Upload
truongdien
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.L KHUSUSNYA NY.A DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA
ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI DESA MEKAR KECAMATAN SOROPIA
KABUPATENKONAWE TAHUN 2018
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program
Diploma III Keperawatan
Oleh :
SALBIA
NIM. P00320015046
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Salbia
Nim :P00320015046
Institusi pendidikan : Jurusan Keperawatan
Judul proposal :ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.L KHUSUSNYA NY.A DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA HIPERTENSI DI DESA MEKAR KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE TAHUN 2018
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 30 Juli 2018
Yang Membuat Pernyataan,
Salbia
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
1. Nama : Salbia
2. Tempat Tanggal Lahir : Lombe, 13 Agustus 1997
3. Suku / Bangsa : Muna Buton / Indonesia
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 1 Bone Tamat Tahun 2009
2. MTsN 1 Parigi Tamat Tahun 2012
3. SMA Negeri 1 Bone Tamat Tahun 2015
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Masuk tahun 2015
v
MOTTO
Tidak ada sesuatu yang lebih baik dan pada akal yang
diperindah Dengan ilmu, dan ilmu diperindah dengan kebenaran,
Kebenaran diperindah dengan kebaikan dan kebaikan diperindah
dengan ketaatan.
Kupersembahkan karya tulis ini teruntuk Ayah dan Ibu
tercinta, Keluarga, Almameter, Agama, Nusa dan Bangsa yang selalu
memberikan kasih dan mendoakan, yang menjadi kebanggaan,
pedoman hidup, dan tempatku berpijak dalam menyelesaikan
penulisan karya tulis ilmiah ini.
Salbia
vi
ABSTRAK
SALBIA,NIM : P00320015046 ‘’Asuhan Keperawatan Keluarga TN.L Khususnya NY.A dalam pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Anggota Keluarga Yang Menderita Hipertensi Di Desa Mekar Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun 2018”.Dibimbing oleh Ibu Dian Yuniar Syanti Rahayu,.SKM, M.Kep dan ibu Dewi Satiya Rini, M.Kep,.Sp.KMB.hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah pada dua kali pengukuran denga selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila tidak deteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai.berdasarkan data kunjungan dari puskesmas soropia kabupaten konawe, menunjukan bahwa 10 besar penyakit di kecamatan soropia yaitu Hipertensi,Influenza, tukak lambung, Demam, Rematik dan Penyakit Jantung, penyakitsaluran pernafasan, Diare, Asma, dan Penyakit Gangguan Saraf Lainya, sehingga yang menduduki peringkat pertama yaitu Hipertensi, Pada Oktober 2017 sebanyak 149 penderita ( 49,6%), november 2017 sebanyak 149 penderita (39%), pada desember 2017 sebanyak 88 penderita (32,7%), pada bulan januari 2018 sebanyak 82 penderita (27,3%), pada bulan Februari sebanyak 89 penderita (57,4%), Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan keluarga pada penderita Hipertensi dalampemenuhan kebutuhan Rasa Nyaman denga latihan Tekhnik Relaksasi nafas dalam(Terapi Non Farmakologi). Rancangan studi kasus yang digunakan menggunakan studi kasus deskriptif. Subjek pada studi kasus ini yaitu menggunakan satu orang pasien dan melibatkan anggota keluarga pasien sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Data diperoleh dengan melakukan pengkajian secara langsung dan wawancara kepada pasien dan keluarga. Hasil studi kasus diperoleh bahwa dengan adanya latihan Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam selama 2 minggu (14 hari) dapat memberikan pengaruh terhadap kenyamanan kllien pada pasien Hipertensi. Sebelum dilakukan tindakan Tekhnik Relaksasi klien nampak tidak nyaman dengan gejala hipertensi karena Nyeri, setelah di lakukan tindakan Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam, klien nampak lebih rileks dan nyaman nyeri sedang bisa teratasi. Bagi perawat tindakan Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam dapat dijadikan salah satu Intervensi keperawatan serta serta di masukan kedalam discharge planning sebagai tindakan mandiri pasien ketika berada di rumah apabila pasien mengalami nyeri,yang mengganggu kenyamanan klien.
Kata Kunci : Hipertensi, Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam, Asuhan Keperawatan, desa mekar kecamatan soropia kabupaten konawe.
vii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah dan paling mulia yang patut penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa kecuali rasa syukur atas rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul ” Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.L khususnya Ny.A Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Pada Anggota Keluarga Yang Menderita
Hipertensi Di Desa Mekar Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun 2018.
Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini penulis sadari amat banyak
aral yang melintang, namun berkat Allah SWT yang senantiasa memberi
petunjuk-Nya serta keyakinan pada kemampuan diri sendiri, sehingga segala
hambatan yang penulis hadapi dapat teratasi. Terimakasih yang tak ternilai serta
sembah sujud penulis ucapkan kepada Kedua orang tua yang amat kucintai,
Ayahanda Amiruddin P dan Ibunda Salma atas segala doa dan kasih sayang yang
tak henti-hentinya tercurahkan demi keberhasilanku serta semua pengorbanan
materil yang telah dilimpahkan, tanpa restu keduanya penulis tidak ada apa-
apanya.
Selanjutnya penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua
pembimbingku Ibu Dian Yuniar Syanti Rahayu, SKM.,M.Kep selaku
Pembimbing I dan Ibu Dewi Sartiya Rini, M.kep, Sp.KMB Selaku Pembimbing
II yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terima
kasih dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat :
1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis dalam penelitian ini
3. Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
4. Ibu Fitri Wijayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Penguji I, Bapak Muhaimin
Saranani, S.Kep.,Ns.,M.Sc selaku Penguji II dan Ibu Asminarsih Zainal
viii
Prio, M.Kep., Sp.Kom selaku Penguji III yang telah membantu dan
mengarahkan penulis dalam ujian Proposal sehingga penelitian ini dapat
lebih terarah.
5. Bapak / Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan yang
turut membekali ilmu pengetahuan pada penulis selama kuliah.
6. Kepala Kelurahan Desa Mekar dan Kepala Puskesmas Soropia yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.
7. Saudara-saudaraku tersayang Sairun, Salam Ramadhan dan Sahwan
Ardiansyah yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayangnya.
8. Terkhusus kekasihku Ardan Said Muna yang selalu memberi dukungan dan
motivasi selama ini sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
9. Terakhir, teruntuk sahabat-sahabatku Iking , Eko Febrisnto, Apriandi,
Reonaldi Aprizal, Aat Nugraha Utama, Aswan, Hilya Mahzura, Meriyanti,
Hera Yulianingsi Tri Putri, Mirasantika, Riski Adelin, Novianti Rusli,
Nining selva marsentiani dan Megasari serta teman-teman angkatan 2015
khususnya teman-teman tingkat III A dan III B, yang telah memberikan
motivasi dan dukungan selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peneliti selanjutnya
di Politeknik Kesehatan Kendari serta kiranya Tuhan selalu memberi rahmat
kepada kita semua. Amin.
Kendari, 30 Juli 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................i
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...........................................................ii
KEASLIAN TULISAN .......................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................iv
HALAMAN MOTTO..........................................................................................v
ABSTRAK ...........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR .........................................................................................vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................5
C. Tujuan Studi Kasus ..........................................................................5
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga...........................................7
B. Asuhan Keperawatan dalam Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) 28
C. Konsep Dasar Hipertensi..................................................................46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Studi Kasus ..........................................................................56
B. Subyek Studi Kasus..........................................................................56
C. Fokus Studi.......................................................................................56
D. Definisi Operasional.........................................................................56
E. Lokasi Dan Waktu Studi ..................................................................60
F. Pengumpulan data ............................................................................60
G. Penyajian data ..................................................................................61
H. Etika studi kasus...............................................................................61
x
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. HASIL STUDI KASUS..................................................................63
B. PEMBAHASAN .............................................................................91
C. KETERBATASAN STUDI KASUS.............................................. 97
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN......................................................................98
B. SARAN...................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN.
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Genogram
Gambar 4.2 Denah Rumah
Gambar 6.1 Pengukuran Tekanan Darah
Gambar 6.2 Pemeriksaan Mata
Gambar 6.3 Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas
Gambar 6.4 Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah
Gambar 6.5 Melakukan Penyuluhan Hipertensi
Gambar 6.6 Melakukan Penyuluhan Hipertensi
Gambar 6.7 Pengukuran Tekanan darah Pada Ny.A
Gambar 6.8 Pengukuran Tekanan darah Pada Ny.N
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skala Nyeri
Tabel 3.1 Perencanaan Keperawatan Ibu A dengan Hipertensi
Tabel 4.1 Pemeriksaan Fisik Keluarga
Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik Klien
Tabel 4.3 Analisa Data
Tabel 4.4 Skala Prioritas Masalah Keperawatan Nyeri Kronik
Tabel 4.5 Skala Prioritas Masalah Keperawatan Defisiensi Pengetahuan
Tabel 4.6 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.7 Implentasi Keperawatan
Tabel 4.8 Catatan Perkembangan
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Bebas Administrasi
Lampiran 2. Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 3. Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 5. Surat Usul Izin Penelitian Dari Jurusan
Lampiran 6. Surat Pengantar Izin Penelitian Dari Kampus
Lampiran 7. Lembar Konsul Perbaikan Proposal
Lampiran 8. Lembar Konsul KTI
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian Dari Balitbang
Lampiran 10. Lembar Persetujuan Menjadi Respondent
Lampiran 11. Satuan Acara Penyuluhan Hipertensi
Lampiran 12. Media Penyuluhan Leafleat Hipertensi
Lampiran 13. Kuisioner Pengetahuan
Lampiran 14. Foto Dokumentasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat
akan tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh
salah satu anggota keluarga dapat memengaruhi sistem keluarga tersebut.
Salah satu gagguan kesehatan yang sering di alami adalah penyakit hipertensi
(Sudiharto & Hartono, 2007).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu lama dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila
tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai
(Kemenkes RI, 2013).
Menurut data World Health Organization (WHO), sekitar 972 juta
orang atau 26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta
pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di
negara berkembang, termasuk Indonesia . Penyakit terbanyak pada usia lanjut
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi, dengan
prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65-74 tahun dan
63,8% pada usia ≥ 75 tahun (Infodatin Kemenkes RI, 2016).
2
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran
pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 %, yang tertinggi di Provinsi Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Provinsi Kalimantan Selatan (30,8%), Provinsi
Kalimantan Timur (29,6%) dan Provinsi Jawa Barat (29,4%)
(Rikesdas,2013).
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 %, yang didiagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 %. Sehingga, ada 0,1 % yang
minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi
sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 %. Di dapatkan angka prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 % (Rikesdas,2013 ).
Di Provinsi Sulawesi Tenggara, pada Tahun 2018 data tersedia
adalah data yang diperoleh dari kunjungan pada unit-unit pelayanan seperti
Puskesmas dan jaringannya. Dari 82.425 (8%) penduduk berusia 18 tahun ke
atas yang dilakukan pengukuran tekanan darah, sebanyak 31.817 orang atau
38,60% yang mengalami hipertensi. Berdasarkan jenis kelamin, hipertensi
lebih banyak ditemukan pada laki-laki yaitu sebesar 50,32%, sedangkan pada
perempuan hanya sebesar 34,67%. Data ini hanya berasal dari 11
Kabupaten/Kota, karena 6 daerah lainnya tidak melaporkan hasil pemeriksaan
tekanan darah di wilayahnya, meskipun demikian data tersebut di atas dapat
menjadi acuan tentang gambaran kasus hipertensi di Provinsi Sulawesi
Tenggara yang persentasenya berada di atas prevalensi nasional (Dinkes
Sultra, 2016).
3
Berdasarkan data kunjungan dari Puskesmas Soropia Kabupaten
Konawe, bahwa 10 besar penyakit di Kecamatan Soropia yaitu Hipertensi,
ISPA, Influenza, Tukak Lambung, Demam Rematik dan Penyakit Jantung
Rematik, Penyakit Lain Saluran Pernapasan, Diare, ASMA, Penyakit
Gangguan Saraf Lainnya. Sehingga yang menduduki peringkat pertama yaitu
hipertensi dengan data pada bulan Oktober 2017 sebanyak 149
penderita(49,6%), bulan November 2017 sebanyak149 penderita (39%),
bulan Desember 2017 sebanyak 88 penderita(32,7%), pada bulan Januari
2018 sebanyak 82 penderita (27,3%), pada bulan Februari sebanyak 89
penderita (57,4%). Desa Mekar adalah Desa yang mengalami penyakit
Hipertensi lebih tinggi dari pada penyakit yang lain. Penderita Hipertensi
sebanyak 15 (50-60%) penderita dari 25-30 kunjungan ( Laporan bulanan
Puskesmas Soropia Konawe tahun 2017-2018).
Peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg dengan selang waktu yang sangat
lama dapat menimbulkan beberapa gejala antara lain yaitu sakit kepala atau
nyeri kepala, jantung berdebar – debar, sulit bernafas setelah bekerja keras
atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah
memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama dimalam hari,
telinga berdenging (tinnitus), dan dunia terasa berputar (vertigo). Kondisi ini
dapat memicu gangguan rasa nyaman yang dapat menghambat aktifitas dalam
kegiatan sehari-hari klien (Situmorang, Paska Rina, 2015).
Penatalaksanaan perawatan hipertensi pada penderita hipertensi
sangat diperlukan suatu peran keluarga yang baik, dalam arti bahwa anggota
4
keluarga mendukung penatalaksanaan perawatan hipertensi. Adanya
keterlibatan anggota keluarga secara langsung untuk membantu pasien
hipertensi merupakan salah satu wujud bentuk dukungan agar
penatalaksanaan perawatan hipertensi dapat berjalan dengan baik.
Penatalaksanaan hipertensi yang dilakukan dengan baik diharapkan pasien
hipertensi dapat menjaga tekanan darahnya dengan normal (Yunita Ayu
Rachmawati, Dkk,2013).
Keluarga mempuyai peranan sangat penting dalam pemeliharaan
kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita hipertensi. Friedman (1981)
menbagi lima peranan yang dilakukan keluarga yaitu mengenal gejala
hipertensi, mampu mengambil keputusan untuk mengambil keputusan dalam
menolong hipertensi, mampu memberi asuhan keperawatan pada anggota
keluarga yang menderita hipertensi dalam mengatasi masalah dan
meningkatkan produktifitas keluarga, dalam meningkatkan mutu hidup
anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi (Yunita Ayu
Rachmawati, Dkk,2013).
Pencapaian tujuan perawatan kesehatan keluarga yang optimal,
diperlukan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Adapun
peran perawat dalam membantu keluarga yang anggota keluargannya
menderita penyakit hipertensi antara lain : mampu mengenal asuhan
keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi, sebagai
pengamat masalah dan kebutuhan keluarga, sebagai pemberi pelayanan
kesehatan, sebagai role model dan sebagai fasilitator (Yunita Ayu
Rachmawati, Dkk,2013).
5
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.L Khususnya
Ny.A Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman pada Anggota
Keluarga yang Menderita Hipertensi Di Desa Mekar Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Asuhan Keperawatan
Keluarga Tn.L Khususnya Ny.A Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa
Nyaman pada Anggota Keluarga yang Menderita Hipertensi Di Desa
Mekar Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun 2018”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Pasien Hipertensi
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di Desa Mekar
Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada anggota
keluarga yang menderita hipertensi
b. Menegakan diagnosa keperawatan keluarga pada anggota
keluarga yang menderita hipertensi.
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga yang telah
diterapkan pada anggota keluarga yang menderita hipertensi.
6
d. Melakukan tindakan keperawatan keluarga pada anggota
keluarga yang menderita hipertensi.
e. Melakukan evaluasi keperawatan keluarga pada penderita
hipertensi pada pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.
f. Melakukan pendokumentasian keperawatan keluarga pada
penderita hipertensi pada pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi penulis
a. Mendapatkan pengalaman dan dapat menerapkan asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi
b. Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam
penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi.
2. Manfaat bagi institusi keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari
Adapun manfaat bagi institusi adalah sebagai bahan bacaan untuk
menambah wawasan.dan sebagai acuan ataupun referensi dalam
pembelajaran di institusi.
3. Manfaat bagi Klien dan Keluarga
Adapun manfaat bagi Klien dan keluarga adalah untuk mengurangi
dampak dari hipertensi bagi klien dan meningkatkan derajat kesehatan
klien serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
D. Konsep Asuhan Keperawatan keluarga
1. Konsep Dasar Teori
a. Definisi
Menurut departemen kesehatan (1988), keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Bailon dan Madgaya (1978) mendefinisikan keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam dalam satu
rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran
masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya. Menurut Friedman (1998), definisi keluarga dua atau lebih
individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling
membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih
yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan, memilikihubungan yang selaras dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungan
(Sudiharto, 2007).
