28
VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015 www.ekon.go.id ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tinjauan Ekonomi & Keuangan STRUKTUR EKONOMI DAN RESPON KEBIJAKAN PEMERINTAH MENENTUKAN DAYA TAHAN PEREKONOMIAN NASIONAL

ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

  • Upload
    lybao

  • View
    232

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015 www.ekon.go.id

ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Tinjauan Ekonomi & Keuangan

STRUKTUR EKONOMI DAN RESPON KEBIJAKAN PEMERINTAH

MENENTUKAN DAYA TAHAN PEREKONOMIAN NASIONAL

Page 2: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

PEMBINA:

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

PENGARAH:

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan

Keuangan

KOORDINATOR:

Bobby Hamzar Rafinus

EDITOR:

Edi Prio Pambudi

Puji Gunawan

Ratih Purbasari Kania

ANALIS:

Puji Gunawan, Thasya Pauline, Benito Rio Avianto,

Sri Purwanti, Hesti Wahyudi Surasmono, Susiyanti,

Trias Melia, Desi Maola Ayu Saputri

KONTRIBUTOR:

Kementerian Perdagangan, FEB UI

Anggaran Pertahanan Nasional

E d i t o r i a l

DAFTAR ISI

03

04

Overview Ekonomi ASEAN

Menjelang Pemberlakuan AEC

2015

EKONOMI INTERNASIONAL

07

KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI

Sinergi Pemerintah dan Otoritas:

Paket Kebijakan Bank Indonesia

09

Keuangan

Laporan utama

Dollar AS Kian Tak Terkendali

Respon Pemerintah Terhadap

Pelemahan Ekonomi

14

19

perdagangan

Hubungan Perdagangan

Indonesia - Australia

24

02

Page 3: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

editorial

03

Pentingnya akurasi dan validitas data dalam perekonomian bisa dianalogikan sebagai denyut jantung

bagi tubuh. Denyut jantung diperlukan dalam rangka pendeteksian awal adanya permasalahan ataupun

penyakit di dalam sistem tubuh kita. Apabila terjadi gangguan yang menyebabkan denyut jantung tidak

mengirimkan sinyal yang benar ataupun terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan denyut tersebut,

maka bisa dipastikan penanganan dan pengobatan yang diberikan tidak akan tepat sasaran.

Data memang menjadi kata kunci untuk mengambil sebuah kebijakan yang tepat. Data di Indonesia

sesungguhnya tersedia cukup banyak dan mencakup semua sektor ekonomi. Kementerian juga selalu

menghimpun data dari jaringan birokrasinya di daerah. Jadi masalah sesungguhnya bukan pada

ketersediaan data, tapi pada akurasi data dan pemanfaatan data yang tepat sesuai kebijakan yang akan

diterapkan.

kebijakan yang diambil berbasis data pun belum tentu tepat sasaran, karena datanya masih kasar dan

belum dilakukan clustering dan filtering. Contohnya adalah sensus BPS pada tahun 2013. Jumlah populasi

sapi di Indonesia ketika itu sebanyak 12 juta sapi. Namun berdasarkan hasil pendetailan lebih lanjut,

hampir 30 persen adalah dari jumlah sapi tersebut adalah milik rumah tangga petani yang tidak bisa

dipotong setiap waktu guna memenuhi kebutuhan daging sapi nasional.

Membicarakan perbaikan data berarti juga membicarakan pentingnya sebuah rencana tindak lanjut dari

langkah pembenahan berbagai aspek, seperti, pembangunan infrastruktur, pangan, industri ataupun

sumber daya manusia. Pengambil kebijakan di Pusat dan Daerah seyogyanya juga tidak serta merta

menggunakan usulan publik semata sebagai landasan utama. Usulan harus dikaji berdasarkan data untuk

menghasilkan kebijakan yang berkesinambungan dan terimplimentasikan dengan baik

Salah satu yang menjadi pekerjaan lebih lanjut adalah penyajian data yang dapat dikomparasi tidak hanya

secara tahunan ataupun spasial, tetapi juga secara internasional. Masih Banyak Insitusi Pemerintahan, baik

di pusat maupun daerah, maupun swasta yang masih menyajikan data dan informasi hanya dalam bahasa

Indonesia. Ketersediaan data dan Informasi dalam bahasa asing menjadi penting di saat Indonesia sangat

membutuhkan aliran investasi maupun kunjungan wisatawan mancanegara. Tidak jarang, bahkan hampir

selalu keputusan Investasi maupun keputusan berpergiaan ke satu negara didasari atas ketersediaan data

dan informasi yang valid.

Dalam tataran yang lebih praktis, informasi seperti marka petunjuk jalan, brosur, info layanan publik,

publikasi dan lainnya pada umumnya masih dalam bentuk bahasa Indonesia. Padahal, hal ini sangatlah

membantu wisatawan maupun investor asing dalam melakukan aktivitasnya di Indonesia. Hal ini kami

yakini dapat memberikan kesan yang lebih baik dan menunjukkan keramahan suatu kota.

Melihat pentingnya keterbukaan data dan infomasi global, bahkan salah satu kesepakatan KTT negara G-

20 di Turki juga mencakup masalah keterbukaan data secara otomatis. Kesepakatan itu akan direalisasikan

dalam program Automatic Exchange of Information (AEoI) dan akan dimulai pada tahun 2018 untuk semua

negara anggota G-20.

Page 4: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Ekonomi internasional

MENJELANG PEMBERLAKUAN

ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

OVERVIEW EKONOMI ASEAN

Benito Rio Avianto

Untuk tiga ekonomi besar dunia, AS, Uni Eropa dan

Jepang, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015

diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2014. Pada tahun 2015, ekonomi AS cenderung

melakukan ekspansi, didukung oleh peningkatan

konsumsi rumah tangga dan tenaga kerja, inflasi yang

rendah, serta investasi, ditopang oleh kondisi

keuangan dan neraca perdagangan yang membaik.

Prospek pertumbuhan di Uni Eropa juga positif,

meskipun ada tekanan deflasi serta efek kemungkinan

keluarnya Yunani dari Uni Eropa bisa meredam

pemulihan ekonomi yang masih rapuh. Perbaikan

ekonomi di Jepang masih belum pasti akibat tingkat

konsumsi swasta yang masih tetap lamban. Namun,

langkah-langkah pelonggaran moneter diikuti dengan

dengan harga minyak yang rendah serta depresiasi

yen, diharapkan dapat mendukung pertumbuhan

tahun 2015.

Pertumbuhan global akan berimplikasi terhadap

menurunnya harga minyak dunia, akibat tingginya

pasokan. Namun hal ini lebih cenderung didorong oleh

faktor negatif, termasuk melemahnya investasi yang

mengakibatkan menurunnya ekspektasi pertumbuhan

ekonomi negara maju dan berkembang.

Permintaan global meningkat sebesar 3,4% pada tahun

2014, didukung oleh meningkatnya pertumbuhan

ekonomi di negara maju sebesar 1,8%. Negara

berkembang mencatat pertumbuhan tahun 2014

sebesar 4,6% sedikit menurun dibandingkan dengan

2013 yaitu sebesar 5,0%. Sedangkan permintaan dunia

diperkirakan akan meningkat sebesar 3,5% pada tahun

2015 dengan sedikit dorongan dari tahun 2014.

Pertumbuhan di negara maju diproyeksikan akan

meningkat menjadi 2,4% pada tahun 2015 dan

pertumbuhan negara-negara berkembang diproyeksikan

kembali menurun pada tahun 2015 menjadi sebesar

4,3%.

Foto: www.scmp.com

04

Page 5: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Untuk beberapa negara berkembang lainnya, prospek

tahun 2015 juga bervariasi. Pertumbuhan melambat di

Tiongkok dan diperkirakan terus berlangsung hingga

akhir tahun 2015. India memiliki prospek tingkat

pertumbuhan yang lebih baik pada tahun 2015, dengan

peningkatan konsumsi rumah tangga akibat harga

minyak yang rendah dan inflasi yang menurun.

