Anatomi KGB Leher, Thyroid Dan Anatomi

8/12/2019 Anatomi KGB Leher, Thyroid Dan Anatomi

1/160

Jelaskan anatomi KGB leher, thyroid

dan anatomi jaringan leher ?

Galuh Ajeng Laaswati2010730041


2/160

Anatomi Leher :


3/160

Kelenjar limfe (kelenjar getah bening)


4/160

Kelenjarthyroid


5/160


6/160

6

Kelenjar limfa leher

Sistem aliran limfa leher penting untuk

dipelajari

Hampir semua radang atau keganasan kepala

lehermanifestasi pada kelenjar limfa leher

75 kelenjar limfa terdapat pada tiap sisi leher

Kuliah FK Universitas Muhammadiah 3Maret 2010


7/160

7


Di bagi atas beberapa area : Rangkaian jugularis interna

Superior, medial dan inferior

Spinalis accesorius

Sub mental dan sub mandibula Servikalis superfisial

Retrofaring

Para trakea

Skaleneus anterior

Contoh : jugularis interna superior menerima aliran limfadari palatum mole, tonsil, posterior lidah, sinus piriformisdasar lidah, sinus piriformis, dan laring supraglotik



8/160

8


Pembagian area Sloan Caterine Memorial Center

I. Submental & submandibula

II. 1/3 atas, kelenjar limfa jugularis superior, kelenjar

digastrik dan kelenjar servikal posterior superiorIII. Kelenjar limfa antara bifurkasio karotis dan

persilangan m omohioid dengan msternokleidomastoid dan batas posterior msternokleidomastoid

IV. Kelenjar di daerah jugularis inferior dansupraklavikula

V. Segitiga posterior servikal



9/160

9

ALIRAN KGB LEHER



10/160

10

paratrakea



11/160


12/160

EMBRIOLOGIS KELENJAR THYROID

Minggu ke 5 Asal : arcus branchialis iv.

Minggu ke 7

Menempati posisi di depan trachea

Mulai berfungsi pada pada akhir bulan ke 3.

Abberant thyroid tissue :

Di mana saja.

Paling sering : pangkal lidah


13/160

Terletak di leher bagian depan

2 lobus : kiri dan kanan Isthmus menghubungi ke 2 lobus

Sebesar ibu jari tangan

Berat : 2025 gram

Sintesa hormon thyroxin

Fungsi : metabolisme dan pertumbuhan


14/160

Merupakan kelenjar endokrin Kel. Thyroid :

Lobus kiri

Lobus kanan

Lobus pyramidalis

Ukuran : 5 cm

Isthmus


15/160

Kapsul thyroid :

True ( kapsula propria )

False ( bagian luar fascia pretra-chealis )

Berbentuk u

Isthmus terfiksir pada

cincin trachea 2, 3 dan 4 Bagian caudal cartilago cricoidea.

( Ligamentum Berry)


16/160

Lobus pyramidalis :

Fiksasi : Tepi caudal os hyoid

Levator gland. thyroidea.

Facies :

Anterolateral

Medial

Posterolateral


17/160

Kelenjar thyroid berfungsi :

Sintesa hormon thyroid

Menyimpan

Sekresi

Fungsi hormon thyroid :

Pertumbuhan

Metabolisme


18/160

Sel follikuler :

Konsentrasi yodida Sintesa thyro-globulin

Sekresi T4dan T3

YodidaTGIsel follikuleroksidasi

kombinasiMIT dan DITT3dan T4simpandi kolloidlepas ke dalam darah


19/160

T4 Diproduksi secara primer T3 Kebanyakan perubahan dari T4menjadi T3di

hati diikat protein plasma

TBG ( Tiroxin Binding Globulin )

TBPA ( Tiroxin Binding Pre Albumin )


20/160

PRODUKSI DAN REGULASI

HORMON TIROID

Hipotalamus

Pituitary ant

Tiroid

T R H

T S H

T3dan T4


21/160

Sekresi T3dan T4 Mekanisme umpan balik

Hipotalamus

Hipofise

Hormon tiroid :

TinggiTSH

RendahTSH


HORMON TIROID


22/160

Sel parafollikuler :

Sintesa

Simpan

Sekresi

Kalsitonin : hambat resorbsi tulang


HORMON TIROID

Kalsitonin


23/160

T4meningkat :