8
b. Struktur dan Fungsi Keluarga
Setiap anggota keluarga mempuyai struktur peran formal
dan informal. Misalnya, ayah mempuyai peran formal sebagai
kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah
sebagai panutan dan perlindungan keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan
berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi,
kemampuan sistem pendukung diantara anggota keluarga,
kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan
masalah.
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta
kasih, serta saling menerima dan mendukung.
2. Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan
individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial
dan belajar berperan dilingkungan sosial.
3. Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsu ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.
5. Fungsi perawatan kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
9
c. Tahap perkembangan
1. Tahap keluarga baru menikah (keluarga baru)
Tugas perkembangannya :
a) Membina hubungan intim yang memuaskan
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan
kelompok sosial.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir
Tugas perkembangannya:
a) Mempersiapkan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga,
interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan
pasangannya
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangannya :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misalnya
kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam atau
di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
10
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak
(biasannya keluarga mempuyai tingkat kerepotan yang
tinggi)
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangannya :
a) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah, dan lingkungan lebih luas (yang tidak/kurang
diperolehdari sekolah atau masyarakat)
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termaksud biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya :
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung
jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan
mulai memiliki otonomi
b) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua. Hindari terjadinya perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan.
11
d) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
(anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
Tugas perkembangan :
a) Memperluas jaringan keluarga inti dari keluarga inti
menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat
d) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah
7. Keluarga usia pertengahan
Tugas perkembangannya :
a) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia
pertengahan
b) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan
dengan anak-anaknya dan sebaya
c) Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia tua
Tugas perkrmbangannya :
a) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang
saling menyenangkan pasangannya
b) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi: kehilangan
pasangan, kekuatan fisik, dan penghasilan keluarga.
12
c) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat
d) Melakukan life review masa lalu.
2. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika ketika seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang
keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga,
perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (yang digunakan
setiap hari), lugas dan sederhana (Suprajitno,2004).
Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang perlu
dilakukan, yaitu:
a. Membina hubungan yang baik. Hubungan yang baik antara
perawat dan klien ( keluarga) merupakan modal utama
pelaksanaan asuhan keperawatan. Hubungan tersebut dapat
dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapeutik yang
merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada
klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatanya. Beberapa hal
yang perlu dilakukan:
1) Diawali dengan memperkenalkan diri dengan sopan dan
ramah.
2) Menjelaskan tujuan kunjungan.
13
3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk
membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada di keluarga.
4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat
dilakukan
5) Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang
menjadi jaringan perawat.
b. Pengkajian awal. pengkajian ini terfokus sesuai data yang
diperoleh dari unit pelayanan kesehatan.
c. Pengkajian lanjutan (tahap kedua). Pengkajian lanjutan adalah tahap
pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai
masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal.
Di sini perawat perlu mengungkap keadaan keluarga hingga
penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.
d. Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan
metode wawancara, observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan
fisik pada setiap anggota keluarga, dengan menggunakan data
sekunder.
Data yang perlu diperoleh dari pengkajian yaitu :
1) Berkaitan dengan keluarga.
a) Data demografi dan sosiokultural.
a) Data lingkungan.
b) Struktur dan fungsi keluarga.
c) Stres dan koping keluarga yang digunakan keluarga.
14
d) Prkembangan keluarga.
2) Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga.
a) Fisik.
b) Mental.
c) Emosi.
d) Sosial.
e) Spiritual.
a) Data Umum.
Data ini mencakup kepala keluarga (KK), alamat dan
telepon), pekerjaan KK, pendididkan KK, dan komposisi keluarga.
Selanjutnya komposisi keluarga dibuat genogramnya.
b) Data lingkungan.
Karakteristik rumah, yang menjelaskan tentang hasil
identifikasi rumah yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah
ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air
limbah dan kebutuhan mck (mandi,cuci,dan kakus),sarana air bersih
dan minum yang digunakan.keadaan rumah akan lebih mudah
dipelajari bila digambar dengan sebagai denah rumah
(Suprajitno,2004).
Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan
tentang karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat,yaitu
tempat keluarga bertempat tingga, meliputi kebiasaan, seperti
lingkungan fisik, nilai atau norma serta aturan/kesepakatan penduduk
setempat, dan budaya setempat yang memengaruhi kesehatan.
15
Mobilitas geografis keluarga menggambarkan mobilitas
keluarga dan anggota keluarga. Mungkin keluarga sering berpindah
tempat atau ada anggota keluarga yang tinggal jauh dan sering
berkunjung pada keluarga yang dibina.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
keluarga berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.
Sistem pendukung keluarga, yaitu jumlah anggota keluarga
yang sehat dan fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan (akses,
jamsostek, kartu sehat, asuransi atauyang lain). Fasilitas fisik yang
dimiliki anggota keluarga (peralatan kesehatan), dukungan psikologis
anggota keluarga atau masyarakat, dan fasilitas sosial yang ada di
sekitar keluarga yang dapat digunakan untuk meningkatkan upaya
kesehataan (Suprajitno,2004).
1. Diagnosis Keperawatan
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan
perawat sebagai berikut:
a. Pengelompokan data.
Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sintesis pada
asuhan keperawatan klinik. Perawat mengelompokkan data hasil
pengkajian dalam data subjektif dan objektif setiap kelompok
diagnosis keperawatan.
16
b. Perumusan diagnosis keperawatan.
Perumusan diagnosis keperawatan dapat diarahkan kepada
sasaran individu dan atau keluarga. komponen diagnosis
keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi),
dan atau tanda (sign).
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan
aturan yang telah disepakati, terdiri dari:
1. Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang di alami
oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.
2. Penyebab (etiologi) adalah suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan masalah dengan mengacu kepada lima
tugas keluarga, yaiu mengenal masalah, mengambil
keputusan yang tepat, merawat angota keluarga,
memlihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan.
3. Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan
objektif yang diperoleh perawat dari kluarga secara
langsung atau tidak yang mendukung masalah dan
penyebab.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
17
1. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang
sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan
dari perawat dengan cepat.
2. Diagnosis risiko tinggi/risiko tinggi adalah masalah
keperawatan yang belum terjadi dengan cepat apabila
tidak segera mendapat bantuan perawat.
3. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari
keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatanya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
ditingkatkan.
c. Penyusunan prioritas diagnosa keperawatan
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang
mempunyai skor tertinggi dan disusun berurutan sampai yang
mempunyai skor terendah. namun, perawat perlu
mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah
keperawatan mana yang perlu di atasi segera .
Contoh: diagnosa keperawatan keluarga
Risiko terjatuh berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga menyediakan lingkungan yang aman bagi lansia
.langkah-langkah selanjutnya, yaitu perlu melakukan pemberian
skor dengan menggunakan skala yang dirumuskan oleh bailon
dan maglaya. Penilaian dilakukan pada semua diagnosis
keperawatan yang telah dirumuskan oleh perawat.
18
d. Misi Memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga Berkualitas.
Misi memberikan asuhan keperawatan keluarga yang
berkualitas adalah sebagai berikut :
1. Memberdayakan keluarga untuk membangun setiap
anggota keluarganya agar dapat memellihara kesehatan
yang optimal.
2. Membina kemitraan dengan keluarga sehingga dapat
mandiri dan meningkatkan ketahanan keluarga.
3. Meningkatkan peran keluarga dalam prevensi primer,
sekunder, dan tersier dibidang kesehatan.
4. Mewujudkan kesehatan sebagai hak setiap individu
dalam anggota keluarga.
5. Mempersiapka SDM yang berkualitas denagn peran serta
aktif keluarga sehingga memiliki karakter yang kuat dan
cerdas.
3) Intervensi Keperawatan Keluarga
Ada beberapa definisi intervensi keperawatan dalam literatur
ANA’s Social Policy Statement (1995) mendefinisikan intervensi
keperawatan keluarga sebagai tindakan perawat untuk kepentingan
pasien, serta keluarga dan komunitas dengan tujuan untuk membantu
pasien, serta keluarga dan komunitas dengan tujuan untuk
meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, emosional, psikososial,
spiritual, budaya, serta lingkunagn tempat mereka mencari bantuan.
Selain itu, Bulechek dan McCloskey (1994) mendefinisikan intervensi
19
keperawatan sebagai penanganan perawatan langsung yang perawat
lakukan untuk kepentingan klien. Intervensi meliputi tindakan yang di
prakasai oleh perawat dan tindakan yang diprakasai oleh dokter.
Menurut Wright dan Bell (1994), intervensi keperawatan adalah
tindakan atau respons dari perawat yang meliputi hubungan tindakan
terapeutik yang terjadi dalam kontes hubungan dalam perawat klien
untuk memengaruhi individu, keluarga, atau fungsi komunitas yang
merupakan tanggung jawab perawat (Suprajitno,2004).
Intervensi keperawatan keluarga atau perencanaan adalah
proses menetapkan tujuan, mengidentifikasi sumber-sumber dalam
keluarga untuk tindakan keperawatan, membuat alternatif-alternatif
pendekatan kepada keluarga, merancang intervensi, dan menetapkan
prioritas terapi keperawatan.
Tujuan jangka panjang dalam asuhan keperawatan keluarga
merupakan arah untuk menghilangkan penyebab atau etiologi. Tujuan
jangka pendek ditetapkan melalui pelaksanaan lima keluarga dalam
bidang kesehatan.
Tahap intervensi dan evaluasi keperawatan merupakan tahap
lanjut dari proses keperawatan keluarga. Setelah menyusun rencana
keperawatan, perawat mencoba untuk mengiplementasikannya dalam
bentuk tindakan secara nyata di dalam keluarga dengan mengarahkan
segala kemampuan profesional yang di miliki untuk mendapatkan
perubahan kondisi kesehatan keluarga yang lebih baik dari sebelumnya.
pada tahap intervensi, perawat diharapkan dapat memobilisasi sumber-
20
sumber yang ada didalam dan di luar keluarga. Untuk mencapai tujuan
yang diharapkan dalam rencana keperawatan (Suprajitno,2004).
Kemampuan perawat dalam mengimplementasikan rencana
keperawatan keluarga dihadapkan dengan berbagai faktor-faktor yang
ada didalam keluarga, seperti keterbatasan pengetahuan keluarga,
keterbatasan sumber daya dan dana keluarga, serta pengaruh sosial
budaya masyarakat. Berbagai bentuk intervensi keperawatan keluarga
dapat dilakukan mulai dari intervensi yang sederhana sampai kompleks
yang memerlukan kemampuan khusus dalam berbagai tatanan kondisi
kesehatan keluarga.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam asuhan
keperawatan keluarga, perawat perlu melakukan evaluasi terhadap
asuhan keperawatan yang dapat dilaksanakan secara bertahap atau pada
akhir asuhan keperawatan keluarga. Hasil evaluasi ini sangat
bermanfaat sebagai bahan untuk pengambilan keputusan, apakah
asuhan keperawatan perlu diakhiri atau dimodifikasi terhadap rencana
keperawatan yang telah disusun (Suprajitno,2004).
4) Indikasi untuk intervensi keperawatan keluarga
Wright dan Leahey menganjurkan untuk melakukan intervensi
keperawatan keluarga pada kondisi-kondisi berikut.
1. Adanya keluarga dengan suatu masalah yang berhubungan di
antara anggota keluarga yang dipengaruhi.
21
2. Adanya anggota keluarga dengan penyakit yang memiliki
dampak yang merugikan secara nyata terhadap anggota keluarga
yang lain.
3. Anggota keluarga mendukung permasalahan atau gejala pada
individu.
4. Salah satu anggota keluarga menunjukan perbaikan dari gejala,
sedangkan anggota keluarga yang lain mengalami kemunduran.
5. Seorang anggota keluarga di diagnosis penyakitnya untuk
pertama kali.
6. Perkembangan anak atau remaja secara emosional, tingkah laku,
atau fisik dalam konteks anggota keluarga yang sakit
7. Salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit kronis
pulang atau pindah dari suatu institusi ke komunitas
8. Anggota keluarga mengalami penyakit yang mematikan.
5) Tingkatan intervensi keperawatan keluarga
Ada perbedaan tingkatan intervensi keperawatan keluarga yang
berkenaan dengan kompleksitas intervensi keperawatan mereka. Wright
dan Leahey menggambarkan adanya dua tingkat keahlian dalam
keperawatan keluarga,yaitu generalis dan spesialis konsep keahlian
generalis memandang keluarga sebagai konteks untuk bekerja dengan
pasien secara individual. Konsep keahlian spesialis memandang
keluarga sebagai unit asuhan dengan kompetensi wawancara klinik dan
pengetahuan sistem teori keluarga, penelitian keluarga dan model
pengkajian, serta intervensi keluarga. Freadman (1992) menyatakan
22
bahwa lulusan DIII biasanya lebih efektif bekerja dengan keluarga
sebagai unit. Untuk keluarga dengan permasalahan lebih kompleks,
biasanya di rujuk ke spesial (Suprajitno,2004).
6) Klasifikasi intervnsi keperawatan
Secara umum intervensi keperawatan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Supplemental. Perawat secara langsung memberikan pelayanan
keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh keluarga.
2. Facilitative. Perawat membantu mengatasi hambatan dari keluarga
dalam memperoleh pelayanan medis, kesejahtraan sosial,
transportasi, atau pelayanan perawatan kesehatan di rumah.
3. Developmental. Perawat membantu keluarga untuk menolong diri
sendiri sesuai kemampuannya (misalnya, meningkatkan kemampuan
merawat diri dalam keluarga dan tanggung jawab diri sendiri).
Perawat juga membantu keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang bersumber dari diri sendiri, seperti dukungan sosial
internal dan eksternal.
Nursing intervention classifcation (NIC,1992) telah
mempublikasikan 336 intervensi keperawatan intervensi keperawatan
secara langsung. Kekuatan utama NIC adalah memberikan jarak yang
luas antara intervensi keperawatan generalis dan spesialis
(Suprajitno,2004).
23
7) Model intervensi keluarga Calgary
Model intervensi kelurga Calgary, (CFIM, Calgari Family
Intervention Model) oleh Wright and Leahey (1994) merupakan suatu
kerangka pengorganisasian konseptual pemagian domain khusus dari
fungsi keluarga dan intervensi spesifik yang diusulkan oleh perawat.
Fokus utama CFIM adalah meningkatkan, memperbaiki, dan membantu
fungsi keluarga secara efektif dalam tiga domain, yaitu : kognitif
(thought), afektif (emotion), dan perilaku (action).
Intervensi keperawatan keluarga spesifik
Strategi intervensi spesifik pelayanan kesehatan yang
profesional di dalam keluarga bergantung pada tingkatan fungsi
keluarga. Selanjutnya, bentuk intervensi, keperawatan khusus adalah
sebagai berikut:
1. Modifikasi tingkah laku
2. Kontrak
3. Manajemen kasus, meliputi koordinasi dan advokasi
4. Kolaborasi
5. Konsultasi
6. Konseling, meliputi dukungan, umpan-balik kognitif, intervensi
krisis, dan bekerja dalam kelompok
7. Strategi pemberdayaan
8. Modifikasi lingkungan
9. Advokasi keluarga
10. Modifikasi gaya hidup, meliputi manajemen stress
24
11. Hubungan antartetangga (misalnya, dasawisma) yang meliputi
penggunaan kelompok swabantu (self-helf-group) dan dukungan
sosial
12. Merujuk
13. Model peran
14. Peran tambahan, misalnya peran sebagai kader kesehatan,pokjakes,
PKK, atau posyandu
15. Stategi pengajaran
16. Klarifikasi nilai-nilai
8) Hambatan-hambatan dalam intervensi keperawatan keluarga
Menurut Bailon & Maglaya (1978), ada berbagai hambatan yang
sering dihadapi perawat dalam melakukan intervensi keperawatan
keluarga. Hambatan-hambatan ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor berikut :
1. Informasi yang diperoleh keluarga mungkin kurang atau keliru
2. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh sehingga
keluarganya yang melihat sebagian dari masalah
3. Keluarga memperoleh informasi yang diperlukan, tetapi tidak dapat
mengaitkanya dengan situasi mereka.
4. Keluarga tidak mau menghadapi situasi
5. Anggota-anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga
atau sosial.
6. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku
7. Kegagalan dalam mengaitkan antara tindakan dan sasaran keluarga
25
8. Keluarga kurang percaya terhadap tindakan yang diusulakan
9. Kesulitan-kesulitan pada tahap implemntasi dapat juga diakibatkan
oleh tindakan-tindakan perawat yang tidak tepat. Hal tersebut
merupakan akibat dari hal-hal sebagai berikut:
1. Perawat cenderung menggunakan satu pola pendekatan yang
tetap (perawat kaku, kurang luwes)
2. Perawat kurang memberikan penghargaan dan perhatikan
terhadap faktor-faktor sosial budaya
3. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan serta
menggunakan berbagai macam tekhnik, mengingat rumitnya
masalah yang berhubungan dengan tingkah laku dalam
kehidupan keluarga, seperti menanggulangi kesulitan-kesulitan
antara suami dan istri.
9) Implementasi keperawatan keluarga
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses
aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di
dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan.
Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang dapat dimiliki
mereka dan mengembangkan melalui implementasi yang bersifat
memampukan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi,
merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatanya,
memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, seru
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat (Suprajitno,2004).
26
Implementasi asuhan keperawatan keluarga dengan
pendekatan keperawatan transkultural mnggunakan tiga strategi utama,
yaitu mempertahankan budaya yang sesuai dengan situasi dan kondisi
kesehatannya saat ini, negosiasi budaya yang lebih menguntukan situasi
dan kondisi kesehatannya ini dan melakukan restrukturisasi budaya,
yaitu dengan mengganti budaya yang lebih sesuai dengan situasi
kesehatan saat ini (Suprajitno,2004).
10) Evaluasi keperawatan keluarga
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai
keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya
sehingga memiliki produktifitas yang tinggi dalam mengembangkan
setiap anggota keluarga.
Sebagai komponen kelima dalam proses keperawatan, evaluasi
adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan
dalam perencanaan sudah tercapai. Bentuk rumusan tujuan yang
ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan
evaluasi.
Evaluasi sebagai suatu proses dapat dipusatkan dalam empat
dimensi berikut :
1. Dimensi keberhasilan dari tindakan keperawatan, evaluasi ini
dikaitkan dengan pencapaian tujuan
2. Dimensi ketepatgunaan (efficiency) tindakan keperawatan, evaluasi
ini dikaitkan dengan biaya, waktu, tenaga, dan bahan
27
3. Dimensi kecocokan (appropriateness) tindakan keperawatan adalah
kesanggupan dari tindakan untuk mengatasi masalah dengan baik
dan sesuai pertimbangan profesional
4. Dimensi keadekuatin (adequacy) tindakan keperawatan yang
berhubungan dengan kelengkapan tindakan.
11) Kriteria dan standar
Kriteria dan standar adalah dua istilah yang berhubungan
dengan evaluasi. Kriteria menunjukan tanda-tanda yang dapat
memberi informasi kepada kita apakah tujuan telah tercapai. Kriteria
adalah gambaran tentang faktor-faktor tetap yang dapat memberi
petunuk bahwa tujuan telah tercapai. Kriteria tidak terikat dengan
evaluasi dan tidak bergantung pada waktu. Ketika evaluasi digunakan
pada kriteria, kriteria akan menjadi standar.
Standar menunjukan tingkat pelayanan yang diinginkan untuk
membandingkan dengan pelaksanaan yang sebenarnya.
12) Evaluasi Kuantitatif dan kualitatif
Secara umum, ada dua macam evaluasi, yaitu : evaluasi
kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Dalam evaluasi kuantitafif,
pengurangain dilaksanakan dalam jumlah pelayanan atau jumlah
kegiatan yang telah dikerjakan misalnya jumlah imunisasi yang telah
diberikan dan jumlah anak sekolah yang telah diperiksa. Jenis evaluasi
ini adalah jenis yang paling sering digunakan karena mudah dilakukan
dibandingan dengan evaluasi kualitatif.
28
13) Metode-metode dan sumber-sumber data evaluasi
Untuk menentukan apak tujuan tindakan keperawatan telah
tercapai, metode-metode yang sering digunakan adalah melakukan
observasi langsung, memeriksa laporan atau dokumentasi, melakukan
wawancara atau angket, dan melakukan latihan stimulasi.
14) Langkah-langkah dalam evaluasi
Langakah-langkah yang dilakukan dalam evaluasi adalah
sebagai berikut :
1. Menetapkan garis dasar (basis) masalah kesehatan dari individu
atau seluruh keluarga
2. Merumuskan tujuan khusus keperawatan untuk klien
3. Menentukan kriteria dan standar evaluasi
4. Menentukan metode atau teknik evaluasi serta sumber data
5. Membandingkan keadaan yang benar-benar nyata dengan kriteria
dan standar untuk evaluasi
6. Mencari penyebab dari pelaksanaan yang kurang memuaskan
B. Asuhan Keperawatan dalam Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah nyeri (gangguan rasa nyaman) yang
dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi
nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan waktu serangan.(H. Aziz
Alimul,2008). Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :
- P (pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri.
29
- Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau
tersayat.
- R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri.
- S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
- T (time) adalah lama / waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien
melalui skala nyeri berikut :
Tabel 2.1 Skala Nyeri
SKALA NYERI
Tidak Nyeri Sedikit Nyeri Sedang Parah / Berat
Tidak Nyeri Ringan Sedang Parah Separah-parahnya
2. Diagnosa Keperawatan
Terdapat beberapa diagnosis yang berhubugan dengan masalah
nyeri, diantaranya :
a. Nyeri Kronis
Definisi
Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau di gambarkan sebagai
suatu kerusakan (International Association for the Study of Pain);
awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga
SKALA NYERI
Tidak Nyeri Sedikit Nyeri Sedang Parah / Berat
Tidak Nyeri Ringan Sedang Parah Separah-parahnya
0 : Tidak nyeri 1 : Nyeri ringan 2 : Tidak nyaman 3 : Mengganggu 4 : Sangat mengganggu
30
berat, terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat
dilantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari (>3) bulan.
Batasan Karakteristik
Anoreksia
Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya ( misa.,
Neonatal Infat Pain Scale, Pain Assessment Checklist for
Senior with Limited Ability to Communicate)
Eksprsi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus,
meringis)
Fokus pada diri sendiri
Hambatan kemampuan meneruskan aktivitas sebelumnnya
Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
(mis., skala Wong Baker FACES, skala analog visual, skala
penilaian numerik)
Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan
standar instrumen nyeri (mis., McGill Pain Questioonnaire,
Brief Pain Inventory)
Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (mis.,
anggota keluarga, pemberi asuhan)
Perubahan pola tidur
Faktor Yang Berhubungan
Agens pencedera
31
Cedera medula spinalis
Cedera otot
Cedera tabrakan
Distres emosi
Fraktur
Gangguan genetik
Gangguan imun (mis., neuro patik karena human
immunodeficiency virus (HIV), virus varisela zoster)
Gangguan iskemik
Gangguan metabolik
Gangguan muskuloskeletal kronik
Gangguan pola tidur
Infiltrasi tumor
Isolasi sosial
Jender wanita
Keletihan
Kerusakan sistem saraf
Usia >50 Tahun
Vibrasi seluruh tubuh
b. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga
Definisi
Pola pengaturan dan pengintergrasian ke dalam proses keluarga, suatu
program untuk pengobatan penyakit dan sakuelanya yang tidak
32
memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan tertentu dari unit
keluarga
Batasan Karakteristik
Akselerasi gejala penyakit seorang anggota keluarga
Kurang perhatian pada penyakit
Kesulitan dengan regimen yang ditetapkan
Kegagalan melakukan tindakan mengurangi faktor risiko
Ketidaktepatan aktivitas keluarga untuk memenuhi tujuan
kesehatan
Faktor Yang Berhubungan
Konflik pengambilan keputusan
Kesulitan mengatasi kerumitan program pengobatan
Kesulitan mengarahkan sistem pelayanan kesehatan yang rumit
Konflik keluarga
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Definisi
Penurunan sirkulasi darah keperifer yang dapat mengganggu
kesehatan
Batasan Karakteristik
Edema
Nyeri ekstermitas
Parestesia
Penurunan nadi perifer
Perubahan fungsi motorik
33
Tidak ada nadi perifer
Waktu pengisian kapiler >3 detik
Warna kulit pucat saat elevasi
Faktor Yang Berhubungan
Diabetes melitus
Gaya hidup kurang gerak
Hipertensi
Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit
Merokok
d. Intoleran aktivitas
Definisi
Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
yang harus atau yang ingin dilakukan
Batasan Karakteristik
Dipsnea setelah beraktivitas
Keletihan
Ketidaknyaman setelah beraktivitas
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
Faktor Yang Berhubungan
Gaya hidup kurang gerak
Imbolititas
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
34
Tirah baring
e. Ketidakefektifan koping keluarga
Definisi
Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stresor,
ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan/atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia.
Batasan Karakteristik
Akses dukungan sosial tidak adekuat
Kesulitan
Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
Letih
Perubahan pola komunikasi
Perubahan pola tidur
Sering sakit
Strategi koping tidak efektif
Faktor Yang Berhubungan
Derajat ancaman yang tinggi
Krisis situasi
Krisis maturasi
Penilaian ancaman tidak akurat
35
f. Resiko cidera
Definisi
Rentang mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu,
yang dapat menggangu kesehatan.
Faktor Risiko
Eksternal
Agens nosokomial
Gangguan fungsi kognitif
Hambatan sumber nutrisi
Moda transportasi tidak aman
Internal
Disfungsi biokimia
Disfungsi eketor
Disfungsi imun
Gangguan orientasi afektif
Gangguan sensasi
Hipoksia jaringan
Malnutrisi
Usia ekstrim
3. Perencanaan Keperawatan
a. Nyeri Kronik
NIC:
36
1) Lakaukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus.
2) Monitor tanda-tanda vital secara kompherensif.
3) Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai
ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif.
4) Pastikan perawatan analgesik bagi pasien di lakukan dengan
pemantauan yang ketat.
5) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap
nyeri.
6) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.
7) Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri.
8) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
pasien (misalnya: tidur, nafsu makan, pengertian, perasaan,
hubungan, performa kerja dan tanggung jawab peran).
9) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri.
10) Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu yang meliputi riwayat
nyeri kronik individu atau keluarga atau nyeri yang
menyebabkan disability/ketidakmampuan /kecacatan, dengan
tepat.
37
11) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainya, mengenai
efektifitas tindakan pengontrolan nyeri yang pernah digunakan
sebelumnya.
12) Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan.
13) Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahapan
perkembangan yang memungkinkan untuk memonitor
perubahan nyeri dan akan dapat membantu mengidentifikasi
faktor pencetus aktual dan potensial (misalnya: catatan
perkembangan, catatan harian).
14) Tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian
ketidaknyamanan pasien dan mengimplementasikan rencana
monitor.
15) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri
berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat prosedur.
16) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan (misalnya: suhu
ruangan, pencahayaan, suara bising).
17) Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan
atau meningkatkan nyeri (misalnya ketakutan, kelelahan,
keadaan, monoton dan kurang pengetahuan).
18) Pertimbangkan keinginan pasien untuk berpartisipasi,
kemampuan yang ada, kecenderungan, dukungan dari orang
38
terdekat terhadap metode dan kontraindikasi ketika memilih
strategi penurunan nyeri.
19) Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam (misalnya:
farmakologi, nonfarmakologi, interpersonal) untuk
memfasilitasi penurunan nyeri , sesuai dengan kebutuhan.
20) Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.
21) Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika memilih strategi
penurunan nyeri.
22) Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya
dengan tepat.
23) Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmaklogi (seperti.,
biofeedback, TENS, hypnosis, relaksasi, bimbingan antisipatif,
terapi musik, terapi bermain, terapi aktivitas, akupresur,
aplikasi panas/dingin dan pijatan, sebelum, sesudah dan jika
memungkinkan, ketika melakukan aktivitas yang menimbulkan
nyeri; sebelum nyeri terjadi atau meningkat; dan bersamaan
dengan tindakan penurunan rasa nyeri lainya).
24) Gali penggunaan metode farmakologi yang dipakai pasien saat
ini untuk menurunkan nyeri.
25) Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri.
26) Dorong pasien untuk menggunakan obat-obatan penurun nyeri
yang adekuat.
39
27) Kolaborasi denga pasien, orang terdekat dan tim kesehatan
lainya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan
penurun nyeri nonfarmakologi sesuai kebutuhan.
28) Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan pereepan
analgesik.
29) Implementasikan pengunaan pasien terkontrol analgesik
(PCA), jika sesuai.
30) Gunakan tindakan pengontrol nyeri sebelum nyeri bertambah
berat.
31) Berikan obat sebelum melakukan aktivitas untuk
meningkatkan partisipasi, namun (lakukan) evaluasi
(mengenai) bahaya dari sedasi.
32) Pastikan pemberian analgesik dan atau strategi non
farmakologi sebelum dilakukan prosedur yang menimbulkan
nyeri.
33) Periksa tingkat ketidaknyamanan bersama pasien, catat
perubahan dalam catatan medis pasien, informasikan petugas
kesehatan lain yang merawat pasien.
34) Evaluasi keefektifan dar itindakan pengontrol nyeri yang
dipakai selama pengkajian nyeri dilakukan.
35) Mulai dan modifikasi tindakan pengontrol nyeri berdasarkan
respon pasien.
36) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri.
40
37) Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya
sesuai kebutuhan.
38) Beri tahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan
pasien saat ini berubah signifikan dari pengalaman nyeri
sebelumnya.
39) Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga mengenai
strategi nonfarmakologi yang sedang digunakan untuk
mendorong pendekatan preventif terkait dengan manajemen
nyeri.
40) Gunakan pendekatan multi disiplin untuk manajemen nyeri
jika sesuai.
41) Pertimbangkan untuk merujuk pasien, keluargadan orang
terdekat pada kelompok pendukung dan sumber- sumber lainya
sesuai kebutuhan.
42) Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan
pengetahuan dan respon keluarga terhadap pengalaman nyeri.
43) Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri, jika
memungkinkan.
44) Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dalam
interval yang spesifik.
b. Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga
NIC:
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit
yang spesifik.
41
2) Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagimana hubunganya
dengan anatomi dan fisiologi, sesuai kebutuhan.
3) Review pengeahuan pasien mengenai kondisinya.
4) Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya.
5) Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit sesuai
kebutuhan.
6) Eksplorsi bersama pasien apakah dia telah melakukan
manajemen gejala.
7) Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan.
8) Indentifikasi kemungkinan penyebab, sesuai kebutuhan.
9) Berikan informasi kepada pasien mengenai kondisinya,
ssesuai kebutuhan.
10) Identifikasi perubahan komdisi fisik pasien .
11) Hindari memberikan harapan yang kosong.
12) Beri ketenangan terkait kondisi pasien, sesuai kebtuhan
13) Beri informasi kepada keluarga/orang yang penting bagi
pasien mengenai perkembangan pasien, sesuai kebutuhan.
14) Berikan informasi mengenai pemeriksaaan diagnostik yang
tersedia, sesuai kebutuhan.
15) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan
datang dan/atau mengontrol proses penyakit.
16) Diskusikan pilihan terapi/penanganan.
42
17) Jelaskan alasan di balik manajemen/terapi/penanganan
yang direkomendasikan.
18) Dorong pasien untuk menggali pilihan-
pilihan/mendapatkan pendapat kedua, sesuai kebutuhan
atau sesuai yang diindikasikan.
19) Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada, sesuai
kebutuhan.
20) Instruksikan pasien mengenai tindakan untuk
mencegah/meminimalkan efek samping penanganan dari
penyakit, sesuai kebutuhan.
21) Edukasi pasien mengenai tindakan utuk
mengontrol/meminimalkan gejala, sesuai kebutuhan.
22) Eksplorasi sumber-sumber dukungan yang ada sesuai
kebutuhan.
23) Rujuk pasien kepada kelompok pendukung/agen komunitas
lokal, sesuai kebutuhan.
24) Edukasi pasien mengenai tnda dan gejala yangharus
dilaporkan kepadapetugas kesehatan,sesuai kebutuhan.
4. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya
ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan
kebosanan.
1) Ketidakpercayaan
43
Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang di derita pasien dapat
mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan
verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai keluhan
nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien bahwa perawat
mengkaji rasa nyeri pasien agar lebih dapat memahami tentang
nyerinya.
2) Kesalah pahaman
Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan
mengurangi nyeri, hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien
bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan hanya pasien yang
tahu secara pasti tentang nyerinya.
3) Ketakutan
Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi
ketakutan pasien dengan mengganjurkan pasien untuk
mengepresikan bagaimana mereka menangani nyeri.
4) Kelelahan
Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya,
kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang
cukup.
5) Kebosanan
Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri, untuk
mengurangi nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang
bersifat terapeutik. Beberapa tehnik pengalih perhatian adalah
bernafas pelan dan berirama, memijat secara perlahan, menyanyi
44
berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal-hal yang
menyenangkan, dan sebagainya.
b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik
seperti :
Teknik latihan pengalihan :
1) Menonton televisi
2) Berbincang-bincang dengan orang lain
3) Mendengarkan musik
Tehnik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi
paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan,
melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta
mengulangi hal yang sama smabil terus konsentrasi hingga dapat rasa
nyaman, tenang, dan rileks.
