Upload
aac-jujuu
View
216
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
psikiatri
Citation preview
Dalam keadaan normal mukosa respiratori berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh
palut lender (mucous blanket) pada permukaannya. Di bawah epitel terdapat tunika propria yang banyak
mengandung pembuluh darah, kelenjar mukosa dan jaringan limfoid.
Pembuluh darah pada mukosa hidung mempunyai susunanyang khas. Arteriol terletak pada bagian yang
lebih dalam dari tunika propria dan tersusun secara parallel dan longitudinal. Arteriol ini memberikan
pendarahan pada anyaman kapiler periglanduler dan sub epitel. Pembuluh eferen dari anyaman kapiler ini
membuka ke rongga sinusoid vena yang besar yang dindingnya dilapisi oleh jaringan elastik dan otot
polos. Pada bagian ujungnya sinusoid mempunyai sfingter otot. Selanjutnya sinusoid akan mengalirkan
darahnya ke pleksusvena yang lebih dalam lalu ke venula. Dengan susunan demikian mukosa hidung
menyerupai jaringan kavernosa yang erektil, yang mudah mengembang dan mengerut. Vasodilatasi dan
vasokontriksi pembuluh darah ini dipengaruhi oleh saraf otonom.
SISTEM TRANSPOR MUKOSILIER
Sistem transport mukosilier merupakan sistem pertahanan aktif rongga hidung terhadap virus,bakteri,
jamur atau partikel berbahaya lain yang terhirup bersama udar. Efektivitas sistem transport mukosilier
dipengaruhi oleh kualitas silia dan palut lender. Palut lendir ini dihasilkan oleh sel-sel goblet pada epitel
dan kelenjar seromusinosa submukosa.
Bagian bawah dari palut lendir terdiri dari cairan serosa sedangkan bagian permukaannya terdiri dari
mucus yang lebih elastic dan banyak mengandung protein plasma seperti albumin, IgG, IgM dan faktor
komplemen. Sedangkan cairan serosa mengandung laktoferin, lisozim, inhi bitor lekoprotease sekretorik,
dan IgA sekretorik (s-IgA).
Glikoprotein yang dihasilkan oleh sel mucus penting untuk pertahanan local yang bersifat anti microbial.
IgA berfungsi untuk mengeluarkan mikroorganisme dari jaringan dengan mengingan antigen tersebut
pada lumen saluran nafas, sedangkan IgG beraksi di dalam mukosa dengan meicu reaksi inflamasi jika
terpajan dengan antigen bakteri.
Pada sinus maksila, sistem transport mukosilier menggerakkan sekret sepanjang dinding anterior, medial,
posterior dan lateral serta atap rongga sinus membentuk gambaran halo atau bintang yang mengarah ke
ostium alamiah. Setinggi ostium sekret akan lebih kental tetapi drainasenya lebih cepat untuk mencegah
tekanan negatif dan berkembangnya infeksi. Kerusakan mukosa yang ringngan tidak akan menghentekina
atau mengubah transport dan sekret akan melewati mukosa yang rusak tersebut. Tetapi jika sekret lebih
kental, sekret akan terhenti pada mukosa yang mengalami defek.
Gerakan sistem transport mukosilier pada sinus frontal mengikuti gerakan spiral. Sekret akan berjalan
menuju septum interfrontal, kemudian ke atap, dinding lateral dan bagian inferior dari dinding anterior
dan posterior menuju resesum frontal. Gerakan spiral menuju ke ostiumnya terjadi pada sinus sfenoid,
sedangkan pada sinus etmoid terjadi gerakan rectilinear jika ostiumnya terletak di dasar sinus atau
gerakan spiral jika ostium terdapat pada salah satu dindingnya.
Pada dinding lateral terdapat dua rute besar transport mukosilier. Rute pertama merupakan gabungan
sekresi sinus frontal, maksila dan etmoid anterior. Sekret ini biasanya bergabung di dekat infundibulum
etmoid selanjutnya berjalan menuju tepi bebas prosesus ursinatus, dan sepanjang dinding medial konka
inferior menuju nasofaring melewati bagian antero inferior orifisium tuba euastachius. Transport aktif
berlanjut ke batas epitel bersilia dan epitel skuamosa pada nasofaring, selanjutnya jatuh ke bawah dibantu
dengan gaya gravitas dan proses menelan.
Rute kedua merupakan gabungan sekresi sinus etmoid posterior dan sfenoid yang bertemu di resesum
sfenoetmoid dan menuju nasofaring pada bagian postero-superior orifisium tuba eustachius.
Sekret yang berasal dari meatus superior dan septum akan bergabung dengan sekret rute pertama, yaitu di
inferior dari tuba eustachius. Sekret pada sektum akan berjalan vertikal kea rah bawah terlebih dahulu
kemudian ke belakang dan menyatu di bagian inferior tuba eustachius.
FISIOLOGI HIDUNG
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan fungsi fungsional, fungsi fisiologis, fungsi fisiologis
hidung dan sinus paranasal adalah: 1) fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning),
penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran dan mekanisme imunologik local; 2)
fungsi pengidung karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus
penghidung; 3) fungsi fonetik yang berguna untuk resonasi suara, membantu proses bicara dan mencegah
hantaran suara sendiri melalui kondisi tulang; 4) fungsi static dan mekanik untuk meringankan beban
kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas; 5) refleks nasal.