andy keleus.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

semoga berhasil

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total. Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal, lengkap, dan untuk meningkatkan massa otot serta tonus otot, ROM juga memiliki klasifikasi ROM, jenis ROM, indikasi serta kontraindikasi dilaksanakan ROM dan juga prinsip dasar dilakukan ROM. Untuk dapat mengetahui hal tersebut lebih lanjut maka dapat meninjau pembahasan pada makalah ini.

1.2 Tujuan. Untuk mengetahui tentang klasifikasi ROM. Untuk mengetahui tentang prinsip dasar ROM. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dilakukan ROM Untuk mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi dilakukan ROM. Untuk mengetahui tentang jenis ROM. Untuk mengetahui tentang Asuhan Keperawatan ROM.

1.3 Manfaat Agar dapat mengetahui tentang klasifikasi ROM. Agar dapat mengetahui tentang prinsip dasar ROM. Agar dapat mengetahui tujuan dan manfaat dilakukan ROM Agar dapat mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi dilakukan ROM. Agar dapat mengetahui tentang jenis ROM. Agar dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan ROM.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ROM Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). Range of motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal (Arif, M, 2008).

2.2 Klasifikasi latihan ROM Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri. Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif . Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.

2.3 Prinsip Dasar Latihan ROM 1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di lakukan.

2.4 Tujuan ROM 1. Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot2. Memelihara mobilitas persendian3. Merangsang sirkulasi darah4. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur5. Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan

2.5 Manfaat ROM1. Memperbaiki tonus otot2. Meningkatkan mobilisasi sendi3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan4. Meningkatkan massa otot5. Mengurangi kehilangan tulang

2.6 Indikasi ROM Stroke atau penurunan tingkat kesadaran Kelemahan otot Fase rehabilitasi fisik Klien dengan tirah baring lama

2.7 Kontra Indikasi Trombus/emboli dan keradangan pada pembuluh darah Kelainan sendi atau tulang Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung) Trauma baru dengan kemunginan ada fraktur yang tersembunyi atau luka dalam Nyeri berat Sendi kaku atau tidak dapat bergerak

2.8 Jenis ROM Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian sebaga berikut :1. Leher, spina, serfikal Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu, rentang 40-45Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180

Dec3

ROM

TUGAS KDDKROM Oleh:Sitihajar Samadin

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA2011

ROM

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa.Berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini ROM.Makalah ini saya susun dengan maksud mengetahui tentang ROM.Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Maka segala kritik dan saran sangat saya harapkan demi perbaikan untuk masadepan. Akhir kata, saya berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaatsebagaimana mestinya.

Makassar.19 des 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakangRange of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total. Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal, lengkap, dan untuk meningkatkan massa otot serta tonus otot, ROM juga memiliki klasifikasi ROM, jenis ROM, indikasi serta kontraindikasi dilaksanakan ROM dan juga prinsip dasar dilakukan ROM.Untuk dapat mengetahui hal tersebut lebih lanjut maka dapat meninjau pembahasan pada makalah ini.1.2 Tujuan. Untuk mengetahui tentang klasifikasi ROM. Untuk mengetahui tentang prinsip dasar ROM. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dilakukan ROM. Untuk mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi dilakukan ROM. Untuk mengetahui tentang jenis ROM. Untuk mengetahui tentang Asuhan Keperawatan ROM.

1.3 Manfaat Agar dapat mengetahui tentang klasifikasi ROM. Agar dapat mengetahui tentang prinsip dasar ROM. Agar dapat mengetahui tujuan dan manfaat dilakukan ROM. Agar dapat mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi dilakukan ROM. Agar dapat mengetahui tentang jenis ROM. Agar dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan ROM.

BAB IIPEMBAHASAN

Definisi ROMLatihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.Range of motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan.Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal.

Klasifikasi latihan ROMLatihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif . Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.