Stimulasi kulit :
1) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
2) Menggosok punggung
3) Menggunakan air hangat dan dingin
4) Memijat dengan air mengalir
c. Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu atau
memblok stransmisis stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan
cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah
narkotika danbukan narkotika. Jenis narkotika diginakan utuk
menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada fungsi
45
vital, seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling banyak
dikenal di masyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan bahan anti
inflamasi nonsteroid. Golongan aspirin (asetysalicylic acid) diguakan
untuk memblok rangsangan pada sentral dan perifer, kemungkinan
menghambat sintesis protagladin yang memiliki khasiat setelah 15-20
menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2 jam. Aspirin juga
menghambat agregrasi trombosit dan antagonis lemah terhadap
vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu perdarahan dan
protombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi. Golongan
asetaminofen sama dengan seperti aspirin, akan tetapi tidak
menimbulkan perubahan kadar protombin dan jenis nonsteroid anti
inflamatory drug (NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin dan
dosis rendah dapat berfungsi sebagai analgesik. Kelompok obat ini
meliputi ibuprofen, mefenamic acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac,
dan lain-lain (H. Aziz Alimul,2008).
d. Pemberian stimulator listrik yaitu dengan memblok atau mengubah
stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan.bentuk
stimulator metode stimulus listrik meliputi:
1) Trancutanneus electrical stimulator (TENS), digunakan untuk
mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan
menempatkan beberapa elektrode diluar.
2) Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan
alat stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang di
implan di bawah kulit dengan transistor timah penerima yang
46
dimasukkan ke dalam kulit pada daerah epidural dan columna
vetebrae.
3) Stimulator columna vertibrae, sebuah stimulator dengan stimulus
alat penerima transistor dicangkok melalui kantong kulit
intraklavikula atau abdomen, yaitu elektroda ditanam melalui
pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakang.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya hilangnya
perasaan nyeri, menurunnya intensitas nyeri, adanya respons fisiologis
yang baik, dan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari tanpa
keluhan nyeri (Alimul, H. A. Aziz,2008).
C. Konsep Dasar Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik yang
menetap di atas atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik
yang menetap di atas atau sama dengan 90 mmHg sebelum mendiagnosa
seorang hipertensi kita harus membuktikan peninggian pada tekanan darah
pada sedikitnya pada tiga pemeriksa dalam masa 2 minggu. Pasien harus
bebas strees pada saat pemeriksaan antara lain, bebas dari nyeri dan
ansietas (seperti hipertensi white coat) (Mark A. Graber, 2006).
Hipertensi adalah angka kesepakatan berdasarkan bukti klinis
(evidence based) atau berdasarkan konsensus atau berdasar epidemiologi
studi meta analisis. Sebab bila tekanan darah lebih tinggi dari angka
47
normal yang disepakati, maka risiko morbiditas dan mortalitas kejadian
kardiovaskuler akan meningkat (Siti Setiati,Dkk, 2015).
2. Epidemiologi
Hipertensi dikemukakan pada semua populasi dengan angka
kejadian yang berbeda-beda sebab ada faktor-faktor genetik, ras, regional,
sosial budaya yang juga menyakut gaya hidup yang berbeda. Hipertensi
akan makin meningkat bersama dengan bertambahnya umur (Siti Setiati,
Dkk, 2015).
Hipertensi mengambil porsi sekitar 60% dari seluruh kematian
dunia. Pada anak-anak yang tumbuh kembang hipertensi meningkat
mengikuti dengan pertumbuhan badan. Dengan bertambahnya umur,
angka kejadian hipertensi juga makin meningkat, sehingga diatas umur 60
tahun prevalensinya mencapai 65,4%. Obesitas sindrom metabolik,
kenaikan berat badan adalah faktor risiko independent untuk kejadian
hipertensi. Bila anamnesa keluarga yang didapatkan hipertensi, maka
sebelum umur 55 tahun risiko menjadi hipertensi diperkirakan skitar
empat kali dibandingkan dengan anamnesa keluarga yang tidak didapatkan
hipertensi. Setelah umur 55 tahun, semua orang akan menjadi hipertensi
(90%) (Siti Setiati,Dkk, 2015).
Menurut NHANES 1999-2000, prevalensi tekanan darah tinggi
pada populasi dewasa yang berumur di atas 20 tahun di Amerika Serikat
adalah normal 38%, pre hipertensi 31%, dan hipertensi 31% (Siti
Setiati,Dkk, 2015).
48
3. Patogenesis
Penyebab-penyebab hipertensi ternyata sangat banyak, tidak bisa
diterangkan hanya dengan satu faktor penyebab. Memang betul pada
akhirnya kesemuanya itu akan menyakut kendali natrium (Na) di ginjal
sehingga tekanan darah meningkat (Siti Setiati, Dkk, 2015).
Ada empat faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi yaitu :
a. Peran volume intra vaskuler
Menurut Kaplan tekanan darah tingi adalah hasil interaksi
antara cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR (Total
Pheripheral resistance, tahap total perifer) yang masing-masing
dipengaruhi oleh beberapa faktor (Siti Setiati,Dkk, 2015).
Volume intravaskuler merupakan determitan utama untuk
kestabilan tekanan dari waktu ke waktu. Tergantung keadaan TPR
apakah dalam posisi vasodilatasi atau vasokontriksi. Bila asupan NaCl
meningkat, maka ginjal akan merespons agar ekskresi garam keluar
bersama urine ini juga akan meningkat. Tetapi bila upaya
mengekskresi NaCl ini melebihi ambang kemampuan ginjal, maka
ginjal akan meretensi H2O sehingga volume intravaskuler meningkat.
Pada gilirannya CO dan CJ juga akan meningkat. Akibat
terjadi ekspansi volume intra vaskuler (Siti Setiati, Dkk, 2015).
b. Peran kendali saraf autonom
Persarafan autonom ada dua macam, yang pertama ialah
sistem saraf simpatik, yang mana saraf ini yang akan menstimulasi
49
saraf viseral (termaksud ginjal) melalui neurotrasmiter : katekolamin,
epinefrin, maupun dopamin.
Sedangkan saraf parasimpatik adalah yang menghambat
stimulasi para simpatik. Regulasi simpatik dan parasimpatik
berlangsung independent tidak dipengaruhi oleh kesadaran otak, akan
tetapi terjadi secara autonomis mengikuti siklus sirkardian (Siti
Setiati, Dkk, 2015).
c. Peran sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA)
Bila tekanan darah menurun maka hal ini akan memicu refleks
baroreseptor. Berikut secara fisiologis sistem RAA akan dipicu, yang
mana pada akhirnya renin akan disekresi, lalu angintensi I (A I),
angiontensin II (AII), dan seterunya sampai tekanan darah meningkat
kembali (Siti Setiati,Dkk, 2015).
Adapun proses pembentukan renin dimulai dari pembentukan
angitensinogen akan dirubah menjadi angiontensin I oleh renin yang
dihasilkan oleh makula densa apparat juxta glomelurus ginjal. Lalu
angiontensin I akan dirubah menjadi angiontensin II oleh enzim
ACE (angintensin converting enzyme). Akhirnya angiontensin Iiini
akan bekerja pada reseptor-resepto yang terkait dengan tugas proses
fisiologisnya ialah direseptor AT1,AT2, AT3, AT4 (Siti Setiati,Dkk,
2015).
d. Peran dinding vaskuler pembuluh darah
Hipertensi adalah The Disease Cardiovaskular Continuum,
penyakit yang berlanjut terus menerus sepanjang umur, paradigma
50
yang baru tentang hipertensi dimulai dengan disfungsi endotel, lalu
berakhir dengan TOD (Siti Setiati, Dkk, 2015).
Mungkin hipertensi ini lebih cocok menjadi bagian dari salah
satu gejala sebuah sindroma penyakit yang dengan faktor risiko yang
tidak dikelola, akibatnya hemodinamika tekanan darah makin
berubah, hipertensi makin meningkat serta vaskular biologi berubah,
dinding pembuluh darah makin menebal dan pasti berakhir dengan
kejadian kardiovaskuler (Siti Setiati, Dkk, 2015).
Kesimpulannya faktor risiko yang banyak ini harus dikelola
agar aterosklerosis tidak progresif, sehingga risiko kejadian
kardiovaskuler bisa dicegah atau diturunkan (Siti Setiati, Dkk, 2015).
4. Pencegahan
Hipertensi adalah hanya salah satu gejala dari sebuah sindroma
yang akan lebih sesuai bila disebut sebagai sindroma hipertensi
ateroskierotik (bukan merupakan penyakit tersendiri), kemudian akan
memicu pengerasan pembulu darah sampai terjadi kerusakan target organ
terkait. Awalnya memang hanya berupa faktor resiko. Tetapi bila faktor-
faktor resiko ini tidak diobati maka akan memicu gangguan hemodinamik
dan gangguan vaskular biologi (Siti Setiati, Dkk, 2015).
Dengan demikian maka konsep pengobatan hipertensi menjadi
seperti berikut:
a. Pencegahan primer : mengobati semua faktor resiko yang reversibel
b. Pencegahan sekunder :
51
- Mengobati kelainan non hemodinamik (beyond blood
pressure lowering) yaitu kelainan disfungsi endotel dan
disfungsi vaskular
- Mengobati kelainan hemodinamik dengan obat anti
hipertensi sesuai guideline dengan mono terapi maupun
kombinasi yang di sesuaikan dengan compeling indications
antara lain sebagai berikut :
1) Penurunan tekanan darah sampai 140/90 mm Hg pada
semua penderita hipertensi yang tidak berkomplikasi
2) Penurunan tekanan darah sampai 130/80 mm Hg pada
penderita diabetes dan penyakit ginjal kronik (resiko
tinggi)
3) Penurunan tekanan darah sampai 125/75 mm Hg pada
penderita preoteinuria > 1 g/hari
c. Pencegahan tersier : mengobati kerusakan target organ
Patut dicatat bahwa menurut LARAGH, mekanisme
hipertensi ada dua bentuk ialah pada pasien mudah hepertensinya
karena kadar renin yang tinggi (high renin), sedang pada orang
tua hipertensinya disebabkan karna kadar renin yang rendah (low
renin).
Maka dari itu pada pasien hipertensi usia muda (younger
hypertension) obatnya ialah A (ACE-1 dan ARB) dan B (beta
bloker). Sedang pada pasien tua dengan hipertensi (erderly
52
hypertension) obatnya ialah C (calcium channe blockei) dan D
(diuretic).
5. Diagnosis
Pada umunya penderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan,hipertensi adalah The Silent Killer penderita baru mempunyai
keluhan setelah mengalami komplikasi secara sistemik. anamnesa dapat
dilaksanakan sebagai berikut:
a. Anamnesis
Anamnesis meliputi:
1) Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2) Indikasi adanya hipertensi sekunder
a) Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
b) Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri,
pemakaian obat obatan analgesik dan obat obat/bahan lain.
c) Episode berkeringa, sakit kepala, kecemasan ,
palpitasi(feokromositoma).
d) Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3) Faktor-faktor resiko
a) Riwayat hipertensi atau kardiovaskuler pada pasie atau
keluarga pasien
b) Riwayat hiperlividemia pada pasien atau keluarganya
c) Kebiasaan merokok
53
d) Pola makan dan olahraga
e) Kegemukan, intensitas olahraga
f) Kepribadian
4). Gejala kerusakan organ
a) Otak dan mata : vertigo, gangguan penglihatan, Trant
Sient Ischemic Attacks Defisit Sensoris atau Motoris
b) Jantung: palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki, tidur
dengan bantal tinggi ( lebih dari 2 bantal)
c) Ginjal: haus, poliuria, nokturia, hematuria.
d) Hipertensi yang disertai kulit anemis
5). Pengobata anti hipertensi sebelumnya
6). Faktor-faktor pribadi dan lingkungan
6. Komplikasi
Hubungan kenaikan tekanan darah dengan resiko PKV
berlangsung secara terus menerus, konsisten dan idevenden dari faktor-
faktor resiko yang lain. Pada jangka lama bila hipertensi tidak dapat turun
stabil pada kisaran target normal tensi pasti akan merusak ke organ-organ
terkait (Siti Setiati,Dkk, 2015).
Penyakit kardiovaskuler utamanya hipertensi tetap menjadi
penyebab penyakit tertinggi di dunia. Resiko komplikasi ini bukan hanya
tergantung pada kenaikan tekanan darah yang terus menerus, tetapi juga
tergantung bertambahnya umur penderita (Siti Setiati, Dkk, 2015).
Kenaikan tekanan darah yang berlangsung lama juga akan
merusak fungsi ginjal seperti nampak pada hasil metaanalisis dari bakris.
54
Makin tinggi tekanan darah, makin menurun laju filtrasi glomerulus
sehingga menjadi penyakit ginjal tahap akhir.
Karena tingginya tekanan darah adalah faktor resiko independen
yang kuat untuk meruasak ginjal untuk menuju tahapan ginja akhir
(PGTA), maka untuk mencegah progresifitas menuju PGTA, usahakanlah
mempertahankan tekanan darah pada kisaran 120/80mmHg (Siti Setiati,
Dkk, 2015).
7. Pencegahan
Sebagai mana diketahui pre hipertensi bukanlah suatu penyakit,
juga bukan sakit hipertensi, tidak di indikasikan atau di obati dengan obat
farmasi bukan target pengobatan hipertensi, tetapi populasi pre hipertensi
adalah kelompok yang beresiko tinggi untuk menuju kejadian penyakit
kardiovaskuler. Di populasi USA, menurut NHANES 1999-2000, insiden
pre hipertensi sekitar 31%. (Siti Setiati, Dkk, 2015)
Populasi pre hipertensi ini di prediksi pada akhirnya akan menjadi
hipertensi permanen, sehingga pada populasi ini harus segera di anjurkan
untuk merubah gaya hidup (lifestyle modification) agar tidak terjadi
progresif Ke TOD.
Dengan demikian maka konsep pengobatan hipertensi menjadi
seperti berikut:
a) Penceghan primer, mengobati semua faktor resiko yang reversibel
b) Pecegahan sekunder, mengobati kelainan non hemodinamik (beryond
blood pressure lowering) yaitu kelainan disfungsi endotel dan
disfungsi faskular
55
c) Mengobati kelainan hemodinamik dengan obat anti hipertensi
guideline denga mono terapi maupun kombinasi yang disesuaikan
dengan compelling indications antara lain sebagai berikut:
1) Penurunan tekanan darah samapai 140/90 mmHg pada semua
penderita hipertensi yang tidak berkomplikasi
2) Penurunan tekanan darah sampai 130/80 mmHg pada penderita
diabetes dan penyakit ginjal kronik (resiko tinggi).
3) Penurunan tekanan darah sampai 125/75 mmHg pada penderita
proteinuria .1g/hari ffe.
56
BAB III
METODOLOGI STUDI KASUS
I. Desain Studi Kasus
Desain yang digunakan dalam penelitian ini studi kasus dengan
metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan untuk
memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara
objektif dan menganalisis lebih mendalam tentang asuhan keperawatan
pada pasien Hipertensi Dalam pemenuhan kebutuhan Rasa nyaman Di
Desa Soropia Kabupaten konawe, tahun 2018.
J. Subyek Studi Kasus
Subyek Studi kasus Dalam Penelitian ini adalah keluarga dengan
penderita hipertensi dan mengalami masalah pemenuhan kebutuhan Rasa
Nyaman
K. Fokus Studi
1. Pengetahuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
menderita hipertensi.
2. Gangguan Rasa Nyaman Pada penderita Hipertensi.
3. Intensitas tingkat nyeri
4. Asuhan keperawatan keluarga ( Pengkajian – Evaluasi )
L. Definisi Operasional.
1. Penderita hipertensi apabila seseorang telah didiagnosa oleh dokter
mengalami hipertensi, dikatakan seseorang menderita hipertensi
atau tekanan darah tinggi bila tekanan darah menunjukan nilai yang
57
normal atau berat dikatakan tekanan darah seseorag sedang bila
tekanan sistolik berada pada nilai < 140 dan diastolik < 90 mmhg.
2. Keluarga dalam penelitian adalah dimana anggota keluarga dapat
merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi atau di dalam
suatu keluarga ada salah satu seseorang yang mampu merawat
anggota keluarga yang sedang sakit atau sedang menderita
hipertensi dan mengetahui cara menangani dan mengatasi masalah
hipertensi tersebut.
3. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dalam pelaksanaan ini adalah
dapat melaksanakan asuhan keperawatan yang mampu mengurangi
intensitas nyeri secara bertahap, dan menunjukan hasil penurunan
intensitas nyeri, yang relevan.
4. Asuhan keperawatan keluarga dengan penderita hipertensi adalah
dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.dengan uraian sebagai berikut.
a. Pengkajian.
Pengumpulan data pada keluarga dengan hipertensi terhadap
pentingnya perawatan hipertensi dirumah dan pengumpulan
data pada penderita hipertensi tentang gangguan rasa nyaman
yang di dalami menggunakan format pengkajian asuhan
keperawatan keluarga dan format pengkajian asuhan
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.
58
b. Diagnosa keperawatan.
Penerapan masalah keperawatan keluarga dengan penderita
hipertensi yang meliputi masalah Defisit Pengetahuan
Keluarga jika terdapat masalah Nyeri Kronis, jika terdapat
batasan karakteristik Nyeri dan mendemonstraksikan
Diagnosa keperawatan dengan menggunakan format Analsisis
Data. Diagnosa Keperawatan yang digunakan adalah Defisit
Pengetahuan Keluarga dan Nyeri Kronis.
c. Perencanaan.
Penyusunan rencana tindakan keperawatan untuk mengkaji
masalah defisit pengetahuan keluarga melalui Health
Education dan perlu tindakan untuk mengatasi masalah nyeri
kronis dengan manajemen nyeri mendemonstraksikan
perencanaan dengan bentuk format pengkajian keperawatan.
NOC NIC:
Tabel 3.1 Intervensi
Tujua Dan Kriteria Hasil Nic
NOC:
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
Kriteria Hasil :
1. Mampu Mengenali
1. lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi
lokasi,karakteristik,durasi,
kualitas dan intensitas atau
beratnya nyeri
2. Monitor tanda-tanda vital
59
kapan nyeri terjadi
2. Menggunakan
tindakan
pengurangan nyeri
tanpa analgesik
3. Melaporkan nyeri
yang terkontrol
secara kompherensif.
3.ajarkan tekhnik non
farmakologi ( tekhnik
relaksasi
1) Ajarkan penggunaan tekhnik non farmakologi (tekhnik
relaksasi nafas dalam) dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Memberikann posisi yang nyaman duduk atau
berbaring.
b) Menganjurkan kaki pasien tidak disilangkan
bila posisi tersebut berbaring.
c) Kemudian instruksikan tarik nafas dalam
secara perlahan dan rasakan perut dan dada
terangkat perlahan
d) Kemudian rileks dan keluarkan nafas dengan
perlahan melalui mulut.
e) Hitung sampai 4,tarik nafas pada hitungan 1
dan 2 keluarkan nafas pada hitungan 3 dan4.
f) Lanjutkan bernafas dengan perlahanda rileks
60
d. Implementasi.
Melaksanakan intervensi keperawatan yang telah dirumuskan
dan menuliskan dalam format implementasi.
e. Evaluasi.
Melakukan penilaian keperawatan yang telah dilakukan
dengan mengukur pengetahuan keluarga dalam merawat
keluarga dengan hipertensi dan intensitas nyeri pada penderita
hipertensi menggunakan format evaluasi.
M. Lokasi Dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 05 Juli 2018 sampai
dengan 14 Juli 2018.
N. Pengumpulan data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek
studi kasus berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan
Keluarga. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil
pemeriksaan, observasi, dan wawancara secara langsung dengan
subjek penelitian.
b. Data sekunder
Data pesien Hipertensi yang diperoleh dari rekam medis
Puskesmas Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe.
61
2. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dalam pengumpulan data ini dilakukan dengan
cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung, wawancara
dan studi dokumentasi. Adapun langkah-langkah pengumpulan data
yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a. Peneliti meminta surat pengantar pengambilan data awal dari
institusi asal peneliti Politeknik Kemenkes Kendari.
b. Peneliti mengambil data di Puskesmas Kecamatan Soropia
Peneliti meminta surat izin penelitian dari badan Litbang Provinsi
Sulawesi Tenggara
c. Peneliti meminta surat rekomendasi dari Puskesmas Kecamatan
Soropia Peneliti meminta izin kepada kepala puskesmas
Kecamatan Soropia Peneliti mendatangi subjek studi kasus dan
menjelaskan tentang tujuan penelitian.
d. Informed Consent diberikan kepada subjek studi kasus dan
keluarga
O. Penyajian data
Penyajian data dalam penelitian ini yaitu dalam bentuk tekstular
atau narasi disertai dengan ungkapan verbal dan hasil peneliti dari subjek
studi kasus yang merupakan data pendukungnya.
P. Etika Studi Kasus.
1. Informed consent ( lembaran persetujuan)
Peneliti meminta partisipanatatu keluarga untuk
mendatangani lembar persetujuan peneliti setelah partisipan setelah
62
partisipan menyatakan setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian.(Hidayat.2009).
2. Anonymity (Tanpa Nama).
Untuk menjaga kerahasiaan partisipan,mala dalam lembar
pengumpulan data tidak di cantumkan data atau nama tetapi
kode.(Hidaya,2009).
3. Confidentiality ( Kerahasiaan).
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari
partisipan dijaga pleh peneliti. Data hanya disajikan atau di
laporkan dalam bentuk kelompok yang berhubungan dengan
penelitian ini.(Hidayat,2009).
4. Beneficence.
Prinsip untuk memberi manfaat. Kepada orang lain,bukan
untuk membahayakan orang lain, dan berarti perawatan yang
bertanggung jawab atau kewajiban melindungi Duty of care.
63
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus
1. Pengkajian
a. Pengkajian Keluarga
I. Data Umun
1) Nama KK : Tn. L
2) Umur KK : 39 Tahun
3) Pekerjaan KK : Nelayan
4) Pendidikan KK : SMP
5) Agama : Islam
6) Alamat : Desa Mekar
7) Komposisi Anggota Keluarga :
N
O
Nam
a
Hub
unga
n
Kel
uarg
a
L/
P
Um
ur (t
hn)
Pend
idik
an
Peke
rjaa
n
Aga
ma
Peny
akit\
kelu
han KB
Imm
unis
asi
1 Ny. N Istri P 33 SD IRT Islam Tida
k ada
- -
2 Nn. L Anak P 11 SD Tidak
bekerja
Tida
k ada
- -
3 Nn. S Anak P 5 Belum
sekolah
Tidak
bekerja
Tida
k ada
- -
4 Ny. A Ibu P 72 SD Menjua
l ikan
kering
Islam Sakit - -
5 Tn. A Kemana
nakan
L 31 SMA Tidak
bekerja
Islam Tida
k ada
- -
64
8) Genogram
Keterangan :
: Laki - Laki
: Perempuan
? : Umur tidak diketahui
X : Meninggal
: Klien
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
9) Tipe Keluarga
Keluarga Tn. L termaksud dalam type Extended Family
(Keluarga besar). Di mana di dalam rumah terdiri dari suami,
istri, anak, nenek, dan kemanakan.
10) Suku Bangsa
Keluarga Tn. L merupakan Suku Bugis Bajo / Indonesia
11) Agama
Seluruh anggota Keluarga Tn. L menganut Agama Islam
12) Status Sosial Ekonomi
Penghasilan keluarga Tn.L di tentukan oleh Tn. L dan Pasien
sejumlah ± Rp. 2.000.000/bulan.
? ?72
3355 ???? ?? ?39
11 5
? ? ?
31
65
13) Aktifitas Rekreasi Keluarga
Menurut keluarga, keluarga jarang sekali mengadakan
rekreasi keluar rumah secara khusus, hanya ke tempat
saudara atau jalan-jalan sekitar rumah. Sarana rekreasi yang
ada dirumah antara lain televisi.
II. Riwayat Tahapan Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. L memiliki tahapan perkembangan keluarga
dengan anak sekolah (IV)
2) Tugas perkembangan keluarga
Tugas perkembangan keluarga yang sudah terpenuhi :
Mempertahankan keintiman pasangan
Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas (yang
tidak/kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat)
Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termaksud
biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga
3) Riwayat keluarga inti
Pada setiap anggota keluarga Tn. L tidak memiliki penyakit
turunan dan tidak memiliki riwayat kesehatan atau masalah
kesehatan kecuali Ny. A (pasien).
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga Tn.L tidak memiliki riwayat penyakit baik dari istri
maupun pihak suami kecuali Ny. A (pasien) pernah
mengalami Post Op Tumor pada bagian bawah telingan.
III. Lingkungan
1. Karateristik Rumah
1) Kebersihan
Kebersihan rumah cukup, penataan ruangan cukup baik,
keadaan rumah cukup terang.
66
2) Penerangan
Penerangan di dalam rumah baik karena sinar matahari
masuk ke dalam rumah.
3) Ventilasi
Ventilasi rumah baik dari luas lantai, ada beberapa
jendela di dalam rumah, bisa dibuka sehingga udara
tidak masuk ke dalam rumah.
4) Jamban
Jamban / WC yang digunakan oleh keluarga Tn.L
adalah jamban cemplung.
5) Sumber Air Bersih dan Minum
Sumber air bersih yang digunakan keluarga Tn.L berasal
dari Gunung. Keadaan air baik, tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna dan tidak keruh. Sedangkan untuk
air minum, menggunakan air galon.
6) Jenis Rumah
Jenis rumah yang di milki keluarga Tn. L yaitu rumah
semi permanen.
7) Status Kepemilikan Rumah
Status kepemilikan rumahnya yaitu awalnya merupakan
rumah milik Ny.A dan sekarang sudah menjadi milik
anak klien yang sedang tinggal bersamanya.
8) Luas Rumah
Rumah Tn.L seluas 6 x 20 M2
2. Denah Rumah
3
21
1
1
4
67
Keterangan :
: Pintu
: Jendela
1 : Kamar
2 : Ruang Tamu
3 : Ruang Keluarga
4 : Dapur
3. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RT/RW/Dusun
Karakteristik tengga dan lingkungan memilki kebiasaan atau
aturan yang disepakati antar penduduk di lingkungannya.
4. Mobilitas Geografi Keluarga
Keluarga Tn. L merupakan pindahan dari Pulau Bokori.
5. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Tn. L sering mengikuti perkumpulan di
masyarakat seperti pertemuan di balai desa.
6. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Tn. L memiliki dukungan jika ingin berobat yaitu
anggota kelurga yang sakit langsung di bawah ke perawat
desanya.
IV. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Dalam keluarga, komunikasi antar anggota keluarga cukup
baik, dimana anggota keluarga berkomunikasi dalam bahasa
Bajo.
2. Struktur Kekuatan keluarga
Dalam hal pengambilan keputusan, biasanya selalu
dimusyawarahkan bersama-sama yang paling sering
mengambil keputusan terakhir adalah Tn.L sebagai kepala
keluarga.
3. Struktur Peran
68
Menurut keluarga setiap anggota keluarga memiliki
perannya masing-masing, seperti Tn. L sebagai pengambil
keputusan.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma keluarga Tn. L tidak ada yang bertentangan
dengan nilai kesehatan maupun masyarakat.
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. L memilki keakraban tiap anggota keluarga
serta mendukung antara anggota keluarga satu dengan
anggota keluarga lainnya.
2. Fungsi Sosial
Keluarga Tn. L mempuyai hubungan sosial yang baik
dengan lingkungan di masyarakat serta memilki norma dan
budaya yang baik pula.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn. L memmilki 2 orang anak, dan istri Tn.L
menggunakan alat kontrasepsi KB.
4. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. L memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan
papan dengan cara memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat
5. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga
- Masalah/Penyakit
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
Keluarga tidak mampu mengenal atau mengetahui
penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan yang tepat
69
Keluarga tidak mampu mengambil keputusan yang
tepat tetapi keluarga hanya membawa ke perawat
desannya.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit
Keluarga tidak mampu merawat anggota keluarga
yang sakit.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi
lingkungan/memelihara lingkungan yang sehat
untuk perawatan anggota keluarga yang sakit
Keluarga tidak mampu menciptakan lingkungan
untuk perawatan anggota keluarga yang sakit.
e. Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas
pelayanan kesehatan di masyarakat
Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan di masyarakat seperti keluarga jika ada
yang sakit langsung di bawah ke rumahnya perawat
desa.
VI. Stress Dan Koping Keluarga
1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang
a. Stresor jangka pendek (<6 bln)
Keluarga Tn. L stress jika tidak mendapat ikan karena
tidak mendapat penghasilan.
b. Steros jangka panjang (>6 bln)
Keluarga Tn. L tidak memilki strssor jangka panjang
2. Respon keluarga terhadap stresor dan mekanisme koping
yang digunakan
a. Respon keluarga terhadap sterossor
Keluarga Tn. L hanya bisa pasrah dengan keadaan.
b. Strategi koping yang digunakan
Keluarga Tn.L hanya bisa berdoa.
70
3. Strategi adaptasi disfungsional
Ny.A bila merasa pusing maka ia langsung istrahat atau
tidur
VII. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.1 Pemeriksaan Fisik
N
o
Aspek
yang
Dinilai
Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
1 Keadaan Umum
Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
Kesadaran Compos mentis
Compos mentis
Compos mentis
Compos mentis
Compos mentis
Suhu 36,5 o C 36,8 o C 36,1 o C 36,2 o C 36,4 o C
Nadi 88 x/mnt 78 x/mnt 76 x/mnt 69 x/mnt 88 x/mnt
Tensi 120/90 mmHg 120/80 mmHg
110/70 mmHg
120/70 mmHg
120/80 mmHg
Pernafasan 18 x/menit 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit
2. Head to toe
a. Kepala
Kulit kepala
Bersih tidak lengket tidak ada lesi dan benjolan
Bersih tidak lengket tidak ada lesi dan benjolan
Bersih tidak lengket tidak ada lesi dan benjolan
Bersih tidak lengket tidak ada lesi dan benjolan
Bersih tidak lengket tidak ada lesi dan benjolan
Rambut Warna hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut
Warna hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut
Warna hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut
Warna hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut
Warna hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut
Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
b. Mata
71
N
o
Aspek
yang
Dinilai
Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
Konjung-tiva
Warna merah muda
Warna merah muda
Warna merah muda
Warna merah muda
Warna merah muda
Sclera Warna putih Warna putih Warna merah muda
Warna merah muda
Warna merah muda
Refleks pupil
++/++ ++/++ ++/++ ++/++ ++/++
Fungsi penglihatan
Baik, terbukti Tn.L bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm tanpa alat bantu
Baik, terbukti Ny.N mampu membaca papan nama perawat pada jarak 30 cm tanpa alat bantu
Baik, terbukti An.L bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm tanpa alat bantu
Baik, terbukti An.S bisa melihat papan nama perawat dalam jarak 30 cm tanpa alat bantu
Baik, terbukti Tn.A bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm tanpa alat bantu
Gerakan bola mata
Dapat digerakkan ke segala arah
Dapat digerakkan ke segala arah
Dapat digerakkan ke segala arah
Dapat digerakkan ke segala arah
Dapat digerakkan ke segala arah
c. Telinga
Bentuk Simetris, ujung pina sejajar dengan sudut bola mata
Simetris, ujung pina sejajar dengan sudut bola mata
Simetris, ujung pina sejajar dengan sudut bola mata
Simetris, ujung pina sejajar dengan sudut bola mata
Simetris, ujung pina sejajar dengan sudut bola mata
Warna Sama dengan warna kulit sekitar
Sama dengan warna kulit sekitar
Sama dengan warna kulit sekitar
Sama dengan warna kulit sekitar
Sama dengan warna kulit sekitar
Kelenturan dan kebersihan
Daun telinga teraba elastis, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan, di dalam lubang
Daun telinga teraba elastis, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan, di dalam lubang
Daun telinga teraba elastis, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan, di dalam
Daun telinga teraba elastis, tidak ada lesi dan
Daun telinga teraba elastis, tidak ada lesi dan
72
N
o
Aspek
yang
Dinilai
Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
telinga tidak tampak kotoran telinga
telinga tidak tampak kotoran telinga
lubang telinga tidak tampak kotoran telinga
tidak ada nyeri tekan, di dalam lubang telinga tidak tampak kotoran telinga
tidak ada nyeri tekan, di dalam lubang telinga tidak tampak kotoran telinga
Fungsi pendengaran
Baik, terbukti Tn.S mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik
Kurang baik, fungsi pendengaran Ny.T sudah berkurang, namun mampu menjawab pertanyaan jika penanya bertanya dengan suara agak keras.
