niaga/ dagang),

indication of source or appellation of origin (indikasi dan sebutan asli).

Prinsip utama yang dianut dalam konvensi ini adalah prinsip national

treatment yang diatur dalam pasal 2 dan 3. Menurut prinsip ini, “suatu negara

anggota UNI berkewajiban untuk memperlakukan orang asing warga negara

dari negara lain anggota UNI, sama seperti warga negaranya sendiri dalam

masalah paten”.18

b. Perjanjian Kerja Sama Paten (PCT/ Patent Cooperation Treaty)

Patent Cooperation Treaty (PCT) mengadakan sistem permohonan

internasional dan publikasi internasional, pemeriksaan permulaan

17

Sabartua Tampubolon, Politik Hukum Iptek di Indonesia, (Yogyakarta: Kepel Press, 2013),

h. 247. 18

Konvensi Paris, Seminar Hak Paten, Medan, 1990, h. 5. Dalam buku OK. Saidin, Aspek

Hukum Kekayaan Intelektual: Intelectual Property Rights, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.

309.

Page 75: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

65

internasional atas setiap permohonan paten yang lebih berdaya guna, hemat,

dan sederhana, jika perlindungan itu dikehendaki secara internasional.

Adapun sistem permohonan internasional menurut Patent Cooperation Treaty

(PCT) adalah sebagai berikut: dengan kemungkinan untuk meminta hak

prioritas berdasarkan konvensi Paris, setiap warga negara dari negara-negara

yang mengadakan perjanjian berhak untuk mengajukan permohonan Patent

Cooperation Treaty (PCT).

Dari analisis baik kerangka hukum nasional maupun kerangka hukum

internasional di atas maka sebuah permasalahan utama adalah terkait dengan

mutu dari Sumber Daya Manusia Nasional itu sendiri. Selain itu hal yang juga

perlu diperhatikan adalah terkait dengan koordinasi antar lembaga. Investasi asing

sebagai salah satu sarana alih teknologi tidak bisa berdiri sendiri karena investasi

asing ini juga disandarkan pada regulasi internasional yang bersifat kompleks dan

membatasi. Oleh karena itu perlu adanya koordinasi antar lembaga, salah satunya

dengan lembaga penelitian dan pengembangan sesuai dengan amanat Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2002 untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian

teknologi nasional.

C. Peluang dan Hambatan Pelaksanaan Alih Teknologi dalam Investasi Asing

di Indonesia

Teknologi tidak dapat dipisahkan dengan upaya peningkatan standar mutu

komoditas yang dihasilkan oleh satu negara. Keunggulan suatu komoditas

Page 76: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

66

merupakan keunggulan yang melekat pada suatu komoditas yang dihasilkan oleh

negara dibandingkan dengan komoditas serupa yang diproduksi negara lain.

Peluang Indonesia sebagai negara tujuan investasi asing memiliki

beberapa keunggulan, yakni keunggulan mutlak (absolute advantage) dan

keunggulan komparatif (comparative advantage).19

Keunggulan mutlak (absolute

advantage) yang dimiliki Indonesia adalah terkait dengan potensi Sumber Daya

Alam (SDA) yang dimiliki. Sedangkan keunggulan komparatif (comparative

advantage) yang dimiliki Indonesia adalah berkaitan dengan ketersediaan faktor

produksi yakni terkait dengan tenaga kerja dan bahan baku yang lebih murah.

Keunggulan-keunggulan yang dimiliki Indonesia tersebut memberikan

daya tarik tersendiri bagi investasi asing. Investasi asing yang masuk ke Indonesia

inilah yang kemudian membawa teknologi dari negara-negara maju yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kemampuan teknologi menuju kemandirian

teknologi nasional.

Alih teknologi dalam investasi bukanlah sebuah proses tanpa hambatan.

Hambatan-hambatan yang ditemukan di lapangan saat ini diantaranya:20

1. Hambatan Eksternal, meliputi:

a. Sistem internasional kurang mendukung, lebih banyak

menguntungkan negara industri maju;

19

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis Transaksi Bisnis Internasional:

Ekspor-Impor dan Imbal-Beli, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001), h. 2. 20

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Malang: Bayumedia,

2004), h. 86.

Page 77: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

67

b. Bargaining position negara sedang berkembang lemah.

