83
 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Korupsi akhir-akhir ini semakin ramai diperbincangkan, baik di media cetak, elektronik maupun dalam seminar-seminar, lokakarya, diskusi dan sebagainya. Korupsi telah menjadi masalah serius bagi bangsa Indonesia, karena telah merambah ke seluruh lini kehidupan masyarakat yang dilakukan secara sistematis, sehingga memunculkan stigma negatif bagi Negara dan Bangsa Indonesia di dalam pergaulan masyarakat internasional. 1  Korupsi adalah sesuatu hal yang sangat membahayakan dalam berlangsungnya suatu pemerintahan, bahkan jauh lebih berbahaya dari pada dampak kerugian yang ditimbulkan oleh bencana alam dan perang sekalipun. Bahaya Korupsi dikarenakan dapat menghancurkan struktur negara hingga bagian terkecil dari suatu pemerintahan yang berdaulat, dan menghancurkan semangat persatuan dan kesatuan yang semakin lama kian terkikis. Di Indonesia korupsi tumbuh dan berkembang dengan suburnya seperti jamur dimusim hujan, keberadaannya akan sangat sulit untuk diberantas apabila tidak ada tindakan yang nyata dari pemerintah dan pihak-pihak terkait. pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi sampai sekarang belum dapat dilaksanakan secara 1  , ,. . . . , 2008, 1

Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ini merupakan skripsi dari Iwan Heryadi mahasiswa fakultas hukum,universitas sriwijaya

Citation preview

Page 1: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Korupsi akhir-akhir ini semakin ramai diperbincangkan, baik di media cetak,

elektronik maupun dalam seminar-seminar, lokakarya, diskusi dan sebagainya.

Korupsi telah menjadi masalah serius bagi bangsa Indonesia, karena telah merambah

ke seluruh lini kehidupan masyarakat yang dilakukan secara sistematis, sehingga

memunculkan stigma negatif bagi Negara dan Bangsa Indonesia di dalam pergaulan

masyarakat internasional.1 

Korupsi adalah sesuatu hal yang sangat membahayakan dalam

berlangsungnya suatu pemerintahan, bahkan jauh lebih berbahaya dari pada dampak 

kerugian yang ditimbulkan oleh bencana alam dan perang sekalipun. Bahaya Korupsi

dikarenakan dapat menghancurkan struktur negara hingga bagian terkecil dari suatu

pemerintahan yang berdaulat, dan menghancurkan semangat persatuan dan kesatuan

yang semakin lama kian terkikis.

Di Indonesia korupsi tumbuh dan berkembang dengan suburnya seperti jamur

dimusim hujan, keberadaannya akan sangat sulit untuk diberantas apabila tidak ada

tindakan yang nyata dari pemerintah dan pihak-pihak terkait. pemberantasan tindak 

pidana korupsi yang terjadi sampai sekarang belum dapat dilaksanakan secara

1Chaerudin, dkk,. Tindak Pidana Korupsi. PT. Refika Aditama. Bandung, 2008, hlm 1

Page 2: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

2

optimal. Oleh karena itu pemberantasan tindak pidana korupsi perlu ditingkatkan

secara profesional, intensif, dan berkesinambungan karena korupsi telah merugikan

keuangan negara, perekonomian negara, dan menghambat pembangunan nasional.

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia sebenarnya telah dimulai

sejak era orde lama, hal ini dapat kita ketahui dengan berlakunya Undang-undang 24

Prp. 1960 yang berlaku sejak tahun 1960. Beberapa upaya untuk pemberantasan

korupsi berdasarkan undang-undang tersebut dilakukan, antara lain:

a.  Operasi Budhi, yang dipimpin oleh Menkohankam/Kasab yang bertugas

menyeret pelaku korupsi ke pengadilan dengan sasaran utama perusahaan-

perusahaan Negara serta Lembaga-lembaga Negara lainnya yang dianggap

rawan praktik korupsi dan kolusi.

b.  Pembentukan tim pemberantasan Korupsi berdasarkan keputusan Presiden

Nomor 228 Tahun 1967, yang dipimpin oleh Jaksa Agung.2 

Tampaknya pemberantasan korupsi dengan undang-undang ini kurang

berhasil, kemudian undang-undang Nomor 24 Prp. 1960 ini dicabut dan diganti

dengan undang-undang Nomor 3 tahun 1971, yang kemudian disempurnakan lagi

dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang memuat beberapa hal yang

2Leden Marpaung. Tindak Pidana Korupsi Pemberantasan dan Pencegahan. Djambatan.

Jakarta. 2007, hlm 3

Page 3: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

3

berbeda dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971. Kemudian berubah lagi

menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

Di era reformasi, usaha pemberantasan korupsi dimulai oleh B.J. Habibie

dengan mengeluarkan UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengara Negara yang

Bersih dan Bebas dari KKN berikut pembentukan berbagai komisi atau badan baru

seperti KPKPN, KPPU atau Lembaga Ombudsman. Presiden berikutnya,

Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi (TGPTPK) melalui PP No.19 Tahun 2000. Namun ditengah semangat

menggebu-gebu untuk memberantas korupsi dari anggota tim ini, melalui judicial

Review Mahkamah Agung membubarkan TGPTPK. Sedangkan KPKPN melebur

masuk kedalam KPK yang kemudian dibentuk.

Tujuan Pemerintah dan pembuat Undang-Undang melakukan revisi atau

mengganti produk legislasi tersebut merupakan upaya untuk mendorong institusi

yang berwenang dalam pemberantasan korupsi, agar dapat menjangkau berbagai

modus operandi tindak pidana korupsi dan meminimalisir celah-celah hukum yang

dapat dijadikan alasan bagi para pelaku tindak pidana korupsi untuk dapat

melepaskan dirinya dari jeratan hukum.

Dari rangkaian sejarah diatas, memperlihatkan keinginan memberantas

korupsi tersebut selalu mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut antara lain adalah

lemahnya political will pemerintah, kelemahan yuridis lembaga pemberantasan

korupsi, adanya serangan balik para koruptor, dan berbagai faktor lain mengiringi

Page 4: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

4

penanganan perkara korupsi yang jauh dari professional dan efektif sehingga

mengesankan adanya ketidaksanggupan dan tebang pilih. Belajar dari pengalaman

sebelumnya, KPK dengan Pengadilan Tipikor merupakan refleksi dari belum

maksimalnya berbagai upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan dan

sekaligus menjadikan harapan besar akan upaya pemberantasan korupsi yang lebih

progresif, efektif dan maksimal.

Namun, ditengah besarnya animo masyarakat akan pemberantasan korupsi di

Indonesia justru di beberapa pengadilan negeri di Indonesia memvonis para pelaku

tindak pidana korupsi dengan putusan percobaan atau lebih dikenal dengan pidana

bersyarat. Dimana dengan putusan pidana bersyarat ini pelaku tidak harus menjalani

hukuman pidana penjara sebagaimana layaknya pelaku kejahatan lain, dimana

ditetapkan dalam amar putusan bahwa pidana yang dijatuhkan itu tidak perlu

dijalankan dengan pembebanan syarat-syarat tertentu.

Dibawah ini beberapa putusan pidana bersyarat yang telah dijatuhkan kepada

terdakwa korupsi:

Tabel.1

No  Perkara Korupsi  KerugianNegara  Terdakwa  Hakim  Tingkat  Vonis  Tanggal 

1.  Dobel anggaran dalam APBD Jateng 2003 

Rp14,8miliar  

Mardijo, mantanKetua DPRD Jateng 

Iskandar Kamil,Djoko

Sarwoko, danM Baharudin

Qaundy 

Tingkatpertama PNSemarang

Mahkamah Agung 

1 tahun penjaradengan masa

percobaan

selama 2 tahun 

Tuntutan JPU 

7 tahun penjara 

3 Novembe2009

Page 5: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

5

No  Perkara Korupsi KerugianNegara  Terdakwa  Hakim  Tingkat  Vonis  Tanggal 

2.  Dana operasional DPRDKaltim periode 1999-2004 

Rp 2,9milar  

Kasyful Anwar  As'ad, Khairul Fuaddan Sukardi Jarwo

Putro, (mantanPimpinan DPRD

Kaltim) 

ParmanSoeparman,

Soedarno danImam Haryadi 

TingkatPertama PNSamarinda

Mahkamah Agung 

1 tahun masapercobaan 2

tahun 19 Februa

2008

3. Penjualan aset di Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo(RSCM) Jakarta Pusat 

Rp 69 juta 

Ir Darizal dan DrgHelmy Rustam, MM 

Lexsy Mamont, Agoeng

Rahardjo, danMakmunMasduki

PengadilanNegeri Jakarta

Pusat 

1 tahun masapercobaan 2

tahun 28 April 200

4. 

 Anggaran Rumah Tangga

Dewan (ARTD) DPRDNganjuk periode 1999-2004  23 Juta 

Basori, Anggota

DPRD Nganjukperiode 1999-2004 

Burhanuddin,

Gatot Ardian, Agus Cahyo 

Pengadilan

Negeri Nganjuk 

1 tahun penjara

dengan dua tahunmasa percobaan  5 Juni 200

5.  Dana APBD kabupatenYapen Waropen  Rp 90 juta 

ketua DPRD AmonWanggai, S.Sos.

Jhon Mansay.S.Sos dan Nehemia

Payawa.S.Sos 

Wayan Karya,Ben Ronald.P.Situmorang.dan Ahmad

Rizal Nasution,

PengadilanNegeri Serui 

1 tahun denganmasa percobaan

2 tahun 6 Juni 200

6.  Proyek di BappedaLampung 

Rp 196 juta 

Kepala BappedaBandar Lampung

Tjandra Tjahya danPemimpin Proyek

Faisol Muchtar  

MachmudRachimi 

PengadilanNegeri

Tanjungkarang 

1 tahun penjaradengan masapercobaan 18

bulan 

26 Juni 200

7. 

Proyek gedung lokamonitor spektrum frekuensi

radio dan orbit satelitPangkalpinang tahun 2006 

-  Ermansyah Pengadilan

NegeriPangkalpinang 

1 tahun denganmasa percobaan

2 tahun 

22 Desemb2008 

8. 

Sewa ruko Jalan MSRahman dan JalanJenderal Sudirman

Pangkalpinang 

43,5 juta Andi Rozano Rosidin, TSirait dan

Ernila 

PengadilanNegeri

Pangkalpinang 

1 tahun denganmasa percobaan

2 tahun 

22 Desemb2008 

9. 

proyek pembangunanpasar hewan di Desa

Nagrak Kec/Kab. Cianjur tahun anggaran 2006 

Rp 114 juta 

RS selakupelaksana proyek  Gunawan  Pengadilan

Negeri Cianjur  

1 tahun masapercobaan 1

tahun 6 Januari 20

Dokumentasi ICW, diolah dari berbagai sumber media.3 

Didalam undang-undang No. 31 Tahun 1999 jo undang-undang No. 20 Tahun

2001 tentang Tindak Pidana Korupsi pada Pasal 2 dan 3 menyebutkan:

3 http://antikorupsi.org/indo/content/view/14050/6/  

Page 6: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

6

(1)  Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang

dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara,

dipidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)

tahun dan paling lama 20 (dua puluh)tahun dan denda paling sedikit

Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak 

Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

Ketentuan hukum diatas teramat sering hanya menjadi “macan kertas”, sebatas

Pasal huruf mati yang sangat jarang diterapkan secara konsisten kepada para pelaku

tindak pidana korupsi di Indonesia. Terlebih hukuman mati yang mungkin niscaya

akan diterapkan terhadap pelaku tindak pidana korupsi di Indonesia.

Baru-baru ini memang telah berkembang wacana menerapkan hukuman mati

terhadap koruptor. Dan penulis lebih melihat kondisi ini kepada bentuk kefrustasian

masyarakat dan penegak hukum di Indonesia akan efektifnya undang-undang untuk 

menanggulangi dan memberantas korupsi di Negara Indonesia.

Koruptor yang terus bertambah jumlahnya, bahkan koruptor-koruptor itu

sendiri dapat muncul dan hidup didalam lembaga yang terhormat termasuk 

didalamnya Kepolisian dan Kejaksaan. Lalu kemana lagi Rakyat harus

menggantungkan harapan akan Indonesia yang bebas dari korupsi bila kecurigaan

Page 7: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

7

kepada penguasa, ketidakpercayaan akan hukum dinegaranya, dan pejabat negara

yang mengkhianati kepercayaan rakyatnya.

Jika hukuman terberat seperti kurungan, penjara dan hukuman mati sekalipun

tidaklah menjamin dapat membuat jera para koruptor ataupun dapat menjalankan

keefektifan fungsi preventifnya, lalu bagaimana dengan beberapa yurisprudensi serta

pandangan-pandangan dari beberapa pihak untuk menerapkan hukuman pidana

bersyarat kepada pelaku kejahatan yang kejam ini.

Seolah tidak percaya namun inilah realita yang ada bahwa pidana bersyarat

pernah diterapkan terhadap kasus korupsi di Indonesia. Apakah dengan pidana

bersyarat ini tujuan dari pemidanaan telah tercapai khusus untuk kasus korupsi di

Indonesia. Dari beberapa pandangan dan penemuan penulis dilapangan penerapan

pidana bersyarat justru memberikan efek kontra dari tujuan dihukumnya seorang

pelaku kejahatan korupsi

Hukum sosial berupa cap masyarakat dan pengucilan dari masyarakat justru

  jauh lebih ampuh untuk memberikan beban moral kepada pelaku korupsi yang

tertangkap dari pada aturan hukum seperti undang-undang korupsi yang sebenarnya

  jauh lebih memiliki kekuatan hukum dan kewajiban dari pemerintah untuk 

menegakkannya.

Kepuasan akan penegakan hukum memang bukanlah didapatkan ketika para

pelaku kejahatan menderita saat pelaku kejahatan menjalani masa-masa serta

menerima vonis hukuman atas perbuatannya. Kepuasan akan lebih tecapai bila

Page 8: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

8

kepastian hukum dapat memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan dan memberikan

ketakutan bagi orang lain agar mereka berfikir lagi ketika memiliki niat untuk 

melakukan perbuatan yang sama.

Dengan masih banyaknya tanda tanya dan kerancuan dalam hal penerapan

pidana bersyarat terhadap pelaku Korupsi di Indonesia, maka penulis merasa

memiliki tanggung jawab dan ketertarikan untuk mengangkat penelitian dan

penulisan skripsi yang diberi judul :

“ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERKARA KORUPSI YANG

DIJATUHI PIDANA BERSYARAT” .

