Upload
others
View
36
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus atas segala berkat dan rahmatNya kepada kita semua, terlebih kemurahan dan kasihNya kepada seluruh Anggota Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) di seluruh Indonesia yang telah melaksanakan dan menyelesaikan seluruh rangkaian acara Rapat Umum Nasional I Majelis Umat Kristen Indonesia (RUN I MUKI) tahun 2016. Dalam pelaksanaan RUN MUKI penuh dengan semangat kekeluargaan dan kasih demikian bergelora dengan dinamika organisasi yang berhasil melahirkan terobosan-terobosan baru untuk mengembangkan MUKI ke depan. Semangat yang dilandasi kecintaan kepada MUKI, menetapkan keputusan-keputusan yang terbaik sebagai Ketetapan RUN MUKI. Sebagai tindak lanjut dari RUN MUKI, tahun 2016 perlu dilakukan sosialisasi Ketetapan- Ketetapan RUN diantaranya sosialisasi Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) dan Program Kerja MUKI sehingga seluruh Anggota MUKI di seluruh Indonesia dapat mengetahui dan mendalami serta menindaklanjuti Ketetapan tersebut. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) MUKI dalam mensosialisasikan Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) dan Program Kerja MUKI menerbitkan buku kecil yang didalamnya memuat AD, ART dan Program Kerja MUKI hasil Ketetpan RUN MUKI Tahun 2016. Kiranya buku kecil ini bermanfaat. Kiranya Tuhan Yesus Kristus menolong kita semua.
Jakarta, 29 Agustus 2016
DEWAN PIMPINAN PUSAT MAJELIS
UMAT KRISTEN INDONESIA
Ketua Umum Sekretaris Jenderal
Djasarmen Purba, SH Pdt.Drs.Mawardin Zega, MTh
3
ANGGARAN DASAR MAJELIS UMAT KRISTEN INDONESIA (MUKI)
PEMBUKAAN
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika mempunyai potensi besar dalam berbagai dimensi kehidupan untuk dibangun oleh, dari dan untuk rakyat dengan berbagai latar belakang, berkarya dan berfungsi melalui berbagai bidang kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Negara yang kaya sumber daya alamnya ini dihuni penduduk dari Merauke di ujung Timur sampai Sabang di Ujung Barat dan Pulau Mianggas di Ujung Utara serta Pulau Rote di ujung Selatan, yang terdiri dari berbagai suku, etnik, budaya, adat istiadat dan lain-lain ibarat mozaik yang sangat indah. Umat Kristen sebagai bagian Integral dari bangsa Indonesia, mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan umat beragama lainnya. Bahwa setiap warga negara berhak berkumpul, berserikat dan mengeluarkan pendapat. Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) sebagai wadah umat Kristen yang berlandaskan kasih mengambil peran dalam pembangunan Bangsa dan Negara Republik Indonesia untuk menunjukkan identitas, manfaat dan menjadi bagian integral dari Kebhinnekaan. Sebagai Organisasi Kemasyarakatan, MUKI menjadi mitra pemerintah Negara Republik Indonesia untuk bersama-sama memberdayakan anggota-anggotanya demi terbentuk-nya masyarakat yang tertib, rukun, damai yang taat pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahwa untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas maka didirikanlah Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) dengan Anggaran Dasar sebagai berikut:
BAB I
NAMA, KEDUDUKAN DAN WAKTU PENDIRIAN Pasal 1 Nama
Organisasi ini bernama Majelis Umat Kristen Indonesia disingkat MUKI.
Pasal 2
Kedudukan MUKI berkedudukan di Ibu kota Negara Republik Indonesia.
Pasal 3
Waktu Pendirian MUKI didirikan pada tanggal 20 bulan November Tahun 2013 berdasarkan Akta Notaris Nomor 25 Tahun 2012 oleh Notaris Jelly Eviana, SH., MH untuk waktu yang tidak ditentukan.
Pasal 4 Pendiri
MUKI didirikan oleh sekelompok orang Kristen yang nama-namanya tertera dalam Akta Notaris Nomor 25 Tahun 2012.
4
BAB II AZAS, SIFAT, BENTUK
Pasal 5 Azas
MUKI berasaskan Pancasila dan UUD 1945 dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 6
Sifat MUKI merupakan organisasi kemasyarakatan yang bersifat kasih, sukarela, nirlaba, sosial, mandiri dan demokratis.
Pasal 7 Bentuk
Organisasi MUKI berbentuk perkumpulan dalam kesatuan sebagai Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS).
BAB III
TUJUAN, FUNGSI DAN PERAN Pasal 8 Tujuan
MUKI bertujuan menjadi organisasi kemasyarakatan Kristen terkemuka, pengkader terbaik dan bekerja untuk umat.
Pasal 9 Fungsi
Dalam mencapai tujuannya, MUKI menjalankan fungsi sebagai berikut: 1) Mendata dan mendokumentasikan potensi-potensi dan aspirasi-aspirasi umat Kristen. 2) Pembentukan Kepengurusan di semua jenjang organisasi di tanah air dan perwakilan di luar
negeri. 3) Merekrut, membina dan mengkader calon-calon pemimpin 4) Rekrutmen dan pembekalan anggota. 5) Pengembangan sistem komunikasi dan informasi. 6) Usaha penggalangan dana melalui wirausaha, koperasi, produksi dan distribusi. 7) Melaksanakan lokarya, seminar dan forum-forum diskusi dan studi kajian dengan
menyiapkan naskah rancangan peraturan perundangan dan naskah akademik;
8) Advokasi dan konsultasi hukum. 9) Membangun dan mengelola pusat kekristenan; 10) Pembinaan generasi muda dan pemberdayaan perempuan. 11) Membangun hubungan dan kerjasama antar lembaga baik Nasional maupun Internasional.
Pasal 10
Peran 1) Peran sebagai wadah menampung aspirasi dan potensi; 2) Peran sebagai sarana memobilisasi dan multiplikasi sumber daya; 3) Peran sebagai fasilitator kemitraan; 4) Peran sebagai pelayanan umat terhadap pelaksana perjuangan, perdamaian, keadilan dan
kebenaran; 5) Peran sebagai sumber inspirasi, motivasi dan inovasi;
5
6) Peran sebagai sarana membangun dan menyalurkan kreativitas dan produktivitas; 7) Peran sebagai fasilitator pelatihan, pendidikan dan pengembangan kepemimpinan;
BAB IV
ARTI, LAMBANG MUKI, MAKNA DAN PENGGUNAAN LAMBANG Pasal 11
Arti, Lambang MUKI dan Makna Lambang 1) Arti Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI);
Majelis : Mempunyai arti tempat berkumpul orang banyak dari berbagai bagai golongan dalam dalam hal ini anggota jemaat dari berbagai gereja atau umat Kristen,
Umat : Para penganut suatu agama, dalam hal ini Kristen, Kristen : Agama Kristen, Indonesia : Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945 serta dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, MUKI : Perserikatan warga Republik Indonesia yang beragama Kristen.