2. Hambatan internal, meliputi:

a. Sumber daya manusia dalam jumlah besar dengan tingkat pendidikan

rendah;

b. Minimnya jumlah modal yang tersedia;

c. Tingkat teknologi masih rendah;

d. Kurangnya keterampilan (skill) dan knowledge;

e. Manajemen organisasi dan pemasaran lemah;

f. Sosial dan budaya yang kurang mendukung;

g. Sistem pendidikan kurang terencana baik.

Dari semua hambatan yang ada di atas terdapat satu hambatan yang

menjadi sebuah akar permasalahan alih teknologi Indonesia, yakni hukum yang

mengatur mengenai alih teknologi. Pembicaraan mengenai alih teknologi ini

sebenarnya telah lama menjadi wacana saat untuk pertama kalinya Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1067 tentang Penanaman Modal Asing diundangkan.

Badan Koordinasi Penanaman Modal mengadakan berbagai kegiatan termasuk

menyiapkan rancangan akademik mengenai alih teknologi.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal yang berasaskan kemandirian menjadi sebuah komitmen untuk

menempatkan investasi asing menjadi sebuah awal untuk mewujudkan

kemandirian dan mengurangi ketergantungan terhadap teknologi yang berasal dari

luar negeri.

Page 78: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

68

Hal ini penting, karena bercermin dari pengalaman negara maju, upaya

penguasaan dan keunggulan di bidang iptek merupakan kunci kemandirian setiap

bangsa dalam peningkatan kesejahteraan masyarakatnya maupun dalam

memenangkan persaingan di tingkat global.

Hambatan alih teknologi lain yang dikemukakan oleh Philip L. Gardner.

Menurut Philip, terdapat sedikitnya dua persoalan yang secara historis

menghambat alih teknologi ke negara-negara berkembang. Pertama, kapasitas

teknis dari negara berkembang tersebut tidak memadai untuk menyerap dan

menggunakan teknologi yang dialihkan. Kedua, dalam konteks perdagangan

perdagangan internasional, penguasaan atas teknologi canggih adalah keunggulan

komparatif dari negara-negara maju, di mana hal tersebut membuat mereka secara

alamiah berusaha mempertahankan keunggulan tersebut dengan membuat

mekanisme alih teknologi yang sarat dengan persyaratan atau pembatasan untuk

mencegah negara penerima dapat menguasai teknologi itu sepenuhnya.

D. Hukum Sebagai Pendorong Alih Teknologi

Law as a tool of social engineering (hukum adalah alat rekayasa sosial)

hal inilah yang disampaikan oleh Roscoe Pound. Intinya adalah hukum sebagai

sarana atau alat untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, secara

pribadi ataupun dalam masyarakat.21

Dalam konteks ini peraturan alih teknologi

dalam investasi juga menjadi sebuah upaya rekayasa untuk bagaimana terciptanya

alih teknologi dalam investasi asing di Indonesia.

21

Efran Helmi Juni, Filsafat Hukum, (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2012), h. 57.

Page 79: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

69

Konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan adalah hukum dalam arti

kaidah atau peraturan hukum memang dapat berfungsi sebagai pengatur ke arah

kegiatan manusia yang dikehendaki oleh pembangunan atau pembaharuan.22

Pengaturan alih teknologi dalam investasi di Indonesia bertujuan untuk adanya

akselerasi pertumbuhan inovasi dan daya saing ekonomi nasional secara

keseluruhan.

Lawrence Mere Friedman mengatakan bahwa hukum sebagai rekayasa

sosial tidak pasif melainkan harus mampu digunakan untuk mengubah suatu

keadaan dan kondisi tertentu ke arah yang dituju sesuai dengan kemauan

masyarakat,23

sehingga hukum berfungsi sebagai agent of modernization and

instrument of social engineering.

Menurut Bernard Arief Sidharta cita hukum adalah gagasan, karsa, cipta,

dan pikiran berkenaan dengan hukum atau persepsi tentang makna hukum yang

dalam intinya terdiri dari 3 unsur: keadilan, kehasil-gunaan (doelmatigheid) dan

kepastian hukum. Dari sini regulasi mengenai alih teknologi seharusnya

memberikan tidak hanya sebuah kepastian melainkan juga keadilan dan

kemanfaatan.