Page 9: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

9

B.  Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1.  Mengapa pidana bersyarat dapat diterapkan terhadap tindak pidana korupsi

yang merupakan Kejahatan Luar Biasa?

2.  Apakah yang menjadi alasan hakim dalam menjatuhkan pidana bersyarat

terhadap pelaku tindak pidana korupsi?

C.  Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1.  Untuk mengetahui mengapa pidana bersyarat dapat diterapkan terhadap tindak 

pidana korupsi yang merupakan extra ordinary crime (kejahatan luar biasa).

2.  Untuk mengetahui apakah alasan yang digunakan hakim dalam menjatuhkan

pidana bersyarat terhadap tindak pidana korupsi.

D.  Manfaat penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat menjadi

masukan dan tambahan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa pada umumnya.

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai bahan kajian, dan sebagai

sumber bacaan serta tambahan ilmu pengetahuan bagi diri penulis secara pribadi. Dan

diharapkan juga agar dapat memberikan manfaat praktis, dimana dapat memberikan

masukan bagi proses penegakan hukum didalam masyarakat.

Page 10: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

10

E.  Kerangka Teori

Pemecahan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, akan dibahas

dengan menggunakan teori tentang putusan hakim dalam teori-teori tentang

Pemidanaan.

Adapun teori-teori tentang pemidanaan adalah meliputi :4 

1.  Teori Absolut atau teori pembalasan (Vergeldings Theorien);

2.  Teori Relatif atau Teori Tujuan ( Doel Theorien);

3.  Teori Gabungan (Vernegings Theorien);

F.  Metode Penelitian

Metode yang tepat akan mendukung hasil dan akurasi penelitian, apabila

dilaksanakan dengan menggunakan metodologi yang benar, dalam rangka

mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan, maka penelitian ini akan dilaksanakan

dengan metode sebagai berikut :

1.  Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian Normatif,

dimana penelitian ini dilakukan dengan bertujuan untuk mengetahui sudut

pandang penjatuhan pidana terhadap pelaku kejahatan khususnya, tindak 

pidana korupsi Di Indonesia

4 Adami Chazawi “Pelajaran Hukum Pidana “, Teori-teori Pemidanaan, PT. RajaGrafindo

Persada, Jakarta, 2002.

Page 11: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

11

2.  Jenis dan sumber data

a.  Jenis data yang digunakan adalah :

1.  Bahan Sekunder yang didapatkan melalui studi kepustakaan.

b.  Sumber data

1.  Bahan Primer

Yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan dokumen-dokumen meliputi :

a.  Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari

KUHP, KUHAP, UU Nomor 31 tahun 1999, UU Nomor 20 tahun 2001.

b.  Bahan hukum Sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, misalnya rancangan UU, hasil penelitian hukum, hasil

karya (Ilmiah) dari kalangan hukum dan sebagainya.

c.  Bahan hukum Tersier, yakni berupa bahan yang memberi petunjuk 

maupun penjelasan terhadap bahan hukum Primer dan skunder, misalnya

kamus-kamus hukum. Dengan tujuan agar diperoleh informasi yang

terbaru dan berkaitan erat dengan permasalahan maka bahan hukum yang

diambil harus Up to date dan mutahir.

3.  Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan cara dengan cara studi kepustakaan, diperoleh

melalui penelusuran dan analisis terhadap sumber-sumber data hukum dan

keterangan lain yang telah dibukukan, termasuk putusan-putusan hakim

yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.

Page 12: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

12

4.  Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dengan melalui kegiatan pengumpulan akan

diproses melalui pengolahan dan analisis data.

Penelitian ini menggunakan analisis data secara kualitatif yaitu

menganalisis data yang berupa keterangan-keterangan dan data-data

tertulis, kemudian pembahasan dan penguraian data serta informasi yang

berhubungan dikumpulkan secara deskriptif-kualitatif yaitu analisis

terhadap data dan bahan hukum yang mempunyai bobot dalam

hubungannya dengan pokok permasalahan.5 

5Soerjono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,

1986, Hlm.32

Page 13: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Tinjauan Umum Pidana Bersyarat

1.  Pengertian Pidana Bersyarat

Pidana percobaan atau lebih dikenal sebagai pidana bersyarat

(voorwaardelijke veroordeling)

6

, tetapi sesungguhnya bukan salah satu

dari jenis pidana karena tidak disebut dalam Pasal 10 KUHP. Karena

bukan jenis pidana melainkan suatu sistem penjatuhan pidana tertentu

(penjara, kurungan, denda) dimana ditetapkan dalam amar putusan bahwa

pidana yang dijatuhkan itu tidak perlu dijalankan dengan syarat-syarat

tertentu.

Pidana percobaan adalah suatu sistem/model penjatuhan pidana oleh

hakim yang pelaksanaannya digantungkan dengan syarat-syarat tertentu.

Artinya, pidana yang dijatuhkan oleh hakim itu ditetapkan tidak perlu

dijalankan pada terpidana selama syarat-syarat yang ditentukan tidak 

dilanggarnya, dan pidana dapat dijalankan apabila syarat-syarat yang

ditetapkan itu tidak ditaatinya atau dilanggarnya.

6Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni 1985, bandung. Hlm.217

Page 14: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

14

2.  Penjelasan Pidana Bersyarat didalam KUHP

Ketika WvS Hindia Belanda diberlakukan di Hindia Belanda, pidana

bersyarat ini belum terdapat didalamnya. Baru dengan melalui stb.1926

No.251 jo 486 sistem penjatuhan pidana dengan bersyarat ini dimasukkan

kedalam KUHP, pada Pasal 14a sampai dengan Pasal 14f.7 

Adapun Pasal 14a sampai dengan 14f KUHP berbunyi:

Pasal 14a

(1) Apabila hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama satu tahunatau pidana kurungan, tidak termasuk pidana kurungan pengganti

maka dalam putusannya hakim dapat memerintahkan pula bahwa

pidana tidak usah dijalani, kecuali jika di kemudian hari adaputusan hakim yang menentukan lain, disebabkan terpidana

melakukan suatu tindak pidana sebelum masa percobaan yang

ditentukan dalam perintah tersebut diatas habis, atau karena

terpidana selama masa percobaan tidak memenuhi syarat khususyang mungkin ditentukan dalam perintah itu.

(2) Hakim juga mempunyai kewenangan seperti diatas, kecuali dalam

perkara-perkara mengenai penghasilan dan persewaan Negaraapabila menjatuhkan pidana denda, tetapi harus ternyata

kepadanya bahwa pidana denda atau perampasan yang mungkin

diperintahkan pula akan sangat memberatkan terpidana. Dalammenerapkan ayat ini, kejahatan dan pelanggaran candu hanya

dianggap sebagai perkara mengenai penghasilan Negara, jika

terhadap kejahatan dan pelanggaran itu ditentukan bahwa dalam

hal dijatuhi pidana denda, tidak diterapkan ketentuanPasal30ayat2.

(3) Jika hakim tidak menentukan lain, maka perintah mengenai pidana

pokok juga mengenai pidana tambahan.

(4) 

Perintah tidak diberikan , kecuali hakim setelah menyelidikidengan cermat berkeyakinan bahwa dapat diadakan pengawasan

yang cukup untuk dipenuhinya syarat umum, bahwa terpidana

7Ibid, hlm 55

Page 15: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

15

tidak akan melakukan tindak pidana, dan syarat-syarat khusus jika

sekiranya ditetapkan.

(5) Perintah tersebut dalam ayat 1 harus disertai hal-hal atau keadaan-keadaan yang menjadi alasan perintah itu.

Pasal 14b

(1) Masa Percobaan bagi kejahatan dan pelanggaran dalam Pasal-Pasal

492, 504, 505, dan 536 paling lama tiga tahun dan bagi

pelanggaran lainnya paling lama dua tahun.(2) Masa percobaan dimulai pada saat putusan telah menjadi tetap dan

telah diberitahukan kepada terpidana menurut cara yang ditentukandalam undang-undang.(3) Masa percobaan tidak dihitung selama terpidana ditahan secara

sah.

Pasal 14c

(1) Dengan perintah yang dimaksud Pasal 14a, kecuali jika dijatuhkan

pidana denda, selain menetapkan syarat umum bahwa terpidanatidak akan melakukan tindak pidana, hakim dapat menetapkan

syarat khusus bahwa terpidana dalam waktu tertentu, yang lebih

pendek daripada masa percobaannya, harus mengganti segala atausebagian kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pidana tadi

(2) Apabila hakim menjatuhkan pidana penjara lebih dari tiga bulan

atau pidana kurungan atas salah satu pelanggaran berdasarkanPasal-Pasal 492, 504, 505, 506, dan 536, maka boleh ditetapkan

syarat-syarat khusus lainnya mengenai tingkah laku terpidana yang

harus dipenuhi selama masa percobaan atau selama sebagian dari

masa percobaan.(3) Syarat-syarat tersebut diatas tidak boleh mengurangi kemerdekaan

beragama atau kemerdekaan berpolitik terpidana.

Pasal 14d

(1) Yang diserahi mengawasi supaya syarat-syarat dipenuhi, ialahpejabat yang berwenang menyuruh menjalankan putusan, jika

kemudian ada perintah untuk menjalankan putusan.

(2) Jika ada alasan, hakim dalam perintahnya boleh mewajibkanlembaga yang berbentuk badan hukum dan berkedudukan di

Page 16: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

16

Indonesia, atau kepala pemimpin suatu rumah penampungan yang

berkedudukan disitu atau kepada pejabat tertentu, supaya memberi

pertolongan dan bantuan kepada terpidana dalam memenuhisyarat-syarat khusus.

(3) Aturan-aturan lebih lanjut mengenai pengawasan dan bantuan tadiserta mengenai penunjukkan lembaga dan pemimpin rumah

penampungan yang dapat diserahi member bantuan itu, diatur

dengan undang-undang.

Pasal 14e

Atas usul pejabat dalam Pasal 14d ayat 1, atau atas permintaan

terpidana, hakim yang memutuskan perkara dalam tingkat pertama,selama masa percobaan, dapat mengubah syarat-syarat khusus atau

lamanya waktu berlaku syarat-syarat khusus dalam masa percobaan.Hakim juga boleh memerintahkan orang lain daripada orang yangdiperintahkan semula, supaya member bantuan kepada terpidana dan

  juga boleh memperpanjang masa percobaan satu kali, paling banyak 

dengan separuh dari waktu yang paling lama dapat ditetapkan untuk masa percobaan.

Pasal 14f 

(1) Tanpa mengurangi ketentuan Pasal diatas, maka atas usul pejabat

tersebut dalam Pasal 14d ayat 1, hakim yang memutus perkara

dalam tingkat pertama dapat memerintahkan supaya pidananyadijalankan, atau memerintahkan supaya atas namanya diberi

peringatan pada terpidana, yaitu jika terpidana selama masa

percobaan melakukan tindak pidana dan karenanya adapemidanaan yang menjadi tetap, atau jika salah satu syarat lainnya

tidak dipenuhi, ataupun jika terpidana sebelum masa percobaan

habis dijatuhi pemidanaan yang menjadi tetap, karena melakukan

tindak pidana sebelum masa percobaan mulai berlaku. Ketikamember peringatan, hakim harus menentukan juga cara bagaimana

member peringatan itu.

(2) Setelah masa percobaan habis, perintah supaya pidana dijalankan

tidak dapat diberikan lagi, kecuali jika sebelum masa percobaanhabis, terpidana dituntut karena melakukan tindak pidana di dalam

masa percobaan dan penuntutan itu kemudian berakhir denganpemidanaan yang menjadi tetap. Dalam hal itu, dalam waktu dua

bulan setelah pemidanaan menjadi tetap, hakim masih boleh

memerintahkan supaya pidananya dijalankan, karena melakukantindak pidana tadi.

Page 17: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

17

Pidana bersyarat dalam KUHP kita sesungguhnya mengambil dan

meniru dua macam sistem pidana bersyarat yang satu sama lain sangat

berbeda, yaitu pertama, sistem Inggris-Amerika (di Inggris tumbuh sekitar

abad pertengahan dan di AS sejak tahun 1868); dan kedua, sistem Belgia dan

Prancis (tumbuh sekitar akhir abad ke-19).

Menurut sistem Inggris-Amerika, apabila dalam pemeriksaan

pengadilan terdakwa terbukti bersalah, ia tidak (perlu) divonis dengan suatu

pemidanaan, melainkan cukup hanya dinyatakan sebagai sebagai ia telah

terbukti bersalah saja, kemudian ditetapkan masa percobaan. Dalam masa

percobaan ini, dikenai syarat-syarat tertentu, antara lain ia tidak boleh

melakukan suatu kejahatan. Dalam arti, ia diberi kesempatan untuk 

memperbaiki kelakuannya tanpa ia harus divonis pidana, berarti juga tidak ada

pidana yang dijalaninya.

Akan tetapi, apabila dalam fase pertama ini, dalam arti dalam masa

percobaan ia melanggar syarat yang ditetapkan hakim, barulah ia dijatuhi

pidana yang selanjutnya pidana itu ditetapkan untuk dijalankan kepadanya.

Jadi, sebenarnya menurut sistem ini, yang digantung dengan syarat itu

adalah penjatuhan pidananya, dan bukan pelaksanaan pidananya seperti pada

sistem KUHP kita.

Maksud yang ingin dicapai dengan sistem ini adalah untuk 

memperbaiki si pelanggar hukum tanpa dengan menjatuhkan pidana atau

Page 18: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

18

tanpa menghukumnya. Selama dalam masa percobaan, dalam usaha

memperbaiki kelakuannya, terpidana dibimbing dan diawasi oleh pengawasan

reklasering. Sistem ini disebut dengan probation. 

Lain halnya dengan sistem Prancis-Belgia. Menurut sistem ini, apabila

di persidangan terdakwa terbukti bersalah, maka disamping dinyatakan

terdakwa telah terbukti bersalah atas kesalahannya itu hakim juga

menjatuhkan pidana, tetapi ditetapkan dalam vonis itu bahwa pidana itu baru

dapat dijalankan pada terpidana apabila yang bersangkutan melanggar syarat-

syarat yang ditetapkan. Syarat ini berupa ia tidak boleh melakukan kejahatan

lagi dalam masa tertentu atau disebut dengan masa percobaan.