2) Lambang MUKI adalah sebagai berikut;
3) Makna Lambang; a. Lambang terdiri dari gambar salib dengan perahu, dilingkari tulisan Majelis Umat Kristen
Indonesia, 5 (lima) bintang dan warna merah putih, b. Arti lambang adalah perahu kehidupan menuju damai sejahtera dengan pertolongan
Tuhan, c. Warna kuning mengartikan kejayaan, d. 5 (lima) bintang mengartikan Pancasila, e. Cincin yang melingkari bulatan lambang, bagian atas berwarna merah dan bagian bawah
berwarna putih melambangkan bendera merah putih.
Pasal 12
Penggunaan Lambang Penggunaan lambang MUKI diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB V
KEANGGOTAAN Pasal 13 Anggota
1) Anggota MUKI adalah setiap orang yang memenuhi syarat sebagai anggota dan sudah disahkan;
2) Ketentuan mengenai keanggotaan MUKI sesuai ayat 1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
6
BAB VI ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 14 Tingkatan Organisasi
MUKI adalah organisasi dengan jenjang kepengurusan: 1) Tingkat Pusat terdiri dari:
a. Dewan Penasehat Pusat. b. Dewan Pengawas Pusat. c. Dewan Pimpinan Pusat atau DPP;
2) Tingkat Provinsi terdiri dari: a. Dewan Penasehat Wilayah b. Dewan Pengawas Wilayah c. Dewan Pimpinan Wilayah atau DPW
3) Tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari: a. Dewan Penasehat Daerah b. Dewan Pengawas Daerah c. Dewan Pimpinan Daerah atau DPD
4) Tingkat Kecamatan terdiri dari: a. Penasehat Kecamatan b. Pengawas Kecamatan c. Pimpinan Kecamatan atau PK.
Pasal 15
Dewan Penasehat
1) Penasehat berfungsi untuk memberi nasehat baik diminta maupun tidak untuk kemajuan MUKI;
2) Dewan Penasehat dipilih dan diangkat oleh Dewan Pimpinan di semua jenjang kepengurusan;
3) Dewan Penasehat terdiri dari Ketua, Sekretaris dan beberapa orang anggota dengan jumlah sesuai kebutuhan organisasi MUKI;
4) Ketua dan Sekretaris dipilih oleh dan dari antara anggota Dewan Penasehat dalam suatu rapat yang diadakan untuk itu;
5) Dewan Penasehat dapat berasal dari; a. Ketua Umum yang telah berakhir masa tugas. b. Pimpinan aras-aras Gereja, lembaga-lembaga Kristen dan tokoh-tokoh masyarakat;
6) Penasehat dalam hal mengusulkan kebijakan kepada Dewan Pimpinan harus melalui rapat Dewan Penasehat minimal sekali dalam satu tahun;
7) Tata cara pemilihan dan pemberhentian Dewan Penasehat dan mekanisme penyampaian nasehat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 16
Dewan Pengawas 1) Pengawas berfungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan
penggunaan anggaran; 2) Dewan Pengawas dipilih dan diangkat oleh Dewan Pimpinan di semua jenjang
kepengurusan; 3) Dewan Pengawas terdiri dari Ketua, Sekretaris dan beberapa orang anggota dengan jumlah
sesuai kebutuhan organisasi MUKI; 4) Ketua dan Sekretaris dipilih dari oleh dan dari antara anggota Dewan Pengawas;
7
5) Pengawas melakukan tugas pengawasan sesuai dengan AD/ART; 6) Pengawas dapat mengikuti rapat-rapat dan pertemuan-pertemuan sesuai dengan undangan
dari Dewan Pimpinan Pusat; 7) Pengawas dapat memberi usulan kepada Dewan Pimpinan Pusat berdasarkan hasil evaluasi; 8) Pengawas dalam hal menyampaikan hasil evaluasi kepada Dewan Pimpinan harus melalui
rapat Dewan Pengawas minimal sekali dalam satu tahun; 9) Tatacara pemilihan dan pemberhentian Dewan Pengawas, pengawasan dan penyampaian
usulan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Dewan Pimpinan Pusat terdiri dari: 1) 1 (satu) orang Ketua Umum;
Pasal 17 Dewan Pimpinan Pusat
2) Beberapa orang Wakil Ketua Umum; 3) 1 (satu) orang Sekretaris Jenderal; 4) Beberapa orang Wakil Sekretaris Jenderal; 5) 1 (satu) orang Bendahara Umum; 6) Beberapa orang Wakil Bendahara Umum; 7) Ketua-ketua Departemen disesuaikan dengan kebutuhan.
Pasal 18
Tugas, Kewenangan dan Kewajiban Dewan Pimpinan Pusat 1) Dewan Pimpinan Pusat MUKI merupakan badan pelaksana tertinggi diseluruh organisasi
MUKI yang dipimpin oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal; 2) Dewan Pimpinan Pusat bertugas dan berfungsi mengelola dan melak-sanakan kepengurusan
yaitu bertanggungjawab untuk mengeksekusi atau melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif dan operasional teknis MUKI dalam pencapaian tujuannya berdasarkan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Organisasi yang telah disetujui dan disahkan oleh Rapat yang dikhususkan untuk itu;
3) Dewan Pimpinan Pusat MUKI berwenang; a. Menentukan kebijakan organisasi disegala tingkatan, baik secara nasional maupun
tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan sesuai dengan AD/ART, Musyawarah Nasional serta Peraturan Organisasi,
b. Menjalankan hubungan dan kerjasama dengan berbagai organisasi, ormas, lembaga pemerintah, swasta, atas dasar prinsip saling menguntungkan dan kesetaraan yang sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
c. Bertindak ke luar untuk dan atas nama organisasi pada tingkat nasional dan internasional,
d. Membuat dan menandatangani Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat untuk pengangkatan dan pemberhentian Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan mengesahkan kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah.
