Upload
yogi-rockfaster
View
110
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
ANATOMI DAN FISIOLOGI
SISTEM SENSORI PERSEPSI PENDENGARAN
A5-C
KELOMPOK III
NAMA KELOMPOK:
1. Ari Mas Yana Swari ( 11.321.1142 )
2. Dewi Laraswati ( 11.321.1147 )
3. Eka Desiari ( 11.321.1153 )
4. Happy Herlina ( 11.321.1158 )
5. Lilis Anita Sari ( 11.321.1163 )
6. Odi Gunawan ( 11.321.1170 )
7. Subamia ( 11.321.1178 )
8. Trilita Aminita ( 11.321.1183 )
9. Yogi Aristana Putra ( 11.321.1188 )
SI KEPERAWATAN
STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2013
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas
berkat rahmat-Nya makalah yang ”Anatomi dan Fisiologi Sistem Sensori Persepsi Pendengaran”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai pedoman bagi mahasiswa untuk mengetahui lebih jelas tentang anatomi dan
fisiologi yang berhubungan dengan Sistem Sensori Persepsi serta dalam memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Sensori Persepsi.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan mengingat keterbatasan kami dalam penyusunan. Sehingga dengan keterbatasan
tersebut kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat dan kami ucapkan terima kasih.
Denpasar, April 2013
(Tim Penulis)
i
DAFTAR ISI
Table of ContentsKATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................1
C. TUJUAN...............................................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................................2
A. ANATOMI PENDENGARAN...........................................................................................2
B. FISIOLOGI PENDENGARAN..........................................................................................6
BAB III...........................................................................................................................................12
PENUTUP......................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indra di dalam tubuh kita secara terus-menerus member informasi tentang lingkungan di
sekitar kita melihat, mendengar, meraba, dan merasakan. Pada makalah ini kami membahas
tentang indra pendengaran yang merupakan pengindraan keseimbangan yang memungkinkan
kita untuk berdiri tegak.
Proses mendengar sebenarnya sudah terjadi segera setelah bayi dilahirkan normal ke
dunia, bahkan organ pendengaran sudah berfungsi seperti layaknya orang dewasa tatkala
janin berusia 20 minggu kehamilan. Janin sudah dapat memberikan reaksi ketika diberikan
stimulus berupa nada murni berfrekwensi tinggi melalui microphone yang ditempatkan pada
perut ibu seperti yang dilaporkan pertama kali oleh seorang peneliti yang bernama Johansson
et al pada tahun 1964. Hubungan antara kemampuan anak untuk mendengar dan kemampuan
untuk berbicara. Apabila terjadi gangguan pendengaran sejak dini maka akan terjadi pula
gangguan perkembangan bicara.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini, antara lain :
1. Bagaimana anatomi dari sistem pendengaran?
2. Apasaja fisiologi dari sistem pendengaran?
C. TUJUAN
1. Tujuan umum:
a. Mahasiswa mampu untuk memahami tentang sistem sensori persepsi telinga
2. Tujuan khusus:
a. Mahasiswa mampu memahami anatomi telinga
b. Mahasiswa mampu memahami fisiologi telinga
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI PENDENGARAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbangan.Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan
pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara
tergantung pada kemampuan mendengar.
Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga
bagian dalam
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari aurikula (daun telinga) dan saluran telinga. Aurikula atau
pina tersusun atas kartilago yang dibungkus kulit. Ketidakberadaan aurikula akan
merugikan penglihatan. Saluran telinga disebut meatus auditorius eksternusmerupakan
saluran kedalam os. Temporal dan membentuk kurva yang condong ke atas dank e bawah.
2
2. Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan rongga yang berisi udara dalam tulang temporal.
Gendang telinga alau membrane timpani, membentuk bagian samping akhir telinga dan
akan bergetar ketika gelombang suara melaluinya. Getaran ini akan diteruskan ke tiga
tulang pendengaran yaitu maleus, incus, dan stapes. Kemudian stapes akan menghantar
getaran ke telinga dalam yang berisii cairan pad fenestra festibuli.
Tuba eustachi (tuba auditorius) memanjang dari telinga tengah sampai nasofaring
dan memungkinkan udara masuk atau meninggalkan rongga telinga tengah. Tekanan pada
rongga telinga harus sama dengan tekanan udara diluar atsmofer luar, supaya gendang
telingadapat bergetar dengan baik. Tuba eustachii pada anak-anak pendek dan terletak
lebih horizontal, serta memungkinkan bakteri menyebar dari faring kee telinga tengah.