Wanita hamil KB

T4 menurun :

Steroid anabolik / androgen Penyakit hati

Salisilat dan sulfonamid


HORMON TIROID


24/160

Kelainan thyroid dapat disebabkan oleh : Kelainan bawaan

Kekurangan yodium Infeksi

Trauma

Neoplasma


25/160

Pembesaran kelenjar tiroid Struma diffusa toxic ( Basedow = Graves Disease )

Struma nodosa toxic ( Plummer Disease )

Struma endemik :

Uninodosa = Soliter

Multinodosa

Tiroiditis

Neoplasma :

Jinak = adenoma Ganas = karsinoma


26/160

Pembesaran kelenjar gondok baik pada 1 maupun ke 2

lobus akibat berbagai sebab dengan atau tanpa

gangguan produksi hormon


27/160

Bisa terjadi pada :

Masa puber / akil baliq

Masa kehamilan


28/160

UninodulerMultinoduler

Diffusa

Toxic

Non toxic


29/160

Produksi hormon : bisaNormal ( Goiter endemik )

Kurang ( Hypothyroidism )

Berlebihan ( hyperthyroidism )


30/160

Multinodosa atau uni nodosa

Disebabkan : Defisiensi yodium

Defek bawaan

T3dan T4 : normal

Struma nodosa non toxic


31/160

Goiter endemik Produksi hormon : normal

Defisiensi yodium

Lebih sering pada daerah pegunungan

Endemik : 10 % populasi

Struma non

toxic


32/160

Graves Disease = Basedow (90 %)

Otoimmun

1,52 % Wanita AS

Wanita : Laki-laki = 10 : 1

Struma hashimoto

Tumor thyroid

Struma toxic


33/160

HYPERTHYROIDISM

Graves disease

Toxic multinodular goiter

Toxic Adenoma

Thyroiditis


34/160

Tanda

Tanda Toxic Kulit : hangat, halus dan tipis

Denyut jantung meningkat Nafsu makan meningkat tapi berat badan menurun

Buang air besar banyak kali / hari

Gelisah, emosi labil dan tremor

Otot lemah

Menstruasi : sering anovulatory


35/160

Penyulit HipertiroidiKrisis hipertiroidi

Demam dan tanda-tanda hipertiroidi /tirotoksikosis

sistem kardiovaskuler ; sistem gastro intestinal ; sistem SSP

Bisa koma

Didahului stress fisik, pembedahan, infeksi atau trauma


36/160

HYPOTHYROIDISM

Defisiensi hormon thyroid

Penyebab :

Thyroid agenesis

Post thyroidektomi

Post radioiodine therapy

Autoimmune thyroid disease


37/160

Gambaran klinik :

Apati dan lesu Tidak tahan dingin

Bicara lemah

Konstipasi

Depresi

Psikosis

HYPOTHYROIDISM


38/160

KRETINISM Kekurangan hormon thyroid

Kekurangan yodium yang hebat sejak bayi

Terjadi gangguan perkembangan fisik dan mental

Kulit kering dan kasar

Jarak ke 2 mata lebar

Hidung lebar

Lidah besar dan menonjol keluar


39/160

Terapi hypothyroidism :

Berikan hormon thyroid

HYPOTHYROIDISM


40/160

THYROIDITISPeradangan pada thyroid dengan kerusakan

jaringan thyroidThyroiditis :

Akut

Sub akut

Kronik


41/160

Penyebab Thyroiditis :

Infeksi :

Viral Thyroiditis (De Quervains Thyroiditis)

Radiasi

Idiopathic : Riedels Thyroiditis

Autoimmune : Hashimotos Thyroiditis

THYROIDITIS


42/160

NEOPLASMA THYROID

Neoplasma :

Jinak = adenoma

Ganas = karsinoma

Diagnosis pasti : PA


43/160

KANKER THYROID

24 kasus / 100.000 ( Belanda )

Indonesia ?

Wanita lebih banyak.

Etiologi pasti ?

80 % jenis papiller.