4) Dewan Pimpinan Pusat berkewajiban; a. Menentukan arah dan kebijakan Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan
Pimpinan Daerah sesuai AD/ART dan Keputusan Musyawarah Nasional serta Peraturan Organisasi,
b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan AD/ART, Musyawarah Nasional serta Peraturan Organisasi,
c. Mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan kepengurusan pada semua jenjang di bawahnya,
8
d. Memberikan pertanggungjawaban kinerja pada Musyawarah Nasional, 5) Dalam hal Ketua Umum tidak dapat melaksanakan tugas dan kewenangannya atau
berhalangan tetap, maka Wakil Ketua Umum I dan atau Wakil Ketua Umum II, III dan IV menggantikannya sebagai pelaksana tugas Ketua Umum sampai dilaksanakannya rapat pleno Dewan Pimpinan Pusat untuk menunjuk pejabat Ketua Umum dalam rangka melaksanakan MUNASLUB secepatnya.
Pasal 19
Dewan Pimpinan Wilayah Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) di tingkat Provinsi terdiri dari: 1) Seorang Ketua; 2) Beberapa orang Wakil Ketua; 3) Seorang Sekretaris; 4) Beberapa orang Wakil Sekretaris; 5) Seorang Bendahara; 6) Beberapa orang Wakil Bendara; 7) Ketua-ketua Biro disesuaikan dengan kebutuhan.
Pasal 20
Tugas, Kewenangan dan Kewajiban Dewan Pimpinan Wilayah 1) Dewan Pimpinan Wilayah merupakan badan pelaksana organisasi tertinggi di tingkat
Provinsi yang di pimpin oleh Ketua dan Sekretaris dibantu oleh Wakil Ketua secara kolektif dan berkedudukan di Ibukota Provinsi atau di tempat lain dalam wilayah Provinsi bersangkutan;
2) Dewan Pimpinan Wilayah bertugas dan berfungsi mengelola dan melaksanakan kepengurusan yaitu bertanggungjawab untuk mengeksekusi atau melaksanakan fungsi- fungsi eksekutif dan operasional teknis MUKI dalam pencapaian tujuannya berdasarkan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Organisasi yang telah disetujui dan disahkan oleh Rapat yang dikhususkan untuk itu;
3) Dewan Pimpinan Wilayah berwenang: a. Membuat dan menandatangani Surat Keputusan Dewan Pimpinan Wilayah untuk
pengangkatan dan pemberhentian Dewan Pimpinan Daerah, b. Surat Keputusan Pimpinan Wilayah sesuai butir a harus mendapat pengesahan dari
Dewan Pimpinan Pusat, c. Menentukan kebijakan organisasi di tingkat Provinsi sesuai dengan AD/ART, Peraturan
Organisasi, Musyawarah Nasional, Keputusan Dewan Pimpinan Pusat dan Musyawarah Wilayah,
d. Menjalankan hubungan dan kerjasama dengan berbagai organisasi, ormas, Lembaga pemerintah, swasta, di provinsi atas dasar prinsip saling menguntungkan dan kesetaraan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Dewan Pimpinan Wilayah berkewajiban: a. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan AD/ART, keputusan
Musyawarah Nasional dan Musyawarah Wilayah serta Peraturan Organisasi dan keputusan Dewan Pimpinan Wilayah yang terkait dengan tugasnya,
b. Mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan kepengurusan pada semua jenjang di bawahnya,
c. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Wilayah.
9
Pasal 21 Dewan Pimpinan Daerah
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) ditingkat kabupaten terdiri dari: 1) Seorang Ketua; 2) Beberapa orang Wakil Ketua; 3) Seorang Sekretaris; 4) Beberapa orang Wakil Sekretaris; 5) Seorang Bendahara; 6) Beberapa orang Wakil Bendara; 7) Ketua-ketua Bidang disesuaikan dengan kebutuhan.
Pasal 22
Tugas, Kewenangan dan Kewajiban Dewan Pimpinan Daerah 1) Dewan Pimpinan Daerah merupakan badan pelaksana organisasi tertinggi di tingkat
Kabupaten/Kota yang di pimpin oleh Ketua dan Sekretaris dibantu oleh Wakil Ketua secara kolektif dan berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota atau di tempat lain dalam wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan;
2) Dewan Pimpinan Daerah bertugas dan berfungsi mengelola dan melaksanakan kepengurusan yaitu bertanggungjawab untuk mengeksekusi atau melaksanakan fungsi- fungsi eksekutif dan operasional teknis MUKI dalam pencapaian tujuannya berdasarkan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Organisasi yang telah disetujui dan disahkan oleh Rapat yang dikhususkan untuk itu;
3) Dewan Pimpinan Daerah berwenang; a. Menentukan segala kebijakan organisasi di tingkat Kabupaten/Kota sesuai dengan
AD/ART, Musyawarah Daerah dan keputusan-keputusan Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Wilayah yang terkait dengan tugasnya,
b. Mengesahkan dan membuat Surat Keputusan Dewan Pimpinan Daerah sesuai kepentingannya,
c. Menjalankan hubungan dan kerjasama berbagai organisasi, lembaga pemerintah, swasta, di Kabupaten/Kota atas dasar prinsip saling menguntungkan dan kesetaraan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
d. Membuat dan menandatangani Surat Keputusan untuk pengangkatan dan pemberhentian Pimpinan Kecamatan.
4) Dewan Pimpinan Daerah berkewajiban; a. Menentukan arah kebijakan Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/ Kota. b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan AD/ART, keputusan
Musyawarah Nasional, Dewan Pimpinan Pusat, Musyawarah Wilayah dan Musyawarah Daerah serta Peraturan Organisasi dan keputusan Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan Pimpinan Wilayah yang terkait dengan tugasnya,
c. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Daerah.
Pasal 23
Pimpinan Kecamatan Pimpinan Kecamatan (PK) ditingkat kecamatan terdiri dari: 1) Seorang Ketua; 2) Beberapa orang Wakil Ketua; 3) Seorang Sekretaris; 4) Beberapa orang Wakil Sekretaris; 5) Seorang Bendahara;
10
6) Beberapa orang Wakil Bendahara; 7) Beberapa Seksi sesuai kebutuhan.
