29
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Payudara Payudara wanita atau yang disebut glandula mammae adalah symbol dari wanita dan feminitas tapi pada saat yang bersamaan payudara juga memiliki fungsi penting, yaitu sebagai organ yang memproduksi air susu. Air susu sendiri berasal dari kelenjar kecil yang menyerupai tandan buah anggur dalam payudara (lobulus) dan dihantarkan oleh tubulus atau duktus sampai pada puting susu (nipple). ASI sangat penting bagi kelangsungan pertumbuhan bayi yang baru lahir. Payudara sebenarnya adalah kelenjar keringat yang dimodifikasi. Namun, saat kelenjar keringat menghasilkan keringat, payudara menghasilkan susu. 2.2 Anatomi Payudara Setiap payudara terletak pada setiap sternum dan meluas hingga antara costa kedua dan keenam. Pada arah medial, dibatasi oleh sisi bagian lateral dari sternum. Dan pada arah lateral mencapai garis mid-axillaris. Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga diatas muskulus pektoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium. Puting susu biasanya terletak pada ruang ICS IV pada wanita nullipara, berwarna merah muda, coklat muda atau lebih gelap tergantung melanisasi tubuh. Posisi puting biasanya berada di tengah depan, namun terkadang posisinya tidak tetap bergantung pada ruang intercostal

Anatomi Fisiologi Payudara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dddjuu

Citation preview

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Payudara

Payudara wanita atau yang disebut glandula mammae adalah symbol dari

wanita dan feminitas tapi pada saat yang bersamaan payudara juga memiliki

fungsi penting, yaitu sebagai organ yang memproduksi air susu. Air susu sendiri

berasal dari kelenjar kecil yang menyerupai tandan buah anggur dalam payudara

(lobulus) dan dihantarkan oleh tubulus atau duktus sampai pada puting susu

(nipple). ASI sangat penting bagi kelangsungan pertumbuhan bayi yang baru lahir.

Payudara sebenarnya adalah kelenjar keringat yang dimodifikasi. Namun, saat

kelenjar keringat menghasilkan keringat, payudara menghasilkan susu.

2.2 Anatomi Payudara

Setiap payudara terletak pada setiap sternum dan meluas hingga antara costa

kedua dan keenam. Pada arah medial, dibatasi oleh sisi bagian lateral dari

sternum. Dan pada arah lateral mencapai garis mid-axillaris. Payudara terletak

pada fascia superficialis dinding rongga diatas muskulus pektoralis major dan

dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium.

Puting susu biasanya terletak pada ruang ICS IV pada wanita nullipara,

berwarna merah muda, coklat muda atau lebih gelap tergantung melanisasi tubuh.

Posisi puting biasanya berada di tengah depan, namun terkadang posisinya tidak

tetap bergantung pada ruang intercostal ketika payudara menggantung. Bentuknya

bervariasi mulai dari mengerucut (flattened), tergantung dari nervous, hormonal,

perkembangan dan faktor lain.

Areola adalah suatu diskus pada kulit, yang membulat dan menjadi dasar dari

puting payudara, warnanya mulai dari merah muda hingga coklat kehitaman

tergantung pada paritas dan ras.

2.3 Bagian-Bagian Payuara

Bagian-bagian Payudara

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

- Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

- Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

- Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak

payudara.

 

Gambar 2. Anatomi payudara

2.3.1 Korpus

Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari

alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan

pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu

beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap

payudara. ASI di salurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil

(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran

yang lebih besar (duktus laktiferus).

2.3.2 Areola

Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar,

akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam

dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila

berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

2.3.3 Papilla

Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar,

panjang dan terbenam (inverted).

Bentuk puting susu normal Bentuk puting susu panjang

Bentuk puting susu pendek Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

Kulit puting susu banyak mengandung pigmen tetapi tidak

berambut. Papilla dermis banyak mengandung kelenjar sabasea.

Sedangkan kulit pada areola juga banyak mengandung pigmen, tetapi

berbeda dengan kulit puting susu, ia kadang-kadang mengandung folikel

rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus kecil

pada permukaan areola dan disebut kelenjar Montgomery.