Prinsip Dasar Latihan ROM 1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di lakukan.

Tujuan ROM 1. Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot2. Memelihara mobilitas persendian3. Merangsang sirkulasi darah4. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur5. Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan

Manfaat ROM1. Memperbaiki tonus otot2. Meningkatkan mobilisasi sendi3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan4. Meningkatkan massa otot5. Mengurangi kehilangan tulang

Indikasi ROM1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran2. Kelemahan otot3. Fase rehabilitasi fisik4. Klien dengan tirah baring lama

Kontra Indikasi1. Trombus/emboli dan keradangan pada pembuluh darah2. Kelainan sendi atau tulang3. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)4. Trauma baru dengan kemunginan ada fraktur yang tersembunyi atau luka dalam 5. Nyeri berat6. Sendi kaku atau tidak dapat bergerak

Jenis ROMROM terdiri dari gerakan pada persendian sebaga berikut:1. Leher, spina, serfikal Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45Hiperektasi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu, rentang 40-45Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180

Gambar 1.1 Leher

2. BahuFleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala, rentang 180Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-60Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala, rentang 180 Adduksi : Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin, rentang 320Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala, rentang 90Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360

Gambar 1.2. Bahu3. SikuFleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150

Gambar 1.3. Siku

4. Lengan bawahSupinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas, rentang 70-90Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah, rentang 70-90

5. Pergelangan tanganFleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah, rentang 80-90Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan bawah berada dalam arah yang sama, rentang 80-90Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin, rentang 89-90Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang 30-50

Gambar 1.4 Pergelangan tangan

6. Jari- jari tanganFleksi : Membuat genggaman, rentang 90Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin, rentang 30-60Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain, rentang 30Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30

7. Ibu jari Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, rentang 90Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama

8. PinggulFleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang 90-120Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50Adduksi : Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin, rentang 30-50Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang 90Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain, rentang 90Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkar

Gambar 1.5. Pinggul

9. LututFleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130

Gambar 1.6 Lutut

10. Mata kakiDorsifleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas, rentang 20-30Plantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah, rentang 45-50

Gambar 2.6 Mata kaki

11. KakiInversi : Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10

Gambar 1. 8. Kaki12. Jari-Jari KakiFleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60Abduksi : Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain, rentang 15Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15

BAB IIIPENUTUP

III.1 KesimpulanROM harus dilaksanakan secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan.Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit serta harus sesuai waktunya.Selain daripada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan juga harus memperhatikan tujuan, manfaat, indikasi, serta kontraindikasinya agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan pada kita lebih lanjut

III.2 Saran Mahasiswa harus dapat mengetahui, memahami, dan menjelaskan tentang ROM beserta semua prinsip, indikasi dan kontraindikasinya agar dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Warfield, Carol . 1996 . Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis . Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.http://ameliarina.blogspot.com/2011/12/range-of-motion.html (Diakses pada 19/12/2011)

http://forbetterhealth.wordpress.com/2011/12/19/melatih-rentang-gerak-sendi/ (Diakses pada 19/12/2011)

Diposkan 3rd December 2012 oleh Siti Hajar iedha 0 Tambahkan komentar

perawat.profesional

Klasik Kartu Lipat Majalah Mozaik Bilah Sisi Cuplikan Kronologis1. Dec3

ROM

TUGAS KDDKROM Oleh:Sitihajar Samadin

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA2011

ROM

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa.Berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini ROM.Makalah ini saya susun dengan maksud mengetahui tentang ROM.Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Maka segala kritik dan saran sangat saya harapkan demi perbaikan untuk masadepan. Akhir kata, saya berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaatsebagaimana mestinya.