Pasal 24
Tugas, Kewenangan dan Kewajiban Pimpinan Kecamatan 1) Pimpinan Kecamatan merupakan pelaksana organisasi di tingkat Kecamatan yang di pimpin
oleh Ketua dan Sekretaris dibantu oleh Pengurus lain secara kolektif dan berkedudukan di Ibukota Kecamatan atau di tempat lain dalam wilayah Kecamatan bersangkutan;
2) Pimpinan Kecamatan bertugas dan berfungsi mengelola dan melaksanakan kepengurusan yaitu bertanggungjawab untuk mengeksekusi atau melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif dan operasional teknis MUKI dalam pencapaian tujuannya berdasarkan Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Organisasi yang telah disetujui dan disahkan oleh Rapat yang dikhususkan untuk itu;
3) Pimpinan Kecamatan berwenang; a. Berwenang untuk menyusun rencana kerja dan rencana anggaran belanja serta kegiatan
MUKI tingkat Kecamatan sesuai dengan AD/ART, Musyawarah Daerah dan keputusan- keputusan Pimpinan,
b. Mengesahkan dan membuat Surat Keputusan Pimpinan Kecamatan sesuai kepentingannya;
c. Menjalankan hubungan dan kerjasama berbagai organisasi, Lembaga pemerintah, swasta, di Kecamatan atas dasar prinsip saling menguntungkan dan kesetaraan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Pimpinan Kecamatan berkewajiban; a. Arah kebijakan Pimpinan Kecamatan; b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan sesuai dengan AD/ART, keputusan
Musyawarah Nasional, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Daerah dan Musyawarah Kecamatan serta Peraturan Organisasi dan keputusan Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan Daerah yang terkait dengan tugasnya;
c. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Kecamatan.
BAB VII
MASA BAKTI Pasal 25
Masa Bakti Kepemimpinan 1) Masa bakti kepemimpinan disemua jenjang adalah 5 (lima) tahun, dan dapat dipilih kembali; 2) Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah, Ketua Dewan
Pimpinan Daerah dan Ketua Pimpinan Kecamatan, hanya dapat dipilih untuk 2 (dua) periode.
BAB VIII
MUSYAWARAH, RAPAT, KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 26
Musyawarah 1) Musyawarah adalah lembaga tertinggi dalam organisasi MUKI; 2) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat 1) terdiri dari Musyawarah Nasional
(MUNAS), dan Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB).
11
Pasal 27 Fungsi Musyawarah Nasional dan Musyawarah Nasional Luar Biasa
1) Musyawarah Nasional (MUNAS) sarana pengambilan keputusan dalam MUKI; 2) Musyawarah Nasional (MUNAS), berwenang untuk untuk;
a. Menetapkan kebijakan umum organisasi MUKI selama 5 (lima) tahun, b. Menyempurnakan dan menetapkan AD/ART, c. Menerima dan menilai Laporan Pertanggung Jawab Dewan Pimpinan Pusat, d. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Pusat, e. Menetapkan kebijakan-kebijakan khusus yang diperlukan organisasi.
3) Penyelenggara Musyawarah Nasional (MUNAS) dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat sekali dalam 5 (lima) tahun;
4) Peserta Musyawarah Nasional (MUNAS) yaitu Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah;
5) Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) dapat diselenggarakan jika dianggap perlu dan mendesak untuk pergantian Ketua Umum;
6) Penyelenggaraan Musyawarah-Musyawarah diatas diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
Pasal 28
Fungsi Musyawarah Wilayah (MUSWIL), Daerah (MUSDA) dan Kecamatan (MUSCAM) 1) Musyawarah Wilayah (MUSWIL), Musyawarah Daerah (MUSDA) dan Musyawarah
Kecamatan (MUSCAM) adalah forum pengambilan kebijakan pada jenjangnya; 2) Musyawarah Wilayah (MUSWIL), Musyawarah Daerah (MUSDA) dan Musyawarah
Kecamatan (MUSCAM) berwenang untuk untuk; a. Menetapkan kebijakan organisasi selama 5 (lima) tahun pada jenjangnya, b. Menerima dan menilai Laporan Pertanggung Jawab Dewan Pimpinan pada jenjangnya, c. Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan pada jenjangnya, d. Menetapkan kebijakan-kebijakan khusus yang diperlukan organisasi pada jenjangnya,
5) Penyelenggaraan Musyawarah Wilayah (MUSWIL), Musyawarah Daerah (MUSDA) dan Musyawarah Kecamatan (MUSCAM) dilakukan oleh Dewan Pimpinan pada jenjang masing- masing sekali dalam 5 (lima) tahun;
6) Peserta Musyawarah Wilayah (MUSWIL), Musyawarah Daerah (MUSDA) dan Musyawarah Kecamatan (MUSCAM) adalah Dewan Pimpinan pada jenjangnya masing-masing;
7) Selaian Musyawarah pada jenjangnya Wilayah dan Daerah dapat melaksanakan Musyawarah Wilayah Luar Biasa (MUSWILUB) dan Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB) jika dianggap perlu dan mendesak;
8) Penyelenggaraan Musyawarah-Musyawarah diatas diatur didalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
Pasal 29
Penyelenggaraan Musyawarah 1) Penyelenggaraan setiap Musyawarah di semua jenjang harus sepengetahuan dan mendapat
persetujuan dari Dewan Pimpinan Pusat, kecuali di tingkat Kecamatan harus sepengetahuan Dewan Pimpinan Wilayah;
2) Penyelenggaraan Musyawarah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 30
Rapat 1) Selain Musyawarah yang diatur dalam pasal 26, 27 dan 28 dapat dilakukan Rapat-Rapat;
12
2) Jenis dan mekanisme pelaksanaan rapat diatur lebih lanjut di dalam Anggaran Rumah Tangga (ART).
Pasal 31
K u o r u m 1) Musyawarah dan Rapat dinyatakan sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya setengah
ditambah 1 (satu) dari peserta yang seharusnya hadir; 2) Jika kuorum tidak tercapai, maka musyawarah dan rapat ditunda paling lama 2 (dua) Jam; 3) Jika sesudah penundaan tersebut jumlah kuorum belum juga tercapai, tetapi dihadiri oleh
sekurang-kurangnya ⅓ (satu per tiga) jumlah peserta yang seharusnya hadir yang memiliki hak suara, maka musyawarah dan rapat tersebut dapat terus diselenggarakan dan semua keputusan yang diambil dinyatakan sah dan mengikat;
4) Khusus untuk perubahan AD/ART atau pembubaran Organisasi secara Nasional, Musyawarah Nasional dinyatakan mencapai Kuorum dan sah apabila dihadiri oleh sekurang kurangnya ¾ (tiga per empat) dari jumlah peserta yang seharusnya hadir yang memiliki hak suara.