Kinerja ekonomi ASEAN tetap kuat dan stabil pada

tahun 2014, meskipun memiliki tingkat pertumbuhan

4,4% (lebih rendah dibandingkan dengan 5,2% pada

tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi ASEAN secara

keseluruhan lebih rendah dari beberapa negara

anggotanya (Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand)

Pada tahun 2015, prospek pertumbuhan ASEAN

diproyeksikan naik menjadi 4,9%. Hal ini mencerminkan

pemulihan ekonomi yang diharapkan dapat terjadi di

Indonesia dan Thailand serta pertumbuhan yang stabil

di Filipina dan Viet Nam. Pada tahun 2014, total

perdagangan ASEAN mencapai USD 2,53 triliun dengan

peningkatan sebesar 0,6% dibandingkan tahun 2013.

Jumlah FDI masuk ke ASEAN sebesar USD 136.1 miliar

tahun 2014, meningkat 11,3% dibandingkan tahun

sebelumnya.

Berdasarkan laporan ASEAN Secretariat pertumbuhan

ekonomi global akan cenderung stagnan sejak tahun

2012. Pertumbuhan ekonomi ASEAN dalam 1 (satu)

dekade, 2007-2015 secara rata-rata tumbuh lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan ekonomi global. Laporan

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pada

tahun 2015 ekonomi ASEAN akan tumbuh sebesar 4,9%,

lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2014

yakni sebesar 4,4%. Perekonomian global tumbuh

sebesar 3,5% pada tahun 2015, sedikit lebih tinggi

dibandingkan tahun 2014 yang tumbuh sebesar 3,4%

(Laporan IMF, Economic Outlook 2015). Sedangkan

Pertumbuhan di negara maju diproyeksikan meningkat

menjadi 2,4% pada tahun 2015.

Meskipun perekonomian ASEAN diproyeksikan

meningkat di tahun 2015, tetapi ASEAN akan

dihadapkan pada beberapa resiko buruk aktivitas

perekonomian seperti:

o Ketidakpastian harga minyak;

o Tidak meratanya pertumbuhan ekonomi antar

negara;

o Ketidakpastian pasar keuangan (financial

market)

Total Perdagangan ASEAN cenderung stagnan/tumbuh

relatif kecil sejak tahun 2012 yaitu sebesar US$ 2,49

Trillion dan sedikit meningkat menjadi US$ 2,51 Trillion

pada tahun 2013 dan meningkat sedikit juga pada tahun

2014 senilai US$ 2,53 Trillion. Sementara untuk investasi

asing (FDI), kondisinya lebih baik. FDI ASEAN senilai US$

136,2 Billion ditahun 2014 meningkat signifikan bila

05

Page 6: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

dibandingkan dengan FDI di tahun 2013 senilai US$

117,7 Billion.

Hal-hal yang dapat dilakukan Indonesia:

Pemerintahan Indonesia mengasumsikan pertumbuhan

ekonomi 2015 sebesar 5,7%, sebagaimana tercantum

dalam APBN-Perubahan (APBN-P) 2015.

Ekonomi Indonesia dapat terkena dampak dari

perlambatan ekonomi dunia apabila hal tersebut terus

terjadi. Saat ini, hanya ekonomi AS yang mengalami

penguatan.

Perlambatan ekonomi dunia telah mengakibatkan

penurunan ekspor Indonesia. Disamping itu, harga

komoditas unggulan ekspor seperti minyak sawit

mentah (CPO) dan karet juga ikut turun. Harga minyak

bumi yang turun secara siginifikan juga berimplikasi

terhadap penurunan harga CPO dan karet. Namun

demikian diperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini

tumbuh di atas 5,4% dengan syarat belanja pemerintah

harus optimal, antara lain dengan mempercepat

pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur.

06

Page 7: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Koordinasi kebijakan ekonomi S

INER

GI P

EM

ER

INT

AH

DA

N O

TO

RIT

AS:

PAKET KEBIJAKAN

BANK INDONESIA

Di tengah kondisi perekonomian global yang melemah, Pemerintah terus berupaya untuk menciptakan

kondisi ekonomi makro yang kondusif, menggerakkan perekonomian nasional, serta melindungi

masyarakat berpendapatan rendah. Untuk itu, Pemerintah di bulan September 2015 mengeluarkan paket

kebijakan ekonomi untuk mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokratisasi dan

memberikan insentif fiskal.

Tidak hanya Pemerintah, upaya dalam rangka stabilisasi fiskal dan moneter juga dilakukan oleh Bank

Indonesia sebagai otoritas moneter dan Otoritas Jasa Keuangan yang sejalan dengan langkah-langkah

stailisasi perekonomian oleh Pemerintah. Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah tahap I yang dikeluarkan

pada 9 September 2015 lalu disusul dengan Paket Kebijakan Bank Indonesia. Paket Kebijakan Bank

Indonesia tersebut terdiri dari lima kebijakan, yaitu:

Trias Melia

07

Page 8: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

1. Memperkuat pengendalian inflasi dan mendorong sektor riil dari sisi supply perekonomian

a. Memperkuat koordinasi Tim Pengedalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam

rangka akselerasi implementasi roadmap pengendalian inflasi nasional dan daerah. Saat ini telah terdapat

lebih dari 430 TPID di seluruh Indonesia dan telah memiliki roadmap inflasi daerah. Bank Indonesia akan

terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah pusat maupun daerah untuk mengimplementasikan

roadmap tersebut.

b. Memperkuat kerjasama Ekonomi dan Keuangan Daerah antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Pusat dan

Daerah.

2. Menjaga stabilisas nilai tukar Rupiah

a. Menjaga kepercayaan pelaku pasar di pasar valas melalui pengendalian volatitas nilai tukar rupiah

b. Memelihara kepercayaan pasar terhadap pasar Surat Berharga Negara melalui pembelian di pasar sekunder,

dengan tetap memerhatikan dampaknya terhadap ketersediaan Surat Berharga Negara bagi inflow dan

likuiditas pasar uang

3. Memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah.

a. Mengubah mekanisme lelang Reverse Repo (RR) SBN dari variable rate tender menjadi fixed rate tender,

menyesuaikan pricing RR SBN, dan memperpanjang tenor dengan menerbitkan RR SBN 3 bulan

b. Mengubah mekanisme lelang Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) dari variable rate tender menjadi

fixed rate tender dan menyesuaikan pricing SDBI, serta menerbitkan SDBI tenor 6 bulan

c. Menerbitkan kembali Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bertenor 9 bulan dan 12 bulan dengan mekanisme

lelang fixed rate tender dan menyesuaikan pricing.

4. Memperkuat pengelolaan supply dan demand valas.

a. Menyesuaikan frekuensi lelang Foreign Exchange (FX) Swap dari 2 kali seminggu menjadi 1 kali seminggu

b. Mengubah mekanisme lelang Term Deposit (TD) Valas dari variable rate tender menjadi fixed rate tender,

menyesuaikan pricing, dan memperpanjang tenor sampai dengan 3 bulan.

c. Menurunkan batas pembelian valas dengan pembuktian dokumen underlying dari yang berlaku saat ini

sebesar US$100 ribu menjadi US$25 ribu per nasabah per bulan dan mewajibkan penggunaan NPWP.

d. Mempercepat proses persetujuan ULN Bank dengan tetap memperhatikan asas kehati-hatian.

5. Langkah-langkah lanjutan untuk pendalaman pasar uang.

a. Menyediakan fasilitas swap hedging untuk mendukung investasi infrastruktur dan sekaligus memperkuat

cadangan devisa.

b. Menyempurnakan ketentuan tentang pasar uang yang mencakup seluruh komponen pengembangan pasar

antara lain instrumen, pelaku dan infrastruktur. Untuk mendorong implementasi paket kebijakan, Bank

Indonesia secara aktif akan senantiasa berkoordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait lainnya.

Melalui kebijakan Bank Indonesia yang sejalan dengan kebijakan Pemerintah ini, diharapkan akan memberi dampak

positif bagi perekonomian Indonesia. Tidak hanya itu, diharapkan perbaikan perekonomian nantinya juga dapat

dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Sumber: Bank Indonesia

08

Page 9: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

keuangan

Foto: www.danmogot.com

Foto: www.nasional.tempo.com

Foto: www.militerindonesiaarmy.blogspot.com

Foto: www.frontroll.com

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah berhasil melakukan peningkatan kemampuan

pertahanan negara serta peningkatan upaya penciptaan dan pemeliharaan kondisi keamanan dan

ketertiban masyarakat. Peningkatan kemampuan pertahanan tersebut terindikasikan dengan

semakin menurunnya aktivitas militer asing untuk mengganggu kewibawaan dan kedaulatan NKRI.

