32
ANAMNESA DAN TANDA-TANDA VITAL Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Dasar 2 Disusun oleh : Hesty Adha 220110150018 Rizka Ananda Rahmatunnisa 220110150021 Masiroh Afifah 220110150027 Tri Indah Septianah 220110150043 Retno Meinarni 220110150057 Rika Komala 220110150078 Annisa Suci Utami 220110150097 Siti Mustakimah 220110150098 Vera Rosaria Indah 220110150102 Auliya Ramanda Fikri 220110150113 Dwi Rachma Gustarini 220110150125 Dosen: Dian Adiningsih, S.Kp., M.Kes., AIFO

Anamnesa & Tanda-tanda Vital

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah keperawatan dasar 2

Citation preview

Page 1: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

ANAMNESA DAN TANDA-TANDA VITAL

Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Dasar 2

Disusun oleh :

Hesty Adha 220110150018Rizka Ananda Rahmatunnisa 220110150021Masiroh Afifah 220110150027Tri Indah Septianah 220110150043Retno Meinarni 220110150057Rika Komala 220110150078Annisa Suci Utami 220110150097Siti Mustakimah 220110150098Vera Rosaria Indah 220110150102Auliya Ramanda Fikri 220110150113Dwi Rachma Gustarini 220110150125

Dosen: Dian Adiningsih, S.Kp., M.Kes., AIFO

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

SUMEDANG

2016

Page 2: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan

karunia-Nya, kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah Anamnesa dan

Tanda-Tanda Vital. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Keperawatan Dasar 2.

Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen kami, ibu Dian Adiningsih, yang

telah membimbing kami dalam mata kuliah Keperawatan Dasar 2.

Makalah ini berisikan informasi mengenai anamnesis dalam keperawatan dan macam-

macam tanda vital. Kami harap makalah ini dapat membantu semua pihak dalam memahami

lebih jauh tentang konsep anamnesis dan tanda-tanda vital.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan, tetapi

kekurangan yang ada merupakan bagian positif dalam mencapai kesempurnaan. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

senantiasa meridhai segala usaha kita, Aamiin. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para

pembaca.

Jatinangor, Maret 2016

Penulis

i

Page 3: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………….. i

Daftar Isi …………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….... 1

1.1 Latar belakang ……………………………………………………….…. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………........ 1

1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN ….………………………………………….………........... 3

2.1 Anamnesa …………...……….....……….…………………………….... 3

2.2 Tanda-tanda Vital …..…………….……...……………………………... 5

2.2.1 Pedoman Mengukur Tanda-tanda Vital.………………………….. 6

2.2.2 Suhu ………………………………………………………………. 7

2.2.3 Nadi ………………………………………………………………. 9

2.2.4 Pernapasan ………………………………………………………... 12

2.2.5 Tekanan Darah …………………………………………………….13

2.2.6 Pencatatan Tanda Vital …………………………………………… 15

BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………….…. 16

4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………... 16

4.2 Saran ……………………………………………………………………. 16

DAFTAR PUSTAKA ……….……………………………………………………….. 17

ii

Page 4: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai seorang perawat, sangat diperlukan adanya kesiapan untuk berani melakukan

tatap muka dan aktif dalam membangun keakraban dengan pasien sehingga terbangun

hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Pada umumnya, kontak pertama antara

seorang perawat dengan pasien dimulai dari anamnesa. Anamnesa adalah suatu kegiatan

pengumpulan data dengan cara wawancara pasien atau orang yang bersangkutan dengan

pasien untuk memperoleh data atau keterangan tentang kondisi kesehatan pasien.

Dalam menegakkan suatu diagnosis, anamnesa mempunyai peranan yang sangat

penting. Diagnosis yang akurat didapatkan dengan anamnesa yang benar dan lengkap.

Anamnesa yang baik akan mengalir dan spontan layaknya sebuah obrolan. Suasana anamnesa

yang nyaman hanya bisa dicapai jika perawat memiliki kemampuan berkomunikasi yang

baik.

Selain melakukan anamnesa, penting bagi perawat untuk melakukan pemeriksaan

tanda-tanda vital. Pemeriksaan tanda vital adalah cara untuk mendeteksi perubahan sistem

yang ada dalam tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan

darah. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam keadaan sakit atau kelelahan.

Perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh.

Oleh karena itu, sebagai seorang mahasiswa keperawatan, kami akan membahas

tentang anamnesa dan tanda-tanda vital karena kegiatan ini sangat penting dilakukan untuk

memantau perkembangan pasien sehingga pasien dapat mencapai tingkat kesehatan yang

optimal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud anamnesa dan apa saja kerangkanya?

2. Bagaimana pedoman mengukur tanda-tanda vital?

3. Apa yang dimaksud suhu, nadi, napas, dan tekanan darah?

4. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan tanda-tanda vital?

1

Page 5: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui definisi anamnesa dan kerangka anamnesa.

2. Mengetahui pedoman mengukur tanda-tanda vital.

3. Mengetahui konsep suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah.

4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi perubahan tanda-tanda vital.