Perbedaan lain adalah menurut sistem Inggris-Amerika, dalam masa

percobaan yang bersangkutan dalam usahanya memperbaiki kelakuannya, ia

dibimbing dan diawasi oleh pejabat reklasering. Oleh karena itu, disebut

dengan sistem probation.

Akan tetapi, menurut sistem Prancis-Belgia, dalam memperbaiki

kelakuaannya, yang bersangkutan tidak dilakukan bimbingan, diserahkan

kepada yang bersangkutan sendiri. Tujuan menurut sistem Inggris-Amerika

adalah dapat diperbaikinya orang yang bersalah dengan menghindarkannya

dari cap (stigma) seorang penjahat atau terpidana, yang dapat membawa ke

dalam suasana dan akibat buruk bagi yang bersangkutan, misalnya ia

Page 19: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

19

kehilangan mata pencaharian atau pekerjaan, dijauhi dan dikucilkan orang

dalam pergaulan masyarakat.

Sementara itu, tujuan yang ingin dicapai dengan sistem Prancis-Belgia

adalah dapat diperbaiki yang bersalah dengan dengan menghindarkannya dari

penderitaan harus menjalani pidana di rumah penjara karena pengaruh penjara

seringkali berakibat buruk bagi narapidana.

Dalam WvS Belanda, pidana bersyarat ini diadakan dalam tahun 1915.

Sistemnya merupakan campuran antara sistem Inggris-Amerika dengan sistem

Prancis-Belgia di atas, dan berdasarkan atas concordantie sistem Belanda ini

 juga diterapkan dalam hukum pidana (WvS) di Hindia Belanda.

Sebagai sistem campuran, sistem Belanda ini mengoper sebagian dari

masing-masing sistem. Menurut sistem Belanda, apabila dalam persidangan

terdakwa terbukti bersalah, atas kesalahannya itu hakim menjatuhkan pidana

tetapi dalam putusan hakim ditetapkan bahwa ia tidak perlu menjalani

pidananya apabila selama tertentu (disebut masa percobaan), ia tidak 

melanggar syarat-syarat yang ditentukan. Selama masa percobaan, dalam

usaha memperbaiki kelakuannya, terhadap terpidana dilakukan bimbingan dan

pengawas oleh pejabat reklasering.

Tampak bahwa dari sistem Inggris-Amerika yang dioper oleh sistem

Belanda ini, adalah ditetapkannya syarat-syarat tertentu yang harus ditaati

agar pidana yang dijatuhkan tidak perlu dijalani, dan dalam usaha

Page 20: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

20

memperbaiki dirinya, yang bersangkutan dibantu dan dibimbing oleh pejabat

reklasering. Sementara itu, dari sistem Prancis-Belgia yang dioper ke dalam

sistem Belanda adalah apabila dalam persidangan terbukti kesalahan

terdakwa, hakim menjatuhkan pidana kepadanya.

Walaupun sistem Belanda mengoper dari sistem Inggris-Amerika

tentang diadakanya lembaga pengawasan ( disebut lembaga reklasering, di

Inggris disebut lembaga   probation ), yang bertugas membimbing yang

bersalah dalam usahanya memperbaiki kelakuannya, namun tetap ada

perbedaan. Perbedaan itu adalah pengawasan/bimbingan menurut sistem

Belanda bersifat fakultatif, tidak harus. Akan tetapi, ,memurut sistem Inggris-

Amerika, pengawasan/bimbingan merupakan suatu keharusan, sifatnya

imperatif.

Walaupun di Belanda sendiri pidana bersyarat itu lebih dimasukkan

dalam WvS (Hindia Belanda) dalam tahun 1927, ada jarak waktu dua belas

tahun.

Tidak segera direalisasikannya ketentuan mengenai pidana bersyarat

itu kedalam WvS Hindia Belanda dikarenakan pada saat itu (1915)di Hindia

Belanda belum ada lembaga reklasering. Baru pada tahun 1927l lembaga ini

ada walaupu belum sempurna. Kemudian, setelah pidana bersyarat

dimasukkan dalam WvS (KUHP) Hindia Belanda, barulah lembaga

reklasering itu berkembang dengan baik. Hal ini berkat usaha dari seorang

Page 21: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

21

Belanda yakni Prof.Schepper selaku ketua dari “College voor de

 Reklasering”. Sementara itu, di Belanda pada saat itu lembaga reklasering

telah berkembang dengan sangat baik.

Berlatar belakang bahwa pada saat itu (1927) lembaga reklasering di

Hindia Belanda belum sempurna, maka untuk menetapkan pidana bersyarat di

sini lebih diperketat jika dibandingkan dengan di Belanda, hal ini terlihat dari

beberapa ketentuan yang ada dalam WvS Hindia Belanda yakni sebagai

berikut.

1.  Pasal 14a (4) menyebutkan bahwa “perintah tidak diberikan,

kecuali hakim setelah menyelidiki dengan cermat berkeyakinan

bahwa dapat diadakan pengawasan yang cukup…” dari kalimat ini

ternyata UU meminta (mengingat) hakim agar harus hati-hati dan

teliti sebelum menetapkan pidana bersyarat dalam putusan pidana

yang akan dijatuhkan.

2.  Pasal 14a (5) juga memerintahkan pada hakim agar dalam putusan

dengan menetapkan pidana bersyarat harus disertai dengan alasan

atau keadaan-keadaan mengapa pidana bersyarat itu ditetapkan.

Dalam hal-hal manakah hakim dapat menjatuhkan pidana dengan

bersyarat? Dalam Pasal 14a ditentukan bahwa hakim dapat menetapkan

pidana dengan bersyarat dalam putusan pemidanaan, apabila:

1.  Hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama satu tahun

Page 22: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

22

2.  Hakim menjatuhkan pidana kurungan (bukan kurungan pengganti

denda maupun kurungan pengganti perampasan barang)

3.  Hakim menjatuhkan pidana denda, dengan ketentuan ialah: (a)

apabila benar-benar ternyata pembayaran denda atau perampasan

barang yang ditetapkan dalam keputusan itu menimbulkan

keberatan yang sangat bagi terpidana, dan (b) apabila pelaku

tindak pidana yang dijatuhi denda bersyarat itu bukan berupa

pelanggaran yang berhubungan dengan pendapatan Negara.

Tentang latar belakang ketentuan mengenai batas paling lama satu

tahun bagi penjatuhan pidana yang dapat ditetapkan dengan bersyarat adalah

bahwa untuk perkara-perkara yang lebih berat yang untuk penyelesaiannya

dengan pertimbangan hakim harus menjatuhkan pidana yang lebih berat dari

satu tahun, dilihat dari sudut penjatuhan pidana sebagai pembalasan, tidak ada

tempat bagi pidana bersyarat. Artinya pidana bersyarat itu hanya ditetapkan

untuk pemidanaan bagi perkara-perkara yang lebih ringan, yang

dipertimbangkan oleh hakim sebagai sudah cukup adil (dari sudut

pembalasan) jika dijatuhi pidana yang lebih ringan dengan pidana penjara

yang lebih dari satu tahun. Dengan begitu tampaknya, rasio ketentuan batas

maksimum satu tahun ini berlatar belakang bahwa dalam pidana bersyarat

sudah tidak terdapat lagi rasa pembalasan, tetapi lebih menonjolkan maksud

Page 23: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

23

perbaikan. Rasa pembalasan itu perlu ada pada tindak pidana yang lebih berat

yang dipandang adil dengan menjatuhkan pidana penjara diatas satu tahun.

Sementara itu, ketentuan yang melarang menjatuhkan pidana bersyarat

atas pidana kurungan pengganti (denda atau perampasan barang), karena

pidana kurungan pengganti bukan jenis pidana yang berdiri sendiri. Dengan

kata lain, penetapan bersyarat itu hanya dapat dikenakan terhadap pidana

pokoknya (primer), dan tidak terhadap pidana penggantinya (subsider).

Dilihat dari namanya, yaitu pidana bersyarat, ada syarat-syarat yang

ditetapkan dalam putusan hakim, yang harus ditaati oleh terpidana untuk 

dapatnya ia dibebaskan dari pelaksanaan pidananya itu. Syarat-syarat itu

dibedakan antara lain: (1) Syarat Umum, dan (2), Syarat Khusus.

Syarat umum bersifat imperative, artinya bila hakim menjatuhkan

pidana dengan bersyarat, dalam putusannya itu harus ditetapkan syarat umum,

sedangkan syarat khusus bersifat fakultatif (tidak menjadi keharusan untuk 

ditetapkan).

Dalam syarat umum, harus ditetapkan oleh hakim bahwa dalam

tenggang waktu tertentu (masa percobaan) terpidana tidak boleh melakukan

tindak pidana (14c ayat 1). Dalam syarat umum ini tampak benar sifat

mendidik dalam putusan pidana dengan bersyarat, dan tidak tampak lagi rasa

pembalasan sebagaimana dianut oleh teori pembalasan.

Page 24: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

24

Sementara itu, dalam syarat khusus, hakim boleh menentukan hal-hal

berikut ini:

1.  Penggantian kerugian akibat yang ditimbulkan oleh dilakukannya

tindak pidana baik seluruhnya maupun sebagian, yang harus

dibayarnya dalam tenggang waktu yang ditetapkan oleh hakim

yang lebih pendek dari masa percobaan (14 ayat 1)

2.  Dalam hal hakim menjatuhkan pidana penjara lebih dari tiga bulan

atau pidana kurungan atas pelanggaran ketentuan Pasal 492

(mabuk ditempat umum), 504 (pengemisan), 505 (pergelandangan)

506 (mucikari), 536 (mabuk dijalan umum) hakim dapat

menetapkan syarat-syarat khusus yang berhubungan dengan

kelakuan terpidana (14a ayat 2), syarat-syarat khusus tersebut tidak 

diperkenankan sepanjang melanggar atau mengurangi hak-hak 

terpidana dalam hal berpolitik (kenegaraan) dan menjalankan

agamanya (14a ayat 5).

Sementara itu mengenai lamanya masa percobaan itu, ditentukan (14b)

sebagai berikut:

1.  Bagi kejahatan dan pelanggaran Pasal: 492, 504, 505, 506 dan 536

paling lama tiga tahun

2.  Bagi jenis pelanggaran lainnya adalah paling lama dua tahun.

Page 25: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

25

Masa percobaan itu mulai berlaku sejak putusan menjadi tetap dan

telah diberitahukan kepadanya menurut tata cara yang diatur dalam UU. Jika

pernah dilakukan penahanan sementara, masa penahanan sementara itu tidak 

boleh diperhitungan (14b ayat 2 dan 3).

Syarat khusus mengganti kerugian, tidak boleh ditetapkan/dilekatkan

apabila hakim menjatuhkan pidana denda dengan bersyarat didasarkan pada

pertimbangan hakim bahwa terpidana benar-benar sangat berat (tidak mampu)

membayar denda. Sudah barang tentu terpidana dalam keadaan ekonomi yang

demikian, ia lebih tidak mampu lagi jika dibebani syarat khusus untuk 

mengganti kerugian.

Pelanggaran terhadap, baik syarat umum maupun syarat khusus, tidak 

dengan sendirinya/tidak secara otomatis pidana yang dijatuhkan benar-benar

dilaksanakan. Untuk melaksanakan pidana setelah terbukti dilanggarnya

syarat yang ditetapkan, jaksa penuntut umum tidak harus mengajukan

permintaan pada hakim untuk melaksanakan pidananya. Begitu juga hakim

tidak wajib mengabulkan permintaan jaksa penuntut umum untuk 

melaksanakan pidana yang telah diputusnya. Hakim bisa saja menjawab

permintaan jaksa dengan surat peringatan saja kepada terpidana agar

mematuhi syarat-syarat yang ternyata telah dilanggarnya itu.

Hakim dapat memerintahkan jaksa untuk melaksanakan putusan

pemidanaan dalam hal:

Page 26: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

26

1.  Jika dalam masa percobaan terpidana telah terbukti melakukan

tindak pidana (melanggar syarat umum);

2.  Jika dalam masa percobaan telah terbukti melanggar syarat khusus

3.  Jika sebelum lewatnya masa percobaan, terbukti terpidana telah

dipidana dengan putusan yang menjadi tetap karena tindak pidana

yang lain yang dilakukannya sebelum masa percobaan berjalan;

4.  Setelah lewat masa percobaan, jika terpidana telah melakukan

tindak pidana dalam masa percobaan itu, asal saja penuntutan

terhadap tindak pidana yang kemudian itu berakhir dengan suatu

putusan pemidanaan yang mempunyai kekuatan hukum tetap (14f 

ayat 2)

Pejabat yang member perintah agar pidana dijalankan adalah hakim

yang telah menjatuhkan pidana pada tingkat pertama (hakim pada pengadilan

tinggi yang bersangkutan) karena, walaupun kemudian perkara itu naik 

banding atau naik kasasi, pelaksanaan putusan pidana dengan bersyarat itu

tetap pada hakim pengadilan tingkat pertama.8 

Dalam praktek hukuman semacam ini kiranya jarang sekali sampai

dijalankan oleh karena si terhukum akan berusaha benar-benar dalam

masa percobaan tidak melakukan suatu tindak pidana, dan syarat

khusus biasanya dipenuhi.

9

 

8Op.cit., hlm 54-62

9Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika Aditama, Bandung,

2008

Page 27: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

27

B.  Perkembangan Teoritis Tentang Tindak Pidana

1. 

Teori Absolut (vergeldings theorien) 

Menurut teori ini, pidana dijatuhkan semata-mata karena seseorang telah

melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana (quaia peccatum est).pidana

merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada

orang yang melakukan kejahatan. Jadi, dasar pembenaran dari pidana terletak 

pada adanya atau terjadinya kejahtan itu sendiri.