Isu strategi RPJMN 2015-2019 bidang Pertahanan dan Keamanan adalah Peningkatan Kapasitas

Pertahanan dan Stabilitas Keamanan Nasional. Isu strategis ini secara langsung akan mendukung

upaya Indonesia dalam menciptakan daya saing nasional yang didukung dengan SDA yang unggul,

SDM yang berkualitas, serta Iptek yang terus meningkat.

Hesti Wahyudi Surasmono

ANGGARAN

P E R T A H A N A N NASIONAL

09

Page 10: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Anggaran belanja pemerintah pusat pada fungsi pertahanan terus mengalami peningkatan selama 6

tahun terakhir dari sebesar Rp13,14 trilun pada APBN tahun 2009 menjadi 102,27 triliun pada APBN-P

tahun 2015. Alokasi anggaran pada tahun 2014 menunjukkan penurunan jika dibandingkan dengan

alokasinya dalam APBN pada tahun 2013. Penurunan anggaran pada fungsi pertahanan tersebut

terutama dikarenakan adanya pemotongan belanja pada K/L yang menjalankan fungsi pertahanan

yaitu Kementerian Pertahanan, Lembaga Ketahanan Nasional, dan Dewan Ketahanan Nasional. Alokasi

anggaran belanja pada fungsi pertahanan APBN-P tahun 2015 sebesar Rp102.27 triliun yang berarti

lebih tinggi Rp20,13 triliun dari tahun 2014.

Lebih tingginya alokasi anggaran pada fungsi pertahanan tersebut terutama terkait penambahan

alokasi anggaran untuk memperkuat alutsista menuju ke minimum essential force (MEF) dengan

didukung industri pertahanan dalam negeri. Selanjutnya, alokasi anggaran pada fungsi pertahanan

tersebut untuk mencapai sasaran yang diharapkan, yaitu: (1)meningkatnya kesejahteraan dalam rangka

pemeliharaan profesionalisme prajurit melalui peningkatan jumlah fasilitas perumahan prajurit dan

peningkatan kualitas dan kuantitas latihan prajurit TNI; dan (2)menguatnya keamanan laut dan daerah

perbatasan melalui peningkatan operasi pengamanan dan keselamatan di laut dan wilayah

perbatasan, menambah pos pengamanan perbatasan darat, memperkuat kelembagaan keamanan laut,

serta intensifikasi dan ekstensifikasi operasi bersama.

Sumber: Nota Keuangan Sumber: Global Firepower, 2015

10

Page 11: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Belanja pertahanan Indonesia tahun 2015 sebesar 6.9 miliar US$ jika dibandingkan dengan negara-

negara di kawasan ASEAN menempati posisi ke-2 dibawah Singapura yang mempunyai anggaran

sebesar 9,3 miliar US$. Meskipun demikian, dari data tahun 2014 dapat dilihat persentase terhadap

GDP Indonesia menepati urutan terbawah yaitu sebesar 0,8% yang jauh dibawah rata-rata Negara

Asean sebesar 2.2 %. Alokasi belanja pertahanan terhadap total belanja pemerintah juga menempati

urutan paling bawah yaitu sebesar 4.1% dari total belanja pemerintah. Jika kita mengacu pada RPJMN,

pemerintah menargetkan alokasi belanja pertahanan sebesar 1.5% dari GDP di tahun 2019.

Anggaran Kementerian Pertahanan dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp102.2 triliun digunakan antara

lain untuk pengadaan Alutsista pada Mabes TNI dan masing-masing angkatan dalam beberapa

program: (1)Program Modernisasi Alutsista/Non-Alutsista/Sarpras Integratif; (2) Program Modernisasi

Alutsista/Non-Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat ; (3) Program Modernisasi Alutsista/Non-

Alutsista serta Pengembangan Fasilitas dan Sarpras Matra Laut; (4) Program Modernisasi

Alutsista/Non-Alutsista serta Pengembangan Fasilitas dan Sarpras Matra Udara.

Arah kebijakan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran terpenuhinya alutsista TNI tentunya

harus didukung industri pertahanan dalam negeri. Dukungan pemerintah terhadap industri pertahanan

adalah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT Dirgantara Indonesia dan PT. Pindad yang

merupakan BUMN yang bergerak di bidang kedirgantaraan dan persenjataan. Tujuan PMN tersebut untuk

peningkatan kapasitas produksi, modernisasi fasilitas produksi, mengantisipasi berkembangnya pasar,

dan meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia. PT Dirgantara Indonesia dan PT Pindad

masing-masing memperoleh penyertaan modal sebesar Rp400 miliar dan Rp700 miliar pada alokasi

APBN-P tahun 2015.

Sumber: the Stockholm Peace research Institute (SIPRI)

11

Page 12: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

PT Dirgantara Indonesia (PT.DI) (Persero) didirikan oleh Pemerintah Indonesia untuk

mengembangkan industri strategis di bidang kedirgantaraan, khususnya dalam hal pengembangan

industri pesawat terbang. Misi PT. DI (Persero) adalah sebagai pusat keunggulan di bidang industri

dirgantara terutama dalam rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan

untuk kepentingan komersial dan militer dan juga aplikasi di luar industri dirgantara, menjalankan

usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersial, sehingga dapat menghasilkan

produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya Penambahan modal diantaranya untuk:

1)menambah leverage fasilitas bank dalam peningkatan modal kerja proyek dan menggantikan

sebagian modal kerja yang sudah dibayarkan PT. Perusahan Pengelola Aset (PPA), 2) investasi

dukungan maritime guna mengembangkan pesawat penguatan pengawasan di bidang maritim, 3)

investasi fasilitas produksi untuk meningkatkan kapasitas fasilitas perakitan dan jasa pemeliharaan

pesawat terbang.

PT Pindad (Persero) adalah BUMN yang memproduksi senjata, amunisi dan peralatan sistem pertahanan

dan keamanan serta memproduksi alat-alat, perkakas dan komponen-komponen lain untuk sektor-

sektor perhubungan, pertanian/perkebunan, pertambangan dan industri. Tujuan penambahan modal

adalah untuk pembangunan dan perbaikan lini produksi, pengembangan bisnis produk industrial,

peningkatan fasilitas pengembangan produk dan proses serta learning center, pengembangan soft

competence SDM. Manfaat yang diharapkan ialah dapat meningkatkan kapasitas produksi,

modernisasi fasilitas produksi, berkembangnya pasar, dan meningkatkan kemampuan SDM,

mendukung penguatan industri pertahanan dan keamanan dalam negeri, meningkatkan daya saing

produksi industri pertahanan dan keamanan di pasar internasional, dan mendukung program

Minimum Essential Force.

12

Page 13: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

L A P O R A N

U T A M A

DOLLAR AS KIAN TAK TERKENDALI

RESPON PEMERINTAH TERHADAP PELEMAHAN EKONOMI

Page 14: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Pelemahan nilai tukar (depresiasi) Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) sudah berlangsung

sejak September 2011. Jika dicermati, pelemahan nilai tukar Rupiah berdasarkan waktu tercapainya

batas-batas psikologis nilai tukar Rupiah dari level Rp 9.000, Rp 10.000, hingga Rp 13.000 per USD

berlangsung semakin singkat, seperti berikut1:

Menembus Rp 9.000 per USD pada 21 September 2011 (7 bulan)

Menembus Rp 10.000 per USD pada 10 Juni 2013 (1 tahun 9 bulan)

Menembus Rp 11.000 per USD pada 23 Agustus 2013 (2 bulan)

Menembus Rp 12.000 per USD pada 28 Nopember 2013 (3 bulan)

Menembus Rp 13.000 per USD pada 9 Maret 2015 (4 bulan)

Menembus Rp 14.000 per USD pada 24 Agustus 2015 (5 bulan)

1Bloomberg, IDR Currency, diolah

LAPORAN UTAMA

DOLLAR

AS KIAN TAK

TERKENDALI

Edi Prio Pambudi

14

Page 15: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Sumber utama tekanan depresiasi Rupiah sejak 2011 ada tiga, yaitu: (1) menurunnya harga

internasional komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia sejak triwulan I-2011 akibat krisis

ekonomi 2008 yang menyebabkan defisit transaksi berjalan Indonesia, (2) normalisasi kebijakan

moneter AS dengan cara mengurangi secara bertahap program stimulus pelonggaran uang ke sektor

keuangan dan menaikkan suku bunga acuan bank sentral AS (FED Fund Rate), dan (3) devaluasi mata

uang Tiongkok (Yuan) terhadap USD untuk mendongkrak pertumbuhan ekspor Tiongkok yang tengah

melambat. Secara keseluruhan, tekanan terbesar depresiasi Rupiah berasal dari luar sistem

perekonomian Indonesia. Tekanan terakhir yang berasal dari Tiongkok ini secara masif melemahkan

memukul sebagian besar nilai tukar mata uang Asia terhadap USD. Secara empiris, ketika

Yuan/Renminbi melemah, ekspor Tiongkok tumbuh positif seperti pada awal 2013 dan akhir 2014 lalu.