Pasal 32
Pengambilan Keputusan 1) Semua pengambilan keputusan dalam organisasi dilakukan melalui musyawarah untuk
mufakat; 2) Dalam hal pengambilan keputusan tidak dicapai melalui musyawarah untuk mufakat maka
dilakukan melalui pemungutan suara.
BAB IX KEUANGAN DAN
KEKAYAAN Pasal 33 Keuangan
1) Keuangan MUKI bersumber dari : a. Uang pangkal dan iuran Anggota, b. Hibah, Bantuan atau Sumbangan, c. Hasil Badan Usaha, d. Penerimaan-penerimaan lain yang sah.
2) Keuangan MUKI tercermin dalam laporan keuangan yang disusun setiap akhir periode tertentu.
Pasal 34
Pertanggungjawaban Kekayaan, Anggaran Pendapatan Dan Belanja 1) Kekayaan MUKI adalah semua asset berupa harta bergerak dan tidak bergerak; 2) Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Tahunan disusun oleh Pengurus disetiap jenjang
dan disahkan dalam Rapat Pleno Pengurus; 3) Laporan kekayaan disampaikan setiap tahun dalam Rapat Pleno Pengurus; 4) Ketentuan lebih lanjut tentang keuangan dan anggaran penerimaan dan belanja diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 35
Penggunaan Kekayaan
1) Kekayaan yang dimiliki atau yang diperoleh dipergunakan untuk membiayai; a. Operasional,
13
b. Investasi, c. Cadangan, d. Keperluan organisasi lainnya.
2) Ketentuan lebih lanjut tentang penggunaan kekayaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
MUKI dapat dibubarkan karena:
BAB X PEMBUBARAN
Pasal 36 Pembubaran
1) Sudah tidak melaksanakan kegiatan lagi untuk jangka waktu yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional;
2) Diperintahkan sesuai hukum yang berlaku; 3) Atas permintaan ¾ (tiga per empat) dari jumlah anggota yang memiliki hak suara dalam
Musyawarah Nasional.
BAB XI ATURAN
PERALIHAN Pasal 37 Peraturan Peralihan
1) Hal-hal yang belum diatur didalam Anggaran Dasar akan diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga;
2) Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar.
BAB XII
PENUTUP Pasal 38
Pengesahan Anggaran Dasar ini disahkan dalam Rapat Umum Nasional I MUKI dan mulai berlaku sejak ditetapkan.
DEWAN PIMPINAN PUSAT MAJELIS
UMAT KRISTEN INDONESIA
Ketua Umum Sekretaris Jenderal
Djasarmen Purba, SH Pdt.Drs.Mawardin Zega, MTh
14
ANGGARAN RUMAH TANGGA MAJELIS UMAT KRISTEN INDONESIA (MUKI)
BAB I VISI DAN MISI
Pasal 1 Visi
Terwujudnya MUKI sebagai lembaga bersama dikalangan umat Kristen yang mampu mengadakan dialog antar sesama dan antar umat beragama beserta Pemerintah, demikian juga mampu ikut serta melakukan kerjasama dengan semua pihak yang dilandasi kasih, kebenaran, keadilan dan kesetaraan, sehingga warga masyarakat makin rukun, damai, sejahtera dan maju dalam NKRI berdasarkan Pancasila, UUD ’45 dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Pasal 2
Misi MUKI melakukan Misi untuk mencapai Visi, yaitu: 1) MUKI menyelenggarakan dialog yang menggugah, saling mengasihi, menjunjung tinggi
kebenaran, keadilan dan kesetaraan, dan peserta bersepakat menyebarluaskannya ke orang lain, sehingga warga masyarakat makin rukun, damai, sejahtera dan maju;
2) MUKI memberdayakan umat Kristen agar menjadi warga masyarakat yang berperan dalam pergaulan, kerjasama dan pembangunan serta mencintai NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD ’45 dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika;
3) MUKI bekerjasama dengan umat beragama lainnya dan dengan Pemerintah serta dengan pihak manapun untuk memajukan bangsa Indonesia.
BAB II
U M U M Pasal 3
Ketentuan Umum 1) Anggaran Rumah Tangga MUKI merupakan pengaturan lebih lanjut dari Anggaran Dasar MUKI; 2) MUKI dalam merencanakan, melaksanakan, dan mempertanggung-jawabkan semua kehendak,
pikiran, perasaan, perkataan, pernyataan dan tindakannya menganut prinsip-prinsip demokratis dan berdasarkan kasih;
3) Tata urutan peraturan MUKI adalah; a. Ketetapan Musyawarah Nasional (MUNAS) atau MUNASLUB, b. Anggaran Dasar (AD), c. Anggaran Rumah Tangga (ART), d. Keputusan Rapat Pimpinan Nasional (RAPIMNAS), e. Keputusan Musyawarah Wilayah Provinsi, f. Peraturan Organisasi (PO) Nasional; g. Keputusan Rapat Pimpinan Wilayah (RAPIMWIL), h. Peraturan Organisasi (PO) Wilayah, i. Keputusan Musyawarah Daerah (MUSDA), j. Keputusan Rapat Pimpinan Daerah (RAPIMDA), k. Peraturan Organisasi (PO) Daerah, l. Keputusan Musyawarah Kecamatan (MUSCAM),
4) Seluruh produk peraturan berlaku apabila telah ditandatangani oleh Pimpinan atau Pengurus yang berwenang untuk itu.
15
Keanggotaan MUKI terdiri dari: 1) Anggota Biasa; 2) Anggota Luar Biasa; 3) Anggota Kehormatan.
BAB III KEANGGOTAAN
Pasal 4 Jenis Keanggotaan
1) Anggota Biasa adalah; a. Warga Negara Indonesia,
Pasal 5 Syarat dan Ketentuan Anggota
b. Berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah menikah, c. Umat Kristiani, d. Cakap melakukan perbuatan hukum, e. Sehat jasmani dan rohani.
