6
ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA Gambar 1. Kornea (Sumber: http://img.webmd.com/dtmcms/live/webmd/consumer_assets/ site_images/articles ) Kornea (latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya.² Kornea transparan (jernih), bentuknya hampir sebagian lingkaran dengan diameter vertikal 10-11 mm, horizontal 11-12 mm, tebal 0,6-1 mm dan terdiri dari 5 lapis. Kemudian indeks bias 1,375 dengan kekutan pembiasan 80%.

Anatomi Dan Fisiologi Kornea

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anatomi

Citation preview

Page 1: Anatomi Dan Fisiologi Kornea

ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA

Gambar 1. Kornea (Sumber:

http://img.webmd.com/dtmcms/live/webmd/consumer_assets/site_images/articles)

Kornea (latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian

selaput mata yang tembus cahaya.² Kornea transparan (jernih), bentuknya hampir

sebagian lingkaran dengan diameter vertikal 10-11 mm, horizontal 11-12 mm,

tebal 0,6-1 mm dan terdiri dari 5 lapis. Kemudian indeks bias 1,375 dengan

kekutan pembiasan 80%.

Sifat kornea yang dapat ditembus cahaya ini disebabkan oleh struktur

kornea yang uniform, avaskuler dan diturgesens atau keadaan dehidrasi relative

jaringan kornea, yang dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel

dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel

dalam mencegah dehidrasi, dan cedera kimiawi/ fisik pada endotel jauh lebih

Page 2: Anatomi Dan Fisiologi Kornea

berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel jauh menyebabkan

sifat transparan hilang dan edema kornea di mana trauma atau penyakit yang

merusak endotel akan mengakibatkan system pompa endotel terganggu sehingga

dekompensasi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya

regenerasi. sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat

karena akan menghilang seiring dengan regenerasi epitel.

Kornea dipersarafi oleh N. V di mana berfungsi sebagai media

penglihatan. Kornea juga merupakan salah satu bagian mata yang mempunyai

peralatan imunologik yang tidak lengkap di mana hanya mempunyai sedikit

immunoglobulin. Jaringan ini tidak mempunyai saluran difusi tertentu Antibodi

natrium, bromide dan cesium dapat melalui difusi di antara susunan fibril. Makin

besar molekul makin lambat difusi. Peradangan tidak terjadi pada kornea utuh,

karena kornea kompak. Peradangan dapat terjadi di darah limbus atau adanya

bagian kornea yang rusak. Peradangan dapat timbul di daerah limbus, lapisan air

mata dan bagian belakang kornea. Oleh karena jalur aferen eferen kornea tidak

berfungsi dengan baik, maka kornea mempunyai keistimewaan tersendiri. Oleh

karena itu transplantasi kornea angka keberhasilannya cukup tinggi, bila tidak ada

neurovaskularisasi dan sinekia anterior.

Gambar 2. Lapisan Kornea

(Sumber: Vaughan & Asbury's General Ophthalmology Textbook, 17th edn)

Page 3: Anatomi Dan Fisiologi Kornea

Kornea merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan

dan terdiri atas lapis:²

1. Epitel

Bentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Bersifat fat soluble substance.

Ujung saraf kornea berakhir di epitel oleh karena itu kelaianan pada epitel akan

menyebabkan gangguan sensibilatas korena dan rasa sakit dan mengganjal. Daya

regenerasi cukup besar, perbaikan dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan

parut. Tebalnya 50um, terdiri atas sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang

tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering

terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap

dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel

basal disampingnya dan sel poligonal didepannya melalui desmosom dan makula

okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang

merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat

kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menjadi erosi rekuren. Epitel berasal dari

ektoderm permukaan.2

2. Membrana Bowman

Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen

yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

Mempertahankan bentuk kornea Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

Kerusakan akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.2

3. Stroma

Lapisan yang paling tebal dari kornea. Bersifat water soluble substance.

Terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun atas lamel-lamel, pada permukaan

terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen bercabang.

Stroma bersifat higroskopis yang menarik air, kadar air diatur oleh fungsi pompa

sel endotel dan penguapan oleh sel epitel. Gangguan dari susunan serat kornea

terlihat keruh. Terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang

kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang

merupakan fibroblast terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit

membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau

sesudah trauma.2

Page 4: Anatomi Dan Fisiologi Kornea

4. Membran Descemet

Lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat dan tidak berstruktur dan bening

terletak dibawah stroma dan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya

pembuluh darah. Merupakan membrane selular dan merupakan batas belakang

stroma kornea dihasilkan. sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal

40um.2

5. Endotel

Satu lapis sel terpenting untuk mempertahankan kejernihan kornea,

mengatur cairan didalam stroma kornea, tidak mempunyai daya regenerasi, pada

kerusakan bagian ini tidak akan normal lagi. Dapat rusak atau terganggu

fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intra okuler dan usia lanjut jumlah mulai

berkurang. Dengan bertambahnya usia akan mengakibatkan jumlah endotel

berkurang. Berasal dari mesotalium, berlapis satu bentuk heksagonal besar 20-

40um. Endotel melekat pada membran descemet melalui hemi desmosom dan

zonula okluden.2

Daftar Pustaka

Ilyas Sidarta, Prof. dr.. 2002. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 2. Jakarta: Sagung

Seto. pp.4-6, 20