Menurut Johanes Andreas tujuan utama (primair) dari pidana menurut teori

absolut adalah “untuk memuaskan tuntutan keadilan”.tuntutan keadilan yang

sifatnya absolut ini terlihat dengan jelas dalam pendapat Immanuel Kant

didalam bukunya Philosophy of Law sebagai berikut ;

“… Pidana tidak pernah dilaksanakan semata-mata sebagai sarana untuk 

mempromosikan tujuan/kebaikan lain, baik bagi si pelaku itu sendiri maupun

bagi masyarakat, tetapi dalam semua hal harus dikenakan hanya karena orang

yang bersangkutan telah melakukan suatu kejahatan. Walaupun seluruh

anggota masyarakat sepakat untuk menghancurkan dirinya sendiri

(membubarkan masyarakatnya), pembunuh terakhir yang masih berada

didalam penjara harus dipidana mati sebelum resolusi/keputusan pembubaran

masyarakat itu dilaksanakan. Hal ini dilakukan karena setiap orang seharusnya

menerima ganjaran dari perbuatannya, dan perasaan balas dendam yang tidak 

dibolehkan tetap ada pada anggota masyarakat, sebab apabila tidak demikian

Page 28: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

28

mereka dapat dipandang sebagai orang yang ikut ambil bagian dalam

pembunuhan yang merupakan pelanggaran terhadap keadilan umum.”

Jadi pidana bukan merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan

melainkan mencerminkan keadilan (uitdrukking van de gerechtigheid ). Salah

seorang tokoh penganut teori absolut yang terkenal yaitu Hegel berpendapat

bahwa pidana merupakan suatu keharusan logis sebagai konsekuensi dari

adanya kejahatan.

Teori Hegel yang dikenal dengan quasi-mathematic, yaitu;

1)  Wrong being (crime) is the negation of right and 

2)  Punishment is the negation of the negation.

Menurut Nigel Walker teori retributif dibagi dalam beberapa golongan,

yaitu;

a.  Teori retributif murni (the pure retributivist ),yaitu bahwa pidana harus

cocok atau sepadan dengan kesalahan si pembuat.

b.  Teori tidak murni, teori ini dibagi pula ke dalam :

1)  Teori retributif terbatas (the limiting retributivist ), yaitu pidana

tidak harus cocok/sepadan dengan kesalahan; hanya saja tidak 

boleh melebihi batas yang cocok/sepadan dengan kesalahan

terdakwa;

Page 29: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

29

2)  Teori retributif yang distributif (retribution in distribution), yaitu

pidana janganlah dikenakan pada orang yang tidak bersalah,

tetapi juga pidana tidak harus cocok/sepadan dan dibatasi oleh

kesalahan.

Menurut John Kaplan, teori retribution dibedakan menjadi dua teori,

yaitu;

1.  Teori pembalasan (the revenge theory), yaitu pembalasan

mengandung arti bahwa utang si penjahat “telah dibayar

kembali”(the criminal is paid back );

2.  Teori penebusan dosa (the expiration theory), yaitu penebusan

mengandung arti bahwa si penjahat “telah membayar kembali

utangnya” (the criminal pays back ).

2.  Teori Relatif atau Teori Tujuan (doel theorien) 

Menurut teori ini memidanakan bukanlah untuk memuaskan tuntutan absolut

dari keadilan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai, tetapi hanya

sebagai saran untuk melindungi kepentingan masyarakat. Oleh karena itu,

J.Andeanaes berpendapat teori ini dapat disebut teori perlidungan masyarakat

(the theory of sosial defence).

Menurut Negel Walker teori ini lebih tepat disebut teori atua aliran

reduktif (the “reductive”point of view) karena dasar pembenaran pidana

Page 30: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

30

menurut teori ini adalah mengurangi frekuensi kejahatan. Pidana bukanlah

sekadar untuk melakukan pembalasan atau pengimbalan kepada orang yang

telah melakukan suatu tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan tertentu yang

bermanfaat. Oleh karena itu,teori ini disebut teori tujuan (utilitarian theory).

Dasar pembenaran adanya pidana menurut teori ini adalah terletak pada

tujuannya. Pidana dijatuhkan bukan quia peccatum est (karena yang membuat

kejahatan) melainkan ne peccetur  (supaya orang jangan melakukan

kejahatan).

Menurut Karl O. Christiansen, ada perbedaan pokok atau perbedaan

karakteristik antara teori retributif dan teori utilitarian, yaitu;

1)  Teori retribution :

a.  Tujuan pidana adalah semata-mata untuk pembalasan

b.  Pembalasan adalah tujuan utama dan didalamnya tidak 

mengandung sarana-sarana untuk tujuan lain misalnya untuk 

kesejahteraan masyarakat;

c.  Kesalahan merupakan satu-satunya syarat untuk adanya

pidana;

d.  Pidana harus disesuaikan dengan kesalahan si pelanggar;

e.  Pidana melihat kebelakang; ia merupakan pencelaan yang

murni dan tujuannya tidak untuk memperbaiki, mendidik, atau

memasyarakatkan kembali si pelanggar.

Page 31: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

31

2)  Teori utilitarian

a.  Tujuan pidana adalah pencegahan (prevention)

b.  Pencegahan bukan tujuan akhir, tetapi hanya sebagai sarana

untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu kesejahteraan

masyarakat;

c.  Hanya pelanggaran hukum yang dapat dipersalahkan kepada si

pelaku saja (misal karena sengaja atau culpa) yang memenuhi

syarat untuk adanya pidana;

d.  Pidana harus ditetapkan berdasar tujuannya sebagai alat untuk 

pencegahan kejahatan;

e.  Pidana melihat ke muka (bersifat prospektif); pidana dapat

mengandung unsur pencelaan maupun unsur pembalasan tidak 

dapat diterima apabila tidak membantu pencegahan kejahatan

untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat.

3.  Teori Gabungan ( vereniging theorie) 

Teori ini dianjurkan pertama kali oleh Pelligro Rossi (1787-1884). Teori

ini menjabarkan bahwa tetap menganggap pembalasan sebagai asas dari

pidana dan beratnya pidana tidak boleh melampaui suatu pembalasan yang

adil. Namun, teori ini berpendirian bahwa pidana mempunyai pelbagai

Page 32: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

32

pengaruh antara lain perbaikan suatu yang rusak dalam masyarakat dan

 prevensi general.

10

 

C.  Tinjauan Umum Tindak Pidana Korupsi

1.  Pengertian Tindak Pidana

Istilah Tindak Pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum

pidana Belanda yaitu Strafbaar feit . Baik dalam perundang-undangan yang

ada maupun dalam berbagai literatur hukum sebagai terjemahan dari istilah

Strafbaar   feit adalah sebagai berikut:11

 

a.  Tindak Pidana, dapat dikatakan berupa istilah resmi dalam perundang-

undangan Indonesia.

b.  Peristiwa Pidana, digunakan oleh beberapa ahli hukum seperti, Mr.

R.Tresna, Prof. A. Zainal Abidin, S.H dan Pembentuk Undang-

Undang Dasar Sementara tahun 1950.

c.  Delik, digunakan oleh Prof. Drs. E. Utrecht, dan S.H, Prof. Moeljatno.

d.  Pelanggaran Pidana, dapat dijumpai dalam buku Pokok-pokok Hukum

Pidana yang ditulis oleh Mr. M.H. Tirtaamidjaja.

10Evi Hartanti.,Op.Cit. hlm.,59-62

11Op.cit., hlm 67-68

Page 33: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

33

e.  Perbuatan yang dapat dihukum, digunakan oleh Pembentuk Undang-

Undang dalam Undang-Undang No. 12/Drt/1951 tentang Senjata Api

dan Bahan Peledak 

f.  Perbuatan Pidana, digunakan oleh Prof. Moeljatno dalam berbagai

tulisan beliau, seperti dalam bukunya Asas-Asas Hukum Pidana. 

Strafbaar   feit terdiri dari tiga kata, yakni straf yang diterjemahkan dengan

pidana dan hukum, baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh, dan  feit  

diterjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan.12

 

Apabiladi hubungkan dengan dengan berbagai peraturan perundang-undangan

Negara Republik Indonesia terlihat tidak ada pola yang sama didalam

mendefinisikan tindak pidana. Kecenderungan pada tahap kebijakan legislatif 

untuk menggunakan kata pidana.13 

Beberapa Pengertian Strafbaar   feit menurut para ahli, yaitu:

14

 

1.  Simons.

Dalam Rumusannya Strafbaar   feit itu adalah:

“Tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja

ataupun tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undangtelah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum”.

12

Ibid.,hlm.,69.

13H.M.Rasyid Ariman, M.Fahmi Raghib, S.Pettanase, Bahan Kuliah Hukum Pidana Dalam

Kodifikasi (Kejahatan Tertentu Dalam KUHP), Fakultas Hukum, Universitas Sriwijaya, hlm.3

14Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi edisi kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm.5-7

Page 34: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

34

Alasan dari Simons mengapa Strafbaar   feit harus dirumuskan seperti

diatas karena:

a.  Untuk adanya suatu Strafbaar    feit  diisyaratkan bahwa disitu

terdapat suatu tindakan yang dilarang ataupun yang diwajibkan

dengan undang-undang dimana pelanggaran terhadap larangan

atau kewajiban itu telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat

dihukum.

b.  Agar suatu tindakan itu dapat dihukum, maka tindakan itu harus

memenuhi semua unsur delik seperti yang dirumuskan dengan

undang-undang.

c.  Setiap Strafbaar   feit  sebagai pelanggaran tehadap suatu larangan

atau kewajiban menurut undang-undang itu, pada hakikatnya

merupakan tindakan melawan hukum atau suatu onrechtmatige

handeling. 

2.  E. Utrecht

Menerjemahkan Strafbaar   feit  dengan istilah peristiwa pidana yang

sering juga ia disebut delik, karena peristiwa itu suatu perbuatanhandelen atau doen positif atau suatu melalaikan nalaten-negatif,

maupun akibatnya (keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan ayau

melalaikan itu). Peristiwa pidana merupakan suatu peristiwa hukum

(rechts feit ), yaitu peristiwa kemasyarakatan yang membawa akibatyang diatur oleh hukum.

3.  Pompe

Strafbaar   feit secara teoritis dapat dirumuskan sebagai suatu:

”pelanggaran norma atau gangguan terhadap tertib hukum yangdengan sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku,

Page 35: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

35

dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku itu adalah penting demi

terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan hukum”.

4.  Prof. Moeljatno

“perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yangmana disertai sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang

melanggar aturan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan

pidana adalah perbuatan yang dilarang hukum dan diancam pidanaasal saja dalam hal itu diingat bahwa larangan ditujukan pada

perbuatan (yaitu kejadian atau keadaan yang ditimbulkan oleh

kelakuan orang, sedang ancaman pidananya ditujukan pada orang yang

menimbulkan kejahatan)”.

Beliau mengemukakan bahwa menurut ujudnya atau sifatnya,perbuatan-perbuatan pidana ini adalah perbuatan-perbuatan yangmelawan hukum. Perbuatan-perbuatan ini juga merugikan masyarakat,

dalam arti bertentangan dengan atau menghambat akan terlaksananya

tata dalam pergaulan masyarakat dianggap baik dan adil.

R. Tresna mengartikan Strafbaar    feit  sebagai peristiwa pidana”Suatu

perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan

undang-undang atau suatu peraturan lainnya, terhadap perbuatan mana

diadakan tindakan penghukuman.15 

Vos merumuskan bahwa Strafbaar   feit  adalah suatu kelakuan manusia

yang diancam pidana oleh peraturan perundang-undangan.16 

J.E. Jonkers, yang merumuskan peristiwa pidana ialah”Perbuatan yang

melawan hukum (wederrechttelijk) yang berhubungan dengan kesengajaan

15R.Tresna, Asas-asas Hukum Pidana, P.T Tiara Ltd, Jakarta, 1959.,hlm 27.

16Op.cit., Adami Chazawi. Hlm.72.

Page 36: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

36

atau kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggung

 jawabkan”.

17

 

Didalam menjatuhkan sesuatu hukuman itu tidaklah cukup apabila hanya

terdapat suatu Strafbaar   feit  saja melainkan harus juga ada suatu Strafbaar  

 person yaitu, seseorang yang dapat dihukum, dimana orang tersebut tidak 

dapat dihukum apabila Strafbaar   feit yang telah ia lakukan itu tidak bersifat

”wederechtelijk” (bersifat melanggar hukum) dan telah ia lakukan baik 

dengan sengaja maupun tidak sengaja.18

 

Pada umumnya, setiap tindak pidana yang terdapat dalam kitab Undang-

Undang Hukum Pidana itu dapat dijabarkan menjadi dua unsur, yakni unsur

subjektif dan unsur objektif.19

Yang dimaksud dengan unsur-unsur subjektif 

adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan

dengan diri pelaku, dan termasuk didalamnya yaitu segala sesuatu yang

terkandung di dalam hatinya. Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan-

keadaan, yaitu didalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si

pelaku itu harus dilakukan.

17Ibid., hlm.75.

18M. Sudrajat Basar, Tindak-tindak Pidana Tertentu didalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana, Remaja Karya CV, Bandung, 1984.,Hlm.219

P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, P.T. Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1997., hlm.193

Page 37: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

37

Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana adalah:

a.  Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa)

b.  Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging, seperti

yang dimaksud di dalam Pasal 3 ayat 1 KUHP

c.  Mempunyai macam-macam maksud seperti yang terdapat misal dalam

kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan

lain-lain.

d.  Merencanakan terlebih dahulu, misalnya yang terdapat di dalam

rumusan tindak pidana pembunuhan Pasal 340 KUHP.

e.  Perasaan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat didalam

rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.

Sedangkan unsur-unsur objektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah:

a.  Bersifat melanggar hukum atau wederechtelikheid  

b.  Kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan sebagai seorang pegawai

negeri” didalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415 KUHP

c.  Adanya kausalitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai

penyebab dengan suatu kenyataan sebagai akibat.

Didalam KUH Pidana (WvS) Indonesia, tindak pidana dapat dibagi

menjadi dua kelompok yaitu sebagai berikut:

1.  Kejahatan

Termuat dalam buku II dari Pasal 104 sampai dengan Pasal Pasal 488

Page 38: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

38

2.  Pelanggaran

Termuat dalam buku III, dimulai dari Pasal 489 sampai dengan Pasal

569 yang terdiri dari 9 jenis pelanggaran.

adanya pengklasifikasian tindak pidana yang termasuk atau digolongkan

sebagai kejahatan baik terdapat dalam KUH Pidana Buku II maupun Undang-

Undang diluar KUH Pidana, maka pada dasarnya tindak pidana merupakan

  jenis kriminalitas yang tergolong berat dan sangat membahayakan

kepentingan individu, masyarakat maupun negara dan ketiga hal ini yang

hendak dilindungi oleh hukum pidana apabila dibandingkan dengan jenis-jenis

pelanggaran baik yang terdapat dalam KUHP maupun diluar KUHP.20 

2.  Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Istilah korupsi sudah dikenal dan ada dalam khasanah hukum Indonesia

sejak adanya Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM-08/1958 tentang

Penyelidikan Harta Benda. Istilah ini dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat (a) yang

menyatakan bahwa selain wewenang mengadakan penyelidikan terhadap harta

benda seseorang yang diasangka melakukan korupsi menurut Peraturan

Penguasa Militer Nomor Prt/PM/06/1957 tanggal 9 April 1957 Penguasa

Militer berwenang pula mengadakan penyelidikan terhadap harta benda setiap

20H.M.Rasyid Ariman, M.Fahmi Raghib, S.Pettanase, op.cit.,hlm.10

Page 39: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

39

orang atau badan di dalam daerah yang kekayaannya diperoleh secara

mendadak dan mencurigakan.