2) Anggota Luar Biasa adalah; a. Mereka yang tidak memenuhi ketentuan dalam ayat 1, tetapi menerima tujuan dan dasar
organisasi MUKI, b. Atas pertimbangan tertentu, Dewan Pimpinan Pusat dapat menetapkan seseorang menjadi
Anggota Luar Biasa, 3) Anggota Kehormatan adalah;
a. Mereka yang tidak memenuhi ketentuan dalam ayat 1) dan ayat 2) tetapi perduli terhadap organisasi MUKI,
b. Atas pertimbangan tertentu, Dewan Pimpinan Pusat dapat menetapkan seseorang menjadi Anggota kehormatan karena kedudukan dan ketokohannya ditengah masyarakat.
4) Setiap anggota tercatat dalam Buku Besar Keanggotaan MUKI; 5) Tata cara dan ketentuan lebih lanjut keanggotaan diatur melalui Peraturan Organisasi.
1) Hak Anggota;
Pasal 6 Hak Dan Kewajiban Anggota
a. Anggota Biasa memiliki Hak, (1) Hak bicara, hak suara, hak memilih dan pilih; (2) Menghadiri acara-acara MUKI dengan berbagai fasilitas dan kemudahan; (3) Mendapat perlindungan dan bantuan sesuai keperluan dan kemampuan organisasi; (4) Membela diri dalam pengenaan sanksi.
b. Anggota Luar Biasa memiliki Hak, (1) Hak Bicara; (2) Menghadiri acara-acara atau kegiatan MUKI berdasarkan undangan Pimpinan.
c. Anggota Kehormatan, (1) Hak Bicara; (2) Menghadiri acara-acara atau kegiatan MUKI berdasarkan undangan Pimpinan.
2) Kewajiban Anggota; Setiap anggota mempunyai kewajiban sebagai berikut: a. Menjaga dan menjunjung tinggi nama dan kehormatan MUKI, b. Tunduk, mentaati dan melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam AD/ART dan Peraturan
Organisasi, c. Ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan MUKI dengan sadar, aktif, kreatif dan
bertanggung jawab.
16
Pasal 7 Pemberhentian Anggota
1) Keanggotaan seseorang berakhir karena; a. Berhalangan tetap, b. Mengundurkan diri, c. Diberhentikan, d. Pembubaran organisasi MUKI.
2) Pemberhentian sementara dan/atau tetap dilakukan oleh Pimpinan sesuai jenjangnya setelah diputuskan dalam Rapat Pleno.
Pasal 8
Sanksi Dan Pembelaan 1) Sanksi dikenakan bagi anggota karena;
a. Melanggar ketentuan AD/ART, Peraturan Organisasi, b. Merusak citra, wibawa dan nama baik MUKI, c. Melanggar etika, moral dan pidana.
2) Sanksi diberikan dalam bentuk; a. Peringatan lisan, b. Peringatan tertulis, c. Pembebasan tugas sementara (skorsing), d. Pembebastugasan tetap, e. Pemberhentian sementara sebagai anggota, f. Pemberhentian tetap atau pemecatan sebagai anggota.
3) Bentuk pemberian sanksi disesuaikan dengan berat ringannya kesalahan atau pelanggaran, dan dapat diberikan sanksi yang mana saja tanpa harus mengikuti urutan seperti diatur dalam ayat 2) di atas;
4) Setiap anggota yang terkena sanksi organisasi dapat mengajukan pembelaan diri dihadapan Majelis Etik sampai di Musyawarah Nasional;
5) Majelis Etik sebagaimana dimaksud ayat 4) dibentuk oleh Pimpinan dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi.
BAB IV PENGGUNAAN
LAMBANG Pasal 9 Penggunaan
1) Lambang MUKI digunakan dalam Bendera, Pataka, Panji-panji, Kop surat, Seragam, Umbul- umbul dan Perangkat dokumentasi lainnya;
2) Lambang dapat digunakan dalam bentuk Badge dan Stempel; 3) Penggunaan Lambang dilakukan pada saat acara resmi dan alat kelengkapan administrasi MUKI.
BAB V
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN Pasal 10
Organisasi Susunan Kepengurusan Organisasi MUKI terdiri dari: 1) Penasehat; 2) Pengawas; 3) Pimpinan terdiri dari Dewan Pimpinan Pusat, Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan
Daerah dan Pimpinan Kecamatan;
17
4) Alat kelengkapan organisasi terdiri dari; Komite, Panitia atau Tim Kerja dan Badan yang dibentuk sesuai kebutuhan;
5) Badan adalah alat kelengkapan Organisasi bersifat otonom, bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum yang diatur lebih lanjut di Peraturan Organisasi.
Pasal 11
Kepengurusan dan Tugas Pimpinan
1) Dewan Pimpinan Pusat adalah Pelaksana Ketetapan Munas (kepengurusan), sedangkan Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pimpinan Daerah dan Pimpinan Kecamatan serta Perwakilan Luar Negeri adalah pelaksana ketetapan musyawarah (kepengurusan) pada jenjangnya masing- masing.
2) Pimpinan membuat, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan Rencana Kerja, Program Kerja, pelaksanaan kegiatan dan pembiayaan-nya.
BAB VI
PENASEHAT Pasal 12
Tatacara Pemilihan Keanggotaan Penasehat dipilih oleh Pimpinan pada jenjang masing-masing setelah direkomendasikan dalam dan oleh Rapat Pleno.
Pasal 13
Pemberhentian 1) Keanggotaan Dewan Penasehat berhenti karena :
a. Berhalangan tetap; b. Mengundurkan diri; c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota Penasehat.
2) Pemberhentian dilakukan oleh Pimpinan sesuai jenjangnya setelah diputuskan dalam dan oleh Rapat Pleno.
Pasal 14
Mekanisme Penyampaian Nasehat 1) Nasehat dapat disampaikan dengan cara lisan maupun tulisan; 2) Penyampaian nasehat secara lisan dapat dilakukan dalam forum rapat Pimpinan sesuai
jenjangnya; 3) Nasehat secara tertulis disampaikan kepada Pimpinan sesuai jenjangnya.
BAB VII
PENGAWAS Pasal 15
Tatacara Pemilihan Keanggotaan Pengawas dipilih oleh Pimpinan pada jenjang masing-masing setelah direkomendasikan dalam dan oleh Rapat Pleno.
Pasal 16
Pemberhentian 1) Keanggotaan Dewan Pengawas berhenti karena:
a. Berhalangan tetap; b. Mengundurkan diri; c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota Pengawas.
18
2) Pemberhentian dilakukan oleh Pimpinan sesuai jenjangnya setelah diputuskan dalam dan oleh Rapat Pleno.