Tiongkok mengandalkan pasar ekspor AS dan Eropa yang mulai memberikan surplus perdagangan

bagi Tiongkok karena perekonomiannya yang mulai pulih. Tiongkok berusaha memasok pasar AS dan

Eropa untuk mengkompensasi merosotnya ekspor Tiongkok ke pasar lainnya di dunia. Kebijakan

devaluasi Yuan tanggal 11 Agustus 2015 secara umum sudah diantisipasi oleh pasar (price-in) yang

memperkirakan keberlanjutan dari kebijakan devaluasi tersebut serta respon kebijakan dari AS dan

negara lain. Namun, kondisi yang sama tidak demikian dengan Indonesia. Ketika nilai tukar Rupiah

terus melemah, pertumbuhan ekspor Indonesia kian melambat.

Dengan mempertimbangkan dampaknya pada kondisi ekonomi domestik di tengah perlambatan

pertumbuhan ekonomi saat ini, persoalannya adalah apakah depresiasi Rupiah akan berlangsung

secara permanen atau hanya sementara (fluktuatif). Faktanya, peristiwa eksternal yang terjadi secara

berturut-turut selama 4 tahun terakhir tersebut sudah melemahkan nilai tukar Rupiah hingga 62

persen dan menembus batas-batas psikologis dalam waktu semakin singkat. Kondisi ini menandai

tren depresiasi Rupiah yang terjadi semakin menukik tajam dan belum sampai pada titik

keseimbangan baru.

Banyak pendapat bahwa nilai tukar Rupiah saat ini mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia.

Apabila nilai tukar Rupiah dinyatakan sebagai representasi fundamental ekonomi Indonesia, maka

pelemahan nilai tukar yang semakin sulit dikendalikan menunjukkan semakin merosotnya

fundamental ekonomi Indonesia. Di kawasan Asia, nilai tukar Rupiah sejak awal 2015 hingga saat ini

15

Page 16: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

(year-to-date) sudah merosot minus 10,08 persen berada di atas nilai tukar Ringgit Malaysia yang juga

melemah sampai minus 13,99persen. Jika derajat kerentanan nilai tukar mata uang diukur berdasarkan

volatilitas, Rupiah termasuk yang paling rentan sebesar 11,01 persen berada pada urutan kedua mata

uang paling rentan di Asia setelah Malaysia sebesar 13,50 persen.

Berdasarkan kondisi nilai tukar Rupiah saat ini, secara teknis perkembangan Rupiah dapat

diproyeksikan hingga akhir 2015 dengan mempertimbangkan beberapa elemen seperti harga spot,

forward, tren dan derajat volatilitasnya. Rupiah diperdagangkan pada harga spot saat ini sebesar Rp

13.788 per USD, sementara harga forward (kontrak hingga triwulan IV-2015) sebesar Rp 14.454.

Perdagangan Rupiah pada triwulan IV-2015 berdasarkan proyeksi Bloomberg yang bersumber dari 45

lembaga-lembaga keuangan menunjukkan perkiraan harga spot rata-rata Rp 13.712 per USD dengan

perkiraan harga tertinggi Rp 14.020 per USD.dan harga terendah Rupiah sebesar Rp 13.500 per USD.

Puncak distribusi nilai tukar Rupiah pada perdagangan spot juga diperkirakan akan bergeser dari Rp

13.377 per USD pada triwulan III-2015 menjadi Rp 13.620 pada triwulan IV-2015. Hal ini menandakan

bahwa para pelaku keuangan memperkirakan Rupiah akan mengalami tekanan depresiasi dengan

simpangan yang lebar hingga akhir 2015 Perkiraan kerentanan yang cukup tinggi dan tren depresiasi

Rupiah pada akhir 2015 dapat dihitung dengan simulasi kondisi dimana semakin lebar rentang selisih

harga nilai tukar Rupiah terhadap USD antara spot dan forwad (spread), semakin tinggi nilai

probabilitas keyakinan pelaku pasar keuangan . Pengertiannya, pelaku pasar semakin yakin jika nilai

tukar Rupiah pada akhir 2015 nanti akan bergerak dalam rentang nilai yang semakin lebar antara Rp

13.000 hingga Rp 14.454 per USD. Forex Exchange Forecast Simulation oleh Bloomberg memaparkan

bahwa keyakinan pelaku pasar keuangan sebesar 76,8 persen nilai tukar Rupiah pada akhir tahun 2015

antara Rp 13.331 hingga Rp 15.673 per USD. Dengan asumsi harga Rupiah saat ini sebesar Rp 13.771

per USD, pelaku pasar uang juga cukup yakin (62,8%) bahwa nilai tukar Rupiah akan menembus Rp

14.000 per USD. Sebaliknya, pelaku pasar keuangan tidak begitu yakin (4,5%) bahwa nilai tukar Rupiah

akan kembali menguat di bawah Rp 13.000 per USD2. Dengan demikian tren depresiasi Rupiah

menurut perkiraan pelaku pasar keuangan kemungkinan besar masih akan terjadi.

Depresiasi Rupiah berdampak pula pada aliran kapital. Sejak awal 2015 hingga saat ini year-to-date)

nilai tukar Rupiah melemah terhadap USD sebesar minus 10,08 persen diiringi dengan menurunnya

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga minus 8,12persen. Meskipun demikian, aliran modal ke

ekuitas masih positif USD 65,3 juta. Namun, sejak awal Agustus 2015 aliran modal keluar dari ekuitas

sudah mencapai USD 257,3 juta. Aliran modal ke ekuitas Indonesia hingga saat minus USD 84,7 juta

per hari atau terjadi aliran modal keluar (capital outflows) dari pasar ekuitas Indonesia setiap harinya

sebesar itu. Pasar saham Indonesia masih cukup optimis ditandai dengan IHSG yang tumbuh positif

sebesar 35,32 persen sejak saat Rupiah menembus Rp 9.000 per USD hingga saat ini. Tidak hanya di

Indonesia, aliran kapital yang keluar dari pasar ekuitas India mencapai USD 276,8 juta per hari, lalu

kapital yang keluar dari ekuitas Korea Selatan sebesar USD 144,7 juta, dari ekuitas Thailand keluar USD

52,9 juta3. Melemahnya nilai tukar mata uang terpapar tindakan devaluasi Yuan cukup masif membuat

aliran kapital keluar dari kawasan Asia yang selama ini selalu diminati sebagai „halte‟ investasi.