2

Page 6: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anamnesa

Anamnesa atau anamnesis adalah suatu kegiatan pengumpulan data dengan cara

wawancara pasien atau orang yang bersangkutan dengan pasien dan tenaga kesehatan yang

berwenang untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan tentang kondisi kesehatan

pasien. Keterangan yang diberikan oleh pasien kepada tenaga kesehatan tentang kondisi

kesehatannya merupakan riwayat penyakit dan informasi informasi yang kita dapatkan. Saat

melakukan anamnesa sebaiknya kita membuat catatan ringkas dan jelas lalu membuat data

keseluruhannya berdasarkan catatan tersebut. Pada akhir anamnesa, kita sudah memiliki

informasi yang memadai untuk menegakkan diagnosis dan sudah dapat menyampaikan

keputusan kepada pasien. Untuk mendapatlan informasi yang lebih lanjut dan mendapatkan

diagnosis yang lebih akurat, langkah selanjutnya yaitu kita dapat melakukan pemeriksaan

fisik.

Kita harus menuntut pasien secara hati hati, pelahan dan cara berkomunikasi yang

terampil agar pasien dapat menyampaikan informasi. Kita harus cermat dan jeli dengan

informasi yang disampaikan oleh pasien. Kerangka anamnesa baku terdiri dari :

1. Keluhan utama

Keluhan utama ditulis sesuai dengan pernyataan yang di sampaikan oleh pasien. Jika pasien

mempunyai beberapa gejala, maka lebih baik dibuatkan daftar yang dapat dikembangkan

berdasarkan data yang diperoleh. Ajukan pertanyaan terbuka seperti “apa masalahnya” atau

“apa yang membuat anda harus berobat?”. Berikanlah pasien pertanyaan yang rasional.

Keluhan utama berdasarkan kata-kata pasien sendiri.

2. Riwayat perjalanan penyakit

Dengan mendapatkan informasi dari keluhan utama, kita sebaiknya bertanya kembali kepada

pasien sejenis dengan pertanyaan di atas, dan ketika pasien bercerita atau memberikan

informasi yang lebih lanjut, tindakan kita jangan pernah menyela atau memotong

pembicaraan pasien, dengan demikian pasien akan terus memberikan informasi yang lebih

jauh dan kitapun akan mendapatkan data yang lebih akurat.

3

Page 7: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

3. Anamnesa sistem

Setelah melakukan wawancara tentang keluhan pasien, kita perlu melakukan wawancara

singkat tentang sistem tubuhnya. Tanyakan kepada pasien apakah mereka mengalami gejala

gejala berikut : gejala umum (perubahan berat badan, demam, perubahan nafsu makan, dsb),

gejala pernapasan (batuk, dahak, batuk berdarah, sesak, nyeri dada, dsb), gejala

kardiovaskular (sesak napas saat berolahraga, nyeri dada, pembengkakan pergelangan kaki,

dsb), gejala pencernaan (gangguan pencernaan, nyeri abdomen, mual, muntah, perubahan

saat buang air besar atau kecil, diare, pengeluaran darah melalui rektum, disfagia, dsb), gejala

neurologis (nyeri kepala, pusing, kesemutan, kelemahan otot, tremor, kedutan, pingsan,

gangguan sfingter, dsb), gejala lokomotor (pegal, nyeri, kaku, pembengkakan, dsb), gejala

kulit (benjolan, bentol, ulkus, ruam, gatal, dsb)

4. Riwayat penyakit dahulu

Kita perlu memperoleh informasi secara rinci tentang penyakit atau tindakan bedah yang

pernah dilalui oleh pasien. Berikan pertanyaan kepada pasien seperti: “kapan penyakit

tersebut didiagnosis?” , “bagaimana penyakit tersebut terdiagnosis?” , “bagaimana

pengobatannya?”, tentunya kita mengujukan pertanyaan dengan bahasa yang mudah

dipahami oleh pasien. Juga tanyakan imunisasi atau asuransi. Tanyakan secara khusus

tentang diabetes, demam rematik, ikterus, hiperkolesterolemia, hipertensi, angina. Infark

miokard, stroke atau TIA, asma, TB, epilepsi, masalah anestesi, tranfusi, dll.

5. Alergi

Riwayat alergi sangat penting untuk diketahui. Tanyakan kepada pasien apakah mempunyai

riwayat alergi terhadap makanan ataupun mendapat reaksi jika mengkonsumsi obat-obatan.

Jika sebuah alergi dilaporkan oleh pasien, maka kita perlu memastikan kejadian tersebut

apakah pasien menjelaskan mengenai alergi tersebut dengan sebernarnya, suatu intoleransi

atau hanya efek samping yang tidak menyenangkan.