44/160

FAKTOR RISIKO Ca.TIROID

Riwayat radiasi

Riwayat keluarga Nodul soliter :

Anak-anak

Laki-laki dewasa

Nodul tiroid tumbuh relatif cepat dan tidak sakit


45/160

FAKTOR RISIKO Struma pada anak-anak

Struma pada laki-laki

Struma pada wanita > 45

Pernah radiasi di leher

Umur < 25 th : 50 % ganas

Umur < 15 th : 75 % ganas


46/160

KANKER THYROIDGambaran klinik :

Tumbuh cepat

Konsistensi keras

Permukaan berbenjol-benjol

Melekat dengan jaringan sekitar

Ulkus di atas tumor

Suara parau


47/160

GAMBARAN KLINIKNodul ganas :

Batas tidak tegas

Konsistensi keras

Permukaan tidak rata

Terletak di isthmus Ada pembesaran kelenjar regional

Gejala invasi lokal tumor

Suara serak

Gangguan menelan

Sesak

Nodul keras dan terfiksir

Pembesaran kel.Getah bening


48/160

KLASIFIKASI Ca. TIROID

Epithelial

Non epithelial


49/160

KLASIFIKASI Ca. TIROID Epithelial :

1. Adenokarsinoma papiller

2. Adenokarsinoma follikuler

3. Undifferentiated karsinoma /anaplastik :

Small cell ca.

Giant cell ca.

Spindle cell ca.

4. Karsinoma meduller

5. Squamous cell ca.


50/160

Non epithelial :

1. Limphoma2. Sarcoma

3. Metastatic tumor

4. Malignant teratoma

5. Unclassified tumor



51/160

Well differentiated

Type papillare Type folliculare

Type medullare

Undifferentiated Type anaplastik



52/160

KARSINOMA TIROID PAPILIFERUM

Tumbuh secara lambat

Differensiasi baik

Uniform

Metastasis secara limfogen

Metastasis : paru-paru dan tulangInfiltrasi trachea atau oesophagus


53/160

KARSINOMA TIROID FOLLIKULER

Bersifat lebih ganas

Differensiasi baik

Metastasis secara hematogen

Jarang ke kelenjar

Invasi pembuluh darah


54/160

KARSINOMA TIROID MEDULLER Sel c / para follikuler

Amiloid

Kalsitonin

Karsinoma solidum (keras)

Bersama gangguan hormonal lain

Familier

Metastasis ke kelenjar regional


55/160

KARSINOMA ANAPLASTIK Tumbuh cepat

Fatal : Penekanan

Invasi

Obstruksi

Banyak mitosis

Metastasis jauh


56/160

MULTIPLE ENDOCRINE NEOPLASIA

( MEN )

Klasifikasi MEN

MEN type I = Wermer syndrome MEN type II = Sipple syndrome

MEN type III = Mucosal neuroma syndrome

Klasifikasi lain :

MEN type I

MEN type II a = type II

MEN type II b = type III


57/160

MEN type I

Terdiri dari tumor atau hyperplasia pada :

Tiroid

Paratiroid

Pancreatic islet cells

Pituitary

Korteks adrenal

MULTIPLE ENDOCRINE NEOPLASIA( MEN )


58/160

MEN type IIa

Phaeochorocytoma

Medullary thyroid carcinoma ( MTC )

Hyperplasia paratiroid

Glioma

Glioblastoma

Meningioma

MULTIPLE ENDOCRINE NEOPLASIA( MEN )


59/160

MEN type IIb

MTC

Phaeochromocytoma

Neuroma pada : Conjunctiva

Labial

Mucosa buccal

Lidah

Larynx

Saluran cerna

MULTIPLE ENDOCRINE NEOPLASIA

( MEN )


60/160

PENANGANAN MALIGNITAS

Diagnosis

Staging Status penampilan

Rencana terapi

Pelaksanaan terapi

Evaluasi / follow - up


61/160

DIAGNOSIS Ca.TIROID Anamnesis ( faktor risiko )

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

FNAB

Frozen section

USG thyroid Scanning thyroid

Laboratorium


62/160

PEMERIKSAAN PENUNJANG

FNAB :Core Needle

Jarum halus

Akurasi : tinggi ( 8895% )


63/160

Frozen section = Potong Beku = VC

Untuk tentukan ganas atau jinak

Menentukan jenis tindakan

Sulit bedakan :

Adenoma follikulare

Ca. follikulare

Adenoma follikulareisthmolobektomi



64/160

USG tiroid :

Nodul solid / kistik

Nodul jinak / ganas ?