2Bloomberg, Forex Exchange Forecast Simulation

3Bloomberg, Indonesia Balance of Payment

16

Page 17: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Hal yang perlu menjadi perhatian dari aliran kapital keluar adalah penurunan surplus transaksi

keuangan dan modal pada Neraca Pembayaran Indonesia sejak triwulan III-2014. Selama kurun waktu

tersebut, surplus transaksi keuangan dan modal yang sebagian besar berasal aliran kapital masuk ke

ekuitas (portofolio) membiayai (trade off) defisit transaksi berjalan, sehingga neraca pembayaran

masih positif. Sebaliknya, jika aliran kapital terus terjadi makatransaksi keuangan dan kapital semakin

tertekan hingga tidak dapat menyeimbangkan defisit transaksi berjalan dan neraca pembayaran

Indonesia yang mengalami defisit. Transaksi keuangan dan kapital pada posisi triwulan III-2014

sebesar USD 14,7 milyar lalu merosot pada triwulan I-2015 menjadi USD 5,9 milyar atau turun 59,46

persen. Di sisi lain, transaksi berjalan masih mengalami defisit USD 3,8 milyar pada triwulan I-2015

menurun 43,89persen dari posisi Triwulan III-2015 sebesar USD 5,5 milyar4. Namun, menurunnya

defisit transaksi berjalan ini disebabkan oleh penurunan impor yang lebih besar dari penurunan

ekspor akibat depresiasi nilai tukar Rupiah.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian dari dampak melemahnya nilai tukar Rupiah adalah pada posisi

Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia. Jumlah ULN per Mei 2015 sebesar USD 302,3 milyar terdiri dari

jumlah ULN sektor swasta sebesar USD 168,7 dan jumlah ULN pemerintah dan BI sebesar USD 133,6.

Depresiasi Rupiah berpotensi menambah beban pembayaran cicilan pokok dan bunga utang bagi

korporasi dan pemerintah. Dengan semakin besar nilai buku utang LN korporasi,proporsi ekuitas

terhadap aktiva korporasiakan menurun, sehingga struktur keuangan korporasi akan semakin besar

bergantung pada utang dan menurunkan porsi dari kepemilikan (saham disetor). Ada dua risiko yang

dapat terjadi akibat nilai tukar yang melemah. Pertama, korporasi semakin terbebani oleh kenaikan

pembayaran ULN, pembiayaan korporasi lebih banyak berasal dari utang. Korporasi dapat

menghadapi risiko gagal bayar dan penguasaan aset korporasi oleh kreditur dengan harga aset yang

relatif lebih murah akibat nilai tukar Rupiah yang melemah, sehingga porsi kepemilikan asing pada

korporasi meningkat. Kondisi ini terjadi pada krisis 1998 ketika Rupiah mengalami depresiasi cukup

dalam, banyak pihak asing yang membeli aset perbankan Indonesia dengan nilai buku yang relatif

murah. Kedua, ketidakseimbangan antara waktu jatuh tempo utang dengan saat penerimaan hasil

usaha yang dibiayai dari ULN (maturity missmatch), dimana korporasi harus segera membayar bunga

dan cicilan ULN dalam jumlah yang semakin besar tetapi hasil penjualan produksi yang didanai ULN

menurun.

Jumlah pembayaran utang pemerintah pusat menurut APBN-P 2015 sebesar Rp 223,45 trilyun terdiri

dari jatuh tempo dan pembelian kembali (buyback) Surat Berharga Negara Rp 154,48 trilyun dan

sisanya pembayaran cicilan pokok utang LN dan DN5. Utang tersebut digunakan untuk membiayai

defisit anggaran pemerintah. Sejak 2010 hingga 2014, pembayaran pokok pinjaman LN rata-rata Rp

54 trilyun. Sampai dengan Juni 2015, jumlah utang pemerintah pusat (outstanding) Rp 2.864 trilyun

atau USD 214,83 miliar dimana jumlah pinjaman LN sebesar Rp 689,4 trilyun atau USD 51,71 miliar6.

Namun posisi utang pemerintah pusat masih cukup aman karena pinjaman hanya mengambil porsi

24persen dari total utang, sedangkan 76persen berupa SBN. Dengan demikian, beban pembayaran

cicilan pokok utang semakin berkurang. Jatuh tempo pembayaran utang 2015 per 30 Juni 2015

sebesar Rp 34 trilyun dan tahun depan sebesar Rp 66 trilyun. Grafik di bawah ini menggambarkan

profil jatuh tempo utang pemerintah pusat.

4Bloomberg, World Currency Ranking

5Bank Indonesia, Statistik Utang Luar Negeri

6 Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan

17

Page 18: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Berdasarkan pemanfaatannya untuk K/L, pinjaman paling banyak disalurkan kepada Kementerian

PUPERA (USD 4.135 juta), Kemenhan (USD 3.867 juta), Kemenhub (USD 1.500 juta). Untuk BUMN,

pinjaman paling banyak disalurkan kepada PLN (USD 3.487 juta). Depresiasi Rupiah terhadap USD

tentu saja akan berpengaruh pada bertambahnya beban pembayaran cicilan pokok dan bunga ULN

karena nilai tukar Rupiah terhadap USD yang menjadi asumsi makro APBNP 2015 adalah Rp 11.900

per USD dan saat ini Rupiah sudah melemah -13,58% dibandingkan nilai tukar asumsi tersebut.

Dengan selisih nilai tukar yang cukup besar tersebut, pengeluaran untuk proyek yang didanai dengan

pinjaman ULN tentu saja memerlukan perhitungan ulang. Aktivitas investasi yang melibatkan

pembiayaan pemerintah menjadi tertunda, penyerapan anggaran belanja berkurang. Kementerian

Keuangan yakin depresiasi Rupiah masih menguntungkan karena menyebabkan penurunan defisit

pada postur APBN-P 2015. Penerimaan negara diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan

tambahan belanja yang harus dikeluarkan. Reformasi kebijakan subsidi energi yang telah ditempuh

membuat tekanan belanja subsidi akibat gejolak nilai tukar menjadi berkurang. Selain itu, pemerintah

mengandalkan sumber pembiayaan dalam negeri serta penerapan negative net flow untuk utang luar

negeri akan membuat tambahan belanja pembayaran bunga utang relatif terkendali. Beberapa

langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengamankan dampak depresiasi Rupiah terhadap USD:

1. Membentuk protokol managemen krisis nasional di dalam wadah FKSSK yang beranggotakan

Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan serta Lembaga Penjamin

Simpanan.

2. Menyiapkan implementasi Bond Stabilization Framework (BSF) dengan beberapa lapisan

pencegahan (lines of defense), di antaranya pembelian kembali (buyback) sekuritas utang,

penggunaan dana investasi BUMN, termasuk BPJS serta Saldo Anggaran Lebih(SAL).

3. Membentuk beberapa currency swap line, antara lain di level bilateral (non-USD denominated),

di antaranya dengan China, Jepang, dan Korea Selatan, dan di level regional ASEAN+3 (non-

USD denominated) melalui CMIM disertai perjanjian pengumpulan cadangan devisa secara

kolektif (pooled FX reserve).

4. Menyiapkan Deferred Draw Down Option (DDO) bekerja sama dengan World Bank, Asian

Development Bank, Australia serta Jepang (JBIC) senilai total USD 5 miliar yang diperuntukan

mengantisipasi dampak ketidakpastian global terhadap perekonomian Indonesia khususnya

pembiayaan APBN.

Sampai berapa Dollar AS akan semakin perkasa terhadap Rupiah menjadi semakin sulit diprediksi.

Upaya apapun untuk menahan kekuatan Dollar AS perlu pertimbangan yang matang dibanding

membuang energi tanpa hasil.

18

Page 19: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

LAPORAN UTAMA

Foto: www.deviantart.com

RESPON

PEMERINTAH TERHADAP

PELEMAHAN EKONOMI

Lemahnya kinerja perekonomian Indonesia

dalam beberapa tahun terakhir tidak terlepas dari

pengaruh melambatnya perekonomian global

dan menurunnya harga komoditas yang menjadi

penyumbang ekspor Indonesia. Pelemahan

ekonomi ini juga disebabkan belum kuat dan

seimbangnya struktur ekonomi domestik.

Akibatnya perekonomian Indonesia semakin

tertekan. Pada triwulan II tahun 2015 ekonomi

Indonesia tumbuh sebesar 4,67%, mengalami

perlambatan dibandingkan dengan triwulan yang

sama tahun 2014 yang sebesar 5,03%. Selama ini

pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak

ditopang dari konsumsi rumah tangga. Susiyanti

Selama triwulan I tahun 2012 sampai dengan triwulan II 2015 rumah tangga memiliki kontribusi paling besar terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia. Rata-rata share konsumsi rumah tangga terhadap PDB mencapai 55,5%.