6. Riwayat pengobatan

Kita perlu menuliskan semua obat yang digunakan oleh pasien serta frekuensi penggunaan

setiap resep. Yakinkan kepada pasien dengan bantuan dokter ataupun apoteker dan lakukan

pencatatan tentang obat yang sedang digunakan dan yang telah dihentikan. Kita juga harus

memberikan pernyataan tentang dosis obat yang harus di konsumsi, penggunaan dengan rutin

dan tepat, akibat yang ditimbulkan jika berlebihan ataupun jika tidak mengkonsumsi obat

tersebut. Tanyakan juga kepada pasien soal obat yang mereka anggap bukan sebagai “obat”

4

Page 8: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

seperti obat tetes mata, obat hirup atau inhaler, obat tidur, kontrasepsi oral, obat bebas (dibeli

di apotik) suplemen vitamin, obat herbal, narkoba atau ekstasi.

7. Gaya hidup

Maksud gaya hidup di sini adalah kebiasaan yang sering pasien lakukan, seperti merokok,

mengkonsumsi alkohol atau narkoba, berolahraga, kegiatan sehari hari dan asupan yang

dimakan setiap harinya.

8. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga meliputi : susunan keluarga yang sekarang, termasuk usia dan jenis

kelamin, saudara kandung, kerabat lain yang relevan dan kesehatan keluarga. Kita perlu

menanyakan tentang penyakit penyakit yang diderita oleh anggota keluarga pasien dengan

cara komunikasi dengan sopan dan tidak menyinggung, penyebab penyakitnya dan sebaiknya

membuat diagram silsilah.

9. Riwayat sosial

Kita berkesempatan untuk mencatat secara rinci kehidupan pribadi pasien yang berhubungan

dengan diagnosis kerja, kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh dan rehabilitas. Riwayat

sosial sangat membantu untuk memahami dampak kesehatannya dalam kegiatan sosial

pasien. Tanpa riwayat sosial yang rinci, kita tidak dapat melakukan pendekatan holistik

terhadap kesejahteraan pasien. Pastikan juga tentang status perkawinan, orientasi seksual,

pekerjaan, orang yang tinggal dalam satu rumah, tipe rumah tinggal, lingkungan rumah, alat

bantu yang digunakan pasien dalam menjalankan kegiatan seharihari, hobi pasien, hewan

peliharaan, pernah berpergian keluar negeri atau tidak.

10. Pasien lanjut usia

Mungkin menghadapi pasien lanjut usia bagi sebagian besar atau kecil tanaga kesehatan

adalah hal yang sedikit sulit jika tidak memiliki cara berkomunikasi yang benar dan tepat.

Namun, penurunan fungsi kognitif, berkurangnya pendengaran, penglihatan dan penyakit

akut yang akan menjadi penyulit, tetapi data atau informasi tetap harus didapatkan. Interaksi

pertama yang kita lakuakn dengan pasien akan menjadi kesan pertama yang penting untuk

memperlancar proses anamnesa.

2.2 Tanda-tanda Vital

Pengukuran suhu, nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan, saturasi oksigen dan

nyeri adalah pengukuran yang sering dilakukan oleh tenaga kesehatan karena sebagai

5

Page 9: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

indikator dari status kesehatan dan sangat penting, oleh karena itu disebut tanda vital. Suhu

lingkungan, kegiatan olahraga, gaya hidup, merupakan contoh faktor yang menyebabkan

perubahan pada tanda vital sampai melewati batas normal. Pengukuran tanda vital memberi

data untuk menentukan kondisi kesehatan individu. Perubahan tanda vital juga menentukan

kebutuhan apa yang pasien harus dapatkan dan menentukan apa yang harus kita berikan

kepada pasien.

Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisen untuk memantau kodisi atau

mengindentifikasi masalah yang dihadapi oleh pasien. Kegiatan ini memang sederhana tetapi

tidak boleh diabaikan. Pengkajian tanda vital memberikan identifikasi untuk diagnosis

kesehatan. Teknik pengukuran tanda vital yang cermat dan teliti menjamin hasil yang akurat.

Waktu untuk pengkajian tanda-tanda vital:

a. Ketika klien masuk ke fasilitas perawatan kesehatan.

b. Sebelum dan sesudah prosedur kesehatan.

c. Sebelum dan sesudah pemberian medikasi yang mempengaruhi kardiovaskular,

pernapasan dan fungsi kontrol suhu.

d. Ketika kondisi fisik umum berubah.

e. Ketika pasien mengeluhkan gejala yang dirasakannya aneh atau beda.

2.2.1 Pedoman Mengukur Tanda-tanda Vital

Tanda vital merupakan data dasar yang kita gunakan untuk pengkajian. Penetapan

data dasar dari tanda vital selama pemeriksaan fisik rutin merupakan kontrol terhadap

kejadian yang akan datang, seperti kebutuhan apa yang diperlukan pasien dan perlindungn

apa yang harus diberikan kepada pasien. Kita harus mampu mengukur tanda vital secara

benar, paham dan dapat menyimpulkan hasilnya. Pedoman brikut ini membantu perawat

dalam pemeriksaan tanda vital.

a. Perawat yang merwat pasien, bertanggung jawab terhadap pengkajian tanda vital. Kita

harus mendapatkan data vital dengan akurat untuk membuat keputusan.

b. Peralatan harus berfungsi dengan baik dan sesuai agar mendapatkan hasil yang akurat.

c. Peralatan yang dipakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien.

d. Perawat mengetahui batas normal tanda vidal untuk membanding dengan hasil yang

didapatkan.

e. Perawat mengetahui riwayat medis pasien, terapi dan obat obatan yang akan dikonsumsi

oleh pasien.