Guiding untuk fnab



65/160

Scanning tiroid : Up-take I131

Aktifitas thyroid

Bentuk Besar



66/160

Scanning tiroid :

Nodul soliter

Multiple nodul

Struma retro sternal

Occult neoplasma

Fungsi tiroid

Ektopik

Metastasis



67/160

SCANNING TIROIDGambaran scanning :

Cold nodule

Hot noduleWarm nodule

Normal

Tc 99m :

Lebih baik

Lebih teliti

Efek karsinogenik < kecil


68/160

LABORATORIUM Tidak ada yang spesifik kecuali untuk ca.

Tiroid jenis meduller

Kalsitonin : Diagnosis

Follow-up

Tiroglobulin : follow - up


69/160

KANKER THYROID

Penatalaksanaan

Total thyroidektomi

Radical neck dissection

Radiasi interna / externa


70/160

KOMPLIKASI OPERASIDurante operasi

Perdarahan

Krisis tiroid

Cedera nervus, trachea dan oesophagus

Paratiroid terangkat


71/160

Pasca operasi :

Hematom Tracheomalacia

Hipokalsemia

Suara parau / hilang Tersedak

KOMPLIKASI OPERASI


72/160

Prognosis

Paling Baik : Type PapillarePaling Jelek : Type Anaplastik


73/160


74/160

EMBRIOLOGIS PAYUDARA

Merupakan kelenjar subkutis Tumbuh sejak minggu ke 6

Merupakan penebalan ektodermal

Terletak di garis susu


75/160

ANATOMI Terletak antara Iga 2 - Iga 6

Dari tepi sternum - linea axillaris media

Diameter : 10 - 20 cm

Tebal : 5 - 7 cm

Terdiri dari 15 - 20 lobi


76/160

Ada 2040 lobuli.

Ditopang oleh Lig. Cooper.

Mendapat darah dari a. mammaria

interna dan a. thoracalis lateralis

ANATOMI


77/160

FISIOLOGI Dipengaruhi oleh hormon

Ada 3 macam perubahan payudara

Perubahan I

Masa AnakPuber

Perubahan II

Masa Fertilitas

Perubahan III

Masa klimakterumMenopause


78/160

KELAINAN PAYUDARA

Bisa disebabkan oleh :

Kelainan Pertumbuhan Anomali

Infeksi

Neoplasma

Hormonal


79/160

KELAINAN PERTUMBUHAN

Makromastia

= hypertropi payudara

Ginekomastia

= hypertropi payudara laki-laki


80/160

ANOMALI PAYUDARA

Amastia

Sangat jarang

Mamma Aksesoris

Terletak di garis susu

Umumnya di ketiak

Mamma Aberan


81/160

INFEKSI PAYUDARA Mastitis Puerperalis Akut

Infeksi payudara pada minggu pertama laktasi

Disebabkan Stafilokokus

Mastitis Tuberkulosa

Galaktokel

Fistel Paraareola


82/160

NEOPLASMA PAYUDARA

Neoplasma Jinak

Neoplasma Ganas


83/160


84/160

KLASIFIKASIKriteria

Dupont, Pages dan Rogers1. Non Proliferative

2. Proliferative lesions without atypia

3. Atypical Hyperplasia


85/160

Kriteria

Dupont, Pages dan Rogers

1. Non Proliferative Cysts

Papillary apocrine change

Epithelial-related calcification

Mild Hyperplasia of the usual type

KLASIFIKASI


86/160

KriteriaDupont, Pages dan Rogers2. Proliferative Lesions without Atypia

Moderate or Florid ductal hyperplasia of theusual type

Intraductal Papilloma

Sclerosing adenosis

Fibroadenoma

3. Atypical Hyperplasia

Atypical ductal hyperplasia

Atypical lobular hyperplasia


87/160

NEOPLASMA JINAK PAYUDARA

Kelainan Fibrokistik

Fibroadenoma Tumor Phyllodes

Papiloma Intraduktal

Adenosis Sklerosis

Nekrosis lemak


88/160

FIBROCYSTIC CHANGES

Umumnya ditemukan pada umur 2040 tahun

Diduga akibat gangguan keseimbangan hormon


89/160

Perubahan morfologik yang dominan adalah :