21

 

Dewasa ini, jika membicarakan masalah korupsi maka seringkali yang ada

dalam benak kita khususnya masyarakat awam hanyalah mengenai persoalan

perbuatan penyelewengan keuangan atau penyuapan. Pendekatan yang dapat

dilakukan terhadap masalah korupsi bermacam ragamnya, dan artinya tetap

sesuai walaupun mendekati masalah itu dari berbagai aspek.22 

Dalam ensiklopedia Indonesia disebut “korupsi” (dari bahasa Latin:

corruption = penyuapan; corruptore = merusak) gejala dimana para pejabat,

badan-badan Negara menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya

penyuapan, pemalsuan serta ketidakberesan lainnya. Adapun arti harfiah dari

korupsi dapat berupa :

1.  Kejahatan kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan

ketidakjujuran.

2.  Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan sogok dan

sebagainya.

21Rohim, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Pena Multi Media, Jakarta, 2008.

22Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan

Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.,hlm.6.

Page 40: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

40

Dalam Black’s Law Dictionary, Korupsi merupakan suatu perbuatan yang

dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak 

resmi dengan memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak 

dari pihak lain secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk 

mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain.23 

Arti secara harfiah korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,

ketidakjujuran, dapat disuap, penyimpangan dari kesucian, kata-kata yang

bernuansa menghina atau memfitnah, penyuapan, niet ambtelijk corruptie;

dalam bahasa Indonesia kata korupsi adalah perbuatan buruk, seperti

penggelapan uang penerimaan uang sogok dan sebagainya.24

 

Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud

corruptive adalah korupsi; perbuatan curang; tindak pidana yang merugikan

keuangan Negara.25

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi sebagai penyelewengan

atau penggelapan (uang negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi

atau orang lain, penerimaan uang sogokan atau lainnya.26 

23Rohim, op.cit. hlm. 2

24Martiman Prodjohamidjojo, Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi,

Mandar Maju, Bandung, 2009.25

Evi Hartanti, Op.Cit.,hlm 9.

Page 41: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

41

Andi Hamzah yang mengutip dari The Lexicon Webster Dictionary

mengartikan: korupsi berarti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran,

dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau

ucapan yang menghina atau memfitnah.27 

Menurut Syed Hussein Alatas korupsi ini dalam prakteknya meliputi

cirri-ciri sebagai berikut:28 

1.  Korupsi selalu melibatkan lebih dari satu orang

2.  Korupsi pada umumnya dilakukan penuh kerahasiaan

3.  Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik 

4.  Korupsi dengan berbagai macam akal berlindung dibalik pembenaran

hukum

5.  Mereka yang terlibat korupsi adalah yang menginginkan keputusan

yang tegas dan mereka mempengaruhi keputusan.

6.  Tindakan korupsi mengandung penipuan baik pada badan public atau

masyarakat umum.

7.  Setiap bentuk korupsi adalah suatu penghianatan kepercayaan.

26Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta, hlm. 527.27

Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia, Masalah dan Pemecahannya, Gramedia, Jakarta,

1986.,hlm.928

Martiman Prodjohamidjojo, Op.Cit., hlm 11

Page 42: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

42

8.  Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari

mereka yang melakukan itu

9.  Suatu perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan

pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat.

Didalam Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, terdapat tiga istilah

hukum yang perlu diperjelas, yaitu istilah tindak pidana korupsi, keuangan

negara, dan perekonomian negara.

Yang dimaksud dengan Tindak Pidana Korupsi adalah:

1.  Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

2.  Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau

orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang ada padanya atau perekonomian

negara.29

 

Sedangkan pengertian keuangan negara dalam undang-undang ini adalah

seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun baik yang dipisahkan maupun

yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala kekayaan dan segala hak 

dan kewajiban yang timbul karenanya:

29Pasal 2 dan 3 UU No.31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Page 43: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

43

a.  Berada dalam penguasaan, pengurusan, pertanggungjawaban pejabat

lembaga negara, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah.

b.  Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban

Badan Usaha Milik Negara/Badan usaha Milik Daerah, Yayasan,

Badan Hukum, dan Perusahaan yang menyertakan Modal Negara, atau

perusahaan yang menyertakan pihak ketiga berdasarkan perjanjian

dengan negara.

Dengan memperhatikan rumusan diatas, maka berdasarkan Undang-

Undang Tindak Pidana Korupsi yang dapat dijadikan subjek tindak pidana

korupsi tidak hanya manusia tetapi juga Badan Hukum. Hal ini dapat kita lihat

dalam Pasal 1 ayat (3) yang dimaksud dengan setiap orang adalah

perseorangan atau termasuk korporasi sedangkan yang dimaksud dengan

korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisir, baik 

merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

Didalam kepustakaan ilmu hukum, yang dimaksud dengan badan hukum

adalah subjek hukum yang bukan merupakan manusia, tetapi merupakan

segala sesuatu yang berdasarkan tuntutan kebutuhan masyarakat oleh hukum

diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban.30

 

30R. Wiyono, Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Sinar

Grafika, Jakarta, 2006

Page 44: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

44

Badan hukum dianggap sebagai subjek Tindak Pidana terutama dalam hal-

hal yang menyangkut:

1.  Sumber keuangan negara (pajak, bea ekspor dam impor barang dan

sebagainya)

2.  Pengaturan perekonomian berupa pengendalian harga, penggunaan

cek, pengaturan perusahaan dan sebagainya.

3.  Pengaturan keamanan (subversi, keadaan bahaya dan sebagainya)31 

Dengan rumusan tersebut, pengertian melawan hukum dalam tindak 

pidana korupsi dapat pula mencakup perbuatan-perbuatan tercela yang

menurut perasaan keadilan masyarakat harus dituntut dan dipidana.

Dalam ilmu hukum dikenal dua macam sifat melawan hukum, yaitu:

1.  Melawan hukum Materiil (Materiele Wederrechtelijkheid), merupakan

pengertian melawan hukum yang luas, yaitu; melawan hukum sebagai

unsur yang tidak hanya melawan hukum yang tertulis saja, tetapi juga

hukum yang tidak tertulis (dasar-dasar hukum pada umumnya)

2.  Melawan hukum Formal (Foermele Wederrechtelijkheid), merupakan

unsur dari hukum positif yang tertulis saja sehingga ia baru merupakan

unsur daripada tindak pidana, apabila ditegaskan disebutkan dalam

rumusan tindak pidana.

31S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia dan Penerapannya, alumni Ahaen

Patehan, Jakarta, 1982.,Hlm.219

Page 45: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

45

Perbuatan melawan hukum disini mencakup perbuatan melawan hukum

dalam arti formil maupun materiil yakni meskipun perbuatan tersebut tidak 

diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan

tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau

norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut

dapat dipidana sesuai dengan Pasal 2 ayat 1. Dalam ketentuan ini, kata

“dapat” sebelum frasa “merugikan keuangan atau perekonomian negara”

menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan delik formil, yaitu

adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur

perbuatan yang sudah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat.32 

3.  Bentuk-bentuk Tindak Pidana Korupsi

Persoalan korupsi yang sekarang telah menjadi gurita dalam system

pemerintahan di Indonesia merupakan gambaran dari bobroknya tata

pemerintahan di negara ini. Fenomena ini telah menghasilkan kemiskinan,

rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan serta buruknya pelayanan publik.

Akibat dari korupsi penderitaan selalu dialami oleh masyarakat, terutama yang

berada dibawah garis kemiskinan.

32Penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU No.31 Tahun 1999

Page 46: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

46

Beberapa bentuk korupsi secara umum:33

 

1.  Pemberian Suap/sogok 

Manusia cenderung berambisi hidup dengan kemewahan, kehormatan

dan jenuh dengan kemiskinan dan penderitaan. Sehingga manusia yang

tergolong kedalam tipe tersebut melakukan apapun yang dapat ia lakukan

tanpa mempertimbangkan prinsif-prinsif moralitas, etika ataupun

kebenaran umum. Berbagai cara yang haram pun mulai muncul dalam

pikiran mereka dan salah satu diantaranya adalah dengan memberikan

suap.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II, tahun 1991, tidak 

dapat ditemukan definisi kata ini, tetapi kita dapat menemukan

sinonimnya yaitu sogok yang didefinisikan adalah dana yang sangat besar

yang digunakan untuk menyogok para petugas.

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah

dengan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau

penyelenggara negara dianggap pemberian suap apabila berhubungan

dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,

antara lain diatur dalam Pasal 5, 6, 11 dan 12.

33Rohim, Ibid., hlm 20

Page 47: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

47

2.  Pemalsuan

Pemalsuan merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan

maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya

yang secara langsung merugikan pihak lain.

Kegiatan yang dianggap signifikan dalam intensitas kemunculan

pemnipuan adalah meninggikan anggaran dalam pengajuan kegiatan serta

menggunakan barang milik negara untuk kepentingan pribadi.

3.  Pemerasan

Pemerasan merupakan perbuatan memaksa seseorang untuk membayar

atau memberikan sejumlah uang atau barang atau bentuk lain sebagai

ganti dari seorang pejabat publik untuk berbuat atau tidak berbuat

sesuatu. Perbuatan tersebut dapat diikuti dengan ancaman fisik ataupun

kekerasan.

4.  Penyalahgunaan Jabatan atau Wewenang

Merupakan perbuatan mempergunakan kewenangan yang dimiliki,

untuk melakukan tindakan yang memihak atau pilih kasih kepada

kelompok atau perseorangan, sementara bersikap diskriminatif terhadap

kelompok atau perseorangan lainnya. Pasal 3 UU No.31 tahun1999 jo UU

Page 48: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

48

No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana korupsi

menentukan penyalahgunaan jabatan atau wewenang adalah setiap orang

yang dengan sengaja menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana

yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara.

5.  Nepotisme

Nepotisme dipakai sebagai istilah untuk menggambarkan perbuatan

mengutamakan sanak keluarga, kawan dekat serta anggota partai politik 

yang sepaham, tanpa memeperhatikan persyaratan yang ditentukan.

Page 49: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

49

BAB III

PIDANA DENGAN BERSYARAT TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

KORUPSI DI INDONESIA

A.  Mengapa pidana dengan bersyarat dapat diterapkan terhadap tindak pidana

korupsi yang merupakan extra ordinary crime. 

Pada dasarnya, penerapan pidana dengan bersyarat tidak diatur didalam

Undang-Undang No. 30 tahun 1999 diubah dengan Undang-undang No. 20 tahun

2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Sanksi pidana yang diatur dalam UU Tindak 

Pidana Korupsi yaitu:34 

1.  Pidana Mati

Didalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 hanya terdapat tindak 

pidana yang diancam mati yaitu Pasal 2 ayat (2). Pidana Mati disini

“dapat diancam apabila tindak pidana yang diatur pada ayat (2) beserta

penjelasannya. Keadaan tertentu dijelaskan dalam penjelasan Pasal 2

ayat (2) UUPTK yaitu sebagai pemberatan bagi pelaku tindak pidana

korupsi apabila tindak pidana tersebut dilakukan pada waktu negara

dalam keadaan bahaya sesuai dengan Undang-undang yang berlaku,

pada waktu terjadi bencana nasional, sebagai pengulangan tindak 

34Efi Laila Kholis, Pembayaran Uang Pengganti Dalam Perkara Korupsi, Jakarta.

solusi Publishing, 2010. hlm. 6

Page 50: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

50

pidana korupsi atau pada waktu negara dalam keadaan krisis ekonomi

dan militer.

35

 

2.  Pidana Penjara

Semua tindak pidana yang diatur dalam Undang-Undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diancam dengan pidana penjara

baik penjara seumur hidup maupun sementara. Pidana penjara seumur

hidup terdapat dalam Pasal 2 ayat (1), 3, 12, 12B ayat (2). Pidana

penjara sementara diancam dengan batas maksimum dan batas

minimum. Batas minimum ditentukan dalam Pasal-Pasal dalam UU ini

sebagai salah satu upaya dalam rangka mencapai tujuan yang lebih

efektif untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi.36

 

3.  Pidana Denda

Undang-undang PTPK menerapkan pidana denda yang tinggi sebagai

salah satu upaya dalam mencapai tujuan yang lebih efektif untuk 

mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi37 

4.  Pidana Tambahan

Pasal 18 UU PTPK mengatur mengenai jenis pidana tambahan yang

dapat diancamkan kepada terdakwa yang melanggar Pasal-Pasal yang

ditentukan Pasal 17 yaitu Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai Pasal 14 UU

35Ibid, Hlm. 7

36Ibid, Hlm.8

37Ibid, Hlm. 10

Page 51: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

51

PTPK. Pidana tambahan yang dapat dikenakan yaitu pidana tambahan

yang terdapat Pasal 10 KUHP.

38

 

Kemudian penulis menemukan beberapa putusan Pengadilan baik di tingkat

Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi bahkan di Tingkat Mahkamah Agung yang

menjatuhkan Putusan Pidana dengan Bersyarat, seperti dua Putusan berikut:

1.  Putusan Mahkamah Agung No. 1702 K/Pid/2007

Membaca Putusan Pengadilan Negeri Samarinda Nomor: 376/Pid.B/2005/PN.

Smda tanggal 16 Februari 2006 yang amar lengkapnya sebagai berikut:

a.  Menyatakan terdakwa Drs. H. KASYFUL ANWAR AS’AD BIN H.