6

Page 10: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

f. Perawat mengontrol atau meminimalisir faktor yang dapat mengganggu tanda vital.

g. Perawat menggunakan pendekatan yang teratur dan sistematis saat melakuakn

pemeriksaan.

h. Pendekatan yang tidak sesuai akan mengubah tanda vital.

i. Lakukan kolaborasi dengan tenanga kesehatan lainnya, seperti dokter.

j. Menganalisis hasil dari pengukuran tanda vital.

2.2.2 Suhu Tubuh

Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh tubuh dan

jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Tubuh memiliki seperangkat sistem yang

mampu mempertahankan suhu tubuh secara otomatis. Panas yang dihasilkan oleh tubuh

sebenarnya merupakan hasil dari sistem metabolisme yang bekerja di dalam tubuh manusia.

Fluktuasi suhu tubuh diatur oleh hipotalamus menggunakan prinsip feedback atau umpan

balik. Apabila hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, maka mekanisme

umpan balik tersebut berlangsung. Hipotalamus akan terangsang untuk mempertahankan

suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga

suhu kembali pada titik tetap sekitar 370C.

Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh :

a. Kecepatan laju metabolisme.

b. Rangsangan saraf simpatis. Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan

metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini

dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan

norepineprin yang meningkatkan metabolisme.

c. Hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan

peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh

juga meningkat.

d. Hormon tiroid. Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia

dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme

menjadi 50-100% di atas normal.

e. Hormon kelamin. Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme kira-

kira 10-15% kecepatan normal dan menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada

perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi karena pengeluaran hormon progesterone pada

masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C

7

Page 11: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

f. Demam (peradangan). Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan

metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

g. Status gizi. Nutrisi yang dimiliki tubuh dapat mempengaruhi suhu tubuh melalui timbunan

lemak yang ada dalam tubuh.

h. Lingkungan. Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas

tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga

sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu

antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan

panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah.

Tubuh berupaya mempertahankan suhunya agar tetap normal dan stabil. Namun,

setiap manusia harus mengetahui apa dampaknya apabila suhu tubuh terlalu rendah atau

terlalu tinggi.

a. Suhu tubuh rendah

Suhu tubuh rendah bisa disebut sebagai hipotermia. Suhu tubuh yang terlalu rendah  dapat

mengancam jiwa karena memperlambat sistem kerja saraf dan pernapasan, serta peredaran

darah. Pada orang dewasa, gejala yang akan dirasakan antara lain menggigil, bicara tidak

jelas, pernapasan yang pendek dan pelan, serta perlahan-lahan hilang kesadaran.

Sementara gejala yang terjadi pada bayi adalah kulit dingin dan berwarna merah, tidak

berenergi, dan menangis tanpa tenaga.

b. Suhu tubuh tinggi

Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh berada pada titik lebih dari 38,3 derajat

Celcius. Hipertermia terjadi ketika tubuh gagal mengatur suhu sehingga suhu tubuh pun

terus meningkat. Sengatan panas akan dirasakan oleh pengidap hipertemia. Demam

berbeda dari hipertermia. Seseorang dikatakan mengalami demam ketika suhu tubuhnya

berada di atas 37,5 derajat Celcius. Demam adalah peningkatan suhu tubuh dalam tingkat

yang sepenuhnya terkendali oleh sistem pengaturan suhu tubuh sedangkan hipertermia

adalah meningkatnya suhu tubuh di luar kendali sistem tersebut.

Mengukur suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa bagian tubuh seperti di dahi,

ketiak dan dubur. Alat untuk mengukur suhu tubuh adalah termometer. Kini termometer

memiliki beberapa jenis yang dapat digunakan sebagai pengukur suhu tubuh di beberapa

bagian tubuh lainnya. Berikut penjelasannya:

a. Termometer telinga. Sesuai namanya, termometer berbentuk kerucut kecil ini digunakan

pada telinga. Suhu tubuh bisa terlihat di layar digital dalam hitungan detik.

8

Page 12: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

b. Termometer elektronik. Terbuat dari plastik dan ujungnya menyerupai pensil. Termometer

ini dapat digunakan di ketiak, mulut, atau rektum (anus). Jenis ini mudah digunakan dan

dibaca.

c. Termometer dahi. Termometer ini menggunakan suhu kulit untuk menentukan suhu tubuh.

Penggunaan termometer berbentuk tipis ini cukup ditempel pada dahi.

d. Termometer arteri temporal. Bisa digunakan untuk mengukur suhu tubuh pada bagian

dahi.

e. Termometer sekali pakai. Jenis ini bisa dipakai sekali di mulut atau rektum. Bisa juga

dipakai untuk mengukur suhu terus-menerus selama 48 jam pada kulit bayi. Termometer

ini aman, namun tidak seakurat termometer elektornik dan telinga.

f. Termometer dot. Berbentuk seperti dot bayi. Cukup letakkan termometer ini di mulut bayi

saat mengukur suhu. Termometer ini terbilang kurang efektif dan efisien karena butuh

waktu lama untuk memunculkan hasilnya ditambah hasilnya tidak seakurat jenis

termometer lain.