Oleh karena itu otitis media dapat timbul sebagai komplikasi infeksi steptokokus di
tenggorokan.
3
3. Telinga Dalam
Gambar. : Telinga Tengah dan Telinga Dalam
Gambar : Koklea
4
Gambar : Organ Korti
Di dalam os. Temporal, telinga dalam merupakan suatu rongga yang disebut
labirin berdinding tulang (maze), yang dilapisi oleh membrane yang disebut membranosa
labirin. Perilimfe merupakan cairan yang terdapat di antara tulang dan membrane.
Endolimfe adalah cairan yang terdapat di dalam telinga dalam. Struktuur-struktur tersebut
adalah koklea, yang terkait erat dengan pendengaran dan urtikulus, sakulus dan kanalis
semisirkularisyang semuanya berfungsi untuk mempertahankan equilibrium.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan struktur dua setengah pputaran. Di
bagian dalamnya, koklea dibagi menjadi tiga saluran yang berisi cairan. Saluran yang
tengah adalah duktus kokleari, yang memiliki reseptor pendengaran pada organ korti
(organ spinal). Reseptornya disebut sel rambut (tonjolan reseptor tersebut bukan rambut,
ttetapi merupakan mikrovili yang disebut stereosilia), yang mengandung nervus cranial
ke-8. Tempat melekatnya sel rambut adalah membrane tektorial.
B. FISIOLOGI PENDENGARAN
1. Telinga Luar
5
Telinga luar fungsi untuk menungumpulkan dan memindahkan gelombang suara
ke telinga
a. Pinna yaitu lempeng tulang rawan yang terbungkus kulit dan terletak di kedua sisi
kepala. Fungsinya mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluaran
telinga, berperan dalam lokalisasi suara.
b. Meatus auditorius eksternus (saluran telinga) letak di saluran dari eksterior melalui
tulang temporalis ke membrane timpani. Fungsinya mengarahkan gelombang suara ke
membrane timpani, mengandung rambut-rambut penyaring dan mensekresikan
kotoran telinga untuk menangkappartikel-partikel asing.
c. Membrane timpani (gendang telinga) yait membrane tipis yang memisahkan telinga
luar dan tengah. Fungsinya bergetar secara sinkron dengan gelombang suara yang
mengenainya, menyebabkan tulang-tulang pendengaran telinga tengah bergetar.
2. Telinga Tengah
Telinga tengah fungsinya memindahkan membrane timpani ke cairan di koklea,
dalam prosesnya memperkuat energy suara.
Maleus, inkus, stapes yaitu rangkaian tulang yang dapat bergerak yang berjalan
melintasi rongga telinga tengah, maleus melekat ke membrane timpani dan stapes melekat
ke jendela oval. Fungsinya berosilasi secara sinkron dengan getaran membrane timpani
serta menimbulkan gerakan seperti gelombang di perilimfe koklea dengan frekuensi yang
sama.
3. Telinga Dalam
Telinga dalam (interna) berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal, di sisi
medial telinga tengah. Telinga dalam terdiri dari dua bagian yaitu :
a. Labirin tulang adalah ruang berliku berisi perilimfe, suatu cairan yang menyerupai
cairan serebrospinal. Bagian ini melubangi bagian petrosus tulang temporal dan
terbagi menjadi tiga bagian yaitu :
1) Vestibula adlah bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan saluran
semisirkular dengan koklea.
6
a) Dinding lateral vestibula mengandung fenestra vestibule dan fenestra cochleae,
yang berhubungan dengan telinga tengah
b) Membrane melapisi fenestra untuk mencegah keluarnya cairan perilimfe
2) Rongga tulang saluran semisirkular menonjol dari bagian posterior vestibula.
a) Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada bidang vertical, di
setiap sudut kanannya.
b) Saluran semisirkular lateral terletak horizontal dan pada sudut kanan kedua
saluran di atas.
b. Labirin membranosa adalah serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak
dalam labirin tulang dan mengikuti kontur labirin tersebut. Bagian ini mengandung
cairan endolimfe, cairan yang menyerupai cairan interselular.
1) Labirin membranosa dalam regia vestibula merupakan lokasi awal dua kantong,
utrikulus dan sakulus yang dihubungkan dengan duktus endolimfe sempit dan
pendek.
2) Duktus semisirkular yang berisi endolimfe terletak dalam saluran semisirkular
pada labirin tulang yang mengandung perilimfe.