Cyst formation and Fibrosis

Epithelial hyperplasia

Sclerosing adenosis

FIBROCYSTIC CHANGES


90/160

SCLEROSING ADENOSIS

Gambaran histologik yang khas : Fibrosisintralobular dan pro-liferasi acini dan duktus

kecil

Risiko Ca Mamma meningkat 1,52 x


91/160

FIBROADENOMA MAMMA Bentuk bulat atau lobulated

Konsistensi seperti karet

Mobil dan tidak nyeri

Umumnya soliter

1015 % multiple

Mamma kiri > kanan

Paling sering pada kwadran lateral atas


92/160

INTRADUCTAL PAPILLOMA

Terjadi pada duktus subareola

Paling sering menyebabkan serous atauserosanguinous nipple discharge

10 % multiple

Soliter papilloma bukan lesi pra-kanker

Terapi terpilih adalah : microdochectomy


93/160

TUMOR PHYLLODES Pertama kali dipaparkan oleh : Johannes Muller (1838)

Dahulu disebut Cystosarcoma phyllodes

WHO : Tumor Phyllodes

Merupakan tumor Fibroepitelial

0,30,5% dari semua Neoplasma payudara

Sering residif lokal

Tidak metastasis ke kelenjar regional


94/160

Gambaran klinik

Bentuk bulat atau lonjong Batas tegas, mobil

Konsistensi ada bagian yang kistik dan padat

seperti karet

Tidak melekat pada kulit dan otot pectoralis

Kulit tegang dan mengkilat

TUMOR PHYLLODES


95/160

ATYPICAL HYPERPLASIA

Risiko Kanker Payudara meningkat jadi5x


96/160


97/160

KANKER PAYUDARA Insidens tinggi di negara maju

Penyebab kematian ke 2 Mencemaskan penderita dan keluarga

Sering ditemukan sendiri

Fase preklinik

Fase klinik


98/160

INSIDENSBervariasi

Tinggi : AS dan Eropa Utara

Rendah : Asia

Sangat jarang : < 20 th

Jarang : < 30 th


99/160

Tinggi pada :

Umur 4549 th. ( Indonesia) Umur > 50 th ( Negara maju )

Lakilaki : 1%

Herediter : 5%

INSIDENS


100/160

Indonesia

No. 1 Kanker Serviks

No. 2 Kanker Payudara

Sul-Sel dan negara maju :

No. 1 Kanker Payudara

No. 2 Kanker Serviks

INSIDENS


101/160

Penyebab kanker payudara

Yang pasti ???

Hormon Genetik

Diet

Radiasi


102/160

FAKTOR RISIKO Haid pertama dini ( < 12 th )

Menopause lambat

Tidak pernah hamil

Riwayat keluarga ( + )

Tidak kawin

Melahirkan anak I > 35 th


103/160

Faktor risiko tinggi Tidak menyusui anak

Pernah operasi payudara sebelahnya

Ada keluarga yang menderita

Pernah radiasi daerah dada

Pernah terapi hormon yang lama


104/160


105/160

PEMERIKSAAN PAYUDARA

Inspeksi

Palpasi

Posisi Duduk dan baring

Periksa dengan Jari-jari

Periksa seluruh payudara


106/160

Inspeksi : Bentuk payudara

Simetris Kelainan di areola

Retraksi papilla

Peau dorange Dimpling

Warna kulit



107/160

Palpasi :

Lokalisasi Tumor

Ukuran Tumor

Konsistensi Tumor

Permukaan Tumor

Perlekatan dengan jaringan sekitar

Suhu raba

Pembesaran kel. limfe regional



108/160


Laboratorium

Rutin

Kimiawi

Tumor Marker

Foto Thorax

Bone Survey

USG

Mammografi


109/160

FNA

Tru Cut Needle Aspiration

Frozen Section

Biopsi Insisi

Biopsi Eksisi



110/160

DIAGNOSIS DINI

Pemeriksaan Payudara sendiri (SADARI) Pemeriksaan Payudara

BAJAH (Biopsi Jarum Halus)

Biopsi


111/160

Setiap bulan, rutin

Setelah menstruasiAwal 20-an

Kenal payudara sendiri

Sensitifitas : 2030%Penyuluhan


112/160

PENATALAKSANAAN1. Diagnosis

2. Stadium

3. Status penampilan4. Rencana terapi

5. Pelaksanaan

6. Prognosis Follow-up

Rekonstruksi / Rehabilitasi


113/160

DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang


114/160

DIAGNOSIS PASTI

Standar Baku Emas

Pemeriksaan Histopatologis


115/160

STAGINGBerfungsi untuk :