2.2.3 Nadi

Nadi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan frekuensi, irama, dan

volume detak jantung yang dapat dikaji pada lokasi sentral atau perifer. Nadi adalah

gelombang darah yang dihasilkan oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Umumnya,

gelombang nadi menunjukkan volume darah yang dikeluarkan pada tiap kontraksi jantung

dan komplians arteri. Komplians arteri adalah kemampuan arteri untuk berkontraksi dan

melebar. Frekuensi nadi ditunjukkan dalam denyut per menit (beats per minute/BPM).

Pada orang sehat, nadi mencerminkan detak jantung. Maka dari itu, frekuensi nadi

sama dengan kontraksi ventrikel jantung. Akan tetapi, pada beberapa jenis penyakit

kardiovaskuler, detak jantung dan frekuensi nadi dapat berbeda. Sebagai contoh, jantung

klien mungkin menghasilkan gelombang nadi yang sangat lemah atau kecil yang tidak

terdeteksi pada nadi perifer. Dalam hal ini, perawat harus mengkaji detak janntung (nadi

apikal) dan nadi perifer. Nadi apikal adalah nadi sentral yang terdapat di bagian apeks

jantung. Nadi perifer adalah nadi yang terdapat pada bagian perifer tubuh (di kaki, tangan,

atau leher).

Kecepatan jantung normal (BPM) untuk bayi baru lahir (newborn): 70-170, 1-6 tahun:

75-160, 6-12 tahun: 80-120, dewasa dan usia lanjut: 60-100, atlet yang terkondisi baik: 50-

100. Pada dewasa, kecepatan jantung kurang dari 60 bpm disebut bradikardia, dan kecepatan

9

Page 13: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

jantung lebih dari 100 bpm disebut takhikardia. Namun, atlet yang baik kondisinya, dapat

menunjukkan kecepatan jantung kurang dari 60 bpm, dan kecepatan janutng lebih dari 100

bpm dapat terjadi pada pasien yang berolahraga atau gelisah. Selain kecepatan denyut nadi,

ritme denyut nadi juga harus dievaluasi. Normalnya, ritme nadi adalah tetap dan rata. Jika

ritme tidak teratur, disebut aritmia. Jika terdeteksi aritmia ini, suara jantung dapat

diauskulatsi dengan stetoskop untuk dapat lebih akurat menilai.

Faktor yang mempengaruhi frekuensi nadi di antaranya:

a. Usia. Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama

pertumbuhan. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem

kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang

dapat dipercaya. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi

menurun seiring dengan pertambahan usia.

b. Jenis kelamin. Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum pada wanita lebih

tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja

mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal

pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per

menit.

c. Olahraga/aktivitas fisik. Frekuensi nadi secara normal meningkat sesuai aktivitas. Baik

nadi saat istirahat maupun peningkatan frekuensi nadi pada atlet yang sedang latihan

mungkin lebih rendah daripada rata-rata orang normal disebabkan ukuran, kekuatan, dan

efisiensi jantung yang lebih besar.

d. Demam. Frekuensi nadi meningkat sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah

akibat vasodilatasi perifer yang ditimbulkan oleh peningkatan suhu tubuh dan kecepatan

metabolisme.

e. Obat. Beberapa obat menurunkan frekuensi nadi dan yang lainnya meningkatkan frekuensi

nadi. Sebagai contoh, kardiotonik akan menurunkan frekuensi jantung, sedangkan

epinefrin akan meningkatkannya.

f. Hipovolemi/dehidrasi. Kehilangan cairan sistem vaskular akan meningkatkan frekuensi

nadi.

g. Stres. Sress, emosi seperti takut, cemas, serta persepsi terhadap nyeri hebat akan

meningkatkan frekuensi nadi dan kekuatan detak jantung.

h. Posisi. Saat seseorang duduk atau berdiri, darah terkumpul dalam pembuluh darah yang

bergantung di sistem darah vena. Terkumpulnya darah tersebut mengakibatkan penurunan

10

Page 14: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

sementara aliran balik vena ke jantung dan selanjutnya menurunkan tekanan darah,

meningkatkan frekuensi jantung, memaksa kontraksi ventrikel, dam tonus vena/arteri.

i. Ukuran tubuh. Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh

seseorangyaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan Rumus : BB (Kg)

IMT = TB(m) X TB(m)

Keteranan :

IMT = Indek Masa Tubuh

BB = Berat Badan

TB = Tinggi Badan.