Penurunan dan perlambatan pertumbuhan ekonomi tidak hanya dialami oleh Indonesia saja, tetapi juga oleh

perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi global masih menunjukan perlambatan walaupun ekonomi AS sudah mulai

mengalami pemulihan. Adanya pelemahan ekonomi ini membuat pemerintah melakukan berbagai upaya untuk

menggerakan perekonomian.

19

Page 20: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menggerakan perekonomian melalui kebijakan

penyelamatan ekonomi. Serangkaian kebijakan penyelamatan yang dilakukan pemerintah pertama

diumumkan pada publik pada 9 September 2015. Kebijakan pertama ini dinamakan kebijakan

ekonomi tahap satu. Hanya berselang beberapa minggu kemudian, pemerintah kembali meluncurkan

paket kebijakan ekonomi lanjutan. Kali ini disebut dengan paket kebijakan ekonomi jilid dua.

Tak bisa dipungkiri, perekonomian Indonesia menghadapi berbagai tantangan sejak awal tahun 2015.

Sepanjang 2015, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus terdepresiasi.Trend pertumbuhan ekonomi

juga menurun seiring dengan perlambatan ekonomi yang terus berlanjut. Setidaknya hingga

September, ketika pemerintah akhirnya mengambil langkah antisipasi. Belum lagi tekanan pasar

keuangan (nilai tukar, saham dan surat utang) memaksa pemerintah dan otoritas terkait untuk segera

“overhoul”, menyelematkan berbagai polemik ekonomi di Indonesia.

Langkah kongkret dalam penyelamatan perekonomian Indonesia dimulai dari dirilisnya paket

kebijakan ekonomini jilid I. Presiden Jokowi sendiri yang langsung mengumumkan kebijakan tersebut

di dampingi beberapa jajaran Mentri dan instansi terkait.

Paket kebijakan ekonomi jilid satu ditunjukan untuk menyasar tiga hal penting untuk mengendalikan

kondisi perekonomian agar tidak semakin terpuruk serta langkah-langkah penguatan ekonomi. Mulai

dari percepatan eksekusi proyek-proyek strategis nasional, meningkatkan daya saing industri, serta

mendorong investasi di sektor properti.

Kebijakan terkait dengan percepatan proyek-proyek strategis nasional di lakukan dengan

menghilangkan berbagai hambatan dan kendala dalam pembangunan proyek-proyek nasional yang

dinilai strategis. Yakni menyangkut beragam permasalahan klasik, seperti rumitnya tahapan perizinan,

ketersediaan lahan, dan juga konsistensi kebijakan dan lain sebagainya. Semua akan dipangkas.

Beberapa bulan sebelumnya, pemerintah setidaknya telah menetapkan 10 proyek infrastruktur yang

dinilai strategis dan menjadi prioritas. Proyek-proyek ini dikenal dengan “quickwins”. Quickwins

merupakan proyek strategis nasional, berupa sarana dan prasaran penting yang dinilai mampu

menumbuhkan sektor perekonomian. Hasil pemanfaatnyapun dinilai akan terasa cepat berdampak.

Diantaranya adalah pembangunan kilang miyak di Bontang, Kalimantan Timur dengan kapasitas 235

ribu perliter, proyek jalan tol Balikpapan-Samarinda, revitalisasi bandara-bandara kecil dan sejumlah

proyek strategis lainnya.

20

Page 21: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Percepatan proyek-proyek stategis ini memang menjadi konsen pemerintah. Darmin Nasution, Mentri

Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan bahwa pemerintah akan merumuskan kebijakan

tersendiri untuk mendukung percepatan proyek stratategis ini. Perpres ini dianggap sangat

membantu dan besar manfaatnya untuk memudahkan pembangunan.

Sementara itu, poin ke dua dan ketiga dari kebijakan ekonomi jilid satu adalah mendorong daya saing

industri nasional melalui deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan hukum dan kepastian usaha

serta meningkatkan investasi di sektor properti.

Sebagai tindak lanjut dari ketiga hal di atas, pemerintah akan merombak 89 peraturan dari 154

peraturan yang diusulkan. Aturan-aturan yang dirombak, selama ini dianggap menghambat daya

saing industri nasional. Sebagai implementasi kebijakan ekonomi jilid satu ini, pemerintah juga

menyusun 17 rancangan peraturan pemerintah, 11 rancangan peraturan presiden, dua rancangan

instruksi presiden serta 63 rancangan peraturan menteri dan juga lima aturan menteri lainnya untuk

mendukung proses deregulasi yang diperlukan. Semua ini sedang dipersiapkan dan diharapkan

selesai selambat-lambatnya pada bulan Oktober 2015. Tak hanya dari sisi peraturan perundang-

undangan, sejumlah langkah kongkrit lain juga diambil pemerintah sebagai bagian dari paket

kebijakan ekonomi jilid satu ini, diantaranya penguatan pembiayaan ekspor melalui national interest

account dengan pembentukan komite penugasan khusus ekspor, penetapan harga gas bagi industri

dalam negeri, kebijakan pengembangan kawasan industri, kebijakan memperkuat UKM, simplikasi

perizinan perdagangan, simplifikasi visa kunjungan dan aturan pariwisata, kebijakan elpiji untuk

nelayan serta pemberian raskin atau beras kesejahteraan.

Saat menyampaikan paparannya, Presiden Joko Widodo optimis tiga kebijakan yang diambil ini akan

mampu menggerakan sektor riil dan menyelamatkan perekonomian Indonesia. Paket kebijakan

ekonomi ini akan menggerakkan sektor riil. Presiden menyakini paket kebijakan ekonomi tahap

pertama akan memperkuat industri nasional, mengembangkan industri mikro, memperlancar

perdagangan antar daerah, menggairahkan wisata, meningkatkan kesejahteraan nelayan.

Paket Kebijakan Jilid Dua

Masih dibulan September, pemerintah kembali mengumumkan kebijakan ekonominya. Kali ini,

kebijakan yang diumumkan di penghujung September ini dikenal sebagai paket kebijakan jilid dua.

Berbeda dengan Paket kebijakan ekonomi I yang meliputi banyak regulasi, kali ini pemerintah fokus

hanya pada upaya meningkatkan investasi melalui deregulasi dan debirokratisasi peraturan untuk

21

Page 22: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

mempermudah investasi, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal

asing (PMA).

Langkah ini diambil pemerintah untuk meningkatkan iklim investasi di Indonesia. Dari data yang ada,

nilai investasi PMDN sektor industri s.d Mei 2015 sebesar Rp 25,56 triliun atau tumbuh sebesar

111,83% dibanding Mei Tahun 2014 sebesar Rp 12,06 triliun. Investasi sektor industri memberikan

kontribusi sebesar 59,54% dari total investasi PMDN s.d Mei 2015 sebesar Rp 42,93 triliun. Investasi

PMA sektor industri memberikan kontribusi sebesar 34,03% dari total investasi PMA s.d Mei 2015

sebesar USD 7,37 milyar.

Iklim investasi tentu sangat penting untuk memperkuat kondisi pasar keuangan Indonesia –sehingga

devisa bertambah, juga untuk memperkuat perusahaan karena permodalan yang makin lancar.

Pemerintahpun membuat terobosan dengan pemberian izin investasi dalam waktu 3 jam di kawasan

industri sebagai langkah nyata untuk menarik investasi atau penanaman modal ini. Dengan

memegang izin tersebut, investor sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi

Tidak hanya pemberian izin investasi dalam waktu 3 jam, pemerintah juga melakukan sejumlah

langkah strategis lain seperti pengurusan tax allowance dan tax holiday lebih cepat, meniadakan

pungutan PPn untuk alat transpotasi, insentif fasilitas di kawasan pusat logistik berikat, insentif

pengurangan pajak bunga deposito serta perampingan izin sektor kehutanan. Semua merupakan

bagian dari kebijakan deregulasi tahap kedua terkait dengan kemudahan perizinan investasi dan

devisa hasil ekspor.

Secara umum, kebijakan layanan cepat investasi 3 jam adalah mempermudah investasi sektor

industri baik untuk pengembangan cabang-cabang industri maupun untuk peningkatan ekspor dan

penyerapan tenaga kerja. Meski demikian, untuk mendapatkan layanan investasi tiga jam ini,

pemerintah menyiapkan sejumlah syarat-syarat yang harus dipenuhi, diantaranya nilai investasi harus

diatas 100 milyar dan daya tampung tenaga kerja setidaknya 1.000 orang.