Kelenjar payudara (mammae, susu) terletak di bawah kulit, di atas

otot dada. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang

beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui

800 gram.

Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan ditarik

melalui puting susu, masing-masing saling tegak lurus. Jika payudara

dibayangkan sebagai piringan sebuah jam, satu garis menghubungkan

“jam 12 dengan jam 6” dan garis lainnya menghubungkan “jam 3

dengan jam 9”. Empat kuadran yang dihasilkannya adalah kuadran atas

luar (supero lateral), kuadran atas dalam (supero medial), kuadran bawah

luar (infero lateral), dan kuadran bawah dalam (infro medial).

Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero

lateral). Ekor payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung

lebih tebal ketimbang payudara lainnya. Kuadran luar atas ini

mengandung masa jaringan kelenjar mammae yang lebih banyak atau

langsung di belakang areola dan sering menjadi tempat neoplasia.

Pada kuadran medial atas dan lateral bawah, jaringan kelenjarnya

lebih sedikit jumlahnya, dan yang paling minimal adalah yang di

kuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat

terjadi di sepanjang garis susu, yang membentang dari lipatan garis

aksillaris anterior, menurun hingga lipatan paha.

Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan

otot penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.

2.4 Vaskularisasi Payudara

2.4.1 Arteri

Pasokan darah payudara berasal dari jaringan anastomosis kaya

axial, mammae internal dan arteri interkostal (Gambar 2).

Pembuluh darah terbesar muncul dari arteri torakalis interna,

cabang perforasi yang menembus dinding dada berdekatan dengan tepi

sternal dari ruang interkostal pertama sampai keempat. Pembuluh darah

dalam ruang kedua biasanya yang terbesar dari keempatnya.

Keempat cabang dari arteri aksilaris adalah:

a. Toraks superior

b. Rami pektoralis a. thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di

antara m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini

merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan

memberikan aliran darah ke glandula mamma bagian dalam (deep

surface)

c. Toraks lateral : Pembuluh darah ini berjalan turun menyusuri tepi

lateral muskulus (otot = m) pektoralis mayor untuk mendarahi

bagian lateral payudara.

d. Subscapular: A. thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan

cabang dari a. subskapularis. Arteri memberikan aliran darah ke m.

latissmus dorsi dan m. serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak

memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat

penting artinya, karena pada tindakan radikal mastektomi,

pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol,

sehingga daerah ini dinamakan “ the bloody angel “

2.4.2 Vena 

Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena :

a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna

Merupakan vena yang tersebar pada jaringan payudara yang

mengalirkan darah dari payudara dan bermuara pada v. Mammaria

interna yang kemudian bermuara pada v. minominata.

b. Cabang v. aksillaris, : terdiri dari v. thorako-akromialis. v. thoraklais

lateralis dan v. thorako-dorsalis.

c. Vena-vena kecil bermuara pada v. InterkostalisVena interkostalis

bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara pada. Azygos

(melalui vena-vena ini, keganasan pada payudara akan dapat

bermetastase langsung ke paru).

2.4.3 Jaringan Kelenjar, Duktus dan Jaringan Penyokong

Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar radier

mengelilingi puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan

berdilatasi, sesampainya di belakang areola. Pada retro areolar ini,

duktus yang berdilatasi itu, menjadi lembut, kecuali saat dan selama ibu

menyusui, duktus ini akan mengalami distensi. Masing-masing duktus

ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan ke arah puting (duktus

eksretorius). 

Tiap lobus dibagi menjadi 50-57 lobulus, yang bermuara ke dalam

suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus askretorius

lobulus itu. Setiap lobulus terdiri atas sekelompok alveolus yang

bermuara ke dalam laktiferus (saluran air susu) yang bergabung dengan

duktus-duktus lainnya, untuk membentuk saluran yang lebih besar dan

berakhir ke dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini

mendekati puting, saluran-saluran ini akan membesar, untuk menjadi

tempat penampungan air susu (yang disebut sinus laktiferus), kemudian

saluran-saluran tersebut menyempit lagi dan menembus puting dan

bermuara di atas permukaannya.

Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga di antara kulit dan

kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus

tersebut, ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang

merupakan tonjolan jaringan payudara, yang bersatu dengan lapisan luar

fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan

memberi rangka untuk payudara.

a. Pembuluh Getah bening

1) Pembuluh getah bening aksilla: Pembuluh getah bening aksilla

ini mengalirkan getah bening dari daerah-daerah sekitar areola

mamma, kuadaran lateral bawah dan kuadaran lateral atas

payudara

2) Pembuluh getah bening mammaria interna: Saluran limfe ini

mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial

payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektoralis lalu

menembus fasia tersebut sistem pertorntes menembus m.

pektrolis mayor. Kemudian berjalan ke medial bersama-sama

dengan sistem perforantes menembus m. interkostalis dan

bermuara ke dalam kelenjar getah bening mamaria interna.

Dari kelenjar mammaria interna, getah bening mengalir

melalui trunkus limfatikus mamaria interna. Sebagian akan

bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara ke duktus

thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus dekstra (untuk

sisi kanan).

Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial

bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa

epigastrika superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam

kelenjar getah bening preperikadial anterior yang terletak di tepi

atas diafragma, di atas ligmentum falsiform. Kelenjar getah

bening ini juga menampung getah bening dari diafragma,

ligamentum falsiforme dan bagian antero superior hepar. Dari

kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria

interna

b. Kelenjar-kelenjar Getah Bening

Kelenjar getah bening aksilla. Terdapat enam grup kelenjar

getah bening aksilla:

1) Kelenjar getah bening mammae eksterna. Untaian kelenjar ini

terletak di bawah tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang

tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalam 2 kelompok:

a) Kelompok superior, terletak setinggi ingerkostal II-III

b) Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI

2) Kelenjar getah bening scapula. Terletak sepajang v.

subskapularis dan thoralodoralis, mulai dari percabangan v.

aksillaris mejadi v. subskapularis, sampai ke tempat masuknya

v. thorako-dorsalis ke dalam m. latissimus dorsi.

3) Kelenjar getah bening sentral (central nodes). Terletak di dalam

jaringan lemak di pusat aksila. Kadang-kadang beberapa di

antaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia

pada pusat aksila, kira-kira pada pertengahan lipat aksila depan

dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah

bening yang paling mudah diraba dan merupakan kelenjar

aksilla yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.

4) Kelenjar getah bening interpektoral (rotters nodes). Terletak

antara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami

pektoralis v. thorako-akromialis. Jumlahnya satu sampai empat

buah.

5) Kelenjar getah v. aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak

sepanjang v. aksillaris bagian lateral, mulai dari white tendon

m. laitssimus dorsi sampai ke sedikit medial dari percabangan

v. aksillaris-v.thorako akromialis.

6) Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak di sepanjang

v.aksillaris, mulai dari sedikit medial percabangan v.aksillaris-

v.thorako-aktomialis sampai dimana v. aksillaris menghilang di

bawah tendo m.subklavius. kelenjar ini merupakan kelenjar

aksilla yang tertinggi dan termedial letakya. Semua getah

bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksilla

masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah bening

aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.

7) Kelenjar getah bening prepektoral, Kelenjar getah bening ini

merupakan kelenjar tunggal yang kadang-kadang terletak di

bawah kulit atau di dalam jaringan payudara kuadran lateral

atas disebut prepektoral karena terletak di atas fasia pektoralis.

8) Kelenjar getah bening interna, Kelenjar-kelenjar ini terdapat di

sepanjangt trunkus limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm

dari tepi sternum, terletak di dalam lemak di atas fasia

endothoraiska. Pada sela tiga, diperkiran jumlahnya sekitar 6-8

buah.

2.4.4 Perkembangan Kehamilan , laktasi , dan Penuaan

Sebuah peningkatan drastis dalam sirkulasi estrogen ovarium dan

plasenta dan progestin jelas terlihat selama kehamilan , yang memulai

perubahan mencolok dalam bentuk dan substansi dari payudara.

Payudara membesar sebagai duktal dan berproliferasi epitel lobular,

kulit areolar gelap, dan aksesori kelenjar areolar ( kelenjar

Montgomery ) menjadi menonjol .

Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan

jaringan interstisial payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya

somatomammotropin) menyebabkan hipertrofi dan pertambahan sel-sel

asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein,

laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae

membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi

kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat

pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol.

Payudara akan membesar dan kencang, ini karena pada awal

pembuahan terjadi peningkatan hormon kehamilan yang menimbulkan

pelebaran pembuluh darah dan memberi nutrisi pada jaringan payudara.

a. Trimester 1

Dalam 3 bulan pertama,daerah sekitar putting dan putting susu akan

terlihat bewarna lebih gelap, karena terjadi peningkatan persediaan

darah keseluruh tubuh maka daerah sekitar payudara akan tampak

bayangan pembuluh-pembuluh vena dibawah kulit payudara.

Pada trimester pertama payudara akan terasa penuh, perih dan lebih

sensitif pada saat usia 4 minggu kehamilan. Estrogen dan

progesterone adalah hormone utama yang paling berpengaruh

terhadap perubahan payudara tersebut. Peningkatan estrogen

menumbuhkan jaringan lemak, saluran mamae, alveoli dan putting

susu. Progesteron memicu dalam pertumbuhan jaringan glandula

dan alveoli lobular.

Setelah dua bulan payudara akan mulai membesar dan sirkulasi

pembuluh darah meluas dengan pembuluh vena menjadi lebih

terlihat di bawah kulit. Puting susu akan menjadi lebih besar dan

lebih menonjol. Puting susu dan areola akan menjadi lebih gelap

warnanya.

Tanda – tanda umum :

1) Peningkatan ukuran secara bilateral, seringkali disertai

kesemutan tegang dan nyeri tekan.

2) Ketika diraba, nodular dan lobulus kasar semakin teraba akibat

hipertropi alvioli mamae.

3) Muncul rabas kolostrum( cairan kental jernih ) dari puting susu,

seiring berjalannya waktu rabas  kolostrum menjadi kuning dan

kentalnya berkurang.

4) Polikel montgomery kelenjar sebasea di areola.

5) Pembesaran dan peningkatan elektrilitas puting.

6) Perluasan dan peningkatan pigmen tasi areola (areola primere).

7) Vena subcutan yang melebar biasa terjadi dibawah kulit sebagai

jejak vena kebiruan.

b. Trimester II

Pada trimester dua Estrogen dan progesteron mempengaruhi

pertumbuhan dari sistem duktus, lobuli dan alveoli dapat

meningkatkan produksi susu selama kehamilan. Konsentrasi dan

kadar prolaktin dalam darah ibu meningkat.

Tanda – tanda umum :

1) Perubahan warna areola menjadi gelap dan pembentukan bercak

kulit disekitar dan diluar areola primer atau disebut juga areola

skunder.

2) Spinder angioma di dada atas.

3) Striae payudara

c. Trimester 3

Pada trimester tiga Pada payudara wanita terdapat striae karena

adanya peregangan lapisan kulit. Hal ini terjadi pada 50 % wanita

hamil. Selama trimester ini pula sebagian wanita mengeluarkan

kolostrum secara periodik. Mammae semakin tegang dan

membesar sebagai persiapan untuk laktasi akibat pengaruh

somatotropin, estrogen dan progesteron, dan pada trimester ini

kolostrum sudah mulai keluar. Aliran darah didalamnya lambat &

payudara menjadi besar lagi.

Gambar 8. Perkembangan Payudara

Setelah melahirkan plasenta, progesteron dan estrogen

menurun, yang memungkinkan ekspresi penuh dari laktogenik

prolaktin. Produksi susu dan pelepasan dikendalikan oleh refleks

saraf yang berasal dari ujung saraf kompleks puting - areola.