Makassar.19 des 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakangRange of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total. Selain berfungsi sebagai pertahanan atau dapat memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal, lengkap, dan untuk meningkatkan massa otot serta tonus otot, ROM juga memiliki klasifikasi ROM, jenis ROM, indikasi serta kontraindikasi dilaksanakan ROM dan juga prinsip dasar dilakukan ROM.Untuk dapat mengetahui hal tersebut lebih lanjut maka dapat meninjau pembahasan pada makalah ini.1.2 Tujuan. Untuk mengetahui tentang klasifikasi ROM. Untuk mengetahui tentang prinsip dasar ROM. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dilakukan ROM. Untuk mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi dilakukan ROM. Untuk mengetahui tentang jenis ROM. Untuk mengetahui tentang Asuhan Keperawatan ROM.

1.3 Manfaat Agar dapat mengetahui tentang klasifikasi ROM. Agar dapat mengetahui tentang prinsip dasar ROM. Agar dapat mengetahui tujuan dan manfaat dilakukan ROM. Agar dapat mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi dilakukan ROM. Agar dapat mengetahui tentang jenis ROM. Agar dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan ROM.

BAB IIPEMBAHASAN

Definisi ROMLatihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.Range of motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan.Latihan range of motion (ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas atau batasan gerakan sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal.

Klasifikasi latihan ROMLatihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif . Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.

Prinsip Dasar Latihan ROM 1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di lakukan.

Tujuan ROM 1. Mempertahankan atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot2. Memelihara mobilitas persendian3. Merangsang sirkulasi darah4. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur5. Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan

Manfaat ROM1. Memperbaiki tonus otot2. Meningkatkan mobilisasi sendi3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan4. Meningkatkan massa otot5. Mengurangi kehilangan tulang

Indikasi ROM1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran2. Kelemahan otot3. Fase rehabilitasi fisik4. Klien dengan tirah baring lama

Kontra Indikasi1. Trombus/emboli dan keradangan pada pembuluh darah2. Kelainan sendi atau tulang3. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)4. Trauma baru dengan kemunginan ada fraktur yang tersembunyi atau luka dalam 5. Nyeri berat6. Sendi kaku atau tidak dapat bergerak

Jenis ROMROM terdiri dari gerakan pada persendian sebaga berikut:1. Leher, spina, serfikal Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45Hiperektasi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu, rentang 40-45Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180

Gambar 1.1 Leher

2. BahuFleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala, rentang 180Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-60Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala, rentang 180 Adduksi : Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin, rentang 320Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala, rentang 90Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360

Gambar 1.2. Bahu3. SikuFleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150

Gambar 1.3. Siku

4. Lengan bawahSupinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas, rentang 70-90Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah, rentang 70-90

5. Pergelangan tanganFleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah, rentang 80-90Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan bawah berada dalam arah yang sama, rentang 80-90Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin, rentang 89-90Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang 30-50

Gambar 1.4 Pergelangan tangan

6. Jari- jari tanganFleksi : Membuat genggaman, rentang 90Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin, rentang 30-60Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain, rentang 30Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30

7. Ibu jari Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, rentang 90Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama

8. PinggulFleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang 90-120Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50Adduksi : Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin, rentang 30-50Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang 90Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain, rentang 90Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkar

Gambar 1.5. Pinggul

9. LututFleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130

Gambar 1.6 Lutut

10. Mata kakiDorsifleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas, rentang 20-30Plantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah, rentang 45-50

Gambar 2.6 Mata kaki

11. KakiInversi : Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10

Gambar 1. 8. Kaki12. Jari-Jari KakiFleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60Abduksi : Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain, rentang 15Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15

BAB IIIPENUTUP

III.1 KesimpulanROM harus dilaksanakan secara berulang, perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan.Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit serta harus sesuai waktunya.Selain daripada yang telah disebutkan diatas, ROM dilakukan juga harus memperhatikan tujuan, manfaat, indikasi, serta kontraindikasinya agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan pada kita lebih lanjut