Hukum sebagai pendorong alih teknologi memiliki pengertian adanya

platform yang jelas untuk menjadi landasan pelaksanaan alih teknologi dalam

22

Muchtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, (Jakarta:

Bina Cipta, 1976), h. 4. 23

Mulyana W. Kusumah, Peranan dan Pendayagunaan Hukum dalam Pembangunan,

(Bandung: Alumni, 1982), h. 4.

Page 80: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

70

inveastasi asing di Indonesia. Menurut Sumantoro, teknologi diperlukan untuk

pengembangan industrialisasi, khususnya bagi Indonesia sebagai negara

berkembang. Karena itu regulasi mengenai alih teknologi ini harus mencakup hal-

hal sebagai berikut:24

1. Penciptaan iklim yang menarik dan menguntungkan untuk kegiatan alih

teknologi;

2. Memberikan keuntungan yang timbal balik bagi pihak penerima dan pemberi;

3. Mendorong dan memberikan kemudahan dalam alih teknologi;

4. Menggunakan prinsip syarat dan kondisi yang adil dan obyektif yang

disepakati secara timbal balik;

5. Memperhatikan prinsip-prinsip norma internasional (code of conduct);

6. Secara konsisten, pemerintah mengikuti proses pemenuhan kewajiban sesuai

dengan hukum internasional.

Analisis penulis menunjukkan karena tidak adanya peraturan teknis yang

jelas mengenai alih teknologi ini dalam investasi asing maka wacana alih

teknologi yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal25

hanya bersifat opsional dan tidak menjadi sebuah kewajiban

bagi setiap investor asing yang datang. Hal ini tentunya membuat ketentuan

opsional ini mudah untuk disimpangi oleh investor asing.

Selain berkaitan dengan legal substance, peningkatan proses alih

teknologi melalui invetasi asing ini juga dapat mengadopsi cara negara Jepang. di

Jepang setiap perjanjian internasional harus memberitahukan kepada Kosei

Torihiki linkai/ Fair Trade Commission. Dalam Undang-Undang Anti Monopoli

Jepang Pasal 6 dan 23 mewajibkan pendaftaran lisensi agar dapat diketahui

24

Sumantoro, Masalah Pengaturan Alih Teknologi, (Bandung: Alumni, 1993), h.75. 25

Lihat Pasal 18 angka (3) huruf (d) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal

Page 81: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

71

apakah perjanjian tersebut mengandung unsur monopoli atau tidak. Selain itu

dengan mendaftarkan akan dapat diketahui bentuk atau macam teknologi serta

royalti yang dikeluarkan. Jadi di Jepang satu badan juga turut berperan dalam

pendaftaran perjanjian lisensi yaitu sebagai Bank teknologi.26

Penjelasan di atas senada dengan teori sistem hukum yang dikemukakan

oleh Lawrence Mere Friedman. Friedman menyebutkan 3 (tiga) inti pemikiran

(unsur) dalam sistem hukum, yakni:27

1. Legal structure adalah lembaga-lembaga atau instansi yang akan

menjalankan proses penegakan hukum;

2. Legal substance adalah aturan, norma, dan pola perilaku nyata

manusia yang berada di dalam sistem itu;

3. Legal culture adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem

hukum.

Ketiga unsur hukum tersebutlah yang akan menunjang tegak dan terlaksanannya

alih teknologi melalui investasi asing di Indonesia.

26

OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual: Intelectual Property Rights, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004), h. 283. 27

Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing, (Jakarta: Kuwais, 2012), h. 45.

Page 82: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan dapat penulis kemukakan

beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut:

1. Konsep alih teknologi dalam investasi asing di Indonesia di

dasarkan pada asas kemandirian. Berdasarkan bentuknya teknologi

sendiri terbagi menjadi 2 yakni teknologi yang dilindungi hak

paten dan teknologi yang tidak dilindungi paten. Dalam Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 alih teknologi yang tidak

dilindungi paten dilakukan melalui proses pelatihan yang

dilakukan oleh perusahaan penanaman modal kepada tenaga kerja

nasional. Alih Teknologi dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 pasal 10 dilaksanakan melalui cara pelatihan dan peningkatan

kemampuan tenaga kerja nasional.

2. Alih teknologi melalui investasi asing di Indonesia belum memiliki

regulasi yang jelas sehingga di sini kata alih teknologi hanya

dipandang sebagai sebuah pilihan bagi investor bukan sebagi suatu

kewajiban yang bersifat mengikat dan disertai dengan sanksi tegas.