Laktasi membutuhkan stimulasi rutin pada saraf sehingga dapat

terus menghasilkan sekresi prolaktin dan susu. Oksitosin memulai

kontraksi sel-sel mioepitel, yang menghasilkan kompresi alveoli

dan aliran susu ke dalam sinus laktiferus. Setelah penyapihan dari

bayi , pengeluaran prolaktin dan oksitosin menurun. Menyebabkan

peningkatan tekanan di dalam saluran dan alveoli, yang

menyebabkan atrofi epitel (Gambar C). Dengan menopause terjadi

penurunan sekresi estrogen dan progesteron oleh ovarium dan

involusi duktus dan alveoli payudara. Sekitarnya meningkat

fibrosa jaringan ikat dalam kepadatan, dan jaringan payudara

digantikan oleh jaringan adiposa (Gambar D).

2.5 Fisiologi Payudara

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi dan

pengeluaran ASI. Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18 - 19

minggu, dan baru selesai ketika mulai menstruasi, dengan terbentuknya hormon

estrogen dan progesteron yang berfungsi untuk maturasi alveoli. Sedangkan

hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk produksi ASI disamping

hormon lain seperti insulin, tiroksin, dan sebagainya.

Perubahan pada hormon yang bersirkulasi menghasilkan perubahan yang

lebih dalam pada pertumbuhan duktus-lobus-lobulus selama kehamilan.

Placental lactogen, prolaktin, dan chorionic gonadotropin berkontribusi

terhadap kecepatan pertumbuhannya.

Dari sejak bulan ketiga kehamilan, bahan-bahan yang disekresi seperti

colostrum muncul pada alveolus. Pada trimester kedua, laktogen plasenta

mulai merangsang produksi kolostrum. Karenanya, wanita muda dibawah 16

tahun yang hamil dapat menghasilkan kolostrum meskipun bayinya tak dapat

hidup. Hingga saat melahirkan, produksi susu ditekan oleh prolactin inhibiting

hormone yang dihasilkan oleh plasenta. Hormon progesteron yang diproduksi

dari plasenta dikenal penting dalam menghambat produksi susu saat kehamilan.

Pada saat melahirkan, penarikan kembali hormon sex plasental dan luteal dan

daya hisap bayi menyebabkan hilangnya hormon penghambat dan merangsang

pelepasan prolactin releasing factor.

Awal pelepasan air susu saat melahirkan dan produksi yang berlangsung

terus menerus terjadi karena payudara telah berkembang secara ekstensif saat

kehamilan. Sistem duktus telah terbendung untuk membentuk jejaring yang

kuat pada duktus kolektikus. Alveolus kaya akan lapisan sel epitel, beragam

dalam bentuk dari gepeng hingga silindris , kesemuanya mampu menghasilkan

air susu. Beberapa sel nya menjulang/menonjol, sementara yang lainnya pendek

dan halus. Lumen alveolus penuh oleh bahan granul halus dan droplet lemak.

Diferensiasi sel epitel mammae dan sel alveolar presekretori dengan sel

sekretori pelepasan susu alveolar menyempurnakan persiapan produksi susu.

Biosintesis susu menyangkut sisi sel yang ini, sementara proses metabolik

berlangsung. Pada ujung terminal duktus terdapat sel stem dan sel alveolar

sekretori yang berdiferensiasi tinggi. Sel stem distimulasi oleh hormon

pertumbuhan dan insulin, yang bergabung dengan prolaktin untuk merangsang

aktivitas sekretori sel. Payudara bereaksi terhadap interaksi hormon pituitari,

thyroid, pankreatik, adrenal, dan ovarium.

Proses sintesis air susu menyangkut sekresi de novo poruduction dari lemak

dan protein dari sintesis laktosa menjadi glukosa. Ion ion berdifusi melewati

membran, dan pada beberapa kasus, ditransport aktif. Susu alveolar pertama

kemudian dilarutkan dalam lumen untuk menjadi isotonis dengan plasma dan

air yang berdifusi dari cairan ekstraseluler. Jalur sintesis air susu dan sekresi ke

alveolus mammae menyangkut : (1) exositosis protein dan laktosa, (2)

pembentukan globulus lemak susu, (3) sekresi air dan ion, (4) pinositosis dan

eksositosis dari imunoglobulin, (5) jalur paraseluler.

Karena menyusui itu diantisipasi, tubuh mempersiapkan payudara selama

kehamilan dan juga mengembangkan cadangan kebutuhan gizi maternal yang

akan sangat dibutuhkan selama menyusui, untuk memenuhi kebutuhan sesuai

kenaikan berat badan 6 – 8 pound dari berat badan bayi selain uterus dan isinya.