Pasal 17
Mekanisme Pelaksanaan dan Penyampaian Hasil Pengawasan 1) Pengawasan dapat dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu apabila ada hal yang
mendesak; 2) Hasil pengawasan disampaikan secara tertulis; 3) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1) disampaikan kepada Pimpinan disetiap
jenjang untuk ditindak lanjuti; 4) Laporan hasil pengawasan yang dilakukan selama 5 (lima) tahun, disampaikan di dalam
forum Musyawarah sesuai jenjang kepengurusan.
BAB VIII PEMBEKALAN DAN
PENGKADERAN Pasal 18 Pembekalan
1) Pembekalan para Pimpinan yang menduduki jabatan sesuai jenjangnya, dilaksanakan sepenuhnya oleh Dewan Pimpinan Pusat atau lembaga lainnya yang diberikan kewenangan untuk itu;
2) Pembekalan, selain untuk kebutuhan organisasi, juga dipersiapkan untuk mengisi jabatan dalam pelaksanaan pembangunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
3) Perencanaan pembekalan dilakukan dengan memperhatikan konsolidasi wawasan, idiologi dan organisasi.
Pasal 19
Pengkaderan 1) Pengkaderan bagi calon Pimpinan khususnya dikalangan generasi muda perlu dilakukan
perencanaan dan penyelenggaraannya secara sungguh-sungguh oleh Pimpinan sesuai jenjangnya;
2) Mekanisme dan tatacara Pengkaderan diatur dalam Peraturan Organisasi.
BAB IX
KEMITRAAN Pasal 20
Kemitraan MUKI 1) Dalam melakukan program dan kegiatan, MUKI dapat bermitra dengan badan pemerintah,
organisasi internasional; 2) Kemitraan yang dibangun harus bersifat saling menguntungkan, berkelanjutan, dan bermanfaat
bagi masyarakat; 3) Untuk melakukan kerjasama sebagaimana ayat 1) dan 2) di atas, diatur dalam MOU dan/atau
perjanjian yang meliputi perencanaan, pembiayaan, pengorganisasian dan pertanggungjawaban; 4) Ikatan kerjasama pada ayat 3) di atas dapat dilakukan dihadapan notaris.
BAB X PELAKSANAAN MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 21 Musyawarah Nasional
1) Musyawarah Nasional (MUNAS) diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat; 2) Peserta Musyawarah Nasional (MUNAS) terdiri dari;
19
a. Dewan Pimpinan Pusat, b. Dewan Pimpinan Wilayah, c. Dewan Pimpinan Daerah,
3) Peninjau terdiri dari; a. Penasehat Pusat, b. Pengawas Pusat, c. Undangan dan atau instansi tekait.
4) Peserta memiliki Hak memilih dan Hak dipilih, tetapi peninjau tidak memiliki Hak untuk itu; 5) Peserta memiliki Hak Suara dan Hak Bicara, peninjau hanya memiliki Hak Bicara; 6) Undangan MUNAS dikirimkan 1 (satu) bulan sebelum hari pelaksanaan; 7) Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) diselenggarakan atas permintaan Dewan
Pimpinan Pusat dan atau Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah dengan ketentuan didukung oleh setengah + 1 (satu) dari jumlah Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah yang sah.
Pasal 22
Musyawarah Wilayah 1) Musyawarah Wilayah (Muswil) diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Wilayah; 2) Peserta MUSWIL terdiri dari;
a. Dewan Pimpinan Pusat yang ditunjuk untuk itu, b. Dewan Pimpinan Wilayah, c. Dewan Pimpinan Daerah.
3) Peninjau MUSWIL terdiri dari; a. Penasehat Wilayah, b. Pengawas Wilayah, c. Undangan dan atau instansi terkait.
4) Peserta memiliki Hak memilih dan Hak dipilih, tetapi peninjau tidak memiliki Hak untuk itu; 5) Peserta memiliki Hak Suara dan Hak Bicara, peninjau hanya memiliki Hak Bicara; 6) Undangan MUSWIL dikirimkan 1 (satu) bulan sebelum hari pelaksanaan; 7) Musyawarah Wilayah Luar Biasa (MUSWILLUB) diselenggarakan atas permintaan Dewan
Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan Daerah dengan ketentuan didukung oleh setengah + 1 (satu) dari jumlah Dewan Pimpinan Daerah yang sah.
Pasal 23
Musyawarah Daerah 1) Musyawarah Daerah (MUSDA) diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah; 2) Peserta MUSDA terdiri dari;
a. Dewan Pimpinan Pusat yang ditunjuk untuk itu; b. Dewan Pimpinan Wilayah yang ditunjuk untuk itu; c. Dewan Pimpinan Daerah; d. Pimpinan Kecamatan.
3) Peninjau terdiri dari; a. Penasehat Daerah ; b. Pengawas Daerah ; c. Undangan dan atau instasi terkait.
4) Peserta memiliki Hak memilih dan Hak dipilih, tetapi peninjau tidak memiliki Hak untuk itu; 5) Peserta memiliki Hak Suara dan Hak Bicara, peninjau hanya memiliki Hak Bicara; 6) Undangan MUSDA dikirimkan 1 (satu) bulan sebelum hari pelaksanaan; 7) Musyawarah Daerah Luar Biasa (MUSDALUB) diselenggarakan atas permintaan Dewan Pimpinan
Daerah dan Pengurus Kecamatan dengan ketentuan didukung oleh setengah + 1 (satu) dari jumlah Pengurus Kecamatan yang sah.
20
Pasal 24 Musyawarah Kecamatan
1) Peserta Musyawarah Kecamatan (MUSCAM) terdiri dari; a. Dewan Pimpinan Daerah yang ditunjuk, b. Pimpinan Kecamatan, c. Perwakilan setiap Kelurahan dan Desa.
2) Peninjau terdiri dari undangan atau pejabat instansi terkait; 3) Peserta memiliki Hak memilih dan Hak dipilih, tetapi peninjau tidak memiliki Hak untuk itu; 4) Peserta memiliki Hak Suara dan Hak Bicara, peninjau hanya memiliki Hak Bicara; 5) Undangan MUSCAM dikirimkan 1 (satu) bulan sebelum hari pelaksanaan; 6) Musyawarah Kecamatan Luar Biasa (MUSCAMLUB) diselenggarakan atas permintaan Pimpinan
Kecamatan dengan ketentuan didukung oleh setengah + 1 (satu) dari Perwakilan Kelurahan dan Desa yang sah.
