3
Andaikan Kartini Khatam Ngaji kalam 2 days ago Artikel, Opini dan Analisis Leave a comment 71 Views Oleh: Atik Latifah (Ketua Departemen Penerangan Kalam UPI) Hari Perempuan Internasional yang diperingati pada 8 Maret telah memanaskan publik, khususnya kaum hawa. Share

Andaikan kartini khatam ngaji kajian islam mahasiswa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Andaikan kartini khatam ngaji    kajian islam mahasiswa

24/4/2015 Andaikan Kartini Khatam Ngaji | Kajian Islam Mahasiswa UPI

data:text/html;charset=utf8,%3Ch1%20class%3D%22name%20posttitle%20entrytitle%22%20itemprop%3D%22itemReviewed%22%20itemscope%3D… 1/3

Andaikan Kartini Khatam Ngajikalam 2 days ago Artikel, Opini dan Analisis Leave a comment 71 Views

Oleh: Atik Latifah (Ketua Departemen Penerangan Kalam UPI)

Hari Perempuan Internasional yang diperingati pada 8 Maret telah memanaskan publik, khususnya kaum hawa.

Share

Page 2: Andaikan kartini khatam ngaji    kajian islam mahasiswa

24/4/2015 Andaikan Kartini Khatam Ngaji | Kajian Islam Mahasiswa UPI

data:text/html;charset=utf8,%3Ch1%20class%3D%22name%20posttitle%20entrytitle%22%20itemprop%3D%22itemReviewed%22%20itemscope%3D… 2/3

Di bulan April pun ide emansipasi ala feminisme kian menggelora disuarakan. Raden Ajeng Kartini (Raden AyuKartini), pemikir ulung yang dalam masa hidupnya yang singkat disebutsebut sebagai pelopor kesetaraan gendernusantara. Hari lahirnya kini diperingati sebagai momentum emansipasi nasional di Indonesia.

Habis Gelap Terbitlah Terang

“Allah Pelindung orangorang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya

(iman)….” [TQS. AlBaqarah : 257]

Tahukah Anda, ayat tersebut menginspirasi Kartini untuk menulis sebuah ungkapan dalam suratnya kepadaAbendanon, yang ia tulis dalam Bahasa Belanda Door Duisternis Toot Licht. Lalu kemudian oleh Armijn Panediterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang.

Sayangnya, media kurang fair dalam menyebarluaskan transformasi pemahaman Kartini. Karena sejatinya kartinimengalami pergulatan pemikiran yang cukup sengit. Pada awalnya, seperti kebanyakan kaum ningrat lain, Kartinisempat dipengaruhi pemikiran dan budaya kompeni (notabene Eropa). Dengan makar terencana, kompenimempropagandakan ideide ke tengahtengah kaum ningrat nusantara sedemikian hingga kaum ningratmembenarkan dan menganggap agung bangsa Eropa.

Salah satu ide yang disematkan oleh kompeni adalah ide emansipasi (Baca: Mengagungkan kehidupanperempuan Eropa dengan gaungaun, pesta teh, bagaimana mereka berhak berpendidikan dan mendapatkanposisi yang sama seperti lakilaki, dsb). Simaklah kutipan surat Kartini kepada Nona Zeehandelaar (25 Mei 1899)berikut, “Jika saja masih anakanak ketika katakata ’Emansipasi’ belum ada bunyinya, belum berarti lagi bagipendengaran saya, karangan dan kitabkitab tentang kebangunan kaum putri masih jauh dari anganangan saja,

tetapi dikala itu telah hidup di dalam hati sanubari saya satu keinginan yang kian lama kian kuat, ialah keinginan

akan bebas, merdeka, berdiri sendiri.” Tak hanya itu, mereka pun mempropagandakan bahwa masyarakat Eropaadalah satusatunya masyarakat yang paling baik sedangkan masyarakat pribumi adalah masyarakat rendahan.

Selain terpengaruh pemikiran Barat alat kompeni, Kartini pun tumbuh dalam lingkungan yang kental dominasiadatistiadat. ”Peduli apa aku dengan segala tata cara itu. Segala peraturan, semua itu bikinan manusia, danmenyiksa diriku saja. Kau tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket di dunia keningratan Jawa itu…

Tapi sekarang mulai dengan aku, antara kami (Kartini, Roekmini, dan Kardinah) tidak ada tata cara lagi.

Perasaan kami sendiri yang akan menentukan sampai batasbatas mana cara liberal itu boleh dijalankan”Tulisnya dalam surat kepada Stella (18 Agustus 1899). Kartini beranggapan bahwa manusia memiliki derajatyang sama, ia menolak adat Jawa yang mendiskriminasi manusia sesuai keturunannya. Denganpenginderaannya yang tajam terhadap permasalahan masyarakat ia pun tergerak melakukan revolusi di tanahJawa, dimulai dari membenahi pendidikan bagi pribumi perempuan. Ini adalah tugas besar yang ia pilih.