Ketika menyusui dimulai, ada redistribusi suplai darah dari uterus ke payudara,

dimana terjadi peningkatan kebutuhan gizi dan metabolik untuk

mengakomodasi kebutuhan produsi air susu. Aliran darah kelenjar mammae,

kardiak output, dan sekresi susu, tergantung pada rangsang hisap. Rangsang

hisap menginduksi pelepasan hormon pituitari anterior, yaitu prolaktin dan

oksitosin, yang akan bertindak secara langsung pada jaringan payudara dan

uterus.

Sebagai persiapan, area nipel dan areola juga dipersiapkan untuk laktasi.

Terjadi peningkatan vaskularisasi. Kelenjar montgomery, sebagai kelenjar

sebacea, membesar dan mulai mensekresikan substansi yang dapat melubrikasi

dan melindungi areola dan nipel selama kehamilan dan laktasi.

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi ASI

biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen dan

progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada

saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Denagan menyusukan lebih dini, terjadi

perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hiposfisis, sehingga

sekresi ASI makin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam

proses laktasi; refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan

puting susu oleh hisapan bayi.

a. Refleks prolactin

Seperti telah dijelaskan di muka, dalam kelenjar puting susu terdapat

banyak ujung saraf sensoris. Bila ini dirangsang, timbul impuls yang

menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis bagian depan

sehingga kelenjar ini mengeluatkan hormone prolaktin. Hormon inilah

yang berperan dalam produksi ASI tingkat alveoli. Dengan demikian

mudah dipahami bahwa semakin sering rangsangan penyusuan makin

banyak pula produksi ASI oleh sel kelenjar.

b. Refleks aliran (let down reflex)

Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai kelenjar

hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang

mengeluarkan hormone oksitosin. Hormon ini berfugsi memacu kontraksi

otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran makin baik

sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil, dan

menyusui akan makin lancar. Saluran ASI yang mengalami bendungan

tidak hanya mengganggu penyusuan, tetapi juga berakibat mudah terkena

infeksi.

Dengan demikian, sering menyusui sampai payudara terasa kosong

sangat penting agarb tidak terdapat terjadi pembendungan pada payudara.

Pembendungan pada oayudara akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan

sakit. Tak jarang mengakibatkan payudara mudah infeksi. Kadang-kadang

tekanan akibat otot polos tersebut begitu kuat mengakibatkan ASI

menyembur keluar. Hal ini membuat bayi tersedak.

Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim

makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas yang sangat

pada hari-hari pertama menyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk

kembalinya rahim ke bentuk semula.

Refleks aliran dipengaruhi oleh keadaan kejiwaan ibu, rasa khawatir

dan rasa sakit (misalnya luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat

menghambat refleks tersebut. Diduga hhal tersebut menyebabkan

lepasanya hormon adrenalin yang menghambat oksitosin tidak dapat

mencapai otot polos. Dengan demikian tidak ada rangsangan kontraksi dari

otot polos.

Tiga refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi, adalah

refleks menangkap (rooting reflex), refleks menghisap dan refleks

menelan.

1) Refleks menangkap (rooting reflex)

Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh

kea rah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang dengan papilla mammae,

maka bayi akan membuka mulut dan berusaha untuk menangkap

puting susu.

2) Refleks menghisap

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut (palatum) bayi

tersentuh, biasanya oleh puting. Supaya puting mencapai bagian

belakang palatum, maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut

bayi. Dengan demikian, maka laktiferus yang berada di bawah areola

akan tertekan antar gusi, lidah dan platum, sehingga ASI terperas

keluar.

3) Refleks menelan

Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelannya. Penarikan kembali

hormon luteal dan placental dan rangsangan oleh prolaktin-releasing

factor menghasilkan peningkatan sintesis prolaktin oleh adenihipofisis,

yang merangsang sintesis susu pada kelenjar alveoli mammae.

