3
Dalam keadaan normal mukosa respiratori berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lender (mucous blanket) pada permukaannya. Di bawah epitel terdapat tunika propria yang banyak mengandung pembuluh darah, kelenjar mukosa dan jaringan limfoid. Pembuluh darah pada mukosa hidung mempunyai susunanyang khas. Arteriol terletak pada bagian yang lebih dalam dari tunika propria dan tersusun secara parallel dan longitudinal. Arteriol ini memberikan pendarahan pada anyaman kapiler periglanduler dan sub epitel. Pembuluh eferen dari anyaman kapiler ini membuka ke rongga sinusoid vena yang besar yang dindingnya dilapisi oleh jaringan elastik dan otot polos. Pada bagian ujungnya sinusoid mempunyai sfingter otot. Selanjutnya sinusoid akan mengalirkan darahnya ke pleksusvena yang lebih dalam lalu ke venula. Dengan susunan demikian mukosa hidung menyerupai jaringan kavernosa yang erektil, yang mudah mengembang dan mengerut. Vasodilatasi dan vasokontriksi pembuluh darah ini dipengaruhi oleh saraf otonom. SISTEM TRANSPOR MUKOSILIER Sistem transport mukosilier merupakan sistem pertahanan aktif rongga hidung terhadap virus,bakteri, jamur atau partikel berbahaya lain yang terhirup bersama udar. Efektivitas sistem transport mukosilier dipengaruhi oleh kualitas silia dan palut lender. Palut lendir ini dihasilkan oleh sel-sel goblet pada epitel dan kelenjar seromusinosa submukosa. Bagian bawah dari palut lendir terdiri dari cairan serosa sedangkan bagian permukaannya terdiri dari mucus yang lebih elastic dan banyak mengandung protein plasma seperti albumin, IgG, IgM dan faktor

anatomi hidung

Embed Size (px)

DESCRIPTION

psikiatri

Citation preview

Page 1: anatomi hidung

Dalam keadaan normal mukosa respiratori berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh

palut lender (mucous blanket) pada permukaannya. Di bawah epitel terdapat tunika propria yang banyak

mengandung pembuluh darah, kelenjar mukosa dan jaringan limfoid.

Pembuluh darah pada mukosa hidung mempunyai susunanyang khas. Arteriol terletak pada bagian yang

lebih dalam dari tunika propria dan tersusun secara parallel dan longitudinal. Arteriol ini memberikan

pendarahan pada anyaman kapiler periglanduler dan sub epitel. Pembuluh eferen dari anyaman kapiler ini

membuka ke rongga sinusoid vena yang besar yang dindingnya dilapisi oleh jaringan elastik dan otot

polos. Pada bagian ujungnya sinusoid mempunyai sfingter otot. Selanjutnya sinusoid akan mengalirkan

darahnya ke pleksusvena yang lebih dalam lalu ke venula. Dengan susunan demikian mukosa hidung

menyerupai jaringan kavernosa yang erektil, yang mudah mengembang dan mengerut. Vasodilatasi dan

vasokontriksi pembuluh darah ini dipengaruhi oleh saraf otonom.

SISTEM TRANSPOR MUKOSILIER

Sistem transport mukosilier merupakan sistem pertahanan aktif rongga hidung terhadap virus,bakteri,

jamur atau partikel berbahaya lain yang terhirup bersama udar. Efektivitas sistem transport mukosilier

dipengaruhi oleh kualitas silia dan palut lender. Palut lendir ini dihasilkan oleh sel-sel goblet pada epitel

dan kelenjar seromusinosa submukosa.

Bagian bawah dari palut lendir terdiri dari cairan serosa sedangkan bagian permukaannya terdiri dari

mucus yang lebih elastic dan banyak mengandung protein plasma seperti albumin, IgG, IgM dan faktor

komplemen. Sedangkan cairan serosa mengandung laktoferin, lisozim, inhi bitor lekoprotease sekretorik,

dan IgA sekretorik (s-IgA).

Glikoprotein yang dihasilkan oleh sel mucus penting untuk pertahanan local yang bersifat anti microbial.

IgA berfungsi untuk mengeluarkan mikroorganisme dari jaringan dengan mengingan antigen tersebut

pada lumen saluran nafas, sedangkan IgG beraksi di dalam mukosa dengan meicu reaksi inflamasi jika

terpajan dengan antigen bakteri.

Pada sinus maksila, sistem transport mukosilier menggerakkan sekret sepanjang dinding anterior, medial,

posterior dan lateral serta atap rongga sinus membentuk gambaran halo atau bintang yang mengarah ke

ostium alamiah. Setinggi ostium sekret akan lebih kental tetapi drainasenya lebih cepat untuk mencegah

tekanan negatif dan berkembangnya infeksi. Kerusakan mukosa yang ringngan tidak akan menghentekina

atau mengubah transport dan sekret akan melewati mukosa yang rusak tersebut. Tetapi jika sekret lebih

kental, sekret akan terhenti pada mukosa yang mengalami defek.

Page 2: anatomi hidung

Gerakan sistem transport mukosilier pada sinus frontal mengikuti gerakan spiral. Sekret akan berjalan

menuju septum interfrontal, kemudian ke atap, dinding lateral dan bagian inferior dari dinding anterior

dan posterior menuju resesum frontal. Gerakan spiral menuju ke ostiumnya terjadi pada sinus sfenoid,

sedangkan pada sinus etmoid terjadi gerakan rectilinear jika ostiumnya terletak di dasar sinus atau

gerakan spiral jika ostium terdapat pada salah satu dindingnya.

Pada dinding lateral terdapat dua rute besar transport mukosilier. Rute pertama merupakan gabungan

sekresi sinus frontal, maksila dan etmoid anterior. Sekret ini biasanya bergabung di dekat infundibulum

etmoid selanjutnya berjalan menuju tepi bebas prosesus ursinatus, dan sepanjang dinding medial konka

inferior menuju nasofaring melewati bagian antero inferior orifisium tuba euastachius. Transport aktif

berlanjut ke batas epitel bersilia dan epitel skuamosa pada nasofaring, selanjutnya jatuh ke bawah dibantu

dengan gaya gravitas dan proses menelan.

Rute kedua merupakan gabungan sekresi sinus etmoid posterior dan sfenoid yang bertemu di resesum

sfenoetmoid dan menuju nasofaring pada bagian postero-superior orifisium tuba eustachius.

Sekret yang berasal dari meatus superior dan septum akan bergabung dengan sekret rute pertama, yaitu di

inferior dari tuba eustachius. Sekret pada sektum akan berjalan vertikal kea rah bawah terlebih dahulu

kemudian ke belakang dan menyatu di bagian inferior tuba eustachius.

FISIOLOGI HIDUNG

Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan fungsi fungsional, fungsi fisiologis, fungsi fisiologis

hidung dan sinus paranasal adalah: 1) fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning),

penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran dan mekanisme imunologik local; 2)

fungsi pengidung karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus

penghidung; 3) fungsi fonetik yang berguna untuk resonasi suara, membantu proses bicara dan mencegah

hantaran suara sendiri melalui kondisi tulang; 4) fungsi static dan mekanik untuk meringankan beban

kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas; 5) refleks nasal.