14
2.1 Anestesi Infiltrasi untuk Rahang Atas dan Rahang Bawah  Anastesi dilakukan dengan mendeponirkan cairan anastesi disekitar apeks gigi yang akan dicabut di sisi bukal pada sulkus, adanya porositas pada tulang alveolar menyebabkan cairan anastesi berdifusi menuju saraf pada apeks gigi. Anestesi infiltrasi adalah hilangnya rasa sakit pada daerah yang terbatas dengan cara disuntik. Indikasi penggunaan anestesi infiltrasi ini adalah untuk pencabutan molar sulung yang sudah mengalami resorbsi sehingga goyang, dan pencabutan gigi sulung yang persistensi. Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi: 1) Muccobuccal fold  diulas dengan yodium. 2) Jarum masukkan dengan sudut 45 0  pada Muccobuccal fold  atau 1   1 ½ menit dari leher gigi, bevel jarum menghadap tulang, sampai menyentuh tulang. 3) Tarik 1-2 mm, kemudian jarum sejajarkan, sampai menyentuh tulang dekat regio periapikal gigi yang bersangkutan. 4) Keluarkan anastetikum 1 cc dengan pelan-pelan, penyuntikan yang terlalu cepat menyebabkan obat anastesi menyebar ke daerah yang lebih luas sehingga hanya terjadi anastesi ringan. 5) Untuk anastesi daerah palatinal, tusukan pada mukosa palatinal + 1/3 dari jarak pinggiran gusi gigi yang akan dicabut. 6) Tekan sedikit waktu jarum ditusukkan, kemudian keluarkan obat anastesi 0,5 2.1.1 Infiltrasi bukal maksila / mandibula  

Anestesi Infiltrasi Untuk Rahang Atas Dan Rahang Bawah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Anestesi Infiltrasi Untuk Rahang Atas Dan Rahang Bawah

Citation preview

2.1 Anestesi Infiltrasi untuk Rahang Atas dan Rahang BawahAnastesi dilakukan dengan mendeponirkan cairan anastesi disekitar apeks gigi yang akan dicabut di sisi bukal pada sulkus, adanya porositas pada tulang alveolar menyebabkan cairan anastesi berdifusi menuju saraf pada apeks gigi. Anestesi infiltrasi adalah hilangnya rasa sakit pada daerah yang terbatas dengan cara disuntik. Indikasi penggunaan anestesi infiltrasi ini adalah untuk pencabutan molar sulung yang sudah mengalami resorbsi sehingga goyang, dan pencabutan gigi sulung yang persistensi. Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi:1) Muccobuccal fold diulas dengan yodium.2) Jarum masukkan dengan sudut 450 pada Muccobuccal fold atau 1 1 menit dari leher gigi, bevel jarum menghadap tulang, sampai menyentuh tulang.3) Tarik 1-2 mm, kemudian jarum sejajarkan, sampai menyentuh tulang dekat regio periapikal gigi yang bersangkutan.4) Keluarkan anastetikum 1 cc dengan pelan-pelan, penyuntikan yang terlalu cepat menyebabkan obat anastesi menyebar ke daerah yang lebih luas sehingga hanya terjadi anastesi ringan.5) Untuk anastesi daerah palatinal, tusukan pada mukosa palatinal + 1/3 dari jarak pinggiran gusi gigi yang akan dicabut. 6) Tekan sedikit waktu jarum ditusukkan, kemudian keluarkan obat anastesi 0,52.1.1 Infiltrasi bukal maksila / mandibulaMenggunakan tahap 1- 6 seperti diatas, anastetikum dideponir pada sulkus bukal 2cc untuk pencabutan molar satu sulung. Sambil jarum ditarik deponir kembali anastestikum 0,2 cc untuk memperoleh matirasa maksimum. Bukal infiltrasi 0,5 1,0 cc cukup untuk menganastesi jaringan lunak sekitar gigi yang akan dicabut.2.1.2 Palatal anastesiInjeksi langsung ke palatal pada sebagian anak dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman, untuk meminimaliskannya gunakan topikal anastesi yang diaplikasikan menggunakan cotton bud dan tekanan ringan pada lokasi yang akan disuntik sambil memasukkan jarum suntik. Namun cara ini tidak selalu berhasil. Cara lain adalah menggunakan jarum suntik pendek. Jarum dimasukkan melalui papila interdental dengan sudut 90 ke permukaan. Jarum didorong ke palatal ke arah bukal papila sambil mendeponir anastetikum, dilakukan pada sisi mesial dan distal dari gigi yang akan dicabut.2.1.3 Maksilari Anastesi : Insisivus Dan KaninusTeknik supraperiosteal digunakan untuk anastesi gigi depan sulung. Injeksi pada anak dibuat lebih dekat ke gingiva margin dibandingkan pasien dewasa dan anastetikum dideponir dekat ke tulang alveolar menuju apeks gigi. Anestesi lokal untuk infiltrasi yang biasa digunakan adalah golongan ester, seperti prokain, golongan non ester seperti lidokain dan prilokain yang dapat juga ditambah vasokonstriktor.