Baik, terbukti Nn.L mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik
Baik, terbukti Nn.S mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik
Baik, terbukti Tn.A mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik
d. Hidung
Bentuk Simetris, tidak ada secret, septum berada di tengah
Simetris, tidak ada secret, septum berada di tengah
Simetris, tidak ada secret, septum berada di tengah
Simetris, tidak ada secret, septum berada di tengah
Simetris, tidak ada secret, septum berada di tengah
Fungsi penciuman
Baik, terbukti Tn. L dapat membedakan bau minyak kayu putih dan bau kopi dengan mata tertutup
Baik, terbukti Ny.N dapat membedakan bau minyak kayu putih dan bau kopi dengan mata tertutup
Baik, terbukti Nn. L dapat membedakan bau minyak kayu putih dan bau kopi dengan mata tertutup
Baik, terbukti Nn. S dapat membedakan bau minyak kayu putih dan bau kopi dengan mata tertutup
Baik, terbukti Tn. A dapat membedakan bau minyak kayu putih dan bau kopi dengan mata tertutup
e. Mulut
73
N
o
Aspek
yang
Dinilai
Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
Bentuk Simetris, bibir lembab, mukosa mulut bersih
Simetris, bibir lembab, mukosa mulut bersih
Simetris, bibir lembab, mukosa mulut bersih
Simetris, bibir lembab, mukosa mulut bersih
Simetris, bibir lembab, mukosa mulut bersih
Fungsi pengecapan
Baik, terbukti Tn.L mampu membedakan rasa asin dan manis
Baik, terbukti Ny.N mampu membedakan rasa asin dan manis
Baik, terbukti Nn.L mampu membedakan rasa asin dan manis
Baik, terbukti Nn.s mampu membedakan rasa asin dan manis
Baik, terbukti Tn.A mampu membedakan rasa asin dan manis
Gigi Jumlah gigi tidak lengkap
Jumlah gigi tidak lengkap
Jumlah gigi lengkap
Jumlah gigi lengkap
Jumlah gigi lengkap
Fungsi menelan
Baik, tidak ada keluhan dalam menelan
Baik, tidak ada keluhan dalam menelan
Baik, tidak ada keluhan dalam menelan
Baik, tidak ada keluhan dalam menelan
Baik, tidak ada keluhan dalam menelan
f. Leher
Bentuk Simetris, JVP tidak meninggi, KGB tidak teraba
Simetris, JVP tidak meninggi, KGB tidak teraba, di leher bagian belakang (tengkuk) kadang suka merasakan berat/tegang.
Simetris, JVP tidak meninggi, KGB tidak teraba
Simetris, JVP tidak meninggi, KGB tidak teraba
Simetris, JVP tidak meninggi, KGB tidak teraba
Pergerakan Baik, leher Tn.L dapat digerakkan ke segala arah, tidak ada nyeri saat digerakan, tidak ada kaku kuduk
Baik, leher Ny.N dapat digerakkan ke segala arah, ada nyeri saat di tengkuk terasa tegang,
Baik, leher An.L dapat digerakkan ke segala arah, tidak ada nyeri saat digerakan, tidak ada kaku kuduk
Baik, leher An.S dapat digerakkan ke segala arah, tidak ada nyeri saat digerakan, tidak ada kaku kuduk
Baik, leher Tn.A dapat digerakkan ke segala arah, tidak ada nyeri saat digerakan, tidak ada kaku kuduk
74
N
o
Aspek
yang
Dinilai
Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
g. Dada
Bentuk Simteris, warna kulit sama dengan warna kulit daerah sekitar, tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri tekan
Simteris, warna kulit sama dengan warna kulit daerah sekitar, tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri tekan
Simteris, warna kulit sama dengan warna kulit daerah sekitar, tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri tekan
Simteris, warna kulit sama dengan warna kulit daerah sekitar, tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri tekan
Simteris, warna kulit sama dengan warna kulit daerah sekitar, tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri tekan
Bunyi nafas Vesikuler, tidak terdengar ronkhi pada semua area paru
Vesikuler, tidak terdengar ronkhi pada semua area paru
Vesikuler, tidak terdengar ronkhi pada semua area paru
Vesikuler, tidak terdengar ronkhi pada semua area paru
Vesikuler, tidak terdengar ronkhi pada semua area paru
Vokal fremitus
Vibrasi teraba sama di kedua lobus paru
Vibrasi teraba sama di kedua lobus paru
Vibrasi teraba sama di kedua lobus paru
Vibrasi teraba sama di kedua lobus paru
Vibrasi teraba sama di kedua lobus paru
Ekspansi paru
Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
Jantung S1 dan S2 terdengar normal
S1 dan S2 terdengar normal
S1 dan S2 terdengar normal
S1 dan S2 terdengar normal
S1 dan S2 terdengar normal
h. Abdomen
Bentuk Datar lembut, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, hati tidak teraba, ginjal tidak teraba,
Datar lembut, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, hati tidak teraba, ginjal tidak teraba,
Datar lembut, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, hati tidak teraba, ginjal tidak teraba,
Datar lembut, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, hati tidak teraba, ginjal tidak teraba,
Datar lembut, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, hati tidak teraba, ginjal tidak teraba,
i. Punggung
75
N
o
Aspek
yang
Dinilai
Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
Bentuk Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada lesi atau benjolan
ada kelainan bentuk tulang belakang, klien berjalan dengan posisi bungkuk, tidak ada lesi atau benjolan
Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada lesi atau benjolan
Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada lesi atau benjolan
Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada lesi atau benjolan
J. Ekstermitas
Ekstremitas atas
Bentuk simetris, tidak ada lesi, oedema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tangan bebas bergerak, refleks trisep dan bisep ++/++,
Bentuk simetris, tidak ada lesi, oedema dan benjolan, warna kulit sawo matang,, kedua tangan bebas bergerak, refleks trisep dan bisep ++/++
Bentuk simetris, tidak ada lesi, oedema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tangan bebas bergerak, refleks trisep dan bisep ++/++,
Bentuk simetris, tidak ada lesi, oedema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tangan bebas bergerak, refleks trisep dan bisep ++/++,
Bentuk simetris, tidak ada lesi, oedema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tangan bebas bergerak, refleks trisep dan bisep ++/++,
Ekstremitas bawah
Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tungkai bebas bergerak, refleks patella ++/++
Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tungkai bebas bergerak, refleks patella ++/++
Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tungkai bebas bergerak, refleks patella ++/++
Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tungkai bebas bergerak, refleks patella ++/++
Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tungkai bebas bergerak, refleks patella ++/++
76
N
o
Aspek
yang
Dinilai
Tn.L Ny.N An. L An. S Tn. A
Kekuatan otot
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
5 5
k. Integumen
Warna Sawo matang Sawo matang
Sawo matang Sawo matang
Sawo matang
Keadaan Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih
Turgor Cepat kembali dalam 2 detik
Cepat kembali dalam 2 detik
Cepat kembali dalam 2 detik
Cepat kembali dalam 2 detik
Cepat kembali dalam 2 detik
Sensasi Dapat membedakan sensasi tajam dan tumpul
Dapat membedakan sensasi tajam dan tumpul
Dapat membedakan sensasi tajam dan tumpul
Dapat membedakan sensasi tajam dan tumpul
Dapat membedakan sensasi tajam dan tumpul
VIII. Harapan Keluarga
Keluarga berharap pada petugas kesehatan agar selalu
meningkatkan mutu pelayanan dan membantu mengatasi
masalah penyakitnya
b. Pengkajian Individu
1) Identitas
Nama : Ny. A
Umur : 72 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
77
Suku/Bangsa : Bugis Bajo
Alamat : Desa Mekar
2) Riwayat Kesehatan
a) Masalah Kesehatan yang Pernah Dialami
Ny.A mengatakan bahwa akhir-akhir ini sering merasakan pusing
atau sakit kepala di bagian belakang ,dan tegang leher. Sakit
berkurang jika istirahat. Ny.A mengatakan kalau sudah mulai
tegang leher langsung istrahat. Ny.A mengatakan pernah berobat
ke puskesmas, setelah itu Ny.A jarang melakukan pengobatan ke
puskesmas tetapi hanya memeriksanyya di perawat desa sekalipun
sakit sering dirasakan.Ny.A mulai tegang leher setelah makan ikan
asin. Ny.A mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi
semenjak 2 tahun lalu. Pada saat dikaji tekanan darah Ny. A
180/90 mmHg, pada saat pertemuan ke 2 Ny.A mengeluhkan sakit
kepala kembali dan nyeri tengkuk setelah dicek nilai tekanan darah
menjadi 180/100 mmHg.
b) Masalah Kesehatan Keluarga (Keturunan)
Menurut penuturan keluarga, dikeluarga tidak ada yang menderita
sakit sistemik seperti hipertensi dan DM.
3) Kebiasaan Sehari-hari
a) Biologis
(1) Pola Makan
Menurut Ny.A pola makannya sehari adalah 2 atau 3 kali, Menu
makanan yang disajikan adalah nasi, sayur, dan lauk. Keluarga
tidak pernah memberikan menu khusus untuk Ny.A.
(2) Pola Minum
Ny.A minum 5 - 6 gelas sehari, jenis minuman air putih.
(3) Pola Tidur
Pasien tidur malam Pkl. 22.00 – 05.00 sedangkan tidur siang
kadang-kadang klien tidur kadang-kadang juga tidak.
78
(4) BAB / BAK
Pasien buang air besar 1X dalam dua hari dengan konsistensi
keras, sedangkan buang air kecil 3X dalam sehari.
(5) Aktifitas Sehari-hari
Pasien melakukan pekerjaan rumah seperti: memasak, menyapu,
mencuci, membersihkan rumah, membersihkan kamar, membuat
ikan asin, kadang mengangkat batu yang ada dibelakang
rumahnya.
(6) Rekreasi
Pasien mengatakan tidak ada aktifitas rekreasi. Klien hanya
nonton dan jalan di sekitaran rumahnya.
b) Psikologis
(1) Keadaan Emosi
Ny.A tampak tenang. Dalam menjalani sakitnya ini Ny.A
mengatakan menerima (karena faktor usia) dan berusaha untuk
hidup sehat.
c) Sosial
(1) Hubungan Antar Keluarga
Hubungan Ny.A dengan seluruh anggota keluarga baik, menurut
pengakuan keluarga tidak pernah terjadi pertengkaran antar
anggota keluarga.
(2) Hubungan Dengan Orang Lain
Hubungan Ny.A dengan tetangga sekitar baik terutama dengan
tetangga yang berdekatan dengan rumahnya, terbukti Ny.A sering
bertegur sapa saat bertemu dan berbincang-bincang dengan
tetangga dekat rumahnya.
d) Spiritual / Kultural
(1) Pelaksanaan Ibadah
Ny.A adalah seorang yang beragama Islam, menurut
pengakuannya Ny.A sering shalat 5 waktu yang menjadi
kewajiban bagi seorang muslim.
79
(2) Keyakinan Tentang Kesehatan
Ny.A meyakini bahwa kesehatan itu penting bagi setiap orang,
dan lebih penting mencegah daripada mengobati, karena biaya
yang dikeluarkan lebih besar.
4) Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik
No Aspek yang Dinilai Ny. A
1 Keadaan Umum Sakit
Kesadaran Composmentis
Suhu 36,7o C
Nadi 78 x/mnt
Tensi 180/100 mmHg
Pernafasan 20 x/menit
2. Head to toe
a. Kepala
Kulit kepala Bersih tidak lengket tidak ada lesi dan benjolan
Rambut Warna hitam campur putih ,mudah dicabut
Bentuk Simetris
Keluhan Tidak ada
b. Mata
Bentuk Simetris
Konjungtiva Warna anemis
Sclera Warna putih
Refleks pupil Normal
Fungsi penglihatan Penglihatan kabur,
Gerakan bola mata Dapat digerakkan ke segala arah
c. Telinga
Bentuk Simetris, ujung pina sejajar
80
No Aspek yang Dinilai Ny. A
dengan sudut bola mata
Warna Sama dengan warna kulit sekitar
Kelenturan dan kebersihan Daun telinga teraba elastis, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan, di dalam lubang telinga tidak tampak kotoran telinga
Fungsi pendengaran Pendengaran kurang, pasien tuli-tuli
d. Hidung
Bentuk Simetris, tidak ada secret, septum berada di tengah
Fungsi penciuman Baik, terbukti Ny. A dapat membedakan bau minyak kayu putih dan bau kopi dengan mata tertutup
e. Mulut
Bentuk Simetris, bibir lembab, mukosa mulut bersih
Fungsi pengecapan Baik, terbukti Ny. A mampu membedakan rasa asin dan manis
Gigi Jumlah tidak lengkap
Fungsi menelan Baik, tidak ada keluhan dalam menelan
f. Leher
Bentuk Simetris, JVP tidak meninggi, KGB tidak teraba
Pergerakan Baik, leher Ny. A dapat digerakkan ke segala arah, tidak ada nyeri saat digerakan, tidak ada kaku kuduk
g. Dada
Bentuk Simteris, warna kulit sama dengan warna kulit daerah sekitar, tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri tekan
81
No Aspek yang Dinilai Ny. A
Bunyi nafas Vesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan
Vokal fremitus Vibrasi teraba lebih keras pada bagian lobus kanan paru
Ekspansi paru Simetris
Jantung S1 dan S2 terdengar normal
h. Abdomen
Bentuk Datar lembut, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, hati tidak teraba, ginjal tidak teraba,
i. Punggung
Bentuk Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada lesi atau benjolan
J. Ekstermitas
Ekstremitas atas Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tangan bebas bergerak, refleks trisep dan bisep ++/++,
Ekstremitas bawah Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tungkai bebas bergerak, refleks patella ++/++
Kekuatan otot 5 5
5 5
k. Integumen
Warna Sawo matang
Keadaan Bersih
Turgor Tidak cepat kembali dalam 2 detik/ keriput
Sensasi Dapat membedakan sensasi tajam dan tumpul
82
c. Pengkajian Kebutuhan Rasa Nyaman
1) Penyebab Nyeri
Ny. A mengatakan Nyeri di rasakan pada saat terlalu banyak kerja dan
setelah memakan ikan asin
2) Regional ( Daerah )
Ny. A mengatakan Pada bagian belakang kepala, dan tidak menjalar
3) Intensitas Nyeri
Ny. A mengatakan skala nyerinya 4
4) Kualitas Nyeri
Ny. A mengatakan nyerinya seperti tertusuk-tusuk
5) Waktu
Ny. A mengatakan nyerinya hilang timbul dan meningkat pada saat
kelelahan.
6) Faktor Yang Meringan
Ny. A mengatakan sering meminum catopril (2x1) jika tekanan
darahnya tinggi dan pasien istrahat atau baring serta tidur.
7) Pengaruh Nyeri Terhadap Aktifitas
Ny. A mengatakan nyerinya dapat meningkat pada saat bekerja atau
kegiatan.
8) Gejala Klinik Lain Yang Menyertai Nyeri
Gejala klinik yang menyertai nyeri yaitu pusing
TABEL 4.3 ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS :
- Ny.A mengatakan
menderita penyakit
darah tinggi sejak 2
tahun lalu
- Ny.A mengatakan sering
merasakan sakit kepala
dan tegang leher.
- Ny.A mengatakan sakit
Faktor penyakit Nyeri Kronik
83
kepalanya seperti di
tusuk-tusuk dengan
skala 4.
- Ny.A mengatakan
nyerinya hilang timbul
dan meningkat pada saat
kelelahan
DO :
TD : 180/100 mmHg
R : 20 x/menit
N : 78 x/mnt
2 DS :
- Keluarga Tn.L
mengatakan tidak tahu
merawat penyakit
tekanan darah tinggi
- Keluarga Tn.L
mengatakan tidak
mampu memodifikasi
lingkungan yang sehat
- Keluarga Tn.L
mengatakan tidak tahu
tanda dan gejala serta
dampak dari penyakit
tekanan darah tinggi
DO :
TD : 180/100 mmHg
R : 20 x/menit
N : 78 x/mnt
Ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah kesehatan
anggota keluarga
Ketidakefektifan
manajemen
kesehatan keluarga
84
SKALA PRIORITAS MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1 Diagnosa keperawatan keluarga I
Nyeri kronik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
Tabel 4.4 Tabel Skoring Nyeri Kronik
No Kriteria Perhitungan Score Pembahasan1 Sifat masalah
Tidak/kurang sehat
3/3 x 1 1 Nyeri kepala yang di rasakan karena peningkatan tekanan vaskuler serebral
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah sebagian
½ x 2 2 Dengan kontrol yang teratur dapat menurunkan tekanan darah
3 Potensial masalah untuk di cegah cukup
2/3 x 1 2/3 Rasa nyeri dapat dikurangi melalui pengobatan dan perawatan yang tepat
4 Menonjolnya masalahMasalah berat harus segera ditangani
2/2 x 1 1 Keluarga menyadari Ny.A mempuyai masalah dampak dari tekanan darah tinggi maka segera mengatasi masalah tersebut
Total 4 2/3
2 Diagnosa keperawatan keluarga II
Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan
kurang sumber pengetahuan
Tabel 4.5 Skoring Defisiensi Pengetahuan
No Kriteria Perhitungan Score Pembahasan1 Sifat masalah
Tidak/kurang sehat
2/3 x 1 2/3 Keluarga Tn.L kurang mengetahui tentang penyakit tekanan darah tinggi secara signifikan
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah sebagian
2/2 x 2 2 Kemungkinan masalah dapat di ubah karena sudah ada upaya untuk pengobatan namun belum optimal
3 Potensial masalah untuk di cegah
2/3 x 1 2/3 Masalah penyakit sudah terjadi 10 tahun. Ny.A mengatakan suka
85
cukup mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi garam
4 Menonjolnya masalahMasalah berat harus segera ditangani
2/2 x 1 1 Keluarga Tn.L sangat merasakan masalah penyakit tekanan darah tinggi pada Ny.A dan harus segera ditangani
Total 3 4/3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Kronik pada Ny.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
Ditandai dengan :DS :
- Ny.A mengatakan menderita penyakit darah tinggi sejak 2 tahun lalu.