Alih teknologi ini seharusnya dapat diimplementasikan dengan

baik apabila terdapat sebuah regulasi yang jelas mengatur dan

mensyaratkan alih teknologi sebagai syarat bagi para penanam

Page 83: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

73

modal asing untuk mendapatkan berbagai insentif dan kemudahan

dalam berinvestasi di Indonesia. Selain itu dengan regulasi yang

jelas maka tujuan investasi asing di Indonesia sesuai dengan asas

kemandirian dapat tercapai, yakni meningkatkan daya saing dan

kemandirian teknologi nasional.

B. Saran

Berdasarkan informasi dan data yang penulis dapatkan serta analisis

penulis skripsi ini, maka ada beberapa hal yang ingin disarankan penulis,

diantaranya adalah:

1. Pembentukan regulasi jelas yang menjadi peraturan teknis dari Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal berkaitan

dengan bagaimana persyaratan dan pelaksanaan alih teknologi. Seperti

dalam pasal 10 ayat 3 disebutkan bahwa “Perusahaan penanaman modal

wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja warga negara Indonesia

melalui pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan”. Dan ayat 4 “Perusahaan penanaman modal yang

mempekerjakan tenaga kerja asing diwajibkan menyelenggarakan

pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara

Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Sehingga dengan adanya peraturan teknis yang jelas ini maka alih

teknologi ini benar-benar dapat diimplementasikan dan bukan sebuah

opsionaldan formalitas semata.

Page 84: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

74

2. Berkaitan dengan teknologi yang dilindungi paten maka mekanisme yang

digunakan adalah perjanjian lisensi. Penting bagi Indonesia untuk

membentuk sebuah badan seperti di Jepang. Setiap perjanjian

internasional di Jepang harus memberitahukan Kosei Torihiki linkai/ Fair

Trade Commission. Dalam Undang-Undang Anti Monopoli Jepang Pasal

6 dan 23 mewajibkan pendaftaran lisensi agar dapat diketahui apakah

perjanjian tersebut mengandung unsur monopoli atau tidak. Selain itu

dengan mendaftarkan akan dapat diketahui bentuk atau macam teknologi

serta royalti yang dikeluarkan. Jadi di Jepang satu badan juga turut

berperan dalam pendaftaran perjanjian lisensi yaitu sebagai Bank

teknologi.

3. Penguatan Badan Koordinasi Penanaman Modal berkaitan regulasi terkait

dengan pemberian insentif-insentif bagi investasi asing. Di sini seharusnya

BKPM menjadi gerbang awal untuk terciptanya alih teknologi dalam

investasi asing di Indonesia. Selain itu perlu koordinasi yang baik dengan

lembaga lain yang terkait dengan penguasaan teknologi seperti Lembaga

Pengembangan dan Penelitian.

Page 85: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

75

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku:

Adolf, Huala. Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional. Bandung, Refika

Aditama, 2007.

Anwar, Yesmil., Adang. Hukum Tak Pernah Tidur. Bandung: Asosiasi Ilmu Poitik

Indonesia, 2009.

Artikel Utama, “Dampak Globalisasi Terhadap Hukum, Bisnis, dan Sosial

Budaya.” Jurnal Keadilan. Vol. 1. No. 4. 2001.

BPHN. Binacipta. Aspek-Aspek Hukum dan Pengalihan Teknologi, 1981.

Gazda, Istvan Transfer of Technology. London: The Hague Kluwer Law

International, 1996.

Ginting, Jamin “Ketentuan Hukum Global yang Berdampak Nasional: Bagaimana

Menghadapinya?” Law Review. Vol. XII. No. 2. (November 2012).

H.S, Salim, Budi Sutrisno. Hukum Investasi. Jakarta; Rajagrafindo Persada, 2008.

Hasan, M. Ali. Masail Fiqhiyah, Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga Keuangan.

Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2003.

Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Utama, 2007.

Ibrahim, Johnny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:

Bayumedia Publishing. 2006.

Idham, Ibrahim. Peranan Paten Dalam Alih Teknologi, Hukum dan Pembangunan

No. 3 Tahun XIX, Juni 1989.

Ilmar, Aminuddin. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2007.

Juni, Efran Helmi. Filsafat Hukum. Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2012.