III.2 Saran Mahasiswa harus dapat mengetahui, memahami, dan menjelaskan tentang ROM beserta semua prinsip, indikasi dan kontraindikasinya agar dapat mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Warfield, Carol . 1996 . Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis . Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.http://ameliarina.blogspot.com/2011/12/range-of-motion.html (Diakses pada 19/12/2011)

http://forbetterhealth.wordpress.com/2011/12/19/melatih-rentang-gerak-sendi/ (Diakses pada 19/12/2011)

Diposkan 3rd December 2012 oleh Siti Hajar iedha 0 Tambahkan komentar 2. Nov11

makalah sistisis

TUGAS KELOMPOKNAMA MATA KULIAH: KEPERAWATAN DEWASA I

SISTITIS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAMAKASSAR201

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, Karena atas berkat, Rahmat dan Hidayah_Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang telah ditentukan dan dalam bentuk yang sederhana.Shalawat serta salam mudah-mudahan terlimpah kepada Nabiullah MUHAMMAD Saw. yang membawa ummat manusia dari alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang.Walaupun dalam penyusunan makalah ini menemui banyak kendala yang dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan, dimana makalah ini merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah KEPERAWATAN DEWASA I yang berjudul SISTITIS.Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu dengan penuh kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah di berikan kepada kami merupakan amal jariyah di hadapan ALLAH Swt. dan semoga makalah ini dapat bermamfaat dan di jadikan sebagai salah satu pedoman dalam peningkatan mutu pendidikan, terkhususnya bagi kami.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, April 2012

Kelompok 2

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGSistitis adalah salah satu penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) yaitu adanya peradangan bacterial yang berkembangbiak di saluran kemih disertai adanya kolonisasi mikroba di urin. Sedangkan Sistitis sendiri merupakan peradangan pada kandung kemih itu sendiri tanpa disertai radang bagian atas saluran kemih. Karena Sistitis merupakan ISK bagian bawah.Infeksi kandung kemih umumnya terjadi pada wanita, terutama pada masa reproduktif. Beberapa wanita menderita infeksi kandung kemih secara berulang.Dunia ternyata tidak ramah pada kaum wanita. Bagaimana tidak. Sebagai wanita, ia ditakdirkan harus tunduk pada kaum pria yang diposisikan dalam kitab suci agama apa pun sebagai Khalifah, pimpinan, baik dalam sebuah kelompok ataupun keluarga. Sebagai seorang individu, wanita ditakdirkan memiliki fisik yang ringkih dan lemah. Sehingga catatankesehatan yang dimiliki WHO, banyak tersurat berbagai daftar penyakit yang mayoritas penderitanya adalah kaum wanita. Sangat panjang dan beragam nian deret penyakit yang berpeluang diderita kaum wanita, baik yang sifatnya berat dan beresiko kematian hingga yang ringan beresiko penderitaan. Salah satu penyakit yang banyak dan sering menyerang kaum wanita, tapi tidak disadari adalah Cystitis. Penyakit Cystitis, memang sifat dan gejalanya cenderung sebagai gangguan yang biasanya tidak terlalu ditanggapi oleh penderitanya. Misalnya, penderita akan sering ke belakang dan saat berkemih terasa perih. Selain itu, bagi yang telah menikah akan terganggu saat melakukan hubungan intim. Gejala lainnya termasuk kram, sakit punggung, meningkatnya suhu tubuh, kadang-kadang kencing berdarah. Kedengarannya familiar. Namun, gejala-gejala itu merupakan bukan fisik seorang wanita sedang tidak normal. Ironisnya, jika gangguan ini tidak tertangani dengan segera, maka sebuah keluhan psykologis akan muncul. Dan, penderitanya akan dibelit stress berkepanjangan dan merasa tidak memiliki arti bagi pasangannya.

A. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari makalah ini, ialah :1. Konsep Dasar Medisa. Apa itu defenisi dari Sistitis ?b. Apa etiologi dari Sistitis ?c. Bagaimana manifestasi klinis dari Sistitis?d. Bagaimana patofisiologi dari Sistitis ?e. Bagaimana bagan penyimpangan kebutuhan dasar manusia dari Sistitis?f. Apa saja komplikasi dari Sistitis ?g. Apa prognosis dari Sistitis ?h. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Sistitis ?i. Bagaimana penatalaksanaan dari Sistitis ?2. Konsep Dasar Keperawatana. Bagaimana riwayat keperawatan dari Sistitis ?b. Bagaimana pemeriksaan Head To Toe dari Sistitis?c. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Sistitis ?d. Apa saja diagnosa keperawatan dari Sistitis ?e. Apa saja intervensi (rasional) dari Sistitis ?

B. TUJUAN PENULISANBerikut tujuan penulisan dari makalah ini, adalah :1. Konsep Dasar Medisa. Untuk mengetahui defenisi dari Sistitis.b. Untuk mengetahui etiologi dari Sistitis.c. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Sistitis.d. Untuk mengetahui patofisiologi dari Sistitis.e. Untuk mengetahui bagan penyimpangan kebutuhan dasar manusia dari Sistitis.f. Untuk mengetahui komplikasi dari Sistitis.g. Untuk mengetahui prognosis dari Sistitis.h. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Sistitis.i. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Sistitis.2. Konsep Dasar Keperawatana. Untuk mengetahui riwayat keperawatan dari Sistitis.b. Untuk mengetahui pemeriksaan Head To Toe dari Sistitis.c. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Sistitis.d. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dari Sistitis.e. Untuk mengetahui intervensi (rasional) dari Sistitis.C. METODE PENULISANAdapun metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah studi pustaka. Studi pustaka sendiri itu ialah cara metode penulisan dengan cara menciplak dari berbagai sumber, seperti buku pegangan, internet, dan sebagainya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

BAB IIIPEMBAHASANA. KONSEP DASAR MEDIS1. DefenisiSistitis adalah inflamasi atau infeksi pada kandung kemih. Sistitis lebih sering pada wanita daripada laki-laki

2. EtiologiSistitis paling sering disebabkan oleh bakteri E. Coli. Sistitis disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih, kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

3. Manifestasi klinisUretro Sistitis biasanya memperlihatkan gejala : Disuria (nyeri waktu berkemih) karena epitelium yang meradang tertekanv Peningkatan frekuensi berkemihv Perasaan ingin berkemihv Piuria(Adanya sel-sel darah putih dalam urin) Nyeri punggung bawah atau suprapubic. Demam yang disertai hematuria (adanya darah dalam urine) pada kasus yang parah.Tanda dan gejala dari sistitis adalah : Tekanan di bagian bawah pinggul Nyeri buang air kecil (disuria) Sering buang air kecil (poliuria) atau kebutuhan mendesak untuk buang air kecil (kencing urgensi) Perlu untuk buang air kecil pada malam hari (nokturia, mirip dengan kanker prostat atau BPH) Urin abnormal warna (mendung), mirip dengan infeksi saluran kemih Darah dalam urin (hematuria) (mirip dengan kanker kandung kemih) Kotor atau bau urin yang kuat

4. Patofisiologi Sistitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih.5. Penyimpanan kebutuhan dasar manusia (KDM) 6. Komplikasi a) Pembentukan Abses ginjal atau perirenab) Gagal ginjal

7. PrognosisiPrognosis dalam sistitis adalah adalah kondisi kronis yang dikarakteristikan oleh periode-periode kekambuhan dan remisi. Dokter-dokter tidak mengerti sepenuhnya mengapa gejala-gejala memburuk pada waktu-waktu tertentu atau hilang dan kemudian timbul kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun kemudian. Gejala-gejala mungkin ringan atau parah dan mungkin berubah-rubah dalam intensitasnya bahkan pada individu yang sama melalui waktu. Tidak ada penyembuhan untuk sistitis, dan perawatan-perawatan diarahkan pada pengurangan keparahan gejala-gejala. Telah tidak ada perawatan yang telah ditunjukan efektif dalam memperlambat kemajuan penyakit atau pencegahan kekambuhan-kekambuhan.