AS’AD ZAMZAM tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan telah

bersalah melakukan Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan secara

Bersama-sama dan berlanjut;

b.  Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Drs. H. KASYFUL ANWAR

AS’AD BIN H. AS’AD ZAMZAM dengan pidana penjara selama 4

(empat) Tahun dan pidana denda sebesar Rp. 150.000.000,- (seratus lima

puluh juta rupiah) subsidair 6 (enam) bulan kurungan;

c.  Menghukum terdakwa Drs. H. KASYFUL ANWAR AS’AD BIN H.

AS’AD ZAMZAM untuk membayar uang pengganti sebesar Rp.

38Ibid. Hlm.11

Page 52: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

52

3.463.175,- (tiga milyar empat ratus enam puluh tiga juta seratus tujuh

puluh lima ribu rupiah) dikurangi harta yang disita berupa:

-  1 (satu) bidang tanah dan bangunan rumah di perum Pandan Arum

Blok B No.12 Samarinda dan 1 (satu) bidang tanah dan bangunan

rumah di Perum Karpotek Blok Y No. 15 Samarinda senilai

Rp.900.000.000,- (Sembilan ratus juta rupiah)

-  1 (satu) bidang tanah dan bangunan Ruko di halan P. Antasari HGB

No. 1744 Samarinda senilai Rp.1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus

  juta rupiah), dengan ketentuan apabila dalam jangka waktu 1 (satu)

bulan setelah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap terpidana

tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang

pengganti, maka diganti dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun;

d.  Menetapkan masa penahanan yang telah dijalankan terdakwa Drs. H.

KASYFUL ANWAR AS’AD bin H. AS’AD ZAMZAM dikurangi

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, kecuali waktu selama dirawat

nginap di rumah sakit di luar Rumah Tahanan Negara yang tidak ikut

dikurangkan;

e.  Menyatakan barang bukti berupa:

-  (satu) bidang tanah dan bangunan rumah di Perum Pandan Arum Blok 

B No. 12 Samarinda

Page 53: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

53

-  1 (satu) bidang tanah dan bangunan rumah di Perum Karpotek Blok Y

No.15 Samarinda;

-  1 ( satu) bidang tanah dan bangunan Ruko di jalan P. Antasari HGB

No. 1744 Samarinda;

Dirampas untuk negara;

-  Rekening Koran pada Bank BPD Samarinda No. 10.0000130758.7

dengan saldo Rp. 3.125.179,97,-

-  Rekening Koran pada Bank BCA Samarinda No. 027.0811779 dengan

saldo Rp.8.553.447,87

Dikembalikan kepada terdakwa;

-  Barang bukti berupa surat/dokumen tetap dilampirkan dalam berkas

perkara ini;

f.  Menghukum terdakwa Drs. H. KASYFUL ANWAR AS’AD bin H.

AS’AD ZAMZAM untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,-

(lima ribu rupiah);

Membaca Putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur

No.62/Pid/2006/PT.KT.SMDA tanggal 13 Oktober 2006 yang amar

lengkapnya sebagai berikut:

-  Menerima permintaan banding dari terdakwa dan jaksa penuntut

umum;

Page 54: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

54

-  Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Samarinda tanggal 16

Februari 2006 nomor: 376/Pid.B/2005/PN.Smda yang dimintakan

banding tersebut dengan perbaikan sekedar mengenai status barang

bukti, sehingga amar selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

1. menyatakan terdakwa Drs. H. KASYFUL ANWAR AS’AD bin

H. AS’AD ZAMZAM tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan

telah bersalah melakukan Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan

Secara Bersama-Sama Dan berlanjut;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Drs. H. KASYFUL

ANWAR AS’AD bin H. AS’AD ZAMZAM dengan pidana penjara

selama 4 (empat) tahun dan Pidana denda sebesar Rp.150.000.000,-

(seratus lima puluh juta rupiah) subsidair 6 (enam) bulan kurungan;

3. menghukum terdakwa Drs. H. KASYFUL ANWAR AS’AD bin H.

AS’AD ZAMZAM untuk membayar uang pengganti sebesar

Rp.3.463.175.000,- (tiga milyar empat ratus enam puluh tiga juta

seratus tujuh puluh lima ribu rupiah) dengan ketentuan apabila dalam

  jangka waktu 1 (satu) bulan setelah putusan mempunyai kekuatan

hukum tetap, terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi

untuk membayar uang pengganti, maka diganti dengan pidana penjara

selama 2 (dua) tahun;

Page 55: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

55

4. menetapkan masa penahanan yang telah dijalankan terdakwa Drs.

H. KASYFUL ANWAR AS’AD bin H. AS’AD ZAMZAM

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, kecuali waktu

selama dirawat nginap di rumah sakit di luar Rumah Tahanan Negara

yang tidak ikut dikurangkan;

5. menyatakan barang bukti berupa:

- (satu) bidang tanah dan bangunan rumah di Perum Pandan Arum

Blok B No.12 Samarinda;

- 1 (satu) bidang tanah dan bangunan rumah di Perum Karpotek 

Blok Y No.15 Samarinda;

- 1 (satu) bidang tanah dan bangunan Ruko di Jalan P. Antasari

HGB No.1744 Samarinda;

Dikembalikan kepada Ny. Fauziah Kasyful;

- Rekening Koran pada Bank BPD Samarinda No.10.0000130758.7

dengan saldo Rp.3.125.179,97,-;

- Rekening Koran pada Bank BCA Samarinda No.027.081177

dengan saldo Rp.8.553.447,87 Dikembalikan kepada terdakwa;

Barang bukti berupa surat/dokumen tetap dilampirkan dalam

berkas perkara ini;

Page 56: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

56

6. Menghukum terdakwa Drs. H. KASYFUL ANWAR AS’AD bin H.

AS’AD ZAMZAM untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000,-

(lima ribu rupiah);

Membaca Putusan Mahkamah Agung No.1702 K/Pid/2007 tanggal 28 Januari

2008 yang amar lengkapnya sebagai berikut:

1.  Menyatakan terdakwa Drs. H. KASYFUL ANWAR AS’AD bin H. AS’AD

ZAMZAM tersebut terbukti secara sah dan meyakinkan telah bersalah

melakukan tindak pidana : KORUPSI YANG DILAKUKAN SECARA 

BERSAMA-SAMA DAN SEBAGAI PERBUATAN BERLANJUT;

2.  Menghukum oleh karena itu terdakwa dengan pidana penjara selama 1(satu)

tahun;

3.  Memerintahkan bahwa hukuman tersebut tidak usah dijalani, kecuali jika

dikemudian hari ada putusan hakim menentukan lain, disebabkan

karenaterdakwa melakukan suatu tindak pidana sebelum masa percobaan yang

ditentukan dalam perintah tersebut yaitu 1 (satu) tahun habis;

2.  Menghukum pula terdakwa dengan pidana denda sebesar Rp.50.000.000,-

(lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak 

dibayar akan diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu) tahun habis;

5. Menetapkan barang-barang bukti berupa sebagai berikut:

Page 57: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

57

1. - 1 (satu) bidang tanah dan bangunan rumah di Perum Pandan Arum

Blok B No.12 Samarinda;

- 1 (satu) bidang tanah dan bangunan rumah di Perum Karpotek Blok Y

No.15 Samarinda;

- 1 (satu) bidang tanah dan bangunan Ruko di Jalan P. Antasari HGB

No.1744 Samarinda;

Dikembalikan kepada Ny. Fauziah Kasyful;

2. - Rekening Koran pada Bank BPD Samarinda No.10.0000130758.7

dengan saldo Rp.3.125.179,97,-;

- Rekening Koran pada Bank BCA Samarinda No.027.0811779 dengan

saldo Rp.8.553.447,87 Dikembalikan kepada terdakwa Drs. Kasyful

Anwar As’Ad bin H. As’ad Zamzam;

3. Barang bukti berupa surat/dokumen tetap dilampirkan dalam berkas

perkara ini;

" Membebankan biaya perkara ini dalam semua tingkat peradilan kepada

terdakwa yang dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus

rupiah);

Page 58: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

58

2.  Putusan No.611 K/Pid/2006

Membaca putusan Pengadilan Negeri Banyumas No.39 / Pid.B / 1999 / 

PN.Bms tanggal 24 November 1999 yang amar lengkapnya sebagai

berikut :

- Menyatakan Terdakwa MARTOJOEWOTO alias WARMONO seperti

tersebut diatas terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana : KORUPSI DILAKUKAN SECARA BERLANJUT”;

- Memidana Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 5

(lima) bulan;

- Menghukum Terdakwa untuk membayar uang pengganti sejumlah

Rp.1.195.000,- (satu juta seratus sembilan puluh lima ribu rupiah);

- Memerintahkan barang bukti dalam perkara ini berupa :

1. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Banyumas

Nomor141/419/84/51 tertanggal 23 Oktober 1984, tentang Pemutihan

Surat Keputusan pengangkatan dalam jabatan Perangkat Desa atas nama

MARTOJOEWONO sebagai Sekretaris Desa dikembalikan kepada

Terdakwa;

2. Buku Kas Umum Model C.2 bulan Januari 1996 sampai dengan bulan

Februari 1998 dan Buku Kas Umum Model C.2 bulan Maret 1998 sampai

dengan bulan Februari 1999 dikembalikan pada Pemerintah Desa

Karangnanas melalui saksi Karsan Siswodiharjo;

Page 59: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

59

3. Kwitansi tertanggal 27 Juni 1996 yang ditanda tangani oleh

W.Martojoewono yang berisi penerimaan uang dari Yudiharjo Wahyudi

sebanyak Rp.1.000.000,- untuk pembayar sewa garapan sawah seluas 1

bau dalam waktu 2 tahun terhitung mulai ranteban 1996 sampai dengan

sadon 1998;

4. Kwitansi tertanggal 12 September 1996 yang ditanda tangani oleh

Martorjoewono yang berisi penerimaan uang dari Wahyudi sebanyak 

Rp.600.000,- untuk pembayaran sewa garapan tanah benda desa seluas 1

bau dalam waktu 4 potong (2 tahun);

5. Kwitansi tertanggal 27 Juni 1996 yang ditanda tangani oleh

K.Siswodiharjo yang berisi penerimaan uang dari Yudiharjo sebanyak 

Rp.700.000,- guna membayar uang sewa garapan sawah 2 potong (1

tahun);

6. Kwitansi tertanggal 1 Oktober 1998 yang ditanda tangani oleh K.

Siswodiharjo yang berisi uang dari Yudiharjo sebanyak Rp.500.000,-

guna membayar satu potong garapan sawah bekas pensiunan bk 

Mulyasengaja seluas 1 bau;

7. Kwitansi tertanggal 27 Oktober 1997 yang ditanda tangani oleh

Martojoewono yang berisi penerimaan uang dari Budi Sutrisno sebanyak 

Rp.500.000,- guna membayar swadaya pembangunan 1997;

Page 60: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

60

8. Kwitansi tertanggal 17 Desember 1998 yang ditanda tangani oleh

Rikun Anshori yang berisi penerimaan uang dari Budi Sutrisno sebanyak 

Rp.50.000,- guna membayar swadaya pembangunan desa Karangnanas

Tahun Anggaran 1998/1999;

Nomor 7 dan Nomor 8 dikembalikan kepada saksi Budi Sutrisno;

9. Surat Pernyataan tertanggal 13 Oktober 1999 yang ditanda tangani oleh

Adi Prayitno pemilik toko Gemilang tetap dilampirkan dalam berkas

perkara ini;

-- Membebani Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar

Rp.2.500,-(dua ribu lima ratus rupiah);

Membaca putusan Pengadilan Tinggi Jawa Tengah di Semarang No. 26/Pid/2000/PT.

Smg tanggal 23 Februari 2000 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

-- Menerima permintaan banding dari Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum ;

-- Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Banyumas tanggal 24 November

1999 No.39/Pid.B/1999/PN.Bms yang dimohonkan banding, sehingga amar

selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

-- Menyatakan Terdakwa Martojoewono alias Warmono seperti tersebut diatas

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“KORUPSI DILAKUKAN SECARA BERLANJUT”;

-- Menghukum Terdakwa dengan pidana penjara selama 5 (lima) bulan;

Page 61: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

61

-- Memerintahkan bahwa pidana tersebut   tidak usah dijalani, kecuali jika

dikemudian hari ada putusan Hakim yang menentukan lain, disebabkan

karena sebelum selesainya masa percobaan selama 1 (satu) tahun, terpidana

melakukan perbuatan pidana;

-- Menghukum Terdakwa untuk membayar uang pengganti sejumlah

Rp.1.745.000,- (satu juta tujuh ratus empat puluh lima ribu rupiah);

-- Memerintahkan barang bukti berupa :

1. Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Banyumas Nomor

141/419/84/51 tanggal 23 Oktober 1984, tentang pemutihan Surat

Keputusan pegangkatan dalam jabatan Perangkat Desa atas nama

Martojoewono sebagai Sekretaris Desa, dikembalikan kepada Terdakwa ;

2. Buku Kas Umum Model C.2 bulan Januari 1996 sampai dengan bulan

Februari 1998 dan Buku Kas Umum Model C.2 bulan Maret 1998 sampai

dengan bulan Februari 1999 dikembalikan pada Pemerintah Desa

Karangnanas melalui saksi Karsan Siswodiharjo;

3. Kwitansi tertanggal 27 Juni 1996 yang ditanda tangani oleh

W. Martojoewono yang berisi penerimaan uang dari Yudiharjo Wahyudi

sebanyak Rp.1.000.000,- untuk pembayar sewa garapan sawah seluas 1

bau dalam waktu 2 tahun terhitung mulai ranteban 1996 sampai dengan

sadon 1998;

Page 62: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

62

4. Kwitansi tertanggal 12 September 1996 yang ditanda tangani oleh

Martorjoewono yang berisi penerimaan uang dari Wahyudi sebanyak 

Rp.600.000,- untuk pembayaran sewa garapan tanah benda desa seluas 1

bau dalam waktu 4 potong (2 tahun);

5. Kwitansi tertanggal 27 Juni 1996 yang ditanda tangani oleh K.

Siswodiharjo yang berisi penerimaan uang dari Yudiharjo sebanyak 

Rp.700.000,- guna membayar uang sewa garapan sawah 2 potong (1

tahun);

6. Kwitansi tertanggal 1 Oktober 1998 yang ditanda tangani oleh

K.Siswodiharjo yang berisi uang dari Yudiharjo sebanyak Rp.500.000,-

guna membayar satu potong garapan sawah bekas pensiunan bk 

Mulyasengaja seluas 1 bau;

7. Kwitansi tertanggal 27 Oktober 1997 yang ditanda tangani oleh

Martojoewono yang berisi penerimaan uang dari Budi Sutrisno sebanyak 

Rp.500.000,- guna membayar swadaya pembangunan 1997;

8. Kwitansi tertanggal 17 Desember 1998 yang ditanda tangani oleh Rikun

Anshori yang berisi penerimaan uang dari Budi Sutrisno sebanyak 

Rp.50.000,- guna membayar swadaya pembangunan desa Karangnanas

Tahun Anggaran 1998/1999;

Nomor 7 dan Nomor 8 dikembalikan kepada saksi Budi Sutrisno;

Page 63: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

63

9. Surat Pernyataan tertanggal 13 Oktober 1999 yang ditanda tangani oleh

Adi Prayitno pemilik toko Gemilang tetap dilampirkan dalam berkas

perkara ini;

-- Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam peradilan

tingkat pertama sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah), dalam

tingkat banding sebesar Rp.2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);

Kemudian ditingkat Kasasi Mahkamah Agung, Hakim Agung yang menangani

Perkara ini menolak permohonan Kasasi dari Jaksa/Penuntut Umum pada

kejaksaan Negeri Banyumas tersebut, sehingga Pidana yang dijatuhkan

terhadap Terpidana yang berlaku adalah yang dikeluarkan oleh Pengadilan

Tinggi Jawa Tengah di Semarang No. 26/Pid/2000/PT.Smg tanggal 23

Februari 2000.