Karim, Mulyawan. Rindu Pancasila. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2010.

Page 86: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

76

Kusumaatmadja, Muchtar. Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional.

Jakarta: Bina Cipta, 1976.

Kusumah, Mulyana W. Peranan dan Pendayagunaan Hukum dalam Pembangunan.

Bandung: Alumni, 1982.

Lindsay, Tim. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung: Alumni,

2011.

Lubis, T. Mulya, Bukbaum, M. Richard. Peranan Hukum Perekonomian di

Negara-Negara Berkembang. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta, 1986.

Mayana, Ranti Fauza. Perlindungan Desain Industri Di Indonesia dalam Era

Perdagangan Bebas. Jakarta: Grasindo, 2004.

Muchsin, Ikhtisar Ilmu Hukum. Jakarta: Badan Penerbit Iblam, 2006.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2006.

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Dagang tentang Surat-Surat Berharga. Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2007.

Perrott, David L. Current Issues in International Business Law. 1988.

Prasetyantoko, Bencana Finansial. Jakarta:Kompas, 2008.

Purba, Achmad Zen Umar. Perjanjian TRIPs dan Beberapa Isu Strategis, Jakarta-

Bandung; Badan Penerbit F. H. Universitas Indonesia dan PT. Alumni.

Putra, Ida Bagus Wyasa. Aspek Hukum Perdata Internasional: Dalam Transaksi

Bisnis Internasional. Bandung: Refika Aditama, 2000), h. 47.

Rajagukguk, Erman. Hukum Investasi (Bahan Kuliah). Jakarta: UI Press, 1995.

Rakhmawati, Rosyidah. Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Malang:

Bayumedia, 2004.

Rokhmatussa’diyyah, Ana., Suratman. Hukum Investasi dan Pasar Modal. Jakarta:

Sinar Grafika, 2011.

Rustanto, Hukum Nasionalisasi Modal Asing. Jakarta: Kuwais, 2012.

Page 87: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

77

Saidin, OK. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights).

Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2004.

Saidin, OK. Aspek Hukum Kekayaan Intelektual. Jakarta: Rajawali Pers, 2007.

Salim. Hukum Divestasi di Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2010.

Salman, Abdul R . Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Teori dan Contoh Kasus.

Jakarta: Kencana, 2011.

Sri Hartati. “Indonesia dan Tantangan Global”, dalam Rindu Pancasila. Jakarta:

Kompas, 2010.

Sari, Elsi Kartika., Simanunsang, Advendi. Hukum Dalam Ekonomi. Jakarta:

Grasindo, 2008.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas

Sugondo, Frida. Ikhtisar Ketentuan Penanaman Modal. Jakarta: NLRP, 2010.

Sumantoro. Masalah Pengaturan Alih Teknologi. Bandung: Alumni, 1993.

Surawiguna, Hilman. Beberapa Masalah Pokok Perusahaan Multinasional, Sebuah

Tinjauan Pustaka, Manajemen Dan Usahawan Indonesia. Jakarta: Tanpa

penerbit, 1981.

Tambunan, Tulus TH. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Bogor; Ghalia

Indonesia 2004.

Tampubolon, Sabartua, Politik Hukum Iptek di Indonesia. Yogyakarta: Kepel Press,

2013.

UNCTAD. Technology Transfer, UNCTAD Series on Issues in International

Investment Agreements, 2001.

UNCTC. Transnational Corporations and Technology Transfer: Effects and Policy

Issues. United Nation, 1987.

Utomo, Tomi Suryo. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, Sebuah

Kajian Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Page 88: ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24979/1/Endah...ANALISIS YURIDIS KEWAJIBAN ALIH TEKNOLOGI DALAM INVESTASI ASING

78

Widjaja, Gunawan., Yani, Ahmad. Seri Hukum Bisnis Transaksi Bisnis

Internasional: Ekspor-Impor dan Imbal-Beli. Jakarta: Rajagrafindo Persada,

2001.

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: Pena Pundi Aksara,

2002

Perundang-Undangan:

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,

Pengembanga, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian

Internet

http://www.bphn.go.id/data/documents/pkj_2012_-_8.pdf, diakses pada tanggal 17

Oktober 2013.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50759704ac972/mengapa-penanaman-

modal asing-harus-dalam-bentuk-pt diakses pada tanggal 9 Mei 2014.