8. Pemeriksaan penunjanga) Pemeriksaan laboratorium : Piuri (>10/LPB) Silinder lekosit Hematuri (>5/LPB) Proteinuri Bakteriuri (>100.000 koloni/ml urine) Urin tampak keruh

b). Pemeriksaan radiologi : Rontgen : untuk menggambarkan ginjal, ureter dan kandung kemih Sistouretrografi : untuk mengetahui adanya arus balik air kemih dari kandung kemih dan penyempitan uretra Uretrogram retrograd : untuk mengetahui adanya penyempitan, divertikula atau fistula Sistoskop i: untuk melihat kandung kemih secara langsung dengan serat optik

9. Penatalaksanaan a) Pengobatan sistitisKarena risiko infeksi menyebar ke ginjal dan karena tingkat komplikasi tinggi pada populasi tua dan pada penderita diabetes, pengobatan yang cepat hampir selalu disarankan. Hal ini disarankan untuk menghindari penetrasi vagina sampai infeksi telah dibersihkan.

b) Obat Antibiotik digunakan untuk mengendalikan infeksi bakteri. Sangat penting bahwa antibiotik, sekali dimulai, akan selesai. Sistitis juga bisa diobati dengan obat over-the-counter, mana diri pengobatan yang tepat. Umumnya antibiotik digunakan termasuk: Nitrofurantoin Trimetoprim-sulfametoksazol Amoksisilin Sefalosporin Ciprofloxacin atau levofloksasin Doksisiklin Pemilihan antibiotik sebaiknya dipandu oleh hasil kultur urin.Kronis atau ISK berulang harus ditangani secara menyeluruh karena kemungkinan infeksi ginjal (pielonefritis). Antibiotik mengendalikan infeksi bakteri. Mereka mungkin diperlukan untuk jangka waktu yang lama. Profilaksis dosis rendah antibiotik kadang-kadang dianjurkan setelah gejala akut telah mereda.

c) Pencegahan Sistitisa) Menjaga daerah genital bersih dan mengingat untuk menghapus dari depan ke belakang dapat mengurangi peluang memperkenalkan bakteri dari daerah dubur ke uretra. b) Meningkatkan asupan cairan mungkin mengizinkan sering buang air kecil untuk menyiram bakteri dari kandung kemih. c) Buang air kecil segera setelah melakukan hubungan seksual dapat membantu menghilangkan bakteri yang mungkin telah diperkenalkan selama hubungan seksual. d) Menahan diri dari buang air kecil untuk waktu yang lama memungkinkan bakteri waktu untuk berkembang biak, begitu sering buang air kecil dapat mengurangi risiko sistitis pada mereka yang rentan terhadap infeksi saluran kemih. e) Minum jus cranberry mencegah jenis tertentu dari bakteri yang melekat pada dinding kandung kemih dan dapat mengurangi kemungkinan infeksi. f) Tablet ekstrak cranberry juga telah ditemukan efektif dalam mencegah cystitis dan merupakan alternatif yang mungkin bagi mereka yang tidak suka rasa jus cranberry. g) Cauterisation pada lapisan kandung kemih melalui cystoscopy memberikan bantuan jangka panjang (kadang-kadang beberapa tahun) dari kondisi ini.