Dari dua putusan pengadilan diatas maka, penulis mengetahui bahwa selain

ketentuan-ketentuan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang

mengacu kepada Pasal 10 KUHP masih ada lagi jenis pemidanaan yang dapat

dijatuhkan kepada terpidana Tindak Pidana Korupsi, yaitu dengan menjatuhkan

putusan pidana dengan bersyarat. Dengan kata lain hukuman tersebut tidak usah

dijalani, kecuali jika dikemudian hari ada putusan hakim yang menentukan lain,

Page 64: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

64

disebabkan karena sebelum selesainya masa percobaan selama 1 (satu) tahun,

terpidana melakukan perbuatan pidana. Lalu, sebagai tambahan juga dijatuhkan

pidana tambahan berupa membayar uang pengganti dan pidana denda.

Berdasarkan Pasal 14a sampai dengan Pasal 14f Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana maka, yang dapat dijatuhi putusan pidana dengan bersyarat hanyalah tindak 

pidana yang bersifat ringan (tipiring) sehingga bila pidana dengan bersyarat

dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana korupsi akan melukai semangat

pemberantasan korupsi di Indonesia dan menyalahi ketentuan-ketentuan didalam

Undang-Undang No.31 tahun 1999 diubah dengan Undang-Undang No.20 tahun

2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Karena Didalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

tersebut menentukan batasan minimal dan maksimal hukuman bagi pelaku tindak 

pidana korupsi, yaitu pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana

maksimalnya adalah hukuman mati.

 B.   Apakah yang menjadi alasan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana

 dengan bersyarat terhadap pelaku tindak pidana korupsi.

Bagi hakim yang bijak, ketika ia akan menarik dan menetapkan amar putusan,

ia terlebih dulu akan merenungkan dan mempertimbangkan benar tentang manfaat

Page 65: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

65

apa yang akan dicapai dari penjatuhan pidana (jenis dan berat ringannya), baik bagi

terdakwa, maupun masyarakat dan negara.

39

 

Hukuman atau sanksi yang dianut hukum pidana membedakan hukuman pidana

dengan bagian hukum yang lain. Hukuman dalam hukum pidana ditujukan untuk 

memelihara keamanan dan pergaulan hidup yang teratur.40 

Didalam system hukum acara pidana, pada pokoknya dikenal dua jenis putusan

pengadilan:

1.  Jenis Putusan yang bersifat Formil

Jenis yang pertama adalah putusan pengadilan yang bukan merupakan

putusan akhir, yaitu:

a.  Putusan yang berisi pertanyaan tidak berwenangnya pengadilan

untuk memeriksa suatu perkara (onbevoegde verklaring), Pasal

148 ayat 1 (KUHAP). Contoh, perkara yang diajukan oleh

penuntut umum bukan merupakan kewenangan pengadilan

yang bersangkutan, melainkan kewenangan pengadilan lain.

b.  Putusan yang menyatakan bahwa dakwaan/surat dakwaan

penuntut umum batal (nietig verklaring van de acte van

verwijzing Pasal 156 ayat (1) KUHAP.) dalam hal ini misalnya

surat dakwaan jaksa tidak memenuhi Pasal 143 ayat (3)

39Op.cit. Adami Chawawi. Hlm.157

40Leden Marpaung. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Jakarta. Sinar Grafika. 2008

Hlm.105

Page 66: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

66

KUHAP, yaitu tidak dicantumkannya waktu dan tempat tindak 

pidana dilakukan di dalam surat dakwaan.

c.  Putusan yang berisi pernyataan bahwa dakwaan penuntut

umum tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard -Pasal

156 ayat (1) KUHAP). Misalnya, perkara yang diajukan oleh

penuntut umum sudah daluarsa, nebis in idem, perkara yang

memerlukan syarat aduan (klacht delict ), penuntutan seorang

penerbit yang telah memenuhi syarat Pasal 61 KUHP.

d.  Putusan yang berisi penundaan pemeriksaan perkara oleh

karena ada perselisihan prejudisiel

2.  Jenis Putusan yang bersifat Materil

Sedangkan yang kedua adalah jenis putusan pengadilan yang

merupakan putusan akhir (eind vonnis), yaitu:

a.  Putusan yang menyatakan terdakwa dibebaskan dari dakwaan

(vrijspraak) Pasal 191 ayat (1) KUHAP

b.  Putusan yang menyatakan bahwa terdakwa dilepaskan dari

segala tuntutan hukum (ontslag van alle rechtsvervolging)-

Pasal 191 ayat (2) KUHAP

Page 67: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

67

c.  Putusan yang berisi suatu pemidanaan (veroordeling)- Pasal

193 ayat (1) KUHAP.

41

 

A.d.a. Putusan Bebas (vrijspraak )

Putusan yang demikian ini dijatuhkan oleh pengadilan apabila ia berpendapat

bahwa kesalahan atau perbuatan yang didakwakan terhadap terdakwa tidak 

terbukti secara sah dan meyakinkan di dalam pemeriksaan di pengadilan.

Tidak terbuktinya kesalahan terdakwa ini adalah minimum bukti yang

ditetapkan oleh undang-undang tidak terpenuhi, misalnya hanya ada keterangan

tersangka, tanpa dikuatkan oleh alat bukti lain, atau alat bukti terpenuhi, tetapi

hakim tidak yakin akan kesalahan terdakwa. Putusan bebas ini bersifat

negative, dalam arti bahwa putusan itu tidak menyatakan terdakwa tidak 

melakukan perbuatan yang didakwakan itu, melainkan menyatakan bahwa

kesalahan terdakwa tidak terbukti. Jadi, bahwa di persidangan hal itu tidak 

terbukti.42 

A.d.b. Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum

Putusan ini dijatuhkan oleh hakim jika ia berpendapat bahwa perbuatan yang

didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan

41Syarifuddin Pettanase, Ansorie Sabuan. Hukum Acara Pidana. Palembang.

Percetakan Universitas Sriwijaya. 2000. Hlm 215

42Ibid. hlm. 216

Page 68: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

68

suatu tindak pidana, jadi bukan merupakan perbuatan yang dapat dipidana.

Oleh perbuatan yang terbukti itu sama sekali tidak dapat dimasukkan dalam

salah satu ketentuan undang-undang pidana atau karena adanya alasan

pembenar (rechtvaardigingsground) tersebut dalam Pasal 48 KUHP, Pasal 49

ayat (1), Pasal 50 KUHP dan Pasal 51 Ayat (1) KUHP

Putusan ini juga dijatuhkan oleh hakim dalam hal perbuatan yang terbukti itu

merupakan tindak pidana, akan tetapi terdakwanya tidak dapat dipidana

disebabkan tidak adanya kemampuan bertanggung jawab tersebut dalam Pasal

44 KUHP atau disebabkan adanya alasan pemaaf tersebut dalam Pasal 49 ayat

(2) KUHP dan Pasal 51 ayat (2) KUHP. Adapun perbedaan yang prinsipil

antara dua macam putusan tersebut diatas ialah bahwa dalam hal putusan bebas

  jaksa tidak dapat naik banding kepada pengadilan tinggi (Pasal 67 KUHAP),

sedangkan dalam hal pelepasan dari segala tuntutan hukum dapat dimintakan

banding, baik oleh terdakwa atau jaksa).43

 

A.d.c. Putusan Pemidanaan

Putusan pemidanaan ini dijatuhkan oleh hakim apabila kesalahan terdakwa

terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya dianggap terbukti dengan sah

dan meyakinkan. Jadi, menurut Pasal 193 ayat (1) KUHAP apabila

terdakwanya pada waktu melakukan tindak pidana itu belum berumur enam

43Ibid. Hlm. 217

Page 69: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

69

belas tahun maka hakim dapat memilih di antara ketentuan yang disebut dalam

Pasal 45 KUHP, yaitu:

a.  Menyerahkan kembali kepada orang tuanya atau wali tanpa dikenakan suatu

pidana;

b.  Memerintahkan agar terdakwa diserahkan kepada pemerintah, dan supaya

dipelihara dalam suatu tempat pendidikan negara sampai berumur delapan

belas tahun (lihat Pasal 46 KUHP);

c.  Menjatuhkan pidana kepada terdakwa.44

 

3.  berdasarkan jenis-jenis putusan pengadilan diatas, hakim harus memberikan

pertimbangan yang harus adil dalam menjatuhkan putusan. Dari putusan-

putusan pidana dengan bersyarat yang sudah ada sebelumnya Putusan

Mahkamah Agung No. 1702 K/Pid/2007 dan Putusan No.611 K/Pid/2006

yang menjadi dasar pertimbangannya adalah sebagai berikut: 

1.   Putusan Mahkamah Agung No. 1702 K/Pid/2007 

Menimbang, bahwa untuk menentukan jenis pidana dan lamanya pidana

yang dijatuhkan, Mahkamah Agung akan memperhatikan hal-hal yang

memberatkan dan meringankan pemidanaan sebagai berikut :

44Ibid. Ham. 218

Page 70: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

70

 Hal-hal yang memberatkan:

1. Perbuatan terdakwa merugikan keuangan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Timur;

2. Perbuatan terdakwa menghambat usaha untuk mewujudkan clean

government;

3. Perbuatan terdakwa dapat menurunkan citra dan wibawa lembaga

DPRD;

 Hal-hal yang meringankan

1. Terdakwa belum pernah dihukum dan mempunyai tanggungan

keluarga;

2. Terdakwa di persidangan sangat kooperatif, sopan dan tidak 

menghambat persidangan;

3. Terdakwa tidak terlibat dalam pengelolaan keuangan DPRD Kaltim dan

tidak ikut dalam kesepakatan dalam hal pembukaan rekening atas

nama Ketua DPRD Kaltim;

4. bahwa sebagian besar uang yang diterima oleh terdakwa telah

digunakan untuk kepentingan sosial;

Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka Mahkamah

Agung akan menjatuhkan pidana yang jenis dan lamanya akan

mewujudkan tujuan pemidanaan yang lebih bersifat edukatif, korektif dan

preventif ; 

Page 71: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

71

2.   Putusan Mahkamah Agung No.611 KPid/2006 

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi

pada pokoknya sebagai berikut :

1. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banyumas dalam putusannya

Nomor 39/Pid.B/1999/PN.Bms. tanggal 24 November 1999

menjatuhkan pidana penjara kepada Terdakwa selama 5 (lima) bulan;

2. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jawa Tengah di Semarang

dalam putusannya Nomor 26/Pid/2000/PT.Smg tanggal 23 Februari

2000 menyatakan memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Banyumas

39/Pid.B/1999/PN.Bms tanggal 24 November 1999 tersebut, dengan

menghukum Terdakwa dengan pidana penjara selama 5 (lima) bulan

dengan perintah bahwa hukuman tersebut tidak usah dijalani kecuali

  jika dikemudian hari ada putusan Hakim yang memerintahkan lain

disebabkan karena sebelum selesainya masa percobaan selama 1 (satu)

tahun terpidana melakukan suatu perbuatan pidana;

3. Bahwa Pengadilan Tinggi Jawa Tengah di Semarang dalam

pertimbangan putusannya (pada halaman 14) adalah sebagai berikut :

3.1. Jumlah yang dikorupsi oleh Terdakwa relatif sangat kecil tidak 

sesuai dengan pengabdian;

3.2. Terdakwa sudah berupaya menyerahkan kembali uang tersebut,

akan tetapi ditolak, sebagai hal yang meringankan ;

Page 72: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

72

4. Bahwa sehubungan dengan alasan pertimbangan tersebut Nomor 3

diatas, kami Jaksa Penuntut Umum akan menanggapinya sebagai

berikut :

4.1. Bahwa pengabdian Terdakwa telah dijadikan sebagai dasar

pertimbangan untuk meringankan penjatuhan pidana kepada

Terdakwa ; Bahwa pertimbangan tentang pengabdian Terdakwa,

adalah bukan merupakan pertimbangan yuridis dan oleh karena

itu, tidak dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk 

meringankan penjatuhkan pidana. Disamping itu, pertimbangan

pengabdian tersebut juga tidak jelas karena Pengadilan Tinggi

tidak memberikan penjelasan apa yang dimaksud dengan

pengabdian tersebut ;

4.2. Bahwa Terdakwa oleh Penuntut Umum didakwa melakukan

tindak pidana Korupsi sebesar Rp.1.991.000,- dan oleh

Pengadilan Negeri Banyumas dinyatakan terbukti sebesar

Rp.1.195.000,-;

Apa yang disebut oleh Pengadilan Tinggi Jawa Tengah bahwa

Terdakwa telah berupaya menyerahkan kembali uang tersebut (yang

ditolak oleh Ka Ur Keuangan), pernyataan Pengadilan Tinggi mengenai

Page 73: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

73

upaya penyerahan kembali yang demikian ini, adalah tidak tepat sehingga

perlu kami luruskan sebagai berikut :