Pada umumnya, nadi dapat dikaji di sembilan lokasi yaitu:

a. Temporalis. Tempat arteti temporal melewati tulang temporal pada kepala. Yaitu berada di

superior (di atas) dan lateral terhadap mata (menjauhi garis tengah mata).

b. Karotis. Pada sisi leher di bawah lobus telinga, tempat arteri karotis lewat di antara trakhea

dan dan otot sternokleiomastoideus.

c. Apikal, pada apeks jantung. Pada dewasa terletak di dada kiri, kira-kira 8 cm sebelah kiri

sternum pada interkosta kelima.

d. Brakialis. Pada bagian dalam otot biseps lengan atau di tengah ruang antekubital.

e. Radialis. Arteri radialis berada sepanjang tulang radialis, pada sisi sejajar ibu jari di bagian

dalam pergelangan tangan.

f. Femoralis. Tempat arteri femoralis melalui sepanjang ligament inguinal.

g. Popliteal. Tempat arteri popliteal melalui bagian belakang lutut.

h. Tibial posterior. Tempat arteri tibial posterior melalui bagian belakang malcolus medial,

pada permukaan medial pergelangan kaki.

i. Pedal (dorsalis pedis), tempat arteri dorsalis pedis melalui pergelangan kaki. Arteri ini

dapat dipalpasi dengan merasakan bagian atas kaki pada garis imajiner dan bagian tengah

pergelangan kaki hingga ruang antara jempol kaki dan jari kaki kedua.

Denyut nadi yang cepat dapat disebabkan oleh aktivitas olahraga; anemia;

mengonsumsi obat-obatan, stimulan (seperti kafein, amfetamin, pil diet, rokok), dan alkohol;

menderita demam atau beberapa jenis penyakit jantung; serta kelenjar tiroid yang terlalu

aktif, dan stres. Sedangkan denyut nadi rendah saat istirahat bisa dikarenakan oleh  penyakit

jantung, mengonsumsi obat-obatan untuk mengobati penyakit jantung, tingkat kebugaran

yang baik, kelenjar tiroid kurang aktif (hipotiroidisme). Dan denyut nadi lemah bisa

11

Page 15: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

diakibatkan adanya bekuan darah di lengan atau kaki, penyakit pembuluh darah, penyakit

jantung, dan gagal jantung.

2.2.4 Pernapasan

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bernapas. Pernapasan adalah proses

mekanisme tubuh untuk melakukan pertukaran udara di atmosfir dengan di dalam tubuh.

Pernapasan termasuk ventilasi (gerakan udara masuk dan keluar dari paru paru), difusi

(pergerakan oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan sel darah merah) dan perfusi

(distribusi sel darah merah ke dan dari kapiler paru). Inspirsi adalah pengambilan udara ke

dalam paru, sedangkan ekspirasi adalah pengeluaran gas dari paru ke atmosfer. Kontrol

pernapasan secra kimiawi dipengaruhi pH darah, O2, dan CO2.

Ada dua tipe pernapasan yang diobservasi perawat: pernapasan kostal (thoracic

breathing) dan pernapasan diafragma (abdominal breathing). Pernapasan kostal dapat

diobservasi melalui pergerakan dada ke atas dan ke luar. Pernapasan diafragma diobservasi

melalui pergerakan abdomen, yang merupakan hasil kontraksi dan pergerakan diafragma ke

bawah.

Kecepatan pernapasan normal bervariasi tergantung usia. 2-6 tahun: 21-30 rpm, 6-10

tahun: 20-26 rpm, 12-14 tahun: 18-22 rpm, dewasa dan lanjut usia: 12-20 rpm. Untuk

dewasa, kecepatan nafas kurang dari 12 rpm disebut bradipnea dan kecepatan nafas lebih dari

20 rpm disebut takhipnea Faktor yang mempengaruhi pernapasan di antaranya:

a. Faktor psikis. Pada saat keadaan emosi seperti menangis, mengeluh dengan menarik napas

panjang, dan merintih karena suatu penyakit, dapat mengganggu ritme pernapasan.

Mekanisme tersebut secara psikis dapat menimbulkan sensasi sesak napas.

b. Faktor peningkatan kerja pernapasan. Apabila dinding paru mengalami penurunan

sedangkan tahanan saluran pernapasan meningkat, maka otot pernapasan akan meningkat

untuk perubahan volume dan tambahan tenaga untuk kerja pernapasan. Hal ini

mengakibatkan kebutuhan oksigen yang banyak, apabila paru tidak bisa memenuhi maka

akan menimbulkan sesak nafas. Beberapa hal yang termasuk memengaruhi faktor kerja

pernapasan: (1) ventilasi yang berubah, seperti latihan jasmani dan adanya asidosis, (2)

sifat fisik yang berubah, seperti meningkatnya dinding elastis paru dan tahanan bronkhial.

c. Impuls sensori dari reseptor termal kulit dan dari reseptor nyeri superficial.

d. Usia. Seiring dengan pertambahan usia, frekuensi pernapasan turun secara bertahap.

e. Demam. Frekuensi pernapasan akan lebih cepat pada klien yang bersuhu tinggi.

12

Page 16: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

f. Obat. Narkotika dan obat penekan sistem saraf pusat lainnya sering memperlambat

frekuensi pernapasan.

2.2.5 Tekanan Darah

Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika mendorong dinding arteri. Tekanan

darah tergantung pada luaran kardiak, volume darah yang diejeksi oleh ventrikel permenit,

dan tahanan pembuluh darah perifer. Kecepatan jantung, kontraktilitas dan volume darah

total, yang tergantung pada kadar natrium, mempengaruhi luaran jantung (cardiac output).