- Ny.A mengatakan sering merasakan sakit kepala dan tegang leher.
- Ny.A mengatakan sakit kepalanya seperti di tusuk-tusuk dengan skala
4.
- Ny.a mengatakan nyerinya hilang timbul dan meningkat pada saat
kelelahan
DO :
TD : 180/100 mmHgR : 20 x/menit
N : 78 x/mnt
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga Tn.L berhubungan dengan
kurang sumber pengetahuan.
Ditandai dengan :DS :
- Keluarga Tn.L mengatakan tidak tahu merawat penyakit tekanan darah tinggi
- Keluarga Tn.L mengatakan tidak mampu memodifikasi lingkungan yang sehat
- Keluarga Tn.L mengatakan tidak tahu tanda dan gejala serta dampak dari
penyakit tekanan darah tinggi
DO :
TD : 180/100 mmHg
86
R : 20 x/menit
N : 78 x/mnt
TABEL 4.6 INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil(NOC)
Intervensi (NIC)
Rasional
1 Nyeri kronik b.d ketidakmampuan
keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
Setelah dilakukan kunjungan rumah 2x di harapkan rasa nyeri berkurangDengan NOC :
a. Paint level b. Paint control Dengan kriteria hasil:1. Mampu mengenali
nyeri kapan terjadi 2. Mendemonstrasikan
tehnik relaksasi nafas dalam.
3. Melaporkan nyeri yang terkontrol
1. Lakukan pengkajian nyeri kompherensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, dan intensitas atau beratnya nyeri
2. Monitor TTV secara kompherensif
3. Ajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi)
1. Mengetahui status nyeri yang di alami klien
2. Mengetahui perkembangan kondisi klien
3.Untuk membantu mengontrol nyeri yang di alami klien
2 Ketidakefektifan
manajemen
kesehatan
keluarga Tn.L
berhubungan
dengan kurang
sumber
pengetahuan.
Setelah dilakukan kunjungan rumah 2x diharapkan keluarga mampu mengenal masalah mengenai hipertensiDengan NOC :
a. Knowledge: health promotion
Dengan kriteria hasil:1. Health Education
tentang hipertensi 2. KLien dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga terkait dengan proses penyakit yang spesifik
2. Berikan edukasi pasien dan keluarga mengenai
1.Mengetahui sejauh mana kemampuan klien dan keluarga terhadap proses penyakit
2.Memberikan pemahaman kepada klien dan
87
penyakit 3. Klien dan keluarga
mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat
tanda dan gejala serta pencegahan
keluarga terhadap hipertensi dan bagaimana cara mencegah hipertensi
TABEL 4.7 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/
Tanggal
Dx
Keperawatan
Tujuan Implementasi TTD
1 Jumat, 13
juli 2018
I Setelah
dilakakukan
kunjungan
rumah 2x di
harapkan
keluarga
mampu
merawat
Ny.A dengan
nyeri
hipertensi
1. Melakukan pengkajian
nyeri kompherensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
kualitas, dan intensitas atau
beratnya nyeri
Hasil :
P : Klien mengatakan
masih nyeri pusing atau
sakit kepala.
Q : klien mengatakan
pusing atau nyeri kepala
yang dirasakan seperti
tertusuk.
R : klien mengatakan nyeri
yang dirasakan di kepala
bagian belakang dan
tegang leher.
S : klien mengatakan skala
nyerinya 4.
T : klien mengatakan
pusingnya hilang timbul
2. Memonitor TTV secara
kompherensif
88
Hasil :
TD : 180/100 mmHg
N : 78 x/mnt
RR: 20 x/mnt
3. Mengajarkan teknik non
farmakologi (teknik
relaksasi)
Hasil :
Klien bisa melakukan
tenhik relaksasi nafas
dalam
2 Jumat, 13
juli 2018
II Setelah
dilakukan
kunjungan
rumah 2x
diharapkan
keluarga
mampu
mengenal
masalah
mengenai
hipertensi
1. Mengkaji tingkat
pengetahuan pasien dan
keluarga terkait dengan
proses penyakit yang
spesifik
Hasil :
Pasien dan keluarga tidak
mengetahui penyakit
hipetensi atau tekanan
darah tinggi secara spesifik
2. Memberikan edukasi
pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala
serta pencegahan\
Hasil :
Pasien dan keluarga
mampu memahami
penyakit hipertensi/tekanan
darah tinggi dan mampu
menyebutkan tanda dan
gejala dari hipertensi
3 Sabtu, 14
juli 2018
I Setelah
dilakakukan
kunjungan
1. Melakukan pengkajian
nyeri kompherensif yang
meliputi lokasi,
89
rumah 2x di
harapkan
keluarga
mampu
merawat
Ny.A dengan
nyeri
hipertensi
karakteristik, durasi,
kualitas, dan intensitas atau
beratnya nyeri
Hasil :
P : Klien mengatakan tidak
nyeri pusing atau sakit
kepala
Q : klien mengatakan
pusing atau nyeri kepala
yang dirasakan seperti
tertusuk.
R : klien mengatakan nyeri
yang dirasakan di kepala
bagian belakang dan
tegang leher.
S : klien mengatakan skala
nyerinya 2
T : klien mengatakan
pusingnya hilang timbul
2. Memonitor TTV secara
kompherensif
Hasil :
TD : 140/90 mmHg
N : 78 x/mnt
RR: 20 x/mnt
3. Mengajarkan teknik non
farmakologi (teknik
relaksasi)
Hasil :
Klien mampu melakukan
tehnik nafas dalam secara
mandiri
4 Sabtu, 14
juli 2018
II Setelah
dilakukan
kunjungan
1. Memberikan edukasi
pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala
90
rumah 2x
diharapkan
keluarga
mampu
mengenal
masalah
mengenai
hipertensi
serta pencegahan
Hasil :
Klien dan keluarga mampu
mengetahui mengenai
penyakit hipertensi, tanda
dan gejala serta
pencegahan dari hipertensi.
TABEL 4.8 EVALUASI KEPERAWATAN
No Hari/Tanggal Dx Keperawatan Catatan Perkembangan TTD
1 Jumat, 13 Juli
2018
I S : Klien mengatakan
masih nyeri pusing atau
sakit kepala.
O: klien mampu
mendemostrasikan tehnik
relaksasi nafas dalam
A: masalah Nyeri Kronik
sakit kepala belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
(1,2,3)
2 Jumat, 13 Juli
2018
II S : klien dan keluarga
mengatakan belum
mengetahui penyakit
hipertensi/tekanan darah
tinggi secara kompherensif
O: Pasien dan keluarga
mampu memahami
penyakit hipertensi
/tekanan darah tinggi dan
mampu menyebutkan tanda
dan gejala dari hipertensi
91
A: intervensi sedikit
teratasi
P: intervensi di lajutkan (2)
3 Sabtu, 14 juli
2018
I S: Klien mengatakan
nyerinya berkurang
O: Klien mampu
mendemonstrasikan tehnik
nafas dalam secara mandiri
A: Masalah sedikit teratasi
P : Intervensi
dipertahankan
4 Sabtu, 14 juli
2018
II S : Klien dan keluarga
mengatakan mengetahui
penyakit hipertensi, tanda
dan gejala serta
pencegahan dari hipertensi
O: klien dan keluarga bisa
memahami materi dan
menyebutkan penyakit
hipertensi, tanda dan gejala
serta pencegahan dari
hipertensi.
A: Masalah teratasi
P:Intervensi di hentikan
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dan hasil studi kasus yang
penulis lakukan dari tanggal 5-14 Juli 2018, maka pada bagian ini penulis akan
membahas tentang perbandingan antara teori dan praktek atau kasus yang
ditemukan selama melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada klien
Ny.A, berumur 72 tahun dengan Hipertensi dalam Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Nyaman Di Desa Mekar Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe yang
akan dibahas berdasarkan tahapan proses keperawatan yaitu tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
92
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang
dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan
sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa
ibu (yang digunakan setiap hari), lugas dan sederhana (Suprajitno,2004).
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Selain tahap
ini, penulis tidak mendapatkan hambatan yang cukup berarti karena klien
cukup kooperatif dan dapat diajak kerjasama dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Penulis melakukan pengkajian pada keluarga Tn.L di
temukan data: Ny.A mengatakan bahwa akhir-akhir ini sering merasakan
pusing atau sakit kepala bagian belakang dan tegang leher, skala nyerinya
4, nyeri sering hilang timbul dengan minum obat catopril (2x1). Keluarga
Tn.L adalah keluarga Extended Family (Keluarga Besar) terdiri dari suami,
istri, anak, nenek, keponakan. Riwayat keluarga Tn.L tidak memiliki
riwayat atau masalah kesehatan, kecuali Ny.A (Klien) mempuyai tiwayat
penyakit hipertensi.
Fungsi keluarga pada Tn.L yaitu sebagai mengenal masalah kesehatan
keluarga karena keluarga Tn.L belum mampu mengenal masalah kesehatan
anggota keluarga yang sakit dengan Ny.A yang mempuyai tekanan darah
tinggi. Saat dikaji keluarga Tn.L tidak mengetahui pengertian hipertensi,
tidak mengetahui tanda dan gejala serta pencegahan hipertensi. Keluarga
juga tidak mengetahui dampak dan tekanan keadaan darah tinggi yang
terus menerus.
Hasil pemeriksaan fisik Tekanan Darah 180/100 mmHg, Nadi 78x/m,
Pernapasan 20x/m, Suhu 36,7̊.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga yang ditegakan yang sesuai dengan hasil
pengkajian yaitu Nyeri Kronik berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit sebagai diagnosa Utama
93
didapatkan data subjektif: Ny.A mengatakan bahwa akhir-akhir ini sering
merasakan pusing atau sakit kepala bagian belakang dan tegang leher,
provocate: Ny.A mengatakan nyeri kepala, quality: nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, regio: nyeri di rasakan dikepala, skala: skala nyerinya 4,
time: nyerinya sering hilang timbul. Data Objektif: Tekanan Darah 180/100
mmHg, Nadi 78x/m, Pernapasan 20x/m, Suhu 36,7̊.
Dan Diagnosa keperawatan keluarga Defisiensi Pengetahuan keluarga
berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan sebagai diagnosa kedua
didapatkan data subjektif: keluarga Tn.L belum mampu mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga yang sakit, keluarga Tn.L tidak mengetahui
pengertian hipertensi, tidak mengetahui tanda dan gejala serta pencegahan
hipertensi. Keluarga juga tidak mengetahui dampak dan tekanan keadaan
darah tinggi yang terus menerus. Data Objektif: Tekanan Darah 180/100
mmHg, Nadi 78x/m, Pernapasan 20x/m, Suhu 36,7̊.
3. Intervensi keperawatan
Menurut Wright dan Bell (1994), intervensi keperawatan adalah tindakan
atau respons dari perawat yang meliputi hubungan tindakan terapeutik
yang terjadi dalam kontes hubungan dalam perawat klien untuk
memengaruhi individu, keluarga, atau fungsi komunitas yang merupakan
tanggung jawab perawat (Suprajitno,2004).
Dilakukan asuhan keperawatan Nyeri Kronik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit sebagai
diagnosa Utama dengan perencanaan yang mempuyai tujuan Setelah
dilakakukan kunjungan rumah 2x di harapkan rasa nyeri berkurang dengan
NOC: Paint level, Paint control Dengan kriteria hasil: Mampu mengenali
nyeri kapan terjadi, Mendemonstrasikan tehnik relaksasi nafas dalam,
Melaporkan nyeri yang terkontrol.
Dengan NIC yaitu :1. lakukan pengkajian nyeri kompherensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, kualitas, dan intensitas atau beratnya nyeri
2. monitor TTV secara kompherensif
3. ajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi)
94
Diagnosa kedua keperawatan keluarga Defisiensi Pengetahuan
keluarga berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan dengan
perencanaan yang mempuyai tujuan Setelah dilakukan kunjungan rumah
2x diharapkan keluarga mampu mengenal masalah mengenai hipertensi
dengan NOC: knowledge: health promotion Dengan kriteria hasil: Health
Education tentang hipertensi, Klien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit, Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat.
Dengan NIC yaitu :1. kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga terkait dengan proses penyakit
yang spesifik
2. berikan edukasi pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala serta
pencegahan
4. Implementasi
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi
rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga
dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan. Keluarga dididik
untuk dapat menilai potensi yang dapat dimiliki mereka dan
mengembangkan melalui implementasi yang bersifat memampukan
keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan
membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatanya, memodifikasi
lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, seru memanfaatkan
sarana pelayanan kesehatan terdekat (Suprajitno,2004).
Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan keluarga yang utama dengan
diagnosa Nyeri Kronik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan berdasarkan teori (NIC). Pengkajian pada Ny.A hari pertama
tanggal 13 Juli 2018 di rumah Tn.A dengan: Melakukan pengkajian nyeri
kompherensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, dan intensitas
atau beratnya nyeri dengan hasil (P : Klien mengatakan masih nyeri pusing atau
sakit kepala, Q : klien mengatakan pusing atau nyeri kepala yang dirasakan
seperti tertusuk, R : klien mengatakan nyeri yang dirasakan di kepala bagian
95
belakang dan tegang leher, S : klien mengatakan skala nyerinya 4, T : klien
mengatakan pusingnya hilang timbul). Memonitor TTV secara kompherensif
dengan hasil (TD : 180/100 mmHg, N: 78 x/mnt, RR: 20 x/mnt). Mengajarkan
teknik non farmakologi (teknik relaksasi) dengan hasil ( Klien bisa melakukan
tehnik relaksasi nafas dalam). Pada hari kedua tanggal 14 Juli 2018 di rumah
Tn.A dengan: Melakukan pengkajian nyeri kompherensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, kualitas, dan intensitas atau beratnya nyeri dengan hasil (P :
Klien mengatakan tidak nyeri pusing atau sakit kepala, Q : klien mengatakan
pusing atau nyeri kepala yang dirasakan seperti tertusuk, R : klien mengatakan
nyeri yang dirasakan di kepala bagian belakang dan tegang leher, S : klien
mengatakan skala nyerinya 2, T : klien mengatakan pusingnya hilang timbul).
Memonitor TTV secara kompherensif dengan hasil (TD : 140/90 mmHg, N: 78
x/mnt, RR: 20 x/mnt). Mengajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi)
dengan hasil (Klien mampu melakukan tehnik relaksasi nafas dalam secara
mandiri).
Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan keluarga yang kedua dengan
diagnosa Defisiensi Pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurang
sumber pengetahuan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
berdasarkan teori (NIC). Pengkajian pada Ny.A hari pertama tanggal 13
Juli 2018 di rumah Tn.A dengan: Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga terkait dengan proses penyakit yang spesifik dengan hasil (Klien dan
keluarga tidak mengetahui penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi secara
spesifik). Memberikan edukasi pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
serta pencegahan dengan hasil (Klien dan keluarga mampu memahami penyakit
hipertensi/ tekanan darah tinggi dan mampu menyebutkan tanda dan gejala dari
hipertensi). Pada hari kedua tanggal 14 Juli 2018 di rumah Tn.A dengan: Memberikan edukasi pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala serta
pencegahan dengan hasil (Klien dan keluarga mampu mengetahui mengenai
penyakit hipertensi, tanda dan gejala serta pencegahan dari hipertensi).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga memiliki
produktifitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga.