3) Setiap duktus semisirkular, utrikulus dan sakulus mengandung reseptor untuk
ekuilibrium statis (bagaimana cara kepala berorientasi terhadap ruang bergantung
pada gaya gravitasi) dan ekuilibrium dinamis (apakah kepala bergerak atau diam
dan kecepatan serta arah gerakan).
4) Utrikulus terhubung dengan duktus semisirkular sedangkan sakulus terhubung
dengan duktus koklear dalam koklea.
c. Koklea dan fisiologi pendengaran
1) Koklea membentuk dua setengah putaran di sekitar inti tulang sentral, modiolus,
yang mengandung pembuluh darah dan serabut saraf cabang koklear dari saraf
vestibulokoklear (VIII). Sekat membagi koklea menjadi tiga saluran terpisah.
a) Duktus koklear atau skala media, yang merupakan bagian labirin membranosa
yang terhubng ke sakulus, adlah saluran tengah yang berisi cairan endolimfe.
7
b) Dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di bawah skala media
adalah skala vestibuli dan skala timpani. Kedua skala tersebut mengandung
cairan perilimfe dan terus memanjang melalui lubang pada apeks koklea, yang
disebut helikotrema.
(1) Membrane reissner (membrane vestibular) memisahkan skala media dari
skala vestibuli, yang berhubungan dngan fenestra vestibule.
(2) Membran basilar memisahkan skala media dari skala timpani, yang
berhubungan dengan fenestra cochleae.
c) Skala media berisi organ corti yang terletak pada membrane basilar.
(1) Organ corti terdiri dari reseptor, disebut sel rambut dan sel penunjang,
yang menutupi ujng bawah sel-sel rambut dan berada pada membrane
basilar.
(2) Membran tektorial adalah struktur gelatin seperti pita yang merentang di
atas sl-sel rambut.
(3) Ujung basal sel rambut bersentuhan dengan cabang bagian koklear saraf
vestibulokoklear. Sel rambut tidak memiliki akson dan langsung
bersinapsis dengan ujung saraf koklear.
2) Jendela oval yaitu membrane tipis yag terletak di pintu masuk koklea,
memisahkan telinga tengah dari skala vestibule. Fungsinya bergetar bersama
dengan gerakan stapes yang melekat padanya, gerakan jendela oval mnyebabkan
perilimfe koklea bergerak.
3) Skala vestibule terletak di kompartemen atas koklea. Mengandung perilimfe yang
di buat bergerak oleh gerakan jendela oval yang di dorong oleh getaran tulang-
tulang telinga tengah
4) Skala timpani terletak di kompartemen bawah koklea. Mengandung perilimfe
yang di buat bergerak oleh gerakan jendela oval yang di dorong oleh getaran
tulang-tulang telinga tengah
5) Duktus koklearis(skala media) terletak di kompartemen tengah koklea.
Mengandung endolimfe tempat membrane basilaris.
8
6) Membrane basilaris membentuk lantai duktus koklearis. Bergetar bersama dengan
gerakan perilimfe, mengandung organ corti, organ indera untk mendengar.
7) Organ corti terletak di bagian atas dan di sepanjang membrane basilaris.
Mengandung sel rambut, reseptor untuk suara, yang mengeluarkan potensial
reseptor sewaktu tertekuk akibat gerakan cairan di koklea.
8) Membrane tektorial yaitu membrane stasioner yang tergantung di atas organ corti
dan tempat sel-sel rambut reseptor permukaan terbenam di dalamnya menekuk
dan membentuk potensial reseptor ketika membrane basilaris yang bergetar
terhadap membrane tektorial stasioner.
9) Jendela bundar yaitu membrane tipis yang memisahkan skala timpani dari telinga
tengah. Bergetar bersama dengan gerakan cairan di perilimfeuntuk meredam
tekanan di dalam koklea
10) Gelombang bunyi (getaran) memasuki meatus auditori eksternal dan membentuk
getaran dalam membrane timpani. Getaran kemudian menjalar di sepanjang osikel
telinga menuju fenestra vestibule, mendorongnya masuk dan membentuk
gelombang tekanan pada perilimfe skala vestibuli yang tidak dapat terkompresi.
11) Gelombang tekanan dalam skala vestibule menjalar sampai ke skala timpani dan
menyebabkan fenestra cochleaemenonjol ke luar.
12) Getaran yang di hantarkan cairan juga menyebabkan gelombang getar pada
membrane basilar, dengan luas gerakan yang berbeda sesuai dengan amplitude dan
frekuensi getaran.
a) Membrane basilar secara bertahap melebar dari stapes sampai helikotrema.