Pemerintah juga meniadakan pungutan PPn untuk alat transportasi, tujuannya untuk menekan biaya

produksi kapal di Indonesia, seperti kapal penangkap ikan, kapal patroli Angkatan Laut, Bea Cukai, dan

Perhubungan. Dengan demikian, kapal-kapal tersebut dapat disediakan dari dalam negeri dengan

biaya yang lebih kompetitif.

22

Page 23: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan juga membuat kebijakan pemberian insentif pengurangan

pajak bunga deposito bagi eksportir yang menyimpan dana hasil ekspornya di perbankan dalam

negeri. Kebijakan ini sebagai salah satu upaya pemerintah dalam memperkuat cadangan devisa

negara. Dengan pemberian insentif pengurangan pajak bunga deposito diharapkan para eksportir

mau menyimpan devisa hasil ekspornya di Indonesia dan bisa bermanfaat menjaga pergerakan kurs

rupiah.

Terakhir adalah kebijakan perampingan izin perhutanan. Selama ini industri produk kehutanan

menjadi salah satu penopang perekonomian potensial Indonesia. Keberadaan industri kehutanan,

terutama industri kayu, furniture dan kerajinan yang cukup berkembang, dan mampu bertahan dari

badai krisis keuangan global pada tahun 2008 merupakan bentuk peran nyata dari sektor kehutanan

dalam perekonomian.

Pada 2013 lalu, Indonesia mengekspor 5,6 miliar dolar AS produk bubur kayu dan kertas ke berbagai

negara. Tahun 2014 diperkirakan jumlah itu naik sekitar 5-7 persen. Dengan kebijakan disektor

perhutanan ini, setidaknya membangkitkan industri di sektor kehutanan, mendorong kemajuan bisnis

kehutanan dan meningkatkan investasi di sektor kehutaan.

23

Page 24: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Baik Indonesia maupun Australia saat ini tengah mengupayakan peningkatan hubungan dagang antar

kedua negara tersebut. Komitmen Australia ditunjukkan dengan dilakukannya berbagai kunjungan

misi dagang ke Indonesia. Pada tanggal 21 September 2015, Menteri Perdagangan dan investasi

Australia, Andrew Robb, melakukan kunjungan dalam rangka mempromosikan pekan Indonesia-

Australia yang diadakan pada tanggal 17-20 November 2015. Dalam kunjungan ini, Menteri

Perdagangan dan Investasi Australia membawa sekitar 200 pebisnis Australia. Kunjungan ini juga perlu

dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memperkenalkan dan mempromosikan produk Indonesia.

Sejak tahun 2012, Indonesia kerap mengalami defisit neraca perdagangan dengan Australia. Hingga

September 2015, defisit neraca perdagangan mencapai 745 Juta USD, meningkat lebih dari dua kali

lipat dibandingkan posisi Januari-September 2014 sebesar 319 Juta USD. Baik ekspor maupun impor

mengalami penurunan yang cukup signifikan. Kendati demikian, penurunan ekspor jauh lebih dalam

yakni sebesar 26,4% dibandingkan penurunan impor yang mencapai sebesar 14,3%.

perdagangan

HUBUNGAN PERDAGANGAN

I N D O N E S I A A U S T R A L I A

Fitria Faradila

(Calon Peneliti Ahli Pertama Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri,

Kementerian Perdagangan)

24

Page 25: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Tabel 1. Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia-Australia

Sumber: BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2015

Pada tahun 2014, impor Indonesia dari Australia tercatat 5.648 Juta USD dengan kenaikan rata-rata

per tahun sebesar 6,33% selama 2010-2014. Sementara itu, hingga September 2015, impor mencapai

3.609 Juta USD. Komoditas penyumbang impor terbesar adalah gandum dengan pangsa sebesar

26,7% terhadap total impor. Dan diikuti oleh komoditas raw sugar, refined sugar, lactosa, glucosa,

fruktosa dan batubara dengan pangsa masing-masing sebesar 8,1% dan 5,1%.

Tabel 2. 20 Komoditas/Produk Utama Impor Indonesia dari Australia

2014 2015 15/14 10-14 10-15

TOTAL IMPOR 4.099 5.177 5.298 5.038 5.648 4.213 3.609 (14,3) 6,3 100,0

Gandum dan meslin. 909 1.386 1.428 1.364 1.254 982 962 (2,1) 6,5 26,7

Unclassified Primary commodities 460 341 302 354 701 493 396 (19,7) 9,2 11,0

Raw sugar, refined sugar, lactosa, glucosa, fruktosa 106 219 147 349 400 313 292 (6,9) 36,8 8,1

BATUBARA - 0 0 70 257 184 183 (0,8) - 5,1

Bahan Kimia Anorganik (amonia, chlorides, soda api,

sulfat, dll) 213 248 253 226 218 164 162 (1,0) (0,5) 4,5

Bijih & konsentrat besi 1 2 1 36 181 132 142 7,3 297,8 3,9

DAIRY PRODUCT (susu, mentega, telur) 139 194 149 167 206 155 122 (21,5) 6,5 3,4

DAGING SAPI SEGAR/BEKU 158 148 103 161 264 194 113 (41,6) 11,7 3,1

Unclassified Primary Industries 122 152 192 205 191 142 111 (21,5) 12,8 3,1

TEMBAGA 141 225 253 71 112 81 99 21,7 (14,8) 2,7

ALUMINIUM 168 294 272 248 132 101 87 (13,2) (6,3) 2,4

Buah segar 19 21 30 46 49 46 59 28,4 30,5 1,6

PUPUK MINERAL/KIMIA LAINNYA 136 130 70 39 43 31 44 43,1 (29,5) 1,2

Bijih & konsentrat tembaga - - 102 29 7 - 43 - - 1,2

Gas - 0 0 37 - - 43 - - 1,2

Bahan baku tekstil (sutra, kapas, wol, dll) 195 305 237 195 153 110 43 (60,9) (8,9) 1,2

SENG 72 63 36 64 63 44 37 (16,5) (2,5) 1,0

Pulp 42 53 50 52 66 51 35 (31,2) 9,2 1,0

PRODUK PEWARNA (Cat, Tinta, dll) 34 44 44 48 47 36 31 (12,6) 7,4 0,9

Produk besi baja lainnya 147 140 147 86 71 53 30 (43,0) (17,6) 0,8

Subtotal 20 Komoditas/Produk 3.061 3.963 3.820 3.846 4.414 3.311 3.034 (8,4) 7,3 84,1

Lainnya 1.038 1.214 1.478 1.192 1.234 902 575 (36,3) 3,3 15,9

KOMODITAS/PRODUK

NILAI : JUTA USDPerub. % Trend (%) Pangsa (%)

2010 2011 2012 2013 2014JANUARI - SEPTEMBER

Sumber: BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2015

25

Page 26: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Tabel 2. 20 Komoditas/Produk Utama Ekspor Indonesia ke Australia

2014 2015 15/14 10-14 2015

TOTAL EKSPOR 4.244 5.583 4.905 4.370 5.033 3.894 2.864 (26,4) 1,0 100,0

Tabung/Pipa besi baja 101 116 63 119 309 297 660 122,2 25,3 23,0

Minyak Mentah 1.880 2.477 1.543 1.394 1.334 1.039 496 (52,3) (11,9) 17,3

Kertas 165 159 143 118 114 85 93 8,7 (9,9) 3,2

Kayu strip/jalur utk lantai 102 129 127 119 140 100 75 (24,4) 5,6 2,6

Kapal suar, floating, dock, dll 39 248 1 39 23 23 66 184,3 (25,2) 2,3

Ban Kendaraan 88 96 115 89 83 63 62 (1,8) (2,1) 2,2

Television (TV) 120 66 90 62 103 70 58 (16,6) (3,6) 2,0

Batang, batang kecil dan profil tembaga. 0 0 7 25 95 77 54 (29,4) 594,7 1,9

Produk besi baja lainnya 34 51 61 58 142 103 52 (49,5) 34,5 1,8

Struktur jembatan, tower, dan lainnya 34 53 125 342 456 211 43 (79,4) 102,4 1,5

Produk kimia farmasi (obat, serum, vaksin, antibiotik, infus, dll) 10 27 28 22 41 28 41 46,4 29,8 1,4