96
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan diagnosis yang ditegakkan yaitu
Nyeri Kronik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
Evaluasi yang dilakukan penulis berdasarkan prioritas diagnosis
keperawatan utama yang ditegakkan yaitu Nyeri Kronik berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
dan dievaluasi pada hari pertama tanggal 13 Juli 2018 antara lain
Subyektif: Klien mengatakan masih nyeri pusing atau sakit kepala,
Obyektif: Klien mampu mendemonstrasikan tehnik relaksasi nafas dalam,
Assesment: Masalah nyeri kronik belum teratasi, Planing: Intervensi
dilanjutkan (1,2,3). Evaluasi pada hari kedua tanggal 14 Juli 2018 antara
lain Subyektif: Klien mengatakan nyerinya berkurang, Obyektif: Klien
mampu mendemonstrasikan tehnik relaksasi nafas dalam secara mandiri,
Assesment: Masalah sedikit teratasi, Planing: Intervensi dipertahankan.
Evaluasi yang dilakukan penulis berdasarkan diagnosis
keperawatan kedua yang ditegakkan yaitu Defisiensi Pengetahuan keluarga
berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan dievaluasi pada hari
pertama tanggal 13 Juli 2018 antara lain Subyektif: Klien dan keluarga
mengatakan belum mengetahui penyakit hipertensi/tekanan darah tinggi
secara kompherensif, Obyektif: Klien dan keluarga mampu memahami
tanda dan gejala dari hipertensi, Assesment: Masalah sedikit teratasi,
Planing: Intervensi dilanjutkan (2). Evaluasi pada hari kedua tanggal 14
Juli 2018 antara lain Subyektif: Klien dan kelurga mengatakan mengetahui
penyakit hipertensi, tanda dan gejala serta pencegahan dari hipertensi,
Obyektif: Klien dan keluarga bisa memahami materi dan menyebutkan
penyakit hipertensi, tanda dan gejala serta pencegahan dari hipertensi.
Assesment: Masalah teratasi, Planing: Intervensi dihentikan
97
C. KETERBATASAN STUDI KASUS
Penelitian ini telah dilakukan sesuai prosedur yang ada. Namun
dalam melakukan penelitian penulis memiliki keterbatasan-keterbatasan
sebagai berikut:
1. Pemberian tehnik relaksasi nafas dalam membutuhkan ketenangan
dan konsentrasi sehingga akan memberikan efek penurunan skala
yang maksimal. Penulis tidak dapat membatasi situasi di ruangan
dengan adanya suara keluarga dan tetangga meskipun peneliti
sudah memberikan pemahaman untuk tenang.
2. Waktu pengukuran skala nyeri dilakukan pada jam kunjungan klien
sehingga subyek peneliti akan terdistraksi dengan kehadiran
keluargannya.
3. Penulis tidak dapat memantau klien sepenuhnya selama 24 jam
sehingga dari awal intervensi penulis melibatkan keluarga saat
mengarjakan klien tehnik relaksasi nafas dalam. Diharapkan
adanya keterlibatan keluarga dapat mengoptimalkan intervensi
keperawatan khususnya tehnik relaksasi nafas dalam yang di
lakukan oleh klien.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan
di Desa Mekar Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe dari tanggal 5 – 14 Juli
2018 dengan mengacu pada tujuan yang dicapai, maka penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam pengkajian keperawatan Ny.A semua aspek bio, psiko, sosial,
spiritual, dan kultural harus dikaji dan melibatkan kerja sama keluarga
untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat karena setiap individu
memberikan respon yang berbeda-beda terhadap stimulus baik internal
maupun eksternal sehingga membutuhkan kejelian dalam menilai setiap
respon atau gejala yang di tampakkan oleh klien serta memerlukan
kepekaan dan kemampuaan khusus dalam menginterpretasikan dan
menganalisa data pada klien dengan hipertensi dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman.
2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menegakkan diagnosa
keperawatan berdasarkan data-data yang didapatkan pada klien sesuai
dengan kondisi dan keadaan klien pada saat itu serta berdasarkan teori
yang ada, kemudian diperioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia
menurut maslow dan keluhan klien yang betul-betul mengancam kesehatan
klien. Diagnosa yang diangkat berdasarkan data yang diperoleh yaitu Nyeri
Akut dan Defisiensi Pengetahuan Keluarga.
99
3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan
yang disusun berdasarkan aplikasi dari teori NANDA NIC-NOC, dan
disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah klien untuk mengatasi masalah
pada pasien hipertensi berdasarkan ilmu dan prosedur tindakan
keperawatan.
4. Pada tahap implementasi dalam melakukan asuhan keperawatan,
disesuaikan dengan rencana tindakan asuhan keperawatan yang dibuat
berdasarkan aplikasi teori NANDA NIC-NOC sehingga tidak terjadi
kesenjangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
5. Pada tahap evaluasi, setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
selama 2 hari dan kemudian dievaluasi akhir pada tanggal 14 Juli 2018
dengan hasil Nyeri Kronik teratasi sebagian dan Defisiensi pengetahuan
Keluarga teratasi.
B. Saran
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan pada klien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman,
peneliti menyarankan :
1. Bagi Peneliti
Semoga Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi
bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreativitas serta
dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran untuk menambah
pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman, sehingga
100
dapat membandingkan kesenjangan antara teori dan kasus nyata tentang
penerapan prosedur tehnik relaksasi nafas dalam pada pasien hipertensi.
2. Bagi Institusi / Pendidikan
Institusi dan penyelenggaraan pendidikan diharapkan menyediakan
buku-buku referensi yang memadai, yang menyangkut hal-hal terbaru
tentang pelaksanaan keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman, serta menyediakan waktu yang cukup untuk
pelaksanaan praktek keperawatan di rumah sakit dan studi kasus untuk
penyusunan karya tulis ilmiah di masa yang akan datang.
3. Bagi Klien / Keluarga
Untuk klien agar selalu menjaga keadaannya, terutama agar selalu
mematuhi program pengobatanya dan bisa melakukan tehnik relaksasi
nafas dalam serta selalu dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai
penyakit hipertensi.
101
DAFTAR PUSTAKA
A. Graber Mark. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga University Of Lowa Edisi 3.
Jakatra: EGC
Dinkes Sultra. 2016. Profil Data Kesehatan Provinsi Sultra. Kendari.
Draf Penetapan Standar Asuhan Keperawatan: Individu, Keluarga, dan
Kelompok/Komunitas di Indonesia dengan Pendekatan NANDA/ICNP,
NIC,& NOC Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Ikatan
Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI).
H, A. Aziz. Alimul. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika
Herdman, T. Heather & Kamitsuru, Shigemi. 2015. Diagnosa Keperawatan
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Hidayat. 2009. Keperawatan Dasar Manusia Buku I. Jakarta: Selemba Medika.
Kemenkes, RI. 2016. Propil Data Kesehatan. Nasional
N, Yesi Hasneli & Tyani, Endar Sulis & Utomo, Wasisto. 2015. Efektifitas
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Esensial. JOM, 2(2).1068-1069.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta:MediAction
Puskesmas Soropia. 2018. Profil Puskesmas Soropia. Kendari: Staf Puskesmas
Soropia.
Rachmawati,Yunita Ayu Dkk. Dukungan Keluarga Dalam Penatalaksanaan
Hipertensi.i Puskesmas Candirejo Magetan:2013
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Pedoman Pewawancara Petugas
Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013.
102
Setiati, Siti Dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta:
InternaPublising.
Situmorang, Paskah Rina. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Hipertensi. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 1(1), 68.
Sudiharto & Hartono. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta:
EGC
Zaenurrohman, Destiara Hesriantica & Rachmayanti, Riris Diana. 2017.
Relationship between knowledge and hypertension Historywith Blood
Pressure Control in Elderly. Jurnal berkala Epidemiologi, 5(2), 176.
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
Lampiran 11.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok bahasan : Hipertensi
Sub pokok bahasan : Perawatan dan pecegahan Hipertensi
Sasaran : Pasien dan keluarga Tn.L
Hari /Tanggal : Jumat - Saptu / 13 – 14 Juli 2018
Waktu : 15.00-15.30
Tempat : Rumah Tn.L
Penyuluh : Salbia
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit di Ruang
Pepaya RSUD CengkarengRumah Tn.L diharapkan mampu melakukan
tindakan perawatan dan pencegahan hipertensi.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang hipertensi diharapkan pasien dan
keluarga mampu
1. Menyebutkan pengertian Hipertensi
2. Menyebutkan faktor resiko Hipertensi
3. Menyebutkan tanda dan gejala Hipertensi
4. Menyebutkan kategori Hipertensi
5. Menyebutkan pertolongan pertama pada penderita Hipertensi
6. Menyebutkan pencegahan Hipertensi
7. Menyebutkan obat tradisional untuk mengatasi Hipertensi
C. Materi (Urain terlampir)
1. Pengertian Hipertensi
2. Faktor resiko Hipertensi
3. Tanda dan gejala Hipertensi
4. Pertolongan pertama pada penderita Hipertensi
117
5. Pencegahan Hipertensi
6. Obat tradisional untuk mengatasi Hipertensi
7. Strategi Pelaksanaan
No Uraian Kegiatan Metode Media Waktu
1 Pendahuluan :
a. Memberi salam
b.Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Kontrak waktu
Ceramah Lisan 5 menit
2 Pelaksanaan :
a. Menjelaskan
pengertian Hipertensi
b. Menjelaskan faktor
resiko Hipertensi
c. Menjelaskan tanda dan
gejala Hipertensi
d. Menjelaskan
pertolongan pertama
pada penderita
Hipertensi
e. Menjelaskan
pencegahan Hipertensi
f. Menjelaskan obat
tradisional untuk
mengatasi Hipertensi
• Ceramah
• Diskusi
• Tanya
jawab
Leaflet 20 menit
3 Penutup :
a. Memberikan
kesempatan pada lansia
untu bertanya
b. Menyampaikan
kesimpulan materi
Ceramah Lisan 5 menit
118
c. Memberi evaluasi
secara lisan
d. Memberi salam
9. Evaluasi (Terlampir)
1. Bentuk : Langsung
2. Jenis pertanyaan : Lisan
3. Jumlah pertanyaan : 2 pertanyaan
4. Waktu : 5 menit
EVALUASI
Pertanyaan :
1. Sebutkan pengertian Hipertensi
2. Jelaskan tanda dan gejala Hipertensi
Jawaban :
1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
secara menetap > 140/90 mmHg.
2. Tanda dan gejala Hipertensi :
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual dan muntah
d. Sesak nafas
e. Pandangan menjadi kabur
f. Mata berkunang –kunang
g. Mudah marah
h. Telinga berdengung
i. Sulit tidur
119
Sumber :
Aris, S. 2007. Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta: PT Intisari Mediatam.
Armilawaty. 2007. Hipertensi dan Faktor Resiko Dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS
http//ridwanamiruddin. com/2007/12/08 hipertensi-dan-faktor-
risikonya-dalam-kajian-epidemiologi/, (online) diakses tanggal 12
Oktober 2012
Keleher, H., MacDougall, C., & Murphy, B. 2007. Understanding Health
Promotion. Victoria, Australia : Oxford University Press.
Notoadmodjo, Sukidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Renika Cipta : Jakarta.
120
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
TENTANG HIPERTENSI
A. PENGERTIAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah secara menetap > 140/90 mmHg.
B. FAKTOR RESIKO
1. Keturunan
2. Gaya hidup yang tidak sehat :
a. Diit yang tidak sehat (kurang buah dan sayuran, tinggi lemak
jenuh,tinggi kolesterol,tinggi garam dan gula).
b. Kurang aktivitas fisik/olahraga c. Kegemukan / Obesitas d.
Alkohol e. Stress f. Merokok 3. Sekitar 5 – 10 % berhubungan
dengan penyakit ginjal, 1 – 2 %berhubungan dengan kelainan
hormon atau pemakaian obat tertentu (Pil KB).
C. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI
Seringkali hipertensi terjadi tampa gejala, sehingga penderita tidak
merasa sakit. Pada umumnya sebagai berikut :
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual dan muntah
4. Sesak nafas
5. Pandangan menjadi kabur
6. Mata berkunang –kunang
7. Mudah marah
8. Telinga berdengung
9. Sulit tidur
10. Rasa berat ditengkuk
E. PERTOLONGAN PERTAMA PADA PENDERITA HIPERTENSI
Jika mengalami tanda – tanda Hipertensi, sarankan penderita
hipertensi agar :
1. Hentikan kegiatan terutam bila sedang mengemudi
121
2. Minta pertolongan orang terdekat atau hubungi tenaga kesehatan
terdekat
3. Jika memungkinkan kunjungi pelayanan kesehatan terdekat
seperti puskesmas/ Rumah Sakit . Pengobatan sesegera mungkin
dapat menyelamatkan nyawa atau meningkatkan untuk pulih
sepenuhnya
F. PENCEGAHAN HIPERTENSI
Mengurangi dan memodifikasi faktor resiko dengan :
1. Tidak merokok
2. Olahraga / aktivitas fisik secara teratur
3. Pola makanan sehat dan seimbang
Batasan konsumsi garam untuk Hipertensi
a. Hipertensi ringan : ½ sendok teh perhari
b. Hipertensi sedang : ¼ sendok teh perhari
c. Hipertensi berat : Tampa garam
4. Melakukan kesehatan secara rutin
G. OBAT TRADISIONAL
1. Dua buah timun dimakan pagi dan soe atau diparut, diperas dan
diambil airnya diminum pagi dan sore hari.
2. Sepuluh lembar daun salam direbus dalam dua gelas air sampai
airnya tinggal satu gelas diminum pagi dan sore.
3. Sepuluh lembar daun alpukat direbus dalam dua gelas air sampai
airnya tinggal satu gelas diminum pagi dan sore.
122
123
124
Lampiran Sebelum Melakukan Penyuluhan
Tingkat pengetahuan tentag hipertensi (tekanan darah tinggi)
No Pernyataan Benar Salah 1 Hipertensi merupakan suatu penyakit dimana
tekanan darah mencapai ≥ 140/90 mmHg
2 Hipertensi dapat disebabkan karena keturunan 3 Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi
adalah sakit kepala, rasa berat ditengkuk dan murah marah
4 Hipertensi merupakan dapat menyebabkan storeke
5 Makanan yang asin dapat menyebabkan hipertensi
6 Hipertensi dapat disembuhkan 7 Semua orang yang menderita hipertensi
menunjukan gejala seperti pusing, mimisan, dan pandangan berkunang-kunang
8 Tekanan darah mencapai ≥ 210/120 mmHg termaksud kedalam hipertensi berat
9 Hipertensi merupakan peningkatan darah yang tidak menetap
10 Tekanan darah mencapai ≥ 180/110 mmHg termaksud dalam hipertensi berat
1, 2, 4, 5, 6, 9, 10 : Salah 3, 7, 8 : Benar
Pengetahuan keluarga Tn.L sebelum melakukan penyuluhan yaitu 30% (Pengetahuan kurang)
Keterangan :10 – 50 % : Pengetahuan Kurang60 – 70 % : Pengetahuan Sedang 80 – 100% : Pengetahuan Baik
125
Lampiran Sesudah Melakukan Penyuluhan
Tingkat pengetahuan tentag hipertensi (tekanan darah tinggi)
No Pernyataan Benar Salah 1 Hipertensi merupakan suatu penyakit dimana
tekanan darah mencapai > 140/90 mmHg
2 Hipertensi dapat disebabkan karena keturunan 3 Gejala yang ditemui pada penderita hipertensi
adalah sakit kepala, rasa berat ditengkuk dan murah marah
4 Hipertensi merupakan dapat menyebabkan storeke
5 Makanan yang asin dapat menyebabkan hipertensi
6 Hipertensi dapat disembuhkan 7 Semua orang yang menderita hipertensi
menunjukan gejala seperti pusing, mimisan, dan pandangan berkunang-kunang
8 Tekanan darah mencapai >210/120 mmHg termaksud kedalam hipertensi berat
9 Hipertensi merupakan peningkatan darah yang tidak menetap
10 Tekanan darah mencapai >180/110 mmHg termaksud dalam hipertensi berat
6, 9 : Salah 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10 : Benar
Pengetahuan keluarga Tn.L sebelum melakukan penyuluhan yaitu 80% (Pengetahuan Baik)
Keterangan :10 – 50 % : Pengetahuan Kurang60 – 70 % : Pengetahuan Sedang 80 – 100% : Pengetahuan Baik
126
Lampiran 14.
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 6.1
Pengukuran Tekanan Darah
Gambar 6.2
Pemeriksaan Mata
Gambar 6.3
Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas
Gambar 6.4
Pemeriksaan Kekuatan Otot Ekstremitas Bawah
127
Gambar 6.5
Melakukan Penyuluhan Hipertensi
Gambar 6.6
Melakukan Penyuluhan Hipertensi
Gambar 6.7
Pengukuran Tekanan Darah Pada Ny. A
Gambar 6.8
Pengukuran Tekanan Darah Pada Ny. N