Pelepasan air susu dari duktular kolektivus alveoli tergantung pada

refleks penolakan, yang diawali oleh rangsang hisap. Rangsang hisap

bayi, menstimulasi mekanoreseptor di nipel dan areola yang mengirim

sinyal sepanjang jalur saraf ke hipothalamus, yang kemudian

menstimulasi pituitari posterior untuk melepaskan oksitosin. Oxitosin

yang dibawa melalui aliran darah ke payudara dan uterus, merangsang

sel mioepitelial yang membungkus alveoli dan duktulus kolektivus di

payudara untuk mengeluarkan air susu melalui duktulus. Oksitosin juga

merangsang sel mioepitelial uterus untuk berkontraksi memperbesar

involusi uterin postpartum, sehingga uterus pada wanita menyusui cepat

kembali ke keadaan normal secara fisiologis. Pelepasan oksitosin juga

dapat dirangsang bila melihat atau mendengar bayi. Sementara prolaktin

dilepaskan hanya bila payudara distimulasi oleh pompa atau hisap.

Prolaktin yang juga dilepaskan oleh hipotalamus saat rangsang

hisap, merangsang produksi air susu. Kadar prolaktin saat awal

menyusui meningkat 10 sampai 20 kali lipat lebih besar dari normal.

Peran prolaktin terhadap jumlah kadar air susu belum jelas. Namun,

jelas bahwa peningkatan prolaktin hingga dua kali lipat dari kadar

biasanya penting untuk mensukseskan produksi suplai air susu.

Mekanisme menyusu pada payudara berbeda dengan mekanisme

minum dari botol, Karena dot karetnya panjang dan tidak perlu

diregangkan, maka bayi tidak perlu menghisap kuat. Bila bayi telah

biasa minum dari botol/dot akan timbul kesulitan bila bayi menyusu

pada ibu, karena ia akan menghisap payudara seperti halnya ia akan

menghisap dot. Terjadilah bingung puting. Pada keadaan ini ibu dan

bayi perlu bantuan untuk belajar menyusui dengan baik dan benar.

Menyusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi (

on demand), karena secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya

sendiri. Semakin sering bayi menyusu, payudara akan memproduksi

ASI lebih banyak. Demikian halnya bayi yang lapar atau bayi kembar,

dengan daya hisapnya maka payudara akan memproduksi ASI lebih

banyak; karena semakin kuat daya isapnya, semakin banyak ASI yang

diproduksi.

Produksi ASI selalu berkesinambungan; setelah payudara

disusukan, maka akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada

keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI, karena ASI akan terus

diproduksi asal bayi tetap menghisap, ibu cukup makan dan minum

serta adanya keyakinan mampu memberi ASI pada anaknya. Menurut

literature, produksi ASI berkisar antara 600cc – 1 liter sehari. Dengan

demikian ibu dapat menyusui bayi secara eksklusif sampai 6 bulan, dan

tetap memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun bersama makanan

lain.

Bila kemudian bayi disapih, refleks prolaktin akan terhenti.

Sekresi ASI juga berhenti. Alveoli mengalami apoptosis (kehancuran),

kemudian bersama siklus menstruasi dimana hormone estrogen dan

progesterone berperan, alveoli akan terbentuk kembali.

Siklus berulang ketika ibu hamil (alveoli matur, siap produksi)

kemudian laktasi (alveoli memproduksi ASI) kemudian penyapihan

(alveoli gugur) disebut siklus laktasi dan akan selalu berulang selama

wanita belum menopause.

2.6 Proses Laktasi

2.7 Fase Laktasi

Prasetyo, Budi. 2011. Anatomi dan Fisiologi Payudara. Diakses dari http://smart-

pustaka.blogspot.com/2011/09/anatomi-dan-fisiologi-payudara.html tanggal 15 Maret

2014

Brunicardi et al, 2010. Schwartz’s Principle of Surgery, The McGraw-Hill

Companies, USA.

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peuperium Care”. Pustaka

Pelajar, Jakarta.

Netter, 2008. Netter Atlas, Anatomy USA

Ellis, Harold. 2013. Anatomy and physiology of breast. Diakses dari www.surgeryjournal.co.uk/article/S0263-9319(12)00234-7/abstract tanggal 16 April 2015