2.6 Anastesi Blok meliputi Maksila dan MandibulaAnastesi Blok adalah hilangnya rasa sakit pada suatu daerah tertentu karena pemberian anastesi pada pusat saraf.Ada dua teknik anastesi blok yaitu secara langsung, Single path technic atau Straight line technic dan secara tidak langsung : Fisher technic atau metoda 1,2,3. Indikasinya adalah pencabutan gigi molar sulung yang akarnya belum teresorpsi dan pencabutan molar tetap. 2.6.1 MaksilaPada anak-anak, bidang alveolar labio bukal yang tipis umumnya banyak terpeforasi oleh saluran vascular.Teknik Anastesi Blok (Pediatric Anasthesi)1) Nervus V2 maksila infraorbitalIndikasi dilakukan pada bedah endoskopik sinus , perbaikan cleft lif, rhinoplasty, laserasi pada wajah.Persiapan 3 mL syringe, 2 mL0,25% bupivacaine dengan 1:200.000 epinefrin, jarum berukuran 27 gauge.Teknik intraoral yaitu dengan lokasi pada foramen yang dipalpasi, belokan jarum berukuran 27 gauge sebesar 30 , demikian juga pada bibir atas pada daerah premolar pertama dalam subsulcal groove, penarikan jarum kea rah landmark dan injeksi pada anastesi local, gunakan tekanan.Komplikasi hematoma, intraforaminal, injeksi intravascular jarang terjadi pada komplikasi anastesi blok.2) Nervus Palatinus MayorV2 : Maxillary Nervus Palatinus MayorIndikasi perbaikan cleft Palate . Persiapan yang dilakukan diantaranya yaitu 3-mL syringe, 2mL 0,25% bupivicaine dengan 1:200.000 epineprin, jarum berukuran 27 gauge.Teknik yang dilakukan lokasi pada foramen medial dan anterior molar ke dua, masukkan jarum berukuran 27 gauge, ke dalam mukosa dan masukkan 1 mL anastesi local pada setiap tempat. Komplikasi intracanal dan intraneural injeksi.2.6.2 MandibulaTeknik tidak berbeda dengan anastesi blok pada orang dewasa, hanya harus diingat ramus ascendens lebih pendek dan sempit / cekung dalam arah anteroposterior, foramen mandibula lebih dangkal (belum dalam) disbanding pada orang dewasa. Pada anak berada dibawah oklusi . Foramen mentale selalu pada garis dekat ramus , 2/3 permukaan anterior yang konkaf. Pemasukan jarum lebih dekat beberapa mm pada oklusal plane disbanding dengan orang dewasa. Dalamnya, masuk jarum cm lebih pendek dari oranf dewasa. Obat suntik : - 1 cc untuk nervus alveolaris inferior cc nervus lingualis Pencabutan molar tetap pada anak sama seperti orang dewasa nervus alveolaris inferior harus diblok . Foramen mandibula pada anak terletak setingkat dibawah dataran oklusal gigi sulung , oleh karena itu injeksi dibuat lebih rendah dan lebih posterior daripada pasien dewasa.

Foramen Mandibula Pada orang dewasa Pada anak letaknya lebih ke bawahTeknik : Ibu jari berada diatas permukaan oklusal gigi molar, dengan ujung ibu jari berada pada tepi oblingua interna. Syringe diletakkan pada dataran gigi molar sulung pada sisi berlawanan dari gigi yang akan dianastesi. Ukuran rahang yang lebih kecil mengurangi kedalaman jarum berpenetrasi pada anastesi blok (mandibular anastesi).