Viskositas darah arteri dan elastisistas dinding mempengaruhi tahanan pembuluh darh

vaskular.

Tekanan darah mempunyai dua komponen: sistolik dan diastolik. Tekanan darah

sistolik menggambarkan tekanan maksimum pada arteri ketika kontraksi ventrikel kiri dan

diatur oleh volume stroke (atau volume darah yang dipompa keluar pada setiap denyut

janutng). Tekanan darah diastolik adalah tekanan saat istirahat yaitu tekanan dari darah antar

kontraksi ventrikel. Perbedaan antara tekanan diastolik dan sistolik disebut tekanan nadi.

Tekanan darah normal untuk orang dewasa adalah 120 untuk tekanan sistolik dan 80 untuk

tekanan diastolik, atau 120/80 mmHg.

Faktor yang mempengaruhi tekanan darah di antaranya:

a. Usia. Bayi baru lahir memiliki tekanan darah sistolik rata-rata 73 mmHg. Tekanan sistolik

dan diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada lansia, arterinya

lebih keras dan kurang fleksibel terhadap tekanan darah. Hal ini mengakibatkan

peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat karena dinding pembuluh

darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.

b. Jenis kelamin. Wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih rendah daripada pria yang

berusia sama, hal ini cenderung akibat variasi hormon. Setelah menopause, wanita

umumnya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari sebelumnya.

c. Olahraga. Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah. Untuk mendapatkan pengkajian

yang dapat dipercaya dari tekanan darah saat istirahat, tunggu 20 hingga 30 menit setelah

berolahraga.

d. Obat-obatan. Ada banyak obat yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan darah.

e. Stres. Stimulasi sistem saraf simpatis meningkatkan curah jantung dan vasokontriksi

arteriol, sehingga meningkatkan hasil tekanan darah.

13

Page 17: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

f. Obesitas. Obesitas baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor

predisposisi hipertensi.

g. Variasi diurnal. Tekanan darah umumnya paling rendah pada pagi hari, saat laju

metabolisme paling rendah, kemudian meningkat sepanjang hari dan mencapai puncaknya

pada akhir sore atau awal malam hari.

h. Demam/Panas/Dingin. Demam dapat meningkatkan tekanan darah karena peningkatan

laju metabolisme. Namun, panas eksternal menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan

tekanan darah. Dingin menyebabkan vasokontriksi dan meningkatkan tekanan darah.

Tekanan darah biasanya dikaji pada lengan klien dengan menggunakan arteri brakialis

dan stetoskop standar. Pengkajian tekanan darah pada paha dengan menggunakan arteri

popliteal biasanya diindikasikan pada situasi di bawah ini:

a. Tekanan darah tidak dapat diukur pada kedua lengan atas klien (misal karena luka bakar,

trauma, atau mastektomi bilateral).

b. Tekanan darah di satu sisi paha harus dibandingkan dengan paha di sisi lainnya.

c. Manset tekanan darah terlalu lebar untuk ekstremitas atas.

Tekanan darah tidak dapat dikur pada lengan atas atau paha klien pada situasi di bawah ini:

a. Klien baru menjalani pembedahan pada dada atau aksila di sisi tersebut.

b. Klien mendapat infus intravena atau transfusi darah di ekstremitas tersebut.

c. Klien mempunyai fistula arteriovenosus (misal untuk dialisis renal) di ekstremitas

tersebut.

Ada dua metode tidak langsung non-invasif yang umum digunakan dalam mengukur

tekanan darah: metode auskultasi dan palpasi. Metode auskultasi umumnya digunakan di

rumah sakit, klinik, dan rumah. Tekanan eksternal diberikan pada arteri superfisial dan

perawat membaca tekanan pada sfigmomanometer sambil mendegarkan lima fase suara yang

disebut suara Korotkoff melalui stetoskop. Bunyi korotkoff menjadi 5 fase. Fase 1 disebut

fase sistolik dimana tekanan sitolik dapat membuka pembuluh darah untuk sementara waktu

dan menimbulkan suara ketukan nyaring. Pada fase 2 tekanan diturunkan dan aliran yang

melewati pembuluh darah meningkat menyebabkan suara desiran. Bunyi tersebut akan

semakin nyaring pada fase 3. Di fase 4 bunyi tiba-tiba meredup, melemah dan meniup hingga

fase 5 saat dimana bunyi tidak sama sekali terdengar dan ditandailah besaran tekanan

diastoliknya. Namun pada beberapa pasien terkadang fase ke 4 akan terdengar perubahan

bunyi yang sangat jelas setelah tekanan darah turun beberapa milimeter, bunyi itu pun

menghilang.

14

Page 18: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

Fase I : lemah, jelas dan ketuk (tekanan sistolik)

Fase II: swooshing

Fase III: nyaring (crisp), lebih intensif (tapping)

Fase IV: muffling (pada dewasa hal ini menunjukkan keadaan hiperkinetik jika fase ini terus

berlangsung selama pengikat lengan mengempis).