Perkembangan pemikiran Kartini tak berlabuh sampai sini saja. Namun sampai kini, hanya sejauh ini yangtersebar luas di tengah masyarakat adalah Kartini sebagai tokoh emansipasi ala feminisme. Wajar jika akhirnyaemansipasi yang dituntutnya telah bergeser ke arah kebebasan, persamaan gender, feminisme dan idepenentangan fitrah perempuan. Momentum 21 April tiap tahunnya pun hanya sekedar ajang ceremonial belaka,yang disesaki dorongan kaum perempuan melawan fitrah mereka sendiri.

Transformasi Spiritual

Page 3: Andaikan kartini khatam ngaji    kajian islam mahasiswa

24/4/2015 Andaikan Kartini Khatam Ngaji | Kajian Islam Mahasiswa UPI

data:text/html;charset=utf8,%3Ch1%20class%3D%22name%20posttitle%20entrytitle%22%20itemprop%3D%22itemReviewed%22%20itemscope%3D… 3/3

Kyai Haji Mohammad Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari Darat, Semarang (dikenal dengan Kyai SholehDarat), yang sekaligus guru para ulama besar Indonesia seperti KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asyari.Beliau lah yang membukakan jawaban bagi Kartini di tengah kuatnya sangkar adat dan misionarisme pemikiranBarat, dari kebingungan dan kesulitan hidup mempertahankan idealismenya. Selepas pertemuan dengan KyaiSholeh Darat, Kartini menjawab semua itu dengan mengembalikannya pada Islam. Sehingga memutarbalikkanarah pandang Kartini, dari kegelapan menuju cahaya (iman). Ia pun mengubah pendapatnya terkait masyarakatEropa.

”… tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benarbenar satusatunya yang paling baik, tiada taranya.

Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu

menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat itu terdapat banyak halhal yang sama sekali tidak

patut disebut sebagai Peradaban?” ungkap Kartini kepada Ny. Abendanondalam suratnya (27 Oktober 1902).

Perubahan drastis arah pandang Kartini ini mencuat setelah ia membaca terjemahan alQur’an (Faizhur Rohmanfit Tafsir Qur’an) yang ditulis Kyai Sholeh Darat.dalam Bahasa Jawa. Jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulaidari Surat AlFatihah sampai dengan Surat Ibrahim, yang dihadiahkan Kyai Sholeh Darat pada haripernikahannya. Sejak itulah Kartini mulai memahami makna Islam yang sesungguhnya, bukan hanya sebatashapalan katakata. Namun sayang, tak lama setelah itu, Kyai Sholeh Darat meninggal dunia.

Lebih jauh, Kartini menyadari peran penting perempuan adalah sebagai ibu generasi dan madrasatul ula.Tercantum dalam surat Kartini kepada Prof. dan Nyonya Anton dan (4 Oktober 1902),”Kami di sini memohondiusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekalikali karena kami menginginkan anakanak

perempuan itu menjadi saingan lakilaki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin sekali bagi kaum

wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam

tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertamatama.”

Andaikan Kartini Khatam Ngaji

Peran penting perempuan inilah yang hendak Kartini perjuangkan: menjadi ibu dan pendidik anak yang pertama,bukan malah emansipasi yang kebablasan. Andaikan Kartini khatam Ngaji, tidak hanya sampai surat Ibrahim,bahkan sampai surat ke114. Ia akan menyuarakan Islam lebih luas, termasuk mengenakan khimar (surat anNurayat 24) dan jilbab (surat alAhzab ayat 33).

Andaikan Kartini khatam ngaji, momentum 21 April akan menjadi ajang kemuliaan. Namun karena Kartini belumkhatam ngaji, bukan berarti kita mendiamkan perayaan emansipasi hari ini. Karena sejatinya kita harusmenyambut estafet perjuangan Kartini, bahwa hanya Islam lah yang mampu memuliakan perempuan.

Jika Kartini menginginkan penghapusan diskriminasi terhadap perempuan, maka Islam jauh mempunyai impianyang lebih mulia terhadap perempuan. Islam telah mengangkat derajat perempuan, bahkan Rasulullah Saw.dalam haditsnya menempatkan perempuan sebagai orang pertama yang dihormati. Selayaknya, bagi perempuanyang hendak melanjutkan perjuangan Kartini, ia mengkaji Islam dengan penuh kesungguhan danmendakwahkannya sebagaimana Kartini. []