Gambar. Penyuntikan pada mandibula dibantu dengan ibu jari dan jari tengah sebagai stabilisasi, ketika melakukan injeksi kea rah nervus alveolaris inferior Kedalaman insersi masuknya jarum bervariasi 15 mm sesuai ukuran mandibula perubahan proporsi tergantung pasien .

Gambar. Perkembangan Foramen MandibulaAnastetikum di deponir sedikit ketika jarum telah masuk ke jaringan , jarum dimasukkan menuju foramen mandibula dan anastetikum di deponir . Anastetikum untuk nervus alveolaris inferior 1ml, dan untuk nervus bukal sejumlah anastetikum di deponir cc saat penarikan jarum setelah melakukan blok anastesi nervus alveolaris inferior, maka nervus alveolaris akan teranastesi .

Gambar. Anastetikum dideponir sekitar nervus alveolaris inferiorGambar. Untuk menganastesi nervus sepanjang bukal, sejumlah kecil anastetikum di deponir pada lipatan mukosa muko bukal molar satu tetap

Tata Cara Pencabutan Gigi Sulung1. Posisi OperatorDengan pengenalan sistem four handed dentistry, operator harus melakukan ekstraksi dalam posisi duduk, setelah mengambil posisi yang benar tergantung pada kuadran mana dia bekerja.

Kuadran kanan dan kiri maksila serta kuadran kiri mandibula ( Regio V, VI, VII) : Operator berada pada posisi di depan sampai ke samping pasien (arah jam 7 sampai arah jam 9)

Kuadran kanan mandibula (Regio VIII) : operator pada posisi di belakang sampai di samping pasien (arah jam 9 sampai jam 11)

Armamentarium ekstraksi dan posisi operator (Sumber: textbook of pedodontic Shoba Tandon, 2008)

2. Teknik Pencabutan gigiArah gaya dasar untuk ekstraksi gigi sulung :6 gigi anterior maksila dan mandibula : tekanan ke arah labial dengan rotasi ke arah mesial dan keluar ke arah labial.Molar maksila dan mandibula : penekanan ke arah lingual, kemudian ke arah bukal dengan penekanan yang lebih kuat ke arah bukal kemudian keluar ke arah bukal.

Sumber: textbook of pedodontic Shoba Tandon, 2008Gigi Anterior Maksilla :Bagian melintang dari akar gigi ini membulat. Gaya pertama diberikan ke arah apikal kemudian tekanan ringan ke arah lingual. Tekanan yang sedikit ini melebarkan tulang gingival bagian lingual. Gaya berikutnya adalah gerakan berlawanan arah jarum jam yang melonggarkan gigi dengan gerakan yang melepaskan. Kemudian, diteruskan dengan gaya ke arah labial, yang akan melepaskan gigi dari soketnya. (Shoba Tandon, 2008)Gigi anterior maksilla memiliki akar tunggal yang cenderung conical. Hal ini menyebabkan gigi cenderung memiliki resiko fraktur rendah dan mendukung gerakan rotasi. Tang A no 1 digunakan untuk ekstraksi gigi anterior maksilla. (Pinkham, 1999)Gigi Molar sulung Maksilla :Karena akar palatal melengkung, gerakan untuk pencabutan gigi diarahkan ke palatal dengan tekanan ringan. Tekanan ringan diaplikasikan dengan tujuan agar tidak sampai mematahkan akar palatal yang melengkung. Kemudian diteruskan dalam satu gaya ke arah bukal, gigi menjadi longgar dan gerakan berlawanan arah jarum jam mengeluarkan gigi dari soketnya. (Shoba Tandon, 2008)

Gigi molar maksilla berbeda dengan gigi permanen. Ketinggian konturnya lebih dekat ke cementoenamel junction dan akarnya lebih divergen dan diameternya lebih kecil. Karena struktur akar melemah saat erupsi gigi permanen, sering terjadi fraktur akar saat pencabutan gigi maksilla. Hal lain yang harus diperhatikan adalah hubungan antara molar sulung dengan mahkota premolar yang akan tumbuh. Apabila akar mengelilingi mahkota premolar, bukan mustahil premolar ikut tercabut bersama molar sulung. (Pinkham, 1999)Setelah perlekatan epithelial dipisahkan, elevator 301 lurus digunakan untuk luksasi gigi dan ekstraksi diselesaikan dengan tang universal maksilla no 150S. (Pinkham, 1999)