4.2.1. Bahwa pernyataan Pengadilan Tinggi tersebut memberi kesan

seolah-olah Terdakwa berupaya menyerahkan seluruh uang

yang dikorupsi, padahal yang senyatanya tidak demikian,

Terdakwa pada waktu itu hanya akan menyerahkan / 

menyetorkan uang pologoro Rp.95.000,- bukan seluruh uang

yang dikorupsi;

4.2.2. Bahwa uang pologoro sebesar Rp.95.000,- tersebut sebenarnya

sudah Terdakwa terima dari penduduk sejak lama (kira-kira

satu tahun yang lalu) akan tetapi baru diserahkan kepada Ka

Ur Keuangan pada waktu setelah proses pemeriksaan

perkaranya sedang berlangsung di Kejaksaan Negeri

Banyumas. Penolakan penyetoran uang pologoro tersebut

oleh Kaur Keuangan didasarkan pada pertimbangan adanya

kekhawatiran pihak Perangkat Desa itu jika sampai

mengganggu proses pemeriksaan Kejaksaan ;

4.2.3. Bahwa dengan demikian maka upaya Terdakwa untuk 

menyerahkan uang pologoro tersebut tidak dapat dijadikan

sebagai pertimbangan yang meringankan bagi penjatuhan

Page 74: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

74

pidana terhadap Terdakwa sebab kecuali uang pologoro itu

belum diterima sampai saat pemeriksaan persidangan

pengadilan, jumlahnya juga sangat kecil bila dibanding

dengan jumlah uang yang dikorupsi;

5. Bahwa Pengadilan Tinggi Jawa Tengah telah menjatuhkan hukuman

percobaan terhadap Terdakwa, akan tetapi Pengadilan Tinggi didalam

putusannya tidak mencantumkan ketentuan Pasal 14 KUHP sebagai

dasar pemidanaan dan Pengadilan Tinggi juga tidak 

mempertimbangkan hal-hal yang menyebabkan dijatuhkannya

hukuman percobaan itu sebagaimana diatur dalam Pasal 14 KUHAP

tersebut ;

Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat :

Bahwa alasan – alasan kasasi tersebut tidak dapat dibenarkan karena Judex

Factie tidak salah menerapkan hukum, lagi pula mengenai berat ringannya

pidana dalam perkara ini merupakan wewenang Judex Factie yang tidak 

tunduk pada kasasi, kecuali menjatuhkan pidana melampaui batas

maksimum ancaman pidananya atau kurang dari batas minimum ancaman

pidananya, yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan atau

Page 75: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

75

menjatuhkan hukuman dengan tidak memberikan pertimbangan yang

cukup dan incasu dalam menjatuhkan hukuman tersebut Judex Factie telah

memberikan pertimbangan yang cukup tentang keadaan yang

memberatkan pemidanaan;

Dari dua Putusan diatas kita dapat melihat yang diberikan oleh majelis hakim

dalam menjatuhkan sanksi terhadap dua orang terpidana korupsi yang terbukti

melakukan tindak pidana korupsi tetapi dijatuhi pidana dengan bersyarat, dimana jika

majelis hakim berpedoman kepada Undang-Undang No.31 tahun 1999 diubah dengan

Undang-Undang No.20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

maka mejelis hakim tidak akan menemukan pidana dengan bersyarat ditiap-tiap Pasal

dalam Undang-Undang tersebut.

Dari Putusan Mahkamah Agung No. 1702 K/Pid/2007 penulis dapat melihat

bahwa untuk menentukan jenis pidana dan lamanya pidana yang dijatuhkan,

Mahkamah Agung akan memeperhatikan hal-hal yang memberatkan dan

meringankan pemidanaan sebagai berikut :

Menimbang, bahwa mengenai unsur-unsur lain dari tindak pidana yang

dimaksud dalam Pasal 3 undang-Undang No.31 Tahun 1999 jo Undang- Undang

No.20 Tahun 2001 dari dakwaan Subsidair tersebut yaitu perbuatan memperkaya diri

Page 76: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

76

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi “ dan Unsur”  “dapat merugikan

Keuangan Negara atau Perekonomian negara, mengenai Pasal 55 (1) KUHP dan

Pasal 64 ayat 1 KUHP, Mahkamah Agung akan  mengambil alih pertimbangan

hukum Pengadilan Negeri yang memang sudah tepat dan benar dengan menyatakan

bahwa unsur-unsur tindak pidana dalam dakwaan Subsidair telah dipenuhi oleh

 perbuatan terdakwa”; 

Menimbang, bahwa mengenai hukuman untuk membayar uang pengganti,

menurut pendapat Mahkamah Agung tidak patut dan tidak adil apabila kepada

terdakwa dijatuhkan hukuman untuk membayar uang pengganti sebesar

Rp.3.463.175.000,- karena sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun

2000 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004, terdakwa sebagai Wakil

Ketua DPRD wajar untuk berpenghasilan sejumlah tersebut, mengingat uang

penghasilannya meliputi : a. Uang Representasi, b. Uang Paket, c. Tunjangan Jabatan,

d. Tunjangan Komisi, e. Tunjangan khusus dan tunjangan perbaikan penghasilan dan

tunjangan-tunjangan lainnya. Lagi pula yang menjadi kriteria untuk menentukan

  jumlah uang pengganti berdasarkan Pasal 18 ayat 1 huruf b Undang-Undang No.31

Tahun 1991 jo Undang-Undang No.20 Tahun 2001 adalah harus sama dengan harta

benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, dan ini casu tuntutan untuk adanya

 jumlah dari harta benda yang diperoleh dari korupsi yang dilakukan oleh terdakwa;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, menurut

pendapat Mahkamah Agung, terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan telah

Page 77: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

77

bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam dakwaan Subisidair

(melanggar Pasal 3 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No.20

Tahun 2001), oleh karena itu ia harus dihukum;

 Hal-hal yang memberatkan:

1. Perbuatan terdakwa merugikan keuangan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Timur;

2. Perbuatan terdakwa menghambat usaha untuk mewujudkan clean

government;

3. Perbuatan terdakwa dapat menurunkan citra dan wibawa lembaga

DPRD;

 Hal-hal yang meringankan

1. Terdakwa belum pernah dihukum dan mempunyai tanggungan

keluarga;

2. Terdakwa di persidangan sangat kooperatif, sopan dan tidak 

menghambat persidangan;

3. Terdakwa tidak terlibat dalam pengelolaan keuangan DPRD Kaltim dan

tidak ikut dalam kesepakatan dalam hal pembukaan rekening atas

nama Ketua DPRD Kaltim;

4. bahwa sebagian besar uang yang diterima oleh terdakwa telah

digunakan untuk kepentingan sosial;

Page 78: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

78

Setelah membaca pertimbangan Mahkamah Agung diatas bahwa terpidana

terbukti melanggar Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

dimana Pasal tersebut berbunyi” setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan

diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,

kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang

dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara

seumur hidup atau pidana paling sedikit 1(satu) tahun dan paling lama 20 (dua

 puluh) tahun dan/atau denda denda paling sedikit Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Di Pasal

tersebut tidak dijelaskan mengenai pidana dengan bersyarat. 

Kemudian Mahkamah Agung Juga merasa tidak adil bila harus menjatuhkan

hukuman untuk membayar uang pengganti, karena mengingat jabatan terpidana

sebagai wakil ketua DPRD sehingga terpidana dianggap wajar memiliki jumlah

kekayaan seperti tersebut diatas.

Tujuan adanya uang pengganti adalah untuk memidana dengan seberat

mungkin para koruptor agar mereka jera dan untuk menakuti orang lain agar tidak 

melakukan korupsi. Tujuan lain adalah untuk mengembalikan uang negara yang

melayang akibat suatu perbuatan korupsi. Menurut undang-undang, salah satu unsur

tipikor adalah adanya tindakan yang “merugikan negara”. Dengan unsure ini, maka

setiap terjadi suatu perbuatan korupsi pasti akan menimbulkan kerugian pada

Page 79: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

79

keuangan negara. Merupakan suatu hal yang wajar apabila pemerintah kemudian

menerapkan sebuah kebijakan yang tertuang dalam undang-undang dalam

mengupayakan kembalinya uang negara tersebut.45

 

Definisi pidana pembayaran uang pengganti dapat ditarik dari Pasal 18 UU ayat

1 huruf b No 31 Tahun 1999 yaitu”pembayaran uang pengganti yang jumlahnya

sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana

korupsi”. Untuk dapat menentukan dan membuktikan berapa sebenarnya

  jumlah”harta benda yang diperoleh terpidana dari tindak pidana korupsi” jangan

hanya ditafsirkan harta benda yang masih dikuasai oleh terpidana pada saat jatuhnya

putusan pengadilan tetapi juga harta benda hasil korupsi yang pada waktu pembacaan

putusan sudah dialihkan terdakwa kepada orang lain.46

 

Jadi, dengan kata lain Mahkamah Agung hanya menjatuhkan pidana denda

kepada terpidana korupsi pada Putusan Mahkamah Agung No. 1702 K/Pid/2007.

Penjatuhan pidana dengan bersyarat pada kasus korupsi akan mengurangi kesan

beratnya tindak pidana korupsi sehingga menyebabkan orang tidak lagi melihat

ancaman pidana dalam Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

sebagai sesuatu yang menakutkan. Dalam hal ini pemidanaan Tindak Pidana Korupsi

telah kehilangan fungsi pencegahan umumya. Pencegahan khusus berupa efek jera

yang diharapkan muncul dari pemidanaan korupsi pun juga dikhawatirkan hilang

45Op.cit. Efi Laila Kholis. Hlm. 17

46Ibid. Efi Laila Kholis. Hlm.15

Page 80: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

80

bersamaan dengan penerapan pidana dengan bersyarat yang berarti bahwa terpidana

tidak perlu menjalani hukuman meskipun terbukti bersalah.

Hukuman percobaan dilatarbelakangi pemikiran yang ingin memberi

kesempatan pada pelaku tindak pidana untuk memperbaiki perilakunya secara non

institusional di dalam masyarakat. Aspek rehabilitatif suatu pemidanaan menjadi titik 

berat penjatuhan bentuk pidana ini. Sejauh yang penulis tahu, preferensi hakim

memilih bentuk hukuman percobaan adalah sangat rendah meskipun terhadap jenis

tindak pidana ringan dan bahkan untuk jenis crime without victim sekalipun. Padahal

  jenis tindak pidana ringan merupakan jenis tindak pidana yang direkomendasikan

untuk penerapan hukuman percobaan.47 

47  http://psod.wordpress.com/2009/07/08/mencermati-vonis-percobaan-dalam-

tindak-pidana-korupsi/ diakses tanggal 15 oktober 2010.

Page 81: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

81

BAB IV

PENUTUP

Bab ini merupakan hasil analisis terhadap data dan informasi yang sudah

berhasil dikumpulkan dan dipaparkan pada Bab II dan Bab III diatas. Bertitik tolak 

dari uraian pada Bab II dan pembahasan pada Bab III dapat diambil kesimpulan dan

saran.

1.  Kesimpulan

Sesuai dengan permasalah yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Maka

penulis akan mencoba menguraikan beberapa kesimpulan yang diantaranya

sebagai berikut:

a.  Pidana bersyarat dapat diterapkan terhadap tindak pidana korupsi yang

merupakan extra ordinary crime, karena undang-undang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi memang tidak secara eksplisit mengatur

kemungkinan dijatuhkannya hukuman percobaan namun Undang-Undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi membuka ruang dan kesempatan

untuk menerapkan vonis yang semacam ini. Ancaman minimum pidana

penjara 1 (satu) tahun seperti terdapat pada Pasal 3, Pasal 5, dan Pasal 9

Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi memberi ruang

dan kesempatan pada hakim utuk menjatuhkan Pidana dengan bersyarat 

pada kasus-kasus tindak pidana korupsi yaitu apabila kasus yang dijerat

Page 82: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

82

dengan Pasal-Pasal tersebut kemudian dijatuhi pidana penjara tidak lebih

dari 1 (satu) tahun.

b.  Yang menjadi alasan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana dengan

bersyarat terhadap pelaku tindak pidana korupsi lebih bersifat subjektif 

terhadap para pelaku tindak pidana korupsi itu sendiri bukan dari sudut

pandang objektif dari perbuatan itu, dimana bila penulis lihat dari sudut

pandang objektif maka tidak memungkinkan hakim memberikan pidana

dengan bersyarat karena unsur-unsur dalam Pasal-Pasal yang dijeratkan

terhadap para pelaku telah terpenuhi.

Tetapi bila hakim melihat dari sudut pandang subjektif pelaku tindak 

pidana korupsi memang memungkinkan untuk menjatuhkan pidana

dengan bersyarat, adapun beberapa hal yang termasuk kedalam

pertimbangan subjektif hakim diantaranya:

-  Pertimbangan dari latar belakang terdakwa

-  Kondisi fisik dan mental terdakwa

-  Tindakan terdakwa yang kooperatif, sopan dan tidak menghambat

persidangan

-  Status sosial daripada terdakwa itu sendiri

-  Dan memiliki itikad baik untuk mengembalikan hasil korupsinya

kepada negara

Page 83: Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat

5/13/2018 Analisis Yuridis Terhadap Perkara Korupsi Yang Dijatuhi Pidana Bersyarat - slide...

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-yuridis-terhadap-perkara-korupsi-yang-dijatuhi-pidan

83

2.  Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis mencoba memberikan beberapa

saran bila tidak ingin efek jera yang diharapkan muncul dari pemidanaan

korupsi pun juga dikhawatirkan hilang bersamaan dengan penerapan pidana

dengan bersyarat yang berarti bahwa terpidana tidak perlu menjalani hukuman

meskipun terbukti bersalah.

a.  Diharapkan kepada hakim, baik ditingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan

Tinggi maupun Mahkamah Agung agar memberikan pidana yang berat

kepada pelaku tindak pidana korupsi, agar anggota masyarakat lain dapat

merasakan efek jera yang diharapkan oleh pembuat peraturan perundang-

undangan. Walaupun telah ditambah dengan pidana tambahan berupa

pembayaran uang pengganti dan pidana denda.

b.  Hakim Diharapkan lebih mempertimbangkan kerugian negara daripada

pelaku tindak tindak pidana itu sendiri agar pidana dengan bersyarat ini

tidak perlu lagi dijatuhkan pada putusan tindak pidana korupsi yang lain.