Menentukan stadium

Menentukan jenis tindakan /terapi

Evaluasi hasil terapi

Menentukan Prognosis

Membandingkan hasil suatu terapi dengan jenis

terapi lain


116/160

SISTEM TNM T = Tumor

N = Node ( kelenjar )

M = Metastasis jauh


117/160

cTNM

pTNM

sTNM

rTNM

aTNM

SISTEM TNM


118/160

Tx = tumor primer tidak bisa diketahui

To = tumor primer tidak teraba

Tis = carcinoma insitu T1 = < 2 cm

T2 = >2 - < 5 cm

T3 = > 5 cm

T4 = tumor melekat pada kulit atau otot pectoralis

SISTEM TNM


119/160

N = kelenjar limfe regional

Nx = N tidak dapat ditentukan

No = Tidak ada metastasis ke kelenjar limfe regional

N1 = Metastasis ke kel. limfe aksila ipsilateral dan mobil

N2 = Metastasis ke kel.limfe aksila ipsilateral danterfiksir satu dengan lainnya

N3 = Metastasis ke kel.limfe infraclavicular ipsilateral

atau pada kel.limfe mammaria interna ipsilateral +aksila

atau metastasis ke kel. supraclavicular + mammaria int danaksila

SISTEM TNM


120/160

M = Metastasis jauh

Mx = Metastasis jauh belum dapat dibuktikan

Mo = Tidak ada metastsaia jauh

M1 = Ada metastasis jauh ( termasuk metastasis ke

kel. supraclavicular ipsilateral )

SISTEM TNM


121/160

STADIUMSTADIUM T N M0 Tis N0 M0

I T1 N0 M0

IIa

T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

IIbT2 N1 M0

T3 N0 M0


122/160

STADIUMSTADIUM T N M

IIIa

T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1 M0

T3 N2 M0

IIIbT4 N0 M0T4 N1 M0

T4 N2 M0


123/160

STADIUMSTADIUM T N M

IIIc Any T N3 M0

IV Any T Any N M1


124/160

STAGING

S

TA

G

E

I

IIA

IIB

IIIA

IIIBIV

Stadium

Dini

StadiumLanjut


125/160

STATUS PENAMPILAN KARNOFSKY : 0100

W H O : 04


126/160

RENCANA TERAPIOperasi

KemoterapiRadioterapi

Hormonal Terapi

Immunoterapi


127/160

PENANGANANKANKER PAYUDARA

Terapi Kuratif

Terapi Paliatif


128/160

Terapi Kuratif

Terapi operatif

Terapi Adjuvant

Kemoterapi

Radioterapi

Terapi Hormonal

PENANGANAN

KANKER PAYUDARA


129/160

Terapi Paliatif

Terapi operatif

Kemoterapi

Radioterapi

Hormonal terapi

PENANGANAN

KANKER PAYUDARA


130/160


131/160

Hormonal Terapi :

Bilateral Ovarektomi

Adrenalektomi

Hypophisektomi

Anti Oestrogen

PENANGANANKANKER PAYUDARA


132/160

STADIUM DINI : ( KURATIF ) B C T

M R M

Adjuvant terapi :

Kemoterapi

Radioterapi

Hormonal terapi


133/160

STADIUM LANJUT ( PALIATIF )Utama : Hormonal Terapi

Tambahan : Radioterapi / Kemoterapi

Operasi


134/160

EVALUASI RESPONS PENGOBATAN

Remisi komplit

Remisi sebagian

Perbaikan

Tidak ada perbaikan

Progresif

PROGNOSIS


135/160

KETAHANAN HIDUP

5 tahun 10 tahun

S

T

A

GE

I 85% 70%

II 66% 50%

III 41% ?IV 10% ?

ST

A

G

E

I 95%II 80%

Haid Zuckerman


136/160

FOLLOW-UP 3 bulan, 6 bulan

1, 3, 5 tahun Sampai 20 tahun


137/160


138/160

Soft Tissue Sarcoma bisa ditemukan dimana saja di dalam tubuh

Berasal dari jaringan mesenchym extra-skeletal, terletak antara

epidermis dan jaringan parenchym organ Tumor yang berasal dari sistem lymphoid dan jaringan spesifik

organ tidak termasuk Soft Tissue Tumor

Ada lebih dari 50 jenis


139/160

Soft Tissue Sarcoma sangat jarang

Hanya 1 % pada orang dewasa dan 715% pada

anak-anak Lokasi yang paling sering :

Ekstremitas ( 59% )

Tubuh ( 19% )

Retroperitoneum ( 13% )

Kepala leher ( 9% )


140/160

Yang pasti ??