Pasal 25
Tata Cara Pelaksanaan Musyawarah Tata cara pelaksanaan Musyawarah Nasional, Musyawarah Wilayah, Musyawarah Daerah dan Musyawarah Kecamatan secara rinci diatur dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 26
Rapat-Rapat Tingkat Nasional Rapat MUKI di Tingkat Pusat terdiri dari: 1) Rapat Pimpinan Nasional (RAPIMNAS); 2) Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS); 3) Rapat Pleno (RP); 4) Rapat Pimpinan Harian (RPH); 5) Rapat Koordinasi; 6) Rapat Konsultasi.
Pasal 27
Rapat-Rapat Tingkat Wilayah Rapat MUKI di Tingkat Wilayah terdiri dari: 1) Rapat Pimpinan Wilayah (RAPIMWIL); 2) Rapat Kerja Wilayah (RAKERWIL); 3) Rapat Pleno Wilayah (RPPWIL); 4) Rapat Pimpinan Harian Wilayah (RPHWIL); 5) Rapat Koordinasi Wilayah; 6) Rapat Konsultasi Wilayah.
Pasal 28
Rapat-Rapat Tingkat Daerah Rapat MUKI di Tingkat Daerah terdiri dari: 1) Rapat Pengurus Daerah (RAPIMDA); 2) Rapat Kerja Daerah (RAKERDA); 3) Rapat Pleno Pimpinan Daerah (RPPDA); 4) Rapat Pimpinan Harian Daerah (RPHDA); 5) Rapat Koordinasi Daerah; 6) Rapat Konsultasi Daerah.
21
Pasal 29 Rapat-Rapat Lain
1) Rapat sebagaimana dimaksud pada pasal 26, 27 dan 28 di atas, rapat-rapat lainnya terdiri dari; a. Rapat Komite yang diselenggarakan Komite yang dibentuk oleh Pimpinan, b. Rapat Badan-Badan yang diselenggarakan oleh Badan yang dibentuk oleh Pimpinan, c. Rapat Panitia yang diselenggarakan Panitia yang dibentuk oleh Pimpinan.
2) Tata cara pelaksanaan dan peserta Rapat-Rapat lainnya di atur dalam Peraturan Organisasi;
Pasal 30
Rapat Pimpinan (RAPIM) 1) Rapat Pimpinan di semua jenjang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan untuk menjabarkan
kebijakan umum dan atau mengevaluasi pelaksanaan kebijakan organisasi yang diadakan sebelum dan atau setelah Munas;
2) Tata cara pelaksanaan dan peserta Rapat Pimpinan di atur dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 31
Rapat Kerja (RAKER) 1) Rapat Kerja di semua jenjang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan untuk menyusun rencana
kerja dan rencana anggaran belanja tahunan; 2) Tata cara pelaksanaan dan peserta Rapat Kerja di atur dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 32
Rapat Pleno Pengurus 1) Rapat Pleno Pimpinan di semua jenjang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan untuk
membahas hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawab Dewan Pimpinan; 2) Tata cara pelaksanaan dan peserta Rapat Pleno pimpinan di atur dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 33
Rapat Pengurus Harian 1) Rapat Pengurus Harian di semua jenjang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan untuk
membahas hal-hal yang berkaitan dengan tugas rutinitas organisasi; 2) Tata cara pelaksanaan dan peserta Rapat Pimpinan Harian di atur dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 34
Rapat Koordinasi dan Rapat Konsultasi 1) Rapat Kordinasi dilakukan untuk membicarakan program dan dilaksanakan oleh lintas
departemen; 2) Rapat Konsultasi dilakukan oleh Pimpinan untuk berkonsultasi dengan Penasehat dan atau
Pengawas; 3) Tata cara pelaksanaan dan peserta Rapat Koordinasi dan Konsultasi di atur dalam Peraturan
Organisasi.
BAB XI
SUMBER-SUMBER PENDAPATAN Pasal 35
Uang Pangkal dan Iuran Anggota 1) Uang pangkal dan iuran adalah kewajiban setiap anggota yang dibayarkan kepada organisasi; 2) Uang pangkal dibayarkan pada saat mendaftarkan diri sebagai anggota, sedangkan iuran dibayar
setiap bulan; 3) Tata cara pembayaran, besaran uang pangkal dan iuran ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat
yang diatur dalam Peraturan Organisasi.
22
Pasal 36 Sumbangan, Bantuan dan Hibah
1) Sumbangan, bantuan dan hibah dapat bersumber dari anggota, perorangan, instansi swasta dan pemerintah;
2) Sumbangan, bantuan dan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat 1) harus bersumber dari keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan hukum dan peraturan perundang- undangan.
Pasal 37
Badan Usaha 1) Dewan Pimpinan dapat membentuk Badan Usaha; 2) Tata cara dan mekanisme pembentukan Badan Usaha serta penge-lolaannya diatur dalam
Peraturan Organisasi.
Pasal 38
Penerimaan-Penerimaan Lain Dewan Pimpinan dapat memperoleh penerimaan-penerimaan lainnya yang tidak mengikat.
BAB XII
KEUANGAN Pasal 39
Penggunaan dan Pengelolaan keuangan 1) Tata cara penggunaan keuangan yang meliputi;
a. Keperluan operasional harus melalui persetujuan Ketua Umun, Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum,
b. Melakukan Investasi harus melalui persetujuan Dewan Pimpinan Pusat, c. Cadangan harus melalui persetujuan Dewan Pimpinan Pusat, d. Keperluan organisasi lainnya harus diketahui Ketua Umum, Sekretaris Jenderal dan
Bendahara Umum. 2) Besaran biaya operasional, investasi, cadangan dan keperluan organisasi harus tertuang dalam
rencana kerja dan anggaran; 3) Pengelolaan Keuangan dikelola dengan azas keterbukaan dan akuntabilitas sesuai dengan
prinsip akuntansi. 4) Tahun buku dimulai 1 Januari dan berakhir 31 Desember. 5) Ketentuan lebih lanjut tentang pengelolaan keuangan ditetapkan dalam Peraturan Organisasi.
BAB XIII PENUTUP Pasal 40
Aturan Pelaksanaan dan Pengesahan Pemberlakuan 1) Hal-hal lain yang belum diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga, diatur dalam Peraturan
Organisasi dan Peraturan Pimpinan; 2) Anggaran Rumah Tangga Perubahan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.