Cocoa butter 30 18 18 32 42 34 36 7,6 12,9 1,3

Furniture kayu 32 21 35 40 44 30 32 8,1 13,5 1,1

Pelat, lembaran, fi lm, foil dan strip lainnya, dari plastik 28 34 33 39 42 32 31 (3,1) 9,8 1,1

Kawat tembaga. - 0 0 0 30 24 30 23,4 - 1,0

PUPUK MINERAL (UREA) 15 39 92 46 74 74 29 (60,3) 40,1 1,0

Kayu lapis (plywood) 30 33 34 29 37 26 27 2,3 3,0 0,9

Sepatu kulit 19 27 31 25 36 26 25 (1,7) 13,0 0,9

Printer multi fungsi (ink jet & laser jet) 20 10 35 29 37 29 25 (12,9) 25,3 0,9

Pakaian wanita lainnya 14 15 20 27 30 23 25 8,7 23,0 0,9

Subtotal 20 Komoditas/Produk 2.765 3.620 2.599 2.654 3.212 2.393 1.961 (18,1) (0,1) 68,5

Lainnya 1.480 1.962 2.306 1.716 1.822 1.501 903 (39,8) 2,9 31,5

DESKRIPSI

NILAI : JUTA USDPerub. %

JANUARI - SEPTEMBER2010 2011 2012 2013 2014

Pangsa (%)Trend (%)

Sumber: BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2015

Ekspor Indonesia ke Australia tercatat 5.033 Juta USD pada tahun 2014 dengan tren lima tahunan

sebesar 1%. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor Indonesia ke Australia meningkat rata-rata sebesar 1%

per tahun selama 2010-2014. Secara kumulatif Januari-September 2015, ekspor mencapai 2.864 Juta

USD, menurun 26,4% dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Secara nilai, ekspor didominasi oleh

kelompok produk logam, khususnya tabung atau pipa besi baja. Ekspor tabung atau pipa besi baja

memiliki pangsa sebesar 23%. Selain itu, ekspor minyak mentah juga mempunyai pangsa yang tinggi

yakni sebesar 17,3%.

Posisi Indonesia cenderung lebih lemah dalam hubungan perdagangan bilateral dengan Australia.

Selain mencatat defisit perdagangan, kenaikan rata-rata ekspor selama lima tahun juga tercatat lebih

lambat dibandingkan impornya. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi untuk mendorong ekspor

ke Australia, khususnya pada produk-produk unggulan Indonesia yang mempunyai pangsa

permintaan ekspor yang tinggi di Australia, seperti minyak mentah, produk kimia farmasi, produk besi

baja, kertas, ban kendaraan, tabung atau pipa besi baja, struktur jembatan, tower serta furniture kayu.

Adapun produk potensial yang perlu lebih difokuskan ekspornya adalah produk kimia farmasi. Pangsa

permintaan impor produk kimia farmasi di pasar Australia cenderung tinggi dibandingkan produk

lainnya, yakni sekitar 3,7%. Kondisi ini perlu dimanfaatkan oleh Indonesia mengingat pangsa ekspor

produk kimia farmasi masih rendah yakni 1,4% terhadap total ekspor.

Dengan mendorong ekspor komoditas/produk yang potensial di pasar Australia diharapkan defisit

neraca perdagangan Indonesia dengan Australia dapat teratasi. Adapun upaya peningkatan ekspor

dapat dilakukan melalui deregulasi dan debirokratisasi serta memberikan insentif kepada eksportir

untuk melakukan usaha, seperti tax allowance dan tax holiday. Selain itu, kunjungan misi dagang ke

Australia juga perlu dilakukan untuk melihat potensi komoditas/produk yang dapat dipasok dari

Indonesia.

26

Page 27: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN

VOLUME V NOMOR 9 EDISI SEPTEMBER 2015

Tabel 3. Komoditas/Produk Impor Utama Australia dari Dunia

14/13 10-14 2014 14/13 10-14 2014

Minyak Mentah 35.160 (5,2) 8,6 15,5 Tabung/Pipa besi baja 1.842 36,2 18,6 0,8

Mobil penumpang 15.850 (10,2) 4,0 7,0 Mesin lainnya 1.766 1,0 1,2 0,8

Produk kimia farmasi (obat, serum, vaksin,

antibiotik, infus, dll)8.472 (9,6) (0,6) 3,7 Struktur jembatan, tower, dan lainnya 1.696 (27,0) 33,8 0,7

Unclassified Manufactures 7.377 29,1 0,7 3,2 Produk kimia lainnya 1.627 (3,6) 1,3 0,7

Trucks Diesel 4.588 (9,0) 5,5 2,0 Mesin Penyaring/pembersih/penegering air, minyak,

udara, gas, dll1.592 27,4 26,0 0,7

PERALATAN MEDIS 4.266 3,9 5,7 1,9

Elektronika peralatan RT lainnya (AC, hairdryers, Hair

clippers, microwave, toasters, coffee maker, rice cooker,

blender, kettel, dll)

1.582 3,2 (2,8) 0,7

cellular phone (smart phone) 3.919 8,3 8,7 1,7 Suku cadang mesin cek valve 1.572 6,0 12,5 0,7

Laptop, notebooks, tablet, dll 3.529 (0,8) 4,6 1,6 Minuman beralkohol (Beer, wine, whiskie, rum, vodka,

dll)1.557 (3,1) 7,9 0,7

Emas (gold) 3.439 (21,6) (14,9) 1,5 Furniture kayu 1.527 7,1 6,3 0,7

Unclassified Manufactures Labour-intensive 3.068 9,7 10,2 1,3 Computers device (keyboard, mouse, hd, optic disk,

adaptor, memory, sound card, bar code, dll)1.524 0,2 0,6 0,7

Produk besi baja lainnya 2.656 3,9 (0,8) 1,2 Komputer (PC, server, digital processing, dll) 1.497 (5,2) (1,7) 0,7

Unclassified Manufactures low skill and technology 2.635 (13,3) 13,5 1,2 Mesin pengangkat (forklift, lift, eskalator, konveyor, dll) 1.443 16,4 12,4 0,6

Suku cadang kendaraan 2.522 (7,3) 1,4 1,1 Perangkat optik elektronik (teropong, fotographi,

proyektor, mikroskop, oskiloskop, dll)1.409 8,0 2,5 0,6

Perangkat telekomunikasi 2.495 (2,5) 11,6 1,1 Setelan, ensemble, jas, gaun wanita 1.407 1,8 7,6 0,6

Kertas 2.383 0,6 (2,5) 1,0 Kapal laut lainnya (tanker, Fishing vessels, Motorboat,

tugs, dll)1.359 47,4 15,2 0,6

Ban Kendaraan 2.268 (14,2) 2,6 1,0 Bahan Kimia Anorganik (amonia, chlorides, soda api,

sulfat, dll)1.347 1,2 5,0 0,6

Bahan kimia organik lainnya 2.211 (1,0) (7,8) 1,0 Unclassified Primary commodities 1.334 7,8 7,9 0,6

Mesin perlengkapan pabrik atau laboratorium 1.996 34,9 46,3 0,9 Yeast, ice cream, concentrates, Non-dairy creamer,dll 1.321 (1,6) 7,7 0,6

Unclassified Manufactures high skill and technology 1.876 6,4 7,1 0,8 Unclassified Primary Industries 1.289 8,0 8,6 0,6

DESKRIPSI2014

(JUTA USD)

Perub. % Trend (%) Pangsa (%)DESKRIPSI

Perub. % Trend (%) Pangsa (%)2014

(JUTA USD)

Sumber: ITC Trademap (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan), 2015

27

Page 28: ANCAMAN PELEMAHAN EKONOMI GLOBAL

Untuk informasi lebih lanjut hubungi: REDAKSI TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4 Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2 – 4 Jakarta, 10710 Telp. 021-3521843, Fax. 021-3521836 Email: [email protected] Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat diunduh pada website www.ekon.go.id