Ujung membrane yang sempit bergerak untuk merespon seluruh frekuensi
bunyi, gerakan ujung yang semakin melebar hanya terjadi untuk merespon
frekuensi yang rendah.
b) Nada bunyi adalah kumpulan frekuensi getaran gelombang bunyi per detik.
Manusia mampu mendengar bunyi yang berfrekuensi antara 20 dan 20.000
gelombang per detik.
c) Intensitas bunyi adalah kumpulan amplitudo gelombang. Semakin besar
amlitudo, semakin keras bunyi dan semakin besar getaran pada membrane
basilar.
9
13) Sel-sel rambut melengkung akibat gerakan membrane basilar, hal ini kemudian
akan memicu impuls saraf.
14) Jalur saraf. Serabut saraf koklear bersinapsis dalam medulla dan dalam otak
tengah untuk berasenden menuju korteks auditori, yang terletak jauh di dalam
fisura lateral hemisfer serebral.
d. Ekuilibrium dan apparatus vestibular. Apparatus vestibular adalah istilah yang dipakai
untuk utrikulus, sakulus, dan duktus semisirkular, yang mengandung reseptor untuk
ekuilibrium dan keseimbangan.
1) Ekuilibrium statis adalah kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya gravitasi jika
tubuh tidak bergerak. Ini jga termasuk kesadaran untuk merespon perubahan
dalam percepatan linear, yaitu kecepatan dan arah pergerakan kepala dan tubuh
dalam satu garis lurus.
a) Macula adlah reseptor untuk ekuilibrium statis. Satu macula terletak pada
dinding utrikulus dan satu lagi pada dinding sakulus.
b) Setiap macula terdiri dari kumpulan sel penunjang dan sel reseptor khusus
yang disebut sel rambut. Kumpulan rambut ini menonjol dan membentuk
massa gelatin yang mengandung endapan kalsium yang disebut otolit
(otokonia, statokonia).
c) Saat kepala dalam posisi tegak lurus, otolit berada di bagian puncak sel
rambut. Jika kepala dalam posisi miring, gaya gravitasi menyebabkan otolit
berganti arah, sehingga melengkungkan sel-sel rambut dan mengakibatkan
aktivasi sel-sel reseptor.
d) Sel-sel rambut jga mendeteksi percepatan atau perlambatan linear seperti pada
sebuah mobil.
e) Aktivitas reseptor ditransmisi ke ujung saraf vestibular (CN VIII) yang melilit
di sekeliling dasar sel-sel rambut.
2) Ekuilibrium dinamis adalah kesadaran akan posisi kepala saat merespon gerakan
angular atau rotasi.
10
a) Ampula adalah reseptor untuk ekuilibrium dinamis. Setiap duktus semisirkular
dalam saluran semisirkular mengandung suatu bidang pembesaran, ampula,
yang berisi Krista.
b) Krista terdiri dari sel penunjang dan sel rambut yang menonjol membentuk
lapisan gelatin yang di sebut kupula.
c) Gerakan kepala menyebabkan endolimfe dalam saluran semisirkular
membentuk gerakan kupula. Pelengkungan sel-sel rambut membentuk
potensial saraf.
d) Masing-masing duktus semisirkular-anterior, lateral, atau posterior merespon
gerakan rotasi tertentu yang ditentukan melalui orientasi duktus.
3) Jalur saraf untuk indera ekuilibrium
a) Ujung reseptor membentuk cabang vestibular CN VIII. Badan sel neuron
sensorik terletak dalam ganglia vestibular superior dan inferior dekat labiri
membranosa.
b) Impuls ditransmisi dari ganglia vestibualar menuju nuclei vestibular yang
terletak d isambungan medulla dan pons.
c) Nuclei vestibular juga menerima informasi dari reseptor visual dan reseptor
proprioseptif leher dan lengan. Informasi di kirim melalui medulla ke
serebelum, ke formasi reticular, dan ke beberapa nuclei untuk mengendalikan
reflex otot mata, kepala dan leher.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan.Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi
seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan
normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Telinga terdiri dari tiga bagian
yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam
12
DAFTAR PUSTAKA
Scanlon, Valerie C.dkk.2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiolog, Ed:3. Jakarta: EGC
Sheerwood, Lauralee.2001. fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Ed: 2. Jakarta: EGC
Slowane, Ethel.2003. Anatomi dan Fisiologi.Jakarta: EGC
13