Fase V: hilangnya suara (pada dewasa, tekanan diastolik).

Metode palpasi terkadang digunakan ketika suara Korotkoff tidak dapat didengar dan

peralatan elektronik untuk membantu mendengarkan suara tidak tersedia. Perawat melakukan

palpasi denyut arteri saat tekanan manset dilepaskan. Tekanan sistolik dibaca pada

sfigmomanometer saat denyutan pertama dirasakan. Selain denyutan, terasa suatu getaran

tunggal seperti deraan, yang mengidentifikasi tempat saat tekanan dalam manset mendekati

tekanan diastolik. Getaran tersebut tidak lagi terasa saat tekanan manset di bawah tekanan

distolik. Apabila mempalpasi tekanan diastolik, perawat memberikan tekanan ringan hingga

sedang pada tempat denyutan nadi itu.

2.2.6 Pencatatan Tanda Vital

Perawat mengindentifikasi prosedur pengukuran tanda vital untuk mencatat pada

grafik atau lembar catatan tanda vital. Dengan data yang didapatkan dari hasil mengukuran

tanda vital, kita dapat mengetahui kondisi kesehatan pasien, apakah tekanan darah normal

atau abnormal, dan hal yang lainnya. Dengan demikian kita dapat memutuskan diagnosis apa

yang akan disampaikan kepda pasien, kebutuhan apa yang harus diterima pasien dan apa

yang harus kita lakukan.

Tanda vital diukur sebagian bagian dari pemeriksaan fisik atau sebagai tinjauan

kondisi pasien. Perawat mengkaji perubahan tanda vital dengan temuan pengkajian fisik

untuk menentukan frekuensi pengukuran dan keputusan kajian. Pengetahuan tentang batas

normal tanda vital dan faktor yang mempengaruhi tanda vital membantu kita menemukan dan

mengevaluasi nilai abnormal. Jika satu tanda vital berubah atau abnormal, akan berpengaruh

ke tanda vital yang lainnya. Tanda vital baik dilakukan ketika pasien dalam keadaan tenang

dan nyaman disertai cara berkomunikasi kita yang tidak mengganggu kenyamanan pasien.

15

Page 19: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan data pada pasien terdiri dari dua cara, anamnesa dan tanda-tanda vital.

Anamnesa merupakan proses wawancara perawat mengenai kondisi kesehatan yang dialami

pasien baik kepada pasien itu sendiri, keluarga pasien, maupun tenaga kesehatan yang

berhubungan dengan pasien. Pertanyaan-pertanyaan yang utama saat proses anamnesa

meliputi keluhan utama pasien, riwayat perjalanan penyakit, anamnesa sistem, riwayat

penyakit dahulu, alergi, gaya hidup, riwayat keluarga, riwayat sosial, dan pasien lanjut usia.

Walaupun berbasis wawancara namun bila proses anamnesa berjalan dengan baik akan terasa

seperti obrolan santai yang membuat pasien nyaman.

Selain proses anamnesa, pemeriksaan fisik berupa tanda-tanda vital merupakan

kegiatan untuk mendapatkan data tentang kondisi pasien lebih lanjut. Tanda-tanda vital

merupakan parameter tubuh yang menunjukkan kondisi tubuh saat itu juga. Tanda-tanda vital

meliputi tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, dan pernapasan. Namun, dari beberapa

sumber pun menyebutkan jika nyeri, tinggi dan berat badan juga merupakan tanda-tanda

vital.

Proses memperoleh data pasien sangatlah diwajibkan agar perawat tahu hal yang

harus perawat penuhi kebutuhan dan tindakan yang dibutuhkan pasien.

3.2 Saran

Sebagai orang yang sering bertemu dengan pasien, perawat harus bias berkomunikasi

dengan lanar kepada pasien agar pasien merasa nyaman saat ditanyakan tentang kondisinya

terutama pasien anak-anak, orang lanjut usia, dsb karena butuh perhatian dan keterampilan

yang baik agar pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Selain itu, keterampilan

untuk mendapatkan data fisik pun harus perawat kuasai dengan baik agar tidak membuat

kesalahan yang mengakibatkan harus memeriksa ulang dan membuat pasien tidak nyaman.

16

Page 20: Anamnesa & Tanda-tanda Vital

DAFTAR PUSTAKA

Fenanlampir, Albertus & Faruq, Muhammad Fuhyi. 2015. Tes dan Pengukuran dalam

Olahraga. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Gede, Yasmin Nilu & Effendy, Christantie. 2002. Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: EGC.

Kozier & Erb. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.

Kozier & Erb. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Ed.

7, Vol. 1. Jakarta: EGC.

Mc Glyn, Burnside. 2008. Buku Diagnosis Adams. Ed. 17. Jakarta: EGC.

Muttaqien, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

Jakarta: Salemba Medika.

Thomas, James & Monaghan, Tanya. 2012. Buku Saku Oxford: Pemeriksaan Fisik dan

Keterampilan Praktis. Jakarta: EGC.

17