B. Konsep dasar keperawatan1. Riwayat keperawatan :Tanda dan gejala dari sistitis adalah : Tekanan di bagian bawah pinggul Nyeri buang air kecil (disuria) Sering buang air kecil (poliuria) atau kebutuhan mendesak untuk buang air kecil (kencing urgensi) Perlu untuk buang air kecil pada malam hari (nokturia, mirip dengan kanker prostat atau BPH) Urin abnormal warna (mendung), mirip dengan infeksi saluran kemih Darah dalam urin (hematuria) (mirip dengan kanker kandung kemih) Kotor atau bau urin yang kuat 2. Pemeriksaan head to toe :3. Pemeriksaan diagnostik :a) Urinalisis : Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih Hematuria 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih. Bakteriologisb) Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102 103 organisme koliform/mL urin plus piuria 2 ) c) Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.

4. Diagnosa keperawatanDiagnosa Keperawatan1) Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih2) Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih3) Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit4) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

5. Intervensi atau rasional a) Diagnosa pertama : Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemihTujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.Kriteria Hasil :1) Tanda vital dalam batas normal2) Nilai kultur urine negative3) Urine berwarna bening dan tidak bau

Intervensi : Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 CRasional :Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh Catat karakteristik urineRasional :Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.3) Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada kontra indikasiRasional :Untuk mencegah stasis urine4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.Rasional :Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.Rasional :Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih6) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.Rasional :Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra2. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemihTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.Kriteria :1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih3) Klien dapat bak dengan berkemihIntervensi :1) Ukur dan catat urine setiap kali berkemihRasional :Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jamRasional :Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jamRasional :Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinalRasional :Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.5) Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyamanRasional :Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.3. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakitTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.Kriteria Hasil :1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.2) Kandung kemih tidak tegang3) Pasien nampak tenang4) Ekspresi wajah tenangIntervensi :1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.Rasional :Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi2) Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.Rasional :Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasiRasional :Untuk membantu klien dalam berkemih4) Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.Rasional :Analgetik memblok lintasan nyeri4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda- tanda gelisah.Kriteria hasil :1) Klien tidak gelisah2) Klien tenangIntervensi :1) Kaji tingkat kecemasanRasional :Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien2) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannyaRasional :Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan3) Beri support pada klienRasional :4) Beri dorongan spiritualRasional :Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri support pada klien5) Beri penjelasan tentang penyakitnyaRasional :Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya.

Tehnik Range of Motion (ROM) dalam keperawatan

Definisi ROM Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormalJenis ROM1. ROM PasifLatihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan fasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.2. ROM AktifLatihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif

Tujuan ROM 1. Mempert ahankan atau memelihara kekuatan otot2. Memelihara mobilitas persendian3. Merangsang sirkulasi darah4. Mencegah ke lainan bentukPerinsip Dasar Latihan ROM

1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari 2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring. 4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki. 5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit. 6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau perawatan rutin telah di lakukan.

Manfaat ROM

1. Meningkatkan mobilisasi sendi2. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan3. Meningkatkan massa otot4. Mengurangi kehilangan tulang5.Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan6. Mengkaji tulang sendi, otot7. Mencegah terjadinya kekakuan sendi8. Memperlancar sirkulasi darah9 Memperbaiki tonus otot

ROM pasif post operasi fraktur femur Perawat membantu pasien pascaoperatif fraktur femur melakukan Latihan ROM pasif dan menganti posisi akan meningkatkan aliran darah ke ekstermitas sehingga stasis berkurang. kontraksi otot kaki bagian bawah akan meningkatkan aliran balik vena sehingga mempersulit terbentuknya bekuan darah. perawat membantu pasien melakukan latihan ini setiap 2 jam sekali saat klien terjaga. perawat membantu pasien pascaoperatif fraktur femur melakukan Latihan ROM pasif dengan cara atur posisi pasien terlentang, rotasikan kedua pergelangan kaki membentuk lingkaran penuh, lakukan dorsofleksi dan flantar fleksi secara bergantian pada kedua kaki klien, lanjutkan latihan dengan melakukan fleksi dan ekstensi lutut cecara bergantian, mengangkat kedua telapak kaki klien secara tegak lurus dari permukaan tempat tidur secara bergantian. Latihan ini di lakukan untuk mengurangi efek imobilisasi pada pasien di lakukan ROM pasif dengan latihan isometrik otot-otot di bagian yang di imobilisasi latihan kuadrisep dan latihan gluteal dapat membantu mempertahankan kelompok otot besar yang penting untuk berjalan. Latihan aktif dan beban berat badan pada bagian tubuh yang tidak mengalami cedera dapat mencegah terjadinya atrofi otot.