Faktor Risiko :

Trauma

Zat Kimia ( Herbicide )

Radiasi

Chronic Lymphedeme

Genetik


141/160

Yang paling sering :

Malignant Fibrous Histiocytoma

Liposarcoma

Synovial Sarcoma

Fibrosarcoma


142/160


143/160

Bisa berasal dari : Intracompartmental

Extracompartmental

Intermuskuler

Subcutaneous


144/160

= Reactive Zone terdiri dari Sel-sel tumor yang terkompresi

Zone fibrovaskuler dari jaringan ikat reaktif

Tebal tipisnya tergantung pada type histologis dan

grading tumor

High grade tumor mempunyai zone reaktif yang

tidak jelas


145/160

Umumnya berupa massa asymptomatik

Tidak spesifik

Tumbuh lambat

Tidak nyeri


146/160

Metastasis secara :

Hematogen ( paling sering )

Limfogen ( sangat jarang = 13% )

Sarcoma Ekstremitas:

Stad. dini metastasis ke paru-paru

Stad. Lanjutmetastasis ke tulang


147/160

Sarkoma abdomen dan pelvis metastasis ke hepar

dan paru-paru

Low grade : jarang metastasis ( < 15 % )

High Grade: lebih sering metastasis ( > 50 % )


148/160

Sarcoma yang sering metastasis secara

limfogen adalah :

Epitheloid sarcoma Embryonal Rhabdomyosarcoma

Angiosarcoma


149/160


150/160

Tumor < 3 cm : biopsi eksisi

Tumor > 3 cm : biopsi insisi

Insisi kulit harus longitudinal

Harus dilakukan hemostasis yang baik


151/160

Tumor Primer ( T )Tx = Tumor tidak bisa diukur

To = Tidak ada tumor

T1 = 5 cmT1a = Tumor diatas fascia superficialis

T1b = Tumor invasi atau terletak di bawah fascia

superficialis

T2 = > 5 cm

T2a = Tumor diatas fascia superficialisT2b = Tumor invasi atau terletak di bawah fascia

superficialis


152/160

Kelenjar Limfe Regional ( N )Nx = Kel.limfe regional tidak bisa diperiksa

No = Tidak ada metastasis ke kel.limfe regional

N1 = Ada metastasis ke kelenjar limfe regional


153/160

Metastasis Jauh ( M )

Mx = Metastasis jauh tidak bisa diketahui

Mo = Tidak ada metastasis jauh

M1 = Metastasis jauh


154/160

Histopathologic Grade

Gx = Grade tidak bisa diketahui

G1 = Differensiasi Baik

G2 = Differensiasi Sedang

G3

= Differensiasi Jelek

G4 = Undifferentiated

STAGE GROUPING


155/160

Stage G T N MIa G 1-2 T 1a-1b N0 M0

Ib G 1-2 T 2a N0 M0

IIa G 1-2 T 2b N0 M0

IIb G 3-4 T 1a-1b N0 M0

IIc G 3-4 T 2a N0 M0

III G 3-4 T 2b N0 M0

IV Any G Any T N1 M0

Any G Any T N0 M1

STAGE GROUPING


156/160

Operatif

Radioterapi

Kemoterapi

Terapi kombinasi


157/160

Operatif

Reseksi luas Reseksi Compartemen

Limb-sparing Surgery

Amputasi


158/160

Jenis operasi tergantung :

Lokasi Tumor

Ukuran Tumor

Dalamnya invasi tumor

Apakah sudah melibatkan stuktur vital

disekitarnya

Status penampilan pasien


159/160

Radioterapi

Brachiterapi

External Radioterapi

Tujuan utama adalah : local control


160/160

Dalam 2 tahun pertama

Kontrol setiap 3 bulan

Foto thorax setiap 6 bulan

Dalam 25 tahun

Kontrol setiap 6 bulan

Setelah 5 tahun Kontrol dan Foto thorax setiap tahun

Documents

Anatomi KGB Leher, Thyroid Dan Anatomi