ROM aktif post operasi fraktur femur Pasien yang telah dilakukan operasi fraktur femur seringkali dapat menimbulkan permasalahan adanya luka operasi pada jaringan lunak dapat menyebabkan proses radang akut dan adanya oedema dan fibrosis pada otot sekitar sendi yang mengakibatkan keterbatasan gerak sendi terdekat. Latihan rentang gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi fraktur femur, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang di perlukan untuk pempercepat proses penyembuhan. Keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak berani mengerakan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. pandangan yang seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang peristaltik usus sehingga pasien cepat platus, menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernapasan dan terhindar dari kontraktur sendi, memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan dekubitus. Menurut Garrison, (2002) Pedoman perawatan pasca bedah fraktur femur Sering kali di perlukan intervensi bedah ORIF dengan mengunakan sekrup dan plate pada hari ke 2-3 latihan aktif (ROM) yang di bantu dapat dimulai dari bidang anatomi yang normal, pada hari ke 4 berjalanlah pada cara berjalan tiga titik dengankruk axilla pembantu berjalan standar dan kemudian penahan berat badan sesuai toleransi

Gerak gerakan ROM1. Leher, spina, serfikal Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45 Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45 Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45 Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu, rentang 40-45 Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180 Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

2. Bahu Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala, rentang 180 Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180 Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-60 Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala, rentang 180 Adduksi : Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh sejauh mungkin, rentang 320 Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90 Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala, rentang 90Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

3. Siku Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150 Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150

4. Lengan bawah Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas, rentang 70-90 Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah, rentang 70-90 Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

5. Pergelangan tangan Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah, rentang 80-90 Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan bawah berada dalam arah yang sama, rentang 80-90

Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin, rentang 89-90 Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30 Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang 30-50 Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

6. Jari- jari tangan Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90 Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90 Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin, rentang 30-60 Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain, rentang 30 Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30 Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

7. Ibu jari Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, rentang 90 Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90 Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30 Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30

Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

8. Pinggul Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120 Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang 90-120 Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50 Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50 Adduksi : Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin, rentang 30-50 Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang 90

Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain, rentang 90Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkarUlang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

9. Lutut Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130 Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130 Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

10. Mata kaki Dorsifleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas, rentang 20-30 Flantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke bawah, rentang 45-50 Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

11. Kaki Inversi t: Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10 Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10 Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

12. Jari-Jari Kaki Fleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60 Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60 Abduksi : Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain, rentang 15 Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15 Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali2-6. RANGE OF MOTION a. Range of motion is a group of exercises performed to proper preserve movement of a joint. Types of motion are depicted below. b. Parts of the body that can be exercised by the respective range-of-motions are depicted in the following: (figures 2-11 through 2-22).

Figure 2-11. Range-of-motion exercises for the neck.

Figure 2-12. Range-of-motion exercises or the shoulder.

Figure 2-13. Range-of-motion exercises motion exercises for the elbow.

. Figure 2-14. Range-of-motion exercises motion exercises for the forearm.

Figure 2-15. Range-of-motion exercises for the wrist.

Figure 2-16. Range-of-motion exercises for the thumb.

Figure 2-17. Range-of-motion exercises for the fingers.

Figure 2-18. Range-of-motion exercises for the hip.

Figure 2-19. Range-of-motion exercises for the knee.

Figure 2-20. Range-of-motion exercises for motion exercises for the ankle.

Figure 2-21. Range-of-motion exercises for the foot

Figure 2-22. Range-of-motion exercises for the toes.